pengaruh produk domestik regional bruto (pdrb),...
TRANSCRIPT
PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), PENDAPATAN
ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN DANA ALOKASI
KHUSUS (DAK) TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL PADA
KOTA/KABUPATEN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2006-2012
DEVI ASIH INDIYANI
Akuntansi, Ekonomi, [email protected]
ABSTRAK
Didalam penelitian ini penulis menguraikan Skripsi dengan judul Pengaruh Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum
(DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Anggaran Belanja Modal pada
Kota/Kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2006-2012. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya pengaruh Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana
Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Anggaran Belanja Modal pada Kota/Kabupaten di Provinsi
Kepulauan Riau. Data yang diperoleh berasal dari situs keuangan www.djpk.depkeu.go.id
dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dengan
Koefisien Determinasi, uji F, dan uji t. Semua data diolah dengan menggunakan SPSS 21.0
yang terlebih dahulu diuji dengan menggunakan Uji Asumsi Klasik yang meliputi Uji
Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas, dan Uji Autokorelasi.
Hasil uji F menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus
(DAK) secara simultan berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal. Hal ini karena
tingkat signifikansi pada anova sebesar 0,004<0,05. Sedangkan dari hasil perhitungan uji t,
hanya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang berpengaruh terhadap Anggaran
Belanja Modal.
Kata Kunci: Anggaran Belanja Modal, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi UUmum (DAU), Dana
Alokasi Khusus (DAK)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Terselenggaranya otonomi daerah yang baik, diperlukan adanya peraturan yang mengatur
hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah dengan adil dan tegas. Kebijakan otonomi
daerah merupakan hak dan wewenang daerah otonom untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri
disegala bidang dengan seminimal mungkin campur tangan dari pemerintah pusat namun dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kebijakan tersebut diatur dalam UU
Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi menjadi UU Nomor 32
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Dalam memberikan layanan publik ke masyarakat, penetapan belanja modal yang baik menjadi
prioritas utama. Pemerintah daerah mengalokasikan anggaran belanja modal untuk menambah aset
tetap. Dalam menetapkan anggaran belanja daerah, pemerintah daerah menentukannya berdasarkan
kebutuhan akan sarana dan prasarana yang digunakan untuk fasilitas publik.
Pemberian otonomi daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah karena
memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah untuk membuat rencana keuangannya sendiri dan
membuat kebijakan-kebijakan yang dapat berpengaruh pada kemajuan daerahnya.
Salah satu sumber daerah adalah Pendapatan Asli Daerah, dimana sumber tersebut diharapkan
dapat meningkatkan investasi belanja modal di daerah. Jika investasi belanja modal meningkat, maka
penyelenggaraan pelayanan publik akan lebih baik. Agar terciptanya infrastruktur dapat berjalan
dengan baik, maka PAD yang ada harus ditingkatkan dan dikembangkan dengan memaksimalkan
sumber daya yang dimiliki.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Fitria Megawati Sularno (2013) Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, PAD, dan DAU terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal, Setyowati
& Suparwati (2012) dengan judul Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, DAU, DAK, dan PAD terhadap
Indeks Pembangunan Manusia dengan Pengalokasian Anggaran Belanja Modal sebagai Variabel
Intervening, Nugroho Suratno Putro (2011) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, PAD dan DAU terhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), PENDAPATAN
ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN DANA ALOKASI KHUSUS
(DAK), TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL PADA KOTA/KABUPATEN DI
PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERIODE 2006-2012”.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka rumusan masalah yang
dapat penulis simpulkan adalah:
1. Apakah Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal?
2. Apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal?
3. Apakah Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal?
4. Apakah Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal?
5. Apakah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK), secara simultan berpengaruh
terhadap Anggaran Belanja Modal?
1.2 Tujuan
Sesuai dengan masalah-masalah yang diidentifikasikan diatas, maka penelitian ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk:
1. Menguji apakah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh terhadap Anggaran
Belanja Modal secara signifikan.
2. Menguji apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap Anggaran Belanja
Modal secara signifikan.
3. Menguji apakah Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal
secara signifikan.
