pengaruh sikap, norma subjektif, perceived...

92
PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL, PEER PRESSURE, MORAL OBLIGATION DAN FAKTOR DEMOGRAFIS TERHADAP INTENSI KETIDAKJUJURAN AKADEMIK Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Oleh : M. Abduh Cakrawardana 1112070000002 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, PERCEIVED

    BEHAVIORAL CONTROL, PEER PRESSURE, MORAL

    OBLIGATION DAN FAKTOR DEMOGRAFIS TERHADAP

    INTENSI KETIDAKJUJURAN AKADEMIK

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

    Oleh :

    M. Abduh Cakrawardana 1112070000002

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1440 H / 2019 M

  • v

    MOTTO

    “Be not aftraid of growing slowly, be

    afraid only of standing still” (chinese

    proverb)

    PERSEMBAHAN

    Karya ini saya persembahkan sebagai sebuah bukti

    cinta kasih untuk umi, abah, uni, adek, sahabat saya

    beserta orang-orang yang selalu mendukung saya

    dalam menyelesaikan karya ini

  • vi

    ABSTRAK

    A) Fakultas Psikologi

    B) Juli 2019

    C) M. Abduh Cakrawardana

    D) Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavioral Control, Peer Pressure,

    Moral Obligation dan Faktor Demografis terhadap Intensi Ketidakjujuran

    Akademik

    E) xiv + 78 Halaman

    F) Ketidakjujuran akademik merupakan masalah yang terus-menerus terjadi di

    lembaga pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga tingkat universitas.

    Ketidakjujuran akademik adalah pelanggaran akademik yang mencakup perilaku

    menyontek, plagiarisme dan meminta bantuan dari luar. Penelitian ini bertujuan

    untuk menguji pengaruh sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, peer

    pressure, moral obligation, jenis kelamin dan tingkat kelas terhadap intensi

    ketidakjujuran akademik.

    Sampel pada penelitian ini berjumlah 171 siswa SMA se-derajat, dipilih dengan

    teknik non-probability sampling. Uji validitas alat ukur menggunakan teknik

    confirmatory factor analysis (CFA) dan uji hipotesis menggunakan multiple

    regression analysis. Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan antara lain alat

    ukur intensi ketidakjujuran akademik, sikap, norma subjektif dan perceived

    behavioral control yang dikembangkan oleh Stone dan Kisamore (2007), peer

    pressure dari Santor, Messery dan Kusumakar (2000), Moral Obligation dari

    Ajzen (1991).

    Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan sikap, norma

    subjektif, perceived behavioral control, peer pressure, moral obligation, jenis

    kelamin dan tingkat kelas terhadap intensi ketidakjujuran akademik. Hasil

    penelitian juga menunjukan proporsi varian seluruh independen variabel adalah

    sebesar 37,8%, sedangkan 62,2% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar

    penelitian ini. Hasil uji hipotesis menunjukkan perceived behavioral control, peer

    pressure dan jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi

    ketidakjujuran akademik.

    G) Bahan bacaan : 12 Buku + 32 Jurnal + 2 Artikel online + 2 skripsi + 2 tesis

  • vii

    ABSTRACT

    A) Faculty of Psychology

    B) July 2019

    C) M. Abduh Cakrawardana

    D) The Influence of Attitudes, Subjective Norm, Perceived Behavioral Control, Peer

    Pressure, Moral Obligation and Demographic Factors to predict Intention of

    Academic Dishonesty.

    E) xiv + 78 Pages

    F) Academic dishonesty is a persistent problem in institutions, found at all levels of

    schooling from grade school to graduate school. This study defined academic

    dishonesty as the use of unethical methods in academic including cheating,

    plagiarism and seeking outside help. This study aimed to examine the effect of

    attitudes, subjective norms, perceived behavioral control, peer pressure, moral

    obligation, gender dan grade level on intentions of academic dishonesty.

    The data was collected from 171 high school students by non-probability sampling

    techniques. Confirmatory factor analysis (CFA) techniques was used to confirm

    validity of the scales. The data analysis used multiple regression analysis. The

    scales that used in this study were intention of academic dishonesty, attitude,

    subjective norm, and perceived behavioral control which were developed by Stone

    and Kisamore (2007) based on Ajzen’s theory of planned behavior; peer pressure

    scale which was developed by Santor, Messery and Kusumakar (2000); and Moral

    Obligation scale which was developed by Ajzen (1991).

    The result showed that there was significant effect of attitude, subjective norm,

    perceived behavioral control, peer pressure, moral obligation, gender and grade

    level toward intention of academic dishonesty with total variance given to the

    model was 37,8%, and the rest are influenced by other factors outside of this study.

    Analysis using each variable found that perceived behavioral control, peer

    pressure, and gender were significant; whereas attitude, subjective norms, moral

    obligation and grade level were not significant on intention of academic

    dishonesty.

    G) Literatures : 12 books + 32 Journals + 2 online articles + 2 papers + 2 thesis

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim.

    Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT sehingga peneliti dapat

    menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul “Pengaruh Sikap, Norma

    Subjektif, Perceived Behavioral Control, Peer Pressure, Moral Obligation dan

    Faktor Demografis terhadap Intensi Ketidakjujuran Akademik.” Shalawat

    serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta sahabat,

    keluarga serta pengikutnya hingga akhir zaman.

    Skripsi ini bukan hanya hasil karya penulis seorang diri, karena banyak pihak-pihak

    yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, izinkan penulis untuk

    mengucapkan rasa terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah M.Si, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Bapak Bambang Suryadi, Ph.D, Wakil

    Dekan Bidang Akademik Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta dan jajaran yang telah memfasilitasi mahasiswa dalam

    rangka menciptakan lulusan yang berkualitas.

    2. Bapak Dr. Abd. Rahman Saleh, M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang

    dengan penuh kesabaran telah memberikan waktu, ilmu, semangat, saran dan

    kritik yang membangun sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

    Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalas

    segala kebaikan.

    3. Ibu Dr. Diana Mutiah M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang selalu

    memberi semangat kepada penulis dan selalu menanyakan perkembangan dari

    pembuatan skripsi penulis.

    4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta yang telah memberikan ilmu

    yang berharga kepada penulis. Dan seluruh staf Fakultas Psikologi UIN Jakarta

    yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi penulis.

    5. Kepada seluruh responden penelitian yang telah meluangkan waktunya untuk

    mengisi kuesioner penelitian penulis.

  • ix

    6. Kepada kedua orang tua penulis, Abah Solichin dan Umi Akmalia serta Uni

    Muti dan Amrina yang tiada henti memanjatkan do’a di setiap ibadahnya, kasih

    sayang yang tulus, serta memberikan segala dukungan dan pengorbanan untuk

    penulis. Terima kasih sudah menjadi pendengar dan penasehat yang baik atas

    segala suka duka penulis.

    7. Untuk Sahabat “Ugly” Jesyia dan Mia terima kasih atas segala canda tawa,

    kasih sayang dan motivasi selama ini, akhirnya Ugly Friend semuanya sarjana.

    8. Untuk Sahabat kelas A 2012 Hendra, Nina, Pire, Ulfa, Fuad, Firas, Damas,

    Restu, dan Dila yang selalu terbuka dan selalu mendukung peneliti untuk

    menyelesaikan studi.

    9. Untuk Teman-teman psikologi 2012, khususnya yang tergabung dalam

    “Emergency Group 2012”. Ulfi, Dea, Dewi, Alia, Aul, Rara, Yuni, Acid, Ita,

    Dandy, Anshor, Sae, Manda, Ghazi, Intan, Fitroh, Agna, Aal, Bijak, Naufal,

    Abe, Oka, Robby, Sarah, Hana, Caca, Dhiva dan Maksum Terima kasih atas

    kebersamaan, cerita dan pembelajaran selama ini. Semoga kita semua sukses

    selalu.

    10. Untuk Teman-teman MAN 1 Bandar lampung Alfan, Noven, Erwin dan Afif

    yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada peneliti.

    11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih telah

    membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga segala bantuan, dukungan,

    dan do’anya kepada saya, dibalas Allah dengan kebaikan yang berlimpah.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan.

    Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun. Semoga

    penelitian ini memberi manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.

    Jakarta, 30 Juli 2019

    Penulis

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

    HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iv

    MOTTO ........................................................................................................ v

    ABSTRAK .................................................................................................... vi

    ABSTRACT .................................................................................................. vii

    KATA PENGANTAR .................................................................................. viii

    DAFTAR ISI ................................................................................................. x

    DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv

    BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1-10

    1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

    1.2 Batasan dan Rumusan Masalah ................................................................ 7

    1.2.1 Batasan Masalah ............................................................................ 7

    1.2.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 8

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 9

    1.3.1 Tujuan Penelitian ........................................................................... 9

    1.3.2 Manfaat Penelitian ......................................................................... 9

    BAB 2 LANDASAN TEORI ....................................................................... 11-28

    2.1 Intensi Ketidakjujuran Akademik ........................................................... 11

    2.1.1 Definisi Intensi Ketidakjujuran Akademik .................................... 11

    2.1.2 Teori Intensi Ketidakjujuran Akademik ........................................ 12

    2.1.3 Dimensi Intensi Ketidakjujuran Akademik ................................... 14

    2.1.4 Faktor-Faktor Intensi Ketidakjujuran Akademik ........................... 16

    2.1.5 Alat Ukur Intensi Ketidakjujuran Akademik ................................. 17

    2.2 Sikap ......................................................................................................... 18

    2.2.1 Definisi Sikap ................................................................................. 18

    2.2.2 Komponen-komponen Sikap ......................................................... 19

    2.2.3 Alat Ukur Sikap ............................................................................. 19

    2.3 Norma Subjektif ....................................................................................... 19

    2.3.1 Definisi Norma Subjektif ............................................................... 19

    2.3.2 Komponen-komponen Norma Subjektif ........................................ 20

    2.3.3 Pengukuran Norma Subjektif ......................................................... 21

    2.4 Perceived Behavioral Control.................................................................. 21

    2.4.1 Definisi Perceived Behavioral Control .......................................... 21

    2.4.2 Komponen-komponen Perceived Behavioral Control .................. 22

  • xi

    2.4.3 Pengukuran Perceived Behavioral Control ................................... 22

    2.5 Peer Pressure

    2.5.1 Definisi Peer Pressure ................................................................... 23

    2.5.2 Komponen-komponen Peer Pressure ............................................ 23

    2.5.3 Pengukuran Peer Pressure ............................................................. 24

    2.6 Moral Obligation

    2.6.1 Definisi Moral Obligation.............................................................. 24

    2.6.2 Pengukuran Moral Obligation ....................................................... 25

    2.7 Kerangka Berpikir .................................................................................... 25

    2.8 Hipotesis Penelitian .................................................................................. 28

    BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................ 29-44

    3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................................ 29

