pengaruh penambahan cacl 2 terhadap produksi …digilib.unhas.ac.id › uploaded_files › temporary...

70
PENGARUH P ENZIM PRO FAKULTAS MA PENAMBAHAN CaCl 2 TERHADAP PR OTEASE DARI Bacillus licheniformis H HERLINA KANDOLLA’ H 311 07 030 JURUSAN KIMIA ATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHU UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013 RODUKSI HSA3-1a UAN ALAM

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH PENAMBAHAN CaClENZIM PROTEASE DARI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    PENAMBAHAN CaCl 2 TERHADAP PRODUKSI ENZIM PROTEASE DARI Bacillus licheniformis HSA3

    HERLINA KANDOLLA’ H 311 07 030

    JURUSAN KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2013

    TERHADAP PRODUKSI Bacillus licheniformis HSA3-1a

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

  • PENGARUH PENAMBAHAN CaClENZIM PROTEASE DARI

    Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat

    PENAMBAHAN CaCl 2 TERHADAP PRODUKSI ENZIM PROTEASE DARI Bacillus licheniformis HSA3

    Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat

    untuk memperoleh gelar sarjana sains

    Oleh

    HERLINA KANDOLLA’

    H311 07 030

    MAKASSAR

    2013

    TERHADAP PRODUKSI Bacillus licheniformis HSA3-1a

  • SKRIPSI

    PENGARUH PENAMBAHAN CaCl 2 TERHADAP PRODUKSI ENZIM PROTEASE DARI Bacillus licheniformis HSA3-1a

    Disusun dan diajukan oleh

    HERLINA KANDOLLA’

    H311 07 030

    Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

    Pembimbing Utama Dr. Hj. Hasnah Natsir M.Si NIP. 19620320 198711 2 001

    Pembimbing Pertama Dr.Maming, M.Si NIP. 19570228 198703 1 001

  • Ketika Kegagalan menjadi suatu keberhasilan, ketika air

    mata berganti menjadi senyum yang paling indah, ketika

    semua usaha menghasilkan buah yang baik, ketika

    mimpi itu berada di genggamanku, disaat itulah aku

    menyadari bahwa semua yang ada sudah digariskan oleh

    DIA YANG MAHA PENGASIH

    I LOVE YOU JESUS

    Kupersembahakan karya kecil ini kepada. Ayah dan ibu

    tercinta serta saudara-saudaraku

  • PRAKATA

    Segala puji, syukur, hormat, dan kemuliaan yang tiada terbatas hanya

    kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala anugrah dan penyertaanNya sehingga

    penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik seturut dengan

    kehendakNya. Terima kasih Tuhan, Engkau membuktikan semuanya menjadi

    indah pada waktunya. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan CaCl2

    Terhadap Produksi Enzim Protease dari Bacillus licheniformis HSA3-1a” ini

    disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program strata satu (S1)

    pada Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Hasanuddin.

    Ungkapan terima kasih yang mendalam dan penuh ketulusan sebagai bakti

    dan hormat penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda M.B

    Saruran dan ibunda Hermin Saalino, S.P atas cinta kasih yang tulus, doa dan

    dukungan yang tiada henti dalam segala aspek kehidupan penulis, serta kesabaran

    membimbing penulis khususnya dalam menuntut ilmu. Terima kasih kepada

    saudaraku kak Emma, kak Lilis, kak Gusti, kak Ikka, Salling, Ade dan Aldi

    yang juga senantiasa memberikan doa dan semangat sebagai bentuk rasa cinta

    kasih kepada penulis, serta ponakan ku tercinta Aurel, Tisha, Kamaya dan

    Kinawa yang menjadi sumber semangat saat melihat wajahnya.

    Keberhasilan penulis sampai pada tahap penulisan skripsi ini tidak lepas

    dari bantuan, baik materil maupun spiritual dari lingkunagn penulis. Karena itu

    penulis menghaturkan terima kasih kepada :

  • 1. Dr. Hj. Hasnah Natsir, M. Si dan Dr. Maming, M.Si selaku pembimbing

    yang telah meluangkan banyak waktunya untuk membimbing penulis dengan

    segala kemampuan dan pemikiran dari awal rencana penelitian hingga

    terselesaikannya skripsi ini dan juga kepada Alm. Prof. Noor Jalaluddin

    yang selama hidupnya, Beliau selalu menjadi tempat menumpahkan keluh

    kesah penulis, meskipun pada akhirnya beliau tidak dapat menemani hingga

    saat ini, namun dalam hati penulis, Beliau akan tetap menjadi sosok ayah

    terbaik di kampus merah ini.

    2. Prof. Hanapi Usman, MS. Dr. H.Syarifuddin Liong , M. Si, dan Dr.

    Muhammad Zakir, M.Si. selaku dosen penguji yang telah meluangkan

    waktunya untuk memberi saran yang berharga.

    3. Dr. Firdaus Zenta, MS selaku ketua Jurusan Kimia dan Dr.Hj.Seniawti

    Dali M.Si selaku sekretaris beserta seluruh dosen Jurusan Kimia, FMIPA,

    Unhas yang telah membagikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis.

    Seluruh staff karyawan dan analis laboratorium terutama kepada Kak Fibi, ,

    Pak Idris , Pak Ikbal, Kak Linda secara khusus kepada Kak Anti yang

    telah mengarahkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian

    ini.

    5. Keluarga Besar Universitas Islam Negeri - SAMATA yang telah menerima

    penulis dalam menyelesaikan penelitian secara khusus buat Kak Fitri selaku

    analis di Lab. Biokimia UIN-Samata yang selalu menemani dan membantu

    serta menjadi penyemangat penulis.

    6. Keluarga Besar Mahasiswa Kimia angkatan 2006, 2008, 2009, 2010 dan

    2011 terima kasih untuk kebersamaan dan tawa serta canda yang kalian

  • berikan, terkhusus buat Adriani yang tak pernah mengenal lelah menemani

    penulis saat melakukan penelitian di UIN-Samata Gowa dan Unhy yang

    selalu setia menemani dan membuat penulis tetap tersenyum meskipun

    sedang menghadapi masalah… thanks sist… I love u

    7. My inspiration n teman-teman terbaikku “ cherzs” kimia angkatan 2007,

    Charmi, Bia, Uki’ , Muce’, Tenri, Fahmi, Kiki, Evi, Nita, Risal, Dian,

    Justin, Irwan, Tanti, Avril, Leang, Muli , Agnes, Norma, Nita, Isa, Ria

    Armas, Ame’, Nila, Mia, suri, Riri’, Nurhayati, Isa , Novi, Irma, Adiman.

    Terima kasih telah hadir menemani baik dalam susah maupun senang.

    You all are my closer friends….Don’t stop fighting until the end!!!

    8. Teman-teman penelitian di Lab. Biokim :Unhy, Adriani, Evo, Nani, Irwan,

    Nano’, Fitri, Devi, Nia, Evi, K’ Edar, dan K’ amman k terima kasih untuk

    pengertian, segala bentuk bantuan, dan kebersamaan dalam mengerjakan

    penelitian, serta memberikan hiburan dalam menghadapi masa-masa sulit

    selama penelitian. Thank’s a lot friends!!!!

    9. My second family Korps Pencinta Alam Universitas Hasanuddin

    (KORPALA UNHAS) kakak-kakak dan teman-teman semua terkhusus

    saudaraku, DDXXII , Jalal, Nanank, Rhani, Kasma, Cummink, Baso’,

    Fadli, dan Ucam terima kasih karena telah hadir mengisi hari-hari penulis.

    Sungguh suatu kebahagian ketika bercanda diantara barisan pinus lembanna,

    belajar mengartikan kehidupan, menikmati dinginnya embun pagi, dan

    belajar bekerja sama di bawah atap Mabes KORPALA tercinta.

    Thank’s for everything…SURVIVE WITH KORPALA…

  • 10. Teman-teman TWEXO , Andi, Oland, Suri’, Rio, Noris, Nova, Vin, Sinta

    yang selalu menyemangati penulis serta memberikan dukungan selama ini

    dan juga teman-teman Pandu Alam Lingkungan (PAL) Fadli, Kia, Natan,

    Takke, Daud, Ana, Karla, Indra, Rian, Fajar, pokoknya semua yang

    sudah menjadi teman penulis, yang sudah menjadi penyemangat dan

    membuat penulis tersenyum disaat menghadapi masalah. Selamanya kalian

    akan menjadi sahabat sejatiku.

    Penulis sepenuhnya menyadari akan segala kekurangan dalam penulisan

    skripsi ini. Oleh karenanya, penulis berharap adanya kritik dan saran yang

    membangun untuk lebih menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap

    skripsi ini dapat bermanfaat kepada siapapun yang membutuhkan.

    Makassar, Februari 2012

    Penulis

  • viii

    ABSTRAK

    protease merupakan enzim yang dapat menghidrolisis protein menjadi monomer asam amino. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu produksi, konsentrasi CaCl2 suhu dan pH optimum serta pengaruh kofaktor terhadap aktivitas enzim protease dari B. licheniformis HSA3-1a. Aktivitas enzim protease diuji dengan metode Walter yang telah dimodifikasi. Waktu produksi optimum protease adalah selama 60 jam dengan nilai aktivitas 0,0561 Unit/mL pada konsentrasi CaCl2 0,015%, kadar protein 2,0165 mg/mL. Aktivitas pH optimum enzim protease adalah pH 7 dengan nilai aktivitas 0,0104 U/mL. Sedangkan suhu optimum aktivitas enzim protease adalah 50oC sebesar 0,012 U/mL, serta stabil pada penambahan CaCl2 pada konsentrasi 0,015 M dengan nilai aktivitas relatif 100%.

    Kata kunci: Protease; Enzim; Aktivitas enzim; B. licheniformis

  • ix

    ABSTRACT

    Protease is an enzyme that can hydrolyze proteins to be amino acid monomers. This study aims to determine the production time of production, the concentration of CaCl2 optimum temperature and pH, as well as the influence of cofactors for enzyme activation protease of B. licheniformis HSA3-1a. Protease enzyme actitested was tested by Walther Method that have been modified. Protease optimum production time is over 60 hours of activation values 0,0561 U/mL at the CaCl2 concentration 0,015%, the level of protein 2,0165 mg/mL. The activity pH optimum enzyme protease 7,0 with activity value 0,0104 U/mL. While the optimum temperature of the enzyme activation protease is at 50oC for 0,012 U/mL, and stable to the addition of CaCl2 at the concentration of 0,015M with a value of 100% relative activation.

    Key word : Protease; enzyme; enzyme activity; B. licheniformis

  • x

    DAFTAR ISI

    halaman

    ABSTRAK ………………………………………………………………

    ABSTRACT ………………………………………………………………

    DAFTAR ISI ……………………………………………………………

    DAFTAR TABEL …………………………………………….…………

    DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………

    DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………..

    DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN ……………………………….

    BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................

    1.1 Latar Belakang ................................................................................

    1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................

    1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ........................................................

    1.3.1 Maksud Penelitian ................................................................

    1.3.2 Tujuan Penelitian ................................................................

    1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................

    2.1 Uraian Umum Tentang Bakteri……………………………

    2.1.1 Pertumbuhan Bakteri........................................................

    2.1.2 Pengaruh Beberapa Unsur terhadap Pertumbuhan Bakteri

    2.1.3 Mikroorganisme Penghasil Protease..................................

    2.1.4 Bacillus licheniformis.........................................................

    2.2 Uraian Umum Tentang Enzim…………………………….

    viii

    ix

    x

    xiii

    xiv

    xv

    xvivi

    1

    1

    2

    3

    3

    3

    3

    5

    5

    5

    7

    9

    10

    11

  • xi

    2.2.1 Penggolongan Enzim…………………………………….

    2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim……..

