pengaruh penilaian kinerja dan penerapan audit internal

99
PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL TERHADAP SISTEM PENGENDALIAN INTERN PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi ATIKA FITRIA NIM: 204082002303 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M

Upload: others

Post on 26-Oct-2021

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN

AUDIT INTERNAL TERHADAP SISTEM PENGENDALIAN INTERN

PERUSAHAAN

(Studi Kasus Pada Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial untuk Memenuhi

Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

ATIKA FITRIA

NIM: 204082002303

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H / 2009 M

Page 2: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN

AUDIT INTERNAL TERHADAP SISTEM PENGENDALIAN INTERN

PERUSAHAAN

(Studi Kasus Pada Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakkultas Ekonomi dan Ilmu Sosial untuk Memenuhi

Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

ATIKA FITRIA

NIM: 204082002303

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Hamid., MS Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA. CPA

NIP. 131474891 NIP. 132055044

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H / 2009 M

Page 3: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Hari ini Kamis tanggal 05 bulan Maret tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan

Ujian Komprehensif atas nama Atika Fitria NIM 204082002303 dengan judul

skripsi: “PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT

INTERNAL TERHADAP SISTEM PENGENDALIAN INTERN

PERUSAHAAN (Studi Kasus pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero)

Tbk)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 05 Maret 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Prof. Dr. Abdul Hamid., MS Rahmawati. SE., MM

Ketua Sekretaris

Rini. SE., Ak., MSi

Penguji Ahli

Page 4: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Hari ini Senin, tanggal 22 bulan Juni tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan

Ujian Skripsi atas nama Atika Fitria NIM: 204082002303 dengan judul Skripsi:

“PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT

INTERNAL TERHADAP SISTEM PENGENDALIAN INTERN

PERUSAHAAN (Studi Kasus pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero)

Tbk)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 Juni 2009

Tim Penguji Ujian Skripsi

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Drs. Abdul Hamid Cebba. MBA. CPA

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Penguji Ahli

Page 5: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PRIBADI

Nama : Atika Fitria

Agama : Islam

Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 13 April 1985

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Beringin blok A2 no 12 Graha Permai Ciputat

RT 002/09 Kp. Sawah Lama Tangerang 15413

Hobi : Jalan jalan m Moluv dan Olah Raga

Telp / HP : 0813 1060 9260

021-98559851

E-mail : [email protected]

Motto : I’m happy life with 1st just only have one spirit

thanks God.

PENDIDIKAN FORMAL

Tk. : Tadika Puri Lulus tahun 1991

MI : Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Lulus tahun 1997

MTs : MTs Negeri 3 Pondok Pinang Lulus tahun 2000

MAN : MAN 4 Pondok Pinang Lulus tahun 2003

S1 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lulus tahun 2009

PENGALAMAN ORGANISASI

Anggota PMR MAN 4 Pondok Pinang Tahun 2002-2003

BEM FEIS Ekstensi:

Pengurus BEM FEIS Eks. Bid Kerohanian Tahun 2005-2006

Pengurus BEM FEIS Eks. Bid. Lit-Bang Tahun 2006-2007

Page 6: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

ORANG TUA

Nama Orang Tua

Ayah : Sunardi HD

Ibu : Wati Harsini

Pekerjaan Orang Tua

Ayah : Pensiunan PNS BI (Bank Indonesia)

Ibu : PNS DIKNAS

Alamat Tinggal : Jl. Beringin A2. no 12 Graha Permai Ciputat

Tangerang Selatan 15413

Page 7: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Influence of Assessment of Performance and Internal Audit ofApplying

to Company Internal Control System

By

Atika Fitria

ABSTRACT

This research aim to know influence of assessment of internal audit

performance to internal control system, influence of applying of internal audit to

internal control system, and influence of assessment of performance and applying

of internal audit both of internal control system. The research has been done by

questionnaires internal auditor. The respondent are auditor’s who worked in

company of bankings residing in Jakarta Pusat counted 45 responders. To

analyze data researcher used SPSS 12 Version.

Partially, internal audit performance and internal audit applying variable

have influence significance of internal control system.

Keywords: assessment of internal audit performance, applying of internal audit,

auditing standard, internal control system.

Page 8: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Pengaruh Penilaian Kinerja dan Penerapan Audit Internal

terhadap Sistem Pengendalian Intern Perusahaan

Oleh

Atika Fitria

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penilaian kinerja audit

internal terhadap sistem pengendalian intern, pengaruh penerapan audit internal

terhadap sistem pengendalian intern, dan pengaruh penilaian kinerja dan

penerapan audit internal secara bersama terhadap sistem pengendalian intern.

Penelitian dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh auditor internal. Responden

penelitian adalah para auditor yang bekerja di perusahaan perbankan yang berada

di Jakarta Pusat sebanyak 45 responden. Sedangkan untuk metode analisis data

dan uji hipotesis penulis menggunakan metode regresi berganda yang didukung

program SPSS versi 12.

Secara parsial, variabel penilaian kinerja audit dan variabel penerapan audit

internal berpengaruh signifikan terhadap sistem pengendalian intern.

Kata Kunci: penilaian kinerja audit internal, penerapan audit internal, standar auditing, sistem pengendalian intern.

Page 9: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada sumber dari suara hati yang bersifat mulia,

sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, Sang Maha Cahaya, Penabur

cahaya Ilham, Pilar nalar kebenaran dan kebaikan yang terindah, Sang Kekasih

tercinta yang tak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi umat-Nya, Allah

Subhanahu Wa Ta’ala. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

skripsi ini dapat berjalan dengan baik dan terselesaikan.

Shalawat serta salam teruntuk Nabi akhir zaman, Muhammad SAW, yang

telah memberikan dan menyampaikan kepada kita semua ajaran islam yang telah

terbukti kebenarannya, dan semakin terus terbukti kebenarannya.

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-

syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa

segala kerja keras demi terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan,

dorongan serta bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, untuk Papa Sunardi (Alm) yang temani ika

selama ini semasa hidup, papa sudah memberikan pelajaran dan pedoman

yang Ika jaga sampai sekarang, semoga papa bangga disana. Dan Mama

Wati Harsini, makasi mama sudah mau memberikan yang terbaik sampai

ika selesai dalam kuliah ini, dan Kalian adalah harta terbesar dalam

hudupku. Untuk adik-adikku (wahyu, cepat lagi selesain kuliahnya. Bagas,

Page 10: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

jadi anak yang sayang mama ya…). Terima kasih kalian selalu

memberikan rasa cinta, perhatian, kasih sayang, dan doa restu untuk

hidupku. Adik sepupuku Ayu dan Desi…makasi ya udah mau temenin

mba berantem, isi waktu luang mba dirumah.. jadi anak yang baik ya…

2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku dosen pembimbing I yang telah

banyak mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan

skripsi. Terima kasih Pak Hamid untuk doa dan semangat yang diberikan..

3. Drs. Abdul Hamid Cebba. MBA. CPA, selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan waktu, bimbingan dan pengarahannya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih Pak Cebba, selalu ada saat

saya dalam kesulitan.

4. Rahmawati. SE., MM, selaku dosen favorit saya, terima kasih bu atas doa

dan dukungannya. Semoga Allah membalas semua kebaikan ibu.

5. Seluruh Dosen, staf administrasi, staf perpustakaan, Mas Shandy, Bu Ani,

Mas Alfred, Azis, Heri, Budi, Pak Sukmadi dan seluruh staf atas semua

bantuan, kemudahan, perhatian dan pelayanan yang telah diberikan.

6. Papa Ali dan Mama Asih, buat semangat dan doanya sehingga Tika lulus

dengan hasil yang baik. Terima kasih ya Papa-Mama Syahrial.

7. Untuk Kamu yang selalu temani aku, support aku, dan menyangangi aku

tanpa henti, supaya aku cepat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Makasi y MyBrian. My 1st everythink, miracle in mylife Makasi banyak ya

Bebeb.. oia, buat Moluv yang selalu antarin bunbun jalan-jalan.makasi ya..

Page 11: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

8. Buat Putri, DikaDee, Fara S, Syifa F, DikaUnca, Maryati, Mba Evie

(teman seperjuangan nyelesaikan skripsi) Edi, Nando, Bayu n Bagonk,

Prita, Ana, AyuLisa. Makasi banyak buat setiap kebersamaan dan

9. Semua teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2004 yang tidak

bisa disebutkan namanya satu per satu, terimakasih telah memberikan

masa kebersamaan, keakraban, dan kepeduliannya.

10. Bagian Satuan Pengendalian Intern Bank BNI (Persero) Tbk. atas

bantuannya dalam penelitian ini.

11. Untuk semua orang atau semua pihak yang telah membantu saya tapi tidak

tercantum namanya, saya mengucapkan terima kasih banyak.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan

karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki

penulis. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik.

Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang memerlukan.

Jakarta, Juni 2009

Atika Fitria

Page 12: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .......................... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................ ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI......................................... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................. iv

ABSTRACT ............................................................................................. vi

ABSTRAK................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR.............................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR................................................................................ xiv

DAFTAR TABEL .................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian ................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................ 5

C. Tujuan dan Manfaat ............................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 8

A. Definisi Akuntansi .............................................................. 8

B. Penilaian Kinerja ................................................................ 9

1. Definisi Penilaian Kinerja ............................................. 9

2. Penyebab Ketidak-efektifan Fungsi Penilaian Kinerja ... 12

3. Fungsi Penilaian Kinerja yang Mengacu pada Kualitas . 15

C. Penerapan Audit Internal .................................................... 17

1. Standar Auditing ........................................................... 18

D. Ruang Lingkup Auditing .................................................... 25

1. Definisi Auditing .......................................................... 25

2. Jenis-jenis Audit ........................................................... 28

Page 13: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

3. Jenis-jenis Auditor ........................................................ 29

E. Ruang Lingkup Audit Internal ............................................ 30

1. Definisi Audit Internal .................................................. 30

2. Fungsi Audit Internal .................................................... 31

3. Teknik-teknik Audit Internal ......................................... 32

F. Sistem Pengendalian Intern Perusahaan .............................. 37

1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern.......................... 37

2. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern....................... 40

3. Tujuan Sistem Pengendalian Intern ............................... 42

G. Penelitian Terdahulu ........................................................... 43

H. Kerangka Pemikiran ........................................................... 44

I. Hipotesis............................................................................. 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 45

A. Ruang Lingkup Penelitian................................................... 45

B. Metode Penentuan Sampel .................................................. 45

C. Metode Pengumpulan Data ................................................. 46

D. Metode Analisis Data.......................................................... 46

1. Statistik Deskriptif ........................................................ 46

2. Uji Kualitas Data .......................................................... 47

3. Uji Hipotesis ................................................................. 49

E. Variabel dan Pengukurannya............................................... 50

1. Variabel Independen (X) ............................................... 50

2. Variabel Dependen (Y) ................................................. 50

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 55

A. Gambaran Umum Objek Penelitian..................................... 55

1. Sejarah Singkat Perusahaan........................................... 55

2. Visi dan Misi Bank Negara Indonesia ........................... 57

B. Karakteristik Responden ..................................................... 60

C. Penemuan dan pembahasan................................................ 61

Page 14: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

1. Statistik Deskriptif ........................................................ 61

2. Uji Instrumen Penelitian................................................ 63

3. Uji Asumsi Klasik......................................................... 68

4. Uji Hipotesis ................................................................. 71

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI........................................ 78

A. Kesimpulan......................................................................... 78

B. Implikasi............................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 82

LAMPIRAN

Page 15: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Hal

Gambar 2.1 Permasalahan-permasalahan Utama Sistem Panilaian

Kinerja

12

Gambar 2.2 Penyebab Ketidak-efektifan Fungsi Penilaian Kinerja 13

Gambar 2.3 Penilaian Kinerja yang Efektif 17

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran 44

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas 69

Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas 70

Page 16: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Hal

Tabel 3.1 Pedoman untuk Penilaian Tingkat Reliabilitas 49

Tabel 3.2 Rancangan Pengukuran Kuesioner 51

Tabel 3.3 Operasional Variabel Penelitian 51

Tabel 4.1 Data Distribusi Kuesioner 60

Tabel 4.2 Usia Responden 61

Tabel 4.3 Jenis Kelamin Responden 62

Tabel 4.4 Pengalaman Masa Kerja 62

Tabel 4.5 Pendidikan Terakhir Responden 63

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Independen (X) 65

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Dependen (Y) 66

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas 67

Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas 71

Tabel 4.10 Hasil Uji T 72

Tabel 4.11 Hasil Uji F ANNOVA (b) 74

Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) 75

Tabel 4.13 Hasil Regresi Berganda 76

Page 17: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Menurut Nung Harjanto, 1999, perkembangan dunia usaha dan

globalisasi perekonomian Indonesia menyebabkan kebutuhan terhadap jasa

akuntan publik dari waktu ke waktu semakin meningkat. Peningkatan

kebutuhan terhadap jasa akuntan publik tidak berarti melegalkan penurunan

kualitas audit itu sendiri, tetapi justru meningkatkan tingkat pengharapan klien

terhadap kualitas audit.

Pemakai jasa akuntan publik dapat dikelompokkan menjadi pihak

internal dan pihak eksternal. Pihak internal adalah manajemen perusahaan,

sedangkan pihak eksternal meliputi pemilik, kreditur, debitur dan lain

sebagainya. Pihak internal mempekerjakan akuntan publik agar mendapat

pengakuan performance dalam mengelola dana yang telah ditanamkan pada

perusahaan melalui pendapat misalnya wajar tanpa pengecualian atas laporan

keuangan untuk tujuan pengambilan keputusan, perlu memastikan bahwa

informasi yang tersaji dalam laporan keuangan dapat dipercaya.

Setelah auditor mendapatkan hasil dari penilaian kinerja tersebut,

auditor akan melakukan penerapan terhadap hasil penilaian kinerja tersebut.

Dan untuk memudahkan auditor dalam menjalankan tugasnya dengan baik,

perlu adanya standar yang membantunya sebagai acuan untuk memberikan

Page 18: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

pendapat terhadap hasil yang akan dicapainya. Auditor melakukan kinerjanya

harus memenuhi kriteria prosedur dan standar auditing yang ditetapkan. Tetapi

standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. Prosedur berkaitan

dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar berkenaan

dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan berkaitan

dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut.

Jadi berlainan dengan prosedur auditing, standar auditing mencakup mutu

professional auditor independen dan pertimbangan yang digunakan dalam

pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit.

