pengaruh lks berbasis sains teknologi masyarakat …
TRANSCRIPT
PENGARUH LKS BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT
(STM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
SISWA
(Penelitian Kuasi Eksperimen di MAN Cikarang)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
SORAIDA
NIM. 108016200010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
iv
ABSTRAK
Soraida (Pendidikan IPA, Pendidikan Kimia), Pengaruh LKS berbasis Sains,
Teknologi, Masyarakat (STM) terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat
TinggiSiswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan LKS
berbasis Sains, Teknologi, Masyarakat (STM) dalam pembelajaran kimia terhadap
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Penelitian ini dilaksanakan di MAN
Cikarang. Dengan menggunakan metode eksperimen semu dengan rancangan
penelitian tak ekivalen, sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, 35
siswa untuk kelas eksperimen dan 35 untuk kelas kontrol dilibatkan pada penelitian
ini. Pada kelas eksperimen pembelajaran menggunakan LKS berbasis STM,
sedangkan pada kelas kontrol menggunakan metode diskusi. Kemampuan berpikir
tingkat tinggi yang diukur hanya pada aspek kognitif pada konsep
koloid.,menggunakan instrumen tes berupa 8 soal essai. Analisis data kedua kelas
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan yang menunjukkan adanya pengaruh
LKS berbasis STM (ttabel sebesar 2,042 dan thitung 3,207 sehingga
thitung>ttabel).Berdasarkan hasil pretest dan posttest terdapat perubahan signifikan (taraf
5%, sebesar 57,8) antara hasil pretest (14,2) dan posttest (72) kelas eksperimen. Dari
hasil ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam penggunaan LKS berbasis STM pada
konsep Koloid.
Kata kunci: LembarKerjaSiswa (LKS), Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
(STM), LKS berbasis STM, KemampuanBerpikir Tingkat Tinggi
v
ABSTRACT
Soraida (Education Science, Chemistry Education), Effect of LKS-based
Science, Technology, Society (STM) of the High-Level Thinking Skills Students.
This study aims to determine the effect of the use of worksheets based on
Science, Technology, Society (STM) in chemistry learning on students' ability to
think critically. This research was conducted at MAN Cikarang. By using a quasi-
experimental method with no equivalent study design, sample were taken done by
using purposive sampling, 35 students for each experimental class and control classes
purposed. In experiment class, teaching and learning process used Worksheet based
on STM. In the control group used only discussion. High-Order thinking skills are
measured only on the cognitive aspects of the concept of colloid, using 8 items of
essay test. The result of data analysis showed a significant difference among the two
groups (ttable of 2.042 and tcount 3.207 so tcount>ttable). Based on the results of the pretest
and posttest, there was significant change (level 5%, amounting to 57,8) between the
pretest (14.2) and posttest (72). From these results it can be concluded that there is a
significant effect on the high-order thinking skills when teaching using STM-based
worksheet on the concept of Colloid.
Keywords: Science, Technology, Society (STM)-based worksheet, High Order
Thinking Skills
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat, karunia dan kenikmatan
hidup dan selaku hamba-Nya senantiasa mengharapkan keikhlasan, pengampunan
serta cinta-Nya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya kejalan yang hak dan membawa
agama kebenaran yaitu Islam, semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam
kepada Beliau, keluarga, para sahabat dan pengikutnya hingga di hari kemudian.
Aamiin.
Selama melakukan penelitian dan menyusun laporan skripsi yang berjudul
“Pengaruh LKS berbasis Sains, Teknologi, Masyarakat (STM) terhadap
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa”, penulis banyak mendapatkan
bimbingan, bantuan, dukungan dan do’a dari berbagai pihak. Maka pada
kesempatan ini, dengan ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan
memberikan bimibingan, motivasi, saran serta sabar dalam membimbing
penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Ibu Salamah Agung, MA, Ph.D, selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan
arahan, bimbingan, motivasi dan sabar dalam membimbing penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
vii
5. Seluruh dosen Jurusan IPA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama
mengikuti perkuliaham.
6. Bapak Badru Tamam, M.Pd, Selaku Kepala Sekolah MAN Cikarang yang
telah memberikan izin untuk pelaksanaan penelitian Skripsi dan seluruh
siswa MAN Cikarang, khususnya untuk kelas XI.IPA 1 dan XI.IPA 3.
7. Ibu Rofika, S.Pd selaku Guru Bidang Studi Kimia yang telah memberikan
bantuan dan sarannya sehingga penelitian dapat dilakukan dengan baik dan
memvalidasi LKS berbasis Sains, Teknologi, Masyarakat (STM) yang
telah dibuat oleh peneliti sehingga dapat digunakan dapat penelitian.
8. Para staff pengajar dan karyawan MAN Cikarang, yang telah banyak
membantu penulis selama penelitian skripsi.
9. Teristimewa untuk kedua orangtua tercinta, Ibunda Nasiah dan Ayahanda
Edi Sudiyanto yang telah memeberikan do’a, perhatian, motivasi dan kasih
sayangnya kepada penulis. Terimakasih untuk kedua Aa tersayang, Aa
Asep Suryaman dan Aa Dodi Sukma yang selalu mengingatkan untuk
segera menyelesaikan skripsi dan ketiga adik tersayang, Ujang Age, Teteh
Tika, Dede Silvi yang selalu menginginkan untuk segera datang ke UIN
(alasan agar teteh cepat lulus. Hehehe) serta keempat keonakan terlucu, Aa
Fajri, Neng Dinda, Aa Adit, Neng Naina yang selalu membuat tersenyum
dan bahagia saat bermain dengan kalian.
10. Teman-teman seperjuangan mahasiswa pendidikan IPA-Kimia 2008 yang
tergabung dalam group Facebook “Kelas Kimia”, WhatsApp “Kimia 48”,
dan group WhatsApp “Semangat Skripsi”, khususnya untuk sahabat
tersayang yang kami sebut “Trio Duo Digit” Nurmalita Sani (KesMas),
Via Tuhamah Fauziastuti (Sistem Informasi) yang telah memberikan do’a,
semangat, dan saran.
11. Para Trainer The ESQ Way 165 (Pak Ary Ginanjar Agustian, Pak Iman
Herdimansyah, kak Ridwan Mukri) yang selalu memberikan suntikan
motivasi dalam menetapkan tujuan hidup yang hakiki, para Asistren
Trainer ESQ 165 (Aa Sandy, Abang Opi, kak Kemas, , Aa Bayu, Mas
viii
Wicak, Uda Rudi, kak Singgih, kak Risman, kak Tiko, dll) yang selalu
bertnya “kapan lulus?”, Saudara seperjuangan ATS ESQ 165 (Uni Fitri,
kak Fanny, kak Elwi, Ade Fu, Ade Idzur, Ade Rahma) yang selalu
memberi dukungan, semangat dan do’a.
Semoga Allah SWT melimpahkan dan karunia-Nya kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. Semoga Skripsi
ini dapat bermanfaat bagi kita dan dapat dikembangkan bagi peneliti selanjutnya.
Aamiin.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memerlukan saran
dan kritik yang dapat menjadikan laporan skripsi ini mendekati kesempurnaan, hal
itu dikarenakan keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan penulis untuk perbaikan
yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, Juni 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
ABSTACT .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 4
D. Perumusan Masalah ........................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
BAB II KAJIAN DAN KERANGKA TEORETIS ........................................ 6
A. Kajian Teoritis ................................................................................... 6
1. Lembar Kerja Siswa (LKS) ........................................................... 6
a. Pengertian LKS ............................................................................6
b. Fungsi LKS ..................................................................................7
c. Tujuan LKS ..................................................................................8
d.Bentuk-bentuk LKS.......................................................................8
e. Langkah-langkah penyusunan LKS .............................................12
f. LKS berbasis Sains, Teknologi, Masyarakat (STM) ....................15
2. Pendekatan STM ........................................................................... 17
a. Pengertian Pendekatan STM ........................................................17
b. Tujuan STM .................................................................................21
c. Tahapan STM ...............................................................................22
ix
d. Kelebihan STM ............................................................................24
3. Kemmapuan Berpikir Tingkat Tinggi
(Higher Order Thinking Skill) .......................................................25
a. Pengertian Berpkir ........................................................................26
b. Pengertian Berpikir Tingkat Tinggi .............................................26
c.Taksonomi Bloom edisi Revisi .....................................................27
d. Indikator Berpikir Tingkat Tinggi ................................................31
4. Hubungan LKS Berbasi STM dengan Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi Siswa .....................................................................................34
B. Hasil Penelitian yang Relevan .........................................................35
C. Kerangka Pikir .................................................................................36
D. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 39
A. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 39
B. Tahapan Penelitian ............................................................................ 39
C. Metode Penelitian ............................................................................. 40
1. Desain Penelitian ...........................................................................40
2. Populasi Penelitian ........................................................................41
3. Sampel Penelitian ..........................................................................41
D. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................41
E. Instrumen Penelitian ........................................................................41
F. Kalibrasi Instrumen ...........................................................................43
1. Validitas ........................................................................................43
2. Reabilitas .......................................................................................44
3. Taraf Kesukaran ............................................................................45
4. Daya Pembeda ...............................................................................46
G. Teknik Analisis Data ..........................................................................48
1. Uji Normalitas ...............................................................................48
2. Uji Homogenitas ...........................................................................49
x
3. Uji Hipotesis ..................................................................................50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 52
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 52
1. Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pretest ........................ 52
2. Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Posttest ...................... 53
B. Analisis Data ..................................................................................... 55
1. Uji Normalitas ............................................................................... 55
2. Uji Homogenitas ........................................................................... 56
3. Uji Hipotesis .................................................................................. 57
C. Pembahasan ...................................................................................... 57
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 64
A. Kesimpulan ...................................................................................... 64
B. Saran ................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 66
LAMPIRAN ....................................................................................................... 77
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Taksonomi Bloom yang telah direvisi .................................................. 30
Tabel 3.1 Desain Penelitian................................................................................... 40
Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ............................. 42
Tabel 3.3 Interpretasi Validitas ............................................................................. 43
Tabel 3.4 Derajat Reabilitas Tes ........................................................................... 45
Tabel 3.5 Interpretasi Tingkat Kesukaran ............................................................. 46
Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda ................................................................... 47
Tabel 4.1 Hasil pretest kelas Eksperimen dan Kontrol ......................................... 52
Tabel 4.2 Hasil posttest kelas Eksperimen dan Kontrol ....................................... 53
Tabel 4.3Rata-rata nilai Ketercapaian Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa
pada pretest dan posttest ............................................................... …… 54
Tabel 4.4 Data Hasil Nilai LKS 1, LKS 2, LKS 3 ................................................ 55
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas ............................................................................. 55
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas .......................................................................... 56
Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................ 57
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...................................... 77
Lampiran 2 LKS berbasis Sains, Teknologi, Masyarakat (STM) ........................ 100
Lampiran 3 Rubrik Penilaian LKS berbasis STM ................................................ 134
Lampiran 4 Lembar Uji Validitas Isi LKS berbasis STM .................................... 137
Lampiran 5 Validitas Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ........................ 142
Lampiran 6 Ujicoba Instrumen ............................................................................. 143
Lampiran 7 Hasil ANATES .................................................................................. 146
Lampiran 8 Soal pretest ........................................................................................ 150
Lampiran 9 Perhitungan Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi Data pretest,
LKS dan posttest ................................................................................ 153
Lampiran 10 Hasil pretest dan posttest pada setiap level kognitif....................... 182
Lampiran 11 Perhitungan Uji Normalitas ............................................................. 190
Lampiran 12 Perhitungan Uji Homogenitas ......................................................... 199
Lampiran 13 Perhitungan Hipotesis ...................................................................... 201
Lampiran 14 Surat Keterangan dari Sekolah ........................................................ 205
Lampiran 15Surat Bimbingan Skripsi, Surat Izin Ujicoba Instrumen, Surat Izin
Penelitian ......................................................................................... 206
Lampiran 16 Dokumentasi Pembelajaran ............................................................. 211
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah unsur terpenting dalam mewujudkan manusia
seutuhnya karena maju mundurnya keberhasilan dan kepribadian suatu bangsa
kini ataupun masa yang akan datang sangat ditentukan oleh pendidikan.
Pendidikan memegang peran penting dalam pembangunan masa depan, yakni
dengan membangun sumber daya manusia agar dapat menjadi subyek
pembangunan yang produktif.
Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Dengan alasan ini pendidikan
memegang peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa. Di dalam sistem
pendidikan, salah satu ilmu pengetahuan yang mendapatkan perhatian serius dari
pemerintah adalah sains. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematik, sehingga sains bukan hanya penguasaan ilmu pengetahuan saja
tetapi merupakan suatu proses penemuan. 1
Dalam kurikulum 2013, pendididkan
sains menekankan pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitarnya.
Sehubungan dengan keterkaitan sains dan teknologi dalam masyarakat
maka sangat dimungkinkan untuk menggunakan keterkaitan tersebut dalam
konteks pendidikan. Sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 tahun 2003, yang menyatakan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.2
1 Urai Asmirani, dkk. Pengaruh LKS berbasis Sains Teknologi Masyarakat terhadap
Kompetensi Siswa dalam Pembelajaran IPA Fisika di kelas VIII SMPN 1 KUBUNG Kabupaten
Solok, Pillar Physics Education, April 2013, h. 85 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Predana Media Grup,2006), h. 2
2
Pemikiran ini mengandung bahwa hakikat pendidikan untuk mengejar
ketercapaian kualitas hidup yang tinggi bagi peserta didik. Pendidikan harus
mampu mengembangkan potensi kemanusiaan seorang peserta didik sehingga ia
memiliki kesanggupan untuk hidup dimasa datang. Pendidikan juga harus
didesain agar mampu membebaskan peserta didik untuk berkreasi menemukan
keterampilannya sendiri.
Ilmu kimia merupakan salah satu disiplin ilmu yang termasuk dalam ruang
lingkup IPA. Dalam jenjang SMA kimia diharapkan menjadi salah satu mata
pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan, siswa hendaknya
mampu memahami konsep dan prinsip-prinsip kimia. Disamping itu, siswa
seharusnya terlibat aktif dalam proses pembelajaran, diantaranya dengan mencoba
menemukan sendiri konsep-konsep kimia yang dipelajarinya. Siswa juga
diharapkan mampu untuk menghubungkan antara konsep-konsep kimia dengan
produk-produk teknologi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajaran Kimia di SMA selama ini lebih ditekankan pada
materi sebanyak mungkin sehingga pembelajaran terasa kaku, monoton, dan
terpusat pada satu arah, yaitu guru. Karena hanya berpusat pada guru sendiri
(teacher centered) sehingga belum mampu membantu mengaktifkan siswa dalam
belajar, memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat mereka. Hal
itu dikarenakan siswa belum diberikan kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir dan kreatifitas dalam menyerap dan mengaplikasikan
pelajaran yang diperoleh. Pada akhirnya timbulnya ketidakmampuan siswa dalam
memahami materi pelajarannya dan menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa dapat dimaksimalkan dengan bahan ajar yang
digunakannya. Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials)
secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dipelajari oleh peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi yang
telah ditentukan.3 Bahan ajar ini hendaknya tidak hanya memberikan materi yang
3 Uus Toharudin, Sri Hendrawati, Andrian Rustaman, Membangun Literasi Sains
Peserta Didik, (Bandung: Humaniora, 2011), cet 1, h.179
3
instan, tetapi mampu mengajak siswa untuk dapat membangun konsep sendiri.
Salah satu bahan ajar adalah Lembar Kerja Siswa (LKS).
LKS merupakan salah satu bentuk bahan ajar cetak untuk mendukung
proses pembelajaran. LKS yang merupakan bahan pembelajaran yang telah
dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat memahami materi
pembelajaran secara mandiri.4 Selain itu, siswa juga akan mendapatkan arahan
yang terstruktur untuk memahami materi pembelajaran yang diberikan.
Manfaat penggunaan LKS dalam pembelajaran untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Pengalaman belajar yang
bermakna berarti melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan konsep atau
pengetahuan baru dengan mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah ada.
Dalam penelitian ini diharapkan agar LKS yang digunakan mampu
mengintegrasikan informasi, latihan dan umpan balik bagi siswa.
Fakta di lapangan, LKS yang digunakan di sekolah bersifat textbook-
centered artinya informasi dan latihan yang di berikan di LKS sebatas pada
konten dari buku teks (buku pegangan), siswa hanya menyalin jawaban dari
materi yang sudah ada pada buku teks atau LKS yang sudah mereka beli dari
sekolah. Oleh karena itu, LKS kurang menyajikan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya, perlu disusun
dan dikembangkan LKS yang mampu membuat siswa mengembangkan
kemampuan berpikirnya. Dalam penlitian Urai Asmirani mengatakan bahwa
pembelajaran menggunakan LKS dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk terlihat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar
meningkat dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.5
LKS dapat disintakkan dengan pendekatan atau model pembelajaran yang
kooperatif. Salah satu model pembelajaran yang menunjang guru untuk
menghubungkan materi yang dibahas dengan teknologi dan penerapannya dalam
4 Ika Lestari, Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi sesuai dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, (Padang: Akademia Permata, 2013), h. 6 5 Urai Asmirani, dkk. Pengaruh LKS berbasis Sains Teknologi Masyarakat terhadap
Kompetensi Siswa dalam Pembelajaran IPA Fisika di kelas VIII SMPN 1 KUBUNG Kabupaten
Solok, Pillar Physics Education, April 2013, h. 89
4
kehidupan sehari-hari adalah model Sains Teknologi Masyarakat (STM). Model
pembelajaran ini terkandung dalam bahan ajar yang dikembangkan. Pada
dasarnya model ini mengaitkan pembelajaran sains dengan teknologi serta
kegunaan dan kebutuhan masyarakat, konsep-konsep yang telah dipelajari dan
dikuasai peserta didik diharapkan dapat bermanfaat bagi dirinya dan dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya maupun masalah
lingkungan sosial. 6
Diharapkan dengan adanya LKS berbasis Sains, Teknologi, Masyarakat
(STM) membantu siswa untuk menghubungkan pengetahuan mereka sendiri
mengenai sains dan teknologi yang berkaitan dengan kegunaannya di lingkungan
masyarakat. 7 Sehingga siswa mampu mengemukakan ide dan pendapat untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dalam mengaplikasikan materi yang
dipelajari.
Kemampuan berpikir siswa dapat dikembangkan dengan berbagai cara
karena kemampuan berpikir merupakan salah satu indikator keberhasilan proses
belajar. Dalam pelajaran sains terutama kimia, kemampuan berpikir menjadi
penting untuk mengukur keberhasilan belajar. Kemampuan berpikir yang
dimaksud adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi dimana siswa mampu
berpikir kritis, logis, sistematis, dan objektif. Meskipun demikian, kemampuan
berpikir tingkat tinggi sulit dilatih ketika dalam proses pembelajaran siswa tidak
mampu mengaitkan dengan fungsi belajar dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu dibutuhkan sebuah pendekatan atau model pembelajaran yang mampu
menghubungkan pengetahuan teoritis dengan fenomena lingkungan yang nyata.
Pengajaran berbasis sains, teknologi dan masyarakat kiranya menjadi salah satu
alternatif pendekatan yang dapat diupayakan untuk memenuhi tujuan diatas.
Pendekatan ini tidak hanya menghubungkan dengan lingkungan sekitar, namun
juga dengan perkembangan sains teknologinya.
6 Anna Poedjiadi. Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran Kontekstual
bermuatan Nilai. (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. 2007), h.126 7 Urai Asmirani, dkk. Pengaruh LKS berbasis Sains Teknologi Masyarakat terhadap
Kompetensi Siswa dalam Pembelajaran IPA Fisika di kelas VIII SMPN 1 KUBUNG Kabupaten
Solok, Pillar Physics Education, April 2013, h. 86
5
Salah satu materi dalam pelajaran kimia yang dapat disajikan dengan
model Sains Teknolgi Masyarakat (STM) adalah koloid. Mataeri ini dipilih karena
sangat berhubungan dengan fenomena-fenomena yang dapat menimbulkan
keingintahuan siswa sehingga timbul pertanyaan dalam diri siswa untuk mencari
jawaban atas fenomena tersebut. Selain itu, koloid mempunyai pernan penting
dalam kehidupan sehari-hari. Diperkuat dengan salah satu jurnal yang mengatakan
bahwa aktivitas siswa meningkat, hasil belajar tuntas secara klasikal dan siswa
member tanggapan positif tehadap penerpan pendekatan STM pada materi
koloid.8
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
guna melihat pengaruh penggunaan LKS terhadap kemampuan berpikir tingkat
tinggi melalui pendekatan pembelajaran berbasis STM. Oleh karena itu, peneliti
menetapkan judul penelitian ini adalah, “Pengaruh Penggunaan LKS berbasis
Sains Teknologi Masyarakat terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Siswa pada Materi Koloid”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah yaitu :
1. Pembelajaran masih banyak yang bersifat teacher centered, guru lebih
banyak memberi informasi dengan metode ceramah, diikuti dengan diskusi
dan tanya jawab.
2. LKS yang dipakai disekolah sejauh ini bersifat textbook-centered.
3. Kemampuan berpikir siswa kurang dilatih, seperti berpikir kritis dan analisis
untuk menghubungkan materi dengan lingkungan sekitar.
4. Siswa belum mampu menghubungkan keterkaitan antara sains dan teknologi
dalam kehidupan masyarakat.
8 Zarlaida Fitri, Erlidawati, Rita Hartati, Penerapan Pendekatan STM pada Materi Koloid
di MAN Kota Baro Aceh Besar, Chimica Didactica Acta, 2013, h.41-47
6
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dan
mencapai sasaran tujuan yang diharapkan serta untuk menghindari
kesalahpahaman, maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan
diteliti pada penelitian. Beberapa hal yang dibatasi yaitu sebagai berikut:
1. Cakupan materi kimia pada penelitian ini dibatasi hanya pada konsep koloid.
2. LKS yang digunakan memuat fenomena yang menghubungkan sains,
teknologi dan masyarakat, dilengkapi dengan lembar tugas/lembar kerja yang
disusun dalam rangka mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
3. Kemampuan berpikir tinggi siswa diukur sesuai dengan domain kognitif
Bloom Revisi pada level analisis (C4), evaluasi (C5) dan kreasi (C6).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, perumusan masalah dari
penelitian ini adalah “Apakah terdapat Pengaruh Penggunaan LKS berbasis Sains
Teknologi Masyarakat dapat Mengembangkankan Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi Siswa pada Materi Koloid?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari LKS yang dibuat berdasarkan
pembelajaran berbasis Sains, Teknologi dan Masyarakat (LKS berbasis STM)
terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada Materi Koloid.
F. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti; memberikan informasi tentang pengaruh penggunaan LKS
berbasis sains teknologi masyarakat terhadap kemampuan berpikir tingkat
tinggi pada siswa.
2. Bagi siswa; diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, serta
kemampuan dalam berpikir tingkat tinggi siswa terutama dalam penyelesaian
masalah dalam masyarakat.
3. Bagi guru; dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
6
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA TEORETIS
A. Deskripsi Teoretis
1. Lembar Kerja Siswa (LKS)
a. Pengertian Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat diartikan beragam oleh para ahli.
