majalah berita warga kota...

48
Majalah Berita Warga Kota Salatiga Majalah Berita Warga Kota Salatiga HATIBERIMAN HATIBERIMAN Vol. 2 No. 2, Mei 2008 Vol. 2 No. 2, Mei 2008 ISSN No. 1978-5798 ISSN No. 1978-5798 Ayo M em b aca M em b aca

Upload: doandiep

Post on 08-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

Majalah Berita Warga Kota SalatigaMajalah Berita Warga Kota SalatigaHATIBERIMANHATIBERIMANVol. 2 No. 2, Mei 2008 Vol. 2 No. 2, Mei 2008

ISSN No. 1978-5798ISSN No. 1978-5798

AyoMembacaMembaca

Page 2: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

LensaUpacara Peringatan Hari Kartini di halaman Pemkot Salatiga.Foto atas : Walikota Salatiga, John M. Manoppo, SH, beserta Muspida Kota Salatiga mengikuti upacara peringatan hari Kartini.Foto bawah : Walikota Salatiga memberi bunga kepada pembina upacara dan petugas upacara pada peringatan hari kartini.

Page 3: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

Diterbitkan oleh : KANTOR INFORMASI DAN KOMUNIKASI KOTA SALATIGA Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Salatiga Nomor: 9 Tahun 2004. PEMBINA Walikota Salatiga; PENGARAH Sekretaris Daerah; WAKIL PENGARAH Asisten Tatapraja dan Administrasi Sekda; PEMIMPIN REDAKSI/PENANGGUNG JAWAB Kepala Kantor Informasi dan Komunikasi Drs. Petrus Resi, M.Si; REDAKTUR PELAKSANA Sri Hartono, SS; REDAKTUR Wiyarso BA, Bakti Harjanti, S.Sos; KOORDINATOR LIPUTAN Jumiarto, AP; PELIPUT/PENYUNTING Sumarno, S.Ag, Budi Susilo, S.Sos, Ady Indriasari, S.Sos, Lukman Fahmi, S.HI; Betty Wahyu Nilla Sari, S.T.P; SETTING&LAY OUT Sumadi, S.S, R. Koko Endarmoko, A.Md; DISTRIBUSI Kuswanto, R. Suprapto Sambodo, Muhammad Sidiq. ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga 50731 Telp/Fax. (0298) 326658. On line : http://hati-beriman.blogspot.com, e-mail : [email protected].

Redaksi menerima sumbangan naskah berupa tulisan atau karikatur. Redaksi berhak mengedit naskah tanpa mengubah substansinya. Naskah berupa tulisan diketik dengan huruf Times New Roman 12, spasi tunggal, sebanyak 3-4 halaman folio. Naskah dikirim ke Redaksi Hati Beriman. Pengirim naskah yang dimuat berhak mendapat imbalan.

Redaksi

HATIBERIMANHATIBERIMANMajalah Berita Warga Kota SalatigaMajalah Berita Warga Kota Salatiga

ISSN No. 1978-5798, VOL. 2 No. 1, Maret 2008ISSN No. 1978-5798, VOL. 2 No. 1, Maret 2008

Daftar Isi4 PROFIL Berkarir Tetap Hargai Suami5 DARI REDAKSI Belajar Tidak Mengenal

Batas Usia6 SURAT PEMBACA Perpustakaan Umum

Terbengkelai, Potret Salatiga Dulu, Kini dan Nanti

7 OPINI Kartini dan Domestikasi Perempuan

14 PENDIDIKAN Salatiga Siap Melek Hukum

16 RAGAM PANWASKOT Siap Hadapi Pilgub, KPU Salatiga Siap Songsong Pilgub 2008

20 KESEHATAN Campak Bisa Mematikan22 MIMBAR Spesialisasi dan Diversifikasi

Kota24 HUKUM Retribusi Ijin Mendirikan

Bangunan27 KIPRAH Oppas Sangat Dibutuhkan28 BUDAYA Karawitan Budaya nan Syahdu30 LINTAS KOTA Kegiatan di Kota

Salatiga40 ARTIKEL Pendidikan Anak Usia Dini,

Modal Dasar Kecerdasan Bangsa42. TIPS Si Rimpang Kaya Manfaat43 POTENSI Ronde Susu Uenak Tenan......44 LEGENDA Petilasan Eyang Sumo45 KARIKATUR46 RILEKS TTS HB 36

B a n y a k f a k t o r y a n g menyebabkan rendahnya minat baca di kalangan masyarakat kita. Selain factor budaya, situasi pendidikan di kelas dan ruang kuliah juga sangat berpengaruh dalam menarik minat baca. Siswa cenderung merasa cukup dengan pelajaran yang mereka peroleh dari guru. Mahasiswa pun

tak merasa kurang dengan fotokopi bahan kuliah dari dosen. Padahal, s e t i a p m a n u s i a m e m i l i k i keterbatasan. Guru dan dosen juga memiliki keterbatasan. Sehingga, jika mau jujur, pelajaran dari guru atau fotokopi bahan kuliah dari dosen saja sangat jauh dari cukup.

Selain itu, kita menyadari bahwa sistem pendidikan di Indonesia ini masih lemah. Tidak semua anak mampu bersekolah. Apabila bersekolah pun, tidak semua sekolah mempunyai fasilitas belajar yang memadai yang mampu mendukung proses pembelajaran.

Faktor yang lain adalah kebiasaan masyarakat kita yang senang berkumpul lantas ngobrol. Ngobrol untuk diskusi dan saling bertukar pengetahuan memang baik. Tetapi, jika ngobrol hanya untuk menghabiskan waktu berarti kita sudah membuang waktu dengan percuma.

Daripada untuk ngobrol yang tidak bermanfaat, lebih baik waktu kita digunakan untuk membaca.

Masyarakat antusias untuk mencari informasi di ruang baca Pemkot Salatiga

Cover Artwork:Budi SusiloKarikatur:Fahmi

Foto/HB:Fahmi

SALATIGA

S HR AIR Y HA BS AT JU A S RW STI A P

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 3

Foto/HB:SaktiFoto/HB:Sakti

Page 4: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

4

Balutan jilbab melingkari wajahnya yang putih bersih. Bulatan hitam nan bening di matanya menatap tajam. Kewibawaan memancar dari mimik dan pembawaan wanita ini.

Herannya, tak ada kesan menakutkan. Sebaliknya, wajah Dra. Hj. Sri Sejati Kusumaningsih, M.M. yang tenang dan berwibawa itu justru membawa kenyamanan setiap lawan bicaranya.

Keseriusan yang selalu tergambar di wajahnya mengisyaratkan sosok yang satu ini memiliki tanggung jawab dan beban kerja yang tinggi. Meskipun demikian, sorot matanya selalu tampak tenang. Tidak lain, ini karena kepandaiannya mengelola permasalahan yang dihadapi. wanita ini terbuka dan suka meminta pendapat meskipun kepada yang lebih muda, bahkan dari anak buah.

Ibu yang satu ini memang tidak asing lagi bagi masyarakat Salatiga. Puluhan tahun sudah, dia mengabdikan diri sebagai PNS di kota berhawa sejuk ini. Panjangnya gelar yang dimilikinya seolah menyiratkan sepanjang itu pula perjuangan yang telah dilalui Sekretaris Daerah Kota Salatiga ini.

Bu Jati, begitu beliau lebih suka dipanggil, memang terlahir 54 tahun yang lalu. Tetapi, hingga sekarang, produktifitasnya masih sangat tinggi. Jiwa dan semangat pengabdiannya untuk membangun Kota Salatiga tidak pernah surut.

Ketekunan dan pengabdian yang tulus, disertai kepiawaian dalam mengoordinasikan staf, mengantarnya menduduki puncak karir PNS di Salatiga sebagai Sekretaris Daerah (Sekda). Fenomenalnya lagi, bu Jati adalah perempuan pertama yang menduduki kursi ini di Kota Salatiga.

Wanita kelahiran Salatiga ini memiliki sejarah karir yang fantastis. Lulus kuliah, langsung diterima bekerja di Panin Bank. Sayangnya, karirnya di bank swasta ini tak langgeng. “Itu karena saya hamil anak pertama,” ungkapnya sambil mengenang masa lalu. Dengan terpaksa, bu Jati keluar dari Panin Bank.

Beruntung, kebaikan selalu berpihak kepada ibu dua anak ini. Sebelum keluar dari dunia swasta, status PNS di Kantor Sosial Politik Kota Semarang telah dikantonginya.

Setelah sekian tahun berlalu, bu Jati mendapat kesempatan untuk pulang kampung, ke Salatiga. Kesempatan ini muncul demi mengikuti sang suami, yang juga PNS, pindah ke kota ini. “Sesuai peraturan yang berlaku, saya harus rela melepas jabatan saya di Kantor Sospol Semarang,” jelasnya. Di Salatiga, ia pun bertugas di bidang tugas yang sama, sospol.

Apa hendak dikata, dasar cerdas, karirnya pun mulai merambat naik kembali. Selang beberapa waktu, dia dipindahkan ke Bapeda sebagai Sekretaris Bapeda. Bu Jati memegang jabatan ini selama tiga tahun. Setelah itu, dia dipindahkan lagi dan menjadi Kepala Bagian Keuangan. Lima tahun kemudian, bu Jati diangkat menjadi Kepala Dipenda yang kemudian berubah nama menjadi Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) dan sekarang menjadi Dinas. Setelah menjabat selama dua tahun, perempuan yang dikenal disiplin ini menduduki jabatan sebagai Asisten I (Tata Praja). Jabatan ini pun

hanya berusia enam bulan karena bu Jati harus memegang jabatan baru sebagai Ka. Disnaker 7 bulan dan Asisten III. Setelah resmi menjabat Asisten III, bu Jati akhirnya menjadi Sekretaris Daerah Kota Salatiga.

Dalam menjalani pekerjaannya, istri Johan Arifin ini menganut paham untuk selalu bersyukur dan menikmati pekerjaannya. “Saya juga selalu berusaha untuk berbuat sesuatu, yang berguna bagi masyarakat, setiap menduduki satu jabatan,” tegasnya.

Tak heran, jika di masa kepemimpinan almarhum H. Totok Mintarto, dia selalu dimintai ide. “Pak Totok sering bertanya begini, 'Bu, opo sing iso digarap kanggo mbangun Solotigo (Bu, apa yang bias dikerjakan untuk membangun Salatiga, red)?'.” Menanggapi pertanyaan ini bu Jati merasa dipacu untuk terus berpikir bagaimana memberikan ide, terutama, bagi peningkatan pendapatan Kota Salatiga.

Perempuan inilah salah satu pencetus ide pengelolaan SPBU untuk Pemerintah Kota Salatiga dan strategi deposito, termasuk dibangunnya unit pertokoan. Ide ini merupakan upaya peningkatan pendapatan kota. Gagasan tersebut telah muncul pada masa kepemimpinan Walikota sebelumnya, namun baru diterapkan k e t i k a P a k T o t o k menjadi Walikota.

Wanita yang satu ini selalu menerapkan sistem kebersamaan dalam instansi yang dipimpinnya. Demikian pula dalam menjaga suasana kekeluargaan di r u m a h t a n g g a n y a . S e b e r a p a p u n t i n g g i jabatannya, seorang istri tetap harus menghargai suami. Dengan kata lain, suami dan i s t r i t e t a p harus saling m e n g -hargai. (lux)

BerkarirTetap Hargai Suami

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

Profil

Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi

Page 5: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 5

ni baru berita! Salatiga dinyatakan bebas buta aksara pada acara peringatan Hari IPendidikan Nasional (2/5) yang lalu. Artinya,

sekitar 170 ribu penduduk kota di kaki Gunung Merbabu ini dapat membaca tanpa kecuali. Dengan kata lain, semua dapat membaca, khususnya huruf latin, yang dipergunakan sebagian besar penduduk dunia penghuni planet Bumi sebagai alat komunikasi.

Mengapa baru sekarang? Mengapa memerlukan 63 tahun sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia? Apakah daerah lain yang wilayah dan penduduknya lebih besar juga bebas buta aksara?

Belajar tidak mengenal batas usia. Siapa saja boleh belajar. Sesuai amanat Pembukaan UUD 1945, mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tanggung jawab negara. Melalui pemerintahannya, negara harus mengangkat harkat dan martabat manusia Indonesia melalui pendidikan. Pendidikan diperlukan untuk menciptakan manusia cerdas yang mampu bersaing dengan bangsa lain. Karena pendidikan, kita mampu mengolah alam untuk kehidupan dan kesejahteraan manusia Indonesia, khususnya, dan masyarakat dunia, umumnya.

Untuk itu, pemerintah pusat dan pemerintah daerah melaksanakan amanat UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara konsekuen dan bertanggung jawab. Sesuai undang-undang tersebut, pemerintah bertanggung jawab mengalokasikan anggaran untuk pendidikan nasional. Membangun sarana dan prasarana pendidikan, utamanya perpustakaan-perpustakaan umum yang representatif, sehingga mampu membangun minat baca masyarakat. Pemerintah juga dituntut memberikan perlindungan kepada masyarakat atas komersialisasi pendidikan. Pendidikan tidak boleh menjadi lahan untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya melalui pasar bebas.

Memberikan solusi dan legalitas terhadap masyarakat yang secara mandiri mencerdaskan dirinya sendiri tanpa melalui pendidikan formal, sehingga keberadaan mereka terakomodasi oleh pemerintah. Bila biaya pendidikan semakin mahal, kelompok-kelompok masyarakat yang mengupayakan pendidikan mandiri akan tumbuh subur.

Melalui proses membaca dan menulis inilah manusia mampu beriteraksi dengan yang lain sehingga tidak tertinggal dengan peradaban manusia itu sendiri.

Redaksi

BelajarTidak Mengenal Batas Usia

Dari Redaksi

Page 6: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

ebagai salah seorang warga Kota Salatiga yang lahir, tinggal dan dibesarkan di kota ini, saya sudah lama mendengar sebutan “Kota Pendidikan” dan “Kota Pelajar” untuk menyebut Kota Salatiga. Kota kecil ini pun sudah memberikan sumbangan pemikiran baik lokal maupun global lewat para ilmuwan yang S

berasal dan dihasilkan ruang-ruang pembelajaran kota tercinta. Bahkan tak sedikit penulis yang tumbuh di Salatiga. Berita terakhir, penulis Novel Ayat-Ayat Cinta, juga bertempat tinggal di Kelurahan Bugel Salatiga.

Namun saya begitu prihatin ketika melihat fasilitas publik berupa Perpustakaan Umum Kota Salatiga, tempat sebagian orang memperluas wawasannya, malah terkesan terbengkalai tak terurus. Fasilitas terkesan seadanya yang semakin menjauhkan pengunjung untuk kembali menengok ruang dan koleksinya di kemudian hari. Ini fakta yang memprihatinkan di sebuah Kota Pendidikan.

Upaya berupa rencana untuk menumbuhkan perpustakaan lewat pembangunan gedung baru oleh Pemkot Salatiga, sudah barang tentu akan mendapat dukungan warga termasuk saya tentunya. Karena perpustakaan juga merupakan jendela dunia, tempat anak cucu kita mendapatkan wawasan dan ilmu yang berguna bagi masa depan. Kita tunggu saja kepedulian pengambil kebijakan di kota ini untuk secepatnya merealisasikan rencana ini, sehingga Salatiga memang layak disebut Kota Pendidikan.

Salam hangat,Adi Utomo

Warga Kelurahan Salatiga.

Pengirim rubrik surat pembaca yang dimuat berhak mendapatkan imbalan dari Redaksi Majalah Hati Beriman.

etika menyaksikan foto-foto Salatiga tempoe doloe, saya amat terkesima dengan suasana Salatiga jaman dulu. Sungguh indah dan nyaman. Ternyata, sketsa kota Salatiga terlahir dari konsep tata kota Kdengan arsitektur yang bernilai tinggi serta memperhatikan harmonisasi alam dan lingkungan secara

seimbang.Namun, jaman sudah berubah. Saya tidak ikut merasakan keindahan Salatiga itu karena saya terlahir dalam

era modernisasi. Tapi, kalau boleh memilih, saya tentu sangat mendambakan Kota Salatiga yang memiliki konsep pembangunan seperti jaman dulu yang terkesan lebih bijak karena sangat memperhatikan nilai keseimbangan dengan lingkungan dan memiliki nilai manfaat jangka panjang. Sebagai contoh adalah gedung jaman dulu yang nota bene dibangun oleh Belanda ternyata lebih megah dan kokoh sampai sekarang. Pohon-pohon besar nan rindang di sepanjang Jalan Diponegoro memberi kesejukan dan dapat mengurangi efek polusi udara. Banyaknya sumber mata air dan kolam mandi alami untuk kebutuhan hidup serta adanya Taman Sari sebagai paru-paru kota dan tempat untuk bersantai di tengah kota menambah keindahan kota.

Sayangnya, saat ini, Salatiga belum memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga keberlangsungan lingkungan yang bersahabat dengan mengoreksi diri kita sendiri. Adakah kita memiliki kesadaran akan menanam pohon untuk anak cucu kita nanti? Sudahkah kita mengolah sampah dengan benar? Atau, sudahkah kita memiliki kepedulian dengan keberadaan bangunan kuno bersejarah yang dengan mudah beralih fungsi bahkan dirobohkan untuk kepentingan ekonomi semata?

Mungkin, perubahan Salatiga seperti saat ini merupakan fenomena jaman yang dilatarbelakangi kompleksitas masalah. Banyak hal yang perlu kita rembug bersama. Pasalnya, keberadaan kota Hati Beriman ini adalah tanggung jawab kita bersama sebagai bagian dari warga Salatiga. Kita perlu lebih peka terhadap perubahan; menumbuhkan kesadaran lingkungan sejak dini; serta memiliki kesadaran akan konsep pembangunan yang bijak untuk lingkungan dan kesejahteraan bersama. Selain itu, yang lebih penting adalah kita sehati sepikir untuk melangkah menuju Salatiga yang lebih peduli terhadap alam sekitar, sesama, dan Sang Pencipta.

Agustin TamaraKalitaman-Salatiga

6

Perpustakaan Umum Terbengkelai Perpustakaan Umum Terbengkelai

Potret Salatiga Dulu, Kini dan Nanti Potret Salatiga Dulu, Kini dan Nanti

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

Surat Pembaca

Page 7: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

Kartinidan Domestikasi Perempuan

artini adalah sosok perempuan lokal yang melawan tirani (kekejaman) budaya Kfeodalistis dan hegemonis. Budaya

feodalistis dalam hal ini adalah sikap sewenang-wenang kaum laki-laki kepada kaum perempuan sedangkan hegemoni merupakan kekuasaan kaum laki-laki atas kaum perempuan.

Mengenang Kartini berarti juga mengingatkan kita akan cita-citanya untuk mengentaskan kaum perempuan dari kebodohan dan kemiskinan serta memperjuangkan kesetaraan laki-laki dan perempuan. Kartini sangat gigih dalam berjuang untuk kemajuan bangsa Indonesia. Salah satu bentuk perjuangannya adalah melalui pendidikan, sebagaimana tertulis dalam suratnya, “Dan tidak hanya untuk perempuan saja, tetapi untuk masyarakat bumiputera seluruhnya pengajaran kepada anak-anak merupakan berkah” (surat 31-1-1901). Namun di sisi lain, ada beberapa pakar yang masih pro (setuju) dan kontra (tidak setuju) akan keberadaannya. Mengapa?

Tanggal 21 April bisa dikatakan hari ke-ibu-an, karena hari itu, perempuan-perempuan memakai 'kain dan kebaya' sebagaimana yang dipakai Kartini semasa hidupnya. Anak-anak Taman Kanak-Kanak (TK) pun tidak mau ketinggalan merayakannya dengan berdandan ala orang dewasa (lucu). Lebih lucu lagi ketika pada hari Kartini, orang tidak hanya berbondong-bondong mengenakan pakaian adat Jawa, tetapi juga pakaian adat daerah lain. Pemandangan yang salah kaprah ini membuat Hari Kartini seolah menjadi Hari Budaya.

Tak hanya itu, beraneka lomba juga di gelar di semua sudut kota, baik di l e m b a g a p e m e r i n t a h a n , keagamaan, maupun lembaga pendidikan. Sejauh pengamatan (mudah-mudahan salah), aneka lomba t e r s e b u t j u s t r u memperkuat peran d o m e s t i k a s i p e r e m p u a n . P e r t a n y a a n n y a a d a l a h s u d a h relevankah refleksi Hari Kartini dengan

aneka kegiatan tersebut ? Jelas tidak!!! Kartini lahir dan besar dalam tradisi dan budaya

yang menempatkan perempuan dalam kedudukan yang lebih rendah. Pada jaman sekarang, kedudukan perempuan era Kartini ini diistilahkan sebagai the second class society (masyarakat kelas dua). Dari kondisi inilah Kartini ingin keluar dari penjara atau kungkungan tradisi tersebut. Untuk itu, Kartini menggelorakan emansipasi perempuan, pendidikan, nasionalisme, pluralisme (kemajemukan), dan humanisme (kemanusiaan). Lebih tepatnya, Kartini berjuang agar kaum perempuan tidak hanya berkutat di dalam rumah (wilayah domestik) saja, tapi kaum perempuan ikut berjuang dan berpartisipasi dalam pembangunan bangsa ini (wilayah publik). Walau cita-cita yang agung itu belum terwujud karena Tuhan keburu memanggilnya untuk selama-lamanya, kita harus melanjutkan perjuangan Kartini itu secara riil (nyata).

Hari Kartini seharusnya bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk refleksi bagi pejuang isu-isu perempuan atau kartini-kartini baru yang bukan hanya meneruskan 'kain-kebaya' nya saja tapi punya tugas berat untuk meneruskan cita-cita luhur Kartini. Misalnya, mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat mencerdaskan dan mengubah pola pikir (mindset) kaum perempuan. Jadi, bukannya malah melanggengkan peran domestikasi kaum perempuan, seperti yang marak dalam kegiatan peringatan Kartini hingga kini.

*Sekcab Koalisi Perempuan Indonesia(KPI) Cabang Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 7

O p i n i

Puput*

“Bukan hanya suara-suara dari luar; dari Eropa yang

sampai kepada saya yang menyebabkan

saya ingin mengubah keadaan sekarang ini.

Sejak saya masih kanak-kanak ... pada waktu kata

emansipasi belum mempunyai arti apa-apa bagi saya

dan tulisan itu masih di luar jangkauan saya,

dalam hati saya sudah timbul keinginan untuk

merdeka, bebas, dan berdiri sendiri.”

Foto/HB:Marno

Page 8: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 20088

i era globalisasi dan canggihnya teknologi

informasi, masih perlukah kita bicara tentang

budaya membaca? Masih relevankah bila kita Dramai-ramai menggelar promosi gemar membaca dan budaya

membaca?

Kemampuan Dasar

Jawaban tegas atas kedua pertanyaan di atas adalah jelas

tetap perlu. Kita, toh, tetap membaca, sekalipun informasi

tersebut tersaji dalam berbagai bentuk/format. Masalahnya

adalah membaca belum menjadi kebiasaan bagi mayoritas orang

Indonesia, termasuk warga Salatiga pada umumnya. Dapat

dikatakan, membaca belum menjadi kebutuhan dalam hidup kita

ini.

