pengaruh lks berbasis sains teknologi masyarakat...

202
PENGARUH LKS BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA (Penelitian Kuasi Eksperimen di MAN Cikarang) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh SORAIDA NIM. 108016200010 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Upload: others

Post on 25-Dec-2019

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH LKS BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT

(STM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI

SISWA

(Penelitian Kuasi Eksperimen di MAN Cikarang)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

SORAIDA

NIM. 108016200010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

iv

ABSTRAK

Soraida (Pendidikan IPA, Pendidikan Kimia), Pengaruh LKS berbasis Sains,

Teknologi, Masyarakat (STM) terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat

TinggiSiswa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan LKS

berbasis Sains, Teknologi, Masyarakat (STM) dalam pembelajaran kimia terhadap

kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Penelitian ini dilaksanakan di MAN

Cikarang. Dengan menggunakan metode eksperimen semu dengan rancangan

penelitian tak ekivalen, sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, 35

siswa untuk kelas eksperimen dan 35 untuk kelas kontrol dilibatkan pada penelitian

ini. Pada kelas eksperimen pembelajaran menggunakan LKS berbasis STM,

sedangkan pada kelas kontrol menggunakan metode diskusi. Kemampuan berpikir

tingkat tinggi yang diukur hanya pada aspek kognitif pada konsep

koloid.,menggunakan instrumen tes berupa 8 soal essai. Analisis data kedua kelas

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan yang menunjukkan adanya pengaruh

LKS berbasis STM (ttabel sebesar 2,042 dan thitung 3,207 sehingga

thitung>ttabel).Berdasarkan hasil pretest dan posttest terdapat perubahan signifikan (taraf

5%, sebesar 57,8) antara hasil pretest (14,2) dan posttest (72) kelas eksperimen. Dari

hasil ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap

kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam penggunaan LKS berbasis STM pada

konsep Koloid.

Kata kunci: LembarKerjaSiswa (LKS), Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat

(STM), LKS berbasis STM, KemampuanBerpikir Tingkat Tinggi

v

ABSTRACT

Soraida (Education Science, Chemistry Education), Effect of LKS-based

Science, Technology, Society (STM) of the High-Level Thinking Skills Students.

This study aims to determine the effect of the use of worksheets based on

Science, Technology, Society (STM) in chemistry learning on students' ability to

think critically. This research was conducted at MAN Cikarang. By using a quasi-

experimental method with no equivalent study design, sample were taken done by

using purposive sampling, 35 students for each experimental class and control classes

purposed. In experiment class, teaching and learning process used Worksheet based

on STM. In the control group used only discussion. High-Order thinking skills are

measured only on the cognitive aspects of the concept of colloid, using 8 items of

essay test. The result of data analysis showed a significant difference among the two

groups (ttable of 2.042 and tcount 3.207 so tcount>ttable). Based on the results of the pretest

and posttest, there was significant change (level 5%, amounting to 57,8) between the

pretest (14.2) and posttest (72). From these results it can be concluded that there is a

significant effect on the high-order thinking skills when teaching using STM-based

worksheet on the concept of Colloid.

Keywords: Science, Technology, Society (STM)-based worksheet, High Order

Thinking Skills

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat, karunia dan kenikmatan

hidup dan selaku hamba-Nya senantiasa mengharapkan keikhlasan, pengampunan

serta cinta-Nya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya kejalan yang hak dan membawa

agama kebenaran yaitu Islam, semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam

kepada Beliau, keluarga, para sahabat dan pengikutnya hingga di hari kemudian.

Aamiin.

Selama melakukan penelitian dan menyusun laporan skripsi yang berjudul

“Pengaruh LKS berbasis Sains, Teknologi, Masyarakat (STM) terhadap

Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa”, penulis banyak mendapatkan

bimbingan, bantuan, dukungan dan do’a dari berbagai pihak. Maka pada

kesempatan ini, dengan ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan

memberikan bimibingan, motivasi, saran serta sabar dalam membimbing

penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Ibu Salamah Agung, MA, Ph.D, selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan

arahan, bimbingan, motivasi dan sabar dalam membimbing penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

vii

5. Seluruh dosen Jurusan IPA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama

mengikuti perkuliaham.

6. Bapak Badru Tamam, M.Pd, Selaku Kepala Sekolah MAN Cikarang yang

telah memberikan izin untuk pelaksanaan penelitian Skripsi dan seluruh

siswa MAN Cikarang, khususnya untuk kelas XI.IPA 1 dan XI.IPA 3.

7. Ibu Rofika, S.Pd selaku Guru Bidang Studi Kimia yang telah memberikan

bantuan dan sarannya sehingga penelitian dapat dilakukan dengan baik dan

memvalidasi LKS berbasis Sains, Teknologi, Masyarakat (STM) yang

telah dibuat oleh peneliti sehingga dapat digunakan dapat penelitian.

8. Para staff pengajar dan karyawan MAN Cikarang, yang telah banyak

membantu penulis selama penelitian skripsi.

9. Teristimewa untuk kedua orangtua tercinta, Ibunda Nasiah dan Ayahanda

Edi Sudiyanto yang telah memeberikan do’a, perhatian, motivasi dan kasih

sayangnya kepada penulis. Terimakasih untuk kedua Aa tersayang, Aa

Asep Suryaman dan Aa Dodi Sukma yang selalu mengingatkan untuk

segera menyelesaikan skripsi dan ketiga adik tersayang, Ujang Age, Teteh

Tika, Dede Silvi yang selalu menginginkan untuk segera datang ke UIN

(alasan agar teteh cepat lulus. Hehehe) serta keempat keonakan terlucu, Aa

Fajri, Neng Dinda, Aa Adit, Neng Naina yang selalu membuat tersenyum

dan bahagia saat bermain dengan kalian.

10. Teman-teman seperjuangan mahasiswa pendidikan IPA-Kimia 2008 yang

tergabung dalam group Facebook “Kelas Kimia”, WhatsApp “Kimia 48”,

dan group WhatsApp “Semangat Skripsi”, khususnya untuk sahabat

tersayang yang kami sebut “Trio Duo Digit” Nurmalita Sani (KesMas),

Via Tuhamah Fauziastuti (Sistem Informasi) yang telah memberikan do’a,

semangat, dan saran.

11. Para Trainer The ESQ Way 165 (Pak Ary Ginanjar Agustian, Pak Iman

Herdimansyah, kak Ridwan Mukri) yang selalu memberikan suntikan

motivasi dalam menetapkan tujuan hidup yang hakiki, para Asistren

Trainer ESQ 165 (Aa Sandy, Abang Opi, kak Kemas, , Aa Bayu, Mas

viii

Wicak, Uda Rudi, kak Singgih, kak Risman, kak Tiko, dll) yang selalu

bertnya “kapan lulus?”, Saudara seperjuangan ATS ESQ 165 (Uni Fitri,

kak Fanny, kak Elwi, Ade Fu, Ade Idzur, Ade Rahma) yang selalu

memberi dukungan, semangat dan do’a.

Semoga Allah SWT melimpahkan dan karunia-Nya kepada semua pihak

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. Semoga Skripsi

ini dapat bermanfaat bagi kita dan dapat dikembangkan bagi peneliti selanjutnya.

Aamiin.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memerlukan saran

dan kritik yang dapat menjadikan laporan skripsi ini mendekati kesempurnaan, hal

itu dikarenakan keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan penulis untuk perbaikan

yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, Juni 2015

Penulis

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................ii

ABSTRAK ......................................................................................................... iii

ABSTACT .......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 4

D. Perumusan Masalah ........................................................................... 5

E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

BAB II KAJIAN DAN KERANGKA TEORETIS ........................................ 6

A. Kajian Teoritis ................................................................................... 6

1. Lembar Kerja Siswa (LKS) ........................................................... 6

a. Pengertian LKS ............................................................................6

b. Fungsi LKS ..................................................................................7

c. Tujuan LKS ..................................................................................8

d.Bentuk-bentuk LKS.......................................................................8

e. Langkah-langkah penyusunan LKS .............................................12

f. LKS berbasis Sains, Teknologi, Masyarakat (STM) ....................15

2. Pendekatan STM ........................................................................... 17

a. Pengertian Pendekatan STM ........................................................17

b. Tujuan STM .................................................................................21

c. Tahapan STM ...............................................................................22

ix

d. Kelebihan STM ............................................................................24

3. Kemmapuan Berpikir Tingkat Tinggi

(Higher Order Thinking Skill) .......................................................25

a. Pengertian Berpkir ........................................................................26

b. Pengertian Berpikir Tingkat Tinggi .............................................26

c.Taksonomi Bloom edisi Revisi .....................................................27

d. Indikator Berpikir Tingkat Tinggi ................................................31

4. Hubungan LKS Berbasi STM dengan Kemampuan Berpikir Tingkat

Tinggi Siswa .....................................................................................34

B. Hasil Penelitian yang Relevan .........................................................35

C. Kerangka Pikir .................................................................................36

D. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 39

A. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 39

B. Tahapan Penelitian ............................................................................ 39

C. Metode Penelitian ............................................................................. 40

1. Desain Penelitian ...........................................................................40

2. Populasi Penelitian ........................................................................41

3. Sampel Penelitian ..........................................................................41

D. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................41

E. Instrumen Penelitian ........................................................................41

F. Kalibrasi Instrumen ...........................................................................43

1. Validitas ........................................................................................43

2. Reabilitas .......................................................................................44

3. Taraf Kesukaran ............................................................................45

4. Daya Pembeda ...............................................................................46

G. Teknik Analisis Data ..........................................................................48

1. Uji Normalitas ...............................................................................48

2. Uji Homogenitas ...........................................................................49

x

3. Uji Hipotesis ..................................................................................50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 52

A. Hasil Penelitian ................................................................................ 52

1. Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pretest ........................ 52

2. Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Posttest ...................... 53

B. Analisis Data ..................................................................................... 55

1. Uji Normalitas ............................................................................... 55

2. Uji Homogenitas ........................................................................... 56

3. Uji Hipotesis .................................................................................. 57

C. Pembahasan ...................................................................................... 57

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 64

A. Kesimpulan ...................................................................................... 64

B. Saran ................................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 66

LAMPIRAN ....................................................................................................... 77

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Taksonomi Bloom yang telah direvisi .................................................. 30

Tabel 3.1 Desain Penelitian................................................................................... 40

Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ............................. 42

Tabel 3.3 Interpretasi Validitas ............................................................................. 43

Tabel 3.4 Derajat Reabilitas Tes ........................................................................... 45

Tabel 3.5 Interpretasi Tingkat Kesukaran ............................................................. 46

Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda ................................................................... 47

Tabel 4.1 Hasil pretest kelas Eksperimen dan Kontrol ......................................... 52

Tabel 4.2 Hasil posttest kelas Eksperimen dan Kontrol ....................................... 53

Tabel 4.3Rata-rata nilai Ketercapaian Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa

pada pretest dan posttest ............................................................... …… 54

Tabel 4.4 Data Hasil Nilai LKS 1, LKS 2, LKS 3 ................................................ 55

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas ............................................................................. 55

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas .......................................................................... 56

Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................ 57

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...................................... 77

Lampiran 2 LKS berbasis Sains, Teknologi, Masyarakat (STM) ........................ 100

Lampiran 3 Rubrik Penilaian LKS berbasis STM ................................................ 134

Lampiran 4 Lembar Uji Validitas Isi LKS berbasis STM .................................... 137

Lampiran 5 Validitas Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ........................ 142

Lampiran 6 Ujicoba Instrumen ............................................................................. 143

Lampiran 7 Hasil ANATES .................................................................................. 146

Lampiran 8 Soal pretest ........................................................................................ 150

Lampiran 9 Perhitungan Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi Data pretest,

LKS dan posttest ................................................................................ 153

Lampiran 10 Hasil pretest dan posttest pada setiap level kognitif....................... 182

Lampiran 11 Perhitungan Uji Normalitas ............................................................. 190

Lampiran 12 Perhitungan Uji Homogenitas ......................................................... 199

Lampiran 13 Perhitungan Hipotesis ...................................................................... 201

Lampiran 14 Surat Keterangan dari Sekolah ........................................................ 205

Lampiran 15Surat Bimbingan Skripsi, Surat Izin Ujicoba Instrumen, Surat Izin

Penelitian ......................................................................................... 206

Lampiran 16 Dokumentasi Pembelajaran ............................................................. 211

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah unsur terpenting dalam mewujudkan manusia

seutuhnya karena maju mundurnya keberhasilan dan kepribadian suatu bangsa

kini ataupun masa yang akan datang sangat ditentukan oleh pendidikan.

Pendidikan memegang peran penting dalam pembangunan masa depan, yakni

dengan membangun sumber daya manusia agar dapat menjadi subyek

pembangunan yang produktif.

Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Dengan alasan ini pendidikan

memegang peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa. Di dalam sistem

pendidikan, salah satu ilmu pengetahuan yang mendapatkan perhatian serius dari

pemerintah adalah sains. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematik, sehingga sains bukan hanya penguasaan ilmu pengetahuan saja

tetapi merupakan suatu proses penemuan. 1

Dalam kurikulum 2013, pendididkan

sains menekankan pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitarnya.

Sehubungan dengan keterkaitan sains dan teknologi dalam masyarakat

maka sangat dimungkinkan untuk menggunakan keterkaitan tersebut dalam

konteks pendidikan. Sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

Nomor 20 tahun 2003, yang menyatakan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.2

1 Urai Asmirani, dkk. Pengaruh LKS berbasis Sains Teknologi Masyarakat terhadap

Kompetensi Siswa dalam Pembelajaran IPA Fisika di kelas VIII SMPN 1 KUBUNG Kabupaten

Solok, Pillar Physics Education, April 2013, h. 85 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Predana Media Grup,2006), h. 2

2

Pemikiran ini mengandung bahwa hakikat pendidikan untuk mengejar

ketercapaian kualitas hidup yang tinggi bagi peserta didik. Pendidikan harus

mampu mengembangkan potensi kemanusiaan seorang peserta didik sehingga ia

memiliki kesanggupan untuk hidup dimasa datang. Pendidikan juga harus

didesain agar mampu membebaskan peserta didik untuk berkreasi menemukan

keterampilannya sendiri.

Ilmu kimia merupakan salah satu disiplin ilmu yang termasuk dalam ruang

lingkup IPA. Dalam jenjang SMA kimia diharapkan menjadi salah satu mata

pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan, siswa hendaknya

mampu memahami konsep dan prinsip-prinsip kimia. Disamping itu, siswa

seharusnya terlibat aktif dalam proses pembelajaran, diantaranya dengan mencoba

menemukan sendiri konsep-konsep kimia yang dipelajarinya. Siswa juga

diharapkan mampu untuk menghubungkan antara konsep-konsep kimia dengan

produk-produk teknologi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran Kimia di SMA selama ini lebih ditekankan pada

materi sebanyak mungkin sehingga pembelajaran terasa kaku, monoton, dan

terpusat pada satu arah, yaitu guru. Karena hanya berpusat pada guru sendiri

(teacher centered) sehingga belum mampu membantu mengaktifkan siswa dalam

belajar, memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat mereka. Hal

itu dikarenakan siswa belum diberikan kesempatan untuk mengembangkan

kemampuan berpikir dan kreatifitas dalam menyerap dan mengaplikasikan

pelajaran yang diperoleh. Pada akhirnya timbulnya ketidakmampuan siswa dalam

memahami materi pelajarannya dan menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.

Hasil belajar siswa dapat dimaksimalkan dengan bahan ajar yang

digunakannya. Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials)

secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus

dipelajari oleh peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi yang

telah ditentukan.3 Bahan ajar ini hendaknya tidak hanya memberikan materi yang

3 Uus Toharudin, Sri Hendrawati, Andrian Rustaman, Membangun Literasi Sains

Peserta Didik, (Bandung: Humaniora, 2011), cet 1, h.179

3

instan, tetapi mampu mengajak siswa untuk dapat membangun konsep sendiri.

Salah satu bahan ajar adalah Lembar Kerja Siswa (LKS).

LKS merupakan salah satu bentuk bahan ajar cetak untuk mendukung

proses pembelajaran. LKS yang merupakan bahan pembelajaran yang telah

dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat memahami materi

pembelajaran secara mandiri.4 Selain itu, siswa juga akan mendapatkan arahan

yang terstruktur untuk memahami materi pembelajaran yang diberikan.

Manfaat penggunaan LKS dalam pembelajaran untuk memberikan

pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Pengalaman belajar yang

bermakna berarti melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan konsep atau

pengetahuan baru dengan mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah ada.

Dalam penelitian ini diharapkan agar LKS yang digunakan mampu

mengintegrasikan informasi, latihan dan umpan balik bagi siswa.

Fakta di lapangan, LKS yang digunakan di sekolah bersifat textbook-

centered artinya informasi dan latihan yang di berikan di LKS sebatas pada

konten dari buku teks (buku pegangan), siswa hanya menyalin jawaban dari

materi yang sudah ada pada buku teks atau LKS yang sudah mereka beli dari

sekolah. Oleh karena itu, LKS kurang menyajikan hubungan antara materi yang

dipelajari dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya, perlu disusun

dan dikembangkan LKS yang mampu membuat siswa mengembangkan

kemampuan berpikirnya. Dalam penlitian Urai Asmirani mengatakan bahwa

pembelajaran menggunakan LKS dapat memberikan kesempatan kepada siswa

untuk terlihat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar

meningkat dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.5

LKS dapat disintakkan dengan pendekatan atau model pembelajaran yang

kooperatif. Salah satu model pembelajaran yang menunjang guru untuk

menghubungkan materi yang dibahas dengan teknologi dan penerapannya dalam

4 Ika Lestari, Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi sesuai dengan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan, (Padang: Akademia Permata, 2013), h. 6 5 Urai Asmirani, dkk. Pengaruh LKS berbasis Sains Teknologi Masyarakat terhadap

Kompetensi Siswa dalam Pembelajaran IPA Fisika di kelas VIII SMPN 1 KUBUNG Kabupaten

Solok, Pillar Physics Education, April 2013, h. 89

4

kehidupan sehari-hari adalah model Sains Teknologi Masyarakat (STM). Model

pembelajaran ini terkandung dalam bahan ajar yang dikembangkan. Pada

dasarnya model ini mengaitkan pembelajaran sains dengan teknologi serta

kegunaan dan kebutuhan masyarakat, konsep-konsep yang telah dipelajari dan

dikuasai peserta didik diharapkan dapat bermanfaat bagi dirinya dan dapat

digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya maupun masalah

lingkungan sosial. 6

Diharapkan dengan adanya LKS berbasis Sains, Teknologi, Masyarakat

(STM) membantu siswa untuk menghubungkan pengetahuan mereka sendiri

mengenai sains dan teknologi yang berkaitan dengan kegunaannya di lingkungan

masyarakat. 7 Sehingga siswa mampu mengemukakan ide dan pendapat untuk

mengembangkan kemampuan berpikir dalam mengaplikasikan materi yang

dipelajari.

Kemampuan berpikir siswa dapat dikembangkan dengan berbagai cara

karena kemampuan berpikir merupakan salah satu indikator keberhasilan proses

belajar. Dalam pelajaran sains terutama kimia, kemampuan berpikir menjadi

penting untuk mengukur keberhasilan belajar. Kemampuan berpikir yang

dimaksud adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi dimana siswa mampu

berpikir kritis, logis, sistematis, dan objektif. Meskipun demikian, kemampuan

berpikir tingkat tinggi sulit dilatih ketika dalam proses pembelajaran siswa tidak

mampu mengaitkan dengan fungsi belajar dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

karena itu dibutuhkan sebuah pendekatan atau model pembelajaran yang mampu

menghubungkan pengetahuan teoritis dengan fenomena lingkungan yang nyata.

Pengajaran berbasis sains, teknologi dan masyarakat kiranya menjadi salah satu

alternatif pendekatan yang dapat diupayakan untuk memenuhi tujuan diatas.

Pendekatan ini tidak hanya menghubungkan dengan lingkungan sekitar, namun

juga dengan perkembangan sains teknologinya.

6 Anna Poedjiadi. Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran Kontekstual

bermuatan Nilai. (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. 2007), h.126 7 Urai Asmirani, dkk. Pengaruh LKS berbasis Sains Teknologi Masyarakat terhadap

Kompetensi Siswa dalam Pembelajaran IPA Fisika di kelas VIII SMPN 1 KUBUNG Kabupaten

Solok, Pillar Physics Education, April 2013, h. 86

5

Salah satu materi dalam pelajaran kimia yang dapat disajikan dengan

model Sains Teknolgi Masyarakat (STM) adalah koloid. Mataeri ini dipilih karena

sangat berhubungan dengan fenomena-fenomena yang dapat menimbulkan

keingintahuan siswa sehingga timbul pertanyaan dalam diri siswa untuk mencari

jawaban atas fenomena tersebut. Selain itu, koloid mempunyai pernan penting

dalam kehidupan sehari-hari. Diperkuat dengan salah satu jurnal yang mengatakan

bahwa aktivitas siswa meningkat, hasil belajar tuntas secara klasikal dan siswa

member tanggapan positif tehadap penerpan pendekatan STM pada materi

koloid.8

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

guna melihat pengaruh penggunaan LKS terhadap kemampuan berpikir tingkat

tinggi melalui pendekatan pembelajaran berbasis STM. Oleh karena itu, peneliti

menetapkan judul penelitian ini adalah, “Pengaruh Penggunaan LKS berbasis

Sains Teknologi Masyarakat terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

Siswa pada Materi Koloid”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah yaitu :

1. Pembelajaran masih banyak yang bersifat teacher centered, guru lebih

banyak memberi informasi dengan metode ceramah, diikuti dengan diskusi

dan tanya jawab.

2. LKS yang dipakai disekolah sejauh ini bersifat textbook-centered.

3. Kemampuan berpikir siswa kurang dilatih, seperti berpikir kritis dan analisis

untuk menghubungkan materi dengan lingkungan sekitar.

4. Siswa belum mampu menghubungkan keterkaitan antara sains dan teknologi

dalam kehidupan masyarakat.

8 Zarlaida Fitri, Erlidawati, Rita Hartati, Penerapan Pendekatan STM pada Materi Koloid

di MAN Kota Baro Aceh Besar, Chimica Didactica Acta, 2013, h.41-47

6

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dan

mencapai sasaran tujuan yang diharapkan serta untuk menghindari

kesalahpahaman, maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan

diteliti pada penelitian. Beberapa hal yang dibatasi yaitu sebagai berikut:

1. Cakupan materi kimia pada penelitian ini dibatasi hanya pada konsep koloid.

2. LKS yang digunakan memuat fenomena yang menghubungkan sains,

teknologi dan masyarakat, dilengkapi dengan lembar tugas/lembar kerja yang

disusun dalam rangka mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

3. Kemampuan berpikir tinggi siswa diukur sesuai dengan domain kognitif

Bloom Revisi pada level analisis (C4), evaluasi (C5) dan kreasi (C6).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, perumusan masalah dari

penelitian ini adalah “Apakah terdapat Pengaruh Penggunaan LKS berbasis Sains

Teknologi Masyarakat dapat Mengembangkankan Kemampuan Berpikir Tingkat

Tinggi Siswa pada Materi Koloid?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari LKS yang dibuat berdasarkan

pembelajaran berbasis Sains, Teknologi dan Masyarakat (LKS berbasis STM)

terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada Materi Koloid.

F. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti; memberikan informasi tentang pengaruh penggunaan LKS

berbasis sains teknologi masyarakat terhadap kemampuan berpikir tingkat

tinggi pada siswa.

2. Bagi siswa; diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, serta

kemampuan dalam berpikir tingkat tinggi siswa terutama dalam penyelesaian

masalah dalam masyarakat.

3. Bagi guru; dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat

mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

6

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA TEORETIS

A. Deskripsi Teoretis

1. Lembar Kerja Siswa (LKS)

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat diartikan beragam oleh para ahli.

