pengaruh pengalaman audit, kompetensi, beban …

21
1 PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN KERJA, DAN SITUASI AUDIT TERHADAP SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR Disusun Oleh: Sang Ayu Putu Thania Parameswari Eka Putri Dosen Pembimbing: Dr. Drs. Bambang Hariadi, M.Ec., Ak., CPA. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pengalaman audit, kompetensi, beban kerja, dan situasi audit terhadap skeptisisme profesional auditor. Sampel dalam penelitian ini adalah 120 auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik Non Big 4 di Jawa Timur. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel yang mudah (convenience sampling). Pengumpulan data menggunakan teknik survei kuesioner dengan responden sebanyak 91 auditor. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pengalaman audit, kompetensi, dan situasi audit memiliki pengaruh positif terhadap skeptisisme profesional auditor, sedangkan beban kerja memiliki pengaruh negatif terhadap skeptisisme profesional auditor. Kata kunci: pengalaman audit, kompetensi, beban kerja, situasi audit, skeptisisme profesional auditor. PENDAHULUAN Tugas seorang akuntan publik dalam dunia auditing adalah memeriksa dan memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan entitas agar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Akuntan publik dituntut untuk menggunakan skeptisisme profesional dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti serta informasi yang diperoleh untuk memberikan opini audit atas laporan keuangan yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan (Oktania dan Suryono, 2013). Sikap skeptisisme profesional memungkinkan auditor untuk mencari tahu alasan dibalik tindak kecurangan seseorang serta melawan hasutan orang lain yang akan memengaruhi

Upload: others

Post on 20-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

1

PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN KERJA, DAN SITUASI

AUDIT TERHADAP SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR

Disusun Oleh:

Sang Ayu Putu Thania Parameswari Eka Putri

Dosen Pembimbing:

Dr. Drs. Bambang Hariadi, M.Ec., Ak., CPA.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pengalaman audit, kompetensi, beban kerja,

dan situasi audit terhadap skeptisisme profesional auditor. Sampel dalam penelitian ini adalah 120

auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik Non Big 4 di Jawa Timur. Pengambilan sampel

dilakukan dengan teknik pengambilan sampel yang mudah (convenience sampling). Pengumpulan

data menggunakan teknik survei kuesioner dengan responden sebanyak 91 auditor. Analisis data

dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukan

bahwa pengalaman audit, kompetensi, dan situasi audit memiliki pengaruh positif terhadap

skeptisisme profesional auditor, sedangkan beban kerja memiliki pengaruh negatif terhadap

skeptisisme profesional auditor.

Kata kunci: pengalaman audit, kompetensi, beban kerja, situasi audit, skeptisisme profesional

auditor.

PENDAHULUAN

Tugas seorang akuntan publik dalam dunia auditing adalah memeriksa dan memberikan opini

terhadap kewajaran laporan keuangan entitas agar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan

(SAK). Akuntan publik dituntut untuk menggunakan skeptisisme profesional dalam

mengumpulkan dan mengevaluasi bukti serta informasi yang diperoleh untuk memberikan opini

audit atas laporan keuangan yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan (Oktania dan

Suryono, 2013). Sikap skeptisisme profesional memungkinkan auditor untuk mencari tahu alasan

dibalik tindak kecurangan seseorang serta melawan hasutan orang lain yang akan memengaruhi

Page 2: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

2

keputusan auditor (Attamimi dan Riduwan, 2015). Salah satu penyebab dari suatu gagal audit

(audit failure) adalah rendahnya skeptisisme profesional yang dimiliki oleh auditor (Tuanakotta,

2011:77). Kegagalan dalam penerapan skeptisisme merupakan suatu pelanggaran dalam standar

audit dan tentunya akan dikenakan sanksi.

Kegagalan dalam penerapan skeptisisme salah satunya terjadi pada kasus mark up atas laporan

keuangan PT Kimia Farma pada tahun 2001 berupa overstated laba bersih sebesar

Rp132.000.000.000 dan pada saat itu laporan keuangan tersebut diaudit oleh akuntan publik Hans

Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Kasus lainnya adalah pencabutan dan pembekuan ijin beberapa

akuntan publik selama tahun 2015 sampai 2017. Kedua kasus tersebut merupakan bentuk sikap

ketidakhati-hatian auditor dalam melaksanakan audit. Keharusan auditor untuk mempraktikkan

skeptisisme profesional juga diungkapkan dalam Paragraf 12 Standar Audit (SA) 240, yang

menyatakan bahwa auditor harus mengenali kemungkinan salah saji material yang disebabkan oleh

kecurangan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan audit laporan keuangan.

Penerapan skeptisisme profesional pada auditor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

pengalaman audit, kompetensi, beban kerja, dan situasi audit. Pengalaman audit merupakan salah

satu faktor yang memengaruhi skeptisisme profesional auditor karena auditor yang lebih

berpengalaman dapat lebih mudah mendeteksi adanya kecurangan-kecurangan pada laporan

keuangan (Fakhri, 2016). Kompetensi juga berpengaruh terhadap skeptisisme profesional ketika

digunakan untuk mengevaluasi bukti. Auditor yang berkompeten akan memiliki keahlian-keahlian

yang diperoleh dari beberapa seminar atau pelatihan-pelatihan mengenai dunia auditing sehingga

dapat memengaruhi auditor untuk memiliki sikap skeptisisme profesional auditor, dimana

selanjutnya auditor akan menemukan item-item kesalahan yang cenderung lebih besar

dibandingkan dengan auditor yang keahliannya masih kurang (Handayani dan Merkusiwati, 2015).