    2.3 Enzim Protease......................................................................

    2.3.1 Mekanisme Kerja Enzim Protease......................................

    2.3.2 Aplikasi Enzim Protease………………………………….

    BAB III METODE PENELITIAN ................................................................

    3.1 Bahan Penelitian .............................................................................

    3.2 Alat Penelitian ..................................................................................

    3.3 Metode Penelitian ...........................................................................

    3.3.1 Pembuatan Medium Padat ...........................................................

    3.3.2 Pembuatan Media Inokulum…………………………….

    3.3.3 Pembuatan Media Produksi .........................................................

    3.3.4 Peremajaan Mikroba Isolat Bacillus licheniformis

    HSA3-1a………………………………………………….

    3.3.5 Penyiapan Inokulum...........................................................

    3.3.6 Penentuan Konsentrasi Optimun CaCl2 serta Waktu

    Produksi Optimum Enzim..................................................

    3.3.7 Produksi Enzim Protease Ekstraseluler..............................................................

    3.3.8 Pengukuran Kadar Protein dengan Metode Lowry...........

    3.3.9 Uji Aktivitas Protease.........................................................

    3.3.10 Penentuan pH Optimum………………………………….

    3.3.11 Penentuan Suhu Optimum ................................................

    3.3.12 Penentuan Pengaruh Senyawa Kofaktor terhadap

    Aktivitas Enzim…………………………………………..

    13

    14

    17

    18

    20

    22

    22

    22

    23

    23

    23

    23

    24

    24

    24

    25

    25

    26

    27

    27

    27

  • xii

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................

    4.1 Penentuan Konsentrasi Optimum CaCl2 serta Waktu

    Optimum Produksi Enzim Protease ..................................

    4.2 Pengukuran Kadar Protein dengan Metode Lowry.............

    4.3 Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Protease dari B.

    licheniforemis HSA3-1a...................................................

    4.4 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Protease dari B.

    licheniformis HSA3-1a......................................................

    4.5 Pengaruh Senyawa Kofaktor terhadap Aktivitas Enzim

    Protease dari B. licheniformis HSA3-1a..................

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................

    5.1 Kesimpulan ......................................................................................

    5.2 Saran ................................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

    LAMPIRAN ................................................................................................

    28

    28

    31

    33

    34

    36

    38

    38

    38

    39

    43

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel halaman

    1. Fungsi fisiologis umum dari setiap unsur dalam sel bakteri, ................ 8

    2. Mikroorganisme penghasil protease.......................................................

    3. Aplikasi protease dari berbagai sumber...................................................

    4. Data hasil penentuan konsentrasi optimum CaCl2 dan waktu optimum produksi enzim protease dari Bacillus lcheniformis HSA3-1a................

    9

    21

    28

    5. Data pengukuran kadar protein protease pada panjang gelombang 670 nm............................................................................................................

    32

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar halaman

    1. Kurva pertumbuhan mikroba………........................................................ 6

    2. Bentuk sel dari bakteri B. licheniformis HSA3-1a………………………… 10

    3. Teori Kunci gembok dan teori kecocokan induksi ………………........ 12

    4. Kalsium (Ca) .......................................................................................... 5. Struktur Enzim Protease...........................................................................

    16 17

    6. Mekanisme pembentukan senyawa antara asilenzim…………………

    7. Mekanisme reaksi protease aspartat pada reaksi pemutusan ikatan

    peptida…………………………………………………………………

    8. Penentuan konsentrasi optimum CaCl2 serta waktu produksi optimum enzim protease dari B. licheniformis HAS3-1a......................................

    18 19 30

    9. Kadar protein protease dari B. licheniformis HSA3-1a selama waktu fermentasi...............................................................................................

    32

    10. pH Optimum Enzim Protease dari B.s licheniformis HSA3-1a 1a pada [S] = 2,0%; suhu 50ºC ………………………………………………..

    33

    11. Pengaruh suhu terhadap aktivitas protease dari B. licheniformis HSA3-1a pada [S] = 2,0%; pH 7............................................................

    12. Pengaruh senyawa kofaktor terhadap aktivitas protease dari B. licheniformis HSA3-1a pada [S] = 2,0%; pH 7; suhu 50ºC.......................................

    35 37

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran halaman

    1. Skema Isolasi Protease dari B. licheniformis HSA3-1a.......................... 43

    2. Penentuan Kadar Protein dengan Metode Lowry …………………… 44

    3. Skema Pengujian Aktivitas Enzim Protease ……………………….....

    4. Peremajaan Bakteri B. licheniformis HSA3-1a dengan penambahan CaCl2.......................................................................................................

    5. Peremajaan Bakteri B. licheniformis HAS3-1a tanpa penambahan CaCl2.....................................................................................................

    45

    46 46

    6. Penentuan Zona Hidrolisi B. licheniformis HAS3-1a............................

    7. Penyiapan Medium Produksi Enzim Protease dari B. licheniformis HSA3-1a ................................................................................................

    8. Kurva standar Bovin Serum Albumin pada λ 670 nm........................... 9. Data pengukuran Kadar Protein dari Enzim Protease...........................

    10. Data Penentuan pH Optimum Enzim Protease dari B. licheniformis HSA3-1a.................................................................................................

    11. Data pengukuran aktivitas protease dari B. licheniformis HSA3-1a terhadap pengaruh suhu.........................................................................

    12. Data pengaruh kofaktor (CaCl2) terhadap aktivitas protease dari

    B.licheniformis HSA3-1a.......................................................................

    47 47 48

    48 50 50 51

  • xvi

    DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

    Abl : nilai absorbansi blanko Asp : nilai absorbansi sampel Ast : nilai absorbansi standart BSA : Bovine Serum Albumin BM : Berat Molekul HSA3-1a : Hasnah Sulili Air Lokasi 3-1a M : molar ml : milliliter mg : milligram MSM : Medium Sintetik Minimum nm : nanolimeter OD : Optical Density P : faktor pengenceran pH : potensial hidrogen rpm : rotate per minute sp. : spesies T : waktu inkubasi (menit) UA : unit aktivitas enzim UV/Vis : Ultraviolet/Visible U/ml : Unit per milliliter oC : derajat celcius [S] : substrat % : persen λ : lambda

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Keanekaragaman hayati di Indonesia yang terdiri dari berbagai jenis

    tumbuhan, hewan dan mikroba memiliki potensi dalam produksi enzim. Produksi

    enzim dari mikroba banyak dikembangkan karena dapat diproduksi dengan waktu

    cepat dalam skala besar pada lingkungan yang dapat dikontrol dan bekerja sangat

    sfesifik dan efisien. Berbagai jenis isolat mikroba telah diketahui memiliki

    peranan yang besar sebagai penghasil enzim yang berguna dalam industri.

    Penggunaan enzim pada berbagai industri saat ini semakin berkembang,

    baik untuk industri pangan maupun non pangan. Dalam industri, enzim digunakan

    sebagai bahan alternatif untuk menggantikan berbagai proses kimiawi dalam

    bidang industri, diagnosis penyakit, analisis biologi molekuler, transformasi

    senyawa kimia, dan pengolahan limbah dalam lingkungan. Enzim ini sebagai

    biokatalisator pada berbagai reaksi kimia seperti: reaksi hidrolisis, oksidasi,

    reduksi, isomerisasi, adisi, transfer gugus, dan terkadang pemutusan rantai karbon

    (Falch, 1991).

    Protease merupakan enzim golongan hidrolase yang memiliki nilai

    ekonomi tinggi karena aplikasinya yang sangat luas antara lain: industri deterjen,

    penyamakan kulit, tekstil, makanan, hidrolisat protein, pengolahan susu, farmasi,

    makanan, bir, film, dan pengolahan limbah (Moon dan Parulekar 1993). Oleh

    karena itu, tidak mengherankan apabila protease yang digunakan mencapai 60%

    dari total enzim yang diperjualbelikan di seluruh dunia (Ward 1985).

  • 2

    Penelitian tentang isolasi protease dan aplikasinya telah dilakukan oleh

    beberapa peneliti sebelumnya seperti: Isolasi protease alkali termostabil dari B.

    thermoglucosidasius AF-01 oleh Fuad, dkk. (2004); isolasi protease dari bakteri

    patogen Staphylococcus epidermidis oleh Baehaki, dkk. (2005) dan penggunaan

    protease dari Bacillus sp. dalam mendeproteinasi lateks sebelum digunakan

    sebagai bahan pembuatan sphgmomanometer oleh Siswanto, dkk (2009).

    Pertumbuhan mikroba membutuhkan senyawa kofaktor sebagai sumber

    mineral seperti, mangan, kalsium, besi, nitrogen, sulfur, dan magnesium, karena

    mikroba juga membutuhkan nutrisi yang lengkap. Salah satu hasil penelitian

    tentang pengaruh ion logam terhadap pertumbuhan bakteri dilakukan oleh

    Susanto dan Sopiah (2003) yang melihat adanya pengaruh ion Mn2+, Co2+, Cu2+

    dan Zn2+ terhadap pertumbuhan bakteri proteolitik.

    Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka akan dilakukan penelitian

    tentang pengaruh penambahan ion Ca2+ terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus

    licheniformis HAS3-1a dan produksi enzim protease serta bagaimana stabilitas

    enzim protease tersebut. B. licheniformis HSA3-1a adalah bakteri termofil yang

    diisolasi dari sumber air panas Sulili-Pinrang (Natsir, dkk,2010).

    1.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Apakah senyawa CaCl2 berpengaruh terhadap produksi enzim protease

    dari B. licheniformis HSA3-1a?

    2. Berapa konsentrasi CaCl2 yang yang digunakan untuk memproduksi

    protease maksimum?

  • 3

    3. Berapakah pH dan suhu optimum enzim protease dari B. licheniformis

    HSA3-1a?

    4. Berapakah konsentrasi kofaktor (CaCl2) yang dapat meningkatkan

    aktivitas enzim protease dari B. licheniformis HAS3-1a ?

    1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

    Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh penambahan

    senyawa CaCl2 terhadap produksi enzim protease dari B. licheniformis HSA3-1a.

    1.3.2 Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Menentukan aktivitas enzim protease dari B. licheniformis HSA3-1a

    dengan adanya senyawa CaCl2.

    2. Menentukan konsentrasi optimum senyawa CaCl2 terhadap produksi

    enzim protease dari B. licheniformis HSA3-1a.

    3. Menentukan pH dan suhu optimum enzim protease B. licheniformis HSA3-

    1a

    4. Menentukan konsentrasi kofaktor (CaCl2) yang dapat meningkatkan

    aktivitas enzim protease dari B. licheniformis HAS3-1a ?

    1.4 Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh

    penambahan serta konsentrasi optimum dari senyawa CaCl2 terhadap

    pertumbuhan bakteri B. licheniformis HAS3-1a sehingga proses produksi enzim

    protease semakin meningkat dan nantinya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan

  • 4

    dalam semua bidang terutama bidang industri, pangan, famasi dan kesehatan guna

    meningkatkan kesejahteraan manusia.

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Uraian Umum Tentang Bakteri

    Bakteri berasal dari bahasa yunani yaitu “bakterion” yang berarti tongkat

    atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

    mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil, berkembang biak dengan

    membelah diri, karena demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

    mikroskop. Bakteri dapat dari mana saja, misalnya dari rongga mulut, dari sela-

    sela gigi, dari tanah yang banyak terdapat sampah, dan sisa-sisa makanan yang

    sudah basi (Dwidjoseputro, 1998).

