devosi yang sehat kepada santa perawan maria dalam …
TRANSCRIPT
DEVOSI YANG SEHAT KEPADA SANTA PERAWAN MARIA DALAM
GEREJA KATOLIK
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Sriyanti Naicea
NIM: 131124039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Kongregasi Suster Santa Bunda Maria di Provinsi Indonesia
2. Kedua orang tua, kakak, dan keempat adikku serta teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Engkaulah Sang Nama
“...janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil
engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku” (Yes 43:1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Judul skripsi DEVOSI YANG SEHAT KEPADA SANTA PERAWAN
MARIA DALAM GEREJA KATOLIK, dipilih berdasarkan pada Devosi Maria,
yaitu (hyperdulia) seluruh kebaktian kepada Maria Ibu Yesus dari Nazaret dalam
bentuk puji-pujian, kagum, hormat dan cinta dengan meneladani cara hidupnya
sambil memohon bantuan pengantaraan doanya bagi Gereja yang masih sedang
dalam perjalanan ziarah menuju persatuan dengan Allah di tanah air surgawi.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah pengalaman dalam hidup bersama
di komunitas, Sharing dengan Suster-suster senior dan juga beberapa umat yang
memberikan kesan bahwa devosi atau kebaktian kepada Maria masih sangat minim,
dan kurang terlibat aktif dalam membangun gereja dan hidup bersama orang lain,
Umat belum menyadari akan pentingnya berdevosi kepada Santa Maria, belum
paham akan nilai-nilai devosi. Umat beriman masih pada taraf kebiasaan/tradisi
yaitu berdoa Rosario pada bulan Mei dan Oktober tetapi belum sepenuhnya
mengambil makna dari devosi kepada Maria.
Penulis menemukan gagasan mendasar yang dapat membantu umat dalam
menghayati devosi yang sehat kepada Bunda Maria dalam kehidupan nyata yakni:
pertama, devosi Maria dalam ajaran Gereja, kedua, devosi yang sehat kepada Santa
Perawan Maria berdasarkan ajaran Gereja, ketiga katekese model Shared Christian
Praxis (SCP) untuk dapat membantu umat dalam menghayati devosi yang sehat
kepada Bunda Maria. Oleh karena itu, tiga pokok dasar dalam tulisan ini
memberikan suatu harapan kepada umat beriman untuk meneladani Bunda Maria
sebagai citra dalam hal iman, cinta kasih persatuan yang sempurna dengan Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The title of this undergraduate thesis HEALTHY DEVOSION TO THE
MARY CARE IN THE CATHOLIC CHURCH, was chosen based on Mary
Devotion (hyperdulia) which is the whole service to Mary Mother of Jesus of
Nazareth in the form of praise, admiration, respect and love by imitating her way of
life while asking for help in praying for the Church that is still on a pilgrimage to
unity with God in the heavenly homeland.
The main problem in this undergraduate thesis is the experience in living
together in the community, sharing with senior Sisters of Notre Dame and also
some people, giving the impression that devotion or service to Mary is still very
minimal, and less involved in building Churches and living with others. People
have not yet realized the importance of devotion to St. Mary, and have not
understand and the values of devotion. The faithful have tradition of praying the
Rosary in May and October, but they have not fully understand the meaning of
devotion to Mary.
The writer found the basic idea in helping the people to live a good
devotion to Mary in real life, namely: first, Mary's devotion in the teachings of the
Church, secondly, good devotion to the virgin St. Mary based on the teachings of
the Church, thirdly catechesis Shared Christian Praxis (SCP) model to help the
faithful in living a good devotion to Mary. Therefore, the three basic points in this
paper gives a hope to the faithful to imitate the Virgin Mary as an image in matters
of faith, love for perfect union with Christ.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadiran TUHAN, Allah Bapa, Putra dan
Roh Kudus, Tritunggal Maha Suci. Karena oleh rahmat penyertaan-Nya dalam
nama-Nya melalui kelembutan seorang ibu, teguran dan nasehat seorang ayah,
dorongan dan motivasi seorang saudara, dukungan dan solidaritas seorang sahabat,
cinta dan pengorbanan seorang teman, didikan dan ajaran para dosen, maka penulis
dalam segala kelemahan dan keterbatasan, bersama dan melalui bimbingan seorang
pembimbing dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis
hendak mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar kepada:
1. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, selaku Ketua Program Studi dan pembimbing
utama saya dalam penulisan skripsi ini. Saya haturkan terima kasih karena
telah menyediakan waktu, pikiran, tenaga serta hati yang tulus bagi saya
selama proses pengerjaan skripsi ini hingga selesai.
2. Drs. L. Bambang Hendarto Y. M.Hum, selaku dosen pembimbing akademik
dan dosen penguji yang selalu memberikan dukungan bagi penulis sehingga
selesainya skripsi ini.
3. P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si, selaku dosen penguji yang selalu
memberikan dukungan bagi penulis sehingga selesainya skripsi ini.
4. Terima kasih kepada para dosen yang telah mengajarkan saya banyak hal
tentang teori maupun praktis pastoral agar menjadi seorang pewarta yang
mampu menjawab kebutuhan iman umat.
5. Segenap lembaga pendidikan Agama Katolik-Universitas Sanata Dharma,
dari kalian semua, penulis merasa diterima dan disadarkan bahwa kita hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
dan berakar dalam suatu kebudayaan yang perlu dihidupi dan diperbaharui
serta dikembangkan dan dihidupi dalam kehidupan bersama.
6. Kedua orang tua beserta saudara-saudari saya dan semua keluarga yang
telah memberikan dorongan dan nasehat untuk menyelesaikan pendidikan
ini.
7. Kongregasi SND yang telah mempercayakan tugas belajar di program studi
Pendidikan Agama Katolik-Universitas Sanata Dharma Yogyakarta kepada
saya, serta semua dukungan, nasehat, sapaan dan peneguhannya yang
diberikan.
8. Para formatores (Sr. Maria Marsela, SND) sebagai pimpinan Yunior SND
yang selalu memberikan dukungan, nasehat dan motivasi dalam masa
pendidikan sejak awal masuk hingga saat ini.
9. Berlimpah terima kasih kepada pihak komunitas SND Sendang Asih, yang
bersedia bukan saja membimbing saya selama studi, melainkan juga telah
membentuk, membina dan mendidik saya menjadi pribadi yang utuh dan
siap menjalani panggilan suci ini. Terima kasih saya haturkan kepada
pimpinan komunitas (Sr. Maria Florida, SND) melalui kasih sayang sebagai
seorang ibu telah membimbing saya menjadi seorang suster yang siap
diutus. Saya berterimkasih juga kepada teman-teman suster sekomunitas
(Sr. M. Dorotea, SND, Sr. M. Theresita, SND, dan Sr, M. Ferdina, SND)
yang dengan caranya masing-masing telah membentuk saya dalam
kebersamaan, dan para karyawan –karyawati yang selalu siap memberikan
yang terbaik dalam segala aspek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv
MOTTO ...................................................................................................... v
PERYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................. viii
ABSTRACT .................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xvi
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 8
D. Manfaat Penulisan ......................................................................... 8
E. Metode Penulisan .......................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 9
BAB II. DEVOSI MARIA DALAM GEREJA ....................................... 11
A. Devinisi Devosi Maria .................................................................. 12
B. Tujuan Devosi ............................................................................... 14
C. Landasan Biblis Devosi Maria ...................................................... 16
1. Perjanjian Lama ................................................................... 18
2. Perjanjian Baru .................................................................... 18
D. Landasan Teologis Devosi Maria ................................................. 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
1. Maria Bunda Allah (Theotokos) .......................................... 23
2. Keperawanan Maria ............................................................. 26
3. Maria Dikandung Tanpa Noda (Immaculata) ..................... 27
4. Maria Diangkat Ke Surga .................................................... 27
E. Berbagai Bentuk Devosi Maria ......................................................... 28
1. Doa Kepada Maria ............................................................. 28
a. Doa Malaikat Tuhan ..................................................... 29
b. Doa Rosario .................................................................. 30
c. Litani Santa Maria ........................................................ 31
2. Patung/Gambar Maria ........................................................ 31
3. Penampakan Maria ............................................................. 33
4. Ziarah ................................................................................. 34
F. Rangkuman ........................................................................................ 35
BAB III. DEVOSI YANG SEHAT KEPADA SANTA PERAWAN
MARIA DALAM GEREJA KATOLIK ................................. 37
A. Devosi Maria dalam Penghayatan Iman Umat ................................. 38
1. Tempat Devosi dalam Penghayatan Iman .......................... 38
2. Persoalan Devosi Maria ..................................................... 40
3. Krisis dalam Devosi Maria ................................................. 42
4. Pembaharuan Devosi Maria Sesuai Konteks dan Zamannya 46
B. Penghayatan Devosi yang Benar ...................................................... 47
1. Devosi Hendaknya Ditempatkan dalam Keseluruhan Iman
Gereja yang Benar .............................................................. 47
2. Devosi hendaknya juga harus ditempatkan dalam liturgi
gereja. Devosi bukan liturgi resmi ..................................... 48
3. Devosi harus dijauhkan dari sikap magis ........................... 48
4. Devosi harus dijauhkan dari mentalitas do ut des .............. 49
C. Pengungkapan Devosi kepada Maria dan Tolok Ukur Keotentikannya 51
D. Makna Devosi yang Sehat kepada Santa Maria bagi Umat ............. 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE MODEL SHARED
CHRISTIAN PRAXIS BAGI UMAT DALAM BERDEVOSI
YANG SEHAT KEPADA SANTA PERAWAN MARIA ..... 61
A. Gambaran Umum Mengenai Katakese ........................................ 62
1. Pengertian Katekese ........................................................... 64
2. Tujuan Katekese ................................................................. 65
3. Tugas Katekese .................................................................. 65
B. Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP) ................ 67
1. Pengertian Shared Christian Praxis (SCP) ........................ 67
a. Shared ........................................................................... 67
b. Christian ....................................................................... 67
c. Praxis ............................................................................ 67
2. Langkah-langkah Katekese Umat model Shared Christian
Praxis (SCP) ....................................................................... 68
a. Langkah 0 (awal): Pemusatan Aktivitas ....................... 68
b. Langkah 1 (Pertama): pengungkapan pengalaman
hidup faktual ................................................................. 69
c. Langkah II (kedua): Refleksi Kritis atas Sharing
Pengalaman Hidup Faktual (Mendalami
Pengalaman Hidup Peserta) ......................................... 69
d. Langkah III (Ketiga): Mengusahakan supaya
Tradisi dan Visi Kristiani lebih Terjangkau
(Menggali Pengalaman Iman Kristiani) ....................... 70
e. Langkah IV (Keempat): Tafsir Dialektis antara
Tradisi dan Visi Kristiani dengan Tradisi dan
Visi Peserta (Menerapkan Iman dalam Situasi
Peserta Konkrit ............................................................. 70
f. Langkah V (Kelima): Keterlibatan Baru Demi
makin terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia
(Mengusahakan suatu Aksi Konkrit) ............................ 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
C. Usulan Program Katekese ............................................................. 72
1. Tujuan Usulan Program Katekese .............................................. 72
2. Pemikiran Dasar atas Usulan Program Katekese ....................... 72
3. Matriks Usulan Program Katekese ............................................. 74
D. Contoh Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP) ............. 77
1. Identitas PPL PAK Paroki .......................................................... 77
2. Pemikiran Dasar ......................................................................... 78
3. Pengembangan langkah-langkah ................................................ 79
BAB V. PENUTUP .................................................................................... 90
A. Kesimpulan ..................................................................................... 90
B. Saran ................................................................................................ 94
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 97
LAMPIRAN ...............................................................................................
Lampiran 1. Lagu Pembuka ............................................................ (1)
Lampiran 2. Bacaaan Injil ............................................................... (2)
Lampiran 3. Cerita ........................................................................... (3)
Lampiran 4. Lagu Penutup ............................................................... (6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Yoh.: Yohanes
Luk: Lukas
Mrk: Markus
Bil: bilangan
Tim: Timotius
Yes: Yesaya
Kej: Kejadian
Zef : Zefanya
Rm: Roma
Kis: Kisah Para Rasul
Kor: Korintus
KS: Kitab Suci
PS: Puji Syukur
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
LG : Lumen Gentium, Konstitusi dogmatis Konsili Vatikan II tentang
Gereja, tanggal 21 November 1964
RVM : Rosarium Virginis Mariae, Surat Apostolik Paus Yohanes
Paulus II Tentang Rosario Perawan Maria, tanggal 16 Oktober
2002
SC: Sacrosanctum Consilium, Konstitusi tentang Liturgi Suci, Paus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Paulus VI tanggal 4 Desember 1963
MC: Marialis Cultus, Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang
Menghormati Maria tanggal 2 Februari 1974
EN: Evangelii Nuntiandi,Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang
Evangelisasi di Dunia Modern, tanggal 8 Desember tahun 1975
GS: Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II Tentang
Gereja Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965
C. Singkatan Lain
Art : Artikel
Bdk : Bandingkan
SND : Sister of Notre Dame
SCP : Shared Christian Praxis
KWI : Konfrensi Wali Gereja Indonesia
M : Masehi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Maria adalah seorang beriman yang merelakan diri bagi Allah dan karyaNya.
Sebagai orang beriman Maria menjadi “Model” bagi semua, sebab setiap orang
beriman menghayati sikap dasar yang sama dalam dirinya seadanya dan dalam situasi
hidup yang nyata (Groenen: 1987).
Santa Perawan Maria memiliki posisi yang sangat penting dan sangat dihormati
dalam Gereja Katolik. Hal ini disebabkan karena Maria dipandang ikut berperan serta
dalam karya keselamatan. Dengan menerima Kristus dalam rahimnya, melahirkan-
Nya, mengasuh-Nya, dan turut menderita bersama Kristus saat wafat-Nya di Salib,
Maria telah mengambil bagian dalam karya keselamatan bersama puteranya (Dihe
Sanga, 2014: 86).
Konsili Vatikan II hendak menjelaskan secara lebih mendalam peran Santa
Perawan dalam misteri Sabda yang menjelma dalam Tubuh Mistik-Nya dan tugas-
kewajiban terhadap Bunda Allah, Bunda Kristus, dan Bunda orang-orang beriman.
Memang Konsili tidak menyajikan secara lengkap dan mendetail ajaran tentang
Bunda Maria. Berbagai permasalahan dan pertanyaan tentang Maria, sebagaimana
tertuang dalam pokok ajaran Konsili Vatikan II (Lumen Gentium). Meskipun
demikian, Konsili tetap menekankan ajarannya bahwa Maria menduduki tempat yang
paling luhur sesudah Kristus dalam Gereja kudus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Sejak Maria diakui sebagai Bunda Allah, maka penghormatan devosi
kepadanya sangat berkembang. Ia sangat dihormati sebagai teladan dan dan ibu umat
beriman. Maria adalah Bunda Gereja (Mater Ecclesia). Peristiwa di bawah kaki Salib
Putera-Nya (Yoh 19:25-27), melambangkan persatuan Maria dengan Kristus, sebagai
kepala Gereja. Pada saat itulah Kristus menyerahkan Maria kepada Gereja. ”…, Ibu
inilah anakmu, lalu Ia berkata kepada murid-muridnya, inilah ibumu.” Maka sejak
saat itulah Maria menjadi milik Gereja sebagai ibu, dan Kristus mempercayakan
umatnya ke dalam tangan Bunda-Nya. Devosi Maria adalah seluruh kebaktian kepada
Santa Perawan Maria dengan bentuk puji-pujian, hormat dan cinta dengan
meneladani cara hidupnya sambil memohon bantuan pengantaraan doanya. (Dihe
Sanga: 2014: 86).
Devosi adalah suatu sikap bakti yang berupa penyerahan seluruh pribadi kepada
Allah dan kehendak-Nya sebagai perwujudan cinta kasih, atau yang lebih lazim:
devosi adalah kebaktian khusus kepada berbagai misteri iman yang dikaitkan dengan
pribadi tertentu: devosi kepada sengsara Yesus, devosi kepada Hati Yesus, devosi
kepada Sakramen Mahakudus, devosi kepada Maria, dan lain-lain. (Puji Syukur:
2007: 223).
Devosi atau kebaktian kepada Maria yang paling pokok adalah doa salam Maria
yang pada dasarnya ada dua kutipan dari Kitab Suci (Luk 1:28: “Salam Maria penuh
rahmat Tuhan sertamu”; dan Luk 1:42:”terpujilah engkau di antara wanita dan
terpujilah buah tubuhmu Yesus”) ditambah dengan suatu doa permohonan (Santa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati.
Amin). (Iman Katolik: KWI, 1996:233).
Devosi atau kebaktian kepada Maria amat berkembang di dalam Gereja,
sehingga terkadang umat beriman memandang Maria lebih dari puteraNya, maka
Konsili Vatikan II “Menganjurkan dengan tegas bahwa dalam memandang martabat
Bunda Allah yang istimewa dengan sungguh-sungguh mencegah segala ungkapan
berlebihan yang palsu, seperti juga kepicikan sikap batin. Hendaklah kaum beriman
mengingat bahwa bakti yang sejati tidak terdiri dari perasaan yang mandul dan yang
bersifat sementara, tidak pulah dari sikap mudah percaya tanpa dasar. Bakti itu
bersumber pada iman yang sejati, yang mengajak untuk mengakui keunggulan Bunda
Allah, dan mendorong kita sebagai putera-puteranya mencintai Bunda kita dan
meneladan keutamaan-keutamaannya” (Lumen Gentium 67).
Devosi kepada Maria juga mengalami pasang surut dari masa ke masa. Hal ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu pandangan teologis, dari berbagai aliran
sosial, politik, dan ekonomi umat. Namun secara keseluruhan, hal ini tidak begitu
mempengaruhi kuatnya devosi umat kepada Bunda Maria.
Kuatnya devosi kepada Bunda Maria bukan tanpa persoalan, Pada umumnya
persoalan ini timbul karena tidak berlandaskan dasar biblis yang benar, tetapi lebih
kepada perasaan. Perasaan yang cenderung menyamakan Maria sejajar dengan Allah.
Sehingga Maria dijadikan semacam “berhala”. Oleh karena itu, untuk menghindari
masalah itu para Bapa Gereja melalui konsili vatikan II merumuskan kembali pokok-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
pokok ajaran tentang Maria dan menempatkan Maria pada bab VIII dari Lumen
Gentium.
Konsili Vatikan II (LG no 66), menegaskan bahwa telah ambil bagiannya Maria
dalam karya keselamatan memberikan alasan cukup bagi Gereja untuk
menghormatinya. Penghormatan ini diungkapkan melalui tata peribadatan yang
khusus. Sifat “khusus” dalam tata peribadatan Gereja kepada Maria menunjukkan
perbedaan yang sangat hakiki dengan ibadat serta hormat bakti yang hanya ditujukan
kepada Allah.
Kemajuan zaman yang begitu pesat dalam berbagai bidang kehidupan selain
membawa dampak positif yang membantu kelancaran hidup manusia, dimana orang
cenderung mengandalkan kemampuan dan kekuatan pribadi dari pada mengandalkan
Tuhan dalam hidupnya. Orang lebih mencari segala sesuatu yang dapat memuaskan
keinginan pribadi tanpa harus berjuang. Orang tidak mampu menghadapi tantangan
atau penderitaan dalam hidup sehingga lebih cenderung untuk menghindar. Oleh
karena itu jalan pintas menjadi salah satu alternatif yang ditempuh untuk dapat bebas
dari segala kepenatan hidup. Manusia mulai mengalami krisis pendangkalan iman
sehingga mulai berpaling dari apa yang menjadi kehendak Allah. Manusia mulai
mencari dan membuat jalan sendiri yang akhirnya mengarah pada ketidaksetiaan.
Setiap orang Kristiani dipanggil untuk ikut ambil bagian dalam tugas perutusan
Kristus. Maka konsekuensinya sebagai pengikut Kristus adalah menyangkal diri,
memikul salib setiap hari dan mengikuti Dia (Luk 9:23) bukan menghindar dari Salib.
Hal inilah yang sungguh dihidupi oleh Maria. Partisipasi Maria dalam karya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
penyelamatan Allah bagi seluruh umat manusia sungguh luar biasa. Maria
dianugerahi rahmat iman yang istimewa dari Allah sehingga ia dipilih secara
istimewa juga menjadi Bunda Yesus.
Dalam hidupnya Maria ikut ambil bagian dalam karya penyelamatan Allah
yang terjelma dalam diri Kristus. Dengan iman dan kasih Maria mengabdikan diri
secara utuh kepada Allah. Dari sikap iman inilah Kongregasi SND menjadikan Maria
sebagai teladan dan dihormati sebagai Bunda Gereja dan pelindung Kongregasi. Hal
ini dijelaskan pada Konstitusi SND tahun 2004 yang mengatakan: melalui hidupnya
Maria menampilkan secara sempurna warta gembira Injil dan ikut serta ambil bagian
dalam karya penyelamatan puteraNya. Dengan mengabdikan diri seutuhnya kepada
Allah dalam iman dan kasih, Maria menjadi teladan dalam penyerahan diri setiap hari
kepada panggilan Tuhan yang senantiasa baru. Iman Maria sungguh nyata, dimana ia
tidak hanya setia disaat-saat suka tetapi juga disaat-saat duka bahkan sampai di
bawah kaki salib puteraNya. Oleh karena itu Suster-suster Santa Bunda Maria
menghormati Maria sebagai Bunda Gereja dan pelindung Kongregasi (Konst. SND,
art.12).
Saat ini keluarga-keluarga Kristiani sangat memprihatinkan terutama dalam
penghayatan iman, ketika mengikrarkan janji perkawinan, dikatakan bahwa orang tua
berkewajiban untuk mendidik dan mengembangkan iman anak, nilai penghayatan
akan iman perlahan-lahan menjadi kabur. Penghayatan Iman anak-anak ataupun umat
beriman lainnyapun kurang sehingga apa yang menjadi dasar mulai luntur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Dalam berdevosi, umat beriman diharapkan untuk mengembangkan iman
mereka akan Yesus Kristus, salah satu bentuk devosi umat adalah berdevosi kepada
Santa Maria. Umat beriman berharap dengan adanya devosi, mereka semakin
mendekatkan diri kepada Tuhan. Maka akan nampak dalam kehidupan sehari-hari,
dimana ada pertobatan pribadi yaitu sikap yang setiap harinya bermalas-malasan
dalam berdoa, kurang sabar dalam menghadapi persoalan hidup, egois dan lain-lain
akhirnya dapat berubah perlahan-lahan. Dalam keluargapun akhirnya hidup semakin
rukun dan saling menghargai satu dengan yang lainnya, tidak merasa diabaikan oleh
siapapun terutama anggota keluarga. Selain itupun dengan masyarakat ataupun umat
setempat semakin akrab dan terlibat dalam setiap kegiatan yang ada. Devosi akhirnya
memberika dampak positif yaitu menemukan inspirasi baru dalam kehidupan sehari-
hari terutama dalam hal-hal kecil yang terkadang kurang diperhatikan oleh setiap
pribadi. Hidup orang beriman akhirnya menjadi berkat bagi sesama yang dilayani.
