pengaruh pendekatan savi melalui model pembelajaran .../pengaruh... · model pembelajaran...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH PENDEKATAN SAVI MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS
PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14
SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh:
FATKHU ROKHMA DIANA
K4308088
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JULI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Fatkhu Rokhma Diana
NIM : K4308088
Jurusan / Program Studi : PMIPA / Pendidikan Biologi
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ”PENGARUH PENDEKATAN SAVI
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA SISWA KELAS
VII SMP NEGERI 14 SURAKARTA” ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Fatkhu Rokhma Diana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGARUH PENDEKATAN SAVI MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS
PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14
SURAKARTA
Oleh :
FATKHU ROKHMA DIANA
K4308088
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JULI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juli 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd. Meti Indrowati, S.Si., M.Si.
NIP. 19772501 200801 1 008 NIP. 19781001 200112 2 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Bowo Sugiharto, S.Pd, M.Pd.
Sekretaris : Dra. Sri Dwiastuti, M.Si.
Anggota I : Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd.
Anggota II : Meti Indrowati, S.Si, M.Si.
Disahkan oleh
a. n. Dekan
Pembantu Dekan 1
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si.
NIP. 19660415 199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q. S. Al Insyiroh: 5)
Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun (Bung Karno)
Rahmat sering datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan dan kekecewaan, tetapi kalau kita sabar, kita segera akan melihat bentuknya ( Joseph Addison )
Kita tidak pernah bisa belajar jadi berani & sabar kalau di dunia ini hanya ada kebahagiaan (Hellen Keller)
Jika kita mempermudah jalan orang lain maka orang lain pun tak segan mempermudah jalan kita (Penulis)
Hati yang penuh syukur, bukan saja merupakan kebajikan yang terbesar, melainkan merupakan pula induk segala kebajikan yang lain (Cicero)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Teriring Rasa Syukur Kupersembahkan karya ini untuk :
Kedua orang tuaku tercinta, terima kasih atas do’a, cinta, kasih sayang, semangat, nasihat, dukungan, pengorbanan, dan harapan yang senantiasa tercurah untukku.
Kakak-kakak dan adekku, yang juga setia mendukung dan mendoakanku.
Pak Bas dan Bu Meti selaku dosen pembimbing yang dengan kesabaran telah banyak memberikan bimbingan, arahan, serta wawasan baru hingga terselesaikannya karya ini.
Seseorang yang kusayang, “S. A. H” , yang selalu memberikan motivasi, doa, arahan, dan perhatiannya untukku.
Pak Bhie, yang sudah dermawan memberikan waktunya untuk kegiatan penelitianku, beserta guru-guru dan staf SMPN 14 yang turut membantu.
Para siswa SMP Negeri 14 Surakarta yang telah bersedia berpartisipasi menjadi objek dalam penelitian.
Teman-teman karibku Arti(senasib sepenanggungan satu kampung, kost, dan kelas), sista Ria(calon adek ipar :P ), si crazy Pinkan mambo dan juga Welly, Rida, Iva, Ita yang terjalin dalam “si Jack Family” yang selalu ramaiiii jika bersatu.
Teman-teman satu bimbingan yang tergabung dalam BSC khususnya Tutik partner umbrella ku dan juga bimbinganya B. Meti yang sudah mau bertukar pikiran.
Teman-teman Pendidikan Biologi ’08 yang super. Mb.Fatih yang udah ngajari itung-itunganku. Teman teman Kost lama “Wisma Kunthi” dan kost baru “Sari Asih” (mb.Lei, Kikik, Nia, Ipul, Manda, Ulin, Nita, dan Bastin) yang ikut mewarnai hari-hariku di Solo.
Almamater. Pembaca yang budiman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
Fatkhu Rokhma Diana. THE INFLUENCE OF SAVI APPROACH USING
STAD TYPE OF COOPERATIVE LEARNING MODEL ON SCIENCE
PROCESS SKILL IN THE VII GRADERS OF SMP NEGERI 14
SURAKARTA. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty.
Surakarta Sebelas Maret University. July 2012.
This research aims to find out the influence of SAVI approach using
STAD type of cooperative learning model on science process skill in the VII
graders Junior High School of 14 Surakarta.
This research belonged to a quasi-experiment with quantitative approach.
The research was designed using posttest only non-equivalent control group
design by applying SAVI approach with STAD type of cooperative learning for
experiment class and using conventional learning approach with lecture and
demonstration methods for control class. The population of research was all 7th
graders Junior High School of 14 Surakarta in the school year of 2011/2012. The
sample of research was the VIIE graders as experiment group and VIIF graders as
control group. The sampling technique used was cluster random sampling.
Technique of collecting data used was essay test, observation test, and school
document. The hypothesis testing was conducted using t-test. The data analyzed
by Minitab version 16 program help.
The hypothesis result of the influence of SAVI approach with STAD type
of cooperative learning results p-value that is 0.00, so there is affects SAVI
approach with STAD type of cooperative learning on the science process skill in
the VII graders Junior High School of 14 Surakarta.
This research concluded that SAVI approach with STAD type of
cooperative learning affected the science process skill in the VII graders Junior
High School of 14 Surakarta.
Keywords: SAVI approach, STAD, Science Process Skill.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRAK
Fatkhu Rokhma Diana. PENGARUH PENDEKATAN SAVI MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP
KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA SISWA KELAS VII SMP
NEGERI 14 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan SAVI
melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap keterampilan proses
sains siswa kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta.
Penelitian ini termasuk dalam eksperimen semu dengan pendekatan
kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah posttest only non-equivalent
control group design dengan menggunakan kelas eksperimen menerapkan
pendekatan SAVI melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelas kontrol
menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah
dan demonstrasi. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP
Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Sampel penelitian ini adalah
siswa kelas VIIE sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VIIF sebagai
kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random
sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan tes uraian, lembar observasi,
dan dokumen sekolah. Uji hipotesis menggunakan uji t (t test). Analisis data
dibantu dengan menggunakan program Minitab versi 16.
Hasil uji hipotesis pengaruh pendekatan SAVI melalui pembelajaran
kooperatif tipe STAD diperoleh nilai p-value 0,00 < 0,05 sehingga ada pengaruh
pendekatan SAVI melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap
keterampilan proses sains siswa kelas VII SMPN 14 Surakarta.
Penelitian ini menyimpulkan pendekatan SAVI melalui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap keterampilan proses
sains siswa kelas VII SMPN 14 Surakarta.
Kata kunci : Pendekatan SAVI, STAD, Keterampilan Proses Sains
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan
Penyayang, yang memberi kedamaian hati dan inspirasi. Atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh
Pendekatan SAVI melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap
Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas VII SMPN 14 Surakarta.”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar
sarjana pada program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pendidikan dan Keguruan Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberi ijin dan kesempatan dalam penyusunan skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd., selaku Pembimbing I yang selalu
memberikan bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan penyusunan
skripsi.
5. Meti Indrowati, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing II yang selalu memberikan
bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.
6. Hj.Ratna Purwaningtyastuti, S.Pd M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 14
Surakarta yang telah memberi ijin dalam penelitian.
7. Subiyanto, Amd. selaku guru mata pelajaran biologi SMP Negeri 14 Surakarta
yang telah memberi bimbingan dan bantuan selama penelitian.
8. Siswa SMP Negeri 14 Surakarta yang telah bersedia berpartisipasi dalam
penelitian ini.
9. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semuanya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ....................................................
HALAMAN MOTTO ...................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
ABSTRACT ...................................................................................................
v
vi
vii
viii
ABSTRAK ................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan .............................. 7
1. Pendekatan SAVI ........................................................................... 7
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD............................................. 14
3. Pendekatan SAVI melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD..............................................................................................
4. Keterampilan Proses Sains ……………………………………....
13
22
26
B Kerangka Berpikir................................................................................ 34
C Hipotesis Penelitian............................................................................. 37
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 38
1. Tempat Penelitian .......................................................................... 38
2. Waktu Penelitian ............................................................................ 38
B.
C.
Rancangan Penelitian ..........................................................................
Paradigma Penelitian ..........................................................................
39
39
D. Populasi dan Sampel ........................................................................... 40
E. Teknik Pengambilan Sampel .............................................................. 41
F. Pengumpulan Data .............................................................................. 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
1. Variabel Penelitian ........................................................................ 43
2. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 43
3. Teknik Penyusunan Instrumen ...................................................... 45
G. Validasi Instrumen Penelitian ............................................................. 46
1. Uji Validitas ................................................................................... 46
2. Uji Reliabilitas ............................................................................... 47
H. Analisis Data ....................................................................................... 49
I. Prosedur Penelitian ............................................................................ 49
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ................................................................................... 51
1. Deskripsi Data Keterampilan Proses Sains pada Pelajaran
Biologi ...........................................................................................
51
B. Pengujian Prasyarat Analisis .............................................................. 54
1. Uji Normalitas ............................................................................... 54
2. Uji Homogenitas ........................................................................... 54
C. Pengujian Hipotesis ............................................................................ 55
D. Pembahasan ........................................................................................
1. Pengaruh Pendekatan SAVI melalui model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD terhadap Keterampilan Proses Sains ........
2. Pendekatan SAVI melalui model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD sebagai Temuan Penelitian Baru ........................................
56
56
59
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................. 62
B. Implikasi ............................................................................................. 62
C. Saran ................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 64
LAMPIRAN ................................................................................................. 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Skor Perkembangan Individu ......................................................... 18
Tabel 2.2. Tingkatan Penghargaan Kelompok ............................................... 19
Tabel 2.3. Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ................................ 19
Tabel 2.4. Sintaks Pendekatan SAVI melalui Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD ...................................................................................... 24
Tabel 2.5. Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya ................................ 29
Tabel 3.1. Desain Penelitan posttest only non-equivalent control group design 39
Tabel 3.2. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas
Kemampuan Awal .......................................................................... 41
Tabel 3.3. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Kemampuan Awal ......................................................................... 42
Tabel 3.4. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Kemampuan Awal ............... 42
Tabel 3.5. Pengukuran Keterampilan Proses Sains dan Sumber Data ........... 45
Tabel 3.6. Rangkuman Hasil Uji Validitas Tes KPS Siswa ........................... 47
Tabel 3.8. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Tes KPS Siswa ........................ 48
Tabel 4.1. Deskripsi Hasil KPS pada Kelas Kontrol dan Eksperimen............ 52
Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Keterampilan Proses Sains pada
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ............................. 54
Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas Keterampilan Proses Sains pada
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............................................ 55
Tabel 4.6. Hasil Analisis Pengaruh Pendekatan SAVI melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap KPS .................... 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian ..................................................... 36
Gambar 3.1 Tahap-Tahap penelitian ............................................................. 38
Gambar 3.2 Skema Paradigma Penelitian ...................................................... 40
Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Rata-Rata Nilai KPS
kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ........................ 52
Gambar 4.2 Histogram Rata-Rata Nilai KPS Siswa Setiap Aspek ................ 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Penelitian ……………………………………… 69
1.1 Silabus Kelas Kontrol …………………………………………… 71
1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ……………... 74
1.3 Silabus Kelas Eksperimen ……………………………………….. 89
1.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ………… 92
1.5
1.6
Lembar Kerja Siswa ……………………………….......................
Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa …………………………...
107
110
1.7 Kisi-kisi Soal Tes Uraian Keterampilan Proses Sains…………… 111
1.8 Soal Tes Keterampilan Proses Sains ……………………………. 112
1.9 Rubrik Tes Uraian Keterampilan Proses Sains ………………… 113
1.10 Kisi-kisi Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains ………. 116
1.11 Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains ………………… 117
1.12 Rubrik Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains ………… 118
1.13 Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pendekatan SAVI
melalui model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ...................
120
Lampiran 2. Validitas dan Reliabilitas ……………………………......... 124
2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Tes
Keterampilan Proses Sains ............................................................. 125
2.2 Surat Pernyataan Validasi dari Dosen …………………………… 126
Lampiran 3. Data Induk ………………………………............................ 130
3.1
3.2
3.3
Data Hasil Try Out Siswa kelas 7D.................................................
Nilai Awal Biologi Siswa Kelas Kontrol (7F) ...............................
Nilai Awal Biologi Siswa Kelas Eksperimen (7E) ........................
131
132
133
3.4 Data Hasil Observasi dan Nilai Tes Tertulis
KPS Kelas Eksperimen ………………………………………….. 134
3.5 Data Hasil Observasi dan Nilai Tes Tertulis
KPS Kelas Kontrol ………………………………………………. 135
3.6 Daftar Nama Anggota Kelompok Berikut Penghargaan yang
Diraih Masing-Masing Kelompok .................................................
136
3.7 Rangkuman Hasil Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pendekatan
SAVI melalui model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ...........
137
Lampiran 4. Uji Prasyarat ………………………………………………. 141
4.1 Uji Normalitas Kemampuan Awal
4.2
Kelas Kontrol……………………………………………………..
Uji Normalitas Kemampuan Awal
Kelas Eksperimen ………………………………………………..
142
143
4.3 Uji Homogenitas Kemampuan Awal
Kelas Eksperimen dan Kontrol …………………………………... 144
4.4 Uji t Kemampuan Awal Kelas Eksperimen dan Kontrol ………... 145
4.6 Uji Normalitas Data KPS Kelas Kontrol………………………… 146
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
4.7 Uji Normalitas Data KPS Kelas Eksperimen ……………………. 147
4.8 Uji Homogenitas Data KPS Kelas Eksperimen dan Kontrol …… 148
Lampiran 5. Uji Hipotesis ………………………………………………. 149
5.1 Uji Hipotesis dengan T-Test……………………………………… 150
Lampiran 6. Perijinan ………………………………………....................
6.1 Surat Permohonan Izin Melakukan Observasi …………………...
6.2 Surat Keputusan tentang Izin Penyusunan Skripsi ………………
6.3 Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi ……………………..
6.4 Surat Permohonan Izin Penelitian Kepada Rektor ………………
6.5 Surat Permohonan Izin Penelitian Kepada Sekolah ……………..
151
152
153
154
155
156
6.6 Surat Bukti Telah Melakukan Penelitian ………………………… 157
Lampiran 7. Dokumentasi ……………………………………………….. 158
7.1 Dokumentasi Kelas Eksperimen …………………………………. 159
7.2 Dokumentasi Kelas Kontrol …………...…………………………. 162
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sains merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dan
segala isinya. Biologi merupakan bagian dari sains yang mempelajari tentang
makhluk hidup dan lingkungannya. Biologi sebagai bagian dari sains terdiri dari
aspek produk (kognitif), proses (psikomotor), dan sikap (afektif). Aspek produk
Biologi atau kognitif merupakan ketercapaian belajar siswa dalam pemahaman
dan penguasaan konsep dan materi pembelajaran. Kemampuan kognitif
berorientasi pada kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan intelektual
sederhana sampai kemampuan intelektual tingkat tinggi. Aspek proses atau
psikomotor terlihat dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak
individu. Aunurrahman (2009: 54) mengungkapkan bahwa siswa melalui
keaktifannya akan dapat terus menerus mengembangkan kemampuan dan
keterampilan motoriknya untuk mencapai tingkatan-tingkatan kemampuan dan
keterampilan motorik yang lebih tinggi melalui proses belajar atau latihan yang
dilakukan. Aspek sikap atau afektif dapat dilihat siswa dengan berbagai tingkah
laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar,
menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar serta hubungan sosial siswa.
Senada dengan yang diungkapkan Rustaman, dkk. (2005: 91) bahwa untuk
memahami sains secara utuh, pembelajaran siswa tidak hanya mempelajari aspek
produk (kognitif) saja, tetapi juga harus mempelajari aspek proses
(psikomotorik), dan sikap (afektif).
Berdasarkan hakikat biologi sebagai sains, maka belajar biologi
sesungguhnya tidak hanya sekedar sajian konsep dan informasi, tetapi juga usaha
untuk menumbuhkembangkan keterampilan berpikir, sikap ilmiah, dan
penguasaan keterampilan proses sains. Pembelajaran seperti ini selain
mengajarkan siswa memahami konsep, juga menuntut siswa mampu menjelajahi
dan memahami alam serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang harus dimiliki
oleh siswa untuk menemukan konsep layaknya seorang ilmuan yang menemukan
ilmu. Menurut Rustaman, dkk. (2005: 249-251) keterampilan proses sains
meliputi keterampilan-keterampilan; mengamati (mengobservasi),
mengelompokkan (mengklasifikasikan), menafsirkan (menginterpretasi),
meramalkan (memprediksi), mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis,
merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep,
berkomunikasi, dan melaksanakan percobaan. Menurut Dimyati dan Mudjiono
(2006: 140) keterampilan proses sains dibedakan menjadi keterampilan-
keterampilan dasar (basic skills) meliputi keterampilan: mengobservasi,
mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan
mengkomunikasikan. Keterampilan berikutnya yaitu keterampilan-keterampilan
terintegrasi (integrated skills) yang terdiri dari: mengidentifikasi variabel,
membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan
hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis
penelitian, menyususun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional,
merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen.
Fakta pembelajaran Biologi di lapangan ternyata belum sesuai dengan
karakteristik Biologi sebagai sains. Kebanyakan guru di sekolah hanya
mengedepankan aspek produk dibandingkan aspek proses dan sikap. Keadaan
tersebut menjadikan siswa hanya berorientasi pada pencapaian hasil belajar
kognitif saja, akibatnya siswa kurang terlibat langsung dalam kegiatan diskusi,
presentasi, observasi, dan praktikum. Hal ini juga menyebabkan terjadinya miss
persepsi bahwa biologi adalah mata pelajaran hafalan.
Widyaningrum (2009), Prayitno (2011), Winarko (2011), dan Agustin
(2011) mengungkapkan pembelajaran biologi saat ini kurang mengembangkan
proses sains dan cenderung bersifat teoritis. Guru sebagai pusat pentransfer ilmu
pengetahuan kepada siswa. Siswa jarang diberi kesempatan untuk menemukan
konsep dan fakta melalui pecobaan atau eksperimen di laboratorium. Akibatnya,
siswa bersifat pasif dan tidak memiliki pengalaman untuk menemukan sendiri
konsep secara utuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Permasalahan keterampilan proses sains tidak hanya menjadi
permasalahan regional saja, tetapi juga menjadi permasalahan secara global.
Akinbobola dan Afolabi (2010) mengeluhkan keterampilan proses sains siswa
yang masih kurang diberdayakan dalam proses pembelajaran di Nigeria.
Penelitiannya mengujicobakan 15 keterampilan proses sains pada siswa, hasilnya
hanya 5 keterampilan proses sains yang teridentifikasi. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan tingkat persentase yang tinggi untuk keterampilan dasar
dibandingkan dengan keterampilan proses sains terintegrasi. Keresahan tersebut
diperkuat oleh Mei (2007) mengungkapkan bahwa dari berbagai keterampilan
proses sains yang ada, ternyata belum diterapkan dalam pembelajaran. Siswa
belum dapat mengaplikasikan konsep, attitude, dan psikomotor mereka dalam
kegiatan belajar di sekolah.
Permasalahan keterampilan proses sains juga ditemukan di SMPN 14
Surakarta. Keterampilan proses sains siswa di sekolah tersebut belum terlatihkan
dalam pembelajaran. Pembelajaran biologi di sekolah tersebut hanya terorientasi
aspek produk saja tanpa memperhatikan potensi keterampilan-keterampilan dan
sikap-sikap ilmiah yang dimiliki para peserta didiknya. Guru belum memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertindak, berkreasi, dan berpikir kritis sesuai
dengan perkembangannya. Kegiatan pembelajaran di kelas didominasi oleh
ceramah guru dengan bantuan power point dan mencatat hal-hal yang sebenarnya
sudah ada di dalam buku teks.
Guru tersebut belum menerapkan pendekatan pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswanya saat proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran
konvensional yang diterapkan guru dengan metode ceramah tidak mampu
memfasilitasi siswa untuk aktif belajar dan mengembangkan keterampilan proses
sainsnya. Diperlukan suatu inovasi baru dalam pembelajaran untuk mengatasi
permasalahan tersebut, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga
siswa terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran seperti diskusi, praktikum,
maupun presentasi. Siswa akan otomatis aktif menggerakkan tubuhnya (hands
on) dan juga memanfaatkan kemampuan intelektualnya (minds on) sehingga
konsep yang didapat dari pengalaman belajar mereka sendiri akan lebih melekat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dalam ingatan jangka panjang siswa. Pendekatan pembelajaran yang sesuai
dengan prinsip di atas adalah pendekatan SAVI.
Pendekatan SAVI adalah pendekatan berbasis kontruktivis yang
menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki
siswa. Istilah SAVI adalah kependekan dari, Somatic artinya gerakan tubuh
(aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory
bermakna belajar melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi,
argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi; Visualization berarti
belajar menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar,
mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan
Intellectualy bermakna belajar menggunakan kemampuan berpikir, menggunakan
konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki,
mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah,
dan menerapkan (Suhermawan, 2008). Unsur-unsur SAVI di atas sangat berpotensi
untuk melatihkan keterampilan proses sains karena di dalam pembelajaran SAVI
tidak hanya menggunakan kemampuan berpikir (minds-on), tetapi juga
memanfaatkan gerak tubuh (hands-on). Pendekatan SAVI juga berpotensi
mengatasi keragaman tipe belajar siswa yang ada di kelas. Masing-masing peserta
didik dalam suatu kelas pada dasarnya memiliki kecenderungan gaya belajar
berbeda-beda dalam memahami materi pelajaran. Melalui pendekatan SAVI siswa
dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa dengan gaya belajar
mereka seperti somatic, auditory, visual, dan intelektual.
Hakikat pembelajaran Biologi belum terpenuhi jika keterampilan sosial
siswa belum dimunculkan. Penerapan pembelajaran SAVI masih bersifat personal.
Masih ada unsur kompetisi dari tiap individu. Mengatasi hal tersebut, dalam
penelitian ini penulis memadukannya dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD yang dipastikan mampu melatihkan keterampilan sosial siswa.
Pembelajaran STAD berpotensi mendorong proses scaffolding, yaitu terjadinya
peer tutorial antara siswa yang berkemampuan akademik atas, tengah, dan bawah
untuk menyelesaikan masalah. Menurut Slavin (2008: 143), tipe pembelajaran
kooperatif STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu: presentasi kelas, tim,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim yang terbentuk dalam
kelompok-kelompok heterogen (baik dari segi akademik, jenis kelamin, ras, suku,
agama, dan lain-lain.
Melalui pendekatan SAVI yang unggul dalam keterampilan intelektual
dan manual, jika dipadukan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
memiliki kelebihan pada keterampilan sosialnya, diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan proses sains siswa. Sesungguhnya keterampilan proses menurut
Rustaman, dkk. (2005: 76) melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau
intelektual, manual, dan sosial.
Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Pendekatan SAVI melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa
Kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut. “Apakah pendekatan SAVI melalui
pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap keterampilan proses
sains pada siswa kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh pendekatan SAVI melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap
keterampilan proses sains siswa kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak berikut.
1. Bagi Siswa
a. Mengaktifkan keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran
biologi.
b. Memberikan suasana belajar yang lebih variatif dan menarik dari
biasanya sehingga siswa dapat menyerap pembelajaran lebih cepat
dengan suasana yang menyenangkan.
c. Mengaktifkan sikap ilmiah siswa sebagai kelanjutan dari pengembangan
keterampilan proses sains siswa
2. Bagi Guru
a. Memberikan alternatif strategi pembelajaran dalam melakukan kegiatan
belajar mengajar yang aktif dan efektif sesuai dengan kondisi siswanya.
b. Menambah kreativitas guru dalam memilih dan menggunakan model
pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan
mengembangkan metode pembelajaran yang yang berbasis keterampilan
proses sains.
3. Bagi Sekolah
a. Memberikan masukan atau saran dalam upaya mengembangkan suatu
proses pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan proses
sains siswa
b. Memberi sumbangan bagi sekolah dalam rangka mengoptimalkan
potensi siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran Biologi
sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas sekolah itu
sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Pendekatan SAVI
a. Pengertian Pendekatan SAVI
Pendekatan diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum yang di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach) (Sugiharto,
Maridi & Prayitno, 2011).
Sekarang ini seharusnya kegiatan pembelajaran di kelas bersifat student
centered. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator saja. Menciptakan
pembelajaran dengan suasana tersebut memang bukan hal yang mudah. Guru
harus pandai-pandai memilih suatu pendekatan yang dapat mengaktifkan berbagai
keterampilan siswa dalam menunjang kelancaran dalam pembelajaran.
Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan meminta anak berdiri dan
bergerak. Diperlukan suatu penggabungan antara gerak fisik dengan aktivitas
intelektual dan penggunaan semua indra yang akan berpengaruh besar terhadap
pembelajaran. Pendekatan yang menerapkan cara ini dinamakan dengan
pendekatan SAVI.
Pendekatan ini sebelumnya telah dikuatkan oleh De Porter dan Hernacki
(2011: 110) yang mengemukakan tiga modalitas belajar yang dimiliki seseorang.
Ketiga modalitas tersebut adalah modalitas visual, modalitas auditorial, dan
modalitas kinestetik (somatis). Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka
lihat, pelajar auditorial melakukan melalui apa yang mereka dengar, dan pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan. Beberapa ciri yang mencerminkan
gaya belajar tersebut adalah:
(1) belajar visual: senang menggambar diagram, gambar, dan grafik, serta
menonton film. Mereka juga suka membaca kata tertulis, buku, poster
berslogan, bahan belajar berupa teks tertulis yang jelas,
(2) belajar auditori: mendengar informasi baru melalui penjelasan lisan, komentar
dan kaset. Mereka senang membaca teks kunci dan merekamnya di kaset,
(3) belajar kinestetik (somatis): senang pembelajaran praktik supaya bisa langsung
mencoba sendiri. Mereka suka berbuat saat belajar, misalnya: menggaris
bawahi,mencorat-coret, menggambarkan.
Meier (2000: 42) kemudian menambahkan satu lagi, gaya belajar
intelektual. Gaya belajar intelektual bercirikan sebagai pemikir. Pembelajar
menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan
hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. “Intelektual”
adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan
membangun makna. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah
pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan
pemahaman menjadi kearifan.
Secara keseluruhan, unsur-unsur yang dimiliki SAVI, yaitu: (1) somatis:
belajar dengan bergerak dan berbuat, (2) auditori: belajar dengan berbicara dan
mendengar, (3) visual: belajar dengan mengamati dan menggambarkan, dan (4)
intelektual: belajar dengan memecahkan masalah dan merenung .
Berikut ini penjelasan setiap cara belajar yang tergabung dalam akronim SAVI.
(1) Cara Belajar Somatis
Somatis berasal dari bahasa Yunani “soma” yang berarti “tubuh” (seperti
dalam psikosomatis). Jadi, cara belajar somatis berarti belajar dengan indera
peraba, kinetis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan
tubuh sewaktu belajar (Meier, 2000: 43).
(2) Cara Belajar Auditori
Telinga kita terus-menerus menangkap dan menyimpan informasi dari apa
yang kita dengar, bahkan tanpa kita sadari. Bangsa Yunani kuno mendorong orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
belajar dengan suara lantang lewat dialog. Filosofi mereka adalah jika kita mau
belajar lebih banyak tentang apa saja, bicarakanlah tanpa henti.
Berikut ini adalah daftar singkat gagasan-gagasan awal untuk
meningkatkan penggunaan sarana auditori dalam belajar yang dikemukakan oleh
Meier (2002: 96).
(a) Ajaklah pembelajar membaca keras-keras dari buku panduan dan
berkomunikasi.
(b) Ceritakanlah kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran yang
terkandung di dalam buku yang dibaca mereka.
(c) Mintalah pembelajar mempraktekkan suatu keterampilan atau memperagakan
sesuatu sambil mengucapkan secara sangat terperinci apa yang sedang mereka
kerjakan.
(3) Cara Belajar Visual
Unsur atau cara ketiga dalam pembelajaran SAVI adalah cara belajar
visual. Dalam cara belajar visual siswa/pembelajar melakukan kegiatan
mengamati dan menggambarkan. Misalnya mengamati situasi dunia nyata,
menggambarkan proses, prinsip, atau makna yang dicontohkan.
Menurut Meier, setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih mudah
belajar jika dapat “melihat” apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah,
atau sebuah buku atau program komputer. Pembelajar visual belajar paling baik
jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon,
gambar, dan gambaran dari segala macam hal ketika mereka sedang belajar
(Meier, 2000: 48).
(4) Cara Belajar Intelektual
Maksud dari intelektual bukanlah pendekatan belajar yang tanpa emosi,
tidak berhubungan, rasionalistis, akademis, dan terkotak-kotak. Intelektual
menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara
internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu
pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari
pengalaman tersebut. Intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta,
memecahkan masalah dan membangun makna. Intelektual adalah pencipta makna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan
pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar. Intelektual
menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif pikiran untuk
mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman,
dan menjadi kearifan.
Aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan untuk melatih aspek intelektual,
seperti: memecahkan masalah, menganalisis pengalaman, melahirkan gagasan
kreatif, mencari dan menjaring informasi, merumuskan pertanyaan, menciptakan
model mental, menerapkan gagasan baru pada pekerjaan menciptakan makna
pribadi, dan meramalkan implikasi suatu gagasan.
Belajar bisa optimal jika keempat cara belajar SAVI itu ada dalam suatu
peristiwa pembelajaran. Misalnya, orang dapat belajar sedikit dengan
menyaksikan presentasi (V), tetapi mereka dapat belajar jauh lebih banyak jika
mereka dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (S),
membicarakan apa yang sedang mereka pelajari (A), dan memikirkan cara
menerapkan informasi dalam presentasi tersebut pada pekerjaan mereka (I).
Mereka juga dapat meningkatkan kemampuan mereka memecahkan masalah (I)
jika mereka secara simultan menggerakkan sesuatu (S) untuk menghasilkan
piktogram atau pajangan tiga dimensi (V) sambil membicarakan apa yang sedang
mereka kerjakan (A) (Meier, 2000: 49-50).
Suswandi (2010: 35) menambahkan, bahwa pembelajaran dapat
meningkatkan kemampuan mereka memecahkan masalah (intelectually) jika
mereka secara simultan menggerakkan sesuatu (somatic) untuk menghasilkan
pictogram atau pajangan tiga dimensi (visual) sambil membicarakan apa yang
sedang mereka kerjakan (auditory). Menggabungkan keempat modalitas belajar
dalam satu peristiwa pembelajaran adalah inti dari pembelajaran multi indrawi.
Istilah pendekatan SAVI juga diungkapkan oleh Suhermawan (2008)
adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan
semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari:
somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar
dengan mengalami dan melakukan; auditory yang bermakna bahwa belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi,
argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menaggapi; visualization yang
bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati,
menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat
peraga; dan intellectualy yang bermakna bahawa belajar haruslah menggunakan
kemampuan berpikir (minds-on), belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan
berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi,
menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
Pendekatan SAVI merupakan hasil pemikiran Meier yang menitik
beratkan pembelajaran pada keterlibatan siswa secara utuh dalam proses
pembelajaran. Bisa dikatakan bahwa siswa tidak hanya hadir saja, namun siswa
hendaknya turut berperan aktif menggunakan setiap modalitas yang dimilikinya
yang meliputi modalitas somatik, auditori, visual, dan intelektual guna
mengkontruksi pemahaman mereka terhadap materi pembelajaran yang
dipelajarinya.
Meier (2000) juga mengemukakan prinsip-prinsip pokok belajar yang
meliputi:
(1) belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran,
(2) belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi,
(3) kerja sama membantu proses belajar,
(4) pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan,
(5) belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri,
(6) emosi positif sangat membantu pembelajaran,
(7) otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
Berdasarkan prinsip-prinsip belajar di atas, dapat dikatakan bahwa belajar
merupakan kegiatan yang menekankan pada penyatuan aktivitas fisik dan pikiran,
penggunaan indera, kreativitas, dan kemandirian. Prinsip pokok belajar tersebut
juga menekankan adanya kerja sama dalam belajar sehingga pembelajaran
kooperatif yang ditekankan dan bukan pembelajaran individual. Teori belajar aktif
Meier menekankan pada keterlibatan siswa sepenuhnya dalam pembelajaran.
Teori ini juga memandang bahwa gerakan fisik dapat meningkatkan proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
mental. Teori tersebut berdasarkan atas letak otak manusia yang mengatur gerakan
tubuh (korteks motor) terletak di sebelah otak yang berfungsi untuk berpikir.
Bagian manusia yang berfungsi mengatur gerakan tubuh (korteks motor) terletak
di bagian otak. Bagian ini berfungsi berpikir dan memecahkan masalah. Artinya,
menghalangi gerakan tubuh berarti menghalangi pikiran untuk berfungsi secara
maksimal. Melibatkan tubuh dalam belajar cenderung mengembangkan
kecerdasan terpadu manusia sepenuhnya. Belajar akan terhambat jika tubuh dan
pikiran terpisah dan sebaliknya, belajar akan meningkat jika tubuh dan pikiran
menyatu. Istilah lainnya, aktivitas fisik dan pikiran merupakan dua esensi yang
harus ada dalam belajar. Dapat disimpulkan, teori belajar aktif Meier merupakan
teori belajar yang menekankan adanya penyatuan aktivitas fisik dan pikiran dalam
belajar.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa pembelajaran
dengan pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang bersifat alami dan
menyeluruh. Bersifat alami karena pembelajaran tersebut berbasis pada cara
bagaimana seseorang belajar secara alamiah seperti berbicara, mendengar,
mengamati, berbuat, dan merenung. Bersifat menyeluruh karena melibatkan aspek
fisik, intelektual, dan semua indera secara terpadu dan simultan. Berdasarkan
pemikiran Meier tersebut, Irawati (2009: 4) menyatakan belajar adalah sarana
untuk mengkombinasikan antara gerakan fisik serta intelektual guna mencapai
suatu hasil pembelajaran yang optimal.
b. Tahapan Pendekatan SAVI
Pendekatan SAVI tidak memiliki tahapan atau sintaks khusus dalam
pembelajarannya. Prosesnya meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup
seperti halnya pembelajaran pada umumnya. Bedanya, dalam kegiatan
pembelajaran tersebut dimunculkan unsur-unsur yang dimiliki SAVI. Milawati
(2011: 73) menamakan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup pada pendekatan
SAVI ini sebagai tahap persiapan, penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil,
seperti dijelaskan sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
1) Persiapan (pendahuluan)
Tahap persiapan ini bertujuan untuk menimbulkan minat para
pembelajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang
akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.
2) Penyampaian (inti)
Tahap penyampaian ini bertujuan untuk membantu pembelajar
menemukan materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenangkan,
relevan, melibatkan indera, dan cocok untuk semua gaya belajar.
3) Pelatihan (inti)
Tahap pelatihan ini bertujuan untuk membantu pembelajar
mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan
berbagai cara.
4) Penampilan hasil (penutup)
Tahap penampilan hasil ini bertujuan untuk membantu pembelajar
menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka.
c. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan SAVI
Pendekatan SAVI ini memiliki unsur-unsur somatis, auditori, visual, dan
juga intelektual. Keempat unsur tersebut sudah menggabungkan antara gerak fisik
dan kemampuan berpikir intelektual. Diharapkan dengan ciri khas yang yang
dimunculkan dari pendekatan ini dapat mengatasi tipe belajar siswa yang beragam
dalam satu kelas. Artinya dengan pendekatan SAVI, siswa yang tipe belajarnya
cenderung somatis, auditori, maupun visual dapat sama-sama menyerap
pengetahuan atau materi yang disampaikan oleh guru. Di samping itu, pendekatan
SAVI juga menekankan pada intelektual yang mendorong siswa untuk berpikir
kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah (Hannah & Syaichudin, 2010).
Meskipun pendekatan SAVI dapat mengatasi keberagaman gaya belajar
siwa dalam satu kelas, namun penerapan pembelajarannya masih menekankan
secara personal, tidak ada ada kerja kelompok, masih ada unsur kompetisi atau
persaingan antar individu sehingga kurang mengembangkan keterampilan
sosialnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
d. Potensi Pendekatan SAVI dalam Memberdayakan Keterampilan Proses
Sains
Pendekatan SAVI memiliki unsur-unsur: (1) somatis: belajar dengan
bergerak dan berbuat, (2) auditori: belajar dengan berbicara dan mendengar, (3)
visual: belajar dengan mengamati dan menggambarkan, dan (4) intelektual:
belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Belajar dengan bergerak dan
berbuat dapat mengembangkan keterampilan proses dalam mengukur dan
melakukan eksprimen. Belajar dengan berbicara dan mendengar dapat
memberdayakan keterampilan proses berkomunikasi. Belajar dengan mengamati
dan menggambarkan berarti dapat menerapkan keterampilan proses mengamati
(observasi) dan menggambarkan grafik, tabel maupun hubungan antar ruang.
Siswa juga dapat mengembangkan keterampilan proses mengklasifikasikan,
mengukur, memprediksi, menyimpulkan, mengontrol variabel, mengumpulkan
dan mengolah data, menganalisis, menyususn hipotesis, maupun merancang
penelitian apabila belajar dengan intelektual. Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat dikatakan bahwa unsur-unsur yang dimiliki SAVI sesungguhnya sangat
berpotensi untuk memberdayakan hampir seluruh keterampilan proses sains.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyaningrum (2009),
menunjukkan bahwa keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa selama
penerapan pembelajaran dengan pendekatan SAVI pada siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan pada semua aktivitas keterampilan proses sains dan aspek
hasil belajar kognitif serta afektif, baik pada level individu maupun level kelas.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Guru sebagai seorang pendidik dituntut untuk memiliki kemampuan
memilih dan menggunakan model mengajar yang tepat serta sesuai dengan pokok
bahasan tertentu dan tingkat perkembangan intelektual siswanya. Salah satu
model yang bisa diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif, yaitu model
pembelajaran kelompok atau diskusi yang menghendaki adanya kerjasama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
diantara anggota kelompok dalam mempelajari materi yang diberikan oleh guru.
Menurut Trianto (2007: 43-44) di dalam kelas kooperatif, siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil dalam mempelajari materi yang sedang dipelajari.
Pembagian kelompok tersebut dibuat heterogen, baik dalam hal prestasi belajar
maupun jenis kelamin. Hal ini dapat memotivasi siswa untuk berinteraksi,
berdiskusi, berargumentasi, dan saling membantu satu sama lain. Sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Slavin (2008: 4) dalam pembelajaran kooperatif
siswa akan saling membantu satu sama lainnya dalam kelompok-kelompok kecil
untuk mempelajari materi pelajaran. Shafiuddin (2010: 589-590) mengartikan
cooperative learning sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja
atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat
dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Pembelajaran kooperatif secara umum mempunyai karakeristik yang
membedakan dengan pembelajaran yang lainnya. Menurut Doymus (2009: 34)
karakteristik tersebut adalah: (a) siswa belajar dalam kelompok untuk mencapai
tujuan bersama, (b) setiap kelompok anggotanya berbeda-beda menurut tingkat
kemampuan, jenis kelamin dan asal suku, (c) guru melakukan pemantauan dan
memberikan bantuan jika terjadi masalah dalam kerjasama antar anggota
kelompok, (d) adanya saling interaksi positif, saling membantu dan saling
memberikan motivasi antar anggota kelompok, (e) adanya penghargaan
kelompok.
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dijelaskan di atas adalah
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah salah satu model pembelajaran yang dikemukakan oleh Slavin. Model
pembelajaran ini merupakan teori belajar konstruktivisme yang berdasarkan pada
teori belajar kognitif. Model pembelajaran ini guru hanya berperan sebagai
fasilitator belajar dan bertugas menciptakan situasi belajar yang kondusif bagi
siswa, sedangkan siswa bekerja sama dalam kelompoknya dalam memecahkan
masalah-masalah belajar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD juga mengacu
kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada
siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Pembelajaran ini
menekankan proses scaffolding pada kelompok belajar heterogen yang di
dalamnya terjadi peer tutorial antara siswa yang berkemampuan akademik atas,
tengah, dan bawah untuk menyelesaikan masalah, sehingga dipastikan selain
siswa dapat mengembangkan keterampilan sosial juga dapat mengembangkan
keterampilan intelektualnya (Slavin, 2008: 12). Anggota tim memahami bahan
pelajaran melalui tutorial, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Kegiatan
kerja sama dalam kelompok membuat siswa akan melewati Zone of Proximal
Development, yaitu masa dimana siswa lebih optimal dalam menerima informasi
ketika berada dalam kerja kelompok (Bodrova & Leong, 2008). Secara individual
siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan.
Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi
berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu.
Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain,
diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor
perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis
itu.
b. Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Metode pembelajaran STAD terdiri atas lima komponen utama. Menurut
Slavin (2008: 143-146), komponen tersebut adalah sebagai berikut.
1) Presentasi Kelas
Presentasi kelas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru di dalam
kelas. Kegiatan ini berupa penyampaian informasi, pengetahuan atau hal-hal lain
yang berkenaan dengan materi yang akan disampaikan kepada siswa. Informasi
yang disampaikan dapat berupa visual maupun audio visual (Van Wyk, 2010: 84).
Pada tahap penyampaian materi pembelajaran ini, materi pelajaran
dilakukan melalui pengajaran secara langsung dengan langkah sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
(a) Pendahuluan
Dalam pendahuluan guru menekankan pada apa yang akan dipelajari
siswa dan mengapa itu penting. Hal ini dilaksanakan untuk memotivasi siswa
dalam mempelajari konsep yang diajarkan, sehingga siswa akan memperhatikan
penjelasan yang diberikan oleh guru.
(b) Pengembangan
Pada tahap pengembangan, hal-hal yang harus dilakukan guru yaitu
menentukan tujuan-tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, mengontrol
pemahaman peserta didik sesering mungkin dan memberi penjelasan mengapa
jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah. Jika peserta didik telah menguasai
pokok masalah yang dipelajari, maka dapat dilanjutkan dengan mempelajari
konsep materi yang lain.
(c) Praktek terkendali
Dalam langkah praktek terkendali, hal-hal yang dilakukan oleh guru
yaitu menyuruh siswa mengerjakan soal atau pertanyaan yang diberikan. Apabila
siswa telah selesai mengerjakan soal tersebut, guru memanggil siswa secara
random untuk menyelesaikan soal. Jika semua soal sudah terjawab, kegiatan
dilanjutkan dengan pemberian tugas kelas.
2) Tim / kerja kelompok
Dalam kegiatan kelompok, siswa ditempatkan dalam kelompok-
kelompok yang masing-masing beranggotakan empat atau lima orang yang
berbeda-beda menurut tingkat kemampuan, jenis kelamin atau ras (suku). Siswa
bekerja dengan kelompok mereka dengan dipandu oleh Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) atau tugas yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini jawaban tugas atau
lembar kegiatan siswa didiskusikan oleh siswa bersama anggota kelompoknya.
Bila ada siswa yang merasa kesulitan maka siswa yang mampu harus membantu
kesulitan teman sekelompoknya. Jika kelompok tidak dapat mengatasi, maka
perlu meminta bantuan guru. Guru harus selalu mengawasi para siswa saat
kegiatan kelompok ini berlangsung, sehingga guru dapat mengetahui dan
membantu siswa yang kesulitan dalam kelompok belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
3) Pelaksanaan kuis / tes individual
Pelaksanaan kuis individual berlangsung kira-kira setelah satu atau dua
periode penyampaian materi oleh guru dan setelah satu atau dua periode kerja
kelompok. Selama kuis berlangsung setiap siswa harus mengerjakan sendiri dan
tidak boleh bekerja sama dengan siswa lain meskipun dengan teman kelompoknya
sendiri. Berdasarkan hal tersebut, siswa bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri mengenai pemahaman materi pelajaran yang diterima. Hasil pekerjaan
kuis diberi skor dengan cara dicocokkan bersama-sama atau dikumpulkan untuk
dikoreksi oleh guru.
4) Skor kemajuan individual
Komponen berikutnya adalah skor kemajuan individual. Tujuan utama
dengan adanya nilai kemajuan individu ini adalah untuk memberikan hasil akhir
yang maksimal pada setiap peserta didik. Hal ini akan dapat diperoleh jika peserta
didik bekerja lebih keras dalam melaksanakan kuis. Nilai perkembangan individu
didasarkan pada nilai awal pokok bahasan atau materi sebelumnya. Besarnya nilai
perkembangan individu dapat dihitung dengan ketentuan seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Skor Perkembangan Individu Nilai Kuis Nilai Perkembangan
- Lebih dari 10 poin di bawah nilai awal 5
- Turun dari 1 sampai 10 poin dibawah nilai awal 10
- Sama dengan nilai awal sampai dengan 10 poin di
atas nilai awal
20
- Lebih dari 10 poin di atas nilai awal 30
- Betul semua (nilai sempurna) 30
(Sumber: Slavin, 2008:159)
5) Rekognisi tim/ penghargaan kelompok
Komponen terakhir dalam model STAD adalah penghargaan kelompok.
Penghargaan kelompok ditentukan berdasarkan nilai rata-rata kelompok yang
diperoleh dengan cara menghitung nilai perkembangan dari setiap anggota
kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok tersebut. Berdasarkan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
perkembangan yang diperoleh kelompok, terdapat tiga tingkat penghargaan yang
diberikan untuk prestasi kelompok. Tingkatan penghargaan kelompok yang
diberikan dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Tingkatan Penghargaan Kelompok
Tingkatan/kriteria Penghargaan Perolehan poin rata-rata
kelompok
- Super Team (Tim Istimewa), ≥ 25
- Great Team (Tim Hebat) 20-25
- Good Team (Tim Baik) 15-20
(Sumber: Slavin, 2008:160)
.
Untuk tahapan pembelajaran kooperatif STAD dapat dilihat pada Tabel 2.3
Tabel 2.3 Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
Tahap Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Tahap I
Presentasi kelas
Guru
menyampaikan
informasi,
pengetahuan atau
hal-hal lain yang
berkenaan dengan
materi
Siswa mendengarkan
apa yang disampaikan
guru
Tahap II
Tim / kerja kelompok
Guru membentuk
kelompok secara
heterogen dengan
anggota 4-5 orang
tiap kelompok
Guru memberikan
Lembar Kegiatan
Siswa (LKS) atau
tugas pada masing-
masing kelompok
Siswa menempatkan
diri sesuai kelompok
yang telah dibagi
Siswa mengerjakan
LKS atau tugas yang
diberikan guru dengan
saling bekerja sama
atau berdiskusi
Tahap III
Kuis / tes individu
Guru memberikan
tes pada siswa
secara individual
Siswa menjawab tes
individual tanpa
adanya kerja sama
dengan temannya
Tahap IV
Skor kemajuan individual
Guru menghitung
skor awal dan skor
akir yang diperoleh
siswa, sehingga
diketahui besar nya
Siswa menunggu hasil
penghitungan yang
dilakukan oleh guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Tahap Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
perkembangan
siswa
Tahap V
Rekognisi tim / pemberian
penghargaan
Guru memberikan
penghargaan
kelompok sesuai
perolehan skor yang
didapatkan
Kelompok siswa
mendapatkan
penghargaan sesuai
skor yang mereka
peroleh
(Slavin, 2008)
c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Menurut Lie (2009: 2) pembelajaran kooperatif STAD memiliki
kelebihan-kelebihan diantaranya: para siswa dapat meningkatkan keterampilan
sosial mereka, para siswa memperoleh lebih kesempatan untuk menghargai
perbedaan, instruksi individual lebih, meningkatkan keikutsertaan siswa,
kecemasan dapat berkurang, memotivasi dan dapat meningkatkan sikap ke arah
hal yang positif, mengagumi diri sendiri dan dapat meningkatkan percaya diri,
meningkatkan prestasi akademik.
Model STAD juga memiliki kelemahan-kelemahan (Ruhadi, 2008: 49-
50), yaitu: apabila ada siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya
maka siswa tersebut kurang bisa bekerjasama dalam memahami materi, ada siswa
yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam kelompok belajar,
apabila ada anggota kelompok yang malas, maka usaha kelompok dalam
memahami materi maupun untuk memperoleh penghargaan kelompok tidak
berjalan sebagaimana mestinya, belum mengembangkan berbagai tipe belajar
yang dimiliki siswa (baru auditori dan intelektual) saja.
Jadi, model pembelajaran kooperatif STAD merupakan model
pembelajaran yang menekankan pada kegiatan belajar siswa secara bersama
dalam suatu kelompok untuk saling membantu satu sama lain, sehingga terjadi
interaksi antar siswa dalam kelompoknya untuk memecahkan masalah belajar.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD bertujuan agar siswa lebih
termotivasi dalam belajar dan meningkatkan interaksi sosial siswa dalam
kelompok belajarnya.
Lanjutan Tabel 2.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
d. Potensi Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam Memberdayakan
Keterampilan Proses Sains
Strategi STAD sebagai salah satu strategi cooperative learning dan
berorientasi konstruktivistik memiliki sintaks yang menekankan aktivitas belajar
pada siswa (student centered). Selain itu, strategi STAD merupakan tipe
cooperative learning yang paling sederhana dan sangat membantu bagi guru yang
belum terbiasa mengaplikasikan pembelajaran kelompok. Hal ini sangat
membantu guru menuju pergeseran filosofi dari behavioristik menjadi
konstruktivistik. Strategi STAD, dalam aplikasi sintaksnya memiliki komponen
presentasi kelas, tim/kerja kelompok, kuis/tes individu, skor kemajuan individual,
dan rekognisi tim/ penghargaan kelompok (Slavin, 2008: 143-146). Penelitian-
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dengan strategi STAD membantu
siswa meningkatkan prestasi belajar, minat, aktivitas belajar, motivasi dan
kerjasama anggota dalam kelompok, memudahkan pemecahan masalah baik
dalam pembelajaran sains maupun pembelajaran sosial. Dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional dan beberapa strategi lainnya, STAD memberikan
pengaruh yang lebih baik. Kerja kelompok dalam sintaks STAD dapat
dikembangkan untuk memberdayakan keterampilan proses sains siswa
(Muhfahroyin, 2010).
Ketika siswa bekerja dengan kelompok, mereka dipandu dengan Lembar
Kegiatan Siswa (LKS) atau tugas yang diberikan guru. Masing-masing anggota
kelompok di dalam diskusi ini tentunya saling berkomunikasi mengeluarkan buah
pikiran maupun pendapat mereka untuk menyelesaikan tugas atau LKS yang
mereka dapatkan. Slavin (2008: 12) mengungkapkan gagasan utama dari STAD
adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu
satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Kegiatan
yang dilakukan saat kerja kelompok ini berarti telah mengembangkan
keterampilan siswa dalam berkomunikasi yang merupakan salah satu
keterampilan dasar (basic skill) dalam keterampilan proses sains.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Komunikasi yang dilakukan saat kerja kelompok ini yaitu terjadinya
proses scaffolding (tutorial teman sebaya) karena kolompok-kelompok dalam
STAD dibentuk secara heterogen baik berdasarkan tingkat kemampuan akademik
(atas, sedang, bawah), jenis kelamin dan juga berdasarkan latar belakang etnik
(ras atau suku) yang berbeda pula. Keterampilan poses sains yang ditunjukkan
dari STAD ini memang masih kurang, karena penulis disini menjadikan model
pembelajaran ini untuk melengkapi keterampilan sosial yang belum ada pada
pendekatan SAVI tapi sebenarnya sudah berpotensi dapat melatihkan KPS.
3. Pendekatan SAVI melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a. Pengertian Pendekatan SAVI melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD
Diperlukan strategi pembelajaran yang jitu oleh guru untuk menarik
perhatian siswa dan membuat siswa menyenangi pelajaran Biologi. Guru yang
kreatif berusaha untuk memilih strategi yang serasi dan sedapat mungkin diselingi
yang baru sehingga murid merasakan adanya kesegaran ketika menerima
pelajaran di dalam kelas, terhindar dari rasa bosan, mengantuk, pelajaran akan
dirasakan tidak sulit serta menjadi disenangi karena adanya harmonisasi di dalam
pemakaian metode.
Menciptakan suatu inovasi baru dalam pembelajaran memanglah bukan
hal yang mudah. Menggerakkan siswa yang terbiasa dengan pembelajaran yang
monoton mendengarkan ceramah guru menjadi suatu pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswanya membutuhkan suatu proses. Diperlukan suatu pendekatan
yang mampu menggerakkan aktivitas fisik (tubuh) tanpa melupakan kerja otak
siswa. Bukan itu saja, karakter dan keterampilan sosial siswa juga perlu
diperhatikan. Hal tersebut dapat ditunjukkan dalam suatu pembelajaran kelompok.
Suatu pendekatan yang memenuhi kriteria tersebut adalah pendekatan SAVI
melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Berangkat dari pendekatan SAVI yang merupakan pembelajaran yang
menitikberatkan pada keterlibatan siswa secara utuh dalam proses pembelajaran.
Siswa sudah seharusnya berperan aktif menggunakan setiap modalitas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dimilikinya yang meliputi modalitas somatik, auditori, visual, dan intelektual
guna mengkonstruksi pemahaman mereka terhadap materi pembelajaran yang
dipelajarinya (Irawati, 2009: 4). Perlu diketahui, kondisi siswa di suatu kelas
adalah bervariasi karena cara belajar satu individu dengan individu lain berbeda.
Beberapa siswa cenderung menggunakan aspek visual mereka dalam belajar,
sebagian lagi siswa cenderung menggunakan aspek auditori dan ada pula siswa
yang belajar secara somatis saja (Kusuma, Wijayanti, & Wibowo, 2008: 217).
Bisa dikatakan pembelajaran ini menjadi sarana untuk mengkombinasikan antara
gerakan fisik serta intelektual guna mencapai suatu hasil pembelajaran yang
optimal dari masing-masing siswa (Irawati, 2009: 4).
Keunggulan dari unsur-unsur SAVI yang pelaksanaannya sudah
mengakomodasikan antara gerak tubuh (hands on, aktivitas tubuh) dan aktivitas
otak (minds on) bisa dipastikan dapat menerapkan keterampilan-keterampilan,
proses sains siswa. Jika pendekatan SAVI ini ditambahkan keunggulan dari
pembelajaran kooperatif STAD yang mengutamakan sistem pembelajaran
kelompok, maka siswa dapat menggali karakter ilmiah dan keterampilan
sosialnya. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini sengaja dipilih karena
tahap-tahapnya masih sederhana, sesuai bagi guru pemula atau yang ingin belajar
menciptakan suatu kondisi pembelajaran yang menarik. Pembelajaran yang
menerapkan sistim kerja kelompok ini diharapkan siswa dapat saling
mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka
kuasai saat itu serta menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Kegiatan pembelajaran yang seperti ini sudah tidak menggantungkan gurunya
sebagai pusat pentransfer ilmu.
Bisa disimpulkan, yang dimaksud pendekatan SAVI melalui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu bentuk inovasi model
pembelajaran yang menggunakan unsur-unsur SAVI yaitu somatic, auditory,
visual, dan intelektual dengan mengaktifkan gerak fisik dan aktivitas
intelektualnya dalam bentuk kerja sama pada suatu kelompok dengan langkah-
langkah pembelajaran yang sudah ditetapkan pada pembelajaran STAD sehingga
siswa dapat mengembangkan keterampilan proses sainsnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Tahapan Pendekatan SAVI dengan Pembelajaran STAD
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
SAVI saling melengkapi, karena SAVI memang tidak ada sintaks khusus.
Tepatnya, strategi yang digunakan ini menggunakan sintaks STAD dengan
memunculkan unsur-unsur yang ada pada SAVI sehingga dapat mengembangkan
keterampilan proses sains siswa dengan mengaktifkan gerak fisik dan aktivitas
intelektualnya dalam bentuk kerja sama pada suatu kelompok. Sintaksnya dapat
dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Sintaks pendekatan SAVI melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Fase Kegiatan
Guru Siswa
Fase 1
(STAD-Presentasi kelas +
SAVI )
Guru menyampaikan
informasi,
pengetahuan atau hal-
hal lain yang
berkenaan dengan
materi, baik secara
auditory maupun
visual
(STAD-Presentasi
kelas)
Siswa
memperhatikan apa
yang disampaikan guru
(SAVI-Auditori dan
Visual )
Fase 2
(STAD-Tim/kerja
kelompok + SAVI)
Guru membentuk
kelompok secara
heterogen dengan
anggota 4-5 orang
tiap kelompok
Guru memberikan
Lembar Kegiatan
Siswa (LKS) pada
masing-masing
kelompok sambil
membimbing
kegiatan praktikum
Siswa bekerja secara
kelompok mengerjakan
Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) yang diberikan
guru sambil melakukan
kegiatan praktikum.
(STAD-Tim/kerja
kelompok). Dimana
yang dikerjakan siswa
dalam kerja kelompok
ini menerapkan tahapan
pendekatan SAVI,
meliputi:
Siswa mengamati alat
dan bahan (objek)
dalam praktikum.
(KPS mengamati; SAVI-
Visual )
Siswa menggunakan
alat dan bahan yang
tersedia untuk
prkatikum.
(KPS menggunakan alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Fase Kegiatan
dan bahan; SAVI-
Somatis)
Siswa melakukan
percobaan atau
eksperimen dengan alat
dan bahan yang
tersedia.
(KPS melakukan
eksperimen; SAVI-
Somatis)
Siswa mengajukan
pertanyaan pada guru
jika mengalami
kesulitan dalam
praktikum
(KPS mengajukan
pertanyaan, SAVI-
Auditory)
Fase 3
(STAD-kuis/tes individu +
SAVI)
Guru memberikan soal
tentang materi dan
tugas yang telah
diberikan pada tiap-
tiap siswa
Siswa mengerjakan tes
yang diberikan guru
secara individual
(KPS mengamati,
mengklasifikasi,
memprediksi,
menggunakan alat dan
bahan, mengajukan
pertanyaan,
menginterpretasikan
data; STAD-kuis / tes
individu dan SAVI-
Intelektual)
Fase 4
(STAD-Skor kemajuan
individual)
Guru menghitung skor
awal dan skor akhir
yang diperoleh siswa,
sehingga diketahui
seberapa besar
perkembangan siswa
Siswa menunggu hasil
penghitungan yang
dilakukan oleh guru
Fase 5
(STAD-Rekognisi tim /
pemberian penghargaan)
Guru memberikan
penghargaan bagi
kelompok-kelompok
yang mendapat skor
rata-rata sesuai
kriteria.
Siswa mendapatkan
penghargaan sesuai
kriteria yang dicapai
(STAD-Rekognisi tim)
(Dikembangkan oleh penulis, diadaptasi dari Slavin (2008) dan Meier (2000) )
Lanjutan Tabel 2.4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
c. Potensi Pendekatan SAVI melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD terhadap Keterampilan Proses Sains
Berbagai kelebihan yang dimiliki antara model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan pendekatan SAVI ini jika dipadukan dapat saling menutupi
kekurangannya masing-masing dan dapat menghadirkan strategi pembelajaran
baru yang lebih inovatif, menyenangkan, serta mudah diikuti para siswa.
Kolaborasi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan SAVI
ini diharapkan siswa dapat belajar dalam suatu bentuk kelompok kerja sama
dengan memanfaatkan alat indra yang mereka miliki sehingga dapat
memunculkan berbagai keterampilan yang dimiliki siswa untuk mengembangkan
keterampilan proses sainsnya.
Unsur-unsur yang dimiliki SAVI, yaitu somatic, auditory, visual, dan
intelektual sudah dijelaskan sebelumnya yaitu, berpotensi untuk melatihkan
keterampilan proses sains pada siswa, dan jika ditambahkan model pembelajaran
STAD yang juga dapat memberdayakan keterampilan proses sains meskipun
hanya sedikit, namun cukup menguatkan bahwa keduanya sangat ampuh untuk
meningkatkan keterampilan proses sains pada peserta didik. Keterampilan manual
yang didapatkan dari kegiatan percobaan pada pendekatan SAVI, keterampilan
sosial yang diperoleh dari model pembelajaran STAD, dan intelektual dari
pembelajaran STAD dan SAVI, menjadi dasar bahwa memang keterampilan-
keterampilan inilah yang diterapkan dalam keterampilan proses yang sudah
menjadi hakikat sains.
4. Keterampilan Proses Sains
a. Pengertian Keterampilan Proses Sains
Sains adalah ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya. Sains pada
dasarnya mencari hubungan kausal antara gejala-gejala alam yang diamati.
Pembelajaran sains sudah seharusnya mengembangkan kemampuan berpikir
sistematis, selain kemampuan deklaratif yang selama ini dikembangkan sebagai
inovasi dalam mencari model-model pembelajaran yang berkontribusi terhadap
peningkatan mutu pendidikan sains. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
sistematis atau tersusun teratur, berlaku umum dan berupa kumpulan data hasil
observasi eksperimen. Sains memiliki tiga komponen yang tidak dapat dipisahkan
yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan (Wenno, 2008: 5).
Senada yang diungkapkan Martin, et al. (1997: 12-13) menyatakan bahwa
sains adalah hasil konstuksi dan aktivitas manusia. Naluri manusia adalah adanya
rasa ingin tahu (curiousity). Rasa ingin tahu ini mendorong untuk menemukan
cara baru untuk mengungkapkan misteri yang ada di dunia. Sains mengandung
mengandung tiga unsur penting yaitu: 1) sikap ilmiah: sains mendorong manusia
untuk mengembangkan sikap positif termasuk kekuatan rasa ingin tahunya, 2)
keterampilan ilmiah: sains merangsang manusia untuk menggunakan rasa ingin
tahunya untuk menemukan cara baru dalam penyelidikan dan pemahaman, dan 3)
pengetahuan: sains terdiri dari apa yang diketahui manusia untuk mempelajari
kehidupan sehari-hari maupun untuk mengetahui dirinya sendiri.
Melatarbelakangi hakikat pembelajaran sains di atas, dapat dijelaskan
bahwa belajar biologi sesungguhnya tidak hanya usaha untuk mencari fakta,
konsep, hukum, prinsip, tetapi juga usaha untuk menumbuhkembangkan
keterampilan berpikir, sikap ilmiah, dan penguasaan keterampilan proses sains.
Menurut Myers, et al. (2004: 76) keterampilan proses sains adalah
pemikiran rasional dan logis yang digunakan dalam bidang sains. Istilah
keterampilan proses sains juga diungkapkan oleh Mei (2007: 8-9) adalah kegiatan
yang mencerminkan kegiatan yang dilakukan oleh ilmuan. Keterampilan proses
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu keterampilan proses dasar dan
keterampilan proses terintegrasi. Keterampilan proses dasar memberikan dasar
untuk belajar keterampilan yang terintegrasi, yang merupakan keterampilan yang
lebih kompleks untuk memecahkan masalah atau melakukan percobaan.
Keterampilan proses menurut Rustaman, dkk. (2005: 76) melibatkan
keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial.
Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan
keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas
terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin melibatkan penggunaan alat
dan bahan, pengukuran, penyusunan, atau perakitan alat. Keterampilan sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses misalnya mendiskusikan
hasil pengamatan. Keterampilan proses terdiri atas sejumlah keterampilan yang
satu sama lain sebenarnya tak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus
dalam masing- masing keterampilan proses tersebut.
b. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains (KPS) dan Karakteristiknya
Dimyati dan Mudjiono (2006 :140) mengelompokkan keterampilan proses
sains menjadi dua jenis yaitu keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan
keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills). Keterampilan-
keterampilan dasar terdiri dari: mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi,
mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Keterampilan- keterampilan
terintegrasi terdiri dari: mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data,
menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel,
mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis,
mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan
melaksanakan eksperimen.
Keterampilan proses sains menurut Rustaman, dkk. (2005: 80) terdiri dari;
melakukan pengamatan (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi),
mengelompokkan (klasifikasi), meramalkan (prediksi), berkomunikasi,
berhipotesis, merencanakan percobaan atau penyelidikan, menerapkan konsep
atau prinsip, mengajukan pertanyaan, menggunakan alat dan bahan, dan
melaksanakan percobaan. Keterampilan proses sains dasar yaitu, mengamati
(observasi), mengelompokkan (klasifikasi), menafsirkan (interpretasi), dan
meramalkan (prediksi). Keterampilan proses sains terintegrasi meliputi, pengajuan
pertanyaan, berhipotesis, perencanaan percobaan atau penyelidikan, penggunaan
alat dan bahan, penerapkan konsep, berkomunikasi, dan pelaksanaan percobaan.
Indikator Keterampilan Proses Sains dapat dirumuskan menurut
Rustaman, dkk. (2005: 84-85) dalam Tabel 2.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tabel 2.5 Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya
Keterampilan Proses Sains Indikator
Mengamati
- Menggunakan banyak indera untuk memperoleh
informasi
Mengelompokkan - Membandingkan beberapa objek
- Membandingkan cirri-ciri
- Mencari persamaan dan perbedaan
Menafsirkan - Mencari hubungan hasil-hasil pengamatan
- Menyimpulkan hasil pengamatan
Memprediksi
- Menggunakan pola hasil pengamatan
- Mengemukakan kejadian yang mungkin terjadi pada
sesuatu yang belum diamati
Mengajukan
pertanyaan
- Membuat pertanyaan apa, bagaimana, dan mengapa
- Betanya meminta suatu penjelasan
Berhipotesis - Mengetahui terdapat bangak penjelasan dari satu
kejadian
- Memahami bahwa suatu penjelasan perlu diuji
kebenarannya
Merencanakan
percobaan
- Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan
- Menentukan variabel
- Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa
langkah kerja
- Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dan dicatat
Menggunakan Alat - Mengetahui bagaimana menggunakan alat dan bahan
Menerapkan konsep - Menggunakan konsep yan telah dipelajari dalam situasi
baru
- Menggunakan konsep lama untuk memahami kejadian
baru
Berkomunikasi
- Memvariasi bentuk penyajian
- Menggunakan grafik, tabel, atau diagram
Melaksanakan
percobaan
- Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan
- Menentukan variabel
- Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa
langkah kerja
- Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dan dicatat
(Rustaman, dkk., 2005: 86-87)
Jenis-jenis keterampilan proses sains tadi dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1) Mengamati (observasi)
Keterampilan mengamati (observasi) adalah salah satu keterampilan
ilmiah yang paling mendasar (Semiawan, 1992: 19). Keterampilan mengamati
menggunakan pancaindera yang meliputi indera penglihatan, pembau, peraba,
pengecap dan pendengar. Nur (2011: 2) menyatakan pengamatan dapat kualitatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
atau kuantitatif. Pengamatan kualitatif merupakan deskripsi tanpa menggunakan
angka-angka. Misalnya, ketika anda melaporkan warna, bau, rasa, tekstur, atau
suara. Pengamatan kuantitatif sebaliknya, memasukkan angka-angka. Ketika
menghitung benda atau mengukur benda dengan satuan-satuan standar adalah
kegiatan pengamatan kuantitatif.
2) Meramalkan (prediction)
Keterampilan meramalkan (prediction) yaitu mengajukan perkiraan
tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola
yang sudah ada. Ramalan-ramalan didasarkan pada pengamatan-pengamatan dan
inferensi-inferensi sebelumnya. Ramalan merupakan suatu pernyataan tentang
pengamatan apa yang mungkin dijumpai di masa yang akan datang, sedangkan
inferensi berupaya untuk memberikan alasan tentang mengapa suatu pengamatan
terjadi (Rustaman, dkk., 2005: 80).
Menurut Nur (2011: 10) salah satu cara melakukan prediksi adalah
mencari atau menemukan suatu pola. Melakukan prediksi dalam sains, usahakan
prediksi itu sespesifik mungkin. Jangan hanya sekedar menduga.perlu
mempertimbangkan seluruh pengalaman dan pengetahuan tentang topik yang
dipelajari.dalam sains, perdiksi umumnya diuji. Beberapa prediksi dapat diuji
dengan melakukan pengamatan. Misalnya, apabila seseorang memprediksi waktu-
waktu kapan matahari terbit dan kapan matahari terbenam untuk 30 hari yang
akan datang. Dapat pula menguji prediksi dengan menggunakan jam yang diteliti
untuk mencatat waktu kapan matahari itu terbit dan terbenam setiap hari.
3) Mengklasifikasikan
Keterampilan mengklasifikasikan atau menggolong-golongkan adalah
salah satu kemampuan yang penting dalam kerja ilmiah (Semiawan, 1992: 22).
Lumbantobing (2004: 32) berpendapat bahwa untuk mengklasifikasikan atau
mengelompokkan suatu objek dapat menggunakan persamaan atau perbedaan.
Nur (2011: 16) mengungkapkan jenis klasifikasi yang paling sederhana
menggunakan dua kelompok, satu kelompok yang memiliki sifat tertentu dan
kelompok lainnya tidak mempunyai sifat itu. Sistem lain dapat mulai dengan tiga
kelompok atau lebih. Benda-benda proses sains dapat diklasifikasikan ke dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
cara berbeda. Para ilmuwan memilih sistem yang paling sesuai dengan tujuan
mereka. Mereka dapat mengklasifikasi untuk mengorganisasikan benda-benda,
seperti bahan-bahan kimia yang disimpan di laboratorium. Mereka juga
mengklasifikasi untuk membantu menyederhanakan dan menjadikan dunia
alamiah mudah dipahami
4) Menginterpretasikan atau menafsirkan data
Keterampilan menafsirkan pengamatan (Interpretasi) di dalamnya
termasuk mencatat setiap hasil pengamatan secara terpisah, menghubung-
hubungkan hasil pengamatan/data. Hal ini dilakukan siswa saat melakukan
pengamatan pada suatu objek sehingga pada akhirnya dapat memberikan
kesimpulan (Rustaman, dkk., 2005:80).
Menurut Nur (2011: 71) interpretasi data diawali dengan pengumpulan
data, analisis data, dan mendeskripsikan data. Mendeskripsikan data artinya
menyajikan data dalam bentuk yang mudah dipahami, misalnya bentuk tabel,
grafik dengan angka-angka yang sudah dirata-ratakan. Data yang sudah dianalisis
baru diinterpretasikan menjadi suatu kesimpulan atau dalam bentuk pernyataan.
Data yang diinterpretasikan harus data yang membentuk pola atau beberapa
kecenderungan.
5) Mengkomunikasikan
Peserta didik harus dilatih untuk dapat berkomunikasi secara efektif.
Agar siswa dapat memiliki keterampilan berkomunikasi, siswa berlatih menyusun
dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas, menjelaskan hasil
percobaan atau pengamatan, mendiskusikan, dan menggambarkan dan dengan
grafik atau tabel (Semiawan, 1992: 17).
Komunikasi ilmiah dapat secara lisan maupun tertulis. Para ilmuwan
sering menggunakan komunikasi lisan dengan berbagi ide secara langsung dan
dengan telepon. Anda juga akan memiliki kesempatan untuk berbicara tentang
topik-topik sains ketika anda bekerja dalam kelompok-kelompok kecil atau
melakukan presentasi di depan kelas. Komunikasi ilmiah dalam bentuk tertulis
umumnya dalam bentuk jurnal-jurnal ilmiah. Anda juga boleh menuliskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
prosedur-prosedur dan hasil-hasil eksperimen anda dalam suatu laporan lab (Nur,
2011: 26-27).
6) Berhipotesis
Keterampilan berhipotesis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
menyatakan dugaan yang dianggap benar mengenai adanya suatu faktor yang
terdapat dalam satu situasi, maka akan ada akibat tertentu yang dapat diduga akan
timbul (Rustaman, dkk., 2005: 80). Hipotesis biasanya dibuat pada suatu
perencanaan penelitian tentang pengaruh yang akan terjadi dari variabel
manipulasi dan variabel respon. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan
bukan pertanyaan. Pertanyaan biasanya digunakan dalam merumuskan masalah
yang akan diteliti. Hipotesis dapat dirumuskan secara induktif dan secara
deduktif. Perumusan secara induktif berdasarkan data pengamatan, secara
deduktif berdasarkan teori. Hipotesis dapat juga dipandang sebagai jawaban
sementara dari rumusan masalah.
7) Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan dalam keterampilan ini dapat berupa
penjelasan, tentang apa, mengapa, bagaimana, atau menanyakan latar belakang
hipotesis. Pertanyaan yang menanyakan sebuah latar belakang dari konsep, maka
menunjukkan si penanya sudah memiliki gagasan atau perkiraan untuk menguji
atau memeriksanya. Jelas bahwa bertanya tidak sekedar hanya bertanya namun
juga memerlukan sebuah pemikiran (Rustaman, dkk., 2005: 80).
8) Menerapkan (mengaplikasikan) konsep
Keterampilan menerapkan konsep atau prinsip dapat terlihat setelah
siswa memahami konsep tertentu. Siswa kemudian dapat menerapkan prinsip
yang telah dipelajarinya. Hal ini juga akan terjadi bila siswa menerapkan konsep
yang telah dipelajari dalam situasi baru (Rustaman, dkk., 2005: 81).
9) Melakukan percobaan atau bereksperimen
Bereksperimen dapat diartikan sebagai keterampilan untuk mengadakan
pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu
pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak
ide-ide itu. Keberhasilan eksperimen ini dibutuhkan rancangan dulu kemudian di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
uji coba (Dimyati & Mudjiono, 2006: 150). Bereksperimen bagi peserta didik,
berarti mereka terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah dan
kegiatan-kegiatan pemecahan masalah (Semiawan, 1992: 17). Eksperimen
dilakukan untuk menguji sebuah hipotesis (Lumbantobing, 2004: 32).
10) Menyimpulkan
Keterampilan ini merupakan keterampilan untuk menyatakan hasil
pertimbangan atau penilaian atas kondisi suatu objek atau segala peristiwa yang
terjadi. Pertimbangan atau penilaian ini dilakukan atas dasar fakta, konsep, dan
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang diketahui. Keterampilan ini berkaitan erat
dengan keterampilan mengamati, mengumpulkan informasi, menganalisis atau
mengolah, dan selanjutnya keterampilan menyimpulkan (Semiawan, 1992: 17).
c. Memberdayakan Keterampilan Proses Sains
Ada beberapa alasan yang melandasi perlunya memberdayakan
pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar. Semiawan
(1992: 14-15) mengemukakan beberapa alasan penggunaan pendekatan
keterampilan proses, yaitu: (1) siswa harus dilatih untuk menemukan pengetahuan
dan konsep serta mengembangkan sendiri, (2) siswa akan mudah memahami
konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh yang konkrit, (3) siswa
perlu dilatih untuk selalu bertanya, berpikir kritis dan mengusahakan
kemungkinan-kemungkinan untuk menjawab suatu masalah, (4) pengembangan
konsep tidak lepas dari pengembangan sikap dalam diri siswa, dengan
dilatihkannya keterampilan proses sains dapat mengembangkan sikap ilmiah
dalam diri siswa.
Penerapan keterampilan proses sains dalam suatu proses pengajaran
dapat dikembangkan secara terpadu, yaitu antara satu keterampilan dengan
keterampilan lainnya teraplikasikan sekaligus. Seorang guru dapat pula
memberikan perhatian khusus terhadap satu jenis keterampilan yang
dikembangkan, tergantung pada karakteristik mata pelajaran dan materi
pembelajaran. Peran guru dalam mengembangkan keterampilan proses sains siswa
menurut Rustaman, dkk., (2005: 82) terdiri dari: (1) memberikan kesempatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
pada siswa untuk menggunakan keterampilan proses dalam melakkan eksplorasi
materi dan fenomena yang memungkinkan siswa menggunakan alat indranya,
mengumpulkan bukti-bukti, bertanya, merumuskan hipotesis dan keterampilan
proses sains yang lainnya, (2) memberi kesempatan pada siswa untuk berdiskusi
dalam kelompok ataupun kelas, tugas-tugas dirancang agar siswa berbagi gagasan,
menyimak teman lain, mempertahankan dan menjelaskan gagasan mereka
sehingga mereka dituntut untuk berpikir reflektif, (3) membantu siswa untuk
menyadari bahwa keterampilan proses sains penting sebagai bagian dari proses
belajar mereka sendiri, (4) mendorong siswa mengulas (review) secara kritis
tentang kegiatan yang telah mereka lakukan, (5) memberi teknik atau strategi
untuk meningkatkan keterampilan, khususnya ketepatan dalam observasi.
Penjelasan di atas memperlihatkan bahwa guru hanya bertindak sebagai fasilitator
saja, hanya sekedar membimbing dan bukan memberikan konsep. Siswa yang
akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsepnya
dengan memberdayakan keterampilan proses sains.
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran biologi berbasis keterampilan proses merupakan
pembelajaran yang mengembangkan berbagai keterampilan seperti; mengamati,
mengelompokkan, menafsirkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan,
berhipotesis, melakukan percobaan, dan juga mengkomunikasikan hasil
percobaan, sehingga peserta didik dapat memiliki pengalaman beraktivitas yang
melibatkan keterampilan kognitif (minds on), keterampilan manual atau
psikomotor (hands on) dan keterampilan sosial (hearts on). Penerapan
pembelajaran biologi berbasis keterampilan proses ini memerlukan dukungan
kesiapan guru, baik dalam menentukan strategi maupun instrumen
pembelajarannya. Pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru (teacher
centered) seperti yang diterapkan di sekolah-sekolah saat ini tidak mampu
melatihkan keterampilan proses sains siswa. Guru yang hanya mengutamakan
aspek produk atau kognitifnya saja tidak memberi kesempatan pada siswa untuk
terlibat secara langsung dalam kegiatan diskusi, presentasi, observasi, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
praktikum, melainkan hanya terpaku pada kegiatan menghafal. Akibatnya, siswa
tidak dapat menemukan sendiri konsep secara utuh.
Bertolak dari latar belakang di atas, penulis menginovasikan pendekatan
SAVI dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai solusi yang tepat
untuk mengatasi pemasalahan-permasalahan pembelajaran tersebut. Keunggulan
pada pendekatan SAVI yang menggunakan unsur somatis, auditory, visual, serta
intelektual yang diterapkan pada percobaan akan mengikutsertakan siswa terlibat
langsung dalam pembelajaran. Siswa dapat mengembangkan keterampilan manual
dan intelektualnya dengan kegiatan tersebut. Siswa yang menerapkan pendekatan
SAVI akan memanfaatkan berbagai inderanya, sehingga menggabungkan antara
gerak fisik (hands on) dan kemampuan berpikir intelektual (minds on). Segi sikap
sosial (hearts on) memang kurang terlihat pada pendekatan SAVI ini. Perlu
hadirnya pembelajaran kooperatif tipe STAD yang menekankan proses scaffolding
pada kelompok belajar heterogen yang di dalamnya terjadi peer tutorial antara
siswa yang berkemampuan akademik atas, tengah, dan bawah untuk
menyelesaikan masalah, sehingga dipastikan dapat mengembangkan keterampilan
sosial dan intelektual siswa.
Pengintegrasian antara pendekatan SAVI dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan sosial,
manual dan intelektual yang merupakan keterampilan poses sains siswa
(Rustaman, dkk., 2005: 76). Kerangka berpikir dalam melaksanakan kegiatan
penelitian secara sederhana dapat digambarkan pada Gambar 2.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Latar Belakang Permasalahan :
Cara belajar biologi belum mengandung 3 unsur penting dalam sains, yaitu : sikap
ilmiah (hearts on), keterampilan ilmiah (hands on), dan pengetahuan (minds on)
Pembelajaran masih kurang mengembangkan keterampilan proses sains siswa
Inovasi Model Pembelajaran
SAVI STAD
STAD dengan
pendekatan SAVI Penggabungan gerak fisik dengan
aktivitas intelektual dan
penggunaan semua indera.
Belajar dalam kelompok
heterogen yang kooperatif
Terjadi proses
scaffolding dalam
kelompok heterogen,
memanfaatkan gerak
fisik, aktivitas
intelektual, dan
penggunaan semua
indera dalam
percobaan untuk
membuktikan
teori/hipotesis
Adanya proses
scaffolding Intelektual Visual Auditory
i
Somatis
Terjadinya peer tutorial antara
siswa yang berkemampuan
akademik atas, tengah, dan bawah
untuk menyelesaikan masalah.
Diterapkan dalam percobaan
Siswa terlibat langsung dalam percobaan
dan menggunakan metode ilmiah untuk
membuktikan teori/hipotesis
Siswa mengembangkan
keterampilan manual dan intelektual
Siswa mengembangkan
keterampilan sosial,
intelektual, dan manual
Siswa mengembangkan
keterampilan sosial dan
intelektual
Keterampilan-keterampilan yang
terlibat dalam keterampilan proses
( Rustaman, 2005)
Meningkatkan keterampilan proses sains siswa
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
C. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir, maka hipotesis
penelitian ini, pendekatan SAVI melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD
berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa SMP Negeri 14 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 14 Surakarta jalan Prof. WZ.
Yohanes 54 Kaluran Purwodiningratan kecamatan Jebres, kota Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2011/2012 dengan tahap-tahap yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.
No
Kegiatan penelitian
Bulan ke (dalam tahun 2012)
01 02 03 04 05 06 07
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap Persiapan
a. konsultasi judul
proposal
b. penyusunan
proposal penelitian
c. penyusunan
instrumen
d. seminar proposal
e. ijin pelaksanaan
penelitian
2. Tahap pelaksanaan
a. uji validitas dan
realibilitas
instrumen
b. penentuan sampel
c. pelaksanaan
penelitian dan
pengumpulan data
d. analisis data
3. Tahap penyusunan
laporan
a. penyusunan laporan
atau skripsi
b. seminar laporan
atau skripsi
Gambar 3.1 Tahap-tahap Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen semu (quasi
experimental research). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan
SAVI melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pendekatan
pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan demonstrasi, sedangkan
variabel terikatnya adalah keterampilan proses sains (KPS).
Penelitian ini menggunakan desain posttest only non-equivalent control
group design. Desain ini digunakan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan
menggunakan pendekatan SAVI melalui model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan dengan pendekatan
pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan demonstrasi. Desain
penelitian posttest only non-equivalent control group design divisualisasikan pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Desain Penelitian posttest only non-equivalent control group design
Kelompok Perlakuan Posttest
Eksperimen X O1
Kontrol - O2
(Aznam, Sumarno & Rahmat, 2006: 5)
Keterangan :
O1 : Tes akhir untuk kelas eksperimen
O2 : Tes akhir untuk kelas kontrol
X : Penerapan pendekatan SAVI dipadu dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD
C. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian dalam penelitian ini secara sederhana dapat
digambarkan pada Gambar 3.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Gambar 3.2. Skema Paradigma Penelitian
Keterangan :
X = Pendekatan pembelajaran
X1 = Pendekatan konvensional dengan metode ceramah dan demonstrasi
X2 = Pendekatan SAVI dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Y = Keterampilan proses sains siswa
X1Y = Keterampilan proses sains siswa menggunakan pendekatan
konvensional dengan metode ceramah dan demonstrasi
X2Y = Keterampilan proses sains siswa menggunakan pendekatan SAVI dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri
14 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari tujuh kelas. Sampel pada
penelitian ini menggunakan dua kelas yang diperoleh dari populasi di atas yaitu
satu kelas sebagai kelompok kontrol dan satu kelas sebagai kelompok eksperimen.
Sampel yang terpilih menjadi kelompok kontrol yaitu kelas VIIF dengan jumlah
30 siswa sedangkan yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas VIIE dengan
jumlah 30 siswa.
X X1 Y X1Y
X2 Y X2Y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
E. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling.
Teknik ini digunakan karena satuan sampel tidak terdiri dari individu melainkan
dalam cluster (kelas) dan pemilihanya secara acak. Budiyono (2009: 201)
menyatakan, untuk menentukan kelas mana dari dua kelas terpilih dari populasi
sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu dengan uji kesetaraan kelompok.
Kelas sampel dari seluruh kelas VII, yang terpilih menjadi kelompok kontrol
adalah kelas VIIF dan yang menjadi kelompok eksperimen adalah kelas VIIE. Uji
kesetaraan ini menggunakan uji t (t-test) dengan mengambil nilai legger siswa di
awal pembelajaran semester genap tahun ajaran 2011/2012. Uji prasyarat uji t
meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Uji ini menggunakan uji Anderson-
Darling dengan taraf signifikansi (α) sebesar 0,05. Uji homogenitas digunakan
untuk mengetahui apakah suatu sampel berasal dari populasi yang homogen atau
tidak. Uji homogenitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji Levene’s
dengan taraf signifikansi (α) sebesar 0,05.
Hasil tes normalitas untuk semua kelompok dalam populasi dapat dilihat
pada Tabel 3.2 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 3.2 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kemampuan Awal
Nilai
Kemampuan
Awal Siswa
p-value Kriteria Keputusan H0
VIIF VIIE VIIF VIIE VIIF VIIE
0.365 0.157 p-value
> 0,05
p-value
> 0,05
Diterima Diterima
Berdasarkan Tabel 3.2 diketahui bahwa kemampuan awal untuk
kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen memiliki p-value lebih dari nilai
signifikasi 0,05 sehingga sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Setelah diuji normalitasnya, data kemampuan awal siswa kemudian
digunakan untuk uji homogenitas menggunakan uji Levene’s (α = 0,05) dengan
program Minitab 16. H0 dinyatakan bahwa tiap kelompok memiliki variansi yang
sama (homogen). H1 dinyatakan bahwa tiap kelompok tidak memiliki variansi
yang sama. Hasil perhitungan uji homogenitas kemampuan awal dengan
menggunakan uji Levene’s disajikan secara ringkas dalam Tabel 3.3 dan
selengkapnya pada Lampiran 4.
Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kemampuan
Awal
Nilai Awal
p-value Kriteria Keputusan H0
0.403 p-value > 0,05 Diterima
Berdasarkan Tabel 3.3 diketahui bahwa kemampuan awal kelas kontrol
dan kelas eksperimen memiliki p-value lebih dari nilai signifikasi 0,05 sehingga
semua variansi homogen.
Jika data telah terdistribusi normal dan homogen, maka bisa dilanjutkan
uji t. Keputusan H0 dalam uji t dinyatakan bahwa kelompok kontrol dan
eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama dan H1 menyatakan bahwa
kelompok kontrol dan eksperimen memiliki kemampuan awal yang tidak sama.
Keputusan uji dinyatakan jika p- value > 0,05, maka Ho diterima. Hasil uji t dapat
dilihat pada Tabel 3.4 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 3. 4 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Kemampuan Awal
Nilai Awal
p-value Kriteria Keputusan H0
0.959 p-value > 0,05 Diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Berdasarkan Tabel 3.4 diketahui p-value untuk nilai awal lebih besar dari
nilai signifikasi 0,05 sehingga H0 diterima sehingga dapat diinterpretasikan bahwa
kedua sampel penelitian memiliki kemampuan awal yang sama (seimbang), maka
kedua kelompok dapat digunakan sebagai sampel dalam penelitian.
F. Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Terdapat dua macam variabel yang digunakan dalam penelitian ini,
sebagai berikut.
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini pendekatan SAVI melalui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelompok eksperimen dan pendekatan
konvensional dengan metode ceramah dan demonstrasi di kelompok kontrol.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini yaitu keterampilan proses sains siswa
SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Keterampilan proses sains
siswa yang diukur adalah keterampilan mengamati, mengklasifikasi,
memprediksi, menggunakan alat dan bahan, mengajukan pertanyaan,
menginterpretasikan data, dan melaksanakan eksperimen.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
a. Metode tes
Metode tes ini dilakukan secara individual kepada peserta didik untuk
mengukur keerampilan pengetahuan, intelegensi, atau bakat (Riduwan, 2011: 57-
58). Metode tes ini yang digunakan kali ini untuk mengukur Keterampilan Proses
Sains (KPS) dengan mengajukan pertanyaan essay untuk dijawab oleh siswa.
Keterampilan proses sains yang diukur dalam bentuk tes ini meliputi empat aspek,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
yaitu: keterampilan mengklasifikasikan, memprediksi, menginterpretasikan data,
dan mengajukan pertanyaan. Bentuk tes adalah tes tertulis dengan soal uraian.
Soal tes terlebih dahulu divalidasi oleh ahli sebagai uji validitas konstrak dan uji
validitas isi dengan menguji coba soal tes di kelompok penelitian, di yaitu kelas
lain yang masih dalam satu populasi sebelum penelitian dilaksanakan. Selain uji
validitas soal tes, juga akan diuji reliabilitasnya dengan metode satu kali tes
menggunakan teknik Spearman-Brown dan teknik Flanagan. Soal essay yang
digunakan pada penelitian ini dapat dililhat selengkapnya pada Lampiran 1.
b. Metode Dokumentasi
Menurut Arikunto (2010: 135) metode dokumentasi digunakan untuk
memperoleh informasi dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-
buku, majalah, dokumen, notulen rapat, dan lain-lain. Metode dokumentasi dalam
penelitian ini berupa nilai legger yang berisi nilai ulangan harian kelas VII
Semester II tahun pelajaran 2011/2012 yang digunakan untuk uji keseimbangan
dalam menentukan dua kelas yang kan dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
c. Observasi
Observasi dalam penelitian ini observasi menggunakan lembar observasi
untuk melihat keterampilan proses sains siswa dan keterlaksanaan sintaks dari
pendekatan SAVI melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. Keterampilan proses
sains yang diukur melalui lembar observasi ini ada tiga aspek, meliputi:
keterampilan mengamati, menggunakan alat dan bahan, dan melaksanakan
percobaan. Penilaian dilakukan oleh tiga observer dengan melakukan checklist (√)
pada lembar observasi. Lembar observasi yang digunakan adalah rating scale,
menurut Sugiyono (2011:134) dengan skala kuantitatif variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi data kualitatif berupa indikator variabel. Lembar observasi
keterlaksanaan sintaks dari pendekatan SAVI melalui pembelajaran kooperatif tipe
STAD menggunakan skala Guttman dengan melakukan checklist (√) pada kolom
“Ya” atau “Tidak”. (Arikunto,2010: 181). Untuk lebih jelasnya mengenai lembar
observasi yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
3.Teknik Penyusunan Instrumen
Instrumen pembelajaran berupa RPP, silabus, soal uraian, dan lembar
observasi untuk mengukur untuk mengukur keterampilan proses sains dan
keterlaksanaan sintak. Penyusunan instrumen penelitian adalah sebagai berikut.
a. Pengukuran Keterampilan Proses Sains
Pengukuran keterampilan proses sains menggunakan dua cara: (1) tes tulis
soal uraian yang dikerjakan secara individual oleh para siswa di akhir
pembelajaran, (2) dengan lembar observasi yang diisi oleh para observer.
Keterampilan proses sains yang diukur dengan tes tulis soal uraian ini meliputi
keterampilan mengklasifikasikan, memprediksi, menginterpretasikan data, dan
mengajukan pertanyaan. Soal yang dibuat oleh peneliti ini sebelumnya telah diuji
validitasnya baik dari segi isi, konstraknya, serta diuji realibilitasnya. Selain itu,
untuk keterampilan proses sains yang dapat teramati, diukur dengan lembar
observasi oleh observer. Keterampilan proses sains yang diukur dengan lembar
observasi ini ada tiga aspek, yaitu: keterampilan mengamati, menggunakan alat
dan bahan, dan melaksanakan percobaan. Pembagian pengukuran keterampilan
proses sains dalam penelitian ini dapat divisualisasikan dalam Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Pengukuran Keterampilan Proses Sains dan Sumber Data
Aspek Keterampilan
Proses Sains (KPS)
Pengukuran
KPS
Sumber Data
Mengklasifikasikan Tes tulis Narasumber
(Siswa)
Memprediksi Tes tulis Narasumber
(Siswa)
Menginterpretasikan
data
Tes tulis Narasumber
(Siswa)
Mengajukan pertanyaan Tes tulis Narasumber
(Siswa)
Mengamati Lembar
Observasi
Narasumber
(Observer)
Menggunakan alat dan
Bahan
Lembar
Observasi
Narasumber
(Observer)
Melaksanakan
percobaan
Lembar
Observasi
Narasumber
(Observer)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
b. Pengukuran Keterlaksanaan Sintak Strategi Pembelajaran
Pengukuran keterlaksanaan sintak strategi pembelajaran menggunakan
lembar observasi yang dilakukan oleh tiga observer dengan melakukan cheklist
(√) pada lembar yang sudah disediakan. Skala yang digunakan pada lembar
observasi Guttman dengan skala “Ya” dan “Tidak”. (Arikunto, 2010: 181)
G. Validasi Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan untuk mengambil data harus diuji cobakan
terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat kualitas soal. Pengujian kelayakan
instrumen dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut.
1. Uji Validitas
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrument tes diuji
validitas dan reliabilitas unttuk mengetahui kualitas item soal. Pengujian butir
item tidak diujikan pada tes uraian karena belum ada pedoman standar (Arikunto,
2010: 205).
a) Validitas isi
Validasi isi yang dimaksud adalah kesejajaran tes terhadap isi materi
pelajaran biologi yang diajarkan dengan mempertimbangkan tujuan pembelajaran.
Validasi isi dapat dikontrol dengan cara: (1) mengidentifikasi konsep-konsep pada
pokok bahasan materi yang akan diujikan; (2) menyusun kisi-kisi dari materi yang
akan diujikan; (3) menyusun soal tes berdasarkan kisi-kisi kemudian membuat
kunci jawaban beserta rubrik penilaian; (4) meneliti ulang soal, kunci jawaban dan
rubrik penilaian sebalum soal dicetak (Budiyono, 2009: 58-59). Untuk menguji
validitas butir-butir instrument lebih lanjut, maka setelah dikonsultasikan dengan
ahli kemudian diujicobakan, dan dianalisis dengan program Minitab 16.
b) Validitas konstruk
Valisitas konstruk merujuk pada seberapa jauh suatu tes mengukur sifat
atau bangunan pengertian (konstruk) tertentu. Istilah konstruk dipakai untuk
menunjukkan sesuatu yang tidak dapat diukur secara langsung, tetapi yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
menerangkan akibat-akibat yang dapat diamati (Setyosari, 2010: 188). Validitas
konstruk dapat diukur melalui telaah oleh ahli atau dengan diujikan pada sejumlah
individu di luar sampel tetapi masih dalam populasi. Validitas konstruk instrumen
pada penelitian ini diuji dengan cara telaah ahli dan pangujian pada sampel
populasi. Hasil validasi konstruk dari telaah ahli pada penelitian ini dapat dilihat
selengkapnya pada Lampiran 2.
Hasil uji coba tes essay keterampilan proses sains siswa dapat disajikan
pada Tabel 3.6 dan selengkapnya pada Lampiran 2.
Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Uji Validitas Tes KPS Siswa
Instrumen Penelitian Jumlah Item Keputusan Uji Validitas
Valid Invalid
Keterampilan Proses
Sains
5 5 -
Berdasarkan Tabel 3.6 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji
validitas tes keterampilan proses sains siswa menunjukkan item yang valid
sebanyak 5 soal sesuai dengan jumlah item soal dan tidak ada soal yang invalid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabel artinya dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf
reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap apabila
diteskan berulang-ulang. Pengujian reliabilitas ini menggunakan metode
reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari hasil satu kali uji
coba instrumen. Analisis uji reliabilitas ini menggunakan rumus Alfa Cronbach.
Rumus koefisien reliabilitas Alfa Cronbach menurut Sugiyono (2009: 365)
Keterangan:
r11 = Reliabilitas yang dicari
k = Mean kuadrat antar subjek
= Mean kuadrat kesalahan
2
2
11 11
t
i
S
S
k
kr
2
iS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
= Varians total
Rumus untuk varians total:
Rumus untuk varians item:
Keterangan:
JKi = jumlah kuadrat seluruh skor item
JKs = jumlah kuadrat subjek
Acuan penilaian reliabilitas dari butir soal adalah:
0,8 – 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,6 – 0,799 : Tinggi (T)
0,4 – 0,599 : Cukup (C)
0,2 – 0,399 : Rendah (R)
0,00 – 0,199 : Sangat Rendah (SR)
Kriteria: apabila r11 > rtabel maka soal tersebut reliabel.
Hasil uji reliabilitas uji coba keterampilan proses sains secara lengkap
disajikan pada Tabel 3.7 dan selengkapnya pada Lampiran 2.
Tabel 3.7. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Tes KPS Siswa
Penilaian Jumlah Item Indeks Reliabilitas Keputusan Uji
Keterampilan Proses
sains
5 0,591 Reliabel
Tabel 3.7 menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas tes keterampilan
proses sains siswa menggunakan rumus Alpha diperoleh r11 dengan hasil yang
jauh lebih besar dari pada rtabel, sehingga soal tersebut bisa dikatakan reliabel.
Nilai r11=0,591, menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas soal tes keterampilan
proses sains siswa tergolong cukup.
2
tS
2
2
n
JKs
n
JKi S
i
2
2
n
(Xt)2
n
Xt2
S t
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
H. Analisis Data
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif, sehingga teknik
analisis datanya menggunakan statististik. Analisis statistik yang digunakan
adalah analisis deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif digunakan untuk
menggambarkan profil keterampilan proses sains siswa. Analisis inferensial
digunakan dalam menguji hipotesis. Dalam menguji hipotesis pada penelitian ini
di gunakan uji t independen
Sebelum dilakukan uji t dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan
uji homogenitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang terdistribusi normal
atau tidak. Uji ini menggunakan uji Anderson-Darling dengan taraf signifikansi
(α) sebesar 0,05. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu
sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang
dipakai dalam penelitian ini adalah uji Levene’s. Semua perhitungan statistik
menggunakan program Minitab 16 pada taraf signifikansi 5%.
I. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah operasional penelitian posttest only non-equivalent
control group design menurut Suwarto (2007) meliputi tahap perencanaan, tahap
perlakuan dan tahap analisis data. Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1. Tahap perencanaan
Tahap ini dilakukan penyusunan perangkat pembelajaran dalam tahap
perlakuan. Tahap perencanaan meliputi penyusunan proposal penelitian,
mempersiapkan instrument penelitian, dan perangkat pembelajaran berupa silabus
dan RPP dengan menerapkan pendekatan SAVI dipadu dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pendekatan konvensional dengan metode
ceramah dan demonstrasi. Instrumen penelitian yang disiapkan yaitu lembar
observasi untuk mengukur keterlaksanaan sintaks model pembelajaran dan KPS
siswa serta soal tes uraian untuk mengukur KPS siswa juga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2. Tahap perlakuan
Tahap ini merupakan tahap pemberian perlakuan terhadap subjek penelitian
sekaligus tahap dimana peneliti mengambil data sebanyak-banyaknya dari subjek
penelitian. Tahap ini meliputi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dikelas
perlakuan dengan pendekatan SAVI melalui model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan pendekatan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan
demonstrasi. Pada saat pembelajaran berlangsung observer keterlaksanaan sintaks
model pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Siswa diberikan soal
post test yang diberikan di akhir pembelajaran, dimana bentuk soalnya berupa
uraian tertulis.
3. Tahap analisa data
Tahap ini dilakukan setelah mendapatkan data. Analisis data dibantu dengan
menggunakan program Minitab versi 16. Tahap ini dilakukan sampai dengan
penyusunan laporan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Keterampilan Proses Sains pada Pelajaran Biologi
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur keterampailan proses sains
siswa yang dibatasi pada keterampilan mengamati, mengklasifikasikan,
memprediksi, menggunakan alat dan bahan, mengajukan pertanyaan,
menginterpretasikan data, dan melaksanakan percobaan atau eksperimen.
Pengukuran keterampilan proses sains menggunakan dua cara: (1) tes tulis soal
uraian yang dikerjakan secara individual oleh para siswa di akhir pembelajaran,
(2) dengan lembar observasi yang diisi oleh para observer. Keterampilan proses
sains yang diukur dengan tes tulis soal uraian ini meliputi: keterampilan
mengklasifikasikan, memprediksi, menginterpretasikan data, dan mengajukan
pertanyaan. Keterampilan proses sains yang dapat teramati, diukur dengan lembar
observasi meliputi tiga aspek, yaitu: keterampilan mengamati, menggunakan alat
dan bahan, dan melaksanakan percobaan. Pengukuran aspek-aspek KPS hanya
terbatas pada aspek yang muncul dalam tujuan pembelajaran sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Nilai hasil tes dikonversi ke nilai
nominal ditujukan agar bertipe sama dengan nilai hasil observasi sehingga lebih
mudah dianalisis. Data keterampilan proses sains siswa diambil dari dua kelas,
yaitu: (1) kelas VII-F sebagai kelas kontrol dengan jumlah 30 siswa menggunakan
pendekatan konvensional dengan metode ceramah dan demonstrasi, (2) kelas VII-
E sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 30 siswa menggunakan pendekatan
SAVI melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kedua kelas sampel
yang terpilih didapatkan dari hasil uji kesetimbangan. Uji kesetimbangan
dilakukan sebelum kelas sampel diberi perlakuan yang telah melalui uji prasyarat,
sehingga dipastikan kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan variasi sampel
yang diambil dari populasi tersebut homogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Data penelitian keterampilan proses sains pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan secara
ringkas disajikan pada Tabel 4.1 dan histogram pada Gambar 4.1.
Tabel 4.1. Deskripsi Hasil Keterampilan Proses Sains Siswa pada Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen
Hasil Statistik
Kelompok Kontrol
(Konvensional melalui
Ceramah dan Demonstrasi)
Kelompok Eksperimen
(SAVI melalui Kooperatif
tipe STAD)
Mean 64 81
Standart Deviasi 10 7
Variance 102 42
Minimum 41 69
Maximum 84 94
Median 66 78
N 30 30
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.1 dapat dibuat histogram
rata-rata nilai keterampilan proses sains kelompok kontrol menggunakan
pendekatan konvensional dengan metode ceramah dan demonstrasi serta
kelompok eksperimen dengan pendekatan SAVI melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Perbandingan Rata-Rata Nilai Keterampilan Proses Sains
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
0
20
40
60
80
100
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Rat
a-ra
ta N
ilai K
PS
Sisw
a
Pendekatan Pembelajaran
X = 81
SD = 7
X = 64
SD = 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gambar 4.1 menunjukkan rata-rata nilai KPS siswa secara keseluruhan
yang hasilnya lebih tinggi kelompok eksperimen dari pada kelompok kontrol.
Nilai KPS juga dapat dilihat rata-ratanya setiap aspek. Aspek-aspek KPS dinilai
menggunakan tes essay dan lembar observasi. Berikut disajikan dalam histogram
pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Histogram Rata-Rata Nilai Keterampilan Proses Sains
Siswa Setiap Aspek
Gambar 4.2 menunjukkan rata-rata nilai setiap aspek keterampilan proses
sains kelas eksperimen hampir seluruh aspek lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
Nilai tertinggi kelas eksperimen didapat pada aspek melaksanakan percobaan
yaitu sebanyak 92 , sedangkan terendah pada aspek mengajukan pertanyaan yaitu
sebanyak 58. Berdasarkan urutan dari nilai aspek keterampilan proses sains dari
yang terendah ke yang tertinggi adalah mengajukan pertanyaan 58,
menginterpretsikan data 69, memprediksi 72 , menggunakan alat dan bahan 87,
mengamati 89, mengklasifikasikan 90, dan melaksanakan percobaan 92.
0
20
40
60
80
10080 77
63
51 55 53 53
90
72 69 58
89 87 92
Rat
a-ra
ta N
ilai K
PS
Aspek Keterampilan Proses Sains
Kelas kontrol
Kelas eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54 Sedangkan pada kelas kontrol secara berurutan dari terendah ke yang tertinggi
adalah mengajukan pertanyaan 51, menggunakan alat dan bahan 53,
melaksanakan percobaan 53, mengamati 55, menginterpretsikan data 63,
memprediksi 77, dan mengklasifikasikan 80.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Anderson-Darling.
Normalitas pada data dapat diketahui dari populasi yang berdistribusi normal
(H0=diterima), yaitu jika nilai nyata probabilitasnya (p-value) lebih besar dari
nilai signifikansi (α = 0,05).
Hasil uji normalitas keterampilan proses sains secara lengkap disajikan
pada Lampiran 4 dan secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Keterampilan Proses Sains pada Kelompok
Kontrol dan Kelompok Eksperimen
No Kelompok Anderson-Darling
p-value keterangan Keputusan
1 KPS kelas kontrol (VIIF) 0,642 p-value>0.05 H0 diterima
2 KPS kelas eksperimen (VIIE) 0,056 p-value>0.05 H0 diterima
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas menggunakan
Anderson-Darling diperoleh nilai probabiliti (p-value) lebih dari nilai signifikasi
0,05 (p-value > 0,05) sehingga keputusan uji H0 diterima. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa semua sampel pada penelitian ini terdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Perhitungan uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji
Levene’s. Kriteria pengujiannya adalah varians populasi yang diteliti dinyatakan
homogen jika nilai probabilitasnya (p-value) lebih besar dari nilai signifikasi α =
0,05 (p-value > 0,05). Hasil uji homogenitas keterampilan proses sains siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55 secara lengkap disajikan pada Lampiran 4 dan secara ringkas dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen Uji Homogenitas
Levene’s
P-value Keterangan Keputusan Uji
Pendekatan Pembelajaran
Keterampilan Proses
Sains
0,097 P-value >0,05 H0 diterima,
homogen
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai probabilitas (p-
value) lebih dari nilai signifikasi 0,05 sehingga keputusan uji H0 diterima. Hal
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kedua sampel mempunyai varians yang
homogen, maka dapat dilanjutkan ke uji t.
C. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji t yang bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan dari variabel bebas dan
terikat pada penelitian. Kriteria yang digunakan adalah tingkat signifikasi (α) =
0,05 atau 5% yaitu Ho ditolak, dan H1 diterima jika p-value < (0,05), sebaliknya
jika p-value > 0,05 maka Ho diterima.
Hasil analisis pengaruh pendekatan SAVI melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD terhadap keterampilan proses sains siswa berdasarkan hasil
perhitungan menggunakan uji t secara ringkas dalam Tabel 4.4 dan dapat dilihat
secara lengkap pada Lampiran 5.
Tabel 4.4. Hasil Analisis Pengaruh Pendekatan SAVI melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Keterampilan
Proses Sains
Keterampilan Proses
Sains
p-value Kriteria Keputusan Uji
0,000 p-value < 0,05 H0 Ditolak,
Berbeda Nyata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Berdasarkan Tabel 4.4 mengindikasikan bahwa p-value = 0,00 ( p-value
< 0,05 ), maka HO ditolak dan H1 diterima, artinya bahwa pendekatan SAVI
dipadu dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap
keterampilan proses sains siswa kelas VII SMPN 14 Surakarta.
D. Pembahasan
1. Pengaruh Pendekatan SAVI melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD terhadap Keterampilan Proses Sains
Hasil penghitungan uji t berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa
penerapan pendekatan SAVI dipadu dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa.
Pendekatan SAVI merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada
keterlibatan siswa secara utuh dalam proses pembelajaran. Bisa dikatakan bahwa
siswa tidak hanya hadir saja, namun siswa hendaknya turut berperan aktif
menggunakan setiap modalitas yang dimilikinya yang meliputi modalitas somatis,
auditori, visual, dan intelektual guna mengkontruksi pemahaman mereka terhadap
materi pembelajaran yang dipelajarinya. Somatis artinya belajar dengan bergerak
dan berbuat, auditori yaitu, belajar dengan berbicara dan mendengar, visual
adalah belajar dengan mengamati dan menggambarkan, dan intelektual
merupakan belajar dengan memecahkan masalah dan merenung (Meier, 2000:
42). Siswa mengerahkan seluruh kemampuan indera dan aktivitas fisiknya dalam
kegiatan praktikum (hands on) dan memanfaatkan kemampuan intelektualnya
dalam memecahkan masalah yang diberikan guru dalam LKS (minds on). Siswa
dapat mengembangkan keterampilan manual dan intelektualnya dengan kegiatan
tersebut. Pendekatan SAVI dipadu dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD yang menekankan proses scaffolding pada kelompok belajar heterogen
yang di dalamnya terjadi peer tutorial antara siswa yang berkemampuan
akademik atas, tengah, dan bawah untuk menyelesaikan masalah, sehingga
dipastikan dapat mengembangkan keterampilan sosial dan intelektual siswa
(Slavin, 2008: 12).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Pantas saja jika pengintegrasian antara pendekatan SAVI dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terbukti dapat mempengaruhi keterampilan
sosial, manual dan intelektual yang merupakan keterampilan poses sains siswa
(Rustaman, dkk., 2005: 76).
Bisa diartikan bahwa pendekatan SAVI melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD merupakan suatu bentuk inovasi model pembelajaran yang
menggunakan unsur-unsur SAVI yaitu somatis, auditory, visual, dan intelektual
dengan mengaktifkan gerak fisik dan aktivitas intelektualnya dalam bentuk kerja
sama pada suatu kelompok dengan sintaks atau langkah-langkah pembelajaran
yang sudah ditetapkan pada pembelajaran STAD sehingga siswa dapat
mengembangkan keterampilan proses sainsnya.
Berikut langkah-langkah pendekatan SAVI melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang telah dilaksanakan dengan baik antara guru dan murid
selama kegiatan penelitian sesuai sintaks yang ditetapkan. Pertemuan pertama,
fase presentasi kelas yang diberikan peneliti yang berperan sebagai guru
dilakukan dengan menyajikan gambar-gambar serta video-video tentang
pencemaran lingkungan, sehingga membuat siswa memanfaatkan kemampuan
visual mereka secara maksimal untuk mengamati gambar serta kemampuan
auditory untuk menganalisis video yang diberikan. Peneliti sengaja menyelipkan
pertanyaan-pertanyaan seputar materi agar siswa lebih serius dalam mengikuti
presentasi kelas tersebut. Pertemuan kedua, peneliti menerapkan fase kerja
kelompok pada kegiatan praktikum. Siswa terlihat terampil dalam mengamati,
menggunakan alat dan bahan serta dalam melaksanakan percobaan, di sini siswa
memberdayakan unsur visual dan somatis dengan melakukan gerak fisik yang
terarah. Pertemuan selanjutnya, terdapat fase kuis, dimana siswa mengerjakan tes
tulis secara individual untuk mengukur sejauh mana kemampuan mereka dalam
memahami materi. Siswa dituntut memanfaatkan kemampuan intelektual mereka
untuk dapat mengklasifikasikan pencemaran lingkungan berdasarkan sumber
polutan dan aktivitas manusia yang menyebabkan pencemaran, dapat
memprediksikan suatu lingkungan di masa yang akan datang akibat pencemaran
lingkungan, dapat menginterpretasikan data hasil suatu percobaan dengan baik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58 dan juga dapat mengajukan pertanyaan sesuai dengan konteks permasalahan yang
diberikan. Setelah dilakukan penilaian pada post test, guru akan membandingkan
nilai post test yang diperoleh masing-masing siswa dengan nilai awal sebelum
dilakukan post test. Jika nilai akhir siswa mengalami kenaikan, maka akan
mendapatkan nilai atau poin perkembangan yang nantinya akan disumbangkan
pada kelompoknya. Kriteria pemberian poin perkembangan dapat dilihat pada
Tabel 2.2. Tahap ini dinamakan fase skor kemajuan individual. Tujuan fase ini
yaitu, untuk memberikan hasil akhir yang maksimal pada setiap peserta didik
untuk berlomba-lomba mendapatkan poin sebanyak-banyaknya pada kelompok
mereka sehingga mendapatkan penghargaan terbaik di fase terakhir. Fase terakhir
pembelajaran ini adalah rekognisi tim atau penghargaan kelompok. Penghargaan
kelompok ditentukan berdasarkan poin rata-rata kelompok yang diperoleh.
Kriteria penghargaan yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 2.3. Perlunya
dilakukan rekognisi ini adalah untuk menghargai hasil kerja keras siswa dan
memotivasi mereka agar lebih giat lagi dalam belajar sehingga bisa mendapatkan
poin lebih banyak dan penghargaan kelompok yang terbaik. Hasil perhitungan
poin yang dilakukan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3.
Keterampilan proses sains siswa sebenarnya sudah cukup terlatihkan dari
pendekatan SAVI. Hal ini senada dengan penelitian Widyaningrum (2009) yang
menyatakan dalam penelitiannya bahwa pendekatan SAVI selain dapat
meningkatkan hasil belajar juga dapat meningkatkan keterampilan proses sains
siswa. Hakikat sains belum lengkap jika sikap sosial belum terpenuhi. Sesuai
dengan teori Vygotsky yang mengemukakan bahwa siswa yang belajar
berkelompok mempunyai keterampilan lebih baik dibanding siswa yang belajar
sendiri. Kegiatan kerja sama dalam kelompok membuat siswa akan melewati
Zone of Proximal Development, yaitu masa dimana siswa lebih optimal dalam
menerima informasi ketika berada dalam kerja kelompok (Bodrova & Leong,
2008). Siswa yang saling berinteraksi, dapat termotivasi, saling mengajukan
pendapat, dan memunculkan nilai-nilai sosial lainya Siswa menerima lebih
banyak ide dan pembelajaran ini melaksanakan langkah-langkah kegiatan ilmiah
dalam kelompok kooperatif, dengan kegiatan tersebut, kerja kelompok dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59 sintaks STAD berkompetensi untuk memberdayakan keterampilan proses sains
siswa (Muhfahroyin, 2010).
Deskripsi di atas telah menunjukkan bahwa dari segi teori, deduksi dari
pendekatan SAVI melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD sebenarnya cukup
meyakinkan kita mampu mengembangkan keterampilan proses sains siswa.
Penjelasan tersebut didukung kuat oleh hasil penelitian. Setelah dilakukan
perhitungan hasilnya menunjukkan rata-rata nilai KPS siswa secara keseluruhan
lebih tinggi kelompok eksperimen dari pada kelompok kontrol. Begitu pula hasil
yang dicapai pada nilai rata-rata setiap aspek KPS. Hasil uji hipotesis juga
menunjukkan p-value = 0,00 ( p-value < 0,05), maka HO ditolak dan H1 diterima,
artinya keterampilan proses sains antara kelompok kontrol menggunakan
pendekatan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan demonstrasi
dan kelompok eksperimen menggunakan pendekatan SAVI melalui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berbeda sangat signifikan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pendekatan SAVI melalui model pembelajaran kooperatif tipe
STAD berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa kelas VII SMPN 14
Surakarta.
Keterangan di atas secara jelas menunjukkan pada kita bahwa pendekatan
SAVI melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD bisa dikatakan layak
untuk diterapkan guru-guru di sekolah, dan menjadi inovasi baru pada
pembelajaran dalam rangka melatihkan keterampilan proses sain siswa.
2. Pendekatan SAVI melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Sebagai Temuan Penelitian Baru
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah-sekolah saat ini sudah
dituntut untuk memusatkan siswa secara aktif membangun sendiri
pengetahuannya. Senada yang yang diungkapkan Slavin (2008: 13) bahwa dalam
proses belajar seorang siswa harus berusaha mendapatkan pengetahuannya
sendiri. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan
pengetahuan, mereka harus belajar bekerja memecahkan masalah dan menemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60 segala sesuatu untuk dirinya. Teori belajar yang menerapkan prinsip tersebut
dinamakan tori belajar konstruktivisme.
Merujuk pada teori belajar konstruktivisme tersebut, penulis mencoba
menghadirkan pendekatan pembelajaran baru yakni, pendekatan SAVI melalui
model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Bukan hanya bercondong kea arah
konstruktivisme saja, melainkan juga dilatarbelakangi oleh penulis sebagai
pembelajar sains, khususnya biologi yang dituntut untuk mengaplikasikan hakikat
pembelajaran sains dalam menerapkan pembelajaran. Berdasarkan hakikat biologi
sebagai sains, maka belajar biologi sesungguhnya tidak hanya sekedar sajian
konsep dan informasi, tetapi juga usaha untuk menumbuhkembangkan
keterampilan berpikir, sikap ilmiah, dan penguasaan keterampilan proses sains.
Memenuhi kaidah-kaidah di atas, penulis meyakini dengan memunculkan
pendekatan SAVI, siswa mampu memanfaatkan berbagai inderanya, sehingga
menggabungkan antara gerak fisik (hands on) dan kemampuan berpikir
intelektual (minds on). Hal ini dikarenakan di dalam pembelajaran SAVI terdapat
unsur-unsur somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di
mana belajar dengan mengalami dan melakukan; auditory yang bermakna bahwa
belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi,
argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menaggapi; visualization yang
bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati,
menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat
peraga; dan intellectualy yang bermakna bahawa belajar haruslah menggunakan
kemampuan berpikir (minds-on), belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan
berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi,
menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan
(Suhermawan 2008). Segi sikap sosial (hearts on) memang kurang terlihat pada
pendekatan SAVI ini sehingga penulis mengkombinasikannya dengan
pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk menyelesaikan masalah dalam bentuk
kelompok belajar yang heterogen, sehingga dipastikan dapat mengembangkan
keterampilan sosial dan intelektual siswa (Slavin, 2008: 12).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Hasil penelitian yang dilakukan penulis membuktikan bahwa
pengintegrasian antara pendekatan SAVI dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD ini dapat mempengaruhi keterampilan poses sains siswa. Rata-rata nilai
KPS siswa di kelas eksperimen yang menerapkan pendekatan SAVI dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada rata-rata nilai
KPS siswa di kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional
dengan metode ceramah dan demonstrasi. Penelitian ini memang terbatas pada
keterampilan proses sains yang menjadi variabel terikatnya. Namun, pendekatan
pembelajaran baru ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya dalam
mengukur keterampilan siswa lainnya yang menjadi variabel terikat. Pendekatan
pembelajaran ini kemungkinan juga masih bisa dikombinasikan dengan
pembelajarn lainnya dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran siswa yang
maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa penerapan pendekatan SAVI melalui model pembelajaran kooperatif tipe
STAD berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa kelas VII SMPN 14
Surakarta.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:
a. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca mengenai penerapan
model pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
berbasis keterampilan proses sains siswa.
b. Sebagai salah satu sumber referensi bagi peneliti lain yang akan mengadakan
penelitian mengenai masalah keterampilan proses sains siswa.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada proses
pembelajaran Biologi di SMP Negeri 14 Surakarta maupun sekolah-sekolah
lainnya, yaitu dengan penerapan pendekatan SAVI melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
C. SARAN
Berdasarkan Penelitian yang dilaksanakan SMP Negeri 14 Surakarta,
maka peneliti dapat memberikan beberapa saran, antara lain:
1. Kepada Guru
a. Guru mata pelajaran biologi diharapkan mampu menerapkan pendekatan SAVI
melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk melatihkan
keterampilan proses sains siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
b. Guru mata pelajaran biologi diharapkan lebih banyak menerapkan strategi
pembelajaran dengan diskusi kelompok kecil yang heterogen (terdapat siswa
berkemampuan akademik atas, sedang, dan bawah, berbeda jenis kelamin
dalam satu kelompok) dalam pembelajaran biologi agar terjadi peer tutorial
dan saling berinteraksi antara siswa dalam menyelesaikan masalah.
c. Guru hendaknya tidak hanya melakukan penilaian dari segi kognitif saja, tetapi
juga penilaian proses / psikomotor dan juga sikap siswa.
2. Kepada Siswa
a. Siswa seharusnya tidak merasa segan dalam menyampaikan pendapat, saran
atau kritik dalam proses diskusi kelompok pada kegiatan belajar mengajar
b. Siswa hendaknya benar-benar memanfaatkan kemampuan somatic, auditory,
visual, dan intelektual mereka agar hasil pembelajaran mereka pun berhasil
maksimal.
c. Siswa hendaknya serius dan aktif dalam mengikuti setiap fase pembelajaran
yang diterapkan sesuai sintaks sehingga mendapatkan hasil sesuai tujuan
pembelajaran.
3. Kepada Penulis
Penulis menyadari kemampuan yang dimiliki sangat terbatas, maka perlu
diadakan penelitian yang lebih lanjut mengenai pendekatan SAVI melalui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan juga tentang keterampilan proses sains
yang lebih luas dan mendalam.