pengaruh konseling gizi dan pemberian tablet besi …repository.poltekkes-kdi.ac.id/756/1/hilda...

116
PENGARUH KONSELING GIZI DAN PEMBERIAN TABLET BESI FOLAT TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI MTSN KECAMATAN WAWONII TENGAH KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN SKRIPSI Penyusun : HILDAWATI DJUFRI NIM P00313017058 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI 2018

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH KONSELING GIZI DAN PEMBERIAN TABLET BESI FOLAT TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN

    KADAR HEMOGLOBIN SISWI MTSN KECAMATAN WAWONII TENGAH

    KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN

    SKRIPSI

    Penyusun : HILDAWATI DJUFRI NIM P00313017058

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI

    2018

  • PENGARUH KONSELING GIZI DAN PEMBERIAN TABLET BESI FOLAT TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN

    KADAR HEMOGLOBIN SISWI MTSN KECAMATAN WAWONII TENGAH

    KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

    Penyusun :

    Hildawati Djufri NIM P00313017058

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI

    2018

  • PENGARUH KONSELING GIZI DAN PEMBERIAN TABLET BESI FOLAT TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN KADAR

    HEMOGLOBIN SISWI MTSN KECAMATAN WAWONII TENGAH KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN

    Hildawati Djufri dengan bimbingan Trees Paukiran dan Hariani

    RINGKASAN

    Latar belakang : Anemia adalah sua tu keadaan d imana kada r hemog lob in (Hb ) dalam darah kurang dari normal (penyakit kurang darah) Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konseling gizi dan pemberian tablet besi folat terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan kadar hemoglobin siswi MTsN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan Metode : Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen artinya desain penelitian experiment dengan jumlah sampel penelitian terbagi atas dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol masing-masing sebanyak 31 responden. Variabel bebas meliputi pengetahuan, sikap, dan kadar hemoglobin dan pengaruh konseling gizi dan pemberian tablet besi folat sebagai variabel terikat. Data tentang karakteristik responden (siswi) terdiri dari umur dan kelas. Data tentang variabel pengetahuan dan sikap yang diperoleh menggunakan kuesioner yang diukur dengan skala likert. Observasi kadar hemoglobin siswi dengan menggunakan metode Sahli kepada sampel yang telah dipilih. Hasil : Status anemia siswi sebelum dan setelah intervensi yaitu tidak anemia 30 (96,8%) kelompok kasus dan kelompok kontrol 27 (87,1%). Sebagian besar pengetahuan siswi sebelum dan setelah intervensi cukup 30 (96,8%) kelompok kasus dan kelompok kontrol 25 (80,6%). Sebagian besar sikap siswi sebelum dan setelah intervensi yaitu cukup 30 (96,8%) kelompok kasus dan kelompok kontrol 23 (25,8%). Kesimpulan : Sebelum dilakukan intervensi berupa konseling menggunakan leaflet, kelompok kasus dan kelompok kontrol semuanya tidak anemia, tingkat pengetahuan dan sikap yang cukup. Setelah dilakukan intervensi kelompok kasus tidak anemia 30 (96,8%), pengetahuan cukup 30 (96,8%) dan sikap cukup 30 (96,8%), sama dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan konseling namun sebagian besar tidak anemia yaitu 27 (87,1%), pengetahuan cukup 25 (80,6%), sikap cukup 23 (74,2%). Kata kunci : Konseling gizi, pemberian tablet besi folat, pengetahuan,

    sikap, kadar hemoglobin

  • INFLUENCE OF KONSELING GIZI AND GIFT OF TABLET IRON FOLAT TO KNOWLEDGE, ATTITUDE AND RATE HAEMOGLOBIN

    SCHOOLGIRL OF MTSN SUBDISTRICT WAWONII MIDDLE REGENCY OF KONAWE ARCHIPELAGO

    Hildawati Djufri supervised by Trees Paukiran and Hariani

    ABSTRAC Background : Anaemia is circumstance of where haemoglobin rate (Hb) in normal blood less than (disease less bloody) Target : This Research aim to to know the influence of konseling gizi and gift of tablet of iron folat to knowledge storey;level, attitude, and rate of haemoglobin of schoolgirl of Middle MTSN Subdistrict Wawonii [of] Regency of Konawe Archipelago Method : This Research represent the research of its Quasi meaning Experiment is desain of research experiment with the divisible amount sampel research for two group that is group of case and group control each as much 31 responder. Free variable cover the knowledge, attitude, and rate of haemoglobin and influence of konseling gizi and gift of tablet of iron folat as variable trussed. Data about responder characteristic (siswi) consisted of by the age and class. Data about variable of knowledge and attitude obtained use the kuesioner measured with the scale likert. observation of Rate of schoolgirl haemoglobin by using method Sahli to sampel which have been selected. Result of : Status of schoolgirl Anaemia before and after intervention that is anaemia do not 30 (96,8%) group of case and group control 27 (87,1%). Mostly schoolgirl knowledge before and after intervention enough 30 (96,8%) group of case and group control 25 (80,6%). Mostly schoolgirl attitude of before and after intervention that is enough 30 (96,8%) group of case and group control 23 (25,8%). Conclusion : Before conducted by intervention in the form of konseling use the leaflet, group of case and group control altogether do not anaemia, mount the knowledge and attitude which enough. After conducted by intervention of group of anaemia case do not 30 (96,8%), knowledge enough 30 (96,8%) and attitude enough 30 (96,8%), equal to control group which is not given by konseling but most anaemia do not that is 27 (87,1%), knowledge enough 25 ( 80,6%), attitude enough 23 (74,2%) Keyword : Konseling Gizi, gift of tablet of iron folat, knowledge, attitude,

    haemoglobin rate

  • KATA PENGANTAR

    Dengan penuh kerendahan hati serta sadar akan keterbatasan

    kemampuan, perkenankanlah penulis mengawali rasa terima kasih

    dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

    karena atas izin-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

    tepat pada waktunya dan semoga segala aktivitas keseharian kita bernilai

    ibadah di sisi-Nya. Amin. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih

    dan penghargaan kepada ibu Trees Paukiran, STP, M.Kes selaku

    pembimbing I dan ibu Hariani, SST, MPH selaku pembimbing II yang telah

    dengan sabar meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan

    bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga

    kepada penulis salama menyusun skripsi.

    Demikian pula rasa hormat dan terima kasih penulis ucapkan

    kepada :

    1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kendari.

    2. Ibu Sri Yunanci V.G, SST., MPH selaku Ketua Jurusan Gizi

    3. Bapak Dr. Sultan Akbar Toruntju, SKM, M.Kes selaku Ketua Program

    Studi Diploma D-IV Gizi.

    4. Bapak dan ibu Dosen Gizi yang telah memberi bekal ilmu

    pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan

    menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  • 5. Kepala Sekolah MTsN Kecamatan Wawonii Tengah beserta staf yang

    telah mengizinkan dan membantu penulis untuk melakukan penelitian

    dalam rangka penyelesaian penulisan skripsi ini.

    6. Keluarga tercinta yaitu suamiku Brigadir Igna Arya Angga yang telah

    memberikan motivasi, serta doa restu selama mengikuti pendidikan

    pada Poltekkes kemenkes Kendari.

    7. Rekan-rekan sejawat mahasiswa(i) Program Studi D IV Gizi Poltekkes

    Kemenkes Kendari yang senantiasa memberikan banyak bantuan

    yang tak ternilai harganya.

    8. Ayahanda dan Ibunda yang sangat banyak memberikan bantuan

    moral, material, arahan, dan selalu mendoakan keberhasilan dan

    keselamatan selama menempuh pendidikan.

    Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa

    melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, penulis menyadari masih

    terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan

    adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan

    skripsi ini. Amin

    Kendari, Agustus 2018

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    COVER .................................................................................................. i

    LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................

    ............................................................................................................... iv

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... v

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................... vi

    RINGKASAN ..........................................................................................

    ............................................................................................................... vii

    ABSTRAC ..............................................................................................

    ............................................................................................................... viii

    KATA PENGANTAR .............................................................................

    ............................................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ..........................................................................................

    ............................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ....................................................................................

    ............................................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................

    ............................................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

    ............................................................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah .......................................................... 4

    C. Tujuan Penelitian ............................................................ 5

    D. Manfaat Penelitian .......................................................... 6

    E. Keaslian Penelitian .......................................................... 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Uraian Teori .................................................................... 9

    1. Tinjauan Tentang Pengetahuan ................................. 9

    2. Tinjauan Tentang Sikap ............................................ 11

  • 3. Tinjauan Tentang Kadar Hemoglobin ........................ 13

    4. Tinjauan Tentang Konseling Gizi ................................ 15

    5. Tinjauan Tablet Besi Folat .......................................... 20

    6. Tinjauan Tentang Remaja Putri .................................. 23

    B. Kerangka Teori ............................................................... 25

    C. Kerangka Konsep ............................................................ 26

    D. Hipotesis Penelitian ......................................................... 26

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ............................................................... 28

    B. Populasi dan Sampel ....................................................... 28

    C. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................... 30

    D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ....................... 30

    E. Pemberian Intervensi ....................................................... 31

    F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data .............................. 31

    G. Analisis Data ................................................................... 33

    H. Prosedur Penelitian ......................................................... 31

    I. Etika Penelitian ................................................................ 35

    BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian ............................................................... 36

    B. Pembahasan ................................................................... 41

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ..................................................................... 54

    B. Saran ...... ........................................................................ .55

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Keaslian Penelitian………………………………... 7 Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur

    di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan...........................

    37 Tabel 3. Distribusi Sampel Menurut Status Anemia

    Sebelum Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan...........................................................

    37 Tabel 4. Distribusi Sampel Menurut Pengetahuan Siswi

    Sebelum Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah …………………………………. Kabupaten Konawe Kepulauan ………...

    38

    Tabel 5. Distribusi SampelMenurut Sikap Siswi Sebelum

    Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan..............

    39 Tabel 6. Distribusi Sampel Menurut Status Anemia Siswi

    Setelah Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan………................................................

