pengaruh pemberlakuan mata uang tunggal euro terhadap resesi ekonomi eropa tahun 2007
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.5 Latar Belakang Masalah
Krisis yang dialami Yunani menjadi babak baru ekonomi negara-negara
Eropa menuju resesi yang dialami hampir seluruh negara-negara Eropa pengguna
mata uang Euro. Krisis yang dialami Yunani karena macetnya kredit dari
masyarakatnya berdampak luas bagi negara-negara Eropa lain. Negara-negara
penyongkong ekonomi Eropa seperti Jerman, Prancis dan Italy mengalami resesi
ekonomi hampir mendekati angka minus. Penurunan angka pertumbuhan ekonomi
negara-negara Eropa dikarenakan tekanan kuat terhadap Euro yang mana menjadi
mata uang tunggal bagi sebagian negara-negara di Eropa.
Badai krisis yang dialami negara-negara Eropa memiliki efek domino
terhadap negara-negara Eropa lain. Negara-negara seperti Irlandia, Portugal,
Hungaria dan Spanyol terseret dalam badai krisis ekonomi domestik bahkan
Irlandia hingga harus mendapat suntikan dana dari otoritas moneter Eropa dan
International Moneter Fondation (IMF) sebagai langkah penyelamatan Irlandia
kedalam krisis yang lebih jauh. Menurut Menteri keuangan Uni Eropa dalam
pemberitaan okezone memaparkan, sejak pekan lalu telah mendesak agar Irlandia
mengambil opsi pinjaman dan langsung menyetujui permintaan tersebut
(pinjaman dari IMF). Dengan alasan, bail out dibutuhkan untuk stabilitas finansial
di Eropa, terutama menjaga nilai mata uang euro1.
1 Asumsi dikemukakan oleh Menteri Keuangan Uni Eropa yang dikutip oleh media okezone <http://economy.okezone.com/read/2010/11/18/279/394339/krisis-irlandia-bibit-krisis-baru-global>, diakses tanggal 15 desember 2010
1
Dalam pemberitaan media bahwa ekonomi Eropa akan terus memburuk
seiring memburuknya beberapa ekonomi negara seperti Irlandia, Portugal dan
Spanyol. Dikhawatirkan perekonomian negara-negara tersebut akan menyusul
seperti Yunani. Belum sembuhnya perekonomian negara tersebut dari badai resesi
menjadi indikasi bahwa belum selesainya badai resesi yang dialami negara-negara
Eropa. Dikutip dari pemberitaan Tempo “Mata uang euro kemarin mencapai titik
terendah dalam empat tahun terakhir. Pasar saham di Eropa, Senin 7 juni 2010,
juga bertumbangan. Investor khawatir krisis utang yang dimulai dari Yunani,
merembet ke Hungaria”2.
Dorongan untuk memperbaiki perekonomian negara seperti Yunani tidak
hanya diserukan oleh otoritas EU dan negara pengguna mata uang Euro semata.
Namun negara-negara diluar pemakai mata uang Euro yang merasakan dampak
tidak langsungnya juga terus berupaya untuk membantu negara yang mengalami
krisis. Seperti Swedia dan Inggris, yang tidak menggunakan mata uang euro,
mengatakan mereka juga bersedia memberikan pinjaman bilateral untuk Irlandia.
Menteri Keuangan Irlandia, Brian Lenihan, sepanjang pekan lalu telah
membicarakan kemungkinan untuk mendapatkan pinjaman.
Salah satu sebab terus memburuknya perekonomian negara-negara Eropa
adalah hilangnya kemampuan negara untuk menentukan kebijakan ekonomi yang
tepat dalam masa krisis sehingga negara-negara seperti Yunani terjerembak dalam
krisis ekonomi. Negara-negara yang bergabung dalam zona Eropa kehilangan
kendali untuk menghadapi keadaan diluar perkiraan mereka. Semestinya sebuah
2 Data diperoleh dari media online tempointeraktif <http://www.tempointeraktif.com/hg/perbankan_keuangan/2010/06/08/brk,20100608-253446,id.html>, diakses tanggal 15 desember 2010
2
negara mampu melakukan pencegahan sebelum krisis ekonomi muncul. Hal inilah
yang kurang dari sebuah integrasi di zona Eropa3.
