pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, sisa...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, SISA LEBIH
PEMBIAYAAN ANGGARAN, DANA BAGI HASIL DAN LUAS WILAYAH
TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN DAN KOTA DI
KEPULAUAN RIAU TAHUN 2009-2013
Mira Murlina
110462201079
Fakultas Ekonomi – Jurusan Akuntansi
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang, 2016
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah antara masing-masing variabel
Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Bagi Hasil, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
dan Luas Wilayah berpengaruh tehadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota di
Kepulauan Riau baik secara parsial maupun secara simultan. Populasi dalam penelitian
ini adalah Pemerintah Kabupaten dan Kota di Kepulauan Riau tahun 2009-2013.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data laporan Reaslisai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten dan Kota di Kepulauan Riau
tahun 2009-2013.
Pengujuan hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda
dengan uji t, uji f, dan koefisien determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara parsial Dana Bagi Hasil, Sisa Lebih Pembiayan Anggaran berpengaruh secara
signifikan terhadap Belanja Modal. Sedangkan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan
Luas Wilayah tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Namun secara
simultan Variabel Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Bagi Hasil, Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran dan Luas Wilayah berpengaruh signifikan terhadap Belanja
Modal pada Kabupaten dan Kota di Kepulauan Riau tahun 2009-2013.
Kata Kunci : Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Bagi Hasil, Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran, Luas Wilayah, Belanja Modal
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
LATAR BELAKANG
Perubahan reformasi yang terjadi di Indonesia dengan adanya perubahan bentuk
pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi tersebut diperkuat dengan
ditetapkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian terakhir direvisi dengan UU No.
32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Menurut UU No. 32 Tahun 2004,
desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sejalan dengan pelaksanaan desentralisasi, selanjutnya diterbitkan UU No. 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah. Perimbangan yang di maksudkan tersebut mencakup sistem
pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam
rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi,
kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan
dekonsentralisasi dan tugas pembantuan.
Dalam mengelola keuangannya, pemerintah daerah harus dapat menerapkan asas
kemandirian daerah dengan mengoptimalkan penerimaan dari sektor pendapatan asli
daerah (PAD). PAD merupakan sumber penerimaan Pemerintah Daerah yang berasal
dari daerah itu sendiri berdasarkan kemampuan yang dimiliki yang terdiri dari pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-
lain pendapatan asli daerah yang sah (UU No.33 Tahun 2004).
Selain pajak daerah dan retribusi daerah, sumber pembiayaan yang juga penting
bagi pemerintah daerah adalah dana bagi hasil, dana bagi hasil dalalm UU No 33 tahun
2004 sebagai salah satu komponen dana perimbangan merupakan dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase
tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) menurut Permendagri Nomor 13
Tahun 2006 adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama
satu periode anggaran. SiLPA terbentuk bila terjadi surplus pada APBD dan sekaligus
terjadi pembiayaan neto yang positif, dimana komponen penerimaan lebih besar dari
komponen pengeluaran pembiayaan.
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Dalam UU.No 33 tahun 2004, salah satu variabel yang mencerminkan
kebutuhan atas penyediaan sarana dan prasarana adalah luas wilayah. Daerah dengan
wilayah yang lebih luas tentulah membutuhkan sarana dan prasarana yang lebih banyak
sebagai syarat untuk pelayanan kepada publik bila dibandingkan dengan daerah dengan
wilayah yang tidak begitu luas (Kusnandar dan Siswantoro, 2012).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil judul penelitian yaitu:
“Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Bagi Hasil, Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran Dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal Pada
Kabupaten Dan Kota Di Kepulauan Riau Periode 2009-2013”.
KAJIAN PUSTAKA
Belanja Modal
Menurut Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-33/PB/2008 yang dimaksud
dengan belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan
modal yang sifatnya menambah aset tetap atau aset lainnya yang memberikan manfaat
lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya
pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat,
meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.
Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, belanja menurut kelompok
belanja terdiri dari: 1) Belanja Tidak Langsung. Belanja tidak langsung merupakan
belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program
dan kegiatan. 2) Belanja Langsung. Belanja langsung merupakan belanja yang
dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Pajak Daerah
Dalam undang-undang Nomor 28 tahun 2009, pajak daerah adalah kontribusi
wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2009, jenis pajak daerah yaitu : 1).Jenis
pajak provinsi. 2.Jenis Pajak Kabupaten dan Kota.
