pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis …digilib.unila.ac.id/22906/3/skripsi tanpa bab...

49
PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS BERBEDA SEBAGAI BAHAN PENYEMPROT TERHADAP DAYA TETAS TELUR ITIK TEGAL (Skripsi) Oleh RAHMAD QUANTA JUMLI PUTRA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Upload: phamhanh

Post on 03-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA

DOSIS BERBEDA SEBAGAI BAHAN PENYEMPROT

TERHADAP DAYA TETAS TELUR ITIK TEGAL

(Skripsi)

Oleh

RAHMAD QUANTA JUMLI PUTRA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 2: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

ABSTRAK

PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS

BERBEDA SEBAGAI BAHAN PENYEMPROT TERHADAP

DAYA TETAS TELUR ITIK TEGAL

Oleh

Rahmad Quanta Jumli Putra

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji pengaruh larutan penyemprot jeruk

nipis dan gula pada dosis 5% dan 10% terhadap lama pipping dan daya tetas telur

itik tegal, (2) menentukan jenis larutan penyemprot terbaik pada dosis yang

berbeda terhadap lama pipping dan daya tetas telur itik tegal.

Penelitian dilaksanakan pada 11 Desember 2015--09 Januari 2016 bertempat di

Jl. Beruang No 12 Kedaton, Bandar Lampung. Penelitian menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang 2x2. Sebagai petak utama adalah

jenis larutan (jeruk nipis dan gula) dan dosis larutan (5% dan 10%) sebagai anak

petak. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali ulangan dengan satu

satuan percobaan terdiri dari 3 butir telur itik tegal. Rata-rata bobot awal berkisar

antara 72±1,8 g/butir dengan koefesien keragaman ± 2,45%. Peubah yang diamati

adalah waktu pipping dan daya tetas telur itik tegal. Data yang diperoleh dari

percobaan ini dianalisis sesuai dengan asumsi sidik ragam pada taraf nyata 5%.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) jenis larutan penyemprot jeruk nipis dan gula

pada dosis 5% dan 10% tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap lama pipping

dan daya tetas telur itik tegal; (2) belum didapatkan jenis larutan penyemprot

terbaik pada dosis yang berbeda terhadap lama pipping dan daya tetas telur itik

tegal.

Kata kunci : Daya tetas telur itik tegal, dosis, gula, jeruk nipis, dan lama pipping.

Page 3: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

ABSTRACT

EFFECT OF LIME AND SUGAR SOLUTION DOSAGE AS SPRAYER

SUBTSANCE ON TEGAL DUCK EGGS HATCHABILITY

By

Rahmad Quanta Jumli Putra

The aim of this research was to: (1) investigate the effect of lime and sugar

solution at 5% and 10% dosage as sprayer substance of tegal duck eggs on

pipping time and hatchability, (2) find out the best effect of kind and dosage

solution sprayer to tegal duck eggs pipping time and hatchability.

The research was conducted from 11th

December 2015--9th

January 2016 at

Beruang St, 12 Kedaton, Bandar Lampung. Research using a completely

randomized design (CRD) with 2x2 of nested model. The main block is the kind

solution (Lime and Sugar) and the partial block is dosage solution (5% and 10%)

with 5 replication. Every unit experimental consist of 3 eggs with average weight

at 72±1,8 g/egg with coefficient variation ± 2,45%. The parameter measured were

pipping time and hatchability. Research data were analyzed by using Anova

assumption at level 5%.

The result shows that: (1) lime and sugar solution at 5% and 10% dosage give no

significant effect (P>0,05) on tegal duck eggs pipping time and hatchability,

(2) the treatment kind solution (lime and sugar) with dosage solution 5% and 10%

not to give contribution yet on the tegal duck eggs pipping time and hatchability.

Key words: dosage, hatchability of tegal duck eggs, lime, pipping time, and sugar.

Page 4: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS

BERBEDA SEBAGAI BAHAN PENYEMPROT TERHADAP

DAYA TETAS TELUR ITIK TEGAL

Oleh

RAHMAD QUANTA JUMLI PUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PETERNAKAN

Pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 5: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai
Page 6: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai
Page 7: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukamenanti, Kedaton, Bandar Lampung pada 13 Juni 1994.

Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara, putra pasangan Bapak

Sofli Husin (Alm) dan Ibu Jum’ati Barmawi.

Penulis menempuh jenjang pendidikan sekolah dasar pada 2006 di SD Negeri 3

Gedong Air, Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung. SMP Negeri 4 Bandar

Lampung, diselesaikan pada 2009. Pada 2012 penulis menyelesaikan pendidikan

SMA Negeri 9 Bandar Lampung, dan diterima sebagai mahasiswa Jurusan

Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bratasena

Adiwarna, Dente Teladas, Tulang Bawang pada Januari--Maret 2016 dan Praktik

Umum di BBPTU-HPT Baturraden pada Juli--Agustus 2015. Selama menjadi

mahasiswa, penulis pernah menjadi anggota bidang Penelitian dan Pengembangan

Himpunan Mahasiswa Peternakan pada 2013--2014 dan Duta Fakultas Pertanian

periode 2014--2015. Penulis juga menjadi asisten dosen pada mata kuliah Kimia,

Biokimia, Pengetahuan Pakan dan Formulasi Ransum, Produksi Ternak Daging,

Produksi Ternak Unggas, Manajemen Usaha Ternak Unggas, Manajemen Usaha

Ternak Perah, Bahasa Inggris, dan Teknologi Penetasan.

Page 8: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

Nikmat tuhanmu yang mana yang kamu dustakan?

Qs Ar Rahman: 13

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan ,Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan

Qs. Al Insyirah: 5-6

Berapa kalipun anda gagal. Kesempatan untuk berhasil

ada pada saat anda bangkit lagi

Mario Tesguh

Lihatlah seluruh kejadian dari dua sudut pandang yang

berbeda

Moto

Page 9: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

Sebagai bukti rasa penghargaanku yang tertinggi kupersembahkan karya kecil bagi mereka yang selalu hadir dan mendukung dalam

perjalanan hidup menuju keberhasilanku.

Mendiang ayah, mama, kakak, serta saudara-saudaraku yang selalu memberikan do’a, dukungan dan selalu menjadi motivasi

dan inspirasi untuk ku. Betapa bahagianya hati ini melihat mereka tersenyum manis penuh kebahagian .

Terima Kasih

Page 10: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, hidayah,

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh

Larutan Jeruk Nipis dan Gula Pada Dosis Berbeda sebagai Bahan Penyemprot

terhadap Daya Tetas Telur Itik Tegal”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Ir. Tintin Kurtini, M.S--selaku Pembimbing utama--atas bimbingan,

nasehat, dan arahannya ;

2. Ibu Dr. Ir. Riyanti, M.P.--selaku Pembimbing anggota--atas bimbingan,

arahan, dan sarannya ;

3. Ibu Ir. Khaira Nova M.P.--selaku Pembahas--atas kritik dan saran serta

motivasinya;

4. Ibu Veronica Wanniatie S.Pt., M.Si.--selaku Pembimbing Akademik--atas

bimbingan, saran, nasihat dan bantuanya;

5. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P.--selaku Ketua Jurusan Peternakan--atas izin dan

bimbingannya;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.--selaku Dekan Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung--atas izin yang diberikan;

Page 11: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Peternakan atas bimbingan, saran, dan

motivasi yang diberikan;

8. Ayah dan Mama tercinta atas segala dukungan, doa, kasih sayang, nasehat,

serta semua yang telah diberikan kepada penulis;

9. Kiai, Sanjungan, Abai, Abang, Pengadep, Ses Zahra dan Khansa serta

keluarga besarku atas segala perhatian dan dukungan yang diberikan;

10. Lusiana Ayu selaku tim penelitian, Eli Anggora, Emak Hesti, Mba Yeni,

Lisa, Yogie Renaa dan Salamun atas bantuan dan saran selama proses

penelitian;

11. Mba ina, acil, sinting, iis jamet, tante ertha, middun, uli, winddi, eva, tika

yang menjadi rekan bertukar pendapat selama proses penyusunan skripsi;

12. Teman-teman Peternakan angkatan 2012, 2013 sahabat seperjuangan selama

kuliah atas kebersamaan, bantuan, perhatian, motivasi, dan semangat yang

diberikan;

13. Anna, Bedel, Teteh Ghaisa, Tanti, Juwita dan Doni selaku rekan Duta FP

Unila 2014/2015 serta Taufik, Lova, Ita, Elshinta, dan Nita selaku rekan

KKN BAW atas kekeluargaan dan kecerian yang telah diberikan.

