pengaruh mekanisme corporate governance … · kinerja keuangan dalam penelitian ini menggunakan...

22
JURNAL DINAMIKA AKUNTANSI KEUANGAN DAN PERBANKAN VOLUME 3 NO 2 NOVEMBER 2014 ISSN : 1979-4878 1 PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN Oleh : Daniel Felimanto Hartono (Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana) Yeterina Widi Nugrahanti (Staf Pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana) ABSTRACT The purpose of this study is to evaluate the effect of corporate governance mechanism on financial performance in the banking sector. The independent variables consist of institutional ownership, management ownership, independent board director, board of directors and audit committee. Bank performance is measured by Return On Equity (ROE). The population in this study is the bank listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) in the period 2011-2013. This study data come from bank annual reports obtained from the Indonesian Stock Exchange website and Indonesian Capital Market Directory (ICMD). By purposive sampling method, this research got 28 samples in each period, so 84 (28 sample × 3 years) annual report will be used in this research. The analysis technique used to test the hypothesis is multiple regression with SPSS 16.The results show that the board of directors have a positive effect to the bank performance. Iinstitutional ownership has a negative effect to bank performance. However, management ownership, independent board and audit committee have no influence to bank performance. Keywords: Institutional ownership, Management ownership, Independent board directors, Board of directors, Audit committee, Return on equity, corporate governance PENDAHULUAN Menurut sebuah kajian yang diselenggarakan oleh Bank Dunia, lemahnya implementasi sistem tata kelola perusahaan atau yang biasa dikenal dengan istilah Corporate Governance merupakan salah satu faktor penentu parahnya krisis yang terjadi di Asia Tenggara (Dewayanto, 2010). Dengan ditemukannya skandal laporan keuangan ganda seperti yang dilakukan oleh Bank Lippo pada tahun 2002 atau kasus L/C pada bank BNI yang menyebabkan kerugian 1,7 triliun merupakan beberapa bukti nyata lemahnya pengawasan internal dan lemahnya corporate governace sehingga menyebabkan terjadinya fraud dan kerugian yang luar biasa (Retnadi, 2008 dalam Kusmayadi, 2012). Contoh yang paling segar kasus industri perbankan di Indonesia yaitu kasus Bank Century yang terjadi pada tahun 2008 dan kasus Bank Pundi Indonesia Tbk pada tahun 2011 terkait dengan rendahnya kinerja keuangan sebesar -0,32. Sehingga kejadian ini dapat menyebabkan penurunan kepercayaan masyarakat kepada bank. Hal ini membuktikan bahwa industri perbankan di indonesia merupakan industri yang penuh risiko, sehingga membutuhkan perangkat regulasi dan pengawasan yang ketat (Natalie dan Hermawan 2013).

Upload: vokiet

Post on 28-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

JURNAL DINAMIKA AKUNTANSI KEUANGAN DAN PERBANKAN VOLUME 3 NO 2 NOVEMBER 2014

ISSN : 1979-4878

1

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA

KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN

Oleh :

Daniel Felimanto Hartono

(Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana)

Yeterina Widi Nugrahanti

(Staf Pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana)

ABSTRACT

The purpose of this study is to evaluate the effect of corporate governance mechanism on financial

performance in the banking sector. The independent variables consist of institutional ownership, management

ownership, independent board director, board of directors and audit committee. Bank performance is measured

by Return On Equity (ROE). The population in this study is the bank listed in Indonesia Stock Exchange (IDX)

in the period 2011-2013. This study data come from bank annual reports obtained from the Indonesian Stock

Exchange website and Indonesian Capital Market Directory (ICMD). By purposive sampling method, this

research got 28 samples in each period, so 84 (28 sample × 3 years) annual report will be used in this research.

The analysis technique used to test the hypothesis is multiple regression with SPSS 16.The results show that the

board of directors have a positive effect to the bank performance. Iinstitutional ownership has a negative effect

to bank performance. However, management ownership, independent board and audit committee have no

influence to bank performance.

Keywords: Institutional ownership, Management ownership, Independent board directors, Board of directors,

Audit committee, Return on equity, corporate governance

PENDAHULUAN

Menurut sebuah kajian yang diselenggarakan oleh Bank Dunia, lemahnya

implementasi sistem tata kelola perusahaan atau yang biasa dikenal dengan istilah Corporate

Governance merupakan salah satu faktor penentu parahnya krisis yang terjadi di Asia

Tenggara (Dewayanto, 2010). Dengan ditemukannya skandal laporan keuangan ganda seperti

yang dilakukan oleh Bank Lippo pada tahun 2002 atau kasus L/C pada bank BNI yang

menyebabkan kerugian 1,7 triliun merupakan beberapa bukti nyata lemahnya pengawasan

internal dan lemahnya corporate governace sehingga menyebabkan terjadinya fraud dan

kerugian yang luar biasa (Retnadi, 2008 dalam Kusmayadi, 2012). Contoh yang paling segar

kasus industri perbankan di Indonesia yaitu kasus Bank Century yang terjadi pada tahun 2008

dan kasus Bank Pundi Indonesia Tbk pada tahun 2011 terkait dengan rendahnya kinerja

keuangan sebesar -0,32. Sehingga kejadian ini dapat menyebabkan penurunan kepercayaan

masyarakat kepada bank. Hal ini membuktikan bahwa industri perbankan di indonesia

merupakan industri yang penuh risiko, sehingga membutuhkan perangkat regulasi dan

pengawasan yang ketat (Natalie dan Hermawan 2013).

2

Konsep corporate governance ini timbul karena adanya kesenjangan kepentingan

antara para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan dengan pihak manajemen sebagai

agen (Nuswandari, 2009). Setiap individu diasumsikan mempunyai preferensi untuk

memaksimalkan utilitas pribadi yang kemungkinan besar berlawanan dengan kepentingan

individu lain (Jensen & Meckling, 1976). Karena pada umumnya pemilik memiliki welfare

motives yang bersifat jangka panjang sebaliknya manajemen lebih bersifat jangka pendek

(Dewayanto, 2010). Perbedaan kepentingan antara manajemen (agen) dan pemegang saham

sebagai (principle) menimbulkan masalah keagenan (agency problem). Corporate

governance ini timbul dalam rangka mengatasi masalah keagenan dalam sebuah perusahaan.

Corporate Governance adalah salah satu elemen kunci dalam meningkatkan

efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan,

dewan direksi, para pemegang saham, dan stakeholder lainnya (Wati, 2012). Mekanisme

pengawasan kepemilikan, pengawasan pengendalian, dan pengungkapan dalam corporate

governance dapat digunakan dalam mengurangi konflik keagenan dalam perusahaan (Purno

dan Khafid, 2013). Dalam menciptakan tata kelola perusahaan yang baik terdapat lima

prinsip dasar yang melandasinya yaitu transparency, accountability, responsibility,

independency dan fairness. Oleh karena itu dengan adanya tata kelola yang baik dengan

dilandasi prinsip-prinsip corporate governance diharapkan dapat mengurangi masalah

keagenan dalam sebuah perusahaan yang pada akhirnya corporate governance dapat menjadi

sebuah alat peningkatkan kinerja sebuah perusahaan.