Menurut Devi, Sofiraeni, dan Khairuddin (2009) menyatakan bahwa
“Lembar Kerja Siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik. Lembaran kegiatan biasanya berupa
petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas”.1
Sedangkan menurut Prastowo dalam Ika Lestari (2013) berpendapat
bahwa “Lembar kerja siswa (LKS) adalah materi ajar yang sudah dikemas
sedemikian rupa, sehingga siswa diharapkan dapat materi ajar tersebut
secara mandiri. Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi, ringkasan,
dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, siswa juga dapat
menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang
diberikan dan pada saat yang bersamaan siswa diberikan materi serta tugas
yang berkaitan dengan materi tersebut”.2
Menurut Andi Prastowo (2011) menyatakan lembar kerja siswa adalah
merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi
materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran
yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi
dasar yang harus dicapai.3
Sementara menurut Trianto (2010) LKS adalah panduan siswa yang
digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan
1 Poppy Kamalia Devi, Renny Sifiraeni, dan Khairuddin, Pengembangan Perangkat
Pembelajaran, (Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA), 2009), h. 32 2 Ika Lestari, Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi sesuai dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, (Padang: Akademia Permata, 2013), h. 6
3 Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: DIVA
Press, 2011), h. 204
7
masalah. LKS dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan semua
aspek pembelajaran dalam bentuk panduan atau demonstrasi. LKS memuat
sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk
memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar
sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.4
Dari beberapa pendapat, peneliti menyimpulkan definisi LKS adalah
media pembelajaran berupa lembaran-lembaran kerja yang memuat tugas-
tugas atau soal-soal, materi, eksperimen, pengajuan pertanyaan dan
langkah kerja yang bersumber dari bahan yang telah dijelaskan oleh guru
atau telah dipelajari siswa, yang disusun secara teratur dan sistematis
sehingga siswa dapat mengikuti dengan mudah dan memungkinkan siswa
untuk belajar sendiri dan dapat digunakan sebagai umpan balik bagi guru
terhadap hasil belajar siswa. Sehingga LKS dapat dipergunakan tidak
hanya didalam kelas, melainkan dapat juga digunakan diluar kelas seperti
laboratorium atau tempat lainnya yang dapat membantu dalam
meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi.
b. Fungsi Lembar Kerja Siswa
Berdasarkan pengertian dan penjelasan awal mengenai LKS, maka
dapat kita ketahui bahwa LKS memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik,
namun lebih mengaktifkan peserta didik;
2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk
memahami materi yang diberikan;
3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya akan tugas untuk
berlatih;
4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.5
4 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implemetasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta: Kencana,
Prenada Media Group, 2011) , h. 222
5 Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: DIVA
Press, 2011), h. 205-206
8
Jadi LKS berfungsi sebagai pemandu siswa dalam melaksanakan
tugas belajar baik secara individu maupun kelompok. Menggunakan LKS
berarti memfasilitasi siswa dapat memahami pelajaran dan dapat
menjawab soal-soal tentang mata pelajaran yang telah dipelajari. Dengan
adanya LKS siswa dapat memahami materi pelajaran secara keseluruhan
dengan lebih mudah.
c. Tujuan Penyusunan Lembar Kerja Siswa
Dalam hal ini, paling tidak ada empat poin yang menjadi tujuan
penyusunan LKS, yaitu: 6
1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk
berinteraksi dengan materi yang diberikan;
2) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik
terhadap materi yang diberikan;
3) Melatih kemandirian belajar peserta didik; dan
4) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.
Dari kutipan diatas dapat dilihat adanya tujuan penggunaan LKS
sehingga memudahkan peserta didik dalam belajar.
d. Bentuk-bentuk LKS
Ada dua jenis bentuk LKS untuk pembelajaran IPA yakni LKS untuk
eksperimen dan LKS untuk non-eksperimen atau lembar kerja diskusi.
1) LKS Eksperimen
LKS eksperimen berupa lembar kerja yang berisi petunjuk
praktikum. Sistematika LKS umumnya terdiri dari judul, pengantar,
tujuan, alat dan bahan, langkah kerja, kolom pengamatan, dan
pertanyaan. Uraian masing-masing komponen adalah: 7
6 Ibid, h. 206
7 Poppy Kamalia Devi, Renny Sifiraeni, dan Khairuddin, Pengembangan Perangkat
Pembelajaran, (Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA), 2009), h. 36
9
a) Pengantar, uraian singkat berupa konsep IPA yang berhubungan
dengan eksperimen yang akan dilakukan;
b) Tujuan, berisi tujuan yang berkaitan dengan permasalahan yang
diungkapkan di pengantar;
c) Alat dan bahan, menyajikan alat dan bahan yang diperlukan;
d) Langkah kegiatan, sistematika petunjuk eksperimen yang akan
dilakukan;
e) Tabel pengamatan, tabel untuk mencatat hasil eksperimen;
f) Pertanyaan, pertanyaan yang membantu siswa untuk mendapatkan
pengembangan konsep dan kesimpulan.
2) LKS non-eksperimen
LKS non-eksperimen berupa lembar kerja yang memuat teks atau
wacana materi pembelajaran. Kegiatan menggunakan lembar kerja ini
dikenal dengan istilah DART yang dapat diartikan lembar kegaiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan teks dan wacana. Ada dua jenis
DART yaitu model Recontruction dan model Analysis.
a) Bentuk LKS Reconstruction DART
Bentuk LKS ini dapat berupa Text Completion, Diagram
Completion, Table Completion, Diagram Cut and Paste,
Scramble, dan Translation.
(1) Text Completion (melengkapi teks)
Pada bentuk LKS ini disajikan konsep yang pada bagian-
bagian tertentu dari teks dikosongkan untuk diisi oleh siswa
sehingga menghasilkan teks yang bermakna.
(2) Diagram Completion (melengkapi diagram atau
menyempurnakan gambar)
Pada bentuk LKS ini disajikan gambar yang belum lengkap,
kemudian siswa melengkapinya baik oleh tanda panah, tulisan,
atau gambar. Gambar atau diagram harus jelas sehingga
memudahkan siswa untuk melengkapinya.
10
(3) Table Completion (melengkapi tabel)
Pada bentuk LKS ini disajikan tabel yang belum lengkap
dan data-data yang akan dimasukkan ke dalam tabel.
Selanjutnya ada perintah agar siswa mengisi tabel dengan data-
data yang ada sesuai dengan konsep yang sesuai dengan
topiknya.
(4) Prediction (meramalkan)
Pada LKS ini disajikan beberapa fakta atau kejadian,
misalnya dalam bentuk gambar. Selain itu tertera pertanyaan-
pertanyaan yang memancing siswa untuk melakukan
keterampilan prediksi.
(5) Completion Activities with discarded text (menyempurnakan
teks yang tidak teratur)
(6) Diagram Cut and Paste (potong dan tempel gambar)
Pada LKS ini disajikan beberapa bentuk potongan berisi
gambar atau tulisan dan ada perintah yang mengajak siswa
untuk memotongnya kemudian menyusun kembali sesuai
dengan konsep yang ditanyakan. Agar potongan-potongan
menjadi sususan yang bermakna dapat disajikan suatu bagan
yang dapat membantu siswa menentukan konsep yang sedang
dipelajari.
(7) Scramble (mengacak)
Pada bentuk LKS ini disajikan beberapa kata atau huruf
acak, selanjutnya ada instruksi agar siswa menyusun kata-kata
atau huruf-huruf tersebut menjadi satu yang bermakna. Huruf
atau kata-kata sebaiknya ditempatkan dalam suatu kotak atau
lingkaran dan disajikan yang menarik. Selain itu, ada instruksi
agar siswa menyusun huruf-huruf menjadi suatu kalimat.
11
b) Bentuk LKS Anlisis DART
Pada bentuk ini kegiatan siswa dapat berupa text marking
labeling and recording. Bentuk LKS text marking labeling dapat
berupa underlaying dan labeling.
(1) Underlaying (menggarisbawahi)
Pada LKS bentuk ini disajikan suatu teks. Selanjutnya
tertera perintah agar siswa membaca teks dan memberi garis
bawah pada kata-kata penting atau kata kunci. Setelah
memberi garis bawah pada kunci, selanjutnya siswa dapat
diarahkan untuk mengembangkan kata-kata kunci yang didapat
menjadi suatu teks lain dan bagan.
(2) Labeling (memberi label)
Pada LKS ini dapat disajikan gambar-gambar yang tidak
memiliki nama atau label-label yang sesuai dengan gambar-
gambar. Selanjutnya ditulis instruksi yang meminta siswa
untuk memberikan label pada gambar-gambar yang belum
memiliki nama tetapi harus sesuai dengan konsep atau
materinya.
(3) Segmenting (memotong/menggolongkan)
Pada LKS bentuk ini disajikan suatu teks atau kumpulan
gambar. Selanjutnya tertera perintah agar siswa memotong
atau menggolongkan teks atau gambar yang sejenis. Setelah itu
kegiatan dapat dikembangkan lagi misalnya hasil potongan
disusun kembali menjadi suatu teks atau susunan gambar yang
bermakna.8
Sedangkan bentuk LKS Recording dapat berupa
Diagrammatic Representation, Tabulator, Question dan
Summary.
8 Poppy Kamalia Devi, Renny Sifiraeni, dan Khairuddin, Pengembangan Perangkat
Pembelajaran, (Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA), 2009), h. 33-35
12
(1) Diagrammatic Representation (membuat diagram)
Pada LKS bentuk ini disajikan intruksi yang mengajak
siswa membuat diagram dalam bentuk gambar, grafik, diagram
alur proses atau bagan. Agar diagram yang terbentuk data atau
komponen-komponen diagram.
(2) Tabulator (membuat daftar yang tersusun)
Pada LKS bentuk ini disajikan data suatu konsep yang tidak
teratur, biasanya data dalam bentuk kuantitatif. Selanjutya ada
instruksi yang mengarahkan siswa agar membuat tabulator
dengan terarah.
(3) Question (membuat pertanyaan-pertanyaan)
Pada LKS ini disajikan suatu teks atau wacana dan intruksi
yang meminta siswa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan
yang jawabannya dapat diambil dari teks yang tersedia.
(4) Summary (membuat rangkuman)
Pada LKS bentuk ini disajikan suatu teks atau wacana dan
intruksi yang meminta siswa untuk membuat rangkuman dari
teks yang tersedia. Pada LKS ini harus disediakan tempat
kosong untuk rangkuman yang dibuat siswa.9
e. Langkah-langkah penyusunan Lembar Kerja Siswa
Dalam penyusunan LKS kita perlu menyusun langkah-langkah yang
harus dilakukan. Berikut langkah-langkah penyusunan lembar kegiatan
siswa menurut Poppy Kamalia Devi, Renny Sofiraeni, dan Khairuddin
(2009), yaitu: 10
1) Mengakaji materi yang akan dipelajari siswa yaitu dari kompetensi
dasar, indikator hasil belajarnya dan sistematika keilmuannya.
2) Mengidentifikasi jenis keterampilan proses yang akan dikembangkan
pada saat mempelajari materi tersebut
9 Ibid, h. 35-36
10 Poppy Kamalia Devi, Renny Sofiraeni, dan Khairuddin, op. cit., h. 36
13
3) Menentukan bentuk LKS yang sesuai dengan materi yang akan
diajarkan.
4) Merancang kegiatan yang akan ditampilkan pada LKS sesuai dengan
keterampilan proses yang akan dikembangkan
5) Mengubah rancangan menjadi LKS dengan tata letak yang menarik,
mudah dibaca dan digunakan
6) Menguji coba LKS apakah sudah dapat digunakan siswa untuk melihat
kekurangan-kekurangannya.
7) Merevisi kembali LKS.
Sedangkan menurut Prastowo (2011), keberadaan LKS yang inovatif
dan kreatif menjadi harapan semua peserta didik karena LKS akan
menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Oleh
karena itu, setiap pendidik ataupun calon pendidik harus mampu
menyiapkan dan membuat bahan ajar sendiri yang inovatif. Berikut adalah
langkah-langkah penyusunan LKS:11
Gambar 2.1. Diagram alur langkah-langkah penyusunan LKS
11
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: DIVA
Press, 2011), h. 212-215
Menyusun Peta Kebutuhan LKS
Analisis Kurikulum
Memperhatikan Struktur Bahan Ajar
Menyusun Materi
Menentukan Alat Penilaian
Merumuskan KD
Menentukan Sub-Materi pada LKS
14
1) Melakukan analisis kurikulum
Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana
yang memerlukan bahan ajar LKS. Pada langkah analisisnya
dilakukan dengan melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta
materi yang akan diajarkan. Selain itu kita juga harus mengamati
kompotensi yang harus dimiliki oleh peserta didik.
2) Menyusun peta kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS ini berfungsi untuk mengetahui jumlah LKS
yang harus ditulis dan melihat urutan LKS-nya. Urutan ini sangat
dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan.
3) Menentukan judul-judul LKS
Judul LKS ditentukan berdasarkan kompetensi-kompetensi dasar,
materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam
kurikulum.
4) Penulisan LKS
Untuk menulis LKS ini dilakukan langkah-langkah berikut:
a) Merumuskan kompetensi dasar.
b) Menentukan alat penilaian.
c) Menyusun materi
d) Memperhatikan struktur LKS.
Selain itu, LKS juga memuat hal-hal berikut: 12
1) Rasional, yaitu pentingnya materi modul yang bersangkutan
2) Waktu, yaitu berapa lama mempelajari modul dan mengerjakan soal-
soal latihan.
3) Tujuan belajar secara umum.
4) Petunjuk umum dan petunjuk khusus mempelajari modul.
5) Buku sumber atau sumber belajar lanjutan.
6) Deskripsi kegiatan siswa.
12
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), h. 234
15
7) Penggalan modul, yaitu materi yang harus dikuasai oleh siswa yang
disesuaikan dengan tujuan khusus belajar.
8) Tujuan belajar secara khusus.
9) Waktu yang diperlukan untuk belajar setiap penggalan.
10) Uraian dan contoh materi pelajaran disusun secara teratur.
11) Ringkaasan isi yaitu pernyataan-pernyataan singkat atau
pengulangan singkat dari materi yang diuraikan setiap penggalan.
12) Lembaran soal.
13) Lembaran tugas, yaitu tugas dikerjakan pada kertas folio yang
disediakan oleh setiap siswa.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa LKS yang baik adalah LKS yang
memperhatikan tampilan dan cara penyajian materi atau informasi yang
lebih menarik dan mudah dipahami oleh siswa sehingga mampu
menciptakan proses belajar yang semakin lancar, meningkatkan motivasi
siswa dan dapat mengatasi keterbatasan indera , ruang dan waktu.
f. Lembar Kerja Siswa Berbasis Sains Teknologi Masyarakat
Dalam menyajikan materi kimia dengan menggunakan LKS berbasis
STM, guru perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu:
1) Deskripsi materi yang akan disajikan fenoma dalam kehidupan
sehari-hari yang berasal dari sains.
2) Deskripsi teknologi yang berkitan dengan materi, meliputi kegunaan
teknologi, bagan gambar dari produk teknologi itu, prinsip kerjanya,
serta keterkaitan antara teknologi itu sendiri dengan materi yang
disajikan dalam pembelajaran.
3) Penggunaan teknologi itu didalam masyarakat, dan
16
4) Kemungkinan adanya sikap serta permasalahan yang timbul akibat
dari penggunaan teknologi itu di dalam masyarakat atau dalam
kehidupan sehari-hari.13
Berdasarkan tahap-tahap pada pendekatan STM, dapat
dikemukakan bahwa pendekatan STM menghubungkan antara materi
pembelajaran dengan teknologi yang ditemukan siswa dalam kehidupan
sehari-hari. Pendekatan STM ini cocok untuk digunakan dalam
pengembangan LKS.
Jadi, LKS berbasis STM adalah lembar kerja siswa yang
sintaksnya mengadaptasi dari sintaks (tahapan) pembelajaran berbasis
masalah sains yang dikaitkan dengan teknologi dan masyarakat, yakni
meliputi 5 tahap seperti tahapan pembelajaran berbasis STM.
Tipe LKS berbasis STM ini diharapkan cocok diterapkan dalam
pembelajaran kimia karena beberapa alasan; pertama, dengan
mengerjakan LKS siswa dituntut untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan analitis, sehingga selain dapat menguasai materi
Kimia, siswa juga dapat terlibat aktif selama proses pembelajaran
terutama dalam mencari dan menemukan sendiri konsep serta prinsip
Kimia yang dipelajarinya. Kedua, LKS mengarahkan siswa untuk
menghubungkan fenomena-fenomena fisis yang dapat diamati dalam
kehiduapan sehari-hari dengan materi kimia yang sedang dipelajarinya.
Ketiga, materi Kimia tersebut dikaitkan dengan produk-produk teknologi
yang digunakan dan dapat ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat, LKS ini diharapkan dapat membangun proses interaksi, baik
interaksi antara siswa, siswa dengan guru, maupun interaksi antara siswa
dengan lingkungannya.14
13
Urai Asmirani, dkk, Pengaruh LKS berbasis sains teknologi masyarakat terhadap
kompetensi siswa dalam pembelajaran IPA Fisika di kelas VIII SMPN 1 KUBUNG Kabupaten
Solok,Pillar Physics Education, April 2013. h. 87 14
Ibid, h.87
17
2. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Sains Teknologi Masyarakat (STM)
a. Pengertian Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran. Roy Killen (1998) dalam Wina
Sanjaya (2008) mencatat ada dua proses pendekatan dalam
pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-
centred approaches) dan yang berpusat pada siswa (student-centred
approaches).15
Pada istilah STM terkandung tiga kata kunci, yaitu sains,
teknologi dan masyarakat. Karena itu, paradigma pendekatan sains,
teknologi, masyarakat dalam pembelajaran sains pada hakikatnya dapat
ditinjau dari asumsi dasar pengertian sains, teknologi dan masyarakat,
interaksi antar ketiganya serta keterkaitannya dengan tujuan-tujuan
pendidikan sains.
Sains menurut Robert B Sund dalam Reviandri (2013) adalah
body of knowledge16
merupakan rangkaian kegiatan ilmiah/hasil-hasil
obervasi terhadap fenomena alam untuk menghasilkan pengetahuan
ilmiah (scientific knowledge) yang lazim disebut produk sains.
Pengetahuan sains memberikan pemahaman hubungan sebab-akibat serta
mampu untuk memprediksi dan mengendalikan.
Teknologi merupakan unsur yang ada juga dalam sains teknologi
masyarakat. Secara etimologi, kata teknologi berasal dari bahasa Yunani
yaitu techne yang berarti kiat dan logos yang berarti wacana ilmiah yang
mempunyai makna. Sains melandasi perkembangan teknologi,
sedangkan teknologi menunjang perkembangan sains. Teknologi
merupakan jawaban dari masalah yang dihadapi masyarakat dengan
menerapkan konsep-konsep sains dalam teknologi untuk memperoleh
solusi.
15
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorietasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, Prenada Group,2008), h.127 16
Reviandri Widayaningtyas, Pembentukan Pengetahuan Sains, Teknologi dan
Masyarakat dalam Pandangan Pendidikan IPA. Jurnal Pendidikan dan Budaya 2013, h.1
18
Pengertian teknologi di atas di dukung oleh pernyataan Solomon,
seperti yang dikutip oleh La Maronta Galib, yaitu pada dasarnya
teknologi merupakan penggunaan pengetahuan dan keterampilan secara
kreatif untuk memecahkan masalah sosial atau pribadi dan karakteristik
semua jenis teknologi di desain untuk pelayanan kepada masyarakat.
Masyarakat merupakan unsur berikutnya dalam STM. Aikenhand
dalam Reviandari (2013) memberikan pendapat bahwa masyarakat
adalah suatu lingkungan pergaulan sosial dan kaidah-kaidah yang dianut
oleh suatu kelompok masyarakat, Society is the Social milieu.17
Jadi,
masyarakat mempunyai pengertian lingkungan pergaulan sosial serta
kaidah-kaidah yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat. Oleh karena
itu, secara konseptual pendekatan sains teknologi masyarakat memiliki
hubungan timbal balik, saling mengisi, saling tergantung, saling
mempengaruhi dan mendukung dalam mempertemukan antara teknologi
dan kebutuhan manusia serta membuat kehidupan masyarakat lebih baik
dan lebih mudah.
Hubungan ketiga unsur dalam STM merupakan hubungan timbal
balik dua arah yang dapat dikaji manfaat-manfaat atau kerugian-kerugian
yang dihasilkan. Hubungan antara sains, teknologi dan masyarakat
seperti dibawah ini : 18
Gambar 2.2. Interaksi Sains Teknologi Masyarakat
Gambar di atas menunjukkan bahwa adanya saling keterkaitan
antara sains, teknologi dan masyarakat. National Science Education
Standars menekankan pentingnya literasi sains dengan mengacu pada
pengertian bahwa seseorang yang memahami literasi sains adalah
17
Ibid, h.2 18
Tonih Feronika, Kiknkin Suartini, Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta :
Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2009), h.124
Sains
Teknologi Masyarakat
19
seseorang yang memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap konsep
sains dan kegiatan dalam membuat keputusan, serta ikut serta dalam
urusan kewarganegaraan dan kebudayaan. Model Pembelajaran STM
dapat mengenalkan literasi sains kepada semua siswa karena mengajarkan
sains berdasarkan pada konteks sosial. Seringkali, pendekatan STM
memanfaatkan konteks sosial untuk menggali dan menganalisis isu, serta
memecahkan masalah sebagai dampak dari sains dan teknologi.
Sains Teknologi Masyarakat (STM) sebagai salah satu pendekatan
merupakan cara pandang untuk memecahkan permasalahan dalam
pendidikan sains. Sains Teknologi Masyarakat berusaha untuk
menjembatani materi yang dibahas didalam kelas dengan situasi dunia
nyata diluar kelas yang menyangkut perkembangan teknologi dan situasi
sosial kemasyarakatan. Hal ini menggambarkan bahwa pendekatan STM
dijalankan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi masa
depannya.
Pendekatan STM menuntut agar peserta didik diikutsertakan dalam
penentuan tujuan, perencanaan, pelaksanaan, cara mendapatkan informasi
dan eveluasi pembelajaran.19
Yager dalam Indrawati (2010)
mendifinisikan STM sebagai belajar dan mengajar mengenai
sains/teknologi dalam konteks pengalaman manusia (konteks dunia nyata)
dan merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk
meningkatkan literasi sains adalah Science-Technology-Society, Sains
Teknologi Masyarakat (STM).
STM merupakan perekat yang meningkatkan sains, teknologi, dan
masyarakat secara terintegrasi. STM merupakan salah satu alternatif
konsep untuk penyempurnaan dan penyesuaian pendidikan sains dewasa
ini. Konsep ini dapat diwujudkan dalam bentuk pendekatan atau materi
pelajaran. STM dikembangkan untuk meningkatkan literasi ilmiah
individu agar mengerti bagaimana sains, teknologi dan masyarakat
19
Indrawati, Sains Teknologi Masyarakat untuk Guru SD, Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan pendidikan dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA)
untuk Program Bermutu, 2010. h. 21
20
berpengaruh satu sama lain, serta untuk meningkatkan kemampuan
menggunakan pengetahuan dalam membuat keputusan. Dengan demikian,
individu tersebut dapat menghargai sains dan teknologi dalam masyarakat,
dan mengerti keterbatasan-keterbatasannya.
Menurut National Science Teachers Association (NSTA) dalam
Sabar Nurohman memandang STM sebagai the teaching and learning of
science in the context of human experience, STM dipandang sebagai
proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman
manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatkan
kretivitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam
kehidupan sehari-hari.20
Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE dalam
Sabar Nurohman bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach
which reflects the widespread realization that in order to meet the
increasing demands of a tehnical society, education must integrate across
disciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM
haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagai disiplin
(ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yang terjadi diantara
sains, teknologi dan masyarakat.21
Pendekatan pembelajaran STM adalah pembelajaran yang
bertujuan mengembangkan motivasi siswa dalam membangun
pengetahuan yang sesuai dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya,
dengan demikian pembelajaran menggunakan model ini memicu
timbulnya kreativitas peserta didik dalam rangka melakukan retrurisasi
pengetahuannya.22
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan STM
adalah suatu usaha untuk menyajikan sains dalam proses pembelajaran
dengan mempergunakan masalah-masalah penerapan sains dan teknologi
20
Sabar Nurohman, Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran
IPA sebagai upaya Peningkatan Life Skills Peserta Didik, Jurnal Pendidikan. h.9 21
Ibid, h.10 22
Yunita, Model-model Pembelajaran Kimia, (Bandung: CV. Insani Mandiri, 2012), h.7
21
dari dunia nyata dan kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Pada
pembelajaran sains diutamakan untuk belajar ilmu pengetahuan yang
sangat erta kaitannya dengan teknologi, kemudian dari keterkaitan
tersebut, diharapkan dapat dimanfaatkan dalam lingkungan masyarakat,
karena ketiga hal tersebut saling berpengaruh satu sama lain.
b. Tujuan dan Landasan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
Tujuan penggunaan pendekatan sains teknologi masyarakat secara
umum agar peserta didik memiliki kemampuan : 23
1) Menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran dalam
kelas;
2) Menggunakan berbagai jalan/perspektif untuk menyikapi berbagai
isu/situasi yang berkembang dimasyarakat berdasarkan pandangan
ilmiah; dan
3) Menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki
tanggung jawab sosial.
Konstruktivisme yang menjadi landasan proses belajar dengan
pendekatan STM merupakan teori pembelajaran kognitif dalam psikologi
pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai
lagi. Slavin menyatakan, sebagaimana dikutip oleh Trianto, bahwa siswa
akan benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengatahuan jika
23
Indrawati, Sains Teknologi Masyarakat untuk Guru SD, Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan pendidikan dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA)
untuk Program Bermutu, 2010.h. 21
22
mereka bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk
dirinya,berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.24
c. Tahapan Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
Pada tahun 1985 STM cukup diajukan sebagai pendekatan dalam
pembelajaran sains yang mengacu pada Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) dan dipilih melalui pokok bahasan yang sesuai saja.
Setelah melalui penelitian-penelitian dapat dianalisis bahwa dalam
proses pembelajaran terlihat adanya tahap yang tidak boleh diabaikan yaitu
adanya pemantapan konsep yang menuntut kejelian guru, untuk mencegah
miskonsepsi Yager mengajukan empat tahapan strategi dalam
pembelajaran dengan memperhatikan konstruktivisme yaitu: invitasi,
eksplorasi, mengajuan pertanyaan dan solusi serta penentuan langkah.
Dengan mengembangkan tahap pembelajaran yang diajukan Yager, Anna
(2007) membuat tahapan model pembelajaran STM sebagai berikut:25
1) Tahap Inisiasi
Tahap ini merupakan tahap pendahuluan, yaitu guru menggali
pengetahuan peserta didik mengenai masalah-masalah atau masalah
yang ada dimasyarakat. Caranya. Guru memberikan atau mengajukan
pertanyaan yang memicu terjadinya diskusi diantara peserta didik dan
memberikan wacana di dalam LKS.
2) Tahap Pembentukan Konsep
Proses pembentukan konsep dapat dilakukan melaui berbagai
pendekatan dan metode pembelajaran. Pada tahap ini diharapkan
siswa dapat memahami apakah analisis terhadap isu-isu atau masalah
yang tealh dikemukakan di awal pembelajaran telah menggunakan
24
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implemetasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta: Kencana,
Prenada Media Group, 2011) h. 28 25
Anna Poedjiadi. Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran Kontekstual
bermuatan Nilai. (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. 2007), h.126-130
23
konsep-konsep yang benar. Selain itu, siswa diharapkan membangun
atau mengkonstruk pengetahuannya sendiri melalui observasi,
eksperimen, diskusi dan lain-lain. Dalam tahap ini guru memberi
pemantapan tentang sebuah konsep agar tidak terjadi miskonsepsi
pada diri peserta didik.
3) Tahap Aplikasi Konsep
Pada tahap ini, konsep telah dipahami siswa selanjutnya digunakan
untuk menyelesaikan masalah atau menganalisis isu-isu atau masalah
yang telah dilontarkan pada awal pembelajaran. Tahap ini dikatakan
sebagai aplikasi konsep untuk menganalisis fenomena atau
menyelesaikan masalah. Selain itu, pada tahap ini merupakan tahap
dorongan kepada siswa agar mampu mengaplikasikan konsepyang
telah mereka pahami ke dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
4) Tahap Pemantapan Konsep
Selama proses pembentukan konsep, penyelesaian masalah atau
analisis isu, guru perlu meluruskan kalau terjadi miskonsepsi selama
kegiatan berlangsung. Kegiatan inilah yang dilakukan pada tahap
pemnatapan konsep. Apabila selama kegiatan belajar sebelumnya
tidak tampak adanya miskonsepsi pada siswa, guru harus tetap
melakukan pemantapan konsep melalui penekanan pada konsep-
konsep kunci yang penting diketahui dalam kajian tertentu. Hal ini
dilakukan karena ditakutkan masih terjadi miskonsepsipada siswa
yang tidak terdekteksi oleh guru. Pelaksanaan dan pemantapan konsep
dapat menggunakan pendekatan diskusi.
5) Tahap Penilaian
Penilaian dapat diberikan berupa tes tertulis atau pertanyaan secara
lisan. Tahap ini mengakhiri rangkaian kegiatan pembelajaran
menggunakan model STM untuk mengungkap kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik siswa, termasuk kepedulian dan tindakan
siswa.
24
Dengan tahap-tahap pembelajaran menggunakan pendekatan STM
tersebut, siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran. Siswa lebih menaruh
perhatian dan lebih berminat pada konsep yang akan dipelajari karena
bahan pelajaran berkaitan dengan kehidupan mereka di masyarakat.
Dengan adanya keterkaitan tersebut, siswa dalam pembelajaran tidak
hanya mengahafalkan bahan-bahan pelajaran yang terasa asing bagi
mereka melainkan memahami konsep sains dan aplikasinya dalam
teknologi serta keterkaitannya dengen masyarakat. Karena sains teknologi
masyarakata merupakan suatu usha untuk menyajikan IPA dengan
mempergunakan masalah-masalah dari dunia nyata.26
d. Keunggulan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
Menurut Tonih, dkk (2009) ada beberapa keunggulan yang dapat
diperoleh dari pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yaitu:27
1) Ditinjau dari Ranah Pengetahuan
a) Siswa melihat pengetahuan sebagai hal yang berguna bagi
dirinya sendiri;
b) Siswa yang belajar melalui pengalaman yang diendapkan
untuk waktu yang cukup lama dan sering dapat
menghubungkannya dengan situasi baru.
2) Ditinjau dari Ranah Sikap
a) Minat siswa meningkat dalam pelajaran;
b) Siswa menjadi lebih ingin mengetahui tentang segala yang ada
di dunia;
c) Siswa memandang guru sebagai fasilitator;
d) Siswa memandang sains sebagai suatu cara untuk menangani
masalah.
26
Tonih Feronika, Kiknkin Suartini, Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta :
Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2009), h.125 27
Ibid, h.127-128
25
3) Ditinjau dariRanah Proses Sains
a) Siswa melihat proses sains sebagai keterampilan yang dapat
mereka gunakan;
b) Siswa melihat proses keterampilan yang mereka butuhan untuk
menyempurnakan dan mengembangkannya menjadi lebih
mantap untuk kepentingan mereka sendiri;
c) Siswa siap melihat hubungan dari proses-proses sains kepada
aksi mereka sendiri;
d) Siswa melihat proses sains sebagai bagian yang vital dari apa
yang mereka lakukan dalam pelajaran sains.
4) Ditinjau dari Ranah Kreatifitas
a) Siswa lebih banyak bertanya;
b) Siswa sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan unik yang
memacu minat mereka dan guru;
c) Siswa terampil dalam mengajukan sebab dan akibat dari hasil
pengamatannya;
d) Siswa penuh dengan ide-ide murni.
5) Ditinjau dari Ranah Hubungan dan Aplikasi
a) Siswa dapat menghubungkan studi sains mereka dengan
kehidupan sehari-hari;
b) Siswa terlibat dalam pemecahan isu-isu sosial;
c) Siswa mencari informasi dan mengunakannya;
d) Siswa turut terlibat dalam perkembangan teknologi serta
menggunakannya untuk kepentingan dan relevansi dari konse-
konsep sains.
3. Berpikir Tingkat Tinggi
Berpikir tingkat tinggi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
kemampuan mengaitkan masalah sains dalam teknologi dan masyarakat.
Seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir HOT tidak hanya mampu
26
memecahkan masalah-masalah non rutin, tetapi juga mampu melihat berbagai
alternatif dari pemecahan masalah itu. Kemampuan berpikir tingkat tinggi
merupakan bagian yang sangat penting untuk kesuksesan dalam pemecahan
masalah.
a. Pengertian Berpikir
Berpikir menurut Trianto dalam Putriyani (2014) diartikan sebagai
kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan
berdasar pada inferensi atau pertimbangan. Berpikir melibatkan operasi
mental seperti penalaran.28
Berpikir adalah suatu proses kognitif, suatu aktivitas untuk
memperoleh pengetahuan. Proses berpikir dihubungkan dengan pola
prilaku yang lain dan memerlukan keterlibatan aktif pemikir. Hubungan
kompleks berkembang melalui berpikir. Hubungan ini dapat saling terkait
dengan struktur yang mapan yang dapat diekspresikan oleh pemikir
dengan bermacam-macam cara.
Berpikir bisa terjadi di dalam alam sadar dan bisa juga terjadi di
bawah alam sadar. Jika berpikir terjadi di bawah alam sadar, maka otak
tidak mengetahui ia sedang berpikir atau jika ia mengetahui, maka ia tidak
mengetahui apa yang sedang dipikirkan. Jika berpikir terjadi di dalam
alam sadar, maka otak mengetahui itu adalah berpikir dan apa yang sedang
dipikirkan.
b. Pengertian Berpikir Tingkat Tinggi
Menurut Presseisen dalam Costa (1985) “Higher Order Thinking
Skill” (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi
empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir
kritis dan berpikir kreatif.29
28
Putriyani, Penggunaan LKS berbasis Problem Based Intruction untuk meningkatkan
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa pada Konsep Jamur, Skripsi, , 2014, tidak
dipublikasikan, h.29
29
Poppy Kamalia Devi, “Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skill dalam
Pembelajaran IPA SMP/MTs”, Jurnal Pendidikan, h.3.
27
Berpikir tingkat tinggi mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan kemampuan mengaitkan masalah sains dengan teknologi dan
masyarakat. Seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir tingkat
tinggi tidak hanya mampu memecahkan masalah-masalah non rutin, tetapi
juga mampu melihat berbagai alternatif dari pemecahan masalah itu.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan bagian yang sangat penting
untuk kesuksessan dalam pemecahan masalah. Begitupun sebaliknya,
seeorang yang terbiasa menyelesaikan masalah-masalah nonrutin memiliki
kecakapan dalam tingkat berpikirnya karena kreativitas berpikir diarahkan
untuk menghasilkan pemecahan masalah.
c. Taksonomi Tujuan Pembelajaran
Kuaseri dan Supranto dalam Ani Syahidah (2013) menyebutkan
bahwa ada 3 karakteristik pokok tujuan pembelajaran, yaitu cakupan atau
kelulusan tujuan (scope), taksonomi tujuan pembelajaran atau domain
(kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan bentuk pembelajaran (behavior
versus nonbehavior). Salah satu karakteristik tujuan pembelajaran yang
dibahas dalam pebelitian ini adalah taksonomi tujuan pembelajaran yang
berkaitan dengan kognitif atau ranah kemampuan untuk berpikir.
Menurut Nitko, taksonomi didefinisikan sebagai “a hierarchical
schime for classfyig behaviors”.30
Artinya taksonomi merupakan skema
untuk mengklasifikasikan perilaku. Dengan demikian, taksonomi dapat
diartikan sebagai pengklasifikasian sesuatu hal berdasarkan kerangka
hirarki (tingkatan) tertentu.
1. Bloom edisi Revisi
Domain Kognitif menurut Benjamin S. Bloom Harus diakui
bahwa buah pemikiran tokoh Benjamin S. Bloom tentang domain
kognitif pengetahuan/berpikir, yaitu pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi. Seiring dengan perkembangan
jaman, kemajuan pengetahuan dan teknologi, konsep tingkatan
30
Anthony J. Nitko, Educational Tests and Measurement: An Introduction, (New York: Harcout
Brace Jovanovich, Inc, 1983), h.99
28
berpikir tersebut di atas mengalami revisi. Adalah Lorin Anderson,
seorang murid Bloom merevisi taksonomi Bloom tahun 1990. Hasil
revisinya dipublikasikan pada tahun 2001 dalam buku yang berjudul
Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing: A Revision of
Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. Dalam revisi ini ada
perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata
kerja. Domain kognitif itu mengalami perubahan, yakni mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi.
Penguabahan ini dilakukan dengan pertimbangan taksonomi
kognitif merefleksikan bentuk lain dari berpikir yang merupakan
proses aktif, untuk itu kata kerja adalah yang paling akurat. 31
2. Tingkatan Ranah Kogmitif Taksonomi Bloom Revisi
Taksonomi yang telah direvisi oleh Krathohl, ddk, memiliki dua
dimensi. Dua dimensi itu adalah proses kognitif dan pengetahuan,
dimensi proses kognitif pada Taksonomi Bloom hasil revisi terdiri atas
enam kategori, yaitu: mengingat, memahami, mengaplikasikan,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Adapun dimensi
pengetahuannya terdiri atas 4 kategori, yaitu: faktual, konseptual,
prosedural, dan metakogntif.32
Keenam kategori dimensi kognitif dan sejumlah proses kognitif
yang sesuai dengan Taksonomi Bloom revisi sebagai berikut:
a. Remembering (mengingat)
Mengingat diartikan sebagai pengetahuan yang dibutuhkan
dari memori jangka panjang. 33
Dalam kategori proses kognitif,
mengingat menempati tingkatan yang paling sederhana, karena
tujuan pembelajarannya hanya menumbuhkembangkan
kemampuan meretensi pelajaran sama seperti yang telah diajarkan.
31
Setiawan, Prinsip-prinsip Penilaian Pembelajaran Matematika SMA, (Yogyakarta:
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Depdiknas, 2008),
h.8 32
Anderson dan Krathwhol, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan
Asesmen. (Pustaka Belajar: Yogyakarta, 2010), h.6 33
Ibid, h.99
29
Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik untuk
mengingat-ingat kembali (recall) apa yang disampaikan oleh
gurunya. Peserta didik bisa menyampaikan informasi/pengetahuan
sederhana secara verbal atau tulisan. Misalnya, tentang tanggal
lahir suatu tokoh, nama-nama ilmuwan, nama-nama presiden,
nama tempat, menghafal puisi, dll. Jadi sifatnya ingatan semata,
tanpa ada intepretasi atau manipulasi dari peserta didik sebab apa
yang dingat dan disampaikan adalah data dan fakta belaka.
b. Understanding (memahami)
Memamhami merupakan dimensi proses kognitif yang
didasarkan pada kemampuan transfer dan ditentukan di sekolah-
sekolah dan perguruan tinggi. Proses ini diartikan sebagai proses
mengkontruksi makna dari pesan-pesan yang terdapat dalam
berbagai aktivitas pembelajaran, proses mengasosiasikan
pengetahuan baru denganpengetahuan yang telah dimiliki, serta
proses mengintegrasikan pengetahuan baru dengan skema dan
kerangka kognitif yang telah dimiliki.34
Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik untuk
memahami, menjabarkan, atau menegaskan informasi yang masuk
seperti menafsirkan dengan bahasa sendiri memberi contoh,
menjelaskan ide atau konsep, membuat summary dan melakukan
intepretasi sederhana terhadap data/informasi. Understanding
melampui kemampuan menghafal pada level 1. Peserta didik
mampu menerjemahkan materi bentuk-bentuk baru, menjelaskan
dan meringkas bahan, atau memperkirakan kecendrungan masa
depan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menafsirkan
informasi yang diberikan, menerjemahkan informasi dari satu
media ke yang lain, atau secara sederhana memberikan penjelasan
sesuatu dengan kata-kata mereka sendiri.
34
Ibid, h.103
30
c. Applying (menerapkan)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menyeleksi
atau memilih suatu abstraksi berupa konsep, teori, gagasan atau
cara untuk diterapkan dalam situasi baru.35
Aplikasi memerlukan
informasi yang dipelajari untuk digunakan dalam mencapai solusi
atau menyelesaikan tugas. Contoh, peserta didik menerapkan
aturan tata bahasa ketika menulis makalah, atau mereka
menerapkan teorema geometris ketika memecahkan masalah
geometri. Untuk dikategorikan sebagai kegiatan mengaplikasikan,
masalah harus unik. Dalam level ini, peserta didik dapat melakukan
aktivitas belajar dengan melaksanakan, menggunakan,
menjalankan, melakukan, mempraktikan, memilih, menyusun,
memulai, menyelesaikan, mendeteksi, dsb.
d. Analysis (menganalisis)
Analisis diartikan siswa mampu unutk menguraikan suatu
peristiwa atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar
menjadi sebuah ide yang lebih jelas menggambarkan hubungan
antara ide-ide. 36
Level ini merujuk pada kemampuan anak didik
dalam menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun
ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline,
mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, mengintegrasikan,
mengelompokkan, menjelaskan cara kerja sesuatu, menganalisis
hubungan antara bagian-bagian, mengenali motif atau struktur
organisasi, dsb. Seorang guru sains misalnya, mungkin bertanya
bagaimana sistem koloid bekerja dalam bidang industri. Seorang
guru kelas dua SMP mungkin meminta gagasan tentang cara
menggunakan sebuah kata dalam sebuah kalimat. Sedangkan
seorang guru ilmu pengetahuan sosial mungkin meminta peserta
35
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan edisi 2, (PT.Bumi Aksara:
Jakarta, 2012), h.132 36
Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2009), h.65
31
didik untuk menjelaskan sikap yang bertanggung jawab terhadap
lingkungan.
e. Evaluating (mengevaluasi)
Mengevaluasi adalah proses membuat keputusan
berdasarkan pertimbangan pada kriteria dan standar.37
Level ini
merujuk pada kemampuan peserta didik memberikan justifikasi
terhadap sesuatu yang dievaluasi. Ini berarti, peserta didik dengan
sendirinya memiliki berbagai bahan pertimbangan yang diperlukan
untuk memberi nilai. Evaluasi dapat dalam bentuk kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan atas kriteria internal atau eksternal.
Selain itu, peserta didik mampu menyusun hipotesis, mengkritik,
memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan, dsb.
Contoh, peserta didik bisa diminta menentukan sumber energi
terbaik bagi Indonesia. Intinya, peserta didik diminta memutuskan
yang terbaik maupun terburuk; mengidentifikasi paling tidak atau
paling penting yang membutuhkan pemikiran dan penalaran tingkat
tinggi.
f. Creating (berkreasi)
Mencipta adalah proses kognitif yang melibatkan proses
penggabungan unsur-unsur menjadi sebuah struktur yang koheren
dan fungsional. 38
Level ini merujuk pada kemampuan peserta
didik memadukan berbagai macam informasi dan
mengembangkannya sehingga terjadi sesuatu bentuk yang baru.
Selain itu juga ditunjukkan dengan kemampuan dalam merancang,
membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan,
membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah,
mengubah, dsb.
37
Anderson dan Karhwhol, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan
Asesmen. (Pustaka Belajar: Yogyakarta, 2010), h.125 38
Ibid, h.128
32
Tabel 2.1 Taksonomi Bloom yang telah direvisi
Dimensi Pengetahuan Dimensi Proses Kognitif
i. Pengetahuan Faktual
a. Pengetahuan tentang terminologi
b. Pengetahuan tentang bagian
detail dan unsur-unsur
ii. Pengetahuan Konseptual
a. Pengetahuan tentang klasifikasi dan
kategori
b. Pengetahuan tentang prinsip dan
generalisasi
c. Pengetahuan tentang teori, model
dan struktur
iii.
iv. Pengetahuan Prosedural
a.Pengetahuan tentang keterampilan
khusus yang berhubungan dengan
suatu bidang tertentu dan
pengetahuan logaritma
b. Pengetahuan tentang teknik dan
metode
c.Pengetahuan tentang kriteria
penggunaan prosedur
v.
vi. Pengetahuan Metakognitif
a. Pengetahuan strategi
b.Pengetahuan tentang operasi
kognitif
c. Pengetahuan tentang diri sendiri
C1 Mengingat (Remember)
1.1 mengenali (Recognizing)
1.2 mengingat (Recalling)
C2 Memahami (Understand)
1.1 menafsirkan (Interpreting)
1.2 memberi contoh (Exampliying)
1.3 meringkas (summarizing)
1.4 menarik inferensi (Inferring)
1.5 membandingkan (Comparing)
1.6 menjelaskan (Explaining)
C3 Mengaplikasikan (Apply)
1.1 menjalankan (Executing)
1.2 mengimplementasikan
(Implementing)
C4 Menganalisis (Analyze)
1.1 menguraikan (Differentiating)
1.2 mengorganisir (Organizing)
1.3 menemukan makna tersirat
(Attributing)
C5 Evaluasi (Evaluate)
1.1 memerikasa (Checking)
1.2 mengkritik (Critiquing)
C6 Membuat (Create)
1.1 merumuskan (Generating)
1.2 merencanakan (Planning)
1.3 memproduksi (Producing)
33
4. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skill)
Kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan yang
menuntut penalaran pada tujuan-tujuan kognitif yang tingkatannya lebih
kompleks daripada hanya sekedar kemampuan mengingat materi
pelajaran. Artinya kemampuan yang mampu menghubungkan masalah
sains dengan teknologi yang ada di masyarakat.
Ditinjau dari tingkatan-tingkatan kognitif Taksonomi Bloom versi
lama, Sanjaya dalam Ani Syahidah (2013) menyebutkan bahwa tiga
tingkatan tujuan kognitif yang petama, yaitu pengetahuan, pemahaman dan
aplikasi disebut sebagai tujuan kognitif tingkat rendah, sedangkan tiga
tingkatan berikutnya, yaitu analisis, sintesi, dan evaluasi disebut sebagai
tujuan kognitif tingkat tinggi.
Sejalan dengan Sanjaya, McDavitt dalam FJ King, Ludwika
Goodson, dan Faranak Rohani mengungkapkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi sebagai berikut: “Higher order skills include analysis,
synthesis, and evaluation and require mastery of previous levels, such as
applying routne rules to familiar or novel problems”.39
Artinya
kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi analisis, sintesi, dan evaluasi
serta menuntut penguasaan dari tingkatan sebelumnya, seperti menerapkan
aturan rutin untuk amsalah yang bersifat familiar ataupun amsalah yang
bersifat baru.
Berdasarkan penjelasan Sanjaya dan Mc Davitt, maka dapat
disimpulkan bahwa pada Taksonomi Bloom versi lama, kemampuan
berpikir tingkat rendah meliputi 3 tingkatan tujuan kognitif pertama yang
mencakup pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Adapaun kemampuan
beripiki =r tingkat tinggi melipti 3 tingkatan tujuan kognitif tertinggi
mencakup analisis, sisntesis, dan evaluasi, serta adanya prasyarat terkait
39
FJ King, Ludwika Goodson, dan Faranak Rohani, Assesment: Evaluation Educational
Service Program, (a publication of the Educational Service Program, now known as the Center for
Advancement of Learning and Assesment), h.20.
34
penguasaa tingkatan-tingkatan tujuan kognitif sebelumnya, seperti
pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.
Susan M, Brookhart dalam bukunya yang berjudul “How to Asses
Higher-Order Thinking Skill in Your Classroom” menilustrasikan cara
menilai berbagai aspek berpikir untuk kategori-kategori berpikir tingkat
tinggi, yang salah satunya adalah 3 kemampuan berpikir teratas pada
Tasonomi Bloom, yaitu menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.40
Mengingat pengorganisasian tingkatan kognitif yang meliputi
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta adalah pengorganisasian baru
pada Taksonomi Bloom, begitu pula dengan istilah tingkatan kognitif
mencipta yang merupakan istilah baru di dalamnya, maka Taksonomi
Bloom yang telah direvisi. Selain Brookhart, Setiawan juga
megungkapkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
dihubungkan dengan Taksonomi Bloom revisi adalah kemampuan berpikir
dari tingkat kognitif menganalisis (analyzing) sampai dengan tingkatan
kognitif mencipta (creating). Mengacu pada 2 pernyataan tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat rendah pada
Taksonomi Bloom revisi mencakup tingakatan tujuan kognitif dari tingkat
mengingat (remembering) sampai dengan tingkatan tujuan kognitif
mengaplikasikan (applying).41
Berdasarkan penjelasan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa baik pada Taksonomi
Bloom versi lama maupun revisi, kemampuan berpikir tingkat tinggi
(Higher Order Thinking Skill) adalah kemampuan berpikir pada tiga
tingkatan tujuan teratas, yaitu mulai dari C4 sampai dengan C6 dimana 3
jenjang kognitif terbawah menjadi landasannya.