4. Menguji apakah Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh terhadap Anggaran Belanja
Modal secara signifikan.
5. Menguji apakah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK), berpengaruh terhadap
Anggaran Belanja Modal secara signifikan.
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Penelitian ini mencoba untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum
(DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK), terhadap Anggaran Belanja Modal.
2. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah daerah
(khususnya Pemerintah Daerah Kota/Kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau) dalam
pengambilan keputusan kebijakan diwaktu yang akan datang.
3. Bagi akademisi, penelitian ini dapat menambah referensi dan mendorong dilakukannya
penelitian-penelitian akuntansi sektor publik dan hasil penelitian ini akan dapat memberikan
sumbangan bagi penelitian berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anggaran Daerah
Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah, meliputi rencana
pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut
klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode (Afifah, 2009). Menurut Nordiawan, Putra, &
Rahmawati (2008), anggaran dapat juga dikatakan sebagai pernyataan mengenai estimasi kinerja yang
hendak dicapai selama periode waktu tertentu dalam ukuran finansial.
Anggaran mengungkapkan apa yang akan dilakukan di masa mendatang. Anggaran dapat
diinterpretasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan
akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang(Bastian, 2006:163). Anggaran daerah adalah
rencana kerja pemerintah daerah dalam bentuk uang (rupiah) dalam satu periode tertentu (satu tahun)
(Mardiasmo, 2004:9). Menurut Soleh & Rochmansjah (2010:99-100), struktur anggaran daerah
merupakan satu kesatuan yang terdiri dari: (1) Pendapatan Daerah, (2) Belanja Daerah, (3)
Pembiayaan. Pendapatan daerah adalah semua penerimaan daerah dalam periode satu tahun anggaran
yang menjadi hak daerah.Belanja daerah adalah semua pengeluaran daerah dalam satu tahun anggaran
yang menjadi beban daerah.Pembiayaan adalah transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk
menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah.Pengeluaran daerah (belanja
daerah)diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan, fungsi, organisasi dan kelompok belanja.
2.2 Anggaran Belanja Modal
Menurut Afifah (2009), definisi belanja menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005
“Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi
ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperolehpembayarannya kembali oleh pemerintah”. Definisi lain dari belanja ini adalah seperti yang
dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 “Belanja adalah kewajiban
pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih”.
Anggaran modal (capital budget) menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas
aktiva tetap, seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot, dan sebagainya. Belanja modal adalah
pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah jumlah
aset atau kekayaan organisasi sektor publik, yang selanjutnya akan menambah anggaran operasional
untuk biaya pemeliharaannya (Nordiawan & Hertianti, 2010:71). Menurut Yani (2009:375) belanja
modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan aset tetap dan aset
lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan, buku
perpustakaan, dan hewan.
2.3 Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi didalam suatu wilayah atau daerah pada periode
tertentu (biasanya satu tahun) mempertimbangkan kepemilikan (Sularno, 2013).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan suatu indikator yang menggambarkan
kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa suatu faktor produksi di
suatu daerah.PDRB ini terdiri dari PDRB Riil dan PDRB Nominal.PDRB Rill nilainya diukur atas
dasar harga konstan, sedangkan PDRB Nominal adalah PDRB yang dinilai atas dasar harga berlaku.
Dalam menghitung PDRB suatu daerah baik PDRB atas dasar harga berlaku maupun PDRB atas
harga konstan, sektor-sektor produksi yang dihitung terdiri dari 9 (sembilan) sektor, yaitu: (i)
Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan dan perkebunan; (ii) Pertambangandan penggalian; (iii)
Industri pengolahan; (iv) Listrik, gas dan air bersih; (v) Bangunan; (vi) Perdagangan, hotel dan
restoran; (vii) Pengangkutan dan Komunikasi; (viii) Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan
(xi) Jasa-jasa (Abrar (2010) dalam Setyowati dan Suparwati (2012)).
2.4 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Yani, 2009:51). PAD
merupakan sumber pembiayaan bagi pemerintah daerah dalam menciptakan infrastruktur daerah
(Wandira, 2013).
