pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docx
DESCRIPTION
Pengaruh metode word square terhadap kemampuan menyimak.docxTRANSCRIPT
PENGARUH MODEL WORD SQUARE TERHADAP KEMAMPUAN
MENYIMAK DONGENG SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 PRABUMULIH
Rancangan Proposal Penelitian
Oleh:
Reddo Mandala Saputra
Nomor Induk Mahasiswa 06101002034
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Pembimbing:
1. Dr. Nurhayati, M.Pd.
2. Dra. Hj. Sri Indrawati, M.Pd.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
PENGARUH MODEL WORD SQUARE TERHADAP KEMAMPUAN
MENYIMAK DONGENG SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 PRABUMULIH
Reddo Mandala Saputra (06101002018)
1. Latar Belakang
Bahasa memiliki peran penting di dalam kehidupan manusia karena
bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa digunakan oleh manusia pada sebagian besar aktivitasnya, tanpa
bahasa manusia tidak dapat mengungkapkan perasaannya, menyampaikan
keinginan, memberikan saran dan pendapat, bahkan sampai tingkat pemikiran
seseorang yang berkaitan dengan bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi antar
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap.
Dalam proses interaksi dan komunikasi diperlukan keterampilan berbahasa
aktif, kreatif, produktif dan resetif, apresiatif yang mana salah satu unsurnya
adalah keterampilan menyimak yang bertujuan untuk menangkap dan
memahami pesan, ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa
simakan. Semakin tinggi tingkat penguasaan bahasa seseorang, semakin tinggi
pua penggunaan bahasa dalam berkomunikasi.
Dalam kegiatan sehari-hari, menyimak adalah salah satu kegiatan yang
sangat penting selain keterampilan yang lainnya. Kegiatan menyimak juga
dapat menambah ilmu atau wawasan yang belum dimiliki di antaranya melalui
radio, tv, atau langsung dari nara sumbernya. Jadi menyimak memegang
peranan penting setelah itu barulah keterampilan berbicara, membaca, dan
menulis. Dalam proses belajar mengajar, menyimak sering diabaikan karena
tanpa diajarkan pun keterampilan ini dilakukan. http://mbahbrata-
edu.blogspot.com/2010/04/keterampilan-menyimak.html.
Menyimak merupakan kegiatan berbahasa berupa memahami bahasa
yang dihasilkan orang lain melalui sarana lisan atau pendengaran. Kegiatan
yang paling pertama yang dilakukan manusia adalah menyimak. Keadaan itu
sudah terlihat sejak manusia masih bayi. Bayi manusia yang belum mampu
menghasilkan bahasa, sudah akan terlihat dalam kegiatan mendengarkan dan
usaha memahami bahasa orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu, menyimak
sangat diperlukan dalam kehidupan dan proses belajar mengajar.
Tarigan (2008:191) mengemukakan menyimak adalah suatu
penerimaan yang aktif terhadap informasi lisan. Selanjutnya Nurgiyantoro
(2010:283) mengemukakan bahwa kegiatan menyimak pada hakikatnya
merupakan usaha memahami konteks ekstralinguistik atau informasi melalui
sarana linguistik. Dalam kegiatan menyimak sarana bahasa disampaikan
secara lisan yang berupa lambang bunyi. Selain itu dalam menyimak
diperlukan kemampuan mengenali sistem bunyi bahasa yang bersangkutan.
Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Lebih
lanjut Tarigan (2008:31) mendefinisikan menyimak adalah suatu proses
kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta iterpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Berdasarkan materi dan tujuan menyimak, ada banyak hal dan tujuan
yang terkait dengan kgiatan menyimak. Misalnya, menyimak pembicaraan,
pembelajaran di sekolah, berita di radio atau televisi, sandiwara radio, sinetron
televisi, lagu-lagu dan lain-lain. Tujuan menyimak pun ada bermacam-
macam, misalnya untuk menangkap pesan yang disampaikan atau sekedar
meninkmati saja. Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa di sekolah,
khususnya bahasa Indonesia, pembelajaran menyimak tampak kurang
mendapat perhatian.
