pengaruh model prosain terhadap keterampilan...

101
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema Peningkatan Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978 Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 239 Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN MAHASISWA DALAM MENULIS KARYA ILMIAH Muhammad Iksan 1 ; Lahmudin Zuhri 2 ; Adnan 3 ; Riadi Suhendra 4 1,2,3,4 Universitas Samawa e-mail: [email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model prosain terhadap keterampilan mahasiswa dalam menulis karya ilmiah. Model prosain merupakan model pembelajaran yang dikembangkan mengacu pada sintaks pendekatan proses dan pendekatan saintifik. Subjek penelitian ini adalah 60 mahasiswa Universitas Samawa. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik penugasan. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian non-tes berupa instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis karya ilmiah. Analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus t- tes berbantuan SPSS versi 16.00. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai rerata kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol (71.77 > 64.14). Nilai t- hitung lebih besar dari t- tabel (4,19 > 2.00) pada taraf signifikansi 0.05 dengan db 58 dan harga sig juga lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model prosain terhadap keterampilan menulis karya ilmiah mahasiswa. Model prosain menjadi salah satu model pembelajaran menulis karya ilmiah yang dapat diintegrasikan dengan pemanfaatan IT. Kata Kunci: pengaruh, model prosain, pembelajaran menulis, keterampilan menulis, karya ilmiah PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan aktivitas interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan antara pembelajar dengan sumber belajar. Keberhasilan program pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor seperti sarana dan prasarana pembelajaran, strategi/pendekatan/model/metode pembelajaran, lingkungan belajar dan lain-lain. Model pembelajaran menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan program pembelajaran. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar yang berfungsi sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai (Soekamto & Winataputra, 1996/1997); Komaruddin, 2000; Arends, 2002); Sagala, 2005; Fathurrohman, 2015). Joyce & Weil (2003) mengklasifikasikan model pembelajaran menjadi tiga jenis yaitu (1) model interaksi sosial, (2) model pengelolaan informasi, (3) model personal humanis, dan (4) model modifikasi tingkah laku. Ada banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran, seperti model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ASSURE, dan model- model pembelajaran lainnya. Model yang digunakan dalam pembelajaran harus bersesuaian dengan karakteristik peserta didik, karateristik mata pelakaran/mata kuliah, dan karakteristik materi ajar. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat berdampak negatif pada capaian pembelajaran. Materi ajar pengetahuan diajarkan dengan pola berbeda dengan materi ajar keterampilan. Materi ajar pengetahuan dapat diajarkan kepada peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran berpusat pada pendidik seperti metode ceramah dan tanya jawab. Materi ajar keterampilan tidak dapat diajarkan dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Pengajaran materi ajar keterampilan harus menggunakan model pembelajaran aktif yang berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran harus didominasi oleh aktivitas praktif agar peserta didik terampil mengimplemetasikan keterampilan tersebut untuk berbagai keperluan. Materi ajar menulis karya ilmiah merupakan materi ajar keterampilan. Oleh karena itu, pembelajaran menulis karya ilmiah harus menggunakan model pembelajaran aktif. Model pembelajaran yang memberikan kesempatan yang luas kepada mahasiswa untuk praktik menulis. Model prosain

Upload: truongnguyet

Post on 08-Mar-2019

288 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 239

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN MAHASISWA DALAM

MENULIS KARYA ILMIAH

Muhammad Iksan1; Lahmudin Zuhri

2; Adnan

3; Riadi Suhendra

4

1,2,3,4Universitas Samawa

e-mail: [email protected]

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model prosain terhadap

keterampilan mahasiswa dalam menulis karya ilmiah. Model prosain merupakan model

pembelajaran yang dikembangkan mengacu pada sintaks pendekatan proses dan pendekatan

saintifik. Subjek penelitian ini adalah 60 mahasiswa Universitas Samawa. Penelitian ini

menggunakan rancangan eksperimen semu. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

teknik penugasan. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian non-tes berupa

instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis karya ilmiah. Analisis data dilakukan

dengan menggunakan rumus t-tes berbantuan SPSS versi 16.00. Hasil uji hipotesis menunjukkan

bahwa nilai rerata kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol (71.77 > 64.14). Nilai t-hitung lebih

besar dari t-tabel (4,19 > 2.00) pada taraf signifikansi 0.05 dengan db 58 dan harga sig juga lebih

kecil dari 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model prosain terhadap

keterampilan menulis karya ilmiah mahasiswa. Model prosain menjadi salah satu model

pembelajaran menulis karya ilmiah yang dapat diintegrasikan dengan pemanfaatan IT.

Kata Kunci: pengaruh, model prosain, pembelajaran menulis, keterampilan menulis, karya

ilmiah

PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan aktivitas interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan

antara pembelajar dengan sumber belajar. Keberhasilan program pembelajaran dipengaruhi oleh

banyak faktor seperti sarana dan prasarana pembelajaran, strategi/pendekatan/model/metode

pembelajaran, lingkungan belajar dan lain-lain. Model pembelajaran menjadi salah satu faktor

penentu keberhasilan program pembelajaran. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual

yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar yang

berfungsi sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai (Soekamto & Winataputra, 1996/1997); Komaruddin, 2000; Arends,

2002); Sagala, 2005; Fathurrohman, 2015).

Joyce & Weil (2003) mengklasifikasikan model pembelajaran menjadi tiga jenis yaitu (1)

model interaksi sosial, (2) model pengelolaan informasi, (3) model personal humanis, dan (4) model

modifikasi tingkah laku. Ada banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam

pembelajaran, seperti model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ASSURE, dan model-

model pembelajaran lainnya. Model yang digunakan dalam pembelajaran harus bersesuaian dengan

karakteristik peserta didik, karateristik mata pelakaran/mata kuliah, dan karakteristik materi ajar.

Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat berdampak negatif pada capaian pembelajaran.

Materi ajar pengetahuan diajarkan dengan pola berbeda dengan materi ajar keterampilan. Materi

ajar pengetahuan dapat diajarkan kepada peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran

berpusat pada pendidik seperti metode ceramah dan tanya jawab. Materi ajar keterampilan tidak

dapat diajarkan dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.

Pengajaran materi ajar keterampilan harus menggunakan model pembelajaran aktif yang

berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran harus didominasi oleh aktivitas praktif agar

peserta didik terampil mengimplemetasikan keterampilan tersebut untuk berbagai keperluan. Materi

ajar menulis karya ilmiah merupakan materi ajar keterampilan. Oleh karena itu, pembelajaran

menulis karya ilmiah harus menggunakan model pembelajaran aktif. Model pembelajaran yang

memberikan kesempatan yang luas kepada mahasiswa untuk praktik menulis. Model prosain

Page 2: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 240

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis

karya ilmiah. Model prosain dikembangkan pengacu pada unsur pendekatan proses dan penekatan

saintifik. Andayani (2015) dan Rusman (2017) menyatakan pendekatan saintifik memiliki beberapa

komponen yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan

membuat jejaring. Sementara pendekatan proses juga memiliki bebera unsur, yaitu pramenulis, (2)

pembuatan draff, (3) merevisi, (4) menyunting, dan (5) berbagi (sharing) (Tompkins, 1990). Ada

empat tahap yang harus diperhatikan pada penerapan model prosain dalam pembelajaran, yaitu

tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan penilaian, dan tahap tindak program

pembelajaran (Adnan, Iksan, Zuhri & Suhendra, 2018).

Pertama, tahap perencanaan pembelajaran; pada tahap perencanaan pembelajaran dosen

menyiapkan perangkat pembelajaran yang dimulai dengan kegiatan menentukan tujuan

pembelajaran, menyusun materi, menentukan model pembelajaran, pemilihan media, menyusun

RPS dan perangkat penilaian seperti instruksi tugas dan rubrik penilaian. Kedua, tahap pelaksanaan

pembelajaran; pada tahap ini ada dua pase kegiatan yang dilakukan, pase penanaman konsep dan

pase penugasan. Pada pase penanaman konsep ada beberapa aktivitas yang dilakukan oleh dosen,

yaitu: (1) menentukan tujuan pembelajaran; (2) menyajikan materi pembelajaran yang berhubungan

dengan konsep, prinsip, dan jenis-jenis karya ilmiah; (3) menjelaskan langkah-langkah menulis

karya ilmiah; (4) menugaskan mahasiswa untuk mencari karya ilmiah ilmiah berupa artikel ilmiah/

makalah ilmiah/proposal penelitian/ laporan hasil penelitian; (5) menugaskan hasil mahasiswa

untuk reviu karya ilmiah tersebut secara individual atau secara berkelompok; dan (6) mahasiswa

diminta untuk mengumpulkan hasil reviunya untuk dikoreksi dan dinilai kemudian dibahas secara

bersama-sama di kelas.

Pada pase penanaman konsep mahasiswa melakukan beberapa aktivitas yaitu: (1)

menyimak penjelasan dosen tentang tujuan pembelajaran; (2) menyimak penjelasan dosen tentang

konsep, prinsip, dan jenis-jenis karya ilmiah; (3) mahasiswa menyimak penjelasan dosen tentang

langkah-langkah menulis karya ilmiah; (4) mencari artikel ilmiah/makalah ilmiah/proposal

penelitian/ laporan hasil penelitian untuk direviu; (5) mereviu karya ilmiah tersebut secara individu

atau secara berkelompok di luar jam perkuliahan di kelas; dan (6) mengumpulkan hasil reviunya

kepada dosen untuk dibahas secara bersama-sama di kelas.

Pada pase penugasan ada beberapa aktivitas yang dilakukan dosen, yaitu: (1) menugaskan

mahasiswa untuk menyusun karya ilmiah dengan mengukuti prosedur atau langkah-langkah

menulis karya ilmiah; (2) memonitoring aktivitas mahasiswa saat mencari literatur dan penyusunan

draf awal, (3) mengoreksi dan mereviu draf awal karya tulis mahasiswa; (4) memberikan umpan

balik terhadap hasil reviunya di kelas; (5) menugaskan mahasiswa untuk merevisi karya ilmiah

yang telah disususnnya; (6) menugaskan mahasiswa untuk mengumpulkan karya ilmiah yang telah

direvisinya; (7) mengoreksi kembali karya ilmiah tersebut dan kemudian mengembalikannya

kepada mahasiswa; dan (8) menugaskan mahasiswa untuk mempublikasikan karya ilmiah yang

telah disusunnya melalui jurnal atau seminar jika dianggap sudah baik. Adapun aktivitas mahasiswa

adalah sebagai berikut, yaitu: (1) menentukan topik-topik karya ilmiah yang akan disususnnya; (2)

mencari literatur penunjang dengan berkunjung ke perpustakaan, ke toko buku atau brosing melalui

internet; (3) setelah literatur terkumpul, mahasiswa menyusun draf awal; (4) membaca karya ilmiah

yang telah disusun secara berulang-ulang untuk meminimalkan kesalahan penulisan; (5) merevisi

draf karya ilmiahnya sesuai dengan kritikan dan saran yang diberikan oleh dosen; (6)

mengumpulkan karya ilmiah yang telah direvisi kepada dosen; (7) memperbaiki karya ilmiah sesuai

dengan saran terakhir yang diberikan dosen; dan (8) mengirim karya ilmiah yang telah disusunnya

ke jurnal atau seminar ilmiah.

Ketiga, tahap penilaian; pada tahap ini pendidik melakukan penilaian, mengolah hasil

penilaian, dan menginterpretasi hasil penilaian sehingga diketahui pencapaian tujuan pembelajaran.

Keempat,pendidik mengevaluasi keberhasilan program pembelajaran. Hasil evaluasi menjadi dasar

untuk memperbaiki kegiatan proses dan hasil belajar.

Page 3: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 241

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Model prosain diimplementasikan pada pembeljaran menulis karya ilmiah karena model

ini bersesuaian dengan karakteristik materi ajar menulis karya ilmiah. Karya ilmiah merupakan

Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan

menggunakan bahasa tulis sebagai medianya (Suparno dan Yunus, 2003: 3). Menulis karya ilmiah

merupakan salah satu kegiatan yang sangat konflek. Penulis dituntut untuk memiliki pengetahuan

dan pemahaman memadai tentang topik yang akan ditulis. Penulis juga harus memiliki pengtehuan

dan keterampilan kebahasaan yang baik. Selain itu, praktik menulis secara rutin dapat

meningkatkan keterampilan dalam menulis karya ilmiah.

Model prosain dianggap tepat untuk digunakan dalam pembelajaran menulis karya ilmiah

karena model pembelajaran ini merefleksikan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa untuk

menulis. Mahasiswa diperkenalkan teori dan konsep tentang menulis karya ilmiah kemudian

mahasiswa dilatih untuk praktik menulis karya ilmiah secara kontinyu dan berkelanjutan. Menurut

Adnan, Iksan, Zuhri & Suhendra (2018), ada beberapa keunggulan model prosain, yaitu: (1)

pembelajaran di kelas bersifat praktis dan aplikatif; (2) pembelajaran perpusat pada mahasiswa dan

dosen berperan sebagai konselor pembelajaran; (3) mahasiswa memiliki waktu yang cukup dalam

belajar menulis; (4) pembejakaran bersifat interaktif, pendidik dan peserta didik berperan sebagai

patner belajar; (5) mahasiswa dituntut untuk dapat menulis karya ilmiah sesuai dengan kaidah

penulisan karya ilmiah, (6) pembelajaran dan penilaian dilakukan secara autentik; (7) mahasiswa

dapat mengukur keterampilan menulisnya secara mandiri; dan (8) otput pembelajaran, mahasiswa

menghasilkan karya ilmiah.

Karya tulis ilmiah dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis diantaranya adalah (1)

laporan hasil kegiatan ilmiah/penelitian seperti skripsi, tesis, disertasi (2) tulisan ilmiah seperti

makalah, artikel ilmiah, artikel ilmiah populer, (3) prasaran, (4) buku, dan (5) karya terjemahan

(Slamet, Waluyo, & Suyanto, 2014; Dalman, 2014) mengklasifikasikan karya ilmiah menjadi

beberapa jenis, yaitu (1) makalah, (5) artikel ilmiah, (6) artikel ilmiah populer, (7) kertas kerja, (8)

resensi, (9) kritik, dan (10) esai. Model prosain dapat digunakan pada pembelajaran semua jenis

karya ilmiah tersebut.

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model prosain terhadap

keterampilan mahasiswa dalam menulis karya ilmiah. Secara spesifik penelitian ini dilakukan untuk

meningkatkan keterampilan mhasiswa menulis karya ilmiah. Adapun yang menjadi rumusan

mahasalah penelitian ini sebagai berikut: (1) Apakah ada perbedaan rerata nilai keterampilan

mahasiswa karya ilmiah pada kelas eksperimen dan (2) untuk mengetahui pengaruh model prosain

terhadap keterampilan mahasiswa dalam menulis karya ilmiah.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan kuasi eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen

merupakan penelitian yang dalam pelaksanaannya diberikan perlakukan terhadap salah satu

variabelnya. Pada penelitian guasi eksperimen peneliti tidak dapat mengendalikan semua variabel

berpengaruh. Penelitian ini terdiri dua variabel yaitu variabel independen dan veriabel dependen.

Model prosain sebagai variabel independen dan keterampilan menulis karya ilmiah sebagai variabel

dependen. Rancangan eksperimen yang digunakan adalah postest group desain.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah 60 mahasiswa pada sebuah program studi di Universitas

Samawa. Mereka terbagi ke dalam dua kelas, yaitu kelas A 31 orang dan kelas B 27 orang. Kelas A

dijasdikan sebagai kelas eksperimen dan kelas B dijadikan kelas control.

Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik non-tes (penugasan),

observasi, dan dokumentasi. Teknik non-tes (penugasan) digunakan untuk mengumpulkan data

keterampilan mahasiswa menulis karya ilmiah. Teknik observasi digunakan untuk memastikan

bahwa skenario pembelajaran pada kelas eksperimen mengikuti prosedur penerapan model prosain

Page 4: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 242

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

dalam pembelajaran menulis karya ilmiah. Teknik dkumentasi digunakan untuk mengumpulkan

dokumen perangkat pembalajaran.

Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data penelitian ini adalah instruksi tugas dan rubrik penilaian

keterampilan menulis karya ilmiah. Instruksi tugas dapat berupa deskripsi perintah atau penjelasan

aktivitas yang dikerjakan mahasiswa dalam menyelesaikan tugasnya. Rubrik penilaian adalah

panduan penskoran yang digunakan pada saat penilaian dokumen makalah karya mahasiswa.

Lembar observasi aktivitas pembelajaran pada kelas eksperimen juga menjadi instrumen

pengumpulan data dalam penelitian ini. Instrumen penelitian divalidasi dengan meminta batuan

orang lain untuk menelaah instrumen tersebut menggunakan lembar validasi instrumen.

Teknik Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif (mean, median,

modus, nilai tertinggi, nilai terendah, dan menyusun tabel distribusi prekuensi disertai dengan

histogram) dan statistic inferensial (uji T-tes) berbantuan SPSS versi 16.00. Sebelum dilakukan uji

T-tes terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data dengan formula

Kolmogorov-smirnov berbatuan SPSS versi 16.00. Interpretasi hasil uji hipotesis dilakukan dengan

membandingkan nilai T-hitung dengan T-tabel. Apabila nilai (T-hitung > T-tabel) atau nilai sig. lebih kecil

dari 0.05 (sig < 0.05), maka HO ditolak dan apabila nilai (T-hitung < T-tabel) atau nilai sig. lebih besar

dari 0.05 (sig > 0.05), maka HO diterima.

HASIL DAN PEMBAHAHASAN

Hasil Penelitian

Pendeskripsian Data

Penelitian ini melibatkan 60 mahasiswa yang menempu perkuliahan menulis karya ilmiah.

Mereka terbagi dalam dua kelas, yaitu kelas A 31 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas B 27

orang sebagai kelas kontrol. Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan model prosain,

sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional (metode ceramah, tanya

jawab dan penugasan. Pembelajaran pada kelas eksperimen berlangsung selama lima kali

pertemuan. Pada pertemuan pertama dosen menjelaskan materi ajar konseptual, seperti pengertian

karya ilmiah, ciri-ciri karya ilmiah, prinsip-prinsip menulis karya ilmiah, bahasa karya ilmiah, dan

jenis-jenis karya ilmiah. Materi tersebut diajarkan pada mahasiswa dengan menggunakan metode

ceramah dan tanya jawab. Materi tersebut disajikan kepada mahasiswa dengan memanfaatkan

media powerpoint. Setelah menjelaskan materi dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa

bertanya. Terdapat 2 mahasiswa yang bertanya, penanya pertama menanyakan tentang perbedaan

struktur makalah deduktif dengan makalah induktif. Penanya kedua menanyakan perbedaan

karangan ilmiah popular dengan karangan ilmiah murni. Kemudian dosen menjawab pertanyaan

kedua mahasiswa tersebut. Dosen menyarankan kepada mahasiswa agar memperdalam

pemahamannya tentang konsep karya ilmiah dengan membaca literatur-literatur terkait yang

terdapat pada silabus mata kuliah.

Pada pertemuan kedua, dosen menyajikan contoh karya ilmiah kepada mahasiswa berupa

makalah ilmiah deduktif, makalah induktif, dan artikel jurnal. Mahasiswa ditugaskan secara

berkelompok untuk mereviu karya ilmiah tersebut. Setelah itu, setiap kelompok ditugaskan untuk

menyajikan secara singkat hasil reviunya. Kegiatan diskusi terjadi saat sesi penyampaian hasil reviu

artikel. Pada akhir pertemuan dosen menjelaskan langkah-langkah menulis karya ilmiah, kemudian

mahasiswa ditugaskan untuk menyusun karya ilmiah. Pada pertemuan ketiga dosen mereviu tugas

mahasiswa dan memberikan saran-saran perbaikan. Mahasiswa ditugaskan untuk memperbaiki

karya ilmiah yang mereka tulis sesuai saran. Kemudian pada pertemuan keempat dosen juga

mereviu tugas-tugas mahasiswa secara klasikal di kelas dan mahasiswa diberikan kesempatan untuk

menyempurnakan kembali tugas yang telah dikerjakan. Pada pertemuan kelima, mahasiswa

ditugaskan untuk mengumpulkan makalah yang telah mereka tulis untuk dinilai. Setelah dinilai

Page 5: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 243

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

kemudian makalah tersebut dikembalikan dan mahasiswa ditugaskan untuk mempublikasikannya

melalui seminar ilmiah atau jurnal.

Pembelajaran pada kelas kontrol memiliki desain yang berbeda dengan kelas eksperimen.

Rancangan desain pembelajaran pada kelas control diserahkan sepenuhnya pada dosen. Dosen

mengajarkan materi konseptual seperti pengertian karya ilmiah, ciri-ciri karya ilmiah, prinsip-

prinsip menulis karya ilmiah, bahasa karya ilmiah, dan jenis-jenis karya ilmiah. Materi tersebut

diajarkan pada mahasiswa dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Materi tersebut

disajikan kepada mahasiswa dengan memanfaatkan media powerpoint. Setelah menjelaskan materi

dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya. Pada pertemuan kedua dosen

menjelaskan langkah-langkah menulis karya ilmiah kemudian dilanjutkan dengan penugasan.

Dosen menugaskan mahasiswa untuk menyusun karya ilmiah. Dosen memberikan waktu kepada

mahasiswa untuk mengumpulkan tugas tersebut pada akhir pertemuan ke lima.

Pada akhir pertemuan kelima, tugas mahasiswa pada kelas eksperimen dan kelas control

telah terkumpul. Selanjutnya dosen memberikan penilaian terhadap tugas-tugas tersebut. Penilaian

dokumen makalah siswa dilakukan dengan menggunakan rubrik penilaian makalah. Skor data

penilaian makalah mahasiswa dijumlahkan dan dikonversi menjadi nilai. Hasil penilaian

menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen nilai rata-rata 71,77, median 70, modus 65, nilai

tertinggi 90, dan nilai terendah 65. Nilai rata-rata pada kelas control 64,14, median, 65, modus 60,

nilai tertinggi 85, dan nilai terendah 55. Untuk lebih jelas pada tabel 1 berikut ini disajikan

ringkasan data hasil nilai makalah mahasiswa.

Tabel 1. Ringkasan Nilai Mahasiswa makalah mahasiswa

pada kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas

Eksperimen Kelas Kontrol

N 31 29

Rerata 71.77 64.14

Median 70 65

Modus 65 60

Nilai tertinggi 90 85

Nilai terendah 65 55

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rerata, median, modus, nilai tertinggi dan nilai

terendah pada kelas eksperimen lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas eksperimen. Nilai

mahasiswa pada kelas eksperimen sebagian besar berada pada interval 61 – 66 ke atas sementara

pada kelas control berada pada interval 61 – 66 ke bawah. Untuk lebih jelas berikut ini disajikan

tabel distribusi nilai makalah mahasiswa pada kelas eksperimen dan kelas control disertai dengan

gambar histogram.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Nilai Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Interval F. Eksperimen F. Kontrol

1 55 – 60 0 14

2 61 – 66 11 8

3 67 – 72 8 4

4 73 – 78 5 1

5 79 – 84 5 1

6 85 – 90 2 1

Jumlah 31 29

Page 6: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 244

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi Nilai kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus T-tes independen. Uji T-tes

digunakan untuk mengetahui pengaruh model prosain terhadap keterampilan mahasiswa menulis

karya ilmiah. Sebelum dilakukan uji T-tes terlebih dilakukan uji prasarat analisis (uji normalitas dan

homogenitas data). Hasil uji normalitas data mnunjukkan bahwa nilai sig. pada kelas eksperimen

dan kelas control lebih besar dari 0.05 (0.11 > 0.05) dan 0.16 > 0.05) yang berarti data nilai pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas menunjukkan

bahwa nilai sig > 0.05 (0.75 > 0.05) yang berarti bahwa data nilai kelas eksperimen dan kelas

kontrol berdistribusi normal. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai rerata kelas eksperimen

lebih besar dari kelas kontrol (71.77 > 64.14). Nilai thitung lebih besar dari ttabel (4,19 > 2.00) pada

taraf signifikansi 0.05 dengan db 58 dan harga sig juga lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model prosain terhadap keterampilan menulis karya ilmiah

mahasiswa.

Pembahasan

Model prosain merupakan salah satu model pembelajaran yang tergolong model pembelajaran

aktif dan dapat diimplementasikan secara kooperatif. Model ini berpusat pada siswa/mahasiswa,

mereka diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi keterampilan menulisnya. Pendidik berperan

sebagai fasilitator dan konselor pembelajaran. Implementasi model prosain pada pembelajaran

menulis karya ilmiah berdampak positif pada keterampilan mahasiswa menulis karya ilmiah. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rerata keterampilan menulis karya ilmiah lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa ada pengaruh model

prosain terhadap keterampian mahasiswa menulis karya ilmiah. Hal ini berarti bahwa secara empiris

model prosain efektif digunakan dalam pembelajaran menulis karya ilmiah.

Model prosain efektif digunakan dalam pembelajaran karena pembelajaran dilaksanakan

secara terbimbing. Mahasiswa tidak hanya diajarkan tentang konsep-konsep karya ilmiah tetapi

mahasiswa ditugaskan untuk praktik menulis karya ilmiah. Praktik menulis karya ilmiah

dilaksanakan secara terbimbing. Dosen meminitoring dan mereviu tugas mahasiswa secara

berkelanjutan, kemudian mahasiswa memperbaiki tugas tersebut sesuai dengan hasil reviu dosen

atau rekan kelasnya. Model prosain menjadi jawaban terhadap hasil studi Rahmini (2014) yang

menyatakan bahwa rendahnya kemampuan mahasiswa dalam menulis karya ilmiah disebabkan oleh

mahasiswa kurang membaca, kurang berlatih menulis, metode pembelajaran yang kurang tepat, dan

lingkungan belajar yang tidak kondusif.

Kelas Eksperimen, 55 - 60, 0

Kelas Eksperimen, 61 - 66, 11

Kelas Eksperimen, 67 - 72, 8

Kelas Eksperimen, 73 - 78, 5

Kelas Eksperimen, 79 - 84, 5

Kelas Eksperimen, 85 - 90, 2

Kelas Kontrol, 55 - 60, 14

Kelas Kontrol, 61 - 66, 8

Kelas Kontrol, 67 - 72, 4

Kelas Kontrol, 73 - 78, 1

Kelas Kontrol, 79 - 84, 1

Kelas Kontrol, 85 - 90, 1

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Page 7: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 245

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Pada implementasi model prosain mahasiswa dittuntut untuk banyak membaca dengan

mereviu karya ilmiah karya orang lain. Pembelajaran berlangsung secara interaktif karena setiap

mahasiswa dituntut untuk aktif dalam belajar. Mahasiswa memperoleh porsi waktu yang cukup

untuk bereksplorasi, menuangkan ide dan gagasannya dalam menulis. Dosen memberikan

bimbingan secara intensif kepada mahasiswa dalam praktik menulis. Slamet (2008), menyatakan

bahwa menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sangat kompleks. Seseorang dapat

meningkatkan keterampilannya dalam menulis dengan memperbanyak berlatih menulis secara terus

menerus.

Implementasi model prosain dalam pembelajaran menulis karya ilmiah dapat meningkatkan

kompetensi mahasiswa dalam menulis karya ilmiah. Meningkatnya ketermpilan menulis mahasiswa

juga berdampak positif pada bertambahnya jumlah dokumen karya tulis ilmiah Indonesia yang

dipublikasikan pada jurnal ilmiah. Data pada pertengahan Oktober 2018 menunjukkan bahwa

peringkat publikasi ilmiah Indonesia pada jurnal terindeks skopus berada pada urutan ke 52 dari 239

negara. Peringkat Indonesia berada di bahwa Tunisia (51), thailand (42) New Sealand (36),

Malaysia (34) dan Singapura (32). Jumlah perguruan tinggi di Indonesia jauh lebih banyak bisa

dibandingkan dengan negara-negara tesebut namun produktivitas menulisnya sangat tinngi. Ke

depan diharapkan jumlah dokumen karya tulis Indonesia pada jurnal beriputasi internasional

bertambah. Hal tersebut dapat digapai jika ditunjang oleh adanya dorongan dan motivasi dosen dan

mahasiswa untuk terus menelurkan karya tulis ilmiah.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model

prosain dalam pembelajaran menulis karya ilmiah dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa

menulis karya ilmiah. Hal tersebut dilihat dari nilai rata-rata perolehan mahasiswa pada kelas

eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Hasil uji T juga menunjukan bahwa nilai t-hitung lebih

tinggi dari nilai t-tabel (4,19 > 2.00) dan harga sig juga lebih kecil dari 0.05. Penerapan model

prosain berdampak positif pada keterampilan mahasiswa menulis karya ilmiah karena model ini

berpusat pada mahasiswa. Mahasiswa diberikan kesempatan yang luas untuk praktik menulis. Hasil

penelitian ini dapat menjadi acuan bagi dosen dalam memilih model pembelajaran yang akan

digunakan dalam pembelajaran menulis karya ilmiah.

SARAN

1. Pembelajaran menulis karya ilmiah diperguruan tinggi hendaknya menggunakan model

pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa dan memberikan kesempatan yang seluas-luas pada

mahasiswa untuk praktik menulis.

2. Model prosain dapat menjadi salah satu pilihan model yang digunakan dalam pembelajaran

menulis karya ilmiah karena model ini memberikan konstribusi positif terhadap keterampilan

mahasiswa menulis karya ilmiah.

3. Mahasiswa perlu memperbanyak bacaan dan menyediakan waktu yang cukup untuk praktik

menulis karya ilmiah.

4. Perguruan tinggi perlu mempertimbangkan agar menulis karya ilmiah dapat dijadikan sebagai

salah satu mata kuliah yang wajib ditempu oleh mahasiswa pada semua program studi.

DAFTAR RUJUKAN Adnan, Iksan, M., Zuhri, L., & Suhendra, R. (2018). Model Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah

Berbasis Pendekatan Proses dan Pendekatan Saintifik (Model Prosain). Unpublikasi:

Universitas Samawa.

Andayani. (2015). Problema dan Aksioma dalam Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia.

Yogyakarta: Budi Utama.

Arends, R. (1997). Classroom Instruction Management. New York: The Mc Graw-Hill Company.

Bruce, Joyce. Marsha, Weill. Emily, Calhoun. (2003). Models of Teaching. New Jersey: Prentice-

Hall Inc.

Dalman. (2014). Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Page 8: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 246

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Fatrhurrahman, M. (2015). Model-Model Pembelajaran Inovatif: Alternatif Pembelajaran yang

Menyenangkan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Iksan, M., Adnan, & Suhendra, R. (2018). Studi Eksplorasi Proses Pembelajaran Menulis Karya

Ilmiah di Perguruan Tinggi. Jurnal Kependidikan FKIP-UNSA, 3 (1), 20 – 31.

Komaruddin. (2000). Model Pembelajaran Aktif. Bansdung: Rosdakarya.

Rahmiati. (2014). Analisis Kendala Internal Mahasiswa dalam Menulis Karya Ilmiah. Jurnal Al-

Daulah,. 3, (2), 254 – 269.

Rusman. (2017). Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana.

Sagala, Syaiful. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Soekamto dan Winataputra. (1996/1997). Model Pembelajaran. Surabaya: Giri Surya.

Slamet, St. Y. (2008). Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: LPP UNS dan

UNS Press.

Slamet, St. Y., Waluyo, Herman, dan Suyanto, M. I. (2014). Metode Menulis Karya Ilmiah.

Surakarta: UNS Press.

Suparno dan M. Yunus. (2003). Keterampilam Dasar Menulis. Jakarta: UT.

Tompkins, G., E. and Hoskisson, K. (1995). Language Art: Content and Teaching Strategies.

Michigan: Merrill/Prentice Hall.

Page 9: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 247

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK DIPADU

PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN SIKAP

ABAD 21 SISWA

Muhammad Irwansyah1, Ariyansyah

2 dan Olahairullah

3

1,2,3Program Studi Pendidikan Biologi STKIP Bima

e-mail: [email protected]

Abstrak: Pendekatan saintifik dan penguatan pendidikan karakter merupakan pendekatan

pembelajaran yang direkomendasikan pemerintah untuk diterapkan dalam proses pembelajaran di

sekolah. Oleh karna itu dilakukanya penelitian ini, dengan tujuan pengembangan modul

pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik dipadu pendidikan karakter dapat meningkatkan

sikap abad 21 siswa atau memenuhi kriteria valid, praktis dan efektiv. Sikap abad 21 siswa yang

diamati yaitu: religius, jujur, disiplin, kerjasama, kemampuan berkomunikasi dan kreatif. Jenis

penelitian yang digunakan yaitu penelitian pengembangan (Research & Development) yang

mengikuti tahapan pengembangan Thiagarajan yaitu pendefenisian (define), perancangan (design),

pengembangan (develop) dan penyebaran (disseminate). Subjek penelitian adalah siswa SMAN 2

kota bima kelas X yang berjumlah 26 orang. Adapun instrumen yang digunakan yaitu lembar

validasi, lembar observasi, instrumen penilaian sikap, dan angket respon siswa.. Berdasarkan hasil

ujicoba dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik dipadu

pendidikan karakter hasil pengembangan dapat meningkatkan sikap abad 21 siswa.

KATA KUNCI: Modul, Pendekatan Saintifik, Pendidikan Karakter, Sikap Abad 21.

PENDAHULUAN

Di tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyarankan agar diterapkanya

kurikulum 2013 diseluruh jenjang pendidikan yang ada di Indonesia. Alasan pemerintah menerapkan

kurikulum 2013 disebabkan karena terjadinya degradasi moral dikalangan peserta didik dan tuntutan

untuk menghadapi abad 21. Adapun kompetensi yang harus dimiliki SDM untuk menghadapi abad

21 yaitu memiliki kemampuan berkomunikasi, kerjasama, berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan

masalah, berbudaya dan berkarakter. Sementara kurikulum sebelumnya masih berputar pada

pengembangan kompetensi kognitif semata. Oleh karna itu tema besar kurikulum 2013 adalah

menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap,

keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi (Mulyasa, 2013).

Pendekatan saintifik dan penguatan pendidikan karakter merupakan pendekaatan

pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan kurikulum 2013. Pendekatan

saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang dengan sedemikian rupa agar siswa secara aktif

mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk

mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan

hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengkomunikasikan konsep hukum atau prinsip yang ditemukan (Daryanto, 2014). Hasil akhir

penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah peningkatan dan keseimbangan antara

kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan

dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik (Kemendikbud, 2013).

Sementara itu, menurut Suyitno (2012) pendidikan karakter merupakan suatu sistem

pendidikan yang berupaya menanamkan nilai-nilai luhur kepada warga sekolah yang meliputi

kompenen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai

tersebut. Adapun nilai-nilai karakter yang ditanamkan dan dikembangkan di sekolah yaitu religius,

jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingintahu, cinta tanah air,

peduli sosial dan tanggung jawab (Sudrajat, 2011: 55-56). Penerapan pendidikan karaktek disekolah

Page 10: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 248

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

perlu didukung oleh berbagai pihak terutama guru. Oleh karenanya dalam pelaksanaan pembelajaran

di sekolah dan penyusunan perangkat pembelajaran (silabus, RPP, LKS, dan modul pembelajaran)

guru dapat menggunakan pendekatan saintifik dipadu dengan pendidikan karakter.

Namun, menurut Agustin (2011: 81) pembelajaran yang dilakukan di lembaga-lembaga

pendidikan formal saat ini masih banyak menggunakan model pembelajaran yang bersifat

konvensional yang meniti beratkan pada dimensi pengetahuan (kognitif) dan pada akhirnya siswa

tidak terbiasa berpikir kreatif, kritis, komunikasi dan kerjasama. Padahal kurikulum 2013

menginginkan agar siswa terbiasa berpikir kompleks (kritis, kreatif dan pemecahan masalah) agar

siswa memiliki bekal untuk bertahan hidup diabad 21. Selain dari pada itu, perangkat pembelajaran

yang digunakan guru disekolah adalah perangkan pembelajaran yang dibeli dipasaran tanpa ada

upaya merencanakan dan menyusunya sendiri. Padahal perangkat pembelajaran tersebut hanya

berisikan soal-soal latihan tanpa ada kegiatan ilmiah dan penguatan pendidikan karakter, sehingga

menyebabkan siswa tidak termotivasi untuk belajar dan minat belajarnya rendah (Prastowo, 2011).

Oleh karena itu dilakukannya penelitian ini dengan judul pengembangan modul berbasis

pendekatan saintifik dipadu pendidikan karakter untuk meningkatkan sikap abad 21 siswa. Adapun

sikap abad 21 siswa yang dijadikan objek penelitian yaitu religius, jujur, disiplin, kerjasama,

kemampuan berkomunikasi dan kreatif. Penelitian ini termotivasi dari hasil penelitian sebelumnya

seperti penelitian Machin (2014), Mustami & Irwansyah (2015), Putri dkk (2016) serta Wahyuni

dkk (2016) bahwa penerapan perangkat pembelajaran berbasis pendekatan saintifik dengan

penguatan pendidikan karakter dapat meningkatkan sikap abad 21 siswa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Reseach and Development) dengan

menggunakan model pengembangan Thiagarajan yang dikenal dengan 4-D yaitu pendefenisian

(define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate). Uji coba

modul pembelajaran hasil pengembangan dilaksanakan di SMAN 2 Kota Bima pada siswa kelas X

semester genap tahun pelajaran 2017/2018.

Kualitas perangkat pembelajaran yang diharapkan dalam penelitian ini diukur dengan

meggunakan instrumen berdasarkan aspek-aspek kualitas, antara lain: (a) kevalidan; diukur dengan

penilaian validator ahli, (b) kepraktisan; diukur dengan penilaian keterlaksanaan pembelajaran dan

(c) keefektivan; diukur dengan menggunakan instrumen penilaian sikap dan angket respon siswa.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik analisis statistik

deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil penelitian dari masing-masing tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pendefenisian

Setelah dilakukan observasi awal didapatkan modul pembelajaran biologi yang

digunakan oleh guru adalah modul yang dibeli dipasaran. Modul tersebut berisikan materi, soal

uraian dan pilihan ganda. Cakupan materi dalam modul sangat banyak sehingga siswa tidak

termotivasi untuk mempelajarinya. Selain itu didalam modul pembelajaran tidak terdapat

kegiatan ilmiah dan penguatan pendidikan karakter. Perangkat pembelajaran tersebut tidak sesuai

dengan konteks pendidikan abad 21. Dimana dalam konteks pendidikan abad 21 perangkat

pembelajaran yang dikembangkan oleh guru harus berbasis pendekatan saintifik dan penguatan

pendidikan karakter sehingga siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi dan berkarakter.

2. Tahap Perancangan

Modul pembelajaran biologi yang dirancang adalah modul berbasis pendekatan saintifik

dipadu pendidikan karakter. Didalam modul tersebut terdapat kegiatan ilmiah yang terdiri dari

5M yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan.

Setiap tahapan kegiatan ilmiah terdapat penguatan pendidikan karakter. Selain dari pada itu

didalam modul pembelajaran yang dirancang terdapat permasalahan atau kasus yang sifatnya

kontekstual. Modul pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir

tingkat tinggi siswa dan berkarakter.

