pengaruh penerapan ilmu administrasi terhadap peningkatan kreativitas kerja

Upload: harry-d-fauzi

Post on 11-Oct-2015

91 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Skripsi Ilmu Pemerintahan, Manajemen, SDM tentang penerapan ilmu administrasi terhadap peningkatan kreativitas kerja pegawai

TRANSCRIPT

  • PENGARUH PENERAPAN ILMU ADMINISTRASI

    TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS KERJA PEGAWAI DI KECAMATAN BAMBUHARUM KABUPATEN

    KARANG TUMARITIS

    SKRIPSI

    Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Menyelesaikan Program Strata Satu (S-1) Program Studi Administrasi Pemerintahan

    oleh MIFTAH

    NPM. 10010357

    PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGIILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (STISIP) BENTANG BARANANG KARANG TUMARITIS

    2014

  • 2

    ABSTRAK MIFTAH (10010357) Pengaruh Penerapan Ilmu Administrasi Terhadap Peningkatan Kreativitas Kerja Pegawai Di Kecamatan Bambuharum Kabupaten Karang Tumaritis Sekolah Tinggi Imu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (STISIP) Bentang Baranang Karang Tumaritis Pembimbing:

    Penelitian ini dilaksanakan pada Kecamatan Bambuharum Kabupaten Karang Tumaritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) pengaruh penerapan ilmu administrasi terhadap peningkatan kreativitas kerja pegawai Kecamatan Bambuharum, Kabupaten Karang Tumaritis, dan (2) besarnya pengaruh Penerapan Ilmu Administrasi terhadap Kreativitas Kerja Pegawai di Kecamatan Bambuharum Kabupaten Karang Tumaritis.

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, dengan pegawai di Kecamatan Bambuharum Kabupaten Karang Tumaritis yang seluruhnya berjumlah 29 orang. Teknik pengumpulan data untuk kedua variabel Penerapan Ilmu Administrasi dan kepuasan nasabah menggunakan instrumen angket dengan skala ordinal serta menggunakan skala Likert.

    Hasil penelitian menunjukkan: (1) Penerapan Ilmu Administrasi berpengaruh terhadap kreativitas kerja pegawai Kecamatan Bambuharum Kabupaten Karang Tumaritis. Hal ini dibuktikan melalui persamaan regresi = 34,277 + 0,386X + e serta uji t yang menyatakan nilai thitung (2,384) lebih besar daripada nilai ttabel (1,703) pada tingkat kekeliruan 5% dan db = 27, maka HO ditolak dan HA diterima. (2) Kreativitas Kerja Pegawai pada Kecamatan Bambuharum (Y) dipengaruhi oleh Penerapan Ilmu Administrasi (X) sebesar 45,40% yang diperoleh dari hasil perhitungan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,454. Sedangkan sisanya sebesar 54,60 % merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

  • 3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian

    Setiap Organisasi memiliki tujuan utama dalam kegiatan usahanya.

    Dalam mencapai tujuan Organisasi tersebut diperlukan proses

    penyelenggaraan dari setiap bidang-bidang yang ada dalam Organisasi untuk

    bersama-sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh Organisasi.

    Dalam pencapaian tujuan organisasi diperlukan adanya tenaga kerja

    atau pegawai yang potensial dan mampu berkreativitas kerja dengan baik

    tetapi juga memerlukan pemahaman dan pengetahuan tentang konsep ilmu

    administrasi yang baik sehingga tercipta suasana pekerjaan yang rapih, tertib,

    dinamis dan mampu mencapai target yang telah ditentukan.

    Proses dalam pencapaian tujuan Organisasi dengan memaksimalkan

    seluruh sumber daya yang ada secara bersama-sama tersebut dinamakan

    Administrasi (administration).1 Sebagaimana diungkapkan oleh Sondang P.

    Siagian, bahwa administrasi adalah segenap proses penyelenggaraan dari

    setiap usaha kerja sama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan

    tertentu.2

    1 Moekijat, Administrasi Kantor, (Bandung: Alumni 2000), hal. 6. 2 Sondang P Siagian, Kerangka dasar ilmu administrasi, (Jakarta: Rineka Cipta 2002), hal.2.

  • 4

    Sebagaimana dikatakan oleh Slamet Soesanto dan Sondang P. Siagian,

    bahwa terdapat 8 (delapan) unsur dalam rangkaian kegiatan penataan

    (administrasi) yang merupakan sub konsep dari administrasi itu sendiri, yaitu:3

    1. Organisasi, adalah kumpulan dari orang-orang atau kelompok yang

    memiliki kesamaan dalam tujuan.

    2. Manajemen, adalah proses secara teknis dalam mencapai tujuan.

    Manajemen memiliki fungsi-fungsi utama, yaitu dalam hal perencanaan

    (planning, pengorganisasian (organizing), pengendalian (controlling), dan

    evaluasi (evaluating).

    3. Komunikasi, adalah hubungan yang terjadi di antara anggota-anggota

    organisasi.

    4. Informasi, adalah terkait dengan sumber-sumber data atau informasi yang

    dibutuhkan dalam proses pencapaian tujuan.

    5. Personalia, adalah adanya orang-orang atau karyawan yang bertanggung

    jawab dalam menjalankan tugas masing-masing bidang dengan hak dan

    kewajiban yang telah ditetapkan oleh Organisasi.

    6. Finansial, merupakan aspek pendanaan dari seluruh kegiatan administrasi.

    7. Material, adalah faktor penunjang dalam kegiatan administrasi yang

    biasanya berbentuk fisik, baik sarana maupun prasarana.

    3 Ibid., hal. 4-5. Lihat juga Slamet Soesanto, Administrasi kantor: manajemen dan aplikasi,

    (Jakarta: Djambatan 1999), hal.10-11.

    1

  • 5

    8. Relasi Publik, adalah hubungan Organisasi dengan dunia luar. Relasi

    publik memfokuskan pada kegiatan sosialisasi tujuan atau kegiatan

    Organisasi secara eksternal.

    Berdasarkan pertimbangan hal tersebut, maka penulis merasa tertarik

    untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Pengaruh Penerapan Ilmu

    Administrasi terhadap Peningkatan Kreativitas Kerja Pegawai di Kecamatan

    Bambuharum Kabupaten Karang Tumaritis.

    B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan di atas,

    teridentifikasi beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut.

    1. Apakah penerapan ilmu administrasi berpengaruh terhadap peningkatan

    kreativitas kerja pegawai Kecamatan Bambuharum, Kabupaten Karang

    Tumaritis?

    2. Seberapa besar pengaruh penerapan ilmu administrasi terhadap

    peningkatan kreativitas kerja pegawai Kecamatan Bambuharum,

    Kabupaten Karang Tumaritis?

    C. Maksud dan Tujuan Penelitian

    Sesuai denga rumusan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan

    untuk menggambarkan hal-hal sebagai berikut.

    1. Pengaruh penerapan ilmu administrasi terhadap peningkatan kreativitas

    kerja pegawai Kecamatan Bambuharum, Kabupaten Karang Tumaritis.

  • 6

    2. Besarnya pengaruh penerapan ilmu administrasi terhadap peningkatan

    kreativitas kerja pegawai Kecamatan Bambuharum, Kabupaten Karang

    Tumaritis.

    D. Kegunaan Penelitian

    1. Kegunaan Praktis

    Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan

    sebagai berikut.

    a. Menambah perbendaharaan referensi di Perpustakaan Sekolah Tinggi

    Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Syamsul Ulum Karang

    Tumaritis.

    b. Merupakan sumber referensi bagi jurusan administrasi pemerintahan,

    yang akan meneliti lebih lanjut mengenai administrasi kreativitas kerja

    pegawai di Kecamatan Bambuharum Kabupaten Karang Tumaritis.

    c. Memberikan masukan bagi Camat Bambuharum mengenai urgensitas

    sistem administrasi di Kecamatan Bambuharum Kabupaten Karang

    Tumaritis.

    2. Kegunaan Teoretis

    Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

    a. Mendapatkan data dan fakta yang valid hubungan antara penerapan

    ilmu administrasi terhadap peningkatan kreativitas kerja pegawai di

    Kecamatan Bambuharum Kabupaten Karang Tumaritis

  • 7

    b. Memberikan sumbangan bagi perkembangan khazanah ilmu

    pengetahuan, terutama bagi kemajuan ilmu administrasi yang penulis

    dapat di bangku perkuliahan.

    E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

    1. Kerangka Pemikiran

    Pengelolaan atau manajemen adalah kemampuan dan keterampilan

    khusus untuk melakukan suatu kegiatan baik bersama orang lain atau

    melalui orang lain. Menurut Hersey dan Blanchard (1982), dalam

    Handayaningrat: Management as working with and through individuals

    and groups to accomplish organizational goals. Pengelolaan merupakan

    kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui orang-orang serta kelompok

    dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.4

    Fungsi manajemen menurut Morris (1976), adalah rangkaian

    kegiatan wajar yang telah ditetapkan dan memiliki hubungan saling

    ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya dilaksanakan oleh

    orang-orang, lembaga atau bagiannya yang diberi tugas untuk

    melaksanakan kegiatan tersebut.5

    Pengertian di atas menunjukkan bahwa fungsi-fungsi manajemen

    itu berwujud kegiatan-kegiatan yang berurutan dan berhubungan sehingga

    satu kegiatan menjadi syarat bagi kegiatan lainnya. Kegiatan-kegiatan itu

    harus dan dapat dilakukan oleh seseorang dan kelompok yang bergabung 4 Handayaningrat. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, (Jakarta : PT. Gunung

    Agung. 2004) hlm. 8 5 Ibid, hlm. 12

  • 8

    dalam satu organisasi. Secara lebih luas, menurut Donell (1977), fungsi-

    fungsi manajemen itu perlu dilakukan presiden, menteri, rektor, dekan,

    pemuka agama dan pimpinan lembaga pemerintahan dan

    kemasyarakatan.6

    Siagian menggolongkan fungsi manajemen ke dalam dua bagian

    utama, yaitu: fungsi organik dan fungsi pelengkap.7 Terry (1970)

    mengemukakan empat fungsi manajemen, yaitu: planning, organizing,

    actuating, and controlling.8 Planning mencakup penyusunan rangkaian

    kegiatan dari berbagai alternatif upaya yang harus dilakukan untuk

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Organizing meliputi pembagian

    dan pengelompokan kegiatan. Actuating adalah penyusunan rangkaian staf

    untuk melaksanakan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, motivasi dan

    pengarahan. Controlling menyangkut inovasi, koordinasi,dan pengawasan.

    Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas, maka indikator yang

    digunakan pada variabel penerapan ilmu administrasi dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut.

    (1) Planning atau perencanaan

    (2) Organizing atau pengorganisasian

    (3) Actuating atau kepemimpinan

    (4) Controlling atau pengawasan

    6 Ibid, hlm. 17 7 Siagian, Sondang P. 1984. Pengembangan Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Gunung Agung.

