pengaruh pelayanan pdam tirta handayani terhadap pemenuhan kebutuhan air bersih di kecamatan tepus
DESCRIPTION
dokumen proposal skripsiTRANSCRIPT
PENGARUH PELAYANAN PDAM TIRTA HANDAYANI TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KECAMATAN TEPUS, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, PROVINSI D.I YOGYAKARTA
Peni Puspitasari
431501505
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2015
Proposal Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Wilayah Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten yang berada di
sebelah selatan Provinsi Yogyakarta. Dengan luas wilayah sebesar 1.485,36 km2 dan total
populasi mencapai 675.382 jiwa pada tahun 2010 dan 677.998 jiwa tahun 2011 (BPS
Provinsi DI Yogyakarta). Sebagian besar wilayah Kabupaten Gunungkidul didominasi oleh
bukit-bukit bebatuan gamping yang dikenal sebagai daerah karst. Daerah karst identik dengan
kelangkaan sumber daya air permukaan, disebabkan oleh tingginya porositas di daerah
tersebut. Air di permukaan tersebut meresap ke dalam tanah dan menjadi air bawah tanah.
Oleh karena itu Kabupaten Gunungkidul dikenal sebagai daerah yang tandus, dan selalu
kekurangan air untuk mencukupi kebutuhan domestik.
Penduduk di daerah tersebut memenuhi kebutuhan air bersih dengan berbagai macam
cara, seperti menggali tanah atau mengebor sumur, mengambil air dari mata air atau telaga
yang lokasinya cukup jauh dari tempat tinggal, menampung air dari curah hujan pada musim
penghujan, membeli air dari tangki-tangki yang dikelola oleh pihak swasta, dan lain
sebagainya. Namun hal tersebut masih belum mampu mencukupi kebutuhan penduduk
dikarenakan ketersediaan air yang bergantung dari perubahan musim, yang mana debit air
yang tinggi terjadi bila saat musim penghujan, sedangkan menyusut hingga cenderung kering
pada saat musim kemarau. Sudah seharusnya pemerintah memikirkan dan mencari solusi
yang tepat serta turut andil dalam mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan air bersih bagi
penduduk Kabupaten Gunungkidul dengan cara menggali sumber daya air sebagaimana
makna yang terkandung pada pasal 33 UUD 1945, yang memaknai bahwa pemeliharan
sumber daya alam termasuk sumber daya air adalah menjadi tugas dan kewajiban pemerintah
untuk melakukan kontrol dan pengaturannya yang dipergunakan sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat.
Perusahaan Daerah Air Minum atau disingkat sebagai PDAM merupakan salah satu
perusahaan yang dikelola oleh pemerintah yang mengurus hal tentang permasalahan air.
Menurut data PDAM pada tahun 2011, terhitung hingga bulan Desember tercatat bahwa
pelanggan PDAM berjumlah 36.545 jiwa, lalu bertambah pada tahun 2012 menjadi 37.250
jiwa. Terjadinya pertambahan jumlah pelanggan memaksa PDAM untuk menyuplai jumlah
air dalam jumlah yang lebih besar.
Sebagai penyedia air bersih yang harus dilakukan oleh PDAM, PDAM Tirta
Handayani yang bertempat di Kabupaten Gunungkidul yang memiliki kondisi geografis yang
cukup unik, memanfaatkan sungai bawah tanah sebagai sumber air baku untuk memenuhi
kebutuhan air bersih bagi penduduk Kabupaten Gunungkidul. Sungai bawah tanah yang
dimanfaatkan PDAM sebagai sumber air baku adalah sub sistem Wonosari, sub sistem Goa
Seropan, sub sistem Baron, dan sub sistem Goa Bribin. Dari sumber air tersebut, diketahui
produksi air PDAM pada April tahun 2011 menurut data PDAM adalah sebesar 702.698 m3
dan yang terjual sebesar 385.420 m3 dengan total selama setahun sebesar 9.538.961 m3 pada
jumlah air yang diproduksi dan 5.343.952 m3 pada jumlah air yang terjual. Lalu meningkat
secara bertahap hingga tercatat pada April tahun 2015 jumlah air yang diproduksi sebesar
711.905 m3 dengan jumlah air terjual sebesar 524.369 m3. Dari masing-masing sub sistem
pelayanan tersebut, cakupan pelayanan yang diperoleh PDAM berjumlah 548.692 atau
sebanyak 80,93% dengan luas daerah yang terlayani adalah 1.485,36 km2.
