pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji.pdf

Upload: surya-negara

Post on 13-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf

    1/17

    88

    Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto

    Sri-Mulato; S. Widyotomo; Misnawi &E. Suharyanto (2005). Petunjuk TeknisPengolahan Produk Pr i mer dan

    Sekunder Kakao. Bagian Proyek Pene-litian dan Pengembangan Kopi danKakao, Pusat Penelitian Kopi dan

    Kakao Indonesia. Jember.Suhargo (2001). Daya Saing Kakao dan Produk

    Kakao, Trai ning Quality Assurance in

    Cocoa Processing. Program StudiTeknologi Hasil Perkebunan, FTP,UGM. Y ogyakarta.

    Syarief, A. M. & E. A. Nugroho (1992).TeknikReduksi Ukuran Bahan. PAU Pangandan Gizi. IPB.

    Widyotmo, S.; Sri-Mulato & E. Suharyanto(2005). Kinerja mesin pemecah biji danpemisah kulit kakao pascasangrai tipepisau putar (rotary cutter). Peli ta Per-kebunan, 21, 184199.

    Widyotomo, S.; H. K. Purwadaria; A. M.Syarief & Sri-Mulato (2004). Peru-bahan distribusi ukuran partikel tepungiles-iles hasil pengolahan denganmetode penggilingan bertingkat.MajalahIlmiah Agritech, 24, 8291.

    Widyotomo, S.; Sri-Mulato & Yusianto (2001).Karakteristik biji kakao kering hasilpengolahan dengan metode fermentasidalam karung plastik. Pelita Per-kebunan, 17, 7284.

    ***********

  • 7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf

    2/17

    Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji

    87

    sangrai jika pisau rotari berputar pada

    kecepatan di antara 500900 rpm, dan laju

    aliran udara 2,72,8 m/detik. Nilai koefisien

    korelasi tertinggi diperoleh pada laju aliran

    udara 2,7 m/detik, diikuti pada laju aliran

    udara 2,75 m/detik, dan terendah pada lajualiran udara 2,8 m/detik. Hal ini menun-

    jukkan bahwa hubungan perlakuan laju

    aliran udara 2,7 m/detik terhadap nilai rerata

    diameter geometris keping biji kakao pasca-

    sangrai yang dihasilkan ternyata lebih baik

    jika dibandingkan pada laju aliran udara 2,75

    m/detik maupun 2,8 m/detik.

    KESIMPULAN

    Kecepatan putar 500 rpm dan laju aliran

    udara 2,8 m/detik memberikan nilai peru-

    bahan distribusi ukuran, rerata diameter

    geometris, indeks keseragaman, derajat

    kehalusan, dan dimensi rerata yang terbaik.

    Karakteristik partikel keping biji kakao pada

    kondisi operasi tersebut adalah 74,5% keping

    biji kakao pascasangrai memiliki ukuran

    diameter lebih besar dari 2 mm dan lebih

    kecil dari 4,75 mm. Nilai rerata diameter

    geometris, dimensi rerata, derajat kehalusan,

    dan indeks keseragaman masing-masing

    2,119 mm; 0,864 mm; 3,052 mm dengan80% berupa partikel kasar dan 20% berupa

    partikel berukuran sedang.

    DAFTAR PUSTAKA

    Amin, S. (1996). Permasalahan kakao Sulawesidi pasaran Amerika Serikat.Makalahdalam Forum Orientasi Penerapan dan

    Pengembangan Teknologi untuk Pem-

    bangunan Daerah Tingkat I Sulawesi

    Selatan.

    ASAE STANDARDS (1998). Method ofDeterminig and Expressing Fineness of

    Feed Materi als by Sieving. ANSI/ASAE S319.3 JUL97. American Na-tional Standards Institute.

    Beckett, S.T. (2000). Industri al Chocolate Manu-

    facture and Use. Van Nostrand Rein-hold 115 Fifth Avenue, New York.

    Dewan Standarisasi Nasional (2002). StandarNasional Indonesia : Biji Kakao. SNINo. 01-2323-2002. Departemen Per-tanian, J akarta.

    Hall, C.W. & D.C. Davis (1979). ProcessingEquipment for Agricultur al Pr oduct.

    Second Eds. The AVI Publ. Co. Inc.,Wesport, Connecticut.

    Hayashi, H.; D. R. Heldman & T. I. Hedrick.

    (1969). Influence of spray-drying con-ditions on size and size distribution ofnonfat dry milk particels. Journal ofDai ry Science, 52, 3137.

    Henderson, S.M. & R.L. Perry (1976). Agri-cultural Process Engineri ng. SecondEdition. The AVI Publishing, Westpot,Connecticut.

    Lopez, A.S. & Mc. Donald (1981). A defini-tion of descriptors to be used for thequalification of chocolate flavours inflavor testing,Revista Theobroma, 11,

    209217.McCabe, W.L.; J.C. Smith & P. Harriot (1999).

    Operasi Teknik Kimia. Eds 4. Terje-mahan oleh E. Jasfi. Erlangga. Jakarta.

    Minifie, B. W. (1980). Chocolate, Cocoa andConfectionery : Science and Tecnology

    (2ndEdition.). Avi Publ. Co. : Westport,Conn.

    Sri-Mulato (2002). Perancangan dan pengujianmesin sangrai biji kopi tipe silinder.Peli ta Perkebunan, 18 , 3145.

  • 7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf

    3/17

    86

    Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto

    dimensi rerata partikel tertinggi diperoleh

    pada perlakuan kecepatan putar pisau rotari

    500 rpm dan kecepatan aliran udara 2,75

    m/detik, yaitu 0,889 mm. Sedangkan nilai

    dimensi rerata partikel terrendah diperoleh

    pada perlakuan kecepatan putar pisau rotari900 rpm dan kecepatan aliran udara 2,75

    m/detik, yaitu 0,694 mm. Kinerja mesin

    pengecil ukuran yang ideal antara lain harus

    memenuhi beberapa sifat sebagai berikut:

    ukuran produk seragam dan kenaikan suhu

    selama proses minimum (Henderson &

    Perry, 1976).