Dalam rangka meningkatkan good corporate governace dalam perbankan,

pemerintah sebagai regulator juga melakukan perbaikan peraturan demi tercipta kinerja bank

yang lebih baik. Pada tahun 2004 pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) melakukan

pembenahan fundamental terhadap perbankan nasional dengan dikeluarkannya API

(Arsitektur Perbankan Indonesia) salah satu visi API yaitu menciptakan sistem pengaturan

dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada standar internasional. Selanjutnya pada

tanggal 30 Januari 2006 Bank Indonesia (BI) mengeluarkan paket kebijakan perbankan yang

lebih dikenal dengan istilah Pakjan 2006. Bagi bank umum berupa Peraturan Perbankan

Indonesia (PBI) Nomor 8/4/PBI/2006 yang kemudian diperbaiki melalui Peraturan Bank

Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 yang isinya mengenai peraturan baru tentang peningkatan

kualiatas pelaksanaan corporate governance mengingat resiko dan tantangan yang dihadapi

bank baik intern maupun ekstern semakin banyak dan kompleks (Dewayanto, 2010).

Penelitian mengenai pengaruh mekanisme corporate governance dan kinerja

perusahaan telah banyak dilakukan. Dalton et al, (1999) menyatakan bahwa adanya hubungan

3

positif antara ukuran dewan direksi dengan kinerja perusahaan. Penelitian Hermalin dan

Weisbach (1991) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap

kinerja keuangan perusahaan. Pizarro et al. (2006) dan Bjuggren et al. (2007) menemukan

bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Effendi

(2005) menemukan bahwa adanya peranan komite audit dalam meningkatkan kinerja

keuangan. Sementara itu beberapa penelitian menemukan hasil yang berbeda, Sayidah (2007)

menemukan kualitas corporate governance tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja

perbankan. Hal senada diungkapkan Puspitasari dan Ernawati (2010) yang membuktikan

bahwa corporate governance yang terdiri dari (kepemilikan manajerial, ukuran dewan

komisaris, komisaris independent, dan kosentrasi kepemilikan) tidak berpengaruh terhadap

kinerja keuangan. Aryati dan Nindhita (2005) menyatakan tidak ada pengaruh antara jumlah

komite audit dengan kinerja keuangan perusahaan.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan Purno dan

Khafid (2013) yang meneliti pengaruh mekanisme corporate governance terhadap kinerja

keuangan Bank. Penelitian yang dilakukan oleh Purno dan Khafid menggunakan sampel

sebanyak 24 perusahaan perbankan setiap tahun selama tiga tahun dari tahun 2009-2011.

Variabel dependen yang digunakan ROA dan variabel independen terdiri dari kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris, dewan komisaris independen, dewan

direksi, dan komite audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusi

berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan perbankan dan kepemilikan manajerial,

dewan komisaris, komisaris independen, komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan perbankan sedangkan dewan direksi berpengaruh positif terhadap kinerja

perusahaan perbankan.

Pertimbangan pemilihan variabel mekanisme Corporate Governance ini adalah

sebagai berikut: variabel kepemilikan institusi dipilih karena kepemilikan institusi dapat

meningkatkan monitoring yang efektif dalam perusahaan, variabel kepemilikan manajemen

digunakan sebagai alat mengurangi masalah keagenan karena bertindak sebagai pengelola

dan juga pemilik perusahaan, komisaris independen dipilih karena faktor independensi dalam

memonitoring perusahaan, dewan direksi dapat meningkatkan kinerja melalui keputusan

strategiknya dan variabel komite audit dapat menghalangi perilaku menyimpang dari

pengelola perusahaan melalui aktivitas monitoring. Tidak dimasukkan variabel dewan

komisaris dalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa tugas dari dewan komisaris dan

dewan komisaris independen adalah sama sehingga lebih memilih menggunakan komisaris

independen karena faktor independensi. Tahun yang lebih baru dalam penelitian ini

4

diharapkan dapat mencerminkan kondisi terbaru dari perusahaan. Kinerja keuangan dalam

penelitian ini menggunakan ROE, penulis memilih ROE karena angka ROE menggambarkan

berapa besar pengembalian yang didapatkan investor ketika menanamkan modalnya dalam

sebuah perusahaan dengan demikian nilai ROE yang tinggi maka akan menarik para investor

untuk menanamkan modalnya, mengingat perbankan salah satu bisnis utamanya adalah

menyalurkan modal pada masyarakat maka ROE menjadi hal yang penting dalam menambah

modal bank sehingga dapat mendukung kegiatan operasional bank selain itu rasio ROE juga

dapat mengukur keefektifan manajemen dalam mengelola perbankan.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali pengaruh mekanisme good

corporate governance terdiri dari kepemilikan institusional kepemilikan manajerial,

komisaris independen, ukuran dewan direksi, dan komite audit terhadap kinerja keuangan

perbankan. Adapun manfaat penelitian ini dapat memberikan bahan pertimbangan bagi

investor dalam menetapkan pilihan investasi yang tepat. Bagi emiten penelitian ini dapat

menjadi masukan dalam rangka meningkatkan efektifitas kinerja perbankan.

TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Kinerja Keuangan Perusahaan

Dwiermayanti (2009) mengemukakan kinerja keuangan perusahaan adalah suatu

gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis

keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu

perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh KNKG, 2004 Bank adalah lembaga

intermediasi yang dalam menjalankan kegiatan usahanya bergantung pada dana masyarakat

dan kepercayaan baik dari dalam maupun luar negeri. Untuk mengetahui kesahatan suatu

perbankan, Bank Indonesia mengeluarkan peraturan yang tertuang pada PBI 13/1/PBI/2011

tanggal 5 Januari 2011 mengenai kesehatan suatu bank yang didasarkan Risk Profile, Good

Corporate Governance, Earnings dan Capital (RGEC). Banyaknya ketentuan yang mengatur

perbankan menjadikan sektor perbankan sebagai sektor yang “highly regulated” pada

penelitian ini komponen yang menjadi fokus dalam penilaian kinerja keuangan pada

perusahaan perbankan adalah earnings yang diwakili oleh ROE.

Menurut Mardiyanto (2009:196), Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi

pemegang saham. Apabila terjadi kenaikan dalam rasio ROE, berarti terjadi kenaikan laba

bersih dari bank yang bersangkutan (Rivai dan Idroes, 2007). Hal ini mencerminkan bahwa

5

perusahaan mempunyai kinerja manajemen semakin baik sehingga laba bersih dapat

meningkat.

Teori Keagenan (Agency theory)

Eisenhardt (1989) dalam Mardiyah (2002) menyatakan bahwa teori keagenan

menggunakan tiga asumsi sifat manusia, yaitu: 1 ) manusia pada umumnya mementingkan

diri sendiri (self-interest), 2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa

datang (bounded-rationality), dan 3) manusia selalu menghindari risiko (risk-averse).