Kecamatan Tepus berdasarkan satuan fisiografis terletak di Zona Selatan yang
terkenal dengan deretan pegunungan seribu sehingga sebagian besar wilayahnya berupa
lereng dan perbukitan. Kecamatan Tepus merupakan kecamatan yang terkenal dengan krisis
air bersihnya. Menurut data PDAM pada bulan April tahun 2015, tercatat bahwa data
cakupan pelayanan mencapai 31.878 jiwa dari 31.966 jiwa atau sebesar 99,72%, ini
merupakan cakupan pelayanan terbanyak yang ada di Kabupaten Gunungkidul. Berdasarkan
hal tersebut, perlu diadakan penelitian seberapa besar pengaruh pelayanan PDAM terhadap
pemenuhan kebutuhan air bersih di daerah yang menjadi sasaran distribusi tersebut.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah penelitian yaitu :
1. Bagaimana kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Gunungkidul dalam
penyediaan air bersih?
2. Bagaimana distribusi air bersih Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten
Gunungkidul untuk mencapai Kecamatan Tepus?
3. Apakah terdapat dampak positif maupun negatif yang ditimbulkan oleh Perusahaan
Daerah Air Minum dalam pemenuhan kebutuhan air di Kecamatan Tepus?
4. Seberapa besar pengaruh pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum terhadap
pemenuhan kebutuhan air di Kecamatan Tepus?
5. Apakah air yang disuplai oleh Perusahaan Daerah Air Minum dapat memenuhi
pemenuhan kebutuhan air bersih pada Kecamatan Tepus?
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasikan di atas, maka dalam penelitian ini
hanya membatasi masalah tentang Pengaruh Pelayanan PDAM Tirta Handayani terhadap
pemenuhan kebutuhan air bersih di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Seberapa besar pengaruh pelayanan
PDAM Tirta Handayani terhadap pemenuhan kebutuhan air bersih di Kecamatan Tepus,
Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta?"
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan terkait dengan pelayanan PDAM Tirta
Handayani dan pemenuhan kebutuhan air bersih di Kecamatan Tepus, Kabupaten
Gunungkidul, Yogyakarta.
2. Masyarakat
Dapat mengetahui dan memahami pengaruh yang ditimbulkan pelayanan PDAM Tirta
Handayani terhadap pemenuhan kebutuhan air bersih berdasarkan fakta yang didapat
oleh peneliti.
3. Pemerintah dan Instansi
Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi yang terkait untuk mengambil
kebijakan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Air
Air merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup yang ada di muka
bumi. Air adalah sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia
dan dalam sistem tata lingkungan, air adalah unsur lingkungan. Berikut ini penulis
menyajikan beberapa definisi dan istilah terkait dengan air bersih :
1) Sumberdaya air (water resource) menyatakan pengertian yang utuh tentang air,
mencakup wujud, tempat, jumlah, kualitas, dan karakteristik air di permukaan
bumi (Arsyad, 1989 dalam Nugroho 2002).
2) Air baku (raw water) adalah sumberdaya air yang mengisi badan-badan air
(waduk, sungai, danau, mata air). Dirjen Cipta Karya 2001, dalam Nugroho
(2002), mendefinisikan sebagai sumber daya air yang perlu atau tidak perlu diolah
menjadi air minum untuk keperluan rumah tangga.
3) Air bersih (safe water) adalah sumberdaya air yang aman dan bersih, memerlukan
perlakuan tertentu untuk dijadikan air minum (Nugroho, 2002).
4) Air minum (drink water) adalah air bersih yang bisa dipergunakan oleh
masyarakat untuk keperluan sehari-hari dengan kualitas yang memenuhi standar
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990.
B. Sumberdaya Air dan Klasifikasinya
a. Sumberdaya air
Arsyad (1989) dalam Nugroho (2002) menyatakan sumberdaya air (water
resources) memiliki pengertian yang utuh tentang air, mencakup wujud, tempat,
jumlah, kualitas dan perilaku air di muka bumi. Berdasarkan siklus hidrologi
diketahui bahwa awal sumber air tawar adalah air hujan. Air hujan mengalir
sesuai dengan daerah jatuhnya, sebagian akan berubah menjadi uap air yang
kemudian kembali membentuk awan, sebagian mengalir sebagai air sungai dan
sebagian tertahan sebagai air danau serta sebagian lagi mengalir sebagai air tanah.
Baik air tanah maupun air permukaan sebagian besar selanjutnya bermuara ke laut
dan bercampur dengan air laut sehingga menjadi air asin. Air daratan yang
menguap akan bergabung dengan dengan uap air yang berasal dari laut untuk
selanjutnya menjadi awan dan akan jatuh lagi sebagai air hujan.
Berdasarkan siklus hidrologi tersebut, kategori air baku yang dapat digunakan
sebagai sumber air bersih pada umumnya meliputi : air hujan, air permukaan (air
sungai dan danau), air tanah (Rahayu, 2002) dan air permukaan tanah (Pane,
2005).
