pengaruh persepsi tentang minimarket terhadap...
TRANSCRIPT
PENGARUH PERSEPSI TENTANG MINIMARKET
TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI PEDAGANG
DI PASAR TRADISIONAL CIPUTAT
KOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Wulan Permatasari
NIM 1112015000103
KONSENTRASI EKONOMI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
iv
ABSTRAK
Wulan Permatasari (NIM:1112015000103): Pengaruh Persepsi Tentang
Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional
Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pengaruh
persepsi tentang minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang di Pasar
Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Dalam kaitannya
dengan penelitian ini ada dua variabel pokok yang akan di teliti yakni persepsi
tentang minimarket dan kondisi sosial ekonomi pedagang. Penelitian ini sendiri
telah dilaksanakan pada bulan Mei-Oktober 2016 di Pasar Tradisional Ciputat.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan
kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang-pedagang yang ada di
lingkungan Pasar Ciputat, adapun sampel yang diambil sebanyak 30 orang yang
dipilih secara kebetulan atau sampling insidental dan juga sampai kuota tertentu
sesuai yang diinginkan atau sampling kuota. Uji hipotesis menggunakan product
moment, uji koefisien determinasi dan uji reliabilitas alpha. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan angket pernyataan-pernyataan mengenai
minimarket dan kondisi sosial ekonomi pedagang di Pasar Tradisional Ciputat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima dan
hipotesis nol (Ho) ditolak yang berarti terdapat pengaruh antara persepsi tentang
minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang di Pasar Tradisional
Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten.
Kata kunci : Persepsi, Minimarket, Kondisi Sosial Ekonomi.
v
ABSTRACT
Wulan Permatasari (NIM:1112015000103): The Impact of Minimarket
Perception On The Socioeconomic Conditions In The Traditional Market
Traders Ciputat, South Tangerang, Banten Province.
This research is conducted to obtain information about the impact of
minimarket perception on the socioeconomic conditions in the traditional market
traders Ciputat, South Tangerang, Banten Province. This research found two
principal variables that will be analyze. Those are the perception of minimarket
and socioeconomic conditions trader. The research itself had been done on
May-October 2016 inTraditional Market Ciputat. The method used is survey
method with quantitative approach. The population in this study is a
merchant-traders in Ciputat Market neighborhood, while the samples taken as
many as 30 people chosen by chance or incidental sampling and also to a certain
quota as desired or quota sampling. Hypothesis testing are uses the product
moment, coefficient determination test and reliability test alpha. The data is
collected using a questionnaire about minimarket and socio-economic conditions
in the traditional market traders Ciputat. The results shows that the alternative
hypothesis is accepted and hypothesis zero is rejected thats mean there are
significant between the perception of minimarket on the socioeconomic
conditions in the traditional market traders Ciputat, South Tangerang City, Banten
Province.
The key word : Perception, Minimarket, Sosioeconomic conditions.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT penulis persembahkan sebagai
ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya
kepada penulis, sehingga dengan kudrat dan iradat-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang sederhana ini dengan baik sebagai prasyarat untuk
mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Persepsi
Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar
Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten”.
Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari jalan yang
sesat menuju jalan yang di rahmati oleh Allah dengan risalah yangdibawanya
yaitu Agama Islam yang akan menyelamatkan dan mengantarkan pemeluknya
mneuju kebahagiaan yang ada di dunia dan akhirat.
Penulis menyadari sepenuhya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan dan kelemahan. Tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai
pihak yang secara moril maupun materiil, dimungkinkan skripsi ini tidak akan
bisa selesai sebagaimana harusnya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan ucapan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, dan Pembantu Dekan bidang Akademik, Pembantu Dekan bidang
Kemahasiswaan, Pembantu Dekan bidang Administrasi Umum.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial.
3. Drs. Syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial.
4. Dr. H. Nurochim, MM, selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan
vii
waktu dan pemikirannya demi selesainya skripsi ini.
5. Neng Sri Nuraeni, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan pemikirannya demi selesai skripsi ini.
6. Jakiatin Nisa, M.Pd, sebagai dosen Penasihat Akademik yang banyak
membantu serta membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan di
Unversitas ini.
7. Seluruh Dosen yang berada di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
khususnya jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang memeliki peran
sangat besar bagi saya dalam proses perkuliahan.
8. Seluruh Staf Akademik Fakultas Ilmu Tabiyah dan Keguruan yang telah
bekerja dengan baik melayani mahasiswa.
9. Seluruh Pengelola Pasar Tradisional Ciputat yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan penelitian di pasar tersebut.
10. Orang tua, (Alm.) bapak Muhidin dan Ibu Napsiah, yang telah membesarkan
dan mendidik penulis hingga menjadi seperti sekarang ini.
11. Kakak-kakak dan adik-adik ku tersayang yang selalu menghibur.
12. Kepada Fairus Rizal, S.H yang telah memberikan dukungan baik moril
ataupun materil, selalu mendampingi, memberikan saran, motivasi, dan
semangat kepada penulis.
13. Kepada sahabat-sahabatku, Arimby Pengestu, Desi Mandasari, Avi
Oktavianti, Iqbal Saputra, Didik Susilo, Burhanuddin Taslim, Sulistiawan,
Sumardi yang telah membantu dan memberikan motivasi kepada penulis,
kalian adalah kekuatan bagi penulis. Semoga kita semua selalu kompak
sampai kapanpun dalam keadaan apapun.
14. Kepada teman-teman Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angakatan 2012
khususnya Dessy, Hajar, Laelalul Sa’diyah, Dina Khairunnisa, Nita
Chairunnisa yang telah banyak membantu dan selalu memberi semangat
kepada penulis dalam perkuliahan dan khususnya dalam penyelesaiian
skripsi ini.
15. Pihak-pihak lain, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu oleh
penulis.
viii
Saya menyadari sekali bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih jauh dari
kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hari, saya mohon maaf dan berharap
skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua. Dan saya berhadap skripsi
yang saya susun menjadi suatu karya yang bermanfaat serta menjadi suatu
persembahan terbaik bagi para dosen dan teman-teman yang berada di Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Demikian kata pengantar dari penulis dan sebagai suatu introspeksi diri,
penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan. Dan kekurangan dan
hanyalah milik kita, namun kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, saya
ucapkan terima kasih.
Jakarta, 26 November 2016
Penulis,
Wulan Permatasari
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH .................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................iv
ABSTRACT ........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...........................................................................................vi
DAFTAR ISI .........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................1
B. Identifikasi Masalah...........................................................................5
C. Pembatasan Masalah......................................................................... 5
D. Perumusan Masalah...........................................................................5
E. Tujuan Penelitian...............................................................................5
F. Manfaat Penelitian.............................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik..............................................................................8
1. Persepsi.......................................................................................8
2. Pasar............................................................................................9
x
3. Kondisi Sosial Ekonomi...........................................................20
4. Tinjauan Regulasi.....................................................................22
B. Hasil Penelitian Yang Relevan........................................................27
C. Kerangka Berpikir...........................................................................29
D. Hipotesis Penelitian.........................................................................32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................33
B. Metode Penelitian...........................................................................33
C. Populasi dan Sampel Data..............................................................34
D. Teknik Pengumpulan Data..............................................................35
E. Instrumen Penelitian.......................................................................36
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data............................................40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data................................................................................44
1. Deskripsi Pasar Ciputat...........................................................44
2. Deskripsi Tangerang Selatan...................................................46
3. Karakteristik Responden.........................................................48
4. Deskripsi Variabel Penelitian..................................................52
B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis..............58
1. Uji Normalitas........................................................................58
2. Uji Validitas............................................................................59
3. Analisis Reliabilitas Tes.........................................................60
4. Pengujian Hipotesis................................................................60
xi
C. Pembahasan Hasil Penelitian........................................................63
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan...................................................................................67
B. Implikasi.......................................................................................67
C. Saran.............................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................69
LAMPIRAN.....................................................................................................72
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran...............................................................30
Gambar 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 48
Gambar 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...................................... 49
Gambar 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili ............................... 50
Gambar 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Akhir ................. 50
Gambar 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan ........... 51
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Minimarket di Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat
Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2015............................2
Tabel 2.1 Karakteristik Pasar Modern di Indonesia .............................................. 19
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan .................................................................................... 33
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian ............................................................... 38
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara............................................................................. 39
Tabel 3.4 Skor Jawaban Angket ............................................................................ 41
Tabel 3.5 Interprestasi Data ................................................................................... 43
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 48
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .......................................... 48
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili ................................... 49
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir ........ 50
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan ............... 51
Tabel 4.6 Skor Variabel Persepsi Tentang Minimarket ......................................... 52
Tabel 4.7 Kategori Persepsi Tentang Minimarket ................................................. 54
Tabel 4.8 Skor Variabel Kondisi Sosial Ekonomi ................................................. 55
Tabel 4.9 Kategori Kondisi Sosial Ekonomi ......................................................... 57
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 58
Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas ................................................................................ 59
Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................... 60
Tabel 4.13 Anova (Uji F) ...................................................................................... 61
xiii
Tabel 4.14 Coefficients ......................................................................................... 62
Tabel 4.15 Model Summary .................................................................................. 62
Tabel 4.16 Pedoman Interprestasi Koefeseansi Korelasi ...................................... 63
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket dan Pedoman Wawancara
Lampiran 2 Hasil Angket dan Transkip Wawancara
Lampiran 3 Lembar Hasil Observasi
Lampiran 4 Uji Analisis
Lampiran 5 Surat-surat terkait
Lampiran 6 Dokumentasi
Lampiran 7 Curriculum Vitae
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya sudah berlangsung sejak
manusia itu ada. Salah satu kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan
tersebut adalah memerlukan adanya pasar sebagai sarana pendukungnya. Pasar
merupakan kegiatan ekonomi yang termasuk salah satu perwujudan adaptasi
manusia terhadap lingkungannya. Manusia sebagai makhluk sosial dalam
perkembangannya juga menghadapi kebutuhan sosial untuk mencapai kepuasan
atas kekuasaan, kejayaan dan martabat.
Pasar selama ini sudah menyatu dan memiliki tempat paling penting dalam
kehidupan bermasyarakat sehari-hari, bagi masyarakat pasar bukan hanya tempat
bertemunya antara penjual dan pembeli tetapi juga sebagai wadah untuk
berinteraksi sosial. Para ahli ekonomi mendeskripsikan sebuah pasar sebagai
kumpulan penjual dan pembeli yang melakukan transaksi atas suatu produk
tertentu atau kelompok produk tertentu.1
Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat mendorong laju pertumbuhan
ekonomi yang begitu pesat pula. Kebutuhan akan ekonomi dari masyarakat
seiring sejalan dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Kebutuhan akan
pasar yang merupakan akses untuk memenuhi kebutuhan hidup di mana transaksi
kebutuhan antar pedagang dan konsumen berkembang dengan pesatnya, hal ini
jika ditinjau di berbagai daerah muncullah bentuk-bentuk pasar kecil Minimarket
(Ritel).2
Ciputat adalah salah satu kecamatan di Kota Tangerang Selatan, Provinsi
Banten, Indonesia dengan luas wilayah 3.626 Ha, dengan letak ketinggian dari
permukaan laut 44 m dan memiliki curah hujan rata-rata 2000-3000 mm/tahun.
1 Muhammad Aziz Hakim, Menguasai Pasar Mengeruk Untung, (Jakarta : PT. Krisna
Persada, 2005) 2 Agus Susilo & Taufik, Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Usaha Ritel
Kopersi/Waserda dan Pasar Tradisional, Jurnal Ekonomi, 2010, hal.2
2
Berdasarkan data Sensus Tahun 2006, jumlah penduduk yang ada di wilayah
Kecamatan Ciputat berjumlah 260.477 jiwa.3 Hal tersebut tidak menutup
kemungkinan bagi usaha ritel modern untuk memasuki pangsa pasar ritel
tradisional. Saat ini banyak dijumpai minimarket di sepanjang jalan seperti
Indomaret, Alfamaret, Alfamidi yang menjamur di beberapa tempat strategis di
Ciputat.
Tabel 1.1
Minimarket di Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat
Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2015
No. Jenis Minimarket Alamat
1. Indomaret Jl. K.H. Dewantara RT 002/002, Ciputat
2. Alfamart Jl. K.H. Dewantara RT 004/002, Ciputat
3. Alfamart Jl. K.H. Dewantara RT 001/006, Ciputat
4. Alfa Midi Jl. Aria Putra RT 001/009, Ciputat
5. Indomaret Jl. Aria Putra RT 001/009, Ciputat
6. Alfamaret Jl. Dewi Sartika RT 002/009, Ciputat
7. Indomaret Jl. Dewi Sartika RT 001/010, Ciputat
8. Alfamart Jl. Otista RT 001/011, Ciputat
9. Alfa Midi Jl. Otista RT 002/011, Ciputat
10. Indomaret Jl. Otista RT 003/011, Ciputat
11. Alfamart Jl. H. Usman RT 001/008, Ciputat
Catatan : Sumber Kantor Kelurahan Ciputat4
Kehadiran peritel (Supermarket, Hypermarket, Minimarket) pada sekitar
tahun 1980-an pada awalnya tidak mengancam pasar tradisional. Kehadiran para
peritel modern yang menyasar konsumen menengah ke atas, saat itu lebih
menjadi alternatif dari pasar tradisional yang identik dengan kondisi pasar yang
kumuh, dengan tampilan dan kualitas buruk, serta harga jual rendah serta sistem
tawar-menawar konvensional. Namun sekarang ini kondisinya sudah banyak
3
https://id.wikipedia.org/wiki/Ciputat,_Tangerang_Selatan (diakses pada tanggal 19
September 2015) 4 Almim A, Data Jumlah Keberadaan Minimarket di Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat
Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, Wawancara Pribadi, Kantor Kelurahan Ciputat, 08
Oktober 2015.
3
berubah. Supermarket dan Hypermarket banyak bermunculan di mana-mana.
Kondisi ini muncul sebagai konsekuensi dari berbagai perubahan di masyarakat.
Sebagai konsumen, masyarakat menuntut hal yang berbeda di dalam aktivitas
belanja. Kondisi ini ditambah dengan semakin meningkatnya tingkat pengetahuan,
pendapatan, dan jumlah pendapatan keluarga ganda (suami-istri bekerja) dan
dengan waktu yang terbatas. Konsumen menuntut peritel untuk memberikan
“nilai lebih” dari setiap sen uang yang dibelanjakannya. Peritel harus mampu
mengakomodasi tuntutan tersebut jika tidak ingin ditinggal pelanggannya.5
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern sekarang ini
menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup yang berkembang di
masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tapi sudah merambah di kota
kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai Minimarket, Supermarket, dan
Hypermarket di sekitar tempat tinggal kita. Tempat-tempat tersebut menjanjikan
tempat yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Namun dibalik
kesenangan tersebut ternyata membuat peritel kelas menengah dan bawah
mengeluh.
Kendati persaingan antara pasar modern secara teoritis menguntungkan
konsumen, dan mungkin perekonomian secara keseluruhan, tetapi diketahui juga
mengenai dampaknya terhadap pasar tradisional. Mengukur dampaknya amat
penting karena mengingat pasar modern yang pada saat ini secara langsung
bersaing dengan pasar tradisional tidak hanya melayani segmen pasar tertentu.6
Jika tidak diimbangi dengan pelayanan dan manajemen yang lebih baik boleh jadi
pasar tradisional lama-lama akan bisa mengalami kematian.
Kemunculan gerai-gerai minimarket ternyata tidak serta merta membawa
perubahan atau dampak baik kepada semua kalangan (konsumen maupun
pedagang pasar Tradisional/grosir). Tersebarnya gerai-gerai tersebut malah
membawa dampak negatif terhadap pedagang tradisional yang juga menawarkan
5 Ani Nur Fadhillah, Dampak Minimarket Terhadap Pasar Tradisional, Skripsi Fakultas
Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2011, hal. 17-18 6 Lisa Hadiz, Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di
Daerah Perkotaan di Indonesia, (Jakarta : Lembaga Penelitian SMERU, 2008), hal.2
4
barang seperti digerai minimarket. Hal ini menyebabkan minat konsumen menjadi
berkurang untuk berbelanja di grosir biasa seperti pasar Tradisional dan toko
sembako rumahan, mereka lebih nyaman untuk berbelanja di grosir minimarket
yang sudah berjumlah 11 gerai di kelurahan Ciputat, selain tempat yang nyaman
pelayanan yang diberikan oleh pegawai toko juga sangat memuaskan konsumen,
terlebih lagi promo-promo dan potongan harga yang diberikan untuk bahan pokok
rumah tangga. Pernyataan ini diperkuat dengan adanya observasi wawancara
penulis terhadap beberapa konsumen pasar yang berada di daerah Ciputat.
Pasar grosir sendiri hanya menyediakan bahan pokok rumah tangga tanpa
adanya promo ataupun potongan harga terhadap konsumen, ini dikarenakan modal
usaha yang mereka keluarkan tidak begitu banyak sehingga hanya memberikan
harga yang sesuai dengan modal usaha. Akan tetepi gerai-gerai minimarket bukan
usaha perorangan namun satu badan usaha yang dikelola dengan sistem perkulakan,
yakni barang-barang yang akan dipasarkan didapatkan dari PT. Indomarko
(misalnya) sehingga barang akan selalu ada dan tidak tergantung pada modal usaha.
Hal tersebut makin membuat sulit pedagang di pasar tradisional dalam
menjalankan usahanya.
Pedagang di pasar tradisional harus bersikeras memikirkan pengadaan barang
dan menjualnya kembali kepada konsumen dengan harga yang bisa dikatakan
biasa. Sedangkan gerai minimarket tanpa harus memikirkan pasokan barang yang
akan dijual karena setiap bulan barang-barang yang akan dijual tetap didatangkan
sehingga perputaran perdagangan barang tidak terputus dan persediaan barang
tetap terjaga. Gerai minimarket juga melakukan inovasi terhadap fitur-fitur
perbelanjaan yakni dengan menjual pulsa elektronik dan tiket kereta api, gas dan
galon air mineral. Sehingga membuat antusias masyarakat sangat tinggi dalam
melakukan kegiatan belanja digerai ini, karena alasan kenyamanan kemudahan
serta banyak fitur serta promo yang ditawarkan. Menurut peneliti diduga bahwa hal
tersebut semakin membuat menurunnya omset pedagang di pasar tradisional, dan
juga aspek-aspek lainnya seperti tingkat kesejahteraan kehidupan, kesehatan,
pekerjaan lain, pendidikan, dan juga interaksi sosial.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti memilih dan tertarik untuk
5
mengangkat masalah mengenai “Pengaruh Persepsi Tentang Minimarket
Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat
Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten”.
B. Identifikasi Masalah
Beberapa permasalahan di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Pertumbuhan penduduk menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi sangat
pesat.
