pengaruh pendapatan asli daerah, dana ... -...

21
1 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN, SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN DAERAH DAN LUAS WILAYAH TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN DAN KOTA DIPULAU SUMATERA TAHUN 2013 Mona Syafria Anggaraini Fakultas Ekonomi - Jurusan Akuntansi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Juli 2016 ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal dikabupaten/kota dipulau sumatera Tahun 2013 baik secara Parsial dan Simultan. Populasi dalam penelitian ini adalah pemerintah kabupaten/kota dipulau Sumatera Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa Laporan Realisai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah/kota dipulau Sumatera Tahun 2013. Yang menjadi variabel independen adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Luas wilayah. Sedangkan variabel dependen dalam penelitan ini adalah Belanja Modal. Dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda sebagai alat analisis. Dimana harus memenuhi terlebih dahulu uji asumsi klasik dalam menggunakan regresi berganda. Adapun uji yang digunakan dalam asumsi klasik adalah uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskesdastistas. Sedangkan untuk penggujian hipotesis di menggunakan uji T, uji F dan Koefisien Determinasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel Pendapatan Asli Daerah dan Luas wilayah tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Hanya variabel Dana Perimbangan dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada kabupaten/kota dipulau Sumatera Tahun 2013. Sedangkan secara simultan variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Luas Wilayah secara bersama- sama berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Kabupaten/Kota diPulau Sumatera Tahun 2013. Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Luas Wilayah Dan Belanja Modal PENDAHULUAN Salah satu ukuran keberhasilan suatu daerah otonom dapat dilihat dari kemampuan dalam pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang baik akan bermuara pada peningkatan pendapatan asli daerah dan meningkatnya usaha- usaha pembangunan. Dalam hal ini yang dimaksud keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut dan juga salah satu isu penting dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, dimana telah terjadi pembagian kewenangan antara tingkat pemerintahan yang dikaitkan dengan

Upload: duongnhu

Post on 01-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

1 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN, SISA

LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN DAERAH DAN LUAS WILAYAH

TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN DAN KOTA DIPULAU

SUMATERA TAHUN 2013

Mona Syafria Anggaraini

Fakultas Ekonomi - Jurusan Akuntansi

Universitas Maritim Raja Ali Haji

Tanjungpinang, Juli 2016

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah

(PAD), Dana Perimbangan, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) dan Luas

Wilayah Terhadap Belanja Modal dikabupaten/kota dipulau sumatera Tahun 2013 baik

secara Parsial dan Simultan. Populasi dalam penelitian ini adalah pemerintah

kabupaten/kota dipulau Sumatera Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data

sekunder yang berupa Laporan Realisai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Pemerintah/kota dipulau Sumatera Tahun 2013. Yang menjadi variabel independen

adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran

dan Luas wilayah. Sedangkan variabel dependen dalam penelitan ini adalah Belanja

Modal. Dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda sebagai alat analisis.

Dimana harus memenuhi terlebih dahulu uji asumsi klasik dalam menggunakan regresi

berganda. Adapun uji yang digunakan dalam asumsi klasik adalah uji normalitas, uji

multikolinearitas dan uji heteroskesdastistas. Sedangkan untuk penggujian hipotesis di

menggunakan uji T, uji F dan Koefisien Determinasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel Pendapatan Asli

Daerah dan Luas wilayah tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Hanya

variabel Dana Perimbangan dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran berpengaruh

signifikan terhadap belanja modal pada kabupaten/kota dipulau Sumatera Tahun 2013.

Sedangkan secara simultan variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana

Perimbangan, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Luas Wilayah secara bersama-

sama berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Kabupaten/Kota diPulau Sumatera

Tahun 2013.

Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran, Luas Wilayah Dan Belanja Modal

PENDAHULUAN

Salah satu ukuran keberhasilan suatu daerah otonom dapat dilihat dari

kemampuan dalam pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang

baik akan bermuara pada peningkatan pendapatan asli daerah dan meningkatnya usaha-

usaha pembangunan. Dalam hal ini yang dimaksud keuangan daerah adalah semua hak

dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang

dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan

hak dan kewajiban tersebut dan juga salah satu isu penting dalam pelaksanaan otonomi

daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, dimana

telah terjadi pembagian kewenangan antara tingkat pemerintahan yang dikaitkan dengan

Page 2: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

2 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

sumber keuangan/ pembiayaannya dan untuk ini diperlukan kesamaan pemahaman

antara jajaran pemerintahan pusat dan daerah.

Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-undang No.23.

Tahun 2014). Pelaksanaan otonomi daerah yang menitikberatkan pada daerah kabupaten

dan kota ditandai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan dari Pemerintah

pusat ke Pemerintah daerah yang bersangkutan. Hal tersebut menegaskan bahwa Pemda

memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi sumber daya yang dimiliki untuk

belanja-belanja daerah dengan menganut asas kepatuhan, kebutuhan, dan kemampuan

daerah yang tercantum dalam anggaran daerah (Purnama Arif 2014).

Pelaksanaan otonomi daerah ini diberlakukan diseluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia baik itu pada tingkat provinsi maupun ditingkat kabupaten

dan/atau kota. Pemerintah daerah dalam rangka menjalankan proses pemerintahan di

daerah wajib menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBD

adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui

bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Masing-masing daerah diberi kewenangan membangun daerahnya sendiri oleh

pemerintah sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki sehingga diharapkan

akan semakin meningkatkan perkembangan daerah. Dalam rangka pelaksanaan otonomi

daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintahan daerah diberi keluasan untuk mengelola

dan memanfaatkan sumber penerimaan daerah yang dimilikinya sesuai dengan aspirasi

masyarakat daerah. Untuk itu pemerintah perlu mengoptimalkan sumber-sumber

penerimaan daerah tersebut agar tidak mengalami defisif anggaran yaitu berupa

Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang

dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai

pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan

desentralisasi. Menurut Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Fakta data dan pengalaman

selama ini menunjukkan bahwa hampir disemua daerah persentase Pendapatan Asli

Daerah (PAD) relatif kecil. Dan juga program peningkatan kesejahteraan masyarakat

ditandai dengan kualitas pelayanan aparat pemerintah kepada masyarakat, tersedianya

layanan umum dan layanan sosial yang cukup dan berkualitas, perbaikan dan

penyediaan kebutuhan masyarakat di bidang pendidikan dan kesehatan, penambahan

perbaikan di bidang infrastruktur, bangunan, peralatan dan harta tetap lainnya.