Dalam pengalaman penulis dalam hidup bersama di komunitas, Sharing dengan
Suster-suster senior dan juga beberapa umat memberikan kesan bahwa devosi kepada
Maria masih sangat minim, dan kurang terlibat aktif dalam membangun gereja dan
hidup bersama orang lain, umat belum menyadari akan pentingnya berdevosi kepada
Santa Maria, belum paham akan nilai-nilai devosi. Umat beriman masih pada taraf
kebiasaan/tradisi yaitu berdoa Rosario pada bulan Mei dan Oktober tetapi belum
sepenuhnya mengambil makna dari devosi kepada Maria. Umat masih cenderung
hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh pemimpin setempat (Ketua Lingkungan)
bahwa bulan Mei dan Oktober berdoa Rosario di setiap rumah umat, setelah itu ziarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
bersama ke Gua-gua Maria. Memang sebagian umat sudah memahami tetapi dari
sharing umat, dikatakan bahwa belum 100% kesadaran dari setiap pribadi.
Masih banyak orang tua yang belum memahami devosi yang sebenarnya,
karena masih terpengaruh dengan aturan zaman dulu yang ketika ekaristi mereka
sambil berdoa Rosario karena pada zaman dahulu perayaan ekaristi menggunakan
Bahasa latin yang tidak dipahami dan membelakangi umat, namun sekarang sudah
menggunakan Bahasa Indonesia tetapi kebiasaan berdoa Rosario masih ada ketika
ekaristi. (31 hari lebih dekat kepada Maria, Yayasan Pustaka Nusatama: 45)
Bertolak dari keprihatinan-keprihatinan di atas penulis mengambil judul: “
DEVOSI YANG SEHAT KEPADA SANTA PERAWAN MARIA DALAM
GEREJA KATOLIK” guna memahami Santa Perawan Maria lebih jauh melalui
ajaran-ajaran yang terkandung dalam ajaran Gereja Katolik.
B. PERUMUSAN MASALAH
Bertolak dari latar belakang masalah-masalah diatas timbul permasalahan-
permasalahan yang menjadi fokus perhatian penulis dalam penulisan ini.
Adapun permasalahan-permasalahan tersebut, dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan Gereja Katolik tentang Devosi yang sehat kepada
Santa Perawan Maria?
2. Seperti apa praktek-praktek devosi kepada Santa Perawan Maria dalam Gereja
Katolik?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
3. Usaha-usaha apa untuk mendidik umat dalam mengembangkan devosi kepada
Maria?
C. TUJUAN PENULISAN
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan ini adalah:
1. Memahami pandangan Gereja Katolik mengenai devosi yang sehat kepada
Maria.
2. Memahami praktek-praktek devosi kepada Santa Perawan Maria dalam
Gereja Katolik.
3. Menemukan usaha-usaha untuk mendidik umat dalam mengembangkan
devosi kepada Santa Perawan Maria.
D. MANFAAT PENULISAN
1. Memberikan sumbangan pemikiran untuk membantu memahami
pandangan Gereja Katolik mengenai devosi yang sehat kepada Maria.
2. Membantu umat untuk memahami praktek-praktek penghayatan devosi
yang sehat kepada Santa Perawan Maria.
3. Usaha-usaha untuk meningkatkan devosi kepada Santa Perawan Maria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
E. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan penulis adalah metode deskriptif analitis.
Metode deskriptif merupakan metode yang digunakan sebagai prosedur
pemecahan masalah dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek atau
obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya. Sedangkan
teknik analisis adalah salah satu teknik dalam penelitian dengan melakukan
analisa-analisa dari data-data yang diperoleh. Penulis mengumpulkan bahan dari
buku-buku yang menunjang agar diperoleh wawasan dalam penulisan untuk lebih
memahami permasalahan yang ada.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab 1, merupakan bab Pendahuluan, yang mengungkapkan pertimbangan
dalam penulisan judul, yang terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan
permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan sistematika
penulisan.
Bab II, dalam bab ini penulis memberikan gambaran umum tentang Devosi.
Beberapa yang menjadi pokok pembahasan dalam bab ini adalah definisi devosi
Maria, tujuan devosi, landasan biblis devosi Maria, landasan teologis devosi
Maria, berbagai bentuk devosi Maria, dan rangkuman.
Bab III, dalam bab ini penulis memaparkan mengenai devosi yang sehat
kepada Santa Perawan Maria dalam Gereja. Bab ini terdiri dari 4 bagian yaitu
bagian pertama: Devosi Maria dalam penghayatan iman umat. Kedua:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
penghayatan devosi yang benar, ketiga: Pengungkapan devosi kepada Maria dan
tolok ukur keotentikannya, keempat: Makna devosi yang sehat kepada Santa Maria
bagi umat.
Bab IV dalam bab ini, penulis mengusulkan program katekese model Shared
Christian Praxis bagi umat dalam berdevosi yang sehat kepada Santa Perawan
Maria. Terdiri dari empat bagian yaitu: bagian pertama: gambaran mengenai
katekese, bagian kedua: katekese umat model Shared Christian Praxis, bagian
ketiga: usulan program katekese, bagian keempat: contoh katekese model Shared
Christian Praxis (SCP).
Bab V: sebagai bab penutup, yang berisi kesimpulan yang dapat diambil
berdasarkan konsep yang dirumuskan oleh penulis. Penulis juga akan merumuskan
saran dan usulan yang perlu diperhatikan dalam berdevosi yang sehat kepada
Santa Perawan Maria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
DEVOSI MARIA DALAM GEREJA
Devosi bukanlah liturgi. Devosi adalah suatu sikap bakti yang berupa
penyerahan seluruh pribadi kepada Allah dan kehendak-Nya sebagai perwujudan
cinta kasih, atau yang lebih lazim: devosi adalah kebaktian khusus kepada berbagai
misteri iman yang dikaitkan dengan pribadi tertentu: devosi kepada sengsara Yesus,
devosi kepada Hati Yesus, devosi kepada Sakramen Mahakudus, devosi kepada
Maria, dan lain-lain (Jebadu, 2017). Devosi atau kebaktian kepada Maria amat
berkembang di dalam Gereja. Bahkan, dapat terjadi bahwa Maria seolah-olah menjadi
lebih penting dari pada anaknya sendiri dalam pandangan umat beriman. Oleh sebab
itu Konsili Vatikan II (LG. 67) “Menganjurkan dengan sangat, supaya dalam
memandang martabat Bunda Allah yang istimewa dengan sungguh-sungguh
mencegah segala ungkapan berlebihan yang palsu, seperti juga kepicikan sikap batin.
Devosi kepada Santa Perawan Maria, menjadi pilihan yang tepat bagi umat
untuk mendekatkan diri dengan Putera Allah, dan melalui devosi umat semakin
tumbuh dan berkembang dalam menghayati imannya. Umat mampu meneladan
sikap-sikap Bunda Maria dalam menghadapi kesulitan dan mereka mampu untuk
menyimpan segala perkara di dalam hati seperti Maria yang selalu pasrah akan
kehendak Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
A. Definisi Devosi Maria
Devosi berasal dari kata Latin “Devotio” yang berarti kebaktian,
pengorbanan, penyerahan, sumpah, kesalehan, cinta bakti (Martasudjita, 1999: 126).
Devosi selalu menunjuk pada sikap hati di mana seorang mengarahkan diri kepada
seseorang atau sesuatu yang dijunjung tinggi dan dicintai. Dalam tradisi Kristiani,
devosi dipahami sebagai bentuk penghayatan dan pengungkapan iman Kristiani di
luar liturgi resmi, yang diungkapkan dalam bentuk kebiasaan tertentu ketika berdoa
dan bermadah/lagu pujian, dan pada waktu serta tempat tertentu, yang seringkali
desertai pula dengan menggunakan benda-benda tertentu (Darminta, 1993: 63).
Secara etimologis, devosi kepada Maria merujuk pada kata Mario-duli yang
berarti “kebaktian kepada Santa Perawan Maria”. Mario-duli sendiri berasal dari
bahasa Yunani, kata Mario menunjuk kepada Maria, sedangkan kata duli (asal kata
doulia) mengacu pada kata Doulos yang artinya budak atau hamba, dalam istilah
teologi Kristen, doulia diartikan sebagai kebaktian kepada seorang manusia/orang
kudus (Groenen, 1988: 149).
Kata Doulia sendiri harus dibedakan dengan latreia (Latin: Adoratio) yang
berarti kebaktian yang sasarannya hanya kepada Allah saja (Surip, 2007: 101),
sedangkan sasaran doulia ialah seorang kudus yang mengabdikan dirinya hanya demi
Allah. Oleh karena Santa Perawan Maria menjadi makluk yang paling unggul
diantara ciptaan Allah yang lain, maka terbentuk istilah khusus bagi Maria, yaitu:
hyper-doulia yang berarti adi-kebaktian (Groenen, 1988: 149).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Devosi sebagai suatu sikap penyerahan, ketaatan, serta kerelaan sebagai
perwujudan cinta kasih dan penghormatan kepada Allah. Penyerahan ketaatan, dan
kerelaan yang didasarkan pada kasih melahirkan rasa bakti kepada Allah. Rasa bakti
yang mendorong setiap pribadi untuk mengabdi kepada Allah melalui pujian maupun
dalam pelaksanaan kehendak-Nya. Sikap, tekad, dan perasaan yang dibangun oleh
setiap pribadi menjadi dasar terlaksananya devosi.
Menurut Eddy Kristiyanto, devosi kepada Maria termasuk ibadat khusus
dalam Gereja Katolik meskipun bukan liturgi resmi Gereja. Walaupun devosi Maria
merupakan ibadat yang khusus, tetapi hakikatnya berbeda dengan ibadat sujud yang
diberikan kepada Kristus. Hal ini diperkuat dengan dokumen Lumen Gentium no 66:
Ibadat ini, seperti yang selalu ada di dalam Gereja, walaupun
merupakan ibadat yang khusus sekali, toh berbeda secara hakiki dengan
ibadat sujud, yang diberikan kepada Sabda yang menjadi daging, sama
seperti Bapa dan Roh Kudus, namun sangat memupuknya.
Bermacam-macam bentuk kesalehan terhadap Bunda Allah, yang
disetujui Gereja dalam batas-batas ajaran yang sehat dan ortodoks,
sesuai dengan keadaan waktu dan tempat, dan sesuai dengan ciri-ciri serta
bakat para beriman...” (LG no. 66)
Lumen Gentium no.66 ingin menegaskan bahwa Maria dan Yesus
Kristus hakikatnya berbeda. Perbedaan hakiki ini menyangkut siapa Maria dan
siapa Yesus Kristus.
Maria adalah manusia, sedangkan Yesus Kristus adalah Allah Putra yang
diserahkan Bapa kepada kematian untuk menebus semua manusia dari kuasa maut.
Dengan demikian Maria termasuk salah seorang yang ditebus Putranya. Jadi,
keselamatan Illahi yang dialami Maria harus bergantung pada Yesus Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Keunggulan Maria terjadi berkat relasinya yang tak terpisahkan dengan
Yesus Kristus. Dasar pemikiran seperti ini bukan hanya persoalan akal, tetapi
juga persoalan hati dan iman. Iman itu harus dihayati, pengahayatan iman
itulah yang disebut devosi. Jadi bisa dikatakan devosi merupakan bagian integral
dari penghayatan iman (Surip, 2007: 102).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa devosi Maria
merupakan sikap hati serta perwujudannya, dengan menjalin relasi personal,
menjunjung tinggi, menghormati, menghargai, mencintai dan meneladani Maria.
Devosi Maria juga mengarah pada seorang pribadi yang dikuduskan yang sasarannya
hanya kepada Allah saja. Oleh karena itu Maria adalah makluk yang paling unggul
yang patut dihormati sehingga apa yang menjadi dasar penghayatan iman terus
berkembang.
B. Tujuan Devosi
Devosi kepada Santa Perawan Maria dalam Gereja Katolik adalah
menjadikan hidup beriman Maria sebagai teladan. Bagi orang Katolik,
berdevosi dan menghormati Santa Perawan Maria bukan karena Maria memiliki
kekuatan dan keahlian gaib, akan tetapi sebagai manusia yang beriman seperti
umat lainnya, Maria telah membuktikan diri sebagai hamba Allah yang baik dan
berhasil (Pranatasaputra, 2001: 8).
Devosi dalam agama Katolik adalah kebaktian. Yang perlu diperhatikan
dalam berdevosi adalah bahwa sasaran utama adalah Allah. Kita tidak boleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
menggantikan peran Allah dalam devosi dengan manusia, benda atau tempat tertentu
yang semuanya hanyalah sarana penyalur rahmat kasih Allah. Benda atau tempat
hanya membantu kita untuk mendekatkan diri dengan Allah. Devosi harus serasi
dengan liturgi resmi dan tidak boleh menggeser liturgi resmi Gereja (Dihe Sanga,
2014: 43).
Dihe Sanga (2014: 45) menegaskan bahwa keautentikan devosi kepada Maria
ditentukan oleh buah-buah atau hasilnya. Inilah tujuan atau orientasi kehidupan para
beriman (seperti kehidupan Maria sendiri), yaitu untuk mengenal, mencintai dan
memuliakan Tuhan serta menaati perintah-perintahNya. Devosi kepada Maria harus
membawa kita untuk meneladan sikap keterbukaan dan penghampaan diri Maria
kepada Tuhan. Jika devosi kepada Maria autentik, maka devosi itu harus membawa
kita lebih dekat kepada Yesus. Jika tidak demikian, maka berarti devosi kepada Maria
itu tidak murni. Devosi Maria tidak pernah menghalangi, melainkan malah harus
membawa kita kepada Kristus.
Devosi atau kebaktian kepada Maria yang paling pokok adalah doa “Salam
Maria”, yang pada dasarnya terdiri atas dua kutipan dari Kitab Suci ( Luk 1:28: Salam
Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu”; dan Luk 1: 42: “ terpujilah engkau diantara
wanita dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus”). Dengan demikian, devosi atau
kebaktian kepada Maria amat berkembang di dalam Gereja. Konsili Vatikan II
“Menganjurkan dengan sangat, supaya dalam memandang martabat Bunda Allah
yang istimewa dengan sungguh-sungguh mencegah segala ungkapan berlebihan yang
palsu, seperti juga kepicikan sikap batin. Hendaklah kaum beriman mengingat, bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
bakti yang sejati tidak terdiri dari perasaan yang mandul dan yang bersifat sementara,
tidak pula dari sikap mudah percaya tanpa dasar. Bakti ini bersumber pada iman yang
sejati, yang mengajak untuk mengakui keunggulan Bunda Allah, dan mendorong
untuk mencintai Bunda Maria dan meneladan keutamaan-keutamaannya” (Lumen
Gentium 67).
Semua devosi harus diatur sedemikian rupa sehingga selaras dengan liturgi
kudus: sesuai dengan rnasa liturgi, bersumber pada liturgi, dan mengantar umat
kepada liturgi, sebab menurut hakekatnya liturgi jauh mengungguli semua bentuk
devosi (SC 13). Devosi mengajak umat beriman untuk mengungkapkan isi iman
kepada Allah melalui sarana-sarana dan cara yang berbeda satu dengan yang lain.
Devosi menjadi jembatan antara umat beriman menuju perjumpaan dengan Allah
sebagai tujuan utama.
C. Landasan Biblis Devosi Maria
Dogma mengenai Maria mengalami suatu perkembangan yang panjang.
Pada awalnya, Perjanjian Baru tidak menyampaikan secara eksplisit tentang
kesalehan Maria, bahkan Perjanjian Baru juga bisa dikatakan tidak mempunyai
Mariologi. Baik Matius maupun Lukas memang menyampaikan bahwa Yesus
dilahirkan dari Perawan Maria, dimana Yusuf sama sekali tidak memainkan
peranan penting. Tetapi Markus, Yohanes, dan Paulus tidak sekalipun menunjuk
pada mukjizat ini. Hal itu menunjukkan bahwa pada awalnya Maria sama sekali
tidak menempati kedudukan sentral di dalam kekristenan. Penjelasan-penjelasan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
baik yang terdapat dalam Matius maupun Lukas kemungkinan besar hanya untuk
menekankan keunikan Yesus saja, bahwa Ia dilahirkan oleh seorang perawan tanpa
bapak biologis, bahkan penjelasan-penjelasan itu tidaklah memperlihatkan suatu
minat Mariologis, tetapi lebih cenderung kepada Kristologis (Groenen, 1998: 79).
Menjelang akhir abad ke-II topik mengenai kesalehan Maria telah mengalami
perkembangan. Dengan informasi historik yang sangat terbatas di dalam Alkitab,
khususnya Perjanjian Baru (Groenen, 1988: 25), sejumlah ahli kitab mencoba
menggali sebanyak mungkin informasi tentang Maria yang terdapat di dalam
Alkitab. Injil Lukas merupakan sumber informasi yang paling sering dipakai oleh
para ahli kitab untuk menggambarkan Maria. Hal ini disebabkan karena Injil Lukas
paling banyak memuat ayat-ayat yang berkaitan dengan Maria (Salvatore, 2006: 16).
Dan pada akhirnya, informasi-informasi yang diperoleh para ahli kitab dijadikan
dasar/landasan iman untuk memberikan penghormatan kepada Maria.
Gereja memiliki keyakinan bahwa dasar devosi kepada Maria bukanlah
karena kuasanya mengabulkan doa, tetapi karena teladannya sebagai pribadi yang
beriman dan kesediaannya menyerahkan diri dan rela berkorban demi mengemban
kehendak Allah. Penyerahan Maria kepada rencana dan kehendak Allah begitu
murni, tulus dan sempurna sehingga pantas menjadi teladan umat Kristiani –
khususnya Katolik. Sikap penyerahan total ini dirumuskan dalam Injil Lukas ketika
dia mendapat kabar dari malaikat Gabriel bahwa dia akan mengandung Yesus.
”Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
(Luk. 1:38). Karena kesempurnaan Maria dalam hal iman inilah akhirnya umat
menghormatinya (Laurensius, 1988: 83).
Dalam pembahasan landasan biblis tentang devosi Maria dapat dilihat dari
Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru:
1. Perjanjian Lama
Dalam Kitab Bilangan, devosi berarti penyerahan seluruh pribadi
kepada Allah dan rencana penyelamatan-Nya (Bil 16:1, 1 Taw 7:8). Devosi
merupakan sikap tetap dalam penyerahan kepada Allah yang merupakan
misteri. Devosi membawa umat masuk ke dalam pengalaman akan misteri
Allah dan karya penyelamatan-Nya. Devosi memiliki unsur penting bagi umat
yang melaksanakannya, unsur tersebut adalah kesetiaan. Perjumpaan dengan
Allah tidak semata-mata hanya melakukan devosi saja, namun perlu adanya
kepekaan dan menanggapi tanda-tanda penyelamatan dan misteri Allah.
2. Perjanjian Baru
Dalam Kis 2:46 umat beriman mengenal doa sebagai jembatan untuk
berelasi dengan Allah sejak adanya jemaat perdana. Umat beriman dengan
kerelaan hati dan ketekunan berkumpul bersama setiap hari untuk memuji
Allah. Penghormatan khusus yang disampaikan para murid kepada Bunda
Maria ibu Yesus terdapat pada Kis 1: 14. Penghormatan-penghormatan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
dilakukan oleh para murid kepada Yesus dan Maria merupakan praktek devosi
yang sampai saat ini masih berlangsung dalam Gereja.
Ayat yang biasanya dipakai juga untuk dijadikan dasar berdevosi
kepada Maria adalah penegasan Injil Lukas yang berisi, ”Allah telah
memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya mulai dari sekarang
segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa
telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku ...” (Luk 1:48-49)
Yang dimaksud ”perbuatan-perbuatan besar” Allah kepada Maria di
sini adalah keterlibatan Maria dalam misteri keselamatan Illahi dan Gereja.
Allah menghendaki Maria ikut berperan secara aktif dalam misteri Kristus,
tepatnya dalam misteri inkarnasi (Collins, 1991 : 118), Keikutsertaan Maria
menjadikan Allah Putra yang sungguh-sungguh Allah menjadi manusia Yesus
Kristus, dimana dengan menjadi manusia, Allah Putra bertindak sebagai
penghapus dosa manusia dan menumbangkan kekuasaan jahat. Oleh karena
itu, Yesus Kristus merupakan Allah sejati sekaligus manusia sejati karena Ia
Allah Putra yang dikandung dan dilahirkan oleh perawan suci. Jadi, karena
perbuatan-perbuatan besar Allah kepada Maria umat menghormati Maria
(Eddy Kristiyanto, 1987 : 78-80).
Injil Yohanes 19: 25-27 mengatakan, ”Dan dekat salib Yesus berdiri
Ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.
Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya,
berkatalah Ia kepada ibu-Nya: ”Ibu, inilah, anakmu!” kemudian kata-Nya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
kepada murid-murid-Nya: ”Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu
menerima dia di dalam rumahnya.” Ayat tersebut menunjukkan bahwa
Yesus menitipkan ibu-Nya kepada murid-Nya Yohanes, dan Yohanes
dititipkan kepada Maria. Artinya Maria dijadikan bunda para murid dan para
murid dijadikan anaknya Santa Perawan Maria, sehingga hubungan Maria
sebagai Bunda Yesus terus berlanjut sampai sekarang Maria menjadi Bunda
umat pengikut Yesus, karena murid-murid Yesus dianggap sebagai anak dari
Maria (Magai, Juni 2018)
Dalam Injil Markus dijelaskan bagaimana devosi tumbuh karena iman
rakyat akan Yesus. Pada Markus 6:56 dijelaskan bahwa banyak orang yang
mengikuti Yesus dimanapun, mereka percaya apabila menyentuh jubah-Nya
maka mereka akan sembuh dari segala penyakit. Para ahli taurat melihat hal
ini sebagai kegiatan yang magis atau “takhayul”. Namun, berbeda dengan
tanggapan Yesus yang membiarkan banyak orang untuk mengikutiNya dan
menjamah jubah-Nya. Yesus memahami hal seperti ini sebagai iman yang
muncul dari umat secara spontan.
Dalam teks-teks Perjanjian Baru tentang Maria terdapat beberapa
teks-teks Perjanjian Lama yang dikutip secara eksplisit (Yes 7:14) atau
mungkin disinggung secara implisit (Kej 3:15, Zef 3:14-20). Menurut
beberapa ahli Mariologi Katolik teks-teks Perjanjian Lama tersebut sejak
semula sudah mengandung bayangan atau pertanda tentang Maria (Martin dan
Pitoyo, 1988: 20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Para ahli kitab Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, ataupun Tradisi Suci
menggambarkan Maria dengan tugasnya dalam tata penyelamatan. Dalam hal
ini tugas Maria juga ditampilkan seakan-akan untuk dikagumi. Memang
Alkitab maupun tradisi memberikan perhatiannya bukan kepada pribadi dan
tugas Maria, melainkan yang paling utama ialah fungsi, karya, martabat dan
pribadi Yesus Kristus. Oleh karena itu para Bapa Gereja memberikan
pandangan bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan Santa Perawan
Maria harus dimengerti dan dibaca dengan bertitik tolak pada peristiwa
”puncak” Yesus kristus, yang dimaksud dengan peristiwa ”puncak” di sini
ialah peristiwa kebangkitan Yesus Kristus. Kebangkitan Yesus Kristus ini
menyatakan penyelamatan tindakan Allah demi umat manusia. Selain itu,
peristiwa ini juga menjadi bukti bahwa Yesus dari Nazareth, anak Maria
adalah Allah yang berkuasa atas dosa dan maut (Eddy Kristiyanto, 1987: 26).
Para Bapa Gereja beranggapan bahwa hanya dengan bertitik tolak dari
kebangkitan Yesus, kedudukan dan keistimewaan perawan Maria dapat
dipahami dan ditempatkan secara proporsional.