1. Air hujan
Air hujan mempunyai potensi terbesar sebagai sumber air dibandingkan
dengan sumber lainnya, karena si,ber air lainnya berawal dari sumber ini (air
hujan). Faktor kekurangan air hujan adalah keberadaannya yang sangat
singkat, biasanya sekitar 75% dari jumlah hari dalam setahun dan hanya
beberapa jam dalam sehari, hal inipun bergantung pada lokasi/daerah. Selain
keberadaannya yang singkat, sumber air ini juga mempunyai kesinambungan
yang buruk. Untuk memanfaatkan sumber air ini biasanya diperlukan
penampungan dengan kapasitas yang besar karena harus dapat menampung
jumlah yang dibutuhkan untuk beberapa bulan.
2. Air permukaan
Air permukaan mempunyai jumlah terbesar kedua setelah air hujan, namun
memiliki kesinambungan yang lebih baik. Biasanya keberadaan air permukaan
dapat mencapai setahun penuh, hanya saja diikuti fluktuasi yang sangat
bergantung pada keadaan alam.
3. Air tanah
Air tanah memiliki jumlah yang lebih terbatas dari air permukaan dan bahkan
pada daerah tertentu sumber air ini nyaris tidak dijumpai. Keberadaan sumber
air tanah bergantung pada kondisi batuan di wilayah tersebut serta daerah
pasokannya. Kualitas sumber air tanah biasanya lebih baik dari air permukaan,
terutama kualitas biologisnya, namun terkadang dijumpai kekurangan dalam
kualitas kimiawinya. Yang sering ditemukan adalah tingginya kandungan besi
dan mangan.
4. Air permukaan tanah
Air jenis ini berasal dari presipitasi (turun mengendapnya) air yang berasal
dari air hujan menembus langsung ke dalam tanah. Selain melalui proses
tersebut, air ini juga berasal dari air hujan yang memasuki sungai dan
merembes ke tanah. Sumber lain jenis ini adalah air lapisan, yakni air yang
terdapat jauh di bawah tanah yang terbawa keluar dalam batuan intrusif dan air
terjebak dalam batuan sedimen selama pembentukan sedimen.
C. Potensi Sumberdaya Air Karst
Bentang lahan karst memiliki peran yang sangat penting bagi lingkungan.
Bentang lahan karst menyediakan jasa ekosistem seperti air bersih, bahan-bahan
material, dan menjadi agen pengendali perubahan iklim (Brinkmann dan Jo
Garren, 2011). Kondisi permukaan wilayah bertopografi karst pada umumnya
kering dan kritis. Namun demikian, dibagian bawah permukaan terdapat potensi
sumber air yang sangat berlimpah. Sumber air Baron di karst Gunungsewu –
Yogyakarta adalah contoh melimpahnya air sungai bawah tanah daerah karst.
Potensi yang terkandung pada sumber air tersebut mencapai 8000 liter/detik
(Adji, 2006), sementara hingga saat ini yang termanfaatkan baru mencapai 15
liter/detik (Sunarto, 2002).
Sifat batuan karbonat ataupun dolomit yang menjadi penyusun utama bentang
lahan karst adalah memiliki banyak rekahan, celah, dan rongga pada bagian
permukaan. Bagian tersebut dinamakan dengan zona epikarst. Zona ini menjadi
zona penangkap air yang jatuh ditempat tersebut. Celah, rekah, dan rongga
tersebut akan terhubung dengan lorong-lorong konduit yang berada di zona
vadose yang berada dibawah zona epikarst. Air yang ada di permukaan pada zona
epikarst akan terresap ke lorong sungai bawah tanah melalui rekahan-rekahan
tersebut menuju lorong-lorong sungai bawah tanah di zona vadose. Zona vadose
merupakan bagian batuan karbonat yang tebal, dan tidak banyak memiliki rekah.
Pada zona ini lorong-lorong konduit terbentuk. Lorong konduit ini dapat dilihat
dalam bentuk gua ataupun lorong sungai bawah tanah.
D. Air Bersih
Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu baik dan
biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan
aktivitas mereka sehari-hari. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416
Tahun 1990 Tentang ”Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air“, air bersih
adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
1. Persyaratan Kuantitas Air Bersih
Tiap orang perhari membutuhkan air dengan jumlah yang ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu faktor kebudayaan, status social – ekonomi dan
standar hidup, kesadaran terhadap kebersihan, penggunaan untuk hal-hal
produktif, biaya yang dikeluarkan untuk air bersih dan kualitas air. Pada
kondisi normal tubuh manusia memerlukan antara 3 – 10 liter air per hari,
tergantung cuaca dan aktifitas yang dilakukannya.
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari
banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah
dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat
ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai
dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih masyarakat
bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat ekonomi,
dan skala perkotaan tempat tinggalnya.
