pengaruh model pembelajaran audiotory...

80
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY INTELECTUALLY REPETITION (AIR) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR (Quasi Eksperimen Kelas IV MI Pembangunan) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Disusun Oleh : One Sukowati 11150183000064 JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 28-Jul-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY

INTELECTUALLY REPETITION (AIR) TERHADAP

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

SISWA SEKOLAH DASAR

(Quasi Eksperimen Kelas IV MI Pembangunan)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

One Sukowati

11150183000064

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

i

Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

ii

Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

LEMBAR PENGESAIIAN

Skripsi berjudul "Pengaruh Model Perrbelajaran Audiotory fntelecually Repetition (AIR)Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekola Dasar", disusunoleh One Sukowati, NIM. 11150183000064, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,Fakultas Ilrnu Tarbiyah danKeguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullatr Jakarta dantelah dinyatakan lulus dalarq Ujian Munaqasatr pada tanggal 27 Desember 2019 di hadapandewan penguji. Karena itu, penulis berhak mernperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalambidang Pendidikan Guru Madrasatr Ibtidaiyah (PGMI).

Jakarta, 27 Desember 2019

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia(Ketua■ ュusa″Prodi)

AseD Ediana Latip.M2⊇止 ~NIP。 1981066232009121003

Sよ"taris(Sekr∝

aris J― sarrodi)Rohmat Widivantoq M.Pd.NIP。 198909132018011002

Pen.nJl I

Dr.Lia KurlliawatiQ PIoPd

NIP。 197605212008012008

PenguJl II

Dr.Tita Khalis MarvaJn S.Si.。 M.KomNIP。 196909241999032003

Mengetahui,Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

%ル

弔た。

nf otlao

1998032001

Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

iii

Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

iv

ABSTRAK

ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran

Audiotory Intelectually Repetition (AIR) Terhadap Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa Sekolah Dasar. Skripsi. Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK),

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model AIR

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sekolah dasar.

Penelitian ini dilaksanakan di MI Pembangunan UIN Jakarta tahun ajaran

2019/2020 dengan materi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan

operasi hitung campuran. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen

semu (Quasi Eksperimen) dengan rancangan penelitian One Group Pretest-

Posttest Design. Penarikan jumlah sample dalam penelitian ini terdiri dari 29

siswa kelas eksperimen dan 28 siswa kelas kontrol. Indikator kemampuan

pemecahan masalah yang digunakan adalah memahami masalah, merencanakan

pemecahan masalah, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusi yang

diperoleh dengan menyimpulkan hasil akhir penyelesaian masalah. Berdasarkan

hasil posttest kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar

dengan Model AIR lebih tinggi dari pada siswa yang tidak diajar dengan

menggunakan model AIR. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata posttest

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan model AIR

adalah sebesar 80,62 dan nilai rata-rata posttest kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa yang tidak diajar dengan model AIR adalah sebesar 73,00. Dari

hasil uji-t diperoleh hasil sebesar 0,005 pada taraf signifikansi 0,05 (0,005 ≤ 0,05).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Auidotory

Intelectually Repetition (AIR) memberikan pengaruh terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa sekolah dasar.

Kata Kunci : Model Pembelajaran AIR, Operasi Hitung Matematika,

Kemampuan Pemecahan Masalah

Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

v

ABSTRACT

ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), The Effect of the Audiotory

Intelectually Repetition (AIR) Learning Model on the Mathematical Problem

Solving Ability of Elementary School Students. Thesis. Teacher Education in

Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Faculty of Tarbiyah and Teacher Training (FITK),

Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2019.

This study aims to determine the effect of the use of the AIR model on the

mathematical problem solving abilities of elementary school students. This

research was conducted at the MI Pembanguna UIN Jakarta in the academic year

2019/2020 with the material addition, subtraction, multiplication, division, and

mixed count operations. The research method used is quasi-experimental (Quasi

Experiment) with One Group Pretest-Posttest Design research design. The

withdrawal of the sample size in this study consisted of 29 experimental class

students and 28 control class students. Indicators of problem solving abilities that

are used are understanding the problem, planning the problem solving, solving

the problem, and interpreting the solution obtained by concluding the final

outcome of the problem solving. Based on the results of the posttest the

mathematical problem solving ability of students taught with the AIR Model is

higher than students who are not taught using the AIR model. This can be seen

from the average posttest score of students' mathematical problem solving

abilities taught by the AIR model is 80.62 and the average value of the posttest's

mathematical problem solving abilities of students who are not taught with the

AIR model is 73.00. From the t-test results obtained by 0.005 at a significance

level of 0.05 (0.005 ≤ 0.05). Thus it can be concluded that the use of the Auidotory

Intelectually Repetition (AIR) model has an influence on the mathematical

problem solving ability of elementary school students.

Keywords: AIR Learning Model, Mathematical Operations, Problem Solving

Ability

Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas karunia Allah SWT, sholawat serta salam

semoga terlimpahkan kepada Rasulallah SAW, karena atas kuasa-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran

Audiotory Intelectually Repetition (AIR) Terhadap Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa Sekolah Dasar di MI Pembangunan UIN Jakarta”.

Kesulitan dan berbagai rintangan yang menimbulkan rasa susah, putus asa dan

kekecewaan dalam penyusunan skripsi ini begitu mudah terhapus ketika penulis

menyadari begitu banyak pengalaman dan hikmah yang didapat dari awal hingga

akhir penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari dengan sepenuh hati

bahwa tersusunnya skripsi ini bukan hanya atas kemampuan dan usaha penulis

semata, tetapi juga berkat bantuan, motivasi, dukungan orang-orang terdekat demi

kelancaran penyusunan skripsi ini. Dalam ruang yang terbatas ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. DR. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Asep Ediana Latip, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah, yang telah memberikan izin atas penyusunan

skripsi.

3. Rohmat Widiyanto, M.Pd, selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah dan sekaligus Dosen Pembimbing I yang dengan

sabar memberikan bimbingan, masukan serta mengarahkan penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

4. Fatkhul Arifin, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang selalu sabar dan

bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta selalu memberikan

motivasi, arahan, dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

vii

5. Takiddin, M.Pd selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

memberikan motivasi dan bimbingan kepada mahasiswanya.

6. Bapak dan ibu dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang telah

memberikan ilmu pengetahuan beserta staf jurusan yang selalu

membantu penulis dalam proses administrasi.

7. Wahyudi, S.Pd, selaku kepala MI Pembangunan yang telah memberikan

kesempatan penulis untuk melaksanakan penelitian dan memberikan

saran juga arahan.

8. Yon Sugiono, S.Pd, selaku kepada pusat penelitian dan pengembangan

yang telah memberikan saran, arahan, motivasi, dan membantu peneliti

melaksanakan penelitian di MI Pembangunan.

9. Lulu Rosmilia, S.Pd, selaku guru mata pelajaran matematika yang telah

memberikan waktu dan bantuan kepada peneliti untuk melakukan

penelitian dikelas IV.

10. Peserta didik MI Pembangunan kelas IV dan V tahun ajaran 2019/2020

yang telah memberikan kesempatan dan menyambut dengan baik peneliti

untuk melakukan penelitian dikelas tersebut.

11. Teristimewa ditujukan kepada kedua orang tua saya, yang tiada hentinya

mendoakan, mencurahkan kasih sayang, melindungi, perhatian serta

memberikan dukungan kepada penulis baik bersifat moril maupun

materil yang tiada tara, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Teruntuk adikku Rasty Mutia Sari dan Gilang Bangkit Priambodo terima

kasih atas do’a dan dukungannya, karena penulis merasakan semangat

dalam menyelesaikan skripsi.

13. Teman-teman seperjuangan PGMI angkatan 2015 kelas A dan kelas B,

dengan suka duka yang telah kita lalui bersama akan menjadi sebuah

kenangan indah untuk cerita anak cucu kita kelak.

14. Semua pihak yang telah membantu demi kelancaran dalam penyusunan

skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih

yang sebesar-besarnya.

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

viii

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini

dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, 22 Oktober 2019

Penulis

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 7

C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 8

D. Rumusan Masalah ................................................................................ 8

E. Tujuan Penulisan .................................................................................. 8

F. Manfaat Penulisan ................................................................................ 8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik ................................................................................. 10

1. Hakikat dan Tujuan Pembelajaran Matematika SD/MI ................. 10

a. Pengertian Pembelajaran Matematika SD/MI .......................... 10

b. Tujuan Pembelajaran Matematika SD/MI................................ 12

2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ............................. 13

a. Pengertian Masalah Matematika .............................................. 13

b. Pengertian Pemecahan Masalah Matematika ........................... 15

c. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ..... 16

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika ............................................. 18

e. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ........ 20

3. Model Pembelajaran Audiotory, Intelectually,

and Repetition ................................................................................ 23

a. Pengertian Model Pembelajaran .............................................. 23

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

x

b. Pengertian Model Pembelajaran Audiotory, Intelectually,

and Repetition .......................................................................... 24

c. Langkah-langkah Pembelajaran Audiotory,

Intelectually, and Repetition .................................................... 28

d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran

Audiotory, Intelectually, and Repetition ................................. 31

4. Operasi Hitung Bilangan Cacah ..................................................... 32

a. Operasi Hitung Penjumlahan ................................................... 32

b. Operasi Hitung Pengurangan ................................................... 33

c. Operasi Hitung Perkalian ......................................................... 34

d. Operasi Hitung Pembagian ...................................................... 35

e. Operasi Hitung Campuran........................................................ 36

B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................. 37

C. Kerangka Berfikir................................................................................. 39

D. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 42

B. Metode dan Desain Penelitian .............................................................. 42

C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 43

1. Populasi .......................................................................................... 43

2. Sampel ............................................................................................ 44

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 44

E. Instrumen Penelitian............................................................................. 45

F. Uji Instrumen Penelitian ...................................................................... 45

1. Uji Validitas ................................................................................... 47

2. Uji Reabilitas .................................................................................. 48

3. Uji Tingkat Kesukaran Tes ............................................................ 49

4. Uji Daya Pembeda.......................................................................... 50

G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 51

1. Uji Normalitas ................................................................................ 51

Page 13: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

xi

2. Uji Homogenitas ............................................................................ 52

3. Uji Hipotesis .................................................................................. 52

H. Hipotesis Statistik ................................................................................ 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ....................................................................................... 54

1. Deskripsi Data Pretest Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa ............................................................ 55

2. Deskripsi Data Posttest Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa ............................................................ 62

3. Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol untuk

Setiap Indikator ............................................................................... 69

B. Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis ......................... 71

1. Uji Normalitas Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa ............................................................ 73

2. Uji Homogenitas Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa ............................................................ 75

3. Hasil Pengujian Hipotesis ............................................................... 77

C. Temuan Penelitian ................................................................................. 78

1. Proses Pembelajaran pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .. 80

2. Analisis Jawaban Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa ............................................................ 84

D. Pembahasan Terhadap Temuan Penelitian ........................................... 91

E. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 96

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan........................................................................................... 97

B. Implikasi ............................................................................................... 98

C. Saran ..................................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 99

Page 14: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Langkah-langkah Pembelajaran dengan Model AIR.................... 30

Tabel 3.1 : Desain Penelitian ......................................................................... 43

Tabel 3.2 : Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 45

Tabel 3.3 : Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika .................................................................... 46

Tabel 3.4 : Kriteria Reabilitas ........................................................................ 48

Tabel 3.5 : Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ........................................... 49

Tabel 3.6 : Interpretasi Nilai Daya Pembeda ................................................. 50

Tabel 4.1 : Hasil Statistik Deskriptif Pretest Kelas Eksperimen ................... 56

Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Pretest Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Eksperimen ........ 57

Tabel 4.3 : Hasil Statistik Deskriptif Pretest Kelas Kontrol .......................... 58

Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Pretest Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Kontrol ............... 59

Tabel 4.5 : Perbandingan Hasil Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............. 61

Tabel 4.6 : Hasil Statistik Deskriptif Posttest Kelas Eksperimen .................. 63

Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Kelas Eksperimen ........................................... 64

Tabel 4.8 : Hasil Statistik Deskriptif Posttest Kelas Kontrol......................... 66

Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi Posttest Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa Kelas Kontrol .................................. 67

Tabel 4.10 : Perbandingan Hasil Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............. 70

Tabel 4.11 : Perbandingan rata-rata Posttest Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol untuk setiap Indikator .................................................... 74

Page 15: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

xiii

Tabel 4.12 : Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ....................................................................... 76

Tabel 4.13 : Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol........................................................................ 77

Tabel 4.14 : Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ........................................................................... 78

Tabel 4.15 : Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol.......................................................................... 78

Tabel 4.16 : Hasil Uji T-Test Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .. 80

Tabel 4.17 : Hasil Uji T-Test Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . 81

Tabel 4. 18 : Rata-rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................................ 93

Page 16: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Lembar Kerja Siswa ................................................................. 4

Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Berfikir ......................................................... 38

Gambar 4.1 : Gambar Grafik Histogram Hasil Pretest Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Eksperimen ... 58

Gambar 4.2 : Gambar Grafik Histogram Hasil Pretest Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Kontrol .......... 60

Gambar 4.3 : Gambar Histogram Hasil Posttest Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Eksperimen ... 66

Gambar 4.4 : Gambar Histogram Hasil Posttest Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Kontrol .......... 69

Gambar 4.5 : Perbandingan Nilai Rata-rata Posttest Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator ....................................... 75

Gambar 4.6 : Suasana Belajar Kelas Eksperimen .......................................... 83

Gambar 4.7 : Suasana Belajar Kelas Kontrol................................................. 85

Gambar 4.8 : Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Indikator

Kemampuan memahami Masalah ............................................ 87

Gambar 4.9 : Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Indikator

Kemampuan Memahami Masalah ............................................ 87

Gambar 4.10 : Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Indikator

Kemampuan Merencanakan Pemecahan Masalah ................... 89

Gambar 4.11 : Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Indikator

Kemampuan Merencanakan Pemecahan Masalah ................... 89

Gambar 4.12 : Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Indikator

Kemampuan Menyelesaikan Masalah ...................................... 90

Gambar 4.13 : Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Indikator

Page 17: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

xv

Kemampuan Menyelesaikan Masalah ...................................... 91

Gambar 4.14 : Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Indikator

Kemampuan Menfasirkan Solusi yang Diperoleh .................... 92

Gambar 4.15 : Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Indikator

Kemampuan Menfasirkan Solusi yang Diperoleh ...................... 92

Page 18: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Wawancara Wali Kelas IV E

