pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji.pdf
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf
1/17
88
Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto
Sri-Mulato; S. Widyotomo; Misnawi &E. Suharyanto (2005). Petunjuk TeknisPengolahan Produk Pr i mer dan
Sekunder Kakao. Bagian Proyek Pene-litian dan Pengembangan Kopi danKakao, Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia. Jember.Suhargo (2001). Daya Saing Kakao dan Produk
Kakao, Trai ning Quality Assurance in
Cocoa Processing. Program StudiTeknologi Hasil Perkebunan, FTP,UGM. Y ogyakarta.
Syarief, A. M. & E. A. Nugroho (1992).TeknikReduksi Ukuran Bahan. PAU Pangandan Gizi. IPB.
Widyotmo, S.; Sri-Mulato & E. Suharyanto(2005). Kinerja mesin pemecah biji danpemisah kulit kakao pascasangrai tipepisau putar (rotary cutter). Peli ta Per-kebunan, 21, 184199.
Widyotomo, S.; H. K. Purwadaria; A. M.Syarief & Sri-Mulato (2004). Peru-bahan distribusi ukuran partikel tepungiles-iles hasil pengolahan denganmetode penggilingan bertingkat.MajalahIlmiah Agritech, 24, 8291.
Widyotomo, S.; Sri-Mulato & Yusianto (2001).Karakteristik biji kakao kering hasilpengolahan dengan metode fermentasidalam karung plastik. Pelita Per-kebunan, 17, 7284.
***********
-
7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf
2/17
Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji
87
sangrai jika pisau rotari berputar pada
kecepatan di antara 500900 rpm, dan laju
aliran udara 2,72,8 m/detik. Nilai koefisien
korelasi tertinggi diperoleh pada laju aliran
udara 2,7 m/detik, diikuti pada laju aliran
udara 2,75 m/detik, dan terendah pada lajualiran udara 2,8 m/detik. Hal ini menun-
jukkan bahwa hubungan perlakuan laju
aliran udara 2,7 m/detik terhadap nilai rerata
diameter geometris keping biji kakao pasca-
sangrai yang dihasilkan ternyata lebih baik
jika dibandingkan pada laju aliran udara 2,75
m/detik maupun 2,8 m/detik.
KESIMPULAN
Kecepatan putar 500 rpm dan laju aliran
udara 2,8 m/detik memberikan nilai peru-
bahan distribusi ukuran, rerata diameter
geometris, indeks keseragaman, derajat
kehalusan, dan dimensi rerata yang terbaik.
Karakteristik partikel keping biji kakao pada
kondisi operasi tersebut adalah 74,5% keping
biji kakao pascasangrai memiliki ukuran
diameter lebih besar dari 2 mm dan lebih
kecil dari 4,75 mm. Nilai rerata diameter
geometris, dimensi rerata, derajat kehalusan,
dan indeks keseragaman masing-masing
2,119 mm; 0,864 mm; 3,052 mm dengan80% berupa partikel kasar dan 20% berupa
partikel berukuran sedang.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, S. (1996). Permasalahan kakao Sulawesidi pasaran Amerika Serikat.Makalahdalam Forum Orientasi Penerapan dan
Pengembangan Teknologi untuk Pem-
bangunan Daerah Tingkat I Sulawesi
Selatan.
ASAE STANDARDS (1998). Method ofDeterminig and Expressing Fineness of
Feed Materi als by Sieving. ANSI/ASAE S319.3 JUL97. American Na-tional Standards Institute.
Beckett, S.T. (2000). Industri al Chocolate Manu-
facture and Use. Van Nostrand Rein-hold 115 Fifth Avenue, New York.
Dewan Standarisasi Nasional (2002). StandarNasional Indonesia : Biji Kakao. SNINo. 01-2323-2002. Departemen Per-tanian, J akarta.
Hall, C.W. & D.C. Davis (1979). ProcessingEquipment for Agricultur al Pr oduct.
Second Eds. The AVI Publ. Co. Inc.,Wesport, Connecticut.
Hayashi, H.; D. R. Heldman & T. I. Hedrick.
(1969). Influence of spray-drying con-ditions on size and size distribution ofnonfat dry milk particels. Journal ofDai ry Science, 52, 3137.
Henderson, S.M. & R.L. Perry (1976). Agri-cultural Process Engineri ng. SecondEdition. The AVI Publishing, Westpot,Connecticut.
Lopez, A.S. & Mc. Donald (1981). A defini-tion of descriptors to be used for thequalification of chocolate flavours inflavor testing,Revista Theobroma, 11,
209217.McCabe, W.L.; J.C. Smith & P. Harriot (1999).
Operasi Teknik Kimia. Eds 4. Terje-mahan oleh E. Jasfi. Erlangga. Jakarta.
Minifie, B. W. (1980). Chocolate, Cocoa andConfectionery : Science and Tecnology
(2ndEdition.). Avi Publ. Co. : Westport,Conn.
Sri-Mulato (2002). Perancangan dan pengujianmesin sangrai biji kopi tipe silinder.Peli ta Perkebunan, 18 , 3145.
-
7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf
3/17
86
Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto
dimensi rerata partikel tertinggi diperoleh
pada perlakuan kecepatan putar pisau rotari
500 rpm dan kecepatan aliran udara 2,75
m/detik, yaitu 0,889 mm. Sedangkan nilai
dimensi rerata partikel terrendah diperoleh
pada perlakuan kecepatan putar pisau rotari900 rpm dan kecepatan aliran udara 2,75
m/detik, yaitu 0,694 mm. Kinerja mesin
pengecil ukuran yang ideal antara lain harus
memenuhi beberapa sifat sebagai berikut:
ukuran produk seragam dan kenaikan suhu
selama proses minimum (Henderson &
Perry, 1976).
