pengaruh penggunaan pendekatan konstruktivis dengan metode eksperimen terhadap prestasi belajar ipa...

42
PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS DENGAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA FISIKA POKOK BAHASAN KALOR PADA SISWA KELAS VII SMPN 1 PALIBELO TAHUN PELAJARAN 2011/2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan, dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan dapat mengembangkan pengetahuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia seperti yang diharapkan. Agar pelaksanaan pendidikan dapat berlangsung sesuai yang diharapkan, maka perlu mendapatkan perhatian yang serius baik oleh pemerintah, masyarakat, guru dan orang tua. Fisika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Mata pelajaran fisika telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat SMP sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil observasi di SMPN 1 Palibelo, rata-rata siswa di sekolah

Upload: vina-nur-aini

Post on 31-Oct-2015

283 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

 PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS DENGAN

METODE EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA FISIKA POKOK

BAHASAN KALOR PADA SISWA KELAS VII SMPN 1 PALIBELO TAHUN

PELAJARAN 2011/2012.

BAB I

PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan, dalam

upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan dapat

mengembangkan pengetahuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia

seperti yang diharapkan. Agar pelaksanaan pendidikan dapat berlangsung sesuai yang

diharapkan, maka perlu mendapatkan perhatian yang serius baik oleh pemerintah,

masyarakat, guru dan orang tua.

Fisika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Mata pelajaran fisika telah

diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat SMP sampai ke jenjang yang lebih tinggi.

Berdasarkan hasil observasi di SMPN 1 Palibelo, rata-rata siswa di sekolah tersebut tidak

serius dalam belajar siswa-siswa tersebut cenderung ribut pada saat belajar mengajar

berlangsung, hal ini terjadi dikarenakan guru bidang studi fisika cenderung menggunakan

metode konvensional. Pendekatan konvensional ditandai dengan  guru mengajar lebih banyak

mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu

bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak

mendengarkan.  Di sini terlihat bahwa pendekatan konvensional yang dimaksud  adalah proses

pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai “pen-transfer” ilmu, sementara siswa

lebih pasif sebagai “penerima” ilmu. Sehingga siswa banyak yang tidak tuntas dan memiliki

nilai yang tidak cukup memuaskan..

Menurut observasi yang dilakukan di SMPN 1 Palibelo pada siswa kelas VII hasil

belajar siswa tersebut masih jauh dari yang diharapkan, selain itu masih banyak siswa yang

menganggap mata pelajaran fisika adalah mata pelajaran yang paling menakutkan, dan rara-

rata siswa merasa sulit dalam belajar fisika. Kecemasan seperti inilah yang sangat

mempengaruhi terhadap mental siswa dalam belajar fisika, yang pada akhirnya orang tua dan

siswa sendiri memaklumi apabila prestasi belajar fisikanya rendah. Rendahnya prestasi

belajar fisika siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah proses belajar

mengajar. Pembelajaran fisika yang selama ini dilaksanakan oleh guru masih menganut pada

teori tabula rasa John Locke. Teori tersebut menyatakan bahwa pikiran seorang anak adalah

seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan-coretan gurunya. Dengan

kata lain, otak seorang anak adalah ibarat botol kosong yang siap diisi dengan segala ilmu

pengetahuan dan kebijaksanaan guru (Sadirman, 2003 : 97) . Berdasarkan asumsi ini dan

asumsi yang sejenisnya, banyak guru yang melakukan kegiatan belajar mengajar sebagai

berikut:

1.        Memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa

Tugas seorang guru adalah memberi dan tugas seorang siswa adalah menerima. Guru

memberi informasi dan mengharapkan siswa untuk menghafal dan mengingatnya.

2.        Mengisi botol kosong dengan pengetahuan

Siswa menerima pengetahuan dengan pasif. Guru memiliki pengetahuan yang nantinya akan

dihafal oleh siswa.

3.        Mengkotak-kotakkan siswa

Guru mengelompokkan siswa berdasarkan nilai dan memasukkan siswa dalam kategori, siapa

yang berhak naik kelas, siapa yang tidak berhak naik kelas, siapa yang bisa lulus dan siapa

yang tidak lulus. Kemampuan dinilai dengan rangking dan siswa pun direduksi dengan

angka-angka.

4.        Memacu siswa dalam kompetensi

Siswa bekerja keras untuk mengalahkan teman sekelasnya. Siapa yang kuat dia yang menang.

Orang tua pun saling menyombongkan anaknya masing-masing dan menonjolkan prestasi

anaknya.

Dengan kegiatan belajar mengajar tersebut siswa dianggap sebagai klise orang

dewasa yang pasif dan butuh motivasi dari luar. Karena itu guru mengembangkan kurikulum

yang terstruktur dan menentukan bagaimana siswa harus dimotivasi, dirangsang dan

dievaluasi sehingga berkesan bahwa pembelajaran adalah sekedar pemindahan dan

penyerapan pengetahuan saja sehingga dirasakan kurang bermakna bagi siswa. Oleh karena

itu, saat ini diperlukan pembelajaran fisika yang dapat meningkatkan makna pembelajaran.

