pengaruh sikap, norma subjektif, perceived...
TRANSCRIPT
-
PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, PERCEIVED
BEHAVIORAL CONTROL, PEER PRESSURE, MORAL
OBLIGATION DAN FAKTOR DEMOGRAFIS TERHADAP
INTENSI KETIDAKJUJURAN AKADEMIK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh :
M. Abduh Cakrawardana 1112070000002
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
-
v
MOTTO
“Be not aftraid of growing slowly, be
afraid only of standing still” (chinese
proverb)
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan sebagai sebuah bukti
cinta kasih untuk umi, abah, uni, adek, sahabat saya
beserta orang-orang yang selalu mendukung saya
dalam menyelesaikan karya ini
-
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Juli 2019
C) M. Abduh Cakrawardana
D) Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavioral Control, Peer Pressure,
Moral Obligation dan Faktor Demografis terhadap Intensi Ketidakjujuran
Akademik
E) xiv + 78 Halaman
F) Ketidakjujuran akademik merupakan masalah yang terus-menerus terjadi di
lembaga pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga tingkat universitas.
Ketidakjujuran akademik adalah pelanggaran akademik yang mencakup perilaku
menyontek, plagiarisme dan meminta bantuan dari luar. Penelitian ini bertujuan
untuk menguji pengaruh sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, peer
pressure, moral obligation, jenis kelamin dan tingkat kelas terhadap intensi
ketidakjujuran akademik.
Sampel pada penelitian ini berjumlah 171 siswa SMA se-derajat, dipilih dengan
teknik non-probability sampling. Uji validitas alat ukur menggunakan teknik
confirmatory factor analysis (CFA) dan uji hipotesis menggunakan multiple
regression analysis. Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan antara lain alat
ukur intensi ketidakjujuran akademik, sikap, norma subjektif dan perceived
behavioral control yang dikembangkan oleh Stone dan Kisamore (2007), peer
pressure dari Santor, Messery dan Kusumakar (2000), Moral Obligation dari
Ajzen (1991).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan sikap, norma
subjektif, perceived behavioral control, peer pressure, moral obligation, jenis
kelamin dan tingkat kelas terhadap intensi ketidakjujuran akademik. Hasil
penelitian juga menunjukan proporsi varian seluruh independen variabel adalah
sebesar 37,8%, sedangkan 62,2% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar
penelitian ini. Hasil uji hipotesis menunjukkan perceived behavioral control, peer
pressure dan jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi
ketidakjujuran akademik.
G) Bahan bacaan : 12 Buku + 32 Jurnal + 2 Artikel online + 2 skripsi + 2 tesis
-
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) July 2019
C) M. Abduh Cakrawardana
D) The Influence of Attitudes, Subjective Norm, Perceived Behavioral Control, Peer
Pressure, Moral Obligation and Demographic Factors to predict Intention of
Academic Dishonesty.
E) xiv + 78 Pages
F) Academic dishonesty is a persistent problem in institutions, found at all levels of
schooling from grade school to graduate school. This study defined academic
dishonesty as the use of unethical methods in academic including cheating,
plagiarism and seeking outside help. This study aimed to examine the effect of
attitudes, subjective norms, perceived behavioral control, peer pressure, moral
obligation, gender dan grade level on intentions of academic dishonesty.
The data was collected from 171 high school students by non-probability sampling
techniques. Confirmatory factor analysis (CFA) techniques was used to confirm
validity of the scales. The data analysis used multiple regression analysis. The
scales that used in this study were intention of academic dishonesty, attitude,
subjective norm, and perceived behavioral control which were developed by Stone
and Kisamore (2007) based on Ajzen’s theory of planned behavior; peer pressure
scale which was developed by Santor, Messery and Kusumakar (2000); and Moral
Obligation scale which was developed by Ajzen (1991).
The result showed that there was significant effect of attitude, subjective norm,
perceived behavioral control, peer pressure, moral obligation, gender and grade
level toward intention of academic dishonesty with total variance given to the
model was 37,8%, and the rest are influenced by other factors outside of this study.
Analysis using each variable found that perceived behavioral control, peer
pressure, and gender were significant; whereas attitude, subjective norms, moral
obligation and grade level were not significant on intention of academic
dishonesty.
G) Literatures : 12 books + 32 Journals + 2 online articles + 2 papers + 2 thesis
-
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul “Pengaruh Sikap, Norma
Subjektif, Perceived Behavioral Control, Peer Pressure, Moral Obligation dan
Faktor Demografis terhadap Intensi Ketidakjujuran Akademik.” Shalawat
serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta sahabat,
keluarga serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi ini bukan hanya hasil karya penulis seorang diri, karena banyak pihak-pihak
yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, izinkan penulis untuk
mengucapkan rasa terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah M.Si, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Bapak Bambang Suryadi, Ph.D, Wakil
Dekan Bidang Akademik Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dan jajaran yang telah memfasilitasi mahasiswa dalam
rangka menciptakan lulusan yang berkualitas.
2. Bapak Dr. Abd. Rahman Saleh, M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang
dengan penuh kesabaran telah memberikan waktu, ilmu, semangat, saran dan
kritik yang membangun sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalas
segala kebaikan.
3. Ibu Dr. Diana Mutiah M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberi semangat kepada penulis dan selalu menanyakan perkembangan dari
pembuatan skripsi penulis.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta yang telah memberikan ilmu
yang berharga kepada penulis. Dan seluruh staf Fakultas Psikologi UIN Jakarta
yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi penulis.
5. Kepada seluruh responden penelitian yang telah meluangkan waktunya untuk
mengisi kuesioner penelitian penulis.
-
ix
6. Kepada kedua orang tua penulis, Abah Solichin dan Umi Akmalia serta Uni
Muti dan Amrina yang tiada henti memanjatkan do’a di setiap ibadahnya, kasih
sayang yang tulus, serta memberikan segala dukungan dan pengorbanan untuk
penulis. Terima kasih sudah menjadi pendengar dan penasehat yang baik atas
segala suka duka penulis.
7. Untuk Sahabat “Ugly” Jesyia dan Mia terima kasih atas segala canda tawa,
kasih sayang dan motivasi selama ini, akhirnya Ugly Friend semuanya sarjana.
8. Untuk Sahabat kelas A 2012 Hendra, Nina, Pire, Ulfa, Fuad, Firas, Damas,
Restu, dan Dila yang selalu terbuka dan selalu mendukung peneliti untuk
menyelesaikan studi.
9. Untuk Teman-teman psikologi 2012, khususnya yang tergabung dalam
“Emergency Group 2012”. Ulfi, Dea, Dewi, Alia, Aul, Rara, Yuni, Acid, Ita,
Dandy, Anshor, Sae, Manda, Ghazi, Intan, Fitroh, Agna, Aal, Bijak, Naufal,
Abe, Oka, Robby, Sarah, Hana, Caca, Dhiva dan Maksum Terima kasih atas
kebersamaan, cerita dan pembelajaran selama ini. Semoga kita semua sukses
selalu.
10. Untuk Teman-teman MAN 1 Bandar lampung Alfan, Noven, Erwin dan Afif
yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada peneliti.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga segala bantuan, dukungan,
dan do’anya kepada saya, dibalas Allah dengan kebaikan yang berlimpah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun. Semoga
penelitian ini memberi manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.
