pengaruh perubahan komoditas tanaman pangan...
TRANSCRIPT
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 1
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
PENGARUH PERUBAHAN KOMODITAS TANAMAN PANGAN MENJADI TANAMAN NANAS TERHADAP KESEJAHTERAAN
PETANI DI DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh :
N. H. Mari’a, D. Rohmat, D. Sungkawa
Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia
Email :
[email protected] , [email protected] , [email protected]
ABSTRAK
Perkembangan komoditas nanas di Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Kabupaten
Lampung Tengah semakin pesat. Namun dengan adanya perkembangan ini mengakibatkan
banyaknya lahan pertanian tanaman pangan diubah menjadi lahan untuk kebun nanas.
Perubahan ini banyak dilatarbelakangi oleh keinginan masyarakat petani untuk mencapai
kesejahteraan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor dominan apa yang
menyebabkan adanya perubahan, membandingkan kondisi kesejahteraan masyarakat sebelum
dan setelah perubahan, dan bagaimana pengaruh dari perubahan komoditas tanaman tersebut
terhadap kondisi kesejahteraan petani. Metode penelitian ini menggunakan metode deskripsi
dengan analisis data menggunakan skoring kesejahteraan menggunakan indikator dari Badan
Pusat Statistik, tabulasi silang (crosstab) dan regresi linear berganda dengan menggunakan
software SPSS 23. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor dominan penyebab perubahan
adalah untuk mengejar keuntungan yang lebih tinggi. Kesejahteraan masyarakat sebelum
perubahan masih tergolong sedang-rendah namun setelah perubahan terjadi peningkatan
kesejahteraan menjadi tinggi-rendah. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh dari perubahan komoditas ini terhadap kesejahteraan petani. Sebelum adanya
perubahan, luas lahan dan pendapatan produksi bersih 15,2% berpengaruh terhadap
kesejahteraan petani. Sedangkan setelah adanya perubahan, luas lahan dan pendapatan produksi
bersih berpengaruh sebesar 32,5% terhadap kesejahteraan petani. Berdasarkan analisis ini,
terjadi peningkatan pengaruh sebesar 17,3%. Direkomendasikan untuk para petani agar menjaga
kualitas tanah dengan menggunakan sistem pergiliran tanaman, untuk pemerintah daerah agar
memperhatikan pola perubahan komoditas tanaman agar tidak lepas kendali dan merugikan
petani komoditas lain.
Kata Kunci : Perubahan komoditas, Tanaman Pangan, Nanas, Kesejahteraan.
ABSTRACT Pineapple commodity development in the village Astomulyo, Punggur sub-district,
Central Lampung regency is more rapidly. This development result many crop lands converted
2 | Mari’a, dkk.
Pengaruh Perubahan Komoditas Tanaman Pangan menjadi Tanaman Nanas…
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
into land for pineapple. This change is caused by the farmer’s desire to increase the welfare of
the family. This study aimed to see what the dominant factor that causes the change, compare
the welfare of the community before and after the change, and how the influence of changes in
the agricultural orientation of the condition of the welfare of farmers. This research method use
the description method and data analysis use a scoring wellbeing use indicators of the Badan
Pusat Statistik, cross tabulation and multiple linear regression using SPSS 23. The result
showed that the dominant factor caused the changes is for the pursuit of higher profits. The
welfare of society before the changes are classified as low to medium, but once the changes
occurs increased prosperity into medium to high. Statistic analysis showed that there is an
influence of this shift towards the farmer’s welfare. Before the change, the land area and the
net production revenue 15.2% influence on the farmer’s welfare meanwhile, after the change,
the land area and the net production revenue 32.5% impact on the welfare of farmers. So, based
on this analysis, there was an increase of 17.3% influence. Recommendation for the farmers is
to keep the quality of soil using crop rotation system, for the government to pay attention the
orientation farm changing pattern to lost control and harm the other farmer.
Keyword : Changes in commodity, crops, pineapple, welfare.
PENDAHULUAN
Salah satu pertanian yang sangat
berpotensi di Indonesia adalah pertanian
hortikultura. Dengan semakin majunya
Negara Indonesia, masyarakat akan
semakin peduli dengan gizi sehari-hari yang
dihasilkan dari komoditas hortikultura ini
akan semakin meningkat. Komoditas
hortikultura ini antara lain buah-buahan,
sayuran, tanaman hias dan obat-obatan yang
semakin potensial untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi negara.