    39 Tabel 7. Distribusi Sampel Menurut Pengetahuan Siswi

    Setelah Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan………................................................

    40 Tabel 8. Distribusi Sampel Menurut Sikap Siswi Setelah

    Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan………...

    40 Tabel 9. Hasil Statistik Uji Paired Sample T Test Siswi

    MTSN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan ……………………………….

    41

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Kerangka Teori ……………………………….. 26 Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian............................ 27

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Lembar Permintaan Menjadi Responden

    Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

    Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

    Lampiran 4. Master Tabel Penelitian

    Lampiran 5. Uji Statistik

    Lmapiran 6. Dokumentasi

    Lampiran 7. Surat Izin Penelitian

    Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Anemia adalah suatu kondisi di mana kadar hemoglobin (Hb)

    hematokrik dan jumlah sel darah merah berada di bawah, yang

    diakibatkan oleh defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang

    mempengaruhinya khususnya zat gizi seperti zat besi (Fe), Vit C, dan

    Zink. Anak remaja khususnya remaja putri, berisiko untuk mengalami

    kejadian anemia, hal ini disebabkan karena pada usia mereka merupakan

    masa pertumbuhan serta mengalami menstruasi setiap bulan juga aktifitas

    yang cukup tinggi (Ahmady, 2016).

    Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi,

    menurut World Health Organization (WHO), prevalensi anemia dunia

    berkisar 40-88%. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di

    Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1%

    perempuan (Kemenkes RI, 2013). Anemia defisiensi zat besi di negara

    berkembang sekitar 80%, dikalangan perempuan India terjadi pada usia

    reproduksi (15 – 45 tahun) dari strata sosial ekonomi rendah. Di

    Bangalore 39% dari perempuan yang ditemukan anemia adalah 95%

    akibat kekurangan zat besi (Sindhu, 2013).

    Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di

    Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun

    sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI,

  • 2014). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012

    menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu

    hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18

    tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%. Wanita

    mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja putri

    sebab pada usia ini terjadi percepatan pertumbuhan fisik, mental dan

    emosional (Kemenkes RI, 2013).

    Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Reproduksi Remaja Tahun

    2012 menunjukkan masih rendahnya tingkat pengetahuan remaja (15 – 24

    tahun) terkait anemia, sebanyak 78% responden pria dan 67% responden

    wanita menyebutkan penyebab anemia dengan kategori lainnya dan tidak

    tahu sama sekali (Survei Demografi dan Kesehatan Reproduksi Remaja,

    2012).

    Masalah anemia pada remaja pada umumnya disebabkan karena

    intake zat besi yang rendah dan muncul karena pilihan terhadap makanan

    yang tidak tepat sehingga terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi

    gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Faktor lain pihak remaja putri

    cenderung untuk membatasi asupan makanan karena ingin memiliki tubuh

    yang langsing dengan pengetahuan yang masih rendah terkait anemia

    (Abbas. dkk, 2005).

    Remaja putri pada umumnya menghabiskan sebagian besar

    waktunya untuk aktivitas di sekolah, dengan aktivitas yang beragam

    tentunya akan mempengaruhi pola makan yang teratur. Selain karena

  • keterbatasan intake pangan remaja putri secara normal akan mengalami

    kehilangan darah melalui menstruasi setiap bulan dan akan meningkatkan

    kebutuhan zat besi selama growth spurt. Sehingga siswa dengan

    beragam aktivitas tersebut akan lebih berisiko menderita Anemia akibat

    defisiensi zat besi. Kekurangan Zat besi dapat menyebabkan menurunnya

    konsentrasi dan menurunnya semangat belajar akibatnya akan

    berdampak pada prestasi belajar dan aktivitas fisik. Selain itu defisiensi

    besi juga dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga

    akan mudah terkena penyakit (Zulaekah, 2007).

    Hasil penelitian Weliyati & Riyanto (2012) di SMA Negeri Metro

    Jakarta menunjukkan sebagian besar (96,4%) remaja putri tidak

    berkeinginan mengkonsumsi suplemen zat besi selama menstruasi

    minimal 1x seminggu, disebabkan kurangnya pengetahuan tentang

    pencegahan anemia pada saat remaja putri mengalami menstruasi,

    sehingga berpengaruh pada sikap untuk mengkonsumsi besi folat secara

    rutin.

    Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Kepulauan

    tahun 2017 prevalensi anemia pada remaja 11,27%. Pada hasil

    penjaringan kesehatan dengan kejadian anemia yang dilakukan SMA 1

    Wawonii Tengah sebanyak 15 orang (18,75%) dari 80 siswi dan MTsN

    Wawonii Tengah sebanyak 62 orang (49,6%) dari 125 siswi yang

    mengalami anemia (Dinkes Kab. Konkep, 2017).

  • Dalam rangka menindaklanjuti pencegahan anemia pada remaja

    putri, Seksi Pembinaan dan Pelayanan Gizi Masyarakat pada Dinas

    Kesehatan Kabupaten Konawe Kepulauan bekerjasama dengan

    Puskesmas Wawonii Tengah melaksanakan sosialisasi pencegahan

    anemia dengan pemberian besi folat pada remaja putri di MTsN Wawonii

    Tengah.

    Dari hasil observasi awal yang dilakukan pada remaja putri hasil

    penjaringan kesehatan masih terdapat siswi yang belum mengetahui

    tanda dan gejala anemia, siswi juga mengatakan bahwa cepat lelah dan

    sulit berkosentrasi hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya

    pengetahuan siswi tentang tanda gejala anemia, dan pengetahuan

    tentang tablet besi folat, sehingga sulit berkonsentrasi di dalam belajar

    dan cepat lelah ketika mereka sedang menstruasi (Dinkes Kab. Konkep,

    2017).

    Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian tentang “Pengaruh Konseling Gizi dan Pemberian Tablet Besi

    Folat Terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Kadar Hemoglobin Siswi

    MTsN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas maka

    rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah konseling gizi

    dan pemberian tablet besi folat berpengaruh terhadap tingkat

  • pengetahuan, sikap dan kadar hemoglobin Siswi MTsN Kecamatan

    Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan?”.

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui pengaruh konseling gizi dan pemberian tablet

    besi folat terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan kadar hemoglobin

    siswi MTsN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe

    Kepulauan.

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan kadar hemoglobin siswi

    sebelum dilakukan konseling gizi dan pemberian tablet besi folat di MTsN

    Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan.

    b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan kadar hemoglobin siswi

    sesudah dilakukan konseling gizi dan pemberian tablet besi folat di MTsN

    Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan.

    c. Untuk mengetahui pengaruh konseling gizi dan pemberian tablet besi folat

    terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan kadar hemoglobin siswi MTsN

    Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan.

    D. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian dapat memberikan beberapa manfaat yaitu:

    1. Manfaat Teoritis

  • a. Bagi Institusi

    Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan

    pengetahuan dan penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan

    khususnya untuk mengetahui faktor-faktor berkaitan dengan intensi

    (niat) remaja putri dalam mengkonsumsi tablet besi folat.

    b. Bagi Profesi Gizi

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam

    penerapan program gizi yang bersifat promotif dan edukasi kepada

    remaja putri untuk mengkonsumsi tablet besi folat.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Puskesmas

    Dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui intensi

    (niat) remaja dalam mengkonsumsi tablet besi folat sehingga

    mendukung upaya pencegahan anemia pada remaja melalui

    pemberian tablet besi folat di wilayah kerja Puskesmas Wawonii

    Tengah.

    b. Bagi Institusi yang Diteliti

    Dapat memberikan informasi kepada remaja putri tentang

    pentingnya mengkonsumsi tablet besi folat untuk mencegah

    kejadian anemia sehingga pertumbuhan dan daya konsentrasi

    dalam belajar tidak mengalami gangguan.

    c. Bagi Peneliti Selanjutnya

  • Sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya

    dengan menggunakan analisis faktor yang paling berpengaruh

    pada variabel dependen.

    E. Keaslian Penelitian

    Tabel 1. Keaslian Penelitian

    No Peneliti Judul Subjek Metode Persamaan Perbedaan

    1 Ahmady, Hapzah, Dina Mariana (2016)

    Penyuluhan Gizi dan Pemberian Tablet Besi Terhadap Pengetahuan dan Kadar Hemoglobin Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Mamuju

    Siswi dari dua SMA Negeri yaitu SMAN 2 Mamuju dan SMAN 3 Mamuju

    Quasy Experime

    ntal

    Quasy Experimental

    Tidak memakai variabel

    sikap

    2. Budi Listyani (2012)

    Pengaruh Pemberian Tablet Tambah Darah Terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin (Studi Pada Siswi SMUN 1 Kecamatan Brebes dan MAN 1 Brebes)

    Siswi SMUN 1 Kecamatan Brebes

    Quasy Experime

    ntal

    Pre dan post Test

    sikap remaja

    3. Hapzah, Ramlah Yulita (2012)

    Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Gizi Terhadap Kejadian

    Semua siswi kelas III SMAN 1 Tinambung Polman

    Deskriptif Observas

    ional

    Populasi sama kelompok siswi SMAN

    Variabel Sikap remaja

  • Anemia Remaja Putri Pada Siswi Kelas III di SMAN 1 Tinambung Polman

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Uraian Teori

    1. Tinjauan Tentang Pengetahuan

    a. Pengertian

    Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

    orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

    Penginderaan melalui panca indera yakni penglihatan, pendengaran,

    penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

    diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

    merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

    seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2010).

    Pengetahuan gizi adalah sesuatu yang diketahui tentang

    makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal.

    Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan

    konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi

    yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi

    bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status

    gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh

    cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang terjadi apabila

    tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi essential.

    Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi

  • dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang

    membahayakan.

    b. Tingkat pengetahuan

    Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut

    Notoadmodjo (2010) mempunyai enam tingkatan, yaitu:

    1) Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya. Disebut juga dengan istilah recall (mengingat kembali)

    terhadap suatu yang spesifik terhadap suatu bahan yang dipelajari

    atau rangsangan yang telah diterima.