Page 11: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 249

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

3. Tahap Pengembangan

a. Hasil validasi

Modul pembelajaran biologi hasil pengembangan dinilai oleh 2 orang validator ahli

yaitu ahli materi dan ahli perangkat pembelajaran. Adapun hasil validasi modul pembelajaran

biologi berbasis pendekatan saintifik dipadu pendidikan karakter dapat dilihat pada tabel 1

berikut:

Tabel 1. Hasil Validasi Modul Pembelajaran Biologi

No. Aspek pengamatan ̅ Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kontruksi isi

Teknik penyajian

Kelengkapan penyajian

Kesesuaian RPP, LKS, dan

THB

Bahasa

Manfaat/kegunaan

3,14

3,69

3,50

3,00

3,60

3,62

Valid

Sangat valid

Sangat valid

Valid

Sangat valid

Sangat valid

Rata-rata penilaian total 3,43 Valid

Data tabel 1 menunjukkan bahwa modul pembelajaran biologi berbasis pendekatan

saintifik dipadu pendidikan karakter secara umum dinyatakan valid (M= 3,43). Data tersebut

dinyatakan valid karna telah memenuhi kriteria kevalidan 3,5 ≤ M < 4,0 (Nurdin, 2007).

Namun walaupun modul pembelajaran memenuhi kriteria kevalidan terdapat beberapa saran

dari validator diantaranya penguatan pendidikan karakter harus kelihatan secara jelas disetiap

tahap pembelajaran saintifik, sebaiknya dicantumkan juga permasalahan yang sesuai dengan

konteks kehidupan nyata dan gambar hewan yang ada didalam modul diusahakan berbasis

kearifan lokal daerah bima. Menurut Arsyad (2013) perangkat pembelajaran yang dibuat harus

disesuaikan dengan kebutuhan atau psikologis siswa dan konteks kehidupan nyata agar proses

pembelajaran dapat terlaksana secara efektiv. Berdasarkan saran tersebut maka dilakukan

perbaikan atau revisi kecil. Setelah itu dilakukan uji coba terbatas pada siswa SMAN 2 kota

bima.

b. Hasil uji coba modul

1) Data keterlaksanaan modul

Data keterlaksanaan modul pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik

dipadu pendidikan karakter didapatkan dari penilaian 2 orang pengamat. Adapun yang

menjadi pengamat yaitu 1 orang guru biologi dan 1 orang dosen penididikan biologi.

Adapun hasil analisis keterlaksanaan modul dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Hasil Analisis Keterlaksanaan Modul

No Aspek Pengamatan Rata-rata hasil

pengamatan

Kategori

1.

2.

3.

Sintaks

Interaksi Sosial

Prinsip reaksi

3,58

3,45

3,65

Sangat Baik

Sangat Baik

Sangat Baik

Rata-rata total 3,56 Sangat Baik

Data tabel 2 diatas menunjukkan bahwa secara keseluruhan penggunaan modul

pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik dipadu pendidikan karakter terlaksana

sangat baik M=3,56. Hal ini menandakan bahwa modul pembelajaran yang dikembangkan

dapat mengaktifkan siswa. Dimana siswa aktif dalam berdiskusi, aktif menyampaikan

pertanyaan dan menjawab pertanyaan. Selain itu proses pembelajaran berlangsung sesuai

sintaks yang ada sehingga siswa termotivasi untuk belajar.

2) Data angket respon siswa

Angket dibagikan kepada siswa, setiap siswa mendapatkan 1 rangkap angket.

Angket digunakan untuk memperoleh data respon siswa terhadap modul pembelajaran

Page 12: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 250

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

biologi berbasis pendekatan saintifik dipadu pendidikan karakter. Adapun data angket

respon siswa dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3. Hasil Analisis Angket Respon Siswa

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan modul pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik dipadu pendidikan

karakter berada pada kategori positif dan sangat positif. Respon positif memperoleh nilai

11, 54%, respon sangat positif memperoleh nilai 88,64% sedangkan respon negatif 0%.

Data tersebut menunjukkan bahwa modul pembelajaran hasil pengembangan sesuai dengan

kebutuhan siswa. Dimana dalam konteks pembelajaran abad 21 yang aktif adalah siswa

sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator.

3) Data penilaian sikap abad 21 siswa.

Adapun sikap abad 21 siswa yang dinilai selama proses pembelajaran menggunkan

modul pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik dipadu pendidikan karakter yaitu

religius, jujur, disiplin, kerjasama, kemampuan berkomunikasi dan kreatif. Data

selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4 berikut:

Tabel 4. Hasil Penilaian Sikap Abad 21 Siswa

No. Kategori Sikap Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Baik 12 46,15

2. Baik 14 53,84

3. Cukup 0 0

4. Kurang 0 0

Berdasarkan tabel 4 diatas diperoleh data dari penilaian sikap abad 21 siswa yaitu

sebanyak 12 orang siswa menunjukkan sikap sangat baik sedangkan 14 orang siswa

menunjukkan sikap baik selama pembelajaran dengan menggunakan modul pembelajaran

berbasis pendekatan saintifik dipadu pendidikan karakter. Hasil penilaian sikap dalam

kategori baik dan sangat baik disebabkan karna setiap pembelajaran peneliti menggunakan

pengguatan pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang

dilakukan sekolah melalui pemberian pengetahuan dan penanaman nialai-nilai karakter

yang baik pada peserta didik melalui contoh atau teladan agar peserta didik memiliki

karakter berhubungan dengan tuhan, diri sendiri, sesama sosial dan lingkungan, serta nilai

karakter kebangsaan (Furkan, 2013).

4. Tahap Penyebaran

Tahap penyebaran bertujuan untuk mengetahui respon guru selaku pengguna terkait modul

pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik dipadu pendidikan karakter. Penyebaran

modul pembelajaran biologi hasil pengembangan hanya terbatas pada guru mata pelajaran

biologi SMAN 2 kota Bima melalui forum musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Setelah

dilakukakan analisis data ternyata respon guru pada modul pembelajaran biologi berada pada

kategori positif dan sangat positif. Hasil tersebut menandakan bahwa modul pembelajaran

biologi berbasis pendekatan saintifik dipadu pendidikan karakter dapat digunakan oleh guru

secara luas.

SIMPULAN

No. Respon

Respon siswa terhadap

Modul

pembelajaran

Kegiatan

pembelajaran

% %

1.

2.

3.

Sangat positif

Positif

Negatif

34,62

65,38

0

88,46

11,54

0

Page 13: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 251

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Setelah dilakukanya penelitian tentang pengembangan modul pembelajaran biologi berbasis

pendekatan saintifik dipadu pendidikan karakter maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Modul pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik dipadu pendidikan karakter memenuhi

kriteria kevalidan dengan nilai M= 3,43.

2. Penerapan modul pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik dipadu pendidikan karakter

terlaksana sangat baik dengan nilai M= 3,56.

3. Pengembangan modul pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik dipadu pendidikan

karakter memenuhi kriteria keefektivan dengan nilai angket respon siswa sangat positif 88,46%

sedangan penilaian sikap siswa kategori baik 46,15% dan kategori sangat baik 53, 84%. Nilai

tersebut mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan sikap abad 21 siswa setelah menggunkan

modul pembelajaran biologi hasil pengembangan.

Terima kasih kami sampaikan kepada Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

(Kemenristek-dikti) yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah penelitian dosen pemula

(PDP).

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M. 2011. Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika

Aditama.

Arsyad, A. 2013. Media Pembelajaran (Edisi Revisi Cetakan ke- 16). Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.

Furkan, N. 2013. Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah. Yogyakarta: Magnum Pustaka

Utama.

Kemendikbud. 2013. Diklat Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Machin A. (2014). Implementasi Pendekatan Saintifik Penanaman Karakter dan Konservasi pada

Pembelajaran Materi Pertumbuhan. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Vol. III. (1). 28

Mulyasa. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Mustami MK & Irwansyah M. (2015). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Berorientasi Pendekatan Saintifik di SMA. Lentera Pendidikan. Vol. 18 (2). 236.

Nurdin. (2007). Model Pembelajaran Matematika yang Menumbuhkan Kemampuan Metakognitif

untuk Menguasai Perangkat Pembelajaran. Disertasi: PPs Universitas Negeri Surabaya.

tidak Diterbitkan.

Prastowo A. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif “Menciptakan Metode

Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan”. Jogjakarta: Diva Press.

Putri, RH., Ibrahim, M & Soetjipto. (2016). Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA

Terintegrasi dengan Pendekatan Saintifik untuk Melatihkan Kemampuan Berpikir Kreatif

Siswa Kelas VII SMP. Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Vol. 5 (2).

942.

Sudrajat, A. 2011. Mengapa Pendidikan Karakter? Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun I (1). 55-56.

Suyitno, I. 2012. Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa Berwawasan Kearifan

Lokal. Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun II (1). 4-5.

Wahyuni, Wiyasa & Putra. (2016). Penerapan Pendekatan Saintifik Berorientasi Pendidikan

Karakter untuk Meningkatkan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS dan Sikap Sosial. E-

Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 4 (1). 1.

Page 14: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 252

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA

MATEMATIKA PADA MATERI KELILING DAN LUAS LINGKARAN

SMPN 3 NARMADA DITINJAU DARI PETA KOGNITIF

Nellyda Andriani 1; Sutarto

2; Baiq Rika Ayu Febrilia

3

1,2,3Pendidikan Matematika, FPMIPA, IKIP Mataram

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang

dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi keliling dan luas lingkaran SMPN 3

Narmada ditinjau dari peta kognitif. Penelitian dilakukan di SMPN 3 Narmada. Subjek penelitian

ini terdiri dari 2 subjek di kelas IX C SMPN 3 Narmada. Jenis penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kualitatif. Instrument yang digunakan adalah soal tes dan pedoman wawancara. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan wawancara. Analisis data mengacu pada

pendapat Miles dan Huberman adalah reduksi data, analisis data, dan kesimpulan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kesulitan yang dihadapi siswa sebagai berikut: kesulitan memahami soal yaitu

siswa tidak bisa mengubah soal kedalam bentuk matematika, kesulitan merencanakan penyelesaian

yaitu siswa tidak bisa menemukan langkah-langkah yang digunakan untuk menyelesaikan soal,

kesulitan melaksanakan perencanaan yaitu siswa sering melakukan kesalahan dalam menggunakan

pengoperasian perkalian dan pengurangan, kesulitan dalam memeriksa kembali solusi yang

diperoleh yaitu siswa tidak bisa menyelesaikan permasalahan secara tepat dan hasil jawaban akhir

tidak sesuai dengan konteks soal.

Kata Kunci: Kesulitan, Peta Kognitif

PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu hitung berupa angka yang menjadi sarana dalam kehidupan

sehari-hari yang membantu manusia dalam menyelesaikan masalah. Matematika perlu diajarkan

kepada siswa karena selalu digunakan dalam segi kehidupan, semua membutuhkan keterampilan

matematika dan matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis (Ardiyanti, 2014).

Matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan tidak menyenangkan

oleh banyak siswa, bahkan sejumlah siswa menganggap matematika sebagai hal yang

menakutkan, kemudian pandangan tersebut menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam

belajar matematika sehingga siswa juga sulit dalam menyelesaikan soal matematika terutama pada

soal cerita (Julianti, 2016). Meskipun demikian, semua orang harus mempelajari matematika

karena matematika merupakan suatu sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-

hari. Dari hasil wawancara yang dilakukan guru kelas VIII SMPN 1 Narmada, SMPN 3 Narmada

dan setelah dilihat dari beberapa jurnal, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam

mempelajari materi lingkaran dan siswa masih sering melakukan kesalahan dalam mengerjakan

soal cerita. Menurut pendapat Wibowo (2016) kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita dapat dilihat dari kesalahan yang dilakukan siswa dalam proses menyelesaikan soal cerita.

Oleh karena itu pentingnya kita mencari tau kesulitan siswa yaitu untuk memudahkan guru dalam

membuat strategi pembelajaran yang tepat untuk siswa dan untuk mengurangi banyaknya

kesalahan yang dilakukan siswa.

Soal cerita matematika adalah soal terapan dari pokok bahasan matematika yang disajikan

dalam bentuk kalimat dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari (Juliyanti, 2016). Soal cerita

merupakan soal yang berbentuk cerita dalam matematika yang terkait dengan kehidupan sehari-

hari untuk dicari penyelesaianya menggunakan kalimat matematika yang memuat simbol.

Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita menurut Wibowo

(2016) kesulitan dalam memahami soal, kesulitan merancanakan penyelesaian masalah, kesulitan

dalam melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah, kesulitan pengambilan kesimpulan

jawaban.

Page 15: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 253

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Langkah-langkah dalam pemecahan masalah matematika dalam bentuk soal cerita menurut

Polya (dalam Hidayah, 2016) yaitu: memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah,

melaksanakan rencana pemecahan masalah, dan memeriksa kembali solusi yang diperoleh.

Adanya kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika perlu mendapat perhatian

lebih (Utami, 2017). Salah satu yang menyebabkan belum maksimalnya hasil belajar siswa yaitu

kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan soal (Zahara, 2016). Jika

kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal dibiarkan, maka tujuan pembelajaran tidak akan

tercapai dengan baik dan akan berdampak pada prestasi belajar siswa di sekolah.

Salah satu materi pembelajaran yang membuat siswa kesulitan dalam belajar yaitu pada

materi lingkaran. Materi lingkaran merupakan salah satu materi pokok dalam matematika yang

erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari (Sutriningsih, 2015). Banyak permasalahan-

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang memerlukan pemahaman konsep lingkaran dalam

pemecahannya. Namun faktanya, materi ini merupakan salah satu kajian matematika yang

dianggap sulit untuk dipahami oleh siswa.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat diteliti dan dikaji lebih lanjut bagaimana

kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Untuk mengetahui bentuk kesulitan tersebut

perlu dianalisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita keliling dan luas lingkaran pada

pembelajaran matematika kelas IX.C SMPN 3 Narmada. Hal ini bertujuan untuk menganalisis

kesulitan-kesulitan yang dialami siswa.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Bungin (2007) deskriptif adalah bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi,

berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi

objek penelitian, dan berupa menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat,

modal, tanda, atau gambaran tentanng kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. Menurut

pendapat Sugiyono (2015) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan

untuk meneliti pada kondisi yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, objek

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX.C di SMPN 3 Narmada. Peneliti

memilih 2 siswa sebagai pembanding. Dari 2 siswa yang terpilih akan mewakili siswa yang lain

untuk di wawancara.

Instrumen dalam penelitian ini adalah instrumen utama dan instrumen bantu. Instrumen

utama dalam penelitian adalah peneliti itu sendiri dan instrumen bantu dalam penelitian ini adalah

soal tes dan pedoman wawancara. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah teknik tes teknik wawancara.

Teknik analisis data yang digunakan peneliti untuk menganalisis data kualitatif yang

bersifat induktif yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 September 2018 di SMPN 3 Narmada. Adapun

hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

Hasil

a) Deskripsi data Sa

1) Soal 1

Pemaparan data dalam menyelesaikan masalah subjek Sa kesulitan dalam memahami soal

yang diberikan untuk menyelesaikan soal cerita keliling dan luas lingkaran. Subjek Sa

Kesulitan dalam Memahami Soal (KMS), ini ditandai dengan hasil pekerjaan siswa. Ketika

subjek Sa disuruh menggambar lingkaran yang mempunyai diameter 140, subjek Sa

menggambar sebuah lingkaran yang diinginkan peneliti, namun ketika subjek ditanya “mana

yang disebut dengan diameter ?” subjek Sa menjawab “tidak tau”. Kemudian peneliti

menunjuk gambar yang telah digambar oleh subjek Sa dan peneliti bertanya lagi “ini disebut

dengan apa ?” subjek Sa menjawab “garis”, peneliti bertanya lagi “ ini kan lingkaran, ada

Page 16: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 254

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

tidak diameternya ?” subjek sa menjawab “tidak ada”. Dari pernyataan subjek Sa, bahwa

siswa tidak memahami soal yang diberikan. Hal ini ditunjukkan dari hasil pekerjaan siswa dan

hasil wawancara yang terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 1. Lembar Jawaban Subjek Sa

P : coba perhatikan gambar yang adek buat, mana yang disebut dengan diameter ?

Sa : tidak tau

P : tadi kan kakak suruh gambar lingkaran yang ada berdiameter

Sa : iya

P : lingkaran ini ada tidak diameternya ?

Sa : tidak ada

Selanjutnya dalam mengerjakan soal subjek Sa juga mengalami Kesulitan dalam Merencanakan

Penyelesaian (KRS). Ketika siswa pertama kali melihat soal yang diberikan peneliti, peneliti

mengamati bahwa subjek Sa tampak kebingungan dalam merencanakan penyelesaian. Subjek

Sa tidak tau cara mencari biaya keseluruhan lampu hias. Dalam lembar jawaban subjek Sa,

terlihat bahwa subjek Sa tidak bisa merencanakan penyelsaian. Langkah pertama yang

dilakukan subjek Sa yaitu mengalikan diameter 140 dengan biaya pemasangan satu lampu hias

11.000. Kemudian subjek Sa melihat kembali soal yang diberikan, ternyata ada jarak antar

setiap tiang lampu adalah 8 meter. Sehingga subjek Sa menjumlahkan jarak tiang dengan hasil

perkalian diameter dan biaya pemasangan satu lampu hias sehingga ketemu hasil keseluruhan

biaya pemasangan lampu hias yaitu 140 x 11 + 8 = 1 548.000. Setelah subjek Sa mendapatkan

hasil keseluruhan biaya pemasangan, kemudian subjek Sa mencari berapa lampu yang dipasang

dalam lingkaran. Subjek Sa berfikir jika pemasangan satu lampu hias adalah 11.000 maka jika

dipasang 2 lampu berati biayanya 22.000, jika dipasang 4 lampu maka biayanya 44.000,

sehingga siswa menuliskan bahwa banyak lampu yang akan dipasang adalah 88 lampu. Hal ini

menunjukkan bahwa subjek Sa kesulitan dalam merencanakan penyelesaian. Seperti yang

terlihat dalam gambar hasil pekerjaan subjek Sa dan kutipan wawancara yang dilakukan

peneliti terhadap subjek Sa yang ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.

Gambar 2. Lembar Jawaban Subjek Sa

P : bagaimana caranya menghitung biaya keseluruhan ?

S2 : geleng-geleng

P : di dalam lembar jawaban adek kan udah ada jawabannya. Bagaimana caranya adek

mendapatkan jawabannya ?

S2 : 140 x 11 = 1.540.000

P : 1.540.000 adalah keseluruhan biayanya ?

S2 : iya

P : kemudian jaraknya di apain ?

S2 : di tambah sehingga hasilnya 1548 adalah biaya keseluruhan

Page 17: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 255

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Selanjutnya dalam mengerjakan soal, subjek Sa juga mengalami kesulitan dalam melaksanakan

perencanaan (KLR). Subjek Sa pertama kali melihat soal, yang difikirkan adalah 11 x 140

sehingga menghasilkan 1400. Siswa tidak bisa mengalikan apa yang direncanakan. Ketika

peneliti menanyakan dari mana dapat 1400, siswa menjawab 140 x 11. Hal ini dapat dilihat dari

lembar jawaban subjek Sa dan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap subjek Sa, yang

terlihat dalam gambar dibawah ini.

Gambar 3. Lembar jawaban subjek Sa

P : dalam lembar soal adek, ini berapa ?

S2 : 1400

P : dapat dari mana ?

S2 : 11 x 140

Selanjutnya dalam mengerjakan soal, subjek Sa juga Kesulitan dalam Pengambilan Kesimpulan

(KMS). Subjek Sa menuliskan jawaban akhir akan tetapi tidak sesuai dengan konteks soal atau

jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan yang diinginkan peneliti. Kesulitan subjek Sa

dalam dalam pengambilan kesimpulan yaitu ditandai dengan adanya jawaban akhir yang tidak

sesuai. Seperti yang dipaparkan dalam gambar dan hasil wawancara peneliti terhadap subjek

Sa, seperti yang terlihat dalam gambar dibawah ini.

Gambar 4. Lembar jawaban subjek Sa

P : di dalam lembar jawaban adek kan udah ada jawabannya. Bagaimana caranya adek

mendapatkan jawabannya ?

Sa : 140 x 11 = 1.540.000

P : 1.540.000 adalah keseluruhan biayanya ?

Sa : iya

2) Soal 2

Pemaparan data dalam menyelesaikan masalah subjek Sa pada soal nomor 2 yaitu

kesulitan dalam memahami soal yang diberikan untuk menyelesaikan soal cerita keliling dan

luas lingkaran. Dalam soal nomor 2 Subjek Sa mengalami Kesulitan dalam Memahami Soal

(KMS). Hal ini dilihat dari hasil pekerjaan subjek Sa dan hasil wawancara yang dilakukan

peneliti terhadap subjek Sa. Dalam soal yang diberikan, subjek Sa tidak bisa membedakan apa

yang yang ditanyakan dan apa yang diketahui. Di dalam soal sudah jelas bahwa ada jari-jari

berukuran 14 meter, namun subjek Sa menganggap itu adalah yang ditanyakan dari soal.

Kemudian dalam lembar jawaban subjek Sa terdapat lingkaran dan 8 jari-jari. Subjek Sa

menganggap bahwa hanya 8 jari-jari yang terdapat dalam sebuah lingkaran. Subjek Sa tidak

paham mengenai jari-jari lingkaran. Seperti yang terlihat dalam gambar dan hasil wawancara

peneliti terhadap subjek Sa sebagai berikut:

Gambar 5. Lembar Jawaban Subjek Sa

P : apa yang adek ketahui dari soal ini ? adek ngerti dengan soal ini ?

Page 18: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 256

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Sa : sedikit

P : sedikitnya itu dimana ?

Sa : sedikitnya itu di jari-jarinya

P : berapa jari-jarinya ?

Sa : 14 meter

P : 14 meter itu disebut diketahui atau ditanyak ?

Sa : ditanyakan

Selanjutnya dalam mengerjakan soal, subjek Sa juga Kesulitan dalam Merencanakan

Penyelesaian (KRS). Untuk mencari luas dari taplak meja yang tidak diletakkan mangkuk,

subjek Sa mencari luas mangkuknya terlebih dahulu. Subjek Sa mengalikan diameter

mangkuk dengan jari-jari untuk menghasilkan luas mangkuknya yaitu 15 meter. Setelah

subjek Sa menemukan luas mangkuknya, selanjutnya subjek Sa akan mencari luas taplak meja

yang tidak diletakkan mangkuk yaitu dengan mengurangi luas mangkuk 15 meter dan jari-jari

14 meter, sehingga menghasilkan 1 meter. Seperti yang terlihat pada gambar dan hasil

wawancara peneliti terhadap subjek Sa sebagai berikut :

Gambar 6. Lembar Jawaban Subjek Sa

P : kalau kita kalikan 0,7 dengan 14, bisa tidak kita temukan luas yang tidak diletakkan

mangkuk ?

S2 : 15 meter luas semuanya

P : luas keseluruhan buat yang mana ? taplak meja atau mangkuk ?

S2 : mangkuk

Selanjutnya dalam menyelseaikan soal, subjek Sa juga Kesulitan dalam Melaksanakan

Perencanaan (KLR). Subjek Sa kesulitan dalam melaksanakan perencanaan yang dibuat sendiri.

subjek Sa memilih operasi yang digunakan untuk menyelesaikan soal, namun subjek Sa salah

dalam menjumlahkan hasilnya. Subjek Sa mengalikan 0,7 dengan 14, namun hasilnya tidak

sesuai dengan hasil sebenarnya. Subjek Sa tidak bisa mengalikan dan menjumlahkan dengan

benar. Seperti yang terlihat dalam gambar dan hasil wawancara peneliti terhadap subjek Sa,

sebagai berikut :

Gambar 7. Lembar Jawaban Subjek Sa

P : untuk mencari luas taplak meja yang tidak diletakkan mangkuk, langkah awal apa yang

harus kita lakukan ?

Sa : 0,7 dikali dengan 14

P : hasilnya berapa ?

Sa : 15 meter

Selanjutnya dalam mengerjakan soal, subjek Sa juga Kesulitan dalam Pengambilan Kesimpulan

(KPK). Subjek Sa tidak bisa mengambil kesimpulan untuk mencari luas dari taplak meja yang

tidak diletakkan mangkuk, subjek Sa menuliskan hasil akhir jawaban, namun tidak sesuai

dengan konteks soal. Subjek Sa tidak menuliskan dengan benar hasil akhir jawaban seperti

yang dituliskan dalam lembar jawaban subjek Sa. Subjek Sa menuliskan dalam lembar

jawabannya bahwa 15 meter adalah luas mangkuk dan 1 meter adalah luas yang tidak

Page 19: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 257

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

diletakkan mangkuk. Hal ini dapat dilihat dari gambar dan hasil wawancara peneliti terhadap

subjek Sa, sebagai berikut:

Gambar 8. Lembar Jawaban Subjek Sa

P : dari 15-14 yang yang tadi ? berarti 1 meter ini apanya ?

Sa : luas yang tidak diletakkan mangkuk.

b) Deskripsi data Sb

1) Soal 1

Pemaparan data dalam menyelesaikan masalah subjek Sb pada soal nomor 1 yaitu kesulitan

dalam memahami soal yang diberikan untuk menyelesaikan soal cerita keliling dan luas

lingkaran. Dalam soal nomor 1 Subjek Sb mengalami Kesulitan dalam Memahami Soal (KMS).

Subjek Sb mengalami kesulitan dalam memahami soal. Hal ini dapat dillihat dari hasil

wawancara yang dilakukan peneliti terhadap subjek Sb, seperti yang dilihat dalam kutipan

wawancara sebagai berikut :

P : yang diketahui dari soal ini sebenarnya apa ?

Sb : diameter lingkaran dan jarak antara lampu hias

P : Cuma itu yang diketahui ?

Sb : iya

Selanjutnya dalam menyelesaikan soal subjek Sb juga mengalami Kesulitan dalam

Merencanakan Penyelesaian (KRS). Untuk menyelesaikan soal mencari keseluruhan biaya

pemasangan lampu hias subjek Sb mencari rumus diameter yaitu

selanjutnya

subjek mengalikan . Subjek Sb bingung dengan diameter dan jarak lampu

hias. Subjek Sb tidak tau apa yang harus dicari sebelum menemukan biaya keseluruhan lampu

hias, kemudian subjek Sb menyelesaikan soal dengan menggunakan rumus diameter. Hal ini

dilihat dari gambar dan hasil wawancara peneliti terhadap subjek Sb, sebagai berikut :

Gambar 9. Lembar Jawaban Subjek Sb

P :bagaimana caranya kita menyelesaikan soal ini ?

Sb : bingung

P : bingungnya dimana ?

Sb : yang diameter

P : ada apa dengan diameternya ? tau namanya diameter ?

Sb : iya

P : terus bingungnya dimana ?

Sb : jarak antar lampu

Selanjutnya dalam menyelesaikan soal, subjek Sb juga mengalami kesulitan dalam

Melaksanakan Perencanaan (KLR). Dalam menyelesaikan soal subjek Sb kesulitan dalam

melaksanakan perencanaan yang telah dibuat. Dalam lembar jawaban subjek Sb, terlihat bahwa

subjek tidak bisa mengalikan angka yang digunakan. Subjek Sb mengalikan . Hal ini dapat dilihat dalam gambar dan hasil wawancara subjek Sb, sebagai berikut:

Page 20: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 258

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Gambar 10. Lembar Jawaban Subjek Sb

P : apakah adek yakin dengan jawaban adek ?

Sb : yakin

P : coba liat 3.420 ini apa ?

Sb : biaya keseluruhan, 22 x 20 x 8 = 3.420

Selanjutnya dalam menyelesaikan soal, subjek Sb juga mengalami Kesulitan dalam

Pengambilan Kesimpulan (KPK). Subjek Sb mengerjakan soal, namun tidak sesuai dengan

konteks soal atau tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh soal. Subjek Sb sudah bisa

menemukan rumus diameter, akan tetapi dalam mengambil kesimpulan subjek Sb mengalami

kesulitan. Seperti yang terlihat dalam gambar dan hasil wawancara peneliti terhadap subjek Sb,

sebagai berikut:

Gambar 11. Lembar Jawaban Subjek Sb

P : apakah adek yakin dengan jawaban adek?

Sb : yakin

P : coba liat 3.420 ini apa?

Sb : biaya keseluruhan, 22 x 20 x 8 = 3.420

2) Soal 2

Paparan dalam hasil lembar jawaban subjek Sb bahwa subjek Sb mengalami kesulitan dalam

memahami soal. Subjek Sb tidak paham dengan soal yang diberikan. Ketika Subjek Sb ditanya

apa yang diketahui dalam soal, subjek Sb menjawab hanya diameterlah yang diketahui. Hal ini

dilihat dari petikan hasil wawancara subjek Sb, sebagai berikut :

P : apa yang diketahui dari soal ?

Sb : jari-jarinya 14 meter

P : itu aja ?

Sb : iya

Selanjutnya dalam menyelesaikan soal subjek Sb juga kesulitan dalam merencanakan

penyelesaian (KRS). Subjek sb menggunakan rumus untuk mengetahui luas taplak meja

yang tidak diletakkan mangkuk, sehingga menghasilkan

. Subjek sb tidak tau

rumus yang digunakan dalam mencari luas dari taplak meja yang tidak diletakkan mangkuk

jika jari-jarinya diketahui. Subjek sb kebingungan dalam menyelesaikan soal yang diberikan.

Seperti yang terlihat dalam gambar dan hasil wawancara peneliti terhadap subjek sb,sebagai

berikut :

Gambar 12. Lembar Soal Subjek Sb

P : apa yang harus dicari untuk mengetahui taplak meja yang tidak diletakkan mangkuk ?

S3 : cari hasil jari-jarinya

Page 21: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 259

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Selanjutnya dalam menyelesaikan soal subjek sb juga Kesulitan dalam Melaksanakan Perencanaan

(KLR) ini ditandai dengan hasil pekerjaan siswa. Dalam menyelesaikan soal yang diberikan,

subjek sb mencari biaya keseluruhan dengan menggunakan rumus . Dilihat dari lembar

jawaban subjek sb, tampak kebingungan dalam mencari luas yang tidak diletakkan mangkuk.

Siswa mencoba mencari jumlah luas keseluruhannya, namun subjek sb bingung bagaimana cara

mencari jumlahnya. Seperti yang terlihat dalam kutipan wawancara sebagai berikut :

P : luas taplak meja yang mana ? kan tadi udah ketemu luas yang tidak diletakkan mangkuk

S3 : jumlah keseluruhannya bingung

P : adek bingung gimana mau dicari ?

S3 : iya

P : untuk mencari luasnya apa sih rumusnya jika diketahui jari-jarinya?

S3 : lupa

Selanjutnya subjek sb juga mengalami kesulitan dalam penarikan kesimpulan. Seperti yang

terlihat dalam lembar jawaban subjek sb. Dalam hal ini, subjek sb menuliskan langkah-langkah

dalam menyelesaikan soal, akan tetapi jawaban subjek sb tidak sesuai dengan yang diinginkan

peneliti. Subjek sb tidak bisa mencari luas taplak meja yang tidak diletakkan mangkuk. Siswa

sangat yakin dengan jawaban yang ia tulis pada lembar jawaban, namun subjek masih sangat

kebingungan dengan soal yang diberikan. Seperti yang terlihat dalam gambar dan hasil wawancara

peneliti terhadap subjek sb, sebagai berikut :

Gambar 13. Lembar Soal Subjek sb

P : 44 disebut nilai apa ?

S3 : nilai jari-jari dari taplak meja

P : terus jawabannya apa ? yakin dengan jawabannya

S3 : tidak yakin

PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dideskripsikan tentang kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

keliling dan luas lingkaran pada subjek Sa dan subjek Sb. Pada subjek Sa dan Sb dalam

menyelesaikan soal cerita nomor 1 dan nomor 2 dilihat dari jawaban siswa terlihat bahwa siswa

tidak mampu menentukan penyelesaian yang diharapkan. Ini menunjukkan bahwa siswa tidak

memahami permasalahan dalam soal. Dari analisis terhadap lembar jawaban dan hasil wawancara

dapat dikatakan bahwa siswa kesulitan dalam menfokuskan pikiran, lupa rumus-rumus dalam

mencari keliling dan luas lingkaran.

Untuk masalah soal nomor 1 dan 2, subjek Sa dan Sb menunjukkan bahwa Sa dan Sb memulai

dengan melihat permasalahan yang diberikan kemudian menghitung setiap yang diketahui pada

soal. Subjek Sa dan Sb tidak bisa menyelesaikan permasalahan yang diberikan karena subjek Sa dan

Sb tidak mengingat pelajaran yang diajarakan pada kelas sebelumnya, subjek Sa dan Sb tidak

mengingat atau lupa rumus untuk mencari keliling dan luas lingkaran. Hal ini sejalan dengan

pendapat Gafoor dan Kurukkan (2015) menyimpulkan bahwa siswa kesulitan dalam mengingat

materi yang diajarkan pada kelas sebelumnya, cepat melupakan materi belajar dan kesulitan dalam

memahami konsep-konsep matematika.

Dalam menyelesaikan soal Subjek Sa dan Sb mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal.

Hal ini ditandai dengan kesalahan-kesalahan yang dilakukan subjek Sa dan Sb. Kesulitan yang

dialami siswa akan memungkinkan siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal

matematika pada setiap pokok bahasan dalam pembelajaran (Untari, 2013).

Page 22: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 260

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Pada saat subjek mengerjakan soal, peneliti mengamati aktivitas siswa, pertama-tama setelah

diminta mengerjakan soal, siswa membaca soal setelah itu siswa terlihat mengamati soal (membaca

dalam waktu singkat beberapa detik) dan mulai mengerjakan.

Subjek Sa dan Sb tidak bisa menggunakan data penting dalam soal yang diberikan. subjek Sa

dan Sb tidak memahami soal yang diberikan, sehingga subjek Sa dan subjek Sb tidak bisa

mengubah soal cerita ke dalam bentuk matematika. Subjek Sa dan Sb tidak bisa mengerjakan soal,

sehingga subjek Sa dan Sb tidak bisa mengambil kesimpulan dengan benar.

Subjek Sa dan subjek Sb sering melakukan kesalahan yang sama dalam menyelesaikan soal

nomor 1 dan soal nomor 2, yaitu kesalahan dalam menentukan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan, kesalahan dalam menentukan langkah-langkah dalam menyelesaikan soal, kesalahan

perhitungan, kesalahan dalam pengambilan kesimpulan.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya, maka dapat

disimpulkan bahwa kesulitan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal yaitu :

a. Kesulitan memahami soal.

Dalam kesulitan memahami soal, siswa tidak bisa membedakan apa yang diketahui dan apa

yang ditanyakan dalam soal. Tidak bisa mengubah soal kedalam bentuk matematika, terutama

dalam membuat gamabar yang terkait dengan soal.

b. Kesulitan merencanakan penyelesaian.

Dalam kesulitan merencanakan penyelesaian. Siswa tidak bisa menemukan langkah-langkah

yang digunakan untuk menyelesaikan soal. Siswa bisa mengerjakan soal yang diberikan

namun tidak sesuai dengan langkah-langkah yang benar.

c. Kesulitan melaksanakan perencanaan

Dalam kesulitan melaksanakan perencanaan, siswa sering melakukan kesalahan dalam

menggunakan pengoperasian perkalian dan pengurangan. Siswa mengetahui operasi atau

metode yang akan digunakan, namun tidak bisa menjumlahkannya.

d. Kesulitan pengambilan kesimpulan

Dalam kesulitan pengambilan kesimpulan, siswa tidak bisa menyelesaikan permasalahan

secara tepat dan hasil jawaban akhir tidak sesuai dengan konteks soal.

B. Saran

Disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk menganalisis lebih lanjut faktor penyebab

kasulitan siswa dalam menyelasaikan soal cerita keliling dan luas lingkaran ditinjau dari peta

kognitif.

DAFTAR RUJUKAN

Ardiyanti., Bharata, H., & Yunarti, T.

(2014). Analisis Kesalahan dalam Mengerjakan Soal Cerita Matematika. Jurnal Pendidikan

Matematika Unila, 2(7).

Arifin, Y, T. (2011). Analisis Kesalahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Semarang Tahun

Pelajaran 2010/2011 dalam Menyelesaikan Soal Matematika pada Materi Pokok Lingkaran

dengan Panduan Kriteria Watson. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Esterberg, K, G. (2002). Qualitative Methods In Social Research. New York: MC Graw Hill.

Eva, W, M. (2011). Analisis Kesalahan Siswa di Kelas VIII B Sekolah Menengah Pertama Kanisius

Pakem dalam Mengerjakan Soal Cerita pada Topik Perbandingan Senilai dan Berbalik

Nilai Tahun Ajaran 2011/2012. Yogyakarta: Universitas Senata Dharma.

Gafoor, K, A., & Kurukkan, A. (2015). Learner and Teacher Perception on Difficulties in Teaching

Mathematics: Some Implications. Nasional Conference on Mathematics Teaching-

Approacher and Challenges. 4(1), 233-242.

Hadar, M, N., Zaslavsky, O., & Shlomoinbar. (1987). An Empirical Classification Model For Errors

in High School Mathematics. Journal For Research In Mathematics Education, 18(1), 3-14.

Page 23: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 261

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Hidayah, S. (2016). Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita SPLDV

Berdasarkan Langkah Penyelesaian Polya. Jurnal Pendidikan, 1.

Imawati, T. (2016). Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Pada Materi Luas dan Keliling

Lingkaran di Kelas VIII E SMP Negeri 2 Jatinom. Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta.

Jamaris, M. (2014). Kesulitan Belajar: Perspektif, Asesmen, dan Penanggulangannya. Ghalia

Indonesia: Bogor.

Juliyanti (2016). Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi

pecahan pada siswa kelas IV di SD Negeri se-gugus lodan semarang utara. Semarang:

Universitas Negeri Semarang.

Kusumaningtyas, Yoga, D. (2014). The Implementation Of Cooperative Learning Based on

Newman’s Error Analysis Procedures to Improve Students Mathematical Learning

Achievement. Prosiding Konferensi Nasional Matematik. XVII – 2014, ITS.

Lestari, A. P., Hasbi, M., & Lefrida, R. (2016). Analisis Kesalahan Siswa Kelas IX Dalam

Menyelesaikan Soal Cerita Keliling dan Luas Lingkaran di SMP Al-azhar Palu. Jurnal

Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. 3(04).

Miles, M, B., Huberman, M, A. (1984). Qualitative Data Analysis: A Sourccebook Of New

Methods. London: Sage Publications.

Negoro, ST., & Harahap, B. (2014). Ensiklopedia matematika. Bogor: Ghalia Indonesia.

Polya, G. (2014). How to Solve It: A New Aspect of Mathematical Methods. New Jersey: Princeton

University Press.

Pratikipong, N., & Nakamura, S. (2006). Analysis of Mathematics Performance of Grade Five

Students in Thailand Using Newman Procedure. Journal of International Cooperation in

Education. 9(1): 111-122.

Robert, A. (1988). Error Patterns In Computation. New Jersey: Prentice Hall.

Sari, A, W. (2015). Analisis Kesulitan dalam Pemecahan Masalah Matematika Materi Lingkaran

Menurut Taksonomi Bloom Ditinjau dari Ranah Kognitif pada Siswa Kelas VIII SMP

Negeri 4 Tulungagung . IAIN Tulungagung: Tulungagung.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharnan. (2005). Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.

Sutriningsih,N. (2015). Pembelajaran lingkaran Melalui Strategi Pemecahan Masalah Sistematis.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

Tampomas, H. (2006). Matematika Plus SMP Kelas VIII Semester Kedua. Yudhistira.

Trapsilasiwi, D., Setiawani, S., & Ummah, I. K. (2017). Analisis Kesalahan Pengolahan

Matematika dalam Menyelesaiakan Masalah Lingkaran. Pancaran Pendidikan, 5(4), 159-

168.

Ugi, L. E. (2016). Analisis Kesalahan Siswa pada Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat dan

Alternatif Pemecahannya. Daya Matematis: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika, 4(1),

34-50.

Untari, E. (2013). Diagnosis Kesulitan Belajar Pokok Bahasan Pecahan pada Siswa Kelas V

Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi, 13(01), 1-8.

Utami, N, D. (2017). Kesulitan pada Siswa Kelas XI dalam Menyelesaikan Soal Geometri Ditinjau

dari Level Berpikir. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.