    3.1.1 Populasi .......................................................................................... 29

    3.1.2 Sampel ............................................................................................ 29

    3.1.3 Teknik Pengambilan Sampel ......................................................... 29

    3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .......................................... 29

    3.3 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 31

    3.4 Uji Validitas Konstruk ............................................................................. 34

    3.4.1 Uji Validitas Konstruk Intensi ....................................................... 36

    3.4.2 Uji Validitas Konstruk Sikap ......................................................... 37

    3.4.3 Uji Validitas Konstruk Norma Subjektif ....................................... 38

    3.4.4 Uji Validitas Konstruk Perceived Behavioral Control .................. 39

    3.4.5 Uji Validitas Konstruk Peer Pressure ........................................... 40

    3.4.6 Uji Validitas Kontstruk Moral Obligation ..................................... 41

    3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................ 41

    3.6 Metode Analisis Dara ............................................................................... 42

    BAB 4 HASIL PENELITIAN ..................................................................... 45-55

    4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ........................................................ 45

    4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian .................................................... 45

    4.3 Uji Hipotesis Penelitian............................................................................ 48

    BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ..................................... 56-60

    5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 56

    5.2 Diskusi ..................................................................................................... 56

    5.3 Saran ......................................................................................................... 58

    5.3.1 Saran Metodologis ......................................................................... 58

    5.3.2 Saran Praktis .................................................................................. 59

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 61

    LAMPIRAN .................................................................................................. 65

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Blueprint Skala Intensi Ketidakjujuran Akademik ............................ 31

    Tabel 3.2 Blueprint Skala Sikap......................................................................... 32

    Tabel 3.3 Blueprint Skala Norma Subjektif ....................................................... 32

    Tabel 3.4 Blueprint Skala Perceived Behavioral Control ................................. 33

    Tabel 3.5 Blueprint Skala Peer Pressure ........................................................... 33

    Tabel 3.6 Blueprint Skala Moral Obligation ..................................................... 33

    Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Intensi Ketidakjujuran Akademik ..................... 37

    Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Sikap.................................................................. 37

    Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Norma Subjektif ................................................ 38

    Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Perceived Behavioral Control .......................... 39

    Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Peer Pressure .................................................... 40

    Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Moral Obligation .............................................. 41

    Tabel 4.1 Gambaran umum subjek Penelitian ................................................... 45

    Tabel 4.2 Statistik Deskripsi Variabel Peneleitian ............................................. 46

    Tabel 4.3 Kategorisasi Skor ............................................................................... 47

    Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ................................................................ 47

    Tabel 4.5 Model Summery Analisis Regresi ...................................................... 49

    Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV ................................. 49

    Tabel 4.7 Koefisien Regresi ............................................................................... 50

    Tabel 4.8 Proporsi Varian IV terhadap DV ....................................................... 54

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian ................................................ 27

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ................................................................. 65

    Lampiran 2 Syntax MPLUS 7.0 .................................................................. 69

    Lampiran 3 Output Deskriptif dan Regresi SPSS 25 .................................. 75

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pendidikan merupakan salah satu investasi terbesar bagi suatu negara, dari

    pendidikan lahir generasi-generasi muda yang akan menjadi teladan bangsa.

    Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan individu yang berkualitas pula, hal

    ini tentu memiliki pengaruh bagi bangsa tersebut. Secara umum, pendidikan formal

    menurut Bandura (dalam Woolfolk, 2014) bertujuan untuk membekali siswa

    dengan intelektual, kepercayaan diri, serta kemampuan untuk mendidik diri sendiri

    sepanjang hidup mereka. Ada pun di Indonesia, tujuan pendidikan telah diatur

    secara legal dalam Undang-undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

    Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 halaman 6 yang berbunyi:

    “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak

    peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

    bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

    manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

    berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

    Negara yang demokrasi serta bertanggung jawab”.

    Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat hal-hal yang tidak selaras

    dengan tujuan pendidikan, salah satunya adalah perilaku ketidakjujuran dalam

    lingkup akademik. Ketidakjujuran akademik atau kecurangan akademik merupakan

    perilaku tidak jujur yang disengaja dalam rangka memenuhi atau mengerjakan

    tugas akademik (Gitanjali, 2004). Hal ini menurut Iyer dan Eastman (2008)

    meliputi perilaku menyontek, bantuan dari luar, plagiarisme, dan menggunakan

    elektronik pada saat tes. Setiap institusi khususnya perguruan tinggi memiliki

  • 2

    regulasi sendiri bagi mahasiwa yang terduga melakukan ketidakjujuran akademik,

    dalam bentuk peringatan, teguran, gagal pada subjek pelajaran yang terbukti

    melakukan ketidakjujuran akademik, penangguhan studi untuk sementara waktu,

    denda (monetary fine), dan bahkan dikeluarkan dari institusi (Smith, 2008).

    Di Indonesia, sanksi terhadap pelaku ketidakjujuran akademik telah diatur

    di dalam Pasal 70 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

    menyatakan bahwa penjiplakan karya orang lain oleh lulusan untuk mendapatkan

    gelar akademik, profesi, atau vokasi akan dipidana dengan pidana penjara maksimal

    dua tahun dan/atau membayar denda paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta

    rupiah). Meskipun telah diberlakukan kebijakan oleh negara dan di masing-masing

    institusi mengenai sanksi dari tindak ketidakjujuran akademik, tidak sedikit kasus

    ketidakjujuran akademik masih terjadi pada setiap tingkat pendidikan.

    Di Indonesia, ketidakjujuran akademik telah terjadi sejak tingkat kelas 6

    Sekolah Dasar pada level moderat (Fredrika & Prasetyawati, 2008). Pada tingkat

    Sekolah Menengah Pertama (SMP) berdasarkan penelitian Kusumastuti (2015)

    terhadap siswa menunjukkan bahwa pada situasi mengerjakan tugas, perilaku jujur

    siswa (39,8%) lebih rendah daripada perilaku tidak jujur (57%). Bentuk perilaku

    tidak jujur yang muncul antara lain bertindak curang, tidak mengerjakan tugas, dan

    memanipulasi informasi (Kusumastuti, 2015).

    Tidak hanya di Indonesia, ketidakjujuran akademik terjadi pula di Amerika.

    Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh The Josephson Institute Center for

    Youth Ethics terhadap 43.000 siswa sekolah negeri dan swasta menunjukkan

  • 3

    sebesar 59% siswa mengaku pernah menyontek saat ujian, dan satu dari tiga siswa

    menyalin materi dari internet untuk memenuhi tugasnya (Plagiarism.org, 2017).

    Lembaga Center for Academic Integrity menyatakan terdapat 85% siswa

    melaporkan bahwa pernah melakukan ketidakjujuran akademik satu kali atau lebih

    setiap tahunnya (Geddes, 2011). Survei lain mengenai kecurangan akademik,

    sebuah sekolah di pantai barat Amerika Serikat menemukan bahwa 89% pelajar

    mengaku melakukan kecurangan akademik (Jensen, Arnett, Feldman, & Cauffman,

    2002).

    Jika pelajar terbiasa melakukan kecurangan terus-menerus, bisa jadi ada

    pengaruh budaya yang membiasakan perilaku ini. Bentuk kecurangan tersebut di

    antaranya adalah cheating, plagiat, berbohong dan bermacam ketidakadilan untuk

    mendapat keuntungan (Wideman, 2008). Menyontek adalah hal yang biasa terjadi

    di dunia pendidikan. Hal ini dapat merusak fungsi data asesmen baik sebagai

    indikator guru dalam memberikan umpan balik, maupun sebagai indikator

    pencapaian pelajar (Anderman & Murdock, 2007). Para pelajar berpikir, apabila

    yang lain bisa menyontek, maka mereka pun juga bisa melakukan hal tersebut

    (McCabe, 1999).

    Karassavidou dan Glaveli (2006) menemukan bahwa ketidakjujuran

    akademik siswa berhubungan positif dengan perilaku bisnis tidak etis pada ranah

    pekerjaan. Pelajar yang terlibat atau menyaksikan kecurangan dan ketidakjujuran

    akademik dalam sistem pendidikan akan meninggalkan sekolah dengan kebiasaan

    yang buruk dan etika dasar yang dipertanyakan (Teodorescu & Andrei, 2009).

    file:///D:/2.%20SEMPROP/Semprop%20Alia/Jurnal%20Baru/It’s%20Wrong,%20But%20Everybody%20Does%20It%20jensen2002.pdffile:///D:/2.%20SEMPROP/Semprop%20Alia/Jurnal%20Baru/TD.2.12_Wideman_Academic_Dishonesty_in_Postsecondary_Education.pdffile:///D:/2.%20SEMPROP/Semprop%20Alia/Jurnal%20Baru/anderman2007.pdffile:///D:/2.%20SEMPROP/Jurnal/ACADEMIC%20DISHONESTY-%20journal/AD-1990-2000/academic%20dishonesty%20(McCabe).pdffile:///D:/2.%20SEMPROP/Semprop%20Alia/Jurnal%20Baru/karassavidou2006.pdffile:///D:/2.%20SEMPROP/Semprop%20Alia/Jurnal%20Baru/teodorescu2008.pdf

  • 4

    Swift dan Nonis (2001) mengemukakan bahwa mahasiswa yang menyontek

    pada saat kuliah akan cenderung berbuat kecurangan pada saat bekerja. Hal ini

    disebabkan oleh individu yang melihat ketidakjujuran akademik perilaku yang

    normatif, yaitu ketika orang lain melakukan kecurangan (menyontek) maka

    individu juga akan melakukannya, sehingga perilaku berdampak memengaruhi dan

    memperluas perilaku ketidakjujuran akademik kepada individu lain di kelas.

    Penelitian sebelumnya, sikap merupakan salah satu faktor yang

    memengaruhi ketidakjujuran akademik, sikap adalah kecenderungan untuk

    memberikan penilaian positif atau negatif terhadap objek sikap (Ajzen, 2005;

    Oskamp & Schultz, 2005) dalam penelitian ini objek sikap yang dimaksud adalah

    ketidakjujuran akademik. Sikap individu terhadap objek sikap dapat memengaruhi

    perilaku individu terhadap objek tersebut.

