pengaruh konsentrasi ekstrak etanol propionibacterium …
TRANSCRIPT
i
PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK ETANOL PROPOLIS PADA SEDIAAN LOSIO TERHADAP
PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN Propionibacterium acne
SURIANI BEDDU N111 05675
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2011
PENGARUH KONSENTRPADA SEDIAAN LOSIO TERHADAP PENGHAMBATAN
PERTUMBUHAN
Untuk melengkapi tugasSyarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
ii
PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK ETANOL PROPOLIS PADA SEDIAAN LOSIO TERHADAP PENGHAMBATAN
PERTUMBUHAN Propionibacterium acne
SKRIPSI
Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk mencapai gelar sarjana
SURIANI BEDDU N111 05 675
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2011
SI EKSTRAK ETANOL PROPOLIS PADA SEDIAAN LOSIO TERHADAP PENGHAMBATAN
PENGARUH KONSENTRPROPOLIS PADA SEDIAAN LOSIO TERHADAP
PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN
Prof.Dr.H.M.Natsir Djide,MSNIP.
Pembimbing Pertama,
Dr. Hj. Latifah Rahman, DESS.AptNIP. 19670615 198403 2 002
iii
PERSETUJUAN
PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK ETANOL PROPOLIS PADA SEDIAAN LOSIO TERHADAP
PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN Propionibacterium acne
Oleh :
SURIANI BEDDU
N111 05 675
Disetujui oleh :
Pembimbing Utama,
Prof.Dr.H.M.Natsir Djide,MS.,Apt. NIP. 15500817 197903 1 003
Rahman, DESS.Apt 19670615 198403 2 002
Pembimbing Kedua
Dr.Hj. Sartini, M,Si., Apt Nip 19570615 198403 2 002
Pada tanggal : Desember
SI EKSTRAK ETANOL PROPOLIS PADA SEDIAAN LOSIO TERHADAP
Propionibacterium
Pembimbing Kedua,
Dr.Hj. Sartini, M,Si., Apt Nip 19570615 198403 2 002
Desember 2011
PENGARUH KONSENTRASIEKSTRAK ETANOL PROPOLIS
PERTUMBUHAN
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas HasanuddinPada tanggal :
Panitia Penguji Skripsi :
1. Ketua : Dra. Hj. Nursiah Hasyim, CES., Apt.
2. Sekertaris : Usmar. S. Si, M.Si., Apt.
3. Anggota : Prof. Dr. Ir. Mappatoba Sila
4. Anggota (Ex Off) : Prof. Dr. H.
5. Anggota (Ex Off) : Dr. Hj. Latifah Rahman,DESS, Apt.
6. Anggota (Ex Off) : Dr.Hj. Sartini, M.Si., Apt.
iv
PENGESAHAN
PENGARUH KONSENTRASI DAN ANALISIS KLT BIOAUTOGRAFIEKSTRAK ETANOL PROPOLIS MELLIFERAE TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI UJI Vibrio cholerae
Oleh :
SURIANI BEDDU N111 05 675
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Pada tanggal : 30 November 2011
Dra. Hj. Nursiah Hasyim, CES., Apt.
Usmar. S. Si, M.Si., Apt.
Prof. Dr. Ir. Mappatoba Sila,
: Prof. Dr. H. M. Natsir Djide, MS,Apt.
Dr. Hj. Latifah Rahman,DESS, Apt.
Dr.Hj. Sartini, M.Si., Apt.
Mengetahui : Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA, Apt Nip 19560114 198601 2 001
DAN ANALISIS KLT BIOAUTOGRAFI TERHADAP
…………
…………
…………
…………
…………
…………
Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA, Apt
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini adalah karya saya sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum. Makassar, Desember 2011
Penyusun,
SURIANI BEDDU
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah, Segala kemuliaan puji
hanya milik Allah SWT, Tuhan pemilik rahmat yang maha sempurna,
yang atas izin-nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
Salam dan shalawat tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW suri teladan kita semua.
Begitu banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam meram-
pungkan penulisan skripsi ini. Namun adanya bantuan dan dukungan dari
banyak pihak sehingga skipsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk
itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Prof. Dr. H. M. Natsir Djide, M.Si.,Apt. sebagai pembimbing
utama, Ibu Dr.Hj.Latifah Rahman, DESS.,Apt., Apt. sebagai penasehat
akademik sekaligus sebagai pembimbing pertama, dan Ibu Dr. Hj. Sartini.
M.Si., Apt. sebagai pembimbing kedua atas segala saran, waktu dan
perhatiannya kepada penulis.
Penulis juga menghaturkan terima kasih kepada Ibu Dekan, para
Wakil Dekan, Ketua Program Studi Farmasi Fakultas, Farmasi Universitas
Hasanuddin, serta Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin atas ilmu dan pengabdiannya selama ini dan seluruh
karyawan dan karyawati Fakultas Farmasi yang telah membantu
Terkhusus, penulis mempersembahkan karya ini kepada suami Muh.
Irwan dan anak Pertama Muh. Rizki Suriawan yang memberikan
semangat dan dukungnya, serta Ayahanda Beddu Hj. Paressa dan Ibunda
vii
Hj. Nursiah Sulle yang telah mencurahkan kasih sayang dan
perhatiannya, nasehat dan semangat yang selalu membangun bagi
penulis, serta bantuan moril dan materilnya.
Kepada sahabat-sahabatku yang telah memberi warna dalam hi-
dupku, Hasanah S.Si. Apt , Ulfah, Juniar Syafitri Parenrengi S.Si, A.Tenri
Wali S.Si, Mirna Merdiana S.Si, Apt, Balqis S.Si, Mushaidah S.Si , terima
ka-sih untuk dukungan dan perhatian kalian, love u girls!. Buat teman-
teman seperjuanganku Reso Farmasi angkatan 2005 serta berbagai pihak
yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Banyak hal yang membuat karya ini sangat jauh dari kesempurna-
an. Karena itu, penulis selalu berharap agar saran yang membangun sela-
lu disampaikan kepada penulis demi terciptanya suatu karya yang lebih
bermutu. Kiranya karya kecil ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan. Amin..............
Makassar, 2011
Suriani Beddu
viii
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh konsentrasi ekstrak
etanol propolis pada sediaan losio terhadap penghambatan pertumbuhan propionibacterium acne. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dari ekstrak propolis dalam losio yang memberi efek antibakteri paling besar terhadap pertumbuhan Propionibacterium acne. Propolis diekstraksi secara maserasi menggunakan etanol 70%, kemudian ekstrak diformulasikan dalam bentuk sediaan losio dengan konsentrasi 0.5%, 1%, 2% dan kontrol negatif berupa losio tanpa ekstrak propolis. Pengujian bakteri dilakukan dengan metode difusi agar dengan menggunakan kertas cakram diameter 6 mm inkubasi selama 24 jam. Hasil pengukuran rata-rata diameter zona hambatan propionibacterium acne yaitu 8,34 mm untuk 0,5%, 8,83 mm untuk 1%, 10,16 untuk 2% dan 8,72 untuk 0,5% control positif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pada konsentrasi 2% dalam sediaan losio ekstrak etanol propolis yang paling besar dalam menghambat pertumbuhan propionibacterium acne.
ix
ABSTRACT
The influence of the concentration of ethanol extract of Propolis lotion preparation on the inhibition of growth of Propionobacterium acnes had been done. This study aims to determine the concentration of ethanol extract of propolis in the preparation of antibacterial lotion that gives the greatest effect on the growth Propionibacterium acnes. Propolis was extracted by using ethanol 70%. and then extract lotion formulated in dosage forms with a concentration of 0.5%. 1%. 2% an negative control as the exctract of propolis lotion. Bacterial testing performed by agar diffusion method using paper disc with diameter of 6 mm and incubation for 24 hours. Avarage measurement results of obstacles zone diameter of Propionibacterium acne for 8.34 mm for 0.5%. 8.83 mm for 1%. 10.16 mm for 2%. 8.72 mm for 0.5% positive control. Based on research results indicate that the consentration of 2% in this lotion dosage of Propolis ethanol exctract is the greatest in inhibit the growth of Propionibacterium acne.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMANJUDUL.…………………...…………………..…….................