Salah satu komoditas hortikultura yang
menonjol dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi saat ini di Indonesia adalah nanas.
Nanas merupakan salah satu komoditas
hortikultura Indonesia yang mampu
bersaing di pasar Internasional. Hal ini
dapat dilihat dari tingginya angka ekspor
nanas dari Indonesia. Berdasarkan data
Indonesian Trade Promotion Center tahun
2012, Indonesia kini tercatat sebagai negara
pengekspor nanas terbesar di dunia dengan
nilai ekspor mencapai 139 juta US dolar.
Salah satu eksportir terbesar nanas di
Indonesia adalah PT. Great Giant Pineapple
di Lampung yang mencatatkan diri sebagai
eksportir koktail terbesar ketiga di dunia
(Indonesian Trade Promotion Center,
2013). Dan didukung oleh produksinya
pada tahun 2014 mencapai 1.835.483 ton
(Taufik, Y. 2014 hlm 20) yang mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu
1.390.375 ton pada tahun 2013.
Produsen tertinggi nasional adalah
provinsi Lampung dan mengalami
kecenderungan peningkatan di setiap
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 3
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
tahunnya. Rincian jumlah produksi nanas
kabupaten 5 tertinggi di Provinsi Lampung
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Produksi Nanas 5 Tertinggi di
Lampung dalam Kuintal
No. Kabupaten Produksi
Nanas
1. Kab. Lampung Tengah 5.244.767
2. Kab. Lampung Timur 10.360
3. Kab. Lampung Selatan 1.380
4. Kab. Tulang Bawang
Barat 940
5. Kab. Pesawaran 900
Jumlah 5.258.347
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014
Dari data pada tabel 1 dapat diketahui
bahwa produksi nanas tertinggi berada di
Kabupaten Lampung Tengah dengan
persentase 99,68% dari keseluruhan
produksi provinsi dan memiliki selisih yang
sangat jauh dibandingkan dengan dengan
kabupaten lainnya yang hanya berkisar
kurang dari sama dengan 0,19% dari
keseluruhan produksi.
Mengingat Kabupaten Lampung Tengah
merupakan kabupaten dengan penghasil
nanas tertinggi di Provinsi Lampung. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2 Produksi Nanas 5 Tertinggi di
Lampung Tengah dalam Kuintal
No Kecamatan Produksi
Nanas
1. Punggur 5.227.231
2. Bumi Ratu Nuban 9.093
3. Kota Gajah 3.485
4. Gunung Sugih 2.945
5. Seputih Raman 363
Jumlah 5.243.117
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014
Kecamatan Punggur menduduki peringkat
pertama produksi nanas tertinggi di
Kabupaten Lampung Tengah yaitu dengan
99, 66% dari keseluruhan produksi di
kabupaten. Kecamatan Punggur merupakan
salah satu kecamatan dengan produksi
nanas terbesar di Lampung Tengah. Dari 9
desa yang ada di kecamatan tersebut, Desa
Astomulyo merupakan desa yang
mengalami paling banyak konversi lahan
dari lahan pertanian tanaman pangan
menjadi perkebunan nanas. Hal ini
dikarenakan Desa Astomulyo merupakan
produsen terbesar nanas di Kecamatan
Punggur sehingga mendorong para petani
untuk mengubahan komoditas
pertaniannya. Perubahan luas lahan nanas
dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Luas Lahan Kebun Nanas per
Tahun di Desa Astomulyo dalam ha
No. Tahun Lahan Kebun Nanas
1. 2010 78,75
2. 2011 186,25
3. 2012 228,75
4. 2013 322,25
5. 2014 320
6. 2015 322,28
4 | Mari’a, dkk.
Pengaruh Perubahan Komoditas Tanaman Pangan menjadi Tanaman Nanas…
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Sumber : UPTD Pertanian Kecamatan
Punggur, 2016
Dari tabel 3 luasan lahan kebun nanas
meningkat setiap tahunnya kecuali pada
tahun 2014 mengalami penurunan.