2. Tipe Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air bersih didefinisikan sebagai jumlah air bersih yang
dibutuhkan atau diminta dalam suatu sistem. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan air bersih meliputi iklim, karakteristik daerah,
ukuran kota, sistem sanitasi yang digunakan, sistem operasi dan
pemeliharaan, tekanan air dalam pipa, kualitas air, penggunaan materi air,
tingkat ekonomi masyarakat dan harga air. Selain itu juga terdapat
beberapa faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan air bersih seperti
jumlah penduduk, fasilitas air bersih dan aktivitas sehari-hari. Dalam
analisis kebutuhan air bersih, kebutuhan air yang diperhitungkan meliputi
kebutuhan air domestik dan kebutuhan air non domestik (Direktorat
Jendral Cipta Karya, 1996).
3. Kebutuhan Air Domestik
Kebutuhan domestik (domestic demand) adalah air bersih yang dibutuhkan
untuk aktivitas sehari-hari seperti air untuk minum, MCK (Mandi Cuci
Kakus), memasak, dan lain-lain.
Kebutuhan dasar domestik merupakan kebutuhan air bersih bagi penduduk
lingkungan perumahan yang terbatas pada keperluan rumah tangga seperti
mandi, minum, memasak, dan lain lain (Kementrian PU,”Kebutuhan Air
Hari Maksimum”). Tingginya kebutuhan ini tergantung pada perilaku,
status sosial dan juga kondisi iklim (BSN Raju, 1995). Standar kebutuhan
air domestik yaitu kebutuhan air bersih yang digunakan pada tempat-
tempat hunian pribadi untuk memenuhi hajat hidup sehari-hari, seperti
pemakaian air untuk minum, mandi, dan mencuci. Satuan yang dipakai
adalah liter/orang/hari. Analisis sektor domestik untuk masa mendatang
dilaksanakan dengan dasar analisis pertumbuhan penduduk pada wilayah
yang direncanakan.
Untuk memperkirakan jumlah kebutuhan air domestik saat ini dan di masa
yang akan datang dihitung berdasarkan jumlah penduduk, tingkat
pertumbuhan penduduk dan kebutuhan air perkapita. Kebutuhan air
perkapita dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan kebiasaan atau tingkat
kesejahteraan. Oleh karena itu, dalam memperkirakan besarnya kebutuhan
air domestik perlu dibedakan antara kebutuhan air untuk penduduk daerah
urban (perkotaan) dan daerah rural (perdesaan). Adanya pembedaan
kebutuhan air dilakukan dengan pertimbangan bahwa penduduk di daerah
urban cenderung memanfaatkan air secara berlebih dibandingkan
penduduk di daerah rural. Besarnya konsumsi air dapat mengacu pada
berbagai macam standar yang telah dipublikasikan. Berikut adalah tabel
mengenai kriteria perencaanan air bersih :
URAIAN
KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK (JIWA)
>1.000.000 500.000
s/d 1.000.000
100.000
s/d 500.000
20.000
s/d 100.000
<20.000
Kota Metropolitan
Kota Besar Kota Sedang Kota Kecil Desa
1 2 3 4 5 6
Konsumsi Unit Sambungan Rumah (SR) (liter/orang/hari)
190 170 130 100 80
Konsumsi Unit Hidran (HU) (liter/orang/hari)
30 30 30 30 30
Konsumsi Unit Non Domestik (liter/orang/hari)
20-30 20-31 20-32 20-33 20-34
Kehilangan Air (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30
Faktor Hari Maksimum 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
Faktor Jam Puncak 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
Jumlah Jiwa per SR (jiwa) 5 5 5 5 5
Jumlah Jiwa per HU (jiwa) 100 100 100 100-200 200
Sisa Tekan di Penyediaan Distribusi (Meter)
10 10 10 10 10
Jam Operasi (jam) 24 24 24 24 24
Volume Reservoir (%) Max Day Demand)
15-25 15-25 15-25 15-25 15-25
SR:HU 50 : 50
s/d 80 : 20
50 : 50
s/d 80 : 20
80 : 20 70 : 30 70 : 30
Cakupan Wilayah Pelayanan (%)
90 90 90 90 70
Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 1996
E. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Dalam UUD 45 pasal 33 disebutkan antara lain bahwa bumi, air, dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara untuk digunakan sebesar-besarnya
bagi kemakmuran rakyat. Pasal ini merupakan landasan filosofis untuk menentukan
bagaimana pengelolaan sumber daya alam, termasuk sumber daya air, dalam
kehidupan bernegara. Hak utama untuk menikmati manfaat dari sumber daya air
adalah rakyat Indonesia. Hal ini juga sesuai dengan deklarasi The United Nations
Committee on Economic, Cultural and Social Rights yang menyatakan bahwa air
bukan semata-mata komoditas ekonomi, tapi juga komoditas sosial dan budaya (social
and culture good) dan akses terhadap air adalah merupakan hak asasi manusia.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1987 tentang desentralisasi tanggung
jawab pemerintah pusat disebutkan bahwa tanggung jawab untuk menyediakan suplai
air bersih adalah pada pemerintah daerah. Sebagai perwujudannya, penyediaan
sebagian besar kebutuhan air bersih di Indonesia dilakukan oleh Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM), yang terdapat di setiap provinsi, kabupaten, dan kotamadya di
seluruh Indonesia. PDAM merupakan perusahaan daerah sebagai sarana penyedia air
bersih yang diawasi dan dimonitor oleh aparataparat eksekutif maupun legislatif
daerah. PDAM sebagai perusahaan daerah diberi tanggung jawab untuk
mengembangkan dan mengelola sistem penyediaan air bersih serta melayani semua
kelompok konsumen dengan harga yang terjangkau. PDAM bertanggung jawab pada
operasional sehari-hari, perencanaan aktivitas, persiapan dan implementasi proyek,
serta bernegosiasi dengan pihak swasta untuk mengembangkan layanan kepada
masyarakat.
