pengaruh pemahaman devosi kepada bunda maria … · mengikuti perayaan ekaristi bagi umat stasi st....
TRANSCRIPT
PENGARUH PEMAHAMAN DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA
TERHADAP MINAT MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI BAGI UMAT
STASI ST. THERESIA KLAMPOK PAROKI ST. ANTONIUS
BANJARNEGARA
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Margareta Ayu Panca Anggraini
NIM : 121124007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku (Petrus Marwoto dan
Theresia Sri Rahayu), kakak dan adik (Agnes Eka Ratnawati, Agustinus
Dwi Astoko, Fransisca Tri Andrianti, Albertus Hari Nugroho dan Yohanes
Angga Kusuma) dan seluruh keluarga yang terkasih,
Umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara
Serta semua orang yang selalu mendukung dalam penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Jangan takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberi
kamu Kerajaan-Nya”
(Luk 12:32)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “PENGARUH PEMAHAMAN DEVOSI KEPADA
BUNDA MARIA TERHADAP MINAT MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI
BAGI UMAT STASI ST. THERESIA KLAMPOK PAROKI ST. ANTONIUS
BANJARNEGARA”. Penulis memilih judul ini berdasarkan keadaan yang
penulis saksikan di Stasi St. Theresia Klampok bahwa umat di stasi tersebut
sangat mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berdevosi. Hampir dalam satu
tahun mereka mengadakan devosi secara bersama dan rutin di Taman Doa Gua
Maria Jatining Mulya. Kegiatan ini memang sudah menjadi kebiasaan yang
dilakukan. Dalam berdevosi, mereka membuat lemper untuk dibagikan kepada
umat yang menghadiri devosi sebagai berkat dari novena tersebut. Ini adalah ciri
khas dari Stasi St. Theresia Klampok. Makna dari lemper tersebut adalah karena
terbuat dari ketan yang lengket, mereka menyakini bahwa dengan lengketnya
lemper tersebut, lengket pula satu sama lain di dalam hidup menggereja, jauh dari
permusuhan, konflik, dan lain-lain.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah sejauh mana pemahaman akan
devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi dapat
dimaknai sebagai sumber hidup beriman di Stasi St. Theresia Klampok Paroki St.
Antonius Banjarnegara dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjawab persoalan
tersebut penulis menggunakan studi pustaka dan penelitian. Studi pustaka
dilaksanakan dengan mempelajari berbagai sumber yakni Kitab Suci, dokumen
Gereja, serta pandangan dari beberapa ahli yang berkaitan dengan devosi kepada
Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi. Jenis penelitian yang
digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif. Untuk memperoleh data guna
keperluan penelitian penulis melakukan penyebaran kuesioner terhadap 60
responden di Stasi St. Theresia Klampok.
Hasil akhir menunjukkan bahwa responden sudah dapat memahami devosi
kepada Bunda Maria dengan kemampuan mereka masing-masing sehingga
dengan pemahaman tersebut mereka terdorong untuk ikut serta dalam Perayaan
Ekaristi yang diselenggarakan. Devosi kepada Bunda Maria merupakan bentuk
kebaktian dan penghormatan terhadap Bunda Maria untuk menghayati imannya.
Oleh karena itu, devosi ini bertujuan untuk menambah pemahaman dan
penghayatan umat Katolik. Skripsi ini menawarkan katekese dengan
menggunakan Shared Christian Praxis sebagai upaya untuk lebih memaknai
devosi kepada Bunda Maria dan Perayaan Ekaristi sebagai sumber hidup beriman.
Dengan demikian, responden dapat semakin mencintai dan memaknai devosi
sehingga mereka terdorong untuk ikut Perayaan Ekaristi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This undergraduate thesis entitles “THE INFLUENCE OF
UNDERSTANDING OF DEVOTION TO BLESSED VIRGIN MARY TO THE
INTEREST IN PARTICIPATING THE EUCHARIST FOR THE PEOPLE OF
REGION OF ST. THERESIA KLAMPOK, ST. ANTONIUS PARISH”. The
writer chose this title based on circumstances which the writer witnessed in the
region of St. Theresia Klampok that people very close to God by devotion.
Almost every year they have a devotion together and routine in the garden prayer
cave Maria Jatining Mulya. This activity has indeed become a habit. In devotion
they make lemper (a kind of food made by sticky rice) to distribute to the people
who attend the devotion as a blessing of the novena. This is typical of the religion
St. Theresia Klampok. The meaning of the lemper made from sticky rice, they
believe that like the lemper made from sticky rice, the people unity with the each
other in the church life, away from hostility, conflict and so on.
A key issue of this undergraduate thesis is the extent to which the
knowledge of devotion to the Blessed Virgin Mary against the interest to
participation the celebration of the Eucharist may be meant as a source of life for
believers in the region of St. Theresia. To answer the question the writer used the
study of literature and research. Literature study was carried out by
studying various sources i.e., Scriptures, Church documents, as well as the views
of some experts related to devotion to the Blessed Virgin Mary and an interest to
participation the celebration of the Eucharist. The type of research used by the
writer was qualitative research. To obtain the data for the purposes of the study
writer distributed questionnaires to 60 respondents in the region of St. Theresia
Klampok.
The final results showed that the respondents were able to understand the
devotion to the Blessed Virgin Mother with their respective capabilities so that
with the understanding they were encouraged to participate in the celebration of
the Eucharist. Devotion to Blessed Virgin Mary is a form of worship and respect
to Blessed Virgin Mary to live their faith. Therefore, this devotion aims to
increase the understanding and appreciation of Catholics. This undergraduate
thesis offers catechesis using the Shared Christian Praxis as an attempt to
further have more meaning the devotion to the Blessed Virgin Mary and the
Eucharist as the source of life of faith. Thus, respondents may be the more loving
and have more meaning devotion so that they are encouraged to join
the celebration of the Eucharist.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH
PEMAHAMAN DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA TERHADAP MINAT
MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI BAGI UMAT STASI ST.
THERESIA KLAMPOK PAROKI ST. ANTONIUS BANJARNEGARA.
Skripsi ini disusun berdasarkan ketertarikan penulis terhadap devosi
kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi di Stasi St. Theresia
Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara. Penulis melihat bahwa umat sangat
antusias dalam mengikuti kegiatan berdevosi. Oleh karena itu, penyusun skripsi
ini dimaksudkan untuk membantu semua orang semakin menyadari keinginan
untuk melakukan kegiatan berdevosi sehingga dengan berdevosi ini, semua orang
dapat mewujudnyatakan dalam keikutsertaannya di Perayaan Ekaristi.
Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis dengan hati
penuh syukur mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, selaku dosen pembimbing utama dan dosen
penelitian yang telah setia mengarahkan, memberikan perhatian, memotivasi,
meluangkan waktu untuk mendampingi dan dengan sabar membimbing
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Drs. L. Bambang Hendarto Y., M. Hum selaku dosen penguji II sekaligus
dosen pembimbing akademik yang telah bersedia meluangkan waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
membaca, memberikan kritik dan masukan serta mendampingi penulis dalam
mempertanggungjawabkan skripsi ini.
3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag, M.Si selaku dosen penguji III yang telah bersedia
untuk meluangkan waktu membaca, memberikan kritik dan masukan, serta
mendampingi penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.
4. Seluruh staf dosen Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
dengan setia mendukung, membimbing, mendidik, membagikan pengetahuan
serta pengorbanan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Program
Studi Pendidikan Agama Katolik ini.
5. Staf karyawan Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang telah
memberikan perhatian, dan dukungan kepada penulis selama penulisan skripsi
ini.
6. Vincentius Suratno, Pr selaku Pastor Paroki St. Antonius Banjarnegara yang
telah menerima dan memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian di Stasi St. Theresia Klampok.
7. Valentinus Gatot Irianto selaku ketua Stasi St. Theresia Purwareja Klampok,
yang telah menerima, mengizinkan serta memberikan masukan kepada penulis
dalam melaksanakan penelitian.
8. Orang tua, kakak, adik, Slamet Rianto Aji, Mas Hara, Kak Helsi, Kak Hida,
Romo Joni, SCJ, Romo Aan, SCJ, Romo Suryo, SCJ dan Frater Martinus Joko
Widiatmoko, SCJ yang selalu memberi semangat, motivasi dan doa bagi
penulis dalam menyelesaikan perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ...................................................................................................... xi
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xviii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Permasalahan ......................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan ................................................................................. 6
E. Metode Penulisan .................................................................................. 6
F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 7
BAB II. DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA DAN MINAT MENGIKUTI
PERAYAAN EKARISTI ................................................................. 9
A. Devosi Kepada Bunda Maria ............................................................... 10
1. Pengertian Devosi Secara Umum ..................................................... 10
2. Beberapa Sudut Pandang Pemahaman Devosi ................................. 12
a. Sudut Historis Liturgis ................................................................. 12
b. Sudut Antropologis ...................................................................... 12
c. Sudut Agama Kerakyatan ............................................................. 13
3. Peranan Devosi dalam Liturgi Gereja ............................................... 13
4. Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan dalam Devosi .................... 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
5. Bentuk-bentuk Devosi kepada Bunda Maria .................................... 13
a. Rosario ......................................................................................... 13
b. Novena Tiga Kali Salam Maria .................................................... 14
c. Malaikat Tuhan ............................................................................ 14
d. Litani Bunda Maria ...................................................................... 15
e. Ziarah ........................................................................................... 15
B. Bunda Maria ......................................................................................... 18
1. Bunda Gereja .................................................................................. 18
2. Bunda Allah .................................................................................... 19
3. Bunda Sang Pendoa ........................................................................ 20
4. Ibu Yesus Kristus ............................................................................ 21
5. Maria Perawan ................................................................................ 21
C. Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi ....................................................... 22
1. Minat ................................................................................................ 22
2. Perayaan Ekaristi ............................................................................. 23
a. Berbagai Istilah Ekaristi ............................................................. 23
1) Ekaristi .................................................................................. 23
2) Misa ....................................................................................... 24
3) Pemecahan Roti ..................................................................... 24
4) Perjamuan Tuhan .................................................................. 24
b. Ekaristi dalam Gereja Katolik .................................................... 25
1) Akar Perayaan Ekaristi Gereja .............................................. 25
a) Perjamuan Makan dengan Yesus sebagai Tanda Kehadiran
Kerajaan Allah .................................................................. 25
b) Perjamuan Malam Terakhir .............................................. 26
c) Perjamuan-perjamuan makan dengan Yesus Kristus yang
bangkit .............................................................................. 27
c. Makna Sosial Ekaristi ................................................................ 27
1) Memahami Tugas Perutusan ................................................. 27
2) Gereja yang Hidup: Kehadiran Kristus Nyata ...................... 28
3) Spiritualitas Kristiani ............................................................ 30
d. Unsur-unsur Perayaan Ekaristi .................................................. 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
1) Makna Ekaristi sebagai Perayaan .......................................... 31
2) Partisipasi Umat Beriman ..................................................... 32
3) Peran dan Tugas Imam .......................................................... 32
4) Tata Gerak dan Sikap Tubuh ................................................. 34
5) Saat Hening ........................................................................... 35
6) Makna Nyanyian ................................................................... 36
D. Rangkuman ............................................................................................ 37
BAB III. PENGARUH DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA TERHADAP
MINAT MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI ............................ 38
A. Gambaran Umum Paroki St. Antonius Banjarnegara dan Stasi
St. Theresia Klampok ........................................................................... 38
1. Gambaran Umum Paroki St. Antonius Banjarnegara ..................... 38
2. Gambaran Umum Stasi St. Theresia Klampok ............................... 43
B. Penelitian Tentang Pengaruh Pemahaman Devosi Kepada Bunda Maria
Terhadap Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi Bagi Umat Stasi
St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara .................... 44
1. Rencana Penelitian ......................................................................... 44
a. Tujuan Penelitian ....................................................................... 44
b. Metode Penelitian ...................................................................... 44
c. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 44
d. Responden Penelitian ................................................................. 45
e. Instrumen Penelitian .................................................................. 46
f. Variabel Penelitian ..................................................................... 47
2. Laporan Hasil Penelitian ................................................................ 47
a. Laporan Hasil Penelitian melalui Kuesioner Terhadap Umat
Di Stasi St. Theresia Paroki St. Antonius Banjarnegara ............ 47
1) Identitas Responden .............................................................. 49
2) Devosi kepada Bunda Maria ................................................. 49
3) Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi ...................................... 55
3. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 61
1) Identitas Responden ................................................................... 61
2) Devosi Kepada Bunda Maria ..................................................... 61
3) Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi ........................................... 64
4. Kesimpulan Penelitian .................................................................... 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
BAB IV. USULAN PROGRAM PEMBINAAN IMAN UNTUK
SEMAKIN MEMAHAMI DEVOSI DAN PERAYAAN
EKARISTI DI STASI ST. THERESIA PAROKI
ST. ANTONIUS BANJARNEGARA ............................................. 67
A. Latar Belakang Pemilihan Program ....................................................... 67
B. Pengertian Katekese Umat ..................................................................... 68
C. Tujuan Katekese .................................................................................... 69
D. Model Katekese ..................................................................................... 70
1. Langkah-langkah Shared Christian Praxis .................................... 71
a. Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta ............................. 71
b. Mendalami Pengalaman Hidup Peserta ..................................... 72
c. Menggali Pengalaman Iman Kristiani ....................................... 72
d. Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret ...... 73
e. Mengusahakan Suatu Aksi Konkret .......................................... 74
E. Usulan Kegiatan .................................................................................... 75
1. Tema “Memaknai Devosi dan Perayaan Ekaristi sebagai Sumber
Hidup Umat Beriman ...................................................................... 75
2. Tujuan Umum ................................................................................. 75
3. Peserta ............................................................................................. 75
4. Tempat dan Waktu .......................................................................... 75
5. Bentuk ............................................................................................. 76
6. Metode ............................................................................................ 76
7. Sarana ............................................................................................. 76
8. Susunan Acara ................................................................................ 76
F. Matrik Program Shared Christian Praxis .............................................. 77
G. Contoh Persiapan Katekese ................................................................... 80
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 94
A. Kesimpulan ......................................................................................... 94
B. Saran .................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 97
LAMPIRAN .................................................................................................... (1)
Lampiran 1: Surat Izin Penelitian kepada Romo Paroki .......................... (1)
Lampiran 2: Surat Pemberitahuan sudah Melaksanakan Penelitian ........ (2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Lampiran 3: Identitas Responden ............................................................ (3)
Lampiran 4: Contoh Kuesioner Penelitian (Skala Likert) ....................... (6)
Lampiran 5: Hasil Pengisian Kuesioner Penelitian (Skala Likert) .......... (9)
Lampiran 6: Transkrip Hasil Kuesioner ................................................... (12)
Lampiran 7: Lagu Pembuka “Kelana” ..................................................... (17)
Lampiran 8: Teks Cerita “Inilah Kisah Seorang Raja yang Belajar
Ilmu Taat pada Seorang Biarawan ...................................... (17)
Lampiran 9: Teks Kitab Suci “Lukas 1:26-38 ......................................... (18)
Lampiran 10: Lagu Penutup “Seperti yang Kau Ingini” .......................... (19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikut Alkitab
Deuterokanonika © LAI 1976. (Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab
Indonesia, ditambah dengan Kitab-kitab Deuterokanonika yang
diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Terjemahan diterima dan
diakui oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia). Jakarta: LAI, 2009.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes
Paulus II kepada para Uskup, Klerus, dan segenap umat beriman
tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
Gereja, 21 November 1964.
PO : Presbyterorum Ordinis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang
Pelayanan dan Kehidupan Para Imam, 07 Desember 1965.
SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II
tentang Liturgi Suci, 04 Desember 1963.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
C. Singkatan Lain
Art : Artikel
DSA : Doa Syukur Agung
Dsb : Dan sebagainya
Hlm : Halaman
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
PUMR : Pedoman Umum Misale Romawi
Sbb : Sebagai Berikut
SCP : Shared Christian Praxis
St : Santo atau Santa
TPE : Tata Perayaan Ekaristi
Dll : Dan Lain-lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penghormatan kepada Bunda Maria pada dasarnya sudah ada pada zaman
para Bapa Bangsa dan menjadi pokok ajaran para Paus dan Konsili. Ia menjadi
bagian dari Kitab Suci dan liturgi. Maria juga mempunyai tempat yang khusus
dalam hati umat beriman (NN, 2011 : 2-3).
Dalam Gereja Protestan, tempat dan peranan Bunda Maria tidak lebih
dari seorang manusia biasa yang mendapat pilihan menjadi Ibu Yesus. Berbeda
dengan Gereja Protestan, dalam Gereja Katolik, Bunda Maria mendapatkan
tempat yang sangat istimewa. Secara khusus, Para Bapa Konsili Vatikan II
memberikan pemahaman mengenai hubungan antara Santa Perawan (Bunda)
Maria dan Gereja. Pemahaman ini terdapat dalam Dokumen Konstitusi Dogmatis
tentang Gereja yakni Lumen Gentium yang secara khusus berbicara mengenai
“Santa Perawan Maria Bunda Allah dalam Misteri Kristus dan Gereja”. Berikut
adalah kutipan dari dokumen tersebut :
Sebab Perawan Maria, yang sesudah warta malaikat menerima Sabda
Allah dalam hati maupun tubuhnya, serta memberikan hidup kepada
dunia, diakui dan dihormati sebagai Bunda Allah dan Penebus yang
sesungguhnya. Karena pahala Putera-Nya, ia ditebus secara lebih
unggul, serta dipersatukan dengan-Nya dalam ikatan yang lebih erat
dan tidak terputuskan. Ia dianugerahi karunia serta martabat yang luhur,
yakni menjadi Bunda Putera Allah, maka juga menjadi Putri Bapa yang
terkasih dan kenisah Roh Kudus. Karena anugerah rahmat yang
istimewa itu ia juga lebih unggul dari semua makhluk lainnya, baik di
surga maupun di bumi. Namun, sebagai keturunan Adam Ia termasuk
golongan semua orang yang harus diselamatkan. Bahkan “ Ia memang
Bunda para anggota (Kristus), .....karena dengan cinta kasih ia
menyumbangkan kerjasamanya supaya dalam Gereja lahirlah kaum
beriman, yang menjadi anggota kepala itu.” Oleh karena itu, ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
menerima salam sebagai anggota Gereja yang serba unggul dan sangat
istimewa, juga sebagai pola-teladannya yang mengagumkan dalam
iman dan cinta kasih. Menganut bimbingan Roh Kudus, Gereja Katolik
menghadapinya penuh rasa kasih sayang sebagai bundanya yang
tercinta (LG 53).
Penegasan Gereja Katolik terhadap tempat dan peranan Bunda Maria
dalam Gereja dan kehidupan umat beriman sangat jelas melalui uraian dokumen
diatas. Berbeda dengan pandangan para imam dan religius terhadap penghayatan
dan pemahaman mengenai Bunda Maria ini lebih khusus lagi. Dalam hal ini, para
imam dan religius memandang Bunda Maria adalah sebagai sumber kegembiraan
dan pengharapan hidup religius dan para imam. Dalam Bunda Maria kaum
religius dan para imam menyadari diri secara lebih mendalam terhadap
panggilannya serta menemukan tanda pengharapan bagi hidupnya (Purnomo,
2000 : 12-13).
Dengan iman, Maria menerima kata-kata Malaekat dan percaya kepada
pesan bahwa ia akan menjadi Bunda Allah dalam ketaatan dari kesalehanya (Luk
1:38). Ketika mengunjungi Elisabet, dia melambungkan madah pujiannya kepada
Yang Mahatinggi karena karya ajaib yang telah dikerjakan-Nya di dalam diri
mereka yang menaruh kepercayaan kepada-Nya (Luk 1:46-55). Sejak zaman
Gereja Perdana, Bunda Maria bersama dengan para rasul bertekun di dalam doa
bersama-sama ketika menantikan kedatangan Roh Kudus (Kis 1:14), demikian
pula keluarga-keluarga di masa kini juga dengan tekun dan khusuk berdevosi
kepada Bunda Maria, dan berdoa dengan perantaraannya. Sekaligus dalam
keluarga itu diungkapkan cinta mereka kepada Bunda Maria, yang juga berperan
dalam Keluarga Kudus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Devosi kepada Bunda Maria biasanya lebih mengarah kepada
kepentingan pribadi, hal ini nampak pada mereka yang mengalami permasalahan
dalam hidupnya. Mereka berdoa kepada Bunda Maria, mohon bantuan dan
berkatnya agar bisa secepatnya terlepas dari persoalan hidup yang sedang
dihadapi itu.
Menurut Teologi, devosi kepada Bunda Maria merupakan usaha untuk
meneladan sikap iman Maria dalam kehidupan sehari-hari mereka, serta ambil
bagian dalam karya penyelamatan Allah sehingga Kerajaan Allah semakin
terwujud dan devosi kepada Bunda Maria mengasilkan “buah” yang dapat
dinikmati oleh orang lain (Groenen, 1988:150).
Membangun hidup rohani mau tidak mau juga berarti membangun rasa
bakti : terpesona, terpaut, dan terlibat. Bila itu digulati terus-menerus, akan
melahirkan hidup ketaatan kepada Allah. Perjalanan manusia merupakan
perjalanan untuk semakin menjadi taat dalam iman kepada Allah. Untuk
mengembangkan dan memperkuat rasa bakti dan ketaatan kepada Allah, orang
menghidupkannya dengan kegiatan devosional atau kegiatan rasa bakti.
Mengenal, berjumpa dan mengalami Allah dan sesama itulah yang mengubah
manusia.
Sesuai dengan ajaran Konsisli Vatikan II, yang menyebutkan Ekaristi
adalah sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani (SC 10). Ekaristi bukan hanya
salah satu dari sakramen. Ekaristi adalah Gereja dalam bentuk sakramen. Kalau
dikatakan “Gereja adalah bagaikan sakramen, yakni tanda dan sarana persatuan
mesra dengan Allah dan kesatuan umat manusia (LG 1). Rumusan itu juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
berlaku pada ekaristi. Ekaristi merupakan tanda dan sarana, artinya “sakramen”
persatuan dengan Allah dan kesatuan antar manusia (KWI, 1996:401-402).
Perayaan Ekaristi merupakan perayaan cinta kasih Tuhan Yesus Kristus
kepada kita umat manusia (Supranto, 2012:1). Dalam hal ini, Perayaan Ekaristi
memberikan sentuhan rohani baik bagi imam maupun umat sehingga imam dan
umat memiliki kerinduan untuk bertemu dengan Tuhan Yesus Kristus dengan
merayakannya.
Umat stasi St. Theresia Klampok paroki Antonius Banjarnegara sangat
kental dengan devosi-devosi. Mereka secara rutin melakukan devosi, salah
satunya adalah devosi kepada Bunda Maria. Dalam devosi ini, ibu-ibu membuat
lemper untuk dibagikan kepada umat yang menghadiri devosi sebagai berkat dari
novena tersebut. Inilah salah satu ciri khas yang ada di Stasi St. Theresia
Klampok paroki Antonius Banjar-Negara saat mengadakan devosi. Makna dari
lemper tersebut adalah karena terbuat dari ketan yang lengket, dari situlah
muncul harapan untuk umat di stasi St. Theresia juga seperti lemper yang selalu
lengket satu sama lain di dalam hidup menggereja, jauh dari permusuhan,
konflik, dll.
Sebagai umat dewasa ini, rupanya tidak lagi memiliki pengetahuan
beragam mengenai devosi-devosi kepada Bunda Maria. Hal ini terjadi karena
pewartaan kita mengenai devosi-devosi itu semakin minim dan terbatas hanya
pengenalan akan doa-doanya, seakan dengan mengetahui doa dari devosi-devosi
itu, itu sudah cukup. Akibatnya, mereka tidak lagi menaruh minat pada devosi-
devosi itu, dan dengan demikian mereka juga kehilangan beberapa sarana untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
menanggapi harta rohani dengan perantaraan Bunda Maria. Bertolak dari uraian
tersebut maka penulis mengambil judul penelitian “Pengaruh Pemahaman
Devosi Kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi
bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara”.
Dan diharapkan dari hasil penelitian ini, nantinya Devosi kepada Bunda Maria
dapat diterapkan dalam minat mengikuti Perayaan Ekaristi.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Devosi kepada Bunda Maria?
2. Apakah yang dimaksud dengan Ekaristi?
3. Apakah pemahaman Devosi kepada Bunda Maria berpengaruh terhadap
minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok
Paroki St. Antonius Banjarnegara?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka penulis
memberikan penjelasan tujuan penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Menjelaskan arti dari Devosi kepada Bunda Maria.