Menurut Soleh & Rochmansjah (2010:66), sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri
atas:
a. Hasil pajak daerah;
b. Hasil retribusi daerah;
c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang
dipisahkan; dan
d. Lain-lain PAD yang sah.
2.5 Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum (DAU) bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antardaerah
yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antardaerah melalui
penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah (Yani, 2009:142).
Menurut Nordiawan, Putra, & Rahmawati (2008,:56), jumlah keseluruhan DAU ditetapkan
dalam APBN dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam
Negeri Neto.
2. Proporsi DAU antara provinsi dan kabupaten/kota dihitung dari perbandingan antara bobot
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsidan kabupaten/kota.
3. Jika penentuan proporsi tersebut belum dapat dihitung secara kuantitatif, proporsi DAU antara
provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan dengan imbangan 10% dan 90%.
2.6 Dana Alokasi Khusus (DAK)
Menurut Sunarno (2008:79), Dana Alokasi Khusus (DAK) dialokasikan dari APBN kepada
daerah tertentu dalam rangka pendanaan pelaksanaan desentralisasi untuk mendanai kegiatan khusus
yang ditentukan pemerintah atas dasar prioritas nasional, dan juga untuk mendanai kegiatan khusus
yang ditentukan pemerintah atas dasar prioritas nasional, dan juga untuk mendanai kegiatan khusus
yang diusulkan daerah tertentu. Penyusunan kegiatan khusus yang ditentukan oleh pemerintah tersebut
dikoordinasikan dengan gubernur, sedangkan penyusunan kegiatan khusus dilakukan setelah
dikoordiasikan oleh daerah yang bersangkutan.
2.7 Hipotesis
H1= Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal
H2= Pendapatan Asli Darah (PAD) berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal
H3= Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal
H4= Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Menurut Efferin, Darmadji, & Tan (2008:73), populasi merupakan batas dari suatu obyek
penelitian dan sekaligus merupakan batas bagi proses induksi (generalisasi) dari hasil penelitian yang
bersangkutan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemerintah daerah kota/kabupaten Provinsi
Kepulauan Riau dari tahun 2006-2012.
Sampel adalah bagian dari populasi (elemen) yang memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai
obyek penelitian (Efferin, Darmadji, & Tan, 2008:74). Sampel dalam penelitian ini adalah kota dan
kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau yang menerbitkan Laporan Realisasi APBD tahun 2006-2011
dan Anggaran Belanja Modal tahun 2007-2012. Berdasarkan pengertian sampel tersebut maka yang
menjadi sampel pada penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Provinsi
Kepulauan Riau tahun anggaran 2006-2011 dan Anggaran Belanja Modal Provinsi Kepulauan Riau
tahun anggaran 2007-2012. Dari populasi yang berjumlah 7 (5 kabupaten dan 2 kotamadya), peneliti
hanyameneliti sampel sebanyak 5 (3 kabupaten dan 2 kotamadya) yang sesuai dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Kabupaten dan Kotamadya Provinsi Kepulauan Riau.
2. Kabupaten dan Kotamadya yang memiliki Laporan Realisasi Anggaran yang lengkap
minimal 7 tahun (2006-2012).
3. Kabupaten dan Kotamadya yang memiliki Laporan Anggaran Belanja Modal yang lengkap
minimal 7 tahun (2006-2012).
4. Kabupaten dan Kotamadya yang memiliki Laporan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
yang lengkap minimal 7 tahun (2006-2012).
5. Kabupaten dan Kotamadya yang mengalami peningkatan dalam Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) minimal 7 tahun (2006-2012).
Berdasarkan kriteria diatas, maka pemerintah kota/kabupaten yang menjadi sampel adalah:
Tabel 4.1
Sampel Penelitian
No Nama Kota/Kabupaten
1 Kota Tanjungpinang
2 Kota Batam
3 Kabupaten Karimun
4 Kabupaten Bintan
5 Kabupaten Lingga
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data diperoleh
dari dokumen laporan realisasi APBD yang diperoleh dari situs Dirjen Perimbangan Keuangan
Pemerintah Daerah melalui website www.djpk.depkeu.go.id. Dari laporan realisasi APBD tahun 2006-
2012 dapat diperoleh data mengenai jumlah Anggaran Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Sedangkan Data Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) perkapita diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan
Riau.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah metode dokumentasi dari sumber data
sekunder dengan mengumpulkan, mencatat, dan mengolah data yang berkaitan dengan penelitian.
