pengaruh model pembelajaran kooperatif...

71
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK INVESTIGASI KELOMPOK (GROUP INVESTIGATION) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA (Kuasi Eksperimen Di Kelas IX SMP Negeri 1 Menes Pada Konsep Sistem Ekskresi Pada Manusia) SKRIPSI Oleh Iyoh Maspiroh 106016100561 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

Upload: doandieu

Post on 09-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TEKNIK INVESTIGASI KELOMPOK (GROUP

INVESTIGATION) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI

SISWA

(Kuasi Eksperimen Di Kelas IX SMP Negeri 1 Menes Pada Konsep Sistem

Ekskresi Pada Manusia)

SKRIPSI

Oleh

Iyoh Maspiroh

106016100561

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

ABSTRAK

Iyoh Maspiroh, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Teknik Investigasi

Kelompok Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sistem Ekskresi (Kuasi

eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

Studi Biologi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan

Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif

teknik investigasi kelompok terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep

sistem ekskresi pada manusia. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Menes

Pandeglang, Banten. Metode penelitian yang dugunakan adalah eksperimen semu

dengan desain control group pretest-postest design. Pengambilan sampel

dilakukan dengan menggunakan tekhnik purposive sampling. Sampel penelitian

berjumlah 42 siswa untuk kelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran

kooperatif teknik investigasi kelompok dan 38 siswa untuk kelas kontrol dengan

teknik diskusi baiasa. Analisis data pre test menggunakan uji-t diperoleh hasil

thitung sebesar 0.098 dan ttabel pada taraf sinifikansi 5% yaitu 1.99 maka thitung<ttabel.

Hal ini menunjukan bahwa kelompok eksperimen dan kontrol memilki

kemampuan awal yang sama. Sedangkan analisis data N-gain kedua kelompok

menggunakan uji Mann Whitney, diperoleh nilai zhitung sebesar 5.4, sedangkan

ztabel pada taraf signifikan 5% yaitu sebesar 1.96, maka dapat dikatakan bahwa

zhitung > ztabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran

kooperatif teknik investigasi kelompok terhadap hasil belajar biologi siswa.

Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif Teknik Investigasi Kelompok

Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

ABSTRACT

Iyoh Maspiroh, The Effect Of Cooperative Learning Group

Investiagtion To The Student Biology Study Result In Ekskresi System Concept

(Quasi Experiment in SMP Negeri 1 Menes Pandeglang, Banten). Thesis,

Biology Education Program, Science Education Department, Faculty Of

Tarbiyah And Teachers Training of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

The aim of this study was to know the effect of cooperative learning group

investigation to the student biology study result in ekskresi system concept. This

research was done at SMP Negeri 1 Menes Pandeglang, Banten. This research

method used quasi experiment method with control group pretest-postest design.

Sample was taken by using technique of purposive sampling. Research sample

was 42 students for experiment class that used group investigation of cooperative

learning and 38 students used conventional method for control class. pre test data

analysis used t-test, from this analysis was got to is 0.098, and ttable of signifikansi

5% is 1.99. It means that control and experiment classes have the same kognitif

ability. N-gain data analysis used Mann Whitney, from this analysis was got ztest is

5.4 and ztable of signifikansi 5% is 1.96. It means that ztest >z-table, there was effect

of cooperative learning group investigation to the student biology result in

ekskresi system.

Key word: Cooperative Leraning, Group Investigation.

Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Ilahi

Rabbi, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Shalawat serta salam senantiasa tersampaikan kepada nabi Muhammad saw, sang

pembawa risalah islam dan pembawa syafaat bagi ummatnya dihari akhir kelak.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademis

untuk menyelesaikan studi S1 program studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Teknik Investigasi Kelompok Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa

pada Konsep Sistem Ekskresi.

Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya, disampaikan kepada

semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga partisipasi

semua pihak dapat menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah S.W.T. dengan

balasan yang lebih baik. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut

disampaikan kepada:

1. Ayahanda Parhani dan Ibunda Saiah, yang kasih sayangnya kepada peneliti tak

terbatas, semoga Allah selalu menyayangi keduanya sebagaimana keduanya

menyayangi peneliti.

2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd, Dosen Pembimbing I dan Ibu Yanti Herlanti, M.Pd.,

Dosen Pembimbing II, yang selalu membimbing dalam penelitian dan

penulisan.

5. Bapak Drs. Baihaki, M.Pd, Kepala SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten,

dan Bapak Asep Krisnalia, S.Pd., guru mata pelajaran Biologi, yang telah

memberikan izin penelitian dan menjadi konsultan terbaik selama eksperimen,

dan seluruh sivitas akademika SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten.

Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

ii

6. Kakanda tercinta: Didin Rafiudin, Lili Suhaeli, Nur Fajriah, dan Pipit Fitriah

dan adik tercinta A. Nandra Saputra, tempat berkeluh kesah dan sumber

inspirasi serta semangat, bagian kehidupan yang tak tergantikan.

7. Keluarga besar dari Ayahanda dan Ibunda, yang selalu memberi perhatian dan

kasih sayang kepada peneliti.

8. Keluarga Besar Boarding English Course Expansion angkatan 2008-2010,

yang menjadi keluarga kedua bagi peneliti. Lebih khususnya kepada Siti Imas

Maesaroh, Ika Rifqiawati, Aisyah Annas, Via Tuhamah, Zulfa Auliani,

Yuriska Nurahma, Nani dan Ayu, yang memberikan suport dan menemani

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Biologi Angkatan 2006.

10. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Biologi dan Fisika angkatan 2005, lebih

khusus kepada Siti Amaliah dan Sitti Aisyah yang selalu bersama ketika

bimbingan.

11. Rasa cinta dan hormat kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang

tak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam menyelesaikan skripsi.

Kami berharap skripsi ini menjadi konstribusi serta menambah pustaka dan

referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para

pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.

Jazákumullah Khoiron Katsiron.

Ciputat, Oktober 2010 M

Dzulhijjah 1431 H

Iyoh Maspiroh

Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK Hal.

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vi

DAFTAR TABEL .................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................... 6

C. Batasan Masalah ............................................................. 6

D. Rumusan Masalah .......................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ............................................................. 7

F. Manfaat Penelitian ........................................................... 7

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR,

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ...................................... 8

A. Deskripsi Teoritis ........................................................... 8

1. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif .................... 8

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ......................... 11

c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ............... 13

d. Pengelolaan Kelas Pembelajaran Kooperatif ....... 14

e. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif ....... 15

f. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif ........................ 16

g. Keterampilan-Keterampilan Kooperatif ............... 17

h. Langkah-Langkah Umum Pembelajaran

Kooperatif .............................................................. 17

Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

iv

i. Beberapa Variasi teknik Dalam Pembelajaran

Kooperatif ............................................................ 18

2. Teknik Investigasi Kelompok .................................... 19

3. Hasil Belajar .............................................................. 23

a. Hasil Belajar Kognitif ........................................... 25

b. Hasil Belajar Afektif ............................................ 26

c. Asesmen Kinerja (Performance Assessment) ....... 27

B. Hasil Penelitian yang Relevan ......................................... 28

C. Kerangka Pikir ................................................................. 30

D. Hipotesis .......................................................................... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................ 33

A. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................... 33

B. Metode Penelitian ............................................................ 33

C. Desain Penelitian ............................................................. 33

D. Populasi dan Sampel ........................................................ 34

E. Variabel Penelitian .......................................................... 34

F. Prosedur Penelitian ............................................................ 35

G. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 35

H. Instrumen Penelitian ........................................................ 36

I. Kalibrasi Instrumen ........................................................... 39

1. Uji Validitas Butir Soal ............................................. 39

2. Uji Realibilitas Instrumen ........................................... 39

3. Uji Tingkat Kesukaran Item ...................................... 40

4. Daya Pembeda ............................................................ 40

J. Teknik Analisis Data ....................................................... 41

1. Data Kuantitatif .......................................................... 41

a. Normal Gain ............................................................... 41

b. Uji Normalitas .......................................................... 41

c. Uji Homogenitas ..................................................... 42

d. Uji Hipotesis ............................................................. 43

Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

v

2. Data Kualitatif ........................................................... 43

a. Angket Hasil Belajar ............................................ 43

b.Hasil Observasi ...................................................... 43

c. Hasil Asesmen Kinerja ........................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................. 45

A. Deskripsi Data Hasil Belajar Kuantitatif .......................... 45

1. Hasil Pretest ............................................................... 45

2. Hasil Posttest ............................................................. 46

3. Hasil N-gain Kelompok Eksperimen ........................... 46

4. Hasil N-gain Kelompok Kontrol ................................. 47

5. Hasil Uji Normalitas ..................................................... 48

6. Hasil Uji Homogenitas Pretest .................................... 49

7. Hasil Uji Parametrik Pretest ....................................... 49

8. Hasil Uji Nonparametrik Posttest ................................. 50

B. Deskripsi Data Kualitatif ................................................... 51

1. Data Observasi .............................................................. 51

2. Asesmen Kinerja ........................................................... 51

3. Data Angket .................................................................. 53

C. Pembahasan ........................................................................ 53

BAB V PENUTUP ............................................................................ 56

A. Kesimpulan ...................................................................... 56

B. Saran ................................................................................ 56

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 57

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................... 60

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

vi

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ............................................................. 31

Gambar 4.1 Grafik N-Gain Kelompok Eksperimen .................................... 47

Gambar 4.2 Grafik N-Gain Kelompok Kontrol .......................................... 48

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

vii

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif Dengan

Kelompok Belajar Konvensional ........................................ 10

Tabel 3.1 Desain Penelitian .................................................................. 34

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes ......................................................... 37

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Angket ................................................... 38

Tabel 3.4 Skoring Jawaban Angket ...................................................... 43

Tabel 4.1 Hasil Belajar Pretest Kel. Eksperimen dan Kontrol ........... 45

Tabel 4.2 Hasil Belajar Posttest Kel. Eksperimen dan Kontrol ........... 46

Tabel 4.3 Rekapitulasi N-gain Kelompok Eksperimen ........................ 46

Tabel 4.4 Rekapitulasi N-gain Kelas Kontrol ....................................... 47

Tabel 4.5 Hasil Uji Mann Whitney N-Gain ........................................... 50

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Asesmen Kinerja ..................................... 52

Tabel 4.7 Rekapitulasi Penerapan Indikator Kinerja ............................. 52

Tabel 4.8 Rekapitulasi Data Angket ..................................................... 53

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 1 ............................... 60

Lampiran 2 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 2 .............................. 66

Lampiran 3 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 3 ............................... 72

Lampiran 4 RPP Kelas Kontrol Pertemuan 1 ..................................... 79

Lampiran 5 RPP Kelas Kontrol Pertemuan 2 .................................... 82

Lampiran 6 RPP Kelas Kontrol Pertemuan 3 ..................................... 85

Lampiran 7 Asesmen Kinerja Siswa .................................................. 89

Lampiran 8 Rekapitulasi Analisis Butir Soal ...................................... 91

Lampiran 9 Kisi-Kisi Tes Kognitif .................................................... 93

Lampiran 10 Posttest Sistem Ekskresi Pada Manusia .......................... 113

Lampiran 11 Jawaban Soal Pretest dan Posttest .................................. 120

Lampiran 12 Kisi-Kisi Angket .............................................................. 121

Lampiran 13 Lembar Angket Siswa .................................................... 124

Lampiran 14 Lembar Kerja Siswa ........................................................ 126

Lampiran 15 Lembar Observasi Kegiatan Guru ................................... 133

Lampiran 16 Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol ................................. 139

Lampiran 17 Distribusi Frekuensi Kelas Kelas Eksperimen ................ 144

Lampiran 18 Uji Normalitas Kelas Kontrol .......................................... 149

Lampiran 19 Uji Normalitas Kelas Eksperimen ................................... 150

Lampiran 20 Penghitungan N-Gain ...................................................... 151

Lampiran 21 Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol. ............................ 152

Lampiran 22 Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen ..................... 153

Lampiran 23 Tabel Hasil Angket ......................................................... 154

Lampiran 24 Analisis Angket Penerimaan Siswa ................................. 155

Lampiran 25 Analisis Angket Tanggapan Siswa .................................. 156

Lampiran 26 Penghitungan Hasil Angket ............................................. 158

Lampiran 27 Uji Homogenitas Data Pretest ......................................... 160

Lampiran 28 Uji Hipotesis data Pretest ................................................ 162

Lampiran 29 Langkah-Langkah Penghitungan Uji Mann Whitney ...... 164

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

ix

Lampiran 30 Uji Mann Whitney Hasil Belajar Posttest ....................... 165

Lampiran 31 Uji Mann Whitney N-Gain .............................................. 166

Page 13: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Percepatan arus informasi dalam era globalisasi saat ini menuntut semua

bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan, dan strategi agar sesuai

dengan kebutuhan, dan tidak ketinggalan zaman. Penyesuaian tersebut secara

langsung mengubah tatanan dalam sistem makro, maupun mikro, demikian halnya

dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan nasional senantiasa harus

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di

tingkat lokal, nasional maupun global.

Salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan adalah kurikulum.