Wibowo, A, T. (2016). Analisis Kesulitan Siswa Kelas VIII C dan VIII F SMP Negeri 2 Piyungan

dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Pokok Bahasan Kubus dan Balok. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma.

Zahara, A. C., Hastari, R. C., & Ma’ruf, H. F. (2016). Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan

Soal pada Materi Lingkaran Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1

Pogalan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Inspirasi Jurnal Ilmiah Ilmu

Sosial, 13(3).

Page 24: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 262

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

KEARIFAN LOKAL DALAM PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT TRADISIONAL

OLEH MASYARAKAT DAERAH BIMA

Nikman Azmin1; Anita Rahmawati

2

Program Studi Pendidikan Biologi, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Bima

e-mail: [email protected]

Abstrak: Pemanfaatan tumbuhan obat dalam pengobatan tradisional oleh masyarakat

disekitar kawasan hutan Kabupaten Bima merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang harus

dipertahankan oleh masyarakat .Tujuannya yaitu untuk mengetahui pemanfaatan tanaman obat

Tradisional oleh Masyarakat Daerah Bima. Informasi ini guna memperkaya data bioekologi,

sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan berbagai tanaman obat sebagai berbasis

kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan masyarakat Bima. Oleh karena itu penelitian

ini dilakukan untuk mengkaji pemanfaatan tanaman obat yang dilakukan oleh masyarakat pada zona

wilayah yang dekat dengan hutan. Metode yang digunakan adalah wawancara secara mendalam,

survei lapangan, dan teknik kuesioner.

Kata Kunci: Tumbuhan Obat Tradisional, Kearifan Lokal, Masayarakat Daerah Bima

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki kawasan hutan yang sangat luas, kawasan hutan Indonesia merupakan

salah satu sumber penghasil berbagai jenis plasma nutfah yang sangat berkualitas dunia, hal ini

dikarenakan banyaknya berbagai jenis tumbuhan dan tanaman yang tergolong endemik,langka dan

unik yang ditemukan di berbagai wilayah kawasan indonesia. Potensi tersebut telah dimanfaatkan

oleh masyarakatyang bermukim di sekitar lereng dan hutan pada berbagai aspek bidang seperti

pertanian, ketahanan pangan, kehutanan dan kedokteran. Menurut Abubakar et al (2015)

mengatakan bahwa plasma nutfah sangat potensial untuk dikembangkan bagi kesejahteraan

masyarakat, salah satunya sebagai bahan herbal.

Hutan yang dimiliki Indonesia menyimpan potensi tanaman maupun tumbuhan obat sebanyak

30.000 jenis dari total 40.000 jenis tumbuhan dunia. Sebanyak 940 jenis diantaranya telah

dinyatakan berkhasiat sebagai obat,atau sekitar 90% dari seluruh tanaman dan tumbuhan obat yang

ada di Benua Asia. Dari sekian banyak jenis tanaman obat, baru 20-22% yang dibudidayakan,

sedangkan sekitar 78% diperoleh melalui pengambilan langsung dari hutan (Nugroho, 2010).

Pemanfaatan tanaman obat telah banyak dipraktekkan sejak lama oleh para orang tuan

maupun leluhur yang kemudian berkembang pesat dan menghasilkan sebuah kearifanlokal yang

sangat khas yang dimiliki oleh masyarakat. Kearifan tersebut muncul dalam bentuk kebiasaan atau

budaya pemanfaatan nilai dan khasiat dari tanaman obat, dimana kebiasaan tersebut dapat dijumpai

dibeberapa negara antara lain Cina, Korea dan Jepang (Nurrani et al, 2015).Sedangkan di Benua

Asia khususnya di Indonesia kebiasaan mengkonsumsi obat tradisional telah lama dikembangkan

dalam bentuk jamu-jamuan, kebiasaan atau tradisi ini pertama kali oleh masyarakat Kalimantan dan

dipopulerkan oleh masyarakat Jawa (Lis et al, 2015). Hal yang serupa pada kondisi yang sama juga

ditemukan dan dijumpai di ujung timur Indonesia yaitu di pulau NTB dan NTT, dimana masyarakat

Kabupaten Bima, Dompu dan masyarakat Papua, memiliki kebiasaan mengkonsumsi buah merah

yang terbukti sebagai obat yang sangat mujarab.

Pengelolaan dan pemanfaatan berbagai tanaman obat tradisional oleh masyarakat pada

umumnya didasarkan pada pengetahuan lokal dan kebijakan yang telah dipatuhi sebagai tradisi dan

hukum adat yang diwariskan secara turun temurun (Selawa dan Citraningtyas, 2013). Mengingat

berbagai tekanan dan ancaman pada kawasan konservasi dan masih minimnya informasi dan

publikasi ilmiah mengenai potensi tanaman obat, maka diperlukan penelitian yang bertujuan untuk

mengkaji pemanfaatan tanaman alam yang berkhasiat obat. Dengan informasi tersebut dapat

digunakan untuk memperkuat data base bioekonservasi dan bioekologi serta menjadi acuan bagi

Page 25: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 263

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

pengelolaan kawasan berbasis kesejahteraan masyarakat dan kelestarian kehidupan. Berdasarkan

kajian tersebut beberapa jenis tanaman potensial yang harus dilakukan pembuktian secara ilmiah

dengan identifikasi kandungan senyawa sekunder dan uji fitokimia. Hasil ini diharapkan menjadi

data untuk lebih mengkaji potensi alam kemudian menjadi dasar pertimbangan dalam

pengembangannya kearifan lokal, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Kabupaten Bima

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada 2 zona yang keselurahan arealnya merupakan wilayah

Kabupaten Bima di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Pengamatan dan pengambilan data

dilakukan di 2 Desa yaitu Desa Kambilo Kecamatan Wawo dan Desa Desa Madawau Kecamatan

Madapangga.

Gambar 1. Alur Penelitian

ANALISIS DATA

Identifikasi herbarium untuk jenis-jenis yang belum diketahui di Laboratorium Biologi STKIP

Bima dan Laboratorium Kimia. Ekstraksi sampel tumbuhan di Laboratorium Biologi STKIP Bima.

Data potensi, jenis, manfaat tumbuhan obat berikut hasil analisis laboratorium ditabulasi dan

interaksi masyarakat dianalisis secara deskriptif

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian teridentifikasi sebanyak 15 jenis tumbuhan berkhasiat obat

yang digunakan oleh masyarakat Bima dalam pengobatan tradisional pada Desa Kambilo

Kecematan Wawo dan Desa Madawau Kecamatan Madapangga. Berdasarkan hasil wawancara di

lapangan Umumnya masyarakat Bima mengelola dan memanfaatkan berbagai bagian-bagian

tanaman dan tumbuhan obat, seperti pohon, perdu, herbal dan gulma misalnya menggunakan kulit,

daun, bunga, akar dan batang sebagai bahan ramuan jamu dalam pengobatan penyakit.

Tabel 1. Tumbuhan Obat tradisional Untuk pengobatan tubuh baik di minum maupun di oleskan

dari luar tubuh

Sampel/ Bagian

yang di gunakan Nama ilmiah

Nama

daerah

Bima

Kegunaan dan Cara meramunya

Belimbing (Daun) Averrhoa

carambola

Limbi Mengobati penyakit maag: Siapkan

lebih kurang 10 helai daun belimbing,

seujung jari kunyit, seujung jari temu

kunci dan setengah gelas air. Rebus

semua bahan dengan api sedang ,

saring dan minum satu 1x sehari.

Bawang merah

(umbi)

Allium cepa L. Bawa Mengobati demam, masuk angin:

Ambil 2-3 bawang merah,,kupas, cuci

Page 26: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 264

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

,parut .tambah dengan 2 sendok makan

minyak kayu putih, campurkan , lalu

gosokkan di kepala, ketiak ,perut dan

telapak kaki

Jambu klutuk

(Daun)

Psidium

guajava L.

Jambu doro Menyembuhkan diare: Siapkan 3-5

lembar daun jambu klutuk dan 3 gelas

air , rebus daun jambu tersebut dalam

3 gelas air hingga tersisa satu gelas.

Saring dan minum air rebusan

tersebut.

Jeruk nipis (daun

dan buah)

Citrusx

aurantiifolia

Dungga

ncia

Meredakan batuk: Siapkan satu buah

jeruk nipis , iris dan peras , tambahkan

satu dendok kecap manis , aduk dan

siap dikonsumsi , ulangi dalam 3 kali

sehari .

Jarak (Daun) Jatropha

curcas L

Tatanga Sakit perut: Pilih daun jarak yang

dengan permukaan yang lebar ,

oleskan minyak kelapa terlebih dahulu

lalu tempelkan pada perut dan tunggu

hasilnya.

Jahe (Rimpang) Zingibesr

officinale

Rosceo

Rea Menghilangkan lelah: Siapkan

beberapa rimpang jahe, lalu diparut,

tambahkan 1 gelas air lalu disaring,.

Air saringan tersebut ditambah madu

secukupnya, aduk lalu diminum.

Katuk (Daun) Sauropus

androgynous

Ro’o

kambesi

Memperlancar ASI: Olah daun katuk

menjadi sayur dan di konsumsi untuk

memperlancar asi dan Panas dalam

pada anak : siapkan beberapa helai

daun katuk ,kemudian tumbuk halus .

tambahkan sedikit air matang

kemudian peras ambil

airnya.campurkan sedikit gula lalu

minumkan.

Kencur (rimpang) Kaempferia

galapanga L.

Soku Mengobati batuk: Siapkan beberapa

ruas kencur,cuci bersih lalu diparut .

setelah itu peran dan ambil sarinya

.tambahkan sedikit air agar rasanya

tidak terlalu pekat.campurkan sedikit

garam ,aduk rata dan siap diminum.

Minumlah sesudah makan dan

sebelum tidur.

Bidara (Daun) Zizipus

mauritiana

Rangga Meredakan panas dalam: Siapkan 1-2

gelas air bersih , tuangkan air

kedalam panci , masukkan 3-5 lembar

daun bidara yang sudah dicuci.

Panaskan panci hingga air dan daun

nya mendidih lalu matikan apinya.

Tunggu ramuan nya hangat kuku lalu

diminum dua kali sehari .

Kemangi (Daun Ocimum Pataha Menghilangkan bau badan : Daun

Page 27: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 265

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

dan batang) xcitriodorum kemangi dimakan begitu saja / dilalap.

Kumis kucing

(Daun dan batang)

Orthosiphoon

staineus benth

Kumis

kucing

Mengobati sakit pinggang: Sediakan

daun kumis kucing segar, sepotong

kulit batang papaya. masukan kedalam

air sebanyak satu gelas, panaskan

dengan api kecil hingga menjadi

setengah gelas . kemudian saring

.ramuan ini diminum sekali sehari.

Lengkuas

(rimpang)

Alpinia

galangal

Mengobati batuk dan Mengobati diare

dan sakit gigi: rimpang direbus

tambahkan bawang putih, gula dan

garam sedikit kemudian diminum,

sedangkan sakit gigi hanya digunakan

untuk kumur

Lidah buaya

(batang atau lendir)

Aloe vera L. Lidah buaya Menyuburkan rambut: Lidah buaya

dikupas, diambil lendirnya dan

digosokkan ke kepala , diamkan sesaat

setelah itu bilas.

Mengkudu (daun

dan buah)

Mirinda

citrifola

Nonu Menurunkan darah tinggi: ambil

beberapa mengkudu matang,cuci

berih, diparut ,kemudian di peras

airnya.tambahkan madu murni 1-2

sendok makan . aduk rata dan siap

untuk di konsumsi , satu kali sehari.

Pacar kuku (Daun) Lawsonia

inermis L.

Kapanca Ambil segenggam daun pacar kuku ,

lalu tumbuk hingga halus , dan

tempelkan kebagian yang bengkak.

Sumber data : Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil penelitian teridentifikasi sebanyak 15 jenis tumbuhan berkhasiat obat yang

digunakan oleh masyarakat Bima dalam pengobatan tradisional pada Desa Kambilo Kecematan

Wawo dan Desa Madawau Kecamatan Madapangga. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan

Umumnya masyarakat Bima mengelola dan memanfaatkan berbagai bagian-bagian tanaman dan

tumbuhan obat, seperti pohon, perdu, herbal dan gulma misalnya menggunakan kulit, daun, bunga,

akar dan batang sebagai bahan ramuan jamu dalam pengobatan penyakit. Masyarakat Daerah Bima

dalam meningkatkan kearifan lokal untuk memanfaatkan tumbuhan obat mereka memiliki cara

untuk membuat atau meramu obat yang sering digunakan dan diterapkan diantaranya yaitu bahan

ramuan obat direbus hingga air rebusannya mendidih menjadi setengah gelas, ada juga kebiasaan

masyarakat Bima yang mengkombinasikan beberapa jenis tanaman obat atau bagian tumbuhan dan

tanaman.

Gambar 2. Pemanfaatan Tumbuhan Berdasarkan bagian dan Habitusnya

Dari gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa penggunaan tumbuhan obat oleh masyarakat

berdasarkan habitus lebih banyak digunakan adalah habitus perdu sebanyak 40%, pohon 30%,

Gulma 20% dan semak 10% dikarenakan habitus perdu dan pohon merupakan tumbuhan yang

Page 28: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 266

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

menurut masyarakat mempunyai khasiat yang baik untuk bahan obat. Kebanyak masyarakat

memanfaatkan tumbuhan obat tradisional hanya sebagian kecil yang menggunakan seluruh bagian

tumbuhan. Umumnya kategori ini merupakan jenis-jenis tumbuhan perdu. Pernyataan ini didukung

dengan hasil penelitian (Tabba et al, 2014) bahwa perdu dan pohon merupakan kelompok famili

dengan spesies terbanyak yang dimanfaatkan sebagai obat tradisonal tumbuhan obat merupakan

senyawa hasil metabolik sekunder yang bermanfaat sebagai obat. Menurut Rahayu et al (2006)

mengatakan bahwa kearifan lokal dalam pemanfaatan tumbuhan obat tradisional merupakan

pengetahuan eksplisit yang muncul dari periode panjang yang berevolusi dan tumbuh di masyarakat

menjadi identitas penentu dalam pembangunan peradaban komunitas masyarakat dalam pengunaan

obat tradisional.

KESIMPULAN

Masyarakat Daerah Kabupaten Bima telah memanfaatkan jenis-jenis tumbuhan dalam

mengobati berbagai macam penyakit mulai dari pengobatan luar hingga penyakit dalam, hal ini

sudah dilakukan dari generasi-kegenerasi. Namun pemanfaatan tumbuhan obat tradisional masih

sangat terbatas misalnya pengunaan tumbuhan obat hanya untuk dikonsumsi secara pribadi dan

keluarga serta bahan baku herbalnya itu masih tergantung pada ketersediannya di alam

1. Jenis-jenis tumbuhan obat tradsisional yang dimanfaatkan oleh masyarakat Daerah Bima yaitu

ada sebanyak 15 jenis

2. Habitus dan Organ tumbuhan obat yang paling banyak manfaatkan oleh masyarakat Daerah

Bima antara lain daun dan batang. Sedangkan habitus tumbuhan yang paling banyak

dimanfaatkan oleh masyarakat Bima adalah gulma.

SARAN

Diharapkan kepada masyarakat Kabupaten Bima dapat mamanfaatkan tumbuhan obat secara

maksimal dan mengtahui tentang jenis-jeins tumbuhan obat tradisional serta mengetahui cara

pengelohannya. Sehingga dapat meningkatkan pengetahuan tentang berbagai jenis tumbuhan obat

dan nilai manfaat tumbuhan obat seta dapat menjadi alternatif pengobatan bagi masyarakat.

DAFTAR RUJUKAN

Abubakar, S. K., Zainuddin, L dan MOH. 2015. Inventory of medicinal plants and local wisdom

of Bune Ethnic in utilizing plant medicine in Pinogu, Bonebolango District, Gorontalo

Province. Prosiding Semnas Biodiv Indon 1 (1): 78-84

Lis Nurrani, Supratman Tabba & Hendra S. Mokodompit. 2015.Local Wisdom in the Utilization of

Medicine Plants by Community Around Aketajawe Lolobata National Park, North Maluku

Province. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 12 No. 3, Hal. 163-175

Nugroho, I.A. (2010). Lokakarya Nasional Tumbuhan Obat Indonesia.Asian PacificForest Genetic

Resources ProgrammeKer j asa ma Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan

Produktivitas Hutan. Jurnal Apforgen news Letter, vol. 2, No (2), Hal 1-2

Nurrani, L. &Tabba, S. 2015. Kearifan sukuTogutil dalam konservasi Taman Nasional Aketajawe

di wilayah hutan Tayawi Provinsi Maluku Utara. Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian

Balai Penelitian Kehutanan Manado (pp.227-244). Manado: Balai Penelitian Kehutanan

Manado

Selawa, W., Runtuwene, M.R.J. &Citraningtyas, G.2013. Kandungan flavonoid dan kapasitas

antioksidan total ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.).Jurnal Ilmiah

Farmasi Universitas Sam Ratulangi, Vol.2, No (1), Hal 18-22

Rahayu, M. Siti Sunarti, Diah Sulistiarini., Suhardjono P. 2006. Pemanfaatan Tumbuhan Obat

secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara. Jurnal

BiodiversitasVol. 7, No. 3, hal. 245-250

Tabba & Hendra S. Mokodompit. 2015. Local Wisdom in the Utilization of Medicine Plants by

Community Around Aketajawe Lolobata National Park, North Maluku Province. Jurnal

Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 12 No. 3, Hal. 163-175

Page 29: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 267

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI

SEMESTER II MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA MATAKULIAH

PENGGELOLAAN LABORATORIUM

Nurfathurrahmah1; Erni Suryani

2; Ariyansyah

3

1,2,3Program Studi Pendidikan Biologi STKIP Bima

e-mail: [email protected]

Abstrak: Menghahadapi tantangan di era globalisasi di abad XXI, mahasiswa dituntut

menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan sejumlah keterampilan yang mendorong terciptanya

sumber daya manusia berkualitas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu menerapkan

pendekatan pembelajaran melalui pengalaman otentik, pengamatan, berkesperimen sampai

menyimpulkan. Pendekatan inkuiri menunjang dalam pengembangan keterampilan motorik yaitu

menampilkan keterampilan (skill)/ terampil mempraktekkan serta bereksperimen sampai

menyimpulkan pada matakuliah pengelolaan laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan

keterampilan motorik mahasiswa paling banyak berada pada kategori sangat tinggi. Dalam

penelitian ini peningkatan keterampilan motorik mahasiswa pendidikan Biologi semester II melalui

pendekatan inkuiri pada matakuliah pengelolaan laboratorium dapat memberikan kontribusi positif

dalam mendukung kesiapan mahasiswa berada di abad XXI.

Kata Kunci: Keterampilan Motorik, Pendekatan Inkuiri, Matakuliah Pengelolaan

Laboratorium

PENDAHULUAN

Era globalisasi di abad XXI, mendorong terjadinya persaingan yang ketat pengetahuan,

teknologi dan keterampilan akan menjadi pemenang (the winner). Sebaliknya bangsa yang tidak

mampu menguasai pengetahuan, teknologi dan keterampilan akan menjadi pecundang (the losser).

Oleh kerena itu, sumber daya manusia yang berkualitas yang menguasai ilmu pengetahuan,

teknologi dan sejumlah keterampilan mutlak diperlukan agar dapat memenangkan persaingan di era

global (Redhana, 2012).

Pencapaian dalam memenangkan persaingan di era global dapat terlaksana melalui proses

belajar yang diarahkan terdapat berbagai pengalaman, keterampilan, mengamati, memahami serta

nilai-nilai kesusilaan. Dalam mendukung proses belajar tentunya membutuhkan pendekatan, salah

satunya pendekatan inkuiri yang menekankan pembelajaran melalui pengalaman serta secara aktif

melibatkan scientific thinking, perencanaan dan membangun pengetahuan. Pendekatan inkuiri

menekankan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa diharapakan bukan hasil

mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Peran dosen diharapkan

menjadi fasilitator baik dalam menentukan tujuan pembelajaran, merancang kegiatan yang merujuk

pada kegiatan menemukan maupun dalam bentuk prosedur penilaian berpusat pada domain

keterampilan psikomotorik.

Pengalaman yang dilakukan oleh dosen prodi pendidikan Biologi, khususnya pada

matakuliah yang dipraktikumkan, selama ini hanya sebatas pada pelaksanaan praktikum secara

berkelompok yang terkadang hanya diberikan berupa pretest dan posttest dalam bentuk tes tertulis

sebatas melihat kemampun kognitif mahasiswa. Padahal dalam tujuan pembelajaran terkait evaluasi

pencapaian hasil belajar mencakup tiga penilaian yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Terkait uraian di atas, salah satu upaya yang dapat diterapkan yaitu meningkatkan

keterampilan motorik mahasiswa pendidikan biologi semester II melalui pendekatan inkuiri.

Keterampilan motorik merupakan salah satu tujuan pembelajaran. Menurut Bloom dan

Krathwol dan Bloom dan Maria (dalam Rusman 2010) klasifikasi tujuan terdiri dari tiga domain,

yaitu: 1) domain kognitif; 2) domain afektif; 3) domain psikomotorik. Domain psikomotorik

menekankan pada gerakan-gerakan, kecakapan, keterampilan fisik serta berhubungan dengan

Page 30: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 268

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

kemampuan skill atau keterampilan seseorang. Dalam penelitian ini keterampilan motorik

bermakna kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa dalam menampilkan keterampilan (skill)/

terampil mempersiapkan alat dan bahan, mempraktekkan atau bereksperimen, menyajikan hasil

pengamatan, menjelaskan sampai menyimpulkan pada matakuliah pengelolaan laboratorium yang

dilakukan dalam tahap inkuiri. Dalam hal ini matakuliah pengelolaan laboratorium di pendidikan

Biologi STKIP Bima, merupakan matakuliah yang diajarkan pada semester dua, bertujuan menjadi

dasar atau pemula dalam memberikan pengalaman belajar di laboratorium, mahasiswa tidak hanya

mempelajari teori akan tetapi dapat diaplikasikan dalam bentuk aktivitas penelitian dalam

menunjang pengetahuan awal untuk matakuliah lainnya yang melakukan praktikum atau penelitian.

Penelitian ini, didukung oleh kajian Abbassyakhrin (2012) menyatakan pembelajaran secara

inkuiri menitiberatkan pada kemampuan mahasiswa untuk mempelajari keterampilan proses

biologi, seperti melakukan pengamatan dan bereksperimen serta menarik sebuah kesimpulan dari

proses tersebut. Dosen harus melibatkan mahasiswa dalam inkuiri dengan memberikan peluang

kepada mahasiswa untuk bertanya mengenai berbagai masalah, menjelaskan fenomena alam,

menguji ide dan berkomunikasi tentang apa yang dipelajari.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan motorik mahasiswa

pendidikan biologi semester II melalui pendekatan inkuiri pada matakuliah penggelolaan

laboratorium. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah menjadi informasi serta

sumber teknik penilaian untuk melihat kemampuan keterampilan motorik mahasiswa pada mata

kuliah yang dipraktikumkan. Serta bagi mahasiswa melatih keterampilan motorik agar tidak hanya

paham terhadap teori tetapi mampu untuk mengaplikasikannya dalam tahapan inkuiri.

METODE PENELITIAN

Penelitain ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yaitu data yang diperoleh dalam

bentuk angka yang menunjukkan peningkatan kemudian diuraikan dalam kalimat.

Subjek penelitian seluruh mahasiswa semester II pendidikan biologi STKIP Bima berjumlah

32 mahasiswa. Instrumen yang digunakan adalah lembar penilaian petik kerja berupa keterampilan

motorik yang diperoleh melalui penilai tes praktik (tes kinerja). Data dianalisis mengguanakan

analisis kuantitatif deskriptif. Penilaian ini dilakukan berdasarkan skor mulai 0 sampai 5, pada

tingkatan bobot 5 sampai 20 sesuai tingkat kesulitan pada aspek yang dinilai kemudian diakumulasi

menggunakan rumus:

Nilai = (bobot x skor) : 5.

Kemudian dinyatakan dalam 5 kategori menurut Trysdiyanto, 2009 (dalam

Nurfathurrahmah, 2014) sebagai berikut:

Tabel 1 Kategori Kemampuan Keterampilan Motorik

Rentang Nilai Kategori

0 – 34

35 – 44

55 - 64

65 – 84

85 – 100

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Data yang dikumpulkan menggunakan lembar penilaian petik kerja berupa keterampilan

motorik yang diperoleh melalui penilai tes praktik (tes kinerja) pada saat praktikum secara

individual setelah seluruh kegiatan praktikum selesai yang dinilai berdasarkan kemampuan dalam

mendemontrasikan ulang dari salah satu acara praktikum (inventarisasi alat dan bahan pada

laboratorium, tes buta warna, pengukuran suhu tubuh manusia, respirasi pada makhluk hidup, uji

makanan, uji vitamin C). Pemilihan acara praktikum untuk didemontrasikan dilakukan secara

undian dengan alokasi waktu 10 sampai 20 menit per-acara yang disesuaikan dengan tingkat

kerumitannya.

Page 31: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 269

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Adapun tabel 2. Rangkuman hasil keterampilan motorik mahasiswa semester II prodi

Pendidikan Biologi STKIP Bima matakuliah pengelolaan laboratorium.

Tabel 2 Keterampilan Motorik Mahasiswa Semester II

Data di atas bahwa keterampilan motorik mahasiswa semester II prodi Pendidikan Biologi

STKIP Bima matakuliah pengelolaan laboratorium melalui pendekatan inkuiri dominan berada pada

kriteria sangat tinggi.

PEMBAHASAN

Pencapaian yang diperoleh bahwa keterampilan motorik mahasiswa semester II prodi

Pendidikan Biologi STKIP Bima matakuliah pengelolaan laboratorium melalui pendekatan inkuiri

dominan berada pada kriteria sangat tinggi.

Hal ini menjelaskan bahwa mahasiswa tidak hanya memiliki kemampuan dalam memahami

materi secara kognitif dan kemampuan afektif tetapi juga mampu mengimplementasikan

kemampuan sebelumnya dalam menunjang kemampuan motoriknya. Mustachfidoh, 2013 (dalam

Hendrasti, 2016), Aktivitas di laboratorium memiliki potensi untuk memberi peluang siswa belajar

mengkonstruksi pengetahuan sains yang dimiliki, sehingga pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran inkuiri dapat membantu siswa untuk mengintegrasikan konsep-konsep yang

telah mereka ketahui sebelumnya dengan peristiwa-peristiwa yang mereka amati di laboratorium.

Peranan pendekatan inkuiri dalam mengembangkan kemampuan keterampilan psikomotorik

sangatlah penting karena secara lebih spesifik inkuiri dalam pendidikan biologi dapat menjelaskan

sebagai apa yang dikerjakan oleh seorang ilmuan dalam memperoleh jawaban tentang fonemena

alam. Pekerjaan ini berkaitan dengan teknik dan prosedur untuk melakukan kegiatan inkuiri

(Margono, 2000). Hal ini dikarenakan dalam menentukan kemampuan keterampilan psikomotorik

mahasiswa sangat tinggi atau bahkan sangat rendah tergantung dari bagaimana mahasiswa itu

mampu merumuskan masalah (menentukan judul, tujuan, menyebutkan dan menentukan alat dan

bahan praktikum), mengamati atau melakukan observasi (mempraktekkan sesuai cara kerja yang

terstruk), menganalsis dan menyajikan hasil dalam bentuk pengisian hasil dalam tabel pengamatan,

mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya dengan cara menjelaskan mulai dari penentuan

judul sampai menyimpulkan.

Melihat pentingnya pendekatan inkuiri dalam meningkatkan keterampilan motorik,

khususnya pada kegiatan praktikum pada matakuliah pengelolaan laboratorium umumnya mata

kuliah yang dipraktikumkan oleh karena demikian sangatlah disarankan untuk diterapkan dalam

memberikan nuansa baru dalam pengajaran serta menjadi acuan dalam menentukan hasil belajar

mahasiswa bukan saja berpusat pada penilaian kognitif, afektif tetapi untuk menunjang kedua

penilaian tersebut dosen/guru perlu juga menilai dari kemampuan psikomotorik. Karena dalam

pengajaran IPA, khususnya Biologi terdiri dari tiga komponen yaitu produk, proses dan sikap

(Nurfathurrahmah, 2014).

Schwab (Abbassyahrin, 2002) menyarankan dosen mengajukan masalah pada tiga tingkatan

untuk tujuan pengembangan dan orientasi inkuiri. Tingkat pertama, dosen memberi masalah yang

tidak dibicarakan dalam teks, dan menjelaskan dengan cara lain untuk mendekati penyelesaiannya.

Tingkat kedua, dosen mengajukan masalah tanpa memberi metodenya. Tingkat ketiga, dosen

memberikan fonemana biologi untuk merangsang mahasiswa agar dapat mengidentifikasi masalah.

Pada masing-masing tingkat dibutuhkan kecakapan yang lebih tinggi dalam menggunakan

keterampilan proses dibandingkan tingkat sebelumnya.

Kriteria Jumlah Rentang Nilai

Sangat Tinggi 14 85-100

Tinggi 4 65 – 84

Sedang 6 55 - 64

Rendah 3 35 – 44

Sangat Rendah 5 0 – 34

Page 32: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 270

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan peningkatan keterampilan motorik

mahasiswa pendidikan biologi semester II melalui pendekatan inkuiri pada matakuliah

penggelolaan laboratorium terbanyak berada pada kategori sangat tinggi.

Saran dalam penelitian ini adalah dianjurkan bagi pendidik pada setiap mata kuliah,

khususnya mata kuliah yang dipraktekkan domain psikomotorik/motorik dapat dijadikan sebagai

acuan dalam menentukan hasil belajar mahasiswa. Disarankan menerapkan pendekatan ikuiri

karena menekankan pembelajaran melalui pengalaman serta secara aktif melibatkan scientific

thinking, perencanaan dan membangun pengetahuan dapat menjadi pendekatan yang

mempersiapkan mahasiswa berkompetensi di era globalisasi abad XXI.

DAFTAR RUJUKAN

Abbassyakhrin. (2012). Pendekatan Inkuiri Dalam Kegiatan Laboratorium Pendidikan Biologi.

Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Vol. 1 Nomor 1 Mei 2012, 18-23. Bima: STKIP Bima.

Hendasti, K.P, dkk. (2016). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Disertai Teknik Peta Konsep

Dalam Pembelajaran Fisika Di SMA. Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 4 No 4 Maret 2016, Hal

321-326. Jember: FKIP Universitas Jember.

Margono, H. (2000). Metode Laboratorium. Malang: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA

Universitas Negeri Malang Press.

Nurfathurrahmah. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair

Share (TPS) Dengan Metode Resitasi Pada Materi Sistem Ekskresi Untuk Siswa SMA Kelas XI.

Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Vol. 3 Nomor 1 April 2014. Bima: STKIP Bima.

Rendhana, I. W. (2012). Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pertanyaan Socratik Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Cakrawala Pendidikan November 2012 Th.

XXXI No 3. Denpasar: FPMIPA Universitas Pendidikan Ganesha.

Rusmana. (2010). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Page 33: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 271

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA BAHASA INGGRIS DENGAN

STRATEGI CHORAL READING (PADA SISWA KELAS X

TKJ SMKN 1 LABUAPI TAHUN AKADEMIK 2018/2019)

IMPROVING STUDENTS READING SKILL

USING CHORAL READING STRATEGIES

Rima Rahmaniah1; Budiman

2

1Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Mataram 2SMKN 1 Labuapi

Abstrak: Tujuan Penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui penerapan strategi

pembelajaran choral reading dalam pembelajaran bahasa inggris; (2) untuk mengetahui efektivitas

penerapan strategi pembelajaran choral reading dalam pembelajaran bahasa inggris terhadap

kemampuan membaca descriptive text siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

yang terdiri dari 2 siklus, Subyek dalam penelitian adalah peserta didik kelas X jurusanTKJ yang

berjumlah 19 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, dan

tes. Teknik analisis data dengan kualitatif yaitu dengan melakukan catatan refleksi, yakni pemikiran

yang timbul pada saat mengamati dan merupakan hasil proses membandingkan, mengaitkan atau

menghubungkan data yang ditampilkan dengan data sebelumnya. Hasil Penelitian Tindakan Kelas

ini ada peningkatan dari kemampuan awal dibanding dengan siklus 1 yaitu siswa yang tuntas di

siklus 1 berjumlah 11 siswa atau 57.89%. Dari hasil siklus ke 2 dapat dituliskan siswa yang sudah

tuntas adalah 15 siswa dari 19 siswa atau 78.94%. Dari siklus 1 ke siklus 2 ada peningkatan

21,05%. Ini membuktikan bahwa penggunaan strategi pembelajaran choral reading sangat efektif

dalam pengajaran reading.

Kata Kunci: Strategi Choral Reading, Membaca, Descriptive Text.

PENDAHULUAN

Membaca merupakan keterampilan yang kompleks, (Khuddaru Sadhono, 2012:65)

memaknai membaca sebagai proses kognitif yang kompleks untuk mengolah isi bacaan, yang

bertujuan memahami ide˗ide dan pesan˗pesan penulis serta menjadikannya sebagai bagian

pengetahuannya. Selain itu, kompleks berarti bahwa dalam proses membaca terlibat faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat, motivasi, dan

tujuan membaca; sedangkan faktor eksternal meliputi sarana membaca, teks bacaan, faktor

lingkungan atau faktor latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan dan tradisi membaca.

Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi terhadap kemampuan membaca siswa kelas X

TKJ masih rendah, dikarenakan beberapa alasan, antara lain terhadap penggunaan media

pembelajaran, strategi pembelajaran, sarana prasarana maupun dilihat dari segi siswa itu sendiri

dalam hal membaca bahwa sebagian besar dari siswa masih kurang termotivasi untuk membaca

serta sulit memahami isi bacaan berbahasa inggris, hal tersebut dikarenakan masih kurangnya

kesadaran dari siswa itu sendiri tentang pentingnya membaca, kurang nya vocab dalam bahasa

inggris sehingga siswa kesulitan dalam memahami isi bacaan serta mendapat point dari teks yang

dibaca, hal itu berakibat pada motivasi dan keinginan siswa dalam membaca serta memahami teks.

Siswa kelas X TKJ di SMKN 1 Labuapi rata-rata belum memiliki motivasi dan kemauan

untuk membaca terutama bacaan yang berbahasa inggris. Hampir sebagian besar kalimat yang

dibaca oleh peserta didik belum sesuai dengan kaidah yang benar. Selain itu peserta didik

membutuhkan Media pembelajaran yang bervariasi sehingga menyebabkan siswa tidak tertarik

untuk mengikuti pelajaran terutama ketika skill nya adalah membaca. Para siswa berbicara sendiri,

ada yang merenung/ngalamun, mengantuk, kadang ada juga yang bernyanyi dikelas, keluar masuk

Page 34: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 272

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

sesuka hati, dan mereka terkesan meremehkan pelajaran yang diikuti. Sehingga materi yang

disampaikan oleh guru belum mengenai sasaran. Sebagian besar siswa diam, acuh tak acuh terhadap

pelajaran yang disampaikan oleh guru, asyik dengan aktifitas sendiri, bahkan ada siswa yang tidur.

Hampir tidak ada seorangpun siswa yang memiliki kampus bahasa inggris sebagai modal dasar

dalam belajar bahasa inggris. Sehingga pembelajaran hanya tergantung guru yang ada di depan

kelas dan buku paket yang disediakan. Hal ini menyebabkan kemampuan membaca siswa belum

mencapai kompetensi yang standar.

Berdasarkan dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan selama ini, kompetensi yang

diharapkan belum dapat tercapai karena penerapan strategi yang belum sesuai, penggunaan media

yang belum tepat. Oleh karena itu perlu diterapkan strategi choral reading sehingga siswa menjadi

lebih tertarik, kreatif, inovatif untuk mengikuti pelajaran sehingga dapat meningkatkan kemauan

dan kelancaran serta meningkatkan kemampuan dalam membaca.

Pembelajaran yang kreatif dan inovatif merupakan upaya dalam mewujudkan pembelajaran

yang bermakna bagi siswa sesuai tujuan yang diharapkan dalam setiap mata pelajaran. Dalam

penelitian ini dapat kami rumuskan bahwa untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa dapat

ditingkatkan dengan menggunakan strategi pembelajaran choral reading.

Metode belajar mengajar merupakan faktor utama dan paling berpengaruh terhadap proses

pembelajaran yang pada akhirnya akan bermuara pada hasil pembelajaran itu sendiri. Dangan

metode yang jelas, terarah, sistemtik, kreatif dan inovatif serta menarik minat baca siswa, siswa

akan mempunyai keinginan untuk belajar dan yang paling penting mereka tahu apa dan bagaimana

mereka harus bertindak dan memulai. Dan itu artinya proses pembelajaran menemukan arah dan

tujuan. Dengan kondisi seperti ini, belajar membaca akan menjadi terarah, sistematik, komunikatif,

efisien, efektif, kreatif dan inovatif serta dapat menarik dan meningkatkan minat siswa untuk

membaca yang pada akhirnya pemahaman membaca mereka meningkat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui a) Langkah-langkah model pembelajaran

choral reading dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas X TKJ di SMKN 1

Labuapi. b) Peningkatan kemampuan membaca siswa kelas X TKJ di SMKN 1 Labuapi melalui

penerapan model pembelajaran choral reading. c) Peningkatan hasil belajar siswa kelas X TKJ di

SMKN 1 Labuapi melalui penerapan model pembelajaran choral reading.

Choral Reading means reading out loud with your child, the same text at the same time

(Wood, 2006:216). You read together in unison, and your child gets to hear your voice, guiding and

supporting, all the while. Based on Stoodt, Amspaugh, & Hunt (1996), use a single selection with

various Choral Reading Methods so students learn about the various ways of expressing meaning.

Yang dikemukakan oleh (Wood, 2006:206) bahwa Choral reading berarti membacakan dengan

keras dengan teks yang sama pada saat bersamaan. Menurut Wood dengan membaca bersama

secara serentak, dan anak mendengar suara kita, itu otomatis membimbing dan mendukung dalam

membaca. Sedangkan menurut Stoodt, mspaugh, & Hunt, (1996), menggunakan satu pilihan dengan

berbagai Metode Bacaan Choral sehingga siswa belajar tentang berbagai cara untuk

mengungkapkan makna. Dengan memilih salah satu metode dari choral siswa dapat

mengungkapkan makna dengan benar karena dengan membaca secara bersama-sama dan keras itu

memudahkan siswa untuk menangkap makna.

Choral reading is reading aloud in unison with a whole class or group of students. Choral

reading helps build students' fluency, self-confidence, and motivation. Because students are reading

aloud together, students who may ordinarily feel self-conscious or nervous about reading aloud

have built-in support. Sehingga dengan membaca dengan suara bulat bersamaan dengan seluruh

kelas atau kelompok siswa dapat membantu kelancaran, kepercayaan diri, dan motivasi siswa.

Karena dengan membaca dengan suara keras, siswa yang biasanya merasa gugup membaca dengan

keras memiliki dukungan langsung. Dengan menggunakan strategi pembelajaran Choral Reading

dapat meningkatkan kemampuan membaca dalam pelajaran bahasa inggris pada siswa kelas X TKJ

di SMKN 1 Labuapi.

Page 35: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 273

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah Penelitian ini adalah penelitian Tindakan Kelas, berarti

membahas setting penelitian, persiapan penelitian, siklus penelitian, teknik pengumpulan data dan

teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.