    2001) hlm. 17 8 Handayaningrat. Op.Cit. hlm. 24

  • 9

    2. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap

    rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu

    dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul.9 Titik

    tolak untuk merumuskan hipotesis adalah rumusan masalah. Untuk

    memerlukan hipotesis perlu adanya asumsi terlebih dahulu, karena asumsi

    itu merupakan titik tolak merumuskan hipotesis.

    Terdapat pengaruh penerapan ilmu administrasi terhadap peningkatan

    kreativitas kerja pegawai pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah

    Kabupaten Karang Tumaritis

    Oleh sebab itu, penulis membuat asumsi mengenai permasalahan yang

    sedang dibahas dalam penelitian ini dengan hipotesis penelitian sebagai

    berikut.

    9 Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Administrasi. (Bandung: Alfabeta. 2004) p. 138

    X Y

    Penerapan Ilmu Administrasi

    Kreativitas Kerja Pegawai

  • 10

    HO = O Tidak terdapat pengaruh gaya kepemimpinan transformasional

    terhadap kepuasan kerja pegawai Kecamatan Bambuharum,

    Kabupaten Karang Tumaritis.

    HA O Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap

    kepuasan kerja pegawai Kecamatan Bambuharum, Kabupaten

    Karang Tumaritis.

    F. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

    1. Metode Penelitian

    Penelitian tentang Pengaruh Penerapan Ilmu Administrasi terhadap

    Peningkatan Kreativitas Kerja Pegawai di Kecamatan Bambuharum

    Kabupaten Karang Tumaritis ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

    Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu pendekatan yang ada dalam

    penelitian. Pendekatan ini menekankan pada prosedur yang ketat dalam

    menentukan variabel-variabel penelitiannya. Keketatan pendekatan ini sudah

    terlihat dari asumsi dasar penelitian kuantitatif.

    Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai

    objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam

    bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Reliabilitas dan validitas

    merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan

    pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil

    penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model

    penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya

  • 11

    hipotesis dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan

    berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan

    digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungan-

    nya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan

    kulturalnya.

    Metode penelitian memandu peneliti tentang urut-urutan bagaimana

    penelitian akan dilakukan, dengan alat apa dan prosedur yang bagaimana.

    Dalam penelitian tentang Pengaruh Penerapan Ilmu Administrasi terhadap

    Peningkatan Kreativitas Kerja Pegawai di Kecamatan Bambuharum

    Kabupaten Karang Tumaritis ini digunakan metode deskriptif verifikasi

    dengan menggunakan teknik survei. Singarimbun mengemukakan bahwa

    penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi

    dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.10

    Sementara itu, Sugiyono mengemukakan bahwa menurut tingkat

    eksplanasinya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian asosiatif.11

    Penelitian asosiatif adalah penelitian yang mencari pengaruh antara satu

    variabel dengan variabel lainnya. Variabel yang dimaksud dalam penelitian ini

    adalah (1) Penerapan Ilmu Administrasi dan (2) Peningkatan Kreativitas Kerja

    Pegawai.

    2. Teknik Pengumpulan Data

    10 Masri Singarimbun & Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. (Jakarta: LP3ES. 2003) p. 3 11 Sugiyono. Op.Cit. p. 11

  • 12

    Menurut Nasir, teknik pengumpulan data merupakan instrumen ukur

    yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan

    dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan,

    serta beragam fakta yang berpengaruh terhadap fokus penelitian yang sedang

    diteliti. Sesuai dengan pengertian teknik penelitian di atas, teknik

    pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terutama ada dua

    macam, yakni studi dokumentasi dan teknik angket.12

    a. Studi Dokumentasi

    Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini

    dimaksudkan sebagai cara pengumpulkan data dengan mempelajari dan

    mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi

    yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi lain yang ada

    pengaruhnya dengan lokasi penelitian. Studi dokumentasi ditujukan untuk

    memperoleh data langsung dari instansi/lembaga meliputi buku-buku,

    laporan kegiatan dan keuangan, serta dokumen lain yang relevan dengan

    fokus penelitian.

    b. Teknik Angket

    Angket yang disusun dan dipersiapkan disebar kepada responden

    sebagaimana ditetapkan sebagai sampel penelitian. Jumlah angket yang

    disebarkan seluruhnya adalah sebanyak sampel yang ditentukan untuk

    penelitian. Pemilihan dengan model angket ini didasarkan atas alasan

    12 Nazir, Moh. Metode Penelitian. (Jakarta: Ghalia Indonesia. 2005) p. 328)

  • 13

    bahwa (a) responden memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan-

    pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang diajukan, (b) setiap

    responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang sama atas

    pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai kebebasan dalam

    memilih jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau

    keterangan dari banyak responden dalam waktu yang cepat dan tepat.

    Untuk mengungkap data ini digunakan angket yang berbentuk skala

    Likert. Adapun alasan menggunakan skala Likert ini untuk mengukur sikap,

    pendapat dan profesi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu

    fenomena sosial. Permasalahan strategi pemasaran dan keputusan pembelian

    produk dapat dikategorikan sebagai fenomena sosial. Oleh karena itu,

    penggunaan skala Likert pada penelitian ini dapat diterima.

    Skala Likert yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

    Tabel 1.1 Penskoran Skala Likert

    Pernyataan Bobot Penilaian Pernyataan Bobot

    Penilaian

    Sangat setuju Skor : 5 Sangat baik Skor : 5

    Setuju Skor : 4 Baik Skor : 4

    Netral Skor : 3 Netral Skor : 3

    Tidak setuju Skor : 2 Tidak baik Skor : 2

    Sangat tidak setuju Skor : 1 Sangat tidak baik Skor : 1

  • 14

    G. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Kantor Kecamatan Bambuharum Kabupaten

    Karang Tumaritis, yang berlokasi di Jl. Sukasangsara, Bambuharum Karang

    Tumaritis. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, yakni dari bulan

    Februari 2014 sampai dengan bulan Juli 2014. Rincian pelaksanaan penelitian

    dapat dijelaskan melalui tabel berikut.

    Tabel 1.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

    No Kegiatan Febr 2014 Maret 2014

    April 2014

    Mei 2014

    Juni 2014

    Juli 2014

    1 Kegiatan Prapenelitian X X X

    2 Pengumpulan Data X X X

    3 Analisis Data X X X X X

    4 Penyusunan Laporan X X X X

    5 Bimbingan dan Perbaikan X X X X

    6 Sidang Skripsi X

    H. Sistematika Penulisan

    Secara sistematis, karya tulis ini dikembangkan dalam lima bagian

    sebagai berikut.

    1. Bagian pertama merupakan pendahuluan yang membahas latar belakang

    masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka

    pemikiran dan hipotesis, waktu dan lokasi penelitian, serta sistematika

    pengembangan skripsi.

  • 15

    2. Bagian kedua merupakan tinjauan teoretis yang berisi tentang pembahasan

    penerapan ilmu administrasi dan peningkatan kreativitas kerja pegawai.

    3. Bagian ketiga merupakan pembatasan mengenai metode penelitian yang

    membahas tentang latar penelitian, metode dan teknik penelitian, metode

    dan teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan data.

    4. Pembahasan hasil penelitian yang berisi deskripsi, analisis, serta pem-

    bahasan hasil penelitian serta pembuktian hipotesis.

    5. Bagian kelima merupakan kesimpulan atas seluruh hasil analisis data yang

    diperoleh dalam penelitian serta saran yang dapat dikemukakan

    berdasarkan temuan-temuan pada saat penelitian.

  • 16

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Pengertian Administrasi

    Administrasi, seperti diungkapkan oleh Siagian, adalah Rangkaian

    kegiatan perbuatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu

    kerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu.13 Sedangkan oleh Newman,

    administrasi diartikan sebagai Bimbingan, Ilmu Administrasi dan

    pengawasan usaha kelompok dan individu guna mencapai tujuan bersama.14

    Namun, kedua pengertian tersebut nyaris sama dalam hal pencapaian tujuan

    bersama. Artinya, administrasi memang memiliki fokus utama dalam

    pencapaian tujuan dari kelompok orang atau unit usaha.

    Dengan demikian, administrasi adalah rangkaian kegiatan perbuatan

    yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu kerjasama untuk

    mencapai suatu tujuan tertentu. Ketiga faktor inilah yang merupakan tanda

    pengenal atau ciri khas dari administrasi, yaitu faktor-faktor (1) sekelompok

    orang, (2) kerjasama, dan (3) tujuan tertentu. Jadi bisa ditarik kesimpulan

    bahwa kerjasama adalah rangkaian perbuatan yang dilakukan bersama-sama

    secara teratur yang menimbulkan akibat yang sebenarnya tidak akan terjadi

    13 Sondang P Siagian, Kerangka dasar ilmu administrasi, (Jakarta: Rineka Cipta 2002), hal.1 14 Newman, Administration, dalam Encyclopedia Wikipedia, 2006, pada entry Administartion.

  • 17

    apabila dilakukan oleh seorang diri. Dan tujuan yang akan dicapai yang telah

    disepakati oleh sekelompok orang tersebut.15

    Dalam masalah Sumber Daya Manusia (SDM), ilmu administrasi juga

    membahas tentang hal tersebut. Sebagaimana dikatakan oleh Sondang P.

    Siagian, bahwa cabang dari ilmu administrasi salah satunya adalah Ilmu

    Administrasi Kepegawaian. Beberapa yang dibahas dalam cabang ilmu ini

    adalah: sistem-sistem kepegawaian, proses penerimaan pegawai, analisis

    pekerjaan, sistem penggolongan jabatan dan kepangkatan, sistem penggajian,

    sistem penilaian kecakapan pegawai, sistem kenaikan pangkat dan

    pemindahan jabatan, disiplin jabatan, pengembangan kecakapan pegawai,

    sistem pemberhentian pegawai, dan sistem pensiun atau jaminan hari tua.16

    Fokus utama Ilmu Administrasi Kepegawaian atau dalam ilmu

    Manajemen SDM adalah sama, yaitu untuk meningkatkan kinerja dengan

    menetapkan cara yang lebih efektif dan efisien disertai dengan peningkatan

    kualitas kehidupan para pekerja, seperti yang dikemukakan oleh Werther dan

    Davis bahwa:

    "Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan

    produktivitas manusia (kinerja) dalam suatu organisasi dengan cara yang

    bertanggungjawab secara strategis, etika dan sosial. Kegiatan ini memberikan

    kontribusi untuk meningkatkan kinerja secara langsung dengan meningkatkan

    kualitas kehidupan kerja bagi para pekerja."17

    15 Ibid,. hal.1. 16 Ibid., hal.10. 17 B.W. Werther, JR and Keith Davis, Personel Management and Human Resources, (Mc. Graww Hill: International Edition, management series, 1999), hal.10. Periksa juga Slamet Soesanto, Administrasi kantor: manajemen dan aplikasi. (Jakarta: Djambatan, 1999), hal.29.

    13

  • 18

    B. Unsur-unsur Ilmu Administrasi

    Selanjutnya, sebagaimana dikatakan oleh Slamet Soesanto dan

    Sondang P. Siagian, bahwa terdapat 8 (delapan) unsur dalam rangkaian

    kegiatan penataan (administrasi) yang merupakan sub konsep dari administrasi

    itu sendiri, yaitu:18

    1. Organisasi, adalah kumpulan dari orang-orang atau kelompok yang

    memiliki kesamaan dalam tujuan.

    2. Manajemen, adalah proses secara teknis dalam mencapai tujuan.

    Manajemen memiliki fungsi-fungsi utama, yaitu dalam hal perencanaan

    (planning, pengorganisasian (organizing), pengendalian (controlling), dan

    evaluasi (evaluating).

    3. Komunikasi, adalah hubungan yang terjadi di antara anggota-anggota

    organisasi.

    4. Informasi, adalah terkait dengan sumber-sumber data atau informasi yang

    dibutuhkan dalam proses pencapaian tujuan.

    5. Personalia, adalah adanya orang-orang atau karyawan yang bertanggung

    jawab dalam menjalankan tugas masing-masing bidang dengan hak dan

    kewajiban yang telah ditetapkan oleh Organisasi.

    6. Finansial, merupakan aspek pendanaan dari seluruh kegiatan administrasi.

    7. Material, adalah faktor penunjang dalam kegiatan administrasi yang

    biasanya berbentuk fisik, baik sarana maupun prasarana.

    18 Ibid., hal. 4-5. Lihat juga Slamet Soesanto, Administrasi kantor: manajemen dan aplikasi, (Jakarta: Djambatan 1999), hal.10-11.

  • 19

    8. Relasi Publik, adalah hubungan Organisasi dengan dunia luar. Relasi

    publik memfokuskan pada kegiatan sosialisasi tujuan atau kegiatan

    Organisasi secara eksternal.

    Berikut ini adalah gambar yang akan menunjukkan hubungan antara

    administrasi dan manajemen serta fungsi-fungsinya.

    Fungsi-fungsi inti manajemen adalah juga fungsi-fungsi inti dari

    administrasi, dikarenakan manajemen adalah inti dari administrasi. Diagramnya

    sebagai berikut: 19

    Gambar 2.1 Hubungan Manajemen dan Administrasi

    Lebih lanjut, di antara fungsi-fungsi manajemen dan juga fungsi-fungsi

    administrasi yang mesti diterapkan dalam sebuah organisasi dikemukakan oleh

    19 Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Ilmu Administrasi. Cet.Ke-2. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal.17.

  • 20

    G.R. Tery yang biasa disebut dengan istilah POAC, yaitu Planning, Organizing,

    Actuiting dan Controlling:20

    1. Planning, perencanaan. Yaitu proses pemikiran, atau usaha/kegiatan/

    langkah memprediksi kenyataan dengan memilih memanfaatkan

    kemampuan dan kegiatan yang diperlukan serta sarana yang ada secara

    sistematis untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan adalah

    suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang

    akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, yang mencakup:

    a. penentuan kebijaksanaan/tujuan yang hendak dicapai;

    b. penyusunan kegiatan secara sistematis;

    c. berorientasi masa depan;

    d. penentuan waktu pelaksanaan (awal dan akhirnya);

    e. metode yang dipergunakan.

    Lebih jauh, perencanaan yang baik adalah:

    1) berdasarkan fakta/kenyataan, bukan keinginan pribadi;

    2) mempermudah pencapaian tujuan;

    3) berorientasu ke depan;

    4) dapat dipertanggung jawabkan, baik dari segi teknis,

    ekonomis, operasional dan jarak waktu yang akan

    ditempuh;

    5) fleksibel dan dinamis, bila menghadapi masalah-masalah

    yang datang menyusul.

    20 Buchori Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa (Bandung: Alfabeta, 2000), hal.6

  • 21

    2. Organizing, pengorganisasian. Adalah proses memikirkan,

    memperhitungkan, kemudian menyediakan segala sesuatunya untuk

    memungkinkan rencana-rencana dapat terselenggara secara efektif dan

    efisien, yang meliputi:

    a. pencapaian tujuan diperlukan adanya kegiatan;

    b. kegiatan harus dibagi-bagi/didelegasikan kepada anggota

    manajemen, mulai top manajer, midle manajer, lower manajer dan

    pegawai;

    c. perlunya penggolongan pekerjaan secara sendiri-sendiri;

    d. perlunya delegasi kewenangan dalam tugas.

    Pengalokasian tugas dan wewenang inilah yang dimaksudkan dengan

    pengorganisasian.

    3. Actuiting, menggerakkan untuk bekerja. Untuk melaksanakan kegiatan,

    pemimpin mengambil tindakan berupa:

    a. menetapkan leadership berupa penempatan/penunjukkan manajer,

    baik top, midle maupun lower manajer yang diperlukan;

    b. memberikan pengarahan dan instruksi;

    c. mengadakan komunikasi dengan tim kerja yang ada;

    d. mengadakan konseling, konsultasi, dan rapat.

    4. Controlling, pengawasan dan peninjauan. Pengawasan adalah proses yang

    menentukan apa yang hendak dicapai, menilainya, dan jika perlu

    mengambil tindakan koreksi agar pelaksanaan dapat berjalan menurut

    rencana.

  • 22

    Sebagai suatu proses, unsur-unsur manajemen di atas dapat digambarkan

    melalui diagram di bawah ini:

    Berdasarkan diagram di atas, dalam kerangka manajemen atau

    administrasi sebagai suatu proses ada empat macam peranan penting bagi para

    penentu kebijakan (decision maker):

    a. Menentukan kebijakan pada hakikatnya merupakan salah satu fungsi

    manajer, di samping planning, organizing, actuiting, dan controlling.

    b. Di dalam melaksanakan serangkaian fungsi manajemen, penentu kebijakan

    harus selalu mampu memberikan: petunjuk, bimbingan dan pengarahan

    kepada bawahan.

    c. Penentu kebijakan harus melakukan hubungan dengan pihak-pihak lain,

    dan tidak mungkin dapat bekerja sendiri tanpa adanya kerjasama dengan

    pihak lain/pelaksana.

    MANAJEMEN / ADMINISTRASI

    MERENCANAKAN (PLANNING) MENGORGANISASIKAN (ORGANIZING)

    MEMIMPIN (ACTUITING) MENGAWASI (CONTROLLING)

    TUJUAN ORGANISASI YANG TELAH DITETAPKAN

    Gb.2.2 Diagram Manajemen/administrasi sebagai suatu proses

  • 23

    d. Sebagai seorang penentu kebijakan harus mampu menciptakan suasana

    kerja yang sebaiknya-baiknya, dengan memperhatikan aspirasi yang

    diharapkan bawahan, sehingga para bawahan dapat bekerja dengan sebaik-

    baiknya.

    C. Pengertian Personalia (Kreativitas Kerja Pegawai)

    Secara umum telah diterima bahwa peran manusia dalam suatu

    organisasi merupakan faktor penentu berhasil tidaknya suatu organisasi

    mencapai tujuannya. Jadi sumber daya manusia merupakan sumber daya yang

    paling penting bagi organisasi. Seperti dikatakan oleh Dessler bahwa

    karyawan merupakan kunci daya saing Organisasi.21

    Kreativitas Kerja Pegawai dalam sebuah organisasi sering disebut

    personalia dan ilmu yang membahas hal itu disebut "Manajemen Personalia"

    yang lebih dikenal dengan istilah "Manajemen SDM".

    Kreativitas Kerja Pegawai merupakan sumber daya yang paling

    penting bagi organisasi, karena beberapa alasan yang disebut oleh Gibson,

    et.al. antara lain:

    Tidak ada organisasi tanpa orang.

    Organisasi bukan hanya alat untuk menyediakan barang dan jaga saja,

    organisasi juga menciptakan lingkungan tempat kehidupan, dalam hal ini

    organisasi mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku.

    21 Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Gramedia, 2004), hal.13.

  • 24

    Dalam kenyataannya orang hidup dalam organisasi dan dipengaruhi

    organisasi.

    Orang merupakan satu sumber umum bagi semua organisasi.22

    Henry Simamora menyimpulkan: Sumber daya manusia membuat

    sumber daya organisasi lainnya bekerja.23 Jadi, manusia yang mempu

    berkreativitas sebagai titik sentral yang sekaligus subyek dan obyek dalam

    organisasi, sedangkan organisasi adalah untuk memenuhi dan mencapai tujuan

    manusia serta melayani manusia. Oleh karena itu, di dalam proses pencapaian

    tujuan organisasi/perusahan terjadi pengaruh timbal balik antara manusia,

    kerjasama, tujuan, peralatan dan struktur organisasi.

    Lebih jauh Sondang P. Siagian mengatakan, Betapapun besarnya

    kemampuan seseorang untuk mengumpulkan dana untuk dijadikan modal,

    tidak akan terjadi nilai tambah modal tersebut apabila tidak digunakan oleh

    manusia untuk menghasilkan barang atau jasa untuk dijual kepada pihak

    konsumen yang membutuhkannya. Tegasnya, betapapun besarnya modal yang

    dipupuk, ia tetap merupakan benda mati dan hanya mempunyai makna

    apabila digunakan dan dikelola manusia.24

    Bertitik tolak dari kedua pendapat di atas, dapat diketahui bahwa

    manusia itu mempunyai: (1) kemampuan (ability) yang tersimpan (potensi)

    22 Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Gramedia, 2004), hal.14 23 Henry Simamora,, Manajemen Sumberdaya Manusia, Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE-YPKN, ed. Kesatu, cet. Pertama, 2000. 24 Sondang P. Siagian, Peranan Staf dalam Manajemen, Jakarta: Penerbit CV. Haji Mas Agung, 2000, hal.65

  • 25

    untuk mengembangkan dirinya, (2) pengetahuan (knowledge) dan (3)

    keterampilan (skill) untuk merubah sesuatu agar mempunyai nilai tambah.

    Dengan demikian, potensi manusia itu tidak dapat ditentukan batas-

    batasnya, tetapi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan

    kemampuan (ability) seseorang dapat diukur menurut ketentuan sesuatu

    jabatan atau pekerjaan. Itulah sebabnya, manusia itu di dalam organisasi

    dikelompokkan ke dalam unit-unit kerja untuk lebih memudahkan mengelola

    atau yang disebut dengan istilah Manajemen Sumber Daya Manusia

    (Human Resources Management) yaitu: rekan setara dalam proses

    perencanaan strategis, dan membentuk tenaga kerja yang berkomitmen.25

    Adapun tujuan mendayagunakan sumberdaya manusia atau

    menciptakan kreativitas kerja pegawai itu adalah untuk meningkatkan

    kontribusinya agar banyak mendatangkan hasil bagi organisasi, tetapi

    kenyataannya belum, hal ini diungkapkan Rudolf Dreikers bahwa manusia

    belum menggunakan seluruh sumber daya manusia sebagaimana mestinya

    (Bennet Silalahi, 2000:17).26

    1. Kemampuan Kreativitas Sumber Daya Manusia (Personalia)

    Memasuki era globalisasi, maka potensi keberhasilan suatu organisasi

    tidak terlepas dari peranan sumber daya manusianya. Dalam bagian ini

    25 Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Gramedia, 2004), hal.13. 26 Bennet Silalahi,. Perencanaan dan Pembinaan Tenaga Kerja Permasalahan, Jakarta : Midas

    Surya Grafindo. 2003, hal.75.