Peningkatan terbesar terjadi pada tahun
2011 yaitu naik sekitar 40,57 % dari tahun
sebelumnya tahun 2010. Semakin
meningkatnya luas lahan kebun nanas, pasti
akan menggerus lahan pertanian lainnya
sehingga lahan lainnya semakin sempit.
Dalam hal ini adalah pertanian dengan
komoditas tanaman pangan yang
memanfaatkan lahan kering seperti ubi kayu
dan palawija lainnya. Namun dengan
adanya perubahan dengan penanaman
komoditas hortikultura diperkirakan dapat
lebih meningkatkan kesejahteraan petani
dibandingkan dengan pertanian tanaman
pangan sehingga petani banyak beralih
menjadi petani nanas. Desa Astomulyo
merupakan salah satu lumbung padi di
Kabupaten Lampung Tengah. Namun saat
ini, ada komoditas baru yang berkembang
semakin pesat sehingga semakin
menyempitnya lahan pertanian sawah
(Hardiansyah, 2015) yaitu komoditas nanas.
Komoditas nanas di Desa Astomulyo saat
ini dijadikan salah satu komoditas unggulan
yang diekspor hingga ke Pulau Jawa dan
sekitarnya.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif. Pendekatan geografi yang
digunakan adalah pendekatan kelingkungan
yang membahas aspek penggunaan lahan
pertanian dan dampaknya terhadap manusia
baik fisik maupun sosialnya. Populasi
wilayahnya yaitu seluruh wilayah Desa
Astomulyo yang lahan pertaniannya
berubah dari tanaman pangan menjadi
nanas. Sampel wilayahnya yaitu dusun 4
Ngadiluih, 5 Mulyodadi, dan 7 Umbul
Camas yang merupakan daerah yang paling
banyak mengalami perubahan. Populasi
manusia mencakup petani yang lahannya
mengalami perubahan komoditas dari
tanaman pangan ke tanaman nanas. Dalam
proses pengambilan sampel, teknik yang
digunakan peneliti adalah purposive
sampling dan terpenuhi sebanyak 48 orang.
Dengan kriteria : 1) Melakukan perubahan
orientasi pertanian dari tanamn pangan, 2)
Perubahan dilakukan dalam rentang waktu
5 tahun terakhir, 3) Luas lahan yang
mengalami perubahan ≥0,25 Ha,4) Lahan
bukan merupakan lahan pekarangan.
Pengumpulan data menggunakan teknik
wawancara berstruktur dan studi
dokumentasi. Analisis data menggunakan
skoring untuk kesejahteraan petani
berdasarkan indikator BPS tahun 2005,
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 5
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
tabulasi silang, dan regresi linear berganda.
Adapun indikator kesejahteraan yang
diambil dari indikator BPS tahun 2005
adalah sebagai berikut :
Tabel 4 Indikator Kesejahteraan BPS 2005
No. Indikator
Kesejahteraan Kelas Skor
1. Pendapatan Tinggi 3
Sedang 2
Rendah 1
2. Konsumsi atau
pengeluaran
rumah tangga
Tinggi 3
Sedang 2
Rendah 1
3. Keadaan tempat
tinggal
Permanen 3
Semi
Permanen
2
Tidak
Permanen
1
4. Fasilitas tempat
tinggal
Lengkap 3
Cukup 2
Kurang 1
5. Kesehatan
anggota
keluarga
Baik 3
Cukup 2
Kurang 1
6. Kemudahan
mendapatkan
pelayanan
kesehatan
Mudah 3
Cukup 2
Sulit 1
7. Kemudahan
memasukkan
anak ke jenjang
pendidikan
Mudah 3
Cukup 2
Sulit 1
8. Kemudahan
mendapatkan
fasilitas
transportasi
Mudah 3
Cukup 2
Sulit 1
Sumber : Sugiharto, Eko (2007, hlm. 3)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa Astomulyo terletak pada
koordinat 105o15’21,6”BT-105o17’34,8”
BT dan 5o0’28,8” LS – 5o2’16,8”. Desa
Astomulyo memiliki luas wilayah sebesar
1.050 Ha atau 10,50 km2 (BPS, 2015)
dengan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson
iklim B, topografi datar dengan kemiringan
lereng 0-7%. Batuan yang membentuknya
adalah batuan pasir dengan campuran
batulempung, dengan tanah podzolik.