Perusahaan-perusahaan daerah ini sebagian merupakan peralihan dari Dinas Pekerjaan
Umum yang dulunya bertugas membangun dan menyediakan prasarana publik. Status
hukum perusahaan-perusahaan daerah ini kebanyakan merupakan perusahaan milik
pemerintah daerah, yang menerima pelimpahan aset dari pemerintah pusat dan
menerima imbal hasil secara teratur. Hal ini diatur dalam peraturan-peraturan daerah
masing-masing.
BPPSPAM telah melakukan evaluasi kinerja penyelenggara SPAM yaitu PDAM,
sejak tahun 2006 dengan data yang bersumber dari laporan audit keuangan dan audit
kinerja oleh BPKP maupun data dari PDAM.Setiap tahun BPPSPAM terus berupaya
untuk melakukan pembaharuan terhadap data tersebut. Laporan Kinerja PDAM di
Indonesia Periode 2011 merupakan hasil evaluasi yang dilakukan oleh BPPSPAM
terhadap 335 PDAM dengan menggunakan data dari tahun 2006 hingga 2010.
INDIKATOR PENILAIAN KINERJA PDAM
Pada periode ini BPPSPAM melakukan evaluasi kinerja penyelenggara SPAM
PDAM menggunakan 4 (empat) indikator yang diterapkan sejak tahun 2010. Disusun
oleh tim BPPSPAM bekerja sama dengan pihak BPKP dan Perpamsi, kriteria-kiteria
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Aspek Keuangan, bobot 25%, meliputi ;
a. Return On Equity, dimana ratio tersebut mengukur kemampuan pengembalian
terhadap jumlah equity.
b. Operating Ratio, dengan tujuan untuk mengukur besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk memperoleh pendapatan.
c. Cash Ratio, untuk mengukur kemampuan kas untuk menutupi hutang yang
jatuh tempo.
d. Efektivitas penagihan, untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam hal
penarikan piutang perusahaan.
e. Solvabilitas, untuk mengukur kemampuan perusahaan terhadap semua
kewajibannya melalui aset yang dimilikinya.
2. Aspek Pelayanan, bobot 25%, meliputi :
a. Cakupan Pelayanan Teknis, mengukur berapa besar penduduk dalam wilayah
pelayanan yang telah dilayani.
b. Pertumbuhan Pelanggan, mengukur besaran pertambahan pelanggan dalam
jangka waktu setahun.
c. Tingkat Penyelesaian Aduan, mengukur tindak lanjut atau penyelesaian
pengaduan pelanggan.
d. Kualitas Air Pelanggan, mengukur/menilai kualitas air yang telah memenuhi
syarat.
e. Konsumsi air, untuk mengukur efektivitas pengelolaan sistem distribusi dan
pelayanan terhadap pelanggan Rumah Tangga.
3. Aspek Operasional, bobot 35%, meliputi :
a. Efisiensi produksi, untuk mengukur efisiensi sistem produksi.
b. Tingkat kehilangan air, untuk mengukur efisiensi sistem distribusi terhadap
penjualan air.
c. Jam operasi pelayanan, untuk mengukur efisiensi sistem secara keseluruhan
dan kaitannya dengan pelayanan.
d. Tekanan air pada sambungan pelanggan, mengukur jumlah pelanggan yang
dilayanani dengan tekanan yang sesuai dengan standar minimal.
e. Penggantian/kalibrasi meter air pelanggan, mengukur tingkat ketelitian meter
air pelanggan.