3.4 Metode Analisis
Penyajian statistik deskriptif bertujuan untuk melihat profil dari data penelitian dengan
hubungan yang ada antar variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini,
variabel yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Anggaran Belanja Modal.
Untuk dapat melakukan analisis regresi berganda perlu pengujian asumsi klasik sebagai
persyaratan dalam analisis agar datanya dapat bermakna dan bermanfaat. Adapun uji asumsi klasik
yang digunakan adalah uji Normalitas, uji Multikolinieritas, uji Heteroskedastisitas. Analisis regresi
linier berganda digunakan untuk mengetahui hubungan secara linear antara variabel independen
dengan variabel dependen.
Untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara parsial (Uji t),
pengujian secara simultan (Uji F) dan Uji Koefisien Determinasi (R2) untuk mengetahui prosentase
sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen (Y).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis Data
4.1.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menunjukkan jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini serta dapat
menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata serta standar deviasi dari masing-masing
variabel. Berdasarkan hasil pengolahan data dari SPSS 21.0 for windows, berikut hasil output statistik
deskriptif untuk variabel-vriabel penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Hasil Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PDRB 30 464640.00 30130948.
646656138.1
8439786946.8
9983
PAD 30 12202.99 325551.39 113575.05
6391005.308
21
DAU 30 77105.58 316627.02 181034.70
4252720.166
13
DAK 30 431.91 39852.20 18222.605
813023.033
88
ABM 30 52167.97 365716.57 185887.37
8876577.239
22Valid N
(listwise) 30
Berdasarkan dari hasil uji statistik deskriptif pada tabel 4.2 diatas, dapat diketahui bahwa
jumlah data setiap variabel yang valid sebanyak 30 data adalah sebagai berikut:
a. Variabel Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), menunjukkan standar deviasi Rp
9.786.946,89983 dengan nilai Produk Domestik Regional Bruto rata-rata Rp 6.656.138,1843. Nilai
Produk Domestik Regional Bruto terkecil sebesar Rp 464.640,00 dan nilai Produk Domestik
Regional Bruto terbesar sebesar Rp 30.130.948,64.
b. Variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD), menunjukkan standar deviasi dengan nilai Rp
91.005,30821. Dengan nilai Pendapatan Asli Daerah rata-rata Rp 113.575,0563. Nilai Pendapatan
Asli Daerah terkecil sebesar Rp 12.202,99 dan nilai Pendapatan Asli Daerah terbesar sebesar Rp
325.551,39.
c. Variabel Dana Alokasi Umum (DAU), menunjukkan standar deviasi dengan nilai Rp 52.720,16613.
Dengan nilai Dana Alokasi Umum rata-rata sebesar Rp 181.034,7042. Nilai Dana Alokasi Umum
terkecil sebesar Rp 77.105,58 dan nilai Dana Alokasi Umum terbesar sebesar Rp 316.627,02.
d. Variabel Dana Alokasi Khusus (DAK), menunjukkan nilai standar deviasi sebesar Rp 13.023,03388.
Dengan nilai Dana Alokasi Khusus rata-rata sebesar Rp 18.222,6058. Nilai Dana Alokasi Khusus
terkecil sebesar Rp 431,91 dan nilai Dana Alokasi Khusus terbesar sebesar Rp 39.852,20.
e. Variabel Anggaran Belanja Modal, menunjukkan nilai standar deviasi sebesar Rp 76.577,23922.
Nilai rata-rata Anggaran Belanja Modal ditunjukkan dengan angka Rp 185.887,3788. Anggaran
Belanja Modal memiliki nilai terkecil sebesar Rp 52.167,97 dan nilai terbesar sebesar Rp
365.716,57.