    2) Memahami

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

    secara benar, tentang obyek yang diketahui dan dapat

    menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

    telah paham terhadap obyek atau materi tersebut harus dapat

    menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,

    dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

    3) Aplikasi

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

    yang telah dipelajari pada situasi atau konsulidasi riil (sebenarnya).

    Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum,

    rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi

    yang lain.

  • 4) Analisa

    Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

    obyek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam struktur

    organisasi tersebut, dan masih ada kaitan satu sama lain.

    Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata karena

    dapat menggambarkan, membedakan, dan mengelompokkan.

    5) Sintesis

    Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

    melaksanakan atau menghubungkan bagian suatu bentuk

    keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

    kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang

    ada.

    6) Evaluasi

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

    justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

    Penilaian ini berdasarkan suatu keriteria yang ditentukan sendiri

    atau menggunakan kriteria yang telah ada sebelumnya.

    2. Tinjauan Tentang Sikap

    a. Pengertian

    Sikap merupakan reaksi suatu stimulus atau objek. Manifestasi

    sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan

    terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

    menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

  • tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

    bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2010).

    b. Faktor yang Mempengaruhi Sikap

    Menurut Bertalini (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

    yaitu:

    1) Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar

    pembentukan sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan

    kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

    pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan

    faktor emosional.

    2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting Individu pada

    umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau

    searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting.

    Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk

    menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

    3) Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individuindividu

    masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari

    kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap

    berbagai masalah.

    4) Media massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau

    media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual

    disampaikan secara objektif berpengaruh terhadap sikap

    konsumennya.

  • 5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan

    ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat

    menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila

    pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

    6) Faktor emosional. Bentuk sikap merupakan pernyataan yang

    didasari emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau

    pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

    3. Tinjauan Tentang Kadar Hemoglobin

    Hemoglobin adalah pigmen protein yang mengandung zat besi,

    terdapat dalam sel darah merah dan berfungsi terutama dalam

    pengangkutan oksigen dari paru-paru ke semua sel jaringan tubuh (Irianto,

    2007).

    Hemoglobin adalah protein yang kaya zat besi yang memiliki

    afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu

    membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah sehingga oksigen

    dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan.

    Ada beberapa cara pemeriksaan kadar Hb :

    a. Cara tallquist yaitu membandingkan warna merah darah dengan

    menggunakan standart warna dari kertas tallquist.

    b. Kalorimetris

    1) Visual metode sahli (pembentukan hematin asam)

    2) Fotoelektris (pembentukan cyanmet oxyhaemoglobin)

  • c. Berdasarkan berat jenis dengan metode CuSO

    d. Cara kimia yaitu : menentukan kadar Fe yang diikat sejumlah gas yang

    tertentu pula.

    e. Gasometrik yaitu : bahwa pada suhu dan tekanan udara teretentu Hb

    dapat mengikat sejumlah gas yang tertentu pula.

    Prosedur pemeriksaan dengan metode cyanmethemoglobin :

    Hemoglobin darah diubah menjadi cyanmethemoglobin

    (hemoglobinsianida) dalam larutan yang berisi kaliumsianida. Absorbsi

    larutan diukur pada gelombang 540 nm atau filter hijau.

    Larutan Drabkin yang dipakai pada cara ini mengubah hemoglobin,

    oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi

    cyanmethemoglobin.

    Cara pengukuran :

    1) Ke dalam tabung kolorimeter dimasukkan 5,0 ml larutan Drabkin.

    2) Dengan pipet hemoglobin diambil 20 μl darah kapiler, sebelah luar

    ujung pipet dibersihkan, lalu darah itu dimasukkan ke dalam tabung

    kolorimeter.

    3) Campurlah isi tabung dengan membalikkannya beberapa kali.

    4) Bacalah dalam spektrofotometer pada gelombang 540 nm.

    5) Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan absorbasinya dengan

    absorbansi standard sianmethemoglobin atau dibaca dari kurve tera.

    Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat

    dianjurkan untuk penerapan kadar hemoglobin dengan teliti karena

  • standard cyanmethemoglobinyang ditanggung kadarnya bersifat stabil dan

    dapat dibeli. Ketelitian cara ini dapat mencapai ± 2 %. Larutan Drabkin:

    natriumbikarbonat 1 g, kaliumsianida 50 mg, kaliumferrisianida 200 mg,

    aqua dest 1000 ml. Kadang-kadang ditambahkan sedikit detergent kepada

    larutan Drabkin ini supaya perubahan menjadi sianmethemoglobin

    berlangsung lebih sempurna dalam waktu singkat. Simpan reagens ini

    dalam botol coklat dan perbaruilah tiap bulan.

    Laporan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan memakai

    cara cyanmethemoglobin dan spektrofotometer hanya boleh menyebut

    satu angka (digit) di belakang tanda desimal; melaporkan dua digit

    sesudah angka desimal melampaui ketelitian dan ketepatan yang dapat

    dicapai dengan metode ini (Supariasa, 2012).

    4. Tinjauan Tentang Konseling Gizi

    a. Pengertian

    Konseling (counseling) terkadang disebut sebagai penyuluhan,

    yang berarti suatu bentuk bantuan. Konseling merupakan suatu proses

    pelayanan yang melibatkan kemampuan professional pada pemberi

    pelayanan dan sekurangnya melibatkan pula orang kedua, penerima

    layanan, yaitu orang yang sebelumnya merasa ataupun nyata-nyata

    tidak dapat berbuat banyak dan setelah mendapat layanan menjadi

    dapat melakukan sesuatu (Supariasa, 2012).

  • Konseling gizi adalah suatu proses komunikasi interpersonal /

    dua arah antara konselor dan klien untuk membantu klien mengenali,

    mengatasi dan membuat keputusan yang benar dalam mengatasi

    masalah gizi yang dihadapi (Supariasa, 2012).

    Mengacu pada beberapa defenisi, dapat disimpulkan konseling

    merupakan hubungan antara seorang pemberi konseling (konselor)

    dan individu yang sedang mengalami masalah atau yang diberi

    konseling (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang

    dihadapi klien, dengan karakteristik sebagai berikut (Nadimin, 2011) :

    1) Hubungan antara konselor dan kondisi adalah hubungan tatap

    muka (face to face)

    2) Konseling diselenggarakan untuk membantu menyelesaikan suatu

    masalah

    3) Tujuan konseling adalah klien mengenali diri sendiri, menerima dan

    secara realitis dan mengembangkan tujuan.

    4) Konseling memberi bantuan kepada individu untuk

    mengembangkan pengetahuan, kesehatan mental, serta

    perubahan sikap dan perilaku.

    b. Tujuan Konseling Gizi

    Tujuan konseling gizi adalah menyelenggarakan pendidikan gizi

    melalui pendekatan konseling adalah terjadinya pemecahan masalah

    yang dihadapi oleh seseorang yang akan diatasi sendiri sesuai dengan

  • keputusan yang telah diambilnya setelah melalui konseling yang

    diberikan oleh tenaga gizi.

    c. Langkah-Langkah Konseling Gizi

    Supariasa (2012) menyatakan bahwa konseling gizi merupakan

    bagian yang tidak terpisahkan dalam proses asuhan gizi terstandar

    (PAGT) atau nutrition care process (NCP) yang meliputi pengkajian gizi

    (nutrition assessment), diagnosis gizi (nutrition diagnosis), intervensi

    gizi (nutrition intervention), monitoring dan evaluasi gizi

    (nutritionmonitoring and evaluation).

    1) Langkah I : Membangun dasar–dasar Konseling meliputi : Salam,

    Perkenalan diri, mengenal klien, membangun hubungan,

    memahami tujuan kedatangan, serta mejelaskan tujuan dan proses

    konseling.

    2) Langkah II : Menggali permasalahan meliputi : Menggumpulkan

    data dan fakta dari semua aspek dengan melakukan assessment

    atau pengkajian gizi menggunakan data antropometri, biokimia,

    klinis dan fisik, riwayat makan, serta personal.

    3) Langkah III : Menegakkan diagnosa gizi meliputi : Melakukan

    identifikasi komponen masalah , penyebab dan tanda/gejala yang

    disimpulkan dari uraian hasil pengkajian gizi dengan prolem(P),

    etiologi (E), sign and symptom (S).

  • 4) Langkah IV : Intervensi gizi

    a) Memilih rencana : Bekerjasama dengan klien untuk memilih

    alternatif upaya perubahan prilaku diet yang dapat

    diimplentasikan.

    b) Memperoleh komitmen: Komitmen untuk meaksanakan

    perlakukan diet khusus serta membuat rencana yang realistis

    dan dapat diterapkan & menjelaskan tujuan, prinsip diet dan

    ukuran porsi makan.

    5) Langkah V : Monitoring dan evaluasi : Ulangi kembali dan tanya

    apakah konseling dapat dimengerti oleh klien. Pada kunjungan

    berikutnya lihat proses dan dampaknya.

    6) Langkah VI : Mengakhiri konseling (terminasi) : akhiri konseling

    (satu kali pertemuan) dan akhiri proses konseling (beberapa kali

    pertemuan).

    d. Media Konseling Gizi

    Media konseling bertujuan untuk mengubah perilaku

    masyarakat kearah konsumsi pangan yang sehat dan bergizi. Hal ini

    dicapai dengan penyusunan model-model penyuluhan yang efektif dan

    efisiensi melalui berbagai nedia untuk membantu proses

    berlangsungnya konseling gizi yang dapat dimengerti dan mudah

    dipahami antara lain (Saydam, 2011) :

  • 1) Poster

    Poster adalah media lembaran tercetak/sablon yang

    memuat dua aspek pokok yaitu verbal (teks/naskah) dan aspek

    visual (ilustrasi/typografi).