Jakarta, 30 Juli 2019
Penulis
-
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................ v
ABSTRAK .................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1-10
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Batasan dan Rumusan Masalah ................................................................ 7
1.2.1 Batasan Masalah ............................................................................ 7
1.2.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 9
1.3.1 Tujuan Penelitian ........................................................................... 9
1.3.2 Manfaat Penelitian ......................................................................... 9
BAB 2 LANDASAN TEORI ....................................................................... 11-28
2.1 Intensi Ketidakjujuran Akademik ........................................................... 11
2.1.1 Definisi Intensi Ketidakjujuran Akademik .................................... 11
2.1.2 Teori Intensi Ketidakjujuran Akademik ........................................ 12
2.1.3 Dimensi Intensi Ketidakjujuran Akademik ................................... 14
2.1.4 Faktor-Faktor Intensi Ketidakjujuran Akademik ........................... 16
2.1.5 Alat Ukur Intensi Ketidakjujuran Akademik ................................. 17
2.2 Sikap ......................................................................................................... 18
2.2.1 Definisi Sikap ................................................................................. 18
2.2.2 Komponen-komponen Sikap ......................................................... 19
2.2.3 Alat Ukur Sikap ............................................................................. 19
2.3 Norma Subjektif ....................................................................................... 19
2.3.1 Definisi Norma Subjektif ............................................................... 19
2.3.2 Komponen-komponen Norma Subjektif ........................................ 20
2.3.3 Pengukuran Norma Subjektif ......................................................... 21
2.4 Perceived Behavioral Control.................................................................. 21
2.4.1 Definisi Perceived Behavioral Control .......................................... 21
2.4.2 Komponen-komponen Perceived Behavioral Control .................. 22
-
xi
2.4.3 Pengukuran Perceived Behavioral Control ................................... 22
2.5 Peer Pressure
2.5.1 Definisi Peer Pressure ................................................................... 23
2.5.2 Komponen-komponen Peer Pressure ............................................ 23
2.5.3 Pengukuran Peer Pressure ............................................................. 24
2.6 Moral Obligation
2.6.1 Definisi Moral Obligation.............................................................. 24
2.6.2 Pengukuran Moral Obligation ....................................................... 25
2.7 Kerangka Berpikir .................................................................................... 25
2.8 Hipotesis Penelitian .................................................................................. 28
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................ 29-44
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................................ 29
3.1.1 Populasi .......................................................................................... 29
3.1.2 Sampel ............................................................................................ 29
3.1.3 Teknik Pengambilan Sampel ......................................................... 29
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .......................................... 29
3.3 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 31
3.4 Uji Validitas Konstruk ............................................................................. 34
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Intensi ....................................................... 36
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Sikap ......................................................... 37
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Norma Subjektif ....................................... 38
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Perceived Behavioral Control .................. 39
3.4.5 Uji Validitas Konstruk Peer Pressure ........................................... 40
3.4.6 Uji Validitas Kontstruk Moral Obligation ..................................... 41
3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................ 41
3.6 Metode Analisis Dara ............................................................................... 42
BAB 4 HASIL PENELITIAN ..................................................................... 45-55
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ........................................................ 45
4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian .................................................... 45
4.3 Uji Hipotesis Penelitian............................................................................ 48
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ..................................... 56-60
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 56
5.2 Diskusi ..................................................................................................... 56
5.3 Saran ......................................................................................................... 58
5.3.1 Saran Metodologis ......................................................................... 58
5.3.2 Saran Praktis .................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 61
LAMPIRAN .................................................................................................. 65
-
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blueprint Skala Intensi Ketidakjujuran Akademik ............................ 31
Tabel 3.2 Blueprint Skala Sikap......................................................................... 32
Tabel 3.3 Blueprint Skala Norma Subjektif ....................................................... 32
Tabel 3.4 Blueprint Skala Perceived Behavioral Control ................................. 33
Tabel 3.5 Blueprint Skala Peer Pressure ........................................................... 33
Tabel 3.6 Blueprint Skala Moral Obligation ..................................................... 33
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Intensi Ketidakjujuran Akademik ..................... 37
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Sikap.................................................................. 37
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Norma Subjektif ................................................ 38
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Perceived Behavioral Control .......................... 39
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Peer Pressure .................................................... 40
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Moral Obligation .............................................. 41
Tabel 4.1 Gambaran umum subjek Penelitian ................................................... 45
Tabel 4.2 Statistik Deskripsi Variabel Peneleitian ............................................. 46
Tabel 4.3 Kategorisasi Skor ............................................................................... 47
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ................................................................ 47
Tabel 4.5 Model Summery Analisis Regresi ...................................................... 49
Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV ................................. 49
Tabel 4.7 Koefisien Regresi ............................................................................... 50
Tabel 4.8 Proporsi Varian IV terhadap DV ....................................................... 54
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian ................................................ 27
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ................................................................. 65
Lampiran 2 Syntax MPLUS 7.0 .................................................................. 69
Lampiran 3 Output Deskriptif dan Regresi SPSS 25 .................................. 75
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu investasi terbesar bagi suatu negara, dari
pendidikan lahir generasi-generasi muda yang akan menjadi teladan bangsa.
Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan individu yang berkualitas pula, hal
ini tentu memiliki pengaruh bagi bangsa tersebut. Secara umum, pendidikan formal
menurut Bandura (dalam Woolfolk, 2014) bertujuan untuk membekali siswa
dengan intelektual, kepercayaan diri, serta kemampuan untuk mendidik diri sendiri
sepanjang hidup mereka. Ada pun di Indonesia, tujuan pendidikan telah diatur
secara legal dalam Undang-undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 halaman 6 yang berbunyi:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokrasi serta bertanggung jawab”.
Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat hal-hal yang tidak selaras
dengan tujuan pendidikan, salah satunya adalah perilaku ketidakjujuran dalam
lingkup akademik. Ketidakjujuran akademik atau kecurangan akademik merupakan
perilaku tidak jujur yang disengaja dalam rangka memenuhi atau mengerjakan
tugas akademik (Gitanjali, 2004). Hal ini menurut Iyer dan Eastman (2008)
meliputi perilaku menyontek, bantuan dari luar, plagiarisme, dan menggunakan
elektronik pada saat tes. Setiap institusi khususnya perguruan tinggi memiliki
-
2
regulasi sendiri bagi mahasiwa yang terduga melakukan ketidakjujuran akademik,
dalam bentuk peringatan, teguran, gagal pada subjek pelajaran yang terbukti
melakukan ketidakjujuran akademik, penangguhan studi untuk sementara waktu,
denda (monetary fine), dan bahkan dikeluarkan dari institusi (Smith, 2008).
Di Indonesia, sanksi terhadap pelaku ketidakjujuran akademik telah diatur
di dalam Pasal 70 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyatakan bahwa penjiplakan karya orang lain oleh lulusan untuk mendapatkan
gelar akademik, profesi, atau vokasi akan dipidana dengan pidana penjara maksimal
dua tahun dan/atau membayar denda paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta
rupiah). Meskipun telah diberlakukan kebijakan oleh negara dan di masing-masing
institusi mengenai sanksi dari tindak ketidakjujuran akademik, tidak sedikit kasus
ketidakjujuran akademik masih terjadi pada setiap tingkat pendidikan.
Di Indonesia, ketidakjujuran akademik telah terjadi sejak tingkat kelas 6
Sekolah Dasar pada level moderat (Fredrika & Prasetyawati, 2008). Pada tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP) berdasarkan penelitian Kusumastuti (2015)
terhadap siswa menunjukkan bahwa pada situasi mengerjakan tugas, perilaku jujur
siswa (39,8%) lebih rendah daripada perilaku tidak jujur (57%). Bentuk perilaku
tidak jujur yang muncul antara lain bertindak curang, tidak mengerjakan tugas, dan
memanipulasi informasi (Kusumastuti, 2015).
Tidak hanya di Indonesia, ketidakjujuran akademik terjadi pula di Amerika.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh The Josephson Institute Center for
Youth Ethics terhadap 43.000 siswa sekolah negeri dan swasta menunjukkan
-
3
sebesar 59% siswa mengaku pernah menyontek saat ujian, dan satu dari tiga siswa
menyalin materi dari internet untuk memenuhi tugasnya (Plagiarism.org, 2017).
Lembaga Center for Academic Integrity menyatakan terdapat 85% siswa
melaporkan bahwa pernah melakukan ketidakjujuran akademik satu kali atau lebih
setiap tahunnya (Geddes, 2011). Survei lain mengenai kecurangan akademik,
sebuah sekolah di pantai barat Amerika Serikat menemukan bahwa 89% pelajar
mengaku melakukan kecurangan akademik (Jensen, Arnett, Feldman, & Cauffman,
2002).
Jika pelajar terbiasa melakukan kecurangan terus-menerus, bisa jadi ada
pengaruh budaya yang membiasakan perilaku ini. Bentuk kecurangan tersebut di
antaranya adalah cheating, plagiat, berbohong dan bermacam ketidakadilan untuk
mendapat keuntungan (Wideman, 2008). Menyontek adalah hal yang biasa terjadi
di dunia pendidikan. Hal ini dapat merusak fungsi data asesmen baik sebagai
indikator guru dalam memberikan umpan balik, maupun sebagai indikator
pencapaian pelajar (Anderman & Murdock, 2007). Para pelajar berpikir, apabila
yang lain bisa menyontek, maka mereka pun juga bisa melakukan hal tersebut
(McCabe, 1999).
Karassavidou dan Glaveli (2006) menemukan bahwa ketidakjujuran
akademik siswa berhubungan positif dengan perilaku bisnis tidak etis pada ranah
pekerjaan. Pelajar yang terlibat atau menyaksikan kecurangan dan ketidakjujuran
akademik dalam sistem pendidikan akan meninggalkan sekolah dengan kebiasaan
yang buruk dan etika dasar yang dipertanyakan (Teodorescu & Andrei, 2009).
file:///D:/2.%20SEMPROP/Semprop%20Alia/Jurnal%20Baru/It’s%20Wrong,%20But%20Everybody%20Does%20It%20jensen2002.pdffile:///D:/2.%20SEMPROP/Semprop%20Alia/Jurnal%20Baru/TD.2.12_Wideman_Academic_Dishonesty_in_Postsecondary_Education.pdffile:///D:/2.%20SEMPROP/Semprop%20Alia/Jurnal%20Baru/anderman2007.pdffile:///D:/2.%20SEMPROP/Jurnal/ACADEMIC%20DISHONESTY-%20journal/AD-1990-2000/academic%20dishonesty%20(McCabe).pdffile:///D:/2.%20SEMPROP/Semprop%20Alia/Jurnal%20Baru/karassavidou2006.pdffile:///D:/2.%20SEMPROP/Semprop%20Alia/Jurnal%20Baru/teodorescu2008.pdf
-
4
Swift dan Nonis (2001) mengemukakan bahwa mahasiswa yang menyontek
pada saat kuliah akan cenderung berbuat kecurangan pada saat bekerja. Hal ini
disebabkan oleh individu yang melihat ketidakjujuran akademik perilaku yang
normatif, yaitu ketika orang lain melakukan kecurangan (menyontek) maka
individu juga akan melakukannya, sehingga perilaku berdampak memengaruhi dan
memperluas perilaku ketidakjujuran akademik kepada individu lain di kelas.
Penelitian sebelumnya, sikap merupakan salah satu faktor yang
memengaruhi ketidakjujuran akademik, sikap adalah kecenderungan untuk
memberikan penilaian positif atau negatif terhadap objek sikap (Ajzen, 2005;
Oskamp & Schultz, 2005) dalam penelitian ini objek sikap yang dimaksud adalah
ketidakjujuran akademik. Sikap individu terhadap objek sikap dapat memengaruhi
perilaku individu terhadap objek tersebut.