    Individu yang memiliki sikap positif terhadap ketidakjujuran akademik

    memiliki kecenderungan berbuat curang dalam kegiatan akademik, hal ini

    dikarenakan individu tersebut memandang bahwa berperilaku tidak jujur adalah

    perilaku yang normal (neutralizatition) dan dapat diterima lingkungan, sebaliknya

    pada individu yang memiliki sikap negatif terhadap ketidakjujuran akademik akan

    cenderung menghindar dari perilaku tersebut (Jurdi, Hage, & Chow, 2011).

    McCabe et al. (1995) serta Kam, Hue dan Cheung (2018) mengemukakan

    bahwa norma subjektif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh secara

    signifikan terhadap intensi ketidakjujuran akademik, siswa yang menganggap

    perilaku menyontek merupakan hal yang umum dilakukan oleh teman sebaya

    cenderung melakukan tindak ketidakjujuran akademik meskipun ada kebijakan

  • 5

    yang melarangnya. Stone, Kisamore dan Jawahar (2007) mengemukakan perceived

    behavioral control berpengaruh secara signifikan terhadap intensi ketidakjujuran

    akademik, siswa yang memiliki adanya kontrol yang yang memfasilitasi perilaku

    ketidakjujuran akademik akan cenderung melakukan ketidakjujuran akademik.

    Menurut Koss (2011) kecenderungan pelajar menyontek karena pengaruh

    teman dapat disebabkan karena pelajar yang berada pada masa remaja selalu

    membandingkan hasil belajar dan nilai sekolah mereka dengan hasil belajar dan nilai

    sekolah saudara-saudara dan teman-teman mereka, membuat mereka dihantui oleh

    ketakutan akan kegagalan. Dalam keadaan seperti ini tindakan ketidakjujuran

    akademik dianggap sebagai sebuah pilihan yang perlu dilakukan Adanya kecemasan

    terhadap kegalalan dan adanya keinginan yang kuat untuk mendapatkan nilai yang baik

    untuk mencapai prestasi yang mereka harapkan. sehingga pengaruh peer menjadi

    sangat penting dalam meneliti intensi seorang siswa untuk melakukan tindak

    ketidakjujuran akademik.

    Dalam penelitian Kam, et al. (2018) intensi ketidakjujuran akademik juga

    dipengaruhi secara signifikan oleh ketiga komponen theory of planned ditambah

    dengan variabel moral obligation yang merupakan variabel tambahan dalam

    komponen TPB saat mengukur intensi. Ketika siswa menganggap memiliki

    kewajiban untuk menolak perilaku ketidakjujuran akademik, siswa cenderung

    untuk tidak melakukan tindak ketidakjujuran akademik.

    Variabel Demografis juga berpengaruh terhadap intensi ketidakjujuran

    akademik diantaranya yaitu jenis kelamin dan tingkat kelas (grade level) ditemukan

    bahwa laki-laki memiliki kecenderungan menyontek yang lebih tinggi daripada

    perempuan (Franklyn-Stokes & Newstead, 1995; Anderman & Midgley, 2004;

  • 6

    Murdock & Anderman, 2007). Sedangkan Jacobson, Berger, dan Millhan (dalam

    Miller, Murdock, Anderman, & Poindexter, 2007) yang menemukan bahwa tingkat

    perilaku menyontek perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Selain jenis kelamin,

    tingkat kelas atau pendidikan (grade level), Sebuah studi longitudinal oleh

    Anderman dan Midgley (2004) menemukan bahwa perilaku menyontek meningkat

    selama masa transisi dari tingkat middle school ke high school

    Berdasarkan fenomena dan dampak yang telah peneliti jabarkan di atas,

    bahwa ketidakjujuran akademik merupakan suatu masalah yang sangat penting

    untuk ditindaklanjuti guna mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Langkah

    pertama yang dapat dilakukan untuk menanggulangi ketidakjujuran akademik,

    yaitu dengan mengukur intensi ketidakjujuran akademik pada siswa. Pengukuran

    ini dilakukan untuk mengukur tingkat tinggi rendahnya individu melakukan

    ketidakjujuran akademik dan sebagai dasar landasan pengukuran variabel-variabel

    apa saja yang menyebabkan terjadinya ketidakjujuran akademik, maka diperlukan

    instrumen yang bersifat unidimensional (hanya mengukur satu faktor saja).

    Dalam menentukan sampel penelitian, didasarkan oleh pengamatan dan

    penelitian melalui media massa yang dilakukan peneliti dikalangan Siswa SMA.

    Tidak sedikit siswa SMA yang melakukan kecurangan pada saat ujian berlangsung,

    bahkan tidak sedikit yang melakukan kecurangan tersebut secara berkelompok,

    melakukan plagiasi, serta menyontek dengan media elektronik seperti handphone.

    Maka dari itu sampel penelitian ini diharapkan dapat merepresentasikan populasi

    dalam hal ketidakjujurn akademik.

  • 7

    Oleh sebab itu, peneliti mengajukan judul penelitian “Pengaruh Sikap,

    Norma Subjektif, Perceived Behavior Control, Peer Pressure, Moral Obligation

    dan Faktor Demografis terhadap Intensi Ketidakjujuran Akademik”.

    1.2 Batasan dan Rumusan Masalah

    1.2.1 Batasan Masalah

    Agar Pembahasan ini lebih terarah maka penelitian ini dibatasi untuk meneliti

    “Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavior Control, Peer

    Pressure, Moral Obligation dan Faktor Demografis terhadap Intensi

    Ketidakjujuran Akademik” yang didefinisikan sebagai berikut;

    1. Intensi Ketidakjujuran akademik dalam penelitian adalah suatu niat dari individu

    untuk melakukan tingkah laku tertentu, dalam hal ini adalah perilaku

    ketidakjujuran akademik (Fishbein dan Ajzen, 1975).

    2. Sikap adalah penilaian positif atau negatif seseorang Intensi ketidakjujuran

    akademik yang mendasari pertimbangan untuk melakukan hal tersebut (Ajzen,

    2005)

    3. Norma subjektif adalah kepercayaan seseorang mengenai pandangan orang lain

    terhadap baik atau buruknya perilaku dan keinginan untuk mematuhi pandangan

    (Ajzen, 2005).

    4. Perceived behavioral control adalah persepsi mengenai keyakinan tentang ada

    atau tidak adanya faktor-faktor yang memfasilitasi kinerja perilaku (Ajzen,

    2005)

    5. Peer Pressure suatu perasaan dorongan atau tekanan dari teman sebaya dalam

    mengajak untuk melakukan aktivitas yang sama dengan yang mengajaknya dan

  • 8

    melakukannya karena harapan dari orang lain (Santor, Messervey, dan Kumakar,

    2000)

    6. Moral Obligation perasaan individu mengenai kewajiban untuk terlibat atau

    menolak melakukan perilaku tertentu (Ajzen, 1991)

    7. Faktor Demografis dalam penlitian ini jenis Kelamin digunakan sebagai faktor

    demografis (Perempuan dan Laki-laki) dan Tingkat Kelas

    8. Subjek penelitian ini adalah Siswa SMA yang tediri atas Kelas X, XI, XII

    1.2.2 Rumusan Masalah

    Perumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah;

    “Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavior Control, Peer Pressure,

    Moral Obligation dan Faktor Demografis terhadap Intensi Ketidakjujuran

    Akademik”

    Sedangkan perumusan masalah yang akan diteliti lebih rinci adalah;

    1. Apakah ada pengaruh yang signifikan Sikap terhadap Intensi Ketidakjujuran

    Akademik?

    2. Apakah ada pengaruh yang signifikan Norma Subjektif terhadap Intensi

    Ketidakjujuran Akademik?

    3. Apakah ada pengaruh yang signifikan Perceived Behavior Control terhadap

    Intensi Ketidakjujuran Akademik?

    4. Apakah ada pengaruh yang signifikan Peer Pressure terhadap Intensi Intensi

    Ketidakjujuran Akademik?

    5. Apakah ada pengaruh yang signifikan Moral Obligation terhadap Intensi

    Ketidakjujuran Akademik?

  • 9

    6. Apakah ada pengaruh yang signifikan Perbedaan Jenis Kelamin terhadap

    Ketidakjujuran Akademik?

    7. Apakah ada Pengaruh yang signifikan Perbedaan Tingkat Kelas terhadap

    Ketidakjujuran Akademik?

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.3.1 Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini yaitu membuktikan Pengaruh Sikap, Norma Subjektif,

    Perceived Behavior Control, Peer Pressure, Moral Obligation dan Faktor

    Demografis terhadap Intensi Ketidakjujuran Akademik.

    1.3.2 Manfaat Penelitian

    1.3.2.1 Manfaat Tertulis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terhadap ilmu dan

    pengembangan pendidikan, khususnya mengenai pengaruh Pengaruh Sikap, Norma

    Subjektif, Perceived Behavior Control, Peer Pressure, Moral Obligation dan

    Faktor Demografis terhadap Intensi Ketidakjujuran Akademik. Selain itu

    diharapkan juga dapat memperkaya hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan

    sebelumnya dan menjadi bahan masukan untuk penelitian selanjutnya.

    1.3.2.2 Manfaat Praktis

    Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah, para pendidik, peneliti

    dan masyarakat

    1. Bagi pemerintah, penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dalam

    penyusunan kebijakan yang berkaitan dengan ketidakjujuran akademik

  • 10

    2. Bagi dunia pendidikan, Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    masukan bagi pihak Sekolah maupun Instansi Pendidikan lainnya mengenai ada

    tidaknya pengaruh Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavior

    Control, Peer Pressure, Moral Obligation dan Faktor Demografis terhadap

    Intensi Ketidakjujuran Akademik terhadap Intensi Ketidakjujuran Akademik.

    Sehingga dapat mengatasi masalah yang berkaitan dengan Ketidakjujuran

    Akademik.

    3. Bagi para peneliti, penelitian ini bermanfaat memberikan berbagai informasi

    yang dibutuhkan dalam penelitian lebih lanjut mengenai ketidakjujuran

    akademik.

    4. Bagi masyarakat luas, penelitian ini bermanfaat memberikan informasi mengenai

    perilaku tidak etis yang sangat mungkin juga dilakukan oleh anak anak mereka

    disekolah. Dengan demikian orang tua dapat meningkatkan peran mereka dalam

    mendidik anak-anak mereka agar tidak turut menjadi pelaku tindak

    ketidakjujuran akademik.