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya,

membaca belum menjadi budaya warga. Hal ini dapat dimaklumi

karena masyarakat kita masih harus berkutat dengan

permasalahan sehari-hari. Masyarakat masih memikirkan

kebutuhan yang lebih hakiki, seperti pangan, sandang, dan

papan. Mereka masih dihadapkan kepada berbagai kenaikan

bahan pokok dan biaya sekolah anak-anak. Tak jarang, anak-anak

pun menghabiskan waktunya untuk membantu orang tua

mencari nafkah. Jadi, hampir tak ada waktu untuk memikirkan

membaca atau belajar.

Meskipun demikian, kita tidak boleh tinggal diam.

Pasalnya, membaca adalah salah satu fungsi penting dalam

hidup. Semua proses belajar didasarkan pada kemampuan

membaca. Padahal kecerdasan seseorang hanya bisa diasah

dengan belajar. Dengan kata lain, agar bangsa menjadi cerdas,

harus diawali dari kegemaran membaca sejak dini.

Sistem Pendidikan

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca

di kalangan masyarakat kita. Selain factor budaya, situasi

pendidikan di kelas dan ruang kuliah juga sangat berpengaruh

dalam menarik minat baca. Siswa cenderung merasa cukup

dengan pelajaran yang mereka peroleh dari guru. Mahasiswa

pun tak merasa kurang dengan fotokopi bahan kuliah dari

dosen. Padahal, setiap manusia memiliki keterbatasan. Guru dan

dosen juga memiliki keterbatasan. Sehingga, jika mau jujur,

pelajaran dari guru atau fotokopi bahan kuliah dari dosen saja

sangat jauh dari cukup. Selain itu, kita menyadari bahwa sistem

pendidikan di Indonesia ini masih lemah. Tidak semua anak

mampu bersekolah. Apabila bersekolah pun, tidak semua

sekolah mempunyai fasilitas belajar yang memadai yang

mampu mendukung proses pembelajaran.

Faktor yang lain adalah kebiasaan masyarakat kita yang

senang berkumpul lantas ngobrol. Ngobrol untuk diskusi dan

Ayo MembacaOleh: Elizabeth Sri Lestari*

Laporan Utama

Antara selera, minat membaca, kebiasaan membaca, dan koleksi bacaan terjalin hubungan yang saling terkait tanpa ujung pangkal.

Minat Baca Rendah: Faktor budaya, Situasi pendidikan,Kebiasaan ngobrol, Media elektronik, Bacaan bermutu langkaFoto/HB:Sakti

SELERA MINATMEMBACA

KEBIASAANKOLEKSIBACAAN

Page 9: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 9

saling bertukar pengetahuan memang baik. Tetapi, jika ngobrol

hanya untuk menghabiskan waktu berarti kita sudah membuang

waktu dengan percuma.Daripada untuk ngobrol yang tidak

bermanfaat, lebih baik waktu kita digunakan untuk membaca.

Media elektronik pun ternyata turut menjadi penyebab

rendahnya minat baca. Acara-acara yang disuguhkan oleh

media elektronik lebih menarik bagi masyarakat kita. Memang,

kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan media elektronik.

Pasalnya, memilih untuk membaca atau tidak bergantung

kepada masyarakat sendiri.

Rendahnya minat baca ini masih diperparah dengan

langkanya bahan bacaan yang bermutu dan relevan dengan

kebutuhan pembaca.

Mulai dari Rumah

Sebenarnya, banyak hal yang dapat kita lakukan, untuk

membantu masyarakat agar menjadi gemar membaca dan

menjadikan membaca sebagai kebutuhan. Pertama, mulailah

dari rumah. Tanamkan kebiasaan membaca sejak anak masih

kecil. Orang tua membacakan cerita kepada anaknya, dan

membiasakan anak-anak membaca.

Kedua, gunakan taman bacaan dan rumah pintar di

daerah perumahan, lingkungan RT, des, serta kota untuk

merangsang hasrat membaca. Sediakan koleksi bacaan yang

bermutu dalam berbagai macam minat atau hobby. Koleksi yang

beragam akan menarik minat orang untuk membaca. Ajaklah

masyarakat untuk membentuk kelompok Cinta Buku; Gemar

Membaca sebagai pioner membangun taman bacaan.

Ketiga, mengadakan lomba membaca dalam periode

tertentu juga diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan

wawasan masyarakat.

Keempat, usahakan, adakan perpustakaan wilayah dan

perpustakaan keliling yang dapat menjangkau masyarakat yang

jauh dari pusat kota.

Terakhir, sediakan buku-buku yang digemar anak-anak.

Membangun generasi baru yang cerdas harus dimulai dari anak-

anak.

Mengingat kebiasaan membaca ini sangat penting untuk

menciptakan generasi yang cerdas, kita perlu berupaya agar

setiap kita dapat berperan serta untuk meningkatkan dan

memberdayakan kemampuan yang ada pada kita. Siapapun kita,

apapun peranan/pekerjaan kita, mari kita bergandengan tangan,

bahu membahu mencerdaskan bangsa melalui kebiasaan

membaca. Pilih sarana yang paling dekat yang tersedia di sekitar

kita untuk menyebarluaskan kebiasaan membaca ini.

Cobalah dari sekarang, dari diri kita sendiri, dan keluarga

kita sendiri. Bawalah kebiasaan ini ke teman, keluarga, handai

taulan, dan rekan. Bila masing-masing kita sudah melakukan, saya

Koleksi buku TMB Puspa Warna

Foto/HB:Sakti

Page 10: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 200810

agi orang muslim, membaca (Iqra'=bacalah)

adalah perintah pertama yang diturunkan oleh BAllah kepada Nabi Muhammad. Bagaimana

perkembangan minat baca di Salatiga? Berikut penelusuran

reporter Hati Beriman,

Kebutuhan Pokok

Tak heran jika membaca menjadi perintah pertama Tuhan

kepada umat-Nya. Pasalnya, membaca adalah jalan untuk

mengerti dan memahami sesuatu. Membaca juga merupakan

kebutuhan manusia di tengah derasnya arus informasi.

Namun pernahkah Anda menggunakan waktu luang untuk

membaca? Atau, pernahkah Anda membaca buku yang dipinjam

dari sebuah perpustakaan atau taman bacaan swasta? Sebagian

orang pasti menjawab pernah, entah buku yang dibaca dan

dipinjamnya berupa buku pelajaran, buku umum dengan subyek

tertentu, majalah, novel, bahkan komik. Sebagian yang lain tentu

menjawab belum pernah dengan berbagai alasan, termasuk

karena ketidakmampuan orang itu dalam membaca huruf.

Adanya sebagian orang yang rajin mencari bahan bacaan

menunjukkan masih adanya kebutuhan masyarakat akan

informasi. Mereka pun mencarinya di perpustakaan, taman

bacaan, atau tempat lain sebagai penyedia informasi.

Beragamnya kebutuhan informasi dan banyaknya media

penyedia informasi semakin memudahkan masyarakat dalam

memenuhi kebutuhannya akan informasi.

TBM sebagai Pilihan

Secara geografis, sebagian perpustakaan atau taman

bacaan swasta yang komersial belum terjangkau oleh seluruh

masyarakat. Selain itu, keterbatasan kemampuan beberapa

lapisan masyarakat dalam mengakses (menggunakan) media

informasi, termasuk internet, menimbulkan keprihatinan

tersendiri. Padahal, kebutuhan masyarakat akan informasi harus

terpenuhi, terlebih di era globalisasi seperti sekarang ini.

Untuk itulah, beberapa tokoh masyarakat, yang sebagian

besar berusia muda, berinisiatif (mengawali) memberikan ruang

dan media berupa taman bacaan masyarakat (TBM). TBM adalah

sumber yang tepat bagi masyarakat untuk memperoleh berbagai

informasi yang lebih dekat dengan kebutuhan masyarakat.

Rupanya, upaya ini cukup berhasil. Terbukti, kini, di

berbagai sudut Kota Hati Beriman ini telah muncul Taman Baca

Masyarakat (TBM).

Dari data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota

Salatiga, tercatat 12 buah TBM berada di wilayah Kota Salatiga.

Dua belas TBM itu tersebar di empat kecamatan, yaitu Kecamatan

Tingkir, Argomulyo, Sidorejo, dan Sidomukti. Keberadaan TBM

tersebut telah terdata dan mendapat pendampingan oleh Dinas

Pendidikan serta mendapat bantuan dana perintisan dan

pengembangan.

Di TBM ini, pengunjung dapat memperoleh bahan bacaan

sebagai sumber inspirasi (ide) dalam mengaktualisasikan

(menerapkan) ide serta gagasan cemerlang yang bermanfaat

bagi masyarakat sekitar. TBM ini bukanlah seperti taman bacaan

komersial yang menetapkan tarif tertentu bagi mereka yang

meminjam bahan bacaannya, melainkan memberikan

pelayanan peminjaman bahan bacaan (pustaka) secara gratis.

Menjamurnya TBM seolah memberikan ruang pencarian

informasi alternatif yang belum atau bahkan tidak ditemukan di

pusat-pusat informasi publik, termasuk perpustakaan umum

dan perpustakaan sekolah. Celah inilah yang berusaha diisi oleh

TBM. Meskipun dalam skala kecil, TBM mampu menarik warga,

termasuk yang buta huruf, untuk datang dan saling belajar

melalui berbagai koleksi media informasi di TBM.

Belum Semua Optimal

Dari TBM yang sudah ada, belum semuanya bermanfaatn

secara optimal. Hal ini dikarenakan keterbatasan sumber daya

manusia dalam hal pengelolaan dan pelayanan peminjaman

bahan pustaka di TBM.

Salah satu TBM yang aktif berkegiatan adalah TBM

Futukhiyah yang berlokasi di Jalan Argowilis Nomor 15-16,

Kecamatan Tingkir. Sebagian besar pengunjung TBM yang telah

beroperasi selama hampir satu tahun ini adalah santri.

Maklumlah, TBM ini memang berada di bawah naungan sebuah

Laporan Utama

TBM, Alternatif di Tengah Era Informatif

TBM, Alternatif di Tengah Era Informatif

TMB salah satu pilihan untuk mengakses media informasi

Page 11: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 11

pondok pesantren. Dengan jadwal pelayanan peminjaman yang

teratur, TBM Futukhiyah memberikan pelayanan peminjaman

koleksi bacaannya kepada anggotanya. Koleksi buku yang

berjumlah 500 eksemplar dan majalah sebanyak 200 eksemplar

telah banyak membantu memenuhi kebutuhan informasi para

santri. Hal ini tercermin dengan banyaknya pengunjung yang

datang di sela-sela kegiatan rutin di pesantren. Tak hanya

meminjam bahan bacaan, mereka juga mengasah kepekaan seni

melalui pembuatan puisi dan menampilkannya lewat majalah

dinding.

Di sudut lain di Kota Salatiga, tepatnya di Dukuh

Nobokulon terdapat sebuah TBM yang sedikit unik. Nama TBM

ini adalah Puspa Warna. Jika kebanyakan TBM menggunakan

bangunan permanen, lain halnya dengan Puspa Warna.

Keseluruhan bangunannya terbuat dari bambu, mulai tiang

sampai dindingnya. “Ini untuk memberikan kenyamanan dan

berkesan kembali ke alam,” kata Rohmadi, pengelola TBM Puspa

Warna.

Ketika baru berdiri pada 15 Januari 2007, TBM ini memulai

kegiatannya dengan mengumpulkan koleksi bahan bacaan dari

rumah ke rumah di sekitarnya. Melalui upaya ini, Puspa Warna

mampu mengumpulkan 250 eksemplar buku bekas. Sekarang,

koleksi TBM ini cukup besar jika dibandingkan dengan TBM lain,

yaitu sekitar 800 eksemplar bahan bacaan, termasuk buku-buku

pelajaran untuk mempersiapkan ujian.

Pengunjung TBM ini bervariasi, mulai anak-anak sampai

orang dewasa. Mereka juga berasal dari berbagai kalangan.

Kegiatan yang ada di TBM ini pun cukup beragam. Selain

kegiatan rutin peminjaman bahan bacaan, Puspa Warna juga

menjadi tempat pembinaan keaksaraan fungsional kepada 30

orang buta huruf; pendidikan anak usia dini kepada 18 orang

anak; rapat Karang Taruna; serta diskusi dan nonton film bareng.

Untuk memberikan dana insentif bagi petugas jaga, TBM

mengoordinasikan pembayaran rekening listrik bagi pelanggan

PLN di sekitar lokasinya. Menjelang ujian nasional, Puspa Warna

biasa didominasi oleh para siswa yang hendak mempersiapkan

diri menghadapi ujian.

TBM Sinar Kasih adalah contoh lain TBM di Salatiga yang

menunjukkan geliatnya. Meskipun usianya masih sangat muda,

TBM ini telah memiliki 631 eksemplar koleksi pustaka. Sekarang,

65 orang telah tercatat sebagai anggota TBM yang berdiri pada

tanggal 31 Maret 2007 itu.

Menurut Yohana Septiani, SE., koordinator TBM Sinar

Kasih, mereka tidak memungut biaya ketika seseorang ingin

mendaftar menjadi anggotanya. “Tetapi, untuk penambahan

koleksi bahan bacaan dan biaya operasional listrik, setiap

peminjaman dikenakan biaya sebesar 500 rupiah per buku,”

jelasnya. Dengan biaya ini, seseorang dapat meminjam bahan

pustaka selama 3 hari.

Selain yang sudah terdata di Dinas Pendidikan, masih

banyak TBM lain yang luput dari pendataan. Contohnya adalah

taman bacaan yang berada di salah satu petak trotoar di Jalan

Diponegoro. Taman bacaan yang berlokasi di depan Kantor

Badan Penanaman Modal dan Perusahaan Umum Daerah Kota

Salatiga Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu ini dirintis oleh

Keluarga Mahasiswa Is lam Satya Wacana. Mereka

mengumpulkan berbagai buku koleksi anggotanya. Buku yang

terkumpul dikelola dan dipinjamkan kepada masyarakat umum

untuk menambah wasasan.

Tujuan awal pembentukan TBM ini adalah meningkatkan

peran Mahasiswa Islam Satya Wacana, utamanya dalam

meningkatkan minat baca masyarakat. Mereka memilih TBM

sebagai sarana yang mudah diakses masyarakat dan gratis.

Hingga kini, tercatat sudah 400 eksemplar bahan bacaan yang

dimiliki oleh TBM kecil ini. Tetapi, koleksi yang mereka miliki

masih terbatas pada topik tentang keislaman. Kecilnya jumlah

koleksi mereka, tidak menyurutkan komunitas ini untuk berperan

dalam mengembangkan budaya baca masyarakat.

Jika kita cermati, menjamurnya TBM di masyarakat, baik

atas inisiatif pemerintah maupun inisiatif individu atau komunitas

tertentu, tak terlepas dari keinginan masyarakat untuk

memperoleh informasi. Kenyataan ini membangkitkan kerelaan

berbagai pihak untuk berbagi informasi dengan meminjamkan

atau menghibahkan bahan bacaan yang dimilikinya. Ruang publik

berupa pusat informasi, baik perpustakaan umum, perpustakaan

sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, atau warung internet,

terasa kurang lengkap karena kurang menghadirkan kedekatan

dengan semakin akarabnya silaturahmi antar pengelola dengan

pengunjung, antarpengunjung, maupun antarpengelola. Celah

inilah yang sedang digarap oleh TBM dan komunitas baca yang

ada di Salatiga. Kedekatan ruang dan waktu di TBM, dengan

sendirinya, menghadirkan keakraban yang jarang diperoleh di

ruang publik lain.

Ruang kecil TBM ini memang jarang tertangkap oleh

media. Mereka relatif terkalahkan oleh isu lain yang dianggap

lebih penting. Dampaknya, keberadaan TBM pun tak begitu

Foto/HB:Sakti

Page 12: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 200812

i era yang semakin global ini, pengetahuan

menjadi sebuah kebutuhan pokok bagi manusia,

sebagaimana sembako. Sudah pasti, pemerintah Dmenyadari, keterlambatan dalam mencerdaskan masyarakat akan

berakibat fatal. Yaitu, tersendatnya arus pembangunan yang

tengah dan terus dilaksanakan.

Untuk itulah, pada tahun 2005, program budaya baca

dilucurkan. Program ini merupakan program pendidikan untuk

seluruh lapisan masyarakat dalam upaya mencerdaskan

kehidupan bangsa sesuai Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Bidang Pendidikan Tahun 2005/2009.

Salah satu program pemerintah dalam rangka mendukung

program budaya baca tersebut adalah penyediaan fasilitas taman

bacaan masyarakat (TBM). Untuk mengetahui lebih jauh

perkembangan dan peran keberadaan TBM di Kota Salatiga,

berikut petikan wawancara reporter HB dengan Kasi Pendidikan

Luar Sekolah, Dinas Pendidikan Kota Salatiga, Dra. Ratna Susiani.

Apakah yang dimaksud TBM?

Taman bacaan masyarakat (TBM) merupakan salah satu

jenis perpustakaan yang menjadi wadah atau sarana yang

bertujuan memberikan pelayanan bahan bacaan bagi masyarakat

dalam rangka mendorong masyarakat gemar membaca. Pada

awalnya, TBM ini merupakan kegiatan swadaya masyarakat yang

telah memiliki kesadaran membaca, dengan membuat pojok

baca, untuk dikonsumsi oleh masyarakat disekitarnya. Sehingga,

TBM berawal dari partisipasi masyarakat dan direspon

p e m e r i n t a h d e n g a n p e m b e r i a n b a n t u a n u n t u k

pengembangannya.

Apakah tujuan pemerintah melalui TBM?

Tujuan dikembangkannya TBM adalah untuk membangun

masyarakat yang berpengetahuan, berbudaya, maju, dan mandiri.

Selain itu, TBM juga merupakan suatu sarana untuk mendukung

salah satu program pemerintah, yaitu Gerakan Desa Tuntas Buta

Aksara. Hal ini karena masyarakat yang telah mengikuti Gerakan

Desa Tuntas Buta Aksara harus tetap dibina dan dilestarikan

kemampuannya dalam membaca. Diharapkan, TBM dapat

dimanfaatkan sebagai sarana untuk mempertahankan

kemampuan membaca selain untuk mendapatkan pengetahuan

dalam berbagai bidang.

Bagaimanakah kebijakan pemerintah dalam membina

dan mendukung TBM?

Kebijakan pemerintah dalam hal ini termasuk dalam

kebijakan pembangunan pendidikan non formal. Salah satu

misinya adalah mendorong terwujudnya masyarakat

pembelajar sepanjang hayat melalui peningkatan budaya baca.

Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mendukung

keberadaan TBM, pemerintah mengadakan dua kegiatan.

Pertama, memberikan bantuan sosial rintisan dan penguatan

TBM. Kedua, mengadakan diklat (pendidikan dan pelatihan, red)

bagi pengelola TBM dengan materi pengelolaan administrasi

TBM, tata cara pelayanan masyarakat, pengelolaan buku TBM,

termasuk di dalamnya, pengategorian buku.

Berapakah TBM yang telah mendapat bantuan/fasilitas

dari pemerintah di Kota Salatiga?

Sampai sekarang, baru ada 12 TBM yang telah

mendapatkan bantuan dari pemerintah seperti. TBM itu adalah

Damarjati, DIAN, Al Huda, Ganesha, Taman Pustaka, Remas

Raudhatul Muttaqin, Salafiyah Darul Muhajiri, Sinar Kasih,

Remaja Naggulan Peduli Pendidikan, Puspa Warna, Futukhiyah,

dan Siranda Ilmu. Masing berlokasi di Jalan Damarjati, Jalan

Argopuro, Klumpit (Sidorejo Kidul), Jalan Yatama (Tingkir Lor),

Randuares (Kumpulrejo), Jalan Nanggulan, Nobokulon, Jalan

Argowilis, dan Jalan Siranda Raya.

Bantuan seperti apakah yang digulirkan pemerintah

untuk TBM?

Bantuan itu dalam bentuk dana untuk pembelian buku

dan sarana prasarana TBM, seperti pengadaan rak buku, meja

dan kursi, serta untuk keperluan administrasi pelaksanaan TBM.

Sedangkan untuk operasional TBM, dalam hal ini kesejahteraan

bagi pengelolanya, sampai saat ini pemerintah belum dapat

mengalokasikan dana untuk keperluan tersebut. Sehingga, TBM

MembangunMasyarakat dengan TBM

Laporan Utama

Dra. Ratna Susiani

Foto/HB:Panji

Page 13: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 13

sangat mengandalkan jiwa sosial dari para pengelolanya. Hal ini

juga dapat dilihat dari waktu operasional TBM. Pada umumnya,

TBM buka mulai pukul 15.00 s.d. 17.00 WIB. Pada siang hari, ada

pengelola TBM yang bekerja atau kuliah sehingga TBM hanya

dapat dibuka di luar aktivitas rutin pengelola.

Bagaimana tata cara untuk mendapatkan bantuan sosial

TBM?

Bantuan sosial TBM ini dapat diperoleh dengan cara

mengajukan proposal bantuan sosial TBM melalui Dinas

Pendidikan Kota Salatiga. Syarat yang harus dipenuhi adalah

syarat administrasi dan teknis. Syarat administrasi meliputi

permohonan tertulis; tidak/belum memperoleh bantuan;

mendapatkan rekomendasi dari Dinas Pendidikan; memiliki

surat/akte pendirian TBM/lembaga; dan memiliki rekening bank

atas nama TBM/lembaga. Sedangkan syarat teknis mencakup

memiliki tempat dengan ukuran minimal 12 meter persegi;

memiliki koleksi bahan bacaan (nonkurikulum) 50 judul dan 200

eksemplar; memiliki sarana/peralatan pengelolaan TBM; dan

telah memiliki (minimal) 2 orang tenaga pengelola.

Selain TBM yang memperoleh fasilitas dari pemerintah,

adakah TBM lain yang mandiri?

Ide awal lahirnya TBM ini berasal dari masyarakat yang

peduli pada lingkungan sekitarnya. Jadi, memang, selain TBM

yang difasilitasi pemerintah ada TBM yang dikelola masyarakat

secara swadaya. TBM tersebut dibiayai oleh suatu lembaga,

yayasan, organisasi sosial, atau tempat- tempat ibadah.

Apakah keberadaan TBM tersebut masih efektif di tengah

perkembangan teknologi yang makin pesat?

TBM yang difasilitasi pemerintah mengambil lokasi di

daerah pedesaan karena memang sebagai sarana pendukung

Gerakan Desa Tuntas Buta Aksara. Dengan begitu, sejauh ini, TBM

masih merupakan sarana pembelajaran sepanjang hayat yang

efektif. Hal ini tidak lepas dari keberadaan TBM yang dekat

dengan masyarakat sehingga sangat mudah dijangkau dan bebas

biaya administrasi karena bukan merupakan persewaan buku.

Adakah kendala yang dihadapi TBM?

Pada umumnya, TBM di Salatiga ini terkendala dalam

persoalan sarana prasarana, termasuk penyediaan buku. Mereka

belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat

sekitarnya walaupun pemerintah sudah berusaha untuk

membantu dengan bantuan sosial Rintisan dan Penguatan TBM.

Tentu saja bantuan ini masih sangat kurang. Selain itu, pengelola

TBM belum dapat mengelola TBM secara maksimal. Hal ini karena

pengelolaan TBM masih bersifat samben (sambilan, red) atau di

luar aktivitas utamanya. Keadaan ini dapat dimaklumi karena

memang tidak ada dana kesejahteraan bagi pengelola TBM.

Apakah harapan di masa yang akan datang tentang TBM di

Salatiga?

Keberadaan TBM sebagai pendidikan berbasis masyarakat

akhir-akhir ini semakin diminati di Kota Salatiga, terutama di

daerah pedesaan. Diharapkan, TBM semakin dapat meningkatkan

mutu/kualitas buku dan pelayanannya. Di sisi lain, pemerintah

juga akan tetap memberikan bantuan sosial rintisan dan

penguatan TBM serta menyelenggarakan pelatihan bagi

pengelola TBM. Lebih jauh, kami berharap dapat memunculkan

Fto

/B:S

oH

akt

iF

to/

B:S

oH

akt

i

Page 14: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 200814

ndonesia harus bebas dari ketertinggalan. Namun,

buta aksara menjadi kendala utama yang harus segera

dicarikan solusinya. IPengetahuan Dasar

Salah satu kendala dari ketertinggalan ini adalah prasyarat

bahwa nilai sebuah kemajuan dapat diukur dari tingkat ilmu dan

pengetahuan. Padahal, bagaimana hal itu dapat tercapai apabila

masyarakatnya tidak bisa membaca dan menulis.

Ketertingalan dan keterbelakangan atas ilmu pengetahuan

menyebabkan masyarakat pada posisi tawar yang rendah dalam

pergaulan ekonomi dan sosial. Penduduk buta aksara tidak dapat

memberikan konstribusi secara optimal terhadap proses

pembangunan di berbagai segmen kehidupan. Oleh karenanya,

saat ini Pemerintah Indonesia tertantang untuk mengubah nasib

rakyatnya agar melek aksara. Melek aksara adalah pengetahuan

dasar (basic) yang menjadi prasyarat mutlak bagi seseorang

untuk mengetahui jendela dunia.

Pemerintah menyadari kenyataan ini sebagai masalah

krusial yang memerlukan perhatian dan penanganan serius.

Pemberdayaan masyarakat adalah tanggung jawab bersama

seluruh elemen bangsa. Semua pihak harus meyadari bahwa

peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat harus

dilakukan seiring antara harapan dan tujuan. Dalam hal ini

pemerintah dan masyarakat sepakat bahwa jalur pendidikan--

baik formal, informal, maupun nonformal--merupakan langkah

strategis untuk mencerdaskan dan mengentaskan bangsa dari

keterpurukan. Dengan menyamakan persepsi tentang

pentingnya nilai sebuah pendidikan, belajar dapat dilakukan

sepanjang hayat, dimanapun, oleh siapapun, tanpa batas ruang

dan waktu. Jadi, tidak ada kata terlambat untuk terus belajar.

Semangat inilah yang terus memotivasi kalangan pendidikan

untuk meningkatkan kinerjanya kepada masyarakat luas, salah

satunya melalui jalur pendidikan non formal dengan program

Pemberantasan Buta Aksara demi memberikan pencerahan bagi

nilai kemajuan suatu bangsa.

Salatiga siap tuntaskan buta aksara

Optimisme program pemberantasan buta aksara secara

nasional dapat terwujud apabila mendapat dukungan yang

memadai dari seluruh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota

beserta masyarakatnya. Strategi yang dilakukan pemerintah

pusat untuk pemberantasan buta aksara ini memprioritaskan

provinsi dan kabupaten/kota yang tingkat buta aksaranya

tinggi. Stimulan yang diberikan oleh pemerintah pusat adalah

pemberian anugerah Pratama bagi yang mampu menuntaskan

85 persen, Tuntas Madya jika 90 persen, dan Tuntas Utama jika

95 persen. Bagi pemerintah daerah yang telah mencapai target

100 persen penduduk bebas buta aksara akanmemperoleh

pengharagaan Tuntas Paripurna.

Oleh karena itu, untuk dapat menuntaskan kewajibannya

dalam pemberantasan buta aksara di Kota Salatiga, Dinas

Pendidikan Kota Salatiga merencanakan program aksi

pemberantasan Buta Aksara pada tahun 2008 ini. Program

tersebut diselenggarakan melalui serangkaian kegiatan, seperti

keaksaraan lanjutan (tahap pelestarian), keaksaraan mandiri

(tahap pelestarian), evaluasi pembelajaran warga belajar di tiap

kelompok belajar yang tersebar di beberapa wilayah

desa/kelurahan, dan pemberian Surat Keterangan Melek Aksara

(Sukma) II dan III. Harapan Dinas Pendidikan, target 95 persen

penduduk bebas buta aksara dapat tercapai pada akhir tahun

ini.

Manfaat pemberantasan buta aksara ini telah terasa bagi

pembangunan jati diri masyarakat. Oleh karenanya, program ini

akan terus dilaksanakan tanpa batas yang ditentukan sesuai

dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi masyarakat Salatiga.

Langkah ini diambil oleh Pemerintah Kota Salatiga dan

dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota Salatiga beserta

kelurahan dan kecamatan. Kebijakan ini juga didukung oleh

berbagai mitra kerja, di antaranya adalah Tim Penggerak PKK,

Muslimat NU, Aisyiyah, GOW, PKBM (Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat), dan Pondok Pesantren. Pelaksanaan tugas dan

Pendidikan

Salatiga Siap Melek Huruf

Minat baca generasi penerus semakin meningkat.

Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi

Page 15: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 15

tanggung jawab mereka berdasarkan kepada ketetapan UUD

1945 pasal 31, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,

Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional

Percepatan Penuntasan Buta Aksara, Peraturan Mendiknas No.

35 Tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan percepatan

penuntasan Buta Aksara, serta MOU Mendiknas dan Gubernur

Jawa Tengah dan bupati/walikota se-Jawa Tengah tanggal 10

Juni 2006 tentang penuntasan Buta Aksara di Provinsi Jawa

Tengah.

Tujuan yang ingin dicapai melalui program

pemberantasan buta aksara di Kota Salatiga secara umum

adalah melaksanakan program Gerakan Nasional

Pemberantasan Buta Aksara, melaksanakan MoU tentang

penuntasan Buta Aksara di Provinsi Jawa Tengah, memberikan

bekal ketrampilan kepada warga belajar agar dapat mandiri, dan

membuka wawasan masyarakat akan arti penting belajar dan

pengetahuan. Oleh karena itu, pemerintah lebih spesifik dalam

membidik masyarakat yang menjadi sasaran program ini.

Mereka adalah yang sama sekali tidak dapat membaca, menulis,

dan berhitung; anak putus sekolah dasar (SD) yang hanya

mengeyam pendidikan dari kelas 1 sampai kelas 3 SD;

masyarakat pengangguran dan berpenghasilan rendah; dan

masyarakat buta aksara prioritas berusia 15 -44 tahun atau usia

diatas 45 tahun.

Partisipasi Warga

Dalam rangka mendukung keberhasilan program buta

aksara, secara teknis, pemerintah melalui Diknas Kota Salatiga

melakukan pendataan penduduk yang buta aksara. Mereka

dibagi dalam kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari 10-

20 warga belajar. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan di setiap

desa/kelurahan melalui pendekatan keaksaraan fungsional

dengan ciri pokok konteks lokal, yaitu kegiatan pembelajaran

dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, budaya, serta potensi

loka l yang ada d i sek i t a r warga be la j a r . Tu to r

(penga jar ) /penye lengara d iambi l dar i penduduk

setempat/relawan atau seseorang yang memiliki pengaruh

(tokoh masyarakat). Harapannya, mekanisme ini lebih mudah

menjangkau masyarakat yang benar-benar menjadi sasaran

pemberantasan buta aksara. Tutor dan penyelenggara harus

memiliki kapasitas dan kemampuan mengajar agar dapat

melaksanakan tugas dengan baik. Bersama warga belajar,

mereka merancang kegiatan pembelajaran di kelompok belajar

sesuai dengan minat warga sekitar, termasuk masalah prasarana

belajar yang bisa dilakukan di rumah warga/balai

RT/RW/Kelurahan/Pondok pesantren/tempat ibadah yang

dapat terjangkau dan nyaman untuk kegiatan tersebut.

Kesepakatan tersebut sebagai wujud nyata partisipasi

aktif warga dalam menentukan tahapan perencanaan dan

pelaksanaan belajar. Meskipun demikian, program ini tetap

memiliki target waktu pembelajaran untuk menghasilkan

evaluasi dengan mengacu pada ketentuan formal yang

ditetapkan dari Diknas, yaitu tahap keaksaraan dasar, tahap

keaksaraan lanjutan, dan tahap keaksaraan mandiri. Tahap

keaksaraan dasar atau tahap pemberantasan dilaksanakan

sebanyak 144 jam pelajaran selama 6 bulan. Tahap keaksaraan

lanjutan atau tahap pembinaan dilaksanakan sebanyak 96 jam

pelajaran selama 4 bulan. Tahap keaksaraan mandiri atau tahap

pelestarian dilaksanakan sebanyak 68 jam pelajaran selama 1,5

sampai 2 bulan.

Dari strategi dan langkah tersebut diatas, diperoleh data

bahwa pada tahun 2006 dengan penekanan pada tahap

pemberantasan buta aksara telah mencapai sasaran sampai 50 %.

Kemudian, pada tahapan pemberantasan yang dilaksanakan

pada tahun 2007 berhasil mencapai 95 % dan secara kuantitas

telah mampu mengentaskan sebanyak 3.097 penduduk Salatiga

dari buta aksara. Mereka yang telah bebas buta aksara

memperoleh Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA).

Selanjutnya, pada tahun ini, Kota Salatiga menargetkan untuk

menuntaskan program buta aksara melalui dua tahap, yaitu

dimulai dengan tahap pembinaan sebanyak 118 kelompok yang

terdiri dari 2004 warga belajar, kemudian dilanjutkan dengan

tahap pelestarian dengan kapasitas 3.247 yang terbagi dalam 187

kelompok.

Tingkatkan PD

Kelancaran program ini tidak terlepas dari kebutuhan akan

pendanaan. Untuk itu, pemerintah Kota Salatiga melalui Program

Pemberantasan Buta Aksara telah mengalokasikan anggaran

sebesar Rp 1.401.140.000,00 yang berasal dari sumber APBD Kota

Salatiga sebesar 20 %. Pemerintah Kota Salatiga juga mendapat

dukungan dana sesuai MOU antara pemerintah pusat dan

provinsi, dari anggaran APBD Pemerintah Provinsi sebesar 50 %

dan dari Pemerintah Pusat melalui APBN sebesar 30 %. Alokasi

dana yang cukup besar tersebut diharapkan mampu menekan

angka buta aksara di Kota Salatiga.

Keberhasilan program melek aksara ini menjadi bernilai

lebih bila menyaksikan masyarakat yang buta aksara bisa

mengimplementasikan kemampuan membaca, menulis, dan

berhitung dalam menunjang kelancaran kehidupan mereka.

Mereka dapat mengetahui berita yang tertempel di balai desa,

dapat berhitung untuk berdagang, mengetahui haknya dalam

sertifikat rumah-tanah dan sebagainya. Kemajuan ini dapat

menghindarkan mereka dari kepentingan-kepentingan yang

merugikan masyarakat desa dan pelosok yang masih lugu. Lebih

dari itu, yang lebih penting adalah meningkatkan kepercayaan

diri mereka untuk dapat bersosialisasi dengan masyarakat luas

dan modern.

Program ini mengupayakan agar masyarakat di berbagai

lapisan dan penjuru daerah benar-benar terentaskan dari buta

huruf. Sebagai tindak lanjutnya, pemerintah akan tetap

melakukan pembinaan kepada warga belajar agar menjaga

kelangsungan pembelajaran aksara melalui berbagai kegiatan

seperti membuka Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di kantong-

kantong buta aksara; menyelenggarakan Kelompok Belajar Usaha

(KBU) dengan memberikan dana stimulan kepada kelompok

Page 16: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 200816

nggota Panitia Pengawas (Panwas) Pemilihan

Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Kota

Salatiga telah terbentuk. Secara langsung Ketua APanwaskot Mashuri AK menyatakan siap menghadapi dan

mensukseskan Pemilihan gubernur kali ini.

Sekarang ini personil Panwaskot adalah: Mashuri AK dari

unsure Pers, Syaemuri dari unsure Masyarakat, Astuti Sakdiyah

dari unsure Perguruan Tinggi, Wagino, SH dari Kejaksaan Kota

Salatiga dan AKP Sudarsono, SH dari Kepolisian.

Sedangkan panwas tingkat Kecamatan adalah sebagai

berikut:

Kecamatan Sidorejo BRIPKA Muhammad Ridwan

Kepolisian, Srihono Masyarakat, Adri Beni Masyarakat.

Kecamatan Sidomukti BRIPKA Maryoto Kepolisian, Aris

Supriyadi, S.Ag, Masyarakat, Farida Krisnayanti N dari unsur

Masyarakat.

Kecamatan Argomulyo AIPTU Suparjo Kepolisian,

Sukahar Soedarno Masyarakat, Rahmadi, BA Masyarakat.

Kecamatan Tingkir AIPTU Zaini Dahlan Kepolisian, Edy

Suratno Masyarakat, Sutardi PNS Kec. Tingkir.

Untuk visi Panwas Pilgub adalah menciptakan

pengawasan yang mandiri dan non partisan, bekerja secara

transparan, jujur, adil dan dapat dipertanggung jawabkan, serta

mendapat legitimasi hukum dan politik. Dan misi Panwas pilgub

melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan, meningkatkan partisipasi masyarakat di dalam

pengawasan, serta membangun kerja sama dalam rangka

mewujudkan Pilgub yang luber dan jurdil.

Panwas memiliki tugas dan tanggung jawab pada sektor

pengawasan. Pengawasan dalam hal ini terdiri dari semua

tahapan pimilihan gubernur. Pengawasan yang dilakukan

mencakup pengamatan,pengkajian, pemeriksaan dan penilaian

proses penyelenggaraan Pilgub sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Rentang waktu pengawasan dilaksanakan

mulai pendaftaran pemilih sampai pada pelantikan calon

gubernur dan wakilnya yang terpilih. Jadi tidak terbatas dalam

talam waktu dan tanggal tertentu, sebab bisa jadi prosesnya

melebihi jadwal yang dijadwalkan.

Panwas da l am pengawasan j uga memi l i k i

kewenangan/kekuasaan pada hak akses informasi. Pihak-pihak

terkait wajib memberikan kemudahan kepada panitia pengawas

pemilihan untuk memperoleh informasi sesuai dengan

perundang-undangan. Dan bila diperlukan Panwas dapat

meminta bantuan polisi untuk mendapatkan informasi. Dalam

hal terjadi kegagalan untuk mendapatkan informasi, panwas

diperbolehkan melaporkan para pihak kepada polisi untuk

mengambil tindakan yang perlu sesuai dengan hukum.

Meskipun begitu Panwas dalam tugas pengawasan harus

membawa surat resmi. Artinya anggota Panwas membawa surat

tugas resmi sebagai bukti kewenangan untuk mengawasi.

Mekanisme pengawasan, Ketua Panwas Mashuri AK

menjelaskan, ada dua mekanisme yaitu: pertama, melakukan

pengawasan aktif: memilih satu atau beberapa tahapan sasaran

untuk difokuskan pada setiap tahapan Pilgub yang mempunyai

potensi besar terjadinya pelanggaran, melakukan pengawasan

acak terhadap sasaran kegiatan/tahapan tertentu pada

pemilihan dan meminta informasi dalam pengawasan Pilgub

dari penyelenggara kepada pihak terkait. Kedua, memilih

sasaran yang disesuaikan dengan tingkatnya masing-masing.

Pembagian tugas Panwaskot adalah berdasarkan sesuai

dengan kepengurusan, yaitu: Ketua Mashuri, Wakil Ketua

Syaemuri, Pelaporan: Astuti Sakdiyah, Pengawasan: agino, SH.

Penyelesaian sengketa: AKP Sudarsono.

Sedangkan tugas Panwas Kecamatan memiliki tugas kerja

untuk membantu semua tugas panwas Kota pada setiap

kecamatan masing-masing.

Kesiapan secara umum sudah disiapkan mulai : Pertama,

personil terbentuk sampai tingkat kecamatan. Kedua, sarana

prasarana walau pun kapasitasnya sangat terbatas, ketiga,

Kesiapan pengetahuan tentang kepengawasan. Kami semua

anggota panwas telah diberi pengarahan tentang materi,

perundang-undangan, sampai pada kemungkinan

permasalahan atau hambatannya. Kelima, kerja sama

institusi/Instansi terkait dan persiapan lainnya.

Kendala dalam melaksanakan tugas yang dihadapi

panwas adalah keterbatasan personel pengawas sampai tingkat

kelurahan atau TPS. Panwaskot dan Panwascam yang

PANWASKOT Siap Hadapi Pilgub

Ragam

Mashuri AK

Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi

Page 17: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 17

personilnya berjumlah 17 personil harus menangani seluruh

masyarakat dan semua wilayah Salatiga yang terdiri dari 22

Kelurahan dan empat kecamatan. Kesulitan lain adalah

kekurangan sumber keuangan, volume pekerjaan yang tinggi,

keamanan anggota dan pelapor dapat ditangani sebagaian

dengan dengan cara berkordinasi dengan pihak-pihak yang

berbeda dan bahkan dengan menerima sukarelawan dari

masyarakat.

Namun Panwas juga dibantu beberapa instansi dan

ormas demi kelancaran tugas. Mereka adalah: Pemerintah

Propinsi, Pemerintah kota, Kepolisian, kejaksaan, KPUD Salatiga,

Lembaga Swadaya Masyarakat dan Organisasi Masyarakat.

Kerjasama ini didasarkan pada prinsip-prinsip kemandirian,

keterbukaan, keadilan dan dapat dipertanggung jawabkan.

Bila ada masalah Panwas menyikapi dengan beberapa

kriteria. Ada 3 kreteria masalah :pertama, Sengketa,

diselesaiakan secara perusasif mempertemukan para fihak

untuk dicari solusinya. Kedua, pelanggaran administrasi

diserahkan ke KPU untuk diambil tindakan sesuai peraturan. Dan

ketiga, pelanggaran yang mengandung unsur pidana

diserahklan ke aparat penyidik (kepolisian).

Bila mendapati suatu pelanggaran selama pengawasan

maka Panwas mengkaji dan bukti selama 7 hari. Bila

memerlukan waktu atau penjelasan lebih, maka dapat

diperpanjang sampai 14 hari. Setelah itu diputuskan hasilnya

apakah masuk dalam tindak pidana, pelanggaran administratif

ataukah tidak ada pelanggaran.

Jika pelanggaran sifatnya Pidana maka akan diteruskan

kepada penyidik/polisi. Sedangkan bila masuk pelanggaran

administratif akan diteruskan kepada KPU sesuai tingkatnya.

Namun jika tidak masuk pelanggaran maka dilakukan

penghentian proses.

Potensi kerawanan dalam pelaksanaan pemilihan

gubernur dan wakil paling banyak pada saat: Pertama,

pendaftaran pemilih, protes fihak-fihak yang merasa belum

terdaftar Pemungutan suara. Kedua, Kampanye. Kampanye

terbuka (arak-arakan dll). Ketiga, pada saat pemungutan suara.

Adanya intimidasi, penggiringan/pengarahan untuk milih calon

tertentu. Keempat, saat penghitungan suara. Dimungkinkan

terjadi kesalahan penghitungan dan atau penggelembungan

suara ataupun pengurangan pada pasangan tertentu. Dan

keenam, saat penetapan calon terpilih. Karena adanya masalah

yang ditimbulkan sebelumnya maka proses penetapan

pemenang pun akan terhambat.

Masalah lain yang sangat umum berlaku di masyarakat

adalah Money Politik. Istilah ini menjadi polpuler ketika sistem

pemerintah ini berubah dari sentralistik menjadi sistem

pemerintahan desentralistik dengan segala kekurangan dan

kelebihannya masing-masing. Peristiwa ini biasanya muncul dan

mengiringi proses pemilihan langsung, baik pemilihan presiden,

gubernur maupun bupati/ walikota bahkan sampai ke pemilihan

kepala desa.

Kebiasaan ini cenderung terjadi di masyarakat yang

kurang mendapat informasi dan pendidikan politik yang wajar

sebagai bagian dari warga negara. Oleh karena itu money politik

dapat dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap hak-hak

politik masyarakat sebagai warga negara.

Money politik dalam dunia politik sebenarnya tidak hanya

berwujud uang, tapi juga bisa barang dan lain sebagainya. Resiko

money politik adalah hukum, dalam aturan UU. No. 32 Tahun

2004 Tentang Pemerintah Daerah, Pasal 117 ayat 2

menyebutkan:”Setiap orang dengan sengaja memberi atau

menjanjikan uang atau materi lainnya kepada seseorang untuk

tidak mengunakan hak pilihnya, atau memilih pasangan tertentu,

atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga

surat suaranya menjadi tidak sah, diancam dengan pidana

penjara paling singkat 2 bulan dan paling panjang 12 bulan dan

atau denda paling sedikit 1.000.000 dan paling banyak

10.000.000”.

Sedang dalam Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005

pasal 64 ayat 1 dan 2 menyebutkan:”Pasangan calon dan atau tim

kampanye dilarang menjanjikan dan atau memberikan uang atau

materi lainnya untuk mempengaruhi pemilih, pasangan calon dan

atau tim kampanye yang terbukti melakukan pelanggaran

sebagaimana dimaksud di atas berdasarkan putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dikenai sangsi

pembatalan sebagai calon oleh DPRD”

Ketua Panwas menjelaskan, bahwa upaya proses

pencegahan money politik merukan pekerjaan berat dan tidak

mudah serta-merta hilang. Perlu perjuangan dan tanggung jawab

kita semua. Karena pelanggaran ini imbasnya akan berdampak

pada masyarakat. Contoh sederhana, kalau pejabat ingin

berkuasa, di awal sudah mengeluarkan uang/modal, maka ketika

menjabat nanti bisa-bisa yang dipikirkan pertama kali adalah

bagaimana modal kembali.

”Di Salatiga, dari kesemua pasangan Cagub dan Cawagub

Page 18: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 200818

emilihan umum Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa

Tengah periode 2008-2013 sebentar lagi akan

dilaksanakan, tepatnya pada hari Minggu (22/6) Pmendatang. Pesta demokrasi lima tahunan kali ini terasa istimewa

bagi masyarakat Jateng karena merupakan pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur yang pertama kali dilaksanakan secara

langsung oleh rakyat. Memang di zaman reformasi ini rakyat

mendapat hak yang lebih luas untuk dapat memilih sendiri kepala

daerahnya sesuai hati nuraninya.

Membahas pemilu di negeri ini, tentunya tidak lepas pula

dari suatu komisi yang dibentuk pemerintah sebagai

penyelenggara pemilu yakni KPU atau Komisi Pemilihan Umum.

Secara institusional, KPU yang ada sekarang merupakan KPU yang

ketiga yang dibentuk setelah pemilu demokratis sejak reformasi

1998. KPU yang pertama (1999-2001) dibentuk dengan Keppres

No. 16 Tahun 1999. KPU kedua (2001-2007) dibentuk dengan

Keppres No. 10 Tahun 2001. Sedangkan KPU ketiga (2007-2012)

dibentuk berdasarkan Keppres No. 101/P/2007. Berikut laporan

reporter HB tentang persiapan KPU Salatiga menjelang pilgub

2008.