Lampiran 2 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lampiran 3 : Lembar Observasi Guru dalam Mengajar

Lampiran 4 : Kisi-kisi Instrumen Tes

Lampiran 5 : Soal Uji Instrumen Tes

Lampiran 6 : Kunci Jawaban Soal Uji Instrumen Tes

Lampiran 7 : Kriteria Penskoran Uji Instrumen Tes

Lampiran 8 : Korelasi Skor Butir dengan Skor Total

Lampiran 9 : Uji Reliabilitas Tes

Lampiran 10 : Uji Tingkat Kesukaran

Lampiran 11 : Uji Daya Pembeda

Lampiran 12 : RPP Kelas Eksperimen Pertemuan Ke- 1

Lampiran 13 : RPP Kelas Eksperimen Pertemuan Ke- 2

Lampiran 14 : RPP Kelas Eksperimen Pertemuan Ke- 3

Lampiran 15 : RPP Kelas Eksperimen Pertemuan Ke- 4

Lampiran 16 : RPP Kelas Eksperimen Pertemuan Ke- 5

Lampiran 17 : RPP Kelas Kontrol Pertemuan Ke- 1

Lampiran 18 : RPP Kelas Kontrol Pertemuan Ke- 2

Lampiran 19 : RPP Kelas Kontrol Pertemuan Ke- 3

Lampiran 20 : RPP Kelas Kontrol Pertemuan Ke- 4

Lampiran 21 : RPP Kelas Kontrol Pertemuan Ke- 5

Lampiran 22 : LKS Kelas Eksperimen Pertemuan Ke- 1

Page 19: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

xvii

Lampiran 23 : LKS Kelas Eksperimen Pertemuan Ke- 2

Lampiran 24 : LKS Kelas Eksperimen Pertemuan Ke- 3

Lampiran 25 : LKS Kelas Eksperimen Pertemuan Ke- 4

Lampiran 26 : LKS Kelas Eksperimen Pertemuan Ke- 5

Lampiran 27 : LKS Kelas Kontrol Pertemuan Ke- 1

Lampiran 28 : LKS Kelas Kontrol Pertemuan Ke- 2

Lampiran 29 : LKS Kelas Kontrol Pertemuan Ke- 3

Lampiran 30 : LKS Kelas Kontrol Pertemuan Ke- 4

Lampiran 31 : LKS Kelas Kontrol Pertemuan Ke- 5

Lampiran 32 : Perhitungan Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen

Lampiran 33 : Perhitungan Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol

Lampiran 34 : Perhitungan Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen

Lampiran 35 : Perhitungan Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol

Lampiran 36 : Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Lampiran 37 : Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Lampiran 38 : Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Lampiran 39 : Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Lampiran 40 : Uji Hipotesis Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Lampiran 41 : Uji Hipotesis Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Page 20: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting karena

pendidikan mempunyai tugas untuk menyiapkan sumber daya manusia bagi

pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan merupakan suatu proses untuk

mengembangkan semua aspek kepribadian manusia yang mencakup

pengetahuan, sikap, serta ketrampilan secara bertahap. Poerwadarminta dalam

Tatang berpendapat bahwa pendidikan adalah suatu proses perubahan sikap

dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.1

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bahkan wajib hukumnya

menurut pandangan hukum Islam. Hal ini dibuktikan dengan wahyu pertama

yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk

disebarkan kepada umatnya yang telah mengisyaratkan manusia untuk

memperhatikan soal kegiatan belajar yaitu QS Al-Alaq (96) ayat 1 sampai

dengan ayat 5:

Artinya:2

1. Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-Mu yang menciptakan

2. Dia telah menciptakan manusia dari 'Alaq,

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah,

4. Yang mengajar manusia dengan pena,

5. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.

1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung:Pustaka Setia, 2012), h. 13.

2 Departemen Agama RI, Al Quran Tajwid dan Terjemah, (Bandung: Diponogoro, 2010)

h. 597.

Page 21: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

2

Definisi pendidikan menurut UUD 1945 nomor 20 tahun 2003 pasal 1,

menyatakan:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara”. 3

Berdasarkan dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

arti pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan manusia, karena

dengan proses pendidikan manusia telah berusaha membekali dirinya untuk

mengembangkan kemampuan dasarnya dari berbagai aspek kognitif, afektif,

dan psikomotorik yang ada dalam dirinya menggunakan berbagai cara, usaha

dan dengan proses yang bertahap-tahap agar dapat menjalani kehidupannya

secara mandiri kelak. Salah satu faktor yang menjadi upaya peningkatan mutu

dalam dunia pendidikan adalah peningkatan Kegiatan Belajar Mengajar

(KBM) yang didalamnya ikut melibatkan guru dan siswa pada setiap kegiatan

pembelajaran. Oleh karena itu, pendidikan mempunyai arti dan hubungan

yang erat dengan pembelajaran. Ketika seseorang melakukan proses

pendidikan maka ada proses pembelajaran yang telah dilakukannya.

Pembelajaran sendiri memiliki arti sebagai suatu interaksi dan upaya

bimbingan dari guru kepada siswa dengan memberikan informasi dari

berbagai sumber belajar dan prinsip belajar agar terjadi suatu perubahan yang

diinginkan. Pembelajaran matematika adalah proses yang terjadi selama

kegiatan belajar mengajar dengan menjadikan matematika sebagai objek

kajian utama untuk dipelajari. Mata pelajaran matematika diberikan pada

tingkat sekolah dasar selain untuk mendapatkan ilmu matematika, juga untuk

mengembangkan daya berfikir siswa yang logis, analitis, sistematis, kritis,

kreatif, dan mengembangkan pola kebiasaan bekerjasama dalam memecahkan

masalah.

3 Ramayulis, op.cit., h.16.

Page 22: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

3

Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah merupakan salah

satu kemampuan yang sangat penting, yang harus dimiliki siswa. Hal ini

didukung oleh fakta bahwa poin utama penilaian pada studi internasional

seperti Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan

Programme for International Student Assessment (PISA) adalah kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa.4 Pentingnya pemecahan masalah

merupakan bagian integral dalam pembelajaran matematika, sehingga hal

tersebut tidak boleh terlepaskan dari pembelajaran matematika. Kemampuan

pemecahan masalah matematika dibutuhkan agar siswa mampu berpikir

sistematis, logis, kritis serta gigih dalam memecahkan masalah kehidupan

yang dihadapinya. Sehingga siswa yang terampil memecahkan masalah

matematika diharapkan dapat menjadi pribadi yang produktif dan pekerja

keras.

Namun berdasarkan data Trends in International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun 2011 pembelajaran matematika di

Indonesia berada pada peringkat 38 dari 42 negara. Jauh tertinggal dibanding

Singapura, Thailand, dan Malaysia.5 Kemudian pada hasil studi PISA 2018 di

bidang matematika, Indonesia menduduki peringkat 73 dari 79 peserta

dengan rata-rata skor 379 dibawah rata-rata yaitu 489.6 Pada hasil studi

tersebut, salah satu kemampuan kognitif yang dinilai adalah kemampuan

pemecahan masalah matematika. Sehingga berdasarkan data Trends in

International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Programme for

International Student Assessment (PISA) dapat disimpulkan bahwa

kemampuan pemecahan masalah siswa Indonesia dalam bidang matematika

masih dibawah rata-rata.

4 Ira Silviana Rahman, Nerru Pranuta Murnaka, dan Wiwik Wiyanti, Pengaruh Model

Pembelajaran Laps Heuristik terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah, Jurnal Wacana

Akademika, 2(1), 2018, h. 49-60 5 TIMSS, International Study Center Lynch School of Education, (Boston:TIMSS, 2011),

h. 3 6 PISA, Programme for International Student Assessment (PISA) Result from PISA 2018,

(Indonesia: OECD, 2019), h. 18

Page 23: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

4

Fakta dilapangan juga menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan

masalah siswa masing tergolong rendah, hal ini berdasarkan hasil observasi

peneliti dengan malakukan wawancara kepada guru mata pelajaran

matematika kelas IV MI Pembanguan UIN Jakarta serta peneliti

memperoleh informasi bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa kelas IV belum seperti yang diharapkan. Sebagian besar siswa masih

bingung dalam memahami soal yang diberikan, kemampuan siswa dalam

merencanakan masalah masih rendah, masih banyak siswa yang bingung dan

keliru dalam menerjemahkan soal menjadi model matematika. Kemampuan

siswa dalam menyelesaikan masalah masih rendah, masih banyak siswa yang

bingung bagaimana menghitung operasi hitung campuran dalam soal cerita.

Kemampuan siswa dalam menafsirkan solusi juga masih rendah karena siswa

tidak terbiasa menyimpulkan hasil akhir penyelesaian masalah, hanya

menuliskan hasil akhir menggunakan angka.

Peneliti juga melaksanakan tes studi pendahuluan pada kelas IV MI

Pembangunan UIN Jakarta. Berdasarkan hasil test pra penelitian berupa soal

cerita sebanyak 5 soal pokok bahasan operasi hitung campuran didapatkan

hasil bahwa masih banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM.

Rata-rata siswa masih belum terlalu paham bagaimana cara menyelesaikan

masalah atau pertanyaan yang ada didalam soal cerita tersebut. Dari 2 kelas

yang terdiri dari kelas IV E dan kelas IV F didapatkan rata-rata kelas IV E

yaitu 20,97 dan kelas IV F yaitu 21,57. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan

melihat penyelesaian kemampuan pemecahan masalah siswa saat pretest pada

materi pokok operasi hitung campuran sebagai berikut:

Gambar 1.1

Lembar Kerja Siswa

Page 24: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

5

Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,

siswa perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat

model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.

Menurut Polya indikator kemampuan pemecahan masalah matematika yaitu :

Siswa dapat memahami masalah, 2) Siswa dapat merencanakan penyelesaian

masalah, 3) Siswa dapat menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah,

4) Siswa dapat menjelaskan atau menginterpretasikan hasil penyelesaian

masalah.7

Berdasarkan wawancara tersebut, peneliti juga mendapatkan informasi

bahwa model pembelajaran yang dilakukan guru dalam pembelajaran adalah

model ceramah dan penugasan/latihan, dimana aktivitas belajar didominasi

dengan kegiatan menulis dan mendengarkan, dan hanya beberapa siswa yang

aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Selain itu, soal latihan yang

diberikan oleh guru biasanya hanya sebatas meniru dari contoh soal, dan

kurang melatih terhadap soal-soal pemecahan masalah berupa soal cerita

sehingga siswa hanya menghafal konsep tanpa memahaminya. Ketika siswa

diberikan soal pemecahan masalah, siswa sering mengalami kesulitan.

Berdasarkan penjelasan diatas, salah satu faktor yang mempengaruhi

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah pembelajaran

yang diterapkan oleh guru yang masih bersifat konvensional. Oleh karena itu

dibutuhkan suatu model yang dapat menarik siswa dalam memahami materi

yang disampaikan, melatih siswa dalam memecahkan masalah dengan

pemberian soal-soal pemecahan masalah, dan memperkuat daya ingat siswa

melalui pengulangan dan penguatan. Salah satu model pembelajaran yang

tepat untuk mengatasi hal tersebut adalah model pembelajaran Audiotory,

Intellectaually, and Repetition (AIR).

Menurut penelitian yang dilakukan Huda menyatakan bahwa salah satu

pembelajaran yang aktif dan inovatif untuk pemecahan masalah adalah model

7 Goenawan Roebyanto dan Sri Harmini, Pemecahan Masalah Matematika, (Bandung,

PT.Remaja Rosdakarya, 2017), h. 34.

Page 25: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

6

pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetiton (AIR).8 Model pembelajaran

ini menyatakan suatu pembelajaran akan efektif untuk pemecahan masalah

jika memperhatikan tiga hal, yaitu Auditory, Intellectually, dan Repetiton.9

Hal tersebut didukung berdasarkan hasil penelitian oleh Suwarman yang

menyatakan bahwa terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran Auditory,

Intellectually, Repetition (AIR) lebih baik dibandingkan dengan

menggunakan pembelajaran biasa.10

Kemudian menurut penelitian Gunawan

didapatkan kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Auditory,

Intellectually, Repetiton (AIR) terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa lebih efektif dari pembelajaran matematika dengan

menggunakan model konvensional.11

Model pembelajaran AIR (Audiotory, Intellectaually, and Repetition)

adalah model pembelajaran yang memiliki 3 aspek utama pada proses

pembelajaran, yaitu: daya serap dan berbicara (Audiotory), proses berfikir dan

menciptakan gagasan berdasarkan kecerdasan yang dimiliki (Intellectually),

serta pengulangan yaitu dengan cara pemberian tugas atau kuis dengan tujuan

siswa dapat memperluas pemahaman tentang materi yang disapaikan oleh

guru (Repetititon). Sehingga melalui model pembelajaran ini, siswa dilatih

untuk memanfaatkan potensi yang sudah dimilikinya sebagai modalitas

belajar yaitu audiotory dan intellectually kemudian ditambah dengan

repetition yaitu untuk memperkuat pemahaman dan daya ingat siswa.

Shoimin dalam Martina berpendapat bahwa model pembelajaran AIR

memiliki kelebihan dibanding dengan pembelajaran konvensional, yaitu

8 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2013), h.13 9 Ibid.

10 Ramdhan F, Suwarman, dan Aulia Candra ,Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory,

Intellectually, And Repetition (AIR) Terhadap Peningkatan Pemecahan Masalah Matematis Siswa,

Jurnal PRISMA, 1(2), 2017, h. 152-161. 11

Asep Gunawan, Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Audiotory, Intellectually,

And Repetition (AIR) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII

SMP N $ Sewon, Skripsi pada Universitas PGRI Yogyakarta, Yogyakarta, 2017, h. 12.

Page 26: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

7

siswa lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.12

Pada pembelajaran

konvensional aktivitas pembelajaran lebih bertumpu pada aktivitas audiotori

sehingga siswa lebih banyak mendengarkan materi yang disampaikan guru.