  • 11

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Intensi Ketidakjujuran Akademik

    2.1.1 Definisi Intensi Ketidakjujuran Akademik

    Banyak ahli yang mendefinisikan intensi, diantaranya Fishbein & Ajzen (1975 hal.

    12) yang mendefinisikan intensi sebagai berikut:

    “Person’s location on subjective probability dimension involving a relation

    between himself and some action. A behavioral intension, therefore refers

    to a person’s subjective probability that he will perform the behavior.”

    Intensi merupakan posisi seseorang dalam dimensi probabilitas yang

    melibatkan suatu hubungan antara dirinya dengan tingkah laku. Sebuah intensi

    berperilaku, oleh karena itu, merujuk pada probabilitas subyektif seseorang yang

    akan membentuk suatu perilaku (Fishbein dan Ajzen, 1975)

    Sedangkan menurut Ajzen (2005) intensi diartikan sebagai kecenderungan

    tingkah laku, yang hingga terdapat waktu dan kesempatan yang tepat akan

    diwujudkan dalam bentuk tindakan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

    intensi adalah suatu niat dari individu untuk melakukan tingkah laku tertentu.

    Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan bahwa intensi berperilaku merupakan

    determinan terdekat dengan perilaku yang akan dilakukan seseorang.

    Mempelajari intensi sama saja dengan mempelajari kemungkinan seseorang

    dalam melakukan perilaku tertentu dan memprediksi apakah seseorang akan

    melakukan tindakan tertentu atau tidak, serta seberapa besar kemungkinan

    terealisasikan dalam sebuah tindakan nyata. Dapat disimpulkan juga bahwa intensi

  • 12

    merupakan konstruk dalam diri seseorang yang mengacu pada keinginan untuk

    melakukan tingkah laku tertentu.

    2.1.2 Teori Intensi Ketidakjujuran Akademik

    Awalnya Fishbein dan Ajzen (1975) mengkaji hubungan antara intensi dan perilaku

    dengan menggunakan Theory of Reasoned Action (TRA). Berdasarkan teori ini,

    suatu tingkah laku ditentukan oleh intensi berperilaku dan tingkah laku ini

    dipengaruhi oleh dua faktor yaitu sikap yang bersifat personal dan norma subyektif

    yang merefleksikan pengaruh sosial. Namun setelah dikaji selama beberapa tahun,

    Ajzen menemukan bahwa TRA hanya berlaku bagi tingkah laku yang berada di

    bawah control penuh individu dan tidak bisa atau tidak sesuai untuk menjelaskan

    tingkah laku yang tidak sepenuhnya di bawah control individu. Ajzen berpendapat

    bahwa ada faktor yang dapat memfasilitasi atau menghambat realisasi intensi ke

    dalam tingkah laku.

    Dari analisis itulah kemudian Ajzen memberikan teori penyempurna dari

    Theory of Reasoned Action yaitu Theory of Planned Behavior (TPB). Ajzen

    mengajukan TPB sebagai alat prediktor perilaku ketika individu tidak memiliki

    kontrol kemauan sendiri secara penuh. Dengan demikian, TPB memperhitungkan

    bahwa tidak semua perilaku berada di bawah kontrol kemauan individu itu sendiri

    dan bahwa perilaku berada di sepanjang kontinum yang meregang dari titik kontrol

    penuh sampai tidak ada kontrol sama sekali. Individu dikatakan memiliki kontrol

    penuh ketika tidak ada halangan jenis apapun dalam mengadopsi suatu perilaku

    yang kurang memiliki kesempatan, seperti sumber daya atau keahlian yang

    memadai (Fishbein dan Ajzen, 1975)

  • 13

    Perbedaan antara TRA dengan TPB terletak pada penambahan determinan

    ketiga dari behavioral intention yaitu perceived behavior control (PBC). Intensi

    individual untuk membentuk suatu perilaku terhadap suatu objek merupakan suatu

    kombinasi sikap, norma subyektif dan persepsi kontrol perilakunya. Sikap

    individual terhadap perilaku termasuk keyakinan perilaku (behavioral belief) dan

    evaluasi terhadap konsekuensinya (evaluation of consequences). Sikap di sini

    merupakan keyakian positif atau negatif tentang melakukan suatu perilaku tertentu.

    Di lain pihak, individu akan bermaksud melakukan suatu perilaku ketika individu

    mengevaluasinya sebagai hal yang positif. Oleh karena itu, sikap ditentukan oleh

    bobot keyakinan individual tentang konsekuensi melakukan perilaku (keyakinan

    perilaku) serta oleh evaluasinya terhadap konsekuensi itu (evaluasi hasil atau

    akibat) (Fishbein dan Ajzen, 1975)

    Ketidakjujuran akademik adalah perilaku yang menggunakan cara-cara

    tidak sah untuk mendapatkan keberhasilan akademik atau menghindari kegagalan

    akademik Bowers (dalam Fredrika & Prasetyawati, 2008). Perilaku ini juga

    merupakan pelanggaran serius pada perguruan tinggi karena menghancurkan

    kepercayaan dan kejujuran antara anggota komunitas dan menipu orang-orang yang

    terlanjur mengakui keilmuan dan integritasnya (Pavela, 1997). Gitanjali (2004)

    mengungkapakan bahwa ketidakjujuran akademik sebagai perilaku menyontek

    yang disengaja dalam rangka memenuhi atau mengerjakan tugas akademik.

    The University of Sydney, (2017) mendefinisikan secara singkat mengenai

    ketidakjujuran akademik yang merupakan berbagai macam perilaku tidak jujur atau

    tidak adil untuk mendapatkan keuntungan dalam bidang akademik. Koss (2011)

  • 14

    mendefinisikan bahwa ketidakjujuran akademik sebagai tindakan-tindakan yang

    dilakukan oleh seorang siswa berupa: meminjam tugas siswa lain kemudian

    menjiplaknya, mencontek ketika ujian, atau menggunakan tugas dan/atau hasil

    ujian dari semester sebelumnya, juga termasuk perilaku menulis contekan pada

    bagian-bagian tubuhnya, pakaian, meja, atau kertas dengan maksud untuk

    mendapatkan nilai yang tinggi ketika menghadapi ujian.

    Iyer dan Eastman (2008) ketidakjujuran akademik secara lebih spesifik

    mengemukakan bahwa ketidakjujuran akademik merupakan konstruk multi-segi

    yang memperhitungkan berbagai perilaku tidak etis termasuk kecurangan

    (cheating), plagiarisme (plagiarism), bantuan dari luar (outside help), dan

    menggunakan elektronik pada saat tes (electronic cheating).

    Berdasarkan dari keseluruhan definisi mengenai ketidakjujuran akademik

    oleh berbagai peneliti sebelumnya, maka dari itu peneliti menggunakan pengertian

    ketidakjujuran akademik Iyer dan Eastman (2008) bahwa ketidakjujuran akademik

    merupakan pelanggaran-pelanggaran akademik yang mencakup perilaku

    menyontek, plagiarisme, dan bantuan dari luar. Pada electronic cheating dalam

    penelitian ini tidak dicantumkan secara eksplisit melainkan merupakan bagian dari

    perilaku menyontek yang terdiri dari menyontek secara manual (melihat jawaban

    teman, menggunakan catatan kecil, melihat jawaban dari buku) dan menggunakan

    bantuan elektronik (handphone).

    2.1.3 Dimensi Intensi Ketidakjujuran Akademik

    Terdapat perbedaan di antara para ilmuwan dalam memandang ketidakjujuran

    akademik. Menurut beberapa tokoh ketidakjujuran akademik merupakan suatu

  • 15

    konstruk multidimensional (McCabe & Trevino, 1993; Roig & DeTommaso, 1995;

    Pavela, 1997; Iyer & Eastman, 2008).

    Pavela (1997) mengemukakan terdapat empat dimensi dalam ketidakjujuran

    akademik, yaitu :

    1. Cheating : Usaha menggunakan alat-alat atau bantuan yang tidak diperbolehkan

    dalam melakukan kegiatan akademik secara sengaja

    2. Fabrication : Pemalsuan informasi atau kutipan dalam kegiatan akademik

    dengan sengaja.

    3. Facilitating academic dishonesty : Secara sengaja membantu orang lain untuk

    melanggar honor code yang telah ditetapkan.

    4. Plagiarism : Menggunakan kalimat atau ide orang lain dan mengakui sebagai

    miliknya dalam berbagai kegiatan akademik secara sengaja.

    Selanjutnya Geddes (2011) berpendapat bahwa yang termasuk tindak

    ketidakjujuran akademik adalah plagiarisme, menggunakan ponsel dan catatan pada

    saat ujian, serta menyalin pekerjaan orang lain. McCabe dan Trevino (1993) beserta

    Roig dan DeTommaso (1995) membagi menjadi dua, yaitu plagiarisme

    (plagiarism) dalam tugas yang tertulis dan menyontek (cheating) pada saat tes.

    Pendapat lain, yakni Iyer dan Eastman (2008) memaparkan bentuk-bentuk

    ketidakjujuran akademik adalah sebagai berikut:

    1. Menyontek (cheating)

    Melihat jawaban siswa lain dan menggunakan catatan kecil atau buku pada saat

    ujian berlangsung.

    2. Plagiarisme (plagiarism)

  • 16

    Menjiplak tulisan siswa lain dalam pemenuhan tugas.

    3. Mencari bantuan dari luar (outside help)

    Meminta bantuan dari pihak lain secara tidak wajar untuk kepentingan akademik

    pribadi. Seperti menanyakan materi ujian kepada siswa yang erlebih dahulu

    mengikuti ujian, bekerja sama dalam tugas individu, dan menemui guru atau

    dosen untuk memengaruhi nilai.

    Dari berbagai dimensi mengenai ketidakjujuran akademik berdasarkan

    penelitian-penelitian terdahulu, dalam penelitian ini peneliti hanya mengukur satu

    dimensi saja (unidimensional), yaitu ketidakjujuran akademik yang mencakup

    perilaku menyontek, plagiasi, dan meminta bantuan orang lain.

