pengaruh pupuk kompos dari berbagai macam...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI MACAM
LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum)
USULAN PENELITIAN
Diajukan oleh:
Maulela Ajar Ridzany
20120210060
Program Studi Agroteknologi
Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2015
ii
Usulan Penelitian
PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI MACAM LIMBAH
PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT
(Lycopersicon esculentum)
Yang diajukan oleh
Maulela Ajar Ridzany
20120210060
Program Studi Agroteknologi
Telah disetujui/disahkan oleh:
Pembimbing Utama:
Dr. Ir. Gunawan Budiyanto
NIP : 196011201989031001 Tanggal ...................................
Pembimbing Pendamping
Ir. Hariyono, M.P
NIP : 19650330199409133002 Tanggal ..................................
Mengetahui:
Ketua Program Studi Agroteknologi
Dr. Innaka Ageng Rineksane, S.P. M.P
NIP : 19721012200004133050 Tanggal ..................................
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Limbah pertanian sering dianggap tidak bermanfaat dan mengganggu
kenyamanan lingkungan. Limbah sering dianggap sebagai sesuatu yang kotor,
menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengundang penyakit. Manusia
seringkali memandang sebelah mata pada limbah. Tanpa berpikir bahwa dibalik
citra negatif limbah ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat.
Salah satu potensi limbah pertanian adalahsebagaibahan pembuatan kompos.
Limbah pertanian berupa jerami padi merupakan potensi bahan baku lokal
yang dapat diolah menjadi kompos yang akan menghasilkan pupuk organik. Hasil
samping panen padi berupa jerami padi mencapai 5 ton/ha. Penyusutan jerami
padi segar menjadi kompos mencapai 50% (Balittanah, 2008).Manfaat kompos
jerami padi tidak hanya dilihat dari sisi kandungan hara saja. Kompos jerami padi
juga memiliki kandungan C organik yang tinggi. Pemakaian kompos jerami padi
yang konsisten dalam jangka panjang akan dapat menaikkan kandungan bahan
organik tanah danmengembalikan kesuburan tanah.
Banyak petani menanam tanaman jagung manis yang dimanfaatkan hanya
buahnya saja. Sebagian petani kurang memanfaatkan serasah jagung manis yang
berupa batang dan daun. Padahal serasah jagung manis dapat diolah menjadi
kompos yang akan menghasilkan pupuk organik. Kompos serasah jagung manis
bisa digunakan untuk menyuburkan lahan serta dapat dimanfaatkan menjadi suatu
produk yang sangat menguntungkan bagi elemen masyarakat, khususnya bagi
para petani itu sendiri.
Kulit singkong merupakan limbah singkong yang umumnya sudah tidak
dimanfaatkan dan terbuang. Kulit singkong dapat diproses menjadi pupuk organik
yang kemudian disebut dengan pupuk kompos. Menurut penelitian (Akanbi,
2007) kompos kulit singkong bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tumbuhan
dan berpotensi sebagai insektisida tumbuhan. Penggunaan pupuk kompos kulit
singkong, memiliki banyak keuntungan diantaranya adalah mengurang
2
permasalahan limbah dan meningkatkan nilai jual dari kulit singkong itu sendiri
karena digunakan sebagai pupuk.
Tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan sayuran populer di
Indonesia. Produksi tomat di Indonesia tahun 2000 mencapai 346.081 ton (Badan
Pusat Statistik, 2001) dan tiap tahun akan meningkat mengimbangi kebutuhan
masyarakat yang meningkat dan juga perluasan pasar (ekspor). Salah satu tehnik
budidaya yang berperan dalam upaya meningkatkan produksi tanaman tomat
adalah pemupukan. Untuk pertumbuhan dan hasil yang baik, tanaman tomat
membutuhkan hara yang lengkap, baik makro maupun mikro, dengan komposisi
berimbang yang dipasok dari pupuk. Pemberian N yang terlalu tinggi misalnya
dapat menyebabkan pertumbuhan daun yang lebat, namun berpengaruh menekan
jumlah dan ukuran buah (Nonnecke, 1989). Penelitian di Candilo dan Silvestri
(1994) menunjukkan bahwa pemberian Sulfur (S), Kalsium (Ca) dan Magnesium
(Mg) pada tanaman tomat nyata meningkatkan hasil, memperbaiki pematangan
dan kadar padatan terlarut. Pada tanaman tomat yang kekurangan K, selain
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, juga akan dapat menurunkan
kualitas buah. Pada analisis tanaman tomat, S terdapat dalam kadar yang cukup
tinggi dan tersebar, ini menandakan bahwa unsur ini penting bagi tanaman
tersebut (Ware dan Mc Collum, 1980).