2. Menjelaskan arti dari Perayaan Ekaristi.
3. Mengetahui pengaruh pemahaman Devosi kepada Bunda Maria terhadap
minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok
Paroki St. Antonius Banjarnegara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi mengenai Devosi
kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi umat Stasi
St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara adalah sebagai berikut:
1. Bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Bajarnegara,
tersedianya informasi mengenai pemahaman Devosi kepada Bunda Maria
dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi.
2. Bagi penulis, mendapat informasi mengenai pemahaman devosi kepada
Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi.
3. Bagi para pembaca, mendapatkan informasi mengenai pengaruh pemahaman
Devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi
umat guna perkembangan hidup beriman.
E. Metode Penulisan
Motode penulisan ini adalah penulisan deskriptif analitis yaitu
memaparkan, menguraikan serta menganalisis permasalahan yang ada, sehingga
ditemukan jalan pemecahan yang tepat. Dalam tulisan ini penulis memaparkan
pemahaman Devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan
Ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara.
Data yang dibutuhkan, diperoleh dengan menggunakan penyebaran kuesioner
terhadap umat mengenai Devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti
Perayaan Ekaristi, supaya dapat menganalisis seberapa besar pengaruh
pemahaman Devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan
Ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Dari pernyataan di atas, penulis mengambil metode penelitian dengan
mengunakan penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu (Sugiyono, 2013:14).
F. Sistematika Penulisan
BAB I : Membahas dan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II : Menguraikan tentang Devosi kepada Bunda Maria dan minat
mengikuti Perayaan Ekaristi. Bab ini akan membahas tentang Devosi
kepada Bunda Maria yang meliputi pengertian devosi secara umum,
beberapa sudut pandang pemahaman devosi meliputi sudut historis
liturgis, sudut anthtropologis, dan sudut agama kerayatan, peranan
devosi dalam liturgi Gereja, beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam devosi, bentuk-bentuk devosi kepada Bunda Maria, dan Bunda
Maria meliputi Bunda Gereja, Bunda Allah, Bunda Sang Pendoa, Ibu
Yesus Kristus, Maria Perawan. Dilanjutkan mengenai minat mengikuti
Perayaan Ekaristi meliputi minat, Perayaan Ekaristi meliputi berbagai
istilah Ekaristi, Ekaristi dalam Gereja Katolik, makna sosial Ekaristi,
dan unsur-unsur Perayaan Ekaristi. Bagian terakhir dari bab ini adalah
rangkuman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB III : Memaparkan tentang hasil penelitian yang telah penulis laksanakan
beserta dengan pembahasannya sehingga apa yang menjadi tujuan
dalam penulisan laporan ini dapat tercapai.
BAB IV : Usulan Program “Pembinaan iman untuk Semakin Memahami Devosi
dan Perayaan Ekaristi”. Dalam bab ini akan disajikan dalam bentuk
pembinaan iman melalui katekese yang meliputi: latar belakang
pemilihan program, pengertian katekese umat, model katekese, usulan
kegiatan, matrik program Shared Christian Praxis, contoh persiapan
katekese dengan model Shared Christian Praxis di Stasi St. Theresia
Klampok Paroki St. Antonius Banjar-Negara.
BAB V : Berisi kesimpulan yang merangkum bab I sampai IV dan Saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA DAN MINAT MENGIKUTI
PERAYAAN EKARISTI
Bab pertama telah menguraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan
skripsi. Bab kedua akan membahas mengenai devosi kepada Bunda Maria
terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi. Bab kedua ini, penulis akan
membahas secara lebih mendalam dari rumusan masalah yang pertama yakni,
pengertian devosi kepada Bunda Maria, pengertian dari minat mengikuti Perayaan
Ekaristi, dan mengetahui pengaruh antara devosi kepada Bunda Maria terhadap
minta mengikuti Perayaan Ekaristi.
Secara keseluruhan bab ini berisikan kajian pustaka dari berbagai sumber yang
berhubungan dengan devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan
Ekaristi. Pembahasan dalam bab ini dibagi menjadi tiga bagian, yakni bagian
pertama akan membahas tentang devosi kepada Bunda Maria, pengertian devosi
secara umum, beberapa sudut pandang pemahaman devosi, peranan devosi dalam
liturgi Gereja, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berdevosi, dan bentuk-
bentuk devosi kepada Bunda Maria. Bagian kedua akan membahas tentang Bunda
Maria, Bunda Gereja, Bunda Allah, Bunda Sang Pendoa, Ibu Yesus Kristus, dan
Maria Perawan. Pada bagian ketiga akan membahas tentang minat mengikuti
Perayaan Ekaristi, minat, dan Perayaan Ekaristi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
A. Devosi Kepada Bunda Maria
1. Pengertian Devosi secara Umum
Sebelum berbuat sesuatu sesudah selayaknya orang mengetahui dan
memahami apa yang akan diperbuat, demikian juga dalam berdevosi kepada
Bunda Maria, orang terlebih dahulu perlu tahu maksud dan kedudukan devosi
yang hidup di dalam Gereja.
Dokumen Konstitusi Dogmatis tentang Gereja yakni Lumen Gentium,
art. 51 yang secara khusus berbicara mengenai “beberapa pedoman Pastoral”.
Berikut adalah kutipan dari dokumen tersebut :
……….. Maka, hendaklah mereka mengajarkan kepada umat beriman
bahwa ibadat yang sejatri kepada para kudus bukan pertama-tama
diwujudkan dalam ba yaknya perbuatan lahiriah, melainkan terutama
dalam besarnya cinta kasih kita yang disertai tindakan nyata.....…. (LG
51)
Konsili Vatikan II dalam dokumen diatas memberikan tugas kepada para
Uskup untuk mengajarkan kepada kaum beriman, bahwa kebaktian sejati kepada
Para Kudus bukan hanya terletak dalam banyaknya perbuatan lahiriah, melainkan
dalam hidup meneladan orang Kudus, bersatu padu dengan mereka serta
memberikan pertolongan dengan pewartaan doa mereka demi kebaikan semua
orang dan seluruh Gereja. Berdevosi kepada Santo-Santa dan pada Bunda Maria
seharusnya bertujuan untuk memupuk semangat kita dalam mengabdi Gereja dan
masyarakat. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam berdevosi, yaitu bahwa
devosi itu tidak boleh menjadi perasaan belaka tanpa dasar iman yang kuat.
Kedua, bahwa devosi tidak boleh dilepaskan dari keseluruhan hidup Kristiani.
Namun, yang paling penting adalah bahwa semua devosi hanya mempunyai suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
tujuan yaitu memperhatikan dan mengemukakan dengan lebih jelas Keselamatan
Allah.
Dalam Konstitusi Liturgi tentang Sacrosantum Concilium, art. 111 yang
secara khusus berbicara mengenai “Pesta Para Kudus”. Berikut adalah kutipan
dari dokumen tersebut :
Menurut Tradisi, para kudus dihormati dalam Gereja, dan relikwi asli
serta gambaran dan arca mereka mendapat penghormatan. Pesta para
kudus mewartakan karya-karya agung Kristus dalam diri para hamba-
Nya dan menyajikan kepada umat beriman teladan-teladan yang patut
ditiru……….(SC 111)
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa Kristus dalam diri para hamba-
hamba-Nya dan kepada orang beriman memberikan teladan yang patut dicontoh.
Pokok seluruh hidup Gereja, yang merupakan hidup devosi adalah hidup Kristus
dan dari para umat sendiri ialah iman akan Karya Keselamatan yang telah
terlaksana dalam wafat dan kebangkitan Kristus.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa devosi merupakan suatu
sikap yang diterapkan dalam perbuatan nyata oleh seorang pribadi dalam
mengarahkan diri kepada sesuatu (seseorang) yang dihormati dan dicintai dalam
hidup. Apabila devosi ini mengarah kepada Allah, maka devosi tersebut adalah
sebagai devosi religius (keagamaan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2. Beberapa Sudut Pandang Pemahaman Devosi
Munculnya devosi umat dapat kita pahami dalam beberapa segi,
diantaranya adalah:
a. Sudut Historis Liturgis
Praktek devosi umat beriman senantiasa mengiringi perjalanan iman
Gereja sepanjang masa. Beberapa bentuk macam devosi yang dapat kita lihat
seperti Adorasi Ekaristi, devosi kepada Hati Kudus Yesus, devosi kepada
Kerahiman Ilahi, doa rosario, novena, jalan salib, dsb (Martasudjita, 2011:248).
Pada abad pertengahan, kita dapat melihat bahwa praktek devosi umat
dalam gereja Katolik semakin berkembang pesat. Dari sinilah muncul beberapa
macam praktek devosi yang digemari oleh umat (Martasudjita, 2011:249).
b. Sudut Antropologis
Secara antropologis, devosi umat menjawab kebutuhan afeksi dan emosi
manusia. Dalam kenyataan ini, liturgi resmi Gereja tidak selalu menampung segi
kebutuhan manusia.
Umat membutuhkan praktek ungkapan iman yang mampu menampung
sisi afektif, perasaan, dan emosi. Dalam devosi, aspek perasa, afektif, dan emosi
ini mendapat tempat yang penting dan utama. Di lihat dari ini, devosi bukanlah
keindahan rumusan doa yang secara teologis lengkap dan bagus, tetapi unsur
perasaan yang ditumbuhkan dan mendapat tempat yang cukup pada praktek doa
devosi itu (Martasudjita, 2011:251).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
c. Sudut Agama Kerakyatan
Dari sudut agama karakyatan, devosi ini sesuai dengan pengalaman
religius umat manusia. Dari hal ini, pengalaman religius adalah pengalaman dasar
setiap umat manusia yang merindukan kebahagiaan sejati yang diyakini ada dan
dijamin oleh Yang Ilahi atau Yang Trasenden (Martasudjita, 2011:251).
3. Peranan Devosi dalam Liturgi Gereja
Meskipun devosi tidak termasuk liturgi resmi, devosi atau olah kesalehan
sangat dianjurkan oleh Gereja sebab devosi memang memberikan sumbangan
yang sangat baik bagi liturgi Gereja. Akan tetapi, ada beberapa hal yang harus
diwaspadai terhadap praktek devosi yang berlebihan (Martasudjata, 2011:254).
4. Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan dalam Devosi
a. Devosi tidak pernah dipandang sebagai pengganti liturgi resmi (Martasudjita,
2011:255).
b. Praktek devosi harus dijauhkan dari bahaya praktek magis. Praktek magis ialah
apabila orang memandang kekuatan dan daya pengudusan berasal dari barang,
mantra, hitungan angka itu sendiri (Martasudjita, 2011:256).
c. Devosi harus tetap sesuai dengan iman Gereja yang benar (Martasudjita,
2011:256)
5. Bentuk-bentuk Devosi kepada Bunda Maria
a. Rosario
Kata “rosario” berasal dari kata Latin “rosarium” berarti taman bunga
mawar (Daia, 2001:15). Kata ini dipakai dalam arti simbolis yang merupakan
ungkapan dari doa-doa kita yang secara tulus kepada Bunda Maria. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
mendoakan rosario ini, diibaratkan menggambarkan karangan bunga mawar di
hadapan Bunda Maria (Ratri, 2003:72).
b. Novena Tiga Kali Salam Maria
Kata “novena” berasal dari kata Latin “novem” yang berarti sembilan
(Daia: 2001:28). Novena Tiga Kali Salam Maria berasal dari Santa Mechtildis
(1241-1298). Ia mendapat pengalaman rohani saat ia mencemaskan hidupnya dan
memohon kepada Bunda Maria untuk membantunya pada saat kematiannya
(Ratri, 2003:94).
Doa novena berarti doa yang didaraskan sembilan kali berturut-turut,
misalnya dilakukan setiap hari selama sembilan kali, didoakan seminggu sekali
pada hari Jumat atau didoakan selama sebulan sekali selama sembilan bulan pada
Minggu pertama setiap bulannya (Daia, 2001:28).
Biasanya novena Tiga kali Salam Maria selalu didoakan pada jam yang
sama selama sembilan kali berturut-turut. Namun, patokan waktu tersebut bukan
suatu aturan resmi. Patokan waktu ini tidak pertama-tama untuk menambah
kemanjuran dari doa ini, tetapi patokan waktu ini berguna bagi kedisiplinan tubuh
(Daia, 2001:29).
c. Malaikat Tuhan (Angelus Domini)
Kata “angelus” dan “domini” adalah kata-kata yang berasal dari bahasa
Latin yang berarti “malaikat” dan “Tuhan”. Doa Angelus Domini adalah doa
malaikat Tuhan. Doa ini didaraskan tiga kali dalam sehari pada waktu pagi pukul
06.00, siang pukul 12.00 dan sore pukul 18.00. Doa pagi bertujuan untuk
mengenangkan kebangkitan Kristus. Doa siang hari bertujuan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
mengenangkan kematian Yesus Kristus. Doa sore hari bertujuan untuk
mengenang misteri penjelmaan Kristus (Ratri, 2003:112).
d. Litani Bunda Maria (Magnificat)
Magnificat adalah nama madah yang menurut Lukas 1:46-55 diucapkan
Santa Maria dihadapan Elisabeth, saudarinya. Tema utama dari madah ini ialah
rencana penyelamatan Allah yang kini telah digenapi. Magnificat ini adalah salah
satu kidung yang kita miliki dari Ibu Maria. Dengan mengkidungkan ini kita
mengucapkan syukur kepada Allah karena segala perbuatan-Nya yang baik dan
mendatangkan karunia-karunia yang baru. Magnificat ini sangat dianjurkan dalam
mendaraskannya sesudah menerima Komuni Suci sebagai ucapan syukur seperti
yang dilakukan oleh Ibu Maria (Ratri, 2003:114).
e. Ziarah
Ziarah merupakan salah satu fenomen religius umum bagi umat Katolik
pada umumnya. Dalam hal ini, peziarahan ke tempat-tempat Bunda Maria baru
muncul pada abad pertengahan akhir dari abad modern, sehingga Gereja Katolik
memaknai ziarah sebagai perjalanan tobat, olah askese, dan puasa. Dalam hal ini,
ziarah juga dipandang sebagai ungkapan iman akan makna gereja musafir yang
harus berjalan ke tanah air surgawi. Hal ini ditegaskan pula oleh Konsili Vatikan
II dalam LG art 48, bahwa ziarah merupakan salah satu devosi umat yang mampu
menampilkan dimensi kesatuan Gereja karena pada umumnya para peziarah
datang dari berbagai daerah dan suku bangsa (Ratri, 2003:260-261). Di bawah ini
daftar nama tempat ziarah terkenal di Indonesia yang sering dikunjungi, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Lokasi Nama Gua Peresmian
Keuskupan Bogor Gua Maria Bukit Kanada (Kampung
Narimbang Dalam)
13 Agustus 1988
Gua Maria Biara Santa Clara - Biara
Suster Santa Clara, Pacet,
Sindanglaya, Cipanas
Gua Maria Lembah Karmel -Lembah
Karmel , Cikanyere, Cipanas Puncak
Keuskupan Bandung Gua Maria Karmel - Biara Suster
Karmel OCD
Mei 1989
Gua Maria Sawer Rahmat -
Cisantana, Cigugur, Kuningan
21 Juli 1990
Gua Maria Paroki Subang - Gereja
Paroki Subang
Jakarta Gua Maria Fatima 13 Mei 1950
Keuskupan Agung
Semarang
Gua Maria Lourdes Sendang Sono 08 Desember
1929
Gua Maria Tritis 1974
Gua Maria Sendang Sriningsih 19 Agustus 1979
Gua Maria Kerep – Ambarawa 04 Oktober 1981
Gua Maria Mojosongo – Debegan 25 Desember
1983
Salib Suci Gunung Sempu 20 Mei 1990
Gua Maria Sendang Ratu Kenya /
Gua Hati Ibu Yang Bahagia – Danan
30 September
1997
Gua Maria Sendang Jatiningsih 1999
Sumur Maria Kitiran Mas - Gereja
St.Maria Assumpta, Pakem
14 Oktober 2001
Gua Maria Marganingsih 27 Oktober 2002
Gua Maria Sendang Pawitra Sinar
Surya Tawangmangu
Gua Maria - Sendang Sancta Rosa
Mystica
Goa Maria Pereng Getasan
Keuskupan Malang Gua Maria Jatiningrum 15 Agustus 1956
Gua Maria Sendang Purwaningsih 10 Mei 1990
Gua Maria Sendang Retno Adi -
Ngadireso - Tumpang -
Poncokusumo – Malang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Keuskupan Surabaya Gua Maria Fatima Sendang
Waluyojatiningsih
27 Mei 1988
Gua Maria Lourdes Puh Sarang 2 Mei 1999
Keuskupan Denpasar Goa Maria Palasari Bali
Keuskupan Agung
Medan
Graha Bunda Maria Annai
Velangkanni
Keuskupan Pangkal
Pinang
Bunda Maria di Atas Perahu 30 September
1994
Gua Maria Pelindung Segala Bangsa
Belinyu
08 Desember
1999
Gua Maria Bunda Pelindung Teluk
Dalam
22 April 2001
Gua Hati Tersuci Santa Perawan
Maria
17 Maret 2002
Gua Bunda Maria Lourdes "RATU
DAMAI"
1 November 2006
Keuskupan
Palembang
Gua Maria Ratu Rosari 07 Oktober 2002
Keuskupan Lampung Gua Maria Padang Bulan –
Pringsewu, Lampung
19 Agustus 1984
Gua Maria Fajar Mataram –
Bandarjaya, Lampung
Keuskupan Atambua Gua Maria Bunda Pengantara
Rahmat
Agustus 2001
Gua Maria Lourdes Betun
Gua Maria Bitauni
Gua Maria Kapela Wilain
Keuskupan
Larantuka
Gua Maria Wato Jong
Keuskupan Agung
Ende
Gua Maria Fatima
Keuskupan Agung
Kupang
'Gua Maria Lourdes'
Keuskupan Ambon Golgota di Masbait + Gua Maria Peresmian 2000
Gua Maria Bunda Hati Kudus
Gua Maria Panjang
Keuskupan Manado Gua Maria Bunda Bukit Karombasan
Gua Maria Redemtoris Mater
Gua Maria Bunda Hati Kudus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Gua Maria Gunung Karmel
Keuskupan Agung
Makassar
Gua Maria Balla – Pena, Polmas –
Toraja Barat, Sulawesi Selatan
Gua Maria Watan Soppeng
Gua Maria Sendang Mulyasari
Keuskupan Agung
Samarinda
Gua Maria Bukit Rahmat - Putak -
Tenggarong - Kutai Kartanegara
Keuskupan
Banjarmasin
Gua Maria Manikam Damai –
Mandam, Hampang, Kota Baru
Keuskupan Sanggau Gua Maria Pusat Damai
Keuskupan Sintang Gua Maria Tahta Kebijaksanaan
Putussibau
awal Juni 2002
Gua Maria Sejiram - Kapuas Hulu
Keuskupan Agung
Pontianak
Gua Maria Riam Merasap 1993
Gua Maria Toho 20 Oktober 1996
Gua Maria ratu Pencinta Damai
Anjungan
29 April 1973
B. Bunda Maria
1. Bunda Gereja
Berdasarkan kesaksian Injil Yohanes dan kisah para rasul, Maria kemudian
dihormati oleh umat katolik sebagai “Mater Ecclesiae”, yang artinya “Bunda
Gereja”. Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang
Gereja menjelaskan sebagai berikut:
Maria memang Bunda para anggota (Kristus), karena dengan cinta kasih ia
menyumbangkan kerjasamanya, supaya dalam Gereja lahirlah kaum
beriman, yang menjadi anggota Kepala itu. Oleh karena itu, ia menerima
salam sebagai anggota Gereja yang serba unggul dan sangat istimewa,
juga sebagai pola-teladannya yang mengagumkan dalam iman dan cinta
kasih. Menganut bimbingan Roh Kudus, Gereja Katolik menghadapinya
penuh rasa kasih sayang sebagai bundanya tercinta (LG, art 53).
Menurut Konsili Vatikan II, Gereja katolik mengakui peranan Maria bukan
sebagai anggotanya yang serba unggul dan sangat istimewa, melainkan pula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
sebagai pola-teladannya yang mengagumkan serta sebagai bundanya yang
tercinta. Maka, sesuai dengan penegasan Konsili Vatikan II ini, Paus Paulus VI
memaklumkan Maria bukan hanya sebagai “Bunda Kristus”, Sang Kepala, tetapi
juga sebagai “Bunda Gereja”, para anggota-Nya (Njiolah, 2003:21-22).
Maria adalah Bunda Gereja, yaitu bunda dari orang-orang beriman sebagai
yang pertama dalam tatanan rahmat. Sebutan Bunda Gereja mengungkapkan inti
perhatian akan keibuan Maria. Dalam hal ini, Maria adalah Bunda universal dari
semua umat Allah, dan di dalam Gereja ia menempati kedudukan sebagai ibu.
Seluruh Gereja memanggil Bunda Tuhannya sebagai Bundanya sendiri (NN, 2011
:23-25).
Maria adalah Bunda Gereja karena ia termasuk dalam kelompok manusia
yang dipulihkan kembali oleh Kristus kepada Bapa dan karena ia juga mendapat
keuntungan dari rahmat penebusan yang datang kepadanya saat ia dikandung
tanpa noda dosa (NN, 2011:25-26).
2. Bunda Allah
Konsili Efesus (431) menetapkan dogma atau ajaran resmi Gereja, bahwa
Maria adalah “Theotokos” atau “Bunda Allah” (Njiolah, 2003:28-30). Pada abad
ke tiga, sebutan Theotokos, yang berarti “Bunda Allah” atau “orang yang
melahirkan Allah”, diberikan kepada Maria. Hal ini tersebar luas dan kemudian
disiarkan oleh Konsili Efesus pada tahun 431. Sirilus dari Aleksandria, misalnya,
mengumumkan hal ini dalam Kutukan Pertamanya Melawan Nestorius,
“Jika seseorang tidak mengakui bahwa Emmanuel benar-benar Allah dan
karena itu Perawan Suci adalah Bunda Allah (karena dia melahirkan dalam
daging Sabda Allah yang menjadi daging), terkutuklah dia.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Beberapa anggota konsili mengakui kata-kata Sirilus sebagai pernyataan
iman Kristen yang sejati dan sejak itu sebutan Theotokos dinyatakan sebagai
sebuah dogma yang diakui oleh semua anggota Gereja. Dengan mengakui Maria
sebagai Bunda Allah, kita juga mengakui bahwa ia melahirkan Sang Ilahi dengan
hakikatnya sebagai manusia sejati (NN, 2011:11-12).
Majalah inspirasi oleh Bapak Julius Kardinal Darmaatmadja (2013:10)
mengatakan bahwa Maria menjadi ibu karena naungan Roh Kudus, Roh Kesucian.
Maria sepenuhnya menyerahkan diri kepada karya Roh Kudus, dengan menjawab
“Terjadilah padaku menurut perkataanmu” (Luk 1:38). Iman yang total kepada
Allah membuatnya kudus dan suci. Maria dapat bersikap demikian karena Maria
“penuh rahmat”, sejak dari kandungan ibu Anna, telah “dikaruniai” dan bebas dari
noda dosa. Perawan Maria adalah sungguh Allah, sungguh manusia, maka Maria
sungguh Bunda Allah.
3. Bunda Sang Pendoa
Bunda Maria memang seorang pendoa yang tulus dan jujur di hadapan
Allah. Kehidupan doa adalah sebagian besar dari hidupnya. Sikap pendoa dari
Bunda Maria terjadi begitu saja, bukan sebagai beban dan tugas berat. Hal ini
terlihat saat Maria berjumpa dengan Elisabeth, saudarinya (Purnomo, 2001:46-
47).
Sikap dasar iman Bunda Maria sebagai seorang pendoa tampak dalam sikap
penyerahannya seperti terungkap dalam sikap pasrah-percaya-sepenuhnya kepada
Allah dalam kerendahan hati. “Aku ini hamba Tuhan, terjadi padaku menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kehendak-Mu!” sikap iman sebagai pendoa inilah yang terwariskan kepada diri
Yesus (Purnomo, 2001:48).
4. Ibu Yesus Kristus
Dalam Injil Matius, orang banyak mengenal Yesus sebagai “anak tukang
kayu”, dan “anak Maria” serta “saudara Yakobus, Yusuf, Simon, dan Yudas”.
Sedangkan dalam Injil Lukas, malaikat Gabriel-lah yang membawa kabar
gembira, dengan berkata kepada Maria: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau
beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung
dan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia
Yesus!” (Njiolah, 2003:17-20). Maka dengan perkataan malaikat itu, Maria
kemudian mengandung dan melahirkan Yesus, sehingga Maria disebut Ibu Yesus
Kristus.