Beban kerja diduga berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor dimana auditor akan

cenderung menghapuskan beberapa prosedur audit dan akan lebih mudah untuk menerima

penjelasan klien. Menurut Sabrina dan Januarti (2012), situasi audit yang berbeda-beda dan

bermacam-macam akan memengaruhi pemberian opini oleh seorang akuntan publik melalui

skeptisisme profesional auditor yang ia miliki seperti adanya hubungan dekat antara auditor

dengan klien, kurangnya komunikasi antara auditor lama dan auditor baru, dan situasi audit dengan

risiko tinggi lainnya.

Page 3: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

3

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji dan

memberikan bukti empiris mengenai pengaruh faktor-faktor internal dan eksternal yang berkaitan

dengan auditor yaitu pengalaman audit, kompetensi, beban kerja, dan situasi audit terhadap

skeptisisme profesional auditor.

TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Auditing

Definisi auditing menurut Agoes (2011:4) dalam bukunya “Auditing” adalah suatu

pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap

laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan

bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran

laporan keuangan tersebut. Agar pemeriksaan dapat dilakukan secara kritis, maka pemeriksaan

tersebut harus dipimpin oleh seorang yang mempunyai pendidikan, pengalaman, dan keahlian di

bidang akuntansi, perpajakan, sistem akuntansi, dan pemeriksaan akuntan. Akuntan publik harus

merencakan pemeriksaannya sebelum proses pemeriksaan dimulai dengan membuat rencana

pemeriksaan (audit plan). Hal ini bertujuan agar pemeriksaan tidak hanya dilakukan secara kritis,

namun juga secara sistematis. Tujuan dari pemeriksaan akuntan publik adalah untuk dapat

memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa.

Skeptisisme Profesional Auditor

Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 04 (SA Seksi 230) mendefiniskan skeptisisme

profesional auditor sebagai suatu sikap yang mencakup suatu pikiran yang selalu mempertanyakan,

waspada terhadap kondisi yang dapat mengindikasikan kemungkinan kesalahan penyajian, baik

yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan suatu penilaian penting atas bukti audit.

Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan skeptisisme profesional mengingat

kondisi tertentu dapat saja terjadi yang menyebabkan laporan keuangan mengandung kesalahan

penyajian material.

International Federation of Accountant (IFAC) mendefinisikan skeptisisme profesional dalam

konteks evidence assessment atau penilaian atas bukti menyatakan bahwa:

“skepticism means the auditor makes a critical assessment, with a questioning mind, of the

validity of audit evidence obtained and is alert to audit evidence that contradicts or brings

Page 4: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

4

into the reliability of documents and responses to inquiries and other information obtained

from management and those charged with governance” (ISA 200).

Di dalam pernyataan tersebut dijelaskan bahwa sikap skeptisisme profesional yang dimiliki oleh

auditor akan menuntun auditor untuk membuat penaksiran kritis (critical assessment), memiliki

pikiran yang selalu mempertanyakan (questioning mind) terhadap validitas dari bukti audit yang

diperoleh, waspada terhadap bukti audit yang bersifat kontradiktif atau menimbulkan pertanyaan

yang berhubungan dengan keandalan dari dokumen, dan memberikan tanggapan terhadap

pertanyaan-pertanyaan dan informasi lain yang diperoleh dari manajemen dan pihak yang

bertanggung jawab atas tata kelola.

Hurtt (2010) mengembangkan enam karakteristik skeptisisme profesional yang dimiliki oleh

seorang auditor. Tiga karakteristik pertama adalah pikiran mempertanyakan (questioning mind),

penangguhan penilaian (suspension of judgment), dan pencarian pengetahuan (search for

knowledge) yang menunjukkan keinginan untuk mencari dan memeriksa secara penuh bukti yang

cukup sebelum mengambil keputusan. Seorang auditor yang memiliki skeptisisme profesional

bersedia menunggu untuk membuat keputusan sebagaimana dinyatakan dalam SAS No. 1 “should

not be satisfied with less than persuasive evidence” (AU 230). Karakteristik selanjutnya adalah

pemahaman antarpribadi (interpersonal understanding) yang berkaitan dengan pertimbangan

aspek manusia dan pemahaman penyedia informasi (understanding evidence providers) ketika

mengevaluasi bukti audit. Dua karakteristik terakhir adalah pengahrgan diri (self-esteem) dan

otonomi (autonomy) yang berkaitan dengan kemampuan individu untuk bertindak atas informasi

yang diperoleh.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Skeptisisme Profesional Auditor Pengalaman Audit

Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik

dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani (Suraida, 2005).

Pengalaman audit ditunjukkan dengan jam terbang auditor dalam melakukan prosedur audit terkait

dengan pemberian opini atas laporan keuangan auditee (Fakhri, 2016). Standar audit di Indonesia

menyatakan bahwa persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang

yang memiliki pendidikan dan pengalaman praktik sebagai auditor independen, dan tidak termasuk

orang yang berkeahlian dalam profesi atau jabatan lain (PSA No. 02, SA Seksi 110). Auditor yang

memiliki banyak pengalaman tidak hanya akan memiliki kemampuan untuk menemukan

Page 5: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

5

kekeliruan (error) atau kecurangan (fraud) yang terdapat dalam laporan keuangan, akan tetapi juga

dapat memberikan penjelasan yang lebih akurat terhadap temuannya tersebut dibandingkan dengan

auditor yang memiliki sedikit pengalaman.

Kompetensi

Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

mendefinisikan kompetesi kerja sebagai kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek

pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Kompetensi seorang auditor pada umumnya diukur dari faktor-faktor penting seperti tingkat

pendidikan dan jumlah pelatihan yang telah dijalani oleh auditor tersebut. Pengetahuan auditor

tentang akuntansi dan auditing yang diperoleh melalui pendidikan formal memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap hasil audit (Sabrina dan Januarti, 2012). Pelaksanaan tugas audit yang lebih

mudah dapat dilakukan oleh auditor apabila mereka menjalani pelatihan teknis yang cukup

sehingga dapat meningkatkan keterampilan serta wawasannya.

