pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

32
PENGARUH MODEL WORD SQUARE TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK DONGENG SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 PRABUMULIH Rancangan Proposal Penelitian Oleh: Reddo Mandala Saputra Nomor Induk Mahasiswa 06101002034 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Pembimbing: 1. Dr. Nurhayati, M.Pd. 2. Dra. Hj. Sri Indrawati, M.Pd. FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2013

Upload: wahyu-endayani-pujan

Post on 29-Nov-2015

380 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

PENGARUH MODEL WORD SQUARE TERHADAP KEMAMPUAN

MENYIMAK DONGENG SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 PRABUMULIH

Rancangan Proposal Penelitian

Oleh:

Reddo Mandala Saputra

Nomor Induk Mahasiswa 06101002034

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Pembimbing:

1. Dr. Nurhayati, M.Pd.

2. Dra. Hj. Sri Indrawati, M.Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2013

Page 2: Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

PENGARUH MODEL WORD SQUARE TERHADAP KEMAMPUAN

MENYIMAK DONGENG SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 PRABUMULIH

Reddo Mandala Saputra (06101002018)

1. Latar Belakang

Bahasa memiliki peran penting di dalam kehidupan manusia karena

bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Bahasa digunakan oleh manusia pada sebagian besar aktivitasnya, tanpa

bahasa manusia tidak dapat mengungkapkan perasaannya, menyampaikan

keinginan, memberikan saran dan pendapat, bahkan sampai tingkat pemikiran

seseorang yang berkaitan dengan bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi antar

anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap.

Dalam proses interaksi dan komunikasi diperlukan keterampilan berbahasa

aktif, kreatif, produktif dan resetif, apresiatif yang mana salah satu unsurnya

adalah keterampilan menyimak yang bertujuan untuk menangkap dan

memahami pesan, ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa

simakan. Semakin tinggi tingkat penguasaan bahasa seseorang, semakin tinggi

pua penggunaan bahasa dalam berkomunikasi.

Dalam kegiatan sehari-hari, menyimak adalah salah satu kegiatan yang

sangat penting selain keterampilan yang lainnya. Kegiatan menyimak juga

dapat menambah ilmu atau wawasan yang belum dimiliki di antaranya melalui

radio, tv, atau langsung dari nara sumbernya. Jadi menyimak memegang

peranan penting setelah itu barulah keterampilan berbicara, membaca, dan

menulis. Dalam proses belajar mengajar, menyimak sering diabaikan karena

tanpa diajarkan pun keterampilan ini dilakukan. http://mbahbrata-

edu.blogspot.com/2010/04/keterampilan-menyimak.html.

Menyimak merupakan kegiatan berbahasa berupa memahami bahasa

yang dihasilkan orang lain melalui sarana lisan atau pendengaran. Kegiatan

yang paling pertama yang dilakukan manusia adalah menyimak. Keadaan itu

sudah terlihat sejak manusia masih bayi. Bayi manusia yang belum mampu

menghasilkan bahasa, sudah akan terlihat dalam kegiatan mendengarkan dan

Page 3: Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

usaha memahami bahasa orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu, menyimak

sangat diperlukan dalam kehidupan dan proses belajar mengajar.

Tarigan (2008:191) mengemukakan menyimak adalah suatu

penerimaan yang aktif terhadap informasi lisan. Selanjutnya Nurgiyantoro

(2010:283) mengemukakan bahwa kegiatan menyimak pada hakikatnya

merupakan usaha memahami konteks ekstralinguistik atau informasi melalui

sarana linguistik. Dalam kegiatan menyimak sarana bahasa disampaikan

secara lisan yang berupa lambang bunyi. Selain itu dalam menyimak

diperlukan kemampuan mengenali sistem bunyi bahasa yang bersangkutan.

Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Lebih

lanjut Tarigan (2008:31) mendefinisikan menyimak adalah suatu proses

kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,

pemahaman, apresiasi, serta iterpretasi untuk memperoleh informasi,

menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah

disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

Berdasarkan materi dan tujuan menyimak, ada banyak hal dan tujuan

yang terkait dengan kgiatan menyimak. Misalnya, menyimak pembicaraan,

pembelajaran di sekolah, berita di radio atau televisi, sandiwara radio, sinetron

televisi, lagu-lagu dan lain-lain. Tujuan menyimak pun ada bermacam-

macam, misalnya untuk menangkap pesan yang disampaikan atau sekedar

meninkmati saja. Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa di sekolah,

khususnya bahasa Indonesia, pembelajaran menyimak tampak kurang

mendapat perhatian.

Salah satu model yang dapat membantu siswa dan guru dalam

menyimak yaitu model Word Square. Model Pembelajaran Word Square

merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab

pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak

jawaban. Kelebihan dari model pembelajaran Word Square yaitu dapat

membuat siswa termotivasi dalam proses belajar mengajar, semua siswa

terlibat, memudahkan siswa dalam mencari jawaban soal, mengembangkan

kemampuan berpikir siswa secara kreatif, mendorong siswa untuk belajar

mengerjakan soal dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, dan

melatih ketelitian dan kedisiplinan siswa. Menurut Kirinawaty dikutip Bancin

(2011) kelebihan model Word Square yaitu mendorong pemahaman siswa

Page 4: Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

terhadap materi pembelajaran, dan melatih siswa untuk disiplin. Selain itu,

model pembelajaran Word Square juga mempunyai kelemahan, yaitu siswa

tinggal menerima bahan mentah, dan bisa saja mencontek jawaban teman

lainnya.

Keterampilan menyimak dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) merupakan salah satu materi yang diajarkan pada sekolah menengah

pertama kelas VII. Dengan standar kompetensi yang berbunyi mengapresiasi

dongeng yang diperdengarkan. Kompetensi dasarnya adalah menemukan hal-

hal menarik dari dongeng yang diperdengarkan.

Penelitian menggunakan model Word Square pernah dilakukan oleh

Armi Antasari tahun 2012 dengan judul “Keefektifan Model Word Square

(Kotak Kata) Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas VII

SMP PATRA MANDIRI 1 Plaju

Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

ialah, sama-sama menggunakan model Word Square, sedangkan perbedaannya

terletak pada kemampuan yang ingin dicapai.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah penggunaan

model Word Square berpengaruh terhadap kemampuan menyimak siswa kelas

VII SMP Negeri 3 Prabumulih?”

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh model Word

Square dalam kemampuan menyimak pada siswa kelas VII SMP 3 Negeri

Prabumulih.

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik manfaat

secara praktis maupun teoritis.

1) Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi guru

Manfaat bagi guru, yaitu memberikan kontribusi berupa

pembaharuan model dan cara mengajarkan menyimak sebagai upaya

Page 5: Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

membimbing siswa agar lebih aktif dan bertanggung jawab dengan apa

yang mereka pelajari. Selain itu dengan adanya alternatif model

pembelajaran ini diharapkan proses pembelajaran di kelas dapat lebih

menyenangkan sehingga hasil belajar terhadap kemampuan menyimak

dapat meningkat.

b. Manfaat bagi siswa

Manfaat bagi siswa yaitu membangkitkan minat siswa terhadap

pelajaran menyimak serta membuat siswa lebih bertanggung jawab

dengan materi yang telah mereka peroleh di kelas.

2) Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan menambah hasanah dalam

pembelajaran menyimak dan memberikan subangsih teori pembelajaran

berupa model Word Square terhadap kemampuan menyimak.

5. Tinjauan Pustaka

5.1. Pengertian Menyimak

Menurut Tarigan (1994:27) dalam bahasa Inggris, padanan kata

mendengarkan adalah to hear, sedangakn padanan kata menyimak adalah

to listen, atau dalam bentuknya gerund-nya masing-masing hearing dan

listening. Jadi mendengar adalah proses kegiatan menerima bunyi bahasa

yang dilakukan dengan sengaja tetapi belum termasuk untusr pemahaman.