4. Aspek Sumber Daya Manusia, bobot 15%, meliputi :
a. Rasio Pegawai terhadap 1000 pelanggan, untuk mengukur efisiensi
penggunaan tenaga kerja dalam melayani setiap 1000 pelanggan.
b. Rasio Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, mengukur kepedulian perusahaan
untuk meningkatkan kompetensi pegawai.
c. Rasio Biaya Pendidikan dan Pelatihan, mengukur kepedulian perusahaan
untuk mendanai dalam hal peningkatan kemampuan pegawai.
Nilai maksimum dari masing – masing aspek tersebut adalah 5, sehingga nilai
tertinggi menjadi :
Aspek Bobot Nilai Maksimum Skoring
Keuangan 0,25 5 1,25
Pelayanan 0,25 5 1,25
Operasional 0,35 5 1,75
Evaluasi Kinerja PDAM yang dilakukan berdasarkan kriteria baru tersebut,
dikelompokkan kedalam 3 kategori yakni; Sehat, Kurang Sehat, dan Sakit, dengan
batasan nilai :
1) Kategori Sehat, memperoleh nilai lebih besar dari 2,8
PDAM dengan kategori sehat adalah PDAM yang mampu berkembang dan dapat
memperbaiki kas dan kewajiban pinjaman, dan melakukan mengoperasikan instalasi
secara efisien dalam pelayanannya kepada pelanggan.
2) Kategori Kurang Sehat, memperoleh nilai antara 2.2 – 2,8
PDAM dengan kategori kurang sehat adalah PDAM yang menanggung resiko atas
keadaan kas dan pembayaran pinjaman dalam mengembangkan pelayanannya.
3) Kategori Sakit, memperoleh nilai kurang dari 2.2
PDAM dengan kategori sakit adalah PDAM yang tidak mampu menanggung resiko
kas dan pinjaman dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PDAM
Secara konseptual, standar pelayanan pada dasarnya merupakan konsensus antara
pemberi layanan dan pengguna layanan. Oleh karena itu standar pelayanan sifatnya
tidak statis tetapi dinamis. Ia senantiasa berubah dan sangat tergantung pada
perkembangan kemampuan pemberi layanan dan ekspetasi (harapan) pengguna
layanan. Dengan kata lain standarisasi pelayanan merupakan sekumpulan angka-
angka atau level kemampuan baik kuantitatif maupun kualitatif, dimana bertemu
antara kemampuan pemberi layanan dan ekspetasi pengguna layanan. (Cerdas Kaban,
2007). SPM adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga negara secara
minimal. SPM tersebut diterapkan pada urusan wajib daerah terutama yang berkaitan
dengan pelayanan dasar.
Standar pelayanan minimal PDAM ditetapkan dalam rangka kelancaran
penyelenggaraan pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Adapun standar pelayanan minimal PDAM, yaitu :
a. Kuantitas air, yaitu mengenai
1) Tekanan air di pelanggan, kekuatan daya air yang diukur pada meter air yang
terpasang pada setiap pelanggan.
2) Durasi aliran adalah jumlah jam air mengalir pada periode tertentu.
Persyaratan teknisnya adalah tekanan air di pelanggan minimal 10 mka dan
durasi aliran yang diterima pelanggan sesuai dengan potensi wilayah masing-
masing selama 24 jam.
b. Kualitas air, kualitas air harus mengacu dan sesuai dengan persyaratan baku mutu
air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
907/MENKES/SK/VII/2002, tanggal 29 Juli 2002, tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Bersih.
c. Pelayanan sambungan baru, yaitu :
1) Pelayanan sambungan baru adalah pelayanan terhadap calon pelanggan yang
berminat untuk menjadi pelanggan.
2) Sambungan standar adalah pemasangan sambungan rumah dengan jarak
maksimal 6 meter dari pipa distribusi ke titik pemasangan meter air.
3) Sambungan non standar adalah pemasangan sambungan rumah dengan jarak
maksimal lebih dari 6 meter.
d. Pelayanan buka kembali
Pelayanan buka kembali adalah pelayanan kepada pelanggan yang dikarenakan
sesuatu hal ditutup oleh PDAM, baik atas permintaan pelanggan maupun yang
disebabkan karena tidak terpenuhinya kewajiban pelanggan kepada PDAM.
e. Pelayanan pengaduan
Perusahaan Daerah Air Minum menyediakan pelayanan pengaduan bagi
pelanggan atau masyarakat yang memerlukan sesuai dengan kewenangannya.
1) Bentuk pengaduan baik secara lisan maupun tertulis.