Semoga semua yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari

Allah SWT, dan harapan penulis karya ini dapat bermanfaat. Aamiin

Bandar Lampung, Juni 2016

Penulis

Rahmad Quanta

Page 12: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .............................................................................................. i

DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vi

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang dan Masalah ...................................................... 1

B. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

C. Kegunaan Penelitian ................................................................... 3

D. Kerangka Pemikiran ................................................................... 3

E. Hipotesis ..................................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7

A. Deskripsi Itik Tegal .................................................................... 7

B. Demineralisasi Kalsium Kerabang oleh Jeruk Nipis dan

Air Gula ...................................................................................... 9

1. Demineralisasi kalsium oleh jeruk nipis.............................. 10

Page 13: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

ii

2. Demineralisasi kalsium oleh air gula .................................. 11

C. Tata Laksana Penetasan Menggunakan Mesin Tetas ................. 11

1. Suhu ..................................................................................... 12

2. Kelembapan ......................................................................... 13

3. Sirkulasi ............................................................................... 14

4. Pemutaran telur (Turning) ................................................... 15

D. Lama Pipping ............................................................................. 16

E. Daya Tetas .................................................................................. 17

III. BAHAN DAN METODE ................................................................... 19

A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 19

B. Bahan dan Alat Penelitian .......................................................... 19

1. Bahan penelitian .................................................................. 19

2. Alat penelitian ..................................................................... 20

C. Rancangan Penelitian ................................................................. 21

1. Rancangan lingkungan ........................................................ 21

2. Rancangan perlakuan .......................................................... 21

3. Rancangan respon ............................................................... 22

D. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 22

Page 14: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

iii

1. Pengumpulan telur tetas ...................................................... 22

2. Pembuatan larutan penyemprot ........................................... 22

3. Pelaksanaan proses penetasan ............................................. 23

E. Parameter Penelitian ................................................................... 24

1. Lama pipping ..................................................................... 24

2. Daya tetas ............................................................................ 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 26

A. Gambaran Umum Peternakan Itik .............................................. 26

B. Pengaruh Larutan Jeruk Nipis dan Gula pada Dosis Berbeda ....

terhadap Lama Pipping .............................................................. 28

C. Pengaruh Larutan Jeruk Nipis dan Gula pada Dosis Berbeda ...

terhadap Daya Tetas Inkubasi ..................................................... 32

D. Pengaruh Larutan Jeruk Nipis dan Gula pada Dosis Berbeda ...

terhadap Daya Tetas Fertil .......................................................... 36

V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 41

LAMPIRAN

Page 15: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan zat nutrisi bahan pakan ....................................................... 27

2. Rata-rata lama pipping telur itik tegal yang disemprot dengan larutan .

larutan jeruk nipis dan air gula pada dosis yang berbeda ....................... 28

3. Rata-rata persentase daya tetas inkubasi telur itik tegal yang

disemprot dengan larutan jeruk nipis dan air gula pada dosis berbeda ... 32

4. Rata-rata persentase daya tetas fertil telur itik tegal yang disemprot

dengan larutan jeruk nipis dan air gula pada dosis berbeda ................... 36

5. Kandungan ransum itik petelur Peternakan Eko Jaya ............................ 48

6. Rata-rata fertilitas telur itik tegal selama penelitian ............................... 48

7. Analisis ragam pengaruh larutan jeruk nipis dan larutan gula pada

dosis berbeda sebagai bahan penyemprot terhadap lama pipping .........

telur itik tegal .......................................................................................... 48

8. Data transformasi arcsin pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada

dosis berbeda sebagai bahan penyemprot terhadap daya tetas inkubasi

telur itik tegal .......................................................................................... 49

9. Analisis ragam pengaruh dosis larutan jeruk nipis dan larutan gula

sebagai bahan penyemprot terhadap daya tetas inkubasi telur

itik tegal .................................................................................................. 49

10.Data transformasi arcsin pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada

dosis berbeda sebagai bahan penyemprot terhadap daya tetas fertil

telur itik tegal .......................................................................................... 50

11.Analisis ragam pengaruh larutan jeruk nipis dan larutan gula pada

dosis berbeda sebagai bahan penyemprot terhadap daya tetas fertil ......

telur itik tegal .......................................................................................... 50

12.Lama pipping telur selama penelitian .................................................... 51

Page 16: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

v

13.Posisi turning telur tetas ......................................................................... 52

14.Rata-rata suhu dan kelembapan mesin tetas........................................... 53

Page 17: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Itik tegal pada pemeliharaan intensif ................................................... 8

2. Tata letak telur tetas penelitian ............................................................ 54

3. Tata letak telur tetas di dalam mesin tetas ........................................... 54

4. Hasil candling telur tetas fertil ............................................................. 55

5. Hasil candling telur tetas infertil .......................................................... 55

6. Proses pembuatan larutan jeruk nipis dan gula .................................... 56

7. Proses penyemprotan larutan jeruk nipis dan gula .............................. 56

8. DOD hasil penetasan ............................................................................ 57

Page 18: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu sentra pengembangan ternak unggas.

Dalam skala menengah, usaha peternakan itik banyak berkembang di Kabupaten

Pringsewu, khususnya di Desa Tulung Agung, Kecamatan Gading Rejo. Telur

itik sebagai hasil utama dari usaha peternakan itik menjadi komoditas ekonomi

bagi banyak peternak di Kecamatan Gading Rejo. Hal ini karena harga jual telur

itik yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan telur ayam ras.

Dalam proses pengadaan bibit, saat ini peternak di Desa Tulung Agung,

Kecamatan Gading Rejo sudah mengenal penetasan secara buatan. Penetasan

buatan tersebut sudah banyak dikenal peternak melalui pengalaman pelatihan

secara langsung bagi para anggota gabungan kelompok tani. Penetasan buatan

selain dirasa lebih efisien juga merupakan solusi karena sifat itik tidak dapat

mengerami telur dalam jumlah banyak.

Tingkat keberhasilan proses penetasan dipengaruhi oleh faktor internal serta

faktor eksternal. Faktor internal yang banyak berpengaruh yaitu tingkat daya

tunas (fertilitas) dari telur yang ditetaskan. Disisi lain, faktor eksternal seperti

Page 19: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

2

manajemen pengaturan suhu dan kelembapan menjadi hal esensial yang turut

memegang peran penting dalam proses penetasan telur unggas.

Kelembapan mesin tetas dibutuhkan agar pertumbuhan embrio berjalan normal

serta membantu proses pelapukan kerabang telur. Beberapa peternak itik yang

sudah melakukan proses penetasan buatan di Desa Tulung Agung belum

memerhatikan kebutuhan kelembapan mesin tetas. Namun menjelang proses

akhir penetasan, peternak memberikan bantuan dalam proses pelapukan kerabang

dengan menggunakan cairan jeruk nipis. Penggunaan cairan jeruk nipis tersebut

belum didasari atas kajian ilmiah melainkan hanya pengalaman harian yang

dilakukan oleh peternak.

Selain mengunakan jeruk nipis, proses pelapukan kerabang diduga dapat dibantu

juga dengan menggunakan gula, mengingat bahwa gula merupakan salah satu

penyebab kerusakan kalsium gigi. Dapat dianalogikan bahwa kerusakan kalsium

gigi juga akan terjadi pada kalsium kerabang akibat erosi air gula. Kerusakan

tersebut diharapkan dapat memberi dampak positif terhadap peningkatan daya

tetas telur itik tegal.

Penggunaan zat penyemprot pada dasarnya harus dikaji berdasarkan dosis takar

yang tepat. Penggunaan beberapa jenis bahan penyemprot pada proses penetasan

diharapkan akan memberi dampak positif bila diketahui dosis pemakaian yang

tepat. Sampai saat ini informasi mengenai pengaruh penambahan zat penyemprot

dengan dosis takar yang sesuai pada proses penetasan belum terungkap secara

lengkap. Oleh karena itu, maka penting dilakukan penelitian untuk mengkaji

Page 20: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

3

pengaruh jenis bahan penyemprotan pada dosis berbeda terhadap daya tetas telur

itik tegal.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. mengkaji pengaruh larutan penyemprot jeruk nipis dan gula pada dosis

5% dan 10% terhadap lama pipping dan daya tetas telur itik tegal:

2. menentukan jenis larutan penyemprot terbaik pada dosis yang berbeda

terhadap lama pipping dan daya tetas telur itik tegal.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan petunjuk kepada

peternak itik tegal dan masyarakat mengenai jenis bahan dan dosis penyemprot

yang terbaik terhadap daya tetas.

