pengaruh pengeluaran pemerintah paper.docx

66
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam ekonomi makro ada beberapa keadaan ekonomi yang menjadi idaman kebanyakan pemerintah dan masyarakat di negara-negara di bumi ini seperti tingkat kesempatan kerja/tingkat empoloyment yang tinggi, peningkatan kapasitas produk nasional yang tinggi, tingkat pendapatan nasional yang tinggi, keadaan perekonomian yang stabil, neraca pembayaran luar negeri yang seimbang, dan distribusi pendapatan yang lebih merata. Namun sebagaimana yang diketahui bahwa dari tujuan-tujuan kebijakan ekonomi makro seperti yang disebutkan di atas ada yang usaha pencapaiannya mempunyai arah yang berlawanan satu dengan yang lainnya. Secara umum, para pakar ekonomi menilai kinerja perekonomian makro dengan melihat beberapa variabel kunci, dan yang dianggap paling penting antara lain adalah produk domestik bruto, tingkat pengangguran dan inflasi (Samuelson, 1995) Pembangunan ekonomi suatu daerah pada hakekatnya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sadar dan terus menerus untuk mewujudkan keadaan yang lebih baik secara 1

Upload: febrian-chandra

Post on 03-Dec-2015

38 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam ekonomi makro ada beberapa keadaan ekonomi yang menjadi

idaman kebanyakan pemerintah dan masyarakat di negara-negara di bumi ini

seperti tingkat kesempatan kerja/tingkat empoloyment yang tinggi, peningkatan

kapasitas produk nasional yang tinggi, tingkat pendapatan nasional yang tinggi,

keadaan perekonomian yang stabil, neraca pembayaran luar negeri yang

seimbang, dan distribusi pendapatan yang lebih merata. Namun sebagaimana yang

diketahui bahwa dari tujuan-tujuan kebijakan ekonomi makro seperti yang

disebutkan di atas ada yang usaha pencapaiannya mempunyai arah yang

berlawanan satu dengan yang lainnya.

Secara umum, para pakar ekonomi menilai kinerja perekonomian makro

dengan melihat beberapa variabel kunci, dan yang dianggap paling penting antara

lain adalah produk domestik bruto, tingkat pengangguran dan inflasi (Samuelson,

1995) Pembangunan ekonomi suatu daerah pada hakekatnya merupakan suatu

rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sadar dan terus menerus untuk

mewujudkan keadaan yang lebih baik secara bersama-sama dan

berkesinambungan. Pembangunan ekonomi juga dilakukan untuk memacu

pemerataan pembangunan dan hasil yang dicapai bisa meningkatkan

kesejahteraan rakyat secara adil dan merata.

Salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan

pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang menggambarkan suatu

dampak dari kebijakan pembangunan yang dilaksanakan. Pertumbuhan ekonomi

berkaitan erat dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam

kegiatan ekonomi masyarakat. Dalam pertumbuhan ekonomi biasanya melihat

produksi dengan sarana dan prasarana yang digunakan.

1

Page 2: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

Pertumbuhan ekonomi yang baik memperlihatkan trend yang meningkat

dari tahun ke tahun, karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan guna

mempercepat perubahan struktur perekonomian daerah menuju perekonomian

yang berimbang dan dinamis.Pertumbuhan ekonomi juga diperlukan untuk

menggerakan dan memacu pembangunan di bidang-bidang lainnya sekaligus

sebagai kekuatan utama pembangunan dalam rangka meningkatkan pendapatan

masyarakat dan mengatasi ketimpangan sosial ekonomi.

Pentingnya peran pemerintah dalam suatu sistem perekonomian telah

banyak dibahas dalam teori ekonomi publik. Yang menjadi perdebatan adalah

seberapa jauh peranan yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah. Hal itu

dikarenakan setiap orang berbeda dalam menilai mengenai biaya keuntungan yang

diperoleh dari program yang direncanakan dan dijalankan oleh pemerintah.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan masyarakat selama ini sangat

bergantung pada jasa yang pemerintah sediakan. Banyak pihak mendapat

keuntungan dari aktivitas dan pengeluaran pemerintah.

Kestabilan harga juga merupakan salah satu tujuan dari kebijakan ekonomi

makro. Pemerintah diharapkan bisa mencegah terjadinya kenaikan atau penurunan

yang terjadi secara cepat pada overall price. Ini dikarenakan perubahan harga

secara cepat dan drastis bisa mengganggu pengambilan keputusan ekonomi baik

oleh perusahaan maupun individu.

Keadaan perekonomian tidak selalu sesuai dengan apa yang dikehendaki

oleh pemerintah maupun masyarakat. Tingkat inflasi yang tinggi, pengangguran,

neraca pembayaran luar negeri yang terus menerus defisit merupaakan beberapa

gejala ekonomi makro yang tidak dikehendaki bangsa manapun di bumi ini.

Dalam menghadapai kenyataan seperti ini usaha untuk menghilangkan atau

mencegah timbulnya gejala-gejala tersebut diperlukan. Oleh karena masalh

tersebut secara langsung menyangkut variabel-variabel ekonomi agregatif dan lagi

hanya dapat diatasi dengan mengendalikan jalannya perekonomian sebagai suatu

keseluruhan, maka kebijaksanaan yang diperlukan adalah kebijaksanaan ekonomi

2

Page 3: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

makro, dalam hal ini adalah tindakan pemerintah untuk mempengaruhi jalannya

perekonomian dengan maksud agar supaya keadaan perekonomian tidak terlalu

menyimpang dari keadaan yang diinginkan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang maka yang menjadi pertanyaan dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pertumbuhan Produk Domestik Bruto di Indonesia tahun 1991-

2012?

2. Bagaimana perkembangan Pengeluaran Pemerintah di Indonesia tahun

1991-2012?

3. Bagaimana perkembangan Inflasi di Indonesia tahun 1991-2012?

4. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah dan inflasi terhadap Produk

Doestik Bruto di Indonesia (1991-2012)?

Maka perlu dilakukan penelitian untuk permasalahan ini dengan judul

“Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Inflasi terhadap Produk Domestik

Bruto di Indonesia (1991-2012)”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah serta rumusan masalah di atas, maka

tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

perkembangan Pengeluaran Pemerintah, Inflasi dan untuk mengetahuai Pengaruh

Pengeluaran Pemerintah dan Inflasi terhadap Produk Domestik Bruto di

Indonesia. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari jumlah barang

dan jasa yang dihasilkan di negara tersebut.

3

Page 4: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

1.4 Manfaat Penelitian

Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

1. Bahan masukan dan sumbang saran bagi pembuat dan pengambil kebijakan

yang berkaitan dengan pengeluaran pemerintah dan inflasi yang dapat

mempengaruhi Produk Domestik Bruto

2. Bahan referensi dan perbaikan redaksi untuk penelitian lebih lanjut yang ada

kaitannya dengan penelitian ini.

4

Page 5: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting

untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu,

baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada

dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha

dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir

yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu negara.

PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa

yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedang PDB atas dasar

harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung

menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar.

PDB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber

daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu negara.

Sementara itu, PDB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan

ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak

dipengaruhi oleh faktor harga.

PDB juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan harga dengan

menghitung deflator PDB (perubahan indeks implisit). Indeks harga implisit

merupakan rasio antara PDB menurut harga berlaku dan PDB menurut harga

konstan.

5

Page 6: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

1. Manfaat Penghitungan PDB

PDB yang disajikan dengan harga konstan akan bisa menggambarkan

tingkat pertumbuhan ekonomi di negara itu, dan apabila ini dibagi dengan jumlah

penduduk akan mencerminkan tingkat perkembangan produk per kapita.

Dari penghitungan PDB akan diperoleh Pendapatan Nasional suatu negara.

Jika Pendapatan Nasional ini dibagi dengan jumlah penduduk akan mencerminkan

tingkat perkembangan pendapatan per kapita yang dapat digunakan sebagai

indikator untuk membandingkan tingkat kemakmuran materiil suatu negara

terhadap negara lain.

Penyajian atas dasar harga konstan bersama-sama dengan harga berlaku

antara lain dapat dipakai sebagai indikator untuk melihat tingkat inflasi atau

deflasi (inflasi negatif) yang terjadi.

Penyajian PDB secara sektoral dapat memperlihatkan struktur ekonomi di

wilayah itu. Bila angka PDB dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja, atau

jumlah input yang digunakan, akan dapat menggambarkan tingkat produktifitas

secara sektoral maupun menyeluruh.