Individu yang memiliki sikap positif terhadap ketidakjujuran akademik
memiliki kecenderungan berbuat curang dalam kegiatan akademik, hal ini
dikarenakan individu tersebut memandang bahwa berperilaku tidak jujur adalah
perilaku yang normal (neutralizatition) dan dapat diterima lingkungan, sebaliknya
pada individu yang memiliki sikap negatif terhadap ketidakjujuran akademik akan
cenderung menghindar dari perilaku tersebut (Jurdi, Hage, & Chow, 2011).
McCabe et al. (1995) serta Kam, Hue dan Cheung (2018) mengemukakan
bahwa norma subjektif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh secara
signifikan terhadap intensi ketidakjujuran akademik, siswa yang menganggap
perilaku menyontek merupakan hal yang umum dilakukan oleh teman sebaya
cenderung melakukan tindak ketidakjujuran akademik meskipun ada kebijakan
-
5
yang melarangnya. Stone, Kisamore dan Jawahar (2007) mengemukakan perceived
behavioral control berpengaruh secara signifikan terhadap intensi ketidakjujuran
akademik, siswa yang memiliki adanya kontrol yang yang memfasilitasi perilaku
ketidakjujuran akademik akan cenderung melakukan ketidakjujuran akademik.
Menurut Koss (2011) kecenderungan pelajar menyontek karena pengaruh
teman dapat disebabkan karena pelajar yang berada pada masa remaja selalu
membandingkan hasil belajar dan nilai sekolah mereka dengan hasil belajar dan nilai
sekolah saudara-saudara dan teman-teman mereka, membuat mereka dihantui oleh
ketakutan akan kegagalan. Dalam keadaan seperti ini tindakan ketidakjujuran
akademik dianggap sebagai sebuah pilihan yang perlu dilakukan Adanya kecemasan
terhadap kegalalan dan adanya keinginan yang kuat untuk mendapatkan nilai yang baik
untuk mencapai prestasi yang mereka harapkan. sehingga pengaruh peer menjadi
sangat penting dalam meneliti intensi seorang siswa untuk melakukan tindak
ketidakjujuran akademik.
Dalam penelitian Kam, et al. (2018) intensi ketidakjujuran akademik juga
dipengaruhi secara signifikan oleh ketiga komponen theory of planned ditambah
dengan variabel moral obligation yang merupakan variabel tambahan dalam
komponen TPB saat mengukur intensi. Ketika siswa menganggap memiliki
kewajiban untuk menolak perilaku ketidakjujuran akademik, siswa cenderung
untuk tidak melakukan tindak ketidakjujuran akademik.
Variabel Demografis juga berpengaruh terhadap intensi ketidakjujuran
akademik diantaranya yaitu jenis kelamin dan tingkat kelas (grade level) ditemukan
bahwa laki-laki memiliki kecenderungan menyontek yang lebih tinggi daripada
perempuan (Franklyn-Stokes & Newstead, 1995; Anderman & Midgley, 2004;
-
6
Murdock & Anderman, 2007). Sedangkan Jacobson, Berger, dan Millhan (dalam
Miller, Murdock, Anderman, & Poindexter, 2007) yang menemukan bahwa tingkat
perilaku menyontek perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Selain jenis kelamin,
tingkat kelas atau pendidikan (grade level), Sebuah studi longitudinal oleh
Anderman dan Midgley (2004) menemukan bahwa perilaku menyontek meningkat
selama masa transisi dari tingkat middle school ke high school
Berdasarkan fenomena dan dampak yang telah peneliti jabarkan di atas,
bahwa ketidakjujuran akademik merupakan suatu masalah yang sangat penting
untuk ditindaklanjuti guna mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Langkah
pertama yang dapat dilakukan untuk menanggulangi ketidakjujuran akademik,
yaitu dengan mengukur intensi ketidakjujuran akademik pada siswa. Pengukuran
ini dilakukan untuk mengukur tingkat tinggi rendahnya individu melakukan
ketidakjujuran akademik dan sebagai dasar landasan pengukuran variabel-variabel
apa saja yang menyebabkan terjadinya ketidakjujuran akademik, maka diperlukan
instrumen yang bersifat unidimensional (hanya mengukur satu faktor saja).
Dalam menentukan sampel penelitian, didasarkan oleh pengamatan dan
penelitian melalui media massa yang dilakukan peneliti dikalangan Siswa SMA.
Tidak sedikit siswa SMA yang melakukan kecurangan pada saat ujian berlangsung,
bahkan tidak sedikit yang melakukan kecurangan tersebut secara berkelompok,
melakukan plagiasi, serta menyontek dengan media elektronik seperti handphone.
Maka dari itu sampel penelitian ini diharapkan dapat merepresentasikan populasi
dalam hal ketidakjujurn akademik.
-
7
Oleh sebab itu, peneliti mengajukan judul penelitian “Pengaruh Sikap,
Norma Subjektif, Perceived Behavior Control, Peer Pressure, Moral Obligation
dan Faktor Demografis terhadap Intensi Ketidakjujuran Akademik”.
1.2 Batasan dan Rumusan Masalah
1.2.1 Batasan Masalah
Agar Pembahasan ini lebih terarah maka penelitian ini dibatasi untuk meneliti
“Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavior Control, Peer
Pressure, Moral Obligation dan Faktor Demografis terhadap Intensi
Ketidakjujuran Akademik” yang didefinisikan sebagai berikut;
1. Intensi Ketidakjujuran akademik dalam penelitian adalah suatu niat dari individu
untuk melakukan tingkah laku tertentu, dalam hal ini adalah perilaku
ketidakjujuran akademik (Fishbein dan Ajzen, 1975).
2. Sikap adalah penilaian positif atau negatif seseorang Intensi ketidakjujuran
akademik yang mendasari pertimbangan untuk melakukan hal tersebut (Ajzen,
2005)
3. Norma subjektif adalah kepercayaan seseorang mengenai pandangan orang lain
terhadap baik atau buruknya perilaku dan keinginan untuk mematuhi pandangan
(Ajzen, 2005).
4. Perceived behavioral control adalah persepsi mengenai keyakinan tentang ada
atau tidak adanya faktor-faktor yang memfasilitasi kinerja perilaku (Ajzen,
2005)
5. Peer Pressure suatu perasaan dorongan atau tekanan dari teman sebaya dalam
mengajak untuk melakukan aktivitas yang sama dengan yang mengajaknya dan
-
8
melakukannya karena harapan dari orang lain (Santor, Messervey, dan Kumakar,
2000)
6. Moral Obligation perasaan individu mengenai kewajiban untuk terlibat atau
menolak melakukan perilaku tertentu (Ajzen, 1991)
7. Faktor Demografis dalam penlitian ini jenis Kelamin digunakan sebagai faktor
demografis (Perempuan dan Laki-laki) dan Tingkat Kelas
8. Subjek penelitian ini adalah Siswa SMA yang tediri atas Kelas X, XI, XII
1.2.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah;
“Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavior Control, Peer Pressure,
Moral Obligation dan Faktor Demografis terhadap Intensi Ketidakjujuran
Akademik”
Sedangkan perumusan masalah yang akan diteliti lebih rinci adalah;
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan Sikap terhadap Intensi Ketidakjujuran
Akademik?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan Norma Subjektif terhadap Intensi
Ketidakjujuran Akademik?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan Perceived Behavior Control terhadap
Intensi Ketidakjujuran Akademik?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan Peer Pressure terhadap Intensi Intensi
Ketidakjujuran Akademik?
5. Apakah ada pengaruh yang signifikan Moral Obligation terhadap Intensi
Ketidakjujuran Akademik?
-
9
6. Apakah ada pengaruh yang signifikan Perbedaan Jenis Kelamin terhadap
Ketidakjujuran Akademik?
7. Apakah ada Pengaruh yang signifikan Perbedaan Tingkat Kelas terhadap
Ketidakjujuran Akademik?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu membuktikan Pengaruh Sikap, Norma Subjektif,
Perceived Behavior Control, Peer Pressure, Moral Obligation dan Faktor
Demografis terhadap Intensi Ketidakjujuran Akademik.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.3.2.1 Manfaat Tertulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terhadap ilmu dan
pengembangan pendidikan, khususnya mengenai pengaruh Pengaruh Sikap, Norma
Subjektif, Perceived Behavior Control, Peer Pressure, Moral Obligation dan
Faktor Demografis terhadap Intensi Ketidakjujuran Akademik. Selain itu
diharapkan juga dapat memperkaya hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya dan menjadi bahan masukan untuk penelitian selanjutnya.
1.3.2.2 Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah, para pendidik, peneliti
dan masyarakat
1. Bagi pemerintah, penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dalam
penyusunan kebijakan yang berkaitan dengan ketidakjujuran akademik
-
10
2. Bagi dunia pendidikan, Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi pihak Sekolah maupun Instansi Pendidikan lainnya mengenai ada
tidaknya pengaruh Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavior
Control, Peer Pressure, Moral Obligation dan Faktor Demografis terhadap
Intensi Ketidakjujuran Akademik terhadap Intensi Ketidakjujuran Akademik.
Sehingga dapat mengatasi masalah yang berkaitan dengan Ketidakjujuran
Akademik.
3. Bagi para peneliti, penelitian ini bermanfaat memberikan berbagai informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian lebih lanjut mengenai ketidakjujuran
akademik.
4. Bagi masyarakat luas, penelitian ini bermanfaat memberikan informasi mengenai
perilaku tidak etis yang sangat mungkin juga dilakukan oleh anak anak mereka
disekolah. Dengan demikian orang tua dapat meningkatkan peran mereka dalam
mendidik anak-anak mereka agar tidak turut menjadi pelaku tindak
ketidakjujuran akademik.
-
11
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Intensi Ketidakjujuran Akademik
2.1.1 Definisi Intensi Ketidakjujuran Akademik
Banyak ahli yang mendefinisikan intensi, diantaranya Fishbein & Ajzen (1975 hal.
