ilusi uang: pengaruh sikap, norma subjektif, perceived behavioral control dan batasan...
TRANSCRIPT
i
ILUSI UANG: PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF,
PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL DAN BATASAN
ANGGARAN TERHADAP WILLINGNESS TO PAY
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
AKHMAD FAKHRY TAWAQAL
NIM: 1110070000142
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015 M
ii
ILUSI UANG: PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF,
PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL DAN BATASAN
ANGGARAN TERHADAP WILLINGNESS TO PAY
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Akhmad Fakhry Tawaqal
NIM: 1110070000142
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing
Dr. Yunita Faela Nisa M.Psi., Psi.
NIP. 19770608 200501 2 003
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015 M
LEMBAR PENGESAHAN
iii
Skripsi berjudul “ILUSI UANG: PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF,
PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL DAN BATASAN ANGGARAN
TERHADAP WILLINGNESS TO PAY” telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 21
Oktober 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 21 Oktober 2015
Seminar Munaqasyah
Dekan/ Wakil Dekan/
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si Dr. Abdul Rahman Saleh, M.Si
NIP.19680614 199704 1 001 NIP. 19720823 199903 1 002
Anggota
Miftahuddin, M.Si Liany Luzvinda, M.Si
NIP. 19730317 200604 1 001 NIP.19780216 200710 2 001
Dr. Yunita Faela Nisa, M.Psi
NIP. 19820929 200801 2 004
HALAMAN PERNYATAAN
iv
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yag berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 21 Oktober 2015
Akhmad Fakhry Tawaqal
NIM: 1110070000142
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Oktober 2015
C) Akhmad Fakhry Tawaqal
D) Ilusi Uang dan Willingness to Pay: Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived
Behavioral Control dan Batasan Anggaran terhadap Willingness to Pay
E) xv + 91 halaman + lampiran
F) Ketika konsumen hanya melihat uang dari sisi nominal saja tanpa melihat dari sisi
nilai yang sebenarnya (real value) maka ia mengalami ilusi uang. Ilusi uang dalam
skala besar bahkan bisa membuat inflasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control, batasan anggaran
dan pengurangan nol pada nilai nominal terhadap ilusi uang dan willingness to pay.
Penelitian ini menggunakan desain eksperimental randomized 2x2 between-subject
factorial design dimana sampel dibagi menjadi empat kelompok penelitian. Sampel
sebanyak 115 mahasiswa diambil dengan teknik nonprobability sampling. Data yang
dikumpulkan melalui kuesioner digunakan untuk mengukur variabel sikap, norma
subjektif, perceived behavioral control dan ilusi uang. Analisis data menggunakan
analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan R square sebesar 0,233, artinya 23,3% variabel
willingness to pay dapat dijelaskan oleh variasi dari sikap, norma subjektif, perceived
behavioral control, batasan anggaran dan pengurangan nol pada nilai nominal. Hasil
penelitian menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara keseluruhan dari
behavioral belief, evaluation to behavioral belief, normatives belief, motivation to
comply, control belief, perceived power, batasan anggaran dan pengurangan nol pada
nilai nominal terhadap willingness to pay. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa sampel tidak mengalami ilusi uang karena tidak adanya perbedaan willingness
to pay yang signifikan di setiap kelompok penelitian.
G) Bahan bacaan = Buku; 11 + Jurnal; 15 + Skripsi; 2
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) October 2015
C) Akhmad Fakhry Tawaqal
D) Money Illusion: The Effect of Attitudes, Subjective Norms, Perceived Behavioral
Control and Budget Constraint to Willingness to Pay
E) xv + 91 pages + appendix
F) When consumers perceive money just from the nominal value without take a look
at the real value, he experienced the money illusion. Money illusion on a large scale
could even make inflation. This study aims to determine the effect of attitude,
subjective norm, perceived behavioral control, budget constraints and a reduction of
the nominal value of zero on the illusion of money and willingness to pay. This study
uses a randomized experimental design 2x2 between-subject factorial design in which
the sample is divided into four study groups. A sample of 115 students was taken
with nonprobability sampling technique. Data were collected through the
questionnaires used to measure the attitude, subjective norm, perceived behavioral
control and the money illusion variables. Analysis of data using multiple regression
analysis.
The results showed R square of 0.233, meaning that 23.3% variable willingness to
pay can be explained by the variation of attitude, subjective norm, perceived
behavioral control, budget constraints and a reduction in the nominal value of zero.
The study states that there is a significant influence on the whole of the behavioral
belief, behavioral evaluation to belief, normatives belief, motivation to comply,
control belief, perceived power, budget constraints and zero reduction in the nominal
value of the willingness to pay. The results also showed that the samples did not
experience the money illusion because there is no difference of significance in
willingness to pay in each study group.
G) Reading Material = Book; 11 + Journal; 15 + Thesis; 2
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamduillah penulis panjatkan untuk kehadirat Allah SWT, karena berkat
segala limpahan anugerah dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam tak lupa pula dipanjatkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW, yang telah membawa kita dari zaman yang gelap gulita hingga alam yang
terang benderang dengan ilmu pengetahuan.
Pada kesempatan ini penulis dengan ketulusan dan kerendahan hati ingin
menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dengan
memberikan masukan dan kontribusi berarti dalam proses penelitian dan penyusunan
sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik antara lain:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib M.Ag, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Yunita Faela Nisa M.Psi., Psi, yang telah membimbing, mengarahkan
dan memberikan saran, serta kesabaran dan waktu yang diberikan selama
proses penyusunan skripsi ini sejak seminar proposal. Terima kasih atas ilmu,
wawasan dan feedback yang penulis dapatkan sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.
3. Ibu Zulfa Indira Wahyuni M.Psi., Psi, Dosen Pembibing Akademik. Terima
kasih atas bimbingan yang diberikan selama penulis menjalani perkuliahan.
viii
4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan penuh dedikasi dan
keikhlasannya.
5. Seluruh Staf Bagian Perpustakaan, Akademik, Umum, dan Keuangan
Fakultas Psikologi yang telah banyak membantu serta memudahkan penulis
selama menjadi menjalani studi di Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Kedua orang tua penulis yang senantiasa memberikan dukungan serta doa
dalam proses penyelesaian skripsi ini beserta keluarga penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman seperjuangan dan partner in crime selama penulis menyelesaikan studi
dan skripsi ini, Laras dan Dian. Terima kasih atas segala suka, duka dan
semua yang diberikan sehingga kita semua dapat menyelesaikan studi ini.
8. Teman-teman kelas D 2010, terima kasih atas segala kisah yang telah kita
buat bersama selama masa kuliah, serta teman-teman angkatan 2010 juga
kakak dan adik kelas yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per
satu.
9. Pusat Layanan Psikologi UIN Jakarta. Terima kasih kepada pengurus, tim
psikologi, staf, serta teman-teman yang telah memberikan penulis kesempatan
untuk mendapatkan pelajaran dan pengalaman berharga di luar perkuliahan.
ix
10. Seluruh responden yang telah membantu mengisi kuesioner penelitian ketika
proses pilot study dan pengambilan data. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari kalian. Terima kasih banyak atas waktu luang dan informasi
yang diberikan.
11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu tetapi tidak mengurangi
rasa terima kasih penulis atas dukungan moral serta pengertian mereka penulis
bisa menyelesaikan skripsi ini.
Penulis panjatkan doa kepada semua pihak yang membantu dalam
proses penyelesaian skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, besar harapan
penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi siapa saja yang membaca.
Jakarta, 21 Oktober 2015
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN................................................................................ iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................................... 6
1.2.1 Pembatasan Masalah .............................................................................. 6
1.2.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................................................. 8
BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................................. 10 2.1 Willingness to pay ............................................................................................. 10
2.1.1 Pengertian Willingness To Pay ............................................................... 10
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Willingness to Pay.......................... 11
2.1.2.1 Sikap ........................................................................................ 14
2.1.2.2 Norma Subjektif ....................................................................... 15
2.1.2.3 Perceived Behavioral Control ................................................. 17
2.1.5 Penelitian Terdahulu mengenai Willingness to Pay .............................. 18
2.1.6 Metode Pengukuran Willingness to Pay ................................................ 19
2.2 Batasan Anggaran ............................................................................................. 21
2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................................. 23
2.4 Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 26
BAB 3 METODE PENELITIAN .......................................................................... 28
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................................ 28
3.2 Desain Penelitian .............................................................................................. 29
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................................ 29
3.3.1 Definisi Operasional Variabel ............................................................... 29
3.4 Prosedur Eksperimen ........................................................................................ 30
3.5 Instrumen Penelitian ......................................................................................... 32
3.6 Uji Validitas Konstruk ...................................................................................... 37
xi
3.6.1 Uji Validitas Alat Ukur Sikap ............................................................... 39
3.6.1.1 Dimensi Behavioral Belief ...................................................... 39
3.6.1.2 Dimensi Evaluation to Behavioral Belief ................................ 41
3.6.2 Uji Validitas Alat Ukur Norma Subyektif ............................................. 42
3.6.2.1. Dimensi Normative Belief ...................................................... 42
3.6.2.2 Dimensi Motivation to comply ............................................... 43
3.6.3 Uji Validitas Alat Ukur Perceived Behavioral Control ....................... 44
3.6.3.1 Dimensi Control Belief ........................................................... 44
3.6.3.2 Dimensi Perceived Power ...................................................... 45
3.6.4 Uji Validitas Variabel Willingness to Pay ............................................ 47
3.7 Teknik Analisis Data ........................................................................................ 48
3.8. Prosedur Penelitian ........................................................................................... 51
BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................... 53
4.1 Gambaran Subjek Penelitian ............................................................................ 53
4.2 Deskripsi Statistik Hasil Penelitian .................................................................. 55
4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian .................................................. 56
4.3 Uji Hipotesis Penelitian .................................................................................... 59
4.3.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ................................................... 59
4.3.2 Pengujian Proporsi Varians Masing-masing Independent Variabel .. 64
4.4. Pengukuran Ilusi Uang berdasarkan Batasan Anggaran dan Tampilan
Harga ................................................................................................................ 67
4.4.1 Perbandingan Willingness To Pay berdasarkan Tampilan Harga ....... 67
4.4.2 Perbandingan Willingness To Pay berdasarkan Batasan Anggaran .... 68
4.4.3 Perbandingan Willingness To Pay berdasarkan Kelompok
Penelitian ............................................................................................. 69
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ............................................... 71
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 71
5.2 Diskusi .............................................................................................................. 71
5.3 Saran ................................................................................................................. 76
5.3.1 Saran Metodologis .................................................................................. 76
5.3.2 Saran Praktis ........................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 80
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue Print Skala Sikap ...................................................................... 49
Tabel 3.2 Blue Print Skala Norma Subjektif ..................................................... 50
Tabel 3.3 Blue Print Skala Perceived Behavioral Control ............................... 51
Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Dimensi Behavioral Belief ............................... 54
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Dimensi Evaluation to Behavioral Belief ........ 55
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Dimensi Normative Belief ................................ 56
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Dimensi Motivation to Comply ........................ 58
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Dimensi Control Belief .................................... 60
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Dimensi Perceived Power ................................ 61
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Dimensi Willingness to Pay ............................. 63
Tabel 4.1 Gambaran Subyek Penelitian ............................................................ 68
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ............................................. 70
Tabel 4.3 Norma Skor Variabel ........................................................................ 71
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Willingness to Pay ............................................... 71
Tabel 4.5 Kategorisasi Skor Dimensi Sikap ..................................................... 72
Tabel 4.6 Kategorisasi Skor Dimensi Norma Subjektif .................................... 73
Tabel 4.7 Kategorisasi Skor Dimensi Perceived Behavioral Control .............. 73
Tabel 4.8 Model Summary ................................................................................ 75
Tabel 4.9 ANOVA ................................................................................... 75
Tabel 4.10 Koefisien Regresi .............................................................................. 76
Tabel 4.11 Proporsi Varian untuk Masing-masing Independent Variable ......... 80
Tabel 4.12 Rata-rata WTP berdasarkan Manipulasi Jumlah Nol ........................ 82
Tabel 4.13 Uji ANOVA Pengaruh Jumlah Nol terhadap WTP .......................... 83
Tabel 4.14 Rata-rata WTP berdasarkan Manipulasi Anggaran .......................... 84
Tabel 4.15 Uji ANOVA Pengaruh Batasan Anggaran terhadap WTP ............... 84
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Theory of Planned Behavior ............................................... 14
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir .......................................................................... 26
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Pilot Study ..................................................................... 83
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ....................................................................... 86
Lampiran 3 Contoh Syntax Analisi Faktor Konfirmatori .................................. 111
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Skala Willingness to Pay ................................. 120
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Skala Behavioral Belief ................................... 121
Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Skala Evaluation to Behavioral Belief ............ 121
Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Skala Normative Belief .................................... 122
Lampiran 8 Hasil Uji Validitas Skala Motivation to Comply ............................ 122
Lampiran 9 Hasil Uji Validitas Skala Control Belief ....................................... 123
Lampiran 10 Hasil Uji Validitas Skala Perceived Power ................................... 123
Lampiran 11 Hasil Analisis Regresi Variabel Penelitian.................................... 124
Lampiran 12 Hasil Willingness to Pay Berdasarkan Batasan Anggaran ............ 125
Lampiran 13 Hasil Willingness to Pay Berdasarkan Tampilan Harga................ 126
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penelitian tentang ilusi uang sudah banyak dilakukan oleh para peneliti. Penelitian
ini biasanya didasari oleh kebijakan-kebijakan yang terjadi pada suatu negara
terkait dengan mata uang pada negara tersebut, contohnya seperti kebijakan
penyederhanaan nilai nominal mata uang dengan memangkas jumlah nol pada
mata uang tersebut, yang disebut dengan redenominasi dan kebijakan
penyeragaman mata uang pada negara-negara di Eropa dari mata uang yang
berbeda di setiap negara disamakan menjadi mata uang Euro.
Gamble (2002) melakukan penelitian ketika terjadi penyeragaman mata
uang negara-negara di Eropa menjadi Euro. Hasil dari penelitiannya adalah
terjadinya ilusi uang pada negara-negara yang mengalami perubahan nilai mata
uang tersebut dimana ilusi uang ini dilihat dari adanya perbedaan estimasi
partisipan penelitian pada mata uang yang baru (Euro) dengan mata uang yang
dipakai oleh mereka sebelumnya. Para partisipan penelitian yang berasal dari
negara-negara yang memiliki mata uang dengan nilai nominal lebih besar dari
Euro akan mengalami overestimation, sementara underestimation terjadi pada
partisipan penelitian dari negara-negara yang nilai nominal mata uang mereka
sebelumnya lebih kecil dari mata uang Euro.
Amado, Tekozel, Topsever, Ranyard, Del Missier & Bonini (2007)
melakukan penelitian ilusi uang terkait tentang kebijakan redenominasi di Turki.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat kemampuan adaptasi masyarakat Turki
2
terhadap mata uang baru pasca redenominasi, yaitu New Turkey Lira, yang
merupakan hasil penyederhanaan enam angka nol pada mata uang sebelumnya,
Turkey Lira. Pada studi pertama, Amado et.al (2007) melakukan eksperimen
penelitian dengan setting redenominasi di Turki sebelum kebijakan redenominasi
tersebut berlaku. Pada eksperimen ini, setiap partisipan diminta untuk
mengestimasi harga dari salah satu dari tiga mata uang yang berbeda, yaitu New
Turkey Lira, Turkey Lira dan Euro. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada
mata uang yang tidak familiar oleh masyarakat, seperti New Turkey Lira dan Euro
estimasi harganya menjadi lebih besar dibandingkan dengan mata uang yang telah
masyarakat kenal, yaitu Turkey Lira dan dapat disimpulkan bahwa terjadi ilusi
uang pada masyarakat Turki. Pada studi kedua, Amado et.al (2007) menyimpulkan
bahwa masyarakat Turki sudah dapat beradaptasi dengan mata uang New Turkey
Lira.
Ketika kebijakan redenominasi dilakukan, akan terjadi perubahan tampilan
harga di setiap transaksi ekonomi. Meskipun redenominasi hanya mengubah nilai
nominal saja dan tidak mengubah nilai tukar dari mata uang tersebut, perubahan
tampilan harga diperkirakan akan menimbulkan ilusi uang (Shafir, Diamond &
Tversky, 1997). Ilusi uang didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk
menilai uang dari nilai nominalnya saja tanpa menilai juga nilai riil dari uang
tersebut (Shafir et.al., 1997). Kecenderungan ini dapat membuat perubahan
persepsi dan tingkah laku pada masyarakat ketika kebijakan redenominasi
dilakukan. Contohnya adalah terjadinya perubahan daya beli konsumen di Irlandia
dan Ghana (Ranyard, Burgyone, Saldanha & Routh, 2005) dan kesalahan
3
mempersepsikan harga suatu barang yang membuat terjadinya perubahan pola
perilaku pembelian barang (Dzokoto, Mensah, Twum-Asante, Opare-Henaku,
2010).