Proses penelitian tindakan biasanya menggunakan siklus/putaran dengan menggunakan

desain dari Kemmis, McTaggart. Model penelitian tindakan dari Kemmis, McTaggart melalui siklus

yang terdiri dari tahap perencanaan, observasi, tindakan, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan

dalam dua siklus, tiap siklus dua kali pertemuan. Setiap pertemuan dua jam pelajaran. Setiap

siklus/putaran terdapat perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi menurut Kemmis,

McTaggart siklus itu digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Spiral PTK Kemmis Mc Taggart

1. Perencanaan

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas

merupakan suatu tindakan pengamatan yang terjadi di dalam kelas saat pembelajaran sedang

berlangsung. (Arikunto, 2006:19). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap

kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas.

Program tindakan yang direncanakan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca di kelas

X TKJ di SMK N 1 Labuapi. Pembelajaran yang direncanakan dua siklus setiap siklus dua kali

pertemuan dengan cara memberi motivasi, menyampaikan indikator pembelajaran, menyampaikan

tujuan pembelajaran, menyampaikan manfaat materi pembelajaran, menyampaikan rencana

kegiatan kerja kelompok dan melakukan observasi, menyusun lembar kerja siswa termasuk pre test,

menyiapkan sumber belajar, mengembangkan format penilaian, mengembangkan format observasi.

Pre test diberikan pada siklus satu jam pelajaram sebelum pembelajaran dimulai, dilanjutkan

dengan menyampaian materi reading “descriptive text” dengan pendekatan saintifik yang meliputi

mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Karena hanya dua jam

pelajaran setiap pertemuan, sehingga tidak semua pendekatan itu bisa dilakukan. Pendekatan yang

selanjutnya diteruskan untuk pertemuan berikutnya. Dalam penyampaian materi menggunakan

strategi choral reading. Langkah – langkah yang digunakan dalam choral reading (Katherine D.

Wiesendanger, 2001:157) antara lain (1) memilih materi reading yang berjudul “ my best friends”

yang familiar dengan siswa, (2) situasi dibuat rileks. Memahami isi dari reading yang berkaitan

dengan ungkapan deskripsi. Posisi duduk siswa dibuat melingkar atau berhadapan saat membaca,

(3) guru membaca keras kemudian seluruh siswa membaca bersama-sama. Bacaannya dipilih yang

meyakinkan, sungguh - sungguh sesuatu yang nyata, menyenangkan, menggembirakan, dan

merupakan sebuah pengalaman yang berhasil, (4) siswa membaca maju ke depan kelas dengan

kelompoknya secara bergantian untuk mengetahui kemampuan membaca siswa secara individu, (5)

Page 36: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 274

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

melakukan diskusi sebagai tindak lanjut dari proses membaca untuk mengetahui keberhasilan dalam

kemampuan membaca.

Perencanaan yang lain yang dipersiapkan adalah: pembuatan RPP, mencermati langkah-langkah

strategi choral reading, dan pembuatan alat pengumpulan data.

2. Implementasi Tindakan

Pelaksanakan tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran dan lembar kerja siswa. Implementasi

tindakan yang dilakukan menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan sebagai

upaya peningkatan kemampuan membaca. Proses penelitian tindakan merupakan kerja berulang

atau (siklus), sehingga diperoleh pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan

kemampuan membaca di kelas X SMKN 1 labuapi. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus.

Tiap siklus dilakukan dua kali pertemuan dan dua jam pelajaran. Pada setiap siklus terdapat

rencana, tindakan, observasi dan refleksi. Menurut Kemmis, McTaggart (1994).

3. Observasi dan monitoring

Observasi dan monitoring dilakukan saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Yang akan

melakukan penelitian adalah peneliti, kolaborator, dan siswa. Yang diobservasi dan dimonitoring

adalah aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung serta apa yang terjadi selama

proses kegiatan belajar dan mengajar sedang berlangsung. Alat yang digunakan untuk observasi dan

monitoring adalah pedoman observasi, catatan lapangan, jurnal, angket, tes.

4. Analisis dan refleksi

Peneliti melakukan analisis dan refleksi saat proses belajar mengajar selesai. Analisis dan refleksi

dilakukan oleh peneliti dan kolaborator. Kegiatan analisis yang dilakukan adalah Melakukan

evaluasi tentang kekurangan dan kelebihan dari proses pembelajaran, efektifitas waktu setiap

langkah kegiatan, kesesuaian penggunaan alat evaluasi, mengevaluasi proses dan hasil evaluasi.

Kegiatan yang dilakukan dalam refleksi adalah mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang

diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses pembelajaran

selanjutnya untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya. Dengan kata lain

kekurangan dari hasil pengamatan selama proses berlangsung dari awal sampai akhir tindakan

digunakan untuk menentukan tindakan selanjutnya /siklus berikutnya. Kekurangan yang dimaksud

adalah hasil observasi dan monitoring yang belum maksimal yang menyebabkan kemampuan

membaca belum kompeten seperti yang diharapkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap pratindakan merupakan tahapan yang dilakukan peneliti untuk mengetahui kondisi awal

siswa sebelum dilakukan tindakan. Sebagai guru, peneliti menemukan permasalahan dalam

pembelajaran bahasa Inggris khususnya dalam kemampuan membaca. Berdasarkan pengamatan

saat pembelajaran berlangsung, peserta didik kurang antusias dan malas ketika diberi tugas untuk

membaca, jika ada temannya yang membaca, mereka tidak mau menyimak malah mengerjakan

aktivitas lain. Ternyata setelah ditanya mereka merasa bosan ketika materi nya membaca. Setiap

kali pembelajaran membaca, guru menyuruh siswa membaca dalam hati sebuah teks atau bahan

bacaan secara individu, atau menyuruh salah satu siswa untuk membaca secara nyaring dan siswa

yang lain mendengarkan. Kemudian setelah selesai membaca mereka diberi pertanyaan atau

menceritakan kembali isi teks yang dibacanya. (Lampiran 1)

Hasil skor tes kemampuan membaca peserta didik kelas X pada siklus I, dihitung berdasarkan aspek

kognitif siswa. Skor kognitif diperoleh dari tes individu yang diberikan pada akhir pertemuan, untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2.

Berikut ini adalah hasil aspek kognitif yang diperoleh peserta didik setelah menggunakan metode

Coral reading pada siklus I yang ditunjukkan pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Tes Membaca Siklus I

No Kategori Jumlah siswa presentase

1 Memenuhi KKM 11 57.89%

2 Tidak memenuhi KKM 8 42.10%

3 Rata-rata 69.47

Page 37: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 275

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Dari hasil yang diperoleh siswa dalam mengerjakan soal tes pada siklus 1 di atas dapat diperoleh

hubungan yang menunjukkan perkembangan antara hasil pratindakan dengan hasil siklus 1sebagai

berikut.

Tabel 2. Perbandingan Hasil Tes Pratindakan dengan Siklus I

No Kategori Hasil Tes Membaca

Pratindakan Siklus 1 Selisih

1 Nilai rata-rata 57.63 69.47 + 11.84

2 Memenuhi KKM 31.58% 57.89% 26.31%

3 Tidak memenuhi KKM 68.42% 42.10% -

26.32%

Dari tabel di atas terlihat bahwa tindakan pada siklus I dapat meningkatkan kemampuan membaca

siswa. Nilai rata-rata siswa dan ketuntasan belajar minimal dapat digambarkan dalam diagram

batang berikut ini.

Gambar 1. Diagram Ketuntasan Belajar Pratindakan dan Siklus I

Sedangkan untuk nilai rata-rata siswa, perkembangannya dapat dilihat pada diagram batang berikut

ini.

Gambar 2. Diagram Nilai Rata-Rata Pratindakan dan Siklus I

Hasil skor tes kemampuan membaca pemahaman siswa kelas X pada siklus I, dihitung berdasarkan

aspek kognitif siswa. Skor kognitif diperoleh dari tes individu yang diberikan pada setiap

pertemuan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2.

Berikut ini adalah hasil tes yang diperoleh siswa setelah menggunakan metode Coral Reading pada

siklus II yang ditunjukkan pada tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Tes Membaca Pemahaman Tindakan Siklus II

No Kategori Jumlah siswa presentase

1 Memenuhi KKM 15 78.94%

2 Tidak memenuhi KKM 4 21.05%

3 Rata-rata 72.63

0

20

40

60

80

pratindakan siklus 1

KKM

Nilai rata-rata

0

20

40

60

80

100

pratindakan siklus 1

target

memenuhi kkm

tidak memenuhiKKM

Page 38: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 276

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Dari hasil yang diperoleh siswa dalam mengerjakan soal tes pada siklus II di atas dapat diperoleh

hubungan yang menunjukkan perkembangan antara hasil tindakan siklus I dengan siklus 1I sebagai

berikut.

Tabel 4. Perbandingan Hasil Tes Tindakan Siklus I dan II

No Kategori Hasil tes membaca

Siklus 1 Siklus 2 Selisih

1 Nilai rata-rata 69.47 72.63 + 3.16

2 Memenuhi KKM 57.89% 78.94% 21.05%

3 Tidak memenuhi KKM 42.10% 21.05% - 21.05%

Dari tabel di atas terlihat bahwa tindakan pada siklus I dapat meningkatkan kemampuan membaca

siswa. Nilai rata-rata siswa dan ketuntasan belajar minimal dapat digambarkan dalam diagram

batang berikut ini.

Gambar 3. Diagram Perbandingan Ketuntasan Belajar Siklus I dan Siklus II

Sedangkan untuk nilai rata-rata siswa, perkembangannya dapat dilihat pada diagram batang berikut

ini.

Gambar 4. Diagram Perbandingan Nilai Rata-Rata Siklus I dan II

Dari hasil pretes yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa masih banyak siswa yang belum

mencapai KKM. Dari 19 siswa yang ada di kelas X baru ada 6 siswa atau 31.58% yang mampu

mencapai dan atau melebihi KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Sedangkan rata-rata dalam pretes

ini adalah 57.63 masih jauh dari KKM.

Rendahnya kemampuan membaca siswa disebabkan selama ini pembelajaran didominasi guru.

Setiap kali pembelajaran membaca, guru menyuruh siswa membaca dalam hati sebuah teks atau

bahan bacaan secara individu, atau menyuruh salah satu siswa untuk membaca secara nyaring dan

siswa yang lain mendengarkan. Kemudian setelah selesai membaca mereka diberi pertanyaan atau

menceritakan kembali isi teks yang dibacanya. Pembelajaran seperti itu mengakibatkan siswa

merasa bosan dan tidak antusias dalam mengikuti pembelajaran membaca.

Dilihat dari hasil tes siswa mengalami peningkatan. Nilai rata-rata sebelum tindakan adalah 57.63

meningkat menjadi 69.47. Tingkat ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan yang

signifikan yaitu sebesar 26.31%% dimana kondisi awal siswa yang mencapai KKM adalah 31.58%

meningkat menjadi 57.89%. Dari hasil tes yang dicapai siswa tersebut terlihat bahwa penggunaan

0

20

40

60

80

100

siklus 1 siklus 2

target

tuntas

tidak tuntas

67

68

69

70

71

72

73

siklus 1 siklus 2

KKM

Nilai rata-rata

Page 39: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 277

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

metode Coral Raeding dalam pembelajaran membaca, dapat meningkatkan kemampuan membaca

siswa kelas X. Namun demikian jika dilihat dari target dalam penelitian ini, kenaikan pada siklus I

belum mencapai target yang ditentukan. Hal ini disebabkan karena kurangnya antusiasme dan

semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang aktif masih berpusat pada beberapa

siswa saja, dan juga masih ada siswa yang mengganggu temannya terutama saat diskusi kelompok.

Oleh karena itu dilakukan tindakan siklus II dengan memberi beberapa perbaikan pada langkah

kegiatan pembelajaran tertentu untuk menciptakan suasana yang aktif, kompetitif, dan menarik bagi

siswa.

Dari 2 pertemuan siklus II ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Coral Raeding dapat

meningkatkan kemampuan membaca siswa. Dilihat dari rata-rata hasil tes siswa mengalami

peningkatan sebesar 3.6 dari kondisi awal 69.47 meningkat menjadi 72.63. Ketuntasan belajar

jugan mengalami peningkatan sebesar 21.05% dari kondisi awal 57.89% meningkat menjadi

78.94%. Dari hasil tersebut target penelitian telah terpenuhi, maka penelitian ini dihentikan pada

siklus II. Peningkatan tersebut di atas tidak lepas dari adanya rangkaian pembelajaran yang

mengedepankan keterlibatan seluruh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan siswa

tersebut terlihat dari partisipasi aktif di dalam kegiatan kooperatif untuk saling bekerja sama satu

sama lain. Dominasi guru dalam pembelajaran juga sangat sedikit sehingga ketergantungan siswa

pada guru dapat terkurangi.

Rata-rata hasil tes kemampuan membaca pemahaman dan ketuntasan belajar siswa mulai dari

kondisi awal, siklus I, hingga siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Hasil Tes Membaca Pratindakan, Siklus I dan II

No Kategori Hasil tes membaca Peningkatan

Pratindakan Siklus 1 Siklus 2

1 Nilai rata-rata 57.63 69.47 72.63 15

2 Memenuhi KKM 31.58% 57.89% 78.94% 47.63%

3 Tidak memenuhi KKM 68.42% 42.10% 21.05% -47.37%

Ketuntasan belajar siswa mulai dari kondisi awal, siklus I, hingga siklus II dapat digambarkan

dalam grafik dibawah ini.

Gambar 5. Kondisi Awal, Siklus I, Hingga Siklus II

Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi choral reading siswa diharapkan

mampu mengembangkan kemampuan kognitif,afektif maupun psikomotornya. Kemampuan siswa

dalam model pembelajaran choral reading sangat dibutuhkan untuk menentukan tingkat

keberhasilan dalam penggunaan model pembelajaran. Model pembelajaran dengan menggunakan

strategi choral reading membutuhkan keterampilan berfikir, keterampilan sosial, keterampilan

berkomunikasi dan berpartisipasi yang dimiliki siswa. Hal ini sangat penting dan berkaitan dengan

keberhasilan dalam pembelajaran di kelas.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

pratindakan siklus 1 siklus 2

rata-rata

memenuhi KKM

tidak memenuhi KKM

Page 40: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 278

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : Hasil Penelitian Tindakan

Kelas ini ada peningkatan dari kemampuan awal dibanding dengan siklus 1 yaitu siswa yang tuntas

di siklus 1 berjumlah 11 siswa atau 57.89%. Dari hasil siklus ke 2 dapat dituliskan siswa yang

sudah tuntas adalah 15 siswa dari 19 siswa atau 78.94%. Dari siklus 1 ke siklus 2 ada peningkatan

21,05%. Ini membuktikan bahwa penggunaan strategi pembelajaran choral reading sangat efektif

dalam pengajaran reading. Kegiatan pembelajaran bahasa Inggris khususnya membaca dengan

menggunakan metode Coral reading memberikan pengaruh yang positif. Ini dibuktikan dengan

dapat meningkatkan proses pembelajaran membaca siswa kelas X SMK Negeri 1 Labuapi. Hal-hal

yang meningkat yaitu kinerja selama pembelajaran yang mencakup antusiasme, keaktifan dan

konsentrasi. Penggunaan metode Corel reading dalam pembelajaran bahasa Inggris khususnya

membaca ini digunakan untuk mempermudah kemampuan pemahaman siswa dalam membaca

bacaan descriptive text. Dalam metode ini siswa saling bekerja sama dalam kelompok kooperatif

untuk membaca bahan bacaan, menganalisis unsure-unsur instrinsik, membuat kesimpulan, hingga

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih peneliti sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian penelitian ini, dari tahap perencanaan, pelaksanaan, serta sampai kepada penyusunan

laporan. Terimakasih kami ucapkan kepada ketua Tim PDS, Tim PDS, kepala sekolah SMKN 1

Labuapi, Guru Pamong di SMKN 1 Labuapi serta seluruh staf dan guru yang ada di sekolah SMKN

1 Labuapi.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Edisi Revisi VI. PT

Rineka Cipta, Jakarta

Anas Sudijono (2005). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Farida Rahim. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar .Jakarta: Bumi Aksara.

Stoodt, B. D., Amspaugh, L. B., & Hunt, J. (1996). Children's literature: Discoveryfor a

lifetime. Scottsdale, AZ: Gorsuch Scarisbrick.

Kemmis, S., McTaggart, R., & Nixon, R. (2013). The action research planner: Doing

critical participatory action research. Springer Science & Business Media.

Mulyasa, E. (2010). Praktek penelitian Tindakan Kelas (cetakan ke 3). Bandung: PT

Remaja Rosdakarya Offset.

Nurhadi. (2005). Bagaimana Cara Meningkatkan Kemampuan Membaca? Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Pardjono,dkk (2007). Panduan PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Yogyakarta: Lembaga Penelitian

UNY

Samsu Somadayo. (2011). Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: GrahaIlmu.

Wiesendanger, Katherine D. 2001. Strategies for Literacy Education. Ohio:Merill Prentice Hall

Wood, T. (2011). Overcoming dyslexia for dummies. John Wiley & Sons.

Khuddaru Sadhono dan St. Y. Slamet. (2012). Meningkatkan Keterampilan berbahasa Indonesia

(teori dan Aplikasi). Bandung: Karya Putra Darwati.

Page 41: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 279

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

LAMPIRAN 1

NO Nama Siswa Nilai Ketuntasan

Ya Tidak

1 AA 45 √

2 AS 50 √

3 BA 50 √

4 DRF 55 √

5 HAR 50 √

6 LDS 60 √

7 LH 60 √

8 KMJ 55 √

9 MRA 60 √

10 ML 70 √

11 MAY 70 √

12 NFNR 75 √

13 SJ 65 √

14 SP 70 √

15 SU 60 √

16 SBA 50 √

17 SB 70 √

18 UT 75 √

19 TBRM 55 √

Jumlah 1145 6 13

Rerata 60.26

Presentase 31.58% 68.42%

LAMPIRAN 2

NO Nama Siswa Nilai Ketuntasan

Ya Tidak

1 AA 65 √

2 AS 70 √

3 BA 60 √

4 DRF 55 √

5 HAR 60 √

6 LDS 70 √

7 LH 70 √

8 KMJ 75 √

9 MRA 75 √

10 ML 80 √

11 MAY 75 √

12 NFNR 75 √

13 SJ 65 √

14 SP 75 √

15 SU 65 √

16 SBA 60 √

17 SB 80 √

18 UT 80 √

Page 42: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 280

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

19 TBRM 65 √

Jumlah 1320 11 8

Rerata 69.47

Presentase 57.89% 42.10%

LAMPIRAN 3

NO Nama Siswa Nilai Ketuntasan

Ya Tidak

1 AA 75 √

2 AS 70 √

3 BA 70 √

4 DRF 65 √

5 HAR 70 √

6 LDS 75 √

7 LH 80 √

8 KMJ 85 √

9 MRA 75 √

10 ML 75 √

11 MAY 75 √

12 NFNR 75 √

13 SJ 70 √

14 SP 75 √

15 SU 65 √

16 SBA 60 √

17 SB 75 √

18 UT 80 √

19 TBRM 65 √

Jumlah 1380 15 4

Rerata 72.63

Presentase 78.94% 21.05%

Page 43: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 281

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

PENERAPAN METODE INQUIRY DENGAN MEMANFAATKAN

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA KELAS VII

SMP NEGERI 3 BATUKLIANGTAHUN 2018/2019

Salma1, I Ketut Sukarma

2, Pujilestari

3

¹Mahasiswa Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP Mataram

²·³Dosen Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP Mataram

e-mail: [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika dengan menerapkan

metode inquiry pada materi himpunan. Metode penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas, sabjek

penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Batukliang, Lombok Tengah dengan jumlah

siswa 20 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan tes akhir. Nilai LKS dan tes akhir digunakan

untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan inquiry.

Nilai rata-rata siswa pada siklus I adalah 59,85 % sedangkan pada siklus II nilai rata-rata siswa

adalah 71,8% kategori baik. Sehingga dapat di simpulkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan metode inquiry dapat meningkatkan hasil belajar lebih baik.

Kata Kunci: Inquiry, Hasil Belajar, Matematika

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia selama manusia hidup. Tanpa adanya

pendidikan, maka dalam menjalani kehidupan ini manusia tidak akan dapat berkembang dan bahkan

akan terbelakang. Pendidikan yang terencana, terarah dan berkesinambungan dapat membantu

peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal, baik aspek kognitif, aspek

efektif, maupun aspek psikomotorik. Dalam mencapai tujuan pendidikan perlu diupayakan suatu

sistem pendidikan yang mampu membentuk kepribadian dan keterampilan peserta didik yang

unggul, yakni manusia yang kreatif, cakap terampil, jujur, dapat dipercaya bertanggung jawab dan

memiliki solidaritas sosial yang tinggi.

Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi

manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan

ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah

memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan- hubungan.

James dalam kamus matematikanya menyatakan bahwa “Matematika adalah ilmu tentang logika

mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep berhubungan lainnya dengan jumlah yang

banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan goemetri (Hasratuddin, 2014).

Hadi, & Dolk (2008) dalam Wahyu dan Sofyan (2016) yang menyatakan bahwa guru

matematika yang menerapkan pembelajaran matematika tradisional yang dicirikan dengan alur

opening-example-exercise-closing membuat siswa pasif dan memiliki sedikit kemampuan dalam

berpikir dan memberikan alasan secara matematis (mathematical thinking and reasoning). Dengan

karakteristik tersebut, pembelajaran matematika hanya sebatas pemindahan pengetahuan

(transmission of knowledge) atau belum mencapai pembelajaran sebagai proses membangun

pengetahuan (construction of knowledge) .

Adapun metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode inquiry. Yang dimana metode

inquiry adalah suatu cara menyampaikan pelajaran yang meletakkan dan mengembangkan cara

berpikir ilmiah dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip, misalnya mengamati,

menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan,mengukur, dan membuat kesimpulan. Melalui

metode inquiry ini sebagai salah satu cara mengajar efektif untuk melatih dan meningkatkan hasil

belajar siswa.

Page 44: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 282

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Batukliang kelas VII. Penelitian dilakukan pada

materi Himpunan semester 1 tahun pelajaran 2018/2019. Sabjek penelitian ini adalah siswa kelas

VII A SMP Negeri 3 Batukliang tahun pelajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa 20 orang siswa

dengan kemampuan akademis heterogen.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri

melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa

meningkat (Aqib, 2008).

Penelitian tindakan kelas ini merupakan tindakan kolaboratif antara peneliti dan guru.

Peneliti dan guru saling berkolaborasi dalam menerapkan metode pembelajaran inquiry melalui

kegiatan belajar mengajar. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai pelaksana tindakan dan inovator,

sedangkan guru sebagai observer. Peneliti sebagai pelaksana tindakan artinya, peneliti sebagai

orang yang melaksanakan tindakan dan menerapkan metode yang digunakan kepada siswa. Peneliti

sebagai inovator artinya, peneliti sebagai orang yang mempunyai tindakan atau yang memberikan

solusi tindakan. Guru sebagai observer artinya, guru mengobservasi (mengamati) proses

pembelajaran pada saat diterapkan tindakan. Dalam penelitian ini peneliti terlibat langsung sejak

perencanaan penelitian hingga penyusunan laporan. Jenis penelitian ini digunakan untuk

meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan memanfaatkan Lember Kerja Siswa ( LKS)

materi pokok himpunan pada kelas VIII SMP Negeri 3 Batukliang Lombok Tengah tahun

pelajaran 2018/ 2019.

Pendekatan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dan

kuantitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang dilakukan oleh para peneliti berupa

kata, tindakan, pengamatan, dan data mendalam yang mengandung arti makna sebenarnya.

Pendekatan kuantitatif adalah data yang bisa diukur atau dinilai secara langsung. Pada pendekatan

kulaitatif yang digunakan peneliti untuk mengelola data hasil observasi dan pelaksanaan

pembelajaran, sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengelola data hasil belajar siswa

dengan menggunakan data statistik (sugiyono)

Rancangan penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus, apabila siklus I tidak tuntas

maka akan dilakukan hal yang sama pada siklus II dan seterusnya. Setiap siklus memiliki 4 tahapan

yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Sehingga menghasilkan suatu keputusan

sebagai hasil dari penelitian. Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 1: Tahapan Siklus Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Modifikasi (Arikunto, 2013).

Indikator dalam penelitian ini adalah pencapaian dalam peningkatan hasil belajar siswa

melalui metode inquiry dengan memanfaatkan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan ketentuan

sebagai berikut, “Hasil belajar siswa dikatakan tuntas secara individu apabila hasil belajar siswa

Perencanaan

Refleksi

Laporan

Observasi/ Evaluasi

Pelaksanaan

SIKLUS

Page 45: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 283

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

minimal 80 sesuai KKM yang ditetapkan. Sedangkan siswa dikatakan tuntas secara klasikal tercapai

minimal 85% siswa telah tuntas”.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tes evaluasi hasil belajar matematika siswa yang dilaksanakan di akhir siklus 1 Tes

dilaksanakan dengan waktu yang digunakan untuk menjawab soal evaluasi adalah 60 Menit, soal

tes untuk meningkatkan hasil belajar matematika terdiri dari lima butir soal jumlah siswa yang

mengikuti tes sebanyak 20 siswa.

Data evaluasi siklus 1 diolah berdasarkan teknik yang telah di ciptakan dan dihasilkan dapat

dilihat pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Data Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus 1

Analisis Hasil Belaja Siswa Nilai

Banyak siswa yang mengikuti tes evaluasi 20 siswa

Nilai tertinggi 85

Nilai terendah 30

Nilai rata-rata 59.85 %

Jumlah siswa yang tuntas 7 siswa

Jumlah siswa yang tidak tuntas 13 siswa

Ketuntasan klasikal 35 %

Jumlah siswa yang tidak hadir tidak ada

Kategori Tidak tuntas

Dari data di atas terlihat bahwa siswa yang tidak mencapai KKM masih banyak yaitu 13

orang siswa, maka perlu diadakan refleksi sebelum melanjutkan ke siklus ke II.

Pada siklus 1I tes evaluasi hasil belajar matematika siswa yang dilaksanakan dengan waktu

yang digunakan untuk menjawab soal evaluasi adalah 60 Menit, soal tes untuk meningkatkan hasil

belajar matematika terdiri dari lima butir soal jumlah siswa dikelas VII A sebanyak 20 siswa.

Data evaluasi siklus I1 diolah berdasarkan teknik yang telah di ciptakan dan dihasilkan dapat

dilihat pada tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Data Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus 1I

Analisis Hasil Belajar Siswa Nilai

Banyak siswa yang mengikuti tes evaluasi 20 siswa

Nilai tertinggi 90

Nilai terendah 50

Nilai rata-rata 71.8%

Jumlah siswa yang tuntas 17 siswa

Jumlah siswa yang tidak tuntas 3 siswa

Ketuntasan klasikal 85 %

kategori Tuntas

Berdasarkan hasil evaluasi menggunakan metode pembelajaran Inquiry dengan

memanfaatkan LKS pada siklus II yang berlangsung di kelas VII A SMP NEGERI 3

BATUKLIANG pada proses belajar mengajar dengan bahwa secara umum hasil penelitian

observasi kegiatan siswa dan observasi dalam pembelajran sudah berlangsung dengan baik sesuai

dengan skenario, sedangkan presentasi ketutansan belajar siswa mengalami peningkatan dengan

jumlah siswa yang tuntas 17 siswa, nilai rata-rata 71.8%, dengan ketuntasan klasikal 85% .

Dengan melihat hasil tes siswa dari siklus I sampai II diketahui bahwa penerapan metode

pembelajaran Inquiry dengan memanfaatkan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII

A pada materi pokok Himpunan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa penerapan metode

Inquiry dengan memanfaatkan LKS pada pembelajaran materi Himpunan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Batukliang. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi belajar

siswa, yang mana dari 20 orang siswa yang ikut hanya 3 orang siswa yang belum tuntas.

Page 46: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 284

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

SARAN

Bagi guru yang menerapkan metode pembelejaran Inquiry harus memperhatikan pengaturan waktu

dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena metode pembelajaran metode Inquiry

membutuhkan waktu yang cukup banyak

Mempersiapkan segala kebutuhan yang digunakan dan diperlukan dalam proses pembelajaran

secara matang dengan sebaik-baiknya

Metode pembelajaran Inquiry memerlukan tempat diruang kelas. Hal ini disebabkan karena metode

pembelajaran ini diterapkan dengan kegiatan pembelajaran yang membutuhkan tampat

penelitian/eksperimen.

DAFTAR RUJUKAN

Abidin, Yunus. 2013.Desain sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT

Refika Aditama.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Renika Cipta.

Aqib.2008. penelitian tindakan kelas. Bandung : CV. Yrama Widya.

Budiyanto, Agus Krisno.2016. Sintaks 45 metode pembelajaran dalam student Centered Learning

(SCL). Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Effendi, dkk. 2014. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Dengan Metode Inkuiri Terbimbing Di

Kelas VI SDN 12 Matan Hilir Utara. Jurnal Pendidikan dan pembelajaran vol.3,No 3

Hasratuddin.2014. Pembelajaran Matematika Sekarang dan Yang Akan Datang Berbasis Karakter.

Jurnal Didaktik Matematika,Vol. 1, No. 2, ISSN: 2355-4185.

Istiani, Ana.2016. Penerapan Metode Inquiry Pada Materi Himpunan. Jurnal e-DuMath Volume 2

No. 1, Hlm.95-101.

Kusumaningtyas, Wahyu.2016. Efektivitas Metode Inquiry Terhadap Hasil Belajar Matematika

Siswa. Jurnal e-Dumath volume 2 No.1,102-108.

Suarja, Zainal Abidin.2014. Penggunaan lembaran Kerja Siswa Dalam Pembelajaran

Materi Virus Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 14 Banda Aceh.Jurnal

Bio-Natural Vol. 1, No. 1, hlm 33-54.

Untari dan Zahra. 2016 Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi Lingkaran berbasis

pembelajaran guided discoveri untuk siswa SMP Negeri kelas VII. Jurnal Pendidikan

Matematika, Vol, 2 No, 1.

Wahyu dan sofian.2016. Sejarah Matematika alternative strategi pembelajaran matematika. Jurnal

tatdris matematika vol.9 No. 1, Hlm 89-110.

Page 47: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 285

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TEMATIK SD

BERBASIS BULETIN BOARD DISPLAY

Sintayana Muhardini1; Sukron Fujiaturrahman

2; Mahsup

3

1,2,3PGSD FKIP,Universitas Muahmmadiyah Mataram

Abstrak: Pengembangan media pembelajaran tematik berbasis bulletin board display

diharapkan dapat mengatasi masalah yang ada di sekolah yang berkaitan dengan minimnya media

pembelajaran tematik yang menarik dan efektif di kelas. Bulletin board merupakan salah satu jenis

media display yang berupa media pajangan atau papan buletin yang bisa ditempatkan dimana saja

didalam kelas yang sifatnya terbuka sehingga bisa dibaca dan dilihat kapan saja oleh siswa

meskipun materi dalam pembelajaran tertentu telah selesai dijelaskan Pengembangan media

pembelajaran tematik berbasis bulletin board display diharapkan dapat membentuk kemampuan

literasi siswa yang kaitannya dengan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara dan melek visual

siswa yang dimana didalamnya meliputi kemampuan membaca, menulis. Tujuan jangka panjang

dari pengembangan media pembelajaran ini adalah agar seluruh Sekolah Dasar dapat melaksanakan

kegiatan pembelajaran dengan di dukung media pembelajaran tematik yang menarik dan efektif.

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model prosedural yaitu model

yang bersifat deskriptif yang dikemukakan oleh Borg & Gall (1983). Validasi produk dilakukan

oleh ahli dan feedback dari siswa. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data berupa

lembar kuesioner kelayakan produk dan tes kemampuan literasi siswa. Hasil ujicoba menunjukkan

bahwa secara umum peneltian ini melalui 3 tahap utama, yaitu: (1) studi pendahuluan, (2) dan

pembuatan dan pengembangan produk, (3) evaluasi.. Hasil uji coba terbatas yang dilakukan di SDN

1 Anyar Kelas IV A dan VI B yang dikembangkan menunjukan bahwa media yang dikembangkan

layak digunkan dengan presentasi kelayakan sebesar 92,5% dan 91,13 %. Dalam uji coba lapangan

kemampuan literasi siswa meningkat sebesar 0,6 dan 0,5 dengan kategori peningkatan sedang.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1) produk

media yang telah dikembangkan telah layak untuk digunakan; 2) produk pengembangan

berpengaruh terhadap keamampuan literasi siswa..

Kata Kunci: Media Pembelajaran Tematik, Bulletin Board Display

PENDAHULUAN

Pembelajaran tematik berkaitan dengan cara membelajarkan anak didik secara holistic dan

terpadu, konsep atau materi pelajaran termuat dalam suatu tema tertentu sehingga pembelajaran

tematik tidak berpedoman pada pengkhususan mata pelajaran. Proses pembelajarannya menekankan

pada pemberian pengalaman langsung dan pembahasan tema guna mengembangkan kompetensi

siswa dalam memahami materi pelajaran secara menyeluruh. Pembelajaran tematik menurut Trianto

(2011: 147) adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu, unit yang tematik

adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif

menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan

penghayatan secara alamiah tentang dunia disekitar mereka. Selain itu pembelajaran tematik adalah

salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata

pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006:5).

Keberhasilan akan proses pembelajaran tidak lepas karena dukungan sarana yang

menunjang salah satunya adalah dalam penggunaan media pembelajaran, pada praktiknya

pembelajaran tematik menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran sehingga siswa akan mampu

menemukan ide-ide terbaik, dengan demikian guru harus bisa menciptakan proses pembelajaran

yang menarik, seperti yang dikemukakan oleh Hasbullah (2009: 4) bahwa dengan adanya suatu

informasi yang dilakukan dengan teknik yang baru, dengan kemasan yang bagus, serta didukung

oleh alat-alat yang berupa sarana atau media akan lebih menarik perhatian siswa untuk belajar.

Page 48: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 286

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Media pembelajaran yang digunakan bisa secara visual, seperti yang dikemukakan oleh Gagne dan

Brigs (1975) dalam (Arsyad, 2009:4) secara eksplisit menjelaskan bahwa media pembelajaran

meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran yang terdiri

dari buku, tape recorder, kaset, video, kamera, film, slide (gambar bingkai) foto, gambar, grafik,

televisi dan komputer.

Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ari Krisnawati (2013) mengungkapkan

bahwa hasil belajar siswa akan lebih meningkat jika guru menggunakan media tiga dimensi dalam

kegiatan pembelajarannya. Karena keunggulan media tiga dimensi adalah siswa dapat mengamati

secara langsung benda yang tidak mungkin dihadirkan di dalam kelas bukan hanya sekedar dalam

bentuk gambar, tetapi dapat mengamati secara konkret atau nyata. Sejalan dengan penelitian

tersebut Sri Saparinsih (2010) dalam penelitiannya tentang pengaruh penggunaan media

pembelajaran display terhadap penguasaan kompetensi siswa, menunjukkan bahwa terdapat

interaksi antara media pembelajaran dan minat siswa terhadap penguasaan kompetensi dasar Ilmu

Pengetahuan Sosial siswa sehingga penggunaan media tersebut terbukti kebenarannya mampu

memberikan pengaruh positif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru SD di Kabupaten Lombok Utara

menyatakan bahwa sebagian besar guru masih mengalami masalah dalam mengimplementasikan

kurikulum 2013 yang dimana dalam kurikulum 2013 menekankan pada pembelajaran tematik

mulai dari jenjang kelas 1 sampai kelas 6. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa salah satu

faktor yang membuat kurang efektifnya pembelajaran tematik yang diterapkan di sekolah

disebabkan karena terbatasnya media pembelajaran yang tersedia, implemantasi pembelajaran

tematik dikelas hanya terfokus pada buku teks dari pemerintah yaitu berupa buku guru dan buku

siswa, sehingga pengembangan media pembelajaran yang sifatnya tematik kerap tidak dilakukan.

Berdasarkan hasil observasi awalan di SDN 1 Anyar dan SDN 2 Anyar terlihat bahwa guru kelas

tidak memiliki media pembelajaran tematik, yang memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu

tema tertentu.

Pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik jika semua aspek yang mendukung

proses pembelajaran terpenuhi, salah satunya menyangkut media pembelajaran tematik, sedangkan

pada kenyataan di beberapa sekolah yang sudah digambarkan sebelumnya bahwa penggunaan

media pembelajaran tersebut tidak diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh sebab itu,

maka diperlukan suatu pengembangan media pembelajaran tematik. Media pembelajaran tematik

bulletin board display adalah salah satu bentuk media pembelajaran yang bisa dikembangkan,

media pembelajaran berbasis bulletin board display merupakan salah satu jenis media display yang

berupa media pajangan didinding kelas yang sifatnya terbuka sehingga bisa di baca dan dilihat

kapan saja oleh siswa meskipun materi dalam pembelajaran tertentu telah selesai dijelaskan pada

saat tatap muka dikelas. Media bulletin board display ini dikembangkan berdasarkan prinsip

pelaksanaan pembelajaran tematik yang menekankan pada keterpaduan materi dalam satu media

pembelajaran yang digunakan, siswa diajak untuk melihat, mempelajari dan memahami konsep-

konsep dari berbagai mata pelajaran yang terkait dalam satu tema yang termuat disatu media

pembelajaran, serta dalam pembuatan media pembelajaran tematik berbasis bulletin board display

ini juga dikembangkan dengan melihat pengalaman langsung siswa dimana ada upaya untuk

mendekatkan siswa dengan kenyataan sehari-hari yang mereka hadapi disekitar mereka, sehingga

konsep-kosep dalam kehidupan sehari-hari tersebut tertuang dalam media pembelajaran tematik

yang dibuat. Penggunaan media pembelajaran tematik bulletin board display ini menekan pula pada

proses pembelajaran inqury terbimbing artinya bahwa pada proses pembelajarannya siswa diajak

dan dibimbing untuk menemukan sendiri ide dan memahami konsep yang termuat dalam media

yang ditampilkan, guru bertindak sebagai fasilitator yang selama proses pembelajaran memiliki

tugas untuk mengarahkan dan membimbing siswa dalam upaya mengembangkan kemampuan

literasi siswa. Proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran tematik berbasis

bulletin board display ini menekankan pada upaya pembentukan kemampuan literasi siswa

berkaitan dengan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara dan melek visual siswa yang

Page 49: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 287

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

meliputi kemampuan membaca, menulis, dan kemampuan untuk mengenali serta memahami ide-ide

yang disampaikan secara visual pada media pembelajaran yang ditampilkan.

Berdasarkan analisis situasi yang telah diuraikan menunjukkan bahwa pengembangan media

pembelajaran tematik berbasis bulletin board display diperlukan. Pernyataan ini diperkuat oleh

keterangan dari guru-guru SD dan kepala sekolah yang ada di lokasi survey awalan peneliti, yang

menyatakan bahwasanya perlu pengembangan media pembelajaran tematik yang berbasis bulletin

board display dalam mendukung proses pembelajaran. Pengembangan media pembelajaran tematik

SD berbasis bulletin board display diharapkan dapat mengatasi masalah sekolah dikarenakan

minimnya media pembelajaran tematik yang menunjang proses pembelajaran sehingga pada

akhirnya dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran di sekolah.

METODE PENELITIAN

MODEL PENGEMBANGAN

Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah

pengembangan secara prosedural, langkah-langkahnya akan dijelaskan secara rinci. Media

pembelajaran tematik berbasis bulletin board display dibuat berdasarkan uraian materi yang ada

dalam buku tematik yang digunakan oleh guru dan siswa. Prosedur pengembangan yang dilakukan

mengacu kepada prosedur Borg & Galls. Adapun penjabaran dari model pengembangan ini

dijelaskan pada Gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Penjabaran Model Pengembangan

PROSEDUR PENGEMBANGAN

Studi Pendahuluan

a. Studi pustaka yaitu melakukan kajian literatur yang relevan dengan penelitian. Studi pustaka

dilakukan untuk mengumpulkan infomasi, diantaranya dengan mempelajari kurikulum 2013

yang berkaitan dengan materi pembelajaran tematik di SD, mempelajari alokasi waktu yang

tersedia, membaca jurnal atau laporan hasil penelitian tentang pengembangan media

pembelajaran. Selain itu studi pustaka dipustakan juga memerlukan suatu analisis untuk

merumuskan indikator, tujuan pembelajaran, menentukan materi pembelajaran serta membuat

evaluasi.

b. Survei lapangan dilakukan untuk melihat secara langsung keadaan sekolah, potensi-potensi

yang dimiliki, proses pembelajaran dan dokumen hasil belajar siswa.