Menurut Devi, Sofiraeni, dan Khairuddin (2009) menyatakan bahwa

“Lembar Kerja Siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus

dikerjakan oleh peserta didik. Lembaran kegiatan biasanya berupa

petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas”.1

Sedangkan menurut Prastowo dalam Ika Lestari (2013) berpendapat

bahwa “Lembar kerja siswa (LKS) adalah materi ajar yang sudah dikemas

sedemikian rupa, sehingga siswa diharapkan dapat materi ajar tersebut

secara mandiri. Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi, ringkasan,

dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, siswa juga dapat

menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang

diberikan dan pada saat yang bersamaan siswa diberikan materi serta tugas

yang berkaitan dengan materi tersebut”.2

Menurut Andi Prastowo (2011) menyatakan lembar kerja siswa adalah

merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi

materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran

yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi

dasar yang harus dicapai.3

Sementara menurut Trianto (2010) LKS adalah panduan siswa yang

digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan

1 Poppy Kamalia Devi, Renny Sifiraeni, dan Khairuddin, Pengembangan Perangkat

Pembelajaran, (Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga

Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA), 2009), h. 32 2 Ika Lestari, Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi sesuai dengan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan, (Padang: Akademia Permata, 2013), h. 6

3 Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: DIVA

Press, 2011), h. 204

7

masalah. LKS dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan semua

aspek pembelajaran dalam bentuk panduan atau demonstrasi. LKS memuat

sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk

memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar

sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.4

Dari beberapa pendapat, peneliti menyimpulkan definisi LKS adalah

media pembelajaran berupa lembaran-lembaran kerja yang memuat tugas-

tugas atau soal-soal, materi, eksperimen, pengajuan pertanyaan dan

langkah kerja yang bersumber dari bahan yang telah dijelaskan oleh guru

atau telah dipelajari siswa, yang disusun secara teratur dan sistematis

sehingga siswa dapat mengikuti dengan mudah dan memungkinkan siswa

untuk belajar sendiri dan dapat digunakan sebagai umpan balik bagi guru

terhadap hasil belajar siswa. Sehingga LKS dapat dipergunakan tidak

hanya didalam kelas, melainkan dapat juga digunakan diluar kelas seperti

laboratorium atau tempat lainnya yang dapat membantu dalam

meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi.

b. Fungsi Lembar Kerja Siswa

Berdasarkan pengertian dan penjelasan awal mengenai LKS, maka

dapat kita ketahui bahwa LKS memiliki fungsi sebagai berikut:

1) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik,

namun lebih mengaktifkan peserta didik;

2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk

memahami materi yang diberikan;

3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya akan tugas untuk

berlatih;

4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.5

4 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan

Implemetasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta: Kencana,

Prenada Media Group, 2011) , h. 222

5 Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: DIVA

Press, 2011), h. 205-206

8

Jadi LKS berfungsi sebagai pemandu siswa dalam melaksanakan

tugas belajar baik secara individu maupun kelompok. Menggunakan LKS

berarti memfasilitasi siswa dapat memahami pelajaran dan dapat

menjawab soal-soal tentang mata pelajaran yang telah dipelajari. Dengan

adanya LKS siswa dapat memahami materi pelajaran secara keseluruhan

dengan lebih mudah.

c. Tujuan Penyusunan Lembar Kerja Siswa

Dalam hal ini, paling tidak ada empat poin yang menjadi tujuan

penyusunan LKS, yaitu: 6

1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk

berinteraksi dengan materi yang diberikan;

2) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik

terhadap materi yang diberikan;

3) Melatih kemandirian belajar peserta didik; dan

4) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.

Dari kutipan diatas dapat dilihat adanya tujuan penggunaan LKS

sehingga memudahkan peserta didik dalam belajar.

d. Bentuk-bentuk LKS

Ada dua jenis bentuk LKS untuk pembelajaran IPA yakni LKS untuk

eksperimen dan LKS untuk non-eksperimen atau lembar kerja diskusi.

1) LKS Eksperimen

LKS eksperimen berupa lembar kerja yang berisi petunjuk

praktikum. Sistematika LKS umumnya terdiri dari judul, pengantar,

tujuan, alat dan bahan, langkah kerja, kolom pengamatan, dan

pertanyaan. Uraian masing-masing komponen adalah: 7

6 Ibid, h. 206

7 Poppy Kamalia Devi, Renny Sifiraeni, dan Khairuddin, Pengembangan Perangkat

Pembelajaran, (Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga

Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA), 2009), h. 36

9

a) Pengantar, uraian singkat berupa konsep IPA yang berhubungan

dengan eksperimen yang akan dilakukan;

b) Tujuan, berisi tujuan yang berkaitan dengan permasalahan yang

diungkapkan di pengantar;

c) Alat dan bahan, menyajikan alat dan bahan yang diperlukan;

d) Langkah kegiatan, sistematika petunjuk eksperimen yang akan

dilakukan;

e) Tabel pengamatan, tabel untuk mencatat hasil eksperimen;

f) Pertanyaan, pertanyaan yang membantu siswa untuk mendapatkan

pengembangan konsep dan kesimpulan.

2) LKS non-eksperimen

LKS non-eksperimen berupa lembar kerja yang memuat teks atau

wacana materi pembelajaran. Kegiatan menggunakan lembar kerja ini

dikenal dengan istilah DART yang dapat diartikan lembar kegaiatan-

kegiatan yang berhubungan dengan teks dan wacana. Ada dua jenis

DART yaitu model Recontruction dan model Analysis.

a) Bentuk LKS Reconstruction DART

Bentuk LKS ini dapat berupa Text Completion, Diagram

Completion, Table Completion, Diagram Cut and Paste,

Scramble, dan Translation.

(1) Text Completion (melengkapi teks)

Pada bentuk LKS ini disajikan konsep yang pada bagian-

bagian tertentu dari teks dikosongkan untuk diisi oleh siswa

sehingga menghasilkan teks yang bermakna.

(2) Diagram Completion (melengkapi diagram atau

menyempurnakan gambar)

Pada bentuk LKS ini disajikan gambar yang belum lengkap,

kemudian siswa melengkapinya baik oleh tanda panah, tulisan,

atau gambar. Gambar atau diagram harus jelas sehingga

memudahkan siswa untuk melengkapinya.

10

(3) Table Completion (melengkapi tabel)

Pada bentuk LKS ini disajikan tabel yang belum lengkap

dan data-data yang akan dimasukkan ke dalam tabel.

Selanjutnya ada perintah agar siswa mengisi tabel dengan data-

data yang ada sesuai dengan konsep yang sesuai dengan

topiknya.

(4) Prediction (meramalkan)

Pada LKS ini disajikan beberapa fakta atau kejadian,

misalnya dalam bentuk gambar. Selain itu tertera pertanyaan-

pertanyaan yang memancing siswa untuk melakukan

keterampilan prediksi.

(5) Completion Activities with discarded text (menyempurnakan

teks yang tidak teratur)

(6) Diagram Cut and Paste (potong dan tempel gambar)

Pada LKS ini disajikan beberapa bentuk potongan berisi

gambar atau tulisan dan ada perintah yang mengajak siswa

untuk memotongnya kemudian menyusun kembali sesuai

dengan konsep yang ditanyakan. Agar potongan-potongan

menjadi sususan yang bermakna dapat disajikan suatu bagan

yang dapat membantu siswa menentukan konsep yang sedang

dipelajari.

(7) Scramble (mengacak)

Pada bentuk LKS ini disajikan beberapa kata atau huruf

acak, selanjutnya ada instruksi agar siswa menyusun kata-kata

atau huruf-huruf tersebut menjadi satu yang bermakna. Huruf

atau kata-kata sebaiknya ditempatkan dalam suatu kotak atau

lingkaran dan disajikan yang menarik. Selain itu, ada instruksi

agar siswa menyusun huruf-huruf menjadi suatu kalimat.

11

b) Bentuk LKS Anlisis DART

Pada bentuk ini kegiatan siswa dapat berupa text marking

labeling and recording. Bentuk LKS text marking labeling dapat

berupa underlaying dan labeling.

(1) Underlaying (menggarisbawahi)

Pada LKS bentuk ini disajikan suatu teks. Selanjutnya

tertera perintah agar siswa membaca teks dan memberi garis

bawah pada kata-kata penting atau kata kunci. Setelah

memberi garis bawah pada kunci, selanjutnya siswa dapat

diarahkan untuk mengembangkan kata-kata kunci yang didapat

menjadi suatu teks lain dan bagan.

(2) Labeling (memberi label)

Pada LKS ini dapat disajikan gambar-gambar yang tidak

memiliki nama atau label-label yang sesuai dengan gambar-

gambar. Selanjutnya ditulis instruksi yang meminta siswa

untuk memberikan label pada gambar-gambar yang belum

memiliki nama tetapi harus sesuai dengan konsep atau

materinya.

(3) Segmenting (memotong/menggolongkan)

Pada LKS bentuk ini disajikan suatu teks atau kumpulan

gambar. Selanjutnya tertera perintah agar siswa memotong

atau menggolongkan teks atau gambar yang sejenis. Setelah itu

kegiatan dapat dikembangkan lagi misalnya hasil potongan

disusun kembali menjadi suatu teks atau susunan gambar yang

bermakna.8

Sedangkan bentuk LKS Recording dapat berupa

Diagrammatic Representation, Tabulator, Question dan

Summary.

8 Poppy Kamalia Devi, Renny Sifiraeni, dan Khairuddin, Pengembangan Perangkat

Pembelajaran, (Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga

Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA), 2009), h. 33-35

12

(1) Diagrammatic Representation (membuat diagram)

Pada LKS bentuk ini disajikan intruksi yang mengajak

siswa membuat diagram dalam bentuk gambar, grafik, diagram

alur proses atau bagan. Agar diagram yang terbentuk data atau

komponen-komponen diagram.

(2) Tabulator (membuat daftar yang tersusun)

Pada LKS bentuk ini disajikan data suatu konsep yang tidak

teratur, biasanya data dalam bentuk kuantitatif. Selanjutya ada

instruksi yang mengarahkan siswa agar membuat tabulator

dengan terarah.

(3) Question (membuat pertanyaan-pertanyaan)

Pada LKS ini disajikan suatu teks atau wacana dan intruksi

yang meminta siswa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan

yang jawabannya dapat diambil dari teks yang tersedia.

(4) Summary (membuat rangkuman)

Pada LKS bentuk ini disajikan suatu teks atau wacana dan

intruksi yang meminta siswa untuk membuat rangkuman dari

teks yang tersedia. Pada LKS ini harus disediakan tempat

kosong untuk rangkuman yang dibuat siswa.9

e. Langkah-langkah penyusunan Lembar Kerja Siswa

Dalam penyusunan LKS kita perlu menyusun langkah-langkah yang

harus dilakukan. Berikut langkah-langkah penyusunan lembar kegiatan

siswa menurut Poppy Kamalia Devi, Renny Sofiraeni, dan Khairuddin

(2009), yaitu: 10

1) Mengakaji materi yang akan dipelajari siswa yaitu dari kompetensi

dasar, indikator hasil belajarnya dan sistematika keilmuannya.

2) Mengidentifikasi jenis keterampilan proses yang akan dikembangkan

pada saat mempelajari materi tersebut

9 Ibid, h. 35-36

10 Poppy Kamalia Devi, Renny Sofiraeni, dan Khairuddin, op. cit., h. 36

13

3) Menentukan bentuk LKS yang sesuai dengan materi yang akan

diajarkan.

4) Merancang kegiatan yang akan ditampilkan pada LKS sesuai dengan

keterampilan proses yang akan dikembangkan

5) Mengubah rancangan menjadi LKS dengan tata letak yang menarik,

mudah dibaca dan digunakan

6) Menguji coba LKS apakah sudah dapat digunakan siswa untuk melihat

kekurangan-kekurangannya.

7) Merevisi kembali LKS.

Sedangkan menurut Prastowo (2011), keberadaan LKS yang inovatif

dan kreatif menjadi harapan semua peserta didik karena LKS akan

menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Oleh

karena itu, setiap pendidik ataupun calon pendidik harus mampu

menyiapkan dan membuat bahan ajar sendiri yang inovatif. Berikut adalah

langkah-langkah penyusunan LKS:11

Gambar 2.1. Diagram alur langkah-langkah penyusunan LKS

11

Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: DIVA

Press, 2011), h. 212-215

Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Analisis Kurikulum

Memperhatikan Struktur Bahan Ajar

Menyusun Materi

Menentukan Alat Penilaian

Merumuskan KD

Menentukan Sub-Materi pada LKS

14

1) Melakukan analisis kurikulum

Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana

yang memerlukan bahan ajar LKS. Pada langkah analisisnya

dilakukan dengan melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta

materi yang akan diajarkan. Selain itu kita juga harus mengamati

kompotensi yang harus dimiliki oleh peserta didik.

2) Menyusun peta kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS ini berfungsi untuk mengetahui jumlah LKS

yang harus ditulis dan melihat urutan LKS-nya. Urutan ini sangat

dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan.

3) Menentukan judul-judul LKS

Judul LKS ditentukan berdasarkan kompetensi-kompetensi dasar,

materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam

kurikulum.

4) Penulisan LKS

Untuk menulis LKS ini dilakukan langkah-langkah berikut:

a) Merumuskan kompetensi dasar.

b) Menentukan alat penilaian.

c) Menyusun materi

d) Memperhatikan struktur LKS.

Selain itu, LKS juga memuat hal-hal berikut: 12

1) Rasional, yaitu pentingnya materi modul yang bersangkutan

2) Waktu, yaitu berapa lama mempelajari modul dan mengerjakan soal-

soal latihan.

3) Tujuan belajar secara umum.

4) Petunjuk umum dan petunjuk khusus mempelajari modul.

5) Buku sumber atau sumber belajar lanjutan.

6) Deskripsi kegiatan siswa.

12

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara,

2009), h. 234

15

7) Penggalan modul, yaitu materi yang harus dikuasai oleh siswa yang

disesuaikan dengan tujuan khusus belajar.

8) Tujuan belajar secara khusus.

9) Waktu yang diperlukan untuk belajar setiap penggalan.

10) Uraian dan contoh materi pelajaran disusun secara teratur.

11) Ringkaasan isi yaitu pernyataan-pernyataan singkat atau

pengulangan singkat dari materi yang diuraikan setiap penggalan.

12) Lembaran soal.

13) Lembaran tugas, yaitu tugas dikerjakan pada kertas folio yang

disediakan oleh setiap siswa.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa LKS yang baik adalah LKS yang

memperhatikan tampilan dan cara penyajian materi atau informasi yang

lebih menarik dan mudah dipahami oleh siswa sehingga mampu

menciptakan proses belajar yang semakin lancar, meningkatkan motivasi

siswa dan dapat mengatasi keterbatasan indera , ruang dan waktu.

f. Lembar Kerja Siswa Berbasis Sains Teknologi Masyarakat

Dalam menyajikan materi kimia dengan menggunakan LKS berbasis

STM, guru perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu:

1) Deskripsi materi yang akan disajikan fenoma dalam kehidupan

sehari-hari yang berasal dari sains.

2) Deskripsi teknologi yang berkitan dengan materi, meliputi kegunaan

teknologi, bagan gambar dari produk teknologi itu, prinsip kerjanya,

serta keterkaitan antara teknologi itu sendiri dengan materi yang

disajikan dalam pembelajaran.

3) Penggunaan teknologi itu didalam masyarakat, dan

16

4) Kemungkinan adanya sikap serta permasalahan yang timbul akibat

dari penggunaan teknologi itu di dalam masyarakat atau dalam

kehidupan sehari-hari.13

Berdasarkan tahap-tahap pada pendekatan STM, dapat

dikemukakan bahwa pendekatan STM menghubungkan antara materi

pembelajaran dengan teknologi yang ditemukan siswa dalam kehidupan

sehari-hari. Pendekatan STM ini cocok untuk digunakan dalam

pengembangan LKS.

Jadi, LKS berbasis STM adalah lembar kerja siswa yang

sintaksnya mengadaptasi dari sintaks (tahapan) pembelajaran berbasis

masalah sains yang dikaitkan dengan teknologi dan masyarakat, yakni

meliputi 5 tahap seperti tahapan pembelajaran berbasis STM.

Tipe LKS berbasis STM ini diharapkan cocok diterapkan dalam

pembelajaran kimia karena beberapa alasan; pertama, dengan

mengerjakan LKS siswa dituntut untuk mengembangkan kemampuan

berpikir kritis dan analitis, sehingga selain dapat menguasai materi

Kimia, siswa juga dapat terlibat aktif selama proses pembelajaran

terutama dalam mencari dan menemukan sendiri konsep serta prinsip

Kimia yang dipelajarinya. Kedua, LKS mengarahkan siswa untuk

menghubungkan fenomena-fenomena fisis yang dapat diamati dalam

kehiduapan sehari-hari dengan materi kimia yang sedang dipelajarinya.

Ketiga, materi Kimia tersebut dikaitkan dengan produk-produk teknologi

yang digunakan dan dapat ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Keempat, LKS ini diharapkan dapat membangun proses interaksi, baik

interaksi antara siswa, siswa dengan guru, maupun interaksi antara siswa

dengan lingkungannya.14

13

Urai Asmirani, dkk, Pengaruh LKS berbasis sains teknologi masyarakat terhadap

kompetensi siswa dalam pembelajaran IPA Fisika di kelas VIII SMPN 1 KUBUNG Kabupaten

Solok,Pillar Physics Education, April 2013. h. 87 14

Ibid, h.87

17

2. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Sains Teknologi Masyarakat (STM)

a. Pengertian Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang

kita terhadap proses pembelajaran. Roy Killen (1998) dalam Wina

Sanjaya (2008) mencatat ada dua proses pendekatan dalam

pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-

centred approaches) dan yang berpusat pada siswa (student-centred

approaches).15

Pada istilah STM terkandung tiga kata kunci, yaitu sains,

teknologi dan masyarakat. Karena itu, paradigma pendekatan sains,

teknologi, masyarakat dalam pembelajaran sains pada hakikatnya dapat

ditinjau dari asumsi dasar pengertian sains, teknologi dan masyarakat,

interaksi antar ketiganya serta keterkaitannya dengan tujuan-tujuan

pendidikan sains.

Sains menurut Robert B Sund dalam Reviandri (2013) adalah

body of knowledge16

merupakan rangkaian kegiatan ilmiah/hasil-hasil

obervasi terhadap fenomena alam untuk menghasilkan pengetahuan

ilmiah (scientific knowledge) yang lazim disebut produk sains.

Pengetahuan sains memberikan pemahaman hubungan sebab-akibat serta

mampu untuk memprediksi dan mengendalikan.

Teknologi merupakan unsur yang ada juga dalam sains teknologi

masyarakat. Secara etimologi, kata teknologi berasal dari bahasa Yunani

yaitu techne yang berarti kiat dan logos yang berarti wacana ilmiah yang

mempunyai makna. Sains melandasi perkembangan teknologi,

sedangkan teknologi menunjang perkembangan sains. Teknologi

merupakan jawaban dari masalah yang dihadapi masyarakat dengan

menerapkan konsep-konsep sains dalam teknologi untuk memperoleh

solusi.

15

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorietasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana, Prenada Group,2008), h.127 16

Reviandri Widayaningtyas, Pembentukan Pengetahuan Sains, Teknologi dan

Masyarakat dalam Pandangan Pendidikan IPA. Jurnal Pendidikan dan Budaya 2013, h.1

18

Pengertian teknologi di atas di dukung oleh pernyataan Solomon,

seperti yang dikutip oleh La Maronta Galib, yaitu pada dasarnya

teknologi merupakan penggunaan pengetahuan dan keterampilan secara

kreatif untuk memecahkan masalah sosial atau pribadi dan karakteristik

semua jenis teknologi di desain untuk pelayanan kepada masyarakat.

Masyarakat merupakan unsur berikutnya dalam STM. Aikenhand

dalam Reviandari (2013) memberikan pendapat bahwa masyarakat

adalah suatu lingkungan pergaulan sosial dan kaidah-kaidah yang dianut

oleh suatu kelompok masyarakat, Society is the Social milieu.17

Jadi,

masyarakat mempunyai pengertian lingkungan pergaulan sosial serta

kaidah-kaidah yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat. Oleh karena

itu, secara konseptual pendekatan sains teknologi masyarakat memiliki

hubungan timbal balik, saling mengisi, saling tergantung, saling

mempengaruhi dan mendukung dalam mempertemukan antara teknologi

dan kebutuhan manusia serta membuat kehidupan masyarakat lebih baik

dan lebih mudah.

Hubungan ketiga unsur dalam STM merupakan hubungan timbal

balik dua arah yang dapat dikaji manfaat-manfaat atau kerugian-kerugian

yang dihasilkan. Hubungan antara sains, teknologi dan masyarakat

seperti dibawah ini : 18

Gambar 2.2. Interaksi Sains Teknologi Masyarakat

Gambar di atas menunjukkan bahwa adanya saling keterkaitan

antara sains, teknologi dan masyarakat. National Science Education

Standars menekankan pentingnya literasi sains dengan mengacu pada

pengertian bahwa seseorang yang memahami literasi sains adalah

17

Ibid, h.2 18

Tonih Feronika, Kiknkin Suartini, Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta :

Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2009), h.124

Sains

Teknologi Masyarakat

19

seseorang yang memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap konsep

sains dan kegiatan dalam membuat keputusan, serta ikut serta dalam

urusan kewarganegaraan dan kebudayaan. Model Pembelajaran STM

dapat mengenalkan literasi sains kepada semua siswa karena mengajarkan

sains berdasarkan pada konteks sosial. Seringkali, pendekatan STM

memanfaatkan konteks sosial untuk menggali dan menganalisis isu, serta

memecahkan masalah sebagai dampak dari sains dan teknologi.

Sains Teknologi Masyarakat (STM) sebagai salah satu pendekatan

merupakan cara pandang untuk memecahkan permasalahan dalam

pendidikan sains. Sains Teknologi Masyarakat berusaha untuk

menjembatani materi yang dibahas didalam kelas dengan situasi dunia

nyata diluar kelas yang menyangkut perkembangan teknologi dan situasi

sosial kemasyarakatan. Hal ini menggambarkan bahwa pendekatan STM

dijalankan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi masa

depannya.

Pendekatan STM menuntut agar peserta didik diikutsertakan dalam

penentuan tujuan, perencanaan, pelaksanaan, cara mendapatkan informasi

dan eveluasi pembelajaran.19

Yager dalam Indrawati (2010)

mendifinisikan STM sebagai belajar dan mengajar mengenai

sains/teknologi dalam konteks pengalaman manusia (konteks dunia nyata)

dan merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk

meningkatkan literasi sains adalah Science-Technology-Society, Sains

Teknologi Masyarakat (STM).

STM merupakan perekat yang meningkatkan sains, teknologi, dan

masyarakat secara terintegrasi. STM merupakan salah satu alternatif

konsep untuk penyempurnaan dan penyesuaian pendidikan sains dewasa

ini. Konsep ini dapat diwujudkan dalam bentuk pendekatan atau materi

pelajaran. STM dikembangkan untuk meningkatkan literasi ilmiah

individu agar mengerti bagaimana sains, teknologi dan masyarakat

19

Indrawati, Sains Teknologi Masyarakat untuk Guru SD, Pusat Pengembangan dan

Pemberdayaan pendidikan dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA)

untuk Program Bermutu, 2010. h. 21

20

berpengaruh satu sama lain, serta untuk meningkatkan kemampuan

menggunakan pengetahuan dalam membuat keputusan. Dengan demikian,

individu tersebut dapat menghargai sains dan teknologi dalam masyarakat,

dan mengerti keterbatasan-keterbatasannya.

Menurut National Science Teachers Association (NSTA) dalam

Sabar Nurohman memandang STM sebagai the teaching and learning of

science in the context of human experience, STM dipandang sebagai

proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman

manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatkan

kretivitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam

kehidupan sehari-hari.20

Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE dalam

Sabar Nurohman bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach

which reflects the widespread realization that in order to meet the

increasing demands of a tehnical society, education must integrate across

disciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM

haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagai disiplin

(ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yang terjadi diantara

sains, teknologi dan masyarakat.21

Pendekatan pembelajaran STM adalah pembelajaran yang

bertujuan mengembangkan motivasi siswa dalam membangun

pengetahuan yang sesuai dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya,

dengan demikian pembelajaran menggunakan model ini memicu

timbulnya kreativitas peserta didik dalam rangka melakukan retrurisasi

pengetahuannya.22

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan STM

adalah suatu usaha untuk menyajikan sains dalam proses pembelajaran

dengan mempergunakan masalah-masalah penerapan sains dan teknologi

20

Sabar Nurohman, Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran

IPA sebagai upaya Peningkatan Life Skills Peserta Didik, Jurnal Pendidikan. h.9 21

Ibid, h.10 22

Yunita, Model-model Pembelajaran Kimia, (Bandung: CV. Insani Mandiri, 2012), h.7

21

dari dunia nyata dan kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Pada

pembelajaran sains diutamakan untuk belajar ilmu pengetahuan yang

sangat erta kaitannya dengan teknologi, kemudian dari keterkaitan

tersebut, diharapkan dapat dimanfaatkan dalam lingkungan masyarakat,

karena ketiga hal tersebut saling berpengaruh satu sama lain.

b. Tujuan dan Landasan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat

Tujuan penggunaan pendekatan sains teknologi masyarakat secara

umum agar peserta didik memiliki kemampuan : 23

1) Menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran dalam

kelas;

2) Menggunakan berbagai jalan/perspektif untuk menyikapi berbagai

isu/situasi yang berkembang dimasyarakat berdasarkan pandangan

ilmiah; dan

3) Menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki

tanggung jawab sosial.