12) yang mendefinisikan intensi sebagai berikut:
“Person’s location on subjective probability dimension involving a relation
between himself and some action. A behavioral intension, therefore refers
to a person’s subjective probability that he will perform the behavior.”
Intensi merupakan posisi seseorang dalam dimensi probabilitas yang
melibatkan suatu hubungan antara dirinya dengan tingkah laku. Sebuah intensi
berperilaku, oleh karena itu, merujuk pada probabilitas subyektif seseorang yang
akan membentuk suatu perilaku (Fishbein dan Ajzen, 1975)
Sedangkan menurut Ajzen (2005) intensi diartikan sebagai kecenderungan
tingkah laku, yang hingga terdapat waktu dan kesempatan yang tepat akan
diwujudkan dalam bentuk tindakan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
intensi adalah suatu niat dari individu untuk melakukan tingkah laku tertentu.
Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan bahwa intensi berperilaku merupakan
determinan terdekat dengan perilaku yang akan dilakukan seseorang.
Mempelajari intensi sama saja dengan mempelajari kemungkinan seseorang
dalam melakukan perilaku tertentu dan memprediksi apakah seseorang akan
melakukan tindakan tertentu atau tidak, serta seberapa besar kemungkinan
terealisasikan dalam sebuah tindakan nyata. Dapat disimpulkan juga bahwa intensi
-
12
merupakan konstruk dalam diri seseorang yang mengacu pada keinginan untuk
melakukan tingkah laku tertentu.
2.1.2 Teori Intensi Ketidakjujuran Akademik
Awalnya Fishbein dan Ajzen (1975) mengkaji hubungan antara intensi dan perilaku
dengan menggunakan Theory of Reasoned Action (TRA). Berdasarkan teori ini,
suatu tingkah laku ditentukan oleh intensi berperilaku dan tingkah laku ini
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu sikap yang bersifat personal dan norma subyektif
yang merefleksikan pengaruh sosial. Namun setelah dikaji selama beberapa tahun,
Ajzen menemukan bahwa TRA hanya berlaku bagi tingkah laku yang berada di
bawah control penuh individu dan tidak bisa atau tidak sesuai untuk menjelaskan
tingkah laku yang tidak sepenuhnya di bawah control individu. Ajzen berpendapat
bahwa ada faktor yang dapat memfasilitasi atau menghambat realisasi intensi ke
dalam tingkah laku.
Dari analisis itulah kemudian Ajzen memberikan teori penyempurna dari
Theory of Reasoned Action yaitu Theory of Planned Behavior (TPB). Ajzen
mengajukan TPB sebagai alat prediktor perilaku ketika individu tidak memiliki
kontrol kemauan sendiri secara penuh. Dengan demikian, TPB memperhitungkan
bahwa tidak semua perilaku berada di bawah kontrol kemauan individu itu sendiri
dan bahwa perilaku berada di sepanjang kontinum yang meregang dari titik kontrol
penuh sampai tidak ada kontrol sama sekali. Individu dikatakan memiliki kontrol
penuh ketika tidak ada halangan jenis apapun dalam mengadopsi suatu perilaku
yang kurang memiliki kesempatan, seperti sumber daya atau keahlian yang
memadai (Fishbein dan Ajzen, 1975)
-
13
Perbedaan antara TRA dengan TPB terletak pada penambahan determinan
ketiga dari behavioral intention yaitu perceived behavior control (PBC). Intensi
individual untuk membentuk suatu perilaku terhadap suatu objek merupakan suatu
kombinasi sikap, norma subyektif dan persepsi kontrol perilakunya. Sikap
individual terhadap perilaku termasuk keyakinan perilaku (behavioral belief) dan
evaluasi terhadap konsekuensinya (evaluation of consequences). Sikap di sini
merupakan keyakian positif atau negatif tentang melakukan suatu perilaku tertentu.
Di lain pihak, individu akan bermaksud melakukan suatu perilaku ketika individu
mengevaluasinya sebagai hal yang positif. Oleh karena itu, sikap ditentukan oleh
bobot keyakinan individual tentang konsekuensi melakukan perilaku (keyakinan
perilaku) serta oleh evaluasinya terhadap konsekuensi itu (evaluasi hasil atau
akibat) (Fishbein dan Ajzen, 1975)
Ketidakjujuran akademik adalah perilaku yang menggunakan cara-cara
tidak sah untuk mendapatkan keberhasilan akademik atau menghindari kegagalan
akademik Bowers (dalam Fredrika & Prasetyawati, 2008). Perilaku ini juga
merupakan pelanggaran serius pada perguruan tinggi karena menghancurkan
kepercayaan dan kejujuran antara anggota komunitas dan menipu orang-orang yang
terlanjur mengakui keilmuan dan integritasnya (Pavela, 1997). Gitanjali (2004)
mengungkapakan bahwa ketidakjujuran akademik sebagai perilaku menyontek
yang disengaja dalam rangka memenuhi atau mengerjakan tugas akademik.
The University of Sydney, (2017) mendefinisikan secara singkat mengenai
ketidakjujuran akademik yang merupakan berbagai macam perilaku tidak jujur atau
tidak adil untuk mendapatkan keuntungan dalam bidang akademik. Koss (2011)
-
14
mendefinisikan bahwa ketidakjujuran akademik sebagai tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh seorang siswa berupa: meminjam tugas siswa lain kemudian
menjiplaknya, mencontek ketika ujian, atau menggunakan tugas dan/atau hasil
ujian dari semester sebelumnya, juga termasuk perilaku menulis contekan pada
bagian-bagian tubuhnya, pakaian, meja, atau kertas dengan maksud untuk
mendapatkan nilai yang tinggi ketika menghadapi ujian.
Iyer dan Eastman (2008) ketidakjujuran akademik secara lebih spesifik
mengemukakan bahwa ketidakjujuran akademik merupakan konstruk multi-segi
yang memperhitungkan berbagai perilaku tidak etis termasuk kecurangan
(cheating), plagiarisme (plagiarism), bantuan dari luar (outside help), dan
menggunakan elektronik pada saat tes (electronic cheating).
Berdasarkan dari keseluruhan definisi mengenai ketidakjujuran akademik
oleh berbagai peneliti sebelumnya, maka dari itu peneliti menggunakan pengertian
ketidakjujuran akademik Iyer dan Eastman (2008) bahwa ketidakjujuran akademik
merupakan pelanggaran-pelanggaran akademik yang mencakup perilaku
menyontek, plagiarisme, dan bantuan dari luar. Pada electronic cheating dalam
penelitian ini tidak dicantumkan secara eksplisit melainkan merupakan bagian dari
perilaku menyontek yang terdiri dari menyontek secara manual (melihat jawaban
teman, menggunakan catatan kecil, melihat jawaban dari buku) dan menggunakan
bantuan elektronik (handphone).
2.1.3 Dimensi Intensi Ketidakjujuran Akademik
Terdapat perbedaan di antara para ilmuwan dalam memandang ketidakjujuran
akademik. Menurut beberapa tokoh ketidakjujuran akademik merupakan suatu
-
15
konstruk multidimensional (McCabe & Trevino, 1993; Roig & DeTommaso, 1995;
Pavela, 1997; Iyer & Eastman, 2008).
Pavela (1997) mengemukakan terdapat empat dimensi dalam ketidakjujuran
akademik, yaitu :
1. Cheating : Usaha menggunakan alat-alat atau bantuan yang tidak diperbolehkan
dalam melakukan kegiatan akademik secara sengaja
2. Fabrication : Pemalsuan informasi atau kutipan dalam kegiatan akademik
dengan sengaja.
3. Facilitating academic dishonesty : Secara sengaja membantu orang lain untuk
melanggar honor code yang telah ditetapkan.
4. Plagiarism : Menggunakan kalimat atau ide orang lain dan mengakui sebagai
miliknya dalam berbagai kegiatan akademik secara sengaja.
Selanjutnya Geddes (2011) berpendapat bahwa yang termasuk tindak
ketidakjujuran akademik adalah plagiarisme, menggunakan ponsel dan catatan pada
saat ujian, serta menyalin pekerjaan orang lain. McCabe dan Trevino (1993) beserta
Roig dan DeTommaso (1995) membagi menjadi dua, yaitu plagiarisme
(plagiarism) dalam tugas yang tertulis dan menyontek (cheating) pada saat tes.
Pendapat lain, yakni Iyer dan Eastman (2008) memaparkan bentuk-bentuk
ketidakjujuran akademik adalah sebagai berikut:
1. Menyontek (cheating)
Melihat jawaban siswa lain dan menggunakan catatan kecil atau buku pada saat
ujian berlangsung.
2. Plagiarisme (plagiarism)
-
16
Menjiplak tulisan siswa lain dalam pemenuhan tugas.
3. Mencari bantuan dari luar (outside help)
Meminta bantuan dari pihak lain secara tidak wajar untuk kepentingan akademik
pribadi. Seperti menanyakan materi ujian kepada siswa yang erlebih dahulu
mengikuti ujian, bekerja sama dalam tugas individu, dan menemui guru atau
dosen untuk memengaruhi nilai.
Dari berbagai dimensi mengenai ketidakjujuran akademik berdasarkan
penelitian-penelitian terdahulu, dalam penelitian ini peneliti hanya mengukur satu
dimensi saja (unidimensional), yaitu ketidakjujuran akademik yang mencakup
perilaku menyontek, plagiasi, dan meminta bantuan orang lain.