2) Jenis pengaduan, yaitu :
a) Non teknik, berupa : data langganan, tarif air, dana meter, pemakaian air,
dll.
b) Teknik, berupa : pipa bocor, air mati, air kecil, air keruh, meter air mati,
segel meter putus/tidak ada.
c) Pelanggaran, berupa : status tutup air mengalir, meter air, sedot pompa, dll.
f. Balik nama dan alamat
Balik nama dan alamat adalah penggantian nama atau alamat penanggung jawab
pelanggan. Hal ini bisa dilakukan oleh setiap pelanggan.
g. Penyesuaian tarif
Permohonan dari pelanggan atau dari perusahaan untuk menyesuaikan tarif
dikarenakan adanya perubahan golongan pelanggan.
h. Permintaan tutup sementara
Permintaan tutup sementara adalah permohonan dari pelanggan untuk menutup
sambungan air minumnya, karena suatu hal. Misalnya sudah mempunyai sumur
atau sumber mata air lainnya.
i. Test meter
Test meter adalah pengetesan meter air yang diragukan akurasinya oleh
pelanggan. Misalnya hasil meteran di rumah tidak sama dengan yang di rekening,
maka harus ada pengaduan ke pihak perusahaan.
F. Kerangka Berpikir
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang ada, maka diajukan hipotesis dengan
pernyataan sebagai berikut :
- H1 : terdapat pengaruh dari pelayanan PDAM Tirta Handayani terhadap
pemenuhan kebutuhan air bersih di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul,
Provinsi D.I Yogyakarta
- H0 : tidak terdapat pengaruh dari pelayanan PDAM Tirta Handayani terhadap
pemenuhan kebutuhann air bersih di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul,
Provinsi D.I Yogyakarta.
H. Penelitian Relevan
No. Judul Peneliti Instansi Tujuan Penelitian Metode Hasil
1. Analisis Potensi Sungai Bawah Tanah di Gua Seropan dan Gua Semuluh untuk Pendataan Sumberdaya Air Kawasan Karst di Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Astri Handayani Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2009
- Mengetahui potensi sungai bawah tanah untuk pendataan sumberdaya air di Gua Seropan dan Gua Semuluh di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul
- Mengetahui kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari penduduk di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul
- Melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantisipasi kekurangan air di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul
Deskriptif kualitatif
a. Potensi- Gua Seropan :1) Pemenuhan
kebutuhan air bersih (memasak, mandi, mencuci)
2) Pemanfaatan untuk pengembangan irigasi di Kecamatan Semanu, dengan penerapan teknologi budi daya tanaman yang berbasis pada agribisnis
- Gua Semuluh :Berpotensi untuk irigasi, mengairi sawah dan tegalan.
b. Memenuhi kebutuhan sehari-hari , seperti MCK dan memasak, , rata-rata diperlukan air sebesar ± 134,4 liter/orang/hari, masih ditambah untuk keperluan irigasi dan ternak bagi yang memiliki sawah atau tegalan dan hewan ternak.
2. Kajian Pengelolaan Air berbasis Komunitas (Studi Kasus Desa Karangrejek Kabupaten Gunungkidul)
Herminingrum Andara Warih dan Alia Fajarwati
Geografi UGM 2013
- Mengidentifikasi manajemen air berbasis komunitas di Desa Karangrejek Kabupaten Gunungkidul
- Mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dalam manajemen air berbasis komunitas di Desa Karangrejek Kabupaten Gunungkidul
Kualitatif a. Sistem pengelolaan air berbasis komunitas di Desa Karangrejek yang memliputi profil organisasi, pengaturan tarif, perawatan teknis/maintenance, kualitas air, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan, manajemen organisasi, laporan rugi/laba, kontribusi dalam pembangunan desa sudah bagus, kendala yang
- Mengetahui rata-rata pemakaian air pada rumah tangga konsumen PAMDes di Desa Karangrejek Kabupaten Gunungkidul
dihadapi antara lain masalah kredit macet, kesalahan pencatatan rekening dan kualitas air yang diproduksi dimana kesadahan (CaCo3) mencapai angka 112 mg/L termasuk ke dalam klasifikasi perairan menengah (moderatlyhard).
b. Partisipasi masyarakat Desa Karangrejek sangat besar dari awal perencanaan pembangunan sarana dan prasarana air bersih, pelaksanaan, hingga evaluasi.
c. Pola konsumsi rata-rata pemakaian air di Desa Karangrejek yang menggunakan PAB TK di atas 8 meter3/kepala keluarga/bulan dari 10 meter3/kepala keluarga/bulan yang ditetapkan dalam standar kebutuhan pokok air minum menurut Permendagri No. 23 Tahun 2006. Sebagian besar masyarakat menggunakan air tersebut untuk kebutuhan air domestik rumah tangga seperti mandi, mencuci, dan memasak.