40
Susan M.Brookhart, How to Asses Higher-Order Thinking Skills in Your Classroom,
(Virginia USA: ASCD, 2010), p.14 41
Ibid, h.10
35
5. Hubungan Penerapan LKS berbasis STM dengan Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi Siswa
HOTS berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi, masuk pada tiga level
tertinggi yaitu analisis, evaluasi, dan kreasi. Dalam soal-soal pembelajaran
IPA keterampilan analisis, evaluasi, dan kreasi dapat dikembangkan
misalnya dengan menyajikan stimulus dalam bentuk data percobaan,
grafik, gambar suatu fenomena atau deskripsi singkat suatu fenomena yang
selanjutnya digunakan siswa untuk menjawab soal. Soal-soal untuk
pengujian ini dapat dibuat dalam bentuk soal pilihan ganda maupun uraian.
Teknik penulisan soal HOTS secara umum hampir sama dengan teknik
penulisan soal-soal biasa tetapi karena peserta didik diuji pada proses
analisis, sintesis atau evaluasi, maka pada soal harus ada komponen yang
dapat dianalisis, dievaluasi atau dikreasi. Komponen ini didalam soal
dikenal dengan istilah stimulus. Oleh karenanya LKS berbasis STM yang
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang didalamnya mengandung
unsur pembelajaran STM dapat memberikan stimulus atau rangsangan
yang mendorong siswa untuk berpikir dan belajar memecahkan masalah
dengan bantuan LKS.
B. Hasil Kajian Penelitian yang Relevan
Hasil kajian pustaka berdasarkan penelitian yang relevan dengan penelitian
yang akan dilaksanakan sebelumnya telah banyak diteliti oleh para peneliti
lainnya, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. An Inquiry on Higher-Order Thinking Skills of Students who had study the
Unit “Treasures of the Sea” Within “Science and Technology for All”. Hasil
dari penelitian menunjukkan siswa mengalami kemajuan dalam belajar saat
diberikan modul yang dibuat saat diintegarsikan dengan sains dan teknologi.
Hal ini memberikan pengajaran bahwa pengajaran yang kompleks dapat
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan siswa dapat
menjadikan pengetahuannya sebagai alat yang berguna untuk kehidupan
dimasyarakat yang sangat ilmiah dengan kemajuan teknologi yang pesat.
36
2. Urai Asmirani,dkk 2013 yang berjudul Pengaruh LKS berbasis Sains
Teknologi Masyarakat terhadap Kompetensi Siswa dalam Pembelajaran IPA
Fisika dikelas VIII SMPN 1 KUBUNG Kabupaten Solok. Hasil dari
peneliitian menunjukkan bahwa penggunaan LKS berbasis STM dalam
pembelajaran Fisika memberikan pengaruh terhadap kompetensi siswa baik
ranah konitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik yang ditandai dengan
terdapat perbedaan hasil belajar.
3. Ragil Kurnianingsih,dkk yang berjudul Perbedaan Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi dan Pemahaman Konsep Materi Hidrolisis Garam Siswa MA
Negeri 2 Malang pada Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
Penelitian yang dilakukan dengan metode eksperimen menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan kemampuan awal siswa antara kelas kontrol dengan kelas
eksperimen. Hasil ini ditunjukkan dari peningkatan presentase tingkat
kemampaun berpikir tingkat tinggi antara kelas eksperimen 77% dan kelas
Kontrol 58,38%.
4. I Made Mandra yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Sains
Teknologi Masyarakat (STM) terhadap Pemahaman Konsep Kimia dan Sikap
Ilmiah Siswa Kelas X SMAN 1 Kediri. Penelitian yang dilakukan dengan
metode eksperimen menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman
konsep kimia dan sikap ilmiah antara siswa yang belajar dengan model
pembelajaran STM dengan kelompok siswa yang belajar dengan model
pembelajaran konvensional, dimana model pembelajaan STM memberikan
hasil lebih baik.
C. Kerangka Pikir
Dalam proses mengajar di kelas, cara seorang guru menyampaikan materi
pelajaran sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Untuk itu guru
dituntut kreativitasnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Kreatifitas tersebut ditunjukkan dengan penerapan model-model pembelajaran
yang mampu membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa.
37
Salah satu model pembelajaran yaitu sains teknologi masyarakat
(STM). Model sains teknologi msyarakat ini merupakan model pembelajaran yang
bersifat student centered yang dirancang untuk mampu meningkatkan
keterampilan berpikir dan keterampilan menyelesaikan masalah. Keterampilan
berpikir yang dimaksud adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dengan itu,
siswa dilatih untuk mampu berpikir lebih kompleks terhadap suatu hal dengan
tidak melihat pada berbagai sudut. Untuk mencapai hal tersebut maka siswa
didorong untuk lebih aktif melakukan usaha-usaha untuk mencapainya. Pada
dasarnya kemampuan berpikir sudah dimiliki siswa sejak lahir, namun untuk
dapat memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi itu sendiri diperlukan upaya-
upaya untuk melatih, mengembangkan dan mencapainya sebagai alat. Untuk
mengajarkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam mata pelajaran kimia,
dapat digunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS berbasis sains teknologi
masyarakat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan
pendapatnya dan mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang mengaitkan antara teori kimia dengan teknologi dalam
masyarakat. Dengan menggunaan LKS berbasis sains teknologi masyarakat
diharapkan dapat memberikan pembelajaran yang berkualitas, yang meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi bagi siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pembatasan masalah, perumusan masalah dari penelitian ini
adalah :
Ha : terdapat pengaruh penggunaan LKS berbasis STM terhadap
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada konsep koloid.
Ho : tidak terdapat pengaruh penggunaan LKS berbasis STM terhadap
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada konsep koloid.
38
karena
solusi
Konten LKS
Gambar. 2.3. Diagram Kerangka Berpikir
Pendekatan pembelajaran
teacher-centered
Mengemukakan isu yang ada di masyarakat dan keterkaitannya
dengan konsep yang sedang dipelajari
Membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap isu yang
dikemukakan
Siswa mengintegrasikan sains, teknologi dan masyarakat
Siswa berinteraksi langsung dengan sumber belajar yang ada di
masyarakat mengenai konsep yang sedang dipelajari
Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa berkembang
Penggunaan LKS yang
bersifat textbook-centered
Kemampuan berpikir tingkat tinggi
kurang dilatih dan dikembangkan
Pembelajaran student-centered
dengan menggunakan model Sains
Teknologi Masyarakat (STM)
Penggunaan Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang membuat siswa aktif
Pembelajaran dengan penggunaan
LKS berbasis STM
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MAN Cikarang yang beralamat di Jln. Ki
Hajar Dewantara No.43 Cikarang Utara-Bekasi 17530 pada tanggal 5 Mei – 5
Juni 2014 (semester genap).
B. Tahapan Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakaukan terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap
persiapan, tahap pengujian, tahapan implementasi dan tahap penyelesaian
(pengoahan data).
1. Tahap Persiapan
a. Pembuatan instrumen berpikir tingkat tinggi
1) Pembuatan soal essai berupa 12 soal;
2) Uji validitas soal ke SMAN 10 Tangerang Selatan kelas
XII.IPA.3 sebanyak 35 siswa;
b. Pembuatan LKS
1) Peneliti melakukan observasi penggunaan LKS ke MAN
Cikarang;
2) Wawancara dengan guru kimia dan siswa tentang penggunaan
LKS;
3) Pembuatan LKS berbasis STM;
4) Memberikan draf LKS STM dengan materi koloid kepada guru
kimia;
5) Guru kimia menilai dan mengecek kesesuaian LKS STM
dengan materi koloid;
6) Analisis hasil penilaian dari guru kimia dan hasil wawancara;
7) Merevisi LKS;
2. Tahap Pengujian
a. Melakukan uji coba terbatas LKS STM;
b. Analisis hasil uji coba terbatas LKS STM;
40
c. Merevisi LKS;
d. LKS divalidasi oleh guru kimia dan dosen pembimbing.
3. Tahap Implementasi
a. Uji kemampuan awal siswa (pretest);
b. Proses pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis STM
dalam kegiatan pembelajaran selama 3 kali pertemuan;
c. Uji kemampuan akhir siswa ( posttest ).
4. Tahap Penyelesaian (pengolahan data)
a. Menilai pretest, LKS, dan posttest;
b. Menganalisis dan mengolah data hasil pretest, LKS, dan posttest.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif.
Adapun desain penelitian, populasi dan sampel penelitian sebagai berikut:
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan Nonequivalent Control Group Design,
Dengan desainnya sebagai berikut :1
Tabel. 3.1. Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 O2
Keterangan :
O1= Pretest yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol
X = Pemberian perlakuan dengan menggunkan LKS berbasis STM
1 Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
(Bandung: CV Alfabeta,2008) h.79
41
O2 = Posttest yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas
kontrol
2. Populasi Penelitian
Populasi diartikan sebagai kumpulan menyeluruh dari objek yang
diteliti. Populasi target yaitu seluruh siswa MAN Cikarang yang terdaftar
dalam semester genap tahun ajaran 2013/2014. Populasi terjangkau yaitu
siswa MAN Cikarang kelas XI.IPA.1 dan XI.IPA.3 semester genap tahun
ajaran 2013/2014.
3. Sampel penelitian
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 35 orang untuk kelas
eksperimen dan 35 orang untuk kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling (sampel bertujuan). Purposive
sampling merupakan metode pemilihan sampel tidak didasarkan random
dengan tujuan tertentu.2 Tujuan ini didasarkan bahwa yang akan diteliti
merupakan konsep Koloid pada kelas XI.IPA.1 sebagai kelas eksperimen
dan kelas XI.IPA.3 sebagai kelas kontrol.
D. Teknik pengumpulan data
Data dikumpulkan melalui nilai pretest dan posttest. Pretest diberikan
pada pertemuan pertama dan posttest diberikan pada pertemuan kelima, setelah
siswa mendapatkan pengalaman pembelajaran selama 3 kali pertemuan.
E. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang berupa
soal uraian dengan jumlah 8 soal. Adapun kisi-kisi instrumen tes dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), h. 183.
42
Tabel 3.2. Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
KD Indikator Kompetensi
No Soal untuk
Jenjang Kognitif
C4 C5
3.15 Menganalisis peran koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya.
1 Membedakan koloid dan larutan sejati melalui efek
Tyndall.
7
2 Menerangkan aplikasi efek Tyndall dalam kehidupan
sehari-hari.
8
3 Menyebutkan contoh koagulasi dalam kehidupan
sehari-hari.
4
4.15 Mengajukan ide/gagasan untuk memodifikasi koloid berdasarkan
pengalaman membuat beberapa jenis koloid.
1 Mengamati dan mencatat data hasil percobaan efek
Tyndall dalam membedakan sistem koloid dan
larutan sejati pada beberapa bahan-bahan yang ada
disekitarnya.
1,5
2 Mengkomunikasikan hasil percobaan sifat khas yang
membedakan system koloid dengan larutan.
3
3 Membandingkan jenis koloid dari fase terdispersi dan
medium pendispersi
6 2
Jumlah Soal 5 3
Keterangan :
C4 : Kemampuan dalam menganalisis yakni dengan mengelompokkan data,
menganalisis proses dan merumuskan masalah.
C5 : Kemampuan dalam mengevaluasi yakni dengan membuat kesimpulan,
merancang percobaan dan membuat perbandingan.
43
F. Kalibrasi instrumen
1. Validitas
Alat ukur yang baik harus memiliki validitas yang tinggi. Validitas
suatu alat ukur menunjukkan sejauh mana alat ukur itu mengukur apa yang
seharusnya diukur oleh alat ukur tersebut, validitas menunjukkan sejauh mana
alat ukur tersebut memenuhi fungsinya.
Validitas item tes berbentuk uraian, digunakan rumus korelasi product
moment, dengan angka kasar, yaitu:3
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y, dua variabel yang
dikorelasikan
X = skor tiap butir soal
Y = skor total tiap butir soal
n = jumlah siswa
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka rxy
dibandingkan dengan rtabel pada taraf signifikansi (α = 0,05). Jika rxy ≥ r tabel
maka soal tersebut valid dan jika rxy < r tabel maka soal tersebut dinyatakan
tidak valid. Berikut ini tabel interpretasi validitas:
Tabel 3.3. Interpretasi Validitas
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,80 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < r ≤ 0,60 Cukup tinggi
0,20 < r ≤ 0,40 Rendah
0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah
3 Suharsismi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan edisi 2, (Jakarta: PT.Bumi
Aksara, 2012), h.87
44
Dalam penelitian ini, pengujian validitas instrumen menggunakan program
Anates. Adapun langkah-langkah validitas instrumen dengan program ini, yakni :
a) Pilih program ANATES untuk soal uraian.
b) Pilih “Buat data mentah”, kemudian tentukan jumlah subyek dan
jumlah soal.
c) Masukkan skor soal pada skor ideal.
d) Kemudian “Kembali ke menu utama” dan klik “Olah semua data” atau
pilih “validitas”.
Untuk melihat valid atau tidaknya butir soal dari korelasi skor butir dengan
skor total. Apabila hasil korelasi adalah signifikan, maka soal tersebut
dinyatakan valid.
2. Reliabilitas
Reliabilitas tes merupakan ukuran sejauh mana alat ukur tersebut
memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan
seseorang. Suatu tes dikatakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi
apabila pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tes tersebut
terhadap subjek yang sama akan memberikan hasil yang sama atau mendekati
sama. Reliabilitas tes uraian digunakan rumus Alpha sebagai berikut :4
r11 =
S^2
2^
1-k
pqSk
Jika rhitung > r table maka instrumen dikatakan reliabel. Jika
instrumen itu reliabel, maka menginterpretasikan kriteria derajat
reliabilitas suatu tes adalah sebagai berikut:
4 Ibid, h.115
45
Tabel 3.4. Derajat Reliabilitas Tes
Koefisien korelasi Kriteria validitas
0,00 ≤ r ≤ 0,20 Reliabilitas kecil
0,20 < r ≤ 0,40 Reliabilitas rendah
0,40 < r ≤ 0,70 Reliabilitas sedang
0,70 < r ≤ 0,90 Reliabilitas tinggi
0,90 < r ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi
Dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas instrumen juga menggunakan
program Anates. Adapun langkah-langkah reliabilitas instrumen dengan program
ini, yakni :
a) Pilih program ANATES untuk soal uraian.
b) Pilih “Buat data mentah”, kemudian tentukan jumlah subyek dan
jumlah soal.
c) Masukkan skor soal pada skor ideal.
d) Kemudian “Kembali ke menu utama” dan klik “Olah semua data” atau
pilih “reliabilitas”.
3. Taraf kesukaran
Taraf kesukaran butir soal adalah bagian dari keseluruhan siswa yang
menjawab benar pada butir soal tersebut. Soal yang baik memiliki 3 variasi,
yaitu mudah (25%), sedang (50%) dan sukar (25%). Untuk menghitung taraf
kesukaran suatu butir soal digunakan rumus sebagai berikut :5
Keterangan:
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JB: jumlah seluruh siswa peserta tes
5 Suharsismi Arikunto, op.cit, h. 223
46
Adapun tolak ukur menginterpretasikan tingkat kesukaran butir
soal yang diperoleh digunakan table berikut:
Tabel 3.5. Interpretasi Tingkat Kesukaran
Indeks Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Dalam penelitian ini, pengujian taraf kesukaran instrumen juga
menggunakan program Anates. Adapun langkah-langkah pengujian taraf
kesukaran instrumen dengan program ini, yakni :
a) Pilih program ANATES untuk soal uraian.
b) Pilih “Buat data mentah”, kemudian tentukan jumlah subyek dan
jumlah soal.
c) Masukkan skor soal pada skor ideal.
d) Kemudian “Kembali ke menu utama” dan klik “Olah semua data”
atau pilih “Taraf kesukaran butir soal”.
4. Daya pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan
siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang
kemampuannya rendah. Rumus yang digunakan untuk menentukan daya
pembeda soal uraian sama dengan soal pilihan ganda, yaitu:6
Keterangan:
D = indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
BA= banyaknya kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
6 Suharsismi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan edisi 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
h.228
47
BB= banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar
JA = banyaknya peserta kelas atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut
diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda sebagai berikut:
Tabel 3.6. Interpretasi Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda
Negatif Sangat buruk, harus dibuang
0,00 ≤ DP ≤ 0,20 Buruk (poor), sebaiknya dibuang
0,20 < DP ≤ 0,40 Sedang (satisfactory)
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik (good)
0,70 < DP ≤ 1,00 Baik sekali (excellent)
Dalam penelitian ini, pengujian daya pembeda menggunakan program
Anates. Adapun langkah-langkah pengujian daya pembeda dengan program
ini, yakni :
a) Pilih program ANATES untuk soal uraian.
b) Pilih “Buat data mentah”, kemudian tentukan jumlah subyek dan
jumlah soal.
c) Masukkan skor soal pada skor ideal.
d) Kemudian “Kembali ke menu utama” dan klik “Olah semua data”
atau pilih “Daya Pembeda”.
G. Teknik analisis data
1. Uji Normalitas
48
Uji kenormalan yang dilakukan yaitu uji Liliefors. Uji Liliefors
dilakukan untuk mengetahui apakah data populasi berdistribusi normal
atau berdasarkan data sampel yang diperoleh pada taraf signifikan α =
0,05. Rumus yang digunakan uji Liliefors, adalah:
Lo = F (Zi) – S (Zi)
Keterangan :
Lo = Lobservasi atau harga mutlak terbesar
F (Zi) = Peluang angka baku
S(Zi) = Proporsi angka baku
Adapun kriteria uji normalitas Liliefors pada taraf signifikan α =
0,05 adalah sebagai berikut:
a) Data berdistribusi normal, jika: Lhit < Ltab maka hipotesis
diterima.
b) Data berdistribusi tidak normal, jika: Lhit > Ltab maka hipotesis di
tolak.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:7
a. Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga yang terbesar
b. Tentukan nilai Zi=
S
x-x dengan;
Zi = skor baku
Xi = Skor data
X = nilai rata-rata
S = Simpangan baku
c. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan
tabel dengan F(Zi), dengan aturan jika Zi>0, maka F(Zi) = 0,5+nilai
tabel dan jika Zi<0 maka F(Zi) = 0,5 - nilai tabel
d. Selanjutnya hitung proporsi Z1,Z2,Z3....,Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka:
7 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 466.
49
S(Zi) = n
ZnZ3,....,Z2, Z1,banyaknya
e. Hitunglah selisih F(Zi)-S(Zi) kemudian temukan harga mutlaknya
f. Ambil nilai terbesar antara harga-harga mutlak antara selisih tersebut
ini kita namakan Lo
g. Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkan dengan Ltabel.
Ltabel adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji liliefors.
h. Mengambil kesimpulan bedasarkan harga Lo dan Lt yang telah
didapat.
Jika Lo<Lt berarti data berdistribusi normal
Jika Lo>Lt berarti data berdistribusi tidak normal
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua
keadaan atau populasi. Uji kesamaan dua varians digunakan untuk menguji
apakah kedua data tersebut homogen yaitu dengan membandingkan kedua
variansnya..8 Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher
(parametric), dan jika tidak homogen menggunakan uji nonparametrik. Uji
Fisher dengan langkah sebagai berikut:
2
2
1
2S
SF
Keterangan:
F = uji Fisher
S12
= varians terbesar
S22
= varians terkecil
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Bagi data menjadi dua kelompok
8 Husaini Usman, R.Pirnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistika Edisi Kedua, (Jakarta:
PT.Bumi Aksara, 2008), h.133
50
b. Cari masing-masing dua kelompok nilai simpangan bakunya.
c. Tentukan F hitung dengan rumus Fisher
d. Mencari F tabel dengan;
dk penyebut = n- 1
dk pembilang = n - 1
e. Tentukan kriteria pengujiannya.
1) Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima yang berarti variansi
populasi kedua variabel homogen
2) Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak yang berarti variansi
populasi kedua variabel tidak homogen.
3. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan Uji t (parametrik), jika tidak
normal dan homogen manggunakan uji nonparametrik. 9
a. Uji t (parametrik)
Uji t dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Jika variansi populasi heterogen
2
2
2
1
2
1
2
n
S
n
S
XXthitung
2) Jika variansi populasi homogen
21
21
11
nn
XXt
Sg
hitung
Dengan Sg = 2
)1()1(
21
2
22
2
11
nn
SnSn
9 Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung:
CV Alfabeta,2008) h.149
51
Keterangan:
1X : Rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan
LKS berbasis STM
2X : Rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan
metode diskusi
S12 :
Variansi kelompok eksperimen
S22 :
Variansi kelompok kontrol
n1 : Jumlah siswa kelompok eksperimen
n2 : Jumlah siswa kelompok kontrol
b. Uji Mann-Whitney (Nonparametik)
Adalah uji nonparametrik untuk data yang tidak
terdistribusi normal dan tidak homogen, dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
12/)1(
21
baba
ba
nnnn
nnUZ
Keterangan:
Z = Skor
U = Uji Mann-Whitney
n = Banyaknya peserta tes
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Tes kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk Data Hasil Pretest
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh LKS berbasis STM
terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada konsep Koloid.Berikut ini
akan disajikan data hasil pretestkedua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol.Data diambil melalui tes uraian yang berisi 8 butir soal kemampuan
berpikir tinggi di MAN Cikarang dengan jumlah siswa pada kelas eksperimen dan
kontrol sama-sama berjumlah 35 siswa.
Data hasil pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kontrol dapat
dilihat secara rinci pada Lampiran 9. Berikut ini Tabel 4.1 memperlihatkan data
hasi pretest dan posttest kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa secara umum.
Tabel 4.1.Hasil Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi pada
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Statistik
Pretest Posttest
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Nilai Tertinggi (Max) 42 55 85 80
Nilai Terendah (Min) 0 20 50 45
Nilai Rata-rata (Mean) 14,2 36,7 72 64,56
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa hasil pretest kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa pada kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata
sebesar 14,2, sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai rata-ratasebesar 36,7.
53
Siswa mengalami peningkatan dalam posttest .Hal tersebut dapat kita lihat
dari nilai rata-rata pada posttest dari setiap kelas. Pada kelas eksperimen pretest
memperoleh nilai rata-rata sebesar 14,2 dan pada posttest sebesar 72. Sedangkan
kelas kontrol pretest memperoleh nilai rata-rata 36,7 dan pada posttest sebesar
64,56.
Sementara itu, nilai rata-rata LKS berbasis Sains, Teknologi, Masyarakat
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel. 4.2. Data Hasil Nilai LKS 1, LKS 2 dan LKS 3 pada Kelas Ekperimen
Data Statistik Pretest
Pertemuan
ke 1
Pertemuan
ke 2
Pertemuan
ke 3 Posttest
Nilai Tertinggi
(Max)
42 90 95 100 85
Nilai Terendah
(Min)
0 65 70 82,5 50
Nilai Rata-rata
(Mean)
14,2 75,43 81,43 88,68 72
Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa rata-rata kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa pada hasil LKS 1, LKS 2 dan LKS 3 mengalamai peningkatan. Terlihat dari
nilai rata-rata yang diperoleh, yakni pada LKS 1 sebesar 75,43, LKS 2 sebesar
81,43, dan LKS 3 sebesar 88,68.
B. Analisis Data
Sebelum dilaksanakannya pengujian hipotesis maka terlebih dahulu
dilaksanakan pengujian prasyarat analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas.
54
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dengan menggunakan Uji Liliefors taraf signifikan (α)
sebesar 0,05. Untuk mengetahui secara rinci perhitungannya dapat pada Lampiran
12.Tabel 4.5 memberikan paparan hasil pengujian normalitas secara ringkas.