Daerah yang dikatakan mandiri adalah daerah yang dapat membiayai kebutuhan

semua belanja modalnya dengan menggunakan dana dari Pendapatan Asli Daerah tanpa

harus meminjam dan tergantung dari bantuan pemerintah pusat.

Dana perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari APBN yang

terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi

Ksusus (DAK). Dana perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam

mendanai kewenangannya, juga bertujuan mengurangi ketimpangan sumber pendanai

pemerintahan antara pusat dan daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan

pemerintahan antar daerah. Ketiga komponen dana perimbangan ini merupakan sistem

transfer dana dari pemerintahan serta merupakan satu kesatuan yang utuh.

Page 3: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

3 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

Pemberian sumber keuangan negara kepada pemerintahan daerah dilakukan

dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang didasarkan atas penyerahan tugas oleh

pemerintah kepada pemerintah daerah dengan memerhatikan stabilitas kondisi

perekonomian nasional dan keseimbangan fiskal antara pemerintah dan pemerinthan

daerah. Sisa lebih pembiayaan anggaran daerah adalah selisih lebih antara realisasi

penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan.

Sisa lebih pembiayaan anggaran daerah juga merupakan suatu indikator yang

menggambarkan efiseinsi pengeluaran pemerintah. SiLPA sebenarnya merupakan

indikator efisiensi, karena SiLPA hanya akan terbentuk bila terjadi Surplus pada APBD

dan sekaligus ternjadi Pembiayaan Neto yang positif, dimana komponen Penerimaan

lebih besar dari komponen Pengeluaran Pembiayaan(Balai Litbang NTT,2008) dalam

kusnandar dan Siswantoro, 2012).

Anggaran belanja modal didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan

prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk

fasilitas publik. Daerah dengan wilayah yang lebih luas membutuhkan sarana dan

prasarana yang lebih banyak sebagai syarat untuk pelayanan kepada publik bila

dibandingkan dengan daerah dengan wilayah yang tidak begitu luas.

Sulit untuk menentukan berapa besar sebenarnya alokasi belanja publik yang

ideal di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mengingat kompleksitas

masalah pembangunan daerah, karakteristik daerah, serta celah fiskal antara

kemampuan dana dan kebutuhan pembangunan di daerah yang berbeda-beda

(Kumorotomo 2010). Dan juga Terdapat kaitan erat antara penerimaan daerah,

pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Dimana semakin tinggi penerimaan yang diterima daerah maka semakin tinggi

peluang untuk membangun perekonomian daerah dan mensejahterakan masyarakat

(Kurniawan 2010).

Penelitian ini replikasi dari penelitan yang dilakukan oleh Kusnandar dan Dodik

Siswantoro pada tahun 2012. Dimana perbedaannya dalam penelitiannya yang berjudul

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran dan Luas wilayah terhadap Belanja Modal pada kabupaten dan kota

seindonesia pada tahun 2012, namun dalam penelitian ini penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul tentang “ PENGARUH PENDAPATAN ASLI

DAERAH (PAD), DANA PERIMBANGAN, SISA LEBIH PEMBIAYAAN

ANGGARAN (SiLPA), DAN LUAS WILAYAH TERHADAP BELANJA MODAL

PADA KABUPATEN DAN KOTA DIPULAU SUMATERA TAHUN 2013”

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan

dalam penelitian ini penulis simpulkan sebagai berikut Apakah Pendapatan Asli Daerah

(PAD) berpengaruh terhadap Belanja Modal, Apakah Dana Perimbangan berpengaruh

terhadap Belanja Modal, Apakah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)

berpengaruh terhadap Belanja Modal, Apakah Luas Wilayah berpengaruh Terhadap

Belanja Modal, Apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan , Sisa

Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) dan Luas wilayah berpengaruh secara simultan

terhadap Belanja Modal.

Adapun Tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah diatas adalah

sebagai berikut Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap

Belanja Modal, Untuk mengetahui pengaruh Dana Perimbangan terhadap Belanja

Modal, Untuk mengetahui pengaruh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)

Page 4: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

4 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

terhadap Belanja Modal, Untuk menegetahui pengaruh Luas Wilayah terhadap Belanja

Modal Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana

Perimbangan, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) dan Luas Wilayah terhadap

Belanja Modal.

KAJIAN PUSTAKA

Belanja Modal

Menurut peraturan pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

pemerintahan, Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap

dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntasi. Belanja modal

meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan,

peralatan, dan aset tak terwujud.

Menurut peraturan dalam negeri nomor 13 tahun 2006 Belanja modal adalah

digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau

pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua

belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah,

peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan dan asset tetap

lainnya.

Dan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun

2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menyebutkan bahwa Belanja modal

adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi

manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja

modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, aset tak berwujud.

Belanja modal dipergunakan untuk antara lain :

1. Belanja Modal Tanah. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

71 Tahun 2010 pada lampiran II.08 Tanah yang dikelompokkan sebagai aset

tetap ialah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan

operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai.

2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin. Menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 pada lampiran II.08 peralatan dan mesin

mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor,alat elektronik, dan seluruh

inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa

manfaatnya lebih dari 12(duabelas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.

3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 pada lampiran II.08 gedung dan bangunan

mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk

dipakai dalam kegiatan opearsional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai.

4. Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan. Menurut Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 pada lampiran II.08 jalan, irigasi, dan

jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemrintah serta

dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap pakai.

5. Belanja Modal Aset Tetap Lainnya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 pada lampiran II.08 Aset tetap lainnya

mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan aset tetap diatas, yang

diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam

kondisi siap pakai.

Page 5: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

5 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

Pendapatan Asli Daerah

Dalam rangka pelaksaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintah

daerah diharapkan memiliki kemandrian yang lebih besar. Pemerintah berharap dengan

meningkatnya pendapatan asli daerah dapat menggurangi ketergantungan terhadap

pembiayaan dari pusat, sehingga meningkatkan otonomi dan keleluasan daerah.

Langkah penting yang harus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan

daerah adalah menghitung potensi pendapatan asli daerah yang riil dimiliki daerah

(Chabib Soleh & Heru 2010:70).

Menurut Yani (2009:51) Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang

diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan daerah yang

bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan, dan pendapatan lain asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk

memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan

otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.

Dalam upaya peningkatan PAD, daerah dilarang menetapkan peraturan daerah

tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan dilarangmenetapkan

peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas

barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan imor/ekspor.