Kurikulum merupakan acuan setiap satuan pendidikan, baik pengelola maupun

penyelenggara, khususnya acuan bagi guru dan kepala sekolah.1 Kurikulum yang

berlaku di Indonesia saat ini adalah kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang

telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya

pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan). 2

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal

(sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap dan hasil belajar peserta

didik. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya adalah strategi dan

metode pembelajaran yang digunakan. Strategi pembelajaran yang digunakan

masih bersifat konvensional dan masih bersifat teacher centered atau terpusat

pada guru sehingga siswa menjadi pasif. 3 Hal inilah yang menjadi permasalahan

umum di sekolah SMP Negeri 1 Menes Pandeglang termasuk pada pembelajaran

Biologi.

1 Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2007), hal. 4 2 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konsrukstivistik. (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2007), hal. 2 3 Tengku Zahara Djaafar, Kontribusi startegi pembelajaran, (Padang: Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Padang, 2001), hal. 1

Page 14: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

2

Padahal pembelajaran menurut teori psikologi kognitif holistik yaitu

menempatkan siswa sebagai sumber aktivitas belajar. Teori belajar lain yaitu teori

konstruktivisme memandang bahwa siswa adalah pembangun pengetahuan yang

aktif. Dengan demikian pembelajaran harus dirancang dengan lebih banyak agar

dapat memotivasi siswa untuk mengembangkan potensi aktivitasnya. Oleh karena

itu dalam pandangan sekarang guru berfungsi sebagai penyampai atau menjadi

fasilitator pembelajaran.4 Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang

Standar Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2005, pasal 19 yang menyatakan

bahwa:

“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik.”5

Proses pembelajaran yang terjadi di sekolah pada dasarnya adalah interaksi

antara guru dan siswa. Kualitas hubungan antara guru dan siswa dalam proses

pembelajaran sebagian besar ditentukan oleh pribadi guru dalam mengajar dan

siswa dalam belajar. Sehingga kualitas hubungan antara guru dan siswa

menentukan keberhasilan proses belajar yang efektif. 6

Proses pembelajaran yang efektif membutuhkan pendayagunaan berbagai

usaha dan penyediaan prasarana yang optimal, berorientasi pada peserta didik,

serta penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai. Agar proses pembelajaran

berlangsung secara efektif dan efisien, maka pembelajaran harus didesain dengan

baik. Ihat Hatimah mengutip pendapat Seels dan Richey mengemukakan bahwa

desain sistem pembelajaran adalah pengorganisasian prosedur atau tata cara

pengembangan materi pembelajaran atau program yang meliputi langkah-langkah

menganalisis, merancang, mengembangkan, mengimplementasikan dan

mengevaluasi pembelajaran. Sedangkan, menurut pendapat Reigeluth yang

4 Dadang Sukirman, dan Nana Jumhana, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: UPI

Press, 2006), hal. 6. 5 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan. Direktorat Jendral

Pendidikan Islam Departemen Agam RI Tahun 2006, hal. 164 6 Udin Saefudin Saud, Ade Rukmana, dan Novi Resamini, Pembelajaran Terpadu,

(Bandung: UPI Press, 2006), hal. 1

Page 15: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

3

dikutip oleh Ihat Hatimah menyatakan bahwa pembelajaran menyangkut

pengertian, peningkatan dan penerapan metode-metode pembelajaran (instruction)

untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa,

wujud dari sistem pembelajaran yang baik meliputi kondisi pembelajaran, metode

pembelajaran dan hasil pembelajaran yang baik pula.

Kondisi pembelajaran menyangkut karakteristik materi pembelajaran,

kendala-kendala dalam proses pembelajaran dan karakteristik siswa. Metode

pembelajaran meliputi strategi pengorganisasian bahan ajar, strategi penyampaian,

dan strategi pengelolaan kegiatan pembelajaran di kelas. Sedangkan hasil

pembelajaran meliputi efektifitas, efisiensi dan menarik tidaknya proses

pembelajaran. 7

Menurut Ihat Hatimah mengutip pendapat Newman dan Logan

menyatakan bahwa strategi mencakup tujuan yang ingin dicapai, metode yang

digunakan, teknik pelaksanannya serta tolak ukur yang sudah ditentukan dalam

rangka pencapaian tujuan. Dalam kegiatan pembelajaran, strategi merupakan pola

umum kegiatan guru dan siswa. Maksud dari pola umum ini adalah jenis dan

urutan perbuatan yang nampak dipergunakan atau diperagakan oleh guru dan

siswa dalam berbagai macam peristiwa pembelajaran. Dengan kata lain, strategi

adalah cara penentuan seluruh aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan

belajar, yang meliputi penyusunan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan

kegiatan pembelajaran dan penilaian proses serta hasil pembelajaran. Ketepatan

guru dalam memilih strategi pembelajaran akan memudahkan pencapaian tujuan.

Sebaliknya jika ketidaktepatan dalam memilih strategi pembelajaran maka akan

menimbulkan kesulitan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Permasalahan

inilah yang dirasakan oleh warga belajar.8

Selain itu, guru juga dituntut untuk menentukan metode pembelajaran

yang sesuai dan dapat menciptakan situasi serta kondisi kelas yang kondusif. Hal

tersebut ditimbulkan agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai

7 Tengku Zahara Djaafar, op. cit, hal. 2

8 Ihat Hatimah, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Bandung: Andira, 2000), hal. 5

Page 16: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

4

dengan tujuan yang diharapkan.9Metode pembelajaran yang masih berkembang

saat ini lebih menekankan pada pemberian informasi. Termasuk dalam hal ini

metode pembelajaran pada mata pelajaran Biologi.10

Biologi sebagai salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses

sains. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan

hipotesis, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta

mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan

memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau

memecahkan masalah sehari-hari.11

Sistem ekskresi pada manusia merupakan salah satu konsep dalam Ilmu

Biologi di SMP. Menurut kurikulum, konsep sistem ekskresi pada manusia

dicantumkan dalam pelajaran Biologi SMP kelas IX semester 1. Konsep sistem

ekskresi pada manusia meliputi pendeskripsian sistem pengeluaran dari tubuh

manusia serta hubungannya dengan kesehatan. Sistem ekskresi merupakan konsep

yang sangat penting dalam pembelajaran Biologi karena berhubungan dengan

kehidupan manusia sehari-hari.

Umumnya pembelajaran sistem ekskresi kurang menarik bagi siswa

karena metode yang digunakan masih bersifat konvensional. Proses pembelajaran

menunjukkan tidak adanya interaksi dalam kegiatan pembelajaran. Suasana

pembelajaran di kelas bersifat monoton. Selain itu siswa hanya mendengarkan

penjelasan guru tanpa ada keinginan untuk berpartisipasi secara aktif dalam

kegiatan pembelajaran. Sehingga siswa merasa sulit memahami konsep. Hal ini

dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Untuk itu, diperlukan model

pembelajaran yang menarik dan membuat siswa aktif sehingga siswa dengan

mudah dapat memahami konsep tersebut.

9 Trianto, op.cit, hal 3.

10 Ida Bagus Putu Arnyana, Pengaruh Penerapan Model Belajar Berdasarkan Masalah

dan Model Pengajaran Langsung Dipandu Strategi Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Biologi

Siswa SMA, (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Singaraja , No. 4, Oktober 2006), hal. 697 11

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, hal. 451

Page 17: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

5

Model pembelajaran yang menarik dan membuat siswa aktif adalah model

pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dan

saling membantu dalam memahami suatu bahan pelajaran, memeriksa dan

memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai

prestasi belajar tertinggi.12

Melalui model tesebut siswa diharapkan termotivasi

untuk belajar, mencari dan mengembangkan pemahamannya sendiri sehingga

siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Muslimin Ibrahim dkk. mengutip pendapat Slavin mengemukakan bahwa

model pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar

dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif.

Siswa lebih menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi selama dan setelah

diskusi dalam kelompok kooperatif daripada siswa yang bekerja secara individual

atau kompetitif. Jadi materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk periode

waktu yang lebih lama.13

Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa variasi teknik, salah

satu diantaranya adalah teknik investigasi kelompok. Teknik investigasi kelompok

merupakan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa sejak

perencanaan, baik dalam menentukan topik pembelajaran maupun cara untuk

mempelajari materi pembelajaran melalui investigasi.14

Dengan demikian teknik

investigasi kelompok melatih siswa secara langsung sehingga siswa berperan aktif

dari tahap pemilihan topik, perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran

sampai dengan evaluasi.

Berdasarkan pemikiran di atas, mendorong penulis untuk meneliti

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Investigasi Kelompok (Group

Investigation) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Sistem Ekskresi

12

Tonih Feronika, Buku Ajar Strtegi Pembelajaran Kimia, (Jakarta: FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008), hal. 56 13

Muslimin Ibrahim, dkk. Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: UNESA-University

Press, 2000), hal. 14-15 14

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara,

2009), hal. 192-196

Page 18: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

6

pada Manusia”, penelitian ini dilakukan di kelas IX SMP Negeri 1 Menes

Pandeglang, Banten.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka

identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Orientasi pembelajaran masih berpusat pada guru atau teacher centered.

2. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi.

3. Penggunaan metode dan strategi pembelajaran pada mata pelajaran Biologi

belum maksimal karena masih bersifat konvensional.

4. Pasifnya siswa dalam kegiatan pembelajaran menyebabkan rendahnya hasil

belajar.

C. Pembatasan Masalah

Kegiatan penelitian ini terbatas pada masalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah teknik investigasi

kelompok.

2. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar dari ranah kognitif dan afektif.

Jenjang kemampuan kognitif yang akan diukur pada penelitian ini adalah C1

(jenjang hafalan/ingatan), C2 (jenjang pemahaman), C3 (jenjang penerapan) dan

C4 (jenjang analisis). Sedangkan yang akan diukur dari ranah afektif yaitu

penerimaan (receiving) dan tanggapan (responding) siswa terhadap teknik

investigasi kelompok yang digunakan pada saat pembelajaran.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan permasalahan yang telah

dikemukakan di atas maka masalah yang akan dicari jawabannya dalam penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah pengaruh model

pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok (group investigation)

terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem ekskresi pada manusia?”.

Page 19: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

7

E. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok terhadap hasil belajar

biologi siswa pada konsep sistem ekskresi pada manusia.

F. Manfaat penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai bahan acuan bagi guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif

dengan menggunakan variasi metode sehingga materi yang disampaikan

mudah dipahami oleh siswa.

2. Dapat memberikan kontribusi yang baik bagi sekolah dalam rangka

peningkatan mutu proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran Biologi.

3. Dapat memberikan informasi bagi penelitian selanjutnya.

Page 20: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

8

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif berasal dari kata

cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling

membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Isjoni

mengutip pendapat Jhonson mengemukakan bahwa cooperative learning atau

pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai tujuan

bersama. Sedangkan menurut Anita Lie yang dikutip oleh Isjoni mengemukakan

bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama

dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.1

Pembelajaran kooperatif menurut Tonih Feronika yang mengutip pendapat

Slavin adalah strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling

membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran, memeriksa dan

memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai

prestasi belajar tertinggi. Sedangkan menurut Davidson dan Worsham yang

dikutip oleh Tonih Feronika, pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran

yang efektif yang mengintergrasikan keterampilan sosial yang bermuatan

akademis.2

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kelompok yang

memiliki aturan-aturan tertentu yang memiliki prinsip dasar siswa membentuk

kelompok kecil dan saling mengajari sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam proses pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajari siswa yang kurang

1Isjoni, Cooperatif Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok,

(Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 15-16 2 Tonih Feronika, Buku Ajar Strtegi Pembelajaran Kimia, (Jakarta: FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008), hal. 56

Page 21: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

9

pandai tanpa merasa dirugikan. Selain itu, siswa yang kurang pandai dapat belajar

dalam suasana yang menyenangkan, karena bantuan dan motivasi teman sebaya.

Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan

pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa

diterima oleh anggota kelompoknya.

Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan

pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar

yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran,

namun bisa juga sebagai tutor bagi teman sebayanya.

Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih

asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi

juga sesama siswa, karena pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada

siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

terstruktur, dan dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator. Selain silih asah,

pembelajaran kooperatif juga secara sadar dan sistematis mengembangkan

interaksi yang silih asih dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di

dalam masyarakat nyata.3

Kegiatan dalam kooperatif akan membantu siswa-siswa yang lemah dalam

akademik untuk dapat memahami materi, karena dalam pembelajaran kooperatif

siswa yang pintar menjelaskan dan menguraikan materi ke siswa yang kurang

paham. Hal ini dapat memberikan penguatan kepada siswa yang pintar untuk

dapat memahami materi. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam

kelompaknya belum menguasai bahan pembelajaran.4

Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional,

pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan. Diantaranya yaitu

memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu

pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa ketika belajar secara bekerjasama

dalam merumuskan kearah satu pandangan kelompok.

Isjoni mengutip pendapat Sharan mengemukakan bahwa siswa yang

belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi

3 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta; Bumi Aksara,

2009), hal. 189-190 4 Tonih Feronika, Op, cit, hal. 57

Page 22: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

10

yang tinggi karena didorong oleh rekan sebayanya. Pembelajaran kooperatif juga

menghasilkan peningkatan kemampuan akademik dan berpikir kritis, membentuk

hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar sopan santun,

meningkatkan motivasi siswa, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar

untuk mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta menghargai pokok pikiran

orang lain.

