pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

118
TESIS PENGARUH LUAS LAHAN, TENAGA KERJA, DAN PELATIHAN MELALUI PRODUKSI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING TERHADAP PENDAPATAN PETANI ASPARAGUS DI DESA PELAGA KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG NI NYOMAN TRI ASTARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Upload: vobao

Post on 31-Dec-2016

243 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

TESIS

PENGARUH LUAS LAHAN, TENAGA KERJA, DANPELATIHAN MELALUI PRODUKSI SEBAGAI

VARIABEL INTERVENING TERHADAP PENDAPATANPETANI ASPARAGUS DI DESA PELAGA KECAMATAN

PETANG KABUPATEN BADUNG

NI NYOMAN TRI ASTARI

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2015

Page 2: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

i

TESIS

PENGARUH LUAS LAHAN, TENAGA KERJA, DANPELATIHAN MELALUI PRODUKSI SEBAGAI

VARIABEL INTERVENING TERHADAP PENDAPATANPETANI ASPARAGUS DI DESA PELAGA KECAMATAN

PETANG KABUPATEN BADUNG

NI NYOMAN TRI ASTARINIM : 1291462010

PROGRAM MAGISTERPROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2015

Page 3: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

ii

PENGARUH LUAS LAHAN, TENAGA KERJA, DANPELATIHAN MELALUI PRODUKSI SEBAGAI

VARIABEL INTERVENING TERHADAP PENDAPATANPETANI ASPARAGUS DI DESA PELAGA KECAMATAN

PETANG KABUPATEN BADUNG

Tesis untuk Memperoleh Gelar MagisterPada Program Studi Ilmu Ekonomi

Program Pascasarjana Universitas Udayana

NI NYOMAN TRI ASTARINIM : 1291462010

PROGRAM MAGISTERPROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2015

Page 4: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUITANGGAL 10 AGUSTUS 2015

Pembimbing I,

Prof. Dr. N. Djinar Setiawina, SE, MSNIP. 19530730 198303 1 001

Pembimbing II,

Dr. Dra. Ida Ayu Nyoman Saskara, M.SiNIP. 19580219 198601 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Magister Ilmu EkonomiProgram PascasarjanaUniversitas Udayana,

Prof. Dr.N Djinar Setiawina,SE,MSNIP. 19530730 198303 1 001

DirekturProgram PascasarjanaUniversitas Udayana,

Prof.Dr.dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S (K)NIP. 19590215 198510 2 001

Page 5: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

iv

Tesis ini telah diuji padaTanggal 7 Juli 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,No: 1917/UN 14.4/HK/2015, Tanggal 29 Juni 2015

Ketua Ketua : Prof. Dr. N. Djinar Setiawina, SE. MS.

Anggota :

1. Dr. Dra. Ida Ayu Nyoman Saskara, MSi.

2. Dr. I Ketut Djayastra, SE, SU.

3. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE, M.Si.,

4. Dr. Ni Nyoman Yuliarmi, SE, M.P.,

Page 6: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ni Nyoman Tri Astari

NIM : 1291462010

Program Studi : Magister Ilmu Ekonomi Universitas Udayana

Judul Tesis : Pengaruh Luas Lahan, Tenaga Kerja, dan Pelatihan MelaluiProduksi Sebagai Variabel Intervening Terhadap Pendapatan Petani Asparagus diDesa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat.

Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia

menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 5 Juli 2015

Yang membuat pernyataan

(Ni Nyoman Tri Astari)NIM. 1291462010

Page 7: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan

Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nya, tesis yang berjudul ”

Pengaruh Luas Lahan, Tenaga Kerja, dan Pelatihan melalui Produksi sebagai

Variabel Intervening terhadap Pendapatan Petani Asparagus di Desa Pelaga

Kecamatan Petang Kabupaten Badung” dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika,

Sp.PD KEMD., Terimakasih kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas

Udayana Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K), atas kesempatan yang diberikan

kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas

Udayana, serta Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE, MS., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Prof. Dr. N. Djinar Setiawina, SE. MS.,

selaku pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan,

semangat, bimbingan, dan saran selama penulisan tesis ini. Terima kasih yang

sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. Dra. Ida Ayu Nyoman Saskara,

M.Si sebagai Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing

dan mengoreksi tulisan serta memberi masukan dan saran yang sangat berarti bagi

penulis dalam penyusunan tesis ini.

Terimakasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Bapak Dr. I Ketut

Djayastra, SE, SU. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE, M.Si., dan Ibu Dr. Ni

Nyoman Yuliarmi, SE, M.P., selaku Dosen Penguji Tesis, yang telah banyak

memberikan masukan, saran, sanggahan, serta koreksi bagi kesempurnaan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dosen serta staf

sekretariat MIE yang telah banyak membantu dan memfasilitasi selama proses

perkuliahan.

Page 8: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

vii

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus serta

penghargaan yang sedalam-dalamnya disampaikan kepada kedua Orang Tua, yaitu

Bapak Drs. I Wayan Suryata, SH, Ibu Dra. Ni Ketut Suryatini, Suami I Wayan Tama,

SE, atas dukungan dan doanya serta selalu dapat memberikan semangat pada saat

penulis mengalami kejenuhan hingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis ini, terima kasih untuk anak-anak tersayang Satria, Dinda dan Adil

yang telah memberikan semangat, serta kepada rekan-rekan MIE angkatan XXIII

terima kasih atas kebersamaan serta dukungan yang diberikan selama ini semoga

semangat kebersamaan tetap terjaga.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini tidak luput dari segala

keterbatasan, untuk itu perlu kiranya penelitian ini dapat lebih disempurnakan secara

berkelanjutan. Semoga Tuhan memberkati semua pihak yang telah membantu

pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Denpasar, April 2015

Penulis

Page 9: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

viii

ABSTRAK

PENGARUH LUAS LAHAN, TENAGA KERJA, DAN PELATIHANMELALUI PRODUKSI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING TERHADAPPENDAPATAN PETANI ASPARAGUS DI DESA PELAGA KECAMATAN

PETANG KABUPATEN BADUNG

Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhanpembangunan ekonomi, apalagi saat krisis, sektor pertanian ini menjadi penyelamatperekonomian nasional karena justru pertumbuhannya meningkat, sementara sektorlain pertumbuhannya negatif. Di Kabupaten Badung, pertanian merupakan salah satudari ketiga sektor unggulan di samping sektor pariwisata budaya, dan sektor industrikecil dan kerajinan. Komoditas sub sektor pertanian tanaman pangan yang sedangdikembangkan di Kabupaten Badung diantaranya adalah tanaman asparagus yangdiharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani. Penelitian ini dilaksanakan diDesa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung.Tujuan Penelitian ini adalah 1) untuk menganalisis pengaruh langsung luas lahan,tenaga kerja, dan pelatihan terhadap pendapatan petani asparagus di Desa PelagaKecamatan Petang Kabupaten Badung. 2) untuk menganalisis pengaruh tidaklangsung luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi terhadappendapatan asparagus di Desa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung.Pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi, dokumentasi dan wawancara.Penelitian ini menggunakan 61 sampel dan menganalisis data dengan teknik analisisjalur.Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) luas lahan (X1), dan tenaga kerja (X2) secaralangsung tidak berpengaruh terhadap pendapatan petani asparagus (Y2). Sementarapelatihan (X3) berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani. 2) Melaluiproduksi (Y1) bahwa luas lahan (X1) dan pelatihan (X3) tidak berpengaruh terhadappendapatan petani asparagus (Y2). Karena baik luas lahan maupun pelatihan secaralangsung tidak berpengaruh terhadap produksi, walaupun produksi berpengaruhsignifikan terhadap pendapatan, sehingga dapat dikatakan produksi tidak memediasipengaruh luas lahan maupun pelatihan terhadap pendapatan. 3) Tenaga Kerja (X2)adalah di mediasi oleh produksi dalam pengaruhnya terhadap pendapatan. Hal initerbukti dari pengaruh tenaga kerja yang signifikan terhadap produksi dan jugaproduksi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan.

Kata Kunci : luas lahan, tenaga kerja, pelatihan, produksi dan pendapatan petani.

Page 10: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

ix

ABSTRACT

EFFECT OF SIZE OF LAND, LABOR, AND TRAINING TO PRODUCTIONAND INCOME ASPARAGUS FARMERS IN THE PELAGA VILLAGE

PETANG DISTRICT OF BADUNG REGENCY.

Agricultural development in Indonesia is still considered the most important of theoverall economic development, especially during the crisis, the agricultural sector hasbecome the savior of the national economy because it increases growth, while othersectors of negative growth. In Badung, agriculture is one of the three leading sectorsin addition to the cultural tourism sector, and small industry and handicraft sectors.Commodity sub-sector of food crops that are being developed in Badung includeasparagus plants are expected to increase farmers' income. The research wasconducted in the Petang District of Badung regency.Purpose of this study is 1) To analyze the direct influence of land, labor, and cost toincome asparagus farmers in the Petang district of Badung regency. 2) To analyze theimpact of indirect land use, labor, and cost to income asparagus in the Petang Districtof Badung regency. Data collected through observation, documentation andinterview. This study using 61 samples and analyze data path analysis techniques.The results showed that: 1) The land (X1), and labor (X2) does not directly effect theincome of farmers asparagus (Y2). While training (X3) of take effect significantly tofarmers' income. 2) Through of production (Y1) that the land area (X1) and training(X3) has not effect on the income of farmers asparagus (Y2). Because the land andtraining do not directly affect the production, although production of a significanteffect on income, so that it can be said production was not mediate the effect of landand training to income. 3) Labor (X2) is mediated by the production in its effect onearnings. This is evident from a significant influence on production and also theproduction of a significant effect on earnings.

Keywords: Area of land, labor, training, production and farmers' income

.

Page 11: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

x

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL............................................................................................................. iPRASYARAT GELAR ................................................................................... iiLEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iiiPENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................ ivSURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT................................................. vUCAPAN TERIMAKASIH............................................................................. viABSTRAK ....................................................................................................... viiiABSTRACT..................................................................................................... ixDAFTAR ISI ................................................................................................... xDAFTAR TABEL ........................................................................................... xiiDAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiiiDAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................... 11.1 Latar Belakang ........................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 81.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 81.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9

BAB II.KAJIAN PUSTAKA........................................................................... 102.1 Konsep-Konsep dan Definisi ..................................................................... 102.1.1 Pertanian.................................................................................................. 102.1.2 Budidaya Tanaman Asparagus................................................................ 152.1.3 Luas Lahan .............................................................................................. 242.1.4 Tenaga Kerja ........................................................................................... 272.1.5 Pelatihan.................................................................................................. 292.1.6 Produksi .................................................................................................. 322.1.7 Pendapatan .............................................................................................. 332.1.8 Hubungan Luas Lahan dengan Pendapatan ............................................ 352.1.9 Hubungan Tenaga Kerja dengan Pendapatan ......................................... 362.1.10 Hubungan Pelatihan dengan Pendapatan .............................................. 372.2 Teori – Teori yang Digunakan .................................................................. 382.2.1 Teori Produksi......................................................................................... 382.2.2 Fungsi Produksi...................................................................... ................ 392.2.3 Fungsi Produksi Cobb-Douglass……………………………................. 472.2.4 Teori Pendapatan..................................................................................... 482.3 Keaslian Penelitian..................................................................................... 50

Page 12: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

xi

BAB III. KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 553.1 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 553.2 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................................... 573.3 Hipotesis Penelitian.................................................................................... 58

BAB IV. METODE PENELITIAN ................................................................. 594.1 Rancangan Penelitian ................................................................................ 594.2 Lokasi, Ruang Lingkup, dan Waktu Penelitian ......................................... 604.3 Identifikasi Variabel Penelitian.................................................................. 614.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian................................................... 624.5 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 634.5.1 Jenis Data ................................................................................................ 634.5.2 Sumber Data ........................................................................................... 634.6 Populasi dan Metode Pengambilan Sampel .............................................. 644.7 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 634.8 Teknik Analisis Data.................................................................................. 654.8.1 Analisis Jalur (Path analysis).................................................................. 654.8.2 Uji Hipotesis ........................................................................................... 70

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 715.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 715.2 Karakterisistik Responden ......................................................................... 735.3 Analisis Data .............................................................................................. 775.3.1 Analisis Jalur (Path Analisis) ................................................................. 775.3.2 Pemodelan Persamaan Struktural............................................................ 775.3.3 Goodness of Fit Model............................................................................ 785.3.4 Uji Hipotesis ........................................................................................... 795.4 Pembahasan................................................................................................ 825.4.1..........................................................................................................................Hipotesis 1 Pengaruh Luas lahan, Tenaga kerja, dan Pelatihan TerhadapPendapatan ....................................................................................................... 825.4.2 Hipotesis 2 Pengaruh Tidak Langsung Luas lahan, Tenaga kerja, danPelatihan Terhadap Pendapatan Petani Melalui Produksi................................ 84

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN............................................................... 886.1 Simpulan ........................................................................................ 886.2 Saran............................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 90LAMPIRAN..................................................................................................... 97

Page 13: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Perkembangan Budidaya Asparagus di Kecamatan Petang Tahun2011s/d 2013 .......................................................................................... 6

1.2

4.1

Distribusi Data Jumlah Produksi Asparagus Tahun 2011 - Tahun2013.........................................................................................................

Distribusi Populasi dan Sampel Penelitian ............................................

7

65

5.1

5.2

5.3

5.4

Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Petang Tahun 2014 ..........

Karakteristik Petani Responden Menurut Usia ..........…………….......

Karakteristik Petani Responden Menurut Berdasarkan Pendidikan …

Karakteristik Petani Responden Menurut Luas Lahan Garapan ……...

72

73

74

74

5.5

5.6

5.7

5.8

5.9

5.10

Karakteristik Petani Responden Menurut Jumlah Tenaga Kerja ..........

Karakteristik Petani Responden Menurut Produksi ..............................

Karakteristik Petani Responden Menurut Pendapatan Usahatani .........

Nilai (R²) Variabel Endogen........................................................…......

Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Langsung Luas Lahan, Tenaga Kerja,dan Pelatihan, Produksi Terhadap Pendapatan Petani Asparagus .……

Hasil Analisis Pengaruh Tidak Langsung Luas Lahan, Tenaga Kerja,dan Pelatihan Terhadap Pendapatan Petani Asparagus melaluiProduksi ................................................................................................

75

76

76

78

79

81

Page 14: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1

2.2

2.3

2.4

3.1

Kurva Produksi Sama (Isoquant) ..........................................................

Kurva Biaya Sama (Isocost) ..................................................................

Kurva Keseimbangan Produsen ............................................................

Kurva Return to Scale ...........................................................................

Kerangka berpikir………………………...............................................

42

43

45

47

57

3.2 Kerangka Konsep Penelitian…………………………………………. 58

4.1

4.2

Rancangan Penelitian Pengaruh Luas Lahan, Tenaga Kerja danPelatihan Terhadap Pendapatan Petani Asparagus .................................

Diagram Jalur Variabel Penelitian …........................................……….

60

68

5.1 Peta Lokasi Penelitian ............................................................................ 72

5.2 Model dan Output Analisis ................................................................... 77

Page 15: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Pedoman Wawancara…....................................................................... 97

2. Data Hasil Penelitian ........…………….....................……………….. 98

3. Hasil Analisis Jalur …………….......................................................... 100

Page 16: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari

keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi

penyelamat perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya meningkat,

sementara sektor lain pertumbuhannya negatif. Beberapa alasan yang mendasari

pentingnya pertanian di Indonesia : (1) potensi sumberdayanya yang besar dan

beragam, (2) pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar, (3) besarnya

penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis

pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian yang besar namun sebagian besar dari

petani masih banyak yang termasuk golongan petani miskin adalah sangat ironis

terjadi di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah bukan saja kurang

memberdayakan petani akan tetapi termasuk sektor pertanian secara keseluruhan.

Disisi lain adanya peningkatan investasi dalam pertanian yang dilakukan oleh

investor Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) yang berorientasi pada pasar ekspor umumnya padat modal dan peranannya

kecil dalam penyerapan tenaga kerja atau lebih banyak menciptakan buruh tani.

Berdasarkan hal tersebut ditambah dengan kenyataan justru kuatnya aksesibilitas

pada investor asing/swasta besar dibandingkan dengan petani kecil dalam

pemanfaatan sumberdaya pertanian di Indonesia, maka dipandang perlu adanya grand

Page 17: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

2

strategy pembangunan pertanian melalui pemberdayaan petani kecil. Melalui

konsepsi tersebut, maka diharapkan mampu menumbuhkan sektor pertanian, sehingga

pada gilirannya mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian

Indonesia, khususnya dalam hal pencapaian sasaran : (1) mensejahterakan petani, (2)

menyediakan pangan, (3) sebagai wahana pemerataan pembangunan untuk mengatasi

kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan antar wilayah, (4)

merupakan pasar input bagi pengembangan agroindustri, (5) menghasilkan devisa, (6)

menyediakan lapangan pekerjaan, (7) peningkatan pendapatan nasional, dan (8) tetap

mempertahankan kelestarian sumberdaya (Universitas Brawijaya, 2006).

Pembangunan sektor pertanian pada dasarnya merupakan bagian integral dari

pembangunan ekonomi nasional secara keseluruhan. Namun demikian selama dua

dekade terakhir, sektor pertanian diposisikan hanya sebagai sektor pendukung sektor

lain dan bukan sebagai mesin penggerak pertumbuhan perekonomian nasional. Sektor

pertanian dianggap hanya berorientasi pada peningkatan produksi semata sehingga

tidak tanggap terhadap kondisi dan perubahan pasar serta keragamannya hanya

semata-mata tergantung kepada teknologi dan alam. Salah satu masalah

pembangunan yang kritikal adalah kekurangan kapasitas dan tingkat produksi

terutama di bidang tanaman pangan. Sejak awal 1970-an pembangunan pertanian

tanaman pangan diarahkan kepada pencapaian tingkat swasembada pangan dengan

dukungan berbagai kebijakan pemerintah melalui subsidi (air, bibit, pupuk dan obat-

obatan) di samping subsidi harga dasar (Anugrah dan Ma’mun, 2003).

Page 18: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

3

Sejalan dengan perubahan tatanan politik di Indonesia yang mengarah pada era

demokratisasi serta perubahan tatanan dunia yang mengarah pada globalisasi, maka

pembangunan sektor pertanian dimasa datang dihadapkan pada dua tantangan pokok

secara simultan. Tantangan pertama adalah tantangan internal yang berasal dari dalam

negeri, dimana pembangunan pertanian tidak saja dituntut untuk mengatasi masalah-

masalah yang sudah ada, namun dihadapkan pula pada tuntutan demokratisasi yang

terjadi di Indonesia. Sedangkan tantangan kedua adalah tantangan eksternal, dimana

pembangunan sektor pertanian diharapkan mampu untuk mengantisipasi era

globalisasi dunia. Kedua tantangan internal dan eksternal tersebut sulit dihindari

dikarenakan merupakan kesepakatan nasional yang telah dirumuskan sebagai arah

kebijakan pembangunan nasional di Indonesia (Universitas Brawijaya, 2006).