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas
Data Kelas N Lo(hitung) Ltabel Kesimpulan
Pretest
Eksperimen
35
0,1483 0,1497 Lhitung< Ltabel
Normal
Kontrol 0,140 0,150 Lhitung< Ltabel
Normal
Posttest
Eksperimen
35
0,1421 0,1497 Lhitung< Ltabel
Normal
Kontrol 0,0783 0,1497 Lhitung<Ltabel
Normal
Dari tabel 4.3 di atas pada data pretest menunjukkan bahwa
Lo(hitung)<Ltabel sehingga data pretest pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol
berdistribusi normal. Demikian pada data posttest menunjukkan bahwa
Lo(hitung)<Ltabel sehingga data posttest pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi normal,
selanjutnya diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Fisher.Uji
homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan atau
populasi.Sampel dinyatakan homogen apabila Fhitung< Ftabel.
55
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas
Data Kelas dk=
n-1
Varians
(S2)
Fhitung Ftabel Kesimpulan
Pretest Eksperimen
34 96,679
1,09 1,749 Fhitung< Ftabel
Homogen Kontrol 88,661
Posttest Eksperimen
34 83,54
1,27 1,749 Fhitung< Ftabel
Homogen Kontrol 106,50
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berasal dari
populasi yang homogen, karena Fhitung<Ftabel yaitu (01,09< 1,749) untuk hasil
pretest. Sedangkan untuk hasil posttesthomogenkarena Fhitung<Ftabel yaitu 1,27<
1,749. Detail perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 12.
3. Uji Hipotesis
Berdasarkan analisis data berupa uji normalitas dan uji homogenitas
diperoleh kesimpulan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi
normal dan homogen, sehingga pengujian dapat dilanjutkan pada analisis data
berikutnya yakni uji hipotesis.
Hasil analisa perhitungan uji-t data pretest dan posttest ditunjukkan
pada Tabel 4.7, untuk detail perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 13.
Tabel 4.5 Hasil Uji Hipotesis
Data Kelas N thitung ttabel Kesimpulan
Pretest Eksperimen
35 -9,78 2,042 thitung<ttabel
Ho diterima Kontrol
Posttest Eksperimen
35 3,2 2,042 thitung>ttabel
Ho ditolak Kontrol
56
Dari data di atas hasil uji-t data pretest menunjukkan bahwa thitung<ttabel,
sehingga Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
dalam penerapan LKS berbasis STM terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa pada konsep koloid dapat diterima.
Sementara hasil uji-t data posttest menunjukkan bahwa thitung>ttabel,
sehingga Ha yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam
penerapan LKS berbasis STM terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
pada konsep koloid dapat diterima.
C. Pembahasan
Berdasarkan analisis data pretest yang dilakukan sebelum pembelajaran
menggunakan LKS berbasis STM ataupun diskusi diketahui bahwa tidak terdapat
perbedaan hasil pretest siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama.
Setelah dilakukan analisis diketahui bahwa dari data kedua yaitu kelas
eksperimen dan kontrol berdistribusi normal dan semua kelas merupakan populasi
yang mempunyai varians yang sama atau homogen. Hal ini dapat diambil kesimpulan
bahwa sampel mempunyai kondisi yang sama. Kemudian dilakukan perhitungan uji-t
pada hasil pretest kelas ekperimen dan kontrol, maka diperoleh thitung = -9,78,
sedangkan nilai ttabel = 2,042. Dengan demikan dapat diartikan bahwa kedua kelas
yang menjadi sampel penelitian tersebut memiliki kriteria atau kemampuan yang
tidak sama. Artinya Ho diterima. Peneliti berpendapat bahwa sebelum diberi
perlakuan kedua kelas memiliki kemampuan yang berbeda, dapat terlihat dari hasil
pretest, banyak kemungkinan faktor yang mempengaruhi, bisa jadi dari cara
belajarnya atau kemampuan setiap anak dalam memahami pelajaran pada kelas
kontrol lebih baik dalam materi koloid.
57
Setelah dilakukan pembelajaran pada kedua kelas dengan menggunakan
perlakuan yang berbeda, selanjutnya diberikan posttest untuk mengetahui
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dan kemudian dilakukan analisis terhadap
hasil posttest tersebut. Dari hasil analisis posttest antara kelas eksperimen dan kontrol
dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung lebih besar dari ttabel yaitu 3,2> 2,042
sehingga Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan LKS
berbasis STM berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa pada konsep Koloid.
Bedasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa LKS berbasis Sains
Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa.Hal ini terlihat dari hasil meningkatnya nilai posttest dari pretest.Karena
dengan belajar yang diarahkan oleh guru melalui LKS siswa dapat menghubungkan
Sains, Teknologi dan Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Belajar siswa diawali
dengan fenomena yang sering terjadi ada di sekitar siswa dan membahasnya dengan
tinjauan dari teori sains, sehingga siswa termotivasi untuk belajar lebih aktif, dan
dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya, peningkatan berpikir tingkat tinggi
yang diperoleh pada penelitian ini sejalandengan yang diungkapkan oleh Yulati
(2013) yang nengungkapkan bahwa dengan mengamati fenomena kehidupan sehari-
hari ternyata dapat membangkitkan keingintahuan siswa untuk mempelajari IPA lebih
dalam.1Dan dengan pembelajaran model STM dapat mengeksplorasi rasa ingin tahu
siswa terhadap isu sains dan teknologi yang ada di lingkungan melalui tahap
penggalian isu-isu sains dan teknologi.2 Materi ajar yang diberikan menggunakan isu
aktual tentang IPA dan teknologi yang terjadi dimasyarakat.Melalui kegiatan
eksperimen yang disediakan dalam bahan ajar, siswa mempelajari IPA secara
mandiri.Setiap materi dikaitkan dengan konteks sosial dan teknologi sehingga siswa
1 L.Yulati, Efektivitas Bahan Ajar IPA Terpadu terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi Siswa, Jurnal Pendidikan, Januari 2013, h.55 2 I Made Mandra , Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)
terhadap Pemahaman Konsep Kimia dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X SMAN 1 Kediri. Jurnal
Pendidikan, h.10
58
melihat adanya integrasi antara alam semesta sebagai IPA dengan lingkungan buatan
manusia sebagai teknologi dan dunia sehari-hari siswa sebagai lingkungan
masyarakat.
Hal ini dilakukan untuk mengembangkan aktivitas belajar dan kemampuan
berpikir siswa.Hal ini juga sejalan dengan pembelajaran dalam model Sains,
Teknologi dan Masyarakat (STM), sebagaiman yang diungkapakan oleh Prayekti
(2006) bahwa pendidikan IPA (sains) dengan menggunakan pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat adalah suatu bentuk pengajaran yang tidak hanya menekankan
pada penguasaan konsep-konsep sains saja tetapi juga menekankan pada peran sains
dan teknologi di dalam berbagai kehidupan masyarakat. Selain itu pendekatan ini
menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial terhadap dampak sains dan teknologi yang
terjadi di masyarakat.3
Dalam LKS yang sistematis membantu siswa dalam proses belajar yang lebih
aktif karena dilengkapi dengan permasalahan yang terkait dengan konsep sains dan
teknologi dalam kehidupan masyarakat, serta dilengkapi dengan kegiatan eksperimen
yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar aktif lebih secara
mandiri maupun kelompok untuk melakukan percobaan, melakukan pengamatan,
mengumpulkan data dan mengolah data. Hal ini sesuai dengan karakteristik dalam
pembelajaran STM dimana dalam tahapannya ada isu atau fenomena yang akan
diberikan dan juga kegiatan eksperimen untuk membuktikan teori sains. Dengan
adanya LKS berbasis STM siswa lebih mudah mempelajari masalah-masalah yang
berkaitan dengan konsep sains, seperti yang diungkapkan oleh Makrina dalam
Putriyani (2014) bahwa kerja ilmiah yang diawali dengan permaslahan dan
dilengkapi dengan LKS yang mengarahkan pada upaya siswa untuk melakukan
investigasi sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan dan dilanjutkan dengan
3 Prayekti, Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Pada Pembelajaran IPA,
Jurnal Pendidikan, September 2006, h.3.
59
menyusun laporan ilmiah yang disesuaikan dengan kehidupan nyata siswa menjadi
factor penentu dan melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.4
Adanya LKS berbasis STM, indikator kemampuan berpikir tigkat tinggi
seperti menganalisis fenomena yang terjadi di sekitar membuat siswa mengevaluasi
info-info yang bermanfaat sehingga mampu meberikan gagasan ide yang lebh baik.
LKS berbasis STM yang digunakan tidak hanya untuk memahami materi tetapi juga
untuk memahami keterkaitan materi dengan kehidupan nyata. Dengan tahapan yang
ada dalam STM siswa dapat mengaitkan sains dengan teknologi yang digunakannya
dalam terbentuknya produk-produk koloid di industry dan manfaat bagi masyarakat.
Karena pada dasarnya tahapan dalam pendekkatan STM menitikberatkan pada
penyelesaian masalah dan proses berpikir yang melibatkan transfer jarak jauh.
Artinya, menerapkan konsep-konsep yang diperoleh di sekolah pada situasi di luar
sekolah yaitu yang ada di masyarakat.5
Dalam tahapan-tahapan yang ada di dalam STM dapat membantu dan melatih
kemampuan berpikir siswa sehingga siswa lebih aktif, berani mengungkapkan
pendapat dan mampu menghasilkan banyak ide sebagai alternatif pemecahan
masalah.Siswa mempunyai rasa antusias yang cukup tinggi, karena mereka begitu
interaktif dengan guru dan teman-temannya dalam menjawab serta mempresentasikan
tiap pertanyaan yang terdapat di dalam LKS tersebut.Pada saat menentukan pokok
permasalahan dan alternatif-alternatif solusi, para siswa begitu tertarik dalam
menjawabnya.Mereka senang dapat mengeksplor pengetahuan mereka mengenai
permasalahn yang dikemukakan di dalam LKS yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat.
4 Putriyani, Penggunaan LKS berbasis Problem Based Intruction untuk meningkatkan
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa pada Konsep Jamur, Skripsi, , 2014, tidak
dipublikasikan, h.71 5 Prayekti, op.cit, h.3.
60
Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum
2013, siswa diajak menjadi berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia
dan terbentang luas di sekitarnya. Peran guru dalam meningkatkan dan menyesuaikan
daya serap siswa dengan ketersediaan kegiatan pada buku prakarya sangat penting.
Guru dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang
sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.
Dari uraian di atas terlihat bahwa siswa yang belajar dengan LKS berbasis
STM ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa,. Oleh karena
itu, hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penggunaan LKS berbasis
STM ini dapat dicapai dengan adanya kesadaran siswa akan keterkaitan ilmu sains,
teknologi dan masyarakat serta keinginan yang mendorongnya untuk menemukan
keterkaitannya kemudian mencari beberapa informasi lalu mengumpulkan data dan
mentukan solusi dari keterkaitan Sains, Teknologi dan Masyarakat.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari LKS
yang dibuat berdasarkan pembelajaran berbasis Sains, Teknologi dan
Masyarakat (LKS berbasis STM) terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa pada konsep Koloid. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir
tingkat tinggi dalam penggunaan LKS berbasis STM pada konsep Koloid.
Pengaruh dilihat dari perubahan nilai pretest dan posttest untuksoal-soal yang
memiliki level kognitif tingkat tinggi, diperoleh perubahan sebesar 57,8,
antara hasil pretest 14,2 dan posttest 72 pada kelas eksperimen. Sedangkan
pada kelas control hasil nilai pretest 36, dan posttest 64,56. Berdasarkan hasil
penelitian terdapat perubahan signifikan pada taraf 5%, ditunjukka pada hasil
uji-t data posttest bahwa thitung>ttabel yaitu 3,2 > 2,042, sehingga Ha yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan LKS
berbasis STM terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada konsep
koloid dapat diterima. Artinya Ho ditolak.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah diperoleh, maka peneliti ingin
mengungkapkan beberapa saran untuk perbaikan dimasa depan, sebagai
berikut :
1. Bagi sekolah; pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis Sains,
Teknologi, Masyarakat ini hendaknya dapat digunakan sebagai alternatif
dalam proses belajar mengajar.
66
2. Bagi guru; hendaknya lebih cermat dalam menentukan dan menggunakan
bahan ajar untuk pembelajaran sehingga dapat mebiasakan siswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikir mereka dengan kemampuan mereka
sendiri.
3. Pembelajaran menggunakan LKS berbasis STM sebaiknya digunakan pada
materi yang bersifat nyata dan dapat dipraktikumkan, seperti Asam Basa
dan Koloid.
4. Setiap karya yang dibuat peserta didik merupakan hasil belajar yang luar
biasa dari potensi yang dapat ditampilkan oleh setiap anak.Mereka butuh
diapresiasi, dihargai, dan diberi pujian dalam setiap akhir melakukan
kegiatan berkarya.Oleh karena itu, pendidik diharapkan dapat
mempersiapkan ruang khusus yang diciptakan untuk menampilkan karya
mereka dalam sebuah kegiatan pameran peserta didik.Setiap manusia perlu
pujian.Dengan apresiasi, manusia dapat meningkatkan motivasi untuk
menjadi lebih baik dan menjadi manusia yang unggul.
66
DAFTAR PUSTAKA
Anderson dan Krathwhol, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran,
dan Asesmen. Pustaka Belajar: Yogyakarta, 2010.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006.
Arikunto, Suharsismi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan edisi 2, Jakarta: Bumi
Aksara, 2009.
Devi, Poppy Kamalia, Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skill dalam
Pembelajaran IPA SMP/MTs, Jurnal Pendidikan, September 2009.
Devi, Poppy Kamalia, dkk. Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Bandung:
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA), 2009.
Feronika, Tonih, Kiknkin Suartini, Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta :
Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2009.
Indrawati, Sains Teknologi Masyarakat untuk Guru SD, Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan pendidikan dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam
(PPPPTK IPA) untuk Program Bermutu, 2010
Lestari, Ika, Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi sesuai dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Padang: Akademia Permata, 2013.
67
Lewy, Pengembangan Soal untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Pokok Bahasan Barisan dan Deret Bilangan di Kelas IX Akselerasi SMP
Xaverius Maria Palembang, Jurnal Pendidikan Matematika, 3, Desember 2009.
Made I, Mandra , Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)
terhadap Pemahaman Konsep Kimia dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X SMAN 1
Kediri. Jurnal Pendidikan,
Nurohman, Sabar. Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dalam
Pembelajaran IPA sebagai upaya Peningkatan Life Skills Peserta Didik, Jurnal
Pendidikan
Patricia B Ramiez, Rachel. dan Mildred S Gabaden, Aktifitas Kreatif dan
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa, Jurnal Penelitian
Prastowo, Andi. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, Jogjakarta: DIVA
Press, 2011
Poedjiadi, Anna. Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran Kontekstual
bermuatan Nilai. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. 2007.
Prayekti, Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Pada Pembelajaran
IPA, Jurnal Pendidikan, September 2006.
Putriyani, Penggunaan LKS berbasis Problem Based Intruction untuk meningkatkan
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa pada Konsep Jamur, Skripsi, ,
2014, tidak dipublikasikan,
68
Ramiez, Rachel Patricia B dan Mildred S Gabaden, Aktifitas Kreatif dan
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa, Penelitian Pendidikan HOTS
Kimia Kelas 3 SMA.
Sanjaya ,Wina. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Predana Media Grup,2006.
Sanjaya ,Wina. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Predana Media Grup,2008.
Sudjana, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito, 2005
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT.Remaja Rosdakarya :
Bandung
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: CV Alfabeta,2008.
Susan M.Brokkhart, How to Assess Higher-order Thinking Skills in Your Classroom,
Alexandria: ASCD, 2010
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta :
Kencana, Prenada Media Group, 2011.
Urai, Asmirani, dkk. Pengaruh LKS berbasis sains teknologi masyarakat terhadap
kompetensi siswa dalam pembelajaran IPA Fisika di kelas VIII SMPN 1
KUBUNG Kabupaten Solok, Pillar Physics Education, 1. April 2013.
Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara,
2009.
69
Widayaningtyas, Reviandri. Pembentukan Pengetahuan Sains, Teknologi dan
Masyarakat dalam Pandangan Pendidikan IPA. Jurnal Pendidikan dan Budaya
2013.
Yulati, L. Efektivitas Bahan Ajar IPA Terpadu terhadap Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi Siswa, Jurnal Pendidikan, Januari 2013.
Yunita, Model-model Pembelajaran Kimia, Bandung: CV. Insani Mandiri, 2012
77
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : MAN Cikarang
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/Genap
Alokasi Waktu : 90 menit
Kompetensi Inti :
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 :Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalamberinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 :Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasankemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
danminatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan
78
Kompetensi Dasar :
3.15 Menganalisis peran koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya
Indikator :
1. Menjelaskan larutan, koloid dan suspensi.
2. Menentukan sifat dari larutan, koloid dan suspensi
3. Menggunakan efek Tyndall dalam membedakan koloid dan larutan sejati
4. Menerangkan aplikasi efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat :
1. Menjelaskan larutan, koloid dan suspensi.
2. Menentukan sifat dari larutan, koloid dan suspense
3. Menggunakan efek Tyndall dalam membedakan koloid dan larutan sejati
4. Menerangkan aplikasi efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari
B. Materi Pembelajaran
Koloid
C. Metode Pembelajaran
Presentasi kelompok, Tanya jawab
D. Model Pembelajaran
Sains Teknologi Masyarakat (STM)
E. Media Pembelajaran
Papan tulis, spidol, (Laptop dan LCD)* jika memungkinkan.
79
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
/alokasi
waktu
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Awal (10 menit)
Guru mengkondisikan siswa untuk
belajar.
Guru menarik perhatian siswa dengan
games gelas ajaib.
Setiap orang memilki aqua gelas
dan uang koin. Tugasnya adalah masing-
masing orang boleh memberikan satu
koin kepada temannya. Dan nanti kita
akan lihat gelas siapa yang kosong, dan
silahkan maju kedepan. Waktu kalian 3
hanya 3 menit!
Setelah siswa melakukan ganse, guru
memberikan makna game kepada siswa.
Apabila kita memberikan satu koin,
maka kita akan mendapatkan koin lebih
dari saru, itulah makna dari sedekah. Jadi
jangan segan untuk mengeluarkan materi
atau potensi kita untuk kita sedekahkan.
Guru mengajukan isu atau maslah yang
aktual di masyarakat mengenai koloid.
Menanyakan:
Apakah Indonesia masih impor susu dari
luar negeri?
Siswa mengkondisikan diri untuk belajar.
Siswa mengikuti rules game dengan baik
dan dapat mulai berkonsentrasi dalam
belajar.
Siswa mencoba berpikir dan mencoba
mencari informasi dengan membaca wacana
yang sudah ada didalam LKS berbasis STM,
lalu diskusi dengan teman sebelah.
80
Bagaimana kadar gizi dari susu yang
dihasilkan?
Apa yang kamu ketahui tentang susu?
Ekplorasi (menggali)
Guru membimbing siswa untuk
menuliskan tentang susu melalui LKS
Siswa menuliskan tentang susu ditinjau dari
aspek sains, teknologi serta manfaat positif
dan negatifnya di masyarakat
Inti (70 menit)
Guru membagi kelas dalam beberapa
kelompok heterogen.
Guru menjelaskan maksud pembelajaran
dan tugas kelompok
Guru menjelaskan cara kerja sesuai LKS
Guru memberikan kegiatan praktikum
sederhana kepada siswa untuk
membuktikan perbedaaan larutan,
suspensi dan koloid serta mengetahui
sifat efek Tyndall
Guru meminta siswa untuk menganalisis
fenomena atau menyelesaikan masalah
melalui pertanyaan yang ada dalam LKS
berbasis STM
Siswa mengkondisikan dengan kelompok
masing-masing.
Setiap kelompok melakukan praktikum
sederhana sesuai dengan LKS berbasis
STM.
Masing-masing kelompok membahas materi
yang sudah ada secara kooperatif.
Setelah selesai praktikum, siswa
menyelesaikan pertanyaan yang ada
didalam LKS berbasis STM
Siswa menjawab pertanyaan berdasarkan
hasil ekperimen
81
Penutup (10 menit)
Guru memberikan penjelasan singkat
sekaligus memberi kesimpulan
Lalu guru menyaring dari ketiga jenis
minuman tersebut untuk diperlihatkan
kepada siswa.
Siswa dapat menyimpulkan :
82
G. Alat dan Sumber Belajar
1. Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Erlangga hal. 160
2. Buku Kimia BSE SMA Kelas XI Irvan Permana 156
H. Instrument Penilaian
1. LKS berbasis STM
2. Soal
Ciputat, Mei
2014
Guru Kimia Peneliti
Rofika Diah R, S.Pd Soraida
NIM.108016200010
83
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : MAN Cikarang
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/Genap
Alokasi Waktu : 90 menit
Kompetensi Inti :
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalamberinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 :Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasankemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
danminatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan
Kompetensi Dasar :
3.15 Menganalisis peran koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya
84
Indikator :
1. Menjelaskan proses terjadinya gerak Brown pada sistem koloid
2. Menyimpulkan hubungan antara gerak Brown dengan keadaan sistem koloid
3. Menyebutkan pengertian adsorpsi koloid
4. Menentukan aplikasi adsorbsi koloid dalam kehidupan sehari-hari
5. Menyebutkan pengertian elektroforesis
6. Menggunakan elektroforesis untuk menentukan muatan koloid sol
7. Menyebutkan pengertian dialysis
8. Menjelaskan proses dialisis pada sistem koloid
9. Menerangkan aplikasi dialisis dalam kehidupan sehari-hari
10. Menjelaskan proses terjadinya koagulasi
11. Menyebutkan faktor penyebab koagulasi koloid
12. Menentukan faktor penyebab koagulasi koloid
13. Menyebutkan contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari
14. Menerangkan peranan koloid pelindung
15. Membedakan sol liofil dan sol liofob
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat :
1. Menjelaskan proses terjadinya gerak Brown pada sistem koloid
2. Menyimpulkan hubungan antara gerak Brown dengan keadaan sistem
koloid
3. Menyebutkan pengertian adsorpsi koloid
4. Menentukan aplikasi adsorbsi koloid dalam kehidupan sehari-hari
5. Menyebutkan pengertian elektroforesis
6. Menggunakan elektroforesis untuk menentukan muatan koloid sol
7. Menyebutkan pengertian dialysis
8. Menjelaskan proses dialisis pada sistem koloid
9. Menerangkan aplikasi dialisis dalam kehidupan sehari-hari
85
10. Menjelaskan proses terjadinya koagulasi
11. Menyebutkan faktor penyebab koagulasi koloid
12. Menentukan faktor penyebab koagulasi koloid
13. Menyebutkan contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari
14. Menerangkan peranan koloid pelindung
15. Membedakan sol liofil dan sol liofob
B. Materi Pembelajaran
Koloid
C. Metode Pembelajaran
Diskusi, Tanya jawab, Ceramah
D. Model Pembelajaran
Talking Stick
E. Media Pembelajaran
Papan tulis, spidol, (Laptop dan LCD)* jika memungkinkan.
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
/alokasi
waktu
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Awal
(10 menit)
Guru mengkondisikan siswa untuk
belajar.
Guru mengulang pelajaran dengan
menanyakan : apa yang dimaksud
dengan efek Tyndall?
Guru membetulakn jawaban siswa dan
menjelaskan indikator yang ingin dicapai
Siswa mengkondisikan diri untuk belajar.
Siswa menjawab :
Efek Tyndall adalah penghamburan
cahaya
86
kepada siswa.
Guru memberikan motivasi kepada
siswa, diawali dengan sebuah pertanyaan
APA YANG MEMBUAT KALIAN
BAHAGIA?? Lalu menjelaskan bahwa
kebahagiaan terbagi atas 3 bagian, yakni
Kebahagiaan Fisik (IQ), Kebahagiaan
Emosi (EQ) dan Kebahagiaan Spiritual
(SQ).
Siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh gur, dan dapat termotivasi
belajar dengan baik.