Selanjutnya Isjoni mengutip pendapat Stahl mengemukakan bahwa

melalui model pembelajaran kooperatif siswa dapat memperoleh pengetahuan,

kecakapan sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta berbuat dan

berpartisipasi sosial. Pendapat Zaltman yang dikutip oleh Isjoni mengemukakan

bahwa siswa yang sama-sama bekerja dalam kelompok akan menimbulkan

persahabatan yang akrab, yang terbentuk di kalangan siswa, ternyata sangat

berpengaruh pada tingkah laku atau kegiatan masing-masing secara individual.

Kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar dapat memberikan berbagai

pengalaman. Mereka akan lebih banyak mendapatkan kesempatan berbicara,

inisiatif, menentukan pilihan dan secara umum mengembangkan kebiasaan yang

baik.5

Tabel 2.1. Perbedaan kelompok belajar kooperatif

dengan kelompok konvensional6

Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar konvensional

Adanya saling ketergantungan positif,

saling membantu dan saling

memberikan motivasi sehingga ada

interaksi promotif

Guru sering membiarkan adanya siswa

yang mendominasi kelompok atau

menggantungkan diri ada kelmpok.

Adanya akuntabilitas individual yang

mengukur penguasaan materi

pelajaran tiap anggoata kelompok, dan

kelompok diberi umpan balik tentang

hasil belajar para anggotanya sehingga

dapat saling mengetahui siapa yang

memerlukan bantuan dan siapa yang

dapat memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual sering

diabaikan sehingga tugas-tugas sering

diborong oleh salah seorang anggota

kelompok lainnya hanya

“mendompleng” keberhasilan

“pemborong”.

5 Isjoni, Op. cit,hal. 22-24

6 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konsrukstivistik. (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2007), hal. 43-44

Page 23: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

11

Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar konvensional

Kelompok belajar heterogen, baik

dalam kemampuan akademik, jenis

kelamin, ras, etnik dan sebagainya

sehingga dapat saling mengetahui

siapa yang memerlukan bantuan dan

siapa yang memberikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya homogen.

Pimpinan kelompok dipilih secara

demokratis atau bergilir untuk

memberikan pengalaman pemimpin

bagi para anggota kelompok.

Pemimpin kelompok sering ditentukan

oleh guru atau kelompok dibiarkan

untuk memilih pemimpinnya dengan

cara masing-masing.

Keterampilan sosial yang diperlukan

dalam kerja gotong royong seperti

kepemimpinan, kemampuan

berkomunikasi, mempercayai orang

lain, dan mengelola konflik secara

langsung diajarkan.

Keterampilan sosial sering tidak

secara langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang

berlangsung guru terus melakukan

pemantauan melalui observasi dan

melakuakan intervensi jik terjadi

masalah dalam kerja sama antar

anggota kelompok.

Pemantauan melaui intervensi sering

tidak dilakukan oleh guru pada saat

belajar kelompok sedang berlangsung.

Guru memperhatikan secara proses

kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar.

Guru sering tidak memperhatikan

proses kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar.

Penekanan tidak hanya pada

penyelasaian tugas tetapi juga

hubungan interpersonal (hubungan

antar pribadi yang saling menghargai).

Penekanan sering hanya pada

penyelesaian tugas.

b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi dan

kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar yang lebih baik, sikap tolong

menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model

pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara

berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat

Page 24: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

12

dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya

dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk

mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu:

1) Hasil belajar akademik

Dalam pembelajran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial,

juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.

Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa

memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini menunjukan, model

struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar

akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar,

pembelajaran kooperatif dapat member keuntungan, baik pada siswa kelompok

bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas

akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas

dari orang-orang yang berbeda berdasrkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan

dan ketidakmampuannya. Pembelajran kooperatif memberi peluang bagi siswa

dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung

pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan

belajar saling memghargai satu sama lain.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan

kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-

keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda

masih kurang dalam keterampilan sosial.

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif

sebagaimana yang dikemukakan Slavin yaitu penghargaan kelompok,

pertanggungjawaban, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.

Page 25: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

13

1. Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk

memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika

kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok

didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam

menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu

dan saling peduli.

2. Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua

anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas

anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya

pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk

menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman

sekelompoknya.

3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode scoring yang mencakup

nilai perkembangan berdasarkan penigkatan prestasi yang diperoleh siswa dari

yang terdahulu. Dengan menggunakan metode scoring ini setiap siswa baik yang

berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk

berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. 7

c. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Secara umum pembelajaran kooperatif terdiri dari lima karakteristik,

yaitu:8

1) Siswa belajar bersama pada tugas-tugas umum atau aktivitas untuk

menyelesaikan tugas atau aktivitas pembelajaran.

2) Siswa saling bergantung secara positif. Aktivitas diatur sehingga siswa

membutuhkan siswa lain untuk mencapai hasil bersama.

3) Siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 5

siswa.

7Isjoni, Op. cit,hal. 21-28

8 Tonih Feronika, Op.cit. hal. 57

Page 26: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

14

4) Siswa menggunakan perilaku kooperatif, prososial.

5) Setiap siswa secara mandiri bertanggung jawab untuk pekerjaan pembelajaran

mereka.

d. Pengelolaan Kelas Model Pembelajaran kooperatif

Pengelolaan kelas pembelajaran kooperatif bertujuan untuk membina

pembelajar dalam mengembangkan niat dan kiat bekerja sama dan berinteraksi

dengan pembelajar yang lainnya. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan

dalam pengelolaan kelas.9

Pertama adalah pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman).

Pengelompokan heterogenitas merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode

pembelajaran gotong royong atau pembelajaran kooperatif. Kelompok

heterogenitas dapat dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender,

latar belakang sosio ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal

kemampuan akademis, kelompok biasanya terdiri dari satu orang

berkemammpuan tinggi, dua orang berkemampuan sedang, dan yang lainnya

berkemampuan kurang.

Kedua adalah semangat gotong royong. Agar kelompok bisa bekerja

secara efektif dalam proses pembelajaran kooperatif, masing-masing anggota

kelompok perlu mempunyai semangat gotong royong. Semangat gotong royong

bisa dirasakan dengan membina niat dan kiat siswa dalam bekerja sama dengan

siswa-siswa yang lainnya.

ketiga adalah penataan ruang kelas. Penataan ruang kelas harus

disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas dan sekolah. Beberapa faktor

yang perlu dipertimbangkan yaitu ukuran ruang kelas, jumlah siswa, tingkat

kedewasaan, toleransi guru di kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lain-lain.

9 Anita lie, Cooperative Learning, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal. 37-51

Page 27: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

15

e. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat

elemen-elemen yang saling terkait. Ada beberapa elemen yang merupakan

ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif.10

Elemen yang pertama adalah saling ketergantungan positif. Dalam sistem

pembelajaran kooperatif, guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana belajar

yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Siswa satu mebutuhkan

siswa yang lain, demikian pula sebaliknya. Hubungan yang saling membutuhkan

antara siswa satu dengan siswa yang lain inilah yang disebut dengan saling

ketergantungan positif. Suasana ketergantungan tersebut dapat diciptakan melalui

berbagai strategi, yaitu sebagai berikut.

Saling ketergantungan dalam pencapaian tujuan. Dalam hal ini masing-

masing siswa merasa memerlukan temannya dalam usaha mencapai tujuan

pembelajaran.

Saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini masing-

masing siswa membutuhkan teman dalam menyelesaikan tugas-tugas

pembelajaran.

Saling ketergantungan bahan atau sumber belajar. Siswa yang tidak

memiliki sumber belajar (misalnya buku) akan berusaha meminjam pada

temannya.

Saling ketergantungan peran. Siswa yang sebelumnya mungkin sering

bertanya karena belum paham terhadap satu masalah pada temannya, suatu saat ia

akan berusaha mengajari temannya yang mungkin mengalami masalah (berperan

sebagai pengajar).

Saling ketergantungan hadiah. Penghargaan atau hadiah diberikan kepada

kelompok, karena hasil kerja adalah hasil kerja kelompok, bukan hasil kerja

individual atau perseorangan. Sedangkan keberhasilan kelompok dalam mencapai

tujuan pembelajaran bergantung pada keberhasilan setiap anggota atau individu

kelompok.

10

Made Wena, Op.cit, hal. 190-192

Page 28: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

16

Elemen yang kedua adalah interaksi tatap muka. Interaksi tatap muka

menuntut para siswa dalam kelompok saling bertatap muka sehingga mereka

dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama

siswa. Jadi dalam hal ini, semua anggota kelompok berinteraksi saling

berhadapan, dengan menerapkan keterampilan bekerja sama untuk menjalin

hubungan sesama anggota kelompok.

Elemen berikutnya adalah akuntabilitas individual. Setiap anggota harus

belajar dan menyumbangkan pikiran demi keberhasilan pekerjaan kelompok.

Untuk mencapai tujuan kelompok (hasil belajar kelompok), setiap siswa harus

bertanggung jawab terhadap penguasaan materi pembelajaran secara maksimal,

karena hasil belajar kelompok didasari atas rata-rata nilai anggota kelompok.

Kondisi belajar yang demikian akan menumbuhkan tanggung jawab

(akuntabilitas) pada masing-masing individu siswa. Tanpa adanya tanggung jawab

individu, keberhasilan kelompok akan sulit tercapai.

Elemen yang terakhir adalah keterampilan menjalin hubungan antar

pribadi. Dalam pembelajaran kooperatif dituntut untuk membimbing siswa agar

dapat berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi antar anggota kelompok.

Dengan demikian dalam pembelajaran kooperatif, keterampilan sosial seperti

tenggang rasa, sikap sopan santun terhadap teman, mengkritik ide dan bukan

mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mmendominasi

orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin

hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan, tapi secara sengaja diajarkan

oleh guru.

f. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut Tonih Feronika mengutip pendapat Carin mengemukakan bahwa

pembelajaran kooperatif memiliki beberapa ciri. Ciri-cirinya adalah setiap anggota

mempunyai peran, terjadi interaksi langsung diantara siswa, setiap anggota

kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman

sekelompoknya, dan guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.11

11

Tonih Feronika, Op. cit., hal. 58

Page 29: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

17

Sedangkan menurut Ibrahim, pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri

diantaranya siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajarnya, kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan

tinggi, sedang dan rendah, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis

kelamin berbeda-beda, dan penghargaan yang diberikan lebih berorientasi

kelompok ketimbang individu.12

g. Keterampilan-keterampilan Kooperatif13

Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tingkat keterampilan.

Keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan tingkat awal, keterampilan tingkat

menengah dan keterampilan tingkat mahir.

1) Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi menjalankan tugas sesuai

dengan tanggung jawabnya, mengambil giliran dan berbagi tugas, mendorong

adanya partisipasi, dan menyamakan persepsi atau pendapat.

2) Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi mendengarkan dengan

aktif, meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi lebih lanjut,

menafsirkan atau menyampaikan kembali informasi dengan kalimat yang

berbeda, memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban, memastikan

bahwa jawaban tersebut benar.

3) Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi mengelaborasi, yaitu

memperluas konsep, membuat kesimpulan, dan menghubungkan pendapat

dengan topik tertentu.

h. Langkah-Langkah Umum Pembelajaran Kooperatif14

Langkah pertama pada model pembelajaran kooperatif adalah memberikan

informasi dan menyampaikan tujuan serta skenario pembelajaran kepada siswa

atau peserta didik, kemudian mengorganisasikan siswa atau peserta didik dalam

kelompok kooperatif. Setelah itu siswa atau peserta didik dibimbing untuk

12

Muslimin Ibrahim, dkk. Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: UNESA-university

Press, 2000), hal. 3-4 13

Trianto, Op. cit., hal. 46 14

Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajara:sebagai referensi pendidik dalam

implementasi pembelajarn yang efektif dan berkualitas, (Jakarta: prenada Media, 2009), hal. 271

Page 30: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

18

melakukan kegiatan atau berkooperatif. Langkah terakhir adalah evaluasi dan

memberikan penghargaan.

i. Beberapa Variasi Teknik Dalam Model Pembelajaran Kooperatif

Terdapat lima macam teknik belajar kooperatif yang berhasil

dikembangkan para peneliti pendidikan di Jhon Hopkins University yaitu: Student

Team Achievement Divisions (STAD), JIGSAW, Investigasi Kelompok (Group

Investigation), Think Pair Share (TPS), dan Numbered Head Together (NHT).15

Pembelajaran kooperatif teknik Student Team Achievement Divisions

(STAD) adalah pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-

kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok terdiri dari empat atau lima

orang siswa secara heterogen. Pembelajaran ini diawali dengan penyampaian

tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan

penghargaan kelompok.

Sedangkan pembelajaran kooperatif teknik Numbered Head Together

(NHT) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas

tradisional. Dalam teknik ini setiap anggota dalam kelompok diberi nomor.

Pembelajaran kooperatif teknik Think Pair share (TPS) merupakan

pembelajaran kooperatif yang langkah-langkahnya terdiri dari thinking (berpikir),

pairing (berpasangan) dan share (berbagi). Teknik ini berbeda dengan teknik

lainnya karena hanya melibatkan 2 orang siswa dalam berdiskusi.