Anggota KPU Salatiga

KPU Kota Salatiga yang berlokasi di Jalan Ki Penjawi,

Salatiga, ini diketuai oleh K. Drs. Tamam Qaolany dan terdiri atas

empat orang anggota. Keempatnya adalah Muh. Fauzi,

S.Ag,M.Ag, Satuf Rohul Hidayat, S.E., R. Bambang Adi Nugraha,

S.H., dan Dyah Sari Marhaeny. Susunan KPU Kota Salatiga ini

sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 22 Tahun 2007

tentang Penyelenggara Pemilu yang menyebutkan tentang

komposisi keanggotaan KPU harus memperhatikan keterwakilan

perempuan sekurangkurangnya 30 %.

Pekerjaan KPU Kota

Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2007 yang diatur lebih lanjut

dengan Keputusan KPU Provinsi Jawa Tengah No. 2 Tahun 2007,

ada dua belas tugas dan wewenang KPU Kota Salatiga dalam

pemilihan umum Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah.

Tugas tersebut adalah membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam

wilayah kerjanya; mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan

mengendalikan semua tahapan penyelenggaraan pemilu dengan

memperhatikan pedoman dari

KPU dan atau KPU Provinsi; dan

memutakhirkan data pemilih

b e r d a s a r k a n d a t a

kependudukan dan menetapkan

data pemilih sebagai daftar

pemilih.

Selanjutnya KPU Kota

Salatiga juga memiliki tugas dan

kewenangan untuk menerima

daftar pemilih dari PPK serta

m e n e t a p k a n d a n

mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara

berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara dari seluruh

PPK dengan membuat berita acara penghitungan suara dan

sertifikasi hasil penghitungan suara. Selain itu, KPU Kota Salatiga

membuat berita acara penghitungan suara serta membuat

sertifikasi hasil penghitungan suara dan wajib menyerahkan

kepada saksi peserta pemilu yang hadir dan memiliki surat

mandat dari Ketua dan Sekretaris atau pimpinan dengan

sebutan lainnya partai politik atau tim kampanye peserta pemilu

kepada panwaslu kota dan KPU Provinsi.

Masih menjadi tugas dan kewenangan KPU Kota Salatiga

adalah memeriksa pengaduan dan atau laporannya lainnya

pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh anggota PPK, PPS

dan KPPS; menindaklanjuti dengan segera semua temuan dan

laporan yang disampaikan oleh panwaslu kota; serta

menonaktifkan sementara dan atau mengenakan sanksi

administratif kepada anggota PPK, PPS, Sekretaris KPU Kota

Salatiga yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan

terganggunya tahapan penyelenggaraan pemilu berdasarkan

r e k o m e n d a s i p a n w a s l u k o t a d a n k e t e n t u a n

perundangundangan yang berlaku.

Tugas dan kewenangan KPU Kota Salatiga yang terakhir

adalah melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan pemilu;

membuat evaluasi dan laporan penyelenggaraan pemilu

Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah kepada KPU

Provinsi; dan melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang

diberikan oleh KPU, KPU Provinsi dan atau undangundang.

Dari tugas dan wewenang tersebut, terlihat adanya

perbedaan mengenai hierarki pertanggungjawaban dari KPU

kabupaten/kota. Semula, menurut UU No. 32 Tahun 2004, KPU

bertanggung jawab kepada DPRD. Setelah disesuaikan dengan

UU No. 22 Tahun 2007, KPU kabupaten/kota bertanggung jawab

kepada KPU provinsi yang notabene selaku pihak yang memiliki

gawe dalam Pilgub Jawa Tengah 2008.

Persiapan

Dalam rangka pelaksanaan Pemilihan Umum Gubernur

dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, KPU Kota Salatiga telah

melaksanakan berbagai tahapan. Tahapan tersebut adalah

pembentukan/pengangkatan dan pelantikan PPK, PPS, dan

KPU SalatigaSiap Songsong Pilgub 2008

Ragam

Page 19: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 19

Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (gastarlih) dari tanggal 12

November 2007 s.d 20 Januari 2008. Tahapan berikutnya adalah

pemutakhiran data pemilih sejak menerima DP4 (daftar

penduduk pemilih potensial) dari Pemerintah Kota Salatiga

(Kantor Dukcapil) sampai tersusunnya daftar pemilih tetap (DPT)

dari tanggal 6 Desember 2007 s.d 27 Maret 2008.

Adapun tahapan pemilu yang sedang dilaksanakan oleh

KPU Kota Salatiga terdapat lima tahap. Pertama, pembentukan

KPPS yang dijadwalkan selambatlambatnya tanggal 22 Mei 2008

sudah selesai.

Kedua, KPU Kota Salatiga juga melakukan sosialisai Pilgub

2008. Sosialisasi ini diberikan kepada pemilih pemula, generasi

muda, pemilih perempuan, dan pemilih tingkat akar rumput.

Pemilih pemula adalah pemilih yang baru pertama kali ikut

dalam proses pemilu. Keempat pemilih tersebut memiliki

karakteristik yang berbeda. Jadi, kegiatan sosialisasinya pun

dilaksanakan secara berbeda, baik dari segi bentuk sosialisasi

hingga pemakaian sarana dan bahasa yang digunakan. Namun,

secara umum, materi sosialisasinya sama, sesuai petunjuk dari

KPU Provinsi Jawa Tengah.

Dalam pelaksanaan sosialisasi, KPU Kota Salatiga

menjalin kerja sama dengan berbagai unsur dan elemen

masyarakat. Di antara berbagai elemen masyarakat itu adalah

KNPI (untuk pemuda), KPI (untuk pemilih perempuan), instansi-

instansi pemerintah dan RSPD. Sosialisasi yang dilaksanakan

oleh KPU Kota Salatiga sendiri diperuntukan bagi pemilih

pemula dan SKPD. Sasaran sosialisasi yang lainnya dilakukan

oleh pihak kedua dengan terlebih dahulu membuat proposal

sosialisasi Pilgub kepada KPU. Dalam kegiatan ini, KPU hanya

menangani masalah pendanaan.

Sosialisasi ini dilaksanakan dalam bentuk dialog, siaran

unit mobil keliling, penyebaran pamflet, pertemuan di tingkat

SKPD, kecamatan, dan kelurahan sesuai jadwal yang telah

ditetapkan.

Tiga tahap berikutnya adalah pengecekan lokasi TPS per

kelurahan; pengadaan logistik pemilu; dan persiapan

pembentukan pos monitoring kampanye. Logistik Pilgub 2008

Kota Salatiga saat ini sudah siap karena memang sebagian masih

menggunakan logistik dari Pilpres 2004.

Logistik yang sudah siap adalah kotak suara, bilik suara, alat

coblos, dan bantalan. Dengan demikian, KPU Kota Salatiga

tinggal menghitung tingkat kebutuhan dan nantinya

didistribusikan ke TPS bersama surat suara sejumlah pemilih yang

terdaftar, ditambah 2,5% sebagai cadangan.

Monitoring kampanye dilakukan oleh KPU, Panwaslu

(Panitia Pengawas Pemilu) dan desk pilkada. Meskipun demikian,

untuk saat ini sifatnya masih menunggu apakah Kota Salatiga

nantinya akan menjadi tempat pelaksanaan kampanye dari para

pasangan calon atau tidak. Dalam hal ini, KPU Kota Salatiga hanya

menyediakan tempat yang telah mendapatkan ijin dari

Pemerintah Kota Salatiga dan telah dikoordinasikan dengan

panwaslu sebagai tempat penyelenggaraan kampanye.

Hambatan dan Kendala

Ada empat isu krusial dalam Pilgub 2008, yaitu pencalonan,

daftar pemilih, kampanye, dan koordinasi antarpenyelenggara

pilgub. Namun, karena pilgub ini merupakan kegiatan KPU

Provinsi, maka pencalonan dilaksanakan oleh KPU Provinsi.

Kerawanan dalam proses ini sangat minimal karena para

pasangan calon adalah mantan pejabat yang tentunya sudah

terseleksi ketika mereka dulu akan diangkat sebagai pejabat.

Kampanye pilgub masih belum menjadi kendala karena

Page 20: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 200820

ampak atau dalam bahasa Jawa biasa disebut

tampek atau gabag merupakan salah satu

penyakit yang berpeluang menimbulkan wabah. CBahkan, penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada anak-

anak, terutama di negara berkembang, seperti Indonesia.

Fase Campak

Campak disebabkan oleh virus campak atau morbili yang

ditularkan melalui pernafasan, yakni percikan ludah dari hidung,

tenggorokan, atau mulut. Gejala penyakit campak sulit dideteksi

secara dini, karena gejalanya hampir sama dengan penyakit flu

biasa seperti batuk, piliek, dan demam.

Menurut dr. Asti Praborini, Sp.A, spesialis anak dari RS M.H.

Thamrin Internasional, Jakarta, secara garis besar penyakit

campak bisa dibagi menjadi tiga fase: 1.fase pertama disebut

masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari. Pada fase ini

anak sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak

gejala apapun. 2.fase kedua disebut fase prodmoral. Pada fase ini

baru timbul gejala seperti penyakit flu yaitu batuk, pilek, dan

demam. Mata menjadi kemerah-merahan dan berair. Bila melihat

sesuatu, mata akan silau (photophobia). Di sebelah dalam mulut

muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari.

Terkadang, penderita juga mengalami diare. Satu sampai dua hari

kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5

derajat celcius. 3.fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak

merah seiring dengan demam yang tinggi. Bercak muncul

bertahap mulai dari belakang kuping, leher, dada, muka, tangan,

dan kaki. Biasanya bercak akan memenuhi seluruh tubuh dalam

waktu sekitar satu minggu. Namun bila daya tahan tubuh anak

baik, bercak merahnya tak terlalu menyebar dan tak terlalu penuh.

Setelah itu, demam akan turun dengan sendirinya. Selanjutnya

bercak merah akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik

(hiperpigmentasi) lalu rontok atau sembuh dengan sendirinya.

Waspadai Komplikasi

Penularan pada penyakit campak perlu diwaspadai.

Pasalnya, penularan berlangsung cepat melalui perantara udara

atau semburan ludah (droplet) yang terhisap lewat hidung atau

mulut. Penularan terjadi pada masa fase kedua hingga 1-2 hari

setelah bercak merah timbul.

Masalah lain yang perlu diwaspadai adalah komplikasi

(munculnya penyakit lain yang menyertai campak). Komplikasi

dapat terjadi karena virus menyebar melalui aliran darah ke

jaringan tubuh lainnya. Komplikasi radang paru-paru (broncho

pneumonia) dan radang

otak (ensefalitis) adalah yang

paling sering menimbulkan

kematian pada anak. Gejala

ensefalitis yaitu kejang satu

k a l i a t a u b e r u l a n g ,

kesadaran anak menurun,

dan panasnya susah turun

k a r e n a s u d a h t e r j a d i

komplikasi sampai ke otak.

C a m p a k j u g a b i s a

mengakibatkan kebutaan,

terutama pada penderita

y a n g m e n g a l a m i

kekurangan vitamin A.

Menurut Menteri Kesehatan RI, Dr. Siti Fadilah Supari,

Sp.JP(K), di Indonesia diperkirakan lebih dari 30 ribu anak

meninggal karena komplikasi yang diakibatkan oleh campak.

Anak Diisolasi

Apabila seorang anak telah terserang campak, orang tua

harus segera mengambil langkah berikut. 1.Rawat anak di kamar

yang terpisah (isolasi) dan hindari kontak langsung maupun tak

langsung (melalui peralatan sehari-hari seperti alam makan,

minum, baju, alas tidur, dll) antara penderita dengan orang lain.

2.Apabila penyakit campaknya berat atau sampai terjadi

komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit. 3.Berikan

makanan yang bergizi dan mudah dicerna agar daya tahan

tubuhnya meningkat. Disarankan, makanan yang banyak

mengandung vitamin A. 4.Berikan istirahat yang cukup.

5.Lakukan pengobatan yang tepat dengan berkonsultasi

dengan dokter. 6.Jangan memandikan anak yang masih demam.

Bila sudah tidak terjadi demam, anak bisa dimandikan untuk

menjaga kebersihannya badannya.

Campak Jerman

Selain penyakit campak yang biasa menyerang anak-

anak, ada penyakit campak lain yang disebut campak Jerman

atau rubella. Campak jenis ini jarang terjadi dan biasanya

menyerang anak yang lebih besar, sekitar usia 5 sampai 14

tahun. Namun, gejalanya hampir sama dengan campak biasa.

Campak Jerman sangat berbahaya bila menyerang wanita

hamil karena bisa menular ke janin yang sedang dikandung

Campak Bisa Mematikan

Kesehatan

Maria Agustini*

Penderita Campak:

* Diisolasi

* Beri makanan bergizi.

* Beri vitamin A

* Istirahat cukup

* Konsultasi dokter

* Jangan mandi jika demam

* Opname jika komplikasi

Page 21: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 21

melalui plasenta (ari-ari). Hal ini dapat mengakibatkan syndrom

rubella congenital (cacat bawaan akibat campak Jerman) pada

bayi yang dilahirkan. Bayi dapat mengalami ketulian, katarak

pada mata, dan pengapuran di otak, sehingga mengalami

keterbelakangan dalam perkembangannya. Oleh karena itu,

para pasangan suami istri yang sedang menantikan kelahiran

anaknya, harus pandai menjaga kesehatan ibu hamil.

BIAS

Imunisasi adalah tindakan pemberian vaksin (antigen

atau virus yang telah dilemahkan) untuk merangsang

pembentukan kekebalan tubuh pada seseorang untuk melawan

suatu penyakit. Penyakit campak merupakan salah satu penyakit

yang bisa dicegah dengan imunisasi sebagaimana penyakit

difteri, batuk rejan, hepatitis B, TBC, dan polio.

Di Indonesia, imunisasi campak diberikan saat anak

berusia 9 bulan. Sejak tahun 1990, program imunisasi di

Indonesia telah mencapai UCI (universal child imunization),

artinya lebih dari 80 persen bayi telah

mendapatkan imunisasi dasar lengkap

t e r m a s u k c a m p a k . N a m u n p a d a

kenyatannya, masih ditemukan banyak

kejadian luar biasa (KLB) campak di

beberapa daerah dan menyerang anak-

anak usia sekolah. Oleh karena itu,

pemerintah mengambil kebijakan untuk

melakukan pemberian imunisasi campak

ulangan/tambahan sebagai booster

(penguat) pada anak usia sekolah sehingga

tubuh anak dapat membentuk kekebalan

yang diharapkan.

Bulan imunisasi anak sekolah (BIAS)

adalah bulan ketika pemerintah melakukan

gerakan pemberian imunisasi pada anak

sekolah dasar. Untuk penyakit campak, BIAS

ditetapkan pada awal tahun pelajaran baru.

Tujuan imunisasi campak ini adalah

untuk memberikan perlindungan seumur

hidup kepada semua anak SD, MI, dan SDLB,

baik negeri maupun swasta, termasuk

pondok pesantren, terhadap penyakit

campak. Pemerintah berharap, imunisasi ini

mampu mengendalikan penularan penyakit

campak yang sangat mungkin terjadi di

lingkungan sekolah serta memutus mata

rantai penularan kepada balita.

Sebagai sebuah gerakan nasional,

BIAS campak ini telah dilakukan secara

bertahap. Pada tahap pertama, BIAS

campak diberikan satu kali kepada anak

kelas 1 sampai dengan kelas 6 sekolah dasar

dan dilaksanakan mulai tahun 2003. Pada

tahap kedua dan selanjutnya, BIAS campak

diberikan satu kali pada anak kelas 1 dan dilakukan setiap tahun

dilaksanakan mulai tahun 2004.

Pada tahun 2007 imunisasi BIAS Campak di Kota Salatiga

mencapai 98%. Dibandingkan dengan daerah lain di Jawa

Tengah, Kota Salatiga tergolong berhasil dalam menjalankan

program BIAS. Tercatat, dari 2.922 siswa, 2.863 siswa telah

terimunisasi. Limapuluh sembilan siswa yang tidak diimunisasi

karena berbagai alasan, yaitu lima siswa menolak diimunisai, 47

siswa tidak diimunisasi karena sakit, empat siswa tidak masuk

sekolah, seorang siswa pindah sekolah, dan dua orang siswa

tanpa alasan yang jelas.

Kelancaran program yang telah dilakukan pemerintah ini

memerlukan kerja sama yang baik dari semua sektor pemerintah

yang terlibat. Yakni, sektor kesehatan, pendidikan, dan pemegang

kebijakan di pemerintahan kota atau kabupaten di seluruh

Indonesia. Selain itu, dukungan dari orang tua masing-masing

siswa juga memegang peranan penting dalam terlaksananya

program tersebut.

Page 22: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

ecara umum lingkunagn perkotaan mempunyai ciri-

ciri yang berbeda dengan lingkungan pedesaan.

Kota mempunyai struktur social yang khas dan Smempunyai lingkungan yang khas pula. Perbedaan antara

masyarakat kota dengan masyarakat desa ialah bahwa

masyarakat kota terdapat spesialisasi dan diversifikasi yang besar

di samping suatu kehidupan yang kompleks. Kehidupan yang

kompleks ini merupakan salah satu akibat dari spesialisasi itu

sendiri, yakni membentuk sebuah hubungan yang berbeda-beda

antar kelompok. Hubungan itu didasarkan kepentingan

kelompok (stakeholders), sehingga menyebabkan terjadinya

dinamika social.

Dengan demikian kota memperlihatkan perbedaan

dengan desa yaitu antara lain dari segi perbedaan dan variasi

pekerjaan serta pemisahan bahkan isolasi kelompok satu dari

yang lain dan selanjutnya semakin meningkatkan control resmi.

Di kota mempunyai sifat yang heterogen terdapat kepadatan

penduduk, dan masing-masing menjalankan spesialisasinya.

Orang dengan norma-norma yang berbeda-beda bercampur dan

bekerjasama dan menampakkan perbedaan status, sehingga

setiap kota akan memperlihatkan pola kebudayaan tersendiri. Hal

ini lebih disebabkan oleh interaksi social yang ada di dalamnya.

Diteropong dari hubungan antar manusia keadaan kota

mencerminkan situasi sebagai berikut: pertama, secara fisik

manusia tidak terisolasi, kedua, terdapat sejumlah persekutuan

(associations) dengan keadaan bahwa individu adalah anggota

dari banyak persekutuan. Ketiga, hubungan antar manusia lebih

bersifat hubungan sekunder dari pada hubungan kelompok

primer dan terkategori sesuai dengan profesi. Keempat,

terdapatnya spesialisasi juga dalam kehidupan ekonomi dan

hubungan kelompok social. Kelima, control social dilakukan oleh

keluarga sebagai pengganti control social masyarakat desa, akan

tetapi control social ini makin lama makin berubah menjadi

control dalam bentuk perundang-undangan/ hubungan antar

kelompok ditentukan oleh Negara. Keenam, keluarga bukan lagi

merupakan kesatuan ekonomi tetapi menjadi kesatuan social

dalam arti murni. Ketujuh, keputusan harus diambil individu

sendiri. Kedelapan, ketrampilan dan prestasi lebih menentukan

dari pada status social, bahakan sebaliknya status bias dicapai

karena spesialisasi dan ketrampilan.

Di negara berkembang seperti Indonesia, masalah

migrasi dan urbanisai menjadi masalah yang rumit. Arus

perpindahan penduduk dari desa ke kota menimbulkan

masalah-masalah baru bagi masyarakat kota maupun

masyarakat desa sendiri.

Hal harus dimaklumi bahwa antara kota dan desa

terdapat suatu perbedaan dan pertentangan besar. Banyak yang

kurang memahami bahwa kota merupakan pusat perubahan-

dalam arti positif maupun negative dan bahwa urbanisasi

merupakan salah satu akibat dari pengaruh kota terhadap

perubahan nilai penduduk di desa. Jika demikian halnya, maka

sebenarnya antara kota dan desa terdapat suatu hubungan

continue(continuum) dan galir (fluidum). Hal ini sangat

ditentukan oleh factor-faktor: pertama, luas daerah yang

mampu menampungh sejumlah penduduk. Kedua, konsentrasi

atau kepadatan penduduk. Ketiga, seberapa kompleks-tidaknya

hubungan social antar penduduk.

Demikian dapat diartikan bahwa keberadaan kota

dipengaruhi oleh factor urbanisasi. Urbanisasi sebagai salah satu

bentuk migrasi (gerak fisik dari individu maupun kelompok dari

lokasi satu ke lokasi yang lain) akan berakibat terjadinya:

pertama, mobilitas ekologik/penyebaran penduduk serta

perubahan tugas dan fungsi dalam masyarakat (mobilitas di sini

tidak dipergunakan dalam arti mobilitas fisik. kedua, terjadinya

perubahan dalam organisasi ekologi sebelumnya.

Urbanisai sendiri disebabkan oleh factor pendorong

(push factors) dan factor penarik (pull factor) (Soekanto, S.,

1990). Adapun sebagai factor pendorongdapat mencakup:

pertama, di desa lapangan pekerjaan pada umumnya kurang.

Yang dapat dikerjakan adalah pekerjaan yang kesemuanya

dan Diversifikasi

Kota

SpesialisasiOleh: Drs. Kasmun Saparaus, M.Si*

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 200822

Mimbar

Drs. Kasmun Saparaus, M.Si

Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi

Page 23: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 23

menghadapi berbagai kendala seperti irigasi yang tidak

memadai atau tanah yang kurang subur serta terbatas. Keadaan

tersebut menimbulkan pengaruh tersamar disguised un

employment. Kedua, penduduk desa terutama kaum muda-

mudi, merasa tertekan oleh adapt istiadat yang mengakibatkan

cara hidup yang monoton. Untuk menumbuhkan

perkembangan jiwa, banyak yang pergi ke kota. Ketiga, di desa

tidak banyak kesempatan untuk menambah pengetahuan. Oleh

sebab itu banyak orang yang ingin maju, kemudian

meninggalkan desa. Keempat, rekreasi yang merupakan salah

satu factor penting di bidang spiritual kurang sekali dan kalau

ada perkembangannya sangat lambat. Kelima, bagi penduduk

desa yang mempunyai keahlian lain selain bertani seperti

misalnya kerajinan tangan, tentu mengingini pasaran yang lebih

luas bagi hasil prosuksinya. Ini tidak mungkin didapatkan di

desa.

Sedang factor penarik urbanisasi, dapat meliputi:

pertama, penduduk desa kebanyakan mempunyai anggapan di

kota banyak pekerjaan serta banyak penghasilan (uang). Oleh

karena sirkulasi uang di kota jauh lebih cepat, lebih besar dan

lebih banyak, maka relative lebih mudah mendapatkan uang

daripada di desa. Kedua, di kota lebih banyak kesempatan

mendirikan perusahaan industri dan lain-lain. Hal ini disebabkan

oleh karena lebih mudahnya didapatkan izin dan terutama

kredit bank. Ketiga, kelebihan modal di kota lebih banyak dari

pada di desa. Keempat, pendidikan (terutama pendidikan

lanjutan) lebih banyak di kota dan dengan sendirinya lebih

mudah di dapat. Kelima, kota merupakan suatu tempatyang

lebih menguntungkan untuk mengembangkan jiwa dengan

sebaik-baiknya dan seluas-luasnya. Keenam, kota dianggap

mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan

merupakan tempat pergaulan dengan segala macam orang dari

segala lapisan.