Salah satu pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran fisika dengan pendekatan

konstruktivis. Pendekatan konstruktivis pengetahuan dapat ditemukan, dibentuk dan

dikembangkan oleh siswa, sedangkan guru hanya berperan sebagai mediator serta fasilitator

untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan

pengetahuan. Metode eksperimen adalah metode atau cara di mana peneliti mengerjakan

sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi

(Emzir, 2007 : 64).

Melalui pendekatan konstruktivis dengan metode eksperimen ini diharapkan di

dalam pembelajaran fisika siswa dapat menggunakan serta mengembangkan pengetahuannya

tersebut untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.

B.        Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1          Prestasi belajar siswa yang kurang, karena guru mengajarkan dengan metode konvensional.

2          Guru tidak pernah menggunakan metode konstruktivis dengan metode eksperimen.

C.       Batasan Masalah

penelitian ini hanya dibatasi pada:

1          Pengaruh pendekatan pembelajaran konstruktivis dengan metode eksperimen.

2          Peningkatan prestasi belajar siswa dengan metode eksperimen pada pokok bahasan kalor.

D.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan

permasalahan yaitu:

1          Pengaruh penggunaan pendekatan konstruktivis dengan metode eksperimen terhadap prestasi

belajar IPA fisika pokok bahasan kalor pada siswa kelas VII SMPN 1 Palibelo Tahun

Pelajaran 2011/2012.

2          Metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA fisika untuk pokok bahasan kalor.

E.        Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1          Untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan pendekatan konstruktivis dengan metode

eksperimen terhadap prestasi belajar IPA fisika pokok bahasan kalor pada siswa kelas VII

SMPN 1 Palibelo Tahun Pelajaran 2011/2012.

2          Untuk mengetahui metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA fisika untuk

pokok bahasan kalor.

F.        Manfaat Penelitian

1.        Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan keilmuan dan memajukan pola pikir

peneliti dan pembaca mengenai pengaruh penerapan pendekatan kontruktivis dalam

pembelajaran fisika melalui metode eksperimen terhadap prestasi belajar.

2.        Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

a.    Guru dalam mengembangkan metode mengajar yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku

b.    Siswa dalam mengembangkan dan meningkatkan hasil belajar yang optimal dalam pelajaran

Fisika dengan menggunakan metode yang cocok yang diberikan oleh guru.

c.    Diharapkan bisa menjadi bahan acuan sekolah untuk meningkatkan mutu belajar di sekolah

tersebut.

d.   Mendapatkan pengetahuan, memperkaya wawasan strategi pembelajaran berikut praktiknya

di lapangan yang berguna bagi pilihan profesi peneliti di masa mendatang.

G.       Definisi Operasional

Untuk menghindari salah pengertian mengenai judul proposal ini, maka beberapa

istilah yang terdapat pada judul perlu dijelaskan. Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah

sebagai berikut:

1.        Pendekatan Konstruktivis

Menurut Lorsbach  konstruktivis dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai siswa

sendiri yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dan menyesuaikan terhadap

pengalaman pengalaman mereka (Suparno, 2000: 19). Dalam penelitian ini yang dimaksud

pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu

siswa agar memperoleh pengetahuannya sendiri dalam proses belajar dan mengajar dalam

materi kalor.

2.         Metode Eksperimen

menurut Emzir (2007 : 64) metode eksperimen adalah metode penelitian yang dapat

menguji secara benar hipotesis menyangkut hubungan sebab akibat, dalam studi peneliti

memanipulasi paling sedikit satu variabel, mengontrol variabel lain yang relevan, dan

mengobservasi efek/pengaruhnya terhadap satu atau lebih variabel terikat.

3.        Prestasi Belajar

Menurut Usman (2007 : 5) belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku

pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Sedangkan

prestasi adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar dimana hasil yang

baik menunjukkan prestasi yang tinggi dan hasil yang tidak baik menunjukkan prestasi yang

rendah.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.      Landasan Teori

1.        Teori belajar

Pengertian belajar secara umum adalah terjadinya perubahan pada seseorang yang

terjadi akibat pengalaman. Perubahan tersebut dapat terlihat (overt) atau tidak (covert),

bertahan lama atau tidak, ke arah positif atau negatif pada keseluruhan pribadi atau pada

aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara sendiri-sendiri (Dimyati, 2003: 32). Beberapa

teori belajar antara lain:

a.    Teori belajar David Ausubel

Teori ini terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar. Membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Pada belajar menerima siswa hanya menerima, jadi tinggal menghafalkannya, tetapi pada belajar menemukan konsep ditemukan oleh siswa, jadi tidak menerima pelajaran begitu saja. Selain itu untuk dapat membedakan antara belajar menghafal dengan belajar bermakna. Pada belajar menghafal, siswa menghafalkan materi yang sudah diperolehnya, tetapi pada belajar bermakna materi yang telah diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan lain sehingga belajarnya lebih dimengerti, Ausubel dalam (Dimyati, 2003: 32).

b.   Teori Bruner

Di dalam proses belajar mengajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar mengajar perlu lingkungan yang dinamakan “discovery learning environment”, ialah lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui (Slameto, 2003: 2)

c.     Teori Belajar dari Piage

Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis.