Memproduksi Media Pembelajaran Tematik SD Berbasis Bulletin Board Display

Adapun tahap produksi/pengembangan media pembelajaran tematik SD berbasis bulletin board

display adalah sebagai berikut:

Page 50: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 288

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

a. Mengidentifikasi setiap tema pada buku guru dan buku siswa di SD

b. Menyusun media pembelajaran tematik berbasis bulletin board display, isi dari media

pembelajaran tematik bebasis bulletin board display ini adalah memuat konten-konten materi

yang sesuai dengan tema tertentu dalam kurikulum yang dikemas dengan penggunaan desain

grafis agar tampilan lebih menarik perhatian siswa.

Evaluasi

Tahap evaluasi produk dilakukan setelah produk media pembelajaran tematik berbasis

bulletin board display selesai dibuat. Adapun tahap evaluasi produk yaitu sebagai berikut:

a. Memvalidasi produk pada responden ahli materi pembelajaran, ahli media pembelajaran,

dilanjutkan dengan analisis dan revisi produk berdasarkan komentar dan saran dari ahli materi

pembelajaran dan ahli media pembelajaran.

b. Melakukan peer reviewer pada 3 orang pendidik di kabupaten Lombok Utara, dilanjutkan

dengan analisis dan revisi produk berdasarkan saran dari peer reviewer. Selanjutnya melakukan

uji coba terbatas pada dua kelas di SDN 1 Anyar dan untuk uji coba lapangan menggunakan di

satu kelas di SDN 2 Anyar di Kabupaten Lombok Utara.

UJI COBA PRODUK

1. Desain Uji coba

a. Review Ahli isi bidang Studi dan Ahli Media Pembelajaran

Review ini bertujuan untuk mendapatkan data penilaian, pendapat dan saran terhadap

keseluruhan isi dan media. Review ini dilakukan dengan cara memberikan komentar dan saran

terhadap angket tanggapan penilaian ahli isi bidang studi dan media terhadap bahan ajar, perangkat

dan media pembelajaran

b. Uji coba terbatas (kelompok kecil)

Uji coba kelompok kecil ini klasifikasikan kepada 3 tingkatan, yaitu 4 orang yang

mempunyai kemampuan di atas rata-rata,sedang, dan rendah. uji coba ini dilakukan dengan

memberikan komentar dan saran terhadap media pembelajaran yang digunakan melalui angket

tanggapan uji coba kelompok kecil.

c. Uji Coba Lapangan

Tujuan dari uji coba dilapangan ini adalah: (a) memperoleh tanggapan mengenai media

pembelajaran tematik bulletin board display, (b) menentukan keefektifan, (c) mengidentifikasi

masalah-masalah dalam memahami media ini yang mungkin dialami oleh siswa, dan (d)

mengetahui apakah media ini nerpengaruh terhadap kemampuan literasi siswa

2. Subyek Uji Coba

a. Tahap review para ahli

Pada tahap ini, review dilakukan oleh satu 2 ahli isi bidang studi, satu orang ahli media

pembelajaran dan 3 orang pendidik.

b. Tahap uji coba kelompok kecil

Uji coba kelompok kecil ini di klafikasikan kepada 3 tingkatan, yaitu 4 orang yang

mempunyai kemampuan berprestasi tinggi, 4 orang yang mempunyai kemampuan sedang dan 4

orang yang mempunyai kemampuan prestasinya rendah.

c. Tahap uji coba lapangan

Pada tahap ini subjek uji coba terdiri dari 24 siswa yang telah mengikuti pembelajaran

dikelas.

3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan yaitu kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari kajian

ahli bidang studi, ahli media ,hasil review uji coba terbatas , serta hasil review uji coba lapangan,

dan hasil review pendidik melalui angket dan wawancara.

4. Instrumen pengumpulan data

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data untuk keperluan pengembangan bahan

ajar dengan menggunakan : dokumentasi, observasi, angket, diskusi dan konsultasi.

5. Teknis Anlaisis Data

Page 51: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 289

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Ada dua teknik data yang digunakan untuk mengelola data yang dihimpun dari hasil

review dan uji coba pengembangan produk media, yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif

kualitatif dan analisis statistik deskriptif.

a. Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk mengolah data dari hasil review ahli isi

bidang studi dan ahli media pembelajaran, siswa dan guru bidang studi . Analisis deskriptif

kualitatif ini dilakukan dengan mengelompokkan informasi-informasi dari data kualitatif yang

berupa masukan, tanggapan, kritik, saran perbaikan yang terdapat pada angket. Hasil analisis ini

kemudian digunakan sebagai dasar merevisi produk ajar.

b. Analisis Statistik Deskriptif

Teknik analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengolah data yang diperoleh

melalui angket dalam bentuk analisis persentase. Rumus yang digunakan untuk menghitung

persentase dari masing-masing subyek adalah :

∑ x 100%

(Walpole, 1992)

Keterangan :

P = Presentase penilaian

∑ xi = Jumlah jawaban dari Validator

∑ x = Jumlah jawaban tertinggi

Selanjutnya untuk mnghitung persentase keseluruhan subyek/komponen digunakan

rumus sebagai berikut:

∑ x 100%

(Walpole, 1992)

Keterangan :

P = persentase keseluruhan subyek/komponen

∑ p = jumlah persentase keseluruhan komponen

∑ n = banyak komponen

HASIL PENGEMBANGAN

Uji Coba Terbatas

Uji coba terbatas dilakukan di SDN 1 Anyar pada kelas IV A dan IV B, sampel yang diambil

adalah masing-masing 12 siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Produk

pengembangan yang telah mendapatkan review dari ahli dan pendidik dibelajarkan di kelas secara

menyeluruh, serta angket penilaian produk diserahkan pada 12 siswa di dua kelas yang berbeda,

untuk mendapatkan revisi dan komentar serta saran. Berikut ini disajikan data yang diperoleh dari

uji coba terbatas terhadap penggunaan media pembelajaran.

Tabel.1 Data Hasil Uji Coba Terbatas Media Bulletin Board Display kelas IV A

Item

Pertanyaan

Frekuensi Dengan Skala 5

1 2 3 4 5 Jmlh % Komentar/

Saran

1 - - - 2 10 12 96,67

2 - - - 3 9 12 95 Tidak ada

3 - - - 6 6 12 90,00 Tidak ada

4 - - - 6 6 12 90,00 Tidak ada

5 - - - 6 6 12 90,00 Tidak ada

6 - - - 3 9 12 95 Tidak ada

7 - - - 1 11 12 98,33 Tidak ada

8 - - - 7 5 12 88,33 Tidak ada

9 - - - 8 4 12 86,67 Tidak ada

10 - - - 3 9 12 95 Tidak ada

Page 52: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 290

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Jumlah 925,00

Rata-rata 92,5

Berdasarkan penilaian/ tanggapan sebagaimana tercantum dalam tabel diatas diketahui

bahwa rata-rata persentase tingkat pencapaian produk media pembelajaran 92,5%, rerata

tersebut bila dikonversikan dengan tabel kelayakan, maka bahan ajar berada dalam kualifikasi

sangat baik dan tidak perlu direvisi. Rangkuman masukan, saran, dan komentar 12 orang siswa

dalam uji coba terbatas yang berkenaan dengan media pembelajaran bulletin board display

adalah sebagai berikut :

Berikut ini disajikan data yang diperoleh dari uji coba terbatas terhadap penggunaan

media pembelajaran di kelas yang berbeda dalam satu sekolah yang sama yaiu di kelas IV B

SDN 1 Anyar.

Tabel 2. Data Hasil Uji Coba Terbatas Media Bulletin Board Display kelas IV B

Item

Pertanyaan

Frekuensi Dengan Skala 5

1 2 3 4 5 Jmlh % Komentar/

Saran

1 - - - 3 9 12 95%

2 - - - 3 9 12 95% Tidak ada

3 - - - 6 5 12 81,6% Tidak ada

4 - - - 6 6 12 90% Tidak ada

5 - - - 5 7 12 91,3% Tidak ada

6 - - - 4 8 12 93,2% Tidak ada

7 - - - 2 10 12 96,3% Tidak ada

8 - - - 7 5 12 87,6% Tidak ada

9 - - - 8 4 12 86,3% Tidak ada

10 - - - 3 9 12 95% Tidak ada

Jumlah 911,3

Rata-rata 91,13%

Berdasarkan penilaian/ tanggapan sebagaimana tercantum dalam tabel diatas diketahui

bahwa rata-rata persentase tingkat pencapaian produk media pembelajaran 91,13%, rerata

tersebut bila dikonversikan dengan tabel kelayakan, maka media tersebut berada dalam

kualifikasi sangat baik dan tidak perlu direvisi. Rangkuman masukan, saran, dan komentar 12

orang siswa dalam uji coba terbatas yang berkenaan dengan media pembelajaran bulletin board

display adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Revisi Masukan, Saran dan komentar Uji Coba Terbatas

No Masukan,Saran, dan Komentar Revisi

1 Bahan ajar mudah dipahami Tidak ada revisi

2. Sebaiknya gambar lebih cerah Penambahan kecerahan warna

pada gambar

3 Gambarnya yang menarik Tidak ada revisi

UJI COBA LAPANGAN Hasil revisi berdasarkan saran dan masukan siswa serta guru dalam uji coba terbatas

,dibawa ke kelas yang sebenarnya dalam uji lapangan. Uji lapangan dilaksanakan di SDN 2 Anyar

kecamtaan Bayan Kab. Lombok Utara pada kelas IV (empat) yang berjumlah 27 siswa, uji

lapangan dilakukan pada tanggal 2 Agustus 2018. Produk pengembangan yang diuji coba kepada

siswa yaitu media pembelajaran tematik bulletin board display. Selama pembelajaran guru

mengajar berpedoman pada RPP yang sudah ada serta dibantu dengan media pembelajaran yang

sudah disiapkan. Strategi pembelajaran yang digunakan yaitu dengan metode diskusi kelompok,

tanya jawab, dan pemberian tugas. Adapun materi yang digunakan adalah tema 1 dan sub tema 1

pada pembelajaran 1.

Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan meminta siswa untuk membaca buku

panduan siswa terlebih dahulu, setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa

Page 53: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 291

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

dan dilanjutkan dengan menyampaikan kerangka isi dari materi yang akan diajarkan. Selanjutnya

siswa diminta untuk duduk secara berkelompok, siswa berdiskusi terkait subtema satu dalam

pembelajaran satu, setiap kelompok mendapatkan media yang sudah dipersipakan. Pembelajaran

berlangsung selama 2 x 35 menit, hasil belajar siswa diperoleh setelah melalui proses

pembelajaran tersebut.

Berikut ini disajikan data yang diperoleh dari uji coba terbatas terhadap penggunaan media

pembelajaran di kelas yang berbeda dalam satu sekolah yang sama yaiu di kelas IV B SDN 1

Anyar.

Tabel 4. Data Hasil Uji Lapangan Media Bulletin Board Display kelas IV B

Item

Pertanyaan

Frekuensi Dengan Skala 5

1 2 3 4 5 Jmlh % Komentar/

Saran

1 - - - 7 20 27 94,8%

2 - - - 6 21 27 95,5% Tidak ada

3 - - - 9 18 27 93,3% Tidak ada

4 - - - 6 21 27 95,5% Tidak ada

5 - - - 6 21 27 95,5% Tidak ada

6 - - - 5 22 27 96,2% Tidak ada

7 - - - 10 17 27 92,5% Tidak ada

8 - - - 11 16 27 91,7 Tidak ada

9 - - - 8 19 27 93,8% Tidak ada

10 - - - 8 19 27 93,87% Tidak ada

Jumlah 942,7%

Rata-rata 94,2%

Berdasarkan penilaian/ tanggapan sebagaimana tercantum dalam tabel di atas diketahui

bahwa rata-rata persentase tingkat pencapaian produk media pembelajaran sebesar 94,2%, rerata

tersebut bila dikonversikan dengan tabel kelayakan, maka media tersebut berada dalam

kualifikasi sangat baik.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil validasi ahli dan penilaian pendidik dapat disimpulkan bahwa produk media

yang telah dikembangkan telah layak untuk digunakan.

2. Berdasarkan hasil uji coba terbatas diketahui bahwa produk hasil pengembangan layak

digunakan.

DAFTAR RUJUKAN

Walpole, Ronald E. 1992. Pengantar Statistika edisi ke -3. Jakarta : PT. Gramadia Pustaka Utama.

Arsyad, A. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

Borg, W. R. & Gall, M. D. (1983). Educational research: An introduction (4 th

ed). New York:

Longman Inc.

Bryce, T.G.K., J. McCall, J. MacGregor, I.J. Robertson, & R.A.J. Weston. (1990). Techniques for

Assesing Process Skills in Practical Science: Teacher’s Guide. Oxford: Heinemann

Educational Books.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta :Depdiknas

Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Krisnawati, Ari dan Supriyono. 2013. Penggunaan Media Tiga Dimensi untuk Meningkatkan Hasil

Belajar di Sekolah Dasar. Jurnal: JPGSD Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 0-216

Page 54: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 292

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

PRAKTIKUM SEBAGAI MEDIA PENERAPAN KONSEP DASAR SAINS BAGI

GURU-GURU SD DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Siti Raudhatul Kamali1; Surya Hadi

2; Mamika Ujianita Romdhini

3

1,2Program Studi Kimia Fakultas MIPA Universitas Mataram

3Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Mataram

e-mail: [email protected]

Abstrak: Kreativitas guru memiliki peranan penting dalam pembelajaran sains di tingkat

Sekolah Dasar (SD). Salah satu metode pembelajaran sains yang bisa diterapkan pada tingkat

Sekolah Dasar adalah praktikum. Kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan pemahaman konsep

dasar IPA bagi guru-guru SD di Kabupaten Lombok Tengah, mengingat beberapa orang guru SD

memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda untuk mengajar IPA. Kegiatan ini memberikan

pelatihan berupa praktikum IPA bagi guru-guru SD yang bersifat sederhana, melalui tahapan

praktek, diskusi, dan evaluasi. Evaluasi yang dilakukan selama kegiatan berlangsung adalah

evaluasi proses praktikum dan evaluasi akhir berupa laporan praktikum. Rata-rata persentase hasil

untuk semua indikator dari percobaan 1 sampai percobaan 4 berkisar antara 74% sampai dengan

91% sedangkan rata-rata nilai praktikum berkisar antara 85 sampai 91. Kegiatan praktikum ini

berjalan lancar dan peserta kegiatan antusias selama pelaksanaan kegiatan berlangsung.

Kata Kunci: Praktikum, Konsep Dasar IPA, Guru-Guru SD, Kabupaten Lombok Tengah

PENDAHULUAN

Sains merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dan proses yang terjadi

di dalamnya yang diperoleh dari proses percobaan dan observasi (Samatowa, 2011). Pada

pembelajaran IPA SD, guru berperan sebagai wahana untuk mengembangkan konsep-konsep ilmiah

kepada siswa sehingga siswa mendapat konsep yang bermakna. Produk sains berupa fakta, konsep,

prinsip, hukum, dan teori dapat dicapai melalui proses sains yakni bekerja ilmiah. Hal penting bagi

siswa dalam belajar sains adalah memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbuat, berpikir,

dan bertindak seperti ilmuwan (scientist) serta dapat menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan

sehari-hari dengan cara yang benar sesuai etika yang berlaku. Sebagai upaya pencapaian hal ini, maka kompetensi guru sangat diperlukan mengingat latar

belakang pendidikan guru SD khususnya di Kabupaten Lombok Tengah sangat beragam. Jumlah

Sekolah Dasar di Kabupaten Lombok Tengah berdasarkan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah

Kemdikbud (2018) berjumlah 602 sekolah, terdiri atas 575 SD Negeri dan 27 SD Swasta. Dari

jumlah Sekolah Dasar yang ada, terdapat peserta didik sejumlah 511.240 terdiri atas 266.376 laki-

laki dan 244.864 perempuan sedangkan jumlah guru 36.175 meliputi 14.444 guru laki-laki dan

21.731 orang perempuan.

Kompetensi guru berdasarkan UU RI No. 14 Tahun 2005, merupakan seperangkat

pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dalam

melaksanakan tugas keprofesionalannya. Guru dikatakan profesional jika mampu menselaraskan

antara kemampuan teoritik dengan praktek yakni aplikasi secara nyata di lapangan/lingkungan.

Pada pembelajaran IPA/sains sesuai kurikulum 2013, siswa di arahkan untuk mencari tahu

sendiri pengetahuannya melalui pendekatan pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bekerja

ilmiah. Selain itu juga, guru memegang peran penting dalam menghasilkan komitmen dari siswa

untuk mencapai tujuan atau target tertentu yang telah ditetapkan. Umumnya, seorang guru merasa

puas dengan rancangan pembelajaran yang sudah dibuat, yakni mereka yakin bisa memberikan

pengetahuan yang baik kepada peserta didik meskipun tanpa adanya kegiatan praktikum. Namun,

hal tersebut ternyata menyebabkan kebutuhan pengembangan pengetahuan siswa menjadi

terhambat. Hal ini mengabaikan kemampuan dasar pada diri siswa. Guru bertanggung jawab dalam

Page 55: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 293

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

memahami kemampuan dasar siswa kemudian memfasilitasinya untuk memahami persoalan yang

dihadapi berdasarkan kemampuan yang dimiliki.

Pada pembelajaran IPA, perwujudan kemampuan profesional guru diterapkan melalui

kegiatan praktikum. Umumnya, pengetahuan sesorang akan terbentuk berdasarkan pengalaman

yang dialami (Wisudawati & Sulistyowati, 2014). Melalui kegiatan praktikum, diharapkan siswa

akan mampu mengembangkan potensi dirinya, mampu memahami dan menyesuaikan diri terhadap

fenomena alam sekitar dirinya melalui bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

dimilikinya. Praktikum merupakan kegiatan yang berfungsi sebagai penerapan konsep dasar sains

melalui penerapan keterampilan proses sains dalam rangka meperoleh suatu pengetahuan atau

produk sains.

METODE

Kegiatan praktikum sebagai media penerapan konsep dasar sains ini diselennggarakan bagi

guru-guru tingkat Sekolah Dasar di Kabupaten Lombok Tengah. Kegiatan dilakukan melalui

beberapa tahap yakni; tahap persiapan, tahap pelaksanaan praktikum, dan tahap evaluasi. Tahap

pelaksanaan terdiri atas penentuan tujuan praktikum, persiapan alat dan bahan, penjelasan teknis

praktikum, pembagian jumlah kelompok. Tahap pelaksanaan praktikum yang terdiri atas 4

percobaan yakni percobaan uji makanan terdiri atas uji karbohidrat dan uji pada makanan,

percobaan pencemaran lingkungan, percobaan kelistrikan, percobaan alam semesta.

Tahap evaluasi terdiri atas evaluasi proses praktikum dan evaluasi akhir berupa laporan

praktikum. Kegiatan diskusi dilakukan pada tahap evlausi laporan praktikum yakni membahas

tentang konsep dan kedalaman pokok bahasan praktikum yang dilaksanakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pelatihan praktikum sebagai media penerapan konsep sains bagi guru-guru

Sekolah Dasar di Kabupaten Lombok Tengah dihadiri oleh 20 orang peserta yang berasal dari guru-

guru baik negeri maupun swasta. Kegiatan praktikum yang dilakukan terdiri atas 4 percobaan,

terdiri atas 2 percobaan biologi dan 2 percobaan fisika. Beberapa kegiatan praktikum yang

dilakukan antara lain; percobaan uji makanan terdiri atas uji karbohidrat dan uji pada makanan,

percobaan pencemaran lingkungan, percobaan kelistrikan, percobaan alam semesta.

Sebelum kegiatan praktikum di mulai, terlebih dahulu dilakukan pembagian kelompok yang

terdiri dari 4 kelompok dan setiap kelompok terdiri atas 5 orang. Selanjutnya dilakukan pengenalan

alat dan bahan yang akan digunakan, serta fungsinya masing-masing.

Pada percobaan makanan terdiri atas uji bahan makanan yakni mengidentifikasi zat

makanan karohidrat dan lemak dalam berbagai bahan makanan kemudian mengelompokkan bahan-

bahan makanan yang dapat dijadikan sumber karbohidrat dan lemak. Karbohidrat dan lemak

merupakan jenis dari senyawa makromolekuler yang tersusun atas unsur utaama yakni karbon dan

hidrogen. Adapun jenis bahan makanan yang di uji antara lain nasi,gula pasir, pisang, apel, tahu

putih, margarin, tepung terigu, biskuit, kentang, telur, minyak goring, santan, susu, seledri, wortel,

dan lain-lain.

Pada percobaan pencemaran lingkungan bertujuan untuk mempelajari pencemaran air dalam

kehidupan sehari-hari yang disebabkan karena penggunaan deterjen. Deterjen pada kadar terenetu

dapat mengganggu kehidupan organisme. Percobaan ini menggunakan kacang hijau yang

ditumbuhkan pada medium air tanpa deterjen dan medium dengan deterjen berbagai konsentrasi.

Percobaan kelistrikan bertujuan untuk mempelajari listrik statis dan listrik dinamis. Suatu

benda akan bermuatan listrik negatif jika mendapat tambahan elektron dari benda lain, sedangkan

benda bermuatan positif jika benda tersebut mengalami pengurangan elektron.

Percobaan alam semesta bertujuan untuk mempelajari matahari sebagai sumber panas dan

membuktikan terjadinya gerhana. Matahari merupakan sumber energi yang mudah didapatkan dan

merupakan jenis energy yang dapat diperbaharui. Persitiwa gerhana merupakan proses penggelapan

cahaya dari benda-benda langit yang disebabkan oleh benda-benda langit lainnya. Terlihatnya

benda-benda langit dalam tata surya disebabkan karena benda-benda langit tersebut dapat

memantulkan berkas cahaya matahari.

Page 56: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 294

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Kegiatan evaluasi dilaksanakan selama kegiatan praktikum, terdiri atas evaluasi proses dan

evaluasi laporan praktikum Evaluasi proses bertujuan untuk mengetahui kemampuan afektif dan

psikomotorik peserta sedangkan evaluasi laporan praktikum bertujuan untuk mengetahui

kemampuan kognitif peserta. Hasil evaluasi proses praktikum dan evaluasi laporan bagi guru-guru

SD di Kabupaten Lombok Tengah untuk masing-masing percobaan sesuai Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Evaluasi Proses Praktikum Guru-Guru SD di Kabupaten Lombok Tengah

Pada evaluasi proses praktikum terdapat tujuh indikator penilaian yang dilakukan pada

setiap percobaan. Adapun rata-rata persentase hasil untuk semua indikator dari percobaan 1 sampai

percobaan 4 adalah sebagai berikut; 1) kesiapan mahasiswa dalam mengikuti praktikum sebesar

86%, kemampuan dalam improvisasi percobaan sebesar 74%, keterampilan dalam melakukan

percobaan sebesar 88%, ketelitian dalam melakukan pengamatan dan percobaan sebesar 84%,

ketepatan data hasil pengamatan sebesar 80%, kerjasama dalam kelompok sebesar 91%, dan

kebersihan, kerapihan dan keamanan kerja sebesar 90%.

Gambar 2. Evaluasi Laporan Praktikum Guru-Guru SD di Kabupaten Lombok Tengah

Pada evaluasi laporan praktikum, dilakukan berdasarkan kesesuaian sistematika laporan dan

kedalaman isi laporan. Adapun rata-rata nilai praktikum yang diperoleh untuk 20 orang peserta dari

semua percobaan berkisar antara 85-91.

SIMPULAN

Berdasarkan uraian kegiatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelaksanaan

praktikum sebagai upaya penerapan konsep dassar sains bagi guru-guru SD di Kabupaten Lombok

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Percobaan 1 Percobaan II Percobaan III Percobaan IV

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Uji makanan Pencemaranlingkungan

Kelistrikan Alam semesta

88 85 91 88

Page 57: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 295

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tengah berjalan lancar dan hasil evaluasi proses maupun evaluasi akhir praktikum berupa laporan

praktikum mendapat hasil yang baik. Rata-rata persentase hasil untuk semua indikator dari

percobaan 1 sampai percobaan 4 berkisar antara 74% sampai dengan 91% sedangkan rata-rata nilai

praktikum yang diperoleh untuk 20 orang peserta dari semua percobaan berkisar antara 85 sampai

91.

DAFTAR RUJUKAN Anonim. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan

Dosen. Jakarta: Depdiknas

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

www.dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/sp/2/230200. Diakses tanggal 23 Juli 2018.

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan. Konsep dan Implementasi

Kurikulum 2013. Jakarta : Kemdikbud

Wisudawati dan Sulistyowati. 2014. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara.

Samatowa. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Indeks

Page 58: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 296

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

PENERAPAN PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS LINGKUNGAN MELALUI MODEL

PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PEDULI

LINGKUNGAN MAHASISWA

Magfirah Perkasa1; Nurfidianty Annafi

2; Putri Ayu Mutmainnah

3

1,2,3 Pendidikan Kimia STKIP Bima

e-mail: [email protected]

Abstrak: Kimia merupakan ilmu alam, mempelajari tentang sifat dan karakteristik zat-zat

serta unsur yang hampir banyak ditemui di alam. Sebagian besar kerusakan di alam yang juga

menjadi masalah global saat ini disebabkan oleh zat-zat dan limbah kimia dari pengelolaan yang tidak

benar. Beberapa isu global yang disebabkan oleh zat dan limbah kimia, diantaranya: penumpukan

sampah, global warming, acid rain, pelubangan ozon, dan masalah lainnya. Masalah tersebut butuh

penyelesaian secara berkesinambungan karena tidak dapat diselesaikan secara instan. Pembelajaran

menggunakan model project based learning diharapkan dapat menjadi wadah implementasi untuk

menerapkan pembelajaran kimia berbasis lingkungan sehingga dapat meningkatkan sikap peduli

lingkungan mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap peduli lingkungan

mahasiswa melalui penerapan pembelajaran berbasis lingkungan dengan menggunakan model project

based learning. Instrumen pengumpulan data meliputi lembar observasi dan lembar penilaian diri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kimia berbasis lingkungan melalui

model project based learning dapat meningkatakan sikap peduli lingkungan mahasiswa.

Kata Kunci: Project Based Learning, Pembelajaran Berbasis Lingkungan, Peduli Lingkungan

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman sumber daya alam yang

melimpah. Kehidupan abad 21 menuntut tersedianya SDM yang dapat memanfaatkan potensi alam

tersebut secara bijak demi pembangunan berkelanjutan untuk Indonesia. Hal ini menjadi tantangan

bagi para pengambil kebijakan, akademisi dan stakeholders untuk dapat membentuk generasi

yangdapat menjawab tantangan global namun juga berwawasan lingkungan. Pendidikan sebagai

salah satu bidang investasi untuk pembangunan SDM juga memiliki peran penting untuk dapat

mencetak generasi yang dituntut pada kehidupan abad 21 bervisi lingkungan.

Pembelajaran berbasis lingkungan dinilai sebagai sebuah inovasi dan visi pendidikan sebagai

salah satu upaya untuk menjaga lingkungan dan pengembangan berbasis kelanjutan karena dapat

memberikan paradigm bagi generasi mendatang untuk dapat menjaga lingkungan dan mengelola

potensi sumber daya alam dengan bijak. Pembelajaran berbasis lingkungan dapat menjadi wadah

untuk mengintegrasikan nilai, pengetahuan, keterampilan dan kesadaran pada mahasiswa sehingga

dapat berkontribusi untuk lingkunga dan sosial (WWF-Malaysia, 2008). Mahasiswa dituntut untuk

terampil dan mampu memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar sains untuk

menunjang tercapainya tujuan intruksional pembelajaran yang telah ditetapkan dan menumbuhkan

sikap peduli lingkungan. Melalui pemanfaatan sumber belajar dari lingkungan sekitar dan kehidupan

sehari-hari, siswa dapat mengembangkan kreativitas dalam sains, keterampilan proses sains,

kemampuan berpikir, bersikap ilmiah, dan mampu menyelesaikan masalah-masalah secara ilmiah

(scientific literacy). Terdapat beberapa dimensi sains yang diharapkan mampu dikuasai oleh siswa,

dimensi tersebut diantaranya: produk ilmiah berupa pengetahuan (scientific product), proses ilmiah

(scientific process), sikap ilmiah (scientific attitude), aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari

(application) dan kreativitas (creativity).

Kimia merupakan salah satu ilmu alam, mempelajari tentang sifat dan karakteristik zat-zat

serta unsur yang hampir banyak ditemui di alam. Sebagian besar kerusakan di alam yang juga

menjadi masalah global saat ini disebabkan oleh zat-zat dan limbah kimia dari pengelolaan yang

tidak benar. Beberapa isu global yang disebabkan oleh zat dan limbah kimia, diantaranya:

Page 59: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 297

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

penumpukan sampah, global warming, acid rain, pelubangan ozon, dan masalah lainnya. Masalah

tersebut butuh penyelesaian secara berkesinambungan karena tidak dapat diselesaikan secara instan.

Oleh karena itu, perlu adanya penanaman sikap peduli lingkungan sedini mungkin khususnya pada

pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi.

Permasalahan tentang kurangnya kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan juga terjadi

pada generasi di beberapa negara lainnya. Masalah tersebut dapat diminimalisir dengan

pembelajaran kimia berbasis pendidikan lingkungan berkelanjutan. Sikap peduli lingkungan

(environmental care) merupakan representasi pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa melalui

pembelajaran kimia untuk dapat menyelesaikan permasalahan lingkungan di sekitarnya. Seorang

siswa dinyatakan memiliki kesadaran terhadap lingkungan apabila mampu mengimplementasikan

konsep kimia yang telah diketahuinya untuk menyelesaikan permasalahan serta mencegah terjadinya

kerusakan lingkungan. Sikap peduli lingkungan merupakan salah satu domain dalam literasi

lingkungan (environmental literacy), selengkapnya disajikan pada Gambar 2. Terdapat lima

komponen yang terdapat dalam literasi lingkungan, yaitu : pengetahuan (knowledge) kesadaran

(awareness), perilaku (behavior), keterlibatan (involvement) dan sikap (attitude) (Perkasa &

Wiraningtyas , 2017; Perkasa & Aznam, 2016; Jannah, et al., 2013; Saxena & Srivastava, 2012).

Gambar 1. Domain Literasi Lingkungan

Pembelajaran berbasis pendidikan lingkungan berkelanjutan telah dilakukan di beberapa

negara dan menjadi landasan penerapan beberapa strategi belajar oleh United Nations Educational,

Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian

pembelajar terhadap lingkungan (environmental awareness) (UNESCO, 2002: 4). Organization for

Economic Co-operation and Development (OECD) juga merekomendasikan bahwa sikap peduli

lingkungan mahasiswa dapat ditingkatkan salah satunya dengan konsep pembelajaran berbasis

pendidikan pendidikan berkelanjutan (OECD, 2013: 37). Beberapa strategi dan model pembelajaran

untuk menyisipkan sikap peduli lingkungan meliputi: project based learning, story-telling, values

education, inquiry learning, appropriate assessment, future problem-solving, learning outside the

classroom, & community problem solving (UNESCO, 2002: 5).

Pada penelitian ini, diterapkan model project based learning untuk dapat meningkatkan sikap

peduli lingkungan mahasiswa. Model pembelajaran berbasis proyek merupakan model yang

menstimulasi siswa untuk dapat melakukan suatu proses penelitian terhadap suatu permasalahan,

diakhiri dengan adanya sebuah hasil proyek yang dikomunikasikan dan disajikan. Sintaks model

pembelajaran berbasis proyek, yaitu : menganalisis masalah; membuat desain dan jadwal

pelaksanaan proyek; melaksanakan penelitian; menyusun draft/prototype/produk; mengevaluasi

produk dan finalisasi serta publikasi produk (Perkasa, 2017; Abidin, 2014). Oleh karena itu, untuk

menyelesaikan beberapa masalah di atas, perlu adanya penerapan pembelajaran kimia berbasis

lingkungan melalui model project based learning untuk meningkatkan sikap peduli lingkungan

mahasiswa.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan

satu siklus. Desain penelitian menggunakan one group pretest-posttest. Instrumen pengumpulan

data meliputi lembar observasi dan lembar penilaian diri.Subjek penelitian ini merupakan

Page 60: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 298

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

mahasiswa kelas A semester II Program Studi Pendidikan Kimia STKIP Bima sebanyak 10 orang

yang diperoleh dengan menggunakan purposive sampling. Penelitian dilaksanakan pada semester

genap tahun akademik 2017/2018. Prosedur penelitian mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan,

observasi dan refleksi. Prosedur penelitian ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Prosedur Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data Penelitian

Pada pengisian lembar penilaian diri awal, perolehan skor mahasiswa menunjukkan hasil

yang beragam. Rata-rata skor perolehan mahasiswa pada awal yaitu 29,60 dengan skor tertinggi 34

dan skor terendah 26. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya sikap peduli lingkungan telah

tertanam pada pribadi mahasiswa sebagai hasil interaksi mahasiswa dengan lingkungan sejak kecil.

Penelitian ini memberikan alternatif sehingga sikap peduli lingkungan yang telah ada dalam diri

mahasiswa ini agar dapat dioptimalkan dan diasah melalui penerapan pembelajaran kimia berbasis

lingkungan melalui model project based learning. Hasil perolehan mahasiswa pada pengisian

lembar penilaian diri akhir, setelah diberikan tindakan, menunjukkan hasil yang berbeda. Rata-rata

skor perolehan mahasiswa pada awal yaitu 44,20 dengan skor tertinggi 40 dan skor terendah 48.

Data hasil penelitian diperoleh dengan mengukur sikap peduli lingkungan mahasiswa sebelum dan

sesudah pemberian tindakan disajikan berikut.

Tabel 1. Skor Hasil Sikap Peduli Lingkungan Mahasiswa

No. Kode Subjek Skor Awal Skor Akhir Gain Skor Kategori Gain Skor

1. 1 26 40 0.64 sedang

2. 2 34 45 0.79 tinggi

3. 3 32 44 0.75 tinggi

4. 4 28 46 0.90 tinggi

5. 5 27 42 0.71 tinggi

6. 6 30 43 0.72 tinggi

7. 7 29 48 1.00 tinggi

8. 8 31 47 0.94 tinggi

9. 9 32 41 0.56 sedang

10. 10 27 46 0.90 tinggi

Skor Terendah 26 40 0.56 -

Perencanaan

Pelaksanaan

Observasi

Refleksi

Page 61: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 299

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Skor Tertinggi 34 48 1.00 -

Rata-rata 29.60 44.20 0.79 -

PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 1 diperoleh informasi bahwa pada tahap awal

pretest semua mahasiswa masih memperoleh nilai dibawah standar capaian (35). Perolehan gain

skor sikap peduli lingkungan mahasiswa menunjukkan peningkatan dengan keragaman skor yang

berbeda. Peningkatan sikap peduli lingkungan mahasiswa ditandai dengan 80% subjek yang telah

berkategori gain skor tinggi yaitu lebih dari 0,7. Capaian skor rata-rata pada awal yaitu 29,60 dan

akhir yaitu 44,20. Gain skor yang diperoleh mahasiswa merepresentasikan capaian sikap peduli

lingkungan mahasiswa yang mengalami peningkatan.

Gain skor tertinggi mahasiswa yaitu 1,00 dimana perolehan skor awal sebesar 29 dan perolehan

skor akhir 48. Gain skor terendah mahasiswa yaitu 0,56 dimana skor awal sebesar 32 dan perolehan

skor akhir 41. Hasil analisis dan pengamatan selama proses pembelajaran, sikap peduli lingkungan

siswa telah ada dan tertanam dalam pribadi mahasiswa, hanya sikap ini masih berkategori

Functional Environmental Literacy. Hal ini bermakna bahwa sikap peduli lingkungan mahasiswa

masih berupa sikap yang didasari atas pengetahuian tentang definisi, konsep sains secara ilmiah

yang dipelajari, belum berlandaskan kesadaran yang utuh dan keterlibatan penuh secara

menyeluruh. Analogi kategori ini dijelaskan seperti berikut: semua orang memahami bahwa sampah

plastik tidak dapat diurai oleh mikroba tanah, sehingga harus dibuang pada tempat sampah sehingga

dapat diolah secara berkelanjutan. Namun, pengetahuan ini tidak lahir dari kesadaran yang penuh,

sehingga masih memungkinkan terjadinya pelanggaran dan membuat sampah plastik sembarang

jika tidak dilihat oleh orang lain.

KESIMPULAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan

pembelajaran kimia berbasis lingkungan melalui model project based learning dapat meningkatkan

sikap peduli lingkungan mahasiswa. Sikap peduli lingkungan mahasiswa berkategori Functional

Environmental Literacy yang bermakna bahwa sikap peduli lingkungan mahasiswa masih berupa

sikap yang didasari atas pengetahuian tentang definisi, konsep sains secara ilmiah yang dipelajari,

belum berlandaskan kesadaran yang utuh dan keterlibatan penuh secara menyeluruh.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih dan apresiasi tertinggi penulis sampaikan kepada Direktorat Riset dan

Pengabdian Masyarakat, Kemenritekdikti yang telah membantu mendanai penelitian ini melalui

hibah dosen pemula (PDP).

DAFTAR RUJUKAN

Abidin , Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika

Aditama.

Jannah, M., Halim, L., & Meerah, S. M. (2013). Impact of Environmental Education Kit on

Students’ Environmental Literacy. Asian Social Science, 9(12), 1-12.

OECD. (2013). PISA 2015: Draft Science Framework. New York: OECD Printing Office.

Perkasa, M., & Aznam, N. (2016). Pengembangan SSP Kimia Berbasis Pendidikan Berkelanjutan

untuk Meningkatkan Literasi Kimia dan Kesadaran Terhadap Lingkungan. Jurnal Inovasi

Pendidikan IPA, 2(1), 46-57.

Perkasa, M., & Wiraningtyas , A. (2017). Pembelajaran Kimia Berorientasi Sustainable

Development untuk Meningkatkan Kesadaran Siswa Terhadap Lingkungan. Jurnal

Sainsmat, VI(2), 63-72.

Saxena, P., & Srivastava, P. (2012). Environmental Awareness of Senior Secondary Students in

Relation to Their Eco-Friendly Behaviour. Research Scapes, I(II), 1-8.

UNESCO. (2002). Teaching and Learning for A Sustainable Future. Australia: Griffith University

Publisher.

Page 62: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 300

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

WWF-Malaysia. (2008). Strengthening Environmental Education in existing National Curriculum.

Malaysia: WWF-Malaysia.

