pengaruh peningkatan konsentrasi etanol pada …

79
EVALUASI PENGARUH GELLING AGENT TERHADAP STABILITAS FISIK dan PROFIL DIFUSI SEDIAAN GEL MINYAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa Linn) Skripsi Oleh: ARDIAN S. NURHAKIM NIM: 106102003366 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M / 1431 H

Upload: others

Post on 05-Apr-2022

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

EVALUASI PENGARUH GELLING AGENT TERHADAP

STABILITAS FISIK dan PROFIL DIFUSI SEDIAAN GEL

MINYAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa Linn)

Skripsi

Oleh:

ARDIAN S. NURHAKIM

NIM: 106102003366

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M / 1431 H

Page 2: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

EVALUASI PENGARUH GELLING AGENT TERHADAP

STABILITAS FISIK dan PROFIL DIFUSI SEDIAAN GEL

MINYAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa Linn)

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Far)

Oleh:

ARDIAN S. NURHAKIM

NIM: 106102003366

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M / 1431 H

Page 3: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : ARDIAN S. NURHAKIM

NIM : 106102003366

JUDUL : EVALUASI PENGARUH GELLING AGENT TERHADAP

STABILITAS FISIK dan PROFIL DIFUSI SEDIAN GEL

MINYAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa Linn)

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Farida Sulistiawati, M.Si, Apt Yuni Anggraeni, S.Si, Apt

NIP. 196701052006042001 NIP. 198310282009012008

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt

NIP. 1956010619851010001

Page 4: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul

EVALUASI PENGARUH GELLING AGENT TERHADAP

STABILITAS FISIK dan PROFIL DIFUSI SEDIAAN GEL

MINYAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa Linn)

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh

Ardian S. Nurhakim

NIM: 106102003366

Menyetujui,

Pembimbing:

1. Pembimbing I Farida Sulistiawati, M.Si, Apt. ........................

2. Pembimbing II Yuni Anggraeni, S.Si, Apt. ........................

Penguji:

1. Ketua Penguji Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. ........................

2. Anggota Penguji I Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. ........................

3. Anggota Penguji II Zilhadia, M.Si, Apt. ........................

4. Anggota Penguji III Ahmad Musir, M.Sc, Apt. ........................

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And

Tanggal lulus : 30 September 2010 M / 21 Syawal 1431 H

Page 5: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

iv

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN

TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

BOGOR, 27 SEPTEMBER 2010

18 SYAWAL 1431

ARDIAN S. NURHAKIM

Page 6: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

v

LEMBAR PERSEMBAHAN

Teruntuk Ayah Bundaku yang selalu Ananda cintai dalam relung hati yang

terdalam

Ibarat sinar mentari begitulah kasihmu sepanjang zaman yang teruntai begitu

indahnya

Ananda haturkan terima kasih atas segala kasih sayang yang sedari kecil telah

diberikan dengan tulus

Setiap doa yang terlantun untuk Ananda menjadi pelipur hati dalam setiap

langkah.

Tanpa cintamu bagai taman tak berbunga dan bagaikan malam tak berbintang

Pengorbananmu tak akan pernah tergantikan dengan apapun yang Ananda miliki

Duhai Rabbi sejahterakanlah Ayah Bundaku dengan nikmat-Mu yang tak pudar

ditelan masa

Teruntuk Saudaraku yang kusayangi karena Allah

Tanamlah cinta dalam hati

Biarkan Ia tumbuh berkembang hanya karena Allah

Ukirlah dalam setiap langkah agar Ia senantiasa terlukis indah di dasar jiwa

Ingatlah bahwa kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya

Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya

Page 7: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

vi

ABSTRAK

Judul : Evaluasi Pengaruh Gelling Agent Terhadap Stabilitas Fisik dan

Profil Difusi Sediaan Gel Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa

Linn)

Minyak biji jinten hitam (Nigella sativa Linn) diketahui berkhasiat untuk

menyembuhkan berbagai penyakit dan masalah pada kulit, salah satunya

sebagai antioksidan. Oleh karena itu minyak biji jinten hitam dibuat

sediaan gel dengan variasi gelling agent. Komposisi basis gel dibuat

dengan menggunakan tiga gelling agent, yaitu Natrium Karboksi Metil

Selulosa (Na CMC) dengan konsentrasi 4%, 5%; Hidroksi Propil Metil

Selulosa (HPMC) dengan konsentrasi 3%, 4%; dan Karbopol 940 dengan

konsentrasi 0,5%, 1%. Berdasarkan hasil evaluasi pemeriksaan fisik dan

pelepasan zat aktif, gel menunjukan stabilitas fisik yang baik dan formula

VI (basis karbopol 1%) menunjukan pelepasan zat aktif paling tinggi.

Kata kunci : gel; minyak biji jinten hitam; antioksidan; Na CMC; HPMC;

Carbopol 940.

Page 8: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

vii

ABSTRACT

Title : Evaluation of Gelling Agent Effect On the Physical Stability and

Diffusion Profile of Gel Black Cumin Seed Oil (Nigella sativa Linn)

Black cumin seed oil (Nigella sativa Linn) is known efficacious to cure

various diseases and skin problems, such as antioxidant. Therefore, black

cumin seed oil gel was formulated with a variety of gelling agent. The

composition of the gel base was made by using the three gelling agents,

namely Sodium Carboxy Methyl Cellulose (Na CMC) with a

concentration of 4%, 5%; Hydroxy Propyl Methyl Cellulose (HPMC)

with a concentration of 3%, 4%, and Carbopol 940 with a concentration

of 0,5 %, 1%. Based on the evaluation of physical stability and release of

active substances, gel showed good physical stability and the formula VI

(Carbopol base 1%) showed the highest release of active substances.

Keyword : gel; black cumin seed oil; antioxidant; Na CMC; HPMC; Carbopol

940.

Page 9: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang telah memberi

pertolongan serta kemampuan kepada kami, karena hanya dari-Nya lah segala

kekuatan sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Evaluasi

Pengaruh Gelling Agent Terhadap Stabilitas Fisik dan Profil Difusi Sediaan

Gel Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa Linn)”. Semoga shalawat dan

salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW,

penyandang gelar al-amin teladan yang mulia, keluarga dan para sahabatnya, serta

orang-orang yang mengikuti jejak mereka hingga hari pembalasan nanti.

Tulisan ini tidak akan terwujud, hingga orang-orang baik hati membantu

dan mendukung kami dalam menyelesaikannya. Ketulusan hati kami untuk

menuturkan terima kasih kepada orang-orang dermawan yang telah banyak

membantu, baik berupa materi, teori, ilmu, waktu dan segalanya yang begitu

berharga.

Kepada Ibu Farida Sulistiawati M.Si, Apt., selaku pembimbing I, dan Ibu

Yuni Anggraeni S.Si, Apt., selaku pembimbing II, kami haturkan terima kasih

banyak atas bimbingan, bantuan, motivasi, dan arahannya.

Kepada orang baik hati yang memberikan kesempatan kepada kami dalam

berkarya, Bapak M. Yanis Musdja M.Sc, Apt., selaku Ketua Program Studi

Farmasi, dan Bapak Prof. Dr. (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp.And., selaku Dekan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, serta tidak lupa kepada seluruh dosen

farmasi, atas ilmu dan ”sharing”nya, kami ucapkan terima kasih.

Page 10: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

ix

Kepada Ibunda tersayang, Hj. Euis S. Elyana, yang selalu memberikan

doanya setiap waktu dan Ayahanda tercinta, H. Suryono, S.E., yang sudah

memberikan semangat terus tanpa henti baik moril, materil dan kasih sayang.

Terima kasih atas pengorbanan Ayah Bunda kami, karena beliau kami tetap

semangat dan tegar setiap menjalani hidup ini. Serta adikku Egi B. Rivai dan

Rivkie S. Ramadhani atas segala dukungannya.

Kepada staff dan karyawan Farmasi UIN, Bapak Zamzani Kiran, Mbak

Via, Mas Anang, Mas Taufik, dan Mas Toni terima kasih telah banyak membantu

dalam proses penelitian.

Kepada staff laboran Ka Pritta, Ka Pipit, Ka Eris Risenti, dan Ka Nurul,

terima kasih banyak telah membantu dalam proses penelitian ini hingga selesai.

Kepada teman-teman Farmasi angkatan 2006, junior maupun senior di

FKIK UIN jakarta, khususnya di jurusan Farmasi, terima kasih atas dukungan,

dan bantuannya selama ini.

Kepada teman-teman perumahan Bukit Asri Ciomas Bogor, meskipun

mereka agak sedikit bandel Insyaallah mereka semua adalah orang-orang yang

baik, terima kasih atas segala dukungan, canda, dan kebaikan kalian semua.

Kepada sahabat terbaik Ahmad Madani, Moch. Shobir Affandi, Syaikhul

Aziz, Ahmad Fikri, Rico Bahtiar, Indira Irma, Eka Yuniarsih, Ayu Nuki, Vebby

Dwi Amanda, Suvrela Artiani, Rahmiaty Puspita, Eka Widyaningrum, Devi

Kurniawan, Ramdhan Fazrianto, Nur Ali, Mina Choerunnisa dan Ismail Djibril,

yang selama ini selalu memberikan semangat, bantuan, harapan serta nasehatnya

dan juga kepada semua para sahabat yang namanya tidak disebutkan, percayalah

kalian semua adalah yang terbaik yang kami pernah miliki.

Page 11: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

x

Akhirnya, semoga Allah membalas kita semua dengan kebaikan, meridhai

kita dalam segala gerak langkah kehidupan kita, memenuhi hati kita dalam

perasaan kaya, dan memenuhi kedua tangan kita dengan rizki yang baik penuh

barakah, karena tawakkal dan ridha kita kepada-Nya. Semoga apa yang kita

usahakan di dunia menjadi amal baik, bekal kita menghadap Allah SWT. Amin

Semoga dalam mengarungi kehidupan ini, kita menjadi seorang mukmin

sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:

"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Semua urusannya mengandung

kebaikan baginya dan hal ini tidak berlaku bagi seorangpun, kecuali seorang mukmin.