D. Landasan Teologis Devosi Maria
Alkitab bukanlah satu-satunya yang bisa dijadikan dasar iman, masih ada
tradisi Gereja yang posisinya berada di bawah Alkitab. Oleh karena itu, dogma-
dogma dan devosi yang muncul mengenai Maria dalam Kristen katolik bukan hanya
berlandaskan Alkitab saja tetapi juga tradisi Gereja. Bahkan, dibandingkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Alkitab, tradisi Gereja lebih mendominasi sebagai dasar teologis untuk dogma-
dogma tentang Devosi Maria. Alkitab sedikit sekali berbicara tentang Maria.
Misteri kehadiran Sang Sabda yang mau menjadi manusia menyatakan
penerimaan Allah terhadap seluruh dimensi kehidupan manusia. Melalui misteri
inkarnasi dan penjelmaan-Nya, Tuhan Yesus Kristus mengangkat seluruh
kemanusiaan kita dengan segala budaya dan ungkapannya sebagai medan dan sarana
perjumpaan kita dengan Allah. Roh Kudus selalu mengantar manusia kepada Allah
(Rom 5:5, Yoh 14:26, Rom 8:15).
Devosi itu menampilkan sisi pemahaman dan penghayatan iman umat yang
beragam. Secara teologis, dalam devosi bukan cara atau teknik ungkapan iman yang
paling menentukan, tetapi isi iman. Isi iman itu dipahami dan dihayati menurut ‘taraf
rakyat’dan bukan‘taraf teolog’, akan tetapi bisa sungguh-sungguh mengungkapkan
kepercayaan total dan tanpa syarat kepada Allah sendiri (http://www.guamaria.org).
Dalam Marialis Cultus kita mengetahui bahwa Maria adalah pribadi yang
patut dihormati. Penghormatan Gereja kepada Santa Perawan adalah unsur intrinsik
kebaktian kristiani. Penghormatan kepada Maria demikian berakar secara mendalam
dalam sabda Allah yang diwahyukan dan mempunyai landasan dogmatis yang kuat;
martabat Maria tiada taranya sebagai “Ibu Putera Allah” penghormatan ini
memperhitungkan peran yang dimainkannya pada saat menentukan dalam sejarah
keselamatan yang dilaksanakan Puteranya, dan kekudusannya, sudah penuh pada
saat pengandungannya tanpa noda tetapi meningkat sepanjang masa karena ia
tunduk kepada kehendak Bapa dan menerima jalan penderitaan (Luk 234-35; 2:41-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
52;Yoh 19:25-27), dan terus tumbuh dalam iman, pengharapan dan kasih (Marialis
Cultus, 56)
Maria adalah Bunda Yesus Kristus yang mengandung bukan dari seorang
pria, melainkan dari Roh Kudus. Oleh karena itu, dalam rumus-rumus pengakuan
iman Gereja Katolik, Maria disebut dalam hubungannya dengan Roh Allah yang
menyebabkan kelahiran Yesus. Maka dari itu Konsili Efesus (431 M) memberikan
gelar Santa Perawan Maria sebagai Bunda Allah (Theotokos). Gelar ini dengan
sendirinya menjadi cikal-bakal bagi perumusan dogma-dogma dasar tentang Maria.
Menurut Bernhard Lohse, ada empat dogma atau pernyataan iman Gereja
yang menyangkut Maria:
1.Maria Bunda Allah (Theotokos)
2.Keperawanan Maria
3.Maria Dikandung Tanpa Noda (Immaculata)
4.Maria Diangkat ke Surga dengan Jiwa dan Raganya
Keempat dogma ini berkaitan erat, dogma yang satu tidak lengkap tanpa
dogma yang lain (Lohse, 1994: 254) Keempat dogma ini terdiri dari:
1. Maria Bunda Allah (Theotokos)
Gelar Theotokos diresmikan pada Konsili Efesus (431 M). Gelar tersebut
sudah cukup populer di kalangan umat sebelum konsili dimulai. Tetapi perlu
diingat, peresmian gelar Bunda Allah (Theotokos) dalam Konsili Efesus bukan
tanpa masalah. Konsili Efesus sendiri dilatarbelakangi oleh perdebatan emosional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
antara mazhab Aleksandria yang diwakili oleh Proclus dan Sirilus dengan mazhab
Antihokia yang diwakili oleh Nestorius dan Yohanes. Inti permasalahan dalam
perdebatan itu sebenarnya terletak pada hubungan kedua kodrat Yesus Kristus,
kodrat manusiawi dan kodrat Illahi. Jadi, perdebatan itu lebih bersifat Kristologis
dibandingkan dengan Mariologis, tetapi karena Yesus mendapatkan kodrat
manusiawi-Nya dari Maria, maka Maria pun dibahas dalam perdebatan ini
(Handoko, 2006:25)
Mazhab Anthiokia beranggapan pemberian gelar Maria Bunda Allah memberi
kesan bahwa ke-Illahian Yesus dilahirkan dan diturunkan pula oleh manusia yang
bernama Maria Hal ini sama dengan menyatakan bahwa di dalam diri Yesus ada
dua pribadi, yaitu pribadi Illahi dan pribadi manusiawi ( Eddy Kristiyanto, 1987:
125) Mazhab ini menggunakan pendekatan ”manusia firman”, yang artinya Yesus
itu sebagai manusia yang didiami Allah. Oleh karena itu, mazhab ini menolak
pemberian gelar Bunda Allah (Theotokos) kepada Maria. Aliran ini beranggapan
Maria hanya Bunda Manusia (Anthropotokos) karena Maria melahirkan ”manusia
firman” bukan ”Allah firman”, jadi Maria bukan Bunda Allah tetapi hanya Bunda
Kristus saja yaitu bunda manusia. Masih menurut mazhab ini, pemberian gelar
Bunda Allah (Theotokos) dapat mengakibatkan pada pendapat yang menyatakan
Maria sebagai Ibu dari Yang Illahi, dan ini akan berakibat kepada penyembahan
Maria (Mariolatria) (Lane, 1996:45)
Di lain pihak, mazhab Aleksandria berpandangan bahwa kedua kodrat
yang ada di diri Yesus itu merupakan satu kesatuan. Jadi, yang dilahirkan Maria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
adalah kodrat manusiawi dan juga kodrat illahi Yesus, dan oleh karena itu Maria
boleh disebut Bunda manusia (Anthropotokos) dan juga Bunda Allah (Theotokos).
Pemberian gelar Theotokos kepada Maria bukan berarti menyembah Maria
(Mariolatria), tetapi hanya menekankan kesatuan dalam diri Yesus. Yesus adalah
benar-benar manusia dan juga benar-benar Allah, oleh karena itu Maria boleh
disebut Bunda Allah (Handoko, 2006:25)
Untuk mengatasi kontroversi antara kedua mazhab tersebut, maka diadakanlah
Konsili Efesus (431 M), dimana konsili ini berusaha mencegah dua kekeliruan
tentang Maria, yaitu: 1) menjadikan Maria sebagai allah putri, dan 2) menempatkan
Maria hanya pada tingkat manusiawi saja dengan menyatakan Maria hanya sebagai
ibu dari kodrat manusiawi Yesus
Konsili Efesus menegaskan kembali ajaran Konsili Nikea (325 M), yang
mengajarkan bahwa Yesus merupakan manusia yang memang Allah, karena
sehakikat dengan Bapa (Groenen,1988:41) Jadi, pemberian gelar Bunda Allah tidak
mengatakan bahwa Allah (keillahian) mempunyai ibu, tetapi seorang manusia yang
juga Allah tentu saja memiliki ibu, selayaknya manusia sejati lainnya.
Sebenarnya Konsili Efesus tidak mencerminkan refleksi para teolog, tetapi
lebih kepada kepercayaan atau iman umat (sensus fidelium), karena pada umumnya
Maria diakui sebagai Bunda Yesus yang utuh, yaitu Yesus dengan kodrat Illahi dan
kodrat manusiawi. Selain itu, sebutan Bunda Allah (Theotokos) sudah populer di
kalangan umat sebelum Konsili Efesus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Tetapi Konsili Efesus menjelaskan secara tegas bahwa Maria disebut Bunda
Allah bukan karena kodrat firman dan keIllahian Yesus berasal dari Maria, tetapi
tubuh suci Yesus diambil dari Maria, dan dengan tubuh itu Firman Allah
dipersatukan secara mandiri (Groenen,1988:41)
2. Keperawanan Maria
Matius 1:18 dengan jelas mengatakan bahwa Maria mengandung Yesus bukan
didasarkan oleh hubungan biologis, melainkan melalui Roh Kudus yang diberitakan
oleh malaikat Gabriel. Hal ini mengindikasikan keunikan Maria, bahwa ketika
ia mengandung Yesus ia tetap perawan.
Sebelum mengandung Yesus, Maria adalah perawan. Keperawanan Maria
menurut Gereja Katolik tidak hanya berdasarkan ketika mengandung Yesus, tetapi
Maria tetap menjaga keperawanannya sebelum, ketika, dan sesudah melahirkan
Yesus. Hal ini dikarenakan sebelum dan ketika mengandung Yesus, Maria tidak
pernah berhubungan badan dengan laki-laki manapun, dan proses kelahiran Yesus
pun tidak merusak keperawanan Maria. Tradisi tentang keperawanan Maria dalam
mengandung Yesus sangat kuat dalam Gereja Katolik. Matius 1:18 dengan jelas
mengatakan itu, kemudian ditegaskan kembali dalam Matius 1:25 "Yusuf tidak
"mengenal" dia hingga ia melahirkan anak (Groenen, 1988: 43)
Sebenarnya ajaran tentang dikandungnya Yesus oleh perawan masuk ke
dalam Kristologi bukan Mariologi. Tetapi secara tidak langsung ajaran itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
mengatakan sesuatu tentang Maria. Sebagai perawan ia menjadi Bunda, sehingga ia
menjadi perawan dalam kebundaannya dan tidak lepas darinya (Groenen, 1988: 43)
3. Maria Dikandung Tanpa Noda (Immaculata)
Pemberian Gelar Theotokos telah menjadi dasar bagi perkembangan
Mariologi berikutnya. Setelah dua dogma Mariologi di atas, muncul juga ajaran
tentang Maria dikandung tanpa noda (Immaculata).
Landasan teologis mengenai dogma Immaculata ini adalah sebagai Bunda
Allah, Sang Sabda, maka Maria sudah sepantasnya suci, sesuai dengan keluhuran
dan kesucian Sang Sabda. Dengan sucinya Maria, maka Sang Sabda dapat
menerima kodrat kemanusiaan-Nya dengan murni dan suci. Untuk menjaga
kemurnian dan kesucian Maria, maka sudah sepantasnyalah jika Allah
membebaskan Maria dari noda dosa asal. Ajaran ini pertama kali diperkenalkan
oleh Agustinus (Handoko,2006: 28).
4. Maria Diangkat Ke Surga
Menurut Petrus Maria Handoko, dogma-dogma di atas membuat Maria
semakin diagungkan dan disucikan. Setelah ketiga dogma di atas, kesucian Maria
mulai menjadi topik utama, sehingga umat Katolik dan para teolog mulai
merasakan bahwa kematian dan pembusukan tubuh Maria tidak selaras dengan
kemuliaan dan martabat Maria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Dari dasar pemikiran di atas, muncullah ajaran bahwa Maria tidak meninggal,
tetapi diangkat ke surga bersama jiwa dan raganya (Handoko, 2006: 28) Ajaran
ini juga diperkuat dengan tidak diketemukannya makam dan tulang belulang
Maria sampai sekarang, berbeda dengan makam dan tulang belulang para rasul
dan orang-orang kudus lainnya yang diperebutkan oleh Gereja-gereja pada masa-
masa awal.
Peran Santa Perawan sebagai ibu membimbing umat Allah untuk berpaling
penuh kepercayaan kepadanya yang selalu siap mendengarkan dengan kasih keibuan
dan bantuannya yang efektif. Maka umat beriman mampu menjadikan Maria sebagai
pola hidup sehari-hari, dimana dengan berpola pada Maria maka akan mengalami
kasih yang begitu luar biasa. Penghormatan untuk ibu Tuhan bagi kaum beriman
menjadi kesempatan tumbuh dalam rahmat ilahi.
E. Berbagai Bentuk Devosi Maria
1. Doa Kepada Maria
Doa kepada Santa Perawan Maria merupakan bentuk devosi yang paling
umum dan biasa dilakukan oleh umat Katolik. Mereka menganggap bahwa doa,
puji-pujian, syukur, dan permohonan yang ditujukan kepada Allah melalui Maria
bukan suatu masalah. Alasannya adalah Maria merupakan karya ciptaan Allah yang
paling unggul dan berperan dalam karya penyelamatan. Problem baru muncul, kalau
Maria menjadi sasaran doa. Secara teologis, ungkapan ”berdoa kepada” sebenarnya
kurang tepat digunakan kepada Maria, karena berdoa hanya boleh kepada Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Allah. Namun dalam arti yang lebih luas, ungkapan ”berdoa kepada Maria”
dimaksudkan untuk menyapanya dalam suasana doa dan memohon kepadanya
untuk mendoakan si pendoa. Hal ini seperti tertera dalam rumusan doa Salam Maria.
Bentuk doa dan pujian kepada Maria cukup banyak. Di antara sekian banyak
bentuk doa tersebut, doa Salam Maria memiliki tempat dan kedudukan yang paling
utama, ini disebabkan karena struktur dasar setiap doa kepada Maria terdapat dalam
doa Salam Maria (Groenen, 1988 :169) Bagian pertama dari doa ini merupakan
gabungan dari dua ayat Injil Lukas, yakni: Salam Malaikat Gabriel kepada Maria
(Luk 1:28) dan ditambah dengan Pujian Elizabeth kepada Maria (Luk 1:42). Bagian
pertama ini sudah lazim dipakai sebagai doa sejak abad VI-VII, dan baru muncul
secara lengkap pada tahun 1498, dan ditetapkan seperti apa adanya sekarang pada
tahun 1568 oleh Paus Pius V (Handoko, 2006: 129)
Selain doa Salam Maria masih ada beberapa bentuk doa kepada Maria
di antaranya:
a. Doa Malaikat Tuhan
Doa ini dilakukan tiga kali sehari, yaitu pada pagi hari, siang hari, dan senja
hari. Lonceng Gereja-gereja dengan cara khusus dibunyikan sebagai tanda waktu
mulai berdoa. Doa ini sebenarnya bertujuan untuk mengenang peristiwa inkarnasi.
Doa ini tersusun atas tiga ayat serta tanggapannya yang dikutip dari ayat-ayat Lukas
1 dan Yohanes 1, kemudian disusul doa Salam Maria dan berakhir dengan suatu
seruan kepada Maria serta tanggapannya disusul doa penutup, yang tertuju kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Allah dengan perantaraan Yesus Kristus (Groenen, 1988 :172-174) Penyertaan doa
Salam Maria dan seruan kepada Maria menandakan bahwa umat Roma Katolik
juga ingin mengikutsertakan peranan yang dipegang Maria dalam peristiwa-
peristiwa penyelamatan itu, sesuai dengan tempat Maria dalam sejarah
penyelamatan. Perhatian doa ini diarahkan kepada karya penyelamatan dalam
diri Yesus maupun kepada sikap bagaimana kita harus menyambut karya-Nya itu.
Sikap Maria dalam menyambut karya Allah harus dijadikan teladan, khususnya
sikap Maria ketika menerima Kabar Malaikat.
b. Doa Rosario
Doa Rosario adalah doa yang berisi tiga rangkaian peristiwa misteri Tuhan,
yaitu peristiwa gembira, peristiwa sedih, dan peristiwa mulia. Masing-masing
peristiwa terdiri atas lima peristiwa (https://id.wikihow.com/Berdoa-Rosario).
Doa Rosario menggunakan alat bantu berupa tasbih dan menggunakan sistem
mengulang-ulang rumusan doa. Rosario sendiri berarti karangan bunga mawar.
Inti doa Rosario adalah merenungkan peristiwa-peristiwa hidup Yesus dan
Maria. Jadi, tujuan utamanya bukan pengucapan rumusan-rumusan doa.
Pengulangan rumusan doa dimaksudkan untuk membantu mempermudah
renungan batin.
Doa Rosario merupakan doa yang amat popular dan disukai umat karena
mudah, praktis dan bias menenangkan hati orang. Gereja sendiri melalui para Paus,
menganjurkan doa Rosario, bahkan menentukan bahwa bulan mei dibaktikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
sebagai bulan Maria dan bulan oktober sebagai bulan Rosario. Meski doa Rosario
merupakan devosi kepada Bunda Maria, tetapi doa Rosario sungguh berciri
Kristologis dan membantu umatberiman untuk merenungkan misteri penebusan
Tuhan. Kini tersedia empat peristiwa, setelah lama dalam sejarah hanya tersedia
tiga peristiwa (Gembira, Sedih dan Kemuliaan) Paus Yohanes Paulus II
menambahkan satu peristiwa yaitu peristiwa terang atau cahaya pada tahun 2002
(Rosarium Virginis Mariae no 19)
c. Litani Santa Maria
Doa Rosario biasanya digabung oleh doa Litani. Litani (Latin:
litania/litaniae) adalah doa yang terdiri dari serangkaian permohonan atau seruan,
yang dibawakan oleh seorang pemimpin, lalu oleh para jemaat ditanggapi dengan
rumusan/seruan yang sama (Groenen, 1988: 178).
Dalam Gereja Katolik, ada enam Litani yang secara resmi diakui Gereja,
yaitu: Litani S. Maria, Litani Para Kudus, Litani Nama Yesus, Litani Hati Kudus,
Litani Darah Mulia, dan Litani S. Yusup. Dari enam Litani tersebut, yang paling
umum dipakai adalah Litani Santa Maria, sedangkan Litani yang lain kurang
digemari umat (http://www.guamaria.org).
2. Patung/Gambar Maria
Gereja biasanya dihiasi dengan macam-macam gambar dan patung Yesus
Kristus, dan orang-orang kudus. Di antara patung/gambar orang-orang Kudus,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
patung/gambar Maria menempati kedudukan paling depan. Bagi umat Katolik
patung/gambar tersebut bukan hanya hiasan dan karya seni belaka, tetapi
merupakan sasaran devosi yang hangat dan emosional. Masih menurut mereka,
religiusitas dan iman umat dapat dihayati dengan hangat dan dalam bila dapat
disalurkan melalui obyek yang kongkret seperti patung/gambar.
Alasan pembuatan patung dalam Gereja Katolik adalah sebagai simbol atas
sosok yang diistimewakan melalui patung tersebut. Patung itu sendiri tidak
diistimewakan, sosok yang diwakilinyalah yang diistimewakan. Dengan demikian,
pembuatan patung sebenarnya tidak dimaksudkan untuk menjadikan patung itu
sebagai objek penyembahan, melainkan hanya sebagai simbol atas sosok yang
diistimewakan dalam kehidupan iman umat secara nyata dan riil
(http://www.sarapanpagi.org/patung-dalam-gereja-katolik-vt3085.html).Oleh karena
itu umat Katolik seringkali menghormati patung/gambar Maria. Sasaran devosi itu
bukanlah patung/gambar, melainkan diri Maria sendiri.
Dalam pendekatan Gereja, tidak ada kewajiban untuk memakai
patung/gambar Maria sebagai sasaran devosi, tetapi juga tidak ada larangan
untuk memakainya dan terasa kurang bijaksana menentangnya. Dan tidak dapat
dipungkiri pula bahwa melalui ikon, Devosi Maria berkembang dengan sangat
cepat.
Pada dasarnya Gereja amat terbuka terhadap penggunaan kesenian, seperti
patung dan gambar-gambar. Dengan adanya pengungkapan lahiriah dalam bentuk
seni yang memikat daya-daya kemanusiaan itu diharapkan orang beriman terbantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
sedapat mungkin untuk mengangkat hatinya kepada Allah, dalam kehidupan sehari-
hari untuk mendekatkan diri pada-Nya melalui devosi yang benar berdasarkan ajaran
iman Kristiani (http://romojost.blogspot.com/2013/08/seni-dalam-gereja.html).
3. Penampakan Maria
Gejala yang muncul dari Devosi Maria adalah ”Penampakan Maria”.
Penampakan adalah terlihatnya sesuatu dari dunia yang tak kelihatan dan
dianggap sebagai salah satu cara bertindak dari Allah untuk mewahyukan wejangan-
Nya (Salvatore, 2006 :133) Bagi umat Katolik, Maria tidak terlihat karena eksistensi
aktualnya di surga, mana mungkin Maria dapat terlihat oleh manusia yang berada
dalam keadaan ”dunia”. Tetapi, menurut keyakinan Kristiani, Allah dengan Roh
Kudus memang hadir dan berkarya di dunia ini dan di dalam orang beriman.
Ada beberapa Penampakan Maria yang diakui oleh Gereja Katolik dan
cukup terkenal, yaitu:
a. Penampakan Maria di Guadalupe, Meksiko kepada seorang petani
Indian, bernama Juan Diego Nahuatl pada tahun 1531. Pusat devosi ini
adalah suatu gambar Maria yang secara ajaib muncul pada kain yang
dipakai Nahuatl dan sampai sekarang ini masih dapat dilihat.
b. Penampakan Maria di Rue de Bac, Paris kepada Katarina Laboure pada
tahun 1830. Penampakan ini mencetuskan tersebarnya ”medali wasiat”,
yang di atasnya tertera gambar Maria seperti apa yang dialami oleh
Katarina.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
c. Penampakan Maria di Fatima, Perancis kepada tiga anak kecil pada tahun
1917. Ketiga anak itu adalah Yachinta, Fransisco, dan Lucia. Sampai
sekarang Lucia masih hidup sebagai seorang suster.
d. Penampakan Maria di Lourdes, Perancis kepada Bernadette Soubirou pada
tahun 1858. Penampakan ini terjadi empat tahun setelah pernyataan Maria
dikandung tanpa noda (1854) (Maria, : 131- 132 ).
4. Ziarah
Ziarah ke tempat-tempat keramat merupakan suatu gejala religius yang ada
di semua agama, baik agama-agama primitif maupun agama-agama
berkembang. Sama halnya dengan semua agama, umat Katolik pun memiliki
praktek ziarah ke tempat-tempat keramat, misalnya Vatikan Roma, dimana di sana
ada makam Petrus dan Paulus.
Setelah Maria tampil dan semakin menonjol sebagai sasaran devosi
rakyat, maka Maria pun menjadi sasaran devosi yang disalurkan melalui
”berziarah”. Tempat-tempat keramat yang dijadikan target ziarah umat Katolik
biasanya tempat di mana Maria secara khusus menampakkan diri dan berkarya
serta mengabulkan doa.
Tempat-tempat Maria menampakkan diri, seperti: Guadalupe, Lourdes,
Fatima, dijadikan tempat ziarah Maria yang memiliki makna internasional.
Selain itu masih banyak tempat keramat yang ramai dikunjungi orang, tetapi
tidak semua berlatar belakang penampakan, mungkin ada suatu mukjizat atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
kejadian luar biasa, misalnya di Loreto, Italia (Handoko, 2006 : 132) Di Indonesia,
ada beberapa tempat ziarah Maria seperti Sendangsono, dan Gua Kerep di Jawa
Tengah (Groenen, 1988 :190).
F. Rangkuman
Maria adalah perawan yang mendengarkan, yang menyambut sabda dalam
iman, dengan iman yang baginya merupakan syarat dan jalan menuju keibuan illahi.
Dari pemaparan tentang devosi kepada Maria, penulis menyimpulkan bahwa inti
devosi Maria adalah penyerahan seluruh pribadi kepada Allah dan kehendak-Nya.