Kedua tantangan tersebut membawa implikasi bahwa agar produk-produk hasil

pertanian mampu bersaing di pasar internasional, maka harus memenuhi persyaratan

pokok (necessary condition), yakni dihasilkan dengan biaya rendah, memberikan

nilai tambah tinggi, mempunyai kualitas tinggi, mempunyai keragaman untuk

berbagai segmen pasar, mampu mensubstitusi produk sejenis yang dihasilkan oleh

negara luar (impor). Dalam rangka menciptakan struktur agribisnis yang tangguh,

maka agribisnis yang terdiri dari subsistem sarana produksi, usaha tani, agroindustri,

dan pemasaran; maka aspek pemasaran dalam era liberalisasi perdagangan haruslah

dipadukan dalam keutuhan sistem. Oleh karena itu efisiensi dalam segala subsistem

harus dilakukan (Universitas Brawijaya, 2006)

Page 19: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

4

Menurut Rasahan (dalam Dedu 2003), pembangunan di bidang pertanian

tanaman pangan yang diarahkan untuk mewujudkan pertanian yang maju, efisien dan

tangguh merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam pelaksanaan

pembangunan dirancang suatu proses transformasi sumber daya manusia, modal,

ilmu pengetahuan dan teknologi, serta manajemen modern. Perubahan struktur

pertanian direfleksikan oleh perubahan-perubahannya dalam proses pengelolaan

sumber daya ekonomi yang tidak lagi hanya berorientasi kepada upaya peningkatan

produksi tetapi juga kepada upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat. Proses transformasi tersebut perlu terus didorong dengan cara

meningkatkan kemampuan petani dan membenahi kekurangannya di semua lini,

sehingga dalam menjalankan usahataninya, petani lebih mandiri, terampil, dinamis,

efisien dan proporsional serta mampu memanfaatkan peluang pasar, dan lingkungan

yang terpelihara dan lestari.

Di Provinsi Bali sektor pertanian merupakan sektor prioritas kedua dalam

pembangunan setelah pariwisata, dan posisinya sangat strategis dalam pemberdayaan

ekonomi rakyat di pedesaan (Propeda Provinsi Bali, 2005). Di Kabupaten Badung,

pertanian merupakan salah satu dari ketiga sektor unggulan di samping sektor

pariwisata budaya, dan sektor industri kecil, serta kerajinan. Sektor ini dikembangkan

selain untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Badung, juga diarahkan untuk

menunjang kepariwisataan. Untuk meningkatkan daya saing petani dan pelaku usaha

pertanian lainnya perlu lebih ditingkatkan upaya mengembangkan kemampuan

melalui pelatihan, adanya luas lahan yang memadai, tenaga kerja yang cukup, dan

Page 20: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

5

terampil, serta biaya yang relatif rendah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

masyarakat khususnya masyarakat pedesaan. Ekonomi pedesaan identik dengan

pembangunan pertanian, hal ini karena sebagian besar pendapatan rumah tangga di

pedesaan berasal dari sektor pertanian. Salah satu pilot project dalam pengembangan

program rintisan agribisnis melalui kelembagaan koperasi dengan pendekatan OVOP

(One Village One Product). Program OVOP di Kabupaten Badung saat ini

berkembang dengan baik beralamat di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten

Badung, Provinsi Bali. Adapun produk yang dikembangkan adalah Asparagus dan

sayuran lainnya sebagai pendamping : kailan, lettuce, baby buncis, pare putih, terong

ungu, bunga dan daun kucai, broccoli, dan tomat cerry.

Program OVOP yang dikembangkan membantu petani menanam komoditas

unggulan dengan kualitas super sehingga memiliki nilai jual tinggi. Dengan demikian

terjadi peningkatan kualitas produk pertanian. Hal tersebut dilakukan dengan cara

membimbing para petani mulai dari pembibitan, pembudidayaan, pemberian pupuk,

perawatan, panen, pasca panen dan pemasaran hasil produksi. Apabila potensi

tersebut dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal akan memberikan manfaat

bagi masyarakat di wilayah Desa Pelaga, Kecamatan Petang. Apabila dikembangkan

lebih jauh merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi. Sayangnya sebagian

besar wilayah pegunungan yang ada telah mengalami ancaman keberlanjutan yang

sangat serius, sehingga perlu strategi penanganan (Retraubun dan Bengen, 2002).

Pemerintah menempatkan asparagus sebagai salah satu komoditas yang diunggulkan

dalam program revitalisasi sub sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa

Page 21: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

6

asparagus sebagai komoditas andalan akan mampu meningkatkan ekonomi

khususnya sub sektor pertanian (Hikmayani, 2007). Terpilihnya komoditas asparagus

sebagai komoditas unggulan dilatarbelangi oleh beberapa aspek yaitu budidaya

asparagus bersifat mudah dilakukan, bersifat cepat panen, tidak padat modal,

menyerap tenaga kerja, permintaan tinggi, dan harga yang menguntungkan (Malik

Tangko, 2008)

Perkembangan budidaya asparagus di Kecamatan Petang dari tahun 2011

sampai dengan tahun 2013 cukup pesat. Jumlah petani pada tahun 2011 tercatat 50

orang dan pada tahun 2013 jumlah petani asparagus meningkat menjadi 158 orang.

Hasil produksi asparagus juga mengalami peningkatan yang cukup baik yaitu pada

tahun 2011 mencapai 5.604 kg, pada tahun 2012 sebesar 18.865 kg dan pada tahun

2013 mencapai 36.214 kg atau dapat dikatakan dengan rata-rata peningkatan sebesar

164,30 persen. Data perkembangan budi daya asparagus di Kecamatan Petang seperti

pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1Perkembangan Budidaya Asparagus di Kecamatan Petang Tahun 2011 s/d 2013

TahunJumlah Petani

asparagus(Orang)

Luas Lahan(Ha)

Hasil Produksi(kg)

PerkembanganHasil Produksiasparagus (%)

2011 50 6 5.604 0,002012 68 10,2 18.865 236,632013 158 9,5 36.214 91,96

Rata-rata 92 8,57 20.228 164,30

Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindag Kabupaten Badung, 2013

Page 22: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

7

Data perkembangan budidaya asparagus di Kecamatan Petang secara lengkap

disajikan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2Distribusi Data Jumlah Produksi Asparagus Tahun 2011 - Tahun 2013

Bulan Jumlah Produksi (kg) Pendapatan Petani (Rp)

2011 2012 2013 2011 2012 2013

Jan - 980 2.702 - 51.637.000 96.124.220Feb - 408 1.935 - 24.030.190 73.995.580Maret - 641 1.840 - 34.593.930 74.875.600April - 774 1.976 - 41.425.270 74.875.600Mei 170 776 1.989 13.677.170 43.871.340 79.291.010Juni 264 318 1.569 21.607.315 40.551.980 103.833.320Juli 300 937 3.329 25.767.503 63.870.070 138.351.620Agust 331 1.257 2.130 26.373.520 72.275.700 87.304.590Sept 571 1.397 2.909 35.671.884 83.898.780 113.110.050Okt 928 3.722 4.623 45.007.040 97.167.359 159.233.690Nop 1.426 3.722 4.777 64.611.360 139.125.890 154.208.940Des 1.614 3.933 6.435 72.601.220 151.741.259 207.771.850

Jumlah 5.604 18.865 36.214 305.317.012 844.188.768 1.362.976.070

Sumber: Koperasi Tani Mertanadi, 2013

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa pendapatan petani asparagus tahun 2011

mencapai Rp 305.317.012,-, tahun 2012 pendapatan petani asparagus mencapai Rp

844.188.768 dan tahun 2013 pendapatan petani asparagus mencapai Rp

1.362.976.070. Mengetahui tingginya kenaikan pendapatan petani asparagus tahun

2011 – 2013 di Kecamatan Petang Kabupaten Badung, mengundang suatu pertanyaan

apakah kenaikan pendapatan tersebut juga disebabkan oleh kenaikan produksi

marginal tenaga kerja dari usahatani asparagus tersebut. Dari Tabel 1.1 tersebut

Page 23: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

8

permasalahan yang mendasar dalam usahatani tersebut karena dari tahun 2012-2013

besarnya produksi marginal tenaga kerja (MPL) menurun dari 736,72 kg menjadi

192,77 kg. Hal ini dipengaruhi oleh variabel-variabel luas lahan, tenaga kerja,

pelatihan atau variabel-variabel lainnya. Hal itulah yang menyebabkan penulis

tertarik melakukan penelitian dengan mengangkat judul Pengaruh luas lahan, tenaga

kerja dan pelatihan melalui produksi sebagai variabel intervening terhadap

pendapatan petani asparagus di Desa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah.

1) Apakah luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan berpengaruh langsung terhadap

pendapatan petani asparagus di Desa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten

Badung?

2) Apakah luas lahan, tenaga kerja dan pelatihan secara tidak langsung melalui

produksi berpengaruh terhadap pendapatan petani asparagus di Desa Pelaga

Kecamatan Petang Kabupaten Badung?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.

Page 24: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

9

1) Untuk menganalisis pengaruh langsung luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan

terhadap pendapatan petani asparagus di Desa Pelaga Kecamatan Petang

Kabupaten Badung.

2) Untuk menganalisis pengaruh tidak langsung luas lahan, tenaga kerja, dan

pelatihan terhadap pendapatan asparagus di Desa Pelaga Kecamatan Petang

Kabupaten Badung.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian dapat dibedakan menjadi dua

yaitu, manfaat secara praktis dan teoritis.

1) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

berguna bagi petani asparagus dalam mengelola serta mengembangkan potensi

dari asparagus yang ada di Desa Pelaga Kecamatan Petang.

2) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai wahana dalam

mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam bangku kuliah, khususnya

yang berkaitan dengan mengimplementasikannya dalam upaya peningkatan

pendapatan petani asparagus.

Page 25: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep-Konsep dan Definisi

2.1.1 Pertanian

Sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan memegang peranan

penting sebagai pemasok kebutuhan konsumsi penduduk di Indonesia. Komoditas

tanaman yang agaknya cukup menjanjikan, berdasarkan perkembangan

produksinya adalah buah-buhan dan sayur-sayuran. Produksi kedua tanaman yang

lazim disebut hortikultura ini cukup mantap. Produksi tanaman pangan dapat

ditingkatkan melalui perluasan areal (ekstensifikasi) dan peningkatan

produktivitas (intensifikasi). Tersedianya lahan yang lebih luas dan teknologi

produksi yang mampu menaikkan produktivitas tidak dengan sendirinya akan

mendorong petani untuk lebih proaktif berproduksi, akan tetapi dibutuhkan

adanya rangsangan-rangsangan agar mereka lebih bergairah untuk berproduksi.

Rangsangan dimaksud dapat berupa harga sarana produksi yang terjangkau,

kemudahan mendapatkan sarana produksi, harga jual serta teknologi dan sarana

penanganan pascapanen yang mampu menjaga keawetan produk (Dumairy, 1996).

Walaupun telah diberikan rangsangan, namun pertanian tetap dihadapkan

pada permasalahan. Menurut Agustino dalam (Anugrah dan Ma’mun, 2003),

beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pembangunan pertanian, adalah

Pertama terjadinya penyempitan lahan pertanian, penyusutan bidang tanah

garapan, karena di dalamnya banyak diartikan sebagai upaya perubahan lahan

pertanian menuju lahan industri terutama bagi industri berat dan bukan agro-

Page 26: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

11

industry, sehingga rasio produktifitas antara sektor pertanian dan industri semakin

kecil. Penurunan rasio tersebut mempunyai arti bahwa kelangkaan lahan dapat

mengakibatkan menurunnya tingkat produktivitas pertanian. Kedua adanya

sentralisasi pertanian melalui kelembagaan yang tidak terurus dengan benar.

Sentralisasi pengembangan pertanian ada baiknya, terutama untuk menyamakan

persepsi pembangunan nasional serta mengkomunikasikan kendala daerah ke

pusat, namun tidak sedikit pula kerugiannya, mengingat kondisi negara Indonesia

sangat heterogen. Ketiga diturunkannya anggaran negara pada sektor pertanian

yang mengakibatkan kredit investasi perbankan pada sektor pertanian menjadi

turun, sekaligus membawa implikasi pada penurunan persentase struktur tenaga

kerja di bidang pertanian. Keempat yaitu terjadinya mobilisasi urbanisasi.

Hipotesis kondisi tersebut adalah bahwa urbanisasi yang berlangsung merupakan

dampak dari menipisnya tingkat harapan berusaha (lapangan pekerjaan) di

pedesaan, selain tingginya tingkat pendapatan rumah tangga industri perkotaan.

Kelima pemerintah terlalu membiarkan adanya praktek impor komoditas dan

perkebunan, ketimbang membenahi kualitas komoditasnya sendiri.

Dalam mencapai keberhasilan usaha tani diperlukan dukungan dan peran

serta berbagai pihak. Oleh karena itu peranan para petani sabagai pelaku usaha

tani, swasta dan pemerintah sangat diperlukan secara proporsional, sungguh-

sungguh dan berkesinambungan sehingga para petani akhirnya mampu mandiri.

Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem

Budidaya Tanaman menyebutkan bahwa petani memiliki kebebasan untuk

menentukan pilihan jenis tanaman dan pembudidayaannya. Untuk hal tersebut

Page 27: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

12

petani berkewajiban berperan serta dalam mewujudkan rencana pengembangan

dan produksi budidaya tanaman.

1) Pentingnya Pembangunan Pertanian

Sistem perekonomian di tingkat pusat secara tidak langsung akan

mempengaruhi ekonomi di pedesaan. Perubahan-perubahan yang terjadi di tingkat

pusat turut mempengaruhi perkembangan kesejahteraan masyarakat petani di

pedesaan. Provinsi Bali, sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang terkenal

dengan keindahan alam dan budayanya, juga memiliki potensi yang cukup besar

di sektor pertanian. Sebagian besar masyarakat Bali masih menggantungkan

hidupnya pada sektor pertanian. Sektor pertanian di Bali juga memberikan

kontribusi yang cukup besar dalam pertumbuhan perekonomian di Provinsi Bali.

Upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk

meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja dengan memanfaatkan sumber daya

yang ada. (Herdhiansyah, 2012).

2) Kesejahteraan Masyarakat

Kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang

melibatkan aktivitas terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga-

lembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi

atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial, dan

meningkatkan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat. (Edi Suharto,

2005).

Di Negara Indonesia, konsep kesejahteraan sudah lama dikenal.

Kesejahteraan sosial ini telah ada dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Di

Page 28: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

13

dalam UUD 1945, kesejahteraan sosial menjadi judul khusus Bab XIV yang

didalamnya memuat pasal 33 tentang sistem perekonomian dan pasal 34 tentang

kepedulian negara terhadap kelompok lemah (fakir miskin dan anak terlantar)

serta sistem jaminan sosial. Ini berarti, kesejahteraan sosial sebenarnya merupakan

flatform sistem perekonomian dan sistem sosial di Indonesia. (Swasono, 2004).

Jadi kalau mau jujur, sejatinya Negara Indonesia adalah negara yang menganut

paham “Negara Kesejahteraan” dengan model “Negara Kesejahteraan Partisipatif”

yang dalam literatur pekerjaan sosial dikenal dengan istilah pluralisme

kesejahteraan. Model ini menekankan bahwa negara harus tetap ambil bagian

dalam penanganan masalah sosial, meskipun tetap melibatkan masyarakat.

Kesejahteraan sosial juga berarti sebuah sistem yang meliputi program dan

pelayanan yang membantu orang agar dapat memenuhi kebutuhan sosial,

ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang sangat mendasar untuk memelihara

masyarakat (Zastrow, 2000). Berdasarkan pengertian di atas, tingkat kesejahteraan

dari individu maupun keluarga dicapai apabila kebutuhan dasarnya telah

terpenuhi. Kebutuhan dasar manusia di setiap negara pada umumnya sama,

perbedaannya hanya terletak pada tingkat pemenuhan kebutuhan tertentu, bukan

pada jenis kebutuhannya. United Nation Development Programme (UNDP)

mengembangkan Human Development Index (HDI) yang dikenal dengan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) (Todaro, 2000). Di Indonesia sejak Tahun 1980-an

IPM menjadi salah satu indikator pembangunan yang penting. Secara konseptual

IPM adalah indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata dari indeks harapan

hidup, indeks pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan indeks

Page 29: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

14

standar hidup layak. IPM juga digunakan sebagai salah satu petunjuk untuk

melihat apakah arah pembangunan yang telah dilaksanakan sesuai dengan yang

ditetapkan. Kesejahteraan adalah merupakan harapan dan tujuan utama

pelaksanaan pembangunan. UUD 1945 merupakan suatu landasan konstitusi

NKRI yang telah meletakan dasar-dasar tata kelola dan kehidupan bernegara,

berawal dari bentuk negara sampai kepada kesejahteraan sosial, sesuai diatur

dalam pasal 28 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak untuk

hidup sejahtera lahir bathin, bertempat tinggal, dan mendapatkan hidup yang baik

dan sehat serta berhak memperoleh layanan kesehatan. Secara substansi jelas

bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera, secara fisik dan bathin, kebutuhan

rohaninya terpenuhi, kebebasan berkeyakinan, memperoleh pendidikan atau

psikologinya. Dan yang tidak kalah penting adalah hal untuk mendapat suatu

lingkungan hidup yang baik, sehat bersih, nyaman dan layak. Landasan itulah

sebenarnya yang harus dipegang teguh dan dipedomani oleh pemerintah selaku

penyelenggara pemerintahan dalam melaksanakan pembangunan.

Pemahaman terhadap konsep kesejahteraan menuntut tidak hanya

representasi intensitas agregat, tetapi juga representasi distribusi kesejahteraan

antar kelompok masyarakat atau antar daerah. Representasi distribusi merupakan

hal mutlak dari persoalan mendasar, yaitu keadilan ( BPS, 2011). Keberhasilan

pembangunan ekonomi tidak saja dapat dilihat dari pertumbuhannya tetapi harus

diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tanpa menyertakan

peningkatan kesejahteraan akan mengakibatkan kesenjangan dan ketimpangan

kehidupan masyarakat. IPM yang merupakan indeks komposit dari indikator

Page 30: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

15

kesehatan, pendidikan, dan ekonomi juga diharapkan dapat mengukur tingkat

keberhasilan pembangunan manusia yang tercermin dari penduduk yang sehat dan

berumur panjang, berpendidikan dan berketrampilan serta mempunyai pendapatan

yang memungkinkan untuk hidup layak. Pengukuran kesejahteraan masyarakat

dengan menggunakan HDI telah dilakukan di Indonesia sejak tahun 1993 (BPS,

2011).

2.1.2 Budidaya Tanaman Asparagus

Sektor pertanian di Indonesia telah mengembangkan berbagai jenis tanaman

untuk kesejahteran masyarakat, diantaranya adalah tanaman asparagus. Tanaman

Asparagus dalam istilah botani disebut Asparagus Officinalis yang termasuk

dalam family liliaceae. Tanaman Asparagus merupakan tanaman sayuran yang

dikonsumsi pada bagian rebungnya. Rebung Asparagus mengandung zat

aspegirine yang berguna untuk memperbaiki pencernaan makanan dan

melancarkan air seni. Selain lezat diolah menjadi beragam masakan, asparagus

juga mempunyai kandungan gizi yang sangat baik. Beragam mineral, kalsium,

potassium, vitamin A, D juga E ada di dalamnya. Sayuran ini juga rendah kalor

dan mengandung serat (dietary fiber) sangat tinggi. Serat dalam asparagus mampu

mengikat zat karsinogen penyebab kanker dan membantu lancarkan proses

pencernaan tubuh. Kandungan asam amino asparagus merangsang ginjal

membuang sisa iuretic dalam tubuh. Zat aktif lain dipercaya meningkatkan

sirkulasi darah dan membantu melepaskan deposit lemak dalam dinding

pembuluh darah. Sangat baik dikonsumsi bagi anda yang berjerawat, penderita

Page 31: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

16

eksim, gangguan ginjal dan prostat. Dalam asparagus juga terkandung sifat iuretic

yang mana berkhasiat untuk memperlancar saluran urin sehingga mampu

memperbaiki kinerja ginjal. Asparagus merupakan sumber terbaik asam folat

nabati, sangat rendah kalori, tidak mengandung lemak atau kolesterol, serta

mengandung sangat sedikit natrium. Tumbuhan ini juga merupakan sumber rutin,

suatu senyawa yang dapat memperkuat dinding kapiler.