Beban Kerja

Beban kerja (workload) secara umum merupakan pekerjaan yang harus dilakukan oleh

seseorang. Beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang membutuhkan proses mental atau

kemampuan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, baik dalam bentuk fisik maupun

psikis (Dhania, 2010). Menurut Nasution & Fitriany (2012), beban kerja auditor dapat dilihat dari

banyaknya jumlah klien yang harus ditangani oleh seorang auditor atau terbatasnya waktu auditor

untuk melakukan proses audit. Pada umumnya, beban kerja seorang auditor berhubungan dengan

busy season yang biasanya terjadi pada kuartal pertama di awal tahun. Pekerjaan yang berlebih

pada saat busy season akan mengakibatkan kelelahan dan ketatnya time budget bagi auditor

sehingga akan menghasilkan kualitas audit yang rendah (Lopez dan Peters, 2011).

Situasi Audit

Menurut Mulyadi (2011), situasi audit adalah situasi dalam penugasan audit, dimana auditor

dihadapkan pada keadaan yang mengandung risiko audit rendah (regularities) dan keadaan yang

mengandung risiko audit yang tinggi (irregularities). Situasi audit yang mengandung risiko tinggi

menuntut auditor untuk menggunakan sikap skeptisnya dengan level yang tinggi agar terhindar

Page 6: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

6

dari risiko kesalahan dalam pemberian opini. Situasi audit yang mengandung risiko tinggi

(irregularities) seringkali diartikan sebagai suatu keadaan dimana terdapat kecurangan atau

kesenjangan yang dilakukan secara sengaja. Menurut Suraida (2005), situasi audit yang

mengandung risiko tinggi antara lain: (1) related party transaction, (2) client misstatement (klien

melakukan penyimpangan), (3) kualitas komunikasi, (4) initial audit (klien baru pertama kali

diaudit), dan (5) klien bermasalah.

Pengembangan Hipotesis Pengaruh Pengalaman Audit terhadap Skeptisisme Profesional

Auditor

Skeptisisme profesional auditor dapat dipengaruhi oleh pengalaman audit yang dimilikinya.

Larimbi (2013) menemukan bahwa pengalaman audit yang semakin tinggi memberikan dampak

positif terhadap peningkatan skeptisisme profesional auditor. Permasalahan dan kondisi yang

dihadapi pada audit sebelumnya akan menambah pengalaman auditor dalam menghadapi

penugasan audit berikutnya dan dengan pengalaman yang lebih banyak, pengetahuan auditor

tentang penyebab kesalahan dan frekuensi kesalahan akan meningkat. Hasil penelitian Fakhri

(2016) juga menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan antara pengalaman audit

terhadap skeptisisme profesional auditor. Jangka waktu dalam bekerja dan audit tenure seorang

auditor akan memberikan wawasan lebih dan menjadikan auditor tersebut lebih skeptis dalam

melaksanakan pekerjaan audit.

Hl: Pengalaman audit berpengaruh positif terhadap skeptisisme profesional

Pengaruh Kompetensi terhadap Skeptisisme Profesional Auditor

Handayani dan Merkusiwati (2015) menyatakan bahwa kompetensi auditor berpengaruh

positif terhadap skeptisisme profesional auditor. Auditor sebagai orang yang melakukan audit

berkewajiban untuk terus memperluas pengetahuannya. Dengan kompetensi yang dimiliki, maka

auditor dapat melakukan tugas-tugas auditnya dengan mudah. Hasil penelitian Oktania dan

Suryono (2013) juga menyatakan bahwa semakin auditor memiliki kompetensi, maka semakin

tinggi sikap skeptisisme profesionalnya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut.

H2: Kompetensi berpengaruh positif terhadap skeptisisme profesional auditor.

Page 7: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

7

Pengaruh Beban Kerja terhadap Skeptisisme Profesional Auditor

Novita (2015) membuktikan bahwa beban kerja memiliki hubungan yang negatif dan

signifikan terhadap skeptisisme profesional. Tingginya beban kerja akan mengakibatkan auditor

tidak terlalu mengembangkan pencarian informasi tambahan dalam melakukan pemeriksaan.

Nasution dan Fitriany (2012) juga menemukan bahwa beban kerja mempunyai pengaruh negatif

terhadap skeptisisme profesional auditor. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut.

H3: Beban kerja berpengaruh negatif terhadap skeptisisme profesional auditor.

Pengaruh Situasi Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor

Sabrina dan Januarti (2012) menemukan bahwa situasi audit yang berbeda-beda dan

bermacam-macam akan memengaruhi sikap skeptisisme profesional auditor yang dimiliki.

Winantyadi dan Waluyo (2014) menyatakan bahwa situasi audit memiliki pengaruh positif

terhadap skeptisisme profesional auditor. Jika auditor menghadapi situasi audit dengan risiko yang

tinggi maka skeptisisme profesional auditor yang dimiliki juga akan tinggi, akan tetapi jika auditor

menghadapi situasi audit dengan risiko yang rendah maka skeptisisme profesional auditor yang

dimiliki juga akan rendah. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut.

H4: Situasi audit berpengaruh positif terhadap skeptisisme profesional auditor.

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP)

Non Big 4 di Provinsi Jawa Timur yang terdaftar pada Direktori Institut Akuntan Publik Indonesia

(IAPI) tahun 2016 dengan sampel sebanyak 120 orang auditor. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah convenience sampling (teknik pengambilan sampel yang mudah). Convenience

sampling digunakan karena peneliti kesulitan dalam memperoleh informasi mengenai identitas

auditor di Kantor Akuntan Publik (KAP) Non Big 4 di Provinsi Jawa Timur secara lengkap.

Page 8: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

8

Defisini Operasional Variabel Penelitian 1. Skeptisisme Profesional Auditor

Indikator yang digunakan untuk mengukur skeptisisme profesional auditor dalam penelitian

ini diadopsi dari Hurtt (2010). Adapun 6 (enam) instrumen pengukuran skeptisisme

profesional yang dikembangkan oleh Hurtt (2010) adalah pikiran mempertanyakan

(questioning mind), penangguhan penilaian (suspension of judgement), pencarian

pengetahuan (search for knowledge), pemahaman antarpribadi (interpersonal understanding),

penghargaan diri (self-esteem), dan otonomi (autonomy). Pengukuran variabel skeptisisme

profesional auditor ini adalah melalui serangkaian situasi dan skenario dalam kuesioner yang

diberikan kepada responden menggunakan skala likert 1-6, dengan skor 1 adalah “Sangat

Tidak Setuju (STS)” hingga skor 6 yang merupakan “Sangat Setuju (SS)” terhadap 30

pernyataan yang berkaitan dengan keenam dimensi di atas.

2. Pengalaman Audit

Pengalaman audit pada penelitian ini adalah sejauh mana jam terbang auditor dalam

melaksanakan tugasnya dan seberapa banyak jumlah klien yang pernah diaudit. Variabel

pengalaman audit ini diukur dengan pertanyaan terbuka pada kuesioner dengan indikator masa

kerja (length of services) sebagai auditor dan jumlah klien yang pernah diaudit.

3. Kompetensi

Variabel kompetensi diukur dengan strata pendidikan responden, mulai dari D3, D4, Sl, S2,

S3, atau strata lainnya. Indikator pengukuran lainnya adalah dengan melihat jumlah pelatihan

profesional serta frekuensi dan rata-rata pelatihan profesional dalam bidang akuntansi dan

auditing yang pernah diikuti, seperti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL),

trainingtraining profesional yang diselenggarakan sendiri oleh masing-masing Kantor

Akuntan Publik (KAP), ujian sertifikasi akuntan publik, atau pelatihan profesional lainnya.

4. Beban Kerja

Variabel beban kerja diukur melalui rata-rata jumlah penugasan audit yang dilakukan oleh

auditor selama satu tahun. Semakin rendah skor variabel ini, menunjukkan semakin ringan

beban kerja yang dimiliki auditor.

5. Situasi Audit

Variabel situasi audit diukur dengan memberikan 6 (enam) pernyataan kepada responden

mengenai kompleksitas situasi audit (irregularities) yang dihadapi oleh auditor. Responden

diminta untuk memberikan respon berdasarkan menggunakan skala likert 1-6, dengan skor 1

Page 9: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

9

adalah “Sangat Tidak Setuju (STS)” hingga skor 6 yang merupakan “Sangat Setuju (SS)”

terhadap 6 pernyataan tersebut.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yang berarti data

tersebut berupa angka-angka dana analisis menggunakan statistic (Sugiyono, 2016:7). Sumber data

yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dimana respondennya merupakan auditor

di Kantor Akuntan Publik (KAP) Non Big 4 di Provinsi Jawa Timur.

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode survei kuesioner sebagai alat utama untuk memperoleh

data. Metode survei kuesioner ini nantinya akan menghasilkan data primer. Metode pengumpulan

data yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner secara personal karena letak dari responden

yang dapat dijangkau langsung oleh peneliti dan dengan mendatangi langsung responden,

memungkinkan peneliti untuk mendapatkan response rate yang tinggi.

Model Analisis Data

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan

menggunakan bantuan program Statistical Package for the Social Science (SPSS). Analisis regresi

berganda merupakan model dimana variabel terikat atau dependen dipengaruhi oleh dua atau lebih

variabel bebas atau independen (Suliyanto, 2011:53). Persamaan regresi linier berganda dari

penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut.

Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Keterangan :

Y : Skeptisisme Profesional Auditor α

: Konstanta

b1-b4 : Koefisien Regresi

X1 : Pengalaman Audit

X2 : Kompetensi

X3 : Beban Kerja

Page 10: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

10

X4 : Situasi Audit e

: Error atau Nilai Residual

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Objek Penelitian

Peneliti melakukan penyebaran kuesioner pada Kantor Akuntan Publik (KAP) Non Big 4 di

Provinsi Jawa Timur dimana penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 1 bulan mulai dari

tanggal 23 November 2017 – 20 Desember 2017. Peneliti menyebarkan kuesioner secara langsung

kepada 23 Kantor Akuntan Publik (KAP).

Tabel 4.1 Ringkasan Penyebaran dan Pengambilan Kuesioner

Keterangan Jumlah Kuesioner

Kuesioner yang dikirim 120

Kuesioner yang direspon 103

Kuesioner yang tidak direspon 17

Kuesioner yang tidak dapat

digunakan

12

Kuesioner yang dapat digunakan 91

Tingkat pengembalian (respon rate)= 103/ 120 x 100% = 86%

Tingkat pengembalian yang digunakan (usable respon rate) = 91/120 x100% =76%

Berdasarkan pada tabel 4.1, kuesioner yang dikirim adalah sebanyak 120 eksemplar kuesioner.

Kuesioner yang direspon sebanyak 103 eksemplar kuesioner dari keseluruhan kuesioner yang telah

dikirim. 17 eksemplar kuesioner tidak direspon disebabkan karena adanya kesibukan pekerjaan

para auditor di akhir tahun sehingga keterbatasan waktu menjadi halangan untuk menjawab

kuesioner dan 12 eksemplar kuesioner tidak dapat digunakan karena terdapat data yang tidak

lengkap ataupun terdapat pelanggaran atas indikator-indikator pengendali yang ada pada varibel

situasi audit dan skeptisisme profesional auditor.

Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan bentuk uji instrumen penelitian apakah kuesioner dapat diandalkan

atau reliable. Hasil uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

masingmasing butir pernyataan memiliki Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,07 sehingga

kriteria untuk uji reliabilitas terpenuhi. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa semua instrument penelitian dinyatakan reliabel.

Page 11: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

11

2. Uji Validitas

Uji validitas di dalam penelitian ini menggunakan pearson correlation untuk mengukur

validitas instrumen. Hasil uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

instrumen-instrumen pada setiap variabel dalam penelitian ini adalah valid dan dapat

digunakan untuk melakukan penelitian atau menguji hipotesis penelitian karena nilai pada

pearson correlation setiap instrument memiliki nilai rhitung lebih besar dari rtabel (0,1735).

Hasil Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan

variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.Uji normalitas dalam

penelitian ini menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov Test Residual, dimana model

regresi berdistribusi normal jika memiliki nilai signifikansi >0,05.

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas

Unstandardized Residual

Test Statistic 0,074

Asymp. Sig. (1-tailed) 0,200

Sumber: Data diolah (2018)

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.5, diketahui nilai signifikansi Asymp. Sig. (1-

tailed) lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Hasil tersebut memiliki arti bahwa seluruh

model yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel independen atau tidak. Pengambilan keputusan pada uji

multikolinearitas dapat diketahui dengan cara melihat nilai tolerance dan nilai VIF masing-

masing variabel independen, jika nilai tolerance ≥0,10 dan nilai VIF ≤10, maka dapat

disimpulkan data bebas dari gejala multikolinieritas.

Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel Independen Nilai Tolerance Nilai VIF

Pengalaman Audit (X1) 0,857 1,167

Kompetensi (X2) 0,992 1,008

Page 12: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

12

Beban Kerja (X3) 0,841 1,189

Situasi Audit (X4) 0,960 1,041

Sumber: Data diolah (2018)

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.6, terlihat bahwa seluruh variabel independen

memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Oleh karena

itu, dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel independen pada model penelitian tidak

mengalami gejala multikolinearitas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain atau tidak. Uji

statistik yang digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas varians dan residual

data penelitian ini adalah Uji Glejser. Apabila tidak ada satupun variabel independen yang

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, maka dapat dikatakan persamaan regresi

dalam penelitian ini bebas dari heteroskedastisitas.

Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Independen Sig.

Pengalaman Audit (X1) 0,994

Kompetensi (X2) 0,736

Beban Kerja (X3) 0,382

Situasi Audit (X4) 0,934

Sumber: Data diolah (2018)

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.7, dapat dilihat bahwa variabel independen

tidak berpengaruh signifikan pada variabel dependen karena signifikansi setiap variabel

independen lebih besar dari taraf signifikansi yaitu 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi heteroskedastisitas dalam persamaan regresi ini.

Hasil Analisis Regresi Berganda dan Pengujian Hipotesis Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi

Berganda

Variabel Unstandardized

Coefficients (B)

Nilai t Sig. Keterangan

Page 13: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

13

(Constant) 118,478 13,115 0,000

Pengalaman Audit

(X1)

0,286 4,055 0,000 Signifikan

Kompetensi (X2) 0,439 4,247 0,000 Signifikan

Beban Kerja (X3) -5,350 -3,966 0,000 Signifikan

Situasi Audit (X4) 0,878 2,740 0,007 Signifikan

Sumber: Data diolah (2018)

Berdasarkan tabel di atas, maka model regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Y = 118,478 + 0,286X1 + 0,439X2 – 5,350X3 +

0,878X4 + e

1. Koefisien regresi (b1) sebesar 0,286 menunjukkan bahwa apabila setiap skor variabel

pengalaman audit meningkat satu kali, maka skor untuk variabel skeptisisme profesional

auditor akan meningkat sebesar 0,286. Hal ini berarti bahwa pengalaman audit dan

skeptisisme profesional auditor mempunyai sifat hubungan searah dan positif. Jadi,

apabila variabel pengalaman audit meningkat maka variabel skeptisisme profesional

auditor akan meningkat pula, dan sebaliknya apabila variabel pengalaman audit menurun

maka variabel skeptisisme profesional auditor akan semakin menurun.

2. Koefisien regresi (b2) sebesar 0,439 menunjukkan bahwa apabila setiap skor variabel

kompetensi meningkat satu kali, maka skor untuk variabel skeptisisme profesional auditor

akan meningkat sebesar 0,439. Hal ini berarti bahwa kompetensi dan skeptisisme

profesional auditor mempunyai sifat hubungan searah dan positif. Jadi, apabila variabel

kompetensi meningkat maka variabel skeptisisme profesional auditor akan meningkat

pula, dan sebaliknya apabila variabel kompetensi menurun maka variabel skeptisisme

profesional auditor akan semakin menurun.

3. Koefisien regresi (b3) sebesar -5,350 menunjukkan bahwa apabila setiap skor variabel

beban kerja meningkat satu kali, maka skor untuk variabel skeptisisme profesional auditor

akan menurun sebesar 5,350. Hal ini berarti bahwa beban kerja dan skeptisisme

profesional auditor mempunyai sifat hubungan bertolak belakang dan negatif. Jadi,

apabila variabel beban kerja meningkat, maka variabel skeptisisme profesional auditor

akan menurun, dan sebaliknya apabila variabel beban kerja menurun maka variabel

skeptisisme profesional auditor akan semakin meningkat

4. Koefisien regresi (b4) sebesar 0,878 menunjukkan bahwa apabila setiap skor variabel

situasi audit meningkat satu kali, maka skor untuk variabel skeptisisme profesional

Page 14: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

14

auditor akan meningkat sebesar 0,878. Hal ini berarti bahwa situasi audit dan skeptisisme

profesional auditor mempunyai sifat hubungan searah dan positif. Jadi, apabila variabel

situasi audit meningkat maka variabel skeptisisme profesional auditor akan meningkat

pula, dan sebaliknya apabila variabel situasi audit menurun maka variabel skeptisisme

profesional auditor akan semakin menurun.

1. Koefisien Determinasi Tabel 4.9 Koefisien Determinasi

R R Square Adjusted R Square

0.636 0.405 0.377

Sumber: Data diolah (2018)

Berdasarkan hasil pengolahan data yang tercantum pada tabel 4.8, dapat dilihat bahwa nilai

Adjusted R2 sebesar 0,377. Hal ini berarti 37,7% variasi variabel skeptisisme profesional

auditor dipengaruhi oleh variasi variabel pengalaman audit, kompetensi, beban kerja, dan

situasi audit, sedangkan sisanya sebesar 62,3% dipengaruhi oleh variasi variabel-variabel lain

yang tidak dijelaskan di dalam model.

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Tabel 4.10 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 8637.629 4 2159.407 14.615 0.000

Residual 12706.986 86 147.756

Total 21344.615 90

Sumber: Data diolah (2018)

Berdasarkan hasil pengolahan data yang tercantum pada Tabel 4.8, dapat dilihat bahwa nilai

Fhitung sebesar 14,615 sedangkan Ftabel untuk sampel sebanyak 91 dengan jumlah 5 variabel

independen sebesar 2,48. Karena nilai Fhitung > Ftabel dengan nilai signifikansi F = 0,000 <

alpha = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan pada penelitian ini

adalah layak (fit). Hal ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel pengalaman audit,

kompetensi, beban kerja, dan situasi audit berpengaruh terhadap variabel skeptisisme

profesional auditor.

3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Berdasarkan test satu arah dengan taraf nyata 0,05, diperoleh nilai ttabel dari 91 sampel dan 4

variabel independen adalah sebesar 1,9876. Hasil pengujian masing-masing variabel

independen adalah sebagai berikut.

Page 15: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

15

a. Pengalaman audit berpengaruh positif terhadap skeptisisme profesional auditor (H1).

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh thitung atas variabel pengalaman audit (X1)

sebesar 4,055. Karena nilai thitung > ttabel dengan angka probabilitas dan signifikansi di

bawah 0,05 (0,000), maka H1 dapat diterima yang artinya pengalaman audit berpengaruh

positif terhadap skeptisisme profesional auditor.

b. Kompetensi berpengaruh positif terhadap skeptisisme profesional auditor (H2).

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh thitung atas variabel kompetensi (X2) sebesar

4,247. Karena nilai thitung > ttabel dengan angka probabilitas dan signifikansi di bawah 0,05

(0,000), maka H2 dapat diterima yang artinya kompetensi berpengaruh positif terhadap

skeptisisme profesional auditor.

c. Beban kerja berpengaruh negatif terhadap skeptisisme profesional auditor (H3).

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh thitung atas variabel beban kerja (X2) sebesar

-3,966 dengan tanda negatif yang mengindikasikan adanya hubungan yang bertolak

belakang. Karena nilai thitung > ttabel dengan angka probabilitas dan signifikansi di bawah

0,05 (0,000), maka H3 dapat diterima yang artinya beban kerja berpengaruh negatif

terhadap skeptisisme profesional auditor.

d. Situasi audit berpengaruh positif terhadap skeptisisme profesional auditor (H4).

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh thitung atas variabel kompetensi (X2) sebesar

2,740. Karena nilai thitung > ttabel dengan angka probabilitas dan signifikansi di bawah 0,05

(0,007), maka H4 dapat diterima yang artinya situasi audit berpengaruh positif terhadap

skeptisisme profesional auditor.

Pembahasan Hasil Penelitian Pengaruh Pengalaman Audit terhadap Skeptisisme

Profesional Auditor

Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengalaman audit berpengaruh positif terhadap

skeptisisme profesional auditor. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman yang

dimiliki oleh auditor dalam melakukan audit, maka semakin tinggi pula sikap skeptisisme

profesionalnya. Auditor dengan masa kerja yang lebih lama tentunya telah banyak melakukan

penugasan audit sehingga akan lebih mudah untuk mendeteksi adanya kecurangan yang dilakukan

oleh klien. Hal ini disebabkan karena auditor yang lebih berpengalaman tentunya memiliki tingkat

Page 16: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

16

selektifitas yang lebih tinggi terhadap informasi yang relevan dibandingkan dengan auditor yang

kurang berpengalaman, sehingga sikap selektif dari auditor inilah yang akan meningkatkan

skeptisisme profesionalnya.

Pengalaman audit yang semakin tinggi memberikan dampak positif terhadap peningkatan

skeptisisme profesional auditor. Kondisi dan permasalahan yang dihadapi pada audit sebelumnya

akan menjadi pertimbangan auditor untuk melakukan audit selanjutnya sekaligus menambah

pengalaman auditor. Dengan pengalaman yang lebih banyak, pengetahuan auditor tentang

penyebab kesalahan audit dan indikasi kecurangan klien akan meningkat, sehingga auditor akan

lebih skeptis dalam melakukan audit sebagai bentuk kewaspadaan untuk mengantisipasi terjadinya

kesalahan yang sama pada audit berikutnya (Larimbi, 2013).

Pengaruh Kompetensi terhadap Skeptisisme Profesional Auditor

Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh positif terhadap

skeptisisme profesional auditor. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kompetensi auditor,

maka semakin tinggi pula sikap skeptisisme profesionalnya. Auditor yang berpendidikan tinggi

serta sering ikut serta dalam pelatihan profesional cenderung memiliki wawasan yang lebih luas

mengenai dunia akuntansi, auditing, atau bahkan bidang lainnya sehingga akan lebih mudah dalam

mengidentifikasi risiko-risiko audit yang berpotensi pada klien serta lebih mudah dalam

mendeteksi adanya kecurangan yang dilakukan oleh klien. Hasil penelitian ini memberikan

dukungan terhadap penelitia Oktania dan Suryono (2013) dan Handayani dan Merkusiwati (2015)

yang menemukan bahwa seorang auditor yang memiliki kompetensi yang tinggi cenderung akan

memiliki skeptisisme profesional auditor yang tinggi pula. Hasil penelitian keduanya

menunjukkan adanya pengaruh positif antara kompetensi terhadap skeptisisme profesional auditor.

Pengaruh Beban Kerja terhadap Skeptisisme Profesional Auditor

Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa beban kerja berpengaruh negatif terhadap

skeptisisme profesional auditor. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi beban kerja auditor,

maka semakin rendah sikap skeptisisme profesionalnya. Tingginya beban kerja (workload) yang

dimiliki seorang auditor, dimana banyak tugas yang harus diselesaikan dalam jangka waktu yang

terbatas, cenderung akan menyebabkan auditor menghapuskan beberapa prosedur audit dan

dengan cepat menerima penjelasan klien tanpa mencari tau lebih lanjut (Novita, 2015). Hasil

Page 17: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

17

penelitian ini memberikan dukungan terhadap penelitian Novita (2015) dan Nasution dan Fitriany

(2012) yang menemukan bahwa beban kerja memiliki hubungan yang negatif terhadap skeptisisme

profesional auditor dimana beban kerja yang semakin tinggi akan menurunkan sikap skeptis

auditor. Tingginya beban kerja auditor mengakibatkan auditor tidak terlalu mengembangkan

pencarian informasi tambahan dalam melakukan pemeriksaan.

Pengaruh Situasi Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor

Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa situasi audit berpengaruh positif terhadap

skeptisisme profesional auditor. Hal ini menunjukkan bahwa apabila auditor menghadapi situasi

audit dengan risiko yang tinggi maka skeptisisme profesional auditor yang dimiliki juga akan

meningkat. Apabila di dalam pelaksanaan audit seorang auditor menemukan situasi audit yang

berisiko besar, maka dalam pengumpulan bukti audit diperlukan sikap skeptisisme yang lebih

tinggi karena audit dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai atas pendeteksian salah

saji yang material dalam laporan keuangan.

Salah satu contohnya adalah adanya client misstatement (klien melakukan penyimpangan)

dimana akan mengarah pada situasi audit yang mengandung risiko tinggi sehingga auditor akan

meningkatkan sikap skeptisismenya dengan melakukan pencarian informasi lebih lanjut. Adanya

hubungan dekat antara auditor dengan klien serta kurang baiknya kualitas komunikasi antara

auditor lama dengan auditor baru juga dapat mengakibatkan kurang skeptisnya auditor dalam

melaksanakan audit. Auditor yang mengalami kesulitan komunikasi dengan auditor sebelumnya

biasanya akan lebih bersikap skeptis terhadap informasi den penjelasan yang diberikan oleh klien

(Fakhri, 2016).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian, dapat diketahui bahwa keempat variabel tersebut memiliki

pengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor. Pengalaman audit memiliki pengaruh positif

terhadap skeptisisme profesional auditor, karena semakin lama seseorang bekerja sebagai auditor

dan semakin banyak klien yang pernah diaudit, maka semakin tinggi pula sikap skeptisisme

profesionalnya. Kompetensi juga memiliki pengaruh positif terhadap skeptisisme profesional

auditor, karena semakin tinggi strata pendidikan dan semakin banyak pelatihan profesional bidang

Page 18: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

18

akuntansi dan auditing yang pernah diikuti oleh auditor, maka sikap skeptisisme profesional dari

auditor tersebut juga akan meningkat.

Beban kerja memiliki pengaruh negatif terhadap skeptisisme profesional auditor. Banyaknya

tugas yang harus diselesaikan auditor dalam jangka waktu yang terbatas cenderung akan

menyebabkan auditor menghapuskan beberapa prosedur audit dan dengan cepat menerima

penjelasan klien tanpa mencari tau lebih lanjut atau dengan kata lain auditor cenderung kurang

skeptis dalam melaksanakan tugas audit. Sama halnya dengan pengalaman audit dan kompetensi,

situasi audit juga memiliki pengaruh positif terhadap skeptisisme profesional auditor. Situasi audit

dengan risiko yang lebih tinggi (irregularities) membutuhkan sikap skeptisisme yang lebih tinggi

dari auditor untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam audit.

Saran

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas ruang lingkup populasi dan memperbanyak

jumlah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang menjadi sampel agar hasil penelitian dapat memiliki

tingkat generalisasinya lebih tinggi. Selain itu, peneliti selanjutnya sebaiknya lebih memfokuskan

penyebaran kuesioner pada waktu dimana para auditor tidak memiliki kesibukan yang tinggi dan

lebih memperpanjang waktu pengembalian kuesioner agar tingkat pengembalian (response rate)

atas kuesioner meningkat. Variabel-variabel yang diuji pengaruhnya terhadap skeptisisme

profesional auditor dalam penelitian ini hanya terbatas pada variabel pengalaman audit,

kompetensi, beban kerja, dan situasi audit saja. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan partisipasi

aktif peneliti berikutnya untuk menguji faktor-faktor lain baik dari sisi internal maupun eksternal

auditor yang memengaruhi skeptisime profesional auditor.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S. (2016). Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik.

Jakarta: Salemba Empat.

Anugerah, R., Sari, R., & Frostiana, R. (2011). The Relationship Between Ethics, Expertise, Audit Experience, Fraud Risk Assessment and Audit Situational Factors on Auditor Professional

Scepticism. Repository University of Riau.