Jika mendapat kenikmatan, Ia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan jika tertimpa

musibah Ia bersabar, maka itu pun baik baginya." (HR. Muslim)

Bogor, 27 September 2010

18 Syawal 1431

Ardian S Nurhakim

Page 12: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

xi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ..................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................... v

ABSTRAK .............................................................................................. vi

ABSTRACT ............................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ............................................................................. viii

DAFTAR ISI ........................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiii

LAMPIRAN ............................................................................................ xiv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah .............................................................. 3

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................. 3

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................ 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jinten Hitam (Nigella sativa L.)............................................. 4

2.2 Minyak Lemak ...................................................................... 8

2.3 Ekstraksi ............................................................................... 9

2.4 Kulit ...................................................................................... 15

2.5 Gel ........................................................................................ 18

2.6 Stabilitas Sediaan .................................................................. 19

2.7 Komponen Gel ...................................................................... 19

BAB III. KERANGKAS KONSEP ............................................................. 22

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 23

4.2 Bahan dan Alat ..................................................................... 23

4.3 Cara Kerja ............................................................................ 24

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian ..................................................................... 33

5.2 Pembahasan .......................................................................... 38

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ........................................................................... 43

6.2 Saran ..................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 44

LAMPIRAN ................................................................................................ 47

Page 13: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Formula Gel Minyak Jinten Hitam................................................ 29

Tabel 2. Hasil Penapisan Fitokimia Biji Jinten Hitam ................................. 33

Tabel 3. Hasil Penapisan Fitokimia Minyak Jinten Hitam........................... 34

Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Minyak Jinten Hitam ...................................... 34

Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Organoleptis ................................................... 35

Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Homogenitas................................................... 36

Tabel 7. Hasil Pemeriksaan pH .................................................................. 36

Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Viskositas ....................................................... 37

Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Stabilitas Fisik ................................................ 37

Tabel 10. Hasil Pemeriksaan Difusi ............................................................. 38

Page 14: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Penampang Kulit Graaff ........................................................... 15

Gambar 2. Struktur Karbomer 940 ............................................................. 19

Gambar 3. Struktur HPMC ......................................................................... 20

Gambar 4. Struktur Na CMC...................................................................... 20

Gambar 5. Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ................................. 48

Gambar 6. Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ......................................... 48

Gambar 7. Kurva Serapan Minyak Jinten Hitam......................................... 51

Gambar 8. Evaluasi Pemeriksaan Stabilitas Fisik ....................................... 52

Gambar 9. Kurva Hasil Pemeriksaan Difusi ............................................... 62

Gambar 10. pH meter ................................................................................... 63

Gambar 11. Viskometer Brookfield.............................................................. 63

Gambar 12. Refraktometer ........................................................................... 63

Gambar 13. Spektrofotometer UV-Vis ......................................................... 63

Gambar 14. Oven ......................................................................................... 63

Page 15: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tanaman dan Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ................. 48

Lampiran 2. Perhitungan Bobot Jenis Minyak Jinten Hitam ....................... 49

Lampiran 3. Hasil Scanning λ Maksimum Minyak Jinten Hitam ................ 50

Lampiran 4. Kurva Serapan Minyak Jinten Hitam ...................................... 51

Lampiran 5. Evaluasi Pemeriksaan Stabilitas Fisik ..................................... 52

Lampiran 6. Absorbansi Pemeriksaan Difusi .............................................. 54

Lampiran 7. Perhitungan Pemeriksaan Difusi ............................................. 60

Lampiran 8. Perhitungan Faktor Koreksi (FK) Pemeriksaan Difusi ............ 61

Lampiran 9. Evaluasi Pemeriksaan Difusi ...................................................... 62

Lampiran 10. Gambar dan Alat Penelitian .................................................... 63

Lampiran 11. Hasil Determinasi ................................................................... 64

Page 16: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan

meningkatnya jumlah industri obat dan kosmetika yang beredar di pasaran

dalam bentuk dan jenis yang begitu bervariasi. Banyak industri-industri obat

dan kosmetika yang sudah mulai memanfaatkan bahan alam pada produk-

produknya, salah satunya produk kosmetik yang mengandung jinten hitam

(Nigella sativa Linn). Jinten hitam termasuk keluarga Ranunculaceae yang

mempunyai potensi yang cukup besar sebagai bahan baku kosmetika maupun

obat. Jinten hitam dapat dimanfaatkan untuk mencegah atau mengobati

berbagai penyakit dan gangguan kulit yang disebabkan oleh bakteri atau

jamur, serta sangat baik untuk menjaga kelembaban, kehalusan, dan

keremajaan kulit. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan

merupakan organ yang essensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan

dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta

bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan lokasi tubuh

(Wasitaatmadja, 1997). Penyakit dan gangguan pada kulit menjadi suatu hal

yang sering menimpa kaum wanita maupun pria. Pada umumnya penyakit

dan gangguan pada kulit sering terjadi pada remaja dan seringkali

menimbulkan bekas luka atau flek (Underwood, 2004), sehingga dapat

menyebabkan menurunnya rasa percaya diri yang dapat berakibat pada

hubungan interaksi sosial seseorang.

Page 17: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

2

Untuk mengatasi penyakit dan gangguan pada kulit, dibutuhkan suatu

sediaan yang mempunyai daya penetrasi yang baik, waktu kontak yang cukup

lama, dan dosis yang sesuai. Minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.)

secara tradisional telah digunakan untuk mengatasi penyakit dan gangguan

pada kulit, salah satunya berkhasiat sebagai antioksidan. Minyak biji jinten

hitam dapat dibuat menjadi suatu sediaan farmasi, salah satunya adalah

sediaan gel, dimana sediaan gel mempunyai kadar air yang tinggi, sehingga

dapat menghidrasi stratum corneum dan juga mengurangi resiko timbulnya

peradangan lebih lanjut akibat menumpuknya minyak pada pori-pori.

Bentuk sediaan semisolid merupakan bentuk yang sangat ideal karena

penggunaannya lebih praktis. Sedian gel merupakan bentuk sediaan semisolid

yang banyak digunakan dalam kosmetika karena lebih mudah dibuat, lebih

cepat menyebar ke permukaan kulit, pelepasan obatnya baik, lebih enak

dipakai karena pada pemakain di kulit setelah kering meninggalkan film

tembus pandang elastis, daya lekat tinggi, dan mudah dicuci dengan air.

Untuk menghasilkan gel yang baik diperlukan suatu formula gel yang

mengandung bahan-bahan yang cocok dengan konsentrasi yang sesuai.

Pada penelitian ini akan dibuat enam macam formula gel minyak

jinten hitam (Nigella sativa L.) dengan variasi jenis dan konsentrasi gelling

agent. Variasi jenis dan konsentrasi gelling agent ini akan dilihat

pengaruhnya terhadap stabilitas fisik dan profil difusi sediaan gel minyak biji

jinten hitam (Nigella sativa L.). Jenis gelling agent yang digunakan yaitu

Na CMC, HPMC, dan Karbopol 940.

Page 18: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

3

1.1 Perumusan Masalah

1. Apakah minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.) dapat dibuat menjadi

sediaan gel yang baik dan stabil?

2. Bagaimana pengaruh konsentrasi dan jenis gelling agent yang digunakan

terhadap stabilitas fisik dan profil difusi sediaan gel minyak biji jinten

hitam (Nigella sativa L.)?

1.2 Tujuan Penelitian

Menentukan jenis dan konsentrasi gelling agent yang dapat

menghasilkan sediaan gel minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.) yang

baik dan stabil.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

tentang formulasi gel dari minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.)

dengan menggunakan variasi jenis dan konsentrasi gelling agent.

Page 19: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jinten Hitam (Nigella sativa L.) (Depkes RI, 1979; Depkes RI, 1989)

2.1.1 Klasifikasi

Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi tanaman jinten hitam

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Traceabionta

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida dicotyledon

Subkelas : Magnoliidae

Ordo : Ranunculales

Famili : Ranunculaceae

Genus : Nigella Linn.

Spesies : Nigella sativa Linn.

Nama lain Nigella sativa L. diantaranya adalah : Kalonji (bahasa

Hindi), Kezah (Hebrew), Chamushka (Rusia), Habbatus Sauda’

(Arab), Siyah daneh (Persian), Fennel Flower / Black Carraway /

Nutmeg Flower / Roman Coriander / Black Onian Seed (English),

atau Jinten Hitam (Indonesia).

Page 20: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

5

2.1.1 Morfologi

Nigella sativa Linn atau Jintan Hitam Pahit ini merupakan jenis

tanaman bunga, terna setahun berbatang tegak. Tumbuh setinggi 20-

50 cm, berkayu, dan berbentuk bulat menusuk. Batang biasanya

berusuk dan berbulu kasar, rapat, atau jarang-jarang, dan disertai

dengan adanya bulu-bulu yang berkelanjar. Bentuk daun lanset (bulat

telur berujung lancip), berbentuk garis panjang 1,5 cm sampai 2 cm,

ujung lancip terdapat tiga tulang daun yang berbulu, daunnya kadang-

kadang tunggal, atau bisa juga majemuk dengan posisi tersebar atau

berhadapan. Daun bagian bawah bertangkai dan bagian atas duduk.

Daun pembalut bunga kecil. Di bagian permukaan daunnya terdapat

bulu halus.

Tumbuhan jintan hitam memiliki bunga yang bentuknya

beraturan, bundar telur, ujungnya agak melancip sampai agak tumpul,

pangkal mengecil membentuk sudut yang pendek dan besar. Bunga ini

kemudian menjadi buah berbentuk bumbung atau buah kurung

berbentuk bulat panjang. Bunganya menarik dengan warna biru pucat

atau putih, dengan 5-10 mahkota bunga; mahkota bunga pada

umumnya 8, agak memanjang, lebih kecil dari kelopak bunga, berbulu

jarang dan pendek; bibir bunga dua, bibir bagian atas pendek, lanset,

ujung memanjang berbentuk benang, ujung bibir bunga bagian bawah

tumpul; benang sari banyak, gundul; kepala sari jorong, dan sedikit

tajam, berwarna kuning.

Page 21: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

6

Buah bulat telur atau agak bulat. Buahnya keras seperti buah

buni. Berbentuk besar, menggembung, berisi 3-7 unit folikel, masing-

masing berisi banyak biji atau benih yang sering digunakan manusia

sebagai rempah-rempah.

Biji hitam, jorong bersudut tiga tak beraturan, dan sedikit

berbentuk kerucut, panjang 3 mm, berkelanjar. Bijinya berwarna

hitam pekat.

2.1.2 Budidaya

Tanaman ini diperbanyak dengan biji. Di Indonesia tanaman ini

belum dibudidayakan secara umum.

2.1.3 Ekologi dan penyebaran

Tumbuh dari daerah Levant ke arah timur Samudra Indonesia

sebagai gulma semusim.

2.1.4 Bagian tanaman yang digunakan

Biji

2.1.5 Kandungan kimia

Biji jinten hitam mengandung asam lemak (35,6-41,6%),

meliputi asam arakidonat, asam linolenat, asam linoleat, asam oleat,

asam palmitat, asam stearat, dan asam miristat. Minyak atsiri (0,5-

1,6%), meliputi nigellone, thymoquinone, thymohydroquinone,

dithymoquinone, thymol, carvacrol, α dan β-pinene, d-limonene, d-

citronellote, dan p-cymene. Protein (22,7%), asam amino meliputi

albumin, globulin, lisin, leusin, isoleusin, valine, glycine, alanin,

fenilalanin, arginin, asparagin, cystine, asam glutamat, asam aspartat,

Page 22: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

7

prolin, serin, treonin, triptopan dan tirosin. Alkaloid meliputi

nigellicine, nigellidine-N-oxide. Mineral (1,79-3,74%), meliputi Fe,

Na, Cu, Zn, P, dan Ca. Vitamin seperti asam askorbat, tiamin, niasin,

piridoksin, dan asam folat, serta karbohidrat (33,9%), serat (5,5%), air

(6%), jadi juga memiliki nilai gizi. Selain itu, terkandung senyawa

flavonoid, saponin, dan tannin, asam organik. Bijinya juga

mengandung lipase, fitosterol, dan β-sitosterol. (Hassan Gilani et al,

2004).