D. Kerangka Pemikiran

Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai

menetas. Penetasan telur itik dapat dilakukan secara alami atau buatan (Yuwanta,

1993). Penetasan buatan lebih praktis dan efisien dibandingkan dengan penetasan

alami, dengan kapasitas yang lebih besar. Penetasan dengan mesin tetas juga

dapat meningkatkan daya tetas telur karena temperaturnya dapat diatur lebih stabil

tetapi memerlukan biaya dan perlakuan lebih tinggi dan intensif (Jayasamudera

dan Cahyono, 2005).

Page 21: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

4

Penetasan buatan pada dasarnya memberikan kondisi yang sesuai dengan proses

penetasan secara alami. Keberhasilan proses penetasan buatan akan banyak

dipengaruhi oleh proses tata laksana yang dijalankan. Tata laksana yang

dimaksud disini dapat terkait dengan pengaturan suhu dan kelembapan relatif

mesin tetas. Kesesuaian kebutuhan suhu mesin tetas sangat dibutuhkan agar

terjadi pertumbuhan embrio di dalam telur tetas , sedangkan kesesuaian

kelembapan relatif umumnya akan memengaruhi perkembangan embrio yang

normal.

Ningtyas dkk. (2013) menyatakan bahwa suhu optimal dalam proses penetasan

telur itik tegal adalah 38--39oC. Sama pentingnya dengan pengaturan kesesuain

suhu mesin tetas, pengaturan kelembapan mesin tetas turut pula diperhatikan.

Menurut Kurtini dan Riyanti (2014), kelembapan yang baik di dalam mesin tetas

untuk penetasan ayam yaitu 55--60%. Setelah beberapa telur mulai pipping dan

menetas 10% kelembapan harus dinaikkan menjadi 60--75 % dan suhu diturunkan

1--2 oF.

Kerabang telur itik yang memiliki karakteristik tebal serta bentuk anatomis paruh

itik yang tumpul menjadikan embrio itik mengalami kesulitan dalam meretakan

kerabang telur. Kombinasi jenis bahan penyemprot dan dosis larutan penyemprot

yang baik diduga dapat membantu dalam proses meretakkan kerabang telur itik

sehingga dapat berpengaruh terhadap lama pipping dan daya tetas.

Penggunaan cairan penyemprot air dan vitamin B pada penetasan itik khaki

campbell telah dilakukan oleh Widyaningrum dkk. (2013). Dalam riset yang telah

dilakukan diketahui bahwa penggunaan air sebagai bahan penyemprot tidak

Page 22: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

5

menghasilkan daya tetas yang optimal yaitu sebesar 54,17% serta kematian

embrio sebesar 45,83%. Disisi lain, Ulya (2015) mendapatkan daya tetas telur

ayam arab yang disemprot dengan larutan jeruk nipis 10% sebesar 64,91%.

Jeruk nipis memiliki kandungan asam dengan derajat keasaman (pH) yang cukup

rendah yaitu 2,0 (Satriya, 2013). Senyawa asam seperti asam klorida dapat

mendegradasi rantai kompleks mineral, sehingga komponen mineral akan terpisah

dari komponen lain (Osborne dan Vogt, 1978). Mineral dalam cangkang yang

sebagian besar berupa CaCO3 dapat dihilangkan dengan asam klorida encer.

Peranan asam klorida adalah mereduksi kalsium karbonat sehingga akan terpisah

dengan komponen khitin protein dari cangkang dan menghasilkan senyawa

kalsium klorida (CaCl2), karbondioksida serta air (Martati dkk., 2002).

Pelapukan kalsium kerabang juga dapat terjadi akibat erosi air gula. Gula

merupakan zat pemanis alami yang biasanya dijumpai pada soft drink. Konsumsi

soft drink dapat menyebabkan demineralisasi penyusun enamel gigi (kalsium)

yang secara langsung dikenal dengan istilah erosi (Prasetyo, 2005). Kandungan

gula di dalam soft drink dapat dimanfaatkan oleh bakteri kariogenik yang akan

membentuk asam laktat yang sangat kuat sehingga mampu menyebabkan

demineralisasi kalsium gigi (Brown dan Dodds, 2008). Dengan terbentuknya

asam laktat tersebut maka dapat dianalogikan bahwa kalsium kerabang akan ikut

tereduksi hingga terjadi pelapukan kerabang.

Penelitian mengenai penyemprotan menggunakan air gula pada kerabang saat ini

belum dilakukan. Akan tetapi, karena proses demineralisasi kalsium gigi oleh

Page 23: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

6

gula yang terkandung di dalam soft drink maka dapat diduga fungsi air gula

sebagai bahan penyemprot dalam melarutkan kerabang hampir sama dengan

penggunaan air jeruk nipis.

Dampak terkikisnya kalsium kerabang tersebut akan menyebabkan kerabang telur

menjadi lebih lunak. Dengan demikian, embrio akan lebih mudah melakukan

pipping pada kerabang. Semakin lunak kondisi kerabang telur akan berdampak

semakin cepat embrio untuk meretakkan kerabang telur, begitu pula sebaliknya.

Peretakan pada telur itik akan terjadi pada umur 26 hari hingga menjelang akhir

penetasan. Waktu terjadinya pipping pada kerabang dapat dijadikan indikasi

bahwa embrio segera akan menetas.

Penggunaan dosis larutan penyemprot jeruk nipis 10% berdasarkan Ulya (2015)

yang dapat memberikan daya tetas telur ayam arab sebesar 64,91%. Namun,

dalam penggunaan dosis larutan penyemprot sebesar 5% belum ditemukan

literatur yang mendukung. Penggunaan dosis 5% dan 10% sebagai bahan

penyemprot diduga akan memberikan kontribusi pada waktu pipping kerabang

sehingga embrio akan mudah memecahkan kerabang dan dapat meningkatkan

daya tetas.

E. Hipotesis

1. Jenis larutan (jeruk nipis dan gula) penyemprot pada dosis 5% dan 10%

memiliki perbedaan terhadap lama pipping dan daya tetas telur itik tegal.

2. Terdapat jenis larutan yang terbaik pada perlakuan dosis larutan penyemprot

5% dan 10% terhadap lama pipping dan daya tetas telur itik tegal.

Page 24: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Itik Tegal

Prihatman (2000) menyatakan bahwa Itik tegal merupakan salah satu jenis itik

petelur unggul yang diternakkan khususnya di Indonesia. Sahara dkk. (2009)

menyatakan bahwa itik tegal (Anas javanica) banyak berkembang di Jawa Tengah

dan Jawa Barat bagian utara. Bentuk badan itik tegal adalah merupakan contoh

itik Indian Runner. Ciri- ciri Itik tegal:

a. saat berjalan tegak;

b. leher panjang dan bulat;

c. tubuh langsing dengan kepala kecil;

d. mata bersinar terang;

e. warna bulu bervariasi dari cokelat (jarakan), totol- totol cokelat, hitam dan

putih;

f. mulai bertelur umur 6 bulan.

Itik tegal memiliki tubuh lebih besar dari itik mojosari, dengan kaki lebih panjang

dan tubuhnya menyerupai botol. Jika sedang berjalan tubuhnya membentuk sudut

45o, produksi telur dapat mencapai 279 butir/ ekor/ tahun (Riswara, 2014). Itik

tegal memiliki tingkat produksi telur yang tinggi dengan kebutuhan ransum yang

Page 25: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

8

sedikit. Pada pemeliharaan itik tegal dengan sistem intensif, produktivitas dapat

mencapai 54,9%. Produksi ini bervariasi dipengaruhi oleh umur itik, ransum, dan

sistem pemeliharaan (Subiharta dkk., 2006). Warna kerabang telur itik tegal

biasanya hijau kebiru- biruan. Namun, diantara individu dari populasi itik

menghasilkan warna kerabang dengan intensitas yang berbeda-beda (Sopiyana

dkk., 2006). Dalam sistem pemeliharaan tradisional, itik tegal akan mengalami

molting (rontok bulu) pada usia 17 bulan (Suswoyo, 1990).