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Retribusi Daerah
Dalam undang-undang No. 28 tahun 2009 retribusi daerah yang selanjutnya
disebut retribusi yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan pribadi atau badan.
Menurut UU No. 28 Tahun 2009, objek retribusi daerah terdiri dari ; 1. Jasa
Umum 2. Jasa Usaha 3.Perizinan Tertentu
Dana Bagi Hasil
Berdasarkan UU No. 33 tahun 2004 Dana Bagi Hasil adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka
persentase untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam.
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) menurut Permendagri Nomor 13
tahun 2006 adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama
satu periode anggaran. SiLPA tahun anggaran sebelumnya mencakup pelampauan
penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan
lain-lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan,
penghematan belanja, kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum
terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan.
Luas Wilayah
Dipilihnya Kabupaten dan Kota Provinsi Kepulauan Riau dalam penelitian ini
karena Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu provinsi yang mempunyai
penetapan batas wilayah secara resmi. Adanya batas wilayah yang resmi akan diketahui
sejauh mana batas status hukum, tanggung jawab pemerintahan, perpajakan hingga
untuk menentukan luas area guna untuk menghitung potensi sumber daya, kepadatan
penduduk hingga dana perimbangan daerah. Sehingga berpengaruh pada besarnya
pendapatan ataupun pengeluaran yang terjadi di wilayah tersebut.
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
KERANGKA PEMIKIRAN
Sumber : Penulis.2016
HIPOTESIS
Berdasarkan asumsi yang telah di jelaskan diatas, maka hipotesis dalam penelitian
ini sebagai berikut :
H1 : Pajak Daerah berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota di
Kepulauan Riau periode 2009-2013.
H2 : RetribusiDaerahberpengaruh terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota di
Kepulauan Riau periode 2009-2013.
H3 : Dana Bagi Hasil berpengarah terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota
di Kepulauan Riau periode 2009-2013.
H4 : Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran berpengaruh terhadap Belanja Modal pada
Kabupaten dan Kota di Kepulauan Riau periode 2009-2013.
H5 : Luas Wilayah berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota di
Kepulauan Riau periode 2009-2013.
H6 : Pajak Daerah,Retribusi Daerah,Dana Bagi Hasil,Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
dan Luas Wilayah berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota
di Kepulauan Riau periode 2009-2013.
Pajak Daerah
(X1)
Belanja Modal
(Y)
Luas Wilayah
(X5)
Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran
(X4)
Dana Bagi Hasil
(X3)
Retribusi Daerah
(X2)
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
METODELOGI PENELITIAN
JENIS DAN SUMBER DATA
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif.
Sumber data yang diperoleh adalah data sekunder (secondary data) yaitu data yang
diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara yaitu yang diperoleh dari
dokumen Laporan Realisasi APBD Kabupaten dan Kota di Kepulauan Riau yang
diperoleh dari Situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah
(www.djpk.kemenkeu.go.id) dimana dari dokumen ini diperoleh data mengenai jumlah
realisasi Anggaran Belanja Modal, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Bagi Hasil,
Sisa Lebih Pembiayan Anggaran. Dan data Luas Wilayah bersumber dari Kementerian
Dalam Negeri yang diunduh melalui situs web resmi Kementerian Dalam Negeri yang
beralamat di (www.kemendagri.go.id).
POPULASI DAN SAMPEL
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek dengan
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan (Sangadji & Sopiah 2010:185). Populasi dalam penelitian
ini adalah pemerintah daerah Kabupaten dan Kota di Kepulauan Riau yang berjumlah 7
yang terdiri dari 5 Kabupaten dan 2 Kota pada tahun 2009-2013. Kota Batam, Kota
Tanjung Pinang, Kab. Karimun, Kab.Bintan, Kab.Natuna, Kab.Lingga,Kab. Kepulauan
Anambas.
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sangadji & Sopiah 2010:186). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan
menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling merupakan metode
penetapan responden untuk dijadikan sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu
(Siregar 2013 : 33).
Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Kabupaten dan Kota di Kepulauan Riau yang telah memasukkan data Laporan
Realisasi APBD di situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah
secara rutin dari tahun 2009 hingga 2013.
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2) Kabupaten dan Kota yang melaporkan realisasi dari sektor Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, Dana Bagi Hasil, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Belanja
Modal serta Luas Wilayah yang digunakan sebagai bahan penelitian ini.
METODE ANALISIS DATA
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode statistik
deskriptif.Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran secara umum
mengenai data, sehingga dapat dilihat nilai maksimum, minimum, rata-rata, serta
standar deviasinya.