Budidaya tanaman asparagus tidak berbeda dengan budidaya tanaman lain.

Budidaya yang dilakukan juga tidak sulit untuk dipraktekkan. Langkah dalam

budidaya meliputi persiapan bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan

dan panen seperti pada tanaman umumnya. Berikut disampaikan langkah-langkah

budidaya asparagus sebagai berikut.

1) Jenis-jenis Asparagus

Jenis-Jenis asparagus berdasarkan warna pada saat pemanenan yaitu.

a. Asparagus putih

Asparagus putih dibudidayakan di dataran tinggi dan tidak banyak

dijumpai di Indonesia. Asparagus putih dipanen dari rebung putih yang

masih berada di dalam tanah.

b. Asparagus hijau

Asparagus hijau dipanen dari rebung yang sudah tersembul dari tanah dan

terkena sinar matahari. Asparagus yang ditanam oleh petani pada

kelompok tani di Desa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung,

adalah Asparagus hijau.

Page 32: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

17

2) Syarat tumbuh

Kondisi lingkungan untuk tumbuh asparagus meliputi kondisi cuaca

dan tanah untuk bertanam. Suhu yang paling sesuai untuk membudidayakan

asparagus antara 250 - 300 C, pada suhu rendah pertumbuhannya sangat

lambat dan pada suhu tinggi menyebabkan rebung dan permukaan kulitnya

mengandung banyak serat. Ujung rebung menjadi mudah mekar dan kualitas

rendah. Indonesia merupakan negara tropis sehingga budidaya asparagus di

dataran dapat tumbuh sepanjang tahun. Sedangkan untuk kondisi tanah, harus

dipilih tanah dengan lapisan dalam dan mengandung bahan organik dengan

jenis tanah berpasir yang gembur dan pH berkisar antara 6,0-6,8.

3) Persiapan lahan

Persiapan lahan perlu dilakukan sebelum tahap penanaman

berlangsung, lahan yang akan ditanami asparagus dibajak dalam dan merata.

Lalu dibuat alur dengan kedalaman 30 cm dan lebar alur 40 cm, dengan jarak

antar alur 110 cm. Awal tanam menggunakan pupuk kandang 2-3 ton dengan

luasan lahan 500 m2.

4) Penyemaian

Pembibitan Asparagus dapat dilakukan secara vegetatif dengan kultur

jaringan, anakan yang berasal dari tunas maupun setek, serta secara generatif

dari biji. Dari ke tiga asal bibit tersebut, bibit yang paling baik yang berasal

dari biji (benih). Benih asparagus yang digunakan berasal dari Taiwan. Harga

benih Asparagus hijau mencapai 2,5 juta rupiah untuk setiap 800 gram-nya.

Dalam luasan 500 m2 lahan memerlukan 30gr atau sekitar 1000 biji.

Page 33: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

18

Asparagus merupakan tanaman yang ditanam secara tidak langsung

(Indirect seedling) melalui persemaian. Sebelum dilakukan penanaman maka

akan dilakukan pembibitan asparagus. Dalam pembibitan dengan biji terdapat

6 tahap, yaitu.

a) Persemaian

Dalam persemaian, perlu diperhatikan pemilihan lahan persemaian yaitu

lahan yang berdrainase baik, bukan bekas lahan tanaman. Tanaman

asparagus, tanahnya gembur, subur dan berpasir. Bedengan tempat

persemaian dilakukan pengolahan tanah, diberi pupuk dasar dan Furadan

3G untuk menghindari hama. Bedengan dibuat dengan lebar 120 cm,

tinggi 20–25 cm, lebar parit 40 cm dengan kedalaman 40 cm.

b) Perendaman benih

Bibit biasanya akan direndam dengan air bersuhu 270C 1-2 hari dan bibit

yang tidak baik (mengembang) akan dibuang.

c) Semai benih

Penanaman perbaris dilakukan dengan jarak 15x15 cm dengan kedalaman

2,5 cm tiap lubang diisi 1-2 bibit. Pertumbuhan tunas kira-kira

memerlukan waktu 3 bulan. Di atas permukaan tanah ditutup jerami atau

sekam kemudian disiram secukupnya. Pemberian air, pupuk dan

pencegahan hama harus diperhatikan.

d) Perawatan persemaian

Meliputi pencegahan hama dan penyakit dilakukan seawal mungkin.

e) Pemupukan

Page 34: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

19

Sewaktu masih dipersemaian setiap 20–30 hari dilakukan pemupukan

susulan urea.

f) Seleksi dan Pencabutan benih

Transplanting atau pemindahan bibit dilakukan setelah 5 – 6 bulan. Hal-

hal yang harus diperhatikan dalam transplanting diantaranya bibit yang

akan dipindahkan adalah bibit yang sehat; bibit yang dicabut harus segera

ditanam; dan sebelum penanaman akar dipotong, disisakan 20 cm, dan

pucuk tanaman dipangkas hingga tinggi tanaman hanya ± 20 cm.

5) Penanaman

Sebelum melakukan penanaman tanah diratakan terlebih dahulu dengan

menggunakan pupuk organik. Penanaman dilakukan dengan memasukan bibit

ke dalam alur yang telah dibuat sedalam 30 cm kemudian ditimbun dengan

tanah. Penanaman biasanya dilakukan pada akhir musim hujan karena akan

mempunyai tingkat hidup yang tinggi. Jarak tanam per alur adalah 150 x 30

cm. Pada luasan 500 m2 terdapat 32 alur, dengan panjang alur 9 m. Sehingga

populasi tanaman yang ada diperkirakan terdapat 928 pada luasan tersebut.

6) Pemeliharaan

Sebelum tanaman dipanen dilakukan pemeliharaan beberapa batang

induk. Saat panen batang induk tersebut dipertahankan, sedang rebung lainnya

dipanen. Hal ini dilakukan agar akar mendapatkan nutrisi yang mencukupi

sehingga produksi di tahun berikutnya dapat meningkat. Budidaya asparagus

harus memperhatikan pemupukan, pembumbungan tanah dan pengairan.

Pemeliharaan tanaman Asparagus meliputi.

Page 35: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

20

a. Pembumbunan

Apabila tunas sudah mulai tumbuh, dapat dilakukan pembumbunan. Pada

musim hujan, parit diperdalam. Hal ini karena Asparagus tidak menyukai

genangan.

b. Penjarangan

Penjarangan dilakukan setelah induk tanaman membentuk 8 – 10 batang

dan disisakan 3 – 4 batang saja.

c. Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan rumput-rumput yang dapat

mengganggu pertumbuhan tanaman utama.

d. Pengairan dan drainase

Dilakukan dengan cara menggenangi parit setinggi setengah dari tinggi

parit, ditunggu hingga air meresap sampai atas, kemudian sisa air dibuang.

Irigasi pada musim kemarau dilakukan tiap 1 minggu sekali. Sedangkan

untuk pengairan dilakukan dengan sistem irigasi masuk dari air sungai.

Irigasi dilakukan setiap 1 sampai 2 kali dalam seminggu apabila musim

kemarau.

e. Pemupukan setelah masa tanam

(1) Pupuk Urea : 60-80 kg , diberikan setiap 3 bulan sekali.

(2) Pupuk KCl : 20-30kg, diberikan setiap 2 bulan sekali selama musim

penghujan. Pemakaian pupuk K bisa menguntungkan. Penggunaan

pupuk K dimaksudkan agar tanaman lebih kokoh dan kuat, tidak

mudah roboh dan meningkatkan kualitas rebungnya.

Page 36: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

21

(3) Pupuk kandang/ kompos : 500 kg, diberikan setiap 4-5 bulan sekali.

Pemupukan dilakukan dengan cara membuat parit sepanjang barisan

berjarak 20 cm dari tanaman, dalamnya parit 15 cm kemudian pupuk

dicampur dan ditutup dengan tanah.

f. Pengendalian hama dan penyakit

Hama pada tanaman Asparagus adalah ulat grayak, ulat tanah

biasanya menyerang saat terjadi pergantian musim, tetapi serangan hama

pada tanaman asparagus tidak terlalu memiliki pengaruh yang berarti pada

tanaman asparagus. Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman

asparagus adalah Eastern flower thrips. Penyakit ini bisa dijumpai pada

masa pertumbuhan terutama pada awal daun baru, khususnya pada saat

kekurangan air di awal musim kemarau. Pada kondisi yang kritis batang

bisa layu dan berwarna kuning.

Pengendalian hama dan penyakit tanaman asparagus adalah untuk

hama dilakukan dengan cara mekanis. Yaitu dengan mengambil secara

langsung ukat yang menyerang tanaman asparagus. Pengendalian penyakit

dilakukan dengaan menggunakan 2,8% Deltamethrin EC yang diencerkan.

7) Panen dan Pasca Panen

Panen biasanya dilakukan pada pagi hari kurang dari jam 9. Rebung

asparagus hijau yang menyembul di pagi hari dipotong dengan pisau, setelah

panen gunakan kain yang basah atau diletakkan di bawah pohon untuk

menghindari sinar matahari. Setelah melakukan grading segera dimasukkan

dalam ruang pendingin kemudian dijual.

Page 37: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

22

a. Kriteria panen

Asparagus dapat dipanen rebungnya pada umur 4 – 5 bulan setelah

transplanting. Asparagus hijau yang dipanen adalah setelah muncul diatas

tanah dengan kondisi pucuk yang masih kuncup.

b. Cara panen, interval, frekuensi

Panen dilakukan dengan dua cara, yaitu mencabut dan memangkas atau

memotong batang muda, untuk di aspakusa digunakan cara memotong

batang muda. Cara panen dengan memotong batang muda merupakan cara

yang lebih baik, karena cara tersebut tidak merusak sistem perakaran

tanaman yang dijadikan indukan. Panen dilakukan pada saat pagi hari.

Panen pertama dilakukan pada umur 4 bulan setelah transplanting. Panen

kedua pada umur 5 bulan bisa dilakukan pemanenan dengan interval panen

2 hari sekali, untuk bulan keenam dapat dilakuakan pemanenan setiap hari.

Masa pemetikan hasil dalam satu musim diperkirakan memakan waktu

hingga 3 bulan. Sehingga didapatkan total panen asparagus sebanyak 100-

150 kg. Panen pertama kurang lebih dihasilkan 40 kg, panen kedua

dihasilkan 30 kg dan panen ketiga 60 kg dengan panen setiap hari pada

bulan keenam 2 kg.

c. Pengelolaan Pasca Panen

Untuk pengiriman asparagus, daun bisa dikemas dengan cara mengikat

setiap 5-10 tangkai batang sesuai dengan kelasnya. Ikatan tanaman

disimpan tegak dalam ember berisi air. Tinggi air dalam ember cukup 3

cm. Perendaman tangkai dilakukan untuk mempertahankan kesegaran

Page 38: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

23

tanaman. Pada saat dikirim, tanaman dikemas dengan dibungkus kertas

(koran bekas). Pembungkusan kertas bertujuan untuk melindungi tanaman

dari kerusakan sekaligus untuk memudahkan dalam membawa tanaman

karena asparagus berduri.

d. Grading

Kualitas asparagus dibedakan menjadi 3 yaitu Kualitas A, B dan C.

Berikut kriterianya.

Kualitas A : panjang rebung 25 cm, diameter bagian bawah rebung lebih

dari 1 cm, seluruhnya berwarna hijau dan bagian ujungnya

tidak mekar.

Kualitas B : panjang rebung 25 cm, diameter bagian bawah rebung 0,8-1

cm, seluruhnya berwarna hijau dan bagian ujungnya tidak

mekar.

Kualitas C : panjang rebung dibawah 25 cm, diameter bagian bawah

rebung 0,5 - 0,8 cm, bagian ujungnya mekar.

Page 39: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

24

2.1.3 Luas Lahan

Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup

pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan

bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara

potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976).

Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik

yang digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak

digunakan atau di usahakan (BPS Provinsi Bali, 2003). Pengertian atau definisi

luas lahan dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1) Lahan Sawah adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi

pematang (galengan atau saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang

biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang status tanah. Lahan sawah

digolongkan sebagai berikut.

(1) Lahan sawah irigasi teknis adalah lahan sawah yang memperoleh irigasi

dan irigasi teknis yaitu jaringan irigasi dimana saluran pemberi terpisah

dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian irigasi dapat

sepenuhnya diatur dengan mudah. Biasanya jaringan semacam ini terdiri

dari saluran induk dan sekunder serta bangunan dipelihara dan di bangun

oleh Dinas Irigasi atau Pemerintah.

(2) Lahan Irigasi Setengah Teknis adalah lahan sawah yang memperoleh

irigasi dari irigasi setengah teknis, dimana dinas irigasi hanya menguasai

bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur pemasukan air

Page 40: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

25

yang ada pada jaringan selanjutnya tidak diukur dan dikuasai oleh dinas

irigasi atau pemerintah.

(3) Luas lahan tadah hujan adalah lahan yang irigasinya tergantung pada air

hujan.

(4) Lahan sawah pasang surut adalah lahan sawah yang irigasinya tergantung

pada air sungai yang diperoleh pasang surutnya air laut.

(5) Lahan sawah lebak adalah lahan sawah yang irigasinya berasal dari rawa

lebak.

(6) Lahan sawah polder adalah lahan sawah yang terdapat di delta sungai

yang irigasinya dipengaruhi oleh air sungai tersebut atau rembesan-

rembesan rawa yang biasanya ditanami padi.

(7) Lahan sawah lainnya adalah lahan terkena rembesan rawa yang biasanya

ditanami padi-padian.

(8) Lahan sawah tidak tanam adalah lahan yang selama setahun ditanami

selain padi.

(9) Lahan sawah sementara tidak diusahakan adalah lahan yang tidak

diusahakan, karena alasan misalnya tidak ada tenaga lebih dari setahun

dan kurang dari dua tahun.

2) Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya

ditanami dengan tanaman palawija atau padi gogo, dapat dikelompokkan

sebagai berikut.

Page 41: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

26

(1) Pekarangan atau tanah untuk bangunan dan halaman adalah tanah

halaman sekitar rumah termasuk dipakai untuk bangunan rumah. Diluar

tanah pekarangan disebut tegalan.

(2) Tegal atau kebun adalah tanah kering yang ditanami tanaman musiman

atau tahunan dan letaknya terpisah dengan halaman sekitar rumah serta

pemakaiannya tidak terpisah.

(3) Ladang atau huma adalah tanah yang ditanami tanaman musiman,

pemakaiannya hanya semusim atau dua musim, kemudian di tinggalkan

karena tidak subur lagi.

(4) Pengembalaan atau padang rumput adalah tanah yang dipakai

pengembalaan ternak.

(5) Lahan yang sementara tidak diusahakan adalah tanah yang biasanya tidak

diusahakan tetapi untuk sementara tidak diusahakan.

(6) Tanah hutan rakyat adalah tanah yang ditumbuhi kayu-kayuan termasuk

bambu baik yang tumbuh sendiri maupun yang sengaja ditanami seperti

semak-semak dan pohon-pohonan yang hasil utamanya kayu.

(7) Hutan negara adalah tanah hutan yang berada di bawah pengawasan Dinas

Kehutanan atau Perhutanan.

(8) Perkebunan adalah tanah yang ditanami tanaman perkebunan seperti

vanili, kelapa, kopi, cengkeh, dan lain-lain diusahakan oleh rakyat atau

perusahaan wilayah kecamatan.

(9) Rawa-rawa adalah tanah yang tergenang air yang tidak dipergunakan

untuk sawah.

Page 42: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

27

(10)Tambak adalah tanah yang dipergunakan untuk melakukan pemeliharaan

ikan, udang atau binatang air lainnya.

2.1.4 Tenaga Kerja

Tenaga Kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah

setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan

atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu

tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika

penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di

Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap

orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat

mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17 tahun

ada pula yang menyebutkan diatas 20 tahun, bahkan ada yang menyebutkan di

atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk tenaga kerja.

Menurut UU No.14 tahun 1969, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu

melaksanakan pekerjaan, baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1).

Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang

bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja, dengan alat produksi utamanya

dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran.

Page 43: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

28

Menurut Simanjuntak (1990) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian. Pertama, tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa

yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini tenaga kerja

mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu

untuk menghasilkan barang dan jasa. Kedua, tenaga kerja mencakup orang yang

mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut, mampu bekerja

berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu

kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat.

Menurut Mulyadi Subri (2002), tenaga kerja adalah penduduk dalam usia

kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan

terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Tenaga

kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

Menurut Simanjuntak (1990) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan

yaitu.

1) Penganggur (open unemployment), yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja

dan berusaha mencari pekerjaan.

2) Setengah pengangguran, yaitu jam kerja mereka kurang dimanfaatkan,

sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah.

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu.

a) Setengah pengangguran kentara yakni mereka yang bekerja kurang dari 35

jam seminggu, dan

Page 44: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

29

b) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu.

mereka yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh, dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai

tingkat penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno, 1997). Untuk golongan

bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan angkatan kerja

yang non aktif secara ekonomi. Mereka terdiri dari yang bersekolah,

mengurus rumah tangga, penerimaan pensiun, mereka yang hidupnya

tergantung pada orang lain karena lanjut usia, cacat, dalam penjara atau sakit

kronis.

2.1.5 Pelatihan

Kata pelatihan berasal dari kata : “latih” yang ditambah dengan awalan ke-,

pe, dan akhiran –an yang artinya telah biasa (Poerwadarminta, 1986). Keadaan

telah biasa diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar atau diajar. Latihan

berarti pelajaran untuk membiasakan diri atau memperoleh kecakapan tertentu.

Pelatihan adalah orang - orang yang memberikan pelatihan. Kata pelatihan

diberikan awalan ke- dan akhiran –an. Bermakna pemberian sifat pada kegiatan

pemberian latihan kepada seseorang atau sekelompok orang sehingga memiliki

sejumlah keterampilan/kecakapan yang dibutuhkan. Pelatihan merupakan upaya

untuk mengembangkan sumber daya manusia. Pelatihan juga merupakan bagian

dari proses pendidikan yang tujuannya untuk mengingat kemampuan atau

keterampilan khusus seseorang atau sekelompok orang.

Page 45: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

30

Pendidikan dan pelatihan saat ini sudah merupakan suatu keharusan

dilakukan oleh suatu organisasi dan tidak dapat diabaikan, karena hal ini dapat

dipandang sebagai penanaman modal. Pendidikan dan pelatihan yang terencana,

secara teratur akan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja yang

sekaligus mengarah kepada peningkatan produktivitas kerja. Dalam istilah lain

dapat dikatakan bahwa tingkat penghasilan seseorang meningkat dengan

bertambahnya tingkatan pendidikan dan pelatihan (Tjiptoherijanto, 1989). Oleh

karena itu sangat masuk akal bila pendidikan dan pelatihan harus diperhatikan

secara serius.

Menurut Simamora (2004) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah

sebagai berikut.

1) Memperbaiki kinerja.

2) Memutahirkan keahlian seseorang sejalan dengan kemajuan teknologi.

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi orang baru agar kompeten dalam

bekerja.