Page 63: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 301

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SISWA SMPN 21 MATARAM

Mahsup1; Sintayana Muhardini

2

1Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Mataram

2Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Muhammadiyah Mataram

e-mail: [email protected]

Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran

Snowball Throwing Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Materi Pokok Bilangan

Bulat Kelas VII SMPN 21 Mataram. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Penelitian Eksperimen. Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa-siswi SMPN 21 Mataram dan

sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak dua kelas yaitu kelas VIIB sebagai kelas

eksperimen dan siswa kelas VIIC sebagai kelas kontrol. Data yang dikumpulkan dalam penelitian

ini adalah tes hasil belajar dan observasi. Adapun hasil penelitian berdasarkan hasil pengujian

yang telah dilakukan, didapatkan thitung = 2,593 lebih besar dari ttabel = 2,02 (t hitung = 2,593> t tabel

=2,02) sehingga hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Sedangkan hasil

observasi aktivitas siswa pada pemebelajaran I diperoleh persentase 50% yang termasuk kategori

cukup, pembelajaran II diperoleh 55% dengan kategori baik, pembelajaran III diperoleh 65%

dengan kategori baik. Sedangkan hasil observasi untuk guru pada pembelajaran I diperoleh

persentase 58,33% yang termasuk kategori baik, pembelajaran II diperoleh persentase 61,36% yang

termasuk kategori baik, pembelajaran III diperoleh persentase 65,90 yang termasuk kategori baik.

Kata Kunci: Snowball Throwing, Hasil Belajar

PENDAHULUAN

Pendidikan umumnya dan proses pendidikan khususnya, penggunaan metode yang tepat

dalam pengajaran merupakan hal sangat penting, karena keberhasilan pengajaran sangat tergantung

kepada cocok tidaknya penggunaan metode pengajaran terhadap suatu topik yang diajarkan

sehingga tujuan pengajarannya tercapai dengan baik. Jika pengetahuan tentang metode dapat

mengaplikasikannya dengan tepat maka sasaran untuk mencapai tujuan akan makin efektif dan

efisien.

Metode atau cara ataupun pendekatan yang diharapkan dapat terlaksana dengan baik, jika

materi yang akan diajarkan dirancang terlebih dahulu, misalnya saja dalam menerapkan suatu

metode dalam pengajaran matematika sebelumnya menyusun strategi belajar mengajar. Dengan

demikian strategi belajar mengajar yang telah disusun dapat ditentukan metode mengajarnya, alat

peraga yang digunakan, media pelajaran serta materi pendukung dalam pembelajaran. Suatu

pembelajaran dikatakan efektif bila menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan atau

dengan kata lain tujuan tercapai, bila makin tinggi kekuatannya untuk menghasilkan sesuatu makin

efektif metode tersebut. Sedangkan metode mengajar dikatakan efisien jika penerapannya dalam

menghasilkan yang diharapkan itu relatif menggunakan tenaga, usaha pengeluaran biaya, dan waktu

minimum atau semakin kecil tenaga, usaha, biaya dan waktu yang dikeluarkan semakin efisien

metode tersebut (Simanjuntak dalam Junaidi, 2012). Matematika merupakan salah satu mata

pelajaran yang diajarkan di sekolah dengan persentase jam pelajaran yang lebih dibandingkan

dengan mata pelajaran lain. Ironinya, matematika termasuk pelajaran yang tidak disukai. Banyak

siswa yang takut akan pelajaran matematika karena menurut mereka matematika itu suatu pelajaran

yang sulit dipahami dan membosankan. Salah satunya dapat disebabkan oleh model pembelajaran

guru.

Sebagai ilmu dasar, matematika menjadi salah satu pelajaran yang sulit, kurang diminati dan

disenangi oleh siswa, sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Demikian

Page 64: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 302

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

juga halnya yang terjadi pada siswa-siswi SMPN 21 Mataram, banyak siswa – siswi yang kurang

meminati pelajaran matematika bahkan adapula yang tidak suka dengan pelajaran matematika hal

ini sangatlah berpengaruh terhadap prestasi belajar, sebagaimana hasil observasi awal diperoleh

data Rata-rata Prestasi Belajar Matematika pada Kelas VII Semester 2 SMPN 21 mataram dapat

dijabarkan sebagai berikut kelas VII terdiri dari 4 kelas yaitu kelas VIIA, VII

B, VII

C dan VII

D. Kelas

VIIA dengan jumlah siswa 18 orang memiliki rata-rata nilai 62,22 dan KK 56%, kelas VII

B dengan

jumlah siswa 18 rata-rata nilai 61,39 dan KK 67%, kelas VIIC dengan jumlah siswa 20 orang

memiliki rata-rata nilai 42 dan KK 10%, selanjutnya kelas VIID dengan jumlah siswa 17 orang

memiliki rata-rata nilai 24,11 dan KK 6%.

Dari data tersebut terlihat bahwa prestasi belajar matematika siswa masih jauh dari

harapan dan sangat memprihatinkan. Kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang diterapkan oleh

SMPN 21 mataram untuk rata-rata nilai matematika adalah 65, sehingga semua kelas VII belum

memenuhi KKM tersebut terutama pada kelas VIIC dan VII

D, selain dari itu KK yang diterapkan di

sekolah tersebut belum tercapai yaitu 80%. Seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai

skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang

telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65. Rendahnya prestasi belajar tersebut

dipengaruhi banyak faktor diantaranya adalah dari siswa itu sendiri seperti, minat, keinginan,

motivasi, intelegensi dan dari guru itu sendiri yang berkaitan dengan cara mengajar dan metode

yang digunakan.

Permasalahan yang sering terjadi adalah motode pembelajaran guru. Metode mengajar guru

yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode yang kurang baik

itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran

sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap

mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau

gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar. Guru biasanya mengajar dengan metode ceramah

dan tanya jawab saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Khususnya

Guru matematika saat ini cenderung kurang bervariasi dalam mengajar, latihan yang diberikan

kurang bermakna dan umpan balik serta korelasi dari guru jarang diterapkan. Padahal guru

merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam peningkatan prestasi belajar siswa bahkan

merupakan center aktivitas di kelas. Guru bertanggung jawab mengatur, mengelola dan

mengorganisir kelas. Oleh karena itu, keberhasilan siswa di kelas yang paling berpengaruh dan

dominan adalah guru.

Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan Penggunaan strategi mengajar, pemilihan

strategi pembelajaran yang menarik dan dapat memicu siswa untuk ikut serta secara aktif dalam

kegiatan belajar mengajar yaitu model pembelajaran aktif. Pada dasarnya pembelajaran aktif adalah

suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Dimana peserta didik di

ajak untuk turut serta dalam proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan

fisik. Salah satu model pembelajaran aktif yang dapat mengatasi permasalahan tersebut yaitu model

pembelajaran snowball throwing.

Model pembelajaran Snowball Throwing merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan

cara siswa berkreatifitas membuat soal matematika dan menyelesaikan soal yang telah dibuat oleh

temannya dengan sebaik- baiknya. Penerapan model Snowball Trowing ini dalam pembelajaran

matematika melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar peningkatan

kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat terarah lebih baik. Salah satu kelebihan model

pembelajaran snowball throwing adalah pembelajaran menjadi efektif dan siswa terlibat aktif dalam

pembelajaran. Adapun kekurangan dalam model pembelajaran snowball throwing adalah murid

yang nakal cenderung untuk berbuat onar dan kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh

murid.

TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Prestasi

Belajar Matematika Siswa Pada Materi Pokok Bilangan Bulat Kelas VII SMPN 21 Mataram.

Page 65: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 303

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Eksperimen.

Penelitian Eksperimen ini digunakan untuk menyelidiki kemungkinan ada tidaknya Pengaruh

Model Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Materi

Pokok Bilangan Bulat Kelas VII SMPN 21 Mataram. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok

atau kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Desain pembelajaran yang digunakan dalam

penelitian ini adalah The Static Group Comparison : Randomized control group only design.

Rancangan ini terdiri atas dua kelompok, satu kelompok Eksperimen yang diberikan perlakuan dan

satu kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Pada keduanya dilakukan pasca-uji dan

hasilnya dibandingkan.

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen - X T2

Kontrol - - T2

M. Subana dan Sudrajat ( 2001 : 100 )

2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa-siswi SMPN 21 Mataram dan sampel yang

diambil dalam penelitian ini sebanyak dua kelas yaitu kelas VIIB sebagai kelas eksperimen dan

siswa kelas VIIC sebagai kelas kontrol.

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Adapun sumber

data yang digunakan oleh peneliti adalah primer dan data sekunder.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan aktivitas guru selama proses

pembelajaran matematika berlangsung. Alat bantu yang digunakan adalah lembar observasi

aktivitas belajar siswa dan lembar observasi aktivitas guru.

b. Tes

Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, penetahuan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh siswa. Penelitian ini yaitu

penelitian eksperimen murni, artinya tidak ada refleksi untuk mengulang kembali hal-hal yang telah

diteliti, penelitian ini hanya ingin mengetahui hasil akhir dari proses belajar mengajar dengan

menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing.

5. Uji instrument

Instrumen yang digunakan adalah lembar tes berupa tes pilihan ganda. Untuk menjamin

suatu tes yang disusun tersebut dapat menggambarkan kemampuan siswa dengan tepat maka

terlebih dahulu dilakukan uji validitas, reliabilitas,dan tingkat kesukaran dari tes tersebut.

a. Uji Validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.

Istilah “ valid “ sangat sukar dicari gantinya. Untuk menguji validitas dapat menggunakan rumus

korelasi product moment yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2011 : 72 ), yaitu :

∑ (∑ )(∑ )

√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +

Nilai rxy dikonsultasikan dengan tabel r-product moment dengan taraf signifikan 5%. Kriteria soal

valid, yaitu : Jika nilai rxy > rtabel, maka soal tersebut dikatakan valid. Jika nilai rxy< rtabel, maka soal

tersebut dikatakan tidak valid.

Page 66: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 304

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

b. Uji Reliabilitas

Uji reabilitas dengan menggunakan rumus K-R 20 (Suharsimi Arikunto, 2011 : 101), yaitu:

2

2

11

∑ 1 SB

pqSB

k

kr

Rumus ntuk mencari simpangan baku atau varians total yaitu :

(∑ )

Nilai r11 dikonsultasikan dengan tabel r-product moment. Kriteria soal reliabel, yaitu : Jika nilai

r11>rtabel, maka soal tersebut dikatakan reliabel. Jika nilai r11<r tabel, maka soal tersebut dikatakan

tidak reliabel.

c. Uji analisis tingkat kesukaran soal

Rumus untuk menentukan Indeks kesukaran butir soal (Suharsini Arikunto, 2011: 208), yaitu :

6. Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah menggunakan uji t. Sebelum

dilakukan uji tersebut sebelumnya dilakukan uji persyaratan yaitu uji normalitas data dan

homogenitas varians.

a. Uji Normalitas Data

Untuk mencari kecocokan atau untuk menguji apakah data tersebut terdistribusi normal atau

tidak, uji normalitas dapat dihitung dengan rumus:

h

ho

f

ffX

2

2 )(

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah untuk menguji varians tersebut homogen atau tidak, uji dilakukan

dengan rumus sebagai berikut:

ecilVarianterk

esarVarianterbF

Dengan kriteria penguji sebagai berikut:

Jika Fhitung ≥ Ftabel, berarti tidak homogen.

Jika Fhitung ≤ Ftabel, berarti homogen.

7. Pengujian Hipotesis

Kriteria hasil uji t-tes sebagai berikut:

- Jika thitung ≥ ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima

- Jika thirung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Data yang diperoleh untuk mengetahui prestasi belajar matematika siswa yaitu melalui

pemberian postes setelah semua submateri pokok bilangan bulat yang telah ditentukan pada silabus

selesai dipelajari.

Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Penelitian

No Kelompok Nilai Maks Nilai Min Rata-rata Standar Deviasi

1 Eksperimen 90 40 70,24 153,51

2 Kontrol 75 40 60,00 100

Data pada tabel 1.3 di atas merupakan data hasil postes yang digunakan untuk menguji

normalitas, homogenitas serta hipotesis yang telah ditentukan dengan menggunakan rumus t-tes(uji-

t).

JS

BP =

Page 67: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 305

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

2. Hasil Pengujian Asumsi a. Uji Validitas

Uji Validitas soal-soal tes sebanyak 20 butir soal yang diujikan kepada siswa kelas VIII

SMPN 21 Mataram didapatkan sebanyak 10 item butir soal yang valid dengan ketentuan rhitung rtabel

dan 10 diantaranya tidak valid dengan ketentuan rhitung rtabel dengan taraf segnifikan 5%.

b. Uji Reliabilitas

Dari 10 soal yang valid diatas, kemudian dilakukan uji reliabilitas. Setelah dilakukan uji

reliabilitas didapatkan r11

c. Uji Tingkat Kesukaran Soal

Uji analisis tingkaran kesukaran item soal memiliki variasi yang berbeda – beda yaitu sangat

sukar, sedang dan mudah. Dari 20 item soal yang diujikan terdapat 2 soal yang sukar, 12 soal yang

sedang dan 6 soal mudah.

3. Hasil Pengujian Hipotesis a. Uji Normalitas

Tabel 2. Uji Normalitas Data Pre-Tes

Kelas N hitungX 2

tabelX 2 Kesimpulan

Eksperimen 21 -43,73 11,07 Normal

Kontrol 21 -11,42 11,07 Normal

Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil perhitungan uji normalitas data pre-test kelas eksperimen

dan kelas kontrol dengan membandingkan harga chi kuadrat hitung dengan chi kuadrat tabel. Dari

hasil analisis diperoleh = -43,73 dan

= 11,07. Karena <

berarti data

pada kelas eksperimen yang diperoleh berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji normalitas pada

kelas kontrol diperoleh = -11,42 dan

= 11,07. Karena <

berarti data

yang diperoleh berdistribusi normal. Jadi nilai awal pada kelompok kontrol dan eksperimen

berdistribusi normal. Tabel 3. Uji Normalitas Data Postes

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil perhitungan uji normalitas data pos-test kelas

eksperimen dan kelas kontrol dengan membandingkan harga chi kuadrat hitung dengan chi kuadrat

tabel. Dari hasil analisis diperoleh = -23,83 dan

= 11,07. Karena <

berarti data pada kelas eksperimen yang diperoleh berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji

normalitas pada kelas kontrol diperoleh = -23,16 dan

= 11,07. Karena <

berarti data yang diperoleh berdistribusi normal. Jadi nilai akhir pada kelompok eksperimen

dan kontrol berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Tabel 4. Uji Homogenitas Data Postes

Kelas N F-hitung F-tabel Keterangan

Eksperimen 21 1,535 2,12 Homogen

Kontrol 21

Tabel 1.6 menunjukan bahwa hasil perhitungan pada data postes diperoleh Fhitung = 1,535

dan Ftabel = 2,12 pada taraf signifikan 5% dengan dk pembilang (n-1) = 21-1 = 20 dan dk

penyebut (n-1) = 21-1 = 20, tampak bahwa Fhitung < Ftabel sehingga menunjukkan varians

homogeny.

c. Uji Hipotesis

Untuk menguji kreteria “t” maka diajukan hipotesis yaitu “Ha diterima jika t hitung > t tabel”

dengan dk = N1 + N2 – 2 pada taraf signifikan 5% dengan uji satu pihak. Berdasarkan pengujian

Kelas N hitungX 2

tabelX 2 Kesimpulan

Eksperimen 21 -23,83 11,07 Normal

Kontrol 21 -23,16 11,07 Normal

Page 68: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 306

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

yang dilakukan, maka didapatkan thitung = 2,593 sedangkan ttabel = 2,02 dapat disimpulkan bahwa t

hitung = 2,593> t tabel =2,02 ini berarti bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima.

4. Hasil Observasi Berdasarkan hasil observasi siswa pada pembelajaran I terdapat beberapa hambatan dan

kekurangan, antara lain :

a. Kurangnya semangat siswa untuk belajar.

b. Siswa terpengaruh terhadap gangguan dari luar selama pembelajaran berlangsung.

c. Tidak semua siswa aktif dalam proses pembelajaran.

Tabel 5. Hasil Observasi Siswa Pada Pembelajaran I

Item Hasil yang Diperoleh

Jumlah siswa seluruhnya 21

Banyak aspek yang diamati 5

Skor total 20

Skor yang diperoleh 10

Pesentase 50%

Kategori Cukup

Pada pembelajaran I skor yang diperoleh 10 dengan persentase aktivitas siswa selama

pembelajaran sebesar 50%. Selengkapnya perkembangan aktivitas siswa selama pembelajaran

terdapat pada lampiran 28. Selanjutnya hasil observasi guru pada pembelajaran I secara ringkas

dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil Observasi Guru Pada Pembelajaran I

Item Hasil yang diperoleh

Jumlah skor aktivitas guru 28

Jumlah skor seluruhnya 48

Banyak aspek yang diamati 12

Persentase 58,33%

Kategori Baik

Berdasarkan hasil observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru pada kelas eksperimen

selama pembelajaran memperoleh skor 28 dengan persentase kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran sebesar 58,33 %. Selengkapnya perkembangan kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran terdapat pada lampiran 27. Selanjutnya hasil observasi siswa pada pembelajaran II

secara ringkas dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil Observasi Siswa Pada Pembelajaran II

Item Hasil yang Diperoleh

Jumlah siswa seluruhnya 21

Banyak aspek yang diamati 5

Skor total 20

Skor yang diperoleh 11

Pesentase 55 %

Kategori Baik

Pada pembelajaran II skor yang diperoleh 11 dengan persentase aktivitas siswa selama

pembelajaran sebesar 55%. Selengkapnya perkembangan aktivitas siswa selama pembelajaran

terdapat pada lampiran 28. Selanjutnya hasil observasi guru pada pembelajaran II secara ringkas

dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Hasil Observasi Guru Pada Pembelajaran II

Item Hasil yang diperoleh

Jumlah skor aktivitas guru 27

Jumlah skor seluruhnya 44

Banyak aspek yang diamati 11

Persentase 61,36 %

Kategori Baik

Page 69: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 307

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan hasil observasi pengelolaan guru pada pembelajaran II kelas eksperimen

selama pembelajaran memperoleh skor 27 dengan persentase kemampuan guru mengelola

pembelajaran 61,36%. Untuk selengkapnya perkembangan kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran terdapat pada lampiran 27. Berdasarkan hasil observasi siswa pada pembelajaran III

secara ringkas dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Hasil Observasi Siswa Pada Pembelajaran III

Item Hasil Yang Diperoleh

Jumlah siswa seluruhnya 21

Banyak aspek yang diamati 5

Skor total 20

Skor yang diperoleh 13

Persentase 65%

Kategori Baik

Pada pembelajaran III skor yang diperoleh 13 dengan persentase aktivitas siswa selama

pembelajaran sebesar 65%. Selengkapnya perkembangan aktivitas siswa selama pembelajaran

terdapat pada lampiran 28. Selanjutnya hasil observasi guru pada pembelajaran III secara ringkas

dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Hasil Observasi Guru Pada Pembelajaran III

Item Hasil yang diperoleh

Jumlah skor aktivitas guru 29

Jumlah skor seluruhnya 44

Banyak aspek yang diamati 11

Persentase 65,90%

Kategori Baik

Berdasarkan hasil observasi pengelolaan guru pada pembelajaran III kelas eksperimen

selama pembelajaran memperoleh skor 29 dengan persentase kemampuan guru mengelola

pembelajaran 65,90%.

5. Pembahasan Hasil Penelitian Penggunaan model pembelajaran snowball throwing ini telah membuat siswa melakukan

kegiatan dalam belajar dengan baik yang tentunya berpengaruh baik pula terhadap pencapaian

prestasi belajar siswa itu sendiri. Selain itu, dengan penggunaan model pembelajaran snowball

throwing, proses pembelajaran menjadi menyenangkan.

Dalam penelitian ini dimana siswa yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran

snowball throwing mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang

tidak mendapatkan perlakuan model pembelajaran snowball throwing. Kondisi ini terjadi karena

proses belajar mengajar dengan pengajaran model snowball throwing dapat menuntut siswa untuk

lebih dalam berbagai kegiatan yang diberikan serta mempertimbangkan proses berpikir akan

ditimbulkan pada diri siswa. Siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran snowball

throwing artinya siswa dapat memperoleh perlakuan yang istimewa dalam pelajaran matematika.

Setiap guru menyadari bahwa dalam proses belajar mengajar selalu ada siswanya yang

mengalami kesulitan belajar sehingga siswa tidak mampu mencapai ketuntasan belajar. Kesadaran

tersebut belum sepenuhnya ditindaklanjuti oleh guru untuk mengupayakan solusinya. Dalam

pembahasan ini, diajukan salah satu bentuk bantuan yang dapat diberikan oleh guru untuk mencapai

ketuntasan belajar yaitu memberikan kegiatan pembelajaran menggunakan metode snowball

throwing. Dimana dalam hal ini menuntut siswa untuk lebih aktif dalm kegiatan proses belajar

mengajar sehingga para siswa akan berusaha dengan berbagai cara untuk memahami setiap

pelajaran yang diberikan melalui diskusi dan interaksi dengan teman-temannya di kelas. Dengan

diperolehnya pengajaran yang lebih banyak kualitasnya, maka jelas akan memberikan pengaruh

pada kemampuan siswa. Siswa yang mendapatkan model pembelajaran snowball throwing, baik

dalam bentuk tugas / latihan yang berbeda disetiap minggunya oleh guru akan memberikan

Page 70: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 308

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

pemahaman dan pengalaman yang lebih, maka siswa yang memperoleh pemahaman dan

pengalaman yang lebih banyak akan mempunyai hasil yang lebih baik.

KESIMPULAN

1. Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, maka didapatkan thitung = 2,593 lebih

besar dari ttabel = 2,02 (t hitung = 2,593> t tabel =2,02) sehingga hipotesis alternatif (Ha) diterima dan

hipotesis nol (Ho) ditolak.

Sesusai dengan hasil observasi aktivitas siswa pada pemebelajaran I diperoleh persentase

50% yang termasuk kategori cukup, pembelajaran II diperoleh 55% dengan kategori baik,

pembelajaran III diperoleh 65% dengan kategori baik. Sedangkan hasil observasi untuk guru pada

pembelajaran I diperoleh persentase 58,33% yang termasuk kategori baik, pembelajaran II

diperoleh persentase 61,36% yang termasuk kategori baik, pembelajaran III diperoleh persentase

65,90 yang termasuk kategori baik.

2. Saran

a. Kepada Guru Bidang Studi Matematika

Kepada Bapak / Ibu guru SMP Negeri 21 Mataram khususnya guru bidang studi

matematika diharapkan agar lebih meningkatkan kiprahnya dalam setiap kegiatan siswa baik

yang dilakukan didalam kelas maupun diluar kelas sesuai dengan program dan kurikulum yang

ada, dalam mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan.

b. Kepada Siswa

Bagi siswa diharapkan membiasakan diri untuk menanyakan materi yang dianggap sulit dan

belum dimengerti serta tanpa ragu menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari guru maupun teman-

temannya.

c. Bagi Peneliti

Bagi peneliti untuk kedepannya diharapkan dapat lebih profesional dalam menerapkan

model pembelajaran snowball throwing dan mencoba menerapkannya pada materi pokok yang lain

dengan cakupan yang lebih luas.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, S. B. 2012. Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Fikri, Yusuf. 2013. Model Pembelajaran Snowball Throwing.

Irzani, 2010. Matematika 1 Untuk Calon Guru SD/MI. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta.

Junaidi, Wawan. 2012. Metode Mengajar Matematika dalam Simanjuntak, Lisnawati Dra.,dkk.

Metode Mengajar Matematika 1. Nuharini, Dewi. 2008. Matematika Konsep dan

Aplikasinya Kelas 7 SMP. Bandung: CV Usaha Makmur.

Purwanto, Ngalim. 2012. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Slameto, Drs. 2010. Belajar dan Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Subana, dkk. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Subana, M dan Sudrajat. 2001. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV Pustaka Setia.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Syahrir. 2010. Metodologi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Naufan Pustaka.

Tim Penyusun. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Makalah, Artikel, dan Laporan

Penelitian). Mataram: UNW Mataram

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan

Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Wati, Patma. 2012. Penerapan Metode Snowball Throwing Dalam Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn).

Page 71: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 309

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Watik Y, Istiqomah, Agus Budi H, dkk.2008. Matematika untuk SMP/MTs Kelas VII. Solo: CV.

Sindunata.

Page 72: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 310

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

ANALISIS KESULITAN SISWA AUTIS DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI

BILANGAN BULAT DI SLBN PEMBINA MATARAM

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Yulia Permata Sari 1; Sutarto

2; Yuntawati

3

1,2,3Pendidikan Matematika Fakultas FPMIPA Ikip Mataram

e-mail: [email protected]

Abstrak: Berdasarkan masalah yang ditemukan pada siswa tunagrahita yaitu sulitnya siswa-

siswa tungrahita meneyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat.

Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kesulitan yang dihadapi siswa

tunagrahita dalam menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan. Penelitian dilakukan di

SMPLB NEGERI PEMBINA Mataram pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019. Subjek

penelitian terdiri dari 3 siswa tuna grahita kelas VII SMPLB Negeri Pembina Mataram. Jenis

penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, metode dalam penelitian menggunakan metode penelitian

kualitatif. Teknik pemilihan subjek penelitian ini adalah purposive sampling. Analisis data yang

mengacu pada pendapat Miles dan Huberman adalah reduksi data, pemaparan data, analisis data,

dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan yang dihadapi siswa tunagrahita

sebagai berikut: (1) siswa tidak dapat melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan dengan

benar (Dyscalculia), dan (2) tidak dapat membedakan simbol pengurangan (Visual Processing

Disorder).

Kata Kunci: Analisis, Kesulitan, Penjumlahan dan Pengurangan, Tunagrahita

PENDAHULUAN

Matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang diajarkan di lembaga pendidikan pada

setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ada sejumlah alasan perlunya siswa belajar matematika, yaitu:

(1). Matematika merupakan sarana berfikir yang jelas dan logis, (2). Sarana untuk memecahkan

masalah sehari-hari, (3). Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman (4).

Sarana untuk mengembangkan kreativitas dan (5). Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap

perkembangan budaya (Murtadlo, 2013). Oleh karena itu, mata pelajaran ini diberikan kepada

setiap peserta didik agar bisa dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula untuk

peserta didik dengan berkebutuhan khusus yang menempuh pendidikan khusus maupun di sekolah

luar biasa.

Menurut (Peeters, 2012) autisme merupakan suatu gangguan perkembangan, gangguan

pemahaman/gangguan pervasif, dan bukan suatu bentuk penyakit mental. Dengan berperilaku

berupa kurangnya interaksi sosial, penghindaran kontak mata, kesulitan dalam mengembangkan

bahasa dan pengulangan tingkah laku. Selain itu menurut saya bahwa individu autis merupakan

sosok yang unik sehingga cara belajar dan penerimaan informasi juga berbeda dengan individu

lainnya. Untuk itu, bagi peserta didik berkebutuhan khusus (autis) juga perlu diberikan bidang studi

ini. Keterbatasan atau hambatan tertentu yang menghambat mereka di dalam mempelajari

matematika diperlukan dalam pembelajaran dimodifikasi ke arah konkrit dan fungsional, atau

dengan mediasi pesan melalui indera yang masih berfungsi. Modifikasi itulah yang sebagai bentuk

layanan khusus untuk anak-anak autis sesuai golongannya masing-masing. Dapat dipahami bahwa

pendidikan khusus di SLB merupakan kebebasan hak anak dalam memperoleh pendidikan, tidak

mengesampingkan adanya diskriminasi atas dasar dari kondisi fisik, intelektual, sosial atau kondisi

lainnya. Oleh karena itu, semua anak mendapatkan perlakuan yang sama dan mempunyai hak

maupun kewajiban yang sama begitupun juga dengan anak berkebutuhan khusus (autis).

Melihat pentingnya matematika untuk setiap kalangan tanpa adanya pengecualian,

pemerintahpun mendirikan tempat khusus untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus (autis) salah

satunya di Sekolah Luar Biasa. Sekolah Luar Biasa (SLB) sebagai lembaga pendidikan khusus

Page 73: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 311

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

yang menampung anak dengan jenis kelainan yang sama. Pemerintah sudah berusaha untuk

memberikan pelayanan pendidikan bagi mereka yang memiliki kelainan atau kecerdasan luar biasa

untuk memperoleh kesempatan belajar. Melalui layanan Sekolah Luar Biasa, potensi yang dimiliki

oleh anak berkebutuhan khusus, diharapkan dapat dikembangkan secara optimal, sehingga

eksistensi kebutuhan anak berkebutuhan khusus di masyarakat tidak menjadi beban bagi

lingkungannya. Dan tidak menutup kemungkinan dengan keadaan anak-anak autis yang kita

ketahui, mereka juga penting untuk mempelajari pelajaran matematika seperti anak-anak normal

lainnnya.

Adapun masalah yang ditemukan oleh peneliti saat melakukan observasi awal, yaitu para

siswa-siswi tidak terlalu memperhatikan guru yang menjelaskan, cendrung melakukan kegiatan

masing-masing, dan tidak peduli keadaan sekitar. Kemudian informasi melalui wawancara yang

peneliti lakukan pada salah satu guru matematika bernama Riana yang mengajar kelas VII SLBN

Pembina Mataram, yaitu sebagian besar siswa-siswi memiliki kekurangan dalam belajar

matematika. Salah satu kekurangan pada anak-anak SLBN Pembina Mataram yaitu sulitnya mereka

memahami operasi penjumlahan dan pengurangan pada materi bilangan bulat.

Dalam kamus besar bahasa indonesia menyatakan bahwa kesulitan berasal dari kata “sulit”

yang mempunyai arti “sukar sekali” atau “perkara yang sukar diselesaikan” (KBBI, 2005).

Kesulitan belajar adalah kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu untuk

mencapai hail belajar. Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses

psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan

Abdurahman (dalam Haryatni, 2014). Perlunya dilakukan analisis kesulitan siswa dalam penelitian

ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk kesulitan siswa-siswa autis tersebut dalam

menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan dalam materi bilangan bulatserta akan

menjadi acuan guru-guru autis untuk melakukan perbaikan kedepannya atau untuk mengatasi

kesulitan-kesulitan siswa dalam pemahaman mereka.

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti berupaya untuk menganalisis kesulitan siswa

dengan mengadakan penelitian jenis kualitatif dengan judul “Analisis Kesulitan Siswa Autis Dalam

Menyelesaikan Soal Operasi Bilangan Bulat Di SLBN Pembina Mataram Tahun Pelajaran

2017/2018 ”.

RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimanakah Bentuk kesulitan Siswa autis SLBN Pembina Mataram Dalam menyelesaikan soal

operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat ?”. Dan maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menganalisis bentuk kesulitan Siswa autis SLBN Pembina Mataram Dalam

menyelesaikan soal operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

RUANG LINGKUP PENELITIAN

Adapun pembatasan ruang lingkup ini bertujuan membatasi hal yang dibahas untuk

memperlancar proses penelitian. Cakupan dari ruang lingkup tersebut adalah sebagai berikut:

1. Subjek Penelitian

Adapun subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPLB/C SLBN Pembina Mataram tahun

pelajaran 2017/2018, yang merupakan siswa Tunagrahita.

2. Materi dalam penelitian adalah materi Operasi Penjumlahan dan Pengurangan pada Bilangan

Bulat

DEFINISI OPERASIONAL

Penjelasan istilah-istilah judul yang dipakai dalam judul ini perlu dijelaskan sebagai berikut:

1. Analisis

Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk

megetahui kekadaan yang sebenarnya.

2. Kesulitan dalam menyelesaikan soal

Kesulitan adalah kesusahan atau kesukaran.

3. Autis

Page 74: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 312

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Autis merupakan gangguan perkembangan, gangguan pemahaman atau gangguan pervasive.

4. Tunagrahita

Tunagrahita merupakan anak yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata daya tangkap lemah,

mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungan, memiliki kelainan atau cacat mental.

LANDSAN TEORI

1. Autis

Kata autis sendiri berasal dari perkataan Yunani, auto yang berarti diri sendiri atau sendiri. Eugen

Blueler adalah orang pertama yang menggunakan istilah autis yang merujuk kepada sebuah arti

kurang atau tidak ada hubungan dengan orang lain dan dunia luar. Istilah autis sekarang lebih

mengarah kepada masalah perkembangan khususnya masalah perkembangan mental. Masalah

perkembangan mental pada individu autis dapat diamati dari perilaku yang ditunjukkan, sebagian

besar tidak sesuai dengan harapan lingkungannya (Kamid, 2012).

Autisme adalah gejala menutup diri sendri secara total tidak mau berhubungan lagi dengan dunia

luar, serta merupakan gangguan yang kompleks, mempengaruhi prilaku, dengan akibat kekurangan

kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain (Mulyati, 2010).

Jadi, Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan, gangguan pemahaman/gangguan

pervasif, dan bukan suatu bentuk penyakit mental. Sekolah Luar Biasa (SLB) sebagai lembaga

pendidikan khusus yang menampung anak dengan jenis kelainan yang sama. Pemerintah sudah

berusaha untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi mereka yang memiliki kelainan atau

kecerdasan luar biasa untuk memperoleh kesempatan belajar.

2. Tunagrahita

Tunagrahita merupakan seseorang yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata, mengalami

kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungan, berfikir logis dan memusatkan perhatian. Salah

satu karakteristik anak tunagrahita adalah ketidakmampuan dalam berpikir abstrak dan mudah lupa,

oleh sebab itu maka dalam mengajarkan materi pelajaran matematika tidak langsung pada tahap

pembelajaran secara abstrak tetapi harus bertahap mulai dari tahap konkrit, semi konkrit dan

abstrak. Kemampuan penalaran anak tunagrahita terbatas pada tahap berpikir konkrit (Saputri, dkk,

2017).

Menurut American Asociation on Mental Deficiency dalam (Yosiani, 2014) mendefinisikan

Tunagrahita sebagai suatu kelainan yang fungsi intelektual umumnya di bawah rata- rata. Biasanya

anak- anak tunagrahita akan mengalami kesulitan dalam “Adaptive Behavior” atau penyesuaian

perilaku. Hal ini berarti anak tunagrahita tidak dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan

ukuran (standard) kemandirian dan tanggung jawab sosial anak normal yang lainnya dan juga akan

mengalami masalah dalam keterampilan akademik dan berkomunikasi dengan kelompok usia

sebaya. Definisi yang ditetapkan American Asociation on Mental Deficiency yang dikutip oleh

Grossman yang mengatakan artinya bahwa ketunagrahitaan mengacu pada sifat intelektual umum

yang secara jelas dibawah rata-rata, bersama kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan

berlangsung pada masa perkembangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa :

a. Anak tunagrahita memiliki kecerdasan dibawah rata-rata sedemikian rupa dibandingkan dengan

anak normal pada umumnya.

b. Adanya keterbatasan dalam perkembangan tingkah laku pada masa perkembangan.

c. Terlambat atau terbelakang dalam perkembangan mental dan sosial.

d. Mengalami kesulitan dalam mengingat apa yang dilihat, didengar sehingga menyebabkan

kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi.

e. Mengalami masalah persepsi yang menyebabkan tunagrahita mengalami kesulitan dalam

mengingat berbagai bentuk benda (visual perception) dan suara (audiotary perception).

f. Keterlambatan atau keterbelakangan mental yang dialami tunagrahita menyebabkan mereka tidak

dapat berperilaku sesuai dengan usianya.

3. Kesulitan Menyelesaikan soal

Kesulitan adalah kesusahan atau kesukaran (Poerwadarminta 2007:121). Fenomena kesulitan

belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi

Page 75: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 313

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

belajarnya. Rendahnya tingkat keberhasilan dalam pembelajaran matematika dikarenakan beberapa

alasan, diantaranya karena faktor kesulitan siswa dalam menerima materi pada pelajaran

matematika, dan faktor yang lain disebabkan karena ketidakmampuan siswa dalam memecahkan

masalah matematika. Penyelesaian soal atau pemecahan suatu soal adalah aplikasi dari konsep dan

keterampilan. Dalam pemecahan soal biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan

keterampilan dalam situasi baru atau situasi yang berbeda (Sholekah, dkk, 2017).

Kesulitan belajar dan masalah belajar menjadi istilah yang menggambarkan seorang anak mulai

mengalami kesulitan belajar di sekolah. Di beberapa negara juga digunakan sebagai sinonim untuk

ketidakmampuan belajar. Setiap orang mungkin mengalami kesulitan belajar ringan dan berat, yang

disebabkan oleh faktor internal atau eksternal. Jenis-jenis Kesulitan Belajar menurut Murtadlo

(2013) adalah sebagai berikut:

a. Disleksia

b. Dyspraxia (Gangguan Integrasi Sensory)

c. Dyscalculia

d. Dysgraphia

e. Auditory Processing Disorder

f. Visual Processing Disorder

g. Attention Deficit Disorder (ADD)

Dalam penelitian ini definisi kesulitan yang digunakan menurut Cooney (dalam Sholekah, 2017)

yang dikategorikan dalam 2 jenis, yaitu: a). kesulitan dalam menerapkan prinsip, b). kesulitan

dalam menyelesaikan masalah verbal atau soal cerita.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan

menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai fenomena realitas

sosial yang ada dimasyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu

kepermukaan sebagai suatu ciri, karater, sifat, model, atau gambaran tentang kondisi, situasi,

ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2007). Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitan ini

adalah metode penelitian kualitatif (Sugiyono, 2015)

Adapun instrumen utama yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, yang

bertujuan untuk mencari dan mengumpulkan data secara langsung dari sumber data. Sedangkan

instrumen bantu dalam penelitian ini adalah lembar soal, pedoman wawancara dan

dokumentasi.Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisi data

kualitatif. Teknik analisis data kualitatif dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai data

yang diamati agar bermakna dan komunikatif. Analisis yang dilakukan adalah analisis data menurut

model Miles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data, display data, dan mengambil kesimpulan

dan verifikasi (Sugiyono, 2013).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. S1 AR

Gambar 1. Lembar jawaban S1 AR

Page 76: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 314

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

2. S2 AN

Gambar 2. Lembar jawaban S2 AN

3. S3 EG

Gambar 3. Lembar jawaban S3 EG

PEMBAHASAN

Dari jawaban siswa terlihat bahwa siswa tidak mampu menentukan penyelesaian yang

diharapkan, siswa rata-rata langsung menuliskan jawaban tanpa adanya langkah penyelesaian soal

yang diharapkan dan tanpa adanya coretan dari jawaban tersebut, meskipun hasil operasinya itu

tidak benar. Ini menunjukkan bahwa siswa tidak memahami permasalahan dalam soal dan Siswa

tidak melakukan proses berpikir serta mengevaluasi hasil pekerjaanya. Dari analisis terhadap

lembar jawaban dapat dikatakan bahwa siswa Tuna Grahita memiliki kemampuan di bawah rata-

rata, daya tangkap lemah, memiliki kecenderungan mengalami kesulitan seperti dalam

menfokuskan pikiran, tidak dapat berhitung dengan benar,tidak mengenal bilangandengan baik,dan

tidak dapat membedakan simbol pengurangan.