PENGUJIAN ASUMSI KLASIK
Uji Normalitas
Uji Normalitas (Ghozali, 2013 : 160) bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak
(Ghozali, 2013 : 160), yaitu dengan analisis sebagai berikut :
1. Analisis Grafik
Dilakukan dengan cara melihat grafik histogram yang membandingkan antara data
observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Cara lain untuk uji
normalitas dengan analisis grafik adalah dengan melihat normal probability plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Ghozali (2013 :
163) Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut.
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Analisis Statistik
Menurut Ghozali (2013 : 163) uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau
tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa
sebaliknya. Maka perlu didukung dengan adanya uji statistik sederhana dengan
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Dalam uji Kolmogrov-Smirnov
menunjukkan nilai signifikan diatas 0.05 maka data residual terdistribusi dengan
normal. Sedangkan jika hasil Kolmogrov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan
dibawah 0.05 maka data residual terdistribusi tidak normal.
Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas (Ghozali, 2013 : 105) bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Cara
untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah
sebagai berikut ini :
1) Nilai Tolerance.
Nilai cutoff yang umum dipakai menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai
tolerance ≤ 0.10.
2) Variance Inflation Factor (VIF).
Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas
adalah nilai nilai VIF ≥ 10.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi (Ghozali, 2013 : 110) bertujuan menguji apakah dalam model
regresi liniear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Uji Autokorelasi dapat
dilakukan dengan Uji Durbin-Watson (DW test). DW Test digunakan untuk
autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model
regresi dan tidak ada variable lag diantara variabel independen (Ghozali, 2013 : 111).
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas (Ghozali, 2013 : 139) bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
berbeda maka disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
Heteroskesdatisitas. Terjadi tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari grafik
scatterplot. Uji statistik yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedasitas dalam penelitian ini yaitu uji Glejser, jika probabilitas signifikansinya
≥ 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak adanya heteroskedastisitas.
Analisis Regresi Linier Berganda
Alat analsisis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda yang
merupakan alat yang dapat digunakan untuk memprediksi permintaan di masa akan
datang berdasarkan data masa lalu atau untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih
variable bebas (independen) terhadap satu variable tak bebas (dependen) (Siregar, 2013
: 301). Hubungan antar variabel tersebut dapat digambarkan dengan persamaan sebagai
berikut :
Y = α + β1PD + β2RD + β3SILPA + β4DBH + β5LW + e
Dimana :
Y = Belanja Modal
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi
PD = Pajak Daerah
RD = Retribusi Daerah
DBH = Dana Bagi Hasil
SILPA = Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
LW = Luas Wilayah
e = error
Koefisien Determinasi
Tujuan pengujian ini adalah untuk menguji tingkat keeratan atau keterikatan
antarvariabel dependen dan variabel independen yang bisa dilihat dari besarnya nilai
koefisien determinan determinasi (adjusted R-square). Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum, koefisien determinasi
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang
tinggi (Ghozali, 2013 : 97).
Uji Signifikansi Parsial (Uji T)
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Cara melakukan uji t
adalah dengan membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila
nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita menerima
hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual
mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2013 : 99).
Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen/terikat (Ghozali, 2013 : 98). Uji F dapat dilakukan dengan
melihat nilai signifikansi F pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan
significance level 0.05 (α = 5%).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
Ojek dalam penelitian ini adalah Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulaun
Riau, jumlah sampel 7 terdiri dari 5 Kabupaten dan 2 Kota di Provinsi Kepulauan Riau,
dan jumlah tahun pengamatan 5 tahun yaitu dari 2009-2013, sehingga jumlah nilai
observasi penelitian adalah 35.
ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF
Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah maksimum, minimum,
nilai rata-rata serta nilai standar deviasi dari masing-masing variabel. Dalam penelitian
ini variabel yang digunakan adalah Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Bagi Hasil,
SiLPA, Luas Wilayah serta Belanja Modal, yang dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Selama Tahun 2009-2013
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pajak_Daerah 35 205 475173 89465.17 115063.478
Retribusi_Daerah 35 58 71028 10118.66 14382.578
Dana_Bagi_Hasil 35 150669 1054602 422816.00 229696.053
SiLPA 35 681 482601 189477.29 104122.953
Luas_Wilayah 35 144.56 2266.77 1171.6743 709.88572
Belanja_Modal 35 37234 353875 192307.49 76348.606
Valid N (listwise) 35
Sumber : Data sekunder yang diolah Spss 20, 2015.
Keterangan : dalam rupiah, kecuali luas wilayah dalam km2
PENGUJIAN ASUMSI KLASIK
Uji Normalitas
Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan analisis
grafik dan analisis statistik.
Analisisi Grafik
Gambar 4.1 Gambar 4.2
Sumber : Data sekunder yang diolah Spss 20, 2015.
Dengan melihat tampilan garik histogram maupun grafik normal plot dapat
disimpulkan bahwa grafik histogram menggambarkan data yang berdistribusi normal
atau mendekati normal karena bentuknya membentuk seperti lonceng. Sedangkan pada
grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal bahwa pola tersebut berdistribusi normal.
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Analisis Statistik
Tabel 4.2
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 35
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 49481.30374945
Most Extreme
Differences
Absolute .087
Positive .084
Negative -.087
Kolmogorov-Smirnov Z .515
Asymp. Sig. (2-tailed) .954
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data sekunder yang diolah Spss 20, 2015.
Dari hasil pengolahan data di atas, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah
0.515 dan signifikansi 0.954. Nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima
yang berarti data residual berdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas
Metode pengujian yang biasa digunakan yaitu dengan melihat nilai Variance
Inflution Factor (VIF) dan Tolerence pada model regresi. Kriteria yang ditetapkan
adalah jika nilai tolerance ≤ 0.10 dan nilai VIF ≥ 10 maka terjadi multikolinieritas, dan
jika tolerance value ≥ 0.10 dan VIF ≤ 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. Hasil uji
multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 33724.497 27395.414 1.231 .228
Pajak_Daerah .183 .156 .276 1.174 .250 .262 3.817
Retribusi_Daerah .946 1.228 .178 .771 .447 .271 3.694
Dana_Bagi_Hasil .106 .046 .320 2.313 .028 .759 1.318
SiLPA .303 .098 .413 3.089 .004 .810 1.234
Luas_Wilayah 25.887 13.954 .241 1.855 .074 .860 1.162
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
a. Dependent Variable: Belanja_Modal
Sumber :Data sekunder yang diolah Spss 20, 2015.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai tolerance variabel independen
memiliki nilai tolerance value ≥ 0.10 dan hasil perhitungan VIF juga menunjukkan
variabel independen memiliki nilai VIF ≤ 10. Dengan demikian dapat disimpulakan
tidak terjadi multikolonieritas antar bvariabel independen dalam model regresi.
Uji Autokolerasi
Menurut Santoso (2014 : 194) salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya
autokorelasi kita dapat melihat uji Durbin-Watson (DW), dengan ketentuan sebagai
berikut :
1) Jika nilai DW dibawah -2 (D < -2) berarti ada autokolerasi positif.
2) Jika nilai DW berada di antara -2 sampai +2 atau -2 ≤ DW ≤ +2 tidak terjadi
autokolerasi.
3) Jika nilai DW diatas +2 atau DW > +2 berarti ada autokolerasi negatif.
Uji Autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini.
Tabel 4.4
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .762a .580 .508 53577.395 1.297
a. Predictors: (Constant), Luas_Wilayah, Retribusi_Daerah, SiLPA, Dana_Bagi_Hasil,
Pajak_Daerah
b. Dependent Variable: Belanja_Modal
Sumber : Data sekunder yang diolah Spss 20, 2015.
Berdasarkan tabel 4.5, diketahui bahwa nilai DW sebesar 1.297. Nilai DW berada
diantara -2 sampai +2 ( -2 ≤ 1.297 ≤ +2 ) maka dapat disimpulkan bahwa data diatas
tidak terjadi autokolerasi.
Uji Heteroskedastisitas
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat
Grafik Plot antara nilai predeksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Dasar pengambilan keputusannya adalah :
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan bawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.3
Sumber : Data sekunder yang diolah spss 20, 2015.
Gambar 4.3 diatas menunjukkan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada
model regresi, karena scatterplot terlihat menyebar secara acak tidak membentuk sebuah
pola tertentu yang jelas atau teratur, serta titik menyebar diatas dan dibawah angka 0
pada sumbu Y.
Selain itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil.
Uji statistik yang di pakai dalam penelitian ini adalah uji glejser.