Gambar 1. Itik tegal pada pemeliharaan intensif

Subiharta dkk. (2010) menyatakan bahwa fertilitas pada telur itik tegal dengan

perkawinan inseminasi buatan sebesar 74,39%. Rosidi dkk. (2013) menyatakan

bahwa penggunaan 2,86% tepung retikulum sapi sebagai feed additive pakan

dapat memertahankan daya tunas (fertilitas) itik tegal hingga 100%, namun daya

tetas yang dihasilkan hanya sebesar 55,83%. Suryana dkk. (2012) menyatakan

bahwa perbandingan itik jantan-betina sejumlah 1:10 akan menghasilkan fertilitas

telur itik yang optimal yakni sebesar 96,38%.

Page 26: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

9

Srigandono (1986) meyatakan bahwa pada itik petelur mengalami fase hidup

sebagai berikut

a. fase pertama (starter ) umur : 0 sampai 2 minggu;

b. fase kedua (grower) umur : 3 sampai 20 minggu, yang dibagi;

b.1 grower I umur : 3 sampai 10 minggu;

b.2 grower II umur : 11 sampai 20 minggu;

c. fase produksi (layer) umur : > 20 minggu

Andhoko (2013) menyatakan bahwa itik petelur fase starter dipelihara pada usia

5 hingga 8 minggu, pemeliharaan itik grower pada 8 hingga 20 minggu, dan

pemeliharaan itik fase layer pada 20 minggu ke atas. Masa produksi ideal itik

petelur adalah selama 1 tahun produksi dengan rata-rata produksi telur antara 200-

-300 butir/tahun.

Sinurat (2000) menyatakan bahwa itik petelur pada fase layer membutuhkan

protein ransum sebesar 17--19% dengan kandungan energi 2.700 kkal/kg.

Srigandono (1986) menyatakan bahwa itik petelur yang sedang berproduksi

membutuhkan protein ransum sebesar 18% dengan kandungan energi sebesar

2.650 kkal/kg.

B. Demineralisasi Kalsium Kerabang oleh Jeruk Nipis dan Air Gula

Demineralisasi adalah proses yang bertujuan mengurangi kadar mineral yang

terdapat dalam limbah cangkang kepiting maupun udang- udangan. Mineral yang

Page 27: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

10

paling banyak terkandung di dalam limbah udang yaitu CaCO3 sebesar 77%

(Martati dkk., 2002). Kalsium karbonat (CaCO3) merupakan komponen

anorganik yang turut menyusun kerabang telur (98,5%) (Kurtini dkk., 2014).

Disamping terkandung di dalam kerabang dan limbah udang, kalsium juga

merupakan komponen utama penyusun enamel gigi (Prasetyo, 2005).

1. Demineralisasi Kalsium oleh Jeruk Nipis

Jeruk nipis (Citrus aurantiifolia) adalah salah satu jenis jeruk dengan bentuk bola

pingpong berdiameter 3,5--5 cm dengan warna kulit luar hijau atau kekuning-

kuningan. Jeruk nipis mengandung senyawa kimia yang bermanfaat yaitu asam

sitrat, asam amino (triptofan dan lisin), glikosida, vitamin B1 dan vitamin C

(Cancer Chemoprevention Research Center, 2014).

Jeruk nipis memiliki kandungan asam dengan derajat keasaman (pH) yang cukup

rendah yaitu 2,0 (Satriya, 2013). Senyawa asam seperti asam klorida dapat

mendegradasi rantai kompleks mineral, sehingga komponen mineral akan terpisah

dari komponen lain (Osborne dan Vogt, 1978). Mineral dalam kerabang yang

sebagian besar berupa CaCO3 dapat dihilangkan dengan asam klorida encer.

Peranan asam klorida adalah mereduksi kalsium karbonat sehingga akan terpisah

dengan komponen khitin protein dari cangkang udang dan menghasilkan senyawa

kalsium klorida (CaCl2), karbondioksida dan air (Martati dkk., 2002). Reaksi

penguraian kalsium kerabang oleh asam sitrat diilustrasikan sebagai berikut

CaCO3(s) + 2C6H8O7(aq) Ca(C6H7O7)2(aq) + CO2(g) + H2O(l) (Poly, 2013).

Page 28: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

11

2. Demineralisasi Kalsium oleh Gula

Gula adalah suatu zat karbohidrat sederhana karena dapat larut dalam air dan

dapat langsung diserap tubuh untuk menjadi energi (Darwin, 2013). Minuman

olahan umumnya mengandung gula yang larut air dalam jumlah berlebih dan

memiliki keterkaitan yang kuat terhadap kejadian karies gigi pada anak- anak

(Sumini dkk., 2014). Tahap awal karies gigi terjadi akibat penurunan derajat

keasaman (pH) gigi yang mana akan mengakibatkan demineralisasi email gigi

(Andlaw dan Rock, 2012).

Gula merupakan zat pemanis alami yang biasanya dijumpai pada soft drink.

Konsumsi soft drink dapat menyebabkan demineralisasi enamel gigi yang secara

langsung dikenal erosi (Prasetyo, 2005). Kandungan gula di dalam soft drink

dapat dimanfaatkan oleh bakteri kariogenik yang mana akan terbentuk asam laktat

yang sangat kuat sehingga mampu menyebabkan demineralisasi kalsium gigi

(Brown dan Dodds, 2008). Reaksi penguraian kalsium kerabang oleh asam laktat

diilustrasikan sebagai berikut

CaCO3(s) + 2C3H6O3(aq) Ca(C3H5O3)2(aq) + CO2(g) + H2O(l) (Damayanti, 2013)

C. Tata Laksana Penetasan Menggunakan Mesin Tetas

Menurut Kurtini dkk. (2014), penetasan merupakan proses perkembangan embrio

di dalam telur sampai menetas. Lama menetas berbeda untuk setiap jenis unggas,

telur ayam selama 21 hari, telur itik 28 hari, telur kalkun 30 hari, dan telur puyuh

selama 17 hari. Srigandono (1986) menyatakan bahwa lama penetasan telur itik

Page 29: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

12

ialah 28 hari, sedang telur itik muscovy dan angsa masing- masing 33--35 hari dan

28--32 hari.

Penetasan telur itik dapat dilakukan secara alami atau buatan (Yuwanta, 1993).

Penetasan buatan lebih praktis dan efisien dibandingkan dengan penetasan alami,

dan kapasitas DOC yang dihasilkan lebih besar. Penetasan dengan mesin tetas

juga dapat meningkatkan daya tetas telur karena suhunya dapat diatur lebih stabil

tetapi memerlukan biaya dan perlakuan lebih tinggi dan intensif (Jayasamudera

dan Cahyono, 2005).

Menurut Kurtini dan Riyanti, (2014), terdapat beberapa faktor penting dalam

sistem kerja mesin tetas, antara lain adalah pengaturan suhu, kelembapan,

sirkulasi udara, dan pemutaran telur di dalam mesin tetas. Suhu dan kelembapan

dalam mesin tetas harus stabil untuk mempertahankan kondisi telur agar tetap

baik selama proses penetasan.

a. Suhu

Ningtyas dkk. (2013) menyatakan bahwa suhu optimal dalam proses penetasan

telur itik tegal adalah 38--39oC. Srigandono (1986) menyatakan bahwa bila

proses penetasan itik menggunakan inkubator still air, maka usahakan suhu mesin

tetas pada kisaran 101--103oF (38,5--41

oC). Embrio tidak toleran terhadap

perubahan suhu yang drastis. Suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan

kematian embrio ataupun abnormalitas embrio. Jika suhu terlalu rendah maka

Page 30: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

13

perkembangan organ- organ embrio tidak berkembang secara proposional (Susila,

1997).