Teori perkembangan piaget mewakili kontruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. Menurut teori piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif (Trianto, 2007 : 14).

2.        Pendekatan Konstruktivis

Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori

pembelajaran kontruktivis (constructivist theories of learning).

Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.

Menurut teori kontruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinngi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur dalam Trianto, 2007: 13-14).

   Kontruktivis merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-koyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta , konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

   Landasan berpikir kontruktivis agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan kontruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas Guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengana.     menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,

b.    memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, danc.    menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

   Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman, pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru (Trianto, 2007: 108-109).

Menurut Yuwono (2003: 3) mendefinisikan pengetahuan awal siswa sebagai fakta, ide-ide atau konsep-konsep, prinsip yang telah dimiliki sebelum secara formal mempelajari konsep-konsep baru. Pengetahuan awal tersebut merupakan pengetahuan pribadi siswa yang terbentuk melalui belajar informal, pengalaman sehari-hari maupun dari belajar formal sebelum mempelajari konsep-konsep baru. Pengetahuan awal siswa mengenai suatu objek disebut dengan konsepsi awal (prakonsepsi), sedangkan pengetahuan awal siswa yang tidak tepat sama dengan pengetahuan yang akan dipelajari disebut miskonsepsi. Pada akhirnya, dalam proses pembelajaran di kelas akan terjadi interaksi antara  pengetahuan guru dengan pengetahuan awal siswa yang menghasilkan pengetahuan siswa. Ada beberapa konsep mendasar yang dimunculkan dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis (Mohammad, dkk; 2000: 5).

a.    Scaffolding, menurut Vygotsky memunculkan konsep scaffolding memberikan sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran dan mengurangi bantuan serta

memberikan kesempatan kepada siswa tersebut untuk mengambil alih tanggung jawab yang besar setelah ia dapat melakukannya.

b.    Proses Top Down, ini berarti siswa memulai dengan masalah kompleks untuk dipecahkan dan memecahkan atau menemukan ketrampilan dasar yang diperlukan.

c.    Zone of Proximal Development (ZPD), yaitu kemampuan memecahkan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sejawat yang lebih mampu.

d.   Pembelajaran kooperatif, menurut Vygotsky perlunya kelas berbentuk kooperatif antar siswa, sehingga dapat berinteraksi dalam menyelesaikan tugas dan dapat saling memunculkan strategi pemecahan masalah yang lebih efektif di dalam masing-masing zone of proximal development mereka.

Berdasarkan beberapa pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

yang mengacu teori belajar yang menggunakan pendekatan kontruktivis pada dasarnya

menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan

aktif proses belajar mengajar dimana proses belajar mengajar lebih diwarnai atau dipusatkan

pada siswa dibandingkan guru, dalam pendekatan ini sebagian besar waktu proses belajar

mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa.

3.        Metode Eksperimen

Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan

mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih keterampilan

proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara

langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional

siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat

menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.

Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar

konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan

mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri

konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.

a.        Pengertian Metode EksperimenMetode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik

perorangan atau kelompok, untuk dilatih melalui suatu proses atau percobaan, Djamarah (2000).

Menurut Roestiyah (2001 :80) metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh palendeng (2003 :81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

Metode eksperimen menurut Al-farisi (2005 :2) adalah metode yang bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah.

b.        Keunggulan dan Kelemahan Metode Eksperimen

1)        Keunggulan Metode Eksperimen

Metode eksperimen mempunyai keunggulan sebagai berikut:

a)        Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan

percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku.

b)         Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi)

tentang ilmu dan teknologi.

c)        Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru

dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi

kesejahteraan hidup manusia.

2)        Kekurangan Metode Eksperimen

Kekurangan metode eksperimen sebagai berikut:

a)        Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan

eksperimen.

b)        Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk

melanjutkan pelajaran.

c)        Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.

3)        Cara Mengatasi Kelemahan Metode Eksperimen

Ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode manusia dari metode

eksperimen, yaitu sebagi berikut:

a)        Hendaknya guru menjelaskan sejelas-jelasnya tentang hasil yang ingin dicapai sehingga ia

mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dengan eksperimen ,

b)        Hendaknya guru membicarakan bersama-sama dengan siswa tentang langkah-langkah yang

dianggap baik untuk memecahkan masalah dalam eksperimen, serta bahan-bahan yang

diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan hal-hl yang perlu dicatat,

c)        Bila perlu guru menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan

d)       Guru perlu memberikan dorongan agar siswa mau membandingkan hasil eksperimennya

dengan temannya agar mereka mau mendiskusikannyan kembali bila ada perbedaan-

perbedaan dan kekeliruan-kekeliruan.

Maka yang dimaksud dengan Eksperimen dalam penelitian ini ialah suatu upaya atau

praktek dengan menggunakan peragaan yang ditujukan pada siswa yang tujuannya ialah agar

supaya semua siswa lebih mudah dalam memahami dan mempraktekan dari apa yang telah

diperolehnya dan dapat mengatasi suatu permasalahan apabila terdapat suatu perbedaan.

4.        Prestasi Belajar

a.        Pengertian Prestasi Belajar

Kegiatan belajar adalah segala aktivitas yang dilakukan dengan sengaja oleh peserta didik untuk mencapai tujuan belajar. Tujuan belajar berkaitan dengan perubahan tingkah laku peserta didik yang meliputi aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai-nilai dan aspirasi (Sudjana, 2000: 96).

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang

dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai.

Sehubungan dengan itu, keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau

taraf yaitu:

1)        Istimewa/maksimal apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa,

2)        Baik sekali/optimal ababila sebagian besar 76% sampai dengan 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa,

3)        Baik/minimal apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% sampai dengan 75% dapat dikuasai oleh siswa,

4)        Kurang apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dapat dikuasai oleh siswa (Djamarah, 2006: 107).

Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran tidaklah mudah. Belajar bukan hanya sekedar menyampaikan informasi, akan tetapi suatu proses mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk itu dibutuhkan kemampuan dalam merancang dan menggunakan metode, media dan sumber belajar (Sanjaya, 2006: 142).

Pola pembelajaran yang masih tradisional (teacher centered) menjadikan siswa

menganggap proses belajar di sekolah hanya sebagai sebuah formalitas yang harus dijalani

rutin setiap hari.

b.        Faktor-Faktor yang Mempengruhi Prestasi Belajar

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar (Slameto 2003: 54-60), dibagi menjadi dua

bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal:

1)      Faktor InternalFaktor ini terdapat dalam diri siswa antara lain:

a)        Faktor kesehatan yang berupa kesehatan jasmani dan kesehatan rohani.b)        Faktor intelegensial dan bakat (kemampuan yang dimiliki oleh siswa sejak lahir).c)        Faktor minat dan motifasi.d)       Faktor cara belajar.e)        Faktor minat dan motifasi.f)         Faktor cara belajar2)      Faktor Eksternal

            Faktor eksternal ini berasal dari luar individu antara lain:a)        Faktor keluarga, yaitu cara orang tua dalam mendidik, hubungan antara anggota keluarga,

suasana rumah yang nyaman serta keadaan ekonomi keluarga.b)        Faktor sekolah. Meliputi metode mengajar guru, kurikulum, relasi di sekolah, kelengkapan

fasilitas belajar mengajar, disiplin sekolah.c)        Faktor masyarakat, berupa teman bergaul serta hal yang terkait dengan kehidupan sosial

masyarakat dimana siswa berada.d)       Faktor lingkungan sekitar, berupa keadaan atau berupa suasana lingkungan tempat tinggal.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar

merupakan hasil perubahan belajar seseorang sehingga dapat dinyatakan dalam bentuk angka

(kuantitatif) ataupun dalam bentuk pernyataan (kualitatif) melalui proses penilaian dan

pengukuran terhadap tingkah laku yang dihasilkan dari proses belajar mengajar.

B.       Kerangka Berpikir

Setiap individu membangun sendiri pengetahuannya. Sebab individu melakukan

interaksi terus menerus dengan lingkungan dan lingkungan tersebut mengalami perubahan.

Lingkungan yang mendukung proses belajar mengajar adalah lingkungan dimana siswa dapat

melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru berdasarkan pengalaman yang telah

dimilikinya Selain itu proses belajar mengajar juga memerlukan partisipasi aktif dari siswa.

Jadi siswa tidak hanya menerima dan menghafalkan begitu saja materi yang diperolehnya

dari guru, tetapi siswa dituntut untuk menemukan konsep dan mengembangkannya dengan

keadaan lain sehingga belajarnya menjadi lebih dimengerti.

Namun saat ini masih banyak guru yang menerapkan pembelajaran konvensional,

dimana guru memegang peranan utama sebagai pemberi informasi. Definisi, rumus dan

contoh soal diberikan dan dikerjakan oleh guru. Siswa hanya sekedar menirukan cara

penyelesaian yang dikerjakan guru. Pembelajaran seperti ini terkesan kurang bermakna dan

membatasi pemikiran siswa. Siswa tidak bisa mengeksplorasi ide-idenya karena telah terpaku

pada pola pengerjaan jawaban guru dan menganggapnya sebagai satu-satunya jawaban yang

benar. Pada akhirnya, siswa akan sangat tergantung pada guru, lebih-lebih dalam

memecahkan masalah yang kompleks.

Pada pembelajaran konstruktivis tugas seorang guru adalah membantu siswa

berpikir secara benar dengan membiarkannya berpikir sendiri dengan menyediakan

pengalaman belajar atau kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa. Guru

memberikan sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran dan

mengurangi bantuan serta memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab

yang besar setelah ia dapat melakukannya. Perbedaan pendapat dalam kelas adalah hal yang

biasa dan patut dihargai. Justru dengan adanya perbedaan pendapat tersebut dapat

merangsang siswa untuk menemukan ide-ide baru yang menambah pengetahuan siswa.

Pada pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen siswa diberi

kesempatan untuk melakukan suatu percobaan, mengamati proses serta menulis hasil

percobaannya. metode eksperimen dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau

kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau

buku.

Dari uraian di atas dapat diperkirakan bahwa dengan penerapan penggunaan

pendekatan konstruktivis dengan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar

IPA fisika siswa dibandingkan dengan metode konvensional atau metode ceramah.

C.      Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Ha :     Ada pengaruh penggunaan pendekaan kontruktivis dengan metode eksperimen terhadap

prestasi belajar fisika pokok bahasan kalor siswa kelas VII SMPN 1 Palibelo Tahun Pelajaran

2011/2012.

Ho :     Tidak ada pengaruh penggunaan pendekaan kontruktivis dengan metode eksperimen terhadap

prestasi belajar fisika pokok bahasan kalor siswa kelas VII SMPN 1 Palibelo Tahun Pelajaran

2011/2012.

BAB III

METODE PENELITIAN

A.      Jenis Penelitan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis eksperimen. Jenis

eksperimen merupakan suatu cara untuk mengetahui sebab akibat dari dua faktor yang

sengaja di timbulkan oleh peneliti dengan mengurangi faktor-faktor yang lain. Jenis ini selalu

dilakukan untuk melihat akibat dari suatu perlakuan (Sukardi, 2007: 179).

B.       Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.

Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data berupa nilai atau angka. Dari nilai

tersebut dapat diketahui pengaruh yag ditimbulkan dari suatu perlakuan.

C.      Waktu dan Tempat Penelitian

1.        Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 1 Palibelo

2.        Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun ajaran 2011/2012

D.      Desain Penelitian

Dalam penelitian ini akan digunakan dua kelas perlakuan yaitu satu kelas sebagai

kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas pembanding (kontrol). Kedua kelas tersebut

mendapatkan perlakuan berbeda. Kelas eksperimen diajarkan dengan menggunakan

pendekatan konstruktivis dengan metode eksperimen, dan kelas pembanding (kontrol) di

ajarkan dengan metode konvensional. Selanjutnya, setelah selesai proses pembelajaran pada

materi kalor, di berikan tes kepada dua kelas. Hasil tes yang diperoleh dianalisis

menggunakan uji-t. Rancangan penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelas Pre tes Perlakuan Post Tes

Eksperimen

Ya Konstruktivisme Ya

Kontrol Ya Konvensional Ya

E.       Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:

1.    Variabel bebas : pengaruh penerapan pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran fisika

dengan metode eksperimen

2.    Variabel terikat : hasil belajar siswa kelas VII SMPN 1 Palibelo

F.       Subjek Penelitian

1.         Populasi

Menurut Frenkel dan Walen dalam Riyanto (2001: 63), populasi adalah kelompok

yang menarik peneliti sehingga oleh peneliti dijadikan objek untuk menggeneralisasikan hasil

penelitian.

 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester 1 SMPN 1

Palibelo tahun pelajaran 2011/2012. Populasinya sebanyak 123 siswa yang terbagi dalam 5

kelas yang terdiri dari kelas VIIA = 25 siswa, VIIB = 25 siswa, VIIC = 25 siswa, VIID = 24

siswa, dan VIIE = 24 Pengaturan pembagian kelas tersebut adalah secara acak dan tidak

berdasar pada rangking sehingga tidak ada kelas unggulan.

2.          Sampel

       Sampel adalah bagian dari populasi. Jenis sampel yang diambil harus mencerminkan

populasi. Sampel adalah sebagian atau keseluruhan dari populasi yang diteliti (Riyanto, 2001:

64)

Menurut Arikunto (2006: 48) bahwa jika jumlah populasi penelitian kurang dari 100

orang, maka sebaiknya diambil semuanya sebagai sampel atau responden penelitian. Apabila

subjek kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya adalah penelitian

populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-

25% atau lebih. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII SMPN 1

Palibelo dari jumlah populasi yang  ada dengan menggunakan teknik random sampling, yaitu

pengambilan subyek secara acak dimana kelas VIIA = 15 orang, kelas VIIB = 15 orang, kelas

VIIC = 15 orang, kelas VIID = 15 orang, dan kelas VIIE = 10 orang. Kemudian dari sampel

tersebut dibagi menjadi dua kelas yaitu 35 orang kelas eksperimen dan 35 orang sebagai kelas

control dengan syarat keduanya harus homogen.

G.      Metode Pengumpulan Data

            Untuk mengumpulkan data dalam penelitian eksperimen ini dilakukan melalui tahap-

tahap sebagai berikut :

1.        Tahapan Persiapan

Pokok bahasan yang diajukan selama penelitian adalah kalor, langkah pertama yang

dilakukan adalah menyusun perangkat tes awal, tes hasil belajar, serta menyiapkan LKS

siswa sesuai dengan  materi. Selanjutnya melakukan uji coba instrumen tes awal dan tes hasil

belajar kemudian dilanjutkan analisis instrumen tersebut.

2.        Tahap Eksperimen

Terlebih dahulu melakukan tes awal, kemudian dari hasil tersebut dilakukan eksperimen.

Kelompok eksperimen diajarkan menggunakan pendekatan konstruktivis dengan metode

eksperimen secara kelompok, sedangkan kelompok kontrol diajarkan menggunakan

pendekatan konvensional.

3.        Tahap Akhir

Setelah tahap eksperimen dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan tahap akhir untuk

memperoleh data tes hasil belajar IPA fisika, dengan cara tes hasil belajar.

H.  Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan instrumen

tes sebagai berikut :

1.        Tes Awal

Tes kemampuan awal IPA fisika adalah untuk melihat kemampuan awal siswa dari

masing-masing kelompok. Tes kemampuan awal diperoleh dari tes kemampuan siswa kelas

VII( Eksperimen ) dan kelas VII(Kontrol).

2.        Alat-alat Eksperimen IPA Fisika

Alat-alat Eksperimen IPA fisika merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam

melakukan eksperimen khususnya materi kalor.

3.        Tes Prestasi Belajar

Untuk melihat prestasi belajar siswa, disusun alat ukur yang berbentuk tes objektif.

Semua bitur soal disusun oleh peneliti berdasarkan materi yang diajarkan selama eksperimen

yaitu pokok bahasan kalor.

I. Uji Instrumen

            Sebelum instrumen tersebut digunakan diuji cobakan terlebih dahulu untuk

mengetahui kelayakan instrumen tersebut untuk dijadikan instrumen penelitian. Adapun

instrumen yang diujikan meliputi tes awal dan tes hasil belajar IPA fisika. Tujuan dari uji

coba instrumen untuk mengetahui kualaitas tes yang meliputi :

1.        Taraf Kesukaran

2.        Daya Pembeda

3.        Validitas Item

4.        Reliabilitas

1.        Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal ditentukan berdasarkan banyak siswa yang menjawab soal

dengan benar dibagi jumlah seluruh siswa peserta tes. Rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut :

Keterangan : P = Indeks kesukaran B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan  benarJS = Jumlah Seluruh siswa peserta tes.

          tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kesukaran Butir SoalNilai Keterangan

0,00 sampai 0,30 Sukar

0,31 sampai 0,70 Sedang 0,71 sampai 1,00 Mudah

( Arikunto, 2004 )

2.        Daya Pembeda

Daya pembeda butir soal bertujuan untuk mengukur sejauh mana butir soal tertentu

maupun membedakan antara anak yang pandai dengan anak yang kurang pandai berdasarkan

kriteria tertentu. Untuk menghitung digunakan rumus sebagai berikut :

keterangan : D          = daya bedaBA = banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benarBB  = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benarJA   = banyaknya peserta kelompok atasJB   = banyaknya peserta kelompok bawah

                              Tabel 3.3 Kriteria daya BedaNilai Keterangan

0,00-0,20 Jelek 0,20-0,40 Cukup 0,40-0,70 Baik 0,70-1,00 Baik Sekali

(Arikunto, 2004)

J. Metode Analisa Data

1.    Persyaratan Analisis

a.    Uji Homogenitas

Uji ini digunakan umtuk mencari tingkat homogenitas dari kedua varians,

homogenitas kedua varians dapat dilakukan dengan uji F.

                                                                           Varians adalah rata-rata hitung deviasi kuadrat setiap data terhadap rata-rata hitungnya.

Dengan kriteria pengujian jika Fhitung  ≥ Ftabel  berarti tidak homogen dan jika Fhitung  ≤  Ftabel

berarti homogen pada taraf signifikan 5%.

                                                                                                (Riduwan, 2010 : 179)

Keterangan :varians = skor= rata-rata kelas= jumlah siswa

Harga ini selanjutnya dibandingkan dengan harga  dengan tingkat signifikan 5%. Jika  lebih

dari  maka kedua varians tersebut adalah homogen (sugiyono,2006)

b.   Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah post-test terdistribusi normal atau

tidak. Uji normalitas dicari dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat.

       Keterangan:       χ² = chi-kuadrat       fo = frekuensi pengamatan       fe  = frekuensi yang diharapkan         k  = banyaknya kelas interval                                                                  (Riduwan, 2010 : 182)

Dengan ketentuan   jika χ²hitung  ≤ χ²tabel  pada taraf signifikan 5% maka populasi

berdistribusi secara normal.

Tabel 3.4. Distribusi FrekuensiNo.