Perubahan pola perilaku konsumen yang terjadi ketika perubahan tampilan
harga adalah dengan terjadinya underspending dan overspending pada masyarakat
yang terlihat dari adanya perbedaan keinginan individu untuk membeli ketika
mereka menggunakan mata uang dengan nilai nominal yang berbeda. Amado et.al
(2001) membuktikan bahwa perubahan tampilan harga mempengaruhi pola
perilaku konsumen pada masyarakat Turki, dimana konsumen Turki
mempersepsikan harga suatu barang lebih tinggi dibanding nilai barang tersebut
sesungguhnya.
Raghubir dan Srivastava (2002) juga melakukan penelitian ilusi uang ini
dengan menggunakan enam jenis mata uang yang berbeda-beda untuk
dibandingkan dengan keinginan untuk membeli (willingness to pay). Willingness
to pay adalah seberapa besar individu berani mengeluarkan uangnya untuk
mendapatkan suatu barang atau jasa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
semakin besar nilai nominal suatu mata uang maka akan semakin kecil WTP dari
individu, sehingga ketika individu tersebut dihadapkan pada mata uang dengan
nilai nominal yang lebih besar dari mata uangnya, maka ia akan cenderung
underspending dan jika ia menghadapi uang dengan nilai nominal yang lebih kecil
dari mata uangnya, maka ia cenderung melakukan overspending. Ilusi uang seperti
ini disebut dengan face value effect. Ilusi uang ini bahkan tetap pada beberapa
4
negara di Eropa, seperti Italia dan Irlandia setelah tiga tahun diberlakukannya
kebijakan redenominasi (Del Missier et.al., 2007).
Menurut Wertenbroch Saman dan Chattopadhyay (2007), pada
kenyataannya nilai nominal uang bukanlah satu-satunya faktor yang digunakan
individu ketika membeli barang atau jasa. Ada salah satu faktor lain yang tampak
jelas hadir dalam kehidupan manusia sehari-hari, yaitu batasan anggaran.
Keputusan ekonomi individu akan bisa berbeda ketika ia diberikan modal atau
anggaran dengan besaran yang berbeda pula.
Wertenbroch et.al. (2007) melakukan penelitian dimana partisipan akan
dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama akan menggunakan uang
dengan nilai nominal yang kecil, yaitu Euro. Sementara kelompok kedua
menggunakan uang dengan nilai nominal yang besar, yaitu mata uang Spanyol
(Peseta). Setiap partisipan pada masing-masing kelompok akan dibagikan
sejumlah uang dimana jumlah uang yang dibagikan tidak seragam, ada yang
diberikan anggaran dengan jumlah yang besar (300 Euro atau 50.000 Peseta) dan
ada yang diberikan anggaran dengan jumlah yang kecil (100 Euro dan 17.000
Peseta). Semua partisipan lalu diminta untuk membayangkan sedang berlibur ke
Spanyol dan diberikan daftar berisi dua puluh produk kebutuhan sehari-hari yang
harus dibeli. Mereka diminta memilih untuk membeli produk dengan merek
terkenal (brand name) atau produk serupa dengan merek toko (store brand) yang
harganya lebih murah.
Hasil penelitian Wertenbroch et.al. (2007) menunjukkan bahwa partisipan
mengalami ilusi uang. Partisipan pada kelompok Euro secara signifikan membeli
5
lebih banyak produk bermerek terkenal dibandingkan dengan partisipan pada
kelompok Peseta. Akan tetapi, fenomena ini akan terliat terutama pada partisipan
yang diberikan anggaran yang rendah. Karena merasa memiliki banyak uang,
partisipan yang diberikan anggaran tinggi cenderung membeli lebih banyak produk
bermerek terkenal, baik itu pada partisipan kelompok Euro maupun Peseta.
Sementara itu, karena merasa memiliki sedikit uang, partisipan dengan anggaran
rendah akan cenderung memilih barang dengan merek toko karena harganya yang
lebih murah ketika perbedaan nilai nominal harga dipersepsikan cukup besar.
Dapat dikatakan bahwa ilusi uang terjadi terutama pada partispan pada kelompok
nilai nominal kecil (Euro) yang diberikan anggaran yang rendah. Kesimpulannya,
hasil penelitian menunjukkan bahwa batasan anggaran dapat mempengaruhi
terjadinya ilusi uang. Partisipan pada kelompok nilai nominal kecil (Euro) yang
diberikan anggaran kecil justru akan mengeluarkan lebih banyak uang
(overspending) dibandingkan dengan partisipan pada kelompok nilai noinal besar
(Peseta) yang diberikan anggaran dengan jumlah yang besar. Hal ini terjadi
dikarenakan partisipan yang diberikan nilai nominal kecil merasa bahwa
perbedaan harga antara barang merek terkenal dan merek toko juga lebih kecil.
Padahal, pada kedua mata uang yag digunakan pada penelitian (Euro dan Peseta)
nilai riilnya adalah sama, hanya nilai nominalnya saja yang berbeda.
Penelitian pada konsumen yang membeli produk bermerek terkenal juga
pernah diteliti oleh Oeusoonthornwattana dan Shanks (2010). Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa merek bisa sangat memengaruhi pilihan individu ketika
sedang berbelanja. Individu cenderung untuk memilih produk dengan merek yang
6
sudah familiar olehnya. Ketika diminta mencicipi dua selai kacang dari merek
terkenal dan tidak terkenal, partisipan lebih memilih selai kacang dari merek
terkenal. Walaupun ketika mencicipi merek tahu, bahwa selai kacang yang
memiliki kualitas lebih baik adalah selai kacang yang bermerek tidak terkenal.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Rao dan Monroe
(1989) bahwa merek produk dapat memengaruhi persepsi konsumen terhadap
kualitas produk. Individu akan mempersepsikan produk bermerek terkenal
memiliki kualitas yang baik. Walaupun ia sudah mencoba sendiri kualitas dari
masing-masing produk, ia cenderung tetap memilih prdouk dengan merek terkenal
dan menganggap bahwa produk dengan merek terkenal tersebut memiliki kualitas
yang lebih baik dari produk dengan merek tidak terkenal.
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1. Pembatasan Masalah
Dari uraian masalah diatas, peneliti ingin melihat pengaruh sikap, norma subjektif,
perceived behavioral control dan batasan anggaran sebagai variabel prediktor
terhadap ilusi uang dan willingness to pay ketika terjadi perubahan nilai nominal
pada mata uang. Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam
penggunaan istilah serta untuk melihat masalah penelitian ini lebih fokus, maka:
1. Ilusi uang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bias persepsi individu
dimana individu tersebut hanya melihat uang dalam nilai nominalnya saja
tanpa melihat nilai riil nya.
2. Willingness to Pay adalah harga maksimum yang konsumen berikan untuk
membayar barang atau jasa yang ditawarkan.
7
3. Sikap adalah penilaian positif atau negatif seseorang terhadap perilaku tertentu
yang tampak.
4. Norma subjektif adalah persepsi seseorang terhadap tekanan sosial (orang-
orang yang penting baginya) untuk menampilkan perilaku atau tidak.
5. Perceived Behavioral Control (PBC) adalah pengamatan seseorang terhadap
kemudahan atau kesulitan untuk menampilkan perilaku tertentu
6. Batasan anggaran adalah jumlah maksimal dari kombinasi barang yang dapat
dibeli sesuai uang atau anggaran yang dimiliki oleh individu.
1.2.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diurai di atas, penulis merumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control akan
mempengaruhi willingness to pay mahasiswa dalam membeli barang-barang
kebutuhannya sehari-hari.?
2. Apakah akan terjadi ilusi uang yang dilihat dari adanya perbedaan willingness
to pay ketika menggunakan dua uang dengan nilai nominal yang berbeda
(sebelum dan sesudah redenominasi)?
3. Apakah perbedaan anggaran yang diberikan pada dua kelompok akan
mempengaruhi terjadinya perbedaan willingness to pay dari setiap kelompok di
mana perbedaan tersebut membuat ilusi uang terjadi?
8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah ilusi uang akan
terjadi ketika individu diberikan sejumlah anggaran tertentu untuk menggunakan
uang dengan nilai nominal yang berbeda dari mata uang sebelumnya. Perubahan
nilai nominal ini akan mengubah tampilan jumlah angka nol pada mata uang yang
akan disesuaikan dengan setting redenominasi yang akan diterapkan di Indonesia
untuk melihat kemungkinan terjadinya ilusi uang ketika kebijakan redenominasi
ini benar-benar dilaksanakan.
Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat apakah ada kontribusi yang
signifikan antara sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control
terhadap willingness to pay individu untuk membeli produk dengan merek
terkenal.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memperkaya hasil-hasil penelitian
mengenai perilaku konsumen, khususnya yang terkait dengan sikap, norma
subjektif, perceived behavioral control, ilusi uang, redenominasi, batasan
anggaran serta willingness to pay. Sehingga penelitian ini secara umum dapat
memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan, terutama di bidang psikologi dan
ekonomi dengan memberikan bukti-bukti empiris pada penelitian ini.
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah diharapkan hasil dari
penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam mempertimbangkan tindakan
persiapan apa yang harus dilakukan dalam pelaksanaan kebijakan redenominasi di
9
Indonesia, mengingat nilai nominal pada penelitian ini disesuaikan dengan
kebijakan redenominasi yang direncanakan oleh pemerintah Indonesia. Hasil
penelitian ini dapat juga dijadikan sebagai prediksi sikap masyarakat Indonesia
ketika terjasi perubahan nilai nominal pada Rupiah ketika kebijakan redeominasi
dilaksanakan.
10
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan berisi uraian teori dari variabel-variabel yang digunakan pada
penelitian ini yang terbagi menjadi lima subbab. Subbab pertama menjelaskan
mengenai willingness to pay, subbab kedua mengenai batasan anggaran, subbab
ketiga menerangkan kerangka berpikir dan subbab keempat menguraikan hipotesis
penelitian.
2.1. Willingness to Pay
2.1.1. Pengertian Willingness to Pay
Willingness to Pay (WTP) didefinisikan oleh Mankiw (2012) sebagai, “The
maximum amount that a buyer will pay for a good,”. WTP dikenal pula dengan
istilah reservation price yang didefinisikan oleh Kalish dan Nelson (1991) sebagai
"A maximum price they (consumer) are willing to pay for a given product, which
equals the product's value to consumer". Dengan kata lain, WTP adalah besaran
harga tertinggi yang berani dikeluarkan individu untuk mendapatkan suatu barang
atau jasa.
Contohnya, situs lelang Ebay menawarkan sebuah laptop dan akan ada
sejumlah orang yang tertarik untuk membeli laptop tersebut. Namun, batas harga
tertinggi yang rela dibayarkan oleh setiap calon pembeli bisa berbeda-beda. Calon
pembeli yang satu mungkin mau membayar tujuh juta Rupiah untuk memperoleh
laptop tersebut, namun calon pembeli yang lain mungkin hanya rela membayar
lima, tiga, bahkan satu juta saja untuk laptop yang sama. Ketika bid atau tawaran
harga orang lain melampaui harga tertinggi yang mampu atau rela dia bayarkan,
11
calon pembeli tersebut akan berhenti karena tidak mau menawar lebih tinggi lagi.
Dengan kata lain, WTP bukan harga yang ditawarkan produsen atau toko yang
menjual suatu barang, melainkan besaran uang paling tinggi yang rela dikeluarkan
individu untuk memperoleh barang tersebut.
Willingness to pay (WTP) dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu real
WTP dan hypothetical WTP. Menurut Voelckner (2006), pada real WTP, terdapat
konsekuensi finansial yang nyata sebab seseorang harus membayarkan sejumlah
uang dan benar-benar membeli suatu barang sesuai harga maksimum yang dia
sebutkan. Sementara itu, pada hypothetical WTP, seseorang tidak berkewajiban
untuk melakukan pembelian semacam itu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hypothetical WTP cenderung lebih tinggi daripada real WTP (Voelckner, 2006;
Wertenbroch & Skiera, 2002).
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Willingness to Pay
Salah satu teori yang dapat menjelaskan willingness to pay adalah Theory of
Planned Behavior. Theory of Planned Behavior (TPB) dikembangkan oleh Ajzen
dan Fishbein yang merupakan hasil pengembangan dari teori yang telah mereka
kembangkan sebelumnya, yaitu Theory of Reasoned Action (TRA). TPB dapat
digunakan untuk memahami pengaruh-pengaruh motivasional terhadap perilaku
yang tidak sepenuhnya di bawah kendali atau kemauan dari individu itu sendiri.
Planned Behavior atau perilaku terencana adalah perilaku yang berdasarkan
asumsi bahwa manusia biasanya berperilaku dengan cara yang rasional, dimana
mereka akan mempertimbangan informasi-informasi yang ada dan
12
mempertimbangkan dampak dari tindakan yang mereka lakukan sebelum
melakukan atau tidak melakukan perilaku-perilaku tertentu (Ajzen, 2005).
TPB menggunakan kerangka untuk mempelajari sikap terhadap perilaku
dan faktor terpenting dari perilaku individu adalah intensi untuk berperilaku.
Intensi individu untuk menampilkan perilaku tertentu adalah kombinasi dari sikap
untuk menampilkan perilaku tersebut dengan norma subjektif. Sikap individu
terhadap perilaku meliputi kepercayaan mengenai suatu perilaku, evaluasi terhadap
perilaku, norma subjektif, normative beliefs dan motivasi untuk patuh.
Perbedaan antara TPB dan TRA terletak pada adanya faktor Perceived
Behavioral Control (PBC) yang menjadi faktor intensi beperilaku yang terdapat di
TPB. Oleh karena itu, TPB dapat memprediksi perilaku-perilaku yang sepenuhnya
tidak di bawah kendali individu, sedangkan pada TRA hanya pada perilaku yang di
bawah kendali individu sendiri saja. Jika perilaku tersebut tidak sepenuhnya di
bawah kendali atau kemauan individu, meskipun ia sangat termotivasi oleh sikap
dan norma subjektifnya, mungkin saja individu tidak akan secara nyata
menampilkan perilaku tersebut.
Berdasarkan Theory of Planned Behavior ada tiga faktor yang dapat
mempengaruhi willingness to pay, yaitu sikap, norma subjektif dan perceived
behavioral control. Sikap dianggap sebagai komponen pertama dari intensi
perilaku. Sikap adalah kepercayaan positif atau negatif untuk menampilkan suatu
perilaku tertentu. Kepercayaan-kepercayaan atau beliefs ini disebut dengan
behavioral beliefs. Seorang individu akan berniat untuk menampilkan suatu
perilaku tertentu ketika ia menilainya secara positif. Sikap ditentukan oleh
13
kepercayaan-kepercayaan individu mengenai konsekuensi dari menampilkan suatu
perilaku (behavioral beliefs), ditimbang berdasarkan hasil evaluasi terhadap
konsekuensinya (outcome evaluation). Sikap-sikap tersebut dipercaya memiliki
pengaruh langsung terhadap intensi berperilaku dan dihubungkan dengan norma
subjektif dan perceived behavioral control.
Norma subjektif juga diasumsikan sebagai suatu fungsi dari beliefs yang
secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan suatu
perilaku. Kepercayaan-kepercayaan yang termasuk dalam norma-norma subjektif
disebut juga kepercayaan normatif (normative beliefs). Individu akan berniat
menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsikan bahwa orang lain
yang penting menurutnya, berfikir bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Orang
lain yang penting tersebut bisa pasangan, sahabat, dokter, dsb. Hal ini dapat
diketahui dengan cara menanyai individu tersebut untuk menilai apakah orang-
orang lain yang penting tadi cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia
menampilkan perilaku yang dimaksud.
Faktor yang ketiga adalah perceived behavioral control. PBC menunjuk
suatu derajat dimana individu merasa bahwa tampil atau tidaknya suatu perilaku
yang dimaksud adalah di bawah pengendaliannya. Individu cenderung untuk tidak
akan membentuk suatu intensi yang kuat untuk menampilkan suatu perilaku
tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau kesempatan untuk
melakukannya meskipun ia memiliki sikap yang positif dan ia percaya bahwa
orang-orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya. PBC dapat
mempengaruhi perilaku secara langsung atau tidak langsung melalui intensi. Jalur
14
langsung dari PBC ke perilaku diharapkan muncul ketika terdapat keselarasan
antara persepsi mengenai kendali dan kendali yang aktual dari seseorang atas suatu
perilaku. Planned Behavior dapat digambarkan melalui bagan di bawah ini:
Gambar 2.2 Bagan The Planned of Behavior
Sumber: Ajzen (2005)
2.1.2.1. Sikap
Menurut Ajzen (2005), sikap adalah evaluasi individu secara positif atau
negatif terhadap benda, orang, institusi, kejadian, perilaku atau minat
tertentu. Menurut Gagne dan Briggs (dalam Ajzen, 2005), sikap merupakan
suatu keadaan internal (internal state) yang mempengaruhi pilihan
tindakan individu terhadap objek, orang atau kejadian tertentu.