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional.

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi.

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi.

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi.

Dari pendapat di atas, maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian

seseorang pada masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja

Page 46: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

31

secara efektif dan efisien. Jenis pelatihan menurut Simamora (2004), jenis-jenis

pelatihan yang dapat diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut.

1) Pelatihan keahlian, merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam

organisasi. Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada

sasaran yang didefinisikan dalam tahap penilaian.

2) Pelatihan ulang, adalah subset pelatihan keahlian. Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah.

3) Pelatihan lintas fungsional. Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan

aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan.

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya, menurut

Simamora (2004) adalah sebagai berikut.

1) Manfaat untuk karyawan

a) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah

yang lebih efektif.

b) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya

diri.

c) Membantu karyawan mengatasi stress, tekanan, frustasi dan konflik.

2) Manfaat untuk perusahaan

a) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih

positif terhadap orientasi profit.

b) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan.

c) Menciptakan hubungan antara karyawan dan atasan.

Page 47: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

32

3) Manfaat dalam hubungan SDM, antar grup dan pelaksanaan kebijakan.

a) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual.

b) Memberikan iklim yang baik untuk belajar, pertumbuhan dan koordinasi.

c) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan

hidup.

2.1.6 Produksi

Produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menciptakan atau

menambah nilai/guna atau manfaat baru. Guna atau manfaat mengandung

pengertian kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Jadi produksi meliputi semua aktivitas menciptakan barang dan jasa (Gumbira dan

Harizt, 2001). Dalam percakapan sehari-hari produksi diartikan tindakan

mengkombinasikan faktor-faktor produksi (tenaga kerja, modal, dan lain-lainnya)

oleh perusahaan untuk memproduksi hasil berupa barang-barang dan jasa-jasa.

Dalam arti ekonomi, produksi adalah setiap usaha manusia untuk menciptakan

atau menambah guna suatu barang atau benda untuk memenuhi kebutuhan

manusia. Misalnya : menanam padi, menggiling padi, mengangkut beras,

memperdagangkan, dari menjual makanan. Nah, kegiatan seperti itu disebut

kegiatan produksi (Ismawanto, 2009).

Sesuai dengan pengertian produksi di atas, maka produksi pertanian dapat

dikatakan sebagai suatu usaha pemeliharaan dan penumbuhan komoditi pertanian

untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pada proses produksi pertanian terkandung

pengertian bahwa guna atau manfaat suatu barang dapat diperbesar melalui suatu

Page 48: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

33

penciptaan guna bentuk yaitu dengan menumbuhkan bibit sampai besar dan

pemeliharaan.

Dalam proses produksi pertanian dibutuhkan bermacam-macam faktor

produksi seperti modal, tanah dan manajemen pertanian. Faktor produksi modal

sering diartikan sebagai uang atau keseluruhan nilai dari sumber-sumber ekonomi

non manusiawi (Mubyarto, 1994). Sering juga modal diartikan sebagai semua

barang dan jasa yang sudah di investasikan dalam bentuk bibit, obat-obatan, alat-

alat pertanian dan lain-lainnya sumbangan faktor produksi tanah dalam proses

produksi pertanian yaitu berupa unsur-unsur hara yang terkandung di dalamnya

yang menentukan tingkat kesuburan suatu jenis tanah. Faktor produksi yang tidak

kalah pentingnya dalam produksi pertanian adalah manejemen pertanian yang

berfungsi mengkoordinir faktor-faktor produksi lainnya agar dapat menghasilkan

output secara efisien (Tohir, 1993).

2.1.7 Pendapatan

Dalam penelitian ini, pendapatan yang digunakan adalah pendapatan rumah

tangga. Selain pendapatan dari kerja, pekerja sering kali mendapatkan pendapatan

lain yang bukan merupakan balas jasa dari kerja, pendapatan bukan dari kerja ini

disebut Nonlabour Income. Pemanfaatan pekerja dapat dilihat dari pendapatan

yang diterima seseorang. Apabila seseorang mempunyai ketrampilan tertentu,

misalnya diperoleh dari pendidikan atau latihan dan bekerja di suatu lapangan

usaha dan dalam lingkungan usaha tertentu, maka diharapkan akan diperoleh

pendapatan sebesar tertentu yang diperoleh dari pekerjaan tersebut. Berdasarkan

hal tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa pendapatan sesorang tergantung

Page 49: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

34

pada ketrampilan di bidang tertentu yang dapat diperoleh dari pendidikan, latihan

ketrampilan, dan pengalaman bekerja pada bidang tertentu.

Dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang atau ramah tangga, salah satu

konsep pokok yang paling sering digunakan yaitu melalui tingkat pendapatan.

Pendapatan dapat menunjukkan seluruh uang atau seluruh material lainnya yang

dapat dicapai dari penggunaan kekayaan yang diterima oleh seseorang atau rumah

tangga tertentu (Winardi, 1997). Untuk menghitung besar kecilnya pendapatan

dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu (Sukirno,2004).

1) Pendekatan produksi (Production Approach), yaitu dengan menghitung

semua nilai produksi barang dan jasa akhir yang dapat dihasilkan dalam

periode tertentu.

2) Pendekatan pendapatan (Income Approach), yaitu dengan menghitung nilai

keseluruhan balas jasa yang dapat di terima oleh pemilik faktor produksi

dalam suatu periode tertentu.

3) Pendekatan pengeluaran (Expenditure Approach), yaitu pendapatan yang

diperoleh dengan menghitung pengeluaran konsumsi masyarakat.

Pada penelitian ini untuk menghitung besar kecilnya pendapatan petani

yaitu menggunakan pendekatan produksi, dimana produksi barang dan jasa yang

dihasilkan disini yaitu menghitung nilai produksi dari hasil panen petani pada

periode tertentu. Semakin tinggi produksi/panen maka pendapatan akan

meningkat. Produksi berpengaruh positif terhadap pendapatan.

Page 50: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

35

2.1.8 Hubungan Luas Lahan dengan Pendapatan

Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting

dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam usaha tani

misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien

dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak

efisien usaha tani yang dilakukan kecuali usaha tani dijalankan dengan tertib.

Luas pemilikan atau penguasaan berhubungan dengan efisiensi usaha tani.

Penggunaan masukan akan semakin efisien bila luas lahan yang dikuasai semakin

besar.

Adapun yang mempengaruhi pendapatan petani dilihat dari luas lahan yaitu

antara penggarap lahan dan pemilik lahan, penggarap lahan dikenakan sewa atas

lahan yang digarap dan bagi pemilik lahan dikenakan pajak atas kepemilikan

lahannya.

a. sewa lahan

Pendapatan dari lahan oleh karenanya menentukan luas lahan yang akan

ditanami. Pendapatan dari lahan ini, seperti halnya yang diperoleh dari faktor-

faktor lainnya, tergantung pada permintaan relatif akan lahan untuk

memproduksi dan pada penawaran lahan yang tersedia. Akan tetapi, sewa yang

tinggi dapat mengakibatkan lebih luasnya lahan yang disediakan untuk

ditanami, atau untuk berbagi penggunaan lainnya.

Bagi petani yang bukan merupakan pemilik lahan maka semakin luas

lahan yang akan ditanami maka akan menyebabkan sewa terhadap lahan

tersebut semakin tinggi, menyebabkan biaya untuk produksi akan semakin

Page 51: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

36

tinggi dan akan berefek pada menurunnya pendapatan. Teori ini diperkuat oleh

(Sicat dan Arndt, 1987) mengatakan karena sedikitnya lahan dan permintaan

rendah berarti sewa lahan tersebut juga rendah tapi permintaan lahan yang

tinggi menyebabkan sewa semakin tinggi.

b. Pajak tanah (lahan) dan pembebanannya.

Gambaran mengenai terbatasnya persediaan lahan menimbulkan gagasan

pemungutan pajak atas lahan. Bila permintaan lahan tinggi karena kualitasnya

yang istimewa, seperti kesuburan yang luar biasa, atau mengandung bahan

tambang yang berharga seperti minyak bumi atau emas, atau berkat

dilakukannya perbaikan oleh pemerintah, lahan itu mempunyai nilai untuk

dipajaki yang tidak dapat dibebankan selain kepada pemiliknya. Begitu juga

halnya dengan pajak tanah (lahan) dan pembebanannya. Pajak lahan dapat

dianggap sebagai salah satu cara mengurangi pendapatan pemilik lahan (Sicat

dan Arndt, 1987).

Hubungan luas lahan dengan pendapatan bahwa semakin luas lahan petani

maka pendapatannya juga akan meningkat. Hubungan antara luas lahan dengan

pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh positif terhadap pendapatan /

penghasilan petani. Lahan yang dikelola dengan baik tentunya akan memberikan

hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani.

2.1.9 Hubungan Tenaga Kerja dengan Pendapatan

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh

positif terhadap pendapatan/penghasilan petani dengan melihat kebutuhan akan

Page 52: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

37

tenaga kerja pada lahan tersebut. Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu

melaksanakan pekerjaan baik, didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja

didalam maupun diluar hubungan kerja, dengan alat produksi utamanya dalam

proses produksi adalah tenaganya sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran. Akan

tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak berlebihan karena akan

meningkatkan pemborosan atau kerugian. Tenaga kerja berperan penting dalam

sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan.

2.1.10 Hubungan Pelatihan dengan Pendapatan

Kuntariningsih, at al. (2013), melakukan penelitian tentang dampak

Pelatihan Petani Terhadap Kinerja Usahatani Kedelai Di Jawa, dengan hasil

bahwa Pelatihan telah menyebabkan keuntungan usahatani meningkat sebesar Rp

693.810. Keadaan ini sesuai dengan yang diharapkan bahwa pelatihan akan

meningkatkan keuntungan melalui peningkatan efisiensi ekonomi proses produksi

kedelai. Temuan ini sesuai dengan teori ekonomi manajerial dari Salvatore

(2007), yang menyatakan bahwa perbaikan manajerial pelaku bisnis akan dapat

memperbaiki keuntungan. Dampak pelatihan juga diperlihatkan oleh Gunawan et

al. (2011), bahwa petani kedelai peserta pelatihan pengelolaan tanaman terpadu

(PTT) menunjukkan keuntungan 40 persen lebih tinggi dibanding petani yang

tidak dilatih.

Page 53: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

38

2.2 Teori – Teori yang Digunakan

2.2.1 Teori Produksi

Teori produksi adalah teori yang mempelajari bagaimana cara

mengkombinasikan berbagai penggunaan input pada tingkat teknologi tertentu

untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Sasaran teori produksi adalah untuk

menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumberdaya yang ada

(Sudarman, 1986).

Setiap petani dalam pengelolaan usahataninya bertujuan untuk

meningkatkan produksi atau hasil panennya. Petani dalam menyelenggarakan

usahataninya melaksanakan perhitungan ekonomi dan keuangan. Di dalam

perhitungannya petani akan membandingkan hasil yang diharapkan (output)

dengan biaya yang dikeluarkan (input). Hasil yang diterima petani pada saat

panen disebut produksi dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi

(Mubyarto, 1989).

Produksi merupakan konsep yang aktivitasnya dapat diukur melalui rata-

rata output per unit dalam suatu periode. Output ditekankan pada unit-unit kualitas

konstan, sehingga dalam hal ini peningkatan produksi berarti peningkatan rata-

rata output dengan asumsi faktor-faktor produksi yang lain konstan.

Bishop dan Toussaint dalam Ardi dkk (1992), menyatakan bahwa produksi

adalah suatu proses di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah

menjadi barang-barang dan jasa lain yang disebut output. Selanjutnya Teken

dalam Ardi dkk (1992), mengemukakan bahwa produksi adalah suatu proses atau

tindakan untuk menciptakan dan menambah dayaguna sumber daya (benda dan

Page 54: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

39

jasa) baik kualitas dan kuantitasnya sehingga merupakan suatu komoditi yang

dapat dipasarkan dan berdayaguna untuk masyarakat.

Mubyarto (1989), menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu

modal, tenaga kerja dan tanah.

Menurut Prayitno dan Arsyad, (1987) ada empat sumber daya yang

merupakan faktor produksi penting dalam usaha tani yaitu.

a. Tanah meliputi kuantitas (luas) dan kualitas;

b. Tenaga kerja, meliputi kuantitas (jumlah) dan kualitas ;

c. Modal, meliputi modal tetap dan modal kerja untuk pembelian input variable;

d. Ketrampilan manajemen dari petani.

2.2.2 Fungsi produksi

Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y)

dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Fungsi produksi

dianggap penting, karena beberapa hal antara lain :

1) dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara

faktor produksi dan produksi secara langsung sehingga hubungan tersebut

dapat lebih mudah dimengerti.

2) dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara

variabel yang dijelaskan (dependent variable) Y, dan variabel yang

menjelaskan (independent variable) X, serta sekaligus mengetahui hubungan

Page 55: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

40

antar variabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Y = f ( X1, X2 …….. Xi ……Xn ) ………………………… (2.1)

Dengan fungsi produksi seperti tersebut di atas, maka hubungan Y dapat

diketahui dan sekaligus hubungan Xi.Xn dan X lainnya dapat diketahui

(Soekartawi, 2003 ).

Widayat (2001) menjelaskan bahwa proses produksi pada umumnya

membutuhkan berbagai macam faktor produksi seperti tenaga kerja, modal dan

berbagai bahan mentah. Pada setiap proses produksi, faktor-faktor produksi

tersebut digunakan dalam kombinasi tertentu. Misalnya sekarang dari faktor-

faktor produksi yang digunakan itu input x penggunaannya terus ditambah

sedangkan input yang lain tetap, maka fungsi produksi dianggap tunduk pada

suatu hukum yang disebut “The Law of Diminishing Returns”. Hukum ini

mengatakan bahwa “Bila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedang

input yang lain penggunaannya tidak berubah maka tambahan output yang

dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula

menaik akan tetapi kemudian menurun”.

Kalau hubungan antara output dan input variabel digambarkan dalam suatu

grafik maka akan didapat suatu kurva yang dinamakan kurva Total Physical

Product disingkat TPP. Kurva TPP didefinisikan sebagai kurva yang

menunjukkan tingkat produksi total (Q) pada berbagai tingkat penggunaan input

variabel dan input lain dianggap tetap, jadi :

TPPx = f(X1, X2, . . . Xn) ................................................. (2.2)

Page 56: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

41

Kurva lain dapat diturunkan dari kurva TPP, seperti kurva Marginal Physical

Product yang disingkat MPP dan kurva Average Physical Product disingkat APP.

Kurva Marginal Physical Product (MPP) adalah kurva yang menunjukkan

tambahan TPP karena adanya tambahan penggunaan satu satuan input variabel.

Produksi Jangka Panjang adalah produksi yang semua inputnya dapat

dirubah.

a. Kurva Produksi Sama (Isoquant)

Kurva Isoquant atau isoproduct adalah kurva yang menunjukkan berbagai

kemungkinan kombinasi teknis antara dua input (variabel) yang terbuka bagi

produsen untuk menghasilkan suatu tingkat output tertentu (Boediono, 1997).

Menurut Sukirno (2002), kurva Isoquant atau kurva produksi sama,

menggambarkan gabungan tenaga kerja dan modal yang akan menghasilkan satu

tingkat produksi tertentu. Sedangkan menurut Miller dan Meiners (1997), kurva

Isoquant adalah sebuah kurva dalam ruang input (input space) yang

memperlihatkan semua kemungkinan kombinasi dua macam input yang secara

fisik dapat menghasilkan suatu tingkat output. Isoquant ini ditarik khusus untuk

tingkat output. Setiap titik pada kurva Isoquant tersebut melambangkan kombinasi

faktor produksi modal dan tenaga kerja dalam berbagai variasi yang selalu

menghasilkan output sebanyak Y1. Kurva Produksi Sama (Isoquant) pada

Gambar 2.1.

Page 57: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

42

Sumber : Teori Ekonomi Mikro Intermediate, Miller dan Meiners, 1997

Gambar 2.1Kurva Produksi Sama (Isoquant)

Kurva Isoquant mempunyai sifat-sifat yang serupa dengan indifference

curve konsumen, yaitu cembung ke arah origin, menurun dari kiri atas ke kanan

bawah. Kurva yang semakin ke kanan atas, outputnya semakin tinggi.

Selain itu, ada beberapa sifat lain dari Isoquant, yaitu.

(1) Cekung terhadap titik O.

(2) Dua kurva Isoquant tidak saling berpotongan.

(3) Isoquant yang lebih tinggi menggambarkan output yang lebih besar.

(4) Kemiringan (slope) menunjukkan MRTS (Marginal Rate of Technical

Substitution).

b. Garis ongkos sama/ kurva biaya sama (Isocost)

Untuk menghemat biaya produksi dan memaksimalkan keuntungan, perusahaan

harus meminimumkan biaya produksi. Untuk membuat analisis mengenai

peminimuman ongkos produksi diperlukan membuat garis ongkos sama (Isocost).

Garis ini menggambarkan gabungan faktor-faktor produksi yang dapat diperoleh

Page 58: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

43

dengan menggunakan sejumlah biaya tertentu. Untuk dapat membuat garis ongkos

sama, data yang diperlukan adalah harga faktor produksi yang digunakan, dan jumlah

uang yang tersedia untuk membeli faktor-faktor produksi tersebut (Sadono Sukirno,

2001). Kurva Biaya Sama (Isocost) pada Gambar 2.2.

Sumber: Teori Ekonomi Mikro Intermediate, Miller dan Meiners, 1997

Gambar 2.2

Kurva Biaya Sama (Isocost)

Menurut Miller dan Meiners (1997), kurva isocost atau garis isocost (isocost

line) adalah sebuah garis yang memuat titik-titik yang melambangkan total biaya

yang konstan.

Unit harga jasa tenaga kerja sebagai Px2 dan unit harga jasa modal sebagai

Px1. Px1 juga disebut nilai implisit per unit modal. Jika TC dibagi dengan tingkat

upah (Px2), akan diperoleh jumlah tenaga kerja maksimum yang dapat dikerahkan

oleh produsen yang bersangkutan dengan anggaran biaya yang tersedia (TC).

Jumlah tenaga kerja maksimum ini dilambangkan dengan X2’. Sedangkan jika TC

Page 59: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

44

dibagi dengan harga per unit modal (Px1), maka akan diperoleh jumlah modal

maksimum yang dapat digunakan oleh produsen, yang disimbulkan dengan X1’.

Jika X2’ dan X1’ dihubungkan, terbentuklah sebuah garis dan garis ini yang

dinamakan isocost (X1’, X2’). Kurva isocost ini merupakan tempat kedudukan

titik-titik yang melambangkan kombinasi modal dan tenaga kerja yang bisa dibeli

perusahaan atau produsen berdasarkan anggaran biaya yang tersedia.

c. Keseimbangan Produsen

Ketika melakukan analisis perilaku pasar (permintaan dan penawaran) kita

menggunakan kurva keseimbangan pasar sebagai alat analisis. Demikian pula

ketika melakukan analisis perilaku konsumen, kita menggunakan kurva

keseimbangan konsumen sebagai alat analisis. Serupa dengan konsep di atas,

analisis terhadap perilaku produsen menggunakan kurva keseimbangan produsen

sebagai alat analisis. Tujuan utama dari produsen melakukan aktivitas produksi

pada situasi persaingan yang amat sangat kompetitif di dalam pasar global

sekarang ini, adalah memproduksi sejumlah output tertentu sesuai permintaa pasar

dengan tingkat pengeluaran anggaran yang minimum (Gaspersz, 2005:213).