Penyajian dalam bentuk input-output dapat menggambarkan hubungan

fungsional antara sektor satu dengan sektor lain, dan bagaimana kenaikan output

suatu sektor mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung kepada

sektor-sektor lain.

Dengan demikian PDRB berfungsi sebagai :

1. Indikator tingkat pertumbuhan ekonomi;

2. Indikator tingkat pertumbuhan national income per kapita;

3. Indikator tingkat kemakmuran;

4. Indikator tingkat inflasi;

5. Indikator struktur perekonomian;

6

Page 7: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

6. Indikator hubungan antar sektor.

7. Untuk bahn evaluasi pembangunan dimasa lalu secara keseluruhan

8. Untuk membandingkan peranan masing-masing sektor diwilayah;

9. Untuk bahan perencanaan investasi dimasa yang akan datang

10. Untuk memantau proyeksi perkembangan perekonomian dimasa yang akan

datang; dan

11. Jika penghitungan PDB dihubungkan dengan banyak tenaga kerja, maka

dapat mencerminkan produktivitas tenaga kerja masing-masing sektor.

2. Metode Penghitungan PDB

Dalam menyajikan data statistik pendapatan regional terdapat dua metode yang

digunakan:

1. Metode langsung

Metode langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data

yang bersumber dari negara yang bersangkutan, tidak termasuk data yang

diperoleh dari angka nasional atau daerah lain. Perhitungan Produk

Domestik Bruto secara konseptual menggunakan tiga macam pendekatan,

yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan

pendapatan.

Pendekatan Produksi:

Produk Domestik Bruto adalah jumlah nilai tambah atas barang dan

jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu

negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit

produksi dalam penyajian ini dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha

(sektor), yaitu: (1) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2)

pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas

dan air bersih, (5) konstruksi, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7)

pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, real estate dan jasa

perusahaan, (9) jasa-jasa (termasuk jasa pemerintah).

Pendekatan Pengeluaran:

7

Page 8: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

Produk Domestik Bruto adalah semua komponen permintaan akhir

yang terdiri dari : (1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga

swasta nirlaba, (2) konsumsi pemerintah, (3) pembentukan modal tetap

domestik bruto, (4) perubahan inventori dan (5) ekspor neto

(merupakan ekspor dikurangi impor).

Pendekatan Pendapatan:

Produk Domestik Bruto merupakan jumlah balas jasa yang diterima

oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di

suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas

jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan

keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak

langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDB mencakup juga penyusutan

dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).

Dari ketiga pendekatan diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah nilai produk

barang dan jasa akhir yang dihasilkan pada suatu wilayah, sama dengan jumlah

pendapatan faktor produksinya dan harus sama pula dengan jumlah pengeluaran

untuk berbagai keperluan. PDB di atas selanjutnya disebut sebagai PDB atas

dasar harga pasar karena masih mencakub pajak tak langsung neto.

2. Metode tidak langsung

Metode tidak langsung merupakan penghitungan dengan cara

menggunakan data yang bersumber dari daerah lain yang bersangkutan, seperti

data nasional. Perkiraan dilakukan berdasarkan alokasi, dengan mengalokasikan

data tersebut ke negara yang bersangkutan, yaitu menggunakan alokator yang

cocok dengan sektor masing-masing metode tidak langsung ini sedapat mungkinn

dihindari, karena dalam praktek penghitungan PDB, metode ini sangat jarang

dilakukan oleh karena mengandung banyak kelemahan.

2.1.2 Pengeluaran Pemerintah

Ungkapan lainnya yang dapat menggantikan variabel ekonomi agregatif

ini antara lain ialah pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa atau

8

Page 9: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

government purchase of goods an services, yang sering juga hanya disingkat

pengeluaran pemerintah atau government expenditure yang sering disimbolkan

dengan G. Dari istilah-istilah tersebut jelas bahwa pengeluaran- pengeluaran

pemerintah di mana pemerintah secara langsung memperoleh balas jasa atas

pengeluaran tersebut sajalah yang dapat kita masukan ke dalam kategori variabel

ekonomi agregatif G. Namun pengeluaran-pengeluaran seperti pembayaran

pensiun, beasiswa, subsidi dalam berbagai bentuk dan berbagai macam bantuan

finansial yang diberikan kepada sektor swasta tidak dapat dimasukan kedalam

kategori ini karena harus dimasukan ke dalam kategori transfer pemerintah

(Reksoprayitno, 2000).

1. Teori Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran Pemerintah (goverment expenditure) adalah bagian dari

kebijakan fiskal (Sadono Sukirno, 2000), yaitu suatu tindakan pemerintah untuk

mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan

dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang tercermin dalam dokumen

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk nasional dan Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah atau regional. Tujuan dari

kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat output,

maupun kesempatan kerja dan memacu atau mendorong pertumbuhan ekonomi. .

Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap

diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas,

namun pada tahap ini peranan investasi investasi swasta sudah semakin

membesar. Musgrave berpendapat bahwa dalam suatu proses pembangunan,

investasi swasta dalam persentase terhadap GDP semakin besar dan persentasi

investasi pemerintah dalam persentasi terhadap GNP akan semakin kecil. Pada

tingkat ekonomi yang lebih lanjut, Rostow menyatakan bahwa pembangunan

ekonomi, aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke

pengeluaranpengeluaran untuk aktivitas sosial seperti halnya program

kesejahteraan hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat, dan sebagainya.

9

Page 10: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

Teori perkembangan peranan pemerintah yang dikemukakan oleh Musgrave dan

Rostow adalah suatu pandangan yang ditimbulkan dari pengamatan berdasarkan

pembangunan ekonomi yang dialami oleh banyak negara, tetapi tidak didasarkan

oleh suatu teori tertentu. Selain itu, tidak jelas apakah tahap pertumbuhan

ekonomi terjadi tahap demi tahap, ataukah beberapa tahap dapat terjadi secara

simultan.

Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan pengeluaran

pemerintah yang semakin besar dalam persentasi terhadap GNP yang juga

didasarkan pula pada pengamatan di negara-negara Eropa, Amerika Serikat dan

Jepang pada abad ke-19. Wagner mengemukakan pendapatnya dalam bentuk

suatu hukum, akan tetapi dalam pandangannya tersebut dijelaskan apa yang

dimaksud dengan pertumbuhan pengeluaran pemerintah dan GNP, apakah dalam

pengertian pertumbuhan secara relatif ataukah secara absolut. Apabila yang

dimaksud Wagner adalah perkembangan pengeluaran pemerintah secara relatif

sebagaimana teori Musgrave, maka hukum Wagner adalah sebagai berikut

Wagner menyadari bahwa dengan bertumbuhnya perekonomian hubungan

antara industri dengan industri, hubungan industri dengan masyarakat, dan

sebagainya menjadi semakin rumit atau kompleks. Dalam hal ini Wagner

menerangkan mengapa peranan pemerintah menjadi semakin besar, yang terutama

disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam

masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya.

Kelemahan hukum Wagner adalah karena hukum tersebut tidak didasarkan

pada suatu teori mengenai pemilihan barang-barang publik. Wagner mendasarkan

pandangannya dengan suatu teori yang disebut teori organis mengenai pemerintah

yang menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak, terlepas dari

anggota masyrakat yang lainnya.

Peacock dan Wiseman adalah dua orang yang mengemukan teori

mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang terbaik. Teori mereka

didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa berusaha untuk

10

Page 11: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak

yang besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar

tersebut, sehingga teori Peacock dan Wiseman merupakan dasar dari teori

pemungutan suara. Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu

teori bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, yaitu suatu

tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang

dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Jadi

masyarakat menyadari bahwa pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai

aktivitas pemerintah sehingga mereka mempunyai suatu tingkat kesediaan

masyarakat untuk membayar pajak. Tingkat kesediaan ini merupakan kendala

bagi pemerintah untuk menaikan pemungutan pajak secara semena-mena.