Tabel 4.5
Uji Glesjer
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 22378.878 16403.886 1.364 .183
Pajak_Daerah -.011 .093 -.042 -.118 .907
Retribusi_Daerah .209 .735 .098 .285 .778
Dana_Bagi_Hasil .032 .028 .239 1.157 .257
SiLPA -.007 .059 -.025 -.123 .903
Luas_Wilayah 2.328 8.356 .054 .279 .783
a. Dependent Variable: absut
Sumber : Data sekunder yang diolah spss 20, 2015.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa nilai probabilitas untuk
variabel Pajak Daerah yaitu sebesar 0.907, variabel Retribusi Daerah sebesar 0.778,
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
variabel Dana Bagi Hasil sebesar 0.257, variabel SiLPA sebesar 0.903 dan variabel
Luas Wilayah sebesar 0.783. Sehingga nilai probabilitas untuk semua variabel
independen menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0.05 dengan ini dapat disimpulkan
bahwa tidak ditemukan masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
Pengujian Hipotesisis
Dalam penelitian ini pengujian hipotesis terdiri dari Uji Koefisien Determinasi,
Uji T dan Uji F yang dijelaskan sebagai berikut.
Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil uji regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini :
Tabel 4.6
Pengujian Hipotesis
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 33724.497 27395.414
1.231 .228
Pajak_Daerah .183 .156 .276 1.174 .250
Retribusi_Daerah .946 1.228 .178 .771 .447
Dana_Bagi_Hasil .106 .046 .320 2.313 .028
SiLPA .303 .098 .413 3.089 .004
Luas_Wilayah 25.887 13.954 .241 1.855 .074
a. Dependent Variable: Belanja_Modal
Sumber : Data sekunder yang diolah dengan Spss 20, 2015.
Berdasarkan tabel diatas, persamaan regresi sebagai berikut :
Belanja Modal = 33724.497 + 0.183 PD+ 0.946 RD + 0.106 DBH + 0. 303 SILPA +
25.887LW + e
Keterangan :
1) Konstanta (α)
Nilai konstanta (α) sebesar 33724.497 menunjukkan bahwa apabila Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, Dana Bagi Hasil, SiLPA dan Luas Wilayah bernilai 0, maka
Belanja Modal sebesar Rp 33.724.497.
2) Koefisien β1 untuk variabel Pajak Daerah
Pajak Daerah sebesar 0.183 yang bernilai positif, hal ini menunjukkan adanya
hubungan yang searah antara variabel Belanja Modal dengan Pajak Daerah, yang
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
artinya jika Pajak Daerah mengalami peningkatan sebesar 1 Juta maka terjadi
peningkatan jumlah Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota di Kepulauan Riau
tahun 2009-2013 sebesar Rp 183 ribu dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya
tetap.
3) Koefisien β2 untuk variabel Retribusi Daerah
Retribusi Daerah sebesar 0.946 yang bernilai positif, hal ini menunjukkan adanya
hubungan yang searah antara variabel Belanja Modal dengan Retribusi Daerah, yang
artinya jika Retribusi Daerah mengalami peningkatan sebesar Rp 1 juta maka terjadi
peningkatan jumlah Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota di Kepulauan Riau
tahun 2009-2013 sebesar Rp 946 ribu dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya
tetap.
4) Koefisien β3 untuk variabel Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil sebesar 0.106 yang bernilai positif, hal ini menunjukkan adanya
hubungan yang searah antara variabel Belanja Modal dengan Dana Bagi Hasil, yang
artinya jika Dana Bagi Hasil mengalami peningkatan sebesar Rp 1 juta maka terjadi
peningkatan jumlah Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota di Kepulauan Riau
tahun 2009-2013 sebesar Rp 106 ribu dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya
tetap.
5) Koefisien β4 untuk variabel Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
SiLPA sebesar 0.303 yang bernilai positif, hal ini menunjukkan adanya hubungan
yang searah antara variabel Belanja Modal dengan SiLPA, yang artinya jika SiLPA
mengalami peningkatan sebesar Rp 1 juta maka terjadi peningkatan jumlah Belanja
Modal pada Kabupaten dan Kota di Kepulauan Riau tahun 2009-2013 sebesar Rp
303 ribu dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya tetap.
6) Koefisien β5 untuk variabel Luas Wilayah
Luas Wilayah sebesar 25.887 yang bernilai positif, hal ini menunjukkan adanya
hubungan yang searah antara variabel Belanja Modal dengan Luas Wilayah, yang
artinya jika Luas Wilayah mengalami peningkatan sebesar 1 Km² maka terjadi
peningkatan jumlah Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota di Kepulauan Riau
tahun 2009-2013 sebesar Rp 25.887 ribu dengan asumsi bahwa variabel bebas
lainnya tetap.