5. Maria Perawan
Agustinus dari Hippo (354-430) menegaskan bahwa, “Maria tetap perawan,
ketika ia sedang mengandung Puteranya, perawan ketika ia melahirkan-Nya,
perawan ketika ia menyusui-Nya; pendek kata ia selalu perawan”. Supaya tidak
menimbulkan keraguan lagi, Konstantinopel II (553) akhirnya menetapkan
“keperawanan” Maria sebagai dogma atau ajaran resmi Gereja. Mengenai
“keperawanan” Maria, Konsili Vatikan II menguatkan pernyataan Konsili Lateran
(649), yaitu kelahiran Yesus Kristus sama sekali tidak mengurangi keutuhan
“keperawanan” Maria, melainkan justru menyucikan (LG 57) (Njiolah, 2003:30-
31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Keibuan Maria diimani Gereja sebagai keibuan seorang perawan. Gereja
mengajarkan keperawanan Maria lebih dihubungkan dengan iman Maria yang
total, sikap penyerahan diri yang utuh terhadap kehendak Allah dalam dirinya.
Kata “ya” terhadap panggilan hidup sebagai Ibu Penyelamat dunia meski tidak
beliau ketahui apa arti sesungguhnya merupakan gambaran sikap ketaatan iman
yang mutlak dan cinta bakti yang penuh dan total kepada Allah yang tiada
bandingnya.
Konsili Vatikan II memutuskan “Dalam iman dan ketaatan Maria
melahirkan Putra Bapa sendiri di dunia, dan itu tanpa mengenal pria; dalam
naungan Roh Kudus, sebagai Hawa yang baru, karena percaya kepada utusan
Allah, dengan iman yang tak tercemar oleh kebimbangan” (LG 63).
Majalah inspirasi oleh Bapak Julius Kardinal Darmaatmadja (2013:10)
mengatakan bahwa keperawanan Maria berhubungan dengan keibunannya sejauh
ia melahirkan Anak Allah, sebab, “ia percaya bahwa apa yang dikatakan
kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana” (Luk 1:45).
C. Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi
1. Minat
Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat
ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan
atau kebutuhan-kebutuhannya. Oleh sebab itu orang akan merasa berminat apabila
menjalani atau melihat suatu hal yang mempunyai hubungan dengan keinginan
atau kebutuhannya. Karena minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang
kepada seseorang atau suatu hal. Pada umumnya kecenderungan tersebut disertai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
rasa senang atau antusias, karena merasa ada kepentingan dengan hal itu
(Sardiman, 2008:76).
Menurut Hilgard (dalam Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi,
2013:57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diamati seseorang diperhatikan
secara terus menerus yang disertai dengan rasa senang yang akan menimbulkan
kepuasan. Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2009:152), minat adalah
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan minat adalah kecenderungan
dan kegairahan yang tetap dan tinggi untuk memperhatikan sesuatu hal yang
mempunyai kaitan dengan keinginan dan kebutuhan.
2. Perayaan Ekaristi
a. Berbagai istilah untuk Perayaan Ekaristi
1) Ekaristi
Istilah “Ekaristi” berasal dari bahasa Yunani eucharistia yang berarti puji
syukur. Kata eucharistia adalah sebuah kata benda yang berasal dari kata kerja
bahasa Yunani eucharistein yang berarti memuji, mengucap syukur. Kata Ekaristi
itu sudah digunakan untuk menunjuk seluruh Perayaan Ekaristi pada tiga abad
pertama sejarah Gereja, seperti terdapat pada tulisan Didakhe, tulisan Santo
Ignatius dari Antiokhia, Yustinus Martir, dan Origenes. Namun, sejak abad IV
baik di Gereja Timur maupun di Gereja Barat, istilah Ekaristi mulai menghilang
(Martasudjita, 2005:28).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2) Misa
Kata “misa” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa latin, yaitu missa.
Dalam hal ini, kata misa menjadi populer bagi seluruh Perayaan Ekaristi di Gereja
Barat sejak abad V-VI, hingga Konsili Vatikan II, bahkan sampai saat sekarang
ini. Dalam hal ini, kata misa sebenarnya digunakan untuk menunjuk perayaan-
perayaan liturgi lain, doa-doa, unsur-unsur perayaan sakramen tobat, bacaan-
bacaan, ataupun ibadat harian (Martasudjita, 2005:29).
3) Pemecahan Roti
Pemecahan roti sebenarnya merupakan istilah yang menunjukkan tindakan
bapa keluarga Yahudi pada awal perjamuan makan dalam rangka doa syukur
singkat sebelum makan. Barangkali istilah pemecahan roti ini, diterapkan untuk
menyebut seluruh Perayaan Ekaristi karena pernah ada pandangan jemaat yang
sangat menekankan roti dan penerimaan roti ekaristik, atau karena tindakan
pemecahan roti tersebut melambangkan kesatuan kita dengan Tuhan dan sesama
secara menonjol (Martasudjita, 2005:31).
4) Perjamuan Tuhan (Dominica Cena)
Dalam perkembangan, baik Gereja Barat maupun Gereja Timur, istilah
Perjamuan Tuhan hanya digunakan dalam hubungannya dengan malam terakhir,
tetapi tidak sebagai istilah Perayaan Ekaristi secara seluruh. Yang menggunakan
istilah ini kembali ada para reformator pada abad XVI karena istilah Perjamuan
Tuhan ini adalah ungkapan biblis, yaitu dari Paulus (Martasudjita, 2005:32).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
b. Ekaristi dalam Gereja Katolik
1) Akar Perayaan Ekaristi Gereja
Ekaristi dirayakan oleh Gereja berdasarkan pengalaman iman Gereja akan
Tuhan Yesus Kristus. Ada tiga akar pengalaman pokok yang menjadi pangkal
tolak Perayaan Ekaristi Gereja, yaitu perjamuan makan dengan Yesus sebagai
tanda kehadiran Kerajaan Allah, perjamuan malam terakhir, dan perjamuan-
perjamuan makan dengan Yesus Kristus yang bangkit (Martasudjita, 2005:35).
a) Perjamuan makan dengan Yesus sebagai tanda kehadiran Kerajaan Allah
Secara monumental penetapan Ekaristi memang dilakukan oleh Yesus
sendiri pada perjamuan malam terakhir. Namun, penetapan Ekaristi oleh Yesus
pada perjamuan malam terakhir itu tidak bisa dilepaskan dari seluruh kerangka
hidup, karya, dan perutusan Yesus (Martasudjita, 2005:35). Yesus mewartakan
Kerajaan Allah melalui sabda dan karya. Tindakan pewartaan dan penghadiran
Kerajaan Allah oleh Yesus itu tidak hanya tampak dalam karya penyembuhan
berbagai orang sakit, pengusiran setan dan membangkitkan orang mati, tetapi juga
dalam perjamuan makan Yesus dengan orang-orang miskin dan berdosa (Mrk
2:16.19).
Penggandaan roti yang dibuat Yesus (Mrk 6:31-44) harus dipahami
sebagai kesejajaran dengan peristiwa penganugerahan makanan yaitu manna dari
Allah kepada umat-Nya di padang gurun (Kel 16:1-36) (Martasudjita, 2005:36).
Kita sebagai umat manusia, dapat merumuskan bahwa Kerajaan Allah adalah
perwujudan dari wafat Yesus, di mana Kerajaan Allah tersebut hadir dalam
ketidakmampuan, kekayaan dalam kemiskinan, kasih dalam kesepian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
ditinggalkan, kejayaan dalam kehinaan, kepenuhan dalam kekosongan, kehidupan
dalam kematian. Perjamuan malam terakhir itu, di mana perjamuan-perjamuan
makan lain dan tanda kehadiran Kerajaan Allah terpenuhi, Yesus mengartikan
kesatuan hubungan batin-Nya dengan Bapa dan perutusan-Nya sebagai pelaksana
dan pengantara Kerajaan Allah (Martasudjita, 2005:36).
b) Perjamuan Malam Terakhir
Perjamuan malam terakhir merupakan peristiwa teramat penting bagi
pembahasan Ekaristi Gereja (Martasudjita, 2005:37). Perjamuan malam terakhir
bukanlah Perayaan Ekaristi Gereja perdana. Namun, memang harus dikatakan
bahwa antara perjamuan malam terakhir dan Perayaan Ekaristi Gereja ada
kontinuitas dan sekaligus diskontinuitas. Kontinuitas perjamuan malam terakhir
dan Perayaan Ekaristi Gereja, pertama terletak pada kenyataan bahwa Perayaan
Ekaristi dilaksanakan oleh Gereja berdasarkan penetapan dan perintah oleh Yesus
sendiri melalui sabda-Nya pada saat perjamuan makan terakhir : “Perbuatlah ini
guna memperingati Aku!” tentu pada saatnya akan dijelaskan bahwa Perayaan
Ekaristi sama sekali bukanlah pengulangan perjamuan malam terakhir, apa lagi
pengulangan kurban Kristus di salib. Kontinuitas kedua ada pada tindakan Gereja
dalam Perayaan Ekaristi (pada saat Doa Syukur Agung) yang selalu
mengenangkan tindakan dan sabda Yesus atas roti dan anggur pada perjamuan
malam terakhir (Martasudjita, 2005:37). Bagian DSA yang mengenangkan
tindakan dan sabda Yesus atas roti dan anggur pada perjamuan malam terakhir itu
biasa disebut kisah insitusi (Martasudjita, 2005:38).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Sedangkan diskontinuitas, mengapa Perayaan Ekaristi tidak sama dengan
perjamuan malam terakhir, terletak pada isi dan fungsi perayaan. Isi Perayaan
Ekaristi adalah perayaan iman Gereja akan wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus
Kristus. Perjamuan malam terakhir lebih berfungsi sebagai perjamuan perpisahan
Yesus dengan murid-murid-Nya (Martasudjita, 2005:38).
c) Perjamuan-perjamuan makan dengan Yesus Kristus yang bangkit
Perjanjian Baru melaporkan adanya perjamuan-perjamuan para murid
dengan Yesus Kristus yang bangkit dan kini menampakkan diri. Penampakan
Tuhan itu sudah boleh disebut Perayaan Ekaristi dalam Gereja pertama. Tidak
boleh dilupakan bahwa baik perjamuan makan dengan Kristus yang bangkit dan
menampakkan diri itu maupun Perayaan Ekaristi menunjukkan pada pokok
pengalaman iman yang satu dan sama akan kehadiran Tuhan dan kebersamaan
dengan-Nya dalam rangka suatu perayaan jemaat pasca-Paskah (Martasudjita,
2005:38-40).
c. Makna Sosial Ekaristi
1) Memahami Tugas Perutusan
Gereja tidak ada dari dan untuk dirinya sendiri. Melainkan Gereja ada
karena mendapat tugas perutusan dari Kristus sendiri, di mana Ia mengutus
“Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Mat 28:19). Dalam perutusan
tersebut, dengan demikian memiliki dimensi kemuridan. Tanda kemuridan yang
diberikan oleh Tuhan merupakan panggilan kasih, “Kamu adalah murid-murid-
Ku, yaitu jika kalian saling mengasihi” (Yoh 13:35). Oleh karena itu, dapat di
lihat, bahwa Gereja ada karena menjalankan tugas perutusan Kristus, perutusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
untuk mewartakan-Nya yang adalah kasih sehingga semua orang mendapatkan
keselamatan kasih-Nya. Keselamatan ini nyata ketika semua orang hanya
memandang Allah serta berseru kepada-Nya (Krispurwana, 2009:21-24).
Tugas perutusan Gereja, pertama-tama adalah mewartakan Kristus. Tentu
dalam hal ini mewartakan Kristus tidak dengan sepotong-potong saja, melainkan
Kristus yang seutuhnya, lengkap dengan pengalaman salib dan penderitaan-Nya
(Krispurwana, 2009:24).
2) Gereja yang Hidup: Kehadiran Kristus Nyata
Di tengah terpaan krisis serta tantangan perubahan zaman, Gereja harus
senatiasa berubah untuk semakin mengarahkan diri kepada Dia yang memanggil
dan mengutus, dan sebagai batu penjuru yang menyelamatkan. Dengan mau
memurnikan diri, Gereja akan semakin mampu untuk menjadi umat Allah yang
senantiasa menegaskan kehendak Allah (discernment) serta Gereja yang melayani.
Gereja ada bukan untuk melayani dirinya sendiri, melainkan untuk melayani
sesama sebagai wujud melayani Tuhan (Krispurwana, 2009:223).
Para Uskup Asia menyatakan bahwa untuk menjadi murid Kristus dewasa
ini berarti melayani kehidupan sehingga dalam komitmennya dalam mewujudkan
nilai-nilai Kerajaan Allah ditempatkan sebagai konsekuensi dari panggilannya
untuk memperjuangkan budaya kehidupan. Dengan demikian, Gereja dipanggil
untuk melayani, sebagai hamba Tuhan, dan sebagai hamba bagi kehidupan, yang
dalam hal ini pelayanannya diwujudkan dengan mewujudnyatakan panggilan
dirinya sebagai sakramen keselamatan Allah, dan tubuh Kristus di dunia
(Krispurwana, 2009:223-224).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Krispurwana (2009:226) mengutip kembali pandangan tentang Romo YB.
Mangunwijaya menggambarkan wajah Gereja itu walau kecil, namun kokoh
dalam prinsip. Karenanya, kepemimpinan dalam Gereja bukan birokrasi pasif
menunggu, namun kepemimpinan yang memiliki mobilitas aktif untuk dapat
menggerakkan orang.
Dalam hal ini, yang mendasari cara hidup Gereja profetis adalah realitas
inkarnasi Tuhan Yesus yang dinyatakan sebagai mewartakan kabar gembira atau
kabar baik kepada orang miskin, memberikan pembebasan kepada orang tawanan,
dan membebaskan orang tertindas. Atau terungkap kuat dalam Injil Matius ketika
berbicara tentang pengadilan terakhir, yakni bahwa apa pun yang tidak kita
lakukan untuk orang-orang yang paling hina: miskin, lapar, haus, tertawan,
telanjang, tidak kita lakukan untuk Tuhan dan sebaliknya. Kita juga dapat belajar
dari ungkapan Kidung Maria dalam Injil Lukas, yang sangat kuat mengatakan
bahwa Allah sangat berpihak kepada mereka yang lemah, miskin, tersingkir dan
tertindas. Dalam hal ini, realitas inkarnasi dengan demikian adalah realitas
inkarnasi Allah yang berpihak (Krispurwana, 2009:231-232).
Selain dari dasar kehadiran, panggilan, serta perutusan Gereja profetis
menemukan kekuatan dan motivasi dalam realitas salib. Salib diimani sebagai
tindakan solidaritas Allah akan penderitaan umat manusia. Dalam hal ini,
penderitaan dihapuskan tidak dengan dominasi dan kekuasaan, melainkan dengan
cinta. Salib menjadi simbol cinta dan kepercayaan. Dengan demikian, pastoral
pun kemudian berangkat dari realitas mereka yang teraniaya, tertindas, dan
menderita. Pastoral ini mendapat acuan dan sumber penderitaan Yesus. Sengsara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Yesus, secara teologis dimengerti sebagai menjalankan kehendak Bapa. Namun,
secara historis, kesengsaraan tersebut disebabkan oleh tindakan Yesus yang
menyingkapkan, menentang, dan melawan setiap bentuk penindasan dan kuasa
ketidakadilan, dengan membela dan memperjuangkan tata kehidupan yang adil
bagi mereka yang miskin. Kita dapat melihat bahwa Gereja yang berpangkal pada
inkarnasi dan salib Yesus, adalah Gereja yang berpihak kepada korban. Dalam
diri para korban, Tuhan hadir dan memanggil kita, umat-Nya untuk melayani-Nya
(Krispurwana, 2009:232-234).
3) Spiritualitas Ekaristi
Spiritualitas pada umumnya dimengerti sebagai hubungan pribadi seorang
beriman dengan Allah dan perwujudannya dalam sikap hidup: pikiran, perkataan,
dan perbuatan. Dalam hal ini, spiritualitas kristiani berpusat pada iman kepada
(fides qua) dan iman akan (fides quae) Allah Bapa dalam Yesus Kristus oleh Roh
Kudus. Dan oleh karena itu, Allah Bapa dalam Yesus Kristus oleh Roh Kudus
sendiri hadir secara nyata dalam Ekaristi. Maka dari itu, spiritualitas Kristiani
adalah spiritualitas yang berpusat pada Ekaristi, “bagaikan sumber, mengalir
rahmat kepada kita, dan dengan hasil guna yang amat besar diperoleh pengudusan
manusia dan pemuliaan Allah dalam Kristus, semua karya Gereja lainnya”.
Konsili Vatikan II menyebutkan Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh
hidup kristiani. Karena itu, hidup kristiani secara mendasar merupakan hidup
dalam Roh, maka tepatlah bila dikatakan bahwa Ekaristi adalah sumber dan
puncak spiritualitas kristiani (Prasetyantha, 2008:139-142).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
d. Unsur-unsur Perayaan Ekaristi
1) Makna Ekaristi sebagai perayaan
Kata perayaan menerjemahkan kata Latin celebratio yang kata kerjanya :
celebrare. Kata celebrare ini memiliki banyak kemungkinan arti, seperti :
merayakan, mengunjungi atau menghadiri dalam jumlah banyak, meramaikan,
memenuhi, kerap kali melakukan, memasyurkan, memurni atau memuja
(Martasudjita, 2005:105). Dalam pengertian teologis-liturgis kata perayaan
mengandung tiga arti, yaitu: segi kebersamaan yaitu sebuah perayaan yang
merupakan kegiatan bersama atau sekurang-kurangnya melibatkan lebih dari satu
orang. Dalam hal ini dapat di lihat bahwa yang merayakan Ekaristi adalah Kristus
dan bersama dengan seluruh Gereja. Itu berarti, seluruh Gereja juga menjadi
subyek atau pelaku Parayaan Ekaristi yang sungguh-sungguh, karena Kristus, di
dalam Kristus, dan bersama Kristus. Sebagai suatu perayaan seluruh Gereja
Perayaan Ekaristi selalu bersifat resmi, umum, eklesial (artinya menghadirkan
seluruh Gereja). Dengan demikian, kapan pun dan di mana pun, juga oleh siapa
pun dalam arti berapa pun jumlah umatnya (bahkan hanya suatu missa privata),
Ekaristi tetap sebuah perayaan seluruh Tubuh Mistik Kristus yang di mana
perayaan yang dirayakan oleh Kristus dan seluruh Gereja. segi partisipatif
merupakan sebuah perayaan yang selalu menunjukkan makna keterlibatan dan
partisipasi dari seluruh hadirin yang berpartisipasi secara aktif dan sadar. Kata
aktif menunjukkan keterlibatan yang sepenuhnya dan seutuhnya. Kata sadar
menunjukkan segi pemahaman atau tahu. Orang yang melakukan dengan sadar
berarti bahwa orang itu sungguh tahu apa yang ia buat. Oleh karena itu umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
beriman perlu memahami seluruh makna Perayaan Ekaristi, termasuk arti dan
simbolnya, dan segi kontekstual menunjukkan makna Ekaristi yang dirayakan
menurut situasi dan kondisi aktual dan kontekstual yang setempat. Dalam hal ini,
para Bapa Konsili Vatikan II sangat mendorong berbagai penyesuaian liturgi
termasuk dengan hakikat semangat liturgi yang sejati dan asli (SC 37)
(Martasudjita, 2005:106-108).
Ditinjau dari aspek sosial, makna dari Ekaristi merupakan perjamuan Tuhan,
di mana kita umat manusia bertemu dan bersatuan dengan Kristus sendiri yang
telah membagikan hidupnya kepada semua orang (Prasetyantha, 2008:155-156).
2) Partisipasi Umat beriman
1) Umat beriman diharapkan berpartisipasi secara sadar dan aktif dalam seluruh
Perayaan Ekaristi, sejak persiapan, saat pelaksanaan, dan juga saat pengalaman
misteri iman itu dalam kehidupan sehari-hari (SC 14 dan 48) (Martasudjita,
2005:108).
2) Partisipasi sadar dan aktif umat beriman dalam liturgi tersebut dilaksanakan
menurut “tingkatan, tugas, serta ke ikut sertaan mereka” (SC 26) (Martasudjita,
2005:109).
3) Selain para petugas terthabis, di antara umat beriman juga dipilih para petugas
liturgi yang ambil bagian dalam pelayanan liturgi bagi seluruh umat beriman
(Martasudjita, 2005:109).
3) Peran dan Tugas Imam
Para Bapa Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa para imam adalah
pembantu dan penasihat para uskup dalam pelayanan dan tugas mengajar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
menguduskan, dan menggembalakan umat Allah (PO 7). Dalam Perayaan
Ekaristi, para imam berperan secara khas untuk “membawakan pribadi Kristus”
(PO 13) atau bertindak in persona Chisti, tetapi sekalian juga menjadi saksi dan
pelayan seluruh Gereja (Martasudjita, 2005:110).
Martasudjita (2005:110) mengutip tentang buku PUMR (Pedoman Umum
Misale Romawi) tahun 2000, menyebutkan beberapa hal sebagai tugas dari para
imam, yaitu:
1) Memimpin Perayaan Ekaristi adalah tugas utama imam (PO 13). Maka,
hendaknya para imam merayakan Ekaristi setiap hari sebab hal itu tidak hanya
bagi kehidupan imamat dan rohaninya sendiri tetapi juga demi keselamatan
umat (PUMR 19).
2) Dalam Perayaan Ekaristi, imam bertugas untuk membawakan doa-doa
pemimpin atau doa-doa presidensial. Doa-doa presidensial itu mencakup
pertama-tama dan utama, yaitu Doa Syukur Agung. DSA ini merupakan
puncak seluruh ibadat (PUMR 30). Kemudian imam juga bertugas
membawakan doa-doa presidensal lainnya, yakni doa pembuka, doa persiapan
persembahan, dan doa-doa sesudah komuni. Doa-doa ini disampaikan oleh
imam kepada Allah “atas seluruh umat kudus dan semua yang hadir, dan
melalui dia Kristus sendiri memimpin himpunan umat” (PUMR 30).
3) Doa-doa presidensial itu harus dibawakan dengan suara lantang dan ucapan
yang jelas sehingga dapat ditangkap oleh jemaat. Selama imam membawakan
doa-doa presidensial tersebut, tidak diperkenankan adanya doa atau nyanyian
atau juga iringan alat musik (PUMR 32).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
4) Imam juga memiliki wewenang untuk menyampaikan sejumlah ajakan yang
tercantum dalam TPE (PUMR 31). Dalam perumusannya, imam tentu saja
boleh menyesuaikan dengan daya tangkap umat. Imam juga diperkenankan
memberikan pengantar sangat singkat pada ritus pembuka, sebelum masuk ke
liturgi sabda, liturgi Ekaristi, dan sebelum berkat pengutusan pada ritus
penutup.
5) Imam harus juga mendoakan doa-doa pribadi dalam hati pada bagian-bagian
tertentu, seperti doa sebelum pemakluman Injil, doa pada persiapan
persembahan, dan doa-doa sebelum serta sesudah komuni (PUMR 33).
4) Tata Gerak dan Sikap Tubuh
Martasudjita (2005:111) mengutip kembali tentang buku PUMR tahun 2000
menyampaikan pedoman tata gerak dan sikap tubuh para petugas liturgi dan
seluruh umat beriman. Seluruh tata gerak dan sikap tubuh harus dilaksanakan
menurut 3 patokan ini, yaitu:
1) Tata gerak dan sikap tubuh memancarkan keindahan dan sekaligus
kesederhanaan yang anggun dari Perayaan Ekaristi.
2) Tata gerak dan sikap tubuh itu mengungkapkan dengan baik pemahaman yang
tepat dan penuh atas aneka bagian perayaannya.
3) Tata gerak dan sikap tubuh itu membuat bisa sungguh berpartisipasi secara
aktif.
Martasudjita (2005:112) mengutip kembali tentang buku PUMR
menganjurkan agar setiap umat berdiri saat ritus pembuka, yakni dari awal
nyanyian pembuka sampai ritus pembuka (dari awal nyanyian pembuka sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dengan doa pembuka selesai, saat bait pengantar Injil, Injil, syahadat, dan doa
umat (PUMR 43)). Lalu PUMR menyarankan umat duduk selama baca-bacaan
sebelum Injil dan selama Mazmur Tanggapan, selama homili, selama persiapan
persembahan, dan selama saat hening sesudah komuni. Pada DSA umat
dianjurkan untuk berdiri, namun juga bisa berlutut pada saat memasuki kisah dan
kata-kata institusi atau berlutut sejak sesudah kudus sampai DSA berakhir
(Martasudjita, 2005:112).