2. Banyak bermunculan minimarket di Tangerang Selatan.
3. Jumlah minimarket jauh lebih banyak dibanding jumlah pasar
tradisional.
4. Persepsi tentang minimarket berpengaruh pada kondisi sosial ekonomi
pedagang pasar tradisional.
5. Pasar modern saat ini secara langsung bersaing dengan pasar tradisional.
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan penelitian menjadi lebih spesifik dan tidak meluas diluar
pembahasan, maka perlu dilakukan pembatasan masalah:
Pengaruh persepsi tentang minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang
di pasar tradisional Ciputat Kelurahan Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi
Banten.
D. Perumusan Masalah
Dari banyak fenomena dan fakta sosial yang telah dipaparkan serta
berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dan
merumuskan permasalahan yakni:
Adakah pengaruh persepsi tentang minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi
pedagang di pasar tradisional Ciputat Kelurahan Ciputat Kota Tangerang Selatan
Provinsi Banten?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini, yaitu:
Untuk mengetahui adakah pengaruh persepsi tentang minimarket terhadap
kondisi sosial ekonomi pedagang di pasar tradisional Ciputat Kelurahan Ciputat
Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten.
6
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan baik
secara teoritis maupun secara praktis.
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya hasanah
ilmu pengetahuan, khususnya di bidang perdagangan, ekonomi dan isu-isu
di dalam problematika masyarakat.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi atau
sumbangan pemikiran kepada akademisi maupun jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial tentang pasar.
2. Secara Praktis
a. Bagi Universitas Islam Negeri Jakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial untuk memberikan
referensi atau informasi yang berhubungan dengan Ekonomi dalam hal
ini kaitannya dengan dampak persaingan pasar.
b. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
informasi dan menambah wawasan tentang dampak persaingan pasar.
c. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan bacaan serta pengetahuan masyarakat seputar pasar,
sehingga masyarakat mengetahui bagaimana persaingan antara pasar
modern dan tradisional, serta sistem pengelolaan di dalam pasar tersebut.
d. Bagi Pedagang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau gambaran
bagi para pedagang khususnya pedagang pasar tradisional untuk
melakukan perbaikan-perbaikan seperti perbaikan dalam pengelolaan
pasar, penataan tampat atau lahan berjualan, kualitas produk, kemasan
produk, inovasi pelayanan terhadap kosumen, dan lainnya guna
menghadapi persaingan terhadap pasar-pasar modern (minimarket) yang
ada disekitar.
7
e. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
tentang pasar, dan pengalaman peneliti dalam terjun ke masyarakat
dalam penelitian yang dapat dijadikan bekal untuk melakukan
penelitian-penelitian selanjutnya.
8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat
penting. Memungkinkan manusia untuk mengetahui dan memahami dunia
sekelilingnya. Tanpa persepsi yang benar, manusia mustahil menangkap dan
memaknai fenomena, informasi atau data yang senantiasa mengitarinya.
Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesa (KBBI) adalah
“tanggapan langsung atau sesuatu”.1
Selanjutnya, Persepsi menurut Desmita adalah “proses kognitif yang
kompleks untuk menghasilkan suatu gambaran yang unik tentang realitas
yang barangkali sangat berbeda dengan kenyataan sesungguhnya”.2 Persepsi
mengenai apa pun, baik objek sosial maupun non-sosial yang akan mengikuti
proses perseptual yang sama, tidak mempersoalkan bagaimana alur informasi
yang masuk melalui panca indra kita.
Selanjutnya, menurut Leavit dalam Desmita, perception dalam
pengertian sempit adalah “penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang
melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas, perception adalah “pandangan”,
yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.3
Persepsi individu atau masyarakat terhadap objek tertentu akan
mempengaruhi pikirannya dan memberikan penilaian kondisi stimulus yang
dilakukan dalam proses kognitif.
Selanjutnya, menurut Chaplin dalam Desmita, mengartikan persepsi
sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kajian objektif dengan
bantuan indra.4
1 Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Gitamedia Press), h. 513
2 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), h. 119 3 Ibid., h. 117
4 Ibid,.
9
Persepsi seringkali diikuti dengan kata perspektif. Perspektif sudut
pandang atau cara pandang kita terhadap sesuatu. Cara kita memandang
dalam mengamati kenyataan untuk menentukan pengetahuan yang kita
peroleh. Jadi, perspektif merupakan cara pandang yang muncul akibat
kesadaran seseorang terhadap suatu isu yang terjadi. Perspektif dapat
dijadikan penambah wawasan atau pengetahuan seseorang agar dapat melihat
segala sesuatu yang terjadi dengan pandangan yang luas. Jadi perspektif
memiliki ciri-ciri antara lain: seseorang yang memiliki perspektif yang tinggi
akan berpikir luas dan tidak membeda-bedakan sesuatu, jadi tidak
memandang masalah dari pandangan sempit dan terkotak-kotak, seseorang
yang memiliki perspektif yang tinggi akan dengan mudah dapat berinteraksi
dengan orang lain secara harmonis, seseorang yang memiliki perspektif yang
tinggi mampu bersaing atau berkompetensi dengan sehat.
Pengertian persepsi menurut para ahli di atas berbeda-beda. Namun, dari
beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulannya bahwa persepsi
adalah proses pemberian makna atau pandangan, interpretasi dari stimulasi
dan sensasi yang diterima oleh individu, disesuaikan dengan karakteristik
masing-masing individu tersebut.
2. Pasar
a) Pengertian Pasar
Pengertian pasar secara sederhana yang sering didengar di
masyarakat, di mana Pasar adalah suatu tempat bertemunya penjual dan
pembeli untuk melakukan transaksi jual beli barang dan jasa.
Pasar adalah “area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual
lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar
tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan
lainnya”.5
Berbagai tempat penjualan barang yang dihuni oleh banyak penjual
5 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinanaan Pasar Traisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.
10
dari berbagai jenis barang sudah tidak asing lagi bagi kita yang dikenal
sebagai masyarakat konsumtif khususnya. Mall, plaza, supermarket,
minimarket, itc, pasar tradisionl, pasar kaget, pasar pagi, dan banyak
nama pasar lainnya sudah sejak lama kita kenal dan ketahui.
Pasar juga dapat dikatakan “suatu institusi yang pada umumnya
tidak berwujud secara fisik yang mempertemukan penjual dan pembeli
suatu komoditas (barang atau jasa). Interaksi yang terjadi antara penjual
dan pembeli akan menentukan tingkat harga suatu komoditas (barang
dan jasa) dan jumlah komoditas yang diperjual belikan”.6
Interaksi antar penjual dan pembeli yang dimaksud adalah interaksi
dalam konteks permintaan dan penawaran. Semakin tinggi permintaan
akan suatu komoditas (barang dan jasa) maka akan semakin tinggi harga
komoditas tersebut yang memungkinkan juga semakin tingginya
penawaran, dan sebaliknya. Jadi, dengan kata lain permintaan dan
penawaran berperan penting dalam penentuan tingkat harga suatu
komoditas (barang dan jasa).
Stanton mengemukakan pengertian pasar yang lebih luas. “Pasar
dikatakannya merupakan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk
puas, uang untuk berbelanja, dan kemauan untuk membelanjakannya.
Jadi, dalam pengertian tersebut terdapat faktor-faktor yang menunjang
terjadinya pasar, yakni : keinginan, daya beli, dan tingkah laku dalam
pembelian”7
Berdasarkan pernyataan Stanton di atas, pasar adalah tempat di
mana orang-orang melakukan kegiatan untuk mendapatkan suatu hal
(barang/jasa) yang mereka inginkan dan dilakukan sesuai dengan
kemampuan atau kapasitas uang yang dimiliki tersebut untuk
dibelanjakannya.
Pasar adalah “tempat bertemunya pihak penjual dan pihak pembeli
untuk melaksanakan transaksi di mana proses jual beli terbentuk, yang
6 Sugiarto, Ekonomi Mikro (edisi baru), (Jakarta : PT Gramedia Utama, 2007), hal.35
7 M. Fuad, Pengantar Bisnis, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), hal.120
11
mana menurut kelas mutu pelayanan dapat digolongkan menjadi pasar
tradisional dan pasar modern, dan menurut sifat pendistribusiannya dapat
digolongkan menjadi pasar eceran dan pasar perkulakan/grosir”.8
Dapat dipahami dari pernyataan di atas bahwa pasar diklasifikasikan
menjadi pasar tradisionl yang identik dengan kotor dan bau, pasar
modern yang identik dengan bersih dan nyaman, pasar eceran yang
identik dengan barang satuan/penjualan dalam kuantitas sedikit, dan
pasar grosir yang identik dengan borongan/penjualan dalam kuantitas
besar.
Pengertian-pengertian tentang pasar tersebut menunjukan
adanya 3 unsur utama yang perlu dikaji pada pengertian pasar, yaitu:
(1) Orang dengan segala kebutuhan dan keinginannya atau sering
disebut sebagai konsumen. (2) Daya beli. Daya beli merupakan
faktor yang dapat mengubah keinginan menjadi permintaan.
Penyediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak
akan menjadi suatu permintaan apabila masyarakat tidak memiliki
daya beli yang memadai. (3) Perilaku dalam pembelian. Perilaku
berkaitan dengan pola masyarakat di dalam pasar, seperti pola
pengeluaran uang, perubahan selera jenis barang atau jasa, waktu
mewujudkan dan membeli, fluktuasi harga atau nilai.9
Pasar tidak tiba-tiba saja muncul atau terbentuk, tetapi sebelum itu
sudah lebih dulu ada unsur-unsur yang membentuknya seperti konsumen,
daya beli, dan perilaku dalam pembelian. Jika tidak ada konsumen maka
tidak akan terbentuk pasar, karena kembali pada pengertian umum
bahwa pasar adalah tempat bertemunya penjual (produsen) dan pembeli
(konsumen). Begitu pula dengan daya beli, ada konsumen tetapi
konsumen terbsebut tidak memiliki kemampuan untuk membeli suatu
barang/jasa maka tidak akan terjadi proses jual beli yang menjadi dasar
terbentuknya pasar. Sama hal nya dengan perilaku dalam pembelian,
pola pengeluaran uang dan selera konsumen menjadi salah satu faktor
bagi konsumen untuk melakukan transaksi atau tidak. Semua unsur
tersebut akan saling terkait satu sama lain di dalam pasar.
8 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/Kep/1/1998 tentang
Lembaga-lembaga Usaha Perdagangan 9 M. Mursid, Manajemen Pemasaran, (Jakarta : Penerbit Bumi Aksara, 1997), hal. 34
12
Dari beberapa pengertian pasar di atas, penulis menyimpulkan
bahwa, pasar adalah suatu tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk
melakukan transaksi jual beli barang dan jasa yang terdiri dari beberapa
penjual dari berbagai jenis barang pada suatu area yang biasa dikenal
sebagai mall, plaza, itc, supermarket, minimarket, pasar tradisional,
pasar pagi, pasar kaget, dan sejenisnya. Pada umumnya pasar
dikelompokkan kedalam dua jenis yaitu pasar modern dan pasar
tradisional, di mana kedua jenis pasar tersebut terbentuk karena adanya
beberapa unsur pembentuk pasar seperti; konsumen, daya beli, dan
perilaku dalam pembelian.
b) Jenis Pasar
1) Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah “pasar yang dibangun dan dikelola oleh
Pemerintah, Swasta, Koperasi, atau Swadaya Masyarakat dengan
tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda, yang dimiliki atau
dikelola oleh pedagang kecil dan menengah, dan koperasi, dengan
usaha skala kecil dan modal kecil, dan dengan proses jual beli
melalui tawar-menawar”.10
Dibangun berupa toko, kios, los, dan tenda, yang juga terlepas
dari kata mewah, nyaman, teratur, bersih, sejuk, dan wangi,
menggambarkan bahwa pasar tradisional lebih terarah kepada
semua lapisan masyarakat walaupun lebih khususnya kepada
masyarakat lapisan menengah dan bawah. Ditambah lagi
dengan berlakunya sistem tawar-menawar yang membuat
masyarakat merasa lebih mudah dalam membeli dan memenuhi
kebutuhan, karena bisa lebih menyesuaikan dengan uang juga daya
beli yang dimilikinya.
Pasar tradisional “biasanya yang terdiri atas kios-kios atau gerai
yang dibuka oleh penjual. Kebanyakan menjual kebutuhan
10
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 420/MPP/Kep/10/1997
tentang Pedoman dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan
13
sehari-hari seperti bahan-bahan makanan, berupa ikan, buah,
sayuran dan yang lain-lain.11
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan pasar
tradisional sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung
dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri
dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh
penjual maupun suatu pengelola pasar. Biasanya kebanyakan
menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa
ikan, buah, sayur-mayuran, telur, daging, ikan, kue-kue, pakaian,
jasa, barang elektronik dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini
masih banyak di temukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat
kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai
pasar.
Barang lokal adalah barang yang biasa dijual di pasar
tradisional dan ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas, barang yang
dijual di pasar tradisional dapat terjadi tanpa adanya
penyortiran/penyeleksian yang ketat. Dari segi kuantitas, jumlah
barang yang disediakan tidak terlalu banyak sehingga apabila ada
barang yang dicari tidak ada di satu kios tertentu, maka dapat dicari
ke kios lain. Rantai distribusi pada pasar tradisional terdiri dari
produsen, distributor, sub distributor, pengecer, konsumen. Kendala
yang dihadapi pada pasar tradisional antara lain sistem pembayaran
ke distributor atau sub distributor dilakukan dengan tunai, penjual
tidak dapat melakukan promosi atau memberikan potongan harga
(discount) komoditas. Mereka hanya bisa menurunkan harga barang
yang kurang diminati konsumen. Selain itu, dapat mengalami
kesulitan dalam memenuhi kontinyuitas barang, lemah dalam
penguasaan teknologi dan manajemen sehingga melemahkan daya
11
Gilang Permadi, Pedagang Kaki Lima : riwayatmu dulu, nasibmu kini!, (Jakarta, 2011),
hal.10
14
saing.
Pasar tradisional merupakan “sektor perekonomian yang
sangat penting bagi mayoritas penduduk di Indonesia.
Masyarakat miskin yang bergantung kehidupannya pada pasar
tradisional tidaklah sedikit. Menjadi pedagang di pasar
tradisional merupakan alternatif pekerjaan di tengah banyaknya
pengangguran di Indonesia. Pasar tradisional biasanya
terhubung dengan toko-toko kecil di dusun-dusun sebagai
tempat kulakan. Pasar tradisional di pedesaan juga terhubung
dengan pasar tradisional di perkotaan yang biasa menjadi sentral
kulakan bagi pedagang pasar-pasar pedesaan di sekitarnya.
Pasar tradisional merupakan penggerak ekonomi masyarakat.”12
Pasar tradisional bukan hanya sekedar tempat bertemunya
penjual dan pembeli, tetapi juga sebagai penggerak perekonomian
masyarakat. Tidak sedikit masyarakat kecil yang kurang akan
pendidikan dan sulit memperoleh pekerjaan, akhirnya memilih pasar
tradisional sebagai alternatif untuk menjadi pedagang disana guna
bersaing untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pasar tradisional juga dapat dikatakan sebagai sumber, sumber di
mana berbagai komoditas yang mayoritas adalah barang sehari-hari
dapat diperoleh dalam skala besar untuk selanjutnya didistribusikan
lewat toko-toko kecil sebelum pada akhirnya sampai ke tangan
masyarakat selaku konsumen.
Dalam lingkup “pasar tradisional sebagai pasar pemerintah,
terdapat 3 pelaku utama yang terlibat dalam aktivitas sehari-hari
yaitu : penjual, pembeli, dan pegawai atau pejabat dinas pasar.
Selain 3 pelaku utama tersebut terdapat pelaku yang lain yaitu buruh
panggul, petugas parkir, petugas kebersihan, preman dan copet”.13
Pelaku-pelaku atau yang bisa juga dikatakan sebagai warga
pasar ialah orang-orang yang terlibat langsung di dalam lingkup
pasar tradisional. Penjual, pembeli, pejabat dinas yang bertugas
12
Eis Al Masitoh, Upaya Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional : Studi Revitalisasi Pasar
Piyungan Bantul, Jurnal PMI Vol. X. No.2, 2013, hal. 4 13
Yeni Masni, Analisis Preferensi Konsumen Dalam Berbelanja di Pasar Tradisional dan
Pasar Modern di Kota Makassar, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
Makassar, 2014
15
mengelola pasar, buruh panggul, petugas parkir, petugas kebersihan,
preman, copet, mereka semua yang akan bertanggungjawab atas
berjalannya kegiatan di pasar tradisional. Tanpa adanya
pelaku-pelaku tersebut, sepertinya pasar tradisional tidak akan
berjalan sebagaimana mestinya.
Adapun ciri pasar tradisional yaitu :
a. Dalam pasar tradisional tidak berlaku fungsi-fungsi
manajemen : planning, organizing, actuating, controlling.
b. Tidak ada konsep marketing, yaitu : bahwa pembeli adalah
raja, terdapat pelayanan penjualan; penentuan harga
berdasarkan perhitungan harga pokok ditambah keuntungan
tertentu, produk berkualitas, tempat penjualan yang nyaman
bagi pembeli, dll.
Sedangkan penjual pasar tradisional biasanya mempunyai ciri :
a. Tempat jualannya kumuh, sempit, tidak nyaman, gelap,
kotor
b. Penampilan penjualnya tidak menarik
c. Cara menempatkan barang dagangan tanpa konsep
marketing.
Adapun pembeli pasar tradisional mempunyai ciri :
a. Rela berdesak-desakan ditempat yang kumuh dan tidak
nyaman
b. Tidak peduli dengan lalulalang pembeli lainnya
c. Pembeli pasar tradisional biasanya menguasai dan
mengenal pasar tersebut utamanya adalah masalah harga,
karena bila tidak tahu, harga komoditas bisa dua atau tiga
kali lipat.14
Ciri-ciri adalah suatu hal yang dapat membedakan antar satu
dengan yang lainnya. Di dalam pasar tradisional banyak terdapat ciri
khusus yang menggambarkan pasar tersebut, secara umum ciri pasar
tradisional adalah tidak adanya sistem/manajemen dalam proses
penjualan, tempat berjualan identik dengan bau, kumuh, dan kotor,
juga adanya sistem tawar-menawar harga untuk setiap barang yang
diperjualbelikan.
Dari beberapa pernyataan di atas, penulis menyimpulkan bahwa
pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli
yang mayoritas pasarnya dikelola oleh pemerintah dan lebih terarah
14
Ibid.
16
untuk masyarakat lapisan bawah dengan ciri khusus tidak adanya
sistem/manajemen dalam proses penjualan, kondisi pasar yang bau,
kumuh, dan kotor, juga dengan adanya sistem tawar-menawar yang
telah melekat pada kegiatan di pasar tradisional.