Devosi Maria ini sungguh mengajak umat untuk mendekatkan diri kepada Allah,
Maria sebagai perantara untuk sampai kepada Puteranya dan melalui Maria iman
umat semakin berkembang. Umat mampu meneladani sikap Bunda Maria yang
rendah hati dan selalu siap sedia dalam segala hal, serta mampu menyimpan segala
perkara dalam hatinya, sikap inilah yang memotivasi umat untuk terus mendekatkan
diri kepadanya dan akhirnya sampai kepada Bapa.
Santa perawan Maria menjadi makhluk yang paling unggul, maka patutlah ia
dihormati sebagai bunda umat beriman. Maria dipandang unggul karena berkat
kesediaannya untuk menjadi bunda bagi Putera Allah. Maria dipandang unggul
bukan karena kekuatannya tetapi ia sebagai manusia biasa yang sungguh taat akan
kehendak Allah sehingga ia dipercayakan menjadi bunda Kristus. Penyerahan Maria
begitu murni kepada kehendak Allah maka patutlah umat beriman meneladaninya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Dalam berdevosi, umat beriman diarahkan untuk mengikuti apa yang menjadi
dasar atau ajaran Gereja sehingga tidak berjalan sesuai kehendak sendiri, namun ada
tuntunan yang mendasar, baik itu melalui Kitab Suci maupun ajaran-ajaran Gereja,
sehingga mampu berdevosi dengan baik dan benar, karena apabila kurang memahami
arti devosi yang benar maka bisa saja terjadi penyelewengan dalam berbagai bentuk.
Dalam devosi Maria, umat beriman tidak hanya cukup sampai pada sikap
heran, kagum dan puji Maria karena karya Agung Allah dalam dirinya, tapi kita, umat
beriman juga harus meneladan Maria sebagai citra dalam hal iman, cintakasih
persatuan yang sempurna dengan Kristus. Gereja mengajarkan bahwa Maria adalah
typos Gereja (gambaran Gereja), gambaran umat beriman dalam perjalanan menuju
Allah. Itu berarti dalam usaha menjawab panggilan Allah, umat bisa belajar pada
Maria tentang bagaimana menjawab panggilan Allah dan hidup seturut firmanNya,
tentang bagaimana mengikuti Yesus secara sempurna, dan bagaimana melaksanakan
kehendak Allah dengan setia.
Devosi Maria adalah bentuk devosi yang paling umum dan di antara sekian
banyak bentuk doa, doa salam Maria adalah doa yang utama. Selain berdoa, umat
beriman juga menggunakan patung/gambar sebagai sarana kontemplasi untuk sampai
kepada Allah dan patung bukan untuk disembah. Ziarah menjadi salah satu bentuk
devosi karena dengan berziarah umat beriman mempunyai tujuan yang ingin dicapai
yaitu dengan berkunjung ke tempat-tempat yang dikuduskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB III
DEVOSI YANG SEHAT KEPADA SANTA PERAWAN MARIA
DALAM GEREJA KATOLIK
Pengalaman devosi merupakan suasana yang dominan dalam
kehidupan umat. Devosi membantu umat untuk mengungkapkan hubungan
dengan Allah dan untuk menumbuhkembangkan iman. Namun, seringkali
devosi dilakukan semata-mata untuk menuruti perasaan pribadi tanpa
memperhatikan kebenaran iman yang seharusnya terungkap di dalamnya dan
tanpa memperhatikan dampaknya bagi sesama umat beriman. Selain itu,
devosi yang dilakukan oleh umat pada umumnya didasari oleh kebutuhan
pribadi umat dengan harapan bahwa Allah akan memenuhi kebutuhannya.
Karena merasa puas dengan menjalankan devosi, banyak orang yang
kemudian kurang menghayati dan kurang menghargai liturgi. Apalagi, liturgi
dirasa sangat kering dan membosankan karena tidak sesuai keinginan dan
perasaan pribadinya. Melihat kenyataan itu, seluruh anggota Gereja perlu
memahami penghayatan devosi yang benar, Pengungkapan devosi kepada
Maria dan tolok ukur keontetikannya, makna devosi yang sehat kepada Santa
Maria bagi umat, dan devosi Maria dalam penghayatan iman umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
A. Devosi Maria dalam Penghayatan Iman Umat
1. Tempat Devosi dalam Penghayatan Iman
Iman kristiani merupakan suatu kekayaan yang besar sehingga tidak pernah
dapat dikuras habis dalam segala aspeknya. Masing-masing dapat menghayati suatu
aspek dari iman itu tanpa dapat menguras segala kekayaannya. Karenanya iman yang
sama dapat diungkapkan dengan berbagai macam cara dan orang masih tetap belum
menghabiskan kekayaannya. Demikian pula dalam kehidupan pribadinya, orang
kristiani membutuhkan ungkapan yang berbeda-beda bagi imannya dan tiap pribadi,
sesuai dengan watak dan pembawaan serta kecenderungan pribadi, mempunyai
ungkapannya sendiri. Dari situlah lahir apa yang disebut devosi-devosi untuk
mrngungkapkan ekspresi iman (http://www.carmelia.net/index.php/artikel/tulisan-rm-
yohanes).
Devosi adalah dedikasi pribadi seorang kristiani kepada seorang kudus atau
kepada salah satu aspek dari kehidupan Kristus, yang merupakan suatu sumber
inspirasi khusus bagi orang. Bagi umat, orang kudus tertentu, atau Bunda Maria, atau
aspek tertentu kehidupan Kristus, mempunyai daya tarik khusus dan memberikan
semangat khusus pula. Umat merasa tertolong dan diteguhkan dalam perjalanan
hidup. Sikap inilah yang akhirnya menimbulkan praktek-praktek religius tertentu
yang menekankan peranan seorang kudus atau misteri illahi tertentu dalam hidup.
Berdoa dan merenungkan misteri tertentu dapat memberikan inspirasi kepada
umat untuk lebih mendekat kepada Allah, serta menjadikan umat lebih berpaut
kepada-Nya. Karena keterbatasan, orang tidak dapat menghayati seluruh aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
misteri Allah yang begitu kaya itu. Suatu aspek tertentu cukup membuat umat untuk
semakin membaktikan diri kepada Allah. Perhatian kepada suatu aspek misteri Allah
tentu saja tidak dapat menjadi alasan untuk mengabaikan aspek-aspek lainnya. Sebab
jika demikian halnya, itu akan menjadikan hidup umat berat sebelah dan devosi itu
menjadi tidak sehat. Maka harus seimbang.
Sebagaimana dalam suatu keluarga ada hubungan khusus antara anggota
keluarga itu, demikian pula dalam keluarga Allah. Disitu seringkali terjadi dan
berkembang suatu hubungan khusus antara anggota-anggota Gereja, baik antara
anggota yang masih hidup maupun dengan anggota yang sudah meninggal, yaitu para
kudus. Orang kristiani tertentu dapat merasa tertarik kepada salah seorang kudus
tertentu, yang hidup atau semangatnya menjadi inspirasi baginya. Kadang-kadang
suatu kelompok tertentu, seperti para religius atau kelompok kerasulan tertentu,
mempunyai seorang kudus tertentu sebagai pelindungnya, karena mereka berkarya
sesuai dengan semangatnya ataupun mohon perlindungannya yang khusus.
Kalau devosi-devosi ini dihubungkan dengan iman seperti yang tertera di atas,
maka jelaslah, bahwa devosi-devosi ini kalau benar-benar otentik, harus membantu
dan memperkembangkan iman yang sejati, yang terarah kepada Allah sendiri. Maka
itu devosi ini perlu dinilai dalam hubungannya dengan iman: sejauh mana hal itu
membantu pertumbuhan iman, sejauh mana devosi tadi memperkembangkan
hubungan yang pribadi dengan Allah dalam iman, harapan dan cintakasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
2. Persoalan devosi Maria
Di antara devosi-devosi yang berkembang dewasa ini di antara umat katolik, kita
jumpai devosi kepada Bunda Maria dalam segala bentuknya. Untuk mengungkapkan
devosi itu umat menjumpai berbagai macam bentuk. Didirikannya gua-gua Maria
hampir di mana-mana menunjukkan minat umat terhadap devosi ini. Demikian pula
berbagai macam bentuk novena kepada Bunda Maria mengungkapkan sikap ini.
Karena itu perlulah melihat hubungan yang ada antara devosi-devosi ini dengan
penghayatan iman Kristiani, karena dalam hal ini dapat terlihat jelas hubungan antara
devosi dan iman.
Dalam Lumen Gentium, Konstitusi tentang Gereja, Konsili Vatikan II telah
memberikan uraian yang panjang dan yang secara teologis, merupakan suatu uraian
yang paling menyeluruh dan lengkap yang pernah dihasilkan oleh suatu Konsili
Ekumenis. Namun biarpun demikian tidak lama sesudah itu devosi kepada Bunda
Maria menurun secara menyolok sekali dalam Gereja Katolik, khususnya di Eropa
dan Amerika Utara. Pimpinan hirarki merasakan pula kemerosotan ini dan karenanya
mereka merasa berwajib untuk memberikan petunjuk-petunjuk. Usaha-usaha
semacam ini mendapat ungkapannya yang paling berarti dalam ensiklik: "Marialis
Cultus" yang dikeluarkan Paus Paulus VI dalam tahun 1974. Dokumen ini rupanya
tidak mendapatkan tanggapan yang berarti dalam Gereja. Namun akhir-akhir ini
devosi kepada Bunda Maria mulai berkembang lagi.
Di Eropa dan Amerika dijumpai minat yang menurun untuk devosi ini, biarpun
akhir-akhir ini ada minat baru lagi untuk devosi tersebut, antara lain karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
penampakan Bunda Maria di Medugorje. Seperti dalam bidang-bidang lain juga
dalam hal devosi kepada Bunda Maria dijumpai suatu polarisasi yang tidak sehat.
Dari satu pihak kita jumpai adanya kelompok tertentu yang menghendaki kembalinya
bentuk-bentuk devosi seperti masa lampau. Dari pihak lain dijumpai orang-orang
yang sesungguhnya berminat sedikit sekali terhadap devosi ini, biarpun banyak yang
tidak berani mengatakannya secara terang-terangan. Yang menjadi soal di sini
bukanlah bagaimana mengembalikan devosi-devosi masa lampau, melainkan di mana
tempatnya yang tepat dalam penghayatan iman kristiani. Yang menjadi pokok
persoalan ialah bagaimana seharusnya sikap umat beriman terhadap Bunda Allah dan
apa hubungannya dengan iman kristiani yang berpusat pada Allah. Untuk lebih
mengerti persoalan ini kiranya perlu dilihat sebentar mengapa devosi-devosi kepada
Bunda Maria menurun. Apa sebabnya, bahwa praktek-praktek devosi yang dahulu
begitu berarti bagi generasi-generasi yang lampau dan yang memberikan suatu ciri
khas katolik, kini kurang berarti bagi generasi yang ada sekarang ini. Untuk itu, perlu
membangkitkan semangat devosi sesuai dengan semangat hidup iman kristiani,
(http://www.carmelia.net// indrakusuma).
Di Indonesia persoalannya sedikit berbeda, biarpun ada kesamaannya pula.
Sejauh yang dapat diamati devosi kepada Bunda Maria memang menurun, sebab
tidak kita jumpai praktek-praktek seperti dahulu lagi. Dari pihak lain minat umat
masih besar sekali dan bahkan menunjukkan adanya devosi yang berlebih-lebihan
dan kadang-kadang bahkan mendekati tahyul, sehingga mengaburkan arti iman yang
sejati. Dalam devosi yang berlebihan ini kadang-kadang kita mendapat kesan, bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Bunda Maria menggantikan tempat Allah dan menjadi semacam dewi. Bunda Maria
begitu memenuhi seluruh kehidupan dan kesadaran orang, sehingga seolah-olah tidak
ada tempat lagi bagi Tuhan sendiri. Dalam hal ini devosi kepada Bunda Maria tidak
menghantar orang kepada Allah, namun menggantikan Allah. Rupanya sikap ini
disebabkan karena kurangnya pembinaan iman yang benar, karena kaburnya
pengertian iman yang sejati. Juga karena liturgi seringkali amat kering.
3. Krisis dalam Devosi Maria
Menurunnya devosi Maria di dalam Gereja Katolik disebabkan oleh beberapa
faktor penting. Di antara pengaruh-pengaruh yang penting kita jumpai pandangan
hidup yang sekularistis dan juga teologi liberal. Yang dimaksud dengan pandangan
hidup yang sekularistis di sini ialah sekularisme yang puas dengan hal-hal fana
melulu serta terbatas pada dunia ini saja dan yang mengandung suatu gagasan
hedonistis, terutama dalam ungkapan seksualnya yang begitu mendewakan seks.
Jelaslah bahwa dalam iklim semacam ini orang tidak bisa mengerti apa arti
keperawanan suci itu. Maka, gagasan Santa Maria sebagai perawan sama sekali tidak
dapat masuk akal bagi mereka. Sedangkan teologi liberal yang dimaksud di sini ialah
yang begitu mendewakan rasio serta menundukkan iman pada rasio dan khususnya
yang meremehkan, bahkan menyangkal keallahan Kristus serta menyangkal, bahwa
Kristus lahir dari seorang perawan. Teologi semacam itu tidak hanya kurang memiliki
dasar yang kuat dan kurang bersandar pada suatu riset kristologis yang kuat, namun
lebih-lebih merupakan suatu sikap sesat yang membawa kepada kesimpulan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
kesimpulan yang sesat dan yang menyesatkan banyak orang. Dewasa ini pengaruh
sekularisme dan teologi liberal tersebut sudah merembes ke dalam Gereja dan
mempengaruhi banyak umat, biarpun pengaruh tersebut tidak sama dalamnya. Juga
kalangan imam dan religius tidak kebal terhadapnya.
Jelaslah, bahwa sikap yang sekularistis dan pendekatan yang bersandar pada
teologi liberal yang menyangkal atau sekurang-kurangnya meragukan sendi dasar
dogmatis hidup kristiani kita dan yang juga menjadi dasar devosi Maria itu, sangat
merugikan devosi itu sendiri. Mereka itu tidak berminat dan tidak tertarik kepada
bentuk-bentuk devosi seperti itu. Tentu saja sikap sekularistis dan teologi liberal yang
meremehkan dogma-dogma katolik serta bimbingan Gereja ini mempunyai dampak
negatif yang jauh lebih besar terhadap pemikiran dan kehidupan kristen sebagai
keseluruhan bukan hanya terhadap devosi Maria.
Namun keliru pula bila mengatakan, bahwa menurunnya devosi itu disebabkan
melulu oleh pandangan yang sekularistis dan oleh teologi liberal saja. Kiranya perlu
disadari pula bahwa bentuk-bentuk devosi masa pra-konsili, seperti yang kita jumpai
dipraktekkan dalam keluarga-keluarga, dalam sekolah-sekolah dan dalam devosi
populer dalam paroki-paroki, seringkali tidak sesuai dengan tuntutan Konsili untuk
pembaharuan hidup kristiani.
Sebelum Konsili banyak sekali orang Katolik yang tidak sadar bahwa kesalehan
pribadi mereka mengikuti pola-pola yang berbeda dari ibadat resmi Gereja. Liturgi
dirayakan dalam bahasa Latin dan karenanya umat hanya bisa mengikuti lewat
terjemahan-terjemahan belaka dan karenanya kurang bisa menyatu dengan imam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
yang merayakan liturgi tersebut. Bersamaan dengan imam yang merayakan liturgi,
mereka mengucapkan doa-doa pribadinya sendiri, misalnya doa rosario, sedangkan
imam yang ditolong misdinar melanjutkan "acaranya" sendiri.
Konstitusi Liturgi, dokumen besar pertama Konsili Vatikan II tidak hanya
memasukkan bahasa vernakular dalam liturgi Barat begitu saja, melainkan punya
tujuan lain. Pemakaian bahasa vernakular dimaksudkan sebagai sarana untuk
mencapai tujuan utama yang mau dicapainya, yaitu pembaharuan hidup doa kristiani.
Dalam pembaharuan dan pengembangan liturgi orang hendaknya selalu ingat, bahwa
partisipasi aktif dan penuh dari umatlah yang menjadi tujuan pembaharuan tersebut.
Partisipasi yang aktif dan penuh inilah yang harus menjadi sumber utama untuk
memupuk semangat kristiani yang sejati (Sacrosanctum Consilium 14) Dengan kata
lain semua orang kristiani harus dijiwai oleh semangat Gereja yang berdoa. Cara doa
Gereja yang dibimbing Roh Kudus dalam doa-doanya yang resmi, harus menjadi
norma untuk ibadat kristiani yang sejati. Hal ini dengan tegas dan tepat sekali
diungkapkan Paus Paulus VI dalam ensiklik "Marialis Cultus": "Liturgi mempunyai
nilai eksemplar untuk bentuk-bentuk ibadat lainnya". Dan juga: "liturgi adalah norma
pokok untuk kesalehan kristiani" (Marialis Cultus 23).
Hal ini jelas, bahwa Konsili sama sekali tidak bermaksud menjadikan Liturgi
satu-satunya bentuk ibadat kristiani dalam tubuh umat Allah. Hidup rohani tidak
terbatas pada partisipasi pada perayaan liturgis saja. Orang kristiani memang
dipanggil untuk berdoa bersama dengan saudara-saudaranya, namun ia juga dipanggil
untuk masuk ke dalam kamarnya dan di sana berdoa secara pribadi dan tersembunyi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
kepada Bapa surgawi. Konsili juga menganjurkan adanya devosi popular serta
memuji devosi tersebut, namun sekaligus menunjukkan syaratnya yang amat penting:
“Devosi-devosi ini harus diungkapkan sedemikian rupa, sehingga serasi
dengan masa-masa liturgis, sesuai dengan liturgi suci, dan dengan cara
tertentu ditimba dari padanya, serta menghantar umat kepadanya, karena
liturgi jauh mengatasi masing-masing devosi tersebut" (Sacrosanctum
Consilium 12).
Kiranya baik pula menyebutkan beberapa perbedaan utama yang ada. Pertama-
tama harus dikatakan, bahwa ibadat liturgis secara jelas sekali berpusat pada Allah.
Bahkan pada pesta-pesta Maria dan para Kudus yang menduduki tempat yang begitu
besar dalam perayaan liturgis, hampir semua doa diarahkan kepada Bapa kita surgawi
dengan perantaraan Kristus dalam kesatuan dengan Roh Kudus. Sebaliknya devosi-
devosi Maria pra-konsili menunjukkan kecenderungan untuk memberikan tempat
yang semakin banyak kepada Bunda Maria dalam doa-doanya, seolah-olah Maria
adalah segalanya. Sungguh berarti, bahwa Konsili Vatikan II dalam pembahasannya
tentang Maria, menuntut adanya keseimbangan dalam hubungan dengan ajaran dan
devosi kepada Maria. " Dengan sungguh-sungguh Konsili ini menghimbau para
teolog dan para pengkotbah sabda illahi, supaya dalam membahas tentang martabat
yang khas dari Bunda Allah, mereka dengan hati-hati dan benar menghindarkan
kepalsuan dari sikap yang melebih-lebihkan, tetapi dari pihak lain menyingkirkan
sikap picik yang sangat membatasi itu" (Konstitusi tentang Gereja 67).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
4. Pembaharuan Devosi Maria sesuai konteks dan Zamannya
Dalam devosi popular tentang Maria, dijumpai suatu kecenderungan untuk
menggantikan tempat Kristus dengan Maria, tentu saja tidak dalam teori, namun
dalam penekanan praktek devosional. Demikian pula dalam devosi Maria pra-konsili
kita jumpai kecenderungan untuk memberikan peranan yang semakin hari semakin
besar kepada Maria, peranan yang dalam pengertian tradisi Gereja Katolik yang
otentik, sebenarnya merupakan peranan Roh Kudus.
Paus Paulus VI mengatakan , dewasa ini dibutuhkan suatu dasar biblis untuk
kesalehan kristiani pada unumnya. Devosi kepada Bunda Maria juga tidak bisa
dikecualikan dari arah dasar dan umum ini (Marialis Cultus 30).
Maka tepatlah bahwa Paus Paulus begitu menekankan perlunya suatu
pembaharuan, bukan hanya kembali ke masa lampau. Sri Paus menyatakan, bahwa
ibadat umat beriman serta penghormatan mereka kepada Bunda Maria dalam sejarah
telah mengambil bentuk beraneka ragam sesuai dengan situasi jaman dan tempat,
sesuai pula dengan kepekaan yang berbeda-beda dari para bangsa dan kebudayaan.
Karena itu bentuk-bentuk devosi tersebut terikat oleh keadaan jaman dan kebudayaan
tertentu, sehingga perlu diperbaharui. Dengan demikian unsur-unsur yang sampingan
dapat diganti, untuk memberikan penekanan kepada unsur-unsur yang pokok dan
hakiki, yang selalu baru, serta mengintegrasikan data-data doktrinal yang diperoleh
dari refleksi teologis dan dari ajaran Magisterium (Marialis Cultus 24).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
B. Penghayatan Devosi yang Benar
Devosi berasal dari bahasa latin devotio (kata kerjanya devovere) yang berarti
penyerahan diri, penghormatan, pengabdian. Devosi pertama-tama soal batin, soal
hati yang mau menyerahkan diri kepada Tuhan, mau mengabdi-Nya dan
menghormati-Nya melalui para kudus-Nya, seperti Bunda Maria (Martasudjita, 2011:
247)
Beberapa syarat devosi yang patut diperhatikan :
1. Devosi hendaknya ditempatkan dalam keseluruhan iman Gereja yang benar
Praktik devosi yang begitu mengagungkan Bunda Maria sampai-sampai
menggeser Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus tentu bukan praktik
devosi yang sehat. Ada orang yang begitu mantapnya berdoa kepada Bunda Maria,
hingga sama sekali tidak menyebut nama Tuhan atau Allah. Doa kepada Maria seperti
ini tentu kurang tepat, misalnya : “Ya Bunda Maria, Engkaulah sumber segala
rahmat, kabulkanlah doa kami. Engkaulah yang kudus dari yang terkudus, engkau
tanpa doa, maka ampunilah dosa kami dan kasihanilah kami, para putera-puterimu
ini.” Dari situ Maria sudah setara dengan Tuhan, karena ia disebut sumber segala
rahmat, yang kudus dari yang terkudus, berkuasa untuk mengampuni dosa, dan
seterusnya. Penghormatan kita kepada para kudus, termasuk kepada Bunda Maria,
harus dalam jalur iman Gereja yang benar, yakni sebagaimana diimani para rasul
seperti tampak dalam kitab suci dan ajaran Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
2. Devosi hendaknya juga harus ditempatkan dalam liturgi gereja. Devosi
bukan liturgi resmi
Devosi atau olah kebatinan tidak setara tingkatnya dengan liturgi, tetapi sangat
dianjurkan karena mempersiapkan dan membantu orang untuk dapat berliturgi
dengan hati dan perasaannnya. Keunggulan devosi dibandingkan dengan liturgi
resmi adalah tekanannya pada segi afeksi yang menyentuh perasaan dan hati orang.