    Bakteri banyak tersebar luas di alam, yaitu dalam tanah, atmosfer, lumpur,

    di laut, di dalam tubuh hewan, manusia dan tanaman. Jumlahnya bergantung pada

    keadaan sekitarnya, misalnya bakteri di dalam tanah jumlahnya bergantung pada

    jenis dan tingkat kesuburan tanahnya (Djide dan Sartini, 2005).

    Bentuk tubuh bakteri dipengaruhi oleh keadaan medium dan usia. Bentuk

    serta besar kecilnya bakteri dapat dibandingkan dengan memperhatikan kondisi

    bakteri yang harus sama, temperatur dimana bakteri itu disimpan harus sama,

    penyinaran oleh sumber cahaya dan usia bakteri pun harus sama. Bakteri-bakteri

    yang menunjukkan kelainan-kelainan akan memperoleh bentuknya yang normal

    kembali apabila ditumbuhkan di dalam medium yang baru (Dwidjoseputro, 1998).

    2.1.1 Pertumbuhan Bakteri

    Bakteri umumnya melakukan proses reproduksi dengan cara pembelahan

    biner menghasilkan dua sel anakan dengan ukuran yang sama. Waktu yang

  • 6

    digunakan untuk membelah diri disebut waktu waktu generasi. Waktu generasi

    tidak selalu tepat tetapi tergantung pada faktor-faktor dalam medium, spesies, dan

    umur bakteri. Sel yang tumbuh akan berkembang ukurannya. Selama tumbuh,

    komponen sel seperti protein, RNA dan sebagainya akan bertambah sampai siap

    membelah. Pembelahan sel diawali dengan pertumbuhan dinding sel kearah dalam

    membentuk septa. Proses pemisahan dengan membelah sekat sehingga terbentuk

    dua sel anakan (Hidayat dkk, 2006).

    Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali siklus lengkap dalam bakteri

    sangat beragam dan bergantung pada sejumlah faktor baik faktor nutrisi maupun

    genetik (Ali, 2005). Menurut (Rachdie, 2006), faktor-faktor penting yang

    mempengaruhi pertumbuhan mikroba, yaitu: suplai nutrisi, suhu, keasaman atau

    kebasaan (pH), dan ketersediaan oksigen.

    Gambar 1. Kurva pertumbuhan mikroba (Djide dan Sartini, 2005)

    Kurva pertumbuhan mikroba (Gambar 1) merupakan gambaran dari

    pertumbuhan secara bertahap sejak awal hingga terhenti mengadakan kegiatan

    (Suriawiria, 2005). Kurva di bawah ini disebut sebagai kurva pertumbuhan

    bakteri. Menurut Prasetyo (2010), pertumbuhan bakteri terdiri atas 4 fase

    sebagaimana tampak pada kurva, yaitu:

  • 7

    1. Fase Lag (A)

    Fase adaptasi. Pada fase ini terjadi reorganisasi konstituen makro dan mikro

    molekul. Ada yang lama ada juga yang cepat, bergantung pada kondisi

    lingkungan.

    2. Fase Eksponensial (B)

    Fase ini merupakan fase pertumbuhan sebenarnya. Jika dilihat dalam kurva

    akan dilihat kenaikan jumlah mikroba berdasarkan bertambahnya waktu.

    3. Fase Stasioner (C)

    Pada fase ini penambahan dengan pengurangan jumlah mikroba hampir sama.

    Sehingga di kurva dapat dilihat berupa garis lurus. Hal ini disebabkan karena

    mulai menipisnya jumlah nutrisi dalam médium yang ditempati.

    4. Fase Kematian (D)

    Ada kalanya setelah fase stasioner jumlah mikroba menurun. Hal ini karena

    habisnya nutrisi dalam media. Mikroba juga menghasilkan metabolisme

    sekunder yang hasilnya menjadi toksik untuk mikroba lainnya.

    Menurut (Sofa, 2008). metode pengukuran pertumbuhan yang sering

    digunakan adalah dengan menentukan jumlah sel yang hidup dengan jalan

    menghitung koloni pada pelat agar dan menentukan jumlah total sel atau jumlah

    massa sel.

    2.1.2 Pengaruh Beberapa Unsur terhadap Pertumbuhan Bakteri

    Suplai nutrisi juga dibutuhkan dalam pertumbuhan bakteri. Pada tingkat

    dasar, kebutuhan nutrisi bakteri seperti E. coli yang diungkapkan oleh komposisi

    unsur sel, yang terdiri dari C, H, O, N, S. P, K, Mg, Fe, Ca, Mn, dan jejak Zn, Co,

    Cu, Mo dan unsur-unsur ini ditemukan dalam bentuk air, ion anorganik, molekul

  • 8

    kecil, dan makromolekul yang berfungsi baik peran struktural atau fungsional

    dalam sel (Kenneth, 2009).

    Tabel 1. Fungsi fisiologis umum dari setiap unsur dalam sel bakteri (Kenneth, 2009).

    Unsur Berat kering (%)

    Sumber Fungsi

    Karbon 50 Senyawa organik atau CO2

    Bagian utama dari bahan selular.

    Oksigen 20 Senyawa organik, H2O, CO2 dan O2

    Bagian penting dari bahan sel dan air sel; O2 adalah akseptor elektron dalam respirasi aerobik.

    Nitrogen 14 NH3, NO32-, senyawa

    organik dan N2 Bagian penting dari asam amino, asam nukleat nukleotida, dan koenzim.

    Sulfur 1 SO42-, H2S, S,

    senyawa organik sulfur

    Bagian Penting dari sistein, metionin, glutation, beberapa koenzim.

    Magnesium

    0,5 Garam-garam magnesium

    Kation seluler anorganik, kofaktor untuk reaksi enzimatik tertentu.

    Kalsium 0,5 Garam-garam kalsium

    Kation seluler anorganik, kofaktor untuk enzim tertentu dan komponen endospora.

    Hidrogen 8 H2O, senyawa organik dan H2

    Bagian utama senyawa organik dan air sel.

    Fosfor 3 Fosfat anorganik (PO4

    3-) Bagian utama asam nukleat, nukleotida, fosfolipid, LPS.

    Kalium 1 Garam-garam kalium

    Anorganik utama seluler dan kofaktor untuk enzim tertentu.

    Besi 0,2 Garam-garam besi Komponen sitokrom dan beberapa zat besi nonheme-protein dan kofaktor untuk beberapa reaksi enzimatik.

  • 9

    2.1.3 Mikroorganisme Penghasil Protease

    Sumber enzim menurut Kosim dan Putra (2010), yang paling banyak

    digunakan dibandingkan dengan tanaman dan hewan adalah mikroorganisme.

    Sebagai sumber enzim, mikroorganisme lebih menguntungkan karena

    pertumbuhannya cepat, dapat tumbuh pada substrat yang murah, lebih mudah

    ditingkatkan hasilnya melalui pengaturan kondisi pertumbuhan dan rekayasa

    genetik, serta mampu menghasilkan enzim yang ekstrim. Adanya mikroorganisme

    yang unggul merupakan salah satu faktor penting dalam usaha produksi enzim.

    Tabel 2. Mikroorganisme penghasil protease

    Sumber Protease pH

    Optimum

    Suhu Optimum

    (°C) Aktivator Pustaka

    Thermoplasma volcanium

    7,0 50 Ca2+, Mg2+ Kocabiyik dan Ozdemir, 2006

    Bacillus subtilis 7,5

    60 Fe2+ Setyorini dkk., 2006

    Bacillus claussi Bacillus sp. KSM-KP43

    12,3

    11-12

    55

    60

    - -

    Saeki dkk., 2007

    Curtobacterium luteum

    7

    20 Zn2+, Cr2+ Kuddus dan Ramteke, 2008

    Arthrobacter nicotinovorans

    7,0 50 Ca2+, Mg2+, Mn2+

    Ren, dkk., 2004

    Pseudomonas aeruginosa

    9 60 - Karadzic, dkk., 2004

    Staphylococcus epidermidis

    8 50 Fe2+ Baehaki, dkk., 2005

    Bacillus licheniformis Lbbl-11

    7 50 - Olajuyigbe dan Ajele, 2008

  • 10

    2.1.4 Bacillus licheniformis

    B. licheniformis merupakan bakteri gram positif, berbentuk batang dengan

    panjang antara 1,5 µm sampai 3 µm dan lebar antara 0,6 µm sampai 0,8 µm. Spora

    dari bateri ini berbentuk batang silindris atau elips dan terdapat pada sentral atau

    parasentral. Suhu maksimum pertumbuhannya adalah 50–55°C dan suhu

    minimumnya 15°C. B. licheniformis merupakan spesies bakteri yang mampu

    menghasilkan protease dalam jumlah yang relatif tinggi dan enzim golongan

    hidrolase lainnya (Mao, dkk., 1992).

    Bakteri termofil isolat HSA3-1a merupakan bakteri golongan Bacillus

    yang tumbuh pada suhu 45-55°C yang telah diketahui karakteristik morfologi dan

    fisiologinya. sifat morfologi bakteri B. licheniformis HSA3-1a tersebut berbentuk

    batang, berspora, merupakan bakteri gram positif dan tidak bersifat motil. Sifat uji

    fisiologi bakteri tersebut positif terhadap uji katalase, oksidase, gelatin, inositol,

    voges proskaver, dan beberapa uji karbohidrat (Natsir dkk., 2010).

    Gambar 2. Bentuk sel dari bakteri B. licheniformis HSA3-1a (Natsir dkk., 2010)

  • 11

    2.2 Uraian Umum Tentang Enzim

    Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel yang bekerja

    dengan urutan-urutan yang teratur. Enzim memiliki tenaga katalik yang luar biasa

    jauh lebih besar dari katalisator sintetik, selain itu spesifisitasnya amat tinggi

    terhadap substratnya. Enzim berperan dalam mempercepat reaksi kimia spesifik

    tanpa membentuk produk sampingan (Lehninger, 1982).

    Enzim adalah suatu protein dan dihasilkan oleh sel hidup. Enzim adalah

    protein yang mempunyai fungsi khusus. Enzim bekerja dalam mengkatalisis

    reaksi kimia (biokimia) yang berlangsung di dalam sel itu sendiri. Fungsi utama

    suatu enzim ialah mengurangi hambatan energi reaksi pada suatu reaksi kimiawi.

    Enzim bergabung dengan substansinya (substrat) membentuk suatu status transisi

    yang membutuhkan energi aktivasi lebih kecil untuk berlangsungnya reaksi kimia

    tersebut (Pelczar, 1986).

    Menurut (Poedjiadi, 1994), fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk

    proses biokimia yang terjadi dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat

    mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat daripada apabila reaksi

    tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang

    sangat efisien dan mempunyai derajat spesifitas yang tinggi. Seperti juga katalis

    lainnya, maka enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia.

    Kelebihan enzim dibandingkan katalis biasa adalah (1) dapat

    meningkatkan produk beribu kali lebih tinggi; (2) bekerja pada pH yang relatif

    netral dan suhu yang relatif rendah; dan (3) bersifat spesifik dan selektif terhadap

    subtrat tertentu. Sifat-sifat tersebut menyebabkan penggunaan enzim semakin

    meningkat dari tahun ke tahun, diperkirakan peningkatan mencapai 10–15%

  • 12

    setiap tahun. Aplikasi enzim pada beberapa industri menghendaki enzim-enzim

    yang dalam beraktivitas tahan terhadap panas (termostabil) (Rahayu, 2004).