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................
HALAMAN PERNYATAAN..................................................................
UCAPAN TERIMAKASIH…………………………………….…………...
ABSTRAK............................................................................................
ABSTRACK……………………………………....…………………..........
DAFTAR ISI……………………………………………………….............
DAFTAR TABEL..................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.......................... ...............................................
DAFTAR GAMBAR ………………………….………………..................
BAB I PENDAHULUAN………………………….……………...............
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………..…........................
II.1 Uraian Umum Lebah...........................................................
II.1.1 Klasifikasi Lebah.........................................................
II.1.2 Sejarah lebah……......................................................
II.2 Uraian Propolis………….....................................................
II.2.1 Morfologi Propolis........................................................
II.2.2 Kandungan Kimia …………………………..................
II.2.3 Kegunaan Propolis.....................................................
i
iii
iv
v
vi
viii
ix
x
xiv
xv
xvi
1
4
4
4
4
6
7
7
7
xi
II.3 Ekstraksi Bahan Alam………..............................................
II.3.1 Pengertian dan Tujuan Ekstraksi ………….................
II.3.2 Metode Ekstraksi……………………...........................
II.3.3 Defenisi Ekstrak...........................................................
II.4. Uraian Bakteri.....................................................................
II.4.1 Klasifikasi Bakteri Uji…………………... ……..............
II.4.2 Sifat dan Morfologi……………………….....................
II.5. Antimikroba………..............................................................
II.5.1 Tinjauan Umum Antimikroba .....................................
II.5.2 Mekanisme Kerja Antimikroba....................................
II.6 Uraian jerawat……………..................................................
II.7 Uraian Kulit………..………………………............................
II.8 Uraian Losio........................................................................
II.9 Uraian Bahan Tambahan....................................................
II.9.1 Asam stearat...............................................................
II.9.2 Setil Alkohol.................................................................
II.9.3 Lanolin.........................................................................
II.9.4 Trietanolamin ..............................................................
II.9.5 Metil Paraben..............................................................
ll.9.6 propil paraben …………………...………………………
II.9.7 Alfa Tokoferol…………………………….…………........
ll.9.8 Novomer………………………………………………......
ll.9.9 Air Suling……………………………………………….....
8
8
9
10
10
11
11
12
12
12
13
14
16
17
17
17
17
18
18
18
19
19
19
xii
II.10 Pengujian Secara Mikrobiologi…………………………….....
II.10.1 Cara Pengenceran…………………………………….
II.10.2 Cara Difusi................................................................
BAB III PELAKSANAA N PENELITIAN.........................................
III.1 Alat dan Bahan…...............................................................
III.1.1 Alat-alat yang Digunakan …....................................
lll.1.2 Bahan-bahan yang Digunakan.................................
lll.2 Metode Kerja …….………………………………..………...
III.2.1 Sterilisasi Alat..........................................................
III.2.2 Pengambilan Sampel...............................................
III.2.3 Pembuatan Ekstrak..................................................
III.3. Rancangan Formula ……………………….......................
III.3.1 Cara Pembuatan Losio.............................................
III.3.2 Penentuan Tipe Losio……………….........................
III.4 Medium............................................................................
III.4.1 Pembuatan Medium.................................................
III.5 Penyiapan Mikroba Uji.....................................................
III.5.1 Peremajaan Mikroba Uji...........................................
III.5.2 Pembuatan Suspensi Mikroba..................................
III.5.3 Pemeriksaan Aktivitas Antimikroba..........................
III.6 Pengumpulan dan Analisis Data.......................................
19
19
20
22
22
22
22
22
23
23
24
24
25
26
26
26
26
27
27
27
28
xiii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………….................
IV.1 Hasil Penelitian………………....……………….........
V. 2 Pembahasan……………………………….................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………...…………….......
V.1 Kesimpula……………..…………………......................
V.2 Saran………………………………………....................
DAFTAR PUSTAKA..………….…………………………………………..
LAMPIRAN...........................................................................................
28
28
29
32
32
32
33
35
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Formulasi losio ekstrak prpolis………………………....................... 24
2. Hasil pengukuran rata-rata diameter zona hambatan (mm)ekstrak etanol propolis terhadap Propionobacterium acne........................ 28
3. Hasil uji BNJ................................................................................... 41
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skema Kerja………………………………………………...................... 35
2. Foto-foto pelaksanaan penelitian…………………………………….... 36
3. Analisis stistika diameter zona hambatan terbesar dalam losio, Berdas rancangan acak lengkap...................................................... 38
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Sampel Propolis........................................................................... 36
2. Sediaan losio antijerawat............................................................. 36
3. Hasil uji daya hambat losio anti jerawat terhadap pertumbuhan
bakteri Propionibacterium acnes................................................. 37
1
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang terkenal dengan
kekayaan alamnya. Berbagai macam flora dan fauna dapat ditemui dan
dimanfaatkan, salah satunya adalah lebah madu. Manfaat lebah madu
tidak hanya terletak pada madunya, tetapi juga pada sarangnya. Sarang
lebah madu mengandung suatu resin yang disebut propolis. Akan tetapi,
di Indonesia belum banyak yang mengetahui manfaatnya (1).
Meningkatkan keinginan masyarakat untuk menggunakan bahan
alam atau “back to nature”, ditanggapi dengan banyaknya produk-produk
berbahan aktif natural untuk perawatan kesehatan, kosmetik dan
pencegahkan penyakit. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan
sebagai obat tradisional adalah Propolis atau lem lebah, lengket
menyerupai lem,berwarna cokelat yang dikumpulkan lebah pekerja dari
daun bertunas dari pohon dan tanaman yang berbeda yang dicampur
dengan air liur lebah. Propolis efektif melawan berbagai bakteri, virus, dan
jamur. Sifat antimikroba ini diduga berasal dari senyawa flavonoid yang
dikandungnya (2,3).
Jerawat merupakan salah satu persoalan kulit yang banyak
dikeluhkan oleh para remaja. Keadaan ini disebabkan oleh banyak faktor
genetik, hormonal, stress, bakteri dan sebagainya. Jerawat walaupun
tidak membahayakan tetapi bisa memberikan dampak negatif pada orang
yang mengalaminya seperti kulit menjadi kurang indah dan dampak
1
2
psikologis dimana sipenderita akan merasa minder atau malu. Jerawat
terjadi karena adanya bakteri Propionibacterium acnes lemak dihidrolisis
menjadi asam lemak. Asam lemak bebas mempengaruhi proses
keratinisasi sehingga timbul mikro komedo yang merupakan ciri khas dari
penyakit jerawat. Akan tetapi dengan perkembangan teknologi dan
penelitian yang makin maju, memberikan banyak ragam terapi untuk
pengendalian jerawat yaitu dengan mengurangi produksi kelenjar lemak
atau sebum, mengurangi penumpukan sel-sel kulit mati dan
mengendalikan radang dan bakteri. (4)
Harbone menyatakan bahwa etanol 70% dapat mengekstraksi
flavonoid (6) yang merupakan senyawa aktif terbanyak dan terpenting di
dalam propolis.
Berbagai penelitian tentang propolis sebagai antibakteri telah
dilakukan, propolis memiliki efek bakterisidal terhadap Bacillus subtilis,
Staphylococcus aureus, Streptococcus, Streptomyces sobrinus,
Saccharomyces cerevisiae, Escherichia coli, Salmonella dan Shigella,
Giardia lambia, Bacteroides noducuc, Propionibacterium acne, Klebsiella
pneumonia, (1).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Ahmed G. Hegazi, dkk, (2002)
tentang aktivitas antioksidan, antimikroba, dan komposisi kimia propolis,
menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% propolis menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Candida
albicans (3).