Yang maksud dengan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan

ekonomi biaya tinggi adalah peraturan daerah yang mengatur pengenaan pajak dan

retribusi oleh daerah terhadap objek-objek yang telah dikenakan pajak oleh pusat dan

provinsi sehingga menyebabkan menurunnya daya saing daerah. Contoh punggutan

yang dapat menghambat kelancaran mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa

antar daerah, dan kegiatan impor/ekspor antara lain retribusi izin masuk kota dan pajak/

retribusi atas pengeluaran/pengiriman barang dari suatu daerah ke daerah lain Yani

(2009:52)

Pendapatan Asli Daerha bersumber dari :

1. Pajak Daerah

2. Retbusi Daerah

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

4. Lain- lain PAD yang Sah

Dana Perimbangan

Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun

2005 tentang perimbangan keuangan menjelaskan pengertian Dana perimbangan adalah

dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai

kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Perimbangan keuangan

antara pemerintahan dan pemerintahan daerah merupakan suatu sistem pembagian

keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparansi, dan efisiensi dalam rangka

pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi,

dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelengraan dekonsentrasi dan tugas

pembantuan.

Perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintahan daerah merupakan

subsistem keuangan negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara pemerintah

dan pemerintahan daerah.Dana perimbangan merupakan pendanaan daerah yang

Page 6: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

6 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

bersumber dari APBN yang tediri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum

(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK).

Dana perimbangan selain dimaksud untuk membantu daerah dalam mendanai

kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan

pemerintahan antara pusat dan daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan

pemerintahan daerah. Ketiga komponen dana perimbangan ini merupakan sistem

transfer dana dari pemerintahan serta merupakan satu kesatuan yang utuh Yani ( 2009:

46-47).

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Daerah (SiLPA)

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010

Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan bahwa Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran

(SiLPA) adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama

satu periode pelaporan. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) menurut

Permendagri Nomor 13 tahun 2006 adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan

pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.

SiLPA tahun anggaran sebelumnya mencakup pelampauan penerimaan PAD,

pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain

pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan

belanja, kewajiban kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan,

dan sisa dana kegiatan lanjutan.

SiLPA adalah suatu indikator yang menggambarkan efiseinsi pengeluaran

pemerintah. SiLPA sebenarnya merupakan indikator efisiensi, karena SiLPA hanya

akan terbentuk bila terjadi Surplus pada APBD dan sekaligus ternjadi Pembiayaan Neto

yang positif, dimana komponen Penerimaan lebih besar dari komponen Pengeluaran

Pembiayaan (Balai Litbang NTT 2008 dalam Kusnandar dan Siswontoro, 2012).

Jumlah SiLPA yang ideal perlu ditentukan sebagai salah satu dasar evaluasi

terhadap pelaksanaan program/kegiatan pemerintah daerah kota/kabupaten Pelampauan

target SiLPA yang bersumber dari pelampauan target Penerimaan Daerah dan efisiensi

sangat diharapkan sedangkan yang bersumber dari ditiadakannya program/kegiatan

pembangunan apalagi dalam jumlah yang tidak wajar sangat merugikan masyarakat.

Presiden Republik Indonesia dalam pidatonya menegaskan bahwa SiLPA yang

dihasilkan dari efisiensi APBD hendaknya digunakan untuk kepentingan masyarakat.

Sejauh ini mekanisme penggunaan SiLPA masih pro dan kontra. SiLPA digunakan pula

untuk permasalahan krusial yang sebelumnya memang disetujui oleh pihak legislatif.

SiLPA yang cenderung besar menunjukkan lemahnya eksekutif di bidang perencanaan

dan pengelolaan dana (Lulung, 2011 dalam Ardhini 2011).

Luas Wilayah

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Luas wilayah merupakan

variabel yang mencerminkan kebutuhan atas penyediaan sarana dan prasarana persatuan

wilayah. Anggaran belanja modal didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan

prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk

fasilitas publik. Daerah dengan wilayah yang lebih luas membutuhkan sarana dan

prasarana yang lebih banyak sebagai syarat untuk pelayanan kepada publik bila

dibandingkan dengan daerah wilayah yang tidak begitu luas (Kusnandar dan

Siswantoro, 2012).

Page 7: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

7 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

Luas wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap

unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

administratif dan atau aspek fungsional (Ardhini, 2011). Wilayah adalah sebuah daerah

yang dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah kedaulatan. Pada masa lampau,

seringkali sebuah wilayah dikelilingi oleh batas-batas kondisi fisik alam, misalnya

sungai, gunung, atau laut. Luas Wilayah Pemerintahan merupakan jumlah ukuran dari

besarnya wilayah dari suatu pemerintahan, baik itu pemerintahan kabupaten, kota,

maupun provinsi. Luas wilayah sangat erat kaitannya dengan geografis suatu daerah.

Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dan terdiri dari belasan ribu pulau yang

tersebar.

Untuk memperlancar proses pemerintahan di daerah yang luas, maka salah satu

tujuan pembangunan adalah membangun infrastruktur. Infrastruktur merupakan

instrument untuk memperlancar berputarnya roda pemerintahan serta perekonomian

sehingga bisa mempercepat akselerasi pembangunan.

Pembangunan yang berjalan cepat akan menuntut tersedianya infrastuktur agar

pembangunan tidak tersendat. Infrastruktur diwilayah yang luas berguna untuk

memudahkan mobilitas faktor produksi, terutama penduduk, memperlancar mobilitas

barang dan jasa dan tentunya memperlancar transaksi ekonomi antar daerah (Maryadi,

2014).

HIPOTESIS

Menurut Sugiono (2013 :64) Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian. Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka

hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

H1 : Diduga Pendapatan Asli Daerah Berpengaruh terhadap belanja modal

dikabupaten dan kota dipulau sumatera tahun 2013.

H2 :Diduga Dana Perimbangan Berpengaruh terhadap belanja modal dikabupaten

dan kota dipulau sumatera tahun 2013.

H3 :Diduga Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) Berpengaruh terhadap

belanja modal dikabupaten dan kota dipulau sumatera tahun 2013.

H4 :Diduga Luas Wilayah Berpengaruh terhadap belanja modal dikabupaten dan

kota dipulau sumatera tahun 2013.

METODOLOGI PENELITIAN

Objek Dan Ruang Lingkup Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pemerintahan

kabupaten dan kota yang terdapat dipulau sumatera pada tahun 2013. Terutama untuk

kabupaten dan kota yang menyampaikan laporan realisasi APBD pada situs Dirjen

Perimbangan Keuangan Pemerintahan daerah Kementrian Keuangan Republik

indonesia disitus www.djpk.kemenkeu.go.id. tahun 2013 untuk variabel Belanja modal,

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA), Dana

Perimbangan. Sedangkan variabel Luas Wilayah situs web resmi Kementrian Dalam

Negeri yang Beralamat di www.kemendagri.go.id.

