pengaruh metode diskusi terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran ips...
TRANSCRIPT
A. Judul
PENGARUH METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN HASIL
BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU
DI MTs. NURUL HUDA NW GONDANG TAHUN PELAJARAN
2012/2013.
B. Latar belakang masalah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan /atau latihan bagi pernannya di masa yang
akan dating. Pendidikan mempunyai posisi strategis dalam rangka
peningkatan kualitas sumber daya manusia . Posisi yang strategis tersebut
dapat tercapai apabila pendidikan yang dilaksanakan mempunyai kualitas.
Kualitas pendidikan dapat diketahui dari dua hal, yaitu : kualitas proses dan
produk (Sudjana, 2000:35). Suatu pendidikan dikatakan berkualitas proses
apabila proses belajar mengajar (PBM) dapat berlangsung secara efektif dan
peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna. Pendidikan
disebut berkualitas produk apabila peserta didik menunjukkan tingkat
penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar sesuai dengan sasaran
dan tujuan pendidikan. Hal ini dalihat pada hasil belajar yang dinyatakan
dalam proses akademik.
Pendidikan dikatakan berkualitas apabila terjadi penyelenggaraan
pembelajaran yang efektif dan efisien dengan melibatkan semua Komponen -
komponen pendidikan, seperti mencakup tujuan pengajaran, pendidik dan
peserta didik, bahan pelajaran, strategi / metode belajar mengajar, alat dan
sumber pelajaran serta evaluasi (Sugito, 1994:3). Komponen - komponen
1
tersebut dilibatkan secara langsung tanpa menonjolkan salah satu komponen
saja, akan tetapi komponen tersebut diberdayakan secara bersama-sama.
Pengajaran IPS Terpadu ditujukan bagi pembinaan generasi penerus
usia dini agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata
kehidupannya, menghayati keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan
penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan serta mahir berperan di
lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik. Untuk itulah
dalam pengajaran IPS harus dapat membawa anak didik kepada kenyataan
hidup yang sebenarnya yang dapat dihayati mereka, ditanggapinya,
dianalisisnya akhirnya dapat membina kepekaan sikap mental, Keterampilan
dalam menghayati kehidupan yang nyata ini.
Melalui pengajaran IPS Terpadu seperti yang digambarkan di atas
diharapkan terbinanya sikap peserta didik yang peka terhadap masalah sosial
yang memberikan pelajaran yang membantu anak untuk mengenal hubungan
manusia dengan lingkungan sekitarnya melalui pelajaran IPS Terpadu.
IPS Terpadu merupakan pelajaran yang memadukan sejumlah Ilmu-ilmu
sosial yang mempelajari kehidupan sosial, yang didasarkan pada pengetahuan
geografi, ekonomi, sosiologi, tata negera dan sejarah. Keuntungan paduan dari
Ilmu-ilmu sosial menjadi IPS Terpadu adalah pengertian Peserta didik akan
lebih mendalam dan minatnya juga akan lebih besar, karena ia lebih
menghayati Hal - hal yang dipelajarinya. Di samping itu dalam masyarakat
pada umumnya bersifat kompleks dan tidak dapat dipahami dengan
pandangan satu segi saja. Dengan IPS terpadu problem tersebut dapat
dipahami dari berbagai segi yaitu dari segi geografi, sejrah, antropologi dan
sebagainya.
2
Pengajaran IPS diajarkan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai
perpendidikan tinggi. Materi pelajaran IPS sangat luas dan berkembang.
Mengingat meteri pelajaran IPS yang luas dan berkembang itu maka dalam
pengajaran IPS dilakukan pembatasan-pembatasan sesuai dengan kemampuan
jenjang pendidikan tingkat masing-masing. Untuk SMP/MTs ruang lingkup
pengajaran dibatasi sampai gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau
pada ekonomi, geografi dan sejarah.
Pendidik mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting dalam
pengajaran, karena pendidik merupakan penentu kualitas pengajaran. Oleh
karena itu pendidik harus selalu meningatkan peranan dan kompetensinya
dalam mengelola komponen-komponen pengajaran. Pendidik yang memiliki
kompetensi tinggiakan mampu mendorong peserta didik meraih prestasi yang
optimal. Oleh karena itu pembelajaran harus berorientasi pada peserta didik,
karena peserta didik merupakan komponen pokok dan subyek didik. Sedang
pendidik berfungsi sebagai pendorong, pembimbing, pengarah, pembina
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik (Usman, 1999:21)
Peningkatan prestasi akan tercapai apabila terjadi pembelajaran yang
bermakana, yakni pembelajaran yang mampu melibatkan secara aktif peserta
didik baik fisik, mental intelektual dan emosional. Hal ini tergantung pada
kemampuan pendidik di dalam mengajar. Pendidik akan memiliki kompetensi
mengajar, apabila seorang pendidik memiliki pemahaman dan penerapan
secara taktis dari berbagai metode belajar mengajar serta hubungannya dengan
belajar disamping kemampuan-kemampuan lain yang menunjang.