Rakhman (1985) menyatakan bahwa jika suhu di dalam mesin tetas di bawah

normal maka telur akan menetas lebih lama dari waktu yang ditentukan dan

apabila suhu di atas normal, maka waktu menetas lebih awal dari waktu yang

ditentukan. Menurut Rarasati (2002), suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

telur mengalami dehidrasi atau kekeringan, sehingga DOD yang dihasilkan akan

lemah, akibatnya DOD akan mengalami kekerdilan dan mortalitas yang tinggi.

b. Kelembapan

Menurut Kurtini dkk. (2014), kelembapan berfungsi untuk mengurangi kehilangan

cairan dari dalam telur selama proses penetasan, membantu pelapukan kulit telur

pada saat akan menetas sehingga anak unggas mudah memecahkan kerabang

telurnya. Sebayang (2013) menyatakan bahwa proses penetasan telur itik/bebek

membutuhkan kelembapan 65 sampai 70% pada 25 hari pertama pengeraman dan

selanjutnya 80--85% sampai telur menetas. Air ini penting bagi lingkungan dalam

sebutir telur agar dimungkinkan pembuangan sisa-sisa metabolik embrio dan

berperan sebagai suatu regulator panas, seperti suatu radiator mobil yang

memindahkan panas melalui air. Kelembapan relatif (relative humidity) untuk

mesin penetas atau periode 18 hari pertama harus dijaga pada 50--55 % dan 3 hari

setelahnya (21 hari dikurangi 3 hari) atau pada hari ke 19 --21 sebelum telur

menetas (proses penetasan telur ayam), kelembapan udara harus dinaikkan

menjadi 60--65%.

Page 31: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

14

Priyono (2009) menyatakan bahwa kelembapan relatif di dalam penetasan

merupakan hal yang penting untuk menjaga kandungan air di dalam telur.

Kelembapan relatif ditujukan untuk menjaga air di dalam telur tidak menguap

terlalu banyak melalui pori-pori telur. Jasa (2006) menyatakan bahwa

kelembapan yang baik di dalam penetasan adalah berkisar antara 60% untuk

menetaskan telur ayam atau 5--10% lebih tinggi untuk menetaskan telur itik atau

saat akan menetas kelembapan dinaikkan menjadi 70% untuk menetaskan telur

itik.

Kelembapan yang terlalu tinggi menyebabkan DOC yang ditetaskan menetas

terlalu dini dan akan lengket pada kerabang telur, sedangkan kelembapan yang

terlalu rendah menyebabkan laju penguapan terlalu cepat sehingga embrio

kekurangan air dan terlambat untuk menetas (Nuryati dkk., 2002).

c. Sirkulasi udara

Ketersediaan oksigen dapat dicapai dengan pengaturan sirkulasi udara yang baik.

Selama proses penetasan embrio membutuhkan oksigen untuk perkembangan dan

mengeluarkan karbondioksida melaui pori-pori kerabang telur sehingga di dalam

mesin tetas harus tersedia cukup oksigen. Kebutuhan karbondioksida dalam

proses penetasan tidak lebih dari 0,5% dan kebutuhan oksigen tidak kurang dari

21% (Paimin, 2003).

Kandungan CO2 dalam penetasan jangan lebih dari 0,5%. Kandungan CO2

sampai 2% akan sangat menurunkan daya tetas dan bila mencapai 5% akan

Page 32: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

15

menyebabkan anak ayam atau anak itik tidak menetas. Untuk menghindarkan

terjadinya hal tersebut (CO2 lebih dari 0,5%), hendaknya penetasan diusahakan

jauh dari jalan raya atau jauh dari jalan yang ramai dengan kendaraan bermotor

(Jasa, 2006).

d. Pemutaran telur (Turning)

Kurtini dan Riyanti (2014) menyatakan bahwa tujuan dari pemutaran telur yaitu

agar embrio dapat memanfaatkan seluruh albumen protein yang tersedia dan

mencegah menempelnya embrio pada sel membran, khususnya pada minggu

pertama inkubasi. Dengan pemutaran telur yang baik akan membantu

mengoptimalkan pertumbuhan embrio. Srigandono (1997) menyatakan bahwa

posisi normal badan embrio terletak mengikuti sumbu panjang sebutir telur

dengan paruh berada di bawah sayap kanan. Ujung paruh menghadap ke rongga

udara yang terletak di ujung tumpul telur. Harianto (2010) menyatakan bahwa

jangan membalik telur sama sekali pada 3 hari terakhir menjelang telur menetas,

karena pada saat itu embrio di dalam telur sedang bergerak pada posisi

penetasannya.

Bachari dkk. (2006) menyatakan frekuensi pemutaran telur 12 kali/ hari

memengaruhi bobot tetas anak ayam. Disamping itu peningkatan frekuensi

pemutaran telur turut meningkatkan daya tetas sebesar 1,67%, menurunkan

mortalitas masing- masing sebesar 1,67% serta meningkatkan persentase anak

normal sebesar 2,09%.

Page 33: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

16

D. Lama Pipping

Pipping ialah retaknya kerabang telur akibat aktivitas mematuk dari embrio.

Proses pipping biasanya terjadi pada masa kritis kedua yaitu 3 hari menjelang

akhir penetasan (Kurtini dan Riyanti, 2014).

Proses pipping akan sangat dipengaruhi oleh kelembapan mesin tetas. Semakin

tinggi sebaran kelembapan maka semakin memberikan proses pipping yang lebih

sempurna, yang pada gilirannya memberikan tingkat daya tetas yang meningkat.

Dengan kelembapan yang tinggi maka embrio akan mudah menyerap Ca dan P

yang ada di kerabang yang dapat digunakan sebagai pembentuk tulang, sehingga

pada proses pipping (meretaknya kerabang) dapat berjalan dengan sempurna

(Sudjarwo, 2012).

Pada akhir proses penetasan, embrio ayam membutuhkan 12--18 jam untuk keluar

dengan sempurna dari kulit telur (Kurtini dkk., 2014). Bila embrio banyak yang

mati sesudah telur retak, maka kemungkinan penyebabnya adalah kelembapan di

mesin hatcher terlalu rendah dan terjadi fluktuasi suhu di mesin setter (Suryani

dan Santosa, 2002). Bila telah terjadi keretakan pada kerabang tetapi embrio tidak

mau menetas kemungkinan disebabkan oleh kelembapan mesin yang kurang atau

terlalu tinggi pada awal penetasan (Srigandono, 1986).

Page 34: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

17

E. Daya Tetas

Daya tetas telur adalah hasil telur yang fertil sampai dapat menetas dan dihitung

pada akhir penetasan (North dan Bell, 1990). Selain itu, daya tetas juga dapat

diukur dengan menghitung jumlah telur yang menetas berdasarkan jumlah telur

yang diinkubasi serta dinyatakan dalam persen (Kurtini dan Riyanti, 2014). Daya

tetas telur berdasarkan jumlah telur yang diinkubasi disebut juga dengan hasil

tetas. Persentase hasil tetas umumnya akan lebih kecil bila dibandingkan dengan

persentase daya tetas (Ningtyas dkk., 2013).

Daya tetas selalu berhubungan dengan fertilitas telur. Semakin tinggi fertilitas

telur maka daya tetas akan relatif menjadi tinggi begitu pula sebaliknya (Hasnelly

dkk., 2013). Daya tetas dan kualitas telur tetas dipengaruhi oleh cara

penyimpanan, lama penyimpanan, suhu lingkungan, suhu mesin tetas, pemutaran

selama penetasan dan tempat penyimpanan (Raharjo, 2004).

Telur yang disimpan dalam kantung plastik PVC (polyvinylidene chloride) dapat

tahan lebih lama, kira- kira 13--21 hari dibandingkan dengan telur yang tidak

disimpan dalam kantung plastik PVC. Biasanya telur yang disimpan dalam

kantung plastik ini daya tetasnya juga lebih tinggi daripada telur yang disimpan

dalam ruang terbuka (Nugroho dan Manyun, 1986).

Menurut Kurtini dan Riyanti (2014), faktor-faktor yang memengaruhi daya tetas:

1. Breeding

a. Inbreeding : perkawinan yang memunyai hubungan darah yang dekat

berkali-kali tanpa seleksi yang efektif akan menurunkan daya tetas.

Page 35: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

18

b. Crossbreeding : daya tetas hasil persilangan yang hubungan darahnya jauh

akan meningkatkan daya tetas.

c. Letal dan semiletal gen : suatu gen yang dapat menyebabkan kematian atau

abnormalitas, hal ini dapat menurunkan daya tetas.

2. Persentase produksi telur : semakin baik produksi individu, daya tetas juga

semakin baik.

3. Tata laksana

a. Sistem kandang : pemeliharaan unggas pada kandang yang terlalu ekstrim

panas/dingin sangat berpengaruh terhadap daya tetas yang dihasilkan.