    2.1.3 Faktor-faktor yang memengaruhi Intensi ketidakjujuran akademik

    2.1.3.1 Faktor Psikologis

    Menurut theory of planned behavior yang dikemukakan oleh Ajzen (2005) bahwa

    faktor penentu utama dari intensi dan perilaku yaitu Sikap, Norma Subjektif dan

    Perceived Behavioral Control. Nkhungulu dan Deda (2013), Stone et al.(2007),

    dan Kam et al. (2018) telah menggunakan theory of planned behavior dalam

    memprediksi intensi perilaku Ketidakjujuran Akademik.

    2.1.3.2 Faktor Peer Pressure

    Selain itu Peer Pressure dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan perilaku

    ketidakjujuran akademik. Dalam penelitian peer’s cheating behavior juga memiliki

    korelasi yang signifikan dengan terjadinya intensi perilaku ketidakjujuran

    akademik (Jurdi, Hage & Chow, 2011)

  • 17

    2.1.3.3 Faktor Demografis

    1. Jenis Kelamin

    Jenis kelamin adalah hal yang paling sering ditemukan sebagai faktor signifikan

    prediktor ketidakjujuran akademik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-

    laki lebih cenderung melakukan kecurangan dibandingkan perempuan (Jurdi et al.,

    2011; Miller et al., 2007; McCabe & Trevino, 1993)

    2. Tingkat Kelas

    Tingkat kelas atau pendidikan (grade level), Sebuah studi longitudinal oleh

    Anderman dan Midgley (2004) menemukan bahwa perilaku menyontek meningkat

    selama masa transisi dari tingkat middle school ke high school.

    Dari berbagai faktor yang mempengaruhi Intensi ketidakjujuran akademik

    yang dipaparkan di atas, peneliti berfokus pada beberapa faktor yang memiliki

    sumbangan cukup besar dalam mempengaruhi Intensi. Faktor tersebut adalah

    Sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, peer pressure, moral

    obligation, jenis kelamin dan tingkat kelas.

    2.1.4 Alat Ukur Intensi Ketidakjujuran Akademik

    Pengukuran Intensi Ketidakjujuran Akademik dalam penelitian skripsi ini, penulis

    menggunakan pengukuran yang dikembangkan oleh Stone, et al. (2007) yang terdiri

    dari 8 item. Contoh item kuesioner “Saya berniat untuk menyalin pekerjaan orang

    lain sebagai pekerjaan saya sendiri”

  • 18

    2.2 Sikap

    2.2.1 Definisi Sikap

    Allport mendefiniskan mengenai sikap ialah kesiapan seseorang untuk merespon.

    Yang artinya sikap bukanlah perilaku, dan bukan juga sesuatu yang dilakukan oleh

    seseorang melainkan sumber yang melahirkan perilaku, sikap merupakan sebuah

    kecenderungan untuk merespon sesuatu dengan sebuah cara tertentu terhadap objek

    yang disikapi. Istilah objek tersebut ialah attitude object yang digunakan untuk

    menunjukan hal-hal, orang, tempat, gagasan, tindakan atau situasi, baik tunggal

    ataupun jamak. Sikap bersifat tetap, alamiah dan karakter yang bersifat evaluatif,

    terbentuk karena pengalaman, yang memberikan arah terhadap pengaruh yang

    dinamis pada setiap individu sehingga mampu merespon semua hal dan keadaan

    yang berhubungan dengannya (Oskamp dan Schultz 2005).

    Selanjutnya, Fishbein dan Ajzen (1975), pengertian sikap berdasarkan

    penekanan pada pembelajaran sebagai kecenderungan yang dipelajari untuk

    merespon suatu secara favourable atau unfavorable dengan konsisten. Definisi

    sikap juga dijelaskan secara rinci oleh Ajzen (2005) bahwa sikap adalah disposisi

    untuk merespon secara favorable atau unfavorable terhadap suatu objek, orang,

    institusi, atau peristiwa yang terdiri dari tiga dimensi. Pertama kognitif, yaitu

    persepsi individu terhadap objek sikap, dimana dimensi konatif yaitu

    kecenderungan perilaku individu atau tindakan terhadap objek sikap.

    Menurut Baron dan Byne (2003) bahwa sikap sering kali ambivalen.

    Ambivalesn sikap yang merujuk pada fakta bahwa evaluasi individu terhadap

  • 19

    objek, isu, orang atau kejadian tidak selalu secara positif atau negative, evaluasi ini

    sering kali tercampur, terdiri dari dua reaksi, baik positif maupun negatif.

    Berdasarkan keseluruhan teori diatas peneliti menyimpulkan bahwa sikap

    merupakan kecenderungan untuk merespon secara positif atau negative terhadap

    suatu objek sikap. Adapun objek sikap dalam penelitian ini ialah ketidakjujuran

    akademik, sehingga defenisi sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    kecenderungan individu dalam merespon secara positif atau negatif terhadap

    ketidakjujuran akademik.

    2.2.2 Komponen-komponen sikap

    Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), terdapat tiga komponen dalam sikap yaitu;

    1. Kognitif, yaitu mencerminkan persepsi dan pemikiran mengenai objek sikap.

    2. Afek yaitu suatu persaan atau evaluasi terhadap objek, meliputi perasaan dan

    evaluasi (sikap)

    3. Konasi, yaitu intensi berperilaku yang ditampilkan terhadap objek sikap

    2.2.3 Alat ukur sikap

    Pengukuran sikap dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan pengukuran

    yang dikembangkan oleh Stone, et al. (2007) yang terdiri dari 5 item. Contoh item

    kuesioner “Menyontek adalah perilaku yang salah”

    2.3 Norma Subjektif

    2.3.1 Definisi Norma Subjektif

    Norma subyektif merupakan penentu kedua dari intensi dalam theory of planned

    behavior. Menurut Ajzen (2005) norma subjektif adalah keyakinan seseorang

    bahwa individu atau kelompok tertentu menyetujui atau menolak menampilkan

  • 20

    suatu perilaku; atau bahwa acuan sosial sendiri terlibat atau tidak terlibat di

    dalamnya. Norma subjektif juga diartikan sebagai kepercayaan seseorang mengenai

    pandangan orang lain terhadap baik atau buruknya perilaku dan keinginan untuk

    mematuhi pandangan tersebut.

    Bagi banyak perilaku, referen penting termasuk orang tua, pasangan, teman

    dekat, rekan kerja, dan, tergantung pada perilaku yang terlibat. Conner dan

    Armitage (1999) menyatakan bahwa norma subjektif terdiri dari keyakinan

    seseorang tentang apakah significant other berpikir dia harus terlibat dalam suatu

    perilaku. Significant other di sini adalah individu yang memiliki preferensi tentang

    perilaku seseorang yang dalam hal ini penting untuk individu. Norma subyektif

    diasumsikan menilai tekanan sosial pada individu untuk melakukan atau tidak

    melakukan suatu perilaku tertentu.

    Berdasarkan definisi berbagai ahli, peneliti menggunakan definisi yang

    dikemukakan oleh Ajzen (2005) yaitu kepercayaan seseorang mengenai pandangan

    orang lain terhadap baik atau buruknya perilaku dan keinginan untuk mematuhi

    pandangan tersebut.

    2.3.2 Komponen-komponen Norma Subjektif

    Ajzen (2005) mengasumsikan bahwa terdapat dua komponen yang terlibat di

    dalam norma subjektif, yaitu:

    1. Normative beliefs, yakni keyakinan seseorang untuk menampilkan suatu

    perilaku berdasarkan apa yang orang lain pikirkan.

    2. Motivation to comply, motivasi seseorang untuk memenuhi harapan orang lain

    dengan tujuan untuk menyenangkan orang lain.

  • 21

    2.3.3 Pengukuran Norma Subjektif

    Pengukuran Norma Subjektif dalam penelitian skripsi ini, dalam penelitian skripsi

    ini, penulis menggunakan pengukuran yang dikembangkan oleh Stone, et al. (2007)

    yang terdiri dari 6 item. Contoh item kuesioner “Teman-teman saya menyontek saat

    ujian”

    2.4 Perceived Behavioral Control

    2.4.1 Definisi Perceived Behavioral Control

    Ajzen (2005) menyatakan mengenai perceived behavioral control, yang juga

    diasumsikan sebagai function of beliefs, yaitu keyakinan tentang ada atau tidak

    adanya faktor-faktor yang memfasilitasi atau menghambat kinerja perilaku.

    Keyakinan ini mungkin sebagian didasarkan pada pengalaman masa lalu dengan

    perilaku, tetapi mereka biasanya juga akan dipengaruhi oleh informasi kedua

    tentang perilaku, dengan memperhatikan pengalaman kenalan dan teman-teman,

    dan faktor-faktor lain yang meningkatkan atau mengurangi kesulitan yang

    dirasakan untuk memunculkan perilaku yang bersangkutan. PBC adalah persepsi

    individu dari sejauh mana kinerja perilaku mudah atau sulit.

    Feldman (1995) mendefinisikan perceived behavioral control is the

    perceived ease or difficulty of carrying out the behavior, based on prior experience

    and anticipated barriers to preform it. Feldman menjelaskan perceived behavioral

    control (PBC) mungkin menjadi manifestasi sebuah ide bahwa perilaku bisa

    menjadi sulit untuk dilakukan dan banyak hambatan untuk menjadi perilaku

    tersebut. Pada theory of reasoned action tidak terdapat PBC, kemudian

    dikembangkan dan memasukkan PBC sebagai salah satu komponen di dalam theory

  • 22

    of planned behavior. Alasan dibalik penambahan PBC ini adalah bahwa hal ini akan

    memungkinkan untuk memprediksi perilaku yang tidak di bawah kendali kehendak

    yang lengkap. PBC memberikan informasi tentang potensi kendala pada tindakan

    seperti yang dialami oleh individu, dan digunakan untuk menjelaskan mengapa

    intensi tidak selalu memprediksi perilaku. Ajzen (2005) berpendapat bahwa

    besarnya hubungan PBC tergantung pada jenis perilaku dan sifat dari situasi.

    Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli, peneliti

    memilih untuk menggunakan definisi menurut Ajzen (2005) yaitu keyakinan

    tentang ada atau tidak adanya faktor-faktor yang memfasilitasi atau menghambat

    kinerja perilaku.

    2.4.2 Komponen-komponen Perceived behavioral control

    Ajzen (2005) mengemukakan dua komponen di dalam perceived behavioral

    control, yaitu:

    1. Control beliefs, keyakinan seseorang ada atau tidaknya kapasitas untuk

    menampilkan suatu perilaku.

    2. Power of factor, yakni kekuatan dari setiap faktor yang menghambat atau

    mendukung suatu perilaku.