5) Saat Hening
Dalam situasi dan praktek di berbagai tempat banyak sekali yang masih
kurang memberikan perhatian pada keheningan di sekitar Perayaan Ekaristi. Hal
ini bisa kita lihat saat para petugas sedang mempersiapkan diri, suasana di sakristi
malah justru gaduh dan ribut; ketika Perayaan Ekaristi belum dimulai, ada
sekelompok umat yang berbisik-bisik dan bercanda di dalam gereja, ada juga
umat yang asyik bermain HP dan lupa menonaktifkannya selama Perayaan
Ekaristi berlangsung (Martasudjita, 2005:113).
Makna saat hening dalam Misa Kudus tidaklah sama. Saat hening sebelum
pernyataan tobat ialah untuk mawas diri dan merenungkan kasih Allah dan
tanggapan kita yang tidak sesuai melalui dosa dan kesalahan kita. Saat hening
sebelum doa pembuka adalah untuk menyampaikan ujud doa pribadi masing-
masing dan nantinya akan disatukan dalam doa pembuka oleh imam. Saat hening
sesudah bacaan dan homili ialah untuk merenungkan Sabda Allah. Saat hening
sesudah komuni dimaksudkan untuk bersyukur, memuji Tuhan, dan menyerukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
doa permohonan pribadi kepada Tuhan dalam komuni itu (Martasudjita,
2005:113).
6) Makna Nyanyian
Musik mempunyai tempat dan kedudukan yang sangat amat penting dalam
liturgi. Konstitusi Liturgi Sacrosantum Concilium memberikan satu bab tersendiri
untuk membicarakan soal musik (bab VI: SC 112-121) (Martasudjita, 2005:113).
Dari dokumen tersebut, ada 3 poin mengenai tempat dan makna musik liturgi,
yaitu:
1) Musik merupakan bagian liturgi sendiri. Artinya, musik bukan sesuatu yang
bersifat iringan belaka, atau sekedar tambahan atau sarana untuk memeriahkan
saja, malainkan “bagian liturgi meriah yang penting atau integral” (SC 112).
2) Musik memperjelas misteri Kristus. Sebab, musik liturgi menjadi sarana untuk
memuliakan Allah dan mengkuduskan umat beriman (SC 112). Melalui syair
dan melodinya, umat dibantu untuk mendalami misteri Kristus dan juga
menghayati kehadiran Kristus dalam Misa tersebut.
3) Musik dapat ikut membantu umat dalam berpartisipasi secara aktif dalam
Perayaan Ekaristi. Apabila para Bapa Konsili Vatikan II meminta partisipasi
umat secara sadar dan aktif (SC 14), musik liturgi dapat menjadi bagian dari
bentuk partisipasi tersebut. Melalui musik, kesatuan umat ikut dibentuk dan
dikembangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
D. Rangkuman
Devosi Kepada Bunda Maria merupakan bentuk kebaktian atau
penghormatan kepada Bunda Maria. Di mana devosi ini dilakukan secara
berturut-turut, pada hari yang sama dan pada jam yang sama pula. Seperti halnya
yang dilakukan oleh umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius
Banjarnegara. Mereka melakukan devosi secara rutin agar permohonan mereka
dikabulkan. Dalam devosi yang dilakukan oleh umat Stasi St. Theresia Klampok
Paroki St. Antonius Banjarnegara ini, dapat memberikan contoh kepada semua
umat beriman agar jangan menjauhkan diri dengan menikmati hal-hal duniawi
saja, melainkan harus mendekatkan diri kepada Tuhan. Seiring berjalannya waktu,
devosi ini juga membuat umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius
Banjarnegara semakin rajin untuk mengikuti Perayaan Ekaristi setiap Minggunya.
Umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara
melambangkan devosi dengan sebuah lemper. Di mana, lemper tersebut dapat
mempersatukan semua umat dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dengan
mengikuti Perayaan Ekaristi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
PENGARUH DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA TERHADAP
MINAT MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI
Dalam bab ini, akan dibahas tentang metodologi penelitian tentang Devosi
kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi di Stasi St. Theresia
Klampok Paroki St. Antonius Banjar-Negara. Metodologi penelitian yang akan
dipaparkan dalam bab ini, yaitu: Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Tempat
dan Waktu Penelitian, Responden Penelitian, Instrumen Penelitian, dan Variabel
Penelitian.
A. Gambaran Umum Paroki St. Antonius Banjarnegara dan Stasi St.
Theresia Klampok
1. Gambaran Umum Paroki St. Antonius Banjarnegara
Gereja Katolik St. Antonius Banjarnegara terletak dijantung kota Kabupaten
Daerah Tingkat II Banjarnegara di wilayah ex-Karesidenan Banyumas Propinsi Jawa
Tengah. Gedung gereja lama berada di Jalan Pemuda 47 yang sekarang digunakan
sebagai Aula GIRI TIRTA dan Pastoran. Sedangkan gedung gereja yang baru terletak di
Jalan Mayjend DI Panjaitan No. 36 Banjarnegara. Letak bangunan gereja baru di jalan
yang menghubungkan berbagai kota di Jawa Tengah. Arah timur ke barat
menghubungkan kota-kota Magelang-Secang-Temanggung-Parakan-Wonosobo-
Banjarnegara-Purbalingga-Purwokerto. Sedangkan arah utara ke selatan
menghubungkan kota-kota Pekalongan-Karangkobar-Banjarnegara-Kebumen. Sebelum
tahun 1997, Paroki Santo Antonius Banjarnegara masih merupakan stasi terbesar di
wilayah Paroki Wonosobo. Dan satu-satunya stasi yang berada di Ibu Kota Kabupaten.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Berdasarkan arsip di Pastoran Wonosobo dan beberapa nara sumber yang dianggap
cukup lama berdomisili di Banjarnegara, meskipun kurang lengkap, dapatlah disusun
sejarah perkembangan Stasi Banjarnegara. Sebelum Jaman Jepang, di Banjarnegara
sudah ada Pastor tetap yang bertempat tinggal di rumah sewa di Jalan Stasiun, dan juga
sudah ada Komunitas Darah Mulia yang tinggal di kampung Parakan Canggah, yaitu di
depan Taman Makam Pahlawan Sureng Yudha yang sekarang. Mereka membuka
Sekolah Dasar di depan gereja lama, yang saat ini berlokasi di gedung DPR. Dulu,
mereka sering berkumpul di Sekolah Dasar itu untuk mengikuti Misa Kudus. Namun
setelah agresi (clash) Belanda yang ke-2 tahun 1955, dapat dikatakan bahwa umat
Katolik di Banjarnegara harus mulai dari awal lagi. Tidak ada lagi Pastor tetap yang
bertugas. Para Suster pun tidak kembali lagi. Dan Sekolah Dasar itu pun dinyatakan
bubar.
Data statistik umat Katolik Banjarnegara sebelum dan sesudah jaman perang
adalah sebagai berikut :
Tahun 1938
Tahun 1949
Tahun 1950
:
:
:
21 orang Eropa, 20 orang Pribumi, 1 orang Tionghoa
10 orang Pribumi, 1 orang Tionghoa
2 orang Eropa, 15 orang Pribumi, 1 orang Tionghoa
Tahun 1951 – 1956 nama Stasi Banjarnegara tidak disebut-sebut
Tahun 1957
Tahun 1967
Tahun 1977
Tahun 1988
Tahun 1991
Tahun 2001
:
:
:
:
:
:
1 orang Eropa, 15 orang Pribumi, 1 orang Tionghoa
83 orang Pribumi, 60 orang Tionghoa
224 orang
471 orang
577 orang
1640 jiwa
Pada tahun 1957 Misa Kudus diselenggarakan setiap 5 (lima) minggu sekali
(Bhs Jawa: Selapanan) yaitu setiap hari Kamis Pon di rumah keluarga Bpk. F.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Soedibja. Selanjutnya Misa Kudus diadakan setiap hari Rabu Paing. Setiap tahun
jumlah umat semakin bertambah. Baik dari Baptisan baru maupun umat Katolik
pendatang. Sehingga rumah tersebut tidak lagi mampu menampung umat baru.
Oleh karena itu ibadat dan Misa Kudus dilaksanakan di rumah Ny. Albertine
Christine Herst, yang kita kenal dengan nama Oma Singgih. Rumah Oma Singgih
sekaligus adalah Losmen Giri Tirta, yang pada akhirnya beserta pekarangan yang
luas itu oleh beliau dijual ke Keuskupan Purwokerto.
Kamar tengah pada bangunan induk yang berukuran 5m x 9m pada mulanya
masih cukup digunakan untuk mengadakan ibadat. Kamar-kamar lainnya di
sebelah timur digunakan untuk ruang pelajaran agama, untuk kamar Pastor serta
untuk ruang ketrampilan. Ruang bagian depan digunakan untuk Taman Kanak-
Kanak Santa Maria. Paviliun di belakang gedung gereja untuk kamar Suster,
kamar tamu dan tempat tinggal Oma Singgih. Dengan bertambahnya umat
Katolik, ruang yang berukuran 5m x 9m itu tidak mampu lagi menampung jumlah
umat yang mengikuti Misa Kudus. Sehingga tembok pemisah antara ruang ibadat
dan ruang les serta kamar Pastor harus dibongkar lagi menjadi ruangan dengan
ukuran 9m x 9m. Sakristi dan kamar Pastor dipindah ke ruang ketrampilan di
sebelah ruang TK Santa Maria.
Peresmian gedung gereja baru itu dirayakan cukup meriah pada tanggal 24
Juni 1972. Pada tahun 1978-1979 datanglah Pastor baru yang pernah tinggal di
Irian Jaya dan negara RRC yaitu Romo W. Kinstrup, MSC berusia 70 tahun.
Karena beliau bersedia tinggal di Banjarnegara 3 sampai 4 hari dalam seminggu,
maka umat stasi Banjarnegara berusaha membangun Pastoran kecil di sebelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
timur gedung gereja lama. Misa Kudus dapat diselenggarakan setiap hari Sabtu
pukul 17.00. Berhubung saat itu untuk sementara TK Santa Maria ditutup, maka
gedung gereja dapat diperluas lagi dengan membongkar ruang depan dan kamar
Pastor. Oleh karena bangku-bangku sudah kelihatan reyot dan lapuk maka atas
sumbangan Romo W. Kintrup, MSC sendiri umat dapat mengganti semuanya
dengan yang baru yang lebih kuat. Walaupun usianya sudah lanjut tetapi hasrat
beliau untuk mengunjungi umatnya besar sekali. Hampir seluruh umat dikunjungi
sambil dicatat satu per satu nama, alamat dan anggota keluarganya, termasuk
umat Katolik keturunan Thionghoa. Romo Kintrup memang lancar berbahasa
Tionghoa kerena pernah bertugas di RRC selama kurang lebih 15 tahun.
Berkat ketekunan dan ketelatenannya dalam melaksanakan kunjungan ke
umat, tidak mengherankan kalau umatpun semakin rajin mengikuti Misa Kudus.
Berita yang amat menggembirakan datang berkat perjuangan Bapak FX. Edy
Sidharta, Bapak A. Supriyadi dan Bapak Yusup Hadiwardoyo, tanah gereja pada
tanggal 31 Mei 1981 berhasil menjadi Hak Milik Keuskupan. Oleh karena batas
tanah gereja dan tanah penduduk sekitar belum jelas maka setelah diadakan
pengukuran oleh pegawai Kantor Agraria, Pengurus Dewan Stasi memandang
perlu untuk membangun pagar tembok.
Berhubungan stasi Banjarnegara waktu itu tidak mempunyai uang kas yang
cukup, Bapak Yusuf Adiwardoyo dan Bapak Br. Wind Pawana memberanikan
diri menghadap Bapak Uskup. Bapak Uskup menyarankan untuk menghadap
Romo Kemper MSC, dan dari uang bantuan itulah dapat dibangun tembok
pemisah sebelah Barat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tahun 1985 Stasi Banjarnegara mulai dibagi menjadi 5 (lima) Kring, yaitu
Kring Timur, Kring Tengah, Kring Barat, Kring Mrica dan Kring Karang Kobar.
Selanjutnya pada tahun 1986 kring-kring tersebut dirubah namanya:
1. Kring Timur menjadi Kring Santo Paulus.
2. Kring Tengah menjadi Kring Santo Petrus.
3. Kring Barat menjadi Kring Santa Maria.
4. Kring Mrica menjadi Kring Santo Yusup Pekerja.
5. Kring Karang Kobar menjadri Kring Santo Lukas.
Ada beberapa suster dari Konggregasi PMY yang bertahun-tahun setiap
minggu ke Banjarnegara untuk memberikan kursus menjahit dan ketrampilan dan
mengajar agama. Mereka adalah Suster Martinetta (sampai tahun 1970), Suster
Goudeta (sampai tahun 1980), Suster Yosephine dan beberapa suster muda
lainnya di antaranya Suster Asisia. Ada guru SLB/B Putri Wonosobo yang dengan
sangat tekun memberikan Pelajaran Agama kepada anak-anak yaitu Ibu B. Sri
Murwani. Sedangkan Pelajaran Agama untuk siswa SLTP dan SLTA ditangani
oleh Bapak FX. Warsidi dari Bimas Katolik Wonosobo sampai kira-kira tahun
1983. Selanjutnya Pelajaran Agama untuk SLTA diserahkan kepada Ibu L.
Wuryastuti Sidharta sedangkan SLTP kepada Ibu MM Laksminingsih.
Setiap hari Natal dan Hari Raya Paskah, gedung gereja sudah tidak mampu
lagi menampung jumlah umat yang merayakan hari-hari raya tersebut sehingga
harus ditambah dengan pemasangan tenda agar umat dapat merayakan dengan
duduk. Oleh karena itu Dewan Stasi merasa perlu menabung guna membangun
gedung gereja yang lebih besar di masa mendatang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2. Gambaran Umum Stasi St. Theresia Klampok
Stasi St. Theresia Klampok terletak di Kabupaten Banjarnegara, lebih tepat
lagi di Jalan Raya Purwareja Klampok. Stasi ini pada awal mulanya masuk dalam
Paroki St. Agustinus Purbalingga. Karena, pada waktu itu Paroki St. Antonius
Bajarnegara belum berdiri dan belum ada. Setelah berdirinya Paroki St. Antonius
Banjarnegara pada 18 Mei 1997 oleh Romo Uskup Mgr. P.S. Hardjosoemarto,
MSC, Stasi St. Theresia Klampok masuk dalam Paroki St. Antonius Banjarnegara.
Stasi St. Theresia Klampok pada awalnya belum memiliki gereja untuk
melakukan berbagai kegiatan, diantaranya adalah Perayaan Ekaristi. Untuk
melaksanakan Perayaan Ekaristi atau Misa mereka berkumpul di rumah umat
secara bergantian. Melihat situasi yang sangat miris ini, ada seorang bapak yang
berinisiatif untuk mendirikan sebuah gereja yaitu bapak Pius. Beliau mencari dana
untuk membeli sebuah tanah dengan cara meminta donatur dari luar negeri
sehingga beliau dapat membeli sebuah tanah untuk didirikan gereja.
Stasi St. Theresia Klampok terdiri dari 4 lingkungan, yaitu: Lingkungan
Markus, lingkungan Paulus, lingkungan Agustinus, dan lingkungan Petrus.
Jumlah umat di stasi ini ±150 KK.
Sebagian besar umat di stasi ini berasal dari suku jawa. Bahasa yang
digunakan sehari-hari adalah bahasa jawa ngapak. Perayaan Ekaristi
menggunakan bahasa Indonesia namun ada saat-saat tertentu menggunakan
bahasa jawa. Keterlibatan umat dalam hidup menggereja dilaksanakan dalam
kegiatan ibadat lingkungan, doa Rosario, doa arwah, dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
B. Penelitian Tentang Pengaruh Pemahaman Devosi Kepada Bunda Maria
Terhadap Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi Bagi Umat Stasi St.
Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara
1. Rencana Penelitian
a. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan seberapa besar pengaruh pemahaman
Devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi.
2) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan usaha-usaha yang dapat dilakukan
untuk melihat pengaruh pemahaman Devosi kepada Bunda Maria terhadap
minat mengikuti Perayaan Ekaristi.
b. Metode Penelitian
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu mengenai pengaruh
pemahaman Devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan
Ekaristi. Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif yang bersifat Ex-post facto yang dilaksanakan melalui pengumpulan
data di lapangan dan metode survey yang diperoleh dari hasil penelitian melalui
penyebaran kuesioner (skala Likert) yang diberikan kepada umat Stasi St.
Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara.
c. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada pertengahan bulan September 2016 di Stasi St.
Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
d. Responden Penelitian
Pengambilan sampel dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik
sampling, yaitu: purposive sampling. Dalam pengambilan sampel, jumlah sampel
yang akan diteliti/dipilih akan terbatas. Tetapi dalam hal ini, pemilihan anggota
sampel tersebut harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Teknik ini dipilih karena
melihat waktu, biaya, dan tenaga.
Masalah penelitian yang diangkat peneliti adalah “ Pengaruh Pemahaman
Devosi kepada Bunda Maria Terhadap Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi Bagi
Umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara”.
Dikarenakan keterbatasan waktu, biaya dan tenaga, maka yang diambil sebagai
sampel ada 4 lingkungan dari 1 stasi yang berjumlah ±150 KK. Empat
lingkungan tersebut, yaitu lingkungan St. Paulus, St. Markus, St. Agustinus, dan
St. Petrus. Sampel yang diambil berjumlah 60 orang. Enam puluh tersebut dipilih
berdasarkan jumlah umat setiap lingkungan (lingkungan St. Paulus diambil 10
orang, lingkungan St. Markus 10 orang, St. Agustinus 20 orang, dan St. Petrus 20
orang).
Tabel 1
Sampel Penelitian
No. Lingkungan Jumlah Sampel
1. Lingkungan St. Paulus 10 orang
2. Lingkungan St. Markus 10 orang
3. Lingkungan St. Agustinus 20 orang
4. Lingkungan St. Petrus 20 orang
Jumlah sampel yang diteliti 60 orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
e. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat pengumpulan data (Nana Sudjana,
2012:97). Penelitian ini menggunakan instrumen nontes berupa skala Likert.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013:134). Dalam skala
Likert ini, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian, dari indikator variabel tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan
(Sugiyono, 2013:135).
Jawaban dari setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert ini
terdiri dari lima atau empat tingkatan yang mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negatif. Lima atau empat alternatif pilihan tersebut diantaranya
adalah:
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
a. Sangat positif
b. Positif
c. Negatif
d. Sangat negatif
a. Sangat baik
b. Baik
c. Tidak baik
d. Sangat tidak baik
Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat ke dalam
bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
f. Variabel Penelitian
Variabel yang akan diungkap dalam penelitian ini ada dua variabel, yaitu
Devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi. Berikut ini
kisi-kisi Skala Likert mengenai “Devosi kepada Bunda Maria” dan “minat
mengikuti Perayaan Ekaristi” yang digunakan dalam penelitian.
Tabel 2
Variabel Penelitian
No. Variabel Aspek No. Item Jumlah
Soal
1. Devosi
Kepada Bunda
Maria
1) Pemahaman devosi kepada
Bunda Maria
2) Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam devosi
3) Bentuk-bentuk devosi
4) Mengenal Bunda Maria
1,2,3
4,5
6,7,8,9,10
11,12,13,14
3
2
5
4
2. Minat
Mengikuti
Perayaan
Ekaristi
1) Kesukaan
2) Ketertarikan
3) Perhatian
4) Keterlibatan
15,16,17
18,19,20
21,22,23,24
25,26,27,28,29
3
3
4
5
2. Laporan Hasil Penelitian
a. Laporan Hasil Penelitian Melalui Kuesioner Terhadap Umat Di Stasi St.
Theresia Paroki St. Antonius Banjarnegara
Pada bagian ini, penulis akan melaporkan hasil penelitian yang dilaksanakan
pada tanggal 24-29 September 2016 di Stasi St. Theresia Paroki St. Antonius
Banjarnergara. Penulis menentukan umat yang akan diteliti dengan menyebarkan
kuesioner dengan memperoleh informasi dari umat lingkungan yang
bersangkutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Kuesioner dilaksanakan di rumah umat dan di aula Gereja. Penulis
mengunjungi rumah umat yang hendak diberikan kuesioner. Responden yang
diberikan kuesioner berjumlah 60 orang. Dalam rencana penelitian, penulis
memperkirakan untuk membagikan kuesioner kepada lingkungan St. Paulus
berjumlah 10 orang, namun pada kenyataannya yang mengisi kuesioner berjumlah
12 orang, lingkungan St. Markus berjumlah 10 orang, namun dalam
pelaksanaannya yang mengisi kuesioner 23 orang, lingkungan St. Agustinus
berjumlah 20 orang, namun pada kenyataannya yang mengisi kuesioner berjumlah
7 orang, dan lingkungan St. Petrus berjumlah 20 orang, namun pada kenyataannya
yang mengisi kuesioner berjumlah 18 orang. Waktu yang dibutuhkan untuk
mengisi kuesioner ini kurang lebih 15 menit sampai 30 menit sesuai dengan waktu
yang dibutuhkan umat untuk menjawab kuesioner.
Dalam kuesioner, penulis menyampaikan 29 pertanyaan kepada setiap
responden berdasarkan pedoman kisi-kisi yang sudah disusun. Pertanyaan yang
disampaikan mengenai devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti
Perayaan Ekaristi.
Laporan hasil kuesioner disajikan dalam bentuk data menurut masing-
masing variabel. Rumus yang digunakan dalam perhitungan kuesioner adalah: f/N
x 100.
Keterangan:
f : frekuensi atau banyaknya responden yang memilih alternatif jawaban
tertentu pada setiap item.
N : jumlah responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
100 : bilangan konstanta
1) Identitas Responden
Tabel 3
Identitas responden
No. Lingkungan Jenis Kelamin Jumlah
1. St. Agustinus Laki-laki 2
Perempuan 5
2. St. Markus Laki-laki 9
Perempuan 14
3. St. Petrus Laki-laki 8
Perempuan 10
4. St. Paulus Laki-laki 6
Perempuan 6
Jumlah 60
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa responden yang mengisi kuesioner
berjumlah 60 responden yang terdiri dari 35 ibu dan 23 bapak. Apabila dilihat
berdasarkan lingkungan tempat tinggal, 7 responden berasal dari lingkungan St.
Agustinus, 23 responden berasal dari lingkungan St. Markus, 18 responden
berasal dari lingkungan St. Petrus, dan 12 responden berasal dari lingkungan St.
Paulus.
2) Devosi Kepada Bunda Maria
Tabel 4
Pemahaman Devosi Kepada Bunda Maria
N: 60
No. Pernyataan SS S RR TS STS
1. Devosi boleh menjadi perasaan
yang merupakan dasar iman
yang kuat.
30
50% 30
50% 0
0% 0
0% 0
0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
2. Devosi boleh lepas dari
keseluruhan hidup Kristiani. 1
1,6% 5
8,33% 4
6,6% 23
38,33% 27
45%
3. Dilihat dari segi Liturgi, praktek
devosi senantiasa mengiringi
perjalanan iman Gereja
sepanjang masa.
21
35% 37
61,6% 2
3,33% 0
0% 0
0%
Pada pernyataan pertama, dapat dilihat bahwa 30 responden (50%) memilih
sangat setuju, dan 30 responden (50%) memilih setuju. Pernyataan pertama
menunjukkan hasil yang positif yakni 100% responden memilih sangat setuju dan
setuju bahwa devosi boleh menjadi perasaan yang merupakan dasar iman yang
kuat.
Pernyataan dua menunjukkan 1 responden (1,6%) memilih sangat setuju, 5
responden (8,33%) memilih setuju, 4 responden (6,6%) memilih ragu-ragu, 23
responden (38,33%) memilih tidak setuju, dan 27 responden (45%) memilih
sangat tidak setuju. Hasil dari pernyataan dua menunjukkan hasil yang sangat
positif, yakni 83,33% responden memilih tidak setuju dan sangat tidak setuju
bahwa devosi boleh lepas dari keseluruhan hidup kristiani.
Pernyataan tiga menunjukkan 21 responden (35%) memilih sangat setuju,
37 responden (61,6%) memilih setuju, dan 2 responden (3,33%) memilih ragu-
ragu. Hasil dari pernyataan tiga menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni
96,6% memilih sangat setuju dan setuju dilihat dari segi Liturgi, praktek devosi
senantiasa mengiringi perjalanan iman Gereja sepanjang masa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 5
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Devosi
N: 60
No. Pernyataan SS S RR TS STS
4. Praktek devosi harus dijauhkan
dari bahaya praktek magis. 41
68,33% 14
23,33% 4
6,6% 0
0% 1
1,6%
5. Devosi harus selalu sesuai
dengan iman Gereja yang
benar.