    Suatu enzim mempunyai ukuran yang lebih besar daripada substrat. Oleh

    karena itu tidak seluruh bagian enzim dapat berhubugan dengan substrat

    (Poedjiadi, 1994). Enzim bekerja dengan dua cara, yaitu menurut teori kunci-

    gembok (Lock and Key Theory) dan teori kecocokan induksi (Induced Fit

    Theory), seperti terlihat pada Gambar 3. Menurut teori kunci-gembok, reaksi

    antara substrat dengan enzim terjadi karena adanya kesesuaian bentuk ruang

    antara substrat dengan situs aktif (active site) dari enzim, sehingga sisi aktif enzim

    cenderung kaku. Substrat berperan sebagai kunci masuk ke dalam situs aktif, yang

    berperan sebagai gembok, sehingga terjadi kompleks enzim-substrat. Pada saat

    ikatan kompleks enzim-substrat terputus, produk hasil reaksi akan dilepas dan

    enzim akan kembali pada konfigurasi semula. Berbeda dengan teori kunci

    gembok, menurut teori kecocokan induksi reaksi antara enzim dengan substrat

    berlangsung karena adanya induksi substrat terhadap situs aktif enzim sedemikian

    rupa sehingga keduanya merupakan struktur yang komplemen atau saling

    melengkapi. Menurut teori ini situs aktif tidak bersifat kaku, tetapi lebih fleksibel

    (Mulia, 2007).

    Gambar 3. Teori kunci gembok dan teori kecocokan induksi (Mulia, 2007)

  • 13

    2.2.1 Penggolangan Enzim

    Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masing-

    masing enzim diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease, arginase

    dan lain-lain. Disamping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama

    lama misalnya pepsin, tripsin dan lain-lain. Oleh Commision on Enzymes of the

    internasional Union of Biochemistry, enzim dibagi dalam enam golongan besar.

    Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia dimana enzim memegang peranan.

    Enam golongan tersebut adalah (Poedjiadi, 1994):

    a) Oksidoreduktase

    Enzim-enzim yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi dalam dua

    bagian yaitu dehidrogenase dan oksidase. Dehidrogenase bekerja pada reaksi-

    reaksi dehidrogenasi, yaitu reaksi pengambilan atom hidrogen dari suatu senyawa

    (donor) dan diterima oleh senyawa lain (akseptor), sementara enzim-enzim

    oksidase juga bekerja sebagai katalis pada reaksi pengambilan hidrogen dari

    substrat. Dalam reaksi ini yang bertindak sebagai akseptor hidrogen adalah

    oksigen. Contoh enzim dehidrogenase adalah alkohol dehidrogenase, glutamat

    dehidrogenase dan lain-lain. Contoh enzim oksidase adalah xantin oksidase, glisin

    oksidase dan lain-lain.

    b) Transferase

    Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi

    pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa

    contoh enzim yang termasuk golongan ini ialah metiltransferasi,

    hidroksimetiltransferase, karboksiltransfrasi dan lain-lain.

  • 14

    c) Hidrolase

    Enzim yang termasuk dalam kelompok ini bekerja sebagai katalis pada

    reaksi hidrolisis. Ada tiga jenis hidrolase yaitu yang memecah ikatan ester,

    memecah ikatan glikosida, dan yang memecah ikatan peptida. Beberapa contoh

    enzim ini adalah esterase, amilase, peptidase dan lain-lain.

    d) Liase

    Enzim yang termasuk dalam golongan ini mempunyai peran penting

    dalam reaksi pemisahan suatu gugus dari suatu substrat atau sebaliknya tapi bukan

    dengan cara hidrolisis. Contoh enzim golongan ini adalah dekarboksilase,

    aldolase, dan hidratase dan lain-lain.

    e) Isomerase

    Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi perubahan

    intramolekular misalnya reaksi perubahan glukosa menjadi fruktosa, senyawa cis

    menjadi senyawa trans dan lain-lain. Contoh enzim yang termasuk golongan

    isomerase adalah ribulosafosfat epimerase dan glukosafosfat isomerase.

    f) Ligase

    Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi-reaksi

    pengabungan dua molekul. Oleh karenanya enzim-enzim tersebut juga dinamakan

    sintetase. Ikatan yang terbentuk dari penggabungan tersebut adalah ikatan C-O, C-

    S, C-N, atau C-C. Contoh enzim golongan ini antara lain ialah glutamin sintetase

    dan piruvat karboksilase.

    2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim

    Reaksi enzimatik yang terjadi dapat dipengaruhi oleh kondisi fisiologi

    serta kandungan protoplasma sel (in vivo). Pengaruh ini agak berbeda dengan

  • 15

    reaksi enzimatik yang terjadi secara in vitro, selain itu ada beberapa faktor lain

    yang mempengaruhi aktivitas enzim yaitu: kosentrasi substrat, konsentrasi enzim,

    pH, suhu, inhibitor (Page, 1989).

    a. Konsentrasi Substrat

    jika konsentrasi substrat rendah maka kecepatan reaksinya juga rendah,

    tetapi kecepatan reaski akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi substrat

    (Lehninger, 1982).

    b. Konsentrasi Enzim

    Kecepatan reaksi suatu enzim tergantung pada konsentrasi substratnya,

    kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim selama

    konsentrasi enzim jauh lebih sedikit daripada konsentrasi substrat (Poedjiadi,

    1994).

    c. pH

    Enzim mempunyai gugus aktif yang bermuatan positif (+) dan bermuatan

    negatif (-). Jika salah satu gugus aktifnya dipengaruhi maka aktivitas enzimnya

    juga akan berkurang, sebaliknya aktivitasnya akan optimum bila terdapat

    kesetimbangan antara kedua gugus aktifnya, dimana pH optimum untuk kegiatan

    suatu enzim tidak selalu sama tapi tergantung kepada kemurnian enzim, asal

    enzim, suhu, dan lain-lain. Enzim yang berassal dari sumber yang berbeda

    mempunyai pH optimum yang berbeda pula. Umumnya enzim memperlihatkan

    aktivitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya berkisar antara pH 4,5

    samapai 8,0 (Winarno, 1986).

  • 16

    d. Suhu

    Suhu dapat berpengaruh terhadap kecepatan reaksi enzim, naiknya suhu

    akan menaikkan kecepatan reaksi dampai kecepatan maksimum. Setelah itu

    kecepatan akan turun karena terjadi denaturasi termal terhadap enzim tersebut.

    Hal ini terjadi karena Enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat

    menyebabkan terjadinya proses denaturasi (Wirahadikusumah dan Madayanti,

    1990).

    e. Kofaktor

    Bailey dan Ollis (1988), menyatakan bahwa salah satu karakteristik

    pembeda enzim dengan katalis sintetik adalah seringnya enzim memerlukan

    kofaktor. Kofaktor bisa berupa molekul anorganik, seperti ion Fe2+, Mn2+, Zn2+,

    Na+, Mg2+, Cu2+, Ca2+ atau juga suatu molekul organik komplek yang disebut

    koenzim seperti tiamin pirofosfat, FAD, serta koenzim A.

    Ion Mg2+ dan Ca2+ sedikit meningkatkan aktivitas enzim protease dari B.

    stearothermopillus. Ion logam seperti Ca2+, Co2+, Mg2+, Sr2+, dan Zn2+, dapat

    melindungi protease asam dari Paecilomyces terhadap inaktivasi oleh panas.

    Pengaruh ion logam terhadap aktivitas enzim protease dapat diurutkan dari yang

    kecil ke yang besar sebagai berikut: Hg+< Ag+< Fe2+< Li+< Ca2+< Mg2+< Zn2+<

    NH4+< Na+< K+< Ba2+ (Sukarno, dkk., 1995).

    Gambar 4. Kalsium (Ca) (Anonim, 2012a)

  • 17

    Kalsium adalah sebuah elemen kimia dengan simbol Ca dan nomor atom

    20. Mempunyai massa atom 40.078 berwarna putih perak, yang agak lunak

    (Gambar 4). Kalsium melebur pada 845°C. Kalsium membentuk kation

    kalsium(II), Ca2+, dalam larutan air. Kalsium pertama kali diisolasi oleh Sir

    Humphry Davy, seorang kimiawan Inggris, yang melalui elektrolisis campuran

    CaO dan HgO pada tahun 1808 (Svehla, 1979).

    2.3 Enzim Protease

    Protease, disebut juga peptidase atau proteinase, merupakan enzim

    golongan hidrolase yang akan memecah protein menjadi molekul yang lebih

    sederhana, seperti menjadi oligopeptida pendek atau asam amino dengan reaksi

    hidrolisis pada ikatan peptida. Protease bersumber dari hewan, tumbuhan dan

    mikroorganisme. Saat ini protease dibutuhkan dalam skala tinggi yaitu meliputi

    dua per tiga dari enzim pasar dan banyak dimanfaatkan pada industri pangan

    maupun non pangan. (Smith 1995).

    Gambar 5. Struktur Enzim Protease (Anonim, 2011b)

  • 18

    Uchikoba dkk. (2000) menemukan adanya macluralisin, serin protease dari

    tanaman keluarga mulberry yang telah diisolasi dari buah Cudrania tricuspidata.

    Menurut Moriyama dkk.(1998), berbagai jenis Bacillus menghasilkan sejumlah

    protease ekstraselullar, dan protease alkalis disajikan dalam bentuk subtilisin

    yang memiliki hubungan evolusioner dengan enzim yang telah dikarakterisasi

    dengan sejumlah kemampuan umum dan struktur yang istimewa.

    2.3.1 Mekanisme Kerja Enzim Protease

    Berdasarkan mekanisme reaksinya, enzim protease dibagi menjadi 4

    kategori (Walsh, 2002):

    a. Protease Serin

    Golongan protease serin memiliki residu serin pada pusat aktif enzim,

    menghidrolisis substrat peptida atau ester sintetik melalui mekanisme

    pembentukan senyawa antara asilenzim seperti pada persamaan reaksi berikut:

    Gambar 6. Mekanisme pembentukan senyawa antara asilenzim (Fersht, 1985)

    Enzim dan substrat mula-mula bergabung membentuk kompleks enzim-

    substrat. Gugus hidroksil Ser-195 berikatan dengan substrat membentuk senyawa

    antara tetrahedral. Senyawa antara ini bersifat tidak stabil, kemudian luruh

    (collapse) membentuk asilenzim dengan melepaskan amina atau alkohol.

  • 19

    Kemudian asilenzim terhidrolisis membentuk kompleks enzim-produk (Fersht,

    1985).

    b. Metaloprotease

    Metaloprotease merupakan nama dari protease yang dicirikan oleh

    ketergantungan pada ion logam bivalen untuk aktivitasnya. Mekanisme katalitik

    protease logam dengan menghidrolisis asam amino pada ujung C dari substrat

    polipeptida (Fersht, 1985).

    c. Protease sistein

    Berdasarkan spesifitas rantai samping, enzim ini dibedakan menjadi 4

    kelompok yaitu protease serupa papain, dan yang serupa tripsin yang memotong

    protein pada residu arginin. Kelompok ketiga adalah protease yang spesifik

    memotong pada residu asam glutamat dan kelompok ke empat diluar kelompok

    kelompok ketiga tersebut di atas (Rao dkk., 1998).

    d. Protease aspartat

    Sebagian besar protease aspartat memiliki aktivitas maksimum pada pH 3

    dan 4 serta memiliki titik isoelektrik antara 3 dan 4,5. Secara umum berat

    molekulnya 30-45 kD, yang termasuk protease ini adalah pepsin, renin

    (chymosin) dan protease aspartat mikroba (Walsh, 2002).

    Gambar 7. Mekanisme reaksi protease aspartat pada reaksi pemutusan ikatan peptida (Ming, 2001).