Page 8: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

8 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada 2 (dua) jenis variabel yang digunakan yaitu:

Variabel dependen (Y)

Variabel Dependen (Variabel terikat) adalah variabel yang nilai dipengaruhi oleh

variael lain, Priyatno (2009 :2). Variabel Y dalam penelitian ini adalah Belanja

Modal.

Variabel independen

Variabel Independen (Variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi

variabel dependen, Priyatno (2009:2). Variabel independen (X) dalam penelitian

ini terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) (X1), Dana Perimbangan (X2), Sisa

lebih Pembiayaan Anggaran Daerah (SiLPA) (X3) dan Luas wilayah (X4).

Populasi Dan Sampel

Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009:7), Populasi adalah kumpulan dari semua

kemungkinan orang-orang, benda-benda, dan ukuran lain, yang menjadi objek perhatian

atau kumpulan seluruh objek yang menjadi perhatian. Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Pemerintah daerah Kabupaten dan Kota yang terdapat di Propinsi

Sepulau Sumatera pada tahun 2013.

Dimana seluruh kabupaten dan kota pada pulau sumatera terdiri dari 119

kabupaten dan 34 kota. Jadi keseluruhan populasi yang ada dalam penelitian ini

berjumlah 153. Menurut Suharyadi dan Purwanti (2009:7), Sampel adalah suatu

bagian dari populasi tertentu yang menjadi bagian. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive

sampling merupakan metode pengambilan sampel dengan memilih sampel berdasarkan

kriteria yang sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Kriteria sampel

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kabupaten dan Kota di provinsi sepulau sumatera yang telah memasukkan data

Laporan Realisasi APBD di situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah

Daerah tahun 2013.

2. Kabupaten dan Kota yang membuat Laporan Realisasi APBD dalam format SAP.

3. Kabupaten dan Kota yang melaporkan anggaran dari sektor Pendapatan Asli

Daerah (PAD),Dana Perimbangan, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)

dan Belanja Modal yang digunakan sebagai bahan penelitian ini.

4. Jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbanagan, Sisa Lebih

Pembiayaan Anggaran(SiLPA), Luas Wilayah dan Belanja Modal tidak (-) minus.

Kabupaten/Kota yang telah memenuhi kriteria untuk dipergunakan sebagai sampel

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Kabupaten dan Kota di pulau Sumatera Tahun 2013 = 153

2. Jumlah Kabupaten dan Kota yang tidak memenuhi kriteria: 47

Jumlah Kabupaten dan Kota yang memenuhi kriteria : 153 – 47 = 106

Dimana jumlah kabupaten dan kota yang memenuhi kriteria berjumlah 106.

Metode Analisis

Metode Regresi Linear berganda

Menurut Priyatno (2011: 238), analisis regresi berganda untuk mengetahui

pengaruh antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen yang

ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi. Hubungan antar variabel tersebut dapat

digambarkan dengan persamaan berikut :

Page 9: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

9 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

Y = a + b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+ e

Dimana:

Y = variabel dependen ( Belanja Modal).

a = konstanta

b1, b2, b3,b4= koefisien regresi

X1 = Variabel Independen 1 (Pendapatan Asli Daerah (PAD))

X2 = Variabel Independen 2 ( Dana Perimbangan)

X3 = Variabel Independen 3 (SiLPA)

X4 = Variabel Independen 4 ( Luas Wilayah)

e = error

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis

regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS) Penggunaan analisis

regresi liner berganda dapat dilakukan setelah memenuhi asumsi klasik terlebih dahulu.

Adapun tiga uji asumsi klasik yang diuji dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji

multikolinearitas dan uji heteroskesdasitas. Uji Pengujian asumsi klasik yang

digunakan adalah sebagai berikut:

Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2013:160) Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal.

Dalam peneitian ini uji normalitas menggunakan uji kolmogrov-Smirnov. Dimana

kreteria pengambilan keputusan yaitu jika signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi

normal dan jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal dan dapat juga

dilihat dalam bentuk grafik histogram dan grafik normal P-p plot of regression

standardized residual Priyatno (2009:101).

Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2013:105)uji multikolonearitas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antara variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi di antara variabel independen.

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dengan melihat Tolerance dan VIF.

Jika nilai Tolerance > 0, 10 dan nilai VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

Uji Heteroskedastistas

Menurut Ghozali (2013: 139) Uji heteroskedastistas bertujuan menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain

tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastitas.

Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi

Heteroskesdatisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidak nya heteroskesdastistas

menggunakan grafik scatterplot yaitu :

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang

teratur(bergelombang, melebar kemudian, menyempit), maka mengindikasikan

telah terjadi heteroskesdastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskesdastisitas.

Page 10: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

10 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

Dalam penelitian ini untuk mengetahui terjadi atau tidak nya heteroskesdastistas

dengan menggunakan metode Glejser. Metode Glejser dilakukan dengan meregresikan

semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya. Jika terdapat pengaruh variabel

bebas yang signifikan terhadap nilai mutlak residualnya maka dalam model terdapat

masalah heteroskesdastitas. Nilai signifikannya adalah > 0,05 Suliyanto(2011:9).

Pengujian Hipotesis

Koefisien Determinasi

Menurut Ghozali (2013:97) Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi varibael dependen sangat

terbatas. Jika dalam uji empiris didapati nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R

2

dianggap nilai nol.

Uji Statistik F (Uji Simultan)

Menurut Priyatno (2009:48) Uji F atau uji koefisien regresi secara serentak,

yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel

dependen. Apakah pengaruhnya signifikan atau tidak. Tahap pengujiannya sebagai

berikut :

a. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif

H0: b1=b2=b3=b4 = 0 artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen.Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0 artinya variabel independen

secaraserentak berpengaruh terhadap variabel dependen

b. Menentukan taraf signifikansi. Taraf signifikansi menggunakan 0,05

Uji Statistik T (Uji signifikan parsial )

Menurut Priyatno (2009 :50) Uji T untuk mengetahui pengaruh variabel

independen secara parsial terhadap variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan

atau tidak. Pengujian b1......bn. Variabel X1......Xn.Tahap-tahap pengujian sebagai berikut:

a. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif

H0 : b1 = 0 artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen. Ha : b1 ≠ 0 artinya variabel independen berpengaruh terhadap variabel

dependen

b. Menentukan taraf signifikansi. Taraf signifikansi menggunakan 0,05

HASIL DAN ANALISIS

Gambaran Umum dan Objek Penelitian dan Data Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah kabupaten dan kota yang

terdapat dipulau sumatera yang menyampaikan Laporan Realiasi APBD Pada Situs

Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintahan Daerah Kementerian Keuangan Republik

Indonesia Tahun 2013. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

metode purposive sampling maka kabupaten dan kota yang memenuhi kriteria untuk

dijadikan sampel sekaligus data penelitian berjumlah 106 sampel.

Statistik Deskriptif Adapun gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai

rata-rata dan standar deviasi untuk data yang digunakan dalam penelitian ini dapat

dilihat dari statistik deskriptif berikut ini :

Page 11: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

11 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

Tabel 4.1 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

B.MODAL 106 62346,00 1271709,00 232909,8208 166021,38373

PAD 106 7224,00 1206170,00 76680,6887 137390,73629

DAPER 106 303732,00 2768805,00 721005,7170 363009,74858

SiLPA 106 1492,00 11625565,00 214177,2642 1128168,62199

LUAS.W 106 31,00 18359,04 3002,3959 3000,06927

Valid N

(listwise)

106

Sumber: Output spss versi 21.0(2015)

Pengujian Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2013:160) Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal.

Dalam peneitian ini uji normalitas menggunakan uji kolmogrov-Smirnov. Dimana

kreteria pengambilan keputusan yaitu jika signifikasi > 0,05 maka data berdistribusi

normal dan jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Adapun

bentuk tabel uji normalitas adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Uji One-Sample Kolmogorov-smirnov test menggunakan log10

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz

ed Residual

N 106

Normal

Parametersa,b

Mean ,0000000

Std.

Deviation

,28770028

Most Extreme

Differences

Absolute ,067

Positive ,033

Negative -,067

Kolmogorov-Smirnov Z ,688

Asymp. Sig. (2-tailed) ,731

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data. Sumber : Data Olahan SPSS 21.0 ( 2015)

Dari tabel output spss versi 21 dapat kita ketahui bahwa besarnya one-sample

kolmogrov-smirnov test diatas perhitungan spss nya menunjukkan hasil bahwa besarnya

nilai kolmogrov-smirnov adalah 0,688 dimana 0,688 > 0,05. Dan nilai Asymp. Sig

(two.tailed) sebesar 0,731 dimana 0,731>0,05. Dalam hal ini berarti H0 ditolak yang

artinya data residual terdistribusi normal dimana nilai signifikannya 0,731 > 0,05.

Sehingga dapat disimpulkan data dalam penelitian ini berdistribusi normal.

Page 12: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

12 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2013:105) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antara variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi di antara variabel independen.

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dengan melihat tolerance dan VIF.

Jika nilai Tolerance > 0, 10 dan nilai VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

Adapun bentuk tabel uji multikolinearitas adalah sebagai berikut : Tabel 4.3

Uji Multikolinearitas dengan menggunakan log10 Coefficients

a

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

Collinearity

Statistics

B Std.

Error

Beta Toleranc

e

VIF

1

(Constant) -,875 ,508

logPAD -,030 ,055 -,046 ,362 2,764

logDAPER ,957 ,127 ,709 ,303 3,300

logSiLPA ,123 ,026 ,264 ,883 1,132

logLUAS.W ,045 ,025 ,122 ,575 1,739

a. Dependent Variable: logB.MODAL

Sumber: Data Olahan SPSS 21.0 (2015)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan menunjukkan nilai

tolerance variabel independen memiliki nilai tolerance > 0,10 dan hasil perhitungan

nilai VIF juga menunjukkan variabel independen memiliki nilai VIF < 10. Dengan

demikian dapat disimpulkan tidak terjadi multikolonieritas antar variabel independen

dalam model regresi.

Uji Heteroskesdastistas

Menurut Ghozali (2013: 139) Uji heteroskedastistas bertujuan menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain

tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastitas.

Dalam penelitian ini untuk mengetahui terjadi atau tidak nya heteroskesdastistas

dengan menggunakan metode Glejser. Tabel 4.4

Uji heteroskedastistas menggunakan uji glejser sebelum dilog10

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -12455,630 8720,192 -1,428 ,156

PAD -,126 ,034 -,326 -3,706 ,000

DAPER ,115 ,015 ,784 7,717 ,000

Page 13: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

13 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

SiLPA ,001 ,003 ,017 ,237 ,813

LUAS.W -,840 1,634 -,047 -,514 ,608

a. Dependent Variable: absut

Sumber: Data Olahan SPSS 21.0 (2015)

Berdasarkan hasil output spss diatas menunjukkan ada dua variabel memiliki

nilai signifikan < 0,05 sehingga menyebabkan terjadi heteroskedastistas. Maka untuk

menghindari terjadi nya heteroskesdastistas data dalam penelitian ini menggunakan

transform dengan compute log10. Log 10 digunakan untuk mencari nilai-nilai logaritma

berbasis log10 dari data yang akan diproses Wahyono (2012:37). Berikut ini hasil uji

heteroskesdastitas setelah diolah menggunakan log10.

Tabel 4.5

Uji heteroskedastistas dengan uji glejser setelah dilog10

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) ,065 ,289 ,224 ,823

logPAD ,023 ,031 ,124 ,753 ,453

logDAPER -,015 ,072 -,038 -,212 ,832

logSiLPA -,004 ,015 -,032 -,308 ,759

logLUAS.W ,012 ,014 ,109 ,835 ,405

a. Dependent Variable: ABSUT

Sumber: Data Olahan SPSS 21.0 (2015)

Berdasarkan tabel diatas variabel PAD memiliki nilai Sig sebesar 0,453, variabel

DAPER memiliki nilai Sig sebesar 0,832, SiLPA memiliki nilai Sig sebesar 0,759, dan

juga variabel LUAS.W memiliki nilai Sig sebesar 0, 405 dari kesemua variabel

independent memiliki nilai Sig>0,05 sehingga dapat disimpulkan dalam penelitian ini

tidak terjadi heteroskedastistas.