    Adapun kelebihan dari media ini adalah :

    a) Bahasa singkat, sederhana, tidak berbelit-belit sehingga mudah

    di pahami

    b) Menggunakan komposisi huruf yang cukup besar sehingga

    dapat dilihat dari jarak yang diperkirakan.

    c) Ilustrasi dapat bervariasi baik berupa foto, gambar, warna, titik,

    garis, warna dan sebagainya, sehingga dapat menarik.

    d) Pesan sederhana namun sangat kuat menunjukkan produk.

    e) Meningkatkan pemilihan lokasi pada wilayah yang diinginkan.

    Adapun kelemahan dari media ini adalah :

    1. Luas jangkauan hanya bersifat lokal

    2. Tidak dapat memilah-milah khalayak secara rinci

    3. Khalayak hanya melihat sepintas lalu.

    2) Leaflet

    Leaflet bentuk lembaran, tanpa lipatan, jumlah satu

    lembar/lebih, distaples/berdiri sendiri atau dimasukkan dalam map

    yang di rancang khusus.

  • 5. Tinjauan Tentang Tablet Besi Folat

    a. Pengertian

    Tablet besi folat adalah suplemen yang mengandung zat besi.

    Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah

    merah (Hemoglobin) (Soebroto, 2009).

    b. Fungsi Zat Besi

    Menurut Weliyati (2012) :

    1) Sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan

    2) Sebagai alat angkut eletron pada metabolisme energi

    3) Sebagai enzim pembentuk kekebalan tubuh dan sebagai pelarut

    obat-obatan.

    4) Sumber makanan yang mengandung zat besi

    5) Zat besi yang berasal dari hewani yaitu; daging, ayam, ikan, telur.

    6) Zat besi yang berasal dari nabati yaitu;kacang-kacangan, sayuran

    hijau, dan pisang ambon.

    c. Komposisi Zat Besi Folat

    Setiap tablet besi folat bagi wanita usia subur, ibu hamil dan

    remaja putri sekurangnya mengandung :

    1) Zat besi setara dengan 60 mg besi elemental (dalam bentuk

    sediaan ferro sulfat, ferro fumarat atau ferro gluconaf

    2) Asam folat 0,400 mg

  • Keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting dalam

    membantu meningkatkan penyerapan Fe didalam tubuh. Kehadiran

    protein hewani, vitamin C, Vitamin A, Asam folat, zat gizi mikro lain

    dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain

    dari mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya

    kecukupan vitamin A, karena makanan sumber zat besi biasanya juga

    merupakan sumber vitamin A.

    d. Maksud dan Tujuan Pemberian Besi Folat pada Remaja Putri

    Meningkatkan status gizi remaja putri sehingga dapat memutus

    mata rantai stunting, mencegah anemia dan meningkatkan cadangan

    zat besi dalam tubuh sebagai bekal dalam mempersiapkan generasi

    yang sehat berkualitas dan produktif.

    e. Pelaksanaan

    1) Cara pemberian tablet besi folat dengan dosis 1 (satu) tablet per

    hari

    2) Pemberian tablet besi folat dilakukan untuk remaja putri usia 12-18

    tahun

    3) Pemberian tablet besi folat pada remaja putri melalui UKS/UKM di

    institusi pendidikan (SMP dan SMA atau yang sederajat) dengan

    menentukan hari minum setiap minggunya.

    f. Pengukuran

    Metode pengukuran konsumsi zat besi dalam makanan pada

    Arisman (2007) terbagi menjadi beberapa metode berdasarkan

  • sasaran pengamatan atau pengguna di tingkat individu atau

    perorangan antara lain :

    1) Metode Recall 24 Jam

    Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan

    mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada

    periode 24 jam yang lalu.

    2) Metode Estimated Food Records

    Metode ini disebut juga food records atau diary records,

    yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi.

    3) Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing)

    Pada metode penimbangan makanan responden atau

    petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang

    dikonsumsi responden selama satu hari.

    4) Metode Dietary History

    Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran

    pola konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup

    lama (bisa 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun).

    5) Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)

    Metode frekuensi makanan adalah metode untuk

    memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan

    makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari,

    minggu, bulan atau tahun.

  • Dengan menggunakan metode frekuensi makanan, maka dapat

    diperoleh gambaran konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tetapi

    karena periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan

    individu berdasarkan ranking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini

    paling sering digunakan dalam epidemiologi gizi. Kuesioner frekuensi

    makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau makanan dan

    frekuensi penggunaan makanan tersebut pada peri ode tertentu.

    Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah

    yang di konsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden

    (Supariasa, 2012).

    6. Tinjauan Tentang Remaja Putri

    Remaja putri adalah masa peralihan dari anak menjadi dewasa,

    ditandai dengan perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik ditandai

    dengan berfungsinya alat reproduksi seperti menstruasi (umur 10 -19

    tahun) (Sarwono, 2011).

    Menurut Masrizal (2007), wanita dan remaja putri sering menderita

    anemia karena :

    a. Pada umumnya masyarakat Indonesia lebih banyak mengkonsumsi

    makanan nabati dibandingkan hewani.

    b. Wanita lebih jarang mengkonsumsi makanan hewani dan sering

    melakukan diet pengurangan makan karena ingin langsing;

  • c. Mengalami haid setiap bulan, sehingga membutuhkan zat besi dua kali

    lebih banyak dari pada pria, oleh karena itu wanita cenderung

    menderita anemia dibandingkan dengan pria.

    Kelompok umur remaja termasuk golongan rentan, oleh karena

    pada masa remaja terjadi pertumbuhan fisik dan pematangan organ

    tubuh yang cepat sehingga untuk memenuhinya diperlukan zat-zat gizi

    yang cukup, baik jumlah maupun macamnya. Oleh karena tidak ada

    satupun jenis makanan yang mengandung lengkap semua zat gizi, maka

    remaja harus makan makanan yang beraneka ragam. Dengan

    mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam kekurangan zat gizi pada

    jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari makanan

    lainnya.

    Pengaruh defisiensi zat besi terutama melalui kondisi gangguan

    fungsi hemoglobin yang merupakan alat transfor O2, yang diperlukan

    pada banyak reaksi metabolik tubuh. Pada anak sekolah telah ditunjukkan

    adanya korelasi erat antara kadar hemoglobin dan kesanggupan anak

    untuk belajar. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia, daya konsentrasi \

    dalam belajar menurun (Santoso dan Ranti, 2009).

    Tanda - Tanda Anemia dan Akibatnya Pada Remaja Putri

    1) Tanda-tanda anemia adalah (Santoso dan Ranti, 2009) :

    a) Lesu, lemah, letih, lelah dan lalai (5L)

    b) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

  • c) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan

    telapak tangan menjadi pucat.

    2) Akibat Anemia pada Remaja Putri

    a) Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.

    b) Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai

    optimal.

    c) Menurunkan kemampuan fisik olahragawati

    d) Mengakibatkan muka pucat

  • B. Kerangka Teori

    Sumber : Ahmady (2016)

    Gambar 1. Bagan Kerangka Teori

    Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan : - Pendidikan - Media Massa - Pengalaman

    Konsumsi Tablet Zat besi (Fe)

    Pengetahuan Gizi Sikap

    Proses Perubahan

    Perilaku

    Kadar Hb Meningkat

    - Tidak mudah Anemia - Tidak cepat lelah, letih,

    lemas - Konsentrasi belajar tidak

    terganggu

    -

    Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Tablet Zat Besi : - Eksternal - Internal - Sosial Ekonomi

  • C. Kerangka Konsep

    Berdasarkan kerangka teori diatas dengan segala keterbatasannya,

    maka peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian yang akan

    menjadi acuan dalam melakukan penelitian seperti di bawah ini. Uraian

    tersebut dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini :

    Keterangan :

    : Variabel yang diteliti

    Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

    D. Hipotesis Penelitian

    Ho : δ = 0 : (Tidak ada pengaruh konseling gizi dan pemberian

    tablet besi folat terhadap tingkat pengetahuan, sikap

    dan kadar hemoglobin siswi di MTsN Kecamatan

    Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan).

    Ha : δ ≠ 0 : (Ada pengaruh konseling gizi dan pemberian tablet besi

    folat tingkat pengetahuan, sikap dan kadar hemoglobin

    siswi di MTsN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten

    Konawe Kepulauan).

    Pengetahuan, Sikap dan kadar HB

    Sebelum Konseling dan Pemberian

    Tablet Besi Folat

    Konseling Gizi dan

    Pemberian Tablet Besi Folat

    Pengetahuan, Sikap dan kadar HB

    diharapkan Mengalami Perubahan

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen, artinya desain

    penelitian experiment dimana pada penelitian ini sudah ada kelompok

    perlakuan dan kelompok kontrol, namun pengambilan responden belum

    dilakukan secara randomisasi (Notoatmodjo, 2012).

    Sebelum Perlakuan Sesudah

    Keterangan : 01 : Pengukuran pertama (pre test)

    x : Perlakuan berupa pemberian tablet besi folat dan

    konseling

    02 : Pengukuran kedua (post test)

    B. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa puteri (remaja

    putri) kelas XI MTsN Kecamatan Wawonii Tengah yang menderita

    anemia sebanyak 62 orang (diperoleh dari hasil penjaringan kesehatan

    oleh Dinkes Kab. Konkep tahun 2017 )

    01 x 02

  • 2. Sampel

    a. Besar Sampel

    1) Kelompok Perlakuan (Kasus)

    Kelompok kasus dalam penelitian ini adalah siswi yang

    menderita anemia sebanyak 31 orang (berdasarkan penjaringan

    kesehatan oleh Dinkes Kab. Konkep tahun 2017) yang diberikan

    konseling gizi dan pemberian tablet besi folat.

    2) Kontrol

    Kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah siswi yang

    menderita anemia sebanyak 31 orang dan hanya diberikan

    tablet besi folat.

    b. Teknik Penarikan Sampel

    Model pengambilan sampel dengan cara acak sederhana

    (simple random sampling), dengan kriteria kriteria sebagai berikut :

    1) Kriteria Inklusi :

    a) Remaja putri yang tercatat sebagai siswi di MTsN

    Kecamatan Wawonii Tengah

    b) Berusia 16-17 tahun

    c) Sudah mengalami menstruasi

    d) Bersedia menjadi responden

  • C. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 15 Februari s/d 2

    Maret tahun 2018 bertempat di MTsN Kecamatan Wawonii Tengah.