Interval Frekuensi Teoritik

1. x< 2S 2%2. 2S≤x< -S 14% 3. S<x+S 34%4. <x< +S 34%5. +S<x< +2S 14%6. +2S<x 2%

                                                                         2.     Uji Beda ( Uji Hipotesis )

Uji beda (uji t) dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan

prestasi belajar siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivis dengan metode

eksperimen

Apabila sampel homogen maka uji beda yang digunakan adalah(sugiyono,2006)

Dimana :

Keterangan : = hitung= rata-rata kelas eksperimen= rata-rata kelas kontrol= skor= varians kelas eksperimen= varians kelas kontrol= jumlah sampel

Jika  hipotesis diterima yaitu ada pengaruh penggunaan pendekaan kontruktivis

dengan metode eksperimen terhadap prestasi belajar fisika pokok bahasan kalor pada siswa

kelas VII SMPN 1 Palibelo Tahun Pelajaran 2011/2012. sebaliknya jika  hipotesis ditolak

yaitu tidak ada pengaruh penggunaan pendekaan kontruktivis dengan metode eksperimen

terhadap prestasi belajar fisika pokok bahasan kalor pada  siswa kelas VII SMPN 1 Palibelo

Tahun Pelajaran 2011/2012.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil Penelitian

Data dalam penelitian ini terdiri dari prestasi belajar siswa yang menggunakan pendekatan

konstruktivis dengan metode eksperimen dan hasil belajar siswa dengan pendekatan

konvensnional. Dekskripsi hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Statistik Y1 Y2

Rata-rata (mean) 74,60 56,80

Nilai Maksimum 90 75

Nilai Minimum 50 35

Standar deviasi 11,68 11,73

Nilai maksimum yang diharapkan 100 100

Ketyerangan:

Y1 : prestasi belajar fisika siswa kelas eksperimen

Y2 : prestasi belajar fisika siswa kelas kontrol

1.         Hasil Uji Prasyarat Hipotesis

Uji prasyarat dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji prasyarat dalam penelitian

ini terdiri dari uji homogenitas dan uji normalitas.

a.         Hasil Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui sama atau tidaknya kemampuan awal kedua

kelompok sampel penelitian. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji F

(persamaan 3.5). dari data pre tes yang didapatkan (lampiran ) dan telah dianalisis

menggunakan uji F (lampiran) maka diperoleh hasil dengan Fhitung = 0,95 sedangkan Ftabel =

1,80 sehingga dari hasil yang diperoleh didapatkan Fhitung< Ftabel dan dapat disimpulkan bahwa

kedua kelompok sampel yang digunakan memiliki kemampuan awal yang sama (homogen).

b.        Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data prestasi belajar siswa darti

kedua kelompok sampel terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini

menggunakan uji Chi-kuadrat (persamaan 3.7). hasil yang di peroleh adalah sebagai berikut:

1)        Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen

Data hasil perhitungan (lampiran) diperoleh  dan . Dengan demikian didapatkan <

maka data prestasi belajar untuk kelas eksperimen terdistribusi normal.

2)        Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol

Dari hasil perhitungan (lampiran) diperoleh  dan . Dengan demikian didapatkan <  maka data

prestasi belajar untuk kelas kontrol terdistribusi normal.

2.         Hasil Uji Hipotesis

Dari hasil perhitungan statistic uji-t polled varians diperoleh thitung sebesar 12,8 dan

harga ttabel untuk taraf signifikasi 5% dengan derajat kebebasan dk k1 + k2 – 2 = 35 + 35 – 2 =

68 sebesar 1,995 (harga antara dk 60 dan 120). Oleh karena thitung lebih besar  dari ttabel (6,528

> 1,997), maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pokok bahasan kalor yang

diajarkan dengan pendekatan konstruktivis melalui metode eksperimen lebih baik secara

signifikan dari pada siswa yang diajarkan dengan pendekatan konvensional pada siswa kelas

VII semester ganjil SMPN 1 Palibelo tahun Pelajaran 2011/2012 (Lampiran ).

              Tabel 4.3 Hasil uji hipotesisthitung ttabel Taraf Dk Keterangan 6,528 1,997 5% 60 -120 Ada

pengaruhB.       Pembahasan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil uji normalitas ( ) kelas

eksperimen sebesar 6,430 dan kelas kontrol sebesar 6,096 pada taraf signifikan 5%

didapatkan  = 11,070. Dengan kriteria , jika <  data terdistribusi normal(lampiran) jadi, dari

hasil yang didapatkan pada kelas eksperimen maupun untuk kelas kontrol diperoleh prestasi

belajar fisika siswa pada pokok bahasan kalor terdistribusi normal. Selain itu juga untuk hasil

uji hipotesi diperoleh nilai t 6,528 (lampiran).

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung lebih besar dari ttabel (6,528> 1,997) yang

berarti bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima yang berbunyi”

ada pengaruh penggunaan pendekatan konstruktivis dengan metode eksperimen terhadap

prestasi belajar fisika pokok bahasan kalorsiswa kelas VII SMPN 1 Palibelo tahun pelajaran

2011 / 2012”. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi

pendekatan konstruktivis dengan metode eksperimen mempunyai keefektifan yang signifikan

terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan

yang berarti antara prestasi belajar fisika menggunakan pendekatan konstruktivis dengan

metode eksperimen dibandingkan menggunakan pendekatan konvensional.

Dari hasil tes akhir didapatkan bahwanilai rata-rata yang diperoleh oleh kelompok

siswa yang diajarkan menggunakan pendekatan konstruktivis dengan metode eksperimen

(kelas eksperimen) yaitu 74,60 lebih tinggi daripada kelompok siswa yang diajarkan

menggunakan pendekatan konvensional (kelas kontrol) 56,80. Oleh karena itu , dapat

dikatakan bahwa penggunaan pendekatan konstruktivis dengan metode eksperimen memiliki

pengaruh positif terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas VII di SMPN 1 Palibelo.

Pembelajaran fisika bertujuan untuk meningkatkan kjeterampilan berpikir siswa,

mengantarkan siswa membangun sendiri konsepsi dan definisi yang benar, bukan

menginformasikannya. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan pendekatan dan metode yang

benar-benar tepat.

Oleh karena itulah maka salah satu pendekatan yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran fisika yaitu pendekatan konstruktivis, karena pelajar sendirilah yang

bertanggung jawab atas hasil belajarnya, membawa pengertiannya yang lama dalam situasi

belajar yang baru, membuat penalaran atas apa yang dipelajarinya dengan cara mencari

makna, membandingkannya dengan apa yang telah diketahui serta menyelesaikan ketegangan

antara apa yang telah ia ketahui dengan apa yang ia perlukan dalam pengalaman baru.

Dengan kata lain, pendekatan konstruktivis dapat membantu siswa untuk mengembangkan

potensi yang ada pada diri mereka dengan cara belajar yang aktif dan kreatif. Namun dalam

hal ini guru tidak lepas tangan begitu saja, melainkan guru bertindak sebagai mediator dan

fasilitator selama pembelajaran berlangsung yang dapat lebih mengarahkan siswa jika suatu

saat konsep yang dikemukakan mengarah pada miskonsepsi.

Pada pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen siswa diberi

kesempatan untuk melakukan suatu percobaan, mengamati proses serta menulis hasil

percobaannya. metode eksperimen dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau

kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau

buku.

Dari hasil di atas guru dianjurkan untuk menggunakan pendekatan konstruktivis

dengan metode eksperimen agar siswa lebih termotivasi, dapat menikmati pelajaran fisika

sebagai pelajaran yang menyenangkan dan dapat memperbaiki miskonsepsi pada siswa,

sehingga pembelajaran fisika semakin lama akan semakin baik.

BAB V

PENUTUP

A.    Simpulan

Berdasarkan Rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan  dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh penggunaan pendekatan konstruktivis dengan metode eksperimen

terhadap prestasi belajar fisika pokok bahasan kalor siswa kelas VII SMPN 1 Palibelo dari

pada siswa yang diajarkan pendekatan konvensional sangat berpengaruh terhadap prestasi

berlajar siswa

B.     Saran

Berdasarkan hasil Penelitian yang telah dilakukan  maka penulis mengajukan beberapa

saran, antara lain :

1.      Kepada pihak pengajar, hendaknya mempertimbangkan pengaruh penggunaan pendekatan

konstruktivis guna meningkatkan prestasi belajar fisika siswa

2.      Pada pengajaran fisika dengan metode eksperimen, khususnya pokok bahasan kalor

sebaiknya guru menggunakan metode eksperimen

3.      Perlu penelitian lebih lanjut dengan pengaruh pennggunaan pendekatan konstruktivis dengan

metode eksperimen terhadap prestasi belajar fisika pada pokok bahasan yang lain.

.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2004. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. 2006.  Prosedur Penelitian pendekatan Praktek.  Jakarta: Rineka Cipta.

Danmara. 2006. Strateg Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimianti dan Mudjiono. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Emzir.2010.Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta: Rajawali Pers

Hadi, Sutrisno. 2003. Statistik 2. Yogyakarta : Andi Ofset.

Riyanto, Yatim. 2001.  Metodelogi Penelitian Pendidikan.  Surabaya: SIC

Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Sardiman A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT rajaGrafindo Persada.

Sagala, Saiful. 2003.  Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjana, Wina. 2006. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.  Jakarta: Kenscana Premada Media Grup.

Slameto. 2003. Belajar Dan  Faktor Yang  Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, N. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo.

Sugiono. 2006.  Metode Penelitian Pendidikan.  Bandung: CV. Alfabeta.

Sukardi. 2003. Metodelogi Penelitian Pendidikan.  Jakarta: Bumi Aksara.

Triyanto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konrtuktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publsher.

Usman, Uzer.2007.Menjadi Guru Profesional.Bandung:Remaja RosdaKarya Offset.