Suhu 85°F (29,4oC) dalam kandang daya tetas tidak baik.

b. Ransum : ransum berpengaruh baik pada fertilitas maupun daya

tetas. Kualitas ransum dicirikan oleh keseimbangan yang serasi antara

protein, energi, vitamin, mineral, dan air. Ca, Mn, dan Se adalah beberapa

mineral penting yang diperlukan untuk perkembangan embrio normal.

Sutiyono dan Krismiati (2006) menyatakan bahwa daya tetas dipengaruhi oleh

penyiapan telur, genetik, suhu dan kelembapan mesin tetas, umur induk,

kebersihan telur, ukuran telur, nutrisi, dan fertilitas telur. Ningtyas dkk. (2013)

menyatakan bahwa suhu penetasan 38--39oC pada itik tegal memiliki daya tetas

dan hasil tetas masing- masing 62% dan 49,5%. Subiharta dan Yuwana (2012)

menyatakan bahwa penggunaan bak air alumunium dan posisi telur horizontal

menghasilkan daya tetas itik tegal yang tinggi yaitu sebesar 84,19%.

Page 36: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

19

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 4 minggu pada 11 Desember 2015 -- 9 Januari

2016, bertempat di Jl. Beruang 12, Sukamenanti, Kedaton, Bandar Lampung.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

(1) telur itik tegal dengan bobot rata-rata 72±1,8 g (KK 2,45%) dengan bentuk

oval. Jumlah telur yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 60 butir

dengan umur simpan 1 hari. Telur tetas berasal dari induk itik tegal yang

berumur ± 78 minggu dengan sex ratio sebesar 1:10 dan dipelihara dengan

sistem pemeliharaan semi intensif. Ransum yang diberikan terdiri dari

jagung, dedak, dan konsentrat petelur dengan kandungan protein kasar

ransum sebesar 15,88% (Tabel 5).

(2) alkohol 70% digunakan untuk desinfeksi telur tetas;

(3) jeruk nipis berwarna hijau dan gula curah sebagai bahan penyemprot;

(4) desinfektan digunakan untuk desinfeksi perlengkapan mesin tetas;

(5) air digunakan untuk mengatur kelembapan di dalam mesin tetas;

Page 37: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

20

(6) formalin digunakan untuk fumigasi telur dan mesin tetas;

(7) kalium permangat digunakan untuk fumigasi telur dan mesin tetas.

2. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini :

(1) satu buah mesin tetas tipe meja dengan kapasitas tampung maksimal 100

butir telur;

(2) empat buah egg tray karton untuk meletakkan telur tetas;

(3) satu buah thermohygrometer untuk mengukur suhu dan kelembapan di dalam

mesin tetas;

(4) satu buah timbangan digital dengan merek Cook master electronic kitchen

scale No : GP KS043 dengan ketelitian 1 g untuk menimbang telur serta

menimbang kebutuhan gula;

(5) satu buah candler untuk meneropong telur tetas;

(6) kapas untuk membersihkan telur;

(7) dua buah nampan plastik sebagai wadah air;

(8) karton untuk penyekat telur;

(9) satu buah gelas ukur pyrex untuk mengukur jumlah cairan jeruk nipis;

(10) satu buah saringan teh untuk menyaringan cairan jeruk nipis dari biji jeruk

nipis;

(11) empat buah sprayer sebagai alat penyemprot;

(12) jam digital sebagai alat pengukur lama keretakan kerabang (pipping);

(13) alat tulis untuk mencatat data.

Page 38: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

21

C. Rancangan Penelitian

1. Rancangan Lingkungan

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola tersarang 2 x 2,

dengan jenis bahan penyemprot (air jeruk nipis dan air gula) sebagai petak utama

dan dosis (5% dan 10%) sebagai anak petak (Steel dan Torie, 1980). Telur yang

digunakan pada penelitian ini berasal dari Peternakan Eko Jaya dengan umur

induk itik tegal pada umur 78 minggu. Induk itik tegal diperlihara secara semi

intensif dengan sex ratio jantan berbanding betina sebesar 1:10. Ransum yang

diberikan terdiri atas dedak, jagung, dan konsentrat petelur dengan kandungan

protein kasar ransum sebesar 15,88%.

2. Rancangan Perlakuan

Penelitian ini menggunakan perlakuan jenis bahan sebagai petak utama (notasi P)

yaitu air jeruk nipis (P1) dan air gula (P2), sedangkan dosis larutan (notasi D)

yaitu 5% (D1) dan 10% (D2) sebagai anak petak , masing-masing perlakuan

diulang sebanyak 5 kali, setiap satu satuan percobaan terdiri dari 3 butir telur itik

tegal sehingga diperoleh 4 perlakuan:

1. P1D1 : air jeruk nipis dengan dosis 5% sebagai bahan penyemprot telur

2. P1D2 : air jeruk nipis dengan dosis 10% sebagai bahan penyemprot telur

3. P2D1 : air gula dengan dosis 5% sebagai bahan penyemprot telur

4. P2D2 : air gula dengan dosis 10% sebagai bahan penyemprot telur

(Steel dan Torie, 1980).

Page 39: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

22

3. Rancangan Respon

Peubah yang diamati adalah lama pipping dan daya tetas telur itik tegal. Hasil

data dianalisis sesuai dengan asumsi sidik ragam pada taraf nyata 5%. Jika

terdapat perlakuan yang berpengaruh nyata antar larutan maupun antar dosis pada

suatu peubah tertentu (P ˂ 0,05), maka analisis dilanjutkan dengan uji t pada taraf

nyata 5%, untuk data persentase jika hasil yang diperoleh <30 atau >70

ditransformasi dengan Archin (Steel dan Torrie, 1980).

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Pengumpulan telur tetas

Telur tetas dikumpulkan dengan dilakukan seleksi terlebih dahulu. Seleksi telur

tetas meliputi kebesihan dan warna kerabang, bentuk telur, dan bobot telur. Telur

tetas ditimbang dengan menggunakan timbangan elektrik dengan ketelitian 1 g.

Setelah telur diseleksi, telur tetas disimpan ke dalam egg tray untuk kemudian

dibawa ke dalam mesin tetas. Telur tetas yang kotor dibersihkan dengan kapas

yang telah diberi alkohol. Telur tetas ditempatkan secara horizontal di dalam

mesin tetas, karena pemutaran telur dilakukan secara manual.

2. Pembuatan larutan penyemprot

Jeruk nipis yang telah disediakan dibelah dua kemudian disaring dengan

menggunakan saringan teh untuk mendapatkan cairan jeruk nipis tanpa biji dan

padatan lain. Setelah itu cairan jeruk nipis ditampung dan diukur volume yang

didapat. Masing- masing perlakuan menggunakan 2,5 ml larutan penyemprot

dalam satu kali penyemprotan sehingga dibutuhkan 75 ml larutan penyemprot

Page 40: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

23

untuk masing- masing perlakuan. Larutan jeruk nipis 5% didapat dengan

mengukur 3,75 ml larutan jeruk nipis yang kemudian ditambahkan air sebanyak

71,25 ml. Larutan jeruk nipis 10% didapat dengan mengukur 7 ml larutan jeruk

nipis yang kemudian ditambahkan air sebanyak 68 ml. Larutan gula 5% didapat

dengan menimbang 3,75 g gula pasir yang kemudian dilarutkan ke dalam 71,25

ml air. Larutan gula 10% didapat dengan menimbang 7 g gula pasir yang

kemudian dilarutkan ke dalam 68 ml air.

Pemilihan dosis larutan 10% didasari oleh Ulya (2015) yang menyatakan bahwa

penyemprotan larutan jeruk nipis 10% pada telur ayam arab menghasilkan daya

tetas (inkubasi) dan daya tetas (fertil) masing- masing 46,25% dan 64,91%.

3. Pelaksanaan Proses Penetasan

a. Melakukan sanitasi terhadap mesin tetas. Seluruh perlengkapan mesin tetas

dibersihkan dengan menggunakan deterjen dan kemudian dikeringkan.

Mesin tetas telah dinyalakan dan diatur suhu dan kelembapannya agar stabil

dengan bantuan thermohygrometer. Melakukan fumigasi mesin tetas dengan

mencampurkan 2,58 ml larutan formalin dengan 1,29 g kalium permangat.

b. Membuat sekat. Sekat telur tetas dibuat dengan menggunakan karton agar

tidak terjadi kontaminasi antar larutan penyemprot.

c. Menimbang dan menandai telur. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui

bobot awal telur tetas dan sebagai penanda sisi depan dan belakang.