2. Macam-macam Pengeluaran Pemerintah

Macam-macam Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah mempunyai beberapa jenis antara lain:

a. Jenis-jenis Pengeluaran Pemerintah Menurut Organisasi

1. Pengeluaran Pemerintah Pusat

Dalam APBN, pengeluaran Pemerintah Pusat dibedakan menjadi:

a. Pengeluaran untuk Belanja

o Belanja Pemerintah Pusat

o Belanja Pegawai

o Belanja Barang

o Belanja Modal

o Pembayaran Bunga Utang

o Subsidi

o Belanja Hibah

o Bantuan Sosial

o Belanja Lain-lain

b. Dana yang dialokasikan ke Daerah

11

Page 12: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

o Dana Pengembangan

o Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

c. Pengeluaran untuk Pembiayaan

o Pengeluaran untuk Obligasi Pemerintah

o Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri

o Pembiayaan lain-lain

2. Pengeluaran Pemerintah Provinsi

Dalam APBD Propinsi, pengeluaran negara dibedakan menjadi:

a. Pengeluaran untuk Belanja

Belanja Operasi, yang terdiri dari:

1. Belanja Pegawai

2. Belanja Barang dan jasa

3. Belanja Pemeliharaan

4. Belanja perjalanan Dinas

5. Belanja Pinjaman

6. Belanja Subsidi

7. Belanja Hibah

8. Belanja Bantuan Sosial

9. Belanja Operasi Lainnya

Belanja Modal, terdiri dari:

1. Belanja Aset Tetap

2. Belanja aset lain-lain

3. Belanja tak tersangka

b. Bagi hasil pendapatan ke kabupaten/ kota/ desa, terdiri dari:

1. Bagi hasil pajak ke Kabupaten/Kota

2. Bagi hasil retribusi ke Kabupaten/Kota

3. Bagi hasil pendapatan lainnya ke Kabupaten/ Kota

c. Pengeluaran untuk Pembiayaan, terdiri dari:

1. Pembayaran Pokok Pinjaman

2. Penyertaan modal pemerintah

3. Belanja investasi Permanen

12

Page 13: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

4. Pemberian pinjaman jangka panjang

3. Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/Kota

Dalam APBD Kabupaten/Kota, pengeluaran negara dibedakan menjadi:

a. Pengeluaran untuk Belanja

Belanja Operasi, yang terdiri dari

1. Belanja Pegawai

2. Belanja Barang dan jasa

3. Belanja Pemeliharaan

4. Belanja perjalanan Dinas

5. Belanja Pinjaman

6. Belanja Subsidi

7. Belanja Hibah

8. Belanja Bantuan Sosial

9. Belanja Operasi Lainnya

Belanja Modal, terdiri dari:

1. Belanja Aset Tetap

2. Belanja aset lain-lain

3. Belanja tak tersangka

b. Bagi hasil pendapatan ke desa/ kelurahan, terdiri dari

1. Bagi hasil pajak ke Desa/ Kelurahan

2. Bagi hasil retribusi ke Desa/ Kelurahan

3. Bagi hasil pendapatan lainnya ke Desa/ Kelurahan

c. Pengeluaran untuk Pembiayaan, terdiri dari

1. Pembayaran Pokok Pinjaman

2. Penyertaan modal pemerintah

3. Pemberian pinjaman kepada BUMD/ BUMN/ Pemerintah Pusat/ Kepala

Daerah otonom Lainnya

b. Jenis-jenis Pengeluaran Pemerintah Menurut Sifatnya

1. Pengeluaran Investasi

13

Page 14: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

Pengeluaran yang ditujukan untuk menambah kekuatan dan ketahanan

ekonomi di masa datang.

Misalnya, pengeluaran untuk pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara,

satelit, peningkatan kapasitas SDM, dll

2. Pengeluaran Penciptaan Lapangan Kerja

Pengeluaran untuk menciptakan lapangan kerja, serta memicu peningkatan

kegiatan perekonomian masyarakat

3. Pengeluaran Kesejahteraan Rakyat

Pengeluaran yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kesejahteraan

masyarakat, atau pengeluaran yang dan membuat masyarakat menjadi

bergembira.

Misalnya pengeluaran untuk pembangunan tempat rekreasi, subsidi,

bantuan langsung tunai, bantuan korban bencana, dll

4. Pengeluaran Penghematan Masa Depan

Pengeluaran yang tidak memberikan manfaat langsung bagi negara, namun

bila dikeluarkan saat ini akan mengurangi pengeluaran pemerintah yang

lebih besar di masa yang akan datang.

Misalnya pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan masyarakat,

pengeluaran untuk anak-anak yatim, dll

5. Pengeluaran Yang Tidak Produktif

Pengeluaran yang tidak memberikan manfaat secara langsung kepada

masyarakat, namun diperlukan oleh pemerintah.

Misalnya pengeluaran untuk biaya perang

2.1.3 INFLASI

1. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah gejala yang menunjukan kenaikan tingkat harga umum yang

berlangsung terus menerus. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau

dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau

menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. Hal itu juga

14

Page 15: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

tidak berarti bahwa harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang

sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak dalam besaran bersamaan.

Yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara terus menerus selama

suatu periode tertentu. Dari pengertian tersebut maka apabila terjadi kenaikan

harga hanya bersifat sementara, maka kenaikan harga yang sementara sifatnya

tidak dapat dikatakan inflasi. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun

dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi.

Inflasi adalah suatu peristiwa ekonomi yang ketika harga barang naik

secara umum atau bersama-sama dan berlangsung secara terus-menerus. Inflasi

juga menunjukan gejala menurunnya nilai uang rupiah terhadap barang dan jasa.

Dengan peningkatan tingkat harga secara umum maka masyarakat cuma dapat

membeli barang dalam jumlah yang lebih kurang dibandingkan dengan pembelian

sebelum terjadinya kenaikan harga akan suatu barang tersebut. Oleh karena itu,

inflasi mencerminkan penurunan dalam kuasa beli uang.

Inflasi yang terjadi dalam suatu negara dapat dijadikan tolak ukur untuk

mengetahui banyak atau tidaknya uang yang beredar dalam masyarakat karena

biasanya jika harga barang naik secara terus-menerus dan secara umum di

masyarakat maka dikatan sebagai inflasi. Tetapi tingkat harga yang dianggap

tinggi belum tentu menunjukan inflasi karena kadang harga akan suatu barang ada

yang mengalami kenaikan harga dalam waktu yang relative singkat. Seperti yang

kita ketahui bahwa suatu hal dapat dikatakan sebagai inflasi jika proses kenaikan

harga naik secara terus-menerus dan dapat memberikan suatu pengaruh bagi

kestabilan perekonomian. Inflasi dapat menyebabkan perubahan yang sangat luas

terhadap kegiatan ekonomi masyarakat. Inflasi mencerminkan stabilitas harga,

semakin rendah nilai suatu inflasi berarti semakin besar adanya kecenderungan ke

arah stabilitas harga. Namun masalah inflasi tidak hanya berkaitan dengan

melonjaknya harga suatu barang dan jasa. Inflasi juga sangat berkaitan dengan

purchasing power atau daya beli dari masyarakat.

15

Page 16: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

 Tingkat inflasi yang tinggi akan menurunkan daya beli masyarakat akan

suatu produk. Untuk bisa bertahan pada tingkat daya beli seperti sebelumnya, para

pekerja atau masyarakat harus mendapatkan gaji paling tidak sebesar tingkat

inflasi. Kalau tidak, rakyat tidak lagi mampu membeli barang-barang yang

diproduksi. Jika barang-barang yang diproduksi tidak ada yang membeli maka

akan banyak perusahaan yang berkurang keuntungannya.

2. Penyebab Terjadinya Inflasi Dalam Perekonomian

Seiring dengan berjalannya perkembangan zaman disuatu negara maka

semakin banyak  perubahan dan masalah yang terjadi di suatu negara itu. Seperti

yang dirasakan sekarang ini, jumlah uang yang beredar  dimasyarakat semakin

banyak sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan harga secara terus menerus

atau secara umum akan barang yang di namakan dengan inflasi.  Inflasi sangat

rentan terjadi  dimasyarakat. Menurut penyebabnya inflasi dapat dibedakan

menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut :

1.  Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation)

Inflasi permintaan berpuncak karena ketidak seimbangan antara jumlah

permintaan dengan jumlah penawaran barang. Jika terjadi jumlah peningkatan

permintaan yang tinggi dengan jumlah penawaran, maka inflasi akan terjadi.

Keadaan ini terjadi apabila peningkatan permintaan berlaku pada masa pada masa

ekonomi negara yang berada pada tingkat guna tenaga penuh, dimana baruh

bekerja dengan cepat guna menampung permintaan yang melambung

besar. Inflasi ini terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga

terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang

dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor

produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian

menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena

suatu kenaikan dalam permintaan total yang sewaktu-waktu perekonomian bisa

berada dalam situasi atau keadaan  full employment.