  • 26

    pengertian sumber daya manusia dan kualitas tidak dijelaskan lagi, namun

    penekanannya adalah penjelasan mengenai kualitas sumber daya manusia.

    Edwin B. Flippo (dalam Sondang P. Siagian) mengatakan, bahwa

    sesudah karyawan direkrut (ditarik), dipilih dan dilantik/diperkenalkan

    selanjutnya dia harus dikembangkan agar lebih sesuai dengan pekerjaan dan

    organisasinya. Tidak seorangpun yang sepenuhnya sesuai pada saat

    pengangkatan, sehingga harus dilakukan pendidikan dan pelatihan.27

    Flippo menonjolkan bahwa pegawai yang baru direkrut agar lebih

    sesuai (memahami, mengerti betul) tugas pekerjaan dan organisasi harus

    dididik dan dilatih terlebih dahulu. Ini berarti pendidikan dan latihan

    mempunyai korelasi dengan kemampuan, penguasaan, pemahaman akan

    pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi.

    Secara lebih tegas dia mengatakan pengembangan meliputi baik

    pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan

    tertentu maupun pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan umum dan

    pemahaman atas keseluruhan lingkungan. Akhirnya, Flippo berkesimpulan

    bahwa pengembangan terdiri atas :

    Pelatihan (training) untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan tertentu.

    Pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan, pengertian, dan latar belakang orang.

    27 Sondang P. Siagian, Peranan Staf dalam Manajemen, Jakarta: Penerbit CV. Haji Mas Agung,

    2000, hal.65.

  • 27

    H.A.R. Tilaar mengatakan, proses pendidikan pada hakekatnya

    merupakan suatu proses pemberdayaan yaitu suatu proses untuk

    mengungkapkan potensi yang ada pada manusia sebagai individu, yang

    selanjutnya dapat memberikan sumbangan kepada kebudayaan masyarakat

    lokal kepada masyarakat bangsanya, dan pada akhirnya kepada masyarakat

    global.28

    Lebih lanjut menjelaskan bahwa peningkatan kemampuan intelektual

    termasuk penguasaan, penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta

    teknologi agar penguasaan tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup

    manusia Indonesia. Selanjutnya, manusia Indonesia yang berkualitas

    merupakan kemampuan daya saing yang tinggi ditengah-tengah kehidupan

    global.

    Prasetya Irawan menyatakan, bahwa pengembangan pegawai

    mempunyai cakupan makna yang luas. Namun secara umum pengembangan

    pegawai dapat didefinisikan sebagai suatu proses merekayasa perilaku kerja

    pegawai sedemikian rupa sehingga pegawai dapat menunjukkan kinerja yang

    optimal dalam pekerjaannya.29

    28 H.A.R Tilaar, Pengembangan SDM Dalam Era Globalisasi, Jakarta : Gramedia Widyasarana

    Indonesia. 2003, hal.16. 29 Prasetya, Irawan, et.al. Manajemen Sumberdaya Manusia, Jakarta : STIA-LAN, 2001, hal.42.

  • 28

    2. Strategi Pengembangan Kreativitas Kerja Pegawai/ SDM

    a. Perencanaan

    Secara umum, perencanaan SDM disebutkan oleh Dessler adalah

    proses menentukan posisi yang akan diisi dalam Organisasi, dan bagaimana

    cara mengisinya. Merencanakan pekerjaan adalah sebuah bagian integral dari

    strategi Organisasi dan proses perencanaan SDM. Manajemen harus membuat

    rencana pekerjaan dan kebutuhan SDM dengan asusmi dasar masa depan.30

    Dessler kemudian merumuskan tahapan-tahapan dalam meramalkan

    kebutuhan SDM. Proses pertama yang harus ditempuh adalah memprediksi

    pendapatan. Kemudian memperkirakan ukuran staf yang dibutuhkan untuk

    mencapai volume pendapatan yang diharapkan. Rencana mengisi staf harus

    mencerminkan:

    1. Rotasi yang diproyeksikan (sebagai hasil dari pengunduran diri atau

    pemberhentian)

    2. Mutu dan keterampilan karyawan (yang berkaitan dengan kebutuhan

    yang berubah dari organisasi)

    3. Keputusan strategis untuk meningkatkan mutu produk dan jasa atau

    memasuki pasar baru

    4. Teknologi dan perubahan lainnya yang menghasilkan meningkatnya

    produktivitas

    5. Sumber keuangan yang tersedia pada divisi SDM.

    30 Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Gramedia, 2004), hal.103

  • 29

    Menurut Sondang P. Siagian bahwa Perencanaan sumber daya

    manusia terdapat paling sedikit enam manfaat yang dapat dipetik melalui

    suatu perencanaan sumber daya manusia. Keenam manfaat tersebut adalah :31

    1. Organisasi dapat memanfaatkan sumber daya manusia secara lebih baik

    2. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia

    3. Berkaitan dengan kebutuhan dimasa yang akan datang

    4. Berkaitan dengan informasi sumber daya manusia

    5. Berkaitan dengan penelitian

    6. Berkaitan dengan penyusunan program kerja

    b. Peningkatan Kreativitas Sumber Daya Manusia

    Kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam

    skripsi ini, Pascale dan Athos (dalam Sondang P. Siagian, 2000:46)

    mensyaratkan dua hal penting yakni :32

    1. Metode pengembangan atau peningkatan kualitas sumberdaya manusia,

    2. Sasaran atau tujuan yang jelas dari pengembangan atau peningkatan

    sumber daya manusia. Kedua ha pokok ini dijelaskan satu demi satu di

    bawah ini.

    1) Metode Pengembangan atau Peningkatan Kretifitas SDM

    Untuk mendukung terlaksananya proses industrialisasi diperlukan

    SDM yang menguasai berbagai aspek teknologi. Sebagai konsekuensi

    perlu ditingkatkan kualitas SDM yang mampu mengantisipasi dan

    mengikuti perkembangan teknologi. Untuk menghasilkan SDM yang 31 Sondang P Siagian. Kerangka dasar ilmu administrasi. Jakarta: Rineka Cipta 2002, hal.90 32 Sondang P Siagian. Kerangka dasar ilmu administrasi. Jakarta: Rineka Cipta 2002, hal.91.

  • 30

    berkualitas sebagai modal dasar dalam pembangunan baik secara nasional

    maupun regional menuju masyarakat industri, maka diperlukan proses

    pendidikan, baik formal maupun non formal.

    Hal ini sangat penting, karena kualitas pendidikan masih dijadikan

    indikator untuk mengukur kreativitas SDM. Para pakar dibidang ekonomi

    mengakui bahwa kualifikasi dan kuantitas pendidikan turut berpengaruh

    terhadap ekonomi suatu negara.

    Hal senada juga dikemukakan H.A.R. Tilaar yaitu :

    Proses globalisasi tidak akan berjalan secara mekanistis. Pada akhirnya proses tersebut diciptakan dan dikendalikan oleh manusia. Oleh karena itu manusia harus dipersiapkan untuk menghayati dan menanggulangi serta melaksanakan proses tersebut agar terkendali. Disinilah tempat proses pendidikan untuk mempersiapkan manusia, mengantisipasi proses transformasi tersebut.33

    Prasetyo Irawan, et.al. (2001) secara spesifik menyebutkan tujuan

    dan mengapa dilakukan pengembangan atau peningkatan kreativitas

    pegawai sebagai berikut :

    Alasan Tujuan 1. adanya pegawai baru 2. adanya peralatan kerja baru 3. adanya perubahan sistim

    manajemen / administrasi birokrasi

    4. adanya standar kualitas kerja yang baru

    1. memberi orientasi pekerjaan kepada pegawai baru 2. mempersiapkan pegawai un- tuk menggunakan peralatan baru 3. mempersiapkan pegawai be- kerja dengan sistim yang baru 4. mempersiapkan pegawai agar mencapai standar kuali- tas yang baru

    33 H.A.R Tilaar, Pengembangan SDM Dalam Era Globalisasi, Jakarta : Gramedia Widyasarana Indonesia. 2003, hal.55

  • 31

    5. adanya kebutuhan untuk menyegarkan ingatan

    6. adanya penurunan dalam hal kinerja pegawai

    5. menyegarkan (refresing),ilmu dan keterampilan yang dimiliki

    6. meningkatkan kualitas kinerja

    2) Tujuan atau Sasaran Pengembangan Kreativitas Pegawai

    Apabila ditetapkan suatu rencana pelatihan dan pengembangan

    (training and development) dan pemilihan suatu metode pelatihan dan

    pengembangan yang tepat, tentu ada tujuan atau sasaran yang diharapkan

    dari pelatihan dan pengembangan sumberdaya manusia dimaksud. Secara

    umum tujuan tersebut adalah untuk menambah pengetahuan agar lebih

    luas dan lebih terampil.

    Henry Simamora mengatakan, bahwa Tujuan utama pelatihan

    secara luas dapat dikelompokkan ke dalam lima bidang, yaitu :34

    Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan perkembangan teknologi.

    Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru untuk menjadi kompeten dalam pekerjaan.

    Membantu memecahkan permasalahan operasional. Mempersiapkan karyawan untuk promosi. Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi. Dengan kata lain, program pelatihan dan pengembangan

    dilaksanakan karena output dari program tersebut dapat memberikan

    kontribusi terhadap tujuan atau sasaran organisasi.

    34 Henry Simamora, Manajemen Sumberdaya Manusia, Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE-YPKN, ed. Kesatu, cet. Pertama, 2000 , hal.74

  • 32

    Secara implisit Edwin B. Flippo (2003:73) menyebutkan tiga hal yaitu :

    1) Program-program pelatihan bagi non manajer untuk

    mengembangkan keterampilan dalam melakukan suatu pekerjaan.

    2) Program-program pelatihan dan pendidikan bagi para eksekutif

    untuk mengembangkan kemampuan manajemen.

    3) Program-program yang dirancang untuk mengembangkan unit

    organisasi sebagai satu kesatuan.35

    c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Kreativitas Sumber

    Daya Manusia/ Pegawai

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan atau peningkatan

    kualitas sumberdaya manusia adalah hal-hal yang dapat mendorong atau

    menghambat pengembangan atau peningkatan kualitas sumberdaya manusia

    atau dapat disebut pendorong dan faktor penghambat pengembangan pegawai

    dapat dikemukakan sebagai berikut :

    Adapun hal-hal yang dapat mendorong pengembangan kreativitas

    pegawai yaitu :

    1) Adanya kebijaksanaan pimpinan organisasi untuk melaksanakan

    pengembangan atau peningkatan kualitas.

    2) Apabila dalam suatu organisasi sangat sedikit tersedia tenaga (pegawai)

    yang berpengalaman dan terampil.

    3) Apabila ada promosi jabatan atau gaji yang lebih tinggi.

    35 Henry Simamora, Manajemen Sumberdaya Manusia, Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE-YPKN, ed. Kesatu, cet. Pertama, 2000 , hal.75.

  • 33

    4) Apabila ada tujuan yang jelas dari suatu organisasi, maka untuk mencapai

    tujuan tersebut perlu ditanamkan kesamaan pola pikir, sedangkan pola

    pikir tersebut hanya dapat dicapai melalui suatu diklat sebagai sarana

    pengembangan pegawai.

    5) Adanya suatu upaya untuk meningkatkan kualitas produk atau perfomance

    suatu organisasi.

    Sedangkan hal-hal yang dapat menghambat pengembangan kreativitas

    pegawai adalah

    1) Tidak adanya kebijaksanan pimpinan organsasi untuk melaksankan

    pengembangan pegawai.

    2) Tidak ada promosi jabatan atau gaji yang lebih tinggi.

    3) Tidak mempunyai tujuan yang jelas, sehingga tidak ada gambaran kerja

    yang akan dilaksanakan.

    4) Tidak ada upaya dari pimpinan organisasi untuk meningkatkan kualitas

    produk atau perfomance organisasi.

    Manajer harus melihat atau mengetahui batasan wewenangnya.

    Seseorang pemimpin/manajer tanpa mengetahui dengan jelas batas wewenang

    yang dimilikinya tidak mungkin dapat memimpin atau mengatur dengan

    efektif.

    1. Mengetahui batas kemampuan. Seorang pemimpin/manger harus

    mengetahui batas kemampuannya, misalnya mengemukakan apa yang

    dapat dilakukan dan fakta-faktanya.

  • 34

    2. Mampu melakukan dialog internal. Pemberdayaan seorang pegawai

    bukanlah suatu hal yang sederhana tetapi merupakan tanggung jawab

    formal yang luas jangkauannya. Untuk mencapai tanggung jawab yang

    luas tersebut tergantung atau ditentukan dari kemampuan

    pemimpin/manajer melakukan dialog secara internal.

    3. Mampu membangun dialog internal secara positif. Membangun dialog

    internal secara positif dapat membawa keuntungan yang sangat potensial.

    Keuntungan dimaksud bukan hanya bermanfaat bagi pimpinan tetapi juga

    bagi pegawai untuk mendorong lebih cepat bertindak dalam bekerja.

    4. Penerimaan atau penampilan yang menarik. Tidak seorangpun dapat

    termotivasi oleh sesuatu hal yang sama. Seseorang pegawai misalnya

    tekun untuk menghemat, yang lain lebih senang mengusulkan pemecahan

    masalah dalam suatu proposal, yang lain lagi lebih menekuni untuk

    mendorong melalui suatu ide yang dapat memperbaiki prestise. Semua

    motivasi pegawai tersebut bagi pemimpin/manajer harus tampil atau

    menerimanya dengan cara menarik.

    D. Manajemen Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana

    Dalam upaya memperlancar proses pekerjaan apalagi Organisasi yang

    bergerak dalam bidang penyewaan suatu barang, dibutuhkan berbagai

    peralatan kerja yang jumlah dan ragam sarana dan prasarana yang diperlukan

    berbeda sesuai kebutuhan. Semua kebutuhan sarana dan prasarana yang

    diperlukan dicatat melalui pendataan yang selektif, sehingga tepat guna dan

  • 35

    tepat pakai. Sehingga perencanaan dan penentuan kebutuhan sarana dan

    prasarana akan menjadi mudah. Apabila setiap unit kerja kebutuhan atas

    sarana dan prasarana yang diperlukan sudah ditetapkan, yang disusun dalam

    Daftar Susunan Personil dan Perlengkapan yang lazim disebut DSPP.

    Jika kebutuhan dan peralatan kerja untuk petugas operasional maupun

    unit usaha suatu perusahan telah disusun dan dirumuskan dengan mudah

    pengadaan kebutuhan segera direalisir.

    Taufik S. Kurniawan menyebutkan bahwa bagian terpenting dalam

    pengelolaan suatu proses pekerjaan dan pengendalian diperlukan sistem

    manajemen yang baik dan perencanaan yang optimal sehingga berbagai

    permasalahan yang timbul sekecil mungkin dapat dicegah. Beberapa faktor

    yang perlu diperhatikan antara lain ialah:

    a. Perlunya tenaga kerja dengan segala kelengkapan lainnya untuk

    mendukung pembinaannya.

    b. Tersedianya materiil (equipment) dengan aneka ragam kelengkapan

    untuk mendukung pembinaannya.

    c. Tersedianya instalasi dan fasilitas dengan segala kelengkapannya

    beserta kegiatan pemeliharaan dan sarana penunjangnya.36

    Selain itu juga diperlukan tersedianya logistik yang diharapkan dapat

    mengatasi berbagai permasalahan yang timbul, di tengah meningkatnya

    teknologi. Dengan kemungkinan timbulnya berbagai permasalahan itulah

    36 Kurniawan, Taufik S. Petunjuk Teknis Penyusunan Daftar Inventaris Barang Milik dan Kekayaan Negara. (Jakarta: CV. Citra Utama, 1998), hal.21.

  • 36

    diperlukan dukungan manajemen dan administrasi materiil yang

    kompleks.37

    Dalam hal tersebut perlu dilaksanakan kontrol dalam mengantisipasi

    perkembangan kebutuhan antara lain ditujukan bagi:

    1) pembinaan katalogisasi dan standarisasi

    2) perencanaan kebutuhan materiil

    3) pembinaan sistem distribusi

    4) pemberian pengarahan dalam pengadaan

    5) pemberian pengarahan dalam pemeliharaan, dan

    6) pemberian pengarahan dalam penentuan materiil serta

    pertanggungjawaban administrasi.

    Dalam pelaksanaan distribusi dapat disimpulkan sebagai berikut:

    a) hampir setiap organisasi di dunia tidak terlepas dari kegiatan

    pengadaan dan penyediaan

    b) setiap kegiatan yang memerlukan material tergantung pada

    kebutuhan organisasi bersangkutan.38

    Dalam pelaksanaan tugas suatu satuan kerja, perlu disusun suatu

    pedoman yang menyangkut keperluan dan kebutuhan barang-barang sebagai

    sarana penunjang operasional. Kebutuhan atas aneka ragam material atau

    barang tersebut, disusun berdasarkan kebutuhan yang menyangkut uraian

    37 Slamet Soesanto, Administrasi kantor: manajemen dan aplikasi, (Jakarta: Djambatan 1999), hal.10-11. 38 Ibid.

  • 37

    tugas dan komposisi tenaga kerja yang dituangkan dalam Daftar Susunan

    Personal dan Peralatan (DSPP) seperti disebutkan dalam uraian di atas.

    Rencana kebutuhan material untuk melengkapi kebutuhan suatu

    organisasi atau satuan kerja lazimnya disebut initial issue. Selain itu

    setiap organisasi dari satuan unit kerja, memerlukan sekelompok material

    yang lazim disebut material pelengkap (secondary items) yang meliputi

    klasifikasi habis dipakai (expendable items) yang bersifat konsumtif.

    Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu direncanakan adanya

    keperluan untuk penggantinya (replacement). Sedangkan untuk membina

    supply level atau batas-batas persediaan, diperlukan jumlah stock

    replenishment atau penambahan persediaan.

    Selain itu harus juga dipahami bahwa suatu satuan kerja bila akan

    mengajukan permintaan barang (material) kepada atasan di atasnya perlu

    memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

    a. Permintaan sarana dan prasarana harus sesuai dengan DSPP,

    yaitu sebagai akibat adanya mutasi personil dan perkembangan

    dalam organisasi.

    b. Disertai laporan adanya kerusakan atau kehilangan suatu barang

    yang memerlukan penggantinya.39

    Dalam merumuskan dan menentukan kebutuhan barang-barang

    tersebut terutama yang tergolong pakai habis (expendable), dalam rangka

    39 Taufik Kurniawan, Op.Cit., hal.25.

  • 38

    mencukupi kebijaksanaan penyediaan, perlu kiranya diperhatikan azas

    selektif dan responsif. Selektif dalam kaitannya dengan jenis atau

    macamnya, dan responsif dalam kaitannya dengan jumlah atau besarnya

    kebutuhan jenis barang yang bersangkutan.40

    Selain itu perlu diperhatikan agar dalam menyusun rencana

    kebutuhan tersebut tidak terjadi perencanaan yang terlalu tinggi (over

    estimation) dan tidak pula perencanaan yang terlalu rendah (under

    estimation), yang berakibat akan mempengaruhi buruknya efisiensi dan

    Kreativitas.

    E. Pengertian Kreativitas Kerja/ Kinerja yang diharapkan

    Kinerja adalah terjemahan dari "work performance" atau "job

    performance". Dalam beberapa kamus bahasa Inggris dijelaskan bahwa,

    "performance is the ability to perform; capacity to achieve a desired result".

    (Websters Third New International Dictionary, 1966). "The act of performing;

    execution; completion achievement" (New Practical Standard Dictionary,

    1956). "The execution of accomplishment of work" (The Random House

    Dictionary of English Language, 1968).41

    Hoy dan Miskel mengatakan bahwa "Performance = f (ability x

    motivation)".42 Kinerja adalah fungsi dari abilitas dan motivasi.

    40 Moekijat, Administrasi Kantor. (Bandung: Alumni 1999), hal.97. 41 H.A.R. Tilaar, Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisasi. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), hal.200. 42 Omar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal.197.

  • 39

    Kreativitas Kerja anggota-anggota suatu organisasi ditentukan oleh

    kemampuan dan motivasinya. Terdapat korelasi yang positif antara motivasi

    dengan penampilan kerja.

    Kreativitas kerja dari karyawan atau staf sangat tergantung pada

    kemampuan dan motivasinya. Bila setiap karyawan atau staf mempunyai

    kemampuan dan motivasi kerja, maka hasilnya akan nampak pada penampilan

    kerjanya dalam bentuk produktivitas kerja.

    Kinerja dapat dilihat dalam wujud kematangan kerja anggota-anggota

    suatu organisasi. Teori Ilmu Administrasi situasional dari Hersey dan

    Blanchard telah menempatkan faktor kematangan kerja (job maturity) para

    pengikut atau bawahan itu demikian penting sehingga sangat menetukan

    dalam memilih gaya Ilmu Administrasi mana yang paling efektif untuk suatu

    organisasi. Hersey dan Blanchard mengatakan "maturity not as age or

    emotional stability but as desire for achievement, willingness to accept

    responsibility, and task-related ability and experience".43

    Kematangan merupakan kapasitas seseorang dalam merumuskan

    tujuan serta kemampuan untuk mencapai tujuan itu, kemauan dan kemampuan

    bertanggung jawab, berpendidikan dan berpengalaman sebagai individu atau

    kelompok.

    Secara umum, dikatakan oleh Achmad S. Ruky, yang dimaksud

    dengan Kinerja adalah perbandingan atau rasio output dan input. Penggunaan

    rasio ini perlu memperhatikan aspek staf (kualitas dan jumlahnya, aspek 43 James F. Stoner, Op.Cit. hal.486.

  • 40

    pimpinan kelompok) dan pembina, maupun aspek rumusan sasaran tenaga

    kerja yang harus dicapai di samping kapasitas mesin pengolahnya

    (teknologi).44

    Konsep kreativitas kerja dikembangkan untuk mengukur besarnya

    kemampuan menghasilkan nilai tambah atas komponen masuknya yang

    digunakan. Kinerja mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap

    sumber-sumber dalam memproduksi barang atau jasa.

    Kinerja yang meningkat, berarti performansi yang baik akan menjadi

    feedback bagi usaha atau memotivasi staf pada tahap berikutnya. Semakin

    besar kemampuan itu dibina semakin efektif pemanfaatan sumberdaya yang

    digunakan dan itu berarti akan dapat menekan besarnya biaya per unit.

    Secara makro berlaku konsep yang serupa. Untuk menghasilkan tingkat

    kinerja yang tinggi ada ketergantungan pada aspek teknologi yang dipakai di

    samping pada aspek keterampilan kualitas sumber daya yang digunakan.

    Dalam hubungan itu dapat dijumpai kaitan antara aspek kinerja dengan aspek

    keterampilan pelaksana dan prosesnya. Namun demikian secara makro kinerja

    tidak hanya dipengaruhi oleh keterampilan saja, melainkan juga oleh berbagai

    faktor lain termasuk lingkungan di mana kegiatan dilakukan. Sementara itu

    melalui lingkup pendekatan mikro, kinerja mempunyai hubungan yang lebih

    erat dengan prestasi yang optimal karena telah dirawat dan dijaga

    produktivitasnya.

    44 Achmad S. Ruky, Sistem Manajemen Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia. (Jakarta: PT Gramedia, 2001), hal.10.

  • 41

    Tujuan dari peningkatan kinerja SDM ini adalah untuk meningkatkan

    efisiensi material, meminimalkan biaya per unit dan memaksimalkan output

    per jam kerja. Peningkatan kinerja SDM merupakan hal penting. Mengingat

    manusialah yang mengelola modal, sumber alam dan teknologi, sehingga

    dapat meperoleh keuntungan darinya.

    Kreativitas Kerja merupakan suatu sikap mental yang selalu

    mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari

    kemarin dan hari esok harus lebih baik dari kemarin dan hari esok harus lebih

    baik dari hari ini. Indikator yang tepat digunakan sebagai kriteria manfaat dan

    komponen-komponen pengukuran kinerja antara lain adalah peningkatan

    prestasi kerja, penurunan absensi dan perputaran (turn over) tenaga kerja.

    Sedangkan untuk mengukur kreativitas kehidupan kerja dapat dilihat

    dari peningkatan kepuasan kerja dan penurunan stress.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas kerja adalah:

    a. Manusia

    Faktor manusia mencakup beberapa aspek antara lain kuantitas, tingkat

    keahlian, latar belakang kebudayaan dan pendidikan, kemampuan sikap,

    minat, struktur pekerja, jenis kelamin.

    b. Modal

    Faktor modal meliputi aspek modal tetap, teknologi dan bahan baku.

  • 42

    c. Faktor metode (proses) meliputi tata ruang tugas, penanganan bahan baku

    penolong dan mesin, perencanaan dan pengawasan produksi, pemeliharaan

    melalui pencegahan, teknologi yang memakai cara alternatif.

    d. Faktor produksi, meliputi kuantitas, kualitas ruangan produksi, struktur

    campuran, spesialisasi produksi.

    e. Faktor lingkungan organisasi (internal) meliputi organisasi dan

    perencanaan, kebijaksanaan personalia, sistem manajemen, gaya Ilmu

    Administrasi, kondisi kerja, ukuran Organisasi, iklim kerja, sistem

    intensif.

    f. Faktor lingkungan negara (faktor eksternal) meneliti struktur sosial politik,

    struktur industri, perusahan, tujuan pengembangan jangka panjang.

    g. Faktor lingkungan internasional (regional) meliputi kondisi perdagangan

    dunia, masalah-masalah perdagangan internasional, kebijaksanaan migrasi

    tenaga kerja.

    h. Umpan balik

    Umpan balik menunjukkan bagaimana masyarakat menilai kuantitas dan

    kualitas produksi beberapa banyak yang harus dibayarkan untuk masukan-

    masukan utamanya (tenaga kerja dan modal) di mana masyarakat

    menawarkan pada Organisasi. 45

    Terdapat dua faktor penting yang berpengaruh terhadap menurunnya

    pertumbuhan produktivitas dan kinerja, yaitu faktor ekonomi dan faktor

    kelembagaan. Faktor ekonomi dalam hubungannya dengan performansi

    45 Bambang Tri Cahyono, Manajemen Sumber Daya Mnusia, (Jakarta: Badan Penerbit IPWI, 2002), hal.283-287.

  • 43

    produktivitas, cenderung untuk menekankan pendekatan pada faktor-faktor

    ekonomi makro yang memberi konstribusi langsung pada pertumbuhan, faktor

    kelembagaan pendekatannya lebih mengkonsentrasikan pada perilaku, sikap

    dan motivasi di antara pelaku-pelaku ekonomi.

    Dengan pendekatan sistem, faktor yang dapat mempengaruhi kinerja

    staf dapat digolongkan pada tiga kelompok yaitu:

    a. Yang menyangkut kualitas dan kemampuan fisik

    Kualitas dan kemampuan staf dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,

    latihan, motivasi kerja, etos kerja, mental dan kemampuan fisik staf

    yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin

    tinggi pula tingkat kinerja. Latihan kerja melengkapi staf dengan

    keterampilan. Bagi para pemimpin organisasi, program dan penyediaan

    fasilitas merupakan investasi berharga yang hasilnya dapat diperoleh

    kembali dalam bentuk peningkatan kinerja staf.

    b. Sarana Pendukung

    Sarana pendukung untuk meningkatkan kreativitas kerja pegawai dapat

    dikelompokkan dalam dua golongan yaitu:

    1) Menyangkut lingkungan kerja termasuk teknologi, sarana dan

    peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan kerja

    serta suasana dalam lingkungan kerja itu sendiri.

    2) menyangkut kesejahteraan staf yang tercermin dalam sistem

    pengupahan dan jaminan sosial, serta jaminan kelangsungan

    kerja.

  • 44

    Peningkatan kinerja mustahil berhasil jika hanya dilancarkan dalam

    bidang-bidang tertentu saja. Masalah kinerja merupakan masalah sistem dalam

    arti tertentu, karena ada banyak segi dari pekerjaan dan kegiatan organisasi

    yang mempunyai dampak terhadap kreativitas kerja pegawai.

    Faktor pertumbuhan kinerja yang sangat penting adalah material dan

    tenaga kerja. Meningkatkan kinerja juga tergantung pada pemilihan bahan-

    bahan maupun pendayagunaan secara optimal. Dalam bidang tenaga kerja

    peningkatan kinerja diupayakan bahwa salah satu arena potensial tertinggi

    dalam peningkatan kinerja adalah mengurangi jam kerja yang tidak produktif,

    lamanya staf bekerja dan proporsi menempatkan waktu yang produktif sangat

    tergantung pada cara pengaturan, latihan, administrasi dan manajemennya.

  • 45

    BAB III

    OBJEK PENELITIAN

    A. Deskripsi Latar Penelitian

    Kecamatan Bambuharum merupakan salah satu kecamatan hasil

    pemekaran dari kecamatan Barangbangsemplak. Kecamatan yang relatif baru

    ini terbagi ke dalam 8 wilayah pemerintahan desa. Kantor Kecamatan

    Bambuharum terletak di Jl. Raya Hastinapura Km. 21 Bambuharum,

    Kabupaten Karang Tumaritis.

    Kecamatan merupakan perangkat daerah sebagai pelaksana teknis

    kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh

    Camat.. Camat berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati

    melalui Sekretaris Daerah.

    Jenis Pelayanan Publik yang diberikan oleh kecamatan Bambuharum

    bagi penduduknya meliputi pelayanan Kartu Keluarga (KK), pelayanan e-

    KTP, pelayanan PPAT, serta pelayanan legislasi lainnya.

    Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan

    yang dilimpahkan oleh Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi

    daerah dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan, meliputi

    pemberdayaan masyarakat, ketentraman dan ketertiban umum, penerapan dan

    penegakan peraturan perundangan-undangan, pemeliharaan prasarana dan

    fasilitas pelayanan umum pemerintahan di tingkat kecamatan, pemerintahan

  • 46

    desa dan atau kelurahan, dan pelayanan masyarakat sesuai dengan ketentuan

    dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Kecamatan Bambuharum merupakan sebuah kecamatan yang berada di

    Kabupaten Karang Tumaritis. Dengan kedaan iklim yang tropis dan

    mempunyai banyak lahan yang luas seperti Kecamatan yang berada di

    lingkungan Kabupaten Karang Tumaritis, maka keadaan geografis semacam

    ini dimanfaatkan oleh penduduk atau warga di Kecamatan Bambuharum

    Kabupaten Karang Tumaritis dengan bercocok tanam baik mengolah hasil

    kebun yang produktif maupun bertani kendati ada beberapa lainnya yang

    mempunyai mata pencaharian sebagai Guru, PNS, mapun berdagang dan

    pekerja lepas.

    Kualitas Sumber Daya alam di lingkungan Kecamatan Bambuharum

    Kabupaten Karang Tumaritis memang sangat baik dan potensial kendati

    belum sepenuhnya dimanfaatkan secara produktif tetapi dirasakan baik

    pembangunan maupun penggalaan sumbangsih dari pemerintah memang

    cukup membantu dalam hal penataan wilayah maupun pembangunan fisik dan

    material seperti adanya program P2KP, Pronangkis (Program Penanggulangan

    Kemiskinan), Program Paket maupun program pemerintah dalam hal bantuan

    lainnya. Oleh sebab itu peran Kecamatan Bambuharum dirasakan sangat

    penting dalam hal ini Camat selaku pimpinan Wilayah Kecamatan terus

    berusaha Pro Aktif dalam mewujudkan programnya kepada tujuan organisasi

    yang telah direncanakan demi terwujudnya sistem pemerintahan yang baik.

  • 47

    Adapun struktur keorganisasian kecamatan Bambuharum adalah

    sebagai berikut.

    B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

    Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna

    variabel yang sedang diteliti. Singarimbun (2003:46-47) memberikan

    pengertian tentang definisi operasional sebagai unsur penelitian yang

    memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Definisi

    operasional dapat juga dikatakan sebagai informasi ilmiah yang sangat

    membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama. Dengan

    demikian, definisi operasional dalam sebuah penelitian harus dapat diukur dan

    spesifik serta dapat dipahami oleh orang lain.

    Berdasarkan pendekatan penelitian yang digunakan, variabel penelitian

    ini dapat didefinisikan sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

  • 48

    Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian

    Variabel Dimensi Indikator Skala

    Planning atau perencanaan 1. Penentuan visi dan misi

    2. Penentuan sasaran dan tujuan 3. Penentuan rencana dan

    strategi

    Ordinal

    Organizing atau pengorganisasian 4. Pembagian tugas secara merata

    5. Pembentukan tim kerja

    Ordinal

    Actuating atau kepemimpinan 6. Penentuan pimpinan tim kerja Ordinal

    Penerapan Ilmu Administrasi Terry (1970)

    Controlling atau pengawasan

    7. Pengawasan dilakukan secara melekat

    8. Dilakukan sistem monitoring berkesinambungan

    9. Evaluasi dilakukan secara berkala

    10. Hasil evaluasi dijadikan pedoman perbaikan kinerja

    Ordinal

    Faktor Kemampuan

    11. Pengetahuan : pendidikan, pengalaman, latihan dan minat

    12. Ketrampilan : kecakapan dan kepribadian

    OrdinalPeningkatan Kreativitas Kerja Pegawai Sutemeister (dalam Srimulyo, 1999:40-41)

    Faktor Motivasi 13. Kondisi sosial : organisasi formal dan informal, kepemimpinan

    14. Kebutuhan individu : fisiologis, sosial dan egoistic

    15. Kondisi fisik : lingkungan

    Ordinal

  • 49

    Variabel Dimensi Indikator Skala

    kerja.

    C. Populasi dan Sampel Penelitian

    1. Populasi Penelitian

    Sumber data mengacu kepada populasi penelitian serta penentuan

    sampel yang digunakan dalam penelitian. Populasi menurut Husaeni

    (2008: 41) adalah semua nilai baik melalui perhitungan kuantitatif maupun

    kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai objek yang lengkap dan

    jelas. Ditinjau dari banyaknya anggota populasi, maka populasi terdiri dari

    populasi terbatas (terhingga) dan populasi tak terbatas (tak terhingga), dan

    dilihat dari sifatnya populasi dapat bersifat homogen dan heterogen.

    Menurut Sugiyono (2004:4) populasi adalah wilayah generalisasi yang

    terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

    tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

    ditarik kesimpulan.

    Populasi penelitian tentang Pengaruh Penerapan Ilmu

    Administrasi Terhadap Peningkatan Kreativitas Kerja Pegawai di

    Kecamatan Bambuharum Kabupaten Karang Tumaritis ini adalah seluruh

    pegawai di Kantor Kecamatan Bambuharum yang seluruhnya berjumlah

    29 orang.

  • 50

    2. Sampel Penelitian

    Pada penelitian ini digunakan teknik sampling berupa probability

    sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama

    bagi semua anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel

    (Sugiyono, 2004: 92). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah

    stratified random sampling di mana populasi mempunyai anggota yang

    tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

    Sampel yang diambil pada penelitian ini didasarkan kepada

    pendapat Arikunto (1988:94) yang menyatakan bahwa untuk sekedar

    ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil

    semuanya. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar, dapat diambil

    antara 10 % - 15 % atau 20 % - 25 %.

    Berdasarkan pendapat di atas, untuk mendapatkan sampel yang

    representatif dan berukuran sesuai dengan kebutuhan, maka seluruh

    populasi dijadikan sampel atau menggunakan sampel populasi. Penentuan

    kelas ini sebagai sampel dilakukan karena diasumsikan seluruh populasi

    homogen.

    D. Prosedur Penelitian

    Menurut Neuman, W. Lawrence (2006: 209-219) terdapat tujuh

    langkah dasar dalam melakukan sebuah penelitian survey sebagai berikut.

    1) Perencanaan

  • 51

    Perencanaan meliputi penentuan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu

    penelitian dan merencanakan strategi umum untuk memperoleh dang

    menganalisa data bagi penelitian itu.

    2) Pengkajian secara teliti terhadap rencana penelitian

    Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap perencanaan. Disini

    disajikan lagi latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penelitian,

    hipotesis serta metode.

    3) Pengambilan contoh (sampling)

    Proses pemilihan sejumlah unsur dari suatu populasi guna mewakili

    seluruh populasi itu.

    4) Penyusunan daftar pertanyaan

    Proses penerjemahan tujuan-tujuan studi kedalam bentuk pertanyaan

    untuk mendapatkan jawaban yang berupa informasi yang dibutuhkan.

    5) Kerja lapangan

    Tahap ini meliputi pemilihan dan latihan para pewawancara, bimbingan

    dalam wawancara serta pelaksanaan wawancara.

    6) Editing dan Coding

    Coding adalah proses memindahkan jawaban yang tertera dalam daftar

    pertanyaan ke dalam berbagai kelompok jawaban yang disusun dalam

    angka dan ditabulasi.

    7) Analisis dan Laporan

  • 52

    Meliputi berbagai tugas yang saling berhubungan dan terpenting pula

    dalam suatu proses penelitian.

    E. Langkah-langkah Pengumpulan Data

    Menurut Nasir (2003:328), teknik pengumpulan data merupakan

    instrumen ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data

    yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis,

    informasi lisan, serta beragam fakta yang berpengaruh terhadap fokus

    penelitian yang sedang diteliti. Sesuai dengan pengertian teknik penelitian di

    atas, teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terutama

    ada dua macam, yakni studi dokumentasi dan teknik angket.

    1) Studi Dokumentasi

    Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini

    dimaksudkan sebagai cara pengumpulkan data dengan mempelajari dan

    mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi

    yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi lain yang ada

    pengaruhnya dengan lokasi penelitian. Studi dokumentasi ditujukan untuk

    memperoleh data langsung dari instansi/lembaga meliputi buku-buku,

    laporan kegiatan dan keuangan, serta dokumen lain yang relevan dengan

    fokus penelitian.

    2) Teknik Angket

  • 53

    Angket yang disusun dan dipersiapkan disebar kepada responden

    sebagaimana ditetapkan sebagai sampel penelitian. Jumlah angket yang

    disebarkan seluruhnya adalah 31 perangkat angket. Pemilihan dengan

    model angket ini didasarkan atas alasan bahwa (a) responden memiliki

    waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan

    yang diajukan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan cara

    pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden

    mempunyai kebebasan dalam memilih jawaban, dan (d) dapat digunakan

    untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dalam

    waktu yang cepat dan tepat.

    Untuk mengungkap data ini digunakan angket yang berbentuk skala

    Likert. Adapun alasan menggunakan skala Likert ini untuk mengukur

    sikap, pendapat dan profesi seseorang atau sekelompok orang tentang

    suatu fenomena sosial. Permasalahan strategi pemasaran dan keputusan

    pembelian produk dapat dikategorikan sebagai fenomena sosial. Oleh

    karena itu, penggunaan skala Likert pada penelitian ini dapat diterima.

    Skala Likert yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

    berikut.

    Tabel 3.2 Penskoran Skala Likert

    Pernyataan Bobot Penilaian Pernyataan Bobot

    Penilaian

    Sangat setuju Skor : 5 Sangat baik Skor : 5

    Setuju Skor : 4 Baik Skor : 4

  • 54

    Netral Skor : 3 Netral Skor : 3

    Tidak setuju Skor : 2 Tidak baik Skor : 2

    Sangat tidak setuju Skor : 1 Sangat tidak baik Skor : 1

    F. Langkah-langkah Pengolahan Data

    1. Analisis Deskriptif Hasil Penelitian

    Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur

    persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah

    peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang

    telah ditetapkan oleh peneliti. Pengolahan data secara deskriptif adalah

    dengan cara memperoleh hasil perkalian dari jumlah responden dengan

    skor pilihan jawaban yang diberikan. Seluruh hasil perkalian dari jumlah

    responden pada masing-masing pilihan jawaban ini (pada masing-masing

    item) dijadikan dasar penafsiran data hasil penelitian secara deskriptif.

    Untuk menentukan tingkat tanggapan responden, dilakukan

    perhitungan persentase dengan mengacu kepada teori yang dikemukakan

    oleh Harun Al-Rasyid dalam Ating Somantri (2006: 122) dalam menyusun

    penskalaan dengan metode Likerts Summated Rating yang ditentukan

    oleh skor maksimum dan skor minimum yang mungkin dicapai oleh setiap

    responden.

  • 55

    z z z z z

    2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

    Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan dalam kerangka

    pengembangan instrumen penelitian. Langkah-langkah yang akan

    ditempuh dalam pengembangan instrumen penelitian secara garis besarnya

    adalah sebagai berikut.

    1) Merumuskan definisi operasional setiap variabel penelitian hingga

    masing-masing variabel memiliki batasan yang jelas mengenai aspek

    dan subaspek yang akan diukur serta indikatornya masing-masing.

    2) Menyusun penjabaran konsep yang akan dijadikan panduan dalam

    penulisan butir-butir pertanyaan.

    3) Merumuskan butir-butir pertanyaan sesuai dengan penjabaran konsep

    instrumen penelitian yang telah ditetapkan.

    4) Mendiskusikan perangkat instrumen dengan pembimbing untuk men-

    dapatkan masukan dan pertimbangan mengenai kelayakan konstruksi,

    lingkup dan redaksi dari setiap pernyataan.

    5) Menguji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dengan tujuan

    untuk mengukur valid tidaknya instrumen itu.

    a) Teknik analisis yang dipergunakan adalah teknik r Product

    Moment, yaitu hasil perhitungan dibandingkan dengan kriteria

    Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

    20 40 60 80 100

  • 56

    validitas yaitu suatu butir pernyataan dinyatakan valid jika

    koefesien rhitung lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi = 0,05. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

    rxy = ( )( )

    ( ) ( )[ ] ( ) ( )[ ]2222 YYn XXn X - XYn Y

    Keterangan:

    rxy : Koefisien korelasi

    n : jumlah responden

    X : Jumlah skor setiap item

    Y : Jumlah skor total seluruh item

    (X)2 : Kuadrat jumlah skor item X

    X2 : Jumlah kuadrat skor item X

    (Y)2 : Kuadrat jumlah skor item Y

    (X)2 : Jumlah kuadrat skor item Y

    b) Menata ulang instrumen pernyataan sesuai dengan butir-butir

    pernyataan yang valid (sahih).

    c) Uji reliabilitas instrumen digunakan dengan menggunakan

    koefesien reliabilitas dari Alpha Cornbach.

    =

    2

    iS

    2Si11k

    k

    Keterangan :

  • 57

    = nilai koefisien reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

    Si2 = mean kuadrat kesalahan Si2 = varians total

    Hasil yang diperoleh dari ini selanjutnya dikonsultasikan

    dengan tabel r product moment pada taraf signifikansi 5% dan N = 31

    (Lihat lampiran Tabel Nilai-nilai r Product Moment).

