pengaruh padat penebaran 12, 14, 16 ekor/l … · produksi ikan ini per satuan waktu relatif...
TRANSCRIPT
PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP
KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN
GURAMI Osphronemus goramy LAC. UKURAN 2 CM
Oleh : Giri Maruto Darmawangsa
C14103056
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. UKURAN 2 CM, adalah benar merupakan karya sendiri dan belum digunakan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2008
Giri Maruto Darmawangsa C14103056
RINGKASAN
GIRI MARUTO DARMAWANGSA. Pengaruh Padat Penebaran 10, 15 dan 20 Ekor/l terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphronemus goramy Lac. Ukuran 2 cm. Dibimbing oleh TATAG BUDIARDI dan IRZAL EFFENDI.
Ikan Gurami (Osphronemus goramy) merupakan salah satu ikan air tawar yang memiliki rasa daging yang lezat, harga jual yang relatif stabil dan permintaan yang cukup tinggi. Pertumbuhan ikan gurami lambat sehingga produksi ikan ini per satuan waktu relatif rendah. Oleh karena itu diperlukan teknologi yang tepat untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi, antara lain dengan meningkatkan padat penebaran. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan gurami yang dipelihara di akuarium.
Penelitian ini dilaksanakan pada September 2007 sampai dengan Oktober 2007 di Laboratorium Sistem dan Teknologi Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Benih ikan gurami yang digunakan berumur 35 hari dengan bobot rata-rata 0,23±0,01 g dan panjang rata-rata 2,05±0,02 cm. Untuk pemeliharaan benih ikan gurami digunakan akuarium berukuran 60x29x33 cm sebanyak 9 unit yang diisi air masing-masing sebanyak 35 l (ketinggian air 20,1 cm). Selama penelitian, ikan diberi pakan berupa cacing sutera (Limnodrilus sp.) yang diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari secara at satiation (sekenyangnya) dengan jumlah antara 23,7-40 g/akuarium/hari. Sebelum diberikan, pakan ditimbang dan setelah 1 jam, pakan yang tersisa ditimbang kembali. Setiap hari dilakukan penyifonan kotoran dasar akuarium dan pergantian air 75%, yaitu 50 % pagi dan 25 % sore, dari total volume air pemeliharaan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan, yaitu padat tebar 10, 15 dan 20 ekor/l dan masing-masing perlakuan diulang 3 kali.
Pada perlakuan 10, 15 dan 20 ekor/l diperoleh derajat kelangsungan hidup berturut-turut sebesar 96,10; 89,14 dan 84,10%; pertumbuhan panjang mutlak sebesar 2,89, 2,33 dan 2,01 cm; laju pertumbuhan bobot harian sebesar 6,70; 5,72 dan 4,93%; nilai koefisien keragaman panjang sebesar 7,12; 6,64 dan 4,91%; efisiensi pakan 59,13; 39,10 dan 22,18%; serta keuntungan usaha sebesar Rp. 598.029; Rp. 720.779 dan Rp. 888.529. Padat penebaran berpengaruh terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan bobot harian dan efisiensi pakan, tetapi tidak berpengaruh terhadap nilai koefisien keragaman panjang (p<0,05). Pada percobaan ini secara umum kualitas air yang diperoleh masih berada dalam kisaran optimum bagi pertumbuhan dan perkembangan benih ikan gurami. Untuk tujuan produksi sebaiknya dilakukan pembenihan ikan gurami dengan padat penebaran 20 ekor/l karena hasil yang diperoleh lebih menguntungkan daripada padat penebaran 10 dan 15 ekor/l. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk dilakukan percobaan peningkatan padat tebar lebih dari 20 ekor/l yang disertai dengan peningkatan pengelolaan kualitas air.
PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN
GURAMI Osphronemus goramy LAC. UKURAN 2 CM
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
GIRI MARUTO DARMAWANGSA C14103056
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
SKRIPSI
Judul : PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. UKURAN 2 CM.
Nama : Giri Maruto Darmawangsa Nomor Pokok : C14103056
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Tatag Budiardi, M.Si. Ir. Irzal Effendi, M.Si. NIP. 132 169 277 NIP. 131 841 732
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP. 131 578 799
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbil’aalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah Swt karena atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya Skripsi yang berjudul
”Pengaruh Padat Penebaran 10, 15 dan 20 Ekor/l terhadap Kelangsungan
Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphronemus goramy Lac.
Ukuran 2 cm” ini dapat diselesaikan. Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada :
1. Bapak Ir. Tatag Budiardi, M.Si dan Bapak Ir. Irzal Effendi, M. Si selaku
Pembimbing I dan II yang telah banyak memberikan bimbingan dan
masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ir. Sri Lestari Angka selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama studi.
3. Bapak Ir. Harton Arfah, M.Si selaku Dosen Penguji Tamu yang telah
memberikan banyak masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibunda Hj. Eti Solihati, kakakku Moni Martini, Ira Puspitasari, Panji
Nugraha, dan adikku Tiwi Purnamasari atas kasih sayang, doa, dukungan
semangat baik moril dan materi.
5. Keluarga Bapak Sugeng Wiyarso, Bapak Ujang dan Kang Anton.
6. Pak Jajang, Kang Abe, Mba Desi, Pak Marijanta, Kang Asep, Mba Yuli
atas bantuan yang diberikan.
7. Teman-teman BDP 40, kakak kelas BDP’39, BDP’38 dan BDP’37 adik
kelas BDP 41 dan 42 atas persahabatan dan bantuan yang diberikan.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi Penulis dan juga
bagi semua pihak yang memerlukan informasi yang berhubungan dengan tulisan
ini. Amin.
Bogor, Januari 2008
Giri Maruto Darmawangsa
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, 4 Januari 1985, adalah anak keempat dari
lima bersaudara dari ayah bernama Teguh Darmawangsa (Alm.) dan ibu Eti
Solihati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Polisi 4, Bogor pada
1997. Pada 2000 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan di SLTPN 4 Bogor.
Setelah menyelesaikan pendidikan di SMUN 9 Bogor pada 2003, Penulis
mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi ke Intitut Pertanian
Bogor di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Teknologi
dan Manajemen Akuakultur melalui Jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru)
Selama kuliah, Penulis pernah aktif dalam organisasi HIMAKUA sebagai
Ketua Divisi Pengembangan Minat dan Bakat 2005/2006. Selain itu, Penulis juga
aktif menjadi Asisten Mata Kuliah Dasar-dasar Akuakultur, Teknik Pembenihan
Ikan Hias dan Avertebrata Air 2006/2007, Koordinator Asisten Dosen Mata
Kuliah Dasar-dasar Akuakultur 2007/2008, Asisten Mata Kuliah Pengelolaan
Pembenihan Ikan dan Penanganan Produk Perikanan Budidaya pada tahun yang
sama.
Untuk memperdalam wawasan di bidang budidaya perairan, penulis
menjalani magang kerja di Vizan Farm, Depok dan Jatiga Fish Farm, Bogor Juni-
Agustus 2006. Tugas akhir di perguruan tinggi Penulis selesaikan dengan menulis
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Padat Penebaran 10, 15 dan 20 Ekor/l
terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami
Osphronemus goramy Lac. Ukuran 2 cm”.
i
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ......................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Tujuan ................................................................................................. 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Gurami (Osphronemus goramy) ................................................. 3 2.2 Pengaruh Padat Penebaran Ikan terhadap Fisika Kimia Air ............... 4 2.3 Pengaruh Padat Penebaran Ikan terhadap Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan ....................................................................................... 6 2.4 Produksi .............................................................................................. 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................. 11 3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 11 3.2.1 Wadah .............................................................................................. 11 3.2.2 Ikan Uji ............................................................................................ 11 3.2.3 Pakan ................................................................................................ 11 3.3 Metode Penelitian ............................................................................... 11 3.3.1 Rancangan Percobaan ................................................................ 11 3.3.2 Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 12 3.3.2.1 Persiapan Wadah ............................................................ 12 3.3.2.2 Penebaran Benih ............................................................ 12 3.3.2.3 Pemberian Pakan ............................................................ 12 3.3.2.4 Pengelolaan Kualitas Air ............................................... 13 3.4 Parameter Penelitian ............................................................................ 13
3.4.1 Derajat Kelangsungan Hidup .................................................... 14 3.4.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak .................................................... 14 3.4.3 Laju Pertumbuhan Bobot Harian ............................................... 15 3.4.4 Koefisien Keragaman Panjang ................................................... 15 3.4.5 Efisiensi Pakan ........................................................................... 15 3.4.6 Efisiensi Usaha .......................................................................... 16 3.4.7 Analisa Data ................................................................................ 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ................................................................................................... 18 4.1.1 Kelangsungan Hidup .................................................................. 18 4.1.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak .................................................... 18
4.1.3 Laju Pertumbuhan Bobot Harian ............................................... 20
ii
4.1.4 Koefisien Keragaman Panjang ................................................... 21 4.1.5 Efisiensi Pakan ........................................................................... 21 4.1.6 Fisika-Kimia Air ......................................................................... 22 4.1.7 Keuntungan Usaha ..................................................................... 23
4.2 Pembahasan ........................................................................................ 23
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 29 5.2 Saran .................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 30 LAMPIRAN ................................................................................................... 32
iii
DAFTAR TABEL Halaman
1. Strain Ikan Gurami (Osphronemus goramy Lac.) .................................... 4 2. Fisika-kimia air dalam wadah pemeliharaan ikan gurami
(Osphronemus goramy Lac.) berbagai ukuran yang dipelihara dengan padat penebaran berbeda ........................................................................... 5
3. Kelangsungan hidup, pertumbuhan dan efisiensi pakan benih ikan
gurami (Osphronemus goramy Lac.) berbagai ukuran yang dipelihara dengan padat penebaran berbeda .............................................................. 9
4. Fisika-kimia air air benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.)
yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari ........................................................................................................ 22
5. Efisiensi usaha pembenihan ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.)
yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari ....................................................................................................... 23
iv
DAFTAR GAMBAR Halaman
1. Pertumbuhan panjang (cm) benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 6, 8, dan 10 ekor/l selama 39 hari ............................................................................................ 9
2. Kelangsungan hidup (%) benih ikan gurami (Osphronemus goramy
Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari............................................................................................. 18
3. Pertumbuhan panjang (cm) benih ikan gurami (Osphronemus goramy
Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari............................................................................................. 19
4. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) benih ikan gurami (Osphronemus
goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari. ................................................................................ 19
5. Pertumbuhan bobot (g) benih ikan gurami (Osphronemus goramy
Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari ............................................................................................ 20
6. Laju pertumbuhan bobot harian (%/hari) benih ikan gurami
(Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari........................................................... 20
7. Koefisien keragaman panjang (%) benih ikan gurami (Osphronemus
goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari. ................................................................................ 21
8. Efisiensi pakan (%) benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.)
yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari ......................................................................................................... 22
9. Kelangsungan hidup (%) benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari............................................................................................. 24
v
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
1. Komponen sistem pemeliharaan yang digunakan dalam percobaan .......... 32 2. Parameter yang diamati selama pemeliharaan benih ikan gurami
(Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari........................................................... 33
3. Analisis statistik parameter kelangsungan hidup (%) benih ikan gurami
(Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari........................................................... 35
4. Analisis statistik data parameter panjang (cm) benih ikan gurami
(Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari........................................................... 36
5. Analisis statistik parameter bobot (g) benih ikan gurami (Osphronemus
goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari ................................................................................. 37
6. Analisis statistik koefisien keragaman (%) benih ikan gurami
(Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari................................................................. 38
7. Analisis statistik data parameter efisiensi pakan (%) benih ikan gurami
(Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari................................................................. 39
8. Parameter yang diamati selama pemeliharaan benih ikan gurami
(Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari........................................................... 40
9. Parameter kualitas air media pemeliharaan benih ikan gurami
(Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari........................................................... 41
10. Analisis usaha pembenihan gurami (Osphronemus goramy Lac.)
yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari. ......................................................................................... 42
11. Analisis usaha pembenihan gurami (Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari. ......................................................................................... 43
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan Gurami (Osphronemus goramy) merupakan salah satu ikan air tawar
yang memiliki rasa daging yang lezat, harga jual yang relatif tinggi dan stabil dan
permintaan yang cukup tinggi. Ikan gurami menjadi salah satu ikan yang bernilai
ekonomi penting. Menurut Agromedia (2007), harga ikan ini ukuran konsumsi
(sekitar 500 g/ekor) berkisar antara Rp 20.000-25.000/kg, jauh lebih mahal
dibandingkan komoditas ikan air tawar lainnya seperti ikan nila (Rp 7.000/kg),
ikan mas (Rp 7.000/kg), ikan patin (Rp 7.500/kg) dan ikan lele (Rp 7.000/kg).
Terdapat tiga kegiatan utama dalam produksi ikan gurami, yaitu
pembenihan, pendederan dan pembesaran. Pendederan merupakan suatu kegiatan
pemeliharaan ikan untuk menghasilkan benih yang siap ditebarkan di unit
produksi pembesaran atau benih yang siap jual (Effendi, 2004). Benih merupakan
sarana produksi utama dalam budidaya ikan. Benih dalam jumlah yang cukup dan
berkualitas baik akan menentukan keberhasilan usaha budidaya. Salah satu
masalah yang dihadapi dalam memproduksi benih ikan gurami adalah
pertumbuhannya yang sangat lambat sehingga produksi ikan gurami per satuan
waktu relatif rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu dilakukan usaha
pendederan yang produktif dalam menghasilkan benih yang berkualitas baik.
Sampai saat ini, pendederan ikan gurami masih dilakukan secara
tradisional dan tidak terkontrol sehingga produksi yang dilakukan belum optimal.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi benih ikan gurami di pendederan
adalah dengan meningkatkan padat penebaran. Menurut Hepher dan Pruginin
(1981), peningkatan padat penebaran akan diikuti dengan penurunan pertumbuhan
(critical standing crop) dan pada padat penebaran tertentu pertumbuhan akan
berhenti (carrying capacity). Untuk mencegah terjadinya hal tersebut,
peningkatan padat penebaran haruslah sesuai dengan daya dukung (carrying
capacity).
Peningkatan padat penebaran akan mengganggu proses fisiologi dan
tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan
kondisi kesehatan dan fisiologis ikan. Akibat lanjut dari proses tersebut adalah
2
penurunan pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup
mengalami penurunan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi carrying capacity antara lain adalah
kualitas air, pakan, dan ukuran ikan. Pada keadaan lingkungan yang baik dan
pakan yang mencukupi, peningkatan padat penebaran akan disertai dengan
peningkatan hasil (produksi). Informasi tentang hubungan padat tebar ikan gurami
dari produksi yang dihasilkan masih sangat terbatas. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian untuk menentukan padat tebar optimal ikan gurami yang dapat
menghasilkan produksi yang maksimal.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh padat penebaran 10,
15 dan 20 ekor/l terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan
gurami Osphronemus goramy Lac. yang dipelihara di akuarium.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Gurami (Osphronemus goramy Lac.)
Ikan gurami termasuk ke dalam filum Chordata, kelas Pisces, ordo
Labyrinthici, subordo Anabantoidei, famili Anabantidae, genus Osphronemus dan
spesies Osphronemus goramy Lac. (Saanin, 1984). Ikan gurami memiliki bentuk
fisik yang khas, badannya pipih, agak panjang dan lebar serta tertutup sisik yang
kuat dengan tepi agak kasar, mulutnya kecil dengan ujung dapat disembulkan.
Gurami termasuk golongan ikan Labirintichi karena memiliki labirin berupa
selaput tambahan berbentuk tonjolan pada tepi atas lapisan insang pertama,
sehingga dapat mengambil oksigen langsung dari udara. Adanya alat tersebut
menyebabkan gurami dapat hidup di air tenang dengan oksigen terlarut yang
rendah (Keppler et al., 1989).
Penyebaran ikan ini meliputi Indonesia, Thailand, Malaysia, Kamboja,
Vietnam, India, Pakistan, Srilangka, Filipina dan sekitar Indo Pasifik. Di
Indonesia, Osphronemus goramy Lac. disebut juga gurameh, kalau, kalui, kala,
atau kalowo. Khusus di Jawa, budidaya ikan gurami telah dikembangkan dan telah
diekspor ke beberapa negara seperti India, Filipina dan Srilangka. Ikan gurami
tahan terhadap kandungan oksigen rendah, karena mempunyai alat pernapasan
tambahan, labirinth. Di daerah tropik, ikan gurami dapat dibudidayakan hingga
ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Pertumbuhan terbaik diperoleh pada
suhu air antara 24-280C, sedangkan suhu air 150C akan membatasi pertumbuhan
dan reproduksinya (Anonimous, 1995).
Menurut Bardach et al. (1972) benih ikan gurami ukuran 3 cm memakan
Azolla pinata sebagai makanan primer. Daun yang bisa menjadi makan gurami
adalah daun sente (Alocasia macrorrhiza).
Usaha budidaya gurami terdiri dari pembenihan, pendederan dan
pembesaran. Usaha pembenihan meliputi kegiatan pemeliharaan induk,
pemijahan, penetasan telur, dan perawatan larva hingga ukuran 0,5-1 cm.
Kegiatan pendederan meliputi pemeliharaan benih 0,5-1 cm hingga ukuran 15 cm.
Sedangkan kegiatan pembesaran merupakan lanjutan dari pendederan. Benih dari
pendederan akan dibesarkan hingga mencapai ukuran konsumsi dengan bobot
4
rata-rata 500 g/ekor. Namun, penentuan nukuran panen pembesaran gurami juga
disesuaikan dengan permintaan konsumen karena ada juga konsumen yang
meminta ikan gurami berukuran di atas 1 kg/ekor (Agromedia, 2007) .
Secara umum, terdapat beberapa strain ikan gurami seperti terlihat pada
Tabel 1 berikut (Agromedia, 2007) :
Tabel 1. Strain ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.)
Stain Gurami Karakteristik Produksi Telur
Gurami Jepun Ukuran tubuh lebih kecil, panjang 40-45 cm dengan bobot 3,5-4 kg, warna tubuh hitam dengan sisik kecil-kecil
2.000-3.000 butir/periode bertelur
Gurami Soang Panjang tubuh mencapai 65 cm dengan bobot 8 kg, pertumbuhan relatif lebih cepat, warna tubuh putih keperakan dengan kombinasi hitam dan merah
3.000-5.000 butir/periode bertelur
Gurami Bastar Sisik besar, warna tubuh agak kehitaman dengan kepala putih, pertumbuhan tergolong cepat
2.000-3.000 butir/periode bertelur
Gurami Bluesafir Warna tubuh merah muda cerah, berat maksimum hanya 2 kg/ekor
6.000 butir/periode bertelur
Gurami Paris Warna tubuh merah muda cerah, terdapat bintik hitam di sekujur tubuhnya, bobot maksimum hanya 1,5 kg/ekor
5.000 butir/periode bertelur
Gurami Porselen Warna tubuh merah muda cerah dengan bagian bawah tubuh putih, ukuran kepala relatif kecil
10.000 butir/periode bertelur
Gurami Kapas Warna tubuh putih keperakan seperti kapas, sisiknya kasar dan besar, bobotnya hanya mencapai 1,5 kg/ekor
3.000 butir/periode bertelur
Gurami Batu Warna tubuh hitam merata dan sisiknya kasar, pertumbuhannya tergolong lambat
2.000-3.000 butir/periode bertelur
2.2 Pengaruh Padat Penebaran Ikan terhadap Fisika Kimia Air
Padat penebaran ikan adalah jumlah ikan yang ditebar persatuan luas atau
volume kolam atau wadah pemeliharaan (Hepher dan Pruginin, 1981). Pada
kondisi padat penebaran ikan makin tinggi, oksigen terlarut makin berkurang
5
(Stickney, 1979; Sarah, 2002), begitu pula dengan ketersediaan pakan sedangkan
akumulasi bahan buangan metabolik ikan akan makin tinggi. Jika faktor-faktor
tersebut dapat dikendalikan, maka peningkatan padat penebaran dapat dilakukan
tanpa menurunkan laju pertumbuhan ikan (Hepher dan Pruginin, 1981). Pada
Tabel 2 ditunjukkan pengaruh padat penebaran terhadap fisika kimia air.
Tabel 2. Kualitas air media pemeliharaan ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.) pada berbagai ukuran yang dipelihara dengan padat penebaran berbeda dalam akuarium.
Padat Ukuran DO Suhu NH3 Tebar (ekor/l) (mg) (mg/l)
pH (°C) (mg/l)
Sumber
2,5 13 3,14-7,78 6,52-7,08 30-34,3 TD-0,005 5 13 2,19-6,73 6,61-6,93 30,2-33,2 TD-0,005
7,5 13 2,10-6,60 6,53-6,94 30-33 TD-0,005 10 13 1,52-6,51 6,21-6,90 30-33,6 TD-0,005
Sarah (2002)
6 100 3,02-5,04 7,22-7,60 28-29 0,01-0,16 8 100 2,15-4,67 7,19-7,57 28-29 0,02-0,19
10 100 1,21-5,19 7,12-7,51 28-29 0,01-0,17
Bugri (2006)
Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa meningkatnya kebutuhan oksigen
seiring dengan peningkatan padat penebaran dan ukuran ikan, akibatnya jumlah
kelarutan oksigen dalam media pemeliharaan semakin berkurang karena oksigen
dimanfaatkan ikan untuk respirasi dan juga untuk metabolisme. Pada Tabel 2,
dapat dilihat bahwa terjadi penurunan konsentrasi oksigen terlarut akibat dari
peningkatan padat penebaran. Menurut Stickney (1979), suplai oksigen di wadah
produksi akuakultur sebaiknya berbanding lurus dengan padat penebaran ikan dan
jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan. Oksigen yang semakin berkurang dapat
ditingkatkan dengan pergantian air dan aerasi (Goddard, 1996).
Ikan memerlukan oksigen terlarut yang cukup bagi kehidupannya.
Kandungan oksigen yang rendah menyebabkan nafsu makan menurun, yang
selanjutnya akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan. Kisaran nilai
optimum oksigen terlarut bagi pertumbuhan ikan menurut Boyd (1982) adalah di
atas 5 ppm. Meskipun demikian kandungan oksigen terlarut 4,21-5,43 ppm masih
dapat memberikan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang baik bagi benih
ikan gurame dengan bobot individu sekitar 10 mg atau berumur 10 hari (Affiati
dan Lim, 1986).
6
Nilai pH optimum untuk menumbuhkan bakteri Nitrosomonas dan
Nitrobacter yang digunakan dalam proses nitrifikasi berkisar antara 6-9
(Timmons dan Losordo, 1994). Tinggi rendahnya pH dalam suatu perairan
dipengaruhi oleh jumlah kotoran dalam lingkungan perairan, khususnya sisa
pakan dan hasil metabolisme. Semakin tinggi padat penebaran dalam wadah
budidaya, bahan organik dan sisa metabolisme juga semakin tinggi. Pada Tabel 2,
dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai pH dengan peningkatan padat tebar
(Bugri, 2006). Menurut Anonimous (1995) pH yang baik untuk pertumbuhan
gurami adalah 6,2-7,8. Alkalinitas berperan sebagai kapasitas penyangga (buffer
capacity) terhadap perubahan pH perairan. Benih ikan gurami dapat hidup
dengan baik pada perairan yang beralkalinitas 14-100 mg/l.
Laju oksidasi, laju oksidasi nitrit dan laju nitrifikasi juga meningkat
dengan meningkatnya padat penebaran yang secara tidak langsung berkaitan
dengan meningkatnya buangan metabolit dan sisa pakan di dalam sistem
budidaya. Dekomposisi metabolit dan sisa pakan yang meningkat akan
meningkatkan konsentrasi amoniak di dalam sistem, sehingga mendorong
meningkatnya laju oksidasi amoniak, laju oksidasi nitrit dan laju nitrifikasi.
Kandungan amonia antara 0,0-0,12 ppm masih menghasilkan pertumbuhan dan
kelangsungan hidup yang baik bagi benih ikan gurame (Affiati dan Lim, 1986).
Suhu air berpengaruh terhadap daya toksik bahan-bahan pencemar,
kecepatan metabolisme hewan air dan kelarutan O2 dalam air. Dari Tabel 2 di atas
dapat dilihat bahwa benih ikan gurami ukuran 100 mg dapat dipelihara pada suhu
28-340C. Menurut Anonimous (1995), benih ikan gurami dapat hidup dengan baik
pada suhu air 26,5-32,30C.
2.3 Pengaruh Padat Penebaran Ikan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan
Padat penebaran ikan adalah jumlah ikan per satuan volume air. Padat
penebaran erat sekali hubungannya dengan produksi dan pertumbuhan ikan
(Hickling, 1971). Padat penebaran ikan yang terlalu tinggi dapat menurunkan
mutu air, pertumbuhan ikan yang lambat, tingkat kelangsungan hidup ikan yang
rendah serta tingkat keragaman ukuran ikan yang tinggi. Padat penebaran yang
7
rendah dalam kegiatan budidaya dapat mengakibatkan produksi rendah
(Slembrouck et al., 2005).
Menurut Effendie (1997), pertumbuhan adalah pertambahan ukuran
panjang atau berat dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi
adalah pertambahan jumlah. Pertumbuhan merupakan proses biologi yang
kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Pertumbuhan ikan
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi sifat genetik dan
kondisi fisiologis ikan, serta faktor eksternal yang berhubungan dengan pakan dan
lingkungan. Faktor-faktor eksternal tersebut diantaranya adalah komposisi kimia
air dan tanah, suhu air, bahan buangan metabolit, ketersediaan oksigen dan
ketersediaan pakan. Jumlah ikan yang ditebar juga bergantung pada produktivitas
kolam. Peningkatan hasil melalui peningkatan padat penebaran hanya dapat
dilakukan dengan pengelolaan pakan dan lingkungan (Hepher dan Pruginin,
1981).
Tingkat kelangsungan hidup ikan adalah nilai persentase jumlah yang
hidup selama masa pemeliharaan tertentu. Padat penebaran ikan yang tinggi dapat
mempengaruhi lingkungan budidaya dan interaksi ikan. Penyakit dan kekurangan
oksigen akan mengurangi jumlah ikan secara drastis, terutama ikan yang
berukuran kecil (Hepher dan Pruginin, 1981). Tingkat kelangsungan hidup ikan
akan menentukan produksi yang akan diperoleh.
Hepher dan Pruginin (1981) menyatakan bahwa hasil panen persatuan luas
(yield) merupakan fungsi dari laju pertumbuhan ikan dan tingkat padat penebaran
ikan. Peningkatan padat tebar dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan ikan,
tetapi selama penurunannya tidak terlalu besar dibandingkan peningkatan padat
tebar maka produksi akan tetap meningkat. Ketika penurunan pertumbuhan yang
terjadi semakin besar maka penurunan produksi akan terjadi hingga mencapai
tingkat pertumbuhan nol. Ini berarti bahwa hasil ikan yang ditebar telah mencapai
nilai carrying capacity atau daya dukung maksimum wadah budidaya.
Peningkatan padat penebaran ikan tanpa disertai dengan peningkatan
jumlah pakan yang diberikan dan kualitas air terkontrol akan menyebabkan
penurunan pertumbuhan ikan (critical standing crop) dan jika telah sampai pada
8
batas tertentu (carrying capacity) maka pertumbuhannya akan berhenti sama
sekali (Hepher dan Pruginin, 1981).
Wedemeyer (1996) menyatakan bahwa peningkatan padat penebaran akan
mengganggu proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang
pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis sehingga
pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup mengalami
penurunan. Respon stres terjadi dalam tiga tahap yaitu tanda adanya stres,
bertahan, dan kelelahan. Ketika ada stres dari luar ikan mulai mengeluarkan
energinya untuk bertahan dari stres. Selama proses bertahan ini pertumbuhan
menurun. Stres meningkat cepat ketika batas daya tahan ikan telah tercapai atau
terlewati. Dampak stres ini mengakibatkan daya tahan tubuh ikan menurun dan
selanjutnya terjadi kematian. Gejala ikan sebelum mati yaitu warna tubuh
menghitam, gerakan tidak berorientasi, dan mengeluarkan lendir pada permukaan
kulitnya.
Faktor yang mempengaruhi stres adalah kondisi kualitas air, khususnya
oksigen dan amoniak. Kandungan oksigen yang rendah dapat menurunkan tingkat
konsumsi pakan ikan (nafsu makan), karena oksigen sangat dibutuhkan untuk
respirasi, proses metabolisme di dalam tubuh, aktivitas pergerakan dan aktivitas
pengelolaan makanan. Menurunnya nafsu makan ikan dapat menyebabkan
penurunan pertumbuhan. Selain itu, konsentrasi amoniak hasil metabolisme yang
meningkat pada media pemeliharaan juga dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan karena menurunkan konsumsi oksigen akibat kerusakan pada
insang, penggunaan energi yang lebih akibat stres yang ditimbulkan, dan
mengganggu proses pengikatan oksigen dalam darah (Boyd, 1990) yang pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Bardach et al. (1972) menambahkan bahwa padat penebaran juga akan
mempengaruhi keagresifan ikan. Ikan yang dipelihara dalam padat penebaran
yang rendah lebih agresif dibanding yang dipelihara dalam padat penebaran lebih
tinggi. Ikan yang dipelihara dalam padat penebaran yang tinggi akan lambat
pertumbuhannya karena tingginya tingkat kompetisi dan banyaknya sisa-sisa
metabolisme yang tertimbun di dalam air.
9
Tabel 2 menunjukkan pengaruh padat penebaran terhadap kelangsungan
hidup, pertumbuhan dan efisiensi pakan benih ikan gurami yang dipelihara pada
padat penebaran dan ukuran berbeda.
Tabel 3. Kelangsungan hidup, pertumbuhan dan efisiensi pakan benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.) pada berbagai ukuran yang dipelihara dengan padat penebaran berbeda dalam akuarium.
Padat Ukuran SR Pertumbuhan Efisiensi Tebar (ekor/l) (mg) (%) (g/hari) Pakan (%)
Sumber
2,5 13 93,5 0,0081 12,51 5 13 95,5 0,0075 10,59
7,5 13 94,3 0,0049 8,76 10 13 94,4 0,0038 9,77
Sarah (2002)
6 100 99,52 0,079 27,03 8 100 99,29 0,068 27,49
10 100 90,14 0,065 26,52
Bugri (2006)
0 1 2 3 4 5 6 7
1 4 11 18 25 32 39
Hari ke-
Padat penebaran 6 ekor/l Padat penebaran 8 ekor/l Padat penebaran 10 ekor/l
Panj
ang
(cm
)
Gambar 1. Pertumbuhan panjang (cm) benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 6, 8, dan 10 ekor/l selama 39 hari (Bugri, 2006)
Dari Tabel 3 dan Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa panjang benih ikan
gurami yang dipelihara meningkat dengan bertambahnya waktu. Namun, terjadi
penurunan pertumbuhan seiring dengan peningkatan padat penebaran. Selain itu,
berbedanya efisiensi pakan diduga bahwa ruang gerak yang semakin sempit
memberikan stressor pada padat penebaran tinggi, sehingga energi yang
dihasilkan dari metabolisme untuk pertumbuhan sebagian digunakan terlebih
dahulu untuk bertahan dari stres (Sarah, 2002; Bugri, 2006).
10
2.4 Produksi
Memproduksi ikan berarti mempertahankan ikan agar tetap hidup, tumbuh
dan berkembang biak dalam waktu sesingkat mungkin hingga mencapai ukuran
pasar dan bisa dijual (Effendi, 2004). Produksi akan mencapai nilai maksimal
bilamana ikan dapat dipelihara dalam padat penebaran tinggi yang diikuti dengan
pertumbuhan yang tinggi.
Hepher dan Pruginin (1981) menyatakan bahwa hasil panen persatuan luas
(yield) merupakan fungsi dari laju pertumbuhan ikan dan tingkat padat penebaran
ikan. Peningkatan padat tebar dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan ikan,
tetapi selama penurunannya tidak terlalu besar dibandingkan peningkatan padat
tebar maka produksi akan tetap meningkat. Ketika penurunan pertumbuhan yang
terjadi semakin besar maka penurunan produksi akan terjadi hingga mencapai
tingkat pertumbuhan nol. Ini berarti bahwa hasil ikan yang ditebar telah mencapai
nilai carrying capacity atau daya dukung maksimum wadah budidaya.
11
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2007 sampai dengan
Oktober 2007 bertempat di Laboratorium Sistem dan Teknologi Budidaya,
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Wadah
Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan benih ikan gurami adalah
akuarium berukuran 60 cm x 29 cm x 33 cm sebanyak 9 unit yang diisi air
masing-masing sebanyak 35 l (ketinggian air 20,1 cm). Setiap akuarium dicuci
bersih kemudian diisi air serta ditempatkan termostat yang diatur pada suhu 28-
290C dan dua titik aerasi untuk suplai oksigen.
3.2.2 Ikan Uji
Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan gurami jenis
gurami bastar berumur 35 hari yang berasal dari Desa Cibatok, Kecamatan
Leuwiliang, Bogor. Bobot rata-rata ikan uji 0,23±0,01 gram dan panjang rata-rata
2,05±0,02 cm.
3.2.3 Pakan
Selama penelitian, ikan diberi pakan berupa cacing sutera memiliki ciri-
ciri berupa bentuk seperti rambut, warna merah serta menggerombol jika disentuh.
Cacing tersebut berasal dari alam yang dibeli dari penjual cacing di Desa
Cibeureum, Kecamatan Dramaga, Bogor.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 3 perlakuan, yaitu padat tebar 10, 15 dan 20 ekor/l dan masing-
12
masing 3 kali ulangan. Model yang digunakan sesuai dengan Steel and Torrie
(1991), yaitu :
ijiijY ετμ ++=
Keterangan : Yij = Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ = Nilai tengah dari pengamatan
τ = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i
εij = Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j
3.3.2 Pelaksanaan Penelitian
3.3.2.1 Persiapan Wadah
Tahap persiapan wadah meliputi pencucian akuarium, pengeringan
akuarium, dan pengisisan air. Setiap akuarium dicuci bersih kemudian
dikeringkan dan diisi air serta ditempatkan termostat yang diatur pada 28-290C
dan dua titik aerasi untuk suplai oksigen.
3.3.2.2 Penebaran Benih
Benih ikan yang akan ditebar berukuran panjang 2 cm (kuku) kemudian
dipelihara dalam akuarium dengan padat tebar 10, 15 dan 20 ekor/l. Padat
penebaran merupakan perlakuan dari penelitian ini dan diulang tiga kali.
Penebaran benih dilakukan ketika suhu air di dalam akuarium stabil pada
28-290C yakni setelah didiamkan 2-3 hari untuk menstabilkan kondisi air agar
sesuai dengan media pemeliharaan sebelumnya sehingga benih yang ditebar lebih
mudah beradaptasi. Sebelum ditebar dilakukan pengambilan contoh bobot dan
panjang sebanyak 30 ekor/akuarium untuk mengetahui ukuran awal penebaran.
Sesuai dengan rancangan percobaan, jumlah benih yang ditebar pada wadah
pemeliharaan adalah untuk perlakuan 10 ekor/l sebanyak 350 ekor/akuarium,
perlakuan 15 ekor/l sebanyak 525 ekor/akuarium, dan perlakuan 20 ekor/l
sebanyak 700 ekor/akuarium.
3.3.2.3 Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan berupa cacing sutera yang dibersihkan terlebih
dahulu dan diletakkan pada wadah dengan air mengalir. Pakan diberikan 2 kali
13
sehari yaitu pagi dan sore hari secara at satiation (sekenyangnya). Sebelum
diberikan pakan direndam dalam larutan kalium permanganat untuk mencegah
penyebaran penyakit maupun bakteri dari asal habitat cacing tersebut. Setelah itu,
pakan ditimbang dan setelah 1 jam pemberian, pakan yang tersisa ditimbang
kembali.
3.3.2.4 Pengelolaan Kualitas Air
Setiap hari dilakukan penyifonan kotoran dasar akuarium dan pergantian
air 75%, yaitu 50 % pagi dan 25 % sore dari total volume air pemeliharaan.
Kegiatan tersebut dilakukan sebelum pemberian pakan. Air yang digunakan untuk
pergantian air adalah air yang telah diendapkan dan diaerasi pada tandon. Pada
tandon, digunakan juga termostat sehingga suhu air pada tandon sama dengan
suhu air pada akuarium pemeliharaan. Kotoran pada dasar akuarium dibersihkan
dengan cara disedot menggunakan selang berdiameter 5/8” yang ujungnya
dipasang saringan agar ikan tidak tersedot. Setelah itu dilakukan pembuangan air
dengan selang berukuran 3/4” yang ujungnya dipasang saringan juga sampai
volume yang diinginkan kemudian dilakukan pengisian air yang berasal dari
tandon dengan menggunakan pompa secara perlahan. Untuk mengetahui
parameter kualitas air dilakukan pengukuran seminggu sekali, yang meliputi
parameter suhu, kandungan oksigen terlarut (DO), pH, amoniak, nitrit, dan
alkalinitas.
3.4 Parameter Penelitian
Dalam penelitian ini diamati parameter biologi ikan yang meliputi bobot,
panjang, dan jumlah ikan. Pengamatan dilakukan melalui pengambilan contoh
ikan sebanyak 30 ekor/akuarium dari populasi setiap 7 hari sekali. Kegiatan ini
dilakukan sebelum pemberian pakan pada pagi hari (pukul 07.00). Ikan diambil
dengan menggunakan saringan ikan secara perlahan kemudian ditempatkan pada
baskom yeng telah diisi air. Ikan contoh ditimbang dengan menggunakan
timbangan digital secara basah yaitu dengan menggunakan gelas plastik yang diisi
air hingga 1/4 volume gelas kemudian ikan contoh ditimbang sebanyak 10 ekor
dalam setiap penimbangan. Setelah itu panjang tubuh ikan diukur dengan
menggunakan jangka sorong satu per satu.
14
Setiap hari, dilakukan pengamatan jumlah ikan yang mati sehingga jumlah
ikan yang hidup dapat diketahui. Dari data yang telah dikumpulkan tersebut
kemudian digunakan untuk menghitung parameter kerja yang meliputi derajat
kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan bobot
harian, koefisien keragaman panjang,efisiensi pakan, serta efisiensi usaha.
3.4.1 Derajat Kelangsungan Hidup
Derajat kelangsungan hidup (SR) adalah perbandingan jumlah ikan yang
hidup hingga akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan.
Pada penelitian ini, data SR dihomogenkan agar seragam dengan cara
mentransformasi data dalam bentuk (0sin-1). Untuk menghitung kelangsungan
hidup (SR) digunakan rumus dari Goddard (1996) :
%1000
xNN
SR t⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛=
Keterangan : = Survival Rate/Kelangsungan hidup SR
= Jumlah benih di akhir pemeliharaan (ekor) tN
= Jumlah benih di awal pemeliharaan (ekor) 0N
3.4.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak adalah gambaran perubahan panjang rata-
rata individu pada tiap perlakuan dari awal hingga akhir pemeliharaan.
Pertumbuhan panjang mutlak (cm) ditentukan berdasarkan selisih panjang akhir
( ) dengan panjang awal ( ) pemeliharaan dengan rumus dari Effendi (1979) : tL
_
0L
0
__
LLtPm −=
Keterangan : mP = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
= Panjang rata-rata akhir (cm) tL
_
= Panjang rata-rata awal (cm) 0L
15
3.4.3 Laju Pertumbuhan Bobot Harian
Laju pertumbuhan bobot (%) ditentukan berdasarkan selisih bobot rata-
rata akhir ( tϖ ) dengan bobot rata-rata awal ( oϖ ) pemeliharaan dan dibandingkan
dengan waktu pemeliharaan dengan rumus dari Huisman (1987) :
α = %1001 ×⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡−t
ot
ϖϖ
Keterangan : α = Laju pertumbuhan individu (%)
tϖ = Bobot rata-rata akhir percobaan (gram)
oϖ = Bobot rata-rata awal percobaan (gram)
t = Waktu pemeliharaan (hari)
3.4.4 Koefisien Keragaman Panjang
Variasi ukuran dalam penelitian ini berupa variasi panjang ikan, yang
dinyatakan dalam koefisien keragaman. Keragaman nilai ini merupakan
persentase dari simpangan baku panjang ikan contoh terhadap nilai tengahnya
dengan rumus menurut Steel dan Torrie (1991) :
=kk ( ) %100/ ×γS
Keterangan : kk = Koefisien keragaman panjang
S = Akar ragam contoh
γ = Rata-rata contoh
3.4.5 Efisiensi Pakan
Efisiensi pakan ditentukan berdasarkan selisih biomassa ikan pada akhir
pemeliharaan ( ) dan biomassa ikan yang mati ( ) selama pemeliharaan
dengan biomassa awal ( ) dan dibandingkan dengan jumlah pakan ( ) yang
telah dimakan sampai akhir pemiharaan. Jumlah pakan yang dimakan dihitung
berdasarkan selisih bobot pakan sebelum diberikan dengan bobot sisa pakan pada
media pemeliharaan setelah 1 jam pemberian pakan. Untuk menghitung efisiensi
pakan digunakan rumus menurut Zonneveld et al., (1991) :
tW dW
0W F
16
( )%1000 x
FWWW
EP dt⎥⎦⎤
⎢⎣⎡ −+
=
Keterangan : EP = Efisiensi pakan (%)
= Biomassa akhir (gram) tW
= Biomassa total ikan mati (gram) dW
= Biomassa total awal (gram) 0W
F = Jumlah total pakan selama pemeliharaan (gram)
3.4.6 Keuntungan Usaha
Keuntungan usaha dihitung berdasarkan selisih antara pendapatan yang
diperoleh dengan biaya usaha yang dikeluarkan pada setiap padat penebaran benih
ikan gurami yang digunakan. Padat penebaran yang paling optimal diperoleh
berdasarkan kepada keuntungan yang paling tinggi. Penerimaan bergantung
kepada jumlah ikan yang dijual dan harga. Harga ikan ditentukan oleh ukuran dan
mutu atau varietas. Penerimaan dapat dihitung dengan rumus :
P = N x H
Keterangan : P = Penerimaan
N = Jumlah ikan yang dijual
H = Harga
Biaya adalah total biaya yang dikeluarkan baik dari persiapan alat dan
bahan hingga pemanenan. Biaya dihitung dengan menjumlah seluruh biaya yang
dikeluarkan selama pemeliharaan. Keuntungan diperoleh berdasarkan selisih
pendapatan dengan biaya. Keuntungan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
U = P – B
Keterangan : U = Keuntungan
P = Penerimmaan
B = Biaya
17
3.4.7 Analisis Data
Data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis
menggunakan program Excel Ms. Office 2003 dan SPSS 11.5, yaitu meliputi :
1. Analisis ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95%, yang
digunakan untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh terhadap derajat
kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang
mutlak, efisiensi pakan, dan koefisien keragaman panjang. Apabila perlakuan
diputuskan berbeda nyata (F-hitung > F-tabel) maka untuk melihat perbedaan
antar perlakuan akan diuji lanjut dengan menggunakan uji Tukey pada selang
kepercayaan 95%.
2. Analisis deskripsi, digunakan untuk menjelaskan parameter kerja dan
kelayakan media pemeliharaan bagi kehidupan benih ikan bawal selama
penelitian, yang disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Kelangsungan Hidup
Derajat kelangsungan hidup benih ikan gurami selama 35 hari
pemeliharaan pada masing-masing perlakuan berkisar antara 84,10 hingga 96,10%
(Gambar 2). Dari hasil analisis ragam didapat hasil bahwa terdapat perbedaan
yang nyata antar perlakuan padat tebar dalam memberikan pengaruh yang nyata
terhadap derajat kelangsungan hidup (p<0,05) (Lampiran 3). Setelah diuji lanjut,
nilai kelangsungan hidup pada padat penebaran 10 ekor/l lebih tinggi daripada
padat penebaran 20 ekor/l (p<0,05), sedangkan pada padat penebaran 15 ekor/l
tidak berbeda dengan padat penebaran 10 ekor/l dan 20 ekor/l (p<0,05) (Gambar
2, Lampiran 3). Derajat kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan
padat tebar 10 ekor/l dan terendah pada perlakuan 20 ekor/l.
Keterangan : Huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan nyata pada selang
kepercayaan 95% Gambar 2. Kelangsungan hidup (%) benih ikan gurami (Osphronemus goramy
Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari.
4.1.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak
Panjang rata-rata benih ikan gurami pada akhir masa pemeliharaan
berkisar antara 4,03 cm hingga 5,01 cm (Gambar 3). Hasil análisis ragam untuk
pertumbuhan panjang mutlak menunjukkan bahwa padat penebaran berpengaruh
19
nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan panjang mutlak (Lampiran 4). Setelah diuji
lanjut diperoleh hasil bahwa pertumbuhan panjang mutlak berbeda nyata antar
semua perlakuan. Susunan dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut
adalah pada perlakuan padat tebar 10 ekor/l (2,89±0,08 cm), 15 ekor/l (2,33±0,02
cm) dan 20 ekor/l (2,01±0,04 cm) (Gambar 4, Lampiran 4).
Gambar 3. Pertumbuhan panjang (cm) benih ikan gurami (Osphronemus goramy
Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari.
Keterangan : Huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan nyata pada selang
kepercayaan 95% Gambar 4. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) benih ikan gurami (Osphronemus
goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari.
20
4.1.3 Laju Pertumbuhan Bobot Harian
Bobot rata-rata benih ikan gurami pada akhir masa pemeliharaan berkisar
antara 1,14 hingga 2,24 gram (Gambar 5). Hasil análisis ragam untuk laju
pertumbuhan bobot harian menunjukkan bahwa padat penebaran berpengaruh
nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan bobot harian (Lampiran 5). Setelah
diuji lanjut, diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan laju pertumbuhan bobot
yang nyata terhadap semua perlakuan (p<0,05) (Gambar 6, Lampiran 5). Laju
pertumbuhan bobot harian tertinggi dicapai pada perlakuan 10 ekor/l dan terendah
pada perlakuan padat penebaran 20 ekor/l.
Gambar 5. Pertumbuhan bobot (g) benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.)
yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari.
Keterangan : Huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan nyata pada selang
kepercayaan 95% Gambar 6. Histogram laju pertumbuhan bobot harian (%/hari) benih ikan gurami
(Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari.
21
4.1.4 Koefisien Keragaman Panjang
Nilai koefisien keragaman panjang benih ikan gurami pada akhir masa
pemeliharaan berkisar antara 4,91 hingga 7,12% (Lampiran 6). Namun
berdasarkan hasil análisis ragam diperoleh bahwa padat penebaran tidak
mempengaruhi nilai koefisien keragaman panjang (p<0,05) (Gambar 7, Lampiran
6).
Keterangan : Huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan nyata pada selang
kepercayaan 95% Gambar 7. Histogram koefisien keragaman panjang (%) benih ikan gurami
(Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari.
4.1.5 Efisiensi Pakan
Efisiensi pakan benih ikan gurami pada akhir masa pemeliharaan berkisar
antara 22,18% hingga 59,13%. Hasil análisis ragam untuk efisiensi pakan
menunjukkan bahwa padat penebaran berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
efisiensi pakan (Lampiran 5). Setelah diuji lanjut diperoleh hasil bahwa terdapat
perbedaan efisiensi pemberian pakan antar semua perlakuan (p<0,05) (Gambar 8,
Lampiran 7). Efisiensi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan padat tebar 10
ekor/l dan terendah pada perlakuan 20 ekor/l.
22
Keterangan : Huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan nyata
Gambar 8. Histogram efisiensi pakan benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari.
4.1.6 Fisika-Kimia Air
Nilai fisika-kimia air pada tiap perlakuan selama percobaan berlangsung
tercantum dalam Tabel 4 :
Tabel 4. Kisaran kualitas air benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.) di tandon dan wadah pemeliharaan dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari
Asal Sampel Parameter Satuan
Tandon 10 ekor/L 15 ekor/L 20 ekor/L
pH 7.48‐7.71 7.01‐7.73 6.59‐7.77 7.10‐7.77 DO mg/L 5.8‐6.98 2.88‐7.73 3.24‐7.17 2.17‐6.79
NH3 mg/L 0.0002‐0.004 0.001‐0.075 0.001‐0.095 0.002‐0.094
NO2 mg/L 0.013‐0.412 0.276‐5.516 1.657‐6.234 0.076‐4.544 Alkalinitas mg/L 31.84‐47.8 23.88‐95.52 31.84‐71.6 43.78‐119.4
Suhu oC 28‐30 28‐29 28‐29 28‐29
Dari Tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa meningkatnya kebutuhan
oksigen seiring dengan bertambahnya padat penebaran, akibatnya oksigen yang
terlarut dalam wadah pemeliharaan semakin berkurang karena oksigen digunakan
untuk respirasi dan metabolisme. Selain itu, konsentrasi amoniak juga meningkat
seiring dengan bertambahnya padat penebaran karena semakin tinggi biomassa
ikan maka akan semakin banyak amoniak yang diekskresikan. Secara umum, nilai
fisika-kimia air pada wadah pemeliharaan (Tabel 4) masih berada dalam kisaran
yang dapat menunjang pertumbuhan benih ikan gurami.
23
4.1.7 Keuntungan Usaha
Keuntungan usaha pembenihan ikan gurami pada masing-masing
perlakuan selama percobaan berlangsung tercantum pada Tabel 5 di bawah ini :
Tabel 5. Keuntungan usaha usaha pembenihan ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari
Padat Tebar (ekor/l) 10 15 20
Ulangan Ulangan Ulangan Keterangan
1 2 3 1 2 3 1 2 3 Total modal
(Rp) 129057 136057 132557 164307 174807 171307 212257 208757 198257
Produksi (ekor) 331 344 334 456 479 469 599 618 549
3-4 cm 0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
140 (23%)
103 (17%)
165 (30%)
4-5 cm 210 (63%)
183 (53%)
178 (53%)
456 (100%)
456 (100%)
456 (100%)
459 (77%)
515 (83%)
384 (70%)
5-6 cm 121 (37%)
161 (47%)
156 (47%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
Pendapatan (Rp)
322100 341800 331800 410400 410400 410400 511100 535600 461100
Keuntungan (Rp)
193043 205743 199243 246093 235593 239093 298843 326843 262843
Tabel 5 menjelaskan aspek usaha dari kegiatan pendederan selama
percobaan dimulai dari total modal, hasil produksi, pendapatan dan keuntungan
usaha. Dapat dilihat bahwa produksi tertinggi terdapat pada padat penebaran 20
ekor/l yaitu sebanyak 515 ekor dengan ukuran 4-5 cm/ekor. Setelah dianalisa,
keuntungan usaha terbesar juga terdapat pada padat penebaran 20 ekor/l.
4.2 Pembahasan
Selama 35 hari masa pemeliharaan, terjadi kematian pada setiap perlakuan.
Hal ini disebabkan karena ruang gerak yang semakin sempit dan persaingan pakan
yang semakin besar dengan meningkatnya padat penebaran sehingga ikan
mengalami stres. Dampak dari stres ini antara lain daya tahan tubuh ikan menurun
yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Selain itu, peningkatan padat
tebar juga diikuti dengan peningkatan biomassa ikan yang selanjutnya akan
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air dengan meningkatnya padat
penebaran ikan. Peningkatan biomassa berdampak pada peningkatan konsumsi
24
oksigen ikan dan berakibat konsentrasi oksigen terlarut pada media pemeliharaan
mengalami penurunan dan selanjutnya akan mempengaruhi kelangsungan hidup
benih ikan gurami.
Gambar 9. Kelangsungan hidup (%) benih ikan gurami (Osphronemus goramy
Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari.
Kematian dalam jumlah besar pada padat tebar 20 ekor/l terjadi pada
minggu ke-5 pada masa pemeliharaan (Gambar 9). Hal ini diduga karena pada
waktu tersebut terjadi penurunan konsentrasi oksigen hingga 2,17 mg/l (Lampiran
9). Nilai tersebut berada di bawah kisaran optimum bagi benih ikan gurami yaitu
4,21-5,43 mg/L (Affiati dan Lim, 1986) sehingga ikan mengalami stres dan
berakibat kepada kematian. Ikan yang mati ditandai dengan permukaan kulit
berlendir dan warna menghitam. Selain itu, umumnya ikan yang mati memiliki
ukuran lebih kecil daripada ukuran dalam populasinya. Hal tersebut menunjukkan
bahwa terjadinya persaingan ruang gerak, kompetisi pakan dan kompetisi oksigen
sehingga ikan berukuran kecil kalah bersaing dengan ikan yang lebih besar dan
berakibat lanjut ikan mengalami stress yang dapat menyebabkan kematian.
Budidaya ikan gurami di kalangan petani sampai saat ini belum intensif.
Sebagai contoh, umumnya petani menggunakan padat penebaran 100 ekor/m2
(0,5 ekor/l) dengan menggunakan kolam tanah sebagai wadah budidaya. Derajat
kelangsungan hidup yang diperoleh dengan sistem pemeliharaan ini berada di
bawah 60%. Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan peningkatan padat
penebaran hingga 20 ekor/l dengan media menggunakan akuarium sebagai wadah
25
budidaya diperoleh derajat kelangsungan hidup sebesar 84,10%. Perbedaan
derajat kelangsungan hidup tersebut diakibatkan karena sistem budidaya yang
digunakan petani tidak terkontrol sehingga kualitas air, penyebaran hama dan
penyakit kurang terkendali. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa percobaan ini
memberikan hasil yang lebih optimal sehingga sistem pemeliharaan ini dapat
dikembangkan dengan baik di masyarakat.
Penurunan pertumbuhan panjang mutlak serta laju pertumbuhan bobot
harian terjadi diduga karena ruang gerak ikan yang semakin sempit dengan
meningkatnya padat penebaran sehingga mempengaruhi kompetisi pakan dan
kondisi fisiologis ikan. Kompetisi pakan mengakibatkan peluang ikan
memperoleh makanan secara merata menjadi lebih kecil. Peningkatan padat tebar
juga akan memberikan peningkatan stres pada ikan sehingga akan mengganggu
kondisi fisiologis ikan. Akibat lanjut dari proses tersebut adalah penurunan nafsu
makan ikan yang berdampak pada penurunan pemanfaatan makanan dan
pertumbuhan. Wedemeyer (1996) menyatakan bahwa peningkatan padat
penebaran akan mengganggu proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap
ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan
fisiologis ikan. Akibat lanjut dari proses tersebut adalah penurunan pemanfaatan
makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup mengalami penurunan. Apabila
dibandingkan dengan hasil kelangsungan hidup, padat penebaran 15 ekor/l tidak
berbeda dengan padat penebaran 10 dan 20 ekor/l, sedangkan pada hasil
pertumbuhan panjang mutlak dan laju pertumbuhan bobot harian menunjukkan
adanya perbedaan yang nyata antar semua perlakuan. Peningkatan biomassa ikan
akan menyebabkan peningkatan persaingan dalam pemanfaatan makanan dan
penurunan kualitas air terutama penurunan konsentrasi oksigen. Hal tersebut
berakibat pada terganggunya sistem metabolisme tubuh yang pada akhirnya dapat
menyebabkan pertumbuhan menurun.
Efisiensi pakan benih ikan gurami mengalami penurunan dengan
meningkatnya padat penebaran. Hasil análisis ragam menunjukkan bahwa padat
penebaran memberikan pengaruh nyata terhadap efisiensi pakan. Efisiensi pakan
tertinggi terdapat pada perlakuan padat tebar 10 ekor/l yaitu sebesar 59,13% dan
terendah pada perlakuan 20 ekor/l sebesar 22,18%. Berbedanya nilai efisiensi
26
pakan tersebut diduga karena faktor ruang gerak yang semakin sempit
menyebabkan peningkatan stres pada ikan akibat dari kompetisi ikan dalam
mencari makan. Akibat lanjut dari peningkatan stres tersebut yaitu energi yang
didapat dari pakan cenderung digunakan untuk bertahan dari stres sehingga
efisiensi pakan yang selanjutnya dimanfaatkan untuk tumbuh menjadi tidak
optimum.
Faktor lain yang menyebabkan menurunnya efisiensi pakan ikan yaitu
menurunnya kualitas air terutama kelarutan oksigen (Tabel 4, Lampiran 9). Faktor
yang mempengaruhi stres adalah kondisi kualitas air, khususnya oksigen dan
amoniak. Kandungan oksigen yang rendah dapat menurunkan tingkat konsumsi
pakan ikan (nafsu makan), karena oksigen sangat dibutuhkan untuk respirasi,
proses metabolisme di dalam tubuh, aktivitas pergerakan dan aktivitas
pengelolaan makanan. Menurunnya nafsu makan ikan juga dapat menyebabkan
penurunan pertumbuhan. Selain itu, konsentrasi amoniak hasil metabolisme yang
meningkat pada media pemeliharaan juga dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan karena menurunkan konsumsi oksigen akibat kerusakan pada
insang, penggunaan energi yang lebih akibat stres yang ditimbulkan, serta
mengganggu proses pengikatan oksigen dalam darah (Boyd, 1990) yang pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Koefisien keragaman panjang menunjukkan seberapa besar variasi ukuran
panjang ikan dalam pemeliharaan. Pada pengamatan ini, perbedaan padat tebar
tidak memberikan pengaruh terhadap koefisien keragaman panjang (Lampiran 7).
Semakin besar nilai koefisien keragaman panjang maka dalam populasi tersebut
ukuran antar individu akan semakin beragam. Nilai koefisien keragaman dalam
percobaan ini masih di bawah 20%, sehingga masih dapat dianggap seragam.
Keragaman ukuran ikan dalam suatu populasi sangat penting, karena apabila
terjadi keragaman yang tinggi maka ikan yang berukuran lebih besar akan lebih
mudah memperoleh pakan sedangkan ikan yang lebih kecil akan kalah bersaing
dalam memperoleh pakan. Sebagai produk, keragaman dapat mempengaruhi
harga jual ikan karena ikan yang memiliki ukuran yang seragam harganya akan
lebih tinggi daripada ikan yang ukurannya tidak seragam.
27
Dalam budidaya ikan, kualitas air merupakan salah satu faktor yang
penting untuk menentukan keberhasilan suatu usaha budidaya. Berdasarkan
percobaan yang dilakukan, secara umum kondisi kualitas air menurun dengan
bertambahnya waktu pemeliharaan ikan. Namun, pada umumnya nilai tersebut
masih berada dalam ambang batas kelayakan bagi kehidupan ikan.
Kandungan oksigen terlarut pada media pemeliharaan benih ikan gurami
tergolong baik hingga hari ke-21 yaitu ≥ 5 mg/l. Pada hari ke-28 sampai hari ke-
35 terjadi penurunan kandungan oksigen terlarut yang cukup drastis, namun masih
berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi benih ikan gurami kecuali pada padat
penebaran 20 ekor/l penurunan kandungan oksigen mencapai 2,17 mg/l (Tabel 4).
Meningkatnya padat penebaran ikan seiring dengan peningkatan konsumsi
oksigen menyebabkan kelarutan oksigen dalam media pemeliharaan mengalami
penurunan. Oksigen digunakan untuk respirasi dan metabolisme. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Stickney (1979) bahwa pada kondisi padat penebaran
ikan makin tinggi, oksigen terlarut semakin berkurang.
Selain kelarutan oksigen, suhu juga menjadi faktor penting bagi suatu
usaha budidaya, karena metabolisme biota akuatik bergantung kepada suhu
lingkungannya. Kisaran suhu selama pemeliharaan pada percobaan ini berkisar
antara 28-300C. Kisaran tersebut masih optimal bagi benih ikan gurami untuk
tumbuh. Menurut Anonimous (1995), benih ikan gurami dapat hidup dengan baik
pada suhu air 26,5-32,30C. Kisaran suhu yang stabil akan membuat benih ikan
gurami tidak mengalami gangguan fisiologi sehingga pemanfaatan energi untuk
metabolisme dan pertumbuhan menjadi optimal.
Secara umum nilai pH berada pada kisaran 6,6-7,7. Nilai alkalinitas media
pemeliharaan benih ikan gurami berada pada kisaran 23,88-119,4 mg/l. Menurut
Anonimous (1995) pH yang baik untuk pertumbuhan gurami adalah 6,2-7,8.
Alkalinitas berperan sebagai penyangga (buffer) terhadap perubahan pH perairan.
Benih ikan gurami dapat hidup dengan baik pada perairan yang beralkalinitas 14-
100 mg/l.
Padat penebaran berpengaruh terhadap laju oksidasi amoniak, laju oksidasi
nitrit dan laju nitrifikasi. Dekomposisi metabolit dan sisa pakan yang meningkat
akan meningkatkan konsentrasi amoniak di dalam sistem, sehingga mendorong
28
meningkatnya laju oksidasi amoniak, laju oksidasi nitrit dan laju nitrifikasi.
Kandungan amoniak yang diperoleh berkisar antara 0,0002-0,095 mg/l. Nilai ini
masih berada dalam kondisi yang memungkinkan benih ikan dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Affiati dan Lim
(1986) bahwa kandungan amonia antara 0,0-0,12 ppm masih menghasilkan
pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang baik bagi benih ikan gurami.
Ukuran ikan di akhir pemeliharaan pada percobaan ini berkisar antara
4,06-4,94 cm. Harga benih ikan gurami pada ukuran ini di pasaran berkisar antara
Rp.700-Rp.1.100. Dari analisis usaha, diperoleh hasil bahwa keuntungan yang
diperoleh pada perlakuan padat tebar 20 ekor/l sebesar Rp. 888.529, perlakuan
padat tebar 15 ekor/l sebesar Rp. 720.779, dan perlakuan padat tebar 10 ekor/l
sebesar Rp. 598.029 (Tabel 5, Lampiran 10). Dengan demikian, perlakuan padat
tebar 20 ekor/l menghasilkan efisiensi usaha yang paling tinggi di antara
perlakuan lainnya.
29
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan disimpulkan bahwa padat
penebaran mempengaruhi kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang mutlak, laju
pertumbuhan bobot harian, dan efisiensi pakan, namun tidak mempengaruhi nilai
koefisien keragaman benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.). Pada
perlakuan 10, 15 dan 20 ekor/l diperoleh derajat kelangsungan hidup berturut-
turut sebesar 96,10% , 89,14 %, 84,10%; pertumbuhan panjang mutlak sebesar
2,89 cm, 2,33 cm, 2,01 cm; laju pertumbuhan bobot harian sebesar 6,70%, 5,72%,
4,93%; nilai koefisien keragaman panjang sebesar 7,12%, 6,64%, 4,91%; serta
efisiensi pakan 59,13%, 39,10%, 22,18%. Padat tebar 20 ekor/l menghasilkan
efisiensi usaha yang paling tinggi di antara perlakuan lainnya.
Peningkatan padat penebaran mengakibatkan terjadinya penurunan
kualitas air, terutama kelarutan oksigen. Namun pada percobaan ini secara umum
kualitas air yang diperoleh masih berada dalam kisaran optimum bagi
pertumbuhan dan perkembangan benih ikan gurami.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini, untuk tujuan produksi pada pembenihan ikan
gurami disarankan menerapkan padat tebar 20 ekor/l. Untuk penelitian
selanjutnya, disarankan untuk dilakukan percobaan peningkatan padat tebar lebih
dari 20 ekor/l yang disertai dengan peningkatan pengelolaan kualitas air.
30
DAFTAR PUSTAKA
Affiati NA, Lim. 1986. Pengaruh saat awal pemberian pakan alami terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan gurami Osphronemus goramy. Bull. Penel. Perik. Darat. 5(1) : hlm 66-69.
Agromedia. 2007. Panduan Lengkap Budidaya Gurami. Agromedia Pustaka,
Jakarta. Hlm 7. Anonimous. 1995. Pengenalan Jenis-jenis Ikan Perairan Umum Jambi : Bagian I
Ikan-ikan Sungai Utama Batang Hari-Jambi. Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat I Jambi. hlm 56.
Bardach JE, Ryther JH, McLarney WO. 1972. Aquaculture : The Farming and
Husbandry of Fresh Water and Marine Organism. John Wiley and Sons. New York. hlm 868.
Boyd CE. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Sci.
Publ. Comp, Amsterdam, Oxford, New York. hlm 313. Boyd CE. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Auburn University.
Alabama. hlm 482. Bugri. 2006. Pengaruh padat penebaran terhadap kelangsungan hidup dan
pertumbuhan benih ikan gurami Osphronemus goramy Lac. ukuran 2 cm. [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Institut Pertanian Bogor. hlm 17.
Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. hlm
112. Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya, Jakarta. hlm 188. Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. Chapman and
Hall. New York. hlm 194. Hepher B, Pruginin Y. 1981. Commercial Fish Farming with Special Reference to
Fish Culture in Israel. John Willey and Sons, New York. hlm 261. Hickling CF. 1971. Fish Culture. Faber and Faber, London. hlm 348. Huisman EA. 1987. The Principles of Fish Culture Production. Department of
Aquaculture, Wageningen University, The Netheland. hlm 100.
31
Keppler R, Geisler R, Patanakamjorn S, Narksook PE, Pooltanakit S, Tangam V, Bittner A. 1989. Approaches to the Productive Breeding of the South East Asian Labyrinth Fish (Osphronemus goramy). Part 1 : Mating, Nest Building, Productivity. Animal Research and Development. Institute for Scientific Co-orporation Hubingen, 31 : hlm 8-12.
Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta. Bandung.
hlm 256. Sarah S. 2002. Pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup benih ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.). [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Institut Pertanian Bogor. hlm 39.
Slembrouck J, Komarudin O, Maskur, Legendre M. 2005. Petunjuk Teknis
Pembenihan Ikan Patin Indonesia, Pangasius djambal. IRD-PRPB, Jakarta. hlm 143.
Steel GD, Torrie JH, 1981. Prinsip-prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. hlm 747. Stikcney RR. 1979. Principal of Warmwater Aquacultur. John Wiley and Sons.
Inc. A wiley-Interscience Publication. New York. UAS. hlm 375. Timmons MB, Losordo TM. 1994. Aquaculture Water Reuse System :
Engineering Design and Management. Elsevier Science B. V, Amsterdam. The Netherlands. hlm 327.
Wedemeyer GA. 1996. Physiology of Fish in Intensive Culture Systems.
Northwest Biological Science Center National Biological Service U. S Departement of the Interior. Chapman ang Hall. hlm 232.
Zonneveld NEA, Huisman EA, Boon JH. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan.
Gramedia. Jakarta, hlm 318.
0
Lampiran 1. Komponen sistem pemeliharaan yang digunakan dalam percobaan Keterangan : A1 : Perlakuan padat tebar 10 ekor/l ulangan 1 A2 : Perlakuan padat tebar 10 ekor/l ulangan 2 A3 : Perlakuan padat tebar 10 ekor/l ulangan 3 B1 : Perlakuan padat tebar 15 ekor/l ulangan 1 B2 : Perlakuan padat tebar 15 ekor/l ulangan 2 B3 : Perlakuan padat tebar 15 ekor/l ulangan 3 C1 : Perlakuan padat tebar 20 ekor/l ulangan 1 C2 : Perlakuan padat tebar 20 ekor/l ulangan 2 C3 : Perlakuan padat tebar 20 ekor/l ulangan 3 D : Hi-Blow E : Pipa Saluran aerasi F : Selang Aerasi
B2 C1 A1 A3 C3 B3 C2 A2 B1
D E F
32
33
Lampiran 2. Parameter yang diamati selama pemeliharaan benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac) yang dipelihara dengan padat penebaran 10,
15 dan 20 ekor/l selama 35 hari
Minggu Padat Ula- Bobot Panjang Jumlah Pakan Ikan Mati Bobot Ikan Pertumbuhan Bbm SR FCR EP FR FI ke- Tebar ngan rataan (g) rataan (cm) Harian (g) Total (g) (ekor) Mati (g/ekor) cm g/hari % (g) (%) (%) (%) (g/e)
1 0,23 2,02 - - - - - - - 78,87 100 - - - - 2 0,23 2,06 - - - - - - - 81,55 100 - - - - 10 3 0,23 2,06 - - - - - - - 81,55 100 - - - - 1 0,22 2,07 - - - - - - - 113,23 100 - - - - 2 0,23 2,05 - - - - - - - 118,83 100 - - - - 15 3 0,23 2,06 - - - - - - - 119,70 100 - - - - 1 0,23 2,02 - - - - - - - 158,90 100 - - - - 2 0,22 2,06 - - - - - - - 152,37 100 - - - -
0
20 3 0,23 2,06 - - - - - - - 161,00 100 - - - - 1 0,36 2,48 31,2 303,5 - - 0,46 0,019 6,92 126,00 100 6,44 15,53 24,76 0,09 2 0,34 2,56 34,1 290,7 - - 0,50 0,015 5,55 119,00 100 7,76 12,88 28,66 0,10 10 3 0,34 2,55 32,6 293,7 - - 0,49 0,015 5,40 117,83 100 8,10 12,35 27,67 0,09 1 0,30 2,58 46,0 332,5 - - 0,51 0,012 4,83 189,00 100 4,39 22,79 24,34 0,09 2 0,29 2,48 36,3 334,8 - - 0,44 0,010 3,77 154,00 100 9,52 10,51 23,57 0,07 15 3 0,28 2,44 30,8 310,2 - - 0,38 0,007 2,80 145,25 100 12,14 8,24 21,20 0,06 1 0,26 2,45 40,6 417,3 - - 0,43 0,005 1,96 182,00 100 18,07 5,54 22,31 0,06 2 0,25 2,47 45,7 378,4 1 0,2 0,41 0,005 2,00 174,75 99,86 16,76 5,97 26,15 0,07
1
20 3 0,24 2,50 36,7 445,0 - - 0,44 0,001 0,61 168,00 100 63,58 1,57 21,85 0,05 1 0,49 3,01 48,8 595,0 2 0,5 0,99 0,019 5,65 169,36 99,43 6,54 15,29 28,81 0,14 2 0,53 3,09 43,5 572,0 - - 1,03 0,021 6,09 186,67 100 5,44 18,38 23,30 0,12 10 3 0,64 3,17 40,0 594,1 1 0,3 1,11 0,029 7,48 223,36 99,71 4,18 23,92 17,91 0,11 1 0,39 2,79 52,5 655,7 3 0,8 0,73 0,012 4,32 191,40 99,43 8,30 12,05 27,43 0,10 2 0,39 2,73 53,0 648,2 5 1,1 0,68 0,012 3,96 270,40 99,05 4,25 23,55 19,60 0,10 15 3 0,39 2,77 50,7 610,2 7 1,6 0,70 0,012 3,91 257,85 98,67 4,37 22,90 19,66 0,10 1 0,39 2,78 72,8 867,5 10 2,5 0,76 0,011 3,88 266,80 98,57 7,86 12,73 27,29 0,11 2 0,33 2,64 55,3 741,5 12 2,7 0,58 0,008 3,09 229,00 98,14 9,35 10,70 24,15 0,08
2
20 3 0,36 2,69 77,2 924,8 7 1,6 0,62 0,010 3,32 251,79 99,00 10,01 9,99 30,66 0,11
33
34
Minggu Padat Ula- Bobot Panjang Jumlah Pakan Ikan Mati Bobot Ikan Pertumbuhan Bbm SR FCR EP FR FI ke- Tebar ngan rataan (g) rataan (cm) Harian (g) Total (g) (ekor) Mati (g/ekor) cm g/hari % (g) (%) (%) (%) (g/e)
1 0,87 3,47 72,6 1110,1 - - 1,44 0,031 6,644 542,88 99,43 2,39 41,80 13,38 0,21 2 0,88 3,44 61,6 1016,0 - - 1,37 0,031 6,533 501,67 100 2,42 41,35 12,27 0,18 10 3 0,86 3,43 62,0 1029,7 - - 1,37 0,030 6,42 493,25 99,71 2,50 39,98 12,56 0,18 1 0,52 3,04 78,1 1208,2 - - 0,97 0,014 4,28 361,93 99,43 4,86 20,59 21,59 0,15 2 0,59 3,17 72,4 1139,1 3 1 1,12 0,017 4,70 409,00 98,48 3,91 25,56 17,71 0,14 15 3 0,57 3,13 67,3 1092,0 13 4 1,07 0,016 4,43 381,56 96,19 4,11 24,35 17,64 0,13 1 0,52 2,99 94,2 1515,1 4 1,2 0,96 0,014 4,03 356,72 98,00 7,61 13,14 26,39 0,14 2 0,49 3,05 82,2 1318,9 1 0,3 1,00 0,013 3,94 336,14 98,00 7,17 13,96 24,45 0,12
3
20 3 0,53 3,12 91,1 1552,3 24 7,3 1,05 0,014 4,09 356,80 95,57 7,64 13,08 25,53 0,14 1 1,41 4,25 95,2 1740,0 2 1,1 2,22 0,042 6,77 927,28 98,86 2,05 48,82 10,27 0,28 2 1,40 4,33 90,2 1638,4 1 0,6 2,27 0,042 6,61 977,20 99,71 1,83 54,70 9,23 0,26 10 3 1,41 4,30 97,2 1659,4 8 4 2,24 0,042 6,64 893,42 97,43 2,03 49,17 10,88 0,29 1 0,99 3,82 97,3 1871,9 14 6,3 1,75 0,028 5,61 672,82 96,76 3,31 30,23 14,46 0,19 2 0,96 3,81 89,8 1699,1 16 7,7 1,76 0,026 5,31 643,51 95,43 3,19 31,33 13,95 0,18 15 3 0,90 3,79 88,4 1640,8 19 8,5 1,73 0,024 5,03 583,20 92,57 3,48 28,77 15,16 0,18 1 0,84 3,41 97,1 2230,0 35 16,2 1,39 0,022 4,78 546,84 93,00 5,52 18,12 17,76 0,15 2 0,81 3,34 97,6 2007,1 3 1,4 1,29 0,021 4,82 555,51 97,57 4,96 20,16 17,57 0,14
4
20 3 0,83 3,37 97,1 2268,0 22 9,4 1,31 0,022 4,71 539,17 92,43 5,85 17,09 18,01 0,15 1 2,24 4,82 89,6 2214,4 15 10 2,80 0,058 6,78 1242,35 94,57 1,89 52,99 7,21 0,27 2 2,23 4,99 95,6 2148,5 5 4,4 2,93 0,057 6,67 1405,81 98,29 1,62 61,84 6,80 0,28 10 3 2,23 5,01 92,7 2138,2 7 5,1 2,95 0,057 6,67 1413,93 95,43 1,60 62,55 6,56 0,28 1 1,61 4,41 99,4 2423,7 52 37,6 2,34 0,040 5,92 980,91 86,86 2,68 37,35 10,13 0,22 2 1,53 4,35 94,0 2208,3 22 14,1 2,31 0,037 5,62 979,29 91,24 2,53 39,60 9,60 0,20 15 3 1,55 4,40 97,7 2135,8 17 10,3 2,33 0,038 5,64 971,35 89,33 2,48 40,36 10,06 0,21 1 1,21 4,06 87,3 2802,9 52 29,4 2,03 0,028 4,89 722,79 85,57 4,72 21,17 12,08 0,15 2 1,30 4,08 96,4 2573,2 65 42,3 2,03 0,031 5,24 803,40 88,29 3,71 26,94 12,00 0,16
5
20 3 1,14 4,03 99,8 2850,6 98 62 1,97 0,026 4,67 624,03 78,43 5,43 18,42 15,99 0,18
34
35
Lampiran 3. Analisis statistik parameter kelangsungan hidup (%) benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari
Padat penebaran
(ekor/l) Ulangan Hari ke- 0 7 14 21 28 35
1 100 100 99,43 99,43 98,86 94,572 100 100 100 100 99,71 98,293 100 100 99,71 99,71 97,43 95,43
Rataan 100 100 99,71 99,71 98,67 96,1010
STDEV 0 0 0,29 0,29 1,15 1,941 100 100 99,43 99,43 96,76 86,862 100 100 99,05 98,48 95,43 91,243 100 100 98,67 96,19 92,57 89,33
Rataan 100 100 99,05 98,03 94,92 89,1415
STDEV 0 0 0,38 1,66 2,14 2,201 100 100 98,57 98,00 93,00 85,572 100 99,86 98,14 98,00 97,57 88,293 100 100 99,00 95,57 92,43 78,43
Rataan 100 99,95 98,57 97,19 94,33 84,1020
STDEV 0 0,08 0,43 1,40 2,82 5,09 Anova derajat kelangsungan hidup benih ikan gurami
Sumber keragaman
DB JK KT Fhitung P
Perlakuan 2 217,8177 108,9088444 9,457149 0,013967 Galat 6 69,0962 11,51603333 Total 8 286,9139
Uji lanjut Tukey untuk menentukan perbedaan kelangsungan hidup antar perlakuan terhadap kelangsungan hidup,
Beda Nilai Kesalahan P
Selang kepercayaan
95% (I) PERLAKUAN
(J) PERLAKUAN Tengah
(I-J) baku Batas bawah
Batas atas
10 ekor/l 15 ekor/l 6,953 2,771 0,101 -1,548 15,455 20 ekor/l 12,000* 2,771 0,012 3,498 20,502
15 ekor/l 20 ekor/l 5,047 2,771 0,241 -3,455 13,548* Nilai beda nyata (p<0,05)
36
Lampiran 4. Analisis statistik data parameter panjang (cm) benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari
Padat penebaran
Hari ke- Ulangan (ekor/l)
0 7 14 21 28 35 1 2,02 2,48 3,01 3,47 4,25 4,82 2 2,06 2,56 3,09 3,44 4,33 4,99
10 3 2,06 2,55 3,17 3,43 4,30 5,01 Rataan 2,05 2,53 3,09 3,45 4,29 4,94 STDEV 0,02 0,04 0,08 0,02 0,04 0,11
1 2,07 2,58 2,79 3,04 3,82 4,41 2 2,05 2,48 2,73 3,17 3,81 4,35
15 3 2,06 2,44 2,77 3,13 3,79 4,40 Rataan 2,06 2,50 2,76 3,11 3,80 4,38 STDEV 0,01 0,07 0,03 0,07 0,01 0,03
1 2,02 2,45 2,78 2,99 3,41 4,06 2 2,06 2,47 2,64 3,05 3,34 4,08
20 3 2,06 2,50 2,69 3,12 3,37 4,03 Rataan 2,05 2,47 2,70 3,05 3,37 4,06 STDEV 0,02 0,02 0,07 0,07 0,03 0,03
Anova pertumbuhan panjang mutlak benih ikan gurami
Sumber DB JK KT Fhitung P keragaman
Perlakuan 2 1,202 0,601 223,450 0,000 Galat 6 0,016 0,003 Total 8 1,218
Uji lanjut Tukey untuk menentukan perbedaan pertumbuhan panjang mutlak antar perlakuan terhadap pertumbuhan panjang mutlak,
Beda Nilai
Selang kepercayaan 95% Kesalahan P (I)
PERLAKUAN (J)
PERLAKUAN Tengah (I-J)
Batas bawah
Batas atas baku
10 ekor/l 15 ekor/l 0,567* 0,042 0,000 0,437 0,697 20 ekor/l 0,883* 0,042 0,000 0,753 1,013
15 ekor/l 20 ekor/l 0,317* 0,042 0,001 0,187 0,447 * Nilai beda nyata (p<0,05)
37
Lampiran 5. Analisis statistik parameter bobot (g) benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari
Padat penebaran
(ekor/l) Ulangan Hari ke- 0 7 14 21 28 35
1 0,23 0,36 0,49 0,87 1,41 2,24 2 0,23 0,34 0,53 0,88 1,40 2,23
10 3 0,23 0,34 0,64 0,86 1,41 2,23 Rataan 0,23 0,35 0,55 0,87 1,41 2,23 STDEV 0,00 0,01 0,08 0,01 0,01 0,01
1 0,22 0,30 0,39 0,52 0,99 1,61 2 0,23 0,29 0,39 0,59 0,96 1,53
15 3 0,23 0,28 0,39 0,57 0,90 1,55 Rataan 0,22 0,29 0,39 0,56 0,95 1,57 STDEV 0,01 0,01 0,00 0,04 0,05 0,04
1 0,23 0,26 0,39 0,52 0,84 1,21 2 0,22 0,25 0,33 0,49 0,81 1,30
20 3 0,23 0,24 0,36 0,53 0,83 1,14 Rataan 0,22 0,25 0,36 0,51 0,83 1,21 STDEV 0,01 0,01 0,03 0,02 0,01 0,08
Anova laju pertumbuhan bobot harian benih ikan gurami
DB JK KT Fhitung P Sumber keragaman
Perlakuan 2 4,734 2,367 61,862 0,000Galat 6 0,230 0,038 Total 8 4,964
Uji lanjut Tukey untuk menentukan perbedaan laju pertumbuhan bobot antar perlakuan terhadap laju pertumbuhan bobot,
Selang kepercayaan 95% (I)
PERLAKUAN (J)
PERLAKUANKesalahan P Beda Nilai
Tengah (I-J) baku
Batas bawah
Batas atas
*10 ekor/l 15 ekor/l 0,980 0,160 0,002 0,490 1,470 20 ekor/l *1,773 0,160 0,000 1,283 2,263
* 0,160 0,006 0,303 1,28315 ekor/l 20 ekor/l 0,793* Nilai beda nyata (p<0,05)
38
Lampiran 6. Analisis statistik koefisien keragaman (%) benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari
Koefisien Padat penebaran (ekor/L) Ulangan Keragaman 1 7,06 2 11,00
10 3 3,30 Rataan 7,12 STDEV 3,85
1 6,00 2 6,21
15 3 7,70 Rataan 6,64 STDEV 0,93
1 4,80 2 5,38
20 3 4,56 Rataan 4,91 STDEV 0,42
Anova koefisien keragaman panjang benih ikan gurami
Sumber DB JK KT Fhitung P keragaman Perlakuan 2 8,073 4,036 0,763 0,507
Galat 6 31,724 5,287 Total 8 39,797
39
Lampiran 7. Analisis statistik data parameter efisiensi pakan (%) benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari
Padat penebaran
Hari ke- Ulangan
(ekor/l) 0 7 14 21 28 35 1 0 15,53 15,29 41,80 48,82 52,99 2 0 12,88 18,38 41,35 54,70 61,84
10 3 0 12,35 23,92 39,98 49,17 62,55 Rataan 0 13,59 19,20 41,04 50,90 59,13 STDEV 0 1,70 4,37 0,95 3,30 5,33
1 0 22,79 12,05 20,59 30,23 37,35 2 0 10,51 23,55 25,56 31,33 39,60
15 3 0 8,24 22,90 24,35 28,77 40,36 Rataan 0 13,84 19,50 23,50 30,11 39,10 STDEV 0 7,83 6,46 2,60 1,29 1,56
1 0 5,54 12,73 13,14 18,12 21,17 2 0 5,97 10,70 13,96 20,16 26,94
20 3 0 1,57 9,99 13,08 17,09 18,42 Rataan 0 4,36 11,14 13,39 18,46 22,18 STDEV 0 2,42 1,42 0,49 1,56 4,35
Anova efisiensi pemberian pakan benih ikan gurami
Sumber DB JK KT Fhitung P keragaman Perlakuan 2 2052,748 1026,374 61,920 0,000
Galat 6 99,455 16,576 Total 8 2152,204
Uji lanjut Tukey untuk menentukan perbedaan efisiensi pemberian pakan antar perlakuan terhadap efisiensi pemberian pakan,
Selang kepercayaan 95%
Beda Nilai (I)
PERLAKUAN (J)
PERLAKUANKesalahan P
Tengah (I-J)
Batas bawah
Batas atas baku
*10 ekor/l 15 ekor/l 20,023 3,324 0,002 9,824 30,223 20 ekor/l *36,950 3,324 0,000 26,750 47,150
* 3,324 0,005 6,727 27,12615 ekor/l 20 ekor/l 16,927* Nilai beda nyata (p<0,05)
40
Lampiran 8. Parameter yang diamati selama pemeliharaan benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari.
Padat Penebaran (ekor/L) Parameter 10 15 20 Kelangsungan Hidup (%) 96,10±1,94a 89,14±2,20ab 84,10±5,09b
aLaju Pertumbuhan bobot harian (%) 6,70±0,07 5,72±0,17b 4,93±0,29c
Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm) 2,89±0,08a 2,33±0,02b 2,01±0,04c
Efisiensi Pakan (%) 59,13±5,33a 39,10±1,56b 22,18±4,35c
Koefisiensi Keragaman Panjang (%) 7,12±3,85a 6,64±0,93a 4,91±0,42a
41
Lampiran 9, Parameter kualitas air media pemeliharaan benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac,) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari,
Parameter Hari ke-
Asal Sampel Suhu
(Alkalinitas
(mg/L) DO
(mg/L) 0pH C) NH3 (mg/l) NO2 (mg/l) Tandon 7,71 47,78 6,98 0,001 0,412 28
10 ekor/L 7,73 23,88 7,73 0,001 4,39 28 0 15 ekor/L 7,77 31,84 7,17 0,001 4,024 28 20 ekor/L 7,77 43,78 6,79 0,002 0,171 28 Tandon 7,48 35,8 6,93 0,0002 0,016 28
10 ekor/L 7,01 43,8 4,54 0,002 0,276 29 7 15 ekor/L 7,02 55,7 4,22 0,004 0,315 28 20 ekor/L 7,11 43,8 4,35 0,014 0,242 28 Tandon 7,72 47,8 6,85 0,001 0,022 29
10 ekor/L 7,48 55,7 5,98 0,074 0,317 28 14 15 ekor/L 7,6 67,7 5,88 0,094 0,356 28 20 ekor/L 7,57 99,5 5,64 0,090 0,338 29 Tandon 7,52 39,8 6,41 0,002 0,013 30
10 ekor/L 7,42 79,6 5,21 0,075 3,216 28 21 15 ekor/L 7,56 71,6 5,02 0,095 1,924 28 20 ekor/L 7,51 79,6 4,94 0,094 0,076 28 Tandon 7,46 31,84 6,08 0,004 0,074 29
10 ekor/L 7,17 95,52 4,09 0,016 2,15 29 28 15 ekor/L 6,59 31,84 4,38 0,009 1,657 28 20 ekor/L 7,25 119,4 3,46 0,022 3,278 28 Tandon 7,57 35,82 5,8 0,002 0,113 28
10 ekor/L 7,13 79,6 3,06 0,027 5,516 28 35 15 ekor/L 6,98 35,82 3,68 0,027 6,234 29 20 ekor/L 7,1 87,56 2,17 0,024 4,544 28
29
Lampiran 10, Analisis usaha pembenihan gurami (Osphronemus goramy Lac,) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari,
Padat Tebar (ekor/l) pada ulangan ke‐ 10 15 20
Keterangan 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Benih 52500 52500 52500 78750 78750 78750 105000 105000 105000 Pakan Rp 3.500/takar 52500 59500 56000 59500 70000 66500 80500 77000 66500 Listrik dan Air 3157 3157 3157 3157 3157 3157 3157 3157 3157 Oksigen dan Plastik 2000 2000 2000 4000 4000 4000 4700 4700 4700 Akuarium 1400 1400 1400 1400 1400 1400 1400 1400 1400 Alat‐alat 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 Tenaga Kerja 15000 15000 15000 15000 15000 15000 15000 15000 15000 Total modal 129057 136057 132557 164307 174807 171307 212257 208757 198257 Produksi (ekor) 331 344 334 456 479 469 599 618 549
0 0 0 0 0 0 3‐4 cm* (0%) (0%) (0%) (0%) (0%) (0%) 140 (23%) 103 (17%) 165 (30%)
456 (100%)
456 (100%)
456 (100%) 4‐5 cm** 210 (63%) 183 (53%) 178 (53%) 459 (77%) 515 (83%) 384 (70%)
0 0 0 0 0 0 5‐6 cm*** 121 (37%) 161 (47%) 156 (47%) (0%) (0%) (0%) (0%) (0%) (0%)
Pendapatan 322100 341800 331800 410400 410400 410400 511100 535600 461100 Keuntungan 193043 205743 199243 246093 235593 239093 298843 326843 262843
Total Keuntungan 598029 720779 888529 Keterangan : * Silet mepet
** Silet
*** Korek
30
Lampiran 11, Analisis usaha pembenihan gurami (Osphronemus goramy Lac,) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/l selama 35 hari,
Padat Tebar (ekor/l) pada ulangan ke‐ 10 15 20
Keterangan 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Total modal 129057 136057 132557 164307 174807 171307 212257 208757 198257 Modal/ekor (Rp) 369 389 379 313 333 326 303 298 283 Pendapatan (Rp)
3‐4 cm 700 700 700 700 700 700 700 700 700 4‐5 cm 900 900 900 900 900 900 900 900 900 5‐6 cm 1100 1100 1100 1100 1100 1100 1100 1100 1100
Keuntungan/ekor (Rp) 3‐4 cm 331 311 321 387 367 374 397 402 417 4‐5 cm 531 511 521 587 567 574 597 602 617 5‐6 cm 731 711 721 787 767 774 797 802 817
Keterangan : * Silet mepet
** Silet
*** Korek