Konstruktivisme yang menjadi landasan proses belajar dengan

pendekatan STM merupakan teori pembelajaran kognitif dalam psikologi

pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

mentrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai

lagi. Slavin menyatakan, sebagaimana dikutip oleh Trianto, bahwa siswa

akan benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengatahuan jika

23

Indrawati, Sains Teknologi Masyarakat untuk Guru SD, Pusat Pengembangan dan

Pemberdayaan pendidikan dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA)

untuk Program Bermutu, 2010.h. 21

22

mereka bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk

dirinya,berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.24

c. Tahapan Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat

Pada tahun 1985 STM cukup diajukan sebagai pendekatan dalam

pembelajaran sains yang mengacu pada Garis-garis Besar Program

Pengajaran (GBPP) dan dipilih melalui pokok bahasan yang sesuai saja.

Setelah melalui penelitian-penelitian dapat dianalisis bahwa dalam

proses pembelajaran terlihat adanya tahap yang tidak boleh diabaikan yaitu

adanya pemantapan konsep yang menuntut kejelian guru, untuk mencegah

miskonsepsi Yager mengajukan empat tahapan strategi dalam

pembelajaran dengan memperhatikan konstruktivisme yaitu: invitasi,

eksplorasi, mengajuan pertanyaan dan solusi serta penentuan langkah.

Dengan mengembangkan tahap pembelajaran yang diajukan Yager, Anna

(2007) membuat tahapan model pembelajaran STM sebagai berikut:25

1) Tahap Inisiasi

Tahap ini merupakan tahap pendahuluan, yaitu guru menggali

pengetahuan peserta didik mengenai masalah-masalah atau masalah

yang ada dimasyarakat. Caranya. Guru memberikan atau mengajukan

pertanyaan yang memicu terjadinya diskusi diantara peserta didik dan

memberikan wacana di dalam LKS.

2) Tahap Pembentukan Konsep

Proses pembentukan konsep dapat dilakukan melaui berbagai

pendekatan dan metode pembelajaran. Pada tahap ini diharapkan

siswa dapat memahami apakah analisis terhadap isu-isu atau masalah

yang tealh dikemukakan di awal pembelajaran telah menggunakan

24

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan

Implemetasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta: Kencana,

Prenada Media Group, 2011) h. 28 25

Anna Poedjiadi. Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran Kontekstual

bermuatan Nilai. (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. 2007), h.126-130

23

konsep-konsep yang benar. Selain itu, siswa diharapkan membangun

atau mengkonstruk pengetahuannya sendiri melalui observasi,

eksperimen, diskusi dan lain-lain. Dalam tahap ini guru memberi

pemantapan tentang sebuah konsep agar tidak terjadi miskonsepsi

pada diri peserta didik.

3) Tahap Aplikasi Konsep

Pada tahap ini, konsep telah dipahami siswa selanjutnya digunakan

untuk menyelesaikan masalah atau menganalisis isu-isu atau masalah

yang telah dilontarkan pada awal pembelajaran. Tahap ini dikatakan

sebagai aplikasi konsep untuk menganalisis fenomena atau

menyelesaikan masalah. Selain itu, pada tahap ini merupakan tahap

dorongan kepada siswa agar mampu mengaplikasikan konsepyang

telah mereka pahami ke dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

4) Tahap Pemantapan Konsep

Selama proses pembentukan konsep, penyelesaian masalah atau

analisis isu, guru perlu meluruskan kalau terjadi miskonsepsi selama

kegiatan berlangsung. Kegiatan inilah yang dilakukan pada tahap

pemnatapan konsep. Apabila selama kegiatan belajar sebelumnya

tidak tampak adanya miskonsepsi pada siswa, guru harus tetap

melakukan pemantapan konsep melalui penekanan pada konsep-

konsep kunci yang penting diketahui dalam kajian tertentu. Hal ini

dilakukan karena ditakutkan masih terjadi miskonsepsipada siswa

yang tidak terdekteksi oleh guru. Pelaksanaan dan pemantapan konsep

dapat menggunakan pendekatan diskusi.

5) Tahap Penilaian

Penilaian dapat diberikan berupa tes tertulis atau pertanyaan secara

lisan. Tahap ini mengakhiri rangkaian kegiatan pembelajaran

menggunakan model STM untuk mengungkap kemampuan kognitif,

afektif dan psikomotorik siswa, termasuk kepedulian dan tindakan

siswa.

24

Dengan tahap-tahap pembelajaran menggunakan pendekatan STM

tersebut, siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran. Siswa lebih menaruh

perhatian dan lebih berminat pada konsep yang akan dipelajari karena

bahan pelajaran berkaitan dengan kehidupan mereka di masyarakat.

Dengan adanya keterkaitan tersebut, siswa dalam pembelajaran tidak

hanya mengahafalkan bahan-bahan pelajaran yang terasa asing bagi

mereka melainkan memahami konsep sains dan aplikasinya dalam

teknologi serta keterkaitannya dengen masyarakat. Karena sains teknologi

masyarakata merupakan suatu usha untuk menyajikan IPA dengan

mempergunakan masalah-masalah dari dunia nyata.26

d. Keunggulan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)

Menurut Tonih, dkk (2009) ada beberapa keunggulan yang dapat

diperoleh dari pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yaitu:27

1) Ditinjau dari Ranah Pengetahuan

a) Siswa melihat pengetahuan sebagai hal yang berguna bagi

dirinya sendiri;

b) Siswa yang belajar melalui pengalaman yang diendapkan

untuk waktu yang cukup lama dan sering dapat

menghubungkannya dengan situasi baru.

2) Ditinjau dari Ranah Sikap

a) Minat siswa meningkat dalam pelajaran;

b) Siswa menjadi lebih ingin mengetahui tentang segala yang ada

di dunia;

c) Siswa memandang guru sebagai fasilitator;

d) Siswa memandang sains sebagai suatu cara untuk menangani

masalah.

26

Tonih Feronika, Kiknkin Suartini, Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta :

Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2009), h.125 27

Ibid, h.127-128

25

3) Ditinjau dariRanah Proses Sains

a) Siswa melihat proses sains sebagai keterampilan yang dapat

mereka gunakan;

b) Siswa melihat proses keterampilan yang mereka butuhan untuk

menyempurnakan dan mengembangkannya menjadi lebih

mantap untuk kepentingan mereka sendiri;

c) Siswa siap melihat hubungan dari proses-proses sains kepada

aksi mereka sendiri;

d) Siswa melihat proses sains sebagai bagian yang vital dari apa

yang mereka lakukan dalam pelajaran sains.

4) Ditinjau dari Ranah Kreatifitas

a) Siswa lebih banyak bertanya;

b) Siswa sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan unik yang

memacu minat mereka dan guru;

c) Siswa terampil dalam mengajukan sebab dan akibat dari hasil

pengamatannya;

d) Siswa penuh dengan ide-ide murni.

5) Ditinjau dari Ranah Hubungan dan Aplikasi

a) Siswa dapat menghubungkan studi sains mereka dengan

kehidupan sehari-hari;

b) Siswa terlibat dalam pemecahan isu-isu sosial;

c) Siswa mencari informasi dan mengunakannya;

d) Siswa turut terlibat dalam perkembangan teknologi serta

menggunakannya untuk kepentingan dan relevansi dari konse-

konsep sains.

3. Berpikir Tingkat Tinggi

Berpikir tingkat tinggi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

kemampuan mengaitkan masalah sains dalam teknologi dan masyarakat.

Seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir HOT tidak hanya mampu

26

memecahkan masalah-masalah non rutin, tetapi juga mampu melihat berbagai

alternatif dari pemecahan masalah itu. Kemampuan berpikir tingkat tinggi

merupakan bagian yang sangat penting untuk kesuksesan dalam pemecahan

masalah.

a. Pengertian Berpikir

Berpikir menurut Trianto dalam Putriyani (2014) diartikan sebagai

kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan

berdasar pada inferensi atau pertimbangan. Berpikir melibatkan operasi

mental seperti penalaran.28

Berpikir adalah suatu proses kognitif, suatu aktivitas untuk

memperoleh pengetahuan. Proses berpikir dihubungkan dengan pola

prilaku yang lain dan memerlukan keterlibatan aktif pemikir. Hubungan

kompleks berkembang melalui berpikir. Hubungan ini dapat saling terkait

dengan struktur yang mapan yang dapat diekspresikan oleh pemikir

dengan bermacam-macam cara.

Berpikir bisa terjadi di dalam alam sadar dan bisa juga terjadi di

bawah alam sadar. Jika berpikir terjadi di bawah alam sadar, maka otak

tidak mengetahui ia sedang berpikir atau jika ia mengetahui, maka ia tidak

mengetahui apa yang sedang dipikirkan. Jika berpikir terjadi di dalam

alam sadar, maka otak mengetahui itu adalah berpikir dan apa yang sedang

dipikirkan.

b. Pengertian Berpikir Tingkat Tinggi

Menurut Presseisen dalam Costa (1985) “Higher Order Thinking

Skill” (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi

empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir

kritis dan berpikir kreatif.29

28

Putriyani, Penggunaan LKS berbasis Problem Based Intruction untuk meningkatkan

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa pada Konsep Jamur, Skripsi, , 2014, tidak

dipublikasikan, h.29

29

Poppy Kamalia Devi, “Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skill dalam

Pembelajaran IPA SMP/MTs”, Jurnal Pendidikan, h.3.

27

Berpikir tingkat tinggi mempunyai hubungan yang sangat erat

dengan kemampuan mengaitkan masalah sains dengan teknologi dan

masyarakat. Seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir tingkat

tinggi tidak hanya mampu memecahkan masalah-masalah non rutin, tetapi

juga mampu melihat berbagai alternatif dari pemecahan masalah itu.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan bagian yang sangat penting

untuk kesuksessan dalam pemecahan masalah. Begitupun sebaliknya,

seeorang yang terbiasa menyelesaikan masalah-masalah nonrutin memiliki

kecakapan dalam tingkat berpikirnya karena kreativitas berpikir diarahkan

untuk menghasilkan pemecahan masalah.

c. Taksonomi Tujuan Pembelajaran

Kuaseri dan Supranto dalam Ani Syahidah (2013) menyebutkan

bahwa ada 3 karakteristik pokok tujuan pembelajaran, yaitu cakupan atau

kelulusan tujuan (scope), taksonomi tujuan pembelajaran atau domain

(kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan bentuk pembelajaran (behavior

versus nonbehavior). Salah satu karakteristik tujuan pembelajaran yang

dibahas dalam pebelitian ini adalah taksonomi tujuan pembelajaran yang

berkaitan dengan kognitif atau ranah kemampuan untuk berpikir.

Menurut Nitko, taksonomi didefinisikan sebagai “a hierarchical

schime for classfyig behaviors”.30

Artinya taksonomi merupakan skema

untuk mengklasifikasikan perilaku. Dengan demikian, taksonomi dapat

diartikan sebagai pengklasifikasian sesuatu hal berdasarkan kerangka

hirarki (tingkatan) tertentu.

1. Bloom edisi Revisi

Domain Kognitif menurut Benjamin S. Bloom Harus diakui

bahwa buah pemikiran tokoh Benjamin S. Bloom tentang domain

kognitif pengetahuan/berpikir, yaitu pengetahuan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi. Seiring dengan perkembangan

jaman, kemajuan pengetahuan dan teknologi, konsep tingkatan

30

Anthony J. Nitko, Educational Tests and Measurement: An Introduction, (New York: Harcout

Brace Jovanovich, Inc, 1983), h.99

28

berpikir tersebut di atas mengalami revisi. Adalah Lorin Anderson,

seorang murid Bloom merevisi taksonomi Bloom tahun 1990. Hasil

revisinya dipublikasikan pada tahun 2001 dalam buku yang berjudul

Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing: A Revision of

Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. Dalam revisi ini ada

perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata

kerja. Domain kognitif itu mengalami perubahan, yakni mengingat,

memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi.

Penguabahan ini dilakukan dengan pertimbangan taksonomi

kognitif merefleksikan bentuk lain dari berpikir yang merupakan

proses aktif, untuk itu kata kerja adalah yang paling akurat. 31

2. Tingkatan Ranah Kogmitif Taksonomi Bloom Revisi

Taksonomi yang telah direvisi oleh Krathohl, ddk, memiliki dua

dimensi. Dua dimensi itu adalah proses kognitif dan pengetahuan,

dimensi proses kognitif pada Taksonomi Bloom hasil revisi terdiri atas

enam kategori, yaitu: mengingat, memahami, mengaplikasikan,

menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Adapun dimensi

pengetahuannya terdiri atas 4 kategori, yaitu: faktual, konseptual,

prosedural, dan metakogntif.32

Keenam kategori dimensi kognitif dan sejumlah proses kognitif

yang sesuai dengan Taksonomi Bloom revisi sebagai berikut:

a. Remembering (mengingat)

Mengingat diartikan sebagai pengetahuan yang dibutuhkan

dari memori jangka panjang. 33

Dalam kategori proses kognitif,

mengingat menempati tingkatan yang paling sederhana, karena

tujuan pembelajarannya hanya menumbuhkembangkan

kemampuan meretensi pelajaran sama seperti yang telah diajarkan.

31

Setiawan, Prinsip-prinsip Penilaian Pembelajaran Matematika SMA, (Yogyakarta:

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Depdiknas, 2008),

h.8 32

Anderson dan Krathwhol, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan

Asesmen. (Pustaka Belajar: Yogyakarta, 2010), h.6 33

Ibid, h.99

29

Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik untuk

mengingat-ingat kembali (recall) apa yang disampaikan oleh

gurunya. Peserta didik bisa menyampaikan informasi/pengetahuan

sederhana secara verbal atau tulisan. Misalnya, tentang tanggal

lahir suatu tokoh, nama-nama ilmuwan, nama-nama presiden,

nama tempat, menghafal puisi, dll. Jadi sifatnya ingatan semata,

tanpa ada intepretasi atau manipulasi dari peserta didik sebab apa

yang dingat dan disampaikan adalah data dan fakta belaka.

b. Understanding (memahami)

Memamhami merupakan dimensi proses kognitif yang

didasarkan pada kemampuan transfer dan ditentukan di sekolah-

sekolah dan perguruan tinggi. Proses ini diartikan sebagai proses

mengkontruksi makna dari pesan-pesan yang terdapat dalam

berbagai aktivitas pembelajaran, proses mengasosiasikan

pengetahuan baru denganpengetahuan yang telah dimiliki, serta

proses mengintegrasikan pengetahuan baru dengan skema dan

kerangka kognitif yang telah dimiliki.34

Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik untuk

memahami, menjabarkan, atau menegaskan informasi yang masuk

seperti menafsirkan dengan bahasa sendiri memberi contoh,

menjelaskan ide atau konsep, membuat summary dan melakukan

intepretasi sederhana terhadap data/informasi. Understanding

melampui kemampuan menghafal pada level 1. Peserta didik

mampu menerjemahkan materi bentuk-bentuk baru, menjelaskan

dan meringkas bahan, atau memperkirakan kecendrungan masa

depan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menafsirkan

informasi yang diberikan, menerjemahkan informasi dari satu

media ke yang lain, atau secara sederhana memberikan penjelasan

sesuatu dengan kata-kata mereka sendiri.

34

Ibid, h.103

30

c. Applying (menerapkan)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menyeleksi

atau memilih suatu abstraksi berupa konsep, teori, gagasan atau

cara untuk diterapkan dalam situasi baru.35

Aplikasi memerlukan

informasi yang dipelajari untuk digunakan dalam mencapai solusi

atau menyelesaikan tugas. Contoh, peserta didik menerapkan

aturan tata bahasa ketika menulis makalah, atau mereka

menerapkan teorema geometris ketika memecahkan masalah

geometri. Untuk dikategorikan sebagai kegiatan mengaplikasikan,

masalah harus unik. Dalam level ini, peserta didik dapat melakukan

aktivitas belajar dengan melaksanakan, menggunakan,

menjalankan, melakukan, mempraktikan, memilih, menyusun,

memulai, menyelesaikan, mendeteksi, dsb.

d. Analysis (menganalisis)

Analisis diartikan siswa mampu unutk menguraikan suatu

peristiwa atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar

menjadi sebuah ide yang lebih jelas menggambarkan hubungan

antara ide-ide. 36

Level ini merujuk pada kemampuan anak didik

dalam menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun

ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline,

mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, mengintegrasikan,

mengelompokkan, menjelaskan cara kerja sesuatu, menganalisis

hubungan antara bagian-bagian, mengenali motif atau struktur

organisasi, dsb. Seorang guru sains misalnya, mungkin bertanya

bagaimana sistem koloid bekerja dalam bidang industri. Seorang

guru kelas dua SMP mungkin meminta gagasan tentang cara

menggunakan sebuah kata dalam sebuah kalimat. Sedangkan

seorang guru ilmu pengetahuan sosial mungkin meminta peserta

35

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan edisi 2, (PT.Bumi Aksara:

Jakarta, 2012), h.132 36

Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2009), h.65

31

didik untuk menjelaskan sikap yang bertanggung jawab terhadap

lingkungan.

e. Evaluating (mengevaluasi)

Mengevaluasi adalah proses membuat keputusan

berdasarkan pertimbangan pada kriteria dan standar.37

Level ini

merujuk pada kemampuan peserta didik memberikan justifikasi

terhadap sesuatu yang dievaluasi. Ini berarti, peserta didik dengan

sendirinya memiliki berbagai bahan pertimbangan yang diperlukan

untuk memberi nilai. Evaluasi dapat dalam bentuk kuantitatif dan

kualitatif yang didasarkan atas kriteria internal atau eksternal.

Selain itu, peserta didik mampu menyusun hipotesis, mengkritik,

memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan, dsb.

Contoh, peserta didik bisa diminta menentukan sumber energi

terbaik bagi Indonesia. Intinya, peserta didik diminta memutuskan

yang terbaik maupun terburuk; mengidentifikasi paling tidak atau

paling penting yang membutuhkan pemikiran dan penalaran tingkat

tinggi.

f. Creating (berkreasi)

Mencipta adalah proses kognitif yang melibatkan proses

penggabungan unsur-unsur menjadi sebuah struktur yang koheren

dan fungsional. 38

Level ini merujuk pada kemampuan peserta

didik memadukan berbagai macam informasi dan

mengembangkannya sehingga terjadi sesuatu bentuk yang baru.

Selain itu juga ditunjukkan dengan kemampuan dalam merancang,

membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan,

membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah,

mengubah, dsb.

37

Anderson dan Karhwhol, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan

Asesmen. (Pustaka Belajar: Yogyakarta, 2010), h.125 38

Ibid, h.128

32

Tabel 2.1 Taksonomi Bloom yang telah direvisi

Dimensi Pengetahuan Dimensi Proses Kognitif

i. Pengetahuan Faktual

a. Pengetahuan tentang terminologi

b. Pengetahuan tentang bagian

detail dan unsur-unsur

ii. Pengetahuan Konseptual

a. Pengetahuan tentang klasifikasi dan

kategori

b. Pengetahuan tentang prinsip dan

generalisasi

c. Pengetahuan tentang teori, model

dan struktur

iii.

iv. Pengetahuan Prosedural

a.Pengetahuan tentang keterampilan

khusus yang berhubungan dengan

suatu bidang tertentu dan

pengetahuan logaritma

b. Pengetahuan tentang teknik dan

metode

c.Pengetahuan tentang kriteria

penggunaan prosedur

v.

vi. Pengetahuan Metakognitif

a. Pengetahuan strategi

b.Pengetahuan tentang operasi

kognitif

c. Pengetahuan tentang diri sendiri

C1 Mengingat (Remember)

1.1 mengenali (Recognizing)

1.2 mengingat (Recalling)

C2 Memahami (Understand)

1.1 menafsirkan (Interpreting)

1.2 memberi contoh (Exampliying)

1.3 meringkas (summarizing)

1.4 menarik inferensi (Inferring)

1.5 membandingkan (Comparing)

1.6 menjelaskan (Explaining)

C3 Mengaplikasikan (Apply)

1.1 menjalankan (Executing)

1.2 mengimplementasikan

(Implementing)

C4 Menganalisis (Analyze)

1.1 menguraikan (Differentiating)

1.2 mengorganisir (Organizing)

1.3 menemukan makna tersirat

(Attributing)

C5 Evaluasi (Evaluate)

1.1 memerikasa (Checking)

1.2 mengkritik (Critiquing)

C6 Membuat (Create)

1.1 merumuskan (Generating)

1.2 merencanakan (Planning)

1.3 memproduksi (Producing)

33

4. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skill)

Kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan yang

menuntut penalaran pada tujuan-tujuan kognitif yang tingkatannya lebih

kompleks daripada hanya sekedar kemampuan mengingat materi

pelajaran. Artinya kemampuan yang mampu menghubungkan masalah

sains dengan teknologi yang ada di masyarakat.

Ditinjau dari tingkatan-tingkatan kognitif Taksonomi Bloom versi

lama, Sanjaya dalam Ani Syahidah (2013) menyebutkan bahwa tiga

tingkatan tujuan kognitif yang petama, yaitu pengetahuan, pemahaman dan

aplikasi disebut sebagai tujuan kognitif tingkat rendah, sedangkan tiga

tingkatan berikutnya, yaitu analisis, sintesi, dan evaluasi disebut sebagai

tujuan kognitif tingkat tinggi.

Sejalan dengan Sanjaya, McDavitt dalam FJ King, Ludwika

Goodson, dan Faranak Rohani mengungkapkan kemampuan berpikir

tingkat tinggi sebagai berikut: “Higher order skills include analysis,

synthesis, and evaluation and require mastery of previous levels, such as

applying routne rules to familiar or novel problems”.39

Artinya

kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi analisis, sintesi, dan evaluasi

serta menuntut penguasaan dari tingkatan sebelumnya, seperti menerapkan

aturan rutin untuk amsalah yang bersifat familiar ataupun amsalah yang

bersifat baru.

Berdasarkan penjelasan Sanjaya dan Mc Davitt, maka dapat

disimpulkan bahwa pada Taksonomi Bloom versi lama, kemampuan

berpikir tingkat rendah meliputi 3 tingkatan tujuan kognitif pertama yang

mencakup pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Adapaun kemampuan

beripiki =r tingkat tinggi melipti 3 tingkatan tujuan kognitif tertinggi

mencakup analisis, sisntesis, dan evaluasi, serta adanya prasyarat terkait

39

FJ King, Ludwika Goodson, dan Faranak Rohani, Assesment: Evaluation Educational

Service Program, (a publication of the Educational Service Program, now known as the Center for

Advancement of Learning and Assesment), h.20.

34

penguasaa tingkatan-tingkatan tujuan kognitif sebelumnya, seperti

pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.

Susan M, Brookhart dalam bukunya yang berjudul “How to Asses

Higher-Order Thinking Skill in Your Classroom” menilustrasikan cara

menilai berbagai aspek berpikir untuk kategori-kategori berpikir tingkat

tinggi, yang salah satunya adalah 3 kemampuan berpikir teratas pada

Tasonomi Bloom, yaitu menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.40

Mengingat pengorganisasian tingkatan kognitif yang meliputi

menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta adalah pengorganisasian baru

pada Taksonomi Bloom, begitu pula dengan istilah tingkatan kognitif

mencipta yang merupakan istilah baru di dalamnya, maka Taksonomi

Bloom yang telah direvisi. Selain Brookhart, Setiawan juga

megungkapkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi yang

dihubungkan dengan Taksonomi Bloom revisi adalah kemampuan berpikir

dari tingkat kognitif menganalisis (analyzing) sampai dengan tingkatan

kognitif mencipta (creating). Mengacu pada 2 pernyataan tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat rendah pada

Taksonomi Bloom revisi mencakup tingakatan tujuan kognitif dari tingkat

mengingat (remembering) sampai dengan tingkatan tujuan kognitif

mengaplikasikan (applying).41

Berdasarkan penjelasan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang

telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa baik pada Taksonomi

Bloom versi lama maupun revisi, kemampuan berpikir tingkat tinggi

(Higher Order Thinking Skill) adalah kemampuan berpikir pada tiga

tingkatan tujuan teratas, yaitu mulai dari C4 sampai dengan C6 dimana 3

jenjang kognitif terbawah menjadi landasannya.