Sedangkan menurut Eagly & Chaiken (1993), sikap merupakan
kecenderungan kognitif, afektif, dan tingkah laku yang dipelajari untuk
berespon secara positif maupun negatif terhadap objek, situasi, institusi,
Attitude
Toward the
Behavior
Subjective
Norm
Perceived
Behavioral
Control
Intention Behavior
15
konsep atau seseorang. Sikap merupakan faktor personal yang mengandung
evaluasi positif atau dalam tingkah laku yang menghindari, melawan, atau
menghalagi objek
Fishbein dan Ajzen (1975) berpendapat bahwa ada dua komponen
dalam pembentukan sikap, yaitu:
1. Behavioral Belief, yang merupakan keyakinan-keyakinan yang
dimiliki individu terhadap perilaku dan merupakan keyakinan yang
akan mendorong terbentuknya sikap.
2. Evaluation to behavioral belief, yang merupakan evaluasi positif atau
negatif individu terhadap perilaku tertentu berdasarkan keyakinan-
keyakinan yang dimilikinya.
2.1.2.2. Norma Subjektif
Norma Subjektif merupakan faktor dari luar individu yang berisi persepsi
seseorang tentang apakah orang lain akan menyetujui atau tidak menyetujui
suatu tingkah laku yang ditampilkan (Baron & Byrne, 2003). Norma
subjektif ditentukan oleh adanya keyakinan normatif (normative belief) dan
keinginan untuk mengikuti (motivation to comply) (Ajzen, 2005).
Keyakinan normatif berkenaan dengan harapan-harapan yang berasal dari
referent atau orang dan kelompok yang berpengaruh bagi individu
(significant others) seperti orang tua, pasangan, teman dekat, rekan kerja
atau lainnya, tergantung pada perilaku yang terlibat. Norma Subjektif
didefinisikan sebagai adanya persepsi individu terhadap tekanan sosial
16
yang ada untuk menunjukkan atau tidak suatu perilaku. Individu memiliki
keyakinan bahwa individu atau kelompok tertentu akan menerima atau
tidak menerima tindakan yang dilakukannya. Apabila individu meyakini
apa yang menjadi norma kelompok, maka individu akan mematuhi dan
membentuk perilaku yang sesuai dengan kelompoknya.
Norma Subjektif tidak hanya ditentukan oleh referent, tetapi juga
ditentukan oleh motivation to comply. Secara umum, individu yang yakin
bahwa kebanyakan referent akan menyetujui dirinya menampilkan perilaku
tertentu, dan adanya motivasi untuk mengikuti perilaku tertentu, akan
merasakan tekanan sosial untuk melakukannya. Sebaliknya, individu yang
yakin bahwa kebanyakan referent akan tidak menyetujui dirinya
menampilkan perilaku tertentu, dan tidak adanya motivasi untuk mengikuti
perilaku tertentu, maka hal ini akan menyebabkan dirinya memiliki
subjective norm yang menempatkan tekanan pada dirinya untuk
menghindari melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 2005).
Dalam Theory of Planned Behavior, Norma Subjektif juga
diidentikan oleh dua hal, yaitu: belief dari seseorang tentang reaksi atau
pendapat orang lain atau kelompok lain tentang apakah individu perlu,
harus, atau tidak boleh melakukan suatu perilaku, dan memotivasi individu
untuk mengikuti pendapat orang lain tersebut (Michener, Delamater, &
Myers, 2004).
17
2.1.2.3. Perceived Behavioral Control
Perceived Behavioral Control menggambarkan tentang perasaan self
efficacy atau kemampuan diri individu adalam melakukan suatu perilaku.
Hal senada juga dikemukakan oleh Ismail dan Zain (2008), yaitu Percieved
Behavior Control merupakan persepsi individu mengenai kontrol yang
dimiliki individu tersebut sehubungan dengan tingkah laku tertentu.
Percieved Behavior Control merupakan keyakinan tentang ada atau
tidaknya faktor-faktor yang memfasilitasi dan menghalangi individu untuk
melakukan suatu perilaku. Percieved Behavior Control ditentukan oleh
pengalaman masa lalu individu dan juga perkiraan individu mengenai
seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan suatu perilaku. Pengalaman
masa lalu individu terhadap suatu perilaku bisa dipengaruhi oleh informasi
yang didapat dari orang lain, misalnya dari pengalaman orang-orang yang
dikenal seperti keluarga, pasangan dan teman.
Ajzen (dalam Ismail & Zain, 2008) menjelaskan bahwa perilaku
seseorang tidak hanya dikendalikan oleh dirinya sendiri, tetapi juga
membutuhkan kontrol, misalnya berupa ketersediaan sumber daya dan
kesempatan bahkan keterampilan tertentu. Perceived Behavioral Control
merepresentasikan kepercayaan seseorang tentang seberapa mudah
individu menunjukkan suatu perilaku. Ketika individu percaya bahwa
dirinya kekurangan sumber atau tidak memiliki kesempatan untuk
menunjukkan suatu perilaku, (kontrol perilaku yang rendah) individu tidak
18
akan memiliki intensi yang kuat untuk menunjukkan perilaku tersebut
(Engel, Blackwell, & Miniard, 1995).
Dalam beberapa situasi, satu atau dua faktor saja dapat digunakan
untuk menjelaskan intensi, dan kebanyakan ketiga faktor ini masing-
masing berperan dalam menjelaskan intensi. Sebagai tambahan, tiap
individu memiliki perbedaan bobot dari antara ketiga faktor tersebut mana
yang paling mempengaruhi individu tersebut dalam berperilaku (Ajzen,
2005). Sehingga kesimpulannya seseorang akan melakukan suatu perilaku
tertentu jika orang tersebut mengevaluasi perilaku tersebut secara positif,
ditambah individu tersebut mendapatkan tekanan dari sosial untuk
melakukan perilaku tersebut, serta individu tersebut percaya bisa dan
memiliki kesempatan untuk melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 2005).
2.1.5. Penelitian Terdahulu mengenai Willingness to Pay
Raghubir dan Srivastava (2002) menggunakan willingness to pay untuk mengukur
terjadi atau tidaknya ilusi uang pada penelitian mereka, dengan cara
membandingkan nilai willingness to pay partisipan pada mata uang yang berbeda.
Hasil penelitian Raghubir dan Srivastava (2010) menunjukkan bahwa ternyata ada
perbedaan perlakuan partisipan menggunakan mata uang asing. Partisipan akan
semakin berani menghabiskan uang mereka ketika menggunakan mata uang asing
yang nilai nominalnya lebih rendah dari mata uang negara mereka (nilai
willingness to pay tinggi). Karena perbedaan memperlakukan mata uang inilah
yang menunjukkan bahwa partisipan mengalami ilusi uang.
19
Putri (2013) juga melakukan penelitian menggunakan willingness to pay
untuk mengukur terjadi atau tidaknya ilusi uang yang merupakan replikasi dari
penelitian Raghubir dan Srivastava (2010). Akan tetapi, pada penelitian Putri
(2013) menggunakan mata uang yang sama dengan variasi nilai nominal yang
berbeda bukan dengan menggunakan beberapa mata uang asing. Selain itu, Putri
(2013) juga menambahkan variabel baru yang tidak digunakan pada penelitian
Raghubir dan Srivastava (2010), yaitu variabel batasan anggaran.
2.1.6. Metode Pengukuran Willingness to Pay
Menurut Voelckner (2006) ada empat metode untuk mengukur WTP, yaitu
auctions, lotteries, conjoint analysis dan contingent valuation. Metode auctions
dan lotteries digunakan untuk mengukur real WTP, sementara metode conjoint
analysis dan contingent valuation. digunakan untuk mengukur hypothetical WTP.
Auctions atau lelang melibatkan sejumlah orang yang mau menawarkan
harga tertentu untuk membeli suatu barang. Dua jenis auctions yang digunakan
untuk mengukur real WTP adalah vickrey auctions dan first price auctions. Pada
vickrey auctions, orang dengan penawaran tertinggi dianggap menang dan berhak
untuk membeli barang yang dilelang, tetapi bukan membeli dengan harga yang ia
tawarkan, melainkan dengan harga dari penawaran tertinggi kedua. Hal ini berbeda
dengan first price autions, dimana penawar tertinggi harus membayar sesuai harga
yang ia sebutkan. Vickrey auctions dianggap lebih menunjukkan WTP yang
sebenarnya dari seseorang karena harga tertinggi yang ia nyatakan tidak
menentukan harga yang harga yang harus ia bayarkan ketika ia memenangkan
lelang.
20
Metode kedua untuk mengukur real WTP dilakukan dengan cara lotteries
atau pengundian. Sama seperti auctions, partisipan harus menyatakan harga
tertinggi yang ingin ia bayarkan untuk suatu barang. Akan tetapi, harga yang harus
ia bayarkan ditetukan dengan cara pengundian. Partisipan akan diminta mengambil
bola dari fish bowl. Jika nominal yang tertera pada bola tersebut sama atau lebih
rendah dari nominal yang ia sebutkan, maka partisipan tersebut harus membeli
barang yang ditawarkan dengan harga sesuai nominal yang tertera pada bola yang
telah ia ambil. Menurut Wertenbroch dan Skiera (2002), metode lotteries ini
dianggap dapat memotivasi partisispan untuk menunjukkan real WTP.
Metode selanjutnya adalah metode untuk mengukur hypothetical WTP.
Conjoint analysis adalah metode pengukuran WTP dimana tidak melibatkan
proses pembelian. Metode ini umumnya digunakan untuk menentukan keinginan
individu untuk menukarkan suatu barang dengan barang lainnya (trade-off). Pada
metode conjoint analysis, partisipan diminta untuk memberikan rating. Metode
conjoint analysis ini memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memprediksi
produk mana yang akan dipilih oleh konsumen (Kalish dan Nelson, 1991).
Metode yang terakhir adalah metode contingent valuation. Metode yang
juga tidak melibatkan proses pembelian ini dapat dilakukan dengan dua cara, yang
pertama adalah partisipan diminta langsung menyebutkan keinginannya untuk
membeli produk tertentu (Wertenbroch dan Skiera, 2002). Cara yang kedua adalah
partisipan diminta apakah ia mau membeli barang dengan harga yang telah
ditentukan (Wertenbroch et.al., 2007).
21
2.2. Batasan Anggaran
Batasan anggaran atau budget constraint didefinisikan sebagai, “The set of all
bundles that exactly exhaust the consumer income at given price,” (Frank, 2003).
Contohnya, seorang mahasiswa membutuhkan kertas binder dan pulpen setiap
bulannya. Harga satu pak kertas binder adalah lima ribu Rupiah, sedangkan harga
satu buah pulpen adalah dua ribu lima ratus Rupiah. Apabila mahasiswa ini
memiliki anggaran untuk memenuhi kebutuhan akan kertas dan pulpen sebanyak
dua puluh ribu Rupiah, maka batasan anggarannya adalah kombinasi jumlah kertas
binder dan pulpen yang mampu ia beli sesuai dengan anggaran yang ia miliki.
Sesuai dengan jumlah anggaran yang ia miliki, mahasiswa tersebut dapat membeli
empat pak kertas binder dan dua buah pulpen. Atau bisa pula, ia membeli tiga pak
kertas binder dan empat buah pulpen. Ketika digambarkan dengan bentuk kurva,
batasan anggaran adalah garis diagonal yang menunjukkan kombinasi jumlah
kertas dan pulpen yang dapat ia beli sesuai dengan anggaran yang ia miliki. Ia
dapat membeli barang-barang tersebut dengan jumlah pembelian di bawah
anggaran yang ia miliki, tetapi ia tidak dapat membeli diatas jumlah anggaran yang
ia miliki. Kesimpulannya, batasan anggaran adalah jumlah maksimal dari
kombinasi barang yang dapat dibeli sesuai uang atau anggaran yang ia miliki dan
bukanlah nominal uang atau pendapatan yang dimiliki seseorang.
Batasan anggaran dipengaruhi oleh harga barang (price) dan besar
pendapatan (income). Posisi dan kemiringan garis batasan anggaran akan
ditentukan sepenuhnya oleh harga barang dan pendapatan konsumen. Apabila
terjadi perubahan diantara satu atau keduanya, maka batasan anggaranpun akan
22
mengalami perubahan (Frank, 2003). Contohnya, apabila harga pulpen mengalami
kenaikan menjadi lima ribu Rupiah, maka batasan anggaran dari mahasiswa
tersebut akan berubah dari yang sebelumnya. Hal ini dikarenakan dengan anggaran
yang ia miliki sebesar dua puluh ribu Rupiah, tadinya ia dapat membeli delapan
buah pulpen. Sekarang karena harga pulpen telah naik menjadi lima ribu Rupiah,
ia hanya dapat membeli empat buah pulpen saja. Apabila ia juga ingin membeli
dua pak kertas binder, maka ia hanya dapat membeli dua buah pulpen saja, dari
sebelumnya empat buah pulpen. Hal ini tidak akan terjadi apabila kenaikan harga
suatu barang diikuti dengan kenaikan pendapatan pula, apalagi ketika ia
mengalami kenaikan pendapatan tetapi tidak terjadi kenaikan harga barang-barang,
maka mahasiswa tersebut dapat membeli lebih banyak lagi kertas binder dan
pulpen dibandingkan sebelumnya.
Manusia adalah mahluk yang rasional dan perilaku ekonomi muncul untuk
memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, apabila selera dan kebutuhan konsumen
tidak akan berubah dan ia memiliki anggaran yang sama pada dua situasi yang
berbeda, seharusnya keputusan pembelian yang ia lakukanpun akan tetap sama
(Frank, 2003). Contohnya adalah apabila kebutuhan mahasiswa tersebut setiap
bulannya adalah dua pak kertas binder dan empat buah pulpen, maka seharusnya ia
akan tetap membeli dua pak kertas binder dan empat buah pulpen pada bulan
berikutnya sekalipun pada saat itu kebijakan redenominasi telah berlaku. Hal ini
disebabkan karena kebutuhan dan batasan anggaran yang dimiliki mahasiswa
tersebut tetap sama sekalipun jumlah nol pada nominal uang dan harga telah
dikurangi sebanyak tiga buah setelah diberlakukannya redenominasi. Anggaran
23
yang ia miliki setelah diberlakukannya redenominasi menjadi sebanyak dua puluh
Rupiah. Dengan anggaran sebesar itu, ia tetap dapat memenuhi kebutuhannya
untuk membeli barang-barang sebanyak dua pak kertas binder dan empat buah
pulpen.
2.3. Kerangka Berpikir
Dalam melakukan pembelian suatu barang, konsumen sering mempertimbangkan
harga dan merek, dimana hal itu merupakan hal yang wajar dan hak sebagai
konsumen untuk memutuskan ingin membeli yang mana. Keinginan untuk
membeli ini didasari oleh berbagai sebab.
Menurut theory of planned behavior, suatu perilaku muncul dipengaruhi
oleh tiga faktor, yaitu sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control.
Sebelum membentuk suatu perilaku terhadap willingness to pay barang dengan
merek terkenal atau merek toko, sikap individu akan tergantung pada keyakinan ia
akan merek dari barang tersebut. Ia memiliki keyakinan untuk mempersepsikan
merek secara positif atau negatif, yang ia dapatkan dalam bentuk pengalaman
langsung terhadap merek. Seperti pada hasil penelitian Rao dan Monroe (1989),
jika individu menganggap membeli barang dengan merek terkenal ia akan
mendapatkan sesuatu hal yang positif untuknya, maka ia akan menampilkan
perilaku willingness to pay barang dengan merek terkenal. Sedangkan jika ia
menganggap membeli barang dengan merek terkenal sama saja dengan merek
toko, maka ia cenderung akan membeli barang dengan merek toko saja, tidak
harus dengan merek yang terkenal.
24
Norma subjektif individu untuk menampilkan perilaku willingness to pay
tergantung dari apakah orang lain akan setuju atau tidak untuk menampilkan
perilaku tersebut. Jika individu berada dalam lingkungan yang menyarankannya
untuk membeli barang dengan merek terkenal, maka individu tersebut akan
cenderung menampilkan perilaku membeli barang dengan merek terkenal, tanpa
melihat apakah ia memiliki anggaran yang cukup atau tidak. Lain halnya ketika ia
berada pada lingkungan yang menganggap bahwa semua barang yang ada di toko
itu sama saja, baik yang bermerek terkenal maupun yang bermerek toko, tentunya
ia tidak akan selalu membeli barang dengan merek terkenal. Ia tidak akan
mempertimbangkan mereknya, tapi ia akan mempertimbangkan anggaran yang ia
miliki. Dengan demikian, pendapat orang lain akan menjadi pertimbangannya
untuk menampilkan perilaku willingness to pay.