3
Adapun permasalahan pada panelitian ini adalah konsentrasi
berapa ekstrak etanol propolis pada sediaan losio akan menghasilkan
efek paling besar dalam menghambat pertumbuhan Propionibacterium
acne. Untuk itu dilakukan penelitian pengaruh konsentrasi ekstrak etanol
propolis dalam sediaan losio terhadap penghambatan pertumbuhan
Propionibacterium acne dengan tujuan untuk mengetahui konsentrasi
ekstrak etanol Propolis dalam sediaan losio yang memberi efek antibakteri
paling besar terhadap pertumbuhan Propionobacterium acne.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Uraian Umum Lebah
II.1.1 Lebah Apiis melliferae (7)
Phylum : Arthopoda
Subphylum : Mandibulata
Class : Insecta
Subclass : Pterygota
Ordo : Hymenopthera
Family : Apidae
Genus : Apis
Species : Apis melliferae L.
II.1.2 Uraian Lebah
Ketika seekor ratu lebah masuk ke dalam sebuah sarang baru,
maka saat itu juga lebah pekerja mulai membersihkan dan
mempersiapkannya. Para lebah pencari propolis itu mulai mencari dan
mengumpulkan materi-materi yang dibutuhkan untuk membangun sarang
mereka, mulai melakukan proses penyemenan dinding-dinding sarang
agar tidak berlubang. Sementara lebah-lebah tersebut sibuk bekerja,
lebah yang lain berada diatas sarang dan membentuk sarang dari cairan
kelenjar. Sarang tersebut terbentuk dari sel segi enam dan posisinya
4
5
mempunyai bentuk dan ukuran yang sangat luar biasa, bahkan dalam
waktu bersamaan bisa digunakan sebagai unit pengukuran (8).
Di dalam sel-sel yang indah itulah sang ratu meletakkan telur-
telurnya yang hampir mencapai 3000 butir perhari. Beberapa diantaranya
akan diletakkan di sebuah tempat yang lebih luas dalam sarang dan akan
mendapatkan suplai royal jelly. Telur-telur ini dipisahkan karena
berpotensi untuk menjadi ratu dikemudian hari. Royal jelly diperoleh
melalui proses sekresi glandular para lebah pekerja yang sangat kaya
nutrisi. Makanan itu diberikan pada hari kedua atau ketiga semenjak
menetasnya telur-telur tersebut. Sedangkan lebah pekerja berasal dari
telur-telur yang telah dibuahi yang diletakkan dan menetas di dalam sel
yang lebih kecil, sementara lebah jantan berasal dari yang belum dibuahi,
yang dirawat oleh lebah pekerja dan diberi makan dengan pollen dan
madu. Selama berlangsungnya proses penetasan tersebut para
pembantu/ pelayan ratu dengan memberinya makan serta
membersihkannya. Sementara lebah pekerja terbang keluar sarang
mencari nectar dan pollen yang akan disimpan di sel-sel (9).
Larva membutuhkan waktu kurang lebih 3 minggu di dalam selnya,
lalu menetasnya dengan cara membuat jalan keluar dengan memecahkan
cangkangnya yang terbuat dari campuran pollen dan wax, pada awal
kelahiran mereka memberi makan dirinya sendiri. Lebah pekerja
mengumpulakan nectar, pollen dan propolis, membersihkan, memberi
makan dan memperbaiki sarang. Lebah-lebah jantan sangat malas
6
sehingga harus diberi makan, tugas mereka hanyalah terbang keluar
sarang dan mencari ratu-ratu muda disarang lain. Setelah bertemu
dengan ratunya, dia mati, sebagian ada yang bertahan hidup tetapi diakhir
musim mereka dibunuh oleh lebah-lebah pekerja (9).
Ratu lebah sebagai penyuplai telur-telur lebah akan selalu dirawat
sampai dia tidak mampu lagi menjadi penyuplai telur-telur lebah. Ketika
kekuatannya mulai memudar, sang ratu tersebut akan diabaikan atau
dibiarkan sampai mati, kemudian akan digantikan oleh ratu lebah yang
lebih muda (9).
II. 2 Propolis
Propolis adalah zat perekat lebah yang dihimpun oleh lebah-lebah
pekerja dari tunas-tunas (cabang atau daun) pada pohon-pohon
digunakan sebagai penutup retakan dari lubang yang terdapat dalam
setiap sel sarang lebah. Propolis dihasilkan dari campuran tumbuhan
tingkat tinggi seperti pinus, konifer, eukaliptus, dan lain-lain dengan air liur
dan lilin lebah (21). Setiap jenis tumbuhan menghasilkan propolis dengan
warna yang berbeda, sehinggah warna propolis bervariasi mulai dari
cokelat muda, coklat tua, kuning kemerahan, hijau tua, sampai coklat
hitam. Baunya spesifik, segar, disebabkan kandungan resin dan minyak
esterisnya (9).
7
II.2.1 Morfologi Propolis (1)
Propolis, lengket menyerupai lem. Lebah meramu propolis sebagai
perlindungan bagi telur-telur agar tetap dalam kondisi yang suci hama.
Cairan kental itu dioles-oleskan merata dalam lubang sarang. Selain itu,
propolis juga digunakan sebagai bahan penambal sarang yang mengalami
kerusakan. Umumnya berwarna kuning sampai cokelat tua bahkan ada
pula yang transparan.
II.2.2 Kandungan Kimia (23)
Berbagai zat yang terkandung dalam propolis antara lain: ester dari
asam fenolat (72,7%), asam fenolat (1.1 %), dihydrochalcones (6.5 %),
calchones (1.7%), flavones (4.6%) dan turunan tetrahydrofuran (0.7%).
Terdapat 39 macam zat teridentifikasi, delapan diantaranya adalah
senyawa baru yang hanya terdapat dalam propolis yang menunjukkan
karakter khas propolis karena keberadaan dari ester khusus dari caffeic
acid dengan C12 sampai C16 alkohol berlemak, terutama Flavonoid jenuh
dan khususnya flavone-flavone yang merupakan kandungan khusus dari
propolis. sari (pollen), yang kesemuanya kaya akan vitamin dan unsur-
unsur mineral.
II.2.3 Kegunaan Propolis (1)
Propolis digunakan sebagai antibiotik, antimikroba, antikanker,
antioksidan, membantu proses penyembuhan luka, efek membius/ mati
rasa, menangani penyakit kardiovaskuler atau penyakit jantung, anemia,
problem organ pernapasan, terutama yang diakibatkan oleh infeksi
8
bakteri, menjaga kesehatan gigi dan mulut, memperbaiki serta
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, gangguan pencernaan, dan
melindungi hati.
II.3 Ekstraksi Bahan Alam (10)
II.3.1 Pengertian dan Tujuan Ekstraksi
Ekstraksi asal kata dari bahasa latin extraction yang diturunkan dari
kata kerja extrahare berarti menarik keluar. Ekstraksi adalah penyarian
zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan atau
beberapa jenis ikan dengan menggunakan metode dan pelarut tertentu.
Tujuan ekstraksi secara umum, terdapat empat kondisi.
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk di ekstraksi dari
organisme. Dalam kasus ini, prosuder yang dipublikasikan dapat
diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan
proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia
tertentu, misalnya alkaloid, flavonoid atau saponin, meskipun
struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini, bahkan keberadaannya
belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang
digunukan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari
pustaka.
3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan
tradisional, dan biasanya dibuat dengan berbagai cara, misalnya
9
Traditional Chinese Medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba
yang di didihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan
sebagai obat.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya
dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program
skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji
organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada
penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan
aktivitas biologi khusus. Oleh karena itu perlu pemilihan metode
ekstraksi yang sesuai dengan bioassay dan juga mencoba
mengekstraksi sebanyak mungkin tipe senya kimia, secara umum
hal ini dicapai dengan menggunakan serangkaian pelarut, tetapi
jumlah pelarut yang digunakan harus dibatasi oleh skala program
skrining. Jika hanya sedikit organisme yang diuji, dapat dibuat
berbagai jenis ekstrak dari tiap sampel, sedangkan dalam program
skrining skala besar yang mencangkup ribuan organisme, hanya
satu atau dua ekstrak (biasa dengan polaritas berbeda) yang dibuat
dari masing-masing sampel.
II.3.2 Metode Ekstraksi (10)
Cara ekstraksi atau penyarian bahan berkhasiat dari bahan alam
(simplisia) pada dasarnya dibagi atas 2 bagian besar yaitu :
1. Cara dingin meliputi maserasi dan perkolasi.
2. Cara panas meliputi refluks, sokletasi, destilasi uap air.
10
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar
sel, maka larutan yang terpekat di desak keluar. Peristiwa tersebut
berulang sehingga terjadi kesimbangan konsentrasi antara larutan diluar
sel dan didalam sel.
II.3.3 Definisi Ekstrak (11)
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut sesuai, kemudian semua atau hamper semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan.
II.4 Uraian Bakteri Uji (12,13)
Bakteri merupakan mikroba uniseluler umumnya tidak mempunyai
klorofil tetapi ada beberapa yang bersifat fotosintetik. Ukurannya
bervariasi tergantung pada spesiesnya dan fase pertumbuhannya. Sifat-
sifat bakteri antara lain ada yang hidup bebas parasit, saprofit atau
bersifat patogen pada manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Habitat
bakteri tersebar luas di alam, di dalam tanah, di udara, air dan tempat-
tempat tertentu seperti dalam tubuh manusia, hewan dan tumbuh-
11
tumbuhan. Berdasarkan morfologinya, bakteri dapat digolongkan menjadi
3 golongan yaitu : kokus, basil, dan lengkung. Berkembang biak secara
vegetatif atau aseksual. Pembiakan ini berlangsung sangat cepat jika
keadaan sekelilingnya memungkinkan seperti pH medium, suhu dan
komposisi medium itu sendiri. Produksi aseksualnya secara transversal
atau biner.
II.4.1 Klasifikasi bakteri uji (14)
Propionibacterium acne
Kerajaan: Bacteria
Filum : Antinobacteria
Kelas : Actinobacteridae
Ordo : Actinomycetales
Famili : Propionibacteriaceae
Genus : Propionibacterium
Spesies: Propionibacterium acne
II.4.2 Sifat dan morfologi
Bakteri ini berbentuk batang tak teratur yang terlihat pada
pewarnaan gram positif, dapat tumbuh diudara dan tidak menghasilkan
endospora, dapat terbentuk filamen bercabang atau campuran antara
bentuk batang atau filamen dengan bentuk kokoid. Pertumbuhan optimum
terjadi pada suhu 30-37 dan memerlukan O2 mulai dari aerob atyau
anaerob fakultatif sampai mikroaerofilik.
12
II.5 Tinjauan Umum Antimikroba (15)
Antimikroba adalah suatu senyawa atau zat yang dapat mematikan
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Beberapa senyawa atau
kelompok senyawa yang tergolong antimikroba adalah sebagai berikut:
1. Antifungi
2.Antibakteri
3.Antivirus
4.Antibiotik
II.5.1 Mekanisme Kerja Antimikroba (12,16)
Antibakteri merupakan senyawa yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) atau bahan yang dapat membunuh
bakteri (bakterisida).
Mekanisme kerja dari antimikroba yaitu :
1. Pengiknaktifan enzim tertentu
2. Denaturasi Protein
3. Menghambat Permeabilitas Membran sitoplasma bakteri
4. Interaksi ke dalam DNA
5. Pembentukan khelat
6. Bersifat sebagai antimetabolit
7. Menghambat terhadap sintesa dinding sel
8. Menghambat fungsi permeabilitas membran sel
9. Menghambat sintesis protein
10. Menghambat asam nukleat
13
II.6 Uraian Jerawat (17)
Jerawat atau acne adalah suatu proses peradangan kronik
kelenjar-kelenjar subasea. Penyakit ini dapat bersifat minor dengan hanya
komedo atau peradangan dengan pastula multipel atai kista, akne
biasanya disebabkan tingginya sekresi sebum. Androgen telah diketahui
sebagai perangsang sekresi sebum, tanpa endrogen kelenjar subasea
tetap kecil.
Akne dapat terjadi karena penyumbatan pada pilosebaseae
peradangan yang dipicu oleh bakteri propionibacterium acne Tumpukan
sebum ini dapat memicu pertumbuha bakteri jerawat yang dapat
menyebakan peradangan. Proses terjadinya jerawat diawali dengan
tertutupnya polikek sebaseaoleh sel kulit mati sehingga menyebabkan
terjadinya akumulasi sebum, sebum yang terakumulasi menjadi sumber
nutrisi bagi pertumbuhan propionibacterium acne . Bakteri ini kemudian
menghasilkan metabolit yang memicu terjadinya inflamasi.
Jerawat yang disebabakan oleh penyumbatan pada polisebaseae
disebut komedo. Komedo adalah nama ilmiah dari pori-pori yang
tersumbat oleh sebum yang memadat, bisa terbuka atau tertutup. Komedo
yang terbuka disebut juga dengan black head seperti pori-pori yang
membesar dan menghitam. Komedo yang tertutup atau white head
memiliki kulit yang tumbuh diatas pori-porimyang tersumbat, maka terlihat
seperti benjolan putih, kecil-kecil dibawah kulit. Jerawat jenis komedo ini
14
disebabkan oleh sel-sel kulit mati dan kelenjar minyak yang berlebihan
pada kulit.
II.7 Uraian kulit (18,19).
Kulit adalah organ tumbuh yang terletak paling luar dan
membatasinya dari lingkungan hidups manusia. Kulit merupakan organ
esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidap. Kulit
juga sangat kompleks, elastis, dan sensitif. Fungsi utamanya adalah
proteksi, absorbsi, eskresi, pengatur suhu tubuh, pembentukan pigmen,
pembentuk vitamin D dan keratinisasi serta ekspresi emosi.
Kulit dibagi atas tiga lapisan besar, yaitu
I. Epidermis dan kutikula
Menurut ahli histologi, epidermis diklasifikasikan kedalam lima
lapisan:
1. Stratum korneum tau lapisan tanduk
2. Stratum lusidum, kadang-kadang disebut lapisan penghalang
3. Stratum granulosum atau ;lapisan granular .
4. Stratum malpigihii, lapisan sel berduri.
5. Stratum germinativum, lapisan sel basal.
Epidermis bervariasi ketebalanya dari 1mm pada telapak tangan
dan tumit kaki hingga 0,1 mm tau lebih kurang pada bagian wajah dan
badan.
15
Stratum korneum merupakan lapisan tanduk yang terdiri atas sel-
sel kulit mati. Stratum lusidum berada tepat disebaseah stratum korneum
dan dianggap sebagai lapisan yang berada diantara lapisan korneum dan
lapisan granuler. Stratum granulosum atau lapisan granular mengandung
keratohialin. Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapisan sel yang
berbentuk poligonal yang besarnya berbeda. Sel-sel stratum spinosum
mengandung banyak glikogen, Stratum basale merupakan dasar
epidermis. Stratum basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang
tersususn vertikal pada perbatasan dermo epidermal dan berbaris seperti
pagar. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel, yaitu sel berbentuk kolumnar
dan sel pembentuk melanin (melanosit). Sel ini mengandun butir pigmen
(melanosomes).
II. Lapisan dermis
Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal.
Terbentuk oleh jaringan elastis dan fibrosa dengan elemen seluler,
kelenjar rambut sebagai adneksa kulit. Lapisan terdiri atas :
a. Pars papilare,yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung
saraf dan pembuluh darah.
b. Pars retikulare, yaitu bagian dibawahnya yang menonjol kearah
subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-sarabut penunjang,
misalnya
serabut kolagen, elastin dan retikulin.
16
III. Lapisan subkutis.
Lapisan ini merupakan kelanjutan dari dermis, terdiri atas jaringan
ikat longgar berisi sel-sel lemak. Lapisan ini berfungsi sebagai cadangan
makanan. Dilapisan ini terda[pat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah
dan getah bening.
II.8 Uraian Losio (19)
Losio adalah sediaan cair berupa suspensi atau emulsi, digunakan
sebagai kosmetik luar. Dapat berupa suspensi zat padat dalam bentuk
partikel halus dengan bahan pensuspensi yang cocok atau emulsi minyak
dalam air dengan surfaktan yang cocok. Losio dimaksudkan untuk
digunakan pada kulit sebagai pelindung atau untuk obat karena sifat
bahan-bahannya. Kecairannya memungkinkan pemakaian yang merata
dan cepat pada permukaan kulit. Setelah pemakaian dan meninggalkan
lapisan tipis dari komponem obat pada permukaan kulit. Losio lebih
disukai dari pada sediaan semi solid karena sifatny yang tidak berminyak
dan kemampuan menyebar yang besar pada permukaan kulit.
Losio merupakan sediaan cair yang dimaksud untuk digunakan
pada kulit sebagai pelindung atau untuk obat tergantung dari sifat bahan-
bahannya. Losio biasanya mengandung bahan berupa emolient,
pengental dan pembentuk film, pengemulsi, pegawet, pewangi dan
pewarna.
17
II.9 Uraian Bahan Tambahan (20)
II.9.1 Asam stearat.
Asam stearat berupa zat padat, keras mengkilap, menunjukkan
susunan hablur, kuning pucat atau putih: mirip lemak lilin. Praktis tidak
larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%p) dalam 2 bagian
kloroform P dan dalam 3 bagian eter P. Memiliki titik lebur tidak kurang
dari 540C. Asam stearat merupakan bahan yang stabildan digunakan
sebagai emolient dalam kosmetika.
II.9.2 Setil alkohol.
Setil alkohol berupa serpihan putih, berbentuk kubus tatu granul
dengan bau khas yang lemah. Setil alkoholpraktis tidak larut dalam air,
mudah atau sedikit larut dalam alkohol, larut dalam eter, bercampur bila
dilebur bersama minyak hewani atau nabati. Memiliki titik lebur 45-520C.
Setil alkohol digunakan sebagai emolient dan pengental dalam emulsi.
II.9.3 Lanolin.
Lanolin anhidrat .merupakan bahan berlemak, lengket, berwarna
kuning dengan bau khas. Praktis tidak larut dalam air, lebih larut dalam
etanol panas (95%), agak sukar larut dalam etanol dingin (95%), sangat
mudah larut dalam benzen, kloroform, eter. Lanolin secara luas digunakan
dalam formulasi farmasetika topikal dan kosmetika sebagai emolient.
II.9.4 Trietanolamin.
Berupa cairan higroskopis yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau
atau sedikit berbau amoniak. Trietanolamin dapat bercampur dengan air
18
dan alkohol, larut dalam kloroform , sedikit larut dalam eter. Trietanolamin
digunakan emulgator bila dikombinasikan dengan Asam stearat.
II.9.5 Metil Paraben
Metil paraben berupa serbuk hablur halus, hampir tidak berbau,
tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Larut
dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam3,5 bagian
etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dalameter, jika
didinginkan larutan tetap jernih. Titik lebur 125-1280C. Metil paraben
digunskan sebagai pengawet dalam kosmetika, produk makanan dan
formulasi farmasetika.
II.9.6 Propil paraben
Propil paraben berupa serbuk putih, tidak berwarna dan tidak
berbau, sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%)
P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian aseton P, dalam 140
bagian griserol P dan 40 bagian minyak lemak, muda larut dalam alkali
hidroksida. titik lebur 95-980C. Propil paraben digunakan sebagai
pengawet dalam kosmetika, produk makanan dan formulasi farmasetika.
II.9.7 Alfa Tokoferol
Alfa tokoferol berupa cairan seperti minyak, tidak berbau, berwarna
kuning hingga merah kecoklatan dan jernih. Praktis tidak larut dalam air,
larut dlam etanol (95%) P, dan dapat bercampur dengan eter P, dengan
aseton P, dengan minyak nabati dan dengan kloroform P, Alfa tokoferol
digunakan sebagai antioksidan.
19
II.9.8 Novomer
Novomer mengandung acrylac copolimer mineral oil dan polisorbat
85. Bahan ini digunakan sebagai bhaan tambahan yaitu sebgai emulgator.
II.9.9 Air Suling.
Air suling berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak mempunyai rasa. Digunkakan sebagai pelarut.
II.10 Pengujian Secara Mikrobiologi (21)
Pengujiaan aktivitas mikrobiologis seperti bakteri dan antimikroba
lainnya dapat dilakukan secara kimia dan biologis. Pengujian secara
biologis dikenal dua cara yaitu pengenceran dan difusi.
II.10.1 Cara Pengenceran (Dilution Method)
Metode ini menggunakan tehnik tabung pengenceran.
Penghambatan pertumbuhan (berkurangnya kekeruhan) yang dihasilkan
oleh sampel yang diuji terhadap pertumbuhan mikroba dapat diukur
dengan alat spektrofotometer. Prinsip kerjanya yaitu energi cahaya yang
mengenai zat-zat mikroba didalam sampel suspensi mikroba akan
dihamburkan, sedangkan cahaya yang diteruskan diubah oleh tabung
fotoelektrik menjadi energi listrik yang dicatat oleh galvanometer sebagai
persen transmitan (%T). Semakin sedikit jumlah sel didalam suspensi,
makin besar intensitas cahaya yang lolos, dan makin tinggi pula persen
transmitan yang dicatat.
20
II.10.2 Cara Difusi
Cara difusi adalah cara perembesan larutan contoh pada medium.
Pada metode ini, kemampuan zat antimikroba dapat ditentukan
berdasarkan daerah hambatan yang dibentuk oleh larutan contoh
terhadap pertumbuhan dari mikroba pada media tersebut. Beberapa
modifikasi dari cara ini adalah :
1. Cara difusi dengan plat sulinder
Cara ini didasarkan atas perbandingan antara daerah hambatan
yang dibentuk oleh larutan contoh terhadap pertumbuhan dari mikroba
dengan daerah hambatan yang terjadi oleh larutan pembanding. Pada
cara ini digunakan plat silinder yang diletakkan pada media larutan contoh
dimasukkan ke dalamya.
2. Cara difusi dengan Cup plate
Prinsip dan cara kerja dari cara ini sama dengan plat silinder.
Perbedaannya adalah cara ini menggunakan alat berupa mangkok yang
dibuat langsung pada media agarnya.
3. Cara difusi dengan kertas saring
Cara ini menggunakan kertas saring yang dibuat dengan bentuk
dan ukuran tertentu, biasanya berbentuk bulat dengan diameter 0,7-1 cm
yang nantinya akan dicelupkan ke dalam larutan contoh dan larutan
pembanding, kemudian kertas saring tersebut dikeringkan dan diletakkan
diatas medium agar yang telah ditanami mikroba uji. Pengamatan
dilakukan setelah waktu inkubasi dengan hambatan yang terjadi.
21
4. Cara difusi dengan metode Kirby-Bauler
Prinsip dan cara kerjanya sama dengan cara difusi kertsa saring.
Perbedaannnya adalah cara ini menggunakan alat untuk meletakkan
kertas saring dan cawan Petri yang digunakan berukuran 150 x 15 mm,
sehingga dapat langsung diuji dengan berbagai variasi konsentrasi larutan
contoh.
5. Cara difusi dengan metode agar berlapis
Cara ini merupakan modifikasi cara Kirby-Bauler. Perbedaannya
pada cara ini menggunakan dua lapis agar. Lapisan pertama “Based
layer” tidak mengandung mikroba yang berfungsi sebagai lapisan dasar.
Sedangkan lapisan kedua “Seed layer” mengandung mikroba berfungsi
sebagai lapisan pembenihan.
22
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
III.1 Alat dan Bahan Yang Digunakan.
Alat-alat yang digunakan antara lain, cawan petri (Normax), gelas
piala (pyrex®), gelas ukur (Pyrex®), pengaduk elektrik (Mixer), Jangka
sorong (Sunlon), Retavapor (Buchii®), Inkubator (Memmert), Termometer
timbangan analitik, ose bulat, otoklaf, lampu spiritus.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain Etanol 70%, Biakan
murni Propionibacterium acnes, Medium FTM (Conda Pronadisa), Kertas
timbang, aluminium foil, Ekstrak etanol proplis, Lanolin anhidrat, Asam
stearat, Trietanolamin, Setil alkohol, Gliserol, Metil paraben, Propil
paraben, α-tokoferol, Aquadest.
III.2 Metode kerja.
lIl.2.1 Sterilisasi alat.
Alat – alat yang akan digunakan dicuci dengan air bersih. Alat –
alat dikeringkan dengan posisi terbalik di udara terbuka. Tabung reaksi
dengan gelas erlenmeyer terlebih dahulu disumbat dengan kapas bersih.
Alat – alat gelas disterilkan pada suhu 1800C selama 2 jam. Alat – alat
plastik ( yang tidak tahan pemanasan tinggi) disterilkan pada otoklaf
selama 15 menit pada. suhu 1210C tekanan 2 atmosfer. Jarum ose
disterilkan dengan cara pemanasan langsung pada lampu spiritus selama
30 detik.
22
23
llI.2.2 Pengambilan Sampel
Sampel penelitian yang digunakan adalah propolis yang berasal
dari madu Trigona sp, diambil dari Laboratorium fakultas peternakan
UNHAS, Makassar, oleh Bapak Prof. Dr. Ir. H. Mappatoba Sila.
III.2.3 Pembuatan Ekstrak
Sebelum diekstraksi dengan etanol, 500 g sampel propolis direfluks
dengan menggunakan larutan heksan sebanyak 1000 ml tujuan dari
refluks itu adalah untuk pemisahan propolis dan lemak. Setelah
dipisahkan diambil Propolis kemudian ditimbang sebanyak 100 g,
kemudian diekstraksi dengan etanol 70% sebanyak 1000 ml, hingga
terendam sempurna dan dihomogenkan menggunakan magnetic stirer
selama 4 jam. Setelah 4 jam, filtrat propolis diambil. Selanjutnya
ditambahkan lagi etanol 70% terhadap residu ekstrak propolis dan
dihomogenkan. Hal ini diulang sebanyak 3 kali agar dapat dipastikan zat
aktif propolis terekstraksi secara sempurna. Hasilnya disaring
menggunakan kertas saring. Filtrat kemudian dipisahkan dari pelarutnya
dengan cara penguapan dalam retavapor,sehingga diperoleh ekstrak
kental. (5)
III.3 Formula
Formulasi Losio menggunakan bahan ekstrak Propolis, Lanolin
anhidrat, Asam stearat, Trietanolamin, Setil alkohol, Metil paraben, Propil
paraben, α-tokoferol, aquadest. Rancangan formula dapat dilihat pada
24
tabel 1 dengan menggunakan tiga variasi konsentrasi ekstrak Propolis.
Sebagai pembanding digunakan ekstrak propolis.
Tabel 1. Formula losio eksterak Propolis.
No
Bahan
Formula (%) b/b
I II II IV V 1 Ekstrak Propolis 0 0,5 1 2 0,5
2 Lanolin anhidrat 2 2 2 2 -
3 Asam stearat 1,5 1,5 1,5 1,5 -
4 Trietanolamin 1 1 1 1 -
5 Setil alkohol 1 1 1 1 -
6 Metil paraben 0,2 0,2 0,2 0,2 -
7 Propil paraben 0,02 0,02 0,02 0,02 -
8 α-tokoferol 0,05 0,05 0,5 0,05 -
9 Novomer 0.2 0,2 0,2 0,2
10 Air suling Ad 100 100 100 100 -
Ket :
Formula I : Kontrol Negatif
Formula V : Kontrol Poitif
III.3.1 Cara Pembuatan Losio
Losio dibuat dengan cara mencampurkan fase minyak kedalam
fase air. Fase minyak terdiri dari asam stearat, setil alkohol, lanolin
anhidrat, propil paraben, dan α-tokoferol berturut-turut dilebur bersama
mulai dari bahan yang mempunyai titik lebur paling tinggi hingga suhu
fase minyak smencapai 700C. Fase air terdiri dari metil paraben dilarutkan
dalam air yang telah dipanaskan hinnga suhu memcapai700C, kemudian
ditambahkan triatanolamin, suhu diprtahankan pada 700C. Losio dibuat
dengan cara fase minyak dimasukkan kedalam fase air sambil diaduk
25
dengan pengaduk elektrik selama 3 menit kemudian,ditambahkan
novamer dan α-tokoferol, didiamkan selama 20 detik lalu diaduk kembali
sambil terbentuk losio yang homogen. Ekstrak propolis, kemudian
dimasukkan dalam campuran yang telah dihomogenkan kemudian diaduk
hingga homoge, masukkan dalam wadah dan beri etiket.
III.3.2 Penentuan Tipe Losio
Penentuan tipe losio dilakukan dengan tiga metode
1.Metode pengenceran
Losio yang telah dibuat dimasukkan kedalam vial kemudian diencerkan
dengan air. Jika emulsi dapat diencerkan dengan air maka tipe losio ialah
tipe minyak dalam air.
2.Dispersi zat warna
Losio yang telah dibuat dimasukkan kedalam vial lalu ditetesi
dengan beberapa tetes metilen biru. Jika warana biru segera terdispersi
keseluruh losio maka tipe losio adalah minyak dalaam air. Dilakukan hal
yang sama menggunakaan zat warna larut minyak yaitu sudan III.
3. Metode daya hantaran listrik
Losio yang telah dibuat dimasukkan dalam kedalam gelas piala
kemudian dihubungkan denga arus listrik. Menyalanya lampu
menandakan tipe losio minyak dalam air. (8)
26
III.4 Pembuatan medium
III.4.1 Fluid Thioglycollate Medium (FTM)
Komposisi
Kasein dari pankareas : 15,0 g
Glukosa : 5,5 g
Ekstrak ragi : 5.0 g
Natrium Klorida : 2,5 g
Agar : 0,75 g
L -Sistin : 0,5 g
Sodium thioglycolate : 0,5 g
Resazurin : 1.0 mg
Pembuatan Medium
Medium FTM ditimbang sebanyak 29,8 g kemudian dularutkan dalam
1000 ml air suling, kemudian dipanaskan dan diatur pada pH 7,1.
III.5 Penyiapan Mikroba Uji
II.5.1 Peremajaan Mikroba Uji
Kultur murni dibuat dengan menginokulasikan 1 ose biakan bakteri
Propionibacterium acnes pada medium FTM (Fluid Thioglycollate Medium)
miring dalam tabung reaksi kemudian diinkubasi selama 24 jam.
III.5.2 Pembuatan Suspensi Mikroba Uji
Mikroba uji yang telah diremajakan dalam tabung reaksi
disuspensikan dengan larutan NaCl 0,9%.
27
III.5.3 Pemeriksaan Aktifitas Antimikroba
FTM (Fluid Thioglycollate Medium) steril pada suhu sekitar 450C-
500C dituang ke dalam cawan petri sebanyak 15 ml secara aseptis dan
0,1 ml suspensi bakteri Propionibacterium acnes dituang kedalam medium
FTM, dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Masing-masing kertas
cakram ditetesi dengan losio yang mengandung ekstrak propolis
sebanyak 20 µl dan diletakkan secara aseptis pada permukaan media
yang telah memadat. Cawan petri ini diinkubasi dengan cara terbalik
selama 24 jam pada inkubator anaerob, Daera bening di sekitar kertas
cakram menunjukkan uji positif, diameter daerah bening yang diperoleh
diukur.
III.6 Pengumpulan dan Analisis Data
Data pengamatan dikumpulkan dan diolah berdasarkan hasill
pengujian yang diperoleh secara statistik, dan zona hambatnya dilakukan
setelah masa inkubasi.
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Penelitian
Propolis diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 70%
secara maserasi. Jumlah propolis yang diekstraksi 100 g menghasilkan
ekstrak kental propolis sebanyak 15 g.
Dari hasil pengamatan setelah masa inkubasi 24 jam menunjukkan
adanya zona hambatan di sekitar kertas cakram. Data diameter zona
hambatan ekstrak etanol propolis terhadap Propionibacterium acne
disajikan selengkapnya pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Hasil pengukuran rata-rata diameter zona hambatan (mm) ekstrak propolis terhadap bakteri Propionibacterium acne Sediaan / Formula Diameter zona hambatan(mm)
Rata-rata 1 2 3
Formula I Kontrol negatif (+)
- - - -
Formula II (Propolis 0,5%)
8,66 8,70 8,80 8,72
Formula III (Propolis 1%)
8,40 9,04 9,06 8,83
Formula IV (Propolis 2%)
9,93 10,11 10,45 10,16
Kontrol positif (+) 8,59 8,33 8,11 8,34
Keterangan : Replikasi 3 kali
Kontrol (+) : Ekstrak Propolis 0,5% tanpa zat tambahan (pembanding)
Kontrol (-) : Formula tanpa ekstrak
28
29
IV.2 Pembahasan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dari
ekstrak etanol propolis dalam sediaan losio dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Propionobacteriun acne.
Pegujian efek antibakteri pada sediaan losio yang mengandung
ekstrak propolis menggunakan metode difusi, ini dilakukan untuk
mengetahui besarnya daerah hambatan yang terbentuk. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak etanol Propolis dalam sediaan losio dan
ekstrak Propolis tanpa zat tambahan atau kontrol positif menunjukka
adanya zona bening atau daya hambat, sedangkan sediaan losio tanpa
ekstrak tidak menunjukkan adanya zona bening atau daya hambat. Hal ini
dapat dilihat pada gambar 3. Daerah hambatan yang terbentuk
menunjukkan bahwa Propolis yang telah dibuat losio dengan beberapa
konsentrasi dan ekstrak propolis tanpa zat tambahan kontrol positif
bersifat sebagai antibakteria terhadap Propionobacterium acnes.
Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak etanol propolis dalam sediaan losio
memberikan zona hambatan terhadap Propionibacterium acne dengan
rata-rata diameter hambatannya yaitu dengan konsentrasi 0,5 % adalah
8,72 mm, 1% adalah 8,83 mm, 2% adalah 10,16 mm, dan sebagai
pembandingnya yaitu ekstrak propolis tanpa zat tambahan control positif,
memberikan zona hambat dengan rata-rata 8,34. Semakin tinggi
konsentrasi sampel uji maka semakin besar pula penghambatannya
terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium acne. Jadi losio yang
30
mengandung 2% ekstrak etanol proplis memiliki rata-rata diameter
hambatan yang paling besar yaitu 10,16 mm. Peningkatan konsentrasi
umumnya akan diikuti dengan peningkatan diameter daerah hambatan
sebagaimana disebutkan dalam literatur bahwa konsentrasi tertinggi akan
menyebabkan lebih banyak kematian mikroorganisme. Akan tetapi daerah
hambatan yang terjadi tidak selalu mengikuti kaedaan ini, karena
beberapa faktor dapat mempengaruhi hasil pengujian daya hambat yaitu
kemampuan dan laju difusi bahan aktif pada medium, laju pertumbuhan
mikroorganisme, kepekaan mikroorganisme terhadap zat aktif serta
ketebalan dan viskositas medium.
Berdasarkan hasil analisis statistika dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap memperlihatkan perbedaan yang sangat nyata
antara konsentrasi ekstrak dengan diameter zona hambatan bakteri uji
yang digunakan. Ini dapat dihitung dari F hitung (27) yang lebih besar dari
pada F tabel pada taraf 5% dan 1%. Hasil uji lanjutan menggunakan uji
(BNJ) menunjukkan bahwa losio dengan konsentrasi ekstrak etanol yang
berbeda memiliki perbedaan yang sangat nyata dalam menghambat
bakteri uji Propionobacterium acne. Besar kecilnya zona hambatan yang
terbentuk disebabkan oleh adanya perbedaan konsentrasi yang terdapat
dalam masing-masing kertas cakram sehingga zona hambatan yang
terbentuk juga berbeda. Hal ini disebabkan, semakin besar konsentrasi
semakin besar pula komponen zat aktif yang terdapat didalamnya, karena
didalam Propolis terkandung banyak zat aktif yang bersifat sebagai
31
antibakteri, salah satu diantaranya ialah flavonoid yang meliputi dapat
menyebabkan kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom dan
lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoit dengan DNA sedangkan
asam ferulat dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan bakteri
gram positif dan negatif dengan jalan menghancurkan dinding sel dan
membran sitoplasma (1,22).
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
IV. 1 Kesimpulan :
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap ekstrak
etanol propolis, maka dapat disimpulkan bahwa propolis dalam sediaan
losio, dapat menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acne .
Dari ketiga variasi konsentrasi dalam sediaan losio yang memberikan
diameter hambatan terbesar adalah formula IV dengan konsentrasi
ekstrak etanol 2 % yaitu 10,16 mm.
IV.2 Saran
Dilakukan isolasi lebih lanjut dari golongan senyawa kimia yang
teridentifikasi guna memperoleh senyawa kimia aktif yang digunakan
untuk pengobatan penyakit.
32
33
DAFTAR PUSTAKA
3. Franz JB. Sehat dengan Terapi Lebah (Apitherapy). Terjemahan oleh Febrian A. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo Gramedia. 2008. Hal. 1, 53-66
4. Esharagi S, Valafar S. Evaluation of Inhibitory Effects of Iranian Propolis Against Filamentous Bacteria. Pak.J.Med.Sci. [serial on the Internet] 2008 [dikutip 9 April 2011] Vol.24 no.1 Hal.56-57. Available from : http://www.pdfone.com/download/1keyword-prpolis/evalution-of-inhibitori-effect-of-iranian-propolis-againist.pdf
5. Hegazi AG, Faten K. Egyptian Propolis: 3. Antioxidant, Antimicrobial
Activities and chemical Composition of Propolis from Reclaimed Lands. Z.naturforsch. [serial on the internet] 2002 [ dikutip 9 april 2010 ] Vol.57c no.3 hal. 395-396. Available from : http://www.pdfone.com/ download/1keyword-propolis/overviuw/egypton propolis-3-antioxidant-antimicrobial-activities.pdf.
6. Goodman, Gilman Alfred. Goodman and Gilman’s The
Pharmacological Basic of Therapeutic. Ed 8. Vol 1 McGraw-Hill. New York 1991. Hal. 1809
7. Jawetz MA. Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1995. Hal. 22,36.
8. Harborne HB. Metode Fitokimia. Ed. Ke-2. Penerbit ITB. Bandung.
1987. Hal. 6-8
9. Cappucino JG, Shorman N. Microbiologi Laboratory Manual. Third. Cummings Publishing Inc. New York. 1978. Hal. 57,67,91
10. Ruttner F. Biogeography and Taxonomy of Honey Bees. Springerverlag, Berlin: Heidelberg; 1988. Hal. 37-56
11. Soerodjotanojo, S. Membina Usaha Industri Ternak Lebah Madu Apis
Mellifera. PN Balai Pustaka. Jakarta. 1980. Hal. 13-29
12. Harborne HB. Metode Fitokimia. Ed. Ke-2. Penerbit ITB. Bandung. 1987. Hal. 6-8.
13. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta 1994. Hal. 12,879.
33
34
14. Djide MN dan Sartini. Dasar-dasar Mikrobiologi Farmasi. Laboratorium Mikrobiologi. Farmasi Fakultas Farmasi Unhas. Makassar. 2008. Hal. 342, 353.
15. Todar, Kenneth. Todar's Online Textbook Of Bacteriology.
Departement of Baceriology University of Wisconsin-Madison.USA. [serial on internet] 2005. [dikutip 17 desember 2011]. Available from:http:///www.textbookofbacteriology.net
16. Asih TP. Penggunaan Obat untuk Terapi Jerawat.[serial on internet] 2008 [dikutip 23 Agustus 2010].Available from:http://www/mikrobia.files.com/2008/05/Tri-Asih-Pramasanti 0781409.pdf
17. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Farmakope Indonesia. Ed IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 1994. Hal.7
18. Baker F. Handbook of bacteriological Technique. 2nd ed. West
Minischer Medical School. London. 1987. Hal. 67-75
19. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Preoses-proses Penyakit . Ed 6. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal. 1422
20. Wasitaatmadja SM. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI-Press. Jakarta 1997. Hal. 11-27
21. Balsam MS. Cosmetic Science and Technology. Ed 1. Interscience. London. 1972. Hal 205,224,226.
22. Weller PJ dan Wade A. Handbook of pharmaceutical excipient. 2 nd ed.
American Pharmaceutical Association. USA.1994. Hal. 12, 78,99,263-262, 310, 407, 411, 495-494, 499-498.
23. Pratiwi ST. Mikrobiologi Farmasi. Penerbit Erlangga. Jakarta. 2008.
Hal. 154-161
24. Zaenal AE, Artika MI, Kasno & Angraini AD. Uji Akltivitas Antibakteri Propolis Lebah Madu Trigona spp Di dalam : Arifin B, Wukirsari T, Gunawan S, & Wahyuni WT, editor. Prosiding Seminar Nasional Himpunan Kimia Indonesia. 12 september. Depertemen Kimia FMIPA Institut Pertanian Bogor. Bogor; 2006. Hal 215-204.
25. Benkova, M., Boroskova', Z., Dubaj, J. and Sze'chenyi, S. The
immunomodulativee f f ec t o f p ropo l is p repara t ions on gu inea p igs w i t h exper imenta l ascar idos is .Helminthologia . Hal. 163-172
35
LAMPIRAN I SKEMA KERJA
UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA
LAMPIRAN II
Pengumpulan Data
Pengamatan
Aktifitas Uji Antibakteri
Mediun FTM
Inokulum
Pembahasan
Kesimpulan
Diremajakan pada medium FTM pada suhu 37ºC24 jam
Inokulum+ kertas cakram
Sediaan Losio Ekstrak Propolis Konsentrasi%, 0,5%, 1%, 2%
Suspensi Bakteri
Ekstrak Propolis kental
Ampas propolis
Bakteri yang diremajakan
Biakan murni bakteri
Dibuat suspensi bakteri dengan NaCl 0,9%
Bakteri uji
Ditimbang 500 gram Refluks selama 1-4
-Ditimbang 100g propolis
-Ditambahkan etanol 70% hingga terendam -Diekstraksi sambil menggunakan magnetic Stirer selama 4 jam. - Disaring
Lemak + cairan
Diretavapor
Dibuat sediaan losio
Ampas Propolis Filtrat Propolis
Propolis
36
LAMPIRAN II
HASIL PENELITIAN
Gambar 1 : Sampel Propolis
I II III IV Gambar 2 : Sediaan losio. I. Losio tanpa ekstrak propolis. II. Losio
dengan ekstrak propolis 0,5%. III. Losio dengan ekstrakpropolis 1%. IV. Losio dengan ekstak propolis 2%.
37
Gambar 3. Hasil uji daya hambat losio terhadap pertumbuhan bakteri
Propionibacterium acnes. Keterangan A. Konrol Negatif (Losio tanpa penambahan ekstrak propolis). B. Formula losio konsentrasi 0,5%. C. Formula losio konsentrasi 1 %. D. Formula losio konsentrasi 2 %. E. Kontrol positif (Ekstrak propolis)
A
B
C
D
E
38
LAMPIRAN III
Analisis Statistika, Diameter zona hambatan Terbesar losio,Berdasarkan Rancangan Acak Lengkap
Replikasi Konsentrasi ekstrak etanol
Propolis (b/b)
Total
0,5% 1% 2% (+)
1 8,66 8,40 9,93 8,59
2 8,70 9,04 10,11 8,33
3 8,80 9,06 10,45 8,11
Total (y) 26,16 26,5 30,49 25,03 108,18
Rata-rata 8,72 8,83 10,16 8,34 35,05
Sumber Keragaman adalah :
1. Perlakuan (P)
2. Kesalahan / Galat (G)
3. Total Percobaan (T)
B. Perhitungan Derajat Bebas (Db)
DbT = (r.t)-1 = (3.4) – 1 =11
DbP = t -1 = 4-1 = 3
DbG = DbT – DbP = 11 – 3 = 8
39
C. Perhitungan Jumlah Kuadrat (JK)
FK = tr
Tij
.
2
= 4.3
12,108 = 12
912,702,11 = 975,242
1. JKT = T(Yij2) - FK
= (8,662 + 9,0422 + 10,452+… + 8,112) - 975,242
= 981,459 – 975,242
= 6,21
2. JKP = r
TP2
- FK
= 3
)03,25....49,305,2616,26( 222 - 975,242
= 980,912 – 975,242
= 5,67
3. JKG = JKT – JKP
= 6,21 – 5,67
= 0,54
D. Perhitungan Kuadrat Tengah (KT)
1. KTP = DbP
JKP = 3
5,67 = 1,89
2. KTG = DbG
JKG = 8
54,0 = 0,07
40
E. Perhitungan Distribusi F (Fh)
FhP = KTG
KTP = 07,0
89,1 = 27
F. Perhitungan Nilai Tengah (y)
Y = tr
Tij
. =
4.3
18,108 = 9,015
G. Perhitungan Koefisien Keragaman (KK)
KK = y
KTG =
015,9
07,0 x 100% = 2,93%
Sumber Keragaman Db JK KT Fh Ft
5% 1%
Perlakuan (P) 3 5,67 1.89 27 4,07 7,59
Galat (G) 8 0,54 0,07
Total (T) 12 6,21 1,96
Keterangan : (*) Berbeda nyata karena Fh>Ft, artinya ada pengaruh
variasi konsentrasi ekstrak etanol Propolis terhadap
pertumbuhan Propionibacterium acne. Karena KK (2,93%)
maka uji lanjutannya menggunakan maka uji lanjutanya
menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ).
Sy=r
KTG=
73,1
27,0=0,15
41
Nilai BNJ dari tabel
Taraf 5% : 4,04
Taraf 1% : 5,63
BNJ 5% : 4.04 x 0,15 = 0,606
BNJ 1% : 5,63 x 0,15 = 0.844
Perlakuan A B C D
Rata-rata 8,72 8,83 10,16 8,34
Keterangan : A = Konsentrasi 0,5%
B = Konsenrasi 1%
C = Konsentrasi 2%
D = Kontrol (+)
Tabel Hasil Uji BNJ.
Perlakuan
Selisih BNJ Keterangan
5% 1%
A-B 0,11 0,606 0,844 NS
A-C 1,44 0,606 0,844 SS
A-D 0,38 0,606 0,844 NS
B-C 1,33 0.606 0,844 SS
B-D 0,49 0,606 0,844 NS
C-D 1,82 0,606 0,844 SS