Permintaan masyarakat akan suatu produk atau barang yang sangat

banyak menyebabkan suatu perusahaan memproduksi barang yang banyak pula

tentu dengan menaikan harga produksi  yang cukup tinggi dibandingkan dengan

16

Page 17: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

harga sebelumnya. Dan juga inflasi ini bisa di sebabkan oleh permintaan yang

berlebihan akan suatu produk  dipasar sertamembanjirnya likuiditas di pasar juga

disebabkan oleh kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah

uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang

terjadi di sektor industri keuangan.

2. Inflasi desakan biaya (cost push inflation)

Inflasi desakan biaya terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input)

sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik.

Seperti harga bahan baku, bahan bakar, ataupun upah pekerja didalam suatu

perusahaan mengalami kenaikan. Naiknya biaya produksi mendorong perusahaan

untuk mengurangi jumlah barang yang di tawarkan. Akibatnya, penawaran secara

agregat berkurang dan tingkat harga secara umum menjadi naik. Kenaikan biaya

produksi ini di pengaruhi oleh berbagai faktor yaitu karena adanya peningkatan

harga komoditi yang diatur oleh pemerintah, dan juga karena menurunya nilai

tukar uang yang di sebabkan karena banyaknya uang yang beredar di masyarakat.

dan juga karena kenaikan atau peningkatan tingkat pendapatan jagi atau upah.

Pendapatan yang tinggi kecendrungan seseorang untuk berbelanja misalnya

pegawai-pegawai yang sudah menjadi PNS sehingga membuat perusahaan

menaikan harga barang yang di tawarkan kepada produsen terutama bagi usaha-

usaha swasta karena banyaknya pemintaan dalam sebuah ekonomi. Biasanya,

peningkatan pendapatan pembeli terjadi ketika ekonomi mengalami pertumbuhan

yang tinggi. Naiknya semua biaya produksi menyababkan sebuah perusahaan

menjual barang dengan harga yang relatif tinggi dari penjualan sebelumnya.

 Inflasi dorongan biaya ini biasanya menyebabkan penawaran agregat

berkurang naiknya biaya produksi disebabkan oleh naiknya harga input pokok.

Misalnya kenaikan upah minimum provinsi (UPM) dan BBM akan menyebabkan

biaya produk barang output sektor industri menjadi mahal, sehingga mengurangi

penawaran agregat, sehingga inflasi akan disertai kontraksi ekonomi, sehingga

jumlah output (PDB) menjadi lebih kecil.

17

Page 18: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

 Ada juga beberapa hal lain yang dapat mempengaruhi terjadinya inflasi

yaitu peningkatan inflasi diimfor yaitu adanya peningkatan harga diluar negeri.

Dimana  dalam sebuah negara melalui import terjadi kenaikan harga maka akan

memberikan kesan kepada harga dalam negeri. Dan juga bisa disebabkan karena

penurunan kadar pertukaran uang.

3. Dampak Inflasi Bagi Perekonomian Suatu Negara

Setiap masalah yang terjadi disuatu negara pasti memberikan dampak

bagi suatu negara itu baik dari segi positif dan negatifnya. Begitu juga dengan

inflasi, dampak dari inflasi itu tergantung pada tingkat inflasi yang terjadi yaitu

parah atau tidaknya. Apabila inflasi itu ringan, maka akan memberikan dampak

yang baik atau positif bagi masyarakat dalam arti dapat mendorong perekonomian

masyarakat menjadi lebih baik dimana masyarakat dapat meningkatkan

pendapatan nasional, dan membuat orang menjadi semangat untuk menabung,

bekerja, ataupun melakukan infestasi karena semakin mereka merasa jika semakin

banyak mereka bekerja semakin banyak uang yang akan mereka dapat untuk

kebutuhan hidupnya. Sebaliknya jika inflasi itu termaksud inflasi parah atau

inflasi tinggi maka akan menimbulkan atau menyebabkan berbagai masalah

sosial, bahkan keadaan perekonomian menjadi kacau dan terjadi ketidak stabilan

ekonomi. Terjadinya inflasi ini bisa membuat masyarakat menjadi merosot dan

terpuruk dari waktu ke waktu.

Adapun berbagai masalah sosial yang muncul dari inflasi yang tinggi adalah:

1. Menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat

Dimana tingkat kesejahteraan masyarakat ini dapat diukur dengan tingkat

daya beli masyarakat akan suatu barang sehingga mempengaruhi pendapatan yang

diperoleh. Inflasi menyebabkan daya beli pendapatan yang semakin rendah,

khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan kecil dan tetap. Misalnya

seorang yang berpenghasilan rendah maka orang tersebut tidak dapat

menyesuaikan antara penghasilan atau pendapatannya dengan laju inflasi. tingkat

18

Page 19: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

harga akan suatu barang yang dari waktu kewaktu semakin tinggi. Maka makin

tinggi tingkat inflasi, maka makin cepat penurunan tingkat kesejahteraan

masyarakat.

2. Makin buruknya distribusi pendapatan

Dimana karena banyaknya kebutuhan masyarakat yang semakin banyak

diiringi juga dengan semakin tinggi harga akan suatu barang maka akan

menyababkan ketidak stabilan bagi msyarakat antara pendapatan dengan

kebutuhan yang harganya semakin meningkat secara terus menerus. Dampak

buruknya inflasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dihindari jika

pertumbuhan tingkat pendapatan lebih tinggi dari tingkat inflasi. Misalnya jika

tingkat inflasi mencapai angka 20% pertahun, maka pertumbuhan tingkat

pendapatan harus lebih besar dari 20% per tahun. Tetapi dilihat dari pendapatan

riil masyarakat semakin memburuk.

3. Terganggunya stabilitas ekonomi

Stabilitas ekonomi secara sederhana yaitu sangat kecilnya tindakan

spekulasi dalam perekonomian. Dimana produsen memproduksi barang pada

kapasitas optimal, dan konsumen memakai barang dan jasa secara optimal sesuai

dengan kebutuhan mereka. Kondisi ini mulai terganggu bila inflasi yang relatif

tinggi terjadi. Inflasi mengganggu kestabilan ekonomi dengan merusak perkiraan

tentang masa depan para pelaku ekonomi. Inflasi yang kronis atau besar

menumbuhkan perkiraan bahwa harga-harga akan suatu barang dan jasa akan

terus mengalami kenaikan. Karena makin tingginya nilai atau harga suatu barang

dan jasa maka penawaran akan barang dan jasa itu akan berkurang. Akibatnya,

akibatnya kelebihan permintaan membesar dan mempercepat laju inflasi. Dengan

handirnya kondisi ini maka tentu saja kondisi ekonomi akan menjadi semakin

memburuk.

Jadi secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di

suatu negara. Serta mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman

modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidak

19

Page 20: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

stabilan ekonomi, serta merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan

masyarakat.

.

2.1.4 Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Inflasi Terhadap Produk

Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting

untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu,

baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada

dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha

dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir

yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu negara. PDB , Pengeluaran

Pemerintah dan Inflasi sangat erat kaitannya dalam perekonomian. Ketiga variabel

tersebut memiliki hubungan tumbal balik dalam mempengaruhi perekonomian

suatu negara.

Terdapat hubungan kausalitas antara total pengeluaran pemerintah dengan

PDB. Pengeluaran rutin tidak signifikan mempengaruhi PDB karena lebih bersifat

konsumtif dan tidak produktif serta sebagian besar bersifat kontraktif seperti

belanja untuk pembayaran hutang bunga. Sementara pengeluaran pembangunan

memiliki hubungan kausalitas positif dan signifikan terhadap produk domestik

bruto hal ini dapat dijelaskan oleh pengaruh positif pengeluaran sektor pertanian,

infrastrujtur dan transportasi serta pendidikan terhadap pdb dan pengaruh positif

PDB terhadap pengeluaran pemerintah disektor infrastruktur dan transportasi.