Perceived behavioral control memiliki implikasi motivasional terhadap
perilaku. Individu yang beranggapan bahwa ia tidak memiliki kemampuan untuk
menampilkan perilaku willingness to pay barang dengan merek terkenal, tentu
tidak akan membentuk dorongan yang kuat untuk menampilkan perilaku tersebut.
Walaupun ia memiliki sikap positif terhadap membeli barang dengan merek
terkenal dan percaya bahwa orang lain yang dekat dengannya akan setuju bila ia
menampilkan perilaku tersebut.
Willingness to pay juga dipengaruhi dari jumlah anggaran yang dimiliki
individu untuk menampilkan perilaku tersebut. Karena anggaran akan membuat
keputusan ekonomi yang berbeda ketika ia diberikan atau memiliki anggaran
dengan besaran yang berbeda pula. Menurut Frank (2003) manusia adalah
25
makhluk yang rasional dan perilaku ekonomi yang dimunculkan itu karena untuk
memenuhi kebutuhannya. Walaupun individu tersebut akan mengalami ilusi uang
atau tidak, selama persepsi dan kebutuhannya tidak berubah ia akan menampilkan
perilaku yang sama. Individu akan menampilkan perilaku willingness to pay
tergantung dari jumlah anggaran yang ia miliki.
Nilai nominal adalah hal yang sudah pasti ada dalam setiap perilaku
ekonomi. Ketika tampilan nilai nominal berubah menjadi lebih sederhana, ketika
terjadi redenominasi misalnya akan mempengaruhi perilakunya. Penelitian
Wertenbroch et.al. (2007) menunjukkan ketika individu dalam kondisi tampilan
harga dengan nominal lebih kecil akan cenderung memiliki willingness to pay
yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang diberikan tampilan harga
dengan nilai nominal besar (overspending).
Willingness to pay dapat mengukur apakah konsumen mengalami ilusi
uang atau tidak, dengan memanipulasi variabel batasan anggaran dan tampilan
harganya. Jika terdapat perbedaan willingness to pay yang signifikan antar
konsumen, maka dapat disimulkan konsumen mengalami ilusi uang, jika tidak
terdapat perbedaan yang signifikan maka konsumen tidak mengalami ilusi uang.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti dapat simpulkan kerangka
berpikir dalam bagan berikut ini:
26
s
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
2.4. Hipotesis Penelitian
H1 : Ada pengaruh behavioral belief, evaluation to behavioral belief,
normatives belief, motivation to comply, control belief, perceived power,
batasan anggaran dan tampilan nilai nominal mata uang terhadap
willingness to pay dan ilusi uang pada mahasiswa UIN Jakarta.
H2 : Ada pengaruh behavioral belief terhadap willingness to pay pada
mahasiswa UIN Jakarta.
Sikap
1. Behavioral Belief
2. Evaluation to
Behavioral Belief
Norma Subjektif
Perceived
Behavioral Control
1. Normative Belief
2. Motivation to
Comply
1. Control Beliefs
2. Perceived Power
Batasan Anggaran
Pengurangan Nol
Pada Nilai Nominal
Willingness to Pay
barang dengan merek
terkenal
27
H3 : Ada pengaruh evaluation to behavioral belief terhadap willingness to pay
pada mahasiswa UIN Jakarta.
H4 : Ada pengaruh normatives belief terhadap willingness to pay pada
mahasiswa UIN Jakarta.
H5 : Ada pengaruh motivation to comply terhadap willingness to pay pada
mahasiswa UIN Jakarta.
H6 : Ada pengaruh control belief terhadap willingness to pay pada mahasiswa
UIN Jakarta.
H7 : Ada pengaruh perceived power terhadap willingness to pay pada
mahasiswa UIN Jakarta.
H8 : Ada pengaruh batasan anggaran terhadap ilusi uang pada mahasiswa UIN
Jakarta.
H9 : Ada pengaruh pengurangan nol pada nilai nominal mata uang terhadap
ilusi uang pada mahasiswa UIN Jakarta.
28
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang metode penelitian yang terdiri dari populasi,
sampel, dan teknik pengambilan sampel, variabel penelitian dan definisi
operasional variabel, instrumen pengumpulan data, teknik analisis data, dan
prosedur penelitian.
3.1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun akademik 2014-2015
sejumlah 646 mahasiswa, yang terdiri dari angkatan 2011 sampai 2014.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non-probability sampling. Kriteria
sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa yang bertempat tinggal di rumah kost
atau asrama, memperoleh pemasukan bulanan dari orangtua, beasiswa atau
penghasilan sendiri dan melakukan aktivitas belanja barang kebutuhan pribadi
secara rutin.
Kriteria ini ditentukan dengan mempertimbangkan bahwa mahasiswa yang
bertempat tinggal di rumah kost atau asrama akan mendapatkan pemasukan
dengan jumlah tertentu dan mereka akan membeli kebutuhan pibadi sehari-hari
sehingga memiliki batasan anggarannya sendiri. Hal ini dilakukan karena mereka
seringkali membeli kebutuhan sehari-hari, sehingga mereka cukup familiar dengan
jenis, merek, maupun proses pengambilan keputusan berbelanja barang kebutuhan
pribadi. Sampel pada penelitian ini adalah 115 mahasiswa Fakultas Psikologi UIN
Jakarta yang telah memenuhi kriteria untuk mengikuti penelitian ini.
29
3.2. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain randomized 2
(Jumlah nol pada tampilan harga: normal vs redenominasi) x 2 (batasan anggaran:
tinggi vs rendah) between-subject factorial design.
3.3. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini, yang menjadi Dependent Variable (DV) adalah willingness to
pay dan ilusi uang. Sedangkan yang dijadikan Independent Variable (IV)
berjumlah delapan variabel, yaitu: Behavioral Belief, Evaluation to Behavioral
Belief, Normative Belief, Motivation to Comply, Control Beliefs, Perceived Power,
Batasan Anggaran dan Pengurangan Nol pada Nilai Nominal.
3.3.1. Definisi Operasional Variabel
Setelah menentukan variabel mana yang menjadi fokus penelitian (DV)
dan variabel mana yang menjadi IV, peneliti menentukan definisi operasional yang
akan digunakan dalam penelitian ini dimana penentuannya didasarkan pada
definisi konseptual yang telah dijelaskan pada bab dua. Adapun penjelasannya
sebagai berikut :
1. Willingness to Pay adalah harga maksimum yang seseorang berikan untuk
membeli barang dengan merek terkenal.
2. Sikap adalah penilaian positif atau negatif seseorang terhadap perilaku
keinginan untuk membeli barang dengan merek terkenal atau merek toko.
30
3. Norma subjektif adalah persepsi seseorang terhadap tekanan sosial (orang-
orang yang penting baginya) untuk menampilkan keinginan untuk membeli
barang dengan merek terkenal atau merek toko.
4. Perceived Behavioral Control (PBC) adalah pengamatan seseorang
terhadap kemudahan atau kesulitan untuk menampilkan perilaku keinginan
untuk membeli barang dengan merek terkenal atau merek toko.
5. Batasan Anggaran adalah jumlah kombinasi barang maksimal yang bisa
diperoleh dengan atau pendapatan yang dimiliki untuk membeli barang
dengan merek terkenal atau merek toko.
6. Pengurangan Nol pada Nilai Nominal adalah perubahan nilai nominal pada
mata uang, dimana tiga digit nilai nol dihilangkan tanpa mengubah nilai
sebenarnya (real value) pada mata uang tersebut. Perubahan ini akan
ditampilkan berupa harga barang untuk menampilkan perilaku willingness
to pay barang dengan merek terkenal atau merek toko.
3.4. Prosedur Eksperimen
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, langkah awal penelitian ini adalah
melakukan pilot study. Penulis melakukan pilot study dari tanggal 26 – 29 Januari
2015. Partisipan pilot study diambil dari sampel populasi yang sama dengan
partisipan penelitian ini, yaitu mahasiswa Fak. Psikologi UIN Jakarta sebanyak 30
partisipan. Pilot Study ini dilakukan untuk menentukan jumlah anggaran, tempat
membeli barang kebutuhan sehari- hari dan dua puluh jenis barang kebutuhan
sehari-hari serta merek barang terkenal yang diadaptasi dari penelitian
Wertenbroch et.al. (2007). Setelah mendapatkan daftar dua puluh jenis barang dan
31
merek terkenal yang familiar pada barang tersebut, penulis melakukan survey
harga dari kedua puluh merek terkenal ke tempat yang familiar bagi partisipan
untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari, yaitu Carrefour.
Partisipan penelitian ini dibagi menjadi empat kelompok, yaitu Kelompok
1 (Tampilan harga normal, anggaran tinggi), Kelompok 2 (Tampilan harga normal,
anggaran rendah), Kelompok 3 (Tampilan harga redenominasi, anggaran tinggi)
dan Kelompok 4 (Tampilan harga redenominasi, anggaran rendah). Berdasarkan
pembagian kelompok, variabel yang dimanipulasi adalah tampilan nilai nominal
dan batasan anggaran. Pada tampilan nilai nominal, nilai nominal yang akan
ditampilkan melalui harga produk dimana terdiri dari dua kondisi, yaitu kondisi
saat ini pada saat tampilan normal dan kondisi jika kebijakan redenominasi akan
diberlakukan dengan menyederhanakan tiga digit terakhir nilai nominal pada mata
uang. Pada batasan anggaran, partispan pada penelitian ini dimanipulasikan
sehingga memiliki anggaran yang berbeda, yaitu anggaran tinggi dan anggaran
rendah yang didapat dari hasil pilot study.
Penelitian ini membutuhkan perhatian dan konsentrasi yang tinggi pada
partisipan untuk dapat menyimak dan memahami instruksi yang diberikan. Untuk
melihat bentuk keseriusan dan konsentrasi partisipan digunakan manipulation
check. Manipulation check ini terdiri dari tiga soal pilihan berganda yang
menanyakan nama merek yang dimiliki toko tempat berbelanja, jumlah uang yang
dimiliki, perbandingan nilai tukar mata uang yang digunakan dengan mata uang
Rupiah. Partisipan yang menjawab salah minimal satu soal pada manipulation
32
check akan dieliminasi karena dianggap tidak menyimak dan memahami instruksi
yang diberikan.
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua alat ukur dimana
keduanya mengukur hal yang sama, yaitu mengukur willingness to pay (WTP).
Alat ukur pertama adalah alat ukur yang diadaptasi penelitian Wertenbroch et.al.
(2007) untuk mengukur ilusi uang melalui willingness to pay (WTP), penelitian ini
menggunakan instrumen yang diadaptasi dari penelitian Wertenbroch et.al. (2007).
Dalam penelitiannya, Wertenbroch et.al. (2007) menggunakan sebuah daftar berisi
dua puluh (20) jenis barang kebutuhan sehari-hari yang umum dibeli oleh
partisipan, misalnya pasta gigi, sabun, dan minuman ringan. Di samping setiap
jenis barang, terdapat harga barang tersebut untuk merek toko (store brand)
swalayan reftail Spanyol, yaitu Continente, dan merek terkenal (name brand),
contohnya Coca Cola. Harga barang merek toko Continente dimanipulasi sehingga
selalu lebih murah 15% dibanding harga barang merek terkenal. Partisipan diminta
membayangkan bahwa mereka sedang berlibur dan tinggal di sebuah apartemen di
Spanyol. Untuk berlibur di sana, mereka perlu membeli barang kebutuhan sehari-
hari di swalayan Continente. Partisipan diberi sejumlah nominal tertentu dalam
mata uang Peseta atau Euro sebagai anggaran belanja (budget). Kedua puluh
barang yang ada di daftar adalah barang yang harus mereka beli dengan
mempertimbangkan anggaran belanja yang mereka miliki. Adapun merek dan
harga yang tersedia merupakan pilihan yang mereka miliki. Partisipan diminta
memberi tanda ceklis di samping harga barang dengan merek yang mereka ingin
33
beli. Skor WTP dihitung melalui persentase jumlah barang bermerek terkenal dari
kedua puluh barang yang dibeli oleh partisipan. Sebagai tambahan, pada instrumen
yang digunakan terdapat skala untuk mengukur familiaritas merek.
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan berbentuk kuesioner. Dalam
kuesioner tersebut, peneliti turut menggunakan daftar dua puluh (20) barang
kebutuhan sehari-hari, namun kedua puluh barang tersebut tidak diambil dari
instrument Wertenbroch et.al. (2007). Dua puluh jenis barang yang digunakan
pada penelitian diperoleh dari pilot study yang dilakukan pada tanggal 26 – 29
Januari 2015 terhadap sejumlah mahasiswa dari populasi yang sama dengan
partisipan. Peneliti menggunakan dua jenis merek barang yang penentuan
mereknya diperoleh dari merek yang umum dibeli maupun yang familiar bagi
partisipan pilot study. Kedua jenis merek tersebut adalah merek toko/ private label,
yaitu Carrefour Discount dan merek terkenal/ branded label, yaitu AQUA, Fiesta,
Silver Queen, Indomie, Teh Botol, Quaker, Sari Roti, Ultra Milk, Sari Wangi,
Gulaku, Vaseline, Casablanca, Rexona, Attack, Lux, Ponds, Sunsilk, Pepsodent,
Stella dan Paseo. Sama dengan instrumen Wertenbroch et.al. (2007), harga barang
merek toko dimanipulasi sehingga selalu 15% lebih murah daripada harga barang
merek terkenal. Adapun harga barang merek terkenal diperoleh dari observasi
langsung di toko yang ditentukan pada awal bulan Februari 2015.
Perbedaan lain antara instrumen yang digunakan pada penelitian ini dan
penelitian terdahulu terletak pada mata uang dan skenario cerita yang digunakan.
Mata uang yang digunakan bukan peseta dan Euro, tetapi mata uang fiktif, yaitu
Sipia. Selain itu, partisipan tidak diminta membayangkan tengah berlibur di luar
34
negeri, tetapi sedang kuliah di negara fiktif bernama Ciputatia dan hendak
melakukan belanja rutin bulanan di sebuah swalayan. Pada sebagian partisipan,
nilai tukar Sipia terhadap Rupiah adalah sama (Sp 1 = Rp 1), sedangkan pada
sebagian yang lain nilai tukar Sipia terhadap Rupiah setara dengan Rupiah
redenominasi (Sp 1 = Rp 1.000).
Instrumen penelitian ini menggunakan skala pengukuran familiaritas merek
seperti pada penelitian Wertenbroch et.al. (2007). Namun, sebagai tambahan,
penelitian ini juga menggunakan sejumlah pertanyaan sebagai alat manipulation
check untuk memastikan bahwa partisipan memahami skenario dan instruksi yang
diberikan.
Alat ukur kedua adalah instrumen yang mengukur willingness to pay
(WTP) berdasarkan Theory of Planned Behavior ( Fishbein & Ajzen, 1975) untuk
mengukur variabel sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control dan
instrumen yang digunakan menggunakan skala Likert yang dibagi menjadi dua
kategori item pertanyaan, favorable dan unfavorable yang akan menentukan bobot
nilai. Dalam penelitian ini subyek akan diberikan skala yang terdiri dari tiga
bagian, yaitu:
1. Sikap
Alat ukur sikap ini dikembangkan dari dimensi sikap yang disebutkan Fishbein
dan Ajzen (1975) dimana sikap terdiri dari behavioral belief dan evaluation to
behavioral belief yang kemudian diturunkan ke dalam 14 item pertanyaan.
Partisipan diminta untuk memilih salah satu dari 6 skala yang menunjukkan derajat
35
kesesuaian antara pernyataan dengan diri partisipan dari sangat tidak setuju sampai
sangat setuju.
Tabel 3.1
Blue Print Skala Sikap
No Aspek Indikator No. Item
Jumlah Contoh Item Fav Unfav
1 Sikap
terhadap
willingness to
pay barang
kebutuhan
sehari-hari
Keyakinan-
keyakinan
terhadap
konsekuensi-
konsekuensi
perilaku
membeli.
(Behavioral
Belief)
Evaluasi dari
keyakinan
terhadap
konsekuensi-
konsekuensi
perilaku
membeli.
(Evaluation to
Behavioral
Belief)
1,3,4,
5,6,7
2,3,4,
5,6,7
2
1
7
7
Saya yakin produk
merek terkenal lebih
terpercaya
dibandingkan produk
dengan merek lain.
Menurut saya produk
merek terkenal lebih
terjamin mutunya
dibandingkan dengan
produk dari merek
lain.
Jumlah 12 2 14
2. Norma Subjektif
Alat ukur norma subjektif ini dikembangkan dari dimensi yang disebutkan Fishbein dan
Ajzen (1975) dimana norma subjektif terdiri dari normative belief dan motivation to
comply yang kemudian diturunkan ke dalam 10 item pertanyaan. Partisipan diminta untuk
memilih salah satu dari 6 skala yang menunjukkan derajat kesesuaian antara pernyataan
dengan diri partisipan dimana pada pengukuran normative belief skala mulai dari sangat
tidak menyarankan sampai sangat menyarankan dan pada pengukuran motivation to
comply skala 1 adalah sangat tidak setuju sampai skala 6 yaitu sangat setuju.