    2.4.2 Alat Ukur perceived behavioral control

    Pengukuran Perceived Behavioral Control dalam penelitian skripsi ini, penulis

    menggunakan pengukuran yang dikembangkan oleh Stone, et al. (2007) yang terdiri

    dari 5 item. Contoh item kuesioner “Saya memberikan contekan hanya untuk

    membantu teman”

  • 23

    2.5 Peer Pressure

    2.5.1 Definisi Peer Pressure

    Peer Pressure adalah suatu perasaan yang dipengaruhi oleh dorongan atau tekanan

    dari teman sebaya untuk melakukan suatu aktivitas yang tidak diinginkan dan

    diharapkan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menyesuaikan diri bersama

    kelompok sosial dimana mereka ingin diterima (Lotar & Kamenov, 2013),

    sedangkan Menurut Santor, Messervey dan Kusumakar (2000) Peer Pressure

    merupakan suatu perasaan dorongan atau tekanan dari teman sebaya dalam

    mengajak untuk melakukan aktivitas yang sama dengan yang mengajaknya dan

    melakukannya karena harapan dari orang lain.

    Menurut Brown, Lohr dan Mclenahan (1986) peer pressure merupakan

    dorongan/tekanan dari teman sebaya untuk melakukan aktivitas/kegiatan yang

    sama, sedangkan berdasarkan teori perkembangan menurut Santrock (2009) Peer

    Pressure adalah tekanan sosial dari sebuah kelompok, yang mengharuskan

    seseorang untuk bertindak dan berpikiran dengan cara tertentu, agar dapat diterima

    oleh kelompok tersebut.Adapun tekanan tersebut rentan terjadi pada masa remaja.

    Dari beberapa definisi tentang peer pressure diatas peneliti menggunakan

    definisi menurut Santor, Messervey dan Kusumakar (2000) Peer Pressure suatu

    perasaan dorongan atau tekanan dari teman sebaya dalam mengajak untuk

    melakukan aktivitas yang sama dengan yang mengajaknya dan melakukannya

    karena harapan dari orang lain

    2.5.2 Komponen-komponen peer pressure

    Ada 2 beberapa bentuk peer pressure yaitu, (Prabhakar, 2012)

  • 24

    1. Peer pressure langsung (Direct Peer pressure)

    Peer pressure langsung adalah sebuah tekanan yang mempengaruhi pikiran

    individu untuk melakukan suatu hal yang sesuai perintah kelompok/teman sebaya,

    yang hal ini juga berperan penting dalam mengubah individu tersebut. Individu

    akan melakukan hal sesuai tekanan yang diberikan baik itu untuk melakukan

    perilaku negatif maupun positif. Tekanan langsung ini cenderung berlangsung

    cukup lama dan memicu munculnya tekanan yang lebih besar.

    2. Peer pressure tidak langsung (Indirect peer pressure)

    Peer pressure tidak langsung adalah sebuah tekanan yang diberikan tidak dengan

    berinteraksi secara langsung, tapi dari beberapa perilaku yang dimunculkan oleh

    kelompok, misalnya; dijauhi oleh kelompok karena individu mempunyai perilaku

    yang berbeda. Hal inilah yang berdampak pada keputusan individu dalam

    melakukan perilaku yang sama dengan kelompok yaitu dari tekanan dijauhi atau

    didiskriminasi oleh kelompok.

    2.5.3 Pengukuran Peer Pressure

    Pengukuran Peer Pressure dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan alat

    ukur yang dikembangkan oleh Santor, Messervey dan Kusumakar (2000) yang

    terdiri dari 9 item. Contoh item kuesioner “Saya mudah untuk menuruti keinginan

    teman”

    2.6 Moral Obligation

    2.6.1 Definisi Moral Obligation

    Beck dan Ajzen (1991) melakukan penelitian dengan mengembangkan model

    Theory of planned behavior dengan menambahkan variabel moral obligation

  • 25

    sebagai salah satu faktor yang memengaruhi unethical behavior. Moral Obligation

    didefinisikan sebagai perasaan individu mengenai kewajiban untuk terlibat atau

    menolak melakukan perilaku tertentu. Ketika suatu tindakan bertentangan dengan

    perasaan moral obligation seseorang, orang tersebut akan memiliki niat yang lebih

    rendah untuk berperilaku yang tidak etis.

    2.6.2 Pengukuran Moral Obligation

    Tiga item Moral Obligation penulis adaptasi dari penelitian Beck dan Ajzen (1991).

    2.7 Kerangka Berpikir

    Dalam penelitian ini Intensi ketidakjujuran akademik bersifat unidimensional

    (hanya mengukur satu faktor) dan merupakan pelanggaran-pelanggaran dalam hal

    akademik yang mencakup menyontek dan mendapatkan bantuan dari luar (orang

    lain) agar berhasil dalam segi akademik. Untuk mengukur Intensi Ketidakjujuran

    akademik dari individu, peneliti menggunakan 8 item Intensi Ketidakjujuran

    Akademik yang dikembangkan oleh Stone, et al (2007).

    Di dalam penelitian ini, diteorikan bahwa variabel sikap, norma subjektif,

    perceived behavioral control, peer pressure, moral obligation, jenis kelamin, dan

    tingkat kelas secara langsung mempengaruhi intensi ketidakjujuran akademik.

    Sikap individu terhadap objek sikap dapat mempengaruhi perilaku individu

    terhadap objek tersebut. Individu yang memiliki sikap positif terhadap

    ketidakjujuran akademik memiliki kecenderungan berbuat curang dalam kegiatan

    akademik, hal ini dikarenakan individu tersebut memandang bahwa berperilaku

    tidak jujur adalah perilaku yang normal (neutralizatition) dan dapat diterima

    lingkungan, sebaliknya pada individu yang memiliki sikap negatif terhadap

  • 26

    ketidakjujuran akademik akan cenderung menghindar dari perilaku tersebut (Jurdi,

    Hage dan Chow, 2011).

    Faktor yang mempengaruhi intensi dalam memunculkan perilaku

    berasarkan theory of planned behavior terdiri atas tiga komponen yaitu sikap,

    norma subjektif, perceived behavioral control. dalam penelitian Stone, et al (2007)

    ketiga komponen TPB tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap intensi

    perilaku ketidakjujuran akademik.

    Menurut Koss (2011) kecenderungan pelajar menyontek karena pengaruh

    teman dapat disebabkan karena pelajar yang berada pada masa remaja selalu

    membandingkan hasil belajar dan nilai sekolah mereka dengan hasil belajar dan nilai

    sekolah saudara dan teman, membuat mereka dihantui oleh ketakutan akan kegagalan.

    Dalam keadaan seperti ini tindakan ketidakjujuran akademik dianggap sebagai sebuah

    pilihan yang perlu dilakukan Adanya kecemasan terhadap kegalalan dan adanya

    keinginan yang kuat untuk mendapatkan nilai yang baik untuk mencapai prestasi yang

    mereka harapkan. sehingga pengaruh peer menjadi sangat penting dalam meneliti

    intensi seorang siswa untuk melakukan tindak ketidakjujuran akademik.

    Dalam penelitian Kam, et al. (2018) intensi ketidakjujuran akademik juga

    dipengaruhi secara signifikan oleh ketiga komponen TPB ditambah dengan variabel

    moral obligation yang merupakan variabel tambahan dalam komponen TPB saat

    mengukur intensi unethical behavior. Menurut Jurdi (2011) antara perempuan dan

    laki-laki pandangan yang berbeda tentang ketidakjujuran akademik terdapat suatu

    proses yang disebut neutralization, yaitu suatu kondisi dimana individu

    memandang bahwa ketidakjujuran akademik adalah hal yang wajar (normatif)

    memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku tersebut. Neutralization ini

  • 27

    cenderung terjadi pada perempuan untuk membuat suatu rasionalisasi (Miller,

    Murdock, Anderman, & Poindexter, 2007; Jurdi, et al, 2011). Namun di sisi lain,

    ternyata laki-laki yang cenderung melakukan ketidakjujuran (McCabe & Trevino,

    1993; Anderman & Midgley, 2004; Miller et al.,2007).

    Dan tingkat kelas atau pendidikan (grade level), Sebuah studi longitudinal

    oleh Anderman dan Midgley (2004) menemukan bahwa perilaku menyontek

    meningkat selama masa transisi dari tingkat middle school ke high school. Untuk

    lebih lanjut, kerangka berpikir dalam penelitian ini diilustrasikan seperti yang

    tertera pada gambar 2.1

    Gambar 2.1 Kerangka berpikir

  • 28

    2.8 Hipotesis Penelitian

    H1 : Ada pengaruh signifikan sikap, norma subjektif, perceived behavioral

    control, peer pressure, moral obligation,jenis kelamin dan tingkat kelas terhadap

    intensi ketidak jujuran akademik.

    H2 : Ada pengaruh signifikan sikap terhadap intensi ketidakjujuran akademik.

    H3 : Ada pengaruh signifikan norma subjektif terhadap intensi ketidakjujuran

    Akademik.

    H4 : Ada pengaruh signifikan perceived behavioral control terhadap intensi

    ketidakjujuran akademik.

    H5 : Ada pengaruh signifikan peer pressure terhadap intensi ketidakjujuran

    akademik.

    H6 : Ada pengaruh signifikan moral obligation terhadap intensi ketidakjujuran

    akademik.

    H7 : Ada pengaruh signifikan jenis kelamin terhadap intensi ketidakjujuran

    akademik.

    H8 : Ada pengaruh signifikan tingkat kelas terhadap intensi ketidakjujuran

    akademik.

  • 29

    BAB 3

    METODELOGI PENELITIAN

    3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

    3.1.1 Populasi

    Setiap penelitian memerlukan data atau informasi dari sumber. Sumber data dalam

    penelitian disebut populasi. Populasi menurut Walpole (2005) adalah keseluruhan

    pengamatan yang menjadi perhatian peneliti. Dalam penelitian ini yang dijadikan

    populasi adalah siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) se-derajat di Jakarta.

    3.1.2 Sampel

    Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

    (Walpole, 2005). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 171 responden yang

    merupakan siswa-siswi SMA se-derajat di Jakarta.