Pembelajaran kooperatif teknik JIGSAW adalah pembelajaran kooperatif

dengan menggunakan kelompok asal dan kelompok ahli. Pembelajaran kooperatif

tipe investigasi kelompok merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa mulai

dari perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajari

melalui investigasi.16

15

Trianto, op.cit, hal. 49-63. 16

Made Wena, Op. cit. hal.195

Page 31: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

19

2. Teknik Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Investigasi kelompok merupakan salah satu teknik dari pembelajaran

kooperatif yang paling kompleks. Teknik ini dikembangkan pertama kali oleh

Thelan. Dalam perkembangan teknik ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari

Universitas Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan JIGSAW, siswa terlibat dalam

perencanaan topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka.

Teknik ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada teknik

yang lebih berpusat pada guru. Metode ini memerlukan mengajar siswa

keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.17

Investigasi kelompok memiliki akar filosofis, etis, psikologi penulisan

sejak awal tahun abad ini. Yang paling terkenal diantara tokoh-tokoh terkemuka

dari orientasi pendidikan ini adalah Jhon Dewey. Pandangan Dewey terhadap

kooperasi di dalam kelas sebagai sebuah prasyarat untuk bisa menghadapi

berbagai masalah kehidupan yang kompleks dalam masyarakat demokrasi. Kelas

adalah sebuah tempat kreatifitas kooperatif dimana guru dan murid membangun

proses pembelajaran yang didasarkan pada perencanaan mutual dari berbagai

pengalaman, kapasitas, dan kebutuhan mereka masing-masing.

Investigasi kelompok tidak akan dapat diimplementasikan dalam

lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal atau yang

tidak memperhatikan dimensi rasa sosial dari pembelajaran di dalam kelas.

Komunikasi dan interaksi kooperatif diantara sesama teman sekelas akan

mencapai hasil terbaik apabila dilakukan dalam kelompok kecil, dimana

pertukaran diantara teman sekelas dan sikap-sikap kooperatif bisa terus bertahan.

Aspek rasa sosial dari kelompok, pertukaran intelektualnya, dan maksud dari

subjek yang berkaitan dengannya dapat bertindak sebagai sumber-sumber penting

maksud tersebut bagi usaha para siswa untuk belajar. 18

Pada teknik ini siswa dibagi ke dalam kelompok yang beranggotakan 4-5

orang. Kelompok dapat dibentuk berdasarkan perkawanan atau berdasarkan pada

keterkaitan akan sebuah materi tanpa melanggar ciri-ciri pembelajaran kooperatif.

17

Muslimin Ibrahim, dkk. Op. cit., hal. 21 18

Robert E. Slavin, Cooperative Learning, (Bandung: Nusa Media, 2008), hal. 215

Page 32: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

20

Pada teknik ini siswa memilih sub topik yang ingin mereka pelajari dan topik

yang biasanya telah ditentukan guru, selanjutnya siswa dan guru merencanakan

tujuan, langkah-langkah belajar berdasarkan sub topik dan materi yang dipilih.

Kemudian siswa mulai belajar dengan berbagai sumber baik di dalam atau pun di

luar sekolah, setelah proses pelaksanaan belajar selesai mereka menganalisis,

menyimpulkan, dan membuat kesimpulan untuk mempresentasikan hasil belajar

mereka di depan kelas.19

Trianto mengutip pendapat Sharan, dkk (1984) membagi langkah-langkah

pelaksanaan teknik investigasi kelompok meliputi enam fase.20

a. Memilih topik

Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang

biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua

sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang

berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara

akademis maupun etnis.

b. Perencanaan kooperatif

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan

khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.

c. Implementasi

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap

kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan

keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis

sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau di luar sekolah. Guru secara

ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila

diperlukan.

d. Analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh pada tahap

ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan

19

Isjoni, Op. cit. hal. 59 20

Trianto,Mendesain Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media Gtoup,

2009), hal. 80-81

Page 33: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

21

disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan

kepada seluruh kelas

e. Presentasi hasil final

Beberapa kelompok atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya

dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa

yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan

memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru.

f. Evaluasi

Dalam hal ini kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik

yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap

kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa

individual atau kelompok.

Peran guru dalam kelas yang melaksanakan pembelajaran kooperatif yaitu

sebagai fasilitator. Guru berkeliling diantara kelompok-kelompok yang ada

untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya dan membantu setiap

kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah

dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan kegiatan

pembelajaran.

Sedangkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif teknik investigasi

kelompok menurut Slavin adalah:

1. Mengidentifikasi topik dan mengatur ke dalam kelompok-kelompok

penelitian.

Tahap ini secara khusus ditujukan untuk masalah pengaturan. Guru

mempresentasikan serangkaian permasalahan dan para siswa

mengidentifikasikan dan memilih berbagai macam subtopik untuk dipelajari.

2. Merencanakan investigasi di dalam kelompok.

Pada tahap ini anggota kelompok menentukan aspek dari subtopik yang akan

mereka investigasi. Sebuah kelompok harus memformulasikan sebuah

masalah yang dapat diteliti, memutuskan bagaimana melaksanakannya dan

menentukan sumber-sumber mana yang akan dibutuhkan untuk melakukan

investigasi tersebut.

Page 34: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

22

3. Melaksanakan investigasi

Dalam tahap ini setiap kelompok melaksanakan rencana yang telah

diformulasikan sebelumnya. Biasanya ini adalah tahap yang paling banyak

memakan waktu. Selama tahap ini para siswa mengumpulkan, menganalisis,

dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan-kesimpulan, dan

mengaplikasikan pengetahuan baru yang menjadi bagian mereka yang untuk

menciptakan sebuah resolusi atau masalah yang diteliti kelompok.

4. Menyiapkan laporan akhir.

Tahap ini merupakan transisi dari tahap pengumpulan data dan klarifikasi ke

tahap dimana kelompok-kelompok yang ada melaporkan hasil investigasi

mereka kepada seluruh kelas. pada tahap ini siswa mengintegrasikan semua

bagian menjadi satu keseluruhan, dan merencanakan sebuah presentasi yang

bersifat instruktif sekaligus menarik.

5. Mempresentasikan laporan akhir.

Pada tahap ini masing-masing kelompok mempersiapkan diri untuk

mempresentasikan laporan akhir kepada kelas. Para siswa yang akan

melakukan presentasi harus mengisi peran yang srebagian besar dari peran

tersebut meruapakan hal yang baru bagi mereka. Mereka harus mampu

mengatasi bukan hanya tuntutan dari tugas tersebut tetapi juga harus mampu

mengatasi masalah-masalah organisasional yang berkaitan dengan koordinasi

seluruh pekerjaan dan perencanaan, serta membawakan presentasi.

6. Evaluasi pencapaian.

Pada tahap ini, guru harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi siswa

mengenai subyek yang dipelajari, bagaimana mereka mengaplikasikan

pengetahuan mereka terhadap solusi dari masalah-masalah baru, bagaimana

mereka menggunakan kesimpulan dari apa yang mereka pelajari dalam

mendiskusikan pertanyaan yang membutuhkan analisis dan penilaian, dan

bagaimana mereka sampai pada kesimpulan serangkaian data. 21

21

Robert E. Slavin, Op.cit, hal. 217-227

Page 35: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

23

3. Hasil Belajar

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia.

Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu

sehingga tingkah lakunya berkembang. Menurut Wasty Soemanto mengutip

pendapat James O. Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana

tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dengan

demikian perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau

kematangan, kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan tidak termasuk

sebagai belajar. 22

Belajar adalah penambahan pengetahuan, dimana guru-guru memberikan

ilmu sebanyak mungkin dan murid giat mengumpulkannya. Belajar juga diartikan

sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Belajar membawa

sesuatu perubahan pada inividu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai

jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap,

pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala

aspek pribadi seseorang.23

Hasil belajar merupakan perubahan yang timbul karena adanya proses

belajar. Hasil belajar merupakan pemahaman dan wawasan. Hasil belajar tidak

hanya terbatas pada situasi di mana hasil itu diperoleh, tetapi dapat di transfer,

atau digunakan dalam situasi-situasi lain.24

Menurut Nana Sudijana mengutip pendapat Gagne menyatakan bahwa

terdapat lima macam hasil belajar, tiga diantaranya bersifat kognitif, satu bersifat

afektif, dan satu lagi bersifat psikomotorik.

a. Belajar kemahiran intelektual

Dalam tipe ini termasuk belajar deskriminasi dan belajar konsep. Belajar

deskriminasi yaitu kesanggupan membedakan beberapa objek berdasarkan

ciri-ciri tertentu. Kemampuan membedakan objek dipengaruhi oleh

kematangan, pertumbuhan dan pendidikannya. Sedangkan belajar konsep

adalah kesanggupan menempatkan objek yang mempunyai ciri yang sama

22

Wasty Soemanto, Psiklogi Pendidikan, (Malang:Rineka Cipta, 1984), hal. 99. 23

S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi aksara, 1995), hal. 34-35. 24

S. Nasution, Mengajar Dengan Sukses, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 25

Page 36: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

24

menjadi satu kelompok tertentu. Konsep dinyatakan dalam bentuk simbol

bahasa. Contoh konsep adalah keluarga, masyarakat, pendidikan dan lain-lain.

b. Belajar informasi verbal

Pada umumnya belajar melalui informasi verbal seperti membaca, mengarang,

mendengarkan uraian guru, kesangguapan menyatakan pendapat dalam bahasa

lisan atau tulisan, berkomunikasi, kesanggupan member arti dari setiap kata

atau kalimat dan lain-lain.

c. Belajar mengatur kegiatan intelektual

Belajar mengatur kegiatan intelektual menekankan kepada kesanggupan

memecahkan masalah melalui konsep dan kaidah yang telah dimilikinya. Tipe

belajar ini menekankan pada aplikasi kognitif dalam memecahkan persoalan.

Ada dua aspek penting dalam tipe belajar ini, yaitu prinsip pemecahan

masalah dan langkah berpikir dalam memecahkan masalah (problem solving).

Prinsip pemecahan masalah merupakan landasan bagi terealisasinya langkah

berpikir.

d. Belajar sikap

Sikap merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima atau

menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu, apakah berarti

atau tidak bagi dirinya. Hasil belajar sikap nampak dalam bentuk kemauan,

minat, perhatian, perubahan perasaan, dan lain-lain. Sikap dapat dipelajari dan

dapat diubah melalui proses belajar.

e. Belajar keterampilan motorik

Belajar keterampilan motorik banyak berhubungan dengan kesangguapan

menggunakan gerakan anggota badan, sehingga memiliki rangkaian urutan

gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat dan lancar. Misalnya belajar

menjahit, mengetik, bermain basket dan lain-lain. Aspek utama belajar

motorik adalah tercapainya otomatisme melakukan gerakan. Gerakan yang

sudah otomatis merupakan puncak belajar motorik. Misalnya seseorang telah

dinilai cakap mengetik jika secara otomatis ia dapat mengetik dengan

menggunakan semua jarinya.

Page 37: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

25

a. Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar kognitif merupakan hasil belajar penguasaan materi. Ranah

kognitif meruapakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan otak. Pada

ranah kognitif terdpat enam jenjang proses berpikir,mulai dari yang tingkatan

rendah sampai tinggi, yakni: pengetahuan/ingatan, pemahaman, penerapan,

analisis, sintesis, dan evaluasi. Untuk menilai aspek kognitif atau penguasaan

materi digunakan bentuk tes, yang dapat mengukur keenam tingkatan tersebut.

Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk.

Dikategorikan lebih rinci ke dalam enam jenjang kemampuan, yaitu:

1) Hafalan (C1)

Jenjang hafalan meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep,

prinsip, dan prosedur yang telah dipelajarinya.

2) Pemahaman (C2)

Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari informasi yang

diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram, atau grafik.

3) Penerapan (C3)

Termasuk jenjang penerapan adalah kemampuan menggunakan prinsip, aturan,

metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau situasi konkrit.

4) Analisis (C4)

Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi yang

dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi serta

hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas.

5) Sintesis (C5)

Termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-

bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu keseuruhan yang terpadu. Termasuk

di dalamnya kemampuan merencanakan eksperimen, menyusun cara baru

untuk mengklasifikasikan obyek-obyek, peristiwa dan informasi lainnya.

Page 38: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

26

6) Evaluasi (C6)

Kemampuan pada jenjang evaluasi ialah kemampuan untuk

mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjaan, berdasarkan

kriteria tertentu yang ditetapkan.25

b. Hasil Belajar Afektif

Hasil belajar afektif adalah hasil belajar yang berkenaan dengan sikap dan

nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku

seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru

dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan lain-lain.26

Selain itu, hasil belajar

afektif dapat diketahui dari ucapan verbal serta kelakuan nonverbal seperti

ekspresi pada wajah, gerak-gerik tubuh sebagai indikator apa yang terkandung

dalam hati siswa.27

Ranah afektif menurut Nana Sudijana mengutip pendapat

Krathwohl (1974) dan kawan-kawan ditaksonomi menjadi lebih rinci lagi ke

dalam lima jenjang, yaitu receiving (menerima), responding (menanggapi),

valuing (menghargai), organization (mengorganisasikan), dan characterization by

a value or value complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai). 28

Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan), adalah

kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang

kepada diri siswa baik dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.