2.1.3 Faktor-faktor yang memengaruhi Intensi ketidakjujuran akademik
2.1.3.1 Faktor Psikologis
Menurut theory of planned behavior yang dikemukakan oleh Ajzen (2005) bahwa
faktor penentu utama dari intensi dan perilaku yaitu Sikap, Norma Subjektif dan
Perceived Behavioral Control. Nkhungulu dan Deda (2013), Stone et al.(2007),
dan Kam et al. (2018) telah menggunakan theory of planned behavior dalam
memprediksi intensi perilaku Ketidakjujuran Akademik.
2.1.3.2 Faktor Peer Pressure
Selain itu Peer Pressure dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan perilaku
ketidakjujuran akademik. Dalam penelitian peer’s cheating behavior juga memiliki
korelasi yang signifikan dengan terjadinya intensi perilaku ketidakjujuran
akademik (Jurdi, Hage & Chow, 2011)
-
17
2.1.3.3 Faktor Demografis
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah hal yang paling sering ditemukan sebagai faktor signifikan
prediktor ketidakjujuran akademik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-
laki lebih cenderung melakukan kecurangan dibandingkan perempuan (Jurdi et al.,
2011; Miller et al., 2007; McCabe & Trevino, 1993)
2. Tingkat Kelas
Tingkat kelas atau pendidikan (grade level), Sebuah studi longitudinal oleh
Anderman dan Midgley (2004) menemukan bahwa perilaku menyontek meningkat
selama masa transisi dari tingkat middle school ke high school.
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi Intensi ketidakjujuran akademik
yang dipaparkan di atas, peneliti berfokus pada beberapa faktor yang memiliki
sumbangan cukup besar dalam mempengaruhi Intensi. Faktor tersebut adalah
Sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, peer pressure, moral
obligation, jenis kelamin dan tingkat kelas.
2.1.4 Alat Ukur Intensi Ketidakjujuran Akademik
Pengukuran Intensi Ketidakjujuran Akademik dalam penelitian skripsi ini, penulis
menggunakan pengukuran yang dikembangkan oleh Stone, et al. (2007) yang terdiri
dari 8 item. Contoh item kuesioner “Saya berniat untuk menyalin pekerjaan orang
lain sebagai pekerjaan saya sendiri”
-
18
2.2 Sikap
2.2.1 Definisi Sikap
Allport mendefiniskan mengenai sikap ialah kesiapan seseorang untuk merespon.
Yang artinya sikap bukanlah perilaku, dan bukan juga sesuatu yang dilakukan oleh
seseorang melainkan sumber yang melahirkan perilaku, sikap merupakan sebuah
kecenderungan untuk merespon sesuatu dengan sebuah cara tertentu terhadap objek
yang disikapi. Istilah objek tersebut ialah attitude object yang digunakan untuk
menunjukan hal-hal, orang, tempat, gagasan, tindakan atau situasi, baik tunggal
ataupun jamak. Sikap bersifat tetap, alamiah dan karakter yang bersifat evaluatif,
terbentuk karena pengalaman, yang memberikan arah terhadap pengaruh yang
dinamis pada setiap individu sehingga mampu merespon semua hal dan keadaan
yang berhubungan dengannya (Oskamp dan Schultz 2005).
Selanjutnya, Fishbein dan Ajzen (1975), pengertian sikap berdasarkan
penekanan pada pembelajaran sebagai kecenderungan yang dipelajari untuk
merespon suatu secara favourable atau unfavorable dengan konsisten. Definisi
sikap juga dijelaskan secara rinci oleh Ajzen (2005) bahwa sikap adalah disposisi
untuk merespon secara favorable atau unfavorable terhadap suatu objek, orang,
institusi, atau peristiwa yang terdiri dari tiga dimensi. Pertama kognitif, yaitu
persepsi individu terhadap objek sikap, dimana dimensi konatif yaitu
kecenderungan perilaku individu atau tindakan terhadap objek sikap.
Menurut Baron dan Byne (2003) bahwa sikap sering kali ambivalen.
Ambivalesn sikap yang merujuk pada fakta bahwa evaluasi individu terhadap
-
19
objek, isu, orang atau kejadian tidak selalu secara positif atau negative, evaluasi ini
sering kali tercampur, terdiri dari dua reaksi, baik positif maupun negatif.
Berdasarkan keseluruhan teori diatas peneliti menyimpulkan bahwa sikap
merupakan kecenderungan untuk merespon secara positif atau negative terhadap
suatu objek sikap. Adapun objek sikap dalam penelitian ini ialah ketidakjujuran
akademik, sehingga defenisi sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kecenderungan individu dalam merespon secara positif atau negatif terhadap
ketidakjujuran akademik.
2.2.2 Komponen-komponen sikap
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), terdapat tiga komponen dalam sikap yaitu;
1. Kognitif, yaitu mencerminkan persepsi dan pemikiran mengenai objek sikap.
2. Afek yaitu suatu persaan atau evaluasi terhadap objek, meliputi perasaan dan
evaluasi (sikap)
3. Konasi, yaitu intensi berperilaku yang ditampilkan terhadap objek sikap
2.2.3 Alat ukur sikap
Pengukuran sikap dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan pengukuran
yang dikembangkan oleh Stone, et al. (2007) yang terdiri dari 5 item. Contoh item
kuesioner “Menyontek adalah perilaku yang salah”
2.3 Norma Subjektif
2.3.1 Definisi Norma Subjektif
Norma subyektif merupakan penentu kedua dari intensi dalam theory of planned
behavior. Menurut Ajzen (2005) norma subjektif adalah keyakinan seseorang
bahwa individu atau kelompok tertentu menyetujui atau menolak menampilkan
-
20
suatu perilaku; atau bahwa acuan sosial sendiri terlibat atau tidak terlibat di
dalamnya. Norma subjektif juga diartikan sebagai kepercayaan seseorang mengenai
pandangan orang lain terhadap baik atau buruknya perilaku dan keinginan untuk
mematuhi pandangan tersebut.
Bagi banyak perilaku, referen penting termasuk orang tua, pasangan, teman
dekat, rekan kerja, dan, tergantung pada perilaku yang terlibat. Conner dan
Armitage (1999) menyatakan bahwa norma subjektif terdiri dari keyakinan
seseorang tentang apakah significant other berpikir dia harus terlibat dalam suatu
perilaku. Significant other di sini adalah individu yang memiliki preferensi tentang
perilaku seseorang yang dalam hal ini penting untuk individu. Norma subyektif
diasumsikan menilai tekanan sosial pada individu untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu perilaku tertentu.
Berdasarkan definisi berbagai ahli, peneliti menggunakan definisi yang
dikemukakan oleh Ajzen (2005) yaitu kepercayaan seseorang mengenai pandangan
orang lain terhadap baik atau buruknya perilaku dan keinginan untuk mematuhi
pandangan tersebut.
2.3.2 Komponen-komponen Norma Subjektif
Ajzen (2005) mengasumsikan bahwa terdapat dua komponen yang terlibat di
dalam norma subjektif, yaitu:
1. Normative beliefs, yakni keyakinan seseorang untuk menampilkan suatu
perilaku berdasarkan apa yang orang lain pikirkan.
2. Motivation to comply, motivasi seseorang untuk memenuhi harapan orang lain
dengan tujuan untuk menyenangkan orang lain.
-
21
2.3.3 Pengukuran Norma Subjektif
Pengukuran Norma Subjektif dalam penelitian skripsi ini, dalam penelitian skripsi
ini, penulis menggunakan pengukuran yang dikembangkan oleh Stone, et al. (2007)
yang terdiri dari 6 item. Contoh item kuesioner “Teman-teman saya menyontek saat
ujian”
2.4 Perceived Behavioral Control
2.4.1 Definisi Perceived Behavioral Control
Ajzen (2005) menyatakan mengenai perceived behavioral control, yang juga
diasumsikan sebagai function of beliefs, yaitu keyakinan tentang ada atau tidak
adanya faktor-faktor yang memfasilitasi atau menghambat kinerja perilaku.
Keyakinan ini mungkin sebagian didasarkan pada pengalaman masa lalu dengan
perilaku, tetapi mereka biasanya juga akan dipengaruhi oleh informasi kedua
tentang perilaku, dengan memperhatikan pengalaman kenalan dan teman-teman,
dan faktor-faktor lain yang meningkatkan atau mengurangi kesulitan yang
dirasakan untuk memunculkan perilaku yang bersangkutan. PBC adalah persepsi
individu dari sejauh mana kinerja perilaku mudah atau sulit.
Feldman (1995) mendefinisikan perceived behavioral control is the
perceived ease or difficulty of carrying out the behavior, based on prior experience
and anticipated barriers to preform it. Feldman menjelaskan perceived behavioral
control (PBC) mungkin menjadi manifestasi sebuah ide bahwa perilaku bisa
menjadi sulit untuk dilakukan dan banyak hambatan untuk menjadi perilaku
tersebut. Pada theory of reasoned action tidak terdapat PBC, kemudian
dikembangkan dan memasukkan PBC sebagai salah satu komponen di dalam theory
-
22
of planned behavior. Alasan dibalik penambahan PBC ini adalah bahwa hal ini akan
memungkinkan untuk memprediksi perilaku yang tidak di bawah kendali kehendak
yang lengkap. PBC memberikan informasi tentang potensi kendala pada tindakan
seperti yang dialami oleh individu, dan digunakan untuk menjelaskan mengapa
intensi tidak selalu memprediksi perilaku. Ajzen (2005) berpendapat bahwa
besarnya hubungan PBC tergantung pada jenis perilaku dan sifat dari situasi.
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli, peneliti
memilih untuk menggunakan definisi menurut Ajzen (2005) yaitu keyakinan
tentang ada atau tidak adanya faktor-faktor yang memfasilitasi atau menghambat
kinerja perilaku.