Dengan banyaknya kekurangan yang dimiliki Euro, mata uang ini tetap
menjadi mata uang tunggal di zona Eropa. Sebagai contoh Yunani sebagai negara
Eropa yang mengalami krisis terparah tetap mempertahankan Euro sebagai mata
uang mereka. Selalu ada sebuah kepentingan apa yang dilakukan Yunani atau
negara-negara zona Eropa lain untuk mempertahankan Euro sebagai mata uang
mereka walaupun Euro sendiri telah melemahkan ekonomi mereka dan membawa
kedalam jurang krisis.
Integrasi ekonomi yang diagadang mampu meningkatkan ekonomi di zona
Eropa justru menenggelamkan negara-negara ke jurang resesi dan krisis utang.
Inilah sebuah fenomena yang akan dibahas mendalam dalam penelitian ini.
Penelitian ini akan mencoba melihat adanya kesalahan dalam integrasi ekonomi di
zona Eropa sehingga terjadinya resesi di zona eropa. Kajian ini pertama-tama
akan menggunakan complex interdependency theory untuk menggambarkan
adanya saling ketergantungan di zona Eropa dan akan menjelaskan bagaimana
terintegrasinya suatu wilayah/ negara satu dengan yang lain. Negara-negara di
zona Eropa terhubung satu sama lain baik dari segi ekonomi, politik maupun
sosial sehingga terjadi saling ketergantungan pada negara-negara eropa untuk
saling menompang ekonomi pada negara-negara Eropa lain.
3 Asumsi dikemukakan oleh Paul Krugman, Bergabungnya Yunani, Portugal, dan Spanyol ke dalam zona euro justru memusnahkan kemampuan mereka dalam menghadapi beragam peristiwa di luar perkiraan. Semestinya di saat krisis ekonomi muncul, negara harus mampu melancarkan reaksi yang diperlukan. Namun masalah ini diabaikan begitu saja oleh para perancang Euro. Peryataan tersebut dikutip oleh media indonesian radio 1 desember 2010, sumber asli adalah artikel New york Times, Irish Eat, <http://www.nytimes.com/2010/11/26/opinion/26krugman.html?_r=1&ref=paulkrugman> diakses tanggal 15 desember 2010
3
Selanjutnya penelitian ini akan membahas integrasi yang sudah terbentuk
dengan konsep Bela Balassa4 untuk mengetahui penyebab resesi. Penelitian ini
akan mencoba menggambarkan dan memaparkan tingkatan integrasi ekonomi
dalam zona Eropa. Selanjutnya penelitian menggunakan konsep kedaulatan untuk
menjawab penyebab resesi. Dengan merujuk pada pertanyaan Paul Krugman yang
mengatakan bahwa zona Eropa bagai jebakan yang sangat menggiurkan.
1.2 Rumusan Masalah
Melihat latar belakang diatas bisa diambil sebuah pertanyaan untuk
menjawab fenomena yang terjadi di Eropa yaitu Mengapa zona Eropa
mengalami krisis ditengah integrasi ekonomi yang meningkat?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mampu menjelaskan adanya resesi yang timbul di zona Eropa.
1.3.2 Mampu menjelaskan integrasi wilayah yang terbentuk di zona
Eropa sebagai penunjang adanya saling ketergantungan antar
negara di zona Eropa yang menyebabkan resesi ini meluas.
1.3.3 Mampu menjelaskan kedaulatan yang terbentuk setelah adanya
integrasi di Eropa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4 Konsep bela balassa adalah konsep integrasi ekonomi yang dicetuskan oleh bela balassa.
4
2.1. Penelitian Terdahulu
Peneliti mengambil penelitian terdahulu dari berbagai litelatur dari media
internet baik berbentuk jurnal maupun artikel. Pentingnya penelitian terdahulu
adalah sebagai sumber referensi bagi peniliti agar mendukung penelitian agar
berjalan lebih baik.