Termasuk dalam jenjang ini adalah kesadaran dan keinginan untuk menerima

stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang

dari luar.

Responding (menanggapi), mengandung arti adanya reaksi yang diberikan

seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk

ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang

datang kepada diri siswa. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang

25

Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA

Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), hal.15-17 26

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2002), hal. 59 27

S. Nasution, Kurikulum Dan Pengajaran, (Jakrta: Bumi Aksara, 1989), hal. 69 28

Nana sudijana, Op. cit., hal. 53-54

Page 39: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

27

dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam

fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.

Jenjang ini setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang receiving.

Valuing (menilai atau menghargai), jenjang ini berkenaan dengan nilai dan

kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. Termasuk didalamnya kesediaan

menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan

kesepakatan terhadap nilai tersebut.

Organization (mengorganisasikan), artinya mengembangkan nilai dalam

satu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain

dan kemantapan serta proritas nilai yang telah dimilikinya.

Value characterization (karakterisasi nilai atau internalisasi nilai) yaitu

keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi

pola kepribadian dan tingkah lakunya. Dalam jenjang ini termasuk keseluruhan

nilai dan karakteristiknya.

c. Asesmen Kinerja (Performance Assessment)

Asesmen Kinerja (Performance Assessment) adalah sesuatu yang

digunakan oleh seorang guru untuk melakukan observasi dalam menilai

penampilan atau performance dari siswa seperti menulis cerita, menggambar,

praktikum, pidato, mengetik, kerjasama kelompok dan lain-lain. Asesmen kinerja

disebut juga asesmen autentik karena berisi penilaian terhadap apa yang diketahui

dan yang bisa dilakukan oleh siswa dalam situasi ril atau nyata. 29

Sedangkan menurut Ana Ratna Wulan, asesmen kinerja merupakan

instrumen atau alat yang digunakan untuk menilai kinerja siswa ketika proses

pembelajaran berlangsung.30

Dalam penelitian ini asesmen kinerja digunakan

untuk menilai kinerja diskusi siswa pada saat penerapan teknik investigasi

kelompok. Asesmen kinerja digunakan sebagai umpan balik dalam membantu

siswa belajar. Asesmen ini efektif dalam dalam memantau dan mengembangkan

29

Airasian, P.W., Classroom Assessment Concept and Applications, (McGraw-hill Inc:

New York, 2005), hal. 232 30

Ana Ratna Wulan, Skenario Baru Bagi Implementasi Asesmen Kinerja Pada

Pembelajaran Sains Di Indonesia, (Jurnal Kependidikan No. 3, Vol.XXXII, Tahun 2008), hal. 6.

Page 40: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

28

potensi setiap siswa yang sering kali tidak tersentuh dalam pembelajaran sehari-

hari karena beberapa faktor seperti besarnya jumlah siswa, banyaknya beban

mengajar guru dan keterbatasan waktu pemebelajaran.

Pada asesmen kinerja terdapat rubrik yang memandu penilaian. Rubrik

adalah seperangkat kriteria yang menunjukkan gradasi mutu kinerja dari mutu

terbaik sampai mutu terendah. Dalam skenario asesmen kinerja ini menggunakan

istilah rubrik sederhana yaitu rubrik yang dibuat sesederhana mungkin tanpa

mengurangi efektifitasnya.

Asesmen kinerja ini menggunakan asesmen kelompok sebagai dasar untuk

menilai individu. Hal ini didasari pada asumsi bahwa kinerja kelompok

merupakan hasil kinerja para individu.31

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Berdasarkan hasil penelitian Ida Bagus Putu Arnyana dengan judul Pengaruh

Penerapan Model Belajar Berdasarkan Masalah dan Model Pengajaran

Langsung Dipandu Strategi Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa,

menunjukan bahwa terjadi perbedaan hasil belajar yang signifikan sebagai

akibat dari interaksi antara model belajar (model belajar berdasarkan masalah

dan model pembelajaran langsung) dan strategi kooperatif (tipe STAD dan

tipe investigasi kelompok). Kombinasi model pembelajaran berdasarkan

masalah dengan strategi investigasi kelompok memberikan pengaruh yang

paling baik dalam meningkatkan hasil belajar (skor 72, 64 dengan rentangan

68%-75,99%). Kombinasi antar model pembelajaran berdasarkan masalah dan

strategi kooperatif STAD dan kombinasi model pembelajaran langsung

dengan strategi koperatif investigasi kelompok masing-masing menghasilkan

skor 66,52 dan 62,12, keduanya berada pada kategori sedang dengan hasil

belajar berada pada rentangan 75%-84%. Hasil ini menunjukan bahwa model

31

Ibid, hal. 7-10

Page 41: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

29

pembelajaran berdasarkan masalah baik dikombinasikan dengan straetgi

kooperatif dalam meningkatkan hasil belajar.32

2. Berdasarkan hasil penelitian Ida Bagus Putu Arnyana dengan judul Pengaruh

Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif pada Pembelajaran Biologi

Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa, diperoleh hasil bahwa

kelompok siswa yang belajar dengan strategi kooperatif investigasi kelompok

(Group Investigation), PBL (Problem based Learning) dan inkuiri

menunjukkan kemampuan berpikir kreatif secara signifikan berada pada

kategori baik, sementara siswa yang belajar dengan model direct instruction

berada pada kagori sedang. Rata-rata presentasi untuk kelompok yang

menggunakan strategi investigasi kelompok sebesar 73.57%, untuk kelompok

PBL 72.03%, kelompok inkuiri 74.48% dan untuk kelompok DI (Direct

Instruction) 55.05%.33

3. Berdasarkan hasil penelitian Raharjo dengan judul The Effects of Group

Investigation and Problem Based Learning Model To The Student Thinking

Ability of Junior High School in Sidoarjo, diperoleh hasil bahwa kemampuan

berpikir tertinggi terdapat pada kombinasi materi konsep sistem ekskresi

dengan dengan model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok,

sedangkan terendah terdapat pada kombinasi materi konsep sistem ekskresi

dengan model problem based learning. Skor kemampuan berpikir pada

konsep sistem ekskresi dengan model pembelajaran kooperatif teknik

investigasi kelompok 28,94% lebih tinggi dibandingkan dengan model

problem based learning. 34

4. Berdasarkan hasil penelitian Sri Nurwati dengan judul Penerapan Model

Investigasi Kelompok dengan Memanfaatkan Kartu Gambar Sebagai Media

32

Ida Bagus Putu Arnyana, Pengaruh Penerapan Model Belajar Berdasarkan Masalah

dan Model Pengajaran Langsung Dipandu Strategi Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Biologi

Siswa SMA, (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Singaraja , No. 4, Oktober 2006), hal. 697 33

Ida Bagus Putu Arnyana, Pengaruh Penerapan Startegi Pembelajaran Inovatif Pada

Pembejaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa, (Jurnal pendidikan dan

Pengajaran IKIP Negeri Sinagaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006), hal. 496-514 34

Raharjo, the effects of group investigation and problem based learning model to the

student thinking ability of junior high school in sidoarjo, (proceeding the second international

seminar on science education “current issues on research and teaching in science education,

Surabaya State University,2008), hal. 465-477

Page 42: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

30

Pembelajaran Materi Klasifikasi Makhluk Hidup, menunjukkan bahwa hasil

aktivitas siswa dalam pengamatan mencapai 81,9% sehingga indikator yang

diharapkan tercapai. Sedangkan siswa pada kelas pembanding, lebih rendah

daripada kelas perlakuan. Aktivitas siswa di kelas pembanding dalam proses

pembelajaran berkisar antara 62,5%-90% dengan rerata 72,9% termasuk

kategori sedang. Hal ini karena dalam metode ceramah tidak semua siswa

dapat menangkap dengan jelas apa yang diterangkan oleh guru. Hal ini

menunjukan bahwa siswa merasa senang belajar biologi dengan metode

investigasi kelompok dengan memanfaatkan kartu gambar.35

5. Berdasarkan hasil penelitian Sri Ngabekti dengan judul Persepsi Siswa

Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok, ringkasan

hasil kuesioner persepsi siswa terhadap penerapan model investigasi

kelompok menunjukan bahwa 76,3% siswa merasa lebih paham dan 24,7%

sedikit paham tentang materi yg sedang dipelajari. Penerapan model

investigasi kelompok sangat disenangi oleh sebagian besar siswa (76,3%), dan

disenangi oleh 24,7%. Jumlah siswa dalam satu kelompok yang disenangi

adalah 4 siswa (76,3%), sisanya 3 dan 5 siswa. Siswa senang kegiatan

kelompok karena lebih paham pelajaran dengan bertanya kepada teman dalam

kelompok (68,4%), tugas lebih ringan (18,4%) lebih berani (15,6%) dan

hubungan sosial dengan teman lebih baik (15,6%). 36

C. Kerangka Pikir

Beranjak dari masalah-masalah pada pembelajaran biologi diantaranya

teknik pembelajaran yang masih bersifat teacher center dan model pembelajaran

langsung yang lebih menekankan pada pemberian informasi kepada siswa

35

Sri Nurwati, Penerapan Model Investigasi kelompok Dengan memanfaatkan Kartu

Gambar Sebagai Media Pembelejaran Materi Klasifikasi Mahluk Hidup, (proceeding seminar

nasional biologi “meningkatkan peran biologi dan pendidikan biologi dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi”, Universitas Negeri Semarang, 2006), hal.287-294 36

Sri Ngabekti, Persepsi Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Investigasi

Kelompok, (proceeding seminar nasional biologi “meningkatkan peran biologi dan pendidikan

biologi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi”, Universitas Negeri Semarang,

2006), hal. 279-286

Page 43: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

31

sehingga akan membuat siswa akan merasa kesulitan dalam memahami suatu

konsep materi dan hal ini tentu berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa.

Salah satu teknik pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar

biologi siswa adalah teknik investigasi kelompok. Teknik ini akan lebih memberi

kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri dengan cara

memecahkan masalah secara berkelompok dan melakukan penyelidikan secara

mendalam dengan kelompoknya sehingga siswa memahami permasalahan

autentik yang terjadi di sekitarnya, dan dalam pembelajaran ini guru hanya

sebagai fasilitator.

Pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok bukanlah penerapan

pembelajaran konvensional (pembelajaran biasa), akan tetapi model pembelajaran

yang efektif dalam usaha meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Diharapkan

terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok terhadap

hasil belajar siswa kelas IX SMP Negeri 1 Menes Pandeglang, Banten.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini.

Metode pembelelajaran yang

masih bersifat teacher center

Hasil belajar biologi yang rendah

Siswa mengalami

kesulitan memahami

suatu konsep materi

Model pembelajaran langsung yang

menekankan pada pemberian informasi

Penerapan pembelajaran kooperatif

teknik investigasi kelompok

Hasil belajar biologi siswa meningkat

Gambar. 2.1. Bagan Kerangka Berpikir

Page 44: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

32

D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritis dan penyusunan kerangka pikir, maka hipotesis

penelitian ini adalah terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif teknik investigasi

kelompok (group investigation) terhadap hasil belajar biologi siswa.

Page 45: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-September 2010, di kelas IX

SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten pada semester I tahun ajaran 2010-

2011.

B. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan menggunakan metode quasi eksperiment

atau eksperimen semu yaitu metode penelitian dengan penempatan individu

subyek ke dalam kelompok yang dibandingkan tidak dilakukan secara acak.

Dalam metode ini diberikan manipulasi perlakuan yakni dengan cara memberikan

perlakuan eksperimental terhadap sebagian kelompok (kelas), sebagai kelompok

eksperimen, dan memberikan perlakuan biasa terhadap sebagian kelompok yang

lain, sebagai kelompok kontrol. Metode quasi eksperiment dimaksudkan untuk

menyelidiki pengaruh langsung (sebab-akibat) dari perlakuan atau kondisi yang

dimanipulasi.1

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu pretes-postes grup kontrol tidak

secara random (nonrandomized control group pretest-posttest design). Desain ini

menggunakan dua kelas yaitu kelas kontrol (tidak diberikan perlakuan,

menggunakan metode kelompok belajar konvensional) dan kelas eksperimen

(diberikan perlakuan, menggunakan pembelajaran kooperatif teknik investigasi

kelompok). Dua kelas dianggap sama dalam semua aspek yang relevan dan

perbedaan hanya terdapat dalam perlakuan. Desain penelitian ini sebagai berikut:2

1 Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan,

(Jakarta: PT RajaGrafindo, 1999), hal. 117-118 2 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal 186

Page 46: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

34

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Grup Pretest Variabel terikat Posttest

Eksperimen Y1 X Y2

Kontrol Y1 - Y2

Keterangan:

Y1 : Nilai pretest

Y2 : Nilai posttest

X : Perlakuan (penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok).

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.3 Populasi target dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 1 Menes Pandeglang. Sampel

adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti yang dianggap mewakili

populasi dan diambil dengan menggunakan teknik sampling.4 Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX A dan D SMP Negeri 1

Menes Pandeglang. Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik

sampel bertujuan (purposive sample) yaitu memilih subjek bukan didasarkan atas

strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.5

Pemilihan sampel didasarkan atas karakteristik sampelnya yaitu dengan melihat

nilai rata-rata hasil pretest biologi siswa kelas IX SMP Negeri 1 Menes

Pandeglang Banten yang terdiri dari 6 kelas. Berdasarkan hasil pretest tersebut

diperoleh 2 kelas yang memilki rata-rata yang hampir sama, sehingga 2 kelas

tersebut dijadikan sampel penelitian.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif

teknik investigasi kelompok (Group Investigation).