    D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

    1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden

    menyangkut pengertian anemia, penyebab, tanda dan gejala, cara

    pencegahannya.

    Kriteria obyektif :

    Cukup : Bila responden memperoleh skor ≥ 60% dari total

    skor pertanyaan yang diberikan

    Kurang : Bila responden memperoleh skor < 60% dari total

    skor pertanyaan yang diberikan

    2. Sikap adalah keinginan atau dorongan responden untuk

    mengkonsumsi tablet besi folat.

    Kriteria obyektif :

    Cukup : Bila responden memperoleh skor ≥ 60 % dari total

    skor pertanyaan yang diberikan

    Kurang : Bila responden memperoleh skor < 60% dari total

    skor pertanyaan yang diberikan

    3. Konseling gizi adalah penambahan pengetahuan siswi tentang tablet

    besi folat dan manfaatnya bagi kesehatan yang dilakukan empat kali

    selama 1 minggu setelah pre test dengan menggunakan media leaflet.

  • 4. Kadar Hb adalah nilai hemoglobin (gr/dl) dalam darah remaja putri

    yang ditentukan dengan pemeriksaan menggunakan metode Sahli

    dengan kriteria (Kemenkes, 2016) :

    a. Anemia : (bila Hb < 12 gr/dl)

    b. Tidak Anemia : (bila Hb 12 gr/dl)

    5. Siswi adalah remaja putri berusia 16-17 tahun dan sudah mengalami

    perubahan fisik reproduksinya seperti sudah mengalami menstruasi.

    6. Pemberian tablet besi folat adalah suplementasi tablet besi folat yang

    diberikan kepada responden setelah dilakukan konseling gizi. Tablet

    besi folat di peroleh dari Puskesmas Wawonii Tengah.

    E. Pemberian Intervensi

    1. Pemberian Konseling menggunakan leaflet

    2. Pemberian tablet besi folat Adapun pemberian tablet besi folatnya

    yaitu 1 tablet per minggu (Kemenkes, 2016). Dalam penelitian ini

    diberikan besi folat sebanyak 1 tablet per hari.

    3. Mengontrol kepatuhan minum tablet besi folat dengan cara

    mendatangi rumah siswi tersebut.

    4. Pemeriksaan laboratorium :

    Penilaian terhadap kadar darah anemia dilakukan pemeriksaan

    menggunakan metode Sahli.

    a. Alat dan bahan

    1) Sahli

    2) Blood Lancet

  • 3) Lancet

    4) Microcuvet

    5) Tissú

    6) Alcohol 70%

    b. Cara Kerja :

    1) Oleskan alcohol 70% pada ujung jari (jari Manis) kemudian

    hapus dengan tissu

    2) Tusuk ujung jari dengan blood lancet

    3) Darah yang pertama keluar hapus dengan tissu

    4) Darah yang keluar diisap dengan menggunakan microcuvet

    yang kemudian dimasukkan kedalam hemocue

    5) Baca dan catat kadar Hb yang muncul pada layar hemocue

    kemudian masukkan dalam tabel.

    F. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data

    1. Data primer

    Pengumpulan data dilakukan secara langsung terhadap

    responden yang meliputi :

    a. Data tentang karakteristik responden (siswi) terdiri dari umur dan

    kelas.

    b. Data tentang variabel pengetahuan dan sikap yang diperoleh

    menggunakan kuesioner yang diukur dengan skala likert

    c. Observasi kadar hemoglobin siswi dengan menggunakan metode

    Sahli kepada sampel yang telah dipilih

  • 2. Data sekunder

    a. Data tentang gambaran tempat penelitian yang meliputi tentang

    letak geografis, keadaan demografis serta jumlah siswi atau remaja

    putri.

    b. Data tentang program penanganan anemia di wilayah kerja

    Puskesmas Wawonii Tengah

    G. Analisa Data

    1. Analisis Univariat

    Analisis ini digunakan untuk mengetahui persentase dari tiap

    variabel independent dan variabel dependent dengan rumus sebagai

    berikut (Sugiyono, 2011) :

    n

    Xi

    Dimana :

    ∑xi = Jumlah karakteristik subyek penelitian

    n = jumlah sampel

    2. Analisis Bivariat

    Analisis menggunakan statistik uji t pada taraf kepercayaan

    95%. Dengan rumus yang digunakan adalah :

    nSDt

    /

  • Keterangan

    δ = rata-rata deviasi (selisih sampel sebelum dan sampel

    sesudah)

    SDδ = Standar deviasi dari δ (selisih sebelum dan sesudah)

    n = banyaknya sample

    DF = n-1

    H. Prosedur Penelitian

    Bagan 1. Prosedur Penelitian

    I. Tahap persiapan a. Survey lapangan b. Perizinan c. Instrumen penelitian

    II. Tahap Perlakuan

    Pengumpulan data

    - Memberikan lembar persetujuan untuk menjadi informan

    - Tahapan :

    - Pembagian kuesioner pra test

    - Konseling gizi dan pembagian leaflet

    - Pembagian kuesioner post test

    - Pengambilan sampel darah

    - Tahap pengambilan dokumentasi

    III. Tahap Akhir a. Pengolahan dan analisis data b. Pembahasan dan penelitian

  • I. Etika Penelitian

    1. Informed consent (Lembar Persetujuan Responden)

    Lembar persetujuan diberikan pada subyek yang akan diteliti.

    Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan dan

    dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data.

    Jika responden bersedia diteliti, maka mereka harus menandatangani

    lembar persetujuan tersebut. Jika responden menolak untuk diteliti

    maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-

    haknya.

    2. Anonimity (tanpa nama)

    Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak

    mencantumkan nama koresponden pada lembar pengumpulan data,

    cukup dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar

    tersebut.

    3. Confidentiality (kerahasiaan)

    Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya

    kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan

    sebagai hasil riset.

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    a. Lokasi Sekolah

    1) Alamat : Jl. H. Taata No. 1

    2) Desa : Lampeapi Baru

    3) Kode Pos : 93393

    4) Kecamatan : Wawonii Tengah

    b. Data Pelengkap Sekolah

    1) Tahun Pendirian Sekolah : 1968

    2) Status Kepemilikan : Milik Kementerian Agama

    3) Jenjang Akreditas : B

    4) Luas Tanah : 2.596 M2

    5) Luas Bangunan : 1.300 M2

    c. Jumlah Siswa

    Jumlah siswa di MTsN Kecamatan Wawonii yaitu 132 orang

    yang terdiri dari kelas X sebanyak 52 orang, kelas XI sebanyak 44

    orang dan kelas XII sebanyak 36 orang

  • 2. Karakteristik Sampel

    a. Kelompok Umur

    Umur adalah usia sampel pada saat wawancara dilakukan

    pada hitungan tahun seperti pada tabel berikut :

    Tabel 2. Distribusi Sampel Menurut Kelompok Umur di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten

    Konawe Kepulauan

    No Kelompok Umur Kasus

    Kontrol

    n % n %

    1 16 Tahun 22 70,9 10 32,2

    2 17 Tahun 9 29,1 21 67,8

    Total 31 100 31 100

    Tabel 2 menunjukkan bahwa kelompok umur kasus

    sebagian besar umur 16 tahun sebanyak 22 (70,9%) dan kelompok

    umur kontrol yaitu umur 17 tahun sebanyak 21 (67,8%).

    3. Distribusi Frekuensi Sebelum Intervensi

    a. Status Anemia

    Status anemia siswi sebelum intervensi di MTSN Kecamatan

    Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan disajikan pada

    tabel berikut ini

    Tabel 3. Distribusi Sampel Menurut Status Anemia Sebelum Intervensidi MTSN Kecamatan Wawonii Tengah

    Kabupaten Konawe Kepulauan

    No Anemia Kasus

    Kontrol

    n % n %

    1 Anemia 2 6,5 3 9,7

    2 Tidak Anemia 29 93,5 28 90,3

    Total 31 100 31 100

  • Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar status anemia

    siswi kelompok kasus dan kontrol sebelum intervensi yaitu tidak

    anemia sebanyak 29 (93,5%) untuk kasus dan sebanyak 28

    (90,3%) untuk kontrol.

    b. Pengetahuan

    Pengetahuan siswi sebelum intervensi di MTSN Kecamatan

    Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan disajikan pada

    tabel berikut ini :

    Tabel 4. Distribusi Sampel Menurut Pengetahuan Siswi Sebelum Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah

    Kabupaten Konawe Kepulauan

    No Pengetahuan Kasus

    Kontrol

    n % n %

    1 Cukup 27 87,1 28 90,3

    2 Kurang 4 12,9 3 9,7

    Total 31 100 31 100

    Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar

    pengetahuan siswi kelompok kasus sebelum intervensi yaitu

    cukup sebanyak 27 (87,1%) dan kelompok kontrol sebagian

    besar cukup sebanyak 28 (90,3%).

    c. Sikap

    Sikap siswi sebelum intervensi di MTSN Kecamatan

    Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan disajikan pada

    tabel berikut ini :

  • Tabel 5. Distribusi SampelMenurut Sikap Siswi Sebelum Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah

    Kabupaten Konawe Kepulauan

    No Sikap Kasus

    Kontrol

    n % n %

    1 Cukup 28 90,3 28 90,3

    2 Kurang 3 9,7 3 9,7

    Total 31 100 31 100

    Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar sikap siswi

    kelompok kasus sebelum intervensi yaitu cukup sebanyak 28

    (90,3%) dan kelompok kontrol sebagian besar kurang sebanyak 28

    (90,3%).