Berdasarkan asumsi yang melandasi teori keagenan, pemisahan antara kepemilikan

dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan masalah keagenan (agency problem).

Dalam hubungan keagenan, pemilik perusahaan akan memberikan kewenangan pada

pengelola (manajer) untuk mengurus jalannya perusahaan seperti mengelola dana dan

mengambil keputusan perusahaan lainnya untuk dan atas nama pemilik perusahaan,

maka mungkin saja pengelola tidak bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemilik

karena adanya perbedaaan kepentingan (conflict interest). Pada kenyataannya,

perubahan kemakmuran manajer sangat kecil dibandingkan dengan perubahan

kemakmuran pemegang saham, sehingga manajer cenderung untuk mencari

keuntungan sendiri (moral hazard) dengan mengorbankan kepentingan pihak lain. Hal

ini dapat terjadi karena manajer mempunyai infornasi mengenai perusahaan, yang

tidak dimiIiki pemilik perusahaan (asymmetric information) Jansen dan Mackling,

(1976).

Adanya kecenderungan agent untuk mencari keuntungan sendiri, ini

mengharuskan perusahaan mengeluarkan kos pengawasan yang disebut agency cost, Jensen

dan Meckling (1976) membagi biaya keagenan ini menjadi monitoring cost, bonding cost dan

residual loss. Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk

memonitor perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku agen.

Bonding cost merupakan biaya yang ditangung oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi

mekanisme yang menjamin bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan principal.

Selanjutnya residual loss merupakan pengorbanan yang berupa berkurangnya kemakmuran

principal sebagai akibat dari perbedaan keputusan agent dan keputusan principal.

Berkaitan dengan masalah keagenan, mekanisme corporate governance berfungsi

sebagai alat dalam mendisplinkan pengelola sehingga dengan adanya mekanisme tata kelola

yang baik yang dilandasi prinsip-prinsip corporate governance ini diharapkan dapat

mengurangi masalah keagenan dalam perusahaan yang kemudian dapat meningkatkan kinerja

perusahaan.

6

Corporate Governance

Penerapan corporate governance dalam perusahaan perbankan sangat penting

untuk diterapkan. Bank merupakan sektor usaha yang tidak transparan, sehingga

memungkinkan terjadinya masalah keagenan. PBI nomor 8/14/PBI/2006 menyebutkan bahwa

setiap bank wajib menerapkan GCG, termasuk melakukan self-assessment dan

menyampaikan laporan pelaksanaan GCG. Cadbury Committee (1996) mendefinisi corporate

governance sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.

Purno dan Khafid (2013) mengemukakan bahwa mekanisme dalam corporate

governance dapat mengurangi masalah keagenan yang kemudian dapat meningkatkan kinerja

perusahaan. Mekanisme ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu internal dan eksternal.

Mekanisme internal yaitu mengendalikan perusahaan dengan cara menggunakan struktur dan

proses internal perusahaan seperti RUPS, komposisi dewan direksi, komposisi dewan

komisaris dan pertemuan dengan board of director. Sedangkan mekanisme eksternal seperti

pengendalian perusahaan dan mekanisme pasar (Iskandar dan Chamlao, 2000 dalam Lastanti

2004). Penelitian ini menggunakan kepemilikan institusi, kepemilikan manajemen, komisaris

independen, ukuran dewan direksi, dan komite audit dalam mewakili mekanisme corporate

governance.

Terdapat lima prinsip dasar dalam melaksanakan praktik tata kelola perusahaan

yang baik yaitu : (1) tranparansi (transparency) mengandung unsur pengungkapan

(disclosure), (2) akuntabilitas (accountability) mengandung unsur kejelasan fungsi dalam

organisasi dan cara mempertanggungjawabkannya, (3) responsibilitas mengandung unsur

kepatuhan terhadap peraturan perundang‐undangan dan ketentuan internal bank serta

tanggung jawab bank terhadap masyarakat dan lingkungan, (4) independensi mengandung

unsur kemandirian dari dominasi pihak lain dan objektifitas dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya, dan (5) kewajaran dan kesetaraan (fairness) mengandung unsur perlakuan

yang adil dan kesempatan yang sama sesuai dengan proporsinya (KNKG 2012).

Kepemilikan Institusional dan Kinerja Keuangan

Menurut Wahidawati (2001), kepemilikan institusional dapat diartikan proporsi

saham yang beredar yang dimiliki oleh pihak institusi lain diluar perusahaan seperti bank,

perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun dan lain-lain pada akhir tahun yang

diukur dengan presentase. Peneliti Fama dan Jensen (2003) dalam Anggarini dan Srimidarti

(2009), menganjurkan dengan mengaktifkan monitoring melalui investor institusional dapat

mengatasi masalah keagenan.

7

Eriandani (2013), mengemukakan kepemilikan institusional merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Dengan tingginya investor institusional

akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen

karena pada umumnya pihak institusi memiliki divisi investasi tersendiri sehingga

menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar dan ketat yang kemudian dapat

menghalangi perilaku opportunistic manajer sehingga kepentingan antara pengelola dan

pemilik dapat selaras hal ini dapat berdampak positif terhadap kinerja perusahaan.

Pizarro et al. (2006) dan Bjuggren et al. (2007) menemukan bahwa kepemilikan

institusional berpengaruh secara positif terhadap kinerja perusahaan. Suranta dan Merdistusi

(2005) melakukan penelitian di Indonesia, menyimpulkan bahwa investor institusional

mampu berperan pada peningkatan kinerja perusahaan.

H1: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

Kepemilikan Manajerial dan Kinerja Keuangan

Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen (direktur

dan komisaris) yang terlibat secara aktif dalam pengambilan keputusan (Wahidahwati, 2002).

Menurut Jensen dan Mackling (1997) kinerja perusahaan dipengaruhi oleh distribusi

kepemilikan saham insider ownership, dalam kerangka ini kepemilikan saham oleh

manajemen akan mengurangi konflik keagenan. Kerena dengan adanya kepemilikan saham

manajemen, maka manajemen akan ikut memperoleh manfaat langsung atas keputusan-

keputusan yang diambilnya, namun juga akan menanggung risiko secara langsung bila

keputusan itu salah. Ross, et al (1999) dalam Tarjo (2002) menyatakan bahwa semakin besar

proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan, maka manajemen cenderung berusaha

giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain dirinya sendiri. Sehingga dapat

dikatakan kepemilikan saham oleh manajemen akan membuat manajemen termotivasi dalam

meningkatkan kinerja perusahaan.

Hermalin dan Weisbach (1991) meneliti pengaruh kepemilikan manajerial, hasil

penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja

keuangan perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Oswald dan Jahera

(1991) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat meningkatkan kinerja

perusahaan.

H2: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

8

Dewan Komisaris Independen dan Kinerja Keuangan

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki

hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham, dan/hubungan keluarga dengan

anggota dewan komisaris lainnya, direksi dan/pemegang saham pengendali atau hubungan

lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen (PBI No

8/4/PBI/2006). Peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi

monitoring dari kebijakan direksi berdasarkan perspektif agensi, fungsi monitoring sangat

krusial dalam melimitasi tindakan oportunis agen dan mereduksi biaya keagenan Wardhani

(2008).

Hubungan antara komisaris independen dan kinerja perbankan juga didukung oleh

perspektif bahwa dengan adanya komisaris independen diharapkan dapat memberikan fungsi

pengawasan terhadap perusahaan secara objective dan independen, menjamin pengelolaan

yang bersih dan sehatnya operasi perusahaan sehingga dapat mendukung kinerja perusahaan

(Jones, 1997 dalam Purno dan Khafid, 2013). Penelitian yang dilakukan Rosyada (2012) juga

menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.

H3: Dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

Ukuran Dewan Direksi dan Kinerja Keuangan

Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, Direksi bertanggung

jawab penuh atas kepengurusan perusahaan serta mewakili perusahaan baik di dalam maupun

di luar pengadilan (KNKG Perbankan, 2004). Para direktur memiliki dua fungsi utama

sebagai pembuat keputusan manajemen (strategi perusahaan dalam jangka pendek, kebijakan

investasi dan keuangan) dan mengendalikan keputusan (kompensasi manajerial, pengawasan

dan alokasi modal) Fama dan Jansen, (1983). Dewan direksi dapat memberikan kontribusi

terhadap kinerja perusahaan melalui aktivitas evaluasi dan keputusan strategic serta

pengurangan inefisiensi dan kinerja yang rendah (Faisal, 2005). Dengan semakin banyaknya

jumlah dewan direksi akan membuat koordinasi dan operasional antar bagian dalam sebuah

perusahaan perbankan akan menjadi semakin efektif yang kemudian dapat meningkatkan

kinerja perusahaan sendiri. Faisal (2005) menyatakan bahwa ukuran dewan direksi

berhubungan positif dengan kinerja perusahaan.

H4: Ukuran dewan direksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

9

Ukuran Komite audit dan Kinerja Keuangan

Pengertian komite audit adalah salah satu komite yang dibentuk oleh dewan

komisaris dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dengan tugas dan tanggung jawab

utama untuk memastikan prinsip-prinsip good corpotare governance terutama transparansi

dan disclousure diterapkan secara konsisten dan memadai oleh para eksekutif (Tjager dkk,

2003). Dalam KNKG 2004 menyebutkan bahwa dalam mendukung terciptanya tata kelola

bank yang baik setiap perbankan yang telah tercatat pada bursa harus memiliki komite audit,

peraturan ini juga diperkuat dengan adanya peraturan oleh Bapepam LK No. IX.1.5

menyebutkan bahwa jumlah minimal komite audit dalam sebuah perusahaan adalah 3 orang.

Menurut Sitorus, (2012) bahwa salah satu tujuan pembentukan komite audit

adalah untuk meningkatkan fungsi pengawasan dewan komisaris sebagai salah satu struktur

tata kelola. Sebagaimana yang diungkapkan Manik, (2011) komite audit sebagai salah satu

struktur corporate governance, yang pada prakteknya dapat menghambat kecurangan dan

manipulasi pada perusahaan dengan menjunjung prinsip-prinsip corporate governance.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Linda (2012) dalam Krisnauli (2014)

komite audit dapat meminimumkan biaya agensi secara signifikan. Keberadaan komite audit

dapat memonitoring pihak manajer perusahaan sehingga dapat meminimumkan biaya agensi

yang kemudian dapat membuat perusahaan lebih efesien sehingga dapat meningkatkan

kinerja perbankan.

H5: Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan jenis data

yang digunakan adalah time series. Sumber data penelitian ini didapat dari web site

www.idx.co.id serta buku ICMD.

Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah bank umum go public yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2013. Metode pengambilan sampel yang digunakan

adalah purposive sampling dimana pengambilan sampel perusahaan dilakukan berdasarkan

pertimbangan tertentu (Sugiono, 2002). Adapun kriterianya adalah sebagai berikut:

1. Data laporan keuangan perusahaan tersedia berturut-turut untuk tahun pelaporan dari

2011 sampai dengan 2013 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp)

10

2. Perusahaan sampel tersebut mempublikasikan laporan keuangan dengan

menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember

3. Data yang tersedia lengkap dan jelas (data secara keseluruhan tersedia pada publikasi

periode 31 Desember 2011 - 2013)

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini melibatkan variabel yang terdiri dari 5 variabel bebas (independen) dan

satu variabel terikat (dependen). Variabel independen dalam penelitian ini meliputi kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris independen, ukuran dewan

direksi, komite audit. Variable dependennya adalah kinerja keuangan perbankan yang diukur

ROE.

Variabel dependen

Menurut Kasmir, (2003). Adapun rumus ROE adalah sebagai berikut :

Variabel Independen

a. Kepemilikan Institusional

Dalam penelitian ini variabel struktur kepemilikan institusi diukur dengan menggunakan

jumlah presentase saham yang dimiliki institusi baik yang berada di dalam maupun di luar

negeri serta saham pemerintah dalam perusahaan (Soliman et al.,2012).

b. Kepemilikan Manajerial

Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial diukur dengan jumlah presentase saham yang

dimiliki manajemen dalam perusahaan (Soliman et al., 2012).

c. Dewan Komisaris Independen

Dalam penelitian ini dewan komisaris independen diukur dengan jumlah dewan komisaris

independen dibagi dengan jumlah keseluruhan komisaris dalam perusahaan Sekaredi, (2011).

d. Ukuran Dewan Direksi

Dalam penelitian ini variabel ukuran dewan direksi diukur dengan menghitung jumlah dewan

direktur dalam perusahaan (S. Beiner et al., 2003).

ROE = LABA BERSIH SETELAH PAJAK

TOTAL MODAL

11

e. Ukuran komite Audit

Dalam penelitian ini variabel ukuran komite audit ini diukur berdasarkan jumlah komite audit

yang terdapat pada profil perusahaan Sekaredi, (2011).

Teknik Analisis Data

Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah model regresi

linier berganda. Adapun model regresinya adalah sebagai berikut:

Ya = α +β1 Kep_INST +β2 Kep_MANJ +β3 KIND +β4 Uk_DRKS + β5 KADT + e

Keterangan:

Ya = Return of Equity Kep_INST = Kepemilikan Institusional

a = konstanta Kep_MANJ = Kepemilikan Manajemen

e = error KIND = Komisaris Independen

β = koefesien regresi DRKS = Dewan Direksi

KADT = Komite Audit

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas menentukan apakah suatu model berdistribusi normal atau tidak,

dalam penelitian ini pengujian normalitas dipakai adalah Uji Kolmogorov Smirnov (K-S)

Jika hasil Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan di atas (>0,05) maka data

residual terdistribusi dengan normal dan jika hasil dari (K-S) menunjukkan nilai sig (<0,05)

maka data terdistribusi tidak nornal.