2.4.2 Komponen-komponen Perceived behavioral control
Ajzen (2005) mengemukakan dua komponen di dalam perceived behavioral
control, yaitu:
1. Control beliefs, keyakinan seseorang ada atau tidaknya kapasitas untuk
menampilkan suatu perilaku.
2. Power of factor, yakni kekuatan dari setiap faktor yang menghambat atau
mendukung suatu perilaku.
2.4.2 Alat Ukur perceived behavioral control
Pengukuran Perceived Behavioral Control dalam penelitian skripsi ini, penulis
menggunakan pengukuran yang dikembangkan oleh Stone, et al. (2007) yang terdiri
dari 5 item. Contoh item kuesioner “Saya memberikan contekan hanya untuk
membantu teman”
-
23
2.5 Peer Pressure
2.5.1 Definisi Peer Pressure
Peer Pressure adalah suatu perasaan yang dipengaruhi oleh dorongan atau tekanan
dari teman sebaya untuk melakukan suatu aktivitas yang tidak diinginkan dan
diharapkan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menyesuaikan diri bersama
kelompok sosial dimana mereka ingin diterima (Lotar & Kamenov, 2013),
sedangkan Menurut Santor, Messervey dan Kusumakar (2000) Peer Pressure
merupakan suatu perasaan dorongan atau tekanan dari teman sebaya dalam
mengajak untuk melakukan aktivitas yang sama dengan yang mengajaknya dan
melakukannya karena harapan dari orang lain.
Menurut Brown, Lohr dan Mclenahan (1986) peer pressure merupakan
dorongan/tekanan dari teman sebaya untuk melakukan aktivitas/kegiatan yang
sama, sedangkan berdasarkan teori perkembangan menurut Santrock (2009) Peer
Pressure adalah tekanan sosial dari sebuah kelompok, yang mengharuskan
seseorang untuk bertindak dan berpikiran dengan cara tertentu, agar dapat diterima
oleh kelompok tersebut.Adapun tekanan tersebut rentan terjadi pada masa remaja.
Dari beberapa definisi tentang peer pressure diatas peneliti menggunakan
definisi menurut Santor, Messervey dan Kusumakar (2000) Peer Pressure suatu
perasaan dorongan atau tekanan dari teman sebaya dalam mengajak untuk
melakukan aktivitas yang sama dengan yang mengajaknya dan melakukannya
karena harapan dari orang lain
2.5.2 Komponen-komponen peer pressure
Ada 2 beberapa bentuk peer pressure yaitu, (Prabhakar, 2012)
-
24
1. Peer pressure langsung (Direct Peer pressure)
Peer pressure langsung adalah sebuah tekanan yang mempengaruhi pikiran
individu untuk melakukan suatu hal yang sesuai perintah kelompok/teman sebaya,
yang hal ini juga berperan penting dalam mengubah individu tersebut. Individu
akan melakukan hal sesuai tekanan yang diberikan baik itu untuk melakukan
perilaku negatif maupun positif. Tekanan langsung ini cenderung berlangsung
cukup lama dan memicu munculnya tekanan yang lebih besar.
2. Peer pressure tidak langsung (Indirect peer pressure)
Peer pressure tidak langsung adalah sebuah tekanan yang diberikan tidak dengan
berinteraksi secara langsung, tapi dari beberapa perilaku yang dimunculkan oleh
kelompok, misalnya; dijauhi oleh kelompok karena individu mempunyai perilaku
yang berbeda. Hal inilah yang berdampak pada keputusan individu dalam
melakukan perilaku yang sama dengan kelompok yaitu dari tekanan dijauhi atau
didiskriminasi oleh kelompok.
2.5.3 Pengukuran Peer Pressure
Pengukuran Peer Pressure dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan alat
ukur yang dikembangkan oleh Santor, Messervey dan Kusumakar (2000) yang
terdiri dari 9 item. Contoh item kuesioner “Saya mudah untuk menuruti keinginan
teman”
2.6 Moral Obligation
2.6.1 Definisi Moral Obligation
Beck dan Ajzen (1991) melakukan penelitian dengan mengembangkan model
Theory of planned behavior dengan menambahkan variabel moral obligation
-
25
sebagai salah satu faktor yang memengaruhi unethical behavior. Moral Obligation
didefinisikan sebagai perasaan individu mengenai kewajiban untuk terlibat atau
menolak melakukan perilaku tertentu. Ketika suatu tindakan bertentangan dengan
perasaan moral obligation seseorang, orang tersebut akan memiliki niat yang lebih
rendah untuk berperilaku yang tidak etis.
2.6.2 Pengukuran Moral Obligation
Tiga item Moral Obligation penulis adaptasi dari penelitian Beck dan Ajzen (1991).
2.7 Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini Intensi ketidakjujuran akademik bersifat unidimensional
(hanya mengukur satu faktor) dan merupakan pelanggaran-pelanggaran dalam hal
akademik yang mencakup menyontek dan mendapatkan bantuan dari luar (orang
lain) agar berhasil dalam segi akademik. Untuk mengukur Intensi Ketidakjujuran
akademik dari individu, peneliti menggunakan 8 item Intensi Ketidakjujuran
Akademik yang dikembangkan oleh Stone, et al (2007).
Di dalam penelitian ini, diteorikan bahwa variabel sikap, norma subjektif,
perceived behavioral control, peer pressure, moral obligation, jenis kelamin, dan
tingkat kelas secara langsung mempengaruhi intensi ketidakjujuran akademik.
Sikap individu terhadap objek sikap dapat mempengaruhi perilaku individu
terhadap objek tersebut. Individu yang memiliki sikap positif terhadap
ketidakjujuran akademik memiliki kecenderungan berbuat curang dalam kegiatan
akademik, hal ini dikarenakan individu tersebut memandang bahwa berperilaku
tidak jujur adalah perilaku yang normal (neutralizatition) dan dapat diterima
lingkungan, sebaliknya pada individu yang memiliki sikap negatif terhadap
-
26
ketidakjujuran akademik akan cenderung menghindar dari perilaku tersebut (Jurdi,
Hage dan Chow, 2011).
Faktor yang mempengaruhi intensi dalam memunculkan perilaku
berasarkan theory of planned behavior terdiri atas tiga komponen yaitu sikap,
norma subjektif, perceived behavioral control. dalam penelitian Stone, et al (2007)
ketiga komponen TPB tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap intensi
perilaku ketidakjujuran akademik.
Menurut Koss (2011) kecenderungan pelajar menyontek karena pengaruh
teman dapat disebabkan karena pelajar yang berada pada masa remaja selalu
membandingkan hasil belajar dan nilai sekolah mereka dengan hasil belajar dan nilai
sekolah saudara dan teman, membuat mereka dihantui oleh ketakutan akan kegagalan.
Dalam keadaan seperti ini tindakan ketidakjujuran akademik dianggap sebagai sebuah
pilihan yang perlu dilakukan Adanya kecemasan terhadap kegalalan dan adanya
keinginan yang kuat untuk mendapatkan nilai yang baik untuk mencapai prestasi yang
mereka harapkan. sehingga pengaruh peer menjadi sangat penting dalam meneliti
intensi seorang siswa untuk melakukan tindak ketidakjujuran akademik.
Dalam penelitian Kam, et al. (2018) intensi ketidakjujuran akademik juga
dipengaruhi secara signifikan oleh ketiga komponen TPB ditambah dengan variabel
moral obligation yang merupakan variabel tambahan dalam komponen TPB saat
mengukur intensi unethical behavior. Menurut Jurdi (2011) antara perempuan dan
laki-laki pandangan yang berbeda tentang ketidakjujuran akademik terdapat suatu
proses yang disebut neutralization, yaitu suatu kondisi dimana individu
memandang bahwa ketidakjujuran akademik adalah hal yang wajar (normatif)
memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku tersebut. Neutralization ini
-
27
cenderung terjadi pada perempuan untuk membuat suatu rasionalisasi (Miller,
Murdock, Anderman, & Poindexter, 2007; Jurdi, et al, 2011). Namun di sisi lain,
ternyata laki-laki yang cenderung melakukan ketidakjujuran (McCabe & Trevino,
1993; Anderman & Midgley, 2004; Miller et al.,2007).
Dan tingkat kelas atau pendidikan (grade level), Sebuah studi longitudinal
oleh Anderman dan Midgley (2004) menemukan bahwa perilaku menyontek
meningkat selama masa transisi dari tingkat middle school ke high school. Untuk
lebih lanjut, kerangka berpikir dalam penelitian ini diilustrasikan seperti yang
tertera pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Kerangka berpikir
-
28
2.8 Hipotesis Penelitian
H1 : Ada pengaruh signifikan sikap, norma subjektif, perceived behavioral
control, peer pressure, moral obligation,jenis kelamin dan tingkat kelas terhadap
intensi ketidak jujuran akademik.
H2 : Ada pengaruh signifikan sikap terhadap intensi ketidakjujuran akademik.
H3 : Ada pengaruh signifikan norma subjektif terhadap intensi ketidakjujuran
Akademik.
H4 : Ada pengaruh signifikan perceived behavioral control terhadap intensi
ketidakjujuran akademik.
H5 : Ada pengaruh signifikan peer pressure terhadap intensi ketidakjujuran
akademik.
H6 : Ada pengaruh signifikan moral obligation terhadap intensi ketidakjujuran
akademik.
H7 : Ada pengaruh signifikan jenis kelamin terhadap intensi ketidakjujuran
akademik.
H8 : Ada pengaruh signifikan tingkat kelas terhadap intensi ketidakjujuran
akademik.
-
29
BAB 3
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1 Populasi
Setiap penelitian memerlukan data atau informasi dari sumber. Sumber data dalam
penelitian disebut populasi. Populasi menurut Walpole (2005) adalah keseluruhan
pengamatan yang menjadi perhatian peneliti. Dalam penelitian ini yang dijadikan
populasi adalah siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) se-derajat di Jakarta.
