pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dana...

30
1 PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN DANA BAGI HASIL TERHADAP BELANJA MODAL PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERIODE TAHUN 2011-2014 DIAN LESTARI 110462201215 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Kepulauan Riau Email : [email protected] ABSTRAK Secara garis besar tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau Periode Tahun 2011-2014. Jenis penelitian dalam penelitian ini yaitu Asosiatif, yaitu menganalisis pengaruh antara variabel x terhadap variabel y. Rancangan penelitian disusun berdasarkan data Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011-2014. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pajak Daerah (X1), Retribusi Daerah (X2), Dana Alokasi Umum (X3), Dana Alokasi Khusus (X4), Dana Bagi Hasil (X5) serta Belanja Modal (Y). Sampel dalam penelitian ini adalah data Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil dan Belanja Modal Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau periode tahun 2011 sampai dengan 2014. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa secara parsial Pajak Daerah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal. Retribusi Daerah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal. Dana Alokasi Umum memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal. Dana Alokasi Khusus memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal. Dana Bagi Hasil memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal. Secara simultan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal. Besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau adalah sebesar 45,6%, sedangkan sisanya sebesar 54,4% adalah dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian. Kata Kunci : Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil, Belanja Modal.

Upload: truongkhanh

Post on 03-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DANA ALOKASI

UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN DANA BAGI HASIL

TERHADAP BELANJA MODAL PEMERINTAH PROVINSI

KEPULAUAN RIAU PERIODE TAHUN 2011-2014

DIAN LESTARI

110462201215

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang, Kepulauan Riau

Email : [email protected]

ABSTRAK

Secara garis besar tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan

Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau

Periode Tahun 2011-2014.

Jenis penelitian dalam penelitian ini yaitu Asosiatif, yaitu menganalisis pengaruh

antara variabel x terhadap variabel y. Rancangan penelitian disusun berdasarkan

data Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah

Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011-2014. Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu Pajak Daerah (X1), Retribusi Daerah (X2), Dana Alokasi

Umum (X3), Dana Alokasi Khusus (X4), Dana Bagi Hasil (X5) serta Belanja

Modal (Y). Sampel dalam penelitian ini adalah data Pajak Daerah, Retribusi

Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil dan

Belanja Modal Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau periode tahun 2011 sampai

dengan 2014.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa secara parsial

Pajak Daerah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal.

Retribusi Daerah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja

Modal. Dana Alokasi Umum memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja

Modal. Dana Alokasi Khusus memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Belanja Modal. Dana Bagi Hasil memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Belanja Modal. Secara simultan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi

Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil secara bersama-sama

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal. Besarnya pengaruh

yang diberikan oleh variabel Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi

Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal pada

Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau adalah sebesar 45,6%, sedangkan sisanya

sebesar 54,4% adalah dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam

penelitian.

Kata Kunci : Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi

Khusus, Dana Bagi Hasil, Belanja Modal.

2

PENDAHULUAN

Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk alokasi belanja

modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini

didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk

kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Oleh

karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerintah

daerah seharusnya mengubah komposisi belanjanya. Selama ini belanja daerah

lebih banyak digunakan untuk belanja rutin yang relatif kurang produktif. Saragih

(2003) menyatakan bahwa pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk

hal-hal produktif, misal untuk melakukan aktivitas pembangunan.

Infrastuktur dan sarana prasarana yang ada di daerah akan berdampak pada

pertumbuhan ekonomi daerah. Jika sarana dan prasarana memadai maka

masyarakat dapat melakukan aktivitas sehari-harinya secara aman dan nyaman

yang akan berpengaruh pada tingkat produktivitasnya yang semakin meningkat,

dan dengan adanya infrastruktur yang memadai akan menarik investor untuk

membuka usaha di daerah tersebut. Dengan bertambahnya belanja modal maka

akan berdampak pada periode yang akan datang yaitu produktivitas masyarakat

meningkat dan bertambahnya investor akan meningkatkan pendapatan asli

daerah. Pada Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau realisasi belanja modal

berdasarkan laporan realisasi anggaran dapat dilihat pada grafik berikut ini:

REALISASI BELANJA MODAL

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011

realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau yaitu sebesar

3

Rp.259.903.000, pada tahun 2012 Rp.262.335.000, pada tahun 2013

Rp.392.904.000, pada tahun 2014 Rp.717.989.000. Dari data tersebut diketahui

bahwa realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau semakin

meningkat hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau

selalu memperhatikan kebutuhan daerah sehingga memberikan dampak yang baik

bagi daerah sendiri. Pemerintah daerah harus mampu mengalokasikan alokasi

belanja modal dengan baik karena belanja modal merupakan salah satu langkah

bagi pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan kepada publik. Untuk

dapat meningkatkan pengalokasian belanja modal, maka perlu diketahui

variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pengalokasian belanja modal,

seperti Pajak daerah, Retribusi daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana

Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH).

Dalam pelaksanaannya, kebijakan otonomi daerah didukung pula oleh

perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, sebagaimana diatur dalam UU

No. 25 Tahun 1999 (diganti dengan UU No. 33 Tahun 2004) tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat-Daerah. Dalam UU tersebut yang dimaksud

dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah adalah suatu sistem pembiayaan

pemerintah dalam kerangka negara kesatuan, yang mencakup pembagian

keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta pemerataan antardaerah

secara proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan

potensi, kondisi dan kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban dan pembagian

kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk

pengelolaan dan pengawasan keuangannya.

Wujud dari perimbangan keuangan tersebut adalah adanya dana

perimbangan yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada

daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana

Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH) yang bersumber dari pajak

dan sumber daya alam. Ketiga jenis dana tersebut bersama dengan Pendapatan

Asli Daerah (PAD) merupakan sumber dana daerah yang digunakan untuk

menyelenggarakan pemerintahan di tingkat daerah. Setiap jenis dana perimbangan

4

memiliki fungsinya masing-masing. Sesuai dengan namanya, Dana Perimbangan

menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 adalah dana yang bersumber

dari Pendapatan APBN yang dialokasikan ke daerah untuk mendanai kebutuhan

daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan itu meliputi

Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil

(DBH). Dana Bagi Hasil berperan sebagai penyeimbang fiskal antara pusat dan

daerah dari pajak yang dibagihasilkan. DAU berperan sebagai pemerata fiskal

antardaerah (fiscal equalization) di Indonesia. Dana Alokasi Umum dialokasikan

dengan tujuan pemerataan dengan memperhatikan potensi daerah, luas daerah,

keadaan geografi, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah.

