kajian standar bangunan pendidikan sesuai...
TRANSCRIPT
PT. BAHANA NUSANTARA
REHULINA APRIYANTI, ST., MT
KAJIAN STANDAR BANGUNAN PENDIDIKAN SESUAI PERATURAN DAN IDENTITAS ARSITEKTUR KOTA DEPOK
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA Jalan Margonda Raya No. 100, Pondok Cina Depok, Jawa Barat
2020
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
i |
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga
Laporan “Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas
Arsitektur Kota Depok” telah dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Laporan “Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas
Arsitektur Kota Depok” memuat peraturan-peraturan yang terkait dengan bangunan
gedung dan bangunan pendidikan, serta dalam laporan ini juga dituangkan proses
identifikasi lokasi perencanaan, analisis dan konsep untuk menghasilkan sebuah standar
bangunan pendidikan.
Identitas arsitektur Kota Depok untuk bangunan pendidikan khususnya pada
bangunan SMPN diharapkan dapat menjadi sebuah ide gagasan yang dapat membedakan
antara banguanan pendidikan di Kota Depok dengan bangunan pendidikan di kota-kota
lainnya.
Pada akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah banyak
membantu dalam proses penyusunan Laporan Kajian Standar Bangunan Pendidikan
Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok” ini.
Depok, April 2020
Penulis
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
ii |
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG 1-1
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN 1-2
1.3. LOKASI KEGIATAN 1-2
1.4. STANDAR TEKNIS 1-3
BAB II IDENTIFIKASI LOKASI PERENCANAAN
2.1. LOKASI PERENCANAAN 2-1
2.2. DATA TAPAK (SITE) 2-2
2.3 DOKUMENTASI HASIL SURVEY 2-6
2.4. DATA KEGIATAN 2-7
BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI
3.1. PEDOMAN DAN ARAHAN PENDEKATAN 3-1
3.1.1. Pendekatan Terhadap Kebijakan dan Pendekatan Undang-Undang
3-3
3.1.2. Pendekatan Narative Study 3-3
3.1.3. Pendekatan Case Study 3-4
3.1.4 Pendekatan Teoritis 3-5
3.2. METODOLOGI 3-8
3.2.1. Metodologi Pelaksanaan Studi 3-8
3.2.2. Identifikasi Permasalahan 3-10
3.2.3. Kajian Pustaka 3-11
3.2.4. Perumusan Tujuan Penelitian 3-15
3.2.5. Pengumpulan Data 3-15
3.2.6. Analisis Data dan Penafsiran Hasil Analisis 3-17
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
iii |
BAB IV ANALISIS DAN KONSEP PERANCANGAN
4.1. ANALISIS SITE 4-1
4.1.1. Analisis Vegetasi 4-1
4.1.2. Analisis Sirkulasi dan Kegiatan 4-3
4.1.3. Analisis View 4-6
4.2. Kebutuhan Ruang 4-8
BAB V STANDAR BANGUNAN PENDIDIKAN SESUAI PERATURAN DAN IDENTITAS ARSITEKTUR KOTA DEPOK
5.1. STANDAR SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
5-2
5.2. KOMPONEN BAHAN BANGUNAN 5-11
5.3. IDENTITAS ARSITEKTUR KOTA DEPOK UNTUK BANGUNAN PENDIDIKAN
5-12
5.4. KONSEP DESAIN 5-16
BAB VI PENUTUP
6.1. KESIMPULAN 6-1
6.2. SARAN 6-1
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
iv |
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Site Lokasi Perencanaan Bangunan Pendidikan 2-1
Gambar 2.2. Batas Site Perencanaan Bangunan Pendidikan 2-2
Gambar 2.3. Aksesbilitas Perencanaan Bangunan Pendidikan 2-3
Gambar 2.4. Kontur Perencanaan Bangunan Pendidikan 2-4
Gambar 2.5. Data Vegetasi Perencanan Bangunan Pendidikan 2-5
Gambar 2.6. Kegiatan Pematokan pada Perencanaan 2-8
Gambar 2.7. Kegiatan Pemberian Tanda pada Vegetasi 2-9
Gambar 3.1. Kerangka Pikir Pedekatan Pelaksanaan Pekerjaan 3-2
Gambar 3.2. Pendekatan Terhadap Kebijakan dan Peraturan Perundang-Undangan
3-3
Gambar 3.3. Pendekatan Narative Study 3-4
Gambar 3.4. Pendekatan Case Study 3-5
Gambar 3.5. Langkah-Langkah Pelaksanaan Studi 3-10
Gambar 3.6. Klasifikasi Bangunan Gedung 3-12
Gambar 4.1. Analisis Vegetasi dan Elemen Hardscape 4-1
Gambar 4.2. Analisis Klasifikasi Jenis Vegetasi 4-2
Gambar 4.3. Analisis Kegiatan Pengguna Pada Bangunan Sekolah 4-3
Gambar 4.4. Analisis Sirkulasi Yang Terjadi Akibat Kegiatan 4-5
Gambar 4.5. Analisis View Bangunan 4-6
Gambar 5.1. Gong si Bolong dan Tokoh Seni 5-13
Gambar 5.2. Tugu Gong si Bolong di Tanah Baru, Kota Depok 5-14
Gambar 5.3. Penggunaan ornament Gong si Bolong pada Batik 5-14
Gambar 5.4. Konsep Desain Gong si Bolong pada roster 5-16
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
v |
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Kebutuha Ruang untuk Ruangan Kelas Baru dan
Laboratorium
4-8
Tabel 4.2. Kebutuhan Ruang untuk Ruangan Pengelola 4-9
Tabel 4.3. Kebutuhan Ruang untuk Ruangan Penunjang 4-9
Tabel 4.4. Kebutuhan Ruang untuk Kegiatan Servis 4-10
Tabel 4.5. Kebutuhan Ruang untuk Ruangan Terbuka 4-10
Tabel 5.1. Rasio Minimum Luas Lahan Terhadap Peserta Didik 5-3
Tabel 5.2. Luas minimum lahan untuk SMP yang memiliki kurang dari
15 peserta didik per rombongan belajar
5-3
Tabel 5.3. Rasio minimum luas lantai bangunan terhadap peserta
didik
5-5
Tabel 5.4. Luas minimum lantai bangunan untuk SMP yang memiliki
kurang dari 15 Peserta didik per rombongan belajar
5-5
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 1 - 1 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
1.1. LATAR BELAKANG
Kebutuhan bangunan gedung negara yang nyaman, aman, dan berkualitas terus
meningkat. Selain itu, Kota Depok yang memiliki visi ‘Unggul, Nyaman, dan Religius’.
Adapun Program Unggulan Kota Depok adalah sebagai berikut: Zero Waste City (Kota
Bebas Sampah), Smart Healthy City (Kota Sehat), dan Family Friendly City (Kota Ramah
Keluarga) maka harus didukung dengan pelayanan publik yang berkualitas untuk
masyarakat. Salah satu parameter kualitas pelayanan publik adalah adanya
sarana dan prasarana yang mendukung pelayanan publik. Fokus dari Pekerjaan
pembangunan atau rehabilitasi adalah meningkatkan kualitas sarana dan prasarana
pelayanan publik.
Kualitas sarana dan prasarana pelayanan publik ditentukan oleh proses
perencanaan yang baik. Perencanaan yang dimaksud adalah perencanaan yang sesuai
dengan peraturan-peraturan terkait petunjuk teknis bangunan gedung yang berlaku.
Sarana dan prasarana pelayanan publik merupakan bangunan gedung negara
yang juga menjadi wajah suatu kota. Oleh sebab itu, diperlukan standard atau acuan
khusus yang menjadi pedoman pembangunan atau rehabilitasi pada bangunan-bangunan
tersebut sehingga visi dan misi serta program unggulan dapat diwujudkan dalam
bentuk bangunan gedung yang akan menjadi iedntitas Kota Depok.
Sehingga diharapkan pada kajian standar bangunan pendidikan di Kota Depok ini,
dapat memenuhi ketentuan yang sesuai dengan peraturan dan identitas arsitektur kota
depok.
P E N D A H U L U A N
BAB I
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 1 - 2 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari Penulisan Kajian standar bangunan pendidikan sesuai peraturan dan
identitas arsitektur Kota Depok adalah agar didapati sebuah standar pembangunan untuk
bangunan pendidikan yang memiliki kesesuaian dengan Peraturan dan Identitas
Arsitektur Kota Depok.
Sedangkan tujuan dari penulisan Kajian standar bangunan pendidikan sesuai
peraturan dan identitas arsitektur Kota Depok ini dapat dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga hasilnya memenuhi terget Kualitas, Kuantitas, Waktu dan Biaya yang ditetapkan.
1.3. LOKASI PERENCANAAN
Lokasi Kajian standar bangunan pendidikan sesuai peraturan dan identitas
arsitektur Kota Depok, SMPN 23 berlokasi di Jl. Mesjid RT. 02 RW 06 Kel. Harjamukti, Kec.
Cimanggis Kota Depok. Dengan Luas : 4.000 m2.
Gambar 1.1. Foto Udara Lokasi Site SMPN 23 Kota Depok
Sumber : Data Lapangan, 2019
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 1 - 3 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
1.4. STANDAR TEKNIS
Adapun standar teknis pada Kajian standar bangunan pendidikan sesuai
peraturan dan identitas arsitektur Kota Depok, adalah sebagai berikut:
- Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 22/PRT/M/2018 Tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Nomor :
02/PRT/M/2015, tanggal 24 Februari 2015, tentang Bangunan Gedung Hijau;
- Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor: 24 tahun 2007, tanggal 28 Juni
2007, tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA);
- Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2013 tentang Bangunan dan Izin
Mendirikan Bangunan;
- Peraturan Wali Kota Depok Nomor 12 Tahun 2015 tentang Persyaratan dan
Tata Cara Perizinan Pembangunan dan Pemanfaatan Pembangunan
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 2 - 1 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
2.1. LOKASI PERENCANAAN
Kajian standar bangunan pendidikan sesuai peraturan dan identitas arsitektur
Kota Depok, berlokasi di berlokasi di Jl. Mesjid RT. 02 RW 06 Kel. Harjamukti, Kec.
Cimanggis Kota Depok.
Gambar 2.1. Site Lokasi Perencanaan Bangunan Pendidikan SMPN di Kota Depok
Sumber : Data Lapangan, 2019
IDENTIFIKASI LOKASI PERENCANAAN
BAB II
SITE
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 2 - 2 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
2.2. DATA TAPAK (SITE)
Pada Kajian standar bangunan pendidikan sesuai peraturan dan identitas
arsitektur Kota Depok, terdapat beberapa variable yang akan diuraikan terkait dengan
kondisi tapak (site).
1. Data Batasan Site
Site Rencana Lokasi SMPN di Kota Depok berbatasan dengan pemukiman dan
lahan kosong. Batasan berdasarkan pembagian arah mata angin sebagai berikut :
- Utara : Berbatasan dengan jalan menuju site
- Selatan : Berbatasan dengan Lahan Kosong
- Barat : Berbatasan dengan Pemukiman
- Timur : Berbatasan dengan Pemukiman
-
Gambar 2.2. Batas Site Perencanaan Bangunan Pendidikan SMPN di Kota Depok
Sumber : Data Lapangan, 2019
Akses Menuju Site Pemukiman Pemukiman Lahan Kosong
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 2 - 3 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
2. Data Aksesbilitasi
Pencapaian ke site dapat diakses dari Jalan Buperta, Jalan Raya TPU Pondok
Rangon, dan Jalan Kranggan. Untuk mencapai site dapat menggunakan
transportasi pribadi (Mobil/Motor) maupun transportasi umum. Untuk
penjabaran akses ke site lebih jelas, seperti gambar berikut :
Gambar 2.3. Aksesbilitas Perencanaan Bangunan Pendidikan SMPN di Kota Depok
Sumber : Data Lapangan, 2019
Keterangan Gambar Aksesbilitasi Site :
Jalan Buperta – Jalan Alternatif Cibubur – Jalan Jambore – Jalan Menuju Site
Jalan Raya TPU Pondok Rangon – Jalan Jambore – Jalan Menuju Site
Jalan Raya Kranggan – Jalan Alternatif Cibubur – Jalan Jambore – Jalan Menuju Site
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 2 - 4 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
3. Kontur / Topografi
Kondisi site berkontur dengan titik terendah pada ketinggian 60,75 dari ketinggian
65,75 pada permukaan jalan. kontur pada site menurun ke arah selatan site
(menuju lahan kosong) dengan titik terendah pada ketinggian 61,5 dan menurun
ke arah timur site dengan titik terendah pada ketinggian 60,75.
Gambar 2.4. Kontur Perencanaan Bangunan Pendidikan SMPN di Kota Depok
Sumber : Data Lapangan, 2019
Keterangan gambar data kontur site sebagai berikut :
K1 titik kontur pada ketinggian 65,5
K2 titik kontur pada ketinggian 64
K3 titik kontur pada ketinggian 61,5
K4 titik kontur pada ketinggian60,75
K1
K2
K3
K4
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 2 - 5 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
4. Data Vegetasi Eksisting
Vegetasi dalam ekologi adalah istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan di
suatu tempat tertentu, mencakup baik perpaduan komunal dari jenis-jenis flora
penyusunnya maupun tutupan lahan yang dibentuknya. Pada eksisting site
terdapat beberapa macam pohon berbuah, antara lain:
P1 : Pohon Rambutan
P2 : Pohon Mangga
P3 : Pohon Jambu Air
P4 : Pohon Pisang
Gambar 2.5. Data Vegetasi Perencanaan Bangunan Pendidikan SMPN di Kota Depok
Sumber : Data Lapangan, 2019
Pohon Mangga
Pohon Jambu Air
Pohon Mangga
Pohon Pisang
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 2 - 6 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
2.3. DOKUMENTASI HASIL SURVEY
Pada Kajian standar bangunan pendidikan sesuai peraturan dan identitas
arsitektur Kota Depok, terdapat hasil dokumentasi seperti pada gambar dibawah ini.
Aksesbilitas menuju tapak dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Hanya saja pada jalan masuk didepan tapak lebar jalan mengecil.
Kondisi tapak yang akan dijadikan sebagai lahan untuk SMPN 23 Kota Depok, masih dalam kondisi terjaga dengan vegetasi berupa tanaman buah.
Beberapa patok yang telah dipasang pada lahan SMPN 23 dan SDN Harjamukti 5 merupakan titik acuan dalam perencanaan.
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 2 - 7 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
2.4. DATA KEGIATAN
1. Kegiatan Pematokan
Kegiatan pematokan (setting out/stake out) adalah memindahkan atau
mentransfer titik-titik yang ada dipeta perencanaan kelapangan (permukaan bumi).
Kegiatan pematokan dilakukan pada tahap awal pelaksanaan penulisan. Kegiatan ini
dilakukan untuk memastikan bahwa lahan yang dilaksanakan sesuai dengan lokasi yang
telah ditentukan sebagai lokasi untuk bangunan pendidikan di Kota Depok.
Pemetaan dengan menggunakan drone sedang dilakukan pada tapak (site) Lokasi SMPN 23 Kota Depok. Penentuan titik acuan dengan membentangkan kain sebagai titik acuan pada titik patok yang tekah ada di tapak.
Pengukuran dengan menggunakan Theodolit untuk mendapatkan hasil yang sesuai dan presisi terhadap boundary tapak (site)
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 2 - 8 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
Gambar 2.6. Kegiatan Pematokan pada Perencanaan Bangunan Pendidikan SMPN di Kota
Depok
Sumber : Data Lapangan, 2019
2. Kegiatan Pemberian Tanda Vegetasi yang Dipertahankan
Dalam mempertahankan vegetasi terdapat beberapa aspek yang harus
dipertimbangkan antara lain dengan mempertimbangkan aspek fungsional yang
disesuaikan dengan tujuan perancangan, peletakan tanaman yang diseuaikan dengan
tujuan dan fungsi tanaman, memperhatikan kerapatan antar vegetasi, bentuk, tinggi dan
lebar pohon dan lain-lain.
Pada site Perencanaan Pembangunan Bangunan Pendidikan SMPN di Kota Depok,
vegetasi yang dipertahankan antara lain:
- Pohon Rambutan
- Pohon Mangga
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 2 - 9 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
- Pohon Jambu Air
Gambar 2.7. Kegiatan Pemberian Tanda pada Vegetadi untuk Perencanaan Bangunan
Pendidikan SMPN di Kota Depok
Sumber : Data Lapangan, 2019
Pohon Mangga
Pohon Jambu Air
Pohon Mangga
Pohon Mangga
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 3 - 1 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
3.1. Pedoman Dan Arahan Pendekatan
Dalam membentuk kerangka pikir pendekatan guna menentukan metodologi
pelaksanaan yang tepat untuk penulisan ini Pedoman dan Arahan yang menjadi landasan
operasional umum adalah Kajian standar bangunan pendidikan sesuai peraturan dan
identitas arsitektur Kota Depok.
Sedangkan referensi-referensi yang menjadi bagian dari persyaratan teknis
mencakup tentang Spesifikasi Teknis Perencanaan. Dengan identifikasi terhadap
persyaratan pokok dan persyaratan teknis, maka dapat digambarkan kerangka pola pikir
pendekatan untuk perencanaan ini, seperti yang diperlihatkan pada diagram dibawah ini.
METODOLOGI
BAB III
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 3 - 2 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota
Depok
DATA
DESAIN BANGUNAN
DATA SEKUNDER
Berupa data-data literature terkait dengan STANDAR dan PEDOMAN tentang Bangunan dan PZ, Data Literatur Identitas Arsitektur Kota Depok
ANALISIS
Analisis Standar Pembangunan & Rehabilitasi;
Analisis Tipologi Arsitektur: sejarah, fungsi, dan bentuk
Analisi Tapak & Program Ruang
DATA PRIMER
Survey Lapangan dilakukan untuk mendapatkan GAMBARAN KONDISI LAHAN yang menjadi lokasi studi
LOKASI
Jalan Masjid RT 02 RW 06 Kelurahan
Harjamukti Cimanggis Depok
USULAN
Pra Rancangan Bangunan Pendidikan (SMPN) yang sesuai dengan Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Gambar 3.1. Kerangka Pikir
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Dari gambar diatas dapat terlihat pola pikir pendekatan yang akan dilaksanakan
pada Kajian standar bangunan pendidikan sesuai peraturan dan identitas arsitektur Kota
Depokdapat mengacu pada beberapa pendekatan.
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 3 - 3 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
3.1.1. Pendekatan Terhadap Kebijakan dan Peraturan Perundang-Undang
Dalam Perencanaan Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas
Arsitektur Kota Depok, aspek kebijakan dan peraturan perundangan-undangan
merupakan aspek yang diperhatikan. Kebijakan dan peraturan perundangan-undangan
tersebut merupakan landasan dan pedoman dalam pelaksanaan Studi ini.
Untuk dapat menyusun Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan
Identitas Arsitektur Kota Depok, standar pedoman terhadap sarana dan prasarana
pendidikan dapat dilihat pada kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sehingga penilaian terhadap gedung sekolah dapat dirumuskan sesuai dengan
NSPK yang berlaku.
Pendekatan terhadap kebijakan dan peraturan perundangan-undangan terkait
sebagai landasan atau pedoman dalam pelaksanaan Studi ini dapat dilihat pada gambar
berikut :
Gambar 3.1 Pendekatan Terhadap Kebijakan dan Peraturan Perundang – Undangan
Sumber : Analisis Penulis, 2020
3.1.2. Pendekatan Narative Study
Pendekatan Narrative Study adalah pendekatan yang dilakukan dengan menyusun
pengetahuan tentang kegiatan yang terjadi pada lokasi studi. Data dikumpulkan dari hasil
komunikasi (wawancara) dengan sumber data dalam hal ini adalah Dinas Pendidikan dan
Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Depok, dan data juga dapat dikumpulkan dari
Undang-Undang Peraturan
Pemerintah
Peraturan
Menteri
Perda Kebijakan & Per-
UU-an Lainnya
PRASARANA & SARANA PENDIDIKAN
IDENTIFIKASI & ELABORASI
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 3 - 4 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
catatan, foto, atau dokumen-dokumen lain. Data tersebut kemudian dianalisis secara
kualitatif untuk menyusun kebutuhan dan permasalahan yang ada pada setiap lokasi studi.
Pendekatan Narrative Study dilakukan untuk dapat mengumpulkan pengetahuan
tentang aktivitas yang terjadi di sekolah SMPN, dari hasil penyusunan aktivitas yang
terjadi di sekolah dapat diidentifikasi permasalahan terhadap kebutuhan dari setiap
sekolah. Kebutuhan yang muncul berdasarkan aktivitas yang terjadi di sekolah dapat
dirumuskan menjadi program ruang.
Program ruang yang dihasilkan dari kegiatan aktivitas para pelakunya dapat
dituangkan ke dalam zoning dan hubungan antar ruang, sehingga hasil perencanaan
sekolah SMPN di Kota Depok ini dapat menghasilkan sebuah desain yang sesuai dengan
kegiatan yang terjadi disetiap lokasi studi.
Gambar 3.2 Pendekatan Narative Study
Sumber : Analisis Penulis, 2020
3.1.3. Pendekatan Case Study
Pendekatan Case Study adalah pendekatan studi kasus untuk menyusun tentang
permasalahan yang memiliki batasan wilayah, kegiatan/program, atau waktu. Penelitian
tentang bangunan atau kawasan tertentu yang dibangun pada kurun waktu tertentu
termasuk dalam penelitian dengan pendekatan studi kasus.
Beragam metode pengumpulan data dapat digunakan yang terpenting adalah
dapat memahami kasus permasalahan yang sedang diteliti. Rekaman wawancara, data
kuesioner, data audio visual, dokumen, dlsbnya dianalisis secara kualitatif untuk
mengungkap pengetahuan tentang permasalahan secara utuh. Pendekatan studi kasus
dapat menjadi sepenuhnya kualitatif bila menggunakan metode pengumpulan data
terbuka.
ZONING
Hubungan Antar Ruang
AKTIVITAS
Kebutuhan Ruang
DATA
DATA PRIMER
Data Lahan
Data Aktivitas/Kegiatan
Studi Banding
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 3 - 5 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
Pada bangunan eksisting sekolah SMPN di Kota Depok terdapat permasalahan
pada umumnya yaitu keterbatasan lahan karena lokasi yang berada di pusat kota,
sehingga kebutuhan terhadap ruang kelas menyebabkan ruang-ruang kelas yang ada tidak
mengikuti standar ideal sebuah ruangan untuk kegiatan belajar dan mengajar.
Ada kalanya sekolah juga tidak memiliki fungsi ruang pelengkap seperti ruang lab,
perpustakaan, ruang aula dan juga ruang pelengkap lainnya. Dari hasil identifikasi
terhadap bangunan sekolah yang ada di lokasi studi, maka dapat diketahui kebutuhan
program ruang untuk pengembangan sekolah selanjutnya.
Gambar 3.4. Pendekatan Case Study
Sumber : Analisis Penulis, 2020
3.1.4. Pendekatan Teoritis
Melaksanakan kegiatan Perencanaan dapat diartikan sebagai proses kreasi yang
dijalankan menurut satu pola pikir (konsep perancangan) yang merupakan persepsi
Penulis terhadap keinginan yang dibangun atas asumsi-asumsi yang bersifat prinsip
sebagai teori pendekatan terhadap ide dan gagasan pemilik kegiatan.
Sehingga dalam kegiatan ini Penulis akan menjabarkan metodologi kerja yang
berisikan asumsi dan persepsi yang dibentuk berdasarkan informasi dari informasi
berbagai sumber lainnya yang diperoleh penulis sendiri. Adapun asumsi Penulis sebagai
upaya pendekatan teoritis terhadap ide dan gagasan pemilik secara garis besar dapat
dijabarkan sebagai berikut:
LOKASI STUDI
METODE (DATA)
Data Primer & Sekunder:
Survey Lapangan Observasi/Pengamatan Pengukuran & Pemetaan Uji Struktur Foto Wawancara Dokumen
Luas Lahan Kondisi Kontur Vegetasi Boundary Lahan Saluran Drainase Kondisi Tanah Aksesbilitas Sirkulasi View Matahari Angin Air Identitas Arsitektur
HASIL (DATA) USULAN
Bangunan Pendidikan yang Sesuai
dengan Peraturan &
Identitas Arsitektur Kota
Depok
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 3 - 6 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
1. Pendekatan Hukum
Sebagaimana lazimnya kegiatan Perencanaan, maka Studi Kajian standar
bangunan pendidikan sesuai peraturan dan identitas arsitektur Kota Depokini dalam
pelaksanaannya haruslah berdasarkan dan mempertimbangkan:
- Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung;
- Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan
Bangunan Gedung negara;
- Peraturan Menteri Studi Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia,
Nomor : 22/PRT/M/2018, tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
- Peraturan Menteri Studi Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia,
Nomor : 14/PRT/M/2017, tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung;
- Peraturan Menteri Studi Umum dan Perumahan Rakyat, Nomor :
02/PRT/M/2015, tanggal 24 Februari 2015, tentang Bangunan Gedung Hijau;
- Peraturan Menteri Studi Umum, Nomor : 26/PRT/M/2008, tanggal 30
Desember 2008, tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan;
- Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor: 24 tahun 2007, tanggal 28 Juni
2007, tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA);
- Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2013 tentang Bangunan dan Izin
Mendirikan Bangunan;
- Peraturan Wali Kota Depok Nomor 12 Tahun 2015 tentang Persyaratan dan
Tata Cara Perizinan Pembangunan dan Pemanfaatan Pembangunan;
- Peraturan Wali Kota Depok Nomor 27 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Pengajuan Izin Pemanfaatan Ruang dan Pengesahan Rencana Tapak (Site Plan);
- SNI 1726:2012 terkait tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
bangunan gedung dan non gedung;
- SOP Teknis Perencanaan Pembangunan Ruang Publik Milik Pemerintah Kota
Depok yang responsif Gender Nomor : 640/553/Taba/2017, tanggal 09 Oktober
2017.
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 3 - 7 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
2. Pendekatan Estetika
Sebagai suatu Gedung Pendidikan yang mempunyai peran penting maka output
Perencanaan haruslah dapat mencerminkan identitas dan kepribadian dari Arsitektur
Kota Depok sebagai sarana pendidikan, sebagai suatu lembaga yang diwujudkan dalam
kreasi dan desain yang iconic untuk membentuk building image.
3. Pendekatan Fungsi
Mempertimbangkan Fungsi dari setiap bangunan sekolah SMPN di Kota Depok,
maka Perencanaan Standar Pembangunan Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan
Identitas Arsitektur Kota Depok, haruslah dipandang sebagai kegiatan yang tidak hanya
menekankan kepada perencanaan fisik bangunan semata tetapi lebih sebagai perencanaan
fisik yang menunjang penuh kebutuhan sekolah yang memiliki identitas sesuai peraturan
dan arsitektur Kota Depok.
4. Pendekatan Ekonomis
Nilai ekonomis harus dilihat dari pelaksanaan pembangunan fisik yang dikaji
sebagai suatu analisa Biaya dan Keuntungan yang sedapat mungkin memberikan dampak
keuntungan yang dapat dirasakan bukan hanya dari tahap perawatan dan operasional
(pasca pembangunan) akan tetapi mulai dari tahap awal pembangunan yang sedapat
mungkin diciptakan dalam kolaborasi inter- disiplin ilmu.
5. Pendekatan Teknis
Selain peraturan dan ketentuan teknis yang mengikat dalam perencanaan dan
pembangunan maka Perencanaan Standar Pembangunan Bangunan Pendidikan Sesuai
Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok, ini harus dapat mengkaji secara optimal
dari perspektif teknis yang berlaku terhadap kriteria-kriteria yang memenuhi unsur-
unsur:
- Tepat tujuan dan sasaran
- Berdasarkan hukum
- Indah dan Estetis
- Fungsional
- Ekonomis
- Mudah Pelaksanaan dan Perawatan
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 3 - 8 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
3.2. METODOLOGI
3.2.1 Metodologi Pelaksanaan Studi
Berdasarkan pendekatan studi maka pada metodologi ini Penulis akan
menguraikan kreasi dan juga sedikit inovasi yang akan dijelaskan dari perspektif Penulis
atas ide dan gagasan pemilik Studi dan dimanifestasikan dalam bentuk program kerja,
konsep serta prinsip perencanaan Penulis yang nantinya akan diterapkan pada kegiatan
perencanaan sebagai bagian dari Konsep Perencanaan. Adapun konsep yang akan
dijelaskan nantinya merupakan prinsip-prinsip perencanaan Penulis dan dapat
ditambahkan kembali dalam pelaksanaan kegiatan dengan tidak mengurangi maksud dan
tujuan dari konsep itu sendiri. Perpaduan antara pendalaman literature / pustaka dan
studi dengan diperkaya dengan data-data eksisting lapangan yang secara nyata dalam
bentuk dan ruang menjadi kegiatan penting dalam perencanaan kegiatan.
Sejalan dengan penjelasan sebelumnya, maka dari teori pendekatan yang
dilakukan Penulis terhadap maksud yang terkandung, maka terlebih dahulu Penulis
menentukan garis-garis besar output perencanaan agar dapat membantu dalam
menentukan sifat ataupun jenis informasi yang dibutuhkan dan akan dikumpulkan,
menentukan dan merumuskan konsep perencanaan serta menentukan program kerja
dalam tim Penulis.
Secara umum Konsep Penulisan Kajian standar bangunan pendidikan sesuai
peraturan dan identitas arsitektur Kota Depok adalah Konsep Perencanaan yang
Berwawasan Lingkungan dan berkelanjutan (Sustainable Architechture) yang dalam
penerapannya akan menerapkan perencanaan dan pembangunan yang berwawasan Green
School Building. Kondisi eksisting sekolah SMPN di Kota Depok yang sudah terbangun dan
memerlukan perencanaan untuk Revitalisasi dan Rehabilitasi gedung sekolah, tidak
menghalangi perencanaan untuk menerapkan konsep Green School Building dikarenakan
konsep ini bisa digunakan baik pada perencanaan untuk pembangunan baru maupun
perbaikan bangunan sekolah. Pemanfaatan ruang luar terbuka hijau adalah aspek utama
yang dapat disentuh dalam elemen Green School Building, jika ditata dengan baik tidak
hanya menambahkan nilai keindahan dari kawasan sekolah SMPN di Kota Depok saja
tetapi dapat pula menambahkan capaian dari konsep Green School Building untuk
menjadikan Kota Depok sebagai kota yang memiliki Ruang Terbuka Hijau yang tertata
dengan baik.
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 3 - 9 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
Segala potensi dan keunggulan dari setiap aspek akan diwujudkan dalam kreasi
dan inovasi mandiri ataupun perpaduan dan kolaborasi dari berbagai aspek yang
mengoptimalkan pemanfaatan berbagai sumber daya serta teknologi untuk mewujudkan
suatu Masterplan Kawasan dan Elemen di dalamnya yang berwawasan lingkungan, estetis,
fungsional, efektif dan efisien, ekonomis dan mudah pelaksanaan.
Adapun tahapan pelaksanaan studi pada Studi Kajian standar bangunan
pendidikan sesuai peraturan dan identitas arsitektur Kota Depokadalah dilakukan dengan
urutan kegiatan mengenali permasalahan, mengumpulkan informasi, dan mendapatkan
solusi dari pemasalahan yang ada. Adapun langkah-langkah yang akan dikerjakan pada
pelaksanaan Studi Kajian standar bangunan pendidikan sesuai peraturan dan identitas
arsitektur Kota Depokdapat dikerjakan dengan 6 (enam) langkah, yaitu sebagai berikut :
1. Identifikasi permasalahan
2. Kajian Pustaka
3. Perumusan Tujuan
4. Pengumpulan Data
5. Analisis Data dan Penafsiran Hasil Analisis
6. Penulisan Laporan dan Pembahasan
Untuk lebih jelas mengenai langkah-langkah pelaksanaan Studi Perencanaan
Standar Pembangunan Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur
Kota Depok, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 3 - 10 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
Gambar 3.5. langkah-langkah pelaksanaan Studi Kajian standar bangunan pendidikan
sesuai peraturan dan identitas arsitektur Kota Depok
Sumber : Analisis Penulis, 2020
3.2.2. Identifikasi Permasalahan
Mengacu kepada latar belakang dan maksud serta tujuan dari Perencanaan
Standar Pembangunan Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur
Kota Depok, didapati isue yang menjadi latar belakang Studi ini dilaksanakan.
Terlihat jelas bahwa arti penting pendidikan di Indonesia pada umumnya, dan
Kota Depok pada khususnya mewajibkan setiap Pemerintah Daerah untuk peduli terhadap
meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa dan kualitas Sumber Daya Manusia,
mengembangkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan, keahlian dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, serta kepribadian
yang mantap dan mandiri.
Prasarana Pendidikan yang baik adalah prasarana yang dapat mendukung
pelayanan publik. Sebagai pelayanan publik maka didapati bahwa fokus dari kegiatan
pembangunan dan atau rehabilitasi adalah untuk meningkatkan kualitas sarana dan pra
sarana pelayanan publik. Kualitas sarana dan prasarana pelayanan publik ditentukan oleh
Identifikasi Permasalahan
Kajian Pustaka
Perumusan Tujuan
Pengumpulan Data
ANALISIS DATA & PENAFSIRAN HASIL ANALISIS
Penulisan Laporan
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 3 - 11 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
proses perencanaan yang baik. Dan perencanaan yang dimaksud adalah perencanaan yang
sesuai dengan peraturan-peraturan terkait petunjuk teknis bangunan gedung yang
berlaku.
Setiap Bangunan Gedung Negara harus diwujudkan dengan sebaik-baiknya,
sehingga mampu memenuhi secara optimal fungsi bangunannya dan dapat sebagai
teladan bagi lingkungannya, serta berkontribusi positif bagi perkembangan arsitektur di
Indonesia. Dan setiap Bangunan Gedung Negara harus direncanakan dan dirancang
dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat memenuhi kriteria teknis bangunan yang layak
dari segi mutu, biaya dan kriteria administrasi bagi Bangunan Gedung Negara.
3.2.3. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan standar
pedoman terkait dengan bangunan gedung pendidikan. Dan mengacu kepada kajian
pustaka yang dapat digunakan sebagai landasan dalam pelaksanaan Studi.
A. Undang-Undang Nomor 28 tentang Bangunan Gedung
Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, mempunyai
peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak, perwujudan produktivitas, dan
jati diri manusia. Oleh karena itu, penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan
dibina demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat,
sekaligus untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal, berjati diri, serta
seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
Bangunan gedung merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang. Oleh
karena itu dalam pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada pengaturan penataan
ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan
bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif
dan teknis bangunan gedung, serta harus diselenggarakan secara tertib.
Gedung sekolah merupakan salah satu contoh bangunan gedung negara yang
berfungsi sebagai tempat untuk melakukan kegiatan sosial yaitu pendidikan. Jenis
klasifikasi dari gedung sekolah tergantung dari tingkat kompleksitasnya, apakah termasuk
bangunan sederhana ataukah khusus, bertingkat atau tidak.
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 3 - 12 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
Untuk mempermudahkan dalam pengaturan menurut kelompok kegunaan gedung
dalam hal teknis dan administrasi, UUBG No. 28/2002 mengklasifikasikan bangunan
gedung menurut fungsinya seperti pada gambar berikut.
Gambar 3.6. Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan fungsinya
Sumber : UUBG No. 28/2002
Berdasarkan gambar diatas maka bangunan sekolah merupakan bangunan gedung
dalam konteks bangunan social budaya yang diatur dalam Undang-Undang tentang
Bangunan Gedung.
B. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Standar Sarana dan Prasarana sekolah
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24/2007, Standar
sarana dan prasarana ini mencakup:
1. kriteria minimum sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi informasi dan komunikasi,
serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah,
2. kriteria minimum prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan, ruang-ruang, dan
instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah.
Sedangkan dari pengertiannya, Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 3 - 13 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
dapat dipindah-pindah, Prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi
sekolah/madrasah, dan Rombongan belajar adalah kelompok peserta didik yang
terdaftar pada satu satuan kelas.
Standar Prasaran dan Sarana SMP/MTs
Untuk satuan pendidikan bagi Prasarana dan Sarana Pendidikan untuk sekolah
SMP/MTs adalah sebagai berikut :
1. Satu SMP/MTs memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani minimum 3
rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar.
2. Minimum satu SMP/MTs disediakan untuk satu kecamatan.
3. Seluruh SMP/MTs dalam setiap kecamatan menampung semua lulusan SD/MI di
kecamatan tersebut.
4. Lokasi setiap SMP/MTs dapat ditempuh peserta didik yang berjalan kaki
maksimum 6 km melalui lintasan yang tidak membahayakan.
Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:
1. ruang kelas,
2. ruang perpustakaan,
3. ruang laboratorium IPA,
4. ruang pimpinan,
5. ruang guru,
6. ruang tata usaha,
7. tempat beribadah,
8. ruang konseling,
9. ruang UKS,
10. ruang organisasi kesiswaan,
11. jamban,
12. gudang,
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 3 - 14 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
13. ruang sirkulasi,
14. tempat bermain/berolahraga.
C. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 13 Tahun 2013 Tentang
Bangunan dan IMB
Dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016, terdapat perihal mengenai
persyaratan bangunan sebagai berikut: “Setiap bangunan, baik bangunan gedung maupun
bangunan bukan gedung wajib memenuhi persyaratan teknis dan administrasi sesuai
dengan fungsi, klasifikasi, dan jenis bangunan”.
Penyelenggaraan Bangunan merupakan kegiatan yang meliputi:
1. Pembangunan;
2. Pemanfaatan;
3. Pelestarian; dan
4. Pembongkaran
Adapun tahapan yang akan dilaksanakan pada pembangunan bangunan,
diselenggarakan melalui tahapan:
1. Perencanaan Teknis;
2. Pelaksanaan Konstruksi;
3. Pengawasan Konstruksi
Pembangunan bangunan gedung harus berdasarkan SNI atau standar teknis
lain yang berlaku serta tidak diperkenankan menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan.
Lingkup perencanaan teknis bangunan gedung meliputi:
1. Penyusunan konsep perencanaan,
2. Pra rencana,
3. Pengembangan rencana,
4. Rencana detail,
5. Pembuatan dokumen pelkasanaan konstruksi,
6. Pemberian penjelasan dan evaluasi pengadaan jasa pelaksanaan,
7. Pengawasan berkala pelaksanaan konstruksi,
8. Penyusunan petunjuk pemanfaatan bangunan gedung.
Pelaksanaan konstruksi bangunan gedung berupa pembangunan bangunan
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 3 - 15 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
gedung baru, perbaikan, penambahan, perubahan dan/atau pemugaran bangunan gedung
dan/atau instalasi dan/atau perlengkapan bangunan gedung. Pembongkaran bangunan
gedung harus dilaksanakan secara tertib dan mempertimbangkan keamanan, keselamatan
masyarakat dan lingkungannya.
Identifikasi bangunan perlu dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok, Pemerintah
Kota mengidentifikasikan bangunan yang akan ditetapkan untuk dibongkar berdasarkan
hasil pemeriksaan dan/atau laporan dari masyarakat sebagai bentuk pengawasan dan
pengendalian. Hasil identifikasi meliputi:
- Bangunan yang tidak laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki lagi atau bangunan
yang rapuh;
- Bangunan yang pemanfaatannya menimbulkan bahaya bagi pengguna, masyarakat
dan lingkungannya;
- Bangunan yang tidak memiliki IMB;
- Bangunan yang tidak sesuai dengan dokumen perencanaan kota; dan
- Bangunan yang tidak sesuai dengan dokumen IMB.
3.2.4. Perumusan Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari Studi perencanaan yang dilakukan oleh Penulis
Perencanaan ini adalah agar pelaksanaan Studi Kajian standar bangunan pendidikan
sesuai peraturan dan identitas arsitektur Kota Depokdapat membuat Perencanaan
Bangunan Sekolah yang sesuai dengan Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok.
3.2.5. Pengumpulan Data
Data dan informasi yang dibutuhkan dalam Studi Perencanaan Standar
Pembangunan Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota
Depok, mencakup data primer dan sekunder baik spasial ataupun non spasial dilakukan
dengan teknik-teknik pengumpulan data. Untuk memastikan data yang diperoleh sesuai
dan tepat, Penulis perlu mengumpulkan data informasi awalan kemudian dilakukan
analisis pra rancangan.
1. Pengumpulan Informasi
Informasi yang dibutuhkan dalam Perencanaan ini mencakup data primer dan
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 3 - 16 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
sekunder baik spasial ataupun non spasial dilakukan dengan teknik-teknik pengumpulan
data sebagai berikut :
a. Pemetaan dengan menggunakan drone, sehingga dihasilkan gambaran kondisi foto
udara kawasan sekolah yang menjadi lokasi studi, sehingga memudahkan dalam
perencanaan membuat peta situasi sekolah dan lingkungan sekitar sekolah;
b. Pengukuran langsung, digunakan untuk mengukur lahan. Teknik pengukuran akan
dilaksanakan secara akurat dan mendetil dengan menggunakan peralatan yang
baik dan terkalibrasi seperti :
- Pita Pengukur Panjang 5 m dan 10 m,
- Alat Pengukur Digital
- Theodolite dan Rambu Ukur.
- Kamera Digital.
c. Survei inventori dan pengamatan dilakukan untuk data yang dapat dikumpulkan
melalui pengamatan visual, seperti pengamatan contoh material, peralatan dan
lain- lain.
d. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang bersifat non spasial
yang dilaksanakan dalam bentuk tanya jawab yang meliputi fungsi, kegunaan
ataupun kebutuhan dan pencapaian fungsi bangunan yang diharapkan.
e. Teknik wawancara dan inventarisasi akan dilaksanakan secara paralel dengan
tinjauan langsung ke objek survei dan wawancara langsung dengan stakeholder
ataupun pihak terkait lainnya yang setidak-tidaknya diharapkan dapat
menghasilkan data-data akurat tentang :
f. Studi literatur Penulis dimaksudkan untuk mendapatkan peraturan ataupun
regulasi lain yang dirasa perlu sebagai pertimbangan dalam kegiatan perencanaan
ini. Studi literatur akan dilakukan secara manual melalui kunjungan ke instansi
terkait yang mengeluarkan peraturan ataupun regulasi (bila ada).
Dan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan perencanaan ini maka Penulis masih
berpatokan kepada peraturan ataupun ketentuan dan regulasi tentang bangunan gedung
khususnya dengan fungsi perkantoran.
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 3 - 17 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
3.2.6. Analisis Data dan Penafsiran Hasil Analisis
Dalam pengolahan data hasil dari identifikasi maka tahap selanjutnya dilakukan
proses analisis data dan penafsiran hasil analisis. Adapun Analisis Data yang dihasilkan
berupa analisis sebagai berikut :
1. Analisis standar pembangunan dan rehabilitasi sesuai dengan peraturan yang
berlaku, termasuk didalamnya definisi dan klasifikasi atau pengelompokkan jenis
kegiatan yang termasuk ke dalam kelompok pembangunan dan rehabilitasi;
2. Analisis Tipologi Arsitektur, yang termasuk didalamnya adalah analisis tipologi
dengan cara menggali dari sejarah untuk mengetahui ide awal dari suatu
komposisi, atau dengan kata lain mengetahui asal usul atau suatu kejadian suatu
objek arsitektural; analisis tipologi dengan cara mengetahui fungsi suatu objek;
analisis tipologi dengan cara mencari bentuk sederhana suatu bangunan melalui
pencarian bangun dasar serta sifat dasarnya
3. Analisis Tapak dan Program Ruang, yang termasuk didalamnya adalah
menemukenali apa yang menjadi permasalahan dan potensi tapak serta
melakukan analisis terhadap bentuk site (boundary), luas lahan, vegetasi, kontur,
matahari, angin, air, view, aksesbilitas, sirkulasi dan kondisi tanah. Serta dilakukan
analisis program ruang dan zoning.
Hasil pengolahan data sekunder dan data primer akan menghasilkan sebuah
proses analisis yang dapat mengarahkan perencanaan pada tahap selanjutnya.
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 4 - 1 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
4.1. ANALISIS SITE
4.1.1. Analisis Vegetasi
Pohon atau perdu dapat berdiri sendiri sebagai elemen sculpture pada lansekap
atau dapat digunakan sebagai enclosure, sebagai tirai penghalang pemandangan yang
kurang baik, menciptakan privasi, menahan suara atau angin, memberi latar belakang
suatu obyek atau memberi naungan yang teduh di musim panas. Dalam perencanaan
tapak pembangunan SMP di Kota Depok, tanaman yang dipertahankan antara lain : pohon
rambutan, pohon mangga, dan pohon jambu air.
Selain sebagai peneduh, pohon juga didesain untuk memiliki fungsi dan estetika. Di
bawah pohon diberi elemen pendukung landscape berupa kursi taman yang melingkari
pohon untuk istirahat sejenak, atau sebagai tempat berkumpul para siswa.
Gambar 4.1. Analisis Vegetasi dan Elemen Hardscape
Sumber : pinterest.com, 2019
ANALISIS DAN KONSEP PERANCANGAN
BAB IV
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 4 - 2 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
Selain mempertahankan vegetasi, penambahan vegetasi juga dilakukan pada site.
Penambahan vegetasi yaitu :
- Pohon Bambu Jepang
Penambahan Vegetasi Bambu Jepang sebagai pembatas site yang berbatasan
dengan pemukiman di sisi barat (B1).
- Pohon Pucuk Teh Merah
Penambahan Vegetasi Pohon Pucuk Teh Merah pada sisi utara yang akan
dirancang sebagai area parkir (A1), sebagai pembatas antara gedung dengan
lapangan olahraga (A2), dan sebagai pembatas pada sisi selatan yang berbatasan
dengan lahan kosong (A3).
Gambar 4.2. Analisis Klasifikasi Jenis Vegetasi
Sumber : analisis penulis, 2020
Bambu Jepang
Teh pucuk Merah
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 4 - 3 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
4.1.2. Analisis Sirkulasi dan Kegiatan
Sirkulasi pada site terbentuk berdasarkan aktivitas user. Pada Perencanaan
Standar Pembangunan Bangunan Pendidikan terdapat sedikitnya 3 user yaitu : siswa,
guru, dan petugas sekolah / servis. Dari ketiga user tersebut, memiliki aktivitas yang
berbeda-beda. Sehingga alur sirkulasi yang terbentuk juga berbeda.
Gambar 4.3. Analisis Kegiatan Pengguna Pada Bangunan Sekolah
Sumber : analisis penulis, 2020
Berdasarkan kegiatan pengguna maka sirkulasi yang terjadi yaitu :
1. Alur sirkulasi murid berdasarkan aktivitas :
- Datang
- Masuk ke gedung sekolah
- Kegiatan pembelajaran di dalam ruangan (kelas, lab komp., perpustakaan, dll.)
- Kegiatan Pembelajaran di luar ruangan (lapangan olahraga)
- Kantin, toilet, mushollah
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 4 - 4 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
- Pulang sekolah
2. Alur sirkulasi guru berdasarkan aktivitas:
- Datang
- Masuk ke gedung sekolah
- Kegiatan di dalam ruang guru
- Kegiatan mengajar di dalam ruangan (kelas, lab komp, dll.)
- Kegiatan Pembelajaran di luar ruangan (lapangan olahraga)
- Kantin, toilet, mushollah
- Pulang sekolah
3. Alur sirkulasi pengurus sekolah / servis berdasarkan aktivitas :
- Datang
- Masuk ke gedung sekolah
- Kantin / ruang servis
- Toilet, mushollah
- Pulang sekolah
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 4 - 5 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
5.1.3. Analisis View
Dalam analisis view mempertimbangkan tatanan massa mengarah kearah yang
baik atau tidak. Tatanan sekolah yang baik yaitu menghadap arah jalan, agar memberikan
kesan bangunan menerima pengunjung / user. Maka pada bangunan U dihadapkan kearah
jalan. Sedangkan pada bangunan I dirancang menyamping ke arah bangunan U mengingat
ketersediaan lahan.
5.1.3.
5.1.4. Analisis Ruang Luar dan Lingkungan
Ruang luar yang merupakan bagian dari suatu
kawasan pada gedung sekolah saat ini kurang mendapatkan
perhatian dalam perencanaannya. Dan lingkungan di sekitar
bangunan gedung sekolah juga kurang mendapatkan
penataan sehingga kerusakan pada lingkungan di
sekitar kawasan sekolah juga akan dapat
mempengaruhi kondisi kawasan sekolah tersebut.
Ada baiknya dalam Penulissi Perencanaan
Gambar 4.4. Analisis Sirkulasi Yang terjadi Akibat Kegiatan
Sumber : analisis penulis, 2020
ENTRANCE Di desain di posisi utara
berpapasan dengan jalan
untuk memudahkan in&out.
ARAH HADAP BANGUNAN
Bangunan sekolah didesain
menghadap ke jalan karena
sekolah yang bauk tidak
membelakangi entrance.
LETAK BANGUNAN
Bangunan dibangun disisi
selatan site menjauhi jalan
agar kebisingan yang didapat
rendah (berbatasan denngan
lahan kosong).
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 4 - 6 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
Standar Pembangunan Bangunan Pendidikan Sesuai dengan Peraturan dan
Identitas Arsitektur Kota Depok juga memperhatikan penataan unsur ruang luar ini,
sehingga kawasan sekolah tidak hanya berfungsi sebagai sarana belajar dan mengajar tapi
dapat juga menjadi ruang terbuka yang tertata dengan vegetasi yang baik.
Pada bangunan dengan fungsi sekolah. Keberadaan sekolah yang memiliki
aktivitas yang tinggi sangat ideal jika diterapkan konsep green school building. Dengan
mengimplementasikan konsep green school building diharapkan mampu mengurangi
penggunaan energi serta dampak polusi sekaligus desain bangunan menjadi ramah
lingkungan. Konsep green school building ini harus memperhatikan: (a) Pemanfaatan
material yang berkelanjutan; (b) Keterkaitan dengan ekologi lokal; (c) Konservasi energi;
(d) Efisiensi penggunaan air; (e) Penanganan limbah; (f) Memperkuat keterkaitan dengan
alam; (g) Pemakaian kembali/renovasi bangunan.
1. Pemanfaatan Material yang Berkelanjutan
Penggunaan material bangunan yang tepat cukup berperan dalam
menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan. Beberapa
produsen telah membuat produk dengan inovasi baru dengan meminimalkan
terjadinya kontaminasi lingkungan, mengurangi pemakaian sumber daya alam
tak terbarukan dengan cara optimalisasi bahan baku alternatif, dan menghemat
penggunaan energi secara keseluruhan.
2. Keterkaitan dengan Ekologi Lokal
Indonesia merupakan daerah yang beriklim tropis dan mempunyai kelembaban
yang cukup tinggi. Kondisi ini mendorong penggunaan peralatan elektronik,
misalnya: pendingin ruangan pada hunian. Sadar atau tidak sadar penggunaan
pendingin ruangan ini mengkonsumsi energi relatif besar dan berdampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan freon (Aris, M., 2009).
3. Konservasi Energi
Untuk menggunakan konsep green school building tidak perlu mengorbankan
kenyamanan dan produktivitas akibat penggunaan produk hemat energi. Green
school building mengedepankan pemakaian energi menjadi efisien, suasana
lingkungan lebih sehat, melestarikan sumber daya alam, dan meningkatkan
kualitas udara.
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 4 - 7 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
4. Efisiensi Penggunaan Air
Fokus dari pemanfaatan air untuk mengembangkan sistem pengurangan
pemakaian air (reduce), penggunaan kembali air untuk berbagai keperluan
sekaligus (reuse), mendaur ulang buangan air bersih (recycle), dan pengisian
kembali air tanah (recharge).
5. Penanganan Limbah
Konsep ramah lingkungan dewasa ini juga telah merambah ke dunia sanitasi.
dijelaskan bahwa septic tank dengan penyaring biologis (biological filter septic
tank) berbahan fiberglass dirancang dengan teknologi khusus untuk tidak
mencemari lingkungan, memiliki sistem penguraian secara bertahap, dilengkapi
dengan system desinfektan, hemat lahan, anti bocor atau tidak rembes, tahan
korosi, pemasangan mudah dan cepat, serta tidak membutuhkan perawatan
khusus.
Pengembangan sistem pengolahan air limbah terus dilakukan, yang mendaur
ulang air buangan sehari-hari (cuci tangan, piring, kendaraan, bersuci diri)
maupun air limbah (air buangan dari kamar mandi) yang dapat digunakan
kembali untuk mencuci kendaraan, membilas kloset, dan menyirami taman,
serta membuat sumur resapan air (100x100x200 cm) dan lubang biopori
(10x100 cm) sesuai kebutuhan.
6. Memperkuat Keterkaitan dengan Alam
Konsep green school building adalah mendekatkan kembali antara tata cara
pembangunan dengan alam sekitarnya sehingga terjadi kesesuaian antara
infrastruktur yang dihasilkan oleh rekayasa teknik dengan kondisi alamiah
lingkungan sekitar. Penggunaan bahan-bahan alami tanpa merusak lingkungan
lebih dikedepankan.
7. Pemakaian Kembali/Renovasi Bangunan
Penerapan konsep green school building untuk menggunakan kembali bangunan
yang ada dengan sedikit melakukan renovasi untuk mencapai tujuan
fungssionalnya lebih dianjurkan dibandingkan membanguan bangunan baru.
Hal ini disebabkan karena dengan membangun kembali sebuah bangunan akan
mengkonsumsi energi lebih banyak, pemanfaatan air, pembuangan zat-zat ke
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 4 - 8 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
udara selama proses pembangunan, pemanfaatan lahan dari kawasan hijau
menjadi lahan terbangun.
4.2. KEBUTUHAN RUANG
Berdasarkan Permendiknas nomor 24 Tahun 2007, maka didapati standar ruang-
ruang yang harus dipenuhi untuk Perencanaan Bangunan Pendidikan dalam hal ini ada
Perencanaan Pembangunan Gedung SMPN 23 di Kota Depok.
Berdasarkan Permen tersebut, maka kebutuhan ruangannya dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4.1. Kebutuhan Ruang untuk Ruangan Kelas Baru dan Laboratorium
KE
GIA
TA
N U
TA
MA
Nama Ruang Luas Jumlah Total
RUANG KELAS
Bangunan H
R. Kelas di Lt. 2 7,45 x 9,00 = 67,05 6 402,3
R. Kelas di Lt. 3 7,45 x 9,00 = 67,05 6 402,3
Bangunan I
R. Kelas di Lt. 1 7,45 x 9,00 = 67,05 1 67,05
R. Kelas di Lt. 2 7,45 x 9,00 = 67,05 3 201,15
R. Kelas di Lt. 3 7,45 x 9,00 = 67,05 3 201,15
Bangunan H
Laboratorium Komp. & UN 7,45 x 18,00 = 134,1 1 134,1
Laboratorium 12,00 x 6,90 = 82,8 2 165,6
Bangunan I
Lab. IPA & Serbaguna 7,45 x 18,00 = 134,1 1 134,1
TOTAL LUAS RUANG UTAMA 23 1.707,75
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 4 - 9 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
Tabel 4.2. Kebutuhan Ruang untuk Ruangan Pengelola
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Tabel 4.3. Kebutuhan Ruang untuk Ruangan Penunjang
Sumber : Analisis Penulis, 2020
EG
IAT
AN
PE
NU
NJA
NG
Nama Ruang Luas Jumlah Total
R. UKS 7,45 X 6,00 = 28,00 1 28,00
Mushollah 6,00 X 6,00 = 36,00 1 36,00
Tempat Wudhu 1,50 x 4,00 = 6,00 1 6,00
Kantin 4,85 x 12,00 = 58,20 1 128,20
TOTAL LUAS RUANG PENUNJANG 4 198,20
KE
GIA
TA
N P
EN
GE
LO
LA
Nama Ruang Luas Jumlah Total
R. Kepala Sekolah 3,73 x 7,50 = 28,00 1 28,00
R. Guru 7,45 x 12,00 = 89,40 1 89,40
R. Tata Usaha 7,45 x 6,00 = 44,70 1 44,70
R. Bimbingan Konseling 7,45 x 3,00 = 22,35 1 22,35
TOTAL LUAS RUANG PENGELOLA 4 184,45
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 4 - 10 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
Tabel 4.4. Kebutuhan Ruang untuk Ruangan Service
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Tabel 4.5. Kebutuhan Ruang untuk Ruangan Terbuka
Sumber : Analisis Penulis, 2020
KE
GIA
TA
N S
ER
VIS
Nama Ruang Luas Jumlah Total
Bangunan H
Toilet Siswa Wanita 7,45 x 3,00 = 22,35 3 67,05
Toilet Siswa Pria 7,45 x 3,00 = 22,35 3 67,05
Toilet Kepala Sekolah 1,50 x 2,00 = 3,00 1 3,00
Toilet Guru 2,25 x 3,00 = 6,75 1 6,75
Toilet Kantin 1,65 x 3,15 = 5,20 1 5,20
Bangunan I
Toilet Siswa Wanita 7,45 x 3,00 = 22,35 1 22,35
Toilet Siswa Pria 7,45 x 3,00 = 22,35 2 44,70
TOTAL LUAS RUANG SERVIS 12 216,1
KATEGORI Luas Jumlah Total
TOTAL LUAS RUANGAN 1.103,25 43 2.306,5
TOTAL LUAS LAHAN
TERBUKA
884 1 884
LU
AS
LA
HA
N
TE
RB
UK
A
Nama Ruang Luas Jumlah Total
Area Parkir dan
Pengembangan
884 1 884
TOTAL LUAS LAHAN TERBUKA 1 884
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 5 - 1 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
B - 1
Penyusunan Laporan Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan
Identitas Arsitektur Kota Depok, didapati beberapa hal yang menjadi standarisasi pada
pembangunan untuk bangunan Pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan nasional harus menjamin pemerataan dan peningkatan
mutu pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia menjadi manusia yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas, produktif, dan berdaya
saing tinggi dalam pergaulan nasional maupun internasional. Untuk menjamin tercapainya
tujuan pendidikan tersebut, Pemerintah telah mengamanatkan penyusunan delapan
standar nasional pendidikan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar nasional
pendidikan adalah kriteria minimum tentang system pendidikan di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan nasional berpusat pada peserta didik
agar dapat: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b)
belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan
berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan
(e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan. Untuk menjamin terwujudnya hal tersebut diperlukan
adanya sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana yang memadai
tersebut harus memenuhi ketentuan minimum yang ditetapkan dalam standar sarana dan
prasarana.
Standar sarana dan prasarana ini disusun untuk lingkup pendidikan formal, jenis
pendidikan umum, jenjang pendidikan dasar dan menengah yaitu: Sekolah
STANDAR BANGUNAN PENDIDIKAN SESUAI PERATURAN DAN IDENTITAS ARSITEKTUR KOTA DEPOK
BAB V
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 5 - 2 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
B - 2
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
Standar sarana dan prasarana ini mencakup:
1. kriteria minimum sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi informasi dan komunikasi,
serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah,
2. kriteria minimum prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan, ruang-ruang, dan
instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah.
5.1. STANDAR SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs)
A. Satuan Pendidikan
Untuk satuan Pendidikan pada standar sarana dan prasarana sekolah menengah
pertama adalah sebagai berikut :
1. Satu SMP/MTs memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani minimum
3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar.
2. Minimum satu SMP/MTs disediakan untuk satu kecamatan.
3. Seluruh SMP/MTs dalam setiap kecamatan menampung semua lulusan SD/MI
di kecamatan tersebut.
4. Lokasi setiap SMP/MTs dapat ditempuh peserta didik yang berjalan kaki
maksimum 6 km melalui lintasan yang tidak membahayakan.
B. Lahan Untuk Perencanaan Sekolah Menengah Pertama
Untuk pengadaan lahan pada standar sarana dan prasarana sekolah menengah
pertama adalah sebagai berikut :
1. Untuk SMP/MTs yang memiliki 15 sampai dengan 32 peserta didik per-
rombongan belajar, lahan memenuhi ketentuan rasio minimum luas lahan
terhadap peserta didik seperti tercantum pada Tabel 5.1.
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 5 - 3 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
B - 3
Tabel 5.1. Rasio Minimum Luas Lahan terhadap Peserta Didik
Sumber : Permendiknas No, 24/2007
Untuk SMP/MTs yang memiliki kurang dari 15 peserta didik per rombongan
belajar, lahan memenuhi ketentuan luas minimum seperti tercantum pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Luas Minimum Lahan untuk SMP/MTs yang Memiliki Kurang dari 15 Peserta
Didik per Rombongan Belajar
Sumber : Permendiknas No, 24/2007
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 5 - 4 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
B - 4
3. Luas lahan yang dimaksud pada angka 1 dan 2 di atas adalah luas lahan yang
dapat digunakan secara efektif untuk membangun prasarana
sekolah/madrasah berupa bangunan dan tempat bermain/berolahraga.
4. Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan
keselamatan jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam keadaan
darurat.
5. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di dalam garis
sempadan sungai dan jalur kereta api.
6. Lahan terhindar dari gangguan-gangguan berikut.
a. Pencemaran air, sesuai dengan PP RI No. 20 Tahun 1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air.
b. Kebisingan, sesuai dengan Kepmen Negara KLH nomor 94/MENKLH/1992
tcntang Baku Mutu Kebisingan.
c. Pencemaran udara, sesuai dengan Kepmen Negara KLH Nomor 02/MEN
KLH/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.
7. Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota atau rencana lain yangl
lebih rinci dan mengikat, dan mendapat izin pemanfaatan tanah dari
Pemerintah Daerah setempat.
8. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin pemanfaatan
dari pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun.
C. BANGUNAN
Untuk pembangunan bangunan pendidikan pada standar sarana dan prasarana
sekolah menengah pertama adalah sebagai berikut :
1. Untuk SMP/MTs yang memiliki 15 sampai dengan 32 peserta didik per
rombongan belajar, bangunan memenuhi ketentuan rasio minimum luas
lantai terhadap peserta didik seperti tercantum pada Tabel 5.3.
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 5 - 5 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
B - 5
Tabel 5.3 Rasio Minimum Luas Lantai Bangunan terhadap Peserta Didik
Sumber : Permendiknas No, 24/2007
2. Untuk SMP/MTs yang memiliki kurang dari 15 peserta didik per rombongan
belajar, lantai bangunan memenuhi ketentuan luas minimum seperti
tercantum pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Luas Minimum Lantai Bangunan untuk SMP/MTs yang Memiliki Kurang dari 15
Peserta Didik per Rombongan Belajar
Sumber : Permendiknas No, 24/2007
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 5 - 6 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
B - 6
3. Bangunan memenuhi ketentuan tata bangunan yang terdiri dari:
a. koefisien dasar bangunan maksimum 30 %;
b. koefisien lantai bangunan dan ketinggian maksimum bangunan yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah;
c. jarak bebas bangunan yang meliputi garis sempadan bangunan dengan as
jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta api, dan/atau jaringan tegangan
tinggi, jarak antara bangunan dengan batas-batas persil, dan jarak antara
As jalan dan pagar halaman yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
4. Bangunan memenuhi persyaratan keselamatan berikut.
a. Memiliki konstruksi yang stabil dan kukuh sampai dengan kondisi
pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan
beban muatan mati, serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk
menahan gempa dan kekuatan alam lainnya.
b. Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah
dan menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.
5. Bangunan memenuhi persyaratan kesehatan berikut.
a. Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan pencahayaan
yang memadai.
b. Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan meliputi saluran air
bersih, saluran air kotor dan/atau air limbah, tempat sampah, dan saluran
air hujan.
c. Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan dan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
6. Bangunan menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan
nyaman termasuk bagi penyandang cacat.
7. Bangunan memenuhi persyaratan kenyamanan berikut.
a. Bangunan mampu meredam getaran dan kebisingan yang mengganggu
kegiatan pembelajaran.
b. Setiap ruangan memiliki pengaturan penghawaan yang baik.
c. Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan.
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 5 - 7 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
B - 7
8. Bangunan bertingkat memenuhi persyaratan berikut.
a. Maksimum terdiri dari tiga lantai.
b. Dilengkapi tangga yang mempertimbangkan kemudahan, keamanan,
keselamatan, dan kesehatan pengguna.
9. Bangunan dilengkapi sistem keamanan berikut.
a. Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi
jika terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya.
b. Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi penunjuk
arah yang jelas.
10. Bangunan dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 1300 watt.
11. Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan, dan
diawasi secara profesional.
12. Kualitas bangunan minimum permanen kelas B, sesuai dengan PP No. 19
Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada Standar PU.
13. Bangunan sekolah/madrasah baru dapat bertahan minimum 20 tahun.
14. Pemeliharaan bangunan sekolah/madrasah adalah sebagai berikut.
a. Pemeliharaan ringan, meliputi pengecatan ulang, perbaikan sebagian daun
jendela/pintu, penutup lantai, penutup atap, plafon, instalasi air dan listrik,
dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun.
b. Pemeliharaan berat, meliputi penggantian rangka atap, rangka plafon,
rangka kayu, kusen, dan semua penutup atap, dilakukan minimum sekali
dalam 20 tahun.
15. Bangunan dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
D. KELENGKAPAN PRASARANA DAN SARANA
Sebuah sekolah menengah pertama, sekurang-kurangnya memiliki prasarana
sebagai berikut:
1. ruang kelas,
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 5 - 8 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
B - 8
2. ruang perpustakaan,
3. ruang laboratorium IPA,
4. ruang pimpinan,
5. ruang guru,
6. ruang tata usaha,
7. tempat beribadah,
8. ruang konseling,
9. ruang UKS,
10. ruang organisasi kesiswaan,
11. jamban,
12. gudang,
13. ruang sirkulasi,
14. tempat bermain/berolahraga.
Ketentuan mengenai ruang-ruang tersebut beserta sarana yang ada di setiap ruang
diatur dalam standar tiap ruang sebagai berikut.
No. Ruangan Keterangan
1 Ruang Kelas Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus yang mudah dihadirkan
Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar
Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik
Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik.
Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang kelas 30 m Lebar minimum ruang kelas 5 m
Ruang kelas memiliki jendela yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar ruangan
Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.
2 Ruang Perpustakaan Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan
Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan satu setengah kali luas ruang kelas. Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 5 - 9 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
B - 9
Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku
Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah/madrasah yang mudah dicapai
3 Ruang Lab IPA Ruang laboratorium IPA berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran IPA secara praktek yang memerlukan peralatan khusus
Ruang laboratorium IPA dapat menampung minimum satu rombongan belajar
Rasio minimum luas ruang laboratorium IPA 2,4 m2/peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium 48 m termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m Lebar minimum ruang laboratorium IPA 5 m.
Ruang laboratorium IPA dilengkapi dengan fasilitas untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan. Tersedia air bersih.
4 Ruang Pimpinan Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan pengelolaan sekolah/madrasah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang tua murid, unsur komite sekolah/majelis madrasah, petugas dinas pendidikan, atau tamu lainnya.
Luas minimum ruang pimpinan 12 m2 dan lebar minimum 3 m
Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah/madrasah, dapat dikunci dengan baik.
5 Ruang Guru Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya
Rasio minimum luas ruang guru 4 m2/pendidik dan luas minimum 40 m2
Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah/madrasah ataupun dari luar lingkungan sekolah/madrasah, serta dekat dengan ruang pimpinan.
7 Tempat Beribadah Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga sekolah/madrasah melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah/madrasah
Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap SMP/MTs, dengan luas minimum 12 m2
8 Ruang Konseling Ruang konseling berfungsi sebagai tempat peserta didik mendapatkan layanan konseling dari konselor berkaitan dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir
Luas minimum ruang konseling 9 m2
Ruang konseling dapat memberikan kenyamanan suasana dan menjamin privasi peserta didik
9 Ruang UKS Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah/madrasah
Luas minimum ruang UKS 12 m2
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 5 - 10 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
B - 10
10 Jamban Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil
Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 40 peserta didik pria, 1 unit jamban untuk setiap 30 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru. Jumlah minimum jamban setiap sekolah/madrasah 3 unit
Luas minimum 1 unit jamban 2 m2
Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan
Tersedia air bersih di setiap unit jamban.
11 Gudang Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan pembelajaran di luar kelas, tempat menyimpan sementara peralatan sekolah/madrasah yang tidak/belum berfungsi, dan tempat menyimpan arsip sekolah/madrasah yang telah berusia lebih dari 5 tahun
Luas minimum gudang 21 m2
Gudang dapat dikunci.
12 Ruang Sirkulasi Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung antar ruang dalam bangunan sekolah / madrasah dan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar jam pelajaran, terutama pada saat hujan ketika tidak memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung di halaman sekolah/madrasah.
Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan ruang-ruang di dalam bangunan sekolah/madrasah dengan luas minimum 30% dari luas total seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m, dan tinggi minimum 2,5 m
Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-ruang dengan baik, beratap, serta mendapat pencahayaan dan penghawaan yang cukup
Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi pagar pengaman dengan tinggi 90-110 cm.
Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan bertingkat dengan panjang lebih dari 30 m dilengkapi minimum dua buah tangga
Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan bertingkat tidak lebih dari 25 m.
Lebar minimum tangga 1,8 m, tinggi maksimum anak tangga 17 cm, lebar anak tangga 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan tangan yang kokoh dengan tinggi 85-90 cm.
Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi bordes dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga.
13 Lapangan Olah Raga Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler
Tempat bermain/berolahraga memiliki rasio luas minimum 3 m/peserta didik. Apabila jumlah peserta didik kurang dari 334 orang, luas minimum tempat bermain/berolahraga adalah 1000 m
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 5 - 11 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
B - 11
Di dalam luas tersebut terdapat tempat berolahraga berukuran minimum 30 m x 20 m yang memiliki permukaan datar, drainase baik, dan tidak terdapat pohon, saluran air, serta benda-benda lain yang mengganggu kegiatan olahraga.
Tempat bermain sebagian ditanami pohon penghijauan T
Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang paling sedikit mengganggu proses pembelajaran di kelas.
Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir.
Tempat bermain/berolahraga dilengkapi dengan sarana sebagaimana
55..22.. KKOOMMPPOONNEENN BBAAHHAANN BBAANNGGUUNNAANN
Untuk penyusunan Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan
Identitas Arsitektur Kota Depok, menggunakan beberapa komponen bahan bangunan
yang dapat diuraikan sebagai berikut :
PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
1. PONDASI
Tiang pancang mini, Poer beton, Sloof beton
PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
1. Kolom Beton Bertulang
2. Balok Beton Bertulang
3. Lantai Beton Bertulang
4. Atap Beton Bertulang, Rang’ka Baja
Atap bitumen bergelombang (tipe satu genteng ) Ukuran lebar 40 cm, panjang 106 cm, tebal 3 mm
PEKERJAAN ARSITEKTUR
1. Dinding Dinding Hebel Ukuran 10 cm
2. Finishing Lantai Homogenius Tile Ukuran 60 x 60 warna polos
3. Finishing Dinding KM/WC Keramik Lokal
4. Plafond Plafond PVC, warna whiteline, lebar 22cm, ketebalan minimal 0,8cm
5. Kusen, Pintu dan Jendela Alumunium warna cokelat tua L=4” (jendela bisa dibuka semua)
Posisi kusen jendela 1,2 m dari lantai
Tipe jalusi sirip dengan ukuran tinggi 50 cm
Pintu Plat Baja tanpa jalusi atas dengan ukuran :
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 5 - 12 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
B - 12
a. Pintu Plat Baja uk. 2200x1400x50mm Double Door (L1.70, L2.70)
b. Pintu Plat Baja uk. 2200x1200x50mm Double Door (L1.80, L2.40)
c. Pintu Plat Baja uk. 2200x950x50mm (Single Door)
Pintu KM/WC Memakai Alumunium
6. Penggantung dan Pengunci Kunci, Engsel Kupu-Kupu
7. Pengecatan Cat eksterior untuk SMP : Atas cream, Bawah biru tua (dimulai dari batas bawah kusen jendela) dan untuk lantai 2 dan 3 dinding parapet sisi dalam dan luar, dinding kelas sisi selasar dicat warna biru tua
Cat interior : putih/cream/broken white (pilih satu warna saja)
PEKERJAAN UTILITAS
1. INSTALASI AIR BERSIH
2. PERLENGKAPAN SANITAIR
3. INSTALASI AIR KOTOR
4. INSTALASI LISTRIK
5. PERLENGKAPAN ARMATUR
6. PENANGKAL PETIR
7. DAYA LISTRIK
Pipa PVC
TOTO
Pipa PVC Type D, Septic Tank
Kabel & Kondolit, Lampu selasar dan toilet SL 18 Watt, lampu dalam ruangan TL 1x36 Watt (untuk SD dengan ukuran ruang 8 x 7 m2 : 4 titik, untuk SMP dengan ukuran ruang 8 x 9 m2 : 6 titik)
Penangkal petir untuk bangunan mulai 2 lantai, Tiang Splitzer dan Pentanahan
PLN
PEKERJAAN LUAR
1. PAGAR BELAKANG DAN SAMPING
2. PAGAR DEPAN
3. PARKIR
4. LAPANGAN UPACARA, DAN LAPANGAN OLAH RAGA
5. SALURAN
Panel Beton pracetak
Pagar BRC
Paving Block
Plat beton bertulang dengan permukaan Trowel finish
Beton pracetak dengan Tutup Grill/Beton
5.3. IDENTITAS ARSITEKTUR KOTA DEPOK UNTUK BANGUNAN
PENDIDIKAN
Dalam Kajian Standar bangunan pendidikan di Kota Depok, desain bangunan
pendidikan diharapkan dapat mencerminkan sebuah identitas arsitektur dari Kota Depok
itu sendiri. Hal ini tentu saja bukanlah hal yang mudah.
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 5 - 13 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
B - 13
Melalui penulisan terhadap rekan jejak sejarah dari munculnya Kota Depok, maka
Penulis ingin mengangkat tentang sejarah gong sibolong. Dimana Gong Si
Bolong merupakan kesenian gamelan yang muncul di antara sebagian orang di
pinggiran Depok, yaitu di kalangan warga Tanah Baru, Depok. Kesenian Gong si bolong
juga merupakan paduan antara seni musik dan tari Tayub, yakni sebuah tarian yang
menceritakan suasana panen dengan gerakan bernuansa silat. Konon, nama Gong Si
Bolong ini dikarenakan sedemikian tuanya kesenian dan perangkat musiknya sehingga
kemudian mengalami kerusakan, terutama pada gong besarnya yang sudah bolong
(berlubang). Gong yang telah tua itu sendiri tidak bisa digunakan lagi, sehingga benda itu
dijadikan pusaka oleh pemiliknya dan menamakan kesenian ini Gong Si Bolong.
Permainan gamelan ini sendiri masih memiliki kemiripan dengan gaya
permainan gamelan asli Bali, dengan ciri entakan cepat dan keras pada perkusinya. Gong
Si Bolong masa kini lebih dikenal di dalam suatu Sanggar kesenian di wilayah Tanah Baru,
Depok
Gambar 5.1. Gong Si Bolong dan Tokoh Seni
Sumber : Depok Tempo Doeloe, 2020
Sebagian besar warga Depok mengetahui sebuah tugu yang berada di
daerah Tanah Baru, Depok. Tugu itu terletak di sebuah persimpangan jalan, sehingga tugu
itu dijadikan patokan untuk menunjukan wilayah Tanah Baru. Tugu tersebut merupakan
Tugu Gong Si Bolong, karena di atas tugu itu terdapat replika Gong Si Bolong
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 5 - 14 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
B - 14
Gambar 5.2. Tugu Gong Si Bolong di Tanah Baru, Kota Depok
Sumber : Depok Tempo Doeloe, 2020
Berdasarkan sejarah diatas, maka Penulis mengangkat ornament Gong si Bolong
sebagai bentuk dasar untuk menunjukkan identitas Arsitektur Kota Depok khususnya
pada bangunan pendidikan. Ide bentuk dasar ini dapat dikembangkan dalam penggunaan
ornament baik pada seni bangunan dalam hal ini adalah bangunan pendidikan, tetapi
dapat pula diterapkan pada bentuk seni laiinnya. Seperti yang terlihat pada ornament
batik Kota Depok di bawah ini.
Gambar 5.3. Penggunaan Ornamen Gong Si Bolong pada Batik
Sumber : Depok Tempo Doeloe, 2020
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 5 - 15 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
B - 15
Bentuk Gong yang Bolong pada bagian tengah dijadikan sebagai ide bentuk dasar
untuk ornament pada bangunan pendidikan sebagai bentuk identitas arsitektur Kota
Depok untuk Bnagunan Pendidikan Kota Depok
Penggabungan bentuk dasar menjadi bentuk baru yang masih memberikan kesan
bentuk dari Gong si Bolong
Penggabungan bentuk baru yang disusun secara berarturan memberikan irama pada
desain yang akan digunakan
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 5 - 16 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
B - 16
5.4. KONSEP DESAIN
Gong Si Bolong merupakan alat kesenian musik khas Kota Depok. Alat kesenian
musik ini disebut Gong Si Bolong karena gong yang berbentuk bolong di bagian tengahnya.
Saat ini peminat kesenian Gong Si Bolong kalah bersinar dari kesenian musik lain.
Sedangkan Gong Si Bolong merupakan alat kesenian musik khas Kota Depok yang dapat
menjadi identitas kota. Maka upaya pelestarian Gong Si Bolong ini dilakukan, namun
dituangkan dalam segi Arsitektur yang akan diterapkan pada bangunan pendidikan. Ide
bentuk Gong Si Bolong diterapkan pada roster sekolah. Pola yang digunakan yaitu seperti
batik-batik khas Kota Depok dengan motif Gong Si Bolong. Roster motif batik Gong Si
Bolong ini mencerminkan kekhasan Budaya Depok.
Material roster yang digunakan yaitu roster beton. Dengan memasang roster beton
sebagai kulit kedua bangunan (secondary skin) pada fasad sekolah, cahaya matahari yang
berlebih dapat tersaring sehingga hanya sebagian saja yang diteruskan di dalam sekolah.
Begitupun dengan udara dan angin yang ada di sekitar sekolah, roster beton merupakan
jalur sirkulasi yang baik untuk kedua elemen ini sehingga suhu di dalam ruangan terasa
lebih sejuk. Transformasi bentuk pengaplikasian Gong Si Bolong pada roster:
1. Ide bentuk diambil dari alat kesenian musik khas Kota Depok
2. Penerapan kesamaan pola pada motif Batik Gong Si Bolong yang merupakan
pencerminan budaya Depok
3. Penerapan konsep bangunan sekolah “Green Building” berupa elemen alam
yakni bentuk daun pada bentuk dan pola Gong Si Bolong
4. Material Roster ini berupa Roster Beton yang ramah terhadap lingkungan
Gambar 5.4. Konsep Desain Gong Si Bolong Pada Roster
Sumber : analisis penulis, 2020
Kajian Standar Bangunan Pendidikan Sesuai Peraturan dan Identitas Arsitektur Kota Depok
Bab 6 - 1 | Rehulina Apriyanti, ST., MT
6.1. KESIMPULAN
Kajian standar bangunan pendidikan sesuai peraturan dan identitas arsitektur
Kota Depok, mengikuti peraturan yang telah ada di Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan. Bagaimana seharusnya bangunan pendidikan, khususnya untuk bangunan
SMP yang layak dari nilai kebutuhan terhadap dimensi ruangan, fungsi ruang dan tidak
terlepas dari nilai estetikanya.
Untuk mendukung nilai estetika pada bangunan pendidikan di Kota Depok,
khususnya pada bangunan SMP, penulis mengangkat bentuk sebuah benda bersejarah di
Kota Depok yaitu Gong si Bolong. Bentuk ini merupakan bentuk dasar yang dapat diambil
untuk digunakan sebagai ornament pada bangunan. Tentu saja bentuk dasar ini dapat
mengalamai transformasi bentuk sesuai dengan kebutuhan dari setiap fungsi bangunan,
tanpa meninggalkan kesan dan pesan yang ingin disampaikan pada bentu ornament dasar
tersebut.
6.2. SARAN
Untuk laporan kajian standar bangunan pendidikan sesuai peraturan dan identitas
arsitektur Kota Depok, pada laporan ini hanya akan membahas sampai dengan analisis
dan konsep bangunan pendidikan untuk bangunan SMPN.
Penulis akan melanjutkan tulisan ini pada tahap perencanaan bangunan
pendidikan dengan menerapkan peraturan dan identitas arsitektur Kota Depok, sehingga
dapat terlihat dengan jelas penerapan arsitektur pada bangunan pendidikan yang
mencerminkan identitas Kota Depok
PENUTUP
BAB VI