Ada beberapa pertimbangan yang harus dilihat oleh pendidik dalam
menentukan metode pengajaran yang akan dipakai, anatara lain adalah: (1)
3
Tujuan pengajaran, (2) Karakteristik peseta didik, (3) Besar kecilnya kelas, (4)
bahan dan alat yang tersedia, (5) Isi bahan pelajaran, (6) Kemampuan
pendidik, (7) Evaluasi yang akan digunakan (Sugito, 1999:31)
Pembelajaran IPS Terpadu tahun pelajaran 2012/2013 telah dilakukan
dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran. Pengaruh dari penerapan
metode terhadap hasil belajar Peserta Didik dapat diketahui dari ketuntasan
hasil belajar yang dicapai. Menurut pendidik pengampu IPS Terpadu pada
sekolah tersebut, ketuntasan hasil belajar Peserta Didik pada pembelajaran
dengan metode Direct Instruction (DI) adalah 34,28%. Ketuntasan hasil
belajar Peserta Didik pada pembelajaran yang menerapkan Metode Diskusi
68,42%. Dan ketuntasan hasil belajar Peserta Didik pada pembelajaran yang
menerapkan metode jigsaw 34,21%.
Secara ringkas ditunjukkan oleh Tabel 1. Dari keterangan tersebut
dapat disimpulkan bahwa: 1) penggunaan metode pembelajaran
mempengaruhi hasil belajar Peserta Didik. 2) melalui diskusi materi pasar
lebih mudah dipahami Peserta Didik. 3) tingkat keberhasilan belajar materi
pasar dengan menerapkan metode pembelajaran diskusi di MTs Nurul Huda
NW Gondang lebih baik dari pada Direct Instruction (DI) atau jigsaw.
Tabel 1. Ketuntasan belajar, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
dan Metode Pembelajaran
NO Tahun PelajaranPeserta Didik
tuntasKKM Metode Pembelajaran
1 2009/2010 34,28% 67Direct Instruction(DI)-
tanya jawab.
2 2010/2011 68,42% 68 Diskusi
3 2012/2013 34,21% 68 Jigsaw.
4
Dalam pembelajaran IPS Terpadu juga harus menggunakan metode
yang dapat menumbuhkan minat dan motivasi anak untuk mengikuti
pelajaran dengan baik dengan harapan prestasi belajar peserta didik dapat
meningkat.
Dengan dasar pemikiran di atas maka penulis terdorong
mengadakan penelitian dengan judul: “Pengaruh metode diskusi dalam
peningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS terpadu di
MTs Nurul Huda NW Gondangtahun pelajaran 2012/2013.”
C. Rumusan masalah
Berdasar latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah
yang akan di teliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh penggunaan metode diskusi pada Mata Pelajaran IPS
Terpadu terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik di MTs Nurul
Huda NW Gondang tahun pelajaran 2012/2013 ?
2. Bagaimana prestasi belajar peserta didik sebelum menggunakan dan
setelah menggunakan metode diskusi ?
D. Batasan masalah
Batasan masalah merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
penulisan proposal ini. Dalam pembatasan masalah yang tepat dan benar,
maka arah dari pembahasan masalah akan sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai.
Penyusunan Proposal ini, penulis memberikan batasan mengenai :
1. Pengaruh metode diskusi terhadap motivasi belajar Peserta Didik.
5
2. Proses Pembelajaran IPS Terpadu di MTs NURUL HUDA NW
GONDANG
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan judul dan rumusan masalah yang penulis kemukakan
diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS terpadu yang
menggunakan metode Diskusi pada peserta didik di MTs Nurul Huda
NW Gondang Tahun Pelajaran 2012/2013.
2. Untuk mengetahui Peningkatan Hasil Belajar Peserta didik di MTs Nurul
Huda NW Gondang tahun pelajaran 2012/2013.
F. Manfaat penelitian
1. Manfaat secara teoritis
a. Bagi Ilmu Pengetahuan
Merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam
hal proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS Terpadu serta
sebagai bahan masukan dalam mengembangkan inovasi metode
pembelajaran mata pelajaran IPS Terpadu di MTs Nurul Huda NW
Gondang.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peserta didik, untuk dapat membantu peserta didik di dalam
menumbuhkan motif-motf belajarnya kearah yang lebih keras, giat
dan tekun sehingga mendapatkan prestasi belajar yang baik, dengan
prestasi belajar yang di dapatkan itulah peserta didik akan terdorong
untuk melanjutkan pendidikannya.
6
b. Bagi pendidik, untuk dapat membantu pendidik dalam
menumbuhkan motif-motif belajar pada peserta didik nya, agar dapat
belajar dengan lebih keras, giat dan tekun sehingga tercapai prestasi
belajar yang diharapkan.
c. Bagi sekolah, untuk dapat memperoleh gambaran tentang prestasi
belajar peserta didik yang telah didapatkan di sekolah tersebut, serta
untuk megetahui Motif-motif apa yang mendorong peserta didik
untuk dapat melanjutkan pendidikanya.
d. Bagi Peneliti, untuk dapat menambah pemahaman dan pengetahuan
dalam bidang pendidikan dan penelitian.
G. Tinjauan pustaka dan perumusan hipotesis
1. Penegasan pengertian istilah
a. Pengertian Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti
cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah,
maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami
objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode
berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. (Oemar Hamalik, 2001).
Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di
perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa
belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar
yang digunakan oleh guru.