Pada bagian luar (kulit) biji terdapat sulfat (garam asam

belerang), fosfor, fosfat, karotin, besi, dan salinium. Pada bagian

dalam (isi), terdapat kandungan minyak, enzim, hormon, dan bahan-

bahan karbohidrat dan protein. Pada bagian yang memisahkan kulit

dan isi, yang berwarna cokelat mengandung tocopherol, bahan-bahan

yang bersifat sulfat, dan tembaga, juga mengandung antibiotik serta

hormon-hormon dan sebagainya. (Hasan M.M, 2007).

2.1.6 Khasiat dan Kegunaan (Hassan et al, 2004; Padhye et al, 2008)

Berdasarkan beberapa kajian ilmiah hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh para ilmuwan dan pengalaman masyarakat yang

menggunakan adalah : Menyembuhkan luka pada kulit, jerawat, flek,

neurodermitis, eksim; jinten hitam mengandung minyak eter yang

dapat membantu pencernaan dan mengurangi masalah usus; terbukti

menyembuhkan 70% pasien alergi, termasuk didalamnya alergi

serbuk, debu, dan asma; memiliki khasiat antitumor dan antikanker

tanpa efek samping seperti yang terjadi pada kemoterapi dan

Page 23: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

8

penyinaran; memperkuat sistem kekebalan tubuh, memperlambat

penuaan sel, menekan rasio sel-T sebagai indikator penyakit;

antioksidan yang mampu membuang racun dari dalam tubuh

(detoksifikasi); karena kandungan asam lemak tidak jenuh yang

tinggi, minyak jinten hitam sangat rentan terhadap oksidasi. Pada

penyumbatan (sembelit) dalam tubuh diperlukan perlindungan

selanjutnya dari pengaruh buruk oksigen reaktif; memberikan asupan

kandungan nutrisi yang tinggi meliputi monosakarida, silosa, dan

arabinosa; meningkatkan produksi susu pada ibu menyusui. Hal ini

disebabkan adanya kombinasi antara porsi lipid dan struktur hormon;

menjaga stamina, memperkuat daya konsentrasi; mengatasi problema

paru-paru; menyembuhkan radang pada persendian atau rematik;

mengatasi impotensi.

2.2 Minyak Lemak

Minyak lemak (Olea pinguia) adalah suatu cairan jernih atau massa

padat yang menjadi jernih di atas suhu leburnya, tidak berbau asing atau

tengik, mudah larut dalam kloroform P, eter P, dan dalam eter minyak tanah

P. (Depkes RI, 1979).

Minyak merupakan lemak cair atau semisolid yang berasal dari

mineral, tumbuhan, atau hewan. Minyak yang berasal dari tumbuhan dan

mineral banyak dipakai untuk pengobatan topikal. Minyak tumbuhan yang

lazim dicampur dalam krim dan lotion adalah minyak-minyak biji kapas,

jagung, kastor, zaitun, dan kacang. Efek emolien minyak-minyak ini serupa,

Page 24: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

9

perbedaannya terletak pada baunya, stabilitas penyimpanannya, dan kapasitas

emulsifikasi. Penggunaan topikal minyak relatif tidak menimbulkan efek

samping. (Oen, 1986).

Minyak lemak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada

golongan lipid , yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut

dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter

(C2H5OC2H5), Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak

dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak

dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut.

Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau

triasgliserol, yang berarti “triester dari gliserol” . Jadi lemak dan minyak juga

merupakan senyawaan ester . Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam

karboksilat dan gliserol . Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang

mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang. (Netti dkk,

2002).

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.

Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan

senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-

lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan

ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Struktur

kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas

Page 25: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

10

senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat,

dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung

simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang

tepat. (DepKes RI, 2000)

Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini yaitu maserasi.

Maserasi (macerase = mengairi, melunakkan ) merupakan cara ekstraksi yang

paling sederhana. Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat

farmakope (umumnya terpotong-potong atau berupa serbuk kasar) disatukan

dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan

terlindung dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya

atau perubahan warna) dan dikocok kembali. Waktu lamanya maserasi

berbeda-beda, masing-masing farmakope mencantumkan 4-10 hari. Setelah

selesai waktu maserasi, artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi

pada bagian dalam sel dengan cairan yang masuk kedalam telah tercapai,

maka proses difusi segera berakhir. Persyaratannya adalah bahwa rendaman

tadi harus dikocok berulang-ulang (kira-kira 3 kali sehari). Melalui upaya ini,

dapat dijamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraktif yang lebih cepat di

dalam cairan. Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya

perpindahan bahan aktif. Semakin besar perbandingan simplisia terhadap

cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh. Setelah

maserasi, rendaman diperas dan sisanya juga diperas lagi, kemudian hasil

ekstraksi disaring. (Voigt, 1995).

Page 26: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

11

Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur dan

kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang

diisolasi. (Harborne, 1987).

2.3.1 Proses pembuatan ekstrak (DepKes RI, 2000)

a. Pembuatan serbuk simplisia dan klasifikasinya

Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan

serbuk simplisia kering (penyerbukan). Dari simplisia dibuat

serbuk simplisia dengan peralatan tertentu sampai derajat

kehalusan tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak.

Makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif-

efisien, namun makin halus serbuk, maka makin rumit secara

teknologi peralatan untuk tahapan filtrasi.

b. Cairan pelarut

Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah

pelarut yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang

berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut

dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya,

serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa

kandungan yang diinginkan. Faktor utama untuk pertimbangan

pada pemilihan cairan penyari adalah sebagai berikut : Selektivitas,

kemudahan bekerja, keamanan, ekonomis, ramah lingkungan dan

proses dengan cairan tersebut.

Page 27: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

12

c. Separasi dan pemurnian

Tujuan dari tahapan ini adalah menghilangkan (memisahkan)

senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa

berpengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga

diperoleh ekstrak yang lebih murni.

d. Pemekatan atau Penguapan

Pemekatan berarti peningkatan jumlah partial solute

(senyawa terlarut) secara penguapan pelarut tanpa sampai menjadi

kondisi kering, ekstrak hanya menjadi kental atau pekat.

e. Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang

diperoleh dengan simplisia awal.

2.3.2 Metode ekstraksi (DepKes RI, 2000)

a. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut

1. Cara dingin

Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi

termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian

konsentrasi pada keseimbangan.

Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru

sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur

Page 28: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

13

ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap

maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai

diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

2. Cara panas

Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur

titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas

yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya

dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5

kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

Sokhlet

Sokhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu

baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga

terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan

dengan adanya pendingin balik.

Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan

kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur

ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-

50oC.

Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur

penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air

Page 29: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

14

mendidih, temperatur terukur 96-98oC) selama waktu tertentu

(15-20 menit).

Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30

menit) dan temperatur sampai titik didih air.

b. Destilasi uap

Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap

(minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air

berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan

menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai

sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran

(senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air

bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau

memisah sebagian. Destilasi uap, bahan (simplisia) benar-benar

tidak tercelup ke air yang mendidih, namun dilewati uap air

sehingga senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi. Destilasi

uap dan air, bahan (simplisia) bercampur sempurna atau sebagian

dengan air mendidih, senyawa kandungan menguap tetap kontinu

ikut terdestilasi.

Page 30: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

15

2.4 Kulit

Gambar 1. Penampang Kulit (Graaff dkk, 2001)

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama

yaitu : lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis (korium, kutis vera,

true skin), dan lapisan subkutis (hypodermis). Tidak ada garis tegas yang

memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan

ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak. Tiga lapisan kulit utama,

antara lain :

1. Lapisan epidermis yang terdiri atas:

a. Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling

luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak

berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat

tanduk).

b. Stratum lusidum (daerah sawar) terdapat langsung di bawah lapisan

korneum, merupakan lapisan sel gepeng tanpa inti dengan

protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin.

Page 31: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

16

c. Stratum granulosum (lapisan keratohialin/lapisan seperti butir)

merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir

kasar dan terdapat inti diantaranya.

d. Stratum spinosum (stratum malphigi/lapisan sel duri) atau disebut

pula prikle cell layer (lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel

yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena

adanya proses mitosis.

e. Stratum germinativum (lapisan sel basal) terdiri atas sel-sel

berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan

dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade).

2. Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal

daripada epidermis. Lapisan ini terbentuk oleh lapisan elastik dan fibrosa

padat dengan elemen selular, kelenjar, dan folikel rambut. Secara garis

besar dibagi menjadi dua bagian :

a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung

serabut saraf, dan pembuluh darah.

b. Pars retikulare, yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan

dengan subkutis, bagian ini terdiri dari serabut-serabut penunjang

misalnya serabut kolagen, elastin, dan retikulin.

3. Lapisan subkutis merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat

longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat,

besar, dengan inti terdesak kepinggir karena sitoplasma lemak yang

bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu

dengan yang lainnya oleh trabekula yang fibrosa.

Page 32: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

17

Derajat keasaman (pH) kulit manusia berkisar antara 4,2-6,5. Keadaan

asam ini sebagian besar disebabkan oleh adanya zat bersifat asam seperti

asam amino dan asam lemak bebas misalnya asam laktat, yang merupakan

sekresi dari kelenjar sebaseus. Lapisan bersifat asam ini dikenal dengan

istilah mantel asam kulit yang dapat melindungi tubuh dari serangan bakteri

dan zat kimia yang dapat merusak jaringan (Anief, 1997; Wasitaatmadja,

1997).

Fungsi kulit antara lain : sebagai pelindung, absorpsi cairan mudah

menguap, eksresi, pengindra (sensori), pengaturan suhu tubuh, pembentukan

pigmen, sawar radiasi UV, dan sawar listrik (Anief, 1997; Wasitaatmadja,

1997).

Berbagai faktor dapat mempengaruhi absorpsi kulit terhadap kosmetika,

yaitu faktor yang berasal dari lingkungan hidup (sinar UV, suhu, dan

kelembaban udara), faktor dari lingkungan tubuh (tempat aplikasi kosmetik,

luas aplikasi kosmetik, umur pemakai, kondisi kulit yang diaplikasikan

kosmetik), dan faktor kosmetika yang dipakai (intensitas pemakaian,

keasaman kosmetika, konsentrasi bahan aktif, jenis bahan dasar yang menjadi

bahan pelarut pada kosmetika) (Wasitaatmadja, 1997).

Bentuk sediaan yang digunakan melalui rute kulit dimaksudkan untuk

efek lokal, tidak untuk sistemik. Oleh karena itu, sediaan untuk kulit biasanya

digunakan sebagai antiseptik, antifungi, antiinflamasi, anestetik lokal,

emolien, pelindung terhadap sinar matahari, udara, dan lain-lain. Biasanya

berbentuk gel, salep, krim, atau pasta dengan basis yang bermacam-macam

Page 33: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

18

dan mempunyai sifat yang bermacam-macam seperti hidrofil atau hidrofob.

(Anief, 1993).

2.5 Gel

Gel atau jelly adalah sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat

dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,

terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel

kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya gel

aluminium hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase

terdispersi relatif besar, misalnya gel kadang-kadang dinyatakan sebagai

magma (misalnya magma bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa

tiksotropik, membentuk semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada

pengocokan. Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk

menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket (lihat suspensi).

(DepKes RI 1995).

Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba

sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan

antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat

dibuat dari makromolekul sintetik (misalnya karbopol) atau dari gom alam

(misalnya tragakan). Sediaan tragakan juga disebut juga musilago. Walaupun

gel-gel ini umunya mengandung air, etanol, dan minyak dapat digunakan

sebagai fase pembawa. (Ansel C Howard, 1989).

Page 34: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

19

2.6 Stabilitas Sediaan

Stabilitas sebuah gel adalah sifat gel untuk mempertahankan distribusi

halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang

panjang. Gel mempunyai kakakuan yang disebabkan oleh jaringan yang

saling menganyam dari fase terdispersi yang mengurung dan memegang

medium pendispersi. Perubahan dalam temperatur dapat menyebabkan gel

tertentu mendapatkan kembali bentuk sol dan bentuk cairnya. Juga beberapa

gel menjadi encer setelah pengocokan dan kembali menjadi setengah padat

atau padat kembali setelah dibiarkan tidak terganggu untuk beberapa waktu

tertentu, peristiwa ini disebut tiksotropi. (Ansel C Howard, 1989).

2.7 Komponen Gel (Rowe dkk, 2006)

2.7.1 Karbopol 940

Gambar 2. Struktur Karbopol 940

Karbopol merupakan kelompok acrylic polymer cross-linked

dengan poly alkenyl ether. Nama lain karbopol adalah acitamer,

acrylic acid polymer, carbomer, carboxyvinyl polymer. Karbopol

digunakan sebagian besar dalam cairan sediaan formulasi semi solid

berkenaan dengan farmasi sebagai suspending agent. Digunakan pada

Page 35: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

20

formulasi krim, gel, dan salep dan kemungkinan digunakan sebagai

sediaan opthalmic, rectal, dan sediaan topikal lain.

2.7.2 HPMC (Hidroksi Propil Metil Selulosa)

Gambar 3. Struktur HPMC

Nama lain HPMC antara lain: hypromellose, methocel, hydroxy

propyl methyl cellulose, metolose, dan pharmacoat. Rumus kimia

HPMC adalah CH3CH(OH)CH2. HPMC secara luas digunakan

sebagai suatu eksipien di dalam formulasi pada sedian topikal dan

oral. Dibandingkan dengan metilsellulosa, HPMC menghasilkan

cairan lebih jernih. HPMC juga digunakan sebagai zat pengemulsi,

agen pensuspensi dan agen penstabil di dalam sediaan salep dan gel.

Pemeriannya adalah serbuk hablur putih, tidak berasa, tidak berbau,

larut dalam air dingin, dan membentuk koloid yang merekat. Tidak

larut dalam kloroform, etanol 95%, dan eter tetapi dapat larut dalam

diklorometana. Fungsinya adalah suspending agent.

2.7.3 Na CMC (natrium karboksilmetilselulosa)

Gambar 4. Struktur Na CMC

Page 36: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

21

Na CMC adalah garam natrium polikarboksimetil eter selulosa.

Mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 9,5% Na,

dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Kekentalan larutan 2 g

dalam 100 ml air, untuk zat yang mempunyai kekentalan 100 cP atau

kurang, tidak kurang dari 80% dan tidak lebih dari 120% dari

ketentuan yang tertera pada etiket, untuk zat yang mempunyai

kekentalan lebih dari 100 cP, tidak kurang dari 75% dan tidak lebih

dari 140% dari ketentuan yang tertera pada etiket. Pemerian serbuk

atau butiran putih atau putih kuning gading, tidak berbau, atau hampir

tidak berbau dan higroskopik. Kelarutan mudah mendispersi dalam

air, membentuk suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol (95%) P,

dalam eter, dan dalam pelarut organik lain. (DepKes RI 1979).

Page 37: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

22

BAB III

KERANGKA KONSEP

Serbuk simplisia kering biji jinten

hitam (Nigella sativa L.)

Evaluasi sediaan gel minyak jinten

hitam (Nigella sativa L.)

Pembuatan gel dengan menggunakan

minyak jinten hitam (Nigella sativa L.)

Diperoleh minyak jinten hitam

(Nigella sativa L.)

Ekstraksi

(maserasi dengan pelarut n-heksana)

Pemeriksaan minyak jinten hitam :

3. Pemeriksaan organoleptis

4. Pemeriksaan kelarutan

5. Pemeriksaan bobot jenis

6. Pemeriksaan indeks bias

7. Pemeriksaan keasaman

8. Pengukuran viskositas

9. Pengukuran panjang

gelombang maksimum

10. Penentuan kurva kalibrasi

1. Pemeriksaan organoleptis

2. Pemeriksaan keasaman

3. Pemeriksaan homogenitas

4. Pengukuran viskositas

5. Uji Stabilitas Cycling test

6. Uji difusi

Jinten hitam (Nigella sativa L.)

diketahui berkhasiat untuk

menyembuhkan berbagai

penyakit dan masalah pada kulit.

Analisis data

n-heksana diuapkan di rotary evaporator

Page 38: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

23

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

4.1.1 Tempat penelitian

Laboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pusat Laboratorium Terpadu

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4.1.2 Waktu penelitian

Proses penelitian berlangsung selama 5 bulan, dari tanggal 7

maret 2010 hingga 7 agustus 2010.

4.2 Bahan dan Alat

4.2.1 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu biji

jinten hitam, sodium karboksimetilselulosa (Na CMC), hidroksipropil

metilselulosa (HPMC), karbopol 940, n-heksana, asam sitrat,

propilenglikol, nipagin, trietanolamin (TEA), butil hidroksi toluena

(BHT), air suling, asam oleat, minyak kelapa, paraffin, cera alba,

kertas Whatman no 1, etanol 95 %, kloroform, eter, ammonia 25 %,

asam klorida pekat (HCl), pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer,

serbuk magnesium (Mg), amil alkohol, asam asetat anhidrat

(CH3COOH), asam sulfat pekat (H2SO4), ferri klorida (FeCl3), natrium

hidroksida (NaOH), petroleum eter, amoniak 1 %.

Page 39: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

24

4.2.1 Alat

Alat-alat yang akan digunakan antara lain: peralatan gelas,

lumpang, hot plate (Wiggen Hauser), piknometer, pH meter (Mettler-

Toledo), refraktometer (Atago), viskometer Brookfield, timbangan

analitik (Wiggen Hauser), kaca objek, mikroskop optik (Yamiza X52-

107BN, erma objective micrometer), lemari pendingin, oven, alat-alat

uji difusi (mini pump variable flow, membran difusi, termometer),

spektrofotometer UV-Vis (Perkin Elmer).

4.3 Cara Kerja

4.3.1 Penapisan Fitokimia (Skrining)

a. Identifikasi golongan alkaloid

Sebanyak 5 gram serbuk dilembabkan dengan 5 ml ammonia

25% digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 ml

kloroform dan digerus kembali dengan kuat. Campuran tersebut

disaring dengan kertas saring, filtrat berupa larutan organik diambil

(sebagai larutan A), (10 ml) diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl

1:10 dengan pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan

bagian atasnya (larutan B). Larutan A diteteskan beberapa tetes

pada kertas saring dan disemprot atau ditetesi dengan pereaksi

Dragendroff, terbentuk warna merah atau jingga pada kertas saring

menunjukkan adanya senyawa alkaloid. Larutan B dibagi dalam 2

tabung reaksi, ditambahkan masing-masing pereaksi Dragendroff

dan pereaksi Mayer, terbentuk endapan merah bata dengan pereaksi

Page 40: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

25

Dragendroff atau endapan putih dengan pereaksi Mayer

menunjukkan adanya senyawa alkaloid.

b. Identifikasi golongan flavonoid

Sebanyak 10 gram serbuk ditambahkan 100 ml air panas, lalu

didihkan selama 5 menit kemudian disaring. Ambil 5 ml filtratnya

(dalam tabung reaksi), ditambahkan serbuk Mg secukupnya dan 1

ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, kocok kuat dan

dibiarkan memisah. Terbentuknya warna merah, kuning, atau

jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid.

c. Identifikasi golongan saponin

Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10

ml air panas. Setelah dingin dikocok kuat secara vertikal selama 10

detik. Terbentuknya busa yang stabil, menunjukkan adanya

saponin, bila ditambahkan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil.

d. Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid

Sebanyak 5 gram serbuk dimaserasi dalam 20 ml eter selama

2 jam kemudian disaring. Larutan diuapkan dalam cawan penguap

sampai kering kemudian ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat

dan 1 tetes asam sulfat pekat ke dalam residu. Terbentuknya warna

hijau atau merah menunjukkan adanya steroid/triterpenoid.

e. Identifikasi golongan tanin

Sebanyak 10 gram serbuk ditambah 100 ml air, dididihkan

selama 15 menit. Setelah dingin kemudian disaring dengan kertas

saring. Filtrat yang diperoleh ditambahkan 1-2 tetes FeCl3 1%,

Page 41: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

26

terbentuknya warna biru, hijau, atau hitam menunjukkan adanya

seyawa golongan tanin.

f. Identifikasi golongan kuinon

Sebanyak 1 gram serbuk dipanaskan dalam air selama 5

menit, disaring. Sebanyak 5 ml filtrat yang diperoleh ditambahkan

5 ml NaOH 1 N. Terbentuknya warna merah menunjukkan adanya

kuinon.

g. Identifikasi golongan minyak atsiri

Sebanyak 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi

(volume 20 ml) kemudian ditambahkan 10 ml pelarut petroleum

eter. Pada mulut tabung dipasang corong yang diberi lapisan kapas

yang telah dibasahi dengan air, kemudian disaring dengan kertas

saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan pada cawan penguap,

selanjutnya residu dilarutkan dengan pelarut etanol 95% sebanyak

5 ml, kemudian disaring dengan kertas saring. Filtratnya diuapkan

dengan cawan penguap. Residu yang berbau aromatik

menunjukkan adanya senyawa golongan minyak atsiri.

h. Identifikasi golongan kumarin

Sebanyak 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

ditambahkan 10 ml kloroform. Corong yang diberi lapisan kapas

yang telah dibasahi dengan air dipasang pada mulut tabung,

kemudian dipanaskan selama 30 menit, setelah dingin disaring.

Filtrat diuapkan dengan cawan penguap hingga kering dan sisanya

ditambahkan air panas 10 ml, kemudian didinginkan. Hasilnya

Page 42: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

27

dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 0,5 ml

amoniak 1% dan diamati dibawah sinar UV 366 nm. Flouresensi

biru atau hijau menunjukkan adanya kumarin.

4.3.2 Ekstraksi Minyak Jinten Hitam

Biji jinten hitam dibersihkan dari benda-benda asing dan zat

pengotor lainnya. Sebanyak 700 gram biji jinten hitam dihaluskan

hingga menjadi serbuk kemudian ditimbang. Setelah itu dimaserasi

dengan pelarut n-heksana selama satu minggu sampai pelarutnya agak

jernih pada suhu kamar. Minyak yang diperoleh dikumpulkan dan

dipekatkan dalam rotary evaporator.

4.3.3 Penapisan Fitokimia Minyak Jinten Hitam

Meliputi identifikasi alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid,

triterpenoid, kuinon, minyak atsiri, dan kumarin.

4.3.4 Pemeriksaan Minyak Jinten Hitam

a. Pemeriksaan organoleptik : bentuk, warna, bau

b. Pemeriksaan keasaman/pH

pH minyak jinten hitam diukur dengan pH meter yang telah

dikalibrasi dengan dapar standar pH 4 dan pH 7.

c. Pemeriksaan indeks bias

Indeks bias diperiksa dengan menggunakan alat refraktometer.

d. Pengukuran viskositas (Martin, 1993)

Menggunakan alat viskometer Brookfield dengan spindel no. 3.

Page 43: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

28

e. Pemeriksaan kelarutan

Minyak jinten hitam dilarutkan dalam etanol (95%) P.

f. Pemeriksaan bobot jenis (DepKes RI, 1995)

Piknometer ditimbang dalam keadaan bersih dan kering sebagai

berat kosong. Piknometer tersebut diisi dengan air sampai penuh

dan temperatur diatur hingga 25oC, lalu ditimbang. Cara yang sama

dilakukan terhadap minyak jinten hitam.

Perhitungan : Berat piknometer berisi air dan minyak jinten hitam

masing-masing dikurangkan dengan berat piknometer kosong.

Bobot jenis minyak jinten hitam adalah hasil bagi berat minyak

jinten hitam dengan berat air, dalam piknometer kemudian

dikalikan dengan berat jenis air.

g. Pengukuran panjang gelombang maksimum

Panjang gelombang ditentukan pada konsentrasi 1 ppm minyak

jinten hitam (Nigella sativa L.) dalam larutan etanol 95%.

Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang UV yaitu 200 –

400 nm. Kemudian dibuat kurva hubungan antara panjang

gelombang terhadap serapanya.

h. Penentuan kurva kalibrasi minyak biji jinten hitam

Larutan minyak jinten hitam dalam etanol 95% dengan konsentrasi

0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 ppm ditentukan serapannya pada panjang

gelombang maksimum minyak jinten hitam (Nigella sativa L.).

Page 44: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

29

4.3.5 Pembuatan Formula gel

Tabel 1. Formula gel minyak jinten hitam

Komposisi Bahan Formula

I II III IV V VI

Minyak jinten hitam

Karbopol 940

HPMC

Na CMC

Propilenglikol

Nipagin

TEA

Asam sitrat

BHT

Air suling ad

2 %

-

-

4%

15 %

1 %

-

0,5%

0,008%

100%

2 %

-

-

5%

15 %

1 %

-

0,5%

0,008%

100%

2 %

-

3%

-

15 %

1 %

-

1%

0,008%

100%

2 %

-

4%

-

15%

1 %

-

1%

0,008%

100%

2 %

0,5%

-

-

15 %

1 %

1%

-

0,008%

100%

2 %

1%

-

-

15 %

1 %

1%

-

0,008%

100%

Cara pembuatan gel :

a. Gelling agent (Na CMC/HPMC/Karbopol) dikembangkan di dalam

lumpang dengan air suling panas sejumlah 10 kali bobotnya selama

setengah jam, kemudian gerus kuat sehingga terdispersi sempurna

dan terbentuk basis gel. (M1).

b. Zat Aktif (minyak jinten hitam), nipagin, propilenglikol, TEA

(khusus formula dengan basis karbopol) dan BHT dilarutkan di

dalam lumpang (M2). Kemudian M2 di campurkan dengan M1 dan

tambahkan sisa air suling ke dalam lumpang sedikit demi sedikit

dan tambahkan asam sitrat (khusus formula dengan basis Na CMC

dan HPMC) sedikit demi sedikit. Setelah tercampur lalu digerus

Page 45: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

30

dalam lumpang sampai terbentuk massa gel. Penggerusan

dilakukan pada suhu kamar.

4.3.6 Evaluasi Gel

a. Pemeriksaan Organoleptik

Pemeriksaan meliputi penampilan sediaan, warna, bau, dan tekstur.

b. Pemeriksaan pH

Gel dimasukkan ke dalam wadah, lalu diukur pHnya dengan

pHmeter yang telah dikalibrasi dengan dapar standar pH 4 dan

pH 7.

c. Pemeriksaan Homogenitas

Gel dioleskan diatas kaca objek, kemudian dikatupkan dengan kaca

objek lain, lalu diamati kehomogenan gel tersebut.

d. Pemeriksaan viskositas

Sediaan gel disiapkan dalam becker glass 100 ml. Kemudian

dipilih nomor spindel 7. Pemeriksaan ini menggunakan viskometer

Brookfield.

e. Uji stabilitas fisik dengan metode cycling test

Gel disimpan pada suhu 4oC selama 24 jam lalu dikeluarkan dan

ditempatkan pada suhu 40oC selama 24 jam. Perlakuan ini adalah

satu siklus. Percobaan diulang sebanyak 6 siklus. Kondisi fisik

sediaan dibandingkan dengan kondisi fisik sebelumnya selama

percobaan. Uji stabilitas dengan metode cycling test bertujuan

untuk mengetahui apakah terjadi sineresis pada gel.

Page 46: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

31

f. Uji difusi (Martin, 1993)

Pembuatan membran difusi

Membran yang digunakan adalah kertas Whatman no 1

yang diimpregnasi pada cairan spangler. Komposisi cairan

spangler :

Asam palmitat 10 g

Asam oleat 15 g

Asam stearat 5 g

Minyak kelapa 15 g

Parafin 10 g

Kolesterol 5 g

Lilin putih 15 g

Cara pembuatan : Semua bahan dilebur dalam cawan petri.

Setelah itu kertas Whatman dicelupkan atau direndam dalam

cairan spangler selama 15 menit. Kemudian diangkat dan

dikeringkan dengan kertas tissue.

Bobot membran sebelum dan sesudah impregnasi

ditimbang untuk mendapatkan kondisi yang sama pada setiap

membran. Persentasi impregnasi membran dapat dihitung

berdasarkan rumus:

Presentase impregnasi = X 100 %

Dimana Bt adalah berat membran sesudah impregnasi dan Bo

adalah berat membran sebelum impregnasi.

Page 47: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

32

Uji difusi

Alat difusi terdiri dari sel difusi (mini pump variable flow,

membran difusi, termometer), pompa peristaltik, alat penghilang

gelembung udara, dan gelas kimia sebagai wadah cairan

penerima. Sebanyak enam formula uji ditimbang 1 gram

kemudian diratakan di atas membran dengan diameter 1,5 cm.

Suhu sistem 37±0,5oC dengan cairan sirkulasi hydroalcoholic

(etanol:air 40:60) sebanyak 300 ml. Pompa peristaltik

menghisap cairan reseptor dari gelas kimia kemudian dipompa

ke sel difusi melewati penghilang gelembung sehingga aliran

terjadi secara hidrodinamis. Kemudian cairan dialirkan kembali

ke reseptor. Proses dilakukan selama 3 jam. (Alessandro et al,

2007).

Cuplikan diambil dari cairan reseptor dalam gelas kimia

sebanyak 5 ml. Setiap pengambilan selalu diganti dengan cairan

hydroalcoholic sebanyak 5 ml. Pengambilan cuplikan dilakukan

pada menit ke 5, 15, 25, 35, 45, 60, 80, 100, 160, dan 180 menit

kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang

maksimum.

Page 48: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

33

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Determinasi tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat

Penelitian Biologi LIPI, Bogor, Jawa Barat. Hasil determinasi

menunjukkan bahwa tanaman ini adalah tanaman jinten hitam (Nigella

sativa L.) famili Ranunculaceae.

5.1.2 Penapisan fitokimia serbuk biji jinten hitam

Berdasarkan hasil pemeriksaan penapisan fitokimia serbuk biji

jinten hitam (Nigella sativa L.) terdapat beberapa golongan senyawa.

Hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. Hasil penapisan fitokimia biji jinten hitam

Golongan senyawa Hasil penapisan

Alkaloid

Flavonoid

Saponin

Steroid

Triterpenoid

Tanin

Kuinon

Minyak Atsiri

Kumarin

+

+

+

+

+

+

-

+

+

Keterangan: (+) Memberikan reaksi positif, (-) Memberikan

reaksi negatif

5.1.3 Ekstraksi biji jinten hitam

Dari hasil ekstraksi serbuk biji jinten hitam (Nigella sativa L.)

diperoleh minyak jinten hitam sebanyak 230 gram.

Page 49: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

34

5.1.1 Penapisan fitokimia minyak jinten hitam

Berdasarkan hasil pemeriksaan penapisan fitokimia minyak

jinten hitam (Nigella sativa L.) terdapat beberapa golongan senyawa.

Hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Hasil penapisan fitokimia minyak jinten hitam

Golongan senyawa Hasil penapisan

Alkaloid

Flavonoid

Saponin

Steroid

Triterpenoid

Tanin

Kuinon

Minyak Atsiri

Kumarin

+

-

+

+

+

-

-

+

-

Keterangan : (+) Memberikan reaksi positif, (-) Memberikan

reaksi negatif

5.1.2 Pemeriksaan minyak jinten hitam

Data hasil pemeriksaan minyak jinten hitam terdapat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 4. Hasil pemeriksaan minyak jinten hitam

Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan

Organoleptik:

Wujud

Warna

Bau

Rasa

Keasaman (pH)

Indeks bias

Viskositas

Kelarutan:

Etanol 95 %

Bobot jenis

Panjang gelombang

maksimum

Cairan agak kental

Coklat tua

Khas aromatik

Pahit, agak pedas saat

pertama kali ditelan.

5,43

1,4719

200cP pada 12 Rpm

1 dalam 10 bagian

0,8964 gram/ml

253 nm

Page 50: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

35

5.1.3 Evaluasi gel anti jerawat minyak jinten hitam (sesudah dan sebelum

cycling test)

a. Pemeriksaan organoleptis (pada awal siklus dan akhir siklus)

Hasil pengamatan organoleptis menunjukan gel berwarna

putih agak kecoklatan dan tidak berbau.

Tabel 5. Hasil pemeriksaan organoleptis

Formula Organoleptis

Awal siklus Akhir siklus

I ++ ++

II ++ ++

III ++ ++

IV ++ ++

V + +

VI + +

Keterangan :

I = Formula gel dengan Na CMC 4%

II = Formula gel dengan Na CMC 5%

III = Formula gel dengan HPMC 3%

IV = Formula gel dengan HPMC 4%

V = Formula gel dengan Karbopol 0,5%

VI = Formula gel dengan Karbopol 1%

++ = Berwarna putih agak kecoklatan tidak berbau dan

a agak lengket

+ = Berwarna putih agak kecoklatan tidak berbau dan

t tidak lengket

Page 51: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

36

b. Pemeriksaan homogenitas (pada awal siklus dan akhir siklus)

Hasil menunjukan bahwa semua gel terlihat homogen.

Tabel 6. Hasil pemeriksaan homogenitas

Formula Homogenitas

Awal siklus Akhir siklus

I H H

II H H

III H H

IV H H

V H H

VI H H

Keterangan :

I = Formula gel dengan Na CMC 4%

II = Formula gel dengan Na CMC 5%

III = Formula gel dengan HPMC 3%

IV = Formula gel dengan HPMC 4%

V = Formula gel dengan Karbopol 0,5%

VI = Formula gel dengan Karbopol 1%

H = Homogen

c. Pemeriksaan pH (pada awal siklus dan akhir siklus)

Hasil pengukuran menunjukan bahwa pH sediaan memenuhi

kriteria pH kulit, yaitu berada pada interval 4,5 - 6,5.

Tabel 7. Hasil pemeriksaan pH

Formula pH

Awal siklus Akhir siklus

I 5,73 5,56

II 5,86 5,77

III 5,25 5,34

IV 5,31 5,91

V 5,10 5,30

VI 5,19 5,35

Keterangan :

I = Formula gel dengan Na CMC 4%

II = Formula gel dengan Na CMC 5%

III = Formula gel dengan HPMC 3%

IV = Formula gel dengan HPMC 4%

V = Formula gel dengan Karbopol 0,5%

VI = Formula gel dengan Karbopol 1%

Page 52: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

37

d. Pemeriksaan viskositas (pada awal siklus dan akhir siklus)

Tabel 8. Hasil pemeriksaan viskositas

Formula Viskositas (cP)

Awal siklus Akhir siklus

I 50600 56000

II 58200 60500

III 45600 46100

IV 47400 47600

V 67400 60500

VI 58200 60500

Keterangan :

I = Formula gel dengan Na CMC 4%

II = Formula gel dengan Na CMC 5%

III = Formula gel dengan HPMC 3%

IV = Formula gel dengan HPMC 4%

V = Formula gel dengan Karbopol 0,5%

VI = Formula gel dengan Karbopol 1%

e. Uji stabilitas fisik sediaan dengan metode cycling test

Ke-6 formula gel menunjukan hasil yang stabil pada

pengamatan cycling test.

Tabel 9. Hasil pemeriksaan stabilitias fisik

Formula Uji Stabilitas

Awal siklus Akhir siklus

I + +

II + +

III + +

IV + +

V + +

VI + +

Keterangan :

I = Formula gel dengan Na CMC 4%

II = Formula gel dengan Na CMC 5%

III = Formula gel dengan HPMC 3%

IV = Formula gel dengan HPMC 4%

V = Formula gel dengan Karbopol 0,5%

VI = Formula gel dengan Karbopol 1%

+ = Tidak terjadi sineresis

Page 53: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

38

f. Uji difusi

Tabel 10. Hasil pemeriksaan difusi

Formula

Kadar (ppm) minyak jinten hitam

Menit Ke

15 45 80 160 180

I 0,568 1,542 2,021 1,223 0,760

II 0,561 1,340 1,894 1,498 0,954

III 0,581 1,361 1,881 1,017 0,848

IV 0,580 1,338 1,928 1,097 1,044

V 0,590 1,532 2,114 1,738 1,478

VI 0,591 1,547 2,188 1,778 1,528

Keterangan :

I = Formula gel dengan Na CMC 4%

II = Formula gel dengan Na CMC 5%

III = Formula gel dengan HPMC 3%

IV = Formula gel dengan HPMC 4%

V = Formula gel dengan Karbopol 0,5%

VI = Formula gel dengan Karbopol 1%

5.2 Pembahasan

5.2.1 Ekstraksi Minyak Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

Penelitian formulasi gel ini menggunakan minyak jinten hitam

(Nigella sativa L.) yang diperoleh dengan cara maserasi menggunakan

pelarut n-heksana, karena n-heksana merupakan pelarut non polar

sehingga dapat menarik lipid atau minyak yang bersifat non polar dari

biji jinten hitam.

Minyak jinten hitam juga dilakukan pemeriksaan parameter

spesifik dan non spesifik, meliputi organoleptis, pH, indeks bias,

viskositas, kelarutan, serta bobot jenis. Pemeriksaan pH dilakukan

untuk mengetahui kesesuaian pH minyak jinten hitam dengan pH kulit

karena gel minyak jinten hitam ini ditujukan untuk pemakaian secara

topikal. Derajat keasaman (pH) minyak jinten hitam 5,43 berarti

Page 54: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

39

masih berada dalam kisaran pH kulit yaitu pada interval 4,5-6,5. Hasil

pemeriksaan indeks bias minyak jinten hitam yaitu 1,4719. Nilai

tersebut cukup memenuhi syarat standar mutu minyak jinten hitam.

Menurut beberapa literatur, syarat standar indeks bias minyak jinten

hitam berkisar antara 1,470-1,475 (Goerlich Pharma Internasional,

2007). Pemeriksaan bobot jenis minyak jinten hitam diperoleh hasil

0,8964, umumnya bobot jenis minyak memang tidak melebihi 1,000.

Penentuan bobot jenis adalah salah satu dari cara analisa yang dapat

menggambarkan kemurnian minyak (Depkes RI, 1985).

5.2.2 Pembuatan Sediaan

Basis gel dibuat dengan menggunakan variasi jenis dan

konsentrasi gelling agent. Propilenglikol digunakan sebagai humektan

dan sebagai peningkat penetrasi ke kulit sedangkan TEA dan asam

sitrat digunakan sebagai pengatur pH sediaan karena sebelum

ditambahkan TEA formula dengan basis karbopol menunjukan pH

dibawah 4,5 sedangkan pada formula dengan basis Na CMC dan

HPMC sebelum ditambahkan asam sitrat menunjukan pH di atas 6,5.

Penggunaan nipagin sebagai pengawet untuk menghindari

pertumbuhan mikroba karena adanya kandungan air dalam jumlah

besar dan penggunaan BHT sebagai antioksidan karena sediaan

mengandung minyak jinten hitam (Nigella sativa L.).

Page 55: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

40

5.2.3 Evaluasi Sediaan

Dari hasil evaluasi semua formula gel terlihat homogen serta

tidak menunjukan perubahan warna dan bau. Untuk formula dengan

basis Na CMC dan HPMC menunjukan gel memiliki tekstur yang

agak lengket sedangkan pada formula dengan basis karbopol

menunjukan gel memiliki tekstur yang tidak lengket. Dari hasil

pengukuran pH terlihat sediaan memenuhi kriteria kulit yaitu berada

dalam interval 4,5 – 6,5. Jika pH sediaan berada diluar interval pH

kulit dikhawatirkan akan menyebabkan kulit bersisik. Perubahan pH

dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan penyimpanan seperti

cahaya dan kelembaban udara.

Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan

untuk mengalir, makin tinggi viskositasnya akan makin besar

tahananya. Nilai viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

satunya penggunaan jenis dan konsentrasi gelling agent. Pengukuran

viskositas gel menggunakan spindel 7. Hasil pengukuran viskositas

menunjukan bahwa gel memiliki viskositas cukup tinggi. Hal ini

disebabkan oleh penggunan gelling agent (Na CMC, HPMC,

Karbopol) yang bersifat cukup kental. Perubahan viskositas

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kemasan yang kurang kedap

karena dapat menyebabkan menguapnya air yang terkandung dalam

gel ataupun gel menyerap uap air dari luar, sehingga menambah

volume air dalam gel.

Page 56: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

41

Uji cycling test pada gel untuk menguji apakah terjadi sineresis

pada gel. Sineresis adalah gejala pada saat gel mengerut secara

alamiah dan sebagian dari cairanya terperas keluar. Hal ini terjadi

karena struktur matriks serat gel yang terus mengeras dan akhirnya

mengakibatkan terperasnya air ke luar. Hasil cycling test pada keenam

sediaan menunjukan bahwa keenam sediaan menunjukan tidak terjadi

sineresis.

Uji difusi bertujuan untuk mengetahui laju pelepasan suatu

bahan aktif dari pembawanya dan juga untuk melihat seberapa besar

kadar bahan aktif yang dapat berpenetrasi melalui membran, secara in-

vitro.

Uji difusi pada gel ini dilakukan selama 3 jam, dengan

pengambilan cuplikan sebanyak 5 ml setiap beberapa menit sekali,

setelah itu diukur dalam spektrofotometer UV-Vis. Pengukuran

dilakukan pada panjang gelombang 253 nm, diperoleh berdasarkan

hasil scanning panjang gelombang maksimum minyak jinten hitam.

Pada formula I, II, III, IV, V dan VI kadar minyak jinten hitam

naik pada menit ke-15 setelah itu kadarnya turun pada menit ke-100.

Berdasarkan hasil uji difusi dari seluruh formula gel, dapat dianalisa

bahwa formula VI memiliki laju pelepasan yang lebih baik, ditandai

dengan jumlah kadar bahan aktif yang lebih besar yang berpenetrasi

melalui membran ke dalam cairan reseptor dibandingkan dengan

keenam formula yang lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju

penetrasi dari suatu bahan aktif ke dalam kulit adalah : 1) konsentrasi

Page 57: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

42

bahan aktif terlarut Cs, karena laju penetrasi sebanding dengan

konsentrasi; 2) koefisien partisi K antara kulit dan pembawa; 3)

koefisien difusi, yang menggambarkan tahanan pergerakan molekul

obat melalui barrier pembawa Dv dan pembatas kulit Ds. (Martin,

1993).

Page 58: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

43

43

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minyak biji jinten hitam

(Nigella sativa L.) dapat dibuat sediaan gel yang baik dan stabil dengan

menggunakan basis Karbopol 940 pada konsentrasi 1% karena dari hasil

evaluasi stabilitas fisik dan profil uji difusi menunjukan stabilitas fisik yang

baik serta laju pelepasan bahan aktif yang paling tinggi.

6.2 Saran

Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui efektifitas gel

antioksidan minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.).

Untuk mengetahui besar kadar zat aktif yang dilepaskan agar lebih

akurat dan presisi serta batas kuantitatifnya lebih baik dilakukan analisa

dengan HPLC. Pada evaluasi dilakukan pengujian tipe gel dengan

menggunakan gel pembanding sebagai kontrol normal.

Page 59: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

44

44

DAFTAR PUSTAKA

Alessandro DL, Francesco L, Chiara S, Marco Z, Rainer HM, Anna MF.

2007. SLN as Topical Delivery System for Artesimia arborescens

Essential Oil : In vitro Antoviral Activity and Skin Permeation Study.

International Journal of Nanomedicine, Volume 2, No 3, Italy. Hal

419-425

Anief, Moh. 1993. Farmasetika. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Anief, Moh. 1997. Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit.

Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat.

Penerjemah Farida Ibrahim. UI Press : Jakarta.

Arici M, Sagdic O, Gecgel U. 2005. Antibacterial Effect of Turkish Black

Cumin (Nigella sativa L.) Oils. Grasas y Aceites, Volume 56,

Turkey. Hal 259-262.

Armenia, Suardi Muslim, Maryawati Anita. 2007. Formulasi Uji Klinik Gel

Anti Jerawat Benziol Peroksida-HPMC. Journal Of Fakultas Farmasi

F-MIPA UNAND.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Direktorat

Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Materia Medika Indonesia Jilid III.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Materia Medika Indonesia Jilid IV.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Direktorat

Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta. Hal 122-123.

Departemen Kesehatan RI. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Direktorat

Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1993. Kodeks Kosmetika Indonesia. Direktorat

Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.

Page 60: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

45

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat

Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta. Hal 7-8, 1030.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak

Tumbuhan Obat. Direktorat Pengawasan Obat Tradisional : Jakarta.

Hal 1, 9-12.

Galuh Yulianhar Rosyad, Putri. 2009. FORMULASI GEL OBAT JERAWAT

MINYAK ATSIRI DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia,

swingle) DAN UJI ANTIBAKTERI (Propionibacterium acne)

SECARA IN VITRO. Skripsi : Fakultas Farmasi Universitas

Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Goerlich Pharma International. 2007. Spesification Egyptian Black Cumin Oil.

Germany.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Penerbit ITB : Bandung. Hal 6-7.

Hartati Sri. Yuliani. 2005. Formulasi Gel Repelan Minyak Atsiri Tanaman

Akar Wangi (Vativera zizanioidesi. L. Nogh): Optimasi Komposisi

Karbopol 3% b/v Propilenglikol. Jurnal Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

Hasan Mahmud Muhammad, Mahir. 2007. Mukjizat Kedokteran Nabi Berobat

dengan Rempah dan Buah-Buahan. Qultum Media : Jakarta. Hal 8,

104.

Hasnah Sirat, Basar Norazah, Fang Err. 2000. Analisis Biji Jinten Hitam

(Nigella sativa, L). Malaysian Journal Of Analitycal Science, Vol. 7,

No. 1.

Hassan Gilani, Anwar-ul dkk. 2004. A Review of Medicinal Uses and

Pharmacological Activities of Nigella sativa. Department of

Biological and Biomedical Sciences The Aga Khan University

Medical College, Karachi, Pakistan. Pakistan Journal of Biological

Sciences 7 (4) : 441-451.

Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi

Industri II Edisi Ketiga. Alih bahasa Suyatmi S. UI Press : Jakarta.

Hal 1042, 1092, 1119-1120.

Netti H, Ginting S. 2002. Minyak dan Lemak. Junal Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

Oen, L.H, Dr, dkk. 1986. Dasar-Dasar Kosmetologi Kedokteran. Cermin

Dunia Kedokteran No 41. Penerbit : Pusat Penelitian dan

Pengembangan PT. Kalbe Farma.

Page 61: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

46

Padhye, Subhash dkk. 2008. From Here to Eternity - The Secret of Pharaohs :

Therapeutic Potential of Black Cumin Seeds and Beyond.

Department of Pathology and Division of Internal Medicine, Barbara

Ann Karmanos Cancer Institute, Wayne State University, School of

Medicine, Detroit, MI- 48201, USA. Cancer Ther. 6(b): 495–510.

Padmadisastra Yudi, Sidik, Azizah Sumi. 2003. Formulasi sediaan Cair Gel

Lidah Buaya (Aloe Vera. L) Sebagai Minuman Kesehatan.

Simposium Nasional Kimia Bahan Alam III Fakultas Farmasi

Universitas Padjadjaran.

Sakkara Essential Oil. Material Safety Data Sheet and Specification Egyptian

Black Cumin Seed Oil. Egypt.

Salman MT, Khan RA, Shukla I. 2002. Antimicrobial Activity of Black Cumin

Seeds (Nigella sativa) Against Multidrug Resistant Strains of

Coagulase Negative Staphylococci. Departments of Pharmacology

and Microbiology, Jawaharlal Nehru Medical College, Aligarh

Muslim University, Aligarh India.

Toama MA, El-Alfy TS, El-Fatatry HM. 1974. Antimicrobial Activity of the

Volatile Oil of Nigella sativa Linneaus Seeds. Antimicrobial Agents

and Chemotherapy, Volume 6, No 2. Hal 225-226.

Underwood, JCE. 2004. General and Systematic Pathology Fourth Edition.

Churcill Livingstone. Hal 697.

Voigt, Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah

Dr.rer.nat. Soendani Noerono Soewandhi, Apt. Dan Dr. Mathilda B.

Widianto, Apt., Jurusan Farmasi FMIPA ITB, Penyunting Prof. Dr.

Moch. Samhoedi Reksohadiprodjo, Apt., Fakultas Farmasi UGM.

Gajah Mada University Press : Yogyakarta. Hal 351-353, 564.

Wade A, Waller PJ. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients Second

Edition. The Pharmaceutical Press : London. Hal 47, 204, 310, 494,

538.

Wade A, dkk. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia Twenty-eight

Edition. The Pharmaceutical Press : London. Hal 950, 955, 708,

1287, 1291-1292, 1290-1292.

Wasitaatmadja, Sjarif M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI Press :

Jakarta. Hal 3-6, 11-14, 23-24, 90, 186.

Winarno. 2004. Kimia Pangan Dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Page 62: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

47

LAMPIRAN

Page 63: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

48

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tanaman dan Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.).

Gambar 5. Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

Gambar 6. Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

Page 64: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

49

Lampiran 2. Perhitungan Bobot Jenis Minyak Jinten Hitam (Nigella sativa L.).

Bobot jenis = 𝑚2−𝑚0

𝑚1−𝑚0 X berat jenis air

m0 (berat piknometer kosong) = 13,2199

m1 (berat piknometer + air) = 23,4051

m2 (berat piknometer + minyak jinten hitam) = 22,35

Bobot jenis = 𝑚2−𝑚0

𝑚1−𝑚0

= 22,35−13,2199

22,4051−13,2199 X 1

= 0,8964

Jadi, bobot jenis minyak jinten hitam = 0,8964 gram/ml

Page 65: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

50

Lampiran 3. Hasil Scanning λ Maksimum Minyak Jinten Hitam.

13 Juli 2010

Spectrum Name: C:\UVWINLAB\DATA\JINTEN.SP

Description: Panjang gelombang maksimum minyak jinten 1 ppm

Date Created: Wed Jan 01 05:24:33 2003

Data Interval: 1.0000 nm

Instrument Model: Lambda 25

Scan Speed: 240.00 nm/min

Slit Width: 1.0000 nm

Smooth Bandwidth: 6.00 nm

Time: 5:06:04 AM

200.0 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400.0 0.00

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

1.00

nm

A

253.07

232.33

Page 66: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

51

Lampiran 4. Kurva serapan minyak jinten hitam.

Wavelength Program

__________________

Date: 7/8/2010 Time: 10:17:27 AM Method: Minyak jinten hitam

Slit: UV/VIS: 1.00 nm

Analyst: Ardian S. Nurhakim

Sample ID Cyc Factor 253.00 nm

__________________________________________________________________

__________________________

1 1 1.0000 0.1690 serapan sampel jinten 0.5 ppm

2 1 1.0000 0.3400 serapan sampel jinten 1.0 ppm

3 1 1.0000 0.5043 serapan sampel jinten 1.5 ppm

4 1 1.0000 0.6634 serapan sampel jinten 2.0 ppm

5 1 1.0000 0.8281 serapan sampel jinten 2.5 ppm

__________________________________________________________________

__________________________

Y = 0,00848 + 0,32832 X

r = 0,999

Gambar 7. Kurva serapan minyak jinten hitam

0,169

0,34

0,5043

0,6634

0,8281

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

Ab

sorb

an

si

Kadar (ppm)

Page 67: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

52

Lampiran 5. Evaluasi pemeriksaan stabilitas fisik (cycling test).

1. I

Awal Siklus Akhir siklus

2. II

Awal siklus Akhir siklus

3. III

Awal siklus Akhir siklus

4. IV

Awal siklus Akhir siklus

Gambar 8. Evaluasi pemeriksaan stabilitas fisik (cycling test)

Page 68: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

53

Lampiran 5. Evaluasi pemeriksaan stabilitas fisik (cycling test). ...(Lanjutan).

5. V

Awal siklus Akhir siklus

6. VI

Awal siklus Akhir siklus

Gambar 8. Evaluasi pemeriksaan stabilitas fisik (cycling test) ....(lanjutan)

Keterangan :

I = Formula gel dengan Na CMC 4%

II = Formula gel dengan Na CMC 5%

III = Formula gel dengan HPMC 3%

IV = Formula gel dengan HPMC 4%

V = Formula gel dengan Karbopol 0,5%

VI = Formula gel dengan Karbopol 1%

Page 69: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

54

Lampiran 6. Absorbansi pemeriksaan difusi.

Wavelength Program

__________________

Date: 9/22/2010 Time: 8:39:44 AM Method: Formula I

Slit: UV/VIS: 1.00 nm

Analyst: Ardian S. Nurhakim

Sample ID Cyc Factor 253.00 nm

__________________________________________________________________

__________________________

1 1 1.0000 0.0983 Serapan zat aktif menit ke 5

2 1 1.0000 0.1937 Serapan zat aktif menit ke 15

3 1 1.0000 0.2941 Serapan zat aktif menit ke 25

4 1 1.0000 0.3915 Serapan zat aktif menit ke 35

5 1 1.0000 0.4977 Serapan zat aktif menit ke 45

6 1 1.0000 0.5777 Serapan zat aktif menit ke 60

7 1 1.0000 0.6391 Serapan zat aktif menit ke 80

8 1 1.0000 0.5840 Serapan zat aktif menit ke 100

9 1 1.0000 0.3571 Serapan zat aktif menit ke 160

10 1 1.0000 0.1995 Serapan zat aktif menit ke 180

__________________________________________________________________

__________________________

Page 70: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

55

Lampiran 6. Absorbansi pemeriksaan difusi. ...(lanjutan)

Wavelength Program

__________________

Date: 9/22/2010 Time: 8:49:13 AM Method: Formla II

Slit: UV/VIS: 1.00 nm

Analyst: Ardian S. Nurhakim

Sample ID Cyc Factor 253.00 nm

__________________________________________________________________

__________________________

1 1 1.0000 0.0918 Serapan zat aktif menit ke 5

2 1 1.0000 0.1915 Serapan zat aktif menit ke 15

3 1 1.0000 0.2707 Serapan zat aktif menit ke 25

4 1 1.0000 0.3540 Serapan zat aktif menit ke 35

5 1 1.0000 0.4343 Serapan zat aktif menit ke 45

6 1 1.0000 0.5339 Serapan zat aktif menit ke 60

7 1 1.0000 0.6001 Serapan zat aktif menit ke 80

8 1 1.0000 0.5091 Serapan zat aktif menit ke 100

9 1 1.0000 0.4519 Serapan zat aktif menit ke 160

10 1 1.0000 0.2658 Serapan zat aktif menit ke 180

__________________________________________________________________

__________________________

Page 71: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

56

Lampiran 6. Absorbansi pemeriksaan difusi. ...(lanjutan)

Wavelength Program

__________________

Date: 9/22/2010 Time: 9:01:21 AM Method: Formula III

Slit: UV/VIS: 1.00 nm

Analyst: Ardian S. Nurhakim

Sample ID Cyc Factor 253.00 nm

__________________________________________________________________

__________________________

1 1 1.0000 0.0868 Serapan zat aktif menit ke 5

2 1 1.0000 0.1977 Serapan zat aktif menit ke 15

3 1 1.0000 0.2564 Serapan zat aktif menit ke 25

4 1 1.0000 0.3529 Serapan zat aktif menit ke 35

5 1 1.0000 0.4471 Serapan zat aktif menit ke 45

6 1 1.0000 0.5132 Serapan zat aktif menit ke 60

7 1 1.0000 0.6020 Serapan zat aktif menit ke 80

8 1 1.0000 0.4550 Serapan zat aktif menit ke 100

9 1 1.0000 0.3010 Serapan zat aktif menit ke 160

10 1 1.0000 0.2406 Serapan zat aktif menit ke 180

__________________________________________________________________

__________________________

Page 72: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

57

Lampiran 6. Absorbansi pemeriksaan difusi. ...(lanjutan)

Wavelength Program

__________________

Date: 9/23/2010 Time: 8:29:07 AM Method: Formula IV

Slit: UV/VIS: 1.00 nm

Analyst: Ardian S. Nurhakim

Sample ID Cyc Factor 253.00 nm

__________________________________________________________________

__________________________

1 1 1.0000 0.0882 Serapan zat aktif menit ke 5

2 1 1.0000 0.1974 Serapan zat aktif menit ke 15

3 1 1.0000 0.2545 Serapan zat aktif menit ke 25

4 1 1.0000 0.3454 Serapan zat aktif menit ke 35

5 1 1.0000 0.4339 Serapan zat aktif menit ke 45

6 1 1.0000 0.5312 Serapan zat aktif menit ke 60

7 1 1.0000 0.6115 Serapan zat aktif menit ke 80

8 1 1.0000 0.4109 Serapan zat aktif menit ke 100

9 1 1.0000 0.3220 Serapan zat aktif menit ke 160

10 1 1.0000 0.2993 Serapan zat aktif menit ke 180

__________________________________________________________________

__________________________

Page 73: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

58

Lampiran 6. Absorbansi pemeriksaan difusi. ...(lanjutan)

Wavelength Program

__________________

Date: 9/23/2010 Time: 8:48:20 AM Method: Formula V

Slit: UV/VIS: 1.00 nm

Analyst: Ardian S. Nurhakim

Sample ID Cyc Factor 253.00 nm

__________________________________________________________________

__________________________

1 1 1.0000 0.0955 Serapan zat aktif menit ke 5

2 1 1.0000 0.1990 Serapan zat aktif menit ke 15

3 1 1.0000 0.2955 Serapan zat aktif menit ke 25

4 1 1.0000 0.3909 Serapan zat aktif menit ke 35

5 1 1.0000 0.4924 Serapan zat aktif menit ke 45

6 1 1.0000 0.5808 Serapan zat aktif menit ke 60

7 1 1.0000 0.6652 Serapan zat aktif menit ke 80

8 1 1.0000 0.6019 Serapan zat aktif menit ke 100

9 1 1.0000 0.5306 Serapan zat aktif menit ke 160

10 1 1.0000 0.4366 Serapan zat aktif menit ke 180

__________________________________________________________________

__________________________

Page 74: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

59

Lampiran 6. Absorbansi pemeriksaan difusi. ...(lanjutan)

Wavelength Program

__________________

Date: 9/23/2010 Time: 9:10:20 AM Method: Formula VI

Slit: UV/VIS: 1.00 nm

Analyst: Ardian S. Nurhakim

Sample ID Cyc Factor 253.00 nm

__________________________________________________________________

__________________________

1 1 1.0000 0.0998 Serapan zat aktif menit ke 5

2 1 1.0000 0.2011 Serapan zat aktif menit ke 15

3 1 1.0000 0.2982 Serapan zat aktif menit ke 25

4 1 1.0000 0.3956 Serapan zat aktif menit ke 35

5 1 1.0000 0.4992 Serapan zat aktif menit ke 45

6 1 1.0000 0.5955 Serapan zat aktif menit ke 60

7 1 1.0000 0.6917 Serapan zat aktif menit ke 80

8 1 1.0000 0.6135 Serapan zat aktif menit ke 100

9 1 1.0000 0.5354 Serapan zat aktif menit ke 160

10 1 1.0000 0.4444 Serapan zat aktif menit ke 180

__________________________________________________________________

__________________________

Page 75: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

60

Lampiran 7. Perhitungan pemeriksaan difusi.

Dik :

Y = 0,00848 + 0,32832 X

r = 0,999

Formula I

Abs t’5 = 0,0983

Abs t’15 = 0,1937

Abs t’25 = 0,2941

Abs t’35 = 0,3915

Abs t’45 = 0,4977

Abs t’60 = 0,5777

Abs t’80 = 0,6391

Abs t’100 = 0,5840

Abs t’160 = 0,3571

Abs t’180 = 0,1995

Dit : Kadar t’5 s/d t’180?

Jawab :

Kadar t’α = (t’α = 0,00848 + 0,32832 X)

Kadar t’5 = (0,0983 = 0,00848 + 0,32832 X)

t’5 = 0,273

Kadar t’15 = (0,1937 = 0,00848 + 0,32832 X)

t’15 = 0,564

Kadar t’25 = (0,2941 = 0,00848 + 0,32832 X)

t’25 = 0,869

Kadar t’35 = (0,3915 = 0,00848 + 0,32832 X)

t’35 = 1,166

Kadar t’45 = (0,4977 = 0,00848 + 0,32832 X)

t’45 = 1,490

...(dst s/d Formula 6)

Page 76: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

61

Lampiran 8. Perhitungan faktor koreksi (FK) pemeriksaan difusi.

Dik:

Formula I

Kadar t’5 = 0,273 ppm

Kadar t’15 = 0,564 ppm

Kadar t’25 = 0,869 ppm

Kadar t’35 = 1,166 ppm

Kadar t’45 = 1,490 ppm

Kadar t’60 = 1,733 ppm

Kadar t’80 = 1,920 ppm

Kadar t’100 = 1,752 ppm

Kadar t’160 = 1,061 ppm

Kadar t’180 = 0,581 ppm

Medium = 300 ml

Cuplikan = 5 ml

Dit: FK t’5 s/d t’180?

Jawab:

FK t’α = Kadar t’α x Cuplikan / Medium

FK t’5 = 0,273 x 5/300 FK t’15 = 0,564 x 5/300

= 4,55 x 10-3

...(a) = 9,4 x 10-3

...(b)

t 5 = 0,273 t 15 = 0,564+(a)

FK t’25 = 0,869 x 5/300 FK t’35 = 1,166 x 5/300

= 0,014 ...(c) = 0,019 ...(d)

t 25 = 0,869+(a)+(b) t 35 = 1,166+(a)+(b)+(c)

FK t’45 = 1,490 x 5/300

= 0,024 ...(e)

t 45 = 1,490+(a)+(b)+(c)+(d) ...(dst s/d Formula 6)

Page 77: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

62

Lampiran 9. Evaluasi pemeriksaan difusi.

Tabel 11. Hasil pemeriksaan difusi gel minyak jinten hitam

Formula

Kadar (ppm) minyak jinten hitam

menit ke

5 15 25 35 45 60 80 100 160 180

I 0,273 0,568 0,888 1,199 1,542 1,809 2,021 1,885 1,223 0,760

II 0,253 0,561 0,811 1,078 1,340 1,666 1,894 1,647 1,498 0,954

III 0,238 0,581 0,770 1,057 1,361 1,585 1,881 1,464 1,017 0,848

IV 0,242 0,580 0,763 1,052 1,338 1,657 1,928 1,348 1,097 1,044

V 0,277 0,590 0,899 1,204 1,533 1,871 2,114 1,955 1,768 1,503

VI 0,278 0,591 0,897 1,209 1,547 1,865 2,188 1,985 1,778 1,528

Gambar 9. Kurva hasil pemeriksaan difusi gel minyak jinten hitam

Keterangan :

I = Formula gel dengan Na CMC 4%

II = Formula gel dengan Na CMC 5%

III = Formula gel dengan HPMC 3%

IV = Formula gel dengan HPMC 4%

V = Formula gel dengan Karbopol 0,5%

VI = Formula gel dengan Karbopol 1%

0

0,5

1

1,5

2

2,5

0 50 100 150 200

Kad

ar

(pp

m)

(t) waktu

I

II

III

IV

V

VI

Page 78: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

63

Lampiran 10. Gambar Alat-alat Penelitian.

Gambar 10. pH meter Gambar 11. Viskometer Brookfield

Gambar 12. Refraktometer Gambar 13. Spektrofotometer UV-Vis

Gambar 14. Oven

Page 79: PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …

64

Lampiran 11. Hasil Determinasi Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.).