3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik , (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), hal. 130 4Ibid, hal. 131

5 Ibid, hal 139-140

Page 47: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

35

2. Variabel terikat

Variabel terikatnya adalah hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem

ekskresi pada manusia.

E. Prosedur Penelitian

Langkah pertama adalah dilakukan observasi ke sekolah SMP Negeri 1

Menes Pandeglang untuk menelaah kurikulum mengenai metode pembelajaran

yang diterapkan di sekolah tersebut dan hasil belajar biologi siswanya. Kemudian

meminta izin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. Pada tahap

persiapan, dibuat perangkat pembelajaran, setelah itu sampel penelitian

ditentukan, kemudian penyusunan instrumen penelitian yang dilanjutkan dengan

uji coba instrumen penelitian dan perbaikan instrumen penelitian.

Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan pretest, kemudian pelaksanaan

kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif teknik investigasi

kelompok yang dilanjutkan dengan posttest, setelah itu angket disebar kepada

responden atau siswa.

Langkah berikutnya adalah pengolahan data. Data yang diperoleh berupa

data pretest, posttest, angket dan lembar observasi. Sehingga dilakukan penarikan

kesimpulan.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan

yang sedang berlangsung. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi

nonpartisipatif yaitu pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, pengamat hanya

berperan mengamati kegiatan.6 Jenis observasi yang digunakan adalah observasi

sistematis yaitu menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Pedoman

6 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Penidikan, (Baandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007), hal. 220

Page 48: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

36

observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang timbul dan akan diamati.7

Observasi dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran, dengan

menagamati kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa di kelas.

2. Tes

Tes yang digunakan merupakan tes hasil belajar yang terdiri dari pretest

dan posttest. Pretest adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar pengetahuan awal siswa sebelum penggunaan model pembelajaran

kooperatif teknik investigasi kelompok. Sedangkan posttest adalah tes hasil

belajar setelah penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik investigasi

kelompok untuk melihat apakah terdapat peningkatan hasil belajar akibat adanya

perlakuan.

3. Angket

Angket atau kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diisi oleh orang yang

akan diukur (responden).8 Angket ini disebarkan kepada para siswa sebagai objek

penelitian. Hal ini penulis lakukan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai

metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran biologi pada konsep

sistem ekskresi pada manusia.

G. Instrumen Penelitian

1. Tes

Tes yang digunakan adalah tes objektif berupa soal pilihan ganda pada

konsep sistem ekskresi pada manusia. Jumlah butir soal yang diberikan kepada

siswa sebanyak 25 butir. Bentuk penilaian adalah dengan memberikan nilai1

apabila siswa menjawab dengan benar dan nilai 0 apabila siswa menjawab salah.

Kisi-kisi instrument tes dapat dilihat pada Tabel 3.2. berikut ini.

7 Suharsimi Arikunto, Op. cit., hal 156-157

8 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),

hal. 28

Page 49: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

37

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Instrumen Tes

No. Indikator Jenjang Kognitif Proporsi

C1 C2 C3 C4 ∑ %

1.

Menjelaskan

pengertian sistem

ekskresi pada

manusia

2 1 4

2.

Menyebutkan bagian-

bagian ginjal dan

fungsinya

3, 5 6, 8 4 16

3. Menjelaskan proses

terbentuknya urin 11, 15 10 9, 14 5 20

4.

Menjelaskan kelainan

atau penyakit yang

dapat terjadi pada

ginjal

19 18, 21 20 4 16

5.

Menyebutkan bagian-

bagian kulit dan

fungsinya

22, 23 24 3 12

6. Menjelaskan proses

terbentuknya keringat 25 1 4

7.

Menemukan

penyebab timbulnya

penyakit pada kulit.

28 1 4

8.

Menyebutkan fungsi

paru-paru dan

menemukan

penyebab timbulnya

penyakit pada paru-

paru.

34 33 2 8

9. Menyebutkan

beberapa fungsi hati 35, 36 37 3 12

10.

Menjelaskan kelainan

atau gangguan pada

hati

40 1 4

Jumlah 25 100

2. Lembar Kuesioner atau Angket

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui aspek afektif (penerimaan

dan respon) siswa pada pembelajaran biologi dengan teknik investigasi kelompok

ialah dengan menggunakan skala sikap Likert dengan menggunakan 4 pilihan

yaitu: sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju dan sangat setuju.

Page 50: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

38

Agar dapat mengetahui instrumen tersebut sudah sesuai dengan

pencapaian indikator maka dibuatlah kisi-kisi instrumen angket. Adapun kisi-kisi

instrumen angket dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Instrumen Angket

No. Indikator Pernyataan

Jumlah Positif Negatif

1. Penerimaan siswa

terhadap teknik

investigasi kelompok

1, 3 2, 4, 5 5

2. Tanggapan siswa

terhadap teknik

investigasi kelompok

6, 8, 10, 12, 14,

15, 17, 19

7, 9, 11, 13, 16,

18, 20 15

3. Daftar lis atau Check-list

Daftar lis adalah suatu set daftar karakteristik atau kriteria yang

memerlukan jawaban sederhana dengan memberikan tanda cek (√) apabila setiap

item dalam daftar telah terpenuhi.9 Instrumen ini berisi daftar kegiatan yang

timbul dan yang akan diamati pada saat proses pembelajaran di kelas berlangsung.

Daftar lis ini untuk mengamati kegiatan yang dilakukan oleh guru pada saat

kegiatan pembelajaran berlangsung.

4. Asesmen Kinerja (Performance Assessment)

Asesmen Kinerja (Performance Assessment) adalah alat penilaian yang

digunakan pada pembelajaran sains. 10

Dalam penelitian ini, asesmen kinerja

digunakan untuk menilai kinerja diskusi kelompok siswa. Sehingga dapat

mengetahui keaktifan siswa dalam melakukan kegiatan kelompok selama proses

pembelajaran.

9 Sukardi, Evaluasi Pendidikan: prinsip dan operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara,

2009), hal. 172 10

Ana Ratna Wulan, Skenario Baru Bagi Implementasi Asesmen Kinerja Pada

Pembelajaran Sains Di Indonesia, (Jurnal Kependidikan No. 3, Vol.XXXII, Tahun 2008), hal. 6

Page 51: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

39

H. Kalibrasi Instrumen

Sebelum instrumen diberikan kepada sampel, instrumen terlebih dahulu

diuji coba. Data hasil uji coba yang dianalisis yaitu validitas butir soal (item),

reliabilitas instrumen, tingkat kesukaran butir soal dan daya pembeda butir soal.

1. Uji Validitas Butir Soal

Validitas adalah ketepatan atau kesahihan suatu alat ukur dalam melakukan

fungsi ukurnya.11

Dalam penelitian ini digunakan validitas isi yang berarti tes

disusun sesuai dengan materi dan tujuan yang telah ditetapkan. Uji validitas dalam

penelitian ini menggunakan rumus korelasi Point Biserial (rpbi) karena skor butir

soal berbentuk dikotomi (skor 0 atau 1). Adapun rumus rpbi, yaitu:12

rbis = St

XtXi

qi

pi

Keterangan:

rbis = Koefisien rbis

= Means skor siswa yang menjawab item soal yang benar

= Means skor total yang diperoleh oleh siswa

St = Standar deviasi skor total

pi = Proporsi subjek yang menjawab item yang benar nomor i

qi = Proporsi subjek yang menjawab item yang salah nomor i

Uji validitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan program anates.

Sehingga diperoleh 28 soal valid. Jumlah soal yang digunakan adalah 25 dan

jumlah soal yang tidak digunakan adalah 3.

2. Uji Realibilitas Instrumen

Reliabilitas adalah konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen penelitian

dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat

mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak

diukur.13

Pengujian realibilitas ini menggunakan rumus K-R 20 (Kuder-

11

Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA

Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), hal. 105 12

Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, op.cit, hal. 109 13

Sukardi , Metodologi Penelitian Penidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 127

Page 52: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

40

Richardson 20) karena skor butir soal berbentuk dikotomi (skor 0 atau 1). Adapun

rumus K-R 20 yaitu:14

r11 =

21

1 St

qp

k

k ii

Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas internal seluruh item

p = Proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i

q = Proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i

∑ pq = Jumlah hasil perkalian p dan q

K = Banyaknya item

St2 = Varians skor total

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan program anates.

3. Uji Tingkat Kesukaran Item

Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal itu apakah sukar, sedang, atau

mudah maka soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu.

Rumus dari uji ini yaitu: 15

p = N

B

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal yang benar

N = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria tingkat kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut :

P = 0,00 - 0,25 = soal sukar

P = 0,26 - 0,75 = soal sedang

P = 0,76 - 1,00 = soal mudah

Uji tingkat kesukaran item dalam penelitian ini menggunakan program

anates.

4. Daya Pembeda

Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam

membedakan kelompok siswa antara kelompok siswa yang pandai dengan

14

Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Op.cit, hal. 113 15

Ibid, hal. 103

Page 53: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

41

kelompok siswa yang kurang pandai. Cara perhitungannya dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:16

No

BBD BA

5,

Keterangan:

D = Daya Pembeda

BA = Jumlah yang menjawab benar pada kelompok atas

BB = Jumlah yang menjawab benar pada kelompok bawah

N = Jumlah peserta tes

Daya beda yang baik adalah D>0,30.

Uji daya pembeda dalam penelitian ini menggunakan program anates.

I. Teknik Analisis Data

1. Data Kuantitatif

a. Normal Gain

Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest, gain menunjukan

peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran

dilakukan guru. normal gain dicari dengan menggunakan rumus di bawah ini: 17

g = posttest – pretest

mps-pretest

keterangan:

g = normal gain

mps = maximum possible score; skor ideal = 100

b. Uji Prasyarat

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan yaitu uji Liliefors.

Lo = F (Zi)

16

Ibid, hal. 104 17

David E. Meltzer, “The Relationship Between Mathematics Preaparation and

Conceptual Learning gains in Physics: A Possible hidden variable in Diagnostic Pre-test Scores”,

Departement of Phisycs and Astronomy State University Ames, Am, J, Phys, 70 (12), December

2002, p. 1260 dari http://www.physicseducation.net/docs/Addendum_on_normalized_gain.pdf.

diakses pada tanggal 5 april 2010.

Page 54: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

42

Keterangan:

Lo = Harga mutlak terbesar

F (Zi) = Peluang angka baku

F (Zi) = Proporsi angka baku

Dengan langkah-langkah sebagai berikut:18

Sampel diurutkan dari yang terkecil hingga terbesar. Kemudian nilai Zi

dihitung dari masing-masing data berikut dengan rumus:

Keterangan:

Xi = Data

= Rata-rata data tunggal

S = Simpangan Baku

Dengan mengacu pada tabel distribusi normal baku, ditentukan besar

peluang untuk masing-masing nilai Z, berdasarkan tabel Z ditulis F(Z≤Zi) yang

mempunyai rumus F(Zi) = 0,5 ± Z. setelah itu, dihitung proporsi Z1, Z2,. .., Zn

yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S (Zi), maka:

S(Zi)

Selisih absolut F(Z)-S(Z) dihitung pada masing-masing data. Kemudian

diambil harga Lhitung yang paling besar kemudian dibandingkan dengan nilai Ltabel

dari tabel Liliefors.

Kriteria pengujian : Lhitung < Ltabel ; data terdistribusi normal.

Lhitung > Ltabel ; data tidak terdistribusi normal.

Setelah data dinyatakan terdistribusi normal, maka dilakukan uji

homogenitas melalui uji Fisher dan dilakukan analisis data secara parametrik

dengan mengggunakan uji t. Jika data tidak terdistribusi normal maka akan

dilakukan analisis data dengan teknik nonparametrik dengan uji U Mann Whitney.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas sebagai uji persyaratan analisis data yang bertujuan untuk

mengetahui apakah data homogen (sama) atau tidak. Uji homogenitas dilakukan

setelah data persyaratan normalitas terpenuhi, yakni data dinyatakan berdistribusi

18

Sudjana, Metoda Statistiaka, (Bandung: Tarsito, 2002), hal. 466-467

Page 55: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

43

normal. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Fisher pada taraf

signifikansi 0,05, dengan rumus sebagai berikut:19

F =

Dengan kriteria : Fhitung ≤ Ftabel, maka data homogen.

Fhitung ≥ Ftabel, maka data tidak homogen.

c. Uji Hipotesis

Setelah uji prasyarat dilakukan, digunakan rumus uji t pada data yang

berdistribusi normal sedangkan pada data yang tidak berdistribusi normal

digunakan rumus uji U Mann Whitney.