Analisi Regresi Linear Berganda

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda

dengan teknik estimasi yang digunakan untuk mencari persamaan regresi menggunakan

metode kuadrat terkecil untuk menganalisis pengaruh PAD, Dana Perimbangan,SiLPA

dan Luas Wilayah dalam hubungannya dengan Belanja Modal. Tabel 4.6

Regresi Linear berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -,875 ,508 -1,722 ,088

log PAD -,030 ,055 -,046 -,541 ,590

logDAPER ,957 ,127 ,709 7,560 ,000

logSiLPA ,123 ,026 ,264 4,811 ,000

log LUAS.W ,045 ,025 ,122 1,791 ,076

a. Dependent Variable: logB.MODAL

Page 14: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

14 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

Sumber : Data Olahan SPSS 21.0 (2015)

Berdasarkan hasil output SPSS Versi 21 tabel 4.6 diatas, dapat disusun

persamaan regresi berganda sebagai berikut :

Y = a + b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+e

Belanja Modal= -0,875-0,30logPADX1 + 0,957logDAPERX2 + 0,123logSiLPA X3 +

0,045logLUAS.W X4 +e

Penjelasan dari persamaan regresi berganda diatas dapat diuraikan sebagai

berikut :

a. Nilai konstanta sebesar -0,875 artinya apabila variabel PAD, Dana Perimbangan,

SiLPA dan Luas Wilayah bernilai 0, maka anggaran belanja modal pada

Kabupaten dan Kota dipulau Sumatera pada tahun 2013 menurun sebesar 875 satu

satuan.

b. Nilai koefisien regresi variabel PAD -0,30 menunjukkan bahwa setiap kenaikan

pendapatan asli daerah sebesar satu satuan maka akan menurunkan belanja modal

sebesar 30 satuan dengan asumsi variabel lainnya adalah konstanta.

c. Nilai koefisien regresi Variabel Dana Perimbangan adalah 0,957 menunjukkan

bahwa setiap kenaikan dana perimbangan sebesar satu satuan maka akan

menambahkan belanja modal sebesar 957 satuan dengan asumsi variabel lainnya

adalah konstanta

d. Nilai koefisien regresi variabel SiLPA adalah 0,123 menunjukkan bahwa setiap

kenaikan SiLPA sebesar satu satuan maka akan menambahkan belanja modal

sebesar 123 satuan dengan asumsi variabel lainnya adalah konstanta.

e. Nilai koefisien regresi variabel luas wilayah adalah 0,045 menunjukkan bahwa

setiap kenaikan luas wilayah sebesar satu satuan maka akan menambahkan

belanja modal sebesar 45 satuan dengan asumsi variabel lainnya adalah kostanta.

Pengujian hipotesis

Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variasi varibael dependen sangat terbatas. Jika dalam uji

empiris didapati nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R

2 dianggap nilai nol.

Tabel 4.7

Uji Koefisien Determinasi menggunakan log10

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,855a ,731 ,720 ,12740

a. Predictors: (Constant), logLUAS.W, logSiLPA, logPAD, logDAPER

b. Dependent Variable: logB.MODAL

Sumber : Data Olahan SPSS 21.0 ( 2015)

Dari tabel hasil output SPSS Versi 21 diatas dapat dilihat bahwa angka R disebut

koefisien antara variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, SiLPA dan Luas

Page 15: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

15 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

Wilayah dengan belanja modal adalah 0,855 ini artinya hubungan antara Pendapatan

Asli Daerah, Dana perimbangan, SiLPA dan Luas Wilayah adalah sangat kuat

(Signifikan) sebesar 85,50%. Adjusted R2

dalam penelitian ini adalah 0,720 atau

72,00%. Dengan demikian besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel Pendapatan

Asli Daerah, Dana Perimbangan, SiLPA, dan Luas Wilayah terhadap belanja modal

pada Kabupaten dan Kota dipulau Sumatera tahun 2013 adalah 72,00% atau hanya

sebesar 72,00% variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini mampu

menjelaskan variabel dependen. Sedangkan sisanya sebesar 28% dipengaruhi atau

dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

Uji simultan (Uji F)

Uji F atau uji koefisien regresi secara serentak, yaitu untuk mengetahui

pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen. Apakah

pengaruhnya signifikan atau tidak. Taraf signifikansinya adalah 0,05

Berikut ini tabel hasil output spss versi 21 : Tabel 4.8

Uji F setelah menggunakan log10

Model Sum of

Squares

Df Mean

Square

F Sig.

1

Regression 4,455 4 1,114 68,624 ,000b

Residual 1,639 101 ,016

Total 6,094 105

a. Dependent Variable: logB.MODAL

b. Predictors: (Constant), logLUAS.W, logSiLPA, logPAD, logDAPER Sumber : Data Olahan SPSS 21.0 ( 2015)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa secara simultan variabel

independen memiliki nilai signifikan 0,000 yakni 0,000 < nilai signifikansi 0,05 Nilai

FHitung 68,624 Nilai FTabel dfl (jumlah variabel -1) = 4 dan df2 (n-k-1) 106-4-1 =101

yaitu 2,46. Jadi dapat disimpulkan yakni nilai FHitung 68,624> 2,46. Maka H0 diterima,

jadi secara simultan semua variabel independen PAD, Dana Perimbangan, SiLPA dan

Luas Wilayah berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (belanja modal).

Uji Parsial (Uji T)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas/independen sacara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Uji T untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel

dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau tidak. Berikut ini hasil output spss versi

21

Tabel 4.9

Uji T setelah menggunakan log10

Coefficientsa

B Std. Error Beta

1

(Constant) -,875 ,508 -1,722 ,088

logPAD -,030 ,055 -,046 -,541 ,590

logDAPER ,957 ,127 ,709 7,560 ,000

logSiLPA ,123 ,026 ,264 4,811 ,000

logLUAS.W ,045 ,025 ,122 1,791 ,076

Page 16: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

16 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

a. Dependent Variable: logB.MODAL

Sumber: Data olahan spss versi 21(2015)

Berdasarkan tabel 4.9 diatas diketahui bahwa Thitung variabel Pendapatan Asli

Daerah (logPAD) adalah sebesar -0,541 hasil ini lebih kecil dibandingkan denganTtabel

sebesar 1,983. Dengan demikian secara parsial PAD mempunyai pengaruh negatif tetapi

tidak signifikan terhadap belanja modal dengan memiliki nilai signifikansi yakni 0,590

> 0,05. Berarti hipotesis yang mengatakan bahwa PAD berpengaruh terhadap belanja

modal secara statistik terbukti ditolak.\

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan secara parsial Dana Perimbangan

(logDAPER) memiliki nilai signifikansi yakni 0,000 <0,05 dan nilai Thitung7,560

>Ttabel1,983, jadi Ha ditolak dan Ho diterima. Maka dapat disimpulkan Dana

Perimbangan berpengaruh signifikan terhadap belanja modal.

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan secara parsial Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran Daerah (logSiLPA) memiliki nilai signifikansi yakni 0,000 dan nilai Thitung

4,811> Ttabel1,983, jadi Ha ditolak dan Ho diterima. Maka dapat disimpulkan SiLPA

berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan

secara parsial Luas Wilayah memiliki nilai signifikansi yakni 0,076 >0,05 dan nilai

THitung 1,791 < TTabel 1,983, jadi Ha ditolak dan Ho diterima. Maka dapat disimpulkan

Luas Wilayah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja modal.

Berdasarkan hasil output spss versi 21, Pengujian hipotesis pertama variabel

independen Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki nilai signifikan 0,590 > 0,05 maka

hasil pengujian HA diterima dan H0 ditolak tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap belanja modal pada kabupaten dan kota di pulau sumatera tahun 2013.

Hal ini dikarena kan pendapatan asli daerah lebih banyak digunakan untuk

membiayai belanja pegawai dan biaya langsung lainnya dari pada untuk membiayai

belanja modal yang berupa tanah, gedung dan bangunan, mesin dan peralatan, dan aset

tetap lainnya Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Ida Mentayani dan

Rusmanto (2013) yaitu Pendapatan Asli daerah (PAD) tidak berpengaruh terhadap

belanja modal. Ia mengatakan Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh belom optimal

hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan daerah mengesksplorasi hasil kekayaan

alam dengan kemampuan sendri, karena sebagian besar kabupaten dan kota dipulau

sumatera hanya memanfaatkan pendapatan asli daerah untuk belanja operasi dari pada

belanja modal.

PAD merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan

dana pembangunan dalam memenuhi belanja daerah, selain itu PAD merupakan usaha

daerah guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dan (subsidi) dari

pemerintahan pusat. PAD merupakan penerimaan murni daerah dan peranannya

merupakan indikator sejauh mana telah dilaksanakan otonomi daerah tersebut secara

luas, nyata dan tanggung jawab (Ida Mentayani dan Rusmanto 2013).

Pengujian hipotesis kedua, variabel Dana Perimbangan memiliki nilai signifikan

sebesar 0,000 < 0,05 maka hasil dari pengujian HA diterima H0 ditolak yang

menunjukkan bahwa Dana Perimbangan berpengaruh secara signifikan terhadap belanja

modal pada kabupaten dan kota pada pulau sumatera tahun 2013. Hal ini dikarenakan

pemda tidak mengalokasikan dengan baik penerimaan dana transfer dari pemerintah

Page 17: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

17 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

pusat terhadap belanja modal, pemda lebih memusatkan pengeluaran belanja rutin

daerah yang tidak produktif (Aprizay,Yudi Satryadkk (2014).

Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh

Aprizay,YudiSatryadkk (2014) yang menyatakan bahwa Dana Perimbangan

berpengaruh terhadap belanja modal.Dana perimbangan yang bertujuan mengurangi

kesenjangan fiskal antara pemerintah dan pemerintahan daerah (Yani, Ahmad: 44). Dan

juga dana perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai

kewenangan, juga bertujuan untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan

daerah yang dimana terdapat tiga komponen yaitu dana bagi hasil, dana alokasi umum,

dan dana alokasi khusus yang merupakan satu kesatuan yang utuh.

Pengujian hipotesis ketiga, variabel independen Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran Daerah (SiLPA) memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05 maka hasil

dari pengujian HA diterima H0 ditolak yang menunjukkan bahwa Sisa lebih

Pembiayaan Anggaran Daerah (SiLPA) berpengaruh signifikan terhadap belanja modal

pada kabupaten dan kota dipulau sumatera tahun 2013. Hal ini dikarenakan bahwa

pemda telah berhasil menggunakan SiLPA untuk pelaksanaan program/kegiatan

pemerintah daerah kabupaten/kota termasuk kepada pelayanan publik (Aprizay,Yudi

Satrya dkk, 2014).

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Kusnandar dan

Siswantoro 2012) dan (Ida Mentayani dan Rusmanto) yang menyatakan SiLPA

berpengaruh terhadap belanja modal. SiLPA sebenarnya merupakan indikator efisiensi,

karena SiLPA hanya akan terbentuk bila terjadi Surplus pada APBD dan sekaligus

terjadi Pembiayaan Neto yang positif, dimana komponen Penerimaan lebih besar dari

komponen Pengeluaran Pembiayaan.

Menurut Kusnandar dan Siswantoro (2012) SiLPA tahun sebelumnya yang

merupakan penerimaanpembiayaan digunakan untuk menutupi defisit anggaran

apabilarealisasi pendapatan lebih kecil daripada realisasi belanja,mendanai pelaksanaan

kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung (belanja barang dan jasa, belanja modal,

dan belanjapegawai) dan mendanai kewajiban lainnya yang sampai denganakhir tahun

anggaran belum diselesaikan. Menurut Kumorotomo (2010), besarnya SiLPA

menunjukkan masih lambatnya perbaikankemampuan aparat daerah dalam

penganggaran.

Pengujian hipotesis keempat, variabel independen Luas Wilayah memiliki nilai

signifikan sebesar 0,076 > 0,05 maka hasil dari pengujian HA diterima H0 ditolak yang

menunjukkan bahwa Luas Wilayah tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja

modal pada kabupaten dan kota dipulau sumatera tahun 2013.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ainun Jariyah

(2014) yaitu luas wilayah tidak berpengaruh terhadap belanja modal. Hal ini

dikarenakan bahwa alokasi belanja modal yang dilakukan oleh daerah tidak dipengaruhi

oleh luas daerah itu sendiri.

Luas wilayah suatu daerah dapat dijadikan ukuran suatu daerah untuk

mengalokasikan anggarannya untuk pembangunan terutama berupa pembangunan

infrastruktur berupa jalan dan jaringan. Pembangunan infrastruktur berupa jalan akan

mempermudah akses ke suatu daerah dan dapat memperlancar transportasi sehingga

dapat memperlancar arus barang dari daerah satu ke daerah yang lain. Lancarnya arus

barang dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya. Dan hal tersebut dapat

meningkatkan perekonomian daerah itu sendiri (Purnama, Arif 2014).

Page 18: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

18 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

Pengujian hipotesis kelima, kesemua variabel independen Pendapatan Asli

Daerah, Dana Perimbangan, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, dan Luas Wilayah

memiliki nilai FHitung 68,624 lebih besar dari pada FTabel 2,46 dengan derajat n-k–1 =

106-4-1= 101 dengan nilai signifikansi 0,000 yang lebih besar dari α =0,05 maka hasil

pengujian hipotesis diterima yang menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD),

Dana Perimbangan,Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Daerah (SiLPA) dan luas wilayah

secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap belanja modal pada kabupaten

dan kota dipulau sumatera ditahun 2013. Hal ini berarti semakin tinggi Pendapatan Asli

Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Daerah (SiLPA)

dan Luas Wilayah secara bersama-sama (simultan) maka semakin tinggi belanja modal

disuatu daerah.

