pengaruh motivasi kerja thd kinerja dgn persepsi lingkungan kerja sbg variabel pemoderasi - ana sri...

13
 FEBRUARI 2012, VOLUME 4 NOMOR 1 19 PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA DENGAN PERSEPSI LINGKUNGAN KERJA SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (STUDI PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SURAKARTA) Ana Sri Ekaningsih Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bulungan Tarakan Jalan Gunung Amal Kampung Enam Tarakan  Abs t r a ct : The purpose of this study was to determine the effect of perception on the work environment moderate the motivation of the staff's performance civil service Police Unit Surakarta. This research is a type of predictive research survey approach. Source of data required is a source of primary and secondary data. Data collection techniques with the questionnaire. Sampling technique with stratified random sampling with a sample of 53 people. Method of quantitative analysis with hierarchical regression analysis, hypothesis tests of significance which includes t test and coefficient of determination. The results can be found motivation to work have a significant effect on employee performance, so that hypothesis 1 is supported in this study. This means that the motivation to work will impact  positively on performance. Indicates the positive influence of higher work motivation will be higher the employee's performance, otherwise the lower the motivation to work the lower the performance level of all employees. Work environment could not moderate the influence of motivation on employee  performance, so that hypothesis 2 in this study are not supported. Kata kunci: motivasi bekerja, kinerja, dan persepsi dari lingkungan kerja PENDAHULUAN Diberlakukannya Undang-undang No- mor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Un- dang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang  Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, merupakan isu strategis yang perlu dikaji dengan seksama mengingat dengan pemberlakuan kedua per- aturan tersebut paradigma manajemen peme- rintahan daerah mengalami pergeseran yang signifikan terhadap sistem pemerintahan dae- rah yang sentralistik menjadi desentralistik. Perubahan tersebut juga berimplikasi terha- dap keberadaan Polisi Pamong Praja yang se- mula merupakan Pera ngkat Wilay ah menjadi Perangkat Pemerintah Daerah dengan tu-gas membantu Kepala Daerah dalam menyeleng- garakan ketentraman dan ketertiban umum serta menegakan Peraturan Daerah. Ditetap- kannya kedua peraturan tersebut, daerah da-  pat memberdayakan dan meningkatkan ke- mampuan perekomonian, mewujudkan sistem  perimbangan keuangan antara pusat dan dae- rah yang mencerminkan pembagian wewe- nang yang jelas antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Selain itu dapat mendorong otonomi yang luas dan nyata melalui penggunaan dana yang menjadi hak daerah. Sejalan pada pergeseran tersebut, pada hakekatnya menuju upaya terwujudnya pe- ningkatan kinerja yang optimal untuk dapat memanfaatkan potensi sumber daya manusia

Upload: juru-ketik

Post on 18-Oct-2015

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • FEBRUARI 2012, VOLUME 4 NOMOR 1

    19

    PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA DENGAN PERSEPSI

    LINGKUNGAN KERJA SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

    (STUDI PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SURAKARTA)

    Ana Sri Ekaningsih

    Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bulungan Tarakan

    Jalan Gunung Amal Kampung Enam Tarakan

    Abstract: The purpose of this study was to determine the effect of perception on the

    work environment moderate the motivation of the staff's performance civil service

    Police Unit Surakarta. This research is a type of predictive research survey

    approach. Source of data required is a source of primary and secondary data. Data

    collection techniques with the questionnaire. Sampling technique with stratified

    random sampling with a sample of 53 people. Method of quantitative analysis with

    hierarchical regression analysis, hypothesis tests of significance which includes t

    test and coefficient of determination. The results can be found motivation to work

    have a significant effect on employee performance, so that hypothesis 1 is

    supported in this study. This means that the motivation to work will impact

    positively on performance. Indicates the positive influence of higher work

    motivation will be higher the employee's performance, otherwise the lower the

    motivation to work the lower the performance level of all employees. Work

    environment could not moderate the influence of motivation on employee

    performance, so that hypothesis 2 in this study are not supported.

    Kata kunci: motivasi bekerja, kinerja, dan persepsi dari lingkungan kerja

    PENDAHULUAN

    Diberlakukannya Undang-undang No-

    mor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Un-

    dang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

    Pemerintahan Daerah dan Undang-undang

    Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

    Keuangan Pusat dan Daerah, merupakan isu

    strategis yang perlu dikaji dengan seksama

    mengingat dengan pemberlakuan kedua per-

    aturan tersebut paradigma manajemen peme-

    rintahan daerah mengalami pergeseran yang

    signifikan terhadap sistem pemerintahan dae-

    rah yang sentralistik menjadi desentralistik.

    Perubahan tersebut juga berimplikasi terha-

    dap keberadaan Polisi Pamong Praja yang se-

    mula merupakan Perangkat Wilayah menjadi

    Perangkat Pemerintah Daerah dengan tu-gas

    membantu Kepala Daerah dalam menyeleng-

    garakan ketentraman dan ketertiban umum

    serta menegakan Peraturan Daerah. Ditetap-

    kannya kedua peraturan tersebut, daerah da-

    pat memberdayakan dan meningkatkan ke-

    mampuan perekomonian, mewujudkan sistem

    perimbangan keuangan antara pusat dan dae-

    rah yang mencerminkan pembagian wewe-

    nang yang jelas antara Pemerintah Pusat dan

    Daerah. Selain itu dapat mendorong otonomi

    yang luas dan nyata melalui penggunaan dana

    yang menjadi hak daerah.

    Sejalan pada pergeseran tersebut, pada

    hakekatnya menuju upaya terwujudnya pe-

    ningkatan kinerja yang optimal untuk dapat

    memanfaatkan potensi sumber daya manusia

  • JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

    PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA DENGAN PERSEPSI LINGKUNGAN KERJA

    SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (STUDI PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA

    SURAKARTA)

    Ana Sri Ekaningsih

    20

    yang ada di daerah. Dalam sebuah organisasi,

    tantangan yang dihadapi saat ini seperti glo-

    balisasi dan perubahan teknologi yang cepat

    memerlukan sumber daya manusia yang me-

    madai, sehingga untuk menghadapi kondisi

    yang demikian dituntut mendorong penyem-

    purnaan dalam berbagi sistem pengelolaan

    sumber daya manusia agar dapat hidup dan

    berkembang demi pencapaian tujuan organi-

    sasional.

    Demikian pula dengan keberadaan

    Satuan Polisi Pamong Praja Kota Surakarta

    sebagai organisasi publik yang memiliki visi

    terwujudnya situasi dan kondisi kota Sura-karta yang aman, tertib, terkendali dan kon-

    dusif harus mampu memberikan yang ter-baik dengan meningkatkan kinerjanya. De-

    ngan kinerja yang tinggi diharapkan Satuan

    Polisi Pamong Praja Kota Surakarta akan

    mampu mewujudkan situasi dan kondisi kota

    Surakarta yang aman, tertib, terkendali dan

    kondusif.

    Salah satu faktor yang dianggap penting

    bagi peningkatan kinerja yaitu adanya moti-

    vasi karyawan. Motivasi kerja adalah jiwa

    pendorong yang kuat bagi manusia untuk me-

    lakukan suatu pekerjaan yang berkaitan de-

    ngan tujuan dan kebutuhan yang ingin dica-

    painya. Suprihanto (1996,34) menyebutkan

    tentang teori motivasi klasik yang diambil

    dari Frederick W. Taylor bahwa konsep dasar

    teori motivasi, adalah seorang akan bersedia

    bekerja dengan baik, bila orang berkeyakinan

    akan memproleh imbalan yang ada kaitannya

    langsung dengan kerjanya. Konsep ini berarti

    bahwa seorang akan menurun semangatnya

    dalam bekerja, apabila imbalan yang ber-

    bentuk natura maupun uang tidak terpenuhi.

    Satuan Polisi Pamong Praja Kota Sura-

    karta sebagai institusi public service yang

    memiliki fungsi pelayanan tentunya mempu-

    nyai akses besar dan tampaknya tidak terle-

    pas dari perannya dalam menyikapi fenomena

    pengelolaan sumber dayanya. Mencari solusi

    tentang kinerja karyawan tampaknya merupa-

    kan tuntutan saat ini untuk memberikan pela-

    yanan kepada masyarakat kota Surakarta khu-

    susnya secara efektif dan efisien. Penanganan

    masalah faktor kinerja karyawan pada Satu-

    an Polisi Pamong Praja Kotra Surakarta ini

    diharapkan mampu memberikan rekomendasi

    terhadap pengelolaan sumber daya manusia

    dalam menjalankan misi dan tugas pokok ser-

    ta fungsinya.

    Selain motivasi, faktor lingkungan kerja

    dalam suatu organisasi mempunyai arti pen-

    ting bagi karyawan yang melakukan aktifitas,

    karena hal ini akan menentukan secara lang-

    sung maupun tidak langsung terhadap manu-

    sia di dalamnya (Davis,1999,129). Kondisi

    lingkungan kerja organisasi adalah sikap, ni-

    lai, norma, dan perasaan yang lazim dimiliki

    oleh para karyawan sehubungan dengan peru-

    sahaan mereka (Steer,1980,96). Lingkungan

    kerja merupakan faktor pokok yang menentu-

    kan tingkah laku dalam aktifitas. Lingkungan

    kerja yang menyenangkan akan mendorong

    tingkat kinerja dipandang sesuai dengan ke-

    butuhan yang diinginkan, maka ada pening-

    katan kinerja yang lebih baik dari pada sebe-

    lumnya. Sebaliknya bilamana kondisi yang

    timbul bertentangan dengan tujuan, kebutu-

    han dan motivasi pribadi, dapat diharapkan

    bahwa kinerja akan berkurang.

    Studi tentang kinerja pegawai pada Sa-

    tuan Polisi Pamong Praja Kota Surakarta ini,

    diharapkan mampu memberikan kontribusi

    terhadap pengelolaan sumber daya manusia

    dalam menjalankan misi dan tugas pokoknya,

    sehingga perlu diteliti faktor motivasi dan

    lingkungan kerja yang diduga berpengaruh

    terhadap peningkatan kinerja pegawai pada

    Satuan Polisi Pamong Praja Kota Surakarta.

    Sehubungan dengan uraian latar belakang di

    atas, maka yang menjadi permasalahan dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)

    Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap

    kinerja pegawai pada Satuan Polisi Pamong

    Praja Kota Surakarta?; dan (2) Apakah per-

  • FEBRUARI 2012, VOLUME 4 NOMOR 1

    21

    sepsi lingkungan kerja memoderasi pengaruh

    motivasi terhadap terhadap kinerja pegawai?

    Motivasi Kerja

    Motivasi adalah keinginan yang terda-

    pat pada seseorang individu yang merang-

    sangnya untuk melakukan tindakan-tindakan

    (Terry, 2006,328). Motivasi adalah kesedia-

    an untuk melaksanakan upaya tinggi untuk

    mencapai tujuan organisasi yang dikondisi

    oleh kemampuan, upaya demikian untuk me-

    menuhi kebutuhan individual tertentu. Moti-

    vasi sebagai pemberian daya penggerak yang

    menciptakan kegairahan kerja seseorang agar

    mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan

    terintegrasi dengan segala daya upaya untuk

    mencapai kekuatan. Motivasi berarti doro-

    ngan atau daya penggerak yang hanya diberi-

    kan kepada manusia, khususnya kepada para

    bawahan atau para pengikut (Siagian, 2003,

    74).

    Triguna (2001,58) mengatakan bahwa

    motivasi merupakan komponen penting da-

    lam meraih keberhasilan suatu proses kerja,

    karena memuat unsur pendorong bagi sese-

    orang untuk melakukan suatu pekerjaan sen-

    diri maupun berkelompok. Robbins (2002,

    198) mengemukakan motivasi adalah ke-

    sediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya

    yang tinggi ke arah tujuan organisasi, yang

    dikondisikan oleh kemampuan upaya itu un-

    tuk memenuhi suatu kebutuhan individual.

    Dari uraian tersebut nampak bahwa seseorang

    bersedia untuk melakukan tindakan atau ke-

    giatan karena adanya kebutuhan individual-

    nya dan kebutuhan individual ini berbeda an-

    tara orang yang satu dengan orang yang lain-

    nya.

    Amstrong (2008,236), mengemukakan

    bahwa motivasi sebagai sesuatu yang mem-

    buat orang bertindak atau berperilaku dalam

    cara-cara tertentu. Motivasi merupakan se-

    suatu yang menggerakkan orang untuk men-

    capai rasa memiliki tujuan bersama dengan

    memastikan bahwa sejauh mungkin keingin-

    an kebutuhan serta keinginan kebutuhan ang-

    gotanya berada dalam keadaan yang harmo-

    nis atau seimbang.

    Hodges dan Luthans dalam Handoko

    dkk (2005,144) menyatakan bahwa motivasi

    kerja merupakan proses psikologis melalui

    keinginan yang belum terpuaskan, yang di-

    arahkan dan didorong ke pencapaian tujuan,

    insentif. Menurut Luthans yang dikutip oleh

    Setiati dalam Handoko dkk. (2005,144) me-

    nyatakan bahwa motivasi kerja merupakan

    proses dasar yang dimulai dengan adanya

    suatu kebutuhan (needs).

    Lingkungan Kerja

    Menurut Darvis (1981) lingkungan ker-

    ja dalam suatu organisasi mempunyai arti

    penting bagi individu yang bekerja didalam-

    nya, karena lingkungan ini akan mempenga-

    ruhi secara langsung maupun tidak langsung

    manusia yang ada di dalamnya. Hal ini ada

    tiga alasan, antara lain: (a) ada bukti yang

    menunjukkan bahwa tugas dapat diselesaikan

    dengan lebih baik pada lingkungan kerja or-

    ganisasi yang baik; (b) ada bukti bahwa ma-

    najer (pimpinan) dapat mempengaruhi ling-

    kungan kerja dalam organisasi atau unit kerja

    yang dipimpin; dan (b) kecocokan antara in-

    dividu dengan organisasi mempunyai peranan

    yang sangat penting dalam mencapai prestasi

    dan kepuasan individu itu sendiri dalam orga-

    nisasi.

    Gibson (1997) dalam bukunya mengata-

    kan bahwa kinerja pegawai salah satunya di-

    pengaruhi oleh lingkungan kerja (struktur or-

    ganisasi, desain pekerjaan, kebijakan, aturan-

    aturan, dukungan, penghargaan, situasi kon-

    flik, sanksi, standar nilai serta sumber daya).

    Lingkungan kerja dalam organisasi akan

    memberikan gambaran bahwa seseorang be-

    kerja akan menghasilkan output yang baik bi-

    la mereka cocok dengan organisasi dan pe-

    kerjaannya, maka tugas utama manajer (pe-

    mimpin) adalah melakukan kepemimpinan

    dengan segala teknisnya. Pendapat lain me-

  • JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

    PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA DENGAN PERSEPSI LINGKUNGAN KERJA

    SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (STUDI PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA

    SURAKARTA)

    Ana Sri Ekaningsih

    22

    ngatakan bahwa yang dimaksud dengan ling-

    kungan kerja terutama sikap, nilai, norma dan

    perasaan yang lazim dimiliki para pekerjanya

    atau karyawan sehubungan dengan perusa-

    haan (Steers, 1980).

    Menurut Supardi (2001,37) lingkungan

    kerja merupakan keadaan sekitar tempat kerja

    baik secara fisik maupun non fisik yang dapat

    memberikan kesan menyenangkan meng-

    amankan, menentramkan dan kesan krasan

    atau betah bekerja dan lain sebagainya. Me-

    nurut Ahwari (2007,84) lingkungan kerja

    adalah suatu lingkungan dimana kerja bekerja

    sedangkan kondisi kerja merupakan kondisi

    dimana pegawai tersebut bekerja. Kondisi

    kerja termasuk salah satu unsur lingkungan

    kerja, sebab lingkungan kerja didalam organi-

    sasi/kelembagaan bukan hanya terdiri dari

    kondisi kerja sama, tetapi bila kondisi kerja

    ditambah beberapa aspek lain maka akan

    membentuk lingkungan kerja.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi ling-

    kungan kerja sebagai berikut: (1) pelayanan

    makan atau minum; (2) pelayanan kesehatan

    bagi pegawai dan keluarganya; (3) penyedia-

    an kamar mandi/kamar kecil; (4) kondisi ker-

    ja; (5) penerangan cukup; (6) penggunaan

    warna kantor; (9) ruang gerak cukup; dan

    (10) keamanan kerja (Ahwari,2007,86).

    Menurut Nitisemito (2001,109) lingku-

    ngan kerja adalah segala sesuatu yang ada

    disekitar pegawai yang mempengaruhi hasil

    tugas-tugas yang dibebankan. Faktor-faktor

    yang dapat termasuk lingkungan kerja yang

    harus diketahui dan diperhatikan yang berpe-

    ngaruh besar terhadap semangat dan kegai-

    rahan kerja antara lain: (1) pewarnaan; (2) ke-

    bersihan; (3) pertukaran udara; (4) penera-

    ngan; (5) musik; (6) keamanan; dan (7) kebi-

    singan. Lingkungan kerja yang memenuhi

    syarat sebagaimana diatas dapat membuat pe-

    gawai merasa nyaman senang betah bekerja

    dan memiliki gairah kerja yang bertambah se-

    hingga dapat menaikkan kinerja.

    Berdasarkan definisi-definisi di atas da-

    pat disimpulkan bahwa lingkungan kerja ada-

    lah keadaan sekitar tempat kerja baik secara

    fisik maupun non fisik yang dapat mem-

    pengaruhi dimana karyawan melakukan akti-

    vitas pekerjaan.

    Kinerja

    Menurut Bernadin dan Russel (1995,

    156), kinerja adalah hasil dari fungsi suatu

    pekerjaan atau kegiatan tertentu selama suatu

    periode waktu tertentu, sedangkan menurut

    Robbins (2001,145), kinerja adalah suatu

    ukuran yang mencakup keefektifan dalam

    pencapaian tujuan dan efisiensi yang merupa-

    kan rasio dari keluaran efektif, terhadap ma-

    sukan yang diperlukan untuk mencapai tujuan

    itu. Jadi jika seseorang telah diterima, ditem-

    patkan pada suatu organisasi/unit kerja terten-

    tu mereka harus dikelola agar menunjukkan

    kinerja yang baik. Siapa yang bertanggung ja-

    wab terhadap kinerja mereka adalah setiap

    pemimpin pada semua level.

    Manajemen Kinerja yang berorientasi

    pada input, Putti (1990) menyebut metode ini sebagai metode yang individual centered

    dan lebih jauh Putti menulis bahwa pende-

    katan atau cara yang bersifat individual atau

    person centered approach adalah cara tradi-

    sional yang menekankan pada pengukuran

    atau penilaian ciri-ciri kepribadian karyawan

    daripada hasil (prestasi) kerjanya. Ciri-ciri

    atau karakteristik kepribadian yang banyak

    dijadikan obyek pengukuran adalah kejujur-

    an, ketaatan, disiplin, loyalitas, inisiatif, krea-

    tivitas, adaptasi, komitmen, motivasi (kemau-

    an), dan sopan santun. Dengan demikian da-

    pat disimpulkan bahwa kinerja adalah kuan-

    titas pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh

    individu dalam kurun waktu tertentu dalam

    rangka menyelesaikan pekerjaannya.

    Menurut Robbins (2001,218) kinerja

    pegawai adalah sebagai fungsi dari interaksi

    antara kemampuan dan motivasi yaitu ki-

    nerja. Jika ada yang tidak memadai, kinerja

  • FEBRUARI 2012, VOLUME 4 NOMOR 1

    23

    akan dipengaruhi secara negatif. Disamping

    motivasi perlu juga dipertimbangkan kecer-

    dasan dan keterampilan untuk menjelaskan

    dan menilai kinerja pegawai.

    Menurut Asad (2004,48) kinerja meru-pakan hasil yang dicapai seseorang menurut

    ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang

    bersangkutan. Menurut Mangkunegara (2001,

    67) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas

    dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

    pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesu-

    ai dengan tanggung jawab yang diberikan

    kepadanya.

    Menurut Mahsum (2006,25) kinerja

    (performance) adalah gambaran mengenai

    tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegia-

    tan/program/kebijakan dalam mewujudkan

    sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang

    tertuang dalam strategic planning suatu orga-

    nisasi.

    Widodo (2006) yang menguji pengaruh

    motivasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja.

    Hasil penelitiannya dibuktikan terdapat pe-

    ngaruh positif dan signifikan antara motivasi

    kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja,

    sedangkan variabel pendidikan memperkuat

    pengaruh motivasi terhadap kinerja. Hayani

    (2003) yang menguji pengaruh motivasi dan

    lingkungan kerja terhadap peningkatan ki-

    nerja pegawai. Hasil penelitiannya ditemukan

    variabel motivasi dan lingkungan kerja ber-

    pengaruh terhadap kinerja pegawai baik diuji

    secara parsial maupun secara simultan.

    Heifetz (2000) yang menguraikan ten-

    tang keterkaitan antara kultur sebagai bentuk

    lingkungan kerja dan perilaku individu yang

    mempengaruhi kinerja seseorang. Hasil pene-

    litian ditemukan bahwa kultur dari lingku-

    ngan kerja yang berlaku didalam suatu orga-

    nisasi memiliki andil dalam mempengaruhi

    kinerja seseorang.

    Chawdhury (2007) yang menjelaskan

    bahwa pentingnya otoriter dan perilaku posi-

    tif pencapaian motivasi dari pengawas dalam

    meningkatkan motivasi kerja dan kinerja.

    Semua hypotheses telah diuji dengan meng-

    gunakan analisis regresi dan pearson corre-

    lations latar belakang untuk mengendalikan

    variabel jenis kelamin, status perkawinan,

    dan etnis. Temuan menunjukkan bahwa sam-

    pai batas-batas pengawas yang terlibat dalam

    perilaku positif motivational, intrinsik moti-

    vasi yang meningkat terhadap peningkatan

    kinerja mereka.

    Kamali et.al. (2006) menjelaskan bah-

    wa dalam ilmu perilaku manusia, motivasi

    adalah proses psikologis dasar, seperti per-

    sepsi dan belajar. Di sisi lain, harus diingat

    bahwa motivasi tidak harus dipikirkan seba-

    gai satu-satunya penjelasan tentang perilaku.

    Banyak orang menyamakan persepsi penye-

    bab dan pembelajaran, yang disajikan di sini

    adalah sebagai makhluk yang sangat penting

    dalam memahami proses perilaku. Ia berin-

    teraksi dengan dan bertindak bersama-sama

    dengan proses psikologis dan kepribadian.

    Motivasi tidak dapat dilihat. Semua yang da-

    pat dilihat adalah perilaku. Banyak yang per-

    caya bahwa kunci untuk meningkatkan

    kinerja dan produktivitas di wilayah/berusaha

    adalah motivasi pada kemampuan.

    Kerangka Pemikiran

    Dalam rangka memudahkan memper-

    oleh pemahaman tentang arah penelitian yang

    dilakukan, maka perlu ditentukan kerangka

    pemikirannya. Kerangka pemikiran dan pene-

    litian ini dapat dideskripsikan pada gambar 1.

    Faktor motivasi memiliki hubungan

    langsung dengan kinerja individual karya-

    wan. Sesuai dengan pendapat David Mc.

    Clelland (dalam Owens, 1987,129) yang me-

    ngatakan bahwa motivasi kerja karyawan

    akan timbul bila ada pemuasan kebutuhan,

    yaitu: kebutuhan prestasi, kekuasaan dan afi-

    liasi. Sedangkan faktor lingkungan kerja me-

    miliki hubungan yang tidak langsung dengan

    kinerja. Dalam Gibson (1997) menyebutkan

    bahwa kinerja pegawai salah satunya dipe-

    ngaruhi oleh lingkungan kerja, yang dida-

  • JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

    PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA DENGAN PERSEPSI LINGKUNGAN KERJA

    SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (STUDI PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA

    SURAKARTA)

    Ana Sri Ekaningsih

    24

    lamnya terdapat indikator struktur organisasi,

    desain pekerjaan, kebijakan, aturan-aturan,

    dukungan, penghargaan, situasi konflik, sank-

    si, standar nilai serta sumber daya. Faktor ter-

    sebut keberadaannya akan mempengaruhi

    motivasi kerja karyawan. Karena kedudukan

    dan hubunganya itu, maka sangatlah strategis

    jika pengembangan kinerja individual karya-

    wan dimulai dari peningkatan motivasi kerja.

    Lingkungan kerja menunjuk pada hal-hal

    yang berada di sekeliling dan melingkupi ker-

    ja karyawan di kantor. Kondisi lingkungan

    kerja lebih banyak tergantung dan diciptakan

    oleh organisasi, sehingga suasana kerja yang

    tercipta tergantung pada pola yang telah di-

    ciptakan. Lingkungan kerja dalam organisasi,

    dapat berupa aturan, dukungan, penghargaan,

    situasi konflik dan standar nilai. Adapun pe-

    nilaian kinerja pegawai menurut Putti (1990)

    adalah dilihat dari faktor kejujuran, kedi-

    siplinan, loyalitas, dan adaptasi.

    Dalam penelitian Chawdhury (2007) di-

    temukan bahwa motivasi kerja memiliki pe-

    ngaruh yang besar dalam meningkatkan ki-

    nerja karyawan. Untuk menciptakan suatu ha-

    sil kinerja pelayanan pegawai yang baik dan

    unggul perlu adanya motiovasi. Untuk mem-

    berikan motivasi kepada para karyawannya,

    terlebih dahulu seorang manajer harus me-

    ngetahui dorongan atau kebutuhan karyawan-

    nya agar mau melakukan aktivitas tertentu se-

    hingga kinerja akan menjadi meningkat. Ber-

    dasarkan penemuan tersebut dapat diambil hi-

    potesis pertama:

    H1 : Motivasi kerja berpengaruh terhadap ki-

    nerja pegawai pada Satuan Polisi Pa-

    mong Praja Kota Surakarta

    Dalam penelitian Heifets (2000) dite-

    mukan bahwa lingkungan kerja menentukan

    hubungan motivasi kerja dengan kinerja kar-

    yawan. Motivasi dan lingkungan kerja yang

    baik akan meningkatkan kinerja. Hal inilah

    tentunya yang harus dilaksanakan oleh staf

    untuk mencapai tujuan, walaupun motivasi

    dan lingkungan kerja bukan syarat mutlak

    yang dapat memberikan kepuasan kerja yang

    dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Berda-

    sarkan penemuan tersebut dapat diambil hi-

    potesis kedua:

    H2 : Lingkungan kerja memperkuat penga-

    ruh motivasi kerja terhadap kinerja pe-

    gawai pada Satuan Polisi Pamong Praja

    Kota Surakarta.

    Gambar 1. Kerangka Penelitian

    Motivasi Kerja (X1) :

    - Kebutuhan berprestasi;

    - Kebutuhan berafiliasi;

    - Kebutuhan berkuasa.

    Persepsi Lingkungan Kerja (X2) :

    - Aturan;

    - Dukungan;

    - Penghargaan;

    - Situasi konflik;

    - Standar Nilai.

    Kinerja Karyawan (Y)

    - Kejujuran;

    - Disiplin;

    - Loyalitas;

    - Adaptasi.

  • FEBRUARI 2012, VOLUME 4 NOMOR 1

    25

    METODE PENELITIAN

    Jenis penelitian yang digunakan adalah

    prediktif dengan pendekatan survei, peneli-

    tian ini berusaha melihat hubungan antara va-

    riabel-variabel penelitian dan menguji hipote-

    sis yang telah ditetapkan sebelumnya (Singa-

    ribun dan Effendi, 1994). Informasi data pri-

    mer dikumpulkan dari variabel penelitian de-

    ngan menggunakan kuesioner. Penelitian ini

    mengambil populasi seluruh Pegawai Negeri

    Sipil di Satuan Polisi Pamong Praja Kota Su-

    rakarta sejumlah 118 orang. Sampel dalam

    penelitian ini sejumlah 53 orang. Teknik sam-

    pling yang digunakan adalah sampel acak

    distratifikasikan (Stratified Random Sam-

    pling) karena unsur populasi berkarakteristik

    heterogen, dan mempunyai arti yang signifi-

    kan pada pencapaian tujuan penelitian, maka

    peneliti dapat mengambil sampel dengan cara

    ini. Untuk responden pegawai dengan strata

    golongan II ditentukan sejumlah 47/118 x 53

    = 21,11 21 orang dan responden pegawai dengan strata golongan III dan golongan IV

    sejumlah 71/118 x 53 = 31,88 32 orang. Sumber data yang digunakan adalah data pri-

    mer dan sekunder. Data primer yang di-

    peroleh dalam penelitian ini berupa jawaban

    kuesioner yang telah disebarkan kepada res-

    ponden. Jawaban responden diukur dengan

    menggunakan skala Likert. Data primer da=-

    lam penelitian digunakan untuk mengetahui

    sejauhmana motivasi mereka dalam bekerja.

    Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh

    langsung dari objek penelitian yaitu Kantor

    Satpol Pamong Praja Surakarta berupa daftar

    urut kepangkatan tahun 2009. Metode ana-

    lisis kuantitatif dengan hierarchical regres-

    sion analysis, uji signifikansi hipotesis yang

    meliputi uji t dan koefisien determinasi.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pernyataan dalam kuesioner motivasi

    kerja merupakan penjabaran dari indikator

    motivasi kerja yaitu kebutuhan akan berpres-

    tasi, kebutuhan akan berafiliasi dan kebutuh-

    an kekuasaan. Dari ketiga indikator tersebut

    yang paling mendominasi adalah indikator

    kebutuhan akan kekuasaan diantaranya ke-

    cenderungan responden dalam melaksanakan

    tugas karena ingin ditiru oleh orang lain,

    ingin dihargai, ingin berprestasi sehingga di-

    segani oleh semua orang, dan ingin menun-

    jukkan kemampuan saya. Sedangkan pernya-

    taan tentang kinerja pegawai merupakan pen-

    jabaran dari indikator kinerja yaitu kejujuran,

    hasil pekerjaan, kerjasama, inisiatif, kemam-

    puan adaptasi, komitmen, dan integritas. Dari

    ketujuh indikator tersebut yang paling men-

    dominasi adalah para pegawai ingin menun-

    jukkan loyalitasnya terhadap pekerjaan dan

    berdisiplin tinggi. Dalam kuesioner persepsi

    lingkungan kerja merupakan penjabaran dari

    indikator persepsi lingkungan kerja yaitu atu-

    ran, dukungan, penghargaan, standar nilai

    dan konflik. Dari kelima indikator tersebut

    yang paling mendominasi adalah indikator

    dukungan yaitu pegawai merasa selama ini

    dukungan dari rekan kerja cukup membantu

    pelaksanaan tugas pekerjaan hingga berhasil.

    Selain itu dukungan dari atasan, cukup mem-

    bantu pelaksanaan tugas pekerjaan.

    Penyebaran kuesioner ditujukan kepada

    53 responden kemudian dilakukan uji validi-

    tas terhadap setiap pernyataan. Teknik kore-

    lasi yang dipergunakan adalah Pearson Cor-

    relation yang kriteria pengukurannya yaitu

    nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel maka

    pernyataan tersebut dinyatakan valid. Dari

    hasil uji validitas tersebut dapat diketahui

    bahwa semua pernyataan mengenai motivasi

    kerja dan kinerja sebanyak masing-masing 13

    pernyataan, dan persepsi lingkungan kerja se-

    banyak 9 pernyataan dinyatakan valid karena

    nilai rhitung > rtabel sehingga dapat digunakan

    sebagai instrumen penelitian. Dari hasil uji

    reliabilitas tersebut dapat diketahui bahwa

    semua pernyataan mengenai motivasi kerja,

    kinerja dan persepsi lingkungan kerja memi-

  • JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

    PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA DENGAN PERSEPSI LINGKUNGAN KERJA

    SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (STUDI PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA

    SURAKARTA)

    Ana Sri Ekaningsih

    26

    liki nilai Cronbachs Alpha s > nilai kritis 0,60 menurut kriteria Nunnally (1967) dapat

    dikatakan reliabel, maka ketiga variabel pe-

    nelitian memberikan gambaran bahwa semua

    item reliabel atau handal sehingga dapat di-

    gunakan sebagai instrumen penelitian.

    Sedangkan dalam uji asumsi klasik

    yang terdiri dari uji normalitas, uji multikoli-

    nieritas, uji heterokedastisitas dan uji auto-

    korelasi diperoleh:

    1. Uji normalitas yang digunakan dalam pe-nelitian ini adalah uji statistik non para-

    metrik Kolmogorov-Smirnov Test (K-S).

    Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov

    Test diketahui bahwa signifikasinya lebih

    dari 0,05 berarti menunjukkan keadaan

    yang tidak signifikan. Hal ini berarti Ho

    diterima, yang artinya bahwa data resi-

    dual berdistribusi normal.

    2. Dengan uji multikolinieritas menunjuk-kan bahwa motivasi kerja, persepsi ling-

    kungan kerja kurang dan interaksi dari

    kedua variabel menunjukkan nilai tole-

    rance lebih dari 0,10 dan nilai VIF ku-

    rang dari 10. Dengan demikian dapat di-

    simpulkan bahwa model regresi tersebut

    lolos dari uji multikolinieritas.

    3. Dengan uji heterokedastisitas diketahui nilai signifikansi lebih dari 0,05%, se-

    hingga nilai P. Value dari variabel moti-

    vasi kerja, persepsi lingkungan kerja ku-

    rang dan interaksi dari kedua variabel ter-

    sebut ternyata tidak ada yang signifikan,

    hal ini berarti tidak terjadi heterokedas-

    tisitas atau dapat dikatakan model regresi

    telah lolos uji heterokedastisitas.

    4. Dengan uji autokorelasi diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,906 akan diban-

    dingkan dengan nilai tabel dengan meng-

    gunakan derajat kepercayaan 5%, jumlah

    sampel 53 dan jumlah variabel bebas 1,

    maka pada tabel Durbin-Watson akan di-

    dapat nilai dL 1,53 dan dU 1,60. Nilai DW

    1,906 terletak di atas dU = 1,60 < 1,906 <

    4-dU = 2,40 maka pengujian diterima. Hal

    ini dapat disimpulkan tidak terdapat auto-

    korelasi pada model regresi.

    Selanjutnya disajikan hasil pengolahan

    uji hipotesis dengan menggunakan uji t me-

    rupakan uji kecocokan model secara individu

    variabel motivasi kerja terhadap kinerja. Sua-

    tu variabel independen berpengaruh terhadap

    variabel dependen dilihat dari nilai signifi-

    kansi uji t. Nilai itu dikatakan signifikan jika

    tingkat signifikansi < 0,05.

    Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa

    jalur yang dianalisis memiliki pengaruh yang

    signifikan, terlihat dari besarnya tingkat sig-

    nifikansi yang lebih kecil dari 0,05, sehingga

    H1 didukung. Tabel 1 dapat dilihat tentang

    nilai korelasi atau hubungan antara kinerja

    (Y) dengan motivasi kerja (MT).

    Nilai secara umum (R) sebesar 0,884,

    sedangkan nilai R square yang telah disesuai-

    kan (adjusted R square) sebesar 0,776. Ini ar-

    tinya bahwa 77,6% variabel kinerja dapat di-

    jelaskan oleh variabel motivasi kerja. Sisanya

    sebesar 22,4% dipengaruhi oleh variabel lain

    yang tidak diikutsertakan dalam model pene-

    litian ini. Kemudian untuk tahap kedua de-

    ngan memasukkan interaksi antara variabel

    motivasi kerja dan persepsi lingkungan kerja.

    Tabel 1. Coefficients

    Model Unstandardized Coefficients

    Standardized

    Coefficients T Sig.

    B Std. Error Beta

    1 (Constant) 7,566 3,314 2,283 0,027

    Motivasi 0,897 0,067 0,884 13,471 0,000

    a. Dependent Variabel: Kinerja

  • FEBRUARI 2012, VOLUME 4 NOMOR 1

    27

    Tabel 2. Model Summary

    Model R R

    Square

    Adjusted

    R square

    Std.Error

    of the

    Estimate

    1 0,884a 0,781 0,776 2,65024

    a. Predictors: (Contastant), Motivasi

    Perhitungan hierarchical regression

    analysis ini dilakukan dengan menggunakan

    program SPSS 11.5 for windows dapat dilihat

    pada tabel 3.

    Hasil perhitungan hierarchical regres-

    sion yang ditunjukkan pada tabel 3 dimana

    koefisien regresi persepsi lingkungan kerja

    adalah 0,482, dengan koefisien beta sebesar

    0,317. Dengan demikian dapat diestimasikan

    model regresi:

    Y = 3,894 + 0,675 MT + 0,482 LK - 0,001

    MT.LK

    Tanda positif koefisien regresi motivasi

    kerja menunjukkan bahwa hubungannya ada-

    lah positif, artinya kinerja pegawai akan beru-

    bah sebesar 0,675 jika motivasi kerja mening-

    kat satu unit, dengan asumsi bahwa persepsi

    lingkungan kerja tetap atau bisa dikontrol.

    Tanda negatif pada koefisien regresi interak-

    si motivasi kerja dengan persepsi lingkungan

    kerja sebesar -0,001, menyatakan bahwa se-

    tiap penambahan satu satuan motivasi kerja

    dengan persepsi lingkungan kerja sebagai

    moderasi akan melemahkan hubungan antara

    motivasi kerja dan kinerja pegawai sebesar

    0,001.

    Diperoleh t hitung = -0,373 dengan sig-

    nifikansi > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa

    persepsi lingkungan kerja sebagai variabel

    pemoderasi tidak berpengaruh signifikan ter-

    hadap kinerja pegawai. Dapat disimpulkan

    bahwa persepsi lingkungan kerja tidak mem-

    perkuat pengaruh motivasi kerja terhadap ki-

    nerja pegawai Satuan Polisi Pamong Praja

    Kota Surakarta sehingga H2 tidak didukung.

    Tabel 3 menunjukkan nilai F hitung sebesar

    65,034 dengan signifikansi < 0,05 hal ini

    menunjukkan motivasi kerja dan persepsi

    lingkungan kerja sebagai pemoderasi secara

    bersama-sama berpengaruh signifikan terha-

    dap kinerja pegawai. Nilai koefisien deter-

    minasi yang diperoleh adalah sebesar 0,799

    berarti bahwa 79,9% kinerja pegawai dapat

    diterangkan oleh motivasi kerja dan persepsi

    lingkungan kerja sebagai pemoderasi. De-

    ngan kata lain, bahwa kontribusi variabel be-

    Tabel 3. Coefficients(a)

    Model

    Unstandardized

    Coefficients

    Standardized

    Coefficients t Sig.

    B Std.

    Error Beta

    1 (Constant) 7,566 3,314 2,283 0,027

    Motivasi 0,897 0,067 0,884 13,471 0,000

    2 (Constant) 3,894 4,161 0,936 0,354

    Motivasi 0,675 0,167 0,665 4,048 0,000

    Lingkungan Kerja 0,482 0,242 0,317 1,991 0,052

    MT.LK -0,001 0,004 -0,067 -0,373 0,711

    R

    R2

    F hitung Sig Fhitung

    0,894

    0,799

    65,034

    0,000

  • JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

    PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA DENGAN PERSEPSI LINGKUNGAN KERJA

    SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (STUDI PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA

    SURAKARTA)

    Ana Sri Ekaningsih

    28

    bas dalam menjelaskan variabel tergantung

    adalah sebesar 79,9%, sedangkan sisanya se-

    besar 20,1% dipengaruhi oleh variabel lain di

    luar variabel yang diteliti, seperti semangat

    kerja, gairah kerja, dan disiplin kerja.

    Berikut adalah pembahasan untuk setiap

    hipotesis dalam penelitian ini :

    Hipotesis 1: Motivasi kerja berpengaruh ter-

    hadap kinerja pegawai pada Satuan Polisi Pa-

    mong Praja Kota Surakarta

    Hipotesis ini bertujuan untuk menguji

    apakah motivasi kerja berpengaruh pada ki-

    nerja pegawai pada Satuan Polisi Pamong

    Praja Kota Surakarta. Berdasarkan hasil per-

    hitungan pada tabel 3, dimana nilai a sebesar 0,884 signifikan pada p < 0,001, maka dapat

    disimpulkan bahwa H1 yang menyatakan mo-

    tivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja pe-

    gawai pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota

    Surakarta didukung. Artinya, secara statistik

    dapat ditunjukkan bahwa motivasi kerja da-

    lam penelitian ini berpengaruh positif dan

    signifikan pada kinerja pegawai pada Satuan

    Polisi Pamong Praja Kota Surakarta. Hal ini

    mengindikasikan bahwa peningkatan motiva-

    si kerja akan mengakibatkan meningkatnya

    kinerja pegawai. Hasil penelitian ini sejalan

    dengan penelitian Chawdhury (2007) ditemu-

    kan bahwa motivasi kerja memiliki pengaruh

    yang besar dalam meningkatkan kinerja kar-

    yawan. Untuk menciptakan suatu hasil kiner-

    ja pelayanan pegawai yang baik dan unggul

    perlu adanya motiovasi. Untuk memberikan

    motivasi kepada para karyawannya, terlebih

    dahulu seorang manajer harus mengetahui

    dorongan atau kebutuhan karyawannya agar

    mau melakukan aktivitas tertentu sehingga

    kinerja akan menjadi meningkat. Widodo

    (2006) yang membuktikan terdapat pengaruh

    positif dan signifikan antara motivasi kerja

    dan kepuasan kerja terhadap kinerja. Hayani

    (2003) dengan hasil penelitiannya ditemukan

    variabel motivasi dan persepsi lingkungan

    kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai

    baik diuji secara parsial maupun secara si-

    multan.

    Hipotesis 2: Persepsi lingkungan kerja mem-

    perkuat pengaruh motivasi kerja terhadap

    kinerja pegawai pada Satuan Polisi Pamong

    Praja Kota Surakarta.

    Hipotesis ini bertujuan untuk menguji

    apakah persepsi lingkungan kerja eksternal

    dapat memoderasi pengaruh motivasi kerja

    pada kinerja pegawai Pada Satuan Polisi Pa-

    mong Praja Kota Surakarta. Berdasarkan ha-

    sil perhitungan pada tabel 3 nilai koefisien re-

    gresi interaksi motivasi kerja dengan persepsi

    lingkungan kerja sebesar -0,001 dan t hitung

    = -0,373 dengan signifikansi > 0,05, hal ini

    menunjukkan bahwa persepsi lingkungan

    kerja sebagai variabel pemoderasi tidak ber-

    pengaruh signifikan terhadap kinerja pega-

    wai. Dapat disimpulkan bahwa persepsi ling-

    kungan kerja tidak memperkuat pengaruh

    motivasi kerja terhadap kinerja pegawai Sa-

    tuan Polisi Pamong Praja Kota Surakarta se-

    hingga H2 tidak didukung. Artinya, secara

    statistik dapat ditunjukkan bahwa persepsi

    lingkungan kerja tidak memperkuat pengaruh

    motivasi kerja pada kinerja pegawai Pada Sa-

    tuan Polisi Pamong Praja Kota Surakarta. Hal

    ini dapat disebabkan oleh faktor sumber daya

    manusia pada pegawai Satuan Polisi Pamong

    Praja yang kurang mempedulikan persepsi

    lingkungan kerja mereka, yang terpenting

    adalah bertugas sesuai prosedur dan perintah

    untuk mendapatkan kebutuhan primer mere-

    ka. Dalam hal ini menyebabkan faktor per-

    sepsi lingkungan kerja dalam hal ini tidak

    berperan dalam meningkatkan kinerja karya-

    wan. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian

    Heifets (2000) ditemukan bahwa persepsi

    lingkungan kerja menentukan hubungan mo-

    tivasi kerja dengan kinerja karyawan. Moti-

    vasi dan persepsi lingkungan kerja yang baik

    akan meningkatkan kinerja. Hal inilah tentu-

    nya yang harus dilaksanakan oleh staf untuk

    mencapai tujuan, walaupun motivasi dan per-

  • FEBRUARI 2012, VOLUME 4 NOMOR 1

    29

    sepsi lingkungan kerja bukan syarat mutlak

    yang dapat memberikan kepuasan kerja yang

    dapat mempengaruhi kinerja pegawai.

    PENUTUP

    Simpulan

    Pengaruh motivasi kerja pada kinerja

    pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kota

    Surakarta. Hasil analisis menunjukkan bahwa

    motivasi kerja berpengaruh signifikan pada

    kinerja pegawai, sehingga hipotesis 1 dalam

    penelitian ini didukung. Hal ini berarti bahwa

    motivasi kerja akan berpengaruh secara posi-

    tif pada kinerja. Pengaruh positif tersebut me-

    nandakan semakin tinggi motivasi kerja maka

    akan semakin tinggi pula kinerja pegawai, se-

    baliknya semakin rendah motivasi kerja maka

    akan semakin rendah pula tingkat kinerja pe-

    gawai.

    Pengaruh pemoderasi lingkungan kerja

    terhadap Pengaruh motivasi kerja pada kiner-

    ja pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kota

    Surakarta. Hasil analisis menunjukkan bahwa

    lingkungan kerja tidak mampu memperkuat

    pengaruh motivasi kerja pada kinerja pega-

    wai, sehingga hipotesis 2 dalam penelitian ini

    tidak didukung.

    Saran

    Berdasarkan hasil penelitian motivasi

    kerja memiliki pengaruh terhadap peningka-

    tan kinerja pegawai, akan tetapi terdapat satu

    item pertanyaan yang belum mendukungnya

    yaitu belum adanya sikap koperatif antar pe-

    gawai dalam menyelesaikan pekerjaan, se-

    hingga perlu ditanamkan sikap koperatif

    dalam diri masing-masing pegawai demi ter-

    wujudkan peningkatan kinerja yang labih

    baik.

    Lingkungan kerja tidak mampu memo-

    derasi pengaruh motivasi kerja pada kinerja

    pegawai, maka perlu dipertimbangkan lagi

    masalah aturan-aturan yang sesuai dengan

    kondisi karyawan, menciptakan kondisi ke-

    bersamaan sehingga tercipta kerjasama yang

    baik, perlu diciptakan bentuk-bentuk sosia-

    lisasi terhadap kebijakan yang ada, dan juga

    perlu diciptakan adanya suasana yang dapat

    menghindarkan kejenuhan, tuntutan instansi

    yang disesuaikan dengan kondisi dan kebu-

    tuhan pegawai Satuan Polisi Pamong Praja

    Kota Surakarta.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahwari, 2000. Manajemen Personalia. Gha-

    lia Indonesia, Jakarta.

    Anwar Saifudin, 1992, Reliabilitas dan Va-

    liditas, Edisi 2, Pustaka Pelajar, Yogya-

    karta.

    Asad, Moh., 2004. Psikologi Industri. Ed 4, Liberty, Yogyakarta.

    Bernardin, H.J. dan Russel, J.E.A, 1995, Hu-

    man Resources Management, Irwin.

    Megraw Hill Companies Inc. USA. Chowdhury S. Mohammed, 2007. Enhan-

    cing motivation and work performan-ce

    of the salespeople: the impact of

    supervisors behavior, African Jour-nal of Business Management Vol. 1 (9),

    pp, 238-243.

    Darvis B Gordon, 1981. Sistem Informasi

    Manajemen. PT Pustaka Binaman Pres-

    sindo, Jakarta.

    Davis, K. Dan Newstrom, W., 1999, Human

    Behaviorat WorkOrganizational Beha-vior- 8 Edition. Mc Grawhill Book

    Company, New York, St.Louis.

    Gibson, James, L, et.al., 1997, Organizatio-

    nal behaviour, Structure and Process, th7 Edition, Richard D., Irwin

    Hodges, Henry G & Luthans, 2005. Manage-

    ment Principles Practices and Pro-

    blems, Houghtdn Mifflin, Coy. Bos-ton

    Maryani, Dwi dan Supomo, 2001. Studi Em-

    piris Pengaruh Kepuasan Kerja terha-

    dap Kinerja Individual, Jurnal Bisnis

    dan Akuntansi, Vol. 3 No. 1. pp 102 113.

  • JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

    PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA DENGAN PERSEPSI LINGKUNGAN KERJA

    SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (STUDI PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA

    SURAKARTA)

    Ana Sri Ekaningsih

    30

    Nitisemito, AS, 2001. Manajemen Persona-

    lia, Edisi Revisi, Ghalia Indonesia, Ja-

    karta.

    Putti, Joseph M, 1990. Meningkatkan Efek-

    tivitas Kerja. Tarsito, Bandung

    Robbins, Stephens P, 2001. Perilaku Organi-

    sasi: Konsep, Kontroversi dan Aplikasi,

    PT Prenhallindo Utama, Jakarta.

    __________________, 2002. Perilaku Orga-

    nisasi, Edisi Bahasa Indonesia, Jilid I,

    PT Prenlindo, Jakarta.

    Robbins, Stephens P, 2003. Perilaku Organi-

    sasi, PT Index, Gramedia, Jakarta

    Steer, R. Milles dan Porter, L.W., 1980.

    Moti-vation and Work Behaviour, Mc-

    Graw-Hill, Inc.

    Singarimbun, M., dan Sofyan Effendi, 1994.

    Metode Penelitan Survey, LP3ES, Ja-

    karta

    Siagian, P. Sondang, 2002. Kiat Peningkatan

    Produktivitas Kerja. Rineka Cipta. Ja-

    karta.

    ________________, 2003. Manajemen Suatu

    Pengantar, Alumni, Bandung

    Supardi dan Anwar, S., 2001, Dasar-dasar

    Perilaku Organisasi. UII Press, Yogya-

    karta.

    Supardi, 2003. Metodologi Penelitian Bisnis,

    Seri I, BPFE VII, Yogyakarta.

    Surpihanto, John, 1996. Manajemen, BPFE,

    Yogyakarta.

    Taylor, Frederick W., Scientific Management.

    Testimony before the US House of

    Representatives, 25 Januari 1998.

    Widodo, Sri, 2006. Pengaruh Motivasi dan

    Kepuasan Kerja Pada Kinerja Guru di

    SMP Kab. Blora. Tesis. Program Pasca-

    sarjana Magister Manajemen UNS (Ti-

    dak dipublikasikan).