2. Uji Autokorelasi Pengujian ini dilakukan untuk menguji dalam suatu model regresi

linier terdapat korelasi antara kesalahan pengguna periode satu dengan kesalahan pada

periode t-1 (tahun sebelumnya) (Ghozali, 2005). cara yang dapat digunakan untuk

mendeteksi ada tidaknya autokorelasi Uji Durbin-Watson (DW Test).

3. Uji Multikolinieritas: Pengujian multikolineritas dilakukan untuk menguji pada model

regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Jika terdapat Korelasi maka

terdapat problem multikolinearitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas di dalam

regresi dapat dilihat dari tolerance value dan nilai variance inflation factor (VIF) (Ghozali,

2006).

4. Uji Heteroskedastisitas : Pengujian ini digunakan untuk menguji suatu model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan yang lain. Model regresi

yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas. Banyak metoda statistik yang dapat

digunakan untuk menentukan apakah suatu model terbebas dari masalah heteroskedastisitas

12

atau tidak, seperti misalnya Uji White, Uji Park, Uji Glejser, dan lain-lain. Untuk mendeteksi

ada atau tidak heteroskedastisitas maka pengujian ini menggunakan Uji Glejser .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Objek Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah perusahaan perbankan yang

terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013. Berdasarkan kriteria sampel,

didapatkan sebanyak 28 perusahaan perbankan setiap tahunnya, jadi jumlah keseluruhan data

sebanyak 84.

Tabel 1. Tabel perhitungan sampel penelitian

No Kriteria Jumlah

Perusahaan

1 Perusahaan yang terdaftar di bursa efek 2011-2013 33

2 Tidak ditemukan informasi secara lengkap di website Bursa Efek

Indonesia pada periode 2011-2013 (4)

3 Di kurangi data outlier (dalam proses analisis) (1)

4 Perusahaan yang digunakan sebagai sampel setiap tahunnya 28

5 Jumlah Sampel yang digunakan selama periode 2011-2013 84

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif menjelaskan tentang gambaran data dalam penelitian ini, hasil

pengujian statistik deskriptif diringkas pada tabel 2.

Tabel 2. Statistik deskriptif

N Minimum Maximum Mean

INST 84 0.11 1.00 0.70

MANJ 84 0.00 0.22 0.01

KIND 84 0.33 1.00 0.58

DRKS 84 3.00 12.00 7.09

KADT 84 3.00 8.00 3.90

ROE 84 -0.32 0.30 0.12

Valid N (listwise) 84

13

Variabel kepemilikan institusional memiliki rata-rata 0,70 hal ini sudah sesuai

dengan peraturan PBI No 14/ 8 /PBI/2012 menyebutkan bahwa pemegang saham institusi

maksimum 70% (tujuh puluh persen) dari Modal Bank. Sedangkan saham yang dimiliki

manajemen memiliki rentang diantara 0,00 sampai 0,22 dengan rata-rata 0,01. Pada variabel

komisaris independen memiliki rata-rata sebanyak 0,58 ini sudah lebih tinggi dari pada

regulasi (PBI No 8/14/PBI/2006) yang ditetapkan yaitu anggota dewan komisaris independen

paling sedikit 50% dari jumlah anggota dewan komisaris.

Variabel jumlah dewan Direksi memiliki nilai rata-rata sebesar 7,09. Dalam PBI

No 8/4/PBI/2006 menerangkan bahwa tata kelola yang baik bagi bank umum jumlah

minimum direksi 3 orang, ini berarti sudah sesuai bahkan melebihi jumlah yang sudah

ditetapkan dalam peraturan. Variabel komite audit memiliki rentang nilai 3,00 sampai 8,00,

hal ini sesuai dengan peraturan Bapepam LK No. IX.1.5 yang menyebutkan bahwa jumlah

minimal komite audit adalah 3 orang. Sedangkan Variabel ROE memiliki rata-rata sebesar

0,12 ini berarti setiap modal yang diinvestasikan dalam perusahaan, mampu menghasilkan

pengembalian sebesar Rp 0,12 dari modal yang diinvestasikan.

Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan VIF.

Dari hasil pengujian semua variabel independen memiliki nilai Tolerance antara 0,521

sampai dengan 0,889 (lebih dari 0,10). Hasil Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan

semua variabel independen memiliki nilai VIF 1.125 sampai 1.921 (kurang dari 10). Jadi

dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel. Pengujian

Heteroskedasitas menggunakan uji glejser dari hasil pengujian diperoleh nilai signifikan

semua variabel independen lebih dari 0,05 yaitu antara 0,096 sampai 0,959. Hal ini berarti

bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

Pengujian autokorelasi dialakukan dengan membandingkan dengan nilai tabel

signifikan 5%. Jumlah data dalam penelitian ini 84 dan jumlah variabel independen 5 (k=5).

Maka diperoleh nilai du 1,7732. Nilai Durbin Watson 1,985 lebih besar dari batas atas du

yaitu 1,7732 dan kurang dari (4-du) 4-1,7732=2,2268, sehingga dapat disimpulkan tidak ada

autokorelasi. Pengujian normalitas memiliki nilai signifikan Kolmogorov-Smirnov 0,491,

lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data residual terdistribusi normal.

14

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik regresi linear

berganda. Hasil pengujian ditunjukkan pada tabel 3.

Tabel 3. Output persamaan regresi

VARIABEL Koefisien

Regresi t Sig.

1 (Constant) 0.169 2.289 0.025

INST -0.139 -3.477 0.001

MANJ -0.071 -0.342 0.733

KIND -0.109 -1.255 0.213

DRKS 0.009 2.029 0.046

KADT 0.015 1.574 0.119

a. Dependent Variable: ROE adjusted R square= 0,282

Nilai F=7,520 Nilai Sign F= 0,000

Uji koefisien determinasi menghasilkan nilai adjusted R² sebesar 0,282. Hal ini

mempunyai arti bahwa variabel dependen ROE yang dapat dijelaskan oleh variabel

independen kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, ukuran

dewan direksi, dan komite audit sebesar 28,2% sedangkan 71,8% dijelaskan oleh sebab-

sebab lain di luar model.

Kepemilikan institusional dan kinerja perusahaan perbankan

Hasil pengujian menunjukkan nilai signifikan dari variabel kepemilikan

institusional adalah 0.001 (kurang dari 0.05) dan nilai koefesien menunjukkan -0,139. Hal ini

berarti kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan perbankan

(ROE). Hipotesis satu yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif

terhadap kinerja keuangan perusahaan ditolak.

Hasil temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purno dan Khafid

(2013), yang menunjukkan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kinerja

keuangan perbankan. Hal ini dimungkinkan karena keberadaan kepemilikan institusional

yang besar dalam sebuah perusahaan membuat intervensi terhadap kinerja manajemen

menjadi besar, sehingga membuat manajemen merasa terikat dan ruang gerak pengelola

menjadi terbatas. Keterbatasan ruang gerak tersebut akan mendorong manajemen melakukan

kegiatan disfungsional, sehingga dengan keberadaan pihak intitusional yang terlalu besar

15

dalam perusahaan perbankan, dapat berdampak negatif kinerja perusahaan. Selain itu, ada

kemungkinan pengawasan oleh pihak institusi kurang efektif, sehingga dibutuhkan

pengawasan oleh pihak eksternal seperti auditor. Hal ini membuat perusahaan mengeluarkan

biaya ekstra yaitu biaya keagenan dalam memonitoring kinerja pengelola.

Dilihat dari data penelitian pada tahun 2011, kepemilikan institusi yang tinggi

tidak sejalan dengan tingginya kinerja keuangan (ROE), seperti Bank Central Asia (BBCA)

yang kepemilikan institusionalnya dapat dikatakan rendah yaitu sebesar 0,48 tetapi memiliki

ROE yang cukup tinggi sebesar 0,26 sedangkan Bank Bumi Artha yang kepemilikan

institusionalnya mencapai 0,91 tetapi kinerja keuangan (ROE) sebesar 0,09.

Kepemilikan manajemen dan kinerja perusahaan perbankan

Nilai signifikan dari variabel kepemilikan manajemen adalah 0.733 (lebih besar

dari 0.05). Hal ini berarti kepemilikan manajemen tidak berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perbankan (ROE). Jadi hipotesis dua yang menyatakan bahwa Kepemilikan

Manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan ditolak.

Uji hipotesis dua mendukung penelitian yang dilakukan oleh Arifani (2013),

Hastuti dan Achmad (2011) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Kepemilikan manjerial tidak berpengaruh terhadap

kinerja perbankan karena pada penelitian ini rata-rata saham yang dimiliki oleh pihak

manajemen sebesar 0,01, jumlah tersebut cukup kecil dibanding dengan saham yang dimiliki

oleh pihak institusi yang mencapai 0,70 sehingga membuat manajemen bekerja secara tidak

maksimal karena rasa memiliki perusahaan yang rendah . Selain itu dengan proporsi saham

yang sedikit, pihak manajemen juga tidak dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil

dalam RUPS untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini berarti belum dapat tercapainya

tujuan dari kepemilikan manajemen yaitu menyelaraskan kepentingan antara pengelola dan

pemilik.

Dilihat dari data penelitian pada tahun 2013 bank Windu Kentjana Internasional

(MCOR) menunjukkan tingkat kepemilikan manajemen sebesar 0,0133 dengan kinerja

keuangan (ROE) 0,08. Sedangkan bank Sinarmas (BSIM) memiliki tingkat kepemilikan

manajemen sebesar 0,0004 dengan kinerja keuangan (ROE) yang sama yaitu 0,08. Dengan

demikian menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen lebih besar atau kecil tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan.

16

Komisaris independen dan kinerja perusahaan perbankan

Nilai signifikan dari variabel proporsi komisaris independen adalah 0.213 (diatas

0,05). Hal ini berarti ukuran komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perbankan (ROE). Hipotesis tiga yang menyatakan bahwa proporsi komisaris

independen berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan ditolak.

Hasil uji hipotesis ketiga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purno dan

Khafid (2013) yang menyatakan proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap

kinerja keuangan perbankan. Hal yang dapat menjelaskan dari temuan ini adalah fenomena

struktur kepemilikan perusahaan perbankan di Indonesia masih sangat terkonsentrasi,

penunjukkan komisaris independen tidak didasarkan pada kompetensi dan profesionalisme

melainkan faktor kedekatan dengan perusahaan atau sebagai jabatan penghormatan

(Chandra,2010). Hal ini akan membuat komisaris independen tidak independen lagi dalam

menjalankan tugasnya. Selain itu ada kemungkinan keberadaan dewan komisaris independen

dalam perusahaan perbankan dilakukan bukan untuk menegakkan good corporate

governance tetapi hanya pemenuhan regulasi saja karena terdapat peraturan PBI No

8/14/PBI/2006.yang mewajibkan perbankan mempunyai jumlah komisaris independen

minimal.

Dilihat dari data penelitian tahun 2011 bank mayapada (MAYA) memiliki

komisaris independen 0,33 mempunyai kinerja keuangan 0,10. Sedangkan bank Bumi Artha

(BNBA) yang memiliki jumlah komisaris independen yang lebih besar yaitu sebesar 0,67

mempunyai kinerja keuangan 0,09. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran komisaris

independen lebih besar atau kecil menunjukkan kinerja keuangan hampir sama, jadi dapat

disimpulkan keberadaan komisaris independen belum dapat mempengaruhi kinerja keuangan

secara efektif.

Ukuran dewan direksi dan kinerja perusahaan perbankan

Nilai signifikan dari variabel ukuran Dewan Direksi adalah 0.046 (lebih kecil dari

0.05) dan nilai koefesien menujukkan 0,009. Ini berarti jumlah Dewan Direksi berpengaruh

positif terhadap kinerja keuangan perbankan (ROE). Hipotesis empat yang menyatakan

bahwa jumlah dewan direksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan

diterima.

Penelitian ini sejalan Hermalin dan Weisbach (2003) dalam Beiner et al. (2003)

yang menyimpulkan bahwa jumlah dewan direktur berpengaruh positif terhadap kinerja

perusahaan. Penjelasan yang dapat menggambarkan dari temuan ini adalah dengan jumlah

17

dewan direksi semakin banyak membuat koordinasi dan operasional perusahaan semakin baik

sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan sendiri. Selain itu dewan direksi akan

menerima insentif apabila mereka dapat meningkatkan kinerja perusahaan, hal ini

memotivasi dewan direksi untuk selalu bekerja dengan giat sehingga dengan tingginya dewan

direksi dapat meningkatkan kinerja perusahaan perbankan.

Dilihat dari data dalam penelitian pada tahun 2011, bank Nusantara Parahyangan

(BBNP) memiliki jumlah dewan direksi sebanyak 5 orang dengan kinerja keuangan (ROE)

yaitu 0,12. Jumlah dewan direksi yang lebih besar pada bank Pembangunan Daerah Jawa

Barat dan Baten (BJBR) sebanyak 6 orang mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan

(ROE) yang lebih tinggi yaitu 0,14

Ukuran komite audit dan kinerja perusahaan perbankan

Nilai signifikan dari variabel Komite Audit adalah 0.102 (lebih besar dari 0.05)

dan nilai koefesien menunjukkan 0,015. Ini berarti jumlah komite audit tidak berpengaruh

terhadap kinerja keuangan perbankan (ROE). Jadi hipotesis lima yang menyatakan bahwa

jumlah Komite Audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan ditolak.

Hasil ini konsisiten dengan penelitian yang dilakukan oleh Aryati dan Nindhita

(2005) yang menyatakan jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan. Peraturan Bapepam LK No. IX.1.5 mewajibkan perusahaan go public memiliki

minimal 3 orang komite audit, sehingga dimungkinkan pengangkatan komite audit dalam

perusahaan perbankan didasarkan pada regulasi saja tetapi tidak didasarkan pada kebutuhan

perusahaan. Hal ini mendukung pernyataan Salim (2005), bahwa pembentukan komite audit

sebatas untuk pemenuhan ketentuan formal.

Dilihat dari data Bank Capital Indonesia (BACA) pada tahun 2012 menunjukkan

jumlah komite audit sebanyak 3 orang dengan kinerja keuangan (ROE) sebesar 0,07.

Sedangkan bank Artha Graha International (INPC) yang memiliki komite audit sebanyak 5

orang menunjukkan kinerja keuangan (ROE) yang sama sebesar 0,07. Hal ini menunjukkan

bahwa keberadaan komite audit belum dapat mempengaruhi kinerja keuangan secara efektif

pada perusahaan perbankan.

PENUTUP

Kesimpulan

Hasil pengujian menunjukkan ukuran dewan direksi berpengaruh positif terhadap

kinerja bank sedangkan kepemilikan institusi memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja

18

bank. Penelitian ini juga menemukan variabel kepemilikan manajemen, dewan komisaris

independen dan komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja bank.

Implikasi

Untuk calon investor sebaiknya berinvestasi pada perusahaan perbankan yang

memilki dewan direksi yang banyak, sebaiknya minimal 8 orang dewan direksi (berdasarkan

rata-rata statistik deskriptif ukuran dewan direksi) karena ukuran dewan direksi berpengaruh

positif terhadap kinerja keuangan perbankan. Untuk emiten agar membatasi jumlah

pemegang saham institusi sesuai dengan peraturan yang tertera pada PBI no 14/8/PBI/2012

karena jumlah saham yang terlalu besar oleh institusi dapat menimbulkan dominasi, hal ini

dapat berakibat negatif terhadap kinerja perbankan.

Saran

1. Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar menggunakan variabel dependen

lain untuk mewakili kinerja keuangan, tidak hanya menggunakan ROE atau ROA. Tapi

dapat menggunakan CFROA, karena CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja

perusahaan saat ini (Cornett et al., 2006) dan dalam hal ini arus kas mempunyai nilai lebih

untuk menjamin kinerja perusahaan (Bayu, 2010).

2. Variabel independen dapat ditambah tidak hanya diukur dengan kepemilikan

institusional, kepemilikan manajemen, komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite

audit tetapi juga dapat menambah variabel yang lain seperti auditor eksternal maupun

dengan kepemilikan saham publik pada perusahaan karena nilai adjusted R²

mengindikasikan bahwa variabel kinerja keuanagan yang diproksikan oleh ROE hanya

dapat dijelaskan oleh variabel independen kepemilikan institusional, kepemilikan

manajemen, komisaris independen, ukuran dewan direksi, dan komite audit hanya sebesar

28,2% sedangkan selebihnya yaitu 71,8 % dijelaskan oleh faktor-faktor di luar model

penelitian ini.

3. Peneliti menyarankan kepada penelitian selanjutnya agar menggunakan variabel kontrol

yaitu ukuran perusahaan (Size) atau Growth Opportunity (GO).

19

REFERENSI

Anggarin, Novita dan Srimindarti, Ceacilia. 2009.” Pengaruh Kepemilikan Saham

Institusional dan Kebijakan Hutang Terhadap Kepemilikan Manajerial”, Kajian

Akuntansi, Agustus 2009, Hal: 133-152, Vol. 1 No. 2

Aryati, Titik., Nindhita G..M, 2005, “Analisis Hubungan antara Struktur Corporate

Governance dengan Nilai Perusahaan dan Kinerja Keuangan”. Jurnal Ekonomi STEI

(No 3) : 89-103.

Beiner, S., W. Drobetz, F. Schmid dan H. Zimmermann, 2003, “Is Board Size An

Independent Corporate Governance Mechanism ?”. http://www.wwz.unibas.ch

/cofi/publications/ papers/2003/06.03.pdf.

Bjuggren, Per-Olof, Johan E. Eklund, and Daniel Wiberg, 2007. “Institutional Owners and

Firm Performance: The Impact of Ownership Categories on Investments”. Working

Paper, Jonkoping International Business School (JIBS), and Centre of Excellence for

Science and Innovation Studies (CESIS), Royal Institute of Technology, Stockholm,

Sweden, February, pp 1-26.

Cadbury, Sir Adrian (1996), “Corporate Governance:Brussels.” Instituut voor Bestuurders,

Brussel.

Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. (2006), “Earnings Management,

Corporate Governance, and True Financial Performance”.

Dewayanto, Totok., 2010, “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governacne terhadap

Kinerja Perbankan Nasional (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008) ”. Fokus Ekonomi, vol. 5 No. 2 desember

2010 : 104-123.

Effendi, Muh. Arief. 2005, “Peranan Komite Audit dalam Meningkatkan Kinerja

Perusahaan”, Jurnal ilmiah Lembaga Pengkajian Keuangan Publik dan Akuntansi

Pemerintah, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK), Departemen

Keuangan R.I., hal. 51-57.

Eriandani, Rizky 2013 “Pengaruh Institutional Ownership dan Managerial Ownership

terhadap Pengungkapan CSR pada Laporan Tahunan Perusahaan Studi Empiris

pada Perusahaan Manufaktur 2010-2011” Simposium Nasional Akuntansi XVI

F Chandra, 2010, “Tinjuan umum tentang komisaris independen”, Universitas Sumatera

Utara

Faisal, 2005. “Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate

Governance“, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.8, No.2, Hal. 175-190.

Fama, E.F., dan Jensen, M.C.,1983. “Separation of Ownership and Control”. Journal of Law

and Economics.

Fatma Wiadiatmaja, Bayu, 2010.”Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap

Manajemen Laba dan Konsekuensi Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan”.

Skripsi Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang.

Ghozali, Imam, 2006. Aplikai Analisis Multivarite dengan SPSS, Cetakan Keempat, Badan

Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Handono, Mardiyanto, 2009, “Inti sari manajemen keuangan”. Jakarta :PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia(GRASINDO)

Hastuti, Yenny Widya and Achmad, Tarmizi (2011) . “Pengaruh mekanisme Corporate

Governance secara Internal dan Eksternal terhadap kinerja keuagan : studi kasus di

20

Bank yang terdaftar di BEI 2006-2009”, Undergraduate thesis, Universitas

Diponegoro.

Hermalin, B. and Weisbach, M. S. (1991). “The Effects of Board Composition and Direct

Incentives on Firm Performance”. Financial Management, 20(4), 101-112.

http://aria.bapepam.go.id/reksadana/files/regulasi/UU%2040%202007%20Perseroan%20Ter

batas.pdf diakses 6 juli 2014

http://dwiermayanti.wordpress.com/2009/10/15/ kinerja-keuangan-perusahaan (tanggal akses

28 Juli 2014, 22:03)

Indriani dan Nurcholis., 2012. “Manfaat dan fungsi komite audit dalam mewujudkan tata

pengelolaan perusahaan yang baik presepsi manajemen perusahaan go publk”

TEMA, Volume III, Nomor 1, Maret 2002

Jensen, Michael C. and William H. Meckling. 1976. “Theory Of The Firm: Managerial

Behavior, Agency Costs And Ownership Structure”. Journal of Financial Economics 3

(1976) 305-360. Q North-Holland Publishing Company

Kasmir. 2003. Bank Dan Lembaga Keuangan lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Komite Nasional Kebijakan Governance atau KNKG (2004)

Komite Nasional Kebijakan Governance atau KNKG (2006)

Krisnauli, P. B Hadiprajitno,. 2014. “ Pengaruh mekanisme tata kelola perusahaan dan

struktur kepemilikan terhadap agency cost” Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014,

Halaman 1-13

Kusmayadi, D., 2012, “Diterminasi audit internal dalam mewujudkan Good Corporate

Governance serta implikasinya pada bank”, jurnal keuangan dan perbankan, vol 16,

no. 1 januari, 2012, hal 147-156

Lastanti, Hexana Sri, 2004, “Hubungan Struktur Corporate Governance dengan Kinerja

Keuangan Perusahaan dan Reaksi Pasar”. Konferensi Nasional Akuntansi, Jakarta.

Manik, T, 2011 “ Analisis pengaruh kepemilikan manajemen, komisaris independen, komite

audit, umur perusahaan terhadap kinerja keuangan (studi empiris perusahaan

property dan real estate di BEI)”. JEMI, Vol.2, No.2, Desember 2011

Mardiyah, A, Ainul, 2002. “Pengaruh Asimetri Informasi dan Disclosure terhadap Cost of

Capital”. Jumal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 2 (Mei): 229-256.

Natalie, Jane dan Hermawan A Anitawati, 2013, “ Pengaruh Good Corporate Governance

dan Jenis Kepemilikan Terhadap Tingkat Efisiensi Bank” SIMPOSIUM NASIONAL

AKUNTANSI XVI Manado

Nuswandari, Cahyani. 2009, “Pengaruh Corporate Governance Perception Index terhadap

Kinerja Perusahaan pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal

Bisnis dan Ekonomi (JBE), September 2009, Hal. 70 - 84 Vol. 16, No.2 ISSN: 1412-

3126. Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank Semarang

Oswald, S.L. dan J.S. Jahera Jr. 1991. “The Influence of Ownership on Performance: An

Empirical Study”. Strategic Management Journal. pp. 321 – 326.

Pizarro, V., S. Mahenthiran, D. Cademamartori, and C. Roberto, 2006. The Influence of

Insiders and Institutional Owners on the Value, Transparency, and Earnings Quality

of Chilean Listed Firms. Editorial Manager (tm) for Contemporary Accounting

Research Manuscript Draft, http://ssrn.com/ abstract=982697,pp1-33.

Purno, B Listyo. Dan Khafid, Muhamad. 2013. ”Pengaruh Mekanisme Good Corporate

Governance Terhadap Kinerja Perbankan”. Symposium Nasioanal Akuntansi XVI,

25-28 september 2013. Manado

Puspitasari, Filia dan Endang, Ernawati, 2010, “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance

Terhadap Kinerja Keuangan Badan Usaha”. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan,

Tahun 3, No. 2, Agustus 2010. Universitas Surabaya

21

Rivai. Veithzal dan Idroes. 2007. Bank and Financial Institution Management. Conventional

and Sharia System. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Rizky, Arifani, 2013. “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan

perusahaan (Studi pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia)”

Rosyada, F, Yulia. 2012, “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance

TerhadapManajemen Laba dan Kinerja Keuangan”. Skripsi. Bekasi: Universitas

Gunadharma.

Salim, Imbuh. 2005, “Komite Audit: Peran yang diharapkan dan Sejauh Mana

Eksistensinya”. Majalah Usahawan Indonesia, No. 11, Tahun XXXIV, November

2005, pp. 50-53.

Sama’ni. 2008. “Pengaruh Good Corporate governance dan Leverage terhadap kinerja

keuangan pada perbankan yang terdaftar pada bursa efek Indonesia 2004-

2007”Thesis Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Sayidah, Nur. 2007. “Pengaruh Kualitas Corporate Governance Terhadap Kinerja

Perusahaan Publik (Studi Kasus Peringkat 10 Besar Cgpi Tahun 2003, 2004, 2005)”.

JAAI Volume 11 NO. 1, JUNI 2007: 1 – 19. Fakultas Ekonomi Universitas Dr.

Soetomo Surabaya

Sekaredi, Sawitri, 2011, ” Pengaruh Corporate Governance terhdap kinerja keuangan

perusahaan”, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, Akses 2, april

2015

Setyadharma, Andryan. 2010. “Uji Asumsi Klasik Dengan SPSS 16.0” Semarang

Shleifer, A. dan R.W. Vishny. 1997. “A Survey of Corporate Governance”. Journal of

Finance 52:737-783.

Sitorus, Irma Juliana 2010.” Analisis Peran Komite Audit Yang Efektif Dan Independensi

Dewan Komisaris (Studi pada Badan Usaha Milik Negara yang Terdaftar pada Bursa

Efek Indonesia)”seminar nasional akuntansi dan bisnis Bandung, 27 Maret 2012

Soliman, M. M., El Din, M., and Sakr, A. 2012. “Ownership structure and corporate social

responsibility (CSR): an empirical study of the listed companies in egypt 2012”. The

international journal of social science. Vol 5 no.1.

Suranta, Eddy dan Pratana Puspa Merdistusi. (2005). Pengaruh Good Corporate Governance

Terhadap Praktek Manajemen Laba, Konferensi Nasional Akuntansi, Peran

Akuntansi dalam Membangun Good Corporate Governance, Hal 1-8.

Tarjo dan Jogiyanto, Hartono. 2003, ”Analisa Free Cash Flow dan Kepemilikan Managerial

terhadap kebijakan utang pada perusahaan public di Indonesia”. Prosiding

Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 16-17 oktober, hal.278-295

Tjager, I.N., F.A. Alijoyo, H.R. Djemat, dan B. Sembodo, 2003. “Corporate Governance:

Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia”. Pearson Education-

Prentice Hall, 2003.

Wahidahwati, 2001. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada

Kebijakan Hutang Perusahaan : Sebuah Perspektif Theory Agency”. Simposium

Nasional Akuntansi IV.

Wardhani, Ratna., (2008). “Tingkat Konservatisme Akuntansi di Indonesia dan Hubungannya

dengan Karakteristik Dewan sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate Governance”,

Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak, 23-24 Juli

Wati, L.M. (2012)” Pengaruh praktek Good Corporate Governance terhadap kinerja

keuangan perusahaan di BEI”, Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September

2012

22