Kurva keseimbangan produsen (Produsen’s equilibrium curve)

menunjukkan pencapaian kombinasi penggunaan input pada kondisi biaya terkecil

(least cost combination of inputs) untuk memproduksi output dalam jumlah

tertentu. Titik keseimbangan produsen merupakan titik singgung antara kurva

isoquant dan kurva isocost (Gaspersz, 2005:213).

Page 60: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

45

Sumber : Gasperzs (2005:115).

Gambar 2.3 Kurva Keseimbangan Produsen

Dari gambar di atas, titik keseimbangan produsen, A, yang merupakan

titik singgung antara kurva isoquant dan kurva isocost. Pada titik singgung A ini

terjadi keseimbangan yang meminimumkan biaya total produksi, dimana slope

dari kurva isoquant (ΔK/ΔL) sama dengan slope dari kurva isocost –(w/r). hal ini

berarti pula pada titik singgung B itu. Tingkat substitusi teknikal marginal

(MRTS) sama dengan rasio dari harga-harga input. Jadi titik keseimbangan

produsen yang meminimumkan biaya total produksi tercapai apabila kondisi

berikut tercapai (Gaspersz, 2005:215):

MPL/W = MPK/R

Dalam produksi jangka panjang (long run production) sering terjadi

perluasan usaha sebagai akibat meningkatnya permintaan pasar terhadap produk

yang dihasilkan oleh perusahaan. Apabila demikian akan terdapat jalur perluasan

(expansion path) yang menunjukkan kurva atau tempat kedudukan titik-titik

keseimbangan produsen sepanjang jalur perluasan produksi dalam jangka panjang.

Titik-titik keseimbangan produsen itu menunjukkan kombinasi input yang

Page 61: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

46

meminimumkan biaya untuk setiap tingkat output yang diproduksi dengan asumsi

rasio harga-harga input konstan (Gaspersz, 2005:207)

d. Return to Scale (RTS)

Menurut Soekartawi (2005) terdapat tiga model fungsi produksi Cobb

Douglas atau tiga kemungkinan hasil skala (return to scale). Return to scale

merupakan output meningkat dengan proporsi yang lebih besar dari pada setiap

input yang jumlahnya sebelumnya diperbanyak, output meningkat dengan

proporsi yang sama dan output meningkat dalam proporsi yang lebih kecil.

Masing-masing kasus dapat dijelaskan sebagai berikut :

Hasil Skala Meningkat (Increasing Return To Scale) Merupakan tanbahan

hasil yang meningkat atas skala produksi, kasus di mana output bertambah dengan

proporsi yang lebih besar dari pada input. Contohnya bahwa seorang petani yang

merubah penggunaan semua inputnya sebesar dua kali dari input semula dapat

menghasilkan output lebih dari dua kali dari output semula.

Hasil Skala Konstan (Constant Return To Scale) Merupakan tambahan

hasil yang konstan atas skala produksi, bila semua input naik dalam proporsi yang

tertentu dan output yang diproduksi naik dalam proporsi yang tepat sama, jika

faktor produksi di dua kalikan maka output naik sebesar dua kalinya.

Hasil Skala Menurun (Decreasing Return To Scale) Merupakan tambahan

hasil yang semakin menurun atas skala produksi, kasus di mana output bertambah

dengan proporsi yang lebih kecil dari pada input atau seorang petani yang

Page 62: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

47

menggunakan semua inputnya sebesar dua kali dari semula menghasilkan output

yang kurang dari dua kali output semula.

Ketiga skala hasil tersebut sperti pada Gambar 2. 1

Sumber: https://www.google.co.id/webhp?ie=utf-8&oe=utf-8&gws_rd=cr&ei

Gambar 2. 1 Return to scale

2.2.3 Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang

melibatkan dua variabel atau lebih. Variabel yang satu disebut dengan variabel

dependent, disisi kiri persamaan (Y) dan yang lain disebut variabel independent,

disisi kanan dari persamaan sebagai variabel (X). Untuk menjelaskan hubungan

antara Y dan X, peneliti memakai metode regresi yang dapat menjelaskan variasi

Y yang dijelaskan oleh variasi dari X.

Menurut Sudarman, (1980) bentuk umum dari fungsi produksi Cobb-Douglas

adalah sebagai berikut: :

Q = b0X1b1X2

b2 ……………………………………….………………. (2.7)

Keterangan :Q = Output (dalam satuan)X1,X2 = Input (dalam satuan)ib0 = Konstantab1, b2 = Koefisien regresi input X1 dan X2

Constant Returns toScale

Increasing Returns toScale

Decreasing Returns toScale

Page 63: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

48

Karena penyelesaian fungsi Cobb Douglas pada umunya diubah menjadi

bentuk fungsi linear dalam logaritme, maka peneliti hagmailrus memahami

terlebih dahulu beberapa persyaratan dalam fungsi Cobb-Douglas. Persyaratan ini

antara lain :

a. tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari nol adalah

suatu bilangan yang besarnya tidak terhingga (infinite);

b. tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan (non – neutrality

differences, in the respective technology);

c. penjumlahan elastisitas bi (i = 1,2) tersebut menunjukkan tingkat arahan

returns to scale; Misalnya apabila bi = 1 berarti constant return to scale, bila

1 berarti increasing return to scale dan bila 1 berarti decreasing return to

scale.

d. tiap faktor produksi Xi (i = 1,2) tersedia tak terbatas dalam pasar persaingan

sempurna/perfect competition;

e. perbedaan lokasi, yang dipengaruhi oleh factor alam seperti iklim sudah

tercakup pada faktor kesalahan yang ditunjukkan oleh notasi u (Soekartawi,

2003).

2.2.4 Teori Pendapatan

Sofyan Syafri Harahap (2001), mengemukakan bahwa : “Pendapatan adalah

hasil penjualan barang dan jasa yang dibebankan kepada langganan/mereka yang

menerima”. Eldon Hendriksen mengemukakan definisi mengenai pendapatan

sebagai berikut: Konsep dasar pendapatan adalah pendapatan merupakan proses

Page 64: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

49

arus, yaitu penciptaan barang dan jasa selama jarak waktu tertentu” Definisi-

definisi diatas memperlihatkan bahwa ada dua konsep tentang pendapatan yaitu

sebagai berikut.

1) Konsep Pendapatan yang memusatkan pada arus masuk (inflow) aktiva

sebagai hasil dari kegiatan operasi perusahaan. Pendekatan ini menganggap

pendapatan sebagai inflow of net asset.

2) Konsep Pendapatan yang memusatkan perhatian kepada penciptaan barang dan

jasa serta penyaluran konsumen atau produsen lainnya, jadi pendekatan ini

menganggap pendapatan sebagai outflow of good and services.

Pendapatan dimaksud adalah penerimaan yang terdiri dari penerimaan

kotor dan penerimaan bersih. Penerimaan kotor adalah penerimaan yang berasal

dari hasil penjualan output yaitu hasil perkalian antara jumlah produk dengan

harga jual pada satu satuan output. Secara matematis hal ini dapat dirumuskan

sebagai berikut.

TR = Q . P …………………………………..………………………. (2.8)

Keterangan : TR = Total penerimaan (satuan mata uang)

Q = Hasil produksi (satuan fisik output)

P = Harga jual produksi (satuan mata uang)

Penerimaan bersih (keuntungan) adalah penerimaan yang berasal dari hasil

penjualan output setelah dikurangi biaya produksi total yang dikeluarkan. Untuk

menghitung pendapatan bersih (keuntungan) dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut (Sudarman, 1984).

(π) = TR – TC …………………………..………………………….(2.9)

Page 65: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

50

Keterangan :

(π) = keuntungan (satuan mata uang)

TR = total pendapatan (satuan mata uang)

TC = total biaya (satuan mata uang)

2.3 Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran penulis terhadap penelitian ilmiah yang

sudah pernah dibuat, baik dalam bentuk tesis ataupun jurnal dari berbagai

perguruan tinggi yang ada di Indonesia, memang terdapat beberapa penelitian

yang memiliki tingkat kemiripan dengan penelitian ini, namun belum ada yang

menggunakan variabel dan judul yang persis sama. Beberapa penelitian terdahulu

penulis gunakan sebagai bahan perbandingan, demi mencegah adanya plagiarisme

dalam penelitian ini.

Rochmiyanto (2006). tentang ”Analisis Usahatani Padi Organik di

Kabupaten Sragen” dengan menggunakan model analisis fungsi Cobb-Douglas,

diperoleh hasil sebagai berikut : Faktor-faktor produksi luas lahan dan pupuk

berpengaruh secara positif dan nyata terhadap pendapatan petani. Faktor produksi

bibit berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap produksi padi, sedangkan

faktor produksi tenaga kerja tidak signifikan terhadap produksi padi.

Desky Syahroel (2007) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Produksi Padi di Kabupaten Aceh Tenggara”

mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi yaitu

Luas Lahan (X1), Jumlah Pekerja (X3), berpengaruh positif dan signifikan

terhadap produksi padi, sedangkan Pestisida (X5) juga berpengaruh signifikan

tetapi pestisida pengaruhnya negatif. Waktu Kerja (X2), Pupuk (X4) dan Benih

Page 66: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

51

(X6) walaupun mempunyai tanda positif tetapi tidak signifikan dalam

memproduksi padi sawah di Kabupaten Aceh Tenggara.

Widowati (2007), melakukan penelitian tentang, ”Analisis Ekonomi

Usahatani Padi Organik Di Kabupaten Sragen”. Berdasarkan hasil estimasi

tersebut terdapat pengaruh yang signifikan dari luas lahan, modal usaha, sistem

tanam terhadap pendapatan usahatani padi. Sedang variabel tenaga kerja, biaya

bibit dan biaya pupuk tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usaha

tani padi.

Nasution, Rusdiah (2008) dengan judul “Pengaruh Modal Kerja, Luas

Lahan dan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Usahatani Nenas” mengemukakan

bahwa Modal Kerja (X1), Luas Lahan (X2), dan Tenaga Kerja (X3). Secara

serempak berpengaruh positif terhadap produksi nenas sedangkan secara parsial

Modal Kerja (X1) dan Tenaga Kerja (X2) tidak memberikan pengaruh yang nyata

terhadap produksi nenas sedangkan Luas Lahan (X2) berpengaruh nyata terhadap

produksi nenas.

Tumanggor (2009), melakukan penelitian tentang “Faktor–Faktor yang

Mempengaruhi Produksi Cokelat di Kabupaten Dairi”. Hasil dari penelitian ini

adalah variable luas lahan, waktu jam kerja, pestisida, umur tanaman berpengaruh

positif dan signifikan terhadap produksi cokelat. Sedangkan variable pupuk

berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap produksi cokelat.

Larasati (2012) melakukan penelitian tentang “Efisiensi Alokatif Faktor-

Faktor Produksi dan Pendapatan Petani Padi di Desa Sambirejo Kecamatan

Saradan Kabupaten Madiun”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa Faktor-

Page 67: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

52

faktor produksi yang berpengaruh dalam kegiatan usahatani padi di Desa

Sambirejo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun adalah faktor produksi

benih dan tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan jumlah

penggunaan benih akan berpengaruh lebih besar terhadap produksi padi.

Namun penambahan tenaga kerja akan menurunkan produksi padi. Hasil analisis

efisiensi alokatif penggunaan faktor-faktor produksi usaha tani padi

menunjukkan alokasi penggunaan benih sebesar 1,24 kg/ha dengan hasil

lebih dari 1, sehingga belum efisien secara alokatif. Agar penggunaan benih

usahatani padi efisien, maka perlu dilakukan penambahan alokasi benih

sebesar 59,58 kg/ha. Sedangkan faktor produksi tenaga kerja tidak

dimasukkan ke dalam analisis efisiensi alokatif karena memiliki pengaruh

yang negatif terhadap produksi padi.

Zain, 2012, tentang pengaruh biaya benih, biaya pupuk, biaya pestisida,

biaya tenaga kerja, serta biaya penyusutan alat dan penerimaan secara bersama –

sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan yang berdasarkan. Namun

berdasarkan uji t secara parsial atau masing - masing variabel hanya variabel

penerimaan dan biaya tenaga kerja yang berpengaruh secara signifikan terhadap

pandapatan.

Kuntariningsih dan Mariyono (2013), tentang “Dampak Pelatihan Petani

terhadap Kinerja Usahatani Kedelai di Jawa Timur” dengan hasil bahwa pelatihan

telah berdampak positif terhadap produksi dan keuntungan dari usahatani kedelai,

demikian juga tingkat pendidikan dan pengalaman. Petani yang menjalankan

usaha taninya di lahan sewa menunjukkan tingkat produksi dan keuntungan yang

Page 68: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

53

lebih rendah. Pada akhirnya, kenaikan pendapatan petani setelah mengikuti

pelatihan diharapkan meningkatkan kesejahteraan keluarga petani.

Limi (2013), melakukan penelitian dengan hasil bahwa faktor produksi luas

lahan, jumlah benih dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh secara

langsung terhadap produksi kacang tanah dan produksi usahatani kacang tanah

berpengaruh langsung terhadap pendapatan petani kacang tanah di Kecamatan

Lembo sedangkan biaya produksi berpengaruh langsung terhadap pendapatan

usaha tani kacang tanah dan bernilai negatif terhadap pendapatan.

Yanutya (2013), dengan kesimpulan bahwa secara parsial terdapat 3

variabel independen yang digunakan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

pendapatan petani tebu. Variabel tersebut yaitu luas lahan, biaya tenaga kerja, dan

umur. Sementara itu, terdapat 3 variabel independen lainnya yaitu modal,

pendidikan, dan harga yang berpengaruh positif signifikan pada α = 10% terhadap

pendapatan petani tebu di Kecamatan Jepon Kabupaten Blora.

Harahap, Gintang, dan Asyim, dengan hasil bahwa secara parsial

pencurahan tenaga kerja dan frekuensi mengikuti penyuluhan/pelatihan memiliki

pengaruh nyata terhadap pendapatan petani, sedangkan pendidikan dan lamanya

berusahatani tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sawah. Dan

secara serempak (bersama-sama) karakteristik petani (Umur, Luas Lahan, Jumlah

Tanggungan, dan Modal) memiliki pengaruh nyata terhadap pendapatan petani

padisawah (http://download.portalgaruda.org/article.php?article diunduh tanggal

27-3-2015).

Page 69: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

54

Phahlevi, dengan temuan adalah: (1) Luas lahan, harga jual padi, dan jumlah

biaya usaha tani berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi (sig = 0,000),

artinya dengan meningkatnya luas lahan, harga jual padi, dan jumlah biaya usaha

tani maka produksi akan meningkat. (2) Luas lahan, harga jual padi dan jumlah

produksi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani (sig = 0,000), artinya

dengan meningkatnya luas lahan, harga jual padi, biaya usahatani dan jumlah

produksi maka pendapatan petani juga akan meningkat. Namun variabel Biaya

usaha tani tidak berpengaruh terhadap pendapatan petani (http://www.google.

com/url?sa=t&rct=j&q=esrc=s&source= web&cd, diunduh tanggal 27 Maret

2015).

Apabila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini

memiliki beberapa kesamaan antara lain mengenai topik dan permasalahan yang

akan dibahas, metodeloginya, serta beberapa alat analisis yang diangap relevan

untuk digunakan, tetapi yang membedakan adalah mengenai jenis tanaman yang

digunakan yakni asparagus, lokasi dan periode/waktu penelitian. Kesimpulan dari

berbagai hasil penelitian tersebut dapat memberikan masukan dalam penelitian ini

dan secara eksplisit penelitian ini belum pernah dilakukan, meskipun secara

implisit studi kasus ini dapat ditemukan dalam beberapa hasil penelitian

sebelumnya.

Page 70: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

55

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Kerangka berpikir dalam paparan ini diuraikan cara mengalirkan jalan

pikiran peneliti menurut kerangka teori yang logis atau menurut logika

“construct”. Ini berarti menempatkan masalah yang telah diidentifikasi itu pada

kerangka teoritis dan konsep yang relevan, mampu menangkap, menerangkan dan

menunjukkan perspektif terhadap masalah tersebut . Hal ini ditunjukkan agar

dapat menjawab atau menerangkan masalah yang telah diidentifikasi itu, Tanjung,

(2005) .

Menurut Sutikno (2006), sektor pertanian atau sektor primer merupakan

sektor pertama yang digarap oleh setiap negara dalam melakukan proses

pembangunan ekonomi, sebelum memasuki sektor industri dan jasa. Ada dua

alasan pokok sektor pertanian didahulukan. Pertama sektor pertanian merupakan

sektor basis bagi dua sektor yang lain atau dengan kata lain sektor industri banyak

menggunakan bahan baku dari sektor pertanian. Kedua sektor pertanian

merupakan sektor yang menyediakan produk-produk kebutuhan pokok (bahan

pangan) bagi kelangsungan hidup manusia. Meskipun sektor pertanian sangat

penting bagi kehidupan manusia, namun masih banyak permasalahan yang

dihadapi dalam sektor ini. Salah satu permasalahan klasik adalah masalah pangan.

Masalah pangan ini sudah sejak lama diperingatkan oleh Malthus (1834), dalam

teorinya yang menyatakan bahwa produksi pangan berkembang menurut deret

hitung, sedangkan penduduk yang membutuhkan pangan berkembang berdasarkan

Page 71: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

56

pada deret ukur (berlipat). Dengan kata lain, penawaran produksi pangan

pertumbuhannya lebih rendah dibanding permintaan pangan.

Rendahnya supply produk pangan dari waktu ke waktu salah satunya

disebabkan oleh semakin berkurangnya faktor produksi (lahan) pertanian.

Berkurangnya lahan pertanian tersebut telah beralih fungsi menjadi infrastruktur

dan pemukiman penduduk. Besarnya tekanan pertumbuhan penduduk di banyak

negara seperti India, Cina dan Indonesia menuntut sarana dan prasarana yang

lebih banyak membutuhkan lahan, sementara di sisi lain meningkatnya jumlah

penduduk juga menuntut tersedianya produksi pangan yang lebih banyak.

Dalam kondisi yang demikian pemerintah di setiap negara (khususnya yang

berpenduduk banyak) dituntut untuk merumuskan kebijakan yang bisa

meningkatkan produktivitas pertanian terutama untuk mencukupi kebutuhan

pangan (self-sufficiency). Dengan pendayagunaan sumber daya yang optimal,

diharapkan mampu meningkatkan produktivitas pertanian sehingga sumber daya

yang terbatas harus teralokasi seefisien mungkin dan mampu meningkatkan

pendapatan masyarakat.

Penelitian ini dilaksanakan di lokasi budidaya Asparagus yaitu di Desa

Pelaga, yang merupakan Wilayah Kecamatan Petang. Pemilihan lokasi penelitian

ditentukan secara sengaja (purposive) yang didasarkan atas pertimbangan bahwa

di Desa Pelaga Kecamatan Petang merupakan sentra pengembangan budidaya

Asparagus di Kabupaten Badung. Dalam usaha peningkatan pendapatan petani

asparagus dapat dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi seperti luas lahan,

tenaga kerja dan pelatihan yang digunakan dalam usaha budidaya asparagus.

Page 72: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

57

Melihat berapa luas lahan yang digunakan untuk menanam asparagus,

jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam pengembangan usaha budidaya

asparagus, jumlah pelatihan yang dilakukan dalam menjalankan usaha budidaya

asparagus serta pendapatan yang diperoleh dari berusahatani asparagus. Hal

tersebut dapat digambarkan sebagaimana kerangka berpikir dalam Gambar 3.1.

Gambar 3.1Kerangka Berpikir

3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan berpengaruh terhadap variabel

mediasi Y1 (produksi petani asparagus) dan berpengaruh juga terhadap variabel

dependent Y2 (Pendapatan). Semua variabel dengan ukurannya masing – masing

dan semua data dalam variabel adalah dalam satu kali panen. Sesuai pokok

Sektor Pertanian

Luas Lahan

Tenaga Kerja

Pelatihan

Produksi(barang)

Pasar Penjualan(harga)

Pendapatan(Rp)

UsahataniAsparagus

Page 73: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

58

permasalahan di depan, kerangka pemikiran yang dipergunakan sebagai suatu

pedoman arah analisis selanjutnya adalah seperti Gambar 3.2.

Gambar 3.2Kerangka Konsep Penelitian

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan pernyataan ilmiah yang dilandasi oleh

kajian teoritik dan empiris yang merupakan jawaban sementara terhadap

permasalahan yang dihadapi untuk diuji kebenarannya berdasarkan data empiris

yang akan dikumpulkan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan secara langsung berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan petani asparagus di Desa Pelaga Kecamatan

Petang Kabupaten Badung.

2) Luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan secara tidak langsung melalui

produksi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani asparagus di

Desa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung.

Luas Lahan(X1)

Tenaga Kerja(X2)

Pelatihan(X3)

PendapatanY2

ProduksiY1

Page 74: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

59

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian menurut Umar (2005), adalah suatu rencana kerja

yang terstruktur dan komprensif mengenai hubungan-hubungan antar variabel-

variabel yang disusun sedemikian rupa agar hasil risetnya dapat memberikan

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan riset. Rancangan penelitian yang baik

membantu dalam menjaga pelaksanaan penelitian dan hal ini tetap pada jalur

sesuai dengan yang direncanakan. Rancangan penelitian menjelaskan rencana dan

struktur riset yang mengarahkan proses dari hasil penelitian sedapat mungkin

menjadi valid, objektif, efisien dan efektif.

Dalam melakukan penelitian, pertama kali yang dilakukan adalah

menentukan topik penelitian. Dalam penelitian ini topik yang dipilih adalah

mengenai luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan sebagai variabel bebas

(independent variable) jumlah produksi sabagai variabel antara (intervening

variable) dan pendapatan petani asparagus sebagai variabel terikat (dependent

variable).

Tahapan kedua adalah dengan menjabarkan topik tersebut dan menguraikan latar

belakang masalah dan perumusan masalah. Tahap ketiga adalah melakukan kajian

pustaka untuk mengetahui teori – teori yang berhubungan dengan topik penelitian,

selanjutnya dilakukan pengumpulan data pendahuluan yang berhubungan dengan

hal-hal yang akan diteliti. Setelah teori – teori dan data tersedia baru kemudian

menentukan metode penelitian apa yang sebaiknya

Page 75: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

60

digunakan. Kemudian dilakukan proses analisis data dan terakhir adalah

menguraikan hasil penelitian dan menarik kesimpulan. Rancangan penelitian

dimaksud adalah seperti pada Gambar 4.1.

LatarBelakang

MasalahPenelitian

TujuanPenelitian

ManfaatPenelitian

Jenis data :Kuantitatif &

Kualitatif

KajianPustaka

DataPenelitian

Sumber data : DataPrimer & Skunder

HipotesisPenelitian

RancanganPenelitian

Teknik samplingdata: random

sampling

VariabelPenelitian

VariabelIndependen:

Luas lahan, tenagakerja dan pelatihan

Variabel DependenProduksi &Pendapatan

HasilKesimpulandan Saran

Pengujiandan

PLS

Pembahasan

Gambar 4.1Rancangan Penelitian Pengaruh Luas lahan, Tenaga kerja, dan Pelatihan terhadapPendapatan Petani Asparagus.

4.2 Lokasi, Ruang Lingkup, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lokasi budidaya Asparagus yaitu di Desa

Pelaga, yang merupakan Wilayah Kecamatan Petang Kabupaten Badung.

Page 76: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

61

Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yang didasarkan

atas pertimbangan bahwa: a. Kecamatan Petang sampai saat ini merupakan satu-

satunya sentra pengembangan budidaya Asparagus di Provinsi Bali, b. Asparagus

memiliki nilai komersil tinggi (Ridhawati, 2008), hal ini diharapkan dapat

meningkatkan pendapatan petani.

Waktu penelitian dilakukan selama enam bulan mulai dari persiapan

penelitian, pembuatan usulan/proposal penelitian sampai survei lapangan,

kemudian dilanjutkan tabulasi data, analisis data, sampai penulisan laporan akhir

berupa tesis. Ruang Lingkup Penelitian adalah luas lahan, tenaga kerja, pelatihan,

jumlah produksi petani asparagus dan pendapatan bersih petani asparagus di Desa

Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung.

4.3 Identifikasi Variabel Penelitian

Pada dasarnya ada 3 jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu variabel terikat, variabel bebas, dan variabel antara.

1) Variabel terikat merupakan variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variasi

variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah

pendapatan petani asparagus di Desa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten

Badung.

2) Variabel bebas merupakan variabel yang akan mempengaruhi nilai variabel

terikat dari variasi atau perubahan yang dialami oleh variabel bebas. Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah luas lahan, tenaga kerja,

dan pelatihan petani asparagus di Desa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten

Badung.

Page 77: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

62

3) Variabel antara yaitu variabel yang memediasi pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikatnya, dan dalam penelitian ini variabel produksi

adalah sebagai variabel yang memediasi pengaruh luas lahan, tenaga kerja,

dan pelatihan terhadap pendapatan petani.

4.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Pengertian dan batasan – batasan yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1) Luas lahan (X1) adalah luas tanah yang dijadikan tempat budidaya asparagus

yang berada di Desa Pelaga Kecamatan Petang, untuk satu periode

penelitian, diukur dengan satuan are.

2) Jumlah tenaga kerja (X2) adalah tenaga kerja yang dilibatkan oleh petani

asparagus untuk satu satuan luas dan satu periode penelitian, diukur dengan

orang.

3) Pelatihan (X3) adalah upaya-upaya peningkatan kemampuan teknis/

keterampilan kepada para petani asparagus dalam rangka mengelola

usahataninya melalui pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh instansi

terkait. Variabel ini diukur melalui indikator intensitas keikutsertaannya

dalam program pelatihan usahatani asparagus (berapa kali).

4) Jumlah produksi (Y1) adalah banyaknya produksi asparagus yang dapat

dihasilkan oleh setiap petani asparagus dari satu satuan luas dan satu periode

penelitian, diukur dengan satuan kilogram (kg).

Page 78: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

63

5) Pendapatan (Y2) adalah seluruh pendapatan yang diterima responden dari

satu satuan luas dan satu periode penelitian, diukur dalam rupiah (Rp).

4.5 Jenis dan Sumber Data

4.5.1 Jenis Data

Data menurut jenisnya terdiri dari.

1) Data kuantitatif yaitu data yang mempunyai satuan hitung. Data kuantitatif

yang digunakan adalah data luas lahan (are), tenaga kerja (orang), pelatihan

(berapa kali), produksi (kg) dan pendapatan petani (Rp) asparagus di Desa

Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung.

2) Data kualitatif yaitu datum - datum yang berupa keterangan-keterangan yang

tidak mempunyai satuan hitung, yang digunakan untuk memberikan

penjelasan yang mendukung penelitian. Data kualitatif yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain mengenai pelatihan dan pembinaan yang telah

didapatkan oleh petani asparagus.

4.5.2 Sumbe Data

Data menurut sumbernya terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian. Data yang

digunakan adalah data primer yang berupa luas lahan, tenaga kerja, pelatihan,

jumlah produksi, dan pendapatan petani asparagus di Desa Pelaga Kecamatan

Petang Kabupaten Badung. Data sekunder didapat dari pihak kedua seperti Dinas

Koperasi, UKM, Perindag Kabupaten Badung.

Page 79: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

64

4.6 Populasi dan Metode Pengambilan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang akan diduga

(Singarimbun dan Effendi, 1989). Jadi populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh petani asparagus di Desa Pelaga Kecamatan Petang yang berjumlah 158

orang.

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih secara cermat untuk

mewakili populasi. Sampel ini harus cukup representatif untuk dapat mewakili

populasi, karena analisis penelitian didasarkan pada data sampel, sedangkan

kesimpulannya nanti akan diterapkan pada populasi.

Penentuan sampel menggunakan metode random sampling dengan ukuran

sampel memakai rumus Slovin sebagai berikut (Umar, 1999) :

21 NeNn

Dimana :

n = Jumlah sampelN = Ukuran populasie = Persen Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel.

Dengan N =158 dan e = 10% dapat dihitung sebagai berikut.

orang61158(0,1)1

158n 2

Hasil perhitungan dengan rumus Slovin dengan e = 10% di dapat sampel sebanyak

61 orang. Sebaran distribusi populasi dan sampel penelitian selengkapnya

disajikan Tabel 4.1.

Page 80: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

65

Tabel 4.1Distribusi Populasi dan Sampel Penelitian

No Kelompok Petaniasparagus

JumlahAnggota(orang)

Sample (orang)

1 Br. Bukian 74 292 Br. Belok 11 43 Br. Kiadan 15 64 Br. Nungnung 14 55 Br. Auman 10 46 Br. Pelaga 3 17 Br. Penikit 31 12

Jumlah 158 61Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

4.7 Metode Pengumpulan Data

Dalam Pengumpulan data yang diperlukan, digunakan beberapa teknik

pengumpulan data yaitu.

1) Observasi

Observasi ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung kegiatan

yang dilakukan oleh petani asparagus dalam mengolah dan membudidayakan

asparagus di Desa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung.

2) Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara melihat catatan – catatan yang ada

tentang budidaya asparagus dan cara pengolahan hasil panen asparagus di

Desa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung.

3) Wawancara Mendalam

Wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab terhadap 61 orang

petani asparagus (responden) serta pada instansi terkait dengan menggunakan

kuisioner terstruktur.

Page 81: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

66

4.8 Teknik Analisis Data

4.8.1 Analisis Jalur (path analysis)

Analisis jalur atau analisis lintasan merupakan perluasan dari analisis regresi

linier berganda untuk menaksir hubungan kausalitas antara variabel (model

kausal). Dalam analisis jalur terdapat suatu variabel yang berperan ganda yaitu

sebagai variabel independen pada suatu hubungan namun menjadi variabel

dependen pada suatu hubungan yang lain. Variabel seperti ini sering juga disebut

variabel antara (Suyana Utama, 2007). Kerllinger (2002) menyebutkan bahwa

dengan menggunakan analisis jalur akan dapat dihitung pengaruh langsung dan

tidak langsung antar variabel.

Analisis jalur pertama kali diperkenalkan oleh Sewell Wrigth, seorang ahli

genetika populasi diantara tahun 1918-1921. Analisis jalur dapat digunakan untuk

menganalisis hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel lainnya.

Prosedur ini dapat mengestimasi koefisien-koefisien sejumlah persamaan

struktural linier yang mewakili hubungan sebab akibat yang dihipotesiskan.

Berbeda dengan persamaan regresi dimana pengaruh variabel X terhadap variabel

Y hanya berbentuk pengaruh langsung, dalam persamaan struktural linier

pengaruh variabel X terhadap Y dapat berupa pengaruh langsung dan tidak

langsung. Pengaruh tidak langsung dari variabel X terhadap suatu variabel Y

adalah melalui variabel lain yang disebut variabel intervening atau variabel antara.

Dalam penelitian ini variabel produksi (Y1) adalah sebagai variabel antara yang

memediasi pengaruh luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), dan pelatihan (X3),

terhadap pendapatan (Y2).

Page 82: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

67

Ada beberapa alasan penggunaan analisis jalur yaitu.

a. Hipotesis yang diuji dikembangkan dengan model (kerangka konseptual) yang

semua hubungan bersifat asimetris dan merupakan sistem, serta model dapat

dikategorikan bersifat rekursif.

b. Analisis jalur memberikan metode langsung berkaitan dengan hubungan

ganda secara simultan (model structural) sehingga memberikan efisiensi

analisis statistika.

c. Kemampuannya untuk menguji hubungan secara komprehensif dan

memberikan suatu bentuk transisi analisis explanatory menuju analisis

confirmatory . Bentuk transisi ini berkaitan dengan usaha yang lebih besar

dalam semua lapangan study untuk mengembangkan suatu pandangan masalah

secara lebih sistematis. Upaya seperti itu memerlukan kemampuan untuk

menguji suatu hubungan berantai yang membentuk model yang besar,

seperangkat prinsip dasar, atau suatu teori secara keseluruhan. Hal ini sangat

cocok diselesaikan dengan analisis jalur (path analysis).

Langkah-langkah Analisis Jalur dapat dilihat pada uraian berikut (Suyana

Utama, 2007), yaitu sebagai berikut.

a. Pertama

Langkah pertama di dalam analisis jalur adalah merancang model

berdasarkan konsep dan teori, yaitu:

1) Pengaruh luas lahan, tenaga kerja dan pelatihan terhadap pendapatan

petani asparagus di Desa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung.

Page 83: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

68

2) Pengaruh tidak langsung antara luas lahan, tenaga kerja dan pelatihan

melalui produksi terhadap pendapatan rumah tangga petani asparagus di

Desa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung.

Model tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

Y1 = β1 X1 + β2 X2+ β3 X3+ε1 …………………………………..……… (4.1)

Y2 = β4 X1 + β5 X2 + β6 X3 + β7Y1 + ε2…………………………….…… (4.2)

Model tersebut dikembangkan untuk menjawab permasalahan penelitian

serta berbasis teori dan konsep, yang dapat diilustrasikan seperti Gambar 4.2

Gambar 4.2Diagram Jalur Variabel Penelitian

b. Kedua

Langkah kedua dari analisis jalur adalah pemeriksaan terhadap asumsi yang

melandasi. Menurut Sarwono (2007) prinsip-prinsip dasar yang sebaiknya

dipenuhi dalam analisis jalur diantaranya adalah :

1) Dalam model analisis jalur, hubungan antar variabel adalah linier dan aditif.

Tenaga Kerja(X2)

Pelatihan(X3)

PendapatanY2

ProduksiY1

b4b1

e1 e2Luas Lahan(X1)

b2

b3b5

b6

b7

Page 84: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

69

2) Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan, yaitu hanya sistem aliran

kausal ke satu arah, sedangkan pada model yang mengandung kausal

resiprokal tidak dapat dilakukan analisis jalur.

3) Variabel endogen minimal dalam skala ukur interval.

4) Pengamatan diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan

reliabel).

5) Model yang dianalisis dispesifikasikan (diidentifikasi) dengan benar

berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep yang relevan.

6) Uji linieritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip parsiomony,

yaitu bilamana seluruh model non signifikan berarti dapat dikatakan model

berbentuk linier.

c. Ketiga

Langkah ketiga di dalam analisis jalur adalah pendugaan parameter atau

koefisien path. Perhitungan koefisien pada gambar diagram jalur pada uraian

sebelumnya dijelaskan.

1) Untuk anak panah satu arah → digunakan perhitungan regresi variabel yang

distandarkan, secara parsial pada tiap-tiap persamaan. Metode yang

digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS), yaitu metode kuadrat

terkecil biasa. Hal ini dapat dilakukan mengingat modelnya rekursif (satu

arah). Dari perhitungan ini diperoleh koefisien jalur pengaruh langsung.

Langkah terakhir di dalam analisis jalur adalah melakukan interpretasi hasil

analisis yaitu menentukan jalur pengaruh yang signifikan dan mengidentifikasi

jalur yang pengaruhnya lebih kuat yaitu dengan membandingkan besarnya

Page 85: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

70

koefisien jalur yang terstandar. Program yang digunakan untuk analisis jalur ini

adalah PLS (Partial Least Square).

4.8.2 Uji Hipotesis

Uji hipotesis merupakan pembuktian statistik atas semua yang telah

dihipotesiskan dalam penelitian berdasarkan teori. Pengujian Hipotesis dilakukan

secara bertahap, dimana tahap pertama adalah menguji pengaruh langsung luas

lahan, tenaga kerja, dan pelatihan terhadap pendapatan. Tahap kedua adalah

menguji pengaruh tidak langsung luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui

produksi terhadap pendapatan petani asparagus.

Page 86: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

71

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara topografi bentangan Kecamatan Petang secara umum letaknya cukup

jauh dari pantai dimana berada pada ketinggian > 700 meter di atas permukaan

laut. Kecamatan Petang yang merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Badung

memiliki iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin musim dan terdapat musim

kemarau dan hujan. Faktor ketinggian tempat menentukan besarnya curah hujan

sehingga curah hunan tertinggi berada di pegunungan. Desa-desa yang ada

sebagian besar dekat dengan perbukitan akan menunjukkan kontribusi curah hujan

yang tinggi.

Sebagian besar wilayahnya berupa perbukitan, dengan tebing-tebing curam

dan menjadi hulu dari beberapa sungai yang mengalir di Kabupaten Badung.

Penggunaan lahannya hampir 85,4 persen (9.827 ha) dari luas keseluruhan 11.500

ha berupa lahan pertanian dan 15 persen (1.093 ha) diantaranya adalah lahan

persawahan dengan teras-teras disepanjang lereng bukit, sisanya berupa hutan

seluas 1.525 ha, dan permukiman 148 ha.

Berdasarkan mata pencaharian penduduk di Kecamatan Petang dirinci menurut

lapangan usaha yang bertumpu pada sektor pertanian tanaman pangan sebanyak

14.125 jiwa, di bidang perternakan sebanyak 2.372 jiwa, di bidang perkebunan

sebanyak 359 jiwa, di bidang perdagangan sebanyak 806 jiwa, di bidang industri

sebanyak 170 jiwa, di bidang angkutan dan komunikasi sebanyak 182 jiwa, di

bidang bank/lembaga keuangan sebanyak 158 jiwa, di bidang

Page 87: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

72

pemerintahan dan jasa sebanyak 366 jiwa. Untuk lebih jelasnya rincian

matapencaharian penduduk di Kecamatan Petang seperti pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1

Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Petang Tahun 2014

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)

1 di Sektor Pertanian Tanaman Pangan 14.1252 di bidang perternakan 2.3723 di bidang perkebunan 3594 di bidang perdagangan 8065 di bidang industri 1706 di bidang angkutan dan komunikasi 1827 di bidang bank/lembaga keuangan 1588 di bidang pemerintahan 366

Jumlah 18.538Sumber: Kantor Camat Petang, 2015

Di Kecamatan Petang sektor pertanian menghasilkan beberapa jenis

komoditas meliputi : padi sawah, jagung, kacang tanah, ubi-ubian dan sayur-

sayuran.

Gambar 5.1Peta Lokasi Penelitian

Page 88: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

73

5.2 Karakterisistik Responden

a. Karakterisistik Responden Menurut Umur

Umur seseorang dapat mencerminkan kemampuan dan kondisi seseorang

secara fisik. Menurut BPS tahun 2012, tingkat umur non produktif berada pada

umur di bawah 15 atau dan di atas 64 tahun. Karakteristik petani sampel dari segi

umur diklasifikasikan berdasarkan rumus sturges yaitu : K = 1+ 3,3 log n

K = 1+ 3,3 log 61

K = 1+3,3 (1,7853)

K =1+5.89

K=6,89 = 7

K = range mulai dari usia terkecil yaitu 15 tahun maka terbentuk klas responden

menurut usia seperti Tabel 5.2.

Tabel 5.2Karakteristik Petani Responden Menurut Usia

No UmurPetani JumlahPetani(tahun) (orang) (%)

1234567

15-2223-2930-3637-4344-5051-5758-64

2681117143

3,289,8413,1118,0327,8722,954,92

Jumlah 61.00 100.0Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Tabel 5.2 menunjukkan responden didominasi oleh usia produktif (30-57

tahun).

Page 89: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

74

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Menurut Hasibuan (2000), pendidikan adalah suatu indikator yang

mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu

pekerjaan. Karakteristik petani responden dari segi tingkat pendidikan dapat

dilihat lebih jelas pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat pendidikan Jumlah Petani(orang) (%)

1 Tidak sekolah 7 11,52 SD 6 9,83 SMP 11 18,04 SMA 32 52,55 Sarjana 5 8,2

Total 61 100,0Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

c. Karakteristik Petani Responden Menurut Luas Lahan Garapan

Luas lahan garapan petani akan mempengaruhi hasil yang didapatkan oleh

petani, tentunya dengan luas lahan yang luas diharapkan mendapat hasil yang

lebih banyak. Rata-rata luas lahan petani responden pada penelitian ini yaitu

seluas 0,133 ha atau13,3 are. Karakteristik luas lahan garapan petani sampel dapat

dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4Karakteristik Petani Responden Menurut Luas Lahan Garapan

No Luas Lahan Garapan Jumlah Petani(hektar) (orang) (%)

1 0.00 sd 0.10 31 50,82 0.11 sd 0.20 25 41,03 0.21 sd 0.30 5 8,2Total 61 100,0

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Page 90: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

75

d. Karakteristik Responden menurut Jumlah Tenaga kerja yang Digunakan

Petani yang menjadi sampel dalam berusahatani asparagus sebagian besar

(33 orang) menggunakan tenaga kerja 1 sampai dengan 2 orang, disusul oleh yang

menggunakan tenaga kerja 3-4 orang (sebanyak 23 orang) dan terakhir sebanyak

5 petani responden menggunakan 5-6 orang tenaga. Karakteristik petani

responden menurut jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5Karakteristik Petani Responden menurut Jumlah Tenaga kerja

No Tenaga Kerja Jumlah Petani(orang) (orang) (%)

1 1 – 2 33 54.102 3 – 4 23 37.703 5 – 6 5 8.20

Jumlah 61 100Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

e. Karakteristik Responden Menurut Produksi

Masing-masing sebanyak 17 orang petani yang menjadi responden

memperoleh produksi pada kisaran 500-700 kg dan >700-900 kg, disusul oleh 15

orang petani responden dengan perolehan produksi >1000 kg, 12 orang dengan

produksi <500 kg dan tidak ada dari mereka yang memperoleh produksi antara

>900-1000 kg. Karakteristik responden menurut produksi seperti pada Tabel 5.6.

Page 91: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

76

Tabel 5. 6Karakteristik Responden Menurut Produksi

No Produksi JumlahPetani(kg) (orang) (%)

1 < 500 12 19.672 500 – 700 17 27.873 700 – 900 17 27.874 > 900 15 24.59

Jumlah 61 100.00Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

f. Karakteristik Responden Menurut Pendapatan Usahatani

Petani yang menjadi responden dalam berusahatani asparagus sebagian

besar memperoleh pendapatan berkisar antara 10-15 juta rupiah, disusul oleh 17

orang dengan pendapatan 20 - 25 juta rupiah, 9 orang dengan pendapatan 25-30

juta rupiah, sebanyak 7 orang lebih kecil 10 juta rupiah dan terkhir 5 orang

dengan pendapatan lebih besar 30 juta rupiah. Karakteristik Responden Menurut

Pendapatan seperti pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7Karakteristik Responden Menurut Pendapatan Usahatani

No Pendapatan JumlahPetani(Rp. juta) (orang) (%)

1 <10 7 11.482 10-15 20 32.793 15-20 3 4.924 20-25 17 27.875 25-30 9 14.756 >30 5 8.20

Jumlah 61 100Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Page 92: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

77

5.3 Analisis Data

5.3.1 Analisis Jalur (Path Analisis)

Penelitian ini menggunakan teknik analisis jalur yang dianalisis dengan

program Partial Least Square (PLS). Berdasarkan analisis data yang dilakukan,

diperoleh hasil sebagai berikut.

5.3.2 Pemodelan Persamaan Struktural

Penelitian ini menggunakan model persamaan struktural dengan pendekatan

Partial Least Square(PLS). Sebelum menganalisis, terlebih dahulu dilakukan uji

atau evaluasi model empiris penelitian. Hasil pengujian atau evaluasi model

empiris penelitian ini seperti pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2

Model dan Output Analisis

Page 93: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

78

5.3.3 Goodness of Fit Model

Uji Goodness of Fit model struktural pada inner model menggunakan nilai

predictive-relevance (Q2). Nilai R2 tiap-tiap variabel dependen dalam penelitian

ini dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8

Nilai R2 Variabel Endogen

Sumber: Lampiran 3

Nilai predictive-relevance diperoleh dengan rumus:

Q2 = 1 – ( 1 – R12) ( 1 – R2

2 )

Q2 = 1 – (1 – 0,935) (1 – 0,999)

Q2 = 1 – 0,000065

Q2 = 0,999935

Hasil perhitungan diatas memperlihatkan nilai predictive-relevance sebesar

0,999935 (> 0). Hal itu berarti bahwa 99,9935 persen variasi pada variabel

Intention Pendapatan (dependent variabel) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel

yang digunakan dalam penelitian. Jadi model dikatakan layak dan memiliki nilai

prediktif yang relevan.

Variabel dependen R-square

Produksi (Y1) 0,935

Pendapatan (Y2) 0,999

Page 94: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

79

5.3.4 Uji Hipotesis

1) Uji Hipotesis 1, Pengaruh Langsung Luas lahan, Tenaga kerja, danPelatihan, Produksi Terhadap Pendapatan Petani Asparagus

Hasil pengujian hipotesis dengan model persamaan struktural Partial Least

Square menunjukkan bahwa pada hipotesis pertama hanya pelatihan (X3) yang

secara langsung berpengaruh signifikan terhadap pendapatan dengan sig 0,000 <

dari α (5%) yang digunakan. Sedangkan luas lahan (X1) dan tenaga kerja (X2)

berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan, dengan sig (0,488) untuk luas

lahan dan 0,082 untuk tenaga kerja. Demikian juga bila dilihat dengan

menggunakan uji t (t-test) pada tiap-tiap jalur pengaruh antara variabel

independen terhadap variabel dependen. Apabila nilai t statistic dari inner model

yang telah dibentuk > 1,96 berarti variabel independen berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen. Hasil uji hipotesis seperti pada Tabel 5.9.

Tabel. 5.9Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Langsung Luas lahan, Tenaga kerja, dan

Pelatihan, Produksi Terhadap Pendapatan Petani Asparagus

No VariableEksogenous

VariabelEndogeneus

KoefisienJalur

(Standardize)

T-Statistic

P Value

1 Luas Lahan (X1) Pendapatan (Y2) -0,017 0,694 0,488

2 Tenaga Kerja (X2) Pendapatan (Y2) -0,027 1,741 0,082

3 Pelatihan (X3) Pendapatan (Y2) -0,054 3,755 0,000

4 Luas Lahan (X1) Produksi (Y1) 0,389 1,521 0,129

5 Tenaga Kerja (X2) Produksi (Y1) 0,424 2,081 0,038

6 Pelatihan (X3) Produksi (Y1) 0,183 1,191 0,234

7 Produksi (Y1) Pendapatan (Y2 1,090 44,917 0,000

Sumber: Lampiran 3

Page 95: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

80

Bila Dirinci Setiap Variabel adalah Sebagai berikut.

(1) Pengaruh Variabel Luas lahan (X1) Terhadap Pendapatan PetaniAsparagus (Y2)

Tabel 5.9. menunjukkan bahwa luas lahan (X1) dengan koefisien

jalur sebesar -0,017, nilai tstatistik 0,694 < 1,96 dengan nilai p sebesar

0,488>α = 0,05. Hal ini berarti bahwa luas lahan (X1) tidak berpengaruh

terhadap Pendapatan Petani Asparagus (Y2).

(2) Pengaruh Variabel Tenaga kerja (X2) Terhadap Pendapatan PetaniAsparagus (Y2)

Tabel 5.9. menunjukkan bahwa tenaga kerja (X2) dengan koefisien

jalur 0,027 nilai tstatistik 1,741<1,96 dengan nilai p sebesar 0,082>α = 0,05.

Hal ini berarti bahwa tenaga kerja (X2) tidak berpengaruh terhadap

Pendapatan Petani Asparagus (Y2).

(3) Pengaruh Variabel Pelatihan (X3) Terhadap Pendapatan PetaniAsparagus (Y2)

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa pelatihan (X3) dengan koefisien jalur

-0,054 nilai tstatistik 3,753>1,96 dengan nilai p sebesar 0,000<α = 0,050. Hal

ini berarti bahwa pelatihan (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Pendapatan Petani Asparagus (Y2)

2) Uji Hipotesis 2 Pengaruh tidak langsung Luas lahan, Tenaga kerja danPelatihan terhadap Pendapatan Petani Asparagus melalui Produksi.

Hasil analisis pengaruh tidak langsung Variabel Independen terhadap

Variabel Dependen melalui variabel pemediasi, seperti pada Tabel 5.10.

Page 96: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

81

Tabel 5.10Hasil Analisis Pengaruh Tidak Langsung Luas lahan, Tenaga kerja dan

Pelatihan terhadap Pendapatan Petani Asparagus melalui Produksi

No VariableEksogenous

VariabelEndogeneus

Koefisien Jalur

(Standardize)

T-Statistic

p value

1 Luas Lahan (X1) Pendapatan (Y2) -0,390 1,567 0,118

2 Tenaga Kerja (X2) Pendapatan (Y2) -0,408 2,024 0,045

3 Pelatihan (X3) Pendapatan (Y2) -0,091 0,553 0,581

Sumber: Lampiran 3

(1) Pengaruh Variabel Luas lahan (X1) Terhadap Pendapatan PetaniAsparagus (Y2) melalui Produksi (Y1)

Berdasarkan Tabel 5.9 dan Tabel 5.10 menunjukkan bahwa pengaruh

luas lahan (X1) terhadap produksi (Y1) adalah tidak signifikan sementara

pengaruh produksi (Y1) terhadap pendapatan (Y2) adalah signifikan, sehingga

dapat dikatakan bahwa luas lahan (X1) tidak berpengaruh terhadap Pendapatan

Petani Asparagus (Y2) melalui Produksi (Y1). Atau dengan kata lain bahwa

produksi tidak berperan sebagai mediasi dalam hubungan antara luas lahan

dengan pendapatan.

(2) Pengaruh Variabel Tenaga kerja (X2) Terhadap Pendapatan PetaniAsparagus (Y2) melalui Produksi (Y1)

Pengaruh tenaga kerja (X2) terhadap produksi (Y1) adalah signifikan,

dapat dilihat pada Tabel 5.9 dan 5.10, dan pengaruh produksi (Y1) terhadap

pendapatan (Y2) adalah signifikan. Ini berarti bahwa tenaga kerja (X2)

berpengaruh terhadap Pendapatan Petani Asparagus (Y2) melalui Produksi

Page 97: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

82

(Y1). Sehingga dapat dikatakan bahwa produksi memediasi pengaruh tenaga

kerja terhadap pendapatan.

(3) Pengaruh Variabel Pelatihan (X3) Terhadap Pendapatan PetaniAsparagus (Y2) melalui Produksi (Y1)

Pengaruh pelatihan (X3) terhadap produksi pada Tabel 5.9 tidak

signifikan terhadap produksi, sedangkan produksi (Y1) berpengaruh signifikan

terhadap pendapatan (Y2). Hal ini berarti bahwa pelatihan (X3) tidak

berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Petani Asparagus (Y2) melalui

Produksi (Y1). Ini berarti bahwa produksi tidak memediasi pengaruh pelatihan

(X3) terhadap pendapatan.

5.4 Pembahasan

5.4.1 Hipotesis 1 Pengaruh Secara Langung Luas lahan, Tenaga kerja, danPelatihan terhadap Pendapatan

Berdsarkan hasil analisis, bahwa luas lahan dan tenaga kerja secara langung

tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan, hanya pelatihan yang

berpengaruh signifikan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Prabandari, Sudarma dan Wijayanti, 2013, yaitu berdasarkan

hasil penelitiannya luas lahan berpengaruh terhadap pendapatan pada pertanian

padi. Demikian juga dengan hasil penelitian yang dilakukan Aswar Limi (2013),

bahwa berdasarkan hasil analisis jalur pada faktor-faktor produksi yang digunakan

pada usahatani kacang tanah diketahui bahwa faktor produksi luas lahan, jumlah

benih dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh secara langsung terhadap

pendapatan kacang tanah. Hal ini dapat dikatakan bahwa faktor luas lahan adalah

Page 98: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

83

menentukan terhadap pendapatan petani baik petani padi maupun kacang tanah.

Sementara dalam penelitian ini produk asparagus adalah produk yang bisa

dikatakan tidak memerlukan lahan begitu banyak karena pada satu gugus tanaman

bisa dipanen beberapa kali dari rebungnya dalam jangka waktu kurang lebih 10

tahun, sehingga lahan tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani

Asparagus. Hal ini terbukti dari data perkembangan luas lahan dan produksi

sebagai ukuran pendapatan yang tidak proporsional, artinya tidak selalu

peningkatan lahan menyebabkan peningkatan terhadap produksi asparagus (Tabel

1.1).

Sementara tenaga kerja secara langung juga tidak berpengaruh signifikan

terhadap pendapatan, dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini tidak mendukung

hasil penelitian yang dilakukan oleh Desky, S. (2007), yang melakukan penelitian

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di Kabupaten Aceh

Tenggara. Menyimpulkan bahwa variabel tenaga kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara. Sedangkan

variabel pestisida, pupuk, waktu kerja dan benih berpengaruh positif namun tidak

signifikan terhadap produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh

Kasturi, 2012, dengan hasil penelitian bahwa variabel tenaga kerja tidak

signifikan mempengaruhi produksi padi di Kabupaten Wajo. Pada asparagus

tenaga kerja yang tidak signifikan berpengaruh terhadap pendapatan adalah

indikasi bahwa asparagus adalah tanaman yang tidak memerlukan banyak tenaga

kerja untuk mampu meningkatkan pendapatan namun lebih memerlukan ketelitian

Page 99: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

84

dan skill tertentu, karena asparagus bukan merupakan jenis tanaman yang umum

di Bali, sehingga asparagus sampai bisa menjadi produk OVOP satu-satunya di

Petang maupun di Bali.

Pengaruh variabel pelatihan (X3) terhadap pendapatan petani asparagus (Y2)

secara langsung adalah signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Harahap , Ginting, dan Hasyim, dengan hasil

penelitian menunjukkan bahwa dari hasil estimasi secara parsial pencurahan

tenaga kerja dan frekuensi mengikuti penyuluhan/pelatihan memiliki pengaruh

nyata terhadap pendapatan petani, sedangkan pendidikan dan lamanya

berusahatani tidak terdapat pengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi

sawah. Demikian juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Thamrin,

Khair dan Ryantika, 2011, dengan hasil penelitian bahwa secara parsial faktor

pendidikan dan luas lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi

sawah.

5.4.2 Hipotesis 2 Pengaruh tidak langsung Luas lahan, Tenaga kerja, danBiaya Terhadap Pendapatan Petani Asparagus melalui Produksi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas lahan (X1) dan pelatihan (X3)

secara tidak langsung tidak berpengaruh terhadap pendapatan lewat produksi. Hal

ini dapat dilihat pada Tabel 5.10 bahwa baik luas lahan maupun pelatihan tidak

signifikan berpengaruh terhadap produksi maupun terhadap pendapatan. Hanya

tenaga kerja yang berpengaruh signifikan terhadap produksi.

Hasil penelitian ini untuk varabel luas lahan tidak mendukung hasil

penelitian yang dilakukan oleh Mafor (2015), Hasil penelitian menunjukkan

Page 100: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

85

bahwa faktor-faktor produksi yang berpengaruh secara nyata terhadap produksi

padi di Desa Tompasobaru Dua Kecamatan Tompasobaru adalah luas lahan,

penggunaan pupuk ponska, dan tenaga kerja. Demikian juga halnya dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rochmiyanto (2006), dengan judul ”Analisis

Usahatani Padi Organik di Kabupaten Sragen” yang menggunakan model analisis

fungsi Cobb-Douglas, diperoleh hasil sebagai berikut : Faktor-faktor produksi luas

lahan dan pupuk berpengaruh secara positif dan nyata terhadap pendapatan petani.

Faktor produksi bibit berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap produksi

padi, sedangkan faktor produksi tenaga kerja tidak signifikan terhadap produksi

padi.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Yanutya (2013), yang

menunjukan hasil bahwa secara parsial yaitu terdapat 3 variabel independen yang

digunakan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pendapatan petani tebu di

Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. Variabel tersebut yaitu luas lahan, biaya

tenaga kerja, dan umur. Sementara itu, terdapat 3 variabel independen lainnya

yaitu modal, pendidikan, dan harga yang berpengaruh positif signifikan terhadap

pendapatan petani tebu di Kecamatan Jepon.

Hasil penelitian ini, yang berkenaan dengan varabel tenaga kerja tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rochmiyanto (2006). tentang

”Analisis Usahatani Padi Organik di Kabupaten Sragen” bahwa faktor produksi

tenaga kerja tidak signifikan terhadap produksi padi. Penelitian ini sejalan dengan

hasil penelitian yang dilakukan Limi (2013), yang menunjukkan bahwa

berdasarkan hasil analisis jalur pada faktor-faktor produksi yang digunakan pada

Page 101: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

86

usaha tani kacang tanah diketahui bahwa produksi usahatani kacang tanah

berpengaruh terhadap pendapatan petani kacang tanah di Kecamatan Lembo.

Pelatihan secara tidak langsung melalui produksi tidak berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan. Sehingga dalam penelitian ini dapat dikatakan

hanya tenaga kerja yang dimediasi signifikan oleh produksi dalam melihat

pengaruhnya terhadap pendapatan. Yang dapat dikatakan bahwa produksi

berpengaruh dalam melihat hubungan antara tenaga kerja dan pendapatan. Hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harahap ,

Ginting, dan Hasyim, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil

estimasi secara parsial pencurahan tenaga kerja dan frekuensi mengikuti

penyuluhan/pelatihan memiliki pengaruh nyata terhadap pendapatan petani,

sedangkan pendidikan dan lamanya berusahatani tidak terdapat pengaruh nyata

terhadap pendapatan petani padi sawah. Demikian juga dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Thamrin, Khair dan Ryantika, 2011, dengan hasil penelitian

bahwa secara parsial faktor pendidikan dan luas lahan berpengaruh nyata terhadap

pendapatan petani padi sawah.

Hal lainnya berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Darmawan

dkk, (2013), menyebutkan bahwa ternyata yang lebih mempengaruhi produksi

asparagus sebagai ukuran pendapatan adalah faktor lingkungan maupun cuaca

disamping faktor kualitas lahan. Menurut pemaparan petani responden, tanaman

asparagus di Desa Pelaga ini tidak boleh terkena hujan deras secara langsung, hal

tersebut akan mengakibatkan tanaman rusak, baik akibat terkena penyakit maupun

Page 102: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

87

tanaman induk yang roboh. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan pembuatan

pelindung/tedung/rumah kaca pada saat musim hujan.

Page 103: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

88

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka dapat disampaikan simpulan

sebagai berikut.

1) Secara langsung Luas lahan dan tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap

pendapatan petani asparagus. Sementara pelatihan berpengaruh signifikan

terhadap pendapatan petani asparagus

2) Secara tidak langsung yakni melalui produksi, luas lahan dan pelatihan tidak

berpengaruh terhadap pendapatan petani asparagus. Karena luas lahan dan

pelatihan secara langsung tidak berpengaruh terhadap produksi, walaupun

produksi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan, sehingga dapat

dikatakan produksi tidak memediasi pengaruh luas lahan maupun pelatihan

terhadap pendapatan petani asparagus.

3) Tenaga kerja adalah di mediasi oleh produksi dalam pengaruhnya terhadap

pendapatan Hal ini terbukti dari pengaruh tenaga kerja yang signifikan

terhadap produksi dan juga produksi berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan petani asparagus.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.

1) Asparagus merupakan usahatani yang sangat menjanjikan dan mampu memberi

keuntungan, namun juga memiliki resiko usahatani yang cukup tinggi, untuk

Page 104: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

89

itu para patani agar lebih meningkatkan usahataninya melalui sistem

pendampingan berkelanjutan.

2) Partisipasi pemerintah dan koperasi Mertanadi lebih diintensifkan dalam

menunjang sarana produksi, pemasaran, maupun penyuluhan berusahatani

asparagus yang lebih baik.

Page 105: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

90

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari 2000. Manajemen Pemasaran. CetEdiakan Ketujuh.Bandung:Alfabeta.

Anugrah, Setiaji Iwan dan Deddy Ma’mun, 2003, “Reorientasi PembangunanPertanian Dalam Perspektif Pembangunan Wilayah dan OtonomiDaerah, Suatu Tinjauan Kritis Untuk mencari Bentuk Perencanaan keDepan” Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol. 2, 29 – 99.

Ardi, M, Abdul Hamid Aras, Syahriadi, dan Yusuf Marsuku, 1992, DampakPembangunan Jaringan Irigasi Terhadap Peningkatan Pendapatan Petanidan Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Di Propinsi SulawesiSelatan, Hasil Penelitian Perguruan Tinggi, Departemen Pendidikan danKebudayaan, 1992, Bogor.

Arsyad L, 1997, “Pengelolaan Faktor-Faktor Produksi Padi Untik MeningkatkanProduksi dan Pendapatan Petani”, BPFE-UGM, Yogyakarta

Arsyad H., dan Tj Vivian K., 1992. Pedoman praktis bercocok tanam anekasayuran (asparagus, kubis, terung). Mahkota. Hal 1-3.

Badan Pusat Statistik. 2013. Badung Dalam Angka. Pemerintah KabupatenBadung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali 2004, Bali Dalam Angka 2003, Bali.

Boediono, 1997, Ekonomi Makro , Edisi Keempat, Penerbit BPFE UniversitasGajah Mada, Yogyakarta.

Darmawan, I Made Dody . Widyantara, I Wayan. Agung Dewa Gede, KinerjaUsahatani Asparagus di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, KabupatenBadung, E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523 Vol. 2,No. 4, Oktober 2013

Daryanto, Arief dan Hafizrianda, Yundi. 2010.Model-Model Kuantitatif: UntukPerencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah. PT. Penerbit IPB Press.Bogor.

Dedu, Eduardus, U,T. 2003, “Pengaruh Paket Bantuan Sarana ProduksiPertanian Terhadap Produksi Padi di Kecamatan Kupang TimurKabupaten Kupang”Tesis, Program Pascasarjana UGM (tidakdipublikasikan).

.

Page 106: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

91

Desky, Syahroel. 2007, Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padidi Kabupaten Aceh Tenggara, Tesis Magister Ekonomi PembangunanSekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara, Medan.

Dinas Koperasi, UKM, Perindag Kabupaten Badung, 2013, LaporanOVOPKabupaten Badung, Mangupura

Dumairy, 1996, Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta

Edi Suharto, Ph.D., 2005Perlindungan Keluarga dan Jaringan Kerja: PerspektifPekerjaan Sosial, 2005

FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation, FOA Soil Bull. Soil ResourcesManagement and Conservation Service Land and Water DevelopmentDivision. FAO Soil Bulletin No. 52. FAO-UNO, Rome.

Gaspersz, Vincent,2005. Total Quality Management. PT Gramedia PustakaUtama, Jakarta

Gumbira, E. dan A. Harizt Intan, 2001. Manajemen Agribisnis . Jakarta: PenerbitGhalia Indonesia

Ghozali, Imang. 2006. Aplikasi Analisis Multi Variante dengan program SPSS.Universitas Diponogoro. Semarang.

Gudjarati, Damodar. 1997. Ekonomitrika Dasar. Jakarta. Erlangga.

Herdhiansyah, Dhian. Sutiarso, Lilik. Purwadi, Didik, Taryono. 2012, AnalisisPotensi Wilayah untuk Pengembangan PerkebunanKomoditas Unggulandi Kabupaten Kolaka- Sulawesi Tenggara, Jurnal Teknologi IndustriPertanian 22 (2):106-114 (2012)

Hikmayani, Yayan.2007.Analisis Pemasaran asparagus di Wilayah Potensial diIndonesia. Jurnal Bijak dan Riset Sosek KP.Volume.2 Nomor 2.

Hiramatsu, Marihito, 2008, For The Regional Leader of 21st Century Jepang,Toyo Keizai Shimpho.

Ismawanto. 2009. Ekonomi 1 : Untuk SMA dan MA Kelas X. Pusat Perbukuan,Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 210.

Kasturi, Besse Ani, 2012, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi ProduksiPadi di Kabupaten Wajo, Skripsi Fakultas Ekonomi UniversitasHasanuddin, Makasar.

Page 107: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

92

Kerlinger, F. N. (2002). Asas-asas penelitian behavioral. TerjemahanSimatupang, L.R. New York : Holt Rinehart & Winston.

Kuntariningsih Apri dan Mariyono, Joko, 2013, Dampak Pelatihan petaniterhadap Kinerja Usahatani Kedelai di Jawa Timur, Sosiohumaniora,Volume 15 no. 2 Juli 2013: 139 –150

Larasati, 2012. Efisiensi alokatif faktor-faktor produksi dan pendapatan petanipadi di Desa Sambirejo Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun.Universitas Brawijaya. Malang.

Linda, (2012). Analisis Dampak Kredit Mikro Terhadap Perkembangan UsahaMikro Di Kota Semarang. Skripsi S1, Program Sarjana FakultasEkonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Tahun 2012

Limi, Muhammad Anwar,2013, Analisis Jalur Pengaruh Faktor Produksiterhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Kacang tanah diKecamatan Lembo Kabupaten Konawe Utara, AGRIPLUS, Volume 23Nomor : 02 Mei 2013, pp. 124-132.

Mafor, Klivensi Ilona, 2015, Analisis Faktor Produksi Padi Sawah di DesaTompasobaru Dua Kecamatan Tompasobaru, (http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/cocos/article/viewFile/6777/6301 diunduh tgl 27-3-2015).

Malik Tangko, Abdul.2008.Potensi dan Prospek Serta PermasalahanPengembangan Budidaya asparagus di Provinsi Sulawesi Selatan.MediaAkuakultur Volume 3 Nomor 2.

Miller, R.I., dan R.E. Meiners. 1997. Teori Ekonomi Mikro Intermediate . EdisiKetiga. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Mubyarto, 1994, “Pengantar Ekonomi Pertanian”, Penerbit LP3, Jakarta

Mulyadi, Subri. 2002. Ekonomi Sumber Daya Manusia.Jakarta. PT.Raja GrafindoPersada.

Nasution, Rusdiah, 2008. Pengaruh Modal Kerja, Luas Lahan dan Tenaga Kerjaterhadap Pendapatan Usaha Tani Nenas. [Skiripsi]. Medan: UniversitasSumatera Utara.

Phahlevi, Rico , Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan petani padisawah di Kota Padang Panjang, http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=28&ved=0CE0QFjAHOBQ&url=http%3A%2F%2Fejournal.unp.ac.id%2Fstudents%2Findex.php%2Fepb%2Farticle%2Fdownload%2F125%2F112&ei=Ops (diunduh tanggal 27 Maret2015)

Page 108: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

93

Pemerintahan Kabupaten Badung Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian danPerdagangan,OVOP Project In Badung Bali 2013. Su Tien-Chi. Badung.

Pemerintah Provinsi Bali, 2005, Propeda Provinsi Bali, Denpasar

Pitana, I G. 2005. Subak dalam Pertalian antara Pertanian dan Pariwisata. dalamI Gde Pitana dan I Gede Setiawan A.P. (ed). Revitalisasi Subak dalamMemasuki Era Globalisasi . Andi Offset. Yogyakarta.

Prabandari, Ade Candra, Sudarma, Made. Wijayanti, Putu Udayani, 2013,AnalisisFaktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah pada DaerahTengah dan Hilir Aliran Sungai Ayung,E-Jurnal Agribisnis danAgrowisata ISSN: 2301-6523 Vol. 2, No. 3, Juli 2013. pp.89-98

Prayitno, H dan Lincolin Arsyad, 1987, Petani Desa dan Kemiskinan, PenerbitBPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Program Pascasarjana Universitas Udayana. Buku Pedoman Penulisan UsulanPenelitian, Tesis, dan Disertasi. 2010. Denpasar.

Poerwadarminta, W.J.S., 1986, Kamus Umum Bahasa Indonesia,Balai Pustaka,Jakarta

Retraubun dan Bengen, 2002. Program Perbaikan Ekosistem Pulau-pulau Kecilmelalui Perlibatan Masyarakat di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.Konperensi Nasional III Pengelolaan Sumberdaya Pegunungan danLautan Indonesia di Sanur-Bali 21-24 Mei 2002. PPLH-Unud.DenpasarSarwono, Jonathan. 2012. Path Analisis. Jakarta: ElexmediaComputindo.

Ridhawati, Herliana, 2008, Kelayakan Finansial Investasi Usahatani Asparagus(Asparagus officionalis) Ramah Lingkungan PT Agro Lestari, Bogor.Skripsi Fak Pertanian Institut Pertatanian Bogor

Rochmiyanto, Hartawan Tri (2006), Analisis Usahatani padi Organik diKabupaten Sragen”Skripsi, FE. UNS, Surakarta.

Sarwono, Jonathan. 2007. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS .Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Schumpeter J.A. 1934. The Theory of Economic Development.Harvard Univ.Press. New York.

Sicat, Gerardo P. H.W. Arndt. 1987. Ilmu Ekonomi (Untuk Konteks Indonesia).LP3ES. Jakarta

Page 109: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

94

Simamora, Henry.2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi kedua.Yogyakarta. Bagian penerbit STIE YKPN.

Simanjuntak, Payaman. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber DayaManusia.Jakarta.FE Universitas Indonesia.

Simanjuntak, Payaman. 1990. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.Jakarta: LPFE-UI.

Singarimbun, M. Dan Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta.LP3ES.

Sofyan Syafri Harahap, 2001. ”Analitis Kritiss Atas Laporan Keuangan”. CetakanKetiga.PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Soedarmayanti, 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivasi Kerja.CV.Mandar Maju, Bandung.

Sudarman, Ari 1980, Teori Ekonomi Mikro Jilid I, BPFE, Yogyakarta.

_______, 1984, Teori Ekonomi Mikro Jilid II, BPFE, Yogyakarta.

_______, 1986, Teori Ekonomi Mikro Jilid I, Edisi ke tiga, BPFE, Yogyakarta.

Soekartawi, 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasinya, Raja Grafindo Persada : Jakarta

_______, 2003, Teori Ekonomi Produksi, Dengan Pokok Bahasan Analisis FungsiCobb Douglas, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

_______, 2002, Analisis Usaha tani, Penerbit UI-Press

Sukirno, Sadono. 1997. Ekonomi Pembangunan dan Masalah DasarKebijaksanaan. Jakarta. LPFE VI.

Sukirno, Sadono. 2002. Teori Mikro Ekonomi. Cetakan Keempat Belas. RajawaliPress: Jakarta

Sukirno, Sadono.2004. Pengantar Teori Makroekonomi. Edisi Ketiga. Jakarta. PTRajagrafindo Persada.

Soeratno dan Arsyad, L..,2003, Metodologi Penelitian untuk Ekonomi danBisnis,Edisi Revisi, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Suyana Utama, Made. 2007. “Buku ajar Aplikasi Analisis Kuantitatif. Denpasar:Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

Page 110: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

95

Swasono, Sri-Edi. (2004). Kebersamaan dan Asasa Kekeluargaan . Jakarta: UNJPress.

Tanjung, H Bahdin Nur, Ardial, 2005, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah(Proposal, Sekripsi, dan Tesis), Penerbit Prenoda Media, Jakarta.

Thamrin, Muhammad. Khair, Hadriman dan Ryantika, Ade, 2011, EvaluasiProgram Penyuluhan Pertanian dan Pengaruh Faktor Sosial Ekonomiterhadap Pendapatan Petani Padi Sawah, Agrium, April 2011 Volume 16No 3, pp.179-190.

Tjiptoherijanto, 1989, Untaian Pengembangan SDM Dalam Era Globalisasi,Jakarta, PT. Gresindo.

Tjiptoherijanto, Prijono; M. Yasin; Bakir Hasan; dan Djunaedi Hadisumarto, (ed).1982. Sumberdaya Manusia, Kesempatan Kerja, dan PembangunanEkonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UniversitasIndonesia

Todaro, P.Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta:Penerbit Erlangga

Tohir, K.A, 1993, Seuntai Pengetahuan tentang Ussaha Tani Indonesia, BinaAksara, Jakarta.

Tumanggor, Doody S., (2009) , Analisis Faktor-faktor yang MempengaruhiProduksi Coklat di Kabupaten Dairi , Tesis Sekolah PascasarjanaUniversitas Sumatra Utara, Medan.

Umar, H. 1999. Metodologi Penelitian. Cetakan Kedua Jakarta. PT.GramediaPustaka Utama.

Umar, Husein, 1997, Metodologi Penelitian, Aplikasi dalam pemasaran, Jakarta,PT. Gramedia Pustaka Utama.

Umar Tirtarahardja dan La Sulo.(1994).Pengantar Pendidikan.Jakarta :Depdikbud

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969tentang Ketentuan Pokok Ketenagakerjaan.

Universitas Brawijaya Malang, 2006, Makalah Pembangunan Pertanian,(Omline), (http://www.adobe.com/products/acrobat/messaging/search,html), diakses 4 Pebruari 2007.

Page 111: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

96

Widayat, Wahyu, 2001, Matematika Ekonomi, BPFE, Yogyakarta.

Widowati, Endang, 2007. ”Analisis Ekonomi Usahatani Padi Organik DiKabupaten Sragen”, Tesis, MESP UNS, Surakarta

Winardi, 1996, Azas - Azas Marketing, Alumni, Bandung

Yanutya, Pukuh Ariga Tri. 2013 “Analisis Pendapatan Petani Tebu diKecamatanJepon Kabupaten Blora”. Skripsi. Jurusan EkonomiPembangunan. Fakultas Ekonomi.Universitas Negeri Semarang.

Zain, Achmad, 2012, Pengaruh Biaya Produksi dan Penerimaan terhadapPendapatan Petani padi sawah di Loa Gagak Kabupaten KutaiKartanegara,https://agribisnisfpumjurnal.files.wordpress.com/2012/03/jurnal-vol-7-no-1-zaini.pdf(diunduh tanggal 27 – 3 – 2015)

Zastrow, Charles H. (2000), Introduction to Social Work and Social Welfare,Pacific Grove: Brooks/Cole

https://www.google.co.id/webhp?ie=utf-8&oe=utf-8&gws_rd=cr&ei= jZWjVefA

MMia NtOAnPAP#q=Gambar+skala+produksi&start=0 ( diunduh pada

tanggal 14 Juli 2015)

Page 112: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

97

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1PEDOMAN WAWANCARA.

Hari/Tanggal :

Surveyor :

Lokasi :

A. Identitas Responden :

1) Nama Petani :

2) Alamat :

3) Usia :

4) Jenis kelamin :

5) Pendidikan :

6) Jumlah anggota keluarga :

7) Berapa kali mengikuti pelatihan :

B. Daftar Pertanyaan :

a.Berapakah luas lahan garapan Bp. (are)?

b.Berapakah tenaga kerja yang dipergunakan (orang)?

c. Berapakah biaya yang dikeluarkan dalam satu perioda produksi asparagus (Rp)?

d. Berapakahjumlahprodukusahataniasparagus yangdiperolehper luasgarapan(kg)?

e. Berapakahhargahasilproduksi asparagus (Rp/kg)?

f. Berapakahpendapatanusahataniasparagus per luasgarapan (Rp.)?

Page 113: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

98

Lampiran 2 Data Hasil Penelitian

No Luas Lahan/X1

TenagaKerja/ X2

Pelatihan/X3

ProduksiAsparagus/ y1

Pendapatan RTPetani/ y2

(are) (or) (kali) (kg) (Rp)1 25 5 4 1.435 37.461.0342 15 3 2 861 22.476.6213 14 3 2 803 20.978.1794 16 4 3 1.148 29.968.8275 30 6 5 1.722 44.953.2416 30 6 5 1.722 44.953.2417 15 3 2 861 22.476.6218 10 2 2 574 14.984.4149 10 2 2 574 14.984.41410 10 2 2 574 14.984.41411 20 4 3 1.148 29.968.82712 10 2 2 574 14.984.41413 15 3 2 861 22.476.62114 10 2 2 574 14.984.41415 8 2 1 459 11.987.53116 9 4 3 1.148 29.968.82717 12 3 2 861 22.476.62118 14 4 3 1.033 26.971.94519 16 4 3 1.148 29.968.82720 10 2 2 574 14.984.41421 20 4 3 1.148 29.968.82722 25 5 4 1.435 37.461.03423 10 2 2 574 14.984.41424 15 5 2 861 22.476.62125 15 3 2 861 22.476.62126 20 6 3 1.148 29.968.82727 5 1 1 287 7.492.20728 5 1 1 287 7.492.20729 10 2 2 574 12.984.41430 10 2 2 574 14.984.41431 21 4 3 1.148 29.968.82732 6 1 1 344 8.990.64833 5 1 1 287 7.492.20734 5 1 1 287 7.492.20735 8 2 1 459 11.987.53136 8 2 1 459 11.987.53137 5 1 1 287 7.492.20738 12 2 2 689 17.981.296

Page 114: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

99

39 25 5 4 1.435 37.461.03440 10 2 2 574 14.984.41441 10 2 2 574 14.984.41442 10 2 2 574 14.984.41443 7 1 1 402 10.489.09044 20 4 3 1.148 29.968.82745 20 4 3 1.148 29.968.82746 15 3 2 861 22.476.62147 10 2 2 574 14.984.41448 5 1 1 287 7.492.20749 13 3 2 746 19.479.73850 15 3 2 861 22.476.62151 15 3 2 861 22.476.62152 7 2 1 402 10.342.89053 10 2 1 574 15.200.03654 12 2 2 787 20.925.73655 8 2 1 787 21.865.26356 10 2 1 787 21.658.21357 15 3 3 861 22.240.53958 10 2 2 574 14.984.41459 8 2 1 787 21.865.26360 15 3 2 861 22.938.75961 10 2 2 574 14.984.414

Page 115: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

100

Lampiran 3 Hasil Analisis Jalur

Page 116: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

101

Page 117: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

102

Page 118: pengaruh luas lahan, tenaga kerja, dan pelatihan melalui produksi

103