    Instrumen sebagai alat pengumpul data dalam penelitian harus

    memenuhi persyaratan kesahihan (validity) dan keterandalan

    (realiability). Oleh karena itu, dalam penelitian instrumen yang

    digunakan untuk pengumpulan data dari penelitian terlebih dahulu

    diujicobakan guna mengetahui kesahihan dan keterandalan instrumen

    tersebut. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur

    apa yang diinginkan. Reliabilitas adalah indeks yang mampu

    menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat di-percaya atau

    dapat diandalkan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan

    Sugiyono, yang mengatakan bahwa hasil penelitian itu valid jika

    terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang

    sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

    3. Uji Asumsi Klasik

    a) Uji Normalitas Distribusi Data

    Karena statistik parametrik berlandaskan pada asumsi bahwa

    data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal, maka dilakukan

  • 58

    pengujian normalitas untuk mengetahui apakah data yang dihasilkan

    berdistribusi normal atau tidak. Asumsi normali-tas merupakan syarat

    penting pada pengujian kebermaknaan koefisien regresi. Apabila data

    residual dari mode regresi tidak mengikuti distribusi normal, maka

    kesimpulan dari uji F dan uji t perlu dipertanyakan karena statistik uji

    dalam analisis regresi diturunkan dari data yang berdistribusi normal.

    Uji normalitas distribusi data yang digunakan pada pe-nelitian

    ini adalah Kolmogorov-Smirnov Test. Dasar pengambilan

    keputusannya jika thitung < ttabel maka data telah berasal dari data yang

    berdistribusi normal. Untuk data yang banyak, data diasumsikan

    mendekati distribusi normal dengan syarat data > 100.

    b) Uji Asumsi Heteroskedastisitas

    Persyaratan kedua dalam analisis regresi linier klasik adalah

    harus tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Artinya, varian residu

    pada data harus bersifat homogen atau sama. Uji heteroskedastisitas

    dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman antara

    variabel bebas dengan nilai residu regresi parsialnya. Jika probabiltias

    keasalahan statistik atau p-value > ( = 0,05) atau nonsignifikan,

    maka diputuskan tidak terjadi situasi heteroskedastisitas.

    c) Uji Asumsi Autokorelasi

    Menurut Maurice G. Kendall (1971:8), autokorelasi akan

    menjelaskan bahwa varian residual (e) tidak saling berpengaruh. Hal

  • 59

    ini dapat dilihat dengan menggunakan tes dari Durbin-Watson.

    Mekanisme tes Durbin-Watson (dalam Gujarati, 1993:217) ini adalah

    sebagai berikut.

    (1) Menentukan regresi OLS dan menentukan residual ei.

    (2) Menghitung nilai d (dengan menggunakan aplikasi komputer).

    (3) Untuk ukuran sampel tertentu, menghitung nilai kritis dL dan

    dU.

    (4) Menghitung nilai d-dL dan 4-dU dan kemudian mem-

    bandingkannya dengan nilai d pada daerah berikut.

    1 dL dU 4-dL 4-dU 4

    4 1,660 1,660 2,340 2,340 4

    Autokorelasi (+)

    Tidak meyakinkan Tidak ada Autokorelasi

    Tidak meyakinkan

    Autokorelasi (-)

    Jika nilai d terletak di antara dU dan 4-dU, maka dapat

    disimpulkan tidak ada autokofrelasi dalam data. Sedangkan jika nilai

    d berada pada daerah lainnya maka kesimpulan diberikan oleh

    gambar di atas. Untuk mengatasi masalah autokorelasi dilakukan

    transformasi melalui transformasi p = 1 d/2 (d= nilai Durbin-

    Watson). Untuk menghindari data pertama yang hilang, maka data

    pertama ditransformasikan melalui perkalian dengan (1-p2).

    4. Uji Regresi Sederhana

    Analisis data diarahkan pada pengujian hipotesis yang diawali

    dengan deskripsi data penelitian dari ketiga variabel dalam bentuk

  • 60

    distribusi frekuensi dan histogramnya serta menentukan persamaan

    regresinya. Analisis regresei linier sederhana diawali dengan pengujian

    asumsi klasik dengan persamaan regresi sebagai berikut.

    = a + bX + e

    Keterangan:

    Y : kreativitas kinerja pegawai

    X : penerapan ilmu administrasi

    a : konstanta

    b : koefisien regresi atau slope garis regresi Y atas X

    e : epsilon, galat presiksi yang terjadi secara acak.

    5. Pengujian Hipotesis

    Sebelum digunakan sebagai dasar kesimpulan, persamaan regresi

    yang diperoleh dan telah memenuhi asumsi regresi melalui pengujian di

    atas, perlu diuji koefisien regresinya. Pengujian regresi ini dilakukan untuk

    melihat apakah model yang diperoleh dan koefisien regresinya dapat

    dikatakan bermakna secara statistik sehingga dapat diambil kesimpulan

    secara umum untuk populasi penelitian.

    Untuk mengetahui apakah variabel independen (X) memiliki

    pengaruh terhadap variabel Y dengan tingkat keyakinan 1 , maka

    digunakan uji t. Bentuk hipotesis statistik yang diuji adalah sebagai

    berikut.

  • 61

    Hipotesis statistik yang daijukan pada penelitian ini adalah sebagai

    berikut.

    HO : i = 0 Tidak terdapat pengaruh penerapan ilmu administrasi

    terhadap kreativitas kinerja pegawai Di Kecamatan

    Bambuharum Kabupaten Karang Tumaritis.

    HA : i 0 Terdapat pengaruh penerapan ilmu administrasi terhadap

    kreativitas kinerja pegawai Di Kecamatan Bambuharum

    Kabupaten Karang Tumaritis.

    Statistik Uji-t yang digunakan menggunakan rumus sebagai berikut.

    thitung = SE

    atau thitung = r 2r - 12 -n

    Keterangan:

    = koefisien regresi SE = standard error dari koefisien regresi r = koefisien korelasi

    n = ukuran sampel

    Terdapat 2 (dua) cara pengambilan keputusan atas hasil pengujian

    di atas, yakni dengan cara sebagai berikut.

    (1) Membandingkan nilai thitung dengan ttabel.

    (a) Jika thitung > ttabel, maka HO ditolak dan HA diterima.

    (b) Jika thitung ttabel, maka HA ditolak dan HO diterima.

    (2) Membandingkan nilai signifikansi dengan nilai alpha.

  • 62

    (a) Jika nilai signifikansi (p-value) < , maka HO ditolak dan HA

    diterima.

    (b) Jika nilai signifikansi (p-value) , maka HA ditolak dan HO

    diterima.

    Jika HO ditolak, berarti variabel independen berpengaruh secara

    nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika HO ditolak,

    maka variabel independen tidak bepengaruh secara nyata (signifikan)

    terhadap variabel dependen.

    6. Koefisien Determinasi

    Koefisien determinasi dihitung untuk menentukan variabel

    independen terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi multiple

    diperoleh dari jumlah kuadrat regresi dan jumlah kuadrat total dengan

    menggunakan rumus sebagai berikut.

    KD = R2 x 100%

    Untuk mempermudah pengolahan dan analisis, maka dalam

    penelitian ini digunakan aplikasi SPSS (Statistical Product and Service

    Solutions) for Windows Release 18. Langkah ini ditempuh mengingat

    pengolahan data pada paket program tersebut lebih cepat dan mempunyai

    tingkat ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan perhitungan

    secara manual.

  • 63

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Profil Responden

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 dengan responden

    seluruh pegawai pada Kecamatan Bambuharum, Kabupaten Karang

    Tumaritis, yang seluruhnya berjumlah 29 orang. Berdasarkan hasil angket

    yang disebarkan ke seluruh responden penelitian, diperoleh profil

    responden sebagai berikut.

    Tabel 4.1

    Penggolongan Responden Berdasarkan Kelompok Umur

    No. Kelompok Usia Responden (Tahun) Jumlah Persentase

    1 < 30 5 17,24

    2 31 35 12 41,38

    3 36 40 7 24,14

    4 41 45 2 6,90

    5 46 50 2 6,90

    6 > 51 1 3,45

    Jumlah Seluruh 29 100 Sumber: Data hasil pengolahan penulis (2014)

    Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa usia responden terbanyak

    adalah berusia 31-35 tahun serta 36-40 tahun, yang masing-masing

  • 64

    berjumlah 12 orang atau 41,38% dn7 orang atau 24,14%, sedangkan yang

    berusia di bawah 30 tahun sebanyak 5 orang, atau 17,24%. Data ini

    menunjukkan bahwa responden penelitian ini, yakni para pegawai

    Kecamatan Bambuharum masih tergolong muda.

    Tabel 4.2

    Penggolongan Responden berdasarkan Gender

    No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

    1 Laki-laki 21 72,41

    2 Perempuan 8 27,59

    Jumlah Seluruh 29 100 Sumber: Data hasil pengolahan penulis (2014)

    Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa responden wanita ternyata

    lebih banyak daripada responden laki-laki, yakni sebanyak 61,82%. Hal ini

    menunjukkan bahwa pegawai Kecamatan Bambuharum lebih banyak laki-

    laki daripada wanita.

    Tabel 4.3

    Penggolongan Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan

    No. Tingkat Pendidikan Responden Jumlah Persentase

    1 Pascasarjana 1 3,45

    2 Sarjana 10 34,48

    3 Diploma II dan III 5 17,24

    4 SLTA 10 34,48

  • 65

    5 SMP dan di bawahnya 3 10,34

    Jumlah Seluruh 29 100

    Data pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

    responden yang terbanyak adalah tingkat sarjana dan SLTA, yakni masing-

    masing sebanyak 10 orang atau sebanyak 34,24%. Kemudian responden

    yang berpendidikan Diploma II dan Diploma III sebanyak 5 orang atau

    17,24%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden pegawai

    Kecamatan Bambuharum Karang Tumaritis rata-rata berpendidikan cukup

    tinggi.

    B. Uji Instrumen

    1. Uji Validitas Instrumen

    Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana tingkat

    kesahihan atau ketepatan suatu instrumen penelitian sehingga tidak

    menyimpang dari operasional variabel yang telah ditetapkan. Uji validitas

    dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi item total melalui

    koefisien korelasi r Product Moment dari Pearson dengan pengujian dua

    arah (two tailed test). Data diolah dengan bantuan program SPSS for

    Windows Release 18.0 dengan hasil sebagai berikut.

    Tabel 4.4

    Hasil Uji Validitas Instrumen Penerapan Ilmu Administrasi (X)

    Item-Total Statistics

  • 66

    Scale Mean if Item Deleted

    Scale Variance if Item Deleted

    Corrected Item-Total

    Correlation Squared Multiple

    Correlation

    Cronbach's Alpha if Item

    Deleted

    Item 1 34,9310 24,352 ,697 ,606 ,710

    Item 2 34,8276 27,576 ,628 ,286 ,754

    Item 3 35,0690 23,781 ,538 ,453 ,716

    Item 4 35,3103 23,865 ,676 ,366 ,727

    Item 5 35,1724 23,076 ,572 ,502 ,696

    Item 6 35,0690 24,709 ,721 ,404 ,735

    Item 7 35,1724 25,148 ,702 ,518 ,760

    Item 8 35,1379 23,123 ,646 ,657 ,700

    Item 9 34,9655 22,963 ,562 ,540 ,697

    Item 10 34,7241 24,778 ,698 ,533 ,712

    Validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai pada table r

    product moment sebesar 0,367 pada taraf signifikansi 5% dan N=29. Hasil

    pada tabel di atas dapat ditafsirkan sebagai berikut.

    1) Skor Item 1. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,697 &g