McCabe et al. (1999) melaporkan
bahwa bahan dengan ukuran dimensi rerata
partikel yang halus tidak menjamin produk
tersebut menunjukkan kualitas yang lebih baikdan dalam beberapa hal tidak sebaik butiran
dengan ukuran yang lebih besar. Demikian
halnya dengan penggilingan biji kakao
pascasangrai dengan produk berukuran lebih
besar lebih dianjurkan jika dibadingkan
dengan produk halus yang mengandung lebih
banyak serpihan kulit (shell) kakao.
Peningkatan kecepatan putar pisau rotari
selain mengakibatkan partikel keping biji
dan kulit berukuran lebih halus, juga ber-
dampak pada penggumpalan partikel
sehingga tidak dapat melalui ukuran lubang
saringan yang lebih kecil.
Widyotomo et al. (2004) melaporkan
bahwa pengecilan ukuran keripik iles-iles
dengan penggiling pisau rotari menghasilkan
partikel iles-iles dengan ukuran dimensirerata 0,803 mm. Pengecilan lanjut dengan
mesin penggiling bola kerucut diperoleh
ukuran dimensi rerata yang lebih kecil, yaitu
0,302 mm, tetapi dengan permukaan kristal
yang pecah dan terkikis.
Ukuran partikel berdampak pada jumlah
energi yang diperlukan dalam proses
pengecilan ukuran. Energi yang diperlukan
untuk mengecilkan satuan bahan sebanding
dengan dimensi partikel hasil pengecilan
ukuran dan dimensi yang sama dari partikelsemula pangkat jumlah tahapan pengecilan
(Henderson & Perry, 1976).
Tabel 4 menunjukkan persamaan regresi
linier dan koefisien korelasi (R2) hubungan
antara kecepatan putar pisau rotari dan laju
aliran udara terhadap nilai dimensi rerata
partikel hasil pengecilan ukuran. Persamaan
regresi linier tersebut sangat berguna karena
dapat digunakan untuk memprediksi nilai
dimensi rerata keping biji kakao pasca-
2.7 Y = -0.0744X + 0.9169 0.9937
2.75 Y = -0.0978X + 0.9661 0.8716
2.8 Y = -0.0781X + 0.9233 0.8522
Tabel 4. Persamaan regresi linier nilai dimensi rerata dari beberapa perlakuan kecepatan putar pisau rotari dan kecepatan
aliran udara
Table 4. Lini er regression equations of average dimension of cocoa cotyledon from several treatments
Kecepatan aliran udara, m/detik
Air flow, m/s
Persamaan garis linier regresi
Linier regression equat ions
Koefisien korelasi, R2
Coef corelation, R2
Catatan (Notes) : X adalah kecepatan putar pisau rotari (rpm); Y adalah dimensi rerata (mm) (X is rotati on speed of rotar y
cutter (rpm); Y is average dimension (mm)).
-
7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf
4/17
Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji
85
udara 2,7 m/detik, diikuti pada laju aliran
udara 2,75 m/detik, dan terendah pada laju
aliran udara 2,8 m/detik. Hal ini menunjuk-
kan bahwa hubungan perlakuan laju aliran
udara 2,7 m/detik terhadap nilai rerata
diameter geometris keping bij i kakaopascasangrai yang dihasilkan ternyata lebih
baik jika dibandingkan dengan laju aliran
udara 2,75 m/detik maupun 2,8 m/detik.
Derajat kehalusan tidak berbanding lurus
dengan indeks keseragaman. Meskipun derajat
kehalusan dapat memberikan ukuran rata-
rata, tetapi tidak menunjukkan penyebaran
fraksi halus dan kasar pada contoh bahan
hasil penggilingan. Kekurangan tersebut
dapat diatasi dengan nilai indeks ke-
seragaman (Henrderson & Perry, 1976).
Gambar 7 menampilkan nilai derajat
kehalusan keping biji kakao hasil pemecahan
dan pengupasan dengan beberapa perlakuan
kecepatan putar pisau rotari. Nilai derajat
kehalusan tertinggi diperoleh pada perlakuan
kecepatan putar pisau rotari 500 rpm, dankecepatan aliran udara 2,75 m/detik, yaitu
3,09. Sedangkan nilai derajat kehalusan
terendah diperoleh pada perlakuan kecepatan
putar pisau rotari 900 rpm, dan kecepatan
aliran udara 2,75 m/detik, yaitu 2,73.
Dimensi Rerata Parti kel
Nilai dimensi rerata partikel dari
beberapa perlakuan kecepatan putar pisau
putar ditampilkan pada Gambar 8. Nilai
Gambar 8. Dimensi rerata keping biji kakao pascasangrai pada beberapa perlakuan kecepatan putar pisaurotari dan kecepatan hisap blower.
Figure 8. Average dimension of cocoa cotyledon roasted fr om several rot ation speed and air fl ow
treatments.
Kecepatan putar pisau rotari (Rotation speed), rpm
Dimensir
erata(Average
dimension
),m
m
0.2
500 700 900
Kasar (cru e) Se ang (termperate)2.7 m/d (m/s) 2.75 m/d (m/s) 2.8 m/d (m/s)
0.1
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
1.1
-
7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf
5/17
84
Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto
Gambar 7. Derajat kehalusan keping biji kakao pascasangrai pada beberapa perlakuan kecepatan putarpisau rotari dan kecepatan hisap blower.
Figur e 7. Fineness modulusof cocoa cotyledon roasted from several r otation speed and air flow tr eatments
berukuran sedang. Pemilihan kondisi kerja
dengan laju aliran udara 2,8 m/detik adalah
lebih baik karena mesin akan memberikan
produktivitas kerja harian yang lebih tinggi
dengan kualitas produk yang sama jika
dibandingkan dengan penggunaan kecepatan
aliran udara 2,7 m/detik (Widyotomoet al.,
2005).