Adapun model pembelajaran AIR menggabungkan aktivitas audiotori dan

intelektual, dimana siswa selain mendengarkan penjelasan dari guru juga

terlibat aktif dalam diskusi memecahkan masalah. Selain itu pembelajaran

konvensional jarang melakukan pengulangan dan penguatan, sedangkan

dalam model pembelajaran AIR mengandung tahapan repetition dimana siswa

mendapatkan penguatan dan pengulangan untuk mengingat dan mempertajam

apa yang telah dipelajarinya. Sehingga melalui model Pembelajaran AIR ini

diharapkan dapat mempengaruhi dan berimplikasi pada kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa.

Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan diatas, peneliti berusaha

untuk melakukan penelitian di sekolah dasar dengan judul: “Pengaruh

Model Pembelajaran Audiotory Intellectually Repetition (AIR) Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Dasar”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan

sebelumnya. Klasifikasi masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Siswa kurang terlatih untuk menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah

matematika, karena soal yang diberikan guru tergolong soal rutin dan

kurang bervariasi.

2. Sebagian siswa masih pasif dalam proses pembelajaran.

3. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang masih rendah

yaitu terdapat 4 indikator kemampuan pemecahan masalah belum seperti

yang diharapkan.

4. Metode yang sering digunakan adalah metode ceramah dan

penugasan/latihan.

12

Martina Fitriana, Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory, Intelectually, Repetition

terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa ditinjau dari Kedisiplinan Siswa, Jurnal Pendidikan

Matematika, 2(1), 2016, h. 59-68.

Page 27: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

8

C. Pembatasan Masalah

Banyaknya faktor keterbatasan yang dimiliki peneliti menyebabkan

ketidak mungkinan untuk meneliti setiap masalah yang terjadi. Tujuannya

agar penelitian ini lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan yang

diinginkan, maka penelitian ini hanya akan membahas permasalahan :

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran AIR.

Yaitu model pembelajaran yang mengoptimalkan tiga modalitas yaitu

Audiotory, Intellectually, dan Repetition.

2. Pada aspek kognitif dalam penelitian ini, dibatasi hanya pada kemampuan

pemecahan masalah matematika yaitu memahami masalah, merumuskan

masalah, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

3. Materi yang menjadi pokok bahasan adalah operasi hitung bilangan cacah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran

Audiotory Intellectually Repetition (AIR) terhadap kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa sekolah dasar?”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka dapat kita ketahui tujuan penulisan dari penelitian ini adalah : “Untuk

mengetahui apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Audiotory

Intellectually Repetition (AIR) terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa sekolah dasar.

F. Manfaat Penelitian

Adapun harapan penulis yang didapatkan dari penelitian ini ialah sebagai

berikut:

Page 28: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

9

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa membantu menyumbangkan

pemikiran dalam memperkaya konsep praktek ataupun teoritik

perkembangan ilmu pengetahuan yang berguna bagi dunia pendidikan.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran

bagi pemecahan masalah yang terkait dengan judul penelitian sehingga

berdampak pada hasil belajar yang diinginkan.

a. Bagi guru

Dapat aktif dan kreatif mengembangkan pengetahuannya dengan

menggunakan model pembelajaran Audiotory Intellectually

Repetition (AIR) dalam pembelajaran matematika agar tercipta

suasana belajar yang menyenangkan.

b. Bagi sekolah

Bagi Kepala Sekolah/Sekolah: dapat dijadikan sebagai instrument

peningkatan mutu guru, khusunya di MI Pembangunan UIN Jakarta,

sehingga akan berdampak positif terhadap mutu pembelajaran, serta

dapat meningkatkan kualitas Out put sekolah.

c. Bagi peneliti

Dapat memberikan gambaran dalam masalah pemanfaatan model

dalam pembelajaran. Selain itu, dapat menginspirasi peneliti lain

sebagai referensi dalam penggunaan model untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi operasi

hitung bilangan cacah.

Page 29: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik

1) Hakikat dan Tujuan Pembelajaran Matematika MI/SD

a. Pengertian Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian

mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam dunia

pendidikan. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang

mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. National

Research Council dari Amerika Serikat telah menyatakan:

“Mathematics is the key to opportunity.” Matematika adalah kunci

kearah peluang-peluang keberhasilan. Bagi seorang siswa,

keberhasilan mempelajarinya akan membuka pintu karir yang

cemerlang. Bagi para warga negara, matematika akan menunjang

pengambilan keputusan yang tepat, dan bagi suatu negara, matematika

akan menyiapkan warganya untuk bersaing dan berkompetisi di bidang

ekonomi dan teknologi.13

Beberapa pendapat para ahli mengenai

matematika diantaranya:14

1) Tinggih menyatakan bahwa matematika tidak hanya berhubungan

dengan bilangan-bilangan serta oprasi-oprasinya, melainkan juga

unsur ruang sebagai sasarannya. Namun penunjukan kuantitas

seperti itu belum memenuhi sasaran matematika yang lain, yaitu

yang ditujukan kepada hubungan, pola, bentuk dan struktur.

2) Hudojo menyatakan bahwa matematika merupaka ide-ide abstrak

yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan

13

Hasratuddin, Pembelajaran Matematika Sekarang dan yang akan Datang Berbasis

Karakter, Jurnal Didaktik Matematika, 1(2), 2014, h.30-42. 14

Esti Yuli Widayanti, dkk, Pembelajaran Matematika MI Edisi Pertama, tt.p, 2009, h. 1.

Page 30: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

11

penalarannya deduktif, sehingga belajar matematika itu

merupakan kegiatan mental yang tinggi.15

3) James dalam kamus matematikanya menyatakan bahwa

matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,

susunan, besaran dan konsep-konsep berhubungan lainnya dengan

jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu

aljabar, analisis dan goemetri.16

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada

peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga

peserta didik memperoleh pengetahuan tentang matematika yang

dipelajari, cerdas, terampil, mampu memahami dengan baik bahan

yang diajarkan. Dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Frengky

mengungkapkan ada beberapa mata pelajaran yang dikenal sebagai

mata pelajaran yang menjadi stressor utama dalam proses belajar di

sekolah diantaranya adalah matematika. Menurut Wigfield & Meece

dalam Frengky menjelaskan mengenai sebab terjadinya kekhawatiran

terhadap mata pelajaran matematika, yaitu:17

(1) Orang‐orang yang

khawatir dengan matematika percaya bahwa mereka tidak mempunyai

kemampuan untuk menyelesaikan soal-soal matematika dengan tepat

(2) Mereka memiliki reaksi emosi yang negatif terhadap matematika

sehingga mereka takut dan tidak menyukai matematika secara terus‐

menerus.

Penyebab terjadinya hal tersebut yaitu kurangnya motivasi belajar

matematika, metode dan media yang monoton dan tidak bervariasi,

baik dari diri siswa maupun faktor guru itu sendiri. Pengaruh yang

ditimbulkan terutama pada rendahnya prestasi belajar siswa pada mata

15

Hasratuddin, op.cit., h.30-42 16

Hasratuddin, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika, Jurnal

Pendidikan Matematika Paradikma, 6(2), t.t, h.130-141 17

Frengky, Model Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Satu Sekolah Dasar, Jurnal

Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 35 (2), t.t, h. 151-163

Page 31: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

12

pelajaran matematika. Dalam hal ini seorang guru betul-betul harus

kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan. Ilma turut berpendapat mengenai pembelajaran

matematika selama ini lebih berorientasi pada target dan kompetensi

penguasaan materi, sehingga pembelajaran yang demikian akan kurang

bermakna. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa pembelajaran yang

berorientasi pada penguasaan target meteri telah terbukti berhasil

dalam kompetensi “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam

membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka

panjang.18

b. Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan merupakan unsur penting dari setiap kegiatan, maka dalam

kegiatan apapun, tujuan tidak bisa diabaikan. Begitupun dengan

aktifitas belajar mengajar yang juga memiliki tujuan sebagai arah dari

proses kegiatan. Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada

hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat

dikuasai oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Depdiknas telah menyatakan bahwa tujuan pembelajaran mata

pelajaran matematika di sekolah adalah agar peserta didik memiliki

kemampuan:19

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien,

dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun

bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

18

Muslimin,dkk, Desain Pembelajaran Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Permainan

Tradisional Congklak Berbasis Pendidikan Matematika Realistik Indonesia di Kelas IV Sekolah

Dasar, Jurnal Kreano, 3(2), 2012, h.100-112. 19

Sri Wardhani, Implikasi Karakteristik Matematika dalam Pencapaian Tujuan Mata

Pelajaran Matematika di SMP/MTs, (Yogyakarta:Departemen Pendidikan Nasional, 2010), h. 10.

Page 32: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

13

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan

menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri

dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran matematika disekolah adalah agar peserta didik memiliki

kemampuan memahami konsep matematika, menggunakan penalaran

dalam pembelajaran matematika, memecahkan masalah,

mengomunikasikan gagasannya, serta memiliki sikap menghargai

kegunaan matematika dalam kehidupan. Disamping dapat memberikan

kemampuan-kemampuan diatas, bidang studi matematika juga berguna

untuk menanamkan atau memperkuat sikap-sikap tertentu. Sikap-sikap

yang dapat ditumbuh kembangkan melalui bidang studi matematika

antara lain ialah sikap teliti (cermat), sikap kritis, sikap efisien, sikap

telaten, konsisten dan memiliki kebenaran yanag universal.

2) Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

a. Pengertian Masalah Matematika

Masalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

manusia. Masalah adalah segala sesuatu yang terjadi di luar batas

kemampuan yang dimiliki seseorang. Dapat dikatakan demikian

karena sesuatu dapat dikatakan masalah ketika penyelesaian sulit di

dapatkan dan membutuhkan pemikiran yang kuat. Beberapa pendapat

para ahli mengenai pengertian masalah diantaranya:20

20

Goenawan Roebyanto dan Sri Harmini, Pemecahan Masalah Matematika Untuk

PGSD, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2017), h. 3.

Page 33: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

14

1. Beli mengemukakan bahwa suatu situasi dikatakan masalah bagi

seseorang, apabila ia menyadari keberadaan situasi tersebut,

mengakui bahwa situasi tersebut memerlukan tindakan dan tidak

dengan segera dapat menemukan pemecahannya.

2. Gough mendefinisikan bahwa masalah adalah suatu tugas yang

apabila kita membacanya, melihatnya, atau mendengarnya pada

waktu tertentu, kita tidak mampu untuk segera menyelesaikannya

pada saat itu juga.

3. Baroody menyatakan bahwa masalah dalam matematika adalah

suatu soal yang di dalamnya tidak terdapat prosedur rutin yang

dengan cepat dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang

dimaksud.

4. Lester berpendapat bahwa masalah dapat diartikan sebagai suatu

situasi dimana individu atau kelompok terpanggil untuk melakukan

suatu tugas dimana tidak tersedia algoritma yang secara lengkap

menentukan penyelesaian masalah.21

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian masalah

yang telah dikemukakan diatas, dapat dapat disimpulkan bahwa

masalah merupakan suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang yang

memerlukan suatu pemecahan, serta di dalam menjawab permasalahan

tersebut tidak dapat langsung ditemukan jawabannya. Masalah dapat

ditemukan dalam berbagai hal, termasuk di dalam proses belajar.

Masalah dapat dialami oleh siapapun, tidak hanya orang dewasa tetapi

juga anak-anak dapat mengalami masalah. Salah satu masalah yang

dapat dialami oleh anak-anak atau siswa sekolah dasar, ialah pada

mata pelajaran yang mereka anggap sulit yaitu mata pelajaran

matematika. Pada mata pelajaran matematika siswa selalu dihadapkan

oleh suatu masalah, masalah yang dihadapkan berupa masalah yang

serupa pada kehidupan nyata siswa.

21

Endang Setyo Winarni dan Sri Harmini, Matematika untuk PGSD, (Bandung:PT.

Remaja Rosdakarya, 2012), h. 116.

Page 34: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

15

Masalah dalam matematika dapat digolongkan menjadi dua, yaitu

masalah rutin dan masalah tidak rutin. Masalah rutin adalah masalah

yang dapat diselesaikan dan dikerjakan siswa dengan mudah. Masalah

rutin biasanya mencakup aplikasi suatu prosedur matematika yang

sama atau mirip dengan hal yang baru dipelajari.22

Sedangkan masalah

tidak rutin adalah masalah yang sulit dikerjakan oleh siswa dan perlu

ketrampilan dalam memecahkannya.23

Sehingga untuk sampai pada

prosedur yang benar diperlukan pemikiran yang lebih mendalam.24

Menurut hasil penelitian The National Assessment di Amerika Serikat

mengindikasikan bahwa siswa sekolah dasar pada umumnya

mengahadapi kesulitan dalam menghadapi soal tidak rutin yang

memerlukan analisis dan proses berpikir mendalam.25

Oleh karena itu

sebagai langkah untuk menghadapi suatu masalah pada mata pelajaran

matematika dibutuhkan beberapa upaya pemecahan masalah.

b. Pengertian Pemecahan Masalah Matematika

Pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan matematis

yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik di setiap sekolah dasar

dan menengah. Pemecahan masalah merupakan satu diantara tujuh

kemampuan matematika (pemahaman matematik, koneksi matematik,

komunikasi matematik, penalaran matematik, berfikir kritis matematik,

berfikir kreatif matematik).26

Hamdy mengatakan bahwa pemecahan

masalah merupakan suatu aktifitas penting dalam kegiatan belajar

matematika. Pentingnya kemampuan pemecahan masalah matematika

tercermin dari pernyataan Branca, bahwa “pemecahan masalah

matematika merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran

22

Roebyanto, op.cit., h. 6. 23

Landysari Riffyanti dan Rubono Setiawan, Analisis Strategi Langkah Mundur dan

Bernalar Logis dalam Menentukan Bilangan dan Nilainya, Jurnal Pendidikan Matematika, 6(1),

2017, h. 115-127 24

Roebyanto, loc.cit. 25

Ibid. 26

Puji Rahmawati, Mengenal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Perbatasan, (Ponorogo:Uwais Inspirasi Indonesia, 2018) h. 27.