Attamimi, F. & Riduwan, A. (2015). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Skeptisme Profesional Auditor. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 4(7).

Page 19: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

19

Bailey, T., Frisch, W., & Snyder, C. (2007). Hope and Optimism as Related to Life Satisfaction.

The Journal of Positive Psychology 2(3): 168-175.

Barnes, P., & Huan, H. (1993). The Auditors Going Concern Decision: Some IJK Evidence Concerning Independence and Competence. Journal of Business, Finance & Accounting.

Boynton, W., Johnson, R., & Kell, W. (2003). Modern Auditing. Jakarta: Erlangga.

Butar, S. & Perdana, H. (2017). Penerapan Skeptisisme Profesional Auditor Internal Pemerintah dalam Mendeteksi Kecurangan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 20(1), 169-189.

Butt, J. I. (1998). Frequency Judgments I an Auditing – Related Lask. Journal of Accounting Research, 26.

Castro, F. A. (2015). Pengaruh Tekanan Etis, Kompetensi, Komitmen Profesional, dan Situasi

Konflik Audit terhadap Skeptisme Profesional Auditor. (Tesis tidak dipublikasikan). Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Satya Wacana, Salatiga.

Dhania, D. R. (2010). Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja terhadap Kepuasan Kerja. Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus, 1(1), 15-23.

Fakhri, E. A. (2016). Pengaruh Pengalaman, Pendidikan dan Pelatihan, dan Situasi Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor (Skripsi tidak dipublikasikan). Jurusan Akuntansi,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang.

Fogelin, R. J. (1994). Pyrrhonian Reflections on Knowledge and Justification. USA: Oxford

University Press.

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gusti, M. & Ali, S. (2008). Hubungan Skeptisme Profesional Auditor dan Situasi Audit, Etika, Pengalaman serta Keahlian Audit dengan Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik.

Prosiding Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak.

Handayani, K. & Merkusiwati, L. (2015). Pengaruh Independensi Auditor dan Kompetensi Auditor

pada Skeptisisme Profesional Auditor dan Implikasinya terhadap Kualitas Audit. EJurnal Akuntansi Universitas Udayana, (10)1, 229-243.

Hayes, R., Wallage, P., & Gortemaker, H. (2017). Prinsip-Prinsip Pengauditan. Jakarta: Salemba Empat.

Hurtt, R. K. (2010). Development of a Scale to Measure Professional Skepticism. Auditing: A Journal of Practice & Theory, 29(1), 149-171.

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2016). Exposure Draft Panduan Indikator Kualitas

Audit Pada Kantor Akuntan Publik. Diakses dari http://iapi.or.id/Iapi/detail/238.

Page 20: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

20

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2016). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2017). Sanksi Beku & Sanksi Cabut Izin AP. Diakses dari http://iapi.or.id/Iapi/detail/255.

Jogiyanto. (2004). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman.

Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Johnson, O. A. (1978). Skepticism and Cognitivism: A Study in The Foundations of Knowledge.

USA: University of California Press.

Larimbi, D. (2013). Pengaruh Faktor-Faktor Personal terhadap Skeptisisme Profesional Auditor

(Tesis tidak dipublikasikan). Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang.

Libby, R. & Frederick, D. (1990). Experience and the Ability to Explain Audit Findings. Joumal

of Accounting Research.

Lopez, D. & Peters, G. (2012). The Effect of Workload Compression on Audit Quality. A Journal

of Practice & Theory, 31(4), 139-165.

Mautz, R. & Sharaf, H. (1985). The Philosophy of Auditing. USA: American Accounting

Association.

Mulyadi. (2010). Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Nasution, H. & Fitriany. (2012). Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit dan Tipe Kepribadian

terhadap Skeptisme Profesional dan Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan.

Prosiding Simposium Nasional Akuntansi.

Nelson, M., Libby, R., & Bonner, S. (1995). Knowledge Structure and The Estimation of Conditional Probabilities in Audit Planning. The Accounting Review, 70(1), 27-47.

Novita, U. (2015). Pengaruh Pengalaman, Beban Kerja, dan Pelatihan terhadap Skeptisme dan Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan. Jom FEKON, 2(1).

Oktania, R. & Suryono, B. (2013). Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Skeptisme Profesional Auditor. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 2(9).

Sabrina, R. & Januarti, I. (2012). Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, Etika dan Gender terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor melalui Skeptisisme Profesional Auditor.

Prosiding Simposium Nasional Akuntansi.

Sekaran, U. & Bougie, R. (2013). Research Methods for Business. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.

Silalahi, S. P. (2013). Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Situasi Audit terhadap Skeptisme Profesional Auditor. JURNAL EKONOMI, 21(3).

Page 21: PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, BEBAN …

21

Sivo, S., Saunders, C., Chang, Q., & Jiang J. (2006). How low should you go? low response rates

and the validity of inference in is questionnaire research. Journal of the Association for

Information Systems, 7(6), 351–414.

Stough, C. L. (1969). Greek Skepticism: A Study in Epistemology. USA: University of California

Press.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suliyanto. (2011). Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta: Andi

Offset.

Suraida, I. (2005). Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit terhadap

Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik. Sosiohumaniora, 7(3), 186-202.

Sutrisno & Fajarwati, D. (2014). Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, Etika, dan Gender terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor melalui Skeptisisme Profesional Auditor.

JRAK, 5(2), 1-15.

Tuanakotta, T. M. (2011). Berpikir Kritis dalam Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik. Diakses dari

www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2011_5.pdf.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Diakses dari www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/196.pdf.

Winantyadi, N. & Waluyo, I. (2014). Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, dan Etika terhadap Skeptisisme Profesional Auditor. JURNAL NOMINAL, 3(1).