pengaruh lanjut bioakumulasi … mulia: apih (alm), bapak dan ummi yang telah memberikan do’a...

98
PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI INSEKTISIDA ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KONDISI HEMATOLOGIS IKAN MAS (Cyprinus carpio) IMAM TAUFIK SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005

Upload: ngophuc

Post on 18-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI INSEKTISIDA ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

KONDISI HEMATOLOGIS IKAN MAS (Cyprinus carpio)

IMAM TAUFIK

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2005

Page 2: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

ABSTRAK

IMAM TAUFIK. Pengaruh Lanjut Bioakumulasi Insektisida Endosulfan Terhadap Pertumbuhan dan Kondisi Hematologis Ikan Mas (Cyprinus carpio). Dibawah bimbingan Dr. Ir. Eddy Supriyono, MSc.; Dr. Ir. Kukuh Nirmala, MSc.; dan Dr. Santosa Koesoemadinata, MSc.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh lanjut dari bioakumulasi insektisida endosulfan (C6H6Cl6O3S) terhadap laju pertumbuhan dan kondisi hematologis ikan mas. Penelitian dilakukan dalam enam tahap, yaitu: Uji stabilitas bahan aktif; Uji penentuan kisaran konsentrasi lehal; Uji definitif; Uji biokonsentrasi; Uji bioeliminasi; dan Uji subletal. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap dengan menggunakan wadah berupa akuarium kaca. Bahan uji yang digunakan adalah formulasi insektisida dengan bahan aktif endosulfan yang berbentuk cairan berwarna kuning bening yang dapat larut dalam aseton. Hewan uji berupa ikan mas (Cyprinus carpio) stadia juvenil dengan ukuran bobot 0,81 ± 0,098 g/ekor yang diperoleh dari hasil pemijahan secara terkontrol. Sebelum digunakan hewan uji diadaptasikan selama 12 hari dalam kondisi laboratorium dan diberi pakan pellet dengan kandungan protein ± 43,96%. Pada uji stabilitas diaplikasikan endosulfan dengan konsentrasi 2,42 µg/l dalam air, kemudian diambil sample air pada jam ke 0, 24, 48, 72, dan 96 jam. Sample yang diperoleh selanjutnya di ekstraksi dan diidentifikasi menggunakan gas kromatografi (GC). Pada uji penentuan kisaran konsentrasi letal diaplikasikan 4 deret konsentrasi uji, yaitu: 0 (kontrol); 0,1; 1,0; 10,0 µg/l. Ikan uji sebanyak 10 ekor/wadah dengan pengamatan mortalitas pada jam ke: 0, 24, dan 48 jam setelah aplikasi. Pada uji definitif diaplikasikan 7 deret konsentrasi, yaitu: 0 (kontrol); 1,4; 1,9; 2,7; 3,7; 5,2; dan 7,2 µg/l. Ikan uji sebanyak 10 ekor per wadah dengan waktu pengamatan pada jam ke: 2, 4, 6, 8, 12, 24, 48, 72 dan 96 jam setelah aplikasi. Pada uji bioakumulasi diaplikasikan 3 konsentrasi endosulfan sebesar 10, 30, dan 50% dari nilai LC50-96 jam dengan nilai konsentrasi, yaitu: 0 (kontrol); 0,24; 0,72; dan 1,20 µg/l dalam air. Ikan mas dipelihara dengan kepadatan 0,5 ekor/liter air atau 20 ekor dalam 40 liter air. Selama pemaparan ikan uji diberi pakan secara at satiation serta dilakukan pergantian air setiap 24 jam dengan konsentrasi bahan uji yang sama. Parameter yang diukur adalah: laju pertumbuhan, efisiensi pakan dan kondisi hematologis. Untuk kebutuhan analisa residu, sample ikan dan air diambil pada jam ke: 0, 4, 12, 24, 48, 96, 144, 192, 264 pemaparan. Sample selanjutnya diekstraksi dan dipekatkan dalam 10 ml aceton p.a untuk selanjutnya diidentifikasi menggunakan GC. Uji bioeliminasi dimulai setelah proses absorpsi dan akumulasi endosulfan ke dalam tubuh ikan mas mencapai kondisi stabil (steady state). Ikan yang telah terpapar dan mengakumulasi endosulfan sebesar 3,58 ± 0,1345 µg/kg selanjutnya dipindahkan ke dalam

Page 3: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

air bersih tanpa bahan uji (clean water). Pengambilan ikan uji dilakukan pada hari ke 0, 5, 10 dan 15 pemeliharaan untuk selanjutnya diekstraksi dan diidentifikasi menggunakan GC dengan prosedur yang standar. Pada semua tahapan penelitian dilakukan pengukuran sifat fisika-kimia air yang meliputi: suhu, pH, O2 terlarut, CO2 dan amonia, untuk mengetahui kelayakannya sebagai media uji. Data uji stabilitas dianalisis secara regresi dan deskriptif, data uji penentuan kisaran konsentrasi letal dianalisis secara deskriptif, sedangkan data uji definitif dianalisis dengan bantuan program “probit analysis”. Residu endosulfan dalam ikan dan air dianalisis menurut petunjuk Komisi Pestisida (1977), laju penyerapan dan eliminasi ditentukan menurut petunjuk Specie dan Hamelink (1995), biokonsentrasi faktor dihitung menurut persamaan Montanes dan Hattum (1995). Untuk menghitung pertumbuhan digunakan persamaan Ricker (1975), sedangkan penentuan efisiensi pakan dihitung berdasarkan persamaan NRC (1983). Data yang diperoleh dari uji subletal dianalisis ragam dengan bantuan program statistik RPSS 10.0 for Window. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata laju peluruhan endosulfan dalam air adalah sebesar 0,81% per jam. Kisaran konsentrasi endosulfan terhadap ikan mas antara 1 µg/l (ambang bawah) dan 10 µg/l (ambang atas) dengan nilai LC50-96 jam sebesar 2,42 (2,206 – 2,652) µg/l pada limit kepercayaan 95%. Bioakumulasi endosulfan dalam tubuh ikan mas yang dipaparkan pada konsentrasi 0,24; 0,72; dan 1,20 µg/l secara berurutan sebesar 2,04; 3,58 dan 4,24 µg/kg dengan laju penyerapan sebesar 0,79; 0,71; dan 0,43 µg/l per jam, serta nilai biokonsentrasi faktor (BCF) sebesar 8,56; 7,74 dan 4,69. Melalui analisis statistik terhadap data tersebut diketahui bahwa bioakumulasi endosulfan secara nyata berpengaruh terhadap laju penyerapan dan nilai BCF dalam tubuh ikan mas.

Bioakumulasi endosulfan dalam tubuh ikan mas sebesar 2,04 µg/kg secara nyata menurunkan jumlah eritrosit; bioakumulasi sebesar 3,58 µg/kg mengurangi jumlah leukosit dan mereduksi pertumbuhan; dan pada konsentrasi bioakumulasi 4,24 µg/kg secara nyata meningkatkan kadar hematokrit dan hemoglobin dalam darah ikan mas. Kata kunci: bioakumulasi, biokonsentrasi faktor, eliminasi, endosulfan, hematologi,

ikan mas.

Page 4: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul :

PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI INSEKTISIDA ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KONDISI HEMATOLOGIS

IKAN MAS (Cyprinus carpio)

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.

Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas

dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Desember 2005

Imam Taufik C 051020101

Page 5: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI INSEKTISIDA ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

KONDISI HEMATOLOGIS IKAN MAS (Cyprinus carpio)

IMAM TAUFIK

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perairan

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005

Page 6: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

i

Judul Tesis : Pengaruh Lanjut Bioakumulasi Insektisida Endosulfan Terhadap Pertumbuhan dan Kondisi Hematologis Ikan Mas (Cyprinus carpio).

Nama : Imam Taufik

NRP : C 051020101

Program Studi : Ilmu Perairan (AIR)

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc. Ketua

Dr. Ir. Kukuh Nirmala, M.Sc. Dr. Santosa Koesoemadinata, M.Sc. Anggota Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi Ilmu Perairan 3. Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Chairul Muluk, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Sjafrida Manuwoto, M.Sc.

Tanggal Ujian : 1 Desember 2005 Tanggal Lulus :

Page 7: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 9 Juli 1967 sebagai putera ke lima dari

pasangan H. Ali Muchtar (Alm) dan Yuhana (Almh). Jenjang pendidikan sampai

dengan tingkat menengah atas, berturut -turut diselesaikan pada SD Negeri 1 Kotabatu,

SMP Negeri 2, dan SMA Negeri 1 di Bogor. Pendidikan Strata 1 (S1) ditempuh pada

Jurusan Perikanan, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin – Ujung Pandang dan

lulus pada tahun 1992.

Tahun 1994 sampai 1997 penulis bekerja sebagai Staf Peneliti pada Loka

Penelitian Perikanan Pantai, Pusat Penelitian Perikanan Budidaya, di Gondol – Bali dan

tergabung dalam kelompok peneliti Penyakit Ikan. Tahun 1997 sampai sekarang,

penulis bekerja sebagai Staf Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar,

Pusat Riset Perikanan Budidaya, di Bogor dan tergabung dalam kelompok peneliti

Lingkungan Budidaya & Toksikologi. Pada tahun 2002, penulis melanjutkan studi S2

pada Program Studi Ilmu Perairan (AIR), Program Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor.

Page 8: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

iii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan

berkah dan hidayah-Nya sehingga penulis masih diberi kekuatan untuk melakukan

segala aktivitas yang Insya Allah senantiasa ditujukan untuk mencari Ridho-Nya.

Tesis dengan judul “Pengaruh Lanjut Bioakumulasi Insektisida Endosulfan

terhadap Pertumbuhan dan Kondisi Hematologis Ikan Mas (Cyprinus carpio)”

merupakan hasil penelitian yang disusun sebagai salah satu syarat yang dibebankan

kepada penulis untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi

dan sumbangsih bagi kepentingan pengelolaan lingkungan, khususnya yang berkaitan

dengan pencemaran pestisida pada sumberdaya perikanan.

Selama menjalani masa perkuliahan, pelaksanaan penelitian hingga selesainya

penulisan tesis ini, penulis telah mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,

untuk itu penulis menghaturkan terima kasih. Secara khusus ungkapan terima kasih

yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis haturkan

kepada:

1. Istriku tercinta Fetty Fatimah serta kedua putri-permata hatiku Iffi Rizkiya dan

Fitta Fairuz Rahmani, atas segenap cinta dan ketulusan hati nan ikhlas yang

telah dengan setia mendampingi penulis selama melaksanakan kuliah hingga

selesai dan Insya Allah untuk selamanya.

2. Yang mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus

sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama

menjalani proses perkuliahan.

3. Bapak Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc. sebagai ketua Komisi Pembimbing, Bapak

Dr. Ir. Kukuh Nirmala, M.Sc. dan Bapak Dr. Santosa Koesoemadinata, M.Sc.

sebagai Anggota Komisi Pembimbing, yang telah meluangkan waktu, tenaga,

pemikiran bahkan materi untuk membantu, mengarahkan dan membimbing

penulis mulai dari perkuliahan, penelitian hingga pembuatan tesis ini.

Page 9: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

iv

4. Bapak Dr. Chairul Muluk, M.Sc. sebagai Ketua Program Studi Ilmu Perairan

beserta seluruh Staf Dosen PPs-IPB yang telah memberikan arahan, materi

kuliah serta bantuan administrasi selama penulis mengikuti perkuliahan.

5. Bapak Dr. S. Djokosetyanto, M.Sc. selaku Penguji Luar Komisi Pembimbing

yang telah memberi pengarahan, masukan dan saran guna perbaikan tesis ini.

6. Bapak Drs. Sutrisno yang tak henti-hentinya memberi dukungan moril serta

bantuan materil yang sangat besar sehingga penulis dapat melaksanakan dan

menyelesaikan kuliah.

7. Bapak Dr. Asep Nugraha Ardiwinata, M.Si, Bapak Eman Sulaeman dan Bapak

Aji M. Tohir yang telah membantu menganalisis sample penelitian di

Laboratorium Toksikologi Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya

Genetika Pertanian, Bogor.

8. Teman-teman Program Studi Ilmu Perairan PPs-IPB: Ahmad Jauhari, Amrulla,

Wahidah, Desi, Esti, Ricky serta yang lainnya, atas kerjasama, spirit dan

kekompakannya.

9. Berbagai pihak yang belum disebutkan di atas dan telah membantu.

Akhir kata, Wabillahi Taufik Wal Hidayah Wassalamualaikum Warohmatullahi

Wabarokaatuh.

Bogor, Desember 2005

Penulis

Page 10: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

v

DAFTAR ISI

halaman.

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………… i.

RIWAYAT HIDUP ……………………………………………… ii.

PRAKATA ……………………………………………………… iii.

DAFTAR ISI ……………………………………………………… v.

DAFTAR TABEL ………………………………………………………. vii.

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………. viii.

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………. ix.

PENDAHULUAN Latar Belakang ……………………………………………… 1. Pendekatan Masalah ……………………………………… 4. Hipotesis ……………………………………………………… 5. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 5. Manfaat Penelitian ……………………………………………… 5.

TINJAUAN PUSTAKA Pestisida ……………………………………………………… 6. Keberadaan Pestisida di Lingkungan Perairan ……………… 7. Insektisida Organoklorin ……………………………………… 12. Endosulfan ……………………………………………………… 12. Penyerapan dan Eliminasi ……………………………………… 15. Pertumbuhan ……………………………………………… 16. Darah Ikan ……………………………………………………… 17. Hematokrit ……………………………………………… 17. Hemoglobin ……………………………………………… 18. Sel darah merah (eritrosit) ……………………………… 19. Sel darah putih (leukosit) ……………………………… 19. Kualitas Air ……………………………………………………… 20. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ……………………………………………… 22. Bahan dan Alat ……………………………………………… 22. Persiapan Penelitian

Wadah dan media …….……………………………….. 23. Ikan uji ……………………………………………… 23. Media uji ……………………………………………… 24.

Pelaksanaan Penelitian Uji stabilitas endosulfan dalam a ir ……………………… 24.

Bioakumulasi endosulfan ……………………………… 25.

Page 11: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

vi

halaman.

Uji toksisitas letal ……………………………… 25. Uji bioakumulasi ……………………………… 26.

Uji bioeliminasi ……………………………… 27. Bioakumulasi terhadap pertumbuhan ……………… 28.

Bioakumulasi terhadap kondisi hematologis ……………… 29. Kadar hematokrit (Ht) ……………………… 29. Kadar hemoglobin (Hb) ……………………… 30. Jumlah sel darah merah (eritrosit) ……………… 30. Jumlah sel darah putih (leukosit) ……………… 31. Analisis Data ……………………………………………… 31. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Uji stabilitas endosulfan dalam air ………………………. 34. Toksisitas letal: Nilai LC50 ………………………………. 35. Uji bioakumulasi endosulfan ………………………………. 37. Uji bioeliminas i endosulfan ………………………………. 39. Pertumbuhan ikan ………………………………………. 40. Efisiensi pakan ………………………………………. 42. Kondisi hematologis ………………………………………. 43. Kualitas air ………………………………………………. 45. Pembahasan ………………………………………………………. 46.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ……..……………………………………………….. 59. Saran ……..……………………………………………………….. 59.

DAFTAR PUSTAKA ………...……………………………………… 60.

Page 12: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

vii

DAFTAR TABEL

halaman. Tabel 1. Klasifikasi pestisida berdasarkan toksisitasnya terhadap ikan ………. 9.

Tabel 2. Nilai LC50 insektisida endosulfan terhadap ikan mas pada setiap waktu pemaparan ………………………………………… 36.

Tabel 3. Model persamaan laju penyerapan insektisida endosulfan ke dalam tubuh ikan mas pada masing-masing konsentrasi perlakuan ……………………………………………….. 38.

Tabel 4. Nilai laju penyerapan dan biokonsentrasi faktor insektisida endosulfan terhadap ikan mas pada masing-masing perlakuan ……….. 39.

Tabel 5. Pertumbuhan ikan mas pada berbagai konsentrasi bioakumulasi endosulfan setelah 12 minggu pemaparan …………………………… 41.

Tabel 6. Rata-rata nilai efisiensi pakan (%) ikan mas pada masing-masing perlakuan selama 12 minggu pemaparan …………………………… 43.

Tabel 7. Rata-rata kadar hematokrit, hemoglobin, eritrosit dan leukosit

ikan mas dengan bioakumulasi insektisida endosulfan yang berbeda setelah 12 minggu pemaparan ………………………….. 43.

Tabel 8. Kisaran sifat fisika-kimia air pada uji toksisitas letal dan subletal insektisida endosulfan terhadap ikan mas ………………... 46.

Page 13: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

viii

DAFTAR GAMBAR

halaman.

Gambar 1. Dinamika pestisida dalam lingkungan …………………………… 10.

Gambar 2. Konsekwensi penggunaan herbisida terhadap ekologi perairan. …. 11.

Gambar 3. Struktur kimia endosulfan …………………………………………. 14.

Gambar 4. Prosentase peluruhan konsentrasi endosulfan dalam air pada setiap waktu pemaparan …………………………………….. 34.

Gambar 5. Nilai LC 50 insektisida endosulfan terhadap ikan mas untuk setiap waktu pemaparan …………………………………….. 36.

Gambar 6. Penyerapan endosulfan ke dalam tubuh ikan mas yang dipaparkan dalam larutan endosulfan sebesar 10% x LC50-96 jam dengan konsentrasi aktual rata-rata dalam air sebesar 0,24 (± 0,013) µg/l …………………… 37.

Gambar 7. Penyerapan endosulfan ke dalam tubuh ikan mas yang dipaparkan dalam larutan endosulfan sebesar 30% x LC50-96 jam dengan konsentrasi aktual rata-rata dalam air sebesar 0,46 (± 0,088) µg/l …………………….. 37.

Gambar 8. Penyerapan endosulfan ke dalam tubuh ikan mas yang dipaparkan dalam larutan endosulfan sebesar 50% x LC50-96 jam dengan konsentrasi aktual rata-rata dalam air sebesar 0,91 (± 0,020) µg/l ………..…………… 38.

Gambar 9. Eliminasi endosulfan dari tubuh ikan mas yang telah dipaparkan dalam larutan insektisida endosulfan sebesar 30% x LC50-96 jam dengan konsentrasi rata-rata bioakumulasi sebesar 3,58 µg/kg …………………………………. 40.

Gambar 10. Pertambahan bobot rata-rata individu ikan mas pada masing-masing perlakuan selama 12 minggu pemaparan …….. 41.

Page 14: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

ix

DAFTAR LAMPIRAN

halaman.

Lampiran 1. Prosedur analisis residu insektisida endosulfan pada sample air ………………... …………………………….. 66.

Lampiran 2. Prosedur analisis residu insektisida endosulfan pada sample daging ikan ………………………………………. 67.

Lampiran 3. Mortalitas ikan mas (ekor) pada uji pendahuluan setelah waktu pemaparan (jam) …………………………………… 68.

Lampiran 4. Motalitas ikan mas (ekor) pada uji lanjutan (definitife test) untuk setiap konsentrasi perlakuan (µg/l) setelah waktu pemaparan (jam) ………………………………….. 69.

Lampiran 5. Analisis probit (Wallace, 1982) untuk menentukan nilai LC50-24 jam insektisida endosulfan terhadap ikan mas ………….. 70.

Lampiran 6. Analisis probit (Wallace, 1982) untuk menentukan nilai LC50-48 jam insektisida endosulfan terhadap ikan mas ………….. 70.

Lampiran 7. Analisis probit (Wallace, 1982) untuk menentukan nilai LC50-72 jam insektisida endosulfan terhadap ikan mas ………….. 71.

Lampiran 8. Analisis probit (Wallace, 1982) untuk menentukan nilai LC50-96 jam insektisida endosulfan terhadap ikan mas ………….. 71.

Lampiran 9. Analisis statistik terhadap laju penyerapan (Ku) dan biokonsentrasi faktor (BCF) insektisida endosulfan ke dalam tubuh ikan mas …………………………………………. 72.

Lampiran 10. Bobot biomas ikan mas (g) yang dipaparkan dengan berbagai konsentrasi bioakumulasi insektisida endosulfan selama 12 minggu …………………………………………………. 73. Lampiran 11. Bobot biomas ikan mas (g) yang dipaparkan dengan

berbagai konsentrasi bioakumulasi insektisida endosulfan selama 12 minggu (transformasi logaritma natural) ……..……….. 74.

Lampiran 12. Bobot ikan mas (g/ekor) yang dipaparkan dengan berbagai konsentrasi bioakumulasi insektisida endosulfan selama 12 minggu ……………………………………….………… 75.

Lampiran 13. Bobot ikan mas (g/ekor) yang dipaparkan dengan berbagai konsentrasi bioakumulasi insektisida endosulfan selama 12 minggu (transformasi logaritma natural) ………………. 76.

Page 15: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

x

halaman. Lampiran 14. Laju pertumbuhan individu harian (%) ikan mas yang dipaparkan dengan berbagai konsentrasi bioakumulasi insektisida endosulfan pada setiap periode pemaparan (bulan) ………… …………………………... 77. Lampiran 15. Data efisiensi pakan harian (FE) ikan mas yang dipaparkan dengan berbagai konsentrasi bioakumulasi insektisida endosulfan selama 12 minggu pemaparan ……………………….. 78.

Lampiran 16. Analisis statistik terhadap laju pertumbuhan individu (SGR) dan efisiensi pakan (FE) ikan mas setelah pemaparan 12 minggu …………………………………………………………. 79. Lampiran 17. Kadar hematokrit (Ht), hemoglobin (Hb), eritrosit dan leukosit ikan mas yang dipaparkan dengan berbagai konsentrasi bioakumulasi insektisida endosulfan selama 12 minggu pemaparan ……………………………………… 80. Lampiran 18. Analisis statistik terhadap data hematologis (hematokrit, hemoglobin, eritrosit, leukosit) ikan mas setelah pemaparan 12 minggu …………………………………… 81.

Page 16: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pestisida dewasa ini mempunyai peranan yang penting khususnya dalam bidang

pertanian untuk memberantas jasad-jasad yang merusak tanaman dan hasil pertanian

yang disimpan. Usaha meningkatkan produksi pertanian, baik kuantitatif maupun

kualitatif, telah dipermudah dengan penggunaan pestisida (Soekardi et al., 1977).

Walaupun konsep “pest management” atau “integrated pest control” dilakukan,

dimana pestisida hendaknya digunakan sesedikit mungkin dan apabila diperlukan saja,

namun pada umumnya usaha proteksi tanaman dilakukan dengan pertimbangan bahwa

hama dan penyakit tanaman hanya dapat diberantas dengan mudah dan cepat dengan

menggunakan pestisida yang efektif, sekalipun keadaan ini hanya dicapai untuk

sementara. Oleh karena itu pemberantasan hama dan penyakit tanaman hampir

senantiasa diartikan sebagai penggunaan pestisida, sehingga bermacam-macam pestisida

banyak digunakan yang juga menimbulkan berbagai dampak negatif (Mulyani, 1973).

Meningkatnya penggunaan pestisida telah menimbulkan kekhawatiran karena

terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Menurunnya kualitas lingkungan karena

kontaminasi oleh pestisida telah mengakibatkan timbulnya masalah-masalah baru yang

harus segera diatasi. Kematian ikan di sawah, kolam atau sungai, makin jarangnya

dijumpai jenis burung-burung tertentu, terjadinya resistensi hama maupun timbulnya

eksplosi hama sekunder antara lain diduga sebagai akibat penggunaan pestisida yang

tidak bijaksana (Mulyani, 1973).

Page 17: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

2

Sifat penting yang dimilki suatu bahan aktif pestisida adalah daya racun atau

toksisitas. Meskipun bahan kimia tersebut hanya dimaksudkan untuk mematikan suatu

jenis hama tertentu tetapi pada hakekatnya bersifat racun untuk semua mahluk hidup.

Hampir semua jenis pestisida tidak bersifat selektif dan mempunyai spektrum yang luas

sebagai racun sehingga merupakan salah satu sumber pencemaran yang potensial

khususnya bagi sumberdaya dan lingkungan perairan perikanan.

Pestisida yang paling ideal adalah yang bersifat khusus dan dapat digunakan

secara selektif terhadap hama sasaran saja, namun di seluruh dunia belum dijumpai

pestisida yang demikian. Kebanyakan pestisida yang ada sebetulnya tidak bersifat

selektif karena pestisida digunakan pada suatu ekosistim yang rumit dan kompleks

sehingga setiap pemakaian pestisida juga dapat membunuh organisme bukan sasaran

atau paling tidak mengganggu kehidupannya (Kadarsan, 1977).

Endosulfan merupakan senyawa kimia dari golongan organoklorin yang banyak

dipergunakan di Indonesia sebagai bahan aktif dalam berbagai formulasi insektisida

yang diperdagangkan dengan beberapa nama dagang, antara lain: Thiodan, Fanodan,

Akodan, dan Termisidan (Komisi Pestisida, 1990). Penggunaan endosulfan di Indonesia

sebenarnya sudah dilarang sejak tahun 1996 melaui Surat Keputusan Menteri Pertanian

No. 473/KPTS/TP207/6/96, namun pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak

digunakan oleh petani karena insektisida endosulfan cukup efektif mengendalikan hama

sasaran, harganya relatif murah dan mudah didapatkan (Sulaksono, 2001).

Seperti pestisida organoklorin pada umumnya, endosulfan bersifat toksik

terhadap organisme perairan termasuk ikan dan sangat persisten sehingga akan

meninggalkan residu yang dapat mencemari lingkungan perairan. Hasil penelitian

Page 18: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

3

Ekaputri (2001) membuktika n bahwa perairan sungai Ciliwung-Jawa Barat yang

mengalir melewati daerah Bogor, Depok dan Jakarta mengandung residu insektisida

endosulfan dengan konsentrasi berkisar antara 0,7-4,0 µg/l. Sedangkan Taufik et al.,

(2003) melaporkan bahwa perairan tambak serta saluran irigasi di Kabupaten Brebes-

Jawa Tengah telah tercemar oleh endosulfan yang berasal dari limbah pertanian dan

perkebunan dengan konsentrasi secara berturut-turut sebesar 2,7 mg/l dan 3,2 µg/l.

Ikan yang terpapar dalam air yang tercemar oleh endosulfan dalam konsentrasi

subletal akan menyerap bahan aktif tersebut melalui permukaan tubuh, membran insang

dan difusi kutikular. Penyerapan akan berlangsung secara terus menerus sampai tercapai

keadaan steady state yaitu kondisi dimana jumlah bahan uji yang diserap dan didepurasi

per satuan waktu seimbang pada suatu konsentrasi bahan dalam air (Nagel dan Loskill,

1991). Residu endosulfan dalam air yang terserap oleh ikan akan terakumulasi di dalam

jaringan tubuh melalui proses bioakumulasi, hal ini disebabkan karena endosulfan

termasuk insektisida golongan organoklorin yang memiliki sifat lipofilitas tinggi, yakni

mudah terikat dalam jaringan lemak.

Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan komoditas perikanan air tawar yang

paling banyak dibudidayakan di Indonesia, khususnya di daerah Jawa Barat. Ikan ini

berpotensi untuk terkontaminasi oleh insektisida endosulfan karena pada umumnya

dipelihara dalam kolam budidaya atau Karamba Jaring Apung (KJA) di waduk, dimana

sumber airnya berasal dari aliran sungai yang berhubungan langsung dengan berbagai

aktivitas pertanian yang banyak menggunakan pestisida.. Selain itu, ikan mas juga

mempunyai kandungan lemak cukup tinggi sehingga akan lebih mudah mengakumulasi

residu pestisida organoklorin (Edward, 1976).

Page 19: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

4

Pendekat an Masalah

Peningkatan penggunaan pestisida terutama dalam bidang pertanian telah

menyebabkan pencemaran pada berbagai perairan. Hal ini terjadi karena pada umumnya

aktivitas pertanian seperti tanaman padi di sawah akan menggunakan lingkungan

perairan sebagai tempat pembuangan limbah cair (run off) yang masih mengandung

residu pestisida. Akibat aktivitas tersebut maka lingkungan perairan tawar yang

merupakan sumber air untuk berbagai kegiatan budidaya perikanan dapat tercemar oleh

berbagai bahan aktif yang terkandung dalam formulasi pestisida.

Endosulfan merupakan senyawa organoklorin yang banyak digunakan sebagai

bahan aktif dalam formulasi insektisida pertanian. Penggunaan senyawa ini akan

meninggalkan residu dalam lingkungan biotik maupun abiotik karena degradasi

endosulfan sangat lambat di alam. Lebih lanjut, residu endosulfan mempunyai sifat

yang mudah larut dalam lemak (lipofilik) sehingga dapat terserap dan terakumulasi

dalam tubuh organisme (bioakumulasi) sehingga merupakan masalah dalam budidaya

perikanan air tawar.

Salah satu komoditi perikanan yang potensial tercemar oleh endosulfan adalah

ikan mas karena pada umumnya ikan jenis ini dibudidayakan dalam kolam dan KJA

dengan sumber air berasal dari sungai yang merupakan tempat pembuangan limbah cair

pertanian. Oleh karena itu perlu diketahui bahaya yang dapat timbul pada ikan mas

akibat terpapar dalam air yang tercemar endosulfan, baik pada konsentrasi letal maupun

subletal.

Estimasi toksisitas dan potensi bioakumulasi endosulfan serta pengaruh yang

ditimbulkan terhadap ikan mas dapat diketahui melalui beberapa pengujian, seperti uji

Page 20: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

5

hayati (bioassay), uji akumulasi, uji eliminasi dan uji subletal. Dalam kondisi subletal

pengaruh lanjut dari bioakumulasi insektisida endosulfan dapat berdampak pada

perubahan kondisi hematologis sehingga dalam jangka waktu tertentu akan berpengaruh

terhadap pertumbuhan ikan mas.

Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a). Insektisida endosulfan mempunyai toksisitas yang tinggi dan dapat terakumulasi di

dalam tubuh ikan mas.

b). Pengaruh lanjut dari bioakumulasi insektisida endosulfan pada konsentrasi tertentu

dapat menghambat pertumbuhan ikan mas.

c). Pengaruh lanjut bioakumulasi insektisida endosulfan dapat menyebabkan perubahan

pada kondisi hematologis ikan mas.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh lanjut bioakumulasi insektisida

endosulfan terhadap laju pertumbuhan dan kondisi hematologis ikan mas.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan konsentrasi

bioakumulasi insektisida endosulfan yang masih dapat ditolerir oleh ikan mas.

Informasi tersebut dapat digunakan sebagai acuan bagi penetapan batas maksimum

residu (BMR) pestisida dalam air yang ama n bagi ikan dan organisme perairan lainnya.

Page 21: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

6

TINJAUAN PUSTAKA

Pestisida

Pestisida merupakan serangkaian senyawa alamiah dan sintetis berbagai unsur

kimia yang memiliki kemampuan untuk membunuh organisme pengganggu, terutama

ditujukan kepada jenis -jenis hama tertentu (Kusno, 1995). Menurut Lodang (1994)

penggunaan pestisida disamping dapat memberikan keuntungan juga dapat

menimbulkan kerugian (efek negatif). Keuntungan yang didapat antara lain: 1) dapat

meningkatkan produksi pertanian dan hasil penen yang cepat; 2) aplikasi di lapangan

relatif mudah; 3) dapat digunakan pada areal yang luas dalam waktu yang relatif

singkat; 4) dapat diaplikasikan setiap waktu, dengan memperhatikan cuaca; 5) dapat

diperoleh dengan mudah; 6) harga relatif murah dan memberikan keuntungan ekonomi.

Efek negatif yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida adalah: 1) mempertinggi

resistensi hama sehingga memerlukan penggunaan pestisida yang lebih banyak dan

lebih kuat; 2) membunuh mahluk lain yang bukan sasaran, termasuk predator ala mi

yang berguna; 3) gangguan toksik pada manusia yang bertambah sehubungan dengan

bertambahnya volume dan intensitas penggunaan insektisida; 4) produk pertanian akan

mengandung residu pestisida yang dapat mengancam kesehatan para konsumen,

terutama petani dan keluarganya; 4) kontaminasi global akibat mobilitas yang tinggi,

terutama oleh pestisida persisten; 6) mengganggu keseimbangan dalam rantai makanan

sehingga akan mengganggu ekosistem secara keseluruhan; 7) bertambahnya resiko efek

sinergik interaksi antara bermacam-macam pestisida; 8) kemungkinan akan terjadi efek

genetik jangka panjang akibat dosis subletal pestisida persisten.

Page 22: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

7

Chau et al. (1982) menyatakan, pestisida dapat digolongkan menurut organisme

sasarannya, bahan asal pestisida, cara kerja serta formulasi bahan aktifnya. Berdasarkan

formulasi bahan aktifnya pestisida dapat dikelompokkan menjadi 6 golongan, yaitu:

organoklorin, organofosfat, karbamat , turunan asam fenoksi alkoloid , triazin dan

substansi urea. Berdasarkan kegunaannya pestisida da pat dibedakan menjadi:

insektisida, herbisida, fungisida, rodentisida, akarisida, bakterisida, ovisida, algasida,

nematosida dan molusisida (Ekha, 1993). Menurut struktur dan golongan zat kimianya

pestisida dibagi menjadi pestisida alamiah dan pestisida sintetik.

Dampak lingkungan penggunaan pestisida berkaitan erat dengan sifat dasar yang

penting terhadap efektifitasnya sebagai pestisida. Pertama, pestisida cukup beracun

untuk mempengaruhi seluruh kelompok taksonomi biota, termasuk mahluk bukan

sasaran, sampai batas tertentu tergantung pada faktor fisiologis dan ekologis. Kedua,

banyak jenis pestisida yang dapat bertahan terhadap degradasi lingkungan akibatnya

dapat bertahan dalam suatu daerah yang diberi perlakuan, sehingga keefektifannya

dapat diperkuat. Sifat ini juga memberikan pengaruh jangka panjang dalam ekosistim

alamiah (Connel dan Miller, 1995).

Keberadaan Pestisida Di Lingkungan Perairan

Perairan bertindak sebagai suatu tempat penampungan utama bagi residu

pestisida yang persisten. Masuknya pestisida ke dalam perairan melalui berbagai jalur,

antara lain: pemakaian langsung untuk membasmi hama tanaman, buangan limbah

perkotaan dan industri, limpasan dari areal persawahan, pencucian melalui tanah,

penimbunan aerosol dan partikulat, curah hujan dan penyerapan dari fase uap pada antar

Page 23: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

8

fase udara-air (Connel dan Miller, 1995). Penyebaran pencemaran pestisida dalam

lingkungan perairan sangat dipengaruhi oleh sejumlah proses pengangkutan interaktif,

seperti penguapan, presipitasi dari udara, pencucian dan pengaliran.

Aliran pembuangan pestisida beragam menurut laju arus air permukaan dan jenis

tanah, sedangkan pencucian mula -mula tergantung pada adsorpsi/desorpsi antara

konstituen tanah dan pergolakan air yang melaluinya (Robinson, 1973). Kelarutan suatu

bahan aktif pestisida di dalam air merupakan faktor penting yang akan menentukan

persistensinya di lingkungan perairan.

Residu pestisida tidak hanya terdifusi ke dalam tanah tetapi juga ke dalam air,

udara dan akhirnya akan mengkontaminasi rantai makanan kehidupan. Masalah ini

perlu mendapat perhatian serius karena residu pestisida (insektisida) ada yang bersifat

karsinogenik yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia (Ardiwinata et al., 1999).

Pestisida yang masuk ke dalam perairan, terutama dari golongan klor-organik

akan diserap oleh sedimen dasar perairan, plankton, algae, invertebrata perairan,

tumbuhan air dan ikan. Insektisida klor-organik tidak larut dalam air dan residunya di

dalam perairan ditemukan dalam bentuk partikulat tersuspensi yang lebih ba nyak

terdapat dalam lumpur dan sedimen dasar perairan. Karena tidak larut dalam air maka

persistensinya di lingkungan perairan dapat berlangsung dalam waktu yang relatif lama.

Residu pestisida klor-organik yang diserap oleh hewan air dapat terakumulasi di dalam

jaringan tubuh karena pestisida tersebut memiliki sifat lipofitas yang tinggi sehingga

mudah terikat dalam jaringan lemak dan akumulasi residu pestisida klor-organik pada

ikan dipengaruhi oleh kandungan lemak (Edward, 1976). Ikan yang memiliki

kandungan lemak yang tinggi akan lebih mudah mengakumulasi insektisida tersebut.

Page 24: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

9

Penyerapan residu pestisida yang terdapat dalam perairan oleh hewan air dapat

terjadi melalui berbagai cara, seperti mengkonsumsi makanan yang telah

terkontaminasi, pengambilan dari air melalui membran insang, difusi kutikular serta

penyerapan langsung dari sedimen (Livingstone, 1977). Kusno (1995) mengemukakan

bahwa penyerapan residu pestisida tergantung dari besarnya residu, sifat fisika -kimia,

sifat bioakumulatif dan toksisitasnya, maka keracunan yang ditimbulkannyapun dapat

bersifat akut maupun kronik. Menurut Edward (1976), rata -rata kenaikan residu

pestisida dalam hewan akuatik mempunyai korelasi dengan aktivitas metabolisme,

bobot badan, luas permukaan tubuh dan rantai makanannya.

Berkenaan dengan bahaya yang ditimbulkan oleh pestisida terhadap ikan, para

ahli telah mengklasifikasikan pestisida berdasarkan pada nilai LC50-96 jam :

Tabel 1. Klasifikasi pestisida berdasarkan toksisitasnya terhadap ikan

Tingkat LC50-96 jam (ppm) Evaluasi toksisitas

A B C D

< 1

1 – 10 10 – 100

> 100

Sangat tinggi

Tinggi Sedang Rendah

Sumber: Komisi Pestisida (1983)

Page 25: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

10

Tanah/sedimen: - Fotolisa - Degradasi

Depsorpsi Leaching Run off

Tanaman: - Toksik - Residu - Terurai

Herbivora

Omnivora

Karnivora

M A N U S I A

penguapan penguapan

Atmosfier: - Fotolisa - Reaksi

Perairan : - Hidrolisa - Fotolisa - Oksidasi - Degradasi

mikroba

deposiosi basah & kering

Mikroplankton

Zooplankton

Ikan kecil

Ikan besar

pengendapan

Hama

Predator

Organisme

Gambar 1. Dinamika pestisida dalam lingkungan. (Mustamin dan Ma’ruf, 1990 dalam Kusno, 1995).

absorpsi

PESTISIDA

Page 26: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

11

Pengaruh penggunaan pestisida (herbisida) terhadap ekologi perairan dapat

digambarkan secara skematik seperti di bawah ini.

Penggunaan herbisida

Kematian tumbuhan

Peningkatan turbulensi

Peningkatan penetrasi cahaya

Penguraian materi tumbuhan

Peningkatan respirasi

Perubahan kesetimbangan O2/CO2

Penurunan penetrasi cahaya

Pelepasan nutrien

Terbentuknya detritus

Sumber makanan

Kesetimbangan restorasi O2/CO2

Perubahan komunitas biota

Kehilangan substrat dan tempat berlindung (shelter) bagi biota

Penurunan fotosintesis

Kehilangan sumber makanan

biota

Toksisitas langsung

Perubahan komposisi mikro atau makroflora

Gambar 2. Konsekwensi penggunaan herbisida terhadap ekologi perairan (Hellawell, 1986).

Page 27: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

12

Insektisida Organoklorin

Insektisida organoklorin adalah suatu senyawa insektisida yang mengandung

atom karbon, klor, hidrogen dan kadang-kadang oksigen (Sastroutomo, 1992).

Golongan organoklorin dibagi menjadi tiga sub golongan utama yaitu

diklorodifenitrikloro etana (DDT), benzena heksaklorida (BHC) dan siklodiena.

Insektisida organoklorin merupakan kelompok pestisida paling persisten yang

pada dasarnya tidak mengalami perubahan di lingkungan dalam jangka waktu yang

lama (ADB, 1987). Insektisida organoklorin mempunyai kelarutan yang rendah di

dalam air dibanding dengan pelarut organik dengan ciri-ciri umum adalah:

- Mengandung atom-atom karbon, oksigen dan ikatan C-Cl

- Mempunyai karbon rantai siklik, termasuk cincin benzena

- Secara intermolekuler tidak memiliki tempat-tempat aktif

- Bersifat nonpolar dan lipofilik.

Senyawa organoklorin berdampak negatif di alam karena kemampuannya untuk

dapat bertahan lama di alam (persisten), bersifat racun karsinogen (dapat menyebabkan

kangker), juga mengganggu saluran pernafasan bila terjadi kontak fisik langsung

dengan kulit atau masuk melalui mulut dan berpengaruh terhadap sistim syaraf (Connel

dan Miller, 1995). Organoklorin sangat sulit larut di dalam air (daya larut dibawah 1

mg/l), hanya lindane yang daya larutnya mencapai 7 mg/l (Edwards, 1976).

Endosulfan

Endosulfan merupakan salah satu insektisida organoklorin golongan siklodien.

Senyawa ini pertama kali ditemukan pada tahun 1959 dan di Indonesia digunakan pada

Page 28: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

13

kegiatan pertanian dan kehutanan, diantaranya pertanian cabai, jagung, kopi, lada, tebu,

teh dan tembakau. Endosulfan diperdagangkan dengan beberapa nama dagang seperti:

Thiodan, Fanodan, Akodan, Termisidan dan lain-lain (Komisi Pestisida, 1990).

Endosulfan ini berbentuk pekatan berwarna coklat yang dapat diemulsikan dalam air.

Endosulfan mempunyai kelarutan yang rendah dalam air, tetapi larut dalam pelarut

organik. Endosulfan merupakan campuran dua isomer yaitu isomer alfa dan isomer

beta. Waktu paruh endosulfan dalam air lebih kurang 4 hari, tetapi kondisi pH yang

rendah akan memperpanjang waktu paruhnya. Dalam air endosulfan dapat didegradasi

membentuk endosulfan alkohol yang dapat mematikan ikan. Di dalam tanah isomer alfa

lebih cepat hilang dibanding isomer beta dan membentuk hasil degradasi berupa

senyawa endosulfan sulfat (WHO, 1992 dalam Arianti, 2002).

Pada ikan endosulfan didapatka n dalam bentuk alfa dan beta isomer serta

endosulfan sulfat (Toledo dan Johnson, 1992). Endosulfan sulfat terdeteksi pada otak,

insang, usus, ginjal, hati dan gonad. Kebanyakan biotransformasi dari alfa dan beta

endosulfan terjadi di hati, dimana residu te rtinggi didapatkan (Nowak dan Akhmad,

1989).

Struktur molekul senyawa endosulfan mempunyai bentuk heterosiklik yang

secara sintesis dapat diperoleh melalui reaksi kondensasi Diels-Alder dari

heksaklopentadiena dan cis-2-buten-1.4-diol yang dilanjutkan tahap kedua yaitu

pengubahan dari senyawa sulfit melalui persamaan reaksi dengan tionil klorida.

Tahapan kondensasi Diels -Alder berlangsung pada perbedaan temperatur lebih dari

75oC, yaitu antara 125-250oC. Reaksi berlangsung dengan baik pada temperatur refluks

dalam toluena 110oC (Sittig, 1980).

Page 29: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

14

Menurut Schoettger (1970) insektisida endosulfan termasuk senyawa kimia yang

relatif persisten dalam lingkungan, seperti halnya insektisida toxaphene, aldrin, dieldrin

dan endrin yang juga merupakan golongan klor-organik. Nama kimia endosulfan adalah

6,7,8,9,10,10-heksaklor-1,5,5a,6,9,9a -heksahidro-6,9,metano,2,4,3-benzo-dioksthiepin-

3-oksida, dan mempunyai rumus empiris C9H6Cl6O3S dengan struktur kimia sebagai

berikut:

Cl Cl Cl S = O Cl Cl Cl Gambar 3. Struktur kimia endosulfan (Schoettger, 1970)

Endosulfan dapat diserap melalui pencernaan, pernafasan dan kontak dengan

kulit. Penambahan melalui oral atau parenteral akan cepat dikeluarkan melalui feces dan

urine. Tanda-tanda hewan keracunan endosulfan dalan konsentrasi akut adalah

neorogikal, hiperaktif dan kejang otot sampai akhirnya mati (UNEP, ILO, WHO, 1992).

Keracunan endosulfan dapat menyebabkan terjadinya penghambatan (Na+ = K+)

ATP-ase terutama pada mitokondria akson sinaptik dan sedikit pada endoplasmik

retikulum. Penghambatan ATP -ase berkaitan dengan Ca++ yang menyebabkan

peningkatan pelepasan neurotransmiter (Tarumingkeng, 1992). Selanjutnya ADB

(1987) menyatakan bahwa endosulfan dapat menimbulkan rangsangan pada sistim

syaraf pusat dan menyebabkan terjadinya kejang. Karena sangat berbahaya bagi ikan,

penggunaan endosulfan dibatasi, bahkan dibeberapa negara dilarang. Di Indonesia

Page 30: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

15

penggunaan insektisida endosulfan sudah dilarang sejak tahun 1996 melalui Surat

Keputusan Menteri Pertanian No. 473/KPTS/TP270/6/96, tetapi pada kenyataannya

masih banyak digunakan oleh petani karena insektisida ini efektif mengendalikan hama

sasaran, harganya murah dan mudah didapatkan (Sulaksono, 2001).

Penyerapan dan Eliminasi

Masalah kompleks dari toksisitas pestisida adalah akumulasi dalam berbagai

organisme akuatik karena ketika pestisida masuk ke dalam air maka secara cepat

diabsorpsi oleh sedimen, plankton, alga, avertebra ta, vegetasi dan ikan. Laju penyerapan

oleh invertebrata air dapat dihubungkan dengan aktivitas metabolisme, bobot tubuh,

luas permukaan atau melalui tingkat trofik dalam rantai makanan (Edwards, 1976).

Bioakumulasi adalah proses pengambilan bahan kimia dari lingkungan melalui

beberapa atau semua jalur yang memungkinkan (melalui respirasi, pakan, kulit) dari

beberapa sumber dalam lingkungan akuatik (air, suspensi, koloid atau partikulat organik

karbon, sedimen, organisme lain) dimana bahan kimia tersebut berada. Sedangkan

eliminasi merupakan proses pengurangan atau kehilangan suatu bahan aktif dari suatu

organisme melalui mekanisme perpindahan aktif atau pasif termasuk difusi dan

transformasi metabolik (Specie et al., 1997 dalam Pong-Masak, 2003).

Respon farmakodinamik oleh organisme dapat menyerap suatu zat asing

merupakan suatu fungsi konsentrasi steady-state dari bahan aktif secara biologi pada

jaringan sasaran yang diperkirakan dalam keseimbangan dengan sirkulasi secara teratur.

Perubahan konsentrasi secara teratur ditetapkan melalui laju absorpsi relatif dan

eliminasi, dimana laju absorpsi dipengaruhi oleh jalur pengambilan (Wallace, 1992).

Page 31: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

16

Biokonsentrasi merupakan suatu bagian dari akumulasi dimana bahan terlarut

secara selektif diambil dari air dan dikonsentrasikan ke dalam jaringan. Secara khusus

biokonsentrasi diaplikasikan pada konsentrasi suatu mineral dari air ke dalam ikan

(Manahan, 1992). Rasio antara konsentrasi dalam jaringan organisme dengan

konsentrasi dalam air dikenal dengan bioconcentration factor (BCF) yang merupakan

suatu istilah untuk menggambarkan kadar suatu bahan kimia yang dapat terkonsentrasi

dalam suatu jaringan organisme pada suatu lingkungan perairan sebagai hasil

pemaparan bahan kimia tersebut dalam air. Nilai BCF pada kondisi steady state selama

fase penyerapan adalah tingkat konsentrasi dalam satu atau beberapa jaringan organisme

perairan yang terpapar dibagi dengan rata -rata konsentrasi bahan kimia dalam air

selama pengujian (Rand dan Petrocelli, 1985). Sedangkan keadaan staedy state adalah

suatu kondisi dimana jumlah bahan uji yang diserap dan didepurasi persatuan waktu

seimbang pada suatu konsentrasi bahan yang diberikan dalam air (Negel dan Loskill,

1991).

Pertumbuhan

Pertumbuhan ikan merupakan suatu pola kejadian yang kompleks dan

melibatkan banyak faktor yang berbeda (Aziz, 1989). Proses pertumbuhan ikan pada

mulanya berlangsung lambat, kemudian cepat dan akhirnya lambat kembali.

Pertumbuhan yang demikian disebut pertumbuhan autocatalytic. Dengan demikian ikan

muda akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibanding dengan ikan tua. Ikan

tua tetap mengalami pertumbuhan, walaupun pertumbuhannya berlangsung secara

lambat (Effendi, 1978).

Page 32: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

17

Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal

merupakan faktor yang sukar dikontrol, antara lain meliputi: faktor keturunan (genetik),

seks, umur, serta daya tahan terhadap penyakit dan parasit. Faktor eksternal adalah

faktor luar yang meliputi: kompetisi pada populasi, makanan, tingkatan trofik, energi

matahari, dan keadaan fisika kimia lingkungan (Effendi, 1979). Tekanan lingkungan

yang disebabkan oleh pengaruh pestisida yang bersifat subletal juga merupakan faktor

eksternal yang akan menyebabkan direduksinya pertumbuhan ikan (Schmittou, 1991).

Darah Ikan

Darah ikan terdiri dari cairan plasma dan sel-sel darah yang terdiri dari sel darah

merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit). Darah pada

ikan berfungsi untuk mengedarkan zat makanan hasil pencernaan dan O2 ke sel-sel

tubuh serta membawa hormon dan enzim ke organ yang memerlukannya (Lagler et al.,

1977). Menurut Bond (1979), darah pada ikan berfungsi membawa ion-ion anorganik

(Na+ , Mg2+, Cl-) dan senyawa organik seperti hormon, vitamin dan beberapa protein

plasma.

Beberapa parameter yang dapat memperlihatkan perubahan pada darah adalah

kadar hematokrit (Ht), kadar hemoglobin (Hb), jumlah sel darah putih (leukosit) dan

jumlah sel darah merah (eritrosit) (Lagler et al., 1977)

Hematokrit (Ht)

Parameter yang berpengaruh terhadap pengukuran volume eritrosit adalah

hematokrit, yaitu persentase volume eritrosit di dalam darah atau merupakan

Page 33: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

18

perbandingan antara volume sel darah merah dengan plasma darah (Bond, 1979). Kadar

hematokrit dalam darah ikan dapat digunakan untuk me ndeteksi terjadinya anemia pada

ikan. Apabila ikan terserang penyakit atau kehilangan nafsu makan karena sebab-sebab

yang tidak jelas, kadar hematokrit akan menurun (Snieszko et al., 1974).

Kadar hematokrit tidak selalu tetap nilainya (Randall, 1970). Pada ikan kadar

hematokrit berkisar antara 5-60% (Snieszko et al., 1960) dan bila berada di bawah 30%

menunjukkan defisiensi eritrosit (Bond, 1979). Sedangkan menurut Peter dan Cech

(1990) dalam Affandi dan Tang (2002) kadar hematokrit dalam darah ikan mas pada

kondisi normal adalah sebanyak 27,1%.

Hemoglobin (Hb)

Sel darah merah mengandung hemoglobin. Molekul hemoglobin merupakan

suatu protein dalam eritrosit yang terdiri atas protoporfirin, globin dan besi (Fe)

bervalensi dua. Menurut Lagler et.al. (1977) , hemoglobin berperan dalam proses

pengangkutan oksigen dalam darah dan kadar hemoglobin dalam darah ikan berkaitan

dengan jumlah eritrosit.

Menurut Lucky (1977) kadar hemoglobin dalam darah ikan teleostei berkisar

antara 37% hingga 70% dan 100% Hb setara dengan 14 gram dalam 100 ml darah.

Dalam keadaan sakit akut kadar Hb pada ikan akan turun hingga 27%. Angka (1990)

memperoleh kadar hemoglobin (gram) per 100 cc volume darah pada ikan mas dewasa

adalah 8,61/0,43 sampai 10,86/0,43 (gram per 100 cc volume darah), sedangkan Peter

dan Cech (1990) dalam Affandi dan Tang (2002) menyatakan bahwa kadar Hb dalam

darah ikan mas adalah 6,40.

Page 34: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

19

Sel darah merah (Eritrosit)

Sel darah merah ikan mempunyai inti, berfungsi untuk mengikat oksigen.

Eritrosit berwarna merah kekuningan, bentuknya lonjong, kecil dan berukuran sekitar 7-

36 mikron (Lagler et al., 1977). Eritrosit yang matang berbentuk oval hingga bundar,

inti yang kecil dengan sitoplasma dalam jumlah yang besar (Chinabut et al., 1991).

Darah ikan sebagian besar terdiri dari sel-sel darah merah yang jumlahnya diperkirakan

mencapai 4 juta sel/mm3. Sel darah merah ikan memiliki inti sel yang ukurannya

bervariasi antar spesies. Sel darah merah tersebut banyak mengandung hemoglobin dan

berfungsi membawa oksigen dari insang ke berbagai jaringan (Moyle dan Cech, 1988).

Eritrosit yang sudah matang adalah sel berbentuk ellips berukuran panjang 13-16

mikron dan lebar 7 – 10 mikron. Pada ulasan pewarnaan Leischman-Giemsa, eritrosit

ini mempunyai sitoplasma yang homogen. Inti terletak di tengah-tengah, juga

membentuk ellips, berwarna merah keunguan dan mempunyai kromatin yang kompak

(Affandi dan Tang, 2002).

Volume sel darah merah dalam 100 cc volume darah pada ikan mas dewasa

berkisar antara 30,92 K 0,43% dan 37,4 K 1,67 % dan jumlah sel darah merah per 1 cc

darah ikan mas (1,61 K 0,06) x 106 sel sampai (2,04 K 0,09) x 106 sel (Angka, 1990).

Menurut Peter dan Cech (1990) dalam Affandi dan Tang (2002), eritrosit yang terdapat

dalam darah ikan mas dalam kondisi normal jumlahnya adalah 1,43 sel x 106/mm3

Sel darah putih (Leukosit)

Sel darah putih pada ikan tidak berwarna dengan jumlah berkisar antara 20.000

– 150.000 butir, dan dibedakan menjadi dua golongan yaitu agranulosit dan granulosit.

Page 35: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

20

Agranulosit digolongkan menjadi limfosit, monosit dan trombosit, sedangkan granulosit

dibagi menjadi basofil, eoseonofil dan neutrofil (Affandi dan Tang, 2002).

Limfosit banyak terlihat apabila ada reaksi immunitas dengan perantaraan sel,

monosit bersama -sama dengan makrofage jaringan setempat menghancurkan sisa-sisa

jaringan yang mati dan penyebab penyakit sedangkan trombosit dapat menghasilkan

tromboplastin yaitu sejenis enzim yang membuat polimer dan fibrinogen yang berperan

dalam pembekuan darah. Neutrofil dapat meninggalkan pembuluh darah, mengandung

vakuola yang berisi enzim yang digunakan oleh sel tersebut untuk menghancurkan

organisme yang dimakannya (Robert, 1978). Sel-sel neutrofil nampaknya mempunyai

fungsi fagositik atau sebagai sel fagosit, namun beberapa laporan menunjukkan bahwa

fagositosis mungkin bukan merupakan fungsi utama (Affandi dan Tang, 2002).

Kualitas air

Suhu sangat penting karena tidak hanya mempengaruhi aktivitas metabolik dan

tingkah laku organisme dan pemaparan polutan (bahan pencemar) tetapi juga dapat

mengubah keadaan fisik dan kimia dari polutan. Secara umum toksisitas dari polutan

akan meningkat dengan peningkatan suhu (Mason, 1992). Suhu berpengaruh secara

langsung maupun tidak langsung terhadap faktor -faktor seperti aktivitas enzim, tingkat

metabolisme maupun kadar oksigen. Tingkat penyerapan racun dapat lebih tinggi

dengan adanya kenaikan suhu (Macek et al., 1969 dalam Arianti, 2002).

Bahan polutan cenderung lebih beracun pada air dengan tingkat kesadahan

rendah (soft) dengan nilai pH yang stabil, sedangkan kesadahan yang tinggi cenderung

menurunkan toksisitas dari polutan dalam tiap nilai pH (Mason, 1992).

Page 36: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

21

Toksisitas pestisida dalam air terhadap ikan akan meningkat dengan

berkurangnya konsentrasi oksigen. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tingkat respirasi

sehingga racun yang terekspos terhadap tubuh ikan akan semakin besar (Mason, 1992).

Penurunan konsentrasi oksigen dan peningkatan konsentrasi CO2 dapat menyebabkan

stress pada ikan sehingga ketahanan ikan terhadap insektisida akan turun, dengan

demikian akan mempengaruhi toksisitas insektisida terhadap ikan (Arianti, 2002).

Keberadaan amonia akan dapat mereduksi masukan oksigen ke dalam tubuh

ikan yang disebabkan oleh rusaknya insang (Boyd, 1990). Selanjutnya menurut Arianti

(2002), rendahnya oksigen terlarut dalam tubuh ikan akan meningkatkan toksisitas

insektisida terhadap ikan.

Page 37: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

22

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan selama enam bulan, dimulai dari bulan April hingga

September 2004, bertempat di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya &

Toksikologi, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar – Bogor; Laboratorium

Kesehatan Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB (analisis darah); dan Balai

Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan (analisis residu pestisida)

Bahan dan Alat

Bahan yang dipergunakan selama penelitian adalah sebagai berikut:

a. Benih ikan mas yang berasal dari hasil pemijahan secara terkontrol dengan ukuran

panjang total 3,65 ± 0,247 cm dengan bobot tubuh 0,81 ± 0,098 g/ekor.

b. Insektisida Akodan 35 EC dengan kandungan bahan aktif endosulfan 350 g/liter.

c. Pakan ikan, berupa pellet komersil dengan kandungan protein 43,96%.

d. Aceton p.a sebagai pelarut dan KMnO4 (PK) 20 mg/l sebagai desinfektan pada

wadah pengujian sebelum penelitian dilaksanakan.

e. Bahan kimia untuk analisis residu pestisida, darah dan kualitas air.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi:

a. Wadah pengujian berupa akuarium kaca yang terdiri dari: 28 unit berukuran 40 x 20

x 20 cm dan 16 unit berukuran 70 x 50 x 60 cm yang masing-masing dilengkapi

dengan wadah/tandon pergantian air.

b. Blower yang digunakan untuk airasi media uji.

Page 38: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

23

c. Peralatan untuk pembuatan berbagai konsentrasi perlakuan: gelas ukur, pipet, labu

takar dan bulp.

d. Peralatan untuk perhitungan dan pengamatan parameter darah: jarum suntik, tabung

dan sentrifius mikrohematokrit, skala hematokrit, hemometer, hemositometer, pipet,

gelas objek dan penutup, mikroskop.

f. Timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram.

g. Peralatan pengukur parameter kualitas air: termometer, pH meter, DO meter.

Persiapan Penelitian

Wadah dan media

Sebelum penelitian berlangsung, wadah uji didesinfeksi dengan cara direndam

dalam larutan PK pada konsentrasi 20 mg/l selama 24 jam (Angka, 1990). Wadah uji

disusun secara paralel dalam rak-rak dan dilengkapi dengan penampungan air.

Selama penelitian berlangsung media uji diberi airasi sehingga kadar oksigen

terlarut tidak pernah di bawah nilai 60-70 persen saturasi. Karakteristik fisika -kimia

media uji selama penelitian harus berada pada ambang kondisi yang baik bagi ikan uji

dengan beberapa ketentuan sebagai berikut: fluktuasi suhu air tidak lebih dari 2oC,

kadar CO 2 bebas ≤ 10 mg/l, ammonia ≤ 1 mg/l, kesadahan total ≥ 15 mg/l (CaCO3) dan

alkalinitas berkisar antara 50-200 mg/l.

Ikan uji.

Ikan uji berasal dari induk yang sama atau satu pendederan, berukuran seragam

dengan ketentuan ukuran individu ikan terbesar maksimal ≤ 1,5 kali ukuran individu

Page 39: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

24

terkecil. Sebelum digunakan dalam penelitian, ikan uji terlebih dahulu diaklimatisasi

selama 12 hari dalam kondisi laboratorium dan mortalitas ikan uji selama aklimatisasi

harus ≤ 10% dari jumlah populasi.

Media uji

Media uji yang digunakan adalah formulasi insektisida endosulfan, yaitu

Akodan 35 EC, dengan konsentrasi tertentu di dalam air. Untuk mencapai konsentrasi

perlakuan dilakukan pengenceran secara bertahap.

Pelaksanaan Penelitian

Uji stabilitas endosulfan dalam air

Pengujian bertujuan untuk mengetahui tingkat kestabilan konsentrasi insektisida

endosulfan dalam air. Pe nurunan tingkat konsentrasi endosulfan akan dijadikan acuan

untuk menentukan presentase dan interval waktu pergantian air bagi kestabilan

konsentrasi perlakuan pada tahap pengujian selanjutnya. Insektisida endosulfan

dianggap stabil sampai laju penurunan tingkat konsentrasi bahan kimia tersebut

mencapai ≤ 20% dari konsentrasi awal (Koesoemadinata, 2003).

Pengujian dilakukan dengan mengaplikasikan tingkat konsentrasi sebesar nilai

LC50-96 jam dengan dua kali ulangan. Penentuan konsentrasi larutan uji ditentukan

dengan mengacu pada rumus pengenceran sebagai berikut:

V1. N1 = V2.N2 ……………………………………… (1)

keterangan :

N1 = konsentrasi endosulfan dalam larutan stok N2 = konsentrasi endosulfan yang diinginkan dalam media air

Page 40: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

25

V1 = volume larutan stok yang akan diambil V2 = volume media air penelitian yang diinginkan

Larutan endosulfan disebar merata pada permukaan air kemudian diaduk merata

menggunakan pengaduk kaca. Selama uji stabilitas tidak dilakukan pergantian air dan

pengambilan sampel (150 ml) dilakukan pada jam ke: 0 (sesaat setelah aplikasi), 24, 48,

72 dan 96 setelah aplikasi. Sampel dibawa ke laboratorium dalam kondisi dingin

menggunakan cool box untuk kemudian diekstraksi sesuai dengan prosedur (Lampiran

1). Hasil akstraksi dipekatkan da lam 10 ml aceton p.a. dilanjutkan dengan identifikasi

menggunakan gas kromatografi (GC) dan perhitungan konsentrasi (persamaan 4).

Bioakumulasi endosulfan

Untuk mengetahui potensi akumulasi insektisida endosulfan dalam tubuh ikan

mas ditentukan melalui beberapa tahap pengujian sebagai berikut:

Uji toksisitas letal

Penelitian toksisitas letal meliputi percobaan untuk mencari nilai LC 50 dari

insektisida endosulfan terhadap ikan mas yang ditentukan dengan metode uji hayati

(bioassay) melalui dua tahap (Busvine, 1971): Pertama, uji pendahuluan untuk

menentukan ambang daya racun letal insektisida terhadap ikan mas dengan cara

“Critical Range” yaitu menentukan konsentrasi ambang atas (LC100-24 jam) dan

ambang bawah (LC0-48 jam); Kedua: uji lanjutan yaitu untuk menentukan Median

Lethal Concentration (LC50) yang besarnya berada antara nilai ambang atas dan ambang

bawah yang dapat ditentukan berdasarkan persamaan berikut:

Page 41: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

26

log (N/n) = k log (a/n) ……………………………… (2)

a/n = b/a = c/b = d/c = e/d = f/e = g/f = N/g ………… (3)

keterangan :

N = konsentrasi ambang atas n = konsentrasi ambang bawah K = jumlah konsentrasi yang diuji (7) a, b, c, d, e, f, dan g adalah konsentrasi yang diuji dengan nilai a sebagai

konsentrasi terkecil

Konsentrasi-konsentrasi bahan uji tidak diverifikasi secara analisis kimia dan

nilai-nilai LC50 ditentukan berdasarkan konsentrasi nominal insektisida endosulfan

dalam wadah-wadah penelitian.

Wadah yang digunakan dalam uji toksisitas letal berupa 28 unit akuarium kaca

yang berukuran 40 x 20 x 20 cm. Masing-masing akuarium dilengkapi saluran

pemasukan dan pengeluaran serta penampungan air pengganti. Banyaknya ikan uji pada

setiap wadah penelitian berjumlah 10 ekor dengan waktu pemaparan selama 24, 48, 72

dan 96 jam dengan fariabel ya ng diukur adalah mortalitas ikan. Pada setiap konsentrasi

pengujian dilakukan pengukuran terhadap sifat fisika-kimia media uji, yaitu pada awal

pengujian (0 jam), pertengahan (48 jam) dan akhir pengujian (96 jam). Pengujian

diulang apabila tingkat mortalitas ikan uji dalam kontrol > 10% (Komisi Pestisida,

1983)

Uji bioakumulasi

Pengujian menggunakan wadah berupa 16 unit akuarium kaca berukuran 70 x 50

x 60 cm (p x l x t) yang masing-masing dilengkapi airasi dan diisi media uji sebanyak

40 liter. Setiap 3 akuarium dengan konsentrasi perlakuan yang sama dilengkapi dengan

Page 42: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

27

wadah/tandon untuk membuat larutan uji sehingga lebih menjamin homogenitas larutan

dan mempermudah saat pergantian air. Ikan uji ditebar sebanyak 20 ekor untuk setiap

wadah (kepadatan: 1 ekor/2 liter) dan diberi pakan sampai kenyang (at-satiation).

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan cara

mengaplikasikan 4 deret konsentrasi insektisida endosulfan dalam media uji sebagai

perlakuan, yaitu 0% (kontrol), 10, 30, da n 50% dari nilai LC50-96 jam yang masing-

masing diulang sebanyak 3 kali.

Pengambilan sample ikan sebanyak 30 g dan air (100 ml) untuk keperluan

analisis residu dilakukan pada jam ke: 0 (awal), 4, 12, 24, 48, 96, 144, 192 dan 264

setelah pemaparan. Sample ikan ditempatkan dalam kantung plastik sedangkan sample

air dimasukkan dalam botol, kemudian diekstraksi dan diidentifikasi di laboratorium

dengan menggunakan GC. Kandungan residu endosulfan dalam sample ikan dan air

yang teridentifikasi kemudian dihitung menggunakan persamaan 4. Setelah konsentrasi

endosulfan dalam tubuh ikan mencapai kondisi stabil (steady state) untuk setiap

perlakuan, maka konsentrasi tersebut digunakan sebagai dasar perlakuan berikutnya,

dan pada saat itu pula dihitung nilai biokonsentrasi faktor (persamaan 5 sampai 7).

Uji bioeliminasi

Uji bioeliminasi dilakukan setelah penyerapan endosulfan dalam tubuh ikan uji

mencapai konsentrasi stabil yang diketahui dari hasil uji bioakumulasi. Sebanyak 20

ekor ikan uji dipindahkan ke dalam akuarium berisi 40 liter air tanpa bahan uji (clean

water). Selanjutnya, pengambilan sample ikan dilakukan pada hari ke-5, 10 dan 15

Page 43: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

28

setelah pemeliharaan sebanyak 30 gr dan dianalisis seperti prosedur pada uji

bioakumulasi sampai identifikasi (persamaan 4).

Selama pemaparan ikan uji diberi makan secara at-satiation dan dilakukan

pergantian air sebanyak 100% setiap 24 jam. Pengamatan sifat fisika -kimia air (suhu,

pH, O2 terlarut, CO2 bebas dan amonia) dilakuan setiap kali pengambilan sample.

Bioakumulasi terhadap pertumbuhan

Pengujian dilakukan dengan metode uji hayati penggantian media uji (renewal

test) yaitu melakukan pergantian air pemeliharaan setiap 24 jam dengan konsentrasi

endosulfan yang sama untuk masing-masing perlakuan. Cara seperti ini menurut Yudha

(1999) dan Koesoemadinata (2000) dapat dilakukan agar konsentrasi insektisida

endosulfan dalam wadah pengujian relatif konstan.

Sebagai perlakuan digunakan 4 konsentrasi bioakumulasi insektisida endosulfan

dalam tubuh ikan mas yang besarnya diketahui berdasarkan hasil uji bioakumulasi, yaitu

sebesar 0,00 (kontrol); 2,04; 3,58; dan 4,24 µg/kg. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3

kali dan masing-masing perlakuan mempunyai satu wadah cadangan. Jumlah ikan uji

ditebar dengan kepadatan 20 ekor setiap wadah (40 liter air) dengan waktu pemaparan

selama 84 hari (12 minggu). Parameter pertumbuhan yang diukur adalah bobot biomas

ikan uji yang dilakukan seminggu sekali. Pengaruh lanjut bioakumulasi endosulfan

terhadap pertumbuhan ikan mas diukur melalui pende katan laju pertumbuhan individu

harian selama 84 hari (persamaan 8). Parameter lain yang diukur adalah efisiensi pakan

dari ikan uji pada setiap perlakuan dan dinyatakan dalam persen (%).

Page 44: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

29

Selama penelitian hewan uji diberi makanan secara at satiation menggunakan

pakan berupa pelet dengan kadar protein 43,96%. Pengukuran parameter fisika -kimia

air dilakukan setiap minggu sebelum pengukuran bobot dilakukan yang meliputi: suhu

air, pH, O2 terlarut, CO2 bebas dan amonia.

Bioakumulasi terhadap kondisi hematologis.

Ikan mas yang telah dipaparkan dalam setiap perlakuan pada uji bioakumulasi

terhadap pertumbuhan, masing-masing diambil darahnya untuk dilakukan pengamatan

dan pengukuran terhadap parameter hematologis.

Pengambilan darah dilakukan dengan menggunakan jarum suntik steril pada

bagian vena caudalis. Sebelum digunakan, jarum suntik dibasahi dengan Na -sitrat 3,8%

yang berfungsi sebagai anti koagulan. Terhadap darah ikan yang diperoleh dari masing-

masing perlakuan dilakukan pengukuran parameter hematologis, meliputi kadar

hematokrit, hemoglobin, serta jumlah sel darah merah dan sel darah putih.

Kadar hematokrit (Ht)

Darah ikan dihisap dengan menggunakan tabung mikrohematokrit yang berlapis

heparin yang dapat mencegah pembekuan darah dalam tabung, sampa i volume darah

mencapai ¾ bagian tabung kemudian salah satu ujung tabung disumbat dengan critosea

untuk selanjutnya disentrifus dengan kecepatan 8000 rpm selama 5 menit. Pengukuran

kadar hematokrit dilakukan dengan membandingkan volume benda darah terhada p

volume seluruh darah dengan menggunakan skala hematokrit dan dinyatakan dalam

persentase hematokrit (% Ht).

Page 45: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

30

Kadar hemoglobin (Hb)

Pengukuran kadar hemoglobin pada prinsipnya adalah mengkonversikan

hemoglobin dalam darah ke dalam bentuk asam hematin oleh asam klorida. Mula-mula

darah dihisap menggunakan pipet sahli hingga mencapai skala 20 mm3, kemudian

dipindahkan ke dalam tabung Hb yang berisi HCl 0,1 N sampai skala 10 (kuning).

Didiamkan selama 3-5 menit agar Hb bereaksi dengan HCl membentuk asam hematin,

kemudian diaduk dan ditambah akuades (sedikit demi sedikit) hingga warnanya sama

dengan standar. Pembacaan skala dilakukan dengan melihat tinggi permukaan larutan

yang dikocok dengan skala lajur g% yang menunjukkan banyaknya Hb dalam gram

setiap 100 ml darah dan dinyatakan dalam persentase (% Hb) (Hesser, 1960 dalam

Yudha, 1999).

Jumlah sel darah merah (eritrosit)

Sample darah diencerkan dengan larutan Hayem untuk menghancurkan sel darah

putih agar jumlah sel darah merah dapat dihitung. Pengenceran dilakukan dengan

menggunakan pipet pencampur berskala maksimum 11 yang dilengkapi pengaduk.

Darah dihisap dengan pipet hingga skala 1, kemudian dihisap larutan Hayem

hingga skala 11 menggunakan pipet yang sama. Pipet digoyang selama 15 menit agar

darah tercampur secara merata, sedangkan larutan pada ujung pipet yang tidak

tercampur segera dibuang. Darah yang teraduk diteteskan ke dalam hemositometer yang

dilengkapi gelas penutup hingga memenuhi seluruh permukaan yang berskala,

selanjutnya dilakukan penghitungan dibawah mikroskop.

Page 46: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

31

Jumlah sel darah putih (leukosit)

Sample darah diencerkan dengan larutan Turks untuk menghancurkan sel darah

merah agar jumlah sel darah putih dapat dihitung. Untuk mengencerkan leukosit

digunakan pipet berskala maksimal 11 yang dilengkapi pengaduk. Mula-mula darah

dihisap hingga skala 1, kemudian dilanjutkan dengan menghisap larutan Turks hingga

skala 11. Pencampuran dilakukan dengan mengaduk pipet selama 15 menit hingga

benar-benar homogen.

Setelah pencampuran selesai, setetes campuran dimasukkan ke dalam

permukaan hitung pada hemositometer kemudian ditutup dengan gelas penutup dan

dilakukan penghitungan leukosit secara mikroskopis.

Analisis Data

Data komulatif mortalitas ikan mas pada uji definitif dianalisis menggunakan

analisis probit (Wallace, 1982) dengan bantuan program “probit analysis” untuk

menentukan nilai LC50 pada waktu pemaparan 24, 48, 72 dan 96 jam. Data uji

biokonsentrasi dan bioeliminasi dianalisis dengan mengacu pada petunjuk Spacie dan

Hamelink dalam Rand dan Petrocelli (1985), sedangkan data sifat fisika-kimia air

dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui kelayakannya sebagai media uji.

Kandungan konsentrasi endosulfan dalam sample (air dan daging ikan) dihitung

berdasarkan petunjuk Komisi Pestisida (1990) sebagai berikut:

C D F (µg/kg) residu = A x ---- x ---- x ---- ………….. (4) B E G

Page 47: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

32

keterangan: A = konsentrasi larutan standar (µg/ml) B = luas puncak standar (mm) C = lebar puncak sample (mm) D = volume larutan standar yang diinjeksi (µl) E = volume larutan sample yang diinjeksi (µl) F = volume pengenceran (ml) G = bobot awal sample analitik (g)

Nilai biokonsentrasi faktor (BCF) dihitung berdasarkan laju bioakumulasi dan

bioeliminasi pada kondisi stabil (steady state) dengan rumus persamaan Montanes dan

Hattum (1995) sebagai berikut:

Ku = KdCf/Cw …………………………………. (5)

Kd = ln Cf1 – ln Cf2/t1 – t2 …..……………….. (6)

BCF = Ku/Kd ………………………………….. (7)

keterangan:

Ku = laju penyerapan (µg/l/jam) Kd = laju eliminasi (µg/l/jam)

Cf1 = konsentrasi endosulfan dalam tubuh ikan pada awal pengamatan (µg/kg)

Cf2 = konsentrasi endosulfan dalam tubuh ikan pada waktu t pengamatan (µg/kg)

Cw = konsentrasi rataan endosulfan dalam air selama penyerapan (µg/l)

t = waktu pengamatan (jam) BCF = Biokonsentrasi Faktor

Pertumbuhan individu ikan mas selama waktu pemaparan dalam uji

bioakumulasi dihitung berdasarkan model laju pertumbuhan harian individu dengan

rumus menurut Ricker (1975):

G = (ln Wt – ln W0)/∆∆t x 100% ………… (8)

keterangan: G = laju pertumbuhan harian individu (%) Wt = bobot rata-rata individu pada akhir pengamatan (g)

Page 48: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

33

W0 = bobot rata-rata individu pada awal pengamatan (g) ∆t = waktu pemaparan (hari) Efisiensi pakan ikan dari masing-masing perlakuan dihitung berdasarkan rumus

NRC (1983) sebagai berikut:

(Wt + D) – W0 FE = x 100% …….……… (9) F

keterangan:

FE = efisiensi pakan (%) W0 = rata-rata berat biomas ikan pada awal penelitian (g) Wt = rata-rata berat biomas ikan pada akhir penelitian (g) D = jumlah bobot ikan yang mati (g) F = jumlah pakan yang dikonsumsi (g)

Terhadap data laju pertumbuhan harian individu dan pertumbuhan populasi serta

konsums i pakan harian dilakukan analisis statistik untuk mengetahui pengaruh

perlakuan terhadap masing-masing parameter. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan

antar perlakuan digunakan analisis varian (anova) rancangan acak lengkap terhadap

koefisiensi pertumbuhan dan konsumsi pakan (Steel dan Torrie, 1989).

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap setiap parameter hematologis

dilakukan analisis ragam terhadap data Ht (%), jumlah Hb (g/100 ml), jumlah eritrosit

(sel/ml) dan jumlah leukosit (sel/ml). Jika hasil Anova menunjukkan beda nyata maka

dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan.

Page 49: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

34

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Uji stabilitas endosulfan dalam air

Dari hasil pengukuran residu endosulfan dalam air yang diberikan perlakuan

konsentrasi 2,42 µg/l (LC50-96 jam) menunjukkan bahwa laju peluruhan endosulfan

dalam air relatif lambat, dimana dalam waktu pemaparan 96 jam prosentase peluruhan

baru mencapai 62,8% (Gambar 4).

y = 0,6925x + 4,18R

2 = 0.9499

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0 24 48 72 96

Waktu pemaparan (jam)

Laj

u p

elu

ruh

an (

%)

Endosulfan

Linear (Endosulfan)

Gambar 4. Prosentase peluruhan konsentrasi endosulfan dalam air pada setiap

waktu pemaparan.

Dapat diketahui bahwa rata -rata peluruhan endosulfan dalam air setelah 24 jam

adalah sebesar 19,44% dan setelah 72 jam mencapai 58,32%. Sedangkan nilai rata-rata

laju peluruhan endosulfan dalam air adalah 0,81% per jam, dengan laju peluruhan

konsentrasi aktual dalam air sebesar 0,0158 µg/l /jam.

Page 50: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

35

Toksisitas letal: Nilai LC 50

Respon ikan mas terhadap deret konsentrasi endosulfan menunjukkan kepekaan

mortalitas yang cukup tinggi. Berdasarkan percobaan pendahuluan diketahui nilai

ambang bawah (LC 0-48 jam) adalah 1 µg/l, yaitu konsentrasi tertinggi insektisida

endosulfan yang tidak mematikan ikan mas dalam waktu 48 jam. Sedangkan nilai

ambang atas (LC100-24 jam) adalah 10 µg/l, yaitu konsentrasi terendah insektisida

endosulfan yang dapat mematikan 100% ikan mas dalam waktu 24 jam (Lampiran 3).

Dari nilai kisaran tersebut dan melalui perhitungan dengan menggunakan

persamaan (1), maka uji definitif dilakukan pada konsentrasi insektisida endosulfan

sebesar: 1,4; 1,9; 2,7; 3,7; 5,2; dan 7,2 µg/l serta kontrol yaitu ikan mas yang dipelihara

tanpa insektisida endosulfan sebagai pembanding. Pengamatan gejala klinis yang timbul

dan pencatatan terhadap mortalitas ikan dilakukan pada waktu 2, 4, 6, 8, 12, 24, 48, 72

dan 96 jam setelah aplikasi.

Setelah waktu pemaparan 12 jam ikan mas pada beberapa konsentrasi perlakuan

mulai mengalami kematian, hingga jam ke -72 ikan uji pada perlakuan konsentrasi 7,2

µg/l telah mati 100% yang diikuti oleh perlakuan lain dengan prosentase kematian yang

lebih rendah. Mortalitas ikan mas semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi

perlakuan dan waktu pemaparan. Pada kontrol tidak terlihat gejala klinis akibat

keracunan dan tidak ditemukan ikan yang mati sampai waktu pemaparan 96 jam, hal ini

menunjukkan bahwa media pemeliharaan (air) dan vitalitas ikan mas selama pengujian

dalam kondisi yang baik (Lampiran 4).

Page 51: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

36

Tabel 2. Nilai LC50 insektisida endosulfan terhadap ikan mas pada setiap waktu pemaparan

Waktu pemaparan (jam)

Nilai LC50

(µµg/l)

Persamaan garis probit

24 48 72 96

5,29 (4,79 – 5,83) 3,48 (3,09 – 3,90) 2,78 (2,58 – 2,98) 2,42 (2,20 – 2,65)

y = 6,07 x – 5,47 y = 4,36 x – 1,73 y = 5,99 x – 3,66 y = 5,49 x – 2,61

Data mortalitas komulatif ikan mas pada uji definitif, selanjutnya dianalisis

menggunakan analisis probit (Wallace, 1982) dengan bantuan program “probit

analysis” untuk menentukan nilai LC50 pada waktu pemaparan 24, 48, 72 dan 96 jam.

Hasil analisis (Lampiran 5, 6, 7 dan 8) menunjukkan bahwa nilai LC50 pada waktu

pemaparan 24, 48, 72 dan 96 jam berturut-turut adalah: 5,29; 3,48; 2,78 dan 2,42 µg/l

(Tabel 2). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin lama waktu pemaparan akan

semakin rendah nilai LC50 insektisida endosulfan terhadap ikan mas.

0

1

2

3

4

5

6

24 48 72 96

Waktu pemaparan (jam)

Kon

sent

rasi

end

osul

fan

(µg/

l) LC50

Gambar 5. Nilai LC50 insektisida endosulfan terhadap ikan mas untuk setiap

waktu pemaparan.

Page 52: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

37

Uji bioakumulasi endosulfan

Bioakumulasi adalah proses pengambilan (penyerapan) bahan kimia dari

lingkungan melalui beberapa atau semua jalur yang memungkinkan (melalui respirasi,

pakan, kulit) dari beberapa sumber dalam lingkungan akuatik (air, suspensi, koloid atau

partikulat organik karbon, sedimen, organisme lain) dimana bahan kimia tersebut berada

(Specie et al., 1997). Laju penyerapan insektisida endosulfan ke dalam tubuh ikan dan

konsentrasi endosulfan dalam air pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada

Gambar 6, 7 dan 8.

0

1

2

3

4

5

6

0 4 1 2 2 4 4 8 9 6 1 4 4 1 9 2 2 6 4

Waktu pemaparan (jam)

Ko

nse

ntr

asi e

nd

osu

lfan Dalam ikan (ug/kg)

Dalam air (ug/l)

Gambar 6. Penyerapan endosulfan ke dalam tubuh ikan mas yang dipaparkan dalam larutan endosulfan sebesar 10% x LC50-96 jam dengan konsentrasi aktual rata-rata dalam air sebesar 0,24 (±± 0,013) µµg/l.

0

1

2

3

4

5

6

0 4 1 2 2 4 4 8 9 6 144 192 264

Waktu pemaparan (jam)

Ko

nse

ntr

asi e

nd

osu

lfan Dalam ikan (ug/kg)

Dalam air (ug/l)

Gambar 7. Penyerapan endosulfan ke dalam tubuh ikan mas yang dipaparkan

dalam larutan endosulfan sebesar 30% x LC50-96 jam dengan konsentrasi aktual rata-rata dalam air sebesar 0,46 (±± 0,088) µµg/l.

Page 53: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

38

0

1

2

3

4

5

6

0 4 1 2 2 4 4 8 9 6 1 4 4 1 9 2 2 6 4

Waktu pemaparan (jam) K

on

sen

tras

i en

do

sulf

an

Dalan ikan (ug/kg)Dalam air (ug/l)

Gambar 8. Penyerapan endosulfan ke dalam tubuh ikan mas yang dipaparkan dalam larutan endosulfan sebesar 50% x LC50-96 jam dengan konsentrasi aktual rata-rata dalam air sebesar 0,91 (±± 0,020) µµg/l.

Estimasi laju penyerapan insektisida endosulfan ke dalam tubuh ikan mas pada

masing-masing konsentrasi untuk setiap waktu pemaparan dapat diperoleh melalui

persamaan garis seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Model persamaan laju penyerapan insektisida endosulfan ke dalam

tubuh ikan mas pada masing -masing konsentrasi perlakuan

Konsentrasi endosulfan dalam air (µg/l)

Model persamaan Nilai r

0,24 0,72 1,20

y = 0,8070 ln (x) + 0,5911 y = 1,6236 ln (x) + 0,2917 y = 1,7332 ln (x) + 1,0425

0,8637 0,9747 0,8974

Berdasarkan determinasi residu endosulfan dalam tubuh ikan mas pada kondisi

stabil (steady state) dengan nilai rata -rata residu endosulfan dalam air, maka dapat

diketahui biokonsentrasi faktor (BCF) dengan nilai yang semakin kecil dengan

bertambahnya konsentrasi insektisida endosulfan dalam air (Tabel 4).

Page 54: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

39

Tabel 4. Laju penyerapan dan biokonsentrasi faktor insektisida endosulfan terhadap ikan mas pada masing-masing perlakuan

Perlakuan

(µµg/l) Laju penyerapan

(µµg/l /jam) RUmax (µµg/l)

RAav (µµg/l)

Biokonsentrasi faktor

0,24 0,72 1,20

0,79 ± 0,003 a

0,71 ± 0,026 b 0,43 ± 0,002 c

2,04 ± 0,010 3,58 ± 0,134 4,24 ± 0,014

0,24 ± 0,013 0,46 ± 0,088 0,90 ± 0,020

8,56 a 7,74 b 4,69 c

Keterangan: - Angka dalam kolom sama yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak beda nyata (P>0,05). - RUmax = Konsentrasi residu maksimum dalam tubuh ikan pada keadaan tetap. - RAav = Rata-rata konsentrasi residu dalam air selama penelitian. Nilai BCF paling besar diperoleh pada ikan mas yang dipaparkan dalam

perlakuan konsentrasi endosulfan 0,24 µg/l yaitu sebesar 8,56; disusul oleh perlakuan

0,72 µg/l kemudian 1,20 µg/l dengan nilai masing-masing sebesar 7,74 dan 4,69.

Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa laju penyerapan dan nilai biokonsentrasi

faktor endosulfan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) antar perlakuan

(Lampiran 9). Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan konsentrasi endosulfan dalam

air secara signifikan akan berpengaruh terhadap laju penyerapan dan biokonsentrasi

faktor endosulfan pada ikan mas.

Uji bioeliminasi endosulfan

Bioeliminasi merupakan proses pengurangan atau kehilangan suatu bahan aktif

dari suatu organisme melalui mekanisme perpindahan aktif atau pasif termasuk difusi

dan transformasi metabolik (Specie et al., 1997 dalam Pong-Masak, 2003). Laju

eliminasi endosulfan dari dalam tubuh ikan dengan konsentrasi bioakumulasi 3,58

µg/kg dapat ditentukan berdasarkan persamaan y = 0,221x + 5,31 (r = 0,9526).

Page 55: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

40

Diketahui bahwa rata-rata peluruhan endosulfan dalam tubuh ikan mas setelah 120 jam

adalah 32,12% dan setelah 360 jam mencapai 74,77% atau sebesar 0,24% per jam.

y = 0,221 x + 5,31r = 0.9526

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0 120 240 360

Waktu eliminasi (jam)

Laju

elim

inas

i (%

)

Endosulfan

Linear

Gambar 9. Eliminasi endosulfan dari tubuh ikan mas yang telah dipaparkan

dalam larutan insektisida endosulfan sebesar 30% x LC50-96 jam dengan konsentrasi rata-rata bioakumulasi sebesar 3,58 µg/kg.

Pertumbuhan ikan

Untuk melihat pengaruh lanjut biakumulasi endosulfan terhadap pertumbuhan

dilakukan dengan cara memaparka n ikan mas selama 12 minggu dalam larutan

endosulfan dengan tingkat bioakumulasi yang berbeda, yaitu: 0,00 µg/kg sebagai

kontrol; 2,04; 3,58; dan 4,24 µg/kg.

Dari hasil sampling yang dilakukan seminggu sekali terlihat bahwa bobot rata -

rata ikan mas pada masing-masing perlakuan bertambah sejalan dengan waktu

pemaparan (Gambar 10). Data bobot biomas dan rata -rata individu ikan mas selama 12

minggu pada masing-masing perlakuan tertera pada Lampiran 10 dan 12. Data tersebut

selanjutnya ditransformasi ke dalam bentuk logaritma natural (ln) untuk menghitung

laju pertumbuhan spesifik dari masing-masing perlakuan (Lampiran 11 dan 13). Laju

Page 56: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

41

pertumbuhan spesifik ikan mas paling tinggi diperoleh pada kontrol yaitu 1,65%,

disusul oleh bioakumulasi endosulfan 2,04; 3,58; dan 4,24 µg/kg dengan nilai laju

pertumbuhan spesifik berturut-turut sebesar 1,58; 1,34; dan 1,29%.

00.5

11.5

22.5

33.5

4

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Waktu pemaparan (minggu)

Bo

bo

t ra

ta-r

ata

(g/e

kor)

0,00 µg/kg2,04 µg/kg3,58 µg/kg4,24 µg/kg

Gambar 10. Pertambahan bobot rata-rata individu ikan mas pada masing-

masing perlakuan selama 12 minggu pemaparan. Analisis statistik menunjukkan bahwa pengaruh lanjut bioakumulasi endosulfan

berdampak nyata (P < 0,05) terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan mas (Lampiran

16). Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antar perlakuan, analisis dilanjutkan dengan

uji Tukey yang hasilnya disajikan pada Tabel 5 dan Lampiran 16.

Tabel 5. Pertumbuhan ikan mas pada berbagai konsentrasi bioakumulasi

endosulfan setelah 12 minggu pemaparan

Bioakumulasi (µg/kg)

Bobot awal (g/ekor)

Bobot akhir (g/ekor)

Laju pertumbuhan spesifik (%)*

0,00 2,04 3,58 4,24

0,92 0,92 0,92 0,92

3,67 3,47 2,84 2,73

1,65 ± 0,04a 1,58 ± 0,04a 1,34 ± 0,11b 1,29 ± 0,06b

*) Angka pada kolom sama yang diikuti huruf sama, menunjukkan tidak beda nyata (P>0,05)

Page 57: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

42

Berdasarkan Tabel 5 dapat dikatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi

bioakumulasi endosulfan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ikan mas. Secara

statistik, laju pertumbuhan spesifik ikan pada kontrol (bioakumulasi 0,00 µg/kg) tidak

berbeda dengan bioakumulasi 2,04 µg/kg tetapi keduanya berbeda nyata (P < 0,05)

dengan bioakumulasi 3,58 dan 4,24 µg/kg, sedangkan antara bioakumulasi 3,58 dan

4,24 µg/kg tidak berbeda nyata. Hal tersebut membuktikan bahwa pengaruh lanjut

bioakumulasi insektisida endosulfan dengan konsentrasi sebesar 3,58 µg/l atau lebih

akan mempengaruhi laju pertumbuhan spesifik ikan mas.

Efisiensi Pakan

Sebagaimana halnya pada hewan-hewan lain yang bersifat heterotrof, ikan

membutuhkan energi baik untuk proses perawatan tubuh (maintenance), maupun untuk

mempertahankan diri melalui proses yang aktif melawan perubahan lingkungan

(homeostasi), aktivitas fisik dan tumbuh. Energi yang dibutuhkan untuk kegiatan –

kegiatan tersebut berasal dari makanan yang dikonsumsi.

Adanya fluktuasi dan ketersediaan makanan, kondisi perairan dan kondisi ikan

berpengaruh terhadap besarnya energi yang dikonsumsi oleh ikan, sehingga energi yang

dikonsumsi tersebut dapat lebih besar atau lebih kecil dari energi yang dibelanjakannya.

Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan atau penurunan energi t umbuh (Affandi

dan Tang, 2002).

Nilai efisiensi pakan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan perbandingan

antara pertambahan bobot biomas ikan mas dengan jumlah pakan yang dikonsumsi

(Tabel 6). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai efisiens i pakan ikan mas

Page 58: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

43

tidak berbeda nyata (P>0,05), baik antara kontrol dengan perlakuan maupun antara

perlakuan satu dengan perlakuan yang lain (Lampiran 16).

Tabel 6. Rata-rata nilai efisiensi pakan (%) ikan mas pada masing-masing

perlakuan selama 12 minggu pemaparan Bioakumulasi

(µg/kg) Bobot biomas

awal (g)

Bobot biomas akhir

(g)

Jumlah pakan (g)

Efisiensi pakan (%)

0,00 2,04 3,58 4,24

18,40 ± 0,35 18,43 ± 0,21 18,40 ± 0,17 18,43 ± 0,25

73,47 ± 3,81 69,43 ± 2,50 56,83 ± 4,75 54,53 ± 3,52

104,75 ± 12,36 93,82 ± 10,95 85,93 ± 15,83 79,51 ± 8,17

52,92 ± 5,33a 54,49 ± 5,26a 45,14 ± 3,90a 45,45 ± 1,08a

*) Angka pada kolom sama yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak beda nyata (P > 0,05)

Kondisi Hematologis

Data hematologis ikan mas dengan konsentrasi bioakumulasi berbeda yang

dipaparkan selama 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 7 dan Lampiran 17. Hasil

analisis statistik (Lampiran 18) menunjukkan bahwa bioakumulasi insektisida

endosulfan pada ikan mas berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap kadar hematokrit (Ht),

hemoglobin (Hb), eritrosit dan leukosit.

Tabel 7. Rata-rata kadar hematokrit, hemoglobin, eritrosit dan leukosit ikan

mas setelah 12 minggu pemaparan

Kondisi hematologis*) Bio-akumulasi

(µg/kg) Hematokrit

(%) Hemoglobin (g/100 ml)

Eritrosit (103 sel/mm3)

Leukosit (sel/mm3)

0,00 2,04 3,58 4,24

14,52 ± 4,37a 20,05 ± 4,65a b 20,00 ± 2,36a b 22,53 ± 1,82b

4,82 ± 1,52a b 2,83 ± 0,62a 5,53 ± 1,96b c 7,70 ± 0,87c

1764,7 ± 764,4a 706,7 ± 64,1b 403,3 ± 91,8b 500,0 ± 185,5b

10.942 ± 1.987b c 15.042 ± 4.050c 7.758 ± 2.114a b 5.658 ± 2.096a

*) Angka pada kolom sama yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak beda nyata (P > 0,05)

Page 59: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

44

Kadar hematokrit yang paling tinggi terdapat dalam darah ikan mas pada

bioakumulasi 4,24 µg/kg disusul oleh bioakumulasi 2,04; 3,58; dan 0,00 µg/kg dengan

prosentase secara berurutan sebesar 22,53; 20,05; 20,00; dan 14,52%. Dari hasil analisis

statistik ternyata kadar hematokrit pada bioakumulasi 4,24 µg/kg berbeda nyata

(P<0,05) dengan kontrol (0,00 µg/kg) tetapi tidak berbeda dengan bioakumulasi 2,04

dan 3,58 µg/kg. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pengaruh lanjut biakumulasi

insektisida endosulfan sebesar 4,24 µg/kg secara nyata dapat meningkatkan prosentase

hematokrit darah pada ikan mas.

Kadar hemoglobin darah paling tinggi ditemukan pada konsentrasi bioakumulasi

4,24 µg/kg (7,70 g/100 ml), disusul oleh bioakumulasi 3,58 µg/kg (5,53 g/100 ml),

0,00 µg/kg (4,82 g/100 ml) dan 2,04 µg/kg (2,83 g/100 ml). Secara statistik kontrol

(0,00 µg/kg) berbeda nya ta (P<0,05) dengan bioakumulasi 4,24 µg/kg tetapi tidak

berbeda dengan bioakumulasi 2,04 dan 3,58 µg/kg; bioakumulasi 2,04 µg/kg berbeda

nyata dengan bioakumulasi 3,58 dan 4,24 µg/kg tetapi tidak dengan kontrol. Hal

tersebut menunjukkan bahwa biakumulasi endosulfan cenderung meningkatkan kadar

hemoglobin dalam darah ikan mas.

Berbeda dengan kadar hematokrit dan hemoglobin, jumlah eritrosit dalam darah

ikan cenderung berkurang dengan bertambahnya konsentrasi bioakumulasi endosulfan.

Jumlah eritrosit darah pada kontrol (0,00 µg/kg) (1.746,7 x 103 sel/mm3) berbeda nyata

dengan bioakumulasi 2,04 µg/kg (706,7 x 103 sel/mm3); 3,58 µg/kg (403,3 x 103

sel/mm3) dan 4,24 µg/kg (500,0 x 103 sel/mm3), sedangkan antara bioakumulasi 2,04;

3,58; dan 4,24 µg/kg tidak beda nyata. Ini berarti bahwa bioakumulasi endosulfan

Page 60: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

45

secara nyata dapat berpengaruh terhadap jumlah eritrosit darah ikan mas, tetapi

pengaruh tersebut tidak berbanding lurus dengan peningkatan konsentrasi bioakumulasi.

Jumlah leukosit tertinggi ditemukan pada ikan dengan konsentrasi bioakumulasi

2,04 µg/kg yaitu sebesar 15.042 sel/mm3 meski tidak berbeda dengan kontrol (10.942

sel/mm3) tetapi beda nyata (P<0,05) dengan bioakumulasi 3,58 µg/kg (7.758 sel/mm3)

dan 4,24 µg/kg (5.658 sel/mm3); kontrol beda nyata dengan bioakumulasi 4,24 µg/kg;

dan bioakumulasi 3,58 µg/kg tidak beda nyata dengan 4,24 µg/kg. Dapat dikatakan

bahwa pengaruh lanjut bioakumulasi endosulfan pada ikan mas dengan konsentrasi

sebesar 4,24 µg/l secara signifikan dapat menurunkan jumlah leukosit dalam darah.

Kualitas Air

Pengukuran kualitas media uji meliputi sifat fisika-kimia air, yaitu: suhu, pH,

oksigen terlarut, kandungan CO2 bebas dan amonia total selama penelitian berlangsung,

baik pada toksisitas letal maupun pada uji bioakumulasi. Data fisika -kimia air tersebut

selengkapnya tercantum pada Tabel 8.

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa sifat fisika kimia air selama

penelitian berlangsung dalam kondisi baik dengan konsentrasi kisaran yang masih di

dalam nilai ambang batas (NAB) untuk perikanan. Hal ini dimungkinkan karena

penelitian dilakukan di dalam laboratorium secara terkontrol serta pergantian air yang

dilakukan setiap 24 jam. Dengan demikian hasil pengukuran beberapa parameter

biologis seperti pertumbuhan, sintasan, kondisi hematologis dan histologis ikan mas

tidak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pemeliharaan tetapi hanya disebabkan oleh

toksisitas endosulfan sebagai perlakuan.

Page 61: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

46

Tabel 8. Kisaran sifat fisika-kimia air pada uji toksisitas letal dan subletal insektisida endosulfan terhadap ikan mas

Parameter

Uji Konsentrasi

(µg/l) Suhu (oC)

pH DO (mg/l)

CO 2 (mg/l)

Amonia (mg/l)

0,0 26 7,5 5,2-7,2 1,0-8,4 0,02-0,34 1,4 26 7,5-8,0 5,8-7,2 1,3-8,9 0,02-0,34 1,9 26 7,5-8,0 5,6-7,6 1,3-8,6 0,03-0,32 2,7 26 7,5 5,6-7,8 1,1-8,4 0,02-0,33 3,7 26 7,5 5,7-7,6 1,5-8,2 0,02-0,34 5,2 26 7,5 5,6-6,8 0,7-8,8 0,02-0,34

Lethal

7,2 26 7,5-8,0 5,0-7,2 2,0-6,4 0,03-0,33

0,00 25-27 7,5 5,8-7,4 1,8-8,9 0,04-0,18 0,24 25-27 7,5 5,2-6,6 1,8-6,9 0,05-0,11 0,72 25-27 7,5 5,8-7,8 1,4-6,4 0,05-0,13

Sublethal

1,20 25-27 7,5 5,2-7,2 1,5-6,6 0,05-0,18 NAB 25-32 1) 6-9 3) 5-9 3) 10 2) < 2,20 3) Keterangan: NAB = Nilai Ambang Batas

1) Menurut Boyd (1982) 2) Menurut Boyd (1988) 3) Berdasarkan Chapman (1992), NAB untuk perikanan

Pembahasan

Laju peluruhan endosulfan dalam air yang diketahui dari uji stabilitas

merupakan acuan untuk menentukan periode pergantian air pada pengujian berikutnya.

Pergantian air dimaksudkan untuk menjaga kestabilan konsentrasi larutan uji selama

penelitian berlangsung. Secara teoritis, konsentrasi larutan uji dapat dianggap konsisten

atau stabil dalam air apabila peluruhannya dalam periode tertentu tidak lebih dari 20%

sehingga toksisitas dari larutan uji yang digunakan dapat diukur melalui respon biologis

pada hewan uji.

Melalui uji stabilitas diketahui bahwa laju peluruhan endosulfan dalam air cukup

lambat yaitu sebesar 0,81% per jam dan mencapai peluruhan 19,44% setelah waktu

Page 62: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

47

pemaparan 24 jam (Gambar 4). Lambatnya laju peluruhan tersebut menurut ADB

(1987) disebabkan karena endosulfan termasuk kedalam kelompok pestisida yang

paling persisten dan tidak mengalami perubahan di lingkungan dalam waktu yang lama

serta mempunyai kelarutan yang rendah dalam air. Menurut Edwards (1976), senyawa

organoklorin sangat sulit larut di dalam air (daya larut di bawah 1 mg/l), hanya lindane

yang daya larutnya mencapai 7 mg/l. Berdasarkan hasil tersebut maka pergantian air

pada pengujian selanjutnya dilakukan setiap interval 24 jam sebanyak 100%. Sistem

pergantian air semi-statis ini merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk

meningkatkan akurasi dan reprodusibilitas hasil pengujian toksisitas. Menurut

Kanazawa (1981), metode semi-statis merupakan pendekatan metode baku yaitu metode

continuous -flow yang umum digunakan untuk mempertahankan konsentrasi bahan

kimia agar stabil selama pengujian.

Pada percobaan dengan semi-statis umumnya terjadi perbedaan antara

konsentrasi nominal dengan konsentrasi aktual yang besarnya berkisar antara 30-45%

(Schimmel et al., 1977). Menurut Brungs (1973), perbedaan atau fluktuasi tersebut

disebabkan karena materi yang diuji sangat berbeda sifat degradasi, volatil, dan

kelarutan oksigen maupun sifat fisika-kimia lainnya. Oleh karena itu pergantian air

penelitian secara semi-statis setiap 24 jam dimaksudkan agar konsentrasi endosulfan

serta sifat fisika kimia air selama penelitian tetap konstan.

Hasil pengamatan pada uji toksisitas letal menunjukkan bahwa gejala klinis

akibat keracunan insektisida endosulfan timbul pada ikan setelah waktu pemaparan 4

jam terutama pada konsentrasi endosulfan sebesar 5,2 dan 7,2 µg/l. Gejala yang timbul

tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Schoettger (1970) dimana ikan berenang

Page 63: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

48

tidak teratur dengan sesekali menghentak dan kejang-kejang serta mengeluarkan lendir

secara berlebihan dari permukaan tubuhnya, warna kulit memucat dengan frekwensi

pergerakan operculum menjadi lebih sering tetapi tidak beraturan. Gejala tersebut

menurut Connel dan Miller (1995) merupakan tanggapan yang terjadi pada saat zat-zat

fisika atau kimia mengganggu proses sel atau subsel dalam mahluk hidup sampai suatu

batas yang menyebabkan kematian secara langsung.

Kematian ikan mas pada uji toksisitas letal disebabkan karena masuknya

endosulfan ke dalam tubuh melalui penyerapan langsung lewat kulit dan pengambilan

dari air melalui membran insang. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya penghambatan

ATP-ase terutama pada mitokondria akson sinaptik dan sedikit pada endoplasmik

retikulum. Penghambatan ATP -ase berkaitan dengan Ca++ yang menyebabkan

peningkatan pelepasan neurotransmiter (Tarumingkeng, 1992). Selain itu, kematian ikan

juga disebabkan karena endosulfan mampu menimbulkan rangsangan pada sistem

syaraf pusat sehingga menyebabkan terjadinya kejang (ADB, 1987). Sedangkan

menurut Arianti (2002) endosulfan yang masuk ke dalam tubuh ikan akan mengganggu

keseimbangan sodium (Na) dan Potasium (K) dalam sel syaraf sehingga sistim syaraf

tidak stabil yang mengakibatkan ikan tidak mampu mengendalikan kontraksi otot

sebagai akibat dari rangsang otak yang berlebihan sehingga menyebabkan kejang-

kejang.

Melalui metode bioassay diketahui bahwa nilai LC50-96 jam insektisida terhadap

ikan mas sangat rendah yakni sebesar 2,42 (2,206-2,652) µg/l (Tabel 2). Berdasarkan

ketentuan Komisi Pes tisida (1983), ternyata toksisitas insektisida endosulfan terhadap

ikan mas diklasifikasikan ke dalam golongan A yaitu pestisida yang memiliki toksisitas

Page 64: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

49

sangat tinggi dengan nilai LC 50-96 jam < 1 mg/l (Tabel 1). Tingginya daya racun ini

menurut Dubey et al. (1991) dalam Sutrisno et al. (2002) disebabkan antara lain karena

proses metabolisme senyawa endosulfan dalam tubuh ikan hanya mampu terurai

menjadi endosulfan sulfat yang masih bersifat toksik pada ikan.

Nilai LC50-96 jam insektisida endosulfan terhadap ikan mas pada penelitian ini

lebih rendah dibanding hasil yang diperoleh Koesoemadinata (2000) yakni sebesar 12,9

µg/l. Hal ini diduga disebabkan karena berbedaan ukuran hewan uji, dimana ikan mas

yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai bobot rata-rata 0,8 ± 0,09 g/ekor

sedangkan pada penelitian Koesoemadinata berukuran lebih besar yaitu 1,4 ± 0,2

g/ekor. Menurut Durham (1975), spesies dan ukuran atau stadia akan berpengaruh

terhadap dampak lingkungan (environmental impact) pestisida terhadap ikan dan

organisme perairan. Sehubungan dengan hal tersebut, hasil penelitian Singh (1982)

membuktikan bahwa nilai LC50 endosulfan berbanding lurus terhadap ukuran dan bobot

tubuh ikan Heteropneustes fossilis dimana semakin besar ukuran dan semakin berat

bobot tubuh ikan maka nilai LC50 semakin besar. Hal ini antara lain disebabkan karena

pada umumnya semakin besar ukuran ikan dalam spesies yang sama akan semakin

tinggi kemampuannya untuk memetabolisme bahan beracun yang masuk ke dalam

tubuhnya dan mengekskresikan melalui urine dan feses.

Toksisitas insektisida endosulfan terhadap ikan mas lebih tinggi dibanding

terhadap ikan lele dumbo dengan nilai LC50-96 jam sebesar 17,13 µg/l (Yudha, 1999).

Hal ini disebabkan karena perbedaan morfologis dari kedua jenis ikan, dimana proses

respirasi pada ikan lele dumbo selain melalui insang juga dilakukan dengan arborescent

Page 65: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

50

organ yang dapat mengambil oksigen langsung dari udara sehingga kontaminasi

endosulfan melalui membran insang lebih rendah.

Karena toksisitasnya sangat tinggi bagi ikan maka penggunaan endosulfan

sangat dibatasi bahkan dibeberapa negara dilarang. Di Indonesia penggunaan insektisida

endosulfan dibatasi pada areal yang tidak berhubungan dengan perairan, dan dilarang

dipergunakan di persawahan melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 473/KPTS/TP

270/6/96 meskipun pada kenyataannya masih banyak digunakan oleh petani (Sulaksono,

2001). Selain sangat toksik terhadap ikan dan organisme air lainnya, insektisida

endosulfan juga cukup persisten dan bersifat lipofilik (= suka akan lemak) atau

hidropobik (= tidak suka air) dengan nilai log KOW = 4,7 (Greve dan Wit, 1979; Gill et

al., 1991) sehingga mudah terikat dalam lemak.

Laju penyerapan endosulfan ke dalam tubuh ikan mas pada ke -3 perlakuan

semakin meningkat dengan bertambahnya waktu pemaparan (Gambar 6, 7, 8). Pada

perlakuan B dengan konsentrasi aktual endosulfan dalam air 10% x LC50-96 jam

peningkatan akumulasi endosulfan terjadi sampai dengan waktu pemaparan 48 jam dan

selanjutnya konstan/stabil (steady state) setelah konsentrasi bioakumulasi mencapai

2,04 µg/l, sedangkan pada perlakuan C (30% x LC50-96 jam) dan D (50% x LC50-96

jam) kondisi steady state terjadi setelah waktu pemaparan 144 jam dengan konsentrasi

bioakumulasi masing-masing sebesar 3,58 dan 4,24 µg/l. Pada kondisi steady state

penyerapan, distribusi dan detoksikasi endosulfan dalam tubuh ikan mas baik melalui

proses penyerapan maupun eliminasi melalui berbagai jalur telah mencapai

kesetimbangan maksimal.

Page 66: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

51

Dari hasil pengukuran dengan GC terbukti bahwa konsentrasi residu endosulfan

dalam air perlakuan selama pemaparan relatif stabil yang menunjukkan adanya proses

dinamika endosulfan dalam air akibat sistem pergantian air secara semi statis setiap 24

jam. Kondisi ini sesuai dengan ketetapan OECD (1981) dalam Nagel dan Loskill (1991)

bahwa konsentrasi suatu substansi selama pengujian biokonsentrasi seharusnya dalam

keadaan stabil sehingga laju penyerapan bahan kimia uji dapat terjadi sampai mencapai

keseimbangan.

Keseimbangan konsentrasi (steady state) dapat terjadi disebabkan karena adanya

proses biokimia seperti absorpsi, distribusi, penimbunan dan eliminasi/ekskresi bahan

kimia aktif yang telah mencapai kapasitas optimal (Toledo dan Johnson, 1992). Pada

kondisi ini nilai determinasi dari perbandingan antara laju penyerapan (ku) dan laju

eliminasi (kd) endosulfan dalam tubuh ikan berada dalam kesetimbangan tetap, dan

dinamakan sebagai nilai bioconcentration factor (BCF).

Berdasarkan determinasi residu endosulfan dalam tubuh ikan mas pada keadaan

stabil yang diperbandingkan dengan nilai rata-rata konsentrasi endosulfan dalam air,

maka diperoleh nilai biokonsentrasi faktor yang nominalnya berbanding terbalik dengan

konsentrasi aplikasi endosulfan dalam air (Tabel 4). Semakin tinggi aplikasi endosulfan

dalam air maka akan menghasilkan nilai BCF yang semakin rendah, dan sebaliknya.

Fenomena tersebut terjadi karena ikan mas mempunyai kemampuan yang terbatas untuk

melakukan proses penyerapan, biotransformasi, distribusi serta penimbunan endosulfan

dalam tubuh. Ikan mas yang dipaparkan dalam larutan dengan konsentrasi rendah akan

memgabsorpsi endosulfan secara maksimal sedang yang dipaparkan dalam konsentrasi

lebih tinggi hanya mampu mengabsorpsi sebagian dari endosulfan yang tersedia.

Page 67: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

52

Menurut Extoxnet (2004) dalam Pong-Masak (2003), semakin tinggi nilai BCF

suatu bahan kimia dalam suatu biota menunjukkan bahwa potensi bioakumulasi maupun

biomagnifikasi substansi tersebut semakin besar. Selain itu, nilai BCF yang semakin

tinggi dapat merupakan indikator pengaruh negatif suatu bahan kimia beracun terhadap

ekosistim dan keamanan pangan.

Dari hasil perhitungan, ternyata nilai BCF insektisida endosulfan pada ikan mas

yang dipaparkan dalam konsentrasi endosulfan sebesar 30% dari nilai LC50-96 jam

adalah sebesar 7,74. Nilai ini lebih tinggi dibanding nilai BCF triklorofon pada udang

windu dalam kondisi yang sama yaitu sebesar 1,337 (Pong-Masak, 2003). Menurut

Nagel dan Loskill (1991), nilai BCF dalam organisme akuatik dengan nilai yang < 100

menunjukkan bahwa bahan kimia yang diuji tidak memiliki potensi akumulasi secara

langsung. Bahkan menurut Chemicals Stakeholder Forum (2001) dalam Pong-Masak

(2003), nilai BCF < 500 diklasifikasikan sebagai bahan kimia yang kurang berpotensi

terakumulasi walaupun harus didukung oleh data-data pengaruh subletal lainnya.

Rendahnya nilai BCF endosulfan pada ikan mas menurut Mercier (1991) dan ADB

(1987), disebabkan karena endosulfan yang masuk ke dalam jaringan tubuh sebagian

besar akan segera dimetabolisme dan diekskresikan me lalui urin dan fases. Selain itu

ikan mas juga termasuk jenis ikan yang mempunyai kemampuan detoksikasi tinggi

sehingga dapat memetabolisir dan menetralisir racun secara cepat.

Pertumbuhan ikan merupakan suatu pola kejadian yang kompleks dan

melibatkan banyak faktor yang berbeda (Aziz, 1989). Kondisi ini dipengaruhi oleh

faktor internal yang sukar dikontrol seperti: genetik, seks, umur serta daya tahan

Page 68: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

53

terhadap penyakit dan parasit; serta faktor eksternal yang meliputi makanan, energi

matahari dan keadaan fisika kimia lingkungan (Effendi, 1979).

Dalam uji subletal, pertumbuhan ikan mas paling tinggi diperoleh pada kontrol

dengan nilai laju pertumbuhan spesifik sebesar 1,65% disusul oleh perlakuan

bioakumulasi 2,04; 3,58; dan 4,24 µg/l secara berturut -turut sebesar 1,58; 1,34; dan

1,29% (Tabel 5). Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh lanjut bioakumulasi

endosulfan dapat menghambat pertumbuhan dan pada konsentrasi 3,58 µg/l secara

signifikan akan menurunkan laju pertumbuhan spesifik ikan mas. Hasil seperti ini juga

terjadi pada penelitian Sutrisno (2002) terhadap ikan nila berukuran 1,5 g/ekor yang

dipaparkan dalam konsentrasi endosulfan sebesar 0,00; 0,001; 0,005; dan 0,010 mg/l

dimana pada akhir pemaparan menghasilkan laju pertumbuhan spesifik sebesar 1,31;

1,02; 1,03 dan 0,98%.

Dari hasil pengukuran bobot ikan yang dilakukan seminggu sekali diketahui

bahwa terhambatnya pertumbuhan ikan mas pada konsentrasi bioakumulasi endosulfan

sebesar 3,58 dan 4,24 µg/kg terjadi pada minggu ke-2 waktu pemaparan ya itu setelah

tercapai kondisi stabil (Gambar 10). Hal ini menunjukkan bahwa bioakumulasi

insektisida endosulfan dalam tubuh ikan mas pada kondisi stabil secara signifikan akan

berpengaruh lanjut terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan mas. Terhambatnya

pertumbuhan disebabkan oleh faktor eksternal berupa polutan endosulfan dalam media

pemeliharaan dan faktor internal yaitu terganggunya proses fisiologis dan metabolisme

tubuh akibat bioakumulasi endosulfan.

Pengaruh subletal endosulfan merupakan tekanan lingkungan bagi ikan mas

sehingga ikan tersebut akan mereduksi pertumbuhannya (Schmittou, 1991).

Page 69: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

54

Tereduksinya pertumbuhan ikan mas juga dapat terjadi karena: (1) endosulfan yang

terakumulasi menyebabkan organ tubuh ikan mengalami gangguan sehingga

mengurangi na fsu makan yang mengakibatkan laju konsumsi pakan menurun, dan (2)

pemanfaatan energi yang berasal dari makanan lebih banyak digunakan untuk

mempertahankan diri (maintenance) dari tekanan lingkungan serta mengganti bagian sel

yang rusak akibat bahan asing (endosulfan) sehingga kelebihan energi dari penggunaan

untuk proses tersebut sangat sedikit yang dimanfaatkan untuk menambah bobot tubuh.

Hal tersebut diperkuat dengan hasil perhitungan efisiensi pakan dari masing-masing

perlakuan yang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Tabel 6).

Secara normal sekitar 70% nilai energi yang berasal dari makanan diprioritaskan

dan dipergunakan untuk pemeliharaan jaringan tubuh, tetapi apabila ikan sakit atau

mengalami gangguan lingkungan akan mempengaruhi ikan menggunakan energi untuk

mempertahankan hidupnya lebih besar dari biasanya (Waren, 1971). Selain itu, menurut

Heat (1987) polutan (termasuk endosulfan) dapat berpengaruh secara langsung maupun

tidak langsung terhadap perilaku makan, cara makan, penyerapan, pencernaan,

asimilasi, ekskresi dan perubahan pada tingkat hormonal yang akhirnya berpengaruh

terhadap pertumbuhan.

Faktor internal yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan

adalah darah, karena darah pada ikan berfungsi untuk mengedarkan zat makanan hasil

pencernaan dan O2 ke sel-sel tubuh serta membawa hormon dan enzim ke organ yang

memerlukannya. Beberapa parameter yang dapat memperlihatkan perubahan pada darah

adalah kadar hematokrit (Ht), kadar hemoglobin (Hb), jumlah sel darah merah (eritrosit)

dan jumlah sel darah putih (leukosit) (Lagler et al., 1977).

Page 70: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

55

Peningkatan kadar hematokrit dan hemoglobin dalam darah ikan mas dengan

bertambahnya konsentrasi bioakumulasi (Tabel 7) dipicu oleh kontaminasi, absorpsi dan

akumulasi insektisida endosulfan ya ng menyebabkan stress pada ikan mas sehingga

hormon-hormon stress seperti cortisol dan epinephrine, masuk ke dalam peredaran

darah dan menyebabkan kontraksi limpa meningkat. Peningkatan kontraksi limpa ini

akan mengakibatkan terjadinya pelepasan sel-sel darah merah sehingga nilai hematokrit

dan hemoglobin juga turut meningkat (El-Deen dan Rogers, 1992). Dengan

meningkatnya nilai hematokrit dan hemoglobin maka ikan akan memaksimalkan

pengikatan oksigen yang masuk dalam jaringan darah sehingga dengan peningkatan Hb

maka sel darah merah akan mengangkut oksigen 30 – 100 kali (Fujaya, 1999).

Berbeda dengan hematokrit dan hemoglobin, jumlah eritrosit dan leukosit dalam

darah ikan mengalami penurunan yang signifikan (P<0,05) dibanding kontrol (Tabel 7).

Berkurangnya jumlah eritrosit diduga disebabkan karena terjadinya kerusakan sel-sel

darah akibat pengaruh negatif radikal bebas, sebab menurut Wijaya (1976) dalam

Yudha (1999) suatu bahan toksik atau racun dapat menyebabkan kerusakan jaringan

yang pada gilirannya dapat menimbulkan pelepasan protein heme, yang akan bereaksi

dengan peroksidase dan melepaskan ion Fe 2+. Dengan adanya ion Fe 2+ akan terjadi

reaksi Fenton dan menghasilkan radikal bebas hidroksil (OH o) yang sangat reaktif.

Radikal hidroksil tersebut dapat merusak DNA, protein dan asam lemak tak jenuh (poli

unsaturated fatty acids) yang merupakan komponen penting fosfolipid penyusun

membran sel. Serangan radikal hidroksil terhadap membran sel dapat menimbulkan

reaksi berantai yang terus berlanjut yang disebut peroksida lipid. Akibat akhir dari

reaksi berantai tersebut adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi berbagai senyawa

Page 71: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

56

yang bersifat toksik terhadap sel, seperti aldehid dan berbagai hidrokarbon, yang dapat

mengakibatkan kerusakan membran sel yang parah dan membahayakan kehidupan sel.

Jumlah leukosit dalam darah ikan mas berkurang secara nyata dibanding kontrol

ketika bioakumulasi endosulfan mencapai konsentrasi 3,58 dan 4,24 µg/l. Menurut Heat

(1987), pengurangan jumlah leukosit sebagai respon terhadap stress merupakan

karakteristik semua jenis vertebrata. Respon tersebut dipengaruhi oleh hormon

corticosteroid dan bersifat nonspesifik, sebagai akibat adanya suatu stressor baik yang

berasal dari dalam maupun karena faktor lingkungan. Selanjutnya menurut Mc Leay

(1973) dalam Dick dan Dixon (1985), peningkatan sekresi corticosteroid melalui

rangsangan langsung dengan adrenocorticotropin pada ikan dapat menyebabkan

terjadinya penurunan jumlah limfosit dalam darah (lymphopenia) maupun berkurangnya

jumlah trombosit dalam darah (thrombopenia).

Faktor lain yang cukup menentukan akurasi hasil penelitian disamping toksisitas

endosulfan dan pakan adalah lingkungan pemeliharaan, dalam hal ini kondisi air

sebagai media pemeliharaan ikan uji. Sifat fisika-kimia air yang perlu diperhatikan

untuk penelitian toksisitas bahan beracun, khususnya pestisida adalah: suhu air, pH air,

O2 terlarut, CO2 bebas dan ammonia.

Suhu air sangat penting karena tidak hanya mempengaruhi aktivitas metabolik

dan tingkah laku organisme dan pemaparan polutan (bahan pencemar), tetapi juga dapat

mengubah keadaan fisik dan kimia dari polutan. Secara umum toksisitas dari polutan

akan meningkat sejalan dengan peningkatan suhu air (Mason, 1992). Selama penelitian

dilaksanakan, baik pada uji letal maupun uji subletal, suhu air relatif stabil yang berkisar

antara 25-27 oC (Tabel 8). Nilai ini masuk dalam kisaran Nilai Ambang Batas (NAB)

Page 72: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

57

untuk perikanan, bahkan menurut Boyd (1988) kisaran tersebut cukup mendukung bagi

kehidupan ikan mas. Kestabilan suhu air pada penelitian ini juga memenuhi kriteria

yang ditetapkan oleh Komisi Pestisida (1983) yaitu fluktuasinya tidak lebih dari 2oC.

pH adalah konsentrasi ion (H+) yang menunjukkan suasana air, apakah bersifat

asam atau basa, nilai pH ini akan berpengaruh terhadap degradasi pestisida dimana laju

degradasi akan lambat pada pH di bawah 6,0. Nilai pH air selama penelitian adalah

antara 7,5-8,0 (Tabel 8). Kondisi ini sangat mendukung karena menurut Effendi (2000),

pH air yang baik untuk budidaya ikan pada kolam air tenang adalah sekitar 7,0-8,8.

Konsentrasi oksigen terlarut pada uji letal berkisar 5,0-7,8 mg/l, sedangkan pada

uji subletal sebesar 5,2-7,8 mg/l (Tabel 8). Konsentrasi oksigen terlarut seperti ini

menurut Chapman (1992) termasuk ke dalam kisaran yang baik bagi pemeliharaan ikan.

Sejumlah polutan akan menjadi lebih toksik pada konsentrasi oksigen yang rendah

karena pada kondisi tersebut proses respirasi akan meningkat sehingga racun yang

terekspos terhadap tubuh ikan juga semakin besar (Mason, 1992). Menurunnya

konsentrasi oksigen akan meningkatkan konsentrasi CO2 dalam air yang dapat

menyebabkan stress pada ikan. Kondisi stress dapat menurunkan resistensi ikan

terhadap insektisida, dengan demikian akan mempengaruhi toksisitas endosulfan

terhadap ikan (Arianti, 2002). Oleh karena itu dalam pengujian toksisitas terhadap

organisme ikan menurut Komisi Pestisida (1983) kadar CO2 bebas dalam air harus ≤ 10

ppm. Kriteria tersebut terpenuhi oleh kondisi air selama penelitian ini dimana

kandungan CO2 bebas dalam air berkisar antara 0,7-8,9 mg/l (Tabel 8).

Kandungan ammonia dalam air pada uji letal berkisar antara 0,02-0,34 mg/l

sedangkan pada uji subletal berkisar antara 0,04-0,18 mg/l (Tabel 8). Kedua nilai

Page 73: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

58

kisaran tersebut masih jauh di bawah NAB untuk perikanan yaitu sebesar <2,20 mg/l

(Chapman, 1992). Kadar ammonia di atas NAB dapat mereduksi masukan oksigen yang

disebabkan oleh rusaknya insang, menambah energi untuk keperluan detoksikasi,

mengganggu osmoregulasi dan mengakibatkan kerusakan fisik pada jaringan (Boyd,

1990). Rendahnya oksigen di dalam tubuh akibat tereduksi oleh ammonia akan

meningkatkan toksisitas insektisda endosulfan terhadap ikan (Arianti 2002).

Page 74: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

59

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari serangkaian penelitian serta pembahasan yang tela h dilakukan maka dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Insektisida endosulfan memiliki toksisitas sangat tinggi terhadap ikan mas

dengan nilai LC50-96 jam sebesar 2,42 (2,206-2,652) µg/l.

2. Bioakumulasi insektisida endosulfan pada ikan mas semakin meningkat dengan

bertambahnya konsentrasi dan waktu pemaparan hingga mencapai steady state.

3. Pengaruh lanjut bioakumulasi insektisida endosulfan sebesar 3,58 µg/kg atau

lebih secara signifikan dapat menurunkan laju pertumbuhan ikan mas.

4. Pengaruh lanjut bioakumulasi insektisida endosulfan dapat berdampak terhadap

kondisi hematologis ikan mas, yaitu meningkatkan kadar hematokrit (Ht) dan

hemoglobin (Hb) serta menurunkan jumlah eritrosit dan leukosit.

Saran

Penelitian sebaiknya dilanjutkan dengan waktu pe maparan yang lebih panjang,

misalnya satu siklus hidup ikan mas, sehingga dapat diperoleh data yang lebih lengkap

mengenai pengaruh lanjut bioakumulasi insektisida endosulfan terhadap perkembangan

gonad, potensi reproduksi, fekunditas dan kondisi biokimia dalam tubuh ikan mas.

Page 75: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

60

DAFTAR PUSTAKA

ADB. 1987. Handbook on the use of pesticides in Asia-Pasific Region. Asian

Development Bank. Affandi, R., dan U.M. Tang. 2002. Fisiologi hewan air. Unri Press. Pekanbaru, Riau,

Indonesia. 217 h. Angka, S.L. 1990. The pathology of walking catfish, Clarian batrachus, infected

intraperitoneally with Aeromonas hydrophila . AFS. Ardiwinata, A.N., S.Y. Jatmiko dan E.S. Harsanti. 1999. Monitoring residu insektisida

di Jawa Barat. Dalam “Menunjang Produksi Padi Berwawasan Lingkungan”. Risalah Seminar Hasil Penelitian Emisi Gas Rumah Kaca dan Peningkatan Produktivitas Padi di Lahan Sawah. Bogor, 21 April 1999. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. hal. 91-105.

Arianti, F.D. 2002. Toksisitas insektisida endosulfan terhadap ikan nila (Oreochromis

niloticus) dalam lingkungan air tawar. Tesis. Program Pascasarjana, IPB. Bogor. 87 hal.

Aziz, K.A. 1989. Pendugaan stok populasi ikan tropis. Institut Pertanian Bogor. 88 hal. Bond, C.E. 1979. Biology of fish. W.B. Saunders Company. Philadelphia. 512 hal. Boyd, C.E. 1982. Water quality management in aquaculture and fisheries science.

Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam. 312 hal. Boyd, C.E. 1988. Water quality in warmwater fish pond. Faurth Printing. Aubur n

Aniversity Agricultural Experiment Station. Alabama. USA. 359 hal. Boyd, C.E. 1990. Water quality in pond for aquaculture. Brimingham Publishing Co.,

Alabama. 482 hal. Brungs, W.A. 1973. Continous-flow bioassays with aquatic organisms: Procedures and

applications. Biological method for the assessment of water quality, ASTM STP 528, American Society for Testing and Materials. p. 117-126.

Busvine, J.R. 1971. A critical review of techniques for testing insecticides. Common

Wealth Agricultural Boreoux. 345 hal. Chapman, D. 1992. Water quality assessment. A guide to use of biota, sediment and

water in environmental monitoring. Chapman & Hall. London. 585 hal.

Page 76: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

61

Chau, A.S.Y., B.K. Afghan and J.W. Robinson. 1982. Analisis of pesticides in water, Vol. I. CRC Press, Inc. Boca Raton, Florida.

Chinabut, S., C. Limsuwan dan P. Kitsawat. 1991. Histology of walking catfish, Clarias

batrachus. IDRC. Connel, D.W. and G.J. Miller. 1995. Kimia dan ekotoksikologi pencemaran. Penerbit

Univ. Indonesia, Jakarta. hal 331-341. Dick, P.T., dan D.G. Dixon. 1985. Cange in circulating blood cell levels of rainbow

trout, Salmo gairdneri Richardson, following acute and chronic exposure to copper. J. Fish. Biol. 26:475-481.

Durham, W.F. 1975. Toxicology dangerous properties of industrials. Van nosran

Reinhold. Co. New York. Edwards, C.A. 1976. Persistent pesticides in the environment. CRC Press. Ohio. 170

hal. Edwards, C.A. 1977. Nature and origins of pollution of aquatic systems by pesticides,

pp: 11-38. In Khan, M.A.Q. (Eds.) Pesticides in Aquatic Environments. Plenum Press, New York.

Effendi, H.I. 1979. Metode biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hal. Effendi, M.I. 1978. Biologi perikanan bagian I: Studi natural histori. Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor. 105 hal. Ekaputri, L.S. 2001. pola penyebaran spasial dan temporal bahan organik, logam berat

dan pestisida di perairan sungai Ciliwung. Disertasi Program Pascasarjana, Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB. 148 hal.

Ekha, I. 1993. Dilema pestisida tragedi revolusi hijau. Kanisius. Jakarta. El-Deen, M.A.S., dan W.A.. Rogers. 1992. Acute toxicity and some hematological

change in grass carp exposed to diquat. J. Aquatic Animal Health. 4:277-280. Fujaya, Y. 1999. Bahan Pengajaran Fisiologi Ikan. Jur. Perikanan Fak. Ilmu Kelautan

dan Perikanan, Univ. Hasanuddin. Ujung Pandang. Gill, T.S., J. Pande dan H. Tewari. 1991. Effect endosulfan on the blood and organ

chemistry of freshwater fish, Borbus conchonius Hemilton. Ecotox. Environ. Safety. 21:80-91.

Greve, P.A., dan S.L. Wit. 1979. Endosulfan in the Rhine river. J. Wat. Poll. Control

Fed. 43 (12): 2338-2348.

Page 77: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

62

Heath, A.G. 1987. Water pollution and fish physiology. CRC Ress Inc. Boca Raton, Florida. 245 hal.

Hellawel, J.M. 1986. Biological indicators of freshwater pollution and environmental

management. Elsevier Applied Science Publisher. London. Kadarsan, S. 1977. Pengaruh Samping Pestisida terhadap Hewan Vertebrata Bukan

Sasaran. Aspek Pestisida di Indonesia. Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor. Edisi Khusus No. 3: 401-418.

Kanazawa, J. 1981. Bioconcentration potential of pesticides by aquatic organisms.

Japan Pesticide Information. No. 39: 12-16. Koesoemadinata, S. 2000. Toksisitas akut insektisida endosulfan, klorpirifos, dan

klorfluazuron pada tiga jenis ikan air tawar dan udang galah. JPPI. 4(3-4): 36-43.

Koesoemadinata, S. 2003. Metode standar pengujian toksisitas pestisida terhadap ikan.

Komisi Pestisida. Dirjen Bina Sarana Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta . 75 hal.

Komisi Pestisida. 1983. Pedoman umum pengujian laboratorium toksisitas letal

pestisida pada ikan untuk keperluan pendaftaran. Departemen Pertanian. Jakarta. 18 hal.

Komisi Pestisida. 1990. Pedoman pengujian residu pestisida dalam hasil pertanian;

Pelaksanaan ketentuan batas maksimum residu pestisida. Direktoran Perlindungan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian RI.

Kusno, H. 1995. Pengantar toksikologi lingkungan. Dirjen Pendidikan Tinggi,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 133 hal. Lagler, K.F. , J.E. Bardach, R.R. Miller dan D.R. Passino. 1977. Ichtyology. John Willey

and Sons Inc. New York. 506 hal. Livingstone, R.J. 1977. Review of current literature concerning the accute and chronic

effect of pesticides on aquatic organism. CRC Crit. Rev. Environ. Control. Lodang, H. 1994. Gambaran penggunaan pestisida pada pertanian (Kasus di Kecamatan

Baraka, Kab. Enrekang). Lingkungan dan Pembangunan. Jurnal Pusat Studi Lingkungan Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia. Vol. 14(2): 89-98.

Lucky, Z. 1977. Method for the diagnosis of fish diseases. Amerind Publishing Co.

New York.

Page 78: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

63

Manahan, S.E. 1992. Toxicological chemistry (Second edition). Lewis Publishers Inc. Florida. 449 hal.

Mason, C.F. 1992. Biology of fresh water pollution. Long Man Inc. London. 250. hal. Mercier, M. 1991. Organochlorine pesticide. Pergamon Press. New York.237 hal. Montanes, J.F.C., and B.V. Hattum. 1995. Bioconcentration of chlorpyrifos by the

freshwater isopod, Asellus aquaticus (L). in outdoor experimental ditches. J. of Environmental Pollution 83: 137-146.

Moyle, P.B., dan J.J. Cech. 1988. Fishes and introduction to ichthyology. Prentice Hall,

Englewood Cliffs, New Jersey. 559 hal. Mulyani. 1973. Peraturan pestisida. Laporan Direktorat Perlindungan Tanaman, Jakarta.

6 hal. Nage l R., dan R. Loskill. 1991. Bioaccumulation in aquatic system; contribution to the

assessment. Prooceding of an International Workshop, Berlin. VCH Publishers Inc. New York. 238 hal.

National Research Council. 1983. Nutrient requirement of warm water animals.

National Academic of Sciencis, Washington D.C. 102 p. Nowak, B., dan Ahmad, N.J. 1989. Environ., Sci. Health B, (24): 97-109. Pong-Masak, P.R. 2003. Toksisitas akut, biokonsentrasi dan bioeliminasi serta waktu

paruh insektisida triklorfon pada udang windu, Penaeus monodon Fab. Tesis. Program Pascasarjana, IPB. Bogor. 68 hal.

Rand, G. M. and S.R. Petrocelli. 1985. Fundamentals of aquatic toxicology, Method and

Application. Hemisphere Publishing Coorporation, Woshington DC. 666 hal. Ricker, W.E. 1975. Computation and interpretation of biological statistic of fish

population. Ull. Fish. Res. Board Can, No. 119-382 hal. Robert, R.J. 1978. Fish pathology. Iowa State University Press. Ames, Iowa. hal 3-10. Robinson, J. 1973. Dynamic of pesticides residues in the enviroment. Dalam C.A.

Edwards (ed). Environmental Pollution by Pesticides. Plenum. Press, London. 459 hal.

Sastroutomo, S. 1992. Pestisida, dasar-dasar dan dampak penggunaannya. Gramedia,

Jakarta.

Page 79: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

64

Schimmel, S.C., J.M. Patrick, Jr. dan A.J. Wilson, Jr. 1977. Acute toxicity and bioconcentration of endosulfan by estuarine animals. In F.L. Mayer dan J.L. Hamelink Eds. “Aquatic toxicology and hazard evaluation”. American Society for Testing and Materials: 241-235.

Schmittou, H.R. 1991. Budidaya ka ramba, suatu metode ikan di Indonesia. Auburn

University. Schoettger, R.A. 1970. Aquatic toxicology of thiodan in saveral fish and aquatic

invertebrates. United Astates Development of the Interior Fish and Wildlife Service, Bureau of Sport Fisheries and W ildlife. Woshington D.C. 31 hal.

Singh, B.B. dan A.S. Narain. 1982. Acute toxicity of thiodan to catfish (Heteropneustes

fossilis). Bull. Environm. Contam. Toxicol. Vol. 28: 122-127. Sitting, M. 1980. Endosulfan. Manufactor and toxic materials control encyclopedia.

Noyes dat Crops. USA. Snieszko, S.F., J.E. Camper, F.J. Howard dan L.L. Pettijohn. 1974. The effect of

enviromental stress on outbreak of infection disease of fish. J. Fish. Biol. (6):197-208.

Steel, R.G.D., dan J.H. Torrie. 1989. Prinsip da n prosedur statistika suatu pendekatan

biometrik. PT. Gramedia, Jakarta. 748 hal. Sulaksono, I.C. 2001. Kajian jenis dan tingkat residu insektisida serta pengaruhnya

terhadap komunitas makrozoobentos di sentra produksi padi Pantai Utara Jawa Barat. Tesis . Program Pascasarjana, IPB. Bogor. 98 hal.

Sutrisno, S. Koesoemadinata dan O. Praseno. 2002. Toksisitas dan tingkat absorpsi

insektisida endosulfan dan klorpirifos pada ikan nila (Oreochromis niloticus) di laboratorium. JPPI. Vol. 8, No. 5.

Tarumingkeng, R.C. 1992. Insektisida: sifat, mekanisme kerja dan dampak

penggunaannya. Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta.235 hal. Taufik, I., S. Koesoemadinata, Sutrisno dan A. Nugraha. 2003. Tingkat akunmulasi

residu pestisida pertanian di perairan tambak. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Vol. 9 (4): 53-61.

Toledo, M.C.F., dan C.M. Jonsson. 1992. Bioaccumulation and elimination of

endosulfan in zebra fish, Branchydanio rerio. Pesticide Science Vol 36: 207-211.

UNEP, ILO, dan WHO. 1992. Endosulfan 40. WHO. Geneva.

Page 80: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

65

Wallace, K.B. 1982. Specie -selective toxicity of organophosphorus insecticides: A pharmacodynamic phonomenon. In Organophosphates, Chemistry, Fate and Effect. Academic Press, New York. hal 79-105.

Waren, C.E. 1971. Biologi and water pollution central. W.D. Sounders. Co. Philadelpia. Yudha, I.G. 1999. Toksisitas akut dan pengaruh subletal endosulfan terhadap

pertumbuhan dan kondisi hematologis ikan lele dumbo (Clarian gariepinus). Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 60 hal.

Page 81: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

66

Lampiran 1.

Prosedur analisis residu insektisida endosulfan pada sample air.

Contoh air (200 ml)

Masukkan dalam corong pemisah 500 ml

+ 30 ml n-heksan p.a

Kocok kuat-kuat (stirrer ± 1')

Air (bawah) n-heksan (atas) + 30 ml n-heksan Kocok kuat-kuat (stirrer ± 1') Aqueous (bawah) n-heksan (atas) Buang Labu bundar 250 ml Rotary evaporator, 50oC sampai ± 1 ml Kolom Sodium Sulfat anhidrat; 5 cm Tabung uji + pelarut aceton hingga volume 10 ml

Siap ke GC atau tahap derivatisasi

Page 82: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

67

Lampiran 2.

Prosedur analisis residu insektisida endosulfan pada sample daging ikan

10 g contoh (sudah halus)

Homogeneser 30', 100 rpm + pelarut aceton p.a 50 ml

Disaring ke dalam labu bundar

Rotary evaporator, 40-50oC hingga kering

+ 30 ml n-heksan p.a

Corong pisah 150 ml

+ 30 ml asetonitril p.a

Kocok kuat -kuat (stirrer ± 1')

n-heksan (atas) asetonitril (bawah) + 30 ml asetonitril p.a kocok kuat-kuat (stirrer ± 1')

Labu bundar 300 ml n-heksan (atas) Asetonitril (bawah) Rotary evaporator, 60-70oC hingga kering + 30 ml n-heksan p.a Buang

Kolom florisil 5 g (setelah diaktivasi 5 jam, 120oC) Bilas dgn 50 ml n-heksan + aceton ( 9:1) Rotary evaporator

Masukkan dalam tabung uji dengan pelarut aceton p.a hingga volume 10 ml

Siap ke GC atau tahap derivatisasi

Page 83: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

68

Lampiran 3. Mortalitas ikan mas (ekor) pada uji pendahuluan setelah waktu pemaparan (jam) Bahan uji : Akodan 35 EC Hewan uji : Ikan mas

Tanggal : 31 Mei 2004 Bobot rata-rata : 0,81 g Bahan aktif : Endosulfan Panjang rata-rata : 3,65 cm Konsentrasi : 350.000 mg/l Jumlah : 10 ekor/10 liter Stok larutan : 100 mg/l Sumber : Inris Cijeruk

Waktu Pemaparan (jam) Konsentrasi (µg/l)

Nomor Wadah 0 24 48

101 0 0 0 201 0 0 0

0,00

301 0 0 0

102 0 0 0 202 0 0 0

0, 10

302 0 0 0

103 0 0 0 203 0 0 0

1,00

303 0 0 0

104 0 10 10 204 0 10 10

10,00

304 0 10 10 Konsentrasi ambang bawah (LC0-48 jam) : 1,0 µg/l

Konsentrasi ambang atas (LC100-24 jam) : 10,0 µg/l

Berdasarkan persamaan

log (N/n) = k log (a/n) ……………………………… (1)

a/n = b/a = c/b = d/c = e/d = f/e = g/f = N/g ………… (2)

maka deret konsentrasi pada uji lanjutan (devinitife test) yang besarnya antara ambang

bawah (1,0 µg/l) dan ambang atas (10 µg/l) adalah: 0; 1,4; 1,9; 2,7; 3,7; 5,2 dan 7,2

µg/l.

Page 84: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

69

Lampiran 4. Motalitas ikan mas (ekor) pada uji lanjutan (definitife test) untuk setiap konsentrasi perlakuan (µg/l) setelah waktu pemaparan (jam).

Bahan uji : Akodan 35 EC Hewan uji : Ikan mas

Tanggal : 14 Juni 2004 Bobot rata-rata : 0,81 g Bahan aktif : Endosulfan Panjang rata-rata : 3,65 cm Konsentrasi : 350.000 mg/l Jumlah : 10 ekor/10 liter Stok larutan : 100 mg/l Sumber : Inris Cijeruk

Waktu Pemaparan (jam) Konsentrasi (µg/l)

Nomor Wadah 0 24 48 72 96

101 0 0 0 0 0 201 0 0 0 0 0

0

301 0 0 0 0 0

102 0 0 1 1 2 202 0 0 0 0 1

1,4

302 0 0 0 0 2

103 0 0 1 2 3 203 0 0 1 2 5

1,9

303 0 0 1 2 4

104 0 1 2 3 4 204 0 1 2 3 5

2,7

304 0 1 2 3 4

105 0 3 6 6 6 205 0 2 4 6 7

3,7

305 0 4 6 7 7

106 0 4 6 8 9 206 0 5 7 8 9

5,2

306 0 5 7 8 9

107 0 6 9 10 10 207 0 8 10 10 10

7,2

307 0 7 10 10 10

Page 85: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

70

Lampiran 5. Analisis probit (Wallace, 1982) untuk menentukan nilai LC50-24 jam insektisida endosulfan terhadap ikan mas. Konsentrasi

(µµg/l) Jumlah ikan yang

di uji (ekor) Jumlah ikan yang

mati (ekor) Log X Probit Y

1,4 1,9 2,7 3,7 5,2 7,2

30 30 30 30 30 30

0 0 3 9

14 21

1,146 1,278 1,431 1,568 1,716 1,857

1,601 1,601 3,719 4,477 4,916 5,525

Prakiraan garis probit: Y = -5,468 + 6,073 X Chi2 (DF = 4; CL = 95%) = 9,456 Chi2 hitung = 8,278 Nilai nominal LC50 = 5,291 Limit kepercayaan 95% = 4,789 – 5,835 Lampiran 6. Analisis probit (Wallace, 1982) untuk menentukan nilai LC50-48 jam insektisida endosulfan terhadap ikan mas. Konsentrasi

(µµg/l) Jumlah ikan yang

di uji (ekor) Jumlah ikan yang

mati (ekor) Log X Probit Y

1,4 1,9 2,7 3,7 5,2 7,2

30 30 30 30 30 30

1 3 6

16 20 29

1,146 1,278 1,431 1,568 1,716 1,857

3,680 3,719 4,159 5,084 5,431 6,835

Prakiraan garis probit: Y = -1,728 = 4,365 X Chi2 (DF = 4; CL = 95%) = 9,456 Chi2 hitung = 5,253 Nilai nominal LC50 = 3,478 Limit kepercayaan 95% = 3,094 – 3,908

Page 86: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

71

Lampiran 7. Analisis probit (Wallace, 1982) untuk menentukan nilai LC50-72 jam insektisida endosulfan terhadap ikan mas. Konsentrasi

(µµg/l) Jumlah ikan yang

di uji (ekor) Jumlah ikan yang

mati (ekor) Log X Probit Y

1,4 1,9 2,7 3,7 5,2 7,2

30 30 30 30 30 30

1 6 9

19 24 30

1,146 1,278 1,431 1,568 1,716 1,857

3,680 4,159 4,477 5,340 5,842 8,500

Prakiraan garis probit: Y = -3,657 + 5,995 X Chi2 (DF = 4; CL = 95%) = 9,456 Chi2 hitung = 20,849 Nilai nominal LC50 = 2,780 Limit kepercayaan 95% = 2,587 – 2,987 Lampiran 8. Analisis probit (Wallace, 1982) untuk menentukan nilai LC50-96 jam insektisida endosulfan terhadap ikan mas. Konsentrasi

(µµg/l) Jumlah ikan yang

di uji (ekor) Jumlah ikan yang

mati (ekor) Log X Probit Y

1,4 1,9 2,7 3,7 5,2 7,2

30 30 30 30 30 30

5 12 13 20 27 30

1,146 1,278 1,431 1,568 1,716 1,857

4,034 4,748 4,833 5,431 6,283 8,500

Prakiraan garis probit: Y = -2,607 + 5,498 X Chi2 (DF = 4; CL = 95%) = 9,456 Chi2 hitung = 2,924 Nilai nominal LC50 = 2,418 Limit kepercayaan 95% = 2,206 – 2,652

Page 87: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

72

Lampiran 9. Analisis statistik terhadap laju penyerapan (Ku) dan biokonsentrasi faktor (BCF) insektisida endosulfan ke dalam tubuh ikan mas pada berbagai konsentrasi perlakuan. ANOVA

Sumbe r keragaman

Jumlah kwadrat

db

Kwadrat tengah

F

P

KU Perlakuan .281 2 .141 551.823 .000 Acak 2.294E-03 9 2.549E-04 Total .284 11

BCF Perlakuan 33.336 2 16.668 580.689 .000Acak .258 9 2.870E-02Total 33.594 11

Uji Tu key

Selang kepercayaan 95%

Variabel

(I)

Perlakuan

(J)

Perlakuan

Selisih rata-rata

(I-J)

Standar

kesalahan

P

Batas bawah Batas atas

KU .240 .720 7.6500E-02* 1.1290E-02 .000 4.4977E-02 .10802 1.200 .35625* 1.1290E-02 .000 .32473 .38777 .720 .240 -7.65000E-02* 1.1290E-02 .000 -.10802 -4.49771E-02 1.200 .27975* 1.1290E-02 .000 .24823 .31127 1.200 .240 -.35625* 1.1290E-02 .000 -.38777 -.32473 .720 -.27975* 1.1290E-02 .000 -.31127 -.24823

BCF .240 .720 .82900* .11980 .000 .49452 1.16348 1.200 3.87650* .11980 .000 3.54202 4.21098

.720 .240 -.82900* .11980 .000 -1.16348 -.494521.200 3.04750* .11980 .000 2.71302 3.38198

1.200 .240 -3.87650* .11980 .000 -4.21098 -3.54202.720 -3.04750* .11980 .000 -3.38198 -2.71302

* Nilai selisih rata-rata berbeda nyata pada P<0,05. Ku

Nilai Ku rata-rata*

Perlakuan

(µµg/l)

N 1 2 3

1.200 4 .43150 .720 4 .71125 .240 4 .78775 Sig. 1.000 1.000 1.000

* Angka rata-rata dalam kolom yang sama men unjukkan tidak beda nyata (P>0,05). BCF

Nilai BCF rata-rata*

Perlakuan

(µµg/l)

N 1 2 3

1.200 4 4.69000 .720 4 7.73750 .240 4 8.56650 Sig. 1.000 1.000 1.000

* Angka rata-rata dalam kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata (P>0,05).

Page 88: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

73

Lampiran 10. Bobot biomas ikan mas (g) yang dipaparkan dengan berbagai konsentrasi bioakumulasi insektisida endosulfan selama 12 minggu.

Bio-akumulasi

Sampling Minggu ke-

(µg/kg)

Ulangan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

0.00 1 18.8 23.6 24.0 28.5 30.3 33.9 36.2 44.5 52.6 56.4 62.0 68.3 77.6

2 18.2 24.1 26.5 27.3 28.3 30.8 33.1 37.9 42.2 47.8 54.3 63.9 72.7

3 18.2 22.7 22.8 24.8 26.3 31.4 34.5 38.7 43.7 48.8 58.2 65.6 70.1

Rataan 18.40 23.47 24.43 26.87 28.30 32.03 34.60 40.37 46.17 51.00 58.17 65.93 73.47

St. dev. 0.35 0.71 1.89 1.89 2.00 1.64 1.55 3.60 5.62 4.70 3.85 2.22 3.81

2.04 1 18.6 21.4 23.9 27.0 28.3 31.8 35.7 42.3 48.4 52.8 58.1 64.6 72.3 2 18.5 20.8 23.8 27.2 28.4 30.0 33.7 41.1 46.5 51.6 57.3 61.1 68.3

3 18.2 21.1 23.8 25.2 26.6 28.9 30.7 34.5 38.6 46.3 52.8 59.5 67.7

Rataan 18.43 21.10 23.83 26.47 27.77 30.23 33.37 39.30 44.50 50.23 56.07 61.73 69.43

St. dev. 0.21 0.30 0.06 1.10 1.01 1.46 2.52 4.20 5.20 3.46 2.86 2.61 2.50

3.58 1 18.5 21.0 21.9 22.6 23.0 25.7 28.8 31.7 34.5 38.9 46.4 53.9 58.4

2 18.2 21.8 23.5 23.9 24.6 29.6 32.5 35.1 36.2 44.8 50.4 54.0 60.6 3 18.5 22.2 23.0 23.7 24.9 28.1 31.6 34.1 36.4 42.2 46.2 48.8 51.5

Rataan 18.40 21.67 22.80 23.40 24.17 27.80 30.97 33.63 35.70 41.97 47.67 52.23 56.83

St. dev. 0.17 0.61 0.82 0.70 1.02 1.97 1.93 1.75 1.04 2.96 2.37 2.97 4.75

4.24 1 18.7 22.0 22.6 23.9 25.1 28.4 32.7 34.6 36.8 41.6 66.5 51.9 58.4

2 18.4 21.8 23.1 24.0 24.5 27.4 29.3 30.7 32.1 36.2 40.6 47.1 53.7

3 18.2 21.7 23.1 24.1 24.6 26.3 31.7 32.1 34.0 36.5 41.4 45.3 51.5 Rataan 18.43 21.83 22.93 24.00 24.73 27.37 31.23 32.47 34.30 38.10 49.50 48.10 54.53

St. dev. 0.25 0.15 0.29 0.10 0.32 1.05 1.75 1.98 2.36 3.03 14.73 3.41 26.08

Page 89: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

74

Lampiran 11. Bobot biomas ikan mas (g) yang dipaparkan dengan berbagai konsentrasi bioakumulasi insektisida endosulfan selama 12 minggu (transformasi logaritma natural). .

Bio- konsentrasi

Sampling Minggu ke-

(µg/kg)

Ulangan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

0.00 1 2.934 3.161 3.178 3.350 3.411 3.523 3.589 3.795 3.963 4.032 4.127 4.224 4.352

2 2.901 3.182 3.277 3.307 3.343 3.428 3.500 3.635 3.742 3.867 3.995 4.157 4.286

3 2.901 3.122 3.127 3.211 3.270 3.447 3.541 3.656 3.777 3.888 4.064 4.184 4.250

Rataan 2.912 3.155 3.194 3.289 3.341 3.466 3.543 3.695 3.827 3.929 4.062 4.188 4.296

St. dev. 0.019 0.030 0.076 0.071 0.071 0.051 0.045 0.087 0.118 0.090 0.066 0.034 0.051

2.02 1 2.923 3.063 3.174 3.296 3.343 3.459 3.575 3.745 3.879 3.967 4.062 4.168 4.281 2 2.918 3.035 3.170 3.303 3.346 3.401 3.517 3.745 3.839 3.944 4.048 4.113 4.224

3 2.901 3.049 3.170 3.227 3.281 3.364 3.424 3.541 3.653 3.835 3.967 4.086 4.215

Rataan 2.914 3.049 3.171 3.275 3.323 3.408 3.506 3.677 3.791 3.915 4.026 4.122 4.240

St. dev. 0.011 0.014 0.002 0.042 0.037 0.048 0.076 0.118 0.121 0.070 0.052 0.042 0.036

3.58 1 2.918 3.045 3.086 3.118 3.135 3.246 3.360 3.456 3.541 3.661 3.837 3.987 4.067 2 2.901 3.082 3.157 3.174 3.203 3.388 3.481 3.558 3.589 3.802 3.920 3.989 4.104

3 2.918 3.100 3.135 3.165 3.215 3.336 3.453 3.529 3.595 3.742 3.833 3.888 3.942 Rataan 2.912 3.076 3.126 3.152 3.184 3.323 3.432 3.515 3.575 3.735 3.863 3.955 4.038

St. dev. 0.009 0.028 0.036 0.030 0.043 0.071 0.063 0.053 0.029 0.071 0.049 0.058 0.085

4.24 1 2.929 3.091 3.118 3.174 3.223 3.346 3.487 3.544 3.605 3.728 4.197 3.949 4.067

2 2.912 3.082 3.140 3.178 3.199 3.311 3.378 3.424 3.469 3.589 3.704 3.852 3.983

3 2.901 3.077 3.140 3.182 3.203 3.270 3.456 3.469 3.526 3.597 3.723 3.813 3.942

Rataan 2.914 3.083 3.133 3.178 3.208 3.309 3.440 3.479 3.534 3.638 3.875 3.872 3.997

St. dev. 0.014 0.007 0.013 0.004 0.013 0.038 0.057 0.060 0.069 0.078 0.279 0.070 1.666

Page 90: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

75

Lampiran 12. Bobot ikan mas (g/ekor) yang dipaparkan dengan berbagai konsentrasi bioakumulasi insektisida endosulfan selama 12 minggu.

Bio- akumulasi

Sampling Minggu ke-

(µg/kg)

Ulangan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

0.00 1 0.940 1.180 1.200 1.425 1.515 1.695 1.810 2.225 2.630 2.820 3.100 3.415 3.880

2 0.910 1.205 1.325 1.365 1.415 1.540 1.655 1.895 2.110 2.390 2.715 3.195 3.635

3 0.910 1.135 1.140 1.240 1.315 1.570 1.725 1.935 2.185 2.440 2.910 3.280 3.505

Rataan 0.920 1.173 1.222 1.343 1.415 1.602 1.874 2.018 2.308 2.550 2.908 3.297 3.673

St. dev. 0.017 0.035 0.094 0.094 0.100 0.082 0.078 0.180 0.281 0.235 0.193 0.111 0.190

2.04 1 0.930 1.070 1.195 1.350 1.415 1.590 1.785 2.115 2.420 2.640 2.905 3.230 3.615 2 0.925 1.040 1.190 1.360 1.420 1.500 1.685 2.055 2.325 2.580 2.865 3.055 3.415

3 0.910 1.055 1.190 1.260 1.330 1.445 1.535 1.725 1.930 2.315 2.640 2.975 3.385

Rataan 0.922 1.055 1.192 1.323 1.388 1.512 1.668 1.965 2.225 2.512 2.803 3.087 3.472

St. dev. 0.010 0.015 0.003 0.055 0.051 0.073 0.126 0.210 0.260 0.173 0.143 0.130 0.125

3.58 1 0.925 1.050 1.095 1.130 1.150 1.285 1.440 1.585 1.725 1.945 2.320 2.695 2.920 2 0.910 1.090 1.175 1.195 1.230 1.480 1.625 1.755 1.810 2.240 2.520 2.700 3.030

3 0.925 1.110 1.150 1.185 1.245 1.405 1.580 1.705 1.820 2.110 2.310 2.440 2.575 Rataan 0.920 1.083 1.140 1.170 1.208 1.390 1.548 1.682 1.785 2.098 2.383 2.612 2.842

St. dev 0.009 0.031 0.041 0.035 0.051 0.098 0.096 0.087 0.052 0.148 0.118 0.149 0.237

4.24 1 0.935 1.100 1.130 1.195 1.255 1.420 1.635 1.730 1.840 2.080 2.325 2.595 2.920

2 0.920 1.090 1.155 1.200 1.225 1.370 1.465 1.535 1.605 1.810 2.030 2.355 2.685

3 0.910 1.085 1.155 1.205 1.230 1.315 1.585 1.605 1.700 1.825 2.070 2.265 2.575

Rataan 0.922 1.092 1.147 1.200 1.237 1.368 1.562 1.623 1.715 1.905 2.142 2.405 2.727

St. dev 0.013 0.008 0.014 0.005 0.016 0.053 0.087 0.099 0.118 0.152 0.160 0.171 0.176

Page 91: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

76

Lampiran 13. Bobot ikan mas (g/ekor) yang dipaparkan dengan berbagai konsentrasi bioakumulasi insektisida endosulfan selama 12 minggu (transformasi logaritma natural)

Bio- konsentrasi

Sampling Minggu ke-

(µg/kg)

Ulangan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

0.00 1 -0.062 0.165 0.182 0.354 0.415 0.528 0.593 0.800 0.967 1.037 1.131 1.228 1.356

2 -0.094 0.186 0.281 0.311 0.347 0.432 0.504 0.639 0.747 0.871 0.999 1.162 1.291

3 -0.094 0.127 0.131 0.215 0.274 0.451 0.545 0.660 0.782 0.892 1.068 1.188 1.254

Rataan -0.083 0.159 0.198 0.293 0.345 0.470 0.624 0.700 0.832 0.933 1.066 1.193 1.300

St. dev. 0.019 0.030 0.076 0.071 0.071 0.051 0.045 0.088 0.118 0.090 0.066 0.033 0.052

2.04 1 -0.073 0.068 0.178 0.300 0.347 0.464 0.579 0.749 0.884 0.971 1.066 1.174 1.285 2 -0.078 0.039 0.174 0.307 0.351 0.405 0.522 0.720 0.844 0.948 1.053 1.117 1.228

3 -0.094 0.053 0.174 0.231 0.285 0.368 0.428 0.545 0.657 0.839 0.971 1.090 1.219

Rataan -0.082 0.053 0.175 0.279 0.328 0.412 0.510 0.671 0.795 0.919 1.030 1.127 1.244

St. dev. 0.011 0.015 0.002 0.042 0.037 0.048 0.076 0.110 0.121 0.071 0.052 0.043 0.036

3.58 1 -0.078 0.049 0.091 0.122 0.140 0.251 0.365 0.461 0.545 0.665 0.842 0.991 1.072 2 -0.094 0.086 0.161 0.178 0.207 0.392 0.486 0.562 0.593 0.806 0.924 0.993 1.109

3 -0.078 0.104 0.140 0.170 0.219 0.340 0.457 0.534 0.599 0.747 0.837 0.892 0.946 Rataan -0.083 0.080 0.131 0.157 0.189 0.328 0.436 0.519 0.579 0.739 0.868 0.959 1.042

St. dev. 0.009 0.028 0.036 0.030 0.043 0.071 0.063 0.053 0.029 0.071 0.049 0.058 0.085

4.24 1 -0.067 0.095 0.122 0.178 0.227 0.351 0.492 0.548 0.610 0.732 0.844 0.954 1.072

2 -0.083 0.086 0.144 0.182 0.227 0.315 0.382 0.429 0.473 0.593 0.708 0.857 0.988

3 -0.094 0.082 0.144 0.186 0.207 0.274 0.461 0.473 0.531 0.602 0.728 0.818 0.946

Rataan -0.082 0.088 0.137 0.182 0.220 0.313 0.445 0.483 0.538 0.642 0.760 0.876 1.002

St. dev. 0.014 0.007 0.013 0.004 0.012 0.038 0.057 0.060 0.069 0.078 0.073 0.070 0.064

Page 92: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

77

Lampiran 14. Laju pertumbuhan individu harian (%) ikan mas yang dipaparkan dengan berbagai konsentrasi bioakumulasi insektisida endosulfan pada setiap periode pemaparan (bulan)

Bulan I Bulan II Bulan III Bio- akumulasi

(µg/kg)

Ulangan Wo (g) Wt (g) SGR (%) Wt (g) SGR (%) Wt (g) SGR (%)

0.00 1 0.940 1.515 1.70 2.630 1.84 3.880 1.69 2 0.910 1.415 1.58 2.110 1.50 3.635 1.65 3 0.910 1.315 1.31 2.185 1.56 3.505 1.61 Rataan 0.920 1.415 1.530 2.308 1.633 3.673 1.650 St. dev. 0.017 0.100 0.20 0.281 0.18 0.190 0.04

2.04 1 0.930 1.415 1.50 2.420 1.71 3.615 1.62 2 0.925 1.420 1.53 2.325 1.65 3.415 1.55 3 0.910 1.330 1.35 1.930 1.34 3.385 1.56 Rataan 0.922 1.388 1.460 2.225 1.567 3.472 1.577 St. dev. 0.010 0.051 0.10 0.260 0.20 0.125 0.04

3.58 1 0.925 1.150 0.78 1.725 1.11 2.920 1.37 2 0.910 1.230 1.08 1.810 1.23 3.030 1.43 3 0.925 1.245 1.06 1.820 1.21 2.575 1.22 Rataan 0.920 1.208 0.973 1.785 1.183 2.842 1.340 St. dev. 0.009 0.051 0.17 0.052 0.06 0.237 0.11

4.24 1 0.935 1.255 0.94 1.840 1.21 2.920 1.36 2 0.920 1.225 1.11 1.605 0.99 2.685 1.28 3 0.910 1.230 1.06 1.700 1.11 2.575 1.24 Rataan 0.922 1.237 1.037 1.715 1.103 2.727 1.293 St. dev. 0.013 0.016 0.09 0.118 0.11 0.176 0.06

Page 93: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

78

Lampiran 15. Data efisiensi pakan (FE) ikan mas yang dipaparkan dengan berbagai konsentrasi bioakumulasi insektisida endosulfan selama 12 minggu pemaparan Bioakumulasi Ulangan Wo Wt Pakan Efisiensi Pakan

(µg/kg) (g) (g) (g) (%) 0.00 1 18.8 77.6 117.01 50.25

2 18.2 72.7 92.3 59.05 3 18.2 70.1 104.95 49.45 Rataan 18.40 73.47 104.75 52.92 Std. dev. 0.35 3.81 12.36 5.33

2.04 1 18.6 72.3 100.03 53.68 2 18.5 68.3 100.25 49.68 3 18.2 67.7 81.17 60.10 Rataan 18.43 69.43 93.82 54.49 Std. dev. 0.21 2.50 10.95 5.26

3.58 1 18.5 58.4 97.54 40.91 2 18.2 60.6 92.34 45.92 3 18.5 51.5 67.90 48.60 Rataan 18.40 56.83 85.93 45.14 Std. dev. 0.17 4.75 15.83 3.90

4.24 1 18.7 58.4 87.76 45.24 2 18.4 53.7 79.34 44.49 3 18.2 51.5 71.43 46.62 Rataan 18.43 54.53 79.51 45.45

Std. dev. 0.25 3.52 8.17 1.08

Page 94: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

79

Lampiran 16. Analisis statistik terhadap laju pertumbuhan individu harian (SGR) dan efisiensi pakan (FE) ikan mas setelah pemaparan 12 minggu. ANOVA

Sumber keragaman Jumlah kwadrat db Kwadrat tengah F P SGR Perlakuan .275 3 9.179E-02 19.882 .000

Acak 3.693E-02 8 4.617E-03 Total .312 11

FE Perlakuan 215.509 3 71.836 3.967 .053 Acak 144.866 8 18.108 Total 360.375 11

Uji Tukey

Selang kepercayaan 95%

Variabel

(I)

Bio-akumulasi

(J)

Bio- akumulasi

Selisih rata-rata

(I-J)

Standar

kesalahan

P

Batas bawah Batas atas

SGR .00 2.04 7.333E-02 5.548E-02 .576 -.1043 .2510 3.58 .3100* 5.548E-02 .002 .1323 .4877 4.24 .3567* 5.548E-02 .001 .1790 .5343 2.04 .00 -7.3333E-02 5.548E-02 .576 -.2510 .1043 3.58 .2367* 5.548E-02 .012 5.900E-02 .4143 4.24 .2833* 5.548E-02 .004 .1057 .4610 3.58 .00 -.3100* 5.548E-02 .002 -.4877 -.1323 2.04 -.2367* 5.548E-02 .012 -.4143 -5.9005E-02 4.24 4.667E-02 5.548E-02 .834 -.1310 .2243 4.24 .00 -.3567* 5.548E-02 .001 -.5343 -.1790 2.04 -.2833* 5.548E-02 .004 -.4610 -.1057 3.58 -4.6667E-02 5.548E-02 .834 -.2243 .1310

FE .00 2.04 -1.5700 3.4745 .967 -12.6967 9.55673.58 7.7633 3.4745 .194 -3.3634 18.89014.24 7.4667 3.4745 .217 -3.6601 18.5934

2.04 .00 1.5700 3.4745 .967 -9.5567 12.69673.58 9.3333 3.4745 .104 -1.7934 20.46014.24 9.0367 3.4745 .117 -2.0901 20.1634

3.58 .00 -7.7633 3.4745 .194 -18.8901 3.36342.04 -9.3333 3.4745 .104 -20.4601 1.79344.24 -.2967 3.4745 1.000 -11.4234 10.8301

4.24 .00 -7.4667 3.4745 .217 -18.5934 3.66012.04 -9.0367 3.4745 .117 -20.1634 2.09013.58 .2967 3.4745 1.000 -10.8301 11.4234

* Nilai selisih rata-rata berbeda nyata pada P<0,05 SGR

Nilai SGR rata-rata*

Bioakumulasi

(µµg/kg)

N 1 2

4.24 3 1.2933 3.58 3 1.3400 2.04 3 1.5767 .00 3 1.6500

Sig. .834 .576* Angka rata-rata dalam kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata (P>0,05)

Page 95: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

80

Lanjutan FE

Nilai FE rata-rata*

Bioakumulasi

(µµg/kg)

N 1

3.58 3 45.1533 4.24 3 45.4500 .00 3 52.9167

2.04 3 54.4867 Sig. .104

* Angka rata-rata dalam kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata (P>0,05)

Lampiran 17. Kadar hematokrit (Ht), hemoglobin (Hb), eritrosit dan leukosit ikan mas yang dipaparkan dengan berbagai konsentrasi bioakumulasi insektisida endosulfan selama 12 minggu.

Hematokrit (%) Hemoglobin (g/100ml) Eritrosit (103 sel/mm3) Leukosit (sel/mm3) No.

A B C D A B C D A B C D A B C D

1 20.58 12.31 17.50 21.53 3.2 3.2 3.0 8.2 2,910 630 380 550 13,900 21,450 6,500 3,350

2 9.3 21.54 19.19 24.46 3.1 2.3 4.1 8.0 1,180 820 410 590 8,650 12,300 11,150 6,550

3 11.21 26.15 24.26 24.62 7.1 3.0 7.8 6.0 890 670 560 310 10,300 11,350 5,650 5,250

4 18.31 18.50 20.65 22.72 5.6 3.8 7.5 8.4 1,800 720 320 800 12,350 18,550 9,300 8,450

5 12.25 19.32 18.46 21.96 4.7 2.2 4.5 8.0 2,270 690 310 420 11,300 12,450 6,200 7,100

6 15.45 22.46 19.93 19.86 5.2 2.5 6.3 7.6 1,430 710 440 330 9,150 14,150 7,750 3,250

Rataan 14.52 20.05 20.00 22.53 4.82 2.83 5.53 7.70 1,746.7 706.7 403.3 500.0 10,942 15,042 7,758 5,658

St.dev 4.37 4.65 2.36 1.82 1.52 0.62 1.96 0.87 746.37 64.1 91.8 185.5 1987 4050 2114 2096

Keterangan: A : Kontrol B : Konsentrasi bioakumulasi 2,04 µg/kg C : Konsentrasi bioakumulasi 3,58 µg/kg

D : Konsentrasi bioakumulasi 4,24 µg/lkg

Page 96: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

81

Lampiran 18. Analisis statistik terhadap data hematologis (hematokrit, hemoglobin, eritrosit, leukosit) ikan mas setelah pemaparan 12 minggu. ANOVA

Sumber keragaman

Jumlah kwadrat

db

Kwadrat tengah F

P

Hematokrit Perlakuan 205.937 3 68.646 5.540 .006 Acak 247.826 20 12.391 Total 453.764 23

Hemoglobin Perlauan 72.645 3 24.215 13.307 .000 Acak 36.395 20 1.820 Total 109.040 23

Eritrosit Perlakuan 6876583.333 3 2292194.444 15.180 .000 Acak 3020000.000 20 151000.000 Total 9896583.333 23

Leukosit Perlakuan 300541666.667 3 100180555.556 13.717 .000 Acak 146068333.333 20 7303416.667

Total 446610000.000 23

Page 97: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

82

Lanjutan Uji Tukey

Selang kepercayaan 95%

Variabel

(I)

Bioakumulasi

(J)

Bioakumulasi

Selisih rata-rata

(I-J)

Standar

kesalahan

P Batas bawah Batas atas

Ht .00 2.04 -5.5300 2.0323 .059 -11.2185 .1585

3.58 -5.4817 2.0323 .061 -11.1702 .20684.24 -8.0083 2.0323 .004 -13.6968 -2.3198

2.04 .00 5.5300 2.0323 .059 -.1585 11.21853.58 4.833E-02 2.0323 1.000 -5.6402 5.73684.24 -2.4783 2.0323 .622 -8.1668 3.2102

3.58 .00 5.4817 2.0323 .061 -.2068 11.17022.04 -4.8333E-02 2.0323 1.000 -5.7368 5.64024.24 -2.5267 2.0323 .608 -8.2152 3.1618

4.24 .00 8.0083 2.0323 .004 2.3198 13.69682.04 2.4783 2.0323 .622 -3.2102 8.16683.58 2.5267 2.0323 .608 -3.1618 8.2152

Hb .00 2.04 1.9833 .7788 .083 -.1966 4.16333.58 -.7167 .7788 .794 -2.8966 1.46334.24 -2.8833 .7788 .007 -5.0633 -.7034

2.04 .00 -1.9833 .7788 .083 -4.1633 .19663.58 -2.7000 .7788 .012 -4.8799 -.52014.24 -4.8667 .7788 .000 -7.0466 -2.6867

3.58 .00 .7167 .7788 .794 -1.4633 2.89662.04 2.7000 .7788 .012 .5201 4.87994.24 -2.1667 .7788 .052 -4.3466 1.327E-02

4.24 .00 2.8833 .7788 .007 .7034 5.06332.04 4.8667 .7788 .000 2.6867 7.04663.58 2.1667 .7788 .052 -1.3269E-02 4.3466

Eritrosit .00 2.04 1040.0000 224.3509 .001 412.0483 1667.95173.58 1343.3333 224.3509 .000 715.3817 1971.28504.24 1246.6667 224.3509 .000 618.7150 1874.6183

2.04 .00 -1040.0000 224.3509 .001 -1667.9517 -412.04833.58 303.3333 224.3509 .542 -324.6183 931.28504.24 206.6667 224.3509 .794 -421.2850 834.6183

3.58 .00 -1343.3333 224.3509 .000 -1971.2850 -715.38172.04 -303.3333 224.3509 .542 -931.2850 324.61834.24 -96.6667 224.3509 .972 -724.6183 531.2850

4.24 .00 -1246.6667 224.3509 .000 -1874.6183 -618.71502.04 -206.6667 224.3509 .794 -834.6183 421.28503.58 96.6667 224.3509 .972 -531.2850 724.6183

Leukosit .00 2.04 -4100.0000 1560.2795 .071 -8467.1769 267.17693.58 3183.3333 1560.2795 .207 -1183.8436 7550.51024.24 5283.3333 1560.2795 .014 916.1564 9650.5102

2.04 .00 4100.0000 1560.2795 .071 -267.1769 8467.17693.58 7283.3333 1560.2795 .001 2916.1564 11650.51024.24 9383.3333 1560.2795 .000 5016.1564 13750.5102

3.58 .00 -3183.3333 1560.2795 .207 -7550.5102 1183.84362.04 -7283.3333 1560.2795 .001 -11650.5102 -2916.15644.24 2100.0000 1560.2795 .546 -2267.1769 6467.1769

4.24 .00 -5283.3333 1560.2795 .014 -9650.5102 -916.15642.04 -9383.3333 1560.2795 .000 -13750.5102 -5016.15643.58 -2100.0000 1560.2795 .546 -6467.1769 2267.1769

* Nilai selisih rata-rata berbeda nyata pada P<0,05.

Page 98: PENGARUH LANJUT BIOAKUMULASI … mulia: Apih (alm), Bapak dan Ummi yang telah memberikan do’a tulus sehingga penulis mendapat kekuatan lahir dan keteguhan bathin selama menjalani

83

Lanjutan Hematokrit (Ht)

Jumlah Ht rata-rata *

Bioakumulasi

(µµg/kg)

N

1 2 .00 6 14.5167

3.58 6 19.9983 19.9983 2.04 6 20.0467 20.0467 4.24 6 22.5250 Sig. .059 .608

* Angka rata-rata dalam kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata (P>0,05) Hemoglobin (Hb)

Jumlah Hb rata-rata* Bioakumulasi

(µµg/kg)

N 1 2 3

2.04 6 2.8333 .00 6 4.8167 4.8167

3.58 6 5.5333 5.5333 4.24 6 7.7000 Sig. .083 .794 .052

* Angka rata-rata dalam kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata (P>0,05) Eritrosit

Jumlah Eritrosit rata-rata*

Bioakumulasi

(µµg/kg)

N 1 2

3.58 6 403.3333 4.24 6 500.0000 2.04 6 706.6667

.00 6 1746.6667 Sig. .542 1.000

* Angka rata-rata dalam kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata (P>0,05) Leukosit

Jumlah Leukosit rata-rata*

Bioakumulasi

(µµg/kg)

N 1 2 3

4.24 6 5658.3333 3.58 6 7758.3333 7758.3333

.00 6 10941.6667 10941.6667 2.04 6 15041.6667 Sig. .546 .207 .071

* Angka rata-rata dalam kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata (P>0,05)