Dalam mengelola keuangannya, pemerintah daerah harus dapat

menerapkan asas kemandirian daerah dengan mengoptimalkan penerimaan dari

sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah merupakan

sumber penerimaan pemerintah daerah yang berasal dari daerah itu sendiri

berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak

daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,

dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah (Kawedar, 2008), dan

peningkatan PAD diharapkan meningkatkan investasi belanja modal pemerintah

daerah sehingga kualitas pelayanan publik semakin baik tetapi yang terjadi

adalah peningkatan Pendapatan Asli Daerah tidak diikuti dengan kenaikan alokasi

belanja modal yang signifikan, hal ini disebabkan karena Pendapatan Asli Daerah

tersebut banyak tersedot untuk membiayai belanja lainnya.

Selain itu pendelegasian wewenang dari pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah disertai dengan pengalihan dana, sarana dan prasarana serta

sumber daya manusia. Pengalihan dana dari pemerintah pusat ke pemerintah

daerah diwujudkan dalam bentuk dana perimbangan yang terdiri dari Dana

Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil

(DBH). Setiap daerah mempunyai kemampuan keuangan yang tidak sama dalam

mendanai kegiatan-kegiatannya, hal ini menimbulkan ketimpangan fiskal antara

satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu, untuk mengatasi

5

ketimpangan fiskal ini pemerintah mengalokasikan dana yang bersumber dari

APBN untuk mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi.

Berdasarkan latar belakang di atas, di mana belanja modal merupakan

bentuk pengeluaran pemerintah yang seharusnya memiliki pengaruh yang

sangat besar terhadap ketersediaan kualitas pelayanan publik untuk masyarakat,

maka yang menjadi fokus dari tulisan ini adalah faktor alokasi belanja

modal pemerintah daerah dengan mengangkat Judul “Pengaruh Pajak Daerah,

Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana

Bagi Hasil terhadap Belanja Modal Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau

Periode Tahun 2011-2014”.

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Belanja Modal

Belanja Modal merupakan salah satu jenis Belanja Langsung dalam

APBN/APBD. Menurut Erlina dan Rasdianto (2013:122), Belanja Modal adalah

pengeluaran anggaran untuk aset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari

satu periode akuntansi. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

58 Tahun 2005 tetang Keuangan Daerah, Belanja Modal adalah pengeluaran yang

dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan aset tetap dan aset lainnya yang

mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam

kegiatan pemerintah, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan

bangunan, jaringan, buku perpustakaan dan hewan.

Besaran nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud

dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga beli/bangun aset

(Permendagri 13 Tahun 2006). Dalam Lampiran III PMK No. 101/PMK.02/2011

Belanja Modal dipergunakan untuk antara lain: Belanja Modal Tanah, Belanja

Modal Peralatan dan Mesin, Belanja Modal Gedung dan Bangunan, Belanja

Modal Jalan Irigasi dan Jaringan, Belanja Modal lainnya, dan Belanja Modal

Badan Layanan Umum (BLU). Secara spesifik sumber pendanaan untuk Belanja

Modal belum ditentukan aturannya. Namun seluruh jenis sumber-sumber

6

penerimaan daerah dapat dialokasikan untuk mendanai Belanja Daerah

diantaranya Belanja Modal.

Pajak Daerah

Pengertian Pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28

Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 Angka 1

adalah: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Definisi pajak juga

dikemukakan oleh Andriani (Bohari, 2012:23), adalah “Pajak adalah iuran pada

negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya

menurut peraturan-peraturan dengan tidak dapat prestasi kembali, yang langsung

dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran umum berhubungan dengan tugas pemerintah”.

Melihat beberapa definisi pajak di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa pajak merupakan iuran wajib masyarakat kepada negara yang dalam

pemungutannya dapat dipaksakan namun tidak memberi jasa timbal balik secara

langsung terhadap masyarakat, hal ini dikarenakan pajak menjadi sumber

penerimaan utama dalam membiayai pengeluaran rutin pemerintah.

Pajak Daerah merupakan bagian Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang

terbesar, kemudian disusul dengan pendapatan yang berasal dari retribusi daerah.

Adapun yang dimaksud dengan Pajak Daerah hampir tidak ada bedanya dengan

pengertian pajak pada umumnya, seperti dikutip dalam buku “Ekonomi Publik”

karangan Suparmoko (2001:56), yaitu: “merupakan iuran wajib yang dilakukan

oleh orang pribadi atau badan kepada pemerintah (daerah) tanpa balas jasa

langsung yang dapat ditunjuk, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku”.

Retribusi Daerah

Disamping pajak daerah, sumber Pendapatan Asli Daerah yang cukup

besar peranannya dalam menyumbang pada terbentuknya Pendapatan Asli Daerah

7

adalah Retribusi Daerah. Menurut Suparmoko (2001:85), bahwa yang dimaksud

Retribusi Daerah adalah Pungutan daerah sebagai bayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah

Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Zain (2003:13),

mendefinisikan retribusi daerah sebagai berikut: “Retribusi Daerah yang

selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas

jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan”. Jasa pelayanan

yang dapat dipungut retribusinya hanyalah jenis-jenis jasa pelayanan yang

menurut pertimbangan sosial ekonomi layak untuk dijadikan objek retribusi.

Jenis Retribusi Daerah berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan

Riau Nomor 1 Tahun 2012 yang merupakan turunan dari Undang-Undang No.28

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah:

1. Retribusi Jasa Umum, terdiri dari:

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan; dan

b. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang.

2. Retribusi Jasa Usaha, terdiri dari:

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

b. Retribusi Rumah Potong Hewan; dan

c. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan.

3. Retribusi Perizinan Tertentu, terdiri dari:

a. Retribusi Izin Trayek; dan

b. Retribusi Izin Usaha Perikanan.

Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah sejumlah dana yang dialokasikan

kepada setiap daerah otonom (provinsi/kabupaten/kota) di Indonesia setiap

tahunnya sebagai dana pembangunan yang bertujuan sebagai pemerataan

kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah otonom

dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 besarnya Dana

Alokasi Umum diterapkan sekurang-kurangnya 26% dari penerimaan dalam

8

negeri yang diterapkan dalam APBN. DAU ini merupakan seluruh alokasi umum

daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota. Kenaikan Dana Alokasi Umum akan

sejalan dengan penyerahan dan pengalihan kewenangan pemerintah pusat kepada

daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Umum terdiri dari

Dana Alokasi Umum untuk daerah provinsi dan Dana Alokasi Umum untuk

daerah kabupaten/kota. Jumlah Dana Alokasi Umum bagi semua daerah provinsi

dan jumlah Dana Alokasi Umum bagi semua daerah kabupaten/kota masing-

masing ditetapkan setiap tahun dalam APBN. Dana Alokasi Umum untuk suatu

daerah provinsi tertentu ditetapkan berdasarkan jumlah Dana Alokasi Umum

untuk suatu daerah provinsi yang ditetapkan dalam APBN dikalikan dengan rasio

bobot daerah provinsi yang bersangkutan, terhadap jumlah bobot seluruh provinsi.

Porsi daerah provinsi ini merupakan persentase bobot daerah provinsi yang

bersangkutan terhadap jumlah bobot semua daerah provinsi di seluruh Indonesia.

Dana Alokasi Umum untuk suatu daerah kabupaten/kota tertentu

ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah Dana Alokasi Umum untuk seluruh

daerah kabupaten/kota yang ditetapkan dalam APBN dengan porsi daerah

kabupaten/kota yang bersangkutan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55

Tahun 2005 tentang dana perimbangan, maka kebutuhan wilayah otonomi daerah

merupakan perkalian dari total pengeluaran daerah rata-rata dengan penjumlahan

dari indeks: penduduk, luas daerah, kemiskinan relatif dan kenaikan harga setelah

dikalikan dengan bobot masing-masing indeks.

Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang berasal dari APBN, yang

dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. Dana

Alokasi Khusus dapat dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu untuk

membiayai dana dalam APBN, yang dimaksud sebagai daerah tertentu adalah

daerah-daerah yang mempunyai kebutuhan yang bersifat khusus. Dana Alokasi

Khusus (DAK) adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

kepada provinsi atau kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai

kegiatan khusus yang merupakan urusan pemerintah daerah dan sesuai dengan

prioritas nasional.

9

Dana Alokasi Khusus (DAK) digunakan untuk membiayai investasi

pengadaan dan atau peningkatan prasarana dan sarana fisik secara ekonomis untuk

jangka panjang. Dalam keadaan tertentu, Dana Alokasi Khusus dapat membantu

biaya pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana tertentu untuk

periode terbatas, tidak melebihi 3 (tiga) tahun. Dana Alokasi Khusus dialokasikan

kepada daerah tertentu berdasarkan usulan daerah yang berisi usulan-usulan

kegiatan dan sumber-sumber pembiayaannya yang diajukan kepada Menteri

Teknis oleh daerah tersebut. Bentuknya dapat berupa rencana suatu proyek atau

kegiatan tertentu atau dapat berbentuk dokumen program rencana pengeluaran

tahunan dan multi tahunan untuk sektor-sektor serta sumber-sumber

pembiayaannya.

Dana Bagi Hasil (DBH)

Dana Bagi Hasil dijelaskan sebagai dana yang bersumber dari APBN yang

dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai

kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (Undang-Undang

Nomor 33 Tahun 2004). Dalam penjelasannya Dana Bagi Hasil pada APBN

merupakan pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber dana nasional yang

berada di daerah berupa pajak dan sumber daya alam.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 Dana Bagi Hasil

adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada

daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi. Adapun yang menjadi sumber Dana Bagi Hasil

yaitu:

1. Pajak, terdiri dari:

a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

b. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

c. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi

Dalam Negeri dan PPh Pasal 21

2. Sumber Daya Alam yang berasal dari:

a. Kehutanan

b. Pertambangan Umum

10

c. Perikanan

d. Pertambangan Minyak Bumi

e. Pertambangan Gas Bumi

f. Pertambangan Panas Bumi

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan konsep teori di atas maka peneliti mencoba menguraikan

dalam bentuk kerangka pikir sebagai berikut:

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Pajak Daerah terhadap Belanja Modal

Salah satu sumber pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah

(PAD). Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah,

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Dari

beberapa komponen PAD tersebut, pajak daerah dan retribusi daerah

mempunyai kontribusi terbesar dalam memberikan pendapatan bagi daerah.

Pajak daerah merupakan PAD yang tarifnya ditetapkan melalui Peraturan

Daerah (Perda). Menurut Sianturi (2010), terdapat keterkaitan antara pajak daerah

dengan alokasi belanja modal. Semakin besar pajak yang diterima oleh

pemerintah daerah, maka semakin besar pula PAD dengan demikian semakin

Pajak Daerah (X1)

Retribusi Daerah (X2)

Dana Alokasi Umum (X3)

Belanja Modal (Y)

Dana Alokasi Khusus (X4)

Dana Bagi Hasil (X5)

H 1

H 3

H 4

H 5

H 6

H 2

11

besar pula peluang pemerintah daerah untuk dapat meningkatkan belanja modal

guna melengkapi aset daerah. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Agave Sianturi (2010) dengan judul pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah

terhadap pengalokasian belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota di

Sumatera Utara dimana hasil penelitian membuktikan bahwa Pajak daerah

berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Pemerintah daerah mempunyai

wewenang untuk mengalokasikan pendapatannya dalam sektor belanja langsung

ataupun untuk belanja modal. Berdasarkan landasan teori tersebut, hipotesis dapat

dinyatakan sebagai berikut:

H1: Pajak Daerah berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal

Pengaruh Retribusi Daerah terhadap Belanja Modal

Retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah

yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan

pembangunan daerah. Dalam UU No. 34 Tahun 2000 disebutkan bahwa retribusi

daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan

dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau

badan. Retribusi daerah untuk masing-masing kabupaten/kota dapat dilihat dari

pos PAD dalam Laporan Realisasi APBD.