Secara umum kondisi wilayah Desa
Astomulyo sangat cocok untuk ditanami
komoditas pertanian.
a. Perubahan Komoditas Tanaman
Perubahan komoditas tanaman terjadi
karena adanya peralihan/ pergantian jenis
tanaman di suatu lahan pertanian.
Perubahan komoditas tanaman ini akan
banyak berpengaruh dalam segi budidaya
karena setiap tanaman memiliki cara atau
tahap-tahap pemudidayaan yang berbeda
satu sama lainnya sehingga perlakuan petani
terhadap setiap tanaman pun juga ikut
berbeda. Penyebab perubahan dan jenis
tanaman yang diubah dapat dilihat pada
gambar 1.
6 | Mari’a, dkk.
Pengaruh Perubahan Komoditas Tanaman Pangan menjadi Tanaman Nanas…
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Gambar 1 Perbandingan Penyebab
Perubahan berdasarkan Jenis Tanaman.
Sumber : Hasil Penelitian, 2016
Berdasarkan gambar 1 dapat diketahui
bahwa kebanyakan petani yang mengubah
komoditasnya adalah dari petani palawija
yaitu 67%. Perubahan dari padi ke nanas
29% dan penanam padi dan palawija
sebelum perubahan adalah 4%.
2. Perubahan Budidaya
a. Input
1) Luas Lahan
Konversi lahan yang terjadi ini
diakibatkan oleh faktor ekonomi. Hal ini
mengakibatkan banyaknya perubahan yang
didorong oleh tekanan ekonomi. Luas lahan
tanaman pangan pun menjadi semakin
sempit. Hasil temuan di lapangan
menunjukkan bahwa terdapat konversi
lahan seluas sekitar 32,55 ha dalam 5 tahun
terakhir. Petani yang banyak mengubah
orientasi pertaniannya adalah petani kecil
dengan lahan luas sempit. Banyaknya
luasan lahan yang berubah dan status
kepemilikan lahan dapat dilihat pada
gambar 2
Gambar 2 Perbandingan Perubahan Luas
Lahan Berdasarkan Status Kepemilikan
Sumber : Hasil Penelitian, 2016
Dari gambar 2 menunjukkan bahwa
petani dengan lahan 0,5 -0,99 dan status
kepemilikannya milik sendiri paling banyak
melakukan perubahan. Hal ini dikarenakan
dengan luas lahan tersebut akan lebih
mudah untuk melakukan perubahan. Lahan
tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit
sehingga tidak memerlukan banyak
pengeluaran berupa tenaga dan materiil
untuk mengubah lahan tersebut. Status
kepemilikan lahan-lahan yang berubah ini
didominasi oleh lahan milik sendiri dari
usaha membeli dan hibah. Terdapat 1 petani
dengan lahan bagi hasil. “Lahan bagi hasil
yaitu lahan sewa yang telah ditentukan
proporsi pembagiannya dan pembayaran
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 7
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
sewanya dibayarkan setelah panen”.
Hanafie (2010, hlm 54)
b. Proses Budidaya
1) Perubahan Tahapan Budidaya
a) Pembibitan
Pembibitan untuk padi diperoleh dari
pembelian bibit. Petani ubi kayu tidak
terlalu sering membeli bibit, untuk 4-5 kali
periode tanam hanya 1 kali membeli bibit
sedangkan sisanya menggunakan bibit
vegetatif. Sedangkan untuk nanas
pembibitannya dapat dilakukan dengan
pembelian maupun vegetatif yang dapat
dilakukan sendirir oleh petani.
b) Pengolahan lahan
Pengolahan lahan untuk tanaman pangan
dan nanas tidak berbeda. Keduanya sama-
sama menggunakan bajak traktor untuk
lahan sempit (< 1 Ha) dan bajak rotavator
untuk lahan luas (>1 Ha).
c) Penanaman
Penanaman untuk tanaman pangan tidak
terlalu bervariasi, Hal ini disebabkan jika
tanaman pagan di tumpang sari maka akan
mengurangi produktiitas tanaman
sedangkan untuk tanaman nanas dapat di
tumpang sari meskipun tidak penuh dalam 1
periode tanam.