3) Pasar Modern
Pasar modern adalah “pasar yang dibangun oleh Pemerintah,
Swasta, atau Koperasi yang bentuknya berupa mall, supermarket,
departement store, dan shopping center di mana pengelolaannya
dilaksanakan secara modern, mengutamakan pelayanan dan
kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada disatu tangan,
bermodal kuat, dilengkapi label harga yang pasti”.15
Sesuai dengan namanya, pasar modern benar-benar terkemas
secara modern. Berbanding terbalik dengan pasar tradisional, pasar
modern dilaksanakan dengan mengutamakan pelayanan dan
kenyamanan konsumen dalam berbelanja, bernuansa mewah, dan
juga dengan sistem harga tetap/tidak ada proses tawar-menawar.
Menurut Herman Malano “pasar modern tidak banyak
berbeda dengan pasar Tradisional, namun pasar jenis ini penjual
dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan
pembeli melihat label harga yang tercantrum dalam barang
(barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan
secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga.
Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan seperti; buah,
sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual
adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar
modern adalah hypermart, pasar swalayan (supermarket), dan
minimarket.16
Pernyataan Herman Malano diatas dapat disimpulkan bahwa
pasar modern tidak jauh berbeda dengan pasar tradisional. Hanya
saja pada pasar modern cara bertransaksi antar pembeli dengan
penjual terjadi secara tidak langsung, pembeli melihat harga pada
label harga dan mengambil barang sendiri yang kemudian
15
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 420/MPP/Kep/10/1997
tentang Pedoman dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan 16
Herman Malano, Selamatkan Pasar Tradisional, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
2011), hal.76
17
dibayarkannya ke kasir. Kegiatan transaksi pun dilakukan di dalam
sebuah bangunan yang nyaman dan bersih. Barang-barang yang
dijual, tidak hanya bahan makanan tetapi juga barang-barang yang
sifatnya tahan lama seperti : peralatan rumah tangga, perlengkapan
otomotif, alat tulis, dan lain sebagainya.
Pasar modern adalah “tempat penjualan barang-barang
kebutuhan rumah tangga (termasuk kebutuhan sehari-hari), di mana
penjualan dilakukan secara eceran dan dengan cara swalayan
(konsumen mengambil sendiri barang dari rak dagangan dan
membayar ke kasir)”.17
Konsumen pasar modern dituntut untuk menjadi mandiri dalam
proses belanjanya, disini kosumen mengambil sendiri barang-barang
belanjaan yang ingin dibeli, dengan fasilitas penataan barang yang
teratur dan terkelompok berdasarkan jenisnya (sayuran, daging dan
ikan, makanan kemasan, minuman, dll), barang-barang terpilih
dengan kualitas yang baik, harga jelas yang tertera di barcode setiap
barang, serta datang sendiri ke bagian kasir untuk melakukan
pembayaran, tidak akan membuat konsumen keberatan untuk
melayani dirinya sendiri dalam proses belanja karena sudah
didukung dengan manajemen yang membuat semuanya menjadi
mudah dan menyenangkan.
Herman Malano mengungkapkan “pasar modern adalah
pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya
terdapat diperkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan
mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen yang pada
umumnya anggota masyarakat kelas menengah keatas. Pasar
modern antara lain mall, supermarket, departement store,
shopping center, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada,
toko serba ada dan sebagainya (Sinaga, 2008).18
Jadi dapat dikatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang
tersusun secara modern baik dari sisi dalam maupun sisi luar, hal
17
Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia, (Jakarta : Media Data, 2009), hal. 91-92 18
Herman Malano, Selamatkan Pasar Tradisional, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
2011), hal.77
18
tersebut dapat dibuktikan dengan pengelolaannya yang dilakukan
dengan menggunakan manajemen modern. Hal tersebutlah yang
mendukung pasar-pasar modern memiliki kualitas pelayanan dan
mutu jauh lebih baik jika dibandingkan dengan pasar tradisional.
Barang yang dijual di pasar modern memiliki variasi jenis yang
beragam, selain barang lokal, barang impor pun tersedia. Barang
yang di jual memiliki kualitas yang relatif terjamin karena melalui
penyeleksian yang ketat sehingga barang yang tidak memenuhi
persyaratan klasifikasi akan di tolak. Dari segi kuantitas, pasar
modern memiliki persediaan barang di gudang yang terukur. Dari
segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti. Pasar
modern juga memberikan pelayanan yang baik dengan adanya
pendingin udara yang sejuk, suasana nyaman dan bersih, display
barang perkategori mudah dicapai dan relatif lengkap, adanya
keranjang belanja serta ditunjang adanya kasir dan pramuniaga yang
bekerja secara profesional. Sedangkan dari segi rantai distribusi
pada pasar modern adalah produsen, distributor,
pengecer/konsumen.
Adapun yang membedakan pasar modern dengan pasar
tradisional adalah dengan adanya ciri-ciri sebagai berikut :
(1) Tidak bisa tawar menawar harga. (2) Harga sudah
tertera di barang yang dijual dan umumnya diberi barcode. (3)
Barang yang dijual beranekaragam dan biasanya memiliki
kualitas yang baik. (4) Berada dalam bangunan atau ruangan
dan pelayanannya dilakukan sendiri (swalayan). (5) Layanan
yang baik dan biasanya memuaskan. (6) Tempatnya bersih dan
nyaman, ruangan ber-AC. (7) Tata tempat yang rapih agar
konsumen atau pembeli dapat dengan mudah menemukan
barang yang akan dibelinya. (8) Pembayarannya dilakukan
dengan membawa barang ke kasir dan tentunya tidak ada
tawar-menawar lagi19
Nuansa modern sungguh sangat melekat pada pasar modern jika
dilihat dari ciri-cirinya tersebut, berbanding terbalik jika kita
19
http://www.pengertianku.net/2015/04/pengertian-pasar-modern-dan-ciri-cirinya.html
diakses pada tanggal 27 Februari 2016
19
bandingkan dengan pasar tradisional. Dengan didukung bangunan
yang bagus, AC, pelayanan dan kualitas barang yang baik serta ciri
lainnya secara tidak langsung sudah memberikan gambaran jelas
kepada semua bahwa itu adalah pasar modern.
Setelah diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada era
1970-an, saat ini terdapat tiga jenis pasar modern yaitu minimarket,
supermarket, hypermarket. Perbedaan utama dari ketiganya terletak
pada luas lahan usaha dan range jenis barang yang diperdagangkan.
Berikut ini karakteristik dari ketiga pasar modern tersebut :
Tabel 2.1
Karakteristik Pasar Modern di Indonesia20
Minimarket telah ada sejak 1990-an namun masih terkonsentrasi
di kota-kota besar dengan ditandai kehadiran peritel asing dan lokal
seperti Freshmart, Indomaret, Circle K. Minimarket terus
berkembang dengan hadirnya format minimarket plus dengan nama
20
Asep ST Sujana, Manajamen Minimarket, (Jakarta : Raih Asa Sukses, 2013), hal. 40-43
Uraian Minimarket Supermarket Hypermarket
Barang yang
diperdagangkan
Berbagai macam
kebutuhan rumah
tangga termasuk
kebutuhan
sehari-hari
Berbagai macam
kebutuhan rumah
tangga termasuk
kebutuhan
sehari-hari
Berbagai macam
kebutuhan rumah
tangga termasuk
kebutuhan
sehari-hari
Jumlah item Kurang dari 5.000
item
5.000 sampai
25.000 item
Lebih dari 25.000
item
Jenis produk - Makanan
kemasan
- barang-barang
higienis pokok
- Makanan
kemasan
- Barang-barang
rumah tangga
- Makanan
kemasan
- Barang-barang
rumah tangga
- Elektronik
Model
penjualan
Dilakukan secara
eceran, langsung
pada konsumen
akhir dengan cara
swalayan
Dilakukan secara
eceran, langsung
pada konsumen
dengan cara
swalayan
Dilakukan secara
eceran, langsung
pada konsumen
dengan cara
swalayan
Luas lahan
usaha
Maksimal 400 m2 4.000 - 5.000 m
2 Lebih dari 5.000
m2
20
Alfa Midi. Persaingan yang ketat mendorong munculnya
Minimarket di kota yang lebih kecil dalam rangka untuk mencari
pelanggan baru dan terjadinya perang harga, dan berkembangnya
Minimarket hingga ke kota kecil serta adanya strategi pemotongan
harga memungkinkan konsumen kelas menengah bawah untuk
mengakses Minimarket.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, pasar modern adalah pasar yang
dibangun oleh Pemerintah, Swasta, atau Koperasi yang bentuknya
berupa mall, supermarket, departement store, dan shopping center
yang pengelolaannya dilaksanakan melalui manajemen dan sarana
prasarana bernuansa modern yang identik dengan pelayanan
swalayan (konsumen mengambil sendiri barang dari rak dagangan
dan membayar ke kasir) juga identik dengan sasaran konsumen yang
pada umumnya anggota masyarakat kelas menengah keatas.
3. Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi setiap orang berbeda-beda dan bertingkat, ada
yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat
perkembangan manusia dalam hidupnya dapat dilihat dari pemenuhan
kehidupannya sehari-hari. Hal ini dapat menunjukan tingkat hidup seseorang
atau sekelompok orang, apakah segala macam kebutuhan hidup tersebut
dapat dipenuhi secara keseluruhan atau hanya sebatas kebutuhan pokok saja.
Menurut Sumardi “kondisi sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang
diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam
masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan
kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status.”21
Kehidupan seseorang dalam masyarakat tentunya dapat diakui dengan
adanya status, dimana status itulah yang menjelaskan seseorang sebagai apa
dan siapa. Dan status tersebut ditentukan dengan adanya peran sikap, hak,
21 Basrowi dan Siti Juariyah, Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan
Masyarakat Desa Srigading Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur, Jurnal
Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, 2010, hal. 60-62
21
dan kewajiban yang dimiliki dan dijalankan oleh seseorang yang
bersangkutan.
Sementara W.S Winke menyatakan bahwa “pengertian status sosial
ekonomi mempunyai makna suatu keadaan yang menunjukan pada
kemampuan finansial keluarga dan perlengkapan material yang dimiliki, di
mana keadaan ini bertaraf baik, cukup, dan kurang.”22
Kemampuan finansial keluarga dan perlengkapan material yang
dimaksud diatas seperti tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, tingkat
kesehatan, dan juga harta benda yang dimiliki.
Selanjutya Mubyarto berpendapat “tinjauan sosial ekonomi
penduduk meliputi aspek sosial, aspek sosial budaya, dan aspek Desa
yang berkaitan dengan kelembagaan dan aspek peluang kerja. Aspek
ekonomi Desa dan peluang kerja barkaitan erat dengan masalah
kesejahteraan masyarakat Desa. Kecukupan pangan dan keperluan
ekonomi bagi masyarakat baru terjangkau bila pendapatan rumah tangga
mereka cukup untuk menutupi keperluan rumah tangga dan
pengembangan usaha-usahanya.”23
Aspek-aspek dalam sosial ekonomi penduduk tersebut dapat dijadikan
tolak ukur bagi seseorang untuk mengetahui apakah kondisi sosial
ekonominya sudah baik, cukup, atau kurang dengan melihat dari kecukupan
pangan dan pemenuhan keperluan ekonomi rumah tangganya.
Selain penjelasan menurut beberapa ahli mengenai kondisi sosial
ekonomi di atas, Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers
mengemukakan ciri-ciri keadaan ekonomi sosial yaitu sebagai berikut :
1) Lebih berpendidikan.
2) Mempunyai status sosial yang ditandai dengan tingkat
kehidupan, kesehatan, pekerjaan, dan pengenalan diri terhadap
lingkungan.
3) Mempunyai tingkat mobilitas ke atas lebih besar.
4) Mempunyai ladang luas.
5) Lebih berorientasi pada ekonomi komersial produk.
6) Mempunyai sikap yang lebih berkenaan dengan kredit
7) Pekerjaan lebih spesifik.24
Dilihat dari beberapa penjelasan dan ciri-ciri diatas, maka kondisi sosial
ekonomi dapat diterjemahkan dalam beberapa indikator, yaitu :
22 Ibid 23 Ibid 24
Ibid
22
1) Tingkat penghasilan, merupakan perolehan barang atau uang
yang diterima atau dihasilkan.
2) Pendidikan, ialah salah satu proses interaksi belajar mengajar
dalam bentuk formal yang dikenal sebagai pelajaran.
3) Kesehatan, adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomi.
4) Interaksi sosial, yaitu sebuah proses yang terjadi akibat dari
hukum pertukaran barang dan jasa.25
Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
kondisi sosial ekonomi adalah keadaan individu atau kelompok yang
berkenaan dengan ukuran rata-rata yang berlaku umum tentang
penghasilan, tingkat pendidikan, kesehatan, dan interaksi sosial.
Sedangkan kondisi sosial ekonomi kaitanya erat dengan status sosial
ekonomi itu sendiri dengan kebiasaan hidup sehari-hari individu atau
kelompok.
4. Tinjauan Regulasi
a) Peraturan di Pemerintah Pusat
Upaya mengimplementasikan kebijakan dimulai dengan merevisi
beberapa peraturan perundang-undangan yang dianggap sudah
kadaluwarsa, diantaranya adalah Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern sebagai pengganti Perpres No. 118 tahun 2000 yang berisi non
pembatasan ritail kepemilikan asing (skala besar) dan Permen
Perdagangan No. 53/MDAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan
dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Beberapa hal penting yang diatur dalam Perpres No. 112 Tahun
2007 dan Permendag No. 53/MDAG/PER/12/2008 tersebut yaitu :
a. Batas luas lantai penjualan Toko Modern :
1) Minimarket < 40 m2,
2) Supermarket 400 m2 s/d 5.000 m2,
25
OK. Laksamana Lufti, Dampak Keberadaan Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Pedagang Pasar Tradisional di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan, Journal of
Economic Education, hal. 5
23
3) Hypermarket > 5.000 m2
4) Departement store > 400 m2,
5) Perkulakan > 5.000 m2
b. Pengaturan lokasi :
1) Perkulakan, hanya boleh berlokasi pada akses sistem jaringan
jalan arteri atau kolektor primer atau arteri sekunder.
2) Hypermarket dan Pusat Perbelanjaan, hanya boleh berlokasi
pada akses sitem jaringan jalan ateri atau kolektor, dan tidak
boleh berada pada kawasan pelayanan lokal atau lingkungan
(perumahan) di dalam kota/perkotaan.
3) Supermarket dan Departement Store, tidak boleh berlokasi pada
sistem jaringan jalan lingkungan; dan tidak boleh berada pada
kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota.
4) Pasar Tradisional, boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan
jalan.
c. Perizinan :
1) Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional (IUP2T) untuk pasar
tradisional,
2) Izin Usaha Tempat Perbelanjaan (IUPP) untuk pertokoan, mall,
plaza, dan pusat perdagangan,
3) Izin Usaha Toko Modern (IUTM) untuk minimarket,
supermarket, departement store, hypermarket dan perkulakan,
4) Kelengkapan Permintaan IUP2T, IUPP, dan IUTM : Studi
kelayakan termasuk AMDAL serta Rencana Kemitraan dengan
Usaha Kecil (UK),
5) IUP2T, IUPP, dan IUTM diterbitkan oleh Bupati/Walikota dan
Gubernur untuk Pemprov DKI Jakarta. Pedoman tata cara
perizinan ditetapkan oleh Menteri Perdagangan.
d. Pembinaan dan Pengawasan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah baik secara sendiri-sendiri
24
maupun bersama-sama sesuai sesuai dengan bidang tugasnya
masing-masing melakukan pembinaan dan pengawasan Pasar
Tradisional dan Toko Modern.
e. Pemberdayaan
1) Pasar Tradisional
Mengupayakan sumber-sumber alternatif pendanaan untuk
pemberdayaan, meningkatkan potensi pedagang dan pengelola,
memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi
pedagang tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi
atau relokasi, serta mengevaluasi pengelolaan.
2) Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
Memberdayakan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dalam
membina Pasar Tradisional, serta mengawasi pelaksanaan
kemitraan.
Pada fakta dalam Putusan dan data ekonomi dari Saran yang
dikeluarkan oleh Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU)
menunjukkan bahwa dalam industri retail terdapat (1) kondisi perilaku
persaingan usaha tidak sehat, (2) ketidakseimbangan retail-pemasok dan,
(3) terdesaknya pelaku usaha pasar lingkungan (tradisional).
Hukum positif memang telah mengatur permasalahan ini yaitu
Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional (Perpres) dan Peraturan Menteri
Perdagangan No. 53 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional , Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
(Permendag) namun dalam analisis KPPU sebagaimana juga dalam
terdapat Putusan akuisisi No. 09/KPPU-L/2009, kedua hukum positif ini
sulit efektif karena :
a) Tidak memiliki sanksi yang keras dan tegas terhadap pelaku
usaha yang melanggar kedua peraturan itu;
b) Tidak merumuskan siapa penegak hukum bagi pelanggar dua
25
peraturan itu;
c) Memberi ruang penetapan jenis dan besaran trading terms yang
bersifat sepihak pada retail modern.26
Oleh karena itulah dipandang perlu adanya peraturan setingkat UU
yang memiliki kekuatan berlaku lebih kuat dan sanksi lebih tegas, dan
Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) pada tanggal 31 Maret
2010 melalui Saran Kebijakan No. 43/K/III/2010 memberikan saran dan
kebijakan kepada pemerintah untuk segera membentuk Undang-Undang
yang mengatur industri retail sehingga landasan hukum dalam peraturan
industri ini menjadi sangat kuat dan meciptakan kesejahteraan rakyat
secara optimal.
b) Peraturan di Pemerintah Daerah
Pemerintah Kota Tangerang Selatan telah memiliki regulasi tentang
kebijakan yang mengatur penataan dan pembinaan pasar tradisional dan
pasar modern yaitu, Peraturan Walikota Tangerang Selatan No. 2 Tahun
2013 tentang Petunjuk Teknis Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Beberapa hal penting yang diatur dalam Peraturan Walikota
Tangerang Selatan No. 2 Tahun 2013 tersebut, yaitu :
a. Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern :
1) Lokasi pendirian Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan
Toko Modern wajib mengacu pda Rencana Tata Ruang Wilayah
dan Rencana Detail Tata Ruang, termasuk Peraturan Zonasinya.
2) Sistem penjualan dan jenis barang dagangan toko modern
meliputi :
i. Minimarket, Supermarket, dan Hypermarket menjual secara
eceran barang konsumsi terutama produk makanan dan
produk rumah tangga lainnya;
ii. Departement Store menjual secara eceran barang konsumsi
26
http://www.kppu.go.id/id/blog/2013/02/memahami-urgensi-uu-retail/ (diakses 28
September 2015)
26
utamanya produk sandang dan perlengkapannya dengan
penataan barang berdasarkan jenis kelamin dan/atau tingkat
usia konsumen; dan
iii. Perkulakan menjual secara grosir barang konsumsi.