Peningkatan pelayanan kepada masyarakat dapat ditingkatkan apabila

pendapatan yang dimiliki oleh pemerintah daerah juga memadai. Meskipun

pemerintah daerah mendapatkan bantuan dana dari pemerintah pusat, namun

pemerintah daerah juga tetap harus dapat mengoptimalkan potensi daerahnya

untuk dapat meningkatkan PAD dalam rangka memenuhi belanja modal daerah.

Jika retribusi daerah meningkat, maka PAD juga akan meningkat sehingga

dapat meningkatkan pengalokasian belanja modal untuk meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat. Retribusi diharapkan mampu memberikan kontribusi yang

positif terhadap pembangunan infrastruktur daerah (Novita, 2012). Hal tersebut

sejalan dengan penelitian Diah Sulistyowati (2011) dimana retribusi daerah

berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi belanja modal. Sehingga

12

apabila terjadi kenaikan pada retribusi daerah, maka akan meningkatkan alokasi

belanja modal. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat diasumsikan suatu hipotesis

sebagai berikut:

H2: Retribusi Daerah berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal

Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal

Dana perimbangan meliputi Dana Bagi Hasil Pajak/Non-Pajak, Dana

Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Alokasi Umum

(DAU) yang diterima pemerintah daerah dapat dialokasikan untuk belanja modal.

Hasil penelitian yang dilakukan Putro (2011), dapat diketahui bahwa DAU

berpengaruh terhadap Pengalokasian Belanja Modal.

Dapat diketahui bahwa besarnya Dana Alokasi Umum dapat dipastikan

dapat menambah pendapatan pemerintah daerah. Sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Diah Sulistyowati (2011), Dana Alokasi Umum (DAU) daerah

berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi belanja modal. Sehingga

apabila terjadi kenaikan pada DAU, maka akan meningkatkan alokasi belanja

modal. Dengan begitu adanya keterkaitan antara Dana Perimbangan dalam hal ini

Dana Alokasi Umum dapat mempengaruhi belanja modal Pemerintah Provinsi

Kepulauan Riau. Berdasarkan asumsi tersebut dapat dikemukakan suatu hipotesis

yaitu:

H3: Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal

Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal

Sumber dana perimbangan yang kedua adalah Dana Alokasi Khusus.

Dengan adanya DAK, maka membantu mengurangi beban biaya kegiatan

khusus yang ditanggung oleh pemerintah daerah. Diketahui bahwa sumber

pendanaan untuk belanja modal salah satunya berasal dari Dana Alokasi

Khusus (DAK). Berdasarkan hasil penelitian dari Ni Luh Dina Selvia Martini

(2014) dengan judul Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan

Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Buleleng Tahun

2006-2012 didapatkan hasil bahwa ada pengaruh positif dan signifikan dari Dana

13

Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal. Sehingga apabila terjadi kenaikan pada

DAK, maka akan mempengaruhi alokasi belanja modal. Dana Alokasi Khusus

merupakan bagian dari dana perimbangan yang dapat membantu sumber

pendanaan belanja modal daerah Provinsi Kepulauan Riau. Berdasarkan

pemaparan tersebut dapat ditarik suatu hipotesis:

H4: Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal

Pengaruh Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal

Sumber dana perimbangan yang ketiga adalah Dana Bagi Hasil. Menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 Dana Bagi Hasil adalah dana yang

bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan

angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah. Dana Bagi Hasil yang

didapatkan oleh pemerintah daerah yaitu dari adanya pajak dan sumber daya alam

daerah yang dapat membantu sumber pendanaan belanja modal.

Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan memperhatikan potensi daerah

penghasil berdasarkan angka presentase tertentu untuk mendanai kebutuhan

daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (Deddi, 2007). Menurut Carol

(2005), Dana Perimbangan dimaksudkan untuk mengatasi ketidakseimbangan

vertikal antar tingkat pemerintah (dana bagi hasil & dana alokasi umum)

menyamakan kemampuan fiskal pemerintah daerah mendorong belanja daerah

untuk kegiatan-kegiatan prioritas pembangunan nasional, mendorong pencapaian

pelayanan dan standar minimum, dan merangsang mobilisasi pendapatan.

Menurut Arbie (2013), Dana Bagi Hasil merupakan sumber pendapatan daerah

yang cukup potensial dan merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah

dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah. Wahyuni

dan Pryo (2009) menyebutkan bahwa “Dana Bagi Hasil (DBH) merupakan

sumber pendapatan daerah yang cukup potensial dan merupakan salah satu modal

dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi

belanja daerah selain yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana

Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK)”. Penelitian yang

14

dilakukan oleh Indra (2010), menyatakan bahwa dari hasil yang dilakukan

menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH) dan

Dana Alokasi Umum (DAU) secara simultan dan parsial berpengaruh positif

terhadap belanja modal. Dari pemaparan tersebut dapat ditarik suatu hipotesis:

H5: Dana Bagi Hasil berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana

Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal

Belanja Modal merupakan salah satu jenis Belanja Langsung dalam

APBN/APBD. Menurut Erlina dan Rasdianto (2013), Belanja Modal adalah

pengeluaran anggaran untuk aset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari

satu periode akuntansi. Penelitian yang dilakukan oleh Diah Sulistyowati (2011),

tentang Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, DAU dan DAK Terhadap

Alokasi Belanja Modal dimana hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa

pajak daerah, retribusi daerah, dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap

Belanja Modal. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indra (2010),

menyatakan bahwa dari hasil yang dilakukan menunjukkan bahwa Pendapatan

Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Umum (DAU)

secara simultan dan parsial berpengaruh positif terhadap Belanja Modal. Bagi

pemerintah daerah diharapkan dapat lebih mengoptimalkan daerah untuk

menambah Pendapatan Asli Daerah termasuk didalamnya mengoptimalkan hasil

pajak daerah, retribusi daerah.