4.1.2 Uji Asumsi Klasik
4.1.2.1 Uji Normalitas
Untuk menguji data ini digunakan metode analisis grafik normal probability plot. Hasil
grafik histogram dan scatter plot untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1 Gambar 4.2
Grafik Histogram Grafik Normal P- P Plot
Sumber: data olahan SPSS 21.0 for windows
Sumber: data olahan SPSS 21.0 for windows
Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan analisis grafik yaitu menggunakan grafik
histogram dan grafik normal p-plot menunjukkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi
normal yang mendekati normal, sedangkan pada grafik normal p-plot terlihat titik-titik menyebar di
sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi
memenuhi syarat asumsi normalitas. Untuk lebih memastikan apakah data residual terdistribusi secara
normal atau tidak, maka dilakukan pengujian one sample kolmogorov-smirnov.
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas-Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 30
Normal Parameters
a,b
Mean .0000000Std.
Deviation 56896.05219993
Most Extreme Differences
Absolute .139Positive .139Negative -.105
Kolmogorov-Smirnov Z .761Asymp. Sig. (2-tailed) .609
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: data olahan SPSS 21.0 for windows, 2014
Hasil uji kolmogorov smirnov pada tabel menunjukkan nilai kolmogorov smirnov sebesar
0,761 dengan tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0,609. Karena nilai Asymp. Sig. (2 tailed) lebih
besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data residual terdistribusi secara normal. Dengan kata
lain, model regresi yang digunakan memenuhi asumsi normalitas.
4.1.2.2 Uji Multikolinearitas
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas, dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance factor
(VIF). Jika nilai tolerance diatas 0,10 dan VIF di bawah 10 maka dinyatakan bebas multikolinearitas.
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
PDRB .660 1.516
PAD .874 1.144
DAU .618 1.618
DAK .798 1.253
a. Dependent Variable: ABM Sumber: data olahan SPSS 21.0 for windows, 2014
Hasil uji multikolinearitas pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel yang
memiliki nilai tolerance dibawah 0,10 dan nilai VIF diatas 10. Jadi dapat disimpulkan tidak terjadi
multikolinearitas antarvariabel independen dalam regresi ini.
4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan uji grafik Scatterplot dan dengan uji
Spearman’s rho adalah sebagai berikut:
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas-Grafik Scatterplot
Hasil uji heteroskedastisitas dari gambar menunjukkan bahwa grafik scatterplot antara SRESID
dan ZPRED menunjukkan pola penyebaran, dimana titik-titik menyebar diatas dan dibawah 0 pada
sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada data yang digunakan.
Untuk lebih memastikan dalam penelitian ini menggunakan uji Spearman’s rho.
Tabel 4.5
Uji Heteroskedastisitas- Spearman’s rho
Correlations
PDRB
PAD
DAU
DAK
Unstandardized Residual
Spearman's rho
PDRB
Correlation Coefficient
1.000
.543**
.331
.044
-.229
Sig. (2-tailed) . .00
2.074
.818
.223
N 30 30 30 30 30
PAD
Correlation Coefficient
.543**
1.000
.244
.010
-.088
Sig. (2-tailed) .002 . .19
3.960
.644
N 30 30 30 30 30
DAU
Correlation Coefficient
.331 .244
1.000
.394*
-.091
Sig. (2-tailed) .074 .19
3. .03
1.634
N 30 30 30 30 30
DAK
Correlation Coefficient
.044 .010
.394*
1.000
-.129
Sig. (2-tailed) .818 .96
0.031
. .496
N 30 30 30 30 30
Unstandardized Residual
Correlation Coefficient
-.229
-.088
-.091
-.129
1.000
Sig. (2-tailed) .223 .64
4.634
.496
.