Salah satu model yang dapat membantu siswa dan guru dalam
menyimak yaitu model Word Square. Model Pembelajaran Word Square
merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab
pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak
jawaban. Kelebihan dari model pembelajaran Word Square yaitu dapat
membuat siswa termotivasi dalam proses belajar mengajar, semua siswa
terlibat, memudahkan siswa dalam mencari jawaban soal, mengembangkan
kemampuan berpikir siswa secara kreatif, mendorong siswa untuk belajar
mengerjakan soal dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, dan
melatih ketelitian dan kedisiplinan siswa. Menurut Kirinawaty dikutip Bancin
(2011) kelebihan model Word Square yaitu mendorong pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran, dan melatih siswa untuk disiplin. Selain itu,
model pembelajaran Word Square juga mempunyai kelemahan, yaitu siswa
tinggal menerima bahan mentah, dan bisa saja mencontek jawaban teman
lainnya.
Keterampilan menyimak dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) merupakan salah satu materi yang diajarkan pada sekolah menengah
pertama kelas VII. Dengan standar kompetensi yang berbunyi mengapresiasi
dongeng yang diperdengarkan. Kompetensi dasarnya adalah menemukan hal-
hal menarik dari dongeng yang diperdengarkan.
Penelitian menggunakan model Word Square pernah dilakukan oleh
Armi Antasari tahun 2012 dengan judul “Keefektifan Model Word Square
(Kotak Kata) Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas VII
SMP PATRA MANDIRI 1 Plaju
Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
ialah, sama-sama menggunakan model Word Square, sedangkan perbedaannya
terletak pada kemampuan yang ingin dicapai.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah penggunaan
model Word Square berpengaruh terhadap kemampuan menyimak siswa kelas
VII SMP Negeri 3 Prabumulih?”
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh model Word
Square dalam kemampuan menyimak pada siswa kelas VII SMP 3 Negeri
Prabumulih.
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik manfaat
secara praktis maupun teoritis.
1) Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi guru
Manfaat bagi guru, yaitu memberikan kontribusi berupa
pembaharuan model dan cara mengajarkan menyimak sebagai upaya
membimbing siswa agar lebih aktif dan bertanggung jawab dengan apa
yang mereka pelajari. Selain itu dengan adanya alternatif model
pembelajaran ini diharapkan proses pembelajaran di kelas dapat lebih
menyenangkan sehingga hasil belajar terhadap kemampuan menyimak
dapat meningkat.
b. Manfaat bagi siswa
Manfaat bagi siswa yaitu membangkitkan minat siswa terhadap
pelajaran menyimak serta membuat siswa lebih bertanggung jawab
dengan materi yang telah mereka peroleh di kelas.
2) Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan menambah hasanah dalam
pembelajaran menyimak dan memberikan subangsih teori pembelajaran
berupa model Word Square terhadap kemampuan menyimak.
5. Tinjauan Pustaka
5.1. Pengertian Menyimak
Menurut Tarigan (1994:27) dalam bahasa Inggris, padanan kata
mendengarkan adalah to hear, sedangakn padanan kata menyimak adalah
to listen, atau dalam bentuknya gerund-nya masing-masing hearing dan
listening. Jadi mendengar adalah proses kegiatan menerima bunyi bahasa
yang dilakukan dengan sengaja tetapi belum termasuk untusr pemahaman.
Sedangkan, menyimak menurut Tarigan (1994:28) ialah suatu proses
kegiatan menerima bunyi bahasa yang dilakukan dengan sengaja tetapi
belum termasuk unsur pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
mendaftarkan informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran
atau bahasa lisan.
Purwo dan Alim (1997:23) mengemukakan bahwa menyimak
adalah proses mengarahkan dengan penuh perhatian dengan sengaja
kepada suatu sauara atau menangkap pikiran orang berbicara dengan alat
pendengaran kita, dengan tepat dan teratur. Berdasarkan pemaparan dari
penjelasan di atas diperoleh kesimpulan bahwa menyimak merupakan
suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan
penuh perhatian, pemahaman, serta interpretasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi atau pesan serta pikiran yang disampaikan atau
diucapkan pembicara.
5.2. Tujuan Menyimak
Tujuan utama menyimak adalah untuk menangkap dan memahami
pesan, ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan.
Dengan demikian tujuan menyimak dapat dijabarkan sebagai berikut.
a) Menyimak memperoleh fakta atau mendapatkan fakta.
b) Untuk menganalisis fakta.
c) Untuk mengevaluasi fakta.
d) Untuk mendapatkan inspirasi.
e) Untuk mendapatkan hiburan atau menghibur diri.
http://aristhaserenade.blogspot.com/p/keterampilan-menyimak.html
5.3. Ragam Menyimak
Menurut Tarigan (2008:38) terdapat dua jenis menyimak antara
lain menyimak ekstensif dan intensif. Menyimak ekstensif adalah sejenis
menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap
suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru.
Selanjutnya Tarigan (2008:43-44) mengemukakan bahwa menyimak
intensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan
lebih umum serta perlu di bawah bimbingan langung para guru, menyimak
intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol
terhadap suatu hal tertentu.
5.4. Faktor-Faktor Penting dalam Menyimak
Terdapat beberapa faktor penting dalam kegiatan menyimak.
Menurut Tarigan (1994:62), komponen agar dapat menjadi penyimak yang
baik, yaitu sebagai berikut.
1. Membedakan antara bunyi fonemis.
2. Mengingat kembali kata-kata..
3. Mengidentifikasi tata bahasa dari sekelompok kata.
4. Mengidentifikasi bagian-bagian pragmatik, ekspresi, dan
seperangkat penggunaan yang berfungsi sebagai unit sementara
mencari makna/arti.
5. Menghubungkan ke tanda-tanda pra linguistic (intonmsi) dank e
non linguistik (situasi yang sesuai dengan objek supaya terbangun
makna), menggunakan pengetahuan awal (yang kita tahu tentang
isi dan bentuk), serta konteks (yang telah siap dikatakan) untuk
meperkirakan dan kemudian menjelaskan makna.
6. Mengulang kata-kata penting dan ide-ide penting.
Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang penting dalam
keterampilan menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butir-butir
penting menyimak dari bahan simakan. Untuk dapat mengajarkan
pembelajaran menyimak sampai dengan pemahaman, guru dituntut dapat
menyusun materi simakan.
5.5. Pengertian Dongeng
Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran
fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan
moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan
makhluk lainnya. Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi
dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan secara turun-temurun
dari generasi ke generasi. Terkadang kisah dongeng bisa membawa
pendengarnya terhanyut ke dalam dunia fantasi, tergantung cara
penyampaian dongeng tersebut dan pesan moral yang disampaikan. Kisah
dongeng yang sering diangkat menjadi saduran dari kebanyakan sastrawan
dan penerbit, lalu dimodifikasi menjadi dongeng modern. Materi dongeng
ini bisa di jadikan bahan pada pembelajaran menyimak sampai dengan
pemahaman. http://id.wikipedia.org/wiki/Dongeng
5.6. Model Pembelajaran Word Square
Menurut Trianto (2007:2) model pembelajaran adalah bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi
pencapaian kompetensi peserta didik dengan pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran. Menurut Joyce dan Weil (dikutip Rusman, 2011:133)
“Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lain.” Kemudian Suryabrata (1989:64)
mengatakan di dalam model pembelajaran harus memiliki keterlibatan
intelektual-emosional peserta didik melalui kegiatan mengalami,
menganalisis, berbuat, dan menentukan sikap, adanya keikutsertaan
peserta didik secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan model
pembelajaran itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang sudah tergambar dari awal
sampai akhir, dimana guru harus bertindak sebagai fasilitator, coordinator,
mediator dan motivator kegiatan belajar peserta didik yang mempunyai
keterlibatan intelektual-emosional terhadap peserta didik.
Hanafiah dan Suyatno secara implisit menyatakan bahwa Word
Square termasuk model pembelajaran. Word Square dalam Kamus Bahasa
Inggris terdiri atas dua suku kata diantaranya Word yang berarti Kata dan
Square yang berarti Kotak. Jadi menurut bahasa arti dari Word Square
adalah kotak kata. Word Square (kotak kata) adalah sejumlah kata yang
disusun sehingga kata tersebut dapat dibaca ke depan dan ke belakang
(Hombi dikutip Rina, 2011:20). Menurut Anggra Word Square merupakan
model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan
dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban.
Mirip seperti Teka-Teki Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada
namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan
sembarang huruf/angka penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran ini
sesuai untuk semua mata pejaran. Tinggal bagaimana guru dapat
memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa
untuk berpikir efektif. Tujuan huruf atau angka pengecoh bukan untuk
mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis
(http://anggra13.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-word-
square.html).
Menurut Laurence Urdang dikutip Jamaluddin Kidung Word
Square adalah sejumlah kata yang disusun satu di bawah yang lain dalam
bentuk bujur sangkar dan dibaca secara mendatar dan menurun.
5.6.1. Kelebihan dan Kekurangan Model Word Square
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran Word Square yaitu:
a. Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran.
b. Melatih untuk berdisiplin.
c. Dapat melatih sikap teliti dan kritis.
d. Merangsang siswa untuk berpikir efektif.
Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat
siswa terhadap materi yang disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan
dalam menjawab dan mencari jawaban dalam lembar kerja. Dan tentu saja
yang ditekankan disini adalah dalam berpikir efektif, jawaban mana yang
paling tepat.
Sedangkan beberapa kekurangan dari model pembelajaran word square
yaitu:
a. Mematikan kreatifitas siswa.
b. Siswa tinggal menerima bahan mentah.
c. Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan
kemampuan atau potensi yang dimilikinya.
5.6.2. Langkah-langkah Pembelajaran Model Word Square
Instrumen utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja
berupa pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada
susunan huruf acak pada kolom yang telah disediakan. Menurut
Saptono (dikutip Rina, 2011:20) langkah-langkah membuat lembar
Word Square (kotak kata) adalah sebagai berikut:
1) Menentukan topik sesuai konsep/subkonsep
2) Menuliskan kata-kata kunci sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai
3) Menuliskan kembali kata-kata kunci dimulai dengan kata-kata
terpanjang
4) Membuat kotak-kotak kata
5) Mengisi kata-kata kunci pada kotak kata
Langkah-langkah proses belajar mengajar dengan model Word
Square menurut Suyatno (2009:130) adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan kompetensi
yang ingin dicapai.
2) Guru membagikan lembar jawaban sesuai dengan materi pelajaran
yang telah disampaikan.
3) Guru membacakan soal yang akan diberikan kepada siswa.
4) Siswa mendengarkan soal yang dibacakan oleh guru dan menjawab
soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban yang
benar.
5) Guru memberikan poin pada setiap jawaban.
5.6.3. Langkah-langkah pembelajaran word square terhadap kemampuan
menyimak
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi, dan motivasi
siswa tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, yakni menggali
pengetahuan siswa tentang menyimak dongeng.
2. Guru menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menyimak dongeng.
3. Guru memperdengarkan dongeng kepada siswa melalui media
rekaman.
4. Siswa mencatat hal-hal yang penting dari dongeng yang
diperdengarkan melalui rekaman.
5. Guru membagikan lembar jawaban sesuai dengan materi pelajaran
yang telah disampaikan.
6. Guru memperdengarkan soal yang akan diberikan kepada siswa
melalui media rekaman.
7. Siswa mendengarkan soal yang diperdengarkan melalui media
rekaman oleh guru dan menjawab soal kemudian mengarsir huruf
dalam kotak sesuai jawaban yang benar.
8. Siswa mengumpulkan hasil kerja.
9. Guru mengadakan evaluasi.
10. Guru bersama siswa menyimpulkan isi pelajaran.
5.7. Model Konvensional
Model konvensional merupakan salah satu model yang selama ini
digunakan dalam dunia pendidikan. Menurut Trianto (2007:1) pada
pembelajaran konvensional, kelas cenderung berpusat pada guru, sehingga
siswa menjadi pasif, siswa tidak diajarkan model pembelajaran yang dapat
memahami bagaimana belajar, berpikir, dan memotivasi diri. Pembelajaran
menggunakan model konvensional ini bersifat satu arah yaitu dari dosen
ke mahasiswa atau dari guru ke siswa. Mahasiswa hanya menerima materi
yang diberikan dosen atau guru. Siswa hanya mendengarkan materi yang
disampaikan, mengerjakan tugas, dan mengumpulkannya. Guru masih
menjadi pusat perhatian sehingga hanya guru yang aktif dalam
pembelajaran.
Model konvensional adalah pembelajaran yang diterapkan di kelas
kontrol. Model konvensional lebih menekankan pemberian materi dalam
kegiatan pembelajaran. Dalam memulai pembelajaran guru memberikan
penjelasan mengenai teori yang sesuai dengan pembelajaran. Setelah itu
siswa disuruh membaca wacana dan mengerjakan soal yang diberikan.
5.7.1. Langkah-langkah Pembelajaran Menyimak dengan Model
Konvensional
Langkah-langkah proses belajar mengajar dengan model
konvensional ialah sebagai berikut.
1. Pada tahap permulaan guru melakukan apersepsi.
2. Guru menyampaikan materi kepada siswa.
3. Guru menyuruh siswa mengemukakan kembali materi yang telah
diberikan.
4. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
5. Guru memberikan soal kepada siswa untuk dikerjakan.
6. Guru dan siswa menyimpulkan pelajaran.
5.8. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran
Word Square dapat diterapkan dalam pembelajaran menyimak sebagai
salah satu kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum serta diajarkan
pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Prabumulih.
5.9. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah Model Word Square berpengaruh
dibandingkan dengan model konvensional dalam pembelajaran menyimak
pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Prabumulih. Secara sistematis
hipotesis ini dapat dirumuskan denan Mx>My.
Secara operasional hipotesis dirumuskan hipotesis nol (Ho) dan
hipotesis alternative (Ha) sebagai berikut:
Ho: model Word Squere tidak berpengaruh dibandingkan dengan model
konvensional dalam pembelajaran menyimak pada siswa kelas VII SMP
Negeri 3 Prabumulih.
Ha: model Word Square berpengaruh dibandingkan dengan model
konvensional dalam pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas
VII SMP Negeri 3 Prabumulih.
5.10. Kriteria Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian ini diuji dengan melakukan perhitungan
komparasi (uji t). Hipotesis nol (Ho) jika terdapat perbedaan signifikan
antara kelompok eksperimen (Mx) dan kelompok kontrol (My), yaitu
Mx>My pada tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis alternatif diterima jika
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen
dengan kelompok kontrol (My) pada tingkat kepercayaan 95%. Bila
hipotesis nol diterima berarti hipotesis alternatif ditolak.
6. Metodologi Penelitian
6.1. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen semu. Arikunto (2006:77) menyatakan bahwa penelitian
eksperimen semu disebut eksperimen yang tidak sebenarnya atau disebut
juga eksperimen pura-pura. Metode eksperimen semu adalah metode yang
menggunakan kelas-kelas yang sudah tersedia, dengan demikian baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol tentu saja dianggap sama keadaannya
atau kondisinya.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu dengan
maksud untuk mengetahui ada tidaknya hubungan sebab akibat serta
berapa besar sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-
perlakuan tertentu pada beberapa kelas eksperimental dan menyediakan
kontrol untuk perbandingan terhadap kemampuan membaca pemahaman.
Kelas eksperimen dalam penelitian ini adalah kelas siswa yang
mendapatkan penagajaran menyimak menggunakan model pembelajaran
Word Square, sedangkan kelas kontrol adalah siswa yang diajarkan
menggunakan model pembelajaran konvensional.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 1
Desain Penelitian
Kelompok Pengukuran Perlakuan PengukuranE 01 X 02K 03 - 04
Keterangan:
E: kelompok eksperimen
K: kelompok kontrol
X: perlakuan kelompok eksperimen (model Word Square)
01: pretes kelompok eksperimen
02: postes kelompok eksperimen
03: pretes kelompok kontrol
04: postes kelompok kontrol
Prosedur pola desain penelitian di atas adalah sebagai berikut:
(1) Menggolongkan subjek tersebut menjadi dua yaitu kelompok
eksperimen (E) dan kelompok kontrol (K).
(2) Memberikan pretes untuk kemampuan awal pada kedua kelompok
(01 dan 03).
(3) Menghitung mean masing-masing kelompok
(4) Memberikan postes kepada kedua kelompok (02 dan 04)
(5) Menghitung mean masing-masing kelompok.
(6) Membandingkan perbedaan hasil pretes dan postes masing-masing
kelompok.
(7) Apakah perbedaan tersebut cukup besar untuk menolak hipotesis.
6.2. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan dua variabel, yaitu variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
Word Square yang diberi symbol (X), sedangkan variabel terikat adalah
hasil belajar siswa berupa keterampilan menyimak.
6.3. Definisi Operasional
Definisi operasional penelitian ini sebagai berikut.
1) Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang ikut
membentuk sesuatu. Pengaruh dalam penelitian ini adalah model Word
Square secara signifikan lebih tinggi daripada skor tes menyimak
dongeng yang menggunakan model konvensional.
2) Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-
lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, serta interpretasi
untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta pikiran
yang disampaikan atau diucapkan pembicara.
3) Model Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan
kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam
mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti
mengisi teka-teki silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun
disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang
huruf/angka penyamar atau pengecoh.
Langkah-langkah pembelajaran word square terhadap kemampuan
menyimak
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi, dan motivasi
siswa tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, yakni menggali
pengetahuan siswa tentang menyimak dongeng.
2. Guru menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menyimak dongeng.
3. Guru memperdengarkan dongeng kepada siswa melalui media
rekaman.
4. Siswa mencatat hal-hal yang penting dari dongeng yang
diperdengarkan melalui rekaman.
5. Guru membagikan lembar jawaban sesuai dengan materi pelajaran
yang telah disampaikan.
6. Guru membacakan soal yang akan diberikan kepada siswa.
7. Siswa mendengarkan soal yang dibacakan oleh guru dan menjawab
soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban yang
benar.
8. Siswa mengumpulkan hasil kerja.
9. Guru mengadakan evaluasi.
10. Guru bersama siswa menyimpulkan isi pelajaran.
4) Model konvensional adalah kegiatan pembelaaran menyimak dengan
mengikuti kebiasaan yang digunakan sehari-hari yaitu hanya
memberikan bahan bacaan dan penugasan. Model konvensional dalam
penelitian ini diterapkan pada kelas kontrol. Berikut adalah langkah-
langkah pembelajaran menggunakan model konvensional.
1) Pada tahap permulaan guru melakukan apersepsi.
2) Guru menyampaikan materi kepada siswa.
3) Guru menyuruh siswa mengemukakan kembali materi yang
telah diberikan.
4) Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
5) Guru memberikan soal kepada siswa untuk dikerjakan.
6) Guru dan siswa menyimpulkan pelajaran.
6.4. Populasi Penelitian
Arikunto (2006:130) menyatakan bahwa populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VII SMP Negeri 3 Prabumulih. Siswa kelas VII SMP Negeri 3
Prabumulih berjumlah 216 orang yang terbagi dalam 6 kelas (kelas VII.1-
VII.6).
Berikut ini adalah data populasi siswa.
Tabel 2
No. Kelas Jumlah1. VII.1 352. VII.2 353. VII.3 364. VII.4 375. VII.5 366. VII.6 37
Jumlah 216
6.5. Sampel Penelitian
Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling.
Sugiyono (2012:85) menjelaskan bahwa purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Selanjutnya Arikunto
(2006:140). Sampel bertujuan atau purposive sample dilakukan dengan
cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah
tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu. Penelitian ini dilakukan
pada siswa kelas VII.3 terdiri atas 36 siswa , 16 siswa laki-laki dan 20
siswa perempuan. Kelas VII.4 yang terdiri atas 37 siswa, 18 siswa laki-laki
dan 19 siswa perempuan.
Tabel 3
Sampel Penelitian
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah 1. VII.3 16 20 362. VII.4 18 19 37
Jumlah 73
Pertimbangan memeilih kelas tersebut adalah:
1. Kedua kelompok merupakan kelas yang parallel sehingga diasumsikan
memiliki kemampuan yang relatif sama. Selain itu, pada saat
pembagian kelas VII SMP Negeri 3 Prabumulih, dari 6 kelas VII.1
yang merupakan kelas unggulan
2. Kedua kelompok itu diajar oleh guru yang sama, jumlah jam yang
sama, kurikulum yang sama, sehingga diasumsikan memiliki aktivitas
pembelajaran yang sama.
Untuk menentukan kelas yang akan digunakan sebagai kelas
eksperimen dan kelas kontrol maka dilakukan pengundian. Dari hasil
pengundian didapatlah hasil bahwa yang menjadi kelas kontrol adalah
VII.3 dan kelas eksperimen VII.4.
6.6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik tes.
Teknik tes digunakan untuk mengukur intelegensi , tes minat, tes bakat
khusus dan sebagainya (Arikunto, 2006:223).
Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian
atau esai. Dalam bentuk tes essai peserta didik dituntut berpikir tentang dan
mempergunakan apa yang diketahui yang berkenaan dengan pertanyaan yang
harus dijawab. Tes esai di sini, siswa hanya menjawab pertanyaan yang
jawabannya singkat. Yaitu berupa pertanyaan yang berhubungan dengan
dongeng yang diperdengarkan melalui media rekaman. Siswa mendengarkan
soal yang dibacakan oleh guru dan menjawab soal kemudian mengarsir huruf
dalam kotak sesuai jawaban yang benar.
6.7. Uji Normalitas
Arikunto (2010:314) menyatakan bahwa uju normalitas merupakan
salah satu pengujian sifat data. Berdasarkan uji normalitas inilah penliti
dapat menentukan apakah data memiliki sebran normal atau tidak. Untuk
menguji normalitas data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan grafik
P-P Plot dengan Chi Square Distribution atau uji keselarasan. Uji
keselarasan adalah perbandingan antara frekuensi observasi dengan
frekuensi harapan sehingga menunjukan hasil apakah distribusi
pengamatan sesuai dengan distribusi frekuensi tertentu atau tidak.
6.8. Uji Homogenitas
Uji homogenitas data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah sampel penelitian diperoleh dari populasi bervariasi
homogeny atau tidak. Untuk uji homogenitas sampel pada penelitian ini
menggunakan uji Che Square Distribution dengan program SPSS 22. Data
yang diuji adalah data tes awal siswa.
Suatu sampel dikatakan homogen atau berasal dari sampel yang
mempunyai variasi yang sama apabila harga Chi kuadrat (x2) perhitungan
kurang dari Chi Kuadrat table kritik pada taraf signifikasi 95%.
6.9. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh dari hasil penelitian, data tersebut dianalisis
menggunakan program SPSS 20 dengan menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Menghitung nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
diperoleh dari awal hingga akhir.
2) Menghitung perbandingan perbedaan nilai tes awal dan tes akhir siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan rumus uji-t.
3) Menemukan siginifikasi hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok
eksperimen dan kontrol.
a. Menghitung perbedaan nilai tes awal dan tes akhir yang diperoleh
dari hasil tes siswa kelas eksperimen.
b. Menghitung perbedaan nilai tes awal dan tes akhir yang diperoleh
dari tes siwa kelas kontrol.
4) Mencocokan hasil perhitungan dengan tabel nilai titik T.
5) Mendeskripsikan data.
6) Menyimpulkan data.
6.10. Prosedur Penelitian
Tahap penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Perencanaan perlakuan
(1) Melaksanakan tes awal sebelum proses belajar mengajar di kelas
sampel.
(2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan
materi menyimak menggunakan model Word Square.
(3) Mengembangkan tes untuk data awal dan tes akhir.
b) Pelaksanaan perlakuan
Pelaksanaan perlakuan ini akan dilaksanakan sebanyak enam
kali pertemuan, yaitu satu kali untuk pertemuan pretes, empat kali
pertemuan pembelajaran menggunakan model Word Square, dan satu
kali untuk pertemuan postes.
6.11. Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei
1 Persiapan X
2 Menyusun
Proposal
penelitian
X
3 Seminar dan
perbaikan
proposal
X
4 Pelaksanan
penelitian
X
5 Pengolahan data X
6 Penyusunan
laporan
penelitian
X
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Bancin, Enji. 2011. “Perbandingan Metode Teba Kata dan Kotak Kata
Terhadap Kemampuan Menulis Surat Niaga Siswa Kelas XI SMA
Swasta
http://anggra13.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-wordsquare.html).
Diakses Tanggal 13 Mei 2013.
http://id.wikipedia.org/wiki/Dongeng. Diakses Tanggal 13 Mei 2013.
http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2010/04/keterampilan-menyimak.html.
Diakses Tanggal 13 Mei 2013.
http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-word-square.html.
Diakses Tanggal 13 Mei 2013.
Jamaluddin Kidung. 2011. “Pembelajaran dengan Panduan LKS Word
Square”. http://jamaluddink1.blogspot.com/2011/08/pembelajaran-
dengan-panduan-lks-word.html. Diakses Tanggal 13 Mei 2013.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.
Parulian 2 Medan”. Skripsi. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Medan.
Rina, Mulia. 2011. “Penerapan Media Kotak Kata dalam Meningkatkan
Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu di kelas VIII SMP
Negeri 2 Banyuasin III.”Skripsi. Inderalaya: FKIP Universitas
Sriwijaya.
Tarigan, Hendri Guntur. 1994. Menyimak Merupakan Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung:
IKAPI.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana
Pustaka.