Inti
(70 menit)
Guru menanyakan kepada siswa, sudah
ada yang tahu apa saja sifat koloid??
Guru membetulkan jawaban siswa, dan
melengkapinya dengan meminta siswa
melihat dan memahami wacana dalam
LKS berbasis STM.
Efek Tyndall
Adakah efek tyndall dalam
kehidupansehari-hari ??
Guru membetulkan jawaban siswa, dan
melengkapi dengan :
Siswa menjawab :
Efek Tyndall, Gerak Brown. Koloid Liofil,
dll.
Siswa menjawab :
Contoh efek Tyndall adalah sorot lampu
pada malam yang berkabut, sorot lampu
proyektor dalam gedung bioskop yang
berasap/berdebu, dan berkas sinar
matahari melalui celah daun pohon-pohon
pada pagi hari yang berkabut.
87
Efek Tyndall tidak sama untuk setiap
sinar yang mempunyai panjang
gelombang berbeda. Sinar kuning
misalnya lebih sedikit dihamburkan.
Itulah sebabnya lampu warna kuning
dipakai pada saat berkabut, diman cahaya
kuning lebih dapat menembus kabut dan
terlihat oleh pemakai jalan.
Penemu :
John Tyndall (tahun 1820-1893)
Guru menanyakan kembali, tahukah
kalian apa manfaat dari gerak Borwn
terhadap koloid?
Guru membetulkan jawaban siswa dan
melengkapi dengan menggambarkan:
Siswa menjawab:
Gerak Brown merupakan salah satu faktor
yang menstabilkan koloid. Karena
bergerak terus-menerus, maka partikel
koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi
sehingga tidak mengalami sedimentasi.
88
Gerak Brown
Gerak Brown merupakan salah satu
faktor yang menstabilkan koloid. Oleh
karen bergerak terus-menerus, maka
partikel koloid dapat mengimbangi gaya
gravitasi sehingga tidak mengalami
sedimentasi.
Penemu :
Robert Brown
Adsorpsi
Adsorpsi merupakan proses penyerapan
ion atau microorganisme oleh permukaan
partikel koloid, menyebabkan partikel
koloid bermuatan listrik.
Contoh :
a. Proses pemisahan mineral logam dari
bijihnya pada industry logam
b. Penjernihan air tebu pada proses
pembuatan gula pasir menggunakan tanah
diatome dan arang tulang
c. Proses penyembuhan sakit perut karena
bakteri pathogen menggunakan norit atau
serbuk karbon
89
d.
Penjernihan air dengan tawas pada
proses pengolahan air minum
4.
Elektroforesis
Elektroforesis merupakan proses
penggerakan partikel koloid karena
pengaruh medan listrik.
Contoh : peristiwa elektroforesis sering
dimanfaatkan pihak kepolisian dalam
mengidentifikasi jenazah korban
pembunuhan atau jenazah tidak dikenal
melalui tes DNA.
Guru bertanya kembali, tahukah kalian
pengertian dari koagulasi?
Guru membetulkan jawaban siswa, dan
melengkapi dengan:
Dikatakan koagulasi koloid karena
penambahan elektrolit terjadi : koloid
yang bermuatan negative akan menarik
ion positif (kation), sdangkan koloid
yang bermuatan positif menarik ion
negative (anion). Ion-ion tersebut akan
membentuk selubung lapisan kedua.
Koagulasi merupakan penggumpalan
partikel koloid oleh pemanasan atau oleh
ion yang berlawanan muatan.
Contoh :
a. Penggumpalan lumpur atau tanah liat pada
Siswa menjawab:
Tentu, koagulasi adalah penggumpalan
pada sistem koloid seperti pembentukan
muatan delta dimuara sungai, asap atau
debu dari panbrik dan industri dapat
digumpalkan dengan alat koagulasi
listrik dari Cottrel
90
proses penjernihan air menggunakan tawas
b. Proses pembentukan delta didaerah muara,
koagulannya air laut yang merupakan
elektrolit.
Penggumpalan debu atau asap pabrik
dengan alat koagulasi listrik (pengendap
Cottrell)
Dialisis
Dialisis merupakan cara mengurangi ion-
ion pengganggu yang terdapat dalam
system koloid dengan menggunakan
selaput semipermiabel.
Contoh : proses cuci darah bagi penderita
gagal ginjal (hemodialisis)
7.
Koloid Pelindung
Koloid Pelindung merupakan Koloid yang
dapat melindungi koloid lain agar tidak
terjadi koagulasi
Contoh :
a. Gelatin, merupakan koloid pelindung yang
mencegah terbentuknya Kristal es dalam es
krim
b. Kasein dalam susu mampu melindungi
lemak atau minyak dalam medium cair,
koloid pelindung emulsi disebut emulgator
c. Lesitin, merupakan koloid pelindung yang
menstabilkan butiran-butiran halus air
didalam margarine
8. Koloid Liofil dan Liofob
Sol liofil merupakan sol yang fase
terdispersinya mempunyai afinitas besar
dalam menarik medium pendispersinya
Sol liofob merupakan sol yang fase
91
terdispersinya mempunyai afinitas kecil
terhadap medium pendispersinya
Perbedaan antara sol liofil dengan sol
liofob
Koloid Liofil Koloid Liofob
Mengadsorbsikan
mediumnya.
Contoh : lem kanji,
agar-agar.
Stabil
Sukar diendapkan.
Efek Tyndall
kurang jelas
Lebih kental
daripada
mediumnya.
Tidak
mengadsorbsi
mediumnya.
Contoh : sol
Fe(OH)3 , sol
belerang.
Kurang stabil
Mudah diendapkan
Efek Tyndall jelas
Kekentalan hampir
sama dengan
mediumnya
Penutup
(10 menit)
Guru memberikan kesimpulan dengan
menanyakan siswa melalui pemutaran
talking stick dengan pertanyaan :
Apa yang diamksud denagn efek
Tyndall?
Apa saja contoh dalam kehidupan sehari-
hari?
Apa yang dimaksud dengan koagulasi?
Apa saja contoh dalam kehidupan sehari-
hari?
Siswa menjawab :
Efek Tyndall adalah pengahmburan
cahaya pada sistem koloid. Contohnya
adalah sorot lampu mobil pada kabut,
sorot cahaya proyektor, dll.
Siswa menjawab :
Koagulasi merupakan penggumpalan
partikel koloid oleh pemanasan atau oleh
ion yang berlawanan muatan. Contohnya
Penggumpalan lumpur atau tanah liat pada
proses penjernihan air menggunakan tawas,
Proses pembentukan delta didaerah muara,
koagulannya air laut yang merupakan
elektrolit dan Penggumpalan debu atau asap
pabrik dengan alat koagulasi listrik
(pengendap Cottrell)
92
G. Alat dan Sumber Belajar
1. Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Erlangga
2. Buku Kimia BSE SMA Kelas XI Irvan Permana
Ciputat, Mei 2014
Guru Kimia Peneliti
Rofika Diah R, S.Pd Soraida
NIM.108016200010
93
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : MAN Cikarang
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/Genap
Alokasi Waktu : 90 menit
Kompetensi Inti :
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalamberinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 :Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasankemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
danminatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan
Kompetensi Dasar :
4.15 Mengajukan ide/gagasan untuk memodifikasi pembuatan koloid berdasarkan
pengalaman membuat beberapa jenis koloid
94
Indikator :
1. Mengamati dan mencatat data hasil percobaan efek Tyndall dalam
membedakan sistem koloid dan larutan sejati pada beberapa bahan-bahan
yang ada disekitarnya
2. Menganalisis data hasil percobaan sifat khas yang membedakan system
koloid dengan larutan
3. Menyimpulkan sifat larutan berdasarkan sifat khas yang membedakan system
koloid dengan larutan
4. Mengkomunikasikan hasil percobaan sifat khas yang membedakan system
koloid dengan larutan
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat :
1. Mengamati dan mencatat data hasil percobaan efek Tyndall dalam
membedakan sistem koloid dan larutan sejati pada beberapa bahan-bahan
yang ada disekitarnya
2. Menganalisis data hasil percobaan sifat khas yang membedakan system
koloid dengan larutan
3. Menyimpulkan sifat larutan berdasarkan sifat khas yang membedakan
system koloid dengan larutan
4. Mengkomunikasikan hasil percobaan sifat khas yang membedakan system
koloid dengan larutan
B. Materi Pembelajaran
Koloid
C. Metode Pembelajaran
Diskusi, Tanya jawab, Ceramah
D. Model Pembelajaran
Examples Non Examples
95
E. Media Pembelajaran
Papan tulis, spidol, (Laptop dan LCD)* jika memungkinkan.
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
/alokasi
waktu
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Awal (10 menit)
Guru mengkondisikan siswa untuk
belajar.
Guru mengulang pelajaran dengan
menampilkan gambar.
Siswa mengkondisikan diri untuk belajar.
Siswa menyimpulkan.
Inti (70 menit)
Guru membagi 5 kelompok.
Setiap siswa mengkondisikan dengan
kelompoknya.
96
Guru mempersiapkan gambar-gambar
yang telah diacak, dan maminta siswa
menyusun gambar yang teracak tersebut
menjadi gambar yang utuh.
Siswa menyusun gambar dengan baik.
Kelompok 1 :
Kelompok 2 :
Kelompom 3 :
97
Guru memberi petunjuk penggunaan
LKS berbasis STM dan memberi
kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar dan
wacana yang sudah ada pada LKS.
Guru memintta siswa untuk melakukan
kegiatan praktikum sesuai gambar dalam
masing-masing kelompok dengan
menggunakan LKS berbasis STM.
Kelompok 4 :
Kelompok 5 :
Melalui diskusi kelompok, siswa
mendiskusikan hasil dari analisa gambar
tersebut dan dicatat pada LKS yang sudah
diberikan oleh guru.
Siswa melakukan kegiatan praktikum sesuai
gambar yang dibantu dengan petunjuk dari
LKS berbasis STM.
98
Guru menjelaskan jenis-jenis koloid
secara singkat:
1. AEROSOL
Sistem koloid dari partikel padat atau
cair yang terdispersi dalam gas
disebut aerosol. Jika zat yang
terdispersi berupa zat padat, disebut
aerosol padat; jika zat yang terdispersi
berupa zat cair, disebut aerosol cair
2. SOL
Sistem koloid dari partikel padat yang
terdipersi dalam zat cair disebut sol.
CONTOH SOL : air sungai (sungai
dari lempung dalam air), sol sabun,
sol detergen, sol kanji, tinta tulis, dan
cat.
3. EMULSI
Syarat terjadinya emulsi adalah
kedua jenis zat cair itu tidak saling
melarutkan. Emulsi dapat
digolongkan ke dalam 2 bagian, yaitu
emulsi minyak dalam air (M/A) atau
emulsi air dalam minyak (A/M).
CONTOH M/A : santan, susu, lateks
CONTOH A/M : mayonaise, minyak
bumi, dan minyak ikan
Siswa memperhatikan dengan baik
99
4. BUIH
Sistem koloid dari gas yang
terdispersi dalam zat cair disebut
buih. Buih digunakan pada
pengolahan biji logam dan pada alat
pemadam kebakaran. Zat- zat yang
dapat memecah buih antara lain eter,
isoamil, dan alkohol.
5. GEL
Koloid yang setengah kaku (antara
padat dan cair) disebut gel.
Contoh : agar-agar, lem kanji, selai,
gelatin, gel sabun, dan gel silika.
Penutup (10 menit)
Guru memberikan kesimpulan dengan
menuliskan peta konsep dipapan tulis.
Siswa dapat menyimpulkan dengan baik.
No Fase
terdispersi
Fase
pendispersi
Nama Contoh
1 Padat Gas Aerosol Asap
2 Padat Cair Sol Cat
3 Padat Padat Sol padat Geals
berwarna
4 Cair Gas Aerosol Awan
5 Cair Cair Emulsi Susu
6 Cair Padat Emulsi
padat
Jelly
7 Gas Cair Buih Buih
sabun
8 Gas Padat Buih
padat
Karet
busa
100
Guru memberikan arahan kepada siswa,
coba kalian buat tabel apa saja aplikasi
koloid dalam kehidupan sehari-hari dan
industri?
Guru memberikan soal posttest kepada
siswa.
Siswa menjawab:
Jenis Industri Contoh aplikasi
Industri makanan Keju, mentega, susu
Industri kosmetika
dan perawatan tubuh
Krim, pasta gigi,
sabun
Industri cat Cat
Industri kebutuhan
rumah tangga
Sabun detergen
Industri pertanian Peptisida dan
insektisida
Industri farmasi Minyak ikan,
pensislin untuk
suntikan
Siswa menjawab soal posttest.
101
G. Alat dan Sumber Belajar
1. Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Erlangga hal. 162-164
2. Buku Kimia BSE SMA Kelas XI Irvan Permana
H. Instrument Penilaian
Lengkapi daftar berikut ini!!
No Nama
Sistem
Koloid
Fase
terdispersi
Fase
pendispersi
Contoh
Sistem
Koloid
1 Sol
2 Gas Cair
3 Agar-agar
4 Cair Gas
5 Emulsi
Ciputat, Mei
2014
Guru Kimia Peneliti
Rofika Diah R, S.Pd Soraida
NIM.108016200010
Jumlah soal x poin soal = nilai siswa
5 x 2 = 10
103
Lampiran 2
RUBRIK PENILAIAN LKS EKSPERIMEN
No Tahap Pembelajaran
STM
Kriteria Penilaian Skor Skor
Total
1 Pendahuluan
Aspek SAINS
a. Jika dapat memberikan contoh lebih dari 3
b. Jika dapat mmemberikan contoh 3
c. Jika dapat memberikan contoh kurang dari 3
Aspek TEKNOLOGI
a. Jika dapat memberikan contoh lebih dari 3
b. Jika dapat mmemberikan contoh 3
c. Jika dapat memberikan contoh kurang dari 3
Aspek MASYARAKAT
a. Jika dapat memberikan contoh lebih dari 3
b. Jika dapat mmemberikan contoh 3
c. Jika dapat memberikan contoh kurang dari 3
10
10
10
30
2 Pembentukan konsep a) apabila mampu mengisi tabel pengamatan dan menjawab 3 pertanyaan
dengan benar dan relevan dengan masalahnya
b) apabila mampu mengisi tabel pengamatan dan menjawab 2 pertanyaan
dengan benar dan relevan dengan masalahnya
c) apabila mampu mengisi tabel pengamatan dan menjawab 1 pertanyaan
5
4
3
50
104
dengan benar dan relevan dengan masalahnya
d) apabila mampu mengisi tabel pengamatan dan menjawab dan tidak
menjawab pertanyaan dengan benar dan relevan dengan masalahnya
2
3 Kemampuan aplikasi
sains
a) Jika mampu menuliskan 10 contoh koloid dengan tepat dan berkaitan
dengan kehidupan sehari
b) Jika mampu menuliskan 8 contoh koloid dengan tepat dan berkaitan
dengan kehidupan sehari
c) Jika mampu menuliskan 6 contoh koloid dengan tepat dan berkaitan
dengan kehidupan sehari
d) Jika mampu menuliskan 4 contoh koloid dengan tepat dan berkaitan
dengan kehidupan sehari
e) Jika mampu menuliskan 2 contoh koloid dengan tepat dan berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.
5
4
3
2
1
50
4 Pemantapan konsep a) apabila mampu menyimpulkan sesuai dengan sumber yang di dapat,
menuliskan sumber, sumber yang dicantumkan jelas
b) apabila menyimpulkansesuai dengan sumber yang di dapat, menuliskan
sumber, tetapi sumber kurang jelas
2
1
20
105
5 Penilaian a) apabila mampu menjawab pertanyaan dengan benar dari 5 soal
b) apabila mampu menjawab pertanyaan dengan benar dari 4 soal
c) apabila mampu menjawab pertanyaan dengan benar dari 3 soal
d) apabila mampu menjawab pertanyaan dengan benar dari 2 soal
e) apabila mampu menjawab pertanyaan dengan benar dari 1 soal
5
4
3
2
1
50
106
Lampiran 3
RUBRIK PENILAIAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
UJI COBA INSTRUMEN
No Kunci jawaban Kriteria penilaian Skor Bobot
Nilai
1
a. Jika mampu menuliskan 5 hal dalam memebedakan anatar
larutan, suspensi dan koloid
b. Jika mampu menuliskan 4 hal dalam memebedakan anatar
larutan, suspensi dan koloid
c. Jika mampu menuliskan 3 hal dalam memebedakan anatar
larutan, suspensi dan koloid
d. Jika mampu menuliskan 2 hal dalam memebedakan anatar
larutan, suspensi dan koloid
e. Jika tidak menjawab/salah
4
3
2
1
0
4
2 Sabun mampu mengangkat kotoran karena molekul
penyusun sabun memiliki ujung yang dapat larut dalam
lemak dan minyak, dan ujung yang lain larut dalam air.
a. Jika mampu menjelaskan molekul sabun,cara kerja sabun
membersihkan kotoran dan menggambarkannya.
b. Jika mampu menjelaskan molekul sabun dan
menggambarkannya dan tidak mampu menjelaskan cara kerja
4
3
4
107
sabun membersihkan kotoran.
c. Jika mampu menjelaskan molekul sabun dan tidak mampu
menggambarkan serta menjelaskan cara kerja sabun
memebersihkan kotoran.
d. Jika tidak mampu membuat gambaran molekul sabun dan
tidak mampu menjelaskan cara kerja sabun dapat
membersihkan kotoran.
e. Jika tidak menjawab/salah
2
1
0
3 No Fase
Terdispersi
Medium
Pendispersi
Contoh
1 Padat Gas Asap
2 Padat Cair Cat
3 Cair Gas Awan
4 Cair Padat Jelly
a. Mampu membuat tabel perbandingan dengan 4 hal
b. Mampu membuat tabel perbandingan dengan 3 hal
c. Mampu membuat tabel perbandingan dengan 2 hal
d. Mampu membuat tabel perbandingan dengan 1 hal
e. Jika tidak menjawab/salah
4
3
2
1
0
4
4 Pendapat :
a. Penyakit diabetes yang disebabkan oleh
kelebihan kadar gula dari susu
b. Kelebihan gula sering tidak lekas didiagnosa
secara dini. Pasien baru akan didiagnosanya
sebagai penderita biasa dalam keadaan sudah
lanjut atau terlambat, sehingga pengobatan sering
tidak berhasil
Solusi :
a. Harus mengenali gejala-gejala awal dari diare
b. Melakuakn pemeriksaan secepatnya ke dokter
untuk mengetahui hasilnya
c. Jika sudah terkena, melakukan terapi dan
pengobatan rutin
d. Menjaga pola makan dan kebersihan makanan
a. Jika mampu menuliskan pendapat dan solusi dengan benar
dan tepat
b. Jika mampu menuliskan pendapat dengan benar, tetapi solusi
kurang tepat atau sebaliknya
c. Jika mampu menuliskan pendapat dan solusi, tetapi kurang
tepat
d. Jika hanya menuliskan pendapat saja atau solusi saja
e. Jika tidak menjawab/salah
6
4
2
1
0
6
108
5 Semua kecuali yang c..
Dikatakan koagulasi koloid karena penambahan
elektrolit terjadi : koloid yang bermuatan negative akan
menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang
bermuatan positif menarik ion negative (anion). Ion-ion
tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua.
Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat, maka
selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga
terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat
daya tarik menariknya dengan partikel koloid, sehingga
makin cepat terjadi koagulasi (penggumpalan) dan c
tidak masuk dalam kategori tersebut.
a. Mampu menuliskan pasangan yang tergolong dalam
koagulasi koloid dan mampu menjelaskan cara kerja
koagulasi koloid dengan benar dan tepat
b. Hanya mampu menuliskan pasangan yang tergolong dalam
koagulasi koloid dan tidak mampu menjelaskan cara kerjanya
.
c. Hanya mampu
d. Hanya mampu
e. Jika tidak menjawab/salah
6
4
2
1
0
6
6 Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat
cair lain disebut emulsi. Emulsi terbentuk karena
pengaruh suatu pengemulsi (emulgator).
Contoh lainnya adalah kasein dalam susu dan kuning
telur dalam mayones.
a. Mampu menjelaskan pengertian emulsi dan dapat
memeberikan 2 contoh sejenis.
b. Mampu menjelaskan pengertian emulsi dan dapat
memeberikan 1 contoh sejenis.
c. Mampu menjelaskan pengertian emulsi dan tidak dapat
memeberikan contoh sejenis
d. Hanya mampu memberika contoh sejenis saja
e. Jika tidak menjawab/salah
4
3
2
1
0
4
7 Susu merupakan sumber gizi terbaik bagi mamalia yang
baru dilahirkan. Untuk perkembangan sosok anak,
minum susu merupakan salah satu sumber kalsium.
Karena itu membiasakan minum susu, adalah hal yang
penting. Bagi balita berusia 0 bulan hingga 2 tahun,
minum Air Susu Ibu (ASI) adalah yang paling baik. Jika
tidak bisa hingga 2 tahun, minimal bayi minum ASI
ekslusif hingga 6 bulan, tanpa makanan pendamping
a. Mengaitkan peran susu sebagai kebutuhan dan menuliskan
dampak yang berkaitan dengan peran susu bagi kelangsungan
hidup bayi dan balita
b. Mengaitkan peran susu sebagai kebutuhan dan menuliskan
dampak, tetapi tidak berkaitan dengan peran susu bagi
kelangsungan hidup bayi dan balita
c. Jika hanya menuliskan peran susu sebagai kebutuhan dan
menuliskan dampak yang berkaitan dengan peran susu bagi
kelangsungan hidup bayi dan balita
d. Jika menuliskan peran susu dan dampaknya, tetapi kurang
6
4
2
1
6
109
lainnya.
Jika susu tidak ada, maka kelangsungan hidup bayi dan
balita akan terganggu bahkan banyak bayi dan balita
yang kekurangan gizi yang bergantung pada asupan
susu.
tepat
e. Jika tidak menjawab/salah
0
8 Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang
terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang
terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat ; jika
zat terdispersinya berupa zat cair, disebut aerosol cair.
a. Jika mampu menjelaskan system koloid aerosol dan macam-
macam aerosol dengan benar
b. Jika mampu menjelaskan pengertian aerosol saja
c. Jika mampu menjelaskan macam-macam aerosol saja
d. Jika hanya menuliskan pendapat saja
e. Jika tidak menjawab/salah
4
3
2
1
0
4
9 Salah satu cara yang sederhana adalah dengan
menjatuhkan seberkas cahaya (transparan), sedangkan
koloid menghamburkannya. Oleh karena itu, berkas
cahaya yang melalui koloid dapat diamati dari arah
samping, walaupun partikel koloidnya sendiri tidak
tampak. Jika partikel terdispersinya juga keliahatan,
maka system itu bukan koloid melainkan suspensi.
a. Jika mampu menuliskan langkah-langkah dan
menggambarkan dengan tepat dan berkaitan dengan kasus
b. Jika mampu menuliskan langkah-langkah dengan tepat, tetapi
tidakmenggambarkan yang berkaitan dengan kasus
c. Jika mampu menuliskan langkah-langkah kurang tepat, tetapi
menggambarkan yang berkaitan dengan kasus
d. Jika menuliskan langkah-langkah, tetapi kurang tepat dan
tidak menggambarkan yang berkaiatan dengan kasus
e. Jika tidak menjawab/salah
6
4
2
1
0
6
10 Jika para ilmuaan tidak mempelajaari koloid, maka tidak
akan ada produksi besar koloid dibidang indutri. Dan
tidak ada pula lowongan pekerjaan bagi orang yang
a. Jika mampu menuliskan pendapat dan solusi dengan benar
dan tepat
b. Jika mampu menuliskan pendapat dengan benar, tetapi solusi
6
4
6
110
sekarang bekerja diperusahaan yang berkaitan dengan
koloid.
kurang tepat atau sebaliknya
c. Jika mampu menuliskan pendapat dan solusi, tetapi kurang
tepat
d. Jika hanya menuliskan pendapat saja atau solusi saja
e. Jika tidak menjawab/salah
2
1
0
LKS ini adalah berbasis Sains,Teknologi,Masyarakat atau disingkat dengan STM, dimana penyusunannya
sesuai dengan tahapan-tahapan yang sudah ada didalam teori pendekatan STM, adapun tahapannya
sebagaimana dibawah..
Kalian akan diberikan pengetahuan mengenai isu-isu yang
mengaitkan sains, teknologi dan masyarakat sehubungan dengan
materi
Tahap 1, Pendahuluan
Tahap 2, Pembentukan Konsep
Kalian akan diberikan kegiatan praktikum/demontrasi agar
dapat menemukan konsep yang akan dipelajari
Tahap 3, Kemampuan Aplikasi Konsep
Tahap 4, Pemantapan Konsep
Tahap 5, Penilaian
Kalian akan diberikan soal untuk mengetahui sejauh mana kalian
memahami konsep yang dipelajari
Kalian akan diminta memberikan contoh dalam kehidupan
sehari-hari agar kalian dapat mengaplikasikan materi yang
sedang dipelajari dengan kehidupan nyata
Kalian akan diminta untuk memberikan kesimpulan dari kegiatan
yang telah kalian lakukan
3
Kompetensi Dasar
3.15. Menganalisis peran koloid dalam kehidupan berdasarkan
sifat-sifatnya
Indikator
1. Menjelaskan larutan, koloid dan suspensi.
2. Menentukan sifat dari larutan, koloid dan suspensi
3. Menggunakan efek Tyndall dalam membedakan koloid dan
larutan sejati
4. Menerangkan aplikasi efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari
LEMBAR KERJA SISWA 1
PERTEMUAN KE-1 (2X45 MENIT)
Sekarang, kita akan belajar
menyelesaikan masalah yang
ada dalam kehidupan kita
sehari-hari.
Masalah apa
Bu ?
Tentang koloid
kan Bu.. ?
Iyaa,, betul sekali,
coba kalian baca
dahulu tujuan
pembelajarannya
1 2
3
4
3
Pernahkah kalian meminum susu? Susu apa yang sering kalian minum? Susu
kental manis, susu bubuk atau susu yang didalam kotak?
Mari kita cari hal menarik tentang SUSU..
Ternyata susu adalah salah satu contoh dari koloid dalam
bidang industri, susu adalah sekresi ambing hewan yang diproduksi
dengan tujuan penyediaan makanan bagi anak yang baru dilahirkan.
Karena berfungsi sebagai makanan tunggal bagi mahluk yang baru
dilahirkan dan mulai tumbuh, susu mempunyai nilai gizi yang
sempurna. Dalam susu terdapat semua zat gizi yang diperlukan bagi
kebutuhan pertumbuhan anak.
Pada umumnya yang disebut susu adalah susu sapi, yang
berasal dari jenis sapi perah FH (Friesian Holstein) yang
berwarna putih totol hitam. Secara alami susu merupakan suatu
emulsi lemak dan air. Kadar air susu sangat tinggi rata-rata
87.5% dan didalamnya teremulsi berbagai zat gizi penting
seperti protein, lemak, gula, vitamin dan mineral.
Susu sangat sedikit (boleh dikata tidak ada) yang dijual benar-benar segar,
yaitu langsung dari sapi perah. Hal ini karena adanya kemungkinan pencemaran atau
kontaminasi oleh berbagai bakteri patogen, seperti bakteri penyebab typus, diptheri,
radang tenggorokan dan tbc. Karena alasan tersebut maka susu yang akan dijual
sebelumnya dipanaskan secukupnya sehingga seluruh bakteri patogen yang mungkin
terdapat didalmnya dapat dimusnahkan.
Contoh susu kental manis yang sering kalian beli
diwarung atau supermarket adalah susu segar yang telah
dipekatkan dengan menguapkan sebagian airnya dan kemudian
ditambahkan gula sebagai pengawet. Susu kental manis terbuat
dari bahan-bahan seperti susu bubuk krim, air, gula, lemak,
vitamin, dan lain lain, sehingga diperoleh susu dengan
kekentalan tertentu.
3
Pada pembuatan susu kental manis, pertama-tama susu
dipanaskan pada suhu 65-69oC selama 10-15 menit dengan tujuan
membantu menstabilkan susu selama penyimpanan dan membunuh
mikroba patogen dan enzim. Selanjutnya ditambahkan gula sampai
konsentrasinya mencapai 62.5%. Selanjutnya susu diuapkan dengan
evaporator vakum pada tekanan 47 mmHg dan suhu 51oC, sampai
diperoleh kekentalan bahan kering, dengan kadar air 20-30%.
Selanjutnya diisikan ke kaleng dan dilakukan penutupan.
Ada juga susu UHT… atau susu yang sudah didalam kotak…
Susu UHT (ultra high temperature) merupakan susu yang
diolah menggunakan pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam
waktu yang singkat (135-145 derjat Celcius) selama 2-5 detik
(Amanatidis, 2002). Pemanasan dengan suhu tinggi bertujuan
untuk membunuh seluruh mikroorganisme (baik pembusuk
maupun patogen) dan spora. Waktu pemanasan yang singkat
dimaksudkan untuk mencegah kerusakan nilai gizi susu serta
untuk mendapatkan warna, aroma dan rasa yang relatif tidak
berubah seperti susu segarnya.
Proses Susu UHT
Susu cair segar UHT dibuat dari susu cair segar yang
diolah menggunakan pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam
waktu yang sangat singkat untuk membunuh seluruh mikroba,
sehingga memiliki mutu yang sangat baik. Secara kesuluruhan
faktor utama penentu mutu susu UHT adalah bahan baku,
proses pengolahan dan pengemasannya.
Bahan baku
Bahan baku susu UHT cair segar adalah susu segar yang memiliki mutu tinggi
terutama dalam komposisi gizi. Hal ini didukung oleh perlakuan pra panen hingga pasca
panen yang terintegrasi. Pakan sapi harus diatur agar bermutu baik dan mengandung zat-
zat gizi yang memadai, bebas dari antibiotika dan bahan-bahan toksis lainnya. Dengan
demikian, sapi perah akan menghasilkan susu dengan komposisi gizi yang baik. Mutu susu
segar juga harus didukung oleh cara pemerahan yang benar termasuk di dalamnya adalah
Sumber : Ir.Sutrisno Koswara,M.Si. Teknologi pembuatan susu. Ebookpangan.com
3
pencegahan kontaminasi fisik dan mikrobiologis dengan sanitasi alat pemerah dan sanitasi
pekerja. Susu segar yang baru diperah harus diberli perlakuan dingin termasuk
transportasi susu menuju pabrik.
Pengolahan
Pengolahan di pabrik untuk mengkonversi susu segar menjadi susu
UHT juga harus dilakukan dengan sanitasi yang maksimum yaitu
dengan menggunakan alat-alat yang steril dan meminimumkan kontak
dengan tangan. Seluruh proses dilakukan secara aseptik.
Pengemasan
Susu UHT dikemas secara higienis dengan menggunakan
kemasan aseptic multilapis berteknologi canggih, Kemasan
multilapis ini kedap udara sehingga bakteri pun tak dapat
masuk ke dalamnya. Karena bebas bakteri perusak minuman,
maka susu UHT pun tetap segar dan aman untuk dikonsumsi.
Selain itu kemasan multilapis susu UHT ini juga kedap cahaya
sehingga cahaya ultra violet tak akan mampu menembusnya
dengan terlindungnya dari sinar ultra violet maka kesegaran
susu UHT pun akan tetap terjaga. Setiap kemasan aseptik
multilapis susu UHT disterilisasi satu per satu secara otomatis sebelum diisi dengan susu.
Proses tersebut secara otomatis dilakukan hampir tanpa adanya campur tangan manusia
sehingga menjamin produk yang sangat higienis dan memenuhi standar kesehatan
internasional.
Dengan demikian teknologi UHT dan kemasan aseptik multilapis menjamin susu
UHT bebas bakteri dan tahan lama tidak membutuhkan bahan pengawet dan tak perlu
disimpan di lemari pendingin hingga 10 bulan setelah diproduksi.
Tip Penggunaan Susu UHT
Apabila kemasan susu UHT telah dibuka, maka susu tersebut harus disimpan pada
refrigerator. Susu UHT harus dihindarkan dari penyimpanan pada suhu tinggi (di
atas 50 derjat Celcius) karena dapat terjadi gelasi yaitu pembentukan gel akibat
kerusakan protein.
Kerusakan susu UHT sangat mudah dideteksi secara visual, ciri utama yang umum
terjadi adalah kemasan menggembung. Gembungnya kemasan terjadi akibat
Sumber : http://forum.detik.com/susu-uht-bernilai-gizi-lebih-t194670.html
kebocoran kemasan yang memungkinkan mikroba-mikroba pembusuk tumbuh dan
memfermentasi susu. Fermentasi susu oleh mikroba pembusuk menghasilkan gas CO2
yang menyebabkan gembung.
Kerusakan juga ditandai oleh timbulnya bau dan rasa yang asem. Selain
menghasilkan gas, aktivitas fermentasi oleh mikroba pembusuk juga menghasilkan
alkohol dan asam-asam organik yang menyebabkan susu menjadi berflavor dan
beraroma asem.
Hindari mengkonsumsi susu UHT yang telah mengental. Fermentasi susu oleh
bakteri pembusuk juga pembusuk juga menyebabkan koagulasi dan pemecahan
protein akibat penurunan pH oleh asam-asam organic. Koagulasi dan pemecahan
protein inilah yang menyebabkan tekstur susu rusak yaitu menjadi pecah dan agak
kental.
Bagaimana membedakan susu UHT dengan produk lain?
Communications Manager Tetra Pak Indonesia
Elvira P. Wongososudiro mengatakan, tidak sulit.
Cukup melihat tulisan "Protects What's Good"
dalam kemasan susu cair yang akan dibeli. Tanda
tersebut bisa dijadikan indikator bahwa susu cair
yang akan dipilih memiliki nilai gizi yang tinggi
dan baik dikonsumsi semua orang.
Apakah hanya susu contoh dari aplikasi koloid?
Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti di alam
(tanah, air, dan udara), industri (cat,pasta gigi, sabun, keju,dll), kedokteran (minyak
ikan, penisilin untuk suntikan), dan pertanian (pestisida dan insektisida).
Di industri sendiri, aplikasi koloid untuk produksi cukup luas. Hal ini disebabkan
sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat
yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi
skala besar.
Kriteria STM :
1. Sains : kumpulan pengetahuan dan proses.
2. Masyarakat : sesuatu atau alat yang bermanfaat bagi manusia.
Sains
Berdasarkan wacana yang telah kalian baca dan, coba kalian tuliskan mana saja
yang termasuk dalam kategori Sains, Teknologi dan Masyarakat dari materi ini,
sesuai kerangka STM dibawah ini !
Diskusikanlah !
Masyarakat Teknologi
3. Teknologi : suatu perangkat keras ataupun lunak yang digunakan untuk
memecahkan masalah bagi pemenuhan kebutuhan manusia.
================================================================================
Simak pertanyaan dan pernyataan berikut ini!
1. Pernahkah kalian membuat teh manis? Sebelum dimasukkan teh, kalian
akan memasukkan gula terlebih dahulu kedalam air bukan? Kalian akan
tetap dapat melihat bahwa di dalam gelas terdapat air dan gula.
Berarti di dalam gelas terdapat dua fasa, yaitu air yang berfasa cair
dan gula berfasa padat.
2. Pernahkan kalian melihat adukan pasir saat membangun dinding rumah?
Kalian akan melihat ada campuran pasir dan air bukan? Apa yang
terjadi bila pasir dicampurkan dengan air kemudian diaduk? Bagaimana
keadaan campuran yang terbentuk? Apakah pasir bercampur dengan
air? Kalian akan melihat pasir tidak bercampur dengan air. Berarti
terdapat dua fasa, yaitu air yang berfasa cair dan pasir berfasa
padat. Akan tetapi pasir tidak akan larut bila ditambahkan air.
Campuran tersebut dinamakan campuran heterogen.
3. Jika kalian mencampurkan susu dengan air, ternyata susu larut tetapi
larutan itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu
tidak memisahkan dan juga tidak dapat disaring secara mikroskop
ultra, ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel susu yang
Apa saja ya peran koloid
itu? Ayo kita baca wacana
di bawah ini.
Eksistensi Koloid
tersebar di dalam air. Campuran seperti ini disebut koloid. Koloid
tergolong campuran heterogen dan merupakan sistem dua fasa.
=========================================================================
a). Alat yang digunakan :
Nama Alat Jumlah
b). Bahan yang digunakan :
Nama Bahan Jumlah
Cara Kerja :
1. Siapkan 7 tabung masing-masing dengan kira-kira 50 mL air.
2. Tambahkan :
1 gram gula kedalam tabung 1
1 gram tanah ke dalam tabung 2
1 gram odol/pasta gigi ke dalam tabung 3
1 gram susu instan/susu kental manis kedalam tabung 4
1 gram garam ke dalam tabung 5
1 gram tepung terigu kedalam tabung 6
3. Aduklah setiap campuran (batang pengaduk harus dibilas dan dikeringkan
lebih dahulu sebelum digunakan untuk mengaduk isi gelas yang berbeda).
Apa saja ya sifat koloid itu? Ayo kita
lakukan kegiatan di bawah ini.
“ Sistem koloid dan Efek Tyndall ”
4. Diamkan campuran-campuran itu. Perhatikan apakah campuran bening atau
keruh.
5. Perhatikan dan catat apakah zat yang “dilarutkan” dapat larut atau tidak
larut.
6. Arahkan berkas cahaya lampu senter pada masing-masing tabung reaksi.
7. Amati berkas cahaya dari samping dengan arah yang tegak lurus, catat
pengamatan!
Tabel Data Pengamatan :
No Sifat
Isi tabung reaksi
Gula Pasir Odol/pasta
gigi
Susu Garam Tepung
terigu
1 Warna
2 Habis
terlatut/tidak
3 Jernih/Keruh
4
Menghamburkan
cahaya/tidak
Pertanyaan :
1) Coba kalian kelompokkan isi tabung yang mempunyai ciri-ciri yang sama!
2) Dari buku refensi yang kalian baca, dari kelompok tabung yang kalian amati,
tentukan mana yang termasuk dalam larutan, suspensi dan koloid!
3) Berdasarkan percobaan yang dilakukan, tabung mana yang memperlihatkan
penghamburan cahaya? Jelaskan!
4) Jelaskan peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan sifat koloid (efek
Tyndall)! Berikan contoh!
Jawabanku …
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………...………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Coba kalian amati disekeliling bahan-bahan kimia lain yang terdapat dirumah
kalian..!! Temukan ciri-ciri yang sama seperti yang telah kalian dapatkan dalam
kegiatan praktikum dan klasifikasikan mana yang tergolong larutan, suspensi dan
koloid.
(dari bidang makanan, kosmetik dan perawatan tubuh, kebutuhan rumah tangga,
dan obat-obatan)
1. …………………………………
2. …………………………………
3. …………………………………
4. …………………………………
5. …………………………………
6. …………………………………
7. …………………………………
8. …………………………………
9. …………………………………
10. ………………………………
Kesimpulanku…
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
Cobalah kamu tuliskan kesimpulan akhir dari
percobaan yang telah kalian lakukan, berikan
jawaban terbaikmu! Jangan lupa cantumkan sumber
referensinya!
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!
1. dibawah ini yang merupakan sistem koloid adalah….
a. Air gula
b. Air soda
c. Air kanji
d. Bensin
e. Larutan garam
2. Yang merupakan ciri sistem koloid dibawah ini, kecuali….
a. Relatif stabil
b. Terdiri dari dua fasa
c. Homogen
d. Menghamburkan cahaya
e. Tidak dapat disaring
3. Penghamburan cahaya oleh sistem koloid dikenal dengan….
a. Refleksi koloid
b. Elektroforesis
c. Gerak broen
d. Efek Tyndall
e. Dialisis
4. Sebutkan 2 macam kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari!
Alhamdulillah, kami sudah
selesai mengerjakan
tugas LKS 1 hari ini !!
NILAI PARAF
155
Lampiran 7
PENGHITUNGAN MEAN, MEDIAN, MODUS DAN STANDAR DEVIASI
DATA PRETEST KELAS EKSPERIMEN
1. Banyaknya data (n) = 35
2. Data pretest siswa kelas eksperimen
14 0 18 14 0 18 2
26 10 18 0 14 26 18
14 10 18 0 26 6 10
42 0 18 10 10 26 18
6 14 30 34 10 2 6
3. Nilai terbesar = 42
4. Nilai terkecil = 0
5. Rentang data (R) = nilai terbesar – nilai terkecil
= 42 – 0
= 42
6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 35
= 1 + 3,3 (1,545)
= 1 + 5,095
= 6,095
= 6
7. Panjang interval kelas (i) = k
R
156
= 6
42
= 7
8. Tabel distribusi frekuensi
Interval
kelas F X FX X
2 FX
2
Batas nyata fkb
fka
Bawah Atas
0 – 6 10 3 30 9 90 -0,5 6,5 35 10
7 – 13 6 10 60 100 600 6,5 13,5 24 16
14 – 20 12 17 204 289 3468 13,5 20,5 12 28
21 – 27 4 24 96 576 2304 20,5 27,5 8 32
28 – 32 1 30 30 900 900 27,5 32,5 7 33
33 – 38 1 35,5 35,5 1260,25 1260,25 32,5 38,5 6 34
39 – 45 1 41,5 41,5 1722,25 1722,25 38,5 45,5 5 35
Total 35 (∑F)
497
(∑fx)
10344,5
(∑fx2)
Keterangan:
F : Frekuensi yang mengandung median
X : Titik tengah
FX : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval
dengan titik tengah
X2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah
FX2 : Hasil perkalian antara frekuensi dengan hasil dari pengkuadratan
titik tengah
fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung
median
fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung
median
157
9. Perhitungan nilai mean
Rumus mean metode panjang
Keterangan:
Mx : Mean
∑fx : Jumlah dari hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing
interval dengan titik tengah
N : Number of cases
Mx = N
fx
= 35
497
= 14,2
10. Perhitungan nilai median
Keterangan:
Mdn : Median
: Batas bawah nyata dari interval yang mengandung median
N : Number of Cases
fxb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median
fi : Frekuensi dari interval yang mengandung median
i : Panjang interval kelas
Mdn = if
fx-½N
i
b
= 74
7-17,520,5
= 20,5 + 2,6 x 7
= 38,7
Mx = N
fx
Mdn = if
fx-½N
i
b
158
11. Perhitungan nilai modus
Keterangan:
M0 : Modus
: Batas bawah nyata dari interval yang mengandung modus
fa : frekuensi yang terletak di atas interval yang mengandung modus
fb : frekuensi yang terletak di bawah interval yang mengandung modus
i : Panjang interval kelas
M0 = iff
f
ba
a
= 7824
245,20
= 20,5 + 0,75 x 7
= 25,75
12. Standar deviasi
Keterangan:
S : Varians
fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval
dengan titik tengah
fx2 : Hasil perkalian antara frekuensi dengan hasil dari pengkuadratan
titik tengah
n : Jumlah responden
S = 1n
1/)( 22
nfxfx
M0 = iff
f
ba
a
S = 1n
)( 22
fxfx
159
= 135
135/)407(5,10344 2
= 34
7057,4-10344,5
= 34
3287,1
96,679
SD = 9,83256
160
PENGHITUNGAN MEAN, MEDIAN, MODUS DAN STANDAR DEVIASI
DATA POSTTEST KELAS EKSPERIMEN
1. Banyaknya data (n) = 35
2. Data posttest siswa kelas eksperimen
50 50 50 60 60 65 65
65 65 70 70 70 70 70
70 70 70 70 70 75 75
75 75 75 75 75 75 80
80 80 80 80 85 85 85
3. Nilai terbesar = 85
4. Nilai terkecil = 50
5. Rentang data (R) = nilai terbesar – nilai terkecil
= 85 – 50
= 35
6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 35
= 1 + 3,3 (1,545)
= 1 + 5,095
= 6, 095
= 6
7. Panjang interval kelas (i) = k
R
= 6
35
= 5,83 ~ 6
161
8. Tabel distribusi frekuensi
Interval
kelas F X FX X
2 Batas nyata
fkb fka Bawah Atas
50-55 3 52,5 157,5 2756,25 49,5 55,5 35 3
56-61 2 58,5 117 3422,25 55,5 61,5 33 5
62-67 4 67,5 270 4556,25 61,5 67,5 29 9
68-73 10 70,5 705 4970,25 67,5 73,5 19 19
74-79 8 76,5 612 5822,25 75,5 79,5 11 27
80-85 8 82,5 660 6806,25 79,5 85,5 3 35
Total 35 (∑F)
2521,5
(∑fx)
Keterangan:
Keterangan:
F : Frekuensi yang mengandung median
X : Titik tengah
FX : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval
dengan titik tengah
X2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah
FX2 : Hasil perkalian antara frekuensi dengan hasil dari pengkuadratan
titik tengah
fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung
median
fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung
median
9. Perhitungan nilai mean
Rumus mean metode panjang
Mx = N
fx
162
Keterangan:
Mx : Mean
∑fx : Jumlah dari hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing
interval dengan titik tengah
N : Number of cases
Mx = N
fx
= 35
5,2521
= 72
10. Perhitungan nilai median
Keterangan:
Mdn : Median
: Batas bawah nyata dari interval yang mengandung median
N : Number of Cases
fxb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median
fi : Frekuensi dari interval yang mengandung median
i : Panjang interval kelas
Mdn = if
fx-½N
i
b
= 68
11 - 17,5 67,5
= 67,5 + 4,88
= 72,38
11. Perhitungan nilai modus
Mdn = if
fx-½N
i
b
M0 = iff
f
ba
a
163
Keterangan:
M0 : Modus
: Batas bawah nyata dari interval yang mengandung modus
fa : frekuensi yang terletak di atas interval yang mengandung modus
fb : frekuensi yang terletak di bawah interval yang mengandung modus
i : Panjang interval kelas
M0 = iff
f
ba
a
= 68 4
45,67
= 67,5 + 1,99
= 69,49
12. Standar deviasi (exel)
SD = 9,14
Varians = 83,54
SD= STDEV (…:….)
164
PENGHITUNGAN MEAN, MEDIAN, MODUS DAN STANDAR DEVIASI
DATA LKS 1 KELAS EKSPERIMEN
1. Banyaknya data (n) = 35
2. Data LKS 1 siswa kelas eksperimen
70 65 70 70 70 70 65 90
65 65 65 90 90 90 90 70
70 70 70 77,5 77,5 77,5 77,5 65
60 70 65 65 80 70 80 60
80 80 80
3. Nilai terbesar = 90
4. Nilai terkecil = 65
5. Rentang data (R) = nilai terbesar – nilai terkecil
= 90 – 60
= 30
6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 35
= 1 + 3,3 (1,544)
= 1 + 5,0952
= 6, 0952
= 6
7. Panjang interval kelas (i) = k
R
= 6
30
= 5
165
8. Tabel distribusi frekuensi
Interval
kelas F X Fx x
2 Batas nyata
fkb fka Frekuensi
relatif Bawah Atas
65 – 69 10 67 670 4489 64,5 69,5 35 10 28,57
70 – 74 11 72 792 5184 69,5 74,5 24 21 31,43
75 – 79 4 77 308 5929 74,5 79,5 20 25 11,43
80 – 84 5 82 410 6724 79,5 84,5 15 30 14,28
85 – 89 0 87 0 7569 84,5 89,5 15 30 0
90 – 94 5 92 460 8464 89,5 94,5 10 35 14,28
Total 35 (∑F)
2640
(∑fx)
Keterangan:
f : Frekuensi yang mengandung median
x : Titik tengah
fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval
dengan titik tengah
x2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah
fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung
median
fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung
median
Fr : Frekuensi relatif diperoleh dari, Fr = F x 100%
∑F
9. Perhitungan nilai mean
Rumus mean metode panjang
Mx = N
fx
166
Keterangan:
Mx : Mean
∑fx : Jumlah dari hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing
interval dengan titik tengah
N : Number of cases
Mx = N
fx
= 35
2640
= 75,43
10. Perhitungan nilai median
Diurutkan dari yang terkecil
Posisi median = (n+1)/2
Jika posisi median bulat, nilai median = X(n+1)/2
Jika posisi median pecahan, nilai median = Xn/2 + X((n/2)+1)
Posisi Median = (n+1)/2
= (35+1)/2
= 18
Nilai Median pada posisi ke 18 adalah 75,43
11. Perhitungan nilai modus
Nilai data yang sering muncul, yakni nilai 70 sebanyak 11
12. Standar deviasi
SD =
1n
x-x2
167
Keterangan:
SD : Standar deviasi
x- x : Jumlah butir benar setiap responden dikurangi rata-rata jumlah
butir benar semua responden
n : Jumlah responden
SD =
1n
x-x2
= 135
(-70,05)2
= 34
4907
= 144,32
= 12,01
13. Varians (S2)
S2
= SD2
= 12,01
2
= 144,24
168
PENGHITUNGAN MEAN, MEDIAN, MODUS DAN STANDAR DEVIASI
DATA LKS 2 KELAS EKSPERIMEN
1. Banyaknya data (n) = 35
2. Data LKS 2 siswa kelas eksperimen
72,5 80 72,5 72,5 72,5 72,5 80 95
80 80 80 95 95 95 95 82,5
82,5 82,5 82,5 82,5 82,5 82,5 82,5 70
70 82,5 70 70 87,5 8,5 87,5 70
87,5 87,5 87,5
3. Nilai terbesar = 95
4. Nilai terkecil = 70
5. Rentang data (R) = nilai terbesar – nilai terkecil
= 95 – 70
= 25
6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 35
= 1 + 3,3 (1,544)
= 1 + 5,0954
= 6,0954
= 6
7. Panjang interval kelas (i) = k
R
= 6
25
= 4,2
169
= 4
8. Tabel distribusi frekuensi
Interval
kelas F X Fx x
2 Batas nyata
fkb fka Frekuensi
relatif Bawah Atas
70 – 74 10 71,5 715 5112,25 69,5 73,5 35 10 28,57
75 – 78 0 76,5 0 5852,25 73,5 77,5 0 0 0
79 – 82 15 80,5 1207,5 6480,25 77,5 81,5 30 15 14,29
83 – 86 0 84,5 0 7140,25 81,5 85,5 20 25 28,57
87 – 90 5 88,5 442,5 7832,25 85,5 89,5 15 30 14,29
91 – 94 0 92,5 0 8556,25 89,5 93,5 10 35 14,29
95 – 99 5 97 485 9409
Total 35 (∑F)
2850
(∑fx)
Keterangan:
f : Frekuensi yang mengandung median
x : Titik tengah
fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval
dengan titik tengah
x2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah
fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung
median
fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung
median
Fr : Frekuensi relatif diperoleh dari, Fr = F x 100%
∑F
9. Perhitungan nilai mean
Rumus mean metode panjang
Mx = N
fx
170
Keterangan:
Mx : Mean
∑fx : Jumlah dari hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing
interval dengan titik tengah
N : Number of cases
Mx = N
fx
= 35
2850
= 81,43
10. Perhitungan nilai median
Diurutkan dari yang terkecil
Posisi median = (n+1)/2
Jika posisi median bulat, nilai median = X(n+1)/2
Jika posisi median pecahan, nilai median = Xn/2 + X((n/2)+1)
Posisi Median = (n+1)/2
= (35+1)/2
= 18
Nilai Median pada posisi ke 18 adalah 81,43
11. Perhitungan nilai modus
Nilai data yang sering muncul, yakni nilai 79 sebanyak 15
12. Standar deviasi
SD =
1n
x-x2
171
Keterangan:
SD : Standar deviasi
x- x : Jumlah butir benar setiap responden dikurangi rata-rata jumlah
butir benar semua responden
n : Jumlah responden
SD =
1n
x-x2
= 135
(-0,05)2
= 34
0,0025
= 0,0000735
= 8,57 x 10-3
13. Varians (S2)
S2
= SD2
= (8,57 x 10
-3)2
= 7,35 x 10-5
172
PENGHITUNGAN MEAN, MEDIAN, MODUS DAN STANDAR DEVIASI
DATA LKS 3 KELAS EKSPERIMEN
1. Banyaknya data (n) = 35
2. Data LKS 3 siswa kelas eksperimen
85 87,5 85 85 85 85 87,5 100
87,5 87,5 87,5 100 100 100 100 92,5
92,5 92,5 92,5 82,5 82,5 82,5 82,5 87,5
87,5 92,5 87,5 87,5 87,5 82,5 87,5 87,5
87,5 87,5 87,5
3. Nilai terbesar = 100
4. Nilai terkecil = 82,5
5. Rentang data (R) = nilai terbesar – nilai terkecil
= 100 – 82,5
= 17,5
6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 35
= 1 + 3,3 (1,544)
= 1 + 5,0954
= 6,0954
= 6
7. Panjang interval kelas (i) = k
R
= 6
17,5
= 2,9
= 3
173
8. Tabel distribusi frekuensi
Interval kelas F X Fx x
2 Batas nyata
fkb fka Frekuensi
relatif Bawah Atas
82,5 – 84,5 5 83,5 417,5 6972,25 82 85 35 5 14,29
85,5 – 87,5 20 86,5 1730 7482,25 85 88 15 25 57,14
88,5 – 90,5 0 89,5 0 8010,25 88 91 15 25 0
91,5 – 93,5 5 92,5 462,5 8556,25 91 94 10 30 14,29
94,5 – 96,5 0 95,5 0 9120,25 94 97 10 30 0
97,5 – 100 5 98,75 493,75 9751,56 97 101 5 35 14,29
Total 35 (∑F)
3103,75
(∑fx)
Keterangan:
f : Frekuensi yang mengandung median
x : Titik tengah
fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval
dengan titik tengah
x2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah
fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung
median
fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung
median
Fr : Frekuensi relatif diperoleh dari, Fr = F x 100%
∑F
9. Perhitungan nilai mean
Rumus mean metode panjang
Mx = N
fx
174
Keterangan:
Mx : Mean
∑fx : Jumlah dari hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing
interval dengan titik tengah
N : Number of cases
Mx = N
fx
= 35
75,3103
= 88,68
10. Perhitungan nilai median
Diurutkan dari yang terkecil
Posisi median = (n+1)/2
Jika posisi median bulat, nilai median = X(n+1)/2
Jika posisi median pecahan, nilai median = Xn/2 + X((n/2)+1)
Posisi Median = (n+1)/2
= (35+1)/2
= 18
Nilai Median pada posisi ke 18 adalah 88,68
11. Perhitungan nilai modus
Nilai data yang sering muncul, yakni nilai 85,5 sebanyak 20
12. Standar deviasi
SD =
1n
x-x2
175
Keterangan:
SD : Standar deviasi
x- x : Jumlah butir benar setiap responden dikurangi rata-rata jumlah
butir benar semua responden
n : Jumlah responden
SD =
1n
x-x2
= 135
(8,7)
= 34
75,69
= 2,226
= 1,49
13. Varians (S2)
S2
= SD2
= 1,49
2
= 2,22
176
PENGHITUNGAN MEAN, MEDIAN, MODUS DAN STANDAR DEVIASI
DATA PRETEST KELAS KONTROL
1. Banyaknya data (n) = 35
2. Data pretest siswa kelas kontrol
20 25 25 25 25 25 30
30 30 30 30 35 35 35
35 35 35 35 35 35 40
40 40 40 40 40 45 45
45 50 50 50 55 55 55
3. Nilai terbesar = 55
4. Nilai terkecil = 20
5. Rentang data (R) = nilai terbesar – nilai terkecil
= 55 – 20
= 35
6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 35
= 1 + 3,3 (1,545)
= 1 + 5,095
= 6,095
= 6
7. Panjang interval kelas (i) = k
R
= 6
35
= 5,8 ~ 6
177
8. Tabel distribusi frekuensi
Interval
kelas F X Fx x
2 Batas nyata
fkb fka Bawah Atas
20 – 25 27 22,5 135 506,25 19,5 25,5 35 6
26 – 31 1 28,5 142,5 812,25 26,5 31,5 29 11
32 – 37 0 34,5 310,5 1190,25 33,5 40,5 24 20
38 – 43 3 40,5 243 1640,25 40,5 47,5 16 26
44 – 49 0 46,5 139,5 2162,25 47,5 54,5 9 29
50 – 55 3 52,5 315 2756,25 54,5 61,5 6 35
Total 35 (∑F)
1285,5
(∑fx)
Keterangan:
f : Frekuensi yang mengandung median
x : Titik tengah
fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval
dengan titik tengah
x2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah
fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung
median
fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung
median
Fr : Frekuensi relatif diperoleh dari, Fr = F x 100%
∑F
9. Perhitungan nilai mean
Rumus mean metode panjang
Keterangan:
Mx : Mean
Mx = N
fx
178
∑fx : Jumlah dari hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing
interval dengan titik tengah
N : Number of cases
Mx = N
fx
= 35
1285
= 36,7
10. Perhitungan nilai median
Keterangan:
Mdn : Median
: Batas bawah nyata dari interval yang mengandung median
N : Number of Cases
fxb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median
fi : Frekuensi dari interval yang mengandung median
i : Panjang interval kelas
Mdn = if
fx-½N
i
b
= 69
15-17,533,5
= 33,5 + 1,67
= 35,17
11. Perhitungan nilai modus
Mdn = if
fx-½N
i
b
M0 = iff
f
ba
a
179
Keterangan:
M0 : Modus
: Batas bawah nyata dari interval yang mengandung modus
fa : frekuensi yang terletak di atas interval yang mengandung modus
fb : frekuensi yang terletak di bawah interval yang mengandung modus
i : Panjang interval kelas
M0 = iff
f
ba
a
= 665
55,33
= 33,5 + 2,73
= 36,23
12. Standar deviasi (exel)
= 9,42
13. Varians (S2)
S2
= SD2
= 9,42
2
= 88,66
SD = SDTDEV (….:….)
180
PENGHITUNGAN MEAN, MEDIAN, MODUS DAN STANDAR DEVIASI
DATA POSTTEST KELAS KONTROL
1. Banyaknya data (n) = 35
2. Data posttest siswa kelas eksperimen
45 45 50 50 50 55 55
55 60 60 60 60 65 65
65 65 65 65 70 70 70
70 70 70 75 75 75 75
75 75 80 80 80 80 80
3. Nilai terbesar = 80
4. Nilai terkecil = 45
5. Rentang data (R) = nilai terbesar – nilai terkecil
= 80 – 45
= 35
6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 35
= 1 + 3,3 (1,545)
= 1 + 5,095
= 6, 095
= 6
7. Panjang interval kelas (i) = k
R
181
= 6
35
= 5,83 ~ 6
8. Tabel distribusi frekuensi
Interval
kelas F X Fx x
2 Batas nyata
fkb fka Bawah Atas
45-50 5 47,5 237,5 2304 44,5 50,5 35 5
51-56 4 53,5 214 3025 50,5 56,5 30 9
57-63 4 60 240 3844 56,5 63,5 26 13
64-70 12 67 804 4761 63,5 70,5 22 25
71-76 6 76 456 5776 70,5 76,5 10 31
77-83 4 77 308 6889 76,5 83,5 4 35
Total 35 (∑F)
2259,5
(∑fx)
Keterangan:
f : Frekuensi yang mengandung median
x : Titik tengah
fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval
dengan titik tengah
x2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah
fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung
median
fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung
median
9. Perhitungan nilai mean
Rumus mean metode panjang
Mx = N
fx
182
Keterangan:
Mx : Mean
∑fx : Jumlah dari hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing
interval dengan titik tengah
N : Number of cases
Mx = N
fx
= 35
5,2259
= 64,56
10. Perhitungan nilai median
Keterangan:
Mdn : Median
: Batas bawah nyata dari interval yang mengandung median
N : Number of Cases
fxb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median
fi : Frekuensi dari interval yang mengandung median
i : Panjang interval kelas
Mdn = if
fx-½N
i
b
= 612
10 - 17,5 63,5
= 63,5 + 3,75
= 67,25
11. Perhitungan nilai modus
Mdn = if
fx-½N
i
b
M0 = iff
f
ba
a
183
Keterangan:
M0 : Modus
: Batas bawah nyata dari interval yang mengandung modus
fa : frekuensi yang terletak di atas interval yang mengandung modus
fb : frekuensi yang terletak di bawah interval yang mengandung modus
i : Panjang interval kelas
M0 = iff
f
ba
a
= 66 4
45,63
= 63,5 + 2,4
= 65,9
12. Standar deviasi
= 10,32
13. Varians (S2)
S2
= SD2
= 10,32
2
= 106,50
SD =
1n
x-x2
192
Lampiran 9
Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen
X F X2 FX FX2 Zn Zi Zt F(Zi) S(Zi) ׀F(Zi)- S(Zi) ׀
0 5 0 0 0 5 -1,35 0,4115 0,0885 0,1143 0,0285
2 2 4 4 8 7 -1,16 0,3770 0,123 0,2 0,077
6 3 36 18 216 10 -0,77 0,2794 0,2206 0,2857 0,0651
10 6 100 60 600 16 -0,38 0,1480 0,352 0,457 0,105
14 5 196 70 980 21 0,05 0,0199 0,5199 0,5801 0,0602
18 7 324 126 2268 28 0,39 0,1517 0,6517 0,8 0,1483
26 4 676 104 2704 32 1,17 0,3790 0,879 0,914 0,035
30 1 900 30 900 33 1,56 0,4406 0,9406 0,9428 0,0022
34 1 1156 34 1156 34 1,95 0,4744 0,9744 0,9714 0,0030
42 1 1764 42 1764 35 2,73 0,4968 0,9968 1,0000 0,0032
488 10596
L0(hitung) 0,1483
193
1. Perhitungan nilai mean
Rumus mean metode panjang
Keterangan:
Mx : Mean
∑fx : Jumlah dari hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval dengan titik tengah
N : Number of cases
Mx = N
fx
= 35
488
= 13,94
2. Standar deviasi
Mx = N
fx
S = 1n
)( 22
fxfx
194
Keterangan:
S : Varians
fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval dengan titik tengah
fx2 : Hasil perkalian antara frekuensi dengan hasil dari pengkuadratan titik tengah
n : Jumlah responden
S = 1n
1/)( 22
nfxfx
= 135
135/)488(10596 2
= 34
7004,23-10596
= 34
3591,77
105,64
SD = 10,28
Zn= nilai frekuensi komulatif
Zi=
SD
x-x
Zt=lihat tabel;
F(Zi)=0,5-Zt (nilai negatif) dan
0,5+Zt (nilai positif);
S(Zi)=Zn/n
195
Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen
1. Berdasarkan tabel uji normalitas di dapat harga L0(hitung) = 0,1483
2. Menentukan Ltabel : Dari harga kritis Uji Liliefors untuk n = 35 dengan α = 0,05 di dapat harga: Ltabel = 35
886,0 = 0,886/5,92 = 0,150
Kriteria pengujan: Diterima H0 jika L0(hitung) < Ltabel (0,1483 < 0,150)
Maka dapat disimpulkan H0 diterima. Data berdistribusi NORMAL
196
Data Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol
X F Zn Zi Zt F(Zi) S(Zi) ׀F(Zi)- S(Zi) ׀
20 1 1 -1,77 0,4616 0,04 0,02 0,02
25 5 6 -1,24 0,3925 0,11 0,17 0,06
30 5 11 -0,71 0,2616 0,24 0,31 0,07
35 9 20 -0,18 0,0714 0,43 0,57 0,14
40 6 26 0,35 0,1368 0,64 0,74 0,10
45 3 29 0,88 0,3106 0,81 0,83 0,02
50 3 32 1,41 0,4207 0,92 0,91 0,01
55 3 35 1,94 0,4738 0,97 1,00 0,03
L0(hitung) 0,14
197
Zn= nilai frekuensi komulatif
Zi=
SD
x-x
Zt=
F(Zi)=0,5-Zt (nilai negatif)
0,5+Zt (nilai positif)
S(Zi)=Zn/n
Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen
3. Berdasarkan tabel uji normalitas di dapat harga L0(hitung) = 0,14
4. Menentukan Ltabel : Dari harga kritis Uji Liliefors untuk n = 35 dengan α = 0,05 di dapat harga: Ltabel = 35
886,0 = 0,886/5,92 = 0,15
Kriteria pengujan: Diterima H0 L0(hitung) < Ltabel (0,14 < 0,15)
Maka dapat disimpulkan H0 diterima. Data berdistribusi NORMAL
198
Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen
X F Zn Zi Zt F(Zi) S(Zi) ׀F(Zi)- S(Zi) ׀
50 3 3 -2,41 0,4920 0,0008 0,0857 0,0777
60 2 5 -1,31 0,4049 0,0951 0,1428 0,0477
65 4 9 -0,76 0,2764 0,2236 0,2571 0,0335
70 10 19 -0,22 0,0871 0,4129 0,5429 0,1299
75 8 27 0,33 0,1293 0,6293 0,7714 0,1421
80 5 32 0,88 0,3106 0,8106 0,9143 0,1037
85 3 35 1,42 0,4222 0,9222 1,0000 0,0778
L0(hitung) 0,1421
199
Zn= nilai frekuensi komulatif
Zi=
SD
x-x
Zt=
F(Zi)=0,5-Zt (nilai negatif)
0,5+Zt (nilai positif)
S(Zi)=Zn/n
Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen
5. Berdasarkan tabel uji normalitas di dapat harga L0(hitung) = 0,1421
6. Menentukan Ltabel : Dari harga kritis Uji Liliefors untuk n = 35 dengan α = 0,05 di dapat harga: Ltabel = 35
886,0 = 0,886/5,9160 = 0,1497
Kriteria pengujan: Jika L0(hitung) < Ltabel (0,1421< 0,1497)
Maka dapat disimpulkan H0 diterima. Data berdistribusi tidak NORMAL
200
Data Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol
X F Zn Zi Zt F(Zi) S(Zi) ׀F(Zi)- S(Zi) ׀
45 2 2 -1,90 0,4713 0,0287 0,0571 0,0284
50 3 5 -1,41 0,4207 0,0793 0,1429 0,0636
55 4 9 -0,93 0,3212 0,1788 0,2571 0,0783
60 4 13 -0,44 0,1700 0,3300 0,3714 0,0414
65 6 19 0,04 0,0160 0,5160 0,5429 0,0269
70 6 25 0,53 0,2019 0,7019 0,7143 0,0124
75 6 31 1,01 0,3438 0,8438 0,8857 0,0419
80 4 35 1,50 0,4332 0,9332 1,0000 0,0668
L0(hitung) 0,0783
201
Zn= nilai frekuensi komulatif
Zi=
SD
x-x
Zt=
F(Zi)=0,5-Zt (nilai negatif)
0,5+Zt (nilai positif)
S(Zi)=Zn/n
Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen
7. Berdasarkan tabel uji normalitas di dapat harga L0(hitung) = 0,0783
8. Menentukan Ltabel : Dari harga kritis Uji Liliefors untuk n = 35 dengan α = 0,05 di dapat harga: Ltabel = 35
886,0 = 0,886/5,9160 = 0,1497
Kriteria pengujan: Jika L0(hitung) < Ltabel (0,0783 < 0,1497)
Maka dapat disimpulkan H0 diterima. Data berdistribusi NORMAL
202
Lampiran 10
Perhitungan Uji Homogenitas Pretest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
N 35 35
14,2 36,7
SD 9,83 9,42
Varians 96,679 88,661
1. F hitung = S12/S2
2 = Varians terbesar/Varians terkecil
= 96,679/88,661
= 1,09
2. Menentukan Ftabel dari db (derajat bebas)
Db pembilang = n-1
= 35-1
= 34
Db penyebut = n-1
= 35-1
= 34
F tabel = 1,74
F hitung < F tabel (1,09 < 1,74), sehingga dapat disimpulkan bahwa data kedua kelas memiliki
varians yang homogen.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------
203
Perhitungan Uji Homogenitas Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
N 35 35
72 36,7
SD 9,14 10,32
Varians 83,54 106,50
1. F hitung = S12/S2
2 = Varians terbesar/Varians terkecil
= 106,50/83,54
= 1,27
2. Menentukan Ftabel dari db (derajat bebas)
Db pembilang = n-1
= 35-1
= 34
Db penyebut = n-1
= 35-1
= 34
F tabel = 1,74
F hitung < F tabel (1,27 < 1,74), sehingga dapat disimpulkan bahwa data kedua kelas memiliki
varians yang homogen.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
206
Lampiran 12
Hasil Wawancara
Pewawancara : Soraida (Mahasiswa FITK UIN Jakarta)
Narasumber :Rofika Diah R, S.Pd
(Guru Bidang Studi Kimia MAN CIKARANG)
Saya : Menurut ibu, LKS itu seperti apa?
Narasumber : Lembar Kegiatan Siswa berarti berisi semua kegiatan siswa dalam
mempelajari dan memahami suatu materi pembelajaran. Didalamnya
harus terdapat ringkasan materi untuk pemahaman siswa, laporan
kegiatan kelompok atau praktikum untuk aplikasi materi dan soal
evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa setelah
mempelajari materi tersebut.
Saya : Kalau LKS yang digunakan di sekolah saat ini, LKS yang seperti apa bu?
Narasumber : seperti yang sudah saya kemukakan sebelumnya. LKS yang
digunakan di sekolah saat ini sudah memuat semuanya. Dalam LKS
juga sudah dijelaskan tujuan siswa mempelajari materi tersebut dan
kompetensi yang harus di capai siswa setelah mempelajari materi
tersebut.
Saya : Dengan adanya LKS di sekolah apa yang ibu rasakan? Karena beberapa
sekolah tidak menggunakan LKS. Lalu, bagaimana format LKS yang dipakai
di sekolah bu?
207
Narasumber : LKS sangat membantu guru untuk memonitor kegiatan siswa dan
pamahaman siswa dalam mempelajari suatu materi. Siswa juga dapat
lebih sering mengerjakan soal-soal yang ada di LKS selain soal-soal
yang sudah diberikan guru.
Saya : Kurikulum sekarang kan sudah berubah ya bu, berubah menjadi Kurikulum
2013. Menurut ibu, apakah LKS yang digunakan di sekolah sekarang sudah
sesuai dengan kurikulum 2013?
Narasumber : Saya rasa belum sesuai dengan kurikulum 2013, karena setahu saya
kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran siswa aktif
sehingga siswa dapat menentukan konsep dari materi tentu saja tetap
dengan bimbingan guru. Sedangkan LKS yang digunakan saat ini di
awal materi langsung pada ringkasan materi sehingga siswa langsung
dapat mempelajari materinya. Jika yang diinginkan adalah siswa aktif,
maka seharusnya di awal materi diberikan studi kasus, diskusi
kelompok atau percobaan yang sesuai dengan materi.
Saya : Jadi LKS yang seharusnya sekarang digunakan oleh siswa harus seperti apa
bu?
Narasumber : Seperti yang saya kemukakan tadi di awal, materi siswa aktif dengan
studi kasus atau percobaan ilmiah sehingga siswa dapat menemukan
konsep dari materi dengan sendirinya.
208
Saya : Apa yang ibu harapkan dari LKS yang ada saat ini?
Narasumber : LKS yang ada saat ini perlu di tambahkan kegiatan yang membuat
siswa aktif dengan pemberian studi kasus atau percobaan ilmiah
sederhana yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga
siswa lebih mudah menenmukan konsepnya. Pemahaman konsep akan
sangat membantu siswa untuk selalu mengingat dan memahami materi
dengan baik.
(Teks ini hasil dari audio)
Cikarang, Mei 2014
Narasumber Pewawancara
Rofika Diah R, S.Pd Soraida
NIM. 108016200010
211
Lampiran 16
DOKUMENTASI PEMBELAJARAN
Diskusi kelompok 1
Diskusi kelompok 2
212
Diskusi kelompok 3