    3.1.3 Teknik Pengambilan Sampel

    Proses pengambilan data dalam melakukan pengambilan sampel penelitian,

    peneliti menggunakan teknik non-probability sampling, dimana teknik tersebut

    tidak diketahui berapa besarnya peluang yang akan menjadi sampel dalam

    penelitian ini (Umar,2012). Jenis non-probability sampling yang digunakan adalah

    accidental sampling. Pengambilan sempel dilakukan dengan menyebarkan

    kuesioner penelitian secara online.

    3.2 Variabel Penelitian Dan Definisi Opresional Variabel

    Variabel dalam penelitian ini terdiri dari delapan variabel yaitu ketidakjujuran

    akademik dengan konstruk unidimensional, sikap, norma subjektif, perceived

  • 30

    behavioral control, peer pressure, moral obligation, jenis kelamin dan Tingkat

    kelas . Berikut ini merupakan rinciannya sebagai berikut;

    1. Intensi Ketidakjujuran Akademik (Y) 2. Sikap (X1) 3. Norma subjektif (X2) 4. Perceived behavioral control (X3) 5. Peer Pressure (X4) 6. Moral Obligation (X5) 7. Jenis Kelamin (X6) 8. Tingkat Kelas (X7)

    Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    1. Intensi Ketidakjujuran akademik dalam penelitian adalah suatu niat dari

    individeu untuk melakukan tingkah laku tertentu, dalam hal ini adalah perilaku

    ketidakjujuran akademik (Fishbein dan Ajzen, 1975).

    2. Sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara positif atau negatif terhadap

    objek sikap, dalam hal ini adalah ketidakjujuran akademik (Ajzen, 2005)

    3. Norma subjektif adalah kepercayaan seseorang mengenai pandangan orang lain

    terhadap baik atau buruknya perilaku dan keinginan untuk mematuhi pandangan

    (Ajzen, 2005).

    4. Perceived behavioral control adalah persepsi mengenai keyakinan tentang ada

    atau tidak adanya faktor-faktor yang memfasilitasi kinerja perilaku (Ajzen,

    2005)

    5. Peer Pressure suatu perasaan dorongan atau tekanan dari teman sebaya dalam

    mengajak untuk melakukan aktivitas yang sama dengan yang mengajaknya dan

    melakukannya karena harapan dari orang lain (Santor, Messervey, dan Kumakar,

    2000)

  • 31

    6. Moral Obligation perasaan individu mengenai kewajiban untuk terlibat atau

    menolak melakukan perilaku tertentu (Ajzen, 1991)

    3.3 Teknik Pengumpulan Data

    Peneliti menggunakan instrument pengumpulan data dalam bentuk model skala

    likert dengan dua pengukuran sikap dan frekuensi. Pada skala sikap dan frekuensi

    terdiri dari empat alternatif jawaban. Responden diminta untuk memilih salah satu

    alternatif jawaban yang paling sesuai dengan diri responden pada kuesioner. Item

    dalam penelitian ini berbentuk pernyataan yang disajikan secara favorable

    (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung).

    1. Alat Ukur Intensi Ketidakjujuran Akademik

    Untuk mengukur Intensi Ketidakjujuran akademik dari individu, peneliti

    menggunakan 8 item Intensi Ketidakjujuran Akademik yang dikembangkan oleh

    Stone, et al. (2007) yang kemudian peneliti adaptasi. Kedelapan pernyataan

    tersebut berisi tentang seberapa besar kemungkinan responden untuk melakukan

    perilaku ketidakjujuran akademik.

    Skala intensi ketidakjujuran akademik ini memiliki rentangan sangat tidak setuju

    (skala 1) sampai sangat setuju (skala 4)

    Tabel 3.1

    Blueprint Skala Intensi Ketidakjujuran Akademik No Aspek Indikator No. Item Total

    1. Intensi

    Menyontek

    Keinginan individu untuk melakukan

    perilaku menyontek

    5,6 8

    2. Intensi plagiasi Keinginan individu untuk melakukan

    plagiasi

    1,7,8

    3. Intensi meminta

    bantuan orang

    lain

    Keinginan individu untuk meminta bantuan

    orang lain

    2,3,4

    Keterangan: * (item unfavorable/reverse item)

  • 32

    2. Alat Ukur Sikap

    Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Sikap terhadap

    Ketidakjujuran akademik yang dikembangkan oleh Stone, et al. (2007) yang

    kemudian peneliti adaptasi.

    Tabel 3.2

    Blueprint Skala Sikap No Aspek Indikator No. Item Total

    1. Sikap

    Persepsi terhadap ketidakjujuran

    akademik

    1*,2* 5

    Evaluasi terhadap ketidakjujuran

    akademik

    3*,4*,5*

    Keterangan: * (item unfavorable/reverse item)

    3. Alat Ukur Norma Subjektif

    Skala Norma Subjektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Norma

    Subjektif terhadap Ketidakjujuran akademik yang dikembangkan oleh Stone, et al.

    (2007) yang kemudian peneliti adaptasi.

    Tabel 3.3

    Blueprint Skala Norma Subjektif No Aspek Indikator No. Item Total

    1. Normative

    beliefs

    Keyakinan individu untuk menampilakn

    suatu perilaku berdasarkan apa yang orang

    lain pikirkan.

    1,2,6 6

    2. Motivation

    to comply

    Motivasi individu untuk memenuhi harapan

    teman

    3,4,5

    Keterangan: * (item unfavorable/reverse item)

    4. Alat Ukur Perceived Behavioral Control

    Skala Perceived Behavioral Control yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    Skala Perceived Behavioral Control terhadap Ketidakjujuran akademik yang

    dikembangkan oleh Stone, et al. (2007) yang kemudian peneliti adaptasi.

  • 33

    Tabel 3.4

    Blueprint Skala Perceived Behavioral Control No Aspek Indikator No. Item Total

    1. Control to

    beliefs

    Kontrol yang dirasakan saat berperilaku

    ketidakjujuran akademik

    1*,3*

    5

    2. Power of

    factors

    Kekuatan dari setiap faktor yang

    menghambat atau mendukung

    2*,4*,5*

    Keterangan: * (item unfavorable/reverse item)

    5. Alat Ukur Peer Pressure

    Pengukuran Peer pressure dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan alat

    ukur yang dikembangkan oleh Santor, Messervey dan Kusumakar (2000)

    Tabel 3.5

    Blueprint Skala Peer Pressure No Aspek Indikator Item Total

    1. Direct Peer

    Pressure

    tekanan yang yang mempengaruhi pikiran

    individu sesuai perintah teman sebaya

    1,3,4,5,8 5

    2. Indirect Peer

    Pressure

    Tekanan yang diberikan tidak dengan

    berinteraksi langsung dengan teman sebaya

    2,6,7,9 4

    9

    Keterangan: * (item unfavorable/reverse item)

    6. Alat Ukur Moral Obligation

    Tiga item Moral Obligation penulis adaptasi dari penelitian Beck dan Ajzen (1991)

    Tabel 3.6

    Blueprint Skala Moral Obligation No Aspek Indikator Item Total

    1. Kewajiban

    Moral

    Kewajiban atas norma benar atau salah

    dalam masyarakat

    1,2,3* 3

    Keterangan: * (item unfavorable/reverse item)

    7. Instrumen faktor demografi jenis kelamin

    Jenis kelamin diukur menggunakan coding tertentu, yaitu untuk jenis kelamin, laki-

    laki diberi kode “1”, sedangkan perempuan diberi kode “0”.

    8. Instrumen tingkatan kelas

    Tingkatan kelas diukur menggunakan coding tertentu, yaitu untuk kelas X diberi

    kode ‘’1’’, untuk kelas XI diberi kode ‘’2’’, sedangkan kelas XII diberi kode “3”.

  • 34

    3.4 Uji Validitas Konstruk

    Dalam sebuah penelitian, penting untuk melakukan uji validitas konstruk.

    Pengujian validitas konstruk menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA)

    yang bertujuan untuk mengetahui apakah item pada setiap variabel valid dalam

    mengukur apa yang hendak diukur. CFA digunakan dalam proses pengembangan

    skala untuk memeriksa struktur laten dari suatu alat tes. Dalam konteks ini, CFA

    digunakan untuk verifikasi jumlah dimensi yang mendasari instrument (faktor) dan

    pola hubungan item dengan faktor (factor loading).

    Dalam Confirmatory Factor Analysis (CFA), peneliti harus memiliki

    gambaran yang spesifik mengenai: (a) jumlah faktor, (b) variabel yang

    mencerminkan suatu faktor, dan (c) faktor yang saling berkolerasi. Tahapan dalam

    CFA diawali merumuskan model teoritis (hipotesis) tentang pengukuran variabel

    laten, kemudian model tersebut diuji kebenarannya secara statistik menggunakan

    data. CFA lebih tepat digunakan pada pengujian teori karena: (a) langsung menguji

    teori dan (b) tingkat fit pada model dapat diukur dalam berbagai cara. Adapun

    logika dari CFA (Umar, 2012) adalah:

    1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefiniskan

    secara operasional sehingga disusun pertanyaan atau pernyataan untuk

    mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap

    faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.

    2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap

    subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes

    bersifat unidimensional.

  • 35

    3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi

    antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks

    korelasi ini disebut sigma (Ʃ), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data

    empiris, yang disebut matriks S. jika teori tersebut benar (unidimensional) maka

    tentunya tidak ada perbedaan antara matriks Ʃ – matriks S atau bisa juga

    dinyatakan dengan Ʃ – S = 0

    4. Adapun dalam menentukan model fit, dapat dilihat dari taraf signifikansi model

    dengan melihat besaran p-value (> 0,05). Apabila p-value > 0.05 artinya tidak

    ada perbedaan yang signifikan antara model dari teori dengan data empiris yang

    diperoleh dari lapangan.

    5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya apakah item signifikan atau tidak

    dalam mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil

    t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa

    yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop dan sebaliknya.

    6. Terakhir, apabila hasil dari CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya

  • 36

    peneliti mentransformasikan faktor tersebut menjadi T-skor dengan rumusnya yaitu

    (Umar, 2012):

    T skor = 50 + (10 x skor faktor)

    Dalam hal ini, T-score akan memiliki mean = 50 dan SD = 10 dan

    diharapkan seluruh skor merupakan bilangan positif yang memiliki renrangan

    diperkiraan antara 0 dan 100. Setelah didaptkan faktor skor yang telah diubah

    menjadi T-score, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji regresi. Adapun

    pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan software MPLUS.