Gambar 3 Perbandingan Pola Tanam
Tanaman Pangan dan Nanas
Sumber : Hasil Penelitian, 2016
d) Pemupukan
Pupuk yang banyak digunakan oleh
petani sawah atau ladang adalah Urea,
Phonska, ZA, KCL, TSP untuk merangsang
penyuburan dan berfungsi untuk memberi
nutrisi bagi tanah. Pemupukan tanaman
nanas lebih mengutamakan penggunakan
pupuk kandang sebagai pupuk utama.
Pupuk kandang yang dimaksud adalah
berasal dari kotoran sapi dan ayam. Adapun
pupuk kimia yag digunakan adalah Urea,
Phonska, SP, TS, dan Mutiara.
e) Pemupukan
Dalam pemeliharaan tanaman pangan
lebih banyak digunakan obat-obatan kimia
dan pestisida untuk mengusir
hama.Sedangkan untuk pemeliharaan
tanaman nanas lebih banyak dengan cara-
cara tradisional untuk mengurangi
kandungan bahan kimia dalam buah nanas.
Hama yang menyerang tanaman nanas pun
8 | Mari’a, dkk.
Pengaruh Perubahan Komoditas Tanaman Pangan menjadi Tanaman Nanas…
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
tidak sebanyak hama yang menyerang
tanaman pangan sehingga penanganannya
pun tidak sesulit penanganan hama pada
tanaman padi.
f) Pemanenan
Pertanian tanaman pangan
menghasilkan rata-rata 1.027 kg per 0,25 Ha
dengan jumlah produksi terbanyak adalah
dari kisaran 900-1.199 kg/0,25 Ha dengan
persentase 67% yang didominasi oleh
tanaman padi. Produksi nanas dihitung
dengan satuan buah dengan jumlah
penanaman bibit berkisar antara 6.000-
12.000 batang bibit. Dari penanaman bibit
tersebut, tidak semua pohon nanas dapat
tumbuh buah. Setiap panen 0,25 Ha, maka
ada sekitar 100-200 pohon yang tidak
mnghasilkan buah atau menghasilkan buah
yang tidak dapat dijual (rusak karena hama).
g) Pasca Panen
Sistem penjualan yang digunakan petani
saat bertani tanaman pangan adalah
langsung menjualnya ke pabrik
penggilingan untuk padi dan jagung dan
pabrik pengolahan tapioka untuk ubi kayu.
Petani nanas cenderung lebih memiliih
menjual hasi panen nanasnya langsung
kepada tengkulak. Hal ini disebabkan oleh
kemudahan yang ditawarkan olek
tengkulak. Dan pemasarannya hingga ke
Pulau Jawa dan Bali
2) Perubahan Biaya Produksi
Perubahan komoditas tanaman
mengakibatkan adanya perubahan pula pada
biaya produksi. Biaya produksi dalam
budidaya tanaman pangan dan budidaya
nanas tentu berbeda karena kebutuhan dan
perlakuan budidayanya juga berbeda.
Gambar 4 Perbandingan Rerata Biaya
Produksi Tanaman Pangan dan Nanas
Sumber : Hasil Penelitian, 2016
c. Output Budidaya
1) Perubahan Pendapatan Produksi
Perubahan komoditas tanaman juga
akan mengubah pula pendapatan produksi
dalam 1 kali. Pendapatan inilah yang dapat
mempengaruhi kesejahteraan petani.
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 9
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Gambar 5Perbandingan Rerata Pendapatan
Tanaman Pangan dan Nanas
Sumber : Hasil Penelitian, 2016
2. Kesejahteraan Petani
Perubahan komoditas tanaman dalam
hal ini mempengaruhi pola kehidupan
masyarakat termasuk dalam bidang
kesejahteraannya. Perubahan orientasi
pertanian termasuk dalam perubahan sosial
yang dikehendaki Dalam Soekanto (1995
hlm. 347) bahwa Perubahan yang
dikehendaki merupakan perubahan yang
sebelumnya direncanakan terlebih dahulu
oleh suatu kelompok yang akan mengubah
masyarakat. Maksudnya dalam hal ini
perubahan terjadi karena usaha sadar
masyarakat yang mengubah pola
pertaniannya.
a. Pendapatan
Kenaikan pendapatan didorong oleh
adanya penambahan pendapatan dari panen
nanas yang cukup besar. Perbandingan
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 Pendapatan Total Sebelum dan
Sesudah Perubahan
Sumber : Hasil Penelitian, 2016
b. Pengeluaran
Pengeluaran yang semakin tinggi
didukung dengan meningkatnya kualitas
pangan, dan banyaknya biaya non pangan.