    McCabe et al. (1999) melaporkan

    bahwa bahan dengan ukuran dimensi rerata

    partikel yang halus tidak menjamin produk

    tersebut menunjukkan kualitas yang lebih baikdan dalam beberapa hal tidak sebaik butiran

    dengan ukuran yang lebih besar. Demikian

    halnya dengan penggilingan biji kakao

    pascasangrai dengan produk berukuran lebih

    besar lebih dianjurkan jika dibadingkan

    dengan produk halus yang mengandung lebih

    banyak serpihan kulit (shell) kakao.

    Peningkatan kecepatan putar pisau rotari

    selain mengakibatkan partikel keping biji

    dan kulit berukuran lebih halus, juga ber-

    dampak pada penggumpalan partikel

    sehingga tidak dapat melalui ukuran lubang

    saringan yang lebih kecil.

    Widyotomo et al. (2004) melaporkan

    bahwa pengecilan ukuran keripik iles-iles

    dengan penggiling pisau rotari menghasilkan

    partikel iles-iles dengan ukuran dimensirerata 0,803 mm. Pengecilan lanjut dengan

    mesin penggiling bola kerucut diperoleh

    ukuran dimensi rerata yang lebih kecil, yaitu

    0,302 mm, tetapi dengan permukaan kristal

    yang pecah dan terkikis.

    Ukuran partikel berdampak pada jumlah

    energi yang diperlukan dalam proses

    pengecilan ukuran. Energi yang diperlukan

    untuk mengecilkan satuan bahan sebanding

    dengan dimensi partikel hasil pengecilan

    ukuran dan dimensi yang sama dari partikelsemula pangkat jumlah tahapan pengecilan

    (Henderson & Perry, 1976).

    Tabel 4 menunjukkan persamaan regresi

    linier dan koefisien korelasi (R2) hubungan

    antara kecepatan putar pisau rotari dan laju

    aliran udara terhadap nilai dimensi rerata

    partikel hasil pengecilan ukuran. Persamaan

    regresi linier tersebut sangat berguna karena

    dapat digunakan untuk memprediksi nilai

    dimensi rerata keping biji kakao pasca-

    2.7 Y = -0.0744X + 0.9169 0.9937

    2.75 Y = -0.0978X + 0.9661 0.8716

    2.8 Y = -0.0781X + 0.9233 0.8522

    Tabel 4. Persamaan regresi linier nilai dimensi rerata dari beberapa perlakuan kecepatan putar pisau rotari dan kecepatan

    aliran udara

    Table 4. Lini er regression equations of average dimension of cocoa cotyledon from several treatments

    Kecepatan aliran udara, m/detik

    Air flow, m/s

    Persamaan garis linier regresi

    Linier regression equat ions

    Koefisien korelasi, R2

    Coef corelation, R2

    Catatan (Notes) : X adalah kecepatan putar pisau rotari (rpm); Y adalah dimensi rerata (mm) (X is rotati on speed of rotar y

    cutter (rpm); Y is average dimension (mm)).

  • 7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf

    4/17

    Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji

    85

    udara 2,7 m/detik, diikuti pada laju aliran

    udara 2,75 m/detik, dan terendah pada laju

    aliran udara 2,8 m/detik. Hal ini menunjuk-

    kan bahwa hubungan perlakuan laju aliran

    udara 2,7 m/detik terhadap nilai rerata

    diameter geometris keping bij i kakaopascasangrai yang dihasilkan ternyata lebih

    baik jika dibandingkan dengan laju aliran

    udara 2,75 m/detik maupun 2,8 m/detik.

    Derajat kehalusan tidak berbanding lurus

    dengan indeks keseragaman. Meskipun derajat

    kehalusan dapat memberikan ukuran rata-

    rata, tetapi tidak menunjukkan penyebaran

    fraksi halus dan kasar pada contoh bahan

    hasil penggilingan. Kekurangan tersebut

    dapat diatasi dengan nilai indeks ke-

    seragaman (Henrderson & Perry, 1976).

    Gambar 7 menampilkan nilai derajat

    kehalusan keping biji kakao hasil pemecahan

    dan pengupasan dengan beberapa perlakuan

    kecepatan putar pisau rotari. Nilai derajat

    kehalusan tertinggi diperoleh pada perlakuan

    kecepatan putar pisau rotari 500 rpm, dankecepatan aliran udara 2,75 m/detik, yaitu

    3,09. Sedangkan nilai derajat kehalusan

    terendah diperoleh pada perlakuan kecepatan

    putar pisau rotari 900 rpm, dan kecepatan

    aliran udara 2,75 m/detik, yaitu 2,73.

    Dimensi Rerata Parti kel

    Nilai dimensi rerata partikel dari

    beberapa perlakuan kecepatan putar pisau

    putar ditampilkan pada Gambar 8. Nilai

    Gambar 8. Dimensi rerata keping biji kakao pascasangrai pada beberapa perlakuan kecepatan putar pisaurotari dan kecepatan hisap blower.

    Figure 8. Average dimension of cocoa cotyledon roasted fr om several rot ation speed and air fl ow

    treatments.

    Kecepatan putar pisau rotari (Rotation speed), rpm

    Dimensir

    erata(Average

    dimension

    ),m

    m

    0.2

    500 700 900

    Kasar (cru e) Se ang (termperate)2.7 m/d (m/s) 2.75 m/d (m/s) 2.8 m/d (m/s)

    0.1

    0.3

    0.4

    0.5

    0.6

    0.7

    0.8

    0.9

    1.0

    1.1

  • 7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf

    5/17

    84

    Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto

    Gambar 7. Derajat kehalusan keping biji kakao pascasangrai pada beberapa perlakuan kecepatan putarpisau rotari dan kecepatan hisap blower.

    Figur e 7. Fineness modulusof cocoa cotyledon roasted from several r otation speed and air flow tr eatments

    berukuran sedang. Pemilihan kondisi kerja

    dengan laju aliran udara 2,8 m/detik adalah

    lebih baik karena mesin akan memberikan

    produktivitas kerja harian yang lebih tinggi

    dengan kualitas produk yang sama jika

    dibandingkan dengan penggunaan kecepatan

    aliran udara 2,7 m/detik (Widyotomoet al.,

    2005).

    Tabel 3 menunjukkan persamaan regresi

    linier dan koefisien korelasi (R2) hubungan

    antara kecepatan putar pisau rotari dan laju

    aliran udara terhadap nilai derajat kehalusan

    partikel hasil pengecilan ukuran. Persamaan

    regresi linier tersebut sangat berguna karena

    dapat digunakan untuk memprediksi nilai

    derajat kehalusan keping biji kakao

    pascasangrai jika pisau rotari berputar pada

    kecepatan di antara 500900 rpm, dan laju

    aliran udara 2,72,8 m/detik. Nilai koefisien

    korelasi tertinggi diperoleh pada laju aliran

    Kecepatan putar pisau rotari (r otation speed), rpm

    Deraja

    tkehalusan

    Finene

    ssmodu

    lus

    2.5500 700 900

    Kasar (cru e) Se ang (termperate)2.7 m/d (m/s) 2.75 m/d (m/s) 2.8 m/d (m/s)

    2.6

    2,7

    2.8

    2.9

    3.0

    3.1

    2.7 Y = -0.1396X + 3.1574 0.9973

    2.75 Y = -0.179X + 3.2367 0.8838

    2.8 Y = -0.1439X + 3.1484 0.75

    Tabel 3. Persamaan regresi linier nilai derajat kehalusan dari beberapa perlakuan kecepatan putar pisau rotari dan kecepatan

    aliran udara

    Table 3. Li nier regression equations of fineness modulus of cocoa cotyledon from several treatments

    Keterangan (Notes): X adalah kecepatan putar pisau rotari (rpm); Y adalah derajat kehalusan(X i s rotation speed of rotary

    cutter ( rpm); Y is fi neness modulus.

    Kecepatan aliran udara, m/detik

    Air flow, m/s

    Persamaan garis linier regresi

    Li nier regression equations

    Koefisien korelasi, R2

    Coef corelation, R2

    3.2

  • 7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf

    6/17

    Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji

    83

    atau penyebaran fraksi halus dan kasar hasil

    pengecilan ukuran (Henderson & Perry,

    1976). Nilai indeks keseragaman sebaran

    keping biji kakao hasil pemecahan dan

    pemisahan kulit dengan perlakuan kecepatan

    putar pisau rotari dan hisapan kipas

    sentrifugal ditampilkan pada Gambar 6.

    Lebih lanjut Henderson & Perry (1976)

    melaporkan bahwa dengan semakin cepatputar unit penggiling, maka akan diperoleh

    partikel dengan ukuran yang semakin kecil

    dan seragam. Namun, hasil analisis indeks

    keseragaman proses penggilingan keping biji

    kakao pascasangrai menunjukkan bahwa

    dengan semakin cepat putaran pisau rotari

    diperoleh lebih banyak partikel dengan

    ukuran kasar. Fenomena yang terjadi

    disebabkan oleh keluarnya lemak dari pori-

    pori mikro keping biji akibat panas yang

    timbul pada saat proses penggilingan

    berlangsung. Partikel keping biji kakao halus

    menyatu karena ikatan lemak dan adanya

    panas sehingga membentuk gumpalan yang

    menyerupai partikel berukuran kasar.

    Gambar 6 menunjukkan bahwa antara

    perlakuan kecepatan putar pisau rotari 500

    rpm dengan laju aliran udara 2,75 m/detik

    dan 700 rpm dengan laju aliran udara 2,7

    m/detik terjadi 20% peningkatan partikel

    kasar. Pada tahapan tersebut, kemungkinan

    mulai terjadi mekanisme penggumpalan

    serpihan kulit dengan serpihan keping biji

    hingga akhirnya terjadi akumulasi maksimum

    pada perlakuan kecepatan putar 700 rpm,

    dan laju aliran udara 2,7 m/detik. Nilai indeks

    keseragaman perlakuan laju aliran udara 2,7

    m/detik dan 2,8 m/detik pada kecepatan

    putar pisau rotari 500 rpm menunjukkan

    nilai yang sama, yaitu 80% berupa partikel

    berukuran kasar dan 20% berupa partikel

    Gambar 6. Indeks keseragaman keping biji kakao pascasangrai pada beberapa perlakuan kecepatan putarpisau rotari dan kecepatan hisap blower.

    Fi gur e 6. Uni formity index of cocoa cotyledon roasted from several rotation speed and air flow tr eatments.

    Perlakuan (Treatment)

    Persen(berat/berat

    )(Weigh

    t/weigh

    t),%

    100

    90

    80

    70

    60

    50

    40

    30

    20

    10

    0A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3

    Kasar (cru e) Se ang (termperate)Kasar (Crude) Sedang (Temperate) Halus (Fine)

  • 7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf

    7/17

    82

    Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto

    meter geometris keping biji kakao perlakuan

    700 rpm dan 900 rpm dengan kecepatan

    hisap 2,75 m/det lebih rendah jika dibanding-

    kan pada kecepatan hisap 2,8 m/detik. Panas

    yang timbul menyebabkan lemak merambat

    keluar dari pori-pori mikro, dan partikelhalus keping biji kakao mudah menggumpal

    satu sama lain sehingga membentuk partikel

    dengan ukuran yang lebih besar. Pada kece-

    patan putar pisau rotari 500 rpm, efek panas

    yang ditimbulkan belum memberikan

    pengaruh terhadap proses keluarnya lemak

    dan penggumpalan partikel halus keping biji

    kakao. Hal tersebut terlihat dari nilai rerata

    diameter geometris yang makin mengecil.

    Widyotomo et al. (2005) melaporkan

    bahwa adanya gesekan antara bahan denganpermukaan pisau rotari, maupun gesekan

    antarbahan itu sendiri akan mengakibatkan

    timbulnya panas di dalam unit pemecah.

    Lemak kakao yang terkandung di dalam

    keping biji akan mudah keluar pada kondisi

    partikel yang lebih kecil dan adanya

    pengenaan panas. Oleh karena itu, lemak

    akan mudah menarik serpihan kulit dan

    menggumpalkannya bersama dengan serbuk

    keping biji.

    Tabel 2 menunjukkan persamaan regresi

    linier dan koefisien korelasi (R2) hubungan

    antara kecepatan putar pisau rotari dan laju

    aliran udara terhadap nilai rerata diameter

    geometris partikel hasil pengecilan ukuran.