3) Pendirian Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern wajib
memenuhi ketentuan :
i. Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat,
keberadaan Pasar Tradisional, Usaha Kecil dan Usaha
Menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan;
ii. Memperlihatkan jarak antara Hypermarket dengan Pasar
Tradisional yang telah ada sebelumnya;
iii. Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan
parkir 1 (satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap 60
m2 (enam puluh meter persegi) luas lantai penjualan Pusat
Perbelanjaan dan/atau Toko Modern; dan
iv. Menyediakan fasilitas yang menjamin Pusat Perbelanjaan
dan Toko Modern yang bersih, sehat (hygienis), aman,
tertib, dan ruang publik yang nyaman.
4) Pusat perbelanjaan atau toko modern wajib melakukan
kemitraan dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan,
memperkuat dan menguntungkan.
b. Pembinaan dan Pengawasan
Walikota melakukan koordinasi untuk :
1) Mengantisipasi kemungkinan timbulnya permasalahan dalam
pengelolaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Pasar
Modern; dan
2) Mengambil langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan
permasalah sebagai akibat pendirian Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan, dan Pasar Modern.
c. Sanksi
Pelaku usaha yang melanggar ketentuan Peraturan Walikota dapat
27
dikenakan sanksi administratif berupa : peringatan secara tertulis,
penghentian kegiatan pembangunan/usaha sementara, pembekuan izin
usaha, atau pencabutan izin usaha.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber
kepustakaan terdahulu, penulis melihat telah banyak penelitian sebelumnya yang
mengangkat penelitian tentang pengaruh pasar modern terhadap pasar tradisional
dari berbagai aspek, diantaranya :
1. Melita Iffah, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari. Studi Kasus : Pengaruh
Toko Modern Terhadap Toko Usaha Kecil Skala Lingkungan (Studi
Kasus : Minimarket Kecamatan Blimbing, Kota Malang). Jurnal
ekonomi. Memberikan kesimpulan bahwa persepsi masyarakat
memunculkan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing fasilitas
perdagangan. Masing-masing fasilitas perdagangan, baik toko usaha
kecil maupun minimarket memiliki kelebihan dan kekurangan
berdasarkan variabel-variabel yang dinilai oleh konsumen pengunjung.
Terdapat perubahan kecenderungan pada preferensi pemilihan tujuan
berbelanja sebelum dan sesudah berdirinya minimarket di kawasan
Kecamatan Blimbing. Berdasarkan jangkauan pelayanan, dapat
diketahui bahwa semamkin besar jangkauan Minimarket, maka akan
semakin banyak toko yang terfriksi dengan jangkauan pelayanannya.27
2. Agus Susilo dan Taufik. Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap
Usaha Ritel Koperasi/Waserda dan Pasar Tradisional. Jurnal ekonomi.
Dalam hasil penelitiannya, menyimpulkan bahwasanya beberapa
kebijakan pemerintah telah dikeluarkan untuk menata pengelolaan pasar,
baik pasar modern maupun pasar tradisional. Implementasi kebijakan ini
menuntut komitmen lebih besar agar dapat dilaksanakan secara
konsisten. Secara makro, beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa
27
Melita Iffah, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari, Studi Kasus : Pengaruh Toko Modern
Terhadap Toko Usaha Kecil Skala Lingkungan (Studi Kasus : Minimarket Kecamatan Blimbing,
Kota Malang), Jurnal Ekonomi, 2011
28
benar adanya kehadiran pasar modern telah mengancam eksistensi pasar
tradisional.28
3. Agussiyah Putra (program pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Medan). Pengaruh Pengembangan Pasar Modern Terhadap Kehidupan
Pasar Modern Terhadap Kehidupan Pasar Tradisional di Pusar Pasar
Medan (Studi kasus : Pusat Pasar Medan). Tesis. Dalam penelitianya
menyimpulkan bahwa ternyata keberadaan pasar modern (Medan Mall)
mempengaruhi variasi pendapatan pedagang di pusat pasar Medan
tersebut. Selain itu terdapat beberapa perbedaan antara pasar modern
(Medan Mall) dengan pasar tradisional (pusat pasar Medan, yakni
menyangkut perbedaan dalam hal belanja, kenyamanan berbelanja, serta
kualitas barang yang diperjualbelikan.29
4. Eka Yuliasih (program sarjana pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta). Studi Eksplorasi Dampak Keberadaan Pasar Modern
Terhadap Usaha Ritel Waserda dan Pedagang Pasar Tradisional di
Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen. Skripsi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) Implementasi peraturan pemerintah tentang
pasar modern tidak berjalan semestinya. (2) Persepsi negatif pelaku
usaha ritel Waserda dan pedagang pasar tradisional terhadap keberadaan
pasar modern termasuk dalam kategori tinggi. (3) Keberadaan pasar
modern berdampak negatif pada omset (24% dan 16,3%), pendapatan
(30% dan 17,5%), dan jumlah pelanggan (32% dan 29%) usaha ritel
Waserda dan pedagang pasar tradisional. (4) Upaya yang dilakukan
pelaku usaha ritel Waserda dan pedagang pasar tradisional untuk
mempertahankan eksistensi usahanya sangat minim, misalnya hanya
dengan menurunkan harga jual beberapa jenis barang.30
28
Agus Susilo dan Taufik, Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Usaha Ritel
Koperasi/Waserda dan Pasar Tradisional, Jurnal Ekonomi, 2010 29
Agussiyah Putra, Pengaruh Pengembangan Pasar Modern terhadap Kehidupan Pasar
Modern Terhadap Kehidupan Pasar Tradisional di Pusat Pasar Medan (Studi kasus : Pusat Pasar
Medan), Universitas Sumatera Utara Medan, 2004 30
Eka Yuliasih, Studi Eksplorasi Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Usaha Ritel
Waserda dan Pedagang Pasar Tradisional di Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen,
29
5. Dwinita Aryani. Efek Pendapatan Pedagang Tradisional dari Ramainya
Kemunculan Minimarket di Kota Malang. Jurnal. Hasil penelitian
menujukkan bahwa 66% responden pedagang menyatakan keberadaan
minimarket berpengaruh terhadap penurunan pedapatannya. Dari hasil
uji beda terdapat perbedaan rata-rata pendapatan pedagang di pasar
tradisional sebelum dengan sesudah munculnya minimarket.31
6. OK. Laksamana Lutfi. Dampak Keberadaan Indomaret Terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional di Kelurahan
Terjun Keamatan Medan Marelan. Jurnal. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa kesan pasar tradisional yang panas, semerawut,
kotor, becek, tidak aman karena banyak pencopet adalah sangat bertolak
belakang dengam toko pasar modern yang ber AC, nyaman, pelayanan,
mandiri dan cepat serta relatif aman dari pencopet. Kondisi ini menjadi
ancaman serius bagi keberlangsungan usaha para pedagang kecil dan
menengah.
C. Kerangka Berpikir
Pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya para pejual dan pembeli
untuk melakukan suatu transaksi jual beli. Secara umum pasar dikelompokkan
menjadi 2 yaitu, pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisonal sangat
identik dengan ciri-ciri khusunya seperti kumuh, bau, dan terdapat proses
tawar-menawar di dalamnya. Sedangkan pasar modern identik pula dengan ciri
khususnya seperti sejuk, bersih, dan tidak ada proses tawar-menawar
(barcode)/label harga.
Ciri-ciri khusus tersebutlah yang pada akhirnya menimbulkan suatu persepsi
di kalangan masyarakat khususnya para pedagang di pasar tradisional dimana
munculnya kondisi persaingan antar pasar yang secara jelas terlihat bahwa ciri
khusus pasar modern menjadi keunggulan bagi para konsumen pasar, dan hal itu
memberikan dampak kurang baik terhadap kondisi sosial ekonomi para pedagang
Universitas Negeri Yogykarta, 2013
31 Dwinita Aryani, Efek Pendapatan Tradisional dari Ramainya Kemunculan Minimarket di
Kota Malang, Jurnal Ekonomi Vol. 2 No. 2, 2011
30
di pasar tradisional. Kondisi sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan,
pendidikan, kesehatan, dan interaksi sosial. Untuk mengurangi persaingan
tersebut pemerintah ikut andil membantu yang dituangkan dalam bentuk
peraturan-peraturan megenai penataan pasar, diantaranya dalam peraturan
pemerintah pusat dan peraturan pemerintah daerah.
Kendati pemikiran atas masalah mengenai persepsi persaingan antara pasar
tradisional dengan pasar modern tidak begitu saja muncul, tetapi pemikiran
tersebut telah beberapa kali dibuktikan serta dikuatkan dengan adanya
penelitian-penelitan yang relevan tentang persaingan pasar tradisional dengan
pasar modern.
Semua gambaran mengenai “Pengaruh Persepsi Tentang Minimarket
Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota
Tangerang Selatan Provinsi Banten” diatas dapat dilihat singkat melalui bagan
kerangka berpikir dibawah ini.
31
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran
PASAR
Pasar Tradisional Indikator :
1. Los dan tenda
2. Kumuh, bau
3. Kotor
4. Tawar-menawar
5. Penjualan dengan cara langsung
Peraturan Pemerintah Pusat : Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan
Toko Modern
dan
Permen Perdagangan No.
53/MDAG/PER/12/2008 tentang
Pedoman Penataan dan Pembinaan
Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern.
Peraturan Pemerintah Daerah : Peraturan Walikota Tangerang
Selatan No. 2 Tahun 2013 tentang
Petunjuk Teknis Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern.
Temuan Penelitian : 1. Melita Iffah, Fauzul Rizal
Sutikno, Nindya Sari, 2011
2. Agus Susilo dan Taufik, 2010
3. Agussiyah Putra, 2004
4. Eka Yuliasih, 2013
5. Dwinita Aryanti, 2011
6. OK. Laksamana Lutfi
Pasar Modern
Indikator :
1. Bangunan gedung
2. Nyaman, sejuk
3. Bersih
4. Harga tetap (barcode)
5. Penjualan dengan cara swalayan
Kondisi Sosial Ekonomi
Indikator :
1. Tingkat pendapatan
2. Pendidikan
3. Kesehatan
4. Interaksi sosial
Hasil Penelitian
dan
Kesimpulan
Minimarket Indikator :
1. Kebutuhan sehari-hari
2. < 5.000 item
3. Makanan kemasan higienis
4. Eceran dan swalayan
5. Maksimal 400 m2
32
D. Hipotesis Penelitian
Ha : Terdapat pengaruh antara persepsi tentang minimarket terhadap
kondisi sosial ekonomi pedagang di pasar tradisional Ciputat kota
Tangerang Selatan provinsi Banten.
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara persepsi tentang minimarket
terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang di pasar tradisional
Ciputat kota Tangerang Selatan provinsi Banten.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang dijadikan untuk penelitian adalah Pasar Tradisional Ciputat
Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, dan yang akan diteliti adalah para
pedagang di pasar tradisional tersebut. Pasar tradisional Ciputat dipilih sebagai
tempat penelitian karena selain keadaan pasar masih sangat tradisional disana
juga terdapat beberapa minimarket seperti Alfamaret dan Indomaret.
Waktu yang digunakan untuk penelitian adalah selama 6 (enam) bulan yang
dimulai dari bulan Mei 2016 sampai dengan bulan Oktober 2016.
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah
metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey, dan data penelitian
merupakan data primer.
Metode penelitian kuantiatif yaitu metode survey yang digunakan untuk
mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi
peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan
mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya.1
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET,
2011), Cet. Ke-13, hal.6
Tahapan
Penelitian
Mei
2016
Juni
2016
Juli
2016
Agustus
2016
September
2016
Oktober
2016
Studi Pustaka
Penyusunan
Laporan
Pengumpulan
Data
Pengolahan &
Analisis Data
Penyelesaian
Laporan
34
C. Populasi dan Sampel Data
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang di Pasar
Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.3
Untuk mendapatkan sampel yang menggambarkan
populasi, maka dalam menentukan sampel pada penelitian ini menggunakan
teknik sampling insidental yang merupakan penentuan sampel berdasarkan
kebetulan4, dan juga menggunakan teknik sampling kuota untuk menentukan
sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)
yang diinginkan.5 Yaitu siapa saja yang menjadi pedagang di pasar Ciputat
yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data, dan
sampel pada penelitian ini adalah para pedagang yang berada di pasar
tradisional Ciputat, yang dipilih secara acak dengan jumlah (kuota) sebanyak
30 sampel.
Dikarenakan banyaknya jumlah dan kategori pedagang, maka peneliti
hanya memilih beberapa kategori pedagang saja, yaitu pedagang sembako
(agen distributor), pedagang peralatan rumah tangga, dan pedagang sayuran.
Peneliti hanya menyebarkan instrumen penelitian kepada
pedagang-pedagang tersebut karena jenis barang dagang yang mereka jual
sama dengan barang dagang yang dijual di minimarket-minimarket seperti
Indomaret, Alfamaret, dan Alfamidi.
2 Ibid., hal.80
3 Ibid., hal.81
4 Ibid., hal.85
5 Ibid., hal.85
35
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mencari data-data, dan informasi yang berupa fakta harus
memperhatikan teknik pengumpulan data yang dinilai paling tepat. Sehingga
informasi yang didapat benar-benar valid dan reliabel. Seperti halnya data terdiri
atas data primer dan data sekunder, maka teknik pengumpulannya pun terdiri dari
dua yaitu pengumpulan data primer dengan menggunakan teknik pengumpulan
data melalui penelitian lapangan (field research), yaitu pengumpulan data secara
langsung di lapangan oleh peneliti sendiri dan pengumpulan data sekunder
melalui kepustakaan (library research), yaitu pengumpulan data tidak secara
langsung di lapangan, data diperoleh dari pihak lain yang sudah
mengumpulkannya terlebih dahulu.
1. Metode Field Research (penelitian lapangan)
Untuk memperoleh data primer dan informasi lapangan, penulis
menggunakan instrumen pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Sutrisno Hadi dalam buku Sugiyono mengemukakan bahwa,
“observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses
yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di
antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan.”6
Pengamatan langsung (observasi), dilakukan dengan jalan
melakukan pengamatan operasional pada sampel yang dipilih untuk
memonitor kerja yang sebenarnya. Adapun dalam teknik observasi
yang digunakan yakni observasi nonpartisan, di mana peneliti hanya
mengamati saja tanpa ikut terjun langsung kedalam masalah apa
yang sedang di teliti.
b. Kuesioner (Angket)
Kuesioner berasal dari bahasa Latin : Questionnaire, yang
berarti suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik
tertentu diberikan kepada sekelompok individu dengan maksud
6 Ibid., hal.145
36
untuk memperoleh data.7
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti
variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden.
c. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi.8
Disini merupakan teknik atau pengumpulan data dengan jalan tanya
jawab langsung yang terdiri dari dua orang yang berhadap-hadapan,
tetapi dalam kedudukan yang berbeda yaitu antara penulis dengan
subyek peneliti yang ditentukan.
Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara
bebas terpimpin, yaitu penulis memberikan keabsahan kepada
responden untuk berbicara dan memberi keterangan yang diperlukan
penulis melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Wawancara
ini akan dilakukan kepada pedagang pasar tradisional Ciputat.
2. Metode Library (penelitian kepustakaan)
Sedangkan untuk pengumpulan data sekunder, yaitu pengumpulan
data tidak secara langsung di lapangan, data diperoleh dari pihak lain
yang sudah mengumpulkannya terlebih dahulu. Metode kepustakaan
merupakan cara yang penulis pilih untuk menelusuri serta
mengumpulkan sumber data, baik berkaitan dengan teori, sumber
literatur, dan para pendapat ahli yang mempunyai relevansi dengan
permasalahan yang penulis teliti.
E. Instrumen Penelitian
1. Definisi Konseptual
7 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Peneltian Gabungan, (Jakarta :
Prenadamedia Group, 2014), hal.199 8 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai, (Jakarta : LP3ES, 2011), hal.192
37
Pengaruh Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional dapat disimpulkan pengaruh
antara proses pemberian makna tentang minimarket yang merupakan
salah satu jenis dari pasar modern yang pengelolaannya dilaksanakan
melalui manajemen dan sarana prasarana bernuansa modern serta identik
dengan pelayanan swalayan (konsumen mengambil sendiri barang dari
rak dagangan dan membayar ke kasir) dengan posisi individu dan
kelompok yang berkenaan dengan ukuran rata-rata yang berlaku umum
tentang pendidikan, pemilikan barang-barang, dan patisipasi dalam
aktivitas kelompok dari komunitasnya.
2. Definisi Operasional
a) Persepsi Tentang Minimarket
Persepsi adalah tanggapan (penilaian) langsung tentang suatu
objek yang prosesnya dialami seseorang untuk mengetahui beberapa
hal melalui panca inderanya. Sedangkan minimarket adalah jenis
pasar ritel modern yang paling agresif memperbanyak jumlah gerai
dan menerapkan sistem franchise dalam memperbanyak gerai
mereka. Tujuannya adalah untuk memperbesar skala usaha sehingga
bersaing dengan skala usaha kecil (pasar ritel tradisional), yang
akhirnya memperkuat posisi persaingan antara pasar modern dengan
pasar tradisonal. Misalnya, Indomaret, Alfamart, dan Alfa Midi. Jadi
dapat disimpulkan bahwa persepsi tentang minimarket adalah
tanggapan (penilaian) langsung seseorang yang tertuju kepada
minimarket.
Indikatornya adalah sebagai berikut :
1) Bangunan berupa gedung
2) Nyaman dan sejuk
3) Bersih
4) Harga tetap (Barcode)
5) Penjualan secara swalayan
6) Kebutuhan sehari-hari
38
b) Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi adalah keadaan mengenai bagaimana
tingkat kehidupan setiap orang baik individu ataupn kelompok yang
diukur dari tingkat pendapatan, tingkat kesehatan, tingkat
pendidikan, interaksi dan status sosialnya dalam masayarakat.
Indikatornya sebagai berikut :
1) Tingkat pendapatan
2) Pendidikan
3) Kesehatan
4) Interkasi sosial
3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Agar pengumpulan data lebih tertuju pada tujuan yang akan dicapai,
maka peneliti membuat kisi-kisi instrumen spenelitian sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kisi-kisi Kuesioner Penelitian
Pengaruh Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang
di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten
No. Variabel Indikator No. Butir Jumlah
Soal
1. Persepsi
Tentang
Minimarket (X)
a. Bangunan berupa gedung
b. Nyaman dan sejuk
c. Bersih
d. Harga tetap (Barcode)
e. Penjualan secara swalayan
f. Kebutuhan sehari-hari
1, 2
3, 4
5, 6
7, 8
9, 10
11, 12
2
2
2
2
2
2
2. Kondisi Sosial
Ekonomi (Y)
a. Tingkat pendapatan
b. Pendidikan
c. Kesehatan
d. Interaksi sosial
13, 14
15, 16
17, 18
19,20
2
2
2
2
39
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara Penelitian
Pengaruh Persepsi Tentang Minimarket Terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat
Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten
No. Variabel Indikator Pertanyaan
1. Persepsi
Tentang
Minimarket
(Variabel X)
a. Bangunan
berupa
gedung
b. Nyaman
dan sejuk
c. Bersih
d. Harga tetap
(Barcode)
e. Penjualan
secara
swalayan
1) Jika sebagai pembeli, menurut Anda
apakah bangunan minimarket dengan
sistem keamanan dan aturan tertentu
menjamin kita terhindar dari para
penjahat dan preman atau tidak?