Sedangkan dalam memahami kota dapat didekati dari dua

aspek, yakni aspek fisik(pengkotaan fisik) dan aspek

mental(pengkotaan mental). Yang disebut pertama bersangkut-

paut dengan masalah wilayah, kepadatan penduduk, dan

tataguna tanah non-agraris. Aspek kedua bertalian dengan

orientasi nilai serta kebiasaan hidup penduduk kota(Daldjoeni, N.,

1978). Orientasi yang kedua inilah bersinggungan dengan

kehidupan masyarakatnya. Menurut Louis Wirth, secara umum

kehidupan masyarakat ditandai pola-pola perilaku sebagai

berikut: pertama, banyaknya relasi kota tidak memungkinkan

terjadinya kontak yang lengkap diantara pribadi-pribadi. Di

dalam masyarakat yang besar terjadi segmentasi hubungan-

hubungan di antara manusia. Kalau jumlah relasi terlalu besar,

maka orang hanya saling mengenal dalam satu peranannya saja,

misalnya diantara pelayan took dan pembeli, supir taksi dan

penumpangnya, tanpa perlu mengetahui sesuatu tentang

keadaan keluarga, atau pandangan hidup masing-masing yang

berhubungan itu.

Kedua, orang kota harus melindungi diriny sendiri agar

tidak terlalu hubungan yang bersifat pribadi, mengingat akan

kosekuensi-konsekuensi terhadap waktu dan tenaga yang ada

padanya. Ia juga harus menjaga potensi-potensi yang merugikan

atau membahayakan dirinya pribadi dan keluarga, maupun

kebudayaan.

Ketiga, kebanyakan hubungan orang-orang kota

tH

IFo

o:

B/N

KO

Mt

HI

Foo

:B/N

KO

M

Page 24: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 200824

engan Rahnat Tuhan Yang Maha Esa, Walikota

SalatigaDMenimbang :

a. bahwa sesuai hasil evaluasi Peraturan Daerah Kota Salatiga

Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Ijin Mendirikan

Bangunan tidak dapat diimplementasikan sehingga perlu

dilakukan penyesuaian;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

pada huruf a perlu membentuk Peraturan Daerah tentang

Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahuan 2000

tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan;

Mengingat :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1950

tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Kecil dalam

Lingkunga Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992

tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3469);

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4048);

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4389);

9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004

tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4400);

10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 8 Tahun 2005 tentang Bangunan Gedung

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4548);

11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004

tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 444);

13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun

1992 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah

Tingkat II Salatiga dan Kabupaten Daerah Tingkat II

Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1992 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3500);

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun

2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4532);

17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran

Hukum

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGANOMOR 8 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGANOMOR 8 TAHUN 2007

TENTANGPERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH

KOTA SALATIGA NOMOR 7 TAHUN 2000

TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Page 25: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 25

b. Koefisien Tingkat Bangunan

c. Koefisien Rencana Penggunaan Bangunan

d. Koefisien Letak Bangunan

2. Ketentuan Pasal 10 ayat (1) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 10(1) Cara perhitungan nilai bangunan dan tariff

adalah sebagai berikut:a. Nilai bangunan adalah luas bangunan yang

dimohon dikalikan dengan harga standar bangunan per meter persegi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Perhitungan tariff ditetapkan sebesar 1 % (satu perseratus) dari nilai bangunan sebagaimana dimaksud pada huruf a.

3. Ketentuan Pasal 11 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 11(1) Setiap perubahan yang menyangkut struktur

dan/atau arsitektur bangunan dikenakan tariff sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1).

(2) Bangunan yang belum memiliki Izin Mendirikan Bangunan dikenakan biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1).

4.Ketentuan Pasal 12 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 12Besarnya retribusi yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tariff sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dengan tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.

5. Ketentuan Pasal 27 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 27Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi lainnya.

6. Ketentuan Pasal 30 ayat (1) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4578);

18. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga

Nomor 5 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil

di Lingkungan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II

Salatiga (Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II

Salatiga Tahun 1988 Nomor 10 Seri D);

19. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga

Nomor 7 Tahun 1991 tentang Bangunan di Kotamadya

Daerah Tingkat II Salatiga (Lembaran Daerah Kotamadya

Daerah Tingkat II Salatiga Tahun 1992 Nomor 7 Seri B);

20. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 7 Tahun 2000

tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan (Lembaran

Daerah Kota Salatiga Tahun 2000 Nomor 19);

21. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 8 Tahun 2004

tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah

Kota Salatiga (Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 2004

Nomor 20 Seri D).

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA

SALATIGAdan

WALIKOTA SALATIGA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 7 TAHUN 2000

TENTANG RETRIBUSI IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga

Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Ijin Mendirikan

Bangunan (Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 2000 Nomor

20) diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 7 ayat (3) diubah, sehingga berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 7

(3) Besarnya koefisien sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) ditetapkan sebagai berikut:

a. Koefisien Luas Bangunan

No. 1. 2. 3. 4. 5.

Rencana Penggunaan Bangunan Bangunan Sosial Murni (bebas retribusi)

Bangunan Sosial lainnya

Bangunan Rumah Tinggal

Bangunan Usaha/Industri

Bangunan Khusus

Koefisien 0,00 0,70 1,00 1,20 1,20

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Tingkat Bangunan Di Jalan Arteri Primer Di Jalan Arteri Sekunder Di Jalan Kolektor Primer

Di Jalan Kolektor Sekunder

Di Jalan Lokal Primer Di Jalan Lokal Sekunder Di Jalan Lingkungan/Gang

Koefisien 1,100 1,075 1,050 1,020 1,010 1,000 1,000

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Luas Bangunan Bangunan dengan luas 0-70 m2

Bangunan dengan luas 71-100m2

Bangunan dengan luas 101-250 m2

Bangunan dengan luas 251-500 m2

Bangunan dengan luas 501-1000 m2

Bangunan dengan luas 1001-2000 m2

Bangunan dengan luas 2001-3000 m2

Bangunan dengan luas 3001 m2 ke atas

Koefisien 0,9 1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6

No. 1. 2. 3. 4. 5.

Tingkat Bangunan Bangunan 1 Lantai

Bangunan 2 Lantai

Bangunan 3 Lantai

Bangunan 4 Lantai

Bangunan 5 Lantai ke atas

Koefisien 1,00 1,15 1,20 1,25 1,30

Page 26: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

26

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2007 NOMOR 8

PENJELASANATAS PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA

NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH

KOTA SALATIGA NOMOR 7 TAHUN 2000

TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

I. UMUMDalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah,

sesuai ketentuan pada Pasal 21 huruf e Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005, Daerah berhak memungut retribusi.

Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah, pendapatan dari retribusi diharapkan mampu menjadi sumber pembiayaan dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di Daerah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya landasan hukum yang dapat memberikan pedoman bagi Pemerintahan Daerah dalam pemungutan retribusi daerah.

Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang tersebut, Pemerintah Daerah telah menetapkan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Setelah pelaksanaan peraturan daerah tersebut berjalan selama 6 (enam) tahun kemudian diakukan evaluasi ternyata sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk mengadakan perubahan atas Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

II. PASAL DEMI PASALPasal I

Angka 1 Cukup jelas, Angka 2 Cukup jelas, Angka 3 Cukup jelas, Angka 4 Cukup jelas, Angka 5 Cukup jelas, Angka 6 Cukup jelas, Angka 7 Cukup jelas; Angka 8 Pasal 1 Cukup jelas, Pasal 2 Cukup jelas, Pasal 3 Ayat (1) yang dimaksud dengan pertandaan ialah bangunan reklame atau sejenisnya yang didirikan di dalam maupun di luar kapling milik sendiri.

Pasal 3 Ayat (2) Cukup jelas, Pasal 4 C u k u p jelas, Pasal 5 ukup jelas, Pasal 6 Cukup jelas, Pasal 7 Cukup jelas, Pasal 8 Cukup jelas, Pasal 9 Cukup jelas,

Pasal 10 Cukup jelas, Pasal 11 Cukup jelas, Pasal 12 Besarnya retribusi IMB sebagai berikut: Tarif X koefisien luas bangunan X koefisien tingkat bangunan X koefisien rencana penggunaan bangunan koefisien letak bangunan, Pasal 13 Cukup jelas, Pasal 14 Cukup jelas,Pasal 15 Cukup jelas, Pasal 16 Cukup jelas, Pasal 17 Cukup jelas, Pasal 18 ayat (1) yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Namun dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pemungutan retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerja sama dengan badan-badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis retribusi secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan retribusi yang dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya retribusi yang terutang, pengawasan penyetoran retribusi dan penagihan retribusi.

Pasal 18 Ayat (2) Yang dimaksud dengan dokumen lain yang dipersamakan antara lain berupa kontrak, Rencana Anggaran Belanja dan bestek. Pasal 19 Cukup jelas, Pasal 20Cukup jelas, Pasal 21 Cukup jelas, Pasal 22 Cukup jelas, Pasal 23 Cukup jelas, Pasal 24 Cukup jelas, Pasal 25 Cukup jelas, Pasal 26 Cukup jelas, Pasal 27 Cukup jelas, Pasal 28 Cukup jelas, Pasal 29 Ayat (1) Saat kedaluarsa penagihan retribusi ini perlu ditetapkan untuk memberikan kepastian hokum kapan utang retribusi tersebut tidak dapat ditagih lagi; Ayat (2) huruf a Dalam hal diterbitkan Surat Teguran, kedaluarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Teguran; Ayat (2) huruf b Yang dimaksud dengan pengakuan utang retribusi secara langsung adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah; Pasal 30 P e n g a j u a n tuntuan ke pengadilan pidana terhadap Wajib Retribusi dilakukan dengan pemuh kearifan serta memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi dan besarnya Retribusi yang terutang yang mengakibatkan kerugian keuangan daerah. Pasal 31 Cukup jelas, Pasal 32 Cukup jelas, Pasal 33 Cukup jelas.

Pasal IICukup jelas

Pasal 30(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan

kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 dan harus tetap melaksanakan kewajibannya.

7.Ketentuan Pasal 33 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 33Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Nomor 7 Tahun 1991 tentang Bangunan di Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga khususnya ketentuan yang mengatur tentang Retribusi dan ketentuan lainnya yang

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

8. Penjelasan pasal demi pasal diubah sebagaimana tercantum dalam penjelasan.

Pasal IIPeraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran daerah Kota Salatiga.

Ditetapkan di Salatigapada tanggal 12 Juli 2007WALIKOTA SALATIGA,

Cap TTDJOHN MANUEL MANOPPO

Diundangkan di Salatigapada tanggal 6 Agustus 2007

Plt. SEKRETARIS DAERAH KOTA SALATIGA,Cap TTD

SRI SEJATI KUSUMANINGSIH

Page 27: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

27

akan merupakan kebutuhan pokok yang tidak

bisa ditunda. Namun, bagaimana jika harga

pangan melonjak? Apakah operasi pasar Mdiperlukan?

Seiring perkembangan teknologi pertanian, bahan

pangan semakin beragam. Namun beragamnya bahan pangan

itu belum mampu melepaskan manusia dari makanan

pokoknya. Seperti halnya manusia di Indonesia yang sangat

tergantung kepada nasi.

Permasalahan pangan di Salatiga menjadi kewenangan

Satuan Perangkat Kerja Daerah yang membidangi ekonomi

bersama Asisten Ekonomi Pembangunan dan Kesra (Asisten II)

selaku koordinator. Hal ini diperkuat dengan dikeluarkannya SK

Walikota Nomor 750-05/56/2008 tentang Tim Koordinasi

Pelaksanaan Kegiatan di Bidang Perekonomian pada SKPD di

Lingkungan Pemkot Salatiga. SKPD terkait terdiri atas

Disperindag, Bagian Perekonomian, Dinas Koperasi dan UKM,

Dinas Pertanian, Bapeda, dan Disnakertrans.

Kepala Bagian Perdagangan Disperindag Kota Salatiga,

Adi Setiarso, S.E. menerangkan, perdagangan adalah salah satu

kekuatan pendukung dan pendorong pembangunan ekonomi

serta menstabilkan harga pangan, khususnya sembako.

Berbagai jenis usaha, baik barang maupun jasa, telah

berkembang di Salatiga. Pertumbuhan itu merupakan hasil dari

upaya pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang

kondusif.

Meskipun demikian, saat ini, sektor perdagangan barang

dan jasa dihadapkan pada berbagai permasalahan yang

kompleks. Di antaranya, membanjirnya produk impor, baik

makanan, minuman, dan lain sebagainya. Di satu sisi,

membanjirnya produk ini diharapkan mampu memenuhi

kebutuhan masyarakat yang juga semakin meningkat. Di sisi

lain, berbagai produk di pasaran ini belum tentu memenuhi

persyaratan layak mutu dan kesehatan. “Untuk itu, kebijakan

yang ditempuh pemerintah, antara lain, ditekankan kepada

peningkatan kekuatan pasar domestik dalam mengantisipasi

globalisasi perdagangan,” jelasnya.

Agar permasalahan pangan dapat tertangani lebih baik,

Disperindag membagi pekerjaannya dalam beberapa bidang.

“Dalam hal pangan, Bidang Perdagangan memusatkan

perhatian kepada masalah perdagangan pangan,” kata Adi. Di

antaranya, pemantauan kebutuhan pokok masyarakat

(kepokmas) dan barang pokok penting strategis yang terinci ke

dalam 21 komoditi. Di antara

21 komoditi itu, 18 komoditi

di antaranya adalah komoditi

pangan. Delapan belas

komoditi pangan tersebut

adalah beras, gula pasir,

tepung terigu, daging, telor,

susu, jagung pipilan kering,

garam beryodium, tepung

terigu, kacang kedelai, mie

instant, cabe merah besar,

bawang merah, bawang

putih, ikan asin teri, kacang hijau, kacang tanah, dan ketela pohon.

Sisanya adalah komoditi nonpangan yang meliputi minyak tanah,

pupuk, dan semen.

Masih menurut Adi, setiap tiga hari sekali, harga bahan

pokok tersebut dipantau. Hasil pemantauan ini dianalisis untuk

dilaporkan ke Provinsi Jawa Tengah (Dinas Perdagangan).

Melalui hasil pemantauan itu pula, Disperindag

memutuskan perlu atau tidaknya operasi pasar (oppas). “Untuk

saat ini, operasi pasar masih dipandang sangat penting untuk

mengendalikan harga, apa lagi dalam situasi yang mendesak,”

jelas Adi. Karena itulah, baru-baru ini, Disperindag mengadakan

operasi pasar untuk minyak goreng.

Pada tahap I, pasar murah minyak goreng di Salatiga

terlaksana di 22 kelurahan. Menurut Adi, pasar murah di Salatiga

ini mungkin memilik titik operasi pasar minyak goreng terbanyak

di Jateng. “Hal ini kami lakukan untuk memenuhi permintaan

masyarakat agar operasi pasar lebih didekatkan kepada

masyarakat sehingga tidak melalui kecamatan,” jelasnya.

Melalui operasi pasar minyak goreng, harga minyak

goreng di pasar diharapkan bisa turun. Namun, Adi mengeluhkan,

pada prakteknya, harga minyak goreng masih fluktuatif.

Meskipun Salatiga telah dibanjiri minyak goreng, permintaan

tetap tinggi. Oleh karenanya, pemerintah daerah akan

melaksanakan operasi ini secara bertahap sampai 6 kali.

“Tujuannya jelas, yaitu agar harga kembali stabil,” imbuh Adi.

Upaya lain yang dilakukan Disperindag dalam

pengendalian harga adalah melaksanakan pengawasan,

monitoring, serta mendata keberadaan maupun aktifitas para

distributor. Tetapi, Adi menegaskan, harga barang masih

ditentukan oleh mekanisme pasar.

Saat ini ketersedian sembako di Salatiga cukup aman. Hal

ini karena lumbung Salatiga menginduk kepada Dolog Jateng.

Selain itu, hingga saat ini, sebagian produk pertanian di Salatiga

berasal dari Boyolali, Semarang, dan Solo. Namun, masyarakat

Salatiga juga cukup berandil dalam menyediakan produk

pertanian.

Tugas Disperindag lainnya adalah memberikan konsultasi

dan advokasi (pembelaan) teknis, perijinan SIUP, rekomendasai

importer dan eksportir, pengawasan, serta pemantauan.

Disperindag juga mengadakan sosialisasi; pelatihan kemasan,

merk, dan label; serta pelatihan lainnya.

Disperindag juga aktif melakukan, pemantauan harga,

monitoring (pemantauan) harga distributor, rapat koordinasi

bidang ekonomi, sosialisasi SIUP, dan pemberian kredit.(lux)

OppasSangat Dibutuhkan

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

Kiprah

Adi Setiarso, SE

Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi

Page 28: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

alatiga adalah salah satu kota di Jawa Tengah yang

masih getol melestarikan karawitan. Meskipun

umurnya sudah sangat tua, jika dinikmati dengan Ssungguh-sungguh, musik karawitan begitu syahdu di gendang

telinga kita.

Merana dan Dicinta

Di tengah nasibnya yang merana di negeri sendiri,

karawitan masih memiliki tempat untuk berkembang di Salatiga.

Di kota ini, ada berbagai paguyuban karawitan. Dalam satu

kesempatan, reporter Hati Beriman menyempatkan diri

menengok Paguyuban Asmoro Budoyo.

Asmoro Budoyo Salatiga berdiri tahun 1991 yang di rintis

Mester Sukardjo. Di Paguyuban Asmoro Budoyo, kita dapat

menyaksikan berbagai kegiatan latihan untuk meningkatkan

ketrampilan di bidang kesenian Jawa. Kegiatan itu meliputi

karawitan, cokekan, ketoprak, wayang kulit, dan pawiyatan

pedalangan anak-anak.

Khusus kesenian karawitan, personil yang dibutuhkan

cukup banyak, yaitu 15-20 orang. Alunan musik ini sangat luwes

sehingga dapat digunakan untuk mengiringi berbagai

pertunjukan kesenian Jawa. Kesenian tari Jawa, wayang kulit, dan

fragmen wayang orang serasa tak lengkap tanpa iringan

karawitan. Perangkat musik ini ditambah kentongan jika sedang

mengiringi pertunjukan ketoprak. Karena keluwesannya, musik

karawitan menjadi salah satu pilihan bagi orang yang sedang

mempunyai hajatan. Hal ini karena musik karawitan dianggap

mampu memberikan ketenangan bagi pendengarnya.

Untuk meningkatkan kemampuan para anggota dalam

memainkan alat musik, Ketua Paguyuban Asmoro Budoyo, Letkol

(Purn) drg. K.R.H.T. H. Haryono, mengatakan, paguyuban

mengadakan latihan rutin setiap malam Jum'at dan malam

Minggu. Selama latihan berlangsung, anggota meningkatkan

penguasaan terhadap alat musik, seperti bonang, kempung,

saron, peking, gender, slentem, kenong, gong, gambang, siter,

rebab, kemanak, dan terbang. Selain itu, setiap malam Selasa

Kliwon, paguyuban yang bermarkas di Jalan Adi Sucipto ini

mengadakan siaran langsung di RSPD. Kegiatan lainnya adalah

Sarasehan Kebudayaan Jawa setiap malam Jum'at Kliwon dan

mengisi acara rutin setiap Sabtu sore di Hotel Laras Asri. Asmoro

Budoyo juga melayani warga yang ingin memanfaatkan

keterampilan mereka dalam berkesenian. Biayanya cukup

terjangkau untuk durasi (lama) pertunjukan selama tiga jam.

“Kesenian Jawa saat ini membutuhkan generasi muda

u n t u k m e n j a d i

p e n e r u s d a n

mengembangkan

budaya ini,” kata

Haryono. Pasalnya,

m e s k i p u n

karawitan sudah

mendun ia , tap i

merana di negeri

sendiri. Gaungnya

te r te lan h ingar

bingar musik anak

muda yang dinilai

lebih modern dan

gaul. Oleh karena

itu, Asmoro Budoyo

berupaya semakin banyak menggaet generasi muda untuk

bergabung dengan paguyuban seni ini. Namun, seiring dengan

perkembangan jaman, kendala yang mereka hadapi semakin

tidak mudah.

Menurut Haryono, menacari penerus untuk kesenian

Jawa memang sangat sulit. “Rata-rata anak muda sekarang tidak

suka dan tidak tertarik dengan kesenian tradisional Jawa,”

tuturnya. Di antar kesulitan itu, yang paling sulit adalah mencari

bibit sinden.

Hingga saat ini, anggota Asmoro Budoyo mencapai 50

orang. Hubungan antaranggota ini sangat akrab dan sudah

seperti keluarga sendiri. Apabila ada yang sakit atau terkena

musibah, paguyuban akan berusaha turut meringankan

penderitaan dengan memberi sejumlah bantuan.

Mengapa Karawitan?

Berbicara tentang karawitan di Salatiga, terasa kurang

lengkap tanpa pengetahuan sejarahnya. Sebenarnya, mengapa

musik tradisional ini disebut karawitan?

Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen

sebagai pernyataan musikal yang sering disebut dengan istilah

karawitan. Karawitan berasal dari bahasa Jawa, yaitu rawit yang

berarti rumit atau berbelit-belit. Rawit juga bisa berarti halus,

cantik, berliku-liku, dan enak. Dalam bahasa Jawa, istilah

karawitan khusus digunakan untuk mengacu kepada musik

gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada nondiatonis

(dalam laras slendro dan pelog) yang garapan-garapannya

menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi,

pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia,

vokalia, dan campuran yang indah didengar.

Seni gamelan Jawa mengandung nilai-nilai historis dan

filosofis bagi bangsa Indonesia. Dikatakan demikian karena

gamelan Jawa merupakan salah satu seni budaya yang

diwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih

banyak digemari serta ditekuni. Secara hipotetis, sarjana J.L.A.

Brandes (1889) mengemukakan bahwa masyarakat Jawa

sebelum adanya pengaruh Hindu telah mengenal sepuluh

28 HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

Budaya

KarawitanTradisi nan Syahdu

Musik Karawitan

Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi

Page 29: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

keahlian, diantaranya adalah wayang dan gamelan.

Gamelan Jawa mempunyai sejarah yang panjang. Seperti

halnya kesenian atau kebudayaan yang lain, gamelan Jawa

dalam perkembangannya juga mengalami berbagai perubahan.

Perubahan terjadi pada cara pembuatannya, sedangkan

perkembangannya menyangkut kualitas. Dahulu, pemilikan

gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini,

siapapun yang berminat dapat memilikinya sepanjang bukan

gamelan-gamelan Jawa yang termasuk dalam kategori pusaka

(Timbul Haryono, 2001).

Gamelan yang lengkap mempunyai sekitar 72 alat dan

dapat dimainkan oleh niyaga (penabuh) dengan disertai 1015

pesinden dan atau gerong. Susunannya, terutama, terdiri dari

alat-alat pukul atau tetabuhan yang terbuat dari logam. Alat-alat

lainnya berupa kendang, rebab (alat gesek), gambang yaitu

sejenis xylophon dengan bilah-bilahnya dari kayu, dan alat

berdawai kawat yang dipetik bernama siter atau celepung.

