pengaruh restitusi pajak an nilai wajib pajak badan terhadap penerimaan pajak an nilai pada kantor...

57
PENGARUH RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA DI KOTA MAKASSAR PROPOSAL PENELITIAN Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Rangka Penelitian untuk Penyusunan Skripsi pada Jurusan Pendidikan Ekonomi Program Studi Pendidikan Akuntansi Oleh AKHIRUDDIN. S 056224027 1

Upload: syahlan

Post on 27-Jul-2015

3.876 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

PENGARUH RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA DI KOTA MAKASSAR PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Rangka Penelitian untuk Penyusunan Skripsi pada Jurusan Pendidikan Ekonomi Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh AKHIRUDDIN. S 056224027

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

1

2

2010PROPOSAL PENELITIANA. JUDUL : PENGARUH RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA DI KOTA MAKASSARB. I. PENDAHULUAN

a.

Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu Negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan. Pembangunan Nasional yang sedang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia pada saat ini sedang mengalami hambatan. Hal ini disebabkan Karena adanya krisis ekonomi yang melanda Negara Indonesia ini mengakibatkan terganggunya sumber-sumber penerimaan Negara, dimana sumber penerimaan tersebut ditujukan untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Sumbersumber penerimaan Negara tersebut terutama ditujukan untuk membiayai proyekproyek yang diselenggarakan oleh pemerintah, sehingga penerimaan Negara menjadi sangat penting dalam pemulihan ekonomi dan pembiayaan Negara untuk mewujudkan pembangunan nasional yang adil dan merata. Salah satu upaya untuk meningkatkan penerimaan Negara antara lain melalui sektor perpajakan. Pajak dapat menciptakan kemandirian bangsa Indonesia tanpa harus terlalu banyak menggantungkan harapan dengan Negara lain untuk mendapatkan pinjaman atau bantuan luar negeri. Pajak merupakan salah satu sumber

3

penerimaan Negara yang paling potensial bagi kelangsungan pembangunan Negara Indonesia karena penerimaan pajak meningkat seiring dengan meningkatnya perkonomian dan taraf hidup suatu bangsa. Peranan pajak semakin besar dan penting dalam menyumbang penerimaan Negara dalam rangka kemandirian membiayai pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk itu dibutuhkan peran serta masyarakat dalam bentuk kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas pertambahan nilai suatu barang atau jasa yang dihasilkan atau diserahkan oleh pengusaha kena pajak, baik pengusaha yang menghasilkan barang, mengimpor barang, melakukan usaha perdagangan, atau pengusaha yang melakukan usaha di bidang jasa. Pemerintah telah mengeluarkan serangkaian kebijaksanaan dan peraturan, khususnya dibidang perpajakan yaitu dengan dikeluarkannya UndangUndang Pajak Pertambahan Nilai tahun 1984 yang secara resmi telah dilaksanakan mulai 1 April 1984 yang kemudian diubah menjadi Undana-Undang nomor 11 Tahun 1994 yang pelaksanaannya mulai pada awal tahun 1995 dan kemudian diubah lagi menjadi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000. Adapun kewajiban wajib pajak atau pengusaha kena pajak adalah melaporkan usaha, memungut, menyetor, dan melaporkan pajak pertambahan nilai dan pajak pembelian atas barang mewah yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan kewajiban tersebut diharapkan penerimaan Negara dari sektor perpajakan dapat bertambah.

4

Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar merupakan salah satu kantor pelayanan pajak di kota Makassar yang telah menggunakan sistem administrasi yang modern, dimana para Wajib Pajak dapat mengakses informasi-informasi seputar perpajakan melalui pajak online, salah satunya adalah Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) yang dikenakan atas usahanya. Hal-hal yang biasanya berkaitan dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah PPN kurang bayar, PPN lebih bayar, nihil. Tetapi yang biasa mempengaruhi tingkat penerimaan pajak terutama pada KPP Madya Makassar adalah PPN yang lebih bayar. Untuk itu adanya penanganan dan tindak lanjut terhadap PPN yang lebih bayar, karena hal ini akan berpengaruh pada tingkat penerimaan pajak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada data penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Restitusi Pajak Pertambhan Nilai pada KPP Madya Makassar bulan Januari sampai Desember tahun 2007. Tabel 1 : Data Penerimaan dan Restitusi KPP Madya di Kota Makassar bulan Januari -Desember 2008Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Penerimaan PPN Rp 16,950,575,895 Rp 17,033,714,720 Rp 18,037,110,489 Rp 19,523,928,324 Rp 30,106,846,726 Rp 41,491,352,702 Rp 38,053,835,894 Rp 43,118,303,541 Rp 54,544,750,309 Rp 54,654,214,486 Rp 49,594,976,958 Rp 103,192,018,889 Rp 486,301,628,933 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp R Rp Rp Rp Restitusi 283,389,666 350,294,274 836,106,412 4,249,270,565 7,423,563,339 2,141,142,803 1,099,618,227 828,424,962 243,938,868 3,627,561,906 21,083,311,022 Persentase Restitusi 1.67% 2.06% 4.64% 21.76% 24.66% 5.16% 2.89% 1.92% 0.45% 0% 0% 3.52% 4.34% Jumlah Penerimaan Netto Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 16,667,186,229 16,683,420,446 17,201,004,077 15,274,657,759 22,683,283,387 39,350,209,899 36,954,217,667 42,289,878,579 54,300,811,441 54,654,214,486 49,594,976,958 99,564,456,983 465,218,317,911

Sumber : KPP Madya di Kota Makassar

5

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penerimaan netto Pajak Pertambahan Nilai pada KPP Madya Makassar mengalami penurunan karena adanya restitusi Pajak Pertambahan Nilai. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Restitusi Pajak Pertambahan Nilai Wajib Pajak Badan terhadap Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar. b. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah pokok dalam penelitian ini adalah: Bagaiman pengaruh restitusi Pajak Pertambahan Nilai Wajib Pajak Badan terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar?c. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh restitusi Pajak Pertambahan Nilai Wajib Pajak Badan terhadap Penerimaan Pajak pertambahan nilai pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar. d. Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi kepada

para aparat pajak dalam tindak lanjut terhadap restitusi PPN pada WP badan.

6

2.

Penulis dapat menambah pengalaman dan memperdalam pengetahuan mengenai topik yang diteliti.

3.

Sebagai bacaan, bahan referensi dan acuan bagi pihak yang ini membahas masalah restitusi PPN dimasa yang akan datang. e. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mempermudah dalam penyusunan skripsi nantinya maka sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut: A. JUDULB. I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Hasil Penelitian E. Sistematika Penulisan II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka B. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis III. METODE PENELITIAN A. Variabel dan Desain Penelitian B. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel C. Populasi dan Sampel

7

D. Teknik Pengumpulan Data E. Rancangan Analisis Data C. JADWAL PENELITIAN D. DAFTAR PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR a. 1. Tinjauan Pustaka Restitusi Pajak Pertambahan Nilai a) Restitusi Menurut Rusdji (2006:187) mendefinisikan restitusi adalah kelebihan pembayaran pajak yang dapat dimintakan kembali oleh wajib pajak atau dapat dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. Penyebab terjadinya lebih bayar pada Pajak Pertambahan Nilai disebabkan karena : 1. Jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, atau kelebihan pajak masukan terhadap pajak keluaran dalam suatu masa pajak tertentu. 2. Telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.

b) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Dalam bahasa Inggris, PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau

8

dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung. Adapun definisi PPN menurut UU nomor 8 tahun 1983, Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (Value added) yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi disetiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen. Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang atau produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena Pajak yang disingkat PKP. Dalam perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal istilah pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya, sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau membuat produknya. Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 persen. Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia adalah Undang-Undang No. 8/1983 berikut revisinya, yaitu Undang-Undang No. 11/1994 dan Undang-Undang No. 18/2000. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Restitusi PPN adalah kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai yang disebabakan oleh pajak masukan lebih besar daripada pajak keluaran yang dapat dimintakan kembali atau dikompensasikan ke masa pajak berikutnya.

9

c) Perhitungan

dan tata cara pengembalian Restitusi Pajak

Pertambahan Nilai Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai menurut Rusdji (2006:190) adalah sebagai berikut: Restitusi PPN = Pajak Masukan Pajak Keluaran Proses penyelesaian restitusi PPN menurut Rusdji (2006:188) adalah sebagai berikut : 1) Permohonan Restitusi Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PPN yang disampaikan oleh Pengusaha Kena Pajak dapat dilakukan sebagai berikut : a) Surat Pemberitahuan Masa Pajak Nilai yang mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dengan cara mengisi kolom Dikembalikan (Restitusi), atau b) Surat permohonan tersendiri, apabila kolom Dikembalikan (Restitusi) dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai tidak diisi atau tidak mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak. Permohonan pengembalian disampaikan kepada kepala Kantor Pelayanan Pajak di tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan dan satu permohonan untuk masa pajak. 2) Kelengkapan Dokumen Saat diterimanya permohonan secara lengkap adalah saat dimana permohonan pengembalian telah dilengkapi dengan seluruh dokumen-dokumen yang harus

10

disampaikan oleh Pengusaha Kena Pajak. Dokumen-dokumen dapat disampaikan secara lengkap bersamaan dengan penyampaian atau disusulkan setelah

disampaikannya permohonan Pengembalian. Kelengkapan dokumen paling lambat satu bulan sejak diterimanya permohonan. 3) Penelitian atau Pemeriksaan Dokumen Restitusi. Proses penyelesaian restitusi dapat dilakukan dengan cara : a) Pemeriksaan Proses penyelesaian restitusi selain dari pengusaha Kena Pajak, pajak tertentu dilakukan dengan melalui pemeriksaan. Untuk kepentingan Pemeriksaan, pemeriksa dapat menjamin buku-buku, catatan-catatan, atau dokumen-dokumen lain yang berkenaan dengan permohonan pengembalian. Apabila jangka waktu telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan Surat Ketetapan pajak atau surat keputusan, maka permohonan pengembalian yang diajukan dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar atau Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak harus diterbitkan paling lambat 1 bulan stelah jangka waktu berakhir. b) Penelitian Proses penyelesaian restitusi pada Pengusaha Kena Pajak tertentu dilakukan dengan melalui penelitian. Apabila sampai dengan jangka waktu berakhir, Pengusaha Kena Pajak tidak melengkapi seluruh dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam permohonan pengembalian, maka permohonan pengembalian tetap diproses sesuai dengan data yang ada atau diterima.

11

d) Wajib Pajak Badan Wajib Pajak (WP) adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Dimana, setiap perusahaan yang melakukan suatu usaha memprodukasi barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean wajib menyetorkan pajak atas usahanya.2. Penerimaan Pajak Pertambahan nilai

a) Definisi Pajak Pajak merupakan wujud peran serta masyarakat dalam membiayai pembangunan dan pengadaan barang dan jasa publik untuk kesejahteraan umum. Untuk lebih memperjelas pengertian pajak, berikut dikemukakan pengertian menurut beberapa ahli antara lain: Menurut Mardiasmo (2009:1) bahwa: Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontra prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Menurut Boediono (2001:9) bahwa: Pajak adalah iuran rakyat kepada negara, berdasarkan UndangUndang, yang dapat dipaksakan, dengan imbalan yang diberikan secara tidak langsung (umum) oleh Pemerintah, gunanya untuk membiayai kebutuhan pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara dan dapat digunakan sebagai sarana untuk mengatur di bidang sosial ekonomi.

12

Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 tahun 2007 bahwa: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkanUndang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang-undang dengan tidak memperoleh imbalan secara langsung guna membiayai kepentingan umum. b) JenisJenis Pajak Menurut Mansur dan Wardoyo dalam Budianto (2008:7), secara umum pajak yang diberlakukan di Indonesia dapat dibedakan dengan klasifikasi sebagai berikut : 1) Pajak menurut sifatnya a) Pajak Langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh) b) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 2) Pajak menurut sasaran atau Objeknya Pembagian pajak menurut sasaran atau objektifnya dimaksudkan pembedaan dan pembagiannya berdasarkan ciri-ciri prinsip :

13

a) Pajak Subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat subjektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh). b) Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). 3) Pajak menurut pemungutnyaa) Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PPB), serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). b) Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang digunakan untuk membiyai rumah tangga daerah. Contoh : Pajak Reklame, Pajak Jasa Perolehan, dan Pajak Hiburan.

c) Tata-Tata Cara, Asaz, dan Sistem Pemungutan Pajak1) Tata-Tata Cara Pemungutan Pajak

Tata-tata cara pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel yaitu :

a) Stelsel Nyata (riel stelsel)

14

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realisitis, sedangkan kekurangannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui).b) Stelsel Anggapan (fictieve stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh UndangUndang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan tanpa harus menunggu pada akhir tahun, sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya. c) Stelsel Campuran Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta kembali.2) Asas Pemungutan Pajak

15

a)

Asas Domisili (asas tempat tinggal) Negara berhak menggunakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.

b) Asas Sumber Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. c) Asas Kebangsaan Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu bangsa.3) Sistem Pemungutan Pajak a) Official Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.b) Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang member

wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yan terutang.c)

With Holding System merupakan sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

d) Subjek dan Objek PPN

16

1) Subjek PPN Subjek PPN dibagi atas 2 kelompok, yaitu: a) Pengusaha Kena Pajak Menurut Pasal 1 UU PPN disebutkan bahwa pengusaha adalah orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memamfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa atau memamfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. Menurut Pasal 1 angka 15 UU PPN disebutkan bahwa pengusaha kena pajak adalah pengusaha sebagaimana dimaksud dalam angka 14 yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini, tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan segabai Pengusaha Kena Pajak. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 571/KMK.03/2003, berlaku 1 januari 2004, diatur sebagai berikut: 1) Pengusaha Kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp. 600.000.000,00. 2) Pengusaha Kecil wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun buku, jumlah penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak melebihi batas Rp. 600.000.000,00 lambat pada akhir bulan berikutnya.