Page 41: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

24

d. Memasukkan telur tetas ke mesin tetas dengan posisi horizontal untuk

mempermudah pemutaran telur. Hal ini dilakukan karena proses pemutaran

telur masih secara manual.

e. Melakukan fumigasi telur tetas dengan mencampurkan 0,86 ml formalin

dengan 0,43 g kalium permangat.

f. Peneropongan. Peneropongan dilakukan saat umur telur tetas 7 hari dan

umur 21 hari untuk mendapatkan data fertilitas. Peneropongan dilakukan

dengan menggunakan candler dan dilakukan pada area yang gelap.

g. Pengontrolan harian. Pengontrolan harian dilakukan terhadap suhu,

kelembapan, dan pemutaran telur. Pemutaran telur dimulai pada hari ke 4

sampai hari ke 25. Pemutaran telur dilakukan 3 kali/ hari yaitu pada pukul

07.00 WIB, 12.00 WIB, dan 17.00 WIB.

h. Menyemprot telur. Telur disemprot pada 3 hari menjelang akhir penetasan.

Larutan penyemprot terdiri atas larutan jeruk nipis 5%, larutan jeruk nipis

10%, larutan gula 5% dan larutan gula 10%.

i. Mengamati lama waktu terjadinya keretakan dari kerabang (pipping) telur

pasca dilakukan penyemprotan.

j. Menempatkan DOD yang telah menetas pada kotak yang telah diberi

penghangat, kemudian menghitung daya tetas telur yang didapat.

E. Parameter Penelitian

1. Lama Pipping

Lama pipping diartikan dengan sejumlah waktu yang dibutuhkan embrio untuk

meretakkan kerabang telur. Lama pipping diamati dengan munculnya keretakan

Page 42: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

25

pada kerabang telur setelah dilakukannya penyemprotan cairan jeruk nipis dan

cairan gula. Lama pipping dari masing- masing perlakuan diukur dalam menit

dan kemudian dirata- rata antarsatuan percobaan.

2. Daya Tetas

Daya tetas diartikan sebagai banyaknya jumlah telur yang menetas berdasarkan

telur yang fertil dan dinyatakan dalam persen (Kurtini dan Riyanti, 2014). Selain

itu, daya tetas juga dapat diketahui dengan banyaknya jumlah telur yang menetas

berdasarkan jumlah telur yang diinkubasi (Ningtyas dkk., 2013)

Jumlah telur yang menetas

Daya tetas = x 100%

Jumlah telur yang menetas

Daya tetas =

Data fertilitas digunakan sebagai data sekunder untuk mendapatkan daya tetas

telur itik tegal.

Jumlah telur yang diinkubasi

Jumlah telur yang fertil x 100%

Page 43: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Larutan penyemprot jeruk nipis dan gula pada dosis 5% dan 10% tidak

berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap lama pipping dan daya tetas

telur itik tegal.

2. Belum didapatkan jenis larutan penyemprot terbaik pada dosis yang berbeda

terhadap lama pipping dan daya tetas telur itik tegal.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan dosis larutan jeruk

nipis dan air gula sebagai penyemprot telur itik tegal, sehingga diketahui pengaruh

dosis larutan penyemprot telur tetas terbaik pada waktu pipping dan daya tetas.

Page 44: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

41

DAFTAR PUSTAKA

Anfas. 2008. Manfaat vitamin B Kompleks. http://bioalami.blogsopt.com/

2008/07/manfaat-vitamin-b-komples.html. diakses pada 5 April 2016

Andhoko, A. 2013. Belajar Beternak Bebek. Anggaandhoko.blogspot.co.id

/2013/10/belajar-beternak-bebek.html. diakses pada 22 Desember 2015

Andlaw, R.J dan W.P Rock. 2012. Perawatan Gigi Anak. Widya Medika,

Jakarta

Anonim. 2010. How Long do Duck take. http://www.backyardchickens.com

/t/343252/how-long-do-ducks-take. diakses pada13 April 2016

Bachari, I, I. Sembiring, S. Tarigan. 2006. Pengaruh Frekuensi Pemutaran Telur

terhadap Daya Tetas dan Bobot Badan DOC Ayam Kampung. Jurnal

Agribisnis Peternakan 2 (3) : 101--105

Baruah, K.K, P.K. Sharma dan N.N Bora. 2001. Fertility, Hatchability and

Embryonic Mortality in Ducks. J. Indian Veterinary 78 : 529--530

Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara,

Jakarta

Brown, J.P dan M.W.J. Dodds. 2008. Dental Caries and Associated Risk Factors.

In : Cappelli DP and Mobley CC. Prevention and Clinical Oral Health

Care, Missouri : Mosby Elsevier

Cancer Chemoprevention Research Center. 2014. Jeruk Nipis (Citrus

aurantiifolia). ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=183. diakses pada 30

Oktober 2015

Damayanti, E. 2013. Penetapan Kadar Kalsium Laktat secara Komplekstometri.

http://eldadamayan.blogspot.co.id/2013/05/penetapan-kadar-calsium-

laktat-secara.html. diakses pada 31 Mei 2016

Page 45: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

42

Darwin, P. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. Perpustakaan Nasional,

Sinar Ilmu

Fathul, F., Liman, N. Purwaningsih, dan S. Tantalo. 2013. Pengetahuan Pakan

dan Formulasi Ransum. Universitas Lampung, Bandar Lampung

Gunawan, A. 2012. Asam, Basa, dan Garam. https://unitedscience.wordpress.com

/ipa-1/bab-2-asam-basa-dan-garam/. diakses pada 5 April 2016

Hansnelly, Z. Rinaldi, dan Suwardih. 2013. Penangkaran dan Perbibitan Ayam

Merawang di Bangka Belitung. Lokakarya Nasional Inovasi teknologi

dalam mendukung Usaha Ternak Unggas Berdaya Saing. Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitunng

Harianto. A. 2010. Manajemen Penetasan Telur Itik. http://Itik Mojosari. Cara

mudah menetaskan telur-itik. Html. diakses pada 27 Oktober 2015

Hendritomo, H.I. 2012. Pengaruh Pertumbuhan Mikroba terhadap Mutu Kecap

Selama Penyimpanan. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Bioindustri, Jakarta

Henneth. 1992. Experiment in General Chemistry. Harcout Brace College

Publisher, United States of America

Jayasamudera, D. J. dan Cahyono. 2005. Pembibitan Itik. Penebar Swadaya.

Jakarta

Jasa, L. 2006. Pemanfaatan Mikrokontroler Atmega 163 Pada Prototipe Mesin

Penetasan Telur Ayam. Teknologi Elektro. 5 (1): 30-36

Kurtini, T., K. Nova, dan D. Septinova. 2014. Produksi Ternak Unggas Edisi

Revisi. Aura, Bandar Lampung

Kurtini, T. dan R. Riyanti. 2014. Teknologi Penetasan. Aura, Bandar Lampung

Martati, E., T. Susanto, Yunianta dan Z. Efendi. 2002. Optimalisasi Proses

Demineralisasi Cangkang Ranjungan (Portunus pelagicus) kajian suhu

dan waktu demineralisasi. Jurnal Tek. Pert 3 (2): 120--128

Page 46: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

43

Machmud, N.A., Y. Retnowati, dan W.D. Uno. 2014. Aktivitas Lactobacillus

bulgaris pada Fermentasi Susu Jaguung (Zea mays) dengan Penambahan

Sukrosa dan Laktosa. Repository hasil penelitian Universitas Negeri

Gorontalo : 1--10

Maghfiroh, F., T. Kurtini, dan K.Nova. 2015. Pengaruh Dosis Vitamin B

Kompleks sebagai bahan Penyemprotan Telur Itik Tegal terhadap

Fertilitas, Susut tetas, Daya tetas, dan Kematian embrio. Jurnal Ilmiah

Peternakan Terpadu 3 (4) :256--261

Mohanty, S.R., S.K. Sahoo, L.K Babu, C.R. Pradhan, B. Panigrahi, dan

S.K. Joshi. 2015. Effect of Feeding Different Levels of Protein on Egg

Weight, Egg Quality, Fertility, Hatchability, and Fatty Acid Profile of

Eggs In Khaki Campbel Duck During Laying Period. Indian Veterinary

Journal 92 (7) : 25--30

Munif, M. 2009. Uji daya mikroorganisme dan antiseptic.

http://bionivike.blogspot.co.id/2009/12/uji-daya-mikro-organisme-dan-

anti.html. diakses pada 26 Mei 2016.