Perbandingannya dapat dilihat pada gambar
6.
Gambar 6 Perbandingan Pengeluaran
sebelum dan sesudah Perubahan
Sumber : Hasil Penelitian, 2016
c. Keadaan Tempat tinggal
Perubahan yang terjadi mengakibatkan
adanya kenaikan kualitas tempat tinggal
masyarakat. Perbandingannya dapat dilihat
pada gambar 7.
Gambar 6 Perbandingan Bangunan Tempat
Tinggal Sebelum dan Sesudah Perubahan
No. Pendapatan Total Sebelum Sesudah
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1 Rp 0 -Rp 999.999 11 23% 0 0%
2 Rp 1.000.000-Rp 1.999.999 15 31% 9 19%
3 Rp 2.000.000-Rp 2.999.999 4 8% 10 21%
4 Rp 3.000.000-Rp 3.999.999 7 15% 6 13%
5 Rp 4.000.000-Rp 4.999.999 1 2% 3 6%
6 Rp 5.000.000-Rp 5.999.999 4 8% 7 15%
7 Rp 6.000.000-Rp 6.999.999 1 2% 2 4%
8 ≥Rp 7.000.000 5 10% 11 23%
Jumlah 48 100% 48 100%
10 | Mari’a, dkk.
Pengaruh Perubahan Komoditas Tanaman Pangan menjadi Tanaman Nanas…
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Sumber : Hasil Penelitian, 2016
d. Fasilitas Tempat Tinggal
Fasilitas tempat tinggal semakin baik
seiring dengan dengan jalannya perubahan.
Perbandingannya pada gambar 7.
Gambar 7 Perbandingan Kelengkapan
Fasilitas Tempat Tinggal Sebelum Dan
Sesudah Perubahan
Sumber : Hasil Penelitian, 2016
f. Kesehatan Keluarga
Kesehatan keluarga di Desa
Astomulyo sudah baik. Masyarakat sudah
sadar akan pentingnya menjaga kesehatan
sehingga sering melakukan pemeriksaan
kesehatan dan tidak banyak masyarakat
yang mengidap penyakit sedang hingga
berat.
Gambar 8 Perbandingan Intensitas
Pemeriksaan Kesehatan dalam 1 tahun
Sumber : Hasil Penelitian, 2016
g. Kemudahan Pelayanan Kesehatan
Gambar 9 Perbandingan kemudahan
pelayanan kesehatan sebelum dan sesudah
Perubahan
Sumber : Hasil Penelitian ,2016
Terdapat kenaikan kriteria mudah
karena banyak masyarakat yang memiliki
kendaraan sendiri untuk menuju fasilitas
kesehatan.
h. Kemudahan Memasukkan Anak ke
Jenjang Pendidikan
Kemudahan memasukkan anak ke jenjang
pendidikan meningkat hal ini disebabkan
oleh kepemilikan kendaraan yang
mempermudah akses menuju sekolah dan
peningkatan pendapatan yang dapat
menunjang tercukupinya biaya sekolah.
Tabel 6 Kemudahan Memasukkan Anak
ke Jenjang Pendidikan
No. Kriteria Sebelum Sesudah
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1 Mudah 0 0% 23 48%
2 Cukup 48 100% 25 52%
3 Sulit 0 0% 0 0%
Jumlah 48 100% 48 100%
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 11
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Sumber : Hasil Penelitian, 2016
i. Kemudahan Fasilitas Transportasi
Kemudahan mendapatkan fasilitas
transportasi berkaitan dengan dengan jarak,
kepemilikan kendaraan dan aksesibilitas
wilayah tersebut.
Tabel 7 Kepemilikan Kendaraan
Pribadi Sebelum dan Sesudah Perubahan
Sumber : Hasil Penelitian, 2016
Tabel 8 Kemudahan Mendapatkan Fasilitas
Transportasi
Sumber : Hasil Penelitian, 2016
Pada tabel 8 terlihat bahwa terjadi
peningkatan masyarakat yang memiliki
kendaraan, dengan kata lain akses
masyarakat menuju suatu tempat semakin
mudah tanpa menggunakan transportasi
umum
3. Pengaruh Perubahan Komoditas
Tanaman Pangan Menjadi Tanaman
Nanas terhadap Kesejahteraan
a. Kesejahteraan Petani Sebelum Perubahan
Dalam perhitungan, maka ditemukan untuk
pengaruh perubahan terhadap kesejahteraan
saat penanaman tanaman pangan memiliki
persamaan sebagai berikut :
Dari persamaan tersebut, maka dapat
diterjemahkan bahwa nilai konstanta
sebesar 14,721 memiliki nilai positif yang
menunjukkan adanya pengaruh positif
variabel bebas. Artinya bila variabel bebas
naik yaitu luas lahan dan pendapatan dari
hasil pertanian tanaman pangan naik atau
berpengaruh dalam satu satuan, maka
kesejahteraan petani saat itu pun akan naik
atau terpenuhi.
Koefisien korelasi (R) yang didapatkan
adalah 0,39 yang berarti tingkat hubungan
antara kedua luas lahan dan pendapatan
bersih terhadap kesejahteraan dikategorikan
rendah. Dan nilai koefisien determinasi (R2)
adalah 0,152 atau sebesar 15,2 % variabel
luas lahan dan pendapatan produksi bersih
mempengaruhi kesejahteraan petani
sedangkan sisanya adalah 84,8%
kesejahteraan petani dipengaruhi oleh hal-
hal lain yang tidak dimasukkan dalam
perhitungan ini.
Uji F atau uji koefisien regresi secara
bersama-sama digunakan untuk mengetahui
Y = (14,721) + 0,154 X1 + 0,000000004924
X2
No. Jenis
Kendaraan
Sebelum Sesudah
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1 Tidak memiliki 13 27% 0 0%
2 Sepeda 8 17% 8 17%
3 Sepeda Motor 29 60% 48 100%
4 Mobil Pribadi 1 2% 4 8%
5 Mobil Angkutan 4 8% 4 8%
Jumlah 55 115% 64 133%
No. Kriteria Sebelum Sesudah
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1 Mudah 0 0% 29 60%
2 Cukup 44 92% 19 40%
3 Sulit 4 8% 0 0%
Jumlah 48 100% 48 100%
12 | Mari’a, dkk.
Pengaruh Perubahan Komoditas Tanaman Pangan menjadi Tanaman Nanas…
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
apakah variabel luas lahan dan pendapatan
produksi bersih secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap
kesejahteraan petani. Dari perhitungan ini
didapatkan bahwa F hiung bernilai 4,039,
nilai F tabel pada taraf kesalahan 5% adalah
3,20 sehingga jika dibandingkan adalah F
hitung > F tabel (4,039 > 3,20). Jika :
• Ho : Tidak terdapat pengaruh luas lahan dan
pendapatan produksi bersih terhadap
kesejahteraan petani.
• Ha : Terdapat pengaruh luas lahan dan
pendapatan produksi bersih terhadap
kesejahteraan petani.
Karena F hitung > F tabel (4,039 > 3,20),
maka Ho ditolak artinya terdapat pengaruh
secara signifikan antara luas lahan dan
pendapatan bersih produksi secara bersama-
sama terhadap kesejahteraan petani.
b. Kesejahteraan Petani Setelah Perubahan
Perhitungan statistika dengan
menggunakan SPSS 23 maka didapatkan
hasil persamaan yaitu :
Dari persamaan diatas, maka dapat
diterjemahkan bahwa nilai konstanta positif
yaitu 17,567 yang artinya variabel luas
lahan dan pendapatan produksi bersih dari
hasil budidaya nanas naik atau berpengaruh,
maka kesejahteraan petani pun akan naik.
Koefisien korelasi (R) yang didapatkan
dari hasil perhitungan adalah 0,570 artinya
bahwa hubungan korelasi antara luas lahan
dan pendapatan bersih produksi cukup kuat.