Tabel 3 menunjukkan persamaan regresi
linier dan koefisien korelasi (R2) hubungan
antara kecepatan putar pisau rotari dan laju
aliran udara terhadap nilai derajat kehalusan
partikel hasil pengecilan ukuran. Persamaan
regresi linier tersebut sangat berguna karena
dapat digunakan untuk memprediksi nilai
derajat kehalusan keping biji kakao
pascasangrai jika pisau rotari berputar pada
kecepatan di antara 500900 rpm, dan laju
aliran udara 2,72,8 m/detik. Nilai koefisien
korelasi tertinggi diperoleh pada laju aliran
Kecepatan putar pisau rotari (r otation speed), rpm
Deraja
tkehalusan
Finene
ssmodu
lus
2.5500 700 900
Kasar (cru e) Se ang (termperate)2.7 m/d (m/s) 2.75 m/d (m/s) 2.8 m/d (m/s)
2.6
2,7
2.8
2.9
3.0
3.1
2.7 Y = -0.1396X + 3.1574 0.9973
2.75 Y = -0.179X + 3.2367 0.8838
2.8 Y = -0.1439X + 3.1484 0.75
Tabel 3. Persamaan regresi linier nilai derajat kehalusan dari beberapa perlakuan kecepatan putar pisau rotari dan kecepatan
aliran udara
Table 3. Li nier regression equations of fineness modulus of cocoa cotyledon from several treatments
Keterangan (Notes): X adalah kecepatan putar pisau rotari (rpm); Y adalah derajat kehalusan(X i s rotation speed of rotary
cutter ( rpm); Y is fi neness modulus.
Kecepatan aliran udara, m/detik
Air flow, m/s
Persamaan garis linier regresi
Li nier regression equations
Koefisien korelasi, R2
Coef corelation, R2
3.2
-
7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf
6/17
Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji
83
atau penyebaran fraksi halus dan kasar hasil
pengecilan ukuran (Henderson & Perry,
1976). Nilai indeks keseragaman sebaran
keping biji kakao hasil pemecahan dan
pemisahan kulit dengan perlakuan kecepatan
putar pisau rotari dan hisapan kipas
sentrifugal ditampilkan pada Gambar 6.
Lebih lanjut Henderson & Perry (1976)
melaporkan bahwa dengan semakin cepatputar unit penggiling, maka akan diperoleh
partikel dengan ukuran yang semakin kecil
dan seragam. Namun, hasil analisis indeks
keseragaman proses penggilingan keping biji
kakao pascasangrai menunjukkan bahwa
dengan semakin cepat putaran pisau rotari
diperoleh lebih banyak partikel dengan
ukuran kasar. Fenomena yang terjadi
disebabkan oleh keluarnya lemak dari pori-
pori mikro keping biji akibat panas yang
timbul pada saat proses penggilingan
berlangsung. Partikel keping biji kakao halus
menyatu karena ikatan lemak dan adanya
panas sehingga membentuk gumpalan yang
menyerupai partikel berukuran kasar.
Gambar 6 menunjukkan bahwa antara
perlakuan kecepatan putar pisau rotari 500
rpm dengan laju aliran udara 2,75 m/detik
dan 700 rpm dengan laju aliran udara 2,7
m/detik terjadi 20% peningkatan partikel
kasar. Pada tahapan tersebut, kemungkinan
mulai terjadi mekanisme penggumpalan
serpihan kulit dengan serpihan keping biji
hingga akhirnya terjadi akumulasi maksimum
pada perlakuan kecepatan putar 700 rpm,
dan laju aliran udara 2,7 m/detik. Nilai indeks
keseragaman perlakuan laju aliran udara 2,7
m/detik dan 2,8 m/detik pada kecepatan
putar pisau rotari 500 rpm menunjukkan
nilai yang sama, yaitu 80% berupa partikel
berukuran kasar dan 20% berupa partikel
Gambar 6. Indeks keseragaman keping biji kakao pascasangrai pada beberapa perlakuan kecepatan putarpisau rotari dan kecepatan hisap blower.
Fi gur e 6. Uni formity index of cocoa cotyledon roasted from several rotation speed and air flow tr eatments.
Perlakuan (Treatment)
Persen(berat/berat
)(Weigh
t/weigh
t),%
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3
Kasar (cru e) Se ang (termperate)Kasar (Crude) Sedang (Temperate) Halus (Fine)
-
7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf
7/17
82
Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto
meter geometris keping biji kakao perlakuan
700 rpm dan 900 rpm dengan kecepatan
hisap 2,75 m/det lebih rendah jika dibanding-
kan pada kecepatan hisap 2,8 m/detik. Panas
yang timbul menyebabkan lemak merambat
keluar dari pori-pori mikro, dan partikelhalus keping biji kakao mudah menggumpal
satu sama lain sehingga membentuk partikel
dengan ukuran yang lebih besar. Pada kece-
patan putar pisau rotari 500 rpm, efek panas
yang ditimbulkan belum memberikan
pengaruh terhadap proses keluarnya lemak
dan penggumpalan partikel halus keping biji
kakao. Hal tersebut terlihat dari nilai rerata
diameter geometris yang makin mengecil.
Widyotomo et al. (2005) melaporkan
bahwa adanya gesekan antara bahan denganpermukaan pisau rotari, maupun gesekan
antarbahan itu sendiri akan mengakibatkan
timbulnya panas di dalam unit pemecah.
Lemak kakao yang terkandung di dalam
keping biji akan mudah keluar pada kondisi
partikel yang lebih kecil dan adanya
pengenaan panas. Oleh karena itu, lemak
akan mudah menarik serpihan kulit dan
menggumpalkannya bersama dengan serbuk
keping biji.
Tabel 2 menunjukkan persamaan regresi
linier dan koefisien korelasi (R2) hubungan
antara kecepatan putar pisau rotari dan laju
aliran udara terhadap nilai rerata diameter
geometris partikel hasil pengecilan ukuran.
Persamaan regresi linier tersebut sangatberguna karena dapat digunakan untuk
memprediksi nilai rerata diameter geometris
keping biji kakao pascasangrai jika pisau
rotari berputar pada kecepatan di antara
500900 rpm, dan laju aliran udara 2,7
2,8 m/detik. Nilai koefisien korelasi tertinggi
diperoleh pada laju aliran udara 2,7 m/detik,
diikuti pada laju aliran udara 2,75 m/detik,
dan terendah pada laju aliran udara 2,8 m/
detik. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan
perlakuan laju aliran udara 2,7 m/detik
terhadap nilai rerata diameter geometriskeping biji kakao pascasangrai yang dihasil-
kan ternyata lebih baik jika dibandingkan
pada laju aliran udara 2,75 m/detik maupun
2,8 m/detik.