2. Data Kualitatif

a. Angket Hasil Belajar

Pencarian persentase hasil belajar afektif yang berupa penerimaan dan

tanggapan siswa digunakan penghitungan distribusi frekuensi dengan

menjumlahkan skor yang diperoleh setiap siswa terlebih dahulu. Hasil persentase

angket dikelompokkan ke dalam kategori sangat tertarik, tertarik dan kurang

tertarik. Skoring setiap jawaban angket dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.4. Skoring Setiap Jawaban

No. Alternatif Jawaban Positif Negatif

1. Sangat setuju 4 1

2. Setuju 3 2

3. Tidak setuju 2 3

4. Sangat tidak setuju 1 4

b. Hasil Observasi

Data hasil observasi digunakan untuk memperoleh gambaran langsung

tentang kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas. Sehingga dapat

dideskripsikan secara jelas.

19

Ruseffendi, Satistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan, (Bandung: IKIP Bandung

Press, 1998), hal. 295

Page 56: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

44

c. Hasil Asesmen Kinerja

Data hasil asesmen kinerja atau penilaian kinerja siswa dalam kegiatan

kelompok ini sebagai data tambahan dalam memperkuat hasil belajar biologi

siswa. Untuk mencari persentase siswa aktif dalam kegiatan kelompok pada saat

pembelajaran, dilakukan penskoran asesmen kinerja dari pertemuan pertama

sampai terakhir .

Penskoran dilakukan dengan cara memberi tanda checklist (√) pada kolom

indikator kinerja ketika siswa memenuhi atau melakukan indikator kinerja

tersebut. Terdapat lima indikator kinerja, jumlah skor maksimal siswa 5 dan

jumlah minimal 1. Skor siswa dalam kelompok berjumlah 5 jika mencapai 5

indikator, 4 jika mencapai 4 indikator, 3 jika mencapai 3 indikator, 2 jika

mencapai 2 indikator, 1 jika mencapai 1 indikator. Kemudian mencantumkan skor

yang diperoleh masing-masing kelompok pada garis horizontal yang tersedia pada

kertas asesmen kinerja. Jika dalam suatu kelompok ada siswa yang lebih aktif dari

rata-rata siswa kelompoknya maka nama siswa tersebut akan diberi tanda plus (+)

di atas garis horizontal dan sebaliknya jika ada siswa yang kurang aktif dari rata-

rata kelompok maka nama siswa tersebut akan diberi tanda minus (-) di bawah

garis horizontal.

Page 57: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Belajar Kuantitatif

Data hasil belajar biologi siswa berdasarkan pada tujuan yang telah

dirumuskan meliputi data nilai pretest dan posttest dari dua kelompok yang

berbeda. Kelompok eksperimen dalam pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok sebanyak 42 siswa dan

kelompok kontrol dalam pembelajaran menggunakan metode diskusi biasa pada

konsep sistem ekskresi sebanyak 38 siswa.

Sebelumnya, kedua kelompok tersebut diberikan pretest dan posttest.

Instrumen tes yang digunakan sebelumnya telah diuji validasi dan realibilitasnya.

Sehingga, instrumen tes tersebut telah layak digunakan untuk mengukur

pemahaman siswa. Hasil belajar siswa dianalisis untuk mengetahui adanya

pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok terhadap

hasil belajar biologi siswa.

1. Deskripsi Data Hasil Belajar Pretest

Data hasil pretest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat

dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Belajar Pretest kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol

Data N Mean SD Median Modus

Kelompok

Eksperimen 42 27.26 9.3 33.19 30

Kelompok

Kontrol 38 28.47 8.1 31.5 34.15

Berdasarkan hasil perhitungan data, pretest hasil belajar biologi siswa pada

kelompok eksperimen diperoleh nilai tertinggi 40 dan nilai terendah 8. Nilai rata-

rata (mean) skor pretestnya adalah 27.26 dengan standar deviasi 9.3, nilai tengah

(median) adalah 33.19 dan nilai modusnya adalah 30.

Page 58: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

46

Sedangkan pretest hasil belajar biologi siswa pada kelompok kontrol

diperoleh nilai tertinggi 40 dan nilai terendah 12. Nilai rata-rata (mean) skor

pretestnya adalah 28.47, dengan standar deviasi 8.1, nilai tengah (median) sebesar

31.5, dan nilai modus 34.15.

2. Deskripsi Data Hasil Belajar Posttest

Data hasil posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat

dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Belajar Posttest Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol

Data N Mean SD Median Modus

Kelompok

Eksperimen 42 56.17 10.62 54.2 52.8

Kelompok

Kontrol 38 46.5 12.86 44.7 42.45

Berdasarkan hasil perhitungan data, posttest hasil belajar biologi siswa pada

kelompok eksperimen diperoleh nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 40. Nilai rata-

rata skor posttest sebesar 56.17 dengan standar deviasi 10.62, nilai tengah sebesar

54.2, dan modus sebesar 52.8. Sedangkan posttest hasil belajar biologi siswa pada

kelompok kontrol diperoleh nilai teringgi 72 dan nilai terendah 20. Nilai rata-rata

skor posttest sebesar 46.5 dengan simpangan baku 12.86, nilai tengah sebesar

44.7.

3. Deskripsi Data Nilai N-Gain

a. Deskripsi Data Nilai N-Gain Kelompok Eksperimen

Peningkatan pemahaman konsep siswa secara langsung dapat dilihat dari

nilai rerata N-gain sebesar 0.41 (Tabel 4.3.), peningkatan pemahaman konsep

tersebut termasuk kategori sedang.

Tabel 4.3. Rekapitulasi N-Gain Kelompok Eksperimen

Data Pretest Posttest N-Gain

N 42 42 42

Mean 27.26 56.17 0.41

SD 9.3 10.31 0.08

Varians 86.83 106.3 0.007

Page 59: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

47

Berdasarkan hasil penghitungan N-gain pada kelompok eksperimen, 100%

atau 42 orang termasuk dalam kategori sedang. Presentasi N-gain pada kelompok

eksperimen ditunjukkan pada Gambar 4.1.

b. Deskripsi Data Nilai N-Gain Kelompok Kontrol

Peningkatan pemahaman konsep siswa secara langsung dapat dilihat dari

nilai rerata N-gain sebesar 0.26 pada Tabel 4.4. Dengan demikian, peningkatan

pemahaman konsep termasuk kategori rendah.

Table 4.4. Rekapitulasi N-gain Kelas Kontrol

Data Pretest Posttest N-Gain

N 38 38 38

Mean 28.47 46.5 0.26

SD 8.12 12.86 0.11

Varians 65.9 165.28 0.01

Berdasarkan hasil penghitungan N-gain kelompok kontrol, diperoleh hasil

sebanyak 73.68% atau 28 orang termasuk dalam kategori rendah dan 26.32 % atau

10 orang termasuk dalam kategori sedang.

0

20

40

60

80

100

120

Pretes Postes N-Gain

N

Mean

SD

Varians

Gambar 4.1. Grafik N-Gain Kelompok Eksperimen

Page 60: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

48

Hasil rata-rata N-gain dinyatakan bahwa pemahaman konsep pada

kelompok eksperimen sebesar 0.4 termasuk dalam kategori sedang, dan

pemahaman konsep pada kelompok kontrol sebesar 0.26 masuk ke dalam kategori

rendah.

4. Deskripsi Data Hasil Uji Normalitas

Pada pengujian normalitas pretest kelompok eksperimen didapatkan Lo =

0.0971 dan normalitas posttest kelompok eksperimen didapatkan Lo= 0.21429,

sedangkan nilai L yang diperoleh dari tabel standar pada taraf signifikan 5% dan n

= 42 adalah sebesar 0.1363. Maka dapat disimpulkan bahwa data pretest kelompok

eksperimen adalah terdistribusi normal karena Lo lebih kecil daripada Lt,

sedangkan data posttest kelompok eksperimen adalah tidak berdistribusi normal

karena Lo lebih besar daripada Lt. Hasil perhitungan uji normalitas dari pretest dan

posttest pada kelompok eksperimen dapat dilihat pada lampiran.

Pengujian normalitas N-gain kelompok eksperimen, diperoleh Lo= 0.326,

dengan n = 42. Pada taraf signifikasi 5% diperoleh Lt = 0.1363. Karena Lo lebih

besar daripada Lt, maka data tidak berdistribusi normal. Hasil penghitungan uji

normalitas N-gain kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Pretes Postes N-Gain

N

Mean

SD

Varians

Gambar 4.2. Grafik N-Gain Kelompok Kontrol

Page 61: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

49

Sedangkan, pada pengujian normalitas yang dilakukan pada kelompok

kontrol didapatkan Lo = 0.0793 untuk untuk data pretest, dan Lo = 0.11009 untuk

data posttest, dengan nilai Lt pada taraf signifikan 5% dan n = 38 adalah 0.1438,

maka dapat disimpulkan bahwa data pada pretest dan posttest kelompok kontrol

berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas dari pretest dan posttest pada

kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran.

Pengujian normalitas N-gain untuk kelompok kontrol diperoleh Lo =

0.24889, dengan n = 38. Pada taraf signifikasi 5% diperoleh Lt = 0.1438. Karena

Lo lebih besar daripada Lt, maka data tidak berdistribusi normal. Hasil

penghitungan uji normalitas N-gain kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran.

5. Deskripsi Data Hasil Uji Homogenitas Pretest

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas, diperoleh data pretest

berdistribusi normal. Maka dilakukan uji homogenitas sebelum dilakukan uji

hipotesis. Pengujian homogenitas pada penelitian ini menggunakan rumus Fisher.

Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas pretest kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol, diperoleh Fo (Fhitung) sebesar 1.14 dengan taraf signifikansi 5%

(α = 0.05), maka diperoleh Ftabel sebesar 1.7. Berdasarkan data tersebut, dapat

diketahui bahwa Fo (1.14) < Ftabel (1.7), maka disimpulkan bahwa kedua sampel

homogen.

6. Deskripsi Data Hasil Uji Parametrik Pretest

Setelah melakukan uji prasyarat (normalitas dan homogenitas), data pretest

yang diperoleh ternyata normal dan homogen. Oleh karena itu, pengujian hipotesis

yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji t.

Penghitungan uji t dilakukan dengan membandingkan pretest kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh

thitung sebesar 0.70115 pada taraf signifikansi 5%. untuk menentukan ttabel maka

harus ditentukan dahulu db nya. Untuk pengujian hipotesis dengan uji t, maka db

pada penelitian ini adalah db = (n1 + n2) – 2 = (42 + 38) – 2 = 78. Dengan db

tersebut dapat ditentukan nilai ttabel sebesar 1.996. hal ini berarti thitung (0.098) < ttabel

Page 62: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

50

(1.996), sehingga Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat perbedaan antara pretest kelas eksperimen dengan pretest kelas kontrol.

7. Deskripsi Data Hasil Uji Non Parametrik

Setelah dilakukan uji normalitas, diperoleh data posttest dan N-gain tidak

terdistribusi normal, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji non parametrik

yaitu dengan uji Mann Whitney.

a. Hasil Uji Non-Parametrik Mann Whitney Posttest

Pada hasil belajar posttest kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan

pengujian hipotesis dengan menggunakan uji Mann Whitney. Berdasarkan hasil

perhitungan diperoleh Zhitung = -4.9, sedangkan Ztabel = -1,96 pada taraf signifikasi

5%. Karena Zhitung lebih kecil daripada Ztabel, maka Ho ditolak. Hal ini menunjukan

secara perhitungan statistika bahwa setelah diberikan perlakuan diketahui antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menjadi berbeda nyata.

b. Hasil Uji Non-Parametrik Mann Whitney N-Gain

Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji Mann Whitney pada data N-

gain kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.5. Hasil Uji Mann Whitney N-Gain

Kelompok Jumlah Zhitung Ztabel Kesimpulan

Eksperimen 42 -5.59 -1.96 Ho ditolak

Kontrol 38

Dari hasil perhitungan diperoleh Zhitung = -6.6, sedangkan Ztabel = -1,96 pada

taraf signifikasi 5%. Karena Zhitung lebih kecil daripada Ztabel, maka Ho ditolak. Hal

ini menunjukan secara perhitungan statistika bahwa setelah diberikan perlakuan

diketahui antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menjadi berbeda

nyata.

Page 63: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

51

B. Deskripsi Data Kualitatif

1. Data Observasi Kegiatan Guru

Observasi dilakukan untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar selama

pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik investigasi

kelompok. Guru bidang studi biologi berperan sebagai observer/pengamat selama

proses pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan data observasi mengenai keterlaksanaan skenario pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok

dapat diketahui bahwa pada setiap pertemuan kegiatan pembelajaran dilaksanakan

dengan baik oleh guru. Pada setiap pertemuan presentasi keterlaksaannya mencapai

100%. 1

2. Performance Asessment (Penilaian Kinerja) Siswa

Penilaian diskusi siswa di kelas eksperimen menggunakan performance

assessment atau lembar asesmen kinerja. Penilaian dengan penggunaan

performance assessment ini dilakukan oleh seorang observer. Observer mengamati

kegiatan diskusi siswa selama pembelajaran berlangsung dan mendiskusikan

hasilnya kepada peneliti setelah pembelajaran selesai. Terdapat lima indikator

kinerja dalam performance assessment yang harus dicapai oleh siswa, indikator

tersebut ditentukan oleh guru. Untuk lebih jelasnya, hasil pengamatan selama

kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini.

1 Lampiran 15

Page 64: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

52

Tabel 4.6. Hasil Pengamatan Asesmen Kinerja (Performance Assessment)

Per. Kel.