    Persamaan regresi linier tersebut sangatberguna karena dapat digunakan untuk

    memprediksi nilai rerata diameter geometris

    keping biji kakao pascasangrai jika pisau

    rotari berputar pada kecepatan di antara

    500900 rpm, dan laju aliran udara 2,7

    2,8 m/detik. Nilai koefisien korelasi tertinggi

    diperoleh pada laju aliran udara 2,7 m/detik,

    diikuti pada laju aliran udara 2,75 m/detik,

    dan terendah pada laju aliran udara 2,8 m/

    detik. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan

    perlakuan laju aliran udara 2,7 m/detik

    terhadap nilai rerata diameter geometriskeping biji kakao pascasangrai yang dihasil-

    kan ternyata lebih baik jika dibandingkan

    pada laju aliran udara 2,75 m/detik maupun

    2,8 m/detik.

    Indeks Keseragaman dan Derajat Kehalusan

    Indeks keseragaman dan derajat

    kehalusan menunjukkan keseragaman hasil

    2.7 Y = -0.186X + 2.2163 0.9920

    2.75 Y = -0.265X + 2.394 0.8743

    2.8 Y = -0.2135X + 2.2823 0.8579

    Tabel 2. Persamaan regresi linier nilai rerata diameter geometris dari beberapa perlakuan kecepatan putar pisau rotari dan

    kecepatan aliran udara

    Table 2. Lini er regression equations of geomatri cal di ameter average from several treatments

    Kecepatan aliran udara, m/detik

    Air flow, m/s

    Persamaan garis linier regresi

    Linier regression equat ions

    Koefisien korelasi, R2

    Coef corelation, R2

    Catatan (Notes): X adalah kecepatan putar pisau rotari (rpm); Y adalah rerata diameter geometris (mm) ((X is ro tation speed

    of rotar y cutter (rpm); Y is geomatri cal diameter average (mm)).

  • 7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf

    8/17

    Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji

    81

    optimal, 8% serpihan kulit biji masih terikut

    keping biji. Ukuran serpihan kulit tersebut

    antara 3224 mesh atau 0,50,71 mm.

    Upaya memperkecil ukuran serpihan kulit

    dengan cara pemotongan-penggilingan masih

    dirasa cukup sulit karena kadar serat yangtinggi, sedangkan kulit lebih bersifat elastis

    atau liat saat proses pengguntingan peng-

    gilingan.

    Selain itu, serpihan kulit berpotensi

    mempererat ikatan partikel keping biji dan

    berdampak pada proses penggumpalan.

    Upaya memperkecil campuran serpihan kulit

    dalam keping biji adalah proses penggilingan

    dengan kecepatan putar yang lebih rendah

    agar panas yang timbul dapat ditekan

    serendah mungkin, dan meningkatkan sistempemisahan agar daya hisap (suching force)

    blower yang berfungsi memisahkan serpihan

    kulit dari keping biji menjadi lebih tinggi.

    Rerata Diameter Geometr is Partikel

    Nilai rerata diameter geometris keping

    biji kakao hasil pemecahan dan pemisahan

    kulit dengan perlakuan kecepatan putar pisau

    rotari dan hisapan kipas sentrifugal ditampil-

    kan pada Gambar 5. Dengan semakin tinggikecepatan putar pisau rotari dan semakin kuat

    hisapan blower sentrifugal akan mengakibat-

    kan rerata diameter keping biji kakao

    pascasangrai yang dihasilkan semakin kecil.

    Nilai rerata diameter geometris partikel ter-

    kecil, yaitu 1,657 mm diperoleh pada per-

    lakuan kecepatan putar pisau rotari 900 rpm

    dan laju aliran udara 2,75 m/detik. Nilai

    rerata diameter geometris partikel terbesar,

    yaitu 2,187 mm diperoleh pada perlakuan

    kecepatan putar pisau rotari 500 rpm danlaju aliran udara 2,75 m/detik.

    Panas yang timbul pada proses peng-

    gilingan mengakibatkan nilai rerata dia-

    Gambar 5. Rerata diameter geometris keping biji kakao pascasangrai pada beberapa kecepatan putar pisaurotari dan kecepatan hisap blower.

    Fi gur e 5. Geomatr ical di ameter average of cocoa cotyledon roasted from several r otation speed and

    air flow treatments.

    Kecepatan putar pisau rotari (rotati on speed), rpm

    Reratadiametergeometris(Averageof

    geometrica

    ldiam

    eter

    ),m

    m

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    500 700 900

    Kasar (cru e) Se ang (termperate)2.7 m/d (m/s) 2.75 m/d (m/s) 2.8 m/d (m/s)

  • 7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf

    9/17

    80

    Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto

    Gambar 3. Perubahan distribusi keping biji kakao pascasangrai pada kecepatan putar pisau rotari 700rpm dan beberapa kecepatan hisap blower.

    Fi gur e 3 . Size distributi on change of cocoa cotyledon roasted from 700 rpm rotation speed and several

    air flow treatments.

    Gambar 4. Perubahan distribusi keping biji kakao pascasangrai pada kecepatan putar pisau rotari 900rpm dan beberapa kecepatan hisap blower.

    Fi gur e 4 . Size distributi on change of cocoa cotyledon roasted from 900 rpm rotation speed and several

    air flow treatments.

    4 9 24 32

  • 7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf

    10/17

    Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji

    79

    900 rpm, dengan persentase keping biji

    kakao tertahan di saringan 4 mesh semula

    antara 1220%, semakin mengecil menjadi

    antara 1,34,8%. Jumlah keping biji kakao

    tertahan saringan 9 mesh bertambah 2 hingga

    10%, selebihnya bergeser pada saringan 24dan 32 mesh.

    Kulit merupakan salah satu komponen

    biji kakao yang banyak mengandung serat.

    Widyotomoet al. (2005) melaporkan bahwa

    biji kakao pascasangrai yang digunakan

    untuk proses pemecahan biji dan pemisahan

    kulit secara mekanis, 82% berupa keping

    biji, dan 18% berupa kulit biji (shell). Kadar

    kulit yang tinggi dapat menyebabkan mesin

    bekerja lebih berat dan jumlah kulit yang

    tercampur di dalam keping biji relatif lebihbesar sehingga akan sulit diperoleh tingkat

    kehalusan pasta cokelat yang lebih baik.

    Salah satu faktor yang menyebabkan

    keping biji kakao sulit memiliki ukuran yang

    lebih kecil dari 9 mesh antara lain lemak

    yang terkandung di dalam keping biji masih

    relatif tinggi, yaitu antara 4952% (Sri

    Mulato et al ., 2005; Amin, 1996). Widyo-

    tomoet al.(2001) melaporkan bahwa bahan

    uji merupakan biji kakao yang difermentasidengan kadar lemak 3,7% lebih tinggi jika

    dibandingkan dengan biji kakao tanpa

    fermentasi.

    Panas yang timbul pada saat putaran

    pisau rotari yang tinggi mengakibatkan lemak

    yang berada di antara pori-pori keping biji

    mencair, ikatan partikel padatan melemah dan

    terjadinya efek pelumatan. Pada kondisi

    demikian, proses pengecilan ukuran akan sulit

    terjadi karena lemak akan lebih bersifat

    merekatkan partikel padat keping biji kakaodan berdampak pada proses penggumpalan.

    Faktor lain adalah kulit biji yang memiliki

    kadar serat tinggi dan relatif ringan. Hasil

    penelitian sebelumnya, Widyotomo et al.

    (2005) melaporkan bahwa pada kondisi kerja

    Gambar 2. Perubahan distribusi keping biji kakao pascasangrai pada kecepatan putar pisau rotari 500rpm dan beberapa kecepatan hisap blower.

    Fi gur e 2. Size ndistributi on change of cocoa cotyledon roasted from 700 rpm rotation speed and several

    air flow treatments.

    4 9 24 32

  • 7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf

    11/17

    78

    Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto

    Dalam hal ini, Wimerupakan berat

    partikel dengan ukuran mesh ke-i (g), dan

    dimerupakan ukuran mesh ke-i (mm).

    3. I ndeks keseragaman

    Indeks keseragaman ditentukan untuk

    mengetahui sebaran ukuran partikel ber-

    dasarkan kriteria halus, sedang, dan kasar.

    Nisbah di dalam kumpulan keping biji kakao

    pascasangrai, yaitu halus : sedang : kasar,

    ditampilkan dalam bentuk kuantitatif

    (Henderson & Perry, 1976) .

    4. Derajat kehalusan (Fineness modulus)

    Derajat kehalusan atauFineness modulus(FM) adalah jumlah fraksi yang tertahan pada

    setiap saringan dibagi 100 (Hall & Davis,

    1979).

    5. Dimensi rerata partik el

    Dimensi rerata partikel (D, mm) dapat

    dihitung dengan menggunakan persamaan

    sebagai berikut (Henderson & Perry, 1976):

    D = 0.10414.(2)FM

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Perubahan Di stri busi Ukuran Partikel

    McCabeet al.(1999) melaporkan bahwa

    partikel zat padat secara individu dikarak-

    terisasikan dengan ukuran, bentuk dan densi-

    tasnya. Sejumlah persamaan telah diusulkan

    untuk menunjukkan hubungan antara

    banyaknya partikel bahan dengan ukuran

    partikel guna mendapatkan hubungannya

    dengan distribusi. Tidak ada alasan dasar

    yang mengharuskan bahwa suatu jenis bahan

    pangan mengikuti salah satu dari persamaan

    yang diusulkan tersebut (Syarief & Nugroho,

    1992).Mekanisme proses pengecilan ukuran

    penggiling pisau rotari adalah putaran pisau-

    pisau yang dipasang dengan jarak yang

    seragam pada bidang yang dapat berputar

    sehingga dapat memotong berlawanan

    dengan pisau yang dipasang tetap pada

    kerangka (Syarief & Nugroho, 1992). Jarak

    antara pisau dinamis dan statis yang relatif

    sempit dan dengan ditempatkannya lubang

    saringan di bagian bawah menyebabkan aksi

    pengguntingan biji kakao pascasangrai secaraberurutan menjadi lebih efektif dari pada

    aksi tekanan atau benturan.

    Syarief & Nugroho (1992) melaporkan

    bahwa batas ukuran distribusi partikel bahan

    pangan berupa tepung adalah ukuran partikel

    yang terbesar atau terkecil. Perubahan distri-

    busi ukuran partikel keping biji kakao pasca-

    sangrai dari perlakuan kecepatan putar pisau

    putar 500 rpm; 700 rpm dan 900 rpm

    masing-masing ditampilkan pada Gambar 2,

    3, dan 4. Pada kecepatan putar blowersentrifugal yang sama, dengan semakin cepat

    putaran pisau rotari yang digunakan, maka

    ukuran partikel keping biji kakao pasca-

    sangrai akan semakin mengecil. Pada

    kecepatan putar pisau rotari 500 rpm, 70

    80% keping biji kakao pascasangrai tertahan

    di saringan 9 mesh, atau memiliki ukuran

    diameter lebih besar dari 2 mm dan lebih

    kecil dari 4,75 mm (Gambar 2). Pengecilan

    ukuran telah terjadi dengan perubahan

    kecepatan putar menjadi 700 rpm, dan

  • 7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf

    12/17

    Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji

    77

    Parameter yang diukur meliputi kece-

    patan putar silinder pemecah, berat bahan

    yang diumpankan maupun produk pemecahan

    dan pemisahan, serta kecepatan aliran udara

    penghembus.

    Analisis Teknis

    Perubahan distribusi dan ukuran partikel

    keping biji kakao pascasangrai hasil proses

    penggilingan diukur dengan menggunakan

    seperangkat saringan Tyler dengan ukuran

    lubang saringan 32 mesh (0,5 mm), 24 mesh

    (0,71 mm), 9 mesh (2 mm), dan 4 mesh

    (4,75 mm).

    Dalam melakukan analisis, seperangkat

    saringan standar disusun secara deret dalamsuatu tumpukan. Saringan dengan anyaman

    paling rapat ditempatkan paling bawah,

    sedangkan anyaman paling besar ditempatkan

    paling atas. Contoh keping biji kakao hasil

    proses penggilingan sebanyak 200 g di-

    masukkan ke dalam saringan paling atas dan

    saringan diguncangkan secara mekanis

    selama 15 menit. Partikel yang tertahan pada

    setiap saringan dikumpulkan dan ditimbang,

    dan keping biji kakao pascasangrai pada

    setiap saringan yang tertinggal tersebutdikonversikan menjadi fraksi massa atau

    persen massa dari contoh bahan secara

    keseluruhan. Setiap perlakuan dilakukan

    ulangan penyaringan contoh keping biji kakao

    pasca sangrai sebanyak 3 kali. Ulangan

    penyaringan dilakukan untuk mengetahui

    konsistensi sebaran fraksi massa yang

    tertinggal di setiap saringan, dan data yang

    digunakan merupakan rerata dari jumlah

    ulangan tersebut. Data yang diperoleh

    dianalisis untuk menentukan perubahan

    distribusi dan ukuran partikel keping biji

    kakao pascasangrai, rerata diameter

    geometris partikel (dg), indeks keseragaman,

    derajat kehalusan (fineness modulus), dan

    dimensi rerata partikel. Analisis data ber-

    pedoman pada ASAE S319.3 (1998), danHenderson & Perry (1976).

    Tolok Ukur

    Perubahan karakteristik fisik keping biji

    kakao pascasangrai karena perlakuan kece-

    patan putar pisau rotari (rpm), dan kecepatan

    putar kipas sentrifugal (m/detik) ditentukan

    dengan menggunakan beberapa parameter

    sebagai berikut :

    1. Di stri busi uku ran partikel

    Perubahan distribusi ukuran partikel

    keping biji kakao pascasangrai ditentukan

    dengan menggunakan beberapa saringan

    Tyler dengan ukuran lubang saringan 32 mesh

    (0,5 mm), 24 mesh (0,71 mm), 9 mesh (2 mm),

    dan 4 mesh (4,75 mm). Banyaknya keping

    biji kakao yang tertinggal pada masing-

    masing saringan ditampilkan dalam satuan

    persen (%) pada sumbu y, sedangkan pada

    sumbu x merupakan ukuran saringan (mesh).

    2. Rerata diameter geometris partikel

    Rerata dimensi geometris partikel (dg)

    ditentukan dengan persamaan sebagai berikut

    ASAE S319.3 (1998) :

    iii

    W

    dW

    gd

    log.

    .10

  • 7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf

    13/17

    76

    Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto

    Biji kakao seragamCacao beans uniform

    (kadar air, dan ukuran)(moisture content, and size)

    Kadar air (moisturecontent) 6-7%

    Klas mutu (qualityclass ): C

    Sangrai (roasting)

    (suhu (temperatur e) 120-130C,waktu (time) 25-30 min)

    Kadar air (moisture

    content) 2,5-3%

    Mesin pemecah biji danpemisah kulit kakao

    (Cacaodesheller)

    Putaran blower (blower speed)

    2.7 m/det (m/s)2.75 m/det (m/s)2.8 m/det (m/s)

    Putaran pisau rotari(rotation speed)

    500 rpm700 rpm900 rpm

    Serpihan kepingan biji(cacao cotyledon crumbed)

    ANALISIS (ANALYSIS)

    Distribusi ukuran(size distribution )

    Diameter geometrik(geometric diameter)

    Fineness modulus

    Indeks keseragaman(Uniformity index)

    Dimensi rerata(average dimension)

    Serpihan kulit

    (shell crumbed)

    Aliran udara maksimum : 8,5 m3/min

    pada tekanan 780 Pa melalui diameter pipa

    50 mm.

    Mesin dioperasikan dalam tiga level

    kecepatan putar pisau rotari, yaitu 500 rpm,

    700 rpm, dan 900 rpm, masing-masing di-

    kenakan dengan tiga level kecepatan aliran

    udara untuk memisahkan kulit dari keping

    biji, yaitu 2,7 m/detik; 2,75 m/detik, dan

    2,8 m/detik. Ulangan pemecahan biji dan

    pemisahan kulit untuk masing-masing

    perlakuan tersebut di atas dilakukan

    sebanyak 3 kali. Tabel 1 menunjukkanmatriks penandaan perlakuan pemecahan biji

    dan pemisahan kulit kakao.

    Gambar 1. Urutan percobaan penggilingan dan parameter yang diukur.

    Fi gur e 1. Experimental procedure and the experi mental parameters measured.

    Tabel 1. Matrik penandaan perlakuan pemecahan dan pemisahan kulit kakao

    Table 1. Sign matri x for several mill ing process treatments

    500 700 900

    2.7 A1

    B1

    C1

    2.75 A2

    B2

    C2

    2.8 A3

    B3

    C3

    Kecepatan aliran udara, m/detik

    Air flow, m/s

    Kecepatan putar pisau rotari (Rotati on speed), rpm

    Cocoa beans uniform

    (Cocoa desheller)

    (Cocoa cotyledon crumbed)

  • 7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf

    14/17

    Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji

    75

    sebagai metoda analisis distribusi ukuran

    partikel secara kasar karena prosedur analitik

    dan konsep dasarnya mudah (Hayashi et al.,

    1969). Untuk menggolongkan bahan dalam

    kisaran saringan digunakan metode pe-

    misahan atau pengayakan dengan satu unitseri saringan Tyler. Dasar ukuran lubang

    adalah saringan 200 mesh, dan setiap lubang

    merupakan2 atau 1.414 kali besar lubangdari saringan yang terdahulu. Bentuk lubang

    bujur sangkar, ukuran lubang adalah dimensi

    dari satu sisinya (Henderson & Perry, 1976;

    McCabeet al., 1999). Partikel yang tertahan

    pada setiap saringan dikumpulkan dan di-

    timbang, dan massa pada setiap saringan

    yang tertinggal tersebut dikonversikan

    menjadi fraksi massa atau persen massa dari

    contoh bahan secara keseluruhan (McCabeet al., 1999). Tujuan dari penelitian ini adalah

    untuk mempelajari pengaruh proses peng-

    gilingan terhadap berbagai perubahan sifat

    karakteristik keping biji kakao pascasangrai,

    yaitu perubahan distribusi ukuran partikel

    keping biji, rerata diameter geometrik

    partikel, indeks keseragaman, derajat

    kehalusan (fineness modulus), dan dimensi

    reratanya.

    BAHAN DAN METODE

    Penelitian dilaksanakan di Laboratorium

    Teknologi Pengolahan Hasil dan Rekayasa

    Alat dan Mesin Pengolahan Kopi dan Kakao,

    Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia

    menggunakan bahan berupa biji kakao dari

    jenis lindak (bulk cocoa) kering yang di-

    peroleh dari Kebun Percobaan Kaliwining,

    Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.

    Biji kakao kering memiliki kisaran kadar

    air antara 67% b.b (basis basah), dan

    setelah disortasi diperoleh biji kakao dengan

    sifat yang mendekati seragam serta masuk

    dalam klasifikasi mutu C, yaitu terdiri

    111120 biji per 100 g biji kakao kering,

    menurut klasifikasi DSN (2002). Sebelum

    proses pemecahan biji dan pemisahan kulitdari komponen keping biji, biji kakao

    tersebut disangrai terlebih dahulu dengan

    menggunakan mesin sangrai biji kakao tipe

    silinder pada kisaran suhu 120130OC

    selama 2530 menit sampai diperoleh tingkat

    kematangan yang relatif seragam pada

    kisaran kadar air 2,53%. Analisis dilakukan

    pada bahan yang keluar dari corong keluaran

    pertama yang didominasi oleh serpihan

    keping biji kakao (Widyotomoet al., 2005).

    Peralatan dan mesin yang digunakandalam penelitian ini adalah mesin pemecah

    dan pemisah kulit tipe pisau rotari (rotary

    cutter) beserta perlengkapannya (Widyotomo

    et al., 2005), alat ukur kadar air, alat ukur

    kecepatan putar (tachometer), alat ukur

    kecepatan aliran udara (anemometer), ayakan

    Tyler, timbangan digital dengan beban

    maksimum 50 kg, timbangan analitik, dan

    beberapa peralatan bantu lainnya.

    Mesin pemecah dan pemisah kulit tipe

    pisau rotari memiliki spesifikasi sebagaiberikut (Widyotomo et al., 2005) :

    Kapasitas kerja : 165716 kg/jam

    Penggerak : motor listrik 2 HP, 220 V,

    fase tunggal

    Sistem transmisi : pulleydan sabuk karet profil V

    Unit pemisah kulit (shell) : blowersentri- fugal

    Penggerak : motor listrik 370 W, 220 V

  • 7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf

    15/17

    74

    Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto

    kelemahan mendasar dari proses pemecahan

    dan pemisahan biji secara tradisional tersebut

    adalah persentase keping biji dan kulit hancur

    sangat besar sehingga menyulitkan proses

    pemisahan antara kedua komponen tersebut,

    dan terjadi proses pengerakan di dasarlumpang karena adanya tekanan alat

    penumbuk yang kontinyu sehingga berakibat

    pada menurunnya efektivitas pemecahan

    (Henderson & Perry, 1976). Hasil dari

    penerapan metode tradisional mengakibatkan

    tidak tercapainya tujuan sesungguhnya dari

    proses pemecahan dan pemisahan kulit.

    Kulit biji kakao tidak cocok untuk di-

    konsumsi oleh manusia karena memiliki

    kandungan selulosa yang cukup tinggi

    sehingga dapat mengakibatkan rasa pedih.Tingginya kadar kulit dapat menyebabkan

    flavor produk akhir makanan maupun

    minuman cokelat yang dihasilkan juga

    menurun. Beckett (2000) melaporkan bahwa

    kadar kulit (shell) maksimum di dalam pasta

    cair (cocoa li quor) siap olah menjadi produk

    makanan cokelat adalah 1,75%. Sebagaimana

    yang terjadi pada industri kopi bubuk,

    industri makanan dan minuman cokelat skala

    besar umumnya juga didukung oleh mana-

    jemen, modal dan sumberdaya manusia yang

    memadai, sehingga industri golongan ini

    mampu membeli peralatan dan mesin

    pengolahan produk impor dengan teknologi

    tinggi. Introduksi peralatan dan mesin

    pengolahan makanan dan minuman cokelat

    produk impor ke petani kakao Indonesia

    memiliki beberapa kelemahan, di antaranya

    muatan teknologi tinggi yang tidak sepadan

    dengan kondisi rendahnya tingkat Sumber

    Daya Manusia dari petani kakao Indonesia

    sehingga berakibat pada kendala operasional

    dan perawatan. J ika terjadi kerusakan,

    komponen suku cadang sulit diperoleh dan

    harga relatif mahal karena harus didatangkan

    dari negara produsen, sehingga proses

    produksi menjadi tidak efisien, karena

    umumnya mesin dirancang untuk kapasitasproduksi yang besar (Sri-Mulato, 2002).

    Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indo-

    nesia telah merancangbangun mesin pemecah

    biji dan pemisah kulit kakao pasca sangrai

    tipe pisau rotari (rotary cutter) yang cocok

    dan terjangkau oleh pengusaha kecil, baik

    secara teknologi maupun harga. Mesin

    pemecah dan pemisah kulit ini merupakan

    salah satu mesin yang dugunakan dalam

    rangkaian peralatan dan mesin pengolahan

    untuk menghasilkan minuman dan makanancokelat. Hasil pengujian menunjukkan bahwa

    mesin memiliki kinerja yang baik, 94,5%

    produk keping biji yang dihasilkan dapat

    langsung digunakan sebagai bahan baku

    pengolahan cokelat, dan memiliki mutu

    produk akhir yang dapat diterima konsumen

    (Widyotomo et al., 2005).

    Penelitian yang mempelajari pengaruh

    proses penggilingan terhadap perubahan

    distribusi ukuran partikel tepung iles-iles

    telah dilakukan, Widyotomo et al. (2004)melaporkan bahwa pengecilan ukuran dengan

    prinsip penumbukan mengakibatkan kristal

    glukomanan yang dihasilkan pecah dan

    terkikis. Telaahan perubahan karakteristik

    keping biji kakao pascasangrai produk

    pengecilan ukuran menggunakan penggiling

    pisau putar akan dilakukan pada penelitian

    ini. Unit pengecil ukuran yang digunakan

    adalah mesin pemecah biji dan pemisah kulit

    kakao pascasangrai tipe pisau rotari (rotary

    cutter). Metoda saringan akan digunakan

  • 7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf

    16/17

    Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji

    73

    Summary

    One of important steps in secondarycocoa process is deshell ing cocoa beans

    roasted. The aim of deshell ing is to enr ich cotyledon cocoa surface area which

    affects to reduce energy and pr ocessing time with good quali ty of the chocolate

    product. The objective of this research is to study the influence of mil li ng pro-

    cess on physical characteri stic change of cocoa beans roasted such as size dis-

    tri bution change, geometri cal diameter average, uniformity index, fineness modulus,

    and average dimension of cotyledoncocoa r oasted. The Indonesian Coffee and

    Cocoa Research I nstitute has designed and tested deshell ing of r oasted cocoa

    beans which wi ll be used in thi s research. Before deshell ing process, C gr ade

    bulk cocoa beans has been roasted up to 2. 53% water contents. The result showed

    that optimal mi ll ing pr ocess by rotar y cutter type mil li ng unit has good size dis-

    tri bution change, geometri cal diameter average, uniformity index, fineness modulus,

    and average dimension on 500 rpm rotar y speed and 2.8 m/s ai r flow. On opti-

    mal pr ocess condit ion, 74.5% of cocoa cotyl edon roasted has diameter size be-

    tween 2.04.75 mm, 2. 116 mm average of geometri cal diameter, 0.864 mm aver-

    age dimension, 3. 052 fineness modulus, and 80% as crude size parti cel-20% as

    temperate size parti cel on uniformity i ndex. Therefore, more than 80% of cocoa

    cotyledon r oasted has diameter size between 2.04.75 mm with 700900 rpm ro-

    tary cutter speed. Average of geometr ic diameter was 1.652.19 mm, and thedimension average was 0.690.89 mm. Uniformity index was crude size parti cle

    up to 8090%, and in temperate size parti cle1020%. Fineness modulus value

    was 2.733.09.

    Key words: cocoa, milling, size distribution, roasted beans.

    PENDAHULUAN

    Pengertian istilah pengecilan ukuran

    mencakup proses pemotongan, penggilingan

    dan penumbukan. Pengecilan ukuran di-

    lakukan dengan cara mekanis tanpa mengubahsifat-sifat bahan kimia yang terkandung di

    dalam bahan tersebut (Henderson & Perry,

    1976). Pemecahan biji dan pemisahan kulit

    (shell) dari keping biji (nib) kakao pasca-

    sangrai merupakan salah satu tahap

    pengolahan hilir kakao yang sangat

    menentukan mutu akhir produk makanan

    maupun minuman cokelat (Lopez & Donald,

    1981). Pemecahan dan pemisahan kulit kakao

    bertujuan untuk memperbesar luas permukaan

    hancuran keping biji sehingga pada saat

    perlakuan pengempaan dengan bantuan

    pemanas massa kakao akan menerima panas

    yang lebih banyak dan seragam (Sri-Mulato

    et.al, 2005). Selain itu, proses pelumatan

    massa keping biji menjadi pasta cokelat akan

    lebih mudah, energi yang dibutuhkan relatif

    lebih kecil, dan waktu proses lebih singkat.

    Umumnya, petani kakao melakukan

    tahapan pemecahan biji dengan cara

    penumbukan menggunakan lumpang yang

    terbuat dari batu atau tanah liat, sedangkan

    proses pemisahan kulit (shell) dari keping

    biji dilakukan secara manual dengan meng-

    gunakan tampah, yaitu nampan berbentuk

    lingkaran yang dibuat dari anyaman bambu.

    Selain produktivitas kerja yang rendah,

  • 7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf

    17/17

    72

    Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto

    1) Peneliti, Ahli Peneliti dan Teknisi (Researcher , Senior Researcher and Technisi on);Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

    Indonesia, J l. P.B. Sudirman 90, J ember 68118, Indonesia.

    Pelita Perkebunan 2007, 23(1), 7389

    Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai TerhadapPerubahan Distribusi Ukuran Keping Biji

    I nf luence of M i ll ing Process of Roasted Cocoa Beans on Size Distri bution

    Change of Cocoa Cotyledon

    Sukrisno Widyotomo, Sri-Mulato dan Edi Suharyanto1)

    Ringkasan

    Pemecahan biji dan pemisahan kulit (shell) dari keping biji (nib) kakaopascasangrai merupakan salah satu tahap pengolahan hilir kakao yang sangatmenentukan mutu akhir produk makanan maupun minuman cokelat. Tujuanpemecahan dan pemisahan kulit kakao adalah untuk memperbesar luas permukaanhancuran keping biji, sehingga energi dan waktu proses dapat ditekan serendahmungkin dengan mutu produk yang dihasilkan lebih maksimal. Telaahan perubahankarakteristik fisik keping biji kakao pascasangrai produk pengecilan ukuranmenggunakan penggiling pisau rotari akan dilakukan pada penelitian ini. Unitpengecil ukuran yang digunakan adalah mesin pemecah biji dan pemisah kulitkakao pascasangrai tipe pisau rotari (rotar y cutter). Tujuan dari penelitian iniadalah untuk mempelajari pengaruh proses penggilingan terhadap berbagaiperubahan sifat karakteristik keping biji kakao pascasangrai, yaitu perubahandistribusi ukuran partikel keping biji, rerata diameter geometris partikel, indekskeseragaman, derajat kehalusan, dan dimensi reratanya. Bahan penelitian yangdigunakan adalah biji kakao lindak klas mutu C yang telah disangrai dengan kadarair antara 2,53%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kecepatan putar500 rpm dan aliran udara 2,8 m/detik memberikan nilai perubahan distribusi ukuran,rerata diameter geometris, indeks keseragaman, derajat kehalusan, dan dimensirerata yang terbaik. Pada kondisi operasi tersebut, 74,5% keping biji kakaopascasangrai memiliki ukuran diameter lebih besar dari 2 mm dan lebih kecil

    dari 4,75 mm. Nilai rerata diameter geometris, dimensi rerata, derajat kehalusan,dan indeks keseragaman masing-masing 2,119 mm; 0,864 mm; 3,052 mm, dengan80% berupa partikel kasar, dan 20% berupa partikel berukuran sedang. Padakecepatan putar 700 rpm dan 900 rpm, lebih dari 80% keping biji kakaopascasangrai memiliki ukuran diameter lebih besar dari 2 mm dan lebih kecildari 4,75 mm. Nilai rerata diameter geometris dan dimensi rerata keping bijikakao masing-masing antara 1,652,19 mm dan 0,690,89 mm. Indeks keseragamankeping biji kakao hasil penggilingan adalah 8090% berupa partikel kasar, dan1020% berupa partikel berukuran sedang. Derajat kehalusan keping biji kakaohasil penggilingan antara 2,733,09.