Sementara itu rumusan doa devosi sederhana dan mudah. Lihat saja rosario. Praktis
doa ini mengulang-ulang doa Bapa Kami, dan terutama Salam Maria. Tetapi banyak
orang suka karena mudah, tetapi juga menyentuh perasaan. Namun ada orang yang
lebih mengutamakan devosi dari pada liturgi. Misalnya saat misa kudus, orang berdoa
rosario, lalu diteruskan litani, tanpa mau ikut berpartisipasi aktif dalam misa. Lalu,
pada saat komuni ia maju menerima komuni, hal ini tidak tepat. Nilai misa kudus
bagaimanapun juga lebih tinggi dari doa Rosario (Martasudjita, 2011: 255)
3. Devosi harus dijauhkan dari sikap magis
Sikap magis ini tampak apabila orang begitu memutlakkan barangnya, tandanya,
rumusan doanya, jumlah angkanya, kegiatan-kegiatan lain yang menyertainya, namun
malah menggeser Tuhan sebagai yang tidak pokok, seharusnya terkabulnya doa
tergantung pada Tuhan. Tetapi, orang lebih meyakini bahwa doanya akan terkabul
apabila ia mendoakan rumusannya secara persis, dengan titik dan komanya, atau
mendoakannya pada jam-jam tertentu atau pada tempat-tempat tertentu (Martasudjita,
2011: 256)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
4. Devosi harus dijauhkan dari mentalitas do ut des
Artinya aku memberi agar aku diberi atau mendapat sesuatu. Ini adalah mentalitas
pamrih, mentalitas bisnis atau pedagang. Berpuasa, bertirakat, bermatiraga boleh dan
baik. Menjadi tidak baik apabila kita lakukan dengan motivasi untuk memaksa
Tuhan agar Tuhan seolah-olah berutang budi kepada kita, Atau Tuhan baru mau
mengabulkan doa permohonan kita apabila kita mau membayarnya dengan laku
matiraga kita. Ini pandangan yang keliru. Laku matiraga itu baik dan perlu untuk
kehidupan rohani kita, tetapi jangan dilakukan dengan semangat do ut des. Laku
matiraga dapat dilakukan untuk mendisiplinkan diri pada pengolahan hidup rohani
agar kita terbantu dan disiapkan untuk meyerahkan diri kepada Tuhan dan kehendak-
Nya (http://dedismas.blogspot.com) 2011/10/ menghayati-devosi-yang-sehat. html).
Devosi yang benar dan sesuai dengan kehendak Allah dalam kesatuan Gereja
Katolik mewujudkan gerakan hidup rohani yang akan menghadirkan wajah Gereja
yang kudus. Devosi harus didasarkan pada perjumpaan orang beriman dengan Allah,
melalui Kitab Suci, sakramen-sakramen, dan karya kasih, serta dalam hati nurani
umat beriman. Perlu diingatkan kembali bahwa devosi yang sejati tidak didasari
harapan agar Tuhan memenuhi kebutuhan pribadi, tetapi dengan semangat untuk
bertobat supaya dapat hidup dalam kesalehan sebagai anggota tubuh Kristus. Melalui
devosi yang sehat diharapkan umat bertumbuh dalam iman dan kasih persaudaraan
sebagai Gereja. Penghayatan devosi yang sehat membuahkan karya kasih di tengah
masyarakat untuk mewujudnyatakan iman Kristiani sesuai ajaran atau dogma resmi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Gereja (https://ozanam.wordpress.com) 2011/08/03/ssv-sebuah-bentuk devosi/Deddy
Dismas).
Martasudjita (2011:248) mengatakan bahwa “Devosi merupakan praktik
ungkapan iman umat yang spontan dan lebih bebas serta dapat dibawakan, baik
secara pribadi maupun bersama”. Devosi mengalir dari rasa dan pengalaman religius
umat. Dalam hal ini Martasudjita (2011: 248) mengatakan:
Devosi sangat dianjurkan Gereja. Devosi berhubungan dengan
pancaran dan konkretisasi iman dan liturgi dalam kehidupan sehari-
hari. Devosi mengalir dari rasa dan pengalaman religius umat dan
merangkum seluruh segi kehidupan manusia. Apa yang tidak
tertampung dalam liturgi resmi dapat ditemukan dalam praktik devosi
umat. Apabila liturgi resmi sering dialami sebagai sesuatu yang rutin,
kering, dan kaku, devosi bisa dihayati umat beriman sebagai sesuatu
yang memenuhi kebutuhan afeksi, emosi dan kerinduan hati. Itulah
sebabnya, devosi umat merupakan praktik keagamaan populer yang
mudah diterima, dipahami, dan dilaksanakan oleh umat.
Dalam devosi aspek perasaan, afeksi dan emosi ini mendapat tempat yang
penting dan utama. Yang penting dalam devosi bukanlah keindahan rumusan doa
yang secara teologis lengkap dan bagus, tetapi unsur perasaan yang ditumbuhkan
dan mendapat tempat yang cukup pada praktik doa devosi. Devosi sesuai dengan
kebutuhan dan kerinduan manusia sendiri, khususnya di bidang afeksi dan perasaan.
Devosi sejati tidak didasari harapan agar Tuhan memenuhi kebutuhan
pribadi. Tetapi didasarkan semangat untuk bertobat dan keyakinan akan iman Yesus
Kristus (Sylvia Marsidi, 2011:11-12) devosi yang benar akan menjadi tempat
bertumbuhnya iman dan kasih persaudaraan demi kemuliaan-Nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
C. Pengungkapan Devosi kepada Maria dan Tolok Ukur Keotentikannya
Maria sungguh istimewa, dengan kerendahan hatinya ia dengan rela mau
menerima tawaran dari Allah untuk menjadi bunda Kristus. Keistimewaan Santa
Perawan Maria tersebut menjadikan dirinya begitu dicintai dan dihormati oleh
umat dengan melakukan berbagai macam bentuk devosi kepada Maria, seperti: doa-
doa kepada Maria, ziarah, dan lain sebagainya. Tetapi bentuk-bentuk devosi kepada
Maria ini seringkali terlalu berlebih-lebihan sehingga Santa Perawan Maria begitu
diagung-agungkan seolah-olah kedudukannya setara dengan Allah. Untuk
mengantisipasi hal ini para Bapa Gereja melalui Konsili Vatikan II membuat
beberapa kriteria untuk melakukan devosi yang benar kepada Santa Perawan
Maria. Selain itu, Konsili Vatikan II juga menyatakan bahwa penghormatan kepada
Santa Perawan Maria merupakan ibadat khusus dalam Gereja Katolik. Konsili
Vatikan II menempatkan Maria sedemikan rupa sehingga kehadirannya dalam
karya penyelamatan tidak mengaburkan peran Yesus Kristus, tetapi mendukung dan
memperjelas (Handoko,2006 :114)
Lumen Gentium no. 67 memberikan penjelasan bagaimana berdevosi
yang benar kepada Santa Perawan Maria.
Konsili tersuci ini dengan tegas menandaskan ajaran Katolik ini.
Sekaligus Konsili menasihatkan semua putra Gereja agar devosi
kepada Santa Perawan, khususnya devosi liturgis, dipupuk dengan
jiwa besar. Konsili juga meminta agar praktik dan latihan-latihan
kesalehan kepada dia, dihargai seperti yang dianjurkan oleh
kekuasaan mengajar Gereja sepanjang peredaran masa, dan agar
ketetapan-ketetapan yang dikeluarkan pada masa yang lampau
tentang penghormatan kepada patung Kristus, Santa Perawan, dan
para kudus, ditaati dengan perasaan keagamaan. Tetapi Konsili
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
ini sungguh-sungguh menghimbau para teolog dan pewarta Sabda
Illahi agar dalam mengulas martabat khusus Bunda Allah, mereka
secara hati-hati dan seimbang menghindari usaha melebih-lebihkan
yang palsu di satu pihak, maupun kepicikan hati yang keterlaluan
di lain pihak. Dengan mengembangkan pengkajian Kitab Suci,
para Bapa dan doktor Gereja, liturgi-liturgi Gereja serta di bawah
kekuasaan mengajar Gereja, hendaknya mereka secara tepat
menjelaskan tugas serta hak-hak istimewa Santa Perawan yang
selalu dikaitkan dengan Kristus, Sumber segala kebenaran,
kesucian, dan kesalehan. Hendaklah mereka secara cermat mencegah
kata atau perbuatan apa pun yang dapat membawa saudara-
saudari yang terpisah atau siapa pun lainnya kepada paham yang
salah mengenai ajaran Gereja yang benar. Selanjutnya hendaklah
para beriman mengingat bahwa devosi yang benar bukan terdiri
dari perasaan yang mandul dan sepintas, bukan pula dari
semacam sikap mudah percaya tanpa isi. Tetapi, devosi yang
benar muncul dari iman sejati, yang membawa kita kepada
pengakuan akan keunggulan Bunda Allah, menggerakkan kita
untuk mencintai Bunda kita sebagai seorang anak dan untuk
meneladan keutamaan-keutamaannya.” (LG no. 67)
Bentuk-bentuk devosi kepada Santa Perawan Maria yang ada di masa lalu
cukup banyak dan cukup populer di kalangan umat. Hal ini disebabkan karena
adanya inkulturasi devosi kepada Maria. Jadi, bentuk-bentuk devosi kepada Maria
berbeda-beda di setiap wilayah, tergantung kultur masyarakat yang ada di
masing-masing wilayah. Misalnya bentuk-bentuk Devosi Maria yang ada di
Timur berbeda dengan yang ada di Barat.
Lumen Gentium no. 67 ingin menegaskan bahwa Konsili Vatikan II
mengakui secara terbuka aneka ragam bentuk devosi kepada Santa Perawan
Maria. Tetapi para Bapa Konsiliaris juga ingin menekankan satu tolok ukur yang
dapat diterima bagi semua ungkapan devosi itu, baik di masa lalu, sekarang
maupun di masa yang akan datang. Tolok ukur tersebut adalah peranan iman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
maksudnya adalah aneka ragam bentuk devosi tersebut boleh terus ada dan
berkembang asalkan berada dalam batas-batas ajaran yang sehat.
Jika tolok ukur ini dipenuhi, maka Gereja menyambut gembira kekayaan
bentuk-bentuk devosi kepada Maria menurut masa yang berbeda, kebudayaan
yang berbeda dan sifat-sifat pribadi yang berbeda. Oleh karena itu, para
Bapa Konsili ingin menekankan bahwa devosi kepada Maria di masa lampau
janganlah dinilai dengan yang dimiliki Gereja di masa sekarang, atau menilai
kesalehan Maria dari negara lain dengan selera sendiri. Di sini muncul
tantangan bagi Gereja, bagaimana mengungkapkan devosi kepada Maria
dengan mengambil bentuk dan ungkapan yang sesuai dengan kebudayaan
umat Katolik di masa sekarang.
Pengungkapan devosi kepada Maria ditunjukkan oleh para Bapa Konsiliaris
dalam LG no. 67 dengan himbauan keras yang ditujukan kepada para teolog dan
pewarta Sabda Illahi untuk menghindari dua sikap ekstrem yaitu:
1. Sikap yang terlalu menekankan faktor lahiriah dalam penghayatan
iman, dan pengungkapannya cenderung berlebih-lebihan. Sikap
ini menjurus pada pendewian Santa Perawan Maria
(menjadikan Santa Perawan Maria sebagai dewi dan tokoh
mistis). Maria dipuja dan disembah sebagai sumber dan pemberi
keselamatan, Maria juga dianggap sebagai ’jimat’ bertuah
yang menjamin hidup kekal. Dalih yang biasa dipakai untuk
membenarkan sikap ini adalah kenyataan bahwa Santa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Perawan Maria berperan serta dalam karya penyelamatan
sebagai pintu masuk Yesus, Allah Putra yang membawa
keselamatan bagi manusia. Semangat devosional yang seperti
ini lebih bersifat magis.
2. Sikap yang terlalu menekankan faktor batiniah dalam
penghayatan iman. Penghayatan iman dalam sikap kedua ini
direduksikan menjadi urusan batin melulu. Orang-orang yang
bersifat ’spiritualistis’ semacam ini menganggap bahwa tidak
masuk akal, sarana kesalehan, ulah tapa, gambar suci, patung, dan
lain sebagainya dapat membantu orang untuk mengungkapkan
imannya secara berdaya guna. Praktek kesalehan terhadap
Santa Perawan Maria dinilai takhayul, sia-sia dan merupakan
ungkapan pelarian ke dalam alam penghiburan rohani yang
bersifat sentimental melulu (Eddy Kristianto, 1987: 87)
Konsili Vatikan II berusaha menghindari kesalahpahaman dengan pihak
Gereja Kristen Protestan tentang Santa Perawan Maria. Oleh karena itu, Konsili
Vatikan II berusaha mencegah praktek devosional yang dipengaruhi oleh kedua
sikap tersebut dengan meletakkan dasar-dasar penghormatan kepada Maria dalam
LG no. 67.
Konsili memberikan petunjuk dalam mengulas tugas serta hak-hak
istimewa Maria, yaitu harus selalu dalam kaitan dengan Yesus Kristus, Sumber
segala kebenaran, kesucian, dan kesalehan. Konsili menegaskan bahwa Maria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
hanya dapat dimengerti jika dipandang dalam perspektif Yesus Kristus.
Salahlah jika memandang Kristus dalam perspektif Maria, sehingga pengalaman
akan Kristus hanya samar-samar saja dalam penghormatan kepada Maria. Inilah
yang disebut bahaya Marianisme. Maria adalah jalan menuju Yesus Krisrus
(Handoko, 2006: 115)
Devosi kepada Santa Perawan Maria harus didasari iman sejati Kristiani.
Dalam devosi yang benar (otentik), seorang devosioner harus sadar bahwa Maria
bukanlah tokoh sentral dalam iman sejati Kristiani. Pusat iman Kristiani adalah
Trinitas. Devosi bisa dikatakan benar (otentik), jika dengan devosi seorang
devosioner mengenal tempat Maria dalam karya penyelamatan, yaitu di bawah Yesus
Kristus. Dalam menghormati Maria, di dalam diri seorang devosioner harus
tumbuh penghargaan yang lebih besar akan kekuasaan Allah yang telah
mengerjakan hal-hal yang besar untuk Maria. Jadi, devosi yang benar (otentik)
harus menampakkan aspek trinitaris, kristologis, dan eklesial (Eddy Kristianto, 1987:
91).
D. Makna Devosi yang Sehat kepada Santa Maria bagi Umat
Konstitusi Sacrosanctum Concilium Konsili Vatikan II merumuskan
secara tepat kedudukan devosi dalam Gereja Katolik, khususnya dalam
hubungannya dengan liturgi. Sacrosantum Concilium (SC 10),
mendeskripsikan liturgi sebagai puncak kehidupan Gereja. Tujuan utamanya
ialah menghaturkan kepada Allah persembahan hidup, murni dan suci yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
telah dilakukan sekali dan selamanya oleh Yesus Kristus dalam peristiwa
Kalvari. Dalam perayaan liturgi Ekaristi, hal itu dihadirkan kembali oleh
Gereja sebagai doa kepada Allah dalam roh dan kebenaran.
Konsili Vatikan II juga mengingatkan bahwa “hidup rohani tidak
tercakup seluruhnya dengan hanya ikut serta dalam liturgi” (Sacrosanctum
Concilium 12). Kehidupan rohani umat beriman juga diperkaya oleh praktik
kesalehan umat kristiani” khususnya yang dianjurkan oleh Tahta Suci dan
dipraktikkan umat dalam lingkup Gereja lokal dengan mandat dan persetujuan
Uskup setempat.
Sacrosanctum Concilium, no. 13 berbicara secara khusus tentang
devosi-devosi umat ini, yaitu:
“Olah kesalehan Umat Kristiani, asal saja sesuai dengan hukum-
hukum dan norma Gereja, sangat dianjurkan, terutama bila dijalankan
atas penetapan Tahta Apostolik.” Begitu pula olah kesalehan yang
khas bagi Gereja-Gereja setempat memiliki makna istimewa, bila
dilakukan atas penetapan para Uskup, menurut adat kebiasaan atau
buku-buku yang telah disahkan. Akan tetapi, sambil mengindahkan
masa-masa liturgi, olah kesalehan itu perlu diatur sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan liturgi suci; sedikit banyak harus bersumber
pada liturgi dan menghantar umat kepadanya; sebab pada hakikatnya
liturgi memang jauh lebih unggul dari semua olah kesalehan itu” (SC
13)
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari pernyataan dokumen
tersebut ialah:
1. Devosi-devosi umat sangat dianjurkan. Devosi-devosi itu bukan saja
ditolerir untuk dijalankan. Mereka diakui martabatnya sebagai olah
kesalehan yang muncul dari umat Allah dan bahwa umat Allah ini berada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
dalam bimbingan Roh Kudus. Pengakuan Konsili Vatikan ini begitu
signifikan mengingat sejarah panjang relasi yang kurang baik antara liturgi
dan devosi-devosi umat. Penghargaan atas karya Roh Kudus dalam umat
Allah ini amat menggembirakan. Setelah mencermati dan meneliti secara
sungguh devosi umat sebagai karya Roh Kudus sendiri dan sejalan dengan
data pewahyuan, devosi-devosi itu bisa direkomendasikan dan diangkat
sebagai bentuk devosi umat. Rekomendasi ini tidaklah berarti suatu
keharusan. Devosi-devosi itu merupakan suatu bentuk penyembahan yang
dimungkinkan, namun bukanlah bentuk yang paling penting. Umat bebas
untuk menerimanya atau tidak memanfaatkannya.
2. Bentuk-bentuk devosi yang direkomendasikan oleh Gereja. Ada dua
bentuk devosi umat, yakni yang pertama adalah devosi-devosi yang
ditetapkan dan direkomendasikan oleh Tahta Suci bagi Gereja-gereja
lokal, seperti Rosario, jalan salib dan litany, dan yang kedua ialah devosi-
devosi yang memiliki arti istimewa bagi Gereja. Untuk keduanya,
sangatlah penting bahwa devosi-devosi itu dibimbing dan diarahkan oleh
hierarki yang berwenang. Hanya dengan jalan inilah ada jaminan bahwa
umat tidak akan salah arah. Tuntunan untuk menjalankan praktik
devosional yang benar dan bermakna mesti dibuat. Semangat yang ada di
balik devosi itu pun mesti dijabarkan.
3. Beberapa prinsip-prinsip yang penting agar praktik devosi itu benar dan
berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
a. Liturgi resmi pada hakikatnya lebih tinggi dari segala macam devosi
umat yang ada. Liturgi merupakan bentuk penyembahan yang resmi
dalam Gereja, sementara devosi-devosi itu merupakan doa dan praktik
religius yang direkomendasikan. Karena perbedaan itu, devosi-devosi
itu disadari berada di bawah liturgi : mereka itu mesti sesuai dengan
semangat dan gambaran liturgi dan liturgi tidak diadaptasi menjadi
devosi-devosi. Umat beriman diajak untuk menyadari akan pentingnya
liturgi, melebihi bentuk-bentuk doa kristiani yang sah lainnya.
b. Devosi-devosi itu mesti selaras dengan masa-masa liturgis. Di satu
sisi, devosi dan liturgi harus jelas perbedaannya namun juga mesti
selaras satu sama lain.
c. Devosi-devosi itu mesti sesuai dengan liturgi suci. Formula yang
cocok untuk olah kesalehan jangan bercampur baur dengan tindakan
liturgis. Di satu sisi penekanan yang berlebihan atas praktik kesalehan
dan devosional dari pada liturgi, sehingga seolah-olah membedakan
bahasa, penekanan teologis dan tindakan liturgis harus dihindari,
sementara beragam bentuk kompetisi dan oposisi pada tindakan
liturgis mesti dicegah. Penekanan mesti diberikan pada misa
Mingguan, hari raya dan hari masa-masa liturgi.
d. Devosi itu mesti mengalir dari liturgi dan mengarahkan umat padanya.
Hal ini penting disadari mengingat adanya bahaya bahwa devosi
menjadi lebih penting daripada liturgi atau terpisah darinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Kesalehan umat hendaknya selalu dilihat dalam kerangka iman Kristiani.
Setiap pengembangan kesalehan umat tanpa memperhatikan liturgi dapat
mendorong suatu proses yang akhirnya menjauhkan kaum beriman dari
wahyu Kristiani dan memberikan peluang untuk menggunakan secara tidak
tepat atau secara keliru unsur-unsur yang diambil dari kosmos atau agama-
agama alami. Hal ini juga memberikan peluang untuk memasukkan ke dalam
ibadat Kristiani unsur-unsur yang diambil dari kpercayaan-kepercayaan pra-
Kristen atau yang merupakan ungkapan-ungkapan kultural, nasional atau
psikologis etnis melulu. Hal ini dapat menimbulkan ilusi bahwa yang
transenden dapat dicapai lewat pengalaman-pengalaman keagamaan yang
tercemar, dan dengan demikian memupuk pandangan bahwa keselamatan
dapat dicapai lewat usaha-usaha pribadi manusia sendiri dan menghancurkan
setiap pemahaman Kristiani yang autentik terhadap keselamatan sebagai
karunia cuma-cuma dari Allah. Maka patutlah umat kristiani mampu
berpartisipasi aktif (https://ikksumalang.wordpress.com/2013/03/01/sejarah-
perkembangan-devosi-dalam-gereja-katolik-zaman-kristiani-awali-sampai-
Konsili-Vatikan-II).
Devosi dalam Konstitusi Sacrosanctum Concilium merupakan penjelasan
sekaligus ajakan Gereja kepada seluruh anggotanya agar olah kesalehan
berkembang sesuai dengan nilainya yang sejati. Supaya semakin dekat dengan
Allah, umat Katolik berdoa dengan bermacam-macam devosi. Gereja
menekankan hal ini karena devosi memiliki peranan yang sangat berguna bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
iman umat dan akhirnya iman Gereja semesta. Sebab, devosi umat juga
berperan dalam ajaran iman Gereja, misalnya penetapan beberapa dogma
Maria yang dikuatkan dengan devosi umat. Dalam devosi tampak dimensi
afektif umat yang seringkali tidak terdapat dalam Liturgi. Olah kesalehan
dapat membantu mendekatkan orang pada Liturgi; olah kesalehan
menyediakan pula tempat pengungkapan kolektif untuk kelompok-kelompok
atau bentuk-bentuk kesalehan yang tidak dapat ditampung dalam Liturgi.
Inilah hal mendasar yang mau ditampilkan para bapa Konsili dalam konstitusi
ini; olah kesalehan atau devosi harus menghantar umat pada penghayatan
Liturgi yang semakin intim atau mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BAB IV
USULAN PROGRAM KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS
BAGI UMAT DALAM BERDEVOSI YANG SEHAT KEPADA SANTA
PERAWAN MARIA
Wadah yang mewadai pengajaran pembinaan iman dalam Gereja adalah
katekese. Dengan berkatekese ini memberikan pengajaran iman yang tepat dan benar
sesuai ajaran Gereja kepada umat. Tujuannya, agar umat dapat mengetahui dan
memaknai hidup serta mewujudnyatakan iman Kristianinya dalam hidup dan
karyanya. Selain itu, melalui pembinaan iman dapat "membangun dan
mengusahakan” supaya menjadi lebih baik, (sempurna) dalam menghayati dan
mengamalkan serta mempratekan iman secara nyata dalam berdevosi.
"Pembinaan" memiliki beberapa arti, yaitu proses, cara membina,
pembaharuan, penyempurnaan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan
berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam menghayati iman.