Ningtyas, M.S., Ismoyowati dan I.H. Sulistyawan. 2013. Pengaruh Temperatur

terhadap Daya Tetas dan Hasil Tetas Telur Itik (Anas plathyrinchos).

Jurnal Ilmiah Peternakan 1 (1): 347-352

North, M.O. dan D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual.

Edisi ke-4. By Van Nestrod Rainhold. New York

Nugroho dan I.G.T. Manyun. 1986. Beternak Burung Puyuh. Eka Offest,

Semarang

Nuryati, T., Sutarto, M. Khamin, dan P.S. Hardjosworo. 2002. Sukses

Menetaskan Telur. Edisi ke-4. Penebar Swadaya. Jakarta

Osborne, D.R. dan P. Voght. 1978. The Analysis Nutrient in Food. Academic

Press. London

Paimin, F.B. 2003. Membuat dan Mengelola Mesin Tetas. Edisi ke-16. Penebar

Swadaya. Jakarta

Pitojo, S. 1996. Petunjuk Pengendalian dan Pemantauan Keong Mas. Trubus

Agriwidya, Jakarta.

Page 47: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

44

Prasetyo, E.A. 2005. Keasaman Minuman Ringan Menurunkan Kekerasan

Permukaan Gigi. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J) 38 (2) : 60-63

Prihatman, K. 2000. Budidaya Ternak Itik. Deputi Bidang Pendayagunaan dan

Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta

Priyono. 2009. Pengelolaan Mesin Tetas Pada Usaha Penetasan Telur Itik

Komersial. http://www.ilmupeternakan.com/2009/07/pengelolaan-mesin-

tetas-pada-usaha_17.html. diakses pada 28 Oktober 2015

Poly, C.D. 2013. Asam Sitrat. http://makalahbioproses.blogspot.co.id/

2013/06/makalah-bioproses-asam-sitrat.html. Diakses pada 31 Mei 2016

Raharjo, P. 2004. Ayam Buras. Agromedia, Yogyakarta

Rakhman, B. 1985. Pengaruh Bobot Tetas Terhadap Mortalitas, Bobot Akhir,

Laju Pertumbuhan Itik Tegal. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut

Pertanian Bogor, Bogor

Rarasati. 2002. Pengaruh Frekuensi Pemutaran pada Penetasan itik Terhadap

Daya Tetas, Kematian Embrio dan Hasil Tetas. Laporan Hasil Penelitian.

Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto

Ricklefs, R.E dan J.M. Strack. 1998. Embryonic Growth and Development.

Oxford Univ Press, New York.

Riswara, A. 2014. Beternak Itik Tegal. https://riezwara.wordpress.com/2014/09/

14/beternak-itik-tegal/. diakses pada 28 Oktober 2015

Rosidi, T. Yuwanta, Ismaya, dan Ismoyowati. 2013. Reproduction Performance

of Post-Molting Tegal Ducks Given Cattle Reticulum Meal. Animal

Production 15 (3): 159-165

Sahara, E., M. Susanti, dan E. Raudati. 2009. Pemuliaan dan Teknologi

Pengolahan Produk Ternak Itik dan Puyuh. Paradigma Indonesia.

Yogyakarta

Satriya, D.E. 2013. Pengaruh Perendaman Larutan Jeruk Nipis (Citrus

aurantiifolia swingle) terhadap Kekerasan Permukaan Resin Komposit

Hybrid. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Yogyakarta

Page 48: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

45

Sebayang, E. 2013. Kegagalan Dalam Penetasan. http://ericksebayang.blogspot.

co.id/2013/06/kegagalan-dalampenetasan-tinjauan.html. diakses pada 28

Oktober 2015

Sinurat, A.P. 2000. Penyusunan Ransum Ayam Buras dan Itik. Pelatihan Proyek

Pengembangan Agribisnis Peternakan, Dinas Peternakan DKI Jakarta,

Jakarta

Sopiyana, S., A.R. Setioko, dan M.E. Yusnandar. 2006. Indentifikasi Sifat-Sifat

Kualitatif dan Ukuran Tubuh pada Itik Tegal, Itik Magelang, dan Itik

Damiaking. Prosiding Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi dalam

Mendukung Usaha Ternak Unggas Berdaya Saing. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian

Srigandono, B. 1986. Ilmu Unggas Air. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta

Srigandono, B. 1997. Ilmu Unggas Air. Edisi ke-3. Gajah Mada University

Press. Yogyakarta

Steel, R dan J. Torrie. 1980. Principles and Procedure of Statistic, A Biometrical

Approach 2nd

Ed. Mc-Graw Hill Book Company, United States of

America

Subiharta, D.M. Yuwana, A. Hermawan. Dan Hartono. 2006. Produktivitas

Ternak Itik di Daerah Sentra Pengembangan pada Pemeliharaan Intensif.

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi dalam Mendukung Usaha Ternak

Unggas Berdaya Saing

Subiharta. 2010. Manajemen Penetasan Telur Itik Tegal. Bahan Pelatihan pada

Kegiatan FEATI (Farmer Empowerment Trought Agricultural Technology

and Inovation)

Subiharta dan M. Yuwana. 2012. Pengaruh Penggunaan Tempat Air dan Letak

Telur di Dalam Mesin Tetas yang Berpemanas Listrik pada Penetasan Itik

Tegal. Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi. Fakultas

Pertanian Universitas Trunojoyo, Madura

Sudjarwo, E. 2012. Penetasan Telur Unggas. http://edhysudjarwounggas.lecture.

ub.ac.id/. diakses pada 9 November 2015

Page 49: PENGARUH LARUTAN JERUK NIPIS DAN GULA PADA DOSIS …digilib.unila.ac.id/22906/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pengaruh larutan jeruk nipis dan gula pada dosis berbeda sebagai

46

Sumini, B. Amikasari, dan D. Nurhayati. 2014. Hubungan konsumsi makanan

manis dengan kejadian karies gigi pada anak prasekolah di TK B RA

Muslimat PSM Tegalredjo Desa Semen Kecamatan Nguntoronadi

Kabupaten Magetan. Jurnal Delima Harapan 3 (2) : 20--27

Suryana, Sholih, N.H. H Kurniawan, Suprijono, dan R. Qomariah. 2012.

Pengaruh Perbandingan Jantan- Betina terhadap Fertilitas, Daya Tetas

Telur Itik Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan. Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan

Suryani, T dan Santosa. 2002. Pembibitan Ayam Ras, Penebar swadaya, Jakarta

Susila, A.B. 1997. Pengaruh Frekuensi Pemutaran Telur dan Berat Telur

Terhadap Fertilitas, Daya Tetas, Mortalitas, dan Berat DOD Itik Tegal.

Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Sumatera Utara, Medan

Suswoyo, I. 1990. Comparison of Extensive and Intensive Systems of Duck

Farming in Cetral Java. Tesis. University of Melbourn, Melbourn

Sutiyono, S. R dan S. Krismiyati. 2006. Fertilitas dan Daya Tetas Telur dari

Ayam Petelur Hasil Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Ayam

Kampung yang Diencerkan dengan Bahan Berbeda. Skripsi. Fakultas

Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang

Ulya, K. 2015. Performa Penetasan Ayam Arab dengan Penambahan

Penyemprot Air Jeruk Nipis. https://materikuliahsite.wordpress.com /2015

/11/04/performa-penetasan-ayam-arab-dengan-penambahan-penyemprot-

air-jeruk-nipis/. diakses pada 4 November 2015

Widyaningrum, A.E, E.Sudjarwo, dan Achmanu. 2013. Pengaruh Jenis Bahan

dan Frekuensi Penyemprotan Terhadap Daya Tetas, Bobot Tetas, dan

Dead Embryo Telur Itik Khaki Campbell. Repository Skripsi dan Thesis

Universitas Brawijaya : 12--24

Yuwanta, T. 1993. Dasar Ternak Unggas. Fakultas Pertanian. Universitas Gajah

Mada, Yogyakarta