Indeks Keseragaman dan Derajat Kehalusan
Indeks keseragaman dan derajat
kehalusan menunjukkan keseragaman hasil
2.7 Y = -0.186X + 2.2163 0.9920
2.75 Y = -0.265X + 2.394 0.8743
2.8 Y = -0.2135X + 2.2823 0.8579
Tabel 2. Persamaan regresi linier nilai rerata diameter geometris dari beberapa perlakuan kecepatan putar pisau rotari dan
kecepatan aliran udara
Table 2. Lini er regression equations of geomatri cal di ameter average from several treatments
Kecepatan aliran udara, m/detik
Air flow, m/s
Persamaan garis linier regresi
Linier regression equat ions
Koefisien korelasi, R2
Coef corelation, R2
Catatan (Notes): X adalah kecepatan putar pisau rotari (rpm); Y adalah rerata diameter geometris (mm) ((X is ro tation speed
of rotar y cutter (rpm); Y is geomatri cal diameter average (mm)).
-
7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf
8/17
Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji
81
optimal, 8% serpihan kulit biji masih terikut
keping biji. Ukuran serpihan kulit tersebut
antara 3224 mesh atau 0,50,71 mm.
Upaya memperkecil ukuran serpihan kulit
dengan cara pemotongan-penggilingan masih
dirasa cukup sulit karena kadar serat yangtinggi, sedangkan kulit lebih bersifat elastis
atau liat saat proses pengguntingan peng-
gilingan.
Selain itu, serpihan kulit berpotensi
mempererat ikatan partikel keping biji dan
berdampak pada proses penggumpalan.
Upaya memperkecil campuran serpihan kulit
dalam keping biji adalah proses penggilingan
dengan kecepatan putar yang lebih rendah
agar panas yang timbul dapat ditekan
serendah mungkin, dan meningkatkan sistempemisahan agar daya hisap (suching force)
blower yang berfungsi memisahkan serpihan
kulit dari keping biji menjadi lebih tinggi.
Rerata Diameter Geometr is Partikel
Nilai rerata diameter geometris keping
biji kakao hasil pemecahan dan pemisahan
kulit dengan perlakuan kecepatan putar pisau
rotari dan hisapan kipas sentrifugal ditampil-
kan pada Gambar 5. Dengan semakin tinggikecepatan putar pisau rotari dan semakin kuat
hisapan blower sentrifugal akan mengakibat-
kan rerata diameter keping biji kakao
pascasangrai yang dihasilkan semakin kecil.
Nilai rerata diameter geometris partikel ter-
kecil, yaitu 1,657 mm diperoleh pada per-
lakuan kecepatan putar pisau rotari 900 rpm
dan laju aliran udara 2,75 m/detik. Nilai
rerata diameter geometris partikel terbesar,
yaitu 2,187 mm diperoleh pada perlakuan
kecepatan putar pisau rotari 500 rpm danlaju aliran udara 2,75 m/detik.
Panas yang timbul pada proses peng-
gilingan mengakibatkan nilai rerata dia-
Gambar 5. Rerata diameter geometris keping biji kakao pascasangrai pada beberapa kecepatan putar pisaurotari dan kecepatan hisap blower.
Fi gur e 5. Geomatr ical di ameter average of cocoa cotyledon roasted from several r otation speed and
air flow treatments.
Kecepatan putar pisau rotari (rotati on speed), rpm
Reratadiametergeometris(Averageof
geometrica
ldiam
eter
),m
m
0
0.5
1
1.5
2
2.5
500 700 900
Kasar (cru e) Se ang (termperate)2.7 m/d (m/s) 2.75 m/d (m/s) 2.8 m/d (m/s)
-
7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf
9/17
80
Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto
Gambar 3. Perubahan distribusi keping biji kakao pascasangrai pada kecepatan putar pisau rotari 700rpm dan beberapa kecepatan hisap blower.
Fi gur e 3 . Size distributi on change of cocoa cotyledon roasted from 700 rpm rotation speed and several
air flow treatments.
Gambar 4. Perubahan distribusi keping biji kakao pascasangrai pada kecepatan putar pisau rotari 900rpm dan beberapa kecepatan hisap blower.
Fi gur e 4 . Size distributi on change of cocoa cotyledon roasted from 900 rpm rotation speed and several
air flow treatments.
4 9 24 32
-
7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf
10/17
Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji
79
900 rpm, dengan persentase keping biji
kakao tertahan di saringan 4 mesh semula
antara 1220%, semakin mengecil menjadi
antara 1,34,8%. Jumlah keping biji kakao
tertahan saringan 9 mesh bertambah 2 hingga
10%, selebihnya bergeser pada saringan 24dan 32 mesh.
Kulit merupakan salah satu komponen
biji kakao yang banyak mengandung serat.
Widyotomoet al. (2005) melaporkan bahwa
biji kakao pascasangrai yang digunakan
untuk proses pemecahan biji dan pemisahan
kulit secara mekanis, 82% berupa keping
biji, dan 18% berupa kulit biji (shell). Kadar
kulit yang tinggi dapat menyebabkan mesin
bekerja lebih berat dan jumlah kulit yang
tercampur di dalam keping biji relatif lebihbesar sehingga akan sulit diperoleh tingkat
kehalusan pasta cokelat yang lebih baik.
Salah satu faktor yang menyebabkan
keping biji kakao sulit memiliki ukuran yang
lebih kecil dari 9 mesh antara lain lemak
yang terkandung di dalam keping biji masih
relatif tinggi, yaitu antara 4952% (Sri
Mulato et al ., 2005; Amin, 1996). Widyo-
tomoet al.(2001) melaporkan bahwa bahan
uji merupakan biji kakao yang difermentasidengan kadar lemak 3,7% lebih tinggi jika
dibandingkan dengan biji kakao tanpa
fermentasi.