H6: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi

Khusus dan Dana Bagi Hasil berpengaruh signifikan terhadap Belanja

Modal

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian dalam penelitian ini yaitu Asosiatif, yaitu menganalisis

pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y. Rancangan penelitian disusun

berdasarkan data Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011-2014. Variabel yang digunakan

15

dalam penelitian ini yaitu Pajak Daerah (X1), Retribusi Daerah (X2), Dana

Alokasi Umum (X3), Dana Alokasi Khusus (X4), Dana Bagi Hasil (X5) serta

Belanja Modal (Y).

Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah belanja modal, yang

dinotasikan (Y). Belanja modal sebagai variabel terikat (Y). Dalam penelitian ini

adalah Belanja Modal yang digunakan yaitu Belanja Modal Pemerintah Provinsi

Kepulauan Riau periode 2011-2014. Belanja modal merupakan belanja

pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi 1 tahun anggaran dan akan

menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja

yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi

umum (Halim, 2004). Belanja modal untuk masing-masing kabupaten/kota dapat

dilihat dalam Laporan Realisasi APBD.

Variabel Independen

1. Pajak Daerah sebagai variabel bebas (X1). Yaitu Pajak Daerah Pemerintah

Provinsi Kepulauan Riau periode 2011-2014.

2. Retribusi Daerah sebagai variabel bebas (X2). Dalam penelitian ini adalah

Retribusi Daerah yang digunakan yaitu Restribusi Daerah Pemerintah

Provinsi Kepulauan Riau periode 2011-2014.

3. Dana Alokasi Umum sebagai variabel bebas (X3). Dalam penelitian ini

adalah Dana Alokasi Umum yang digunakan yaitu Dana Alokasi Umum

Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau periode 2011-2014.

4. Dana Alokasi Khusus sebagai variabel bebas (X4). Dalam penelitian ini

adalah Dana Alokasi Khusus yang digunakan yaitu Dana Alokasi Khusus

Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau periode 2011-2014.

5. Dana Bagi Hasil sebagai variabel bebas (X5). Dalam penelitian ini adalah

Dana Bagi Hasil yang digunakan yaitu Dana Bagi Hasil Pemerintah Provinsi

Kepulauan Riau periode 2011-2014.

Sampel Data Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah data Pajak Daerah, Retribusi Daerah,

Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil dan Belanja Modal

16

Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau periode tahun 2011 sampai dengan 2014

dengan data bulanan sehingga jumlah data untuk masing-masing variabel

berjumlah 48 data. Berikut merupakan tabel penjelasan sampel penelitian:

Tebel 3.1

Sampel Penelitian

No Sampel Penelitian Periode Jumlah Data

1.

2.

3.

4.

5.

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

Dana Bagi Hasil

2011-2014

2011-2014

2011-2014

2011-2014

2011-2014

48

48

48

48

48

Sumber : BPKKD Provinsi Kepulauan Riau

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif pada penelitian ini didasarkan pada data penelitian

yang bertujuan untuk melihat gambaran umum dari data yang digunakan dalam

penelitian ini. Hasil perhitungan statistik deskriptif untuk tiap-tiap variabel dapat

dijelaskan dalam tabel berikut ini:

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PD 48 .00 103698.00 64775.7292 21332.82089

RD 48 66.00 2986.00 481.4167 529.57333

DAU 48 .00 116334.00 46055.2917 25282.47858

DAK 48 .00 18755.00 2571.1042 4919.51923

DBH 48 .00 321461.00 81789.5833 102490.69526

BM 48 .00 316307.00 34023.5625 59812.64588

Valid N (listwise) 48

Sumber : Data Hasil Olahan SPSS, 2016

Berdasarkan dari tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel Pajak

Daerah (X1) dari 48 data yang diolah terdapat nilai minimum 00, nilai maximum

17

103698.00, dan nilai rata-rata 64775.7292. Variabel Retribusi Daerah dapat

diketahui memiliki nilai minimum 66.00, nilai maximum 2986.00 dan nilai rata-

rata 481.4167. Variabel Dana Alokasi Umum memiliki nilai minimum 00, nilai

maximum 116334.00 dan nilai rata-rata 46055.2917. Variabel Dana Alokasi

Khusus memiliki nilai minimum 00, nilai maximum 18755.00, dan nilai rata-rata

2571.1042. Variabel Dana Bagi Hasil memiliki nilai minimum 00, nilai maximum

321461.00, dan nilai rata-rata 81789.5833. Variabel Belanja Modal memiliki nilai

minimum 00, nilai maximum 316307.00, dan nilai rata-rata 34023.5625.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji Statistik Kolmogorov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 48

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 41710.6683201

9

Most Extreme Differences Absolute .135

Positive .135

Negative -.090

Test Statistic .135

Asymp. Sig. (2-tailed) .129c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber : Hasil Olahan SPSS Versi 21

Berdasarkan hasil analisis metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov

menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,129 lebih besar dari 0,05, ini berarti

variabel residual berdistribusi normal.

Hasil Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya

Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel

bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.

18

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant) PD .902 1.109

RD .883 1.132

DAU .871 1.148

DAK .924 1.082

DBH .915 1.093

a. Dependent Variable: Belanja_Modal

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 21, 2016

Berdasarkan hasil dari tabel diatas nilai Tolerance dan VIF terlihat bahwa

tidak ada nilai Tolerance di bawah 0.10 dan nilai VIF tidak ada di atas 10, hal ini

berarti kelima variabel independen tersebut tidak terdapat hubungan

multikolinieritas dan dapat digunakan untuk memprediksi belanja modal selama

periode pengamatan 2011-2014.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan

varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Hal yang harus

terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas.

Gambar 4.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 21, 2016

19

Berdasarkan Gambar 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa data (titik-titik)

menyebar secara merata di atas dan di bawah garis nol, tidak berkumpul di satu

tempat, serta tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa

pada uji regresi ini tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

Hasil Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi regresi di mana variabel

dependen (terikat) tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri.