36
Tabel 3.2
Blue Print Skala Norma Subjektif
No Aspek Indikator No. Item
Jumlah Contoh Item Fav Unfav
1 Norma
Subjektif Keyakinan individu
yang berhubungan
dengan harapan dan
keyakinan orang lain
yang dapat
mempengaruhi
seseorang terhadap
perilaku membeli.
(Normative Belief)
Motivasi untuk
memenuhi
keyakinan normatif
(Motivation to
comply)
1,2,3,
5
1,2,3,
5
4
4
5
5
Keluarga saya …..*
saya untuk membeli
barang kebutuhan
sehari-hari dengan
merek yang terkenal.
Saya akan mengikuti
saran keluarga saya
untuk membeli
barang kebutuhan
sehari-hari dengan
merek yang terkenal.
Jumlah 8 2 10
Keterangan: Pada tanda (*) berisi enam pilihan jawaban, yaitu: sangat menyarankan, menyarankan,
agak menyarankan, agak tidak menyarankan, tidak menyarankan, sangat tidak menyarankan
3. Perceived Behavioral Control
Alat ukur perceived behavioral control ini dikembangkan dari dimensi yang disebutkan
Fishbein dan Ajzen (1975) terdiri dari control belief dan perceived power yang kemudian
diturunkan ke dalam 20 item pertanyaan. Partisipan diminta untuk memilih salah satu dari
6 skala yang menunjukkan derajat kesesuaian antara pernyataan dengan diri partisipan.
Pada pengukuran control belief, keenam skala itu dimulai dari sangat tidak setuju sampai
sangat setuju dan pada pengukuran perceived power skalanya terdiri dari sangat kecil
sampai sangat besar.
37
Tabel 3.3
Blue Print Skala Perceived Behavioral Control
No Aspek Indikator No. Item
Jumlah Contoh Item Fav Unfav
1 Perceived
Behavioral
Control
Hal-hal yang
mendorong
niat seseorang
untuk membeli
(Control
Belief)
Hal-hal yang
menghambat
atau
menyulitkan
niat seseorang
untuk membeli
(Perceived
Power)
1,2,3,
4,5,9,
10
1,3,4,
6,7,8,
9,10
6,7,8
2,5
10
10
Mencari harga yang
murah membuat saya
enggan membeli
produk merek
terkenal.
Gengsi adalah faktor
pendukung yang
…..** untuk membeli
barang dengan merek
terkenal.
Jumlah 15 5 20
Keterangan: Pada tanda (*) berisi enam pilihan jawaban, yaitu: sangat kecil, kecil, agak kecil, agak
besar, besar, sangat besar.
3.6. Uji Validitas Konstruk
Data yang diperoleh dari pelaksanaan uji coba kemudian diolah secara
statistik untuk mengetahui reliabilitas dan validitas pada masing-masing
skala. Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan, peneliti
mengunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan software
SPSS 18 dan LISREL. Adapun langkah-langkah untuk mendapatkan kriteria
item yang baik pada CFA adalah sebagai berikut (Umar, 2012):
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait yang didefinisikan secara
operasional sehingga dapat disusun pertanyaan dan pernyataan untuk
mengukurnya. Trait ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap
faktor ini dilakukan melaluin analisis terhadap respon atas item-itemnya.
38
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu item saja, begitupun sub-
indikator hanya mengukur satu faktor juga, artinya setiap item maupun
subtes bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang
unidimensional. Matriks korelasi disebut sigma (Ʃ ), kemudian
dibandingkan dengan matriks dari data empiris yang disebut matrik S.
Jika teori tersebut itu benar (unidimensional) maka tentunya tidak ada
perbedaan antara matriks S atau bisa juga dinyatakan Ʃ – S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji
dengan chi square. Jika chi square tidak signifikan P > 0.05 maka
hipotesis nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensional
tersebut dapat diterima bahwa item ataupun subtes instrument hanya
mengukur satu faktor saja.
5. Adapun dalam memodifikasi model pengukuran dilakukan dengan cara
membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran. Hal ini
terjadi ketika suatu item mengukur selain faktor yang hendak diukur.
Setelah beberapa kesalahan pengukuran. Hal ini terjadi ketika suatu item
mengukur selain faktor yang hendak diukur. Setelah beberapa kesalahan
pengukuran dibebaskan untuk saling berkorelasi, maka akan diperoleh
model yang fit, maka model terakhir inilah yang akan digunakan pada
langkah selanjutnya.
39
6. Jika model fit, maka langkah selanjutnya adalah menguji signifikansi
item dengan menggunakan t-value. Jika hasil t-value tidak signifikan (t
< 1.96) maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang
hendak diukur. Jika terjadi demikian, sebaiknya item di-drop saja.
7. Apabila hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktor
negatifnya, maka item tersebut harus di-drop. Sebab hal ini tidak sesuai
dengan sifat item yang bersifat positif.
8. Setelah mendapatkan item dengan muatan faktor signifikan (t > 1.96)
dan positif.
3.6.1. Uji Validitas Alat Ukur Sikap
3.6.1.1. Dimensi Behavioral Belief
Penulis menguji apakah ke-tujuh item bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur dimensi behavioral belief. Dari
hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor diperoleh
model fit, dengan Chi-square = 23.56, df = 14, P-value =
0.05173, dan nilai RMSEA = 0.077. P-value telah menghasilkan
nilai > 0.05 sehingga dapat dinyatakan bahwa model dengan satu
faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya megukur satu
faktor yaitu dimensi behavioral belief.
Kemudian penulis ingin melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan
sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau
40
tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.4:
Tabel 3.4
Muatan Faktor Item Dimensi Behavioral Belief
No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1
2
3
4
5
6
7
0.76
0.35
0.73
0.76
0.38
0.70
0.81
0.08
0.10
0.09
0.08
0.10
0.09
0.08
9.17
3.66
8.54
9.13
3.96
8.16
9.90
V
V
V
V
V
V
V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel 3.4, nilai t bagi koefisien muatan
faktor semua item adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan
demikian secara keseluruhan item tidak ada yang di-drop karena
tidak ada yang memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif.
Artinya bobot nilai pada semua item dalam dimensi ini akan ikut
dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.6.1.2. Dimensi Evaluation to Behavioral Belief
Penulis menguji apakah ke-tujuh item bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur dimensi evaluation to behavioral
belief. Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor
diperoleh model tidak fit, dengan Chi-square = 38.40, df = 14, P-
value = 0.00045, dan nilai RMSEA = 0.124. Oleh sebab itu,
dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya dengan membebaskan THETA DELTA sebanyak dua kali.
Setelah itu diperoleh model fit dengan Chi-square = 38.40, df =
41
14, P-value = 0.05173, dan nilai RMSEA = 0.077. P-value telah
menghasilkan nilai > 0.05 sehingga dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya
megukur satu faktor yaitu dimensi behavioral belief.
Kemudian penulis ingin melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan
sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau
tidak, dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor,
seperti tabel 3.5:
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Dimensi Evaluation to Behavioral Belief
No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1
2
3
4
5
6
7
0.54
0.51
0.81
0.77
0.33
0.74
0.88
0.09
0.09
0.08
0.08
0.10
0.08
0.08
5.91
5.53
10.02
9.36
3.43
8.88
11.52
V
V
V
V
V
V
V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel 3.5, nilai t bagi koefisien muatan faktor
semua item adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian
secara keseluruhan item tidak ada yang di-drop karena tidak ada
yang memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif. Artinya
bobot nilai pada semua item dalam dimensi ini akan ikut dianalisis
dalam perhitungan factor score.
42
3.6.2. Uji Validitas Alat Ukur Norma Subyektif
3.6.2.1. Dimensi Normative Belief
Penulis menguji apakah ke-lima item bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur dimensi normative belief. Dari hasil
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor diperoleh model
tidak fit, dengan Chi-square = 18.41, df = 5, P-value = 0.00247,
dan nilai RMSEA = 0.153. Oleh sebab itu, dilakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya dengan membebaskan
THETA DELTA sehingga diperoleh model fit dengan Chi-square
= 2.02, df = 2, P-value = 0.36491, dan nilai RMSEA = 0.008. P-
value telah menghasilkan nilai > 0.05 sehingga dapat dinyatakan
bahwa model dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh
item hanya megukur satu faktor yaitu dimensi normative belief.
Kemudian penulis ingin melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan
sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau
tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.6:
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Dimensi Normative Belief
No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1
2
3
4
5
0.73
0.79
0.69
-0.43
0.52
0.09
0.09
0.09
0.10
0.10
8.12
8.97
7.63
-4.41
5.38
V
V
V
X
V
43
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel 3.6, nilai t bagi koefisien muatan faktor
item 1, 2, 3, dan 5 adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan
demikian secara keseluruhan item nomor 4 di-drop karena memiliki
nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif. Artinya bobot nilai pada item
tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.6.2.2. Dimensi Motivation to comply
Penulis menguji apakah ke-lima item bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur dimensi motivation to comply. Dari
hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor diperoleh
model tidak fit, dengan Chi-square = 40.37, df = 5, P-value =
0.00000, dan nilai RMSEA = 0.249. Oleh sebab itu, dilakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya dengan
membebaskan THETA DELTA sehingga diperoleh model fit
dengan Chi-square = 0.43, df = 2, P-value = 0.80825, dan nilai
RMSEA = 0.000. P-value telah menghasilkan nilai > 0.05
sehingga dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat
diterima. Artinya seluruh item hanya megukur satu faktor yaitu
dimensi motivation to comply.
Kemudian penulis ingin melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan
sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau
44
tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.7:
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Dimensi Motivation to comply
No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1
2
3
4
5
0.97
0.97
0.70
-0.45
0.61
0.14
0.14
0.17
0.18
0.17
6.97
6.96
4.23
-2.48
3.55
V
V
V
X
V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel 3.7, nilai t bagi koefisien muatan faktor
item 1, 2, 3, dan 5 adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan
demikian secara keseluruhan item nomor 4 di-drop karena
memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif. Artinya bobot nilai
pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan
factor score.
3.6.3. Uji Validitas Alat Ukur Perceived Behavioral Control
3.6.3.1. Dimensi Control Belief
Penulis menguji apakah ke-sepuluh item bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur dimensi control belief. Dari hasil
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor diperoleh model
tidak fit, dengan Chi-square = 148.04, df = 35, P-value = 0.00000,
dan nilai RMSEA = 0.168. Oleh sebab itu, dilakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya dengan membebaskan
THETA DELTA sehingga diperoleh model fit dengan Chi-square
= 5.51, df = 14, P-value = 0.94878, dan nilai RMSEA = 0.000. P-
45
value telah menghasilkan nilai > 0.05 sehingga dapat dinyatakan
bahwa model dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh
item hanya megukur satu faktor yaitu dimensi control belief..
Kemudian penulis ingin melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan
sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau
tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.8:
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Dimensi Control Belief
No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0.72
0.62
0.79
0.52
0.48
0.16
0.12
0.21
0.70
0.84
0.17
0.18
0.17
0.19
0.19
0.20
0.20
0.20
0.17
0.16
4.16
3.46
4.75
2.77
2.55
0.79
0.59
1.07
4.02
5.26
V
V
V
V
V
X
X
X
V
V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel 3.8, nilai t bagi koefisien muatan faktor
item 1, 2, 3, 4, 5, 9 dan 10 adalah signifikan karena t > 1.96.
Dengan demikian secara keseluruhan item nomor 6, 7, dan 8 di-
drop karena memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif.
Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis
dalam perhitungan factor score.
3.6.3.2. Dimensi Perceived Power
Penulis menguji apakah ke-sepuluh item bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur dimensi perceived power. Dari hasil
46
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor diperoleh model
tidak fit, dengan Chi-square = 148.04, df = 35, P-value = 0.00000,
dan nilai RMSEA = 0.168. Oleh sebab itu, dilakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya dengan membebaskan
THETA DELTA sehingga diperoleh model fit dengan Chi-square =
6.61, df = 14, P-value = 0.94878, dan nilai RMSEA = 0.000. P-
value telah menghasilkan nilai > 0.05 sehingga dapat dinyatakan
bahwa model dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh
item hanya megukur satu faktor yaitu dimensi control belief..
Kemudian penulis ingin melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan
sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau
tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.9:
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Dimensi Perceived Power
No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0.72
-0.13
0.56
0.53
-0.27
0.71
0.66
0.45
0.41
0.51
0.18
0.21
0.19
0.19
0.21
0.18
0.18
0.20
0.20
0.20
3.90
-0.60
2.93
2.72
-1.30
3.91
3.56
2.26
2.03
2.63
V
X
V
V
X
V
V
V
V
V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel 3.9, nilai t bagi koefisien muatan faktor
item 1, 3, 4, 6, 7, 8, 9 dan 10 adalah signifikan karena t > 1.96.
47
Dengan demikian secara keseluruhan item nomor 2 dan 5 di-drop
karena memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif. Artinya
bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam
perhitungan factor score.
3.6.4. Uji Validitas Variabel Willingness to Pay
Penulis menguji apakah keduapuluh item bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur variabel willingness to pay saja. Dari hasil CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor diperoleh model fit, dengan Chi-
square = 212.58, df = 170, P-value = 0.01479, dan nilai RMSEA = 0.047.
Namun, setelah melihat muatan item faktor terdapat dua item yang tidak
memenuhi syarat uji validitas CFA. Item-item tersebut adalah item 9 dan
10. Oleh sebab itu, dilakukan modifikasi terhadap model dengan
membuang kelima item tersebut dan membebaskan THETA DELTA
sebanyak satu kali. Setelah itu diperoleh model fit dengan Chi-square =
199.26, df = 169, P-value = 0.05564, dan nilai RMSEA = 0.040. P-value
telah menghasilkan nilai > 0.05 sehingga dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya megukur
satu faktor yaitu variabel willingness to pay.
Kemudian penulis ingin melihat apakah item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu di-drop atau tidak, pengujiannya dilakukan
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel
3.10:
48
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Variabel Willingness to Pay
No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
0.59
0.66
0.82
0.75
0.78
0.55
0.62
0.86
0.41
0.74
0.73
0.70
0.71
0.73
0.84
0.63
0.81
0.85
0.63
0.59
0.13
0.13
0.13
0.13
0.13
0.14
0.13
0.13
0.14
0.13
0.13
0.13
0.13
0.13
0.13
0.13
0.13
0.13
0.13
0.13
4.40
4.96
6.44
5.73
5.97
4.08
4.64
6.82
2.94
5.64
5.55
5.34
5.37
5.58
6.63
4.68
6.31
6.64
4.72
4.38
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel 3.10, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua
item adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian secara
keseluruhan tidak ada item yang di-drop ataupun bernilai negatif. Artinya
bobot nilai pada semua item pada variabel willingness to pay akan ikut
dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.7. Teknik Analisis Data
Nilai willingness to pay (WTP) masing-masing partisipan dihitung berdasarkan
jumlah barang bermerek terkenal yang dibeli. Oleh sebab itu, dalam pengolahan
data, jumlah total barang bermerek terkenal yang dibeli masing-masing partisipan
diubah ke dalam bentuk persentase. Rata-rata persentase setiap kelompok
kemudian dihitung dan dibandingkan dengan menggunakan software SPSS dengan
49
uji F (ANOVA) faktorial melalui teknik General Linear Model untuk mengetahui
pengaruh IV terhadap DV yang ditunjukkan melalui persentase tersebut.
Peneliti juga menggunakan teknik analisis multiple regression atau analisis
regresi berganda untuk mengukur variable sikap, norma subjektif dan perceived
behavioral control. Adapun persamaan umum analisis regresi berganda ini adalah:
dimana :
Y : Dependent variable (DV) yang dalam hal ini adalah
willingness to pay
X1, X2, ......, Xp : Independent variable (IV) yang jumlahnya p
p : Jumlah independent variable (IV)
a : Intercept / konstan
b1, b2, ......, bp : Koefisien regresi untuk masing-masing IV
e : Residu / sisa (IV yang tidak termasuk dalam persamaan)
Sebelum melakukan analisis regresi berganda, peneliti melakukan korelasi
product moment seluruh variabel penelitian. Karena dalam regresi idealnya tidak
ada korelasi antar IV, namun IV harus berkorelasi dengan DV. Analisis regresi
dimulai dengan memasukkan DV, kemudian satu per-satu IV dimasukkan
setelahnya. Sehingga nilai R² yang dihasilkan dapat dilihat secara murni. Fungsi R²
ini adalah untuk melihat proporsi varians dari Willingness to Pay yang dipengaruhi
oleh dimensi-dimensi dari Variabel Sikap, Norma Subjektif dan Perceived
Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + bpXp + e
50
Behavior Control. Peneliti ingin melihat jumlah R² X 100%. Maka dihasilkanlah
proporsi varians atau determinat. R² sendiri didapat dengan rumus:
R² = SSreg
SSy
Selanjutnya, untuk mengetahui apakah model regresi yang terbentuk dapat
diterima atau tidak. maka digunakanlah uji F dengan rumus:
F = R² / k
(1 – R² ) / (N – k – 1)
Dimana yang menjadi pembilang disini ialah R² dengan df-mya (dilambangkan k),
yaitu sejumlah IV yang dianalisis, sedangkan penyebutnya (1 – R²) dibagi dengan
df nya N – k – 1, dimana N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji F yang dilakukan
nantinya, dapat dilihat apakah IV yang diujikan memiliki pengaruh terhadap DV.
Kemudian peneliti melakukan uji T dari tiap-tiap IV yang dianalisis. Uji T
bertujuan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara parsial,
yaitu melihat signifikansi dampak dari tiap IV terhadap DV dengan rumus:
t = b
sb
dimana b adalah koefisien regresi dan sb adalah standar error dari b. Hasil uji T ini
akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti nantinya.
51
3.8. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah yang digunakan
dalam prosedur penelitian, yang secara garis besar penelitian dilakukan dalam tiga
tahap, yaitu:
a. Tahap Persiapan
1. Menentukan rumusan masalah.
2. Menentukan variabel penelitian.
3. Menentukan landasan teori yang digunakan.
4. Menentukan tipe dan desain penelitian eksperimen.
5. Menentukan lokasi penelitian.
6. Melakukan pilot study pada tanggal 26 – 29 Januari 2015
7. Menentukan dan menyusun instrumen skala penelitian; Skala
Sikap, Skala Norma Subjektif, Skala Percevied Behavior Control
dan Skala Willingness to Pay.
b. Tahap Penelitian
1. Menentukan jumlah sampel penelitian.
2. Melaksanakan pengambilan data pada tanggal 24 Maret – 3 April
2015.
c. Tahap Pengolahan Data
1. Memberikan kode dan melakukan skoring terhadap hasil skala yang
telah diisi oleh responden.
52
2. Menginput data yang diperoleh dan menghitung data tersebut
dengan metode yang telah ditentukan, kemudian melakukan analisa
data dengan metode statistika melalui program SPSS 20.0.
3. Membuat laporan hasil dan kesimpulan penelitian.
53
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil pengolahan data yang didapat pada penelitian
yang telah dilakukan, meliputi gambaran subjek penelitian serta hasil penelitian,
deskripsi statistik hasil penelitian, dan hasil pengujian hipotesis penelitian.
4. 1. Gambaran Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, melibatkan 115 mahasiswa sebagai responden. Gambaran
subjek penelitian ini akan diuraikan secara rinci di bawah ini berdasarkan usia,
jenis kelamin, jumlah anggaran untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari
Berikut gambarannya:
Tabel 4. 1.
Gambaran Subjek Penelitian
Gambaran Reponden Kelompok* Total
(N=115) I II III IV
Usia 17-19 tahun 6 8 12 4 30 (26,09%)
20-22 tahun 17 21 12 22 72 (62,61%)
23-25 tahun 6 1 3 3 13 (11,30%)
Jenis Kelamin Laki-Laki 11 7 10 7 35 (30,43%)
Perempuan 18 23 17 22 80 (69,57%)
Pengeluaran
Per Bulan < Rp 1.000.000 7 11 6 4 28 (24,35%)
Rp 1.000.001 – Rp 1.500.000 15 15 10 16 56 (48,68%)
Rp 1.500.001 – Rp 2.000.000 6 3 8 7 24 (20,89%)
> Rp 2.000.000 1 1 3 2 7 (6,08%)
Sumber
Pemasukan Orangtua 21 26 17 24 88 (76,52%)
Penghasilan Pribadi 2 1 1 1 5 (4,35%)
Orangtua dan Penghasilan
Pribadi
5 2 7 4
18 (15,65%)
Lain-lain 1 1 2 0 4 (3,48%)
* Penelitian ini dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: Kelompok I (tampilan harga normal,
anggaran tinggi), Kelompok II (tampilan harga normal, anggaran rendah), Kelompok III (tampilan
harga redenominasi, anggaran tinggi) dan Kelompok IV (tampilan harga redenominasi, anggaran
rendah).
Dalam pengelompokkan responden berdasarkan usia, peneliti terlebih
dahulu menghitung jumlah kelas interval, lalu menghitung rentang data yaitu data
54
tebesar dikurangi data terkecil, kemudian menghitung panjang kelas dengan cara
rentang data dibagi jumlah kelas dan terakhir menyusun interval kelas (Sugiyono,
2007). Adapun tujuan dari pengelompokkan ini yaitu agar pembagian masing-
masing kelompok usia memiliki proporsi yang sama.
Jika ditinjau berdasarkan usia, dapat diketahui dari 115 responden yang
menjadi subjek penelitian, kelompok usia 20 – 22 tahun memiliki presentase yang
paling tinggi yaitu 62,61%, artinya responden didominasi oleh kelompok usia
tersebut. Kemudian presentase terbanyak kedua adalah kelompok usia 17 – 19
tahun yaitu sebesar 26,09%, disusul oleh kelompok usia 23 – 25 tahun yaitu
sebesar 11,30%.
Dari 115 responden yang menjadi subjek penelitian berdasarkan jenis
kelamin, dapat diketahui bahwa presentase kelompok responden laki-laki
sebanyak 30,34% dan responden perempuan sebanyak 69,57%. Artinya, kelompok
responden perempuan mendominasi jumlah responden pada penelitian ini.
Dari 115 responden yang menjadi subjek penelitian berdasarkan
pengeluarannya per bulan, dapat diketahui bahwa dari 115 orang responden
(100%), presentase kelompok responden yang memiliki pengeluaran kurang dari
satu juta Rupiah (< Rp 1.000.000) sebanyak 24,35%. Presentase kelompok
responden yang memiliki pengeluaran diantara Rp 1.000.001 – Rp 1.500.000
sebanyak 48,68%. Presentase kelompok responden yang memiliki pengeluaran
diantara Rp 1.500.001 – Rp 2.000.000 sebanyak 20,89% dan kelompok responden
yang memiliki pengeluaran lebih dari dua juta Rupiah (> Rp 2.000.000) sebanyak
55
6,08%. Artinya, kebanyakan responden pada penelitian kali ini memiliki
pengeluaran diantara Rp 1.000.001 – Rp 1.500.000 per bulan.
Jika ditinjau dari sumber pemasukan, responden penelitian dibagi menjadi
empat kelompok, yaitu: berasal ari orangtua, penghasilan pribadi, orangtua dan
penghasilan pribadi dan juga lain-lain. Sebanyak 76,52% reponden memiliki
sumber pemasukan berasal dari orangtua dan sebanyak 4,35% sumber pemasukan
responden berasal dari penghasilan pribadi. Responden yang memiliki sumber
pemasukan berasal dari orangtua dan penghasilan pribadi sebanyak 15,65% dan
responden yang memiliki sumber pemasukan selain dari orangtua dan penghasilan
pribadi sebanyak 3,48%.
4.2. Deskripsi Statistik Hasil Penelitian
Pada tabel 4. 2 dijelaskan hasil analisis deskriptif variabel-variabel penelitian yang
terdiri dari nilai mean, standar deviasi, nilai maksimum, nilai minimum, dan
varians.
Tabel 4. 2.
Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
Variabel N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Willingness to Pay
Behavioral belief
Evaluation to behavioral belief
Normative Belief
Motivation to Comply
Control Beliefs
Perceived Power
115
115
115
115
115
115
115
20,79
29,31
31,31
28,62
29,05
24,44
25,14
59,24
70,40
73,57
68,05
70,48
68,82
66,47
50.00
50.00
50.00
50.00
50.00
50.00
50,00
9.48508
9.20768
9.24908
8.87609
9.65545
9.20370
8,91228
Berdasarkan tabel 4.2. diketahui deskripsi statistik pada variabel penelitian,
variabel dependen dan variabel independen. Kolom minimum dan maximum
menjelaskan nilai minimum dan maksimum pada setiap variabel penelitian. Nilai
minimum
56
4.2.1. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Peneliti bermaksud membuat kategorisasi dari kedua IV serta willingness to pay
berdasarkan tingkatannya. Untuk itu terlebih dahulu peneliti perlu mengetahui skor
terendah dan skor tertinggi untuk masing-masing variabel. Dengan menggunakan
standar deviasi dan mean dari skala T, maka ditetapkan norma sebagai berikut:
Tabel 4.3
Norma Skor Variabel Norma Intepretasi
X < 50 Rendah
X ≥ 50 Tinggi
Setelah kategorisasi tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai presentase
kategori untuk willingness to pay, behavioral belief, evaluation to behavioral
belief, normative belief, motivation to comply, control beliefs, perceived power,
batasan anggaran dan tampilan nilai nominal. Berikut tabel-tabel kategorisasi skor
untuk masing-masing variabel:
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Willingness to pay Kategori Frekuensi Presentase
Rendah 21 18,26%
Tinggi 94 81,74%
Total 115 100%
Berdasarkan data hasil kategorisasi skor willingness to pay, dapat diketahui bahwa
dari 115 orang responden (100%), presentase kategorisasi skor willingness to pay
tinggi (81,74%) lebih besar daripada kategorisasi skor 81,74% rendah (18,26%).
Artinya, presentase kategorisasi skor willingness to pay tinggi memiliki jumlah
yang lebih banyak dibandingkan dengan presentase kategorisasi skor willingness
to pay rendah.
57
Tabel 4.5
Kategorisasi Skor Dimensi Sikap
Dimensi Kategori Frekuensi Presentase Presentase
Kumulatif
Behavioral belief Rendah 20 17,39% 17,39%
Tinggi 95 82,61% 100%
Evaluation to behavioral belief Rendah 19 16,52% 16,52%
Tinggi 96 83,48% 100%
Berdasarkan data hasil kategorisasi skor dimensi sikap yaitu behavioral belief dan
evaluation to behavioral belief dapat diketahui bahwa dari 115 orang responden
(100%), presentase kategorisasi skor behavioral belief rendah (17,39%) lebih kecil
daripada kategorisasi skor behavioral belief tinggi (82,61%). Artinya, presentase
kategorisasi skor behavioral belief tinggi memiliki jumlah yang lebih banyak
dibandingkan dengan presentase kategorisasi skor behavioral belief rendah.
Kemudian, presentase kategorisasi skor evaluation to behavioral belief rendah
(16,52%) juga lebih kecil daripada kategorisasi skor evaluation to behavioral
belief tinggi (83,48%). Artinya, presentase kategorisasi skor evaluation to
behavioral belief rendah memiliki jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan
presentase kategorisasi skor evaluation to behavioral belief tinggi.
Tabel 4.6
Kategorisasi Skor Norma Subjektif
Dimensi Kategori Frekuensi Presentase Presentase
Kumulatif
Normative Belief Rendah 21 18,26% 18,26%
Tinggi 94 81,74% 100%
Motivation to Comply Rendah 22 19,13% 19,13%
Tinggi 93 80,87% 100%
Berdasarkan data hasil kategorisasi skor dimensi norma subjektif yaitu normative
belief dan motivation to comply dapat diketahui bahwa dari 115 orang responden
(100%), presentase kategorisasi skor normative belief rendah (18,26%) lebih kecil
daripada kategorisasi skor normative belief tinggi (81,74%). Artinya, presentase
58
kategorisasi skor normative belief rendah memiliki jumlah yang lebih sedikit
dibandingkan dengan presentase kategorisasi skor normative belief tinggi.
Selanjutnya, presentase kategorisasi skor motivation to comply rendah (19,13%)
lebih kecil daripada kategorisasi skor motivation to comply tinggi (80,87%).
Artinya, presentase kategorisasi skor motivation to comply tinggi memiliki jumlah
yang lebih banyak dibandingkan dengan presentase kategorisasi skor motivation to
comply rendah.
Tabel 4. 7.
Kategorisasi Skor Perceived Behavioral Control
Dimensi Kategori Frekuensi Presentase Presentase
Kumulatif
Control Belief Rendah 17 14,78% 14,78%
Tinggi 98 85,22% 100%
Perceived Power Rendah 13 11,30% 11,30%
Tinggi 102 88,70 100%
Berdasarkan data hasil kategorisasi skor dimensi perceived behavioral control
yaitu control belief, perceived power dapat diketahui bahwa dari 115 orang
responden (100%), presentase kategorisasi skor control belief rendah (14,78%)
lebih kecil daripada kategorisasi skor control belief tinggi (85,22%). Artinya,
presentase kategorisasi skor control belief rendah memiliki jumlah yang lebih
sedikit dibandingkan dengan presentase kategorisasi skor control belief tinggi.
Selanjutnya, presentase kategorisasi skor perceived power rendah (11,30%) lebih
kecil daripada kategorisasi skor perceived power tinggi (88,70%). Artinya,
presentase kategorisasi skor perceived power tinggi memiliki jumlah yang lebih
banyak dibandingkan dengan presentase kategorisasi skor perceived power rendah.
59
4.3. Uji Hipotesis Penelitian
4.3.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh Independent Variable (IV)
terhadap Dependent Variable (DV). Langkah pertama peneliti menganalisis
pengaruh behavioral belief, evaluation to behavioral belief, normative belief,
motivation to comply, control beliefs, perceived power, batasan anggaran dan
pengurangan nol pada nilai nominal terhadap willingness to pay mahasiswa
psikologi UIN Jakarta.
Peneliti melakukan uji hipotesis dengan teknik analisis regresi linear
dengan menggunakan software SPSS 18.0 Dalam regresi terdapat tiga hal yang
perlu diperhatikan, yaitu melihat besaran R square untuk mengetahui berapa
persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent variable,
kedua apakah secara keseluruhan independent variable berpengaruh secara
signifikan terhadap dependent variable, kemudian yang terakhir adalah melihat
signifikansi koefisien regresi dari masing-masing independent variable.
Langkah pertama penulis melihat besaran R square untuk mengetahui
berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent
variable. Selanjutnya untuk tabel R square dapat dilihat pada tabel 4.8. berikut:
Tabel 4.8
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .483a. .233 .175 8. 61330
a. Predictors: (Constant).Tampilan,Budget, PP, NB, EBB, WTP, CB, BB
60
Dari tabel 4.8. dapat diketahui bahwa perolehan R square adalah sebesar 0.233
atau 23.3%. Artinya adalah besarnya proposi varians dari willingness to pay yang
dijelaskan oleh variabel behavioral belief, evaluation to behavtoral belief,
normative belief, motivation to comply, control beliefs, perceived power, batasan
anggaran dan pengurangan nol pada nilai nominal adalah 23.3%, sedangkan
sisanya 76.7% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.
Langkah kedua, peneliti menganalisis pengaruh dari seluruh
independent variable terhadap willingness to pay. Adapun hasil uji F dapat dilihat
pada tabel 4.9. sebagai berikut:
Tabel 4.9
Tabel Anova
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 2392,165 8 299,021 4,031 ,000
b
Residual 7864,036 106 74,189
Total 10256,201 114
a. Dependent Variable: WTP
b. Predictors: (Constant), Tampilan, Budget, PP, NB, EBB, WTP, CB, BB
Berdasarkan kolom signifikansi (kolom ke enam dari kiri) dapat diketahui bahwa
sig < 0.05, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
signifikan dari variabel behavioral belief, evaluation to behavtoral belief,
normative belief, motivation to comply, control beliefs, perceived power, batasan
anggaran dan pengurangan nol pada nilai nominal terhadap willingness to pay
mahasiswa psikologi UIN Jakarta ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan
dari variabel behavioral belief, evaluation to behavtoral belief, normative belief,
motivation to comply, control beliefs, perceived power, batasan anggaran dan
pengurangan nol pada nilai nominal terhadap willingness to pay mahasiswa
psikologi UIN Jakarta.
61
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap independent
variable. Apabila independent variable memiliki Sig.<0.05 maka independent
variable tersebut secara signifikan mempengaruhi willingness to pay. Adapun
penyajiannya ditampilkan pada tabel 4.10. berikut:
Tabel 4.10
Tabel Koefisien Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 24,630 5,881
4,188 ,000
Behavioral Belief -,087 ,170 -,085 -,514 ,609
Evaluation to Behavioral
Belief -,030 ,167 -,029 -,177 ,860
Normative Belief ,020 ,111 ,019 ,179 ,859
Motivation to Comply ,022 ,127 ,023 ,175 ,862
Control Beliefs ,394 ,155 ,382 2,539 ,013
Perceived Power ,191 ,124 ,180 1,541 ,126
Budget -1,484 1,621 -,079 -,916 ,362
Tampilan 1,076 1,623 ,057 ,663 ,509
a. Dependent Variable: WTP
Berdasarkan koefisien regesi pada tabel 4.10. dapat disampaikan persamaan
regresi sebagai berikut:
Willingness to pay = 24.630 – 0.087 Behavioral belief – 0.030 Evaluation
to behavioral belief + 0.020 Normative Belief + 0.022 Motivation to Comply +
0.394 Control Beliefs + 0.191 Perceived Power – 1,484 Budget + 1,076 Tampilan
Dari tabel 4.10. untuk melihat signifikansi koefisien regresi yang
dihasilkan, dilihat melalui nilai pada kolom Sig. (kolom paling kanan). Jika Sig. <
0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan pengaruhnya terhadap willingness to
pay dan sebaliknya. Jika dilihat dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa hanya
variabel control beliefs yang memiliki koefisien regresi yang signifikan.