Panas yang timbul pada saat putaran
pisau rotari yang tinggi mengakibatkan lemak
yang berada di antara pori-pori keping biji
mencair, ikatan partikel padatan melemah dan
terjadinya efek pelumatan. Pada kondisi
demikian, proses pengecilan ukuran akan sulit
terjadi karena lemak akan lebih bersifat
merekatkan partikel padat keping biji kakaodan berdampak pada proses penggumpalan.
Faktor lain adalah kulit biji yang memiliki
kadar serat tinggi dan relatif ringan. Hasil
penelitian sebelumnya, Widyotomo et al.
(2005) melaporkan bahwa pada kondisi kerja
Gambar 2. Perubahan distribusi keping biji kakao pascasangrai pada kecepatan putar pisau rotari 500rpm dan beberapa kecepatan hisap blower.
Fi gur e 2. Size ndistributi on change of cocoa cotyledon roasted from 700 rpm rotation speed and several
air flow treatments.
4 9 24 32
-
7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf
11/17
78
Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto
Dalam hal ini, Wimerupakan berat
partikel dengan ukuran mesh ke-i (g), dan
dimerupakan ukuran mesh ke-i (mm).
3. I ndeks keseragaman
Indeks keseragaman ditentukan untuk
mengetahui sebaran ukuran partikel ber-
dasarkan kriteria halus, sedang, dan kasar.
Nisbah di dalam kumpulan keping biji kakao
pascasangrai, yaitu halus : sedang : kasar,
ditampilkan dalam bentuk kuantitatif
(Henderson & Perry, 1976) .
4. Derajat kehalusan (Fineness modulus)
Derajat kehalusan atauFineness modulus(FM) adalah jumlah fraksi yang tertahan pada
setiap saringan dibagi 100 (Hall & Davis,
1979).
5. Dimensi rerata partik el
Dimensi rerata partikel (D, mm) dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut (Henderson & Perry, 1976):
D = 0.10414.(2)FM
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perubahan Di stri busi Ukuran Partikel
McCabeet al.(1999) melaporkan bahwa
partikel zat padat secara individu dikarak-
terisasikan dengan ukuran, bentuk dan densi-
tasnya. Sejumlah persamaan telah diusulkan
untuk menunjukkan hubungan antara
banyaknya partikel bahan dengan ukuran
partikel guna mendapatkan hubungannya
dengan distribusi. Tidak ada alasan dasar
yang mengharuskan bahwa suatu jenis bahan
pangan mengikuti salah satu dari persamaan
yang diusulkan tersebut (Syarief & Nugroho,
1992).Mekanisme proses pengecilan ukuran
penggiling pisau rotari adalah putaran pisau-
pisau yang dipasang dengan jarak yang
seragam pada bidang yang dapat berputar
sehingga dapat memotong berlawanan
dengan pisau yang dipasang tetap pada
kerangka (Syarief & Nugroho, 1992). Jarak
antara pisau dinamis dan statis yang relatif
sempit dan dengan ditempatkannya lubang
saringan di bagian bawah menyebabkan aksi
pengguntingan biji kakao pascasangrai secaraberurutan menjadi lebih efektif dari pada
aksi tekanan atau benturan.
Syarief & Nugroho (1992) melaporkan
bahwa batas ukuran distribusi partikel bahan
pangan berupa tepung adalah ukuran partikel
yang terbesar atau terkecil. Perubahan distri-
busi ukuran partikel keping biji kakao pasca-
sangrai dari perlakuan kecepatan putar pisau
putar 500 rpm; 700 rpm dan 900 rpm
masing-masing ditampilkan pada Gambar 2,
3, dan 4. Pada kecepatan putar blowersentrifugal yang sama, dengan semakin cepat
putaran pisau rotari yang digunakan, maka
ukuran partikel keping biji kakao pasca-
sangrai akan semakin mengecil. Pada
kecepatan putar pisau rotari 500 rpm, 70
80% keping biji kakao pascasangrai tertahan
di saringan 9 mesh, atau memiliki ukuran
diameter lebih besar dari 2 mm dan lebih
kecil dari 4,75 mm (Gambar 2). Pengecilan
ukuran telah terjadi dengan perubahan
kecepatan putar menjadi 700 rpm, dan
-
7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf
12/17
Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji
77
Parameter yang diukur meliputi kece-
patan putar silinder pemecah, berat bahan
yang diumpankan maupun produk pemecahan
dan pemisahan, serta kecepatan aliran udara
penghembus.
Analisis Teknis
Perubahan distribusi dan ukuran partikel
keping biji kakao pascasangrai hasil proses
penggilingan diukur dengan menggunakan
seperangkat saringan Tyler dengan ukuran
lubang saringan 32 mesh (0,5 mm), 24 mesh
(0,71 mm), 9 mesh (2 mm), dan 4 mesh
(4,75 mm).
Dalam melakukan analisis, seperangkat
saringan standar disusun secara deret dalamsuatu tumpukan. Saringan dengan anyaman
paling rapat ditempatkan paling bawah,
sedangkan anyaman paling besar ditempatkan
paling atas. Contoh keping biji kakao hasil
proses penggilingan sebanyak 200 g di-
masukkan ke dalam saringan paling atas dan
saringan diguncangkan secara mekanis
selama 15 menit. Partikel yang tertahan pada
setiap saringan dikumpulkan dan ditimbang,
dan keping biji kakao pascasangrai pada
setiap saringan yang tertinggal tersebutdikonversikan menjadi fraksi massa atau
persen massa dari contoh bahan secara
keseluruhan. Setiap perlakuan dilakukan
ulangan penyaringan contoh keping biji kakao
pasca sangrai sebanyak 3 kali. Ulangan
penyaringan dilakukan untuk mengetahui
konsistensi sebaran fraksi massa yang
tertinggal di setiap saringan, dan data yang
digunakan merupakan rerata dari jumlah
ulangan tersebut. Data yang diperoleh
dianalisis untuk menentukan perubahan
distribusi dan ukuran partikel keping biji
kakao pascasangrai, rerata diameter
geometris partikel (dg), indeks keseragaman,
derajat kehalusan (fineness modulus), dan
dimensi rerata partikel. Analisis data ber-
pedoman pada ASAE S319.3 (1998), danHenderson & Perry (1976).
Tolok Ukur
Perubahan karakteristik fisik keping biji
kakao pascasangrai karena perlakuan kece-
patan putar pisau rotari (rpm), dan kecepatan
putar kipas sentrifugal (m/detik) ditentukan
dengan menggunakan beberapa parameter
sebagai berikut :
1. Di stri busi uku ran partikel
Perubahan distribusi ukuran partikel
keping biji kakao pascasangrai ditentukan
dengan menggunakan beberapa saringan
Tyler dengan ukuran lubang saringan 32 mesh
(0,5 mm), 24 mesh (0,71 mm), 9 mesh (2 mm),
dan 4 mesh (4,75 mm). Banyaknya keping
biji kakao yang tertinggal pada masing-
masing saringan ditampilkan dalam satuan
persen (%) pada sumbu y, sedangkan pada
sumbu x merupakan ukuran saringan (mesh).
2. Rerata diameter geometris partikel
Rerata dimensi geometris partikel (dg)
ditentukan dengan persamaan sebagai berikut
ASAE S319.3 (1998) :
iii
W
dW
gd
log.
.10
-
7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf
13/17
76
Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto
Biji kakao seragamCacao beans uniform
(kadar air, dan ukuran)(moisture content, and size)
Kadar air (moisturecontent) 6-7%
Klas mutu (qualityclass ): C
Sangrai (roasting)
(suhu (temperatur e) 120-130C,waktu (time) 25-30 min)
Kadar air (moisture
content) 2,5-3%
Mesin pemecah biji danpemisah kulit kakao
(Cacaodesheller)
Putaran blower (blower speed)
2.7 m/det (m/s)2.75 m/det (m/s)2.8 m/det (m/s)
Putaran pisau rotari(rotation speed)
500 rpm700 rpm900 rpm
Serpihan kepingan biji(cacao cotyledon crumbed)
ANALISIS (ANALYSIS)
Distribusi ukuran(size distribution )
Diameter geometrik(geometric diameter)
Fineness modulus
Indeks keseragaman(Uniformity index)
Dimensi rerata(average dimension)
Serpihan kulit
(shell crumbed)
Aliran udara maksimum : 8,5 m3/min
pada tekanan 780 Pa melalui diameter pipa
50 mm.
Mesin dioperasikan dalam tiga level
kecepatan putar pisau rotari, yaitu 500 rpm,
700 rpm, dan 900 rpm, masing-masing di-
kenakan dengan tiga level kecepatan aliran
udara untuk memisahkan kulit dari keping
biji, yaitu 2,7 m/detik; 2,75 m/detik, dan
2,8 m/detik. Ulangan pemecahan biji dan
pemisahan kulit untuk masing-masing
perlakuan tersebut di atas dilakukan
sebanyak 3 kali. Tabel 1 menunjukkanmatriks penandaan perlakuan pemecahan biji
dan pemisahan kulit kakao.
Gambar 1. Urutan percobaan penggilingan dan parameter yang diukur.
Fi gur e 1. Experimental procedure and the experi mental parameters measured.
Tabel 1. Matrik penandaan perlakuan pemecahan dan pemisahan kulit kakao
Table 1. Sign matri x for several mill ing process treatments
500 700 900
2.7 A1
B1
C1
2.75 A2
B2
C2
2.8 A3
B3
C3
Kecepatan aliran udara, m/detik
Air flow, m/s
Kecepatan putar pisau rotari (Rotati on speed), rpm
Cocoa beans uniform
(Cocoa desheller)
(Cocoa cotyledon crumbed)
-
7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf
14/17
Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji
75
sebagai metoda analisis distribusi ukuran
partikel secara kasar karena prosedur analitik
dan konsep dasarnya mudah (Hayashi et al.,
1969). Untuk menggolongkan bahan dalam
kisaran saringan digunakan metode pe-
misahan atau pengayakan dengan satu unitseri saringan Tyler. Dasar ukuran lubang
adalah saringan 200 mesh, dan setiap lubang
merupakan2 atau 1.414 kali besar lubangdari saringan yang terdahulu. Bentuk lubang
bujur sangkar, ukuran lubang adalah dimensi
dari satu sisinya (Henderson & Perry, 1976;
McCabeet al., 1999). Partikel yang tertahan
pada setiap saringan dikumpulkan dan di-
timbang, dan massa pada setiap saringan
yang tertinggal tersebut dikonversikan
menjadi fraksi massa atau persen massa dari
contoh bahan secara keseluruhan (McCabeet al., 1999). Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mempelajari pengaruh proses peng-
gilingan terhadap berbagai perubahan sifat
karakteristik keping biji kakao pascasangrai,
yaitu perubahan distribusi ukuran partikel
keping biji, rerata diameter geometrik
partikel, indeks keseragaman, derajat
kehalusan (fineness modulus), dan dimensi
reratanya.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Teknologi Pengolahan Hasil dan Rekayasa
Alat dan Mesin Pengolahan Kopi dan Kakao,
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
menggunakan bahan berupa biji kakao dari
jenis lindak (bulk cocoa) kering yang di-
peroleh dari Kebun Percobaan Kaliwining,
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
Biji kakao kering memiliki kisaran kadar
air antara 67% b.b (basis basah), dan
setelah disortasi diperoleh biji kakao dengan
sifat yang mendekati seragam serta masuk
dalam klasifikasi mutu C, yaitu terdiri
111120 biji per 100 g biji kakao kering,
menurut klasifikasi DSN (2002). Sebelum
proses pemecahan biji dan pemisahan kulitdari komponen keping biji, biji kakao
tersebut disangrai terlebih dahulu dengan
menggunakan mesin sangrai biji kakao tipe
silinder pada kisaran suhu 120130OC
selama 2530 menit sampai diperoleh tingkat
kematangan yang relatif seragam pada
kisaran kadar air 2,53%. Analisis dilakukan
pada bahan yang keluar dari corong keluaran
pertama yang didominasi oleh serpihan
keping biji kakao (Widyotomoet al., 2005).
Peralatan dan mesin yang digunakandalam penelitian ini adalah mesin pemecah
dan pemisah kulit tipe pisau rotari (rotary
cutter) beserta perlengkapannya (Widyotomo
et al., 2005), alat ukur kadar air, alat ukur
kecepatan putar (tachometer), alat ukur
kecepatan aliran udara (anemometer), ayakan
Tyler, timbangan digital dengan beban
maksimum 50 kg, timbangan analitik, dan
beberapa peralatan bantu lainnya.
Mesin pemecah dan pemisah kulit tipe
pisau rotari memiliki spesifikasi sebagaiberikut (Widyotomo et al., 2005) :
Kapasitas kerja : 165716 kg/jam
Penggerak : motor listrik 2 HP, 220 V,
fase tunggal
Sistem transmisi : pulleydan sabuk karet profil V
Unit pemisah kulit (shell) : blowersentri- fugal
Penggerak : motor listrik 370 W, 220 V
-
7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf
15/17
74
Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto
kelemahan mendasar dari proses pemecahan
dan pemisahan biji secara tradisional tersebut
adalah persentase keping biji dan kulit hancur
sangat besar sehingga menyulitkan proses
pemisahan antara kedua komponen tersebut,
dan terjadi proses pengerakan di dasarlumpang karena adanya tekanan alat
penumbuk yang kontinyu sehingga berakibat
pada menurunnya efektivitas pemecahan
(Henderson & Perry, 1976). Hasil dari
penerapan metode tradisional mengakibatkan
tidak tercapainya tujuan sesungguhnya dari
proses pemecahan dan pemisahan kulit.
Kulit biji kakao tidak cocok untuk di-
konsumsi oleh manusia karena memiliki
kandungan selulosa yang cukup tinggi
sehingga dapat mengakibatkan rasa pedih.Tingginya kadar kulit dapat menyebabkan
flavor produk akhir makanan maupun
minuman cokelat yang dihasilkan juga
menurun. Beckett (2000) melaporkan bahwa
kadar kulit (shell) maksimum di dalam pasta
cair (cocoa li quor) siap olah menjadi produk
makanan cokelat adalah 1,75%. Sebagaimana
yang terjadi pada industri kopi bubuk,
industri makanan dan minuman cokelat skala
besar umumnya juga didukung oleh mana-
jemen, modal dan sumberdaya manusia yang
memadai, sehingga industri golongan ini
mampu membeli peralatan dan mesin
pengolahan produk impor dengan teknologi
tinggi. Introduksi peralatan dan mesin
pengolahan makanan dan minuman cokelat
produk impor ke petani kakao Indonesia
memiliki beberapa kelemahan, di antaranya
muatan teknologi tinggi yang tidak sepadan
dengan kondisi rendahnya tingkat Sumber
Daya Manusia dari petani kakao Indonesia
sehingga berakibat pada kendala operasional
dan perawatan. J ika terjadi kerusakan,
komponen suku cadang sulit diperoleh dan
harga relatif mahal karena harus didatangkan
dari negara produsen, sehingga proses
produksi menjadi tidak efisien, karena
umumnya mesin dirancang untuk kapasitasproduksi yang besar (Sri-Mulato, 2002).
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indo-
nesia telah merancangbangun mesin pemecah
biji dan pemisah kulit kakao pasca sangrai
tipe pisau rotari (rotary cutter) yang cocok
dan terjangkau oleh pengusaha kecil, baik
secara teknologi maupun harga. Mesin
pemecah dan pemisah kulit ini merupakan
salah satu mesin yang dugunakan dalam
rangkaian peralatan dan mesin pengolahan
untuk menghasilkan minuman dan makanancokelat. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
mesin memiliki kinerja yang baik, 94,5%
produk keping biji yang dihasilkan dapat
langsung digunakan sebagai bahan baku
pengolahan cokelat, dan memiliki mutu
produk akhir yang dapat diterima konsumen
(Widyotomo et al., 2005).
Penelitian yang mempelajari pengaruh
proses penggilingan terhadap perubahan
distribusi ukuran partikel tepung iles-iles
telah dilakukan, Widyotomo et al. (2004)melaporkan bahwa pengecilan ukuran dengan
prinsip penumbukan mengakibatkan kristal
glukomanan yang dihasilkan pecah dan
terkikis. Telaahan perubahan karakteristik
keping biji kakao pascasangrai produk
pengecilan ukuran menggunakan penggiling
pisau putar akan dilakukan pada penelitian
ini. Unit pengecil ukuran yang digunakan
adalah mesin pemecah biji dan pemisah kulit
kakao pascasangrai tipe pisau rotari (rotary
cutter). Metoda saringan akan digunakan
-
7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf
16/17
Pengaruh penggilingan biji kakao pascasangrai terhadap perubahan distribusi ukuran keping biji
73
Summary
One of important steps in secondarycocoa process is deshell ing cocoa beans
roasted. The aim of deshell ing is to enr ich cotyledon cocoa surface area which
affects to reduce energy and pr ocessing time with good quali ty of the chocolate
product. The objective of this research is to study the influence of mil li ng pro-
cess on physical characteri stic change of cocoa beans roasted such as size dis-
tri bution change, geometri cal diameter average, uniformity index, fineness modulus,
and average dimension of cotyledoncocoa r oasted. The Indonesian Coffee and
Cocoa Research I nstitute has designed and tested deshell ing of r oasted cocoa
beans which wi ll be used in thi s research. Before deshell ing process, C gr ade
bulk cocoa beans has been roasted up to 2. 53% water contents. The result showed
that optimal mi ll ing pr ocess by rotar y cutter type mil li ng unit has good size dis-
tri bution change, geometri cal diameter average, uniformity index, fineness modulus,
and average dimension on 500 rpm rotar y speed and 2.8 m/s ai r flow. On opti-
mal pr ocess condit ion, 74.5% of cocoa cotyl edon roasted has diameter size be-
tween 2.04.75 mm, 2. 116 mm average of geometri cal diameter, 0.864 mm aver-
age dimension, 3. 052 fineness modulus, and 80% as crude size parti cel-20% as
temperate size parti cel on uniformity i ndex. Therefore, more than 80% of cocoa
cotyledon r oasted has diameter size between 2.04.75 mm with 700900 rpm ro-
tary cutter speed. Average of geometr ic diameter was 1.652.19 mm, and thedimension average was 0.690.89 mm. Uniformity index was crude size parti cle
up to 8090%, and in temperate size parti cle1020%. Fineness modulus value
was 2.733.09.
Key words: cocoa, milling, size distribution, roasted beans.
PENDAHULUAN
Pengertian istilah pengecilan ukuran
mencakup proses pemotongan, penggilingan
dan penumbukan. Pengecilan ukuran di-
lakukan dengan cara mekanis tanpa mengubahsifat-sifat bahan kimia yang terkandung di
dalam bahan tersebut (Henderson & Perry,
1976). Pemecahan biji dan pemisahan kulit
(shell) dari keping biji (nib) kakao pasca-
sangrai merupakan salah satu tahap
pengolahan hilir kakao yang sangat
menentukan mutu akhir produk makanan
maupun minuman cokelat (Lopez & Donald,
1981). Pemecahan dan pemisahan kulit kakao
bertujuan untuk memperbesar luas permukaan
hancuran keping biji sehingga pada saat
perlakuan pengempaan dengan bantuan
pemanas massa kakao akan menerima panas
yang lebih banyak dan seragam (Sri-Mulato
et.al, 2005). Selain itu, proses pelumatan
massa keping biji menjadi pasta cokelat akan
lebih mudah, energi yang dibutuhkan relatif
lebih kecil, dan waktu proses lebih singkat.
Umumnya, petani kakao melakukan
tahapan pemecahan biji dengan cara
penumbukan menggunakan lumpang yang
terbuat dari batu atau tanah liat, sedangkan
proses pemisahan kulit (shell) dari keping
biji dilakukan secara manual dengan meng-
gunakan tampah, yaitu nampan berbentuk
lingkaran yang dibuat dari anyaman bambu.
Selain produktivitas kerja yang rendah,
-
7/23/2019 Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai Terhadap Perubahan Distribusi Ukuran Keping Biji.pdf
17/17
72
Widyotomo, Sri-Mulato dan Suharyanto
1) Peneliti, Ahli Peneliti dan Teknisi (Researcher , Senior Researcher and Technisi on);Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia, J l. P.B. Sudirman 90, J ember 68118, Indonesia.
Pelita Perkebunan 2007, 23(1), 7389
Pengaruh Penggilingan Biji Kakao Pascasangrai TerhadapPerubahan Distribusi Ukuran Keping Biji
I nf luence of M i ll ing Process of Roasted Cocoa Beans on Size Distri bution
Change of Cocoa Cotyledon
Sukrisno Widyotomo, Sri-Mulato dan Edi Suharyanto1)
Ringkasan
Pemecahan biji dan pemisahan kulit (shell) dari keping biji (nib) kakaopascasangrai merupakan salah satu tahap pengolahan hilir kakao yang sangatmenentukan mutu akhir produk makanan maupun minuman cokelat. Tujuanpemecahan dan pemisahan kulit kakao adalah untuk memperbesar luas permukaanhancuran keping biji, sehingga energi dan waktu proses dapat ditekan serendahmungkin dengan mutu produk yang dihasilkan lebih maksimal. Telaahan perubahankarakteristik fisik keping biji kakao pascasangrai produk pengecilan ukuranmenggunakan penggiling pisau rotari akan dilakukan pada penelitian ini. Unitpengecil ukuran yang digunakan adalah mesin pemecah biji dan pemisah kulitkakao pascasangrai tipe pisau rotari (rotar y cutter). Tujuan dari penelitian iniadalah untuk mempelajari pengaruh proses penggilingan terhadap berbagaiperubahan sifat karakteristik keping biji kakao pascasangrai, yaitu perubahandistribusi ukuran partikel keping biji, rerata diameter geometris partikel, indekskeseragaman, derajat kehalusan, dan dimensi reratanya. Bahan penelitian yangdigunakan adalah biji kakao lindak klas mutu C yang telah disangrai dengan kadarair antara 2,53%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kecepatan putar500 rpm dan aliran udara 2,8 m/detik memberikan nilai perubahan distribusi ukuran,rerata diameter geometris, indeks keseragaman, derajat kehalusan, dan dimensirerata yang terbaik. Pada kondisi operasi tersebut, 74,5% keping biji kakaopascasangrai memiliki ukuran diameter lebih besar dari 2 mm dan lebih kecil
dari 4,75 mm. Nilai rerata diameter geometris, dimensi rerata, derajat kehalusan,dan indeks keseragaman masing-masing 2,119 mm; 0,864 mm; 3,052 mm, dengan80% berupa partikel kasar, dan 20% berupa partikel berukuran sedang. Padakecepatan putar 700 rpm dan 900 rpm, lebih dari 80% keping biji kakaopascasangrai memiliki ukuran diameter lebih besar dari 2 mm dan lebih kecildari 4,75 mm. Nilai rerata diameter geometris dan dimensi rerata keping bijikakao masing-masing antara 1,652,19 mm dan 0,690,89 mm. Indeks keseragamankeping biji kakao hasil penggilingan adalah 8090% berupa partikel kasar, dan1020% berupa partikel berukuran sedang. Derajat kehalusan keping biji kakaohasil penggilingan antara 2,733,09.