Autokorelasi (Durbin Watson)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .717a .514 .456 44123.65013 1.503

a. Predictors: (Constant), DBH, DAK, PD, RD, DAU

b. Dependent Variable: Belanja_Modal

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai Durbin Watson sebesar

1,503. Hal ini dapat diketahui berdasarkan kriteria bahwa nilai DW berada

diantara -2 dan 2 sehingga tidak adanya autokorelasi.

Hasil Uji T-Test

Uji statistik T pada dasarnya digunakan untuk melihat pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen secara parsial. Pada penelitian ini akan

dikaji pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana

Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal.

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Hasil Uji T Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 8882.664 23356.548 .380 .706

PD .661 .318 .236 2.080 .044

RD 6.587 12.933 .058 .509 .613

DAU -.949 .273 -.401 -3.479 .001

DAK 3.830 1.361 .315 2.814 .007

DBH .159 .066 .273 2.424 .020

a. Dependent Variable: Belanja_Modal

Sumber : Hasil Pengujian SPSS Versi 21, 2016

20

Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis tabel tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Pajak Daerah mempunyai thitung 2,080 sehingga nilai thitung > ttabel, yaitu

2,080>1,677. Berdasarkan nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ha

diterima, ini menunjukkan bahwa secara parsial pajak daerah memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal. Berdasarkan tabel di atas

dapat diketahui nilai signifikansi pajak daerah yaitu sebesar 0,044. Pajak

Daerah berpengaruh secara parsial terhadap Belanja Modal, karena nilai

signifikansi lebih kecil daripada 0,05.

2. Retribusi Daerah mempunyai thitung 0,509 sehingga nilai thitung < ttabel, yaitu

0,509<1,677. Berdasarkan nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ha

ditolak, ini menunjukkan bahwa secara parsial retribusi daerah tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal.

3. Dana Alokasi Umum mempunyai thitung 3,479 sehingga nilai thitung > ttabel, yaitu

3,479>1,677. Berdasarkan nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ha

diterima, ini menunjukkan bahwa secara parsial Dana Alokasi Umum

memiliki pengaruh terhadap Belanja Modal. Nilai t negatif menunjukkan

bahwa Dana Alokasi Umum mempunyai hubungan yang berlawanan arah

dengan Belanja Modal. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai

signifikansi pajak daerah yaitu sebesar 0,001. Dana Alokasi Umum

berpengaruh secara parsial terhadap Belanja Modal, karena nilai signifikansi

lebih kecil dari pada 0,05.

4. Dana Alokasi Khusus mempunyai thitung 2,814 sehingga nilai thitung > ttabel,

yaitu 2,814>1,677. Berdasarkan nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

Ha diterima, ini menunjukkan bahwa secara parsial Dana Alokasi Khusus

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal. Berdasarkan

tabel di atas dapat diketahui nilai signifikansi Dana Alokasi Khusus yaitu

sebesar 0,007 sehingga dapat diketahui juga bahwa Dana Alokasi Khusus

berpengaruh secara parsial terhadap Belanja Modal, karena nilai signifikansi

lebih kecil dari pada 0,05.

21

5. Dana Bagi Hasil mempunyai thitung 2,424 sehingga nilai thitung > ttabel, yaitu

2,424>1,677. Berdasarkan nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ha

diterima, ini menunjukkan bahwa secara parsial Dana Bagi Hasil memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal. Berdasarkan tabel di atas

dapat diketahui nilai signifikansi Dana Bagi Hasil yaitu sebesar 0,020

sehingga dapat diketahui juga bahwa Dana Bagi Hasil berpengaruh secara

parsial terhadap Belanja Modal, karena nilai signifikansi lebih kecil dari pada

0,05.

Hasil Uji F-Test (Anovab)

Uji F untuk menentukan apakah secara serentak atau bersama-sama

variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen dengan baik atau

apakah variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen. Pada tabel Anova dapat dilihat pengaruh

variabel Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi

Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal.

Hasil Uji Simultan Dengan F- Test

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 86375319531.119 5 17275063906.224 8.873 .000b

Residual 81769653030.693 42 1946896500.731

Total 168144972561.813 47

a. Dependent Variable: Belanja_Modal

b. Predictors: (Constant), DBH, PD, DAK, RD, DAU

Dari tabel di atas, uji signifikansi simultan/bersama-sama (uji statistik F)

menghasilkan nilai F hitung sebesar 8,873 dengan siginfikasi 0,000. Nilai

signifikasi tersebut lebih kecil dari pada 0,05 sehingga hal tersebut menunjukkan

bahwa variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel

dependen. Artinya, setiap perubahan yang terjadi pada variabel independen yaitu

Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan

Dana Bagi Hasil secara bersama-sama akan berpengaruh terhadap Belanja Modal

pada Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. Nilai f tabel pada taraf kepercayaan

22

signifikansi 0,05 adalah 4,04 dengam demikian F hitung = 8,873 > F tabel = 4,04

dengan demikian maka model regresi dapat dikatakan bahwa Pajak Daerah,

Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi

Hasil secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja

Modal pada Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau.

Uji Koefisien Determinasi (R Square)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk melihat seberapa besar

pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel dependen untuk

mengetahui persentase sumbangan variabel (Pajak Daerah, Retribusi Daerah,

Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil) secara

bersama-sama terhadap variabel dependen (Belanja Modal).

Hasil Pengujian Untuk

Uji Koefisien Determinasi (R Square)

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .717a .514 .456 44123.65013 1.503

a. Predictors: (Constant), DBH, DAK, PD, RD, DAU

b. Dependent Variable: Belanja_Modal

Dari hasil tabel di atas besarnya Adjusted R Square berdasarkan hasil

analisis dengan SPSS 21 sebesar 0,456. Adjusted R Square merupakan nilai R2

yang disesuaikan sehingga gambarannya lebih mendekati mutu penjajakan model.