Secara praktis, kata "membina" memiliki banyak persamaan kata yakni "mendidik,
mengkader, mendewasakan, membentuk, memotivasi, memperhaharui, membangun,
membimbing, memelihara, dan memimpin. "Bertolak dari pengertian ini maka
pembinaan berkaitan dengan upaya sadar, terarah, dan terukur serta rangkum dari
manusia dengan tingkat kualitas, kuantitas, dan penanganan tertentu untuk membawa
perubahan dari suatu kondisi tertentu kepada kondisi baru yang bernilai lebih tinggi
untuk memaksimalkan dan memanfaatkan setiap anggotanya menjadi pribadi-pribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
yang sungguh tahu secara benar dan pasti akan suatu nilai yang diajarkan dalam
pembinaan yang dimaksud; khususnya dalam berdevosi kepada Bunda Maria sesuai
ajaran dan dogma Gereja.
Dengan melihat dasar pemikiran di atas maka dalam bab ini, penulis
mengusulkan program katekese model Shared Christian Praxis bagi umat dalam
berdevosi yang sehat kepada Santa Perawan Maria. Yang terdiri dari empat pokok
yaitu: bagian pertama: gambaran mengenai katekese, bagian kedua: katekese umat
model Shared Christian Praxis, bagian ketiga: usulan program katekese, bagian
keempat: contoh katekese model Shared Christian Praxis (SCP).
A. Gambaran Umum Mengenai Katakese
Katekese merupakan salah satu sarana untuk pembinaan iman dan
mensosialisasikan nilai-nilai kristiani yang diamanatkan oleh Yesus Kristus kepada
anggota-anggotanya dalam hidup menggereja (bdk. Mrk. 16:15). Menurut konsilisi
Vatikan II Gereja adalah persekutuan orang-orang yang dipersatukan dalam
Kristus…, dan telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan kepada semua
orang (EN. No. 43-45).
Untuk itu penyampaian warta keselamatan Yesus Kristus sekaligus ajaran-
Nya kepada semua orang dilaksankan melalui Katekese. Paus Paulus VI menyatakan
dalam Ensiklik tentang pewartaan Injil “melalui pelajaran agama yang sistematis,
akal budi dibina dengan ajaran-ajaran dasar iman kristiani, kenyataan yang
terkandung di dalam kebenaran yang disampaikan Allah kepada kita, agar dicamkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
oleh ingatan dan diolah oleh hati sedemikian sehingga merasuki kehidupan dari setiap
anggota umat kristiani agar setiap mereka hidup dan berkarya sesuai dengan ajaran
iman yang sesungguhnya yang berasal dari Allah memlalui Putra-Nya (GS. No 1).
Selain itu dalam sinode para Uskup tahun 1977, para Uskup memberikan
perhatian penuh kepada katekese dalam dunia yang semakin modern ini. Mereka
menegaskan bahwa katakese merupakan suatu bentuk kegiatan Gereja yang tetap dan
mendasar, bentuk pewartaan Injil yang menampilkan ciri kenabian Gereja, di mana
kesaksian dan pengajaran berlangsung serentak. Untuk itu semakin dibutuhkan dan
diusahakan pelbagai bentuk katakese dan aneka bidangnya, antara lain katekese anak-
anak, katekese orang muda, katekese orang dewasa dan lansia serta katekese tentang
devosi-devosi (Ensklik Paus Paulus II, 1979 No. 19). Untuk itu, pada dasarnya
"katekese” ialah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam
iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran iman kristiani, yang diberikan
secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar mencapai
kepenuhan hidup kristiani. Dengan misi mulia ini, Gereja hadir ditengah-tengah dunia
untuk menyampaikan sekaligus membina pengikut-pengikutnya untuk hidup sesuai
dengan ajaran imannya. Dan setiap pengikut atau anggotanya wajib untuk taat dan
setia serta mengamalkan ajaran nilai-nilai iman kristiani ini dalam hidup dan karya
nyata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
1. Pengertian Katekese
Kata “katekese” berasal dari kata Yunani katekeo yang berarti membuat
bergema. Istilah ini kemudian digunakan oleh umat kristiani menjadi istilah khusus
dalam bidang pewartaan (Rukiyanto, 2012: 59). Dalam kitab suci juga terdapat kata
katekese, terutama pada: Luk 1:4, Kis 18:25, Kis 21:21, Rm 2:18, 1Kor 14:19, Gal
6:6. Dalam konteks ini, katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman, dan
pendidikan iman agar seorang kristiani semakin dewasa dalam iman, jadi katekese
biasanya diperuntukan bagi orang-orang yang sudah dibaptis di tengah umat yang
sudah kristen.
Dalam Evangelii Nuntiandi, Evangelisasi adalah rahmat dan panggilan khas
Gereja, merupakan jati dirinya yang paling dasar. Gereja ada untuk mewartakan Injil
(EN. No14). Bagi Gereja penginjilan berarti membawa Kabar Baik kepada segala
tingkat kemanusiaan, dan melalui pengaruh Injil mengubah umat manusia dari dalam
dan membuatnya menjadi manusia baru (EN. 18) Injil harus diwartakan melalui
kesaksian hidup (EN. No. 21) Kabar Baik yang diwartakan dengan kesaksian hidup
cepat atau lambat haruslah diwartakan dengan Sabda Kehidupan. Dan segi yang
penting dari pewartaan Sabda Kehidupan adalah kotbah dan katekese. (EN. No. 22) 3.
Catechesi Tradendae Penyelenggaraan katekese oleh Gereja selalu dipandang sebagai
salah satu tugas yang amat penting, yang disadari oleh tugas perutusan dari Yesus
sendiri kepada para murid-Nya (CT. No. 1). Katekese yang otentik seluruhnya
berpusat pada Kristus (CT. No. 5). Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda
dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampain ajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Kristiani, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan
maksud menghantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT. 18).
Untuk itu, katekese dapat mengantar umat pada suatu komitmen iman yng utuh dalam
penghayatan dan pengamalan iman dalam karya nyata sebagai umat kristiani.
2. Tujuan Katekese
Tujuan katekese adalah membawa orang dalam kesatuan dengan Yesus Kristus (CT.
5). Dengan dmikian melalui katekese orang diharapkan dapat mengembangkan
pengertian tentang misteri Kristus dalam ternag Sabda Allah, sehingga seluruh
pribadinya diresapi oleh sabda itu (Rukiyanto, 2012: 62). ). Ditelusuri dari anjuran
Apostolik Catechesi Trandendae, Paus Paulus II mengatakan bahwa tujuan katakese
adalah ‘… berkat bantuan Allah mengembangkan iman dan dari hari ke hari semakin
memantapkan peri hidup Kristus umat beriman (Art. 20). Hal ini mengandung makna
bahwa katekese bertujuan membantu mengembangkan iman umat secara terus
menerus dan upaya ini didukung oleh rahmat dan bantuan Roh Kudus yang
membimbing dan berkarya di dalam hati dan pikiran untuk mendorong dan
menyemangati umat beriman dalam usaha memperkembangkan iman.
3.Tugas Katekese
Tugas Katekese adalah membentuk dan membina setiap anggota umatnya dalam
terang Injil dalam Gereja. Hal ini ditegaskan dalam buku “Pewartaaan Zaman Global
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
oleh Rukiyanto bahwa katekese merupakan tindakan gerejawi. Dengan demikian
tugas katekese adalah mendukung pertumbuhan Gereja dengan mengembangkan :
1. Pengetahuan iman
2. Pendidikan liturgis
3. Pembinaan moral
4. Mengajar berdoa
5. Membawa orang mmasuk ke dalam hidup jemaat (pendidikan hidup
berjemaat)
6. Menjalin relasi dengan umat dari gereja-gereja lain (dimensi ekumenis) dan
dialog dengan umat beragama lain.
Untuk itu, keenam tugas katekese di atas ini merupakan tugas yang penting dan saling
berhubungan. Tugas-tugas itu dapat dikategorikan menjadi dua hal pokok yaitu hal-
hal yang berkaitan dengan Gereja dan hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat.
Tugas pengembangan iman, pendidikan liturgis, mengajar berdoa, dan pendidikan
hidup berjemaat merupakan tugas yang berkaitan dengan intern Gereja, sedangkan
tugas pembinaan moral dan perutusan mengangkut tugas umat di dalam masyarakat.
Dengan kata lain tugas katekese adalah untuk mengembangkan Gereja dengan
mewartakan Kristus dan mendidik untuk semakin beriman dan bertanggung jawab
dalam tugas perutusan Gereja (Rukiyanto, 2012:63).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
B. Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP)
1. Pengertian Shared Christian Praxis (SCP)
a. Shared
Menurut Thomas H Groome kata shared menunjukkan suatu komunikasi
yang timbal balik yang mengandung sikap terbuka, dialog dan partisipasi aktif dari
semua peserta dan yang terpenting adalah terbuka terhadap Tuhan. Pada model ini,
baik pendamping maupun peserta dapat menjadi nara sumber. Semua peserta menjadi
partner yang aktif terlibat dan secara kritis mengolah pengalaman serta keadaan
factual masyarakat. Dalam proses ini diharapkan setiap peserta mengutamakan
keterbukaan, kepekaan dan penghormatan. Peserta diharapkan untuk tidak hanya
mendengar dengan telinga tetapi juga dengan hati (Groome, 1997:4).
b. Christian
Katekese dengan model Shared Christian Praxis (SCP) mengusahakan agar
kekayaan iman kristiani semakin dekat dan relevan dengan kehidupan peserta zaman
sekarang. Tradisi kristiani merupakan tanggapan manusia atas pewahyuan Allah yang
sungguh dihidupi dalam perjalanan hidup di dunia. Visi kristiani yang paling hakiki
adalah terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia (Groome,
1997: 2-3).
c. Praxis
praxis mengacu pada tindakan manusia yang bertujuan untuk suatu
transformasi kehidupan melalui keterlibatan baru. Praxis memiliki tiga komponen
yang saling berkaitan yaitu: pertama aktivitas meliputi kegiatan mental dan fisik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
kesadaran, tindakan personal dan sosial sebagai medan perwujudan diri manusia
sebagai subyek. Kedua refleksi yang menekankan refleksi kritis terhadap tindakan
personal dan sosial serta terhadap tradisi iman Kristiani. Melalui refleksi kritis dapat
memungkinkan peserta untuk berjumpa dengan kekayaan refleksi iman kristiani
sepanjang sejarah bukan sebagai rumusan kaku tetapi sebagai sabda yang hidup dapat
dihidupi. Ketiga kreatifitas merupakan perpaduan antara aktivitas dan refleksi yang
menekankan sifat tansenden manusia dan menekankan praksis di masa depan yang
terus berkembang sehingga melahirkan praxis baru (Groome, 1997:2).
2. Langkah-langkah Katekese Umat model Shared Christian Praxis (SCP)
Untuk mendalami langkah-langkah katekese dengan model SCP, penulis terinspirasi
oleh gagasan Groome (Sumarno, 2016:26). Dalam gagasan tersebut, Sumarno
menguraikan lima langkah pokok dalam katekese dengan model SCP, yakni:
a. Langkah 0 (awal): Pemusatan Aktivitas
Langkah ini bertujuan untuk menemukan topik pertemuan yang bertolak dari
kehidupan konkrit dan menjadi tema dasar pertemuan sehingga sungguh-sungguh
mencerminkan pokok-pokok hidup, keprihatinan, permasalahan dan kebutuhan
peserta. Sarana yang digunakan berupa simbol, cerita, poster, kaset suara, film yang
dapat menunjang peserta menemukan salah satu aspek yang menjadi topik dasar
dalam pertemuan tersebut. Pada langkah ini pemusatan aktivitas mengungkapkan
keyakinan bahwa Allah senantiasa aktif mewahyukan diri dan kehendak-Nya di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
tengah kehidupan manusia. Peran pembimbing yaitu menciptakan lingkungan yang
mendukung dan memilih sarana yang tepat serta membantu untuk merumuskan tema
yang tepat (Sumarno, 2016:18-19).
b. Langkah 1 (Pertama): pengungkapan pengalaman hidup faktual
Pada langkah pertama ini, katekis sebagai pendamping pertemuan mengajak para
peserta untuk menindaklanjuti apa yang telah dipersiapkan pada langkah 0 (nol) di
atas. Berdasarkan tema dasar langkah ini membantu peserta untuk mengungkapkan
pengalaman hidup faktual. Peran pendamping pada langkah ini adalah sebagai
fasilitator yang menciptakan suasana suasana terasa hangat dan mendukung peserta
untuk membagiakan realita hidup yang dialami berkaitan dengan tema dasar. Makan
sikap yang dimiliki sebagai seorang pembimbing adalah sabar, ramah, bersahabat,
peka pada latar belakang keadaan dan permasalahan peserta (Sumarno, 2016:19).
c. Langkah II (kedua): Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual
(Mendalami Pengalaman Hidup Peserta)
Langkah ini bertujuan untuk membantu peserta memperdalam refleksi dan
mengantar peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup peserta. Peran
pembimbing menciptakan suasan pertemuan yang menghormati dan mendukung
setiap gagasan serta sumbang saran dari peserta, mengadakan dialog dan penegasan
bersama yang bertujuan untuk memperdalam, menguji pemahaman dan imaginasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
peserta, memotivasi peserta untuk mengungkapkan pengalaman hidupnya (Sumarno,
2016, 20).
d. Langkah III (Ketiga): Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani
lebih Terjangkau (Menggali Pengalaman Iman Kristiani)
Langkah ini bertujuan untuk mengkomunikasikan nilai-nilai tradisi dan visi
kristiani agar lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan peserta yang
konteks dan latar belakang kebudayaannya berlainan. Dalam tradisi dan visi kristiani
mengungkapkan pewahyuan diri dan kehendak Allah yang memuncak dalam misteri
hidup dan karya Yesus Kristus serta tanggapan manusia atas karya pewahyuan
tersebut. Peranan pembimbing pada langkah ini adalah membantu peserta agar nilai-
nilai tradisi dan visi kristiani menjadi milik peserta, mengantar peserta ke tingkat
kesadaran dan perlu membuat persiapan yang matang (Sumarno, 2016: 20-21).
e. Langkah IV (Keempat): Tafsir Dialektis antara Tradisi dan Visi Kristiani
dengan Tradisi dan Visi Peserta (Menerapkan Iman dalam Situasi Peserta
Konkrit)
Langkah ini bertujuan mengajak peserta berdasarkan nilai tradisi dan visi kristiani
menemukan bagi dirinya nilai hidup yang hendak digaris bawahi, sikap-sikap pribadi
yang picik yang hendak dihilangkan. Peserta juga diajak untuk mengintegrasikan
nilai-nilai hidup mereka ke dalam tradisi dan visi kristiani. Peserta mendialogkan
hasil pengolahan mereka pada langkah 1 dan II dengan isi pokok pada langkah III.
Mereka bertanya bagaiman nilai-nilai tradisi dan visi kristiani meneguhkan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
mengkritik atau mempertanyakan dan mengundang mereka untuk melangkah pada
kehidupan yang lebih baik. Peranan pembimbing pada langkah ini adalah
menghormati kebebasan dan hasil penegasan peserta, meyakinkan peserta bahwa
mereka mampu mempertemukan pengalaman hidup dan visi mereka dengan nilai
tradisi dan visi kristiani, mendorong peserta untuk merubah sikap dari pendengar
pasif menjadi pihak yang aktif, mendengar dengan hati tanggapan, pendapat dan
pemikiran peserta (Sumarno, 2016:21-22).
f. Langkah V (Kelima): Keterlibatan Baru Demi makin terwujudnya Kerajaan
Allah di Dunia (Mengusahakan suatu Aksi Konkrit)
Pada langkah yang terakhir ini bertujuan untuk mengajak peserta sampai pada
keputusan praktis sebagai tanggapan jemaat terhadap pewahyuan Allah yang terus
berlangsung di dalam sejarah kehidupan manusia. Aspek yang ditekankan adalah
kognitif (Pemahaman), afektif (Perasaan), dan tingkah laku (Praktis). Peranan
pendamping pada langkah ini adalah merumuskan pertanyaan yang operasional,
menekankan sikap optimis yang realistis pada peserta, merangkum hasil dari langkah
pertama sampai keempat agar dapat membantu peserta, mengusahakan agar peserta
sampai pada keputusan pribadi dan bersama, mengajak peserta untuk mengakhiri
proses ini dengan merayakan liturgy sederhana (Sumarno, 2016:22).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
C. Usulan Program Katekese
Pada bagian ini, penulis memaparkan mengenai tujuan usulan program
katekese, pemikiran dasar atas usulan program katekese, matriks usulan program
katekese dan contoh katekese model Shared Christian Praxis (SCP).
1. Tujuan Usulan Program Katekese
Usulan program yang diajukan pada bagian ini merupakan salah satu bentuk
pembinaan bagi Gereja Katolik. Usulan program katekese menyangkut tema umum,
sub tema, tujuan, bahan, metode, sumber bahan dan saran yang digunakan.
Usulan program katekese yang diajukan bertujuan agar umat beriman dapat
menghayati teladan hidup Maria dalam hidup bersama sebagai wujud dari devosi
yang sehat sehingga umat dapat meneladani iman Maria dengan sungguh-sungguh.
Program katekese ini dilaksanakan sebulan sekali selama 5 bulan.
2. Pemikiran Dasar atas Usulan Program Katekese
Realita dunia saat ini dengan segala kemajuan yang sangat pesat di berbagai
bidang kehidupan sangat mempengaruhi pola pikir dan cara bertindak seseorang.
Budaya instan semakin merajalela dimana-mana sehingga orang semakin sulit untuk
merefleksikan pengalaman hidupnya. Terhadap realita yang demikian Gereja
mempunyai keprihatian khusus sehingga terus mencari cara yang tepat untuk dapat
mengantar umat beriman menemukan Tuhan dalam setiap realita hidup yang dialami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Memang tugas ini tidak mudah, banyak tantangan dan hambatan yang dialami
terutama para pewarta.
Katekese merupakan suatu pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman
agar seorang kristiani semakin dewasa dalam iman. Oleh karena itu, melalui katekese
dengan model Shared Christian Praxis (SCP) umat mampu menghayati teladan hidup
Maria dalam hidup bersama sebagai wujud dari devosi yang sehat di lingkungan
maupun gereja pada umumnya.
Pada bagian ini, penulis mengusulkan tema umum katekese kemudian
dijabarkan ke dalam lima sub tema katekese yang dituangkan dalam matriks usulan
program katekese. Kelima sub tema tersebut sebagai dasar sekaligus contoh untuk
mengembangkan tema-tema lain sesuai dengan kebutuhan dan situasi peserta.
Pelaksanaan program ini dilakukan selama lima bulan secara berkesinambungan oleh
penulis. Tema umum yang penulis usulkan adalah “Menghayati teladan hidup Maria
dalam hidup bersama sebagai wujud dari devosi yang sehat”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
3. Matriks Usulan Program Katekese
Tema: Menghayati teladan hidup Maria dalam hidup bersama sebagai wujud dari devosi yang sehat.
Tujuan: Bersama pendamping, peserta diajak untuk menyadari makna doa devosi Sebagai kekuatan dalam hidup sehari-hari
sehingga semakin mampu meningkatkan doa devosi Maria sebagai kebutuhan rohani bukan sebagai rutinitas saja.
Peserta: umat Lingkungan St Ignasius Jaban, Paroki Mlati
No Sub Tema Tujuan tema Materi metode Sarana Sumber bahan
1 Mengenal
Maria dalam
Injil sinoptik
Bersama
pendamping
peserta dapat
memahami
pribadi Maria
dalam Injil
Matius,Markus
Lukas dan
Yohanes
Teladan hidup Maria
yang terdapat di injil:
1. Matius
2. Markus
3. Lukas
4. Yohanes
- tanya jawab
- sharing
- refleksi
- informasi
- Salib dan lilin
- KS
- PS
- Spidol
- Power point
- White board
- laptop
- KS
- Tafsir KS
Perjanjian
Baru,Martin Harun,
1988. Maria dalam
perjanjian Baru.
Obor, Jakarta
2 Maria dalam
Pandangan
Gereja
Bersama
pemdamping
peserta dapat
memahami
pribadi Maria
menurut ajaran
gereja/dogma
tentang Maria
- Maria
menerima
warta gembira
- Santa Perawan
dan masa
kanak-kanak
Yesus
- Santa Perawan
dan hidup
Yesus di muka
umum
- Keutamaan-
keutamaan
Maria, pola
bagi Gereja
- tanya
jawab
- sharing
- refleksi
- informa
si
- Salib dan lilin
- KS
- PS
- Spidol
- Power point
- White board
- laptop
- KS
- Konsili Vatikan II,
Kristianto. 1987.
Maria dalam
Gereja. Kanisius.
Yogykarta.
- Tafsir Kitab Suci
Perjanjian Baru
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
3 Maria sebagai
teladan umat
beriman
Bersama
pendamping
peserta dapat
menghayati
hidup sebagai
seorang utusan
Tuhan melalui
hidup
bermasyarakat
yang sehat
- Model hidup
Maria
- Hidup Maria
sebagai model
hidupku dalam
bermasyarakat
- Makna dan
dasar bakti
kepada Santa
Perawan
- tanya jawab
- sharing
- refleksi
- informasi
- Salib dan lilin
- KS
- PS
- Spidol
- Power point
- White board
- laptop
- KS
- Konsili
Vatikan II
- Darminta, J.
(1994). Maria
Bunda iman
Kita.
Yogyakarta:
Kanisius.
- Bernadot, M.
V (1965).
Maria Dalam
Hidupku.
Semarang:
Kanisius.
4 Bunda Maria
dalam karya
perutusan
Allah
Panggilan Maria
sebagai Bunda Allah
menjadi model
panggilan setiap
keluarga kristiani
- tanya jawab
- sharing
- refleksi
- informasi
- Salib dan lilin
- KS
- PS
- Spidol
- Power point
- White board
- laptop
- KS
- Tafsir Kitab
Suci
Perjanjian
Baru
- Konsili
Vatikan II
- Bifet,
Esqueda
(1988). Maria
model Gereja
dalam Tugas
Perutusan.
Jakarta: Biro
Nasional
Kepausan
Indonesia
- Yohanes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Paulus II.
(1987).
Redemtoris
Matter. (N.J.
Boumans,
SVD,
Penerjemah).
Ende: Nusa
Indah
5 Devosi Maria
sebagai
wujud
ungkapan
iman umat
Bersama
pendamping
peserta dapat
menghayati
hidup sebagai
seorang utusan
Tuhan dengan
berdevosi yang
sehat
- Peran Bunda
Maria dalam
karya
perutusan
Tuhan
- Tugasku
sebagai utusan
Tuhan dalam
devosi yang
sehat
- Panggilan
hidupku dalam
keluarga
sebagai aksi
dari devosi
yang sehat
- Semangat
mewartakan
sabda dan
kebangkitan
kepada S.
Perawan
- tanya jawab
- sharing
- refleksi
- informasi
- Salib dan lilin
- KS
- PS
- Spidol
- Power point
- White board
- laptop
- https://komitilitur
giolof.blogspot.co
m/2011/12/maria-
menurut-ajaran-
konsili-vatikan-
ii.html. Akses
pada, 10 Agustus
2018.
- Dodumen Konsili
Vatikan II
- KS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
D. Contoh Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP)
1. Identitas Katekese Umat
Tema : Devosi kepada Maria sebagai teladan umat beriman.
Tujuan : Bersama pendamping, peserta dapat menghayati hidup
Santa Maria sebagai teladan hidup umat beriman dalam
kehidupan sehari-hari
Peserta : Umat Lingkungan St Ignasius Jaban Paroki Mlati
Tempat : Salah satu rumah umat
Hari/Tgl : 9 Oktober 2018
Waktu : 19.00-20.00
Metode : Tanya jawab, Sharing, Refleksi, Informasi
Model Katekese : Shared Christian Praxis (SCP)
Sarana : Kitab Suci, Buku Puji Syukur,Lilin dan Salib, Teks foto
copy cerita
Sumber Bahan : Lukas 1:26-38, Leks,S. 2003. Tafsir Injil Lukas.
Yogyakarta: Kanisius; Wharton, PJ. 1994.
Darminta, J. (1994). Maria Bunda Iman Kita. Yogyakarta:
Kanisius
Herman, Musakabe. (2005). Bunda Maria Pengantara
Rahmat Allah. Bogor; Citra Insan Baru.
https://komitiliturgiolof.blogspot.com/2011/12/maria-
menurut-ajaran-konsili-vatikan-ii.html.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
2. Pemikiran Dasar
Dalam hidup sehari-hari, doa devosi merupakan salah satu cara umat untuk
berdoa, namun masih sering menganggap doa devosi sebagai sesuatu yang tidak
terlalu penting dan hanya sebagai formalitas saja. Ketika mendapat tugas untuk
berdoa di lingkungan, masih ada yang yang merasa sulit untuk mengungkapkan
sebuah doa yang sederhana. Selain itu juga belum ada kesadaran bahwa doa itu
kebutuhan setiap pribadi, mungkin ketika kita bangun tidurpun lupa untuk berdoa
karena disibukkan dengan berbagai macam hal yang sebenarnya tidak terlalu penting,
ketika bangun pagi seringkali lupa mengucap syukur atas berkat Tuhan yang diterima
dan justru yang dilakukan pertama kali adalah mengambil alat komunikasi (HP).
Kenyataan seperti inilah yang membuat jarak/hubungan dengan Tuhan kurang.
Orang mulai tidak setia pada hal-hal kecil , termasuk ketidak setiaan terhadap doa
devosi Maria sebagai orang yang beriman.
Injil Lukas 1: 26-38 memaparkan dengan jelas bahwa Maria adalah pribadi
yang selalu siap sedia. Kesediaannya untuk menerima tawaran Allah untuk menjadi
ibu Yesus sungguh luar biasa. Maria adalah seorang sosok wanita desa yang penuh
dengan kesederhanaan. Kesederhanaan inilah yang perlu diteladani agar umat
beriman mampu menghayati teladan hidup Maria dalam kehidupan sehari-hari. Doa
diharapkan mampu menciptakan atau menjalin hubungan yang dekat dengan Tuhan
dan tidak sekedar sebagai rutinitas saja, Doa berarti sungguh meluangkan waktu
untuk sungguh-sungguh berkomunikasi yang personal dengan-Nya. Kesetiaan dalam
berelasi dengan Tuhan melalui doa merupakan suatu komitmen akan apa yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
diprioritaskan dalam hidup, jadi tidak hanya diungkapkan tetapi sungguh
direalisasikan. Hal ini sungguh terpancar dari pribadi Maria yang menjadi teladan
kesetiaan.
Melalui pertemuan ini kita diharapkan untuk semakin menyadari akan makna
doa. Maria sebagai Pribadi/cermin bagi umat beriman. Pribadi Maria menjadi pola
bagi setiap pribadi untuk sampai kepada Puteranya. Makna doa devosi sebagai
kekuatan dalam hidup sehari-hari sehingga semakin mampu meneladan Yesus
sebagai pendoa sejati. Kita juga berharap agar mampu berdoa tidak hanya di
lingkungan, tetapi sungguh menyadari akan pentingnya doa devosi Maria, maka doa
devosi dilakukan di rumah ataupun dimana saja kita berada. Dengan demikian kita
semakin dekat dengan Tuhan dan mampu menjalankan tugas sebagai pewarta kabar
gembira.
3. Pengembangan langkah-langkah
Pembukaan
a. Kata Pengantar
Bapak, ibu dan saudara-saudari, yang terkasih dalam Kristus, kita berkumpul
di tempat ini karena kasih Allah dalam Yesus Sang pendoa sejati. Dalam kehidupan
sehari-hari kita kurang atau bahkan tidak berdoa melalui perantaraan bunda Maria,
mungkin kita berdoa tetapi hanya rutinitas saja, karena sudah ditugaskan untuk
memimpin doa di lingkungan maka berdoa, tetapi tanpa ada kesadaran bahwa doa
melalui Maria itu kebutuhan rohani. Ketika bangun pagi mungkin yang kita lakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
bukan berdoa untuk mensyukuri rahmat Tuhan tetapi justru alat komunikasi kita yang
kita sapa terlebih dahulu.
Maria sungguh luar biasa dimana ia adalah sosok yang patut diteladani,
sebagai umat beriman yang sejati, kita sungguh bersyukur bahwa kita diberi
sosok/pribadi yang begitu taat akan Allah, yang dengan penuh kesadaran dan
kesederhaannya ia mampu mengatakan “Ya”. Maka dalam kehidupan harian, kita
diingatkan untuk menjadikan Maria sebagai pola dan teladan hidup serta berusaha
untuk mampu berdevosi sesuai dengan ajaran iman Kristiani. Kesetiaan dalam
berelasi dengan Tuhan melalui doa merupakan suatu komitmen akan apa yang telah
diprioritaskan dalam hidup.
Kesetiaan Maria sebagai pendoa sejati menjadi teladan bagi kita dalam
membina hidup rohani. Maka devosi kepada Maria itu sangat penting untuk
kehidupan sehari-hari dimana devosi Maria membuat relasi kita semakin dekat
dengan-Nya. Ketika doa devosi kepada Maria secara rutin dilaksanakan akan sangat
bermanfaar untuk kehidupan iman. Maka dengan semakin berdoa akan semakin
merasa dekat dengan yang Kuasa.
1) b. Lagu Pembuka : MENGASIH MARIA (Lampiran 1)
2) c. Doa Pembuka:
Allah Bapa yang maha kasih, kami bersyukur atas kasih-Mu yang boleh kami
alami dalam hidup ini, terutama kasih-Mu yang telah menghadirkan Maria Sang
pendoa sejati sebagai teladan kesetiaan dalam hidup rohani kami. Saat ini kami akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
sama-sama menggali, merefleksikan sejauh mana kami sungguh menghayati iman
kepercayaan kami dalam doa-doa devosi. Sebagai umat beriman, kami sadar bahwa
masih mengikuti keinginan kami sehingga sehingga doa devosi kepada Maria jarang
kami lakukan bahkan kalau lakukan juga itu hanya formalitas saja, Maka bantulah
kami agar Bunda Maria pendoa sejati sungguh menjadi teladan, kekuatan dan sumber
hidup kami dalam membina hidup rohani kami. Dan semoga kami disadarkan akan
pentingnya doa devosi Maria. Kami menyadari keterbatasan diri kami yang sering
kali tidak setia dalam membangun hidup doa. Bantulah kami dengan terang roh
kudus-Mu agar semakin memampukan kami untuk belajar menjadi seorang pribadi
yang setia dalam doa, setia dalam membina hidup rohani umat beriman yang menjadi
tanggung jawab kami masing-masing. Semuanya ini kami mohon dengan perantaraan
Kristus Tuhan kami. Amin
a. d. Langkah I : Mengungkap Pengalaman Hidup Peserta
1). Pendamping membagi lembaran foto copy cerita “ Jangan takut, percayalah pada-
Nya” (Lampiran 3)
2). Penceritaan kembali isi cerita “Jangan takut,percayalah pada-Nya”: pendamping
meminta salah satu peserta untuk menceritakan kembali inti sari cerita tersebut
secara singkat.
b. 3). Inti sari cerita “Jangan takut,percayalah pada-Nya” sebagai berikut:
Cerita menggambarkan situasi dua orang yang menceritakan bahwa mereka
mengalami penolakan di dalam keluarga karena kemiskinan dan juga karena sakit, hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
ini membuat mereka merasa terpuruk dan yang diinginkan adalah kematian. Orang-
orang “terdekat” yaitu keluarga yang diharapkan mau “memahami” atau “menerima”
mereka ternyata malah menjadi orang “pertama” yang menolak. Orang ini tidak
merasa “ingin dibantu” hanya diterima, tetapi yang diperoleh malah jauh dari apa
yang diharapkan.
Gambaran selanjudnya, orang yang menerima kabar ini tidak bisa berbuat
banyak kecuali mendengarkan dan menjadi tempat mereka mencurahkan
“kekecewaan” dan “kekesalan” dari apa yang telah mereka alami dan hanya dengan
kedua kalimat diatas yang menjadi senjata untuk menguatkan mereka, diakhir ceritera
dikatakan bahwa “kalau semua orang telah menolak kamu, masih ada Tuhan yang
siap menerimamu dalam keadaan apapun”.
4). Pengungkapan: Peserta diajak untuk mendalami cerita “Jangan Takut” tersebut
dengan tuntunan beberapa pertanyaan:
a) Kesulitan-kesulitan apa yang dialami oleh kedua orang tersebut?
b) Ceritakanlah pengalaman Bapak-ibu dalam menghadapi kesulitan-kesulitan
dalam hidup harian?
5). Suatu contoh arah rangkuman
Bapak, ibu dan saudara-saudari yang terkasih, setelah kita berefleksi atas
pengalaman hidup kita sendiri, tampaklah begitu banyak kemungkinan sikap yang
dapat diambil. Dalam kehidupan kita setiap hari terkadang kita kurang percaya dan
hanya mengandalkan kekuatan sendiri tanpa campur tangan Tuhan. Dalam menjalani
hidup dengan segala permasalahannya sungguh tidak mudah. Maka relasi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Tuhan menjadi dasar bagi setiap orang untuk menerima kenyataan hidup dengan hati
bebas. Sebagai seorang yang beriman kita juga diharapkan untuk berani pasrah
kepada kehendak Tuhan, agar kita menemukan kehendakNya dalam setiap peristiwa.
e. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
1). Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau ceritera di atas
dengan dibantu pertanyaan sebagai berikut:
a). Cara mana yang dipakai kedua anak dalam cerita tersebut ketika menghadapi
kesulitan dalam hidup?
b). Cara mana sajakah yang yang telah Bapak-ibu gunakan dalam menghadapi
kesulitan dalam hidup sehari-hari?
1) 2). Rangkuman dari Pendamping:
Menjalani hidup dengan segala permasalahannya sungguh tidak mudah. Maka
sebagai seorang beriman tentunya Tuhanlah yang menjadi sosok yang selalu
diandalkan, sehingga kita mampu mengatasi setiap kesulitan hidup kita. Bunda Maria
sebagai perantara doa kita, sebagai umat yang beriman akan Kristus, kita mempunyai
seorang Ibu yang bisa menjadi panutan kita yaitu Bunda Maria. Bunda Maria yang
rendah hati dan sederhana, ia menjadi pribadi yang bisa kita teladani.
c. f. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani
1) Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikop langsung
dari Kitab Suci, Injil Lukas , 1: 26-38 (Lampiran 2)
2) Peserta diberi waktu untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan
menanggapi pembacaan Kitab suci dengan beberapa pertanyaan penuntun sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
berikut:
a). Ayat-ayat manakah yang mengesan bagi Bapak dan Ibu yang berkaitan dengan
Bunda Maria?
b). Sikap-sikap Bunda Maria manakah yang ingin ditanamkan?
3) 3) Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti perikop
sehubungan dengan jawaban atas 2 pertanyaan di atas!
4) 4) Pendamping memberikan tafsir dari Injil Lukas, 1:26-38 dan menghubungkan
dengan jawaban peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan misalnya sebagai
berikut:
Ayat 29 memaparkan dengan jelas bahwa Maria terkejut mendengar perkataan
malaikat Gabriel dan bertanya apa arti dari salam itu. Maria bukan wanita yang pura-
pura rendah hati, atau kaget melihat kunjungan Malaikat, sesungguhnya ia bingung,
merasa terkejut dengan ucapan malaikat karena isi sapaan malaikat dipahami sebagai
sesuatu yang misterius. Manusia yang merasa ketakutan berhadapan dengan Allah
atau utusan-Nya ditenangkan dan dihimbau agar mengatasinya dengan penuh
percaya. Maria melihat bahwa apa yang mustahil bagi manusia merupakan hal yang
biasa bagi Allah.
Ayat 38 menunjukkan sikap kepasrahan Maria, ia merasa kecil di hadapan
Allah . Maria mengakui bahwa ia adalah hamba Tuhan dan seorang hamba lasimnya
mengikuti apa yang dikatakan majikannya. Tanggapan Maria melalui sebuah kalimat
“Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut kehendak-Mu” pribadi Maria inilah
yang pantas kita teladani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Sikap-sikap yang nampak dalam perikop-perikop ini menggambarkan Maria
yang memiliki sikap rendah hati dan pasrah pada kehendak Allah. Maria sebagai
pribadi yang rendah hati dan taat kepada Bapa, ia dengan segala kerendahan hatinya
mampu menerima tugas sebagai bunda Kristus. Maria adalah contoh orang yang
beriman maka pantaslah kita belajar dari pribadinya.
d. g. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkrit
1. 1) Pengantar
Bapak dan ibu yang terkasih, dalam pembicaraan-pembicaraan tadi kita telah
merefleksikan pengalaman kita bagaimana kita menganggap doa devosi sebagai
rutinitas saja, Oleh karena itu sebagai umat beriman kita belajar dari teladan hidup
Maria agar kitapun menjadi pribadi yang rendah hati dan taat dalam setiap langkah
hidup kita. Lewat cerita, kita juga semakin diteguhkan, untuk tetap setia dengan
hidup doa kita masing-masing walaupun banyak tantangan dan rintangan dalam
hidup agar kita dapat membangun hidup rohani. Devosi yang kita lakukan setiap hari
di rumah kiranya membuat kita semakin dekat dengan-Nya. Injil Lukas juga
memberi peneguhan kepada kita, bahwa Maria menjadi pola teladan bagi kita,
kerendahan hati Maria menjadi contoh bagi kita dalam situasi apapun.
2. 2) Refleksi bagi peserta
Sebagai bahan refleksi agar kita dapat semakin menghayati dan meneladan
kesetiaan Maria sebagai pribadi yang taat, rendah hati dan tanggung jawab.
Kepasrahan Maria memberikan peneguhan kepada kita untuk terus berpasrah kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Tuhan. Dalam hidup harian kita berusaha untuk terus-menerus melatih sikap
kepribadian agar kita pun mampu berpasrah seperti Maria.
3. kita akan melihat realita hidup dengan beberapa pertanyaan penuntun sebagai berikut:
a) Sikap dan tindakan mana yang bisa kita perjuangkan agar dapat berdoa khususnya
berdevosi kepada Maria sebagai kebutuhan rohani di lingkungan kita?
b) Hal-hal apa sajakah yang diperjuangkan agar mampu meneladani Maria?
3) Rangkuman
Bapak,ibu dan saudara-saudari yang terkasih, doa devosi kepada Maria begitu
penting, dimana dengan berdoa terus-menerus kita akan semakin dekat dengan
Tuhan, dalam lingkungan kita, sebenarnya sudah dibagi tugas untuk bertugas
memimpin doa namun kenyataannya terkadang masih ada yang sengaja atau pura-
pura tidak tahu dan datang terlambat agar tidak memimpin doa padahal doa devosi
apabila kita lakukan dengan ketulusan justru akan membawa kita semakin dekat
dengan Tuhan. Dalam hidup harian kita mungkin bisa membantu tetangga atau
saudara kita yang kesulitan dalam berdoa. Contoh konkritnya adalah ketika saudara
kita mengalami kekeringan rohani atau teman mulai bermalas-malasan untuk berdoa
maka kita mengajaknya untuk berdoa atau mengajak ke gereja, hal ini mungkin
dipandang sangat sederhana tetapi sangat berguna bagi teman kita yang
membutuhkan. Contoh lain lagi yaitu antara kita di lingkungan ada teman/tetangga
yang lupa kalau beberapa hari lagi akan tugas memimpin doa atau renungan di
lingkungan kita mengingatkan sehingga dengan membuat renungan mungkin hatinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
bisa terbuka dengan renungan yang ia buat sendiri. Maka yang perlu kita lakukan
adalah memberikan dukungan kepada teman atau saudara untuk meningkatkan doa
devosi, karena doa adalah jalan, doa adalah kekuatan.
h. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit
1) Pengantar (Pendamping menyampaikan arah rangkuman mulai dari langkah 1
sampai dengan langkah V) sebagai berikut:
1. Bapak, ibu dan saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus Sang pendoa sejati,
setelah kita bersama-sama menggali pengalaman kesetiaan dalam hidup harian lewat
cerita “Jangan takut,percayalah pada-Nya” Dimana menceritakan suasana hati kedua
orang yang merasa putus asa karena kemiskinan dan karena kesehatan, Namun karena
kuasa Tuhan mampu memberikan jaminan bahwa kedua orang ini akhirnya mampu
menerima situasi hidup mereka yang terpuruk akibat penolakan. Dan dari sharing
teman kita juga mengalami pengalaman bagaimana menghadapi kesulitan dalam
hidup doanya, ketika bermalas-malasan dalam berdoa apa yang dilakukan serasa
hampa,tidak ada semangat untuk melaksanakan sesuatu yang bermanfaat dan
akibatnya selalu merasa gagal. Dalam kenyataan yang kita alami di lingkungan kita
terkadang masih ada sikap cuek dengan doa devosi, padahal dengan doa devosi hidup
kita semakin dekat dengan Tuhan. Dalam sharing tadi ada yang mensharingkan
pengalaman bahwa untuk mengatasi kesulitan dalam hidup doa ia selalu
mengkomunikasikan hal-hal yang berhubungan dengan iman, yaitu
mengkomunikasikan dengan seorang teman yang kiranya dipandang bahwa hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
rohaninya mendalam. Kesetiaan dalam hidup doa merupakan tanggung jawab pribadi
maka ia harus berusaha untuk terus berusaha untuk membina hidup doa. Kesetiaan
dalam iman merupakan konsekuensi dari apa yang telah diikrarkan, tidak
menyimpang dari apa yang telah dijanjikan. Dalam Injil Lukas, Maria sebagai pribadi
yang rendah hati dan taat kepada Bapa, ia dengan segala kerendahan hatinya mampu
menerima tugas sebagai bunda Kristus. Setelah kita merenungkan dan merefleksikan
dari awal cerita,pengalaman konkrit,peneguhan dari sabda Tuhan terutama dari Injil
Lukas, kita juga membuat tindakan nyata yang harus kita lakukan yaitu dengan
meningkatkan sikap kerendahan hati kita masing-masing, salah satunya adalah setia
mengikuti doa di lingkungan. Maka usaha kita adalah terus melatih sikap rendah hati
dan sederhana seperti Maria.
2) Pendamping memberikan beberapa pertanyaan penuntun kepada peserta untuk
membantu peserta dalam membuat niat-niat sebagai berikut:
a) Niat atau tindakan apa yang dapat dilakukan untuk membantu kita agar
semakin mendekatkan diri kita kepada Tuhan melalui devosi kepada Maria?
b) Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan dalam mewujudkan niat-niat
tersebut?
3) Dalam suasana hening peserta diberi kesempatan untuk memikirkan niat-niat
secara pribadi yang akan dilakukan.
4) Pendamping mengajak peserta membicarakan atau mengungkapkan niat-niat
pribadi untuk saling meneguhkan.
5) Pendamping mengajak peserta untuk mendiskusikan niat bersama secara konkrit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
yang segera dapat diwujudkan.
2. i. Penutup
3. 1) Pendamping meletakkan lilin bernyala dan salib dan mengajak peserta untuk
menyampaikan doa permohonan secara spontan.
4. 2) Doa Penutup
Tuhan Yesus sang pendoa sejati, kami bersyukur atas kasih-Mu yang senantiasa
menuntun kami dalam hidup. Terutama berkat-Mu yang kami alami dalam
kebersamaan ini. Melalui cerita ini kami disadarkan bahwa segala keterbatasan diri
kami yang terkadang menganggap doa devosi sebagai rutinitas saja. Untuk itu,
dengan berkat-Mu kami akan mengatasi kesulitan ini dengan berusaha untuk
mengkomunikasikan hal-hal yang berhubungan dengan iman, adanya keterbukaan
satu sama lain untuk berani memperbarui semangat doa. Maka kami mohon agar
Engkau memberkati niat-niat kami agar sungguh-sungguh terlaksana dalam
membangun hidup doa yang baik. Semuanya ini kami mohonkan dengan perantaraan
Kristus Tuhan kami. Amin.
Lagu penutup : “Ndherek Dewi Maria” (Lampiran 4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Devosi berasal dari bahasa latin devotio (kata kerjanya devovere) yang berarti
penyerahan diri, penghormatan, pengabdian. Devosi pertama-tama soal batin, soal
hati yang mau menyerahkan diri kepada Tuhan, mau mengabdi-Nya dan
menghormati kepada-Nya. Dalam tulisan ini penulis telah membahas tentang devosi
kepada Bunda Maria sebagai ibu Gereja. Maria adalah Bunda Allah dan Bunda
Gereja. Maria dikenal oleh umat kristiani sebagai ibu dari Yesus, sang perawan
dipilih dan dipercayai oleh Allah melahirkan Juruselamat dunia, akan tetapi Maria
juga sekaligus Bunda atau ibu dari seluruh umat manusia di dunia.
Dia adalah ibu yang penuh kasih dan lembut hati. Sesaat sebelum wafat-Nya,
Yesus memberikan Bunda Maria kepada Yohanes, yang merupakan salah salah satu
dari keduabelas murid-Nya. “Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid-Nya yang
bernama Yohanes, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu” kemudian
kata-Nya kepada Yohanes, “Inilah ibumu!”. Pesan ini adalah salah satu dari ketujuh
perkataan Yesus sebelum wafat-Nya dan pastilah ini merupakan pengajaran yang
penting. Gereja Katolik selalu memahami ucapan tersebut, sebagai kehendak Yesus
yang mempercayakan Ibu-Nya kepada para murid-Nya, yang diwakili oleh Rasul
Yohanes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Dalam Kitab Suci, Maria disebut sebagai Bunda Allah dengan melahirkan
Kristus, Maria juga dapat disebut sebagai Bunda Gereja, karena Kristus sebagai
Kepala selalu berada dalam kesatuan dengan Gereja yang adalah anggota- anggota
Tubuh-Nya yang memperoleh hidup di dalam Dia. Maria yang memiliki peranan
begitu besar dalam sejarah keselamatan, maka ia juga menjadi bunda pengantara
umat kristiani. Melalui Maria, umat kristiani memperoleh keselamatan dari Allah
dalam diri Yesus Kristus Putera Allah, yang menjadi manusia dan dilahirkan dari
Perawan Maria. Peranannya dalam sejarah keselamatan begitu penting, oleh karena
keterpilihannya menjadi seorang Co-Redemtriks (Rekan Penebusan). Ia dirahmati
secara khusus oleh Allah di dalam panggilannya menjadi Bunda Allah dan Bunda
Gereja.
Dalam berdevosi, dijumpai suatu kecenderungan untuk menggantikan tempat
Kristus dengan Maria, tentu saja tidak dalam teori, namun dalam penekanan praktek
devosional. Demikian pula dalam devosi Maria pra-konsili dijumpai kecenderungan
untuk memberikan peranan yang semakin hari semakin besar kepada Maria, peranan
yang dalam pengertian tradisi Gereja Katolik yang otentik, sebenarnya merupakan
peranan Roh Kudus.
Paus Paulus menekankan perlunya suatu pembaharuan, bukan hanya kembali ke
masa lampau. Sri Paus menyatakan, bahwa ibadat umat beriman serta penghormatan
mereka kepada Bunda Maria dalam sejarah telah mengambil bentuk beraneka ragam
sesuai dengan situasi jaman dan tempat, sesuai pula dengan kepekaan yang berbeda-
beda dari para bangsa dan kebudayaan. Karena itu bentuk-bentuk devosi tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
terikat oleh keadaan jaman dan kebudayaan tertentu, sehingga perlu diperbaharui.
Dengan demikian unsur-unsur yang sampingan dapat diganti, untuk memberikan
penekanan kepada unsur-unsur yang pokok dan hakiki, yang selalu baru, serta
mengintegrasikan data-data doktrinal yang diperoleh dari refleksi teologis dan dari
ajaran Magisterium.
Praktik devosi yang begitu mengagungkan Bunda Maria sampai-sampai
menggeser Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus tentu bukan praktik
devosi yang sehat. Penghormatan kita kepada para kudus, termasuk kepada Bunda
Maria, harus dalam jalur iman Gereja yang benar, yakni sebagaimana diimani para
rasul seperti tampak dalam kitab suci dan ajaran Gereja.
Devosi atau olah kebatinan tidak setara tingkatnya dengan liturgi, tetapi sangat
dianjurkan karena mempersiapkan dan membantu orang untuk dapat berliturgi
dengan hati dan perasaannnya. Devosi yang benar dan sesuai dengan kehendak Allah
dalam kesatuan Gereja Katolik mewujudkan gerakan hidup rohani yang akan
menghadirkan wajah Gereja yang kudus. Devosi harus didasarkan pada perjumpaan
orang beriman dengan Allah, melalui Kitab Suci, sakramen-sakramen, dan karya
kasih, serta dalam hati nurani umat beriman. Perlu diingatkan kembali bahwa devosi
yang sejati tidak didasari harapan agar Tuhan memenuhi kebutuhan pribadi, tetapi
dengan semangat untuk bertobat supaya dapat hidup dalam kesalehan sebagai
anggota tubuh Kristus. Melalui devosi yang sehat diharapkan umat bertumbuh dalam
iman dan kasih persaudaraan sebagai Gereja. Penghayatan devosi yang sehat
membuahkan karya kasih di tengah masyarakat untuk mewujudnyatakan iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Kristiani sesuai ajaran atau dogma resmi Gereja.
Maka Devosi sangat dianjurkan Gereja. Devosi berhubungan dengan pancaran
dan konkretisasi iman dan liturgi dalam kehidupan sehari-hari. Devosi mengalir dari
rasa dan pengalaman religius umat dan merangkum seluruh segi kehidupan manusia.
Apa yang tidak tertampung dalam liturgi resmi dapat ditemukan dalam praktik devosi
umat. Apabila liturgi resmi sering dialami sebagai sesuatu yang rutin, kering, dan
kaku, devosi bisa dihayati umat beriman sebagai sesuatu yang memenuhi kebutuhan
afeksi, emosi dan kerinduan hati. Itulah sebabnya, devosi umat merupakan praktik
keagamaan populer yang mudah diterima, dipahami, dan dilaksanakan oleh umat.
Untuk lebih memahami devosi kepada Maria, dalam tulisan ini ditawarkan
usulan program dalam model katekese Shared Christian Praxis (SCP). Model
katekese ini sangat berpengaruh dalam mengembangkan iman umat dari pengalaman
hidup harian mereka. Model katekese ini juga memiliki sifat yang dialogis pastisipatif
yang menekankan kemitraan penyelenggaraannya. Dalam pelaksanaan katekese
model SCP ini peserta merupakan subjek utama. Maksudnya, ialah dalam proses
katekese seluruh pengalaman hidup umat yang berkaitan dengan devosi yang sehat
kepada Bunda Maria menjadi bagian yang sangat penting. Umat diberdayakan agar
terlibat aktif dalam proses katekese tentang devosi yang sehat tersebut. Keterlibatan
umat tersebut dalam ber-sharing tentang pengalaman devosi yang sehat kepada
Maria. Mendengar, memberikan tanggapan, menafsirkan, dan merencanakan serta
mewujudkan aksi yang konkret dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman-
pengalaman umat tersebut direfleksikan, diolah, dan dicari maknanya agar semuanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
itu dapat memperkembangkan hidup umat ke arah yang lebih baik. Bahan katekese
bukan hanya berasal dari kekayaan iman Gereja atau ajaran Gereja tetapi juga berasal
dari pengalaman konkrit umat sendiri dan di lingkungannya. Maka, shared Christian
praxis menekankan proses katekese yang bersifat dialogis partisipatif yang
bermaksud mendorong peserta agar secara pribadi maupun bersama mampu
merefleksikan pengalaman dan menanggapi keadaan konkrit umat.
B. Saran
Berdasarkan seluruh isi skripsi ini, penulis menuliskan beberapa saran atau
usulan untuk membantu umat agar dapat berdevosi dengan baik dan benar serta
meneladan Maria dalam hidup sehari-hari. Untuk itu ada beberapa syarat devosi yang
sehat yang patut diperhatikan dalam berdevosi adalah sebagai berikut:
1. Devosi hendaknya dilakukan berdasarkan iman Gereja yang benar
Dewasa ini umat kristiani sangat mengagungkan devosi kepada Bunda Maria
sampai-sampai menggeser Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus, maka
tentu ini bukan praktik devosi yang sehat. Doa kepada Maria seperti contoh ini tentu
kurang tepat, misalnya: “Ya Bunda Maria, engkaulah sumber segala rahmat,
kabulkanlah doa kami. Engkaulah yang kudus dari yang terkudus, engkau tanpa doa,
maka ampunilah dosa kami dan kasihanilah kami, para putera-puterimu ini.” Doa
semacam ini menempatkan bunda Maria sudah setara dengan Tuhan, karena ia
disebut sumber segala rahmat, yang kudus dari yang terkudus, berkuasa untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
mengampuni dosa, dst. Penghormatan kepada para kudus, termasuk kepada Bunda
Maria, harus dalam jalur iman Gereja yang benar, yakni sebagaimana diimani para
rasul seperti tampak dalam Kitab Suci dan ajaran Gereja. Untuk itu dalam berdevosi
sehat kepada bunda Maria hanya sebagai pengantara doa kepada Putra-Nya dan
meneladan hidup dan karya Bunda Maria dalam kehidupan nyata, baik dalam
keluarga, lingkungan dan masyarakat.
2. Devosi hendaknya juga harus ditempatkan dalam liturgi Gereja
Kebanyakan umat tidak serius dalam mengikuti liturgi Ekaristi. Ketika
melakukan Ekaisti mereka sibuk dengan doa rosario. Mereka tidak ambil bagian
dalam perayaan Ekaristi secara penuh dan utuh. Praktek devosi seperti ini tidak sehat
karena menghilangkan makna dari liturgi itu sendiri dan devosi bukan liturgi resmi.
Devosi tidak setara tingkatnya dengan liturgi, maka umat dianjurkan untuk mengikuti
perayaan Ekaristi tanpa melakukan kegiatan yang lain seperti berdevosi ketika
mengikuti Perayaan Ekaristi.
3. Devosi harus dijauhkan dari sikap magis
Kebanyakan umat berdoa rosario pada jam tertentu, rumusan dan jumlah
tertentu dengan tekun dan setia agar dapat mengabulkan doanya. Sikap doa seperti ini
dapat dikatakan bahwa memutlakkan barangnya, tandanya, rumusan doanya, jumlah
angkanya, kegiatan-kegiatan lain yang menyertainya, namun malah menggeser Tuhan
sebagai yang tidak pokok. Mestinya terkabulnya doa tergantung pada Tuhan saja.
Tetapi, orang lebih meyakini bahwa doanya akan terkabul apabila ia mendoakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
rumusannnya secara persis, dengan titik dan komanya, atau mendoakannya pada jam-
jam tertentu atau pada tempat-tempat tertentu. Untuk itu sebagai umat kristiani perlu
menempatkan Tuhan sebagai segala dalam setiap doa devosi kita.
4. Devosi harus dijauhkan dari mentalitas do ut des
Artinya aku memberi agar aku diberi atau mendapat sesuatu. Ini adalah
mentalitas pamrih, mentalitas bisnis atau pedagang. Berpuasa, bertirakat, bermatiraga
boleh dan baik. Menjadi tidak baik apabila umat lakukan dengan motivasi untuk
memaksa Tuhan agar Tuhan seolah-olah berutang budi kepada manusia. Atau Tuhan
baru mau mengabulkan doa permohonan umat apabila mau membayarnya dengan
laku matiraga. Ini pandangan yang keliru. Laku mati raga itu baik dan perlu untuk
kehidupan rohani, tetapi jangan dilakukan dengan semangat do ut des. Laku matiraga
dilakukan lebih untuk mendisiplinkan diri pada pengolahan diri dan hidup agar
terbantu dan disiapkan untuk meyerahkan diri kepada Tuhan dan kehendakNya.
Bentuk devosi kepada Bunda Maria bermacam-macam. Ada novena, rosario,
ziarah, doa di depan patung atau gambarnya. Marilah berdevosi kepada Bunda Maria
namun dalam semangat devosi yang sehat dan benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
DAFTAR PUSTAKA
Berdoa Rosario, https://id.wikihow.com/Berdoa-Rosario. Akses pada, 20 Juni
2018.
Bambang, Daniel Arkhimandrit. Kontroversi Maria, Jakarta: Satya Widya
Graha, 2001.
Darminta, J,SJ. Maria Bunda Iman Kita. Yogyakarta:Kanisius,1993
Devosi Maria, artikel diakses 15 juni 2018 dari http://www.guamaria.org.
Dihe Sanga, Laurensius. Merenung Bersama Bunda Maria, Yogyakarya:
Kanisius, 2014.
Dedismas, http://dedismas.blogspot.com/2011/10/ menghayati-devosi-yang-
sehat. html, Akses pada, 13 Juli 2018).
EddyKristiyanto. Maria Dalam Gereja: Pokok-pokkok Ajaran Konsili
Valikan II Tentang Maria Dalam Gereja Kristus, Cet I,
Yogyakarta: Kanisius, 1987.
Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kanisius, 1993.
Gaud, Cristiane dan Descouleurs, Bernard. Kisah Maria, Yogyakarta:
Kanisius, 1988
Groenen, C,OFM. Mariologi. Teologi dan Devosi,Cet 1, Yogyakarta:
Kanisius, 1988.
Groome,Thomas,H. Shared Christian Praxis:Suatu Model Berkatekese
(F.X.Heryatno Wono Wulung,Penyadur). Yogyakarta:1990
Hahn, Scot dan Hahn, Kimberly. Maria Penuh Rahmat: Permenungan
Peristiwa- peristiwa Rosario Suci, Malang: Dioma, 2006.
Harun, Martin, DR,ed. Maria Dalam Perjanjian Baru, Jakarta: Penerbit
Obor, 1988.
IKKSUMALANG https://ikksumalang.wordpress.com/2013/03/01/sejarah-
perkembangan-devosi-dalam-gereja-katolik-zaman-kristiani-awali
sampai-Konsili-Vatikan-II, Akses pada, 10 Juli 2018).
KAS, PANKAT: Ikutilah Aku: Warta Gembira Untuk Para Calon Babtis, Cet
13,Yogyakarta: Kanisius, 1993.
Kusuma Indra, (http://www.carmelia.net/index.php/artikel/tulisan-rm-yohanes
indrakusuma /182-devosi-dan-iman-kristen? Akses pada, 10
Juli 2018).
Komisi Liturgi KWI. 1992. Puji Syukur. Jakarta: Obor, Jl. Gunung Sahari.
KWI. (1996:223). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
Konstitusi & Direktorium Konstitusi Suster-Suster Notre Dame. (2004)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lane, Toni. Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani, Jakarta: BPK
Gunung Mulia,1996.
Lohse, Bernhard. Pengantar Sejarah Dokma, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1998.
Maria Handoko, Petrus. Santa Perawan Maria: Bunda Allah Dalam Misteri
Kristus dan Gereja, Cet 1, Malang: Dioma, 2006.
Martasudjita, Liturgi, Yogyakarta: Kanisius,2011
Paulus IV. (2008) Marialis Cultus. (R.P.Piet Go, O.Carm). Jakarta: Dokpen
KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1974).
Pranatasaputra, Devosi Maria, Yogyakarta:Kanisius, 2001
Rukiyanto,B.A.”Katekese di Tengah Arus Globalisasi” Dalam Pewartaan di
Zaman Global. Ed. B.A.Rukiyanto,SJ; hlm:57-90.
Yogyakarta:Kanisius,2012
Kokojost, http://romojost.blogspot.com/2013/08/seni-dalam-gereja.html,
Akses pada, 23 Juni 2018).
Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana,
Penerjemah). Jakarta: Obor. Dokumen asli diterbitkan tahun
1966).
SarapanPagi, http://www.sarapanpagi.org/patung-dalam-gereja-katolik-
vt3085.html. Akses pada, 11 Juni 2018
Sabato, Salvatore. Inilah Ibuku: Sebuah Ringkasan Mariologi,
Yogyakarta: Kanisius, 2006.
Sumarno Ds., M. Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama
Katolik (PPL PAK Paroki). Diktat Mata Kuliah PPL PAK
Paroki untuk semester VI, 2016
Surip, Stanislaus. Perempuan itu Maria?, Yogyakarta: Kanisius, 2007
Widyamartaya, A. Salam Maria Mempelai Allah Roh Kudus: Mengikuti
Jejak Maria yang Penuh Rahmat, Cet 6, Yogyakarta:
Kanisius, 2000.
Yohanes Paulus II. (2011) Rosarium Virginis Mariae (Rosario Perawan
Maria), (Ernest Mariyanto-Komisi Liturgi KWI), Jakarta: Dokpen
KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
LAMPIRAN 1
Lagu Pembuka: MENGASIH MARIA
1. Mengasih Maria, kerinduanku,
Menjadi Abdinya, cita hidupku
Ya Bunda surgawi, sambut baktiku
Kini ku haturkan doa pada MU
2. Maria pemurah, Ratu surgawi
Engkaulah Bundaku, aku anakmu
Janganlah biarkan, apapun juga
Memisahkan kita kini dan kelak
3. Ratu yang perkasa, dengar doaku
Dampingilah aku, di medan hidup
Ulurkan tanganMu, bila ku jatuh
Dan hantarkan aku kedalam surga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
LAMPIRAN 2
Lukas 1:26-38
Pemberitahuan tentang kelahiran Yesus
1:26 Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel h pergi ke sebuah kota
di Galilea bernama Nazaret, i 1:27 kepada seorang perawan yang bertunangan dengan
seorang bernama Yusuf j dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. 1:28 Ketika
malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai 1 ,
Tuhan menyertai engkau." 1:29 Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di
dalam hatinya, apakah arti salam itu. 1:30 Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut,
k hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. l 1:31 Sesungguhnya
engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah
engkau menamai Dia Yesus. m 1:32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah
Yang Mahatinggi. n Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud,
o bapa leluhur-Nya, 1:33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai
selama-lamanya dan Kerajaan-Nya p tidak akan berkesudahan. q " 1:34 Kata Maria
kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
1:35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus 2 akan turun atasmu r dan kuasa Allah
Yang Mahatinggi s akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu
akan disebut kudus, t Anak Allah. u 1:36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu,
iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki v pada hari tuanya dan inilah bulan
yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. 1:37 Sebab bagi Allah w tidak ada yang
mustahil." 1:38 Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku
menurut perkataanmu itu 3 ." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
LAMPIRAN 3
JANGAN TAKUT, PERCAYALAH PADA-NYA
Jangan Takut”, dan “Ingatlah, Aku menyertaiMu sampai akhir jaman” adalah dua
kalimat yang sangat “istimewa” dalam perjalanan hidup orang berdosa ini. ketika
segalanya menjadi tidak menentu dan ketakutan muncul, kedua kalimat ini yang menjadi
penghiburan karena disana ada janji penyertaanNya yang sangat menakjubkan. Kedua
kalimat ini yang juga sering saya bagikan mereka yang mengalami “berbagai kegelapan”
dalam menjalani hdiup ini.
Tadi malam jam 12.04 ada telp dari teman yang menceritakan banyak sekali hal
yang tidak nyaman dalam dirinya karena “kemiskianan” yang sedang dialami dan
penolakan keluarga pada dirinya karena kemiskinan ini dan pas jam 03…, ada pesan yang
masuk dalam pijetan saya dari seorang teman lain dengan bunyi,” Sakit hati…keluarga
saya sendiri nolak secara halus, gara-gara sakit…, makanya mending mati di…aja”.
Setelah membaca pesan dari teman ini, saya merinding dan tidak bisa memejamkan mata
lagi bahkan mata saya meneteskan air tanpa saya sadari. Hanya satu kalimat keluar dari
mulut saya,” Tuhan tidak menolakmu teman”.
Pikiran saya terus tertuju pada dua teman yang sedang mengalami “masa
kegelapan” karena penolakan ini, satu orang karena “kemiskinan”, yang kedua
karena,”sakit”. Sungguh dalam “kegelapan” orang tidak memperoleh terang tetapi malam
“kejatuhan”, dan saya tahu kedua teman ini juga tidak mau mengalami “kebangkrutan”
dan “penyakit” dalam hidup mereka ini. Mereka tetap ingin sama dengan kebanyakan
orang, tetapi “nasib”, atau entah “takdir” yang dipandang “tidak baik” sedang menimpa
mereka sehingga mereka mengalami hal tersebut.
Orang-orang “terdekat” yaitu kelurga yang diharapkan mau “memahami” atau
“menerima” mereka ternyata malam menjadi orang “pertama” yang menolak mereka.
Teman ini tidak merasa “ingin dibantu” hanya diterima, tetapi yang dieproleh malah jauh
dari apa yang diharapkan.
Memang orang terdekatlah yang biasanya mengerti keadaan mereka dan mereka
pula yang “kadang” pertama menolak keberadaan mereka. Orang terdekat ini menjadi
takut sengan keberadaan mereka yang mungkin diangap akan “merepotkan” bahkan
“menulari” akan apa yang sedang kedua orang ini alami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
Saya jelas sebagai orang jauh yang menerima kabar ini tidak bisa berbuat banyak
kecuali mendengarkan dan menjadi tempat mereka mencurahkan “kekecewaan” dan
“kekesalan” dari apa yang telah mereka alami dan hanya dengan kedua kalimat diatas
yang menjadi senjata saya untuk menguatkan mereka, ditambah kalimat ini,“kalau semua
orang telah menolah kamu, masih ada Tuhan dan saya yang siap menerimamu dalam
keadaan apapun”. Dan kedua teman ini menjawab dengan kalimat yang hampir mirip,”
apakah br tidak keberatan berteman dengan saya yang sedang mengalami…..ini”.
“Tidak”, jawab saya. Tambah saya,” saya pernah mengalami apa yang sampeyan alami
yaitu ditolak dan dibuang dan ini menyakitkan tetapi percayalah dan jangan takut karena
Allah ada bersama denganmu kalau kau mau mempercayakan diri padaNya”.
“RencanaNya selalu ajaib dan indah untuk kita walaupun terasa berat awalnya”,
tambah saya.
Penolakan selalu tidak mengenakkan. Jika orang terdekat telah menolak, bagaimana
dengan orang lain????
Jika orang lain juga menolak maka kemana orang ini mencari tempat
berteduh???? Hanya kepada Allah yang paling tepat dalam menghadapi permasalahan ini.
Saya sebagai teman yang “terbatas” dalam banyak hal tentu hanya bisa membantu
semampu saya dan kalau bantuan dalam wujud “duniawi” juga pasti hanya semampu saya
dan inipun pasti juga dari tangan orang lain yang menitipkan kebaikannya untuk orang
lain melalui saya TAPI yang pasti saya ingin seperti DIA yaitu tidak menolak apapun
keberadaan kedua teman ini.
Saat-saat “berat” bersama mereka tentu akan menjadi saat yang terindah dalam
hidup karena disana ada perjuangan dan kepercayaan akan penyertaan dan kebaikan
Tuhan. Ia yang adalah Tuhan dan yang telah menyatakan “penyertaanNya”, tentu bukan
hanya slogan kosong belaka dan Ia pasti akan menyertainya melalui caranya yang ajaib.
Yang pasti akan ada jalan dari setiap kesulitan dalam kegelapan hidup ini untuk mencapi
terang yaitu Tuhan sendiri.
Janji penyertaanNya,” Aku menyertaimu sampai akhir jaman”, adalah kalimat
yang tidak diwakilkan tetapi Ia sendiri yang mengungkapkan dan Ia sendiri yang akan
campur tangan dalam penyertaan Ini. PenyertaanNya tidak akan “diwakilkan” tetapi Dia
sendiri yang akan bertindak pada pemenuhan janji ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
Maka dalam setiap menghadapi masa “kegelapan” dan “kekalutan” dalam hidup
mengingat bahwa Ia sungguh ada untuk kita adalah jalan terbaik dalam menghadapi
kegelapan hidup. “Jangan takut, Aku menyertaimu sampai akhir jaman”, sungguh Ia ada
dan akan selalu menerima, menjaga, memberi, membimbing, menuntun dan mencukupi
hidup kita yang mau mempercayakan diri padaNya”.
Sungguh dalam saat yang kritis Ia ada untuk kita dan Ia telah mengalaminya lebih
dahulu sebelum kita, tinggal bagaimana kita menyikapinya.
Saat ditolak orang, ingatlah waktu bayi Yesus ditolak hingga lahir di kandang hina.
Saat mengalami cobaan, ingatlah Yesus dicobai oleh iblis tetapi Ia tetap kuat sampai
menghempaskan setan dari hadapanNya.
Saat merasa mengapa hidup harus terus berusaha, ingatlah Yesus selalu pergi kemana saja
untuk mewartakan kebaikan Allah.
Saat hidup merasa dikhianati, ingatlah Yesus pernah dikhianati oleh muridNya.
Saat sakit dan menderita, lihatlah Yesus dicambuk dengan parahnya sampai tubuhNya
dipenuhi dengan luka.
Saat sulit memaafkan, ingatlah Yesus yang memaafkan Petrus yang menyangkalNya.
Saat merasa capek, lelah, bayangkan betapa capeknya Yesus memikul salib yang berat.
Saat hidup ditinggalkan orang yang dicintai, Ingatlah Yesus yang pernah ditinggalkan
oleh Bapa waktu Ia disalibkan.
Saat menangis dan kesedihan melanda, sungguh Yesus hadir mendampingi hidup
Sampeyan.
Saat ini Yesus ada didepan pintu hati sampeyan.
Salam dalam kepercayaan kalau Allah tidak akan menolak dan meninggalkan kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
LAMPIRAN 4
NDHEREK DEWI MARIYAH
do=bes 4/4 Khidmat
Pepudyan (Kidung Adi No.440) | Arsm : Paul Widyawan
Ndherek Dewi Maria temtu 'geng kang manah.
Boten yen kuwatosa Ibu njangkung tansah.
Kanjeng Ratu ing swarga amba sumarah samya.
Sang Dewi, Sang Dewi, mangestonana. (2x)
Nadyan manah getera dipun godha setan.
Nanging batos engetnya wonten pitulungan.
Wit sang Putri Maria mangsa tega anilar.
Sang Dewi, Sang Dewi, mangestonana. (2x)
Menggah saking apesnya ngantos kelu setan.
Boten yen ta ngantosa klantur babar pisan.
Ugeripun nyenyuwun Ibu tansah tetulung.
Sang Dewi, Sang Dewi, mangestonana. (2x)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI