pengaruh orientasi dan material bangunan terhadap

78
PENGARUH ORIENTASI DAN MATERIAL BANGUNAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN MUSEUM PERKEBUNAN INDONESIA SKRIPSI OLEH RIZKI NAMIRA LUBIS (160406082) DEPARTEMEN STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH ORIENTASI DAN MATERIAL BANGUNAN

TERHADAP KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN

MUSEUM PERKEBUNAN INDONESIA

SKRIPSI

OLEH

RIZKI NAMIRA LUBIS (160406082)

DEPARTEMEN STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

Universitas Sumatera Utara

PENGARUH ORIENTASI DAN MATERIAL BANGUNAN

TERHADAP KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN

MUSEUM PERKEBUNAN INDONESIA

SKRIPSI

OLEH

RIZKI NAMIRA LUBIS (160406082)

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

Universitas Sumatera Utara

i

Universitas Sumatera Utara

PENGARUH ORIENTASI DAN MATERIAL BANGUNAN TERHADAP

KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN MUSEUM PERKEBUNAN

INDONESIA

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam

Departemen Arsitektur Pada Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara

OLEH :

RIZKI NAMIRA LUBIS

160406106

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

Universitas Sumatera Utara

ii

Universitas Sumatera Utara

PERNYATAAN

(PENGARUH ORIENTASI DAN MATERIAL BANGUNAN TERHADAP

KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN MUSEUM PERKEBUNAN

INDONESIA)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 18 Juni 2020

Rizki Namira Lubis

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

vi

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Kenyamanan termal merupakan hal yang harus diperhatikan dalam sebuah

bangunan agar terciptanya kenyamanan bagi penggunanya. Salah satu faktor yang

memengaruhi kondisi termal adalah orientasi bangunan terhadap matahari dan

material bangunan. Berdasarkan pada hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk

mengkaji pengaruh kenyamanan termal pada Bangunan Museum Perkebunan

Indonesia dengan mengukur suhu udara pada tiap ruang yang memiliki orientasi

yang berbeda-beda, serta membahas mengenai material yang digunakan pada

Bangunan Museum Perkebunan Indonesia. Pengukuran suhu udara dilakukan

selama 6 hari yang berbeda mulai dari pagi sampai sore hari. Hasil analisis

menunjukkan bahwa pengaruh orientasi memiliki pengaruh yang signifikan

dibandingkan dengan pengaruh material bangunan terhadap bangunan museum.

Dan dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa Bangunan Museum

Perkebunan Indonesia masuk ke dalam kategori tidak nyaman menurut Standar

Tata Cara Perencanaan Konservasi Energi Pada Bangunan

Kata Kunci : Orientasi dan Material Bangunan, Kenyamanan Termal,

Museum

Universitas Sumatera Utara

vii

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Thermal comfort is something that must be considered in a building in order to

create comfort for its users. One of the factors that influence the thermal conditions

of buildings against the sun and building materials. Based on this, this study aims

to examine the thermal relationship in Museum Perkebunan Indonesia Building by

measuring the temperature of air in each room that has different compatibility, as

well as discussing the materials used in Museum Perkebunan Indonesia Building.

Measuring the temperature of the air for 6 different days from morning to evening.

Material of analysis of buildings, buildings, and museum buildings. And from the

results of this analysis show that the Museum Perkebunan Indonesa Building falls

into the uncomfortable category according to the Standard Procedure for Planning

Energy Conservation in Buildings

Keywords: Orientation and Building Materials, soothing Thermal,

Museum

Universitas Sumatera Utara

viii

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul

“Pengaruh Orientasi dan Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal

Pada Bangunan Museum Perkebunan Indonesia”. Tulisan ini merupakan tulisan

individual yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di

Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dengan alur

riset. Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kata sempurna. Tetapi berkat

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan

proposal ini.

Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak terkait yang telah

membantu menyelesaikan proposal ini, terutama kepada:

1. Bapak Ir. Novrial M.Eng selaku Dosen Pembimbing Studi Perencanaan

Lingkungan Binaan II dan Skripsi T.A 2020/2021 yang telah banyak

memberikan arahan, bimbingan, saran, dukungan, serta meluangkan

waktunya dalam proses penulisan proposal skripsi ini.

2. Bapak Dr. Imam Faisal Pane ST, MT dan Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT selaku

dosen penguji

3. Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia M.Sc, IPM selaku Ketua Departemen Arsitektur

USU dan Ibu Beny O.Y. Marpaung, ST, MT, Ph.D selaku Sekretaris Departemen

Arsitektur USU.

4. Ir. M. Syahrial Lubis dan Dra. Niken Wulandari selaku orang tua yang memberikan

dukungan penuh untuk menyelesaikan studi dan proposal skripsi ini.

5. Fanny, Nisa, Dina, Alfi selaku sahabat selama 10 tahun

Universitas Sumatera Utara

ix

Universitas Sumatera Utara

6. Fahra, Cut, Akong, Beby, Pesal selaku teman kuliah yang sudah menyelesaikan

duluan

Universitas Sumatera Utara

x

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................... ..viii

Daftar Isi...........................................................................................................x

Daftar Tabel......................................................................................................xiii

Daftar Gambar...................................................................................................xiv

BAB I ..................................................................................................................

PENDAHULUAN ..............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................4

1.4 Batasan Penelitian..........................................................................5

1.5 Manfaat Penelitian.........................................................................5

1.6 Kerangka Berpikir..........................................................................6

1.7 Sistematika Penelitian....................................................................7

BAB II

Kajian Pustaka...................................................................................................8

2.1 Dinding...................................................................................8

2.2 Jendela....................................................................................9

2.3 Museum..................................................................................9

2.4 Kenyamanan Termal..............................................................10

2.4.1 Faktor Yang Memengaruhi Kenyamanan Termal.......10

2.4.2 Batas-Batas Kenyamanan Termal................................11

Universitas Sumatera Utara

xi

Universitas Sumatera Utara

2.5 Orientasi Bangunan...............................................................13

2.6 Material Bangunan................................................................14

BAB III

Metode Penelitian...............................................................................................18

3.1 Jenis Penelitian.......................................................................18

3.2 Objek Penelitian.....................................................................19

3.3 Variabel Penelitian.................................................................19

3.4 Metode Pengumpulan Data.....................................................20

3.4.1 Studi Literatur...............................................................22

3.4.2 Observasi.......................................................................22

3.4.3 Wawancara Dengan Narasumber................................. 22

3.5 Metode Analisa Data...............................................................22

BAB IV

Hasil Penelitian....................................................................................................24

4.1 Deskripsi Data..........................................................................25

4.1.1 Deskripsi Kawasan........................................................25

4.1.2 Deskripsi Bangunan.......................................................26

4.2 Hasil Penelitian........................................................................33

4.2.1 Orientasi..........................................................................33

4.2.2 Material Bangunan..........................................................41

4.2.3 Analisis Pengaruh Orientasi Dan Pengaruh Material

Terhadap Kenyamanan Termal.......................................45

BAB V

Kesimpulan dan Saran........................................................................................56

Universitas Sumatera Utara

xii

Universitas Sumatera Utara

5.1 Kesimpulan............................................................................56

5.2 Saran......................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................58

Universitas Sumatera Utara

xiii

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

Tabel 2.1 Perbandingan Faktor Penentu Suhu Nyaman.............................. 11

Tabel 2.2 Batas Kenyamanan Termal........................................................ 11

Tabel 2.3 Suhu Nyaman Menurut Tata Cara Perencanaan

Konservasi Energi.................................................................... 13

Tabel 2.4 Penggunaan Kaca, Warna Ketebalan, dan SC........................... 16

Tabel 2.5 Tabel Konduktivitas Termal, Density, Dan Kapasitas Kalor.... 17

Tabel 3.1 Variabel & Indikator Penelitian................................................. 20

Tabel 3.2 Keperluan Data dan Metode Penelitiannya................................ 22

Tabel 4.1 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 1.............................. 35

Tabel 4.2 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 2............................. 36

Tabel 4.3 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 3........................... 37

Tabel 4.4 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 4 ........................... 38

Tabel 4.5 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 5............................ 39

Tabel 4.6 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 6............................ 40

Tabel 4.7 Shading Coefficient Untuk Berbagai Jenis Material Kaca...... 42

Tabel 4.8 Penggunaan Kaca, Warna Ketebalan, dan SC.......................... 42

Tabel 4.9 Keadaan Cuaca Selama Masa Pengukuran................................. 45

Tabel 4.10 Pengaruh Material Terhadap Kenyamanan Termal.................. 55

Universitas Sumatera Utara

xiv

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

Gambar 2.1 Orientasi Bangunan Yang Menghadap Utara-Selatan................ 14

Gambar 2.2 Proses Konduksi Panas Melalui Kaca Jendela......................... 16

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian...................................................................... 25

Gambar 4.1 Peta Lokasi Medan Maimun................................................... 25

Gambar 4.2 Kawasan Lokasi Penelitian......................................................... 25

Gambar 4.3 Keadaan Kawasan Brigjend Katamso......................................... 26

Gambar 4.4 Museum Perkebunan Indonesia.................................................. 26

Gambar 4.5 Pusat Penelitian Kelapa Sawit.................................................... 26

Gambar 4.6 Lingkungan Sekitar Bangunan Museum Perkebunan................ 27

Gambar 4.7 Koleksi Kawasan Musperin....................................................... 28

Gambar 4.8 Koleksi Kereta Api Musperin.................................................... 28

Gambar 4.9 Bentuk Lama Kusen Jendela Musperin..................................... 29

Gambar 4.10 Bentuk Jendela Musperin Sekarang........................................ 29

Gambar 4.11 Atap Bangunan Musperin........................................................ 29

Gambar 4.12 Genteng Keramik.................................................................... 29

Gambar 4.13 Keadaan Dinding Musperin.................................................... 30

Gambar 4.14 Dinding Yang Mengelupas..................................................... 30

Gambar 4.15 Langit-langit Pada Lantai 1.................................................... 31

Gambar 4.16 Langit-langit Pada Lantai 2.................................................... 31

Gambar 4.17 Material pada Lantai 1............................................................ 31

Gambar 4.18 Material pada Lantai 2............................................................ 31

Gambar 4.19 Pohon Yang Berada di Lingkungan Musperin....................... 32

Universitas Sumatera Utara

xv

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.20 Orientasi Bangunan Musperin............................................... 33

Gambar 4.21 Orientasi Bangunan Terhadap Matahari................................ 34

Gambar 4.22 Proses Konduksi Panas Melalui Kaca..................................... 41

Gambar 4.23 Dinding Musperin................................................................... 44

Gambar 4.24 Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 1................................... 45

Gambar 4.25 Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 2................................... 47

Gambar 4.26 Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 3................................... 48

Gambar 4.27 Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 4................................... 49

Gambar 4.28 Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 5................................... 51

Gambar 4.29 Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 6................................... 52

Gambar 4.30 Lampu Sorot, Ac, dan Kipas Angin Pada

Bangunan Musperin................................................................ 52

Gambar 4.31 Ruangan Musperin dan Kategori Kenyamanannya................ 55

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia pernah dijajah oleh beberapa negara Eropa seperti Portugis,

Perancis, Spanyol, Inggris, dan Belanda. Dari kelima negara Eropa tersebut,

Belanda merupakan negara yang paling lama menjajah Indonesia. Menurut Resink

(2013), Belanda membutuhkan waktu sekitar 300 tahun lebih untuk menaklukkan

hampir seluruh wilayah Indonesia. Kedatangan Belanda ke Indonesia baru terjadi

pada tanggal 22 Juni 1596 yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman di Pelabuhan

Banten. Pada masa penjajahan, Indonesia mengalami pengaruh budaya barat dari

berbagai aspek kehidupan. Salah satunya adalah di dalam perencanaan permukiman

dan perkotaan serta bangunan-bangunan dengan konsep arsitektur tradisional

belanda yang diterapkan oleh arsitek dan pengelola kota yang berasal dari Belanda.

(Wardani, 2009). Perkembangan arsitektur kolonial Belanda di Indonesia berawal

dari abad ke 16 sampai tahun 1940-an (Handinoto, 1996). Sedangkan menurut

Soekiman (2011), arsitektur Belanda berkembang di Indonesia selama Indonesia

masih di bawah kekuasaan Belanda yaitu sekitar awal abad ke 17 sampai tahun

1942, dan menurutnya arsitektur kolonial belanda merupakan arsitektur cangkok

Eropa yang artinya adalah sebuah arsitektur dari Belanda yang dikembangkan di

Indonesia. Arsitektur kolonial sendiri memiliki pemikiran “dari rakyat untuk

rakyat”, yang artinya arsiteknya dilahirkan dari karya arsitek Belanda dan

diperuntukkan bagi bangsa Belanda yang tinggal di Indonesia pada masa sebelum

kemerdekaan Indonesia. Walaupun begitu, bangunan kolonial di Indonesia ramai

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

2

dikunjungi oleh masyarakat lokal karena bangunannya yang ikonik dan bersejarah.

Menurut Sumalyo (1995), bangunan kolonial di Indonesia adalah suatu fenomena

unik karena adanya percampuran budaya antara budaya penjajah dan budaya

Indonesia yang tidak akan didapatkan di tempat lain, termasuk negara yang

merupakan bekas jajahan. Selama masa penjajahan, bangunan kolonial banyak

dibangun dengan berbagai macam tipologi dan bentuk yang dikembangkan. Dan

dari situ, masyarakat Indonesia banyak yang mengadopsi dan menerapkan design

maupun detail-detail tertentu. Jenis bangunan arsitektur kolonial yang ada di

Indonesia adalah bangunan perkantoran, bangunan pusat pemerintahan, stasiun,

rumah sakit, rumah tinggal, museum, gereja, dan sebagainya. Bangunan kolonial

juga banyak tersebar di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera yang mana kedua pulau

tersebut merupakan daerah penting dari segi ekonomi selama masa penjajahan

Belanda di Indonesia. Salah satu kota yang memiliki banyak bangunan bersejarah

dan rumah tinggal bernuansa kolonial belanda adalah Kota Medan. Sebagai ibukota

dari provinsi Sumatera Utara, Kota Medan memiliki sejarah yang panjang terkait

penjajahan Belanda. Kota yang dibangun pada tahun 1590 Masehi oleh Guru

Patimpus ini dulunya merupakan pusat pemerintahan kolonial Belanda. Oleh sebab

itu, hal tersebut berpengaruh kepada perkembangan arsitektur kolonial yang cukup

pesat di Kota Medan dari masa sebelum kemerdekaan Indonesia sampai sesudah

kemerdekaan.

Menurut Safeyah (2006), arsitektur yang muncul pada awal masa setelah

kemerdekaan Indonesia banyak dipengaruhi oleh arsitektur kolonial Belanda, di

samping adanya pengaruh dorongan para arsitek Indonesia untuk terlihat berbeda

dari arsitektur kolonial yang sudah ada. Namun, tentunya terdapat beberapa aspek

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

3

yang menjadi perhatian para arsitek dalam membangun dan mengembangkan

konsep-konsep arsitektur kolonial baik di masa penjajahan Belanda maupun masa

pasca penjajahan Belanda di Indonesia. Aspek terpenting yaitu adalah kondisi iklim

dan cuaca di Indonesia yang sangat berbeda dengan Eropa (Belanda). Indonesia

hanya memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan sedangkan Eropa

memiliki 4 musim yaitu musim panas, musim salju, musim semi, dan musim gugur.

Maka dari itu, bangunan-bangunan kolonial di Indonesia dituntut untuk bisa

beradaptasi dengan kondisi iklim tropis Indonesia.

Arsitektur tropis sendiri menjadi pilihan untuk sebuah jawaban atas kondisi

lingkungan di Indonesia yang mencoba memecahkan permasalahan iklim tropis.

Arsitektur tropis berpedoman pada lingkungan sekitar dan memanfaatkan potensi

lingkungan yang ada, baik pemecahan masalah terhadap iklim dan segala hal yang

berhubungan dengan sekitarnya (Lippsmeier, 1997). Arsitektur tropis

mengutamakan bangunan agar menghasilkan perancangan pasif yaitu dengan cara

meminimalisir penggunaan energi pada bangunan. Rancangan pasif mengandalkan

kemampuan arsitek untuk mengantisipasi permasalahan iklim luar.

Pengaruh yang paling utama adalah dari kondisi suhu dan tingkat

kelembaban mengarah kepada kenyamanan thermal. Kenyamanan thermal

dibutuhkan agar penghuni atau pengguna bangunan dapat beraktivitas dengan baik.

Menurut Szokolay dalam Talarosha (2005), kenyamanan tergantung pada variabel

iklim yaitu matahari atau radiasi matahari, suhu udara, kelembaban udara, dan

kecepatan angin dan beberapa faktor subjektif seperti pakaian, aklimatisasi

(adaptasi makhluk hidup terhadap suatu lingkungan baru), usia dan jenis kelamin,

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

4

tingkat kegemukan, tingkat kesehatan, jenis makanan dan minuman yang

dikonsumsi, serta warna kulit.

Bangunan kolonial di Indonesia mungkin sudah dapat beradaptasi dengan

iklim tropis Indonesia sehingga bisa bertahan sampai sekarang, tapi hal tersebut

perlu dikaji lagi apakah bangunan kolonial belanda (Museum Perkebunan

Indonesia) sudah mencapai kenyamanan thermal yang ideal yang mana

kenyamanan thermal tersebut menjadi salah satu karakteristik yang ada pada

arsitektur tropis.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh

orientasi dan material selubung bangunan terhadap kenyamanan termal pada

museum perkebunan Indonesia (Musperin) serta menjadi tolak ukur pengetahuan

tentang arsitektur tropis dan kenyamanan termal yang mana sangat dibutuhkan

dalam merancang sebuah bangunan dengan keadaan iklim tropis Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka dapat disimpulkan bahwa

rumusan masalahnya yaitu :

1. Bagaimana pengaruh orientasi dan material bangunan terhadap kenyamanan

termal pada bangunan Museum Perkebunan Indonesia?

2. Apakah kenyamanan termal pada Museum Perkebunan Indonesia sudah

mencapai kenyamanan yang ideal?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

5

1. Untuk mengkaji bagaimana pengaruh orientasi dan material bangunan

terhadap bangunan Museum Perkebunan Indonesia

2. Untuk mengetahui apakah Museum Perkebunan Indonesia sudah mencapai

kenyamanan termal yang ideal

1.4 Batasan Masalah

Penelitian ini hanya membahas mengenai pengaruh orientasi dan material

bangunan terhadap kenyamanan termal yang berkaitan dengan suhu udara pada

Museum Perkebunan Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini baik bagi penulis dan pembaca adalah berupa ilmu untuk

mengetahui pengaruh orientasi dan material bangunan terhadap kenyamanan termal

pada bangunan Museum Perkebunan Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

6

1.6 Kerangka Berfikir

Gambar 1.1 Kerangka Berfikir

Latar Belakang

Sejarah singkat penjajahan Belanda di Indonesia

Perkembangan arsitektur kolonial

Pemahaman universal mengenai arsitektur tropis

Judul Penelitian

Kajian Kenyamanan Thermal Pada Museum Perkebunan Indonesia

Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh orientasi dan material bangunan terhadap kenyamanan termal pada

bangunan Museum Perkebunan Indonesia?

Apakah Museum Perkebunan Indonesia sudah mencapai kenyamanan termal yang ideal?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini mengkaji pengaruh orientasi dan material selubung bangunan

terhadap kenyamanan termal secara pasif terhadap bangunan Museum Perkebunan Indonesia

dan mengetahui apakah Museum Perkebunan Indonesia sudah mencapai kenyamanan termal

yang ideal

Kajian Pustaka

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai ilmu pengetahuan mengenai pengaruh orientasi dan

material selubung bangunan terhadap bangunan Museum Perkebunan Indonesia.

Metode Penelitian

Analisa

Kesimpulan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

7

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan keseluruhan laporan penelitian ini terdiri dari 6 bab

dengan uraian masing-masing bab sebagai berikut:

Bab I (Pendahuluan)

Bab ini membahas tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, batasan penelitian, kerangka berfikir, dan sistematika penulisan.

Bab II (Tinjauan Pustaka)

Bab ini membahas tentang teori yang digunakan guna melakukan penelitian. Tinjauan yang

dimaksud adalah mengenai bangunan, sejarah kedatangan Belanda, sejarah arsitektur

kolonial Belanda, pengaruh iklim terhadap arsitektur, iklim tropis, dan arsitektur tropis.

Bab III (Metodologi Penelitian)

Bab ini membahas tentang tata acara yang akan dilaksanakan pada penelitian. Penelitian

ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif berupa pemecahan masalah yang ada pada

saat ini berdasarkan data-data kuantitatif yang dilakukan berupa pengukuran suhu udara

dan menganalisis serta mendeskripsikan objek penelitian.

Bab IV (Deskripsi Objek dan Kawasan Penelitian)

Bab ini membahas tentang deskripsi objek yaitu museum perkebunan indonesia yang akan

diteliti serta orientasinya. Dan bab ini juga membahas mengenai detail bangunan dan

lingkungan sekitar.

Bab V (Hasil dan Pembahasan)

Bab ini membahas tentang hasil dan pembahasan penelitian secara sistematis yang didasari

dengan kerangka berfikir serta landasan teori dan metodologi penelitian yang digunakan

untuk mengkaji pokok permasalahan dan studi kasus yang diteliti. Hasil dari pembahasan

juga berupa deskripsi serta pengkajian materi terkait.

Bab VI (Kesimpulan dan Saran)

Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran dari hasil dan pembahasan penelitian

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Dinding

Dinding merupakan bagian dari sebuah bangunan yang memiliki

peran penting bagi konstruksi bangunan. Fungsi dinding yaitu sebagai

pembentuk dan pelindung isi bangunan baik dari segi konstruksi maupun

penampilan artistik sebuah bangunan. Dinding merupakan bagian dari

bangunan yang berdiri secara vertikal dengan tujuan untuk memisahkan

antar ruang, baik antar ruang dalam maupun ruang luar. Tiga jenis utama

dinding struktural adalah dinding bangunan, dinding pembatas (boundary),

serta dinding penahan (retaining).

Dinding bangunan juga memiliki dua fungsi utama yaitu

menyokong atap dan langit-langit/plafon, membagi ruangan, serta

melindungi bangunan terhadap intrusi dan cuaca. Dinding pembatas

(boundary) mencakup dinding privasi, dinding penanda batas, serta dinding

kota. Terkadang dinding jenis ini sulit untuk dibedakan dengan pagar.

2.2 Jendela

Setiap bangunan tersusun dari komponen-komponen yang saling

berhubungan satu sama lain untuk mencapai tingkat kestabilan tertentu.

Ditinjau dari segi penyusunan, bangunan gedung dapat dibagi menjadi 2

bagian, yaitu bangunan bawah, yaitu bagian bangunan yang berada di dalam

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

9

tanah, seperti balok beton (sloof) dan pondasi. Dengan begitu, pondasi

memiliki hubungan langsung dengan dasar tanah keras di bawahnya.

Kemudian terdapat bangunan atas yaitu berupa bagian-bagian bangunan

yang terletak di atas permukaan lantai seperti dinding, kolom-kolom, pintu,

jendela, dan rangka atas beserta bagian-bagiannya. Pintu dan jendela sendiri

dapat dikategorikan sebagai bukaan, yang mana bukaan merupakan salah

satu unsur pada suatu karya arsitektur yang dapat dibuka-tutup, atau yang

dalam kondisi terbuka, seperti ventilasi.

2.3 Museum

Museum merupakan institusi permanen yang melayani kebutuhan

publik secara terbuka dengan melakukan usaha pengoleksian, konservasi,

riset, komunikasi, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat.

Menurut koleksi yang dimiliki, museum terbagi dua yaitu museum dengan

kumpulan bukti material manusia dan teknologi. Kedua yaitu museum

dengan kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang

berkaitan dengan cabang seni, cabang ilmu, atau satu cabang teknologi.

Secara kedudukannya, museum terdiri dari museum nasional, museum

provinsi, dan museum lokal. Sedangkan menurut penyelenggaraannya,

museum terdiri atas museum pemerintah dan museum swasta. Syarat

berdirinya sebuah museum yaitu harus berada pada lokasi yang strategis,

mudah dijangkau, dan sehat (bukan di daerah yang berlumpur/tanah rawa),

harus memenuhi prinsip-prinsip konservasi agar koleksi dapat terawat

dengan baik, koleksi yang dipamerkan harus mempunyai nilai sejarah,

ilmiah, estetika dan terdapat asal usul secara historis, geografis. Museum

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

10

juga harus memiliki sarana dan prasarna yang berkaitan erat dengan

kegiatan pelestarian koleksi-koleksinya yaitu vitrin, sarana perawatan

koleksi seperti AC, dehumidifier, CCTV, alarm, lampu, label, dll, serta

museum harus memiliki kepala museum, bagian administrasi, pengelola

koleksi, bagian konservasi, bagian penyajian, bagian pelayanan masyarakat,

bimbingan edukasi, dan pengelola perpustakaan. Sumber dana tetap juga

dibutuhkan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan museum.

2.4 Kenyamanan Termal

Kondisi termal pada suatu ruang berpengaruh pada kenyamanan

termal seseorang. Menurut Karyono (2016), kondisi iklim sekitar akan

berpengaruh terhadap tingkat keproduktivitasan manusia. Maka dari itu,

manusia membutuhkan kondisi fisik sekitar yang nyaman untuk

mendukung aktivitasnya, yaitu secara termal. Kenyamanan termal

merupakan pandangan atau penilaian seseorang tentang tingkat kepuasan

terhadap kondisi termal lingkungannya. Manusia menilai kondisi

lingkungan sekitarnya berdasarkan rangsangan yang masuk ke dalam

dirinya melalui syaraf indera dan diproses oleh otak untuk dinilai. Yang

mana hal tersebut melibatkan aspek fisik, biologis, dan psikologis (Satwiko,

2009).

2.2.1 Faktor Yang Memengaruhi Kenyamanan Termal

Menurut Szokolay, kenyamanan termal tergantung pada variabel

iklim (suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, radiasi matahari) dan

faktor-faktor individu seperti tingkat metabolisme tubuh, aklimatisasi

tubuh, pakaian, kondisi kesehatan, jenis makanan dan minuman yang

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

11

dikonsumsi, tingkat kegemukan, usia dan jenis kelamin serta warna kulit

seseorang.

Satwiko juga menyatakan kenyamanan termal dipengaruhi oleh

faktor iklim (radiasi matahari, suhu udara, kecepatan angin, dan kelembaban

udara) dan dua faktor individu yaitu aktivitas dan pakaian yang digunakan

seseorang.

2.3.2 Batas-batas Kenyamanan Termal

Kenyamanan termal yang dirasakan manusia berbeda antara satu

individu dengan individu lainnya yang mana hal tersebut dipengaruhi oleh

variabel iklim dan individu. Hal tersebut juga dinyatakan oleh Lippsmeier

di dalam bukunya yang berjudul Bangunan Tropis yang menunjukkan

beberapa penelitian yang membuktikan batas kenyamanan (dalam

Szokolay Humphreys & Nicol

1. Faktor Lingkungan

Suhu Udara

Kelembaban

Angin

Radiasi Matahari

2. Faktor Individu

Metabolisme tubuh

Aklimatisasi

Pakaian

Kondisi kesehatan tubuh

Tingkat kegemukan

Jenis makanan dan minuman yang

dikonsumsi

Usia dan jenis kelamin

Warna kulit

1. Faktor Lingkungan

Suhu Udara

Kelembaban Udara

Radiasi Matahari

Angin 2. Faktor Individu

Aktivitas

Pakaian

Lokasi Geografis

Tabel 2.1

Perbandingan Faktor Penentu Suhu Nyaman

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

12

Temperatur Efektif / TE) berbeda antar individu dan tergantung pada lokasi

geografis dan suku bangsa yang diteliti seperti pada tabel di bawah ini.

Pengarang Tempat Kelompok Manusia Batas Kenyamanan

ASHRAE Rao

Webb

Mom Ellis

USA Selatan

(300 LU)

Calcutta (220

LU)

Singapura

Khatulistiwa

Jakarta (60 LS)

Singapura

Khatulistiwa

Peneliti

India

Malaysia

Cina

Indonesia

Eropa

20,50C – 24,50C TE

200C – 24,50C TE

250C – 270C TE

200C – 260C TE

220C – 260C TE

Menurut Mom & Wiesebron (1940), untuk pribumi (orang Indonesia)

yang memakai pakaian harian biasa, batas kenyamanan optimal adalah

28-310C dan panas nyaman di antara 25,80C-25,80C sedangkan menurut

Mangun Wijaya Y.B (1994) secara umum suhu ruangan yang ideal

adalah antara 20-250C dengan kelembaban 40-50% dan gerak udara

yang sedang 5-20cm/detik. Menurut Latifah (2015) menjelaskan

kenyamanan termal pada bangunan pada iklim tropis yaitu sejuk

nyaman di antara 20,80C – 22,80C, nyaman optimal, antara suhu efektif

22,80C – 25,80C, hangat nyaman antara suhu efektif 25,80C – 27,10C.

Berdasarkan MENKES No. 261/Menkes/SK/II/1998 temperatur

ruangan yan sehat adalah temperature yang berkisar antara 180C - 260C.

Suhu nyaman menurut standar tata cara perencanaan teknis konservasi

energi pada bangunan gedung sebagai berikut:

Tabel 2.2

Batas-Batas Kenyamanan Termal

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

13

Kondisi Temperatur Efektif (TE)

Sejuk Nyaman

Ambang Atas

20,50C – 22,80C

240C

Nyaman Optimal

Ambang atas

22,80C – 25,80C

28 0C

Hangat Nyaman

Ambang Atas

25,80C – 25,80C

310C

2.5 Orientasi Bangunan

Orientasi harus sesuai dengan faktor-faktor lain guna

memperoleh keuntungan dari teknik pemanasan dan penyejukan

alami (Sungkoyo, 1995). Menurut Soetiadji (1986), orientasi

merupakan suatu posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar,

arah mata angin, atau terhadap pandangan seseorang yang

melihatnya. Jenis orientasi menurut Soetiadji adalah akibat adanya

pengaruh orientasi terhadap sesuatu, menyebabkan bangunan

Daerah khatulistiwa mengalami radiasi yang banyak sehingga

menjadi daerah paling panas. Temperatur minimum dicapai 1-2 jam

sebelum matahari terbit dan sebanyak 43% radiasi matahari

dipantulkan kembali dan 57% diserap (14% oleh atmosfer dan 43%

oleh permukaan bumi). Orientasi bangunan terhadap matahari

sangat mementukan besarnya panas matahari yang masuk ke dalam

sebuah bangunan. Semakin luas bidang yang menerima panas

matahari, maka semakin besar panas yang diserap oleh bangunan.

Maka sebaiknya sebuah bangunan berorientasi ke arah Utara-

Selatan, sehingga sisi bangunan yang mengarah ke Timur-Barat

Tabel 2.3

Suhu Nyaman Menurut Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

14

lebih sedikit menerima panas matahari secara langsung. Radiasi

matahari adalah faktor yang dapat menyebabkan ruang pada

bangunan tropis terasa panas. (Karyono 2013). Sedangkan

Hamdani, Bekkouche, Benouaz & Cherier, 2012) menyebutkan

bahwa dalam kasus hunian, orientasi bangunan terhadap matahari

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan suhu

udara di dalam ruang. Penelitian yang dilakukan Amelia (2013)

membuktikan bahwa bangunan yang berorientasi ke arah Utara-

Barat mengalami ketidaknyamanan paling tinggi.

2.6 Material Bangunan

Panas matahari masuk ke dalam bangunan melalui proses konduksi dan

melalui proses radiasi matahari.

Gambar 2.1

Orientasi Bangunan yang Menghadap Utara-Selatan

Talarosha (2005)

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

15

Radiasi matahari memancarkan sinar ultraviolet sebesar 6%, cahaya tampak

sebesar 48%, dan sinar infra merah yang memberikan efek panas sangat

besar (46%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa radiasi matahari

menyumbangkan jumlah panas terbesar yang masuk ke dalam bangunan.

Besar radiasi matahari yang ditransmisikan melalui selubung selubung

bangunan dipengaruhi oleh fasad bangunan yaitu perbandingan luas kaca

dan luas dinding bangunan keseluruhan (wall to wall ratio) serta jenis dan

ketebalan kaca yang digunakan.

Panas matahari yang jatuh pada selubung bangunan kemudian

dipantulkan kembali dan sebagian diserap. Panas yang diserap akan

berkumpul dan kemudian diteruskan ke bagian sisi dalam bangunan yang

dingin. Masing-masing bahan bangunan mempunyai angka koefisien

serapan kalor (%) atau shading coefficient yang berbeda. Semakin besar

serapan kalor atau shading coefficient, semakin besar panas yang diteruskan

ke ruangan.

Gambar 2.2

Proses Konduksi Panas Melalui Kaca Jendela

Talarosha (2005)

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

16

Material bangunan yang memiliki nilai hambatan penghantaran panas yang

cukup besar dan memiliki kemampuan untuk memantulkan panas yang

cukup baik akan sangat membantu untuk mengurangi penggunaan energi

aktif berupa alat pendingin ruangan seperti AC atau kipas angin pada siang

hari. (Prakoso dkk, 2014).

Konduktivitas termal suatu bahan/material merupakan ukuran

kemampuannya untuk melakukan panas. Material dengan konduktivitas

termal rendah mengalami perpindahan panas dengan laju yang rendah,

begitu sebaliknya material dengan konduktivitas termal yang tinggi akan

mengalami perpindahan panas dengan laju yang tinggi. Sedangkan density

adalah perbandingan antara massa dan volume zat tersebut pada

temperature dan tekanan tertentu. Kapasitas kalor atau kapasitas panas (c)

merupakan suatu besaran terukur yang menggambarkan banyaknya kalor

yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat ataupun benda sebesar

jumlah tertentu. Jendela dengan kaca bening hampir merambatkan seluruh

panas dan cahayanya ke dalam ruangan. Jendela dengan kaca bening hampir

No.

Penggunaan Kaca Shading Coefficient

Jenis Kaca Warna Tebal

1. Kaca Bening -

-

¼ inci

3/8 inci

0,95

0,90

2. Heat Absorbing Glass Abu-abu, Bronze atau

Green tinted

-

3/16

inci

½ inci

0,75

0,50

3. Reflective Glass Dark gray metallized

Light gray metallized -

-

0,35 s/d 0,20

0,60 s/d 0,35

Tabel 2.4 Penggunaan Kaca, Warna Ketebalan, dan SC

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

17

merambatkan seluruh panas dan cahayanya ke dalam ruangan. Material

yang digunakan pada dinding yaitu material batu bata yang dapat menahan

panas selama 2,3 jam dan kemudian dilepaskan. Batu bata merupakan

material dengan kategori isolator yang baik sehingga pada siang hari dengan

cahaya matahari yang panas terik, bangunan yang menggunakan batu bata

ruangan di dalamnya akan terasa lebih dingin.

W/mK = Watts/MeterKelvin

Kg/m3 = Kilogram/MeterKubik

J/kgK = Joule/Kilogram.Kelvin

No. Material Konduktivitas Termal

(W/mK)

Density/Kerapatan

(kg/m3)

Kapasitas Kalor

J/kgK

1. Batu 1.8 1602 1000

2. Batu-bata 0.73 1922 800

3. Beton 1.13 2400 1000

4. Kaca 1 2500 750

5. Baja 50.2 8050 420

Tabel 2.5 Tabel Konduktivitas Termal, Density, dan Kapasitas Kalor

Universitas Sumatera Utara

18

Universitas Sumatera Utara

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penyajian kualitatif-deskriptif serta

kuantitatif. Deskriptif kualitatif bertujuan untuk memahami suatu

permasalahan dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan

proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena

yang diteliti. Penelitian deskriptif maksudnya adalah penelitian yang bertujuan

untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu objek secara sistematis,

faktual, dan akurat. Pendekatan kualitatif digunakan sebagai pemahaman

mengenai aspek-aspek yang mengandung suatu karakteristik atau ciri dalam

design pada bangunan tersebut. Dalam hal ini, deskriptif dinyatakan sebagai

hasil catatan lapangan (observasi), dokumenter (dokumentasi), eksplorasi, dan

transkripsi yang tertulis. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji

kenyamanan thermal secara pasif pada bangunan kolonial belanda. Tujuan

utama dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai upaya untuk mengkaji

serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan thermal dan

pemenuhan faktor-faktor kenyamanan thermal pada Museum Perkebunan

Indonesia. Dan kuantitatif adalah dengan menghitung temperatur udara pada

bangunan Museum Perkebunan Indonesia menggunakan thermometer

hygrometer.

Dalam studi ini, Penelitian ini bertujuan untuk mencapai studi yang bersifat

observasi dan dokumentasi. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk

Universitas Sumatera Utara

19

Universitas Sumatera Utara

memahami hasil kajian mengenai karakteristik arsitektur tropis pada arsitektur

kolonial. Studi ini mendeskripsikan tentang kenyamanan thermal pada

Museum Perkebunan Indonesia berdasarkan pemahaman arsitektur tropis

dengan berfokus pada kenyamanan thermalnya agar dapat mengetahui apakah

Museum Perkebunan Indonesia sudah mencapai standard kenyamanan thermal

yang ideal.

3.2 Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah Museum Perkebunan Indonesia yang

berada di Jl. Brigjend Katamso (RISPA), Kampung Baru, Kecamatan

Medan Maimun, Kota Medan

3.3. Variabel Penelitian

Sebelum menentukan variabel, harus dilakukan kajian pustaka mengenai

karakteristik arsitektur tropis kemudian dirincikan pada bagian faktor-faktor

yang mendukung kenyamanan termal sebagai indikator. Teori-teori yang

Gambar 3.1

Lokasi Penelitian

Sumber: Google Earth

Universitas Sumatera Utara

20

Universitas Sumatera Utara

dipilih merupakan identifikasi dasar permasalahan-permasalahan dalam

penelitian.

Indikator yang digunakan pada tiap variabel adalah interpretasi terhadap

indikator-indikator yang berasal dari tinjauan pustaka. Maka dari itu,

variabel pertama yang didapat dari hasil kajian literatur adalah mengenai

karakteristik fisik arsitektur tropis kemudian dilakukan perincian yang

menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan thermal sebagai

indikator-indikatornya.

Tabel 3.1 Variabel & Indikator Penelitian

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh data menggunakan

sumber data yang didapatkan dengan lisan maupun tertulis. Pada penelitian ini,

metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi literature, observasi,

dan wawancara. Pada penelitian ini, data mengenai studi literatur, observasi,

dan wawancara dengan penjaga Museum Perkebunan Indonesia dikumpulkan

dan dilakukan secara langsung. Data-data mengenai sejarah bangunan, riwayat

Variabel Indikator

Orientasi

Pengaruh orientasi terhadap

kenyamanan termal (suhu

udara) pada bangunan museum

Material Bangunan Pengaruh material bangunan

terhadap kenyamanan termal

(suhu udara) pada bangunan

museum

Universitas Sumatera Utara

21

Universitas Sumatera Utara

fisik, serta gambar arsitektur bangunan kolonial belanda juga dikumpulkan

dengan mempertimbangkan metode pengumpulan data.

3.4.1 Studi Literatur

Studi literatur menjadi acuan dasar dalam pengumpulan data sekunder.

Kegiatan studi literatur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu

mengumpulkan data dengan mengkaji teori-teori mengenai objek penelitian

melalui buku dan jurnal, mencari sumber informasi melalui internet agar

menambah pengetahuan mengenai penelitian ini. Menelaah dokumen dan

sejarah singkat dengan cara melihat data atau bukti sejarah yang berkaitan

dengan objek penelitian.

3.4.2 Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang diperoleh melalui

pengamatan terhadap objek penelitian. Terdapat dua cara dalam melakukan

observasi yaitu observasi langsung dan observasi tidak langsung. Observasi

langsung yaitu kegiatan yang dilakukan dengan cara mengamati objek

penelitian secara langsung, sedangkan observasi tidak langsung merupakan

suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara mengamati objek yang terdapat dari

hasil rekaman berupa buku atau catatan. Dalam penelitian ini, studi banding

dilakukan secara langsung menuju lokasi penelitian dan bangunan sekitarnya

sebagai acuan dasar dalam memahami kondisi dan permasalahan yang ada pada

saat ini. Pengambilan data fisik dan kondisi terkini bangunan dengan cara

dokumentasi di lapangan secara langsung

Universitas Sumatera Utara

22

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.2 Keperluan Data dan Metode Penelitiannya

3.4.3 Wawancara Dengan Narasumber

Wawancara merupakan interaksi secara lisan yang dilakukan antara dua orang

atau lebih untuk membahas atau menanyakan tentang suatu informasi guna

mendapatkan tujuan yang diinginkan. Atau dapat dikatakan untuk mendapatkan

informasi tambahan mengenai objek yang akan diteliti. Pada penelitian ini,

peneliti melakukan wawancara dengan individu penjaga Museum Perkebunan

Indonesia yang akan menjadi informan untuk mengetahui sejarah singkat

bangunan dan data fisik bangunan tersebut.

3.5. Metode Analisa Data

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif yang

menjadi dasar bagi peneliti dalam menginterpretasi data atau kesimpulan yang

didapatkan secara verbal dan menggunakan analisa data secara deduktif yang

artinya adalah melakukan analisis terhadap teori-teori yang berkaitan dengan

objek penelitian agar dapat ditarik kesimpulan.

Penelitian ini menggabungkan antara deskripsi dan analisis dimana peneliti

mengumpulkan data serta mendeskripsikan yang akan dibahas mengenai

bangunan kolonial belanda.

Data yang Diperlukan Metode

Orientasi Survey langsung ke lokasi penelitian

dan meneliti pengaruh orientasi rumah

terhadap kenyamanan termal (suhu

udara)

Material Selubung

Bangunan Survey langsung ke lokasi penelitian dan

meneliti pengaruh material selubung

bangunan terhadap kenyamanan termal

(suhu udara)

Universitas Sumatera Utara

23

Universitas Sumatera Utara

Berikut tahap-tahap penelitian yang dapat dilakukan:

Data-data yang telah dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa. Dalam tahap

ini, data studi pustaka yang telah dikumpulkan dianalisis dengan hasil

observasi dan dokumentasi di lapangan untuk mendapatkan data fisik

untuk mengetahui Museum Perkebunan Indonesia tersebut

Menganalisis data yang didapat kemudian melakukan kajian mengenai

pengaruh orientasi dan material terhadap kenyamanan termal pada

Museum Perkebunan Indonesia tersebut

Membahas dengan mendeskripsikan Museum Perkebunan Indonesia dan

kemudian menelaahnya dengan pengaruh orientasi dan material terhadap

kenyamanan termal pada bangunan tersebut

Menjabarkan hasil penelitian pada evaluasi agar dapat menentukan

kesimpulan dan saran

Universitas Sumatera Utara

24

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Studi kasus ini membahas mengenai museum perkebunan Indonesia sebagai

objek untuk mengkaji kenyamanan thermal pada bangunan kolonial belanda. Studi

kasus dilakukan pada satu lokasi yaitu Jl. Brigjend Katamso. Kampung Baru,

Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan. Objek ini dipilih karena merupakan

bangunan yang dibangun pada zaman kolonial Belanda dan sampai sekarang masih

bertahan sebagai museum yang mana artinya bangunan ini tergolong dapat

beradaptasi dengan iklim tropis Indonesia. Dan dengan cara ini diharapkan agar

dapat melihat konteks kenyamanan thermal yang menjadi salah satu kriteria pada

arsitektur tropis pada rumah kolonial belanda ini.

Dengan landasan tersebut maka dipilih objek pada kawasan tersebut yang

dianggap memiliki potensi dalam mengandung kenyamanan thermal sebagai bagian

dari karakter arsitektur tropis pada bangunannya.

Untuk dapat mendalami penelitian, maka dari objek yang dipilih akan dilakukan

pengambilan data khususnya gambaran atau deskripsi keseluruhan dari rumah

kolonial belanda tersebut. Data tersebut nantinya akan diolah dan dijadikan sebagai

bukti apakah rumah kolonial belanda tersebut sudah mencapai syarat keamanan

thermal yang ideal.

Studi kasus ini dilakukan dengan survey langsung ke lokasi yang sudah

ditentukan dengan melalui beberapa proses diantaranya observasi, wawancara, dan

mengumpulkan data-data terkait lokasi. Selain itu juga dilakukan beberapa

observasi dari berbagai sumber di antarnya seperti buku, jurnal, dan artikel dari

Universitas Sumatera Utara

25

Universitas Sumatera Utara

internet. Pembahasan analisis lalu dilakukan dengan memaparkan hasil data yang

didapat di lapangan dengan menggunakan dasar teori yang sudah dijabarkan dalam

bab II.

4.1 Deskripsi Data

4.1.1 Deskripsi Kawasan

Brigjend Katamso merupakan sebuah kawasan yang berada di Kecamatan

Medan Maimun bagian Utara Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Daerah ini

merupakan salah satu kawasan strategis karena kawasan ini merupakan salah satu

pusat kawasan komersil di daerah Medan. Mayoritas bangunan pada kawasan ini

adalah bangunan ruko yang memiliki 2-4 lantai. Pada kawasan ini terdapat pasar,

toko perabot, rumah makan, pusat perbelanjaan, klinik, toko reparasi, dll. Kawasan

ini termasuk kawasan yang kepadatan penduduknya relatif tinggi. Hal tersebut

dapat terlihat pada suasana jalanan kawasan ini yang selalu ramai karena jalan ini

juga merupakan jalan utama. Tingkat kepadatan penduduk yang relatif tinggi

Gambar 4.1

Peta Lokasi Medan Maimun

Sumber : Wikipedia

Gambar 4.2

Kawasan Lokasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara

26

Universitas Sumatera Utara

tersebut juga mengakibatkan kemacetan pada kawasan Brigjen ini. Mayoritas

penduduk pada kawasan ini adalah masyarakat pribumi dengan suku yang beragam.

4.1.2 Deskripsi Bangunan

Gambar 4.3

Keadaan Kawasan Brigjend Katamso

Gambar 4.4

Museum Perkebunan Indonesia Gambar 4.5

Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Universitas Sumatera Utara

27

Universitas Sumatera Utara

Bangunan ini berdiri pada tahun 1917 dan merupakan bagian dari Kantor

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS Sumatera Utara) seperti pada Gambar 4.5.

Awalnya bangunan ini bernama Algemeene Proefstation der Avros/Algemeene

Vereeniging van Rubberplanters ter Ooskust van Sumatera (APA) yaitu sebuah

lembaga penelitian perkebunan pertama di Sumatera. Pada tahun 1957, bangunan

ini diambil alih oleh RISPA (Research Institute of The Sumatera Planters

Association) yang mana sejak tahun 1992 berubah nama menjadi Pusat Penelitian

Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Sumatera Utara. Bangunan museum ini memiliki dua

lantai. Sejak didirikan, bangunan ini digunakan sebagai rumah tinggal pimpinan

kantor tersebut. Dan bangunan ini dilindungi sebagai bangunan bersejarah sesuai

Keputusan Walikota No. 188.342/2017/SK/2000 dan Perda Kota Medan No.2

Tahun 1912. Museum Perkebunan Indonesia (Musperin) didirikan dan digagas oleh

Soedjai Kartasasmita dan diresmikan pada tanggal 10 Desember 2016 oleh

Gubernur Sumatera Utara dan Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian

Pertanian RI. Museum Perkebunan Indonesia berada di Jl. Brigjend Katamso No.

Gambar 4.6

Lingkungan Sekitar Bangunan Museum Perkebunan

Indonesia

Universitas Sumatera Utara

28

Universitas Sumatera Utara

53. Museum Perkebunan Indonesia merupakan satu-satunya museum tematik

khusus perkebunan di Indonesia dan pertama di Kota Medan. Bangunan ini masih

kental dengan gaya kolonial Belanda. Hal tersebut dapat terlihat dari fasad

bangunan dan halaman yang luas yang menjadi ciri khas bangunan kololonial

belanda. Bangunan ini juga masih mempertahankan keasliannya dengan perbaikan-

perbaikan minim. Bangunan yang berorientasi kearah Barat ini dikatakan sebagai

focal point pada kawasan Brigjend Katamso karena bangunan ini memiliki halaman

yang sangat luas dan terdapat koleksi pesawat terbang Piper PA-28 Warrior yang

dahulu digunakan untuk menyebarkan pupuk atau menyiram tanaman tembakau

(Gambar 4.7). Selain itu, terdapat lokomotif tua sebagai sarana angkut di

perkebunan kelapa sawit (Gambar 4.8)

Material yang digunakan pada bangunan ini adalah batu bata dan kayu.

Namun terdapat perubahan kecil pada bangunan ini yaitu pada bentuk kusen

jendelanya.

Gambar 4.7

Koleksi Pesawat Musperin

Gambar 4.8

Koleksi Kereta Api

Musperin

Sumber : Google

Universitas Sumatera Utara

29

Universitas Sumatera Utara

Material atap yang digunakan pada bangunan museum perkebunan

Indonesia adalah material atap keramik

Gambar 4.9

Bentuk Lama Kusen Jendela

Musperin

Gambar 4.10

Bentuk Jendela Musperin Sekarang

Gambar 4.11

Atap Bangunan Musperin

Gambar 4.12

Genteng Keramik

Universitas Sumatera Utara

30

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan dinding dari bangunan ini masih asli yaitu dari material batu bata

dengan cat berwarna putih. Dinding pada museum sampai saat ini belum

mengalami perbaikan yang serius, hanya dilakukan pengecatan ulang sebagai

bentuk perawatannya. Namun, pada beberapa spot di museum ini terdapat dinding

yang mengelupas seperti pada Gambar 4.14

Selain itu, perbaikan-perbaikan kecil dilakukan pada langit-langit pada

lantai 2 (Gambar 4.16) yang mengalami kebocoran saat hujan deras dan

penggantian beberapa kayu yang mengalami kelapukan akibat dihinggapi rayap.

Gambar 4.13

Keadaan Dinding Musperin

Gambar 4.14

Dinding yang Mengelupas

Universitas Sumatera Utara

31

Universitas Sumatera Utara

Untuk material lantai pada bangunan ini hanya mengalami sebagian

perubahan pada beberapa ruangan di lantai 2, namun tidak mengalami perubahan

pada lantai 1. Yang mana pada lantai 1 material lantainya yaitu keramik lama

dengan ukuran 20x20 (Gambar 4.17) dan lantai 2 bangunan ini menggunakan

material kayu kokoh (Gambar 4.18)

Gambar 4.15

Lamgit-langit Pada Lantai 1

Gambar 4.16

Lamgit-langit Pada Lantai 2

Gambar 4.17

Material lantai Pada Lantai 1

Gambar 4.18

Material lantai Pada Lantai 2

Universitas Sumatera Utara

32

Universitas Sumatera Utara

Dan terdapat banyak vegetasi baik berupa tanaman maupun pohon-pohon

dengan jenis yang berbeda-beda pada lingkungan sekitar bangunan Museum

Perkebunan Indonesia seperti pada gambar 4.19

Gambar 4.19 Pohon-Pohon yang berada di Lingkungan Musperin

(1) (2) (3)

(5) (4) (6)

(7) (8)

Universitas Sumatera Utara

33

Universitas Sumatera Utara

4.2 Hasil Penelitian & Pembahasan

Setelah data berhasil dikumpulkan, maka tahap selanjutnya adalah

pengolahan data. Pada tahap ini, peneliti menganalisa kenyamanan thermal yang

ditinjau dari pendekatan secara arsitektural/pasif berdasarkan teori pada bab II pada

Museum Perkebunan Indonesia yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Langkah

ini dilakukan untuk membuktikan apakah Museum Perkebunan Indonesia sudah

mencapai kenyamanan thermal ideal yang ditinjau dengan pendekatan arsitektural.

Bangunan ini dipilih karena merupakan bangunan kolonial belanda dengan

sejarah yang jelas dan masih lestari sampai saat ini karena sudah dialihfungsikan

menjadi sebuah museum perkebunan Indonesia, yang mana awalnya bangunan ini

merupakan sebuah rumah direktur pada zaman kolonial belanda yang mana 3

keluarga pada zaman belanda hidup di dalamnya.

Berikut adalah hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan teori-teori

yang diambil pada bab II

4.2.1 Orientasi

a. Orientasi Terhadap Matahari

Gambar 4.20

Orientasi Bangunan Musperin

Universitas Sumatera Utara

34

Universitas Sumatera Utara

Orientasi bangunan Museum Perkebunan Indonesia menghadap ke arah

Barat dan hal tersebut membuktikan bahwa bangunan yang berorientasi ke arah

Barat akan menyerap panas lebih banyak pada saat siang-sore hari

dibandingkan bangunan yang berorientasi ke arah lainnya. Pengukuran suhu

udara dilakukan pada lantai 1 dan lantai 2 bangunan dengan orientasi tiap

ruangan yang berbeda.

Berikut adalah hasil pengukuran suhu udara pada bangunan Museum Perkebunan

Indonesia yang dilakukan selama 6 hari.

Gambar 4.21

Orientasi Bangunan terhadap Matahari

U

Universitas Sumatera Utara

35

Universitas Sumatera Utara

Hari 1 : Senin, 11 Mei 2020

Pukul 09.00-12.00

No. Ruangan Temperatur Orientasi

1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 29,30C Selatan

2. Jacob Nienhuys 30,20C Timur

3. Said Abdullah 29,90C Barat

4. Ruang Sepeda 29,70C Barat

5. Selasar 30,50C Timur

6. Ruang Trick Eye 29,40C Utara

7. Ruang Baca Buku 29,50C Utara

8. Ruang Operator 30,30C Barat

9. Ruang Sketsa Hitam Putih 29,70C Utara

10. Ruang Sketsa Berwarna 31,50C Timur

11. Ruang Alat Hitung 31,30C Barat

12. Ruang Alat Perkebunan I 30,40C Selatan

13. Ruang Alat Perkebunan II 30,40C Selatan

14. Ruang Alat Hitung 30,30C Barat

15. Ruang Oleokimia 30,40C Utara

Pukul 12.00-15.00

No. Ruangan Temperatur Orientasi

1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 31,40C Selatan

2. Jacob Nienhuys 31,80C Timur

3. Said Abdullah 31,70C Barat

4. Ruang Sepeda 31,50C Barat

5. Selasar 30,50C Timur

6. Ruang Trick Eye 30,30C Utara

7. Ruang Baca Buku 30,30C Utara

8. Ruang Operator 31,20C Barat

9. Ruang Sketsa Hitam Putih 30,70C Utara

10. Ruang Sketsa Berwarna 32,30C Timur

11. Ruang Alat Hitung 320C Barat

12. Ruang Alat Perkebunan I 31,80C Selatan

13. Ruang Alat Perkebunan II 31,70C Selatan

14. Ruang Alat Hitung 32,20C Barat

15. Ruang Oleokimia 31,50C Utara

Tabel 4.1 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 1

Universitas Sumatera Utara

36

Universitas Sumatera Utara

Hari 2: Jumat, 15 Mei 2020

Pukul 09.00-12.00

No. Ruangan Temperatur Orientasi

1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 28,70C Selatan

2. Jacob Nienhuys 29,90C Timur

3. Said Abdullah 29,50C Barat

4. Ruang Sepeda 30,20C Barat

5. Selasar 30,50C Timur

6. Ruang Trick Eye 29,40C Utara

7. Ruang Baca Buku 29,50C Utara

8. Ruang Operator 300C Barat

9. Ruang Sketsa Hitam Putih 29,70C Utara

10. Ruang Sketsa Berwarna 30,50C Timur

11. Ruang Alat Hitung 30,10C Barat

12. Ruang Alat Perkebunan I 30,40C Selatan

13. Ruang Alat Perkebunan II 30,40C Selatan

14. Ruang Alat Hitung 30,30C Barat

15. Ruang Oleokimia 29,80C Utara

Pukul 12.00-15.00

No. Ruangan Temperatur Orientasi

1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 32,60C Selatan

2. Jacob Nienhuys 32,80C Timur

3. Said Abdullah 32,30C Barat

4. Ruang Sepeda 32,20C Barat

5. Selasar 32,70C Timur

6. Ruang Trick Eye 31,30C Utara

7. Ruang Baca Buku 31,30C Utara

8. Ruang Operator 32,20C Barat

9. Ruang Sketsa Hitam Putih 31,50C Utara

10. Ruang Sketsa Berwarna 32,80C Timur

11. Ruang Alat Hitung 32,40C Barat

12. Ruang Alat Perkebunan I 32,60C Selatan

13. Ruang Alat Perkebunan II 32,60C Selatan

14. Ruang Alat Hitung 32,30C Barat

15. Ruang Oleokimia 320C Utara

Tabel 4.2 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 2

Universitas Sumatera Utara

37

Universitas Sumatera Utara

Hari 3: Rabu, 20 Mei 2020

Pukul 09.00-12.00

No. Ruangan Temperatur Orientasi

1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 27,80C Selatan

2. Jacob Nienhuys 28,20C Timur

3. Said Abdullah 28,40C Barat

4. Ruang Sepeda 28,30C Barat

5. Selasar 290C Timur

6. Ruang Trick Eye 27,80C Utara

7. Ruang Baca Buku 27,80C Utara

8. Ruang Operator 29,80C Barat

9. Ruang Sketsa Hitam Putih 29,70C Utara

10. Ruang Sketsa Berwarna 30,20C Timur

11. Ruang Alat Hitung 29,80C Barat

12. Ruang Alat Perkebunan I 30,30C Selatan

13. Ruang Alat Perkebunan II 30,30C Selatan

14. Ruang Alat Hitung 300C Barat

15. Ruang Oleokimia 29,60C Utara

Pukul 12.00-15.00

No. Ruangan Temperatur Orientasi

1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 32,40C Selatan

2. Jacob Nienhuys 330C Timur

3. Said Abdullah 31,90C Barat

4. Ruang Sepeda 31,90C Barat

5. Selasar 32,80C Timur

6. Ruang Trick Eye 31,50C Utara

7. Ruang Baca Buku 31,40C Utara

8. Ruang Operator 32,20C Barat

9. Ruang Sketsa Hitam Putih 31,50C Utara

10. Ruang Sketsa Berwarna 32,80C Timur

11. Ruang Alat Hitung 32,60C Barat

12. Ruang Alat Perkebunan I 32,30C Selatan

13. Ruang Alat Perkebunan II 32,60C Selatan

14. Ruang Alat Hitung 32,30C Barat

15. Ruang Oleokimia 320C Utara

Tabel 4.3 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 3

Universitas Sumatera Utara

38

Universitas Sumatera Utara

Hari 4: Jumat, 5 Juni 2020

Pukul 09.00-12.00

No. Ruangan Temperatur Orientasi

1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 28,40C Selatan

2. Jacob Nienhuys 28,90C Timur

3. Said Abdullah 28,20C Barat

4. Ruang Sepeda 28,20C Barat

5. Selasar 290C Timur

6. Ruang Trick Eye 27,90C Utara

7. Ruang Baca Buku 280C Utara

8. Ruang Operator 28,80C Barat

9. Ruang Sketsa Hitam Putih 29,80C Utara

10. Ruang Sketsa Berwarna 30,50C Timur

11. Ruang Alat Hitung 30,10C Barat

12. Ruang Alat Perkebunan I 30,30C Selatan

13. Ruang Alat Perkebunan II 30,20C Selatan

14. Ruang Alat Hitung 300C Barat

15. Ruang Oleokimia 29,90C Utara

Pukul 12.00-15.00

No. Ruangan Temperatur Orientasi

1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 32,40C Selatan

2. Jacob Nienhuys 32,70C Timur

3. Said Abdullah 32,10C Barat

4. Ruang Sepeda 32,20C Barat

5. Selasar 32,80C Timur

6. Ruang Trick Eye 31,50C Utara

7. Ruang Baca Buku 31,50C Utara

8. Ruang Operator 31,70C Barat

9. Ruang Sketsa Hitam Putih 32,50C Utara

10. Ruang Sketsa Berwarna 32,80C Timur

11. Ruang Alat Hitung 32,60C Barat

12. Ruang Alat Perkebunan I 32,70C Selatan

13. Ruang Alat Perkebunan II 32,70C Selatan

14. Ruang Alat Hitung 32,40C Barat

15. Ruang Oleokimia 32,20C Utara

Tabel 4.4 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 4

Universitas Sumatera Utara

39

Universitas Sumatera Utara

Hari 5: Senin, 8 Juni 2020

Pukul 09.00-12.00

No. Ruangan Temperatur Orientasi

1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 30,40C Selatan

2. Jacob Nienhuys 30,60C Timur

3. Said Abdullah 30,10C Barat

4. Ruang Sepeda 29,90C Barat

5. Selasar 30,50C Timur

6. Ruang Trick Eye 29,80C Utara

7. Ruang Baca Buku 29,80C Utara

8. Ruang Operator 300C Barat

9. Ruang Sketsa Hitam Putih 310C Utara

10. Ruang Sketsa Berwarna 31,50C Timur

11. Ruang Alat Hitung 31,20C Barat

12. Ruang Alat Perkebunan I 31,40C Selatan

13. Ruang Alat Perkebunan II 31,60C Selatan

14. Ruang Alat Hitung 31,30C Barat

15. Ruang Oleokimia 31,10C Utara

Pukul 12.00-15.00

No. Ruangan Temperatur Orientasi

1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 32,30C Selatan

2. Jacob Nienhuys 32,80C Timur

3. Said Abdullah 32,20C Barat

4. Ruang Sepeda 32,20C Barat

5. Selasar 32,80C Timur

6. Ruang Trick Eye 31,60C Utara

7. Ruang Baca Buku 31,60C Utara

8. Ruang Operator 31,80C Barat

9. Ruang Sketsa Hitam Putih 32,50C Utara

10. Ruang Sketsa Berwarna 330C Timur

11. Ruang Alat Hitung 32,50C Barat

12. Ruang Alat Perkebunan I 32,80C Selatan

13. Ruang Alat Perkebunan II 32,60C Selatan

14. Ruang Alat Hitung 32,20C Barat

15. Ruang Oleokimia 320C Utara

Tabel 4.5 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 5

Universitas Sumatera Utara

40

Universitas Sumatera Utara

Hari 6: Senin, 10 Juni 2020

Pukul 09.00-12.00

No. Ruangan Temperatur Orientasi

1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 30,50C Selatan

2. Jacob Nienhuys 30,70C Timur

3. Said Abdullah 30,30C Barat

4. Ruang Sepeda 30,30C Barat

5. Selasar 30,70C Timur

6. Ruang Trick Eye 30,10C Utara

7. Ruang Baca Buku 300C Utara

8. Ruang Operator 30,20C Barat

9. Ruang Sketsa Hitam Putih 31,30C Utara

10. Ruang Sketsa Berwarna 31,60C Timur

11. Ruang Alat Hitung 31,40C Barat

12. Ruang Alat Perkebunan I 31,50C Selatan

13. Ruang Alat Perkebunan II 31,50C Selatan

14. Ruang Alat Hitung 31,30C Barat

15. Ruang Oleokimia 31,20C Utara

Pukul 12.00-15.00

No. Ruangan Temperatur Orientasi

1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 32,50C Selatan

2. Jacob Nienhuys 32,80C Timur

3. Said Abdullah 32,40C Barat

4. Ruang Sepeda 32,40C Barat

5. Selasar 330C Timur

6. Ruang Trick Eye 32,20C Utara

7. Ruang Baca Buku 32,20C Utara

8. Ruang Operator 31,90C Barat

9. Ruang Sketsa Hitam Putih 32,50C Utara

10. Ruang Sketsa Berwarna 32,90C Timur

11. Ruang Alat Hitung 32,60C Barat

12. Ruang Alat Perkebunan I 32,80C Selatan

13. Ruang Alat Perkebunan II 32,80C Selatan

14. Ruang Alat Hitung 32,70C Barat

15. Ruang Oleokimia 32,60C Utara

Tabel 4.6 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 6

Universitas Sumatera Utara

41

Universitas Sumatera Utara

4.2.2 Material Bangunan

Panas matahari masuk ke dalam bangunan melalui proses konduksi

dan proses radiasi matahari yang ditransmisikan melalui jendela/kaca.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa radiasi matahari

menyumbangkan jumlah panas terbesar yang masuk ke dalam bangunan.

Panas matahari yang jatuh pada selubung bangunan kemudian dipantulkan

kembali dan sebagian diserap. Panas yang diserap akan berkumpul dan

kemudian diteruskan ke bagian sisi dalam bangunan yang dingin. Masing-

masing bahan bangunan mempunyai angka koefisien serapan kalor (%)

yang berbeda seperti pada beberapa tabel di bawah ini. Semakin besar

serapan kalor, semakin besar panas yang diteruskan ke ruangan.

Gambar 4.22

Proses Konduksi Panas Melalui Kaca Jendela

Talarosha (2009)

Universitas Sumatera Utara

42

Universitas Sumatera Utara

No. Jenis Kaca Tebal Shading Coefficient

1.

Kaca Bening

¼ inci 0,95

2.

Kaca Bening

3/8 inci 0,90

No.

Penggunaan Kaca Shading

Coefficient

Jenis Kaca Warna Tebal

1. Kaca Bening -

-

¼

inci

3/8

inci

0,95

0,90

2. Heat Absorbing Glass Abu-abu, Bronze

atau

Green tinted

-

3/16

inci

½

inci

0,75

0,50

3. Reflective Glass Dark gray

metallized

Light gray

metallized

-

-

0,35 s/d

0,20

0,60 s/d

0,35

Tabel 4.7 Shading Coefficient untuk Berbagai Jenis Material Kaca, Egan dalam Talarosha (2005)

Tabel 4.8 Penggunaan Kaca, Warna, Ketebalan, dan Shading Coefficient pada Bangunan Musperin

Universitas Sumatera Utara

43

Universitas Sumatera Utara

3.

Kaca Bening

3/8 inci 0,90

4.

Kaca Bening

¼ inci 0,95

Universitas Sumatera Utara

44

Universitas Sumatera Utara

Dinding pada bangunan Musperin merupakan dinding batu bata yang dicat

berwarna putih

Gambar 4.23

Dinding Musperin

Universitas Sumatera Utara

45

Universitas Sumatera Utara

4.2.3 Analisis Pengaruh Orientasi dan Material Terhadap Kenyamanan Termal

Berdasarkan hasil pengukuran di atas yang dilakukan selama 6 hari, maka

dapat dibandingkan temperatur udara pada masing-masing orientasi ruang pada tiap-

tiap ruang bangunan. Sebelum masuk ke dalam analisa data, berikut merupakan tabel

cuaca pada hari pengukuran.

Maka untuk pengukuran selama 6 hari mulai dari tanggal 11 Mei sampai tanggal

10 Juni 2020, diperoleh hasil analisa data sebagai berikut :

27.528

28.529

29.530

30.531

31.532

32.533

Pengukuran Hari 1

09.00-12.00 12.00-15.00

Hari/ Tanggal Cuaca

Senin, 11 Mei 2020 Cerah

Jumat, 15 Mei 2020 Berawan

Rabu, 20 Mei 2020 Cerah

Jumat, 5 Juni 2020 Cerah

Senin, 8 Juni 2020 Cerah

Rabu, 10 Juni 2020 Berawan

Tabel 4.9 Keadaan Cuaca Selama Masa Pengukuran Suhu Udara

Gambar 4.24

Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 1

Universitas Sumatera Utara

46

Universitas Sumatera Utara

Cuaca pada tanggal 11 Mei 2020 tergolong cerah dan dapat terlihat dari grafik

bahwa pada pukul 12.00-15.00 temperatur udara pada tiap ruangan Museum

Perkebunan Indonesia cukup tinggi dibandingkan pada jam 09.00-12.00. Dan dapat

terlihat juga dari grafik bahwa ruangan-ruangan yang menghadap ke arah Timur

dan Selatan yaitu ruangan Sultan Ma’mun Al Rasjid (Lantai 1), Jacob Nienhuys

(Lantai 1), Selasar (Lantai 1), Ruang Sketsa Berwarna (Lantai 2), Ruang Alat

Perkebunan I (Lantai 2), Ruang Alat Perkebunan II (Lantai 2) memiliki suhu yang

lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan-ruangan yang berorientasi ke arah Barat

dan Utara, baik pada pukul 09.00-12.00 maupun pada pukul 12.00-15.00.

Kemudian, ruangan-ruangan pada Lantai 2 mengalami peningkatan suhu

dibandingkan ruangan-ruangan pada Lantai 1 karena terpapar oleh cahaya matahari

secara langsung. Namun keadaan ruangan di Lantai 2 pada beberapa spot sedikit

sejuk karena jendela dibiarkan terbuka sehingga udara bisa mengalir dengan baik.

Material yang digunakan pada dinding yaitu material batu bata merupakan isolator

yang baik, sehingga ruangan menjadi lebih sejuk. Material pada jendela yaitu

material kaca bening yang merambatkan hampir seluruh panas ke dalam ruangan.

Hal ini menunjukkan bahwa material dinding dan jendela tidak berpengaruh kepada

kenyamanan termal karena suhu udara pada ruangan tetap tinggi.

Universitas Sumatera Utara

47

Universitas Sumatera Utara

Cuaca pada tanggal 15 Mei 2020 tergolong cerah dan dapat terlihat dari grafik

bahwa pada pukul 12.00-15.00 temperatur udara pada tiap ruangan Museum

Perkebunan Indonesia cukup tinggi dibandingkan pada jam 09.00-12.00. Dan dapat

terlihat juga dari grafik bahwa ruangan-ruangan yang menghadap ke arah Timur

dan Selatan yaitu ruangan Sultan Ma’mun Al Rasjid (Lantai 1), Jacob Nienhuys

(Lantai 1), Selasar (Lantai 1), Ruang Sketsa Berwarna (Lantai 2), Ruang Alat

Perkebunan I (Lantai 2), Ruang Alat Perkebunan II (Lantai 2) memiliki suhu yang

lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan-ruangan yang berorientasi ke arah Barat

dan Utara, baik pada pukul 09.00-12.00 maupun pada pukul 12.00-15.00.

Kemudian, ruangan-ruangan pada Lantai 2 mengalami peningkatan suhu

dibandingkan ruangan-ruangan pada Lantai 1 karena terpapar oleh cahaya matahari

secara langsung. Namun keadaan ruangan di Lantai 2 pada beberapa spot sedikit

sejuk karena jendela dibiarkan terbuka sehingga udara bisa mengalir dengan baik.

262728293031323334

Pengukuran Hari 2

09.00-12.00 12.00-15.00

Gambar 4.25

Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 2

Universitas Sumatera Utara

48

Universitas Sumatera Utara

Material yang digunakan pada dinding yaitu material batu bata merupakan isolator

yang baik, sehingga ruangan menjadi lebih sejuk. Material pada jendela yaitu

material kaca bening yang merambatkan hampir seluruh panas ke dalam ruangan.

Hal ini menunjukkan bahwa material dinding dan jendela tidak berpengaruh kepada

kenyamanan termal karena suhu udara pada ruangan sedikit lebih rendah

dibandingkan hari pertama.

Cuaca pada tanggal 20 Mei 2020 tergolong cerah dan dapat terlihat dari grafik

bahwa pada pukul 12.00-15.00 temperatur udara pada tiap ruangan Museum

Perkebunan Indonesia cukup tinggi dibandingkan pada jam 09.00-12.00. Dan dapat

terlihat juga dari grafik bahwa ruangan-ruangan yang menghadap ke arah Timur

dan Selatan yaitu ruangan Sultan Ma’mun Al Rasjid (Lantai 1), Jacob Nienhuys

(Lantai 1), Selasar (Lantai 1), Ruang Sketsa Berwarna (Lantai 2), Ruang Alat

Perkebunan I (Lantai 2), Ruang Alat Perkebunan II (Lantai 2) memiliki suhu yang

25262728293031323334

Pengukuran Hari 3

09.00-12.00 12.00-15.00

Gambar 4.26

Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 3

Universitas Sumatera Utara

49

Universitas Sumatera Utara

lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan-ruangan yang berorientasi ke arah Barat

dan Utara, baik pada pukul 09.00-12.00 maupun pada pukul 12.00-15.00.

Kemudian, ruangan-ruangan pada Lantai 2 mengalami peningkatan suhu

dibandingkan ruangan-ruangan pada Lantai 1 karena terpapar oleh cahaya matahari

secara langsung. Namun keadaan ruangan di Lantai 2 pada beberapa spot sedikit

sejuk karena jendela dibiarkan terbuka sehingga udara bisa mengalir dengan baik.

Material pada jendela yaitu material kaca bening yang merambatkan hampir seluruh

panas ke dalam ruangan. Hal ini menunjukkan bahwa material dinding dan jendela

tidak berpengaruh kepada kenyamanan termal karena suhu udara pada ruangan

tetap tinggi.

Cuaca pada tanggal 5 Juni 2020 tergolong cerah dan dapat terlihat dari grafik

bahwa pada pukul 12.00-15.00 temperatur udara pada tiap ruangan Museum

25262728293031323334

Pengukuran Hari 4

09.00-12.00 12.00-15.00

Gambar 4.27

Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 4

Universitas Sumatera Utara

50

Universitas Sumatera Utara

Perkebunan Indonesia cukup tinggi dibandingkan pada jam 09.00-12.00. Dan dapat

terlihat juga dari grafik bahwa ruangan-ruangan yang menghadap ke arah Timur

dan Selatan yaitu ruangan Sultan Ma’mun Al Rasjid (Lantai 1), Jacob Nienhuys

(Lantai 1), Selasar (Lantai 1), Ruang Sketsa Berwarna (Lantai 2), Ruang Alat

Perkebunan I (Lantai 2), Ruang Alat Perkebunan II (Lantai 2) memiliki suhu yang

lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan-ruangan yang berorientasi ke arah Barat

dan Utara, baik pada pukul 09.00-12.00 maupun pada pukul 12.00-15.00.

Kemudian, ruangan-ruangan pada Lantai 2 mengalami peningkatan suhu

dibandingkan ruangan-ruangan pada Lantai 1 karena terpapar oleh cahaya matahari

secara langsung. Namun keadaan ruangan di Lantai 2 pada beberapa spot sedikit

sejuk karena jendela dibiarkan terbuka sehingga udara bisa mengalir dengan baik.

Material yang digunakan pada dinding yaitu material batu bata merupakan isolator

yang baik, sehingga ruangan menjadi lebih sejuk. Material pada jendela yaitu

material kaca bening yang merambatkan hampir seluruh panas ke dalam ruangan.

Hal ini menunjukkan bahwa material dinding dan jendela tidak berpengaruh kepada

kenyamanan termal karena suhu udara pada ruangan tetap tinggi.

Universitas Sumatera Utara

51

Universitas Sumatera Utara

Cuaca pada tanggal 8 Juni 2020 tergolong cerah dan dapat terlihat dari grafik

bahwa pada pukul 12.00-15.00 temperatur udara pada tiap ruangan Museum

Perkebunan Indonesia cukup tinggi dibandingkan pada jam 09.00-12.00. Dan dapat

terlihat juga dari grafik bahwa ruangan-ruangan yang menghadap ke arah Timur

dan Selatan yaitu ruangan Sultan Ma’mun Al Rasjid (Lantai 1), Jacob Nienhuys

(Lantai 1), Selasar (Lantai 1), Ruang Sketsa Berwarna (Lantai 2), Ruang Alat

Perkebunan I (Lantai 2), Ruang Alat Perkebunan II (Lantai 2) memiliki suhu yang

lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan-ruangan yang berorientasi ke arah Barat

dan Utara, baik pada pukul 09.00-12.00 maupun pada pukul 12.00-15.00.

Kemudian, ruangan-ruangan pada Lantai 2 mengalami peningkatan suhu

dibandingkan ruangan-ruangan pada Lantai 1 karena terpapar oleh cahaya matahari

secara langsung. Namun keadaan ruangan di Lantai 2 pada beberapa spot sedikit

sejuk karena jendela dibiarkan terbuka sehingga udara bisa mengalir dengan baik.

28

29

30

31

32

33

34

Pengukuran Hari 5

09.00-12.00 12.00-15.00

Gambar 4.28

Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 5

Universitas Sumatera Utara

52

Universitas Sumatera Utara

Material yang digunakan pada dinding yaitu material batu bata merupakan isolator

yang baik, sehingga ruangan menjadi lebih sejuk. Material pada jendela yaitu

material kaca bening yang merambatkan hampir seluruh panas ke dalam ruangan.

Hal ini menunjukkan bahwa material dinding dan jendela tidak berpengaruh kepada

kenyamanan termal karena suhu udara pada ruangan tetap tinggi.

Cuaca pada tanggal 10 Juni 2020 tergolong cerah dan dapat terlihat dari grafik

bahwa pada pukul 12.00-15.00 temperatur udara pada tiap ruangan Museum

Perkebunan Indonesia cukup tinggi dibandingkan pada jam 09.00-12.00. Dan dapat

terlihat juga dari grafik bahwa ruangan-ruangan yang menghadap ke arah Timur

dan Barat yaitu ruangan Sultan Ma’mun Al Rasjid (Lantai 1), Jacob Nienhuys

(Lantai 1), Selasar (Lantai 1), Ruang Sketsa Berwarna (Lantai 2), Ruang Alat

Perkebunan I (Lantai 2), Ruang Alat Perkebunan II (Lantai 2), memiliki suhu yang

lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan-ruangan yang berorientasi ke arah Utara

dan Selatan, baik pada pukul 09.00-12.00 maupun pada pukul 12.00-15.00.

28

29

30

31

32

33

34

Pengukuran Hari 6

09.00-12.00 12.00-15.00

Gambar 4.29

Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 6

Universitas Sumatera Utara

53

Universitas Sumatera Utara

Kemudian, ruangan-ruangan pada Lantai 2 mengalami peningkatan suhu

dibandingkan ruangan-ruangan pada Lantai 1 karena terpapar oleh cahaya matahari

secara langsung. Namun keadaan ruangan di Lantai 2 pada beberapa spot sedikit

sejuk karena jendela dibiarkan terbuka sehingga udara bisa mengalir dengan baik.

Material yang digunakan pada dinding yaitu material batu bata merupakan isolator

yang baik, sehingga ruangan menjadi lebih sejuk. Material pada jendela yaitu

material kaca bening yang merambatkan hampir seluruh panas ke dalam ruangan.

Hal ini menunjukkan bahwa material dinding dan jendela tidak berpengaruh kepada

kenyamanan termal karena suhu udara pada ruangan sedikit lebih rendah

dibandingkan hari kelima.

Dari seluruh tabel kondisi suhu udara selama 6 hari, rata-rata suhu udara pada tiap

tabel membuktikan bahwa bagian bangunan yang berorientasi ke arah Timur dan

Selatan mengalami suhu udara yang lebih tinggi dibandingkan bagian bangunan

yang berorientasi ke arah Utara dan Barat. Hal ini dapat membuktikan bahwa teori

Hamdani, Bekkouche, Benouaz & Cherier (2012) dalam kasus hunian, orientasi

bangunan terhadap matahari memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan suhu udara di dalam ruang. Dalam kasus bangunan museum pun hal

tersebut juga dapat berlaku. Penelitian yang dilakukan Amelia (2013) membuktikan

bahwa bangunan yang berorientasi ke arah Utara-Barat mengalami

ketidaknyamanan paling tinggi. Sedangkan pada kasus museum ini, ruangan yang

berorientasi ke arah Timur dan Selatan mengalami ketidaknyamanan yang lebih

tinggi jika dibandingkan dengan ruangan yang berorientasi ke arah Utara dan Barat.

Peningkatan suhu pada ruangan kemungkinan juga disebabkan oleh jendela yang

jarang dibuka karena tiap ruangan terdapat AC dan kipas angin berdasarkan

Universitas Sumatera Utara

54

Universitas Sumatera Utara

wawancara dengan penjaga museum dan lampu sorot yang digunakan pada

bangunan. Namun, teori pada bab II menyebutkan bahwa nyatanya museum harus

memiliki sarana dan prasarana yang berkaitan erat dengan kegiatan pelestarian

koleksi-koleksinya yaitu vitrin, sarana perawatan koleksi seperti AC, dehumidifier,

CCTV, alarm, lampu, label, dll.

Dan berikut adalah tabel hasil pengamatan dan pengaruh material bangunan

Museum Perkebunan Indonesia terhadap kenyamanan termal (suhu udara) dilihat

dari konduktivitas termal, kerapatan, dan kapasitas kalornya. Namun hal tersebut

tidak terlalu berpengaruh karena pengaruh orientasi ternyata lebih dominan

dibandingkan dengan material bangunan terhadap kenyamanan termal.

Gambar 4.30

Lampu Sorot, AC, dan Kipas Angin pada Bangunan Musperin

Universitas Sumatera Utara

55

Universitas Sumatera Utara

No. Waktu Kondisi Suhu Udara Keterangan

Material

Pengaruh Pemilihan Jenis

Material Terhadap

Kenyamanan Termal

(Suhu Udara)

1. Pagi Hangat Nyaman 1. Kaca Bening

(Jendela)

o 1 W/mK

o 2500 kg/m3

C = 750 J/kgK

2. Batu Bata

(Dinding)

o 0,73 W/mK

o 1922 kg/m3

C = 800 J/kgK

Ket:

o : Thermal

Conductivity

o : Density

C : Specific Heat

Capacity

Kurang baik, karena memiliki

konduktivitas termal,

kerapatan, dan kapasitas kalor

yang cukup tinggi yang

berakibat pada meningkatnya

suhu pada ruangan

2. Siang Tidak Nyaman

3. Sore Tidak Nyaman

Kurang baik, karena memiliki

konduktivitas termal,

kerapatan, dan kapasitas kalor

yang cukup tinggi

Tabel 4.10 Pengaruh Material Terhadap Kenyamanan Termal

Gambar 4.31

Ruangan Musperin dan Kategori Kenyamanannya

Universitas Sumatera Utara

56

Universitas Sumatera Utara

Selama dilakukan pengukuran suhu selama 6 hari, dapat ditarik

kesimpulan bahwa gambar 4.21 menunjukkan rata-rata ruangan pada Museum

Perkebunan Indonesia masuk ke dalam kategori Tidak Nyaman menurut Standar

Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi Pada Bangunan. Terdapat 8

ruangan yang masuk ke dalam kategori tidak nyaman yaitu ruang operator (lantai

1), ruang sepeda (lantai 1), ruang Trick Eye (lantai 1), ruang sketsa hitam putih

(Lantai 2), ruang sketsa berwarna (Lantai 2), ruang alat perkebunan (lantai 2),

ruang alat perkebunan II (lantai 2), dan ruang oleokimia (lantai 2) dan selebihnya

masuk ke dalam kategori hangat nyaman dan nyaman optimal.

Universitas Sumatera Utara

56

Universitas Sumatera Utara

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pengaruh orientasi terhadap kenyamanan termal lebih signifikan

dibandingkan pengaruh material bangunan terhadap kenyamanan termal,

yaitu tepatnya pada suhu udara.

Hasil pengolahan data membuktikan bahwa bagian bangunan yang

menghadap ke Timur dan Selatan cenderung memiliki suhu yang tinggi

dibandingkan bagian bangunan yang mengarah ke Barat Utara menurut

Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi Pada Bangunan.

Dan rata-rata ruangan pada Bangunan Museum Perkebunan Indonesia masuk

ke dalam kategori tidak nyaman.

Universitas Sumatera Utara

57

Universitas Sumatera Utara

5.2 Saran

Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya membahas tentang

kecepatan angin ataupun radiasi matahari pada bangunan Museum

Perkebunan Indonesia karena kedua hal tersebut masih menjadi bagian dari

aspek kenyamanan termal.

Universitas Sumatera Utara

58

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Adi Sudirman. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia .Jogjakarta: Diva Press.

Hal. 250

Adi Sudirman. 2014. Op.cit. Hal. 251

ASHRAE. (1992). Thermal Environmental Condition for Human Occupancy

(ASHRAE Standard 55-56). ASHRAE: Atlanta US

Corsini. 1997. Teori Desain Arsitektur Tropis.

Djakariah. 2014. Sejarah Indonesia II. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Hal.64

Handinoto & Soehargo, P. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial

Belanda di Malang. Surabaya: Lembaga

Handinoto (1996), Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial belanda di

Surabaya 1870-1940, Andi Press, Jogjakarta.

Herdiansyah, Wildan. 2010. VOC Negara Dalam Negara. Bogor: PT. Regina

Eka Utama. Hal.9

Herdiansyah, Wildan. 2010. Op.cit. Hal.17

Karsono, Tri Haryo. 2016. Arsitektur Tropis. Erlangga.

Amelia, Kiki. Pengaruh Orientasi Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal Pada

Perumahan Di Bandung, Jurnal dari Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.

2013

Koenigsberger, Otto H. 1975. Manual of Tropical Housing & Building. California

: Orient Longman Private Limited.

Lapian, A.B (Dalam Kata Pengantar) G.J.Resink. 2013. Bukan 350 Tahun Dijajah.

Depok: Komunitas Bambu Hal.xxi

Lippsmeier, G. 1997. Bangunan Tropis. Erlangga: Jakarta

Universitas Sumatera Utara

59

Universitas Sumatera Utara

Mangunwijaya Y.B (1994). Pengantar Fisika Bangunan Jakarta; Djambatan.

Nu Laela Latifah. Fisika Bangunan 1, Griya Kreasi, Jakarta. 2015

Safeyah, Muchlisiniyati. 2006. Jurnal Perkembangan “Arsitektur Kolonial” di

Kawasan Potroagung: Surabaya. http://eprints.upnjatim.ac.id/1275/1/TA-

Muchlisiniyati_31.pdf

Soekiman, Djoko. 2011. Kebudayaan Indis: Dari zaman Kompeni sampai Revolusi.

Depok: Komunitas Bambu

Sugiyatmo, DR, Ir, RM., 2017. Pengertian dan Konsep Arsitektur Tropis. [Online]

Available at: http://trtb.pemkomedan.go.id/artikel-963-teknik-strukturbangunan-

dengan-konstruksi-kayu.html [Diakses 24 Oktober 2018].

Sumalyo, Y. (1993). Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press

Sumalyo, Y. (1995) Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia. Gajah Mada

University Press. Jogyakarta.

Talarosha, Basaria. 2005. Menciptakan Kenyamanan Termal Dalam Bangunan.

Universitas Sumatera Utara. Medan

Wardani, Laksmi K. (2009). Gaya Desain Kolonial Belanda Pada Interior Gereja

Katolik Hati Kudus Yesus Surabaya. Jurnal Desain Interior.

Wirawan, I made Yuridha. Penerapan Konsep Infill Pada Bangunan Museum

Dalam Kawasan Heritage di Banjarmasin. E-Journal Graduate Unpar. 2014

Wirawan, I Gede. Jurnal Arsitektur Kolonial. 2014.

Yuuwono, A. Bambang. Pengaruh Orientasi Bangunan Terhadap Kemampuan

Menahan Panas Pada Rumah Tinggal Di Perumahan Wonorejo Surakarta. Tesis

Program Magister Teknik Arsitektur. Universitas Diponegoro. Semarang. 2007

Universitas Sumatera Utara

60

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara