impak indeks pembangunan manusia (ipm), luas lahan …
TRANSCRIPT
IMPAK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM), LUAS LAHAN
SAWAH, DAN PEKERJA SEKTOR PERTANIAN TERHADAP
PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDRB) SEKTOR PERTANIAN DI
JAWA BARAT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
SUCIPTO DEWANTORO
NIM: 11140840000046
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1442 H/2021
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
IMPAK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM), LUAS LAHAN SAWAH DAN TENAGA KERJA
PERTANIAN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
SEKTOR PERTANIAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Sucipto Dewantoro
11140840000046
Dibawah Bimbingan:
Pembimbing
Rizqon Halal Syah Aji Ph.D
NIP. 197904052011011005
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2021 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tabangan di bawah ini:
Nama : Sucipto Dewantoro
NIM : 11140840000046
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa enyebut sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemalsuan dan manipulasi data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat
dipertanggungjawabkan, ternyata memang terbukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya
siap dikenai sanksi berdasar aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 28 Februari 2021
Sucipto Dewantoro
NIM: 11140840000046
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Sucipto Dewantoro
2. Tempat, TangggaI Lahir : Bojonegoro, 20 Januari 1995
3. AIamat : Ds Tlogohaji, Bojonegoro
4. TeIepon : 0888-0960-9825
5. EmaiI : [email protected]
2. Riwayat Pendidikan
1. SDN 1 Kaligunting 2002 - 2008
2. SMPN 2 Saradan 2008 - 2011
3. SMAN 1 Mejayan 2011 - 2014
4. S1 UIN Syarif HidayatuIIah Jakarta 2014 – 2021
3. PengaIaman Organisasi
1. Anggota Departemen Humas Ikatan Remaja Masjid FathuIIah (2018-
2020)
2. Ketua Departemen Lingkungan Hidup Gerakan Pemuda Madiun
3. Anggota Himpunan Mahasiswa IsIam (HMI) Komisariat FakuItas
Ekonomi dan Bisnis
4. Riwayat Pekerjaan
1. Dompet Dhuafa sebagai Seleksi Data (2019)
2. Tim Darling Dompet Dhuafa (2019– 2021)
Abstract
This study aims to determine the Human Development Impact Index (IPM),
Rice Field Area and Agricultural Sector Workers on Gross Regional Domestic
Product in the Agricultural Sector by using the Multiple Linear Analysis (OLS)
method. From this research, it is known that the Human Development Impact Index
(IPM), Rice Field Area has a significant effect on Gross Regional Domestic Product
in the Agricultural sector.
Key words: GRDP in agriculture sector, rice field area, agricultural sector workers,
human development index
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Impac Index Pembangunan
Manusia (IPM), Luas Lahan Sawah dan Pekerja Sektor Pertanian terhadap Produk
Domestik Regional Bruto sector Pertanian dengan menggunakan metode Analisis
Linier Berganda (OLS). Dari penelitian ini diketahui bahwa Impac Index
Pembangunan Manusia (IPM), Luas Lahan Sawah berpengaruh secara signifikan
terhadap Produk Domestik Regional Bruto sector Pertanian .
Kata kunci: PDRB sector Pertanian, Luas Lahan Sawah, Pekerja Sektor Pertanian,
Indeks Pembangunan Manusia
KATA PENGANTAR
BismiIIahirrahmannirrahim
AssaIamuaIaikum warahmatuIIahi wabarakatuh,
SegaIa puji hanya miIik AIIah SWT. ShaIawat beserta saIam seIaIu
tercurahkan kepada RasuIuIIah SAW. Berkat Iimpahan rahmat dan karunia-Nya,
penuIis mampu menyeIesaikan Skripsi yang berjuduI “Analisa Pengaruh Indeks
Pembangunan Manusia, Pekerja sektor pertanian dan Luas Lahan Sawah
Terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sector pertanian di
Provinsi Jawa Barat”
Skripsi ini disusun daIam rangka ikhtiar penuIis untuk mendapatkan geIar
Sarjana Ekonomi di UIN Syarif HidayatuIIah Jakarta. PenuIis menyadari bahwa
skripsi ini tidak dapat terseIesaikan dengan baik jika tanpa bantuan dari berbagai
pihak. OIeh karena itu, penuIis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya dan semoga AIIah SWT senantiasa memberikan pahaIa, keberkahan, serta
baIasan yang setimpaI atas segaIa kebaikan kepada seIuruh pihak yang teIah
membantu penuIis daIam menyeIesaikan skripsi ini, adapun ungkapan terimakasih
ini penuIis tujukan kepada:
1. MaIaikat dunia, yaitu Ibuk (Suminten), paman (Suradi) dan bibi (Lamisih)
yang tiada hentinya memberikan do’a, dukungan, dan semangat. Terima
kasih karena seIaIu menjaga nca daIam doa-doa papa dan mama, semoga
nca dapat seIaIu membahagiakan kaIian. SegaIa jerih payah seIama ini tidak
akan cukup terbaIaskan, semoga mama dan papa seIaIu daIam Iindungan
AIIah ta’aIa. Aamiin.
2. Saudara tersayang yaitu adik Chusnun Nafi’ah, Zainal Fanani, dan M. Alif
Habibi, yang sudah memberikan dukungan serta semangat, yang seIaIu
memahami akan kesuIitan yang diIaIui, tempat berbagi cerita. Terimakasih
untuksegaIanya.
3. Bapak Pr0f. Dr. AmiIin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP., seIaku
Dekan FakuItas Ek0n0mi dan Bisnis UIN Syarif HidayatuIIah Jakarta serta
jajaran.
4. Bapak Rizqon Halal Syah Aji Ph.D. seIaku pembimbing skripsi serta dosen
pembimbing akademik yang teIah meIuangkan waktu untuk seIaIu
membimbing, membantu, memotivasi penuIis dari semester 1 hingga dapat
menyeIesaikan skripsi ini. Semoga Bapak seIaIu diberikan rahmat dan
karunia oIeh AIIah SWT.
5. Bapak M. Hartana Iswandi Putra, M.Si. dan Ibu Dr. Fitri Amalia, M.Si.
seIaku KepaIa Jurusan dan Sekretaris Jurusan Eknomi Pembangunan yang
teIah memberikan arahan yang sangat membantu penuIis seIama masa
perkuIiahan hingga pengerjaan skripsi.
6. Bapak Zaenal Muttaqin, MPP selaku dosen penguji yang telah membing dan
dan memberi bekal arahan selama persidangan.
7. SeIuruh Dosen dan Staf FakuItas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
HidayatuIIah Jakarta, atas iImu dan peIayanan yang seIama diberikan
kepada penuIis.
8. Teman rasa saudara yang menemani sedari awaI masa perkuIiahan M. Asep
Sayifuddin dan Dwi Nurhartinah dan Keluarga, yang senantiasa memberi
dukungan, menjadi sahabat danorang tua di kaIa suka maupun duka.
9. Saudara beda Ibu, Rizh Fahlefi, Galih D. Pratama, Ndan Syaf, Ashfin
Baladi, Mus, yang sekaIigus menjadi partner daIam berjuang sedari SMA
hingga akhirnya kita sama-sama menuju impian masing-masing.
Terimakasih karna teIah menjadi bagian penting daIam kehidupan ini. Yokk
semangat sukses bareng.
10. Teman hidup seatap seIama di ciputat Arya, Faruq, Aang, Nadesha, dan Tim
Darling Dompet Dhuafa. Terimakasih teIah menjadi keIuarga baru bagi
penuIis seIama merantau dan jauh dari orang tua.
11. KeIuarga Ikatan Remaja Masjid FathuIIah yang teIah memberikan
semangat, pengaIaman, pembeIajaran, dan canda tawa kepada penuIis.
12. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2014 Ekonomi Pembangunan yang
kini teIah menjadi bagian keIuarga di kampus seIama perkuIiahan.
13. Terima kasih kepada Erwin Smith, Jean krist, Dot pixis, Eldo Gint, Petra
Rall, Ouro Bozart, Gunther Schoult, Nanaba, Mike Zakarius, Gelgar,
Lingar, Henning, Rashar, Lauda, dan Moblit “Mukoku, Shabondama”, yang
telah menemani disetiap sela skrpsi.
14. Kepada pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih kepada
semuanya yang teIah memberikan dukungan kepada penuIis seIama
pengerjaan skripsi.
15. Dan terakhir saya mengucapkan terimakasih kepada diri saya sendiri.
Terimakasih karna sudah berjuang dan bertahan hingga saat ini, terimakasih
karna tidak pernah menyerah waIau sering kaIi merasa kaIah oIeh ego dan
mood, terimakasih karna sudah berani meIewati batas-batas kemampuan
yang sebeIumnya dirasa tidak mungkin. Masih banyak haI yang harus
diIakukan, mari semangat untuk terus beIajar menjadi manusia yang Iebih
baik dan berjuang meraih mimpi-mimpi yang tertunda.
PenuIis sangat menyadari bahwa didaIam skripsi ini masih banyak
terdapat kesaIahan dan kekurangan maka penuIis memohon maaf atas segaIa
kekurangan. Karena itu, penuIis menerima saran dan kritik yang dapat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. PenuIis berharap skripsi ini
dapat memberikan manfaat untuk banyak pihak serta penuIis menerima
dengan terbuka jika ada kritik dan saran, terima kasih.
i
WassaIamuaIaikum warahmatuIIahi wabarakatuh
Jakarta , 21 Juni 2021
Sucipto Dewantoto
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................... iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI............................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... v
ABSTRACT ...................................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG .......................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................ 5
C. TUJUAN PENELITIAN ......................................................................... 6
D. MANFAAT PENELITIAN ..................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7
A. LANDASAN TEORI .............................................................................. 7
1. Indeks Pembangunan Manusia .......................................................... 7
2. Lahan Pertanian ............................................................................... 12
3. Tenaga Kerja ................................................................................... 15
4. Produk Domestik Bruto................................................................... 17
B. PENELITIAN TERDAHULU ........................................................... ..27
C. HUBUNGAN ANTAR VARIABEL ................................................... 33
3
D. KERANGKA BERFIKIR .................................................................... 32
E. HIPOTESIS .......................................................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 36
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN ...................................................... 36
B. METODE PENGUMPULAN DATA ................................................... 37
C. METODE ANALISIS DATA ............................................................... 38
D. OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN ..................................... 40
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................... 43
A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN .................................... 43
1. Gambarann Umum Jawa Barat ....................................................... 43
B. TEMUAN HASIL PENELITIAN ......................................................... 46
1. HasiI Uji Asumsi KIasik ................................................................. 47
a. Uji Normalitas ........................................................................... 47
b. Uji Multioleritas ........................................................................ 48
c. Uji Heteroskedatisitas ............................................................... 49
d. Uji Autokorelasi ........................................................................ 50
2. Pengujian Hipotesis ......................................................................... 51
a. Uji F .......................................................................................... 51
b. Uji Koefisien determinasi ......................................................... 52
c. Uji T .......................................................................................... 53
C. PEMBAHASAN ................................................................................... 54
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 55
A. KESIMPULAN ..................................................................................... 55
B. SARAN ................................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 58
LAMPIRAN LAMPIRAN ................................................................................ 60
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber
energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan
sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai
budidaya tanaman atau bercocok tanam (crop cultivation) serta pembesaran hewan
ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan
mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti
pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan
ikan atau eksploitasi hutan. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai
peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional.
Pertanian menurut Kaslan A tohir : “ Pertanian adalah suatu usaha yang
meliputi bidang- bidang seperti bercocok tanam (pertanian dalam arti sempit),
perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, pengelolaan hasil bumi dan
pemasaran hasil bumi (pertanian dalam arti luas). Dimana zat
– zat atau bahan – bahan anorganis dengan bantuan tumbuhan dan hewan yang
bersifat reproduktif dan usaha pelestariannya “
Sedangkan menurut Mubyarto (Mubyarto, 1989: 39), definisi ilmu
ekonomi pertanian adalah sebagai berikut: “ Ilmu ekonomi pertanian adalah
termasuk dalam kelompok ilmu – ilmu kemasyarakatan yaitu ilmu yang
mempelajari perilaku dan upaya serta hubungannya antarmanusia. Dalam hal ini
yang dipelajari adalah perilaku petani dalam kehidupan pertaniannya, dan
2
mencakup juga persoalan ekonomi lainnya yang langsung berhubungan dengan
produksi, pemasaran, dan konsumsi petani atau kelompok petani.”
Jawa Barat dikenal sebagai provinsi yang sector unggulannya adalah
sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai
penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman bahan
makanan, subsektor holtikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan,
dan subsektor kehutanan. Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat
dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk
Indonesia bekerja sebagai petani. Namun produktivitas pertanian masih jauh dari
harapan. Salah satu faktor penyebab kurangnya produktivitas pertanian adalah
sumber daya manusia yang masih rendah dalam mengolah lahan pertanian dan
hasilnya. Mayoritas petani di Indonesia masih menggunakan sistem manual
dalam pengolahan lahan pertanian. Pembangunan ekonomi adalah salah satu
tolak ukur untuk menunjukkan adanya pembangunan ekonomi suatu daerah,
dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat memperlihatkan adanya
pembangunan ekonomi (Sukirno, Sadono; 2007). Namun, pembangunan tidak
sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu
negara, akan tetapi lebih dari itu pembangunan mempunyai perspektif yang lebih
luas. Dimensi sosial yang sering diabaikan dalam pendekatan pertumbuhan
ekonomi justru mendapat tempat yang strategis dalam pembangunan.
Sektor pertanian di Jawa Barat memegang perana penting terhadap
pertumbuhan ekonomi di Jawa barat. Sektor pertanian di jawa barat erat
kaitannya dengan tenaga sektor pertanian Lahan sawah terbesar di Indonesia dan
3
Ketahaan pangan sehingga Jawa Barat mendapat julukan sebagai lumbung padi
Nasional.
Dengan kondisi geografi yang sangat mendukung dengan banyaknya
wilayah perbukitan dataran tinggi dan dataran rendah membuat semua tipe atau
sub-sub pertanian dapat berkembang pesat di wilayah ini. Namun karena
wilayah ini sangat dekat dengan ibu kota wilayah ini menghadapi banyak
masalah pertanian, seperti alih fungsi lahan, semakin berkurangnya lahan
pertanian, oleh pembanguan Industri, ataupun realestate
Table 1.1
Produktivitas Padi Menurut Provinsi Di Indonesia
Tahun 2018-2020 NO PROVINSI 2018 2019 2020
1 ACEH 1 861 567,10 1 714 437,60 1 757 313,07
2 SUMATERA UTARA 2 108 284,72 2 078 901,59 2 040 500,19
3 SUMATERA BARAT 1 483 076,48 1 482 996,01 1 387 269,29
4 RIAU 266 375,53 230 873,97 243 685,04
5 JAMBI 383 045,74 309 932,68 386 413,49
6 SUMATERA SELATAN 2 994 191,84 2 603 396,24 2 743 059,68
7 BENGKULU 288 810,52 296 472,07 292 834,04
8 LAMPUNG 2 488 641,91 2 164 089,33 2 650 289,64
9 KEP. BANGKA BELITUNG 45 724,69 48 805,68 57 324,32
10 KEP. RIAU 1 097,00 1 150,80 852,54
11 DKI JAKARTA 4 899,14 3 359,31 4 543,93
12 JAWA BARAT 9 647 358,75 9 084 957,22 9 016 772,58
13 JAWA TENGAH 10 499 588,23 9 655 653,98 9 489 164,62
14 DI YOGYAKARTA 514 935,49 533 477,40 523 395,95
15 JAWA TIMUR 10 203 213,17 9 580 933,88 9 944 538,26
16 BANTEN 1 687 783,30 1 470 503,35 1 655 170,09
17 BALI 667 069,06 579 320,53 532 168,45
18 NUSA TENGGARA BARAT 1 460 338,81 1 402 182,39 1 317 189,81
4
19 NUSA TENGGARA TIMUR 899 935,88 811 724,18 725 024,30
20 KALIMANTAN BARAT 799 715,21 847 875,13 778 170,36
21 KALIMANTAN TENGAH 514 769,05 443 561,33 457 952,00
22 KALIMANTAN SELATAN 1 327 492,41 1 342 861,82 1 150 306,66
23 KALIMANTAN TIMUR 262 773,88 253 818,37 262 434,52
24 KALIMANTAN UTARA 45 063,53 33 357,19 33 574,28
25 SULAWESI UTARA 326 929,74 277 776,31 248 879,48
26 SULAWESI TENGAH 926 978,66 844 904,30 792 248,84
27 SULAWESI SELATAN 5 952 616,45 5 054 166,96 4 708 464,97
28 SULAWESI TENGGARA 538 876,14 519 706,93 532 773,49
29 GORONTALO 269 540,40 231 211,11 227 627,20
30 SULAWESI BARAT 316 478,37 300 142,22 345 050,37
31 MALUKU 116 228,86 98 254,75 110 447,30
32 MALUKU UTARA 49 047,11 37 945,64 43 382,85
33 PAPUA BARAT 24 967,13 29 943,56 24 378,33
34 PAPUA 223 119,42 235 339,51 166 002,30
INDONESIA 59 200 533,72 54 604 033,34 54 649 202,24
Sumber: Badan Pusat Statistik 2021
Pada tahun 2010 produksi padi di Jawa Barat sebesar 11.737.070 ton. Angka ini
sempat mengalami kenaikan pada tahun 2013 dengan total produksi 12.083.162 namun
kembali mengalami penurunan pada tahun berikutnya hingga pada tahun 2019 produksi
padi hanya sampai di angka 9.084.957,22 ton. Hal ini juga sejalan dengan jumlah Luas
Lahan sawah di Jawa Barat. Pada tahun 2010 dan 2011 mengalami penurunan lalu pada
tahun 2012 lahan peranian yang dipergunakan untuk sawah meningkat hinga meningkatkan
produktivitas di tahun 2013, naming menurun lagi hingga tahun 2019.
Dari segi pekerja sector pertanian data BPS dari 2010 hingga 2019
mengalami penurunan hingga 1 juta jiwa, dari berbagai sub sector petanian.
Namun disisi lain Produk Domestik Regional Bruto sector Pertanian slalu
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dinas pertanian dan pangan Jawa
5
Barat Mengatakan bahwa kenaikan nilai Produk Domestik Regional Bruto
sector Pertanian berkaitan dengan sumber daya manusia yang lebih unggu dari
tahun ke tahun karena setiap tahunnya Dinas Pertanian dan Pangan Provinsi
Jawa Barat selalu melakukan penyuluhan terhadap petani tentang meningkatkan
produktifitas pertanian..
Oleh karena itu penulis tertarik dan termotivasi untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisa Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia,
Pekerja sektor pertanian dan Luas Lahan Sawah Terhadap PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) sector pertanian di Provinsi Jawa Barat”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Iatar beIakang yang teIah dijelaskan sebelumnya, maka
permasaIahan yang hendak di kaji dan di bahas daIam peneIitian ini adaIah:
1. Bagaimana (gambaran kondisi pertanian) pengaruh Index Pembangunan
Manusia terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sector
pertanian?
2. Bagaimana pengaruh luas lahan terhadap PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto) sector pertanian?
3. Bagaimana pengaruh Pekerja Sektor Pertanian terhadap PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) sector pertanian
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan dengan masaIah yang teIah dijelaskan di atas, terdapat
6
beberapa tujuan yang hendak dicapai daIam peneIitian ini diantaranya:
a. Mengetahui pengaruh Index Pembangunan Manusia terhadap PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto) sector pertanian di Jawa Barat
b. Mengetahui pengaruh luas lahan terhadap PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto) sector pertanian di Jawa Barat.
c. Mengetahui pekerja terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
sector pertanian di Jawa Barat
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang dapat diperoIeh dari peneIitian ini ialah sebagai
berikut:
a. HasiI peneIitian ini, diharapkan jadi masukan bagi peneIitian sejenis di
masa yang akan datang.
b. Memberikan analisis pengaruh IPM (Index Pembangunan Manusia) dan
Luas lahan Sawah terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
sector pertanian di Jawa Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
7
1. IPM (Index Pembangunan Manusia)
Menurut BPS (2009), Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
merupakan ukuran capaian pembangunan berbasis sejumlah komponen
dasar kualitas hidup. Indeks Pembangunan Manusia dihitung berdasarkan
data yang dapat menggambarkan ke empat komponen, yaitu angka harapan
hidup yang mengukur keberhasilan dalam bidang kesehatan, angka melek
huruf dan rata – rata lamanya bersekolah yang mengukur keberhasilan
dalam bidang pendidikan, dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap
sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata – rata besarnya
pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mengukur
keberhasilan dalam bidang pembangunan untuk hidup layak.
Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh
negara atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka
harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat
(tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai
standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka
100, semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.
Penghitungan IPM sebagai indikator pembangunan manusia
memiliki tujuan penting, diantaranya:
a. Membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan
manusia dan perluasan kebebasan memilih.
b. Memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga ukuran tersebut
sederhana.
8
c. Membentuk satu indeks komposit dari pada menggunakan sejumlah
indeks dasar.
d. Menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi.
United Nation Development Program (UNDP) mendefinisikan
pembangunan manusia sebagai suatu “Proses untuk memperluas pilihan-
pilihan bagi penduduk” (Human Development Report, 2001), dalam arti
bahwa manusia diberi pilihan yang lebih banyak dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya baik yang menyangkut ekonomi, sosial, dan budaya.
Terdapat tiga hal yang dianggap penting dalam pemilihan yang dilakukan
oleh manusia, yaitu memiliki kehidupan yang panjang dan sehat, untuk
memperoleh ilmu pengetahuan dan memiliki akses terhadap sumber daya
yang diperlukan, untuk mendapat standar hidup yang layak. Apabila tiga
faktor kritis tersebut tidak dipenuhi maka, banyak pilihan lainnya yang
tidak akan dapat dicapainya, misalnya kemerdekaan politik, ekonomi,
sosial, serta kesempatan untuk memperoleh tingkat produktivitas yang
tinggi, menikmati rasa terhormat dan hak-hak azasi manusia.
Dalam indeks pembangunan manusia terdapat tiga komposisi
indikator yang digunakan untuk mengukur besar indeks pembangunan
manusia suatu negara, yaitu :
a. Tingkat kesehatan diukur harapan hidup saat lahir (tingkat kematian
bayi).
b. Tingkat pendidikan diukur dengan jumlah penduduk yang melek huruf
atau tingkat pendidikan yang telah dicapai atau lamanya pendidikan
9
seorang penduduk.
c. Standar kehidupan diukur dengan tingkat pengeluaran perkapita per
tahun. IPM merupakan rata-rata dari ketiga komponen tersebut,
dengan rumus:
IPM = (X1+X2+X3)/3
dimana:
X1 = Angka harapan hidup
X2 = Tingkat pendidikan
X3 = Tingkat kehidupan yang layak
UNDP (2019) terdapat empat kategori daIam pengeIompokan IPM
daIam rangka meIihat pencapaian IPM antar wiIayah. Adapun
klasifikasinya, anatara lain:
a. IPM rendah dengan niIai IPM < 55
b. IPM sedang dengan niIai 55 ≤ IPM < 70
c. IPM tinggi dengan niIai 70 ≤ IPM < 80
d. IPM sangat tinggi dengan niIai IPM ≥ 80
Lembaga UNDP (United Nations Development Programmt) telah
mempublikasikan laporan pembangunan sumber daya manusia yang disebut
HDI (Human Development Indeks) dalam bentuk kuantitatif. HDI
merupakan tolak ukur yang dirumuskan secara konstan dalam pembangunan
sumber daya manusia, sehingga gambaran pembangunan tidak akan
ditangkap secara sempurna. Terdapat tiga Indikator yang digunakan untuk
mengukur HDI, yaitu (UNDP, Human Development Report, 1993) :
10
a. Indeks Harapan Hidup ( longevity)
Pengukuran dengan indikator penghitungan harapan hidup saat
lahir ( life expectancy of birth) dan angka kematian bayi per seribu
penduduk (infant mortality rate).
b. Indeks pendidikan (educational achievement )
Pengukuran dengan dua indikator, yaitu angka melek huruf pada
usia 15 tahun keatas (adult literacy rate ) dan angka banyaknya
penduduk tahun rata-rata usia 25 tahun keatas yang masih bersekolah
( the mean years of schooling).
c. Indeks hidup layak (access to resource)
Pengukuran dengan menggunakan angka pengeluaran riil perkapita.
Sejak tahun 2014 di Indonesia mengalami perubahan dalam perhitungan
IPM (Indeks Pembangunan Manusia), namun secara umum metode
perhitungan pembangunan manusia sama dengan yang digunakan UNDP,
yaitu. ( BPS, Indeks Pembangunan Manusia, 2014)
a. Indeks Kesehatan
Angka harapan hidup saat lahir dapat diketahui melalui rata-rata
angka kelahiran dan kematian per tahun, perbandingan variabel tersebut
diharapkan dapat mencerminkan rata-rata lama hidup yang diharapkan
masyarakat dalam suatu wilayah. Besarnya nilai maksimum dan
minimum untuk menghitung kesehatan telah disepakati oleh semua
negara. Batas angka tertinggi menghitung komponen ini adalah 85 tahun
11
dan terendah pada angka 20 tahun. Angka ini telah sesuai dengan standar
yang telah di tetapkan UNDP.
b. Indeks Pendidikan
Perhitungan indeks ini berdasarkan dua indikator yaitu, Harapan
Lama Sekolah (Expected years of schooling ) dan Rata- Rata Lama
Sekolah (Mean Years Schooling). Angka Harapan Lama Sekolah di
artikan sebagai harapan yang dapat di tempuh oleh anak.
c. Index Daya Beli
Pengukuran daya beli masyarakat kabupaten/kota, menggunakan
ratarata konsumsi yang dianggap paling dominan dari hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang telah di standarkan agar
dapat digunakan sebagai perbandingan antar daerah dan waktu sesuai
indeks daya beli (Purchasing Power Parity – PPP). Terdapat 96
komoditi yang dipilih, terdiri dari 66 komoditi adalah jenis makanan
sedangkan 30 komoditi lainya adalah jenis non makanan. Rata–rata
pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar
2012=100. Perhitungan paritas daya beli (PPP) menggunakan metode
Rao. Untuk menghitung rata-rata pengeluaran per kapita riil yang telah
disesuaikan dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: ( Analisis
Pembangunan Manusia, 2016).
2. Lahan Pertanian
Lahan oleh memiliki beberapa pengertian yang diberikan baik itu
12
oleh FAO maupun pendapat para ahli. Menurut Purwowidodo (1983:1)
lahan mempunyai pengertian: “Suatu lingkungan fisik yang mencakup
iklim, relief tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai pada batas
tertentu akan mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan”.
Lahan juga diartikan sebagai “Permukaan daratan dengan benda-
benda padat, cair bahkan gas” (Rafi‟I, 1985:1). Definisi lain juga
dikemukakan oleh Arsyad yaitu : “Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik
yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang
diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan,
termasuk didalamnya hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang
seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang
merugikan seperti yang tersalinasi. (FAO dalam Arsyad, 1989:1)”
Selain itu lahan memiliki pengertian yang hampir serupa dengan
sebelumnya bahwa pengertian lahan adalah: “Suatu daerah dipermukaan
bumi dengan sifat-sifat tertentu yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah,
lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman dan hewan serta hasil
kegiatan manusia masa lalu dan sekarang, sampai pada tingkat tertentu
dengan sifat-sifat tersebut mempunyai pengaruh yang berarti terhadap
fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
(FAO dalam Sitorus, 2005:37)”
a. Lahan Sawah
Tanah sawah didefinisikan sebagai tanah yang digunakan untuk
bertanam padi sawah yang digenangi, baik terus-menerus sepanjang
13
tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah
sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah
umum seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian,
dan sebagainya. Segala macam jenis tanah dapat disawahkan asalkan
air cukup tersedia. Padi sawah juga ditemukan pada berbagai macam
iklim yang jauh lebih beragam dibandingkan dengan jenis tanaman
lain,sehingga tidak mengherankan bila sifat tanah sawah sangat
beragam sesuai dengan sifat tanah asalnya (Hardjowigenoet al.
2004).
Sawah di Indonesia umunya dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu.
1) Sawah Irigasi
Sawah irigasi merupakan sistem pertanian dengan pengairan
yang terutur, tidak bergantung curah hujan karena pengairan dapat
diperoleh dari sungai waduk. Pertanian sawah irigasi biasanya
panen dua kali setahun dan pada musim kemarau dapat diselingi
dengan tanaman palawija.
2) Sawah Tadah Hujan
Sawah tadah hujan adalah sawah yang mendapatkan air hanya
pada saat musim hujan sehingga sangat tergantung pada musim.
Sawah tadah hujan ditanami dengan padi jenis gogorancah. Namun,
pada musim kering ditanami dengan palawija, jagung dan ketela
pohon.
14
3) Sawah Pasang Surut
Sawah pasang surut tergantung pada keadaan air permukaan
yang dipengaruhi oleh kondisi pasang surutnya air sungai.
Berdasarkan pengairannya lahan sawah dibedakan menjadi.
1. Lahan Sawah Berpengairan (Irigasi)
Lahan sawah berpengairan (Irigasi) yaitu lahan sawah
yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik yang
bangunan penyadap dan jaringan-jaringannya diatur dan
dikuasai dinas pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh
masyarakat. Lahan sawah irigasi terdiri atas : (a) lahan sawah
irigasi teknis; (b) lahan sawah irigasi setengah teknis; (c)
lahan sawah irigasi sederhana; (d) lahan sawah irigasi non PU
2. Lahan Sawah Tak Berpengairan (Non Irigasi)
Lahan sawah tak berpengairan (Non Irigasi)Yaitu
lahan sawah yang tidak memperoleh pengairan dari sistem
irigasi tetapi tergantung pada air alam seperti : air hujan,
pasang surutnya air sungai/laut, dan air rembesan. Lahan
sawah non irigasi meliputi : (a) lahan sawah tadah hujan; (b)
lahan sawah pasang surut; (c) lahan sawah lainnya (lebak,
polder, rembesan, lahan rawa yang dapat ditanami padi dan
lain-lain)
Keberadaan lahan sawah memiliki banyak fungsi, baik untuk
kehidupan manusia maupun lingkungan. Fungsi lahan sawah bagi
15
kehidupan manusia selain sebagai penghasil bahan pangan, juga
merupakan salah satu sumber pendapatan, tempat bekerja, tempat
rekreasi, tempat mencari ilmu, dan lain sebagainya. Fungsi lahan
sawah bagi lingkungan dapat dilihat dari fungsi lahan sawah sebagai
tempat hidup berbagai tumbuhan, tempat berkembang biak berbagai
organisme hidup seperti cacing, berbagai serangga, burung, belut, ular,
dan organisme lainnya, berperan dalam mencegah terjadinya banjir,
erosi, maupun tanah tanah longsor. Meskipun demikian, jika tidak
dikelola dengan baik, lahan sawah juga dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap manusia dan lingkungan, seperti pencemaran air,
tanah, dan udara akibat penggunaan bahan kimia dan mekanisme
pertanian (Sudrajat, 2015)
3. Tenaga Kerja.
Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua
pengertian. Pertama, sumber daya manusia mengandung pengertian usaha
kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini
SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seorang dalam
waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa.
Pengertian kedua dari SDM menyangkut manusia yang mampu
bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja
berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu
bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Secara fisik, kemampuan bekerja diukur dengan
16
usia. Dengan kata lain, orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja.
Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau
man power.
Secara singkat, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam
usia kerja (work-ing age population) (Sumarsono, 2009). Tenaga kerja atau
manpower terdiri dari angkata kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan
kerja atau labor force adalah bagian tenaga kerja yang ingin dan yang benar-
benar menghasilkan barang dan jasa. Angkatan kerja terdiri dari golongan
yang bekerja dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan.
Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah,
golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain – lain atau
penerima pendapatan. Ketiga golongan dalam kelompok bukan angkatan
kerja sewaktu – waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab
itu, kelompok ini sering dinamakan potensial labor force (Simanjuntak,
1985).
a. Pekerja sektor pertaian
Wolf sebagaimana dikutip Teodor Shanin (1985:49) memberikan
istilah peasant untuk petani yang bercirikan: penduduk yang secara
eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan
otonom tentang proses cocok tanam. Mereka bercocok tanam dan
beternak di daerah pedesaan, tidak di dalam ruangan-ruangan tertutup
(greenhouse) di tengah kota atau di dalam kotak-kotak yang diletakkan
di atas ambang jendela. Dari aspek tempat tinggal, secara umum petani
17
tinggal di daerah pedesaan, dan juga di daerah-daerah pinggiran kota.
Pekerjaan pokok yang dilakukan untuk kelangsungan hidup mereka
adalah di bidang pertanian. Umumnya pekerjaan petani terkait dengan
penguasaan atau pemanfaatan lahan.
Mosher (1987:198) memberi batasan bahwa petani adalah
manusia yang bekerja memelihara tanaman dan atau hewan untuk
diambil manfaatnya guna menghasilkan pendapatan. Batasan petani
menurut Departemen Pertanian Republik Indonesia adalah pelaku
utama agribisnis, baik agribisnis monokultur maupun polikultur dari
komoditas tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan dan
atau komoditas perkebunan.
4. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai
tambah bruto (Gross Value Added) yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian di suatu wilayah. Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) menurut BPS didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Cara perhitungan PDRB
dapat diperoleh melalui tiga pendekatan (Robinson Tarigan, 2008:
28), yaitu:
1) Pendekatan Produksi Pendekatan ini menghitung nilai tambah
18
dari barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan
ekonomi di daerah tersebut dikurangi biaya antar masing-masing
total produksi bruto tiap kegiatan subsektor atau sektor dalam
jangka waktu tertentu. Nilai tambah merupakan selisih antara
nilai produksi dan nilai biaya antara yaitu bahan baku atau
penolong dari luar yang dipakai dalam proses produksi.
2) Pendekatan Pendapatan Pendekatan ini nilai tambah dari setiap
kegiatan ekonomi diperkirakan dengan menjumlahkan semua
balas jasa yang diterima faktor produksi, yaitu upah, gaji, dan
surplus usaha, penyusutan, pajak tidak langsung neto pada
sektor pemerintah dan usaha yang sifatnya tidak mencari
untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Surplus usaha
meliputi bunga yang dibayarkan neto, sewa tanah, dan
keuntungan.
3) Pendekatan Pengeluaran Pendekatan ini menjumlahkan nilai
penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam
negeri. Jika dilihat dari segi penggunaan maka total penyediaan
atau produksi barang dan jasa itu digunakan untuk konsumsi
rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari
untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto
(investasi), perubahan stok, dan ekspor neto.
Produksi barang dan jasa timbul karen adanya kegiatan proses
produksi yang melibatkan faktor-faktor produksi (tanah, modal,
19
tenaga kerja, kewiraswastaan). Output produksi sudah termasuk biaya
produksi sehingga hasil dari kegiatan proses produksi tersebut adalah
nilai produksi dikurangi biaya antara (Intermediate Cost) yang
diistilahkan dengan Nilai Tambah (Value Added). Dengan demikian
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat didefinisikan sebagai
jumlah nilai tambah bruto yang timbul karena kegiatan proses
produksi dari seluruh sektor ekonomi di suatu wilayah dalam kurun
waktu satu tahun. Nilai Tambah Bruto disini mencakup komponen-
komponen balas jasa terhadap faktor produksi yaitu sewa tanah,
bunga, upah gaji dan keuntungan serta penyusutan dan pajak tidak
langsung netto.
• Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
berlaku
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
berlaku merupakan jumlah nilai PDRB termasuk penyusutan dan
pajak tidak langsung netto, dimana penghitungan nilai seluruh
item berdasarkan harga yang berlaku pada saat itu. Dalam hal ini
perubahan harga terakomodasi.
• Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
konstan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
konstan merupakan jumlah nilai PDRB termasuk penyusutan dan
20
pajak tidak langsung netto, dimana kuantum barang dan jasA
dinilai berdasarkan harga yang berlaku pada tahun dasar (tidak
terpengaruh perkembangan harga).
• Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar harga
berlaku
Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar harga
berlaku adalah jumlah nilai PDRB tidak termasuk
nilaipenyusutan.
(PDRN adhb = PDRB adhb – Penyusutan)
• Pendapatan Regional Netto (PDRN) atas dasar biaya faktor
Pendapatan Regional Netto (PDRN) atas dasar biaya faktor
adalah PDRN atas dasar harga berlaku dikurangi pajak tidak
langsung netto (PDRB minus penyusutan minus pajak tidak
langsung netto).
(PDRN adbf = PDRN adbh – pajak tak langsung)
• Pendapatan Regional Perkapita
Pendapatan Regional adalah pendapatan yang benar-benar
diterima oleh penduduk suatu wilayah yaitu PDRN atas dasar
biaya faktor dikurangi dengan pendapatan yang keluar ditambah
dengan pendapatan yang masuk. Sedangkan Pendapatan per
21
kapita adalah Pendapatan Regional dibagi dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun.
(Pendapatan Perkapita = Pendapatan Regional/Jumlah
Penduduk tengahan tahun)
Metodologi penghitungan produk domestik regional bruto menurut
lapangan usaha dapat diuraikan sebagai berikut:
Metode Penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku Penghitungan
PDRB atas dasar harga berlaku dilakukan dengan dua metode
yaitu:
a. Metode Langsung
Yang dimaksud metode langsung adalah metode
penghitungan dengan menggunakan data yang bersumber dari
daerah. Metode langsung akan dapat memperlihatkan karakteristik
sosial ekonomi setiap daerah. Disamping itu manfaat pemakaian
data daerah dapat digunakan untuk menyempurnakan data statistic
daerah yang lemah. Hasil penghitungan-nya memperlihatkan
seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan daerah ini, dengan
menggunakan data yang bersumber dari daerah yang bersangkutan.
Metode langsung ada 3 (tiga) macam pendekatan yaitu:
• Pendekatan Produksi
PDRB adalah Jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
22
dihasilkan oleh berbagai unit produksi disuatu daerah dalam
jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi
tersebut dalam penyajiannya dikelompokan menjadi sembilan
(9) sector lapangan usaha yaitu :
1) Pertanian;
2) Pertambangan dan Penggalian
3) Industri Pengolahan
4) Listrik, Gas dan Air Bersih
5) Konstruksi
6) Perdagangan, Hotel dan Restoran
7) Pengangkutan dan Komunikasi
8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
9) Jasa-jasa.
• Pendekatan Pengeluaran
PDRB adalah semua komponen permintaan akhir seperti :
1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta
yang tidak mencari untung
2) Konsumsi pemerintah;
3) Pembentukan modal tetap Domestik Bruto;
4) Perubahan Stok, dan
23
5) Ekspor Neto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu
tahun).
• Pendekatan Pendapatan
PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh
Faktor Produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu
Negara dalam jangkawaktu tertentu. Balas jasa faktor produksi
yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan
keuntungan semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan
pajak langsung lainnya. Dalam pengertian Produk Domestik
Regional Bruto, kecuali factor pendapatan termasuk pula
komponen penyusutan dan pajak tidak langsung Netto. Jumlah
semua komponen pendapatan ini persektor disebut sebagai nilai
tambah bruto sektoral. Produk Domestik Regional Bruto
merupakan jumlah dari Nilai Tambah Bruto seluruh sektor
(lapangan usaha).
b. Metode Tidak Langsung
Yang dimaksud metode tidak langsung adalah metode alokasi,
yaitu yang penghitungannya dengan cara mengalokasikan pendapatan
nasional/regional Provinsi untuk tiap kabupaten/kotanya dengan
menggunakan alokator tertentu. Cara ini ditempuh dikarenakan data
yang tersedia tidak ada atau adanya kerahasiaan dari data tersebut
yang tidak bisa diketahui oleh banyak orang, misalnya data mengenai
24
perbankan dan data tentang pertahanan keamanan. Sektor-sektor yang
dihitung dengan menggunakan cara ini, antara lain adalah sektor
perbankan dan sector pemerintahan umum. Alokator yang dapat
dipergunakan dapat didasarkan atas :
1) Nilai produksi bruto atau netto
2) Jumlah produksi fisik
3) Tenaga kerja
4) Penduduk
5) Alokator lain yang dianggap cocok untuk daerah tersebut.
Dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari alokator
tersebut dapat diperhitungkan persentase bagian masingmasing
kebupaten/kota terhadap nilai tambah setiap sektor atau subsektor.
Penghitungan dengan metode langsung menggunakan pendekatan
produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan.
Sedangkan metode tidak langsung dengan menggunakan alokator
antara lain berupa nilai produk bruto/netto setiap sektor, jumlah
produk fisik, tenaga kerja, penduduk dan lainnya yang cocok/sesuai.
a. Sektor Pertanian
Peran pertanian menurut World Bank (2008)
berkontribusi pada pembangunan sebagai sebuah aktivitas
ekonomi, mata pencaharian dan sebagai ara untuk melestarikan
lingkungan, sehingga sektor ini sebuah intrumen yang unik bagi
25
pembangunan. Sebagai aktivitas ekonomi, pertanian dapat sebagai
sumber pertumbuhan bagi perekonomian wilayah, penyedia
investasi bagi sektor swasta dan sebagai penggerak utama industri-
industri yang terkait bidang pertanian. Terkait dengan
pertumbuhan wilayah, (Sukirno 2006) menyatakan masalah
pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam tiga aspek, yaitu ;
masalah pertumbuhan yang bersumber pada perbedaan antara
pertumbuhan potensial yang dapat dicapai dan tingkat
pertumbuhan yang sebenarnya tercapai, masalah pertumbuhan
ekonomi berkaitan dengan meningkatkan potensi pertumbuhan itu
sendiri,masalah pertumbuhan berkaitan dengan keteguhan atau
stabilitas pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
Kontribusi pertanian dalam pembangunan ekomomi
(Todaro,2011) yaitu; pertanian sebagai penyerap tenaga kerja,
kontribusi terhadap pendapatan, kontribusi dalam penyediaan
pangan,pertanian sebagai penyedia bahan baku, kontribusi dalam
bentuk kapital. Melalui konsepsi tersebut maka diharapkan
mampu menumbuhkan sektor pertanian, sehingga pada gilirannya
mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian
Indonesia, khususnya dalam hal pencapaian sasaran
mensejahterakan petani, menyediakan lapangan pekerjaan,
Sebagai wahana pemerataan pembangunan antar wilayah,
Merupakan pasar input bagi agroindustri, menghasilkan devisa,
26
meningkatkan pendapatan nasional, mempertahankan kelestarian
sumber daya.
Ada beberapa faktor yang bisa diungkapkan bahwa sektor
pertanian menjadi penting dalam proses pembangunan, yaitu;
sektor pertanian menghasilkan produk yang diperlukan sebagai
input sektor lain, terutama sektor industri (Agroindustri), sebagai
negara agraris populasi disektor pertanian (pedesaan) membentuk
proporsi yang sangat besar. Hal ini menjadi pasar yang sangat
besar bagi produk produk dalam negeri terutama produk pangan.
Sejalan dengan itu ketahanan pangan yang terjamin
merupakan prasyarat kestabilan sosial dan politik, sektor
pertanian merupakan sumber daya alam yang memiliki
keunggulan komparatif dibanding negara lain. Proses
pembangunan yang ideal mampu menghasilkan produk-produk
pertanian yang memiliki keunggulan komperatif baik untuk
kepentingan ekspor maupun substitusi impor. (Tambunan,
2009).
B. Penelitian Terdahulu
No
.
Judul Penulis dan
Tahun
Metode Hasil
27
1. Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Produksi
Sektor
Pertanian Di
Propinsi Aceh
Hermansyah
Putra dan
Muhammad
Nasir 2015
Teknik analisis
data
menggunakan
regresi liner
berganda
(OLS/Ordinary
least Square)
Variabel luas
lahan yang
paling besar
mempengaru
hi tinggi
rendahnya
tingkat
produksi
sektor
Pertanian,
lalu disusul
dengan
Faktor
Tenaga Kerja
2. Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Produksi Sektor
Pertanian
Sumatera Barat
2019 Model Cobb-
Douglas yang
menghipotesiska
n tenaga kerja,
investasi di
bidang pertanian
dan tanah
sebagai faktor-
faktornya
Lahan
pertanian
adalah satu-
satunya faktor
yang
signifikan
positif untuk
produksi,
sementara
28
tenaga kerja
dan investasi
tidak
3. Analisis Faktor
– Faktor Yang
Mempengaruhi
Pertumbuhan
Sektor
Pertanian Di
Provinsi
Sumatera Utara
Beatrice
Ingrid Dachi
2016
Metode regresi
linier berganda,
dengan alat
bantu SPSS 20.
Jumlah
tenaga kerja
sektor
pertanian,
luas lahan
sektor
pertanian, dan
nilai ekspor
sektor
pertanian
berpengaruh
secara nyata
4 Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
PDRB Sektor
Pertanian
Sumatera
Utara
Siregar,
Rosnidah (20
16)
Metode regresi
linier berganda
OLS
Variabel luas
lahan
pertanian,
pekerja sektor
pertanian dan
kebutuhan
pupuk secara
signifikan
29
berpengaruh
inelastis
terhadap
PDRB sektor
pertanian
5 Analisis
Pengaruh
Pertumbuhan
Pdrb Sektor
Pertanian,
Tenaga Kerja
Dan Indeks
Pembangunan
Manusia
Terhadap Pdrb
Kabupaten
Agam
Irwan Muslim
(2018)
Analisis regresi
linier berganda
pertumbuhan
PDRB sektor
pertanian ,
tenaga kerja,
dan indeks
pembangunan
manusia
secara
bersamasama
(simultan)
mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap
PDRB
Kabupaten
Agam.
6 Pembangunan
Sumberdaya
Azril Azahari Desktiftif Disektor
30
Manusia Dan
Indeks
Pembangunan
Manusia
Sektor
Pertanian
(200) pertanian,
angka melek
huruf didekati
angka melek
huruf untuk
katagori desa.
7 Pengaruh Luas
Lahan Sawah
Dan Tenaga
Kerja
Pertanian
Terhadap
Produk
Domestik
Regional Bruto
(Pdrb) Sektor
Pertanian
Kabupaten
Langkat
Quarthano
Reavindo
(2020)
Metode regresi
linier berganda
OLS
Luas
lahan sawah
dan
tenaga kerja
pertanian
berpe
ngaruh pos
itif
terhadap
PDRB sektor
pertanian
31
C. Kerangka Pemikiran
Masalah pertanian
Lahan
Sumber Daya Manusia
Lahan Sawah
IPM (Indeks Pembanguan Manusia
Jumlah Pekerja Sektor Pertanian
PDRB Sektor Pertanian
Ordinary Least Squer (OLS
Uji asumsi klsik
• Uji normalitas
• Uji mutikolerasi
• Uji autocorelasi
Uji hipotesis
• Uji F
• Uji t
• Uji R squer
Kesimpulan dan Saran
32
D. Hubungan antar Variabel
1. IPM terhadap PDRB Sektor Pertanian
Dengan bertambahnya masalah pertanian seperti
berkurangnya lahan pertanian secara besar-besaran maka
pembangunan Sumber Daya Manusia harus diunggulkan, karena ini
berkaitan dengan pengelolaan bidang pertanian seperti bagian
produksi, pengolahan, pemeliharaan, dan pemasaran produk-produk
pertanian.
2. Pekerja Sektor Pertanian
Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis
pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah
dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara
tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain lain), dengan harapan
untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan
sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Dengan kata lain
Pekerja sektor pertanian adalah subjek utama dalam penggerak
sektor pertanian.
3. Lahan Sawah
Pertanian sawah merupakan subsektor terpenting karena
lahan sawah memproduksi kebutuhan pangan pokok. Disisi lain nilai
transaksi Pertanian sangat sensitif terhadap perekonomian, terlebih
lagi pada saat masa panen.
33
E. HIPOTESIS
Hipotesis Menurut (A. Muri Yusuf, 2005), hipotesis adalah
kesimpulan sementara yang belum final atau suatu jawaban yang sifatnya
sementara dan merupakan konstruk peneliti terhadap masalah penelitian,
yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Kebenaran
dugaan tersebut harus dibuktikan dengan cara penyelidikan ilmiah.
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori, dan kerangka pemikiran
yang sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. H0 : Tidak ada pengaruh Indeks Pembangunan Manusia secara
parsial terhadap PDRB sektor Pertanian di Jawa Barat tahun 2010-
2019
H1 : Ada pengaruh Indeks Pembangunan Manusia secara parsial
terhadap PDRB sektor Pertanian di Jawa Barat tahun 2010-2019
2. H0 : Tidak ada pengaruh Pekerja Sektor Pertanian secara parsial
terhadap PDRB sektor Pertanian di Jawa Barat tahun 2010-2019
H1 : Ada pengaruh Pekerja Sektor Pertanian secara parsial
terhadap PDRB sektor Pertanian di Jawa Barat tahun 2010-2019
3. H0 : Tidak ada pengaruh Luas Lahan Sawah secara parsial terhadap
PDRB sektor Pertanian di Jawa Barat tahun 2010-2019
H1 : Ada pengaruh Luas Lahan Sawah secara parsial terhadap
PDRB sektor Pertanian di Jawa Barat tahun 2010-2019
4. H0 : Tidak ada Indeks Pembangunan Manusia, Luas Lahan Sawah
dan Pekerja Sektor Pertanian secara simultan terhadap
34
pengangguran di Jawa Barat pada tahun 2010-2019
H1 : Ada pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Luas Lahan
Sawah dan Pekerja Sektor Pertanian secara simultan terhadap
pengangguran di Jawa Barat pada tahun 2010-2019
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN
PeneIitian ini menganaIisa tentang bagaimana pengaruh Indeks
Pembangunan Manusia, Luas Lahan sawah, terhadap PDRB sektor
pertanian. PenuIis menggunakan dua jenis variabeI daIam peneIitian ini,
yang pertama adaIah variabeI dependent dan yang kedua adaIah variabeI
independent. VariabeI dependent yang digunakan yaitu PDRB sektor
Pertanian (sebagai Y) dan variabeI independent yang digunakan adaIah
IPM (sebagai X1), Luas Lahan Pertanian yang diproksi dengan niIai angka
harapan hidup (sebagai X2), dan pekerja sektor pertanian (sebagai X3).
PeneIitian ini menggunakan data sekunder yang mana data tersebut
diperoIeh dari informasi berupa fakta yang teIah disusun dan
dipubIikasikan oIeh Iembaga dan instansi tertentu. Data-data yang
digunakan daIam peneIitian ini berasaIa dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Jawa Barat, Dinas Pertanian kabupaten di Jawa Barat dan Kementrian
Pertanian dan Pangan Indonesia. Ruang Iingkup peneIitian ini adaIah
Provinsi Jawa Barat. Dengan mengambiI tahun (time series) sebanyak 10
seri/tahun, dari tahun 2010-2019.
B. METODE PENENTUAN SAMPEL
Metode penentuan sampeI yang digunakan daIam peneIitian ini
adaIah Purposive SampIing (kriteria yang dikehendaki), yang mengambiI
subjek peneIitian tidak secara random, daerah, ataupun strata/tingkatan,
36
namun berdasarkan pada tujuan dan maksud tertentu (Arikunto, 2010).
DaIam peneIitian ini data yang digunakan adaIah Provinsi di Jawa Barat..
C. METODE PENGUMPULAN DATA
Menurut Siregar (2013) dijeIaskan bahwasanya data adaIah suatu
bahan mentah yang harus diIakukan pengoIahan dan menghasiIkan
informasi yang menunjukan sebuah fakta, baik secara kuantitatif maupun
kuaIitatif. Metode pengumpuIan data yang digunakan daIam peneIitian ini
adaIah studi kepustakaan serta data yang digunakan daIam peniIitian ini
adaIah data sekunder.
1. Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang diperoIeh bukan meIaIui tangan
pertama, meIainkan meIaIui tangan kedua, ketiga dan
seterusnya. Dapat dijelaskan, sumber data peneIitian yang
diperoIeh dengan secara tidak Iangsung. Data yang digunakan
daIam peneIitian ini adaIah data sekunder dengan periode waktu
dari tahun 2010 – 2019, yang dapat diperoIeh dari berbagai
sumber seperti Badan Pusat Statistik, Badan Pusat Statistik
Provinsi, Pupuk Indonesia, dan Dinas Pertanian .
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan diIakukan dengan cara mencari informasi
atau data meIaIui berbagai Iiteratur, jurnaI dan Iain – Iain yang
yang dipubIikasikan yang berhubungan erat dengan obyek
peneIitian ini. PenuIis juga meIakukan peneIitian ini dengan cara
37
membaca, memahami, menganaIisa dan mengutip berbagai
Iiteratur yang berkaitan dengan peneIitian ini. Berdasarkan
penjeIasan sebelumnya, maka jenis data yang akan peneIiti
gunakan adaIah data sekunder, karena tidak diperoIeh Iangsung
dari sumbernya. Teknik pengambiIan data yang penuIis
Iakukan adaIah teknik dokumentasi Iaporan-Iaporan instansi
terkait dan juga teknik studi pustaka dengan meIihat data dari
Iiteratur-Iiteratur terdahuIu. Dikarenakan data yang penuIis
gunakan adaIah data sekunder, maka penuIis mengambiI data
tersebut dari Badan Pusat Statistik, Badan Pusat Statistik
Provinsi, dan Dinas Pertania
D. METODE ANALISIS DATA
Model regresi yang digunakan adalah model regresi linier berganda,
dimana model ini digunakan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh dua
atau lebih variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Kemudian untuk
mendapatkan model regresi linier berganda dapat diperoleh dengan
melakukan estimasi terhadap parameter-parameter menggunakan metode
tertentu. Adapun metode yang dapat digunakan untuk mengestimasi
parameter model regresi sederhana maupun model regresi linier berganda
adalah dengan metode kuardat terkecil Ordinary Least Square (OLS). Maka
model ekonometrika pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ŷ = β0 + β1 X1 + β2 X2 +β3 X3+µ
Keterangan:
38
Ŷ = Laju PDRB sektor Pertanian
X1 = IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
X2 = Pekerja sektor Pertanian
X3 = Luas Lahan Sawah
β0 = Konstanta
β1,β2, β3 = Koefisien regresi
µ = Eror trem
1. Uji Asums klasik
a. Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui model regresi,
variabel independen, variabel dependen ini apakah baik atau
tidak. Distribusi data yang mendekati normal merupakan model
regresi yang baik (Harjunata Y.T. Kallalo, dkk., 2016: 712)
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk
mengetahui model regresi ini apakah ada tidaknya korelasi antar
variabel independen. Uji multikolinearitas menggunakan nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jadi jika nilai
tolerancenya > 0,1 dan nilai VIF < 10 maka menunjukkan tidak
terjadinya multikolinearitas (Umi Kalsum, 2017:)
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas terjadi apabila varian tidak tetap atau tidak
konstan. Jika tidak terjadi homoskedastisitas atau
39
heteroskedastisitas maka regresi tersebut baik. Lebih ditegaskan
oleh Kalsum bila nilai signya lebih besar dari 0,05 maka dapat
dikatakan bahwa tidak terjadinya heteroskedastisitas (Umi
Kalsum, 2017: 91).
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk meneliti ada tidaknya korelasi
antara variabel pengganggu periode tertentu dengan variabel
pengganggu periode sebelumnya di dalam sebuah model regresi.
Untuk menguji autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin
Watson (D-W stat)
Dasar pengambilan keputusan dalam Uji Autokorelasi Durbin Watson yaitu:
a. Jika D (durbin Watson) lebih kecil dari dL atau lebih besar dari
(4-dL) maka hipotesis nol ditolak, yang berarti terdapat
autokorelasi
b. Jika D (durbin Watson) terletak antara dU dan (4-dU) maka
hipotesis no. Diterima, yang berarti tidak ada auto korelasi.
c. Jika D (durbin Watson) terletak antara dL dan dU atau diantara
(4-dU) dan (-dL), maka tidak menghasilkan kesilpula yang
pasti.
2. Uji Hipotesis
a. Uji F
Uji F bertujuan untuk menghitung secara bersamaan antara
variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai
40
probability < 0,05 maka suatu variabel independen dinyatakan
berpengaruh terhadap variabel dependennya dan sebaliknya jika
nilai probabilitynya > 0,05 maka variabel independennya
dinyatakan tidak berpengaruh terhadap variabel dependennya
(Kornelius Johan, dkk., 2016: 26).
b. Uji t
Uji t bertujuan untuk mengamati antara hubungan variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen. Uji t
dalam penelitian ini melihat pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan
jumlah penduduk secara parsial terhadap pengangguran.Jika nilai
probabilitynya < 0,05 maka variabel independen secara individual
dinyatakan berpengaruh terhadap variabel dependennya, dan
sebaliknya jika nilai probabilitynya > 0,05 maka variabel
independen secara individual dinyatakan tidak berpengaruh
terhadap variabel dependennya (Kornelius Johan, dkk., 2016: 27).
c. Koefisien Determinasi (R2 )
Koefisien determinasi dilakukan untuk menguji seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Jika nilai R square mendekati 1 artinya variabel-variabel
independen memberikan hampir seluruh informasi yang
dibutuhkan untuk memperkirakan variasi variabel dependen. Jika
R2 sebesar 1 artinya ada hubungan yang sempurna, sedangkan jika
bernilai 0 artinya tidak ada kecocokan antara variabel tak bebas dan
41
variabel yang menjelaskan. Jika R2 semakin besar maka pengaruh
model dalam menjelaskan variabel terikat semakin besar
(Kornelius Johan, dkk., 2016: 26).
3. Oprasional Variable Penelitian
No Variable Pengukuran Sumber
1. PDRB sektor
Pertanian
Persentase BPS Jawa Barat
2. IPM Skala 1-100 BPS
3. Pekerja Sektor
Pertanian
Jiwa Dinas Pertanian dan
Pangan Jawa Barat
4. Lahan Pertania Hektar Kementrian
Pertanian Dan
Pangan
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM PENELITIAN
Jawa Barat adalah provinsi terluas kedua di Pulau Jawa, dengan luas
35.377,76 km2 . jawa barat memiliki 18 Kabupaten dan 9 Kota Madya.
Gambar 4.1
Penduduk Jawa Barat pada tahun 2020 sebesar 49.935.858 jiwa dengan usia
produktif sebesar 70%. Pada 2020 tingkat pengangguran di Jawa Barat
sebesar 2.44%, sementara penduduk yang berkerja dibidang pertanian
sebesa 2.901.981 jiwa.
43
Table 4.1
Sumber: Jawa Barat Dalam A
Pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat padatahun 2019 sebesar 5,07%.
melambat dibanding tahun 2018 sebesar 5,66%. Pada sektor pertanian
pertumbuhan terjadi sebesar 2.83% atau naik 0.72% dari 2018. Pertumbuhan
PDRB pada sector petanian di dominasi oleh sub sector tanaman pangan oleh
sebab itu jawa barat di nobatkan sebagai lumbung padi nasional.
Selain dari sub sector sawah PDRB sector pertanian juga di banyak dukung oleh
sub sector lain diantaranya sub sector perkebunan, Holtikultura, perikanan,
peternakan dan kehutanan.