3.1.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Walpole, 2005). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 171 responden yang
merupakan siswa-siswi SMA se-derajat di Jakarta.
3.1.3 Teknik Pengambilan Sampel
Proses pengambilan data dalam melakukan pengambilan sampel penelitian,
peneliti menggunakan teknik non-probability sampling, dimana teknik tersebut
tidak diketahui berapa besarnya peluang yang akan menjadi sampel dalam
penelitian ini (Umar,2012). Jenis non-probability sampling yang digunakan adalah
accidental sampling. Pengambilan sempel dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner penelitian secara online.
3.2 Variabel Penelitian Dan Definisi Opresional Variabel
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari delapan variabel yaitu ketidakjujuran
akademik dengan konstruk unidimensional, sikap, norma subjektif, perceived
-
30
behavioral control, peer pressure, moral obligation, jenis kelamin dan Tingkat
kelas . Berikut ini merupakan rinciannya sebagai berikut;
1. Intensi Ketidakjujuran Akademik (Y) 2. Sikap (X1) 3. Norma subjektif (X2) 4. Perceived behavioral control (X3) 5. Peer Pressure (X4) 6. Moral Obligation (X5) 7. Jenis Kelamin (X6) 8. Tingkat Kelas (X7)
Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Intensi Ketidakjujuran akademik dalam penelitian adalah suatu niat dari
individeu untuk melakukan tingkah laku tertentu, dalam hal ini adalah perilaku
ketidakjujuran akademik (Fishbein dan Ajzen, 1975).
2. Sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara positif atau negatif terhadap
objek sikap, dalam hal ini adalah ketidakjujuran akademik (Ajzen, 2005)
3. Norma subjektif adalah kepercayaan seseorang mengenai pandangan orang lain
terhadap baik atau buruknya perilaku dan keinginan untuk mematuhi pandangan
(Ajzen, 2005).
4. Perceived behavioral control adalah persepsi mengenai keyakinan tentang ada
atau tidak adanya faktor-faktor yang memfasilitasi kinerja perilaku (Ajzen,
2005)
5. Peer Pressure suatu perasaan dorongan atau tekanan dari teman sebaya dalam
mengajak untuk melakukan aktivitas yang sama dengan yang mengajaknya dan
melakukannya karena harapan dari orang lain (Santor, Messervey, dan Kumakar,
2000)
-
31
6. Moral Obligation perasaan individu mengenai kewajiban untuk terlibat atau
menolak melakukan perilaku tertentu (Ajzen, 1991)
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan instrument pengumpulan data dalam bentuk model skala
likert dengan dua pengukuran sikap dan frekuensi. Pada skala sikap dan frekuensi
terdiri dari empat alternatif jawaban. Responden diminta untuk memilih salah satu
alternatif jawaban yang paling sesuai dengan diri responden pada kuesioner. Item
dalam penelitian ini berbentuk pernyataan yang disajikan secara favorable
(mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung).
1. Alat Ukur Intensi Ketidakjujuran Akademik
Untuk mengukur Intensi Ketidakjujuran akademik dari individu, peneliti
menggunakan 8 item Intensi Ketidakjujuran Akademik yang dikembangkan oleh
Stone, et al. (2007) yang kemudian peneliti adaptasi. Kedelapan pernyataan
tersebut berisi tentang seberapa besar kemungkinan responden untuk melakukan
perilaku ketidakjujuran akademik.
Skala intensi ketidakjujuran akademik ini memiliki rentangan sangat tidak setuju
(skala 1) sampai sangat setuju (skala 4)
Tabel 3.1
Blueprint Skala Intensi Ketidakjujuran Akademik No Aspek Indikator No. Item Total
1. Intensi
Menyontek
Keinginan individu untuk melakukan
perilaku menyontek
5,6 8
2. Intensi plagiasi Keinginan individu untuk melakukan
plagiasi
1,7,8
3. Intensi meminta
bantuan orang
lain
Keinginan individu untuk meminta bantuan
orang lain
2,3,4
Keterangan: * (item unfavorable/reverse item)
-
32
2. Alat Ukur Sikap
Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Sikap terhadap
Ketidakjujuran akademik yang dikembangkan oleh Stone, et al. (2007) yang
kemudian peneliti adaptasi.
Tabel 3.2
Blueprint Skala Sikap No Aspek Indikator No. Item Total
1. Sikap
Persepsi terhadap ketidakjujuran
akademik
1*,2* 5
Evaluasi terhadap ketidakjujuran
akademik
3*,4*,5*
Keterangan: * (item unfavorable/reverse item)
3. Alat Ukur Norma Subjektif
Skala Norma Subjektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Norma
Subjektif terhadap Ketidakjujuran akademik yang dikembangkan oleh Stone, et al.
(2007) yang kemudian peneliti adaptasi.
Tabel 3.3
Blueprint Skala Norma Subjektif No Aspek Indikator No. Item Total
1. Normative
beliefs
Keyakinan individu untuk menampilakn
suatu perilaku berdasarkan apa yang orang
lain pikirkan.
1,2,6 6
2. Motivation
to comply
Motivasi individu untuk memenuhi harapan
teman
3,4,5
Keterangan: * (item unfavorable/reverse item)
4. Alat Ukur Perceived Behavioral Control
Skala Perceived Behavioral Control yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Skala Perceived Behavioral Control terhadap Ketidakjujuran akademik yang
dikembangkan oleh Stone, et al. (2007) yang kemudian peneliti adaptasi.
-
33
Tabel 3.4
Blueprint Skala Perceived Behavioral Control No Aspek Indikator No. Item Total
1. Control to
beliefs
Kontrol yang dirasakan saat berperilaku
ketidakjujuran akademik
1*,3*
5
2. Power of
factors
Kekuatan dari setiap faktor yang
menghambat atau mendukung
2*,4*,5*
Keterangan: * (item unfavorable/reverse item)
5. Alat Ukur Peer Pressure
Pengukuran Peer pressure dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan alat
ukur yang dikembangkan oleh Santor, Messervey dan Kusumakar (2000)
Tabel 3.5
Blueprint Skala Peer Pressure No Aspek Indikator Item Total
1. Direct Peer
Pressure
tekanan yang yang mempengaruhi pikiran
individu sesuai perintah teman sebaya
1,3,4,5,8 5
2. Indirect Peer
Pressure
Tekanan yang diberikan tidak dengan
berinteraksi langsung dengan teman sebaya
2,6,7,9 4
9
Keterangan: * (item unfavorable/reverse item)
6. Alat Ukur Moral Obligation
Tiga item Moral Obligation penulis adaptasi dari penelitian Beck dan Ajzen (1991)
Tabel 3.6
Blueprint Skala Moral Obligation No Aspek Indikator Item Total
1. Kewajiban
Moral
Kewajiban atas norma benar atau salah
dalam masyarakat
1,2,3* 3
Keterangan: * (item unfavorable/reverse item)
7. Instrumen faktor demografi jenis kelamin
Jenis kelamin diukur menggunakan coding tertentu, yaitu untuk jenis kelamin, laki-
laki diberi kode “1”, sedangkan perempuan diberi kode “0”.
8. Instrumen tingkatan kelas
Tingkatan kelas diukur menggunakan coding tertentu, yaitu untuk kelas X diberi
kode ‘’1’’, untuk kelas XI diberi kode ‘’2’’, sedangkan kelas XII diberi kode “3”.
-
34
3.4 Uji Validitas Konstruk
Dalam sebuah penelitian, penting untuk melakukan uji validitas konstruk.
Pengujian validitas konstruk menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA)
yang bertujuan untuk mengetahui apakah item pada setiap variabel valid dalam
mengukur apa yang hendak diukur. CFA digunakan dalam proses pengembangan
skala untuk memeriksa struktur laten dari suatu alat tes. Dalam konteks ini, CFA
digunakan untuk verifikasi jumlah dimensi yang mendasari instrument (faktor) dan
pola hubungan item dengan faktor (factor loading).
Dalam Confirmatory Factor Analysis (CFA), peneliti harus memiliki
gambaran yang spesifik mengenai: (a) jumlah faktor, (b) variabel yang
mencerminkan suatu faktor, dan (c) faktor yang saling berkolerasi. Tahapan dalam
CFA diawali merumuskan model teoritis (hipotesis) tentang pengukuran variabel
laten, kemudian model tersebut diuji kebenarannya secara statistik menggunakan
data. CFA lebih tepat digunakan pada pengujian teori karena: (a) langsung menguji
teori dan (b) tingkat fit pada model dapat diukur dalam berbagai cara. Adapun
logika dari CFA (Umar, 2012) adalah:
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefiniskan
secara operasional sehingga disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap
faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
-
35
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi
antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks
korelasi ini disebut sigma (Ʃ), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data
empiris, yang disebut matriks S. jika teori tersebut benar (unidimensional) maka
tentunya tidak ada perbedaan antara matriks Ʃ – matriks S atau bisa juga
dinyatakan dengan Ʃ – S = 0
4. Adapun dalam menentukan model fit, dapat dilihat dari taraf signifikansi model
dengan melihat besaran p-value (> 0,05). Apabila p-value > 0.05 artinya tidak
ada perbedaan yang signifikan antara model dari teori dengan data empiris yang
diperoleh dari lapangan.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya apakah item signifikan atau tidak
dalam mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil
t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa
yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop dan sebaliknya.