Petani tomat di Indonesia umumnya hanya menggunakan 3 jenis pupuk
tunggal yaitu N (Urea , ZA), P (SP-36) dan K (KCl, ZK) yang pemberiannya
dilakukan secara sendiri-sendiri atau dapat juga dicampur. Kebutuhan akan hara
makro sekunder dan hara mikro sering kali diabaikan, sehingga pada jangka
panjang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi hara dan efisiensi pemupukan
menjadi berkurang serta efektifitas pupuk yang diberikan rendah. Efisiensi
pemupukan perlu dilakukan dengan tujuan memperkecil kehilangan pupuk dan
meningkatkan efektifitas serapan hara. Efisiensi pemupukan dapat dilakukan
dengan mengubah bentuk atau ukuran pupuk yang memungkinkan bidang
singgung pupuk tersebut dengan tanah menjadi lebih sempit, sehingga
kelarutannya lebih rendah, mengurangi efek pencucian yang dapat menyebabkan
pupuk tersedia lebih banyak untuk tanaman.
3
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka didapatkan beberapa
rumusan masalah anatara lain:
1. Menggantikan kebutuhan pupuk kandang dengan kompos dari berbagai
macam limbah pertanian.
2. Adakah pengaruh kompos dari berbagai limbah pertanian yang dihasilkan
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat?
3. Kompos limbah pertanian manakah yang dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat?
C. Tujuan Penelitian
Mengkaji pengaruh kompos limbah pertanian dalam budidaya tanaman tomat
dan menetapkan jenis kompos limbah pertanian yang tepat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kompos Limbah Pertanian
Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik
menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.
Pengomposan dengan bahan baku sampah domestik merupakan teknologi yang
ramah lingkungan, sederhana dan menghasilkan produk akhir yang sangat
berguna bagi kesuburan tanah. Menurut. Murbandono tahun 2000 selama proses
perubahan dan peruraian bahan organik, unsur hara mengalami pembebasan dan
menjadi bentuk larut yang bisa diserap tanaman, proses perubahan ini disebut
pengomposan. Metode pengomposan yang sesuai dan waktu pemanfaatan bahan
organik perlu diperhatikan, demikian juga inokulasi mikrobia yang sesuai
(Sutanto, 2002).
Kompos adalah hasil pembusukan sisa – sisa tanaman yang disebabkan
oleh aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos sangat ditentukan oleh
besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N rasio). Jika C/N
rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai sempurna. Bahan
kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama
dibandingkan ber-C/N rasio rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki
C/N rasio antara 12 – 15 (Novizan, 2002). Menurut Rahman (2002), nisbah C/N
berkenaan dengan persentase senyawa organik memberikan indikasi intensitas
proses dekomposisi, karena persentase senyawa organik menentukan jumlah
komponen dalam bahan dasar kompos yang akan terdekomposisi. Pada umumnya
limbah organik mengandung fraksi padat organik rata – rata 40% - 70%.
1. Kompos Jerami Padi
Potensi panen jerami adalah 1,4 kali dari hasil panen padi (Kim & Dale -
2004), sehingga jika panen padi 8 ton gabah akan diperoleh jerami
sebanyak 11,2ton jika setahun panen padi dua kali potensi jerami ada 22,4 ton,jika
selama 10 tahunakan menghasilkan2.240 ton jerami. Hasil analisis laboratorium
terhadap kompos jerami padi yang sudah dikomposkan, dibuat dengan
menggunakan
5
berbagai bioaktivator berbeda-beda nilai haranya. Hal ini tergantung dari jenis
mikroba yang digunakan, komposisi bahan, cara dan perlakuan saat
pembuatannya. Limbah jerami padi belum dimanfaatkan secara optimal, selama
ini jerami padi dimanfaatkan oleh petani sebagai pakan ternak sekitar 22 %,
pupuk kompos sekitar 20-29 % dan sisanya dibakar untuk menghindari
penumpukkan (Ikhsan dkk., 2009).