Indikator

jumlah

Jawaban

tepat

Aktif dalam

kegiatan

kelompok

Berkomun

ikasi

Antar

sesama

anggota

Bekerja

sama

antar

sesama

anggota

Saling

menghargai

pendapat

1

A 1 0 1 1 1 4

B 1 1 1 1 0 4

C 1 0 1 1 0 3

D 1 1 1 1 1 5

E 1 0 1 1 0 3

F 1 1 1 1 1 5

2

A 1 1 1 1 1 5

B 1 1 1 1 1 5

C 1 0 1 1 1 4

D 1 1 1 1 1 5

E 1 0 1 1 1 4

F 1 1 1 1 1 5

3

A 1 1 1 1 1 5

B 1 1 1 1 1 5

C 1 1 1 1 1 5

D 1 1 1 1 1 5

E 1 0 1 1 1 4

F 1 1 1 1 1 5

Ket: 1= ada 0 = tidak ada

Berdasarkan data hasil pengamatan, terdapat peningkatan pencapaian

indikator diskusi siswa setiap pertemuannya. pada pertemuan pertama hanya sekitar

33.3% atau 2 kelompok yang telah mencapai indikator, tapi pada pertemuan kedua

jumlah kelompok yang telah mencapai indikator meningkat menjadi 66.7% atau 4

kelompok, begitupun pada pertemuan ketiga, kelompok yang telah mencapai

indikator meningkat menjadi 83.3% atau 5 kelompok. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.7. Pencapaian Indikator Kinerja

Pertemuan Pencapaian Indiaktor Kelompok

1 33.3%

2 66.7%

3 83.3%

Page 65: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

53

3. Data Angket

Untuk mengetahui penerimaan dan respon siswa terhadap model

pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok, pada kelas eksperimen

dilakukan perlakuan yang lain yaitu dengan menyebarkan angket kepada para

siswa. Hasil angket yang disebarkan kepada 42 siswa di kelas eksperimen

kemudian dianalisis. Hasil analisis dari penyebaran angket diperoleh rentangan 53 –

73 dengan skor tertinggi 73 dan skor terendah 53. Jumlah frekuensi keseluruhan

yang diperoleh adalah 2641 (fx) dengan rata-rata sebesar 62.88; median 63.36;

modus 63.36; dan standar deviasi 24.8. dari perhitungan tersebut diperoleh hasil

bahwa 14.28 % siswa (6 orang siswa) sangat tertarik dan 66.67 % (28 orang siswa)

tertarik dengan pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok pada konsep

sistem ekskresi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.8. Rekapitulasi Data Angket

Rentang Skor F Persentase (%) Kategori

53-58.22 8 19,05% kurang tertarik

58.23-67.73 28 66,67% tertarik

67.74-76 6 14,28% sangat tertarik

Jumlah 42 100%

C. Pembahasan

Berdasarkan pengujian hipotesis terhadap data pretest kelompok

eksperimen dan kontrol dengan menggunakan uji-t menunjukan bahwa tidak

terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dan

kontrol. Hal ini menunjukan bahwa kelompok eksperimen dan kontrol memilki

kemampuan awal yang sama. Setelah diterapkan teknik investigasi kelompok pada

saat pembelajaran biologi pada kelompok eksperimen dan metode diskusi biasa

pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata posttest pada kelompok eksperimen

lebih besar daripada nilai rata-rata posttest pada kelompok kontrol. Pada kelompok

eksperimen terdapat 42.85% atau 18 orang siswa telah mencapai KKM (Kriteria

Kentuntasan Minimal), sedangkan pada kelompok kontrol hanya 16.7% atau 7

orang siswa yang mencapai KKM. Hal ini menunjukan adanya pengaruh

Page 66: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

54

penggunanan teknik investigasi kelompok terhadap hasil belajar biologi pada

konsep sistem ekskresi.

Hasil ini dicapai karena dalam penerapan teknik investigasi kelompok guru

selalu memberikan motivasi dan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk

belajar secara aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri, seperti pada saat

proses pembelajaran siswa dihadapkan pada masalah, melakukan investigasi,

menganalisis hasil investigasi dan akhirnya menarik kesimpulan dan

mempresentasikannya. Dengan membangun pengetahuannya sendiri, dapat melatih

kemampuan berpikir siswa menjadi lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan Raharjo

(2008) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa teknik investigasi kelompok

membuat siswa memiliki kemampuan berpikir lebih tinggi dibanding metode

diskusi biasa, karena pada teknik investigasi kelompok terjadi peningkatan

kemampuan melakukan analisis dan sintesis terhadap segala informasi sehingga

penguasaan materi pelajaran akan menjadi lebih baik.

Selain dapat mengembangkan kemampuan berpikir, pembelajaran

kooperatif teknik investigasi kelompok juga mendorong terjadinya kerjasama yang

sangat intensif antar anggota kelompok. Bentuk interaksi ini dapat menumbuhkan

hubungan sosial diantara anggota kelompok sehingga terjalin hubungan yang erat

diantara siswa. Sehingga siswa terlihat lebih solid dalam melakukan tahapan-

tahapan kegiatan pembelajaran.

Hal ini terlihat pada saat tahap implementasi, dimana siswa melakukan

investigasi terhadap permasalahan yang diberikan pada kelompoknya. Pada tahap

ini siswa dalam kelompok saling memberikan informasi mengenai materi yang

sedang mereka selidiki. Sehingga tercipta komunikasi yang dinamis diantara siswa.

Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin (2008), bahwa dalam model pembelajaran

kooperatif teknik investigasi kelompok terjadi dialog interpersonal yang

memperhatikan dimensi rasa sosial dalam pembelajaran di dalam kelas, sehingga

tercipta komunikasi dan interaksi kooperatif diantara sesama teman sekelas. Hal

yang sama juga dikemukakan oleh Ibrahim(2000), bahwa teknik investigasi

kelompok mengajarkan siswa komunikasi dan proses kelompok yang baik.

Page 67: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

55

Selain pengaruh pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok,

peningkatan hasil belajar kognitif pada kelompok eksperimen juga dipengaruhi oleh

keterlibatan afektif siswa dalam belajar. Hasil belajar afektif tersebut berupa data

angket yang disebarkan kepada kelompok eksperimen. Setelah dilakukan

perhitungan terhadap hasil angket, menunjukan bahwa model pembelajaran

kooperatif teknik investigasi kelompok dapat menarik minat siswa dalam belajar.

Sebagian besar siswa (66.67%) atau 28 orang tertarik dan sebanyak 14.28% atau 6

orang siswa sangat tertarik dengan teknik investigasi kelompok yang digunakan.

Hal ini dikarenakan, model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok

membuat siswa tidak bosan dan monoton dalam belajar. Teknik investigasi

kelompok dapat mebuat siswa aktif dalam mencari sendiri pengetahuannya dan

dapat melakukan diskusi lebih luas dengan teman-teman dalam kelompoknya

sehingga dapat bertukarpikiran satu sama lain. Hal ini sesuai dengan pendapat

Slavin (2008), bahwa partisipasi siswa dapat mengekspresikan ketertarikan siswa

dalam kegiatan pembelajaran.

Partisipasi yang menunjukkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran

juga dibuktikan dengan data lembar performance assessment atau asesmen kinerja

hasil diskusi. Berdasarkan hasil pengamatan, sebagian besar siswa telah mencapai

indikator kerja minimal yang telah ditentukan oleh guru. Indikator kerja minimal

tersebut adalah aktif dalam kegiatan kelompok, berkomunikasi antar sesama

anggota, menjawab pertanyaan dengan tepat, bekerja sama dan saling memotivasi

antar sesama anggota serta saling menghargai pendapat. Walaupun pada pertemuan

pertama masih ada beberapa kelompok yang belum mencapai indikator kerja

minimal yang ditentukan oleh guru, tapi pertemuan kedua dan ketiga setiap

kelompok mengalami peningkatan dalam pencapaian indikator.

Page 68: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian dan pembahasan, maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif

teknik investigasi kelompok terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep

sistem ekskresi pada manusia. Hal ini ditandai dengan adanya perbedaan hasil

belajar antara kelompok yang diajar dengan menggunakan teknik investigasi

kelompok dan kelompok yang diajar dengan teknik diskusi biasa.

Selain itu, dari hasil penyebaran angket didapatkan hasil bahwa sebagian

besar siswa tertarik dengan teknik investigasi kelompok. Hal ini disebabkan

karena teknik investigasi kelompok mempunyai keunggulan lebih dibanding

teknik diskusi biasa.

B. SARAN

Dari hasil temuan peneliti selama proses penelitian dan analisis terhadap

hasil temuan tersebut, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penerapan teknik investigasi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar pada

konsep sistem ekskresi pada manusia, disarankan kepada guru untuk

menerapkan teknik ini pada konsep lain yang berbeda.

2. Pembelajaran dengan menggunakan teknik investigasi kelompok memberi

pengaruh positif dalam meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Untuk itu

diharapkan teknik ini dijadikan sebagai salah satu alternatif teknik

pembelajaran yang tepat dalam menyajikan mata pelajaran biologi di sekolah.

3. Untuk mengoptimalkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, sebaiknya

pada tahap presentasi dialokasikan waktu yang lebih lama.

Page 69: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,

2008.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta, 2006.

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006.

Bungin Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2004.

Djaafar, Tengku Z. Kontribusi startegi pembelajaran. Padang: Fakultas ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Padang, 2001.

Feronika, Tonih. Buku Ajar Strtegi Pembelajaran Kimia. Jakarta: FITK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Hajar, Ibnu. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan.

Jakarta: PT RajGrafindo, 1999.

Hatimah, Ihat. Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung: Andira, 2000.

Ibrahim, Muslimin dkk. Pembelajaran Kooperatif. urabaya: UNESA-university

Press, 2000.

Ida Bagus Putu Arnyana, Pengaruh Penerapan Model Belajar Berdasarkan

Masalah dan Model Pengajaran Langsung Dipandu Strategi Kooperatif

Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA, (Jurnal Pendidikan dan

Pengajaran IKIP Singaraja , No. 4, Oktober 2006), hal. 697.

Ida Bagus Putu Arnyana, Pengaruh Penerapan Startegi Pembelajaran Inovatif

Pada Pembejaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif

Siswa, (Jurnal pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Sinagaraja, No.

3 TH. XXXIX Juli 2006), hal. 496-514

Isjoni, Cooperatif Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok.

Bandung: Alfabeta, 2007.

Mulyasa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2007.

Nasution, S. Kurikulum Dan Pengajaran. Jakrta: Bumi Aksara, 1989.

Nasution, S. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi aksara, 1995.

Page 70: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

Nasution, S. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Raharjo, the effects of group investigation and problem based learning model to

the student thinking ability of junior high school in sidoarjo, (proceeding

the second international seminar on science education “current issues on

research and teaching in science education, Surabaya State

University,2008), hal. 465-477

Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajara:sebagai referensi pendidik dalam

implementasi pembelajarn yang efektif dan berkualitas. Jakarta:

Prenada Media, 2009.

Saud, Udin S, Rukmana, Ade & Resmini, Novi. Pembelajaran Terpadu.

Bandung: UPI Press, 2006.

Slavin, Robert E. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media, 2008.

Soemanto, Wasty. Psiklogi Pendidikan. Malang:Rineka Cipta, 1984.

Sofyan, Ahmad, Feronika, Tonih & Milama, Burhanudin. Evaluasi Pembelajaran

IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Sri Ngabekti, Persepsi Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran

Investigasi Kelompok, (proceeding seminar nasional biologi

“meningkatkan peran biologi dan pendidikan biologi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi”, Universitas Negeri

Semarang, 2006), hal. 279-286

Sri Nurwati, Penerapan Model Investigasi kelompok Dengan memanfaatkan

Kartu Gambar Sebagai Media Pembelejaran Materi Klasifikasi Mahluk

Hidup, (proceeding seminar nasional biologi “meningkatkan peran

biologi dan pendidikan biologi dalam pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi”, Universitas Negeri Semarang, 2006), hal.287-294

Sri Sarmini, Melaui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan

Aktivitas Belajar IPA Bagi Siswa Kelas IX F Di SMP Negeri 37

Semarang, (Widya Tama, Vol. 3, September 2006), hal. 1.

Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2002.

Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Tarsito, 1996.

Sudjiono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 1996.

Page 71: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2436/1/98119... · eksperimen di SMP Negeri 1 Menes Pandeglang Banten. Skripsi, Program

Sukardi. Evaluasi Pendidikan: prinsip dan operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara,

2009.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Sukirman, Dadang & Jumhana, Nana. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: UPI

Press, 2006.

Sukmadinata ,N. Syaodih. Metode Penelitian Penidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007.

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Trianto, Mendesain Model Pembelajran Inovatif Progresif, Konsep, Landasan,

Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidika.

Jakarta:Prenada media grup, 2009.

Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konsrukstivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.

Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan. Direktorat

Jendral Pendidikan Islam Departemen Agam RI Tahun 2006.

Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi aksara,

2009. hal. 195

Wulan, Ana Ratna. Skenario Baru Bagi Implementasi Asesmen Kinerja Pada

Pembelajaran Sains Di Indonesia, (Jurnal Kependidikan No. 3,

Vol.XXXII, Tahun 2008)