  • 20

    Mekanisme reaksi dari protease aspartat yang menunjukkan dua gugus

    aspartat yang terlibat dalam reaksi katalisis. Pada proteolisis dibutuhkan molekul

    air yang teraktivasi. R dan R' mewakili sisi ikatan asam amino. Gugus hidroksil

    terlibat pada transisi tetrahidril.

    2.3.2 Aplikasi Enzim Protease

    Peptidase atau protease merupakan salah satu jenis enzim yang banyak

    digunakan dalam berbagai bidang seperti :

    a. Bidang pangan

    Penggunaan enzim protease di bidang pangan seperti pada pembuatan roti,

    daging, dan keju. Rennet merupakan enzim golongan peptidase yang digunakan

    dalam mengkoagulasikan protein susu dalam pembuatan keju. Jenis peptidase

    lain, seperti papain dan bromelain, banyak digunakan dalam mengempukkan

    tekstur daging (Anonim b, 2011).

    b. Bidang industri

    penggunaan enzim protease dibidang industri yaitu sebagai bahan dasar

    pembuatan detergen dan saat ini penggunaannya lebih disukai dibandingkan

    dengan bahan sintesis konvensional lainnya, hal ini dapat dilihat dari

    kelebihannya dalam proses pencucian, dimana enzim protease dapat digunakan

    pada temperatur rendah dan mengurangi bahaya akan polusi (Krik dkk, 2002).

    Selain itu, Protease telah diformulasikan dalam detergen untuk

    memperbaiki proses pencucian dengan kemampuan menghidrolisis protein tanah

    yang melekat. Subtilisin Carlsberg, alkalin serin protease yang secara komersil

    dikenal sebagai alkalase telah digunakan sejak tahun 1960, dan optimalisasi

  • 21

    aktivitas protease pada kondisi pencucian yang spesifik juga telah dikembangkan

    (Ikeda dkk, 2002)

    c. Bidang Kesehatan

    Aplikasi Enzim Protease dalam bidang kesehatan adalah digunakan

    meniadakan atau mengurangi cairan luka, nanah dan jaringan nekrosa yang timbul

    pada kasus luka bakar, luka operasi, maupun jenis luka lainnya. Hal ini penting

    didalam proses penyembuhan dan pembersihan luka atau pengeringannya dari

    lapisan lendir. Dalam hal ini substrat bagi enzim adalah jaringan fibrin, lapisan

    mukoprotein, kolagen, dan sebagainya. Jadi protease bekerja menguraikan

    jaringan ini sehingga bekas luka menjadi bersih (Suhartono, 1989).

    Aplikasi protease telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang terlihat pada

    Tabel 3.

    Tabel 3. Aplikasi protease dari berbagai sumber

    Protease dan Sumbernya

    Aplikasi Pustaka

    Protease alkalin dari Aspergillus clavatus

    Pemutih pakaian Hajji dkk. (2007) dalam Devi dkk.

    (2008)

    Protease serin (subtilisin Carlsberg)

    dari Bacillus licheniformis

    Komposisi dari detergen

    yang berfungsi sebagai

    penghilang noda

    Takagi (1992) dalam Tobe dkk. (2006)

    Protease Bio-40 dari Bacillus subtilis

    Detergen enzimatik (Ward, 1983)

  • 22

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Bahan Penelitian

    Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah isolat B.

    licheniformis HAS3-1a, bakto agar, ekstrak khamir, NaCl, bakto pepton, kasein, ,

    K2HPO4, MgSO4.7H2O, CaCl2.4H2O, buffer sitrat (C6H8O7.H2O dan

    C6H5O7Na3.2H2O), buffer fosfat (NaH2PO4 dan Na2HPO4), spiritus, alkohol 70%,

    aquades, aluminium foil, kertas pH universal, reagen Lowry A (asam fosfo-

    tungstat-fosfo-molibdat (folin) dan aquades), Lowry B (natrium karbonat, NaOH,

    CuSO4, natrium-kalium-tartrat), BSA (Bovine Serum Albumin), TCA (Tri

    Cloroacetic Acid) p.a., ammonium molibdat, H2SO4 pekat, Na2HAsO4.7H2O, dan

    etanol.

    3.2 Alat Penelitian

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik

    (Ohaus), magnetic stirrer (Model 8000-DSE Napco), inkubator (Memmert),

    shaker water bath incubator (Thermo Scientific MaxQ 7000 Benchtop Water

    Bath Shakers Model N0. SHKA 7000, di laboratorium kimia, Universitas Islam

    Negeri, Samata-Gowa), oven (Memmert), waterbath (Memmert), mikropipet 100 -

    1000 µL (Finnipipette Campus), Spektronik 20D+, sentrifuse (Sentrifuse

    Universal 320 R Hettich Zentrifugen), cawan petri, jarum ose, erlenmeyer, dan

    alat-alat gelas yang umum digunakan di Laboratorium.

  • 23

    3.3 Metode Penelitian

    Metode penelitian yang akan dilakukan terdiri atas beberapa tahap yang

    meliputi: pembuatan medium padat, pembuatan medium inokulum, pembutan

    medium produksi, peremajaan bakteri B. licheniformis HSA3-1a, penentuan

    waktu produksi enzim optimum, produksi enzim protease, uji aktivitas protease,

    pengukuran kadar protein dengan metode Lowry, Penentuan senyawa kofaktor

    terhadap aktivitas enzim dan stabilitas protease.

    3.3.1 Pembuatan Medium Padat

    Medium padat dibuat dengan komposisi sebagai berikut: yeast ekstrak

    0,05%, NaCl 0,1%, bakto agar 1,5%, kasein 0,5%, bakto pepton 0,01% dilarutkan

    dalam aquades 100 mL. Kemudian dihomogenisasi dengan magnetic stirrer,

    dipanaskan sampai larut lalu disterilkan dalam autoclave selama 30 menit,

    didinginkan kemudian dituang dalam cawan petri steril.

    3.3.2 Pembuatan Medium Inokulum

    Medium inokulum dibuat dengan komposisi sebagai berikut: yeast ekstrak

    0,05%, pepton 0,01%, KH2PO4 0,01%, NaCl 0,1%, MgSO4.7H2O 0,01% dan

    kasein 0,5%, dilarutkan dalam aquades 100 mL, dihomogenisasi dengan magnetic

    stirrer, disterilkan dalam autoclave selama 30 menit, didinginkan kemudian

    dituang dalam cawan petri steril.

    3.3.3 Pembuatan Medium Produksi

    Medium produksi dibuat dengan komposisi sebagai berikut: yeast ekstrak

    0,05%, bakto pepton 0,01%, NaCl 0,1%, KH2PO4 0,01%, MgSO4.7H2O 0,01%,

    CaCl2 pada berbagai konsentrasi (0,005%; 0,01%; 0,015%; 0,02%; 0,025%),

  • 24

    kasein 0,5% dilarutkan dalam aquades 130 mL lalu dihomogenisasi dengan

    magnetic stirrer, disterilkan dalam autoclave selama 30 menit, didinginkan

    kemudian dituang dalam cawan petri steril.

    3.3.4 Peremajaan Mikroba Isolat B. licheniformis HAS3-1a

    Isolat bakteri B. licheniformis HSA3-1a dikulturkan pada beberapa

    medium LA pada cawan petri selama 2-3 hari pada suhu 50°C. Indikasi bahwa

    mikroba dapat mendegradasi kasein dengan baik ditunjukkan melalui isolat yang

    tumbuh dengan baik dan memiliki zona bening sekitar koloni. Isolat hasil

    peremajaan ini digunakan dalam produksi enzim protease.

    3.3.5 Penyiapan Inokulum

    Isolat B. licheniformis HSA3-1a yang telah ditumbuhkan pada medium

    diambil 2-3 ose ditanam ke dalam medium inokulum yang telah disiapkan. Biakan

    tersebut kemudian dimasukkan ke dalam shaker pada suhu 50°C, 180 rpm selama

    20-24 jam.

    3.3.6 Penentuan Konsentrasi Optimum CaCl2 serta Waktu Produksi

    Optimum Enzim

    Sebelum produksi enzim terlebih dahulu dilakukan penentuan konsentrasi

    optimum CaCl2 serta waktu produksi optimum enzim protease. Isolat murni yang

    telah diremajakan dikultivasi dalam medium fermentasi/produksi untuk

    melakukan pengujian aktivitas enzim protease. Proses ini dimulai dengan

    pembuatan inokulum kemudian dilanjutkan dengan proses fermentasi (produksi

    enzim). Inokulum yang telah diinkubasi selama 20-24 jam pada suhu 50°C; 180

    rpm, diambil sebanyak 10% untuk diinokulasikan ke dalam 30 mL medium

  • 25

    produksi. Setiap 12 jam dilakukan sampling, selanjutnya dilakukan pengukuran

    aktivitas enzim protease serta analisis kadar proteinnya.

    3.3.7 Produksi Enzim Protease Ekstraseluler

    Setelah diketahui konsentrasi optimum CaCl2 serta waktu produksi enzim

    yang optimum, maka produksi enzim dilakukan dalam jumlah (volume) besar

    sekitar 1500 mL pada kondisi optimum. Sampel disentrifugasi dengan kecepatan

    3500 rpm pada suhu 4°C selama 30 menit. Supernatan diambil dan dianalisis

    kadar protein dan pengujian aktivitas protease terhadap pengaruh pH dan suhu.

    3.3.8 Pengukuran Kadar Protein dengan Metode Lowry

    Komposisi reagen Lowry B adalah Na2CO3 2% dalam NaOH 0,1 N :

    CuSO4 1% : Natriun-kalium-Tartrat (100 : 1 :1) dan reagen Lowry A adalah

    larutan asam phospho-tungstic-phospho-molybdic (folin) : aquades (1 : 1). Kadar

    protein diukur dengan menggunakan BSA (Bovine Serum Albumin) sebagai

    standar dan diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang

    gelombang maksimum.

    Sebanyak 1 mL enzim protease ditambah 2,5 mL larutan Lowry B,

    diinkubasi pada suhu 50°C selama 10 menit. Selanjutnya ditambahkan 0,25 mL

    Lowry A dan diinkubasi kembali pada 50°C selama 30 menit dengan sesekali

    dikocok, kemudian absorbansi diukur pada λ maksimum BSA yang telah

    ditentukan dengan spektrofotometer UV-Vis.

    3.3.9 Uji Aktivitas Protease

    Prosedur untuk mengukur aktifitas protease adalah metode Walter (1984)

    yang telah dimodifikasi. Ada tiga perlakuan yaitu untuk blanko, standar dan

  • 26

    sampel. Sebanyak 0,1 mL larutan enzim dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang

    berisi 0,5 mL kasein 2% b/v dan 0,5 mL bufer fosfat pH 7. Perlakuan pada blanko

    dan standar, enzim diganti dengan akuades dan tirosin 0,1 mM. Larutan tersebut

    diinkubasi pada suhu 50°C selama 10 menit. Reaksi hidrolisis dihentikan dengan

    cara penambahan 1 mL TCA (asam trikloroasetat) 0,1 M. Pada blanko dan standar

    ditambahkan 0,1 mL larutan enzim, sedangkan pada sampel ditambahkan 0,1 mL

    akuades. Selanjutnya larutan diinkubasi kembali pada suhu 50°C selam 10 menit,

    dilanjutkan dengan sentrifugasi pada kecepatan 10000 rpm selama 10 menit.