Gamelan Jawa mempunyai tanggapan yang luar biasa di

dunia internasional. Saat ini telah banyak diadakan pentas seni

gamelan di berbagai negara Eropa dan memperoleh tanggapan

yang sangat bagus dari masyarakat di sana. Bahkan, tak sedikit

sekolah di luar negeri yang memasukkan seni gamelan sebagai

salah satu musik pilihan untuk dipelajari oleh para pelajarnya.

Ironisnya, di negeri sendiri masih banyak orang yang

menyangsikan masa depan gamelan. Terutama para pemuda

yang cenderung lebih tertarik pada musik-musik luar yang

memiliki instrumen serba canggih. Dari sini diperlukan suatu

upaya untuk menarik minat masyarakat kepada kesenian

tradisional yang menjadi warisan budaya bangsa tersebut.

Secara filosofis, gamelan Jawa merupakan satu bagian

yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Hal

demikian disebabkan filsafat hidup masyarakat Jawa berkaitan

dengan seni budayanya yang berupa gamelan Jawa serta

berhubungan erat dengan perkembangan religi yang

dianutnya. Bagi masyarakat Jawa, gamelan mempunyai fungsi

estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral, dan

spiritual. Gamelan memiliki keagungan tersendiri. Buktinya, dunia

pun mengakui gamelan adalah alat musik tradisional timur yang

dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Gamelan

merupakan alat musik yang luwes, karena dapat berfungsi juga

bagi pendidikan.

Sekarang ini, ada kecenderungan perbedaan persepsi yang

dilakukan oleh generasi muda. Berbagai atraksi kebudayaan yang

pada satu sisi kelihatan agak menonjol, tetapi di sisi lain

merupakan kemunduran. Terutama yang menyangkut gerak-

gerak tari dan penyuguhan gendhing-gendhing yang

dikeluarkan. Anak muda terlihat tak tertarik gamelan karena tidak

ada yang memperkenalkan. Selain itu, tidak ada yang

mengajarkan. Artinya, ketidaktertarikan anak muda ini tak bisa

disalahkan. Mayoritas orang tua, bahkan lingkungan sekolah,

tidak mendukung anak mengenal gamelan. Bagi generasi muda,

gamelan sulit diminati kalau dibunyikan seperti masa-masa dulu

pada era orang tua atau kakek dan nenek mereka. Anak muda

sekarang lebih suka jika membunyikan gamelan sesuka mereka

dan dipasangkan dengan alat musik dan seni apa saja. Walaupun

begitu, lewat cara-cara inilah gamelan mendapat jalan untuk

lestari. Gamelan bukan sekadar alat musik tradisional atau obyek,

namun ada spirit di dalamnya, yakni kebersamaan. Yang penting

di sini adalah manusianya, yaitu bagaimana mereka merasa dekat

dengan gamelan.

Perlu dipikirkan pula, demi kelestarian kebudayaan kita

sendiri yang sungguh-sungguh adhi luhur, penuh dengan

estetika, keharmonisan, ajaran-ajaran, filsafat-filsafat, tatakrama,

kemasyarakatan, toleransi, pembentukan manusia-manusia yang

bermental luhur, tidak lepas pula sebagai faktor pendorong insan

dalam beribadah terhadap Tuhan, yaitu dengan sarana kerja keras

dan itikat baik menjaga seni dan budaya sendiri. Jangan sampai

ada suatu jurang pemisah atau gap dengan sesepuh yang benar-

29HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

oto

/HB:F

ah

mi

Foto

/HB:F

ah

mi

F

Page 30: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

GusdurKunjungi Salatiga

antan Preasiden Republik Indonesia, KH.

Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal

dengan panggi lan Gus Dur , kembal i Mmengunjungi Salatiga. Kedatangannya kali ini dalam rangka

menghadiri seminar kebangsaan yang diadakan di Quality Hote

Wahid Salatiga (15/4).

Acara ini digelar oleh Paguyuban Nusantara Bangkit

Bersatu bekerja sama dengan Kantor Kesatuan Bangsa dan

Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Kota Salatiga.

Seminar kali ini mengambil tema Mewujudkan Kota Salatiga yang

Sejuk dan Harmonis.

Dalam seminar tersebut, Gus Dur tampil sebagai key note

speaker (pembicara utama) yang akan mengupas tentang

kebangsaan. Pemateri lainnya adalah Dr. Cahyadi dan Kepala Biro

Hukum Provinsi Jawa Tengah, Priyo Anggoro, S.H., M.Si. Priyo

mewakili Gubernur Jawa Tengah, Ali Mufidz, yang sedianya

menjadi pembicara dalam seminar itu namun berhalangan

hadir.

“Sebenarnya dari dahulu tidak ada masalah dalam

kebangsaan kita. Saya ini keturunan Tiong Hwa dari Puteri

Campa. Bangsa ini merdeka juga atas usaha bersama suku

bangsa yang ada di Nusantara ini,” kata Gus Dur.

Menanggapi permasalahan korupsi yang menjadi musuh

bersama bangsa, Priyo mengungkapkan bahwa korpsi bisa

terjadi dan dilakukan oleh siapa pun. “Sekarang ini, sorotan

masyarakat dan publik, yang namanya korupsi ya dilakukan oleh

eksekutif dan legislatif. Namun sebenarnya, pengusaha ataupun

pegawai juga bisa korupsi,” jelasnya.

Semetara itu, Ketua Panitia Penyelenggara, Sri Yuliani

yang merupakan anggota DPRD Kota Salatiga menjelaskan

bahwa seminar ini tidak ada kaitannya dengan persoalan politik.

“Seminar ini murni berbicara masalah kebangsaan dan tidak

dikaitkan dengan persoalan politik,” tegasnya.

Lebih lanjut, Yulianis menjelaskan bahwa seminar ini

bertujuan mewujudkan Kota Salatiga menjadi kota yang sejuk

dan harmonis, sehingga bersinergi dengan pelaksanaan

pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Beberapa tokoh penting juga menghadiri seminar ini,

30

arga kurang mampu di Salatiga kembali

mendapatkan minyak goreng dengan harga

murah. Pendistribusian minyak goreng Wbersubsidi ini dikemas dengan pasar murah. Subsidi sebesar

2.500 rupiah yang diberikan pemerintah ini cukup membantu

warga di saat harga minyak curah di pasaran berkisar 9.500

rupiah.

Pembukaan pasar murah ini berlangsung di Kelurahan

Tingkir Lor pada 31 Maret lalu. Acara dibuka oleh Sekretaris

Daerah Kota Salatiga, Dra. Sri Sejati, M.Si. Rencananya, pasar

murah serupa akan dibuka di 22 kelurahan yang ada di Salatiga.

Total minyak yang akan disalurkan sebanyak 90 ribu liter.

Sekda berharap agar masyarakat memanfaatkan

program ini secara baik. “Harga minyak goreng sebesar 7 ribu

rupiah per liter ini adalah untuk meringankan beban warga

yang kurang mampu,” tegasnya.

Sri Sejati juga menghimbau agar dalam proses distribusi

ini, masyarakat dapat berlaku tertib dan tidak berdesakan.

90 Ribu LiterMinyak Goreng Warga

KH. Abdulrachman Wahid, hadir di sarasehan Nasional Kebangsa-an di Quality Hotel Wahid Salatiga.

Suasana pasar murah minyak oreng curah bersubsidi di Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

Lintas Kota

Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi

Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi

Page 31: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

31

Nasyid Salatigake Jakarta

etelah memenangkan FASI tingkat Jawa Tengah

dan menjadi Juara I, Tim Nasyid dan da'i kecil Kota

Salatiga maju ke tingkat nasional. Perlombaan Sakan dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 3-7 Juli mendatang.

Pelepasan dilakukan oleh Walikota, John M. Manoppo,

S.H., dan Kepala Bagian Sosial, Drs. H. Adi Isnanto, M.M. di Ruang

Sidang Walikota Salatiga, April lalu.

Rombongan terdiri dari para pendamping, pemenang

FASI (festival anak sholeh Indonesia) Jawa Tengah di Semarang

asal Salatiga, yaitu Siti Nurhalisa juara I pidato Bahasa Indonesia,

Satrio Bagas Pamungkas Juara II pidato Bahasa Indonesia dan

Tim Nasyid Elfa Salam sebagai juara I. Sebagai ketua rombongan

adalah Mustofa Dasirun yang juga merupakan Ketua Badan

Koordinasi Taman Pendidikan Al-Qur'an (Badko TPQ) Cabang

Salatiga.

Sambil bercanda, dalam sambutannya, Walikota

berharap agar anak-anak yang akan maju ke perlombaan

tingkat nasional didampingi. “Sebab, jika jauh dari orang tua,

nantinya suara anak-anak tidak keluar,” candanya. Walikota juga

menegaskan, Pemkot Salatiga, DPRD, dan Masyarakat

memberikan dukungan penuh kepada para peserta.

Setelah memberikan sambutan Walikota juga mencoba

kebolehan Siti Nurhalisa dalam berpidato. Sebelum

meninggalkan ruangan, Walikota juga memberikan uang

pembinaan kepada anak-anak yang menjadi juara di Tingkat Jawa

embaga Amalan Islam (LAI) Kota Salatiga

menggelar pengajian dan dzikir bersama. Acara

ini digelar dalam rangka memperingati kelahiran L(Maulid) Nabi Muhammad SAW.

Peserta peringatan salah satu hari raya umat Islam ini

adalah PNS, TNI, dan Polri Kota Salatiga. Peserta tahun ini lebih

banyak dari tahun sebelumnya. Bahkan, peserta sampai

membludak keluar Ruang Sidang III. Suasana peringatan yang

berlangsung pada 2 April itu berlangsung khidmad namun

meriah. Sebagai hiburan, panitia menyuguhkan Hadroh

Modern dari Ambarawa.

Tema yang diangkat panitia peringatan kali ini adalah

Rasulullah Mencintai Kita. Sesuai dengan temanya, K.H. Habib

Hasbullah menyampaikan ceramah bertopik keteladanan

terhadap Rasul. Habib mengatakan, dengan cinta serta rasa

persatuan dan kesatuan, masalah yang kita hadapi akan dapat

terselesaikan dengan baik. Keteladanan inilah yang diberikan

Rasulullah. “Rasulullah SAW sangat menghormati sesama, tak

terkecuali membencinya. Suatu ketika, seseorang meludahi

Rasulullah ketika hendak pergi ke masjid. Namun ketika orang

tersebut tidak ada, beliau malah bertanya tentangnya. Ketika

mengetahui bahwa orang tersebut sakit, Nabi Muhammad SAW

menengoknya,” tuturnya. Habib juga melontarkan pertanyaan

penting yaitu apakah kita mampu berbuat sesuai teladan yang

diberikan Rasulullah SAW.

Ceramah yang diselingi dengan shalawat bersama

kepada Rasulullah SAW oleh dai asal Semarang itu semakin

terasa khidmat dengan adanya dzikir dan doa bersama yang

dipimpin oleh Drs. Nasiruddin dari Kelurahan Randu Acir

MeneladaniRasulullah

Walikota Salatiga, John M. Manoppo, SH melepasan TimNasyid dan da’i kecil Kota salatiga.

Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW.

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

Lintas Kota

Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi

Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi

Page 32: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

Lagi-LagiKajari Perempuan

epala Kejaksaan Negeri (Kajari) Salatiga kembali

dijabat oleh seorang perempuan. Setelah acara

lepas sambut (10/4) di halaman Kantor Kejaksaan KNegeri, Chrisnowati, S.H., M.Hum. menyerahkan jabatannya

secara resmi kepada Sri Yatmi, S.H.

Dalam sambutannya, Chrisnowati berpamitan seraya

mohon doa restu. “Saya mengucapkan terimakasih atas

sambutan yang diberikan Pemerintah Kota Salatiga, utamanya

Walikota, serta rekan-rekan muspida selama saya bertugas di

sini,” tuturnya. Chrisnowati harus menyerahkan jabatannya

kepada Kajari baru karena dipindahkan ke Kejaksaan Tinggi

Kepulauan Riau sebagai Asisten Kejaksaan Tinggi.

Sementara itu, Sri Yatmi berharap bisa diterima dengan

baik di Kota Salatiga. “Saya merasa tenang ketika mendengar

bahwa saya dipindah ke Salatiga karena situasi kota ini kondusif

dan tidak banyak masalah.” Kajari baru ini juga berharap dapat

melanjutkan tugas Kajari lama secara lebih baik.

Dalam kesempatan yang sama, Walikota Salatiga, John M.

Manoppo, S.H. mengucapkan terima kasih kepada Crisnowati

karena telah bersama-sama menjaga kondisi Salatiga. Walikota

berharap, Chrisnowati dapat menjalankan tugas lebih baik di

tempat kerja yang baru. Walikota juga menyambut positif

kehadiran Sri Yatmi sebagai Kajari di Kota Salatiga. “Kami semua

menerima ibu dan menganggap ibu seperti keluarga kami,”

tegasnya.

Sebelumnya, Sri Yatmi yang lahir di kota Sragen ini

menduduki jabatan sebagai Kepala Bagian Tata Usaha

Kejaksaan Tinggi di DKI Jakarta.

Turut hadir dalam acara itu adalah Sekretaris Daerah Kota

Salatiga, Dra. Sri Sejati K, M.M., serta muspida plus. Terlihat

32

pacara bendera memperingati Hari Kartini Kota

Salatiga berlangsung meriah dan penuh

semangat. Meskipun hujan turun, upacara terus Udigelar sampai selesai.

Bertindak sebagai Inspektur Upacara adalah Ketua Tim

Penggerak PKK Kota Salatiga, Rosa Darwanti, SH. MSi.

Sementara itu, Kepala Kecamatan Sidomukti, Nunuk Dartini,

S.Pd., M.Si. menjadi pemimpin upacaranya. Yang berbeda dalam

upacara kali ini, semua petugas adalah perempuan dan

mengenakan kebaya serta sanggul.

Usai upacara, Walikota Salatiga, John M. Manoppo, S.H.,

yang juga hadir dalam upacara itu menyempatkan diri

menghadiahkan setangkai mawar kepada semua petugas

upacara, termasuk kepada Ketua Tim penggerak PKK yang tidak

lain adalah istrinya. Selain itu, diberikan pula penghargaan

kepada perwakilan ketua RT yang telah mengabdikan diri

kepada masyarakat Salatiga. Juga hadir dalam peringatan ini

adalah Muspida Plus, tokoh-tokoh wanita Salatiga, organisasi

wanita Salatiga, dan tokoh masyarakat.

Setelah upacara, acara dilanjutkan dengan dengan lomba

keluwesan busana oleh para ibu dan lomba memasak. Lomba

keluwesan busana digelar di Ruang Sidang II Pemerintah Kota

Salatiga. Sedangkan di halaman Ruang Sidang yang sama

Meski HujanTetap Upacara

Lepas sambut Kepala Kejaksaan Negeri Salatiga

Upacara hari kartini Pemkot Salatiga diwarnai hujan gerimis.

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

Lintas Kota

Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi

Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi

Page 33: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

33

Seni Salatiga Belum Nyambung

ebagai upaya mencari solusi demi kemajuan sektor

seni di Salatiga, Dewan Kesenian Salatiga (DKS)

mengadakan temu wicara seniman se-Kota SSalatiga.

Pertemuan yang berlangsung di Gedung Pertemuan

(GPD) Kota Salatiga ini dihadiri oleh Kepala Dinas Pariwisata Seni

Budaya dan olahraga, Dra. Diyah Puryanti, M.Si., Ketua Tim

Penggerak PKK, Rosa Darwanti, S.H., M.Si., Ketua DPRD Kota

Salatiga Sutrisno Supriantoro, S.E., beberapa anggota DPRD,

seniman se-Kota Salatiga, dan Ketua Dewan Kesenian Jawa

Tengah, H. Bambang Sadono.

Dalam pengantar tanya jawab permasalahan kesenian,

Sutrisno yang akrab dipanggil Pak Tris, mengutarakan kurang

optimalnya DKS dalam menyambungkan (menyatukan visi, Red)

semua potensi seni di Salatiga. “Akibatnya, potensi seni di

Salatiga terkesan berkembang sendiri-sendiri. Mereka belum

membentuk satu komunitas yang dapat berfanfaat bagi

perkembangan pariwisata,” ungkap Pak Tris.

Sementara itu, Ketua DKS, Didick Indaryanto, berharap

temu wicara ini dapat menghasilkan solusi. “Saya mengharapkan

masukan dan saran sehingga dapat menjadi koreksi bagi DKS. Hal

ini semata-mata untuk menambah dan menumbuhkembangkan

sektor pariwisata, utamanya bidang kesenian, seperti harapan

Kadinas Pariwisata,” papar Didick.

Adapun Bambang Sadono menyambut baik kegiatan temu

wicara ini. Hal serupa dapat menjaga kelestarian dan

memperkaya budaya lokal.

Pertemuan tanggal 12 April itu juga dimeriahkan oleh

berbagai acara hiburan. Liong Samsi, Reog Ponorogo, grup

paduan suara, pembacaan puisi, gamelan, dan pentas musik turut

ambil bagian dalam pertemuan itu. Tak ketinggalan, tanaman

ri Sultan Hamengku Buwono X berkenan hadir di

Salatiga (22/4). Sri Sultan hadir dalam rangka

memberikan kata pengantar dalam acara bedah Sbuku karangan beliau dengan judul Merajut Kembali Ke-

Indonesian Kita yang diselenggarakan Universitas Kristen

Satya Wacana (UKSW) Salatiga.

Dalam kata pengantar yang sekaligus sambutannya, Sri

Sultan mengutarakan alasan bukunya berjudul Merajut. “Kata

merajut adalah upaya bersama untuk membangun kembali

persatuan-kesatuan bangsa dan ke-Indonesiaan kita,” kata

Sultan. Ditambahkannya, upaya tersebut dilakukan tekun dan

teliti melalui pendekatan budaya, sehingga berbagai etnik

teranyam dalam serat-serat budaya Indonesia yang saling

menguatkan.

Dalam kesempatan itu, Sultan juga mengadaptasi ucapan

Bung Karno di depan Sidang Umum PBB, “To Build the World a

New, ” yang berarti bangunlah suatu dunia di mana semua etnik

hidup dalam suasana damai dan rasa persaudaraan.

Acara bedah buku ditandai pula dengan penyerahan

buku karya beliau kepada Walikota Salatiga, Kris Herawan

Timotius (Rektor UKSW), Kasmun Saparaus (Anggota DPRD),

Garin Nugroho (Cineas), dan mahasiswa.

Tampil sebagai narasumber dalam bedah buku tersebut

adalah Pdt. Em. Brotosemedi Wiryotenoyo, Kutut Suwondo,

Garin Nugroho, Sukardi Rinakit, dan Ivan Haris (Wartawan An

TV).(lux)

Sultan HB X Hadir di UKSW

Temu Seniman dengan Ketua Dewan Kesenian Jawa Tengah

Sri Sultan Hamengku Buwono X bedah buku

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

Lintas Kota

Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi

Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi

Page 34: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

Acara alih kepengurusan yang berlangsung di Ruang

Sidang III Pemkot Salatiga (4/3) ini dihadiri oleh Walikota

Salatiga, John M. Manoppo, S.H., yang juga menjadi dewan

pertimbangan, Kepala Depag, Taufiq Rahman, pengurus lama,

serta pengurus baru.

Sri Sejati selaku ketua yang baru berusaha untuk dapat

meningkatkan penggalian zakat sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. “Saya berharap pengurus lama dan dewan

pertimbangan dapat selalu memberikan arahan untuk kemajuan

BAZ Salatiga. Dalam pengumpulan (zakat, Red) saya juga

meminta kepada para pengurus untuk memberikan contoh

sesuai dengan ajaran agama. Jika masyarakat mendapatkan

contoh kemungkinan besar kesadaran masyarakat dalam

mengeluarkan zakat akan meningkat,” lanjutnya.

Sementra itu, Ketua Dewan Pertimbangan BAZ John M.

Manoppo, S.H., memberikan ucapan selamat kepada pengurus

yang baru. “Semoga kinerja di kemudian hari akan terus

meningkat dan membawa kemaslahatan. Ungkapan terimakasih

juga saya sampaikan kepada kepengurusan lama yang telah

Sri SejatiResmi Ketua BAZ

erah terima pengurus Badan Amil Zakat (BAZ) Kota

Salatiga telah terlaksana. Posisi Ketua BAZ periode

2008-2010 akhirnya di percayakan kepada SSekretaris Daerah (Sekda) Kota Salatiga, Dra. Sri Sejati, Msi.

34

esta Olah Raga tingkat pelajar tahun 2008 di gelar

di Salatiga. Pelaksanaan lomba berlangsung 6 hari

sejak tanggal 14-19 April 2008. Lokasi yang di pilih Padalah Lapangan yonif 411, Stadion Kridanggo, Gedung Olah

Raga (GOR) Hati Beriman dan GOR SKB Ngebul serta Lapangan

olah Raga Damatex.

Cabang olah raga yang dilombakan adalah: Untuk

Tingkat SD dan MI baik Putra dan Putri adalah Bola voly mini,

Sepak Takraw dan Sepak Bola Mini. Sedangkan untuk Tingkat

SMP dan MTs terdiri dari: Bola Voly, Sepak Bola, Sepak Takraw

dan Basket. Sementara di tingkat SMA dan SMU adalah: Bola

Voly, Sepak Bola, Sepak Takraw dan Basket. “Dan dari semua

cabang yang dilombakan, dari Salatiga hanya sepak takraw putri

tingkat SMP yang maju ke Tingkat Jawa Tengah. Kemungkinan

menang 80% jika peserta tidak curi umur” terang Purwanto

selaku koordinator Sepak takraw Salatiga. Untuk Kota Salatiga

penyelenggaraan ini adalah yang pertama. “POPDA yang

digelar setiap tahun sekali ini Salatiga baru menjadi tuan

rumah kali ini.dasarnya adalah penunjukan langsung Dinas

Pendidikan Provinsi Jawa Tengah” jelas Drs. Mulyanto yang

juga sebagai sekretaris penyelenggara.

Sementara itu biaya yang dikumpulkan kepada panitia

dari enam kota dan Kabupaten adalah sebesar 18 Juta.

“Kendala yang kami hadapi adalah masalah pendanaan, dari

tiap kabupaten dan Kota yang turut terkumpul 18 Juta. Ini tentu

sangat berat untuk menggelar kesemua cabang olah raga.

Sepak Takraw Maju ke Jawa Tengah

Sri Sejati Resmi Ketua Baz Kota Salatiga.

Walikota Salatiga, John M. Manoppo, SH saat memberi salampada acara Pesta Olah Raga Tingkat Pelajar

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

Lintas Kota

Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi

Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi

Page 35: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

35

Panwascam Resmi Dilantik

ada tanggal 16 April lalu, Panitia Pengawas

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa

Tengah tingkat kecamatan (panwascam) resmi Pdilantik. Acara yang berlangsung di Ruang Sidang DPRD Kota

Salatiga ini dihadiri oleh Walikota Salatiga, Muspida Plus, Ketua

Panwas Jawa Tengah, Ir. Sriyanto Saputro, M.M., tokoh agama,

tokoh mayarakat, akademisi, serta perwakilan partai politik.

Pelantikan dilakukan oleh Ketua Pengadilan Negeri

Salatiga, Tumpak Pasaribu, S.H. Jumlah panwascam kali ini

sebanyak 12 orang yang akan bertugas di empat kecamatan.

Setiap kecamatan memiliki tiga orang panwascam dengan

rincian dua orang dari masyarakat umum dan satu dari unsur

kepolisian.

Anggota panwascam ini dilantik setelah lolos uji

kepatutan panwascam yang dilaksanakan Panwas Kota Salatiga.

Tes seleksi ini dilakukan untuk menjaring kader terbaik untuk

mewakili masing-masing kecamatan. Seleksi dilaksanakan di

Ruang Serbaguna DPRD (9/4). Sedangkan keputusan

diserahkan kepada DPRD Provinsi Jawa Tengah.

Para anggota Panwascam ini terpilih dari 13 orang

pendaftar. Tujuh orang pendaftar dari Kecamatan Sidorejo, dua

orang dari Kecamatan Sidomukti, seorang dari Kecamatan

Tingkir, dan sisanya dari Kecamatan Argomulyo.

Ketua Panwas Provinsi Jawa Tengah memberikan ucapan

selamat kepada panwascam yang telah dilantik. “Saya ucapkan

selamat menjalankan tugas kepada panwascam yang telah

dilantik. Saya mohon bantuan sarana kepada Walikota Salatiga

bagi anggota kami, selain itu anggaran berasal dari pemerintah

provinsi,” tutur Ir. Sriyanto. Sebelum acara penutupan, dibacakan

alam rangka memperingati Hari Paskah, umat

Kristiani di lingkungan Pemerintah Kota

Salatiga menggelar acara Paskah Bersama. DMengambil tema Yesus Bangkit Memulihkan

Pengharapan, G.A. Panjaitan, S.Th., pendeta yang memimpin

khotbah mengajak hadirin untuk terus memiliki pengharapan

di tengah dunia yang semakin berat bebannya. Umat yang

hadir juga diingatkan akan kebangkitan Yesus Kristus yang

menjadi dasar iman Kristiani.

Selain menyampaikan pesan Paskah melalui khotbah

pendeta, acara itu juga menjadi sarana penyerahan tali kasih

yang berupa dana bantuan biaya pendidikan bagi beberapa

siswa yang bersekolah di SD Kanisius Gendongan, TK PGRI

Noborejo, SD Kristen III, SMP Kristen I, dan SMK Kristen BM.

Acara ini semakin meriah oleh kesenian angklung dan

kulintang dari GPdI Siloam di bawah asuhan Boaz Rudi M.

Kelompok kesenian ini membawakan beberapa buah lagu

dalam acara yang diselenggarakan di Gereja Pantekosta di

Indonesia (GPdI) Siloam, Jalan Ahmad Yani, Salatiga itu.

Peringatan Paskah yang dilaksanakan pada 3 April itu

diikuti oleh sekitar seribu orang ini. Acara juga dihadiri oleh

Asisten I Sekda Kota Salatiga yang mewakili Walikota Salatiga;

beberapa anggota DPRD; unsur dari Kodim, Polres, dan Yon 411;

serta pegawai di lingkungan Pemkot Salatiga.(shk)

Pesan PaskahMelalui Tali Asih

Pergelaran acara Paskah bersama di Pemkot Salatiga

Pelantikan Panwascam di Ruang Sidang DPRD Kota Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

Lintas Kota

Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi

Foto/HB:SaktiFoto/HB:Sakti

Page 36: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

36 HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

Lintas Kota

Berkaitan dengan misinya, KPU Kota Salatiga

mengadakan Sosialisasi Pilgub 2008 pada 8 April silam.

Sosialisasi yang dilaksanakan di Ruang Sidang III ini diberikan

kepada semua pimpinan unit kerja di lingkungan Pemkot

Salatiga.

Walikota Salatiga, John M. Manoppo, S.H., yang

berkesempatan hadir dalam acara itu menyampaikan

ketegasannya terhadap netralitas PNS dalam Pilgub Jateng

2008. Secara jelas dan gamblang, Walikota menyatakan bahwa

PNS dilarang terlibat dalam kegiatan kampanye mendukung

salah satu calon kepala daerah. PNS juga dilarang menggunakan

fasilitas yang terkait dengan jabatannya dalam kegiatan

kampanye. Selain itu, PNS dilarang membuat keputusan dan

atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu

pasangan calon. Walikota juga menyatakan, PNS dapat menjadi

anggota Panitia Pemilih Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan

Suara (PPS), Kelompok Penyelenggara Pemilih Suara (KPPS), dan

Walikota: PNS Harus Netral

alah satu misi Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah

meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk

berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum. SPartisipasi aktif masyarakat sangat diperlukan dalam

mewujudkan masyarakat Indonesia yang demokratis.

esuai jadwal yang telah ditetapkan, Sabtu (29/30),

proses pembersihan lahan perluasan SMPN 4

Salatiga dilakukan. Lahan perluasan yang juga Smerupakan aset Pemerintah Kota Salatiga ini berada di Jalan

Patimura, Salatiga. Lahan tersebut terdiri atas lahan kosong di

bagian belakang dan bangunan rumah di bagian depan.

Proses pembersihan dimulai sejak pukul 08.30 WIB dan

dilakukan oleh petugas serta dibantu para siswa dan guru.

Mereka menyiangi semak-semak yang menutupi lahan kosong

yang rencananya akan dibagun untuk sarana belajar berupa

ruang kelas dan lapangan olah raga. Selain itu, petugas juga

menurunkan papan nama yang terpasang di depan bangunan

dan menggantinya dengan papan nama SMPN 4 Salatiga.

Tampak hadir dalam acara pembersihan lahan itu adalah

Kabag Hukum Pemkot Salatiga, Kepala Pengelolaan Barang

Daerah, petugas dari Kepolisian dan Kodim, serta Satpol PP Kota

SMPN 4 Siap Lebarkan Sayap

John M. Manoppo, SH memberi pengaraha pada Sosialisasi Pilgub.

Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi

Foto/HB:PanjiFoto/HB:Panji

Siswa SMPN 4 membersihkan lahan perluasan

Page 37: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

37

abu, 26 Maret yang lalu, Korpri Kota Salatiga

mengadakan rapat kerja yang diikuti oleh seluruh

perwakilan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah R(SKPD) di lingkungan Pemerintah Kota Salatiga. Rapat Kerja

Dewan Korpri kali ini mengusung tema Netralitas Anggota

Korpri merupakan Salah Satu Kunci Memantapkan Peran Korpri

dalam rangka Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik.

Dalam kesempatan itu, Walikota berharap agar anggota

Korpri selalu meningkatkan kemampuannya dan semakin

professional dalam menjalankan tugas. Tak lupa, Walikota

mengingatkan PNS untuk menjaga netralitasnya dalam konteks

pemilihan kepala daerah yang akan berlangsung di Jawa Tengah

pada tanggal 22 Juni 2008 mendatang.

Bertempat di Gedung Sekretariat Korpri Kridanggo, rapat

kerja dimulai pada pukul 09.00 WIB dan dipadati oleh 210

undangan. Selain Walikota Salatiga, Ketua DPRD, Komandan

Kodim 0714, Komandan Bataliyon 411, dan Kapolres Salatiga,

eluruh perwakilan Lembaga Komunikasi

Masyarakat (LKM) Kota Salatiga dari 22

Kelurahan menghadiri acara Wahana Komunikasi SMasyarakat (WKM) yang diselenggarakan olah Badan

Informasi, Komunikasi, dan Kehumasan (BIKK) Provinsi Jawa

Tengah. Acara ini terselenggara berkat kerja sama antara BIKK

dengan Kantor Informasi dan Komunikasi Kota Salatiga.

Acara yang berlangsung pada 17 April di Ruang

Pertemuan Rumah Makan Elang Sari Salatiga ini bertajuk Peran

LKM dalam Mendukung Terwujudnya Salatiga Hijau. Melalui

acara tersebut, peserta diajak untuk melihat alam dan

lingkungan Salatiga beserta permasalahan yang dihadapi kini

dan kelak.

Narasumber yang mendukung WKM ini adalah Drs.

Muchamad Yulianto, M.Si. (Dosen Fakultas Komunikasi Undip),

Mardyono (Peneliti Lingkungan), dan Soenarto Notosoedarmo

(Dosen Fakultas Biologi UKSW). Ketiganya memberikan paparan

tentang peran penting LKM. LKM sebagai lembaga yang mandiri

dan berakar di masyarakat diharapkan mampu menjadi pelopor

untuk menumbuhkan kearifan lokal dalam menjaga kelestarian

lingkungan Salatiga.

Peserta yang merupakan perwakilan dari LKM di Kota

Salatiga begitu antusias mengikuti dan melakukan interaksi

tanya jawab yang dipandu oleh Wiyarso, B.A. dari Kantor Inkom

Kota Salatiga. Mereka berharap, pada kesempatan lain,

LKM Kota SalatigaMengikuti Wahana Komunikasi masyarakat

Perwakilan LKM Kota Salatiga menghadiri WKM.

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

Lintas Kota

Walikota: PNS Harus Semakin

Profesional

Foto/HB:PanjiFoto/HB:Panji

Foto/HB:SaktiFoto/HB:Sakti

Rapat Kerja Dewan Korpri Kota Salatiga di gedung sekretariat Korpri Kridanggo .

Page 38: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

yang diperlukan SKPD.

Agar proses pengadaan barang tidak membingungkan

setiap SKPD, Bidang Pembangunan Pemkot Salatiga telah

melakukan sosial isai dengan pengiriman bendel

pemberitahuan kepada semua SKPD pada pada tanggal 23

April. Bendel tersebut berisi penjelasan bahwa ULP Pemkot

Salatiga mulai berlaku per 15 April 2008. Dengan demikian,

semua kegiatan pengadaan barang dan jasa yang belum

dimulai menjadi kewenangan ULP Pemkot Salatiga.

Selain itu, setiap SKPD diharapkan untuk segera menyerahkan

dokumen yang diperlukan berkaitan dengan pengadaan

barang dan jasa kepada Bagian Pembangunan Setda Salatiga

selaku Koordinator ULP. Penyerahan dokumen ini harus segera

dilakukan selambat-lambatnya pada 30 April 2008. Dokumen

tersebut meliputi fotocopy DPA; rencana anggaran biaya

masing-masing pengadaan barang/jasa yang ditandatangani

PPKom dan disahkan oleh Pengguna Anggaran; jenis dan

spesifikasi kegiatan yang dituangkan dalam keputusan PPKom

dan disahkan oleh Pengguna Anggaran; serta gambar yang

disahkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna

Anggaran untuk kegiatan pengadaan barang/jasa yang

memerlukan gambar. Khusus untuk jasa konsultasi lainnya,

dokumen dilampiri Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang dibuat

oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.(dji)

38 HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

Lintas Kota

Rosa lebih menyoroti perjuangan Kartini dalam mendobrak

tradisi yang membelenggu kaum perempuan tanpa

meninggalkan norma dan kewajibannya sebagai perempuan.

Sementara itu, Nunuk lebih menekankan kepada pentingnya

rasa cinta kepada Kota Salatiga yang memiliki sejarah yang luar

biasa. Rasa cinta ini akan menumbuhkan semangat mengisi

pembangunan di Kota Salatiga. Menggunakan sudut pandang

yang lebih luas, Dwi menyampaikan pentingya rasa

kebersamaan dan musyawarah untuk menyelesaikan setiap

permasalahan sehingga dapat mewujudkan persatuan dan

kesatuan.

Indra Arumsari, S.E., ketua panitia kegiatan ini,

menyampaikan bahwa tujuan penyelenggaraan sarasehan ini

adalah untuk melestarikan nilainilai kepahlawanan dan

terciptanya transformasi nilai kepahlawanan kepada generasi

muda.

Bertempat di Ruang Sidang II Pemkot Salatiga, sarasehan

yang dihadiri 150 orang ini dimulai pada jam 09.00 WIB. Mereka

yang hadiri adalah pelaku sejarah dan generasi muda. Pelaku

Kartini, Salatiga, dan Persatuan

arasehan yang digelar pada Rabu (23/4) ini

menghadirkan beberapa narasumber. Mereka

adalah Ketua Tim Penggerak PKK Kota Salatiga, SRosa Darwanti Manoppo, S.H., M.Si., Camat Sidomukti, Nunuk

Dartini, S.Pd, M.Si., dan Komandan Kodim 0714 Salatiga Letkol

Inf. Dwi Wahyu Winarto. Masing-masing menyampaikan materi

berjudul Menggugah Pesan Kartini; Satu Visi Salatigaku, Kujaga

dan Kubela; dan Melanjutkan Tugas Pejuang Bangsa Demi

Keutuhan NKRI.

Setiap pembicara menyampaikan pesan yang berbeda.

engacu pada Perwali No.13 Tahun 2008,

tanggal, 15 April 2008 tentang Unit Layanan

Pengadaan Barang dan Jasa Kota Salatiga, MPemerintah Kota Salatiga resmi memiliki Sekretariat Unit

Layanan Pengadaan (ULP) Barang dan Jasa.

Ruang berukuran sekitar 3 x 4 meter ini diresmikan

penggunaannya pada Jumat (25/4) lalu. Ruang yang terletak

bersebelahan dengan bagian Hukum Setda Salatiga tersebut

sebelumnya merupakan ruang gudang arsip yang telah di tata

ulang sehingga dapat berfungsi sebagai ruang Sekretariat ULP.

Peresmian yang dilakukan oleh Asisten II Setda Salatiga,

Priyono Sudharto, S.H., itu disertai acara pemotongan tumpeng

yang sangat sederhana. Pada kesempatan itu, Asisten II mewakili

Walikota Salatiga yang berhalangan hadir. Dalam sambutannya,

Assisten II berharap, sekretariat ULP ini segera dapat

menindaklanjuti segala bentuk pengadaan barang dan jasa

Salatiga Resmi Punya ULP

Letkol Inf. Dwi Wahyu Winarto saat menyampaikan materi kebangsaan

Foto/HB:PanjiFoto/HB:Panji

Page 39: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

39

eringatan Hari Ulang Tahun ke-63 Republik

Indonesia masih tiga bulan lagi. Namun, geliatnya

sudah mulai tampak di lingkungan Kota Salatiga. PPada Selasa (22/4) lalu, Dinas Pendidikan Kota Salatiga

bekerja sama dengan Kodim 0714 Salatiga menyelenggarakan

seleksi Pasukan Pengibar Bendera. Seleksi dilakukan di

sepanjang Jalan Stadion Kompleks Stadion Kridanggo. Pasukan

ini akan beraksi pada peringatan Hari Kemerdekaan RI, 17

Agustus mendatang. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan

rutin setiap tahun yang dibiayai oleh APBD Kota Salatiga.

Sebanyak 362 peserta dari SMA/SMK se-Kota Salatiga

begitu antusias mengikuti seleksi tersebut. Maklum, bila lolos

seleksi, mereka berkesempatan tampil di depan khalayak dalam

upacara kemerdekaan nanti. Syukur-syukur kalau bisa lolos

sampai Jakarta. Tentunya hal seperti ini merupakan kebanggaan

tersendiri bagi siswa, sekolah asalnya, dan tak terkecuali, orang

tua.

Menurut Dudi Swabudhi, S.Kar, salah seorang anggota Tim

Penyeleksi Paskibra, seleksi ini dilaksanakan dalam tiga tahap.

Dari setiap tahap, pasti ada yang gugur atau tidak lolos seleksi

sehingga pada akhirnya nanti diperoleh 82 peserta yang lolos dari

362 peserta yang terdaftar. “Dari ke 82 peserta itu, satu peserta

akan mewakili Kota Salatiga mengikuti seleksi Paskibra tingkat

Provinsi Jawa Tengah,” ujarnya. Lebih lanjut, Dudi mengatakan,

peserta yang telah dinyatakan lolos seleksi akan memulai

pelatihan sebagai Paskibra mulai akhir Juli mendatang.(dji)

eberapa waktu lalu, Camat Sidorejo melantik

pengurus LPMK (lembaga pemberdayaan

masyarakat kelurahan) Kelurahan Salatiga Bperiode 20082011. Pelantikan dilaksanakan di Balai Kelurahan

dan dihadiri tokoh masyarakat setempat.

Dalam pengarahan disampaikannya, Camat Sidorejo,

Drs.Muntoqim, mengatakan, keberadaan LPMK sangat

penting karena mewadahi berbagai lembaga kepengurusan

masyarakat. Selan itu, LPMK juga menjadi mitra kelurahan

untuk pembangunan masyarakat setempat.

Oleh karena itu, Muntoqim berpesan agar pengurus

LPMK baru menyusun program kerja sebaik-baiknya untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan ini.

Apalagi, dalam waktu dekat, masyarakat Kota Salatiga akan

menghadapi pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa

Tengah. “Saya berharap, LPMK dapat menggerakan

masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya sebaik mungkin

pada 22 Juni mendatang.”

Dalam kesempatan tersebut, H. Siroen, Ketua LPMK

yang baru dilantik, menjelaskan beberapa program kerja LPMK

ke depan. Beberapa program kerja itu adalah mengadakan kerja

bakti setiap bulan sekali; perawatan saluran selokan di Jalan

Pattimura; penataan pedagang kaki lima di Jalan Kartini; serta

perbaikan Jalan Pemotongan, Jalan Much.Yamin, Makam Wates,

dan lain-lain. “Sebagai pengurus LPMK, kami bertekad untuk

berperan serta secara aktif dalam meningkatkan keadaan

wilayah Kelurahan Salatiga.” Ditambahkannya, selama sepak

terjang LPMK bersifat positif dan memikirkan warga masyarakat,

masalah dana pembangunan tidak perlu dikhawatirkan karena

pasti mendapat bantuan.

Formasi pengurus inti LPMK Kelurahan Salatiga setelah

dilantik adalah H. Siroen (Ketua), Suwandi (Wakil Ketua),

Bambang Ismoyo (Sekretaris), dan Purwanto (Bendahara).

Kepengurusan ini dilengkapi bidang Agama Islam, Kristen, dan

Katolik; bidang pendidikan dan penerangan; bidang kesehatan,

kependudukan, keluarga berencana; bidang olah raga, pemuda,

dan pemberdayaan perempuan; bidang pembangunan; bidang

kebersihan, keindahan, dan lingkungan hidup; bidang ekonomi,

LPMK Gerakkan Masyarakat dalam Pilkada

Seleksi Paskibra 2008

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

Lintas Kota

Foto/HB:PanjiFoto/HB:Panji

Seleksi Paskibraka di komplek stadion Kridanggo

Page 40: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

Modal Dasar Kecerdasan BangsaPendidikan Anak Usia Dini

sia dini atau usia 0-5 tahun merupakan fase yang

sangat menentukan dalam pembentukan

karakter dan kepribadian seorang anak. UKecerdasan yang Tersembunyi

Rentang usia 0-5 tahun juga merupakan saat-saat yang

sangat penting bagi pengembangan intelegensi permanen anak-

anak. Pasalnya, pengembangan intelegensi hampir seluruhnya

terjadi pada usia di bawah lima tahun. Pada usia ini, anak-anak

sudah memiliki kemampuan tinggi untuk menyerap informasi.

Sebenarnya, anak-anak pada usia dini atau biasa disebut

sebagai usia di bawah lima tahun (balita) memiliki kecerdasan

(potential intelegence) yang luar biasa. Biasanya, anak-anak juga

memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa. Namun, pada umumnya,

orang tua dan guru kurang optimal dalam mengajarkan berbagai

hal pada anak-anak. Akibatnya, kita selalu menyalahkan anak-

anak apabila tingkah laku mereka tidak seperti yang kita inginkan.

Padahal, sesungguhnya, anak-anak usia muda tidaklah

complicated (ruwet) dalam belajar. Sebaliknya, orang tua atau

gurulah yang bermasalah. Tak jarang, orang tua justru menyuruh

anaknya agar diam ketika si anak banyak bertanya. Di mata orang

tua, anak yang banyak bertanya adalah anak-anak cerewet dan

rewel. Hal ini lebih banyak disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan dan pemahaman orang tua terhadap

perkembangan jiwa anak sehingga kurang tepat dalam

memperlakukan buah hati mereka.

Kebanyakan orang tidak mengenali dan memahami

kemampuan ajaib yang ada pada anak-anak. Mereka hanya bisa

berkata, ”Saya tahu anak-anak belajar lebih cepat,” tetapi mereka

tidak tahu seberapa cepat anak-anak dapat belajar. Sebagai

akibat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan orang tua dan

guru, sebagian besar potensi luar biasa yang ada pada setiap anak

tersia-siakan.

Pendidikan Sejak Janin

Pengetahuan tentang potensi yang dimiliki balita sudah

banyak diketengahkan oleh media massa. Bahkan, sudah banyak

pula penelitian yang dilakukan untuk membuktikan bahwa balita

telah memiliki intelegensi yang tinggi. Oleh karena itu,

pendidikan usia dini prasekolah, dan taman kanak-kanak tidak ,

boleh diabaikan atau dianggap sepele. Bahkan, pendidikan

seorang anak sebaiknya dilakukan sejak anak itu masih berada

dalam kandungan (janin).

K e l u a r g a d a n

m a s y a r a k a t a d a l a h

komponen yang paling

b e r p e n g a r u h d a l a m

keberhasilan pendidikan

anak usia dini. Keluarga dan

m a s y a r a k a t b e r p e r a n

p e n t i n g d a l a m

pembentukan karakter dan

kepribadian anak. Oleh

karena itu, keluarga dan

masyarakat harus dapat

memberikan contoh yang

baik bagi anak-anak. Hal ini karena pada dasarnya, seorang anak

adalah peniru yang ulung. Mereka akan senantiasa mengikuti

atau mencontoh orang di sekitarnya.

Oleh karena itu, orang tua harus mengembangkan

potensi diri dengan cara memperkaya ilmu pengetahuan dan

informasi, baik melalui media massa cetak maupun elektronik.

Dengan demikian, orang tua bisa menjadi pusat informasi

(tempat bertanya) yang baik bagi anak mereka karena orang tua

adalah guru pertama bagi buah hatinya.

Faktor Ekonomi

Menurut data tahun 2001, dari 26,1 juta anak yang ada di

Indonesia, baru 7,1 juta atau sekira 28% anak yang telah

mendapatkan pendidikan. Terdiri atas 9,6% terlayani di bina

keluarga bawah lima tahun, 6,5% di taman kanak-kanak, 1,4%

Raudhatul Athfal, 0,13% di kelompok bermain, 0,05% di tempat

penitipan anak lainnya, dan 9,9% terlayani di sekolah dasar.

Rendahnya angka-angka ini menunjukkan bahwa pendidikan

usia dini belum mendapatkan perhatian yang serius.

Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya

perhatian terhadap pendidikan anak usia dini. Banyak orang tua,

justru menganggap pendidikan taman kanak-kanak (TK) tidak

penting. Faktor ekonomi, juga sering menjadi faktor pembenar

untuk tidak memasukan anak-anaknya di bangku TK. Sedikitnya

pendapatan dan naiknya harga kebutuhan pokok

mengharuskan kaum ibu ikut bekerja memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari. Fenomena inilah yang menyebabkan

perhatian akan pendidikan anak usia dini terbengkalai. Kondisi

Dwi Padmawati, S.Ag*

40 HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

Artikel

Dwi Padmawati, S.Ag

Foto: HBFoto: HB

Page 41: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

41

ini menjadi semakin parah ketika pendidikan usia dini ternyata

juga kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Bahkan,

payung hukum untuk pendidikan anak usia dini yang mengatur

pendidikan usia dini belum terlaksana dengan baik. Hal ini

terbukti dari terbatasnya jumlah lembaga pendidikan atau

program layanan pendidikan anak usia dini.

Playgroup (kelompok bermain) dan TK memang sudah

banyak bertebaran di berbagai kawasan elit sampai kawasan

kumuh. Dari yang berdana besar sampai yang menggunakan

anggaran seadanya sehingga harus kembang kempis untuk

membiayai operasionalnya. Tetapi, lembaga yang sudah ada ini

hanya berstatus lembaga swasta dengan biaya yang relatif

mahal. Dengan demikian, tidak semua lapisan masyarakat dapat

merasakan pendidikan usia dini. Kendala lain, lembaga

pendidikan itu tidak memiliki program yang terstruktur, dalam

arti tidak adanya keterpaduan antara pendidikan, layanan gizi,

perawatan atau pengasuhan, serta kesehatan.

Perlu Prioritas

Dibandingkan dengan negara tetangga, kita tergolong

tertinggal dalam hal pendidikan anak usia dini. Tengoklah

Singapura. Negara yang wilayahnya lebih sempit daripada

Provinsi Jawa Tengah itu sangat memperhatikan pendidikan

anak-anak usia dini. Hampir seluruh anak-anak usia dini di

negara kecil itu telah mendapatkan pendidikan. Demikian pula

di Korea Selatan.

Human Development Index (HDI) atau tingkat

pengembangan sumber daya manusia di kedua negara itu jauh

di atas Indonesia. Singapura peringkat ke-25, Korea Selatan

peringkat ke-27, sedangkan Indonesia hanya berada di

peringkat 110 dari 173 negara. Hal ini membuktikan, betapa

pendidikan anak usia dini berperan penting dalam

pembangunan sumber daya manusia. Oleh karena itu,

pendidikan anak usia dini perlu mendapat perhatian serius dari

semua pihak, baik dari keluarga, lingkungan maupun pemerintah.

Bagaimanapun, masa kanak-kanak sangat berpengaruh pada

proses tumbuh kembang karakter, kepribadian, dan

pertumbuhan jasmani si anak.

Merujuk pada Rancangan Peraturan Pemerintah tentang

Pendidikan Anak Usia Dini (RPP PAUD), sudah saatnya,

pendidikan usia dini mendapat prioritas dari semua pihak. Tidak

hanya dalam hal pengadaan sarana, tetapi juga kurikulum dan

program yang terstruktur. Prioritas ini sesuai dengan tujuan

pendidikan usia dini, yaitu mengembangkan potensi kecerdasan

spiritual, intelektual, emosional, dan sosial peserta didik pada

masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang

edukatif dan menyenangkan.

Berbagai sarana penunjang yang berpengaruh secara tak

langsung terhadap pendidikan usia dini juga perlu menjadi

perhatian. Sebagai contoh, sarana kesehatan seperti posyandu

berpengaruh terhadap peningkatan gizi anak. Posyandu dapat

memberikan penjelasan kepada orang tua tentang peran penting

gizi. Gizi mempengaruhi IQ (tingkat kecerdasan) anak. Anak yang

mendapatkan gizi yang buruk berisiko kehilangan 20-13 poin IQ.

Merujuk pada jumlah anak Indonesia yang kekurangan gizi pada

saat ini mencapai 1,3 juta, potensi kehilangan IQ anak di negara ini

adalah 22 juta poin.

Tidak hanya pemerintah, berbagai organisasi

kemasyarakatan pun perlu berperan aktif dalam meningkatkan

perhatian masyarakat terhadap pendidikan anak usia dini.

Organisasi pemberdayaan perempuan, keluarga, atau anak perlu

mengadakan program yang menunjang bagi pemecahan

masalah itu. Misalnya, memberikan pendidikan dan informasi

kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak usia

dini.

Pendidikan anak usia dini dapat berjalan baik jika semua

pihak dapat saling bekerja sama. Pasalnya, pendidikan usia dini

adalah modal dasar bangsa untuk membentuk generasi penerus

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

Fot

BFa

ho

/H:

mi

Fot

BFa

ho

/H:

mi

Page 42: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

42

osan dengan obat-obatan buatan pabrik

farmasi? Mungkin, jahe bisa menjadi alternatif.BJahe (Zingiber officinale) merupakan tumbuhan obat

(herbal) yang tumbuh di ladang-ladang berkadar tanah lembab

dan memperoleh banyak sinar matahari. Tumbuhan ini berasal

dari Asia Selatan (India) dan RRC, yang kini banyak ditemukan di

wilayah tropis dan subtropis, contohnya di Indonesia. Tanaman

jahe bisa dipanen apabila daunnya telah menguning.

Rimpang jahe mengandung minyak atsiri, damar, ineral

sineol, fellandren, kamfer, borneol, zingiberin, zingiberol, gigerol

zingeron, lipidas, asam aminos, niacin, vitamin A, B1, C, dan

protein. Minyak jahe berwarna kuning dan kental. Minyak ini

kebanyakan mengandung terpen,

fel landren, dextrokamfen, bahan

sesquiterpen yang dinamakan zingiberen,

zingeron damar, dan pati. Sehingga

Zingerber officinale mengandung 6%

bahan obat-obatan yang sering dipakai

sebagai rumusan obat-obatan atau

sebagai obat resmi di 23 negara. Menurut

daftar prioritas WHO, jahe merupakan

tanaman obat-obatan yang paling banyak

dipakai di dunia. Sejak dulu, jahe

dipergunakan sebagai bumbu dapur dan

aneka keperluan lainnya sepert i

pengobatan alami

Cobalah back tu nature (kembali

kea lam) dengan tanaman obat yang

aman, tanpa efek samping, bahkan

terjangkau ini, untuk keperluan anda

sekeluarga.

Khasiat Jahe:

·Menghilangkan mual

Mual-mual dapat dihilangkan dengan

r a m u a n i n i . P o t o n g j a h e

secukupnya dan memarkan,

kemudian campur dengan sedikit

asam jawa dan gula pasir. Seduh

dengan air panas lalu diminum.

·Mengobati panu.

Tumbuk dua ruas jahe dan segenggam

daun turi. Balurkan pada kulit yang berpanu. Lakukan

pengobatan ini pada pagi dan sore sesudah mandi.

· Meredakan influensa

Minum rebusan jahe, caranya potong

jahe rebus dan kemudian beri gula jawa secukupnya dan

tambahkan sedikit garam dapur. Masak sampai

mendidih. Minum jika sudah dingin.

·Menyembuhkan pegal

Jahe dan kencur yang ditumbuk halus amat pas untuk

menyembuhkan pegal. Caranya oleskan campuran ini

pada bagian yang pegal. Biarkan sesaat sampai pegal

berkurang.

·Mengobati batuk

Jahe sangat ampuh untuk menghangatkan tubuh dan

meredakan batuk. Bakar 15 gram jahe selama 15 menit

kemudian dimemarkan. Seduh dengan 1 gelas air panas

dan tambahkan 1 sendok makan madu. Minum setelah

diaduk rata.

·Mengobati mulas sewaktu haid

Ramuan ini amat manjur untuk mereka yang kerap mulas

di waktu haid. Sediakan 1 potong jahe sebesar ibu jahe, 1

potong kunyit sebesar ibu jari, ½ kencur sebesar ibu jari.

Si Rimpang Kaya Manfaat

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

T i p s

Page 43: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

43

edang ronde....hmmm....tentu lebih nikmat

diminum pada malam hari. Terlebih di Kota

Salatiga yang berhawa sejuk begini.WBagi warga Kota Salatiga, tak sulit untuk menemukan

sentra pedagang wedang ronde. Sentra ini dapat dijumpai di

sepanjang trotoar ruko Jalan Jenderal Sudirman. Di lokasi yang

terletak di pusat Kota Hati Beriman ini, terdapat puluhan

pedagang kaki lima alias PKL spesialis wedang ronde. Mereka

setia menggelar angkringan untuk menjajakan ronde. Para

pedagang ini berjualan setiap hari mulai pukul 17.00 WIB hingga

dini hari.

Menariknya, dari sekian banyak pedagang tersebut ada

yang mencoba berkreasi membuat varian (macam) baru

wedang ronde. Varian baru ini bernama ronde susu. Sebenarnya,

cara pembuatan ronde susu tidak jauh berbeda dengan ronde

biasa. Bedanya, kalau bahan minuman ronde biasa adalah air,

minuman ronde susu berasal dari susu segar. Bagi pembeli yang

hobi minum susu segar, ronde susu ini tentu terasa lebih nikmat

dan gurih.

Nah, bagi Anda yang menginginkan wedang ronde yang

lebih variatif (beragam), bisa mencoba di Jalan Merapi.

Menyusuri jalan kecil yang menghubungkan Lapangan

Pancasila dengan pertokoan Makutarama ini, kita akan

menjumpai sebuah warung. Warung yang terletak di sisi timur

Jalan Merapi, tepatnya di depan rumah nomor 14, ini

menjajakan beraneka wedang ronde. Wedang ronde di sini

dikenal dengan Wedang Ronde Mak Pari. Warung ini

menjajakan beraneka ragam wedang ronde. Mulai ronde

komplit, jahe, coklat, susu, wijen, rumput laut, jeruk, serta kacang

ijo. Harganya pun murah, hanya 2500 rupiah per mangkuk.

Penjual ronde mak Pari adalah Slamet Waluyo, 30, yang

tidak lain adalah cucunya mak Pari. Ia telah tiga tahun

menggantikan Sumini, anak tunggal mak Pari yang telah

meninggal tahun 1991 silam. Sebelumnya, Sumini telah

berjualan ronde selamasekitar20 tahun.

Menurut Waluyo, neneknya mulai berjualan ronde susu

pada tahun 1943. “Tempatnya memang selalu berpindah.

Namun, yang paling lama di Jalan Merapi ini,” tambahnya.

Mak Pari memang dikenal menjual ronde susu. Setiap

menu minuman memiliki isi yang berbeda. Untuk ronde susu

atau coklat sama dengan ronde biasa hanya airnya diberi susu

atau coklat.

Namanya ronde, memiliki kekhasan, yaitu bulatan yang

dibuat dari tepung ketan yang disebut ronde itu sendiri.

Kebanyakan penjual membuat ronde yang berisi gula merah.

“Kita ada (membuat ronde) yang berisi wijen dan kacang ijo,”

imbuh Waluyo.

Selain ronde, penyajian wedang ronde juga disertai

pernak-pernik ampas. Pembuatan pernak-pernik ampas yang

antara lain berupa agar-agar dan kacang goreng itu cukup

sederhana. “Tidak ada yang sulit dalam membuat wedang ronde,

semuanya mudah dibuat, termasuk membuat rondenya yang

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

Potensi

Ronde Susu Uenak Tenan.........

Ronde Susu Uenak Tenan.........

Bahan Ronde (untuk 6 porsi):·200 gr tepung ketan·25 gr tepung kanji·2 sdm air kapur sirih·2 sdm gula pasir·100 ml air hangat·Pewarna merah dan hijauBahan Isi :·100 gr kacang tanah, kupas, sangrai, haluskan.Bahan Wedang :·1 liter air (susu segar)·225 gr gula pasir·150 gr jahe, kupas, memarkan·5 lembar daun jeruk purut

Cara Membuat :1. Rebus bahan wedang hingga mendidih, saring,

sisihkan.2. Aduk tepung ketan, kanji, air kapur sirih, gula pasir,

dan air hangat hingga kalis.3. Bagi menjadi 3 bagian, satu bagian dibiarkan tanpa

warna. Dua bagian sisanya masing-masing diberi warna merah dan hijau.

4. Ambil sedikit adonan lalu bulatkan. Ambil lebih banyak lagi adonan, tambahkan bahan isi.

Rebus dalam air mendidih hingga terapung. Angkat bulatan yang terapung lalu masukkan dalam larutan gula.(Resep: Kompas)

Salah satu pedagang wedang ronde di Salatiga

Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi

Page 44: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

Petilasan

Eyang Sumo

i satu sisi, ziarah ke sebuah petilasan dianggap perbuatan syirik. Di sisi lain, tak bisa dipungkiri Dbahwa masih banyak masyarakat kita yang merasa

membutuhkan keberadaan sebuah petilasan.

Demikian halnya dengan petilasan cungkup eyang R. Sumo Ningrat. Petilasan berukuran 10x8 meter persegi ini terletak di tengah kebun warga Kauman Jadi di Kelurahan Kauman Kidul. Tentu saja, petilasan ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat setempat.

Sejarah petilasan ini berawal dari sebuah peristiwa saat Kerajaan Mataram masih dipimpin oleh Sultan Agung. Ketika itu, pasukan Kerajaan Mataram menyerang penjajah Belanda VOC di Batavia. Eyang Sumo, salah satu putra Sultan Agung dari salah satu isteri selirnya, adalah komandan pasukan Mataram itu. Selama peperangan itu, eyang Sumo dan pasukannya mengalami kekalahan. Karena kalah, eyang Sumo tidak kembali ke Mataram. Sesuai hukum Mataram yang berlaku saat itu, komandan pasukan yang kalah perang akan mendapat hukuman jika kembali ke Mataram. Untuk menghindari hukuman itulah, Eyang Sumo beserta anggota pasukannya yang masih hidup menetap di Kauman Kidul.

Menurut H. Arisno, BA, kelahiran eyang Sumo lebih awal jika di bandingkan Amangkurat I dari puteri permaisuri. “Lama-kelamaan, keberadaan R. Sumo Ningrat diketahui pihak keraton,” kata penduduk setempat yang masih memiliki garis keturunan dari eyang Sumo ini. Namun, eyang Sumo tetap menetap di Kauman Kidul sampai akhir hayatnya dan dimakamkan di wilayah itu juga.

Sebagai keturunan keluarga kerajaan, setiap tahun, pusara makamnya selalu diberi kain putih. “Tetapi, pada jaman Jepang, kami tidak pernah mendapat bantuan kain kelambu putih,” tutur Arisno.

Sudah bukan hal yang aneh bahwa di petilasan makam kerabat kerajaan ada beberapa kejadian yang aneh. Namun, menurut Arsino, pada intinya, kejadian-kejadian aneh itu mengingatkan manusia untuk bertingkah laku baik dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Salah satu kejadian aneh yang pernah terjadi adalah proses

pembangunan cungkup itu. Pembangunan cungkup R. Sumo Ningrat dilakukan oleh warga setempat karena mereka merasa mendapat bisikan hati. Namun, kijing yang berupa batu masih dibiarkan utuh seperti sediakala.

Sejak jaman Arisno muda hingga saat ini, masih banyak masyarakat yang berziarah dan berdoa di bangunan itu. Suatu ketika, ada seorang warga yang sedang sakit dan minta petunjuk pada paranormal yang tinggal di Tegalrejo. Warga yang sakit ini diberi petunjuk supaya berziarah ke lokasi makam itu sambil berdoa kepada Tuhan. Usai berziarah dan berdoa, pasien itu mendapat petunjuk agar bagian tubuhnya yang sakit diberi debu. Setelah petunjuk itu diterapkan, ternyata dia sembuh dari penyakitnya.

Demikian halnya ketika Arisno beserta pemuda lain diuber-uber pemuda PKI dengan parang dan tongkat menjelang meletusnya G 30 S pada tahun 1965. Sebanyak 21 orang pemuda Kauman Kidul berkumpul di lokasi makam dan berdoa kepada Tuhan Yang Esa untuk menenangkan situasi yang mencekam. Ajaib, pemuda PKI yang mengejar mereka tidak tahu bahwa di lokasi makam itu ada beberapa pemuda sedang berdoa.

Pernah ada kejadian yang lucu di sekitar makam eyang Sumo. Ada seseorang yang sedang memburu tupai. Tupai itu melompat dengan lincah hingga akhirnya berada di atas pohon dekat makam. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, si penembak pun langsung memberondongkan tembakan. Tupai pun mati. Namun, seketika itu juga, si penembak mendapati sekujur tubuhnya gatal-gatal, bahkan seluruh tubuh terasa kejang. Penduduk sekitar yang mengetahui hal itu langsung bertindak dengan cepat. Mereka mengambil air putih dan membaca surat al Fatihah sebanyak tiga kali. Lalu, air putih itu diberi tumbuhan lumut kijing. Selanjutnya, campuran air putih dan lumut kijing diusapkan ke seluruh tubuh yang gatal. Dalam sekejap, si penembak menjadi sehat kembali.

Masih ada keanehan lain. Di sekitar makam ada tanaman yang cukup unik. Tanaman itu adalah pring pethuk, yakni tanaman bambu yang memiliki daun berwarna hijau dan kuning. Ada seorang warga yang menginginkan tanaman bambu itu dan meminjam gergaji. Ternyata tanaman itu tidak bisa dipotong.

Sebuah petunjuk gaib pun muncul dan menyatakan bahwa yang berhak memotong adalah Arisno. “Ternyata, saya bias memotongnya dengan baik,” kata Arisno. Potongan kecil pring pethuk pun diserahkan ke Keraton Solo. Ketika di Keraton Solo, kedua potongan kecil bambu itu ditekan sehingga dengan ajaib mengeluarkan batu berwarna merah dan putih.

Peziarah yang mengunjungi makam R. Sumo Ningrat biasanya membawa bunga mawar, bunga kantil, kenongo, dan boreh seperti parutan kunir. Bahkan, kita dapat menjumpai bekas bakaran kemenyan yang bertumpuk dan dupa harum di dekat kijing. Ini menandakan bahwa lokasi itu sering

44

Makam eyang R. Sumo Ningrat

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008

Legenda

Foto/HB:KoestonoFoto/HB:Koestono

Page 45: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 45

Karikatur

Adik . . . . . !

Ambilkan kacamata

bapak ya .......

Wah, lagi belajar ya?

Sejak ada taman bacaan, adik jadi

suka pinjam buku .........

Kali ini adik pinjam buku apa ya ?

Wah, pasti pinjam buku

Matematika, IPA, IPS dan Bahasa

Inggris !

He he he

Pinjam

Komik kok pa . . .

Page 46: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

MENDATAR:1.Kata perintah (diulang), 2.Persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, 6.Palang Merah Indonesia, 8Undang-Undang Dasar, 9.Burung yang melambangkan perdamaian, 12.Surat Ijin Mengemudi, 13.Wilayah geografis yang digunakan untuk keperluan tertentu, 15.Bagian yang dimainkan, 18.Belas kasihan, 19.Atas Nama(Singk), 22.Cabang Olah Raga, 25.Plat Kendaraan Jambi, 28.sarjana Ekonomi, 29.Piala Bulutangkis Putra, 30.Angkatan Udara, 33. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 34.Alat pemindah barang, 36.Dalam(Inggris), 37.Surat Keputusan, 38.Pengendali Delman, 41.Perawatan dan Terapi, 42.Tiruan bunyi desis, 43.Satuan Kerja Perangkat Daerah

MENURUN:1.Harapan, 3.Nomor Induk Pegawai, 4.Gelar bangsawan Bugis, 5.Nama Negara, 7.mayat yang diawetkan, 10.Gembira, 11.Tube, 13.Akademi Angkatan Udara, 14.Satu, 15.Pandai, 16.Negara Kita, 17.Mengakibatkan kebakaran, 20.Burung Kakak Tua Berbulu Merah dan Hijau, 21.Bentuk Pemerintahan yang berkedaulatan Rakyat, 23.Syurga, 24.Universitas Terbuka (Singk), 25.Ular sejenis Piton, 26.Hak Milik(singk), 27.Nami yang memiliki kitab Injil, 28.Memberi sesuatu dengan berharap, 31.Pendidikan Guru Sekolah dasar(Singk), 32.Lawan Bawah, 35.Kepala Keluarga(Singk), 36.Indek Prestasi, 39.Poros, 40.Sarjana Pertanian.

Total Hadiah Rp. 300.000,-untuk 6 orang pemenang @Rp. 50.000,-

Teka Teki Silang HB 36Teka Teki Silang HB 36P N T B

KU O TS H 36

P N T B

KU O TS H 36

KETENTUAN MENEBAK :1. Jawaban ditulis di Kartu Pos atau lembar

tersendiri dengan mencantumkan Kupon TTS HB 36 (bisa foto kopi) kirim ke Redaksi Majalah Hati Beriman, tulis nama dan alamat lengkap.

2. Jawaban diterima Redaksi paling lambat tanggal 28 Juni 2008

3. Pemenang akan diumumkan pada Majalah Hati Beriman, Vol. 2. No. 3, Juli 2008

4. Akan diundi 6 (enam) orang pemenang masing-masing Rp. 50.000,00 dari sponsor.

5. Pemenang dapat mengambil hadiah di Kantor Redaksi Majalah Hati Beriman dengan menyertakan foto copy identitas diri.

PEMENANG TTS HB 35

1.Irny Melawati Johan, SEJagalan RT 01/RW 05 Kel. Cebongan, Kec. Argomulyo Salatiga.

2.Erin Diyah SariJl. Bangau No. 97 RT.5 RW.9 Klaseman, Mangunsari, Salatiga

3.Sri HastutiJl. Pramuka No. 52 Kalisombo Salatiga

4.RudiyantoJl. Tanggul Ayu RT.02/13 Salatiga

5.Bintari Rasti BangsaJl. Johar 36 Salatiga

6.Rinto NugrohoJl. Kalibaru RT.03/05 Salatiga

30

41

36

34 35

32

40

31 33

22 25 28

29

24

1 3 4 5

18

20

19 9

12 13 14

8

15

6

16

21

38 39

42 43

27

7

2

1110

17

19

23 26

37

KANTOR CABANG SALATIGA JL. PEMUDA NO. 1 SALATIGA TELP. (0298) 324750, 324751

FAX (0298) 324751 TELEX 22800 BPD SLG IA

Mitra Usaha SejatiMitra Usaha SejatiJl. Buksuling Salatiga Telp. (0298) 323001

PD. BPR KOTA SALATIGAKOTA SALATIGABank Perkreditan RakyatBank Perkreditan Rakyat

Rilek’s

Page 47: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

LensaFoto atas : Sekda Kota Salatiga, Hj. Dra. Sri Sejati Kusumaningsih, MM sedang menyaksikan pameran buku di Salatiga. Foto bawah : Petugas Satpol PP Kota Salatiga (kiri) dan siswa SMP (kanan) sedang berbondong-bondong membaca buku di perpustakaan keliling.

Page 48: Majalah Berita Warga Kota Salatigasalatiga.go.id/wp-content/uploads/2017/01/majalah-hb-2008-02.pdf · ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga

9 7 7 1 9 7 8 5 7 9 8 0 5

IKLAN LAYANAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA INI DISAMPAIKAN OLEH REDAKSI MAJALAH HATIBERIMAN

Majalah Berita Warga Kota Salatiga

IKLAN LAYANAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA INI DISAMPAIKAN OLEHREDAKSI MAJALAH HATIBERIMAN

Majalah Berita Warga Kota Salatiga

Ilmu itu lebih baik daripada harta.Ilmu menjaga engkau

Dan engkau menjaga harta.Ilmu itu penghukum (Hakim)

dan harta terhukumHarta itu kurang

Apabila dibelanjakanTapi ilmu bertambah apabila dibelanjakan

(Sahabat Ali)

Ilmu itu lebih baik daripada harta.Ilmu menjaga engkau

Dan engkau menjaga harta.Ilmu itu penghukum (Hakim)

dan harta terhukumHarta itu kurang

Apabila dibelanjakanTapi ilmu bertambah apabila dibelanjakan

(Sahabat Ali)