PDB diperoleh dari jumlah nilai tambah dan balas jasa yang diterima

seluruh faktor kegiatan ekonomi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu

negara. Dengan adanya peningkatan pdb maka akan terjadi peningkatan

pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi. Maka akan terjadi

peningkatan daya beli masyarakat yang diikuti oleh peningkatan permintaan akan

barang dan jasa dan dapat terjadinya inflasi. Sama halnya dengan fenomena

terjadinya inflasi disuatu negara. Jika terjadi inflasi, maka harga-harga secara

20

Page 21: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

umum akan meningkat, karena jumlah uang beredar dimasyarakat banyak. Maka

produsen akan meningkatkan produksi barang dan jasanya untuk mendapatkan

untung yang sebesar-besarnya. Peningkatan barang dan jasa tersebut juga akan

berpengaruh terhadap peningkatan pdb, karena pdb adalah jumlah barang dan jasa

yang dihasilkan suatu negara.

2.2 KERANGKA PEMIKIRAN

inflasi adalah kenaikan harga-harga umum barang-barang yang tinggi dan

terus-menerus.Menurut kaum moneteris, inflasi merupakan gejala moneter, yang

berarti bahwa laju pertumbuhan uang yang terus-menerus dapat menimbulkan

tingkat inflasi yang tinggi. Menurut teori kuantitas :

1. Inflasi hanya terjadi kalau ada penambahan dari volume uang yang beredar.

Tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar, seperti kegagalan panen hanya

akan menaikkan harga-harga untuk sementara saja. Bila uang tidak bertambah,

inflasi akan berhenti dengan sendiri.

2. Laju inflasi ditentukan oleh penambahan uang yang beredar dan oleh harapan

masyarakat mengenai kenaikan harga-harga dimasa datang. Inflasi yang berasal

dari luar negeri dapat bersumber pada perubahan nilai tukar (kurs) dan impor.

depresiasi pada nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing akan memberikan

pengaruh positif terhadap laju inflasi yang merupakan pass trough effect dari

barang-barang dan bahan baku impor yang harganya meningkat, sehingga

meningkatkan biaya produksi dalam negeri. Artinya kurs mata uang dollar

terhadap rupiah memiliki pengaruh positif terhadap inflasi. Dari sisi dalam negeri,

inflasi bersumber dari perubahan jumlahan uang beredar di masyarakatdan

perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) harga konstan. Laju pertumbuhan

uang yang terus-menerus akan menimbulkan inflasi yang tinggi. Laju

pertumbuhan yang rendah pada akhirnya menyebabkan inflasi yang rendah

sedangkan inflasi yang tinggi tidak dapat berlangsung lama tanpa laju

pertumbuhan uang yang tinggi. Ini juga dapat terlihat pada teori Irving Fisher

yang menyatakan “perubahan dalam uang beredar akan menimbulkan perubahan

21

Page 22: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

yang sama cepatnya ke atas harga-harga”. Kecepatan perputaran uang memiliki

pengaruh yang sama dengan jumlah uang beredar terhadap tingkat inflasi. Hal ini

karena, untuk mengetahui besarnya perputaran uang (V), Keynes dalam hal ini

membandingkan dengan “liquidity preference”.Menurutnya, apabila V

menyatakan berapa kali tiap-tiap rupiah adalah sesuatu jangka waktu tertentu

berpindah dari tangan yang satu ke tangan lainnya, maka liquidity preference

menunjukan kesukaan orang untuk menyimpan uang tunai untuk tidak

dibelanjakan.

Negara Indonesia belumlah mencapai keadaan full employment maka

pendapatan nasional dari sisi penawaran masih dapat ditingkatkan. Berdasarkan

pernyataan ahli diatas maka pendapatan nasional merupakan variable yang jelas

mempangaruhi tingkat inflasi di Indonesia. Pendapatan nasional yang digunakan

adalah Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan harga konstan. Dapat

disimpulkan PDB harga konstan berpengaruh negatif terhadap inflasi.

Maka kerangka pemikiran dalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4. Kerangka Pemikiran

2.3 HIPOTESIS

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka pemikiran

sebagaimana dikemukakan sebelumnya, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

22

INFLASI

JUMLAH UANG BEREDAR

NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP

DOLLAR ASDOMESTIK BRUTO

Page 23: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

Diduga pengeluaran pemerintah dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan produk domestik bruto di Indonesia periode 1991-2012.

23

Page 24: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen

dan variabel independen. Variabel dependen adalah variable yang dapat

dijelaskan atau dipegaruhi oleh variabel bebas. Variabel indipenden adalah

variable yang mempengaruhi variabel dependen, dimana pengaruhnya dapat

positif ataupun negatif.

Produk domstik bruto merupakan variabe dependen dalam penelitian ini,

sedangkan pengeluaran pemerintah dan inflasi merupakan variabel independen.

Definisi operasional dari variable-variabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

1. Produk Domestik Bruto

Produk domestik bruto adalah penghitungan nilai output produksi akhir

pasar semua barang dan jasa dalam perekonomian di Indonesia dalam

kurun waktu tertentu.

2. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran Pemerintah yaitu suatu tindakan pemerintah untuk mengatur

jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan

dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang tercermin dalam

dokumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk nasional

dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah atau

regional.

3. Inflasi

Inflasi adalah gejala yang menunjukan kenaikan tingkat harga umum yang

berlangsung terus menerus. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari

satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan

tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga

24

Page 25: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

barang-barang lain. Hal itu juga tidak berarti bahwa harga berbagai

macam barang itu naik dengan persentase yang sama

3.2 JENIS DAN SUMBER DATA

Penelitian ini memiliki cakupan nasional yang menggunakan data sekunder

runtun waktu (time series). Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam

bentuk jadi, sudah diolah, dikumpulkan dan diterbitkan secari resmi oleh pihak

lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi.

Adapun data-data tersebut didapat dari berbagai instansi-instansi pemerintah

yaitu:

1. Badan Pusat Statistik

2. Bersumber dari iternet, dan

3. Penelitian terdahulu

4. BANK INDONESIA

3.3 METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan

cara melakukan studi pustaka dari berbagai laporan, literatur, penelitian, dan

dokumen secara resmi dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik dan artikel-artikel

dari internet yang berkaitan dengan penelitian.

3.4 METODE ANALISIS DATA

Metode analisi yang dilakukan dalam penelian ini adalah analisi data

kuantitatif yaitu nilai data yang dinyatakan dalam skala numerik. Untuk

mengetahui perubahan nilai variable dependen yaitu Produk Domestik Bruto yang

disebabkan karena adanya perubahan pada variable-variabel independen dalam

penelitian ini, maka metode analisi regresi yang digunakan adalah metode kuadrat

terkecil biasa (ordinary least squares/ OLS).

25

Page 26: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

Data yang digunakan dianalisis secara Kuantitatif dengan menggunakan

analisis statistik yaitu persamaan Regresi lenier Berganda:

Yi = β1 + β2Pe + β3Inf + μi

Yi = produk domestik Bruto

β = koefisien regresi

Pe = pengeluaran pemerintah

Inf= Inflasi

μ = variabel penganggu

3.5 UJI KESESUAIAN

3.5.1 Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan pengujian yang bertujuan untuk

mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak

terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan.

Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :

t-hitung (Ti) = βi/(Se (βi))

keterangan :

Ti = nilai t-hitung masing-masing variabel bebas

βi = koefisien regresi masing-masing variabel bebas

Se( βi) = simpangan koefisien regresi masing-masing variabel bebas

Pengambalian keputusan:

1. Jika t-hitung < t-tabel maka Ho diterima dan H1 ditolak, berarti bahwa

secara individu variabel X tidak berpengaruh terhadap variabel Y(variabel

independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen)

26

Page 27: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

2. Jika t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti bahwa

secara individu variabel X berpengaruh terhadap variabel Y (variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependen).

3.5.2 Uji f-statistik

Uji f-statistik adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama

terhadap variabel dependen.

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai f-hitung dengan f-

tabel. Jika f-hitung > f-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen

secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai f-hitung dapat

diperoleh dengan rumus:

f-hitung = (R2/(k-1))/((1-R2)/(n-k))

dimana:

R2 = koefisien Determinasi

K = jumlah variabel

n = jumlah sampel

3.5.3 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan

variabel independen mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen.

Nilai R¬2 berkisar antara 0 sampai 1 (0≤R2≤1)

3.6 Uji Asumsi Klasik

3.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah gejala yang diselidiki

mempunyai distibusi normal atau tidak. Uji ini menggunakan uji jarguebera atau

27

Page 28: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

JB test membandingkan nilai J-Bhitung dengan nilai X² table. Apabila nilai J-B

hitung > nilai X² table maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa residual

berdistribusi normal ditolak. Sebaliknya bila nilai J-B < X² table maka hipotesis

nol yang menyatakan bahwa residual berdistribusi normal diterima.