Page 35: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

16

matematika, bahkan proses pemecahan masalah matematika

merupakan jantung matematika”.27

Beberapa pendapat para ahli

mengenai pengertian pemecahan masalah diantaranya:

1. Polya mengartikan “pemecahan masalah sebagai suatu usaha

mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu

tujuan yang tidak dapat segera dicapai”.28

2. Solso mendefinisikan pemecahan masalah adalah “suatu pemikiran

yang terarah secara langsung untuk melakukan suatu solusi atau

jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik”.29

3. Utari menegaskan bahwa pemecahan masalah dapat berupa

menciptakan ide baru, menemukan teknik atau produk baru.30

Sehingga dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa pemecahan masalah merupakan usaha nyata dalam rangka

mencari jalan keluar atau ide berkenaan dengan tujuan yang ingin

dicapai. Pemecahan masalah matematika adalah suatu proses dimana

seseorang dihadapkan pada konsep, ketrampilan, dan proses

matematika untuk memecahkan masalah matematika.31

Melalui

pemecahan masalah matematika akan membantu siswa untuk

meningkatkan kemampuan menganalisis dan menggunakaannya dalam

situasi yang berbeda. Pemecahan masalah juga membantu siswa dalam

belajar tentang fakta, skill, konsep, dan prinsip-prinsip melalui ilustrasi

aplikasi objek-objek matematika.32

c. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Fatnar dan Anam mendefinisikan bahwa “kemampuan adalah

kesanggupan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil pelatihan atau

27

Ibid, h. 28 28

Ibid. 29

Zahra Chairani, Metakognisi Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika,

(Yogyakarta:Deepublish, 2016), h.62. 30

Roebyanto, op.cit, h. 14. 31

Roebyanto, op.cit, h. 16. 32

Chairani, op.cit, h. 63.

Page 36: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

17

praktik”.33

Kemudian Sakti juga berpendapat bahwa “kemampuan

dianggap sebagai kecakapan atau kesanggupan seseorang dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan, sehingga kemampuan tersebut

didapatkan melalui pelatihan”.34

Berdasarkan uraian tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan yang

dimiliki seseorang dengan melakukan pelatihan.

Menurut Ahmad dan Asmaidah “kemampuan pemecahan masalah

merupakan suatu ketrampilan bermatematika yang sangat penting

untuk dikuasai siswa”.35

Gagne menyatakan bahwa kemampuan

pemecahan masalah merupakan salah satu tipe ketrampilan intelektual

yang lebih kompleks dan lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan

tipe ketrampilan intelektual lainnya.36

Kemudian Branca mengatakan

“kemampuan pemecahan masalah sangat penting dimiliki oleh siswa

karena (a) pemecahan masalah merupakan tujuan umum pengajaran

matematika; (b) pemecahan masalah meliputi metode, prosedur, dan

strategi yang merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum

matematika; dan (c) pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar

dalam belajar matematika.37

Sujarwanto berpendapat bahwa

“kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan seseorang untuk

menemukan solusi melalui suatau proses yang melibatkan

pemerolehan dan pengorganisasian informasi”.38

Kemudian

Kesumawati juga berpendapat bahwa “kemampuan pemecahan

masalah matematis adalah kemampuan megidentifikasi unsur-unsur

yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan,

33

Ester Cronika Ritonga, Efektivitas Model Pembelajaran Problem Posing terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa di SMP Negeri 3 Angkola Selatan, Jurnal

MathEdu, 1(2), 2018, h. 23-35. 34

Ibid. 35

Ibid. 36

Ira Silviana Rahman, Nerru Pranuta Murnaka, dan Wiwik Wiyanti, Pengaruh Model

Pembelajaran Laps Heuristik terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah, Jurnal Wacana

Akademika, 2(1)m 2018, h. 49-60. 37

Ritonga, loc.cit. 38

Syela Priyastutik, Huri Suhendri, dan Soeparlan Kasyadi, Pengaruh Kemandirian dan

Konsep Diri terhadap Pemecahan Masalah Matematika Siswa, Jurnal Kajian Pendidikan

Matematika, 4(1), 2018, h. 1-10

Page 37: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

18

mampu membuat atau menyusun model matematika, dapat memilih

dan mengembangkan strategi pemecahan, mampu menjelaskan dan

memeriksa kebenaran jawaban yang diperoleh”.39

Adapun kemampuan

pemecahan masalah sangat erat kaitannya dengan kemampuan siswa

dalam membaca dan memahami bahasa soal cerita, menyajikan dalam

model matematika, merencanakan perhitungan dari model matematika,

serta menyelesaikan perhitungan dari soal-soal yang tidak rutin. Oleh

karena itu, siswa dikatakan mampu memecahkan masalah

matematikanya jika mereka telah dapat memahami, memilih strategi

yang tepat, kemudian menerapkannya dalam penyelesaian masalah

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan

kemampuan dimana siswa berupaya mencari jalan keluar dengan

memahami unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan dan menyajikan

dalam model matematika serta menyelesaikan perhitungan dari soal-

soal yang tidak rutin dengan menggunakan pengetahuan dan

menggabungkan konsep-konsep yang telah diperoleh sebelumnya,

sehingga diperoleh jalan untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

Salah satu pembelajaran matematika yang dapat melatih dan

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa adalah

pembelajaran soal cerita. Dengan pemberian soal cerita akan

memberikan pengalaman bagi siswa untuk dapat memecahkan masalah

matematika karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.40

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan

masalah dalam penelitian yang dilakukan oleh Irawan dkk

39

Shefira Salsabila, Pengaruh Model Pembelajaran VAK terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Kelas III SDIT At-Taufiq Al-Islami Tasikmalaya, Skripsi pada

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta 2018, h.9. 40

Kartika Handayani Z, Ananlisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Pemecahan Masalah Soal Cerita Matematika, Seminar Nasional Matematika, Universitas Negeri

Medan, Medan, 2017, h. 325-330.

Page 38: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

19

menyimpulkan bahwa pengetahuan awal, kecerdasan logis matematis,

dan apresiasi matematika merupakan faktor-faktor yang sangat

berperan dalam kemampuan pemecahan masalah matematika.41

Tatag

juga berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

kemampuan pemecahan masalah matematika , yaitu: pengalaman

awal, latar belakang matematika, keinginan dan motivasi, dan struktur

masalah.42

Selanjutnya, dalam sebuah seminar yang ditulis oleh Handayani

disebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan

pemecahan masalah matematika yaitu:43

1. Pengalaman terhadap tugas-tugas menyelesaikan soal cerita atau

soal aplikasi. Pengalaman awal seperti ketakutan terhadap

matematika dapat menghambat kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah.

2. Motivasi merupakan dorongan yang kuat dalam diri seseorang

(internal) seperti menumbuhkan keyakinan bahwa dirinya bisa,

maupun dorongan dari luar (eksternal) seperti diberikan soal-soal

yang menarik dan menantang yang dapat mempengaruhi hasil

pemecahan masalah.

3. Kemampuan memahami masalah yaitu kemampuan siswa

terhadap konsep-konsep matematika yang berbeda beda

tingkatnya dapat memicu perbedaan kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah.

4. Keterampilan untuk menggunakan akal, fikiran, ide, dan

kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah, ataupun membuat

sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah

nilai dari hasil pekerjaannya tersebut. Keterampilan pada

41

Hanik Khasmawati, Rina Dwi Setyani, dan Nurina Happy, Analisis Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis pada Siswa Berkemampuan Tinggi pada Materi Aritmatika Soal,

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Universitas PGRI Semarang,

Semarang, 2018, h. 73-79. 42

Ibid. 43

Handayani Z, loc.cit.

Page 39: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

20

dasarnya alan lebih baik bila terus diasah dan dilatih untuk

menaikkan kemampuan sehingga akan menjadi ahli atau

menguasai dari salah satu bidang keterampilan . Begitu halnya

dengan memecahkan masalah soal matematika yang juga

membutuhkan sebuah keterampilan.

Sementara itu, dalam seminar yang ditulis oleh Khasmawati

terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat pemecahan

masalah matematika siswa, yaitu:44

1. Siswa kurang teliti dalam memahami permasalahan yang

diberikan

2. Siswa kurang paham terhadap konsep materi

3. Siswa kurang paham terhadap rumus yang akan digunakan dalam

pemecahan masalah

4. Siswa tidak mempunyai ide dalam memecahkan masalah

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat pemecahan

masalah matematika siswa antara lain; pengalaman, keinginan dan

motivasi, serta kecerdasan logis matematika yang dimiliki siswa.

e. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika

diperlukan beberapa indikator. Adapun indikator tersebut menurut

Sumarmo antara lain: (1) mengidentifikasi unsur-unsur yang

diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan, (2)

merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik, (3)

menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis

dan masalah baru) dalam atau diluar matematika, (4) menjelaskan atau

44

Khasmawati, loc.cit.

Page 40: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

21

menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan awal, dan (5)

menggunakan matematika secara bermakna.45

Selanjutnya, menurut Lestari indikator kemampuan pemecahan

masalah matematika yaitu: (1) siswa dapat mengidentifikasi unsur-

unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang

diperlukan, (2) siswa dapat merumuskan masalah matematika atau

menyusun model matematika, (3) siswa dapat menerapkan strategi

untuk menyelesaikan masalah, dan (4) siswa dapat menjelaskan atau

menginterpretasikan hasil penyelesaian masalah.46

Selanjutnya menurut Kusumawati, indikator kemampuan

pemecahan masalah matematika adalah sebagai berikut; (1)

Menunjukkan pemahaman masalah, meliputi kemampuan

mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, dan

kecukupan unsur yang diperlukan, (2) Mampu membuat atau

menyusun model matematika, meliputi kemampuan merumuskan

masalah situasi sehari-hari dalam matematika, (3) Memilih dan

mengembangkan strategi pemecahan masalah, meliputi kemampuan

memunculkan berbagai kemungkinan atau alternatif cara penyelesaian

rumus-rumus atau pengetahuan mana yang dapat digunakan dalam

pemecahan maslah tersebut, dan (4) mampu menjelaskan dan

memeriksa kebenaran jawaban yang diperoleh, meliputi kemampuan

mengidentifikasi kesalahan-kesalahan perhitungan, kesalahan

penggunaan rumus, memeriksa kecocokan antara yang telah

ditemukan dengan apa yang ditanyakan, dan dapat menjelaskan

kebenaran jawaban tersebut.47

45

Wirda Rahmani dan Nurbaiti Widyasari, Meningkatkan Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa Melalui Media Tangram, Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika

dan Matematika, 4(1), 2018, h. 17-24. 46

Karunia Eka Lestari, Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan

Matematika, (Bandung: PT Refika Aditama, 2015) Cet. I, h. 85 47

Siti Mawaddah dan Hana Anisah, Kemmapuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

pada Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Generaif di SMP,

Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2), 2015, h. 166-175.

Page 41: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

22

Sementara itu, indikator dari tahap pemecahan masalah menurut

Polya adalah sebagai berikut: (1) Understanding the problem, (2)

Devising plan, (3) Carrying out the plan, (4) Looking Back. Kemudian

Hall juga membuat iktisar dari buku G Polya tersebut, dan merinci

bahwa: (1) Memahami masalah, meliputi mengidentifikasi apa yang

ditanyakan, syarat-syarat, apa yang diketahui (datanya), dan

menentukan solubility masalahnya, (2) Membuat sebuah rencana,

yang berarti menggambarkan pengetahuan sebelumnya untuk

kerangka teknik penyelesaian yang sesuai, dan menuliskannya

kembali masalahnya jika perlu, (3) Menyelesaikan masalah tersebut,

menggunakan teknik penyelesaian yang sudah dipilih, dan (4)

Mengecek kebenaran dari penyelesaiannya yang diperoleh dan

memasukkan masalah dan penyelesaian tersebut kedalam memori

untuk kelak digunakan dalam menyelesaikan masalah dikemudian

hari.48

Berdasarkan berbagai pendapat di atas maka indikator

kemampuan pemecahan masalah matematika dalam penelitian ini

adalah 1) kemampuan siswa dalam memahami masalah yaitu dengan

mengidentifikasi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari

soal, 2) kemampuan siswa dalam merencanakan pemecahan masalah

yaitu dengan menyusun model matematika yang sesuai dengan

informasi yang diketahui untuk menyusun informasi baru, 3)

kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah yaitu dengan

memilih teknik/strategi penyelesaian masalah dan menghitung

penyelesaian masalah, dan 4) kemampuan siswa dalam menafsirkan

solusi yang diperoleh dengan menyimpulkan hasil akhir penyelesaian

masalah.

48

Djamilah Bondan Widjajanti, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Mahasiswa Calon Guru Matematika, Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika,

Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2009, h. 402-413.

Page 42: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

23

3) Model Pembelajaran Audiotory, Intelectually, and Repetition

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan salah satu unsur penting dalam

pembelajaran. Dalam mengaplikasikan langkah-langkah model

pembelajaran terdapat pendekatan, strategi, metode, teknik yang

digunakan guru untuk menunjang pembelajaran. Model pembelajaran

merupakan wadah dalam melakukan segala bentuk kegiatan belajar

untuk mecapai tujuan pembelajaran.49

Berhasil atau tidaknya suatu

pembelajaran salah satunya ditentukan oleh model pembelajaran yang

diterapkan. Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian model

pembelajaran diantaranya:

1. Trianto mendefinisikan bahwa “model pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial”.50

2. Alimah dan Marianti berpendapat bahwa “model pembelajaran

merupakan cara pembelajaran yang memiliki tujuan dan sintaks

tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran.51

3. Arends menyatakan, “The term teaching model refers to a

particular approach to instruction that includes its goals, syntax,

environment, and management system.”Istilah model pengajaran

mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk

tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.

52

4. Joyce dan Well mengartikan model pembelajaran sebagai kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

49

Isro’atun dan Amelia Rosmala, Model-model Pembelajaran Matematika, (Jakarta:PT

Bumi Aksara, 2018), h. 26. 50

Muhammad Afandi, Evi chamalah, dan Oktariana Puspita Wardani, Model dan Metode

Pembelajaran di Sekolah, (Semarang:Unissula Press, 2013), h. 15. 51

Isro’atun, op.cit, h. 36. 52

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009)

h. 22.