62
Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-masing IV adalah
sebagai berikut:
1. Variabel Behavioral Belief : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar –
0.087 dengan signifikansi 0.609 (sig > 0.05). Hal ini menunjukkan
bahwa variabel behavioral belief tidak memberikan pengaruh secara
signifikan terhadap willingness to pay.
2. Variabel Evaluation to Behavioral Belief : diperoleh nilai koefisien
regresi sebesar – 0.030 dengan signifikansi 0.860 (sig > 0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa variabel evaluation to behavioral belief tidak
memberikan pengaruh secara signifikan terhadap willingness to pay.
3. Variabel Normative Belief : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0.020 dengan signifikansi 0.859 (sig > 0.05). Hal ini menunjukkan
bahwa variabel normative belief tidak memberikan pengaruh secara
signifikan terhadap willingness to pay.
4. Variabel Motivation to Comply : diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 0.022 dengan signifikansi 0.862 (sig > 0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa variabel motivation to comply tidak memberikan
pengaruh secara signifikan terhadap willingness to pay.
5. Variabel Control Beliefs : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0.394 dengan signifikansi 0.013 (sig < 0.05). Hal ini menunjukkan
bahwa variabel control beliefs memberikan pengaruh secara signifikan
terhadap willingness to pay. Nilai koefisien regresi yang positif
menunjukkan arah hubungan yang positif antara control beliefs dan
63
willingness to pay. Dari arah hubungan tersebut dapat diartikan bahwa
semakin tinggi control beliefs maka semakin tinggi willingness to pay.
6. Variabel Perceived Power : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0.191 dengan signifikansi 0.126 (sig > 0.05). Hal ini menunjukkan
bahwa variabel perceived power tidak memberikan pengaruh secara
signifikan terhadap willingness to pay.
7. Variabel Batasan Anggaran: dipeoleh nilai koefisien regresi sebesar –
1,484 dengan signifikansi 0.362 (sig > 0.05). Hal ini menunjukkan
bahwa variabel batasan anggaran tidak memberikan pengaruh secara
signifikan terhadap willingness to pay.
8. Variabel Tampilan Nilai Nominal: dipeoleh nilai koefisien regresi
sebesar 1,076 dengan signifikansi 0.509 (sig > 0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa variabel tampilan nilai nominal tidak memberikan
pengaruh secara signifikan terhadap willingness to pay.
Kemudian langkah selanjutnya penulis menguji penambahan proporsi
varians setiap independent variable tersebut dimasukkan ke dalam analisis regresi.
Tujuan dari uji proporsi varians adalah untuk melihat penambahan proporsi
varians dari tiap-tiap independent variable, juga untuk melihat signifikansi dari
masing-masing independent variable.
64
4.3.2. Pengujian Proporsi Varians Masing-masing Independent Variabel
Peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians dari masing-
masing independent variable terhadap willingness to pay. Pada tabel 4.11. kolom
pertama adalah independent variable yang dianalisis secara satu per-satu. Kolom
kedua merupakan penambahan varians dependent variable dari tiap independent
variable yang dimasukkan secara satu per-satu. Kolom ketiga merupakan nilai
murni varians dependent variable dari tiap independent variable yang dimasukkan
secara satu per-satu. Kolom keempat merupakan nilai F hitung bagi independent
variable yang bersangkutan. Kolom df ialah derajat bebas bagi independent
variable yang bersangkutan yang terdiri dari numerator dan denumerator yang
telah ditentukan sebelumnya, nilai kolom inilah yang akan dibandingkan dengan
nilai F hitung. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada F tabel, maka kolom
selanjutnya, yaitu kolom signifikansi akan dituliskan signifikan, begitu pula
sebaliknya.
Selanjutnya peneliti juga melihat besarnya proporsi varian dependent
variable yang merupakan sumbangan atau pengaruh dari masing-masing
independent variable. Hal ini dilakukan dengan menghitung pertambahan proporsi
varians dependent variable yang merupakan sumbangan atau pengaruh dari
masing-masing independent variable, yang mana setiap kali independent variable
dimasukkan dalam persamaan regresi. Bertambahnya R² (R² change) dapat dilihat
pada tabel 4.11. sebagai berikut:
65
Tabel 4. 11.
Proporsi Varians untuk Masing-masing Independent Variable
Model R Square
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,087 ,087 10,710 1 113 ,001
2 ,094 ,007 ,965 1 112 ,328
3 ,101 ,007 ,854 1 111 ,357
4 ,112 ,011 1,350 1 110 ,248
5 ,206 ,094 12,907 1 109 ,000
6 ,224 ,018 2,488 1 108 ,118
7 ,230 ,006 ,834 1 107 ,363
8 ,233 ,003 ,439 1 106 ,509
a. Predictors: (Constant), Behavioral belief
b. Predictors: (Constant), Behavioral belief, Evaluation to behavioral belief
c. Predictors: (Constant), Behavioral belief, Evaluation to behavioral belief, Normative Belief
d. Predictors: (Constant), Behavioral belief, Evaluation to behavioral belief, Normative Belief,
Motivation to Comply
e. Predictors: (Constant), Behavioral belief, Evaluation to behavioral belief, Normative Belief,
Motivation to Comply, Control Beliefs
f. Predictors: (Constant), Behavioral belief, Evaluation to behavioral belief, Normative Belief,
Motivation to Comply, Control Beliefs, Perceived Power
g. Predictors: (Constant), Behavioral belief, Evaluation to behavioral belief, Normative Belief,
Motivation to Comply, Control Beliefs, Perceived Power, Batasan Anggaran
h. Predictors: (Constant), Behavioral belief, Evaluation to behavioral belief, Normative Belief,
Motivation to Comply, Control Beliefs, Perceived Power, Batasan Anggaran, Tampilan Nilai
Nominal
Dari tabel 4.11. dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel Behavioral belief memberikan sumbangan sebesar 8,7%
dalam varians willingness to pay. Sumbangan tersebut signifikan
secara statistik karena nilai Sig. F Change = 0.001 (p< 0.05) dengan F
10.710, df 1 = 1 dan df 2 = 113.
2. Variabel Evaluation to behavioral belief memberikan sumbangan
sebesar 0,7% dalam varians willingness to pay. Sumbangan tersebut
tidak signifikan secara statistik karena nilai Sig. F Change = 0.328
(p>0.05) dengan F 0.965, df 1 = 1 dan df 2 = 112.
66
3. Variabel Normative Belief memberikan sumbangan sebesar 0,7%
dalam varians willingness to pay. Sumbangan tersebut tidak signifikan
secara statistik karena nilai Sig. F Change = 0.357 (p>0.05) dengan F
0.854, df 1 = 1 dan df 2 = 111.
4. Variabel Motivation to Comply memberikan sumbangan sebesar 1,1%
dalam varians willingness to pay. Sumbangan tersebut tidak signifikan
secara statistik karena nilai Sig. F Change = 0.248 (p>0.05) dengan F
1.350, df 1 = 1 dan df 2 = 110.
5. Variabel Control Beliefs memberikan sumbangan sebesar 9,4% dalam
varians willingness to pay. Sumbangan tersebut signifikan secara
statistik karena nilai Sig. F Change = 0.000 (p< 0.05) dengan F 12.907,
df 1 = 1 dan df 2 = 109.
6. Variabel Perceived Power memberikan sumbangan sebesar 1,8%
dalam varians willingness to pay. Sumbangan tersebut tidak signifikan
secara statistik karena nilai Sig. F Change = 0.118 (p>0.05) dengan F
2.488, df 1 = 1 dan df 2 = 108.
7. Variabel Batasan Anggaran memberikan sumbangan sebesar 0,6%
dalam varians willingness to pay. Sumbangan tersebut tidak signifikan
secara statistik karena nilai Sig. F Change = 0.363 (p>0.05) dengan F
0.834, df 1 = 1 dan df 2 = 107.
8. Variabel Tampilan Nilai Nominal memberikan sumbangan sebesar
0,3% dalam varians willingness to pay. Sumbangan tersebut tidak
67
signifikan secara statistik karena nilai Sig. F Change = 0.509 (p>0.05)
dengan F 0.439, df 1 = 1 dan df 2 = 106.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat dua independent variable,
yaitu Behavioral Belief dan Control Beliefs yang memiliki sumbangan signifikan
(Sig. <0.05) terhadap willingness to pay jika dilihat dari kolom sig. yang terletak
pada sebelah kanan. Dapat dilihat bahwa variabel Control Beliefs yang paling
besar memberikan sumbangan terhadap dependent variable, hal tersebut dapat
diketahui dengan melihat R² change semakin besar maka semakin banyak
sumbangan yang diberikan terhadap dependent variable.
4.4. Pengukuran Ilusi Uang berdasarkan Batasan Anggaran dan Tampilan
Harga
Pengukuran ilusi uang dilakukan dengan cara membandingkan willingness to pay
partisipan melalui jumlah barang bermerek terkenal yang dibeli. Analisis didahului
dengan Levene’s Test untuk melihat apakah kelompok penelitian dikatakan setara
sehingga WTP antarkelompok dapat dibandingkan. WTP akan dibandingkan
berdasarkan tampilan harga, batasan anggaran serta antarkelompok.
4.4.1 . Perbandingan Willingness To Pay berdasarkan Tampilan Harga
Hasil perhitungan rata-rata persentase jumlah barang merek terkenal yang dibeli
partisipan ketika diberi tampilan harga dengan jumlah nol berbeda menunjukkan
hasil berikut ini.
Tabel 4.12
Rata-rata WTP berdasarkan Manipulasi Jumlah Nol
Kelompok berdasarkan manipulasi jumlah nol M (WTP) SD N
Tampilan harga normal 50,6808 8,99430 59
Tampilan harga redenominasi 49,2827 10,00727 56
68
Tabel 4.13
Uji ANOVA Pengaruh Jumlah Nol terhadap WTP
Source SS Df MS F p
Manipulasi jumlah nol 56,156 1 56,156 ,622 ,432
Meskipun terdapat perbedaan, perbandingan rata-rata persentase jumlah
barang merek terkenal yang dibeli pada kedua kelompok menunjukkan hasil
yang tidak signifikan (F=0,622, p>0,05). Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa
perbedaan jumlah nol pada tampilan harga tidak mempengaruhi WTP partisipan
karena tidak ada perbedaan yang signifikan antara WTP partisipan pada kelompok
yang diberi tampilan harga normal dan kelompok yang diberi tampilan harga
redenominasi.
Hasil analisis data menunjukan hasil yang sama dengan penelitian
Wertenbroch et.al. (2007). Hasil perbandingan tidak signifikan, tetapi
menunjukkan bahwa rata-rata persentase jumlah barang merek terkenal yang dibeli
pada kondisi normal (nilai nominal besar) lebih kecil dibandingkan pada kondisi
redenominasi (nilai nominal kecil) (M%redenominasi > M%normal).
4.4.2. Perbandingan Willingness To Pay berdasarkan Batasan Anggaran
Hasil perhitungan rata-rata persentase jumlah barang merek terkenal yang dibeli
partisipan ketika diberi tampilan harga dengan jumlah nol berbeda menunjukkan
hasil berikut ini.
Tabel 4.14
Rata-rata WTP berdasarkan Manipulasi Anggaran
Kelompok berdasarkan manipulasi jumlah nol M (WTP) SD N
Anggaran tinggi 48,8886 9,36542 55
Anggaran rendah 51,0188 9,55767 60
69
Tabel 4.15
Uji ANOVA Pengaruh Batasan Anggaran terhadap WTP
Source SS Df MS F P
Manipulasi jumlah nol 130,204 1 130,204 1,453 ,231
Meskipun terdapat perbedaan, perbandingan rata-rata persentase jumlah
barang merek terkenal yang dibeli pada kedua kelompok menunjukkan hasil
yang tidak signifikan (F=1,453, p>0,05). Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa
batasan anggaran tidak mempengaruhi WTP partisipan karena tidak ada perbedaan
yang signifikan antara WTP partisipan pada kelompok yang diberi anggaran tinggi
dan kelompok yang diberi anggaran rendah. Hasil analisis data menunjukan hasil
yang sama dengan penelitian Wertenbroch et.al. (2007). Hasil perbandingan tidak
signifikan dan menunjukkan bahwa rata-rata persentase jumlah barang merek
terkenal yang dibeli pada anggaran tinggi lebih kecil dibandingkan pada kondisi
anggaran rendah (M%anggaran tinggi < M%anggaran rendah).
4.4.3. Perbandingan Willingness To Pay berdasarkan Kelompok Penelitian
Perhitungan WTP masing-masing dari empat kelompok perlakuan
menunjukkan hasil sebagai berikut.
Tabel 4.16
Rata-rata WTP berdasarkan Kelompok Perlakuan
Kelompok M (WTP) SD N
1. (Anggaran Tinggi dan Tampilan Normal) 50,3439 8,2495 29
2. (Anggaran Rendah dan Tampilan Normal) 51,0065 9,7910 30
3. (Anggaran Tinggi dan Tampilan Redenominasi) 47,6665 10,4032 27
4. (Anggaran Rendah dan Tampilan Redenominasi) 51,6200 9,6216 29
Total 50,1592 9,5163 115
70
Tabel 4.17
Uji Anova Pengaruh Tampilan Harga dan Batasan Anggaran terhadap WTP
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 155,447 2 77,723 ,862 ,425
b
Residual 10100,754 112 90,185
Total 10256,201 114
a. Dependent Variable: WTP
b. Predictors: (Constant), Tampilan harga, Batasan Anggaran
Perbandingan rata-rata persentase jumlah barang merek terkenal yang
dibeli pada keempat kelompok menunjukkan hasil yang tidak signifikan (F=0,862,
Sig>0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tampilan harga dan batasan
anggaran tidak memengaruhi WTP partisipan karena tidak ada perbedaan WTP
yang signifikan antara keempat kelompok perlakuan.
71
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan, diskusi dan saran dari hasil
penelitian yang telah dilakukan.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data serta pengujian hipotesis yang telah dijelaskan pada
bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
“Ada pengaruh yang signifikan secara keseluruhan dari behavioral belief,
evaluation to behavioral belief, normatives belief, motivation to comply, control
belief, perceived power, batasan anggaran dan tampilan nilai nominal mata uang”.
Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis terdapat dua independent variable
yang signifikan yaitu behavioral belief dan control belief. Sedangkan independent
variable lain seperti evaluation to behavioral belief, normatives belief, motivation
to comply, control belief, perceived power, batasan anggaran dan tampilan nilai
nominal mata uang tidak memberikan sumbangan varians yang signifikan terhadap
willingness to pay.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan tidak mengalami ilusi uang
berdasarkan hasil analisis data bahwa tidak ditemukan perbedaan signifikan antara
rata-rata willingness to pay partisipan berdasarkan manipulasi variabel batasan
anggaran dan pengurangan nol pada nilai nominal.
5.2. Diskusi
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa secara keseluruhan sikap, norma subjektif,
dan Perceived Behavior Control memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
72
willingness to pay barang kebutuhan sehari-hari dengan merek terkenal. Jika
dilihat dari dimensi-dimensinya, hanya control beliefs saja yang memiliki
sumbangan signifikan terhadap willingness to pay.
Variabel control beliefs memberikan sumbangan sebesar 9,4% dan secara
positif mempengaruhi keinginan untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari
dengan merek terkenal. Ini berarti bahwa semakin positif control beliefs seseorang
terhadap willingness to pay barang kebutuhan sehari-hari dengan merek terkenal
maka semakin tinggi willingness to pay barang kebutuhan sehari-hari dengan
merek terkenal. Sebaliknya, semakin negatif behavioral belief seseorang terhadap
willingness to pay barang kebutuhan sehari-hari dengan merek terkenal. maka akan
semakin rendah pula willingness to pay barang kebutuhan sehari-hari dengan
merek terkenal. Dengan kata lain, semakin banyak hal-hal yang mendorong
seseorang untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari dengan merek terkenal,
maka semakin tinggi pula keinginannya untuk membeli barang dengan merek
tersebut.
Ada temuan menarik pada penelitian ini. Ketika peneliti ingin melihat
besarnya sumbangan atau pengaruh dari masing-masing IV, variabel behavioral
belief memberikan sumbangan sebesar 8,7% dan secara negatif mempengaruhi
keinginan untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari dengan merek terkenal. Ini
berarti bahwa semakin positif behavioral belief seseorang terhadap willingness to
pay barang kebutuhan sehari-hari dengan merek terkenal maka semakin rendah
willingness to pay barang kebutuhan sehari-hari dengan merek terkenal. Dan
sebaliknya semakin negatif behavioral belief seseorang terhadap willingness to pay
73
barang kebutuhan sehari-hari dengan merek terkenal. maka akan semakin tinggi
willingness to pay barang kebutuhan sehari-hari dengan merek terkenal. Dengan
kata lain, partisian memandang bahwa membeli barang kebutuhan sehari-hari
dengan merek terkenal adalah sesuatu yang positif atau baik, tetapi partisipan tetap
saja ketika membeli barang kebutuhan sehari-hari mereka tidak mengutamakan
untuk membeli barang dengan merek terkenal tanpa menghiraukan bahwa
membeli barang dengan merek terkenal adalah sesuatu yang baik. Hal ini
menunjukan bahwa pada penelitian ini,partisipan tidak terkait dengan belief-nya.
Dari hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa hal ini menunjukkan tidak
konsisten antara sikap dengan perilaku. Diduga faktor daya beli seseorang atau
jumlah anggaran yang dimiliki untuk membeli barang dengan kebutuhan sehari-
hari yang menyebabkan tidak konsistennya antara sikap dengan perilaku. Tidak
konsistennya antara sikap dengan perilaku ini sesuai dengan pendapat LaPiere
(1934) dalam Baron, Robert A dan Byrne, Donn (2003) yang mengatakan bahwa
seringkali ada perbedaan cukup besar antara sikap dan tingkah laku, antara apa
yang sebenarnya mereka lakukan. Kemungkinan tidak konsistennya sikap dapat
terjadi karena faktor situasi. Misalnya pada kasus yang diteliti Lapierre, karena ia
tidak begitu yakin dengan sikap yang direfleksikan dalam tingkah laku yang
tampak ia berpikir apakah orang yang memiliki prasangka- sikap negatif terhadap
anggota kelompok sosial tertentu akan menampilkan sikap ini dalam tingkah laku
yang tampak dan pernyataan verbal mereka.
Dalam penelitian ini, jumlah nol pada tampilan harga tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap terjadinya ilusi uang. Hasil ini sejalan dengan
74
penelitian mengenai redenominasi di Ghana (Dzokoto et.al., 2010) dan Turki
(Amado et.al., 2007). Hasil penelitian ini juga sama dengan hasil penelitian
Wertenbroch et.al. (2007), yang prosedurnya diadaptasi dalam penelitian ini.
Penelitian Raghubir dan Srivastava (2002) maupun penelitian Wertenbroch
et.al. (2007) menunjukkan bahwa orang cenderung memiliki willingness to pay
(WTP) yang lebih tinggi ketika menggunakan mata uang yang nominalnya lebih
kecil. Secara lebih spesifik, penelitian Raghubir dan Srivastava (2002) berhasil
membuktikan bahwa orang cenderung melakukan overspending jika nominal mata
uang asing yang digunakan merupakan pecahan (lebih kecil) dari nominal mata
uang lokal. Sebaliknya, jika nominal mata uang asing merupakan kelipatan (lebih
besar) dari nominal mata uang lokal, yang terjadi adalah underspending. Namun,
fenomena tersebut tidak terbukti timbul dalam penelitian ini. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa perbedaan persentase jumlah barang terkenal yang dibeli
partisipan di kondisi setara Rupiah normal (nominal besar) dan partisipan di
kondisi setara Rupiah redenominasi (nominal kecil) tidak signifikan.
Ada hal yang perlu diperhatikan dari penelitian ini, yaitu tingginya
kesalahan dalam mengisi skala familiaritas merek terkenal, sehingga banyak
partisipan yang dieliminasi dan tidak diikutkan dalam proses pengolahan data.
Daftar belanja pada kuesioner memang merupakan adaptasi dari daftar yang
digunakan dalam penelitian Wertenbroch, et.al (2007). Pada daftar tersebut kolom
paling kiri merupakan kolom jenis produk yang perlu dibeli, kolom setelahnya
merupakan kolom merek dan harga produk swalayan, diikuti oleh kolom merek
dan harga produk terkenal, dan di paling kanan terdapat kolom skala familiaritas
75
merek terkenal. Partisipan pengambilan data ternyata banyak yang gagal mengisi
skala tersebut dengan benar. Karena digabungkan dengan daftar belanja, instruksi
dan contoh pengisian skala familiaritas pun digabungkan dengan instruksi dan
contoh pengisian daftar belanja. Oleh sebab itu, instruksi bagian ini menjadi
panjang dan pada saat pengambilan data banyak partisipan yang mengeluhkan
panjangnya instruksi tersebut. Selain itu, banyak partisipan yang kurang
memperhatikan judul kolom, yaitu “familiaritas merek terkenal” sehingga ketika
memilih merek swalayan, skala diisi untuk menyatakan familiaritas terhadap
merek swalayan tersebut.
Peneliti sebenarnya sudah melakukan uji keterbacaan untuk mengetahui
apakah format dan panjangnya instruksi tersebut akan menyulitkan partisipan
untuk memahami dan mengerjakan instrumen penelitian. Namun, pada saat uji
keterbacaan, partisipan tidak mengalami masalah. Semua partisipan uji
keterbacaan mengaku tidak sulit memahami instruksi. Setelah dicek, semua
partisipan uji keterbacaan juga dapat menjawab pertanyaan pelengkap, pertanyaan
manipulation check, dan mengisi kolom familiaritas dengan benar. Sayangnya,
hasil uji keterbacaan ternyata tidak mampu mendeteksi masalah yang dialami
partisipan pengambilan data.
Fenomena ini menunjukkan perlu adanya revisi apabila instrumen
penelitian ini hendak digunakan sebagai instrumen dalam penelitian serupa di
masa depan. Revisi dapat dilakukan dengan menyajikan kolom familiaritas merek
terkenal di halaman yang berbeda dengan daftar belanja. Dengan demikian,
instruksi dapat dibagi menjadi dua dan disajikan di halaman yang terpisah pula
76
sehingga terasa lebih singkat dan lebih mudah dimengerti. Selain itu, penyajian
kolom familiaritas merek terkenal di halaman terpisah juga dapat mengeliminasi
kemungkinan bahwa partisipan mengisi kolom tersebut dengan familiaritasnya
akan merek toko yang dipilih.
5.3. Saran
Berdasarkan penulisan penelitian ini, penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis memberikan beberapa saran untuk
bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya yeng terkait
dengan penelitian serupa, yaitu berupa saran metodologis dan saran praktis.
5.3.1. Saran Metodologis
Berikut ini adalah sejumlah saran yang diberikan untuk penelitian dengan topik
serupa di masa yang akan datang.
1. Perlunya mencari variabel-variabel lain yang lebih sesuai dan secara teoritis
diduga bisa mempengaruhi terjadinya ilusi uang dan WTP.
2. Penelitian ini membutuhkan ketelitian dari peneliti sendiri ketika melakukan
pengambilan data, dikarenakan prosedur eksperimen yang dilakukan banyak
dan bertahap. Jika memungkinkan, pengambilan data sebaiknya dilakukan
secara individual di ruangan yang tenang dan tertutup untuk menghindari hal-
hal yang dapat mengganggu konsentrasi partisipan selama menjalani
eksperimen. Pengambilan data dalam kelompok kecil tidak terlalu dianjurkan
mengingat adanya perbedaan kecepatan mengerjakan satu bagian kuesioner
antara partisipan yang satu dan yang lain. Dalam kelompok kecil, partisipan
yang selesai mengerjakan satu bagian terlebih dahulu, cenderung akan
77
menunggu partisipan yang belum selesai, bahkan tanpa diminta. Selama
menunggu, biasanya partisipan akan melihat ke sekeliling atau melihat
partisipan lain mengerjakan kuesioner. Bila terlalu lama, partisipan tersebut
dapat merasa bosan, bahkan kesal. Semua ini dapat mengganggu konsentrasi
partisipan dalam mengerjakan bagian berikutnya dari kuesioner. Selain itu,
partisipan yang selesai terlebih dahulu bisa jadi lupa pada instruksi atau
manipulasi yang diberikan sebelumnya karena terlalu lama menunggu sebelum
bisa mengerjakan bagian selanjutnya. Oleh sebab itu, pengambilan data dalam
kelompok kecil lebih baik dihindari.
3. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan partisipan non-mahasiswa dan
mempertimbangkan pengaruh tingkat pendidikan serta status sosial ekonomi
terhadap terjadinya ilusi uang pada kondisi redenominasi. Baik penelitian ini
maupun penelitian redenominasi di Indonesia yang sudah dilakukan
sebelumnya (Putri, 2013) menggunakan partisipan mahasiswa. Artinya, tingkat
pendidikan terakhir semua partisipan minimal adalah lulusan SMA.
Karakteristik ini memungkinkan partisipan untuk lebih mudah memahami
instruksi dan ketiadaan perubahan daya beli pada kondisi redenominasi.
Namun, pada partisipan dengan tingkat pendidikan atau tingkat sosial ekonomi
yang lebih rendah, hal tersebut bisa saja menjadi lebih sulit dipahami sehingga
ilusi uang lebih mungkin terjadi.
5.3.2. Saran Praktis
Hasil penelitian memang mengindikasikan bahwa masyarakat cenderung tidak
akan mengalami ilusi uang. Namun, perlu diperhatikan bahwa semua partisipan
78
penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi (mahasiswa). Tetap
ada kemungkinan bahwa masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah akan lebih
sulit memahami konsep redenominasi. Oleh sebab itu, untuk memperkecil
kemungkinan adanya kesalahpahaman dan kekhawatiran, pemerintah sebaiknya
merancang sosialisasi dan edukasi bertahap melalui berbagai media agar dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Jika tidak, dikhawatirkan akan timbul
reaksi negatif dari orang-orang yang merasa uangnya menjadi lebih sedikit akibat
kebijakan redenominasi pemerintah.
Selain itu, ketika redenominasi terjadi, dikhawatirkan akan ada pihak yang
memanfaatkan kebijakan ini untuk menaikkan harga dengan alasan pembulatan
harga karena kurangnya uang kembalian atau karena merasa harga barangnya
menjadi murah. Redenominasi memang seharusnya tidak mengubah daya beli
masyarakat. Namun, jika terjadi, kenaikan dan pembulatan harga inilah yang dapat
merugikan dan mengurangi daya beli masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah
sebaiknya membuat regulasi harga, misalnya dengan melarang pedagang untuk
menaikkan atau membulatkan harga dan mengharuskan semua label harga barang
mencantumkan baik harga redenominasi maupun harga sebelum redenominasi,
setidaknya selama masa transisi.
Jika nanti kebijakan redenominasi akan diberlakukan, untuk konsumen
peneliti menyarankan untuk lebih memperhatikan label harga setiap barang yang
akan dibeli. Apabila toko mencantumkan dua macam harga pada label, konsumen
yang masih bingung akan konsep redenominasi dapat melihat harga yang
dicantumkan dalam Rupiah normal untuk memahami harga barang. Namun, bila
79
toko hanya mencantumkan harga dalam Rupiah redenominasi, konsumen cukup
menambahkan tiga buah angka nol di belakang harga tersebut untuk mengetahui
nominal harga tersebut dalam Rupiah normal. Apabila konsumen mengetahui
adanya toko yang sengaja menaikkan harga atau tidak memasang dua macam
harga saat peraturan tersebut telah diberlakukan, sebaiknya laporkan pelanggaran
tersebut ke pihak yang berwajib. Laporan ini akan membantu mengontrol
kecurangan dan membiasakan masyarakat akan konsep redenominasi tanpa
merugikan masyarakat itu sendiri.
Di sisi lain, pelaku bisnis sebaiknya tidak perlu khawatir akan
redenominasi. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa willingness to pay
seseorang tidak akan meningkat atau menurun hanya karena jumlah nol pada
tampilan harga berkurang. Selama konsumen memahami konsep redenominasi,
mereka akan melakukan pembelanjaan seperti biasa. Oleh sebab itu, pelaku bisnis
sebaiknya justru mendukung dan turut serta dalam upaya sosialisasi redenominasi,
misalnya dengan tidak menaikkan harga hanya karena redenominasi dan benar-
benar memasang dua tampilan harga (Rupiah dan Rupiah redenominasi) ketika
redenominasi mulai diterapkan.
80
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen,I.( 2005). Attitudes, personality and behavior second edition. England:
McGraw-Hill.
Amado, S., Tekozel, M., Topsever, Y., Ranyard, R., Del Missier, F., & Bonini, N.
(2007). Does “000,000” matter? psychological effects of turkish monetary
reform. Journal of Economic Psychology. 28(2), 154-169
Baron, Robert A & Byrne, Donn. (2003). Psikologi sosial. jilid 1 Jakarta:
Erlangga.
Del Missier, F., Bonini, N., Ranyard, R. (2007). the euro illusion in consumers'
price estimation: an italian-irish comparison in the third year of the euro.
Journal Consumer Policy. 30, 337-354.
Dzokoto, V. A. A., Mensah, E. C., Twum-Asante, M., & Opare-Henaku, A.
(2010). “Deceiving our minds: A qualitative exploration of the money
illusion in post-redenomination ghana.” Journal of Consumer Policy 33
(4), 339-353.
Eagly, A.H & Chaiken. (1993). The psychology of attitude. Forth Worth: Harcout
Brace
Fisher, Irving. (1928). The money illusion. NY : Adelphi.
Frank, R. H. (2003). Microeconomics and behavior (5th Ed.). New York: Graw-
Hill
Fishbein dan Ajzen (1975) belief, attitude, intention and behavior: An
introduction the theory and research, Massachusetts: Addison-Wesley
Publishing Company
Gamble, A., Garling, T., Charlton, J., Ranyard, R. (2002) Euro illusion:
Psychological insights into price evaluations with a unitary currency.
Journal of European Psychologist, 7(4), 302-311
Handa, J. (2009). Monetary economics (2nd Ed.). New York: Routledge
Kahneman, D. & Tversky A. (1979). "Prospect theory: An analysis of decision
under risk", Econometrica, 47, 263-291.
Kalish, S. & Nelson, P. (1991). A comparison of ranking, rating and reservation
price measurement in conjoint analysis. Marketing Letters, 2(4), 327-335.
Mankiw, N. G. (2012). Principles of economics (6th Ed.). Mason: Cengage
Learning.
81
Marques, J. F., & Dehaene, S. (2004). Developing intutition for prices in euros:
Rescaling or relearning prices? Journal of Experimental Psychology:
Applied, 10(3), 148-155.
Masyithah, M. (2012). Ilusi uang: Pengaruh interaksi tampilan jumlah nol pada
uang dan kemampuan kognitif terhadap willingness to pay pada anak.
Skripsi. Depok: Universitas Indonesia
Michener, H., DeLamater, J.D., Myers, D.J. (2004). Social Psychology. Belmont
CA: Wadsworth
Mishkin, F.S. (2007). The economics of money, banking, and financial markets
(8th Ed.). Boston: Pearson Education, Inc.
Morgan, C.T., King, R.A., Weisz, J.R., Schopler, J. (1986). Introduction to
psychology (7th Ed). Singapore: Graw-Hill Bo Co.
Oesoonthornwattana, O., Shanks, D. R (2010). I like what I know: Is recognition a
noncompensatory determiner of consumer choice? Judgement an Decision
Making, 5(4), 310-325.
Putri, P. S. (2013). Ilusi tiga digit: Pengaruh jumlah nol pada tampilan harga dan
batasan anggaran terhadap willingness to pay mahasiswa. Skripsi. Depok:
Universitas Indonesia
Raghubir, P., & Srivastava, J. (2010). Effect of face value on product valuation in
foreign currencies. Journal of Consumer Research. 335-347.
Ranyard, R., Burgoyne, C. B., Saldanha, G., & Routh, D. A. (2005). A qualitative
study of adaptation to the euro in the republic of ireland: attitudes, the
„euro illusion‟ and the perception of prices. Journal of Community and
Applied Social Psychology, 15, 95-107.
Rao, A. R., Monroe, K. B. (1989). The effect of price, brand name and store name
on buyers‟ perception of priduct quality: An integrative review. Journal of
Marketing Research, 26, 351-357.
Shafir, E., Diamond, P., & Tversky, A. (1997). Money illusion. The Quarterly
Journal of Economics, vol. 112 (2).
Voelckner, F. (2006). An empirical comparison of methods for measuring
consumers‟ willingness to pay. Marketing Letters, 17(2), 137-149.
Wertenbroch K., & Skiera, B. (2002). Measuring consumers‟ willingness to pay at
the point of purchase. Journal od Marketing Research, 39, 228-241.
82
Wertenbroch K., Soman, D., & Chattopadhyay, A. (2007). On the perceived value
of money: The reference dependence of currency numerosity effect.
Journal of Consumer Research.