Kandungan 1 ton kompos jerami padi adalah Nitrogen (N) 0,6 %, Fosfor
(P2O5) 0,64%, Kalium (K2O) 7,7%, Kalsium (Ca) 4,2%, serta Magnesium (Mg)
0,5%, Cu 20 ppm, Mn 684 ppm dan Zn 144 ppm. Kompos jerami padi memiliki
kandungan hara setara dengan 41,3 kg Urea, 5.8 kg SP36, dan 89,17 kg KCl per
ton kompos atau total 136,27 kg NPK per ton. Jumlah hara ini dapat memenuhi
lebih dari setengah kebutuhan pupuk kimia petani (Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian, 2013). Pembakaran jerami sebelum diberikan ke tanah sawah seperti
yang biasa dilakukan oleh petani dinilai sangat merugikan, rata – rata pembakaran
jerami akan mengakibatkan kehilangan hara 94 % C, 91 % N, 45 % P, 75 % K, 75
% S, 30 % Ca dan 20 % Mg dari total kandungan hara tersebut dalam jerami
(Suriadikarta, 2001).
2. Kompos Serasah Jagung Manis
Banyak petani menanam tanaman jagung manis yang dimanfaatkan hanya
buahnya saja. Sebagian petani kurang memanfaatkan serasah jagung manis yang
berupa batang dan daun. Padahal serasah jagung manis dapat diolah menjadi
kompos yang akan menghasilkan pupuk organik. Kompos serasah jagung manis
bisa digunakan untuk menyuburkan lahan serta dapat dimanfaatkan menjadi suatu
produk yang sangat menguntungkan bagi elemen masyarakat, khususnya bagi
para petani itu sendiri.
Tanaman jagung manis mengandung Nitrogen 0,92%, Fosfor 0,29%, dan
Kalium 1,39% (Ruskandi, 2005).Kurangnya prasarana bisa jadi menjadi hambatan
dalam mengolah serasah jagung manis yang melimpah. Pada penelitian Surtinah
tahun 2013 hasil yang diperoleh kompos dengan bahan serasah jagung manis
mengandung C 10,5 %, N 1,05 %, C/N rasio 9,97, P2O5 1,01 %, K2O 0,18 %, dan
Ca 1,98 me/100 g.
6
3. Kompos Limbah Kulit Singkong
Kulit singkong merupakan limbah singkong yang umumnya sudah tidak
dimanfaatkan dan terbuang. Kulit singkong dapat diproses menjadi pupuk organik
yang kemudian disebut dengan pupuk kompos. Menurut penelitian (Akanbi,
2007) kompos kulit singkong bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tumbuhan
dan berpotensi sebagai insektisida tumbuhan. Penggunaan pupuk kompos kulit
singkong, memiliki banyak keuntungan diantaranya adalah mengurangi
permasalahan limbah dan meningkatkan nilai jual dari kulit singkong itu sendiri
karena digunakan sebagai pupuk.
Kulit singkong memiliki kandungan yang di butuhkan tanaman diantaranya
yaitu sebagai berikut: Kandungan C (Karbon) sebesar 59,31% yang berarti
terdapat karbon yang tinggi pada kulit singkong, H (Hidrogen) sebesar 9,78%, O
(Oksigen) sebesar 28,74%, N (Nitrogen) sebesar 2,06 % , S (Sulfur) sebesar
0,11% dan H2O (Air) sebesar 11,4%.
B. Tanaman Tomat
Tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan sayuran populer di
Indonesia. Produksi tomat di Indonesia tahun 2000 mencapai 346.081 ton (Badan
Pusat Statistik, 2001) dan tiap tahun akan meningkat mengimbangi kebutuhan
masyarakat yang meningkat dan juga perluasan pasar (ekspor). Salah satu tehnik
budidaya yang berperan dalam upaya meningkatkan produksi tanaman tomat
adalah pemupukan. Untuk pertumbuhan dan hasil yang baik, tanaman tomat
membutuhkan hara yang lengkap, baik makro maupun mikro, dengan komposisi
berimbang yang dipasok dari pupuk. Pemberian N yang terlalu tinggi misalnya
dapat menyebabkan pertumbuhan daun yang lebat, namun berpengaruh menekan
jumlah dan ukuran buah (Nonnecke, 1989). Penelitian di Candilo dan Silvestri
(1994) menunjukkan bahwa pemberian Sulfur (S), Kalsium (Ca) dan Magnesium
(Mg) pada tanaman tomat nyata meningkatkan hasil, memperbaiki pematangan
dan kadar padatan terlarut. Pada tanaman tomat yang kekurangan K, selain
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, juga akan dapat menurunkan
kualitas buah. Pada analisis tanaman tomat, S terdapat dalam kadar yang cukup
7
tinggi dan tersebar, ini menandakan bahwa unsur ini penting bagi tanaman
tersebut (Ware dan Mc Collum, 1980).
Petani tomat di Indonesia umumnya hanya menggunakan 3 jenis pupuk
tunggal yaitu N (Urea , ZA), P (SP-36) dan K (KCl, ZK) yang pemberiannya
dilakukan secara sendiri-sendiri atau dapat juga dicampur. Kebutuhan akan hara
makro sekunder dan hara mikro sering kali diabaikan, sehingga pada jangka
panjang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi hara dan efisiensi pemupukan
menjadi berkurang serta efektifitas pupuk yang diberikan rendah. Efisiensi
pemupukan perlu dilakukan dengan tujuan memperkecil kehilangan pupuk dan
meningkatkan efektifitas serapan hara. Efisiensi pemupukan dapat dilakukan
dengan mengubah bentuk atau ukuran pupuk yang memungkinkan bidang
singgung pupuk tersebut dengan tanah menjadi lebih sempit, sehingga
kelarutannya lebih rendah, mengurangi efek pencucian yang dapat menyebabkan
pupuk tersedia lebih banyak untuk tanaman.
Tomat dikembangbiakkan melalui bijinya. Sebelum ditanam, biji tomat
disemai terlebih dahulu. Tanah untuk persemaian dicangkul dan diberi pupuk
kandang yang matang dan steril. Untuk melindungi semaian dibuatkan atap yang
menghadap ke timur dan miring ke barat setinggi satu meter. Atap ini berguna
untuk menjaga kelembaban, memproleh suhu yang tetap, dan mengatur
banyaknya sinar matahari yang masuk. Biji tomat ditaburkan berbaris dengan
jarak antar baris 5 cm. Penaburan dilakukan dengan hati-hati dan tipis-tipis di atas
tanah persemaian. Untuk lahan seluas satu hektar diperlukan sebanyak 300-400
gram biji tomat. Menurut teori, penanaman satu hektar hanya diperlukan 150
gram biji yang berdaya kecambah 75%. Biji tomat akan tumbuh setelah 5-7 hari
disemaikan.
Lahan yang akan digunakan dicangkul sedalam 40 cm dan dibuat
bedengan dengan lebar 1,40 m. Di atas bedengan dibuat lubang dengan jarak 50 x
60 cm. Jarak antar baris lubang 70 x 80 cm sehingga tiap bedengan terdiri dari dua
baris lubang. Menggunakan jarak tanam 50x60 cm.
Tiap-tiap lubang diberi pupuk kandang yang telah jadi sebanyak 0,5-1 kg
atau 20 ton/hektar. Pada lahan tersebut juga dibuatkan saluran pembuangan air
8
(parit) antar bedengan dengan lebar 20 cm. Parit ini sangat penting untuk drainase
dan mencegah serangan penyakit layu. Setelah berumur satu bulan, kira-kira
berdaun empat helai, bibit tomat dipindahkan ke lubang-lubang tanam yang telah
tersedia di kebun. Setiap lubang ditanami satu batang tanaman yang sehat, kuat,
dan subur. Jika diperlukan, tanaman ditutupi dengan dedaunan atau pelepah
pisang. Tutup ini untuk mencegah teriknya sinar matahari atau pukulan air hujan
yang mungkin jatuh. Setelah 3-4 hari tutup dibuka.
Tanaman tomat yang telah berumur 1,5 bulan diberi pupuk buatan berupa
campuran Urea, SP-36, dan KCl dengan perbandingan 2 : 3 : 1 sebanyak 12 gram
tiap tanaman. Pupuk ini diletakkan dalam alur yang melingkari batang tanaman,
kurang lebih 5 cm dari batang tanaman. Alur ini selanjutnya ditutup dengan tanah.
Pemberian pupuk buatan ini diulangi sekali lagi setelah 2-3 minggu kemudian.
Dengan demikian, untuk tiap hektar tanaman dibutuhkan 200 kg Urea, 300 kg SP-
36, dan 200 kg KCl. Pemberian pupuk buatan saat umur tanaman tomat 1,5 bulan
cabang samping dipangkas hingga tersisa 1-2 cabang utama tiap tanaman. Tunas
yang tumbuh pada keriak daun dan berbunga sedikit (tunas liar) harus dibuang.
Tunas-tunas tersebut dapat mengurangi hasil buah. (Hendro., 2014).
9
III. TATA CARA PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember 2015 sampai dengan
April 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium
Ilmu Tanah, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya Jerami padi,
Serasah jagung manis (batang dan daun), kulit singkong, EM4, gula merah, dedak,
air, benih tomat varietas tomat Mirah, pupuk kandang sapi, pupuk Urea, pupuk
KCL, pupuk SP-36, label.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya polibag, cangkul,
ayakan, gelas beker, meteran, mistar, gunting, thermometer, karung
pengomposan, sprayer, jangka sorong, timbangan analitik, oven, alat tulis.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode percobaan faktor
tunggal yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan
sumber bahan organik sebagai berikut:
P0 : Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
P1 : 20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300
kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
P2 : 13,33 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi (setara dengan 20 ton/
hektar pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar,
KCl 200 kg/hektar
P3 : 7,619 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis (setara dengan 20
ton/hektar pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300
kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
P4 : 3,883 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong (setara dengan 20
ton/hektar pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300
kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
10
Masing-masing perlakuan terdiri atas 3 unit dan 1 tanaman korban yang
diulang 3 kali, total ada 60 pot/polibag.
D. Cara Penelitian
1. Pembuatan kompos jerami padi, kompos serasah jagung manis, dan
kompos kulit singkong.
Limbah jerami padi dan limbah serasah jagung manis diperoleh dari petani
daerah Bantul, untuk limbah kulit singkong didapat dari petani di daerah
Wonosari, Gunungkidul. Dengan cara mengumpulkan dan menyortir
limbah yang akan dibuat kompos.
2. Pembuatan kompos jerami padi, kompos serasah jagung manis, dan
kompos kulit singkong
a. Mengumpulkan limbah jerami padi kemudian dicacah menjadi
potongan kecil-kecil. Mencampur seluruh bahan yaitu limbah jerami
padi, dedak, EM4 dan gula merah dilarutkan dalam air lalu campurkan
dan aduk hingga merata. Setelah selesai masukkan ke dalam karung
pengomposan dan didiamkan untuk difermentasi. Fermentasi
dilakukan kurang lebih 28 hari atau 4 minggu.
b. Mengumpulkan seresah jagung manis berupa batang dan daunnya
kemudian dicacah menjadi potongan kecil-kecil. Mencampur seluruh
bahan yaitu limbah jerami padi, dedak, EM4 dan gula merah dilarutkan
dalam air lalu campurkan dan aduk hingga merata. Setelah selesai
masukkan ke dalam karung pengomposan dan didiamkan untuk
difermentasi. Fermentasi dilakukan kurang lebih 28 hari atau 4
minggu.
c. Mengumpulkan kulit singkong kemudian dicacah menjadi potongan
kecil-kecil. Mencampur seluruh bahan yaitu limbah jerami padi,
dedak, EM4 dan gula merah dilarutkan dalam air lalu campurkan dan
aduk hingga merata. Setelah selesai masukkan ke dalam karung
pengomposan dan didiamkan untuk difermentasi. Fermentasi
dilakukan kurang lebih 28 hari atau 4 minggu,
11
3. Pengaplikasian kompos jerami padi, kompos serasah jagung manis, dan
kompos kulit singkong;
a. Persiapan media tanam
Penyiapan media tanam dilakukan seminggu sebelum tanam. Tanah
yang akan dijadikan media tanam dicangkul dan selanjutnya tanah
disaring dengan saringan kawat yang bertujuan memisahkan tanah
dengan bongkahan batu, kemudian tanah dimasukkan dalam polibag.
b. Persemaian
Persemaian benih tomat menggunakan bedengan, buat larikan di atas
bedengan dengan kedalaman 1cm dan jarak antar larik 5cm. Tanam
benih tomat pada tiap larikan dengan jarak 3cm, lalu tutup
permukaannya dan siram secukupnya. Setelah satu bulan, kira-kira
berdaun empat helai, bibit tomat dapat dipindahkan ke polibag yang
telah berisi media tanam.
c. Pemindahan bibit tomat ke polibag
Setelah benih tomat yang disemaikan berumur satu bulan, kira-kira
berdaun empat helai, bibit tomat dapat dipindahkan ke polibag yang
telah berisi media tanam. Memindahkan bibit tomat dengan dicabut,
siram persemaian dengan air agar media tanam menjadi lunak. Lalu
cabut tanaman dengan hati-hati jangan sampai akar tanaman putus atau
rusak. Kemudian masukkan tanaman tersebut secara tegak lurus pada
lubang tanam yang ada dalam polybag. Posisi akar harus tegak lurus
jangan sampai bengkok atau terlipat. Atur kedalaman lubang tanam
sesuai dengan panjang akar.
d. Pemeliharaan
i. Penyiraman
Penyiraman tanaman tomat dilakukan sehari dua kali yaitu
pagi dan sore hari, tetapi tidak juga terlalu basah untuk
menghindari busuk akar.
12
ii. Penyulaman
Penyulaman dilakukan jika ada tanaman tomat yang mati,
layu atau rusak. Penyulaman tomat dilakukan sampai umur
tanaman tomat 2 minggu.
iii. Pengajiran
Pemasangan ajir dibuat dari bambu sepanjang 2 meter. Ajir
ditancapkan pada jarak sekitar 10 cm dari tanaman. Dipasang
setelah seminggu benih tomat dipindahkan di polibag.
iv. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan pupuk kompos jerami padi,
kompos seresah jagung manis, kompos kulit singkong sesuai
perlakuan diberikan pada dalam galur sekeliling tanaman.
Selain pemupukan menggunakan pupuk kompos limbah jerami
padi, kompos seresah jagung manis, dan kompos kulit
singkong, juga dilakukan pemupukan menggunakan pupuk
Urea 200 kh/hektar, SP-36 300 kg/hektar, dan KCL 200
kg/hektar.
v. Penyiangan, pendangiran dan pembumbungan
Penyaingan, pendangiran dan pembumbungan lakukun
secara bersamaan dengan waktu pemupukan. Alat yang
digunakan adalah cangkul kecil. Setelah menyiangi dan
memperbaiki bendeng tanaman, tanah ditutupi dengan daun
kering atau jerami, manfaatnya untuk mengurangi penguapan
air, menjaga agar tanah tetap gembur, mengurangi tumbuhnya
rumput, mencegah munculnya kerak tanah yang dapat
menghambat masuknya udara, menghindari kerusakan bunga
atau buah dari kotoran tanah.
13
vi. Pengendalian hama atau penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara
mekanik atau menggunakan pestisida tergantung serangan
organisme pengganggu tanaman (OPT).
vii. Pemanenan
Tanaman tomat dipanen saat umur 90 HST tergantung
varietasnya. Tanaman tomat sudah bisa dipanen bila kulit buah
berubah dari hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi
daun menguning dan bagian batang mengering. Pemanenan
tomat dilakukan pada pagi hari. Buah tomat tidak matang
secara serentak, dilakukan pemetikan setiap 2-3 hari sekali.
E. Parameter yang Diamati
1. Tanaman korban dilakukan pengamatan mulai saat muncul bunga,
tanaman korban 1 tanaman/ ulangan/perlakuan, parameter yang
diamati:
a. Berat segar tomat (gram)
Pengamatan berat segar tanaman dilakukan mulai saat
muncul bunga. Pengamatan dilakukan dengan cara mengangkat
seluruh bagian tanaman dari media tanam, kemudian
membersihkan sisa tanah menggunakan air bersih. Setelah tanaman
tomat dibersihkan dilakukan penimbangan menggunakan
timbangan analitik. Tanaman korban diamati setiap minggu.
b. Berat kering tomat (gram)
Pengamatan berat kering tanaman dilakukan mulai saat
tanaman tomat berbunga dengan cara menimbang semua bagian
tanaman. Sebelum ditimbang, tanaman dikering anginkan selama 2
hari kemudian tanaman dibungkus menggunakan kertas dan di
oven sampai beratnya konstan. Setelah beratnya konstan,
ditimbang dengan timbangan analitik. Tanaman korban diamati
setiap minggu.
14
2. Tanaman hasil dilakukan pengamatan saat panen, tanaman hasil 3
tanaman/ ulangan/ perlakuan, parameter yang diamati
c. Berat buah per tanaman (g)
Penimbangan berat buah per tanaman sampel dilakukan
dengan menggunakan timbangan. Perhitungan jumlah buah per
tanaman dilakukan selama 2 kali panen dengan interval 3 hari
sekali.
d. Diameter buah per tanaman (cm)
Pengamatan diameter buah dilakukan dengan menggunakan
jangka sorong. Pengukuran diameter buah dilakukan selama 2 kali
panen dengan interval 3 kali sehari.
F. Analisis Data
Data yang diperolah dari penelitian ini dianalisis menggunakan sidik
ragam Analysis of Variance (ANOVA) dengan taraf nyata α = 5 %. Apabila
terdapat pengaruh yang signifikan dari perlakuan yang dicobakan, maka akan
dilakukan uji lanjutan menggunakan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)
dengan taraf α = 5 %.
G. Jadwal Penelitian
Kegiatan
Desember Januari Februari Maret April
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
Tahap Persiapan
Pembuatan Kompos Berbagai
Macam Limbah
Penanaman Tomat
Pengaplikasian Kompos
Pengamatan
Analisis data dan pembahasan
Seminar hasil
DAFTAR PUSTAKA
Afandi Rosmarkam. (2002). Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Kanisus.
Akanbi, et al. (2007). The Use of Compost Extract as Foliar Spray Nutrient
Source and Botanical Insecticide in Telfairia occidentalis. World Journal of
Agricultural Sciences.
Anonim. Pengertian Limbah Pertanian. 2012.
http://spoilerin.blogspot.com/2012/03/pengertian-limbah-pertanian.html.
Diakses pada 3 April 2015.
Anonim. Pencemaran Akibat Limbah Pertanian Dan Penanganannya. 2014.
https://www.academia.edu/6457866/PENCEMARAN_AKIBAT_LIMBAH
_PERTANIAN_DAN_PENANGANANNYA. Diakses pada 3 April 2015.
Anac, D; N Eryuece and R Kilinc. 1994. Effect of N, P, K Fertilizer Levels on
Yield and Quality Properties of Processing Tomatoes in Turkey. Acta
Horticulturae 376, 243 – 250.
Badan Litbang Departemen Pertanian. Bogor. Sihombing D T H. 2000.
Badan Pusat Statistik . 2001. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia. Survey
Pertanian Tahun 2000. Statistik Indonesia. Jakarta.
Balai Penelitian Tanah. 2008. Pupuk organik untuk tingkatkan produksipertanian.
Balittanah. Bogor. [email protected].
Bambang, W., Andareas, Nasriati, dan Kiswanto, 2010. Pembuatan Kompos
Jerami Padi dan Jagung. Balai pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Lampung. Lampung.
Di Candilo, M and G.P. Silvestri. 1994. Sulfur Calcium and Magnesium in
Processing Tomatoes Grown in Sub-Alkaline or Sub-Acid Soils. Acta
Horticulturae 376, 207 – 214.
Dalam kompas, 12 September 2002, http://www.kompas.com/kompas-
cetak/0209/12/iptek/anth29.htm http://www.acityawara.com/Detail-1601-
pengertian-limbah-pertanian.html. Diakses pada 3 April 2015.
Farihatuloh, I. (2010). Pengaruh Kmpos limbah padat Idustri Tepung Tapioka
Terhadap Pertumbuhan Kacang Tanah (Arachis hypogaea L). Skripsi FKIP
Unigal Ciamis: Tidak diterbitkan.
Febri. 2015. Kompos Azolla. http://komposazollafebridm.blogspot.com/. Diakses
pada 2 Juni 2015.
Forester. 2014. http://forester-untad.blogspot.com/2014/11/makalah-hortikultura-
budidaya-tanaman.html. Diakses pada 10 Mei 2015.
Hanifah, V. W., Yulistiani, D. dan Asmarasari, S. A. A. 2010. Optimalisasi
Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong Menjadi Pakan Ternak dalam Rangka
Memberdayakan Pelaku Usaha Enye-enye. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: PT Mediyatama Sarana
Perkasa.
Khairdin, P.,J. 2012. Azolla, Tanaman Eksentrik Mempesona dan Mungil
dan Bisa Jadi a. http://www.herdinbisnis.com. Diakses Tanggal 25
Mei 2015.
Kusumanto, D. 2008. Azolla, Pupuk hijau baik untuk
padi.http//www.kolamazolla.blogspot.com. Diakses Tanggal 11 Mei
2015.
Nonnecke, IB Libner. 1989. Vegetable Production. An AVI Bok Van Nostrand
Reinhold. USA.
Ratna,M.N.2011. Azolla Si Pupuk Hidup.
http//www.kolamazolla.blogspot.com. Diakses Tanggal 28 Mei 2015.
Rachmad, S. 2002. Pertanian Organik. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Rini Rosliani. 1997. Pengaruh Pemupukan dengan Pupuk Majemuk Makro
Berbentuk Tablet terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah. J. Hort
7(3): 773 – 780.
Rochdianto, A. 2008. Manfaat Tanaman
Azolla.http//www.kolamazolla.blogspot.com. Diakses Tanggal 11 Mei
2015.
Sahwan, F.L. R. Irawati. F. Suryanto. 2004. Evektifitas Pengomposan Sampah
Rumah Tangga Dengan Menggunakan “Komposter” Skala Rumah Tangga.
J. Tek. Ling. P3TL-BPPT 5(2): 134-139.
Simarmata, T dan Benny, J. 2010. Teknologi Pemulihan Kesehatan Lahan Sawah
dan Peningkatan Produktivitas Padi Berbasis Kompos Jerami dan Pupuk
Hayati (Biodekomposer) Secara Berkelanjutan di Indonesia. Fakultas
Pertanian. Universitas Padjadjaran, Bandung.
Surtinah. 2013. Pengujian Kandungan Unsur Hara Dalam Kompos Yang Berasal
Dari Serasah Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata). Jurnal Ilmiah
Pertanian Vol. 11, No. 1. Agustus 2013.
Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Pertanian. Pusat Penelitian
Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor
Soeharsono, 2002. Anthrax Sporadik, Tak Perlu Panik.
Tualar, S. 2011. Teknologi Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik
(IPAT-BO) Untuk Memulihkan Kesehatan Lahan, Meningkatkan
Produktivitas Padi dan Mempercepat Pencapaian Kedaulatan Pangan di
Indonesia. Laboraturium Biologi dan Bioteknologi. Fakultas Pertanian.
Universitas Padjadjaran, Bandung.
Ware G.W. and J.P. Mc Collum. 1980. Producing Vegetable Crops. 3rd edition.
The Interstate Printers and Publisher Inc. Danville, Illinois.
Wibowo Z.S. 1991. Kemungkinan Penggunaan Pupuk Majemuk Tablet di
Perkebunan Teh dan Kina. Warta Teh dan Kina 2 (3/4), 44 – 46. Wibowo Z.
S. dan Yati Rachmiati. 1996. Penambahan Bahan Bantu terhadap Pupuk
Tunggal Campuran yang Dipadatkan Pengaruhnya terhadap Tanaman Teh.
Risalah Penelitian: 80 – 85.
Yuyun, Y dan Simarmata, T. 2007. Teknologi Hemat Air Dan Pupuk Dalam
Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik (IPAT-BO) Untuk
Pemulihan Lahan Dan Meningkatkan Produktivitas Padi. Makalah pada
Seminar Dan Lokakarya Peningkatan Produksi Padi Tanggal 17 juli 2007 di
SPLPP Fak. Pertanian Unpad dan Hari Krida Pertanian Kabupaten Bandung
Tanggal 2 Agustus 2007 di BPP Solokan Jeruk, Bandung, dan Safari IPAT
di Jatim, Jateng dan Jabar tanggal 4-11 Agustus 2007.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lay Out Penelitian
Rancangan Acak Lengkap
P2.1 P2.1 P2.1 P2.1 P0.2 P0.2 P0.2 P0.2 P3.2 P3.2 P3.2 P3.2
P1.3 P1.3 P1.3 P1.3 P0.1 P0.1 P0.1 P0.1 P4.1 P4.1 P4.1 P4.1
P4.3 P4.3 P4.3 P4.3 P0.3 P0.3 P0.3 P0.3 P1.2 P1.2 P1.2 P1.2
P3.1 P3.1 P3.1 P3.1 P2.2 P2.2 P2.2 P2.2 P4.2 P4.2 P4.2 P4.2
P2.3 P2.3 P2.3 P2.3 P3.3 P3.3 P3.3 P3.3 P1.1 P1.1 P1.1 P1.1
Lampiran 2. Perhitungan Pupuk
1. Perhitungan Kompos
Jarak tanaman tomat 50 x 60 cm = 3000 cm2 = 0,3 m
2
Jumlah tanaman tomat per hektar =
= 33.333 tanaman
Kebutuhan pupuk kandang sapi= 20 ton/ hektar (0,4% N)
Kebutuhan N =
x 20.000 kg = 80 kg N/ hektar
Kandungan N kompos jerami padi adalah 0,6%
Kebutuhan kompos jerami padi =
x 80 kg = 13.333,33 kg/ hektar
= 13,33 ton/ hektar
Kebutuhan per tanaman =
= 399,90 gram
Kandungan N kompos seresah jagung manis adalah 1,05%
Kebutuhan kompos seresah jagung manis =
x 80 kg = 7.619,01 kg/ hektar
= 7,619 ton/ hektar
Kebutuhan per tanaman =
= 228,57 gram
Kandungan N kompos kulit singkong adalah 2,06%
Kebutuhan kompos kulit singkong =
x 80 kg = 3.883,49 kg/ hektar
= 3,883 ton/ hektar
Kebutuhan per tanaman =
= 116,49 gram
2. Perhitungan pupuk anorganik
Kebutuhan Urea per tanaman =
= 6,0 gram
Kebutuhan Urea per hektar 199998 gram = 20 kg/ hektar
Kebutuhan SP-36 per tanaman =
= 9,0 gram
Kebutuhan SP-36 per hektar 299997 gram = 30 kg/ hektar
Kebutuhan KCl per tanaman =
= 6,0 gram
Kebutuhan KCl per hektar 199998 gram = 20 kg/ hektar