Tabel 1.2
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi Jawa Barat (Milyar Rupiah) Tahun 2019
SEKTOR NILAI
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 186 476,51
1. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa
Pertanian
164 382,40
6,5 6,5 6,335,09 5,05 5,66 5,35 5,66 5,07
0,790,03
4,5
0,29 0,16
5,7
2,11 1,6 2,83
0
2
4
6
8
10
12
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
LAJU PDRB JAWA BARAT 2010-
2019(Dalam persen)
Laju PDRB Jawabarat Laju PDRB sektor Pertanian
44
a. Tanaman Pangan 87 838,89
b. Tanaman Hortikultura 37 173,85
c. Perkebunan 12 346,67
d. Peternakan 24 189,48
e. Jasa Pertanian dan Perburuan 2 833,52
2. Kehutanan dan Penebangan Kayu 1 363,31
3. Perikanan 20 730,80
Sumber: BPS Jabar 2020
Berdasarkan table 1.2 sub sector pertanian tanaman pangan
menyumbang niai besar untuk Sektor Petanian pada tahun 2019. Dan posisi
posisi kedua yaitu tanaman holtikultura. Tanaman holtikultura ini di
dominasi dari daerah-daerah pegunungan seperti Kabupaten Bandung
bagian selatan, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut, Kabupaten
Subang, dan Kabupaten Sumedang.
Sementara posisi ketiga di duduki oleh sub sector peternakan.
Peternakan di Jawa Barat Sangat Beragam mulai dari ungas, kambing, sapi,
domba, dan babi. Peternakan di Jawa Barat adalah sub sector yang sangat
penting. Karena Jawa Barat memiliki banyak kota besar Peternak Jawa Barat
di tuntut dapat menyediakan kebutuhan pangan khususnya daging dan
diharapkan dapat selain mencukupi kebutuhan dalam provinsi, peternak
Jawa Barat juga dapat memenuhi konsumsi daging di Ibu Kota.
Sementara itu lahan sawah di Jawa Barat Mengalami penurunan drastis
di tahun 2015 ini diakibatkan karena alih fungsi lahan dari sektor pertanian
ke sektor industri dan realestate sementara kenaikan lahan sawah pada tahun
2016 ini dipicu alih fungsi lahan dalam sub sektor pertanian seperti lahan
45
hutan atau perkebunan yang beralih fungsi menjadi lahan sawah karena siklus
panen pada pertanian sawah lebih cepat dibanding pertanian kehutanan.
Table 4.2
Sumber: Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Jawa Barat
B. TEMUAN HASIL PENELITIAN
1. Hasil Regres OLS
Hasil penelitian mengena IPM, pekerja sector pertanian, dan luas lahan
sector pertanian terhadap PDRB sector pertanian di Jawa Barat
menggunakan metode OLS akan ditampilkan pada table berikut:
Hasil Regres metode Ordinery Least Square (OLS)
Tabel 4.2.2
Dependent Variabl : PDRB Sektor Pertanian Method : Least Squares Date : 05/05/21 Time: 21:22 Sample : 201o 2019 Included obseivations : 1o
900000,00
905000,00
910000,00
915000,00
920000,00
925000,00
930000,00
935000,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Luas Lahan Sawah di Jawa BaratTahun 2010-20019
(dalam hektar)
46
Variable Coefficient Std.Error !t Statistic Prob.
C -127902.1 59858.28 -·2.136748 0.0765
IPM 20.53427 3.551280 5.782215 0.00 12
PEKERJA S. PER ·0.004754 0.00 1535 3.096671 0.0212 LAHAN SAWAH 0.105609 0.050 139 2.106335 0.0798
R-squared 0.977949 Mean dependent ̀ ` 94793.04 A.djusted R-squared 0.966923 S.D. dependent var 5863.341
S.E.of regression 1066.366 Akaike info criterion 17.07108 Sum squared resid 6822821 Schwarz criterion 17.19211
Log likelihood -
81.35538
Hannan-Quinn criter. 16.93830
F-statistic 88.69823 Durbin-Natson stat 2.147587
Prob(F-statistic) 0.000023
Berdasarkan table di atas, pada penelitian ini alpha yang
digunakan yaitu 5% (0,05). Variabel IPM memiliki nilai signifikansi
sebeasar 0,0012 yang menunjukan nilainya lebih kecil dari alpha 0,05.
Variabel pekerja sector pertanian memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0212
yang menunjukan nilainya lebih kecil dari alpha 0,05. Variabel luas lahan
sector pertanian meniliki nilai signifikansi sebesar 0,0798 yang menunjukan
nilainya lebih besar dari alpha 0,05.
a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk menentukan apakah suatu data
yang diteliti telah terdistribuai normal atau tidak. Uji normalitas
dalam penilitian ini dilakukan dengan melihat hasil probability
Jarque-Bera. Apabila nilai probability Jarque-Bera lebih kecil
dari 0.05 maka data tersebut tidak terdistribusi normal. Dan
47
sebaliknya, apabila nilai probability Jarque-Bera lebih besar dari
0.05 maka data tersebut telah terdistribusi normal
Uji Normalitas
Gambar 4.2.
Berdasarkan gambar diatas, nilai probability dari Jarque-Bera sebesar
0,854729, ini berarti nilai probability Jarque-Bera lebih besar dari alpha
(0,854729 > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut
berdistribusi normal.
2) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah di
dalam model regresi ada tidaknya korelasi antar variabel
independen. Jika nilai Centered VIF (variance inflation factor)
lebih kecil dari 10 maka menunjukkan tidak terjadinya
multikolinearitas. Sebaliknya, apabila nilai Centered VIF di atas
10 maka dapat dipastikan adanya multikolinearitas.
48
Table 4.1.3
Variance lnftation Factors Date: 05/05/21 Time: 22:02 Sample: 2010-2019 Included obseivations: 10
Variable
Coefficient
Variance
Uncentered
VIF
Centered VIF
c 3.58E•09 31509.08 NA
IPM 12.61159 5296.301 3.942649
PEKERJA 2.36E-06 258.2713 3.732982
LAHAN 0.002514 18846.31 1.133014
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai Centered VIF
pada variabel IPM memiliki nilai sebesar 3.942649 dimana nilai
tersebut kurang dari 10 (3.942649 < 10), variabel Pekerja bernilai
sebesar 3.732982 dimana nilai ini kurang dari 10 (3.732982 < 10),
dan nilai dari variabel Luas lahan merupakan 1.133014 kurang
dari 10 (1.133014 < 10). Berdasarkan hasil dari ketiga variabel di
atas dapat disimpulkan bahwa model OLS terbebas dari masalah
multikolinearitas.
3) Uji Heteroskedatisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menilai apakah ada
ketidaksamaan dari varian residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Uji Heteroskedastisitas ini menggunakan
metode uji Breusch Pagan Godfrey, di mana jika nilai Prob. Chi-
Square(3) pada Obs*Rsquared lebih besar dari 0,05 maka dapat
49
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya,
jika nilai Prob. Chi-Square(3) pada Obs*R-squared lebih kecil
dari 0,05 maka dapat disimpulkan adanya heteroskedastisitas
tabel 4.1.4
HeterosKedasticit Test Breusch.Pagan-Godfre;
F-statistic 6 945030 Prob.F(3,6) 0.0223
Obs"R·squared 7.76412 1 Prob.Ch Square(3) 0.0511
Sca ed explained SS 2 861576 Prob.Ch Square(3) 0.4135
Dari table di atas dapat diketahui bahwa nilai Prob.
ChiSquare(3) pada Obs*Rsquared sebesar 0.4135, nilai tersebut
lebih besar dari 0,05 (0,4135 > 0,05). Ini menunjukan bahwa
model OLS yang diajukan tidak terdapa heteroskedastisitas
4) Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk meneliti ada tidaknya
korelasi antara variabel pengganggu periode tertentu dengan
variabel 50 penganggangu periode sebelumnya di dalam sebuah
model regresi. Diketahuin n = 10; 𝛼 = 5%; k = 3, sedangkan dari
tabel D-W dipeoleh nilai dL sebesar 0,5253 dan dU 2.0163,
sehingga diperoleh nilai 4 – dL adalah 3,4747. NiIai DW yang
berada di antara DU dan 4 – DL menunjukan modeI yang
terbebas dari masaIah autokoreIasi. Dari hasil di atas dapat
diketahui bahwa nilai DW lebih besar dari dU dan lebih kecil
50
dari 4 – dU, sehingga dapat disimpulkan bahwa model tersebut
sudah tidak ada lagi masalah autokorelasi.
a. Uji Hipotesis
1. Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
independent terhadap variabel dependen secara bersamaan
berpengaruh signifikan atau tidak. Uji F dalam penelitian ini
berguna untuk melihat apakah variabel IPM, pekerja sector
pertanian, dan luas lahan berpengaruh signifikat terhadap PDRB
sector pertanian atau tidak berpengaruh signifikat.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel
independent terhadap variabel dependen dilihat dari nilai
signifikansinya atau Pro. (F-stastistic). Jika nilai signifikansi
lebih kecil dari alpha (sig < 0.05), maka variabel independent
berpengaruh terhadap variabel dependen. Ini berarti apakah
variabel IPM, pekerja sector pertanian, dan luas lahan
berpengaruh signifikat terhadap PDRB sector pertanian.
Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih besar dari alpha (sig >
0.05), maka variabel independen berpengaruh tidak signifikan
terhadap variabel dependen. Artinya, variabel IPM, pekerja sector
pertanian, dan luas lahan berpengaruh tidak signifikat terhadap
PDRB sector pertanian.
51
Setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan eviews 8,
dapat diketahui melalui tabel bahwa nilai dari signifikansinya
yakni sebesar 0.0765. Karena nilai signifikansi lebih besar
daripada alpha atau 0.0765 > 0.05 maka variabel independent
(IPM, pekerja sector pertanian, dan luas lahan) secara bersamaan
tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB sector pertanian di
Provinsi Jawa Barat tahun 2010 – 2019).
Sedangkan untuk nilai koefisiennya sebesar -127902,1 yang
menandakan bahwa arah koefisiennya negatif atau berbanding
terbalik. Artinya ketika nilai variabel independent (IPM, pekerja
sector pertanian, dan luas lahan) mengalami peningkatan, maka
nilai PDRB sector pertanian akan mengalami penurunan.
2. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Pada tabel dapat diketahui bahwa nilai R2 yang diperoleh
dari hasil estimasi yaitu sebesar 0,977949. Ini berarti bahwa 97,7%
dari variasi PDRB sector pertanian mampu dijelaskan oleh IPM,
pekerja sector pertanian, dan luas lahan. Sedangkan 0,022051 atau
2,2% dijelaskan oleh variabel lain di luar model
3. Uji t
Uji t bertujuan untuk mengamati hubungan antara variabel
indipenden secara individu terhadap variabel dependen. Uji t dalam
penelitian ini melihat IPM, pekerja sector pertanian, dan luas lahan
secara parsial terhadap PDRB sector pertanian. Jika nilai
52
probabilitasnya < 0,05 maka variabel independent secara individual
dinyatakan berpengaruh terhadap variabel dependennya, dan
sebaliknya jika nilai probalilitasnya > 0,05 maka variabel
independent secara individual dinyatakan tidak berpengaruh terhada
variabel dependennya (Kornelius Johan, dkk, 2016:27).
1) Pengujian t-statistik untuk variabel IPM. Pengujian ini adalah
jika prob > alpha maka variabel IPM dinyatakan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel PDRB.
Sebaliknya, jika prob < alpha maka variabel IPM dinyatakan
berpengaruh terhadap variabel PDRB. Berdasarkan hasil
pengujian dengan menggunakan eviews 8, pada table terlihat
bahwa variabel IPM memiliki nilai probabilitas sebesar 0,00012.
Karena nilai prob (sig) < alpha (0,0012 < 0,05), artinya bahwa
variabel IPM berpengaruh signifikan terhadap PDRB.
2) Pengujian t-statistik untuk variabel Pekerja (Jumlah Pekerja
sector Pertanian). Pengujian ini adalah jika prob > alpha maka
variabel Pekerja dinyatakan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel PDRB. Sebaliknya, jika prob < alpha maka
variabel Pekerja dinyatakan berpengaruh terhadap variabel
PDRB. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan
eviews 8, pada tabel terlihat bahwa variabel Pekerja memiliki
nilai probabilitas sebesar 0,0212. Karena nilai prob (sig) < alpha
53
(0,0212 < 0,05), artinya bahwa variabel pekerja sector pertanian
berpengaruh signifikan terhadap emisi PDRB.
3) Pengujian t-statistik untuk variabel Lahan (Luas Lahan)
Pengujian ini adalah jika prob > alpha maka variabel Luas lahan
dinyatakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel PDRB. Sebaliknya, jika prob < alpha maka variabel luas
lahan dinyatakan berpengaruh terhadap variabel PDRB.
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan eviews 8,
pada tabel terlihat bahwa variabel Pekerja memiliki nilai
probabilitas sebesar 0,0798. Karena nilai prob (sig) > alpha
(0,0798 > 0,05), artinya bahwa variabel luas lahan berpengaruh
tidak signifikan terhadap emisi PDRB.
C. Pembahasan
1. Pengaruh IPM terhadap PDRB Sektor Pertanian
Dapat diketahui bahwa nilai probabilitas t-Statistic pada variabel IPM
yaitu sebesar 0,0012. Karena nilai probabilitas t-Statistic lebih kecil dari
alpha 0,05 (0,0012 < 0,05), ini berarti bahwa IPM berpengaruh secara
signifikan terhadap PDRB Sektor Pertanian. Kemudian untuk nilai koefisien
variabel IPM yaitu sebesar 20,53427. Artinya setiap peningkatan satu persen
terhadap IPM maka akan meningkatkan PDRB Sektor Pertanian sebesar
20,53427% dan sebaliknya setiap penurunan satu persen terhadap IPM
maka akan menurunkan PDRB Sektor Pertanian sebesar 20,53427%.
2. Pengaruh Pekerja Sektor Pertanian terhadap PDRB Sektor Pertanian
54
Dapat diketahu melalui bahwa nilai probabilitas t-Statistik pada variabel
Pekerja Sektor Pertanian yaitu sebesar 0,0212. Karena nilai probabilitas t-
Statistik lebih kecil dari alpha 0,05 (0,0212 < 0,05), ini berarti bahwa
Pekerja Sektor Pertanian berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB
Sektor Pertanian. Kemudian untuk nilai koefisien variabel Pekerja Sektor
Pertanian yaitu sebesar -0,004754. Artinya, setiap peningkatan satu jiwa
Pekerja Sektor Pertanian maka akan menurunkan PDRB Sektor Pertanian
sebesar 0,004754% dan sebaliknya setiap penurunan satu jiwa terhadap
Pekerja Sektor Pertanian maka akan menaikan PDRB Sektor Pertanian
sebesar 0,004754%.
3. Pengaruh Luas Lahan terhadap PDRB Sektor Pertanian
Dapat diketahu bahwa nilai probabilitas t-Statistik pada variabel Luas
Lahan yaitu sebesar 0,0798. Karena nilai probabilitas t-Statistik lebih kecil
dari alpha 0,05% (0,0798 < 0,05), ini berarti bahwa Luas Lahan berpengaruh
tidak signifikan terhadap PDRB Sektor Pertanian. Kemudian untuk nilai
koefisien variabel Luas Lahan yaitu sebesar 0,105609. Artinya, setiap
peningkatan satu hektar Luas Lahan maka akan meningkatkan PDRB Sektor
Pertanian sebesar 0.105609% dan sebaliknya setiap penurunan satu hektar
Lahan Pertanian maka akan menurunkan PDRB Sektor Pertanian sebesar
0,105609%.
55
BAB V
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan yaitu ingin
melihat faktor manakah yang memiliki kontribusi terbesar dalam PDRB
sektor Pertanian Yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Hal ini
dikarenakan bahwa faktor pendidikan dan pengetahuan dan kesehatan
sangat penting bagi pelaku sektor pertanian dalam mengembangkan
pengelolaan pertanian. Sementara itu jumlah pekerja pertanian berpengaruh
negatif terhadap sektor pertanian hal ini dikarenakan dalam sektor pertanian
pekeja terbagi menjadi dua yaitu petani yang memiliki modal pertanian
(lahan) dan buruh tani yag tidak memiliki modal (lahan). Di Jawa Barat
sendiri pekerja didominasi oleh buruh tani, oleh sebabnya penembahan
pekerja sektor pertanian berpengaruh negatif terhadap sektor pertanian.
B. SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah disampaikan di
atas, penulis akan menguraikan beberapa saran, yaitu sebagai berikut:
1. Pemerintah perlu melakukan penyuluhan pendidikan atau pengetahuan pada
petani terutama buruh tani. Serta melakukan pengawasan dalam pengelolaan
lahan pertanian untuk menghindari alih fungsi lahan pertanian, yang dapat
menyebabkan terjadinya penurunan nilai tambah pada sektor pertanian
56
2. Masyarakat perlu berinovasi dalam produksi, pengelolaan, pemeiharan
dan pemasaran produk pertanian. Dengan kemajuan tegnologi dan
berkembangnya sistem informasi pelaku pertanian dapat melakukan
kegiatan pertanian secara optimal, walaupun dengan lahan pertanian
yang semakin menyempit.
57
DAFTAR PUSTAKA
Akmal, R. (2010). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan
tenaga kerja di Indonesia. Jurnal fakultas ekonomi dan manejemen, IPB.
Amir,A., Junaidi, dan Yulmardi. (2009). Metodologi Penelitian Ekonomi dan
Penerapannya. IPB Press: Jakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2019. Jawa Barat dalam angka, Berbagai Edisi
Dormauli. (2016). Analisis pengaruh PDRB, upah rill, inflasi, dan investasi
terhadap kesempatan kerja di sektor pertanian Provinsi Jambi.
Dumairy. (1997). Prekonomian Indonesia. Erlangga: Jakarta. Junaidi, J.,
Zulfanetti,Z. (2016). Analisis Kondisi dan Proyeksi Ketenagakerjaan di
Provinsi Jawa Barat.
Mankiw, G.(2003). Teori Ekonomi Makro. Erlanga: Jakarta.
Bumi Aksara: Jakarta. Sukirno, Sadono. (2002). Pengantar Teori Makro
Ekonomi. Raja Grafindo Persada: . Jakarta.
Gujarti, DN. 2003. Basic Econometric. 4th Ed. McGraw-Hill.
Hayati Mimi., 2017. Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah
Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. Jurnal Sains Pertanian.
Uu Ruzhanul Ulum, (2019). Jawa Barat dalam angka 2020: Bandung
Todaro, M.P &Smith, S.C.(2006).Pembangunan Ekonomi Edisi
Kesembilan.Erlangga; Jakarta
Andini, E, Y., (2017)., Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi sektor pertanian di daerah tertinggal Provinsi Jawa Timur dengan
regresi panel., Institut Teknologi Sepuluh Nopember., Tugas Akhir.,
Surabaya
BPS., (2007-2018)., Kabupaten Langkat dalam angka., Badan Pusat Statistik.,
Langkat
BPS., (2007-2018)., Provinsi Sumatera Utara dalam angka., Badan Pusat
58
Statistik., Medan
Firdaus, M., (2009)., Manajemen Agribisnis., Bumi Aksara., Jakarta
Maswadi., (2017)., Analisis hubungan antara luas panen produksi tenaga kerja
pertanian terhadap PDRB di Kota Pontianak., Jurnal Social Economic of
Agriculture: 9-15
59
Lampiran 1
Table Hasil Uji OLS
Table Uji Multikolerasi
Table hetero
60
Lampiran 2
DATA PENELITIAN
TAHUN IPM
Jumlah Pekerja
Luas Lahan Sawah
PDRB Sektor Pertanian
2010 66,15 3964243 930268,00 89088,26
2011 66,67 3675713 930507,00 88386,51
2012 67,32 3966550 925565,19 88409,46
2013 68,28 3804324 925042,00 92390,13
2014 68,80 3804320 924307,00 92653,58
2015 69,50 3821320 912794,00 92802,80
2016 70,05 3154509 913975,70 98096,58
2017 70,69 2869492 911817,00 99669,37
2018 71,30 3082506 930334,00 101777,20
2019 72,03 2901981 928218,00 104656,50