Dan nilai koefisien determinasinya adalah
0,325 yang artinya sebanyak 32,5 %
kesejahteraan petani ditentukan oleh luas
lahan dan pendapatan produksi bersih
sedangkan sisanya 67,5% adalah faktor lain
yang tidak dimasukkan ke dalam variabel
tetapi berpengaruh terhadapa kesejahteraan
petani.
Uji F dari perhitungan ini didapatkan
bahwa F hitung bernilai 10,850. Nilai F
tabel pada taraf kesalahan 5% adalah 3,20
sehingga jika dibandingkan adalah F hitung
> F tabel (10,850 > 3,20). Karena F hitung
> F tabel (10,850 > 3,20), maka Ho ditolak
artinya terdapat pengaruh secara signifikan
antara luas lahan dan pendapatan bersih
produksi secara bersama-sama terhadap
kesejahteraan petani.
Y = (17,567) + 0,728X2 + 0,000000002102 X2
13│ Antologi Geografi, Volume 2, Nomor 3, Desember, 2015
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Gambar 10. Peta Komoditas Tanaman Desa AstomulyoTahun 2010
Sumber: Citra Ikonos Google Earth 2010; Peta RBI Lembar Bandar Jaya 1111-11 Skala
1:25.000; ; Peta RBI Lembar Seputih Raman 1111-12 Skala 1:25.000
Gambar 11. Peta Komoditas Tanaman Desa AstomulyoTahun 2013
Sumber: Citra Ikonos Google Earth 2013; Peta RBI Lembar Bandar Jaya 1111-11 Skala
1:25.000; ; Peta RBI Lembar Seputih Raman 1111-12 Skala 1:25.000
14 | Mari’a, dkk.
Pengaruh Perubahan Komoditas Tanaman Pangan menjadi Tanaman Nanas…
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
KESIMPULAN
Faktor penyebab dominan
perubahan komoditas tanaman ini adalah
karena keinginan untuk mengejar
keuntungan lebih bes ar. Kondisi
kesejahteraan sebelum masih terdapat
keluarga dengan kesejaheraan rendah,
sedangkan setelah perubahan terjadi
peningkatan sehingga tidak ada lagi
keluarga dengan kesejahteraan rendah. Hal
yang berpengaruh pada kesejahteraan petani
adalah luas lahan dan pendapatan produksi
bersih dan terjadi peningkatan pengaruh
sebelum dan sesudah perubahan.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Hanafie, Rita.(2010). Pengantar Ekonomi
Pertanian. Yogyakarta. Peneribit
Andi
Soekanto, Soerjono. (1995). Sosiologi
sebuah Pengantar. Jakarta
Supriyadi, Anton. (2004). Kebijakan Alih
Fungsi Lahan dan Proses Konversi
Lahan Pertanian. Fakultas
Pertanian. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Taufik, Yasid. (2013). Statistik Produksi
Hortikultura. Direktorat Jenderal
Hortikultura, Kementerian
Pertanian: Jakarta
Sumber Dokumen
Badan Pusat Statistik. (2014). Lampung
dalam Angka 2014. BPS : Jakarta
Badan Pusat Statistik. (2014). Lampung
Tengah dalam Angka 2014. BPS :
Jakarta
Badan Pusat Statistik. (2015). Punggur
Dalam Angka 2015. BPS : Jakarta
UPTD Pertanian Kecamatan Punggur.
(2016). Laporan Tanaman Buah-
buahan dan Sayuran Tahunan.
Kementerian Pertanian : Lampung
Tengah
Sumber Jurnal
Sugiharto, Eko. (2006). Tingkat
Kesejahteraan Masyarakat Nelayan
Desa Benua Baru Ilir Berdasarkan
Indikator Badan Pusat Statistik.
Jurnal EPP. Vol.4. No.2 2007.
Sumber Internet
Hardiansyah : Sawah di Lampung Makin
Habis. (2015, 3 Agustus). Tribun
Lampung Online. Diakses dari
http://lampung.tribunnews.com/2015/
08/03/sawah-di-lampung-makin-
habis.
Indonesian Trade Promotion Center. (2013).
Online. Diakses dari
http://djpen.kemendag.go.id/app_fronten
d/admin/docs/researchcorner/590138026
7620.docx.