3.6.2 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel bebas

dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel bebas lainnya. Pengujian dalam

penelitian ini perhitungan rasio ini dihitung untuk koefisien determinasi yang

berbeda-beda diantara variabel independen. Setelah dilakukan regresi antar

variabel independen tersebut.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau

tidaknya multikolineaitas di dalam model yaitu dilihat dari R², F hitung, serta t

hitung. Kemungkinan ada multikolinearitas jika R² dan F hitung tinggi.

Sedangkan nilai t hitung banyak yang tidak signifikan.

3.6.3 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah kondisi dimana varian dari variabel

pengganggu tidak sama untuk semua observasi, akibat yang timbul apabila terjadi

heteroskedastisitas dalam penaksiran OLS tetap tidak bisa dan tidak lagi efisien

baik dalam sampel besar maupun dalam sampel kecil, serta uji t-test dan uji F-test

akan menyebabkan kesimpulan yang salah.

Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas, maka salah satu cara yang

ditempuh dengan uji white. Jika variabel independen tidak signifikan secara

statistik tidak mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi tidak terjadi

heteroskedastisitas.

3.6.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan

28

Page 29: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

kesalahan periode t-1. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Salah satu

pengujian yang umum digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi dengan

program Eviews adalah uji statistik Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test.

Jika dari hasil perhitungan menunjukkan nilai signifikansi > 0,05 maka dalam

model tidak terjadi autokorelasi (Widarjono, 2007).

29

Page 30: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

BAB IV

ANALISIS DESKRIFTIF

4.1 PERTUMBUHAN PRODUK DOMETIK BRUTO

Pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup tinggi dari tahun ke tahun. Namun

pertumbuhan ekonomi yang tinggi seharusnya mampu disikapi sehingga tidak

lupa untuk menganalisis faktor-faktor apa yang menjadi pendorong utama

tingginya pertumbuhan ekonomi.

Tabel 4.1 Perkembangan PDB Indonesia(Milliar Rupiah) dan Pertumbuhan PDB Indonesia dalam Bentuk Persen

TAHUNPDB Atas Dasar Harga Berlaku (milliar rupiah)

Perkembangan PDB (%)

1990 54.362 -

1991 64.765 19,14

1992 73.516 13,51

1993 86.240 17,31

1994 101.443 17,63

1995 119.183 17,49

1996 144.253 21,04

1997 169.252 17,33

1998 257.106 51,91

1999 275.352 7,10

2000 366.143 32,97

2001 416.775 13,83

2002 462.082 10,87

2003 503.299 8,92

2004 599.478 19,11

2005 758.475 26,52

2006 873.403 15,15

2007 1.035.419 18,55

2008 1.290.541 24,64

2009 1.451.316 12,46

2010 1.681.580 15,87

2011 1.922.392 14,32

2012 2.092.379 8,84Sumber: BPS Indonesia (data diolah)

30

Page 31: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh PDB atas dasar harga berlaku

merupakan gambaran mengenai pendapatan nasional indonesia yang diciptakan

oleh faktor-faktor produksi baik berupa barang maupun jasa. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel diatas.

Setiap tahum pertumbuhan PDB Indonesia selalu mengalami kenaikan dari

tahun 1990 – 2013. Pertumbuhan PDB terendah terjadi pada tahun 1999, yaitu

sebesar 7,10% dari tahun sebelumnya, sedangkan pertumbuhan tertinggi terjadi

pada tahun 1998, sebesar 51,91% dari tahun sebelumnya.

Pada tahun 1991 pertumbuhan PDB sebesar 19,14% kemudian pada tahun

1992 terjadi penurunan yaitu menjadi 13,51%. Pada tahun 1993, 1994, 1995 dan

1996 pertumbuhan PDB berturut-turut mengalami kenaikan yaitu menjadi

17,31%, 17,63%, 17,49% dan 21,04% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 1997,

pertumbuhan PDB Indonesia mengalami penurunan menjadi 17,33%, hal ini

dikarenakan negara Indonesia mengalami krisis yang mengakibatkan

perekonomian Indonesia menjadi terganggu.

Pada tahun 1998 pertumbuhan PDB Indonesia mengalami kenaikan yang

sangat tinggi menjadi 51,91% dari tahun sebelumnya. Dan pada tahun 1999

pertumbuhan PDB indonesia mengalami pemerosotan menjadi 7,10%. Pada tahun

berikutya pertumbuhan PDB Indonesia mengalami peningkatan menjadi 32,97%,

dan dalam 3 tahun berikutya pertumbuhan PDB Indonesia mengalami penurunan

menjadi 13,83, 10,87%, dan 8,92% dari tahun sebelumnya.

Pada tahun berikutya pertumbuhan PDB Indonesia selalu mengalami

fluktuasi, dimulai dari tahun 2004 hingga 2011 yaitu 19,11%, 26,52%, 15,15%,

18,55%, 24,64%, 12,46%, 15,87%, dan 14,32. Hingga puncaknya terjadi pada

tahun 2012 dimana pertumbuhan PDB Indonesia mengalami penurunan menjadi

8,84% dari tahun sebelumnya.

31

Page 32: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

4.2 PERKEMBANGAN PENGELUARAN PEMERINTAH

Dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu negara, pengeluaran

pemerintah sangat penting untuk merangsang aktifitas-aktifitas perekonomian

selain menyediakan sarana dan infrastruktur yang dapat mempermudah

masyarakat dalam melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi.

Data tentang pengeluaran pemerintah dari tahun 1991-2012 dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Pengeluaran Pemerintah dalam Bentuk Persen

TAHUN PEP(%)1991 12,331992 20,461993 17,741994 10,711995 4,221996 14,741997 13,251998 6,581999 26,692000 33,472001 24,992002 24,942003 16,582004 23,812005 16,712006 17,762007 28,052008 14,472009 26,422010 27,962011 29,492012 32,42

Sumber: BI (data Diolah)

Pada tabel diatas dapat dilihat perkembangan pengeluaran pemerintah terjadi

fluktuasi. Ada kalanya pengeluaran pemerintah tinggi dan ada juga kalanya

32

Page 33: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

pengeluaran pemerintah menurun. Pada tahun 1991 pertumbuhan pengeluaran

pemerintah sebesar 12,33%, kemudian pada tahun 1992 terjadi peningkatan

menjadi 20,46%. Pada tahun 1993, 1994 dan 1995 terjadi penurunan menjadi

17,74%, 10,71% dan 4,22% dari tahun sebelumnya.

Pada tahun 1996 pertumbuhan pengeluaran pemerintah mengalami kenaikan

dari tahun sebelumnya menjadi14,74%, dan tahun berikutnya mengalami sedikit

penurunan menjadi13,25%. Pada tahun 1998 pertumbuhan pengeluaran

pemerintah merosot hingga angka 6,58% dan ditahun 1999 serta 2000

pengeluaran pemerintah mengalami kenaikan menjadi26,69% dan 33,47%.

Ditahun 2001 dan 2002 perkembangan pengeluaran pemerintah cukup stabil

diangka 24,99 % dan 24,94% dan ditahun 2003 kembali mengalami peenurunan

menjadi16,58%. Pada tahun 2004 hingga 2009 perkembangan pengeluaran

pemerintah mengalami fluktuasi yaitu dengan nilai 23,81%, 16,71%, 17,76%,

28,05%, 14,47% dan 26,42%. Dan dari tahun 2010 hingga 2012 pertumbuhannya

selalu mengalami peningkatan menjadi 27,96%, 29,49% dan 32,42%.

4.3 PERKEMBANGAN INFLASI

Inflasi merupakan suatu gejolak moneter yang diakibatan karena adanya

pertambahan volume uang beredar lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan

output yang terjadi dalam perekonomian. Sehingga dibutuhkan pengawasan yang

ketat terhadap jumlah uang beredar agar tingkat inflasi dapat dikendalikan

sedemikian rupa.

Inflasi di negara-negara sedang berkembang yang sedang giat-giatnya

membangun dan meraup investasi modal asing diantaranya bersumber pada impor

besar-besaran bahan bagi industri yang belum dapat diproduksi dalam negeri.