Penelitian mengenai integrasi eropa dilakuakan oleh Yulius P. Hermawan5.
Dalam penelitiannya Yulius lebih mengedepankan perspektif supanasionalisme
dan intergovermentalisme. Pembahasan mengenai integrasi tersebut lebih
mengarah pada ranah politik dimana dijelaskan dengan jelas institusi uni Eropa
secara detail.
Penelitian ini lebih ingin menggambarkan adanya situasi saling bergantung
secara ekonomi dan kondisi saling menguntungkan dalam hal perdagangan
sehingga membentuk sebuah integrasi di Eropa. Pembahasan penelitian dalam hal
integrasi lebih diarahkan pada faktor ekonomi.
2.2. Peringkat Analisis
Mohtar Mas’oed mengklasifikasikan tingkat analisis dalam hubungan
internasional menjadi lima tingkat analisa yang dapat digunakan untuk memahami
perilaku aktor, yaitu tingkat analisa individu, tingkat analisa kelompok individu,
tingkat analisa negara, tingkat analisa regional dan tingkat analisa sistem
internasional6.
5 Yulius P. Hermawan, “ Supranasionalisme, Intergovermentalisme, dan Transformasi Eropa” dalam Hermawan, Yulius P, Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta, Graha ilmu, 2007, hal 145-181. 6 Mas’oed, Mohtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Jakarta, LP3ES
5
1)Tingkat Analisa Individu, tingkatan analisis ini adalah yang paling rendah
dimana analisis lebih melihat pada interaksi perilaku individu dalam
fenomena hubungan internasional. Tingkat analisis ini lebih pada
pengkajian menganai sikap dan perilaku pembuat keputusan yang tentu
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, history, maupun cara pandang
pembuat keputusan tersebut.
Asumsi mengenai perilaku individu dikemukakan oleh Joshua
Goldstein, dimana setiap kejadian internasional disadari maupun tidak
disadari adalah akibat pembuatan keputusan oleh individu. Individu lebih
memakai nilai dan kenyakinannya dalam memutuskan sesuatu. Intelectual
capabilities, personal style, personal experiences, unique personalities juga
dapat berpengaruh dalam pengambilan keputusan individu tertentu7.
2) Tingkat Analisa Kelompok Individu, apa yang terjadi dalam hubungan
internasional merupakan akumulasi tindakan individu dalam kelompok
atau organisasi tertentu. Sehingga, fenomena hubungan internasional lebih
dilihat sebagai hubungan antar berbagai kelompok individu di berbagai
negara. Untuk memahami hubungan internasional diperlukan pengkajian
mengenai perilaku kelompok-kelompok individu dan organisasi-organisasi
yang terlibat dalam hubungan internasional, seperti kabinet dalam
pemerintahan, dewan penasehat keamanan, organisasi birokrasi,
departemen atau badan-badan pemerintahan, dan sebagainya.
7 Data diperoleh dari <http://www.joshuagoldstein.com/jgcore.htm> diakses tanggal 27 desember 2010
6
3) Tingkat Analisa Negara, tingkatan ini lebih melihat fenomena Hubungan
Internasioan dipengaruhi oleh aktor utama HI yaitu negara. Setiap negara
memiliki perilaku yang berbeda-beda dan itu hal dipengaruhi oleh struktur
dalam sistem internasioanal. Perilaku yang dicerminkan negara adalah
sesuatu yang menjadi asumsi dasar dari negara tersebut dalam berbuat.
Analisis negara masih dipercaya sebagai tingkat analisis yang utuh karena
negara adalah aktor utama dalam studi hubungan internasional.
4) Tingkat Analisa Regional, tingkat analisa regional melihat negara
terkadang memiliki sikap untuk menggabungkan diri dengan kelompok
antar negara/regional. Sehingga, fenomena hubungan internasional lebih
dicerminkan sebagai interaksi antar kelompok negara-bangsa yang
tergabung dalam pola dan pengelompokan tertentu, seperti aliansi,
regional, dan blok ideologi.
5) Tingkat Analisa Sistem Internasional, tingkatan yang paling atas adalah
analysis of system international dimana negara yang menjadi aktor utama
maupun aktor-aktor lainnya dalam hubungan internasional adalah sebuah
unit-unit dari suatu sistem yang disebut sistem internasional. Semua unit
dalam sistem ini bertindak dan berinteraksi dalam sistem tersebut.
Sehingga dinamika yang terjadi dalam sistem internasional berpengaruh
terhadap perilaku para aktor hubungan internasional yang ada didalamnya.
Dengan kata lain Sistem/struktur dapat berpengaruh terhadap perilaku
aktor negara maupun individu sebagai unit-unit dalam sistem tersebut.
7
Penelitian ini akan menggunakan level analisis negara dan
regional. Level regional, peneliti melihat perilaku negara yang saling
ketergantungan satu sama lain. Perilaku ini akan membentuk sebuah
struktur yang disebut EU. Dan pada level negara peneliti akan melihat
ancaman bagi negara setelah melakukan integrasi. Pada level ini penulis
mencoba menjawab penyebab resesi yang terjadi di Eropa. Analisis ini
membedakan variabel dependen atau unit analisa yaitu resesi yang terjadi
di Eropa dan variabel independen atau unit eksplanasinya adalah integrasi
ekonomi yang terbentuk di zona Eropa.
2.3. Teori Complex Interdependency
Teori Complex Interdependency akan menggambarkan integrasi yang
terbentuk di zona Eropa. Integrasi yang membuat sebuah keadaan saling
ketergantungan. Teori ini adalah kerangka pemikir utama dalam penelitian ini.
Teori ini dapat menjelaskan interdependency (saling ketergantungan) yang
membentuk integrasi di zona Eropa.
Teori complex interdependency dikemukakan oleh Robert O. Keohane dan
Joseph S. Nye. Teori ini adalah penggabungan antara interdependensi antar negara
dalam satu wilayah yang komplek dengan fenomena integrasi. Keduanya
beranggapan bahwa dengan adanya saling ketergantungan antar negara akan
mendorong negara-negara tersebut menuju sebuah integrasi8.
Penulis mencoba memberikan gambaran akan variabel utama teori ini
dimana keadaan yang saling tergantung antar negara dan adanya hubungan yang
8 Yulius P. Hermawan, “ Supranasionalisme, Intergovermentalisme, dan Transformasi Eropa” dalam Hermawan, Yulius P, Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta, Graha ilmu, 2007, hal 157-158
8
saling menguntungkan dalam intergrasi yang ada di zona Eropa. Hubungan antar
negara terkadang memiliki posisi power yang tidak seimbang. Ketidakseimbangan
ini akan berdampak pada integrasi itu sendiri.
Teori complex interdependency membedakan tiga macam bentuk integrasi
yaitu integrasi ekonomi, integrasi sosial dan integrasi kebijakan. Integrasi
ekonomi lebih menekan pada kondisi saling membutuhkan dan saling bergantung
antar negara yang menimbulkan peningkatan transaksi antar negara sehingga
terciptanya integrasi ekonomi.
Integrasi sosial lebih mengarah pada kemauan masyarakat untuk
bertransformasi di masyarakat lain. Pentingnya media sebagai fasilitas utama ide-
ide satu masyarakat kepada masyarakat lain akan meningkatkan perubahan
menuju integrasi sosial dalam suatu wilayah.
Integrasi kebijakan mengacu pada aktor-aktor yang berperan dalam suatu
sistem agar terciptanya keselarasan kebijakan. Integrasi suatu wilayah akan
memunculkan aktor baru dalam sistem tersebut, munculnya aktor baru tersebut
secara tidak langsung mereduksi kedaulatan negara dalam sistem tersebut agar
tunduk pada aktor yang lebih tinggi. Lebih jauh integrasi kebijakan akan
memperkuat integrasi ekonomi dan integrasi sosial.
Penelitian ini lebih memfokuskan faktor integrasi dari sisi ekonomi.
Dimana terciptanya sebuah ketergantungan di zona Eropa yang membuat negara-
negara di zona Eropa membentuk sebuah integrasi. Peneliti melihat faktor
integrasi karena adanya dorongan dalam mengembangkan perdagangan antar
negara di zona Eropa serta meningkatkan kekuatan negara-negara Eropa.
9
2.4. Konsep Integrasi Ekonomi Bela Balassa
Inilah tahapan integrasi yang dikemukakan bela balassa9, kelima tahapan tersebut
antara lain:
1. Preferential Treding Area
Dalam tahap ini adanya pengurangan tarif terhadap barang-barang tertentu
namun tarif tidak sama sekali dihapuskan.
2. Free Trade Area (FTA)
9 Bela Balassa, “Types of economic integration”, Washington D.C, 1976. Dikutip oleh Livia Handria dalam skripsi “Aspek-Aspek Hukum Internasional pada Kerjasama Asean di Bidang Ekonomi” <http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=3&ved=0CCUQFjAC&url=http%3A%2F%2Feprints.ui.ac.id%2F70990%2F2%2F124650-PK%2520VI%2520643.8357-Aspek-aspek-Pendahuluan.pdf&rct=j&q=konsep%20integrasi%20bela%20ballasa&ei=rYkiTdD9BYiXcb3BuJYK&usg=AFQjCNFWAJOKTs4_T_tO8UxNnbTyqsq5oQ&sig2=k5EFbdykoWDEjhEr-qIRrw&cad=rja> diakses tanggal 27 desember 2010
10
Total Economic Integration
Economic
Union
Common Market
Custom Union
FTA
PTA
Semua hambatan perdagangan dan jasa dihapuskan, berlaku bagi negara
anggota (e.g. diskriminasi, kuota, subsidi) tetapi tiap anggota bebas
memberlakukan kebijakan tertentu terhadap negara lain bukan anggota.
3. Custom Union
Menghilangkan hambatan perdagangan antar negara anggota dan
memberlakukan kebijakan sama terhadap non anggota.
Perlu harmonisasi dan kerjasama pada kebijakan fiscal, moneter dan
tenaga kerja
4. Common market
menghilangkan hambatan faktor produksi : jasa,tenaga kerja dan modal.
Masing-masing bebas berpindah karena tidak ada pembatasan imigrasi
dan perpindahan investasi.
5. Economic Union
Selain keharusan membebaskan hambatan bagi negara anggota atas
barang, jasa dan factor produksi serta kesamaan pemberlakuan kebijakan
external juga kesamaan mata uang, harmonisasi besarnya pajak, fiscal dan
moneter.
6. Total Economic Integration
mengkoordinasikan birokrasi pada satu otoritas diatas negara untuk
kepentingan negara anggota. Penyatuan moneter, fiskal dan penyamaan
kebijakan sosial.
11
Penulis mengunakan konsep bela balassa untuk membantu menjelaskan
tingkatan integrasi yang ada di zona Eropa. Tingkatan integrasi yang ada akan
membantu penulis untuk menjawab penyebab fenomena resesi yang terjadi di
Eropa. Konsep ini dianggap membantu untuk menggambarkan tingkatan integrasi
Eropa.
2.5. Konsep Kedaulatan
Konsep kedaulatan muncul ketika perjanjian Westphalia pada tahun 1648
disetujui untuk mengakhiri perang 30 tahun di Eropa. Perjanjian ini muncul akibat
adanya kekuasaan tunggal di Roma yang membatasi negara-negara
mengendalikan otoritasnya. Perlunya sebuah hak khusus untuk mengatur
rakyatnya tanpa adanya sebuah campur tangan dari orang lain.10
Kedaulatan secara definisi adalah kemampuan atau hak sebuah negara
untuk melakukan kontrol terhadap apapun yang berada wilayahnya baik secara
politik, ekonomi maupun sosial. Kemampuan tersebut diikuti dengan
perlindungan warga negara dari ancaman baik secara militer ataupun ekonomi.