2) Sebagai pesaing, menurut Anda
apakah penyejuk ruangan (AC)
memberi pengaruh besar terhadap
penjualan di minimarket?
3) Jika sebagai pembeli, menurut Anda
apakah barang dengan kemasan yang
baik sudah pasti terjamin
kebersihannya? Lalu bagaimana
dengan barang dagangan Anda yang
tidak dikemas baik?
4) Menurut Anda penggunaan barcode
dan penetapan label harga membuat
belanja menjadi lebih mudah (tidak
perlu menanyakan harga barang
karena sudah tertera) atau justru
membuat belanja menjadi lebih sulit
(tidak bisa tawar-menawar)?
5) Menurut Anda apa yang membuat
para konsumen minimarket nyaman
dengan sistem swalayan? Padahal
dalam sistem tersebut jelas konsumen
40
f. Kebutuhan
sehari-hari
tidak dilayani secara langsung
layaknya seperti di pasar tradisional?
6) Menurut Anda kebutuhan sehari-hari
seperti apa yang sering dibeli oleh
konsumen di pasar modern dan pasar
tradisional?
2. Kondisi Sosial
Ekonomi
(Variabel Y)
a. Tingkat
pendapatan
b. Pendidikan
c. Kesehatan
d. Interaksi
sosial
1) Pendapatan yang Anda peroleh saat
ini bersumber dari mana saja?
2) Apakah sudah cukup untuk
memenuhi semua kebutuhan hidup
Anda dan keluarga? Jika belum,
hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan apa saja?
3) apakah anak Anda bersekolah? Jika
iya, sampai tingkat apa? Jika tidak,
mengapa?
4) Seberapa sering Anda memeriksakan
kondisi kesehatan Anda?
5) Pengobatan apa yang paling sering
Anda lakukan jika sakit?
6) Bagaimana hubungan Anda dengan
tetangga atau orang-orang lain
sekeliling Anda? Seberapa sering
Anda berkomunikasi dan ikut serta
dalam kegiatan bermasayarakat?
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data digunakan untuk menguraikan keterangan atau data yang
diperoleh agar data tersebut dapat di mengerti dan di pahami. Dari jawaban
yang telah diberikan oleh responden, kemudian akan di satukan secara
sistematis.
Tahap-tahap penelitian ini adalah :
41
1. Tahap Pra-Lapangan
Kegiatan ini meliputi rancangan penelitian, memilih tempat
penelitian mengurus izin, menilai keadaan lapangan, memilih informan,
dan menyiapkan perlengkapan penelitian.
2. Tahap Editing dan Skoring
Data yang di dapat dari angket diolah melalui tahap ini. Editing
merupakan salah satu cara untuk menilai kembali hasil-hasil penelitian
yang didapatkan di lapangan yang kemudian diolah dan harus diteliti dan
dianalisa dan kemudian memberikan skor terhadap pernyataan yang
terdapat di angket penelitian.
Salah satu cara yang paling sering digunakan dalam menentukan
skor adalah dengan menggunakan Skala Likert. Cara pengukuran adalah
dengan mengahdapkan seorang responden dengan sebuah pernyataan
dan kemudia diminta untuk memberikan jawaban : Sangat Setuju, Setuju,
Ragu-ragu, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju. Jawaban-jawaban ini
diberi skor 1 sampai 5.9
Tabel 3.4
Skor Jawaban Angket
Positif (+) Negatif (-)
Jawaban Skor Jawaban Skor
Sangat Setuju 5 Sangat Setuju 1
Setuju 4 Setuju 2
Ragu-ragu 3 Ragu-ragu 3
Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 4
Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 5
3. Tahap Analisis Data
a) Uji Normalitas
Hipotesis yang telah dirumuskan akan diuji dengan Statisitk
9 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai, (Jakarta : LP3ES, 2011), hal.111
42
Parametris, antara lain dengan menggunakan t-test untuk satu sampel,
korelasi dan regresi, analisis varian dan t-test untuk dua sampel.
Penggunaan Statistik Parametris mensyaratkan bahwa data setiap
variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Oleh karena itu
sebelum pengujian hipotesis dilakukan, maka terlebih dulu akan
dilakukan untuk menguji normalitas data.10
Uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 22.
b) Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang
telah disusun untuk mengumpulkan data itu bersifat valid atau tidak.
Validitas suatu instrumen yaitu seberapa jauh instrumen itu benar-benar
mengukur apa (objek) yang hendak diukur.11
Sedangkan uji reliabilitas merupakan konsistensi atau kestabilan
skor suatu instrumen penelitian terhadap individu yang sama, dan
diberikan dalam waktu yang berbeda. Jadi, suatu instrumen dikatakan
reliabel apabila instrumen itu dicobakan kepada subjek yang sama secara
berulang-ulang namun hasilnya tetap sama atau relatif sama.12
c) Uji Hipotesis
Pada uji hipotesis secara keseluruhan tentang Pengaruh Persepsi
Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar
Tradisional, data yang didapatkan dari angket dianalisa secara kuantitatif.
Untuk menganalisa setiap variabel menggunakan rumusan sebagai
berikut :
F
P = x 100%
N
Sedangkan untuk mencari hubungan kedua variabel digunakan
tehnik analisa korelasi dengan rumus product moment dengan
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET,
2011), Cet. Ke-13, hal.171 11
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Peneltian Gabungan, (Jakarta :
Prenadamedia Group, 2014), hal.234 12
Ibid., hal.242
43
menggunakan SPSS 22. Selanjutnya persentase yang diperoleh
kemudian di interprestasikan,
Tabel 3.5
Interprestasi Data
Interval Koefesien Tingkat Hubungan/Pengaruh
0,00 - 0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat Kuat
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Pasar Ciputat
a. Sejarah Singkat Pasar Ciputat
Secara sistematis, pasar tradisional Ciputat tidak terklasifikasi secara
rapih dalam hal latar belakang atau literatur sejarahnya. Namun menurut
Dani Ardani, S.E (kepala pengelola pasar), dahulu pada awalnya ada tiga
lokasi pasar tradisional. Pertama pasar Ciputat, kedua pasar desa
Cipayung dan ketiga adalah pasar Pemda (Pemerintah Daerah). Ketiga
lokasi tersebut berada pada kawasan desa. Pada tahun 1992 terjadi
kebakaran pada ketiga pasar tersebut, kemudian atas desakan pedagang
melalui Kumpulan Pedagang (KOPAH) ketiga pasar tersebut kembali
dibangun dan dielaborasi menjadi satu nama, yaitu pasar Ciputat.
Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten
Tangerang dalam Kajian dan Evaluasi Pasar Ciputat menjelaskan seiring
dengan situasi dan kondisi perkembangan pembangunan yang ada di
Kabupaten Tangerang pada tahun 1994, Pemerintah Daerah Kabupaten
Tangerang melaksanakan Perjanjian Kerjasama dengan PT. Betani Multi
Sarana dalam Pembangunan Pusat Perbelanjaan dan Peremajaan Pasar
serta Terminal Ciputat. Kerjasama ini didasarkan pada Perjanjian
Kerjasama Bersyarat No. 551.22/1755-Um/1992 tentang Kerjasama
Pembangunan Pusat Perbelanjaan dan Peremajaan Pasar serta Terminal
Ciputat antara Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang dengan PT.
Betania Multi Sarana.1
b. Perkembangan Pasar Ciputat
Memasuki periode 90-an Pasar Ciputat dibangun menjadi tiga lantai
1 Ahmad Reza Safitri, Dampak Ritail Modern Terhadap Kesejahteraan Pedagang Pasar
Tradisional Ciputat Tangerang Selatan, Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010
45
dengan luas sekitar 500 meter membentang panjang sepanjang Jalan
Aria Putra. Wilayah Pasar Ciputat meliputi Masjid Agung Al Jihad,
Kantor Ranting Veteran, Niagara Teater, Alfa Midi dan ruko-ruko. Pasar
Ciputat kini terus berkembang seiring dengan semakin banyak
perubahan yang dialami oleh kotanya sendiri. Contohnya dengan
kehadiran fly-over yang dibangun pada 2007, memberikan respon yang
positif terhadap pengguna jalan yang selalu melintasi Ciputat. Hal
lainnya adalah adanya kantor Pegadaian di pinggir pasar. Ironisnya, kini
pasar Ciputat diwarnai hadirnya minimarket seperti Alfamart dan Alfa
Midi di tengah-tengah pasar. Di sekitar Pasar Ciputat juga terdapat
pusat-pusat perbelanjaan seperti Ramayana, Carrefour dan Plaza
Ciputat.2
Pasar Ciputat mengalami perkembangan lain terkait dengan
penetapan klasifikasi pasar, berasarkan Surat Keputusan Bupati
Tangerang No. 511.2/Kep.249-Huk/2004 tentang Penetapan Klasifikasi
Pasar Daerah Kabupaten Tangerang Pasar Ciputat dikategorikan sebagai
Pasar Kelas I di mana sidat kegiatan yang dimiliki bercorak eceran dan
waktu kegiatan yang dilakukan adalah siang dan malam.3
Berdasarkan Undang-Undang No 51 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kota Tagerang Selatan makan penyerahan asset dan
dokumen kepada Pemerintah Tangerang Selatan dari Kabupaten
Tangerang dilakukan lambat lima tahun sejak pelantikan Pejabat
Walikota. Pelantikan Pejabat Walikota sendiri telah dilaksanakan pada
tanggal 24 Januari 2009 oleh Menteri Dalam Negeri Mardiyanto
berdasrkan SK Mendagri No. 131.36-883 tahun 2009.4
Berdasarkan Undang-Undang No 51 Tahun 2008 tersebut, Pasar
Ciputat bisa dikategorikan sebagai asset milik Pemerintah Kota
2 Dwi Anggraini Puspa Ningrum, Rona Pasar Ciputat, pada www.akumassa.co.id. 05
Oktober 2016 3 Ahmad Reza Safitri, Dampak Ritail Modern Terhadap Kesejahteraan Pedagang Pasar
Tradisional Ciputat Tangerang Selatan, Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010 4 Ibid.
46
Tangerang Sekatan karena dikelola oleh BUMD Kabupaten Tangerang
yang kedudukan, kegiatan, dan lokasinya berada di Kota Tangerang
Selatan. Dalam Undang-Undang tersebut telah diatur bahwa yang
dimaksud asset dan dokument meliputi :
a) Barang milik dan atau yang dikuasai baik barang bergerak
maupun tidak bergerak dan atau yang dimanfaatkan oleh
Pemerintah Kota Tangerang Selatan yang berada dalam
wilayah Kota Tangerang Selatan.
b) BUMD Kabupaten Tangerang yang kedudukan, kegiatan,
dan lokasinya berada di Kota Tangerang Selatan.
c) Utang piutang Kabupaten Tangerang yang kegunaannya
untuk Kota Tangerang Selatan.
d) Dokumen dan arsip yang karena sifatnya dioerlukan oleh
Kota Tangerang Selatan.5
2. Deskripsi Tangerang Selatan
Kota Tangerang Selatan adalah sebuah kota yang terletak di Tatar
Pasundan Provinsi Banten, Indonesia dengan total luas area 147.19 km2.
Kota ini terletak 30 km sebelah barat Jakarta dan 90 km sebelah tenggara
Serang, ibu kota Provinsi Banten. Kota Tangerang Selatan berbatasan dengan
Kota Tangerang di sebelah utara, Kabupaten Bogor (Provinsi Jawa Barat) di
sebelah selatan, Kabupaten Tangerang di sebelah barat, serta Daerah Khusus
Ibukota Jakarta di sebelah timur.
Dari segi jumlah penduduk, Tangerang Selatan merupakan kota terbesar
kedua di Provinsi Banten setelah Kota Tangerang serta terbesar kelima di
kawasan Jabodetabek setelah Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Depok.
Populasi penduduknya tercatat pada akhir tahun 2010 adalah 1.290.821 jiwa,
dengan tingkat kepadatan penduduk 8.800/km2.
Wilayah Kota Tangerang Selatan merupakan hasil pemekaran dari
Kabupaten Tangerang. Pada 29 Oktober 2008, pembentukan Kota Tangerang
Selatan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto,
5 Ibid.
47
dengan tujuh kecamatan hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang yang
telah disetujui oleh DPRD Kabupaten Tangerang pada 27 Desember 2006.
Berikut kepala daerah yang pernah memimpin Kota Tangerang Selatan :
1) HM. Shaleh MT, pejabat wali kota (24 Januari 2009-18 Juli 2010)
2) H. Eutik Suarta, S.H. pejabat wali kota (18 Juli 2010-24 Januari
2011)
3) Hidayat Djohari, penjabat wali kota (24 Januari 2011-20 April 2011)
4) Airin Rachmi Diany sebagai wali kota dan Benyamin Davnie
sebagai wakil wali kota (menjabat sejak 20 April 2011).
Wilayah Kota Tangerang Selatan diantaranya dilintasi oleh Kali Angke,
Kali Pesanggrahan dan Sungai Cisadane sebagai batas administrasi kota di
sebelah barat. Letak geografis Tangerang Selatan yang berbatasan dengan
Provinsi DKI Jakarta pada sebelah utara dan timur memberikan peluang pada
Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu daerah penyangga provinsi DKI
Jakarta, selain itu juga sebagai daerah yang menghubungkan Provinsi Banten
dengan DKI Jakarta. Selain itu, Tangerang Selatan juga menjadi salah satu
daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan Provinsi Jawa Barat.
Tangerang Selatan terdiri atas 7 kecamatan, yang dibagi lagi atas 49
kelurahan dan 5 desa. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008,
Tangerang Selatan terdiri atas 7 (tujuh) kecamatan:
1) Serpong dengan luas 2.404 Ha
2) Serpong Utara dengan luas 1.784 Ha
3) Ciputat dengan luas 1.838 Ha
4) Ciputat Timur dengan luas 1.543 Ha
5) Pondok Aren dengan luas 2.988 Ha
6) Pamulang dengan luas 2.682 Ha
7) Setu dengan luas 1.480 Ha6
6 Tangerang Selatan, pada https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tangerang_Selatan, diakses 03
Oktober 2013
48
3. Karakteristik Responden
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase %
1. Laki-laki 14 46.67%
2. Perempuan 16 53.33%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah pedagang di pasar
tradisional Ciputat sebanyak 30 orang dengan persentase sebesar 46.67%
pedagang laki-laki dan 53.33% pedagang perempuan. Artinya pedagang
di pasar tersebut yang menjadi responden dalam penelitian ini lebih
banyak didominasi oleh perempuan. Tabel diatas dapat dilihat dalam
gambar berikut :
Gambar 4.1
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi Persentase %
1. 20 - 25 tahun 11 36.67%
2. 25 - 30 tahun 6 20%
3. 30 -35 tahun 4 13.33%
4. 35 - 40 tahun 7 23.33%
5. >40 tahun 2 6.67%
Jumlah 30 100%
53% 47%
49
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah pedagang di pasar
tradisional Ciputat sebanyak 30 orang dengan persentase sebesar 37%
usia 20-25 tahun, 20% usia 25-30 tahun, 13% usia 30-35 tahun, 23%
usia 35-40 tahun, dan 7% usia >40 tahun. Artinya pedagang di pasar
tersebut yang menjadi responden dalam penelitian ini lebih banyak
didominasi oleh pedagang berusia 20-25 tahun. Tabel diatas dapat dilihat
dalam gambar berikut :
Gambar 4.2
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili
No Domisili Frekuensi Persentase %
1. Ciputat 15 50%
2. Luar Ciputat 15 50%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah pedagang di pasar
tradisional Ciputat sebanyak 30 orang dengan persentase sebesar 50%
berdomisili di Ciputat, dan 50% berdomisili di Luar Ciputat. Artinya
pedagang di pasar tersebut yang menjadi responden dalam penelitian ini
sama besar didominasi oleh pedagang yang berdomisili di Ciputat dan di
Luar Ciputat. Tabel diatas dapat dilihat dalam gambar berikut :
37%
13% 20%
23%
7%
50
Gambar 4.3
d. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Akhir
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir
No Pendidikan Akhir Frekuensi Persentase %
1. SD 2 6.67%
2. SMP 8 26.67%
3. SMA 19 63.33%
4. S1 1 3.33%
5. > S1 0 0%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah pedagang di pasar
tradisional Ciputat sebanyak 30 orang dengan persentase sebesar 6.67%
lulusan SD, 26.67% lulusan SMP, 63.33% lulusan SMA, 3.33% lulusan
S1, dan 0% lulusan >S1. Artinya pedagang di pasar tersebut yang
menjadi responden dalam penelitian ini lebih banyak didominasi oleh
lulusan SMA. Tabel diatas dapat dilihat dalam gambar berikut :
Gambar 4.4
7%
27%
63%
3%
50% 50%
51
e. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan
Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan
No Penghasilan Perbulan
(Rp) Frekuensi Persentase %
1. 750.000 - 1.500.000 9 30%
2. 1.500.000 - 2.250.000 4 13.33%
3. 2.250.000 - 3.000.000 6 20%
4. 3.000.000 - 3.2750.000 8 26.67%
5. >3.750.000 3 10%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah pedagang di pasar
tradisional Ciputat sebanyak 30 orang dengan persentase sebesar 30%
berpenghasilan perbulan 750.000-1.500.000, 13% berpenghasilan
perbulan 1.500.000-2.250.000, 20% berpenghasilan perbulan
2.250.000-3.000.000, 27% berpenghasilan perbulan 3.000.000-3.750.000,
dan 10% berpenghasilan >3.750.000. Artinya pedagang di pasar tersebut
yang menjadi responden dalam penelitian ini lebih banyak didominasi
oleh pedagang dengan penghasilan perbulan 3.000.000-3.750.000. Tabel
diatas dapat dilihat dalam gambar berikut :
Gambar 4.5
30%
13%
20%
27%
10%
52
4. Deskripsi Variabel Penelitian
a. Variabel Persepsi Tentang Minimarket
Persepsi Tentang Minimarket adalah proses pemberian makna,
interprestasi dari stimulasi dan sensasi yang dierima oleh individu yang
disesuaikan dengan karakteristik masing-masing individu tersebut yang
berkaitan dengan adanya minimarket.