Menurut Mulyadi (1993: 2-6) dalam Doddy Hapsoro (1999), pada

dasarnya sistem merupakan sekelompok unsur yang erat berhubungan satu

dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan

tertentu. Sistem diciptakan untuk menangani sesuatu yang berulangkali atau

yang secara rutin terjadi. Sedangkan prosedur adalah suatu urutan kegiatan

klerikal, yang biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen

atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi

perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

Apabila perusahaan dapat melaksanakan semua kegiatan rutin

usahanya berdasarkan rancangan sistem prosedur yang telah ditetapkan,

sehingga mampu menghasilkan tingkat keuntungan sebagaimana yang

diharapkan. Dengan adanya keuntungan itulah dapat dipastikan bahwa

perusahaan akan mampu menjamin dan mempertahankan keberadaan serta

kelangsungan hidupnya. Namun demikian, tidak bisa diabaikan bahwa

keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan harus didukung

Page 19: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

pula oleh adanya sistem pengendalian intern (internal control system) yang

memadai.

Sistem pengendalian intern pada dasarnya merupakan struktur

organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga

kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,

mendorong efisiensi, serta mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Boockholdt (1993), struktur

pengendalian intern pada dasarnya terdiri atas berbagai kebijakan dan

prosedur yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan di dalam rangka

mencapai tujuan perusahaan. Lebih jauh Boockholdt (1993) juga

mengemukakan bahwa meskipun struktur tersebut meliputi berbagai macam

variasi tindakan yang diarahkan untuk mencapai berbagai tujuan, namun pada

umumnya para akuntan lebih menekankan kepada empat aspek tujuan sebagai

berikut: (1) menjaga kekayaan organisasi, (2) mengecek ketelitian dan

keandalan data akuntansi, (3) mendorong efisiensi, (4) mendorong dipatuhinya

kebijakan manajemen. (Bockholdt, 1993:421-422)

Bagaimana seharusnya suatu perusahaan menyiapkan sistem

pengendalian intern yang dimilikinya? Di dalam suatu lingkungan yang

semakin kompleks seperti sekarang ini, pertanyaan ini tidak mudah dijawab.

Di satu sisi, perkembangan yang terjadi di dalam bidang bisnis, hukum, dan

sosial sebagaimana yang berkembang pada saat ini, mengharuskan setiap

perusahaan untuk selalu meningkatkan penekanan perhatiannya pada aspek

pengendalian intern. Tanpa adanya perhatian yang serius terhadap sistem

pengendalian intern, akan mengakibatkan tidak tercapainya empat tujuan

sebagaimana telah dikemukakan di atas. Di balik pentingnya keberadaan dan

Page 20: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

peranan pengendalian intern bagi perusahaan, di sisi lain terjadi kecendrungan

perkembangan yang mengeksplorasi terjadinya konflik kecendrungan dan

sekaligus menawarkan pandangan yang lebih seimbang mengenai keberadaan

dan peranan sistem pengendalian intern bagi perusahaan.

Kecenderungan yang terjadi selama ini adalah, di satu sisi keberadaan

sistem pengendalain intern dianggap telah menyebabkan terjadinya begitu

besar pengorbanan yang harus ditanggung oleh perusahaan sehubungan

dengan adanya sistem pengendalian intern yang terlalu ketat. Sementara itu di

sisi lain, diakui telah terjadi kerugian atau pengorbanan yang dirasakan terlalu

besar yang harus ditanggung oleh perusahaan sehubungan dengan terlalu

sedikitnya perhatian terhadap aspek pengendalian intern. Kuncinya adalah

dengan mencoba meminimalkan total biaya/pengorbanan yang harus

ditanggung oleh perusahaan melalui penetapan sistem pengendalian intern

yang tepat sesuai tingkat resiko yang akan dihadapi perusahaan.

Sistem pengendalian intern yang dipengaruhi oleh penilaian kinerja

dan penerapan audit internal karena keduanya cukup berpengaruh dalam

sistem pengendalian intern yang dapat dilihat dalam pengambilan keputusan

dan kebijakan di dalam pengendalian tersebut. Salah satu contohnya adalah

apabila penilaian kinerja dan penerapan audit internal itu bermasalah, maka

sedikit banyak akan berpengaruh terhadap sistem pengendalian intern tersebut.

Tetapi, apabila penilaian dan penerapan audit internal bekerja dengan baik,

maka akan mendapatkan hasil yang baik bagi perusahaan. Perusahaan

melakukan penerapan dengan berdasarkan pada standar audit bagi auditor

internal. Penerapan itu akan membantu auditor dalam menjalankan

pekerjaannya dengan sebaiknya.

Page 21: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dan telaah atas penelitian-

penelitian sebelumnya, maka penulis mengkaji penelitian mengenai

“Pengaruh Penilaian Kinerja dan Penerapan Audit Internal Terhadap

Sistem Pengendalian Intern Perusahaan”.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian

Agus (2007), dalam penelitiannya dilakukan pada tahun 2007 dengan

menggabungkan beberapa variabel seperti sistem pengendalian intern dan

pengelolaan persediaan. Tujuan dari penelitian inipun menurut Agus adalah

mencari variabel mana yang paling dominan berpengaruh sistem pengendalian

intern dan pengelolaan persediaan terhadap audit operasional pada PT

Pertamina (persero). Penelitian yang dilakukan oleh Siti (2007), hanya

menjelaskan audit internalnya, pada penelitian yang sekarang lebih kepada

pengukuran kinerjanya. Penelitiannyapun dilakukan pada tahun 2007. Tujuan

penelitian ini adalah terdapat pengaruh auditor internal terhadap efektivitas

manajemen risiko perusahaan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka

perumusan masalah yang dapat penulis rumuskan adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara penilaian kinerja audit

internal dengan sistem pengendalian intern perusahaan?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan audit internal

dengan sistem pengendalian intern perusahaan?

Page 22: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

3. Apakah penilaian kinerja dan penerapan audit internal secara bersama

berpengaruh terhadap sistem pengendalian intern pada perusahaan?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian

ini adalah:

a. Untuk menguji dan menganalisis signifikansi pengaruh penilaian

kinerja audit internal terhadap sistem pengendalian intern perusahaan.

b. Untuk menguji dan menganalisis signifikansi pengaruh penerapan

audit internal terhadap sistem pengendalian intern perusahaan.

c. Untuk menguji dan menganalisis signifikansi pengaruh secara bersama

penilaian kinerja dan penerapan audit internal terhadap sistem

pengendalian intern perusahaan.

2. Manfaat penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat

diantaranya adalah:

a. Bagi penulis

1) Untuk memenuhi syarat meraih gelar sarjana ekonomi pada

program studi akuntansi.

2) Sebagai langkah penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh

dibangku kuliah berupa teori-teori, sehingga teori yang telah

diperoleh dapat digunakan pada kondisi yang sesungguhnya.

Page 23: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

3) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis

berkaitan dengan penilaian kinerja audit internal terhadap sistem

pengendalian intern suatu perusahaan.

b. Bagi pembaca

Sebagai salah satu bahan bacaan ilmu pengetahuan tentang

pengaruh penilaian kinerja audit internal terhadap sistem pengendalian

intern perusahaan.

c. Bagi Lembaga Pendidikan

Dalam hal ini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya

FEIS, penulis dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang

pengaruh penilaian kinerja audit internal terhadap sistem pengendalian

intern perusahaan.

Page 24: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Akuntansi

Beberapa ahli telah mengembangkan definisi-definisi akuntansi, yang

antara lain adalah:

1. Rollin C. Niswonger, Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess

dalam bukunya yang berjudul “Accounting” dan diterjemahkan oleh

Alfonsus Sirait, Helda Gunawan, mendefinisikan akuntansi sebagai

berikut:

“Secara umum akuntansi didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai

aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan” (Rollin C. Niswonger, Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess, 1999:6).

Pihak yang berkepentingan (stakeholders) menggunakan laporan

akuntansi sebagai sumber informasi utama untuk pengambilan keputusan

mereka.

2. Charles T. Horngren, Walter T. Harrison, Jr., Michael A. Robinson,

1997:3, mendefinisikan akuntansi dan laporan keuangan sebagai berikut:

“Akuntansi adalah suatu sistem yang mengukur aktivitas-aktivitas bisnis,

memproses informasi tersebut ke dalam bentuk laporan–laporan, dan

mengkomunikasikannya kepada para pengambil keputusan“ (Charles T.

Horngren, Walter T. Harrison, Jr., Michael A. Robinson, 1997:3).

“Laporan keuangan adalah dokumen-dokumen yang melaporkan kegiatan

bisnis pribadi atau organisasi ke dalam satuan moneter” (Charles T.

Horngren, Walter T. Harrison, Jr., Michael A. Robinson, 1997:3)

Page 25: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

B. Penilaian Kinerja

1. Definisi Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja (performance appraisal) merupakan fungsi kunci

untuk melaksanakan manajemen sumber daya manusia secara efektif. Namun

dalam banyak kondisi, fungsi penilaian kinerja dipandang sebelah mata oleh

para pengambil kebijaksanaan dalam organisasi. Martin (1995) dalam

Fahrudin JS Pareke, 2000, berpendapat bahwa kegiatan penilaian kinerja

dalam organisasi menempati posisi undervalued. Masalah umum yang timbul

pada perspektif ini adalah bahwa kegiatan penilaian kinerja menghabiskan

begitu banyak waktu, dan sebagian besar orang-orang (para karyawan dan

eksekutif) dalam organisasi tidak begitu menyukai kegiatan ini, meskipun

mereka berkepentingan secara langsung terhadap fungsi tersebut.

Ketika sebuah organisasi baik yang berorientasi laba (perusahaan)

maupun nisbah (lembaga) mulai berusaha untuk mempertahankan dan

memperbaiki kinerjanya secara keseluruhan, atau memperbaiki kinerja

anggota-anggotanya, maka fungsi penilaian kinerja akan memiliki peranan

penting. Setidaknya, ada 3 alasan menurut Ghorpade dan Chen (1995) dalam

Fahrudin JS Pareke, 2000 yang membuat fungsi penilaian kinerja begitu

penting kedudukannya dalam organisasi. Pertama, karena fungsi penilaian

kinerja merupakan sesuatu yang inherent dan tak terelakkan dalam setiap jenis

organisasi. Dengan kegiatan penilaian kinerja, (1) organisasi mengetahui

prestasi para anggotanya, (2) penilaian diperlukan untuk menghitung

kontribusi masing-masing individu terhadap kemajuan organisasi, dan (3)

Page 26: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

penilaian kinerja formal dapat melindungi organisasi dari tindakan-tindakan

negatif para anggota organisasi.

Kedua, fungsi penilaian kinerja merupakan kegiatan yang penuh

dengan konsekuensi-konsekuensi, baik terhadap individu-individu dalam

organisasi maupun bagi organisasi itu sendiri. Dari perspektif organisasi

kelemahan-kelemahan sistem dan kesalahan-kesalahan praktik penilaian

kinerja akan berakibat terhadap ketidakefektifan pelaksanaan fungsi-fungsi

SDM yang lainnya seperti fungsi kompensasi, fungsi pelatihan dan

pengembangan dan sebagainya.

Ketiga, kegiatan penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang

mengharapkan penilai dengan kondisi yang mengharuskannya untuk

mendapatkan hasil penilaian yang bersih, akurat dan peringkat yang

berdasarkan pada jasa individual. Pada titik ini, fungsi penilaian kinerja

bersama-sama dengan variabel lainnya, menentukan tingkat pencapaian

kinerja organisasi.

Alasan keempat, menurut Longenecker dan Gioia (1992) dalam

Fahrudin JS Pareke, 2000, adalah adanya kenyataan bahwa fungsi penilaian

kinerja cenderung terpengaruh oleh sistem politik dalam organisasi. Kuatnya

peranan pertimbangan-pertimbangan politis dalam proses penilaian kinerja,

dikarenakan pada kenyataannya, (1) para eksekutif mempertimbangkan

dinamika interaksi keseharian mereka dengan para bawahan, (2) hasil proses

penilaian formal berbentuk dokumen tertulis yang permanen, dan (3) penilaian

format memiliki pengaruh kuat terhadap karir dan kemajuan bawahannya.

Page 27: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Karena pertimbangan-pertimbangan politis tersebut, para eksekutif

sering kali melakukan manipulasi-manipulasi hasil (dari proses) penilaian

dengan sengaja dan sistematis. Manipulasi-manipulasi hasil dan proses

penilaian dapat mengambil bentuk inflating, yaitu melaporkan hasil penilaian

yang lebih tinggi dari hasil yang sesungguhnya, atau deflating, yaitu karyawan

dinilai lebih rendah dari kinerjanya yang sesungguhnya.

Adanya kesepakatan umum tentang pentingnya fungsi penilaian

kinerja dalam hal meningkatkan motivasi karyawan dan kinerja organisasi

secara keseluruhan, tidak begitu saja membuat fungsi ini bekerja dengan baik.

Seperti yang dikatakan oleh Moss (dalam Lamont, et al:1999) dalam Fahrudin

JS Pareke, 2000, kenyataan pahit yang dialami oleh organisasi-organisasi kita

adalah bahwa kita telah melaksanakan fungsi penilaian kinerja selama 30

tahun, dan kita masih berusaha keras untuk melaksanakannya dengan benar.

Untuk itu diperlukan tujuan yang jelas, sistem yang baik dan manajer yang

efektif, yang kesemuanya saling melengkapi agar fungsi penilaian kinerja

dapat bekerja dengan baik.

Penilaian kinerja merupakan alat yang baik untuk meningkatkan

kinerja organisasi, namun untuk menjadikan aktivitas ini dapat berfungsi

dengan efektif, bukanlah sebuah pekerjaan yang sederhana. Tulisan ini

berusaha memberikan pemahaman mengapa fungsi penilaian kinerja dalam

organisasi tidak bekerja, dan mencoba memberikan alternatif pemecahan agar

aktivitas tersebut dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan.

Page 28: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

2. Penyebab Ketidak-efektifan Fungsi Penilaian Kinerja

Menurut Anthony, et al (1999) dalam Fahrudin JS Pareke, 2000,

penyebab-penyebab ketidak-efektifan penilaian kinerja merupakan

permasalahan-permasalahan yang terletak pada sistem penilaian kinerja yang

tidak baik, yang terdiri dari 5 masalah utama, seperti yang diperlihatkan

gambar 2.1.

Gambar 2.1.

Permasalahan-permasalahan Utama Sistem Penilaian Kinerja

1. sistem penilaian yang didefinisikan dengan buruk

2. sistem komunikasi penilaian yang buruk

3. sistem penilaian yang tidak sesuai

4. pendukung sistem penilaian yang buruk

5. sistem penilaian yang tidak di monitoring

Sumber : Diolah dari Berbagai Sumber

Penyebab-penyebab yang lainnya adalah tujuan penilaian sering kali

tidak ditentukan secara jelas dan kegiatan penilaian dianggap hanya sebagai

kegiatan ritual tahunan (Noe, et al : 2000). Dengan demikian kita dapat

mengidentifikasikan 7 hal yang menyebabkan fungsi penilaian kinerja dalam

organisasi tidak efektif, seperti pada gambar 2.2.

Tujuan penilaian tidak jelas. Penyebab ketidak-efektifan fungsi

penilaian yang pertama adalah ketidak-jelasan tujuan penilaian. Penilaian

kinerja dapat ditujukan untuk tujuan strategis, administratif atau pengembang,

tujuan strategis dimaksudkan untuk memberikan kontribusi terhadap

pencapaian tujuan organisasi. Tujuan administratif adalah untuk kepentingan-

Page 29: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

kepentingan administrasi, seperti promosi, kenaikan gaji, dan lain sebagainya.

Sedangkan tujuan yang bersifat pengembangan adalah untuk meningkatkan

kinerja karyawan dalam pelaksanaan pekerjaan mereka (Noe, et al : 2000).

Gambar 2.2.

Penyebab Ketidak-efektifan Fungsi Penilaian Kinerja

fungsi

penilaian

kinerja tidak

efektif

Sumber : Diolah dari Berbagai Sumber

Pendefinian sistem yang buruk. Pendefinisian sistem yang buruk

berarti sistem dirancang atau dimodifikasi tanpa memperhatikan tujuan dan

strategi organisasi. Kenyataan ini menyebabkan penilaian kinerja dalam

organisasi menjadi tidak efektif, di mana organisasi mengabaikan keterkaitan

(link) antara kebijakan penilaian kinerja dengan strategi-strategi dan tujuan-

tujuan organisasi. Noe, et al.(2000), mengatakan bahwa sistem penilaian

kinerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem manajemen

kinerja, yang harus mendukung tujuan strategis organisasi.

Tujuan penilaian tidak jelas

Penilaian hanya sebagai ritual tahunan

Sistem komunikasi penilaian yang buruk

Sistem penilaian tidak dimonitoring

Pendefinisian sistem yang buruk

Sistem penilaian tidak didukung

Sistem penilaian tidak tepat

Page 30: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Sistem penilaian yang tidak didukung dengan baik. Sistem penilaian

yang tidak didukung, berarti tidak adanya keterlibatan dan keterikatan

(komitmen) top manajemen, individu-individu yang dinilai, maupun

personalia pelaksana penilaian dalam kegiatan penilaian kinerja. Tanpa

dukungan dari tiap manajemen, maka rancangan dan praktik-praktik penilaian

kinerja tidak memberikan kontribusi terhadap kinerja organisasi, karena

manajemen tidak akan menggunakan hasil penilaian tersebut untuk kebijakan-

kebijakan organisasi. Sebaliknya, jika sistem penilaian tidak diterima dan

didukung oleh para karyawan dan personalia pelaksana penilaian, maka

mereka tidak akan berusaha keras untuk menjadikan kegiatan penilaian

tersebut berhasil (Athony, et al : 1999).

Sistem penilaian tidak tepat. Ketidakcocokan sistem penilaian, berarti

praktik penilaian tidak sesuai dengan sistem yang diharapkan, yang

menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan praktik dalam proses penilaian.

Menurut Hubartt (1995) dalam Fahrudin JS Pareke, 2000, beberapa kesalahan

praktik yang sering terjadi dalam penilaian kinerja adalah kegiatan penilaian

kinerja tidak konsisten dalam menetapkan peringkat, kegagalan dalam

penentuan sasaran kinerja dan ketidak-mampuan menangani karyawan yang

berkinerja rendah.

Penilaian hanya sebagai ritual tahunan. Penyebab ketidak-efektifan

kegiatan penilaian kinerja yang kelima, adalah kegiatan ini hanya dipandang

sebagai sebuah kegiatan ritual tahunan. Para manajer hanya melengkapi

(mengisi) formulir penilaian dengan cepat dan menggunakannya untuk

mendaftar semua informasi negatif yang mereka kumpulkan atas seorang

karyawan selama setahun yang lalu. Para manajer ini tidak menghendaki

Page 31: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

adanya konfrontasi dan tidak mengetahui bagaimana cara menyajikan hasil

evaluasi negatif yang mereka dapatkan. Beberapa manajer bahkan

menghabiskan sedikit mungkin waktu untuk memberikan umpan-balik pada

karyawan (Noe, et al : 2000). Padahal kegiatan penilaian merupakan sebuah

proses, bukan hanya sebuah kejadian (event) tertentu. Agar proses ini menjadi

lebih mudah, perlu diingat bahwa penilaian lebih dari sekedar mengisi

formulir (Hadden : 1999) dalam Fahrudin JS Pareke, 2000.

Sistem komunikasi penilaian yang jelek. Sistem komunikasi penilaian

yang jelek artinya sistem penilaian tidak di komunikasi (disosialisasi) dengan

baik kepada setiap orang yang terlibat dalam proses penilaian. Buruknya

komunikasi sistem penilaian menyebabkan para penilai dan individu-individu

yang dinilai memiliki persepsi yang berbeda tentang tujuan dan pentingnya

kegiatan penilaian kinerja yang dilakukan (Anthony, et al : 1999). Perbedaan

persepsi ini akan mengurangi penerimaan karyawan terhadap proses dan hasil

penilaian, sehingga keterlibatan mereka dalam kegiatan penilaian menjadi

rendah.

Sistem penilaian tidak di monitoring. Sedang sistem yang tidak di

monitoring akan menghasilkan permasalahan yang serius, yang

menyebabkan tidak adanya tindakan-tindakan perbaikan atas kesalahan yang

terjadi selama proses penilaian (Anthony, et al. : 2000).

3. Fungsi Penilaian Kinerja yang Mengacu pada Kualitas

Saat ini semakin banyak organisasi yang menyadari bahwa penilaian

kinerja yang efektif merupakan satu hal yang paling esensial untuk

Page 32: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

melaksanakan strategi-strategi mereka (Grote : 2000). Namun, seperti yang

dikemukakan oleh Longenecker (1999) dalam Fahrudin JS Pareke, 2000,

untuk menciptakan fungsi penilaian kinerja yang bermanfaat, yang

memungkinkan organisasi untuk mengeksekusi strategi-strateginya, bukanlah

merupakan suatu hal yang mudah.

Sekali lagi ingin kita pertegas, bahwa ketidak-efektifan proses

penilaian kinerja akan berpengaruh terhadap organisasi dan individu-individu

dalam organisasi. Dari sudut pandang individu, penilaian kinerja yang tidak

adil dan tidak akurat akan menumbuhkan perasaan tidak nyaman atau tidak

puas, yang pada gilirannya akan menurunkan kinerja karyawan. Di samping

itu mereka akan menemukan secara jelas bahwa masa depan dan karir mereka,

sedikit sekali ditentukan oleh kinerja mereka saat ini.

Di pihak organisasi, penilaian kinerja yang tidak efektif akan menjadi

batu sandungan bagi kemajuan dan perkembangan organisasi. Penilaian

kinerja yang tidak adil akan menyebabkan organisasi kehilangan aset-aset

SDM nya, yang merasa diperlakukan secara tidak adil. Akhirnya, organisasi

akan kehilangan daya saing dan kompetensi-kompetensinya, terutama

kompetensi sumber daya manusianya.

Longenecker (1999) dalam Fahrudin JS Pareke, 2000, mengajukan tiga

elemen kritis untuk mengefektifkan fungsi penilaian kinerja dalam organisasi,

yaitu: (1) rancangan sistem yang efektif, (2) praktik manajerial penilaian yang

efektif, dan (3) sistem pendukung penilaian yang efektif. Ketiga elemen ini

dijabarkan menjadi 10 kunci penyelenggaraan sistem penilaian yang efektif,

seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.3.

Page 33: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Gambar 2.3.

Penilaian Kinerja yang Efektif

Sumber: Data Diolah dari Berbagai Sumber

C. Penerapan Audit Internal

Penerapan adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan apabila telah

memenuhi prosedur atau proses yang berdasarkan standar audit dalam

melaksanakan pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan. Tujuan dari

penerapan ini adalah untuk memeriksa atau melihat tingkat kewajaran dalam

Menciptakan Tujuan dengan Jelas

Keterlibatan Karyawan/Manajer

Prosedur & Instrumen yang baik & mudah digunakan

Pelatihan Personalia Pelaksana Penilaian

Perencanaan Penilaian

Pelatihan & bimbingan yang terus-

menerus

Motivasi Personalia Pelaksana Penilaian

Dukungan Top Manajemen

Keterkaitan Penilaian dgn tujuan

organisasi

Sistem Peninjauan & tindakan Per

Praktik

Managerial

yang

Efektif

Sistem

Pendukung

Penilaian

yang

Efektif

Fungsi

Penilaian

Kinerja

yang

efektif

Pelatihan Personalia Pelaksana Penilaian

Perencanaan Penilaian

Pelatihan & bimbingan yang terus-

menerus

Motivasi Personalia Pelaksana Penilaian

Dukungan Top Manajemen

Keterkaitan Penilaian dengan tujuan

organisasi

Sistem Peninjauan & tindakan Perbaikan

yang terus menerus

Rancangan

Sistem yang

Efektif

Praktik

Managerial

yang

Efektif

Sistem

Pendukung

Penilaian

yang

Efektif

Fungsi

Penilaian

Kinerja

yang

efektif

Page 34: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

suatu laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor internal. Prosedur

berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar

berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan

berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur

tersebut. Jadi berlainan dengan prosedur auditing, standar auditing mencakup

mutu profesional auditor independen dan pertimbangan yang digunakan dalam

pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Standar_Auditing)

1. Standar Auditing

Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. Prosedur

berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar

berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan

berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan

prosedur tersebut. Jadi berlainan dengan prosedur auditing, standar

auditing mencakup mutu profesional auditor independen dan pertimbangan

yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit

(Abdul Halim, 2008).

Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan

Akuntan Indonesia terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan

menjadi tiga kelompok besar, yaitu:

a. Standar umum

Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan

persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya. Standar umum ini

mencakup tiga bagian, yaitu:

Page 35: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

Dalam melaksanakan audit sampai pada suatu pernyataan pendapat,

auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang

akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai

dari pendidikan formal ditambah dengan pengalaman-pengalaman

dalam praktik audit dan menjalani pelatihan teknis yang cukup.

Asisten junior yang baru masuk dalam karir auditing harus

memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan

supervisi yang memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya

yang lebih berpengalaman.

Pelatihan yang dimaksudkan di sini, mencakup pula pelatihan

kesadaran untuk secara terus-menerus mengikuti perkembangan yang

terjadi dalam bidang bisnis dan profesinya. Ia harus mempelajari,

memahami, dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip

akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan

Indonesia.

2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi

dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

Standar ini mengharuskan seorang auditor bersikap independen, yang

artinya seorang auditor tidak mudah dipengaruhi, karena pekerjaannya

untuk kepentingan umum. Kepercayaan masyarakat umum atas

independensi sikap auditor independen sangat penting bagi

Page 36: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

perkembangan profesi akuntan publik. Untuk menjadi independen,

seorang auditor harus secara intelektual jujur.

Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam Kode Etik Akuntan

Indonesia, agar anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan

persepsi independensi dari masyarakat. Independensi secara intrinsik

merupakan masalah mutu pribadi, bukan merupakan suatu aturan yang

dirumuskan untuk dapat diuji secara objektif. BAPEPAM juga dapat

menetapkan persyaratan independensi bagi auditor yang melaporkan

tentang informasi keuangan yang akan diserahkan, yang mungkin

berbeda dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama

menekankan tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam

organisasi auditor. Selain itu juga menyangkut apa yang dikerjakan

auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaannya tersebut. Seorang

auditor harus memiliki “tingkat keterampilan yang umumnya dimiliki”

oleh auditor pada umumnya dan harus menggunakan keterampilan

tersebut dengan “kecermatan dan keseksamaan yang wajar”. Untuk itu,

auditor dituntut untuk memiliki skeptisme profesional dan keyakinan

yang memadai dalam mengevaluasi bukti audit.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

Standar pekerjaan lapangan terdiri dari tiga, yaitu:

Page 37: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

1) Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika

digunakan asisten harus di supervisi dengan semestinya.

Poin ini menjelaskan bahwa, penunjukan auditor independen secara

dini akan memberikan banyak manfaat bagi auditor maupun klien.

Penunjukan secara dini memungkinkan auditor merencanakan

pekerjaannya sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut dapat

dilaksanakan dengan cepat dan efisien serta dapat menentukan

seberapa jauh pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sebelum tanggal

neraca.

2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk

merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian

yang akan dilakukan.

Untuk semua auditor harus memperoleh pemahaman tentang

pengendalian internal yang memadai untuk merencanakan audit

dengan melaksanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian

yang relevan dengan audit atas laporan keuangan, dan apakah

pengendalian intern tersebut dioperasikan. Setelah memperoleh

pemahaman tersebut, auditor menaksir risiko pengendalian untuk

asersi yang terdapat dalam saldo akun, golongan transaksi, dan

komponen pengungkapan dalam laporan keuangan. Kemudian, auditor

dapat mencari pengurangan lebih lanjut risiko pengendalian taksiran

untuk asersi tertentu.

Auditor menggunakan pengetahuan yang dihasilkan dari pemahaman

atas pengendalian intern dan tingkat risiko pengendalian taksiran

Page 38: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

dalam menentukan sifat, saat dan luas pengujian substantif untuk asersi

laporan keuangan.

3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar

memahami untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka

memberikan pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk

mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Bukti audit sangat

bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor

independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan

auditan. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan

bukti lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh

terhadap kompetensi bukti.

c. Standar Pelaporan

Standar pelaporan terdiri dari empat item, di antaranya:

1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Standar pelaporan pertama ini tidak mengharuskan untuk menyatakan

tentang fakta (statement of fact), namun standar tersebut mengharuskan

auditor untuk menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan

keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi tersebut.

Prinsip akuntansi berlaku umum atau “generally accepted accounting

principles” mencakup konvensi, aturan dan prosedur yang diperlukan

Page 39: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

untuk membatasi praktik akuntansi yang berlaku umum di wilayah

tertentu dan pada waktu tertentu.

2) Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada ketidak konsistenan

penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan

periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi

tersebut dalam periode sebelumnya.

Standar ini juga disebut dengan standar konsistensi. Standar

konsistensi menuntut auditor independen untuk memahami hubungan

antara konsistensi dengan daya banding laporan keuangan. Kurangnya

konsistensi penerapan prinsip akuntansi dapat menyebabkan

kurangnya daya banding laporan keuangan.

Standar ini bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa jika daya

banding laporan keuangan di antara kedua periode dipengaruhi secara

material oleh perubahan prinsip akuntansi, auditor akan

mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporannya. Caranya,

dengan menambahkan paragraf penjelasan yang disajikan setelah

paragraf pendapat.

3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku

umum di Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan informatif

yang memadai atas hal-hal material, di antaranya bentuk, susunan, dan

isi laporan keuangan serta catatan atas laporan keuangan. Auditor

harus selalu mempertimbangkan apakah masih terdapat hal-hal tertentu

Page 40: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

yang harus diungkapkan sehubungan dengan keadaan dan fakta yang

diketahuinya pada saat audit.

Dalam mempertimbangkan cukup atau tidaknya pengungkapan,

auditor menggunakan informasi yang diterima dari kliennya atas dasar

kepercayaan bahwa auditor akan merahasiakan informasi tersebut.

Tanpa kepercayaan, auditor akan sulit untuk memperoleh informasi

yang diperlukan untuk menyatakan pendapat atas laporan

keuangannya.

4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa

pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara

keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka

laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat

pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung

jawab yang dipikul oleh auditor.

Tujuan standar pelaporan ini adalah untuk mencegah salah tafsir

tentang tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila

namanya dikaitkan dengan laporan keuangan. Seorang akuntan

dikaitkan dengan laporan keuangan jika ia mengizinkan namanya

dalam suatu laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis yang berisi

laporan tersebut. Bila seorang akuntan menyerahkan kepada kliennya

atau pihak lain suatu laporan keuangan yang disusunnya atau dibantu

penyusunannya, maka ia juga dianggap berkaitan dengan laporan

Page 41: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

keuangan tersebut, meskipun ia tak mencantumkan namanya dalam

laporan tersebut. (Abdul Halim, 2008).

D. Ruang Lingkup Auditing

1. Definisi Auditing

“Report of committee on basic auditing concepts of the American

Accounting Association” (Accounting Review, Vol 47) memberikan definisi

auditing sebagai berikut:

“Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara

objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan

menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria

yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada

pihak-pihak yang berkepentingan”.

Beberapa ciri penting yang ada dalam definisi tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut:

a. Suatu proses sistematis berupa serangkaian langkah atau prosedur yang

logis, terstruktur dan terorganisir. Auditing Standards Board (ASB =

Dewan Standar Auditing) menerbitkan Generally Accepted Auditing

Standards (GAAS = Standar Auditing yang Berlaku Umum) sebagai

pedoman profesional berkaitan dengan proses audit.

b. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif berarti memeriksa

dasar asersi serta mengevaluasi hasil pemeriksaan tersebut tanpa memihak

dan berprasangka, baik untuk atau terhadap perorangan (entitas) yang

membuat asersi tersebut.

Page 42: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

c. Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi merupakan representasi

yang dibuat oleh perorangan atau entitas. Asersi ini merupakan subjek

pokok auditing.

d. Derajat kesesuaian menunjuk pada kedekatan di mana asersi dapat

diidentifikasikan dan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Ekspresi kesesuaian ini dapat berbentuk kuantitas, seperti jumlah

kekurangan dana kas kecil, atau dapat juga berbentuk kualitatif, seperti

kewajaran (keabsahan) laporan keuangan.

e. Kriteria yang telah ditetapkan adalah standar-satandar yang digunakan

sebagai dasar untuk menilai asersi atau pernyataan. Kriteria dapat berupa

peraturan-peraturan spesifik yang dibuat oleh badan legislatif, anggaran

atau ukuran kinerja lainnya yang ditetapkan oleh manajemen, Generally

Accepted Accounting Principles (GAAP = Prinsip-prinsip Akuntansi yang

Berlaku Umum) yang ditetakan oleh Financial Accounting Standards

Board (FASB = Badan Standar Akuntansi Keuangan) serta badan-badan

pengatur lainnya.

f. Penyampaian hasil diperoleh melalui laporan tertulis yang menunjukkan

derajat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah ditetapkan.

Kepercayaan pemakai informasi keuangan atas asersi yang dibuat oleh

pihak yang diaudit.

g. Pihak-pihak yang berkepentingan adalah mereka yang menggunakan

(mengandalkan ) temuan-temuan auditor. Dalam lingkungan bisnis,

Page 43: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

mereka adalah para pemegang saham, manajemen, kreditor, kantor

pemerintah, dan masyarakat luas.

Laporan keuangan terdiri dari asersi manajemen yang merupakan hal

penting sebagai pedoman auditor dalam pengumpulan bukti. Auditing

Standards Board (ASB) telah mengakui lima kategori asersi laporan keuangan

sebagai berikut:

a. Keberadaan atau Keterjadian (existence or occurrence)

Berkaitan dengan apakah aktiva atau kewajiban entitas benar-benar

ada pada tanggal tertentu, dan transaksi yang dicatat benar-benar telah

terjadi selama periode tertentu.

b. Kelengkapan (completeness)

Berkaitan dengan apakah semua transaksi dan akun yang harus

disajikan dalam laporan keuangan benar-benar telah dicantumkan.

c. Hak dan Kewajiban (rights and obligations)

Berkaitan dengan apakah aktiva telah menjadi hak entitas dan hutang

memang telah menjadi kewajiban entitas pada suatu tanggal tertentu.

d. Penilaian atau Alokasi (valuation or allocation)

Berkaitan dengan apakah komponen aktiva, kewajiban, pendapatan,

dan beban telah dicantumkan dalam laporan keuangan dengan jumlah

semestinya.

e. Penyajian dan Pengungkapan (presentation and disclosure)

Berkaitan dengan apakah komponen tertentu laporan keuangan telah

digolongkan, diuraikan, dan diungkapkan sebagaimana mestinya.

Page 44: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

2. Jenis-jenis Audit

Terdapat tiga jenis audit yang umum dilakukan (Amir Abadi Jusuf,

2003:4), yaitu:

a. Audit Laporan Keuangan

Bertujuan menentukan apakah laporan keuangan secara

keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi

telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Umumnya, kriteria

yang dimaksud adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. Prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dimuat dalam Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).

Hasil audit laporan keuangan didistribusikan kepada para pengguna

seperti para pemegang saham, kreditor, kantor pemerintah dan masyarakat

umum melalui laporan auditor atas laporan keuangan. Selain itu, auditor

independen juga menyiapkan laporan kepada dewan direksi tentang

pengendalian intern perusahaan serta temuan-temuan audit lainnya.

b. Audit Operasional

Merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan

metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitasnya.

Umumnya auditor akan memberikan saran atau rekomendasi kepada pihak

manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan dan untuk

peningkatan kinerja perusahaan. Karena lingkup evaluasi efektivitas

operasi begitu luas, maka tidak mungkin untuk menentukan ciri

pelaksanaan audit operasional dengan pasti. Di dalam suatu organisasi,

Page 45: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

bisa jadi auditor mengevaluasi apakah manajemen telah menggunakan

informasi yang tepat dan mencukupi dalam pengambilan keputusan

pembelian aktiva yang baru, sedang dalam organisasi yang berbeda

barangkali ia akan mengevaluasi efisiensi administrasi penjualan. Dalam

audit operasional, tinjauan yang dilakukan tidak terbatas pada masalah-

masalah akuntansi, tetapi juga meliputi evaluasi terhadap struktur

organisasi, pemanfaatan komputer, dan bidang-bidang lain sesuai dengan

keahlian auditor.

c. Audit Ketaatan

Bertujuan mempertimbangkan apakah klien telah mengikuti

prosedur atau aturan yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas

lebih tinggi. Hasil audit ketaatan biasanya tidak dilaporkan kepada pihak

luar, tetapi kepada pihak tertentu dalam organisasi. Pimpinan organisasi

adalah pihak yang paling berkepentingan atas dipatuhinya prosedur dan

aturan yang telah ditetapkan.

3. Jenis-jenis Auditor

Dalam pelaksanaan suatu audit, pada umumnya jenis auditor

diklasifikasikan menjadi tiga jenis (William C. Boyton, Raymond N. Johnson,

Walter G. Kell, 2001:8), yaitu:

a. Auditor Independen (Independent Auditor)

Terdapat dalam Kantor Akuntan Publik (KAP), yang umumnya

mengambil peran sebagai seorang auditor eksternal atas perusahaannya

yang menyediakan laporan guna kebutuhan tertentu dari klien untuk

menjalankan bisnisnya. Klien auditor independen dapat berasal dari

Page 46: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, kantor

pemerintah atau perorangan.

b. Auditor Internal (Internal Auditor)

Merupakan pegawai dari organisasi yang diaudit. Tugas auditor

internal beragam, sesuai dengan kebutuhan dan permintaan manajemen

perusahaan. Auditor internal wajib memberikan informasi yang berguna

bagi manajemen untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan

operasional perusahaan.

c. Audit Pemerintah (Government Auditor)

Di Indonesia terdapat beberapa lembaga ataupun badan yang

bertanggung jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan

atau keuangan Negara, di antaranya Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jendral (Irjen) pada departemen

pemerintah. Sebagian tugas BPKP tidak jauh berbeda dengan KAP,

sebagian besar informasi keuangan yang dibuat oleh berbagai badan

pemerintah telah diaudit oleh BPKP, di samping atas audit laporan

keuangan, pada masa sekarang sering kali dilakukan evaluasi atas efisiensi

dan efektifitas operasi berbagai program pemerintah dan BUMN.

D. Ruang Lingkup Audit Internal

1. Definisi Audit Internal

American Accounting Association mendefinisikan internal audit sebagai:

“Proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk

meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan”.

Page 47: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Definisi tersebut ditujukan untuk menggambarkan proses yang

dilakukan di semua jenis audit, tetapi istilah “tindakan dan kejadian ekonomi”

mengarah pada aspek keuangan atau akuntansi.

Definisi audit internal berikut ini di ciptakan untuk menggambarkan

lingkup audit internal modern yang luas dan tak terbatas eksternal.

“Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang

dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda

dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan

operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan

telah diidentifikasi dan di minimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan

dan prosedur internal yang bisa diterima telah diakui; (4) kriteria operasi yang

memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien

dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua

dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawab secara

efektif”.

Pengertian audit internal di atas tidak hanya mencakup peranan dan

tujuan auditor internal, tetapi juga mengakomodasikan kesempatan dan

tanggung jawab. Dalam perkembangan terakhir seseorang yang melakukan

peran sebagaimana seorang auditor internal, tidak selalu menggunakan

sebutan internal auditor saja , namun telah meluas menjadi kontrol atau sistem

analisis.

2. Fungsi Audit Internal

Pada awalnya, audit internal berfungsi sebagai “adik” dari profesi

auditor eksternal, dengan pusat perhatian pada penilaian atas keakuratan

angka-angka keuangan. Namun saat ini audit internal telah memisahkan diri

menjadi disiplin ilmu yang berbeda dengan pusat perhatian yang lebih luas.

Karena pergeseran pandangan mengenai fungsi audit internal, maka audit

internal yang memiliki aspek kerja yang lebih luas ini sering disebut sebagai

Page 48: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

audit internal modern. Audit internal modern menyediakan jasa-jasa yang

mencakup pemeriksaan dan penilaian atas kontrol, kinerja, risiko, dan tata

kelola (governance) perusahaan publik maupun privat. Aspek keuangan

hanyalah salah satu aspek saja dalam lingkup pekerjaan audit internal.

3. Teknik-teknik Audit Internal

a. Penentuan risiko

Penentuan risiko (risk assessment) adalah identifikasi dan analisis

risiko-risiko yang relevan untuk mencapai tujuan (entitas), yang

membentuk suatu dasar untuk menentukan cara pengelolaan risiko. Audit

internal harus memasukkan hasil penentuan risiko ke dalam program audit

untuk mengurangi risiko. Risiko audit terdiri atas:

1) Risiko bawaan (inherent risk), yaitu kerentanan suatu asersi atas

terjadinya salah saji yang material, dengan mengasumsikan bahwa

tidak ada kebijakan atau prosedur struktural kontrol internal terkait

yang ditetapkan. Bank menghadapi seperangkat risiko bawaan karena

bergerak dalam pengelolaan uang dan kredit.

2) Risiko kontrol (control risk), yaitu risiko bahwa salah saji material

yang bisa terjadi pada suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi

secara tepat waktu oleh struktur, kebijakan, atau prosedur kontrol

internal suatu entitas.

3) Risiko deteksi (detection risk), yaitu risiko bahwa auditor tidak dapat

mendeteksi salah saji material yang terdapat pada suatu asersi.

Page 49: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

b. Survei pendahuluan

Survei pendahuluan yang baik akan menghasilkan program audit yang

tepat, dan program audit yang tepat akan menunjang keberhasilan audit.

Dalam survei pendahuluan, auditor internal mengidentifikasi tujuan

operasi, risiko, kondisi-kondisi operasi, dan kontrol yang diterapkan.

Auditor internal sebaiknya melakukan survei dalam tujuh langkah dasar,

antara lain:

1) Melakukan studi awal, yang mencakup penelaahan atas kertas kerja

tahun sebelumnya, temuan-temuan audit, bagan organisasi, dan

dokumen lain yang membantu untuk lebih memahami subjek audit.

2) Pendokumentasian, yang mengarah pada pertemuan awal antara

auditor dengan manajer klien.

3) Bertemu klien, menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan

dilakukan kepada manajer klien.

4) Mengumpulkan bahan bukti.

5) Mengamati, pengamatan dilakukan terus selama survei pendahuluan.

6) Membuat bagan alir, memberikan gambaran sistem dan merupakan

sarana menganalisis operasi yang kompleks-analisis yang tidak selalu

bisa dicapai dengan narasi yang rinci.

7) Melaporkan atas tahap-tahap yang telah dilakukan dalam survei

pendahuluan.

c. Program audit

Langkah-langkah audit dirancang untuk mengumpulkan bahan bukti

audit, dan untuk memungkinkan auditor internal mengemukakan pendapat

Page 50: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

mengenai efisiensi, ekonomis, dan efektifitas aktivitas yang akan

diperiksa. Program audit merupakan alat yang menghubungkan survei

pendahuluan dengan pekerjaan lapangan.

d. Pekerjaan lapangan

Pekerjaan lapangan (field work) merupakan proses untuk mendapatkan

keyakinan dengan mengumpulkan bukti secara objektif mengenai operasi

entitas, mengevaluasinya, dan melihat apakah operasi tersebut memenuhi

standar yang dapat diterima dan mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan, serta menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan

oleh manajemen. Tujuan pekerjaan lapangan untuk membantu pemberian

keyakinan dengan melaksanakan prosedur-prosedur audit yang ada di

program audit, sesuai tujuan audit yang ingin dicapai. Tujuan audit

dirancang untuk menentukan apakah tujuan audit telah tercapai. Tujuan

audit dicapai dengan menerapkan prosedur-prosedur audit untuk

menentukan apakah prosedur-prosedur operasi berfungsi sebagaimana

mestinya dan mencapai tujuan-tujuan operasi. Tujuan operasi ditetapkan

oleh manajemen. Tujuan operasi adalah hasil-hasil yang ingin dicapai

oleh manajer operasi. Tujuan audit ditetapkan oleh auditor.

e. Temuan audit

Selama pelaksanaan pekerjaan, auditor internal mengidentifikasi

kondisi-kondisi yang membutuhkan tindakan perbaikan. Penyimpangan-

penyimpangan dari norma-norma atau kriteria yang dapat diterima disebut

temuan audit (audit findings). Beberapa kelemahan (temuan) bersifat kecil

Page 51: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

dan tidak membutuhkan perhatian manajemen. Semua temuan audit yang

dapat dilaporkan haruslah:

1) Cukup signifikan agar layak dilaporkan ke manajemen.

2) Didokumentaiskan dengan fakta, bukan opini, dan dengan bukti yang

memadai, kompeten, dan relevan.

3) Secara objektif dibuat tanpa bias atau prasangka.

4) Relevan dengan masalah-masalah yang ada.

5) Cukup meyakinkan untuk memaksa dilakukannya tindakan untuk

memperbaiki kondisi-kondisi yang mengandung kelemahan.

Dalam temuan audit ini auditor memberikan rekomendasi kepada

manajemen. Rekomendasi menggambarkan tindakan yang mungkin

dipertimbangkan manajemen untuk memperbaiki kondisi-kondisi yang

salah dan untuk memperkuat kelemahan dalam sistem kontrol.

Mengidentifikasikan kondisi yang tidak memuaskan adalah tanggung

jawab audit. Sedangkan memperbaikinya adalah tanggung jawab

manajemen. Lebih disukai auditor internal mengusulkan metode tindakan

perbaikan untuk pertimbangan manajemen.

Saran yang paling memuaskan untuk menyelesaikan temuan audit

adalah membahasnya dengan manajemen operasional sebelum laporan

audit tertulis diterbitkan. Pada saat itu harus dicapai kesepakatan mengenai

fakta-fakta dan beberapa tindakan perbaikan untuk memperbaiki

kekurangan.

Page 52: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

f. Kertas kerja

Kertas kerja (working paper) berisi catatan informasi yang

diperoleh dan analisis yang dilakukan selama proses audit. Kertas kerja

disiapkan sejak auditor memulai pekerjaannya hingga auditor menelaah

tindakan perbaikan dan mangakhiri proyek audit. Kertas kerja berisi

dokumentasi atas langkah-langkah berikut ini dalam proses audit:

1) Rencana audit, termasuk program audit.

2) Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektifitas sistem kontrol

internal.

3) Prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan

kesimpulan yang dicapai.

4) Penelaahan kertas kerja oleh penyelia.

5) Laporan audit.

6) Tindak lanjut dari tindakan perbaikan.

Auditor internal menyiapkan kertas kerja untuk beberapa tujuan yang

berbeda, antara lain:

1) Untuk mendukung laporan audit

2) Untuk menyimpan informasi yang diperoleh melalui tanya jawab,

penelaahan instruksi dan arahan, analisis sistem dan proses,

pengamatan kondisi, dan pemeriksaan transaksi

3) Untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan temuan-temuan

audit, mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk menentukan terjadi

dan luasnya kondisi-kondisi yang mengandung kelemahan

4) Untuk mendukung pembahasan dengan karyawan operasi

Page 53: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

5) Untuk menjadi dasar penyelia dalam menelaah kemajuan dan

penyelesaian audit

6) Untuk memberi dukungan dan bukti untuk masalah-masalah yang

melibatkan kecurangan, tuntutan hukum, dan klaim asuransi

7) Untuk menjadi sarana bagi auditor eksternal dalam mengevaluasi

pekerjaan audit internal dan kemudian menggunakannya dalam

penilaian audit eksternal atas sistem kontrol internal organisasi

8) Menjadi latar belakang dan data referensi untuk penelaahan

selanjutnya

9) Untuk membantu memfasilitasi penelaahan. Baik auditor eksternal

atau konsultan perlu mengevaluasi aktivitas audit internal

10) Menjadi bagian dokumentasi

E. Sistem Pengendalian Intern Perusahaan

1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Suatu sistem merupakan subjek dari kesalahan-kesalahan, kecurangan-

kecurangan, dan penyelewengan-penyelewengan umum lainnya, maka untuk

mencegah atau menjaga hal-hal yang tidak diinginkan dan ingin membentuk

suatu sistem tersebut dilengkapi dengan suatu pengendalian yang berguna

untuk mencegah atau menjaga hal-hal yang negatif tersebut. Sedangkan

pengendalian intern adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh manajemen

perusahaan dalam rangka meningkatkan kemungkinan tercapainya berbagai

tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, pengendalian

dirancang dalam rangka untuk menjamin agar organisasi dapat menjalankan

Page 54: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

tugasnya dengan baik sesuai dengan standar atau rencana yang ditetapkan

(Institute of Internal Auditors, 1993). Contoh pelaksanaan kegiatan

pengendalian antara lain meliputi penggunaan anggaran biaya atau anggaran

penjualan, penggunaan passwords computer, atau bahkan penggunaan kunci

gembok gudang atau perkantoran.

Untuk itu sebelum mengemukakan dan membahas tentang sistem

pengendalian intern, di sini akan dijelaskan beberapa definisi umum mengenai

sistem pengendalian intern yang di kemukakan oleh beberapa ahli:

Menurut Widjajanto (2001:18), “Pengendalian intern adalah suatu sistem

pengendalian yang meliputi struktur organisasi beserta semua metode dan

ukuran yang diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan untuk: (1)

mengamankan aktiva perusahaan, (2) mengecek kecermatan dan ketelitian

data akuntansi, (3) meningkatkan efisiensi, dan (4) mendorong agar kebijakan

manajemen di patuhi oleh segenap jajaran organisasi”.

Mulyadi (2002:180) menyatakan bahwa: “Pengendalian intern adalah suatu

proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lain

yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga

golongan tujuan yaitu keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum, dan peraturan yang berlaku, efektifitas dan efisiensi operasi”.

Menurut Guy, Alderman, Winters (2002:2206) pada SAS No 55 mendefinisikan: “Pengendalian intern sebagai suatu proses yang dihasilkan

oleh dewan direksi entitas, manajemen dan personil lainnya, yang dirancang untuk memberikan kepastian yang layak dalam pencapaian tujuan kategori-

kategori berikut: (1) keandalan (reliabilitas) laporan keuangan, (2) ketaatan

terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, dan (3) efektifitas dan efisiensi

operasi”.

Secara definisi, pengertian sistem pengendalian intern adalah suatu

kumpulan pengendalian yang dirancang untuk memberikan jaminan yang

masuk akal bahwa perusahaan mampu memenuhi beberapa sasaran sebagai

berikut: (1) meningkatkan reliabilitas dan integritas informasi, (2) memenuhi

Page 55: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

kebijakan atau rencana yang ditetapkan serta hukum yang berlaku, (3)

mengamankan kekayaan perusahaan, (4) meningkatkan efisiensi penggunaan

sumber daya, dan (5) memenuhi tujuan yang ditetapkan (Institute of Internal

Auditors, 1993).

Dengan demikian, apabila suatu perusahaan tidak dapat memenuhi

kelima tujuan di atas, maka perusahaan tersebut akan menerima risiko, sanksi,

atau akibat yang sangat merugikan. Oleh karena itu, suatu sistem pengendalian

intern yang berhasil disusun atau dirancang dengan baik merupakan sistem

pertahanan efektif terhadap kemungkinan terjadinya berbagai risiko yang

diperkirakan akan terjadi.

Agar suatu sistem pengendalian intern dapat berjalan dengan efektif ,

suatu sistem pengendalian intern yang akan diterapkan oleh suatu organisasi

usaha sekurang-kurangnya harus memperhatikan tiga elemen sebagai berikut:

(1) lingkungan pengendalian, (2) sistem akuntansi, dan (3) prosedur

pengendalian individual (Hermanson dan Hermanson, 1994:29). Lingkungan

pengendalian meliputi struktur organisasi perusahaan, filosofi dan gaya

operasi manajemen (management’s operating style), praktik kerja yang biasa

digunakan karyawan, dan metode penetapan otoritas serta

pertanggungjawaban karyawan. Sementara itu, sistem akuntansi yang

dirancang oleh perusahaan dimaksudkan untuk melaksanakan identifikasi,

pencatatan, dan pelaporan secara akurat setiap transaksi yang terjadi didalam

perusahaan. Sedangkan prosedur pengendalian meliputi penetapan peraturan

dan kebijakan yang disusun secara rinci, misalnya: otorisasi transaksi,

pemisahan tugas, pendokumentasian, pengawasan kekayaan perusahaan secara

fisik, dan penilaian kinerja secara independen.

Page 56: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

2. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern

Menurut COSO dalam Guy, Alderman, Winters (2002:226), unsur

pengendalian intern terdiri dari lima, yaitu:

a. Lingkungan pengendalian (control environment)

Lingkungan pengendalian menentukan kualitas entitas dengan

mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orang di

sekitarnya. Lingkungan pengendalian merefleksikan keseluruhan sikap,

kesadaran, dan tindakan dewan direksi, manajemen, karyawan, serta

pihak-pihak lainnya mengenai pentingnya pengendalian tersebut. Hal itu

merupakan pondasi kedisiplinan dan struktur dari semua komponen

pengendalian intern lainnya. Lingkungan pengendalian terdiri dari tujuh

faktor: (1) integritas dan nilai-nilai etis, (2) komitmen terhadap

kompetensi, (3) partsipasi dewan direksi dan komite audit, (4) gaya

operasi dan filosofi manajemen, (5) struktur organisasi, (6) pendelegasian

wewenang dan tanggung jawab, dan (7) kebijakan dan praktik sumber

daya manusia dan aplikasinya.

b. Penilaian risiko (risk assessment)

Penilaian risiko adalah identifikasi, dan manajemen risiko entitas

yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara

wajar sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses

penilaian risiko harus memperhatikan keadaan serta kejadaian internal dan

eksternal yang dapat sangat mempengaruhi kemampuannya dalam

Page 57: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

mencatat, memproses, dan melaporkan data keuangan yang konsisten

dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan.

c. Aktivitas pengendalian (control activities)

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang

dikembangkan oleh manajemen untuik mengantisipasi risiko yang dapat

menghalangi entitas mencapai tujuannya. Aktivitas pengendalian memiliki

berbagai tujuan dan diaplikasikan pada berbagai tingkat organisasional

atau fungsional dalam sebuah entitas.

d. Pemrosesan informasi dan komunikasi

Komponen ini terdiri dari sistem informasi yang digunakan untuk

menghasilkan informasi keuangan dan bagaimana mengkomunikasikan

informasi tersebut. Sistem informasi pelaporan keuangan yang mancakup

sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang ditetapkan untuk

mengidentifikasi, menyatukan, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat,

dan melaporkan transaksi entitas (kejadian dan kondisi) serta untuk

mempertahankan akuntabilitas atas aktiva dan kewajiban yang berkaitan.

Komunikasi melibatkan penyediaan informasi yang dihasilkan oleh sistem

informasi pelaporan keuangan kepada pihak-pihak terkait dari suatu entitas

secara tepat waktu. Komunikasi juga mencakup tujuan yang lebih luas

dalam hal memberikan pemahaman yang jelas tentang peranan individu

dan tanggung jawab yang berkaitan dengan pengendalian intern atas

pelaporan keuangan. Komunikasi mencakup perluasan pemahaman

personil tentang bagaimana aktivitas mereka dalam sistem informasi

Page 58: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

pelaporan keuangan berhubungan dengan pekerjaan lainnya, dan ahli

pengecualian pelaporan pada tingkat yang lebih tinggi dalam entitas.

e. Pamantauan (monitoring)

Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian

internal dari waktu ke waktu. Pemantauan dapat dilakukan melalui

aktivitas manajemen terus-menerus atau evaluasi terpisah. Prosedur

pemantauan yang terus-menerus dilakukan terhadap aktivitas rutin yang

normal terjadi, dalam sebuah entitas serta mencakup aktivitas manajemen

dan pengawasan yang biasa. Evaluasi terpisah adalah penilaian periodik

atas semua atau sebagai pengendalian internal. Evaluasi tersebut dapat

dilakukan oleh personil internal atau oleh pihak luar.

3. Tujuan Sistem Pengendalian Intern

Menurut Abdul Halim, 2008 tujuan sistem pengendalian intern adalah

sebagai berikut:

a. Menjaga kekayaan dan catatan perusahaan

Harta kekayaan perusahaan merupakan sarana untuk keberhasilan

perusahaan, untuk itu perlu dilindungi dengan pengawasan yang memadai

agar tidak sesat atau hilang dari usaha penyalahgunaan dan usaha

pencarian. Hal ini dapat juga terjadi pada harga tidak berwujud seperti

tagihan, dokumen-dokumen penting seperti surat kontrak, dan pembukuan

seperti buku besar dan jurnal.

Page 59: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi

Manajemen hendaknya memiliki informasi-informasi yang tepat

dan dapat dipertanggungjawabkan dalam melaksanakan kegiatannya

dalam pengambilan keputusan-keputusan penting.

c. Mendorong efisiensi dan operasional usaha

Pengendalian di dalam suatu perusahaan merupakan untuk

mencegah pekerjaan yang tidak perlu. Pemborosan dalam setiap segi

usaha, dan menguji setiap penggunaan sumber daya yang tidak efisien,

d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

Setiap pengendalian intern diharapkan dapat memberikan jaminan

yang layak agar peraturan dan prosedur ditaati untuk mencapai tujuan

perusahaan.

F. Peneltian Terdahulu

1. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian Agus

(2007), dalam penelitiannya dilakukan pada tahun 2007 dengan

menggabungkan beberapa variabel seperti sistem pengendalian intern dan

pengelolaan persediaan. Tujuan dari penelitian inipun menurut Agus adalah

mencari variabel mana yang paling dominan berpengaruh sistem pengendalian

intern dan pengelolaan persediaan terhadap audit operasional pada PT

Pertamina (persero).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Siti (2007), hanya menjelaskan audit

internalnya, pada penelitian yang sekarang lebih kepada pengukuran

Page 60: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Penilaian Kinerja Audit

Internal

Penerapan Audit Internal

(Standar Audit)

kinerjanya. Penelitiannyapun dilakukan pada tahun 2007. Tujuan penelitian ini

adalah terdapat pengaruh auditor internal terhadap efektivitas manajemen

risiko perusahaan.

G. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis

menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.4

Kerangka Pemikiran

Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber

H. Hipotesis

1. Terdapat pengaruh penilaian kinerja audit internal terhadap sistem

pengendalian intern perusahaan.

2. Terdapat pengaruh penerapan audit internal terhadap sistem pengendalian

intern perusahaan.

3. Terdapat pengaruh antara penilaian kinerja dan penerapan audit internal

terhadap sistem pengendalian intern perusahaan.

Sistem Pengendalian Intern

Perusahaan

Page 61: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Tempat yang digunakan peneliti sebagai tujuan penelitian adalah

perusahaan perbankan yang berada di Jakarta untuk memperoleh data yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dan ruang lingkup pada

penelitian ini membahas dua (2) variabel, yang terdiri dari variabel

independen yaitu penilaian kinerja audit internal dan penerapan audit internal,

dan variabel dependen yaitu sistem pengendalian intern.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah audit internal yang berada pada

perusahaan bank X. Sedangkan untuk metode penentuan sampel yang

digunakan adalah metode convenience sampling yaitu anggota sampel yang

dipilih atau diambil berdasarkan kemudahan memperoleh data yang

dibutuhkan. Menurut Abdul Hamid (2005:24) dalam Laily, 2008, convenience

sampling adalah istilah umum yang mencakup variasi luasnya prosedur

pemilihan responden. Convenience sampling berarti unit sampel yang mudah

ditarik, tidak menyusahkan, mudah diukur dan bersifat kooperatif.

Page 62: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

C. Metode Pengumpulan Data

Sumber data peneliti merupakan faktor penting yang menjadi

pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Data dapat

diperoleh dari sumber, data primer (primary data) data primer merupakan

sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak

melalui media perantara), berupa opini subjek (orang) secara individual atau

kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan,

dan hasil pengujian (Indrianto dan Supomo, 2002:147). Dan data primer yang

dipakai adalah kuesioner yang penelitian dilakukan dengan cara mengajukan

daftar pertanyaan langsung kepada responden untuk memperoleh data yang

relevan. Observasi, penelitian ini dilakukan dengan terjun langsung ke bank

tersebut untuk mengadakan pengamatan langsung dan pengambilan data objek

penelitian.

Sedangkan untuk memperoleh data-data yang tidak langsung atau data

sekunder dengan cara seperti riset kepustakaan, penelitian kepustakaan

dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca, dan memahami buku,

catatan perkuliahan, artikel, jurnal, atau data dari internet.

D. Metode Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai suatu data.

Dalam hal ini, statistik deskriptif menjelaskan mengenai karakteristik

responden dan variabel yang digunakan. Gambaran umum mengenai

Page 63: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

karakteristik responden dijelaskan dengan tabel statistik deskriptif

responden yang diukur dengan skala nominal.

Penyusunan kuesioner adalah dengan menggunakan skala likert

dengan kuesioner variabel bebas dan variabel terikat. Skala likert (likert

scale) di desain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak

dengan pertanyaan pada lima (5) titik dengan susunan responden terhadap

sejumlah item yang berkaitan dengan konsep atau variabel tertentu

kemudian diajukan kepada tiap responden (Uma Sekaran, 2006:31).

2. Uji Kualitas Data

Dalam suatu penelitian diperoleh instrumen yang valid dan

reliabel. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat

mengukur apa yang ingin diukur. Reliabilitas adalah suatu nilai yang

menunjukkan konsistensi suatu alat ukur pengukur didalam mengukur

gejala yang sama (Husein, 2003:113) dalam Agus, 2007.

a. Uji Validitas

Validitas adalah untuk melihat kecermatan alat ukur yaitu mengukur

apa-apa yang akan diukur. Suatu instrumen penelitian dikatakan valid apabila

memenuhi kriteria sebagai berikut:

Bila r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid.

Bila r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid.

Menurut Sugiyono (2002:263) dalam Agus Setiyawan:2007 analisis

validitas dapat digunakan teknik korelasi product moment dengan cara

Page 64: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

mengkorelasikan antara skor masing-masing item dan skor totalnya. Adapun

rumus dari product moment adalah sebagai berikut:

Keterangan:

N : jumlah responden

x : skor pernyataan

y : skor total

Dimana π harus lebih besar 0.50, maka kuesioner tersebut bisa

dikatakan valid atau akurat.

b. Uji Reliabilitas

Salah satu metode pengujian reliabilitas adalah dengan menggunakan

metode Cronbach’s Alpha. Satndar yang digunakan dalam menentukan

reliabel dan tidaknya suatu instrumen penelitian umunya adalah perbandingan

antara nilai r hitung dengan r tabel pada taraf kepercayaan 95% atau ditingkat

signifikan 5%. Apabila dilakukan pengujian reliabilitas dengan metode

Cronbach’s Alpha, maka nilai r hitung diwakili oleh nilai Alpha. Menurut

Santoso (2001:227) dalam Agus, 2007, apabila Alpha hitung lebih besar

daripada r tabel dan Alpha hitung bernilai positif, maka suatu instrumen

penelitian dapat disebut reliabel.

Page 65: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Tabel 3.1

Pedoman untuk Penilaian Tingkat Reliabilitas

Interval Tingkat reliabilitas

0,00 – 0,20 Kurang reliabel

>0,20 – 0,40 Agak reliabel

>0,40 – 0,60 Cukup reliabel

>0,60 – 0,80 Reliabel

>0,80 – 1,00 Sangat reliabel

3. Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda (multiple regression) yang

digunakan untuk menguji H0, H1 dan H2. Dengan persamaan regresinya

adalah:

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + еt

Dimana,

Y = sistem pengendalian intern

α = konstanta

β = koefisien

X1 = penilaian kinerja audit internal

X2 = penerapan audit internal

еt = error term

b. Uji R2 (koefisien determinasi)

Uji koefisien determinan digunakan untuk menentukan seberapa

besar variabel independent dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai

koefisien determinan antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti

Page 66: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

kemampuan variabel-variabel independent dalam menjelaskan variasi

variabel dependent amat terbatas (Imam Ghozali, 2005:83)

E. Variabel dan Pengukurannya

Menurut Sugiono (2005:2) dalam, variabel penelitian adalah suatu hal

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel

penelitian dalam skripsi ini ada dua variabel, yaitu:

1. Variabel Independen (X)

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus atau sering

disebut sebagai variabel bebas. Variabel independen merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel independen adalah penilaian kinerja dan penerapan, dalam

penerapan ini akan dijelaskan bahwa standar auditing yang akan

digunakan sebagai acuan bagi auditor internal itu sendiri dalam

menjalankan tugasnya memeriksa laporan keuangan suatu perusahaan.

2. Variabel Dependen (Y)

Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria,

konsekuen atau sering disebut dengan variabel terikat. Variabel dependen

merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya

variabel independen. Yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini

adalah sistem pengendalian intern perusahaan.

Page 67: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Tabel 3.2

Rancangan Pengukuran Kuesioner

Pengaruh Penilaian Kinerja dan Penerapan Audit Internal Terhadap Sistem

Pengendalian Intern Perusahaan

Variabel Skala Keterangan

1 STS

2 TS

3 N

4 S

Penilaian Kinerja Audit

Internal (X1)

Penerapan Audit

Internal (X2)

Sistem Pengendalian

Intern (Y)

5 SS

Tabel 3.3

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Subvariabel Indikator Skala

• Mengetahui prestasi para

anggotanya

• Melindungi organisasi dari

tindakan negatif

• Merupakan kegiatan yang

penuh dengan risiko dan

konsekuensi

• Mendapatkan hasil penilaian

yang baik

• Menentukan tingkat

pencapaian kinerja organisasi

tersebut

• Menjauh dari sistem politik

Penilaian

kinerja

(Variabel X1)

Kedudukan

fungsi

penilaian

kinerja

• Hasil penilaian berbentuk

dokumen

Page 68: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

• Penilaian mempengaruhi

kemajuan suatu perusahaan

• Menciptakan tujuan dengan

jelas

• Keterlibatan karyawan dan

manajer

• Prosedur dan instrument yang

baik dan mudah digunakan

• Pelatihan personalia pelaksana

penilaian

• Perencanaan penilaian

• Pelatihan dan bimbingan yang

terus menerus

• Memotivasi personalia

pelaksana penilaian

• Dukungan top manajemen

• Keterkaitan penilaian dengan

tujuan organisasi

Penilaian

kinerja yang

efektif

• Sistem peninjauan dan

tindakan perbaikan terus

menerus

• Keahlian dan pelatihan teknis

yang memadai

• Independendi dalam sikap

mental

Standar Umum

• Penggunaan kemahiran

professional dengan cermat

dan seksama

Penerapan

(Standar

Audit)

(Variabel X2)

Standar

Pekerjaan

• Perencanaan dan supervisi

audit

Page 69: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

• Pemahaman yang memadai

atas pengendalian intern

Lapangan

• Bukti audit kompeten yang

cukup

• Pernyataan tentang kesesuaian

laporan keuangan dengan

prinsip akuntansi yang berlaku

umum

• Pernyataan mengenai

ketidakkonsistenan penerapan

prinsip akuntansi yang berlaku

umum

• Pengungkapan informatif

dalam laporan keuangan

Standar

Pelaporan

• Prnyataan pendapat atas

laporan keuangan secara

keseluruhan

• Struktur organisasi satuan

usaha

• Filososfi dan gaya operasi

manajemen

• Fungsi dewan komisaris dan

komite audit

• Metode pengendalian

• Kebijakan prosedur

• Kesadaran keadilan

Lingkungan

pengendalian

• Faktor-faktor ekstern

• Transaksi yang dicatat semua

sah

Sistem

pengendalian

intern

(Variabel Y)

Sistem

akuntansi

• Pencatatan transaksi

Page 70: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

• Transaksi yang terjadi harus

dinilai wajar

• Periode transaksi secara tepat

• Menyajikan transaksi dan

membuat laporan

• Pemisahan tugas yang

memadai

• Prosedur otorisasi yang

memadai

• Perencanaan dan penggunaan

dokumen dan catatan yang

cukup

• Pengendalian fisik atas

kekayaan dan catatan

Prosedur

pengendalian

• Pengecekan secara independen

Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber

Page 71: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Perusahaan

Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara

Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh

Pemerintah Indonesia.

Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi

pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang

Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya

beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut

diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya

yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.

Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari

Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah

membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank

sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan,

dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan

akses langsung untuk transaksi luar negeri.

Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank

Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah.

Page 72: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha

nasional.

Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian

dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan

mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia

lebih dikenal sebagai 'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah

diingat - 'Bank BNI' - ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas

perusahaan tahun 1988.

Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank

Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan

publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada

tahun 1996.

Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan

lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui

penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa.

Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan

kualitas kinerja secara terus-menerus.

Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai

digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik,

setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI'

dipersingkat menjadi 'BNI', sedangkan tahun pendirian - '46' - digunakan

dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional

pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 73: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya,

BNI bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta

senantiasa menjadi kebanggaan negara.

2. Visi dan Misi Bank Negara Indonesia

a. Visi BNI

Menjadi Bank kebanggaan nasional yang Unggul, Terkemuka dan

Terdepan dalam Layanan dan Kinerja

b. Pernyataan Visi

Menjadi Bank kebanggaan nasional, yang menawarkan layanan

terbaik dengan harga kompetitif kepada segmen pasar korporasi, komersial

dan consumer.

c. Misi BNI

1) Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada

seluruh nasabah, dan selaku mitra pillihan utama (the bank choice)

2) Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor.

3) Menciptakan kondisi terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk

berkarya dan berprestasi.

4) Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan

sosial.

5) Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan

yang baik.

d. Values

Kenyamanan dan Kepuasan

Page 74: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

e. Filosofi Logo Baru

Identitas Baru BNI – Dasar Pembuatan Desain Identitas baru BNI

merupakan hasil desain ulang untuk menciptakan suatu identitas yang

tampak lebih segar, lebih modern, dinamis, serta menggambarkan posisi

dan arah organisasi yang baru. Identitas tersebut merupakan ekspresi brand

baru yang tersusun dari simbol “46” dan kata “BNI” yang selanjutnya

dikombinasikan dalam suatu bentuk logo baru BNI.

f. Huruf BNI

Huruf “BNI” dibuat dalam warna turquoise baru, untuk

mencerminkan kekuatan, otoritas, kekokohan, keunikan dan citra yang

lebih modern. Huruf tersebut dibuat secara khusus untuk menghasilkan

struktur yang orisinal dan unik.

g. Simbol “46”

Angka 46 merupakan simbolisasi tanggal kelahiran BNI, sekaligus

mencerminkan warisan sebagai sebagai bank pertama di Indonesia. Dalam

logo ini, angka “46” diletakkan secara diagonal menembus kotak berwarna

jingga untuk menggambarkan BNI baru yang modern.

h. Palet Warna

Palet warna korporat telah didesain ulang, namun tetap

mempertahankan warna korporat yang lama, yakni turquoise dan jingga.

Warna turquoise yang digunakan pada logo baru ini lebih gelap, kuat

mencerminkan citra yang lebih stabil dan kokoh. Warna jingga yang baru

lebih cerah dan kuat, mencerminkan citra lebih percaya diri dan segar.

Page 75: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Logo “46” dan “BNI” mencerminkan tampilan yang modern dan dinamis.

Sedangkan penggunakan warna korporat baru memperkuat identitas

tersebut. Hal ini akan membantu BNI melakukan diferensiasi di pasar

perbankan melalui identitas yang unik, segar dan modern.

i. Budaya Perusahaan

Budaya Kerja BNI”PRINSIP 46”merupakan Tuntunan Perilaku

Insan BNI, terdiri dari

4 (Empat) Nilai Budaya Kerja

1) Profesionalisme

2) Integritas

3) Orientasi pelanggan

4) Perbaikan tiada henti

6 (Enam) Nilai Perilaku Utama Insan BNI

1) Meningkatkan Kompetensi dan Memberikan Hasil Terbaik

2) Jujur, Tulus dan Ikhlas

3) Disiplin, Konsisten dan Bertanggungjawab

4) Memberikan Layanan Terbaik Melalui Kemitraan yang Sinergis

5) Senantiasa Melakukan Penyempurnaan

6) Kreatif dan Inovatif

Setiap Nilai Budaya Kerja BNI memiliki Perilaku Utama yang

merupakan acuan bertindak bagi seluruh Insan BNI, 6 (enam) Perilaku

Utama Insan BNI adalah :

Page 76: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

4 NILAI

BUDAYA KERJA BNI

6 NILAI PERILAKU UTAMA

INSAN BNI

Profesionalisme (Professionalism)

• Meningkatkan Kompetensi dan Memberikan Hasil

Terbaik

Integritas

(Integrity)

• Jujur, Tulus dan Ikhlas

• Disiplin, Konsisten dan Bertanggungjawab

Orientasi Pelanggan (Customer Orientation

• Memberikan Layanan Terbaik Melalui Kemitraan

yang Sinergis

Perbaikan Tiada Henti

(Continuous

Improvement)

• Senantiasa Melakukan

Penyempurnaan • Kreatif dan Inovatif

B. Karakteristik Responden

Instrumen penelitian atau data yang digunakan adalah kuesioner.

Pengiriman kuesioner dilakukan pada akhir bulan Maret 2009, sedangkan

proses pengembalian dan pengumpulan data dilakukan pada awal bulan April

2009. Kuesioner yang diberikan kepada responden adalah sebanyak 50 lembar

dan dari jumlah tersebut yang kembali adalah sebanyak 45 keusioner atau

sebesar 90% dari total yang diberikan. Keusioner yang tidak kembali sebanyak

5 kuesioner atau sebesar 10%.

Tabel 4.1

Data Distribusi Kuesioner

Kuesioner Jumlah Persentase

Kuesioner yang dikirim 50 100%

Kuesioner yang kembali 45 90%

Kuesioner yang tidak kembali 5 10%

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer

Page 77: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

C. Penemuan dan Pembahasan

1. Statistik Deskriptif

Deskriptif Demografi Responden

Deskriptif demografi responden adalah memberikan gambaran mengenai

karakteristik responden yang diukur dengan skala nominal yang menunjukkan

besarnya frekuensi absolut dan persentase (dengan pembulatan tanpa koma)

usia, jenis kelamin, pengalaman masa kerja dan pendidikan terakhir.

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan usia

yang terbanyak berkisar pada usia 36 – 40 tahun, yaitu sebanyak 23 responden

atau sebesar 51%. Sedangkan untuk responden terbanyak kedua yang usianya

berkisar antara 31 – 35 adalah sebanyak 14 responden atau sebesar 31%.

Untuk responden yang berusia 25 – 30 adalah sebanyak 5 responden atau

sebesar 11%. Dan responden dengan usia antara 41 – 45 adalah hanya

sebanyak 3 responden atau sebesar 7%.

Tabel 4.2

Usia Responden

Usia (kisaran) Absolut Persentase

25 – 30 5 11%

31 – 35 14 31%

36 – 40 23 51%

41 – 45 3 7%

Jumlah 45 100%

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer

Page 78: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan jenis

kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 29 responden atau sebesar

64%, sedangkan sisanya adalah responden perempuan yaitu sebanyak 16

responden atau sebesar 36%. Artinya adalah bahwa sebagian besar responden

yang mengisi kuesioner adalah laki-laki.

Tabel 4.3

Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Absolut Persentase

Laki-laki 29 64%

Perempuan 16 36%

Jumlah 45 100%

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer

Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah responden yang didasarkan pada

pengalaman masa berkerja terbanyak adalah yang dibawah 10 tahun yaitu

sebanyak 23 responden atau sebesar 51%, sedangkan untuk sisanya adalah

responden yang memiliki pengalaman masa bekerja diatas 10 tahun yaitu

sebanyak 22 responden atau sebesar 49%.

Tabel 4.4

Pengalaman Masa Kerja

Masa Bekerja Absolut Persentase

≤ 10 tahun 23 51%

> 10 tahun 22 49%

Jumlah 45 100%

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer

Page 79: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa jumlah responden yang mengisi

kuesioner tersebar pada responden yang memiliki pendidikan terakhir yaitu

Strata Satu (S1) sebanyak 32 responden atau sebesar 71% dan juga responden

yang memiliki pendidikan terakhir yaitu Strata Dua (S2) adalah sebanyak 13

responden atau sebesar 29%. Dapat dilihat tidak ada responden yang yang

berpendidikan selain dari S1 dan S2, artinya kondisi ini menggambarkan

bahwa responden sebagian besar memiliki pendidikan terakhir adalah Strata

Satu (S1).

Tabel 4.5

Pendidikan Terakhir Responden

Pendidikan Absolut Persentaase

SLTA/sederajat 0 0%

Akademi (D1/D2/D3) 0 0%

Strata Satu (S1) 32 71%

Sttrata Dua (S2) 13 29%

Lainnya 0 0%

Jumlah 45 100%

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer

2. Uji Instrumen Penelitian

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang

ada di dalam kuesioner mampu mengukur peubah yang didapatkan dalam

penelitian ini (Ghozali, 2001:45) dalam Laily: 2008, maksudnya untuk

mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan

dalam kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur

Page 80: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

oleh kuesioner tersebut. Instrumen yang valid adalah alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan dapat digunakan

mengukur apa yang hendak diukur.

Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi

antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel.

Setelah itu tentukan hipotesis Hο: skor butir pertanyaan berkorelasi positif

dengan total skor konstruk dan Hα: skor butir pertanyaan tidak berkorelasi

positif dengan total skor konstruk. Setelah menentukan hipotesis Hο dan

Hα, kemudian uji dengan membandingkan r hitung (tabel corrected item-

total correlation) dengan r tabel (tabel Product Moment dengan

signifikansi 0,05) untuk degree of freedom (df) = n-2, dimana “n” adalah

jumlah sampel peneltian sebanyak 45 responden, sehingga diperoleh nilai

(df) = 45-2 atau nilai (df) dari 43 adalah 0,2483. Suatu kuesioner

dinyatakan valid apabila r hitung > r tabel (Ghozali, 2001:45) dalam Laily,

2008.

Hasil r hitung dari 59 pertanyaan dalam kuesioner pada penelitian

ini terdapat 2 pertanyaan yang dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai

r hitung < r tabel. Dalam tabel 4.6 untuk variabel X1 atau penilaian kinerja

audit internal terdapat dua pertanyaan yang dinyatakan tidak valid yaitu

pertanyaan ke 1 dan 6 dari variabel penilaian kinerja audit internal (PKA)

atau PKA1 dan PKA6. Sedangkan untuk variabel X2 atau penerapan audit

internal (standar auditing) dinyatakan sebagai valid semua. Seluruh

pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada responden dianggap tidak

menyusahkan atau membuat responden tidak mengerti dan memahami

pertanyaan tesebut.

Page 81: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Tabel 4.6

Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kinerja dan Penerapan Audit

Internal (Variabel X1 dan X2)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Keterangan

PKA1 242,09 312,992 ,189 ,955 TIDAK VALID

PKA2 242,42 311,113 ,298 ,955 VALID

PKA3 242,36 308,598 ,367 ,954 VALID

PKA4 241,98 311,068 ,283 ,955 VALID

PKA5 242,33 306,227 ,499 ,954 VALID

PKA6 241,96 311,407 ,214 ,955 TIDAK VALID

PKA7 242,40 308,018 ,389 ,954 VALID

PKA8 242,42 305,249 ,502 ,954 VALID

PKA9 242,42 305,522 ,489 ,954 VALID

PKA10 242,53 302,664 ,546 ,954 VALID

PKA11 242,27 309,064 ,336 ,955 VALID

PKA12 242,24 303,553 ,522 ,954 VALID

PKA13 242,29 306,665 ,489 ,954 VALID

PKA14 242,53 306,027 ,483 ,954 VALID

PKA15 242,31 304,174 ,587 ,953 VALID

PKA16 242,20 304,073 ,542 ,954 VALID

PKA17 242,31 308,537 ,440 ,954 VALID

PKA18 242,20 306,800 ,516 ,954 VALID

PSA1 242,16 309,134 ,378 ,954 VALID

PSA2 242,31 308,537 ,440 ,954 VALID

PSA3 242,24 307,643 ,543 ,954 VALID

PSA4 242,18 304,331 ,592 ,953 VALID

PSA5 242,58 303,386 ,547 ,954 VALID

PSA6 242,27 304,018 ,609 ,953 VALID

PSA7 242,42 301,931 ,654 ,953 VALID

PSA8 242,11 307,556 ,533 ,954 VALID

PSA9 242,24 305,507 ,525 ,954 VALID

PSA10 242,13 307,845 ,476 ,954 VALID

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS

Dan untuk variabel Y atau sistem pengendalian intern dalam hasil

pengujian validitas ini juga tidak terdapat data yang dinyatakan tidak valid.

Sehingga peneliti menganggap bahwa responden dapat mengerti atau

memahami setiap pertanyaan yang diajukan.

Page 82: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Selain dari pertanyaan tersebut, semua pertanyaan dinyatakan valid

karena memiliki nilai corrected item-total correlation > dari r tabel yaitu

sebesar 0,2483.

Tabel 4.7

Hasil uji validitas Instrumen Sistem Pengendalian Intern

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Keterangan

SPI1 242,24 307,643 ,543 ,954 VALID

SPI2 242,27 308,609 ,500 ,954 VALID

SPI3 242,47 305,845 ,587 ,954 VALID

SPI4 242,31 309,765 ,342 ,954 VALID

SPI5 242,49 303,483 ,641 ,953 VALID

SPI6 242,49 303,301 ,608 ,953 VALID

SPI7 242,44 305,525 ,538 ,954 VALID

SPI8 242,38 304,331 ,682 ,953 VALID

SPI9 242,24 303,871 ,536 ,954 VALID

SPI10 242,18 304,331 ,592 ,953 VALID

SPI11 242,58 303,386 ,547 ,954 VALID

SPI12 242,27 304,018 ,609 ,953 VALID

SPI13 242,42 301,931 ,654 ,953 VALID

SPI14 242,11 307,556 ,533 ,954 VALID

SPI15 242,24 305,507 ,525 ,954 VALID

SPI16 242,13 307,845 ,476 ,954 VALID

SPI17 242,47 307,209 ,471 ,954 VALID

SPI18 242,29 302,937 ,678 ,953 VALID

SPI19 242,44 308,434 ,425 ,954 VALID

SPI20 242,42 310,931 ,383 ,954 VALID

SPI21 242,09 304,856 ,580 ,954 VALID

SPI22 242,24 306,234 ,571 ,954 VALID

SPI23 242,11 305,328 ,562 ,954 VALID

SPI24 242,24 307,825 ,443 ,954 VALID

SPI25 242,20 306,391 ,589 ,954 VALID

SPI26 242,18 308,422 ,510 ,954 VALID

SPI27 242,29 305,392 ,598 ,953 VALID

SPI28 242,13 304,845 ,519 ,954 VALID

SPI29 242,27 306,791 ,472 ,954 VALID

SPI30 242,31 309,356 ,435 ,954 VALID

SPI31 242,20 306,164 ,551 ,954 VALID

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS

Page 83: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban

dari responden melalui pertanyaan yang diberikan. Instrumen yang reliabel

berarti instrumen tersebut bila digunakan beberapa kali untuk mengukur

objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas

sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel

atau handal jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten

atau stabil dari waktu ke waktu.

Dalam pengujian reliabilitas ini, peneliti menggunakan metode

statistik Cronbach’s Alpha dengan signifikansi yang digunakan sebesar

0,6, dimana jika nilai Cronbach’s Alpha dari suatu variabel lebih besar

dari 0,6 maka butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen

tersebut memiliki reliabilitas yang memadai atau dapat dinyatakan

reliabel. Sebaliknya jika nilai Cronbach’s Alpha dari suatu variabel lebih

kecil dari 0,6 maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan tidak reliabel.

Tabel 4.8

Hasil Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items

,955 ,955 59

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS

Tabel 4.8 menunjukkan hasil perhitungan nilai Cronbach’s Alpha

atas pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Secara general

Page 84: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner memiliki nilai Cronbach’s Alpha

sebesar 0,955. Berdasarkan kriteria yang telah dijelaskan sebelumya, maka

dapat disimpulkan bahwa pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner

penelitian ini adalah reliabel.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal.model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau paling

tidak mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi

normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plot yang

membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)

pada sumbu diagonal dari grafik. Jiaka data (titik) menyebar disekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka menunjukkan pola

distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi

asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari garis diagonal

dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka tidak menunjukkan

pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak

memenuhi asumsi normallitas (Ghozali, 2001:10).

Page 85: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Gambar 4.1

Hasil Uji Normalitas

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Ex

pe

cte

d C

um

Pro

b

Dependent Variable: SPI

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS

Pada gambar 4.1 (grafik normal probability plot) menunjukkan adanya

persebaran data (titik) pada sumbu diagonal. Berdasarkan pedoman uji

normalitas mengatakan bahwa jika persebaran data (titik) mengikuti atau

mendekati garis normal, maka suatu penelitian dapat dikatakan normal.

Pada gambar histogram juga menunjukkan adanya normalitas dalam

penelitian ini. Melihat hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian ini memenuhi uji normalitas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat dilihat

dari grafik plot. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

Page 86: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

scaterrplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y telah

diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya)

yang telah di-studentized.

Jika plot membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar, kemudian

menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika

plot tidak membentuk pola tertentu, seperti titik-titik menyebar di atas dan

dibawah angka O pada sumbu Y, maka mengindikasikan telah terjadi

homokedastisitas. Dan model regresi yang baik adalah yang

mengindikasikan homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas

(Ghozali, 2001:105).

Gambar 4.2

Hasil Uji Heteroskedastisitas

-2 -1 0 1 2 3

Regression Standardized Predicted Value

-4

-3

-2

-1

0

1

2

Reg

ressio

n S

tud

en

tize

d R

esid

ual

Dependent Variable: SPI

Scatterplot

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS

Pada gambar 4.2, menunjukkan tidak terjadi pola tertentu yang teratur

seperti bergelombang, melebar dan lain-lain. Sesuai dengan pedoman uji

heterokedastisitas, maka dalam penelitian ini tidak terjadi

Page 87: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

heterokedastisitas atau dapat disebut homokedastisitas. Hal ini dibuktikan

dengan grafik plot diatas yang tidak membentuk pola tertentu yang teratur,

sehingga penelitian ini layak dilakukan pengujian lebih lanjut.

c. Uji Multikolinearitas

Deteksi terhadap multikolinearitas dapat dilihat dari variance inflation

factor (VIF) dan tolerance (TOL).

Tabel 4.9

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficients(a)

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

PKA ,615 1,625

PSA ,615 1,625

a Dependent Variable: SPI

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS

Berdasarkan tabel 4.9 terlihat bahwa nilai tolerance tidak kurang dari

0,1 dan nilai varian inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10, dapat

disimpulkan hasil tersebut mengindikasikan tidak terdapat gejala

multikolinearitas terhadap variabel penelitian. Sehingga model regresi

berganda dapat digunakan dalam penelitian.

4. Uji Hipotesis

a. Hasil Uji T

Untuk mengetahui pengaruh varibel independen secara parsial

terhadap variabel dependen dapat dilihat dari nilai t dan p value (sig) yang

dapat dideteksi dari output SPSS pada tabel coefficients. Dasar

Page 88: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis tiap

variabel independen adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau

(sig < 0,05) dan nilai t lebih besar dari nilai 2 atau (t > 2), maka Ha

diterima dan Ho ditolak, artinya signifikan (variabel independen secara

parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen).

2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau

(sig > 0,05) dan nilai t lebih kecil dari nilai 2 atau (t < 2), maka Ha

ditolak dan Ho diterima, artinya tidak signifikan (variabel independen

secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen).

Tabel 4.10

Hasil Uji T

Coefficients(a)

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 13,051 9,410 1,387 ,173

PKA ,245 ,145 ,147 1,692 ,098

PSA 2,329 ,254 ,798 9,172 ,000

a Dependent Variable: SPI

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS

Hipotesis dan hasil analisis SPSS 12 untuk varibel independen (X)

yaitu penilaian kinerja dan penerapan audit internal dijabarkan sebagai

berikut:

Page 89: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.10 dapat diidentifikasi bahwa

variabel penilaian kinerja memiliki nilai t sebesar 1,692 dengan nilai

probabilitas sig 0,098, ini berarti nilai t lebih kecil dari 2 atau ( t < 2) dan

nilai probabilitas sig yang digunakan untuk variabel penilaian kinerja

adalah 0,10 artinya bahwa nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai

probabilitas 0,10 atau (0,098 > 0,10). Maka, terdapat pengaruh yang

signifikan antara panilaian kinerja audit internal terhadap sistem

pengendalian intern. Dan hasil analisis pada tabel 4.10 diidentifikasikan

bahwa variabel penerapan audit internal memiliki nilai t sebesar 9,172

dengan nilai probabilitas sig 0,000, ini berarti nilai t lebih besar dari 2 atau

( t > 2) dan nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau

(0,000 > 0,05). Maka, terddapat pengaruh yang signifikan antara variabel

penerapan audit internal terhadap sistem pengendalian intern.

b. Uji statistik F (uji simultan)

Pengujian adanya pengaruh variabel independen secara simultan

terhadap variabel dependen dilakukan dengan melihat nilai F yang dapat

dideteksi dari output SPSS pada table ANOVAa. Dasar pengambilan

keputusan uji simultan antara variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y

adalah sebagai berikut :

1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau

(sig < 0,05) dan nilai F lebih besar dari nilai 4 atau (F > 4), maka Ha

diterima dan Ho ditolak, artinya signifikan (variabel independen secara

Page 90: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen).

2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau

(sig > 0,05) dan nilai F lebih kecil dari nilai 4 atau (F < 4), maka Ha

ditolak dan Ho diterima, artinya tidak signifikan (variabel independen

secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen).

Tabel 4.11

Hasil Uji F ANNOVA (b)

ANOVA(b)

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3596,772 2 1798,386 86,335 ,000(a)

Residual 874,873 42 20,830

Total 4471,644 44

a Predictors: (Constant), PSA, PKA b Dependent Variable: SPI

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS

Berdasarkan tabel 4.12, terlihat nilai F adalah 86,335 dengan

probabilitas 0.000, karena probabilitas 0.000 jauh lebih kecil dari 0,05 dan

nilai F 86,335 lebih besar dari 4, maka model regresi bisa dipakai untuk

memprediksi sistem pengendalian intern. Atau bisa dikatakan penilaian

kinerja dan penerapan audit internal secara bersama berpengaruh

signifikan terhadap sistem pengendalian intern.

Page 91: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

c. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui apakah antara variabel

dependen dengan variabel independen terdapat hubungan. Hasil uji

koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.12

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 ,897(a) ,804 ,795 4,564

a Predictors: (Constant), PSA, PKA b Dependent Variable: SPI

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS

Nilai koefisien determinan (R square) pada tabel model summaryb

sebesar 0,804 dan nilai koefisien determinan yang sudah disesuaikan

(adjusted R square) sebesar 0,795, karena jumlah variabel independen

tidak lebih dari dua, maka peneliti menggunakan koefisien determinasi (R

square) dan bukan adjusted R square (Singgih Santoso, 2000:167 dalam

Rudi, 2009). Jadi, nilai yang dipakai adalah 0,804, jika disajikan dalam

bentuk persentase adalah 80,4%. Angka tersebut mempunyai maksud

bahwa variabel penilaian kinerja dan penerapan audit internal secara

bersama dapat menjelaskan 80,4% terhadap variabel sistem pengendalian

intern dan sisanya 19,6% (100% - 80,4%) dipengaruhi oleh variabel lain

dan tidak termasuk dalam analisis regresi ini.

Standard error of estimate adalah sebesar 4,564, semakin kecil standar

error of estimate maka akan membuat model regresi semakin tepat dalam

memprediksi variabel dependen, namun dikarenakan nilai hasil uji secara

Page 92: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

simultan sebesar 80,4%, maka itu dirasa kurang, sebab pada analisis

sebelumnya diperoleh hasil penilaian kinerja tidak memiliki pengaruh

terhadap sistem pengendalian intern, sedangkan pada pengujian penerapan

audit internal terhadap sistem pengendalian intern memiliki pengaruh

sebesar 0,798 atau 79,8%. Hal tersebutlah yang menyebabkan pengolahan

data secara simultan hanya menunjukkan angka 80,4% Jika pengujian

penilaian kinerja audit internal memiliki pengaruh maka, dapat dipastikan

analisis secara simultan bisa menunjukkan hasil yang lebih baik.

d. Analisis regresi berganda

Untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap varibel dependen dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.13

Hasil Regresi Berganda

Coefficients(a)

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 13,051 9,410 1,387 ,173

PKA ,245 ,145 ,147 1,692 ,098

PSA 2,329 ,254 ,798 9,172 ,000

a Dependent Variable: SPI

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS

Hasil analisis tabel 4.13 diatas memperlihatkan bahwa nilai constant

13,051, penilaian kinerja audit internal 0,245 dan penerapan audit internal

2,329, sehingga berdasarkan analisis regresi berganda diperoleh

persamaan sebagai berikut :

Y = 13,051 + 0,245X1 + 2,329X2

Page 93: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Hal ini mengindikasikan bahwa jika tidak ada variabel penilaian

kinerja audit internal dan penerapan audit internal, maka sistem

pengendalian intern bernilai 13,051. Koefisien regresi 0,245 menyatakan

bahwa setiap penambahan sejumlah penilaian kinerja audit internal akan

meningkatkan sistem pengendalian intern sebesar 0,245 dan koefisien

regresi 2,329 menyatakan bahwa setiap penambahan sejumlah penerapan

audit internal akan meningkatkan system pengendalian intern sebesar

2,329.

Dengan memperhatikan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Agus adalah bahwa hasil penelitiannya yaitu sistem pengendalian intern

dan pengelolaan persedian mempunyai pengaruh terhadap audit

operasional pada perusahaan Pertamina. Sedangkan pada hasil penelitian

yang dilakukan oleh Siti adalah terdapatnya pengaruh auditor internal

terhadap efektivitas manajemen risiko perusahaan.Berdasarkan hasil yang

telah dianalisa disimpulkan pada penelitian sekarang bahwa penilaian

kinerja dan penerapan audit internal mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap sistem pengendalian intern.

Page 94: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis signifikansi

pengaruh penilaian kinerja audit internal terhadap sistem pengendalian intern,

signifikansi pengaruh penerapan audit internal terhadap sistem pengendalian

intern dan secara simultan signifikansi pengaruh penilaian kinerja dan penerapan

audit internal terhadap sistem pengendalian intern. Metode penelitian yang

digunakan adalah hipotesis.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil uji t menunjukkan penilaian kinerja audit internal (variabel X1) yang

diukur oleh sistem pengendalian intern (variabel Y) secara parsial diperoleh

nilai t sebesar 1,692 dengan nilai probabilitas sig 0,098. Ini berarti nilai t lebih

kecil dari 2 dan probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,10.

Berdasarkan temuan penelitian ini disimpulkan bahwa, hipotesis penelitian

yang menyatakan penilaian kinerja berpengaruh secara signifikan terhadap

sistem pengendalian intern.

2. Hasil uji t menunjukkan penerapan audit internal (variabel X2) yang diukur

oleh sistem pengendalian intern (variabel Y) secara parsial diperoleh nilai t

sebesar 9,172 dengan nilai probabilitas sig 0,000, ini berarti nilai t lebih besar

dari 2 dan nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05.

Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hipotesis

Page 95: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

penelitian yang menyatakan penerapan audit internal berpengaruh signifikan

terhadap sistem pengendalian.

3. Hasil uji F menunjukkan penilaian kinerja audit internal (variabel X1) dan

penerapan audit internal (variabel X2) secara simultan diperoleh F sebesar

86,335 dengan nilai probabilitas sig sebesar 0,000. Ini berarti nilai F lebih

besar dari nilai 4 dan nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas

0,05. Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hipotesis

penelitian yang menyatakan penilaian kinerja audit internal dan penerapan

audit internal secara bersama berpengaruh signifikan terhadap sistem

pengendalian intern.

B. Implikasi

Penelitian ini memiliki implikasi terhadap auditor internal pada perusahaan

perbankan khususnya. Seorang auditor internal memiliki tanggung jawab terhadap

semua tugas yang dikerjakan dan hasil yang dilaporkan, apalagi seorang auditor

internal bekerja pada perusahaan yang memiliki manajemen yang membuat sistem

untuk diikuti dan dijalankan. Auditor internal juga bertanggung jawab terhadap

hasil laporan keuangan manajemen perusahaan tempatnya bekerja. Auditor

internal dituntut untuk memberikan hasil terbaik terhadap perusahaan. Penilaian

kinerja oleh auditor internal terhadap manajemen suatu perusahaan tempatnya

bekerja adalah merupakan salah satu cara agar perusahaan dapat mengoreksi

setiap kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan nantinya. Penilaian tersebut akan

sangat dapat berdampak baik untuk perbaikan sistem manajemen yang telah

Page 96: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

dibuat dan digunakan. Setelah penilaian yang diutarakan oleh auditor internal

terhadap pihak manajemen (bisa dalam bentuk laporan), adalah penerapan yang

sebaiknya dilakukan setelah penilaian tersebut. Auditor mendapatkan hasil dari

penilaian kinerja tersebut, auditor akan melakukan penerapan terhadap hasil

penilaian kinerja tersebut. Dan untuk memudahkan auditor dalam menjalankan

tugasnya dengan baik, perlu adanya standar yang membantunya sebagai acuan

untuk memberikan pendapat terhadap hasil yang akan dicapainya.

Penilaian kinerja yang telah dilakukan oleh auditor internal terhadap

manajemen perusahaannya, baik menilai terhadap kinerja karyawan, perencanaan

terhadap tujuan perusahaan, prosedur yang harus dilakukan setiap individu dalam

menjalankan tugasnya dan berbagai macam kegiatan yang berhubungan dengan

kemajuan perusahaan nantinya. Setelah penilaian tersebut dilaporkan kepada

pihak manajemen perusahaan, tahap selanjutnya adalah peninjauan ulang kinerja

setiap karyawan dengan penerapan. Maksudnya adalah auditor internal setelah

mendapatkan hasil penilaian sebaiknya itu diterapkan pada kegiatan pekerjaannya,

dan acuan yang digunakan adalah standar. Standar inilah yang akan membantu

auditor internal untuk mencapai sistem pengendalian intern perusahaan yang

baik.

Berdasarkan keterbatasan dan kelemahan yang ada dalam penelitian ini,

maka dapat di kemukakan beberapa saran di antaranya:

1. Karyawan yang bekerja pada bagian manajemen suatu perusahaan sebaiknya

memberi masukan kepada pihak yang berkaitan dengan proses penilaian

kinerja sebelum dilakukannya kegiatan penilaian tersebut. Dan penilaian

Page 97: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

tersebut dilakukan oleh auditor, karena penilaian ini akan dapat

mempengaruhi peningkatan kinerja yang terus membaik.

2. Auditor internal dalam melakukan tugasnya, dalam hal ini adalah penilaian

kinerja terhadap karyawan adalah menyatakan pendapat yang sebenarnya.

Tetapi auditor harus mengacu pada standar auditing, agar hasil yang dicapai

adalah baik untuk sistem pengendalian intern yang ada di dalam perusahaan

tersebut.

Page 98: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno, ”Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik”,

Edisi Ketiga, Jilid 1, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, Jakarta, 2007.

Bariyah, Siti Chaerul. “Pengaruh Auditor Internal Terhadap Efektivitas

Manajemen Risiko Perusahaan”, Skripsi FEIS, Jakarta, 2007.

Boynton, William C, Ramond N. Johnson dan Walter G. Kell, “Modern

Auditing”, Edisi Ketujuh, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2003.

Fitria, Syifa. “Korelasi Hasil Audit Internal dengan Kemampuan Kinerja

Perusahaan”, Skripsi FEIS, Jakarta, 2008.

Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Penerbit

Badan Penerbit Universita Diponegoro, Semarang, 2005.

Halim, Abdul, “Auditing 1 (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan)”, Unit

Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN,

Yogyakarta, 2008.

Hamid, Abdul, “Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007.

Hapsoro, Doddy. “Keberadaan Sistem Pengendalian Intern dalam Perusahaan:

suatu Paradoks”, Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi Vol 2

No.2, Agustus, 1999.

Harjanto, Nung. “Pengendalian Kualitas Audit untuk Memenuhi Harapan Pihak

Internal dan Eksternal”, Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi Vol 2 No.2, Agustus, 1999.

Heryanto dan Lukman, ”Statistik Ekonomi”, Lembaga Penerbit Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk

Akuntansi dan Manajemen”, Salemba Empat, Yogyakarta, 2000.

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), “Standar Profesional Akutan Publik Per

1 Januari 2001 / untuk Ikatan Akuntan Indonesia Kompartement Akuntan

Publik” , Cetakan Keempat, Salemba Empat, Jakarta, 2008.

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), ”Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil /

Institut Akuntan Publik Indonesia”, Salemba Empat, Jakarta, 2008.

Page 99: PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL

Mulyadi dan Kanaka Puradiredja, “Auditing”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta,

2000.

Niswonger, Rillin C., Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess. “Prinsip-

prinsip Akuntansi”, Edisi 19, Buku satu, Erlangga, Jakarta, 1999.

Pareke, Fahriddin JS. “Penilaian Kinerja:Keefektifan dan Kesalahan-kesalahan

Umum yang Sering Terjadi”. Media Ekonomi Vol. 1 No.2. November 2000.

Santoso, Singgih, “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, Penerbit PT Elex

Media Komputindo, Jakarta, 2000.

Sarwono, Jonathan, “Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS”, Penerbit

ANDI, Yogyakarta, 2006.

Sawyer, Lawrence B., Mortimer A. Dittenhofer, James H. Scheiner. “Sawyer’s

Internal Auditing: Audit Internal Sawyer”, Buku Satu, Salemba Empat,

Jakarta, 2005.

Setiyawan, Agus. “Pengaruh Sistem Pengendalian Intern dan Pengelolaan

Persediaan terhadap Audit Operasional pada PT. Pertamina

(Persero)”, Skripsi FEIS, Jakarta, 2007.

Sugiyono, “Statistika Untuk Penelitian”, Alfabeta, Bandung, 2005.

Umar, Husein, “Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis” Edisi Kedua, Penerbit

PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.

Yusup, Al, Haryono, ”Auditing (Pengauditan)”, Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2001.

http://sai.ugm.ac.id, diakses pada tanggal 10 Oktober 2008, tentang sistem

pengendalian intern.

http://fianka.wordpress.com/2008/09/11/Penilaian _Kinerja/, diakses pada

tangggal 10 Oktober 2008, tentang penilaian kinerja.

http://id.wikipedia.org/wiki/Standar_Auditing, diakses pada tanggal 8 Juni 2009,

tentang standar auditing.