6. Terakhir, apabila hasil dari CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya
-
36
peneliti mentransformasikan faktor tersebut menjadi T-skor dengan rumusnya yaitu
(Umar, 2012):
T skor = 50 + (10 x skor faktor)
Dalam hal ini, T-score akan memiliki mean = 50 dan SD = 10 dan
diharapkan seluruh skor merupakan bilangan positif yang memiliki renrangan
diperkiraan antara 0 dan 100. Setelah didaptkan faktor skor yang telah diubah
menjadi T-score, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji regresi. Adapun
pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan software MPLUS.
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Intensi
Peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur Intensi ketidakjujuran akademik. Dari hasil
perhitungan data Intensi ketidakjujuran akademik diperoleh skor awal perhitungan
Chi-Square = 430.292, df = 28, P-value = 0.0000, RMSEA = 0.000. Dari hasil
tersebut, diketahui nilai RMSEA < 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa model
tersebut fit.
Tahapan selanjutnya, melihat apakah signifikan dari item tersebut memang
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu digugurkan/di-drop atau tidak, maka dari itu dilakukan pengujian hipotesis
nihil tentang koefisien muatan faktor dari setiap item. Pengujiannya dilakukan
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika diketahui nilai t >
1.96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya, jika diketahui nilai
t < 1.96 maka item tersebut tidak signifikan. Koefisien muatan faktor untuk item
intensi ketidakjujuran akademik dapat dilihat pada tabel 3.7
-
37
Berdasarkan Tabel 3.7 dapat diketahui bahwa dari 8 item, keseluruhan item
signikan karena memiliki nilai (t>1.96). Oleh karena itu, item tersebut tidak perlu
untuk digugurkan atau di-drop.
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Intensi Item Koefisien Standard Error Nilai T-value Signifikan
1 0.539 0.069 7.816 V
2 0.440 0.076 5.762 V
3 0.530 0.078 6.818 V
4 0.600 0.057 10.475 V
5 0.505 0.081 6.238 V
6 0.750 0.059 12.663 V
7 0.862 0.064 13.547 V
8 0.311 0.075 4.126 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t1.96); X = tidak signifikan (t
-
38
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Norma Subjektif
Dalam subbab ini akan diuji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional,
artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur Norma Subjektif. Hasil
perhitungan data CFA model satu faktor dari Norma Subjektif diperoleh skor awal
perhitungan Chi-Square = 1215.553, df = 15, P-value = 0.0000, RMSEA = 0.000.
Dari hasil tersebut nilai RMSEA < 0.05 sehingga dikatakan model ini fit..
Tahapan selanjutnya, melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu digugurkan
atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item. Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item Norma Subjektif dapat dilihat pada
tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Norma Subjektif Item Koefisien Standard Error Nilai T Signifikan
1 0.899 0.034 26.809 V
2 0.919 0.030 30.784 V
3 0.557 0.061 9.184 V
4 0.505 0.058 8.765 V
5 0.638 0.060 10.630 V
6 0.572 0.059 9.627 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t 1.96). Oleh karena itu, semua item tersebut tidak ada yang
perlu untuk di-drop.
-
39
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Perceived Behavior Control (PBC)
Dalam subbab ini akan diuji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional,
artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur Perceived Behavioral
Control. Hasil perhitungan data CFA model satu faktor dari Perceived Behavioral
Control. diperoleh skor awal perhitungan Chi-Square = 359.909, df = 10, P-value
= 0.1012, RMSEA = 0.265. Dari hasil tersebut nilai P-value > 0.05 sehingga
dikatakan model ini fit.
Tahapan selanjutnya, melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu digugurkan
atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item. Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item Perceived Behavioral Control.
dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut:
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Percieved Behavior Control (PBC) Item Koefisien Standard Error Nilai T Signifikan
1 0.642 0.061 10.497 V
2 0.627 0.060 10.478 V
3 0.364 0.076 4.783 V
4 0.858 0.067 12.729 V
5 0.624 0.060 10.425 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t 1.96). Oleh karena itu, semua item tersebut tidak ada yang
perlu untuk di-drop.
-
40
3.4.5 Uji Validitas Konstruk Peer Pressure
Dalam subbab ini akan diuji apakah 9 item yang ada bersifat unidimensional,
artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur Peer Pressure. Hasil
perhitungan data CFA model satu faktor dari Peer Pressure diperoleh skor awal
perhitungan Chi-Square = 505.081, df = 36, P-value = 0.0000, RMSEA = 0.000.
Dari hasil tersebut nilai RMSEA < 0.05 sehingga dikatakan model ini fit.
Tahapan selanjutnya, melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu digugurkan
atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item. Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item Peer Pressure dapat dilihat pada
tabel 3.11 berikut:
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Peer Pressure (PEP) Item Koefisien Standard Error Nilai T Signifikan
1 0.543 0.061 8.966 V
2 0.648 0.049 13.261 V
3 0.268 0.068 3.933 V
4 0.565 0.052 10.883 V
5 0.509 0.057 8.866 V
6 0.341 0.071 4.805 V
7 0.704 0.045 15.576 V
8 0.688 0.036 19.230 V
9 0.216 0.072 3.001 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t 1.96). Oleh karena itu, semua item tersebut tidak ada yang perlu
untuk di-drop.
-
41
3.4.6 Uji Validitas Konstruk Moral Obligation
Dalam subbab ini akan diuji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional,
artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur Moral Obligation. Hasil
perhitungan data CFA model satu faktor Moral Obligation diperoleh skor awal
perhitungan Chi-Square = 128.573, df = 3, P-value = 0.0000, RMSEA = 0.000. Dari
hasil tersebut nilai RMSEA < 0.05 sehingga dikatakan model ini fit.
Tahapan selanjutnya, melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu digugurkan
atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item. Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item Moral Obligation dapat dilihat
pada tabel 3.12
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item Moral Obligation Item Koefisien Standard Error Nilai T Signifikan
1 0.952 0.124 7.768 V
2 0.639 0.096 6.626 V
3 0.379 0.078 4.853 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t1.96). Oleh karena itu, semua item tersebut tidak
ada yang perlu untuk di-drop.
3.5 Teknik analisis data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah multiple
regression atau analisis regresi berganda. Hal ini disebabkan, terdapat tujuh
independent variabel yaitu sikap, norma subjektif, perceived behavioral control,
-
42
peer pressure, moral obligation, jenis kelamin dan tingkat kelas yang ingin peneliti
lihat pengaruhya terhadap dependent variabel intensi ketidakjujuran akademik.
Metode ini juga dipilih karena peneliti ingin melihat pengaruh secara parsial sikap,
norma subjektif, perceived behavioral control, peer pressure, moral obligation,
jenis kelamin dan tingkat kelas terhadap intensi ketidakjujuran akademik serta
presentase hubungan sumbangan pengaruh sikap, norma subjektif, perceived
behavioral control, peer pressure, moral obligation, jenis kelamin dan tingkat kelas
secara bersama-sama terhadap intensi ketidakjujuran akademik dan apakah
hasilnya dapat digeneralisasikan untuk seluruh populasi.
3.6 Metode Analisis Data
Dalam rangka menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan metode analisis
regresi berganda yaitu suatu metode untuk menguji signifikan atau tidaknya
pengaruh dari sekumpulan variabel indipenden terhadap variabel dependen. Berikut
ini adalah persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini:
Y1= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Jika dituliskan variabelnya maka:
a = intercept (konstan)
b = koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = Sikap
X2 = Norma Subjektif
X3 = Perceived behavioral control
X4 = Peer Pressure
X5 = Moral Obligation
X6 = Jenis Kelamin
X7 = Tingkat Kelas
e = residual
Adapun data yang dianalisis dengan persamaan diatas adalah hasil dari
pengukuran yang sudah ditransformasi ke dalam factor score. Dalam hal ini, factor
-
43
score adalah faktor yang diukur dengan menggunakan software MPLUS dengan
menggunakan item yang sudah valid. Setelah mendapatkan factor score, kemudian
item yang sudah valid tersebut dicari true scorenya dengan rumus sebagai berikut:
Tscore = Mean + (Factor score x SD)
50 + (Factor score x 10)
Setelah seluruh variabel telah ditransformasi ke dalam bentuk true score,
kemudian skor tersebut digunakan untuk melakukan analisis regresi berganda.
Dalam analisis regresi berganda, besarnya proporsi varians intensi ketidakjujuran
akademik yang dipengaruhi oleh bervariasinya seluruh IV dapat diukur dengan
rumus R², di mana rumusnya adalah sebagai berikut:
Adapun jika R² signifikan (P 1.96 maka koefisien regresi variabel tersebut
dinyatakan signifikan,sebaliknya jika t< 1.96 maka variabel tersebut dinyatakan
tidak signifikan (dalam taraf signifikansi 0.05 atau 5%).
Dalam regresi analisis berganda ini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu:
1. R² yang menunjukan proporsi varians dari variabel dependen yang bisa
diterangkan oleh variabel independen.
-
44
2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien
regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari
variabel indipenden yang bersangkutan.
3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi
tentang beberapa nilai Y jika nilai variabel indipenden diketahui.
4. Sumbangan varian dari masing-masing variabel indipenden yaitu sikap, norma
subjektif, perceived behavioral control, prestasi akademik,jenis kelamin dan
tingkatan kelas serta peran orangtua terhadap intensi ketidakjujuran akademik.
-
45
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Total sampel pada penelitian ini berjumlah 171 orang yang merupakan siswa/i
Sekolah Menengah Atas. Adapun gambaran umum subjek penelitian ini yang
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada table 4.1
Table 4.1
Gambaran umum subjek penelitian
Gambaran Umum Subjek Jumlah Persentase
Jenis kelamin
Laki-laki 55 32.2 %
Perempuan 116 67.8%
Tingkat Kelas