Dengan kata lain kedaulatan adalah kemampuan negara untuk melindungi wilayah
dan penduduknya dari ancaman dari internal ataupun eksternal.11
Dalam menjelaskan fenomena resesi di zona Eropa, penulis memasukkan
konsep kedaulatan. Maksud dari penulis adalah integrasi yang terbentuk di zona
Eropa secara tidak langsung berpengaruh terhadap kedaulatan negara-negara
Eropa. Pengaruh tersebut adalah berkurangnya kemampuan negara untuk
melindungi negaranya dari ancaman baik secara internal maupun eksternal. Dalam
10 Bonggas Adhi Chandra, “Kedaulatan dalam Tekanan Globalisasi” dalam Hermawan, Yulius P, Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta, Graha ilmu, 2007, hal 13011 Ibid hal 131
12
penelitian ini, peneliti memfokuskan ancaman dari eksternal yaitu krisis ekonomi
global.
Alur pemikiran penelitian
1 2
7
3
6
4
5
2.6. Hipotesis
Resesi yang terjadi di zona Eropa karena integrasi ekonomi negara-negara
Eropa yang belum sempurna. Adanya otoritas diatas negara (supranasionalisme)
yang mengatur agar kebijakan ekonomi di zona Eropa selaras adalah penyebab
utama resesi di Eropa. Hal ini memicu negara-negara Eropa tidak secara bebas
13
Resesi di zona Eropa Tingkat analisa regional
Teori interdependency compex dan konsep bela ballasa
Muncul integrasi di zona Eropa
Muncul otoritas diatas negara (supranasionalisme)
Tingkat analisa negara
Konsep kedaulatan
Negara kehilangan kontrol efektif dalam perekonomian
mereka
mengeluarkan kebijakan ekonominya. Hal semacan ini sangat akan berdampak
buruk pada perekonomian negara-negara Eropa dan berpengaruh pada
perekonomian di zona Eropa secara utuh dan menyebabkan negara-negara di zona
Eropa masuk ke jurang resesi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Konseptualisasi
1.3.1 Konsep Integrasi Ekonomi Bela Balassa
14
Konsep ini lebih menekan pada integrasi Ekonomi dimana dalam integrasi
ekonomi itu sendiri ada beberapa tahap hingga tahapan ekonomi itu benar-benar
sempurna. Untuk menggambarkan integrasi ekonomi yang ada di zona Eropa ada
enam variabel dan beberapa indikator untuk lebih menjelaskan konsep ini.
‘
1.3.2 Konsep Kedaulatan
Konsep ini menekan pada kemempuan negara untuk melakukan kontrol
efektif terhadap ancaman baik secara internal maupun secara eksternal. Ancaman
secara internal dan eksternal adalah variabel dari konsep ini. Peneliti akan
15
Konsepbela balassa
VariabelPTA
VariabelTE
Indikator pengurangan tarif terhadap barang
tertentu
Indikator harmonisasi
kebijakan fiskal dan moneter
VariabelFTA
VariabelCustom Union
VariabelEconomic
Union
VariabelCommon Market
Indikator penghapusan
hambatan dagang untuk negara
anggota
Indikator harmonisasi
besaran pajak
Indikator Kebijakan
Penghilangan hambatan faktor
produksi
Indikator pembuatan
otoritas supranasional
membagi konsep kedaulatan kedalam 2 variabel tersebut namun penulis akan
lebih memfokuskan ancaman dari eksternal karena penulis menganggap faktor
terbesar dari resesi adalah dari ancaman eksternal.
3.2. Jenis Penelitian
Penelitian ini berjenis eksplanatif12 dengan menggabungkan dua variabel
dengan teori dan konsep. Penulis berusaha menggambarkan dan menjelaskan
adanya fenomena resesi yang terjadi di zona Eropa dengan mengunakan teori
Interdependency complex dan konsep integrasi ekonomi bela ballasa. Penulis
berusaha menjelaskan variabel resesi dengan manggabungkan dengan variabel
integrasi di zona Eropa.