17

b) Bukan Pengusaha Kena Pajak Bukan Pengusaha Kena Pajak yakni bukan imporir, buka pengusaha kena pajak melakukan perjalanan ke luar negeri, ketika pulang melewati pos pemerikasaan DJBC (Direktorat Jenderal Bea Cukai) ditahan karena dianggap membawa barang melebihi batas-batas yang diizinkan, paspor dan KTP ditahan dan selanjutnya membayar Pajak Pertambahan Nilai terutang, bea masuk terutang, dan bea-bea lain terutang. Apabila tidak ada uang, maka Bukan Pengusaha Kena Pajak tersebut akan ditahan dan apabila tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) maka akan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak sementara 9 digit angka 0. 3 digit Kode Kantor Pelayanan Pajak dan 3 digit angka 0. SSP (Surat Setoran Pajak) ini merupakan data masukan yang akan membuat Bukan Pengusaha Kena Pajak akan dipanggil oleh Kantor Pelayanan Pajak untuk diberi Nomor Pokok Wajib Pajak dalam rangka ekstensifikasi wajib pajak. Hal-hal ini yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai walaupun bukan pengusaha kena pajak, yaitu bila bukan Pengusaha Kena Pajak memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud/ Jasa Kena Pajak dari luar Daerah pabean di dalam daerah dan melakukan kegiatan membangun sendiri. 2) Objek PPN Barang atau jasa sebagai objek dari Pajak Pertambahan Nilai dapat dibedakan menjadi dua yaitu : a) Barang Kena Pajak

18

Barang kena pajak adalah barang berwujud yang menururt sifat dan hukumnya dapat berupa barang bergerak atau baran tidak bergerak dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN (pasal 1 angka 2 dan 3 UU PPN). Barang berwujud adalah aktiva tetap, seperti kendaraan, mesin, dan juga berupa persediaan bahan baku maupun barang jadi, sedangkan barang kena pajak tidak berwujud diantaranya seperti lisensi, merk dagang, Hak Paten, Hak Cipta, dan berbagai hak-hak lainnya. Barang yang akan dikenakan Objek Pajak Pertambahan Nilai atau yang akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Barang berwujud yang diserahkan merupakan barang kena pajak. 2) Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan barang kena pajak. 3) Penyerahan dilaksanakan di dalam daerah pabean. 4) Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.

b) Jasa Kena Pajak Jasa kena pajak adalah setiap kegiatan pelanyanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesanan yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN.

e) Fungsi Pajak Pertambahan Nilai

19

1) Penerimaan Negara Salah satu fungsi pemungutan pajak yamh umum adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Fungsi itu disebut juga sebagai fungsi Budgeter. Begitupula Pajak Pertambahan Nilai, sebagai pajak Negara, penghasilan yang diperoleh dari pemungutan pajak, dipergunakan sebagai sumber pembiayaan Negara, sebagaimana tercantum dalam APBN. Sejak diterapkan UU PPN telah cukup berperan sebagai sumber penerimaan utama yang semakin meningkat baik jumlah maupun jumlah relatifnya apabila dibandingkan dengan penerimaan Negara lainnya. 2) Pemerataan beban pajak Pajak Pertambahan Nilai sebagai tambahan atau koreksi untuk Pajak Penghasilan (PPh), karena PPh mengadakan pengecualian subjek pajak, ada subjek pajak yang dibebaskan dari PPh, secara tidak langsung menjadi penanggung pajak melalui konsumsi yang dilakukannya. Dengan demikian, beban pajak akan terbebani pada setiap orang, tanpa pengecualian. PPN dalam hal ini berperan sebagai alat untuk meratakan beban pajak. 3) Mengatur pola konsumsi PPN sering juga disebut sebagai pajak atas konsumsi. Yang menjadi pemikul beban pajak ini adalah konsumen. Oleh karena itu PPN dapat juga dijadikan alat untuk membentuk pola konsumsi, dengan mengenakan pajak atas barang-barang tertentu dan tidak mengenakan pajak atas barang lainnya sesuai dengan yang diinginkan. Dengan demikian pola konsumsi masyarakat diharapkan dapat dipengaruhi dan diarahkan.

20

4) Mendorong Ekspor Untuk mendorong dan meningkatkan daya saing barang ekspor dipasaran luar negeri, tariff atas penyerahan ekspor ditetapka sebesar 0 %. 5) Membantu pengusaha kecil Dengan pengecualian pengusaha kecil dari kewajiban memungut PPN, diharakan akan lebih membantu pengusaha kecil untuk mengembangkan usahanya. f) Faktur Pajak Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan jasa kena pajak atau bukti pungutan pajak karena impor barang kena pajak yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai. Faktur pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak terbagi atas 3 macam yaitu: 1) Faktur Pajak Standar Faktur Pajak Standar adalah faktur penjualan memuat keterangan dan pengisiannya sesuai dengan ketentuan perpajakan. Faktur Pajak Standar pada umumnya dibuat pada saat penyerahan kepada pembeli yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak karena pembeli yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tersebut berkepentingan untuk dapat mengkreditkan Pajak Masukan tersebut, sedangkan hanya Faktur Pajak Standard dan dokumen tertentu yang dapat dipergunakan sebagai pengkreditan Pajak Masukan.

2) Faktur Pajak Sederhana

21

Menurut UU PPN pasal 13 ayat 7 Faktur Pajak Sederhana merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh pengusaha Kena Pajak untuk menampung kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dilakukan secara langsung kepada konsumen akhir. 3) Faktur Pajak Gabungan Menurut UU PPN pasal 13 ayat 2 Faktur Pajak Gabungan yang dibuat meliputi semua penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang terjadi selama suatu bulan takwim kepada pembeli yang sama atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama. g) Tarif dan Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai 1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai Tarif Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dihitung dari Dasar Pengenaan Pajak dikaitkan dengan tarif tertentu. Besarnya tarif Pajak Pertambahan Nilai dapat dibedakan menjadi empat yaitu : a) Tarif Umum Tarif umum merupakan tarif yang dikenakan terhadap transaksi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang secara umum besarnya adalah 10%. b) Tarif Ekspor Tarif ekspor merupakan tarif yang dikenakan terhadap transaksi Barang Kena Pajak maupun Jasa Kena Pajak pada ekspor yang besarnya adalah 0%, bukan

22

sama dengan dibebaskan Pajak Pertambahan Nilai, sehingga pajak masukannya dapat dikreditkan. c) Tarif Minimal dan Maksimal Tarif Pajak Pertambahan Nilai dapat diubah minimal 5% dan maksimal sebesar 15%, tergabtung kebutuhan dana dari pemerintah. d) Tarif Efektif Tarif efektif Pajak Pertambahan Nilai dikenakan pada berbagai Barang Kena Pajak tertentu, seperti : Industri Rokok. 2) Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai menunjukkan jumlah Pajak

Pertambahan Nilai yang harus dibayar atau lebih dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak. Pajak Petambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif Pajak Pertambahan Nilai dengan Dasar Pengenaan Pajak. Dasar Pengenaan Pajak tersebut dapat berupa harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor, ataupun nilai lain-lain. Menurut UU PPN pasal 9 ayat 1, menjelaskan tentang cara Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang adalah dengan mengalikan jumlah harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, dengan tarif pajak sebagaimana ditetapkan dalam pasal 7 ayat 1. Pajak terutang ini merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Terutang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

23

a)

Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Terutang terhadap Dasar Pengenaan Pajak. Pajak Pertambahan Nilai dihitung dengan mengalikan antara tarif Pajak Pertambahan Nilai dengan Dasar Pengenaan Pajak yaitu harga jual, penyerahan, dan yang lainnya dengan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.

b) Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Terutang atas Dasar Pengenaan Pajak termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Pada dasarnya besarnya Pajak Pertambahan Nilai dihitung dengan mengalikan antara Tarif Pajak Pertambahan Nilai dengan Dasar Pengenaan Pajak. Namun apabila besarnya harga jual, penyerahan, dan yang lainnya sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai, maka besarnya Pajak Pertambahan Nilai dapat dihitung secara langsung tanpa mencari Dasar Pengenaan Pajak terlebih dahulu, dengan rumusan sebagai berikut : PPN Terutang = ((Tarif PPN / (100 + Tarif PPN)) * Harga Termasuk PPN.

3.

Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan judul ini adalah : a. Nur Rahmiaty Ningrum (2005) yang meneliti tentang Tinjauan Atas Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tagallega. Adapaun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana target dan realisasi Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), hal-hal apa saja yang tidak tercapainya target dan realisasi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tegallega. Sampel

24

dalam penelitian ini adalah data penerimaan pajak pada kantor pelayanan pajak Bandung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode pengumpulan sumber data. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ternyata jumlah penerimaan pajak dipengaruhi oleh adanya hal-hal yang menyebabkan tidak tercapainya target penerimaan Pajak Pertambahan Nilai, salahsatunya yaitu Restitusi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah keduanya menganalisis tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan juga menggunakan analisis yang sama yaitu analisis deskriptif atau metode yang menggambarkan secara objektif hal-hal yang diamati. Sedangkan perbedaannya adalah terletak pada subjeknya, dimana pada penelitian di atas yang menjadi subjek penelitiannya adalah lebih kepada target dan realisasi penerimaan PPN, sedangkan pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah restitusi PPN. b. Dewi Rante (2006), yang meneliti tentang dampak restitusi pajak pertambahan nilai terhadap penerimaan pajak pada kantor pelayanan pajak Makassar selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak restitusi pajak pertambahan nilai terhadap penerimaan pajak pada kantor pajak Makassar Selatan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah yaitu metode eksplanatif yaitu metode yang digunakan untuk menguji atau mengkonfirmasi hubungan atau pengaruh antar variabel. Alat anlisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa restitusi PPN berpengaruh negatif terhadap penerimaan pajak.

25

Persamaan penelitian ini dengan peneltian tersebut adalah keduanya menganalisis tentang restitusi pajak pertambahan nilai. sedangkan perbedannya adalah terletak pada variabel yang dipengaruhi yaitu penerimaan pajak pertambahan nilai sebagai variabel (Y). Jika pada penelitian ini, mengambil variabel (Y) yaitu hanya penerimaan pajak pertambahan nilai saja, namun pada penelitian tersebut memilih variabel (Y) yakni penerimaan pajak secara keseluruhan. 4. Keterkaitan antara Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Restitusi adalah pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang disebabkan oleh pajak masukan lebih besar daripada pajak keluaran dalam suatu masa pajak. Adapun hal-hal yang menyebabkan pajak masukan lebih besar daripada pajak keluaran adalah : a) Pada saat awal usaha dimana barang modal, bahan baku, dan bahan pembantu dibeli. b) Pada saat Pengusaha Kena Pajak melakukan kegiatan ekspor Barang Kena Pajak keluar daerah pabean. c) Pengusaha Kena Pajak menyerahkan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak kepada semua Pengusaha Kena Pajak atau kepada pemungut PPN. d) Pengusaha Kena Pajak menyerahkan BArang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak dalam rangka proyek-proyek pemerintah yang di danai oleh bantuan luar negeri.

26

e) Pengusaha Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak kepada enteport produksi untuk tujuan ekspor yang diolah lebih lanjut. Penerimaan pajak pertambahan nilai adalah keseluruhan penerimaan pajak pertambahan nilai yang diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar yang terdiri dari PPN dalam Negeri, PPN Impor, PPN lainnya, PPnBM dalam Negeri, PPnBM Impor, dan PPnBM lainnya. Keterkaitan antara Restitusi dengan penerimaan pajak pertambahan nilai adalah semakin besar restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN), semakin akan mengurangi penerimaan pajak pertambahan nilai pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar. Hal ini disebabkan oleh karena apabila jumlah pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang dikembalikan kepada Wajib Pajak maka secara otomatis akan mengurangi jumlah penerimaan pajak pertambahan nilai pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Makasassar.

b. Kerangka Pemikiran Wajib Pajak (WP) adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Dimana, setiap perusahaan yang melakukan suatu usaha memprodukasi barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean wajib menyetorkan pajak atas usahanya. Salah-satu

27

kewajiban pajak oleh wajib pajak badan adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang disetor oleh wajib pajak merupakan penerimaan oleh Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar. Selain penerimaan pajak, ada hak-hak dari wajib pajak yang mesti dipenuhi oleh KPP Madya Makassar, salah-satunya adalah Restitusi atau kelebihan pembayaran pajak yang dapat dimintakan kembali oleh wajib pajak. Adapun persyaratan pemenuhan restitusi yaitu dengan melakukan pemohonan restitusi kepada KPP yang dilengkapi bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permohonan restitusi, yang selanjutnya dilakukan pemerikasaan dan penelitian oleh KPP atas permohonan tersebut. Apabila telah dilakukan pemerikasan dan penelitian atas dokumen-dokumen yang telah lengkap maka permohonan restitusi dikabulkan. Dengan dikabulkannya permohonan restitusi maka akan mempengaruhi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir ini dapat dilihat pada gambar 1 PPN

Restitusi pajak : Pajak Masukan Pajak Keluaran

Penerimaan PPN PPN dalam Negeri PPN impor PPN lainnya

Gambar 1. Kerangka pemikiran

28

c.

Hipotesis

Berdasarkan latar belakang yang ada maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: diduga bahwa restitusi pajak pertambahan nilai wajib pajak badan barpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai pada kantor pelayanan pajak madya di Kota Makassar. III. METODE PENELITIAN a. 1. Variabel dan Desain Penelitian Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2007:31) bahwa: variabel adalah suatu atribut sifat dan nilai dari individu, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diharapkan untuk dipelejari dan ditarik kesimpulanya. Adapun variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah Restitusi PPN dan penerimaan PPN. 2. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif yaitu dengan mengumpulkan dan menganalisis data restitusi PPN dan penerimaan PPN tahun 2008-2009 pada KPP Madya Makassar. Penelitian ini juga berusaha untuk menjawab masalah bagaimana pengaruh restitusi PPN terhadap Penerimaan PPN pada KPP Madya Makassar. Data Restitusi PPN dan Penerimaan PPN diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pertimbangan sendiri oleh peneliti artinya bahwa dalam pengambilan sampel memilih langsung objek atau data yang dibutuhkan

29

dalam penelitian ini dengan mempertimbangkan ketersediaan data dan up to date data. Berdasarkan data restitusi PPN tersebut dilakukan analisis terhadap penerimaan PPN, kemudian hasil analisis tersebut dilakukan analisis regresi linear sederhana. Analisis regresi linear sederhana adalah persamaan matematika yang meramalkan nilai-nilai setiap variabel. Regresi linear sederhana didasarkan pada hubungan kausal, dalam hal ini hubungan antara restitusi PPN dengan penerimaan PPN. Setelah diregresi kemudian dilakukan uji-t untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak. Adapaun skema desain penelitian dapat dilihat pada gambar 2.

30

Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar Data restitusi PPN Data penerimaan PPN

i

Dokumentas Wawancara

Restitusi pajak Pajak Masukan Pajak Keluaran

Penerimaan PPN PPN dalam Negeri PPN impor PPN lainnya

Teknik analisis Regresi Linear sederhana. Uji t Uji r

Hasil dan Kesimpulan

Gambar 2. Skema Desain Penelitian

b. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. a) Definisi Operasional Variabel

Restitusi pajak pertambahan nilai adalah pengembalian oleh kantor pelayanan pajak Madya Makassar kepada wajib pajak badan atas kelebihan pembayaran pajak pertambahan nilai.

31

b) Penerimaan pajak pertambahan nilai adalah sejumlah uang yang diterima oleh kantor pelayanan pajak Madya Makassar atas pembayaran pajak pertambahan nilai oleh wajib pajak badan yang meliputi Pajak Pertambahan Nilai dalam Negeri, Pajak Pertambahan Nilai Impor, dan Pajak Pertambahan Nilai Lainnya.2. Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini, Peneliti ingin mengetahui Pengaruh Restitusi Pajak Pertambahan Nilai Wajib Pajak Badan terhadap Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya di Kota Makassar . Untuk itu dari variabel di atas, Dasar pengukuran pada hasil penerimaan PPN adalah besarnya nilai restitusi pajak pertambahan nilai yang dinyatakan dalam satuan rupiah. c. 1. Populasi dan Sampel Populasi

Menurut Sugiyono (2007:80) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oeh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data penerimaan PPN dan restitusi PPN. 2. Sampel

Menurut Sugiyono (2007:81) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengumpulan sampel

32

yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Teknik ini dilakukan atas dasar pertimbangan sendiri oleh peneliti artinya bahwa dalam pengambilan sampel memilih langsung objek atau data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dengan mempertimbangkan ketersediaan data dan up to date data. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah data wajib pajak badan, penerimaan pajak PPN dan restitusi pajak PPN tahun terakhir yakni tahun 2009. d. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dokumentasi adalah mengumpulkan data berupa dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan yakni data penerimaan PPN dan restitusi PPN tahun 2008-2009 serta data lain yang mendukung dalam penelitian ini. 2. Wawancara adalah mengadakan pembicaraan secara langsung dengan pihak yang berkompeten yakni pimpinan, bagian keuangan dan pihak-pihak lain yang terkait dengan penelitian untuk mendapat respon/informasi mengenai hal yang akan diteliti dalam hal ini. e. Rancangan Analisis Data

Untuk menjawab masalah pokok dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Eksplanatif (konfirmatif), yaitu metode yang digunakan untuk menguji atau mengkorfimasi hubungan atau pengaruh antara variabel.alat analisis yang digunakan adalah regresi linear sederhana dengan program bantuan alat statistic SPSS Versi

33

15.0. Analisis Regresi Sederhana merupakan alat analisis yang menggambarkan hubungan dalam bentuk persamaan antara variabel bebas (X) dengan varibel terikat (Y). Dimana varibel bebas (X) adalah Restitusi Pajak Pertambahan Nilai dan variabel terikat (Y) adalah Penerimaan PPN. Untuk menjawab masalah pokok dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik anaisis sebagai berikut:1.

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu Restitusi PPN dan variabel terikat yaitu Penerimaan PPN digunakan analisis Regresi sederhana menurut Sugiyono (2007 : 245) sebagai berikut : Y= a + b x Dimana : X = Perputaran modal kerja Y = Tingkat likuiditas a = Konstanta b = Koefisien Regresi Untuk mencari nilai a dan b dapat dihitung dengan nenggunakan rumus : nxy (x)(y) b= nx2 (x)2 a = bx

2.

Untuk mendapatkan nilai korelasi dari variabel X dan Y digunakan korelasi produk moment menurut Sugiyono (2005:213), berikut: r xy = yaitu sebagai

n x1 y1 ( x1 ).( y1 )

{

n x1 ( x1 )2

2

}{

n y1 ( y1 ) 2

2

}

34

Dimana : r = Koefisien korelasi n = Jumlah periode tahun x = restitusi PPN y = penerimaan PPN Selanjutnya untuk melihat hasil dari nilai korelasi yang diperoleh dapat dibuktikan dengan tabel sebagai berikut : Tabel 2: Interpretasi Korelasi Interval 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 3. 0,199 0,399 0,599 0,799 1,000 Tingkat Hubungan Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat

Untuk menghitung signifikan korelasi, maka dilakukan dengan uji-t dengan rumus yang dikemukakan oleh Sugiyono (2007:214) adalah sebagai berikut :r n 2

t=

1 r2

Dimana : t = Uji perbandingan (nilai t yang dihitung) r = Koefisien korelasi n = Jumlah periode tahun Keputusan pengujiannya sebagai interpretasi nilai t hitung adalah sebagai berikut : 1. 2. Jika t hitung t tabel, maka Ho diterima, dan Ha ditolak Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, dan Ha diterima

35

C. JADWAL PENELITIAN No Pelaksanaan Maret 1. 2. 3. 4. 5. Tahap Persiapan Pengumpulan Data Pengelolaan dan analisis data Penulisan skripsi/konsultasi Penggandaan Alokasi Waktu April Mei Juni

D. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007, Panduan Praktis Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 15.0. Semarang; Wahana Komputer. Ilyas, Wirawan B, dan Rudy Suhartono. 2007. Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah. Jakarta; Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ferdinand, Augusty. 2002. Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen. Semarang: BP, UNDIP. Napoh, Budiarto. 2008. Skripsi tinjauan atas prosedur penanganan Surat Pemberitahuan Lebih Bayar Yang Di Restitusi pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar, Makassar. Muljono, Djoko. 2008. Pajak Pertambahan Nilai Lengkap dengan UndangUndang. Yogyakarta: Penerbit CV. Andi Offset. Undang-Undang No.8. 2007. Buku Profil KPP Madya Makassar, kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar. Waluyo. 2002. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Penerbir Salemba Empat.

36

Suandy, Erly. 2002. Perpajakan, Jakarta: Penerbit PT. Salemba Empat Patria. Undang-undang No.8. 2007. Buku Profil KPP madya Makassar, Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar. Nasution, Lukman Hakim, dan Tony Marsyahrul. 2008. Pajak Pertambahan Nilai. Jakarta: Penerbit PT. Grasindo. Mardiasmo. 2006. Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit CV. Andi Offset. Boediono, B. 2001. Perpajakan Indonesia. Diadit Media. Jakarta. Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi revisi 2009. Andi Offset. Yogyakarta.

37

E. HALAMAN PENGESAHAN Makassar, Mei 2010 Mahasiswa Yang Bersangkutan,

Akhiruddin Saleh Nim. 056 224 027

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Sitti Hajerah Hasyim, M.Si Nip. 19670514 199303 2 003

M. Ridwan Tikollah, S.Pd, M.SA NIP 19751027 200003 1 001

Mengetahui Ketua Prodi Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar

Drs. Muhammad Anis, M.Si NIP. 19621231 198702 1 006