Sedangkan, menyimak menurut Tarigan (1994:28) ialah suatu proses

kegiatan menerima bunyi bahasa yang dilakukan dengan sengaja tetapi

belum termasuk unsur pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk

mendaftarkan informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna

komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran

atau bahasa lisan.

Purwo dan Alim (1997:23) mengemukakan bahwa menyimak

adalah proses mengarahkan dengan penuh perhatian dengan sengaja

kepada suatu sauara atau menangkap pikiran orang berbicara dengan alat

pendengaran kita, dengan tepat dan teratur. Berdasarkan pemaparan dari

penjelasan di atas diperoleh kesimpulan bahwa menyimak merupakan

suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan

Page 6: Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

penuh perhatian, pemahaman, serta interpretasi untuk memperoleh

informasi, menangkap isi atau pesan serta pikiran yang disampaikan atau

diucapkan pembicara.

5.2. Tujuan Menyimak

Tujuan utama menyimak adalah untuk menangkap dan memahami

pesan, ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan.

Dengan demikian tujuan menyimak dapat dijabarkan sebagai berikut.

a) Menyimak memperoleh fakta atau mendapatkan fakta.

b) Untuk menganalisis fakta.

c) Untuk mengevaluasi fakta.

d) Untuk mendapatkan inspirasi.

e) Untuk mendapatkan hiburan atau menghibur diri.

http://aristhaserenade.blogspot.com/p/keterampilan-menyimak.html

5.3. Ragam Menyimak

Menurut Tarigan (2008:38) terdapat dua jenis menyimak antara

lain menyimak ekstensif dan intensif. Menyimak ekstensif adalah sejenis

menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap

suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru.

Selanjutnya Tarigan (2008:43-44) mengemukakan bahwa menyimak

intensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan

lebih umum serta perlu di bawah bimbingan langung para guru, menyimak

intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol

terhadap suatu hal tertentu.

5.4. Faktor-Faktor Penting dalam Menyimak

Terdapat beberapa faktor penting dalam kegiatan menyimak.

Menurut Tarigan (1994:62), komponen agar dapat menjadi penyimak yang

baik, yaitu sebagai berikut.

1. Membedakan antara bunyi fonemis.

2. Mengingat kembali kata-kata..

3. Mengidentifikasi tata bahasa dari sekelompok kata.

Page 7: Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

4. Mengidentifikasi bagian-bagian pragmatik, ekspresi, dan

seperangkat penggunaan yang berfungsi sebagai unit sementara

mencari makna/arti.

5. Menghubungkan ke tanda-tanda pra linguistic (intonmsi) dank e

non linguistik (situasi yang sesuai dengan objek supaya terbangun

makna), menggunakan pengetahuan awal (yang kita tahu tentang

isi dan bentuk), serta konteks (yang telah siap dikatakan) untuk

meperkirakan dan kemudian menjelaskan makna.

6. Mengulang kata-kata penting dan ide-ide penting.

Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang penting dalam

keterampilan menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butir-butir

penting menyimak dari bahan simakan. Untuk dapat mengajarkan

pembelajaran menyimak sampai dengan pemahaman, guru dituntut dapat

menyusun materi simakan.

5.5. Pengertian Dongeng

Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran

fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan

moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan

makhluk lainnya. Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi

dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan secara turun-temurun

dari generasi ke generasi. Terkadang kisah dongeng bisa membawa

pendengarnya terhanyut ke dalam dunia fantasi, tergantung cara

penyampaian dongeng tersebut dan pesan moral yang disampaikan. Kisah

dongeng yang sering diangkat menjadi saduran dari kebanyakan sastrawan

dan penerbit, lalu dimodifikasi menjadi dongeng modern. Materi dongeng

ini bisa di jadikan bahan pada pembelajaran menyimak sampai dengan

pemahaman. http://id.wikipedia.org/wiki/Dongeng

5.6. Model Pembelajaran Word Square

Menurut Trianto (2007:2) model pembelajaran adalah bentuk

pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara

khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi

pencapaian kompetensi peserta didik dengan pendekatan, metode, dan

Page 8: Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

teknik pembelajaran. Menurut Joyce dan Weil (dikutip Rusman, 2011:133)

“Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka

panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing

pembelajaran di kelas atau yang lain.” Kemudian Suryabrata (1989:64)

mengatakan di dalam model pembelajaran harus memiliki keterlibatan

intelektual-emosional peserta didik melalui kegiatan mengalami,

menganalisis, berbuat, dan menentukan sikap, adanya keikutsertaan

peserta didik secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan model

pembelajaran itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang sudah tergambar dari awal

sampai akhir, dimana guru harus bertindak sebagai fasilitator, coordinator,

mediator dan motivator kegiatan belajar peserta didik yang mempunyai

keterlibatan intelektual-emosional terhadap peserta didik.

Hanafiah dan Suyatno secara implisit menyatakan bahwa Word

Square termasuk model pembelajaran. Word Square dalam Kamus Bahasa

Inggris terdiri atas dua suku kata diantaranya Word yang berarti Kata dan

Square yang berarti Kotak. Jadi menurut bahasa arti dari Word Square

adalah kotak kata. Word Square (kotak kata) adalah sejumlah kata yang

disusun sehingga kata tersebut dapat dibaca ke depan dan ke belakang

(Hombi dikutip Rina, 2011:20). Menurut Anggra Word Square merupakan

model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan

dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban.

Mirip seperti Teka-Teki Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada

namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan

sembarang huruf/angka penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran ini

sesuai untuk semua mata pejaran. Tinggal bagaimana guru dapat

memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa

untuk berpikir efektif. Tujuan huruf atau angka pengecoh bukan untuk

mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis

(http://anggra13.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-word-

square.html).

Page 9: Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

Menurut Laurence Urdang dikutip Jamaluddin Kidung Word

Square adalah sejumlah kata yang disusun satu di bawah yang lain dalam

bentuk bujur sangkar dan dibaca secara mendatar dan menurun.

5.6.1. Kelebihan dan Kekurangan Model Word Square

Beberapa kelebihan dari model pembelajaran Word Square yaitu:

a. Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi

pelajaran. 

b. Melatih untuk berdisiplin.

c. Dapat melatih sikap teliti dan kritis.

d. Merangsang siswa untuk berpikir efektif.

Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat

siswa terhadap materi yang disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan

dalam menjawab dan mencari jawaban dalam lembar kerja. Dan tentu saja

yang ditekankan disini adalah dalam berpikir efektif, jawaban mana yang

paling tepat.

Sedangkan beberapa kekurangan dari model pembelajaran word square

yaitu:

a. Mematikan kreatifitas siswa. 

b. Siswa tinggal menerima bahan mentah.

c. Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan

kemampuan atau potensi yang dimilikinya.

5.6.2. Langkah-langkah Pembelajaran Model Word Square

Instrumen utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja

berupa pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada

susunan huruf acak pada kolom yang telah disediakan. Menurut

Saptono (dikutip Rina, 2011:20) langkah-langkah membuat lembar

Word Square (kotak kata) adalah sebagai berikut:

1) Menentukan topik sesuai konsep/subkonsep

2) Menuliskan kata-kata kunci sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai

3) Menuliskan kembali kata-kata kunci dimulai dengan kata-kata

terpanjang

Page 10: Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

4) Membuat kotak-kotak kata

5) Mengisi kata-kata kunci pada kotak kata

Langkah-langkah proses belajar mengajar dengan model Word

Square menurut Suyatno (2009:130) adalah sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan kompetensi

yang ingin dicapai.

2) Guru membagikan lembar jawaban sesuai dengan materi pelajaran

yang telah disampaikan.

3) Guru membacakan soal yang akan diberikan kepada siswa.