Metode belajar yang mampu membangkitkan motif, minat atau
gairah belajar murid dan menjamin perkembangan kegiatan
7
kepribadian murid adalah metode diskusi. Metode diskusi merupakan
suatu cara mengajar yang bercirikan oleh suatu keterikatan pada suatu
topik atau pokok pertanyaan atau problem. Di mana para anggota
diskusi dengan jujur berusaha mencapai atau memperoleh suatu
keputusan atau pendapat yang disepakati bersama. Oemar Hamalik
(2001) menjelaskan, Dalam metode diskusi guru dapat membimbing
dan mendidik siswa untuk hidup dalam suasana yang penuh tanggung
jawab, msetiap orang yang berbicara atau mengemukakan pendapat
harus berdasarkan prinsip-prinsip tertentu yang dapat
diperanggungjawabkan. Jadi bukan omong kosong, juga bukan untuk
menghasut atau mengacau suasana. Menghormati pendapat orang
lain, menerima pendapat yang enar dan menolak pendapatb yang
salah adalah ciri dari metode yang dapat dighunakan untuk mendidik
siswa berjiwa demokrasi dan melatih kemampuan berbicara siswa.
Agar suasana belajar siswa aktif dapat tercapai, maka diskusi
dapat menggunakan variasi metode-metode pembelajaran menarik
dan memotivasi siswa. Dari sekan banyak metode pembelajaran
yang ada, metode pembelajaran jigsaw cocok untuk digunakan dalam
metode diskusi. Metode pembelajaran jigsaw membantu murid untuk
mempelajari sesuatu dengan baik dan sekaligus siswa mampu
menjadi nara sumber bagi satu sama yang lain.
b. Metode Diskusi
Menurut Djajadisastra (1992 : 45) metode diskusi adalah format
belajar mengajar yang menitik beratkan kepada interaksi antara
anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-
8
tugas belajar secara bersama-sama. Karena itu pendidik dituntut
mampu melibatkan keaktifan anak bekerjasama dan berkolaborasi
dalam kelompok.
Metode Diskusi juga suatu cara yang baik untuk menanamkan
kebiasaan tertentu dan juga dapat menambah kecepatan, ketepatan,
dan kesempurnaan dalam melakukan sesuatu serta dapat pula dipakai
sebagai suatu cara untuk mengulangi bahan yang telah disajikan.
Metode diskusi dalam penelitian prestasi belajar peserta didik
kelompok kontrol yang diajarkan dengan menggunakan metode
ceramah dan prestasi belajar peserta didik kelompok eksperimental
diajarkan dengan menggunakan metode diskusi.
Pendekatan ini menekankan terbentuknya hubungan antara
individu/peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain
sehingga dalam konteks yang lebih luas terjadinya hubungan sosial
individu dengan masyarakat. Mengembangkan kemampuan dan
kesanggupan peserta didik untuk mengadakan hubungan dengan
orang lain / peserta didik lain, mengembangkan sikap dan prilaku
yang demokratis, serta menumbuhkan produktifitas kegiatan belajar
peserta didik.
c. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Catharina Tri Anni (2002:4) hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah
mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar juga merupakan
kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar
9
(H. Nashar, 2004: 77). Hasil belajar adalah terjadinya perubahan
dari hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk
berhasil dan masukan dari lingkungan berupa rancangan dan
pengelolaan motivasional tidak berpengaruh terdadap besarnya
usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar
(Keller dalamH Nashar, 2004: 77). Seseorang dapat dikatakan
telah belajar sesuatu apabila dalam dirinya telah terjadi suatu
perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi. Jadi
hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil
belajar sebagai produk dari proses belajar, maka didapat hasil
belajar.
2. Faktor- Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Dalyono (1997: 55-60) berhasil tidaknya
seseorang dalam belajar disebabkan oleh dua faktor yaitu:
a. Faktor Intern (yang berasal dari dalam diri orang yang belajar)
1) Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar
pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang
yang tidak selalu sehat, sakit kepala, demam, pilek batuk
dan sebagainya dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk
belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa)
kurang baik.
2) Intelegensi dan Bakat
Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai
10
intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar
dan hasilnyapun cenderung baik. Bakat juga besar
pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar. Jika
seseorang mempunyai intelegensi yang tinggi dan bakatnya
ada dalam bidang yang dipelajari, maka prosesbelajar akan
lebih mudah dibandingkan orang yang hanya memiliki
intelegansi tinggi saja atau bakat saja.
3) Minat dan Motivasi
Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar
dan juga datang dari sanubari. Timbulnya minat belajar
disebabkan beberapa hal, antara lain karena keinginan yang
kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan
yang baik serta ingin hidup senang atau bahagia. Begitu
pula seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat,
akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguh-
sungguh, penuh gairah dan semangat. Motivasi berbeda
dengan minat. Motivasi adalah daya penggerak atau
pendorong.
4) Cara belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi
pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan
teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan
akan memperoleh hasil yang kurang.
b. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri orang belajar)
1) Keluarga
11
Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan anak dalam belajar, misalnya tinggi rendahnya
pendidikan, besar kecilnya penghasilan dan perhatian.
2) Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi
tingkat keberhasilan anak. Kualitas guru, metode
mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan
anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah dan
sebagainya, semua ini mempengaruhi keberhasilan belajar.
3) Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar.
Bila sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri
dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-
anaknya, rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal
ini akan mendorong anak giat belajar.
4) Lingkungan sekitar
Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat
mempengaruhi hasil belajar. Keadaan lingkungan,
bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan
sebagainya semua ini akan mempengaruhi kegairahan
belajar.
3. Klasifikasi Hasil belajar
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin
12
S. Bloom dalam Catharina Tri Ani (2006:7-12) secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah, yaitu:
a) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual
seseorang. Hasil belajar kognitif melibatkan siswa kedalam
proses berpikir seperti menginggat, memahami, menerapkan,
menganalisa sintesis dan evaluasi.
b) Ranah Afektif
Ranah afektif berkaitan dengan kemampuan yang berkenaan
dengan sikap, nilai perasaan dan emosi. Tingkatan-
tingkatannya aspek ini dimulai dari yang sederhana sampai
kepada tingkatan yang kompleks, yaitu penerimaan,
penanggapan penilaian, pengorganisasian, dan karakterisasi
nilai.
c) Ranah Psikomotor
Ranah Psikomotor berkaitan dengan kemampuan yang
menyangkut gerakan-gerakan otot. Tingkatan-tingkatan aspek
ini, yaitu gerakan refleks keterampilan pada gerak dasar
kemampuan perseptual, kemampuan dibidang pisik, gerakan-
gerakan skil mulai dari keterampilan sederhana sampai kepada
keterampilan yang kompleks dan kemampuan yang berkenaan
dengan non discursive komunikasi seperti gerakan ekspresif
dan interpretatif.
Berdasarkan pendapat ahli di atas bahwa motivasi belajar
adalah suatu bentuk dorongan hati yang menjadi penggerak
13
utama seseorang, sebuah keluarga atau organisasi untuk
mencapai apa juga yang diinginkan dan dengan bentuk
motivasi itu akan memberikan dorongan kepada pelajar untuk
mengarahkan tindakan, melakukan sesuatu perbuatan dan
sebagainya dalam hal kegiatan belajar mengajar.
2. Landasan teori
a. Metode
Metode adalah cara mengajar secara umum yang dapat
diterapkan pada semua mata pelajaran, misalnya mengajar dengan
ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan terbimbing dan
sebagainya.
Model pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang
luas dan menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan
berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting
eksperimen yang dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk
pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya (Joyce,
Weil dan Showers, 1992).
Lebih lanjut Ismail (2003) menyatakan istilah Model
pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh
strategi atau metode tertentu yaitu :
1. rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
2. tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
3. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan secara berhasil dan
14
4. lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai.
Berbedanya pengertian antara model, strategi, pendekatan dan
metode serta teknik diharapkan guru mata pelajaran umumnya dan
khususnya matematika mampu memilih model dan mempunyai
strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi dan standar
kompetensi serta kompetensi dasar dalam standar isi.
b. Jenis-jenis Metode
Metode pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru
sangat beragam. Metode pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-
langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau
kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat di
capai dengan lebih efektif dan efisien. Adapun jenis-jenis Metode
Pembelajaran yang di maksud adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran mencari dan bermakna
2. Pembelajaran terpadu
3. Pembelajaran kooperatif
4. Pembelajaran Picture and Picture
5. Pembelajaran cooperative integrated Reading and composition
(CIRC)
6. Metode Pembelajaran Berdasarkan Masalah
7. Metode Penemuan Terbimbing
8. Metode Pembelajaran Langsung
9. Metode Missouri Mathematics Project (MMP)
10.Metode Pmbelajarn Problem solving
11.Metode Pmbelajarn Problem posing
12.Pembelajaran kontekstual.
15
c. Metode Diskusi
1. Pengertian Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan
oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau
problem dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk
mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang
disepakati bersama.
Diskusi sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan
diperlukan apabila guru hendak:
1) memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa
2) memberi kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan
kemampuannya
3) mendapatkan balikan dari siswa apakah tujuan telah tercapai
4) membantu siswa belajar berpikir secara kritis
5) membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri
sendiri maupun teman-teman
6) membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai
masalah sendiri maupun dari pelajaran sekolah
7) mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Metode Diskusi
Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai
berikut:
a) Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau
mengusahakan suatu problem dan topik kepada kelas.
16
b) Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku
sumber atau sumber pengetahuan lainnya, agar dapat
mengemukakan jawaban pemecahan problem yang diajukan.
c) Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang
diperoleh setelah membicarakan bersama-sama teman sebangku
atau sekelompok.
d) Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya
terhadap pendapat yang baru dikemukakan.
e) Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat
yang dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain.
f) Menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya
walau berbeda pendapat.
g) Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling
dikemukakan teman baik setuju maupun bertentangan.
h) Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang
baik dan tepat.
i) Ikut menjaga dan memelihara ketertiban diskusi.
j) Tidak bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi
melainkan berusaha mencari pendapat yang benar yang telah
dianalisa dari segala sudut pandang.
Sumber: http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/26/metode-diskusi/
17
d. Hasil Belajar
Menurut Anni (2004:4) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajar. Sudjana (1990:22) Hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya.
Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki
oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.
Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni :
informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan
keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan
pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus
dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif dan
psikomotorik (Sudjana, 1990:22).
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor
utama yaitu :
1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang
dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan
kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan
psikis.
2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan,
terutama kualitas pengajaran.
Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56),
melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
18
1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi
belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan
prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk
memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang
telah dicapai.
2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi
yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana
mestinya.
3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan
tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk
mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar
sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh
(komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan
atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik,
keterampilan atau perilaku.
5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan
mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang
dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha
belajarnya.
e. Pengajaran IPS Terpadu.
Pengorganisasian bahan pengajaran IPS Terpadu sumbernya
dari berbagai ilmu sosial yang diintegrasikan menjadi satu ke dalam
mata pelajaran. Dengan demikian pengajaran IPS Terpadu
19
merupakan bagian integral dari bidang studi. Namum ketika
membicarakan suatu topik yang berkaitan dengan sejarah, bahan-
bahan pengajaran bisa dibicarakan secara lebih tajam. Ada dua
bahan kajian IPS Terpadu, yaitu bahan kajian pengetahuan sosial
mencakup lingkungan sosial, yang terdiri atas ilmu bumi, ekonomi
dan pemerintahan dan bahan kajian sejarah meliputi perkembangan
masyarakat Indonesia sejak lampau hingga masa kini. Mengajar IPS
Terpadu pada SMP/MTS /MTs memerlukan stimulan yang besar
serta berbagai variasi pendekatan untuk mendapatkan partisipasi
peserta didik. Akan tetapi kondisi kelas juga harus tetap dijaga
supaya tidak kehilangan kendali dan disiplin.
Selain itu diharapkan juga pengajar harus selalu antusias
dalam menembah pengetahuan pribadinya terhadap pengetahuan
sejarah. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan suasana kelas
yang pasif dan membosankan.
Menurut Hartono Kasmadi (2001 : 152) ada tiga kegiatan
yang dapat diterapkan oleh pendidik sejarah untuk meningkatkan
partisipasi peserta didik dalam kelas, yaitu : (1) partisipasi peserta
didik melalui Keterampilan latihan, (2) partisipasi peserta didik
melalui penelitian, dan (3) partisipasi peserta didik melalui Diskusi.
Dalam partisipasi peserta didik melalui Keterampilan latihan, yang
bisa dilakukan ialah dengan membuat catatan. Hal ini disebabkan
karena buku catatan mampu menyimpan semua hasil belajar di kelas,
seperti ringkasan, diagram, chart dan gambar.
20
Dalam partisipasi peserta didik melalui penelitian, yang
dilakukan berupa pengembangan bahan pelajaran dengan membuat
suatu kegiatan proyek yang dapat memberikan motivasi kepada
peserta didik yang ”enggan” mempelajari sejarah. Sedangkan dalam
partisipasi peserta didik dilakukan melalui diskusi merupakan salah
satu aktivitas yang dapat melatih kemampuan mental peserta didik
dalam menghadapi situasi tertentu, karena mental merupakan isi
penting dalam perkembangan peserta didik. Peserta didik yang aktif
dalam kegiatan ini akan terlatih berpikir kritis dan mengembangkan
kerangka jiwanya untuk menghadapi setiap masalah, membentuk
pengertian terhadap fakta sejarah dan melatih dirinya untuk
membuat suatu kesimpulan. Bahannya tidak berbentuk permasalahan
atau pertanyaan saja, tetapi dapat pula berupa diskusi setelah mereka
mengamati suatu metode dramatisasi peristiwa sejarah yang
diperagakan oleh temannya.
f. Tujuan Pengajaran IPS Terpadu.
Perumusan tujuan pengajaran sangat penting untuk
dilakukan karena tujuan merupakan tolok ukur keberhasilan seluruh
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Menurut I Gede Widja
(2005 : 27-29), secara umum tujuan pengajaran IPS terpadu sebagai
berikut :
1) Aspek Pengetahuan / Pengertian
a. Menguasai pengetahuan tentang aktivitas-aktivitas manusia
di waktu yang lampau baik dalam aspek eksternal maupun
internal.
21
b. Menuasai pengetahuan tentang fakta-fakta khusus (unik) dari
peristiwa masa lampau sesuai dengan waktu, tempat, serta
kondisi pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.
c. Menguasai pengetahuan tentang unsur-unsur umum
(generalisasi)
d. Menguasai tentang unsur perkembangan dan peristiwa-
peristiwa masa lampau yang berlanjut (bersifat kontinuitas)
dari periode satu ke periode berikutnya yang
menyambungkan peristiwa masa lampau dengan peristiwa
masa kini.
e. Menumbuhkan pengertian tentang hubungan antara fakta satu
dengan fakta lainnya yang berangkai secara kognitif
(berkaitan secara intrinsik).
f. Menumbuhkan keawasan (awareness) bahwa keterkaitan
fakta lebih penting dari pada fakta-fakta yang berdiri sendiri.
g. Menumbuhkan keawasan tentang pengaruh-pengaruh sosial
kultural terhadap peristiwa.
h. Sebaliknya juga menumbuhkan keawasan tentang pengaruh
sejarah terhadap perkembangan sosial dan kultural
masyarakat.
i. Menumbuhkan pengertian tentang arti serta hubungan
peristiwa masa lampau bagi situasi masa kini dalam
prespektifnya dengan situasi yang akan datang.
2) Aspek Pengembangan Sikap.
22
a. Penumbuhan kesadaran sejarah pada murid terutama dalam
artian agar mereka mampu berpikir dan bertindak (bertingkah
laku dengan rasa tanggung jawab sejarah sesuai dengan
tuntutan zaman pada waktu mereka hidup).
b. Penumbuhan sikap menghargai kepentingan/kegunaan
pengalaman masa lampau bagi hidup masa kini suatu bangsa.
c. Sebaliknya juga penumbuhan sikap menghargai berbagai
aspek kehidupan masa kini dari masyarakat di mana mereka
hidup yang merupakan hasil dari pertumbuhan di waktu yang
lampau.
d. Penumbuhan kesadaran akan perubahan – perubahan yang
telah dan sedang berlangsung di suatu bangsa diharapkan
menuju pada kehidupan yang lebih baik di waktu yang akan
datang.
3) Aspek Keterampilan.
a. Sesuai dengan trend baru dalam pengajaran IPS maka
pelajaran IPS di sekolah diharapkan juga menekankan
pengembangan kemampuan dasar di kalangan murid berupa
kemampuan heuristik, kemampuan kritik, Keterampilan
menginterpretasikan serta merangkaikan fakta-fakta dan
akhirnya juga Keterampilan menulis.
b. Keterampilan mengajukan argumentasi dalam mendiskusikan
masalah-masalah dan mencari hubungan satu peristiwa
dengan peristiwa lainnya atau dari zaman masa kini dan lain-
lain.
23
c. Keterampilan menelaah secara elementer buku-buku terutama
yang menyangkut keanekaragaman IPS terpadu.
d. Keterampilan mengajukan pertanyaan-pertanyaan produktif
di sekitar masalah keanekaragaman IPS terpadu.
e. Keterampilan mengembangkan cara-cara berpikir analitis
tentang Masalah- masalah sosial historis di lingkungan
masyarakatnya.
f. Keterampilan bercerita tentang peristiwa sejarah secara
hidup.
H. Metode penelitian
1. Jenis penelitian
Metode adalah pendekatan yang digunakan dalam rangka
mengadakan pendekatan terhadap masalah yang dihadapi atau diteliti.
Hal ini sesuai dengan pendapat seorang ahli yang mengatakan bahwa
“Metode adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2008:1). Metode eksperimen adalah suatu
pendekatan dimana situasi atau gejala dibuat dengan sengaja
ditimbulkan” (Suharsimi Arikunto, 2002:12).
Dalam penelitian ini cara pendekatan adalah pendekatan
kuantitatif karena penulis memberi perlakuan dan menguji kembali
“Pengaruh metode Diskusi dalam meningkatkan motivasi belajar Peserta
Didik pada mata pelajaran IPS Terpadu di MTs Nurul Huda NW
Gondang Tahun Pelajaran 2012/2013.
24
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen yaitu
eksperimen kelompok control (Control Group experiment), dengan
rancangan penelitian sebagai berikut :
Tabel 2 Rancangan Penelitian
Kelas Data Awal Perlakuan
Data Akhir
Tes Angket
Eksperimen
kontrol
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Berdasarkan pola di atas dari data dokumentasi kelas
eksperimen dan kelas kontrol akan dibandingkan untuk menegaskan
bahwa kedua sample dalam keadaan homogen. Sedangkan dari hasil tes
kelas eksperimen dan kelas kontrol dibandingkan untuk melihat pengaruh
dari perlakuan yang diberikan, sedangkan sebaran angket yang diberikan
kepada kelas eksperimen untuk melihat respon Peserta Didik terhadap
perlakuan.
2. Populasi dan sampel
a. Populasi Penelitian
Penelitian pendidikan dan kurikulum seperti halnya
penelitian-penelitian bidang lainnya ditujukan untuk memperoleh
kesimpulan tentang kelompok yang besar dalam lingkup wilayah
yang luas, tetapi hanya dengan meneliti kelompok kecil dalam
daerah yang tidak hanya lebih sempit. Dalam buku Metode
Penelitian Pendidikan Nana Syaodik Sukmadinata (2009:250)
mendefiniskan bahwa populasi adalah “kelompok besar dan wilayah
25
yang menjadi lingkup penelitian”. Sementara itu ahli lain
mengatakan bahwa populasi adalah seluruh data yang menjadi
perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang
ditentukan (Nurul Zuriah, 2007 : 116).
Jadi berdasarkan pendapat di atas maka yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs
Nurul Huda NW Gondang Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok
Utara.
b. Sampel Penelitian
Dalam penelitian pendidikan, subjek yang dikenai
penelitian biasanya dilakukan terhadap sampel. Sampel merupakan
bagian dari populasi. Sehubungan dengan hal itu, seorang ahli
mengemukakan bahwa: “Sekelompok anggota populasi yang
mewakili populasi” (Nana Syaodik Sukmadinata, 2009:250). Ahli
lain juga berpendapat bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono,
2008:118).
Dalam penelitian ini akan diambil 1 kelas dari 2 kelas
sebagai sampel. Dengan teknik penentuan sampel yaitu teknik
pengambilan sampel dengan cara pengambilan secara random
sampling. Setelah diadakan pengambilan secara random sampling
ternyata kelompok I sebagai kelompok eksperimen dan kelompok II
sebagai kelompok kontrol. Untuk lebih jelasnya mengenai sampel
penelitian ini dapat dilihat pada table 2 di bawah ini:
26
Tabel 3 : Keadaan sampel siswa kelas VIII MTs Nurul Huda NW Gondang tahun pembelajaran 2012/2013
KelasKelompok/
SampelKeterangan Perlakuan
VIIIVIII 1 / 30
VIII 2 / 30
Dengan menggunakan metode diskusi
Tidak menggunakan metode diskusi
Jumlah 60
3. Data penelitian
a. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitan kuantitatif, analisa data dilakukan setelah
data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul,
kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data
berdasarkan variabel, mentabulasi data berdasarkan variabel dari
seluruh responden, menyajikan data, melakukan perhitungan untuk
merumuskan masalah, melakukan perhitungan untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan.
Ditinjau dari jenisnya, menurut suharsimi, data dapat
dikategorikan kedalam:
1. Data kualitatif, yaitu data yang digambarkan dengan kata-kata
atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk
memperoleh kesimpulan.
2. Data kuantitatif, yaitu data yang berwujud angka-angka hasil
perhitungan ataupun data yang diperoleh dengan mengubah data
kualitatif yang dikuantitatifkan. Dengan mengetahui jenis data,
27
maka dapat ditentukan tekhnik analisanya, apakah menggunakan
analisa statistik atau non statistik (suharsimi, 1998:245)
Dalam penelitian ini data yang akan diperoleh berupa
angka-angka hasil angket dan hasil tes. Karena berupa angka-angka
maka analisa yang digunakan adalah analisa statistik.
b. Tekhnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting
dalam penelitian. Sebab data-data yang diperoleh selanjutnya akan olah.
Hasil penelitian akan dikatakan logis apabila dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat dibuktikan dengan
data yang lengkap autentik dan akurat.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Test
Menurut Suharsimi instrumen adalah alat pada waktu
peneliti menggunakan sesuatu metode (1998 : 137). Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes. Margono
mengemukakan tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli)
yang diberikan pada seseorang dengan maksud untuk mendapat
jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka
(1978 : 170).
Sedangkan Suharsimi menjelaskan tes adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelengensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (1998 :
28
139). Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah,
dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan
respon sesuai dengan petunjuk itu (Thoha, 2003 : 43).
Jadi tes adalah merupakan suatu cara untuk mendapatkan
data yang berbentuk tugas berupa perintah atau pertanyaan-
pertanyaan yang dapat diberikan kepada peserta didik dan
jawaban dari anak tersebut merupakan nilai tes yang digunakan
biasanya berupa tes essay dalam bentuk uraian terbatas dan
pedoman observasi untuk pengamatan pembelajaran.
2. Observasi
Pada dasarnya teknik observasi ini di gunakan untuk
melihat, mengamati perubahan fenomena-fenomena sosial yang
tumbuh dan berkembang, kemudian dapat di lakukan penelitian.
Dilihat dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data
observasi dapat dibedakan participant observation (observasi
berperan serta) dan Non participant observation (observasi non
partisipan) (sugiyono, 2005 : 166), peneliti menggunakan
observasi non partisipan, dimana peneliti tidak ikut menjadi
bagian dari apa yang di teliti, karena peneliti berfungsi sebagai
peninjau, yakni menguraikan dan menganalisis data yang telah
terkumpul dari keterangan-keterangan tentang gambaran umum
yang akan di peroleh dari responden tentang Penggunaan
metode diskusi pada Mata Pelajaran IPS Terpadu dalam
Meningkatkan hasil belajar peserta didik di MTs Nurul Huda
NW Gondang tahun pelajaran 2012/2013.
29
3. Angket atau Quisioner
Angket dan quisioner merupakan “suatu alat pengumpul
data dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis
untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden”
(Margono,2003 : 167), sedangkan ahli lain mengatakan bahwa
angket atau quisioner “merupakan sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahuinya” (Suharsimi, 2002 : 128)
4. Dokumentasi
Dokumentasi sebagai “setiap bahan tertulis atau film”
(Maleong, 2002:161).Dokumentasi juga berarti “cara
mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-
arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori-teori,
dalil atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian” (Margono, 2003:159). Dengan metode ini
peneliti kiranya akan mendapatkan data dalam bentuk tertulis
mengenai prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu.
4. Variabel penelitian
Variabel dapat diartikan sebagai suatu konsep yang memiliki nilai
ganda, atau dengan perkataan lain suatu faktor yang jika diukur akan
menghasilkan skor yang bervariasi. Variabel penelitian merupakan gejala
yang menjadi obyek penelitian (Yatim,1996: 11) Variabel adalam hal ini
diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan
30
peneliti (Rahman, 1998 : 52). Sering pula diartikan bahwa variabel
penelitian itu sebagai faktor – faktor yang berperan dalam peristiwa atau
gejala yang akan diteliti. Sedangkan menurut Arikunto (1999 : 97)
variabel yaitu obyek penelitian yang bervariasi.
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan metode
diskusi pada mata pelajaran IPS Terpadu di MTs Nurul Huda NW
Gondang tahun pelajaran 2012/2013.
b. Variabel Terikat.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta
didik yang diajarkan dengan tidak menggunakan metode diskusi
dalam kelompok kontrol pada mata pelajaran IPS Terpadu di MTs
Nurul Huda NW Gondang tahun pelajaran 2012/2013.
5. Analisis data
Data adalah keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Berhasil
tidaknya suatu penelitian sebagian besar tergantung bagaimana data
dikumpulkan dan diolah.
Berdasarkan hipotesis maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
Ho = Mk < Me Ha = Mk > Me
Dari kedua kelas sampel, kelas pertama menggunakan metode
diskusi dan kelas kedua tidak menggunakan metode diskusi, kemudian
diadakan post test. Dalam hal ini test digunakan untuk menguji
signifikansi perbedaan mean. Rumus uji dalam analisis hasil penelitian
ini adalah :
31
Keterangan :
Mk = Mean dari kelompok control.
Me = Mean dari kelompok eksperimen
= Jumlah deviasi dari mean perbedaan.
N = Jumlah subyek
Kriteria : Jika t data < table dengan taraf signifikansi 5%, derajat
kebebasan
(N1 + N2 – 2) maka antara kedua tidak berbeda secara signifikan
(Arikunto, 1998 : 247)
6. Pengujian hipotesis
Dalam buku metodologi penelitian pendidikan dijelaskan bahwa
dalam setiap penelitian, disamping perlu menggunakan metode penelitian
yang tepat, juga memilih tekhnik dan alat pengumpul data yang
relevan.Penggunaan tekhnik dan alat pengumpul data yang tepat,
memungkinkan diperolehnya data yang objektif dan akurat (Margono,
2000:158).
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui ada atau tidaknya
Pengaruh Metode Problem Based Instruction terhadap hasil belajar
terhadap prestasi belajar peserta didik, maka dapat dilakukan pengujian
hipotesis dengan menggunakan rumus statistik yaitu rumus korelasi
product moment. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadi (1980:285) yang
menyatakan: “tekhnik statistik yang kerap kali digunakan untuk mencari
hubungan antara dua variabel adalah tekhnik korelasi”
32
Setelah peneliti mengadakan penelahan yang mendalam terhadap
berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah
berikutnya adalah merumuskan hipotesis.Hipotesis dapat diartikan
sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
“Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari
suatu penelitian” (Fraenkel dan Wallen dalam Yatim Riyanto, 2001 : 16).
Atas dasar pendapat di atas, hipotesis yang diajukan masih perlu diuji
kebenarannya.Hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini berbentuk
alternatif yang terdiri dari hipotesa mayor dan hipotesa minor.Sesuai
dengan teknik analisis yang digunakan seperti disebutkan di atas, maka
hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nihil (Ho).
(Ha) Ada pengaruh pembelajaran Metode Diskusi terhadap
peningkatan hasil belajar peserta didik pada materi pokok pasar
di MTs Nurul Huda NW Gondang tahun Pelajaran 2012/2013
(Ho) Tidak ada pengaruh pembelajaran Metode Diskusi terhadap
peningkatan hasil belajar peserta didik pada materi pokok pasar
di MTs Nurul Huda NW Gondang tahun Pelajaran 2012/2013
Untuk keperluan pengujian hipotesis digunakan teknik uji-t (t-tes).
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang positif dan
signifikan tentang pemberian pembelajaran Metode diskusi dengan yang
tidak menggunakan pembelajaran Metode diskusi pada peserta didik di
MTs Nurul Huda NW Gondang
t =
33
Dengan keterangan:
t = t hitung
= Rata-Rata Kelompok Eksperimen
= Rata-Rata Kelompok Eksperimen
n1 = Jumlah sampel kelompok eksperimen
n2 = jumlah sampel kelompok kontrol
S = Varian Gabungan
(Sugiyono, 2003 : 145).
a. Tolak Ho, apabila t hitung> t tabelpada taraf uji 95 % dan
derajat kebebasan (dk = n1 + n2 -2). Dan sebaliknya apabila t hitung< t tabel
maka Ho diterima pada taraf uji yang sama.
b. Ho di tolak artinya terdapat perbedaan yang signifikan
dan menerima Ho artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan
I. Jadwal kegiatan penelitian
NO KEGIATAN
BULANAgustus
2012September
2012Oktober
20121 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Persiapan2 Penyusunan Proposal3 Konsultasi Proposal4 Perizinan5 Penyusunan Skripsi6 Konsultasi Skripsi7 Seminar
Adapun tempat melakukan penelitian ini yaitu di Kelas VIII MTs
Nurul Huda NW Gondang Desa Gondang Kecamatan Gangga Kabupaten
Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini dilakukan selama
3 bulan mulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober tahun 2012
34
DAFTAR PUSTAKA
..........................., 2003, Proses Belajar Mengaja, Bandung : Bumi Aksara
Aqib, Zainal, 2002.Profesionalisme Pendidik Dalam Pembelajaran. Surabaya :
Insan Cendekia
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek
(Edisi Revisi V). Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah, Saiful, 1991, Prestasi Belajar Dan Kompetensi Pendidik, Surabaya :
Usaha Nasional
Hadi, Sutrisno, 1980, Psikologi Belajar Dan Mengajar, Jakrta : Bumi Aksara
Hamalik, Oemar, 2002, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung : Sinar Baru
Algensindo
Kartono, Kartini, 2004, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Margono, S, 1996, .Metode Penelitian Pendidikan, Jakrta :Rineke Cipta.
Metode Pembelajaran, http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/26/metode-diskusi/
(online) di akses pada 14 September 2012.
Moleong, Lexi, 1988, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosdakarya
Nurkancana dan Sumartana, 1986, Evaluasi Pendidika, Surabaya : Usaha
Nasional.
Nurkancana, 1986, Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional
Poerwadarminta, 1985, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai pustaka
35
Purwanto, Ngalim, 1990, Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Riyanto, Yatim, 2001, Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SIC
Rohani, Ahmad, 2004, Pengelolaan Pengajaran, Jakrta :Rineke Cipta
Sardiman, 2003, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengaja, Surabaya : Usaha
Nasional.
Slameto, 2003, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Memepengaruhinya, Jakarta :
Rineka Cipta.
Soetomo, 1993, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya : Usaha
Nasional.
Sudjana, Nana, 2000, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar
Baru
Sugiyono, 2000, Statistik Untuk Penelitiani, Bandung : Alfabeta.
Sugiyono, 2003, Metode Penelitian. Surabaya : Usaha Nasional
Suryabrata, 1994, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rajawali Pers
Suryabrata, Sumadi. 1985. Psikologi Pendidikan. Jakarta : CV. Rajawali Pers.
Yamin, H. M. 2007. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Persada Press.
Oemar Hamalik, Proes Belajar Mengajar, Jakarta : 2001 : Bumi Aksara
36