3.3. Ruang Lingkup Penelitian
12 Jenis penelitian eksplanatif adalah penelitian yang didesain untuk melihat hubungan antara dua atau lebih variabel. Mas’oed, Mohtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Jakarta, LP3ES. Dikutip oleh makalah kelompok 2, Memilih Topik Penelitian dan Merumuskan Pertanyaan Riset, hal 10
16
Konsep Kedaulatan
Variabel Internal Variabel Eksternal
Ancaman dari sistem Internasional (krisis
Ekonomi global)
Ancaman dari dalam negeri
Ruang lingkup penelitian dibatasi antara tahun 2005 sampai 2009 dimana
awal mulai terjadinya resesi di zona Eropa sampai resesi belum hilang dari zona
Eropa.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dari penelitian ini adalah teknik studi
kepustakaan dengan menggunakan data sekunder baik dari buku, jurnal, internet,
surat kabar maupun dat-data dari otoritas terkait yang sifatnya resmi. Teknik
pengumpulan data diawali dengan mencari data sebanyak mungkin kemudian
mengkelompokan kedalam beberapa bab pembahasan sesuai dengan sistematika
penulisan
3.5. Analisa Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisa data gabungan generalisasi
dimana data kualitatif menjadi data yang paling banyak dikumpulkan peneliti dan
kemudian menggunakan data kuantitatif sebagai tambahan data dan agar
penelitian lebih kredibel.
3.6. Sistematika Penulisan
Bab I merupakan bab pendahuluan, komposisi dari bab ini adalah latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
Bab ini lebih melihat arah latar belakang masalah dimana mencakup topik yang
ingin dibahas dan rumusan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini.
Bab II adalah kajian pustaka dimana dalam bab ini terdiri dari studi
terdahulu, peringkat analisis, teori, konsep dan hipotesis. Penilitian ini memilih
pada level negara sebagai peringkat analisis data. Teori dalam penelitian ini
17
adalah complex interdependency dan konsep yang dipakai adalah konsep integrasi
ekonomi bela ballasa.
Bab III merupakan bab metode penelitian yang terdiri dari konseptualisasi,
jenis penelitian, ruang lingkup penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data dan sistematika penulisan.
Bab IV berjudul Integrasi Ekonomi di Eropa. Dalam bab ini peneliti
mencoba menggambarkan adanya kondisi saling ketergantungan dalam zona
Eropa. Kondisi seperti ini mendorong negara-negara untuk membentuk sebuah
integrasi. Setelah menculnya sebuah kesamaan dalam integrasi di zona Eropa,
maka negara-negara Eropa sepakat mengeluarkan Euro sebagai mata uang tunggal
pada 1999 yang kemudian dipakai pada tahun 2003. Peneliti akan
menggambarkan data ketika Euro yag mendorong ekonomi negara-negara Zona
Eropa dan kemudian peneliti memperlihatkan bahwa Euro masuk kedalam zona
krisis pada 2007. Pemebentukan integrasi diatas digambarkan dengan konsep Bela
Balassa yang menjelaskan menjadi 6 tingkatan integrasi ekonomi.
Bab V berjudul Krisis Ekonomi Global dan dan Krisis Zona Eropa. Dalam
bab ini peniliti memaparkan faktor yang melatarbelakangi terjadinya krisis di
Eropa yang menyebabkan terjadinya resesi hampir di seluruh negara di Eropa.
Faktor-faktor diatas adalah faktor pendorong terjadinya resesi seperti krisis
ekonomi global yang memiliki efek domino terhadap ekonomi di zona Eropa
Bab VI berjudul Hubungan Integrasi Ekonomi Eropa dan Resesi Eropa.
Dalam bab ini data dari Bab V akan dibahas secara menyeluruh dengan
dikorelasikan dengan integrasi yang terjadi menggunakan konsep kedaulatan.
18
Peneliti akan menjelaskan ketidakmampuan negara dalam penanganan krisis
ekonomi akibat krisis ekonomi global yang membuat pertumbuhan ekonomi
negara-negara di Eropa mengalami resesi.
Bab VII adalah penutup. Bab ini berisi kesimpulan penulis setelah
melakukan analisa pada bab IV dan bab V. Kesimpulan tersebut sekaligus
menguji kebenaran hipotesis yang diutarakan penulis diawal.
19