    Sebanyak 0,75 mL supernatan ditambahkan ke dalam tabung reaksi yang

    berisi 2,5 mL Na2CO3 0,4 M kemudian ditambahkan 0,5 mL pereaksi folin

    Ciocalteau (1:2) dan diinkubasi pada suhu 50°C selama 20 menit. Hasil inkubasi

    diukur dengan spektrofotometer pada λ = 665 nm (λ maksimum). Aktivitas enzim

    protease dapat dihitung dengan rumus :

    Keterangan: UA = Unit aktivitas enzim (U/mL) Asp = Nilai absorbansi sampel Ast = Nilai absorbansi standart Abl = Nilai absorbansi blanko P = Faktor pengenceran T = Waktu inkubasi (menit)

    3.3.10 Penentuan pH Optimum

  • 27

    Protease diuji aktivitasnya pada berbagai variasi pH buffer yaitu pH 5,0 ;

    6,0; 7,0 dan 8,0 menggunakan bufer fosfat-sitrat 0,2 M dengan metode Walter

    (1984).

    3.3.11 Penentuan Suhu Optimum

    Penentuan suhu optimum dilakukan dengan aktivitas protease diuji pada

    berbagai suhu inkubasi yaitu 30ºC, 40ºC, 50ºC dan 60ºC. Pengujian dilakukan pada

    pH optimum yang telah ditentukan dengan metode Walter.

    3.3.12 Penentuan Pengaruh Senyawa Kofaktor terhadap Aktivitas Enzim

    Campuran buffer fosfat-sitrat pH 7 (pH optimum) yang divariasi, dan 0,1

    mL enzim (sampel), setelah itu dilakukan penambahan ion logam dari senyawa

    CaCl2 dengan variasi konsentrasi 0,01%, 0,015%, 0,02%, 0,025% dan 0,03%

    kemudian ditambahkan 0,5 mL kasein 2%. Setelah itu diinkubasi selama 10 menit

    dengan suhu 50°C (suhu optimum yang diperoleh). Uji aktivitas protease

    dilakukan dengan metode Walter (1984).

  • 28

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Penentuan Konsentrasi Optimum CaCl2 dan Waktu Optimum Produksi Enzim Protease dari Bacillus licheniformis HSA3-1a.

    Protese merupakan enzim yang banyak dimanfaatkan dalam berbagai

    bidang sehingga dibutuhkan dalam jumlah yang tidak sedikit. Untuk

    meningkatkan produksi enzim protease salah satu caranya yaitu dengan

    penambahan logam, oleh karena itu pada tahap peremajaan bakteri Bacillus

    licheniformis HSA3-1a, ke dalam media NA (nurtien agar) ditambahkan CaCl2

    dengan konsentrasi 0,01% dan sebagai media pembandingnya adalah tanpa

    penambahan logam CaCl2. Setelah dibandingkan, ternyata pertumbuhan bakteri B.

    licheniformis HSA3-1a pada media NA yang ditambah logam CaCl2 lebih bagus

    (Lampiran 4) dibanding media NA tanpa penambahan logam (Lampiran 5).

    Logam CaCl2 berfungsi sebagai nutrisi untuk pertumbahan bakteri, adapun

    peremajaan ini dilakukan supaya bakteri yang akan ditumbuhkan dalam media

    NA tumbuh dengan baik, stok bakteri kemudian diuji zona hidrolisisnya

    (Lampiran 6) untuk melihat kemampuan bakteri dalam menghidrolisi substrat.

    Penentuan konsentrasi optimum CaCl2 dan waktu optimum produksi enzim

    protease dari B. licheniformis HSA3-1a menggunakan CaCl2 0,005%, 0,01%,

    0,015%, 0,02% dan 0,025% dengan pH medium7,0. Hal ini dilakukan untuk

    mengetahui pada konsentrasi CaCl2 berapa persen dan waktu fermentasi sehingga

    diperoleh enzim protease maksimum. Enzim ekstrak ekstraseluler dipisahkan dari

    sel bakteri dengan metode sentrifugasi, dimana sel bakteri akan mengendap dan

    enzim terlarut dalam supernatan atau filtrate. Proses sentrifugasi ini dilakukan

  • 29

    pada suhu 4ºC dengan kecepatan 3500 rpm selama 30 menit. Penggunaan suhu

    dingin disini adalah untuk menghindari proses denaturasi protein. Selanjutnya

    menentukan aktivitas enzimnya dengan mengukur absorbansinya pada panjang

    gelombang 665 nm yang merupakan panjang gelombang maksimum. Besarnya

    aktivitas protease ditentukan berdasarkan jumlah tirosin yang dihasilkan dari

    hidrolisis kasein yang diukur pada panjang gelombang maksimum yaitu 665 nm.

    Tabel 4. Data hasil penentuan konsentrasi optimum CaCl2 dan waktu optimum produksi enzim protease dari Bacillus licheniformis HSA3-1a

    No Waktu

    Fermentasi

    (Jam)

    Aktivitas Protease

    (U/mL)

    [CaCl2]

    0,005

    [CaCl2]

    0,01

    [CaCl2]

    0,015

    [CaCl2]

    0,02

    [CaCl2]

    0,025

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    7.

    8.

    12

    24

    36

    48

    60

    72

    84

    0

    0

    0

    4,9.10-2

    4,1.10-2

    4,3.10-2

    0

    0

    0,9.10-2

    0,03.10-2

    1,9.10-2

    0,5.10-2

    0

    2,1.10-2

    0,0124

    1,1.10-2

    0,3.10-2

    1,2.10-2

    5,6.10-2

    4,6.10-2

    1,1.10-2

    0,0032

    0,6.10-2

    0

    1,7.10-2

    0,08.10-2

    1,9.10-2

    1,3.10-2

    0

    0

    0

    3,8.10-2

    0

    0

    0,6.10-2

  • 30

    Gambar 8. Penentuan konsentrasi optimum CaCl2 serta waktu produksi optimum enzim protease dari Bacillus licheniformis HAS3-1a

    Data hasil penelitian (Gambar 8) menunjukkan bahwa aktivitas enzim

    protease yang memiliki peningkatan paling besar adalah pada konsentrasi CaCl2

    0,015% dengan waktu produksi 60 jam. Waktu fermentasi 12 jam, 24 jam, dan 36

    jam, enzim protease yang disekresikan masih sangat rendah untuk setiap

    konsentrasi CaCl2. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sel bakteri masih

    dalam fase adaptasi terhadap lingkungannya (medium), sehingga enzim yang

    disekresikan masih sedikit, sedangkan pada waktu fermentasi 72 jam dan 84 jam

    aktivitas enzim protease menurun pada konsentrasi CaCl2 0,005%, 0,015%,

    0,02%, dan 0, 025%, hal ini mungkin disebabkan karena habisnya nutrisi dalam

    media. Berbeda dengan aktivitas enzim protease pada konsentrasi 0,01%, pada

    waktu fermentasi 72 jam dan 84 jam aktivitas enzimnya semakin naik, ada

    kemungkinan bahwa pada waktu ini masih ada protein yang dioproduksi namun

    ini tidak efesien. Oleh karena itu, waktu produksi optimum yang digunakan untuk

    memproduksi enzim protease dalam jumlah yang besar adalah 60 jam karena

  • 31

    merupakan waktu produksi yang paling cepat dengan nilai aktivitas tertinggi.

    Berbeda dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Indriyani (2010)

    dimana waktu produksi optimum enzim protease dari bakteri isolat HMT-3 adalah

    pada jam ke 108 dengan nilai aktivitas sebesar 0,059 U/mL pada suhu 37ºC. Hal

    ini dapat terjadi karena adanya perbedaan mikroba yang digunakan dan suhu

    pertumbuhan mikroba yang berbeda.

    4.2 Pengukuran Kadar Protein dengan Metode Lowry

    Penentuan kadar protein dalam enzim ditentukan dengan menggunakan

    metode Lowry. Larutan Lowry ada dua macam yaitu larutan Lowry A yang terdiri

    dari fosfotungstat-fosfomolibdat dengan perbandingan 1:1. Fosfotungstat-

    fosfomolibdat berperan memberikan warna biru, sedangkan larutan lowry B

    terdiri atas Na2CO3 2% dalam larutan NaOH 0,1 N, Na-K-tartrat 2% dan

    CuSO4.5H2O. Dalam hal ini, Na-K-tartrat bertindak mencegah terjadinya

    pengendapan kupri oksida yang terdapat dalam reagen, sementara Na2CO3 sebagai

    pemberi suasana alkalis pada reaksi, dimana reaksi hanya akan terjadi dalam

    suasana alkalis. Adapun penggunaan CuSO4.5H2O adalah sebagai katalisator

    untuk mempercepat proses destruksi protein menjadi unsur-unsurnya. Kekuatan

    warna biru ini bergantung pada kandungan residu triptopan dan tirosinnya. Kadar

    protein ini diukur dengan menggunakan BSA (Bovine Serum Albumin) yaitu

    larutan yang mengandung protein sebagai standar kemudian diukur pada panjang

    gelombang maksimum yaitu pada panjang gelombang 670 nm. Selanjutnya

    diperoleh kurva standar (Lampiran 8). Dari kurva standar ini kemudian dibuat

    persamaan garis lurus untuk mengitung kadar protein protease.

  • 32

    Tabel 5. Data pengukuran kadar protein protease pada panjang gelombang 670 nm

    No Waktu fermentasi

    (jam)

    Kadar protein

    (mg/mL)

    Aktivitas Protease

    (U/mL)

    1 12 0,8790 0,0124

    2 24 1,5098 0,0124

    3 36 1,6236 0,003

    4 48 2,0165 0,012

    5 60 1,4685 0,056

    6 72 1,4373 0,046

    7 84 1,4168 0,011

    Gambar 9. Kadar protein protease dari Bacillus licheniformis HSA3-1a selama

    waktu fermentasi

    Nilai kadar protein dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 9, dimana nilai

    kadar yang tertinggi diperoleh pada waktu produksi protease yang ke 48 jam

    sebesar 2,0165 mg/mL. Sedangkan kadar protein yang paling rendah diperoleh

    pada waktu produksi protease yang ke 12 jam dengan nilai kadar 0,8790 mg/mL.

  • 33

    4.3 Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Protease dari Bacillus licheniformis HSA3-1a

    Aktivitas enzim protease dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

    yaitu pH. Suatu enzim akan bekerja dengan baik pada pH tertentu. Perubahan pH

    yang ekstrim, enzim dapat mengalami denaturasi akibat gangguan terhadap

    berbagai interaksi non kovalen yang menjaga kestabilan struktur 3 dimensi enzim

    sehingga keaktifan enzim pun terganggu (Suhartono, 1989). Perubahan keaktifan

    enzim diakibatkan oleh gugus ionik enzim pada sisi aktif atau sisi lain. Gugus

    ionik enzim berperan dalam menjaga konformasi sisi aktif dalam mengikat

    substrat enzim dan mengubah substrat menjadi produk. Aktivitas enzim akan

    optimum jika terdapat keseimbangan antara kedua muatannya. Pada keadaan

    asam, muatannya cenderung positif dan pada keadaan basa muatannya cenderung

    negatif sehingga aktivitas enzimnya menjadi berkurang dan bahkan menjadi tidak

    aktif (Putranto 2006).

    Gambar 10. pH Optimum Enzim Protease dari Bacillus licheniformis HSA3-1a pada pada [S] = 2,0%; 50ºC

  • 34

    Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh (Gambar 10), menunjukkan

    bahwa aktivitas enzim protease mencapai maksimum pada pH 7,0 dengan

    aktivitas sebesar 0,0104 U/mL setelah sebelumnya diperoleh nilai aktivitas 0

    U/mL pada pH 5,0; pada pH 6,0 sebanyak 0,0099 U/mL dan kembali menurun

    aktivitasnya pada pH di atas 8,0 yaitu 0,0064 U/mL.