Diamati dari aktivitas siswa mengerjakan soal adalah sebagai berikut: Pertama-tama setelah

diminta mengerjakan soal, siswa terlihat mengamati soal (membaca dalam waktu singkat beberapa

detik) dan mulai mengerjakan (tanpa berpikir atau mangamati soal sejenak tentang soal yang

diberikan). Siswa menggerak-gerakkan pena dan kemudian menuliskan jawaban (mungkin jawaban

soal yang diberikan), kadang-kadang terlihat berhitung menggerakkan jari. Menurut Ibraheem &

Khan dalam (Hardianto: 38) gerakan fisik yang berarti dari jari-jari, tangan, lengan atau bagian lain

dari tubuh yang menyertai lisan dalam berkomunikasi, bertujuan untuk mempertegas informasi

yang disampaikan. Tidak terlihat ekspresi kesulitan, raut muka terlihat datar. Akan tetapi

terkadangpada soal lain terlihat alis berkerut beberapa detik (hanya sesaat). Sesuai dengan yang

dikatakan Amynarto (2018) bahwa ekspresi wajah sangat penting untuk menggambarkan

emosiyang dialami oleh seseorang dan gerakan wajah singkat yang mengungkapkan emosi disebut

emosi mikro yang ditampilkan dalam durasi yang sangat pendek. Dari hasil penelitian di atas

terlihat bahwa siswa Tuna Grahita tidak terlihat merasa sulit dan secara lancar menuliskan jawaban

yang diperkirakan merupakan jawaban dari soal yang diberikan. Siswa tidak terlihat melakukan

pengecekan ulang terhadap jawaban yang diberikan. Tidak dapat melakukan analisis terhadap

masalah yang terdapat dalam soal, Ia hanya menuliskan jawaban-jawaban yang tidak menuju pada

jawaban yang diminta. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa terlihat tidak berpikir, ia

seakan tidak memutar kembali informasi yang pernah diterima. Selanjutnya menunjukkan bahwa

siswa autis khususnya Tuna Grahita tidak dapat menyelesaikan soal cerita yang komplek. Dan

Siswa memiliki kesulitan dalam menfokuskan kosentrasi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa bentuk

kesulitan siswa autis SLBN Pembina Mataram dalam menyelesaikan soal operasi penjumlahan dan

Page 77: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 315

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

pengurangan pada bilangan bilangan bulat yang berhasil diidentifikasi dalam lembar jawaban siswa,

video, hasil wawancara dan pengamatan langsung peneliti adalah (1) siswa tidak dapat melakukan

operasi penjumlahan dan pengurangan dengan benar (Dyscalculia), dan (2) tidak dapat

membedakan simbol pengurangan (Visual Processing Disorder).

DAFTAR RUJUKAN

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, kebijakan Publik, daan Ilmu

Sosial Lainnya. Surabaya: PRENADA MEDIA GRUP.

Dewi, Anita, dan Imam, Sujadi, dan Riyadi.. 2014. Strategi Guru Dalam Membelajarkan

Matematika Pada Materi Lingkaran Kepada Anak Tunagrahita. Jurnal Elektronik

Pembelajaran Matematika, ISSN: 2339-1685 Vol.2, No.8

Haryatni, Anggina Pratiwi. 2014. Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Pada

Siswa SMP Negeri 5 Kota Jambi. Program Studi Bimbingan Dan Konseling Fakultas

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi : Jambi.

Hasibuan, Irwitadia. 2015. Hasil belajar siswa pada materi bentuk aljabardi kelas vii smp negeri 1

banda aceh tahun pelajaran 2013/2014. Jurnal peluang: volume 4, nomor 1

Kamid, 2012. Analisis Kendala Siswa Autis dalam Menyelesaikan Soal Matematika Bentuk Cerita

(Kasus Low Function), Aksioma: Volume 01 Nomor 1

Kuntjojo, 2009. Metodologi Penelitian. kediri

Limardani, Gathut.2015. Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Operasi Aljabar

Berdasarkan Teori Pemahaman SKEMP Pada Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 4 Jember.

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Jember : Jember

Mulyati, Sri. 2010. Pennanganan Tehadap Anak Autis. Semarang: SINDUR PRES

Murtadlo, Ali. 2013. Kesulitan Belajar (Learning Difficult) Dalam Pembelajaran Matematika. Edu-

Math:Vol 4

Nuraini, Fauziah. 2009. Strategi Dan Teknik Pembelajaran Pada Anak Dengan Autisme. Forum

Kependidikan:Volume 29, Nomor 1

Peeters, Theo. 2004. Panduan Autisme Terlengkap. Jakarta: Diang Rakyat

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 tentang

Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Kelainan Dan Memiliki Potensi

Kecerdasan atau Bakat Istimewa

Saputri, Shinta, dan Eka Fitria Ningsih dan Santi Widyawati. 2017. Analisis Kesulitan Anak

Tunagrahita Dalam Menyelesaikan Soal Operasi Penjumlahan Di Sekolah Luar Biasa

(Slb) Harapan Ibu Metro. MaPan

Jurnal Matematika dan Pembelajaran p-ISSN: 2354-6883 ; e-ISSN: 2581-172X Volume 5, No 2

Sholekah, Lailli Ma’atus, dan Anggreini, Dewi dan Waluyo, Adi.2017. Analisis Kesulitan Siswa

Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Ditinjau Dari Koneksi Matematis Materi Limit

Fungsi. Wacana Akademika: Volume 1 No 2 Tahun 2017

Sudibyo, Bambang. 2009. Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Kelainan Dan

Memiliki Potensi Kecerdasan Dan/Atau Bakat Istimewa. Jakarta: Menteri Pendidikan

Nasional

Sugiyono,2013. Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif dan R&D. Bandung: Hak Cipta

Sugiyono, 2016. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta

Yosiani, Novita. 2014. Relasi Karakteristik Anak Tunagrahita Dengan Pola Tata Ruang Belajar Di

Sekolah Luar Biasa. Architecture Vol. 1, No. 2 (2014) ISSN: 2355-4274

Page 78: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 316

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

KREATIFITAS MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL TERBUKA PADA

MATERI VEKTOR

Zukhrufurrohmah

Universitas Muhammadiyah Malang

e-mail: [email protected]

Abstrak: Kreatifitas merupakan hal terpenting yang perlu dimiliki untuk menghadapi dan

menyelesaikan masalah. Melatih kreatifitas diri terus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

menyelesaikan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk medeskripsikan kreatifitas matematis

mahasiswa tingkat tiga dalam menyelesaikan soal terbuka materi vektor. Kreatifitas matematis pada

penelitian ini diukur dengan indikator berdasarkan aspek kelancaran, keluwesan, dan keaslian.

Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan tahapan pertama, identifikasi fenomena, kreatifitas

mahasiswa dalam menyelesaikan soal terbuka materi vektor. Kedua, identifikasi subjek penelitian, 41

mahasiswa tingkat tiga. Ketiga, dugaan umum, cara menyelesaikan soal terbuka vektor dapat

menggambarkan kreatifitas mahasiswa. Keempat, mengumpulkan data, hasil jawaban mahasiswa dan

data dianalisis menggunakan indikator berfikir kritis. Kelima, interpretasi dan simpulan, dengan

menggunakan indikator untuk mendeskripsikan hasil pekerjaan siswa dan menyimpulkan. Hasil

penelitian menunjukkan 10% mahasiswa dapat dikatakan kreatif dalam menyelesaikan permasalahan

yang diberikan karena memenuhi ketiga aspek kreatifitas yang telah ditetapkan, 22% mahasiswa

dikatakan cukup kreatif karena memenuhi dua aspek dari ketiga aspek yang ditetapkan, dan 68%

mahasiswa termasuk kategori kurang kreatif karena memenuhi kurang dari atau sama dengan satu

aspek dari tiga aspek yang ditentukan. Simpulan yang diperoleh menunjukkan bahwa aspek yang

paling sedikit terpenuhi adalah aspek keluwesan yang menunjukkan bahwa mahasiswa tidak dapat

menyajikan lebih dari satu cara berbeda.

Kata Kunci: Kreatifitas, Soal Terbuka, Vektor

PENDAHULUAN

Kreatif diartikan sebagai suatu hal baru yang dihasilkan dari suatu yang sudah ada atau

perwujudan dari yang baru dalam kenyataan (Elfitra, 2017). Kreatif dapat diartikan juga sebagai

sajian selesaian permasalahan dari sudut pandang berbeda sehingga permasalahan yang tidak dapat

diselesaikan menjadi terselesaikan atau masalah yang diselesaikan dengan cara rumit menjadi

terselesaikan dengan cara sederhana. Kreatif akan nampak dari ide menjadi perwujudan nyata dalam

menyelesaikan masalah.

Kreatif dapat dikaitkan dengan berfikir matematis, yang lebih dikenal dengan berfikir kreatif

matematis. Kemampuan berfikir matematis dapat diartikan sebagai kemampuan mahasiswa yang

dapat menyajikan selesaian masalah dengan lebih dari satu penyelesaian, berfikir lancar, luwes,

mengelaborasi berbagai konsep, dan memiliki orisinalitas dalam menyelesaikan matematika

(Marliani, 2015). Di sisi lain berfikir kreatif dapat dipandang sebagai suatu daya yang dapat

menciptakan gagasan baru, konsep dan ide baru, bersifat asli dan imajinatif dalam menyelesaikan

permasalahan dengan memanfaatkan data, informasi dan konsep yang ada (Elfitra, 2017).

Manfaat berfikir kreatif dapat dirasakan pada kehidupan seseorang seperti menambah

pengetahuan baru dan menciptakan penyelesaian masalah baru (Marliani, 2015). Berfikir kreatif

akan sangat berguna untuk menyelesaikan permasalahan matematika dan permasalahan sehari-hari

yang dihadapi mahasiswa, terlebih lagi di era industry 4.0 (Novita & Putra, 2016). Oleh karena hal

tersebut, penting bagi pembelajara dan pengajar matematika untuk selalu melatih dan

mengembangkan kemampuan berfikir kreatif.

Kreatifitas mahasiswa dapat menjadi salah satu indikator kemampuan pemecahan masalah

yang dimiliki. Penelitian Amidi (2018) dan Murtafiah (2017) menyatakan bahwa kemampuan

berfikir kritis searah dengan tingkat kemampuan mahasiswa. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

Page 79: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 317

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

bahwa terdapat pengaruh positif antara berfikir kreatif mahasiswa terhadap prestasi belajar

matematika mahasiswa (U.S, 2012). Dengan kata lain, kemampuan kreatifitas mahasiswa yang

rendah akan berdampak pada buruknya kemmapuan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Kemampuan berfikir kreatif meliputi beberapa aspek yaitu aspek kelancaran yaitu mahasiswa

menjawab masalah matematika secara tepat dan tidak bertele-tele, keluwesan yaitu mahasiswa

menjawab masalah memalayi cara yang tidak baku, keaslian yaitu kemampuan mahasiswa

menjawab dengan menggunakan bahasa sendiri berdasar ide yang digunakan, dan elaborasi yaitu

kemampuan memunculkan gagasan baru dalam menjawab masalah yang diberikan (Setiyani, 2013).

Amidi (2018) memaparkan aspek kreatifitas menjadi empat aspek, yaitu: (1) bersifat lancar yang

berarti menghasilkan banyak gagasan yang relevan dan disajikan dengan lancar, (2) berfikir luwes

yangartinya menghasilkan gagasan beragam dengan pendekatan dan arus beragam, (3) berfikir

orisinil yang artinya memberikan jawaban yang tidak lazim atau lain dari yang lain, (4) berfikir

terperinci yang artinya mengembangkan, menambah dan memperkaya secara detail gagasan yang

disajikan. Siswaono (2011) mengelompokkan aspek kreatifitas diukur melalui aspek fluency dalam

penyelesaian masalah mengarah pada kemampuan mahasiswa untuk memperoleh selesaian masalah,

aspek flexibility dalam penyelesaian masalah merujuk pada kemampuan mahasiswa dalam

menyelesaikan masalah menggunakan cara yang berbeda beda, dan aspek novelty pada penyelesaian

masalah merujuk pada kemmapuan mahasiswa untuk menyelesaikan permasalahan dengan berbagai

cara yang berbeda dan dengan tepat. Lebih lanjut, Siswono (2011), menjelaskan bahwa aspek novelty

merupakan aspek terpenting yang menunjukkan kreatifitas seseorang. Kemudian disusul dengan

aspek flexibility yang menunjukkan kemampuan menyajikan ide untuk menyelesaikan masalah, dan

disusul aspek fluency yang mengindikasikan kelancaran dalam menyajikan ide selesaian berbeda.

Berdasar berbagai pandangan pada peneliti lainnya untuk menentukan aspek dan indikator

kreatif, peneliti merangkum aspek dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 1 di

bawah menunjukkan aspek dan indikator yang digunakan pada penelitian ini.

Tabel 1. Aspek dan Indikator Berfikir Kreatif

Aspek Indikator

Kelancaran

(Fluency)

1. Memberikan jawaban yang tepat dan tidak

bertele-tele

2. Memperinci gagasan/jawaban untuk

menyelesaikan masalah

Keluwesan

(Flexibility)

1. Menyelesaikan permasalahan dengan lebih

dari satu cara pendekatan secara jelas dan

runtun

Keaslian

(Novelty)

1. Menuliskan ide penyelesaian dengan

kalimat sendiri secara tepat dan jelas

Salah satu cara untuk mengetahui dan sekaligus mengembangkan kemampuan berfikir kreatif

matematis mahasiswa adalah memberikan permasalahan yang bersifat terbuka, atau lebih dikenal

dengan open ended problem. Permasalahan yang bersifat open ended dapat digunakan untuk

mengevaluasi keberagaman pengetahuan mahasiswa dan mendorong berfiikir kreatif (Panaoura &

Panaoura, 2014) (Putri, 2017). Pendekatan dengan masalah terbuka dicirikan sebagai pembelajaran

dengan memberikan kesempatan mahasiswa menyelesaikan masalah menggunakan cara, metode,

dan pengetahuan yang berbeda (Mursidik, Samsiyah, & Rudyanto, 2015). Permasalahan terbuka

(open ended problem) merupakan permasalahan yang mengizinkan adanya respon benar yang

beragam dan dapat pula berupatugas dengan banyak cara menyelesaikan hingga menemukan

jawaban yang benar (Mihajlović & Dejić, 2015).

Berdasar berbagai paparan yang telah dijelaskan, pentingnya kemampuan berfikir kreatif

mahasiswa dan adanya masalah terbuka (open ended problem) yang dapat digunakan untuk menguji

dan meningkatkan kemampuan kreatif mahasiswa, penelitian ini bertujuan untuk memanalisa

kreatifitas mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan terbuka terkait materi vector. Sebagai

Page 80: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 318

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

penelitian awal mengenai kemampuan berfikir kreatif mahasiswa, diharapkan temuan penelitian ini

dapat memberikan ide untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan dan

meningkatkan kemampuan berfikir kreatif mahasiswa.

METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan

kreatifitas mahasiswa tingkat tiga dalam menyelesaikan soal terbuka pada materi vektor. Penelitian

kualitatif merupakan penelitian mengenai kualitas hubungan, kegiatan, kegiatan, situasi atau materi

(Novita & Putra, 2016). Meski penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan secara deskriptif

kreatifitas mahasiswa dalam menyelesaikan masalah terbuka yang diberikan, akan digunakan istilah

kreatif jika mahasiswa memenuhi ketiga aspek yang ditentukan, cukup kreatif jika hanya memenuhi

dua aspek dari tiga aspek yang ditentukan dan tidak kurang kreatif jika hanya memenihi satu aspek

dari tiga aspek kreatifitas yang ditentukan.

Sampel penelitian ini terdiri dari 41 mahasiswa jurusan pendidikan matematika. Mahasiswa

diberikan soal yang bersifat open ended dan diminta menuliskan hasil pemikiran/ide selesaian soal

terbuka yang diberikan dengan jelas dan benar. Di sisi lan, dikaji mengenai aspek kreatifitas dalam

menyelesaikan permasalahan vektor kemudian ditentukan indikator yang digunakan dalam

menganalisis data. Kemudian hasil pekerjaan mahasiswa dianalisis berdasar indikator kreatifitas

dan dipilih tiga hasil selesaian yang dapat mewakili indikator yang ditentukan.

Langkah penelitian kualitataif pada penelitian ini mengikuti lima langkah (Fraenkel, Wallen,

& Hyun, 2012) yaitu: (1) identifikasi fenomena/fakta yang akan dikaji, dalam penelitian ini adalah

kreatifitas mahasiswa dalam menyelesaikan soal terbuka materi vector, (2) identifikasi subjek

penelitian, 41 mahasiswa tingkat tiga dan studi litelatur untuk menentukan indikator berfikir kritis

yang digunakan, (3) Dugaan umum, cara menyelesaikan soal terbuka vektor dapat menggambarkan

kreatifitas mahasiswa, (4) Mengumpulkan data, hasil jawaban mahasiswa dan data dianalisis

menggunakan indikator berfikir kritis, dan (5) Interpretasi dan simpulan, dengan menggunakan

indikator untuk mendeskripsikan hasil pekerjaan siswa dan menyimpulkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini diperoleh dari hasil pengerjaan soal oleh mahasiswa. Dipilih

permasalahan yang menarik untuk dibahas dan dapat memuat kriteria berfikir kritis mahasiswa pada

materi vector. Gambar 1 di bawah ini merupakan permasalahan yang akan dibahas.

Gambar 1. Soal Jarak Titik dan Bidang pada R3

Soal tersebut meminta mahasiswa menyajikan 2 cara berbeda untuk menemukan jarak titik

ke bidang yang ditentukan. Jika mahasiswa lebih jeli dan cermat, persamaan bidang yang diberikan

tidak memuat bidang Y, atau dengan kata lain persamaan tersebut adalah persamaan garis. Namun

mahasiswa terpaku dengan bidang R3 dan rumus jarak titik ke bidang.

Jawaban Mahasiswa A terhadap ditampilkan pada Gambar 2 di bawah ini.

Page 81: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 319

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Gambar 2. Jawaban Mahasiswa A terhadap Soal Pertama

Jawaban Mahasiswa A di atas menunjukkan bahwa mahasiswa kreatif dalam menyelesaikan

masalah. Hal ini dapat dilihat dari terpenuhinya aspek kelancaran, keaslian dan keluwesan berdasar

indikator yang telah ditentukan. Mahasiswa memenuhi aspek kelancaran karena dapat memberikan

jawaban yang tepat dan benar, memperinci jawaban dengan memberikan ilustrasi gambar dan

menuliskan rumus yang digunakan dan menyajikan lebih dari satu cara selesaian yaitu

menggunakan rumus jarak titik terhadap bidang dan proyeksi vektor. Aspek keaslian terpenuhi

berdasarkan kejelasan mahasiswa menyajikan ide selesaian dengan cara sendiri. Aspek keluwesan

mahasiswa dilihat dari terpenuhinya indicator untuk menuliskan lebih dari satu cara selesaian

dengan tepat dan benar. Mahasiswa A menggunakan rumus jarak titik ke bidang dan konsep

proyeksi dengan tepat dan benar untuk menyelesaikan masalah yang diberikan.

Mahasiswa B menyelesaikan permasalahan yang diberikan menggunakan lebih dari satu

cara namun pada cara kedua terdapat kesalahan perhitungan sehingga indikator memberikan

jawaban dengan tepat dan benar tidak terpenuhi. Hasil jawaban Mahasiswa B disajikan pada

Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Jawaban Mahasiswa B terhadap Soal Pertama

Page 82: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 320

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Berdasar jawaban Mahasiswa B dan indicator kreatif yang telah peneliti tetapkan,

Mahasiswa B dapat dikatakan cukup kreatif dalam menyelesaikan permasalahan vektor. Hal ini

dikarenakan terpenuhinya aspek keluwesan dan keaslian namun tidak kelancaran. Aspek keluwesan

dapat dilihat dari pendekatan lain yang disajikan mahasiswa untuk menyelesaikan permasalahan

yang diberikan dengan jelas. Dengan kata lain, mahasiswa dapat memberikan lebih dari satu cara

menjawab dan melakukan pendekatan berbeda dengan jelas. Aspek keaslian dapat dilihat dari

mahasiswa menyampaikan ide penyelesaian masalah dengan bahasa atau kalimatnya sendiri.

Ketidak terpenihnya aspek kelancaran dapat dilihat dari kesalahan mahasiswa dalam melakukan

perhitungan perkalian dot vector. Hal ini Nampak pada angka yang peneliti lingkari saat membaca

sajian penyelesaian masalah Mahasiswa B pada Gambar 3 di atas.

Hasil pemikiran Mahasiswa C disajikan pada Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4. Jawaban Mahasiswa C terhadap Soal Pertama

Hasil pekerjaan mahasiswa pada gambar di atas menunjukkan bahwa mahasiswa kurang

kreative dalam menyelesaikan permasalahan. Hal ini karena hanya terpenuhinya aspek keaslian,

namun tidak terpenuhinya aspek kelancaran dan keluwesan. Terpenuhinya aspek keaslian jawaban

Mahasiswa C dapat dilihat dari cara mahasiswa menyampaikan ide secara tertulis yang sesuai

dengan pemikiran mahasiswa. Aspek keaslian juga didukung dengan adanya pengemukaan ide

berbeda mahasiswa dalam jawaban tersebut (tulisan mahasiswa di bagian bawah pada gambar).

Tidak terpenuhinya aspek keluwesan Mahasiswa C dapat dilihat dari ketidakjelasan pendekatan

selesaian lain yang coba dituliskan Mahasiswa B. Aspek kelancaran tidak dapat dipenuhi pada

indikator memberikan jawaban dengan lebih dari 1 cara, karena kedua cara yang dituliskan sama.

Hasil sajian selesaian masalah mahasiswa yang telah dipaparkan di atas merupakan

perwakilan dari mahasiswa yang memiliki kreatifitas tinggi, sedang dan kurang, dengan indicator

yang telah ditetapkan peneliti. Sebaran aspek kreatifitas dalam menyelesaikan masalah vector dari

seluruh ruang sampel, kelas, disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Sebaran Aspek Kreatifitas Menyelesaikan Masalah Vector secara Klasikal

Aspek Kreatifitas Kelancaran Keluwesan Keaslian

Banyak Mahasiswa 15 5 39

Persentase Mahasiswa 36% 12% 95%

Page 83: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 321

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tabel di atas menyampaikan bahwa aspek kreatifitas yang kurang dimiliki mahasiswa

adalah aspek keluwesan. Dengan kata lain, sebagian besar mahasiswa tidak melakukan pendekatan

lain dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Hal ini dapat terjadi karena tidak terbiasanya

mahasiswa menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan lebih dari satu ide penyelesaian.

Kurangnya aspek keluwesan dapat digunakan sebagai indicator kemampuan mahasiswa mengaitkan

materi satu dengan materi yang lain sehingga mahasiswa tidak menemukan ide selesaian lain selain

rumus jawak titik ke bidang. Kurang dari 50% mahasiswa tidak tepat dalam perhitungan dan

menyajikan ide selesaian yang ditemukan. Hal ini dapat dilihat dari persentase aspek kelancaran

yang hanya 36%. Kurangnya aspek kelancaran ditemukan karena kesalahan mahasiswa dalam

mengaplikasikan rumus yang akan digunakan dan kesalahan memahami konsep jarak titik ke

bidang, selain kesalahan perhitungan. Aspek keaslian di tidak terpenuhi oleh 2 mahasiswa dari 41

mahasiswa karena ketidakjelasan ide yang disampaikan. Berdasar hasil persentase sebaran aspek

kreatifitas, secara klasikal dapat dikatakan bahwa kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan

masalah vector adalah kurang kreatif.

Amidi (2018) dan Murtafiah (2017) pada penelitiannya menyatakan bahwa kemampuan

berfikir kreatif mahasiswa berbeda sesuai dengan kemampuan mahasiswa. Pada penelitiannya,

Amidi (2018) dan Mutafiah (2017), menyimpulkan bahwa mahasiswa dengan kemampuan tinggi

cenderung memiliki kreatifitas yang tinggi, mahasiswa dengan kemampuan sedang cenderung

memiliki kreatifitas sedang, dan mahasiswa dengan kemampuan kurang cenderung memiliki

kreatifitas yang kurang. Pada penelitian ini peneliti tidak memperhatikan aspek kemampuan

mahasiswa, sehingga tidak dapat dikatakan bahwa mahasiswa yang kreatif memiliki kemampuan

tinggi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa secara tidak langsung, mahasiswa yang memiliki

kemampuan tinggi akan cenderung kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

Pada Taberl 3 di bawah ini disajikan persentase mahasiswa kreatif, cukup kreatif dan kurang kreatif

dalam menyelesaikan masalah vector.

Tabel 3. Persentase Tingkat Kreatifitas Mahasiswa

Tingkat Kemampuan

Kreatifitas Kreatif

Cukup

Kreatif

Kurang

Kreatif

Persentase 10 % 22% 68%

KESIMPULAN

Berdasar hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa aspek kreatifitas keluwesan kurang

dimiliki mahasiswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Hal ini nampak dari tidak

beragamnya sajian hasil selesaian masalah yang dituliskan mahasiswa atau mahasiswa tidak

menyajikan lebih dari satu jawaban. Setelah aspek keluwesan, aspek kelancaran banyak tidak

terpenuhi disebabkan karena kesalahan mahasiswa dalam perhitungan, kesalahan mahasiswa dalam

menggunakan/ mengaplikasikan ide yang diperoleh. Aspek keaslian banyak dimiliki mahasiswa

karena mahasiswa menulskan ide selesaian dengan kalimat mereka sendiri dan dituliskan secara

jelas.

Hasil analisis dan temuan penelitian menunjukkan bahwa perlu adanya pembelajaran yang

dapat membantu dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melatih kemampuan kreatif

dalam menyelesaikan masalah. Selain itu perlu adanya kesempatan dan wawasan mahasiswa untuk

mengaitkan antar konsep dalam pembelajaran matematika. Tentusaja, motivasi mahasiswa sendiri

perlu dibangun untuk tidak mudah menyerah ketika belum menemukan cara lain dalam

menyelesaikan masalah yang diberikan. kesempatan yang dibuat dan diberikan lingkungan belajar

dan motivasi diri akan membangun pribadi yang kreatif dalam menyelesaikan masalah akademik

terlebih lagi masalah dalam kehidupan dunia nyata.

DAFTAR RUJUKAN

Amidi. (2018). Kemampuan Berfikir Kreatif Mahasswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika

Dasar. PRISMA (Prosiding Seminar Nasional Matematika) (pp. 936-942). Semarang:

PRISMA.

Page 84: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 322

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Elfitra. (2017, Mei 6). Penerapan Strategi Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir

Kreatif Mahasiswa dengan R Program pada Mata Kuliah Metode Statistik. Peran Alumni

Matematika dalam Membangun Jejaring Kerja dan peningkatan Kualitas Pendidikan, pp. 1-

13.

Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. (2012). How to Design and Evaluate Research in

Education (8th ed.). New York: Mc Graw Hill.

Marliani, N. (2015). Peningkatan Kemampuan Berfikir Kreatif Matematis Siswa Melalui Model

Pembelajaran Missouri Mathematics project (MMP). Jurnal Formatif, 5(1), 14-25.

Mihajlović, A., & Dejić, M. (2015). Using Open-Ended Problem Posing Activities in Elementary

Mathematics Classroom. The 9th International MCG Conference (pp. 34-40). Sinia,

Romania: MCG Conference.

Mursidik, E. M., Samsiyah, N., & Rudyanto, H. E. (2015). Kemampuan Berfikir Kreatif dalam

Memecahkan Masalah Matematika Open Ended Ditinjau dari Tingkat kemampuan

Matematika pada Siswa Sekolah Dasar. Journal Pedagogia, 23-33.

Murtafiah, W. (2017). Profil Kemampuan Berfikir Kreatif Mahasiswa dalam Mengajukan Masalah

Persamaan Differensial. JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika), 2(5), 72-83.

Novita, R., & Putra, M. (2016, January). Using Task Like PISA's Problems to Support Student's

Creativity in Mathematics. Journal on Mathematics Education, 7(1), 31-42.

Panaoura, A., & Panaoura, G. (2014, June). Teacher's Awareness of Creativity in Mathematical

Teaching and Teir Practice. IUMPST: The Journal, 4, 1-11.

Putri, O. R. (2017, Juni). Pengembangan Buku Siswa Bbercirikan Open Ended Mathematics

Problem untuk Membangun Berfikir Kreatif. Jurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika dan

pembelajarannya, 2(1), 7-14.

Setiyani. (2013). Mengembangkan Kemampuan Berfikir Kreatif Sswa Melalui pembelajaran Topk

Bangun Ruang Sisi Datar. Prosiding Seminar Nasional Matematika VII INNES (pp. 351-

360). Semarang: UNNES.

Siswono, T. Y. (2011, July). Level of Student's Creative Thinking in Clasroom Mathematics.

Educational Research and Review, 6(7), 548-553.

U.S, S. (2012). Peran Berfikir Kreatif dalam Proses Pembelajaran Matematia. Jurnal Formatif, 2(3),

248-262.

Page 85: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 323

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA MAHASISWA (LKM) BERBASIS SCAFFOLDING

UNTUK MEMAHAMKAN KONSEP FUNGSI PADA MAHASISWA

Arif Hidayatul Khusna Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Muhammadiyah Malang

e-mail: [email protected]

Abstrak: Mahasiswa baru mengalami miskonsepsi pengertian fungsi sehingga diperlukan

LKM sebagai media pembelajaran sebagai upaya untuk memahamkan konsep fungsi baru.

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan bagaimana pengembangan LKM berbasis

scaffolding untuk memahamkan konsep fungsi pada mahasiswa baru yang valid dan praktis. Model

pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan Borg&Gall (1983) yang terdiri dari 4

tahap yaitu pengumpulan informasi, perencanaan, pengembangan produk, dan uji coba produk.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar validasi LKM dan lembar respon mahasiswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKM yang dikembangkan memenuhi kategori valid dengan

skor 3,7 dan memenuhi kategori praktis dengan skor 3,7.

Kata Kunci: LKM Scaffolding, Pemahaman Konsep Fungsi

PENDAHULUAN

Materi fungsi merupakan materi yang dipelajari dalam beberapa bidang matematika seperti

aljabar dan analisis. Materi fungsi selalu menjadi materi yang pertama kali dibahas. Hal ini

menunjukkan bahwa materi fungsi merupakan materi yang penting untuk dipahami sebagai dasar

untuk mempelajari materi-materi selanjutnya pada bidang matematika. Clement (2001) menyatakan

bahwa konsep fungsi berhubungan dengan variabel, parameter yang berubah, menginterpretasi dan

menganalisis grafik sehingga mahasiswa harus memahami konsep fungsi. Lebih lanjut pada standar

pembelajaran matematika mahasiswa harus memahami pola, relasi dan fungsi (NCTM, 2000).

Berdasarkan hasil tes dan observasi pada mahasiswa semester pertama program studi

pendidikan matematika tingkat pemahaman mahasiswa terhadap materi fungsi cenderung masih

rendah. Hal ini terlihat dari hasil jawaban mahasiswa ketika diminta untuk memberikan pendapat

tentang pengertian fungsi. 80% mahasiswa menjawab fungsi merupakan istilah dimatematika yang

berhubungan dengan titik puncak, sumbu simetri, nilai maksimum, nilai minimum, variabel, dan

konstansta dan terkait aljabar. Beberapa mahasiswa percaya bahwa fungsi pasti berbentuk aljabar

(Tall,1998;Williams,1998)

Scaffolding merupakan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman

mahasiswa terhadap suatu konsep baik konsep yang telah diketahui siswa maupun konsep yang

baru. Pada pembelajaran berbasis scaffolding siswa difasilitasi untuk mengembangkan konsep yang

telah dipelajari sebelumnya (Stuyf, 2000). Scaffolding merupakan teknik pemberian dukungan

belajar secara terstruktur, yang dilakukan pada tahap awal untuk mendorong mahasiswa untuk dapat

memahami konsep secara benar (Chang, Sung, & Chen, 2002). Wood, Bruner, dan Ross

menyatakan bahwa ide scaffolding untuk menggambarkan cara belajar anak yang dapat didukung,

dukungan pada akhirnya dihapus ketika anak dapat belajar secara mandiri. (Anghileri, 2006).

Pemberian dukungan belajar berarti pemberian bimbingan secara bertahap sehingga mahasiswa

mampu memahami suatu konsep. Pemberian bimbingan dapat berupa pemberian petunjuk,

pemberian suatu permasalahan atau suatu contoh analogi.

Pembelajaran melalui pemberian LKM berbasis scaffolding diharapkan mampu

memahamkan konsep fungsi pada mahasiswa. Tujuan pembuatan LKM adalah untuk

memaksimalkan aktivitas mahasiswa dalam mempelajari materi fungsi. Menurut Anghileri (2006)

pembelajaran berbasis scaffolding memiliki tiga level. Level pertama adalah Environmental

Provisions, level kedua adalah Explaining, Reviewing, and Restructing, dan level ketiga adalah

Page 86: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 324

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Developing Conceptual Thinking. Level yang digunakan pada LKM ini adalah level dua yaitu

reviewing. Aktivitas reviewing ini digolongkan menjadi tiga kategori yaitu: 1) mengajak mahasiswa

untuk melihat, menyentuh dan melisankan (look, touch, and verbalise); 2) mahasiswa menjelaskan

dan memberikan pembenaran (explain and justify); 3) menafsirkan tindakan dan bicara mahasiswa

(intepreting students’ action and talk). Penerapan pada LKM berbasis scaffolding meliputi 1) look,

touch, and verbalise dimana terdapat perintah kepada mahasiswa untuk menuliskan apa yang

diketahui pada permasalahan yg diberikan, 2) explain and justify dimana a mahasiswa diminta

untuk menganalisis kebenaran konsep yang diberikan, 3)prompting and probing dimana terdapat

pertanyaan yang mendorong dan menggali pengetahuan mahasiswa untuk menjawab dengan benar.

METODE PENELITIAN

Pengembangan LKM menggunakan model pengembangan Borg&Gall (1983) yang terdiri

dari empat tahap yaitu (1) tahap pengumpulan informasi, yaitu tahap peneliti menemukan

permasalahan tentang miskonsepsi yang dialami oleh mahasiswa. Kemudian peneliti melakukan

tinjauan pustaka dengan tujuan menghasilkan suatu solusi bagi permasalahan yang ditemukan. (2)

tahap perencanaan, yaitu tahap dimana peneliti memutuskan solusi yang tepat untuk menyelesaikan

permasalahan yang ditemukan. Selain itu pada tahap perencanaan peneliti juga menentukan

instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data yang akurat. (3)

tahap pengembangan produk, yaitu tahap dimana peneliti melakukan proses mengembangkan suatu

produk beserta instrumen penelitian. Kemudian peneliti melakukan proses validasi kepada validator

terpilih untuk menguji kevalidan produk yang dikembangkan sebelum produk tersebut diuji coba.

(4) tahap uji coba produk, yaitu tahap dimana peneliti menerapkan produk yang telah valid dan

sudah direvisi berdasarkan saran dari validator.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) lembar validasi LKM untuk

mengetahui kevalidan dari LKM yang dikembangkan, 2) angket respon mahasiswa untuk

mengetahui tingkat keprakisan LKM. Masing-masing instrumen penelitian memuat indikator-

indikator yang telah disesuaikan dengan apa yang akan diukur.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam mengembangkan LKM berbasis scaffolding peneliti menggunakan empat tahapan.

Tahap pertama adalah tahap pengumpulan infomasi. Pada tahap ini peneliti menemukan

miskonsepsi pada mahasiswa baru tentang konsep fungsi. Pengumpulan data tentang miskonsepsi

tersebut diperoleh peneliti dengan cara meminta mahasiswa untuk menuliskan definisi fungsi

(secara informal) berdasarkan apa yang telah mereka peroleh dari Sekolah Menengah Atas (SMA).

Hasilnya 80% mahasiswa menjawab fungsi merupakan istilah dimatematika yang berhubungan

dengan titik puncak, sumbu simetri, nilai maksimum, nilai minimum, variabel, dan konstansta dan

terkait aljabar. Berdasarkan data yang telah diperoleh tersebut peneliti kemudian melakukan

tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka dilakukan dengan mengkaji beberapa teori. Peneliti membaca

berbagai literatur tentang 1) metode pembelajaran, 2) bahan ajar yang bertujuan untuk mengetahui

indikator kualitas bahan ajar, 3) teori perkembangan peserta didik yang bertujuan untuk mengetahui

skema berpikir mahasiswa baru sehingga tercapai pemahaman yang benar tentang konsep fungsi.

Setelah peneliti melakukan tinjauan pustaka peneliti melakukan tahap ketiga yaitu tahap

perencanaan. Pada tahap ini peneliti memutuskan menggunakan LKM berbasis scaffolding untuk

memahamkan konsep fungsi pada mahasiswa baru. Agar LKM yang dikembangakan peneliti

berkualitas maka LKM haruslah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. Untuk mengukur

kevalidan LKM peneliti menggunakan lembar validasi LKM yang diisi oleh seorang validator yaitu

dosen matematika. Lembar angket respon mahasiswa digunakan untuk mengetahui tingkat

kepraktisan LKM berbasis scaffolding yang telah dikembangkan.

Tahap selanjutnya adalah tahap pengembangan produk. Terdapat tiga kegiatan pokok pada

tahap ini yaitu kegiatan mengembangkan LKM berbasis scaffolding, kegiatan mengembangkan

instrumen penelitian, dan kegiatan validasi produk LKM.

1. Kegiatan mengembangkan LKM berbasis scaffolding

Page 87: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 325

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

LKM yang dikembangkan oleh peneliti dirancang berbasis scaffolding. LKM berisikan review

materi dan bercirikan pertanyaan-pertanyaan arahan yang dapat menggiring mahasiswa menemukan

konsep. Konsep yang dimaksud pada penelitian ini merupakan konsep secara informal. Pada LKM

ini terdapat tiga tahapan antara lain 1) look, touch, and verbalise dimana terdapat perintah kepada

mahasiswa untuk menuliskan apa yang diketahui pada permasalahan yg diberikan, 2) explain and

justify dimana mahasiswa mahasiswa diminta untuk menganalisis kebenaran konsep yang diberikan,

3) prompting and probing dimana terdapat pertanyaan yang mendorong dan menggali pengetahuan

mahasiswa untuk menjawab dengan benar.

Gambar 1. Aktivitas Pertama

Gambar 1. Aktivtias Pertama Pada LKM

Aktivitas pertama pada LKM ditunjukkan oleh Gambar 1. Aktivitas tersebut merupakan aktivitas

yang bercirikan prompting and probing. Pada Gambar 1 mahasiswa diminta untuk mengggali

pengetahuan mereka sebelumnya tentang konsep relasi. Agar jawaban mahasiswa tidak kacau

peneliti memberikan bantuan dengan cara memberikan kalimat yang belum lengkap. Cara tersebut

termasuk memberikan dukungan tahap pertama pada pembelajaran berbasis scaffolding

Gambar 2. Aktivitas Kedua

Gambar 2 menunjukkan ativitas kedua. Aktivitas juga berkarakteristik prompting and probing yaitu

mahasiswa diberikan bantuan berupa pemberian contoh fungsi dan bukan fungsi. Kemudian

meminta mahasiswa untuk mendefinisikan pengertian fungsi berdasarkan bantuan yang diberikan.

Gambar 3. Aktivitas Ketiga

Pada aktivitas ketiga mahasiswa diberikan bantuan berupa contoh dengan berdasarkan pada

aktivitas sebelumnya. Diharapkan mahasiswa dapat menghubungkan contoh yang diberikan dengan

aktivitas pertama sehingga dapat memberikan pengertian invers yang tepat. Pada aktivitas ketiga

ini masih menggunakan prompting and probing sampai pada aktivitas kelima..

Page 88: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 326

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Gambar 4. Aktivitas Keempat

Aktivitas keempat meminta mahasiswa untuk mengubah contoh pada aktivitas ketiga sehingga

berhubungan dengan aktivitas kedua. Serta pada kegiatan ini mahasiswa diminta untuk menjelaskan

jawaban mereka sesuai dengan pengetahuan yang diperoleh dari aktivitas sebelumnya. Aktivitas

serupa juga terdapat pada aktivitas kelima berikut ini.

Gambar 5. Aktivitas kelima

Aktivitas keenam berkarakteristik look, touch, and verbalise dimana terdapat perintah kepada

mahasiswa untuk menuliskan apa yang diketahui pada permasalahan yg diberikan. Mahasiswa

diminta untuk menyebutkan syarat suatu fungsi dimana inversnya juga merupakan fungsi

berdasarkan hasil dari aktivitas sebelumnya.

Gambar 6. Aktivitas keenam

Pada aktivitas terakhir mahasiswa diminta untuk explain and justify yaitu mahasiswa diminta untuk

menganalisis kebenaran konsep yang diberikan.