40

Susan M.Brookhart, How to Asses Higher-Order Thinking Skills in Your Classroom,

(Virginia USA: ASCD, 2010), p.14 41

Ibid, h.10

35

5. Hubungan Penerapan LKS berbasis STM dengan Kemampuan

Berpikir Tingkat Tinggi Siswa

HOTS berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi, masuk pada tiga level

tertinggi yaitu analisis, evaluasi, dan kreasi. Dalam soal-soal pembelajaran

IPA keterampilan analisis, evaluasi, dan kreasi dapat dikembangkan

misalnya dengan menyajikan stimulus dalam bentuk data percobaan,

grafik, gambar suatu fenomena atau deskripsi singkat suatu fenomena yang

selanjutnya digunakan siswa untuk menjawab soal. Soal-soal untuk

pengujian ini dapat dibuat dalam bentuk soal pilihan ganda maupun uraian.

Teknik penulisan soal HOTS secara umum hampir sama dengan teknik

penulisan soal-soal biasa tetapi karena peserta didik diuji pada proses

analisis, sintesis atau evaluasi, maka pada soal harus ada komponen yang

dapat dianalisis, dievaluasi atau dikreasi. Komponen ini didalam soal

dikenal dengan istilah stimulus. Oleh karenanya LKS berbasis STM yang

dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang didalamnya mengandung

unsur pembelajaran STM dapat memberikan stimulus atau rangsangan

yang mendorong siswa untuk berpikir dan belajar memecahkan masalah

dengan bantuan LKS.

B. Hasil Kajian Penelitian yang Relevan

Hasil kajian pustaka berdasarkan penelitian yang relevan dengan penelitian

yang akan dilaksanakan sebelumnya telah banyak diteliti oleh para peneliti

lainnya, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. An Inquiry on Higher-Order Thinking Skills of Students who had study the

Unit “Treasures of the Sea” Within “Science and Technology for All”. Hasil

dari penelitian menunjukkan siswa mengalami kemajuan dalam belajar saat

diberikan modul yang dibuat saat diintegarsikan dengan sains dan teknologi.

Hal ini memberikan pengajaran bahwa pengajaran yang kompleks dapat

mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan siswa dapat

menjadikan pengetahuannya sebagai alat yang berguna untuk kehidupan

dimasyarakat yang sangat ilmiah dengan kemajuan teknologi yang pesat.

36

2. Urai Asmirani,dkk 2013 yang berjudul Pengaruh LKS berbasis Sains

Teknologi Masyarakat terhadap Kompetensi Siswa dalam Pembelajaran IPA

Fisika dikelas VIII SMPN 1 KUBUNG Kabupaten Solok. Hasil dari

peneliitian menunjukkan bahwa penggunaan LKS berbasis STM dalam

pembelajaran Fisika memberikan pengaruh terhadap kompetensi siswa baik

ranah konitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik yang ditandai dengan

terdapat perbedaan hasil belajar.

3. Ragil Kurnianingsih,dkk yang berjudul Perbedaan Kemampuan Berpikir

Tingkat Tinggi dan Pemahaman Konsep Materi Hidrolisis Garam Siswa MA

Negeri 2 Malang pada Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

Penelitian yang dilakukan dengan metode eksperimen menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan kemampuan awal siswa antara kelas kontrol dengan kelas

eksperimen. Hasil ini ditunjukkan dari peningkatan presentase tingkat

kemampaun berpikir tingkat tinggi antara kelas eksperimen 77% dan kelas

Kontrol 58,38%.

4. I Made Mandra yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat (STM) terhadap Pemahaman Konsep Kimia dan Sikap

Ilmiah Siswa Kelas X SMAN 1 Kediri. Penelitian yang dilakukan dengan

metode eksperimen menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman

konsep kimia dan sikap ilmiah antara siswa yang belajar dengan model

pembelajaran STM dengan kelompok siswa yang belajar dengan model

pembelajaran konvensional, dimana model pembelajaan STM memberikan

hasil lebih baik.

C. Kerangka Pikir

Dalam proses mengajar di kelas, cara seorang guru menyampaikan materi

pelajaran sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Untuk itu guru

dituntut kreativitasnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

Kreatifitas tersebut ditunjukkan dengan penerapan model-model pembelajaran

yang mampu membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa.

37

Salah satu model pembelajaran yaitu sains teknologi masyarakat

(STM). Model sains teknologi msyarakat ini merupakan model pembelajaran yang

bersifat student centered yang dirancang untuk mampu meningkatkan

keterampilan berpikir dan keterampilan menyelesaikan masalah. Keterampilan

berpikir yang dimaksud adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dengan itu,

siswa dilatih untuk mampu berpikir lebih kompleks terhadap suatu hal dengan

tidak melihat pada berbagai sudut. Untuk mencapai hal tersebut maka siswa

didorong untuk lebih aktif melakukan usaha-usaha untuk mencapainya. Pada

dasarnya kemampuan berpikir sudah dimiliki siswa sejak lahir, namun untuk

dapat memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi itu sendiri diperlukan upaya-

upaya untuk melatih, mengembangkan dan mencapainya sebagai alat. Untuk

mengajarkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam mata pelajaran kimia,

dapat digunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS berbasis sains teknologi

masyarakat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan

pendapatnya dan mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk menyelesaikan

masalah-masalah yang mengaitkan antara teori kimia dengan teknologi dalam

masyarakat. Dengan menggunaan LKS berbasis sains teknologi masyarakat

diharapkan dapat memberikan pembelajaran yang berkualitas, yang meningkatkan

kemampuan berpikir tingkat tinggi bagi siswa.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah, perumusan masalah dari penelitian ini

adalah :

Ha : terdapat pengaruh penggunaan LKS berbasis STM terhadap

kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada konsep koloid.

Ho : tidak terdapat pengaruh penggunaan LKS berbasis STM terhadap

kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada konsep koloid.

38

karena

solusi

Konten LKS

Gambar. 2.3. Diagram Kerangka Berpikir

Pendekatan pembelajaran

teacher-centered

Mengemukakan isu yang ada di masyarakat dan keterkaitannya

dengan konsep yang sedang dipelajari

Membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap isu yang

dikemukakan

Siswa mengintegrasikan sains, teknologi dan masyarakat

Siswa berinteraksi langsung dengan sumber belajar yang ada di

masyarakat mengenai konsep yang sedang dipelajari

Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa berkembang

Penggunaan LKS yang

bersifat textbook-centered

Kemampuan berpikir tingkat tinggi

kurang dilatih dan dikembangkan

Pembelajaran student-centered

dengan menggunakan model Sains

Teknologi Masyarakat (STM)

Penggunaan Lembar Kerja Siswa

(LKS) yang membuat siswa aktif

Pembelajaran dengan penggunaan

LKS berbasis STM

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAN Cikarang yang beralamat di Jln. Ki

Hajar Dewantara No.43 Cikarang Utara-Bekasi 17530 pada tanggal 5 Mei – 5

Juni 2014 (semester genap).

B. Tahapan Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakaukan terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap

persiapan, tahap pengujian, tahapan implementasi dan tahap penyelesaian

(pengoahan data).

1. Tahap Persiapan

a. Pembuatan instrumen berpikir tingkat tinggi

1) Pembuatan soal essai berupa 12 soal;

2) Uji validitas soal ke SMAN 10 Tangerang Selatan kelas

XII.IPA.3 sebanyak 35 siswa;

b. Pembuatan LKS

1) Peneliti melakukan observasi penggunaan LKS ke MAN

Cikarang;

2) Wawancara dengan guru kimia dan siswa tentang penggunaan

LKS;

3) Pembuatan LKS berbasis STM;

4) Memberikan draf LKS STM dengan materi koloid kepada guru

kimia;

5) Guru kimia menilai dan mengecek kesesuaian LKS STM

dengan materi koloid;

6) Analisis hasil penilaian dari guru kimia dan hasil wawancara;

7) Merevisi LKS;

2. Tahap Pengujian

a. Melakukan uji coba terbatas LKS STM;

b. Analisis hasil uji coba terbatas LKS STM;

40

c. Merevisi LKS;

d. LKS divalidasi oleh guru kimia dan dosen pembimbing.

3. Tahap Implementasi

a. Uji kemampuan awal siswa (pretest);

b. Proses pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis STM

dalam kegiatan pembelajaran selama 3 kali pertemuan;

c. Uji kemampuan akhir siswa ( posttest ).

4. Tahap Penyelesaian (pengolahan data)

a. Menilai pretest, LKS, dan posttest;

b. Menganalisis dan mengolah data hasil pretest, LKS, dan posttest.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif.

Adapun desain penelitian, populasi dan sampel penelitian sebagai berikut:

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan Nonequivalent Control Group Design,

Dengan desainnya sebagai berikut :1

Tabel. 3.1. Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 O2

Keterangan :

O1= Pretest yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol

X = Pemberian perlakuan dengan menggunkan LKS berbasis STM

1 Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

(Bandung: CV Alfabeta,2008) h.79

41

O2 = Posttest yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas

kontrol

2. Populasi Penelitian

Populasi diartikan sebagai kumpulan menyeluruh dari objek yang

diteliti. Populasi target yaitu seluruh siswa MAN Cikarang yang terdaftar

dalam semester genap tahun ajaran 2013/2014. Populasi terjangkau yaitu

siswa MAN Cikarang kelas XI.IPA.1 dan XI.IPA.3 semester genap tahun

ajaran 2013/2014.

3. Sampel penelitian

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 35 orang untuk kelas

eksperimen dan 35 orang untuk kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah purposive sampling (sampel bertujuan). Purposive

sampling merupakan metode pemilihan sampel tidak didasarkan random

dengan tujuan tertentu.2 Tujuan ini didasarkan bahwa yang akan diteliti

merupakan konsep Koloid pada kelas XI.IPA.1 sebagai kelas eksperimen

dan kelas XI.IPA.3 sebagai kelas kontrol.

D. Teknik pengumpulan data

Data dikumpulkan melalui nilai pretest dan posttest. Pretest diberikan

pada pertemuan pertama dan posttest diberikan pada pertemuan kelima, setelah

siswa mendapatkan pengalaman pembelajaran selama 3 kali pertemuan.

E. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang berupa

soal uraian dengan jumlah 8 soal. Adapun kisi-kisi instrumen tes dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2006), h. 183.

42

Tabel 3.2. Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

KD Indikator Kompetensi

No Soal untuk

Jenjang Kognitif

C4 C5

3.15 Menganalisis peran koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya.

1 Membedakan koloid dan larutan sejati melalui efek

Tyndall.

7

2 Menerangkan aplikasi efek Tyndall dalam kehidupan

sehari-hari.

8

3 Menyebutkan contoh koagulasi dalam kehidupan

sehari-hari.

4

4.15 Mengajukan ide/gagasan untuk memodifikasi koloid berdasarkan

pengalaman membuat beberapa jenis koloid.

1 Mengamati dan mencatat data hasil percobaan efek

Tyndall dalam membedakan sistem koloid dan

larutan sejati pada beberapa bahan-bahan yang ada

disekitarnya.

1,5

2 Mengkomunikasikan hasil percobaan sifat khas yang

membedakan system koloid dengan larutan.

3

3 Membandingkan jenis koloid dari fase terdispersi dan

medium pendispersi

6 2

Jumlah Soal 5 3

Keterangan :

C4 : Kemampuan dalam menganalisis yakni dengan mengelompokkan data,

menganalisis proses dan merumuskan masalah.

C5 : Kemampuan dalam mengevaluasi yakni dengan membuat kesimpulan,

merancang percobaan dan membuat perbandingan.

43

F. Kalibrasi instrumen

1. Validitas

Alat ukur yang baik harus memiliki validitas yang tinggi. Validitas

suatu alat ukur menunjukkan sejauh mana alat ukur itu mengukur apa yang

seharusnya diukur oleh alat ukur tersebut, validitas menunjukkan sejauh mana

alat ukur tersebut memenuhi fungsinya.

Validitas item tes berbentuk uraian, digunakan rumus korelasi product

moment, dengan angka kasar, yaitu:3

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y, dua variabel yang

dikorelasikan

X = skor tiap butir soal

Y = skor total tiap butir soal

n = jumlah siswa

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka rxy

dibandingkan dengan rtabel pada taraf signifikansi (α = 0,05). Jika rxy ≥ r tabel

maka soal tersebut valid dan jika rxy < r tabel maka soal tersebut dinyatakan

tidak valid. Berikut ini tabel interpretasi validitas:

Tabel 3.3. Interpretasi Validitas

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,80 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r ≤ 0,60 Cukup tinggi

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah

0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah

3 Suharsismi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan edisi 2, (Jakarta: PT.Bumi

Aksara, 2012), h.87

44

Dalam penelitian ini, pengujian validitas instrumen menggunakan program

Anates. Adapun langkah-langkah validitas instrumen dengan program ini, yakni :

a) Pilih program ANATES untuk soal uraian.

b) Pilih “Buat data mentah”, kemudian tentukan jumlah subyek dan

jumlah soal.

c) Masukkan skor soal pada skor ideal.

d) Kemudian “Kembali ke menu utama” dan klik “Olah semua data” atau

pilih “validitas”.

Untuk melihat valid atau tidaknya butir soal dari korelasi skor butir dengan

skor total. Apabila hasil korelasi adalah signifikan, maka soal tersebut

dinyatakan valid.

2. Reliabilitas

Reliabilitas tes merupakan ukuran sejauh mana alat ukur tersebut

memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan

seseorang. Suatu tes dikatakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi

apabila pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tes tersebut

terhadap subjek yang sama akan memberikan hasil yang sama atau mendekati

sama. Reliabilitas tes uraian digunakan rumus Alpha sebagai berikut :4

r11 =

S^2

2^

1-k

pqSk

Jika rhitung > r table maka instrumen dikatakan reliabel. Jika

instrumen itu reliabel, maka menginterpretasikan kriteria derajat

reliabilitas suatu tes adalah sebagai berikut:

4 Ibid, h.115

45

Tabel 3.4. Derajat Reliabilitas Tes

Koefisien korelasi Kriteria validitas

0,00 ≤ r ≤ 0,20 Reliabilitas kecil

0,20 < r ≤ 0,40 Reliabilitas rendah

0,40 < r ≤ 0,70 Reliabilitas sedang

0,70 < r ≤ 0,90 Reliabilitas tinggi

0,90 < r ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

Dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas instrumen juga menggunakan

program Anates. Adapun langkah-langkah reliabilitas instrumen dengan program

ini, yakni :

a) Pilih program ANATES untuk soal uraian.

b) Pilih “Buat data mentah”, kemudian tentukan jumlah subyek dan

jumlah soal.

c) Masukkan skor soal pada skor ideal.

d) Kemudian “Kembali ke menu utama” dan klik “Olah semua data” atau

pilih “reliabilitas”.

3. Taraf kesukaran

Taraf kesukaran butir soal adalah bagian dari keseluruhan siswa yang

menjawab benar pada butir soal tersebut. Soal yang baik memiliki 3 variasi,

yaitu mudah (25%), sedang (50%) dan sukar (25%). Untuk menghitung taraf

kesukaran suatu butir soal digunakan rumus sebagai berikut :5

Keterangan:

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JB: jumlah seluruh siswa peserta tes

5 Suharsismi Arikunto, op.cit, h. 223

46

Adapun tolak ukur menginterpretasikan tingkat kesukaran butir

soal yang diperoleh digunakan table berikut:

Tabel 3.5. Interpretasi Tingkat Kesukaran

Indeks Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

Dalam penelitian ini, pengujian taraf kesukaran instrumen juga

menggunakan program Anates. Adapun langkah-langkah pengujian taraf

kesukaran instrumen dengan program ini, yakni :

a) Pilih program ANATES untuk soal uraian.

b) Pilih “Buat data mentah”, kemudian tentukan jumlah subyek dan

jumlah soal.

c) Masukkan skor soal pada skor ideal.

d) Kemudian “Kembali ke menu utama” dan klik “Olah semua data”

atau pilih “Taraf kesukaran butir soal”.

4. Daya pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan

siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang

kemampuannya rendah. Rumus yang digunakan untuk menentukan daya

pembeda soal uraian sama dengan soal pilihan ganda, yaitu:6

Keterangan:

D = indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

BA= banyaknya kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

6 Suharsismi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan edisi 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),

h.228

47

BB= banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar

JA = banyaknya peserta kelas atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut

diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda sebagai berikut:

Tabel 3.6. Interpretasi Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda

Negatif Sangat buruk, harus dibuang

0,00 ≤ DP ≤ 0,20 Buruk (poor), sebaiknya dibuang

0,20 < DP ≤ 0,40 Sedang (satisfactory)

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik (good)

0,70 < DP ≤ 1,00 Baik sekali (excellent)

Dalam penelitian ini, pengujian daya pembeda menggunakan program

Anates. Adapun langkah-langkah pengujian daya pembeda dengan program

ini, yakni :

a) Pilih program ANATES untuk soal uraian.

b) Pilih “Buat data mentah”, kemudian tentukan jumlah subyek dan

jumlah soal.

c) Masukkan skor soal pada skor ideal.

d) Kemudian “Kembali ke menu utama” dan klik “Olah semua data”

atau pilih “Daya Pembeda”.

G. Teknik analisis data

1. Uji Normalitas

48

Uji kenormalan yang dilakukan yaitu uji Liliefors. Uji Liliefors

dilakukan untuk mengetahui apakah data populasi berdistribusi normal

atau berdasarkan data sampel yang diperoleh pada taraf signifikan α =

0,05. Rumus yang digunakan uji Liliefors, adalah:

Lo = F (Zi) – S (Zi)

Keterangan :

Lo = Lobservasi atau harga mutlak terbesar

F (Zi) = Peluang angka baku

S(Zi) = Proporsi angka baku

Adapun kriteria uji normalitas Liliefors pada taraf signifikan α =

0,05 adalah sebagai berikut:

a) Data berdistribusi normal, jika: Lhit < Ltab maka hipotesis

diterima.

b) Data berdistribusi tidak normal, jika: Lhit > Ltab maka hipotesis di

tolak.

Langkah-langkahnya sebagai berikut:7

a. Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga yang terbesar

b. Tentukan nilai Zi=

S

x-x dengan;

Zi = skor baku

Xi = Skor data

X = nilai rata-rata

S = Simpangan baku

c. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan

tabel dengan F(Zi), dengan aturan jika Zi>0, maka F(Zi) = 0,5+nilai

tabel dan jika Zi<0 maka F(Zi) = 0,5 - nilai tabel

d. Selanjutnya hitung proporsi Z1,Z2,Z3....,Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka:

7 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 466.

49

S(Zi) = n

ZnZ3,....,Z2, Z1,banyaknya

e. Hitunglah selisih F(Zi)-S(Zi) kemudian temukan harga mutlaknya

f. Ambil nilai terbesar antara harga-harga mutlak antara selisih tersebut

ini kita namakan Lo

g. Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkan dengan Ltabel.

Ltabel adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji liliefors.

h. Mengambil kesimpulan bedasarkan harga Lo dan Lt yang telah

didapat.

Jika Lo<Lt berarti data berdistribusi normal

Jika Lo>Lt berarti data berdistribusi tidak normal

2. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua

keadaan atau populasi. Uji kesamaan dua varians digunakan untuk menguji

apakah kedua data tersebut homogen yaitu dengan membandingkan kedua

variansnya..8 Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher

(parametric), dan jika tidak homogen menggunakan uji nonparametrik. Uji

Fisher dengan langkah sebagai berikut:

2

2

1

2S

SF

Keterangan:

F = uji Fisher

S12

= varians terbesar

S22

= varians terkecil

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Bagi data menjadi dua kelompok

8 Husaini Usman, R.Pirnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistika Edisi Kedua, (Jakarta:

PT.Bumi Aksara, 2008), h.133

50

b. Cari masing-masing dua kelompok nilai simpangan bakunya.

c. Tentukan F hitung dengan rumus Fisher

d. Mencari F tabel dengan;

dk penyebut = n- 1

dk pembilang = n - 1

e. Tentukan kriteria pengujiannya.

1) Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima yang berarti variansi

populasi kedua variabel homogen

2) Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak yang berarti variansi

populasi kedua variabel tidak homogen.

3. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan Uji t (parametrik), jika tidak

normal dan homogen manggunakan uji nonparametrik. 9

a. Uji t (parametrik)

Uji t dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Jika variansi populasi heterogen

2

2

2

1

2

1

2

n

S

n

S

XXthitung

2) Jika variansi populasi homogen

21

21

11

nn

XXt

Sg

hitung

Dengan Sg = 2

)1()1(

21

2

22

2

11

nn

SnSn

9 Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung:

CV Alfabeta,2008) h.149

51

Keterangan:

1X : Rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan

LKS berbasis STM

2X : Rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan

metode diskusi

S12 :

Variansi kelompok eksperimen

S22 :

Variansi kelompok kontrol

n1 : Jumlah siswa kelompok eksperimen

n2 : Jumlah siswa kelompok kontrol

b. Uji Mann-Whitney (Nonparametik)

Adalah uji nonparametrik untuk data yang tidak

terdistribusi normal dan tidak homogen, dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

12/)1(

21

baba

ba

nnnn

nnUZ

Keterangan:

Z = Skor

U = Uji Mann-Whitney

n = Banyaknya peserta tes

52

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Tes kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk Data Hasil Pretest

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh LKS berbasis STM

terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada konsep Koloid.Berikut ini

akan disajikan data hasil pretestkedua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas

kontrol.Data diambil melalui tes uraian yang berisi 8 butir soal kemampuan

berpikir tinggi di MAN Cikarang dengan jumlah siswa pada kelas eksperimen dan

kontrol sama-sama berjumlah 35 siswa.

Data hasil pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kontrol dapat

dilihat secara rinci pada Lampiran 9. Berikut ini Tabel 4.1 memperlihatkan data

hasi pretest dan posttest kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa secara umum.

Tabel 4.1.Hasil Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi pada

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data Statistik

Pretest Posttest

Kelas

Eksperimen

Kelas

Kontrol

Kelas

Eksperimen

Kelas

Kontrol

Nilai Tertinggi (Max) 42 55 85 80

Nilai Terendah (Min) 0 20 50 45

Nilai Rata-rata (Mean) 14,2 36,7 72 64,56

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa hasil pretest kemampuan

berpikir tingkat tinggi siswa pada kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata

sebesar 14,2, sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai rata-ratasebesar 36,7.

53

Siswa mengalami peningkatan dalam posttest .Hal tersebut dapat kita lihat

dari nilai rata-rata pada posttest dari setiap kelas. Pada kelas eksperimen pretest

memperoleh nilai rata-rata sebesar 14,2 dan pada posttest sebesar 72. Sedangkan

kelas kontrol pretest memperoleh nilai rata-rata 36,7 dan pada posttest sebesar

64,56.

Sementara itu, nilai rata-rata LKS berbasis Sains, Teknologi, Masyarakat

dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel. 4.2. Data Hasil Nilai LKS 1, LKS 2 dan LKS 3 pada Kelas Ekperimen

Data Statistik Pretest

Pertemuan

ke 1

Pertemuan

ke 2

Pertemuan

ke 3 Posttest

Nilai Tertinggi

(Max)

42 90 95 100 85

Nilai Terendah

(Min)

0 65 70 82,5 50

Nilai Rata-rata

(Mean)

14,2 75,43 81,43 88,68 72

Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa rata-rata kemampuan berpikir tingkat tinggi

siswa pada hasil LKS 1, LKS 2 dan LKS 3 mengalamai peningkatan. Terlihat dari

nilai rata-rata yang diperoleh, yakni pada LKS 1 sebesar 75,43, LKS 2 sebesar

81,43, dan LKS 3 sebesar 88,68.

B. Analisis Data

Sebelum dilaksanakannya pengujian hipotesis maka terlebih dahulu

dilaksanakan pengujian prasyarat analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas.

54

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dengan menggunakan Uji Liliefors taraf signifikan (α)

sebesar 0,05. Untuk mengetahui secara rinci perhitungannya dapat pada Lampiran

12.Tabel 4.5 memberikan paparan hasil pengujian normalitas secara ringkas.

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas

Data Kelas N Lo(hitung) Ltabel Kesimpulan

Pretest

Eksperimen

35

0,1483 0,1497 Lhitung< Ltabel

Normal

Kontrol 0,140 0,150 Lhitung< Ltabel

Normal

Posttest

Eksperimen

35

0,1421 0,1497 Lhitung< Ltabel

Normal

Kontrol 0,0783 0,1497 Lhitung<Ltabel

Normal

Dari tabel 4.3 di atas pada data pretest menunjukkan bahwa

Lo(hitung)<Ltabel sehingga data pretest pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol

berdistribusi normal. Demikian pada data posttest menunjukkan bahwa

Lo(hitung)<Ltabel sehingga data posttest pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol

berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi normal,

selanjutnya diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Fisher.Uji

homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan atau

populasi.Sampel dinyatakan homogen apabila Fhitung< Ftabel.

55

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas

Data Kelas dk=

n-1

Varians

(S2)

Fhitung Ftabel Kesimpulan

Pretest Eksperimen

34 96,679

1,09 1,749 Fhitung< Ftabel

Homogen Kontrol 88,661

Posttest Eksperimen

34 83,54

1,27 1,749 Fhitung< Ftabel

Homogen Kontrol 106,50

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berasal dari

populasi yang homogen, karena Fhitung<Ftabel yaitu (01,09< 1,749) untuk hasil

pretest. Sedangkan untuk hasil posttesthomogenkarena Fhitung<Ftabel yaitu 1,27<

1,749. Detail perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 12.

3. Uji Hipotesis

Berdasarkan analisis data berupa uji normalitas dan uji homogenitas

diperoleh kesimpulan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi

normal dan homogen, sehingga pengujian dapat dilanjutkan pada analisis data

berikutnya yakni uji hipotesis.

Hasil analisa perhitungan uji-t data pretest dan posttest ditunjukkan

pada Tabel 4.7, untuk detail perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 13.

Tabel 4.5 Hasil Uji Hipotesis

Data Kelas N thitung ttabel Kesimpulan

Pretest Eksperimen

35 -9,78 2,042 thitung<ttabel

Ho diterima Kontrol

Posttest Eksperimen

35 3,2 2,042 thitung>ttabel

Ho ditolak Kontrol

56

Dari data di atas hasil uji-t data pretest menunjukkan bahwa thitung<ttabel,

sehingga Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan

dalam penerapan LKS berbasis STM terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi

siswa pada konsep koloid dapat diterima.

Sementara hasil uji-t data posttest menunjukkan bahwa thitung>ttabel,

sehingga Ha yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam

penerapan LKS berbasis STM terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa

pada konsep koloid dapat diterima.

C. Pembahasan

Berdasarkan analisis data pretest yang dilakukan sebelum pembelajaran

menggunakan LKS berbasis STM ataupun diskusi diketahui bahwa tidak terdapat

perbedaan hasil pretest siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini

menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama.

Setelah dilakukan analisis diketahui bahwa dari data kedua yaitu kelas

eksperimen dan kontrol berdistribusi normal dan semua kelas merupakan populasi

yang mempunyai varians yang sama atau homogen. Hal ini dapat diambil kesimpulan

bahwa sampel mempunyai kondisi yang sama. Kemudian dilakukan perhitungan uji-t

pada hasil pretest kelas ekperimen dan kontrol, maka diperoleh thitung = -9,78,

sedangkan nilai ttabel = 2,042. Dengan demikan dapat diartikan bahwa kedua kelas

yang menjadi sampel penelitian tersebut memiliki kriteria atau kemampuan yang

tidak sama. Artinya Ho diterima. Peneliti berpendapat bahwa sebelum diberi

perlakuan kedua kelas memiliki kemampuan yang berbeda, dapat terlihat dari hasil

pretest, banyak kemungkinan faktor yang mempengaruhi, bisa jadi dari cara

belajarnya atau kemampuan setiap anak dalam memahami pelajaran pada kelas

kontrol lebih baik dalam materi koloid.

57

Setelah dilakukan pembelajaran pada kedua kelas dengan menggunakan

perlakuan yang berbeda, selanjutnya diberikan posttest untuk mengetahui

kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dan kemudian dilakukan analisis terhadap

hasil posttest tersebut. Dari hasil analisis posttest antara kelas eksperimen dan kontrol

dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung lebih besar dari ttabel yaitu 3,2> 2,042

sehingga Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan LKS

berbasis STM berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat

tinggi siswa pada konsep Koloid.

Bedasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa LKS berbasis Sains

Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi

siswa.Hal ini terlihat dari hasil meningkatnya nilai posttest dari pretest.Karena

dengan belajar yang diarahkan oleh guru melalui LKS siswa dapat menghubungkan

Sains, Teknologi dan Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Belajar siswa diawali

dengan fenomena yang sering terjadi ada di sekitar siswa dan membahasnya dengan

tinjauan dari teori sains, sehingga siswa termotivasi untuk belajar lebih aktif, dan

dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya, peningkatan berpikir tingkat tinggi

yang diperoleh pada penelitian ini sejalandengan yang diungkapkan oleh Yulati

(2013) yang nengungkapkan bahwa dengan mengamati fenomena kehidupan sehari-

hari ternyata dapat membangkitkan keingintahuan siswa untuk mempelajari IPA lebih

dalam.1Dan dengan pembelajaran model STM dapat mengeksplorasi rasa ingin tahu

siswa terhadap isu sains dan teknologi yang ada di lingkungan melalui tahap

penggalian isu-isu sains dan teknologi.2 Materi ajar yang diberikan menggunakan isu

aktual tentang IPA dan teknologi yang terjadi dimasyarakat.Melalui kegiatan

eksperimen yang disediakan dalam bahan ajar, siswa mempelajari IPA secara

mandiri.Setiap materi dikaitkan dengan konteks sosial dan teknologi sehingga siswa

1 L.Yulati, Efektivitas Bahan Ajar IPA Terpadu terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat

Tinggi Siswa, Jurnal Pendidikan, Januari 2013, h.55 2 I Made Mandra , Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)

terhadap Pemahaman Konsep Kimia dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X SMAN 1 Kediri. Jurnal

Pendidikan, h.10

58

melihat adanya integrasi antara alam semesta sebagai IPA dengan lingkungan buatan

manusia sebagai teknologi dan dunia sehari-hari siswa sebagai lingkungan

masyarakat.

Hal ini dilakukan untuk mengembangkan aktivitas belajar dan kemampuan

berpikir siswa.Hal ini juga sejalan dengan pembelajaran dalam model Sains,

Teknologi dan Masyarakat (STM), sebagaiman yang diungkapakan oleh Prayekti

(2006) bahwa pendidikan IPA (sains) dengan menggunakan pendekatan Sains

Teknologi Masyarakat adalah suatu bentuk pengajaran yang tidak hanya menekankan

pada penguasaan konsep-konsep sains saja tetapi juga menekankan pada peran sains

dan teknologi di dalam berbagai kehidupan masyarakat. Selain itu pendekatan ini

menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial terhadap dampak sains dan teknologi yang

terjadi di masyarakat.3

Dalam LKS yang sistematis membantu siswa dalam proses belajar yang lebih

aktif karena dilengkapi dengan permasalahan yang terkait dengan konsep sains dan

teknologi dalam kehidupan masyarakat, serta dilengkapi dengan kegiatan eksperimen

yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar aktif lebih secara

mandiri maupun kelompok untuk melakukan percobaan, melakukan pengamatan,

mengumpulkan data dan mengolah data. Hal ini sesuai dengan karakteristik dalam

pembelajaran STM dimana dalam tahapannya ada isu atau fenomena yang akan

diberikan dan juga kegiatan eksperimen untuk membuktikan teori sains. Dengan

adanya LKS berbasis STM siswa lebih mudah mempelajari masalah-masalah yang

berkaitan dengan konsep sains, seperti yang diungkapkan oleh Makrina dalam

Putriyani (2014) bahwa kerja ilmiah yang diawali dengan permaslahan dan

dilengkapi dengan LKS yang mengarahkan pada upaya siswa untuk melakukan

investigasi sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan dan dilanjutkan dengan

3 Prayekti, Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Pada Pembelajaran IPA,

Jurnal Pendidikan, September 2006, h.3.

59

menyusun laporan ilmiah yang disesuaikan dengan kehidupan nyata siswa menjadi

factor penentu dan melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.4

Adanya LKS berbasis STM, indikator kemampuan berpikir tigkat tinggi

seperti menganalisis fenomena yang terjadi di sekitar membuat siswa mengevaluasi

info-info yang bermanfaat sehingga mampu meberikan gagasan ide yang lebh baik.

LKS berbasis STM yang digunakan tidak hanya untuk memahami materi tetapi juga

untuk memahami keterkaitan materi dengan kehidupan nyata. Dengan tahapan yang

ada dalam STM siswa dapat mengaitkan sains dengan teknologi yang digunakannya

dalam terbentuknya produk-produk koloid di industry dan manfaat bagi masyarakat.

Karena pada dasarnya tahapan dalam pendekkatan STM menitikberatkan pada

penyelesaian masalah dan proses berpikir yang melibatkan transfer jarak jauh.

Artinya, menerapkan konsep-konsep yang diperoleh di sekolah pada situasi di luar

sekolah yaitu yang ada di masyarakat.5

Dalam tahapan-tahapan yang ada di dalam STM dapat membantu dan melatih

kemampuan berpikir siswa sehingga siswa lebih aktif, berani mengungkapkan

pendapat dan mampu menghasilkan banyak ide sebagai alternatif pemecahan

masalah.Siswa mempunyai rasa antusias yang cukup tinggi, karena mereka begitu

interaktif dengan guru dan teman-temannya dalam menjawab serta mempresentasikan

tiap pertanyaan yang terdapat di dalam LKS tersebut.Pada saat menentukan pokok

permasalahan dan alternatif-alternatif solusi, para siswa begitu tertarik dalam

menjawabnya.Mereka senang dapat mengeksplor pengetahuan mereka mengenai

permasalahn yang dikemukakan di dalam LKS yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat.

4 Putriyani, Penggunaan LKS berbasis Problem Based Intruction untuk meningkatkan

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa pada Konsep Jamur, Skripsi, , 2014, tidak

dipublikasikan, h.71 5 Prayekti, op.cit, h.3.

60

Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum

2013, siswa diajak menjadi berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia

dan terbentang luas di sekitarnya. Peran guru dalam meningkatkan dan menyesuaikan

daya serap siswa dengan ketersediaan kegiatan pada buku prakarya sangat penting.

Guru dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang

sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.

Dari uraian di atas terlihat bahwa siswa yang belajar dengan LKS berbasis

STM ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa,. Oleh karena

itu, hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penggunaan LKS berbasis

STM ini dapat dicapai dengan adanya kesadaran siswa akan keterkaitan ilmu sains,

teknologi dan masyarakat serta keinginan yang mendorongnya untuk menemukan

keterkaitannya kemudian mencari beberapa informasi lalu mengumpulkan data dan

mentukan solusi dari keterkaitan Sains, Teknologi dan Masyarakat.

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari LKS

yang dibuat berdasarkan pembelajaran berbasis Sains, Teknologi dan

Masyarakat (LKS berbasis STM) terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi

siswa pada konsep Koloid. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir

tingkat tinggi dalam penggunaan LKS berbasis STM pada konsep Koloid.

Pengaruh dilihat dari perubahan nilai pretest dan posttest untuksoal-soal yang

memiliki level kognitif tingkat tinggi, diperoleh perubahan sebesar 57,8,

antara hasil pretest 14,2 dan posttest 72 pada kelas eksperimen. Sedangkan

pada kelas control hasil nilai pretest 36, dan posttest 64,56. Berdasarkan hasil

penelitian terdapat perubahan signifikan pada taraf 5%, ditunjukka pada hasil

uji-t data posttest bahwa thitung>ttabel yaitu 3,2 > 2,042, sehingga Ha yang

menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan LKS

berbasis STM terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada konsep

koloid dapat diterima. Artinya Ho ditolak.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah diperoleh, maka peneliti ingin

mengungkapkan beberapa saran untuk perbaikan dimasa depan, sebagai

berikut :

1. Bagi sekolah; pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis Sains,

Teknologi, Masyarakat ini hendaknya dapat digunakan sebagai alternatif

dalam proses belajar mengajar.

66

2. Bagi guru; hendaknya lebih cermat dalam menentukan dan menggunakan

bahan ajar untuk pembelajaran sehingga dapat mebiasakan siswa untuk

mengembangkan kemampuan berpikir mereka dengan kemampuan mereka

sendiri.

3. Pembelajaran menggunakan LKS berbasis STM sebaiknya digunakan pada

materi yang bersifat nyata dan dapat dipraktikumkan, seperti Asam Basa

dan Koloid.

4. Setiap karya yang dibuat peserta didik merupakan hasil belajar yang luar

biasa dari potensi yang dapat ditampilkan oleh setiap anak.Mereka butuh

diapresiasi, dihargai, dan diberi pujian dalam setiap akhir melakukan

kegiatan berkarya.Oleh karena itu, pendidik diharapkan dapat

mempersiapkan ruang khusus yang diciptakan untuk menampilkan karya

mereka dalam sebuah kegiatan pameran peserta didik.Setiap manusia perlu

pujian.Dengan apresiasi, manusia dapat meningkatkan motivasi untuk

menjadi lebih baik dan menjadi manusia yang unggul.

66

DAFTAR PUSTAKA

Anderson dan Krathwhol, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran,

dan Asesmen. Pustaka Belajar: Yogyakarta, 2010.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2006.

Arikunto, Suharsismi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan edisi 2, Jakarta: Bumi

Aksara, 2009.

Devi, Poppy Kamalia, Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skill dalam

Pembelajaran IPA SMP/MTs, Jurnal Pendidikan, September 2009.

Devi, Poppy Kamalia, dkk. Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Bandung:

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA), 2009.

Feronika, Tonih, Kiknkin Suartini, Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta :

Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2009.

Indrawati, Sains Teknologi Masyarakat untuk Guru SD, Pusat Pengembangan dan

Pemberdayaan pendidikan dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam

(PPPPTK IPA) untuk Program Bermutu, 2010

Lestari, Ika, Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi sesuai dengan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Padang: Akademia Permata, 2013.

67

Lewy, Pengembangan Soal untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

Pokok Bahasan Barisan dan Deret Bilangan di Kelas IX Akselerasi SMP

Xaverius Maria Palembang, Jurnal Pendidikan Matematika, 3, Desember 2009.

Made I, Mandra , Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)

terhadap Pemahaman Konsep Kimia dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X SMAN 1

Kediri. Jurnal Pendidikan,

Nurohman, Sabar. Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dalam

Pembelajaran IPA sebagai upaya Peningkatan Life Skills Peserta Didik, Jurnal

Pendidikan

Patricia B Ramiez, Rachel. dan Mildred S Gabaden, Aktifitas Kreatif dan

Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa, Jurnal Penelitian

Prastowo, Andi. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, Jogjakarta: DIVA

Press, 2011

Poedjiadi, Anna. Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran Kontekstual

bermuatan Nilai. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. 2007.

Prayekti, Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Pada Pembelajaran

IPA, Jurnal Pendidikan, September 2006.

Putriyani, Penggunaan LKS berbasis Problem Based Intruction untuk meningkatkan

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa pada Konsep Jamur, Skripsi, ,

2014, tidak dipublikasikan,

68

Ramiez, Rachel Patricia B dan Mildred S Gabaden, Aktifitas Kreatif dan

Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa, Penelitian Pendidikan HOTS

Kimia Kelas 3 SMA.

Sanjaya ,Wina. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Predana Media Grup,2006.

Sanjaya ,Wina. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Predana Media Grup,2008.

Sudjana, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito, 2005

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT.Remaja Rosdakarya :

Bandung

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D. Bandung: CV Alfabeta,2008.

Susan M.Brokkhart, How to Assess Higher-order Thinking Skills in Your Classroom,

Alexandria: ASCD, 2010

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan

Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta :

Kencana, Prenada Media Group, 2011.

Urai, Asmirani, dkk. Pengaruh LKS berbasis sains teknologi masyarakat terhadap

kompetensi siswa dalam pembelajaran IPA Fisika di kelas VIII SMPN 1

KUBUNG Kabupaten Solok, Pillar Physics Education, 1. April 2013.

Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara,

2009.

69

Widayaningtyas, Reviandri. Pembentukan Pengetahuan Sains, Teknologi dan

Masyarakat dalam Pandangan Pendidikan IPA. Jurnal Pendidikan dan Budaya

2013.

Yulati, L. Efektivitas Bahan Ajar IPA Terpadu terhadap Kemampuan Berpikir

Tingkat Tinggi Siswa, Jurnal Pendidikan, Januari 2013.

Yunita, Model-model Pembelajaran Kimia, Bandung: CV. Insani Mandiri, 2012

77

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : MAN Cikarang

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : XI/Genap

Alokasi Waktu : 90 menit

Kompetensi Inti :

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2 :Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),

santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian

dari solusi atas berbagai permasalahan dalamberinteraksi secara efektif

dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri

sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 :Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan

wawasankemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat

danminatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai

kaidah keilmuan

78

Kompetensi Dasar :

3.15 Menganalisis peran koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya

Indikator :

1. Menjelaskan larutan, koloid dan suspensi.

2. Menentukan sifat dari larutan, koloid dan suspensi

3. Menggunakan efek Tyndall dalam membedakan koloid dan larutan sejati

4. Menerangkan aplikasi efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat :

1. Menjelaskan larutan, koloid dan suspensi.

2. Menentukan sifat dari larutan, koloid dan suspense

3. Menggunakan efek Tyndall dalam membedakan koloid dan larutan sejati

4. Menerangkan aplikasi efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari

B. Materi Pembelajaran

Koloid

C. Metode Pembelajaran

Presentasi kelompok, Tanya jawab

D. Model Pembelajaran

Sains Teknologi Masyarakat (STM)

E. Media Pembelajaran

Papan tulis, spidol, (Laptop dan LCD)* jika memungkinkan.

79

F. Langkah-Langkah Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan

/alokasi

waktu

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Awal (10 menit)

Guru mengkondisikan siswa untuk

belajar.

Guru menarik perhatian siswa dengan

games gelas ajaib.

Setiap orang memilki aqua gelas

dan uang koin. Tugasnya adalah masing-

masing orang boleh memberikan satu

koin kepada temannya. Dan nanti kita

akan lihat gelas siapa yang kosong, dan

silahkan maju kedepan. Waktu kalian 3

hanya 3 menit!

Setelah siswa melakukan ganse, guru

memberikan makna game kepada siswa.

Apabila kita memberikan satu koin,

maka kita akan mendapatkan koin lebih

dari saru, itulah makna dari sedekah. Jadi

jangan segan untuk mengeluarkan materi

atau potensi kita untuk kita sedekahkan.

Guru mengajukan isu atau maslah yang

aktual di masyarakat mengenai koloid.

Menanyakan:

Apakah Indonesia masih impor susu dari

luar negeri?

Siswa mengkondisikan diri untuk belajar.

Siswa mengikuti rules game dengan baik

dan dapat mulai berkonsentrasi dalam

belajar.

Siswa mencoba berpikir dan mencoba

mencari informasi dengan membaca wacana

yang sudah ada didalam LKS berbasis STM,

lalu diskusi dengan teman sebelah.

80

Bagaimana kadar gizi dari susu yang

dihasilkan?

Apa yang kamu ketahui tentang susu?

Ekplorasi (menggali)

Guru membimbing siswa untuk

menuliskan tentang susu melalui LKS

Siswa menuliskan tentang susu ditinjau dari

aspek sains, teknologi serta manfaat positif

dan negatifnya di masyarakat

Inti (70 menit)

Guru membagi kelas dalam beberapa

kelompok heterogen.

Guru menjelaskan maksud pembelajaran

dan tugas kelompok

Guru menjelaskan cara kerja sesuai LKS

Guru memberikan kegiatan praktikum

sederhana kepada siswa untuk

membuktikan perbedaaan larutan,

suspensi dan koloid serta mengetahui

sifat efek Tyndall

Guru meminta siswa untuk menganalisis

fenomena atau menyelesaikan masalah

melalui pertanyaan yang ada dalam LKS

berbasis STM

Siswa mengkondisikan dengan kelompok

masing-masing.

Setiap kelompok melakukan praktikum

sederhana sesuai dengan LKS berbasis

STM.

Masing-masing kelompok membahas materi

yang sudah ada secara kooperatif.

Setelah selesai praktikum, siswa

menyelesaikan pertanyaan yang ada

didalam LKS berbasis STM

Siswa menjawab pertanyaan berdasarkan

hasil ekperimen

81

Penutup (10 menit)

Guru memberikan penjelasan singkat

sekaligus memberi kesimpulan

Lalu guru menyaring dari ketiga jenis

minuman tersebut untuk diperlihatkan

kepada siswa.

Siswa dapat menyimpulkan :

82

G. Alat dan Sumber Belajar

1. Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Erlangga hal. 160

2. Buku Kimia BSE SMA Kelas XI Irvan Permana 156

H. Instrument Penilaian

1. LKS berbasis STM

2. Soal

Ciputat, Mei

2014

Guru Kimia Peneliti

Rofika Diah R, S.Pd Soraida

NIM.108016200010

83

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : MAN Cikarang

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : XI/Genap

Alokasi Waktu : 90 menit

Kompetensi Inti :

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),

santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian

dari solusi atas berbagai permasalahan dalamberinteraksi secara efektif

dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri

sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 :Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan

wawasankemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat

danminatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai

kaidah keilmuan

Kompetensi Dasar :

3.15 Menganalisis peran koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya

84

Indikator :

1. Menjelaskan proses terjadinya gerak Brown pada sistem koloid

2. Menyimpulkan hubungan antara gerak Brown dengan keadaan sistem koloid

3. Menyebutkan pengertian adsorpsi koloid

4. Menentukan aplikasi adsorbsi koloid dalam kehidupan sehari-hari

5. Menyebutkan pengertian elektroforesis

6. Menggunakan elektroforesis untuk menentukan muatan koloid sol

7. Menyebutkan pengertian dialysis

8. Menjelaskan proses dialisis pada sistem koloid

9. Menerangkan aplikasi dialisis dalam kehidupan sehari-hari

10. Menjelaskan proses terjadinya koagulasi

11. Menyebutkan faktor penyebab koagulasi koloid

12. Menentukan faktor penyebab koagulasi koloid

13. Menyebutkan contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari

14. Menerangkan peranan koloid pelindung

15. Membedakan sol liofil dan sol liofob

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat :

1. Menjelaskan proses terjadinya gerak Brown pada sistem koloid

2. Menyimpulkan hubungan antara gerak Brown dengan keadaan sistem

koloid

3. Menyebutkan pengertian adsorpsi koloid

4. Menentukan aplikasi adsorbsi koloid dalam kehidupan sehari-hari

5. Menyebutkan pengertian elektroforesis

6. Menggunakan elektroforesis untuk menentukan muatan koloid sol

7. Menyebutkan pengertian dialysis

8. Menjelaskan proses dialisis pada sistem koloid

9. Menerangkan aplikasi dialisis dalam kehidupan sehari-hari

85

10. Menjelaskan proses terjadinya koagulasi

11. Menyebutkan faktor penyebab koagulasi koloid

12. Menentukan faktor penyebab koagulasi koloid

13. Menyebutkan contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari

14. Menerangkan peranan koloid pelindung

15. Membedakan sol liofil dan sol liofob

B. Materi Pembelajaran

Koloid

C. Metode Pembelajaran

Diskusi, Tanya jawab, Ceramah

D. Model Pembelajaran

Talking Stick

E. Media Pembelajaran

Papan tulis, spidol, (Laptop dan LCD)* jika memungkinkan.

F. Langkah-Langkah Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan

/alokasi

waktu

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Awal

(10 menit)

Guru mengkondisikan siswa untuk

belajar.

Guru mengulang pelajaran dengan

menanyakan : apa yang dimaksud

dengan efek Tyndall?

Guru membetulakn jawaban siswa dan

menjelaskan indikator yang ingin dicapai

Siswa mengkondisikan diri untuk belajar.

Siswa menjawab :

Efek Tyndall adalah penghamburan

cahaya

86

kepada siswa.

Guru memberikan motivasi kepada

siswa, diawali dengan sebuah pertanyaan

APA YANG MEMBUAT KALIAN

BAHAGIA?? Lalu menjelaskan bahwa

kebahagiaan terbagi atas 3 bagian, yakni

Kebahagiaan Fisik (IQ), Kebahagiaan

Emosi (EQ) dan Kebahagiaan Spiritual

(SQ).

Siswa menjawab pertanyaan yang

diajukan oleh gur, dan dapat termotivasi

belajar dengan baik.

Inti

(70 menit)

Guru menanyakan kepada siswa, sudah

ada yang tahu apa saja sifat koloid??

Guru membetulkan jawaban siswa, dan

melengkapinya dengan meminta siswa

melihat dan memahami wacana dalam

LKS berbasis STM.

Efek Tyndall

Adakah efek tyndall dalam

kehidupansehari-hari ??

Guru membetulkan jawaban siswa, dan

melengkapi dengan :

Siswa menjawab :

Efek Tyndall, Gerak Brown. Koloid Liofil,

dll.

Siswa menjawab :

Contoh efek Tyndall adalah sorot lampu

pada malam yang berkabut, sorot lampu

proyektor dalam gedung bioskop yang

berasap/berdebu, dan berkas sinar

matahari melalui celah daun pohon-pohon

pada pagi hari yang berkabut.

87

Efek Tyndall tidak sama untuk setiap

sinar yang mempunyai panjang

gelombang berbeda. Sinar kuning

misalnya lebih sedikit dihamburkan.

Itulah sebabnya lampu warna kuning

dipakai pada saat berkabut, diman cahaya

kuning lebih dapat menembus kabut dan

terlihat oleh pemakai jalan.

Penemu :

John Tyndall (tahun 1820-1893)

Guru menanyakan kembali, tahukah

kalian apa manfaat dari gerak Borwn

terhadap koloid?

Guru membetulkan jawaban siswa dan

melengkapi dengan menggambarkan:

Siswa menjawab:

Gerak Brown merupakan salah satu faktor

yang menstabilkan koloid. Karena

bergerak terus-menerus, maka partikel

koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi

sehingga tidak mengalami sedimentasi.

88

Gerak Brown

Gerak Brown merupakan salah satu

faktor yang menstabilkan koloid. Oleh

karen bergerak terus-menerus, maka

partikel koloid dapat mengimbangi gaya

gravitasi sehingga tidak mengalami

sedimentasi.

Penemu :

Robert Brown

Adsorpsi

Adsorpsi merupakan proses penyerapan

ion atau microorganisme oleh permukaan

partikel koloid, menyebabkan partikel

koloid bermuatan listrik.

Contoh :

a. Proses pemisahan mineral logam dari

bijihnya pada industry logam

b. Penjernihan air tebu pada proses

pembuatan gula pasir menggunakan tanah

diatome dan arang tulang

c. Proses penyembuhan sakit perut karena

bakteri pathogen menggunakan norit atau

serbuk karbon

89

d.

Penjernihan air dengan tawas pada

proses pengolahan air minum

4.

Elektroforesis

Elektroforesis merupakan proses

penggerakan partikel koloid karena

pengaruh medan listrik.

Contoh : peristiwa elektroforesis sering

dimanfaatkan pihak kepolisian dalam

mengidentifikasi jenazah korban

pembunuhan atau jenazah tidak dikenal

melalui tes DNA.

Guru bertanya kembali, tahukah kalian

pengertian dari koagulasi?

Guru membetulkan jawaban siswa, dan

melengkapi dengan:

Dikatakan koagulasi koloid karena

penambahan elektrolit terjadi : koloid

yang bermuatan negative akan menarik

ion positif (kation), sdangkan koloid

yang bermuatan positif menarik ion

negative (anion). Ion-ion tersebut akan

membentuk selubung lapisan kedua.

Koagulasi merupakan penggumpalan

partikel koloid oleh pemanasan atau oleh

ion yang berlawanan muatan.

Contoh :

a. Penggumpalan lumpur atau tanah liat pada

Siswa menjawab:

Tentu, koagulasi adalah penggumpalan

pada sistem koloid seperti pembentukan

muatan delta dimuara sungai, asap atau

debu dari panbrik dan industri dapat

digumpalkan dengan alat koagulasi

listrik dari Cottrel

90

proses penjernihan air menggunakan tawas

b. Proses pembentukan delta didaerah muara,

koagulannya air laut yang merupakan

elektrolit.

Penggumpalan debu atau asap pabrik

dengan alat koagulasi listrik (pengendap

Cottrell)

Dialisis

Dialisis merupakan cara mengurangi ion-

ion pengganggu yang terdapat dalam

system koloid dengan menggunakan

selaput semipermiabel.

Contoh : proses cuci darah bagi penderita

gagal ginjal (hemodialisis)

7.

Koloid Pelindung

Koloid Pelindung merupakan Koloid yang

dapat melindungi koloid lain agar tidak

terjadi koagulasi

Contoh :

a. Gelatin, merupakan koloid pelindung yang

mencegah terbentuknya Kristal es dalam es

krim

b. Kasein dalam susu mampu melindungi

lemak atau minyak dalam medium cair,

koloid pelindung emulsi disebut emulgator

c. Lesitin, merupakan koloid pelindung yang

menstabilkan butiran-butiran halus air

didalam margarine

8. Koloid Liofil dan Liofob

Sol liofil merupakan sol yang fase

terdispersinya mempunyai afinitas besar

dalam menarik medium pendispersinya

Sol liofob merupakan sol yang fase

91

terdispersinya mempunyai afinitas kecil

terhadap medium pendispersinya

Perbedaan antara sol liofil dengan sol

liofob

Koloid Liofil Koloid Liofob

Mengadsorbsikan

mediumnya.

Contoh : lem kanji,

agar-agar.

Stabil

Sukar diendapkan.

Efek Tyndall

kurang jelas

Lebih kental

daripada

mediumnya.

Tidak

mengadsorbsi

mediumnya.

Contoh : sol

Fe(OH)3 , sol

belerang.

Kurang stabil

Mudah diendapkan

Efek Tyndall jelas

Kekentalan hampir

sama dengan

mediumnya

Penutup

(10 menit)

Guru memberikan kesimpulan dengan

menanyakan siswa melalui pemutaran

talking stick dengan pertanyaan :

Apa yang diamksud denagn efek

Tyndall?

Apa saja contoh dalam kehidupan sehari-

hari?

Apa yang dimaksud dengan koagulasi?

Apa saja contoh dalam kehidupan sehari-

hari?

Siswa menjawab :

Efek Tyndall adalah pengahmburan

cahaya pada sistem koloid. Contohnya

adalah sorot lampu mobil pada kabut,

sorot cahaya proyektor, dll.

Siswa menjawab :

Koagulasi merupakan penggumpalan

partikel koloid oleh pemanasan atau oleh

ion yang berlawanan muatan. Contohnya

Penggumpalan lumpur atau tanah liat pada

proses penjernihan air menggunakan tawas,

Proses pembentukan delta didaerah muara,

koagulannya air laut yang merupakan

elektrolit dan Penggumpalan debu atau asap

pabrik dengan alat koagulasi listrik

(pengendap Cottrell)

92

G. Alat dan Sumber Belajar

1. Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Erlangga

2. Buku Kimia BSE SMA Kelas XI Irvan Permana

Ciputat, Mei 2014

Guru Kimia Peneliti

Rofika Diah R, S.Pd Soraida

NIM.108016200010

93

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : MAN Cikarang

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : XI/Genap

Alokasi Waktu : 90 menit

Kompetensi Inti :

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),

santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian

dari solusi atas berbagai permasalahan dalamberinteraksi secara efektif

dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri

sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 :Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan

wawasankemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat

danminatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai

kaidah keilmuan

Kompetensi Dasar :

4.15 Mengajukan ide/gagasan untuk memodifikasi pembuatan koloid berdasarkan

pengalaman membuat beberapa jenis koloid

94

Indikator :

1. Mengamati dan mencatat data hasil percobaan efek Tyndall dalam

membedakan sistem koloid dan larutan sejati pada beberapa bahan-bahan

yang ada disekitarnya

2. Menganalisis data hasil percobaan sifat khas yang membedakan system

koloid dengan larutan

3. Menyimpulkan sifat larutan berdasarkan sifat khas yang membedakan system

koloid dengan larutan

4. Mengkomunikasikan hasil percobaan sifat khas yang membedakan system

koloid dengan larutan

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat :

1. Mengamati dan mencatat data hasil percobaan efek Tyndall dalam

membedakan sistem koloid dan larutan sejati pada beberapa bahan-bahan

yang ada disekitarnya

2. Menganalisis data hasil percobaan sifat khas yang membedakan system

koloid dengan larutan

3. Menyimpulkan sifat larutan berdasarkan sifat khas yang membedakan

system koloid dengan larutan

4. Mengkomunikasikan hasil percobaan sifat khas yang membedakan system

koloid dengan larutan

B. Materi Pembelajaran

Koloid

C. Metode Pembelajaran

Diskusi, Tanya jawab, Ceramah

D. Model Pembelajaran

Examples Non Examples

95

E. Media Pembelajaran

Papan tulis, spidol, (Laptop dan LCD)* jika memungkinkan.

F. Langkah-Langkah Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan

/alokasi

waktu

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Awal (10 menit)

Guru mengkondisikan siswa untuk

belajar.

Guru mengulang pelajaran dengan

menampilkan gambar.

Siswa mengkondisikan diri untuk belajar.

Siswa menyimpulkan.

Inti (70 menit)

Guru membagi 5 kelompok.

Setiap siswa mengkondisikan dengan

kelompoknya.

96

Guru mempersiapkan gambar-gambar

yang telah diacak, dan maminta siswa

menyusun gambar yang teracak tersebut

menjadi gambar yang utuh.

Siswa menyusun gambar dengan baik.

Kelompok 1 :

Kelompok 2 :

Kelompom 3 :

97

Guru memberi petunjuk penggunaan

LKS berbasis STM dan memberi

kesempatan pada siswa untuk

memperhatikan/menganalisa gambar dan

wacana yang sudah ada pada LKS.

Guru memintta siswa untuk melakukan

kegiatan praktikum sesuai gambar dalam

masing-masing kelompok dengan

menggunakan LKS berbasis STM.

Kelompok 4 :

Kelompok 5 :

Melalui diskusi kelompok, siswa

mendiskusikan hasil dari analisa gambar

tersebut dan dicatat pada LKS yang sudah

diberikan oleh guru.

Siswa melakukan kegiatan praktikum sesuai

gambar yang dibantu dengan petunjuk dari

LKS berbasis STM.

98

Guru menjelaskan jenis-jenis koloid

secara singkat:

1. AEROSOL

Sistem koloid dari partikel padat atau

cair yang terdispersi dalam gas

disebut aerosol. Jika zat yang

terdispersi berupa zat padat, disebut

aerosol padat; jika zat yang terdispersi

berupa zat cair, disebut aerosol cair

2. SOL

Sistem koloid dari partikel padat yang

terdipersi dalam zat cair disebut sol.

CONTOH SOL : air sungai (sungai

dari lempung dalam air), sol sabun,

sol detergen, sol kanji, tinta tulis, dan

cat.

3. EMULSI

Syarat terjadinya emulsi adalah

kedua jenis zat cair itu tidak saling

melarutkan. Emulsi dapat

digolongkan ke dalam 2 bagian, yaitu

emulsi minyak dalam air (M/A) atau

emulsi air dalam minyak (A/M).

CONTOH M/A : santan, susu, lateks

CONTOH A/M : mayonaise, minyak

bumi, dan minyak ikan

Siswa memperhatikan dengan baik

99

4. BUIH

Sistem koloid dari gas yang

terdispersi dalam zat cair disebut

buih. Buih digunakan pada

pengolahan biji logam dan pada alat

pemadam kebakaran. Zat- zat yang

dapat memecah buih antara lain eter,

isoamil, dan alkohol.

5. GEL

Koloid yang setengah kaku (antara

padat dan cair) disebut gel.

Contoh : agar-agar, lem kanji, selai,

gelatin, gel sabun, dan gel silika.

Penutup (10 menit)

Guru memberikan kesimpulan dengan

menuliskan peta konsep dipapan tulis.

Siswa dapat menyimpulkan dengan baik.

No Fase

terdispersi

Fase

pendispersi

Nama Contoh

1 Padat Gas Aerosol Asap

2 Padat Cair Sol Cat

3 Padat Padat Sol padat Geals

berwarna

4 Cair Gas Aerosol Awan

5 Cair Cair Emulsi Susu

6 Cair Padat Emulsi

padat

Jelly

7 Gas Cair Buih Buih

sabun

8 Gas Padat Buih

padat

Karet

busa

100

Guru memberikan arahan kepada siswa,

coba kalian buat tabel apa saja aplikasi

koloid dalam kehidupan sehari-hari dan

industri?

Guru memberikan soal posttest kepada

siswa.

Siswa menjawab:

Jenis Industri Contoh aplikasi

Industri makanan Keju, mentega, susu

Industri kosmetika

dan perawatan tubuh

Krim, pasta gigi,

sabun

Industri cat Cat

Industri kebutuhan

rumah tangga

Sabun detergen

Industri pertanian Peptisida dan

insektisida

Industri farmasi Minyak ikan,

pensislin untuk

suntikan

Siswa menjawab soal posttest.

101

G. Alat dan Sumber Belajar

1. Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Erlangga hal. 162-164

2. Buku Kimia BSE SMA Kelas XI Irvan Permana

H. Instrument Penilaian

Lengkapi daftar berikut ini!!

No Nama

Sistem

Koloid

Fase

terdispersi

Fase

pendispersi

Contoh

Sistem

Koloid

1 Sol

2 Gas Cair

3 Agar-agar

4 Cair Gas

5 Emulsi

Ciputat, Mei

2014

Guru Kimia Peneliti

Rofika Diah R, S.Pd Soraida

NIM.108016200010

Jumlah soal x poin soal = nilai siswa

5 x 2 = 10

103

Lampiran 2

RUBRIK PENILAIAN LKS EKSPERIMEN

No Tahap Pembelajaran

STM

Kriteria Penilaian Skor Skor

Total

1 Pendahuluan

Aspek SAINS

a. Jika dapat memberikan contoh lebih dari 3

b. Jika dapat mmemberikan contoh 3

c. Jika dapat memberikan contoh kurang dari 3

Aspek TEKNOLOGI

a. Jika dapat memberikan contoh lebih dari 3

b. Jika dapat mmemberikan contoh 3

c. Jika dapat memberikan contoh kurang dari 3

Aspek MASYARAKAT

a. Jika dapat memberikan contoh lebih dari 3

b. Jika dapat mmemberikan contoh 3

c. Jika dapat memberikan contoh kurang dari 3

10

10

10

30

2 Pembentukan konsep a) apabila mampu mengisi tabel pengamatan dan menjawab 3 pertanyaan

dengan benar dan relevan dengan masalahnya

b) apabila mampu mengisi tabel pengamatan dan menjawab 2 pertanyaan

dengan benar dan relevan dengan masalahnya

c) apabila mampu mengisi tabel pengamatan dan menjawab 1 pertanyaan

5

4

3

50

104

dengan benar dan relevan dengan masalahnya

d) apabila mampu mengisi tabel pengamatan dan menjawab dan tidak

menjawab pertanyaan dengan benar dan relevan dengan masalahnya

2

3 Kemampuan aplikasi

sains

a) Jika mampu menuliskan 10 contoh koloid dengan tepat dan berkaitan

dengan kehidupan sehari

b) Jika mampu menuliskan 8 contoh koloid dengan tepat dan berkaitan

dengan kehidupan sehari

c) Jika mampu menuliskan 6 contoh koloid dengan tepat dan berkaitan

dengan kehidupan sehari

d) Jika mampu menuliskan 4 contoh koloid dengan tepat dan berkaitan

dengan kehidupan sehari

e) Jika mampu menuliskan 2 contoh koloid dengan tepat dan berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari.

5

4

3

2

1

50

4 Pemantapan konsep a) apabila mampu menyimpulkan sesuai dengan sumber yang di dapat,

menuliskan sumber, sumber yang dicantumkan jelas

b) apabila menyimpulkansesuai dengan sumber yang di dapat, menuliskan

sumber, tetapi sumber kurang jelas

2

1

20

105

5 Penilaian a) apabila mampu menjawab pertanyaan dengan benar dari 5 soal

b) apabila mampu menjawab pertanyaan dengan benar dari 4 soal

c) apabila mampu menjawab pertanyaan dengan benar dari 3 soal

d) apabila mampu menjawab pertanyaan dengan benar dari 2 soal

e) apabila mampu menjawab pertanyaan dengan benar dari 1 soal

5

4

3

2

1

50

106

Lampiran 3

RUBRIK PENILAIAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI

UJI COBA INSTRUMEN

No Kunci jawaban Kriteria penilaian Skor Bobot

Nilai

1

a. Jika mampu menuliskan 5 hal dalam memebedakan anatar

larutan, suspensi dan koloid

b. Jika mampu menuliskan 4 hal dalam memebedakan anatar

larutan, suspensi dan koloid

c. Jika mampu menuliskan 3 hal dalam memebedakan anatar

larutan, suspensi dan koloid

d. Jika mampu menuliskan 2 hal dalam memebedakan anatar

larutan, suspensi dan koloid

e. Jika tidak menjawab/salah

4

3

2

1

0

4

2 Sabun mampu mengangkat kotoran karena molekul

penyusun sabun memiliki ujung yang dapat larut dalam

lemak dan minyak, dan ujung yang lain larut dalam air.

a. Jika mampu menjelaskan molekul sabun,cara kerja sabun

membersihkan kotoran dan menggambarkannya.

b. Jika mampu menjelaskan molekul sabun dan

menggambarkannya dan tidak mampu menjelaskan cara kerja

4

3

4

107

sabun membersihkan kotoran.

c. Jika mampu menjelaskan molekul sabun dan tidak mampu

menggambarkan serta menjelaskan cara kerja sabun

memebersihkan kotoran.

d. Jika tidak mampu membuat gambaran molekul sabun dan

tidak mampu menjelaskan cara kerja sabun dapat

membersihkan kotoran.

e. Jika tidak menjawab/salah

2

1

0

3 No Fase

Terdispersi

Medium

Pendispersi

Contoh

1 Padat Gas Asap

2 Padat Cair Cat

3 Cair Gas Awan

4 Cair Padat Jelly

a. Mampu membuat tabel perbandingan dengan 4 hal

b. Mampu membuat tabel perbandingan dengan 3 hal

c. Mampu membuat tabel perbandingan dengan 2 hal

d. Mampu membuat tabel perbandingan dengan 1 hal

e. Jika tidak menjawab/salah

4

3

2

1

0

4

4 Pendapat :

a. Penyakit diabetes yang disebabkan oleh

kelebihan kadar gula dari susu

b. Kelebihan gula sering tidak lekas didiagnosa

secara dini. Pasien baru akan didiagnosanya

sebagai penderita biasa dalam keadaan sudah

lanjut atau terlambat, sehingga pengobatan sering

tidak berhasil

Solusi :

a. Harus mengenali gejala-gejala awal dari diare

b. Melakuakn pemeriksaan secepatnya ke dokter

untuk mengetahui hasilnya

c. Jika sudah terkena, melakukan terapi dan

pengobatan rutin

d. Menjaga pola makan dan kebersihan makanan

a. Jika mampu menuliskan pendapat dan solusi dengan benar

dan tepat

b. Jika mampu menuliskan pendapat dengan benar, tetapi solusi

kurang tepat atau sebaliknya

c. Jika mampu menuliskan pendapat dan solusi, tetapi kurang

tepat

d. Jika hanya menuliskan pendapat saja atau solusi saja

e. Jika tidak menjawab/salah

6

4

2

1

0

6

108

5 Semua kecuali yang c..

Dikatakan koagulasi koloid karena penambahan

elektrolit terjadi : koloid yang bermuatan negative akan

menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang

bermuatan positif menarik ion negative (anion). Ion-ion

tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua.

Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat, maka

selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga

terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat

daya tarik menariknya dengan partikel koloid, sehingga

makin cepat terjadi koagulasi (penggumpalan) dan c

tidak masuk dalam kategori tersebut.

a. Mampu menuliskan pasangan yang tergolong dalam

koagulasi koloid dan mampu menjelaskan cara kerja

koagulasi koloid dengan benar dan tepat

b. Hanya mampu menuliskan pasangan yang tergolong dalam

koagulasi koloid dan tidak mampu menjelaskan cara kerjanya

.

c. Hanya mampu

d. Hanya mampu

e. Jika tidak menjawab/salah

6

4

2

1

0

6

6 Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat

cair lain disebut emulsi. Emulsi terbentuk karena

pengaruh suatu pengemulsi (emulgator).

Contoh lainnya adalah kasein dalam susu dan kuning

telur dalam mayones.

a. Mampu menjelaskan pengertian emulsi dan dapat

memeberikan 2 contoh sejenis.

b. Mampu menjelaskan pengertian emulsi dan dapat

memeberikan 1 contoh sejenis.

c. Mampu menjelaskan pengertian emulsi dan tidak dapat

memeberikan contoh sejenis

d. Hanya mampu memberika contoh sejenis saja

e. Jika tidak menjawab/salah

4

3

2

1

0

4

7 Susu merupakan sumber gizi terbaik bagi mamalia yang

baru dilahirkan. Untuk perkembangan sosok anak,

minum susu merupakan salah satu sumber kalsium.

Karena itu membiasakan minum susu, adalah hal yang

penting. Bagi balita berusia 0 bulan hingga 2 tahun,

minum Air Susu Ibu (ASI) adalah yang paling baik. Jika

tidak bisa hingga 2 tahun, minimal bayi minum ASI

ekslusif hingga 6 bulan, tanpa makanan pendamping

a. Mengaitkan peran susu sebagai kebutuhan dan menuliskan

dampak yang berkaitan dengan peran susu bagi kelangsungan

hidup bayi dan balita

b. Mengaitkan peran susu sebagai kebutuhan dan menuliskan

dampak, tetapi tidak berkaitan dengan peran susu bagi

kelangsungan hidup bayi dan balita

c. Jika hanya menuliskan peran susu sebagai kebutuhan dan

menuliskan dampak yang berkaitan dengan peran susu bagi

kelangsungan hidup bayi dan balita

d. Jika menuliskan peran susu dan dampaknya, tetapi kurang

6

4

2

1

6

109

lainnya.

Jika susu tidak ada, maka kelangsungan hidup bayi dan

balita akan terganggu bahkan banyak bayi dan balita

yang kekurangan gizi yang bergantung pada asupan

susu.

tepat

e. Jika tidak menjawab/salah

0

8 Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang

terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang

terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat ; jika

zat terdispersinya berupa zat cair, disebut aerosol cair.

a. Jika mampu menjelaskan system koloid aerosol dan macam-

macam aerosol dengan benar

b. Jika mampu menjelaskan pengertian aerosol saja

c. Jika mampu menjelaskan macam-macam aerosol saja

d. Jika hanya menuliskan pendapat saja

e. Jika tidak menjawab/salah

4

3

2

1

0

4

9 Salah satu cara yang sederhana adalah dengan

menjatuhkan seberkas cahaya (transparan), sedangkan

koloid menghamburkannya. Oleh karena itu, berkas

cahaya yang melalui koloid dapat diamati dari arah

samping, walaupun partikel koloidnya sendiri tidak

tampak. Jika partikel terdispersinya juga keliahatan,

maka system itu bukan koloid melainkan suspensi.

a. Jika mampu menuliskan langkah-langkah dan

menggambarkan dengan tepat dan berkaitan dengan kasus

b. Jika mampu menuliskan langkah-langkah dengan tepat, tetapi

tidakmenggambarkan yang berkaitan dengan kasus

c. Jika mampu menuliskan langkah-langkah kurang tepat, tetapi

menggambarkan yang berkaitan dengan kasus

d. Jika menuliskan langkah-langkah, tetapi kurang tepat dan

tidak menggambarkan yang berkaiatan dengan kasus

e. Jika tidak menjawab/salah

6

4

2

1

0

6

10 Jika para ilmuaan tidak mempelajaari koloid, maka tidak

akan ada produksi besar koloid dibidang indutri. Dan

tidak ada pula lowongan pekerjaan bagi orang yang

a. Jika mampu menuliskan pendapat dan solusi dengan benar

dan tepat

b. Jika mampu menuliskan pendapat dengan benar, tetapi solusi

6

4

6

110

sekarang bekerja diperusahaan yang berkaitan dengan

koloid.

kurang tepat atau sebaliknya

c. Jika mampu menuliskan pendapat dan solusi, tetapi kurang

tepat

d. Jika hanya menuliskan pendapat saja atau solusi saja

e. Jika tidak menjawab/salah

2

1

0

LKS ini adalah berbasis Sains,Teknologi,Masyarakat atau disingkat dengan STM, dimana penyusunannya

sesuai dengan tahapan-tahapan yang sudah ada didalam teori pendekatan STM, adapun tahapannya

sebagaimana dibawah..

Kalian akan diberikan pengetahuan mengenai isu-isu yang

mengaitkan sains, teknologi dan masyarakat sehubungan dengan

materi

Tahap 1, Pendahuluan

Tahap 2, Pembentukan Konsep

Kalian akan diberikan kegiatan praktikum/demontrasi agar

dapat menemukan konsep yang akan dipelajari

Tahap 3, Kemampuan Aplikasi Konsep

Tahap 4, Pemantapan Konsep

Tahap 5, Penilaian

Kalian akan diberikan soal untuk mengetahui sejauh mana kalian

memahami konsep yang dipelajari

Kalian akan diminta memberikan contoh dalam kehidupan

sehari-hari agar kalian dapat mengaplikasikan materi yang

sedang dipelajari dengan kehidupan nyata

Kalian akan diminta untuk memberikan kesimpulan dari kegiatan

yang telah kalian lakukan

3

Kompetensi Dasar

3.15. Menganalisis peran koloid dalam kehidupan berdasarkan

sifat-sifatnya

Indikator

1. Menjelaskan larutan, koloid dan suspensi.

2. Menentukan sifat dari larutan, koloid dan suspensi

3. Menggunakan efek Tyndall dalam membedakan koloid dan

larutan sejati

4. Menerangkan aplikasi efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari

LEMBAR KERJA SISWA 1

PERTEMUAN KE-1 (2X45 MENIT)

Sekarang, kita akan belajar

menyelesaikan masalah yang

ada dalam kehidupan kita

sehari-hari.

Masalah apa

Bu ?

Tentang koloid

kan Bu.. ?

Iyaa,, betul sekali,

coba kalian baca

dahulu tujuan

pembelajarannya

1 2

3

4

3

Pernahkah kalian meminum susu? Susu apa yang sering kalian minum? Susu

kental manis, susu bubuk atau susu yang didalam kotak?

Mari kita cari hal menarik tentang SUSU..

Ternyata susu adalah salah satu contoh dari koloid dalam

bidang industri, susu adalah sekresi ambing hewan yang diproduksi

dengan tujuan penyediaan makanan bagi anak yang baru dilahirkan.

Karena berfungsi sebagai makanan tunggal bagi mahluk yang baru

dilahirkan dan mulai tumbuh, susu mempunyai nilai gizi yang

sempurna. Dalam susu terdapat semua zat gizi yang diperlukan bagi

kebutuhan pertumbuhan anak.

Pada umumnya yang disebut susu adalah susu sapi, yang

berasal dari jenis sapi perah FH (Friesian Holstein) yang

berwarna putih totol hitam. Secara alami susu merupakan suatu

emulsi lemak dan air. Kadar air susu sangat tinggi rata-rata

87.5% dan didalamnya teremulsi berbagai zat gizi penting

seperti protein, lemak, gula, vitamin dan mineral.

Susu sangat sedikit (boleh dikata tidak ada) yang dijual benar-benar segar,

yaitu langsung dari sapi perah. Hal ini karena adanya kemungkinan pencemaran atau

kontaminasi oleh berbagai bakteri patogen, seperti bakteri penyebab typus, diptheri,

radang tenggorokan dan tbc. Karena alasan tersebut maka susu yang akan dijual

sebelumnya dipanaskan secukupnya sehingga seluruh bakteri patogen yang mungkin

terdapat didalmnya dapat dimusnahkan.

Contoh susu kental manis yang sering kalian beli

diwarung atau supermarket adalah susu segar yang telah

dipekatkan dengan menguapkan sebagian airnya dan kemudian

ditambahkan gula sebagai pengawet. Susu kental manis terbuat

dari bahan-bahan seperti susu bubuk krim, air, gula, lemak,

vitamin, dan lain lain, sehingga diperoleh susu dengan

kekentalan tertentu.

3

Pada pembuatan susu kental manis, pertama-tama susu

dipanaskan pada suhu 65-69oC selama 10-15 menit dengan tujuan

membantu menstabilkan susu selama penyimpanan dan membunuh

mikroba patogen dan enzim. Selanjutnya ditambahkan gula sampai

konsentrasinya mencapai 62.5%. Selanjutnya susu diuapkan dengan

evaporator vakum pada tekanan 47 mmHg dan suhu 51oC, sampai

diperoleh kekentalan bahan kering, dengan kadar air 20-30%.

Selanjutnya diisikan ke kaleng dan dilakukan penutupan.

Ada juga susu UHT… atau susu yang sudah didalam kotak…

Susu UHT (ultra high temperature) merupakan susu yang

diolah menggunakan pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam

waktu yang singkat (135-145 derjat Celcius) selama 2-5 detik

(Amanatidis, 2002). Pemanasan dengan suhu tinggi bertujuan

untuk membunuh seluruh mikroorganisme (baik pembusuk

maupun patogen) dan spora. Waktu pemanasan yang singkat

dimaksudkan untuk mencegah kerusakan nilai gizi susu serta

untuk mendapatkan warna, aroma dan rasa yang relatif tidak

berubah seperti susu segarnya.

Proses Susu UHT

Susu cair segar UHT dibuat dari susu cair segar yang

diolah menggunakan pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam

waktu yang sangat singkat untuk membunuh seluruh mikroba,

sehingga memiliki mutu yang sangat baik. Secara kesuluruhan

faktor utama penentu mutu susu UHT adalah bahan baku,

proses pengolahan dan pengemasannya.

Bahan baku

Bahan baku susu UHT cair segar adalah susu segar yang memiliki mutu tinggi

terutama dalam komposisi gizi. Hal ini didukung oleh perlakuan pra panen hingga pasca

panen yang terintegrasi. Pakan sapi harus diatur agar bermutu baik dan mengandung zat-

zat gizi yang memadai, bebas dari antibiotika dan bahan-bahan toksis lainnya. Dengan

demikian, sapi perah akan menghasilkan susu dengan komposisi gizi yang baik. Mutu susu

segar juga harus didukung oleh cara pemerahan yang benar termasuk di dalamnya adalah

Sumber : Ir.Sutrisno Koswara,M.Si. Teknologi pembuatan susu. Ebookpangan.com

3

pencegahan kontaminasi fisik dan mikrobiologis dengan sanitasi alat pemerah dan sanitasi

pekerja. Susu segar yang baru diperah harus diberli perlakuan dingin termasuk

transportasi susu menuju pabrik.

Pengolahan

Pengolahan di pabrik untuk mengkonversi susu segar menjadi susu

UHT juga harus dilakukan dengan sanitasi yang maksimum yaitu

dengan menggunakan alat-alat yang steril dan meminimumkan kontak

dengan tangan. Seluruh proses dilakukan secara aseptik.

Pengemasan

Susu UHT dikemas secara higienis dengan menggunakan

kemasan aseptic multilapis berteknologi canggih, Kemasan

multilapis ini kedap udara sehingga bakteri pun tak dapat

masuk ke dalamnya. Karena bebas bakteri perusak minuman,

maka susu UHT pun tetap segar dan aman untuk dikonsumsi.

Selain itu kemasan multilapis susu UHT ini juga kedap cahaya

sehingga cahaya ultra violet tak akan mampu menembusnya

dengan terlindungnya dari sinar ultra violet maka kesegaran

susu UHT pun akan tetap terjaga. Setiap kemasan aseptik

multilapis susu UHT disterilisasi satu per satu secara otomatis sebelum diisi dengan susu.

Proses tersebut secara otomatis dilakukan hampir tanpa adanya campur tangan manusia

sehingga menjamin produk yang sangat higienis dan memenuhi standar kesehatan

internasional.

Dengan demikian teknologi UHT dan kemasan aseptik multilapis menjamin susu

UHT bebas bakteri dan tahan lama tidak membutuhkan bahan pengawet dan tak perlu

disimpan di lemari pendingin hingga 10 bulan setelah diproduksi.

Tip Penggunaan Susu UHT

Apabila kemasan susu UHT telah dibuka, maka susu tersebut harus disimpan pada

refrigerator. Susu UHT harus dihindarkan dari penyimpanan pada suhu tinggi (di

atas 50 derjat Celcius) karena dapat terjadi gelasi yaitu pembentukan gel akibat

kerusakan protein.

Kerusakan susu UHT sangat mudah dideteksi secara visual, ciri utama yang umum

terjadi adalah kemasan menggembung. Gembungnya kemasan terjadi akibat

Sumber : http://forum.detik.com/susu-uht-bernilai-gizi-lebih-t194670.html

kebocoran kemasan yang memungkinkan mikroba-mikroba pembusuk tumbuh dan

memfermentasi susu. Fermentasi susu oleh mikroba pembusuk menghasilkan gas CO2

yang menyebabkan gembung.

Kerusakan juga ditandai oleh timbulnya bau dan rasa yang asem. Selain

menghasilkan gas, aktivitas fermentasi oleh mikroba pembusuk juga menghasilkan

alkohol dan asam-asam organik yang menyebabkan susu menjadi berflavor dan

beraroma asem.

Hindari mengkonsumsi susu UHT yang telah mengental. Fermentasi susu oleh

bakteri pembusuk juga pembusuk juga menyebabkan koagulasi dan pemecahan

protein akibat penurunan pH oleh asam-asam organic. Koagulasi dan pemecahan

protein inilah yang menyebabkan tekstur susu rusak yaitu menjadi pecah dan agak

kental.

Bagaimana membedakan susu UHT dengan produk lain?

Communications Manager Tetra Pak Indonesia

Elvira P. Wongososudiro mengatakan, tidak sulit.

Cukup melihat tulisan "Protects What's Good"

dalam kemasan susu cair yang akan dibeli. Tanda

tersebut bisa dijadikan indikator bahwa susu cair

yang akan dipilih memiliki nilai gizi yang tinggi

dan baik dikonsumsi semua orang.

Apakah hanya susu contoh dari aplikasi koloid?

Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti di alam

(tanah, air, dan udara), industri (cat,pasta gigi, sabun, keju,dll), kedokteran (minyak

ikan, penisilin untuk suntikan), dan pertanian (pestisida dan insektisida).

Di industri sendiri, aplikasi koloid untuk produksi cukup luas. Hal ini disebabkan

sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat

yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi

skala besar.

Kriteria STM :

1. Sains : kumpulan pengetahuan dan proses.

2. Masyarakat : sesuatu atau alat yang bermanfaat bagi manusia.

Sains

Berdasarkan wacana yang telah kalian baca dan, coba kalian tuliskan mana saja

yang termasuk dalam kategori Sains, Teknologi dan Masyarakat dari materi ini,

sesuai kerangka STM dibawah ini !

Diskusikanlah !

Masyarakat Teknologi

3. Teknologi : suatu perangkat keras ataupun lunak yang digunakan untuk

memecahkan masalah bagi pemenuhan kebutuhan manusia.

================================================================================

Simak pertanyaan dan pernyataan berikut ini!

1. Pernahkah kalian membuat teh manis? Sebelum dimasukkan teh, kalian

akan memasukkan gula terlebih dahulu kedalam air bukan? Kalian akan

tetap dapat melihat bahwa di dalam gelas terdapat air dan gula.

Berarti di dalam gelas terdapat dua fasa, yaitu air yang berfasa cair

dan gula berfasa padat.

2. Pernahkan kalian melihat adukan pasir saat membangun dinding rumah?

Kalian akan melihat ada campuran pasir dan air bukan? Apa yang

terjadi bila pasir dicampurkan dengan air kemudian diaduk? Bagaimana

keadaan campuran yang terbentuk? Apakah pasir bercampur dengan

air? Kalian akan melihat pasir tidak bercampur dengan air. Berarti

terdapat dua fasa, yaitu air yang berfasa cair dan pasir berfasa

padat. Akan tetapi pasir tidak akan larut bila ditambahkan air.

Campuran tersebut dinamakan campuran heterogen.

3. Jika kalian mencampurkan susu dengan air, ternyata susu larut tetapi

larutan itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu

tidak memisahkan dan juga tidak dapat disaring secara mikroskop

ultra, ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel susu yang

Apa saja ya peran koloid

itu? Ayo kita baca wacana

di bawah ini.

Eksistensi Koloid

tersebar di dalam air. Campuran seperti ini disebut koloid. Koloid

tergolong campuran heterogen dan merupakan sistem dua fasa.

=========================================================================

a). Alat yang digunakan :

Nama Alat Jumlah

b). Bahan yang digunakan :

Nama Bahan Jumlah

Cara Kerja :

1. Siapkan 7 tabung masing-masing dengan kira-kira 50 mL air.

2. Tambahkan :

1 gram gula kedalam tabung 1

1 gram tanah ke dalam tabung 2

1 gram odol/pasta gigi ke dalam tabung 3

1 gram susu instan/susu kental manis kedalam tabung 4

1 gram garam ke dalam tabung 5

1 gram tepung terigu kedalam tabung 6

3. Aduklah setiap campuran (batang pengaduk harus dibilas dan dikeringkan

lebih dahulu sebelum digunakan untuk mengaduk isi gelas yang berbeda).

Apa saja ya sifat koloid itu? Ayo kita

lakukan kegiatan di bawah ini.

“ Sistem koloid dan Efek Tyndall ”

4. Diamkan campuran-campuran itu. Perhatikan apakah campuran bening atau

keruh.

5. Perhatikan dan catat apakah zat yang “dilarutkan” dapat larut atau tidak

larut.

6. Arahkan berkas cahaya lampu senter pada masing-masing tabung reaksi.

7. Amati berkas cahaya dari samping dengan arah yang tegak lurus, catat

pengamatan!

Tabel Data Pengamatan :

No Sifat

Isi tabung reaksi

Gula Pasir Odol/pasta

gigi

Susu Garam Tepung

terigu

1 Warna

2 Habis

terlatut/tidak

3 Jernih/Keruh

4

Menghamburkan

cahaya/tidak

Pertanyaan :

1) Coba kalian kelompokkan isi tabung yang mempunyai ciri-ciri yang sama!

2) Dari buku refensi yang kalian baca, dari kelompok tabung yang kalian amati,

tentukan mana yang termasuk dalam larutan, suspensi dan koloid!

3) Berdasarkan percobaan yang dilakukan, tabung mana yang memperlihatkan

penghamburan cahaya? Jelaskan!

4) Jelaskan peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan sifat koloid (efek

Tyndall)! Berikan contoh!

Jawabanku …

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………...………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Coba kalian amati disekeliling bahan-bahan kimia lain yang terdapat dirumah

kalian..!! Temukan ciri-ciri yang sama seperti yang telah kalian dapatkan dalam

kegiatan praktikum dan klasifikasikan mana yang tergolong larutan, suspensi dan

koloid.

(dari bidang makanan, kosmetik dan perawatan tubuh, kebutuhan rumah tangga,

dan obat-obatan)

1. …………………………………

2. …………………………………

3. …………………………………

4. …………………………………

5. …………………………………

6. …………………………………

7. …………………………………

8. …………………………………

9. …………………………………

10. ………………………………

Kesimpulanku…

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

Cobalah kamu tuliskan kesimpulan akhir dari

percobaan yang telah kalian lakukan, berikan

jawaban terbaikmu! Jangan lupa cantumkan sumber

referensinya!

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!

1. dibawah ini yang merupakan sistem koloid adalah….

a. Air gula

b. Air soda

c. Air kanji

d. Bensin

e. Larutan garam

2. Yang merupakan ciri sistem koloid dibawah ini, kecuali….

a. Relatif stabil

b. Terdiri dari dua fasa

c. Homogen

d. Menghamburkan cahaya

e. Tidak dapat disaring

3. Penghamburan cahaya oleh sistem koloid dikenal dengan….

a. Refleksi koloid

b. Elektroforesis

c. Gerak broen

d. Efek Tyndall

e. Dialisis

4. Sebutkan 2 macam kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari!

Alhamdulillah, kami sudah

selesai mengerjakan

tugas LKS 1 hari ini !!

NILAI PARAF

155

Lampiran 7

PENGHITUNGAN MEAN, MEDIAN, MODUS DAN STANDAR DEVIASI

DATA PRETEST KELAS EKSPERIMEN

1. Banyaknya data (n) = 35

2. Data pretest siswa kelas eksperimen

14 0 18 14 0 18 2

26 10 18 0 14 26 18

14 10 18 0 26 6 10

42 0 18 10 10 26 18

6 14 30 34 10 2 6

3. Nilai terbesar = 42

4. Nilai terkecil = 0

5. Rentang data (R) = nilai terbesar – nilai terkecil

= 42 – 0

= 42

6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 35

= 1 + 3,3 (1,545)

= 1 + 5,095

= 6,095

= 6

7. Panjang interval kelas (i) = k

R

156

= 6

42

= 7

8. Tabel distribusi frekuensi

Interval

kelas F X FX X

2 FX

2

Batas nyata fkb

fka

Bawah Atas

0 – 6 10 3 30 9 90 -0,5 6,5 35 10

7 – 13 6 10 60 100 600 6,5 13,5 24 16

14 – 20 12 17 204 289 3468 13,5 20,5 12 28

21 – 27 4 24 96 576 2304 20,5 27,5 8 32

28 – 32 1 30 30 900 900 27,5 32,5 7 33

33 – 38 1 35,5 35,5 1260,25 1260,25 32,5 38,5 6 34

39 – 45 1 41,5 41,5 1722,25 1722,25 38,5 45,5 5 35

Total 35 (∑F)

497

(∑fx)

10344,5

(∑fx2)

Keterangan:

F : Frekuensi yang mengandung median

X : Titik tengah

FX : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval

dengan titik tengah

X2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah

FX2 : Hasil perkalian antara frekuensi dengan hasil dari pengkuadratan

titik tengah

fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung

median

fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung

median

157

9. Perhitungan nilai mean

Rumus mean metode panjang

Keterangan:

Mx : Mean

∑fx : Jumlah dari hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing

interval dengan titik tengah

N : Number of cases

Mx = N

fx

= 35

497

= 14,2

10. Perhitungan nilai median

Keterangan:

Mdn : Median

: Batas bawah nyata dari interval yang mengandung median

N : Number of Cases

fxb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median

fi : Frekuensi dari interval yang mengandung median

i : Panjang interval kelas

Mdn = if

fx-½N

i

b

= 74

7-17,520,5

= 20,5 + 2,6 x 7

= 38,7

Mx = N

fx

Mdn = if

fx-½N

i

b

158

11. Perhitungan nilai modus

Keterangan:

M0 : Modus

: Batas bawah nyata dari interval yang mengandung modus

fa : frekuensi yang terletak di atas interval yang mengandung modus

fb : frekuensi yang terletak di bawah interval yang mengandung modus

i : Panjang interval kelas

M0 = iff

f

ba

a

= 7824

245,20

= 20,5 + 0,75 x 7

= 25,75

12. Standar deviasi

Keterangan:

S : Varians

fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval

dengan titik tengah

fx2 : Hasil perkalian antara frekuensi dengan hasil dari pengkuadratan

titik tengah

n : Jumlah responden

S = 1n

1/)( 22

nfxfx

M0 = iff

f

ba

a

S = 1n

)( 22

fxfx

159

= 135

135/)407(5,10344 2

= 34

7057,4-10344,5

= 34

3287,1

96,679

SD = 9,83256

160

PENGHITUNGAN MEAN, MEDIAN, MODUS DAN STANDAR DEVIASI

DATA POSTTEST KELAS EKSPERIMEN

1. Banyaknya data (n) = 35

2. Data posttest siswa kelas eksperimen

50 50 50 60 60 65 65

65 65 70 70 70 70 70

70 70 70 70 70 75 75

75 75 75 75 75 75 80

80 80 80 80 85 85 85

3. Nilai terbesar = 85

4. Nilai terkecil = 50

5. Rentang data (R) = nilai terbesar – nilai terkecil

= 85 – 50

= 35

6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 35

= 1 + 3,3 (1,545)

= 1 + 5,095

= 6, 095

= 6

7. Panjang interval kelas (i) = k

R

= 6

35

= 5,83 ~ 6

161

8. Tabel distribusi frekuensi

Interval

kelas F X FX X

2 Batas nyata

fkb fka Bawah Atas

50-55 3 52,5 157,5 2756,25 49,5 55,5 35 3

56-61 2 58,5 117 3422,25 55,5 61,5 33 5

62-67 4 67,5 270 4556,25 61,5 67,5 29 9

68-73 10 70,5 705 4970,25 67,5 73,5 19 19

74-79 8 76,5 612 5822,25 75,5 79,5 11 27

80-85 8 82,5 660 6806,25 79,5 85,5 3 35

Total 35 (∑F)

2521,5

(∑fx)

Keterangan:

Keterangan:

F : Frekuensi yang mengandung median

X : Titik tengah

FX : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval

dengan titik tengah

X2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah

FX2 : Hasil perkalian antara frekuensi dengan hasil dari pengkuadratan

titik tengah

fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung

median

fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung

median

9. Perhitungan nilai mean

Rumus mean metode panjang

Mx = N

fx

162

Keterangan:

Mx : Mean

∑fx : Jumlah dari hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing

interval dengan titik tengah

N : Number of cases

Mx = N

fx

= 35

5,2521

= 72

10. Perhitungan nilai median

Keterangan:

Mdn : Median

: Batas bawah nyata dari interval yang mengandung median

N : Number of Cases

fxb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median

fi : Frekuensi dari interval yang mengandung median

i : Panjang interval kelas

Mdn = if

fx-½N

i

b

= 68

11 - 17,5 67,5

= 67,5 + 4,88

= 72,38

11. Perhitungan nilai modus

Mdn = if

fx-½N

i

b

M0 = iff

f

ba

a

163

Keterangan:

M0 : Modus

: Batas bawah nyata dari interval yang mengandung modus

fa : frekuensi yang terletak di atas interval yang mengandung modus

fb : frekuensi yang terletak di bawah interval yang mengandung modus

i : Panjang interval kelas

M0 = iff

f

ba

a

= 68 4

45,67

= 67,5 + 1,99

= 69,49

12. Standar deviasi (exel)

SD = 9,14

Varians = 83,54

SD= STDEV (…:….)

164

PENGHITUNGAN MEAN, MEDIAN, MODUS DAN STANDAR DEVIASI

DATA LKS 1 KELAS EKSPERIMEN

1. Banyaknya data (n) = 35

2. Data LKS 1 siswa kelas eksperimen

70 65 70 70 70 70 65 90

65 65 65 90 90 90 90 70

70 70 70 77,5 77,5 77,5 77,5 65

60 70 65 65 80 70 80 60

80 80 80

3. Nilai terbesar = 90

4. Nilai terkecil = 65

5. Rentang data (R) = nilai terbesar – nilai terkecil

= 90 – 60

= 30

6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 35

= 1 + 3,3 (1,544)

= 1 + 5,0952

= 6, 0952

= 6

7. Panjang interval kelas (i) = k

R

= 6

30

= 5

165

8. Tabel distribusi frekuensi

Interval

kelas F X Fx x

2 Batas nyata

fkb fka Frekuensi

relatif Bawah Atas

65 – 69 10 67 670 4489 64,5 69,5 35 10 28,57

70 – 74 11 72 792 5184 69,5 74,5 24 21 31,43

75 – 79 4 77 308 5929 74,5 79,5 20 25 11,43

80 – 84 5 82 410 6724 79,5 84,5 15 30 14,28

85 – 89 0 87 0 7569 84,5 89,5 15 30 0

90 – 94 5 92 460 8464 89,5 94,5 10 35 14,28

Total 35 (∑F)

2640

(∑fx)

Keterangan:

f : Frekuensi yang mengandung median

x : Titik tengah

fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval

dengan titik tengah

x2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah

fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung

median

fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung

median

Fr : Frekuensi relatif diperoleh dari, Fr = F x 100%

∑F

9. Perhitungan nilai mean

Rumus mean metode panjang

Mx = N

fx

166

Keterangan:

Mx : Mean

∑fx : Jumlah dari hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing

interval dengan titik tengah

N : Number of cases

Mx = N

fx

= 35

2640

= 75,43

10. Perhitungan nilai median

Diurutkan dari yang terkecil

Posisi median = (n+1)/2

Jika posisi median bulat, nilai median = X(n+1)/2

Jika posisi median pecahan, nilai median = Xn/2 + X((n/2)+1)

Posisi Median = (n+1)/2

= (35+1)/2

= 18

Nilai Median pada posisi ke 18 adalah 75,43

11. Perhitungan nilai modus

Nilai data yang sering muncul, yakni nilai 70 sebanyak 11

12. Standar deviasi

SD =

1n

x-x2

167

Keterangan:

SD : Standar deviasi

x- x : Jumlah butir benar setiap responden dikurangi rata-rata jumlah

butir benar semua responden

n : Jumlah responden

SD =

1n

x-x2

= 135

(-70,05)2

= 34

4907

= 144,32

= 12,01

13. Varians (S2)

S2

= SD2

= 12,01

2

= 144,24

168

PENGHITUNGAN MEAN, MEDIAN, MODUS DAN STANDAR DEVIASI

DATA LKS 2 KELAS EKSPERIMEN

1. Banyaknya data (n) = 35

2. Data LKS 2 siswa kelas eksperimen

72,5 80 72,5 72,5 72,5 72,5 80 95

80 80 80 95 95 95 95 82,5

82,5 82,5 82,5 82,5 82,5 82,5 82,5 70

70 82,5 70 70 87,5 8,5 87,5 70

87,5 87,5 87,5

3. Nilai terbesar = 95

4. Nilai terkecil = 70

5. Rentang data (R) = nilai terbesar – nilai terkecil

= 95 – 70

= 25

6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 35

= 1 + 3,3 (1,544)

= 1 + 5,0954

= 6,0954

= 6

7. Panjang interval kelas (i) = k

R

= 6

25

= 4,2

169

= 4

8. Tabel distribusi frekuensi

Interval

kelas F X Fx x

2 Batas nyata

fkb fka Frekuensi

relatif Bawah Atas

70 – 74 10 71,5 715 5112,25 69,5 73,5 35 10 28,57

75 – 78 0 76,5 0 5852,25 73,5 77,5 0 0 0

79 – 82 15 80,5 1207,5 6480,25 77,5 81,5 30 15 14,29

83 – 86 0 84,5 0 7140,25 81,5 85,5 20 25 28,57

87 – 90 5 88,5 442,5 7832,25 85,5 89,5 15 30 14,29

91 – 94 0 92,5 0 8556,25 89,5 93,5 10 35 14,29

95 – 99 5 97 485 9409

Total 35 (∑F)

2850

(∑fx)

Keterangan:

f : Frekuensi yang mengandung median

x : Titik tengah

fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval

dengan titik tengah

x2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah

fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung

median

fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung

median

Fr : Frekuensi relatif diperoleh dari, Fr = F x 100%

∑F

9. Perhitungan nilai mean

Rumus mean metode panjang

Mx = N

fx

170

Keterangan:

Mx : Mean

∑fx : Jumlah dari hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing

interval dengan titik tengah

N : Number of cases

Mx = N

fx

= 35

2850

= 81,43

10. Perhitungan nilai median

Diurutkan dari yang terkecil

Posisi median = (n+1)/2

Jika posisi median bulat, nilai median = X(n+1)/2

Jika posisi median pecahan, nilai median = Xn/2 + X((n/2)+1)

Posisi Median = (n+1)/2

= (35+1)/2

= 18

Nilai Median pada posisi ke 18 adalah 81,43

11. Perhitungan nilai modus

Nilai data yang sering muncul, yakni nilai 79 sebanyak 15

12. Standar deviasi

SD =

1n

x-x2

171

Keterangan:

SD : Standar deviasi

x- x : Jumlah butir benar setiap responden dikurangi rata-rata jumlah

butir benar semua responden

n : Jumlah responden

SD =

1n

x-x2

= 135

(-0,05)2

= 34

0,0025

= 0,0000735

= 8,57 x 10-3

13. Varians (S2)

S2

= SD2

= (8,57 x 10

-3)2

= 7,35 x 10-5

172

PENGHITUNGAN MEAN, MEDIAN, MODUS DAN STANDAR DEVIASI

DATA LKS 3 KELAS EKSPERIMEN

1. Banyaknya data (n) = 35

2. Data LKS 3 siswa kelas eksperimen

85 87,5 85 85 85 85 87,5 100

87,5 87,5 87,5 100 100 100 100 92,5

92,5 92,5 92,5 82,5 82,5 82,5 82,5 87,5

87,5 92,5 87,5 87,5 87,5 82,5 87,5 87,5

87,5 87,5 87,5

3. Nilai terbesar = 100

4. Nilai terkecil = 82,5

5. Rentang data (R) = nilai terbesar – nilai terkecil

= 100 – 82,5

= 17,5

6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 35

= 1 + 3,3 (1,544)

= 1 + 5,0954

= 6,0954

= 6

7. Panjang interval kelas (i) = k

R

= 6

17,5

= 2,9

= 3

173

8. Tabel distribusi frekuensi

Interval kelas F X Fx x

2 Batas nyata

fkb fka Frekuensi

relatif Bawah Atas

82,5 – 84,5 5 83,5 417,5 6972,25 82 85 35 5 14,29

85,5 – 87,5 20 86,5 1730 7482,25 85 88 15 25 57,14

88,5 – 90,5 0 89,5 0 8010,25 88 91 15 25 0

91,5 – 93,5 5 92,5 462,5 8556,25 91 94 10 30 14,29

94,5 – 96,5 0 95,5 0 9120,25 94 97 10 30 0

97,5 – 100 5 98,75 493,75 9751,56 97 101 5 35 14,29

Total 35 (∑F)

3103,75

(∑fx)

Keterangan:

f : Frekuensi yang mengandung median

x : Titik tengah

fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval

dengan titik tengah

x2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah

fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung

median

fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung

median

Fr : Frekuensi relatif diperoleh dari, Fr = F x 100%

∑F

9. Perhitungan nilai mean

Rumus mean metode panjang

Mx = N

fx

174

Keterangan:

Mx : Mean

∑fx : Jumlah dari hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing

interval dengan titik tengah

N : Number of cases

Mx = N

fx

= 35

75,3103

= 88,68

10. Perhitungan nilai median

Diurutkan dari yang terkecil

Posisi median = (n+1)/2

Jika posisi median bulat, nilai median = X(n+1)/2

Jika posisi median pecahan, nilai median = Xn/2 + X((n/2)+1)

Posisi Median = (n+1)/2

= (35+1)/2

= 18

Nilai Median pada posisi ke 18 adalah 88,68

11. Perhitungan nilai modus

Nilai data yang sering muncul, yakni nilai 85,5 sebanyak 20

12. Standar deviasi

SD =

1n

x-x2

175

Keterangan:

SD : Standar deviasi

x- x : Jumlah butir benar setiap responden dikurangi rata-rata jumlah

butir benar semua responden

n : Jumlah responden

SD =

1n

x-x2

= 135

(8,7)

= 34

75,69

= 2,226

= 1,49

13. Varians (S2)

S2

= SD2

= 1,49

2

= 2,22

176

PENGHITUNGAN MEAN, MEDIAN, MODUS DAN STANDAR DEVIASI

DATA PRETEST KELAS KONTROL

1. Banyaknya data (n) = 35

2. Data pretest siswa kelas kontrol

20 25 25 25 25 25 30

30 30 30 30 35 35 35

35 35 35 35 35 35 40

40 40 40 40 40 45 45

45 50 50 50 55 55 55

3. Nilai terbesar = 55

4. Nilai terkecil = 20

5. Rentang data (R) = nilai terbesar – nilai terkecil

= 55 – 20

= 35

6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 35

= 1 + 3,3 (1,545)

= 1 + 5,095

= 6,095

= 6

7. Panjang interval kelas (i) = k

R

= 6

35

= 5,8 ~ 6

177

8. Tabel distribusi frekuensi

Interval

kelas F X Fx x

2 Batas nyata

fkb fka Bawah Atas

20 – 25 27 22,5 135 506,25 19,5 25,5 35 6

26 – 31 1 28,5 142,5 812,25 26,5 31,5 29 11

32 – 37 0 34,5 310,5 1190,25 33,5 40,5 24 20

38 – 43 3 40,5 243 1640,25 40,5 47,5 16 26

44 – 49 0 46,5 139,5 2162,25 47,5 54,5 9 29

50 – 55 3 52,5 315 2756,25 54,5 61,5 6 35

Total 35 (∑F)

1285,5

(∑fx)

Keterangan:

f : Frekuensi yang mengandung median

x : Titik tengah

fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval

dengan titik tengah

x2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah

fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung

median

fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung

median

Fr : Frekuensi relatif diperoleh dari, Fr = F x 100%

∑F

9. Perhitungan nilai mean

Rumus mean metode panjang

Keterangan:

Mx : Mean

Mx = N

fx

178

∑fx : Jumlah dari hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing

interval dengan titik tengah

N : Number of cases

Mx = N

fx

= 35

1285

= 36,7

10. Perhitungan nilai median

Keterangan:

Mdn : Median

: Batas bawah nyata dari interval yang mengandung median

N : Number of Cases

fxb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median

fi : Frekuensi dari interval yang mengandung median

i : Panjang interval kelas

Mdn = if

fx-½N

i

b

= 69

15-17,533,5

= 33,5 + 1,67

= 35,17

11. Perhitungan nilai modus

Mdn = if

fx-½N

i

b

M0 = iff

f

ba

a

179

Keterangan:

M0 : Modus

: Batas bawah nyata dari interval yang mengandung modus

fa : frekuensi yang terletak di atas interval yang mengandung modus

fb : frekuensi yang terletak di bawah interval yang mengandung modus

i : Panjang interval kelas

M0 = iff

f

ba

a

= 665

55,33

= 33,5 + 2,73

= 36,23

12. Standar deviasi (exel)

= 9,42

13. Varians (S2)

S2

= SD2

= 9,42

2

= 88,66

SD = SDTDEV (….:….)

180

PENGHITUNGAN MEAN, MEDIAN, MODUS DAN STANDAR DEVIASI

DATA POSTTEST KELAS KONTROL

1. Banyaknya data (n) = 35

2. Data posttest siswa kelas eksperimen

45 45 50 50 50 55 55

55 60 60 60 60 65 65

65 65 65 65 70 70 70

70 70 70 75 75 75 75

75 75 80 80 80 80 80

3. Nilai terbesar = 80

4. Nilai terkecil = 45

5. Rentang data (R) = nilai terbesar – nilai terkecil

= 80 – 45

= 35

6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 35

= 1 + 3,3 (1,545)

= 1 + 5,095

= 6, 095

= 6

7. Panjang interval kelas (i) = k

R

181

= 6

35

= 5,83 ~ 6

8. Tabel distribusi frekuensi

Interval

kelas F X Fx x

2 Batas nyata

fkb fka Bawah Atas

45-50 5 47,5 237,5 2304 44,5 50,5 35 5

51-56 4 53,5 214 3025 50,5 56,5 30 9

57-63 4 60 240 3844 56,5 63,5 26 13

64-70 12 67 804 4761 63,5 70,5 22 25

71-76 6 76 456 5776 70,5 76,5 10 31

77-83 4 77 308 6889 76,5 83,5 4 35

Total 35 (∑F)

2259,5

(∑fx)

Keterangan:

f : Frekuensi yang mengandung median

x : Titik tengah

fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval

dengan titik tengah

x2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah

fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung

median

fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung

median

9. Perhitungan nilai mean

Rumus mean metode panjang

Mx = N

fx

182

Keterangan:

Mx : Mean

∑fx : Jumlah dari hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing

interval dengan titik tengah

N : Number of cases

Mx = N

fx

= 35

5,2259

= 64,56

10. Perhitungan nilai median

Keterangan:

Mdn : Median

: Batas bawah nyata dari interval yang mengandung median

N : Number of Cases

fxb : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median

fi : Frekuensi dari interval yang mengandung median

i : Panjang interval kelas

Mdn = if

fx-½N

i

b

= 612

10 - 17,5 63,5

= 63,5 + 3,75

= 67,25

11. Perhitungan nilai modus

Mdn = if

fx-½N

i

b

M0 = iff

f

ba

a

183

Keterangan:

M0 : Modus

: Batas bawah nyata dari interval yang mengandung modus

fa : frekuensi yang terletak di atas interval yang mengandung modus

fb : frekuensi yang terletak di bawah interval yang mengandung modus

i : Panjang interval kelas

M0 = iff

f

ba

a

= 66 4

45,63

= 63,5 + 2,4

= 65,9

12. Standar deviasi

= 10,32

13. Varians (S2)

S2

= SD2

= 10,32

2

= 106,50

SD =

1n

x-x2

192

Lampiran 9

Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen

X F X2 FX FX2 Zn Zi Zt F(Zi) S(Zi) ׀F(Zi)- S(Zi) ׀

0 5 0 0 0 5 -1,35 0,4115 0,0885 0,1143 0,0285

2 2 4 4 8 7 -1,16 0,3770 0,123 0,2 0,077

6 3 36 18 216 10 -0,77 0,2794 0,2206 0,2857 0,0651

10 6 100 60 600 16 -0,38 0,1480 0,352 0,457 0,105

14 5 196 70 980 21 0,05 0,0199 0,5199 0,5801 0,0602

18 7 324 126 2268 28 0,39 0,1517 0,6517 0,8 0,1483

26 4 676 104 2704 32 1,17 0,3790 0,879 0,914 0,035

30 1 900 30 900 33 1,56 0,4406 0,9406 0,9428 0,0022

34 1 1156 34 1156 34 1,95 0,4744 0,9744 0,9714 0,0030

42 1 1764 42 1764 35 2,73 0,4968 0,9968 1,0000 0,0032

488 10596

L0(hitung) 0,1483

193

1. Perhitungan nilai mean

Rumus mean metode panjang

Keterangan:

Mx : Mean

∑fx : Jumlah dari hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval dengan titik tengah

N : Number of cases

Mx = N

fx

= 35

488

= 13,94

2. Standar deviasi

Mx = N

fx

S = 1n

)( 22

fxfx

194

Keterangan:

S : Varians

fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval dengan titik tengah

fx2 : Hasil perkalian antara frekuensi dengan hasil dari pengkuadratan titik tengah

n : Jumlah responden

S = 1n

1/)( 22

nfxfx

= 135

135/)488(10596 2

= 34

7004,23-10596

= 34

3591,77

105,64

SD = 10,28

Zn= nilai frekuensi komulatif

Zi=

SD

x-x

Zt=lihat tabel;

F(Zi)=0,5-Zt (nilai negatif) dan

0,5+Zt (nilai positif);

S(Zi)=Zn/n

195

Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen

1. Berdasarkan tabel uji normalitas di dapat harga L0(hitung) = 0,1483

2. Menentukan Ltabel : Dari harga kritis Uji Liliefors untuk n = 35 dengan α = 0,05 di dapat harga: Ltabel = 35

886,0 = 0,886/5,92 = 0,150

Kriteria pengujan: Diterima H0 jika L0(hitung) < Ltabel (0,1483 < 0,150)

Maka dapat disimpulkan H0 diterima. Data berdistribusi NORMAL

196

Data Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol

X F Zn Zi Zt F(Zi) S(Zi) ׀F(Zi)- S(Zi) ׀

20 1 1 -1,77 0,4616 0,04 0,02 0,02

25 5 6 -1,24 0,3925 0,11 0,17 0,06

30 5 11 -0,71 0,2616 0,24 0,31 0,07

35 9 20 -0,18 0,0714 0,43 0,57 0,14

40 6 26 0,35 0,1368 0,64 0,74 0,10

45 3 29 0,88 0,3106 0,81 0,83 0,02

50 3 32 1,41 0,4207 0,92 0,91 0,01

55 3 35 1,94 0,4738 0,97 1,00 0,03

L0(hitung) 0,14

197

Zn= nilai frekuensi komulatif

Zi=

SD

x-x

Zt=

F(Zi)=0,5-Zt (nilai negatif)

0,5+Zt (nilai positif)

S(Zi)=Zn/n

Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen

3. Berdasarkan tabel uji normalitas di dapat harga L0(hitung) = 0,14

4. Menentukan Ltabel : Dari harga kritis Uji Liliefors untuk n = 35 dengan α = 0,05 di dapat harga: Ltabel = 35

886,0 = 0,886/5,92 = 0,15

Kriteria pengujan: Diterima H0 L0(hitung) < Ltabel (0,14 < 0,15)

Maka dapat disimpulkan H0 diterima. Data berdistribusi NORMAL

198

Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen

X F Zn Zi Zt F(Zi) S(Zi) ׀F(Zi)- S(Zi) ׀

50 3 3 -2,41 0,4920 0,0008 0,0857 0,0777

60 2 5 -1,31 0,4049 0,0951 0,1428 0,0477

65 4 9 -0,76 0,2764 0,2236 0,2571 0,0335

70 10 19 -0,22 0,0871 0,4129 0,5429 0,1299

75 8 27 0,33 0,1293 0,6293 0,7714 0,1421

80 5 32 0,88 0,3106 0,8106 0,9143 0,1037

85 3 35 1,42 0,4222 0,9222 1,0000 0,0778

L0(hitung) 0,1421

199

Zn= nilai frekuensi komulatif

Zi=

SD

x-x

Zt=

F(Zi)=0,5-Zt (nilai negatif)

0,5+Zt (nilai positif)

S(Zi)=Zn/n

Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen

5. Berdasarkan tabel uji normalitas di dapat harga L0(hitung) = 0,1421

6. Menentukan Ltabel : Dari harga kritis Uji Liliefors untuk n = 35 dengan α = 0,05 di dapat harga: Ltabel = 35

886,0 = 0,886/5,9160 = 0,1497

Kriteria pengujan: Jika L0(hitung) < Ltabel (0,1421< 0,1497)

Maka dapat disimpulkan H0 diterima. Data berdistribusi tidak NORMAL

200

Data Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol

X F Zn Zi Zt F(Zi) S(Zi) ׀F(Zi)- S(Zi) ׀

45 2 2 -1,90 0,4713 0,0287 0,0571 0,0284

50 3 5 -1,41 0,4207 0,0793 0,1429 0,0636

55 4 9 -0,93 0,3212 0,1788 0,2571 0,0783

60 4 13 -0,44 0,1700 0,3300 0,3714 0,0414

65 6 19 0,04 0,0160 0,5160 0,5429 0,0269

70 6 25 0,53 0,2019 0,7019 0,7143 0,0124

75 6 31 1,01 0,3438 0,8438 0,8857 0,0419

80 4 35 1,50 0,4332 0,9332 1,0000 0,0668

L0(hitung) 0,0783

201

Zn= nilai frekuensi komulatif

Zi=

SD

x-x

Zt=

F(Zi)=0,5-Zt (nilai negatif)

0,5+Zt (nilai positif)

S(Zi)=Zn/n

Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen

7. Berdasarkan tabel uji normalitas di dapat harga L0(hitung) = 0,0783

8. Menentukan Ltabel : Dari harga kritis Uji Liliefors untuk n = 35 dengan α = 0,05 di dapat harga: Ltabel = 35

886,0 = 0,886/5,9160 = 0,1497

Kriteria pengujan: Jika L0(hitung) < Ltabel (0,0783 < 0,1497)

Maka dapat disimpulkan H0 diterima. Data berdistribusi NORMAL

202

Lampiran 10

Perhitungan Uji Homogenitas Pretest

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

N 35 35

14,2 36,7

SD 9,83 9,42

Varians 96,679 88,661

1. F hitung = S12/S2

2 = Varians terbesar/Varians terkecil

= 96,679/88,661

= 1,09

2. Menentukan Ftabel dari db (derajat bebas)

Db pembilang = n-1

= 35-1

= 34

Db penyebut = n-1

= 35-1

= 34

F tabel = 1,74

F hitung < F tabel (1,09 < 1,74), sehingga dapat disimpulkan bahwa data kedua kelas memiliki

varians yang homogen.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

203

Perhitungan Uji Homogenitas Posttest

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

N 35 35

72 36,7

SD 9,14 10,32

Varians 83,54 106,50

1. F hitung = S12/S2

2 = Varians terbesar/Varians terkecil

= 106,50/83,54

= 1,27

2. Menentukan Ftabel dari db (derajat bebas)

Db pembilang = n-1

= 35-1

= 34

Db penyebut = n-1

= 35-1

= 34

F tabel = 1,74

F hitung < F tabel (1,27 < 1,74), sehingga dapat disimpulkan bahwa data kedua kelas memiliki

varians yang homogen.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

206

Lampiran 12

Hasil Wawancara

Pewawancara : Soraida (Mahasiswa FITK UIN Jakarta)

Narasumber :Rofika Diah R, S.Pd

(Guru Bidang Studi Kimia MAN CIKARANG)

Saya : Menurut ibu, LKS itu seperti apa?

Narasumber : Lembar Kegiatan Siswa berarti berisi semua kegiatan siswa dalam

mempelajari dan memahami suatu materi pembelajaran. Didalamnya

harus terdapat ringkasan materi untuk pemahaman siswa, laporan

kegiatan kelompok atau praktikum untuk aplikasi materi dan soal

evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa setelah

mempelajari materi tersebut.

Saya : Kalau LKS yang digunakan di sekolah saat ini, LKS yang seperti apa bu?

Narasumber : seperti yang sudah saya kemukakan sebelumnya. LKS yang

digunakan di sekolah saat ini sudah memuat semuanya. Dalam LKS

juga sudah dijelaskan tujuan siswa mempelajari materi tersebut dan

kompetensi yang harus di capai siswa setelah mempelajari materi

tersebut.

Saya : Dengan adanya LKS di sekolah apa yang ibu rasakan? Karena beberapa

sekolah tidak menggunakan LKS. Lalu, bagaimana format LKS yang dipakai

di sekolah bu?

207

Narasumber : LKS sangat membantu guru untuk memonitor kegiatan siswa dan

pamahaman siswa dalam mempelajari suatu materi. Siswa juga dapat

lebih sering mengerjakan soal-soal yang ada di LKS selain soal-soal

yang sudah diberikan guru.

Saya : Kurikulum sekarang kan sudah berubah ya bu, berubah menjadi Kurikulum

2013. Menurut ibu, apakah LKS yang digunakan di sekolah sekarang sudah

sesuai dengan kurikulum 2013?

Narasumber : Saya rasa belum sesuai dengan kurikulum 2013, karena setahu saya

kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran siswa aktif

sehingga siswa dapat menentukan konsep dari materi tentu saja tetap

dengan bimbingan guru. Sedangkan LKS yang digunakan saat ini di

awal materi langsung pada ringkasan materi sehingga siswa langsung

dapat mempelajari materinya. Jika yang diinginkan adalah siswa aktif,

maka seharusnya di awal materi diberikan studi kasus, diskusi

kelompok atau percobaan yang sesuai dengan materi.

Saya : Jadi LKS yang seharusnya sekarang digunakan oleh siswa harus seperti apa

bu?

Narasumber : Seperti yang saya kemukakan tadi di awal, materi siswa aktif dengan

studi kasus atau percobaan ilmiah sehingga siswa dapat menemukan

konsep dari materi dengan sendirinya.

208

Saya : Apa yang ibu harapkan dari LKS yang ada saat ini?

Narasumber : LKS yang ada saat ini perlu di tambahkan kegiatan yang membuat

siswa aktif dengan pemberian studi kasus atau percobaan ilmiah

sederhana yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga

siswa lebih mudah menenmukan konsepnya. Pemahaman konsep akan

sangat membantu siswa untuk selalu mengingat dan memahami materi

dengan baik.

(Teks ini hasil dari audio)

Cikarang, Mei 2014

Narasumber Pewawancara

Rofika Diah R, S.Pd Soraida

NIM. 108016200010

211

Lampiran 16

DOKUMENTASI PEMBELAJARAN

Diskusi kelompok 1

Diskusi kelompok 2

212

Diskusi kelompok 3