    3.4.1 Uji Validitas Konstruk Intensi

    Peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item

    tersebut benar-benar hanya mengukur Intensi ketidakjujuran akademik. Dari hasil

    perhitungan data Intensi ketidakjujuran akademik diperoleh skor awal perhitungan

    Chi-Square = 430.292, df = 28, P-value = 0.0000, RMSEA = 0.000. Dari hasil

    tersebut, diketahui nilai RMSEA < 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa model

    tersebut fit.

    Tahapan selanjutnya, melihat apakah signifikan dari item tersebut memang

    mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut

    perlu digugurkan/di-drop atau tidak, maka dari itu dilakukan pengujian hipotesis

    nihil tentang koefisien muatan faktor dari setiap item. Pengujiannya dilakukan

    dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika diketahui nilai t >

    1.96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya, jika diketahui nilai

    t < 1.96 maka item tersebut tidak signifikan. Koefisien muatan faktor untuk item

    intensi ketidakjujuran akademik dapat dilihat pada tabel 3.7

  • 37

    Berdasarkan Tabel 3.7 dapat diketahui bahwa dari 8 item, keseluruhan item

    signikan karena memiliki nilai (t>1.96). Oleh karena itu, item tersebut tidak perlu

    untuk digugurkan atau di-drop.

    Tabel 3.7

    Muatan Faktor Item Intensi Item Koefisien Standard Error Nilai T-value Signifikan

    1 0.539 0.069 7.816 V

    2 0.440 0.076 5.762 V

    3 0.530 0.078 6.818 V

    4 0.600 0.057 10.475 V

    5 0.505 0.081 6.238 V

    6 0.750 0.059 12.663 V

    7 0.862 0.064 13.547 V

    8 0.311 0.075 4.126 V

    Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t1.96); X = tidak signifikan (t

  • 38

    3.4.3 Uji Validitas Konstruk Norma Subjektif

    Dalam subbab ini akan diuji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional,

    artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur Norma Subjektif. Hasil

    perhitungan data CFA model satu faktor dari Norma Subjektif diperoleh skor awal

    perhitungan Chi-Square = 1215.553, df = 15, P-value = 0.0000, RMSEA = 0.000.

    Dari hasil tersebut nilai RMSEA < 0.05 sehingga dikatakan model ini fit..

    Tahapan selanjutnya, melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor

    yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu digugurkan

    atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan

    faktor dari item. Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

    muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga

    sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item Norma Subjektif dapat dilihat pada

    tabel 3.9 berikut:

    Tabel 3.9

    Muatan Faktor Item Norma Subjektif Item Koefisien Standard Error Nilai T Signifikan

    1 0.899 0.034 26.809 V

    2 0.919 0.030 30.784 V

    3 0.557 0.061 9.184 V

    4 0.505 0.058 8.765 V

    5 0.638 0.060 10.630 V

    6 0.572 0.059 9.627 V

    Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t 1.96). Oleh karena itu, semua item tersebut tidak ada yang

    perlu untuk di-drop.

  • 39

    3.4.4 Uji Validitas Konstruk Perceived Behavior Control (PBC)

    Dalam subbab ini akan diuji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional,

    artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur Perceived Behavioral

    Control. Hasil perhitungan data CFA model satu faktor dari Perceived Behavioral

    Control. diperoleh skor awal perhitungan Chi-Square = 359.909, df = 10, P-value

    = 0.1012, RMSEA = 0.265. Dari hasil tersebut nilai P-value > 0.05 sehingga

    dikatakan model ini fit.

    Tahapan selanjutnya, melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor

    yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu digugurkan

    atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan

    faktor dari item. Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

    muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga

    sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item Perceived Behavioral Control.

    dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut:

    Tabel 3.10

    Muatan Faktor Item Percieved Behavior Control (PBC) Item Koefisien Standard Error Nilai T Signifikan

    1 0.642 0.061 10.497 V

    2 0.627 0.060 10.478 V

    3 0.364 0.076 4.783 V

    4 0.858 0.067 12.729 V

    5 0.624 0.060 10.425 V

    Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t 1.96). Oleh karena itu, semua item tersebut tidak ada yang

    perlu untuk di-drop.

  • 40

    3.4.5 Uji Validitas Konstruk Peer Pressure

    Dalam subbab ini akan diuji apakah 9 item yang ada bersifat unidimensional,

    artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur Peer Pressure. Hasil

    perhitungan data CFA model satu faktor dari Peer Pressure diperoleh skor awal

    perhitungan Chi-Square = 505.081, df = 36, P-value = 0.0000, RMSEA = 0.000.

    Dari hasil tersebut nilai RMSEA < 0.05 sehingga dikatakan model ini fit.

    Tahapan selanjutnya, melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor

    yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu digugurkan

    atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan

    faktor dari item. Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

    muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga

    sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item Peer Pressure dapat dilihat pada

    tabel 3.11 berikut:

    Tabel 3.11

    Muatan Faktor Item Peer Pressure (PEP) Item Koefisien Standard Error Nilai T Signifikan

    1 0.543 0.061 8.966 V

    2 0.648 0.049 13.261 V

    3 0.268 0.068 3.933 V

    4 0.565 0.052 10.883 V

    5 0.509 0.057 8.866 V

    6 0.341 0.071 4.805 V

    7 0.704 0.045 15.576 V

    8 0.688 0.036 19.230 V

    9 0.216 0.072 3.001 V

    Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t 1.96). Oleh karena itu, semua item tersebut tidak ada yang perlu

    untuk di-drop.

  • 41

    3.4.6 Uji Validitas Konstruk Moral Obligation

    Dalam subbab ini akan diuji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional,

    artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur Moral Obligation. Hasil

    perhitungan data CFA model satu faktor Moral Obligation diperoleh skor awal

    perhitungan Chi-Square = 128.573, df = 3, P-value = 0.0000, RMSEA = 0.000. Dari

    hasil tersebut nilai RMSEA < 0.05 sehingga dikatakan model ini fit.

    Tahapan selanjutnya, melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor

    yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu digugurkan

    atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan

    faktor dari item. Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

    muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga

    sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item Moral Obligation dapat dilihat

    pada tabel 3.12

    Tabel 3.12

    Muatan Faktor Item Moral Obligation Item Koefisien Standard Error Nilai T Signifikan

    1 0.952 0.124 7.768 V

    2 0.639 0.096 6.626 V

    3 0.379 0.078 4.853 V

    Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t1.96). Oleh karena itu, semua item tersebut tidak

    ada yang perlu untuk di-drop.

    3.5 Teknik analisis data

    Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah multiple

    regression atau analisis regresi berganda. Hal ini disebabkan, terdapat tujuh

    independent variabel yaitu sikap, norma subjektif, perceived behavioral control,

  • 42

    peer pressure, moral obligation, jenis kelamin dan tingkat kelas yang ingin peneliti

    lihat pengaruhya terhadap dependent variabel intensi ketidakjujuran akademik.

    Metode ini juga dipilih karena peneliti ingin melihat pengaruh secara parsial sikap,

    norma subjektif, perceived behavioral control, peer pressure, moral obligation,

    jenis kelamin dan tingkat kelas terhadap intensi ketidakjujuran akademik serta

    presentase hubungan sumbangan pengaruh sikap, norma subjektif, perceived

    behavioral control, peer pressure, moral obligation, jenis kelamin dan tingkat kelas

    secara bersama-sama terhadap intensi ketidakjujuran akademik dan apakah

    hasilnya dapat digeneralisasikan untuk seluruh populasi.

    3.6 Metode Analisis Data

    Dalam rangka menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan metode analisis

    regresi berganda yaitu suatu metode untuk menguji signifikan atau tidaknya

    pengaruh dari sekumpulan variabel indipenden terhadap variabel dependen. Berikut

    ini adalah persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini:

    Y1= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e

    Jika dituliskan variabelnya maka:

    a = intercept (konstan)

    b = koefisien regresi untuk masing-masing X

    X1 = Sikap

    X2 = Norma Subjektif

    X3 = Perceived behavioral control

    X4 = Peer Pressure

    X5 = Moral Obligation

    X6 = Jenis Kelamin

    X7 = Tingkat Kelas

    e = residual

    Adapun data yang dianalisis dengan persamaan diatas adalah hasil dari

    pengukuran yang sudah ditransformasi ke dalam factor score. Dalam hal ini, factor

  • 43

    score adalah faktor yang diukur dengan menggunakan software MPLUS dengan

    menggunakan item yang sudah valid. Setelah mendapatkan factor score, kemudian

    item yang sudah valid tersebut dicari true scorenya dengan rumus sebagai berikut:

    Tscore = Mean + (Factor score x SD)

    50 + (Factor score x 10)

    Setelah seluruh variabel telah ditransformasi ke dalam bentuk true score,

    kemudian skor tersebut digunakan untuk melakukan analisis regresi berganda.

    Dalam analisis regresi berganda, besarnya proporsi varians intensi ketidakjujuran

    akademik yang dipengaruhi oleh bervariasinya seluruh IV dapat diukur dengan

    rumus R², di mana rumusnya adalah sebagai berikut:

    Adapun jika R² signifikan (P 1.96 maka koefisien regresi variabel tersebut

    dinyatakan signifikan,sebaliknya jika t< 1.96 maka variabel tersebut dinyatakan

    tidak signifikan (dalam taraf signifikansi 0.05 atau 5%).

    Dalam regresi analisis berganda ini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu:

    1. R² yang menunjukan proporsi varians dari variabel dependen yang bisa

    diterangkan oleh variabel independen.

  • 44

    2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien

    regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari

    variabel indipenden yang bersangkutan.

    3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi

    tentang beberapa nilai Y jika nilai variabel indipenden diketahui.

    4. Sumbangan varian dari masing-masing variabel indipenden yaitu sikap, norma

    subjektif, perceived behavioral control, prestasi akademik,jenis kelamin dan

    tingkatan kelas serta peran orangtua terhadap intensi ketidakjujuran akademik.

  • 45

    BAB 4

    HASIL PENELITIAN

    4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

    Total sampel pada penelitian ini berjumlah 171 orang yang merupakan siswa/i

    Sekolah Menengah Atas. Adapun gambaran umum subjek penelitian ini yang

    berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada table 4.1

    Table 4.1

    Gambaran umum subjek penelitian

    Gambaran Umum Subjek Jumlah Persentase

    Jenis kelamin

    Laki-laki 55 32.2 %

    Perempuan 116 67.8%

    Tingkat Kelas