39
65% 21
35% 0
0% 0
0% 0
0%
Pernyataan empat menunjukkan 41 responden (68,33%) memilih sangat
setuju, 14 responden (23,33%) memilih setuju, 4 responden (6,6%) memilih ragu-
ragu, dan 1 responden (1,6%) memilih sangat tidak setuju. Hasil dari pernyataan
empat menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 91,6% memilih sangat setuju
dan setuju mengenai praktek devosi harus dijauhkan dari bahaya praktek magis.
Pernyataan lima menunjukkan 39 responden (65%) memilih sangat setuju,
dan 21 responden (35%) memilih setuju. Hasil dari pernyataan lima menunjukkan
hasil yang sangat positif, yakni 100% responden memilih sangat setuju dan setuju
bahwa devosi harus selalu sesuai dengan iman Gereja yang benar.
Tabel 6
Bentuk-Bentuk Devosi
N: 60
No. Pernyataan SS S RR TS STS
6. Rosario, Novena Tiga Kali
Salam Maria, Ziarah, Malaikat
Tuhan dan Litani Bunda Maria
merupakan bentuk dari devosi.
24
40% 35
58,33% 1
1,6% 0
0% 0
0%
7. Saya rajin mengikuti kegiatan
Novena Tiga Kali Salam Maria
selama Sembilan kali berturut-
8
13,33% 40
66,6% 6
10% 6
10% 0
0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
turut.
8. Malaikat Tuhan merupakan
doa yang didaraskan tiga kali
dalam sehari pada waktu pagi
pukul 06.00, siang hari 12.00,
dan sore hari 18.00.
17
28,33% 32
53,33% 6
10% 5
8,33% 0
0%
9. Saya sering berdoa litani
Bunda Maria seminggu sekali. 5
8,33% 19
31,66% 21
35% 14
23,33% 1
1,6%
10. Ziarah merupakan salah satu
keharusan yang dimiliki setiap
umat kristiani.
8
13,33% 17
28,33% 6
10% 29
48,33% 0
0%
Pernyataan enam menunjukkan 24 responden (40%) memilih sangat setuju,
35 responden (58,33%) memilih setuju, dan 1 responden memilih ragu-ragu. Dari
hasil pernyataan enam menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 98,33%
responden memilih sangat setuju dan setuju tentang Rosario, Novena Tiga Kali
Salam Maria, Ziarah, Malaikat Tuhan dan Litani Bunda Maria merupakan bentuk
dari devosi.
Pernyataan tujuh menunjukkan 8 responden (13,33%) memilih sangat
setuju, 40 responden (66,6%) memilih setuju, 6 responden (10%) memilih ragu-
ragu, dan 6 responden (10%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan tujuh
menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 79,93% responden memilih sangat
setuju dan setuju rajin mengikuti kegiatan Novena Tiga Kali Salam Maria selama
Sembilan kali berturut-turut.
Pernyataan delapan menunjukkan 17 responden (28,33%) memilih sangat
setuju, 32 responden (53,33%) memilih setuju, 6 responden (10%) memilih ragu-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
ragu, dan 5 responden (8,33%) memilih tidak setuju. Hasil pernyataan delapan
menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 81,66% responden memilih sangat
setuju dan setuju bahwa Malaikat Tuhan merupakan doa yang didaraskan tiga kali
dalam sehari pada waktu pagi pukul 06.00, siang hari 12.00, dan sore hari 18.00.
Pernyataan Sembilan menunjukkan 5 responden (8,33%) memilih sangat
setuju, 29 responden (31,66%) memilih setuju, 21 responden (35%) memilih ragu-
ragu, 14 responden (23,33%) memilih tidak setuju, dan 1 responden (1,6%)
memilih sangat tidak setuju. Dari pernyataan Sembilan menunjukkan hasil yang
netral, yakni 35% responden memilih ragu-ragu bahwa sering berdoa litani Bunda
Maria seminggu sekali.
Pernyataan sepuluh menunjukkan 8 responden (13,33%) memilih sangat
setuju, 17 responden (28,33%) memilih setuju, 6 responden (10%) memilih ragu-
ragu, dan 29 responden (48,33%) memilih tidak setuju. Dari pernyataan sepuluh
menunjukkan hasil yang negatif, yakni 48,33% responden memilih tidak setuju
bahwa ziarah merupakan salah satu keharusan yang dimiliki setiap umat kristiani.
Tabel 7
Mengenal Bunda Maria
N: 60
No. Pernyataan SS S RR TS STS
11. Bunda Maria adalah seorang
pendoa yang jujur dan tulus
dihadapan Allah.
50
83,33% 9
15% 1
1,6% 0
0% 0
0%
12. Bunda Maria merupakan Bunda
Gereja yang selalu dihormati
oleh umat katolik sebagai
“Mater Ecclesiae”.
36
60% 22
36,6% 2
3,33% 0
0% 0
0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
13. Gereja menetapkan dogma atau
ajaran resmi Gereja bahwa Maria
adalah Bunda Allah.
24
40% 14
23,33% 0
0% 1
1,6% 0
0%
14. Bunda Maria tetap perawan
walaupun sudah melahirkan
Yesus.
42
70% 14
23,33% 3
5% 1
1,6% 0
0%
Pernyataan 11 menunjukkan 50 responden (83,33%) memilih sangat setuju,
9 responden (15%) memilih setuju, dan 1 responden (1,6%) memilih ragu-ragu.
Dari hasil pernyataan 11 menunjukkan hasil yang positif, yakni 98,33% responden
memilih sangat setuju dan setuju bahwa Bunda Maria adalah seorang pendoa yang
jujur dan tulus dihadapan Allah.
Pernyataan 12 menunjukkan 36 responden (60%) memilih sangat setuju, 22
responden (36,6%) memilih setuju, dan 2 responden (3,33%) memilih ragu-ragu.
Dari hasil pernyataan 12 menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 96,6%
responden memilih sangat setuju dan setuju bahwa Bunda Maria merupakan
Bunda Gereja yang selalu dihormati oleh umat katolik sebagai “Mater Ecclesiae”.
Pernyataan 13 menunjukkan 24 responden (40%) memilih sangat setuju, 14
responden (23,33%) memilih setuju, dan 1 responden (1,6%) memilih tidak
setuju. Dari hasil pernyataan 13 menunjukkan hasil yang positif, yakni 63,33%
responden memilih sangat setuju dan setuju bahwa Gereja menetapkan dogma
atau ajaran resmi Gereja bahwa Maria adalah Bunda Allah.
Pernyataan 14 menunjukkan 42 responden (70%) memilih sangat setuju, 14
responden (23,33%) memilih setuju, 3 responden (5%) memilih ragu-ragu, dan 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
responden (1,6%) memilih tidak setuju. Dari hasil penyataan 14 menunjukkan
hasil yang positif, yakni 93,33% responden memilih sangat setuju dan setuju
bahwa Bunda Maria tetap perawan walaupun sudah melahirkan Yesus.
3) Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi
Tabel 8
Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi
N: 60
No. Pernyataan SS S RR TS STS
15. Dengan berdevosi kepada
Bunda Maria, saya
bersemangat dalam mengikuti
Perayaan Ekaristi setiap
Minggunya.
21
35% 30
50% 4
6,6% 4
6,6% 1
1,6%
16. Dengan mengikuti Devosi
kepada Bunda Maria saya
semakin terdorong untuk
mengikuti Perayaan Ekaristi.
21
35% 32
53,33% 4
6,6% 3
5% 0
0%
17. Dengan berdevosi kepada
Bunda Maria saya
bersemangat untuk selalu
mengikuti Perayaan Ekaristi.
21
35% 32
53,33% 4
6,6% 3
5% 0
0%
18. Setelah mengikuti Devosi
kepada Bunda Maria, saya
semakin tertarik mengikuti
Perayaan Ekaristi.
21
35% 29
48,33% 5
8,33% 5
8,33% 0
0%
19. Setelah mengikuti kegiatan
devosi kepada Bunda Maria,
saya semakin mengutamakan
Perayaan Ekaristi.
22
36,6% 23
38,33% 10
16,6% 5
8,33% 0
0%
20. Ekaristi merupakan hal
terpenting dalam hidup saya. 39
65% 17
28,33% 2
3,33% 2
3,33% 0
0%
21. Saya selalu menyiapkan hati
dan pikiran sebelum Perayaan
Ekaristi di mulai.
37
61,6% 20
33,33% 2
3,33% 1
1,6% 0
0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
22. Saya selalu menonaktifkan
alat komunikasi saat Perayaan
Ekaristi berlangsung.
35
58,33% 18
30% 3
5% 3
5% 1
1,6%
23. Dengan berdevosi kepada
Bunda Maria tidak
menghambat kecintaan saya
terhadap Ekaristi.
28
46,6% 29
48,33% 2
3,33% 1
1,6% 0
0%
24. Saya tidak datang terlambat
saat akan merayakan Ekaristi. 20
33,33% 34
56,6% 5
8,33% 1
1,6% 0
0%
25. Saya mendengarkan homili
dengan baik saat
berlangsungnya Perayaan
Ekaristi.
22
36,6% 34
56,6% 4
6,6% 0
0% 0
0%
26. Saya tidak mengobrol saat
Perayaan Ekaristi yang sedang
berlangsung.
27
45% 26
43,33% 6
10% 1
1,6% 0
0%
27. Saya aktif dalam menjawab
dan bernyanyi saat Perayaan
Ekaristi.
18
30% 36
60% 4
6,6% 0
0% 2
3,33%
28. Dengan berdevosi kepada
Bunda Maria dan aktif dalam
mengikuti Perayaan Ekaristi,
saya mempunyai hati untuk
membantu yang miskin,
lemah, tersingkir, dan difabel.
14
23,33% 39
65% 5
8,33% 2
3,33% 0
0%
29. Dengan berdevosi kepada
Bunda Maria dan aktif dalam
mengikuti Perayaan Ekaristi,
saya semakin
memperjuangkan keadilan
yang benar.
17
28,33% 40
66,6% 5
8,33% 2
3,33% 0
0%
Pernyataan 15 menunjukkan 21 responden (35%) memilih sangat setuju, 30
responden (50%) memilih setuju, 4 responden (6,6%) memilih ragu-ragu, 4
responden (6,6%) memilih tidak setuju, dan 1 responden (1,6%) memilih sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
tidak setuju. Dari hasil penyataan 15 menunjukkan hasil yang positif, yakni 85%
responden memilih sangat setuju dan setuju bahwa dengan berdevosi kepada
Bunda Maria, saya bersemangat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi setiap
Minggunya.
Pernyataan 16 menunjukkan 21 responden (35%) memilih sangat setuju, 32
responden (53,33%) memilih setuju, 4 responden (6,6%) memilih ragu-ragu, dan
3 responden (5%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan 16 menunjukkan
hasil yang sangta positif, yakni 88,33% responden memilih sangat setuju dan
setuju bahwa dengan mengikuti Devosi kepada Bunda Maria saya semakin
terdorong untuk mengikuti Perayaan Ekaristi.
Pernyataan 17 menunjukkan 21 responden (35%) memilih sangat setuju, 32
responden (53,33%) memilih setuju, 4 responden (6,6%) memilih ragu-ragu, dan
3 responden (5%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan 17 menunjukkan
hasil yang sangat positif, yakni 88,33% responden memilih sangat setuju dan
setuju bahwa Dengan berdevosi kepada Bunda Maria saya bersemangat untuk
selalu mengikuti Perayaan Ekaristi.
Pernyataan 18 menunjukkan 21 responden (35%) memilih sangat setuju, 29
responden (48,33%) memilih setuju, 5 responden (8,33%) memilih ragu-ragu, dan
5 responden (8,33%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan 18 menunjukkan
hasil yang sangat positif, yakni 83,33% responden yang memilih sangat setuju dan
setuju setelah mengikuti Devosi kepada Bunda Maria, saya semakin tertarik
mengikuti Perayaan Ekaristi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Pernyataan 19 menunjukkan 22 responden (36,6%) yang memilih sangat
setuju, 23 responden (38,33%) memilih setuju, 10 responden (16,6%) memilih
ragu-ragu, dan 5 responden (8,33%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan
19 menyatakan hasil yang sangat positif, yakni 74,93% responden yang memilih
sangat setuju dan setuju setelah mengikuti kegiatan devosi kepada Bunda Maria,
saya semakin mengutamakan Perayaan Ekaristi.
Pernyataan 20 menunjukkan 39 responden (65%) memilih sangat setuju, 17
responden (28,33%) memilih setuju, 2 responden (3,33%) memilih ragu-ragu, dan
2 responden (3,33%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan 20 menunjukkan
hasil yang sangat positif, yakni 93,33% responden yang memilih sangat setuju dan
setuju bahwa Ekaristi merupakan hal terpenting dalam hidup.
Pernyataan 21 menunjukkan 37 responden (61,6%) memilih sangat setuju,
20 responden (33,33%) memilih setuju, 2 responden (3,33%) memilih ragu-ragu,
dan 1 responden (1,6%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan 21
menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 94,93% responden yang memilih
sangat setuju dan setuju selalu menyiapkan hati dan pikiran sebelum Perayaan
Ekaristi di mulai.
Pernyataan 22 menunjukkan 35 responden (58,33%) memilih sangat setuju,
18 responden (30%) memilih setuju, 3 responden (5%) memilih ragu-ragu, 3
responden (5%) memilih tidak setuju, dan 1 responden (1,6%) memilih sangat
tidak setuju. Dari hasil pernyataan 22 menunjukkan hasil yang sangat positif,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
yakni 88,33% responden memilih sangat setuju dan setuju selalu menonaktifkan
alat komunikasi saat Perayaan Ekaristi berlangsung.
Pernyataan 23 menunjukkan 28 responden (46,6%) memilih sangat setuju,
29 responden (48,33%) memilih setuju, 2 responden (3,33%) memilih ragu-ragu,
dan 1 responden (1,6%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan 23
menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 94,93% responden yang memilih
sangat setuju dan setuju bahwa dengan berdevosi kepada Bunda Maria tidak
menghambat kecintaan saya terhadap Ekaristi.
Pernyataan 24 menunjukkan 20 responden (33,33%) memilih sangat setuju,
34 responden (56,6%) memilih setuju, 5 responden (8,33%) memilih ragu-ragu,
dan 1 responden (1,6%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan 24
menunjukkan 89,93% responden memilih sangat setuju dan setuju tidak datang
terlambat saat akan merayakan Ekaristi.
Pernyataan 25 menunjukkan 22 responden (36,6%) memilih sangat setuju,
34 responden (56,6%) memilih setuju, dan 4 responden (6,6) memilih ragu-ragu.
Dari hasil pernyataan 25 menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 92,2%
responden memilih sangat setuju dan setuju mendengarkan homili dengan baik
saat berlangsungnya Perayaan Ekaristi.
Pernyataan 26 menunjukkan 27 responden (45%) memilih sangat setuju, 26
responden (43,33%) memilih setuju, 6 responden (10%) memilih ragu-ragu, dan 1
responden (1,6%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan 26 menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
hasil yang sangat positif, yakni 88,33% responden memilih sangat setuju dan
setuju tidak mengobrol saat Perayaan Ekaristi yang sedang berlangsung.
Pernyataan 27 menunjukkan 18 responden (30%) memilih sangat setuju, 36
responden (60%) memilih setuju, 4 responden (6,6%) memilih ragu-ragu, dan 2
responden (3,33%) memilih sangat tidak setuju. Hasil dari pernyataan 27
menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 90% responden memilih sangat
setuju dan setuju aktif dalam menjawab dan bernyanyi saat Perayaan Ekaristi.
Pernyataan 28 menunjukkan 14 responden (23,33%) memilih sangat setuju,
39 responden (65%) memilih setuju, 5 responden (3,33%) memilih ragu-ragu, dan
2 responden (3,33%) memilih tidak setuju. Hasil yang diperoleh dari pernyataan
28 menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 78,33% responden memilih
sangat setuju dan setuju bahwa dengan berdevosi kepada Bunda Maria dan aktif
dalam mengikuti Perayaan Ekaristi, saya mempunyai hati untuk membantu yang
miskin, lemah, tersingkir, dan difabel.
Pernyataan 29 menunjukkan 17 responden (28,33%) memilih sangat setuju,
40 responden (66,6%) memilih setuju, 5 responden (8,33%) memilih ragu-ragu,
dan 2 responden (3,33%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan 29
menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 94,93% responden yang memilih
sangat setuju dan setuju bahwa dengan berdevosi kepada Bunda Maria dan aktif
dalam mengikuti Perayaan Ekaristi, saya semakin memperjuangkan keadilan yang
benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
3. Pembahasan Hasil Penelitian
1) Identitas responden
Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar responden yang mengisi
kuesioner adalah ibu-ibu dan bapak-bapak. Usia dari responden tersebut berkisar
antara 21 tahun sampai lebih dari 60 tahun. Responden berasal dari empat
lingkungan di Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara dan
jumlah responden dari lingkungan St. Agustinus berjumlah 7 responden,
lingkungan St. Markus berjumlah 23 responden, St. Petrus berjumlah 18
responden, dan lingkungan St. Paulus berjumlah 12 responden. Sehingga jumlah
total dari keempat lingkungan tersebut adalah 60 responden yang mengisi
kuesioner yang dibagikan. Pekerjaan responden sebagian besar sebagai
wirausaha/karyawan, guru, dokter, polisi, pensiun, dan ibu rumah tangga.
2) Devosi Kepada Bunda Maria
Devosi kepada Bunda Maria mencakup empat hal, yakni pemahaman devosi
kepada Bunda Maria, hal-hal yang harus diperhatikan dalam devosi, bentuk-
bentuk devosi, dan mengenal Bunda Maria. Devosi kepada Bunda Maria yang
pertama adalah pemahaman devosi kepada Bunda Maria. Hasil dari kuesioner
pada pernyataan satu, dua, dan tiga menunjukkan hasil yang positif, yakni 100%
responden memilih sangat setuju dan setuju bahwa devosi boleh menjadi perasaan
yang merupakan dasar iman yang kuat, 83,33% responden memilih tidak setuju
dan sangat tidak setuju bahwa devosi boleh lepas dari keseluruhan hidup kristiani,
dan 96,6% memilih sangat setuju dan setuju dilihat dari segi Liturgi, praktek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
devosi senantiasa mengiringi perjalanan iman Gereja sepanjang masa. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman devosi kepada Bunda Maria sudah paham.
Devosi kepada Bunda Maria yang kedua adalah hal-hal yang harus
diperhatikan dalam devosi. Pernyataan empat dan lima menunjukkan hasil yang
positif karena terdapat 91,6% memilih sangat setuju dan setuju mengenai praktek
devosi harus dijauhkan dari bahaya praktek magis. Kemudian, sebanyak 100%
responden memilih sangat setuju dan setuju bahwa devosi harus selalu sesuai
dengan iman Gereja yang benar. Dalam hal ini responden sudah mengetahui hal-
hal yang harus diperhatikan dalam berdevosi.
Devosi kepada Bunda Maria yang ketiga adalah bentuk devosi. Bermacam-
macam devosi kepada Bunda Maria yang dapat dilakukan oleh umat Kristiani,
diantaranya adalah Rosario, Novena Tiga kali Salam Maria, Malaikat Tuhan,
Litani Bunda Maria, Ziarah, dan lain-lain. Rosario ini menggambarkan karangan
bunga merah dihadapan Bunda Maria yang secara simbolis merupakan ungkapan
dari doa-doa kita yang secara tulus kepada Bunda Maria (Ratri, 2003:72). Novena
tiga kali Salam Maria merupakan doa yang didaraskan Sembilan kali berturut-
turut pada jam yang sama. Namun, dalam hal ini patokan waktu bukan suatu
aturan yang resmi. Patokan waktu ini berguna bagi kedisiplinan tubuh (Daia,
2001:28-29). Malaikat Tuhan merupakan doa yang didaraskan tiga kali dalam
sehari pada waktu pagi pukul 06.00, siang pukul 12.00, dan sore pukul 18.00 yang
bertujuan untuk mengenangkan kebangkitan Kristus (Ratri, 2003:112). Litani
Bunda Maria adalah salah satu kidung yang kita miliki dari Ibu Maria, dengan
mengkidungkan ini kita dapat mengucapkan syukur kepada Allah karena segala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
perbuatan-Nya yang baik dan mendatangkan karunia-karunia yang baru.
Magnificat ini sangat dianjurkan dalam mendaraskannya sesudah menerima
Komuni Suci sebagai ucapan syukur seperti yang dilakukan oleh Ibu Maria (Ratri,
2003:114). Ziarah merupakan salah satu fenomen religius umum bagi umat
Katolik pada umumnya (Ratri, 2003:260-261). Menurut hasil pengisian kuesioner
yang dibagikan, responden mampu mengenali bentuk-bentuk devosi. Ini terlihat
dari lembar kuesioner yang di isi menunjukkan hasil yang positif.
Devosi kepada Bunda Maria yang keempat adalah mengenal Bunda Maria.
Banyak nama untuk Bunda Maria, diantaranya adalah Bunda Gereja, Bunda
Allah, Bunda Sang Pendoa, Ibu Yesus Kristus, Maria Perawan, dan masih banyak
lagi yang lainnya. Bunda Gereja yaitu bunda dari orang-orang beriman sebagai
yang pertama dalam tatanan rahmat (NN, 2011 :23-25). “Theotokos” atau Bunda
Allah yang diakui oleh semua anggota Gereja yang melahirkan Sang Ilahi dengan
hakikatnya sebagai manusia sejati (NN, 2011:11-12). Bunda Maria memang
seorang pendoa yang tulus dan jujur di hadapan Allah. Kehidupan doa adalah
sebagian besar dari hidupnya. Sikap pendoa Bunda Maria terjadi begitu saja,
bukan sebagai beban dan tugas berat. Hal ini terlihat saat Maria berjumpa dengan
Elisabeth, saudarinya (Purnomo, 2001:46-47). Maria adalah Ibu Yesus Kristus di
mana ia mendapat kabar gembira dari malaikat Gabriel bahwa ia akan
mengandung dan melahirkan seorang bayi laki-laki dan hendak menamainya
dengan nama Yesus (Njiolah, 2003:17-20). Maria masih tetap perawan ketika ia
sudah melahirkan Yesus. Konstantinopel II (553) akhirnya menetapkan
“keperawanan” Maria sebagai dogma atau ajaran resmi Gereja (Njiolah, 2003:30-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
31). Berdasarkan hasil pengisian kuesioner yang telah dibagikan, diketahui bahwa
responden sangat mengenal Bunda Maria. Ini terlihat pada hasil kuesioner yang
menunjukkan hasil yang positif.
Dari hasil pengisian kuesioner yang telah dibagikan, menunjukkan hasil
yang positif, di mana 12 pernyataan rata-ratanya adalah 90,25%. Ini menunjukkan
bahwa responden tersebut sudah sangat memahami tentang devosi kepada Bunda
Maria. Ada 1 pernyataan menyebutkan hasil, yaitu netral 35% pada pernyataan
nomer 9. Pernyataan ini menunjukkan bahwa responden terkadang berdoa litani
Bunda Maria seminggu sekali dan terkadang tidak berdoa litani Bunda Maria
seminggu sekali. Ada satu pernyataan yang menunjukkan hasil negatif (48,33%)
pada pernyataan 10, di mana responden memilih tidak setuju bahwa ziarah
merupakan salah satu keharusan yang dimiliki setiap umat manusia. Jawaban ini
menunjukkan bahwa umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius
Banjarnegara tidak mengharuskan berziarah. Padahal, ziarah merupakan
perjalanan tobat dan ungkapan iman akan makna gereja musafir yang harus
berjalan ketanah air surgawi.
3) Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi
Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat
ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan
atau kebutuhan-kebutuhannya (Sudarman, 2008:76). Sedangkan menurut
Muhibbin Syah (2009:152), minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Jadi, dalam hal ini dapat
disimpulkan bawa minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tetap dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
tinggi untuk memperhatikan sesuatu hal yang mempunyai kaitan dengan
keinginan dan kebutuhan.
Dari hasil pengisian kuesioner yang telah dibagikan, menunjukkan hasil
yang positif, di mana terlihat dari 15 pernyataan rata-ratanya adalah 88,01%. Ini
menunjukkah bahwa responden tersebut berminat untuk mengikuti Perayaan
Ekaristi.
Dari rata-rata 88,01% tersebut, untuk mengukur minat itu sendiri ada empat
aspek, yaitu yang pertama kesukaan, ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan.
Aspek kesukaan ada 3 pernyataan untuk mengukurnya. Dari ketiga pernyataan
tersebut rata-ratanya adalah 87,22% responden yang memilih jawaban sangat
setuju dan setuju. Aspek ketertarikan ada 3 soal yang ditanyakan kepada
responden. Rata-rata dari ketiga pernyataan tersebut adalah 83,86%. Aspek
perhatian ada 4 pernyataan dan hasil rata-rata dari pernyataan tersebut adalah
92,03%. Sedangkan aspek keterlibatan itu sendiri ada 5 pernyataan dan hasil rata-
rata dari pernyataan tersebut adalah 88,75%.
4. Kesimpulan Penelitian
Dari hasil pengisian kuesioner menunjukkan bahwa responden sudah
mengetahui tentang devosi kepada Bunda Maria. Pemahaman devosi kepada
Bunda Maria, hal-hal yang harus diperhatikan dalam devosi, bentuk-bentuk
devosi, dan mengenal bunda Maria. Dapat dilihat bahwa hasilnya positif dari 4
aspek yang diukur rata-ratanya adalah 90,25% memilih alternatif jawaban sangat
setuju dan setuju. Ada satu pernyataan yang menunjukkan hasil yang netral (35%)
pada pernyataan 9, di mana umat di sana terkadang berdoa litani Bunda Maria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
seminggu sekali dan terkadang tidak berdoa litani Bunda Maria seminggu sekali.
Ada satu pernyataan yang menunjukkan hasil negatif (48,33%) pada pernyataan
10, di mana responden memilih tidak setuju bahwa ziarah merupakan salah satu
keharusan yang dimiliki setiap umat manusia. Jawaban ini menunjukkan bahwa
umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara tidak
mengharuskan berziarah. Padahal, ziarah merupakan perjalanan tobat dan
ungkapan iman akan makna gereja musafir yang harus berjalan ketanah air
surgawi. Sedangkan minat mengikuti Perayaan Ekaristi itu sendiri ada 4 aspek
yang diukur, yaitu kesukaan, ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan. Aspek ini
menunjukkan hasil yang positif, di mana 15 pernyataan rata-ratanya adalah
88,01%. Ini berarti bahwa mereka sangat berminat dalam mengikuti Perayaan
Ekaristi baik pada harian maupun mingguan.
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa
pengaruh pemahaman devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti
Perayaan Ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius
Banjarnegara telah menunjukkan hasil yang positif. Di mana, responden tersebut
telah mengerti makna dan memahami garis besar tentang pemahaman devosi
kepada Bunda Maria, dan pemahaman ini memberikan dorongan kepada
responden untuk mengikuti Perayaan Ekaristi. Pemahaman yang mereka dapatkan
dari devosi ini memberikan sumbangan yang sangat besar dalam perkembangan
iman setiap responden.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
USULAN PROGRAM PEMBINAAN IMAN UNTUK SEMAKIN
MEMAHAMI DEVOSI DAN PERAYAAN EKARISTI DI STASI
ST. THERESIA KLAMPOK PAROKI ST. ANTONIUS
BANJARNEGARA
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan bahwa pemahaman umat
di stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Bajarnegara tentang devosi
kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi sudah cukup
mendalam. Oleh karena itu, penulis dalam bab IV ini mengusulkan suatu program
katekese untuk semakin meningkatkan pemahaman dan keterlibatan umat secara
terkhusus di stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Bajarnegara dengan
kegiatan pembinaan iman.
Dalam bab ini akan diuraikan usulan program Katekese bagi umat Stasi St.
Theresia Klampok Paroki St. Antonius Bajarnegara. Usulan program ini usaha
untuk meningkatkan penghayatan iman umat. Susunan dalam bab ini terbagi
dalam delapan bagian, yaitu: latar belakang pemilihan program, pengertian
katekese Umat, tujuan katekese, model katekese, usulan kegiatan, matrik program
Shared Christian Praxis, dan contoh persiapan katekese.
A. Latar Belakang Pemilihan Program
Hasil penelitian melalui kuesioner menunjukkan bahwa umat Stasi St.
Theresia Klampok Paroki St. Antonius Bajarnegara sudah mengetahui
pemahaman akan devosi kepada Bunda Maria sehingga dapat menuangkan
pemahaman tersebut dengan mengikuti Perayaan Ekaristi. Pemahaman akan
devosi ini sudah dilaksanakan dan dihayati oleh umat dengan kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
mereka. Dengan pemahaman akan devosi ini, mereka semakin terlibat aktif dalam
mengikuti Perayaan Ekaristi.
Melihat dari kenyataan bahwa umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St.
Antonius Bajarnegara sudah paham mengenai devosi kepada Bunda Maria
terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi, maka penulis membuat suatu usulan
program katekese dengan model Shared Christian Praxis (SCP). SCP ini dipilih
agar dapat mendukung umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius
Bajarnegara untuk semakin memahami dan memaknai kembali akan devosi
kepada Bunda Maria serta selalu terlibat aktif dalam mengikuti Perayaan Ekaristi
baik harian maupun mingguan. Program katekese (SCP) ini dapat membangkitkan
semangat umat dalam menimba pemahaman devosi kepada Bunda Maria sehingga
umat dapat tekun dalam mengikuti Perayaan Ekaristi. Tentu saja yang paling
terpenting dalam katekese ini adalah dapat mendalami pesan-pesan dari Kitab
Suci sehubungan dengan pembinaan iman untuk semakin memahami devosi dan
Perayaan Ekaristi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius
Bajarnegara.
B. Pengertian Katekese Umat
Sumarno (2014:9) mengungkapkan kembali pandangan Huber tentang
PKKI II tahun 1980 yang merumuskan Katekese Umat, dengan pokok-pokok
sebagai berikut ini:
Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman
iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Melalui kesaksian
para peserta yang hadir dapat membantu sedemikian rupa, sehingga iman mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
masing-masing semakin diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna.
Dalam katekese ini, tekanannya terletak pada penghayatan iman, meskipun dalam
hal ini pengetahuan iman tidak terlupakan (Sumarno, 2014:9).
Dalam pola dan isi Katekese Umat ini kita dapat bersaksi tentang iman kita
akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan pengantara
kita menanggapi sabda Allah yang hadir dan turun diantara kita umat manusia.
Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup kita dalam Kitab Suci, terkhusus dalam
Perjanjian Baru yang mendasari penghayatan iman Gereja di sepanjang Tradisi
yang ada (Sumarno, 2014:9).
Peserta Katekese Umat adalah umat itu sendiri, yang artinya semua orang
beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas dapat berkumpul
untuk lebih memahami Kristus. Dalam proses Katekese Umat ini pemimpin
katekese bertindak terutama sebagai pengarah dan pemudah (fasilitator). Ia adalah
pelayan yang menciptakan suasana yang komunikatif, untuk membangun gairah
supaya para peserta berani berbicara secara terbuka (Sumarno, 2014:9-10).
C. Tujuan Katekese
Pada prinsipnya tujuan katekese adalah membantu jemaat kristiani untuk
semakin percaya kepada Yesus Kristus sehingga iman mereka semakin
diteguhkan dan dikuatkan. Paus Yohanes Paulus II dalam CT art 20 menjelaskan
tentang tujuan katekese sebagai berikut:
Tujuan khas katekese ialah: berkat bantuan Allah mengembangkan iman
yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari memekarkan menuju
kepenuhannya serta semakin memantapkan perihidup Kristen umat beriman,
muda maupun tua. Selain itu, tujuan katekese dalam evangelisasi ialah:
menjadi tahap pengajaran dan pendewasaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Sesuai dengan kekhasan katekese sebagai komunikasi iman, maka tujuan
katekese dirumuskan sebagai berikut (Sumarno, 2014:10):
1) Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman
kita sehari-hari.
2) Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-
Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari.
3) Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan
cinta kasih, dan semakin dikukuhkan hidup kristiani kita.
4) Pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas
mewujudkan tugas Gereja setempat dan semakin mengkokohkan Gereja
semesta.
5) Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di
tengah masyarakat.
D. Model Katekese
Sebagai suatu pendekatan, ada beberapa model yang biasa digunakan, yaitu:
model pengalaman hidup (SCP), model biblis, dan model campuran (Biblis dan
pengalaman hidup) (Sumarno, 2014:11). Model pengalaman hidup lebih bertolak
pada pengalaman hidup konkret sehari-hari, model biblis lebih bertolak pada
pengalaman Kitab Suci atau Tradisi, dan model campuran lebih bertolak pada
hubungan antara Kitab Suci atau Tradisi dengan pengalaman hidup konkret.
Penyusunan usulan program pembinaan iman ini bertujuan untuk semakin
memahami devosi dan perayaan Ekaristi, maka penulis menggunakan model
pengalaman hidup (SCP). Model SCP ini menekankan pada suatu proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
berkatekese yang bersifat dialogal dan partisipatif yang bermaksud mendorong
peserta, berdasarkan konfrontasi antara “tradisi” dan “visi” hidup mereka dengan
“Tradisi” dan “Visi” kristiani, agar baik secara pribadi atau kelompok mampu
untuk dapat mengadakan sikap tegas dan mengambil keputusan demi terwujudnya
nilai-nilai kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia pada zaman ini (Sumarno,
2014:14).
1. Langkah-langkah Shared Chistian Praxsis
Langkah-langkah dalam Shared Chistian Praxsis dibagi menjadi lima
langkah, yakni : mengungkapkan pengalaman hidup peserta, mendalami
pengalaman hidup peserta, menggali pengalaman iman kristiani, menerapkan
iman kristiani dalam situasi peserta konkret, dan Mengusahakan suatu aksi
konkret (Marno, 2014:18-22).
a. Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta
Tujuan dari langkah pertama ini yaitu, membatu peserta untuk
mengungkapkan pengalaman hidup faktual (fakta). Isi dari langkah ini adalah
pengalaman peserta sendiri, atau kehidupan dan permasalahan yang terjadi di
dalam masyarakat, atau gabungan dari keduanya. Cara dari langkah ini adalah
“sharing” pengalaman hidup yang sungguh-sungguh dialami dan tidak boleh
ditanggapi sebagai suatu laporan. Dalam dialog ini, peserta juga boleh diam,
karena dia juga merupakan salah satu cara berdialog. Diam di sini tidak sama
dengan tidak terlibat. Bentuk dari langkah ini adalah lambang, tarian, puisi,
pantonim, dsb. Yang terpenting, bentuk ini dapat dimengerti oleh peserta lainnya.
Tanggung jawab pembimbing dalam langkah ini, yang pertama: berperan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
fasilitator yang menciptakan suasana pertemuan yang hangat dan mendukung
peserta untuk praxis hidupnya berkaitan dengan tema dasar, kedua: merumuskan
pertanyaan yang jelas, terarah, tidak menyinggung harga diri seseorang, sesuai
dengan latar belakang peserta, dan bersifat terbuka serta objektif (Sumarno,
2014:19).
b. Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
Tujuan dari langkah kedua ini adalah memperdalam refleksi dan mengantar
peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup dan tindakan yang meliputi
pemahaman kritis dan sosial (alasan, minat, asumsi), kenangan analitis dan sosial
(sumber-sumber historis), dan imajinasi kreatif dan sosial (harapan konsekuensi
historis). Tanggung jawab pembimbing dalam langkah ini, yang pertama:
menciptakan suasana pertemuan yang menghormati setiap gagasan atau sumbang
saran peserta, kedua: mengundang refleksi kritis setiap peserta, ketiga: mendorong
peserta supaya mengadakan dialog dan penegasan bersama yang bertujuan
memperdalam, menguji pemahaman, kenangan, dan imajinasi peserta, keempat:
mengajak setiap peserta untuk berbicara tetapi tidak memaksa, kelima:
menggunakan pertanyaan yang menggali dan tidak mengintrogasi serta
mengganggu harga diri dan apa yang dirahasiakan peserta, keenam: menyadari
kondisi peserta terlebih mereka yang tidak biasa refleksi kritis terhadap
pengalaman hidupnya (Sumarno, 2014:20).
c. Menggali Pengalaman Iman Kristiani
Tujuan dari langkah ketiga ini adalah mengkomunikasi nilai-nilai Tradisi
dan visi kristiani agar lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
peserta yang konteks dan latar belakang kebudayaannya berlainan. Tanggung
jawab pembimbing dalam langkah ini, yang pertama: menghormati Tradisi dan
visi kristiani sebagai yang otentik dan normatife, kedua: cara dan visi tafsiran
bertujuan memberi informasi dan membantu peserta agar nilai-nilai Tradisi dan
visi kristiani menjadi miliknya, ketiga: menggunakan metode yang tepat, keempat:
bersikap tidak mendikte tetapi mengantar peserta ke tingkat kesadaran, kelima:
tafsiran dari pembimbing mengikutsertakan kesaksian iman, harapan, dan
hidupnya sendiri, keenam: harus membuat persiapan yang matang dan studi
sendiri (Sumarno, 2014:20-21).
d. Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret
Tujuan dari langkah keempat ini adalah menemukan bagi dirinya sendiri
nilai hidup yang hendak digarisbawahi, sikap-sikap pribadi yang picik yang
hendak dihilangkan, dan nilai-nilai baru yang hendak dikembangkan. Langkah ini,
yang hendak didialogkan adalah perasaan, sikap, intuisi, evaluasi, dan
penegasannya yang menyatakan kebenaran, nilai, serta kesadaran yang diyakini.
Cara yang digunakan dalam langkah ini adalah dengan tulisan, penjelasan, simbol,
atau ekspresi artistik. Tanggung jawab pembimbing dalam langkah ini, yang
pertama: menghormati kebebasan dan penegasan peserta, termasuk peserta yang
menolak tafsiran pembimbing, kedua: meyakinkan peserta bahwa mereka mampu
mempertemukan nilai pengalaman hidup dan visi mereka dengan nilai Tradisi dan
visi kristiani, ketiga: mendorong peserta untuk mengubah sikap dari pendengar
pasif menjadi pihak yang aktif, keempat: menyadari bahwa tafsiran pembimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
bukan kata mati, kelima: mendengar dengan hati tanggapan, pendapat, dan
pemikiran peserta (Sumarno, 2014:21-22).
e. Mengusahakan Suatu Aksi Konkret
Tujuan dari langkah kelima ini yaitu mengajak peserta agar sampai pada
keputusan praktis yang dipahami sebagai tanggapan jemaat terhadap pewahyuaan
Allah yang terus berlangsung di dalam sejarah kehidupan manusia dalam
kontinuitasnya dengan Tradisi Gereja sepanjang sejarah dan visi kristiani. Bentuk
dari langkah ini ada yang menekankan aspek kognitif (pemahaman), aspek afektif
(perasaan), dan tingkah laku (praktis-politis). Sifatnya dalam langkah ini lebih
menyangkut tingkat personal, interpersonal, atau sosial-politis. Tanggung jawab
pembimbing, yang pertama: menyadari hakikat praktis, inovatif, dan
transformatife dari langkah ini, kedua: merumuskan pertanyaan operasional (tidak
perlu muluk-muluk) yang membantu ke arah itu, ketiga: menekankan sikap
optimis yang realitis pada peserta, keempat: pembimbing dapat merangkum hasil
langkah pertama sampai keempat supaya dapat lebih membantu peserta, kelima:
Mengusahakan supaya peserta sampai pada keputusan pribadi dan bersama,
keenam: sebagai penutup peserta diajak merayakan liturgi sederhana untuk
mendoakan keputusan (Sumarno, 2014:22).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
E. Usulan Kegiatan
1. Tema “Memaknai Devosi dan Perayaan Ekaristi sebagai Sumber Hidup
Umat Beriman”
Usulan tema umum yang penulis sajikan dalam program ini adalah
“Memaknai Devosi dan Perayaan Ekaristi sebagai Sumber Hidup Umat Beriman”.
Tema ini diambil untuk membantu umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St.
Antonius Banjarnegara semakin memaknai devosi dan Perayaan Ekaristi. Dengan
demikian, umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara
dapat semakin khusuk dalam berdevosi dan dapat menumbuhkan minat mengikuti
Perayaan Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari. Melihat tema umum yang sudah
dijelaskan di atas, ada empat sub tema yang diangkat, yaitu: menjadi hamba yang
setia seturut teladan Maria, devosi wujud ketaatan iman, Ekaristi sumber iman,
dan menjadi pribadi yang ekaristis.
2. Tujuan Umum
Tujuan umum program ini adalah agar peserta semakin menemukan makna
devosi dan Perayaan Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Peserta
Peserta Shared Christian Praxsis adalah umat di Stasi St. Theresia Klampok
Paroki St. Antonius Banjarnegara.
4. Tempat dan Waktu
a. Tempat : Aula Gereja Stasi St. Theresia Klampok
b. Waktu : Hari Minggu pukul 10.00-11.30 WIB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
5. Bentuk
Bentuk Shared Christian Praxis dilaksanakan dalam bentuk sharing
pengalaman umat Stasi St. Theresia Klampok, menonton film atau video inspirasi,
peneguhan, dan penyusunan niat atau aksi bersama yang dilakukan oleh para
peserta yang hadir.
6. Metode
Metode yang dilaksanakan adalah metode Sharing, penayangan film atau
video, peneguhan, dan penyusunan niat atau aksi bersama.
7. Sarana
Sarana yang digunakan saat katekese adalah laptop, viewer, speaker, kabel
rol, Kitab Suci, dan teks lagu.
8. Susunan Acara
Tabel 9
Susunan Acara Shared Christian Praxis
No. Waktu Acara
1. 10.00-11.30 Pertemuan I: “Menjadi hamba
yang setia seturut teladan Maria”
2. 10.00-11.30 Pertemuan II: “Devosi Wujud
Ketaatan Iman”
3. 10.00-11.30 Pertemuan III: “Ekaristi Sumber
Iman”
4. 10.00-11.30 Pertemuan IV: “Menjadi Pribadi
yang Ekaristis”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Matrik Program Shared Christian Praxis
Tema Umum : Memaknai Devosi dan Perayaan Ekaristi sebagai Sumber Hidup Umat Beriman
Tujuan Umum : Agar peserta semakin menemukan makna devosi dan Perayaan Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari.
Tabel 10
Matriks Program Katekese
No. Judul
Pertemuan
Tujuan Pertemuan Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Menjadi
hamba yang
setia seturut
teladan Maria
Bersama pendamping,
peserta semakin
menyadari bahwa mereka
adalah hamba yang setia,
sehingga nantinya
mereka dapat menerima
apa yang dikehendaki
oleh Tuhan
Pengalaman
hidup
Tafsiran Injil
Lukas 1:26-38
Sharing
Diskusi
Refleksi
Tanya
jawab
Laptop
LCD
Speaker
Kitab
Suci
Lilin
Salib
Lukas 1:26-38
Sumarno Ds, M. (2014).
Diktat Mata Kuliah
Mahasiswa Semester VI
Program Pengalaman
Lapangan Pendidikan Agama
Katolik Paroki (PPL PAK
Paroki). Hlm 31-53
Stefan Leks. (2002). Tafsiran
Injil Lukas. Yogyakarta:
Kanisius. Hlm 33-48
2. Devosi Wujud
Ketaatan Iman
Bersama-sama
pendamping, peserta
Pengalaman
hidup
Sharing
Diskusi
Laptop
LCD
Injil Matius 6:5-14
Sumarno Ds, M. (2014).
7777760
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
semakin menyadari
bahwa devosi merupakan
wujud dari ketaatan
iman, sehingga peserta
mampu memaknai
kegiatan devosi
Tafsiran Injil
Matius 6:5-14
Pengertian dan
makna devosi
Macamn-
macam devosi
Refleksi
Tanya
jawab
Speaker
Kitab
Suci
Lilin
Salib
Diktat Mata Kuliah
Mahasiswa Semester VI
Program Pengalaman
Lapangan Pendidikan Agama
Katolik Paroki (PPL PAK
Paroki). Hlm 31-53
Riyadi Eko, St. (2011).
Matius, “Sungguh, Ia ini
adalah Anak Allah!”
Yogyakarta: Kanisius. Hlm
68-69
3. Ekaristi
Sumber Iman
Peserta mampu
memaknai perayaan
Ekaristi sebagai sumber
hidup umat beriman
Pengalam hidup
umat
Tafsiran Injil
Yohanes 6:25-
38
Akar Perayaan
Ekaristi
Sharing
Diskusi
Refleksi
Tanya
jawab
Laptop
LCD
Speaker
Kitab
Suci
Lilin
Salib
Yohanes 6:25-38
Sumarno Ds, M. (2014).
Diktat Mata Kuliah
Mahasiswa Semester VI
Program Pengalaman
Lapangan Pendidikan Agama
Katolik Paroki (PPL PAK
Paroki). Hlm 31-53
Riyadi Eko, St. (2011).
Yohanes, “Firman menjadi
manusia”. Yogyakarta:
Kanisius. Hlm 171-178
4. Menjadi Peserta terdorong untuk Tafsiran Injil Sharing Laptop Yohanes 13:1-20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pribadi yang
Ekaristis
mewujudkan makna
perayaan ekaristi dalam
kehidupan sehari-hari.
Yohanes 13:1-
20
Memahami
tugas perutusan
Diskusi
Refleksi
Tanya
jawab
LCD
Speaker
Kitab
Suci
Lilin
Salib
Sumarno Ds, M. (2014).
Diktat Mata Kuliah
Mahasiswa Semester VI
Program Pengalaman
Lapangan Pendidikan Agama
Katolik Paroki (PPL PAK
Paroki). Hlm 31-53
Eko Riyadi, St, Pr. (2011).
Yohanes “Firman menjadi
manusia”. Yogyakarta:
Kanisius. Hlm 306-308.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
G. Contoh Persiapan Katekese
Contoh panduan pelaksanaan Shared Christian Praxis pertemuan I
1. Identitas Pelaksanaan
a. Tema : Menjadi hamba yang setia seturut teladan Maria
b. Tujuan : Bersama pendamping, peserta semakin menyadari
bahwa mereka adalah hamba yang setia, sehingga
nantinya mereka dapat menerima apa yang
dikehendaki oleh Tuhan
c. Peserta : Umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St.
Antonius Banjarnegara.
d. Waktu : 90 Menit
e. Model : Shared Christian Praxis
f. Metode : Sharing kelompok
Diskusi kelompok
Refleksi pribadi
Informasi
Tanya jawab
g. Sarana : Laptop
LCD dan Speaker
Kitab Suci
Lilin dan salib
h. Sumber Bahan : Lukas 1:26-38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Sumarno Ds, M. (2014). Diktat Mata Kuliah
Mahasiswa Semester VI Program Pengalaman
Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki
(PPL PAK Paroki). Hh 31-53
Stefan Leks. (2002). Tafsiran Injil Lukas.
Yogyakarta: Kanisius. Hh 33-48
2. Pemikiran Dasar
Setiap orang pasti pernah mengalami krisis dalam hal iman, terlebih lagi
sebagai seorang wirausaha/karyawan, guru, dokter, polisi, pensiun, dan ibu rumah
tangga. Terkadang krisis ini menjadi nada dasar dalam hidup beriman, di mana
untuk menjadi hamba yang setia seturut teladan Maria seakan tidak ada arti apa-
apa. Tetapi, haruslah dilihat lebih dalam apa yang sebenarnya terjadi. Pada
umumnya, cara menjadi hamba yang setia seturut teladan Maria sangat sulit bagi
kita untuk melaksanakannya. Terkadang kita lalai dan masa bodoh akan apa yang
terjadi. Berbeda dengan kehidupan Maria yang sangat taat kepada Bapa.
“terjadilah padaku menurut kehendak-Mu” itulah yang Maria katakan kepada
malaikat yang memberikan berita gembira kepadanya. Maria menerima dengan
lapang dada bahwa ia akan mengandung seorang bayi laki-laki dan akan diberikan
nama Yesus.
Setia dan taat memang menjadi tema utama dalam Injil Lukas. Dalam
perikop ini (Lukas 1:26-38) Maria menerima kabar gembira dari seorang malaikat
bahwa Ia akan mengandung bayi laki-laki. Maria sedikit ragu saat mendengar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
berita bahwa Ia akan mengandung karena Ia belum bersuami. Namun, dengan
ketaatannya kepada Bapa, Maria menerimanya dengan lapang dada.
Dalam pertemuan kali ini kita akan menyadari bersama pengalaman hidup
beriman kita selama ini, memahami maksud dan menangkap pesan dari Injil
Lukas 1:26-38, sehingga semakin terdorong untuk lebih setia dalam perkara
apapun, hingga pada akhirnya kita boleh mengambil bagian dalam hidup kekal.
3. Pengembangan Langkah-langkah
a. Pembuka
1) Pengatar :
Bapak Ibu yang terkasih, pada siang hari ini, kita akan mendalami bersama
kisah tentang setia seturut teladan Maria dan tema untuk pertemuan kali ini adalah
“Menjadi hamba yang setia seturut teladan Maria”. Memang bagi kita yang
bergelut dalam berbagai bidang kerja ini, kata-kata semacam ini tidak asing lagi.
Tetapi setia bukanlah perkara yang mudah. Setia menuntut sebuah bukti nyata
yang tercermin melalui tindakan-tindakan kita. Maka marilah kita awali
pertemuan ini dengan lagu pembukaan.
2) Lagu Pembuka : MB 160 “Kelana” terlampir
3) Doa Pembuka :
Allah Bapa yang Maha kasih dalam hidup sehari-hari begitu mudah
menyatakan bahwa kami setia kepada-Mu. Tetapi sikap kami sungguh jauh
berbeda dengan apa yang kami katakan. Kami belum dapat setia seperti Maria
yang setia kepada Putera-Mu dengan sepenuh hati. Kami mohon bukalah hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
kami, agar kami semakin mampu untuk setia dalam perkara kecil maupun besar,
bukan pernyataan melalui kata-kata saja tetapi juga tindakan kami. Amin
b. Langkah I : Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta
1) Memberikan teks cerita “Inilah Kisah Seorang Raja yang Belajar Ilmu Taat
Pada Seorang Biarawan” dan memberikan kesempatan kepada peserta untuk
membaca dan memahami sendiri-sendiri isi cerita tersebut. (terlampir).
2) Penceritaan kembali isi dari cerita “Inilah Kisah Seorang Raja yang Belajar
Ilmu Taat Pada Seorang Biarawan”. Pendamping meminta salah satu peserta
untuk mencoba menceritakan kembali secara singkat tentang isi pokok dari
cerita tersebut.
3) Intisari cerita “Inilah Kisah Seorang Raja yang Belajar Ilmu Taat Pada Seorang
Biarawan”
Di sebuah kerajaan yang sangat makmur dan indah, hiduplah seorang raja.
Raja tersebut mulai jenuh dengan kehidupannya di istana serta tekanan yang
menyertai kehidupan seorang raja tersebut. Dan pada akhirnya raja tersebut
memutuskan untuk meninggalkan takhtanya dan menjadi seorang biarawan.
Sang raja tersebut menghadap seorang kepala biara untuk mengatakan
bahwa ia ingin menjadi seorang biarawan. Lalu, kepala biara bertanya kepada raja
apakah ia bisa taat seperti anggota biara yang lainnya. Untuk menjadi seorang
biarawan sangatlah sulit dan tidak semua orang mampu untuk hidup membiara.
Sang raja kemudian menyanggupi segala peraturan yang harus ditaatinya sebagai
seorang biarawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Kepala biara berbicara kembali pada sang raja untuk memberitahukan
kepada raja apa yang harus dilakukannya oleh raja tersebut, bahwa ia harus
kembali ke takhta dan jadilah raja yang setia sebagaimana Tuhan telah
menempatkan ia sebagai raja. Mendengar perkataan kepala biara, amat terkejutlah
sang raja. Padahal sang raja ingin sekali menghindar dari kejenuhan di kerajaan
untuk mencari suasana baru. Namun, ia sudah berjanji taat dan menuruti peraturan
yang akan dikatakan oleh kepala biara, dan akhirnya sang raja mengikuti dan taat
menjadi seorang raja. Setelah kejadian itu, sang raja kembali ke kerajaan untuk
memimpin kerajaan dengan setia, taat dan bijaksana hingga akhirnya hidupnya di
kerajaan tersebut.
4) Pengungkapan pengalaman: Peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut
dengan tuntunan beberapa pertanyaan:
Ceritakanlah apa yang dilakukan raja pada saat itu?
Pernahkah bapak/ibu merasakan situasi hidup seperti raja tersebut baik secara
fisik maupun rohani ? Coba ceritakan?
5) Arah rangkuman
Dalam kisah yang baru saja kita dengar ada seorang raja yang ingin menjadi
seorang biarawan karena tekanan dan kejenuhan saat memimpin kerajaannya.
Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita sering menghadapi berbagai tekanan,
kesulitan, bahkan kejenuhan terkadang membuat kita ingin mencari suasana baru
yang bisa menyegarkan kita. Apalagi dalam pekerjaan kita, tekanan akan semakin
berat kita rasakan ketika di tempat bekerja kondisi perusahaan atau instansi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
tempat bekerja sedang mengalami kesulitan keuangan. Hal ini tentu wajar terjadi,
tapi janganlah kita berlarut-larut dalam suasana seperti itu.
Pada saat kita mengalami kejenuhan baik dalam kehidupan maupun dalam
pekerjaan kita, beristirahatlah sejenak sambil menghayati keberadaan kita. Sesaat
setelah menghayati keberadaan kita, tentu akan semakin membuat kita sadar akan
kehadiran Tuhan dalam setiap nafas kehidupan yang kita rasakan. Cobalah untuk
tidak tenggelam ke dalam suasana kecewa, frustasi, karena hal tersebut dapat
merugikan kita sendiri, mulailah memotivasi diri dengan hal-hal yang baik dan
hasilnya akan semakin bermakna dalam kehidupan kita. Cobalah untuk melihat
segala tugas dan kewajiban kita dalam sudut pandang yang baru. Bukankah Tuhan
menaruh kita pada suatu tempat untuk satu alasan? Cari dan temukanlah motivasi
yang luhur dalam setiap pekerjaan atau pelayanan kita, pasti hal tersebut akan
menjadi penyemangat bagi kita untuk tetap berkarya. Kelak ketika waktunya tiba,
kita akan melihat rencana Tuhan yang indah dalam setiap karya yang kita
laksanakan. Bertekunlah dan taatlah dalam setiap panggilan hidup kita sekarang,
maka kita akan semakin didekatkan dengan kebahagiaan dan kesuksesan.
c. Langkah II : Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
1) Peserta diajak untuk merefleksikan pengalaman hidup yang telah disharingkan
dengan panduan pertanyaan:
Mengapa kita sering kali “membiarkan” hidup kita mengalami tekanan,
kesulitan, dan kejenuhan?
2) Pendamping memberi arah rangkuman singkat atas jawaban-jawaban yang
diungkapkan peserta:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Dari pengalaman bapak ibu, kita telah melihat bersama mengapa sering kali
kita membiarkan hidup kita mengalami tekanan, kesulitan, dan selalu mengalami
kejenuhan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terjadi kepada diri kita karena kita
kurang bersyukur dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Kita sering berlari
meninggalkan itu semua dengan mencari hal-hal yang baru yang dapat membuat
kita merasa bahagia dan senang. Kita juga kurang merefleksikan diri mengapa hal
tersebut bisa terjadi kepada kita.
d. Langkah III : Menggali Pengalaman Iman Kristiani
1) Salah satu peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikop langsung
dari Kitab Suci, Lukas 1:26-38 atau dari foto copy yang dibagikan.
2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi
merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa
pertanyaan, sbb:
Ayat kunci manakah yang berkaitan dengan menjadi hamba yang setia?
Manakah pesan inti yang diajarkan oleh Lukas melalui perikop ini
berdasarkan ayat kunci tersebut sehubungan dengan menjadi hamba yang
setia?
3) Peserta memberikan kesempatan untuk mengungkapan hasil renungan pribadi
dalam pleno sehubungan dengan pertanyaan diatas?
4) Pendamping memberikan tafsiran dari Lukas 1:26-38 dan menghubungkannya
dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, misalnya,
sbb:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Ayat 26, menurut Injil Lukas, sejarah penyelamatan, sama seperti misi
Kristen, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Yudea adalah tanah air
Yohanes Pembaptis, sedangkan Galilea adalah tanah air Yesus. Di kemudian hari
Yesus akan menanggapi orang-orang Yudea, terutama pimpinan bangsanya yang
tinggal di Yerusalem.
Ayat 27, dari penegasan Lukas tentang keperawanan ini dapat disimpulkan
bahwa kisah ini tidak memberi perhatian terhadap misteri penjelmaan Putra Allah
saja, tetapi juga terhadap keperawanan Maria. Lukas menyediakan lebih banyak
data tentang Maria, menyatakan bahwa Maria menerima tawaran dari Allah
sebagai hamba Tuhan, lalu mengunjungi Elisabet dan mengucapkan madah
magnificat.
Ayat 28, Maria dikaruniai Allah, artinya menjadi manusia pilihan-Nya,
sehingga diberi peranan dalam sejarah penyelamatan. Kunjungan malaikat sendiri
sudah menjadi bukti pilihannya itu. Dalam doa “salam Maria”, salam malaikat
diterjemahkan “penuh rahmat”. Namun, berdasarkan teks Injil ini tidak dapat
disimpulkan bahwa Maria sepenuh-penuhnya dikuduskan oleh Allah, dalam arti
tidak berdosa, melainkan bahwa ia sangat diperkenan oleh Allah. “Tuhan
menyertai engkau”, ungkapan ini lebih menegaskan apa yang sudah dinyatakan
dalam salam tadi. Tuhan ada dalam hidup Maria, menyertai, berkarya dalam
dirinya. Ia berkarya dalam hidup Maria secara leluasa. Tetapi, kalau Allah
menyertai seorang pilihan-Nya, maka Ia tidak hanya melindunginya tetapi
terutama menawarkan kepadanya suatu misi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Ayat 29, Maria bukan wanita yang pura-pura rendah hati, bukan pula tidak
terbiasa disapa oleh pria ataupun kaget karena dikunjungi malaikat. Ia
sesungguhnya bingung, merasa terkejut karena isi ucapan malaikat yang langsung
dipahaminya sebagai sesuatu yang sangat misterius.
Ayat 30, manusia yang merasa ketakutan berhadapan dengan Allah atau
utusan-Nya, ditenangkan dan dihimbau agar mengatasi rasa itu dengan penuh
percaya. Apa yang sudah dikatakan dalam ayat 28 diulang di sini lagi dengan
kata-kata yang lain “beroleh anugerah di hadapan Allah”. Kata anugerah
merupakan salah satu kata kecintaan Lukas (ia menggunakan 8 kali dalam Injilnya
dalam 14 kali dalam Kisah Para Rasul). Ungkapan beroleh anugerah di hadapan
Allah dikenal dari PL berbahasa Yunani, sehingga harus dipandang sebagai
ungkapan khas bangsa Semit. Isinya bukan jawaban atas suatu pertanyaan
melainkan pemberitahuan tentang pilihan dari pihak Allah.
Ayat 31, dalam ayat ini malaikat Gabriel menjelaskan dalam arti macam apa
Maria dikaruniai dan disertai Tuhan. Namun, penjelasannya bergaya bahasa PL
dan biasa muncul dalam berita tentang seorang anak yang akan dilahirkan. Selain
hal tersebut, ayat ini mengatakan “besar”, kata ini mengacu kepada pribadi yang
luar biasa penting peranannya dalam sejarah penyelamatan, termasuk peranan
Allah sendiri.
Ayat 32, “Allah yang Maha Tinggi”, ungkapan ini bergaya bahasa Yunani
dan Lukas tampaknya menyukainya. Allah adalah yang Maha Tinggi, sebab Ia
melampaui seluruh dunia. Walaupun demikian, Ia berelasi dengan dunia, terutama
lewat Putra-Nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Ayat 33, dalam ayat ini bangsa Israel disebut kaum Yakub. Selaku Mesias,
Yesus akan berkuasa sebagai raja. Bangsa Israel yakin bahwa kerajaan Mesias
tidak akan berkesudahan.
Ayat 34, “Aku belum bersuami”, harafiahnya, “Aku tidak mengenal pria”.
Kata mengenal dalam ayat ini menyangkut hubungan seksual. Begitulah cara
bicara orang-orang Yahudi mengenai relasi intim antara suami istri. Makna ayat
ini menjadi cukup jelas, bila dinilai dari sudut sastra. Baru saja Gabriel
memberitahukan kepada Maria bahwa ia akan menjadi ibu Mesias. Maka perlu,
agar diberitahukan pula cara kelahiran itu dapat terwujud dalam kehidupannya
yang masih berstatus perawan. Jadi, dilihat dari sudut itu, pertanyaan Maria ini
berperan sebagai “ ayat jembatan” kepada jawaban Malaikat Gabriel selanjutnya.
Ayat 35, “Roh Kudus akan turun atasmu”, dalam ayat ini Lukas
menyejajarkan Roh Kudus yang turun dengan kuasa Allah Yang Maha Tinggi
yang akan menaungi. Ia akan menciptakan hidup baru dalam rahim Maria.
Dengan menegaskan bahwa Roh Kudus akan datang atas diri Maria, Lukas
hendak menyatakan bahwa terkandungnya Yesus dalam rahim Maria adalah
peristiwa yang tidak ada duanya dalam sejarah dunia. Anak Maria bukan hasil
hubungan seksual melainkan karunia Allah semata-mata.
Ayat 36, tidak jelas jenis ikatan kekeluargaan antara Elisabet dengan Maria.
Elisabet disebut dalam Injil Lukas saja dan diperkenalkan sebagai keturunan
Harun dan istri Zakharia, imam. Ia mandul dan tua, namun menjadi ibu Yohanes
Pembaptis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Ayat 37, “sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”, ungkapan ini dalam
PL ini mengkontraskan dua kenyataan: Kemahakuasaan Allah dan
ketidakmampuan manusia. Jadi, kontrasnya bukan antara Allah dan alam.
Ayat 38, Maria siap menjadi hamba Tuhan, artinya melaksanakan
kehendak-Nya. Ia ingin taat kepada Allah, melekat kepada-Nya dengan seluruh
jiwa raganya. Maria pasti sadar bahwa ia menghadapi misteri yang tak terpahami,
serupa pelayanan/hamba yang disuruh melaksanakan suatu pesan tanpa diberi
penjelasan yang tuntas. Kebesaran Maria ada pada penyerahan dirinya secara
menyeluruh terhadap tuntutan-tuntutan yang terkandung dalam karya yang
dimulai Allah dalam dirinya. Sebagai seorang beriman sejati, Maria sadar bahwa
pelaksanaan kehendak Allah selalu terjadi dalam sejarah dan tidak terbatas pada
huruf Kitab Suci. Allah memang selalu menghadirkan diri-Nya dalam kehidupan
umat-Nya.
e. Langkah IV : Menerapkan Iman Kristiani dalam situasi peserta konkret
1) Pendamping mengawali langkah ini dengan menempatkan peserta pada
konteks dan situasi pertemuan, serta menerapkan pesan inti Kitab Suci dalam
pengalaman dan situasi konkret peserta sesuai dengan tema dan tujuan
katekese.
Bapak ibu yang terkasih, tadi Injil Lukas mengajarkan kita untuk setia
dalam menjalankan berbagai macam tugas yang diberikan kepada kita baik tugas
dari tempat pekerjaan kita maupun dari Allah sendiri. Menerimanya dengan
lapang dada dan selalu bersyukur atas apa yang sudah diberikan kepada kita
sebagai umatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
2) Sebagai bahan refleksi untuk semakin menghayati imannya peserta diajak
untuk merenungkan secara pribadi dengan pertanyaan sebagai berikut:
Setelah pertemuan ini berakhir, kita pun akan pergi. Apakah kita akan diam
saja atau berbuat dan menunjukkan kesetiaan kita kepada Allah dengan
mewujudnyatakannya kepada sesama kita yang membutuhkan?
3) Peserta diberikan kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan dan
refleksi pribadi dalam pleno. Hasil pleno dirangkum oleh pendamping dan
diteguhkan sehubungan dengan tema dan tujuan pertemuan:
Sebagai umat di Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius
Banjarnegara, untuk dapat setia kepada Allah memang cukup sulit bagi kita untuk
melaksanakannya, namun, niscaya bagi kita yang percaya, kita akan dapat dengan
mudah untuk melaksanakan kesetiaan itu. Seperti halnya Maria yang setia dalam
menjalankan tugasnya yang diberikan Allah untuk mengadung bayi laki-laki dan
menamainya Yesus. Bagi Maria pada awalnya memang sulit untuk menerima
namun, dengan kekuatan doa, ia mampu untuk menerimanya dengan lapang dada.
f. Langkah V : Mengusahakan suatu aksi konkret
1) Pendamping mengawali langkah ini dengan merangkum seluruh isi dan proses
yang berlangsung selama pertemuan dan berusaha menghubungkan dengan
tema dan tujuan.
Bapak ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita telah bersama-sama
melihat, mendengar, berbagi dan menggali pengalaman-pengalaman kita yang
berawal dari kisah seorang raja yang belajar ilmu taat pada seorang biarawan, raja
tersebut belajar untuk setia dengan peraturan yang diberikan kepala biara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
kepadanya. Walaupun pada awalnya raja tersebut merasa kecewa karena tidak
diterima untuk menjadi seorang biarawan. Namun, Injil Lukas 1:26-38 mengajak
kita untuk selalu setia dan patuh dengan tugas yang diberikan kepada kita. Melalu
sharing dari bapak dan ibu, sebagai seorang wirausaha/karyawan, guru, dokter,
polisi, pensiun, dan ibu rumah tangga kita harus selalu setia dan taat kepada-Nya
dengan sikap beriman kita.
2) Pendamping memberikan kesempatan kepada peserta untuk memikirkan
tindakan konkret yang akan dilaksanakan dalam doa dengan penuh
kepercayaan. Peserta dibantu dengan pertanyaan dari pendamping:
Tindakan-tindakan atau niat-niat apa yang bisa kita usahakan sebagai seorang
wirausaha/karyawan, guru, dokter, polisi, pensiun, dan ibu rumah tangga
untuk lebih setia kepada Yesus seturut teladan Maria?
Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan dalam mewujudkan usaha
tersebut?
3) Peserta diberikan kesempatan untuk mensharingkan tindakan pribadi yang akan
diusahakan. Kemudian peserta diajak untuk mendiskusikan tindakan yang akan
dilakukan bersama-sama sebagai umat di Stasi St. Theresia Klampok Paroki St.
Antonius Banjarnegara. Niat atau tindakan pribadi dan bersama
dipersembahkan dalam doa.
g. Penutup
1) Pendamping menempatkan salib dan lilin di tengah-tengah peserta. Salib
melambangkan kehadiran Tuhan dalam hidup kita, dalam usaha untuk
mewujudkan harapan tersebut. Dan lilin sebagai tanda terang yang menerangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
segala usaha yang ingin diwujudkan dan harapan yang tidak pernah padam
dalam hati kita. Pendamping menghidupkan lilin. Kemudian, pendamping
mengajak peserta untuk mengajukan doa-doa harapan kepada Tuhan.
Pendamping mengawali doa umat dan selanjutnya secara spontan oleh peserta.
Penutup doa diakhiri dengan doa Bapa Kami.
2) Doa Penutup
Allah Bapa kami, terima kasih atas kebaikan dan kemurahan-Mu kepada
kami, sehingga kami dapat memperbaharui hidup kami menjadi manusia yang
lebih setia dan taat kepada-Mu. Ya Bapa, terkadang sulit bagi kami untuk
melakukan kesetiaan dan ketaatan tersebut di dalam kehidupan sehari-hari kami,
namun, kami percaya akan Roh Kudus-Mu yang Engkau utus kepada kami untuk
selalu mendampingi dan membimbing setiap langkah kami agar kami selalu setia
dan taat kepada-Mu. Kami mohon ya Bapa berkatilah kami semua agar dalam
tindakan kami, mencerminkan sikap taat dan setia kepada-Mu. Demi Kristus,
Tuhan dan pengantara kami. Amin.
3) Lagu Penutup : “Seperti yang Kau Ingini” terlampir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini terdiri dari dua bagian, yakni bagian pertama akan membahas
kesimpulan berdasarkan rumusan permasalahan dan tujuan penulisan, dengan
dikuatkan oleh hasil penelitian. Kemudian bagian kedua membahas sarana untuk
beberapa pihak yang terkait dengan penulisan karya tulis ini.
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
devosi adalah sebuah sikap yang diterapkan dalam perbuatan nyata oleh seorang
pribadi dalam mengarahkan diri kepada sesuatu (seseorang) yang dihormati dan
dicintai dalam hidup. Apabila devosi ini mengarah kepada Allah, maka devosi
tersebut adalah sebagai devosi religius (keagamaan). Sedangkan Ekaristi itu
sendiri yaitu puji syukur, sehingga Ekaristi ini dapat dirayakan oleh Gereja
berdasarkan pengalaman iman Gereja akan Tuhan Yesus Kristus.
Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh pemahaman devosi kepada
Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia
Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara dapat disimpulkan bahwa pemahaman
akan devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi
sudah baik. Ini terlihat dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada responden
menunjukkan hasil positif. Rata-rata variabel devosi kepada Bunda Maria adalah
86,6% dari 12 pernyataan, ada satu pernyataan yaitu pernyataan nomer 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
menunjukkan hasil netral (35%) dan ada satu pernyataan yang menunjukkan hasil
negatif (48,33%) pada pernyataan 10, di mana responden memilih tidak setuju
bahwa ziarah merupakan salah satu keharusan yang dimiliki setiap umat manusia.
Jawaban ini menunjukkan bahwa umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St.
Antonius Banjarnegara tidak mengharuskan berziarah. Padahal, ziarah merupakan
perjalanan tobat dan ungkapan iman akan makna gereja musafir yang harus
berjalan ketanah air surgawi. Sedangkan, variabel kedua, yaitu minat mengikuti
Perayaan Ekaristi rata-ratanya adalah 88,01% dari 15 pernyataan yang diajukan
dan dijawab oleh responden. Responden sudah mengetahui makna dan garis besar
tentang pemahaman devosi baik pengertian devosi, hal-hal yang perlu
diperhatikan, macam-macam bentuk devosi, dan lain-lain sehingga responden
dapat mewujudnyatakannya dalam kegiatan Perayaan Ekaristi.
Guna menanggapi dari hasil penelitian tentang devosi kepada Bunda Maria
dan Minat mengikuti Perayaan Ekaristi, maka diperlukan upaya untuk terus
menumbuhkembangkan pemahaman dan minat tersebut. Upaya tersebut
disesuaikan dengan saran dari beberapa umat di Stasi St. Theresia Klampok.
Katekese dalam bentuk SCP (Shared Christian Praxis) ini diharapkan dapat
menjadi usaha yang tepat untuk semakin memperdalam pemahaman dan minat
umat di Stasi St. Theresia Klampok. Tema dari kegiatan katekese ini adalah
memaknai devosi dan Perayaan Ekaristi sebagai sumber hidup umat beriman.
B. Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa
saran sebagai hasil refleksi selama ini dan diharapkan berguna bagi pihak-pihak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
yang terkait terkhusus bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius
Banjarnegara.
1. Bagi umat Stasi St. Theresia Klampok, agar selalu meningkatkan kembali
semangat untuk berdevosi sehingga semangat devosi ini dapat
diwujudnyatakan dalam tindakan sehari-hari dalam membantu yang miskin,
tersingkir, lemah, dan difabel serta selalu mengadakan katekese (Shared
Chirstian Praxis) secara rutin seminggu sekali supaya umat lebih mendalami
dan aktif dalam mengikuti Perayaan Ekaristi dan kegiatan berdevosi.
2. Bagi para pengurus lingkungan, mengupayakan kegiatan rutin setiap Minggu
yang mengikutsertakan semua umat dalam kegiatan lingkungan maupun
kegiatan di dalam Gereja, seperti devosi dan Perayaan Ekaristi.
3. Bagi pengurus dewan Stasi, mengadakan kegiatan katekese dengan
menggunakan SCP (Shared Christian Praxis) yang dapat membantu umat
untuk memaknai dan memperdalam imannya serta katekese ini dapat
digunakan untuk selanjutnya saat ada pertemuan rutin setiap minggunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Daftar Pustaka
Budi Purnomo, Aloys. (2000). Bunda Maria Teladan Iman Kita. Yogyakarta :
Yayasan Pustaka Nusatama
Daia Willem. (2001). Menanggapi Harta Rohani Bersama Bunda Maria.
Yogyakarta : Yayasasan Pustaka Nusatama
Eko, Riyadi, St. (2011). Matius, “Sungguh, Ia ini adalah Annak Allah!”
Yogyakarta: Kanisius.
Groenen, C. (1988). Mariologi Teologi dan Devosi. Yogyakarta : Kanisius
Hardawiryana, R. (2013). Konsili Vatikan II. Jakarta : Obor
Haryono, Y. B. (2010). Devosi-Devosi Umat. Jakarta : Obor
Krispurwana Cahyadi, T. (2009). Pastoral Gereja. Yogyakarta : Kanisius
KWI. (1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius
. 2013. Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta : Obor
Leks, Stefan. (2002). Tafsiran Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius.
Majalan Bulan Kristiani. Inspirasi Lentera Yang Membebaskan. No. 105 Tahun
IX Mei 2013. Semarang.
Martasudjita, E. (2005). Ekaristi. Yogyakarta : Kanisius
. (2011). Liturgi. Yogyakarta : Kanisius
Monika, Ratri Maria. (2003). Doa-doa Devosi. Jakarta : Obor
Muhibbin Syah. (2009). Psikologi Belajar. Jakarta : Rajawali Pers
Nana Sudjana, dkk. (2012). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru :
Bandung
Njiolah, P. Hendrik. (2003). Sekilas Tentang Maria. Yogyakarta : Yayasan
Pustaka Nusatama
NN. (2011). The Essential Mary Handbook. Jakarta : Obor
Prasetyantha. (2008). Ekaristi dalam hidup kita. Yogyakarta : Kanisius
. (2011). Yohanes, “Firman menjadi manusia”. Yogyakarta:
Kanisius.
Sardiman. (2008). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada
Slameto. (2013). Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta : Rinele
Cipta
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Sumarno Ds, M. (2014). Diktat Mata Kuliah Mahasiswa Semester VI Program
Supranto, Felix. (2012). Cara Menghayati Ekaristi. Jakarta : Obor
Surharyo, Ign. (2011). Ekaristi. Yogyakarta : Kanisius
Sutrisnaatmaka, A. M. (2012). Liturgi dan Devosi. Yogyakarta : Yayasan
Pustaka Nusatama
Sumber dari internet :
Daniel Nagata. (2014). “Inilah Kisah Seorang Raja Yang Belajar Ilmu Taat Pada
Seorang Biarawan”. Dalam http://www.danzierg.com/2014/09/belajar-
ilmu-taat.html, diakses pada tanggal 28 Oktober 2106.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Wikipedia. (2016). “Daftar Gua Maria Di Indonesia”. Dalam
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_gua_Maria_di_Indonesia, diakses
pada tanggal 3 Februari 2016, pukul 09.56 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
Lampiran 1: Surat Izin Penelitian kepada Romo Paroki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Lampiran 2: Surat Pemberitahuan Sudah Melaksanakan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
Lampiran 3: Identitas Responden
No. Nama Usia Lingkungan Pekerjaan
1. Bertilia Susiana 41-60th St. Agustinus Wirausaha/karyawan
2. Marsella Harti 21-40th St. Agustinus Wirausaha/karyawan
3. Yani Rubestin ≥60th St. Agustinus Pensiun
4. Eko Hianturu ≥60th St. Agustinus Wirausaha/karyawan
5. Iskak Gunawan 21-40th St. Agustinus Wirausaha/karyawan
6. Elyana Elsye
Santoso
21-40th St. Agustinus Wirausaha/karyawan
7. F. E. Tanti Inawati ≥60th St. Agustinus Ibu Rumah Tangga
8. I. Fiora 21-40th St. Markus Wirausaha/karyawan
9. Vedi Isuono 21-40th St. Markus Wirausaha/karyawan
10. A. Suliyono ≥60th St. Markus Polisi
11. Tantri 41-60th St. Markus Wirausaha/karyawan
12. Siti Susi Subekti 41-60th St. Markus Ibu Rumah Tangga
13. Gunarto ≥60th St. Markus Pensiun
14. T. Juriah 21-40th St. Markus Wirausaha/karyawan
15. Danny Kusuma P. 21-40th St. Markus Wirausaha/karyawan
16. Desi Widianingsih 21-40th St. Markus Wirausaha/karyawan
17. Fransisca Iriani 41-60th St. Markus Pensiun
18. Yuliana Fransiska
Eka Suprihatin
21-40th St. Markus Wirausaha/karyawan
19. Bernadus Cahya
Nugroho
41-60th St. Markus Wirausaha/karyawan
20. Aloysius Susanto 41-60th St. Markus Wirausaha/karyawan
21. Suwantih ≥60th St. Markus Pensiun
22. Novi 41-60th St. Markus Wirausaha/karyawan
23. Eduardus
Kusmarwanto
41-60th St. Markus Wirausaha/karyawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
24. Y. M. Winarsih ≥60th St. Markus Pensiun
25. V. Suhartono 41-60th St. Markus Wirausaha/karyawan
26. R. C. Surajini 41-60th St. Markus Wirausaha/karyawan
27. Mudjiono ≥60th St. Markus Wirausaha/karyawan
28. Yuliana Warsini ≥60th St. Markus Wirausaha/karyawan
29. A. Sri Winarti 41-60th St. Markus Guru
30. Viviana S. 41-60th St. Markus Wirausaha/karyawan
31. Winarno Yosef ≥60th St. Petrus Wirausaha/karyawan
32. Rebut Sugianto 41-60th St. Petrus Wirausaha/karyawan
33. Matias Djoko
Susanto
41-60th St. Petrus Wirausaha/karyawan
34. F. B. Ruitiro ≥60th St. Petrus Wirausaha/karyawan
35. Monica Wigati 41-60th St. Petrus Wirausaha/karyawan
36. Sri
Pristiowatiningsih
41-60th St. Petrus Wirausaha/karyawan
37. Vena Natalia 21-40th St. Petrus Ibu Rumah Tangga
38. Th. V. Yanirsah ≥60th St. Petrus Wirausaha/karyawan
39. M. Kustiati ≥60th St. Petrus Ibu Rumah Tangga
40. Yohanes Rudi
Hartono
41-60th St. Petrus Wirausaha/karyawan
41. Lidwina Santoso ≥60th St. Petrus Ibu Rumah Tangga
42. Ana Maria Ribut
Pujiarti
≥60th St. Petrus Ibu Rumah Tangga
43. Anastasia
Ginerowati
41-60th St. Petrus Wirausaha/karyawan
44. B. Bincar Esti H. 41-60th St. Petrus Wirausaha/karyawan
45. F. C. Goei Sioe 41-60th St. Petrus Ibu Rumah Tangga
46. Y. B. Handoko 41-60th St. Petrus Wirausaha/karyawan
47. Thoras Sugiarto 21-40th St. Petrus Wirausaha/karyawan
48. W. G. Arirf Hidayat ≥60th St. Petrus Wirausaha/karyawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
49. Veronica Harjanti S. 21-40th St. Paulus Ibu Rumah Tangga
50. Monica Nina Karina 21-40th St. Paulus Ibu Rumah Tangga
51. T. Wajiyo 41-60th St. Paulus Pensiun
52. D. Titi Ariyani 41-60th St. Paulus Wirausaha/karyawan
53. Leonardus Wiyoto 41-60th St. Paulus Wirausaha/karyawan
54. Cicilia Tan Kiem 41-60th St. Paulus Ibu Rumah Tangga
55. F. Asisi Danu K. W. 21-40th St. Paulus Dokter
56. C. Y. Dewi
Listyarini
41-60th St. Paulus Guru
57. Paulus Rahmat
Sugeng Riyadi
41-60th St. Paulus Wirausaha/karyawan
58. Andreas Cahyo B.
S.
21-40th St. Paulus Wirausaha/karyawan
59. J. Setyo Mulyanto ≥60th St. Paulus Pensiun
60. Lucia Y. Vera 21-40th St. Paulus Wirausaha/karyawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
Lampiran 4: Contoh Kuesioner Penelitian (Skala Likert)
Kuesioner Penelitian (Skala Likert)
A. Identitas Responden
Keterangan: Lingkari pilihan yang merupakan identitas Anda
1. Nama :
2. Lingkungan :
3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
4. Usia :
a. 17-20 tahun
b. 21-40 tahun
c. 41-60 tahun
d. Lebih dari 60 tahun
5. Status :
a. Pelajar
b. Mahasiswa
c. Wirausaha/karyawan
d. Lain-lain
B. Berilah tanda cek/centang (√) bagi jawaban yang menurut Anda paling
benar! Dan jawablah dengan jujur sesuai dengan keadaan diri Anda!
Perhatikan contoh di bawah ini!
No. Soal SS S RR TS STS
1. saya rajin ke Gereja setiap hari minggu √
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
RR : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No. Soal SS S RR TS STS
1. Devosi boleh menjadi perasaan yang
merupakan dasar iman yang kuat.
2. Devosi boleh lepas dari keseluruhan hidup
Kristiani.
3. Dilihat dari segi Liturgi, praktik devosi
senantiasa mengiringi perjalanan iman
Gereja sepanjang masa.
4. Praktik devosi harus dijauhkan dari bahaya
praktik magis.
5. Devosi harus selalu sesuai dengan iman
Gereja yang benar.
6. Rosario, Novena Tiga Kali Salam Maria,
Ziarah, Malaikat Tuhan dan Litani Bunda
Maria merupakan bentuk dari devosi.
7. Saya rajin mengikuti kegiatan Novena Tiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
Kali Salam Maria selama Sembilan kali
berturut-turut.
8. Malaikat Tuhan merupakan doa yang
didaraskan tiga kali dalam sehari pada
waktu pagi pukul 06.00, siang hari 12.00,
dan sore hari 18.00.
9. Saya sering berdoa litani Bunda Maria
seminggu sekali.
10. Ziarah merupakan salah satu keharusan
yang dimiliki setiap umat kristiani.
11. Bunda Maria adalah seorang pendoa yang
jujur dan tulus dihadapan Allah.
12. Bunda Maria merupakan Bunda Gereja
yang selalu dihormati oleh umat katolik
sebagai “Mater Ecclesiae”.
13. Gereja menetapkan dogma atau ajaran
resmi Gereja bahwa Maria adalah Bunda
Allah.
14. Bunda Maria tetap perawan walaupun
sudah melahirkan Yesus.
15. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria,
saya bersemangat dalam mengikuti
Perayaan Ekaristi setiap minggunya.
16. Dengan mengikuti Devosi kepada Bunda
Maria saya semakin terdorong untuk
mengikuti Perayaan Ekaristi.
17. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria
saya bersemangat untuk selalu mengikuti
Perayaan Ekaristi.
18. Setelah mengikuti Devosi kepada Bunda
Maria, saya semakin tertarik mengikuti
Perayaan Ekaristi.
19. Setelah mengikuti kegiatan devosi kepada
Bunda Maria, saya semakin mengutamakan
Perayaan Ekaristi.
20. Ekaristi merupakan hal terpenting dalam
hidup saya.
21. Saya selalu menyiapkan hati dan pikiran
sebelum Perayaan Ekaristi di mulai.
22. Saya selalu menonaktifkan alat komunikasi
saat Perayaan Ekaristi berlangsung.
23. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria
tidak menghambat kencintaan saya
terhadap Ekaristi.
24. Saya tidak datang terlambat saat akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
merayaan Ekaristi.
25. Saya mendengarkan homily dengan baik
saat berlangsungnya Perayaan Ekaristi.
26. Saya tidak mengobrol saat Perayaan
Ekaristi yang sedang berlangsung.
27. Saya aktif dalam menjawab dan bernyanyi
saat Perayaan Ekaristi.
28. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria
dan aktif dalam mengikuti Perayaan
Ekaristi, saya mempunyai hati untuk
membantu yang miskin, lemah, tersingkir,
dan difabel.
29. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria
dan aktif dalam mengikuti Perayaan
Ekaristi, saya semakin memperjuangkan
keadilan yang benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. 41-60 tahund. Lebih dari 60 tahun
Lampiran 5: Hasil Pengisian Kuesioner Penelitian (Skala Likert)
Kuesioner Penelitian (Skala Likert)
A. Identitas RespondenKeterangan: Lingkari pilihan yang merupakan identitas Anda1. Nama: VertJnlK.o. H3rJon'tr f·2. Lingkungan: S+.PduJ..u~ k~ampol(
3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki @)Perempuan4. Usia:
a. 17-20 tahun® 21-40 tahun
5. Status:a. Pelajar c. Wirausahalkaryawanb. Mahasiswa @ Lain-lain / rRT
B. Berilah tanda cek/centang (--J) bagi jawaban yang menurut Anda palingbenar! Danjawablah denganjujur sesuai dengan keadaan diriAnda!Perhatikan contoh di bawah ini!
I No. ISoal ISS IS IRR TS STS11. I saya rajin ke Gereja setiap hari minggu I '" I I
Keterangan :SS : Sangat SetujuS : SetujuRR : Ragu-raguTS : Tidak SetujuSTS : Sangat Tidak Setuju
No. Soal SS S RR TS STS1. Devosi boleh menjadi perasaan yang V
merupakan dasar iman yang kuat.2. Devosi boleh lepas dari keseluruhan hidup VKristiani.3. Dilihat dari segi Liturgi, praktik devosi
senantiasa mengiringi perjalanan Iman VGereja sepanjang masa.
4. Praktik devosi harus dijauhkan dari bahaya Vpraktik magis.5. Devosi harus selalu sesuai dengan iman
VGereja yang benar.6. Rosario, Novena Tiga Kali Salam Maria,
Ziarah, Malaikat Tuhan dan Litani Bunda VMaria merupakan bentuk dari devosi.
7. Saya rajin mengikuti kegiatan Novena Tiga
(9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kali Salam Maria selama Sembilan kaliberturut-turut. V
8. Malaikat Tuhan merupakan doa yangdidaraskan tiga kali dalam sehari padawaktu pagi pukul 06.00, siang hari 12.00, lrdan sore hari 18.00.
9. Saya sering berdoa litani Bunda Mariaseminggu sekali. V
10. Ziarah merupakan salah satu keharusanyang dimiliki setiap umat kristiani. V-
II. Bunda Maria adalah seorang pendoa yangiuiur dan tulus dihadapan Allah. \/'
12. Bunda Maria merupakan Bunda Gerejayang selalu dihorrnati oleh umat katolik 1;-sebagai "Mater Ecclesiae".
13. Gereja menetapkan dogma atau aJaranresmi Gereja bahwa Maria adalah Bunda VAllah.
14. Bunda Maria tetap perawan walaupunsudah melahirkan Yesus. V
15. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria,saya bersemangat dalam mengikuti VPerayaan Ekaristi setiap minggunya.
16. Dengan mengikuti Devosi kepada BundaMaria saya semakin terdorong untuk V
mengikuti Perayaan Ekaristi.17. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria
saya bersemangat untuk selalu mengikuti V
Perayaan Ekaristi.18. Setelah mengikuti Devosi kepada Bunda
Maria, saya semakin tertarik mengikuti \/Perayaan Ekaristi.
19. Setelah mengikuti kegiatan devosi kepadaBunda Maria, saya semakin mengutamakan VPerayaan Ekaristi.
20. Ekaristi merupakan hal terpenting dalamhidup saya. V
21. Saya selalu menyiapkan hati dan pikiranVsebelum Perayaan Ekaristi di mulai.
22. Saya selalu menonaktifkan alat komunikasiVsaat Perayaan Ekaristi berlangsung.
23. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria .tidak menghambat kencintaan saya Vterhadap Ekaristi.
24. Saya tidak datang terlambat saat akan
(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merayaan Ekaristi. V
25. Saya mendengarkan homily dengan baiksaat berlangsungnya Perayaan Ekaristi. V-
26. Saya tidak mengobrol saat PerayaanVEkaristi yang sedang berlangsung.
27. Saya aktif dalam menjawab dan bemyanyiVsaat Perayaan Ekaristi.
28. Dengan berdevosi kepada Bunda Mariadan aktif dalam mengikuti PerayaanEkaristi, saya mempunyai hati untuk
Vmembantu yang miskin, lemah, tersingkir,dan difabel.
29. Dengan berdevosi kepada Bunda Mariadan aktif dalam mengikuti Perayaan viEkaristi, saya semakin memperjuangkankeadilan yang benar.
(11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
Lampiran 6: Transkrip Hasil Kuesioner
Tabel 3
Pemahaman Devosi Kepada Bunda Maria
N: 60
Tabel 4
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Devosi
N: 60
No. Pernyataan SS S RR TS STS
4. Praktik devosi harus dijauhkan dari
bahaya praktik magis.
41
68,33%
14
23,33%
4
6,6%
0
0%
1
1,6%
5. Devosi harus selalu sesuai dengan iman
Gereja yang benar.
39
65%
21
35%
0
0%
0
0%
0
0%
No. Pernyataan SS S RR TS STS
1. Devosi boleh menjadi perasaan yang
merupakan dasar iman yang kuat.
30
50%
30
50%
0
0%
0
0%
0
0%
2. Devosi boleh lepas dari keseluruhan hidup
Kristiani.
1
1,6%
5
8,33%
4
6,6%
23
38,33%
27
45%
3. Dilihat dari segi Liturgi, praktik devosi
senantiasa mengiringi perjalanan iman
Gereja sepanjang masa.
21
35%
37
61,6%
2
3,33%
0
0%
0
0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
Tabel 5
Bentuk-bentuk Devosi
N: 60
No. Pernyataan SS S RR TS STS
6. Rosario, Novena Tiga Kali Salam Maria,
Ziarah, Malaikat Tuhan dan Litani Bunda
Maria merupakan bentuk dari devosi.
24
40%
35
58,33%
1
1,6%
0
0%
0
0%
7. Saya rajin mengikuti kegiatan Novena
Tiga Kali Salam Maria selama Sembilan
kali berturut-turut.
8
13,33%
40
66,6%
6
10%
6
10%
0
0%
8. Malaikat Tuhan merupakan doa yang
didaraskan tiga kali dalam sehari pada
waktu pagi pukul 06.00, siang hari 12.00,
dan sore hari 18.00.
17
28,33%
32
53,33%
6
10%
5
8,33%
0
0%
9. Saya sering berdoa litani Bunda Maria
seminggu sekali.
5
8,33%
19
31,66%
21
35%
14
23,33%
1
1,6%
10. Ziarah merupakan salah satu keharusan
yang dimiliki setiap umat kristiani.
8
13,33%
17
28,33%
6
10%
29
48,33%
0
0%
Tabel 6
Mengenal Bunda Maria
N: 60
No. Pernyataan SS S RR TS STS
11. Bunda Maria adalah seorang pendoa yang
jujur dan tulus dihadapan Allah.
50
83,33%
9
15%
1
1,6%
0
0%
0
0%
12. Bunda Maria merupakan Bunda Gereja
yang selalu dihormati oleh umat katolik
36 22 2 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
sebagai “Mater Ecclesiae”. 60% 36,6% 3,33% 0% 0%
13. Gereja menetapkan dogma atau ajaran
resmi Gereja bahwa Maria adalah Bunda
Allah.
24
40%
14
23,33%
0
0%
1
1,6%
0
0%
14. Bunda Maria tetap perawan walaupun
sudah melahirkan Yesus.
42
70%
14
23,33%
3
5%
1
1,6%
0
0%
Tabel 7
Kesukaan
N: 60
No. Pernyataan SS S RR TS STS
15. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria, saya
bersemangat dalam mengikuti Perayaan
Ekaristi setiap minggunya.
21
35%
30
50%
4
6,6%
4
6,6%
1
1,6%
16. Dengan mengikuti Devosi kepada Bunda
Maria saya semakin terdorong untuk
mengikuti Perayaan Ekaristi.
21
35%
32
53,33%
4
6,6%
3
5%
0
0%
17. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria saya
bersemangat untuk selalu mengikuti Perayaan
Ekaristi.
21
35%
32
53,33%
4
6,6%
3
5%
0
0%
Tabel 8
Ketertarikan
N: 60
No. Pernyataan SS S RR TS STS
18. Setelah mengikuti Devosi kepada Bunda
Maria, saya semakin tertarik mengikuti
21 29 5 5 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(15)
Perayaan Ekaristi. 35% 48,33% 8,33% 8,33% 0%
19. Setelah mengikuti kegiatan devosi kepada
Bunda Maria, saya semakin mengutamakan
Perayaan Ekaristi.
22
36,6%
23
38,33%
10
16,6%
5
8,33%
0
0%
20. Ekaristi merupakan hal terpenting dalam
hidup saya.
39
65%
17
28,33%
2
3,33%
2
3,33%
0
0%
Table 9
Perhatian
N: 60
No. Pernyataan SS S RR TS STS
21. Saya selalu menyiapkan hati dan pikiran
sebelum Perayaan Ekaristi di mulai.
37
61,6%
20
33,33%
2
3,33%
1
1,6%
0
0%
22. Saya selalu menonaktifkan alat komunikasi
saat Perayaan Ekaristi berlangsung.
35
58,33%
18
30%
3
5%
3
5%
1
1,6%
23. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria
tidak menghambat kencintaan saya terhadap
Ekaristi.
28
46,6%
29
48,33%
2
3,33%
1
1,6%
0
0%
24. Saya tidak datang terlambat saat akan
merayaan Ekaristi.
20
33,33%
34
56,6%
5
8,33%
1
1,6%
0
0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
Table 10
Keterlibatan
N: 60
No. Pernyataan SS S RR TS STS
25. Saya mendengarkan homily dengan baik
saat berlangsungnya Perayaan Ekaristi.
22
36.6% 34
56,6% 4
6,6% 0
0% 0
0%
26. Saya tidak mengobrol saat Perayaan
Ekaristi yang sedang berlangsung.
27
45% 26
43,33% 6
10% 1
1,6% 0
0%
27. Saya aktif dalam menjawab dan
bernyanyi saat Perayaan Ekaristi.
18
30%
36
60%
4
6,6%
0
0%
2
3,33%
28. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria
dan aktif dalam mengikuti Perayaan
Ekaristi, saya mempunyai hati untuk
membantu yang miskin, lemah,
tersingkir, dan difabel.
14
23,33% 39
65% 5
8,33% 2
3,33% 0
0%
29. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria
dan aktif dalam mengikuti Perayaan
Ekaristi, saya semakin memperjuangkan
keadilan yang benar.
17
28,33% 40
66,6% 5
8,33% 2
3,33% 0
0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(17)
Lampiran 7: Lagu Pembuka MB 160 “Kelana”
Kita bagai Kelana Menyusuri cakrawala, menuju langit suarga
Diantara nyanyian enau, dan hawa segar pulau yang indah dibibir samudra
kehidupan yang penuh hasrat dan semangat. Oooo….
Angin iman membawa balada syair indah untuk meluhurkan Tuhan
Kedinding bukit-bukit namanya diserukan oleh alam dan manusia dengan
hati yang tulus ikhlas dan gembira. Oooo….
Lampiran 8: Teks Cerita “Inilah Kisah Seorang Raja yang Belajar Ilmu
Taat Pada Seorang Biarawan”
Dikisahkan di sebuah kerajaan yang amat indah dan negerinya makmur.
Ada seorang Raja yang mulai jenuh dengan kehidupannya di istana dan segala
tekanan yang menyertai kehidupan seorang raja. Sang raja pun memutuskan untuk
meninggalkan takhtanya dan menjadi biarawan.
Sang Raja pun menghadap seorang kepala biara dan menetapkan
keseriusannya untuk menjadi seorang biarawan. Sang kepala biara kemudian
bertanya, apakah sang raja mampu untuk taat seperti anggota biara yang lain?
Sejatinya syarat untuk menjadi biara amatlah sulit tidak semua orang mampu
untuk hidup membiara. Sang raja kemudian menyanggupi segala peraturan yang
harus ia taati sebagai seorang biarawan.
Pada akhirnya sang kepala biara mulai berbicara, “Kalau demikian saya
akan memberitahukan kepada Anda apa yang harus Anda lakukan. Kembalilah ke
takhta Anda dan jadilah raja yang setia sebagaimana Tuhan telah menempatkan
Anda.” Sang raja amat terkejut mendengar perkataan kepala biara, padahal ia
sangat berharap dapat menghindar dari kejenuhan di kerajaan dan mencari
suasana baru. Namun karena ia sudah berjanji taat dan menuruti peraturan yang
akan dikatakan kepala biara akhirnya ia mengikuti dan taat menjadi seorang Raja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)
Setelah kejadian itu sang raja kembali ke kerajaan untuk memimpin
kerajaan dengan setia, taat dan bijaksana sampai akhirnya ia menutup usia di
kerajaan tersebut. Ketika akhirnya sang raja ini menutup usia, ia meninggalkan
sebuah pernyataan: “Saya telah belajar untuk berkuasa melalui ketaatan.”
Lampiran 9: Teks Kitab Suci “Lukas 1:28-38”
1:26 Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah
kota di Galilea bernama Nazaret,
1:27 kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf
dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
1:28 Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau
yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
1:29 Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya,
apakah arti salam itu.
1:30 Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh
kasih karunia di hadapan Allah.
1:31 Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak
laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
1:32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan
Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-
Nya,
1:33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-
lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
1:34 Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena
aku belum bersuami?"
1:35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa
Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan
kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(19)
1:36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung
seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi
dia, yang disebut mandul itu.
1:37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
1:38 Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku
menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia
Lampiran 10: Lagu Penutup “Seperti yang Kau Ingini”
Bukan dengan barang fana kau membayar dosaku
Dengan darah yang maha tiada noda dan celah
Bukan emas perak kau menebus diriku
Oleh segenap kasih dan pengorbanan-Mu
Reff: ku telah mati dan tinggalkan jalan hidupku yang lama
Semuanya sia-sia dan tak berarti lagi
Hidup ini kuletakkan pada mesbah-Mu ya Tuhan
Jadilah padaku seperti yang kau ingini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI