pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan...
TRANSCRIPT
1
Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan
Pengusaha Kena Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan
Oleh
Misheriyanto
Prodi Akuntansi – Fakultas Ekonomi
Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH)
Jl. Politeknik Senggarang Tanjungpinang 29111
Telp.(0771).7001550
Abstract
Change or modernization of the tax administration system is one of goverment’s efforts in
improving taxpayer compliance. Change made covering the areas of organizational
structure, business process and information technology and communications, human
resource management, and implementation of good governance. The purpose of this study
was to determine the influence of modernization of the tax administration system on taxpayer
compliance. Tax office (KPP) Pratama Bintan used for research by selecting Taxable
Entrepreneurs (PKP) as the study sample. The sample used was 57 PKP with purposive
sampling technique. Technique of data collection is done by using a questionnaire. This study
tested using multiple linear regression analysis. Based on result of the analysis can be
concluded that the variables of the organizational structure have a effect on tax compliance.
Variable business process and information technologi and communications, human resource
management, and good governance have no effect on tax compliance in the tax office (KPP)
Pratama Bintan.
Keyword : Modernization of the tax administration system, Organization structure,
business process and information technology and communications, human
resource management, implementation of good governance, taxable
entrepreneurs, tax compliance
Abstrak
Perubahan atau modernisasi sistem administrasi perpajakan merupakan salah satu upaya
pemerintah dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Perubahan yang dibuat meliputi
bidang struktur organisasi, proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi, manajemen
sumber daya manusia, dan penerapan good governance. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap kepatuhan
wajib pajak. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bintan digunakan untuk penelitian
dengan memilih Pengusaha Kena Pajak (PKP) sebagai sampel penelitian. Sampel yang
digunakan adalah 57 PKP dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis
regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa variabel struktur
organisasi memiliki efek pada kepatuhan pajak. variabel proses bisnis dan tehnologi
informasi dan komunikasi, manajemen sumber daya manusia, dan good governance tidak
berpengaruh pada kepatuhan pajak di kantor pajak (KPP) Pratama Bintan.
2
Kata kunci : Modernisasi sistem administrasi perpajakan, struktur organisasi, proses bisnis
dan teknologi informasi dan komunikasi, manajemen sumber daya manusia,
penerapan good governance, pengusaha kena pajak, kepatuhan pajak
PENDAHULUAN
Indonesia pada dasarnya telah melakukan berbagai cara dalam upaya peningkatan
penerimaan negara melalui sektor pajak. Penerimaan pajak merupakan sumber utama
pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Saat ini sekitar 70% Anggaran Pembelanjaan
Belanja Negara (APBN) Indonesia dibiayai dari penerimaan pajak.
Dalam penelitian ini penulis menganalisis tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak
(PKP) sebagai subjek pajak/wajib Pajak Pertambahan Nilai (PPN) karena pertama, kewajiban
perpajakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) relatif mempunyai frekuensi tinggi karena Surat
Pemberitahuan (SPT) yang bersifat masa (bulanan) tidak tahunan seperti halnya Wajib Pajak
orang pribadi dan badan. Kedua adalah, meskipun penerimaannya belum sebesar Pajak
Penghasilan (PPh), kontribusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap negara sangatlah
signifikan. Berdasarkan realisasi penerimaan pajak per 31 November 2015 penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dalam negeri tumbuh sebesar 8,94% atau sebesar Rp.220,205
Triliun dibandingkan periode yang sama di 2014 sebesar Rp.202,131 Triliun.
Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) lainnya juga tumbuh 69,56% atau sebesar
Rp.246,21 Miliar dibandingkan periode yang sama di 2014 sebesar Rp.145,21 Miliar. Tetapi
penurunan impor sebagai akibat dari perlambatan ekonomi domestik baik dari sisi permintaan
maupun produksi (impor sebagai input produksi) berpengaruh pada penurunan pertumbuhan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) impor sebesar 12,75% atau sebesar Rp.118,125 Triliun
dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 sebesar Rp.135,381 Triliun.
Kurang tercapainya penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) disebabkan karena
tingkat kepatuhan pelaku usaha dalam menyetor Pajak Pertambahan Nilai (PPN) masih
rendah dan juga masih banyak transaksi yang tidak tercatat atau yang dikenal dengan dengan
ekonomi bawah tanah, sehingga penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tidak mencapai
target. Reformasi Perpajakan di Indonesia telah dilakukan pertama kali pada tahun 1983
dimana saat itu terjadi Reformasi atau perubahan sistem mendasar atas pengelolaan
perpajakan Indonesia dari sistem Official Assesment ke sistem Self Assesment. Perubahan
sistem ini bertujuan untuk mengurangi kontak langsung antara aparat pajak dengan Wajib
Pajak yang sebelumnya di khawatirkan dapat menimbulkan praktek-praktek ilegal untuk
3
menghindari atau mengurangi kewajiban perpajakan para Wajib Pajak yang bersangkutan.
Direktorat Jendral Pajak telah dan akan terus melakukan reformasi perpajakan yang
selaras dengan dinamika perekonomian dan dunia usaha agar dapat mewujudkan sistem
perpajakan yang adil, kompetitif, dan memberikan kepastian hukum.
Reformasi di bidang administrasi dilaksanakan melalui program modernisasi
administrasi perpajakan. Adapun konsep program ini adalah perubahan pola pikir dan
perilaku aparat serta tata nilai organisasi, sehingga dapat menjadikan Direktorat pajak sebagai
institusi yang professional dengan citra yang baik dimata masyarakat.
Eksistensi modernisasi administrasi perpajakan mencakup 4 (empat) hal utama, yaitu:
1. restrukturisasi organisasi berdasarkan fungsi dan penerapan prinsip segmentasi wajib
pajak, serta debirokratisasi pelayanan melalui penerapan struktur organisasi berdasarkan
fungsi; 2. penyempurnaan proses bisnis melalui optiminalisasi penggunaan teknologi
komunikasi dan informasi yang mengarah kepada full automation (otomasi lengkap); 3.
penyempurnaan sistem manajemen sumber daya manusia melalui pengembangan
manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi yang berlandaskan “transparency,
fairness,dan performance based”; serta 4. penerapan kode etik pegawai secara tegas pada
semua lini organisasi untuk menjamin terwujudnya pelaksanaan “good governance”.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak
Menurut Rahayu dalam Madewing (2013:21) kepatuhan parpajakan adalah tindakan
wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajaknnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara.
Menurut Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan
sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang No.16 tahun 2009 (KUP)
pasal 1 angka 1 bahwa :
“Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”.
Menurut Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan
sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang No.16 Tahun 2009 (KUP)
pasal 1 angka 5 bahwa:
“Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang- Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya”.
Batasan Peredaran Usaha (Omzet) Wajib Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Pengusaha yang Wajib Melaporkan Usaha untuk Dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
(PKP).
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 197/PMK.03/2013
tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010 tentang
batasan pengusaha kecil Pajak Pertambahan Nilai Pasal 4 angka 1 bahwa:
“Pengusaha wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak,
apabila sampai dengan satu bulan dalam tahun buku jumlah peredaran bruto dan/atau
penerimaan brutonya melebihi Rp.4.800.000.000,00 (empat Miliar delapan ratus juta
rupiah)”.
5
Selain itu, berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 42 Tahun 2009 tentang perubahan
ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai barang
dan jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah pasal 3A Ayat 1, 1a, dan 2 bahwa;
a. Pada pasal 3A Ayat 1 menyatakan, pengusaha yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak di dalam daerah pabean, pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah
pabean, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dan ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali pengusaha
kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
b. Pasal 3A Ayat 1a menyatakan, pengusaha kecil yang mana dimaksud pada ayat 1
dapat memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
c. Pasal 3A Ayat 2 menyatakan, pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1.
Dalam hal pengusaha telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan jumlah
peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya dalam satu tahun buku tidak melebihi Rp.4,8
Milyar, Pengusaha Kena Pajak dapat mengajukan pemohonan pencabutan pengukuhan
sebagai Pengusaha Kena Pajak. Ketentuan ini berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia PMK-197/PMK.03/2013 Pasal 7.
Modernisasi Administrasi Perpajakan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia modernisasi adalah proses pergeseran sikap
dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai tuntutan masa kini.
Sebagai bentuk penghargaan atas peran serta masyarakat, DJP senantiasa berusaha untuk
memberikan pelayanan yang efisien, professional, dan adil dalam penyelenggaraan
administrasi perpajakan. Semenjak tahun 2002, DJP telah meluncurkan program perubahan
atau reformasi administrasi perpajakan yang biasa disebut modernisasi. Jiwa dari program
modernisasi ini adalah pelaksanaan good governance, yaitu penerapan sistem administrasi
perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem teknologi yang
handal dan terkini. Strategi yang ditempuh adalah pemberian pelayanan prima sekaligus
pengawasan intensif kepada para Wajib Pajak. Jika program modernisasi ini ditelaah secara
mendalam, termasuk perubahan-perubahan yang telah,sedang, dan akan dilakukan,maka
dapat dilihat bahwa konsep modernisasi ini merupakan suatu terobosan yang akan membawa
6
perubahan yang cukup mendasar dan revolusioner (Direktorat Jendral Pajak, Laporan
Tahunan 2007).
Yang melatar belakangi sistem administrasi perpajakan modern ini adalah
berdasarkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2006 tentang
Restrukturisasi Departemen Keuangan dan Instansi vertikal dibawahnya dan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Resrtrukturisasi Direktorat Jendral
Pajak dan Instansi vertikal dibawahnya yaitu mengenai perencanaan pengimplementasikan
program modernisasi perpajakan secara komprehensif yang mencakup semua lini organisasi
secara nasional.
Tujuan Modernisasi Perpajakan
Menurut Direktorat Jendral Pajak pada Laporan Tahunan Tahun 2007 tujuan
modernisasi yang ingin dicapai adalah meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak,
meningkatkan kepercayaan masyarakaat, dan meningkatkan produktivitas dan integritas
aparat pajak. Untuk mewujudkan itu semua, maka program reformasi administrasi perpajakan
perlu dirancang secara menyeluruh dan komprehensif. Perubahan-perubahan yang dilakukan
meliputi bidang-bidang berikut ini :
1. Struktur Organisasi
2. Proses Bisnis dan Teknologi Informasi dan Komunikasi
3. Manajemen Sumber Daya Manusia
4. Pelaksanaan Good Governance
7
Kerangka Pemikiran
H5
Keterangan:
= Pengaruh secara parsial
= Pengaruh secara simultan
Pengembangan Hipotesis dan Hipotesis Penelitian
1. Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Dalam Hal Struktur Organisasi
Terhadap Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak
Struktur organisasi berdasarkan fungsi merupakan penerapan dalam sistem administrasi
perpajakan modern. Bentuk layanan kepada masyarakat dengan memperbarui jalur
penyelesaian pelayanan kepada Wajib Pajak dapat dengan mudah menyelesaiakan segala
kegiatan perpajakannya sehingga bentuk dari pelayanan tersebut diharapkan akan dapat
mempengaruhi kepatuhan sukarela Wajib Pajak.
Penelitian Madewing (2013), Mentayani, dkk (2015), dan Darmayana dan setiawan
(2016) menunjukan hasil bahwa modernisasi struktur organisasi berpengaruh positif terhadap
H3
H4
H2
H1
Tingkat
Kepatuhan
Pengusaha
Kena Pajak (Y)
Pelaksanaan Good
Governance (X4)
Manajemen Sumber
Daya Manusia (X3)
Proses Bisnis dan
Teknologi Informasi
dan Komunikasi (X2)
Struktur Organisasi
(X1)
8
kepatuhan Pengusaha Kena Pajak. Modernisasi struktur organisasi kerja yang lebih baik
seperti pembentukan organisasi berdasarkan fungsi seperti adanya bagian pengawasan,
penagihan, dan pemeriksaan akan memudahkan Wajib Pajak dalam melaporkan pajaknya
sehingga kepatuhan Wajib Pajak akan meningkat.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Struktur organisasi berpengaruh terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak.
2. Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Dalam Hal Proses Bisnis dan Teknologi
Informasi dan Komunikasi Terhadap Tingkat KepatuhanPengusaha Kena Pajak
Proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi merupakan bagian dari
modernisasi sistem administrasi perpajakan. Bentuk pelayanan yang diberikan DJP kepada
masyarakat dengan menggunakan teknologi informasi yang diterapkan pada kantor-kantor
pusat seperti e-SPT, pembayaran secara online, juga pelaporan pajak elektronik akan
memudahkan Wajib Pajak dalam melakukan pelaporan, pembayaran dan pendaftaran,
sehingga dengan bentuk pelayanan tersebut diharapkan akan dapat mempengaruhi kepatuhan
sukarela Wajib Pajak.
Penelitian Darmayasa dan Setiawan (2016) menunjukan hasil bahwa modernisasi
proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi tidak berpengaruh terhadap kepatuhan
Wajib Pajak. Sebaliknya penelitian yang dilakukan oleh Madewing (2013), Mentayani, dkk
(2015), dan Anggraini (2015) menunjukan hasil bahwa proses bisnis dan teknologi informasi
dan komunikasi berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi berpengaruh terhadap kepatuhan
pengusaha kena pajak.
3. Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Dalam Hal Manajemen Sumber Daya
Manusia Terhadap Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak
Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari modernisasi sistem
administrasi perpajakan. Standar kualitas pelayanan yang maksimal kepada Wajib Pajak akan
terpenuhi apabila sumber daya manusianya dapat melaksanakan tugasnya secara profesional,
bertanggung jawab, disiplin, dan transparan. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah
9
sumber daya manusia yang memberikan informasi yang akurat tentang hal-hal yang berkaitan
dengan pajak dan tidak melakukan penggelapan pajak atau tindakan lain yang tidak sesuai
dengan peraturan yang berlaku Seorang Wajib Pajak yang puas atas pelayanan yang
diberikan sumber daya manusia cenderung akan melaksanankan kewajiban perpajakannya
sesuai dengan aturan dan ketentan yang berlaku sehingga diharapkan dengan bentuk
pelayanan tersebut akan dapat mempengaruhi kepatuhan sukarela Wajib Pajak. Penelitian
Mentayani, dkk (2015) menunjukan hasil bahwa manajemen sumber daya manusia tidak
berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Tetapi sebaliknya penelitian Madewing
(2013), Darmayasa dan Setiawan (2015), dan Anggraini (2016) menunjukan hasil bahwa
manajemen sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Manajemen sumber daya manusia berpengaruh terhadap kepatuhan pengusaha kena
pajak.
4. Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Dalam Hal Pelaksanaan Good
Governance Terhadap Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak
Good governance merupakan program pemerintahan yang bersih dan berwibawa juga
merupakan bagian dari modernisasi administrasi perpajakan. Good governance merupakan
bentuk pelayanan yang diberikan DJP kepada masyarakat dengan penerapan tata kelola yang
baik dalam pelaksanaan tugasnya. Membangkitkan kesadaran dan memotivasi aparatur pajak
untuk menjadi aparatur DJP yang bersih, adil, dan jujur, serta menjunjung nilai-nilai moral
dan etika merupakan langkah awal DJP dalam memberikan pelayanan yang baik kepada
masyarakat. Wajib Pajak akan merasa aman untuk melakukan pembayaran pajaknya tanpa
harus takut pembayaran pajak disalah gunakan untuk kepentingan pribadi sehingga
diharapkan dengan bentuk pelayanan tersebut akan dapat mempengaruhi kepatuhan sukarela
Wajib Pajak. Penelitian Madewing (2013), Kembaren dan Gunadi (2013), dan Darmayasa
dan Setiawan (2016) menunjukan hasil bahwa pelaksanaan good governance berpengaruh
terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4 : Pelaksanaan Good Governance berpengaruh terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak.
10
5. Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Dalam Hal StrukturOrganisasi,Proses
Bisnis dan Teknologi Informasi dan Komunikasi, Manajemen Sumber Daya
Manusia , dan Pelaksanaan Good Governance Terhadap Tingkat Kepatuhan
Pengusaha Kena Pajak
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
H5 : struktur organisasi, proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi, manajemen
sumber daya manusia , dan pelaksanaan good governance berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan pengusaha kena pajak.
11
METODE PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Kantor Pelayanan Pajak adalah unit kerja dari Direktorat Jendral Pajak yang
melaksanankan pelayanan di bidang perpajakan kepada masyarakat baik yang telah terdaftar
sebagai Wajib Pajak maupun belum, di dalam lingkup wilayah kerja Direktorat Jendral Pajak.
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bintan yang berlokasi di Jl. Ahmad Yani No.22, Tanjungpinang 29124 Kepulauan
Riau. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016 pada Februari sampai Juni.
Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu menjelaskan hubungan antar
variabel dengan menganalisis data numerik (angka) menggunakan metode statistik melalaui
pengujian hipotesis.
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel independen atau variabel bebas (X) dari penelitian ini adalah Modernisasi
Sistem Administrasi Perpajakan dan variabel dependen atau variabel terikat (Y) dalam
penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak .
Variabel Dimensi Indikator
Stuktur Organisasi
(X1)
1. Sitem Pelayanan
2. Sebagai Pusat
Analiasis dan
kebijakan
a. Struktur organisasi
berdasarkan fungsi
b. Kemudahan
pelayanan
Proses Bisnis dan
Teknologi Informasi dan
Komunikasi
(X2)
1. Pemanfaatan
teknologi dan
komunikasi
2. Program
pemeriksaan
berbasis resiko
Sistem administrasi
modern
Manajemenn Sumber Potensi yang menjadi
12
Daya Manusia
(X3)
Kualitas dan Kuantitas
Pegawai
motor penggerak dalam
organisasi
Pelaksanaan Good
Governance
(X4)
1. Kode Etik Pegawai
2. Tingkat
kepercayaan Wajib
Pajak
Pelayanan yang adil dan
Jujur
Modernisasi Sistem
Administrasi Perpajakan
(X5)
1. Struktur Organisasi
2. Proses bisnis dan
teknologi informasi
dan komunikasi
3. Manajemen sumber
daya manusia
4. Pelaksanaan good
governance
a. Sitem Pelayanan
b. Sebagai Pusat
Analiasis dan
kebijakan
c. Pemanfaatan
teknologi dan
komunikasi
d. Program
pemeriksaan
berbasis resiko
e. Kualitas dan
kuantitas pegawai
f. Kode etik pegawai
g. Tingkat
kepercayaan Wajib
Pajak
Kepatuhhan Wajib Pajak
(Y)
Indikator Kepatuhan a. Pendaftaran
Wajib Pajak
b. Penghitungan
Pajak
c. Pembayaran Pajak
d. Pelaporan Surat
Pemberitahuan
e. Pembukuan
13
Untuk mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif maka digunakan skala
pengukuran berupa skala likert. Menurut Sugiyono dalam Madewing (2013:43) skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial.
Metode Pengumpulan Data
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan antara data subyek
dan data dokumenter.
1. Data subyek (self report data)
Data subyek yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil kuesioner yang dibagikan
kepada responden.
2. Data dokumenter (Documentary Data)
Data dokumenter yang digunakan yaitu data-data mengenai KPP Pratama Bintan. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bintan yang belum diolah dan perlu dikembangkan sendiri oleh penulis, misalnya
data hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuisioner.
b. Data Sekunder
Data primer yang telah diolah lebih lanjut dan telah disajikan oleh peneliti, misalnya
dalam bentuk tabel ataupun dalam bentuk diagram.
Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara, yaitu melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait yang ada
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan.
2. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara studi literatur dan
kuesioner, dimana kuesioner tersebut dimodifikasi dari peneliti sebelumnya yaitu
Madewing (2013).
14
3. Studi kepustakaan, yaitu penelitian ini didasarkan pada bahan-bahan dari perpustakaan
dengan mengumpulkan data berupa teori yang bersumber dari literatur, buku, dan bahan
tulisan dan dokumentasi yang berhubungan dengan penelitian.
Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi
Menurut Sugiyono dalam madewing (2013:40) populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dari karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini seluruh Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan yaitu sebanyak 183 Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan kewajiban perpajakannya terkait PPN.
Sampel
Menurut Sugiyono dalam Madewing (2013:40) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel yang dipakai
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu
pengambilan sampel dengan kriteria yang dikehendaki. Kriteria sampel pada penelitian ini
adalah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan dan
Pengusaha Kena Pajak yang aktif melaporkan dan membayarkan Pajak Pertambahan Nilai
pada Kantor Pelayanan Pajak Prtama Bintan, jadi jumlah sampel pada penelitian ini adalah
sebanyak 57 sampel.
Metode Analisis
Analisis data menurut Sugiyono dalam Madewing (2013:45-47) merupakan kegiatan
setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Analisis data digunakan
untuk mengetahui hubungan antar variabel (variabel X dan variabel Y), sehingga dapat
ditarik kesimpulan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan software statistik berupa SPSS 21 (Statistical Product and Service Solutions).
15
Analaisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif adalah merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji
generalisasi hasil penelitian berdasarkan satu sampel. Analisis deskriptif ini dilakukan dengan
pengujian hipotesis deskriptif. Hasil analisis apakah hipotesis penelitian dapat digeneralisasi
atau tidak (Siregar, 2013:126). Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui
pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap tingkat kepatuhan pengusaha
kena pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan. Pengukuran yang digunkan dalam
penelitian ini adalah nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan standard deviasi.
Uji Validitas
Menurut Sunyoto (2011:72) Uji validitas digunakan untuk mengukur sah/valid atau
tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Mengukur validitas dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hitung
dengan nilai r tabel dengan degree of freedom = n-k. Dimana n adalah banyaknya sampel dan
k adaah banyaknya variabel bebas. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :
1. Jika r hitung > r tabel, maka pertanyaan/pernyataan dinyatakan valid.
2. Jika r hitung < r tabel, maka pertanyaan/pernyataan dinyatakan tidak valid.
Uji Reliabilitas
Menurut sunyoto (2011:67) Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Butir pertanyaan dikatakan reliabel
atau andal apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konstan.
Pengukuran reabilitas dapat dilakukan dengan cara mengukur korelasi cronbach’s
alpha. Butir kuesioner dikatakan reliabel jika nilai cronbach’s alpha > 0,60 dan dikatakan
tidak reliabel jika cronbach’s alpha < 0,60.
Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk melihat apakah sebaran data yang ada berdistribusi secara
normal atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan analisis grafik histogram
dan normal plot. Pada analisis histogram bila grafik normal plot menunjukan data menyebar
16
disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi linear berganda memenuhi asumsi normal. Data dapat dikatakan berdistribusi normal
jika signifikansi untuk variabel yang dianalisis memiliki nilai signifikansi (p-value) lebih
besar dari 0,05 (5%). Untuk mendekati normalitas data dapat dilakukan pula salah satu
analisis statistik yaitu Kolmogorov-Smirnov test (K-S) (Ghozali, 2013:160-164). Uji K-S
dilakukan dengan membuat hipotesis :
H0 = Data residual berdistribusi normal
Ha = Data residual tidak berdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan pada uji K-S adalah sebagai berikut :
1. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik, maka H0 ditolak, yang
berarti data berdistribusi tidak normal.
2. Apabila nilai probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan secara statistik, maka H0
diterima, yang berarti data berdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas
Uji asumsi klasik ini digunakan untuk analisis regresi berganda yang terdiri atas dua
atau lebih variabel bebas, dimana akan diukur tingkat asosiasi (keeratan) hubungan /
pengaruh antar variabel bebas tersebutmelalui besaran koefisien korelasi (r). Uji ini dapat
dapat dengan mengamati nilai variance inflation factor (VIF). Apabila nilai tolerance kurang
dari 10% dn nilai VIF diatas 10, maka diperkirakan terjadi multikolinearitas (Ghozali,
2013:106). Dasar pengambilan keputusannya ialah:
1. Apabila VIF > 10 maka persamaan regresi terdapat multikolinearitas.
2. Apabila VIF < 10 maka persamaan regresi tidak terdapat multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Menurut Sunyoto (2011:91) persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki
masalah autokorelasi. Jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik
atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara
linear antara kesalahan pengganggu periode t (berada) dan kesalahan pengganggu t-1
(sebelumnya).
Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji
Durbin-Watson (DW), dengan ketentuan sebagai berikut:
17
1. Terjadi autokorelasi positif jika nilai DW dibawah -2 ( -2 ).
2. Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada diantara -2 dan atau .
3. Terjadi Autokorelasi negatif jika nilai DW di atas +2 atau +2 .
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
kesamaan varians dari residual pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang
baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139). Ada beberapa cara
untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat grafik scatterplot dan juga
dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi pada nilai uji Glejser serta Tabel
Spearman’s Rho. Apabila nilai signifikannya diatas 0,05, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Analisis Regresi
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara dua atau lebih
variabel independen dengan satu variabel dependen yang ditampilkan dalam bentuk
persamaan regresi. (Priyatno, 2011:238). Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah:
Regresi linear berganda dengan persamaan sebagai berikut:
Keterangan :
Dimana :
Y = Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak
a = Konstanta
b1-b4 = Koefisien regresi variable independen
X1 = Struktur Organisasi
X2 = Proses Bisnis dan Teknologi Informasi dan Komunikasi
X3 = Manajemen Sumber Daya Manusia
X4 = Pelaksanaan Good Governance
e = Error (Kesalahan)
Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+e
18
Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji koefisien determinasi, uji
signifikansi parameter individual (uji statistik t), dan uji signifikansi simultan (uji statistik f).
1. Uji Statistik t (Uji Parsial)
Menurut Priyatno (2011:235), uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh secara
signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini, uji t
digunakan untuk menguji pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan dalam hal
struktur organisasi, proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi, manajemen
sumber daya manusia, dan pelaksanaan good governance dengan tingkat signifikan 5%.
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
a. Apabila nilai signifikan < 0.05, maka Hipotesis akan diterima, artinya terdapat pengaruh
yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen.
b. Apabila nilai signifikan > 0.05, maka Hipotesis akan ditolak, artinya tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen.
2. Uji Statistik F (Uji Simultan)
Menurut Priyatno (2011:258), uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, uji F
bertujuan untuk mengukur pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan dalam hal
struktur organisasi, proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi, manajemen
sumber daya manusia, dan pelaksanaan good governance. Dengan tingkat signifikan sebesar
5%, maka kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
a. Apabila F hitung > F tabel, maka Hipotesis akan diterima, artinya terdapat pengaruh yang
signifikan antara semua variabel independen terhadap variabel dependen.
b. Apabila F hitung < F tabel, maka Hipotesis akan ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara semua variabel independen terhadap variabel dependen.
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Menurut Ghozali (2013), koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
19
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara
umum koefisien determinasi untuk data silang relatif rendah karena adanya variasi yang besar
antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu biasanya mempunyai
nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2013).
20
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Unit Analisis
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai data-data deskriptif yang diperoleh dari
responden. Data deskriptif disajikan agar dapat dilihat profil data penelitian dan hubungan
yang ada antara variabel yang digunakan daam penelitian. Data deskriptif yang
menggambarkan keadaan atau kondisi responden perlu diperhatikan sebagai informasi
tambahan untuk memahami hasil penelitian. Responden dalam hal ini adalah Pengusaha Kena
Pajak yang terdaftar dan aktif dalam membayarkan dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai
yang beralamatkan di Bintan yang keseluruhannya berjumlah 57 responden.
Kuesioner Responden
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
kepada responden yaitu Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar dan aktif dalam membayarkan
dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan
dengan mendatangi langsung Pengusaha Kena Pajak yang berlokasi di Bintan.
Kuesioner yang disebar sejumlah 57 kuesioner dan terdapat 23 kuesioner yang tidak dapat
diolah jadi jumlah kuesioner yang dapat diolah yaitu sejumlah 34 kuesioner dengan jumlah
pertanyaan 22 item. Pertanyaan untuk variabel modernisasi sistem administrasi perpajakan
sejumlah 13 pertanyaan dan 9 pertanyaan untuk variabel kepatuhan pengusaha kena pajak.
Deskripsi Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan data penelitian yang dilakukan dari penyebaran kuesioner maka
diperoleh data tentang jenis kelamin responden yang dapat dilihat pada table berikut :
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Pria 28 82,4 %
2 Wanita 6 17,6 %
Jumlah 34 100 %
Sumber : Output Pengolahan SPSS 21 (2016)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian responden dalam penelitian ini
adalah berjenis kelamin pria, yaitu sebanyak 28 responden atau sekitar 82,4% dari jumlah
21
seluruh responden, sedangkan yang berjenis kelamin wanita sebanyak 6 responden aatau
sekitar 17,6% dari jumlah seluruh responden.
Deskripsi Tingkat Pendidikan Terakhir Responden
Pendidikan terakhir biasanya mempengaruhi kemampuan, wawasan dan tingkat
kepercayaan diri responden dalam melaksanakan pekerjaannya.
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari penyebaran kuesioner maka diperoleh
data tentang pendidikan terakhir responden yang dapat dilihat pada table berikut :
No Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase
1 Magister 1 2,9 %
2 Sarjana 3 8,8 %
3 Diploma 8 23,5 %
4 SMA 20 58,8 %
5 SMK 1 2,9 %
6 SD 1 2,9 %
Jumlah 34 100 %
Sumber : Output Pengolahan SPSS 21 (2016)
Tabel diatas menunjukan dahwa dari 34 responden penelitian sebagian besar
berpendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 20 responden atau sebesar 58,8 % dari jumlah
keseluruhan responden, sedangkan yang berpendidikan terakhir Magister sebanyak 1
responden atau sebesar 2,9 %, yang berpendidikan terakhir Diploma sebanyak 8 responden
atau sebesar 8,8 %, yang berpendidikan terakhir SMK sebanyak 1 responden atau sebesar 2,9
%, dan yang berpendidikan terakhir SD sebanyak 1 responden atau sebesar 2,9 % dari
jumlah semua responden.
Analisis Deskriptif Variabel
Berikut ini akan dijelaskan hasil rata-rata jawaban responden, yaitu menjelaskan
deskripsi data dari seluruh variabel yang akan dimasukkan kedalam model penelitian. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel data berikut :
22
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
StrukturOrganisasi 34 5.0 15.0 11.618 1.7755
PBdanTIK 34 8.0 19.0 14.794 2.5320
PenyempurnaanManajemen
SDM
34 6.0 15.0 11.118 2.3194
GoodGovernance 34 5.0 15.0 11.294 2.3032
Kepatuhan 34 28.0 45.0 36.647 3.1226
Valid N (listwise) 34
Sumber : Output SPSS versi 21 (2016)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah data yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 34 data. Untuk variabel struktur organisasi dalam penelitian ini
memiliki nilai minimum 5, nilai maksimum 15, nilai rata-rata 11,618 dan nilai standar deviasi
1,7755. Untuk variabel proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi dalam
penelitian ini memiliki nilai minimum 8, nilai maksimum 19, nilai rata-rata 14,794 dan nilai
standar deviasi 2,5320. Untuk variabel penyempurnaan manajemen sumber daya manusia
dalam penelitian ini memiliki nilai minimum 6, nilai maksimum 15, nilai rata-rata 11,118 dan
nilai standar deviasi 2,3194. Untuk variabel Good Governance dalam penelitian ini memiliki
nilai minimum 5, nilai maksimum 15, nilai rata-rata 11,294 dan nilai standar deviasi 2,3032.
Untuk variabel kepatuhan dalam penelitian ini memiliki nilai minimum 28, nilai maksimum
45, nilai rata-rata 36,647 dan nilai standar deviasi 3,1226.
Hasil Penelitian
Uji Kualitas Data
Uji kualitas data yang digunakan adalah dengan uji regresi, dimana data yang
digunakan adalah data primer, maka sebelum pengujian data baik untuk deskripsi maupun
untuk pengujian asumsi perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas.
Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji
validitas dapat dilakukan dengan melihat nilai corrected item-total correlation dengan
kriteria : jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel dan nilainya positif maka butir pertanyaan
atau indikator tersebut dinyatakan valid. Namun sebaliknya, jika r hitung lebih kecil dari r
23
tabel maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid. Nilai r tabel dicari pada signifikansi
0,05dengan uji 2 sisi dan r tabel didapat dari df=n-2, yaitu df=34-4=30, maka nilai r tabel
yaitu 0,3439.
Hasil uji validitas dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel berikut :
Variabel Item Pertanyaan r hitung r tabel Kesimpulan
Struktur Organisasi P1 0,506 0,3494 Valid
P2 0,632 0,3494 Valid
P3 0,796 0,3494 Valid
Proses Bisnis dan
Teknologi Informasi
dan Komunikasi
P4 0,875 0,3494 Valid
P5 0,725 0,3494 Valid
P6 0,605 0,3494 Valid
P7 0,576 0,3494 Valid
Penyempurnaan
Manajemen Sumber
Daya Manusia
P8 0,823 0,3494 Valid
P9 0,636 0,3494 Valid
P10 0,666 0,3494 Valid
Good Governance P11 0,700 0,3494 Valid
P12 0,875 0,3494 Valid
P13 0,744 0,3494 Valid
Kepatuhan Q1 0,509 0,3494 Valid
Q2 0,358 0,3494 Valid
Q3 0,405 0,3494 Valid
Q4 0,408 0,3494 Valid
Q5 0,519 0,3494 Valid
Q6 0,589 0,3494 Valid
Q7 0,442 0,3494 Valid
Q8 0,547 0,3494 Valid
Q9 0,441 0,3494 Valid
Sumber : Output SPSS versi 21 (2016)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa item peryantaan variabel struktur
organisasi sebanyak 3 pernyataan, proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi
sebanyak 4 pernyataan, penyempurnaan manajemen sumber daya manusia sebanyak 3
pernyataan, good governance sebanyak 3 pernyataan, dan kepatuhan sebanyak 9 pernyataan,
24
semua dinyatakan valid karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel. Sehingga dapat
digunakan untuk uji selanjutnya.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen penelitian dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan
koefisien cronbach alpha. Jika nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6 maka disimpulkan
bahwa instrumen penelitian tersebut handal atau reliabel. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat
pada tabel berikut :
Variabel Cronbach
Alpha
Batas
Reliabilitas
Keterangan
Struktur Organisasi 0,733 0,6 Reliabel
Proses Bisnis dan TIK 0,842 0,6 Reliabel
Penyemprnaan Manajemen SDM 0.873 0,6 Reliabel
Good Governance 0,850 0,6 Reliabel
Kepatuhan 0,921 0,6 Reliabel
Sumber : Output SPSS versi 21 (2016)
Hasil pengujian reliabilitas pada tabel diatas menunjukan bahwa nilai Cronbach
Alpha pada semua variabel dalam penelitian ini dengan angka lebih besar dari 0,6 sehingga
dapat disimpulkan bahwa semua variabel dalam penelitian ini adalah reliabel dan dapat
dipercaya.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi,
variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Pengujian data dilakuakan dengan menggunakan pengujian One Sample Kolmogorov
Smirnov. Dalam uji ini nilai residual dinyatakan normal apabila nilai Asym sig (2 tailed) lebih
besar dari nilai batas normal 0,05. Berikut adalah gambaran hasil uji normalitas data :
25
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 34
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 2.53160505
Most Extreme Differences
Absolute .192
Positive .192
Negative -.129
Kolmogorov-Smirnov Z 1.118
Asymp. Sig. (2-tailed) .164
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Output SPSS versi 21 (2016)
Tabel diatas merupakan nilai residual dari uji regresi variabel struktur organisasi,
proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan manajemen sumber
daya manusia, good governance, dan kepatuhan. Pada tabel tersebut menunjukan bahwa nilai
asymp sig (2 tailed) sebesar 0,164 > 0,05, maka disimpulkan bahwa data residual
berdistribusi normal.
Selain One Sample Kolmogorov Smirnov Test, untuk melihat normalitas juga dapat
dilakuakan dengan menggunakan normal probability plot. Dalam uji ini data dianggap
berditribusi normal apabila titik-titik plot berada diantara garis normal
26
Berdasarkan gambar diatas menunjukan bahwa data berdistribusi normal, karena titik-
titik plot berada didekat atau diantara garis diagonal, sehingga dapat digunakan untuk uji
selanjutnya.
Uji Multikolinearitas Data
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah didalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel indpenden. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Dalam penelitian ini ada tidaknya
multikolinearitas dilihat dari tolerance dan variance inflation factor (VIF), apabila nilai VIF
di sekitar angka 1 dan nilai tolerance mendekati 1, maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi tidak mengandung multikolinearitas. Berdasarkan uji yang dilakukan diperoleh hasil
sebagai berikut :
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficient
s
T Sig. Collinearity
Statistics
B Std.
Error
Beta Toleran
ce
VIF
1
(Constant) 27.020 3.335 8.103 .000
StrukturOrganisasi 1.091 .396 .621 2.759 .010 .448 2.233
PBdanTIK -.408 .432 -.331 -.944 .353 .185 5.419
PenyempurnaanMa
najemenSDM
-.299 .391 -.222 -.763 .451 .268 3.729
GoodGovernance .558 .548 .412 1.018 .317 .139 7.218
a. Dependent Variable: Kepatuhan
Sumber : Output SPSS versi 21 (2016)
Berdasarkan uji multikolinearitas pada tabel diatas, maka data yang diperoleh dari
sampel tidak terdapat multikolinearitas karena besaran statistic tolerance mendekati angka 1
dan nilai VIF untuk struktur organisasi, proses bisnis dan teknologi informasi komunikasi,
penyempurnaan manajemen sumber daya manusia, dan good governance di sekitar angka 1,
yang berarti tidak terdapat multikolinearitas diantara variabel independen.
27
Uji Autokorelasi Data
Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi. Jika
terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai
prediksi, dalam penelitian ini terjadi atau tidaknya autokorelasi adalah dilihat dari nilai
Durbin-Watson, apabila nilai Durbin-Watson berada diantara -2 dan atau -2 ≤ DW ≤ +2.
Berdasarkan uji yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .585a .343 .252 2.7006 1.747
a. Predictors: (Constant), GoodGovernance, StrukturOrganisasi,
PenyempurnaanManajemenSDM, PBdanTIK
b. Dependent Variable: Kepatuhan
Sumber : Output SPSS versi 21 (2016)
Berdasarkan uji autokorelasi pada tabel diatas, maka data yang diperoleh tidak
memiliki masalah atokorelasi, hal tersebut dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson yang
diperoleh yaitu sebesar 1,747. Karena -2 ≤ 1,747 ≤ +2 maka dapat disimpulkan data pada
penelitian ini tidak terjadi autokorelasi sehingga data dapat digunakan untuk uji selanjutnya.
Uji Heteroskedastisitas Data
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik tidak
terjadi heteroskedastisitas. Metode yang digunakan adalah scatterplot yaitu melihat grafik
plot antara nilai prediksi variabel dependen, heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Adapun hasil uji grafik scatterplot
dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar diatas maupun dibawah
angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai dalam penelitian ini. Ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik berikut :
28
Sumber : Output SPSS versi 21 (2016)
Analisis dengan grafik plots ini memiliki kelmahan yang cukup signifikan oleh karena
pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit
menginterprestasikan hasil grafik plot. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji statistik untuk
menjamin keakuratan hasil yaitu dengan menggunakan uji spearman rho. Hasil uji yang
dilakukan dengan uji spearman rho dapat dilihat pada tabel berikut :
Correlations
StrukturO
rganisasi
PBdan
TIK
Penyemp
urnaanM
anajeme
nSDM
GoodGo
vernance
Unstand
ardized
Residual
Spearman
's rho
StrukturOrganisa
si
Correlation
Coefficient
1.000 .406* .643
** .531
** -.219
Sig. (2-tailed) . .017 .000 .001 .214
N 34 34 34 34 34
PBdanTIK
Correlation
Coefficient
.406* 1.000 .612
** .806
** -.033
Sig. (2-tailed) .017 . .000 .000 .851
N 34 34 34 34 34
Penyempurnaan
ManajemenSDM
Correlation
Coefficient
.643** .612
** 1.000 .715
** -.200
Sig. (2-tailed) .000 .000 . .000 .258
N 34 34 34 34 34
GoodGovernanc
e
Correlation
Coefficient
.531** .806
** .715
** 1.000 -.196
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 . .268
N 34 34 34 34 34
29
Unstandardized
Residual
Correlation
Coefficient
-.219 -.033 -.200 -.196 1.000
Sig. (2-tailed) .214 .851 .258 .268 .
N 34 34 34 34 34
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Output SPSS versi 21 (2016)
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa
model tidak terkena masalah heteroskedastisitas. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai sig
diatas tingkat kepercayaan 5% atau nilai sig untuk keempat variabel lebih besar dari 0,05.
Regresi Linear Berganda
Pengujian dengan regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
struktur organisasi, proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan
manajeman sumber daya manusia, dan good governance terhadap tingkat kepatuhan
Pengusaha Kena Pajak. Hasil regresi linear dibawah ini meliputi nilai koefisien determinasi,
hasil uji statistik F dan uji t. Berikut hasil dari analisis regresi linear berganda :
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standard
ized
Coefficie
nts
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std.
Error
Beta Toleran
ce
VIF
1
(Constant) 27.020 3.335 8.103 .000
StrukturOrganisasi 1.091 .396 .621 2.759 .010 .448 2.233
PBdanTIK -.408 .432 -.331 -.944 .353 .185 5.419
PenyempurnaanManaje
menSDM
-.299 .391 -.222 -.763 .451 .268 3.729
GoodGovernance .558 .548 .412 1.018 .317 .139 7.218
a. Dependent Variable: Kepatuhan
Sumber : Output SPSS versi 21 (2016)
Berdasarkan tabel diatas persamaan regresi linear berganda yang diperoleh adalah
sebagai berikut :
Y = 27.020 + (1.091X1) + (-0.408X2) + (-0.299X3) + (0.558X4) + e
30
Y = 27.020 + 1.091X1 – 0.408X2 – 0.299X3 + 0.558X4 + e
1. Pada persamaan regresi diatas menunjukan nilai konstantsa sebesar 27.020. Hal ini berarti
bahwa jika variabel struktur organisasi, proses bisnis dan teknologi informasi dan
komunikasi, penyempurnaan manajemen sumber daya manusia, dan good governance
dianggap konstan maka tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak akan konstan sebesar
27.020.
2. Koefisien regresi variabel struktur organisasi sebesar 1,091, hal ini berarti jika variabel
struktur organisasi bertambah satu satuan dan variabel independen lainnya tetap maka
tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak akan bertambah 1.091.
3. Koefisien regresi variabel proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi sebesar -
0.408, hal ini berarti jika variabel proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi
bertambah satu satuan dan variabel independen lainnya tetap maka tingkat kepatuhan
pengusaha kena pajak akan berkurang sebesar 0.408.
4. Koefisien regresi variabel penyempurnaan manajemen sumber daya manusia sebesar -
0.299, hal ini berarti jika variabel penyempurnaan manajemen sumber daya manusia
bertambah satu satuan dan variabel independen lainnya tetap maka tingkat kepatuhan
pengusaha kena pajak akan berkurang sebesar 0.299.
5. Koefisien regresi variabel good governance sebesar 0,558, hal ini berarti jika variabel
good governance bertambah satu satuan dan variabel independen lainnya tetap maka
tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak akan bertambah 0,558.
Uji Hipotesis
Uji Parsial (Uji t)
Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5%,
dengan derajat kebebasan df=(n-k-1), dimana n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah
variabel bebas (Sunyoto, 2011:13). Dengan tingkat signifikansi 0,05 dan df=(n-1-k)=(34-1-
4)=29, maka diperoleh nilai t tabel sebesar 2,04523.
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah :
a. Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak (ada pengaruh)
b. Jika t hitung < t tabel maka H0 tidak dapat ditolak (tidak ada pengaruh)
31
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std.
Error
Beta Toleran
ce
VIF
1
(Constant) 27.020 3.335 8.103 .000
StrukturOrganisasi 1.091 .396 .621 2.759 .010 .448 2.233
PBdanTIK -.408 .432 -.331 -.944 .353 .185 5.419
PenyempurnaanManaje
menSDM
-.299 .391 -.222 -.763 .451 .268 3.729
GoodGovernance .558 .548 .412 1.018 .317 .139 7.218
a. Dependent Variable: Kepatuhan
Sumber : Output SPSS versi 21 (2016)
Berdasarkan hasil uji t pada tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengaruh struktur organisasi terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak diperoleh nilai t
hitung sebesar 2.759 > t tabel (2.04523) maka dapat disimpulkan bahwa struktur
organisasi berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bintan.
2. Pengaruh proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi terhadap kepatuhan
pengusaha kena pajak diperoleh nilai t hitung sebesar -0.944 < t tabel (2.04523) maka
dapat disimpulkan bahwa proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi tidak
berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bintan
3. Pengaruh penyempurnaan manajemen sumber daya manusia terhadap kepatuhan
pengusaha kena pajak diperoleh nilai t hitung sebesar -0.763 < t tabel (2.04523) maka
dapat disimpulkan bahwa penyempurnaan manajemen sumber daya manusia tidak
berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bintan.
4. Pengaruh good governance terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak diperoleh nilai t
hitung sebesar 1.018 < t tabel (2.04523) maka dapat disimpulkan bahwa good governance
tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bintan.
32
Uji Simultan (Uji F)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen
secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Tingkat signifikansi yang
digunakan sebesar 5% dengan degree of freedom (df), yaitu df1=k-1, dan df2=n-k. Dimana k
adalah jumlah variabel independen, dan n adalah banyaknya sampel.
Maka dalam penelitian ini df1=4-1=3, dan df2=34-4=30, jadi nilai f tabel adalah sebesar 2,92.
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah :
1. Jika f hitung > f tabel maka H0 ditolak (ada pengaruh)
2. Jika f hitung < f tabel maka H0 tidak dapat ditolak (tidak ada pengaruh)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 110.267 4 27.567 3.780 .014b
Residual 211.498 29 7.293
Total 321.765 33
a. Dependent Variable: Kepatuhan
b. Predictors: (Constant), GoodGovernance, StrukturOrganisasi, PenyempurnaanManajemenSDM,
PBdanTIK
Berdasarkan hasil uji f pada tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa pengaruh struktur
organisasi, proses bisnis dan teknologi informasi dan komukikasi, penyempurnaan
manajemen sumber daya manusia, dan good governance terhadap tingkat kepatuhan
pengusaha kena pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan diperoleh nilai f hitung
sebesar 3.780 dengan signifikansi 0.014. Karena f hitung > f tabel (3.780 > 2,92) dan 0.014 <
0.05 maka dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi, proses bisnis dan teknologi
informasi dan komukikasi, penyempurnaan manajemen sumber daya manusia, dan good
governance secara simultan berpengaruh terhadap terhadap tingkat kepatuhan pengusaha
kena pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan.
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengukur hubungan atau tingkat asosiasi
antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. Dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar struktur organisasi, proses
bisnis dan teknologi informasi dan komukikasi, penyempurnaan manajemen sumber daya
33
manusia, dan good governance berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena
apajaka pada Kantor Palayanan Pajak Pratama Bintan sebagaimana dapat dilihat pada tabel
berikut :
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .585a .343 .252 2.7006 1.747
a. Predictors: (Constant), GoodGovernance, StrukturOrganisasi,
PenyempurnaanManajemenSDM, PBdanTIK
b. Dependent Variable: Kepatuhan
Sumber : Output SPSS versi 21 (2016)
Nilai adjusted R Square sebesar 0,252 yang berarti tingkat kepatuhan pengusaha kena
pajak (variabel Y) dapat dijelaskan oeh struktur organisasi, proses bisnis dan teknologi
informasi dan komukikasi, penyempurnaan manajemen sumber daya manusia, dan good
governance atau dapat dikatakan bahwa kontribusi struktur organisasi, proses bisnis dan
teknologi informasi dan komukikasi, penyempurnaan manajemen sumber daya manusia, dan
good governance terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bintan adalah sebesar 25,2 %. Sedangkan sisanya sebesar 74,8 % dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Pembahasan
Pengaruh Struktur Organisasi Terhadap Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak
Hasil H1 dalam penelitian ini menunjukan bahwa modernisasi sistem administrasi
dalam hal struktur organisasi secara parsial berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan
pengusaha kena pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan. Adanya perubahan
struktur organisasi berdasarkan fungsi dalam sistem administrasi perpajakan dan kemudahan
pelayanan dengan adanya Account Representative telah memberikan kemudahan kepada
Pengusaha Kena Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu H1 dalam
penelitian ini dapat diterima.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Madewing (2013),
Mentayani, dkk (2015), dan Darmayana dan Setiawan (2016) yang menyatakan bahwa
struktur organisasi memiliki pengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena
pajak.
34
Pengaruh Proses Bisnis dan Teknologi Informasi dan Komunikasi Terhadap Tingkat
Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak
Hasil H2 dalam penelitian ini menunjukan bahwa modernisasi sistem administrasi
perpajakan dalam hal proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi secara parsial
tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bintan. Hal ini ditunjukan oleh nilai t hitung yang lebih kecil dari nilai t tabel
(-0.944 < 2.04523), hasil ini menunjukan bahwa sistem administrasi modern dalam hal proses
bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi belum benar-benar dimanfaatkan oleh
pengusaha kena pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan. Hal ini bisa saja
disebabkan karena kurangnya pemahaman dari Pengusaha Kena Pajak terhadap teknologi
informasi dan komunikasi yang diterapkan oleh kantor pajak. Oleh karena itu H2 dalam
penelitian ini tidak dapat diterima.
Hasil peneitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmayasa dan
Setiawan (2016) yang menyatakan bahwa proses bisnis dan teknologi informasi dan
komunikasi tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Pengaruh Manajemen Sumber Daya Manusia Terhadap Tingkat Kepatuhan
Pengusaha Kena Pajak
Hasil H3 dalam penelitian ini menunjukan bahwa penyempurnaan manajemen sumber
daya manusia secara parsial tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena
pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan. Hal ini ditunjukan oleh nilai t hitung
yang lebih kecil dari nilai t tabel (-0.763 < 2.04523), hasil ini menunjukan bahwa aparatur
pajak masih kurang bersikap kompeten dalam melayani pengusaha kena sehingga belum bisa
meningkatkan kepatuhan pengusaha kena pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bintan. Oleh karena itu H3 dalam penelitian ini tidak dapat diterima.
Hasil peneitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mentayani, Dkk
(2015) menunjukan hasil bahwa manajemen sumber daya manusia tidak berpengaruh
terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
35
Pengaruh Good Governance Terhadap Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak
Hasil H4 dalam penelitian ini menunjukan bahwa Good Governance secara parsial tidak
berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bintan. Hal ini ditunjukan oleh nilai t hitung yang lebih kecil dari nilai t tabel (1.018
< 2.04523) berarti penerapan tata kelola dalam pelaksaan tugas aparatur pajak masih kurang
baik. Sehingga menimbulkan rasa kurang aman dan takut pembayaran pajak dari pengusaha
kena pajak digunakan untuk kepentingan pribadi, maka pelaksaan good governance tidak
berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bintan. Oleh karena itu H4 dalam penelitian ini tidak dapat diterima.
Hasil peneitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Madewing
(2013), Kembaren dan Gunadi (2013), dan Darmayasa dan Setiawan (2016) yang
menyatakan bahwa pelaksanaan good governance berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib
Pajak
Pengaruh Struktur Organisasi, Proses Bisnis dan Teknologi Informasi dan
Komunikasi, Manajemen Sumber Daya Manusia , dan Pelaksanaan Good Governance
Terhadap Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak.
Hasil H5 dalam penelitian ini menunjukan bahwa struktur organisasi, proses bisnis
dan teknologi informasi dan komunikasi, manajemen sumber daya manusia , dan
pelaksanaan good governance secara simultan berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan pengusaha kena pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan. Oleh karena
itu H5 dalam penelitian ini dapat diterima.
Hal ini juga ditunjukan oleh nilai koefisien determinasi yang cukup rendah, yaitu nilai
Adjusted R Square sebesar 25.2%. Yang memperlihatkan bahwa 25,2% tingkat kepatuhan
pengusaha kena pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan dipengaruhi oleh struktur
organisasi, proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi, manajemen sumber daya
manusia, dan pelaksanaan good governance. Sedangkan sisanya 74,8% dipengaruhi variabel
lain yang tidak ada dalam penelitian ini.
36
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur organisasi, proses bisnis dan
teknologi informasi dan komunikasi, manajemen sumber daya manusia, dan pelaksanaan
good governance terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bintan. Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan dari penelitian ini
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Modernisasi sistem administrasi perpajakan dalam hal struktur organisasi berpengaruh
terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bintan.
2. Modernisasi sistem administrasi perpajakan dalam hal proses bisnis dan teknologi
informasi dan komunikasi tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena
pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan.
3. Modernisasi sistem administrasi perpajakan dalam hal penyempurnaan manajemen
sumber daya manusia tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena
pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan.
4. Modernisasi sistem administrasi perpajakan dalam hal penerapan Good Governance tidak
berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bintan.
5. Struktur organisasi, proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi, manajemen
sumber daya manusia , dan pelaksanaan good governance secara simultan berpengaruh
terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bintan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diungkapkn beberapa saran yang diberikan peneliti, yaitu
sebagai berikut :
1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan
Modernisasi sistem administrasi perpajakan daalam hal struktur organisasi memiliki
pengaruh pada tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bintan, maka dari itu pelaksanaan modernisasi sistem administrasi perpajakan dalam
hal struktur organisasi semoga bisa dipertahankan atau bila perlu ditingkatkan ke arah yang
37
lebih baik. Sedangkan untuk modernisasi sistem administrasi perpajakan dalam hal proses
bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi, manajemen sumber daya manusia, dan
pelaksanaan good governance semoga kedepannya dapat menjadi lebih baik dengan
dilakukan nya evaluasi yang dilakukan agar tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak pada
KPP Pratama Bintan dapat meningkat.
2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bintan. Dan juga diharapkan dapat melakuakan penelitian
dengan jumlah sampel penelitian yang lebih banyak.
38
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Funika Anggun, 2015. The Effect of the Implementation on Modernization of the
Tax Administration System to the Complience Level of Taxable Entrepreneurs at Tax
Service Office Pratama Tebet South Jakarta. Jurnal Akuntansi.
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kementrian Keuangan. 2015. “Penetapan secara
jabatan atau permohonan sendiri? Siapa cepat…..dapat!”.
www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/167- artikel- pajak/21232- penetapan
-secara-jabatan-atau-permohonan-sendiri- siapa- cepat…-dapat. Diakses 3
April 2016.
Darmayasa, I Gede dan Putu Ery Setiawan. 2016. Pengaruh Modernisasi Sistem
Administrasi Perpajakan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana
Dianasari, dan Rima Rachmawati, 2010, Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan
Terhadap Pencapaian Akuntabilitas Pada KPP Modern. Jurnal Manajemen
Keuangan.
Direktorat Jendral Pajak, 2007. Laporan Tahunan Direktorat Jendral Pajak 2007.
Direktorat Jendral Pajak Kementrian Keuangan. 2012. “Seri PPN dan PPnBM-Tata
Cara Pembayaran dan Penyetoran PPN dan PPnBm”.
http://www.pajak.go.id/content/seri-ppn-dan-ppnbm-tata -cara- pembayaran-dan-
penyetoran-ppn-dan-ppnbm.Diakses 3 April 2016.
Direktorat Jendral Pajak. Kementrian Keuangan. 2016. “Realisasi Penerimaan Pajak Per
30 November 2015”. http://www.pajak.go.id/content/article/realisasi-penerimaan-
pajak-30- november-2015. Diakses 2 April 2016.
Fasmi, Lasnofa dan Misra, Fauzan. 2012, Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi
Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak Di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Padang, jurnal Akuntansi. Vol. 15.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21Update
Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ir. Syofian siregar, M.M. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana
Irawan, Hasan dan Siti Khairani, 2013, Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan
Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya
Palembang. Jurnal Akuntansi.
Kembaren, Boris Sembiring dan Gunadi. 2013. Pengaruh Penerapan Good Governance
Dalam Pelayanan Pajak Pratama Cakung Dua. Jurnal FISIP Universitas Indonesia.
Madewing Irmayanti, 2013, Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makasar
Utara. Skripsi Universitas Hasanuddin, Makasar.
39
Mentayani, Ida, dkk. 2015. Pengaruh Modernisasi Sistem Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di
Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan.
Pengembangan dan pembinaan bahasa kemdikbud. 2016. “Modernisasi”..
www.kbbi.web.id/modernisasi. Diakses 3 April 2016.
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 55/PMK.01/2007 tentang perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi Tata
Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak.
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 131/PMK.01/2006 tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Departemen Keuangan.
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak.
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 197/PMK.03/2013 tentang perubahan atas
PMK68/PMK.03/2010 tentang Batasan Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan
Nilai.
Priyatno, D. (2011). SPSS Analisis Statistk Data. Yogyakarta: Mediakon.
Sunyoto, Danang, 2011, Analisis Regresi dan Uji Hipotesis, Yogyakarta: Caps..
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Perpajakan.
Undang-Undang RI NO.42 Tahun 2009 tentang perubahan ketiga atas UU NO 8 tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang
mewah.
.