4) Siswa mendengarkan soal yang dibacakan oleh guru dan menjawab

soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban yang

benar.

5) Guru memberikan poin pada setiap jawaban.

5.6.3. Langkah-langkah pembelajaran word square terhadap kemampuan

menyimak

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi, dan motivasi

siswa tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, yakni menggali

pengetahuan siswa tentang menyimak dongeng.

2. Guru menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

menyimak dongeng.

3. Guru memperdengarkan dongeng kepada siswa melalui media

rekaman.

4. Siswa mencatat hal-hal yang penting dari dongeng yang

diperdengarkan melalui rekaman.

5. Guru membagikan lembar jawaban sesuai dengan materi pelajaran

yang telah disampaikan.

6. Guru memperdengarkan soal yang akan diberikan kepada siswa

melalui media rekaman.

7. Siswa mendengarkan soal yang diperdengarkan melalui media

rekaman oleh guru dan menjawab soal kemudian mengarsir huruf

dalam kotak sesuai jawaban yang benar.

8. Siswa mengumpulkan hasil kerja.

Page 11: Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

9. Guru mengadakan evaluasi.

10. Guru bersama siswa menyimpulkan isi pelajaran.

5.7. Model Konvensional

Model konvensional merupakan salah satu model yang selama ini

digunakan dalam dunia pendidikan. Menurut Trianto (2007:1) pada

pembelajaran konvensional, kelas cenderung berpusat pada guru, sehingga

siswa menjadi pasif, siswa tidak diajarkan model pembelajaran yang dapat

memahami bagaimana belajar, berpikir, dan memotivasi diri. Pembelajaran

menggunakan model konvensional ini bersifat satu arah yaitu dari dosen

ke mahasiswa atau dari guru ke siswa. Mahasiswa hanya menerima materi

yang diberikan dosen atau guru. Siswa hanya mendengarkan materi yang

disampaikan, mengerjakan tugas, dan mengumpulkannya. Guru masih

menjadi pusat perhatian sehingga hanya guru yang aktif dalam

pembelajaran.

Model konvensional adalah pembelajaran yang diterapkan di kelas

kontrol. Model konvensional lebih menekankan pemberian materi dalam

kegiatan pembelajaran. Dalam memulai pembelajaran guru memberikan

penjelasan mengenai teori yang sesuai dengan pembelajaran. Setelah itu

siswa disuruh membaca wacana dan mengerjakan soal yang diberikan.

5.7.1. Langkah-langkah Pembelajaran Menyimak dengan Model

Konvensional

Langkah-langkah proses belajar mengajar dengan model

konvensional ialah sebagai berikut.

1. Pada tahap permulaan guru melakukan apersepsi.

2. Guru menyampaikan materi kepada siswa.

3. Guru menyuruh siswa mengemukakan kembali materi yang telah

diberikan.

4. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

5. Guru memberikan soal kepada siswa untuk dikerjakan.

6. Guru dan siswa menyimpulkan pelajaran.

Page 12: Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

5.8. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran

Word Square dapat diterapkan dalam pembelajaran menyimak sebagai

salah satu kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum serta diajarkan

pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Prabumulih.

5.9. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah Model Word Square berpengaruh

dibandingkan dengan model konvensional dalam pembelajaran menyimak

pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Prabumulih. Secara sistematis

hipotesis ini dapat dirumuskan denan Mx>My.

Secara operasional hipotesis dirumuskan hipotesis nol (Ho) dan

hipotesis alternative (Ha) sebagai berikut:

Ho: model Word Squere tidak berpengaruh dibandingkan dengan model

konvensional dalam pembelajaran menyimak pada siswa kelas VII SMP

Negeri 3 Prabumulih.

Ha: model Word Square berpengaruh dibandingkan dengan model

konvensional dalam pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas

VII SMP Negeri 3 Prabumulih.

5.10. Kriteria Pengujian Hipotesis

Hipotesis penelitian ini diuji dengan melakukan perhitungan

komparasi (uji t). Hipotesis nol (Ho) jika terdapat perbedaan signifikan

antara kelompok eksperimen (Mx) dan kelompok kontrol (My), yaitu

Mx>My pada tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis alternatif diterima jika

tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen

dengan kelompok kontrol (My) pada tingkat kepercayaan 95%. Bila

hipotesis nol diterima berarti hipotesis alternatif ditolak.

6. Metodologi Penelitian

6.1. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen semu. Arikunto (2006:77) menyatakan bahwa penelitian

Page 13: Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

eksperimen semu disebut eksperimen yang tidak sebenarnya atau disebut

juga eksperimen pura-pura. Metode eksperimen semu adalah metode yang

menggunakan kelas-kelas yang sudah tersedia, dengan demikian baik kelas

eksperimen maupun kelas kontrol tentu saja dianggap sama keadaannya

atau kondisinya.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu dengan

maksud untuk mengetahui ada tidaknya hubungan sebab akibat serta

berapa besar sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-

perlakuan tertentu pada beberapa kelas eksperimental dan menyediakan

kontrol untuk perbandingan terhadap kemampuan membaca pemahaman.

Kelas eksperimen dalam penelitian ini adalah kelas siswa yang

mendapatkan penagajaran menyimak menggunakan model pembelajaran

Word Square, sedangkan kelas kontrol adalah siswa yang diajarkan

menggunakan model pembelajaran konvensional.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 1

Desain Penelitian

Kelompok Pengukuran Perlakuan PengukuranE 01 X 02K 03 - 04

Keterangan:

E: kelompok eksperimen

K: kelompok kontrol

X: perlakuan kelompok eksperimen (model Word Square)

01: pretes kelompok eksperimen

02: postes kelompok eksperimen

03: pretes kelompok kontrol

04: postes kelompok kontrol

Prosedur pola desain penelitian di atas adalah sebagai berikut:

Page 14: Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

(1) Menggolongkan subjek tersebut menjadi dua yaitu kelompok

eksperimen (E) dan kelompok kontrol (K).

(2) Memberikan pretes untuk kemampuan awal pada kedua kelompok

(01 dan 03).

(3) Menghitung mean masing-masing kelompok

(4) Memberikan postes kepada kedua kelompok (02 dan 04)

(5) Menghitung mean masing-masing kelompok.

(6) Membandingkan perbedaan hasil pretes dan postes masing-masing

kelompok.

(7) Apakah perbedaan tersebut cukup besar untuk menolak hipotesis.

6.2. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan dua variabel, yaitu variabel bebas

dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

Word Square yang diberi symbol (X), sedangkan variabel terikat adalah

hasil belajar siswa berupa keterampilan menyimak.

6.3. Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian ini sebagai berikut.

1) Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang ikut

membentuk sesuatu. Pengaruh dalam penelitian ini adalah model Word

Square secara signifikan lebih tinggi daripada skor tes menyimak

dongeng yang menggunakan model konvensional.

2) Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-

lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, serta interpretasi

untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta pikiran

yang disampaikan atau diucapkan pembicara.

3) Model Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan

kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam

mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti

mengisi teka-teki silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun

disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang

huruf/angka penyamar atau pengecoh.

Page 15: Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

Langkah-langkah pembelajaran word square terhadap kemampuan

menyimak

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi, dan motivasi

siswa tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, yakni menggali

pengetahuan siswa tentang menyimak dongeng.

2. Guru menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

menyimak dongeng.

3. Guru memperdengarkan dongeng kepada siswa melalui media

rekaman.

4. Siswa mencatat hal-hal yang penting dari dongeng yang

diperdengarkan melalui rekaman.

5. Guru membagikan lembar jawaban sesuai dengan materi pelajaran

yang telah disampaikan.

6. Guru membacakan soal yang akan diberikan kepada siswa.

7. Siswa mendengarkan soal yang dibacakan oleh guru dan menjawab

soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban yang

benar.

8. Siswa mengumpulkan hasil kerja.

9. Guru mengadakan evaluasi.

10. Guru bersama siswa menyimpulkan isi pelajaran.

4) Model konvensional adalah kegiatan pembelaaran menyimak dengan

mengikuti kebiasaan yang digunakan sehari-hari yaitu hanya

memberikan bahan bacaan dan penugasan. Model konvensional dalam

penelitian ini diterapkan pada kelas kontrol. Berikut adalah langkah-

langkah pembelajaran menggunakan model konvensional.

1) Pada tahap permulaan guru melakukan apersepsi.

2) Guru menyampaikan materi kepada siswa.

3) Guru menyuruh siswa mengemukakan kembali materi yang

telah diberikan.

4) Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

5) Guru memberikan soal kepada siswa untuk dikerjakan.

6) Guru dan siswa menyimpulkan pelajaran.

6.4. Populasi Penelitian

Page 16: Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

Arikunto (2006:130) menyatakan bahwa populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas VII SMP Negeri 3 Prabumulih. Siswa kelas VII SMP Negeri 3

Prabumulih berjumlah 216 orang yang terbagi dalam 6 kelas (kelas VII.1-

VII.6).

Berikut ini adalah data populasi siswa.

Tabel 2

No. Kelas Jumlah1. VII.1 352. VII.2 353. VII.3 364. VII.4 375. VII.5 366. VII.6 37

Jumlah 216

6.5. Sampel Penelitian

Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling.

Sugiyono (2012:85) menjelaskan bahwa purposive sampling adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Selanjutnya Arikunto

(2006:140). Sampel bertujuan atau purposive sample dilakukan dengan

cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah

tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu. Penelitian ini dilakukan

pada siswa kelas VII.3 terdiri atas 36 siswa , 16 siswa laki-laki dan 20

siswa perempuan. Kelas VII.4 yang terdiri atas 37 siswa, 18 siswa laki-laki

dan 19 siswa perempuan.

Tabel 3

Sampel Penelitian

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah 1. VII.3 16 20 362. VII.4 18 19 37

Jumlah 73

Pertimbangan memeilih kelas tersebut adalah:

Page 17: Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

1. Kedua kelompok merupakan kelas yang parallel sehingga diasumsikan

memiliki kemampuan yang relatif sama. Selain itu, pada saat

pembagian kelas VII SMP Negeri 3 Prabumulih, dari 6 kelas VII.1

yang merupakan kelas unggulan

2. Kedua kelompok itu diajar oleh guru yang sama, jumlah jam yang

sama, kurikulum yang sama, sehingga diasumsikan memiliki aktivitas

pembelajaran yang sama.

Untuk menentukan kelas yang akan digunakan sebagai kelas

eksperimen dan kelas kontrol maka dilakukan pengundian. Dari hasil

pengundian didapatlah hasil bahwa yang menjadi kelas kontrol adalah

VII.3 dan kelas eksperimen VII.4.

6.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik tes.

Teknik tes digunakan untuk mengukur intelegensi , tes minat, tes bakat

khusus dan sebagainya (Arikunto, 2006:223).

Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian

atau esai. Dalam bentuk tes essai peserta didik dituntut berpikir tentang dan

mempergunakan apa yang diketahui yang berkenaan dengan pertanyaan yang

harus dijawab. Tes esai di sini, siswa hanya menjawab pertanyaan yang

jawabannya singkat. Yaitu berupa pertanyaan yang berhubungan dengan

dongeng yang diperdengarkan melalui media rekaman. Siswa mendengarkan

soal yang dibacakan oleh guru dan menjawab soal kemudian mengarsir huruf

dalam kotak sesuai jawaban yang benar.

6.7. Uji Normalitas

Arikunto (2010:314) menyatakan bahwa uju normalitas merupakan

salah satu pengujian sifat data. Berdasarkan uji normalitas inilah penliti

dapat menentukan apakah data memiliki sebran normal atau tidak. Untuk

menguji normalitas data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan grafik

P-P Plot dengan Chi Square Distribution atau uji keselarasan. Uji

keselarasan adalah perbandingan antara frekuensi observasi dengan

frekuensi harapan sehingga menunjukan hasil apakah distribusi

pengamatan sesuai dengan distribusi frekuensi tertentu atau tidak.

Page 18: Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

6.8. Uji Homogenitas

Uji homogenitas data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

mengetahui apakah sampel penelitian diperoleh dari populasi bervariasi

homogeny atau tidak. Untuk uji homogenitas sampel pada penelitian ini

menggunakan uji Che Square Distribution dengan program SPSS 22. Data

yang diuji adalah data tes awal siswa.

Suatu sampel dikatakan homogen atau berasal dari sampel yang

mempunyai variasi yang sama apabila harga Chi kuadrat (x2) perhitungan

kurang dari Chi Kuadrat table kritik pada taraf signifikasi 95%.

6.9. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh dari hasil penelitian, data tersebut dianalisis

menggunakan program SPSS 20 dengan menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Menghitung nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol yang

diperoleh dari awal hingga akhir.

2) Menghitung perbandingan perbedaan nilai tes awal dan tes akhir siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan rumus uji-t.

3) Menemukan siginifikasi hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok

eksperimen dan kontrol.

a. Menghitung perbedaan nilai tes awal dan tes akhir yang diperoleh

dari hasil tes siswa kelas eksperimen.

b. Menghitung perbedaan nilai tes awal dan tes akhir yang diperoleh

dari tes siwa kelas kontrol.

4) Mencocokan hasil perhitungan dengan tabel nilai titik T.

5) Mendeskripsikan data.

6) Menyimpulkan data.

6.10. Prosedur Penelitian

Tahap penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

a) Perencanaan perlakuan

Page 19: Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

(1) Melaksanakan tes awal sebelum proses belajar mengajar di kelas

sampel.

(2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan

materi menyimak menggunakan model Word Square.

(3) Mengembangkan tes untuk data awal dan tes akhir.

b) Pelaksanaan perlakuan

Pelaksanaan perlakuan ini akan dilaksanakan sebanyak enam

kali pertemuan, yaitu satu kali untuk pertemuan pretes, empat kali

pertemuan pembelajaran menggunakan model Word Square, dan satu

kali untuk pertemuan postes.

6.11. Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei

1 Persiapan X

2 Menyusun

Proposal

penelitian

X

3 Seminar dan

perbaikan

proposal

X

4 Pelaksanan

penelitian

X

5 Pengolahan data X

6 Penyusunan

laporan

penelitian

X

Page 20: Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Bancin, Enji. 2011. “Perbandingan Metode Teba Kata dan Kotak Kata

Terhadap Kemampuan Menulis Surat Niaga Siswa Kelas XI SMA

Swasta

http://anggra13.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-wordsquare.html).

Diakses Tanggal 13 Mei 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Dongeng. Diakses Tanggal 13 Mei 2013.

http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2010/04/keterampilan-menyimak.html.

Diakses Tanggal 13 Mei 2013.

http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-word-square.html.

Diakses Tanggal 13 Mei 2013.

Jamaluddin Kidung. 2011. “Pembelajaran dengan Panduan LKS Word

Square”. http://jamaluddink1.blogspot.com/2011/08/pembelajaran-

dengan-panduan-lks-word.html. Diakses Tanggal 13 Mei 2013.

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta:

BPFE Yogyakarta.

Parulian 2 Medan”. Skripsi. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Medan.

Rina, Mulia. 2011. “Penerapan Media Kotak Kata dalam Meningkatkan

Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu di kelas VIII SMP

Negeri 2 Banyuasin III.”Skripsi. Inderalaya: FKIP Universitas

Sriwijaya.

Tarigan, Hendri Guntur. 1994. Menyimak Merupakan Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung:

IKAPI.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana

Pustaka.