Belum lagi pola kehidupan masyarakat yang konsumtif, terutama terhadap

Barang-barang konsumsi akibat dari keterbukaan ekonomi dan globalisasi pasar

33

Page 34: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

membuat semakin parahnya kinerja perekonomian negara digerogoti inflasi

(Khalwaty, 2000).

Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan inflasi dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.3 inflasi di Indonesia tahun 1991-2012

TAHUN INFLASI

1991 9,52

1992 4,94

1993 9,77

1994 9,24

1995 8,6

1996 6,5

1997 11,1

1998 77,6

1999 2

2000 9,35

2001 12,55

2002 10,03

2003 5,06

2004 6,4

2005 17,11

2006 6,6

2007 6,59

2008 11,06

2009 2,78

2010 6,96

2011 3,79

2012 4,3

Sumber: BPS INDONESIA (data Diolah)

34

Page 35: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa selama periode 1991-2012 kondisi

inflasi cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun 1991 ke 1992 perkembangan

inflasi mengalami penurunan dari 9,52 ke 4,94 lalu ditahun 1993 kembali

mengalami peningkatan.

Selama tahun 1994-1996 inflasi cenderung mengalami penurunan hingga ke

angka 6,5. Pada tahun 1998 merupakan tingkat inflasi tertinggi yaitu 77,6 dimana

pada tahun ini perekonomian sedang mengalami krisis disegala bidang terutama

ekonomi, ditambah lagi dengan gejolak moneter dunia, selain itu faktor plitik dan

keamanan, dimana sering terjadinya kerusuhan diberbagai wilayah.

Pada tahun 1999 inflasi kembali menurun di angka 2. Ini terjadi akibat telah

menurunnya gejolak moneter diindonesia dan angka ini merupakan angka

terendah yang pernah ada di Indonesia. Namun pada tahun 2000 inflasi kembali

mengalami pelonjakan menjadi 9,35. Ini disebabkan harga-harga dan jasa-jasa

mengalami tekanan lebih berat dari tahun sebelumnya.

Ditahun 2001, 2002 dan 2003 diketahui inflasi mengalami penurunan hingga

menjcapai angka 5,06. Menurunnya tingkat inflasi diharapkan memberikan

peluang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2004 inflasi

indonesia meningkat walaupun tidak terlalu tinggime menjadi 6,07 dan pada

tahun 2005 inflasi kembali mengalami kenaikan yang cukup tinggi menjadi17,11.

Meningkatnya inflasi ini terjadi akibat dari kebijakan pemerintah menaikan harga

BBM sehingga harga-harga dipasar menjadi naik, selain itu nilai tukar Rupiah

juga mengalami depresiasi yanng cukup tinggi.

Pada tahun 29006 dan 2007 inflasi stabil diangka 6,6 dikarenakan kondisi

perekonomian indonesia sudah mulai stabil. Di tahun 2008 inflasi kembali naik

menjadi 11,06 dan tahun 2009 inflasi menurun menjadi 2,78.dari tahun 2010

hingga 2011 inflasi indonesia selalu mengalami penurunan dari angka 6,96 ke

angka 3,79. Dan diakhir tahun 2012 inflasi di Indonesia berada pada angka 4,3.

35

Page 36: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL ESTIMASI

Dari hasil persamaan regresi berganda pengaruh pengeluaran pemerintah dan

inflasi terhadap produk domestik bruto di Indonesia periode 1991 – 2012, maka

akan didapat hasil estimasi fungsi tersebut dengan mengguakan program Eviews.

Dan dari hasil ini dapat dilihat koefisien regresi dan t hitung pada masing-masing

veriabel independent seperti tabel berikut ini:

Tabel 5.1 Nilai Koefisien regresi dan t-hitung dari variabel Independent

dalam fungsi pengaruh pengeluaran pemerintah dan inflasi terhadap produk

domestik bruto di Indonesia (1991-2012).

Dependent Variable: PDB

Method: Least Squares

Date: 01/06/15 Time: 20:29

Sample (adjusted): 1991 2012

Included observations: 22 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PEP 0.140083 0.239660 0.584507 0.5658

INFLASI 0.498503 0.128668 3.874326 0.0010

C 11.68675 5.864303 1.992863 0.0608

R-squared 0.466198    Mean dependent var 19.99268

Adjusted R-squared 0.410008    S.D. dependent var 10.52326

S.E. of regression 8.083014    Akaike info criterion 7.143530

Sum squared resid 1241.367    Schwarz criterion 7.292309

Log likelihood -75.57883    Hannan-Quinn criter. 7.178578

F-statistic 8.296861    Durbin-Watson stat 1.288253

Prob(F-statistic) 0.002571

Sumber: Data diolah

36

Page 37: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dituliskan persamaan regresinya yaitu

sebagai berikut:

PDB = 11.6867544326 + 0.14008261958*PEP + 0.498503277704*INFLASI + μ

Berdasarkan persamaan tersebut, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Nilai konstanta sebesar 11.68675 dapat diartikan apabila variabel

pengeluaran pemerintah dan inflasi dianggap konstan atau tidak

mengalami perubahan. Maka produk domestik bruto akan naik sebesar

11.68675 dengan asumsi yang lain adalah tetap dan sebaliknya.

b. Nilai koefisien regresi pada variabel pengeluaran pemerintah 0.140083

artinya setiap peningkataan variabel pengeluaran pemerintah sebesar satu

tingkat maka akan mengakibatkan kenaikan pada produk domestik bruto

sebesar 0.140083 dengan asumsi yang lain adalah tetap, dan sebaliknya.

c. Nilai koevisien regresi pada variabel inflasi sebesar 0.4985 artinya setiap

peningkatan variabel inflasi sebesar satu tingkat maka akan

mengakibatkan kenaikan pada produk domestik bruto sebesar 0.4985

dengan asumsi yang lain adalah tetap, dan sebaliknya.

5.2 PENGUJIAN HIPOTESIS

Untuk menjawab permasalahan dan pengujian hipotesis yang ada pada

penelitian ini perlu dilakukan analisis statistik terhadap data yang telah diperoleh.

Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Di

bawah ini akan dibahas hasil analisis regresi menggunakan uji t dan analisis

regresi berganda menggunakan uji F yang dilakukan dengan bantuan program

Eviews.

37

Page 38: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

Berdasarkan hasil analisis regresi diatas, pengujian hipotesis yang meliputi

uji t dan uji f disajikan dibawah ini:

1. Uji t (secara parsial)

Uji t merupakan pengujian untuk menunjukkan pengaruh secara individu

variabel bebas yang ada di dalam model terhadap variabel terikat. Hal ini

dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas

menjelaskan variasi variabel terikat. Apabila nilai t hitung lebih besar dari t tabel

dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (sig<0,05), maka dapat disimpulkan

bahwa variabel bebas secara parsialberpengaruh signifikan terhadap variabel

terikat. Penjelasan hasil uji t untuk masing-masing variabel bebas adalah sebagai

berikut:

a. Pengeluaran Pemerintah

Hasil uji t untuk variabel pertumbuhan ekonomi disajikan pada tabel

berikut ini.

Tabel 5.2 hasil uji t variabel pengeluaran pemerintah

Variabel Konstanta

Koefisien

Regresi t-hitung t-tabel Sign

Pengeluaran

Pemerintah11,68675 0.140083 0.5845 2.093 0,5658

Sumber: Data diolah

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil uji t untuk variabel

pengeluaran pemerintah diperoleh nilai t hitung sebesar 0.5845 dan tingkat

signifikasi 0,5658. Jika dibandingkan dengan t tabel pada derajat bebas df=n-k

(22-3=19) sebesar 2,093; maka t-hitung lebih kecil dari t-tabel (0.5845<2.093)

atau t-hitung terletak didaerah penerimaan Ho dan nilai signifikasi sebesar 0,5658

38

Page 39: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

pada α = 5%. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (sig>0,05), jadi

Ho diterima artinya pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan produk domestik bruto.