Hasil penelitian ini mendukung penelitiaan yang dilakukan oleh kusnandar dan

siswantoro (2012) yang mengatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih

Pembiayaan Anggaran daerah dan luas wilayah secara simultan berpengaruh terhadap

belanja modal. Dan juga penelitian yang dilakukan oleh Ida Mentayani dan Rusmanto

(2013) dia mengatakan bahwa Pendapatan asli daerah(PAD), Dana alokasi umum

(DAU), dan sisa lebih pembiayaan anggaran daerah (SiLPA) secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap terhadap belanja modal serta penelitaan yang dilakukan

oleh .Yudi Satrya Aprizay, Darwanis, dan Muhammad Arfan ( 2014) hasil penelitian

nya untuk variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Sisa Lebih

Perhitungan Anggaran(SiLPA) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap belanja

modal.

Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka penelitian menyimpulkan

bahwa :

1. Pendapatan Asli Daerah secara individual (parsial) tidak berpengaruh terhadap

belanja modal pada kabupaten dan kota dipulau sumatera pada tahun 2013.

2. Dana Perimbangan secara individual (parsial) berpengaruh terhadap belanja

modal pada kabupaten dan kota dipulau sumatera pada tahun 2013.

3. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Daerah secara individual (parsial)

berpengaruh terhadap belanja modal pada kabupaten dan kota dipulau sumatera

pada tahun 2013.

4. Luas Wilayah secara individual (parsial) tidak berpengaruh terhadap belanja

modal pada kabupaten dan kota dipulau sumatera pada tahun 2013.

5. Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran

Daerah dan Luas Wilayah secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap

Belanja Modal pada kabupaten dan kota dipulau sumatera tahun 2013.

Saran Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan di atas, maka peneliti ini memberikan

saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan menggunakan data lebih dari satu tahun

sehingga dapat mengetahui kecenderungan antar waktu.

2. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan mengggunakan data Laporan Realisasi

Anggaran yang lebih lengkap.

Page 19: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

19 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat memberikan penjelasan secara rinci

tentang alokasi penggunaan anggaran oleh pemerintah daerah Kabupaten dan Kota

pulau sumatera, dan jenis Belanja Modal manakah yang lebih banyak

mengkonsumsi anggaran tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rozali. (2007). Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala

Daerah Secara Langsung. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Anggiat Situngkir, dkk. (2009). Efek Memiliki Pendapatan Daerah, Pengalokasian

Dana Umum, Dan Dana Khusus Pada Belanja Modal Di Kota Dan Kabupaten

Sumatera Utara. Volume 4, Nomor 2.

Jariyah,Ainun Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Dana Alokasi Umum ,Pendapatan Asli

Daerah, Sisa Lebih PembiayaanAnggaran, Dan Luas Wilayah Terhadap

Belanja Modal (Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota Se-Jawa Tengah) Jurnal

Naskah Publikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2014

Aprizay, Yudi satrya, ddk. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan Dan

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Terhadap Pengalokasian Belanja Modal

Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Aceh, Jurnal Akuntansi Pascasarjana

Universitas Syiah Kuala. Vol. 3, No 1, Februari 2014.

Ardhini, (2011). Pengaruh Rasio Keuangan Daerah Terhadap Belanja Modal Untuk

Pelayanan Publik Dalam Perspektif Teori Keagenan (Studi Pada Kabupaten

Dan Kota Di Jawa Tengah). Skripsi.Universitas Diponerogo. Semarang

Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPS 21.

Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponerogo.

Kusnandar dan Siswantoro, Dodik (2012). Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan

Asli Daerah, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Dan Luas Wilayah Terhadap

Belanja Modal. Jurnal Universitas indonesia.

Kumorotomo, Wahyudi. 2010. Akuntabilitas Anggaran Publik: Isu Politik, Prioritas

Belanja dan Silpa dalam Alokasi di Beberapa Daerah. Universitas Gadjah

Mada.Makalah pada Konferensi Administrasi Negara ke-3, Bandung.

Kurniawan, Septian. 2010. Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Ponorogo.

SkripsiUniversitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Maryadi, (2014).Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,Dana Bagi

Hasil, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Dan Luas Wilayah Terhadap Belanja

Page 20: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

20 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

Modal Pada Kabupaten Dan KotaDi Indonesia Tahun 2012. Skripsi Universitas

Maritim Raja Ali Haji.

Mentayani, Ida dan Rusmanto, (2013). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana

Alokasi Umum, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Daerah terhadap belanja

modal pada kota dan kabupaten dipulau kalimantan. Jurnal Infestasi. Vol.9, No

2 Desember 2013, Halaman 91-102.

Priyatno, Duwi (2009) SPSS untuk analisis korelasi, regresi dan multivariate

.yogyakarta : Penerbit Gava Media.

Priyatno, Duwi (2011) Spss analisis statistik data lebih cepat, efisien dan akurat.

Jakarta: penerbit mediakom

Peraturan Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah.

Purnama, Arif (2014) Pengaruh Dana Alokasi Umum (Dau), Pendapatan AsliDaerah

(Pad), Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa),Dan Luas Wilayah Terhadap

Belanja Modal PadaKabupaten Dan Kota Di Jawa Tengah Periode 2012-2013.

Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Republik Indonesia. Undang-UndangNomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah.

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 Tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan.

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintahan Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan.

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 200 5Tentang Dana

Perimbangan.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan

Daerah.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Daerah Dan

Retribusi Daerah

Soleh, C., dan Rochmansjah, H. 2010. Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah.

Bandung:Fokusmedia.

Suharyadi,&Purwanto. 2009. Statistik Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern . Jakarta:

Penerbit Salemba Empat.

Sugiyono, (2013), Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,

dan R&D, Bandung:Alfabeta.

Page 21: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · daerah adalah masalah hubungan keuangan antara pemerintah

21 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

Suliyanto. 2011. Ekonometrika terapan : Teori & Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta:

Penerbit Andi Yogyakarta

Yani, Ahmad. 2009. Hubungan keuangan antara pemerintahan pusat dan daerah

diindonesia, jakarta: Rajawali pers.

www.djpk.depkue.go.id.

www.kemendagri.go.id.