Page 43: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

24

belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan

dan melaksanakan pembelajaran. 53

Berdasarkan beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan model

pembelajaran merupakan suatu alat bantu yang digunakan untuk

mempermudah guru dalam proses pembelajaran melalui suatu

pendekatan dalam rangka membentuk kurikulum dan merancang

bahan-bahan pembelajaran di kelas.

b. Pengertian Model Pembelajaran Audiotory, Intelectually, and

Repetition

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk

melatih kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran

matematika adalah model pembelajaran Audiotory, Intelectually, and

Repetition (AIR). Model pembelajaran AIR merupakan salah satu

model pembelajaran cooperative learning yang menggunakan

pendekatan kontruktivis yang menekankan bahwa belajar haruslah

memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki oleh peserta didik.54

Teori yang mendukung model pembelajaran Audiotory, Intelectually,

and Repetition (AIR) salah satunya adalah aliran psikologis tingkah

laku serta pendekatan pembelajaran matematika berdasarkan paham

kontruktivisme.55

Suherman mendefinisikan bahwa model

pembelajaran AIR adalah model pembelajaran yang menganggap

bahwa suatu pembelajaran akan efektif jika memperhatikan tiga hal

53

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Model-model Pembelajaran,

(Jakarta:Kemendikbud, 2017), h. 13. 54

Riana Astuti, Yetri, dan Welly Anggraini, Pengaruh Model Pembelajaran AIR

Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa pada Materi Kemagnetan Kelas IX SMPN 1

Penengahan Lampung Selatan, Jurnal of Science and Mathematics Education,1(2), 2018, h. 1-12. 55

Sri Rahayuningsih, Penerapan Model pembelajaran Matematika Model Audiotory

Intellectually Repetition (AIR), Jurnal of Educational Innovation, 3(2), 2017, h. 67-83.

Page 44: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

25

yaitu Audiotory, Intelectually, and Repetition.56

Model pembelajaran

AIR adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada kegiatan

belajar siswa dimana siswa secara aktif membangun sendiri

pengetahuannya secara pribadi maupun kelompok, dengan cara

mengintegrasikan ketiga aspek (Audiotory, Intelectually, and

Repetition). Menurut Huda model pembelajaran AIR mirip dengan

SAVI dan VAK. Perbedaannya hanya terletak pada pengulangan

(repetisi) yang bermakna pendalaman, perluasan, dan pemantapan,

dengan cara pemberian tugas atau kuis.57

Pada model pembelajaran Audiotory, Intelectually, and Repetition,

peserta didik ditempatkan sebagai pusat perhatian utama dalam

pembelajaran untuk secara aktif membangun pengetahuannya secara

mandiri maupun kelompok. Sedangkan guru bertugas sebagai

fasilitator yang bertugas mengidentifikasi tujuan pembelajaran,

struktur materi, dan ketrampilan dasar yang akan diajarkan kemudian

menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik, memberikan

pemodelan demonstrasi, memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk berlatih menerapkan konsep atau ketrampilan yang telah

dipelajari dan memberikan umpan balik.58

Model pembelajaran AIR

mengedepankan pada aktivitas siswa yang memuat tiga aspek yaitu

aspek Audiotory, Intelectually, and Repetition. Secara rinci akan

dijelaskan sebagai berikut.

1) Audiotory (belajar dengan mendengar)

Meier menyatakan bahwa audiotoris lebih kuat daripada

yang kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan

56

Gina Nur Azizah dan Rostina Sundayana, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

dan Sikap Siswa Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe AIR dan Probing Prompting,

Jurnal Pendidikan Matematika, 5(3), 2016, h. 305-314. 57

Desy Lutfianasari, Pengaruh Model Pembelajaran AIR Terhadap Hasil Belajar

Matematika Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Siswa Kelas VIII UPTD SMPN 1

Semen Kabupaten Kediri, Skripsi pada Universitas Nusantara PGRI Kediri, Kediri, 2017, h. 1-6. 58

Teti Misnawati, Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Melalui Model

Pembelajaran Audiotory Intelectually Repetition (AIR) Pada Materi Segi Empat Kelas VII SMPN

9 Haruai, Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial, 4(1), 2017, h.77-86.

Page 45: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

26

menyimpan informasi audiotoris, bahkan tanpa kita sadari, belajar

audiotoris merupakan cara belajar standar bagi masyarakat.59

Menurut Suyatno dalam Anisa audiotory memiliki peranan yang

penting dalam proses pemerolehan informasi. Siswa yang

audiotoris lebih mudah belajar dengan cara berdiskusi dengan

orang lain.60

Kata Audiotory bermakna bahwa belajar haruslah

dengan melalui proses yang dimulai dengan mendengarkan,

menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi mengemukakan

pendapat, dan menanggapi.

Menurut Meier beberapa contoh aktifitas audiotory di

dalam pembelajaran antara lain; (1) membaca dengan keras, (2)

mempraktikkan suatu keterampilan atau memperagakan sesuatu

sambil mengucapkan secara terperinci apa yang sedang dikerjakan,

(3) pembelajar dapat secara berpasang-pasangan membicarakan

secara terperinci apa yang baru mereka pelajari, dan (4) diskusi

secara berkelompok untuk memecahkan suatu masalah.61

Sehingga

untuk mengoptimalkan aspek audiotory ini, guru sebaiknya

membimbing siswa melakukan diskusi kelas, presentasi kelas,

membaca teks dengan keras, bertanya atau menjawab pertanyaan,

serta mendiskusikan ide secara verbal serta belajar kelompok.

2) Intelectually (belajar sambil berfikir)

Menurut Meier, Intellectually bukanlah pendekatan tanpa

emosi, rasionalistis, akademis, terkotak-kotak.62

Intelectually

bermakna bahwa kegiatan belajar haruslah menggunakan

kemampuan berfikir. Kata intelektual menunjukkan apa yang

59

Seviani Fitri dan Rukmono Budi Utomo, Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory,

Intelectually, and Repetition Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep di SMP Pustek Serpong,

Jurnal e-DuMath, 2(2), 2016, h. 193-201. 60

Anis Fatmawati, Penerapan Pendekatan Audiotory, Intelectually,, and Repetition (AIR)

pada Materi Pertidaksamaan di Kelas X-C SMAN 1 Kauman Tulungagung, Jurnal Ilmiah

Pendidikan Indonesia, 3(2), 2014, h. 20-35. 61

Misnawati, op.cit, h.77-86. 62

Astuti, loc.cit.

Page 46: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

27

dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika

mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu

pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, nilai dari

pengalaman tersebut.63

Intelectually (berpikir) yang merupakan

proses learning by problem (minds-on) yang berarti melakukan

kemampuan berpikir yang perlu dilatih melalui latihan bernalar,

memecahkan masalah, mengkonstruksi dan menerapkan. Menurut

Meiner, aspek Intellectually dalam belajar akan terlatih jika

pengajar mengajak peserta didik terlibat dalam aktivitas seperti

memecahkan masalah, menganalisis pengalaman, mengerjakan

perencanaan kreatif, melahirkan gagasan kreatif, mencari dan

menyaring informasi, dan merumuskan pertanyaan.64

3) Repetition (belajar dengan mengulang)

Repetition mempunyai arti pengulangan. Pengulangan

diperlukan dalam pembelajaran agar mendapatkan pemahaman

yang lebih mendalam dan luas. Sebagaimana yang dikemukakan

oleh Trianto “masuknya informasi ke dalam otak yang diterima

melalui proses pengindraan akan masuk ke dalam memori jangka

pendek”.65

Penyimpanan informasi ke dalam memori jangka

pendek memiliki jumlah dan waktu terbatas.66

Proses

mempertahankan ini dapat dilakukan dengan kegiatan pegulangan

informasi yang masuk ke dalam otak. Latihan pengulangan akan

membantu proses mengingat, karena semakin lama informasi

tersebut tinggal dalam memori jangka pendek, maka semakin besar

kesempatan memori tersebut ditransfer ke memori jangka

63

Fitri, loc.cit. 64

Hernik Pujiastutik, Penerapan Model Pembelajaran AIR Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Mahasiswa Mata Kuliah Belajar Pembelajaran, Jurnal Proceeding Biology Educational

Conference, 13(1), 2016, h. 515-518. 65

Ibid, h. 515-518. 66

Misnawati, loc.cit.

Page 47: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

28

panjang.67

Oleh karena itu, repetition diberikan untuk

mentransferkan informasi yang telah diperoleh ke dalam memori

jangka panjang. Pengulangan yang diberikan tidak berarti dalam

pertanyaan dan informasi yang sama, tetapi pengulangan dapat

diberikan dalam bentuk lain yang tidak membosankan.

Dalam pembelajaran, repetisi merupakan pendalaman,

perluasan, dan pemantapan siswa dengan pemberian tugas dan

kuis.68

Dengan pemberian tugas, materi akan lebih mudah diingat

siswa, siswa dapat menyelesaikan soal dengan memanfaatkan

pengetahuannya sehingga siswa akan terbiasa menggunakannya

dalam penyelesaian masalah.

Berdasarkan uaraian diatas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran AIR (Audiotory, Intelectually, and Repetition) adalah

model pembelajaran yang mengandung tiga spek utama dalam proses

pembelajaran yaitu: daya serap dan berbicara (audiotory), proses

berfikir dan menciptakan gagasan berdasarkan kecerdasan yang

dimiliki (intellectally), dan pengulangan dengan cara pemberian tugas

atau kuis agar siswa dapat memperluas pemahaman terhadap materi

yang disampaikan oleh guru (repeptition).

c. Langkah-langkah Pembelajaran Audiotory, Intelectually, dan

Repetition (AIR)

Langkah-langkah model pembelajaran AIR (Audiotory,

Intelectually, And Repetition) yaitu:69

1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing

kelompok terdiri dari 4-5 anggota.

2) Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru.

67

Ibid. 68

Azizah, loc.cit. 69

Helma Mustika dan Nuri Kinanti, Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Audiotory,

Intelectually, And Repetition (AIR) Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa di

Kelas VIII SMPN 1 Pasir Penyu, Journal of Mathematics Education and Science, 3(2), 2018, h.

153-158

Page 48: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

29

3) Setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka

pelajari dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan selanjutnya

dipresentasikan di depan kelas (audiotory)

4) Saat diskusi berlangsung, siswa mendapat soal atau permasalahan

yang berkaitan dengan materi.

5) Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil

diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk

meyelesaikan masalah (intelecctually).

6) Setelah selesai berdiskusi, siswa mendapat pengulangan materi

dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap individu

(repetition)

Kemudian menurut Shohimin terdapat langkah-langkah

pembelajaran AIR (Audiotory, Intelectually, and Repetition),

diantaranya sebagai berikut:70

1) Pembagian kelompok

2) Penyampaian materi oleh guru

3) Diskusi dan presentasi (Audiotory)

4) Pemberian soal atau masalah

5) Penyelesaian masalah (Intelectually)

6) Pengulangan (Repetition)

Berdasarkan langkah-langkah diatas, dapat disimpulkan bahwa

langkah-langkah model pembelajaran Audiotory, Intelectually, and

Repetition dalam penelitian ini ditunjukkan oleh tabel berikut:

70

Martina Fitriana, Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory, Intelectually, Repetition

terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa ditinjau dari Kedisiplinan Siswa, Jurnal Pendidikan

Matematika, 2(1), 2016, h. 59-68.

Page 49: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

30

Tabel 2.1

Langkah-langkah Pembelajaran dengan Model AIR

No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa AIR

1 Menyampaikan

apersepsi

Mendengarkan Audiotory

2 Menyampaikan tujuan

pembelajaran

Mendengarkan Audiotory

3 Memotivasi siswa Mendengarkan Audiotory

4 Mengorganisasikan

siswa kedalam

kelompok yang

heterogen (yang terdiri

dari 4-5 siswa)

Mendengarkan Audiotory

5 Membagikan LKS

kepada siswa dan

menjelaskan materi

kepada siswa

Membaca,

memperlajari

materi

Audiotory

dan

intelectually

6 Meminta siswa

berdiskusi dbersama

kelompoknya untuk

mengerjakan LKS

Berdiskusi dengan

teman kelompok,

mengkonstruk

konsep

memecahkan

masalah

Audiotory

dan

intelectually

7 Membimbing dan

memberi bantuan siswa

yang mengalami

kesulitan

Bertanya kepada

guru jika

mengalami

kesulitan

Audiotory

8 Menunjuk kelompok

untuk

mempresentasikan hasil

Mempresentasikan

hasil diskusinya

dan siswa lain

Audiotory

Page 50: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

31

No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa AIR

diskusi menanggapi

9 Memberikan umpan

balik

Mendengarkan Audiotory

10 Memberikan kuis Mengerjakan kuis Repetition

11 Membimbing siswa

membuat kesimpulan

Membuat

kesimpulan

Intelectually

12 Melakukan refleksi

pembelajaran

Menyampaikan

pendapat

Audiotory

13 Megakhiri

pembelajaran

Mendengarlan Audiotory

Sumber: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 2014

a. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran AIR (Audiotory,

Intelectually, And Repetition)

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan.

Seperti halnya model pembelajaran AIR. Beberapa kelebihan model

AIR diantaranya ialah sebagai berikut:71

1) Melatih pendengaran dan keberanian siswa untuk mengemukakan

pendapat (Audiotory)

2) Melatih siswa untuk menyelidiki, mengidentifikasi, dan

memecahkan masalah secara kreatif, sehingga siswa memiliki

kesempatan lebih banyak dalam menggunakan pengetahuan dan

ketrampilan secara komprehensif. (Intelectually)

3) Melatih siswa untuk mengingat kembali materi yang telah

dipelajari. (Repetition)

4) Siswa lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran.

Sedangkan kelemahan model pembelajaran AIR yaitu terdapat

tiga aspek yang harus diintregasikan yakni Audiotory, Intelectually,

71

Teti Misnawati, Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Melalui Model

Pembelajaran Audiotory Intelectually Repetition (AIR) Pada Materi Segi Empat Kelas VII SMPN

9 Haruai, Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial, 4(1), 2017, h. 77-86.

Page 51: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

32

And Repetition sehingga dalam pembelajaran ini membutuhkan waktu

yang lama, tetapi hal ini dapat diminimalisir dengan cara pembentukan

kelompok pada aspek Audiotory dan Intelectually. 72

4) Operasi Hitung Bilangan Cacah

Bilangan cacah adalah bilangan yang terdiri dari himpunan semua

bilangan asli yang dimulai dari { 0, 1, 2, 3, 4, 5, ....}. Himpunan bilangan

cacah biasanya dilanbangkan dalam huruf C.73

Operasi hitung bilangan

cacah berarti pengerjaan hitung pada semua bilangan cacah. Operasi

hitung dalam bilangan cacah meliputi:

a. Operasi Hitung Penjumlahan

Operasi penjumlahan adalah pengerjaan menjumlah pada bilangan

untuk menentukan hasil penjumlahan dari dua bilangan atau lebih.74

Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan soal operasi

penjumlahan bilangan cacah ialah sebagai berikut:75

1. Penjumlahan tanpa menyimpan

2.235 + 4542 = . . .

Penyelesaian :

2.235

4.542

+

6.777

Jadi, 2.235 + 4542 = 6.777

72

Ibid. 73

Afidah Khairunnisa, Matematika Dasar, (Jakarta:Rajawali Pers, 2015), h. 86 74

Burhan Mustaqim dan Ary Astuty, Ayo Belajar Matematika 2. (Pusat

Perbukuan:Departemen Pendidikan Nasional Jakarta, 2009), h. 27

Jumlahkan bilangan pada

nilai tempat yang sama

Jumlahkan mulai dari

bilangan pada nilai tempat

terkecil

Page 52: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

33

2. Penjumlahan dengan menyimpan

2.275 + 3.486 = . . .

Penyelesaian :

1 1

2.275

3.486

+

5.761

Jadi, 2.275 + 3.486 = 5.761

b. Operasi Hitung Pengurangan

Operasi pengurangan adalah pengerjaan mengurang pada bilangan

untuk menentuka hasil pengurangan dari dua bilangan atau lebih.76

Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan soal operasi

pengurangan bilangan cacah ialah sebagai berikut:

1. Pengurangan tanpa menyimpan

4.568 – 2.243 = . . .

Penyelesaian :

4.568

2.243

-

2.325

Jadi, 4.568 – 2.243 = 2.325

76

Ibid, h. 28

Jumlahkan bilangan pada pada nilai

tempat yang sama mulai dari nilai

tempat terkecil

5+6=11. Tulis 1 di tempat satuan,

simpan 1 di tempat puluhan

1+7+8=16. Tulis 6 ditempat

puluhan, simpan 1 ditempat ratusan.

1+2+4=7. Tulis 7 di tempat ratusan.

2+3=5. Tulis 5 ditempat ribuan.

Kurangkan bilangan pada

nilai tempat yang sama

Kurangkan mulai dari

bilangan pada nilai tempat

terkecil

Page 53: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

34

2. Pengurangan dengan menyimpan

5.547 - 2.839 = . . .

Penyelesaian :

4 15 3 17

5.547

2.839

-

2.708

Jadi, 5.547 - 2.708 = 2.708

c. Operasi Hitung Perkalian

Perkalian adalah salah satu dari empat operasi dasar di dalam

aritmatika dasar (penjumlahan, pengurangan, perkalian pembagian).

Operasi hitung perkalian bilangan cacah pada dasarnya dapat

didefinisikan sebagai penjumlahan berulang.77

Jika a dan b adalah

bilangan cacah, maka a x b dapat didefinisikan sebagai b +b + b + ... +

b (sebanyak a kali). Secara konseptual, a x b tidak sama dengan b x a,

akan tetapi jika dilihat dari hasil kalinya, maka a x b = b x a.78

Adapun

langkah-langkah dalam menyelesaikan soal operasi perkalian bilangan

cacah ialah dengan cara bersusun pendek. Contoh: Tentukan hasil dari

56 x 8 = . . .

77

Sri Subariah, Inovasi Pembelajaran Matematika SD, (Jakarta:Depdiknas, 2006), h. 31 78

Khairunnisa, Op.Cit, h. 89.

Kurangkan bilangan pada

nilai tempat yang sama mulai

dari nilai tempat terkecil

7 tidak bisa dikurangi 9.

Pinjam 1 puluhan dari 4, jadi

17 – 9 = 8

(4-1)-3 = 0

5 tidak bisa dkurangi 8.

Pinjam 1 puluhan dari 5. Jadi,

15 – 8 = 7

(5 - 1) – 2 = 2

Page 54: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

35

Penyelesaian

56

8 x

448

Jadi, 56 x 8 = 448

d. Operasi Hitung Pembagian

Operasi pembagian merupakan kebalikan dari operasi perkalian,

oleh karena itu penguasaan perkalian menjadi mutlak agar anak dapat

menguasai operasi pembagian.79

Operasi pembagian dapat dipandang

sebagai suatu bentuk operasi perkalian dengan salah satu faktornya

belum diketahui. Jika sebuah bilangan cacah a dibagi bilangan cacah b

maka akan menghasilkan bilangan cacah c (dilambangkan dengan a :

b = c), maka konsep perkalian yang bersangkutan adalah c x b = a.80

Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan soal operasi

pembagian bilangan cacah ialah dengan cara bersusun pendek.

Contoh:

Tentukan hasil dari 24 : 2 = . . .

Cara berususun:

12

2 24

2

4

4

0

79

Subariah, loc.cit. 80

Afidah, op.cit. h. 90

8 x 6 = 48

8 ditulis sebagai satuan, 4

disimpan

8 x 5 = 40.

40 + angka yang disimpan = 40

+ 4 = 44

2 :2 = 1, tulis angka 1

diatas.

1 x 2 = 2

4 :2 = 2. Tulis angka 2 di

atas

2 x 2 = 4

Karena hasilnya 0, maka

pembagian selesai

Page 55: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

36

e. Operasi Hitung Campuran

Operasi hitung campuran adalah operasi atau pengerjaan hitungan

yang melibatkan lebih dari dua bilangan dan lebih dari satu operasi.81

Dalam proses menyelesaikan soal operasi hitung campuran pada

bilangan cacah yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian,

dan pembagian, mempunyai tingkatan dalam urutan pengerjaannya

seperti diuraikan sebagai berikut:82

1. Operasi penjumlahan dan pengurangan adalah setingkat, maka

urutan pengerjaannya dimulai dari kiri.

2. Operasi perkalian dan pembagian adalah setingkat, maka urutan

pengerjaannya dimulai dari kiri.

3. Operasi perkalian dan pembagian berasal dari penjumlahan dan

pengurangan berulang, maka mempunyai tigkatan yang lebih

tinggi, sehingga tingkatan operasi perkalian dan pembagian harus

didahulukan daripada penjumlahan dan pengurangan.

4. Jika dalam operasi hitung campuran terdapat tanda kurung, maka

operasi yang didalamnya dikerjakan paling awal.

Perhatikan contoh berikut:

1. 10 + (15 x 3) – 16 : 2 = 10 + 45 – 8

= 55 – 8

= 47

2. 150 – 20 x 4 + 48 : 4 = 150 – 80 + 12

= 70 + 12

= 82

81

Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010), h. 30 82

Marwiyanto, Matematika untuk SD dan MI Kelas 3I, (Jakarta: Piranti Darma

Kalokatama, 2008), h. 46

Kerjakan

terlebih dahulu

Kerjakan

terlebih dahulu

Page 56: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

37

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Agar dapat mendukung penelitian ini, peneliti menemukan beberapa kajian

hasil penelitian yang sesuai dengan apa yang akan peneliti lakukan

diantaranya adalah:

1. Dalam jurnal Science and Mathematics Education Volume 1 No. 2 Bulan

Juni Tahun 2018 oleh Riana Astuti, Yetri, dan Welly Anggraini dalam

penelitiannnya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory,

Intellectually, And Repetition (AIR) terhadap Kemampuan Berfikir Kritis

Siswa pada Materi Kemagnetan IX SMPN 1 Penengahan Lampung

Selatan”. Dari hasil perhitungan diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata

kemampuan berpikir kritis peserta didik yang mendapatkan perlakuan

dengan menggunakan pembelajaran AIR (Auditory Intellectually

Repetition) meningkat lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kemampuan

berpikir kritis peserta didik yang mendapatkan perlakuan dengan

menggunakan pembelajaran konvensional.83

2. Dalam jurnal Wacana Akademika Volume 2 No 1 Tahun 2018 oleh Ira

Silviana Rahman, Nerru Pranuta Murnaka, dan Wiwik Wiyanti dalam

penelitiannnya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran LAPS

Heuristik terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah”. Berdasarkan hasil

uji hipotesis diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan peningkatan

kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan model LAPS Heuristik dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional.84

3. Penelitian yang dilakukan oleh Shefira Salsabilla pada tahun 2018 dengan

judul “Pengaruh Model Pembelajaran VAK terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Kelas III SD IT AT Taufiq Al Islamy

Tasikmalaya” menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pemecahan

83

Riana Astuti, Yetri, dan Welly Anggraini, Pengaruh Model Pembelajaran AIR

Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa pada Materi Kemagnetan Kelas IX SMPN 1

Penengahan Lampung Selatan, Jurnal of Science and Mathematics Education,1(2), 2018, h. 1-12. 84

Ira Silviana Rahman, Nerru Pranuta Murnaka, dan Wiwik Wiyanti, Pengaruh Model

Pembelajaran LAPS Heuristik terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah, Jurnal Wacana

Akademika, Vol. 2, No. 1, 2018, h. 48-60.

Page 57: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

38

masalah siswa kelas III SD IT AT Taufiq Al Islamy dengan menggunakan

model VAK pada pokok bahasan bangun datar. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran VAK mempunyai

pengaruh yang sedang terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa kelas III SD IT At-Taufiq Al-Islamy Tasikmalaya.85

4. Dalam jurnal PRISMA Volume VI No 2 bulan Desember Tahun 2017 oleh

Ramdhan F, Suwarman, dan Aulia Candra dalam penelitiannnya yang

berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory, Intellectually, and

Repetition (AIR) Terhadap Peningkatan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa”. Berdasarkan pengujian hipotesis pada kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan

model AIR lebih baik dibandingkan dengan peningkatan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran

konvensional.86

85

Shefira Salsabila, Pengaruh Model Pembelajaran VAK terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Kelas III SDIT At-Taufiq Al-Islami Tasikmalaya, Skripsi pada

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2018, h.64. 86

Ramdhan F, Suwarman, dan Aulia Candra ,Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory,

Intellectually, And Repetition (AIR) Terhadap Peningkatan Pemecahan Masalah Matematis Siswa,

Jurnal PRISMA, 1(2), 2017, h. 152-161.

Page 58: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

39

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan masalah yang telah ditemukan, maka kerangka

berfikir dalam penelitian ini yaitu:

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berfikir

Dapat diatasi dengan model pembelajaran AIR, dengan tahapan:

Audiotory Intelectually Repetition

Mengidentifikasi

kecukupan unsur

Membuat

model

matematika

Memilih dan

menerapkan

strategi

penyelesaian

Memeriksa dan

menjelaskan

hasil

Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa rendah

Hasil

Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa meningkat

Mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematika pada

indikator

Page 59: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

40

Berdasarkan Bagan kerangka berfikir pada Gambar 2.1 dapat

disimpulkan bahwa pemecahan masalah merupakan satu diantara tujuh

kemampuan matematika (pemahaman matematik, koneksi matematik,

komunikasi matematik, penalaran matematik, berfikir kritis matematik,

dan berfikir kreatif matematik). Dalam pembelajaran matematika

pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yang sangat

penting, yang harus dimiliki siswa. Untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa, perlu dikembangkan keterampilan dalam

memahami masalah, merumuskan masalah, menyelesaikan masalah, serta

menafsirkan hasil solusi dari yang diperoleh dengan menyimpulkan hasil

akhir penyelesaian masalah.

Namun diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika

pada siswa kelas IV belum maksimal, hal ini terjadi karena pembelajaran

yang diterapkan oleh guru yang masih bersifat konvensional. Oleh karena

itu dibutuhkan suatu model yang dapat menarik perhatian siswa dalam

memahami materi yang disampaikan, melatih siswa dalam memecahkan

masalah dengan pemberian soal-soal pemecahan masalah, dan

memperkuat daya ingat siswa melalui pengualangan dan penguatan. Salah

satu model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi hal tersebut adalah

model pembelajaran Audiotory, Intellectaually, and Repetition (AIR).

Model pembelajaran AIR (Audiotory, Intellectaually, and Repetition)

adalah model pembelajaran yang memiliki 3 aspek utama pada proses

pembelajaran, yaitu: daya serap dan berbicara (Audiotory), proses berfikir

dan menciptakan gagasan berdasarkan kecerdasan yang dimiliki

(Intellectually), serta pengulangan yaitu dengan cara pemberian tugas atau

kuis dengan tujuan siswa dapat memperluas pemahaman tentang materi

yang disapaikan oleh guru (Repetititon). Sehingga melalui model

pembelajaran ini, siswa dilatih untuk memanfaatkan potensi yang sudah

dimilikinya sebagai modalitas belajar yaitu audiotory dan intellectually

kemudian ditambah dengan repetition yaitu untuk memperkuat

pemahaman dan daya ingat siswa.

Page 60: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

41

Model pembelajaran AIR memiliki kelebihan dibanding dengan

pembelajaran konvensional, yaitu siswa lebih berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran.87

Pada pembelajaran konvensional aktivitas pembelajaran

lebih bertumpu pada aktivitas audiotori sehingga siswa lebih banyak

mendengarkan materi yang disampaikan guru. Adapun model

pembelajaran AIR menggabungkan aktivitas audiotori dan intelektual,

dimana siswa selain mendengarkan penjelasan dari guru juga terlibat aktif

dalam diskusi memecahkan masalah. Selain itu pembelajaran

konvensional jarang melakukan pengulangan dan penguatan, sedangkan

dalam model pembelajaran AIR mengandung tahapan repetition dalam

bentuk kuis yang menyenangkan dimana siswa mendapatkan penguatan

dan pengulangan untuk mengingat dan mempertajam apa yang telah

dipelajarinya. Sehingga melalui model Pembelajaran AIR ini diharapkan

dapat mempengaruhi dan berimplikasi pada kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir maka hipotesis yang

diajukan pada penelitian ini adalah: “Terdapat Pengaruh Model Pembelajaran

Audiotory Intellectaually Repetition (AIR) terhadap Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa Sekolah Dasar”.

87

Martina Fitriana, Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory, Intelectually, Repetition

terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa ditinjau dari Kedisiplinan Siswa, Jurnal Pendidikan

Matematika, 2(1), 2016, h. 59-68.

Page 61: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2019/ 2020.

Penelitian mengambil tempat di MI pembangunan UIN Jakarta. Dipilih MI

pembangunan UIN Jakarta tersebut karena kondisi yang cukup mendukung

penelitian.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi

Experimen. Quasi Eksperimen adalah suatu metode yang mempunyai

kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol

variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.88

Pada penelitian kali ini desain yang akan digunakan adalah One Group

Pretest-Posttest Design yaitu suatu pengukuran yang terdapat pretest sebelum

diberi perlakukan, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih

akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi

perlakuan.89

Pada penelitian ini, peneliti hanya ingin mengetahui seberapa

berpengaruhnya model pembelajaran Audiotory, Intelectually, and Repetition

(AIR) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, sehingga

pemakai rancangan ini dapat mengukur pengaruh kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa pada materi operasi hitung bilangan cacah dengan

cara membandingkan kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

Dalam pelaksanaannya, sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yaitu

kelas yang diajar menggunakan model pembelajaran Audiotory, Intelectually,

and Repetition (AIR), sedangkan kelompok kontrol yaitu kelas yang diajar

88

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2012),h. 86. 89

Ibid, h. 83.

Page 62: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

43

dengan tidak menggunakan model pembelajaran Audiotory, Intelectually, and

Repetition (AIR).90

Adapun desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut

Tabel 3.1

Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Posttest

(R) E X1 Y1

(R) K X2 Y1

Keterangan :

E : Kelompok Eksperimen

K : Kelompok Kontrol

X1 : Derajad hasil belajar menggunakan model pembelajaran AIR

X2 : Derajad hasil belajar tanpa menggunakan model pembelajaran AIR

Y1 : Derajad hasil belajar setelah diberi perlakuan

Setelah selesai mempelajari pokok bahasan dengan perlakuan masing-

masing, kedua kelompok diberi tes yang sama (Posttest). Hasil tes kemudian

diolah sehingga dapat diketahui apakah terdapat pengaruh model

pembelajaran Audiotory, Intelectually, and Repetition (AIR) terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sekolah dasar.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah genralisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.91

Populasi

dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas kelas IV MI Pembangunan

UIN Jakarta. yang mempelajari materi operasi hitung bilangan cacah yang

berjumlah 60 orang.

90

Ibid, h. 85 91

Ibid, h. 89

Page 63: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

44

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut.92

Sampel ini diambil dari populasi terjangkau dengan

teknik Cluster Random Sampling, yaitu mengambil sampel secara acak

dari objek yang sangat luas.93

Oleh karenanya penulis mengambil sampel

dari siswa-siswi kelas IV dimana jumlah sampel yang diambil berasal dari

dua kelas yang berjumlah 57 orang. Dua kelas ini nantinya akan dibagi

kedalam kelompok kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pemilihan

kelompok kelas berdasarkan secara acak. Terpilihlah kelas IV E dengan

jumlah siswa 29 orang sebagai kelas eksperimen dan IV F dengan jumlah

siswa 28 orang sebagai kelas kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.94

Cara yang peneliti lakukan pada penelitian kali ini dengan menggunakan

wawancara, tes, dan observasi. Wawancara dilakukan peneliti untuk

melakukan studi pendahuluan dalam menemukan suatu permasalahan. Tes

yang diberikan adalah tes sebelum pembelajaran dilakukan (Pretest) dan

setelah pembelajaran (Posttest). Pretest dilakukan dengan tujuan untuk

mengukur kemampuan awal siswa sebelum mendapatkan pembelajaran.

Sementara itu, posttest dilakukan untuk mengukur kemampuan pemecahan

masalah siswa setelah mendapatkan pembelajaran. Jenis tes yang digunakan

yaitu berupa tes uraian sebanyak 5 butir soal Selain itu, peneliti juga

menggunakan alat pendukung data hasil penelitian yaitu lembar observasi

yang berfungsi untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran

Audiotory, Intelectually, and Repetition (AIR). Untuk lebih jelas mengenai

teknik pengumpulan data, disajikan pada tabel berikut:

92

Ibid, h. 90. 93

Ibid, h. 245. 94

Ibid, h. 253.

Page 64: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

45

Tabel 3.2

Teknik Pengumpulan Data

Sumber

Data Jenis Data

Teknik

Pengumpulan Data Instrumen

Siswa Kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa

sebelum diterapkan

perlakuan pada kelas

kontrol dan eksperimen

Melaksanakan tes

awal (pretest)

Soal essay

Siswa Kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa

setelah diterapkan

perlakuan pada kelas

kontrol dan eksperimen

Melaksanakan tes

akhir (posttest)

Soal essay

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes kemampuan pemecahan

masalah matematika. Tes ini diberikan sesuai dengan indikator kemampuan

pemecahan masalah matematika yaitu 1) Kemampuan siswa dalam

memahami masalah, 2) Kemampuan siswa dalam merencanakan pemecahan

masalah, 3) Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah, dan 4)

Kemampuan siswa dalam menafsirkan solusi yang diperoleh dengan

menyimpulkan hasil akhir penyelesaian masalah. Kisi-kisi ini diharapkan

mampu memberikan hasil akhir yang sesuai dengan keempat indikator

kemampuan pemecahan masalah tersebut. Tes kemampuan pemecahan

masalah matematika diberikan kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal pemecahan masalah

matematika. Berikut kisi-kisi instrumen kemampuan pemecahan masalah

matematika:

Page 65: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

46

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/ Semester : IV (Empat)

Materi Pokok : Operasi Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian,

Pembagian, dan Operasi Hitung Campuran

Kompetensi Dasar

Indikator

Pencapaian

Indikator

Pemecahan

Masalah

Bentuk

Soal

No.

Butir

Soal

4.3 Menyelesaikan

masalah penaksiran

dari jumlah, selisih,

hasil kali, dan hasil

bagi dua bilangan

cacah maupun

pecahan dan desimal

4.3.1 Mengidentifikasi

penjumlahan,

pengurangan,

perkalian,

pembagian, dan

operasi hitung

campuran pada

bilangan cacah.

Menghitung

penjumlahan,

pengurangan,

perkalian,

pembagian, dan

operasi hitung

campuran pada

bilangan cacah.

1. Menuliskan

informasi dari

soal

2. Menentukan

rumus untuk

menjawab soal

3. Mensubstitusika

n nilai yang

diketahui dalam

rumus dan

menghitung

penyelesaian

masalah

4. Menafsirkan

solusi yang

diperoleh

dengan

menyimpulkan

hasil akhir

Uraian 1, 2, 3,

4, 5

Page 66: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

47

Tes nantinya akan diberikan kepada kedua kelompok, yaitu kelompok

eksperimen sebagai kelompok yang diberi pengajaran dengan model

pembelajaran Audiotory, Intelectually, and Repetition (AIR) pada operasi

hitung bilangan cacah. Kelompok kontrol sebagai kelompok yang tidak diberi

pengajaran dengan model pembelajaran Audiotory, Intelectually, and

Repetition (AIR) pada materi penjumlahan, pengurangan, perkalian,

pembagian, dan operasi hitung campuran.

F. Uji Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang

hendak diukur.95

Dalam penelitian ini, untuk mengukur validitas pada tes

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Teknik yang

digunakan untuk mengetahui validitas instrumen soal uraian dengan

menggunakan rumus korelasi formula product moment, yakni: 96

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan :

r xy : Koefisien korelasi product moment

N : Banyaknya responden

ΣXY : Jumlah dari perkalian X dan Y

ΣX : Jumlah X

ΣY : Jumlah Y

Σx2 : Jumlah dari X kuadarat

(ΣX)2 : Hasil dari jumlah X yang dikuadratkan

ΣY2 : Jumlah dari Y kuadrat

(ΣY)2 : Hasil dari jumlah Y yang dikuadratkan

95

Ibid, h. 135 96

Asep Saepul Hamdi dan E. Bahruddin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam

Pendidikan, (Yogyakarta:Deepublish,2014), h.73 .

Page 67: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

48

Soal dikatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel = 0,576

dengan tingkat signifikansi 0,05 atau 5%. Berdasarkan uji korelasi dengan

software Anantes dari 10 butir soal kemampuan pemecahan masalah

matematika yang diuji cobakan pada kelas V MI Pembangunan diperoleh

hasil bahwa soal valid pada ada nomor 4, 6, 7, 8, 9, dan 10.

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabilitas adalah instrument yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data

yang sama.97

Dengan kata lain, instrument yang reliabilitas adalah

instrumen yang tepat, stabil untuk bisa dijadikan alat ukur. Rumus yang

digunakan untuk menghitung reliabilitas adalah rumus Alpha Cronbach

yaitu sebagai berikut:

Keterangan :

ɑ : Nilai reliabilitas.

k : Jumlah item 1 pertanyaan

Σσ2

i : Jumlah varians masing-masing item.

σ2

i : Varian total

Tabel 3.4

Kriteria Reliabilitas

Nilai Koefisien Korelasi Interpretasi

0,91 – 1,00

0,71 – 0,90

0,41 – 0,70

0,21 – 0,40

< 0,20

Sangat tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat rendah

97

Sugiyono, op.cit., h, 135

Page 68: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

49

Untuk mempermudah perhitungan uji reliabilitas maka peneliti

menggunakan bantuan software Anantes. Berdasarkan uji reliabilitas

diperoleh reliabilitas instrument tersebut sebesar 0,94 termasuk pada

kategori sangat tinggi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

instrumen ini layak digunakan dalam penelitian.

3. Uji Tingkat Kesukaran Tes

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah ataupun terlalu

menyulitkan bagi siswa. Soal yang terlalu mudah tidak akan merangsang

siswa untuk berusaha menjawab soal. Sebaliknya soal yang sulit membuat

siswa menyerah dalam mengerjakannya.98

Soal yang baik adalah soal yang

mempunyai tingkat kesukaran tes yang seimbang. Indeks tingkat

kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang

besarnya berkisar 0,00 - 1,00.Untuk dapat menentukan tingkat kesukaran

tiap-tiap butir soal digunakan rumus:

Tabel 3.5

Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Koefisien Korelasi Interpretasi

0.00 – 0.29

0.30 – 0.70

0.71 – 1.00

Sukar

Sedang

Mudah

Dalam proses perhitungan, peneliti menggunakan software Anates.

Hasil uji coba terhadap instrumen soal yang telah diujikan sebanyak 10

98

Arikunto S, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 207.

Page 69: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

50

soal terdapat 7 soal termasuk kategori sedang dan 3 soal termasuk kategori

mudah.

4. Uji Daya Pembeda

Uji daya pembeda dilakukan untuk perhitungan yang dapat

menggambarkan tingkat kemampuan soal dalam membedakan antar

peserta didik yang sudah memahami materi yang diujikan dengan peserta

didik yang sudah, belum atau tidak memahami materi yang diujikan.99

Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal adalah

rumus:100

Keterangan:

DP : Daya pembeda

BA : Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar

BB : Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar

JA : Banyaknya siswa kelas atas

JB : Banyaknya siswa kelas bawah

Tabel 3.6

Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Koefisien Korelasi Interpretasi

0.00 – 0.19

0.20 – 0.39

0.40 – 0.69

0.70 – 1.00

Kurang Baik

Cukup

Baik

Sangat Baik

99

Hamzah B Uno dan Satria Koni, Assesment Pembelajaran, Edisi 1, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2013), h. 152. 100

Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2014), h.241.

Page 70: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

51

Berdasarkan hasil hitung daya pembeda dari 6 soal yang valid dan

reliabilitas nomor 4 memiliki daya pembeda dengan kategori cukup,

nomor 10 memiliki daya pembeda dengan kategori baik, dan nomor 6,7,8,

dan 9 memiliki daya pembeda dengan kategori sangat baik.

G. Teknik Analisis Data

Anilisis data dalam penelitian kuantitatif merupakan kegiatan setelah

seluruh data terkumpul, yaitu dengan mengelompokkan data berdasarkan

variabel dan jenis responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti,

melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis.101

Analisis data digunakan

untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian atau untuk menguji

hipotesis yang diajukan melalui penyajian data. Dalam penelitian ini, sebelum

dilakukannya pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian

prasyarat analisis terhadap seluruh hasil data posttest berupa tes kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa yang telah terkumpul. Adapun

pengujian yang dilakukan adalah uji normalitas dan homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah suatu variabel

mempunyai data yang normal atau tidak. Untuk menguji normalitas

data dalam penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk. Uji Shapiro-

Wilk digunakan dalam penelitian kali ini dikarenakan peneliti nantinya

akan menguji sampel kecil yaitu kurang dari 50 orang. Uji Shapiro-

Wilk dapat dikatakan normal atau tidak,dapat dilihat berdasarkan hasil

melihat angka probobilitas, dengan ketentuan:102

1. Jika nilai probobilitas > 0,05 maka Ho diterima data berdistribusi

normal.

2. Jika nilai probobiltas< 0,05 maka Ho ditolak data berdistribusi

tidak normal.

101

Sugiyono, op.cit, h.147 102

Tri Cahyono, Statistik Uji Normalitas, (Purwokerto: Yasamas, 2015), h. 24

Page 71: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

52

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam

variable X dan Y bersifat homogen atau tidak. Uji homogenitas

dilakukan dengan menggunakan One-way Anova dengan bantuan Uji

Homogenity of Variance test. Dasar pengambilan keputusan :103

1. Jika nilai probobilitas < 0.05, maka dikatakan bahwa data tidak

homogen.

2. Jika nilai probobilitas > 0.05, maka dikatakan bahwa data

homogen.

c. Uji Hipotesis.

Pengujian hipotesis penelitian dapat dilakukan apabila dua

persyaratan tersebut telah terpenuhi, yaitu data berdistribusi normal

dan homogen, maka teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Independent Sample T-Test dengan bantuan

program SPSS ver.22 yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada

perbedaan rata-rata dari dua populasi. Dasar pengambilan keputusan

yaitu kedua sampel dikatakan memiliki perbedaan yang signifikan jika

signifikansi atau nilai probabilitas (Sig.(2-tailed)) lebih kecil 0,05. Jadi

H0 ditolak apabila nilai probabilitas lebih kecil jadi 0,05 atau sig.(2-

tailed)<0,05 sedangkan H0 diterima apabila nilai probabilitas lebih

besar jadi 0,05 atau sig.(2-tailed) >0,05.

H. Hipotesis Statistik

Dalam penelitian ini, hipotesis yang digunakan adalah:

Ho : µ1 ≤ µ2

H1 : µ1 > µ2

103

Hamdi, op.cit, h.119

Page 72: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

53

Keterangan:

Ho : Tidak Terdapat Pengaruh model pembelajaran Audiotory, Intelectually

Repetition (AIR) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Sekolah Dasar

Ha : Terdapat Pengaruh model pembelajaran Audiotory, Intelectually

Repetition (AIR) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Sekolah Dasar.

µ1 : Nilai rata-rata hasil tes awal (pretest, sebelum dibriikan perlakuan).

µ2 : Nilai rata-rata hasil tes ahkir (posttest, sesudah diberikan perlakuan).

Page 73: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

97

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis serta pembahasan,

maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa kelas eksperimen yang menggunakan model AIR lebih

tinggi dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa kelas kontrol yang tidak menggunakan model AIR. Hal ini dapat

dilihat dari nilai rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar 80,62 dan

kelas kontrol sebesar 73,00.

Selain itu, berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan uji-t

menyatakan bahwa hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol

mendapat signifikansi 0,005. Sesuai dengan kriteria 0,005 ≤ 0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, berarti menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil posttest kelas

eksperimen dankelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model

AIR memiliki pengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa kelas IV MI Pembangunan UIN Jakarta dalam materi

penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan operasi hitung

campuran dalam bentuk soal cerita.

B. Implikasi

Mengacu pada hasil-hasil penelitian sebagaimana yang diungkapkan

pada BAB IV, maka implikasi dari hasil-hasil tersebut diuraikan berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran AIR dapat meningkatkan pemecahan

masalah matematika dan menyelesaikan masalah dalam bentuk soal

cerita. Hal ini diperkuat dengan hasil tes akhir (posttest) pada kelas

ekperimen jauh berbeda dengan hasil pada kelas kontrol karena model

pembelajaran AIR merupakan model pembelajaran yang

Page 74: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

98

mengedepankan pada aktivitas siswa yang memuat tiga aspek yaitu

aspek Audiotory, Intelectually, and Repetition.

2. Hasil penelitian ini sebagai masukan guru dalam meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Salah satunya

adalah guru dapat menggunakan model pembelajaran AIR ini dalam

pembelajaran yang tepat untuk diaplikasikan dalam proses

pembelajaran khususnya pada materi operai hitung campuran dalam

bentuk soal cerita yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas dan pengalaman yang terjadi selama

penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran-saran berikut ini :

1. Metode AIR bagi guru yaitu guru dapat aktif dan kreatif mengembangkan

pengetahuannya dengan menggunakan model pembelajaran Audiotory

Intellectually Repetition (AIR) dalam pembelajaran matematika agar tercipta

suasana belajar yang menyenangkan.

2. Metode AIR bagi dapat dijadikan sebagai instrument peningkatan mutu

guru, khusunya di MI Pembangunan UIN Jakarta, sehingga akan berdampak

positif terhadap mutu pembelajaran, serta dapat meningkatkan kualitas Out

put sekolah.

3. Metode AIR bagi peneliti lain yaitu dapat memberikan gambaran dalam

masalah pemanfaatan model dalam pembelajaran. Selain itu, dapat

menginspirasi peneliti lain sebagai referensi dalam penggunaan model untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi

operasi hitung bilangan cacah.

Page 75: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

99

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Muhammad, Evi Chamalah, dan Oktariana Puspita Wardani. Model dan

Metode Pembelajarn di Sekolah. Semarang:Unissula Press, 2003.

Afrilina, Firda. “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Corong Berhitung Terhadap

Pemahaman Konsep Siswa Pada Materi Perkalian dan Pembagian”.

Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta. 2017.

Amir, Almira. Pembelajaran Matematika SD dengan Menggunakan Media

Manipulatif. Forum Pedagogik. 6(1), 2014. 72-89.

Arikunto S. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Arnidha, Yunni. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Operasi

Hitung Bilangan Cacah. Jurnal E-DuMath. 1(1), 2015. 52-63.

Astuti, Riana, Yetri, dan Welly Anggraini. Pengaruh Model Pembelajaran AIR

Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa pada Materi Kemagnetan

Kelas IX SMPN 1 Penengahan Lampung Selatan. Jurnal of Science and

Mathematics Education. 1(2), 2018. 1-12.

Azizah, Gina Nur dan Rostina Sundayana. Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis dan Sikap Siswa terhadap Model Pembelajaran Kooperatif tipe

AIR dan Probing Prompting. Jurnal Mosharafa. 5(3), 2016. 305-314.

Cahyono, Tri. Statistik Uji Normalitas. Purwokerto: Yasamas, 2015.

Chairani, Zahra. Metakognisi Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika.

Yogyakarta:Deepublish, 2016.

Departemen Agama RI. Al Quran Tajwiddan Terjemah. Bandung: Diponogoro,

2010.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Model-model

Pembelajaran. Jakarta:Kemendikbud, 2017.

F, Ramdhan, Suwarman, dan Aulia Candra. Pengaruh Model Pembelajaran

Audiotory, Intellectually, And Repetition (AIR) Terhadap Peningkatan

Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Jurnal PRISMA. 1(2). 2017. 152-

161.

Fatmawati, Anis. “Penerapan Pendekatan Audiotory, Intelectually,, and

Repetition (AIR) pada Materi Pertidaksamaan di Kelas X-C SMAN 1

Page 76: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

100

Kauman Tulungagung”. Jurnal Ilmiah Pendidikan Indonesia. 3(2). 2014.

20-35.

Fitri, Seviani dan Rukmono Budi Utomo. Pengaruh Model Pembelajaran

Audiotory, Intelectually, and Repetition Terhadap Kemampuan

Pemahaman Konsep di SMP Pustek Serpong. Jurnal e-DulMath. 2(2).

2016. 193-201.

Fitriana, Martina. Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory, Intelectually,

Repetition terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa ditinjau dari

Kedisiplinan Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. 2(1). 2016. 59-68

Frengky. Model Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Satu Sekolah Dasar.

Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. 35(2). t.t.

151-163.

Gunawan, Asep. “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Audiotory,

Intellectually, And Repetition (AIR) terhadap Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP N $ Sewon”. Skripsi pada

Universitas PGRI Yogyakarta. Yogyakarta. 2017.

Hamdi, Asep Saepul dan E. Bahruddin. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi

dalam Pendidikan. Yogyakarta:Deepublish, 2014.

Hamzah, Ali. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2014.

Handayani Z, Kartika. “Ananlisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Pemecahan Masalah Soal Cerita Matematika”. Makalah disampaikan pada

Seminar Nasional Matematika. 6 Mei. Medan: Universitas Negeri Medan,

2017.

Hasratuddin. Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika. Jurnal

Pendidikan Matematika Paradikma. 6(2). t.t. 130-141.

Hasratuddin. Pembelajaran Matematika Sekarang dan yang akan Datang

Berbasis Karakter. Jurnal Didaktik Matematika. 1(2). 2014. 30-42.

Page 77: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

101

Heruman. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010.

Hidayat, Wahyu dan Ratna Sariningsih, Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika dan Adversity Quotient Siswa SMP Melalui Pembelajaran

Open Ended. Jurnal Nasional Pendidikan Matematika. 2(1). 2018. 109-

118.

Huda, Miftahul. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2013.

Isro’atun dan Amelia Rosmala. Model-model Pembelajaran Matematika.

Jakarta:PT Bumi Aksara, 2018.

Khairunnisa, Afidah. Matematika Dasar, Jakarta:Rajawali Pers, 2015.

Khasmawati, Hanik, Rina Dwi Setyani, dan Nurina Happy, “Analisis Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis pada Siswa Berkemampuan Tinggi pada

Materi Aritmatika Soal”. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional

Matematika dan Pendidikan Matematika. 11 Agustus.

Semarang:Universitas PGRI Semarang, 2018.

Lestari, Karunia Eka dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara. Penelitian

Pendidikan Matematika. Bandung: PT Refika Aditama. 2015.

Lutfianasari, Desy . “Pengaruh Model Pembelajaran AIR Terhadap Hasil Belajar

Matematika Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Siswa Kelas

VIII UPTD SMPN 1 Semen Kabupaten Kediri”. Skripsi pada Universitas

Nusantara PGRI Kediri. Kediri. 2017.

Marwiyanto. Matematika untuk SD dan MI Kelas 3I. Jakarta: Piranti Darma

Kalokatama, 2008.

Mawaddah, Siti dan Hana Anisah. Kemmapuan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa pada Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Generaif di SMP. Jurnal Pendidikan Matematika. 3(2).

2015. 166-175.

Misnawati, Teti. Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Melalui Model

Pembelajaran Audiotory Intelectually Repetition (AIR) Pada Materi Segi

Empat Kelas VII SMPN 9 Haruai. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial.

4(1). 2017. 77-86.

Muslimin,dkk. Desain Pembelajaran Pengurangan Bilangan Bulat Melalui

Permainan Tradisional Congklak Berbasis Pendidikan Matematika

Page 78: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

102

Realistik Indonesia di Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Kreano. 3(2). 2012.

100-112.

Mustaqim, Burhan dan Ary Astuty. Ayo Belajar Matematika 2. Pusat

Perbukuan:Departemen Pendidikan Nasional Jakarta. 2009.

Mustika, Helma dan Nuri Kinanti. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran

Audiotory, Intelectually, And Repetition (AIR) Terhadap Kemampuan

Komunikasi Matematika Siswa di Kelas VIII SMPN 1 Pasir Penyu.

Journal of Mathematics Education and Science. 3(2). 2018.153-158.

Nurur, Fadliyatun. “Peningkatan Hasil Belajar Operasi Hitung Campuran Melalui

Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas V di MI

Muhammadiyah Suruh 02”. Skripsi pada STAIN Salatiga. Salatiga. 2014.

PISA. Programme for International Student Assessment (PISA) Result from PISA

2018. Indonesia: OECD, 2019.

Priyastutik, Syela, Huri Suhendri, dan Soeparlan Kasyadi. Pengaruh

Kemandirian dan Konsep Diri terhadap Pemecahan Masalah Matematika

Siswa. Jurnal Kajian Pendidikan Matematika. 4(1). 2018. 1-10.

Pujiastutik, Hernik. Penerapan Model Pembelajaran AIR Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Mahasiswa Mata Kuliah Belajar Pembelajaran. Jurnal

Proceeding Biology Educational Conference. 13(1). 2016. 515-518

Rahayuningsih, Sri. Penerapan Model pembelajaran Matematika Model

Audiotory Intellectually Repetition (AIR). Jurnal of Educational

Innovation. 3(2). 2017. 67-83.

Rahmah, Nur dan Asnidar. Hubungan Penguasaan Perkalian dan Pembagian

Dasar terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP PMDS

Putra Palopo. Jurnal Elemen. 1(1). 2015. 57-69.

Rahman, Ira Silviana, Nerru Pranuta Murnaka, dan Wiwik Wiyanti. Pengaruh

Model Pembelajaran LAPS Heuristik terhadap Kemampuan Pemecahan

Masalah. Jurnal Wacana Akademika. 2(1). 2018. 49-60

Rahmani, Wirda, dan Nurbaiti Widyasari. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa Melalui Media Tangram. Jurnal Penelitian

Pendidikan Matematika dan Matematika. 4(1). 2018. 17-24

Rahmawati, Puji . Mengenal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Perbatasan. Ponorogo:Uwais Inspirasi Indonesia, 2018.

Ramayulis. “Dasar-dasar Kependidikan”. Jakarta:Kalam Mulia. 2015.

Page 79: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

103

Riffyanti, Landysari dan Rubono Setiawan. Analisis Strategi Langkah Mundur

dan Bernalar Logis dalam Menentukan Bilangan dan Nilainya. Jurnal

Pendidikan Matematika. 6(1). 2017. 115-127.

Ritonga, Ester Cronika. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Posing terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa di SMP Negeri 3

Angkola Selatan. Jurnal MathEdu. 1(2). 2018. 23-35.

Roebyanto, Goenawan dan Sri Harmini. Pemecahan Masalah Matematika.

Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 2017.

Rostika, Deti dan Herni Junita. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Siswa SD dalam Pembelajaran Matematika dengan Model DMR. Jurnal

Pendidikan Dasar. 9(1). 2017. 35-46.

Rusydi, Akhmad, Indri Yani, dan Novandra Sagita. Peningkatan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VI SD pada Materi Volume

Kubus dan Balok Menggunakan Alat Peraga Vokuba. Jurnal Pelangi.

8(1). 2015. 24-33.

Salsabila, Shefira. “Pengaruh Model Pembelajaran VAK terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Kelas III SDIT At-Taufiq Al-Islami

Tasikmalaya”. Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Jakarta. 2018

Subariah, Sri. Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:Depdiknas, 2006.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2012.

Tatang. Ilmu Pendidikan. Bandung:Pustaka Setia, 2012.

TIMSS. International Study Center Lynch School of Education. Boston:TIMSS,

2011.

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:Kencana,

2009.

Ugi, La Eru, Djadir, dan Muhammad Darwis. Ananlisis Kesalahan Siswa pada

Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat dan Alternatif Pemecahannya.

Jurnal Daya Matematis. 4(1). 2016. 34-50.

Page 80: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDIOTORY ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49801...iv ABSTRAK ONE SUKOWATI (NIM 11150183000064), Pengaruh Model Pembelajaran Audiotory

104

Uno, Hamzah B dan Satria Koni. Assesment Pembelajaran. Edisi 1. Jakarta: Bumi

Aksara, 2013.

Wardhani, Sri. Implikasi Karakteristik Matematika dalam Pencapaian Tujuan

Mata Pelajaran Matematika di SMP/MTs. Yogyakarta:Departemen

Pendidikan Nasional, 2010.

Wafiqni, Nafia dan Asep Ediana Latip. Psikologi Perkembangan Anak Usia

MI/SD. Jakarta: UIN PRESS. 2015.

Widayanti, Esti Yuli, dkk. Pembelajaran Matematika MI Edisi Pertama. tt.p.

2009.

Widjajanti, Djamilah Bondan. “Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Mahasiswa Calon Guru Matematika”. Makalah disampaikan pada

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. 5 Desember.

Yogyakarta:UNY. 2009.

Winarni, Endang Setyo dan Sri Harmini. Matematika untuk PGSD. Bandung:PT.

Remaja Rosdakarya, 2012.