3. Strategi Adaptasi Masyarakat terhadap Bencana Kekeringan di Kawasan Karst Kecamatan Panggang Gunungkidul
Hendy Fatchurohman dan Ahmad Cahyadi
Fakultas Geografi UGM
- Mengidentifikasi potensi sumberdaya air di Kecamatan Panggang Kabupaten Gunungkidul
- Mengidentifikasi dampak kekeringan yang dirasakan
Survei wawancara
Sumberdaya air alami yang dapat dimanfaatkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan bersih berasal di Kecamatan Panggang, seperti telaga, mata air dan air hujan. Masyarakat juga memanfaatkan sumber
masyarakat- Mengidentifika
si strategi adaptasi masyarakat terhadap bencana kekeringan di Kecamatan Panggang Kabupaten Gunungkidul
air lain dari saluran PDAM yang berasal dari Sungai Bawah Tanah Ngobaran dan tangki penyedia air bersih yang mengambil dari mata air. Dampak kekeringan yang dirasakan masyarakat meliputi menurunnya jumlah produksi pertanian, dan kesulitan pemenuhan kebutuhan air akibat tidak adanya hujan, mengeringnya tel;aga dan menurunnya atau matinya debit dari mataair. Berbagai strategi adaptasi dilakukan dalam rangka bertahan menghadapi bencana kekeringan seperti optimalisasi fungsi telaga dan mataair pada musim penghujan. Pengurangan penggunaan air pada musim kemarau dan beberapa peraturan yang didasari kearifan lokal diterapkan untuk menjaga kelestarian sumber air.
4. Pengaruh Pelayanan PDAM Tirta Handayani terhadap Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi D.I Yogyakarta
Peni Puspitasari Universitas Negeri Jakarta
mengetahui pengaruh pelayanan PDAM Tirta Handayani terhadap pemenuhan kebutuhan air bersih di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Kuantitatif ?
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelayanan PDAM
Tirta Handayani terhadap pemenuhan kebutuhan air bersih di Kecamatan Tepus,
Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul. Adapun
waktu penelitian ini dilakukan pada bulan.................................
C. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan kuesioner dan
wawancara.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah penduduk berdomisili di daerah Kecamatan Tepus
yang menjadi pelanggan PDAM berjumlah 31.878 jiwa.
2. Sampel
Pengambilan sampel diambil secara random atau acak.
E. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu :
1. Pelayanan PDAM Tirta Handayani sebagai variabel X.
2. Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih sebagai variabel Y.
Untuk menggambarkan pengaruh varibel X terhadap Y maka penelitian didesain seperti
berikut ini:
Keterangan :
X : Variabel Bebas / Variabel Independen (Pelayanan PDAM Tirta Handayani)
Y : Variabel Terikat / Variabel Dependen (pemenuhan kebutuhan air bersih)
: Arah Hubungan.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data kebutuhan air
bersih penduduk Kecamatan Tepus yang diperoleh melalui angket.
2. Data Sekunder
a. Data Laporan Bulanan Kecamatan Tepus
- Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Tepus
b. Data PDAM Tirta Handayani di Kecamatan Tepus.
- Jumlah Pelanggan PDAM di Kecamatan Tepus
- Cakupan Pelayanan PDAM
Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih
Variabel Bebas (X)
Pelayanan PDAM Tirta Handayani
Variabel Bebas (X)
DAFTAR PUSTAKA
Andara Warih, ,Herminingrum dan Alia Fajarwati. 2013. Kajian Pengelolaan Air berbasis
Komunitas (Studi Kasus Desa Karangrejek Kabupaten Gunungkidul).Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada.
Dyah Anggraini, Fanni. 2013. Pengaruh Pertumbuhan Penduduk terhadap Kebutuhan Air
Bersih di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan
Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Jurusan
Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta.
Fatchurohman, Hendy dan Ahmad Cahyadi. Strategi Adaptasi Masyarakat terhadap Bencana
Kekeringan di Kawasan Karst Kecamatan Panggang Gunungkidul.Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada.
Handayani, Astri. 2009. Analisis Potensi Sungai Bawah Tanah di Gua Seropan dan Gua
Semuluh untuk Pendataan Sumberdaya Air Kawasan Karst di Kecamatan
Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Referensi website :
http://www.gunungkidulkab.go.id/ Hari Ini Bribin II Diresmikan Menteri PU; Cukupi
Kebutuhan Air 80 Ribu Jiwa.
http://www.bppspam.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=600&Itemid=93 Penilaian Kinerja
PDAM.
http://andriakbar.blogspot.com/2010/03/gambaran-umum-pdam-di-indonesia.html Gambaran
Umum PDAM di Indonesia.
http://andriakbar.blogspot.com/2010/03/kinerja-umum-pdam-di-indonesia.html Kinerja
Umum PDAM di Indonesia.