pengaruh pengintegrasian nilai pada pembelajaran kimia...

107
PENGARUH PENGINTEGRASIAN NILAI PADA PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT) TERHADAP SIKAP SISWA. (Eksperimen di Madrasah Aliyah Al Khairiyah Jakarta ) SKRIPSI Oleh : ROBIATUL ADAWIYAH 104016200454 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

Upload: phamminh

Post on 08-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH PENGINTEGRASIAN NILAI PADA PEMBELAJARAN

KIMIA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TEKNIK TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT) TERHADAP SIKAP

SISWA.

(Eksperimen di Madrasah Aliyah Al Khairiyah Jakarta )

SKRIPSI

Oleh :

ROBIATUL ADAWIYAH

104016200454

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Pengaruh Pengintegrasian Nilai pada Pembelajaran

Kimia dengan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Teknik Teams-Games-

Tournament (TGT) Terhadap Sikap Siswa (Eksperimen di Madrasah Aliyah Al

Khairiyah Jakarta ). Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian

munaqosah pada, 24 Mei 2011 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis

berhak mendapat gelar sarjana pendidikan (S.Pd) dalam bidang pendidikan kimia.

Jakarta 24 Mei 2011

Panitia Ujian Munaqosah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Program Studi Kimia

Dedi Irwandi, M.Si

NIP. 19710528 200003 1 002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA)

Nengsih Juanengsih, M.Pd

NIP. 19790510 200604 2 001

Penguji I

Burhanudin Milama, M.Pd

NIP. 19770201 200801 1 011

Penguji II

Tonih Feronika, M.Pd

NIP. 19760107 200501 1 007

Mengetahui:

Dekan FITK

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA

NIP. 19571002 198703 1 003

Lembar Pengesahan Skripsi

PENGARUH PENGINTEGRASIAN NILAI AGAMA PADA

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TEKNIK TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT)

TERHADAP SIKAP SISWA.

Oleh :

Robiatul Adawiyah

104016200454

Pembimbing I

Ir Mahmud Siregar M.Si

NIP. 19540310 198803 1 001

Pembimbing II

Munasprianto Ramli S.Si, MA

NIP. 19791029 200604 1 001

i

ABSTRACT

Robiatul Adawiyah

Chemical Education Studies Program, Department of Sciences Education,

Faculty of Tarbiyah and Teacher Teaching, State Islamic University

Syarif Hidayatullah Jakarta

This study titled "The Influence of Religious Values Integration Approach

In Learning Chemical Engineering Cooperative Learning Teams-Games-

Tournament (TGT) on Student Attitudes. This study aimed to obtain information

about the effect of integration of religious values in teaching chemistry to student

attitude and learning to develop alternatives that can foster positive attitudes of

students. The method used in this study is the method of quasi eksiperimental

(quasi experiment). Sample in this research is X.1 grade students (class of

experiments) and X.2 class (class control) amounted to 24 people each. Data

collected by questionnaire. Technique data analysis performed using the Test

lilifors Normality Test, Test for Homogeneity with Fisher test, test hypotheses

using t-test. From this research it was found that the integration of religious

values on the positive influence of learning chemistry improve three aspects

involved in students' attitudes are cognitive, affective and conative. From t-test

results obtained at 1.83 and ttable tcount of 1711 test results showed that t count

is at Ha reception area, namely ttable

ii

ABSTRAK

Robiatul Adawiyah

Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

Penelitian ini berjudul Pengaruh Pengintegrasian Nilai Agama

Pada Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Pembelajaran Koperatif Teknik

Teams-Games-Tournament ( TGT) terhadap Sikap Siswa. Penelitian ini bertujuan

untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh integrasi nilai agama dalam

pembelajaran kimia terhadap sikap siswa dan mengembangkan alternatif

pembelajaran yang dapat membina sikap positif siswa. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode quasi eksiperimental ( eksperimen semu).

Sample dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.1 (kelas ekspermen) dan kelas

X.2 (kelas kontrol) berjumlah masing-masing 24 orang. Pengumpulan data

dilakukan dengan angket. Teknik analisis data yang dilakukan Uji Normalitas

menggunakan Uji lilifors, Uji Homogenitas dengan Uji Fisher, Uji Hipotesis

dengan menggunakan Uji-t. Dari penelitian ini diperoleh temuan bahwa integrasi

nilai agama pada pembelajaran kimia berpengaruh positif meningkatkan tiga

aspek yang terlibat dalam sikap siswa yaitu kognitif, afektif dan konatif. Dari

hasil uji-t diperoleh thitung sebesar 1.83 dan ttabel sebesar 1.711 hasil pengujian yang

diperoleh menunjukkan bahwa thitung berada pada daerah penerimaan Ha, yaitu

ttabel < thitung atau 1.711 < 1.83 dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, hal

ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif integrasi nilai-nilai agama

pada pembelajaran kimia terhadap sikap siswa.

Kata kunci : pembelajaran kooperatif, integrasi nilai agama, sikap positif

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahi robbil alamin, segala puji dan syukur kepada Allah

Subhanahu Wa Taala yang telah memberikan berbagai macam rahmat dan

nikmat Nya kepada kita, yang dengan itu semua akhirnya penulis dapat

menyelesaikan karya ilmiah bidang pendidikan dalam bentuk skripsi ini. Shalawat

dan salam kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam, para Anbiya, keluarga,

sahabat-sahabatnya, dan umatnya yang tetap istiqomah dalam syariat-Nya. Skripsi

ini merupakan salah satu karya ilmiah dalam bidang pendidikan yang harus

ditempuh untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pendidikan oleh mahasiswa FITK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan penyusunan

skripsi ini tidak akan terwujud dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak.

Oleh jarena itu, perkenankanlah pada kesempatan pengantar ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA

3. Ibu Nengsih Juanengsih, M. Pd, Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA

4. Bapak Ir. Mahmud Siregar. M.Si,. selaku dosen pembimbing I yang telah

meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan

dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Munasprianto Ramli, MA. selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan

dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen, atas ilmu, pengalaman, dan bimbingannya selama

penulis mengikuti perkuliahan di Jurusan Pendidikan IPA

iv

7. Bapak Drs, Haris Makhri selaku Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Al

Khairiyah Jakarta atas kesempatan penelitian yang telah diberikan kepada

penulis

8. Ayahanda (alm) dan Ibunda tercinta yang telah memberikan segenap kasih

sayang dan doa-doanya untuk kesuksesan penulis. Kakak-kakak dan adik-

adikku tersayang yang memberikan dorongan materiil, spiritual, dan moril

demi terselesaikannya skripsi ini

9. Kepada sahabat-sahabat seperjuangan pendidikan kimia angkatan 2004,

semua pihak yang berperan dalam penulisan skripsi ini, dan sahabat-sahabat

di LDK Syahid, KARIMA. Semoga Allah Subhanahu Wa Taala membalas

amal kebaikan kita dengan pahala yang berlipat ganda dan mengampuni

kesalahan yang telah kita perbuat. Amin!

Semoga hasil karya ilmiah (skripsi) ini dapat bermanfaat bagi yang

memerlukannya, dan memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta Mei 2011

Penulis

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK. i

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI. v

DAFTAR TABEL.. vii

DAFTAR GAMBAR. viii

DAFTAR LAMPIRAN.. ix

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang. 1

B. Identifikasi Masalah. 4

C. Pembahasan Masalah... 5

D. Perumusan Masalah. 5

E. Tujuan Penelitian. 5

F. Manfaat Penelitian... 5

BAB II. DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis 7

1. Pembelajaran Kooperatif... 7

2. Hakikat Sikap 19

3. Hakikat Nilai. 26

B. Penelitian yang relevan... 30

C. Kerangka Pikir 31

D. Hipotesis. 32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian. 33

B. Populasi dan Sampel... 33

C. Metode Penelitian... 33

D. Instrument Penelitian.. 34

E. Validasi Peneitian... 34

F. Teknik Pengumpulan Data. 34

vi

G. Teknik Analisis Data.. 35

H. Hipotesis Statistik... 38

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data 39

B. Analisis Data.. 40

C. Interpretasi Data. 52

D. Pembahasan 54

E. Keterbatasan Penelitian.. 57

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 58

B. Saran... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN-LAMPIRAN.... 63

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Design Pretes Postes Kelompok Kontrol Tanpa Acak. 34

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Pretest. 42

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Posttest 43

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest.. 43

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Posttest 44

Tabel 4.5 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest 44

Tabel 4.6 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest 45

Tabel 4.7. Hasil Persentase Pretest Sikap Siswa pada Aspek Kognitif..... 46

Tabel 4.8 Hasil Persentase Pretest Sikap Siswa pada Aspek Afektif. 46

Tabel 4.9 Hasil Persentase Pretest Sikap Siswa pada Aspek Konatif. 47

Tabel 4.10. Hasil Persentase Posttest Sikap Siswa pada Aspek Kognitif. 50

Tabel 4.11 Hasil Persentase Posttest Sikap Siswa pada Aspek Afektif 50

Tabel 4.12 Hasil Persentase Posttest Sikap Siswa pada Aspek Konatif.. 52

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penempatan Anggota Kelompok pada pertandingan di Meja..... 16

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Fikir Siswa....................................................... 32

ix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Instrumen Pembelajaran

a. Silabus 63

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 65

LAMPIRAN 2. Instrumen Pengumpulan Data

a. Kisi-kisi Angket.. 96

b. Angket Sikap... 99

LAMPIRAN 3. Pengolahan Data

a. Data Hasil Pretes Kelompok Kontrol.. 100

b. Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol... 101

c. Data Hasil Pretes Kelompok Eksperimen... 102

d. Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen. 103

e. Uji Homogenitas Pretes.. 104

f. Uji Homogenitas Posttes. 105

g. Uji Normalitas Pretest Kontrol 106

h. Uji Normalitas Pretest Eksperimen. 107

i. Uji Normalitas Posttest Kontrol.. 108

j. Uji Normalitas Posttest Eksperimen 109

LAMPIRAN 5. Uji Referensi.. 110

LAMPIRAN 6. Surat Permohonan Izin Penelitian.. 111

LAMPIRAN 7. Surat Keterangan Penelitian 112

LAMPIRAN 8. Surat Keterangan Lulus Ujian Komprehensip 113

LAMPIARN 9. Biodata Penulis.. 114

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan sains dan teknologi belakangan ini tumbuh sangat cepat

dan mengagumkan, sehingga perkembangan tersebut menyebabkan

perubahan-perubahan yang cepat dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan cara

berfikir, cara menilai, cara menghargai hidup dan kenyataan. Ini semua

membawa kekaburan nilai yang ada dan kekaburan dimensi nilai yang

sebenarnya selalu ada dalam proses perkembangan dan perubahan masyarakat

serta dalam pribadi seseorang1.

Dampak negatif dari globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang pesat saat ini tidak dapat dihindarkan lagi. Berbagai

masalah muncul seperti konflik sosial, komersialisme budaya, dan

materialisme sering terjadi dikalangan masyarakat. Dampak negatif juga

terjadi dikalangan remaja khususnya pelajar yang juga merupakan bagian dari

masyarakat. Globalisasi mendorong perilaku sebagian remaja cenderung

materialistis dan individualis, banyak remaja yang menyelesaikan segala

sesuatu dengan cara kekerasan, narkoba, dan pergaulan secara bebas. Hal ini

seringkali menimbulkan influktuasi atau penurunan nilai-nilai, sikap, serta

dapat menimbulkan kemerosotan mental sehingga dapat mengarahkan

terjadinya dekadensi moral bangsa. Realitas seperti ini harus segera

diantisipasi guna mencegah semakin meningkatnya penurunan nilai dan

degradasi moral dikalangan remaja khususnya pelajar. Oleh karena itu

dibutuhkan suatu internalisasi nilai-nilai sebagai upaya mencegah realitas

diatas.

Pendidikan adalah suatu lembaga dan merupakan usaha strategis dalam

pembangunan bangsa dan watak bangsa. Oleh karena itu, pendidikan memiliki

ruang lingkup yang amat komprehensip, yakni sebagai upaya untuk

1 E.M. Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta:PT

Grasindo,2003),hal,3

2

menciptakan kemampuan mental, pikir ( rasio,intelek) serta kepribadian

manusia seutuhnya2. Ini semua selaras dengan tujuan pendidikan nasional,

sebagaimana dinyatakan dalam GBHN dan UU No 20/2003 tentang sistem

pendidikan nasional, pasal 3 dikemukakan sebagai berikut : pendidikan

nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab3.

Internalisasi atau mengintegrasi nilai-nilai dalam pendidikan akan

memberikan nilai positif kepada pembentukkan karakter/watak dan

kepribadian manusia.. Masalah selanjutnya yang menjadi tantangan adalah

bagaimana mengembangkan dan memperkuat perpaduan integrasi nilai dan

perkembangan teknologi dalam suatu sistem pendidikan yang utuh.

Pendidikan pada dasarnya adalah suatu usaha sadar yang bertujuan

meningkatkan sumber daya manusia baik intelektual, sosial maupun spiritual.

Menurut Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 Bab 1, Pasal 1, Ayat 1,

menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual

keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara4.

Para pendidik khususnya sains dalam melaksanakan proses

pembelajaran sering terjebak kepada suatu pemahaman dualisme pendidikan

yaitu terdapatnya jurang pemisah antara konsep sains dan pendidikan nilai.

Sehingga timbullah suatu pemikiran bahwa ketika mengajar yang terpenting

konsep-konsep materi pelajaran telah disampaikan.

2 Wahjoetomo, 10 Tahun Value Education di Universitas Malang (Jakarta: PT

Grasindo,1994), hal 1 3 Dedi Supriyadi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya,2005), hal 121 4 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : UIN Jakarta Press,2005)

3

IPA ( sains) mengandung banyak sekali nilai kehidupan. Nilai moral

yang dapat dikembangkan dalam hal memyangkut kejujuran, rasa ingin tahu,

serta keterbukaan. Proses sains dalam hal ini adalah proses mempelajari serta

mengambil makna pada kehidupan dan dunia sekeliling kita. Nilai IPA

mencakup 5 nilai yaitu: (1) nilai intelektual, (2) nilai praktis, (3) nilai

pendidikan, (4) nilai sosial-politik-ekonomi, (5) nilai religi5.

Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan

berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa,

dan bagaimana gejala gejala alam, khususnya yang berkaitan dengan

komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika, dan energetika zat. Oleh

sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA mempelajari segala sesuatu tentang

zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika, dan

energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ilmu kimia

merupakan produk ( pengetahuan kimia yang berupa fakta, teori, prinsip,

hukum) temuan saintis dan proses ( kerja ilmiah ). Oleh sebab itu, dalam

penilaian dan pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu

kimia sebagai produk dan proses6.

Proses yang dilakukan banyak tanaga pendidik saat ini cenderung pada

pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan

konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan

pembelajaran didalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam

penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana

siswa hanya duduk, mencatat, mendengarkan apa yang disampaikannya dan

sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana

pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif7.

Proses pembelajaan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan

5 Gunawan, Penerapan Model Pembelajaran Integrasi Imtaq untuk Meningkatkan

Motivasi dan Hasil Belajar Fisika Siswa di MA Dakwah Islamiah Putera Kediri . 6 BSNP, Mendemonstrasikan Sikap Ilmiah, Kerja Ilmiah, dan Berkomunikasi Ilmiah

dalam Menyelesaikan Masalah, dari http:/dikmenum.go.id 7 Novi Emildadiany, Cooperative Learning Teknik Jigsaw, dari

http:/akhmadsudrajat.wordpress.com?2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw

4

belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di

dalamnya agar suasana kelas lebih hidup8.

Pendekatan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran

kelompok kecil dimana siswa dalam belajar kelompok mengembangkan

kemampuan dirinya dengan saling membantu, bekerjasama, memotivasi teman

yang lain dalam memahami dan mengerjakan tugas untuk bersama-sama

mencapai tujuan pembelajaran. Pada proses pembelajaran, pendekatan

pembelajaran kooperatif lebih memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan kemampuan dirinya, sedangkan guru hanya sebagai

fasilitator dalam pembelajaran.

Tujuan dari pembelajaran pendekatan kooperatif selain membantu

mengembangkan siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang

dipelajarinya, tetapi juga dapat membantu siswa untuk membantu

mengembangkan sikap siswa yang ada pada dirinya. Berdasarkan tujuan

tersebut, guru dapat mengintegrasikan nilai-nilai kedalam konsep mata

pelajaran kimia, sehingga diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai dalam

proses pembelajaran,dengan pengintegrasian nilai-nilai tersebut diharapkan

para siswa tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga cerdas secara afektif

dan psikomotor.

Berdasarkan hal diatas maka penulis bermaksud mengajukan

permasalahan sebagai tema skripsi : PENGARUH PENGINTEGRASIAN

NILAI PADA PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TEAMS-GAMES-

TOURNAMENT (TGT) TERHADAP SIKAP SISWA.

B. Identifikasi Masalah

1. Dampak negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

mengakibatkan penurunan nilai dan degradasi moral di masyarakat

khususnya pelajar.

8 Ibid

5

2. Belum maksimalnya perpaduan pendidikan nilai dan perkembangan

teknologi dalam suatu sistem pendidikan.

3. Kegiatan pembelajaran yang cenderung monoton, kurang dalam variasi

metode pembelajaran

4. Sistem pendidikan yang hanya menekankan aspek kognitif semata

sehingga siswa akan cenderung mengetahui banyak hal tetapi kurang

memiliki sistem nilai dan sikap secara positif terhadap apa yang

diketahuinya.

C. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka penelitian ini

dibatasi pada:

1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan

pembelajaran kooperatif dengan teknik Teams-Games-Tournament

(TGT)

2. Pembelajaran kimia dalam penelitian ini hanya membahas pada konsep

senyawa hidrokarbon

3. Integrasi nilai dalam penelitian ini mencakup nilai agama, moral,

pendidikan dan nilai praktis.

4. Sikap siswa dalam penelitian ini yang dikaji hanya sebatas ungkapan siswa

melalui tulisan, belum sampai pada perubahan perilaku atau tindakan

siswa.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah

diatas maka peneliti merumuskan masalah : Bagaimanakah pengaruh

penginterasian nilai agama dengan pendekatan pembelajaran koperatif teknik

teams-games-tournament terhadap sikap siswa?

6

E. Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan informasi tentang pengaruh pengintegrasian nilai agama

pada pembelajaran kimia terhadap sikap siswa

2. Mengembangkan alternatif pembelajaran melalui pendekatan koperatif

learning yang dapat menanamkan nilai terhadap sikap siswa.

F. Manfaat Hasil Penelitian

1. Bagi guru, dapat memberikan informasi tentang permasalahan nyata yang

dihadapi guru dalam menyelenggarakan pendidikan terintegrasi nilai

melalui pembelajaran kimia sehingga dapat direncanakan upaya-upaya

menanggulanginya

2. Bagi siswa, dengan mengaitkan materi pokok/tema/topik masing-masing

pelajaran dengan nilai-nilai di harapkan dapat memotivasi siswa untuk

bersikap lebih baik.

3. Bahan bagi peneliti untuk dapat dikembangkan lebih lanjut penelitiannya

mengenai pembelajaran mata pelajaran umum terintegrasi nilai agama.

7

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

1. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian pembelajaran kooperatif

Cooperative Learning is the instructional use of small groups so

that students work together to achieve shared goals. In cooperative

learning groups students are given two responsibilities: to learn the

assigned material and to make sure that all other group members do

likewise1

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang digunakan

dalam kelompok kecil dimana siswa-siswa dapat saling bekerja sama

satu sama lain. Pada pembelajaran koperatif siswa diharapkan memiliki

dua kemampuan yaitu, kemampuan memahami materi dan kemapuan

bekerjasama untuk mencapai tujuan.

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Cooperative learning

adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara

kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam

belajar2.

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dimana siswa

dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tujuan

utama agar siswa dapat belajar secara kelompok bersama teman-

temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan

kesempatan kepada teman lainnya dalam satu kelompok untuk

berpendapat atau meyampaikan gagasannya.

1 Drs Roger and David Johnson, Cooperative Learning and Conflict Resolution,

(Baltimore: John Hopkin University, 2000) h. 3 2 Drs. H. Isjoni, M.Si., Coo[erative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar

Kelompok, ( Bandung: Alfabeta, 2009) h. 15

8

Menurut Hilke, pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar

mengajar dalam kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan

bekerjasama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik

pengalaman individu maupun kelompok. Proses pembelajaran kooperatif

yang aktif memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersama dengan

guru dan siswa lain mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri.3

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputu

semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih

dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru4. Secara umum

pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana

guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan

bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta

didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya

menetapkan bentuk ujian tertentu.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu variasi pembelajaran yang

di dalamnya terjadi kerjasama kelompok dalam kelompok-kelompok

kecil dan di dalam kelompok-kelompok kecil tersebut siswa saling

membantu, berdiskusi, dan beragumentasi untuk memahami materi

pelajaran serta bekerjasama dalam mengerjakan tugas dan membantu

teman sekelompok yang mengalami kesulitan untuk memahami materi

pelajaran.

b. Landasan teori belajar kooperatif

Landasan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:5

1) Teori motivasi

Motivasi belajar merupakan motor penggerak yang

mengaktifkan siswa-siswa untuk melibatkan diri dalam belajar.

3 Theda Thomas, Cooperative Learning and Object-orientated Development Methods,

(Melbourne: Australian Catholic University, School of Business and Informatics, 2003), h. 1. 4 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM ( Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009) h. 54 5 Robert E. Slavin, Cooperative Learing Teori, Riset dan Praktik, (Bandung : Nusa

Indah, 2008) h. 34 38

9

Sebagai motor penggerak, motivasi memegang peranan penting

dalam memberikan gairah dan semangat dalam belajar.

Dalam pembelajaran kooperatif ikatan kerjasama dalam suatu

kelompok mengandung daya motivasional yang kuat, masing-

masing anggota melibatkan diri untuk mencapai sasaran, karena

mereka yakin bahwa tujuan belajar hanya dapat dicapai dengan

kerjasama. Bekerjasama berarti bahwa seorang siswa dapat

memperoleh atau meningkatkan motivasinya karena interaksi

kooperatif dengan teman sekelas sekaligus kebutuhan untuk

menerima dan diterima orang lain.

2) Teori kognitif

Teori kognitif lebih menekankan pada efek kerjasama tersebut

pada diri masing-masing siswa. Ada dua katagori utama yang

merupakan bagian dari teori kognitif , yaitu:

a) Teori perkembangan

Vygotsky mendefinisikan suatu teori tentang perkembangan

yang dikenal dengan Zone of Proksimal Development (ZPD)

memberikan pandangan bahwa "aktivitas kolaborasi dapat

meningkatkan suatu pertumbuhan". Maksudnya apabila siswa

dalam tingkat usia yang sama melakukan kolaborasi yaitu

menyelesaikan permasalahan yang taraf kesulitannya masih

berada dalam ZPD mereka, hasilnya akan lebih baik dan

menguntungkan dibandingkan dengan mereka yang bekerja

sendiri-sendiri.

b) Teori eleborasi kognitif

Wittrock mengemukakan bahwa di dalam psikologi kogntif

telah ditemukan bahwa jika informasi yang telah tersimpan

dalam ingatan dan selanjutnya dihubungkan dengan informasi

yang baru, maka siswa harus melakukan penstrukturan kembali

kognitifnya.

10

Ketika siswa mendapat pengetahuan baru, maka ia akan

menstrukturkan kembali pengetahuannya tersebut dengan

pengetahuannya yang telah ada sehingga siswa tersebut akan

memperoleh pemahaman yang lebih baik.

c. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai

berikut:6

1) Tujuan Kelompok (Team recognition/Team rewards)

Penghargaan kelompok diberikan kepada kelompok yang telah

mencapai kriteria yang telah ditetapkan. Penghargaan kelompok

diharapkan sebagai penguatan yang dapat memotivasi anggota

kelompok untuk belajar dan bekerja sebaik mungkin dalam

memberikan kontribusi untuk kelompoknya agar menjadi yang

terbaik. Dengan demikian tiap kelompok memiliki tujuan

kelompok yang merupakan sasaran yang harus dicapai semua

anggota.

2) Tanggung Jawab Individu (Individual accountability)

Sebagai individu setiap anggota harus bertanggung jawab untuk

belajar, mengerjakan tugas dan memahami materi yang diberikan.

Tujuan dan kesukseskan kelompok ditentukan oleh kesungguhan

semua anggota kelompok dalam melaksanakan tanggung jawabnya

sebagai individu dan saling meyakinkan bahwa setiap individu

dalam kelompok tersebut siap menghadapi tes perorangan.

3) Kesempatan yang sama meraih keberhasilan (Equal oppurtinities

for success)

Dalam suatu kelompok belajar kooperatif semua anggota

mempunyai kesempatan yang sama meraih keberhasilan dan

mengkontribusikan nilai untuk pencapaian skor kelompok.

6 Robert E. Slavin, Cooperative Learing Teori, Riset dan Praktik, (Bandung : Nusa

Indah, 2008) h. 26-27

11

Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono mengatakan

bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggapa pembelajaran

kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur

model pembelajaran kooperatif yang harus diterapan, diantaranya:7

a) Positive Interdependence (saling ketergantungan positif)

b) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)

c) Face to face promotive (tatap muka)

d) Interpersonal Skill (komunikasi antaranggota)

e) Group Processing (evaluasi proses kelompok)

Dengan demikian, unsur-unsur dasar tersebut merupakan hal

yang sangat penting dalam proses perkembangan siswa menuju

kedewasaan diri sehingga dapat meningkatkan pencapaian hasil

belajar siswa.

Umumnya pembelajaran yang menggunakan pembelajaran

kooperatif memiliki sebagai berikut:8

1) siswa bekerja dalam kelompok-kelompok secara kooperatif untuk

meyelesaikan pertanyaan setelah pokok bahasan diberikan oleh

guru.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah.

3) Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya,

suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

4) Penghargaan yang diberikan bentuknya lebih diprioritaskan dalam

benuk penghargaan kelompok dari pada penghargaan individual

d. Alasan perlunya pembelajaran kooperatif

Pembelajaran komperatif sangat perlu diterapkan dalam proses

belajar mengajar di sekolah. D. Johnson dan R.T Johnson,

7 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009), h. 58. 8 Suhadi, Karakteristk Dan Tujuan Model pembelajaran Kooperatif, ebook: Alfa

Alternative Media. 2010, hal 6

12

mengemukakan alasan-alasan perlunya diciptakan belajar kooperatif di

sekolah dengan tujuan9 :

1) Membangkitkan kegembiraan belajar yang mulia dan wajar.

2) Menghilangkan sikap mementingkan diri sendiri atau egois dan

egosetris.

3) Menghindarkan para siswa dari penderitaan yang diakibatkan oleh

ketersaingan dan kesendirian.

4) Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara

hubungan saliang membutuhkan secara langsung oleh

ketersaingan dan kesendirian dapat diajarkan dan diperaktekkan.

5) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama.

6) Meningkatkan keyakinan pada ide atau gagasan sendiri.

7) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang

dirasakan lebih baik.

8) Meningkatkan motivasi belajar intrinsik.

9) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang adanya

perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau berkelainan,

kelas sosial, agama, etnis, dan orientasi tugas.

10) Mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan saling menjaga

perasaan sesame tanpa membedakan latar belakang teman.

11) Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman

belajar.

12) Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.

13) Meningkatkan kemampuan berfikir kreatif.

14) Meningkatkan rasa harga diri dan penerimaan diri.

15) Meningkatkan hubungan positif antara siswa dengan siswa, antara

siswa dengan guru, dan antara siswa dengan personil sekolah

lainnya.

9 Drs Roger and David Johnson. Cooperative Learning and Conflict. h. 15

13

e. Bentuk-bentuk pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif dikenal dari STL (Student Team

Learning) memiliki banyak bentuk, diantaranya : STAD (Student

Team Achievement Divivsion), TGL (Team Games Tournament),

Jigsaw II, CIRC (Cooperative Integrated Reading And Composition),

TAI (Team Accelerated Instruction). 10

STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang

bercirikan suatu struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif.

Siswa bekerja sama dalam situasi semangat untuk mencapai tujuan

bersama dan mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas

yang diberikan guru. Metode ini membentuk siswa dalam kelompok

yang beranggotakan 4 5 orang berdasarkan tingkat kemampuan,

jenis kelamin dan etnik. Siswa saling memotivasi, mendorong, dan

membantu dalam menyelesaikan latihan atau tugas dan memahami

suatu pelajaran11

.

Metode TGT menggunakan metode turnamen yang yang

dikenal dengan "tournament table", yang diadakan tiap akhir unit

pokok bahasa atau akhir pecan. Skor yang didapat akan memberikan

kontribusi kepada rata-rata skor kelompok12

. Jigsaw II, siswa

dikelompokan, tiap anggota kelompok diberi tugas yang berbeda satu

dengan yang lainnya dari sebuah tema yang akan dibahas. Selanjutnya

mereka akan mendiskusikannya dan saling mengajarkan satu dengan

yang lainnya., sehingga meraka memahami materi secara keseluruhan.

Pemberian tes diberikan materi menyeluruh13

.

CIRC merupakan metode yang mengkombinasikan belajar

kooperatif dengan belajar individu dan lebih menekankan pada

10

Robert E. Slavin, Using Student Team Learning, (Baltimore: John Hoopkins University,

Center for Social Organization of Schools, 1995), h. 3-6. 11

Robert E. Slavin, Cooperative Learing Teori, Riset dan Praktik, (Bandung : Nusa

Indah, 2008) h. 143 12

Robert E. Slavin, Using Student Team Learning, (Baltimore: John Hoopkins.., h. 163 13

Robert E. Slavin, Using Student Team Learning, (Baltimore: John Hoopkins.., h. 236

14

pengajaran membaca, menulis, dan tata bahasa14

. TAI merupakan

metode yang sejenis dengan CIRC tetapi tidak menekankan pada

pengajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Pada metode ini tiap

anggota kelompok akan diberi soal-soal bertahap yang harus sendiri

terlebih dahulu. Setelah itu mengecek hasil kerjanya dengan anggota

lain. Bila seorang siswa telah mampu mengerjakan suatu soal pada

suatu tahap maka siswa yang bersangkutan dapat mengerjakan soal

pada tahap berikutnya15

.

Namun, pada skripsi ini hanya akan dijelaskan secara luas

adalah metode kooperatif TGT.

1) Pengertian metode kooperatif TGT

Dalam metode TGT siswa dibagi dalam kelompok-kelompok

kecil dengan anggota 4-5 orang yang heterogen (tingkat

kemampuan, jenis kelamin, dan etnis). Mereka saling bekerjasama

dengan kelompok, berdiskusi, dan tolong-menolong dalam

mengerjakan tugas kelompok dan memahami suatu materi

pelajaran serta mereka saling berkompetisi dalam permainan yang

disebut dengan perputaran tournament table antarkelompok. Setiap

kelompok tersebut memberikan kontribusi untuk mencapai skor

kelompok. Kelompok yang mencapai nilai tertinggi akan mendapat

penghargaan berupa sertifikat atau hadiah.

2) Komponen dalam kooperatif TGT

Dalam metode ini terdapat lima komponen utama, yaitu:16

a) Penyajian kelas

Penyajian kelas dalam TGT sama seperti biasanya. Ketika

penyajian kelas berlangsung mereka sudah berada dalam

kelompoknya. Dengan demikian, mereka akan memperhatikan

dengan serius selama pembelajaran berlangsung, sebab setelah

14

Robert E. Slavin, Using Student Team Learning, (Baltimore: John Hoopkins.., h. 200 15

Robert E. Slavin, Using Student Team Learning, (Baltimore: John Hoopkins.., h. 187 16

Robert E Slavin, Learing Teori, Riset dan Praktik, (Bandung : Nusa Indah., h. 28-29.

15

pembelajaran, mereka akan mengerjakan lembar kerja dan

berdiskusi antar kelompok.

b) Kelompok

Kelompok disusun dengan beranggotakan 4-5 orang

berbeda seperti kemampuan akademik, jenis kelamin, ras/etnik.

Fungsi utama mereka dikelompokkan adalah anggota-anggota

kelompok saling meyakinkan bahwa mereka dapat bekerjasama

dalam belajar dan mengajarkan permainan, lembar kerja, dan

lebih khusus lagi untuk menyiapkan semua anggota dalam

menghadapi kompetisi.

c) Permainan

Pernyataan dalam permaian disusun dan dirancang dari

materi-materi yang relevan dengan materi yang telah disajikan

untk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh mewakili

masing-masing kelompok. Sebagian besar pertanyaan-

pertanyaan pada kuis adalah bentuk sederhana. Setiap siswa

mengambil sebuah kartu yang diberi nomor dan menjawab

pertanyaan yang sesuai dengan nomor pada kartu tersebut.

d) Turnamen

Turnamen dalah susunan beberapa permainan yang

dipertandingkan, dilaksanakanpada akhir pokok bahasan pada

pertemuan kedua dan ketiga, setelah guru memberikan

penyajian kelas dan kelompok telah mengerjakan lembar

kerjanya. Karena turnamen pertama, guru mendapatkan siswa

pada tournament table dengan pengaturan beberapa siswa

kemampaun tinggi dari tiap kelompok pada meja I, tiga atau

empat selanjutnya pada meja II, meja III, dan selanjutnya.

Skema pembagian kelompok peserta turnamen dapat dilihat

lebih jelas pada gambar I.17

17

Ibid., H. 29-30.

16

Gambar 2.1. Penempatan Anggota Kelompok pada Pertandingan di

Meja.

Keterangan Gambar I:

Pengelompokkan siswa untuk meja A-1, A-2, A-3, dan A-4 dibuat

berdasarkan rangking.

1) Setelah pertandingan pertama, siswa-siswa mengubah posisi

atau meja pertandingan sesuai dengan hasil pertandingan

sebelumnya.

2) Pemenang dari tiap-tiap meja akan berpindah pada meja

pertandingan yang lebih tinggi selanjutnya, misalnya dari meja

IV ke meja III, pemenang kedua tetap menempati meja

pertandingan sebelmnya, sedangkan siswa skor terendah dari

tiap meja akan berpindah ke meja yang lebih rendah di

bawahnya.

3) Jika siswa telah berpindah ke meja yang lebih rendah, maka

siswa akan berusaha untuk berpindah ke meja yang lebih

tinggi.

4) Jumlah anggota kelompok yang dapat menempati meja skor

tinggi (meja I), merupakan pemenang dalam turnamen tersebut.

Kelompok A

Kelompok B Kelompok C

A-1 A-2 A-3 A-4

Tinggi Sedang Sedang Rendah

B-1 B-2 B-3 B-4

Tinggi Sedang Sedang Rendah C-1 C-2 C-3 C-4

Tinggi Sedang Sedang Rendah

Meja

I

Meja

II

Meja

III

Meja

IV

17

5) Perhitungan nilai turnamen berdasarkan criteria yang telah

ditentukan, kemudian dilakukan pemberian penghargaan.

e) Pengakuan kelompok

Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan

penghargaan berupa hadiah atau sertifikat atas usaha yang telah

dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria

yang telah disepakati bersama.

3) Langkah-langkah metode TGT

Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif dengan

metode TGT adalah sebagai berikut18

:

a) Mengajar

Mengajar dalam metode TGT sama dengan pembelajaran pada

umumnya, yaitu mempresentasikan pelajaran yang akan dibahas.

Ketika guru mempresentasikan pelajaran, siswa sudah berada

dalam kelompok-kelompok kecil.

b) Kelompok belajar

Selama siswa belajar, anggota kelompok bertugas memahami

materi yang telah dipresentasikan dan membantu anggota

kelompok yang lainnya dalam memahami materi tersebut.

Tiap kelompok mendapatkan lembar kerja dan lembar jawaban,

sehingga mereka dapat mempraktekkan kemampuan yang

diperoleh dan untuk menilai kemampuan mereka. Setiap kelompok

hanya dua kopian lembar kerja dan lembar jawaban, agar mereka

dapat belajar kelompok.

c) Kompetisi/Turnamen

Siswa berkompetisi di antara anggota tiap kelompok dalam satu

meja yang terdiri dari tiga sampai empat orang yang

18

Robert E. Slavin, Cooperative Learing Teori, Riset dan Praktik, (Bandung : Nusa

Indah, 2008) h. 170

18

berkemampuan sama (homogen). Setiap meja turnamen terdiri dari

lembar penempatan tournament table, satu lembar game yang

terdiri dari 30 pertanyaan, satu lembar jawaban permainan, satu

lembar skor perminan, dan kartu bernomor, korespondensi dari

nomor pertanyaan pada lembar permainan.

Memulai kompetisi/turnamen dengan menentukan pembaca

terlebih dahulu, penantang pertama, dan penantang kedua

selanjutnya berputar berdasarkan arah jarum jam. Pembaca

mengambil kartu, membaca korespodensi pertanyaan dari nomor

yang ada di kartu dengan kertas dan mencoba menjawab

pertanyaan. Setelah pembaca memberikan jawaban, penantang

pertama menantang jika mempunyai jawaban yang berbeda. Jika

penantang pertama pas maka penantang kedua boleh menantang

dengan memberikan jawaban yang berbeda. Setelah semua

menantang atau pas, penantang kedua memberikan jawaban di

lembar jawaban. Siswa yang menjawab dengan benar mengambil

kartu dari pertanyaan tersebut. Jika tidak ada yang menjawab

dengan benar maka kartu dikembalikan ke meja.

d) Penghargaan kelompok

Setelah turnamen selesai, usahakan sesegera mungkin tulis

skor kelompok dan penyiapan sertifikat atau penghargaan yang

lainnya. Yang diperlukan adalah:

1) Cek lembar skor permainan kompetisi/turnamen.

2) Pindahkan poin turnamen tiap siswa ke dalam lembar

rangkuman kelompok berdasarkan kelompoknya.

3) Jumlahkan semua skor anggota kelompok dan bagi sesuai

banyaknya anggota kelompok.

e) Pergeseran

Pergeseran atau penempatan kembali siswa harus dilakukan

pada turnamen berikutnya. Dengan ketentuan sebagai berikut:

19

1) anggota kelompok dalam suatu meja pertandingan dengan skor

tertinggi akan bergeser ke meja pertandingan yang lebih tinggi

(misalnya dari meja III ke meja II).

2) Anggota kelompok dalam suatu meja pertandingan dengan

skor terendah akan bergeser ke meja yang lebih rendah

(misalnya dari meja II ke meja III)

2. Hakikat Sikap

a. Pengertian sikap

Attitude as a predisposition to act or react in a characteristic

direction. He insisted that each person has both an introverted and an

extraverted attitude, although one may be conscious while the other is

unconscious. Like other opposing forces in analytical psychology,

introversion and extraversion serve in a compensatory relationship to

one another.19

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia sikap didefisinisikan sebagai

perbuatan yang didasarkan pada pendirian dan keyakinan.20

Sikap merupakan tingkah laku seseorang yang disandarkan kepada

suatu keyakinan. Perbuatan atau tingkah laku yang terbentuk

merupakan pengaruh dari stimulus yang diterima, apakah stimulus itu

positif maka akan menghasilkan perbuatan yang positif atau sebaliknya

stimulus yang diterima adalah negatif sehingga perbuatan negatif.

Sikap diasumsikan sebagai pola mengadakan respon yang dimiliki,

lebih tepat dipelajari seseorang. Sikap seseorang diperoleh dan

menghasilkan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan. Respons yang

diberikan seseorang dapat disimpulkan dari tingkah lakunya yang

tampak.21

Sikap adalah kecederungan dalam subjek menerima atau menolak

suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai obyek

19

Jess Feist and Gregory J. Feist, Theories of Personality, Mc Graw Hill 2009. hal 115 20

Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa,2008), h, 1345 21

Samuel Soeltoe, Psikologi Pendidikan ( Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. 1992) h. 54

20

yang berharga/baik atau tidak berharga/tidak baik. Dalam sikap

terdapat aspek kognitif dan aspek afektif.22

Sikap seseorang yang terbentuk merupakan suatu hasil dari proses

yang dipelajari seseorang atau dialami seseorang dalam keseharian

hidupnya. Seseorang dapat melakukan sesuatu jika penilaian terhadap

suatu objek adalah positif dan juga sebaliknya seseorang juga dapat

menolak melakukan sesuatu jika penilaian terhadap suatu objek adalah

negatif.

W.J. Thomas seorang ahli Psikologi dalam Abu Ahmadi

menjelaskan sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan

perbuatan perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi

di dalam kegiatan-kegiatan sosial23

. Sementara G.W. Allport (1935)

dalam David O Sears mengemukakan bahwa sikap adalah keadaan

mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang

memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu

pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sebaliknya,

Krech dan Crutchfield (1948 ) juga dalam David O Sears

mendefinisikan sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari

proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai

beberapa aspek dunia individu.24

Sikap yang ditunjukkan seseorang dalam bentuk perbuatan-

perbuatan yang dilakukan dalam kehidupannya memiliki faktor-faktor

yang mempengaruhinya. Baik faktor internal seperti sikap mental atau

pengalaman pribadi, dan juga faktor internal seperti kondisi

lingkungan orang tersebut.

Dalam arti yang sempit sikap adalah pandangan atau

kecenderungan mental. Menurut Bruno (1987) dalam Muhibbin Syah

menjelaskan bahwa sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif

22

W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar ( Jakarta : PT Gramedia,

1994) h. 30 23

Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Surabaya : PT Bina Ilmu. 1995) h. 162 24

David O Sear. Dkk, Psikologi Sosial ( Jakarta : Erlangga. 1999) h.39

21

menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang

atau barang tertentu.25

Pada umumnya rumusan-rumusan mengenai sikap mempunyai

persamaan unsur, yaitu adanya kesediaan berespon terhadap situasi.

Triandis dalam slameto mendifinisikannya sebagai berikut :

An attitude is in idea charged with emotion which predisposes a

class of actions to a particular class of social situation.

Rumusan diatas menyatakan bahwa sikap mengandung tiga komponen,

yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah

laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek, dan sikap terhadap

objek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Orang

mempunyai sikap positif terhadap suatu objek yang bernilai dalam

pandangannya, dan ia akan bersifat negatif terhadap objek yang

dianggapnya tidak bernilai dan atau juga merugikan.26

Dari berbagai definisi diatas, terdapat kesamaan yang dapat

diambil kesimpulannya bahwa sikap adalah suatu kecenderungan

untuk berperilaku yang selalu diarahkan pada suatu hal baik itu berupa

ide, gagasan, benda, orang, nilai, dan objek-objek lainnya. Sikap dapat

bersifat positif , dengan adanya kecenderungan tindakan terhadap suatu

objek yang bernilai baik, dengan mendekati, menyenangi dan

mengharapkan objek tertentu. Sikap dapat pula bersifat negatif ,

dengan adanya kecenderungan tindakan menjauhi, menghindari, dan

tidak menyukai objek tertentu.

b. Komponen komponen sikap

Sikap terbentuk dari komponen-komponen yang saling menunjang

satu dengan yang lainnya. Mann seperti dikutip Saifuddin Azwar,

membagi komponen sikap kepada tiga, yaitu :27

25

Drs Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru (Bandung :

Remaja Rosdakarya. 1996) h. 120 26

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ( Jakarta : Rineka Cipta,

2000) h. 188 - 189 27

Drs. Saifuddin Azwar MA, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, ( Yogyakarta :

Pustaka Pelajar. 2003) h. 24 - 27

22

1) Komponen kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa

yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

2) Komponen afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subyektif

seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini

disamakan dengan perasaan yang dimilki terhadap sesuatu.

3) Komponen konatif

Komponen konatif menunjukkan bagaimana perilaku atau

kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang

berkaitan dengan objek yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh

asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi

perilaku. Maksudnya, bagaimana oarang berperilaku dalam situasi

tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan

oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus

tersebut. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras

dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual.

c. Karakteristik sikap

Sikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam

hubungannya dengan perangsang yang relevan, orag-orang atau

kejadian-kejadian . adapun karakteristik atau ciri-ciri sikap adalah

sebagai berikut :28

1) Sikap itu dipelajari (learnability)

Sikap merupakan hasil belajar. Ini perlu dibedakan dari motif

motif psikologi lainnya. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja

dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu

2) Memiliki Kestabilan ( stability)

Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat,

tetap dan stabil, melalui pengalaman.

3) Personal-societal sognificance

28

Drs. Abu Ahmadi. op. cit. h.178 - 179

23

Sikap melibatkan antara seseorang dengan orang lain dan juga

antara orang dengan barang atu situasi.

4) Berisi cognisi dan afeksi

Komponen kognisi daripada sikap adalah berisi informasi yang

faktual, misalnya : obyek itu dirasakan menyenangkan atau tidak

menyenangkan.

5) Approach avoidancedirectionality

Bila sesesorang memiliki sikap yang favorable terhadap suatu

obyek, mereka akan mendekati atau membantunya, sebliknya bila

seseorang memiliki sikap yang unfavorable, mereka akan

menghindarinya

d. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap

Sikap tidak akan terjadi begitu saja, melainkan terbentuk melalui

suatu proses tertentu, melalui interaksi yang dilakukan oleh individu

lain maupun dengan lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

terbentuknya sikap antara lain sebagai berikut :29

1) Pengalaman pribadi

Sikap merupakan hasil pembelajaran yang terbentuk melalui

proses sosialisasi atau pengalaman individu dalam berinteraksi

dengan lingkungan. Pengalaman seseorang mempengaruhi

sikapnya terhadap suatu objek. Pengalaman yang menyenangkan

akan cenderung membentuk sikap positif terhadap suatu objek,

sedangkan pengalaman yang tidak menyenangkan akan cenderung

membentuk sikap sebaliknya atau negatif. Pengalaman yang paling

efektif untuk membentuk dan mengubah sikap seseorang adalah

pengalaman yang langsung dialami oleh subjek.

2) Orang yang dianggap penting

Seorang yang dianggap penting cenderung akan kita setujui

pendapatnya karena dalam interaksi sosial, individu cenderung

konformis, ingin berafiliasi, dan menghindari konfllik dan meniru

29

Drs. Saifuddin Azwar MA. Op. Cit. h. 30 36

24

seseorang yang mempunyai kharisma. Orang yang dianggap

penting biasanya adalah orang tua atau orang yang lebih tua.

Seorang anak cenderung akan mengikuti apa saja yang dikatakan

oleh orang tua, tetapi ketika anak telah menginjak usia remaja

pengaruh orang tua lambat laun berkurang. Ketika pendapat orang

tua tidak sesuia dengan keinginan mereka, mereka cenderung akan

mengikuti apa yang dikatakan oleh teman sebayanya karena teman

pada saat remaja dianggap penting.

3) Kebudayaan

Kebudayaan adalah sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik

menusia dengan belajar. Kebudayaan, tempat dimana kita tinggal

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap kita terhadap

suatu objek. Karena kebudayaan biasanya memiliki norma tertentu

yang secara tidak langsung membentuk sikap. Kebudayaan akan

membentuk corak-corak pengalaman individu yang menjadi

anggota kebudayaan tersebut. Suatu objek sikap yang dipandang

favorable pada suatu kebudayaan tertentu mungkin saja akan

dipandang unfavorable oleh individu pada kebudayaan lain jika

individu tinggal dalam kebudayaan lain.

4) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan atau sekolah adalah tempat dimana

terjadinya interaksi dalam hal pertukaran informasi dan

pengalaman seseorang akan mengetahui banyak hal di sekolah

sehingga sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyia

pengaruh dalam pembentukkan sikap seseorang.

Lembaga pendidikan dan lembaga agama mempunyai konsep

moral yang tertanam dalam diri setiap individu. Konsep moral

dalam setiap agama sangat menentukan sistem kepercayaan, karena

konsep moral ikut berperan dalam menentukan sikap individu.

5) Media massa dan elektronik

25

Media massa sebagai sarana komunikasi mempunyai pengaruh

dalam pembentukkan opini dalam kepercayaan seseorang.

Banyaknya media massa dan elektronik, sehingga ini membuta kita

lebih mudah mendapatkan informsi yang kita inginkan. Pengaruh

media ini sangat besar terhadap pembentukkan sikap, tetapi

sayangnya banyak sekali media massa maupun media elektronik

yang bersikap tidak netral dalam menyampaikan informasi

sehingga masyarakat yang mengkonsumsinya digiring pada suatu

kutub tertentu yang terkadang kurang sesuai dengan fakta yang

ada.

6) Faktor emosional

Sikap kadang-kadang merupakan pernyataan yang didasari oleh

emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan

bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap tersebut yang bersifat

sementara setengah frustasi hilang, teatapi bisa pula bertahan lama.

Sementara menurut menurut Abu Ahmadi terdapat dua faktor yang

mempengaruhi sikap yakni faktor intern; yaitu faktor yang terdapat

dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau

daya pilih seseorang dalam menerima dan mengolah pengaruh-

pengaruh yang datang dari luar. Sedangkan faktor ekstern; yaitu

faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa

interaksi sosial diluar kelompok.30

Respons kognitif verbal merupakan pernyataan mengenai apa yang

dipercayai atau diyakini mengenai objek sikap. Respon kognitif

nonverbal lebih sulit untuk diungkapkan disamping informasi tentang

sikap yang diberikannya pun lebih bersifat tidak langsung. Respon

afektif verbal dapat dilihat pada pernyataan verbal seseorang

mengenai sesuatu. Respon afektif nonverbal berupa reaksi fisik

seperti ekspresi muka yang mencibir, tersenyum, gerakan tangan dan

30

Drs. Abu Ahmadi. Op. Cit. h 171

26

sebagainya, yang dapat menjadi indikasi perasaan seseorang apabila

dihadapkan pada objek sikap.

Respon konatif pada dasarnya merupakan kecenderungan untuk

berbuat. Dalam bentuk verbal, intensi ini terungkap lewat pernyataan

keinginan melakukan atau kecenderungan untuk melakukan. Memang

sikap seharusnya dipandang sebagai suatu predisposisi untuk

berperilaku yang akan tampak actual hanya bila kesempatan untuk

menyatakan terbuka luas. Walaupun tanpa dinyatakan dalam bentuk

perilaku maka sikap akan kehilangan maknanya tapi bukan berarti

bahwa sikap tidak lain sekedar merupakan suatu konsistensi respons

individual atau sebagai probabilitas terulangnya perilaku yang sama

dalam situasi yang serupa.

3. Hakikat Nilai

a. Pengertian Nilai

Nilai dalam Kamus Bahasa Indonesia mempunyai banyak arti,

antara lain: (1) harga; dalam taksiran harga, (2) harga uang;

dibandingkan dengan harga uang yang lain, (3) angka kepandaian; biji;

ponten. (4) banyak sedikitnya isi; kadar; mutu, (5) sifat-sifat (hal-hal)

yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.31

Nilai adalah ukuran untuk menghukum atau memilih tindakan dan

tujuan tertentu. Menurut Hoffmeister dalam Khoiron Rosyadi

menjelaskan nilai adalah implikai hubungan yang diadakan oleh

manusia yang sedang memberi nilai antara satu benda dengan satu

ukuran.32

Nilai adalah daya pendorong dalam hidup, yang memberi makna

dan pengabsahan pada tindakan seseorang. Nilai mempunyai dua segi :

31

Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Bahasa Indonesia, ( Jakarta,2008) h. 1004 32

Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2004) h. 114 -

115

27

intelektual dan emosional.33

Hal itu menunjukkan bahwa nilai sangat

mempengaruhi tindakan seseorang dalam berinteraksi dengan

masyarakat sekitar dalam kehidupan sehari-hari.

Rokeach dalam Nik Azis menafsirkan nilai sebagai suatu pegangan

yang stabil dalam mana suatu tatacara tingkah laku atau keadaan

kehidupan dianggap lebih baik secara pribadi atau sosial berbanding

dengan tatacara yang lain. Halstead dan Taylor (2000) pula menafsirkan

istilah nilai sebagai prinsip dan pegangan asas yang berperanan sebagai

pemandu umum tingkah laku manusia. Selanjutnya, Hill (1994)

menafsirkan nilai sebagai keutamaan yang diberikan oleh individu dan

masyarakat kepada pegangan, pengalaman, dan benda tertentu, dalam

usaha menentukan cara untuk menjalani kehidupan dan menentukan

perkara yang patut dihargai.34

Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai nilai dapat juga

berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan

negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah

tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.

Nilai adalah sesuatu yang dinilai positif, dihargai, dipelihara,

diagungkan, dihormati, membuat orang gembira, puas bersyukur (puas

kerohanian). Nik Aziz menafsirkan nilai sebagai suatu bentuk

kepercayaan, dalam mana apabila diintegrasikan akan menjadi satu

piawai atau kriteria bagi memandu perbuatuan individu. Tindakan

menilai suatu perkara dianggap sebagai tindakan membuat

pertimbangan nilai, menyatakan perasaan diri, atau perolahan dan

pematuhan kepada satu set prinsip35

.

Nilai adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang

diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus

33

E.M Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000 (Jakarta : PT Grasindo. 1993)

h. 24 34

Pof. Dr. Nik Azis Nik Pa, Pengembangan Nilai Dalam Pendidikan Tematik: Cabaran

dan Keperluan. ( Jurnal Pendidikan Fakulti Pendidikan Universitas Malaya) 35

Pof. Dr. Nik Azis Nik Pa, Pengembangan Nilai Dalam Pendidikan Tematik: Cabaran

dan Keperluan. ( Jurnal Pendidikan Fakulti Pendidikan Universitas Malaya)

28

kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun perilaku. Oleh

karena itu sistem nilai dapat merupakan standart umum yang diyakini,

yang diserap dari keadaan objektif maupun diangkat dari keyakinan,

sentimen (perasaan umum) maupun identitas yang diberikan atau

diwahyukan Allah SWT yang pada gillirannya merupakan sentimen

(perasaan umum), kejadian umum, identitas umum yang oleh karenanya

menjadi syariat umum.36

Sedangkan nilai menurut Frankel dalam Mawardi adalah standart

tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran, dan efesiensi yang

mengikat manusia dan sepatutnya dijalankan dan dipertahankan.

Selanjutnya Sidi Gazalba juga dalam Mawardi, menjelaskan nilai

adalah suatu yang bersifat abstrak dan ideal. Nilai bukan benda konkret,

bukan fakta, tidak hanya sekedar soal penghayatan yang dikehendaki

dan tidak dikehendaki, yang disenangi dan tidak disenangi. Nilai itu

terletak antar hubungan subjek penilai dengan objek.37

Dari beberapa pengertian nilai diatas, dapat disimpulkan bahwa

nilai adalah berbagai macam kebutuhan manusia dan rasa menuntut

pemenuhan atau pemuasannya dalam berbagai hal, sehingga hal ini

menjadi bernilai bagi manusia. Nilai sangat penting bagi diri seseorang,

karena nilai merupakan suatu perangkat keyakinan atau pegangan yang

dapat mengarahkan sesorang untuk menjalani dan menentukan suatu

perkara.

b. Jenis-jenis nilai

Max Scheler dalam Kaswardi mengelompokkan nilai-nilai kedalam

4 tingkatan menurut tinggi rendahnya sebagai berikut :38

1) Nilai-nilai kenikmatan. Dalam tingkat ini terdapat deretan nilai-nilai

yang mengenakkan dan tidak mengenakkan, yang menyebabkan

orang senang dan menderita tidak enak.

36

Drs H Abu Ahmadi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara )

2004) h. 202 37

Mawardi lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Bengkulu: Pustaka Pelajar,2008) h. 17 38

E.M Kaswardi. Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000 ., hal 37

29

2) Nilai-nilai kehidupan. Dalam tingkat ini, terdapat nilai-nilai penting

bagi kehidupan. Misalnya kesehatan, kesegaran badan,

kesejahteraan umum.

3) Nilai-nilai kejiwaan. Dalam tingkat ini terdapat nilai kejiawaan

yang sama sekali tidak tergantung pada jasmani mauun lingkungan.

Nilai-nilai semacam itu ialah : keindahan, kebenaran, dan

pengatahuan murni yang dicapai dalam filsafat.

4) Nilai-nilai kerohanian. Dalam tingkat ini, terdapat modalitas nilai

suci dan tidak suci. Nilai-nilai semacam ini terutama Allah SWT

sebagai pribadi tertinggi.

Sementara itu Khiron Rosyadi mengelompokkan nilai-nilai sebagai

berikut :39

1) Nilai Sosial adalah interaksi antar pribadi dan manusia berkisar

sekitar baik-buruk, pantas-tidak pantas, semestinya-tidak

semestinya, sopan santun-kurang ajar. Nilai-nilai baik dalam

masyarakat yang dituntut pada setiap anggota masyarakat disebut

susila atau moral.

2) Nilai Ekonomi ialah hubungan manusia dengan benda. Benda

diperlukan karena kegunaannya. Nilai ekonomi menyangkut nilai

guna.

3) Nilai Politik ialah pembentukkan dan penggunaan kekuasaan. Nilai

politik menyangkut nilai kekuasaan.

4) Nilai Pengetahuan menyangkut nilai kebenaran.

5) Nilai Seni menyangkut nilai bentuk-bentuk yang menyenangkan

secara estetika.

6) Nilai Filsafat menyangkut nilai hakikat kebenaran dan nilai-nilai itu

sendiri

7) Nilai Agama menyangkut nilai ketuhanan (nilai kepercayaan, ibadat,

ajaran, pandangan, dan sikap hidup dan amal) yang terbagi dalam

baik dan buruk.

39

Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2004) h. 123-124

30

Albert Einstein dalam Suroso menjelaskan bahwa dalam sains

terkandung nilai-nilai sebagai berikut:

1) Nilai Praktis suatu bahan ajar adalah nilai yang dapat memberi

kemanfaatan langsung atau segi-segi praktis bagi kehidupan

manusia dan pemahaman atau pengusaan tentang sains.

2) Nilai Religius suatu bahan ajar adalah kandungan nilai yang dapat

membangkitkan rasa percaya, menambah keyakinan dan keimanan

seseorang bahwa segala sesuatu yang ada mesti ada yang

menciptakan dan mengaturnya, yang akhirnya menyadari dan

menghayati atas kekuasaan Allah dengan segala sifatNya sehingga

manusia mesti bertaqwa kepadaNya.

3) Nilai Pendidikan suatu bahan ajar adalah kandungan nilai yang

dapat memberikan inspirasi ide atau gagasan cemerlang untuk

diterapkan ke bidang teknik atau mental dalam pemenuh kebutuhan

dan hasratnya bagi kesejahteraan manusia.

4) Nilai Intelektual suatu bahan ajar adalah nilai yang melandasi

kecerdasan manusia untuk mengambil sikap dan perilaku yang tepat

setelah bahan ajar diberikan.

5) Nilai Sosial dan Politik suatu bahan ajar adalah kandungan nilai

yang dapat memberikan petunjuk kepada manusia untuk bersikap

dan berperilaku sosial yang baik, maupun berpolitik yang baik

dalam kehidupannya.40

Nilai-nilai yang dintegrasikan dalam pembelajaran disini dibatasi

pada nilai-nilai religi, nilai pendidikan, nilai moral dan nilai praktis.

B. Penelitian yang Relevan

Intan Nuridian F dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh

Integrasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Pembelajaran Kimia Terhadap Sikap

Siswa, menyimpulkan bahwa integrasi nilai-nilai akhlak pada pembelajaran

40

Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai, (Bandung: Mughni

Sejahtera,2005) h. 16

31

kimia memiliki pengaruh yang positif meningkatkan tiga aspek yang terlibat

di dalam sikap seperti kognitif, afektif, dan konatif41

.

Priyo Agung N dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh

Pendekatan Penanaman Nilai Terhadap Sikap Siswa SMA Tentang Nilai-Nilai

Sains, memberikan kesimpulan bahwa perdapat pengaruh positif pendekatan

penanaman nilai terhadap sikap siswa tentang nilai-nilai sains42

.

C. Kerangka Pikir

Dalam pembentukkan sikap terdapat faktor intern dan ekstern yang

mempengaruhinya, faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri seorang

tersebut sedangkan faktor ekstern berasal dari lingkungan sekitar salah

satunya adalah pendidikan atau sekolah.

.Faktor ekstern atau dalam hal ini lembaga pendidikan memiliki

pengaruh yang lebih besar dalam mempengaruhi pembentukkan sikap.

Berbagai ilmu ditanamkan kepada siswa agar siswa dapat memahaminya dan

diharapkan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupannya sehari-hari.

Mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam pembelajaran kimia

merupakan salah satu bentuk upaya menginternalisasikan nilai-nilai dalam

dunia pendidikan. Integrasi nilai agama diharapkan dapat membentuk dan

membina sikap positif siswa. Sehingga siswa tidak hanya mendapat ilmu saja

tetapi juga nilai-nilai agama yang terkandung didalamnya.

Dengan adanya pengintegrasian nilai agama terhadap suatu konsep

pembelajaran kimia yakni konsep senyawa hidrokarbon diharapkan dapat

memberikan pengaruh positif dalam rangka menanamkan nilai-nilai

keimanan siswa serta memadukannya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi

sehingga dapat membentuk dan membina sikap positif siswa dalam

kehidupannya sehari-hari.

41

Intan Nuridian Fauziah, Pengaruh Integrasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Pembelajaran

Kimia Terhadap Sikap Siswa, Skripsi/Juli 2008. 42

Priyo Agung N Pengaruh Pendekatan Penanaman Nilai Terhadap Sikap Siswa SMA

Tentang Nilai-Nilai Sains, Skripsi/ Mei 2009

32

Bagan Kerangka Fikir

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Fikir

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka fikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini

yaitu :

Ho = Tidak terdapat pengaruh yang positif integrasi nilai-nilai agama dalam

pembelajaran kimia dengan pendekatan TGT terhadap sikap siswa.

Ha = Terdapat pengaruh yang positif integrasi nilai-nilai agama dalam

pembelajaran kimia dengan pendekatan TGT terhadap sikap siswa.

Sikap Siswa

Integrasi nilai agama pada

pembelajaran Kimia

Sikap positif siswa

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian di lakukan di Madrasah Aliyah Al Khairiyah

Mampang, Jakarta Selatan. Penelitian dilaksanakan disemester genap pada

bulan maret 2010

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Adapun populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa Madrasah Aliyah Al Khairiyah

Mampang

2. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan di teliti.

Sampel dalam penelitian ini adalah sisiwa/i kelas X madrasah Aliyah

Al Khairiyah Mampang.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimental Design sering

dipandang sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya. Dalam metode

kuasi eksperimen, penelitian tidak dapat meletakkan subjek secara random.

pada kelompok eksperimen atau kelompok kontrol1. Yang dapat dilakukan

peneliti adalah menentukan kelompok subjek yang diberikan variabel

bebas dan kelompok lain yang tidak mengalami mengalami variable bebas.

Design ini pretes-postes kelompok tanpa acak ini dapat dilakukan dalam

diagram sebagai berikut2.

Tabel 3.1. Design Pretes Postes Kelompok Kontrol Tanpa Acak

Kelompok Pretes Variable Terikat Postes

Eksperimen

Kontrol

Y1

Y2

XN

Xn

Y2

Y2

Keterangan :

1 Prof., Dr., Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, ( Bandung:

Alfabeta,2007) h.79 2 Prof., Dr.,Sugiono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,. h.75

34

Y1 : Tes sikap yang diberikan sebelum proses belajar mengajar

dimulai , diberikan kepada kedua kelompok (eksperimen dan

kontrol)

X : Pemberian proses belajar mengajar untuk kelompok eksperimen

yaitu pembelajaran terintegrasi nilai agama dengan metode Team-

Games-Tournament (XN) dan kelompok control yaitu pembelajaran

tanpa terintegrasi nilai namun dengan metode Team-Games-

Tournament (Xn)

Y2 : Tes sikap yang diberikan setelah proses belajar mengajar

dimulai , diberikan kepada kedua kelompok (eksperimen dan

kontrol)

D. Instrumen Penelitian

Angket

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Pada penelitian ini untuk

mendapat data tentang sikap siswa terhadap pengintegrasian nilai agama,

digunakan angket/kuesioner.

E. Validasi Instrumen

Dalam penelitian ini instrumen (angket ) yang digunakan peneliti

dalam memperoleh data diuji dengan Pengujian Validitas Konstruksi

( Construct Validity), yaitu menggunakan pendapat ahli ( judgment

experts3). Dalam hal ini para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen

yang telah disusun, para ahli yang dimintai pendapat tentang instrumen

yang telah disusun adalah dosen pembimbing skripsi peneliti. Setelah itu

peneliti memperbaiki instrumen sesuai dengan pendapat para ahli.

F. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat beberapa tahapan dalam pengumpulan data agar data semua

dapat diperoleh dengan baik dan lengkap. Tahapan pengumpulan data

tersebut adalah sebagai berikut :

3 Prof., Dr.,Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,.h. 125

35

1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut :

a) Menganalisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar

(KD) pada standar Isi mata Pelajaran Kimia kelas X SMA KTSP

2006 serta menganalisis materi pada buku paket untuk menentukan

pokok bahasan yang pembelajarannya dapat diintegrasikan dengan

nilai-nilai agama. Pada penelitian ini sub bab yang pilih adalah

konsep Senyawa Hidrokarbon

b) Menentukan nilai-nilai agama yang dapat diintegrasikan kedalam

sub bahasan konsep Senyawa Hidrokarbon

c) Membuat instrumen pembelajaran

d) Membuat instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data

e) Menguji validasi instrumen penelitian oleh para ahli kemudian

diperbaiki sesuai saran para ahli.

f) Memperbanyak instrumen untuk digunakan dalam penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan :

a) Memberikan perlakuan. Perlakuannya berupa pembelajaran kimia

yang terintegrasi nilai-nilai agama dengan pendekatan

pembelajaran kooperatif teknik TGT untuk kelompok eksperimen

dan pembelajaran kimia dengan pendekatan pembelajaran

kooperatif teknik TGT tanpa terintegrasi nilai-nilai agama untuk

kelompok control.

b) Pemberian kuesioner (angket)

3. Tahap Pengolaan Data

Dalam tahap ini pengolahan data adalah pengolahan data hasil angket.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik statik yang digunakan untuk

menganalisis data yaitu :

36

1. Uji Normalitas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah sample

yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini

dugunakan uji Liliefors

Kriteria hipotesis: Tolak Ho jika Lo> Ltab, berdistribusi tak normal

Terima Ho jika Lo< Ltab, berdistribusi normal

Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

a) Kolom Xi

Data diurutkan dari yang terkecil hingga ke yang terbesar

b) Kolom Zi

Xi XZ

S

c) Kolom Zt

Nilai Zt dikonsultasikan pada Ftabel

d) Kolom F(Zi)

Jika Zi negative maka F(Zi) = 0.5 Zt

Jika Zi positif maka F(Zi) = 0.5 + Zt

e) Kolom S(Zi)

S = nomer responden

Jumlah responden

f) Kolom F(Zi) S(Zi)

Merupakan harga mutlak selisih dari F(Zi) S(Zi)

g) Menentukan harga terbesar dari selisih tersebut untuk mendapatkan

Lo

2. Uji Homogenitas. Uji homogenitas kedua kelompok dilakukan dengan

uji Fisher.

Kriteria hipotesis: Tolak Ho jika Fhit > Ftab (sampel tidak homogen)

Terima Ho jika Fhit < Ftab (sampel homogen)

Langkah langkah pengujian adalah sebagai berikut :

a) Uji statistic

1) Hitung rata-rata ( X )

2) Menentukan selisih nX X

37

3) Menentukan kuuadrat selisih 2

nX X

4) Menjumlah kuadrat-kuadrat tersebut

5) Jumlah kuadrat tersebut dibagi dengan (n 1)

b) Uji hipotesis

1). Mencari varians kelompok masing-masing (control dan

eksperimen) dengan menggunakan rumus 4:

2

2

1

nX XS

n

2). Mencari Fhitung dengan rumus5, Fhitung =

var

var

ianterbesar

ianterkecil

3. Uji Hipotesis

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan mean antara dua

kelompok, dilakukan dengan uji-t dengan menggunakan rumus berikut 6:

1 2

1 2

1 1

X Xt

Sgn n

dengan Sg = 2 2

1 1 2 2

1 2

( 1) ( 1)

2

n S n S

n n

Dimana ;

1X = Rata-rata skor kelompok eksperimen

2X = Rata-rata skor kelompok kontrol

Sg = Varians gabungan ( kelompok eksperimen dan kontrol)

S12 = Varians kelompok eksperimen

S22 = Varians kelompok kontrol

Langkah selanjutnya adalah sebagai berikut :

a) Menguji hipotesis yaitu :

1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest

4 Pro. H.E.T. Ruseffendi, S.Pd., M.Sc., PhD, Statistika Dasar untuk Pelatihan Pendidkan

(Bandung:IKIP Bandung Press,2000), h.123 5 Drs.Subana,dkk, Statistika Pendidikan (Bandung:Pustaka Setia, 2005), h. 172

6 Drs.Subana,dkk, Statistika Pendidikan (Bandung:Pustaka Setia, 2005), h. 172

38

Ho = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor

pretest kelompok eksperimen dengan skor pretest kelompok

kontrol

Ha = Terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest

kelompok eksperimen dengan skor pretest kelompok

kontrol

2) Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Posttest

Ho = Tidak terdapat pengaruh yang positif integrasi nilai-nilai

agama pada pembelajaran kimia terhadap sikap siswa

Ha = Terdapat terdapat pengaruh yang positif integrasi nilai-

nilai agama pada pembelajaran kimia terhadap sikap siswa

b) Menghitung nilai thitung dengan rumus uji t

c) Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus :

dk = (n1 1 ) + (n2 1)

d) Menentukan nilai ttabel dengan taraf signifikansi 95 % ( = 0.05)

4. Mencari Persentase

Mencari persentase digunakan untuk mengetahui persentase

peningkatan sikap yang diwakilkan pada setiap item soal. Hasil

penjumlahan skor yang dijawab dari setiap item dibandingkan dengan

jumlah skor ideal untuk kemudian dicari persentasenya, berdasarkan

rumus 7:

Persentase (%) = 100%JumlahSkorItemSoal

XJumlahSkorIdeal

H. Hipotesis Statistik

Jika thitung < ttabel maka Ho diterima pada taraf signifikansi 95 %

Jika thitung < -ttabel atau ttabel < thitung maka Ha diterima pada taraf

signifikansi 95 %

7 Prof., Dr., Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,.h. 125

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Hasil Pre Angket Sikap Siswa Kelompok Kontrol

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai tes sikap

dari 24 siswa yang dijadikan sampel. Diperoleh nilai terendah 92 dan

nilai tertinggi 123, nilai rata-rata sebesar 106.54, modus sebesar 108,

median sebesar 106.5, simpangan baku sebesar 7.5 dan varians (7.5)2.

Skor rata-rata yang diperoleh yaitu sebesar 106.54. siswa yang

mendapat skor diatas rata-rata sebanyak 50%, dan siswa yang

mendapat skor dibawah rata-rata sebanyak 50%.

2. Hasil Pre Angket Sikap Siswa Kelompok Eksperimen

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai tes sikap

dari 24 siswa yang dijadikan sampel. Diperoleh nilai terendah 96 dan

nilai tertinggi 125, nilai rata-rata sebesar 107.54, modus sebesar 112,

median sebesar 107.5, simpangan baku sebesar 6.9 dan varians (6.9)2.

Skor rata-rata yang diperoleh yaitu sebesar 107.54. siswa yang

mendapat skor diatas rata-rata sebanyak 58.34%, dan siswa yang

mendapat skor dibawah rata-rata sebanyak 41.66%.

3. Hasil Post Angket Sikap Siswa Kelompok Kontrol

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai tes sikap

dari 24 siswa yang dijadikan sampel. Diperoleh nilai terendah 87 dan

nilai tertinggi 128, nilai rata-rata sebesar 102.5, modus sebesar 103,

median sebesar 102.5, simpangan baku sebesar 9.57 dan varians

(9.57)2. Skor rata-rata yang diperoleh yaitu sebesar 102.5. siswa yang

mendapat skor diatas rata-rata sebanyak 70.84%, dan siswa yang

mendapat skor dibawah rata-rata sebanyak 29.16%.

40

4. Hasil Post Angket Sikap Siswa Kelompok Eksperimen

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai tes sikap

dari 24 siswa yang dijadikan sampel. Diperoleh nilai terendah 95 dan

nilai tertinggi 129, nilai rata-rata sebesar 107.7, modus sebesar 100,

median sebesar 107.5, simpangan baku sebesar 9.16 dan varians

(9.16)2. Skor rata-rata yang diperoleh yaitu sebesar 107.7. siswa yang

mendapat skor diatas rata-rata sebanyak 45.84%, dan siswa yang

mendapat skor dibawah rata-rata sebanyak 54.16%.

B. Analisis Data Tes Sikap

1. Uji Normalitas Tes Sikap

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh berasal dari subjek penelitian berdistribusi normal atau tidak.

Dalam penelitian ini, uji normalitas didapat dengan menggunakan uji

Lilifors. Kriteria uji normalitas adalah Ho diterima jika Lhitung < Ltabel

dan jika Lhitung > Ltabel maka Ho ditolak. Dengan diterimanya Ho berarti

data berasal dari populasi berdistribusi normal, sedangkan jika Ho

ditolak berarti data penelitian berasal dari populasi berdistribusi tidak

normal.

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Pretest

Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

N 24 24

X 107.54 106.54

S 6.9 7.5

Lhitung 0.0928 0.091

Ltabel 0.1764 0.1764

Kesimpulan Data Berdistribusi Normal Data Berdistribusi Normal

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% ( = 0.05),

berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian

berdistribusi normal karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel

41

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Posttest

Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

N 24 24

X 107.7 102.5

S 9.16 9.57

Lhitung 0.1328 0.1176

Ltabel 0.1764 0.1764

Kesimpulan Data Berdistribusi Normal Data Berdistribusi Normal

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% ( = 0.05),

berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian

berdistribusi normal karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel.

2. Uji Homogenitas Tes Sikap

Setelah subjek penelitian berdistribusi normal, kemudian mencari

nilai homogenitasnya. Dalam penelitian ini nilai homogenitas didapat

dengan menggunakan Uji Fisher, kriteria pengujian pada Uji Fisher

adalah: kedua kelompok sampel dinyatakan homogen apabila Fhit <

Ftabel diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.

Hasil uji homogenitas pretest dan posttest kedua kelompok sampel

penelitian dapat dilihat seperti pada tabel dibawah, sedangkan

perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest

Statistik

Neksperimen 24

Nkontrol 24

( Yi - Y)2 eksp 1105.958

(Xi X)2

kontrol 1309.958

Sy2 eksperimen 48.08

Sx2 kontrol 56.95

Fhitung 1.18

Ftabel 2.01

Kesimpulan Homogen

42

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% ( = 0.05),

berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian berasal

dari populasi yang homogen karena memenuhi kriteria Fhit < Ftabel

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Posttest

Statistik

Neksperimen 24

Nkontrol 24

( Yi - Y)2 eksp 1930.96

(Xi X)2

kontrol 2108

Sy2 eksperimen 83.95

Sx2 kontrol 91.65

Fhitung 1.09

Ftabel 2.01

Kesimpulan Homogen

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% ( = 0.05),

berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian berasal

dari populasi yang homogen karena memenuhi kriteria Fhit < Ftabel

3. Pengujian Hipotesis

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest

Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok

eksperimen dengan skor pretest kelompok kontrol.

Tabel 4.5 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest

Keterangan Kelompok

Eksperimen

Kelompok

Kontrol

Jumlah sampel 24 24

X 107.54 106.54

S2

48.08 56.95

thitung 0.4567

ttabel 1.711

Kesimpulan Tidak Berbeda

43

Dari perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 0.4567 dan ttabel

sebesar 1.711. hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa

thitung berada di daerah penerimaan Ho, yaitu thitung < ttabel atau

0.4567 < 1.711. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak pada

taraf kepercayaan 95% ( = 0.05) hal ini menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang signfikan antara skor pretest

kelompok eksperimen dengan skor pretest kelompok kontrol.

Perhitungn lengkap uji kesamaan dua rata-rata hasil pretest dapat

dilihat pada lampiran

b. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Posttest

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat

pengaruh positif pembelajaran kimia yang terintegrasi nilai-nilai

agama terhadap sikap siswa.

Tabel 4.6 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest

Keterangan Kelompok

Eksperimen

Kelompok

Kontrol

Jumlah sampel 24 24

X 107.7 102.5

S2

83.95 91.65

thitung 1.83

ttabel 1.711

Kesimpulan Berpengaruh Positif

Dari perhitungan diperoleh n