    4. Distribusi Frekuensi Setelah Intervensi

    a. Status Anemia

    Status anemia siswi setelah intervensi di MTSN Kecamatan

    Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan disajikan pada

    tabel berikut ini :

    Tabel 6. Distribusi Sampel Menurut Status Anemia Siswi Setelah Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah

    Kabupaten Konawe Kepulauan

    No Status Anemia Kasus

    Kontrol

    n % n %

    1 Anemia 1 3,2 4 12,9

    2 Tidak Anemia 30 96,8 27 87,1

    Total 31 100 31 100

    Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar status anemia

    siswi kelompok kasus setelah intervensi yaitu tidak anemia

    sebanyak 30 (96,8%) dan kelompok kontrol sebagian besar tidak

    anemia sebanyak 27 (87,1%).

  • b. Pengetahuan

    Pengetahuan siswi setelah intervensi di MTSN Kecamatan

    Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan disajikan pada

    tabel berikut ini :

    Tabel 7. Distribusi Sampel Menurut Pengetahuan Siswi Setelah Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah

    Kabupaten Konawe Kepulauan

    No Pengetahuan Kasus

    Kontrol

    n % n %

    1 Cukup 30 96,8 25 80,6

    2 Kurang 1 3,2 6 19,4

    Total 31 100 31 100

    Tabel 7 menunjukkan bahwa pengetahuan siswi kelompok

    kasus setelah intervensi yaitu cukup sebanyak 30 (96,8%) dan

    kelompok kontrol sebagian besar cukup sebanyak 25 (80,6%).

    c. Sikap

    Sikap siswi setelah intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii

    Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan disajikan pada tabel berikut

    ini :

    Tabel 8. Distribusi Sampel Menurut Sikap Siswi Setelah Intervensi di MTSN Kecamatan Wawonii Tengah

    Kabupaten Konawe Kepulauan

    No Sikap Kasus

    Kontrol

    n % n %

    1 Cukup 30 96,8 23 74,2

    2 Kurang 1 3,2 8 25,8

    Total 31 100 31 100

    Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar sikap siswi

    kelompok kasus setelah intervensi yaitu cukup sebanyak 30

  • (96,8%) dan kelompok kontrol sebagian besar cukup sebanyak

    23 (25,8%).

    5. Analisis Bivariat

    Berdasarkan analisis tabel statistik uji paired sample t test pada

    taraf kepercayaan 95% diperoleh nilai rata-rata yang signifikan dapat

    dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 9. Hasil Statistik Uji Paired Sample T Test Siswi MTSN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan

    Pengukuran Variabel

    N

    T Test

    pValue

    Status Anemia (pre-post) 31 20,857

    0,000

    Pengetahuan (pre-post) 31 9,287 0,000

    Sikap (pre-post) 31 30,000 0,000

    Dari hasil uji paired sample t test menunjukkan bahwa terdapat

    pengaruh konseling gizi dan pemberian tablet besi folat terhadap

    pengetahuan, sikap dan kadar hemoglobin siswi MTsN Kecamatan

    Wawonii Tengah Kabupaten Konawe Kepulauan.

    B. Pembahasan

    1. Status Anemia

    Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin

    (Hb) dalam darah kurang dari normal (kadar Hb < 12 g/dL), dimana

    pada remaja adalah (kadar Hb ≥ 12 d/dL).

    Sebelum dilakukan intervensi baik kelompok kasus dan

    kelompok kontrol, penelitian ini di awali dengan melakukan

    pemeriksaan kadar hemoglobin siswi menggunakan metode sahli

  • menunjukkan bahwa semua kelompok tidak menderita anemia

    dengan kadar hemoglobin rata-rata sebesar 11,8 gr/dl.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian anemia lebih

    banyak terjadi pada umur 16 - 17 tahun. Hasil penelitian ini

    membuktikan bahwa semakin meningkat umur remaja putri,

    semakin meningkat pula risiko terjadi anemia. Hasil penelitian ini

    sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmady dkk (2016)

    dimana ditemukan adanya kecenderungan semakin bertambah

    umur remaja puttri, semakin tinggi risiko terjadi anemia pada

    kelompok umur 12 – 18 tahun.

    Faktor lain karena seorang remaja memiliki banyak kegiatan,

    seperti sekolah dari pagi hingga siang, diteruskan dengan kegiatan

    ekstrakurikuler sampai sore, belum lagi kalau ada les atau kegiatan

    tambahan (Zulaekah, 2007).

    Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin untuk

    kelompok kasus sebelum intervensi terdapat 2 (6,5%) yang

    menderita anemia. Hal tersebut karena remaja putri mengalami

    menstruasi setiap bulan sehingga membutuhkan zat besi lebih

    tinggi, sementara jumlah makanan yang dikonsumsinya juga lebih

    rendah karena ingin langsing. Selain karena asupan yang tidak

    rutin saat menstruasi ataupun, remaja putri pada umumnya sangat

    memperhatikan bentuk badannya sehingga banyak yang berdiet

    tanpa nasehat atau pengawasan ahli gizi (Bertalina, 2015).

  • Hasil penelitian sebelum intervensi menunjukkan pada

    kelompok kontrol terdapat yang anemia sebanyak 2 (6,5%).

    Berdasarkan hasil pengambilan data yang dilakukan bahwa semua

    sample tidak pernah mengkonsumsi tablet besi folat setiap harinya,

    apalagi setiap bulannya sampel mengalami menstruasi. Adanya

    menstruasi setiap bulan yang dialami wanita merupakan salah satu

    penyebab terjadinya anemia. pada wanita terjadi kehilangan darah

    secara alamiah setiap bulan. Jika darah yang keluar selama

    menstruasi sangat banyak akan terjadi anemia defisiensi zat besi.

    Remaja putri yang mengalami haid dan banyak selama lebih dari 5

    hari dikhawatirkan akan kehilangan zat besi (sehingga

    membutuhkan zat besi pengganti) lebih banyak.

    Untuk kelompok kasus setelah intervensi terjadi perubahan

    pada kadar hemoglobinnya saat dilakukan pemeriksaan (post) yaitu

    sebagian besar tidak anemia sebanyak 30 (96,8%) dengan kadar

    Hb sebelum yaitu 11,8 gr/dl meningkat 12,1 gr/dl. Hasil penelitian

    ini menunjukkan bahwa sampel telah melakukan tindakan

    pencegahan anemia dengan rutin mengkonsumsi tablet besi folat 1

    biji/hari yang di berikan saat dilakukannya konseling gizi, serta rajin

    mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak sumber zat

    besi dalam kehidupan sehari-harinya.

    Sama halnya dengan kelompok kontrol setelah intervensi

    menunjukkan sebanyak 27 (87,1%) yang tidak mengalami anemia.

  • Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan sampel tentang

    bahaya anemia bagi remaja putri dalam masa pertumbuhan.

    Berdasarkan hasil pengambilan data yang dilakukan bahwa sampel

    (siswi MTsN) sudah pernah mendapatkan informasi tentang

    manfaat tablet besi folat di sekolahnya, faktor lain sampel pernah

    membaca buku atau artikel kesehatan yang berhubungan dengan

    penyakit anemia bagi remaja putri.

    Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan

    perkembangan, baik secara fisik, mental, dan aktivitas sehingga,

    kebutuhan makanan yang mengandung zat-zat gizi menjadi cukup

    besar. Kecepatan pertumbuhan yang tinggi menyebabkan remaja

    membutuhkan energi dan protein yang tinggi. Remaja putri banyak

    mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam konsumsi makanan

    sehari-harinya. Kekurangan zat besi dianggap penyebab paling

    umum dari anemia secara global, tetapi beberapa lainnya

    kekurangan gizi (termasuk folat, vitamin B12 dan vitamin A), akut

    dan peradangan kronis, parasit infeksi dapat menyebabkan anemia

    (Arisman, 2007).

    Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan rata-rata nilai

    (pre test) adalah 1,000 dan setelah (post test) mengalami

    perubahan yaitu 1,935. hal ini menunjukkan bahwa terdapat

    perbedaan kadar Hb setelah dilakukan konseling menggunakan

    leaflet dan pemberian tablet besi folat. Hal ini disebabkan oleh latar

  • belakang pendidikan dan pengetahuan sampel yang sebagian

    besar bertempat tinggal di wilayah pedesaan. Hal ini

    memungkinkan adanya perbedaan kemudahan akses informasi

    dari media masa seperti majalah kesehatan khususnya tentang

    anemia remaja.

    Sesuai dengan hasil penelitian Budi Listyani (2012), bahwa

    kehilangan darah yang banyak pada wanita merupakan faktor

    resiko penting yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi

    pada wanita. Zat besi akan keluar sebanyak kurang lebih 42 mg

    setiap siklus menstruasi. Sedangkan wanita yang tidak sedang

    menstruasi akan kehilangan zat besi sebesar 1 mg per harinya.

    2. Pengetahuan

    Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan

    dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat

    gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh (Notoatmodjo,

    2010).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan kelompok

    kasus sebelum intervensi menggunakan leaflet sebagian besar

    memiliki pengetahuan cukup yaitu 27 (87,1%). Berdasarkan

    pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti menyimpulkan

    bahwa yang menyebabkan sampel tidak menderita anemia karena

    pernah mendapatkan informasi kesehatan mengenai penyakit

    anemia oleh petugas Puskesmas yang pernah mengadakan

  • penyuluhan kesehatan di sekolah mereka. Kalaupun ada siswa

    yang sakit akibat gejala anemia seperti pusing dan tidak semangat

    mengikuti pembelajaran hanya mendapatkan perawatan sementara

    di ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dengan mendapatkan

    penjelasan yang cukup tentang penyakit yang diderita (Hapzah,

    2012).

    Namun sama halnya dengan kelompok kontrol sebelum

    intervensi sebagian besar tidak anemia yaitu 28 (90,3%) karena

    akses informasi yang semakin modern sekarang telah

    memudahkan siswi untuk mendownload informasi-infomasi

    kesehatan bagi remaja putri khususnya pencegahan penyakit

    anemia.

    Hal ini sejalan yang dikemukakan oleh Ahmady (2016)

    bahwa semakin tinggi pengetahuan maka makin positif sikap

    terhadap gizi makanan sehingga makin baik pula zat gizi yang

    dikonsumsi.

    Setelah dilakukan intervensi berupa konseling menggunakan

    leaflet, tingkat pengetahuan kelompok kasus mengalami perubahan

    yaitu sebagian besar memiliki pengetahuan cukup sebanyak 30

    (96,8%). Hal ini disebabkan oleh kesungguhan sampel yang benar-

    benar menyimak atas segala informasi yang dibawakan saat

    dilakukan konseling gizi sehingga hal ini menambah pengetahuan

  • sampel tentang penyakit anemia dan juga sangat berpengaruh

    pada perhitungan nilai kuesioner variable pengetahuan.

    Sama halnya dengan kelompok kontrol yang tidak

    mendapatkan intervensi melalui konseling gizi mengalami sedikit

    penurunan namun masih sebagian besar dengan pengetahuan

    cukup yaitu 25 (80,6%). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru

    pembina UKS bahwa di MTsN terdapat perpustakaan yang

    terdapat buku tentang penyakit anemia, hanya saja hal ini

    dipengaruhi oleh minat baca siswi yang kurang, sehingga tidak

    memanfaatkan waktu untuk membaca buku di waktu luang (saat

    guru terlambat masuk kelas) sehingga tidak dapat menambah

    pengetahuannya tentang penyakit anemia (Nadimin, 2011).

    Pengetahuan menyangkut banyak hal, pengetahuan yang

    baik belum tentu menjamin seseorang untuk tidak terkena anemia,

    ada faktor lain seperti remaja putri tinggal di kost yang kurang

    memperhatikan kebutuhan gizinya, selain itu keinginan untuk

    memiliki tubuh yang langsing sehingga membatasi makan makanan

    yang menunjang untuk memenuhi kadar haemoglobinnya,

    sehingga masih banyak remaja yang mengalami anemia, meskipun

    pengetahuan dan pemahamannya tentang anemia atau gizi baik

    (Notoatmodjo, 2010).

    Pengetahuan yang dimiliki remaja tersebut belum diterapkan

    dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, remaja sudah

  • mengetahui tentang sarapan sebagai salah satu penyebab anemia

    namun tetap masih banyak yang tidak sarapan sebelum berangkat

    sekolah. Hal ini menggambarkan bahwa pengetahuan belum dapat

    merubah perilaku

    Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

    pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam

    suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan

    lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya

    mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan

    karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap

    pribadi atau sikap seseorang (Notoatmodjo, 2010).

    Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan rata-rata nilai pre

    test adalah 1,000 dan mengalami perubahan setelah post test yaitu

    1,749. hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat

    pengetahuan setelah dilakukan konseling gizi dan pemberian tablet

    besi folat. Pengetahuan dan sikap yang baik tentang gizi belum

    pasti semakin baik zat gizi yang dikonsumsi. Hal ini terjadi karena

    remaja putri memiliki kecenderungan lebih mementingkan

    penampilannya atau menjaga kecantikan tubuhnya, kuatir menjadi

    gemuk, sehingga membatasi diri dengan memilih makanan yang

    tidak mengandung banyak energi, tidak mau makan pagi serta

    kebiasaan menunda waktu makan. Mereka cenderung lebih

  • memilih konsumsi diet tanpa lemak atau hanya konsumsi buah-

    buahan daripada makanan sehat (Hamidah, 2009).

    Hasil penelitian ini Hapzah (2012) pada siswi kelas III di

    SMAN 1 Tinabung kabupaten Polewali Mandar menunjukkan

    bahwa bukan pengetahuan saja yang mempengaruhi kejadian

    anemia, bisa saja faktor lain yang mempengaruhi, seperti pola

    makan yang tidak baik, ekonomi keluarga, atau tidak suka sayuran

    sehingga tidak zat gizi tidak terpenuhi

    3. Sikap

    Sikap merupakan reaksi suatu stimulus atau objek.

    Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat

    ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo,

    2010).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap sampel sebelum

    intervensi sebagian besar memiliki sikap cukup yaitu 28 (90,3%).

    Pada saat penelitian dilakukan, remaja telah mengetahui tentang

    penyakit anemia dan umumnya remaja yang sudah mengetahui

    beberapa gejala anemia serta dampaknya.

    Sama halnya dengan kelompok kontrol sebagian besar

    dengan sikap cukup yaitu 23 (74,2%) karena sikap sampel yang

    senantiasa mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi

    yang sangat baik untuk kesehatan bagi remaja putri.

  • Namun sebelum intervensi masih terdapat kelompok kasus

    yang memiliki sikap kurang yaitu 3 (9,7%) karena perilaku remaja

    mengikuti budaya keluarga yang menjadi kebiasaan yang bertahan

    yaitu memiliki pantangan terhadap makanan tertentu seperti daging

    sapi, daging kambing, dan buah-buahan yang banyak mengandung

    protein tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai sumber zat besi

    (Farida, 2007)

    Dalam penelitian yang dilakukan sampel sebagian besar

    bersuku Torete memiliki budaya atau kebiasaan turun temurun

    bahwa terlalu banyak mengkonsumsi daging kambing atau daging

    sapi tidak baik untuk kesehatan.

    Sikap remaja masa kini dalam mencegah terjadinya anemia

    masih kurang baik ditandai dengan asupan zat besi dan kebutuhan

    zat gizi yang masih kurang pada masa pertumbuhan. Selain itu,

    remaja putri memiliki sikap yang sangat memperhatikan bentuk

    badan, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makan dan

    banyak pantangan terhadap makanan seperti pada diet vegetarian

    (Notoatmodjo, 2010).

    Setelah dilakukan intervesi berupa konseling menggunakan

    leaflet, pada kelompok kasus menunjukkan sikap cukup yaitu 30

    (96,8%). Hal ini disebabkan oleh kepatuhan sampel dalam

    mengkonsumsi tablet besi folat setiap harinya untuk mencegah

  • terjadinya anemia. Faktor lain kebiasaan sampel setiap pagi

    melakukan sarapan untuk menghindari terjadinya anemia.

    Sama halnya dengan kelompok kontrol setelah intervensi

    menunjukkan sebagian besar sikapnya cukup sebanyak 23

    (74,2%). Banyak faktor yang mempengaruhi anemia pada remaja

    seperti asupan zat gizi, aktifitas, pola menstruasi, pengetahuan,

    sikap tentang anemia. Anemia defisiensi besi menimbulkan

    dampak pada remaja putri antara lain cepat lelah, menurunnya

    daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi dan menurunnya

    kebugaran tubuh. Remaja putri rentan mengalami anemia karena

    selain terjadinya menarche dan ketidakteraturan menstruasi. Pola

    makan yang salah dan pengaruh pergaulan karena ingin langsing

    dan diet yang ketat menyebabkan berat badan turun.

    Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang akan memberikan

    energi yang cukup, sebaliknya akan berakibat menurunnya

    kemampuan otak, dan menurunnya semangat remaja dalam

    belajar. Takut berat badan naik dan kebiasaan makan yang tidak

    teratur penyebab anemia remaja (Proverawati, 2011).

    Faktor lain yaitu pengetahuan yang berpengaruh terhadap

    sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan dan selanjutnya akan

    berpengaruh terhadap keadaan gizi individu yang bersangkutan

    termasuk status anemia. Sebagian besar sampel berusia 17-18

    tahun, sehingga kemungkinan untuk mengetahui tentang anemia

  • cukup banyak terutama dari materi pelajaran dan media massa

    serta akses informasi yang lebih tinggi. Pengetahuan dapat

    diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, media massa dan

    orang lain. Orang yang memiliki pengetahuan yang baik akan

    memiliki kecenderungan untuk bersikap baik yang selanjutnya akan

    mempengaruhi perilaku (Notoatmodjo, 2010).

    Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan rata-rata nilai

    pre test adalah 1,000 dan mengalami perubahan setelah post test

    yaitu 1,967. hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap

    setelah dilakukan konseling gizi dan pemberian tablet besi folat.

    Keberhasilan konseling kesehatan di pengaruhi oleh faktor

    penyuluh. Penyuluh sendiri merupakan orang yang bergerak dalam

    bidang kesehatan, hal ini akan memberikan pengaruh pada sikap

    yang dimiliki responden. Selain itu faktor umur juga memberikan

    kontribusi meningkatkan pengaruh terhadap perubahan sikap, umur

    merupakan salah satu faktor sasaran.

    Sejalan dengan hasil penelitian Weliyati (2012) diketahui

    sebanyak 70,2% mengalami anemia pada remaja putri mempunyai

    sikap tidak mendukung terhadap anemia

    Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Proverawati

    (2011) bahwa sikap remaja putri minum teh paling tidak sejam

    sebelum atau setelah makan akan mengurangi daya serap sel

    darah terhadap zat besi sebesar 64 %. Pengurangan daya serap

  • akibat teh ini lebih tinggi daripada akibat sama yang ditimbulkan

    oleh minum segelas kopi setelah makan. Kopi mengurangi daya

    serap hanya 39 %

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    1. Sebelum dilakukan intervensi berupa konseling menggunakan leaflet,

    kelompok kasus dan kelompok kontrol semuanya tidak anemia,

    memiliki tingkat pengetahuan dan sikap yang cukup

    2. Setelah dilakukan intervensi berupa konseling menggunakan leaflet,

    kelompok kasus sebagian besar tidak anemia 30 (96,8%),

    pengetahuan cukup 30 (96,8%) dan sikap cukup 30 (96,8%), sama

    dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan konseling namun

    sebagian besar tidak anemia yaitu 27 (87,1%), pengetahuan cukup 25

    (80,6%), sikap cukup 23 (74,2%)

    3. Ada pengaruh konseling menggunakan leaflet dan pemberian tablet

    besi folat terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan kadar hemoglobin

    siswi MTsN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten Konawe

    Kepulauan.

  • B. Saran

    1. Dinas Kesehatan

    Sebaiknya melaksanakan supervisi secara teratur untuk melihat

    dan mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi anemia

    gizi besi di masyarakat serta melakukan pembinaan ke semua

    puskesmas, puskesmas pembantu dan polindes.

    2. Bagi Institusi yang Diteliti

    Perlu adanya kerjasama antara tenaga kesehatan dengan dinas

    pendidikan dalam mensosialisasikan dan memberikan informasi dan

    pendidikan kesehatan tentang anemia gizi besi serta memasukkan

    kurikulum tambahan tentang gizi pada remaja, khususnya gizi pada

    keadaan anemia gizi besi ke sekolah-sekolah, khususnya di MTsN

    Kecamatan Wawonii Tengah.

    3. Bagi Puskesmas

    Sebaiknya melakukan pendistribusian tablet besi folat serta

    pendeteksian dini anemia gizi besi dengan pengukuran kadar

    haemoglobin secara berkala ke sekolah-sekolah.

    4. Bagi Remaja Putri

    Perlu meningkatkan konsumsi energi, protein, besi, vitamin A,

    dan vitamin C terutama pada remaja putri yang mempunyai pola

    menstruasi tidak teratur, terlalu lama, dan menderita infeksi.

  • 5. Penelitian Selanjutnya

    Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi peneliti

    berikutnya untuk melakukan penelitian dengan desain yang berbeda

    yang berhubungan dengan kejadian anemia.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Abbas, dkk. 2005). Asupan Zat Besi Pada Remaja Putri Usia 10-14 Tahun

    di Pulau Barrang Lompo Makkasar Tahun 2003. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 1(1).

    Ahmady, Hapzah, Dina Mariana, 2016. Penyuluhan Gizi dan Pemberian

    Tablet Besi Terhadap Pengetahuan dan Kadar Hemoglobin Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Mamuju. Jurnal Kesehatan. Volume 2, Nomor 1, Juli 2016

    Almatsier. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. Gramedia Pustaka

    Utama Arisman, 2007. Buku Ajar Ilmu Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta:

    Penerbit Buku Kedokteran EGC Bertalina. 2015. Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Peningkatan

    Pengetahuan Tentang Gizi Seimbang Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan RajabasaKota Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan.; VI(1): 56-63.

    Budi Listyani, 2012, Pengaruh Pemberian Tablet Tambah Darah Terhadap

    Perubahan Kadar Hemoglobin (Studi Pada Siswi SMUN 1 Kecamatan Brebes dan MAN 1 Brebes). Skripsi

    Depkes RI, 2010. Petunjuk Teknik Standar Pelayanan Minimal (SPM).

    Jakarta Farida, 2007. Determinan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di

    Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Tesis Universitas Diponegoro Semarang

    Fitriani, 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Hamidah. 2009. Hubungan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian Anemia di

    Puskesmas Lamper Tengah Kota Semarang. (online). Available:http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&cp=read&id=jtptunimugdlhamidahmei-siog&q=hamidah. Diakses 28 Desember 2017

    Hapzah, Ramlah Yulita. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status

    Gizi Terhadap Kejadian Anemia Remaja Putri Pada Siswi Kelas III di SMAN 1 Tinabung Kabupaten Polewali Mandar. Skripsi

  • Irianto, K. 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: CV. Yrama Widya Kemenkes RI, 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas

    2013. Balitbangkes Jakarta ___________, 2014. Mother Days. In : Indonesia KKR. Editor Jakarta ___________, 2016. Surat Edaran tentang Pemberian Tablet Tambah

    Darah pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. Jakarta

    Masrizal. 2007. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat,

    September 2007 Nadimin, 2011. Pola Makan, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi Pegawai

    Dinkes Sulsel, Jurnal Media Gizi Pangan Vol XI Edisi 1, Januari–Juni 2011

    Notoatmodjo, 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta, PT.

    Rineka Cipta ___________. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

    Cipta. Proverawati, 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha

    Medika.

    Riduwan, 2010. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Alfabeta, Bandung

    Santoso dan Ranti. 2009. Kesehatan dan Gizi. Jakarta Rineka Cipta Sarwono, S., 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Saydam, 2011. Memahami Berbagai Penyakit. Bandung : Alfabeta.

    Sindhu S, Mangala S, Sherry B. 2013. Efficacy Of Moringa Oleifera In

    Treating Iron Deficiency Anemia In Women Of Reproductive Age

    Group. International Journal Of Phytotherapy Research, 3(4).

    Soebroto, 2009. Anemia, Jogjakarta : Bangkit

    Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung.

  • Supariasa, 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

    Survei Demografi Dan Kesehatan Reproduksi Remaja. 2012. Jakarta:

    Badan Pusat Statistik. http://chnrl.org/pelatihan-demografi/SDKI-2012.pdf.

    Wawan dan Dewi, 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan

    Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika Weliyati dkk, 2012. Faktor terjadinya anemia pada remaja putri di SMA

    Negeri Kota Metro. Skripsi Zulaekah. 2007. Efek Suplementasi Besi, Vitamin C dan Pendidikan Gizi

    Terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Yang Anemia Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Thesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.

    http://chnrl.org/pelatihan-demografi/SDKI-2012.pdfhttp://chnrl.org/pelatihan-demografi/SDKI-2012.pdf

  • Lampiran 1

    LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

    Kepada

    Yth, Bapak/Ibu/Saudara(i)

    Di

    Tempat

    Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir di Politeknik

    Kesehatan Kendari, maka saya :

    Nama : Hildawati Djufri

    Nim : P00313017058

    Status : Mahasiswa Poltekkes Program Studi Diploma IV

    Jurusan Gizi

    Akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Konseling

    Gizi dan Pemberian Tablet Besi Folat Terhadap Pengetahuan, Sikap dan

    Kadar Hemoglobin Siswi MTsN Kecamatan Wawonii Tengah Kabupaten

    Konawe Kepulauan”. Untuk kepentingan tersebut, saya mohon

    kesediaan Bapak/ibu untuk berkenan menjadi subyek penelitian

    (dijadikan sampel). Identitas dan informasi yang berkaitan dengan

    Bapak/ibu dirahasiakan oleh Peneliti.

    Atas partisipasi dan dukungannya, saya ucapkan banyak

    terima kasih

  • Kendari, Februari 2018

    Responden

    _______________

  • Lampiran 2

    LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

    (INFORMEND CONCENT)

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

    Nama :

    Umur :

    Alamat :

    menyatakan bersedia menjadi subyek (responden) dalam penelitian dari :

    Nama : Hildawati Djufri

    Nim : P00313017058

    Judul : Pengaruh Konseling Gizi dan Pemberian Tablet Besi

    Folat Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Kadar

    Hemoglobin Siswi MTsN Kecamatan Wawonii Tengah

    Kabupaten Konawe Kepulauan

    Informasi yang diberikan pada penelitian ini tidak akan memberikan

    dampak dan risiko apapun pada subyek penelitian, karena semata-mata

    untuk kepentingan peneliti. Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya

    mengenai hal-hal yang belum di mengerti dan telah mendapatkan

    jawaban yang jelas.

    Demikian pernyataan ini dengan sukarela tanpa ada paksaan dari

    pihak manapun, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

    Kendari, Februari 2018

    Responden

    _______________

  • Lampiran 3

    KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KONSELING GIZI DAN PEMBERIAN TABLET BESI

    FOLAT TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI MTSN KECAMATAN WAWONII

    TENGAH KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN

    A. Karakteristik Responden

    1. Kode responden : 2. Nama : 3. Umur : 4. Kelas : 5. Alamat :

    B. Status Anemia

    Hasil pemeriksaan kadar Hb ……….gr %

    Kriteria Penilaian :

    1. Anemia bila Hb < 12 gr %

    2. Tidak anemia bila Hb ≥ 12gr %

    C. Pengetahuan

    1. Apakah yang dimaksud dengan Anemia ? a. Suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang

    dari normal b. Darah rendah dalam tubuh c. Suatu keadaan kadar hemoglobinnya meningkat d. Tidak tahu

    2. Apa saja tanda dan gejala dari Anemia ? a. Cepat lelah, pucat pada kulit dan telapak tangan b. Diare dan kejang c. Nyeri dada dan kaki pegal d. Tidak tahu

    3. Menurut anda, apa penyebab remaja putri lebih beresiko terkena

    anemia adalah ? a. Remaja putri cenderung lebih sering melakukan diet b. Sering mengkonsumsi makanan siap saji seperti bakso dan mie

    ayam c. Kehilangan darah akibat peristiwa haid setiap bulannya

  • d. Tidak tahu 4. Menurut anda, kelompok yang paling beresiko menderita Anemia?

    a. Remaja putri b. Remaja putra c. Lansia ( lanjut usia ) d. Tidak tahu

    5. Menurut anda, berapa kadar Hb normal pada remaja putri adalah? a. Kadar Hb < 12g/dl b. Kadar Hb > 12g/dl c. Kadar Hb < 13g/dl d. Tidak tahu

    6. Dampak Anemia terhadap remaja putri adalah a. Konsentrasi belajar menurun b. Selalu terlambat datang bulan c. Bibir pecah-pecah d. Tidak tahu

    7. Faktor apa yang menyebabkan wanita kehilangan zat besi yang

    berlebihan dalam tubuh a. Menstruasi b. Kurang konsumsi makanan yang bergizi c. Bekerja keras d. Tidak tahu

    8. Anemia pada remaja putri dapat dicegah dengan banyak

    mengkonsumsi ? a. Makanan yang berlemak seperti coklat b. Makanan sumber zat besi, seperti daging sapi,hati ayam c. Makanan yang lunak seperti bubur d. Tidak tahu

    9. Dibawah ini yang merupakan makanan sumber zat besi atau

    makanan penambah darah yang berasal dari hewani adalah : a. Ikan dan nasi b. Tahu dan Tempe c. Hati ayam dan daging sapi d. Tidak tahu

    10. Dibawah ini yang merupakan makanan sumber zat bes