Dengan demikian besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel Pajak Daerah,

Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi

Hasil terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau adalah

sebesar 45,6%, sedangkan sisanya sebesar 54,4% adalah dipengaruhi oleh faktor

lain yang tidak diteliti dalam penelitian.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pengaruh Pajak Daerah terhadap Belanja Modal

Pajak Daerah mempunyai thitung 2,080 sehingga nilai thitung > ttabel, yaitu

2,080>1,677 serta nilai signifikansi lebih kecil dari pada 0,05. Berdasarkan nilai

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, ini menunjukkan bahwa

23

secara parsial pajak daerah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja

Modal. Pajak daerah merupakan PAD yang tarifnya ditetapkan melalui Peraturan

Daerah (Perda). Menurut Sianturi (2010), terdapat keterkaitan antara pajak daerah

dengan alokasi belanja modal. Semakin besar pajak yang diterima oleh

Pemerintah Daerah, maka semakin besar pula PAD dengan demikian semakin

besar pula peluang pemerintah daerah untuk dapat meningkatkan belanja modal

guna melengkapi aset tetap daerah. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 bahwa pajak daerah dapat digunakan sebaik baiknya untuk keperluan

daerah dalam hal pemenuhan kebutuhan daerah. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian yang menyatakan pajak daerah berpengaruh terhadap belanja modal

dikarenakan pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dapat mengalokasikan pajak

daerah sebagai sumber penting untuk pengalokasian belanja modal.

Pengaruh Retribusi Daerah terhadap Belanja Modal

Retribusi Daerah mempunyai thitung 0,509 sehingga nilai thitung < ttabel, yaitu

0,509<1,677. Berdasarkan nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ha

ditolak, ini menunjukkan bahwa secara parsial retribusi daerah tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal. Hasil penelitian yang tidak

signifikan ini dikaitkan dengan data pendapatan Provinsi Kepulauan Riau periode

tahun 2011-2014, dapat diketahui bahwa persentase retribusi daerah terhadap total

pendapatan rata-rata yaitu 0,25% (sangat rendah) sehingga retribusi daerah tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal. Retribusi daerah

tidak memiliki pengaruh terhadap Belanja Modal dimana hal ini berarti kurang

optimalnya penggalian, pengelolaan sumber daya yang dimiliki pemerintah

Provinsi Kepulauan Riau untuk dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya.

Pemerintah daerah diharapkan dapat lebih mengoptimalkan potensi ekonomi

dimasing-masing daerah untuk menambah Pendapatan Asli Daerah termasuk

didalamnya mengoptimalkan hasil pajak daerah, retribusi daerah sehingga dapat

berdampak baik terhadap belanja modal. Hal ini sejalan dengan penelitian

Mamonto (2015) dimana hasil penelitian menjelaskan bahwa Retribusi Daerah

tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.

24

Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal

Dana Alokasi Umum mempunyai thitung 3,479 sehingga nilai thitung > ttabel,

yaitu 3,479>1,677 serta nilai signifikansi lebih kecil dari pada 0,05. Berdasarkan

nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, ini menunjukkan

bahwa secara parsial Dana Alokasi Umum memiliki pengaruh terhadap Belanja

Modal. Nilai t negatif menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum mempunyai

hubungan yang berlawanan arah dengan Belanja Modal. Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 33 Tahun 2004 dapat diketahui bahwa Jumlah keseluruhan DAU

ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (dua puluh enam persen) dari Pendapatan

Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU merupakan salah satu

komponen belanja pada APBN, dan menjadi salah satu komponen pendapatan

pada APBD. Tujuan DAU adalah sebagai pemerataan kemampuan keuangan antar

daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah Otonom dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi. Bertolak belakangnya antar dana alokasi umum dan belanja modal

dalam penelitian ini karena alokasi dasar perhitungan Dana Alokasi Umum

digunakan untuk memenuhi Belanja Pegawai sehingga ketika Dana Alokasi

Umum meningkat maka belanja pegawai meningkat sehingga akan berdampak

turunnya Belanja Modal. Hasil penelitian yang dilakukan Setiawan (2015) dapat

diketahui bahwa DAU berpengaruh terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja

Modal. Dapat diketahui bahwa besarnya Dana Alokasi Umum dapat dipastikan

dapat menambah pendapatan pemerintah daerah. Sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Diah Sulistyowati (2011) Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap alokasi belanja modal. Sehingga apabila terjadi

kenaikan pada DAU, maka akan meningkatkan alokasi belanja modal.

Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal

Dana Alokasi Khusus mempunyai thitung 2,814 sehingga nilai thitung > ttabel,

yaitu 2,814>1,677 serta nilai signifikansi lebih kecil daripada 0,05. Berdasarkan

nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, ini menunjukkan

bahwa secara parsial Dana Alokasi Khusus memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap Belanja Modal. Diketahui bahwa sumber pendanaan untuk belanja

modal salah satunya berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK), sejalan dengan

25

hasil penelitian dimana terdapat pengaruh yang signifikan antara Dana Alokasi

Khusus terhadap Belanja Modal dimana hal ini membuktikan bahwa Pemerintah

Provinsi Kepulauan Riau dapat menempatkan Dana Alokasi Khusus sebagai

sumber penting terhadap Belanja Modal. Hal ini sesuai dengan Peraturan

Pemerintah nomor 55 Tahun 2005 dimana Dana Alokasi Khusus dimaksudkan

untuk mendanai kegiatan khusus yang menjadi urusan daerah dan merupakan

prioritas nasional, sesuai dengan fungsi yang merupakan perwujudan tugas

kepemerintahan di bidang tertentu, khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan

sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat. Dalam hal ini berarti sesuai

dengan hasil penelitian bahwa meningkatnya Dana Alokasi Umum pada

Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau akan memberikan dampak baik bagi belanja

modal dikarenakan pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana sebagai wujud

pelayanan yang baik bagi masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian dari Martini

(2014) bahwa ada pengaruh positif dan signifikan dari Dana Alokasi Khusus

terhadap Belanja Modal.