Seperti yang sudah dijelaskan di bab sebelumnya persepsi tentang
minimarket itu meliputi pandangan mengenai bangunan minimarket
yang berupa gedung, kondisi nyaman dan sejuk, keadaan yang bersih,
harga tetap (barcode) yang dibantu dengan pemasangan label harga
pada barang, serta sistem penjualan dengan cara swalayan.
Dari indikator diatas di muat dalam 12 pernyataan dengan disertai 5
alternatif jawaban. Berikut ini adalah skor rata-rata variabel pendidikan
dan latiha profesi guru berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner
penelitian.
Alternatif jawaban :
Tentang Persepsi Tentang Minimarket :
1) Alternatif jawaban SS (sangat setuju) dengan bobot nilai 5
2) Alternatif jawaban S (setuju) dengan bobot nilai 4
3) Alternatif jawaban R (ragu-ragu) dengan bobot nilai 3
4) Alternatif jawaban TS (tidak setuju) dengan bobot nilai 2
5) Alternatif jawaban STS (sangat tidak setuju) dengan bobot nilai
1
Tabel 4.6
Skor Variabel Persepsi Tentang Minimarket
No. Jumlah Nilai No. Jumlah Nilai
1 52 16 54
2 47 17 46
3 44 18 43
4 43 19 42
5 47 20 42
6 47 21 45
7 48 22 41
8 47 23 46
53
9 41 24 44
10 46 25 39
11 48 26 40
12 38 27 43
13 46 28 45
14 42 29 41
15 48 30 44
Untuk menentukan nilai interval dari hasil angket tentang Persepsi
Tentang Minimarket, penulis menggunakan rumus :
1) Mean :
1339 = 30 = 44.633 2) Jumlah Interval :
K = 1 + 3.3 log N
= 1 + 3.3 log 30
= 1 + 4.8745001406
= 5.8745001406 (dibulatkan menjadi 6)
3) Range :
Xmax = 54 Xmin = 38
R = Xmax - Xmin
= 54 - 38
= 16
4) Menentukan Interval Kelas :
range i = Jumlah interval 16 = = 2.667 (dibulatkan menjadi 3) 6 Jadi, interval kelasnya 3 dan jumlah intervalnya 6.
54
Tabel 4.7
Kategori Persepsi Tentang Minimarket
No. Interval Kategori Frekuensi Persentase
1. 52 - 54 Sangat Baik 2 6.67%
2. 49 - 51 Baik 3 10%
3. 46 - 48 Cukup Baik 8 26.67%
4. 43 - 45 Cukup 8 26.67%
5. 40 - 42 Buruk 7 23.33%
6. 38 - 39 Sangat Buruk 2 6.67%
Jumlah 30 100%
Dari tabel di atas dapat ketahui bahwa :
a) Sebanyak 2 responden (6.67%) termasuk dalam ketegori sangat
baik.
b) Sebanyak 3 responden (10%) termasuk dalam kategori baik.
c) Sebanyak 8 responden (26.67%) termasuk dalam kategori
cukup.
d) Sebanyak 8 responden (26.67%) termasuk dalam kategori cukup
baik.
e) Sebanyak 7 responden (23.33 %) termasuk dalam kategori
buruk.
f) Sebanyak 2 responden (6.67%) termasuk dalam kategori sangat
buruk.
Berdasarkan tabel di atas dapat disampaikan bahwa hasil angket dari
responden berkenaan dengan persepi tentang minimarket, dengan nilai
terendah 38 dan nilai tertinggi 54. Berdasarkan hasil perhitungan Mean
55
adalah 44.63 termasuk dalam kategori cukup baik, ini terbukti dengan
skor 8 responden (26.67%) pada kategori cukup baik dan dengan yang
sama pada kategori cukup.
b. Variabel Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi adalah posisi individu dan kelompok yang
berkenaan dengan ukuran rata-rata yang berlaku umum tentang
pendidikan, pemilikan barang-barang, dan patisipasi dalam aktivitas
kelompok dari komunitasnya, sedangkan kondisi sosial ekonomi
kaitanya dengan status sosial ekonomi itu sendiri dengan kebiasaan
hidup sehari-hari individu atau kelompok. Kondisi tersebut yaitu
meliputi tingkat penghasilan, pendidikan, kesehatan, dan interaksi
sosial.
Dari indikator tersebut di muat dalam 8 pernyataan dengan disertai 5
alternatif jawaban. Berikut ini adalah skor rata-rata variabel kondisi
sosial ekonomi berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner
penelitian.
Alternatif jawaban :
Tentang Kondisi Sosial Ekonomi :
1) Alternatif jawaban SS (sangat setuju) dengan bobot nilai 5
2) Alternatif jawaban S (setuju) dengan bobot nilai 4
3) Alternatif jawaban R (ragu-ragu) dengan bobot nilai 3
4) Alternatif jawaban TS (tidak setuju) dengan bobot nilai 2
5) Alternatif jawaban STS (sangat tidak setuju) dengan bobot nilai
1
Tabel 4.8
Skor Variabel Kondisi Sosial Ekonomi
No. Jumlah Nilai No. Jumlah Nilai
1 30 16 31
2 30 17 31
3 31 18 29
4 29 19 29
5 30 20 31
6 30 21 34
7 25 22 25
56
8 30 23 24
9 27 24 26
10 25 25 28
11 30 26 28
12 28 27 28
13 26 28 32
14 31 29 29
15 27 30 24
Untuk menentukan nilai interval dari hasil angket tentang Kondisi
Sosial Ekonomi, penulis menggunakan rumus :
1) Mean :
858 = 30 = 28.6 2) Jumlah Interval :
K = 1 + 3.3 log N
= 1 + 3.3 log 30
= 1 + 4.8745001406
= 5.8745001406 (dibulatkan menjadi 6)
3) Range :
Xmax = 34 Xmin = 24
R = Xmax - Xmin
= 34 - 24
= 10
4) Menentukan Interval Kelas :
range i = Jumlah interval 10 = = 1.667 (dibulatkan menjadi 2) 6 Jadi, interval kelasnya 2 dan jumlah intervalnya 6.
57
Tabel 4.9
Kategori Kondisi Sosial Ekonomi
No. Interval Kategori Frekuensi Persentase
1. 33 -34 Sangat Baik 1 3.33 %
2. 31- 32 Baik 6 20 %
3. 29 - 30 Cukup Baik 10 33.33 %
4. 27 - 28 Cukup 6 20 %
5. 25 - 26 Buruk 5 16.67 %
6. 23 - 24 Sangat Buruk 2 6.67 %
Jumlah 30 100%
Dari tabel di atas dapat ketahui bahwa :
a) Sebanyak 1 responden (3.33 %) termasuk dalam ketegori sangat
baik.
b) Sebanyak 6 responden (20 %) termasuk dalam kategori baik.
c) Sebanyak 10 responden (33.33 %) termasuk dalam kategori
cukup.
d) Sebanyak 6 responden (20 %) termasuk dalam kategori cukup
baik.
e) Sebanyak 5 responden (16.67 %) termasuk dalam kategori
buruk.
f) Sebanyak 2 responden (6.67%) termasuk dalam kategori sangat
buruk.
Berdasarkan tabel di atas dapat disampaikan bahwa hasil angket dari
responden berkenaan dengan persepi tentang minimarket, dengan nilai
terendah 24 dan nilai tertinggi 34. Berdasarkan hasil perhitungan Mean
58
adalah 28.6 termasuk dalam kategori cukup, ini terbukti dengan skor 10
responden (33.33%) pada kategori cukup.
B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan distribusi data,
masing-masing variabel. Uji normalitas dalam penelitian dalam penelitian
ini menggunakan program SPSS 22 bagian Kolmogorov-smirnov. Ketentuan
perhitungan normalitas ini adalah apabila sig. > 0,05 maka data tersebut
normal, sebaliknya jika sig. < 0,05 maka data tersebut tidak normal. Adapun
hasil perhitungan terhadap data tersebut adalah :
Tabel 4.10
Hasil Uji Normalitas
Persepsi Tentang Minimarket Terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang
Kolmogorov-Smirnova
df Sig. Taraf
Signifikansi Keputusan
Persepsi Tentang
Minimarket Terhadap
Kondisi Sosial
Ekonomi Pedagang
30 .200 0.05 Normal
59
Terlihat pada tabel 4.10 di atas bahwa nilai signifikansi Persepsi
Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang 0,200
(>0,05). Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh
variabel dalam penelitian ini berdistribusi normal.
2. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya
butir-butir soal tes. Peneliti hanya akan menggunakan soal-soal yang
terbukti valid dari hasil analisa instrumen. Hasil analisa perhitungan
validitas butir soal (r hitung
) dikonsultasikan dengan (r tabel
), dengan taraf
signifikan 5%. Bila (r hitung
> r tabel
) maka butir soal tersebut dikatakan valid.
Sebaliknya bila(r hitung
< r tabel
) maka butir soal tersebut dikatakan tidak valid.
Uji validitas instrumen ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 22,
yaitu dengan memperhatikan angka pada Corrected Item-Total Correlation,
yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item.
Berikut ini hasil uji validitas Persepsi Minimarket Terhadap Kondisi
Sosial Ekonomi :
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas
Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Item No r hitung r tabel Kesimpulan
1 ,808 0,361 VALID
2 ,635 0,361 VALID
3 ,546 0,361 VALID
4 ,738 0,361 VALID
5 ,383 0,361 VALID
6 ,290 0,361 TIDAK VALID
7 ,649 0,361 VALID
8 -,320 0,361 TIDAK VALID
9 ,359 0,361 TIDAK VALID
10 ,808 0,361 VALID
11 ,808 0,361 VALID
12 ,738 0,361 VALID
13 ,635 0,361 VALID
60
14 ,546 0,361 VALID
15 ,578 0,361 VALID
16 -,124 0,361 TIDAK VALID
17 ,808 0,361 VALID
18 ,738 0,361 VALID
19 ,546 0,361 VALID
20 ,596 0,361 VALID
Terlihat pada tabel diatas bahwa dari 20 soal yang diujikan, terdapat 16
soal yang valid dan 4 soal yang tidak valid. Maka dalam penelitian peneliti
hanya menggunakan soal yang valid.
3. Analisis Reliabilitas Tes
Setelah uji validitas dilakukan, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas
pada instrumen tersebut. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat
konsistensi jawaban tetap atau konsisten untuk diujikan kapan saja
instrumen tersebut disajikan.
Tabel 4.12
Hasil Uji Reliabilitas
Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Koefisien reliabilitas butir soal Persepsi Tentang Minimarket Terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi diperoleh r hitung
= 0,748 sedangkan product
moment dengan taraf signifikan 5 % dan n = 30 diperoleh = 0,349, karena (r
hitung > r
tabel) artinya koefisien reliabilitas butir soal uji coba memiliki
kriteria penguji yang tinggi (reliabel).
4. Pengujian Hipotesis
Deskriptif data hasil korelasi antara Persepsi Tentang Minimarket
(variabel X) dan Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang (variabel Y) yang
61
dilakukan pada pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang
Selatan Provinsi Banten dengan menggunakan bantuan software SPSS 22
for window dengan tekhnik enter methode, yaitu dengan cara memasukkan
data variabel X (Persepsi Tentang Minimarket) dan variabel Y (Kondisi
Sosial Ekonomi Pedagang) kedalam form yang tersedia pada program
tersebut, seperti tabel berikut :
a) Uji F (Uji Simultan)
Uji F dikenal dengan uji serentak atau uji anova, dilakukan untuk
mengetahui apakah semua variabel independen secara bersama-sama
(simultan) dapat berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil olah
data untuk mengetahui uji F ini dapat dilihat pada bagian Anova dalam
tabel hasil uji regresi sederhana. Berdasarkan hasil Uji F pengaruh
antara Perepsi Tentang Minimarket terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Pedagang diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.13
Dari hasil tabel 4.13 di atas diperoleh F sebesar 34,744 dengan
tingkat signifikansi (sig) sama dengan atau lebih kecil dari 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan secara bersama-sama terdapat pengaruh
antara Persepsi Tentang Minimarket (variabel X) dengan Kondisi Sosial
Ekonomi Pedagang (variabel Y).
62
b) Uji T
Selanjutnya, untuk mengetahui apakah pengaruh tersebut signifikan
atau tidak, maka dilakukan Uji T atau uji parsial. Uji ini dapat dilakukan
dengan membandingkan t hitung dengan t tabel atau dengan melihat
kolom signifikansi pada t hitung yang dapat dilihat pada bagian
Coefficients pada tabel hasil uji regresi sederhana. Maka hasilnya adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.14
Berdasarkan hasil pada tabel 4.14 di atas diperoleh t hitung sebesar
5,894 > t tabel 1,701 dan nilai signifikansi (sig) ,000 < 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, yang artinya Persepsi
Tentang Minimarket (X) berpengaruh signifikansi terhadap Kondisi
Sosial Ekonomi Pedagang (Y).
Selanjutnya, untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara
kedua variabel dan untuk melihat seberapa besar variabel Kondisi Sosial
Ekonomi Pedagang di pengaruhi oleh variabel Persepsi Tentang
Minimarket dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.15
63
Tabel 4.16
Pedoman Interprestasi Koefesiansi Korelasi7
Interval Koefesien Tingkat Hubungan/Pengaruh
0,00 - 0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat Kuat
Dapat dilihat pada tabel 4.15 dan tabel 4.16 bahwa nilai koefesiensi
tabel R adalah 0,744, berada diantara 0,00 - 0,199 maka dapat
disimpulkan pengaruh anatara variabel X dengan variabel Y dalam
kategori kuat.
Kemudian untuk melihat seberapa besar kontribusi Persepsi Tentang
Minimarket mempengaruhi Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang dapat
digunakan rumus Koefisien Penentu (KP) atau ada yang menyebutnya
Koefisien Determinasi yang dirumuskan KP = R2 x 100%.
KP = 0,7442 x 100 %
= 55,4 %
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Persepsi Tentang Minimarket
memberi pengaruh terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang hanya
sebesar 55,4 % sedangkan sisanya dipengaruhi faktor lain.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada hasil rumusan masalah
yang dibuat, pemaparan teori, pengolahan data dan pengujian hipotesis, maka
penelitian ini dapat dijelaskan dan dilihat pada tabel 4.14 hasil penelitian
menunjukkan bahwa persepsi tentang minimarket berpengaruh signifikan
terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang di pasar tradisional Ciputat. Hal ini
terlihat dari perolehan nilai f sebesar 34,744 dengan tingkat signifikansi (sig)
sama dengan atau lebih kecil dari 0,05, dan nilai t hitung diperoleh sebesar
5,894 > t tabel 1,701 yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara
persepsi tentang minimarket dengan kondisi sosial ekonomi pedagang atau
7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET,
2011), Cet. Ke-13, hal. 184
64
dengan kata lain Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal
yang menyatakan bahwa persepsi tentang minimarket berpengaruh terhadap
kondisi sosial ekonomi pedagang.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus Susilo dan
Taufik yang menyatakan bahwa benar adanya kehadiran pasar modern telah
mengancam eksistensi pasar tradisional. Hal ini juga sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Agussiyah Putra yang dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa bahwa ternyata keberadaan pasar modern mempengaruhi
variasi pendapatan pedagang di pusat pasar tradisional tersebut. Selain itu
terdapat beberapa perbedaan antara pasar modern dengan pasar tradisional, yakni
menyangkut perbedaan dalam hal belanja, kenyamanan berbelanja, serta kualitas
barang yang diperjualbelikan. Dan juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dwinita Aryani yang menyatakan bahwa keberadaan minimarket
berpengaruh terhadap penurunan pendapatan.
Kemudian dapat dilihat pada tabel 4.15 dan perhitungan besarnya kontribusi
pengaruh persepsi tentang minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang
diperoleh nilai R sebesar 0,744 yang menunjukkan bahwa pengaruh antara
persepsi tentang minimarket dengan kondisi sosial ekonomi pedagang termasuk
dalam kategori kuat, dan diperloeh nilai Koefisien Penentu atau Koefisien
Determinasi sebesar 55,4% yang menunjukkan bahwa persepsi tentang
minimarket memberi pengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang hanya
sebesar 55,4% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
Kondisi sosial ekonomi pedagang tidak hanya dipengaruhi oleh adanya
persepsi tentang minimarket yang khususnya mempengaruhi pendapatan mereka
atau dengan kata lain hanya dilihat dari sudut pandang tingkatan dan perubahan
dalam pendapatannya saja, tetapi juga dipengaruhi oleh hal-hal lain seperti
keadaan lapangan di pasar, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan,
kesehatan, pola pikir, dan kemampuan para pedagang dalam bersosialisasi
bermasyarakat dalam lingkungan.
Hal ini sejalan dengan hasil obervasi pra-penelitian yang peneliti lakukan,
dimana ditemukan informasi bahwa para pedagang sayuran, daging, sembako,
65
dan buah-buahan memang kurang mendapatkan perhatian dari pengelola pasar,
kurang mendapatkan tempat yang layak dan nyaman untuk berdagang, mereka
tidak mendapatkan jatah kios namun hanya sekedar di tenda / lapak yang mereka
dirikan sendiri di trotoar atau pinggir-pinggir jalan namun tetap membayar uang
iuran bulanan untuk biaya sewa tempat tenda mereka kepada pengelola ataupun
preman pasar. Pedagang sayur-sayuran, daging dan sembako banyak berkumpul
disepanjang jalan H. Usman (bagian samping pasar Ciputat), sedangkan
pedagang buah berkumpul disepanjang jalan Dewi Sartika (depan Masjid Agung
Ciputat). Dengan keadaan yang seperti itu, para pedagang tersebut menjadi
terbatas untuk melakukan kreasi dan inovasi dalam menghadapi persaingan
terhadap pasar modern seperti minimarket-minimarket yang banyak berdiri di
sekitarnya.
Hal ini juga sejalan dengan hasil angket penelitian dan wawancara yang
dilakukan peneliti kepada para pedagang yang menjadi sampel penelitian, yang
menunjukkan bahwa para pedagang di pasar Tradisional Ciputat tidak jarang
yang memiliki banyak anak atau tanggungan keluarga lainnya sedangkan sumber
penghasilannya hanya diperoleh dari hasil berdagang yang pada akhirnya
membuat kondisi sosial ekonomi keluarga mereka menjadi rendah atau hanya
sekedar cukup.
Para pedagang juga tidak sedikit yang hanya memikirkan pendidikan untuk
sebatas formalitas sampai bisa membaca, menulis dan menghitung saja, rata-rata
tingkat pendidikan akhir mereka adalah SMA, jarang sekali yang menempuh
pendidikan sampai tingkat universitas, para orang tua lebih memilih mengalihkan
biaya pendidikan untuk keperluan lain dan para anak lebih memilih untuk bebas
dari pendidikan untuk ikut membantu atau menggantikan orang tua nya
berdagang di pasar. Dari sisi kesehatan, para pedagang dominan tidak terlalu
mementingkan kesehatan fisiknya, mereka jarang sekali memeriksakan
kesehatannya ke dokter bahkan disaat sakit seriuspun lebih memilih untuk
meminum obat-obatan warung seadanya.
Sedangakan dari sisi pola pikir dan cara bersosialisasi, para pedagang
berangapan bahwa kehidupan mereka memanglah di pasar, orang tua yang
66
berdagang mengarahkan anaknya untuk berdagang juga, pendidikan yang
seadanya membuat ruang gerak mereka terbatas untuk bergerak lebih banyak lagi
dan masih kurangnya kesadaran bahwa dengan pendidikan seseorang dapat
meningkatkan kualitas kondisi kehidupannya, lingkungan pasar yang sudah
melekat pada seorang pedagang seperti menutup lingkungan lainnya dari
kehidupan mereka.
Ditemui juga informasi dari para pedagang yang dijadikan sampel penelitian
bahwa ternyata mereka pun tidak hanya serta merta merasa tersaingi atau
terancam terhadap munculnya minimarket-minimarket disekitar, tetapi mereka
juga menikmati keberadaan minimarket-minimarket tersebut, mereka tidak jarang
membeli keperluan sehari-hari untuk keperluan pribadi atau rumah tangga di
minimarket terlebih lagi ketika didapatkan ada diskon (potongan harga) di
minimarket. Dengan kata lain, di dalam suatu persaingan tetap ada keuntungan
dan kerugian baik dari pihak yang tersaingin maupun pihak yang menyaingi
seperti pasar tradisional dengan pasar modern (minimarket).
67
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi tentang minimarket
berpengaruh signifikan terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang di pasar
tradisional Ciputat sebesar 55,4%. Hal ini terlihat dari perolehan nilai f sebesar
34,744 dengan tingkat signifikansi (sig) sama dengan atau lebih kecil dari 0,05,
dan nilai t hitung diperoleh sebesar 5,894 > t tabel 1,701 yang menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara persepsi tentang minimarket dengan kondisi
sosial ekonomi pedagang atau dengan kata lain Ha diterima dan Ho ditolak yang
berarti terdapat pengaruh antara persepsi tentang minimarket terhadap kondisi
sosial ekonomi pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan
Provinsi Banten.
B. Implikasi
Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa pemerintah kota Tangerang
Selatan setempat memiliki tugas ekstra untuk lebih memperhatikan lagi
bagaimana keadaan para pedagang di pasar tradisional, meninjau kembali
pengaplikasian peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
penataan dan pembinaan pasar tradisional dan modern. Penelitian ini juga
memberikan implikasi bahwa para pedagang di pasar tradisional Ciputat
mengalami perubahan tingkat pendapatan yang dominan menurun, hal ini dilihat
dari tahun ke tahun sebelum dan sesudah maraknya minimarket bermunculan.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti mengemukakan beberapa saran
kepada :
1. Pemerintah Kota Tangerang Selatan diharapkan untuk lebih
memperhatikan dan meningkatkan pengaplikasian Peraturan Walikota
Tangerang Selatan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penataan
68
2. dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
terutama mengenai lokasi pendirian, sistem penjualan dan jenis barang,
syarat pendirian, serta sanksi tegas yang seharusnya diberlakukan kepada
pelaku usaha yang melanggar ketentuan Peraturan Walikota tersebut.
3. Pelaku usaha minimarket diharapkan mengkaji ulang seluruh aspek yang
berkaitan dengan pendirian usaha minimarket di sekitar pasar tradisional,
sehingga tidak menimbulkan persaingan-persaingan tidak sehat kepada
para pedagang di pasar tradisional.
4. Pengelola dan pedagang di pasar tradisional hendaknya melakukan
berbagai kreasi dan inovasi seperti penataan lapak yang lebih rapih dan
teratur, pengelolaan lebih untuk kebersihan pasar, tempat parkir yang
jelas, serta inovasi-inovasi lain yang sekiranya dapat membuat
konsumen menjadi lebih nyaman lagi untuk belanja di pasar tradisional,
sehingga dapat terus meningkatkan eksistensi pasar tradisional di
tengah-tengah maraknya persaingan dengan berbagai minimarket yang
ada di sekitarnya guna untuk meningkatkan taraf kondisi sosial ekonomi
kehidupan para pedagang di pasar tradisonal.
69
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2010.
Fuad, M. Pengantar Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 2006.
Hakim, Muhammad Aziz. Menguasai Pasar Mengeruk Untung. Jakarta :
Renaisan PT. Krisna Persada, 2005.
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Gitamedia Press.
Malano, Herman. Selamatkan Pasar Tradisional. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama. 2011.
Mursid, M. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara, 1997.
Permadi, Gilang. Pedagang Kaki Lima : riwayatmu dulu, nasibmu kini!. Jakarta,
2011.
Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES. 2011.
ST Sujana, Asep. Manajamen Minimarket. Jakarta : Raih Asa Sukses. 2013.
Sugiarto. Ekonomi Mikro (edisi baru). Jakarta : PT Gramedia Utama. 2007.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
ALFABET, 2011.
Yusuf, Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Peneltian Gabungan.
Jakarta : Prenadamedia Group. 2014.
SKRIPSI, TESIS, DISERTASI
Fadhillah, Ani Nur. “Dampak Minimarket Terhadap Pasar Tradisional”. Skripsi
pada Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Semarang,
2011.
70
Masni, Yeni. Analisis Preferensi Konsumen Dalam Berbelanja di Pasar
Tradisional dan Pasar Modern di Kota Makassar. Skripsi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar. 2014.
Putra, Agussiyah. Pengaruh Pengembangan Pasar Modern terhadap Kehidupan
Pasar Tradisional di Pusat Pasar Medan (Studi kasus : Pusat Pasar
Medan). Tesis pada Universitas Sumatera Utara Medan. 2004.
Safitri, Ahamd Reza. Dampak Ritail Modern Terhadap Kesejahteraan Pedagang
Pasar Tradisional Ciputat Tangerang Selatan. Skripsi Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010.
Yuliasih, Eka. Studi Eksplorasi Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap
Usaha Ritel Waserda dan Pedagang Pasar Tradisional di Kecamatan
Klirong Kabupaten Kebumen. Skripsi pada Universitas Negeri Yogykarta,
2013.
JURNAL
Al-Masitoh, Eis. Upaya Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional : Studi Revitalisasi
Pasar Piyungan Bantul. Jurnal PMI Vol. X. No.2. 2013.
Aryani, Dwinita. Efek Pendapatan Tradisional dari Ramainya Kemunculan
Minimarket di Kota Malang. Jurnal Ekonomi Vol. 2 No. 2. 2011.
Basrowi dan Siti Juariyah. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat
Pendidikan Masyarakat Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai,
Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7
Nomor 1, 2010.
Hadiz, Liza. Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional
di Daerah Perkotaan di Indonesia. Jakarta : Lembaga Penelitian SMERU.
Jurnal Ekonomi, 2008.
Melita Iffah, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari. Studi Kasus : Pengaruh Toko
Modern Terhadap Toko Usaha Kecil Skala Lingkungan (Studi Kasus :
Minimarket Kecamatan Blimbing, Kota Malang). Jurnal Ekonomi.
OK. Laksamana Lufti, Dampak Keberadaan Indomaret Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional di Kelurahan Terjun Kecamatan
Medan Marelan, Journal of Economic Education.
71
Susilo, Agus., dan Taufik. Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Usaha
Ritel Kopersi/Waserda dan Pasar Tradisional. Jurnal Ekonomi, 2010.
WEBSITE
Ciputat. https://id.wikipedia.org/wiki/Ciputat,_Tangerang_Selatan. 19 September
2015.
Http://www.pengertianku.net/2015/04/pengertian-pasar-modern-dan-ciri-cirinya.
html diakses pada tanggal 27 Februari 2016.
Http://storage.jak-stik.ac.id/ ProdukHukum/Perdagangan/mpp23.pdf pada 20
Sepetember 2015.
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/Kep/1/1998
Tentang Lembaga-lembaga Usaha Perdagangan.
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.
420/MPP/Kep/10/1997 tentang Pedoman dan Pembinaan Pasar dan
Pertokoan.
Komisi Pengawasan Persaingan Usaha. http://www.kppu.go.id. 28 September
2015.
Redesain Pasar Tradisional Jongke, Surakara.
http://e-journal.uajy.ac.id/835/3/2TA12704.pdf . 25 Februari 2016.
Rona Pasar Ciputat. www.akumassa.co.id. pada 05 Oktober 2016.
72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LEMBAR OBSERVASI
PASAR TRADISIONAL CIPUTAT
Fokus Observasi : Mengenali Keadaan Lapangan Pasar Tradisional
Ciputat
Hari/Tanggal Observasi : Kamis, 08 Oktober 2015
Tempat Observasi : Pasar Tradisional Ciputat
Pihak Terkait : Pedagang, Konsumen, Petugas Pengelola Pasar
Waktu Deskripsi Makna
09:00- 11:00
Peneliti datang ke pasar tradisional Ciputat
untuk mengamati bagaimana keadaan
langsung di pasar. Peneliti mengamati
ruang-ruang pasar baik ruang bagian dalam
maupun bagian luar yang banyak ditempati
para pedagang untuk berdagang. Terlihat
disana pada ruang bagian dalam pasar
dipenuhi oleh bangunan berupa kios-kios
yang mayoritas diisi oleh pedagang pakaian
dan perabotan rumah tangga. Sedangkan para
pedagang sayuran, daging, serta bahan
makanan lainnya termasuk semabako tidak
mendapatkan jatah kios untuk berdagang
melainkan mereka berdagang di ruang bagian
depan pasar seperti di pinggir-pinggir gedung
pasar, di pinggir-pinggir jalan, dibawah
jembatan, di trotoar jalan yang bentuk
bangunan nya hanya berupa tenda-tenda atau
lapak saja. Setelah mengamati dengan sendiri
bagaimana keadaan pasar Ciputat, peneliti
mulai mengunjungi beberapa pedagang dan
Merupakan tahap awal bagi
peneliti dalam melakukan
kontak dengan pasar
tradisional Ciputat.
11.00 - 13.00
konsumen di pasar tersebut.
Selanjutnya peneliti mengunjungi beberapa
pedagang dan kosumen pasar. Dari banyak
pedagang pasar peneliti hanya mengunjungi
pedagang-pedagang yang sekiranya nanti
akan dijadikan sampel penelitian saja, yaitu
seperti pedagang sembako, pedagang
sayuran, pedagang buah-buahan. Dari
beberapa pedagang peneliti kunjungi
didapatkan informasi bahwa memang dari
sejak dulu sampai saat ini kelompok
pedagang seperti mereka tidak mendapatkan
kios di bagian dalam pasar tetapi hanya
berupa tenda / lapak saja di bagian luar pasar.
Pedagang sayur-sayuran dan sembako banyak
berkumpul disepanjang jalan H. Usman
(bagian samping pasar Ciputat), sedangkan
pedagang buah berkumpul disepanjang jalan
Dewi Sartika (depan Masjid Agung Ciputat).
Sedangkan dari beberapa konsumen pasar
yang peneliti kunjungi didapatkan informasi
bahwa mereka biasanya belanja ke pasar
hanya untuk membeli keperluan bahan
memasak, dominan para pengusaha kuliner
yang membeli bahan masakan di pasar
tradisional, dan juga para ibu rumah tangga
yang membeli bahan masakan untuk masak
sehari-hari, selebihnya untuk keperluan
sehari-hari mereka lebih sering
mundar-mandir ke minimarket untuk
Pada observasi tahap ini
peneliti mengumpulkan
informasi mengenai keadaan
pasar dari para pedagang dan
mengenai kegiatan konsumsi
dari para konsumen.
13.00 - 14.00
14.00 - 15.00
membelinya, seperti membeli minyak goreng,
gula, kopi, sabun, dan lain-lain.
Setelah mengunjungi dan mendapatkan
sedikit informasi dari para pedagang dan
konsumen pasar, peneliti melanjutkan
kegiatan observasi untuk mengetahui jumlah
minimarket yang ada di sekitar pasar
tradisional Ciputat. Peneliti berinisiatif
mengunjungi kantor Kelurahan Ciputat untuk
memperoleh informasi tersebut, disana
peneliti bertemu dengan bapak Almim. A
selaku staff Kelirahan Ciputat, dan pak
Almim dengan baik hati memberikan
informasi kepada peneliti mengenai jumlah
minimarket yang ternyata sampai dengan
tahun 2015 berjumlah 11 gerai minimarket
lengkap dengan alamat letaknya di sekitar
pasar Ciputat.
Setelah dari kantor Kelurahan Ciputat,
peneliti lanjut mengunjungi Kantor Pengelola
Pasar Tradisional Ciputat yang berada di
lantai 3 pasar Ciputat bagian dalam untuk
meminta izin dan menyerahkan surat izin
penelitian kepada pengelola pasar. Disana
seharunya peneliti bertemu dengan Ketua
Pengelola Pasar Tradisional Ciputat, Bapak
Dani Ardani, S.E, akan tetapi beliau tidak
ada, jadi peneliti hanya bertemu dengan salah
satu staff kantor pengelola pasar saja yaitu
Bapak Amir, peneliti menyerahkan surat izin
Peneliti mencari informasi
mengenai jumlah minimarket
disekitar pasar tradisional
Ciputat melalui kantor
Kelurahan Ciputat.
Peneliti meminta izin dan
menyerahkan surat izin
penelitian kepada pihak
Pengelola Pasar Tradisional
Ciputat.
penelitian dan dengan baik hati pihak
Pengelola Pasar mengizinkan peneliti untuk
melakukan penelitian di pasar Ciputat
tersebut.
KUESIONER
No. Responden :
Kepada
Responden Yth,
Saya Wulan Permatasari selaku mahasiswi Jurusan Pendidikan IPS (ekonomi)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Jakarta
yang sedang melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Persepsi Tentang
Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional
Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Apabila anda pernah
berbelanja di pasar tradisional dan di minimarket Ciputat pada satu bulan terakhir
ini, saya mohon kesediaan anda untuk mengisi kuesioner di bawah ini dengan jujur
dan benar.
A. Petunjuk Pengisian Kuesioner
1. Isilah data biodata dengan lengkap.
2. Setiap pertanyaan terdiri atas 5 jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju), S
(Setuju), R (Ragu-ragu, TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju)
3. Jawaban pertanyaan dituliskan dengan memberi tanda X (silang) pada
salah satu jawaban yang anda jawab
4. Jawaban anda tidak akan mempengaruhi pendapatan ataupun pekerjaan
5. Terimakasih atas kerjasama dan kesediaan anda untuk mengisi kuesioner
ini.
Untuk kerjasamanya peneliti mengucapkan terima kasih.
B. Identitas Responden 1. Jenis Kelamin:
a. Laki-laki b. Perempuan
2. Usia anda saat ini: a. 20 - 25 tahun b. 25 - 30 tahun c. 30 - 35 tahun d. 35 – 40 tahun e. > 40 tahun
3. Domisili: a. Ciputat b. Luar Ciputat
4. Tingkat pendidikan akhir: a. SD
b. SMP c. SMA d. S1 e. > S1
5. Penghasilan per-bulan :
a. Rp. 750.000 - Rp. 1.500.000 b. Rp. 1.500.000 - Rp. 2.250.000 c. Rp. 2.250.000 - Rp. 3.000.000 d. Rp. 3.000.000 - Rp. 3.750.000 e. > Rp. 3.750.000
C. Kuesioner
SS = Sangat Setuju S = Setuju R = Ragu-ragu TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju
Persepsi Tentang Minimarket
No Pernyataan Pertanyaan
SS S R TS STS
1.
Bangunan yang bagus merupakan cara
minimarket dalam menarik minat belanja
konsumen
2.
Bangunan minimarket yang modern
membuat konsumen merasa aman saat
berbelanja
3.
Fasilitas seperti ATM, penerang ruangan
yang sangat baik, serta potongan harga dapat
menambah kenyamanan konsumen saat
belanja di minimarket
4. Adanya penyejuk ruangan (AC) merupakan
salah satu ciri khas pada minimarket
5. Minimarket yang saya kunjungi selalu
dalam keadaan bersih
6. Kebersihan minimarket membuat konsumen
nyaman saat berbelanja
7.
Penggunaan label harga memudahkan
konsumen untuk mengetahui harga barang
tanpa bertanya
8.
Terkadang, label harga tidak sesuai dengan
harga yang ditampilkan di kasir saat
pembayaran
9. Penataan barang yang rapih dan menarik
membuat konsumen antusias untuk belanja
Kondisi Sosial Ekonomi
No. Pernyataan Pertanyaan
SS S R TS STS
10.
konsumen senang belanja di minimarket
karena bebas memilih dan mengambil
barang sendiri
11. Minimarket lengkap dalam menjual
kebutuhan sehari-hari
12. Semua kebutuhan sehari-hari bisa saya
dapatkan di minimarket
No Pernyataan Pertanyaan
SS S R TS STS
13. Pendapatan yang saya peroleh saat ini sudah
cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga
14.
Saya tidak perlu melakukan pekerjaan
sampingan karena pendapatan saya saat ini
sudah cukup
15. Saya menyekolahkan anak saya dari hasil
saya berdagang
16. Pendidikan anak saya akan terganggu jika
penghasilan saya menurun
17. Saya merasa kesehatan fisik saya saat ini
sangat baik
18. Saya harus ke dokter jika sakit, walau sakit
yang tidak serius
19. Saya bersosialisasi dengan baik di
lingkungan masyarakat sekitar saya
20. Semakin tinggi tingkat pendapatan saya
semakin baik dipandang oleh masyarakat
Pedoman Wawancara Penelitian
Pengaruh Persepsi Tentang Minimarket Terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat
Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten
No. Variabel Indikator Pertanyaan
1. Persepsi
Tentang
Minimarket (X)
a. Bangunan
berupa
gedung
b. Nyaman
dan sejuk
c. Bersih
d. Harga tetap
(Barcode)
e. Penjualan
secara
swalayan
1) Jika sebagai pembeli, menurut Anda
apakah bangunan minimarket dengan
sistem keamanan dan aturan tertentu
menjamin kita terhindar dari para
penjahat dan preman atau tidak?
2) Sebagai pesaing, menurut Anda
apakah penyejuk ruangan (AC)
memberi pengaruh besar terhadap
penjualan di minimarket?
3) Jika sebagai pembeli, menurut Anda
apakah barang dengan kemasan yang
baik sudah pasti terjamin
kebersihannya? Lalu bagaimana
dengan barang dagangan Anda yang
tidak dikemas baik?
4) Menurut Anda penggunaan barcode
dan label harga membuat belanja
menjadi lebih mudah (tidak perlu
menanyakan harga barang karena
sudah tertera) atau justru membuat
belanja menjadi lebih sulit (tidak
bisa tawar-menawar)?
5) Menurut Anda apa yang membuat
para konsumen minimarket nyaman
dengan sistem swalayan? Padahal
dalam sistem tersebut jelas
konsumen tidak dilayani secara
langsung layaknya seperti di pasar
tradisional?
f. Kebutuhan
sehari-hari
6) Menurut Anda kebutuhan sehari-hari
seperti apa yang sering dibeli oleh
konsumen di pasar modern dan pasar
tradisional?
2. Kondisi Sosial
Ekonomi (Y)
a. Tingkat
pendapatan
b. Pendidikan
c. Kesehatan
d. Interaksi
sosial
7) Pendapatan yang Anda peroleh saat
ini bersumber dari mana saja?
8) Apakah sudah cukup untuk
memenuhi semua kebutuhan hidup
Anda dan keluarga? Jika belum,
hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan apa saja?
9) apakah anak Anda bersekolah? Jika
iya, sampai tingkat apa? Jika tidak,
mengapa?
10) Seberapa sering Anda memeriksakan
kondisi kesehatan Anda?
11) Pengobatan apa yang paling sering
Anda lakukan jika sakit?
12) Bagaimana hubungan Anda dengan
tetangga atau orang-orang lain
sekeliling Anda? Seberapa sering
Anda berkomunikasi dan ikut serta
dalam kegiatan bermasayarakat?
HASIL ANGKET
PERSEPSI TENTANG MINIMARKET & KONDISI SOSIAL EKONOMI
Pernyataan
Total Persepsi Tentang Minimarket Kondisi Sosial Ekonomi
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 4 5 5 4 4 5 5 2 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 87
2 3 4 3 3 4 5 5 2 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 70
3 2 5 4 2 2 5 5 2 5 2 2 2 5 4 5 4 2 2 4 5 69
4 2 4 4 2 4 4 5 2 4 2 2 2 4 4 4 4 2 2 4 4 65
5 4 5 5 4 3 5 5 2 3 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 85
6 4 4 5 4 3 5 5 2 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 82
7 4 4 5 4 4 5 4 2 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 5 4 81
8 4 4 5 4 4 4 5 2 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 82
9 3 3 4 3 2 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 63
10 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 76
11 4 5 4 4 4 4 5 3 5 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 82
12 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 2 4 2 50
13 3 5 5 3 4 4 5 2 4 3 3 3 5 5 5 4 3 3 5 5 79
14 2 5 5 1 2 5 5 4 5 2 2 1 5 5 2 5 2 1 5 2 66
15 4 4 4 4 3 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 77
16 5 5 5 5 5 4 5 2 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 93
17 4 5 4 3 4 5 5 2 4 4 4 3 5 4 5 4 4 3 4 5 81
18 2 4 4 2 2 4 4 3 4 2 2 2 4 4 5 4 2 2 4 5 65
19 3 5 4 3 4 3 5 2 3 3 3 3 5 4 5 4 3 3 4 5 74
20 2 4 4 2 4 4 4 2 4 2 2 2 4 4 4 4 2 2 4 4 64
21 4 4 4 4 4 4 5 1 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 81
22 3 4 4 3 3 3 4 1 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 67
23 4 4 3 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 3 2 72
24 2 4 4 2 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 2 4 2 2 4 2 62
25 2 4 4 3 4 4 4 2 4 2 2 3 4 4 2 4 2 3 4 2 63
26 3 4 4 3 4 4 4 2 4 3 3 3 4 4 2 4 3 3 4 2 67
27 2 3 3 2 4 4 3 4 3 2 2 2 3 3 3 5 2 2 3 3 58
28 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 80
29 3 4 4 3 3 3 4 1 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 67
30 4 2 3 4 4 4 2 3 2 4 4 4 2 3 2 3 4 4 3 2 63
JUMLAH 2171
MEAN 72,36666667
SD
SD2
TRANSKIP WAWANCARA
Informan : Ibu Dijah - 46 Tahun (Pedagang Sayuran)
Peneliti Jika sebagai pembeli, menurut Anda apakah bangunan
minimarket dengan sistem keamanan dan aturan tertentu
menjamin kita terhindar dari para penjahat dan preman atau
tidak?
Informan Engga juga, buktinya banyak tuh orang lagi belanja motornya
diparkir di depan tapi hilang juga, rampok sekarang pintar-pintar.
Peneliti Sebagai pesaing, menurut Anda apakah penyejuk ruangan (AC)
memberi pengaruh besar terhadap penjualan di minimarket?
Informan Iya soalnya orang-orang pada suka kalau tempatnya adem, kalau
indomaret ga ada ACnya sepi nanti dia, sama aja kaya belanja di
warung pinggir jalan. Kalau kaya saya ni begini kan panas ya
kepanasan orang belanja juga, hujan ya kehujanan.
Peneliti Jika sebagai pembeli, menurut Anda apakah barang dengan
kemasan yang baik sudah pasti terjamin kebersihannya? Lalu
bagaimana dengan barang dagangan Anda yang tidak dikemas
baik?
Informan Iya pasti bersih kalau barang sudah dikemas. Ya gimana kalau di
pasar memang begini barangnya, dikemasnya langsung pakai
kantong plastik saja.
Peneliti Menurut Anda penggunaan barcode dan label harga membuat
belanja menjadi lebih mudah (tidak perlu menanyakan harga
barang karena sudah tertera) atau justru membuat belanja menjadi
lebih sulit (tidak bisa tawar-menawar)?
Informan Kalau menurut ibu malah jadi bikin susah, engga bisa nawar. Tapi
ya enak juga kita jadi tahu harganya langsung kan tinggal dilihat.
Peneliti Menurut Anda apa yang membuat para konsumen minimarket
nyaman dengan sistem swalayan? Padahal dalam sistem tersebut
jelas konsumen tidak dilayani secara langsung layaknya seperti di
pasar tradisional?
Informan Itu tadi karena ada ACnya, barangnya juga bagus-bagus, enak gitu
belanjanya kadang ada diskon kaya beli 2 dapat 3 tuh ibu suka
beli yang begitu.
Peneliti Menurut Anda kebutuhan sehari-hari seperti apa yang sering
dibeli oleh konsumen di pasar modern dan pasar tradisional?
Informan Kalau di indomaret orang paling belinya jajanan, sabun, rokok,
begitu-begitu. Kalau orang ke pasar kan biasanya memang dia
belinya sayur, ayam, daging, bumbu, yang buat masak-masak dah.
Kalau engga orang pada beli perabotan.
Peneliti Pendapatan yang Anda peroleh saat ini bersumber dari mana saja?
Apakah sudah cukup untuk memenuhi semua kebutuhan hidup
Anda dan keluarga? Jika belum, hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan apa saja?
Informan Ibu mah memang cuma jualan saja dari dulu cari duitnya, kalau
yang lain sudah ga bisa megang, alhamdulillah cukup-cukupin
buat makan, bayar hutang, bayar ini itu, begitu
Peneliti Apakah anak Anda bersekolah? Jika iya, sampai tingkat apa? Jika
tidak, mengapa?
Informan Iya sekolah yang bontot kelas 2 SMA, kalau kakaknya ga
sekolah, berhenti pas SMA malas orangnya pengen dagang saja
katanya kaya ibu nyari duit biarin dah dia mau apa, yang lain
sudah pada misah sudah pada berkeluarga.
Peneliti Seberapa sering Anda memeriksakan kondisi kesehatan Anda?
Pengobatan apa yang paling sering Anda lakukan jika sakit?
Informan Ya kalau engga sakit banget engga pake ke dokter ibu mah, paling
juga masuk angin dikerokin minum obat warung saja sudah
sembuh.
Peneliti Bagaimana hubungan Anda dengan tetangga atau orang-orang
lain sekeliling Anda? Seberapa sering Anda berkomunikasi dan
ikut serta dalam kegiatan bermasayarakat?
Informan Sama tetangga baik-baik saja kalau dirumah, tapi kan ibu
memang keseringan adanya di pasar.
TRANSKIP WAWANCARA
Informan : Bapak Ian - 51 Tahun (Pedagang Sembako)
Peneliti Jika sebagai pembeli, menurut Anda apakah bangunan
minimarket dengan sistem keamanan dan aturan tertentu
menjamin kita terhindar dari para penjahat dan preman atau
tidak?
Informan Engga ah, itu ada saja indomaret kebobolan maling.
Peneliti Sebagai pesaing, menurut Anda apakah penyejuk ruangan (AC)
memberi pengaruh besar terhadap penjualan di minimarket?
Informan Iya pasti, kalau engga ada AC dia juga pasti sepi biasa-biasa saja
sama kaya saya di pasar, cuma kan bedanya dia ada tempatnya
bagus jadi ga becek kalau hujan kaya disini.
Peneliti Jika sebagai pembeli, menurut Anda apakah barang dengan
kemasan yang baik sudah pasti terjamin kebersihannya? Lalu
bagaimana dengan barang dagangan Anda yang tidak dikemas
baik?
Informan Iya sudah pasti bersih. Engga apa-apa kalau dipasar semuanya
kan memang begini ga ada yang dikemas-kemas, digeletakin saja.
Paling kalau sembako-sembako mie gitu kan beda memang sudah
dikemas dari pabriknya.
Peneliti Menurut Anda penggunaan barcode dan label harga membuat
belanja menjadi lebih mudah (tidak perlu menanyakan harga
barang karena sudah tertera) atau justru membuat belanja menjadi
lebih sulit (tidak bisa tawar-menawar)?
Informan Jadi mudah sih, langsung lihat kita tahu harga. Tapi ya jadi ga
bisa nawar kalau barang dihargain begitu
Peneliti Menurut Anda apa yang membuat para konsumen minimarket
nyaman dengan sistem swalayan? Padahal dalam sistem tersebut
jelas konsumen tidak dilayani secara langsung layaknya seperti di
pasar tradisional?
Informan Kalau di indomaret enak adem, kita nyari sendiri yang kita mau
beli, banyak pilihannya, luas, engga becek engga panas, beda jauh
kalau dibandingin di pasar sini.
Peneliti Menurut Anda kebutuhan sehari-hari seperti apa yang sering
dibeli oleh konsumen di pasar modern dan pasar tradisional?
Informan Apa ya.. Paling orang begitu belanjanya yang buat belanja
bulanan, sama beli-beli rokok, minuman-minuman begitu. Kalau
di pasar keseringan orang belanja buat masak, buat orang yang
dagang dijual lagi, kalau di pasar kan harga lebih murah bisa
nawar lagi.
Peneliti Pendapatan yang Anda peroleh saat ini bersumber dari mana saja?
Apakah sudah cukup untuk memenuhi semua kebutuhan hidup
Anda dan keluarga? Jika belum, hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan apa saja?
Informan Cuma dari dagang saja ini, alhamdulillah cukup. Istri juga kan
dagang sayur keliling soalnya.
Peneliti Apakah anak Anda bersekolah? Jika iya, sampai tingkat apa? Jika
tidak, mengapa?
Informan Anak saya 3, laki 2 perempuan 1 sekolah tapi sudah lulus semua,
lulusan SMA saja engga pada mau kuliah, pada bantuin dagang
disini juga sama saya.
Peneliti Seberapa sering Anda memeriksakan kondisi kesehatan Anda?
Pengobatan apa yang paling sering Anda lakukan jika sakit?
Informan Jarang. Kalau cuma pusing, batuk, masuk angin minta dikerok
istri atau anak saja, minum jamu.
Peneliti Bagaimana hubungan Anda dengan tetangga atau orang-orang
lain sekeliling Anda? Seberapa sering Anda berkomunikasi dan
ikut serta dalam kegiatan bermasayarakat?
Informan Hubungan baik, saya suka ngobrol orangnya jadi sama siapa saja
saya hubungan baik.
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
PERSEPSI TENTANG MINIMARKET & KONDISI SOSIAL EKONOMI
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total
1 5 4 5 4 4 5 5 3 4 5 4 4 4 2 4 2 4 4 5 5 82
2 5 5 3 4 4 5 4 2 4 5 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 77
3 5 5 4 3 2 5 5 2 5 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 5 75
4 4 4 4 5 4 4 4 2 4 4 2 2 5 2 4 2 4 4 4 4 72
5 4 4 5 5 3 5 5 2 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 5 77
6 4 4 5 5 3 5 5 2 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 5 77
7 4 4 5 3 4 5 5 2 4 4 4 4 2 1 4 3 5 2 4 4 73
8 4 4 5 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 77
9 5 5 4 3 2 4 4 2 3 3 3 3 2 4 2 4 4 3 5 3 68
10 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 2 3 4 71
11 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 2 4 3 5 3 5 4 78
12 4 4 4 4 2 4 4 2 2 4 2 2 4 4 2 4 4 4 4 2 66
13 5 5 5 4 4 4 4 1 4 4 3 3 4 3 4 2 4 2 4 3 72
14 4 3 5 2 2 5 5 4 5 4 2 1 4 4 4 5 3 5 4 2 73
15 4 4 4 5 3 5 4 3 4 4 4 4 4 2 4 2 4 3 4 4 75
16 5 5 5 4 5 4 4 2 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 85
17 4 3 4 3 4 5 4 4 4 4 4 3 3 3 5 2 5 4 5 4 77
18 4 4 4 5 2 4 4 3 4 5 2 2 4 3 4 4 4 1 4 5 72
19 5 4 4 5 4 3 3 1 3 4 3 3 4 2 5 5 3 2 5 3 71
20 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 4 73
21 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 5 5 5 1 5 5 79
22 4 4 4 4 3 3 4 1 4 4 3 3 4 2 4 3 1 3 4 4 66
23 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 2 3 2 70
24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 2 4 4 4 2 4 2 70
25 2 3 4 4 4 4 4 2 4 3 2 3 4 4 4 4 4 2 4 2 67
26 3 3 4 4 4 4 3 2 4 3 3 3 4 2 5 4 4 2 5 2 68
27 4 4 3 5 4 4 4 4 3 4 2 2 3 4 4 5 4 1 4 3 71
28 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 2 4 5 5 5 1 5 5 77
29 4 4 4 4 3 3 4 1 4 4 3 3 4 2 4 3 5 3 4 4 70
30 4 4 3 4 4 4 4 3 2 4 4 4 3 3 4 3 4 2 3 2 68
VALIDITAS
Jumlah Valid 16
Jumlah tdk Valid 4
Jumlah 20
Lampiran 3
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Uji validitas instrumen ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 22, yaitu
dengan memperhatikan angka pada Corrected Item-Total Correlation, yang
merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item. Sebuah item
dikatakan valid apabila nilai r hitung lebih besar daripada r tabel.
Berikut ini hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Persepsi Tentang
Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar
Tradisional
Lampiran 3
Item No r hitung r tabel Kesimpulan
1 ,808 0,361 VALID
2 ,635 0,361 VALID
3 ,546 0,361 VALID
4 ,738 0,361 VALID
5 ,383 0,361 VALID
6 ,290 0,361 TIDAK VALID
7 ,649 0,361 VALID
8 -,320 0,361 TIDAK VALID
9 ,359 0,361 TIDAK VALID
10 ,808 0,361 VALID
11 ,808 0,361 VALID
12 ,738 0,361 VALID
13 ,635 0,361 VALID
14 ,546 0,361 VALID
15 ,578 0,361 VALID
16 -,124 0,361 TIDAK VALID
17 ,808 0,361 VALID
18 ,738 0,361 VALID
19 ,546 0,361 VALID
20 ,596 0,361 VALID
UJI ANALISIS
Uji Normalitas
Uji Regresi Sederhana
Means
Uji F
Uji T
DOKUMENTASI
Gambar 1.1
Salah satu minimarket di sekitar pasar Ciputat, Jl. K.H Dewantara
Gambar 1.2
Salah satu minimarket di sekitar pasar Ciputat, Jl. H. Usman
Gambar 1.3
Salah satu minimarket di sekitar pasar Ciputat, Jl. Arya Putra
Gambar 1.4
Saat menyebar instrumen kepada salah
satu responden (pedagang sayuran)
Gambar 1.5
Saat menyebar instrumen kepada salah
satu responden (pedagang sembako)
Gambar 1.6
Saat menyebar instrumen kepada salah
satu responden (pedagang sembako)
DATA PRIBADI
Nama : Wulan Permatasari
Tempat/Tgl Lahir : Tangerang, 28 Juli 1994
Alamat Tetap : Jl. Tegal Rotan Raya, Desa Pondok Jaya, RT 002/001,
Pondok Jaya, Pondok Aren, Tangerang Selatan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
No. Telepon / Mobile : 0812-9916-7728
Kebangsaan : Indonesia
PROFIL PROFESIONAL
Mempunyai motivasi yang tinggi dalam mencapai suatu tujuan dan kreatif dalam
memecahkan suatu masalah, bersemangat untuk terus belajar, dan menyukai
tantangan.
Mudah beradaptasi dengan lingkungan kerja dan berkepribadian fleksibel, dapat
berkoordinasi dengan baik dalam melaksanakan tugas dan/atau pekerjaan yang
diberikan.
Dapat berkomunikasi dengan baik dalam lingkungan kerja.
Dapat dipercaya, berorganisasi dengan baik, enerjik, memiliki kemauan yang
tinggi untuk bekerja lebih baik.
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
Periode Sekolah / Institusi /
Universitas Jurusan
2000 - 2006 SDI Darun Najah Petukangan -
2006 - 2009 SMP Negeri 3 Ciputat -
2009 - 2012 SMK Yadika 5 Pondok Aren Akuntansi
2012 - 2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pendidikan IPS
(Ekonomi)
IPK 3,61
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PROFESIONAL
Kemampuan Komputer
Microsoft Work ( Excle, Word, Power Point,etc).
Windows Programs Installation.
Internet Browsing.
Kemapuan Kependidikan
Menguasai ilmu matematika dasar dengan baik.
Menguasai ilmu pendidikan sosial terlebih dalam konteks ekonomi.
Mampu menyusun perangkat pembelajaran (Prosem, Prota, RPP, Silabus, etc).
Menyukai dunia pendidikan anak-anak.
Riwayat Pengalaman Kerja
Tahun : 2015 (Januari - Maret)
Instansi / Perusahaan : Ranking Bimbel
Posisi : Mentor mata pelajaran matematika (SD)
Job Deskripsi : Mengajar mata pelajaran matematika dasar;
membuat laporan kegiatan pembelajaran;
memberikan nilai atas pembelajaran pada setiap
siswa/i bimbel.
Tahun : 2013 - sekarang
Instansi / Perusahaan : Pribadi
Posisi : Guru Privat
Job Deskripsi : Mengajar mata pelajaran tingkat SD & SMP (fokus
mata pelajaran matematika & IPS); memberikan
evaluasi atau test mingguan kepada anak didik.