Dengan nilai signifikansi sebesar 0,5658 pada α = 5%. Oleh karena nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05 (sig>0,05), dan koefisien regresi memiliki arah

positif sebesar 0.140083, maka hipotesis yang menyatakan “diduga pengeluaran

inflasi berpengaruh positif terhadap variabel produk domestik bruto” diterima.

b. Inflasi

Hasil uji t untuk variabel inflasi disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 5.3 hasil uji t variabel inflasi

Variabel

Konstant

a

Koefisien

Regresi t-hitung t-tabel Sign

Inflasi 11,68675 0.498503 3,8743 2.093 0.0010

Sumber: Data diolah

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil uji t untuk variabel inflasi

diperoleh nilai t hitung sebesar 3,8743 dan tingkat signifikasi 0.0010. Jika

dibandingkan dengan t tabel pada derajat bebas df=n-k (22-3=19) sebesar 2,093;

maka t-hitung lebih besar dari t tabel (3,8743>2.093) atau t-hitung terletak

didaerah penolakan Ho, dan nilai signifikasi sebesar 0.0010 pada α = 5%. Oleh

karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (sig>0,05), jadi Ho ditolak artinya

Inflasi berpengeruh terhadap pertumbuhan produk domestik bruto.

Dengan nilai signifikansi sebesar 0.0010 pada α = 5%. Oleh karena nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05 (sig>0,05), dan koefisien regresi memiliki arah

39

Page 40: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

positif sebesar 0.498503, maka hipotesis yang menyatakan “diduga pengeluaran

inflasi berpengaruh positif terhadap variabel produk domestik bruto” diterima.

2. Uji F (Secara Simultan)

Uji F (Fisher) digunakan untuk menguji signifikansi model regresi. yaitu

untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh semua variabel bebas pertumbuhan

ekonomi, inflasi dan tingkat kesempatan kerja secara bersama-sama terhadap

kemiskinan di Indonesia. Apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p<0,05)

maka model regresi signifikan secara statistik. Analisis regresi dilakukan dengan

menggunakan Eviews.

Hasil rangkuman analisis regresi berganda disajikan berikut ini

Tabel 5.2 hasil analisis Regresi Liniear Berganda

Variabel

Koefisie

n

Regresi

Konstant

aR2 F hitung sign

Pengeluaran

pemerintah

0.14008

311,68675

0.46619

8

8.29686

1

0.00257

1

Inflasi

0.49850

3

sumber: data diolah

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil uji F diperoleh nilai F hitung

sebesar 8.296861 dengan nilai signifikansi sebesar 0.002571 pada α = 5%. Oleh

karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (sig<0,05), maka penelitian ini

berhasil membuktikan bahwa pengeluaran pemerintah dan inflasi secara bersama-

sama berpengaruh terhadap pertumbuhan produk domestik bruto di Indonesia

tahun 1991 – 2012.

40

Page 41: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

3. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan suatu alat untuk mengukur besarnya

persentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Besarnya koefisien

determinasi berkisar antara angka 0 sampai dengan 1, semakin mendekati nol

besarnya koefisien determinansi suatu persamaan regresi, maka semakin kecil

pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya

semakin besar koefisien determinasi mendekati angka 1, maka semakin besar pula

pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen.

Hasil uji R2 pada penelitian ini diperoleh nilai R2 sebesar 0.466198. Hal ini

menunjukkan bahwa pertumbuhan produk domestik bruto di Indonesia

dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah dan inflasi sebesar 46,62%; sedangkan

sisanya sebesar 63,38% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam

penelitian ini.

5.3 PENGUJIAN ASUMSI KLASIK

Pengujian asumsi klasik merupakan syarat utama dalam persamaan regresi.

Untuk itu, maka harus dilakukan pengujian terhadap 4 asumsi klasik berikut ini:

1. UJI Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data variabel penelitian

berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas menggunakan teknik

analisis Jarque-Bera dan untuk perhitungannya menggunakan program Eviews.

Hasil uji normalitas variabel penelitian disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas

Variabel sign kesimpulan

41

Page 42: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

Produk Domestik Bruto, Pengeluaran

Pemerintah, inlasi0.0000001 tidak normal

Sumber: Data diolah

Hasil uji normalitas dengan uji Jarque-Bera dapat diketahui bahwa residual

model penelitian mempunyai nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (sig>0,05),

sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel penelitian berdistribusi tidak

normal.

2. Uji Multikolineritas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antar

variabel bebas (independen). Untuk pengujian ini dapat dilihat pada nilai R-square

pada setiap variabel independent nya. Apabila nilai R-square pada variabel

independent lebih kecil dari R-square pada hasil analisis regresi maka data pada

variabel independen tidak terjadi multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas

dengan program Eviews disajikan pada tabel berikut:

Tabel 5.4 Hasil Uji Multikolinearitas

Variable R-square R-square regresi Kesimpulan

PEP

INFLASI

Sumber: Data diolah

3. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varience dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas dan untuk

42

Page 43: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

mengetahui adanya heteroskedastisitas dengan menggunakan uji White. Jika

variabel independen tidak signifikan secara statistik tidak mempengaruhi variabel

dependen, maka ada indikasi tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut ini adalah

hasil uji heteroskedastisitas terhadap model regresi pada penelitian ini.

Tabel 5.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Obs*R-squared sign kesimpulan

4,10686 0.5341 Non Heteroskedastisitas

sumber: data diolah

Tabel di atas menunjukkan bahwa uji white menghasilkan kesimpulan tidak

ada masalah heteroskedastisitas, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansinya

sebesar 0.5341 lebih besar dari 0,05.

4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi atau hubungan yang terjadi antara anggota-

anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (data

time series) maupun tersusun dalam rangkaian ruang atau disebut data cross

sectional. Salah satu pengujian yang umum digunakan untuk mengetahui adanya

autokorelasi adalah uji statistik Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test.

Tabel 5.6 Uji Autokorelasi

Obs*R-squared sign kesimpulan

5,91952 0.0518 Non Autokorelasi

sumber: data diolah

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan nilai sig. sebesar

0.0518 yang berarti menunjukkan tidak terdapat autokorelasi.

43

Page 44: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Produk Domestik Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting

untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu,

baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB dapat

digunakan untuk mengetahui perubahan harga dengan menghitung deflator PDB

(perubahan indeks implisit). Indeks harga implisit merupakan rasio antara PDB

menurut harga berlaku dan PDB menurut harga konstan.

PDB diperoleh dari jumlah nilai tambah dan balas jasa yang diterima seluruh

faktor kegiatan ekonomi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara.

Dengan adanya peningkatan pdb maka akan terjadi peningkatan pendapatan yang

diterima oleh faktor-faktor produksi. Maka akan terjadi peningkatan daya beli

masyarakat yang diikuti oleh peningkatan permintaan akan barang dan jasa dan

dapat terjadinya inflasi.

Selain itu Inflasi yang terjadi dalam suatu negara dapat dijadikan tolak ukur

untuk mengetahui banyak atau tidaknya uang yang beredar dalam masyarakat

karena biasanya jika harga barang naik secara terus-menerus dan secara umum di

masyarakat maka dikatan sebagai inflasi, Namun masalah inflasi tidak hanya

berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa. Inflasi juga sangat

berkaitan dengan purchasing power atau daya beli dari masyarakat. Inflasi

merupakan suatu gejolak moneter yang diakibatan karena adanya pertambahan

volume uang beredar lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan output yang

terjadi dalam perekonomian. Sehingga dibutuhkan pengawasan yang ketat

terhadap jumlah uang beredar agar tingkat inflasi dapat dikendalikan sedemikian

rupa.

44

Page 45: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER.docx

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan, dapat kiranya diajukan

saran sebagai berikut :

1. Untuk menangulangi inflasi, maka pemerintah perlu menerapkan kebijakan

fiskal dan moneter yang tepat. Tujuan kebijakan tersebut untuk menjaga

kestabilan nilai tukar dan kestabilan harga dengan tepat. Bahwa pada dasarnya

tingkat inflasi di Indonesia cukup tinggi karena tingginya tingkat jumlah uang

beredar dan tekanan perekonomian, Pemerintah seharusnya tetap dan benar-benar

memegang teguh sikap yang penuh kehati-hatian dalam pengambilan kebijakan

ekonomi. Hal ini ditujukan untuk menimbulkan dalam penyejukan terhadap

perkembangan kegiatan ekonomi.

2. Perlu dikaji ulang kebijakan perpajakan di bidang Pajak Pertambahan Nilai

(PPN), karena belajar dari negara-negara yang tax ratio pajak

secarakeseluruhannya sudah tinggi, mereka cenderung konservatif

dalamkebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Hal ini karena dimaklumibahwa

kebijakan tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terkait langsungdengan

kelancaran arus barang dan jasa yang merupakan prasyarat bergeraknya roda

perekonomian dan akan menciptakan multiplier effect yang pada gilirannya akan

meningkatkan potensi pajak secara keseluruhan.

45