Pengaruh Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal

Dana Bagi Hasil mempunyai thitung 2,424 sehingga nilai thitung > ttabel, yaitu

2,424>1,677 dan nilai signifikansi lebih kecil daripada 0,05. Berdasarkan nilai

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, ini menunjukkan bahwa

secara parsial Dana Bagi Hasil memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Belanja Modal. Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari

pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan memperhatikan

potensi daerah penghasil berdasarkan angka presentase tertentu untuk mendanai

kebutuhan daerah, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang membuktikan bahwa

Dana Bagi Hasil memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal

dimana Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dapat menggunakan Dana Bagi

Hasil yang bersumber dari APBN untuk mencukupi kebutuhan daerah dalam hal

ini Belanja Modal. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2005

Dana Bagi Hasil merupakan dana yang bersumber dari penerimaan pajak dan

sumber daya alam yang disalurkan kepada pemerintah daerah. Pemberian dana

bagi hasil kepada daerah merupakan wujud pemerintah pusat kepada pemerintah

26

daerah agar dapat mendukung kemandirian daerah dalam pemenuhan kebutuhan,

hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan bahwa pemberian Dana Bagi

Hasil memberikan dampak baik bagi pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dimana

diupayakan dengan maksimal untuk memenuhi kebutuhan daerah dalam hal ini

Belanja Modal.

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana

Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui nilai F hitung

sebesar 8,873 dengan siginfikasi 0,000. Dengan demikian F hitung = 8,873 > F

tabel = 4,04. Nilai signifikasi tersebut lebih kecil dari pada 0,05 sehingga hal

tersebut menunjukkan bahwa Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi

Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil secara bersama-sama

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah

Provinsi Kepulauan Riau.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian dapat disimpulkan hasil

penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Secara parsial Pajak Daerah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Belanja Modal.

2. Secara parsial Retribusi Daerah tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap Belanja Modal.

3. Secara parsial Dana Alokasi Umum memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap Belanja Modal.

4. Secara parsial Dana Alokasi Khusus memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap Belanja Modal.

5. Secara parsial Dana Bagi Hasil memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Belanja Modal.

27

6. Secara simultan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana

Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil secara bersama-sama memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut:

1. Disarankan kepada Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau untuk dapat

memperhatikan pendapatan Retribusi Daerah sehingga nantinya dapat

memberikan kontribusi terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Provinsi

Kepulauan Riau.

2. Untuk mewujudkan kemandirian pemerintah daerah dalam pengelolaan

keuangan daerah, khususnya untuk alokasi belanja modal, dalam jangka

panjang sebaiknya Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau mengurangi

ketergantungan atas transfer dana perimbangan dari pemerintah pusat.

3. Bagi pemerintah Provinsi Kepulauan Riau alokasi belanja modal perlu lebih

diprioritaskan pada peningkatan kesejahteraan rakyat yang nantinya akan

memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Hal ini

menandakan bahwa pengeluaran pemerintah daerah, khususnya untuk belanja

modal harus lebih difokuskan pada sektor-sektor yang lebih diprioritaskan

sehingga memberikan dampak baik bagi ekonomi daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syukriy, dan Abdul Halim. 2008. Pengalokasian Belanja Fisik dalam

Anggaran Pemerintah Daerah: Studi Empiris atas Determinan dan

Konsekuensinya Terhadap Belanja Pemeliharaan,

Algifari. 2010. Analisis Regresi (Teori, Kasus, dan Solusi). Yogyakarta: BPFE.

Bastian, Indra. 2006, Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar, Erlangga,

Jakarta.

____________. 2007. Sistem Akuntansi Sektor Publik.Buku 2 Jakarta:

Salemba Empat.

28

Bohari. 2012. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Darwanto dan Yulia Yustikasari, 2007 Pengaruh Pengaruh Pertumbuhan

Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Alokasi Umum terhadap

Pengalokasian Belanja Modal. Unhas Makasar 26-27 Juli 2007.

Erlina dan Rasdianto. 2013. Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual. Brama

Ardian. Medan

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi

Ketiga. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang

____________. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. BP

Universitas Diponogoro, Semarang

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik : Pengelolaan Keuangan Daerah

Edisi 3. Jakarta : Salemba Empat

Kawedar Warsito dkk. 2008. Akuntansi Sektor Publik. Semarang. UNDIP

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 553/KMK.03/2000 tentang Tata Cara

Penyaluran Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus

Lukman. 2006. Sistem Dan Prosedur Pemungutan Pajak Daerah Dan Retribusi

Daerah. Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah. Jakarta

Mamonto, Sandry Yossi. 2015. Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

Terhadap Belanja Modal (Studi pada Kabupaten Bolaang Mongondow

Periode 2004-2013)

Mardiasmo. 2013. Perpajakan: Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi.

Martini, Ni Luh Dina Selvia Martini. 2014. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah,

Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal

Pada Kabupaten Buleleng Tahun 2006-2012

Meianto. Edy. 2015. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus,

Pendapatan Asli Daerah, Dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal

Pada Kabupaten/Kota Di Sumatera Selatan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana

Perimbangan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana

Perimbangan

29

Santoso, S. 2010. Statistik Multivariat Konsep dan Aplikasi dengan SPSS.

Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam

Otonomi. Cetakan Pertama. Penerbit Ghalia Indonesia: Jakarta

Setiawan. Asrul Wisnu. 2015. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli

Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi

Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Di

Kabupaten/Kota Di Yogyakarta Periode Tahun 2007-2013

Sianturi, Agave. 2010. Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap

Pengalokasian Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di

Sumatera Utara

Sugiyono. 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

________. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B.

Bandung: Alfabeta.

________. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV.Alfabeta:

Bandung.

Sulaiman, Wahid. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS: Contoh Kasus

Dalam Pemecahan. Yogyakarta: Penerbit Andi

Sulistyowati, Diah. 2011. Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana

Alokasi Umum, Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Alokasi Belanja

Modal. Universitas Diponegoro.

Suparmoko, M. 2001. Ekonomi Publik, Untuk Keuangan dan Pembangunan

Daerah, Edisi Pertama, Yogyakarta, Penerbit :Andi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 dan Peraturan

Pemerintah RI tentang Perpajakan

30

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia Edisi 10 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Zain, Mohammad, 2003, Manajemen Perpajakan, Jakarta: Salemba Empat.