N 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sumber: data olahan SPSS 21.0 for windows, 2014
Berdasarkan tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa korelasi antara variabel independen dengan
Unstandardized Residual memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05. Karena nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.1.2.4 Uji Autokorelasi
Uji ini dilakukan dengan melihat nilai uji Durbin Watson (DW). Tidak terjadinya masalah
autokorelasi , jika nilai DW berada di antara -2 dan +2 atau -2<DW≤±2 (Sunyoto, 2011). Berikut
adalah hasil pengujian autokorelasi:
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelsi
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 1.552
a. Predictors: (Constant), DAK, PAD, PDRB, DAU b. Dependent Variable: ABM
Sumber: Data Olahan SPSS 21.0 for windows, 2014
Dari tabel 4.6, diperoleh nilai statistik Durbin Watson (DW) sebesar 1,552 berada diantara -2
dan +2. Dengan demikian angka tersebut menunjukkan bahwa model regresi tersebut sudah terbebas
dari masalah autokorelasi.
4.1.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Dalam penelitian ini digunakan teknis analisis regresi linear berganda yang diolah dengan SPSS
21.0 for windows dengan hasil output sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant)
182364.183
44687.654 4.081 .000
PDRB .006 .001 .731 3.994 .001
PAD -.021 .134 -.025 -.155 .878
DAU -.101 .275 -.069 -.368 .716
DAK -.764 .978 -.130 -.781 .442
a. Dependent Variable: ABM
Sumber: data olahan SPSS 21.0 for windows, 2014
Dari hasil output regresi diatas didapat persamaan regresi linear berganda adalah sebagai
berikut:
Y=182364,183 + 0,006X1 - 0,021X2 – 0,101X3 - 0,764X4
Model regresi tersebut, menjelaskan bahwa:
a. Nilai konstanta sebesar 182364,183 berarti bahwa jika PDRB, PAD, DAU, dan DAK bernilai
0, maka Anggaran Belanja Modal meningkat sebesar Rp 182.364,183 juta.
b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mempunyai koefisien regresi bertanda positif
sebesar 0,006 artinya apabila PDRB mengalami peningkatan sebesar Rp 1 juta maka terjadi
peningkatan Anggaran Belanja Modal sebesar Rp 6 ribu dengan asumsi bahwa variabel bebas
lainnya tetap.
c. Pendapatan Asli Daerah (PAD) mempunyai koefisien regresi bertanda negatif sebesar -0,021
artinya apabila PAD mengalami peningkatan sebesar Rp 1 juta maka terjadi penurunan
Anggaran Belanja Modal sebesar Rp 21 ribu dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya
tetap.
d. Dana Alokasi Umum (DAU) mempunyai koefisien regresi bertanda negatif sebesar 0,101
artinya apabila DAU mengalami peningkatan sebesar Rp 1 juta maka terjadi penurunan
Anggaran Belanja Modal sebesar Rp 101 ribu dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya
tetap.
e. Dana Alokasi Khusus (DAK) mempunyai koefisien regresi bertanda negatif sebesar 0,764
artinya apabila DAK mengalami peningkatan sebesar Rp 1 juta maka terjadi penurunan
Anggaran Belanja Modal sebesar Rp 764 ribu dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya
tetap.
4.1.4 Pengujian Hipotesis
4.1.4.1 Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Nilai koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai adjusted R-Square. Nilai adjusted R-
Square dari model regresi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemapuan variabel independen
dalam menerangkan variabel dependen. Koefisien determinasi antara 0 dan 1. Apabila angka koefisien
determinasi mendekati 1 maka kemampuan menjelaskan variabel independen terhadap variabel
dependen semakin kuat.
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Dterminasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .669a
.448 .360 61278.92359
a. Predictors: (Constant), DAK, PAD, PDRB, DAU
b. Dependent Variable: ABM
Sumber: data olahan SPSS 21,0 for windows, 2014
Dari tabel 4.8 diketahui bahwa nilai adjusted R-Square sebesar 0,360 menunjukkan besarnya
pengaruh variabel bebas. Artinya bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK)
mampu dijelaskan oleh variabel Anggaran Belanja Modal sebesar 36% sedangkan sebesar 64% lainnya
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam variabel yang diteliti dalam penelitian ini.
Nilai R sebesar 0,669 menunjukkan bahwa koefisien sebesar 66,9%. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK), mempunyai hubungan yang erat dengan
variabel Anggaran Belanja Modal.