    Beberapa penelitian sebelumnya seperti Putranto (2006) menunjukkan

    protease dari bakteri Lactobacillus acidophilus memiliki aktivitas optimum pada

    kondisi pH 5,5 dan suhu 37°C, selain itu menurut penelitian Olajuyigbe dan Ajele

    (2008), protease yang diperoleh dari B. licheniformis Lbbl-11 memiliki aktivitas

    optimum pada suhu 50°C dengan pH optimum 7. Vazquez et al. (2008)

    melaporkan protease Psudoalteromonas sp strain P96-47 yang berasal dari laut

    Antartik memiliki pH optimum 7-9. Hal ini menunjukkan bahwa setiap enzim

    memiliki pH optimum yang berbeda disebabkan karena komposisi asam amino

    penyusunnya berbeda pula.

    4.4 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Protease dari Bacillus licheniformis

    HSA3-1a Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi reaksi enzimatis.

    Menurut Kosim dan Putra (2010), peningkatan suhu menyebabkan aktivitas enzim

    meningkat. Hal ini disebabkan oleh suhu yang makin tinggi akan meningkatkan

    energi kinetik, sehingga menambah intensitas tumbukan antara substrat dan

    enzim. Pada suhu optimum, tumbukan antara enzim dan substrat sangat efektif,

    sehingga pembentukan kompleks enzim-substrat makin mudah sehingga dapat

    meningkatkan aktivitas enzim, namun peningkatan suhu lebih lanjut akan

    menurunkan aktivitas enzim. Hal ini disebabkan karena enzim mengalami

  • 35

    denaturasi. Denaturasi menyebabkan struktur lipatan enzim membuka pada bagian

    permukaannya sehingga sisi aktif enzim berubah dan mengakibatkan terjadi

    penurunan aktivitas enzim. Enzim mengalami perubahan konformasi pada suhu

    terlalu tinggi, sehingga substrat terhambat dalam memasuki sisi aktif enzim.

    Gambar 11. Pengaruh suhu terhadap aktivitas protease dari Bacillus licheniformis HSA3-1a pada [S] = 2,0%; pH 7

    Penentuan suhu optimum protease dilakukan dengan mengukur aktivitas

    protease pada berbagai suhu inkubasi yaitu pada rentang suhu antara 40-60°C.

    Pada Gambar 11 menunjukkn aktivitas protease semakin meningkat dengan

    bertambahnya suhu sampai suhu optimum tercapai yaitu pada suhu 50°C dengan

    nilai aktivitas sebesar 0,012 U/mL, setelah itu kenaikan suhu lebih lanjut akan

    menyebabkan aktivitas protease menurun. Pada suhu yang lebih rendah dari suhu

    optimum, aktivitas enzim juga rendah, hal ini disebabkan rendahnya energi

    aktivasi yang tersedia. Energi tersebut dibutuhkan untuk menciptakan kondisi

    tingkat kompleks aktif, baik dari molekul enzim maupun dari molekul substrat.

    Peningkatan suhu juga berpengaruh terhadap perubahan konformasi substrat

    sehingga sisi aktif substrat mengalami hambatan untuk memasuki sisi aktif enzim

  • 36

    dan menyebabkan turunnya aktivitas enzim. Dibandingkan dengan penelitian yang

    telah dilakukan sebelumnya, dapat diketahui bahwa suhu optimum enzim protease

    bervariasi bergantung pada spesies bakteri yang menghasilkannya. Enzim protease

    yang telah diisolasi dari B. licheniformis Lbbl-11 memiliki aktivitas tertinggi pada

    pH 7 dan suhu 50°C (Olajuyigbe dan Ajele, 2008), sementara menurut hasil

    penelitian Kuddus dan Ramteke (2008), enzim protease yang telah diisolasi dari

    Curtbacterium luteum memiliki aktivitas tertinggi pada pH 7 dan suhu 20°C.

    4.5 Pengaruh Senyawa Kofaktor terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Bacillus licheniformis HSA3-1a.

    Menurut Bailey dan Ollis (1998), salah satu karakteristik enzim yaitu

    memerlukan kofaktor. Kofaktor berupa molekul anorganik. Kofaktor ini terbagi

    dua, dimana salah satunya bisa sebagai pengaktif yang dikenal sebagai aktivator

    dan ada juga yang berfungsi sebagai penghambat atau yang dikenal sebagai

    inhibitor. Salah satu kofaktor yang dibutuhkan oleh enzim adalah logam yang

    dapat mendukung efisiensi katalitik enzim. Logam tersebut membantu reaksi

    katalitik dengan cara mengikat substrat pada sisi pemotongan. Selain berperan

    dalam pengikatan enzim dengan substrat, beberapa logam juga dapat mengikat

    enzim secara langsung untuk menstabilkan konformasi aktifnya atau menginduksi

    formasi situs pengikatan atau situs aktif suatu enzim. Menurut hasil penelitian yag

    dilakukan oleh Elvi (2002), bahwa ion Ca2+ merupakan aktivator yang dapat

    meningkatkan aktivitas enzim protease yang di produksi dari Bacillus subtilis

    1012M15. Ion Ca2+ merupakan modulator positif yang menyebabkan perubahan

    konformasi sisi katalitik enzim, yang akan mempermudah interaksi dengan

    substrat sehingga meningkatkan aktivitas katalitik enzim. Berdasarkan penelitian

  • 37

    sebelumnya maka pada penelitian ini dilakukan penambahan senyawa CaCl2

    dengan variasi konsentrasi yang berbeda yaitu 0,01 M, 0,015 M, 0,02 M, 0,025 M,

    dan 0,03 M dan tanpa penambahan CaCl2 sebagai kontrol untuk mengetahui

    kosentrasi optimum CaCl2 yang dapat bersifat aktivator dan inhibitor.

    Gambar 12. Pengaruh senyawa kofaktor CaCl2 terhadap aktivitas protease dari B.

    licheniformis HSA3-1a pada [S] = 2,0%; pH 7; suhu 50ºC

    Data hasil penelitian (Gambar 12) menunjukkan bahwa nilai aktivitas

    enzim protease tertinggi pada konsentrasi CaCl2 0,015 M yaitu 0,002, dengan

    aktivitas relatif 100% ini menunjukkan bahwa pada kosentrasi 0,015 M CaCl2

    bersifat sebagai aktivator sedangkan pada konsentrasi 0,01 M, 0,02 M, 0,025 M

    dan 0,03 M, CaCl2 bersifat sebagi inhibitor atau penghambat. Menurut Suhartono

    (1989), Adanya penghambatan ion logam terhadap aktivitas protease pada

    konsentrasi tertentu berkaitan dengan kekuatan ion, dimana kekuatan ion itu

    sendiri mempengaruhi konformasi atau struktur tiga dimensi dari protein enzim

    atau protein substrat.

  • 38

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

    disimpulkan bahwa enzim protease memiliki aktivitas sebesar 0,0561 U/mL

    dengan waktu produksi optimum 60 jam pada konsentrasi CaCl2 0,015% dan

    kadar ptotein 2,0165 mg/mL pada waktu produksi 48 jam.

    Enzim protease dari B. licheniformis HSA3-1a tersebut bekerja optimum

    pada kondisi pH 7,0 dan suhu 50ºC dengan nilai aktivitas sebesar 0,0104 U/mL

    dan 0,012 U/mL, serta mengalami peningkatan aktivitas pada penambahan CaCl2

    0,015 M dengan aktivitas relatif 100%

    5.2 Saran

    Enzim protease merupakan enzim yang memiliki banyak kegunaan baik

    itu dalam analisis klinik, di bidang industri, dan pangan sehingga tentunya akan

    dibutuhkan dalam jumlah yang besar, maka dari itu perlu dilakukan penelitian

    lebih lanjut mengenai senyawa kofaktor lainnya yang dapat mempengaruhi

    produksi enzim protease.

  • 39

    DAFTAR PUSTAKA

    Ali, A., 2005, Mikrobiologi Dasar, Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar, Makassar.

    Anonim, 2011b, Protease, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Protease, diakses

    12 Maret 2012). Anonim, 2012a, Kalsium, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Kalsium, diakses

    12 Maret 2012). Baehaki, A., Rinto., dan Budiman, A., 2011, Isolasi dan Karakterisasi Protease

    dari Bakteri Tanah Rawa Indralaya Sumatera Selatan, Fakultas Pertania, Universitas Sriwijaya, 12(1)

    Bailey,J.E dan D.F Ollis, 1988, Biochemical Engineering Fundamental, 2nd

    Edition, Mc Graw-Hill Book Company, New York. Devi, M.K. dkk., 2008, Purification and Characterization of Alkaline Protease

    Enzyme from Native Isolate Aspergillus niger and Its Compatibility with Commercial Detergen, Indian Journal of Science and Technology, 1(7).

    Djide, M.N., dan Sartini, 2005, Mikrobiologi Farmasi Dasar, Laboratorium

    Mikrobiologi Farmasi Universitas Hasanuddin, Makassar. Dwidjoseputro, D., 1998, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta.

    Falch, E.A. 1991. Industrial enzyrres developments inproduction and application. Biotech. Adv. 9:643-658.

    Fersht, A., 1985, Enzyme Structure and Mechanism, 2nd ed., W.H. Freeman and

    Company, New York. Fuad, A.M., Rahmawati, R., dan Mubarik, N.R., 2004, Produksi dan

    Karakterisasi Parsial Protease Alkali Termostabil Bacillus thermoglucosidasius AF-01, Jurnal Mikrobiologi Indonesia, 9(1): 29–35.

    Handayani, N. C, 2009, Pengaruh Penambahan NaCl terhadap Aktivitas Protease

    Ekstraseluler Bakteri Halofilik Isolat Bittern Tambak Garam Madura pada Berbagai pH, Skripsi S1 Kimia, FMIPA, UNDIP, Semarang.

    Hidayat, N., Padaga, M.C., dan Suhartini, S., 2006, Mikrobiologi Industri, Andi,

    Yogyakarta. Ikeda, S., M. Sharyou and R. Kurosaka, 2002, Recent Advanced Technology of

    Detergent Enzymes, Fragrance Journal, 30:61-67

  • 40

    Karadzic, I., A. Masui, and N. Fujiwara, 2004, Purification and characterization of a Protease from Pseudomonas aeruginosa Grown in Cutting Oil, Journal of Bioscience and Bioengineering, 98(3):145-152.

    Kenneth, T., 2009, Nutrition and Growth of Bacteria, University of Wisconsin-Madison Department of Bacteriology.

    Kocabiyik, S. and I. Ozdemir, 2006, Purification and Characterization of An Intracellular Chymotrypsin-Like Serin Protease from Thermoplasma Volcanium, Biosci. Biotechnol. Biochem, 70(1):126-134.

    Kosim, M., dan Putra, S.R., 2010, Pengaruh Suhu Pada Protease Dari Bacillus

    subtilis, Prosiding Skripsi Semester Genap 2009-2010, Jurusan Kimia FMIPA ITS, Surabaya.

    Kuddus, M. dan P.W. Ramteke, 2008, A Cold-Active Extracelullar

    Metalloprotease from Curtobacterium luteum (MTCC 7529): Enzyme Production and Characterization, J. Gen. Appl. Microbiol., 54:385-392.

    Lehninger, A. L., 1982, Dasar-Dasar Biokimia, terjemahan oleh Maggy

    Thenawijaya, Erlangga, jakarta. Mao, S.S., dkk., 2008, A Time-Resolved, Internally Quenched Fluorescence

    Assay to Characterize Inhibition of Hepatitis C Virus Nonstructural Protein 3–4a Protease at Low Enzyme Concentrations, Analytical Biochemistry, 373(1).

    Ming, L, Y., 2001, γ-Secretase: A Catalyst of Alzheimer Disease and Signal

    Transduction, Molecular interventions 1:4. Moon, S.H. and S.J. Parulekar. 1993. Some observation on protease producing in

    continuous suspention cultures of Bacillus firmus. Biotech. Bioeng. 41:43-54.

    Moriyama dkk., 1998, A Cystein-Dependent Serine Protease Associated With The

    Dormant Spores of Bacillus Cereus: Purification of The Protein And Cloning of The Corresponding Gene, Biosci. Biotechnol. Biochem, 62(2): 268-274

    Mukherjee, A.K., H. Adhikari, dan S.K. Rai, 2008, Production of Alkaline

    Protease By a Thermophilic Bacillus Subtilis Under Solid-State Fermentation (SSF) Condition Using Imperata Cylindrica Grass And Potato Peel As Low-Cost Medium: Characterization and Application of Enzyme In Detergent Formulation, Biochemical Engineering Journal, 39(2):353–361

    Mulia, I., 2007, Enzim, (Online), (http://metabolismelink. freehostia.com/

    enzim.htm, diakses 2 Maret 2012)

  • 41

    Natsir, H., Patong, A. R., Suhartono, M. T., dan Ahmad, A., 2010, Production and

    Characterization of Chitinase Enzymes from Hot Spring in South Sulawesi, Bacillus sp. HSA3-1a, Indo. J. of Chem, 10(2), 256-260.

    Olajuyigbe, M., F., and Ajele, O., J, 2008, Some Properties of Extracellular Protease

    from Bacillus licheniformis Lbbl-11 Isolated from “iru”, A Traditionally Fermented African Locust Bean Condiment, Department of Chemical Sciences, University of Trieste, Via Giorgieri, 1, Trieste 34127, Trieste, Italy, 3 (1): 42-46,

    Page, D.S., 1989, Prinsip-Prinsip Biokimia, Erlangga, Jakarta. Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S., 1986, Dasar-dasar Mikrobiologi, UI-Press,

    Jakarta. Poedjiadi, A., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.

    Prasetyo, R. J., 2010, Kurva Pertumbuhan Mikroba, (Online), (http://www.try4know.co.cc/2009/12/kurva-pertumbuhan-mikroba.html, diakses 2 Maret 2012).

    Putranto, W.S., 2006, Purifikasi dan Karakterisasi Protease Yang Dihasilkan

    Lactobacillus acidophilus dalam Fermentasi Susu Sapi Perah, Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Bioteknologi “ Capturing Opportunities through Biotechnology” Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI, Bandung, 15-16 November.

    Rachdie, 2006, Prinsip Pertumbuhan Bakteri, (Online), (http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/prinsip-pertumbuhan-bakteri/, diakses 2 Maret 2012).

    Rahayu, S., 2004, Karakteristik Biokimiawi Enzim Termostabil Penghidrolisis Kitin (Online), (http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/sri, diakses 5 Maret 2012).

    Ren, S., dkk., 2004, Isolation of a Cadmium-Releasing Bacterium and

    Characterization of Its Novel Protease, Biosci. Biotechnol. Biochem, 68(8):1627-1633.

    Rao, M.M., A.M. Tanksale, M.S. Gatge, V.V. Desphande, 1998, Molekular And

    Biotechnological Aspect Of Microbial Protease, Mikrobiol. And Mol. Biol. Rev., 62(3):597-635.

    Saeki dkk., 2007, Detergent Alkali Proteases: Enzymatic Properties, Genes, and

    Crystal Structures, Journal of Bioscience and Bioengineering, 103(6):501-508.

  • 42

    Siswanto, Suharyanto, S., dan Yoharmus., 2009, Penggunaan Enzim Protease pada Pengolahan Lateks Pekat DPNR sebagai Bahan Pembuatan Sphygmomanometer, Menara Perkebunan., 77(2), 67-78.

    Setyorini, dkk., 2006, Purification and Characterization of Two Novel

    Halotolerant Extracelullar Proteases from Bacillus subtilis Strain FP-133, Biosci. Biotechnol. Biochem., 70(2):433-440.

    Smith, J.E., 1995, Bioteknologi, Edisi Kedua, Terjemahan A. Hartono, Penerbit

    Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Sofa, P., 2008, Mikroorganisme, Bakteri dan Virus, (Online), (http://massofa.

    wordpress.com/2008/02/05/mikroorganisme-bakteri-dan-virus/, diakses 5 Maret 2012).

    Suhartono, M.T., 1989, Enzim dan Bioteknologi, Pusat Antar Universitas

    Bioteknologi IPB-Depdikbud, Bogor. Susanto, J.P., dan Sopiah, N., 2003, Pengaruh Logam dan Konsentrasi Substrat

    terhadap Pertumbuhan dan Aktivitas Bakteri Proteolitik pada Proses Deproteinasi Cangkang Rajungan, Balai Teknologi Lingkungan BPPT-Puspitek.

    Svehla, G., 1979, Vogel Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro,

    PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta. Tobe, S. dkk., 2006, Expression of Bacillus Protease (Protease BYA) from

    Bacillus sp. Y in Bacillus subtilis and Enhancement of Its Specific Activity by Site-Directed Mutagenesis—Improvement in Productivity of Detergent Enzyme, Biol. Pharm. Bull., 29(1) 26—33.

    Uchikoba, T., dkk., 2000, Isolation and Some Properties of A Serine Protease

    from The Fruits of Cudrania cochinchinensis (Lour.) Kudo et Masam, Biosci. Biotechnol. Biochem., 64(3):623-624.

    Vázquez SC, Hernández E, Cormack WPM. 2008. Extracellularproteases from the

    Antarctic marine Pseudoalteromonas sp. P96-47 strain. Revista Argentina de Microbiologia 40:63-71.

    Walsh, G., 2002, Proteins Biochemistry and Biotechnology, John Wiley and Sons,

    Canada. Ward, O.P., 1985, Protgeolytic enzymes. In Young, M.M. (Ed.). Comprehensive

    Biotechnology: The principles, Applications, and Regulations of Biotechnology in Industry, Agriculture and Medicine, Vol. 3, Pergamon Press, Oxford.

  • 43

    Wiradikusumah, M., Madayanti, Fida., 1990, Teknologi Enzim, Pusat Antar Universitas Biokteknologi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

    Winarno, F.G., 1986, Enzim Pangan, PT. Gramedia, Jakarta.

  • 44

    Lampiran 1. Skema Isolasi Protease dari B. licheniformis HSA3-1a

    - Dikulturkan pada medium NA suhu 500C, pH 7 selama 2-3 hari

    - Diambil 2 – 3 ose, lalu ditanam ke dalam media inokulum.

    - Diinkubasi pada suhu 500C, 180 rpm, selama 16-20 jam

    - Dishaker pada suhu 370C, selama 1-7 hari

    (dilakukan sampling setiap 12 jam) - Disentrifugasi 3500 rpm pada suhu 40C

    selama 30 menit.

    - Analisis Kadar Protein - Uji Aktivitas Enzim Protease

    Stok Kultur Isolat B.

    licheniformis HSA3-1a

    Biakan B. licheniformis HSA3-1a

    Inokulum B. licheniformis HSA3-1a

    Medium Fermentasi

    (Produksi Enzim)

    Debris sel Enzim Ekstrak Kasar (Crude)

    Data

  • 45

    Lampiran 2. Penentuan Kadar Protein dengan Metode Lowry

    - ditambahkan 2,5 mL Lowry B - diinkubasi pada suhu 250C selama 10 menit - ditambahkan 0,25 mL Lowry A - diinkubasi pada suhu 250C selama 30 menit

    dengan sesekali dikocok - diukur absorbansi pada λ optimum BSA

    dengan spektrofotometer UV-VIS

    1 mL Enzim Ekstrak Kasar

    Data Hasil

  • 46

    Lampiran 3. Skema Pengujian Aktivitas Enzim Protease

    Pereaksi

    Sampel (mL)

    Blanko (mL)

    Standard (mL)

    Bufer (0,2 M), pH 7 Substrat kasein 1%, pH 7 Enzim Tirosin standar Akuades

    0,5 0,5 0,1 - -

    0,5 0,5 - -

    0,1

    0,5 0,5 -

    0,1 -

    Inkubasi pada suhu 500C selama 10 menit TCA (0,1 M) Akuades Enzim

    1 0,1 -

    1 -

    0,1

    1 -

    0,1 Didiamkan pada suhu 500C selama 10 menit, dan disentrifuge 10.000 rpm selama 10 menit Filtrat Na2CO3 Folin (2:1)

    0,75 2,5 0,5

    0,75 2,5 0,5

    0,75 2,5 0,5

    Didiamkan selama 20 menit pada suhu 370C Diukur dengan spektrometer pada λ=670 nm

    Keterangan:

    - Penentuan aktivitas protease berdasarkan senyawa kofaktor digunakan variasi konsentrasi 0,01%; 0,015%; 0,02%; 0,025%; dan 0,03%.

  • 47

    Lampiran 4. Peremajaan Bakteri Bacillus licheniformis HSA3-1a dengan penambahan CaCl2

    Lampiran 5. Peremajaan Bakteri Bacillus licheniformis HAS3-1a tanpa penambahan CaCl2.

  • 48

    Lampiran 6. Penentuan Zona Hidrolisis Bacillus licheniformis HSA3-1a

    Lampiran 7. Penyiapan Medium Produksi Enzim Protease dari Bacillus

    licheniformis HSA3-1a

    Medium produksi Inokulat

  • 49

    Lampiran 8. Kurva standar Bovin Serum Albumin pada λ 670 nm

    No [BSA]

    (mg/mL) Absorban

    1 0.02 0.152 2 0.04 0.275 3 0.06 0.38 4 0.08 0.478 5 0.1 0.534

  • 50

    Lampiran 9. Data pengukuran Kadar Protein dari Enzim Protease

    Kode Absorban fp Konsentrasi Kadar protein

    (nilai y) protein (x) ( x X fp) mg/mL

    12 jam 0,158 50 0,0176 0,8790

    24 jam 0,219 50 0,0337 1,5098

    36 jam 0,230 50 0,0325 1,6236

    48 jam 0,268 50 0,0403 2,0165

    60 jam 0,215 50 0,0294 1,4685

    72 jam 0,212 50 0,0341 1,4374

    84 jam 0,210 50 0,0283 1,4168

    Contoh perhitungan penentuan kadar protein:

    Data absorban yang diperoleh disubstitusikan ke dalam persamaan standar

    y = 4,835x + 0,073 dimana y adalah absorbansi protein untuk enzim protease.

    Diketahui y = 0,268

    0,268 = 4,853x + 0,073

    4,835x = 0,268 – 0,073

    4,835x = 0,195

    x = 0,0403 mg/mL

  • 51

    Lampiran 10. Data Penentuan pH Optimum Enzim Protease dari B. licheniformis HSA3-1a

    No pH Aktivitas Enzim (U/mL)

    1 5 0

    2 6 0,0099

    3 7 0,0104

    4 8 0,0064

    Lampiran 11. Data pengukuran aktivitas protease dari B. licheniformis HSA3-1a terhadap pengaruh suhu

    No Suhu (°C)

    Aktivitas Enzim (U/mL)

    1

    40 0,0083

    2

    45 0,0092

    3 50 0,012

    4

    55 0,0054

    5

    60 0,0012

  • 52

    Lampiran 12. Data pengaruh kofaktor (CaCl2) terhadap aktivitas protease dari B.licheniformis HSA3-1a

    No [CaCl2] (M)

    Aktivitas Enzim (U/mL)

    1

    Kontrol 0,001

    2

    0,01 0,0001

    3

    0,015 0,002

    4

    0,02 0,001

    5

    0,025 0,001

    6

    0,03 0,0001