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Koefisien Determinan (R2)
Adapun hasil analisis koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.7 Model Summary
b
Model R R Square Adjusted
R Square
Std. Error of the Estimate
1 .762a .580 .508 53577.395
a. Predictors: (Constant), Luas_Wilayah, Retribusi_Daerah, SiLPA, Dana_Bagi_Hasil, Pajak_Daerah
b. Dependent Variable: Belanja_Modal
Sumber : Data sekunder yang diolah Spss 20, 2015.
Dari tabel 4.7 diatas terlihat bahwa nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini
sebesar 0.508 atau 50.8%. Dengan demikian besarnya pengaruh yang diberikan oleh
variabel Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Bagi Hasil, SiLPA dan Luas Wilayah
terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota di Kepulauan Riau Tahun 2009-2013
adalah sebesar 0.508 atau hanya sebesar 50.8% variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini mampu menjelaskan variabel dependen. Sedangkan sebesar 49.2 %
dipengaruhi atau dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam peneltian ini.
Uji Statistik T ( T test)
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
Tabel 4.8
Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 33724.497 27395.414
1.231 .228
Pajak_Daerah .183 .156 .276 1.174 .250
Retribusi_Daerah .946 1.228 .178 .771 .447
Dana_Bagi_Hasil .106 .046 .320 2.313 .028
SiLPA .303 .098 .413 3.089 .004
Luas_Wilayah 25.887 13.954 .241 1.855 .074
a. Dependent Variable: Belanja_Modal
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Sumber : Data sekunder yang diolah dengan spss 20, 2015.
Berdasarkan tabel 4.8 diatas, maka hasil regresi berganda dapat dianalisis
dengan Ttabel sebesar 2.045 (df = n-k-1 = 35-5-1 = 29, signifikansi 0.05). Bila nilai t-
hitung > daripada nilai t-tabel dan nilai sig hitung > daripada signifikansi maka variabel
independen secara individu berpengaruh terhadap belanja modal.
Uji Simultan (F test)
Hasil pengujian F pada penelitian dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini:
Uji F ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 114944148733.389 5 22988829746.678 8.009 .000b
Residual 83245580305.353 29 2870537251.909
Total 198189729038.743 34
a. Dependent Variable: Belanja_Modal
b. Predictors: (Constant), Luas_Wilayah, Retribusi_Daerah, SiLPA, Dana_Bagi_Hasil, Pajak_Daerah
Sumber : Data sekunder yang diolah Spss 20, 2015.
Dari tabel diatas diketahui bahwa F tabel sebesar 2.55 (df = n-k1=35-5-1 = 29,
signifikansi 0.05). Nilai F hitung sebesar 8.009 dengan signifikansi sebesar 0.000. Nilai
Fhitung > Ftabel (8.009 > 2.55) dan signifikan (0.000 < 0.05). Maka H0 di tolak dan Ha
diterima, hal ini menjelaskan bahwa secara keseluruhan variabel independen (Pajak
Daerah, Retribusi Daerah, Dana Bagi Hasil, SiLPA dan Luas Wilayah) berpengaruh
secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependent (Belanja Modal) dapat
diterima.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pengaruh pajak daerah terhadap belanja modal pada Kabupaten dan Kota di
Provinsi Kepulauan Riau periode 2009-2013.
Hasil pengujian hipotesis pertama dengan menggunakan uji regresi
menunjukkan bahwa Pajak Daerah memiliki nilai Thitung sebesar 1.174 dimana lebih
lebih kecil dari Ttabel yaitu 2.045 (1.174 < 2.045) dengan probabilitas signifikan 0.250
lebih besar dari taraf signifikansi 0.05 (0.250 > 0.05). Maka H0 diterima dan Ha ditolak
yang artinya bahwa secara parsial Pajak Daerah tidak berpengaruh terhadap Belanja
Modal.
Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Sulistyowati, (2011) yang menyatakan
secara parsial pajak daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi belanja
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
modal. Namun sejalan dengan penelitian Rusmanto & Mentayani (2013) yang
menyatakan secara parsial PAD tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.
Pengaruh retribusi daerah terhadap belanja modal pada Kabupaten dan Kota di
Provinsi Kepulauan Riau periode 2009-2013.
Hasil pengujian hipotesis kedua dengan menggunakan uji regresi menunjukkan
bahwa Retribusi Daerah memiliki nilai Thitung sebesar 0.771 dimana lebih lebih kecil
dari Ttabel yaitu 2.045 (0.771 < 2.045) dengan probabilitas signifikan 0.447 lebih besar
dari taraf signifikansi 0.05 (0.447 > 0.05). Maka H0 diterima dan Ha ditolak yang artinya
bahwa secara parsial Retribusi Daerah tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.
Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Sulistyowati, (2011) yang menyatakan
secara parsial Retribusi Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi
belanja modal. Namun sejalan dengan penelitian Rusmanto & Mentayani (2013) yang
menyatakan secara parsial PAD tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.
Pengaruh dana bagi hasil terhadap belanja modal pada Kabupaten dan Kota di
Provinsi Kepulauan Riau periode 2009-2013.
Hasil pengujian hipotesis ketiga dengan menggunakan uji regresi menunjukkan
bahwa Dana Bagi Hasil memiliki nilai Thitung sebesar 2.313 dimana lebih lebih besar
dari Ttabel yaitu 2.045 (2.313 > 2.045) dengan probabilitas signifikan 0.028 lebih kecil
dari taraf signifikansi 0.05 (0.028 < 0.05). Maka H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya
bahwa secara parsial Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap Belanja Modal.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Wandira (2012) yang menyatakan bahwa
Dana Bagi Hasil berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Hasil penelitian ini
mengandung makna bahwa pemerintah daerah memaksimalkan penggunaan dana bagi
hasil untuk belanja modal.
Pengaruh sisa lebih pembiayaan anggaran terhadap belanja modal pada
Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Riau periode 2009-2013.
Hasil pengujian hipotesis keempat dengan menggunakan uji regresi
menunjukkan bahwa SiLPA memiliki nilai Thitung sebesar 3.089 dimana lebih lebih
besar dari Ttabel yaitu 2.045 (3.089 > 2.045) dengan probabilitas signifikan 0.004 lebih
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
kecil dari taraf signifikansi 0.05 (0.004 < 0.05). Maka H0 ditolak dan Ha diterima yang
artinya bahwa secara parsial SiLPA berpengaruh terhadap Belanja Modal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Kusnandar dan Siswantoro
(2012) bahwa secara parsial Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran berpengaruh positif
terhadap anggaran Belanja Modal.
Pengaruh luas wilayah terhadap belanja modal pada Kabupaten dan Kota di
Provinsi Kepulauan Riau periode 2009-2013.
Hasil pengujian hipotesis kelima dengan menggunakan uji regresi menunjukkan
bahwa Luas Wilayah memiliki nilai Thitung sebesar 1.855 dimana lebih lebih kecil dari
Ttabel yaitu 2.045 (1.855 < 2.045) dengan probabilitas signifikan 0.074 lebih besar dari
taraf signifikansi 0.05 (0.074 > 0.05). Maka H0 diterima dan Ha ditolak yang artinya
bahwa secara parsial Luas Wilayah tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal. Maka
hipotesis yang menyatakan bahwa Luas Wilayah berpengaruh terhadap Belanja Modal
tidak dapat diterima.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Kusnandar dan
Siswantoro (2012) yang menyatakan bahwa secara parsial Luas Wilayah berpengaruh
positif terhadap anggaran Belanja Modal. Namun sejalan dengan penelitian Erlis, dkk
(2013) yang menyatakan bahwa Luas Wilayah tidak berpengaruh terhadap Belanja
Modal.
Pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dana bagi hasil, sisa lebih pembiayaan
anggaran, dan luas wilayah terhadap belanja modal pada Kabupaten dan Kota di
Provinsi Kepuluan Riau periode 2009-2013.
Hasil pengujian hipotesis keenam dengan menggunakan uji F menunjukkan
bahwa Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Bagi Hasil, SiLPA dan Luas Wilayah
secara simultan berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di
Kepulauan Riau pada tahun 2009-2013. Dari hasil uji secara simultan diatas, maka hasil
regresi berganda dengan Ftabel sebesar 2.55 (df = n-k-1 = 35-5-1 = 29) memiliki nilai
Fhitung 8.009 dimana lebih besar dari Ftabel yaitu 2.55 (8.009 > 2.55) dengan probabilitas
signifikan 0.000 lebih kecil dari taraf signifikansi 0.05 (0.000 < 0.05).
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Maka dapat disimpulkan bahwa, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Bagi
Hasil, SiLPA dan Luas Wilayah secara simultan berpengaruh terhadap Belanja modal.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Kusnandar dan Siswantoro
(2011) yang menyatakan bahwa secara simultan variabel Dana Alokasi Umum,
Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Luas Wilayah
berpengaruh terhadap anggaran Belanja Modal.
Dengan demikian semakin besar Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Bagi Hasil,
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Luas Wilayah secara bersama-sama (simultan)
maka semakin besar pula peningkatan jumlah Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota
di Kepulauan Riau Tahun 2009-2013.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat
diambil dari penelitian ini adalah :
1. Pajak Daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal pada Kabupaten
dan Kota di Kepulauan Riau periode 2009-2013.
2. Retribusi Daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal pada
Kabupaten dan Kota di Kepulauan Riau periode 2009-2013.
3. Dana Bagi Hasil berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal pada Kabupaten
dan Kota di Kepulauan Riau periode 2009-2013.
4. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal
pada Kabupaten dan Kota di Kepulauan Riau periode 2009-2013.
5. Luas Wilayah tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal pada Kabupaten
dan Kota di Kepulauan Riau periode 2009-2013.
6. Pajak Daerah,Retribusi Daerah,Dana Bagi Hasil,Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
dan Luas Wilayah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal
pada Kabupaten dan Kota di Kepulauan Riau periode 2009-2013.
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Saran
Berdasarkan kesimpulan, dan untuk menyempurnakan penelitian ini, maka peneliti
memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Untuk pemerintah daerah sebaiknya lebih memperhatikan bagaimana meningkatkan
pajak daerah, retribusi daerah, dana bagi hasil, sisa lebih pembiayaan anggaran agar
pengalokasian anggaran ke belanja modal juga dapat meningkat
2. Bagi peneliti selanjutnya, agar mengambil sampel kabupaten/kota yang lebih banyak
dan menambah variabel-variabel penelitian lain, seperti jenis-jenis penerimaan
Pemerintah Daerah lainnya. Hail ini dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih
akurat dan menunjukkan apakah penelitian dengan menggunakan sampel yang
banyak dan variabel yang lebih bervariasi dapat memberikan hasil yang berbeda atau
sama. Dan menggunakan rentang waktu penelitian yang lebih panjang agar
memperoleh hasil yang lebih relevan.
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Taufik. 2012. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi
Umum (DAU) terhadap Belanja Moda (Studi pada Pemerintah Kota Bandung
Tahun Anggaran 2005-2011). Skripsi, Universitas Pasundan, Bandung.
Azhari A. Samudra, 2005, Perpajakan Di Indonesia Keuangan Pajak Dan Retribusi. PT
Hecca Mitra Utama, Jakarta.
Ghozali, Imam, 2013, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS :Cetakan
VII, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Kusnandar, dan Dodik Siswantoro. 2012. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan
Asli Daerah, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Dan Luas Wilayah Terhadap
Belanja Modal. Simposium Nasional Akuntansi XV, Banjarmasin.
Ladjin, Nurjanna. 2008. Analisis Kemandirian Fiskal Dalam Era Otonomi Dearah
(studi kasus di Provinsi Sulawesi Tengah). Tesis, Universitas Diponegoro,
Bandung.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Perdirjen Perbendaharaan No. PER-33/PB/2008 Tentang Pedoman Penggunaan Akun
Pendapatan, Belanja Pegawai, Belanja Barang, Dan Belanja Modal Sesuai
Dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.05/2007 Tentang Akun
Standar.
Prasetya, Ferry.2012. Modul Ekonomi Publik. Bagian VII: Teori Fiskal Federalisme.
Malang.
Sangadji, Etta Mamang & Sopiah, 2010. Metodologi Penelitian, Andi, Yogyakarta.
Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif , Kencana Jakarta.
Sulistyowati, Diah. 2011. Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi
Umum, Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Alokasi Belanja Modal.
Sunyoto, Danang. 2011, Metodologi Penelitian Ekonomi, cetakan pertama. Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Undang-Undang Republik Indonesia No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan
Retribusi Daerah
Wandira, Arbie Gugus. 2012. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi
Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dan Dana Bagi Hasil (DBH)
Terhadap Pengalokasian Belanja Modal. Universitas Negeri Semarang,
Indonesia.
Wulandari, Yolanda.2009. Pengaruh Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Daerah Pada
Kabupaten Dan Kota Di Indonesia. Universitas Negeri Padang. Indonesia
www.djpk.kemenkeu.go.id.
www.kemendagri.go.id.