4.1.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk mengukur pengaruh Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus
(DAK) terhadap Anggaran Belanja Modal secara simultan. Hasil pengujian simultan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4.9
Hasil Uji Simultan
ANOVAa
Model Sum of Squares
df Mean Square F Sig.
1
Regression
76180471502.388
4 19045117875.597
5.072
.004b
Residual 93877661922.1
71 25 3755106476.8
87
Total 170058133424.
560 29
a. Dependent Variable: ABM
b. Predictors: (Constant), DAK, PAD, PDRB, DAU
Sumber: data olahan SPSS 21.0 for windows, 2014
Dari uji Anova atau Uji F pada tabel 4.9 diatas, nilai F hitung = 5,072 dan F tabel sebesar
2,76. Karena nilai F hitung 3,993 > daripada F tabel sebesar 2,76, dan nilai sig sebesar 0,004 < 0,05,
maka hal ini menunjukkan bahwa secara simulltan Anggaran Belanja Modal dipengaruhi oleh Produk
Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus.
4.1.4.3 Uji Parsial (Uju t)
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah secara parsial Produk Domestik regional Bruto,
Pendapatan Asli Daerah, Dana lokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh secara signifikan
atau tidak terhadap Anggaran Belanja Modal. Untuk menentukan apakah hipotesis diterima atau
ditolak adalah dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dan tingkat signifikansi 0,05. Dalam hal
ini nilai t tabel adalah sebesar 1,708.
Tabel 4.10
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant)
182364.183
44687.654 4.081 .000
PDRB .006 .001 .731 3.994 .001
PAD -.021 .134 -.025 -.155 .878
DAU -.101 .275 -.069 -.368 .716
DAK -.764 .978 -.130 -.781 .442
a. Dependent Variable: ABM
Sumber: data olahan SPSS 21.0 for windows, 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan mengenai uji hipotesis secara parsial dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen, sebagai berikut:
a. Pengujian pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap Anggaran Belanja Modal secara
parsial.
Pada output regresi menunjukkan bahwa angka signifikansi untuk variabel Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) sebesar 0,001 dan menunjukkan nilai t hitung sebesar 3,994. Karena nilai
signifikansi 0,001< 0,05 dan nilai t hitung 3,994>1,710 maka hasil yang diperoleh dengan tingkat
signifikansi adalah H0 ditolak. Kesimpulannya terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Anggaran Belanja Modal pada kota/kabupaten di
Provinsi Kepulauan Riau.
b. Pengujian pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Anggaran Belanja Modal secara
parsial
Pada output regresi menunjukkan bahwa angka signifikansi untuk variabel Pendapatan Asli
Daaerah (PAD) sebesar 0,878 dan nilai t hitung sebesar -0,155. Karena nilai signifikansi 0,878>0,05
dan nilai t hitung -0,155<1,710 maka hasil yang diperoleh dengan tingkat signifikansi adalah H0
diterima. Kesimpulannya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari Pendapatan Asli
Daerah terhadap Anggaran Belanja Modal pada kota/kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau.
c. Pengujian pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Anggaran Belanja Modal secara parsial.
Pada output regresi menunjukkan bahwa angka signifikansi untuk variabel Dana Alokasi Umum
sebesar 0,716 dan nilai t hitung sebesar -0,368. Karena nilai signifikansi 0,716>0,05 dan nilai t hitung -
0,368<1,710 maka hasil yang diperoleh dengan tingkat signifikansi adalah H0 diterima.
Kesimpulannya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari Dana Alokasi Umum
terhadap Anggaran Belanja Modal pada kota/kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau.
d. Pengujian pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Anggaran Belanja Modal secara parsial.
Pada output regresi menunjukkan bahwa angka signifikansi untuk variabel Dana Alokasi Khusus
sebesar 0,442 dan nilai y hitung sebesar -0,781. Karena nilai signifikansi 0,442>0,05 dan nilai t hitung
-0,781<1,710, maka hasil yang diperoleh dengan tingkat signifikansi adalah H0 diterima.
Kesimpulannya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari Dana Alokasi Khusus
terhadap Anggaran Belanja Modal pada kota/kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Tujuan utama dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), Pendapatan asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana
Alokasi Khusus (DAK) terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada kota/kabupaten di
Provinsi Kepulauan Riau. Periode 2006-2012.
Berdasarkan pembahasan-pembahasan yang telah disampaikan pada bab-bab terdahulu dan
dengan pengujian-pengujian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan hasil pengujian parsial dapat disimpulkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal.
2. Berdasarkan hasil pengujian parsial dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD)
tidak berpengaruh terhadap Anggarana Belanja Modal.
3. Berdasarkan hasil pengujian parsial dapat disimpulkan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) tidak
berpengaruh dan signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal.
4. Berdasarkan hasil pengujian parsial dapat disimpulkan bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK) tidak
berpengaruh dan signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal.
5. Berdasarkan hasil pengujian secara simultan disimpulkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) berpengaruh terhadap Anggaran Belanaja Modal.
5.2 Saran
Mengacu dari hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat penulis berikan
adalah:
1. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar peneliitian yang dilakukan menambahkan variabel
independen yang lebih bervariasi, misalnya jenis-jenis penerimaan daerah lainnya. Dan
menggunakan periode yang lebih lama serta objek yang lebih luas lagi.
2. Bagi pemerintah daerah, dengan melihat pengaruh Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi
Khusus yang sangat signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal diharapakan dapat lebih
meningkatkan proporsi masing-masing variabel tersebut.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menggunakan variabel non keuangan. Misalnya
kebijakan pemerintah daerah yang mungkin akan dapat menjelaskan dengan baik seberapa besar
pengaruhnya terhadap anggaran belanja modal.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, R. (2007). Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Langsung.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Afifah, N. N. (2009). Akuntansi Pemerintahan: Implementasi Akuntansi Keuangan Pemerintah
Daerah. Jakarta: Kencana.
Ardhani, P. (2011). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,
dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal .
Badan Pusat Statistik.2014."Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau dalam Angka 2006-2012"
Bastian, I. (2006). Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar. Yogyakarta: Penerbit Erlangga.
Efferin, S., Darmadji, S. H., & Tan, Y. (2008). Metode Penelitian Akuntansi; Mengungkap Fenomena
dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
http:www.djpk.depkeu.go.id
Hasan, I. (2010). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kuncoro, M. (2004). Otonomi da Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan
Peluang. Jakarta: Erlangga.
Mardiasmo. (2004). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi Offset.
Maryati, U., & Endrawati. (2010). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal Akuntansi
dan Manajemen Vol 5 , 68-84.
Nordiawan, D., & Hertianti, A. (2010). Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Nordiawan, D., Putra, I. S., & Rahmawati, M. (2008). Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba
Empat.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor13 Tahun 2006
Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
Priyatno, D. (2009). 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS17. Yogyakarta: Andi Offset.
Priyatno, D. (2010). Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom.
Putro, N. S. (2011). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi
Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.
Setyowati, L., & Suparwati, Y. K. (2012). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, DAU, DAK, PAD
Terhadap Indeks Pembangunan Manusia dengan Pengalokasian Anggaran Belanja Modal
Sebagai Variabel Intervening.
Situngkir, A. (2009). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,
dan Dana Alokasi Khusus terhadap Anggaran Belanja Modal.
Soleh, C., & Rochmansjah, H. (2010). Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah. Bandung:
Fokusmedia.
Sularno, F. M. (2013). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi
Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.
Sunarno, S. (2008). Hukum Pemerintahan Daerah Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Sunyoto, D. (2011). Metodologi Penelitian untuk Ekonomi. Yogyakarta: CAPS.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat
dan Pemerintahan Daerah
Wandira, A. G. (2013). Pengaruh PAD, DAU, DAK, dan DBH Terhadap Pengalokasian Belanja
Modal. Jurnal Akuntansi .
Yani, A. (2009). Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia . Jakarta:
Rajawali Pers.
Yovita, F. M., & Utomo, D. C. (2011). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli DAerah,
dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.