Gambar 7. Aktivitas Ketujuh

2. Kegiatan mengembangkan instrumen penelitian

Instrumen yang pertama dibuat adalah instrumen validasi LKM. Indikator dari instrumen validasi

antara lain isi dari LKM, struktur LKM, karaketristik scaffolding, serta peningkatan pemahaman

konsep. Instrumen kedua yang dibuat adalah angket respon mahasiswa. Angket ini menggunakan

skala 4. Dalam angket ini memuat indikator untuk mengukur kepraktisan LKM yaitu kemudahan

dalam memahami petunjuk dan masalah yang terdapat pada LKM, pemberian kesempatan untuk

menyatakan gagasan dan menyelesaikan masalah yang diberikan, serta terjadinya pembelajaran

yang komunikatif.

3. Kegiatan validasi LKM

Validasi dilakukan pada pakar pendidikan matematika yaitu salah satu dosen matematika. Hasil

validasi memperoleh skor 3,6. Hal ini menunjukan bahwa LKM tersusun secara sistematis dari segi

isi, struktur, karakteristik scaffolding, serta dapat digunakan dengan tujuan meningkatkan

pemahaman konsep fungsi. Terdapat sedikit revisi yaitu untuk kesalahan pengetikan.

Tahap pengembangan selanjutnya adalah tahap ujicoba. Pada tahap ini LKM diujicobakan

kepada mahasiswa. Pada saat ujicoba kelas juga diseting dengan pembelajaran berbasis scaffolding

untuk memaksimalkan kualitas pembelajaran. Setelah kegiatan pembelajaran berakhir mahasiwa

diberikan angket respon mahasiswa. berdasrakan hasli angket tersebut LKM yang dikembangkan

mendapatkan skor 3,7. Hal ini berarti LKM yang dikembangkan bersifat parktis.

KESIMPULAN

LKM berbasis scaffolding yang valid dan praktis untuk memahamkan materi fungsi pada

mahasiswa baru dikembangkan melalui empat tahap berdasarkan model pengembangan Borg&Gall

Page 89: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 327

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

(1998) yaitu tahap pengumpulan informasi, tahap perencanaan, tahap pengembangan, dan tahap

ujicoba produk. Penerapan pada LKM berbasis scaffolding meliputi 1) look, touch, and verbalise

dimana terdapat perintah kepada mahasiswa untuk menuliskan apa yang diketahui pada

permasalahan yg diberikan, 2) explain and justify dimana a mahasiswa diminta untuk menganalisis

kebenaran konsep yang diberikan, 3)prompting and probing dimana terdapat pertanyaan yang

mendorong dan menggali pengetahuan mahasiswa untuk menjawab dengan benar.

LKM yang dikembangkan divalidasi oleh validator ahli dan memperoleh nilai 3.6. Hal ini

berarti bahwa LKM tersusun secara sistematis dari segi isi, struktur, karakteristik scaffolding, serta

dapat digunakan dengan tujuan meningkatkan pemahaman konsep fungsi. Hasil angket respon

mahasiswa juga menunjukka kategori praktis. Hal ini dilihat dari skor yang diperoleh dari hasil

angket sebesar 3.7. Dengan kata lain LKM yang dikembangkan dapat diterapkan dalam proses

pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Anghileri, J. (2006). Scaffolding Practices That Enhance Mathematics Learning. Journal of

Mathematics Teacher Education (9) :33-52

Clement, L.L. (2001). What Do Students Really Know about Functions. Connnecting Research to

Teaching Vol.94 (9)

Chang, K., Chen, I., & Sung, Y. (2002). The effect of concept mapping to enhance text

comprehension and summarization. The Journal of Experimental Education 71(1), 5-23.

Gall, M.D., Gall, J. P., & Borg, W. R. (2003). Educational Research: An Introduction (7th

edition).

Boston, MA: Allyn and Bacon.

National Council of Teachers Mathematics (NCTM). 2000. Principles and Standars for School

Mathematics.

Tall, David. (1996). Function and Calculus. International al Handbook of Mathematic Education

Vol.4: 289-325

Williams, C.G. (1998). Using Concept Maps to Assess Conceptual Knowledge of Functions.

Journal for Research in Mathematics Education Vol. 29 : 414-441.

Page 90: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 328

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENELAAH TEKS EKSPLANASI MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN CRITICAL THINKING PADA SISWA

KELAS XI SMA NEGERI 1 LABUAPI

1Baiq Desi Milandari;

2Nurul Hasanah

1Universitas Muhammadiyah Mataram

2SMA Negeri 1 Labuapi

e-mail: [email protected]

Abstrak; Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan menelaah

teks eksplanasi melalui model pembelajaran critical thinking pada siswa kelas XI MIPA 1 SMA

Negeri 1 Labuapi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian

siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Labuapi yang berjumlah 23 siswa. PTK ini dilaksanakan dua

siklus. Tiap siklus dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Pengumpulan data dilakukan melalui

teknik observasi dan penugasan. Analisis data dilakukan menggunakan rumus ketutasan belajar.

Hasil penelitian ini ialah adanya peningkatan hasil belajar yang diperoleh melalui evaluasi belajar.

Pada siklus I, rata-rata hasil belajar siswa tergolong masih rendah yakni 66.67 dengan persentase

ketuntasan 43.5%. Hasil siklus II, rata-rata hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan yang

signifikan dan memenuhi standar ketuntasan belajar yaitu 76.2 dengan persentase ketuntasan 91%.

Dengan demikian, kemampuan menelaah teks eksplanasi menggunakan model pembelajaran

critical thinking pada siswa XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Labuapi telah mencapai indikator kinerja

standar ketuntasan belajar minimal yakni 75%.

Kata Kunci: Peningkatan, Teks Eksplanasi, Critical Thinking

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan sarana berkomunikasi antar individu yang ada di dunia. Setiap orang

tentu menginginkan dirinya dapat menguasai bahasa. Penguasaan bahasa dapat dilakukan melalui

proses pembelajaran bahasa. Melalui bahasa, seseorang dapat mengembangkan pemikiran,

pengalaman, serta pengetahuan. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah saat ini bertujuan untuk

mempersiapkan siswa agar mampu berpikir kritis terhadap setiap permasalah. Pembelajaran bahasa

Indonesia tidak hanya terbatas pada kemampuan bahasa secara teknis yang terpisah, melainkan

terangkai dalam teks dan konteks.

Hal semacam itu tampaknya belum mampu dilakukan siswa secara keseluruhan. Butuh

adanya usaha-usaha yang dilakukan guru untuk membantu siswa mencapai tujuan itu. Terlebih

Kurikulum 2013 yang dipakai pada setiap sekolah berlandaskan pada pendekatan sintifik. Dengan

demkian, para peserta didik diminta untuk dapat berpikir kritis dan ilmiah. Selain itu, penetapan

K13 sebagai kurikulum pendidikan nasional digunakan dalam rangka meningkatkan kualitas

pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini menuntut adanya kreativitas dari guru guna terlaksananya

kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar dari para siswa. Kreativitas yang

dihasilkan oleh guru dapat berasal dari keterampilannya menggunakan model pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran yang tepat akan menghasilkan suasana yang lebih variatif,

inovatif, dan menyenangkan. Hal ini penting sebagai upaya meningkatkan minat siswa yang masih

rendah agar apa yang ingin dicapai melalui proses pembelajaran tersebut tercapai secara maksimal.

Tujuan yang ingin dicapai dalam hal ini adalah siswa mampu menguasai setiap bidang kebahasaan

seperti keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis secara terintegrasi.

Pembelajaran bahasa Indonesia dalam K13 adalah berbasis teks. Oleh karena itu, teks dipelajari

melalui pengintegrasian keterampilan berbahasa. Pengintegrasian tersebut dapat berupa aktivitas

menelaah suatu teks. Salah satu materi di dalam pelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMA ialah

materi tentang teks eksplanasi.

Page 91: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 329

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Teks eksplanasi merupakan salah satu teks yang bersifat faktual. Karena sifatnya faktual,

maka dituntut adanya pemikiran yang kritis dari para siswa dalam menelaah teks tersebut. Telebih

lagi pada siswa SMA yang secara psikologi telah mampu berpikir kritis. Salah satu model

pembelajaran yang dapat digunakan dalam berpikir kritis ialah model critical thinking.

Critical thinking adalah proses disiplin intelektual aktif dan kemahiran dalam mengonsep,

menerapkan, menyintesa, dan atau mengevaluasi informasi dari hasil pengumpulan atau

ditimbulkan dari pengamatan, pengalaman, perenungan, penalaran atau komunikasi sebagai

petunjuk yang dapat dipercaya dan dalam bertindak (Ivone, 2010: 1-2). Dalam menelaah sebuah

teks eksplanasi dbutuhkan kecerdasan dalam mengonsep dan mengevaluasi informasi yang tertuang

dalam teks berdasarkan pada pengalaman, pengetahuan, dan penalaran. Oleh sebab itu, peneliti

menggunakan pendekatan critical thinking untuk meningkatkan kemampuan menelaah teks

eksplanasi, peneliti menggunakan pendekatan critical thinking.

Menurut Salamah (2008 : 9), model Pembelajaran Critical thinking memiliki kelebihan di

antaranya: (1) Critical thinking digunakan untuk melatih siswa berpikir kritis, dan imajinatif,

menggunakan logika, menganalisis fakta-fakta dan melahirkan imajinatif atas ide-ide lokal dan

tradisional; (2) Critical thinking merupakan model pembelajaran yang dapat dikolaborasikan

dengan metode yang telah ada dan digunakan oleh guru selama proses pembelajaran; (3) Critial

thinking merupakan dua sisi mata uang, dan merupakan hal yang inhernt dalam kehidupan peserta

didik oleh karena itu dalam proses pembelajaran Critical Thinkig selalu berkaitandengan kehidupan

nyata sehingga memudahkan siswa untuk mengerti dan memahami manfaat dari isi pelajaran; (4)

Critical thinking menekankan pada nilai, sikap dan kepribadian, mental, emosional dan spiritual

sehingga peserta didik belajar dengan menyenagkan dan bergairah; (5) Melalui model pembelajaran

Critical thinking baik guru maupun siswa akan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti mengambil penelitian dengan judul Peningkatan

Kemampuan Menelaah Teks Eksplanasi Melalui Model Pembelajaran Critical thinking Pada Siswa

Kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Labuapi. Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu,

bagaimanakah peningkatan kemampuan menelaah teks eksplanasi melalui model pembelajaran

critical thinking pada siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Labuapi. Berdasarkan rumusan

masalah tersebut, tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui peningkatan kemampuan menelaah teks

eksplanasi melalui model pembelajaran critical thinking pada siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri

1 Labuapi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan siswa menelaah teks eksplanasi. Tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan pendekatan critical thinking untuk meningkatkan kemampuan menelaah teks

eksplanasi pada siswa kelas XI MIPA 1 di SMA Negeri 1 Labuapi. Proses pelaksaaan tindakan

melalui empat tahapan secara ulang (sebagai siklus) mulai dari (1) tahap perencanaan tindakan (2)

tahap pelaksaaan tindakan, (3) tahap pengamatan/observasi dan (4) tahap evaluasi dan refleksi.

Subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Labuapi yang berjumlah 23

orang terdiri atas 8 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Kegiatan ini dilaksanakan dua kali

siklus. Data diperoleh melalui (1) metode observasi yang dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan,

berupa rambu-rambu analisis proses kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran menelaah teks

eksplanasi; (2) data hasil belajar siswa melalui pemberian tes kemampuan pada akhir tiap-tiap

siklus; dan (3) metode dokumentasi yang berupa foto-foto tindakan selama proses pembelajaran

berlangsung. Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan rata-rata nilai keseluruhan

(klasikal) dari materi yang dinilai dan persentase jumlah siswa yang memiliki nilai lebih atau sama

dengan standar minimal nilai.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada Selasa, 25

September 2018 pukul 07.15-08.45 Wita. Siklus II dilaksanakan pada Rabu, 26 September 2018

Page 92: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 330

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

pukul 9.15-10.45 Wita. Penelitian tersebut masing-masing dilaksanakan dalam satu kali pertemuan

(2 × 45 menit).

Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahapan yakni tahap perencanaan, pelaksanaan,

observasi dan refleksi. Tahap perencanaan dilakukan melalui kolaborasi peneliti dan guru dalam

melakukan perencanaan dan persiapan terkait dengan penelitian yang akan dilakukan yang meliputi

pembuatan RPP terkait dengan materi teks eksplanasi, menyusun lembar observasi untuk menilai

situasi belajar mengajar selama pembelajaran berlangsung (baik lembar observasi guru maupun

lembar observasi siswa), mempersiapkan media pembelajaran berupa lembar kerja siswa yang akan

digunakan pada saat pembelajaran berlangsung, membuat tes untuk mengetahui hasil belajar siswa

dalam menelaah teks eksplanasi, dan menyiapkan daftar hadir siswa.

Tahap pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama. Pada

siklus I dan II, guru meminta siswa untuk menelaah teks eksplanasi dari segi struktur dan

kebahasaan. Akan tetapi, teks yang diberikan pada siklus I berbeda dengan siklus II. Dalam

kegiatan tersebut pun guru bertindak sebagai observer dengan melihat segala aktivitas yang terjadi

selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini penting untuk mengetahui sejauh mana

perkembangan dan keberhasilan melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan perencanaan.

Berikut hasil observasi pada siklus I akan digambarkan melalui diagram di bawah ini.

Gambar 1. Diagram Hasil Observasi Siswa Siklus I

Dari hasil persentase di atas, dapat dilihat bahwa kegiatan pembelajaran yang telah

terlaksana dan melibatkan semua siswa hanya sebesar 28%, yang melibatkan sebagian besar siswa

33%, sebagian kecil siswa 11%, dan kegiatan yang tidak melibatkan siswa berjumlah 28%.

Berdasarkan data tersebut, ditemukan beberapa hambatan, di antaranya kondisi kelas yang belum

kondusif akibat gempa, masih banyak siswa yang sibuk sendiri di kelas dan kurang memperhatikan

guru, belum memiliki keberanian mengungkapkan pendapat, dan waktu yang tidak mencukupi

sehingga kesempatan untuk melakukan penyimpulan dengan guru dan penyampaian kesan terkait

materi pembelajaran tidak terlaksana.

Selain data hasil observasi siswa, diperoleh pula data hasil observasi guru. Hasil ini

diperoleh dari pengamatan observer terhadap realisasi perencanaan yang telah disusun. Berikut hasil

observasi guru pada saat menyampaikan materi teks eksplanasi akan digambarkan melalui diagram

2 berikut.

28%

33%

11%

28%

Semua Siswa Sebagian Besar Siswa

Sebagian Kecil Siswa Tidak Ada Siswa

Page 93: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 331

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Gambar 2. Hasil Observasi Guru Siklus I

Berdasarkan diagram tersebut, dapat dilihat bahwa 78% indikator telah dilaksanakan secara

maksimal. Ini berarti guru telah melaksanakan kegiatan dengan baik. Namun demikian, masih

terdapat 13% kegiatan yang dilaksanakan dengan kurang maksimal. Hal tersebut dikarenakan masih

terdapat adanya beberapa kekurangan, seperti kondusi kelas yang belum kondusif pasca gempa,

kondisi siswa yang belum siap belajar, dan waktu yang belum dikelola dengan baik.

Jika melihat data hasil observasi siswa dan guru pada siklus I, dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan pembelajaran menelaah teks eksplanasi masih belum terlaksana dengan maksimal

meskipun secara umum berjalan dengan baik dan lancar. Temuan hasil observasi pada siklus II

sedikit berbeda. Dalam pelaksanaan siklus II diperoleh hasil observasi yang telah mengalami

peningkatan daripada siklus I. berikut di diagram bawah ini menunjukkan hasil observasi siswa

pada siklus II.

Gambar 3. Hasil Observasi Siswa Siklus II

Jika melihat diagram di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan siswa pada siklus II

mengalami peningkatan dibanding dengan kegiatan siswa siklus I. Adanya peningkatan tersebut

dapat kita ambil dari jumlah persentase aktivitas yang dilakukan oleh siswa yakni 53%

dilaksanakan oleh semua siswa dan 47% dilakukan oleh sebagian besar siswa. Dengan demikian,

tidak ada indikator observasi yang tidak terlaksana. Begitu juga dengan hasil observasi guru pada

siklus II mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kegiatan guru pada siklus I. Berikut ini

hasil observasi guru di siklus II.

Gambar 4. Hasil Observasi Guru Siklus II

Berdasarkan diagram tersebut, terlihat adanya peningkatan aktivitas guru yang terjadi saat

proses pembelajaran pada siklus II. Dapat dilihat pada diagram di atas persentase kegiatan

maksimal yang dilakukan guru mencapai 95%. Ini artinya, guru telah melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan rencana yang telah disusun.

53% 47%

0%

0%

Semua Siswa

Sebagian Besar Siswa

Sebagian Kecil Siswa

Tidak Ada Siswa

95%

5% 0%

Maksimal Kurang Maksimal Tidak Maksimal

Page 94: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 332

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Setelah selesai melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dibuat,

saatnya guru melakukan postes sebagai bentuk dari tahap evaluasi. Melalui evaluasi ini, bisa

diketahui kemampuan siswa dalam menelaah teks ekspanasi dengan menerapkan model

pembelajaran critical thinking. Adapun hasil evaluasi menelaah teks eksplanasi menggunakan

model pembelajaran critical thinking pada siklus I memperlihatkan bahwa persentase jumlah siswa

yang tuntas dan tidak tuntas mengalami perbedaan yang sangat jauh. Dapat dilihat bahwa siswa

yang tuntas masih di bawah rata-rata yaitu 43.5% dan yang belum tuntas berjumlah 56.5 %. Hal ini

menggambarkan bahwa akan ada upaya parbaikan yang akan dilakukan peneliti dengan

melaksanakan siklus II yang diharapkan mampu meningkatkan jumlah ketuntasan siswa dalam

proses menelaah teks eksplanasi menggunakan model pendekatan critical thinking.

Tabel 1. Rincian Hasil Evaluasi Siklus I

No Aspek yang diperhatikan Keterangan

1. Nilai tertinggi 80

2. Nilai terendah 60

3. Jumlah nilai keseluruhan 1533.5

4. Rata-rata kelas 66.67

5. Jumlah siswa yang tuntas 10

6. Jumlah siswa yang tidak tuntas 13

7. Persentase ketuntasan 43.5%

Indikator kinerja yang ditetapkan yakni rata-rata nilai kelas siswa ≥70 dengan ketuntasan

klasikal ≥ 75%. Dengan demikian, nilai rata-rata yang diperoleh masih belum memenuhi ketuntasan

belajar siswa sehingga harus ada perbaikan dengan melaksanakan siklus II.

Dari hasil siklus II, telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan

hasil evaluasi pada siklus I. Berikut ini rincian hasil evaluasi siklus II.

Tabel 2. Rincian Hasil Evaluasi Siklus I

No Aspek yang diperhatikan Keterangan

1. Nilai tertinggi 88

2. Nilai terendah 61

3. Jumlah nilai keseluruhan 1753

4. Rata-rata kelas 76.2

5. Jumlah siswa yang tuntas 21

6. Jumlah siswa yang tidak tuntas 2

7. Persentase ketuntasan 91%

Dengan mendapatkan hasil 91%, ini berarti hasil evaluasi siklus II telah mengalami

peningkatan dan telah mencapai standar ketuntasan yaitu nilai rata-rata kelas ≥ 70 dengan

ketuntasan klasikal ≥ 75%. Oleh karena itu, penelitian yang mengangkat tentang kemampuan

menelaah teks eksplanasi dengan menggunakan model pembelajaran critical thinking telah

mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Untuk lebih jelasnya, peneliti akan memaparkan

melalui gambar grafik di bawah ini.

Gambar 5. Perbedaan Hasil Siklus I dan Siklu II

0

5

10

15

20

25

SiklusI

SiklusII

Siswa yang Tuntas

Siswa yang TidakTuntas

Page 95: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 333

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I sampai siklus II terlihat adanya peningkatan. Ini

berarti bahwa kemampuan menelaah teks eksplanasi siswa kelas XI MIPA 1 mengalami

peningkatan. Adanya peningkatan hasil tersbut tidak terlepas dari model pembelajaran yang

digunakan yakni model pembelajaran critical thinking. Melalui model pembelajaran tersebut siswa

memiliki kesempatan untuk menjawab segala pertanyaan-pertanyaan kecil yang ada dalam kepala

mereka sampai mereka mampu menjawab pertanyaan tersebut secara mandiri (Maro, 2016: 7).

Dengan adanya pertanyaan kecil di kepala siswa akan memudahkan mereka dalam proses menelaah

teks eksplanasi.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

kemampuan menelaah teks eksplanasi menggunakan model pembelajaran critical thinking dapat

meningkat dari siklus I ke siklus II. Hasil evaluasi siklus I, rata-rata hasil belajar siswa tergolong

masih rendah yakni 66.67 dengan persentase ketuntasan 43.5%. Hasil evaluasi siklus II, rata-rata

hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan yang signifikan dan memenuhi standar ketuntasan

belajar yaitu 76.2 dengan persentase ketuntasan 91%. Dengan demikian, kemampuan menelaah

teks eksplanasi menggunakan model pembelajaran critical thinking pada siswa MIPA 1 SMA

Negeri 1 Labuapi telah mencapai indikator kinerja standar ketuntasan belajar minimal yakni 75%.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian tindakan kelas ini. Tanpa

adanya bantuan dari pihak-pihak tersebut, tentunya PTK ini tidak dapat dibuat sesuai harapan.

Untuk itu, penelitia menyampaikan terima kasih kepada 1) Ristek Dikti, khususnya bidang

Belmawa yang telah memberikan hibah PDS, 2) Dekan FKIP Universitas Muhammadiyahh

Mataram yang telah memberikan izin untuk melaksanakan PDS di sekolah mitra, 3) Tim Hibah

PDS FKIP Universitas Muhammadiyah Mataram yang telah melibatkan peneliti sebagai anggota

PDS, 3) Kepala SMA Negeri 1 Labuapi yang menjadi mitra dalam pelaksanaan PDS, dan 4) Guru

mata pelajaran Bahasa Indonesia yang begitu banyak membantu dan memberikan masukan selama

pelaksanaan PDS dari awal hingga akhir kegiatan.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Ivone, July. 2010. “Critical thinking, Intelectual Skills, Reasoning And Clinical Reasoning”.

Diakses melalui http://repository.maranatha.edu/id/eprint/1652 pada tanggal 16 Oktober 2018

Maro, RK. 2016. “Strategi Pembelajaran K-13 Melatih Critical Thinking”. Diakses melalui

http://eprints.uad.ac.id/id/eprint/4935 pada tanggal 17 Oktober 2018

Salamah, 2008, Penggunaan Model Pembelajaran Yang Inovatif. Jakarta: Gramedia

Suherli, dkk. 2017. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas XI Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat

Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Page 96: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 334

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

ANALISIS BIPLOT MENGGUNAKAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION PADA

PENGELOMPOKKAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI NTB

Baiq Pipin Sri Rohana1, Desy Komalasari

2, dan Ni Wayan Switrayni

3

1,2,3 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Mataram

e-mail: [email protected]

Abstrak: Pembangunan manusia adalah suatu indikator keberhasilan pembangunan yang

menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan. Salah satu indikator yang bisa

digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan

Manusia (IPM). Terdapat banyak variabel yang mempengaruhi IPM di Provinsi NTB yaitu

diantaranya persentase kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, buta huruf, laju pertumbuhan

ekonomi, pendidikan tertinggi yang ditamatkan, rata-rata kawin pertama wanita, jumlah sarana

kesehatan dan kepadatan penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan

kabupaten/kota berdasarkan karakteristik variabel-variabel yang mempengaruhi IPM dan

mengidentifikasi keragaman karakteristik IPM berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi NTB dengan

metode analisis biplot. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh ukuran ketepatan biplot sebesar

71.9%. Hal ini menunjukkan bahwa interpretasi yang dihasilkan oleh biplot mampu memberikan

penyajian yang cukup baik mengenai informasi data yang sebenarnnya. Kabupaten/Kota di Provinsi

NTB yang memiliki kesamaan karakteristik terbagi menjadi 6 kelompok. Kelompok I yaitu Kota

Bima dan Kabupaten Sumbawa Barat, kelompok II yaitu Kabupaten Sumbawa dan Bima, kelompok

III yaitu Kabupaten Lombok Utara, kelompok IV yaitu Kabupaten Lombok Barat dan Dompu,

kelompok V yaitu Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah, dan kelompok VI yaitu Kota

Mataram. Sedangkan karakteristik IPM yang memiliki keragaman terbesar di Provinsi NTB yaitu

Upah Minimum (X6).

Kata Kunci: Indeks Pembangunan Manusia, Analisis Biplot, Singular Value Decomposition

PENDAHULUAN

Pembangunan manusia merupakan suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi

masyarakat khususnya pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Pembangunan manusia tidak dapat

berhasil tanpa adanya kerjasama antara masyarakat dan pemerintah. Dalam hal ini pemerintah

mempunyai peranan penting untuk pengembangan kualitas hidup manusia. Salah satu tolak ukur

yang digunakan untuk melihat kualitas hidup manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Sebagai ukuran kualitas hidup manusia, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar.

Dimensi trsebut mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan dan standar hidup layak. Ketiga

dimensi tersebut memiliki generalisasi dalam pengertian terkait banyaknya variabel yang

mempengaruhi IPM (Melliana dan Zain, 2013).

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi NTB berada di urutan 32 dengan nilai 66,23 yaitu satu

tingkat di atas Papua dengan nilai 65,36. Hal ini menjadi tugas seluruh pemerintah NTB untuk

mencari solusi terhadap peningkatan kualitas pembangunan manusia. Tentunya diperlukan berbagai

upaya agar target peningkatan kualitas IPM meningkat tiap tahunnya. Salah satunya adalah

mengelompokkan kabupaten/kota yang memiliki kemiripan karakteristik variabel-variabel yang

mempengaruhi IPM Provinsi NTB. Sehingga dengan pengelompokkan dapat membantu pemerintah

Provinsi NTB dalam menyusun program kebijakan yang lebih tepat dalam rangka meningkatkan

IPM di Provinsi NTB (BPS, 2012).

Analisis statistik yang dapat digunakan untuk merealisasikan penglompokkan kabupaten/kota

berdasarkan karakteristik variabel-variabel yang mempengaruhi IPM adalah analisis biplot. Analisis

biplot merupakan teknik statistika deskriptif dimensi ganda yang dapat disajikan secara visual dari

sekumpulan objek dan variabel dalam suatu grafik. Analisis biplot didasarkan pada Singular Value

Decomposition (SVD) (Mattjik dan Sumertajaya, 2011). Perrmasalahan yang diangkat pada

Page 97: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 335

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

penelitian ini yaitu bagaimana pengelompokkan kabupaten/kota berdasarkan karakteristik IPM

serta bagaimana keragaman variabel (karakteristik IPM) di Provinsi NTB. Adapun tujuan dari

penelitian ini yaitu untuk menentukan pengelompokkan kabupaten/kota berdasarkan karakteristik

IPM dan untuk mengidentifikasi keragaman variabel (karakteristik IPM) di Provinsi NTB

menggunakan analisis biplot.

METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yag bersumber dari Badan Pusat

Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu data tentang variabel-variabel yang

mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia menurut kabupaten/kota di Provinsi NTB Tahun

2016. Data terdiri dari sepuluh kabupaten/kota di Provibnsi NTB sebagai objek penelitian,

sedangkan variabel yang digunakan adalah variabel-variabel yang mempengaruhi IPM yaitu X1

Persentase penduduk miski, X2 Persentase Buta huruf, X3 Persentase penduduk yang tamat

SMP/sederajat, X4 Jumlah sarana kesehatan, X5 Laju pertumbuhan ekonomi, X6 Upah Minimum,

X7 Kepadatan penduduk dan X8 Rata-rata usia kawin pertama wanita.

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu perumusan masalah, studi literatur,

pengumpulan data, menyusun matriks X, analisis data dengan biplot, serta penarikan kesimpulan.

Tahapan analisis data menggunakan analisis biplot yaitu mencari matriks data yang terstandarisasi

dengan menggunakan Z-score. Selanjutnya mencari Singular Value Decomposition (SVD) untuk

mendapatkan matriks , , dan . Setelah diperoleh matriks , , dan langkah selanjutnya

menentukan matriks (objek) dan (variabel). Kemudian membuat grafik biplot dengan program

Microsoft Excel 2007. Setelah membuat grafik biplot langkah selanjutnya menginterpretasikan hasil

biplot.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel berikut ini menyajikan informasi mengenai karakteristik variabel-variabel yang

mempengaruhi IPM pada setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB.

Tabel 1. Data Variabel-variabel yang Mempengaruhi IPM di NTB

Kabupaten/Kota Variabel-variabel yang mempengaruhi IPM

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8

Lombok Barat 16.73 18.62 24.53 77 5.73 1500000 631.10 20.24

Lombok Tengah 15.80 19.06 30.09 122 5.67 1484150 762.96 19.57

Lombok Timur 18.46 12.53 32.22 119 5.18 1488525 731.08 19.14

Sumbawa 16.12 7.46 19.84 120 5.26 1564000 68.11 21.21

Dompu 14.23 8.26 28.53 57 5.40 1520000 100.30 20.75

Bima 15.31 9.52 26.96 113 4.69 1650000 107.96 21.23

Sumbawa Barat 16.50 5.46 21.90 38 7.14 1609300 74.13 21.39

Lombok Utara 33.21 18.96 20.20 39 4.99 1600000 273.19 20.25

Kota Mataram 9.80 726 24.41 40 8.06 1550000 7492.89 21.09

Kota Bima 9.51 4.21 22.71 27 5.78 1650000 718.72 21.41

Setelah data karakteristik IPM dari setiap kabupaten/kota diperoleh, maka dapat disusun matriks X*

sebagai berikut.

[

]

Page 98: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 336

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Transformasi matriks X* menjadi matriks X dengan cara standarisasi data. Dalam analisis biplot,

perhitungan jarak euclid dan juga korelasi sangat rentan terhadap perbedaan satuan pengukuran

antar variabel.karena satuan pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini tidak sama maka data

yang digunakan perlu distandarisasi dengan Z-score terlebih dahulu. Standarisasi data dilakukan

dengan bantuan software SPSS 16.0 yang hasilnya adalah sebagai berikut.

[

]

Setelah diperoleh matriks X maka dihitung nilai eigen dari matriks XTX, dimana hasilnya yaitu

sebagai berikut.

[ ]

Dengan dua nilai eigen yang terbesar adalah 31.589 sebagai λ1 dan 18.266 sebagai λ2 dan

seterusnya. Setelah diperoleh nilai eigen maka langkah selanjutnya yaitu mencari matriks U, L dan

matriks A. Dengan bantuan software Matlab R2015a diperoleh matriks U, L dan A sebagai berikut.

[

]

[

]

[

]

Page 99: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 337

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Setelah penguraian nilai singular pada matriks X, maka pengkonstruksian grafik biplot

dilakukan dengan membuat matriks G dan H dengan menggunakan α = 0.5, maka G = U L0.5

dan

HT = L

1-0.5 A

T. Dari pendekatan matriks pada dimensi dua matriks G dan H diperoleh dengan cara

mengambil dua kolom pertama dari matriks G dan dua kolom pertama dari matriks H. Matriks G

dan H yang diperoleh adalah sebagai berikut.

[

]

[

]

Setelah memperoleh matriks G dan H, langkah selanjutnya adalah membuat grafik biplot dengan

bantuan sotfware Microsoft Excel 2007. Pada pembuatan grafik biplot dalam dimensi dua, analisis

biplot dapat menjelaskan 71.9% dari keseluruhan informasi yang terkandung dalam data sebenarnya

yang seharusnya ditampilkan dalam dimensi delapan. Berdasarkan prosedur analisis biplot

diperoleh hasil grafik biplot seperti pada gambar berikut.

Gambar 1. Grafik Biplot Antara Objek (Kabupaten/Kota) dengan Variabel-variabel yang

Mempengaruhi IPM) di NTB

Pada penelitian ini dihasilan grafik biplot dengan α = 0.5 . Alasan dipilihnya biplot dengan α =

0.5 yaitu hasil kali matriks koordinat objek (G) dan matriks koordinat variabel (H) sama dengan

elemen-elemen pada matriks data awal atau hasil biplot lebih menekankan pada matriks baris

(representasi objek) dan matriks kolom (representasi variabel). Ada beberapa informasi yang dapat

di ambil dari tampilan biplot yaitu sebagai berikut (Rifkhatussa’diyah dkk, 2014)

a. Kedekatan antar Objek

Informasi ini dapat dijadikan panduan mengenai kabupaten/kota mana yang memiliki kemiripan

karakteristik IPM dengan kabupaten/kota lainnya. Jarak terdekat ada pada Kabupaten Lombok

Tengah dan Lombok Timur dengan jarak Euclid sebesar 0.071. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi

Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur memiliki karakteristik IPM yang relatif sama

(berdekatan). Oleh karena itu Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur dapat dikelompokkan

menjadi satu kelompok. Interpretasi yang sama untuk kabupaten/kota lainnya.

b. Variansi Variabel

Page 100: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 338

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Informasi ini dapat digunakan untuk melihat keragaman karakteristik Indeks Pembangunan

Manusia setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB. Dengan informasi ini juga, bisa memperkirakan

bahwa karakteristik IPM yang mana yang harus ditingkatkan atau diturunkan dalam rangka

meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Variabel dengan keragaman yang kecil digambarkan

sebagai vektor pendek, sedangkan variabel yang variansinya besar dapat digambarkan sebagai

vektor panjang. Karakteristik IPM yang memiliki keragaman terbesar yaitu Upah Minimum (X6)

sebesar 1.476 . Sedangkan karakteristik IPM yang memilki keragaman terkecil yaitu jumlah sarana

kesehatan (X4) sebesar 0.777.

c. Korelasi Antar Variabel

Informasi ini dapat digunakan untuk menilai bagaimana variabel yang satu mempengaruhi

atau dipengaruhi oleh variabel yang lain atau untuk menilai karakteristik IPM yang satu dipengaruhi

oleh karakteristik IPM lainnya. Variabel yang mempunyai hubungan yang paling kuat yaitu variabel

laju pertumbuhan ekonomi (X5) dan jumlah sarana kesehatan (X4). Artinya, laju pertumbuhan

ekonomi (X5) dan jumlah sarana kesehatan (X4) berkorelasi positif, Sedangkan variabel yang

mempunyai hubungan paling kecil yaitu antara laju pertumbuhan ekonomi (X5) dan kepadatan

penduduk (X7). Artinya, kepadatan penduduk (X7) dengan laju pertumbuhan ekonomi (X5)

berkorelasi negatif.

d. Nilai Variabel pada Suatu Objek

Informasi ini digunakan untuk menentukan karakteristik IPM di setiap wilayah

(kabupaten/kota). Jika suatu kabupaten/kota yang terletak searah dengan vektor variabel

karakteristik IPM menunjukkan tingginya nilai karakteristik IPM pada daerah tersebut atau dapat di

interpretasikan bahwa karakteristik IPM untuk kabupaten/kota tersebut memiliki nilai diatas rata-

rata seluruh kabupaten/kota di Provinsi NTB. Sebaliknya, jika suatu kabupaten/kota terletak

berlawanan arah dengan vektor variabel karakteristik IPM maka nilai karakteristiknya rendah atau

dibawah nilai rata-rata seluruh kabupaten/kota di Provinsi NTB. Nilai variabel pada suatu objek

dapat dilihat dengan melakukan proyeksi orthogonal dari objek ke vektor variabel.

Gambar 2. Hasil Proyeksi Orthogonal

Berdasarkan Gambar 2, dapat diidentifikasi bahwa hasil pengelompokan objek

(kabupaten/kota) berdasarkan variabel-variabel yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia

yaitu kelompok I yaitu Kota Bima dan Kabupaten Sumbawa Barat. Dimana Kota Bima dan

Kabupaten Sumbawa Barat dominan terhadap variabel rata-rata usia kawin pertama wanita (X8)

dan jumlah sarana kesehatan (X4). Kelompok II yaitu Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Bima.

Dimana kabuapen tersebut dominan terhadap variabel persentase penduduk yang tamat SMP (X3)

dan variabel Upah Minimum Provinsi (X6). Kelompok III yaitu Kabupaten Lombok Utara. Dimana

Page 101: PENGARUH MODEL PROSAIN TERHADAP KETERAMPILAN …apppintb.org/wp-content/uploads/2018/11/Prosiding-Semnas-APPPI-NTB... · instruksi tugas dan rubrik penilaian keterampilan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Peningkatan

Profesionalisme Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0”. Pendopo Gubernur NTB 27 Oktober 2018. ISSN 2598-1978

Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat | 339

Kerjasama Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Kabupaten Lombok Utara dominan terhadap variabel persentase penduduk miskin (X1). Kelompok

IV yaitu Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Dompu. Dimana Kabupaten Lombok Barat dan

Kabupaten Dompu dominan terhadap variabel jumlah sarana kesehatan (X4), rata-rata usia kawin

pertama wanita (X8), Upah Minimum Provinsi (X6) dan persentase penduduk yang tamat SMP (X3).

Kelompok V yaitu Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Lombok Tengah. Dimana Kabupaten

kedua kabupaten tersebut dominan terhadap variabel jumlah sarana kesehatan (X4). Kelompok VI

yaitu Kota Mataram. Dimana kota Mataram dominan terhadap variabel laju pertumbuhan ekonomi

(X5) dan kepadatan penduduk (X7).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis biplot, kabupaten-kabupaten pada Provinsi Nusa Tenggara Barat

dikelompokkan menjadi enam kelompok berdasarkan karakteristik variabel-variabel yang

mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia. Kelompok I memiliki karakteristik variabel rata-rata

usia kawin pertama wanita (X8) dan jumlah sarana kesehatan (X4). Kelompok II memiliki

karakteristik variabel persentase penduduk yang tamat SMP (X3) dan variabel Upah Minimum

Provinsi (X6). Kelompok III memiliki karakteristik variabel persentase penduduk miskin (X1).

Kelompok IV memiliki karakteristik variabel jumlah sarana kesehatan (X4), rata-rata usia kawin

pertama wanita (X8), Upah Minimum Provinsi (X6) dan persentase penduduk yang tamat SMP (X3).

Kelompok V memiliki karakteristik variabel jumlah sarana kesehatan (X4). Kelompok VI memiliki

karakteristik variabel laju pertumbuhan ekonomi (X5) dan kepadatan penduduk (X7).

Karakteristik IPM yang memiliki keragaman terbesar yaitu Upah Minimum (X6). Sedangkan

karakteristik IPM yang memilki keragaman terkecil yaitu jumlah sarana kesehatan (X4). Artinya

semakin sedikit jumlah sarana kesehatan (X4), maka semakin rendah pembangunan manusia di

NTB. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan jumlah sarana kesehatan (X4), agar pembangunan

manusia di Provinsi NTB semakin meningkat.

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka disarankan diharapkan program-program

pemerintah dalam mensejahterakan rakyat lebih tepat sasaran, dengan melihat karakteristik IPM

masing-masing kelompok kabupaten/kota, sehingga nantinya akan meningkatkan IPM di Provinsi

NTB.

DAFTAR RUJUKAN

Badan Pusat Statistik, 2012, Indeks Pembangunan Manusia, Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Mattjik, A.A. dan Sumertajaya, I.M., 2011, Sidik Peubah Ganda Dengan Menggunakan SAS,

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Melliana, A., dan Zain, I., 2013, Analisis Statistika Faktor yang Mempengaruhi Indeks

Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur dengan Menggunakan

Regresi Panel, Jurnal Sains dan Seni Pomits, Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X

Print).

Rifkhatussa’diyah, E.F., Yasin, H., dan Rusgiyono, A., 2014, Analisis Biplot Komponen Utama

pada Bank Umum yang Beroperasi di Jawa Tengah, Jurnal Gaussian Vol.3, No.1, Tahun

2014, Hal 61-70.