pengaruh kompetensi dan kepuasan kerja …digilib.unila.ac.id/58715/3/tesis tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH KOMPETENSI DAN KEPUASAN KERJA
TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BADAN
PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
KOTA BANDAR LAMPUNG
( Tesis )
Oleh
Akhmad Abidin Habibi
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ii
ABSTRAK
PENGARUH KOMPETENSI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA
PEGAWAI PADA BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh :
Akhmad Abidin Habibi
Penelitian bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kompetensi dan Kepuasan Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota
Bandar Lampung baik secara parsial maupun simultan . Tipe Penelitian yang digunakan
adalah Deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah Pegawai PNS dan Honorer
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung dengan sampel
penelitian sejumlah 68 orang responden yang terdiri dari 62 pegawai negeri sipil dan 6
pegawai honorer. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan studi lapangan dan
studi kepustakaan. Teknik Analisis data yang digunakan analisis korelasi dan analisis
regresi linear berganda dengan uji F dan uji t pada SPSS versi 21
Dari hasil analisis korelasi didapat hubungan antara variabel kompetensi dan variabel
kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai masuk dalam kategori kuat dan sangat kuat, hal
ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan variabel yang diteliti dalam
meningkatkan kinerja pegawai. Dari hasil analisis regresi linear berganda, diketahui
bahwa secara simultan kompetensi dan kepuasan kerja secara bersama-sama berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai bappeda kota bandar lampung. Secara
parsial kompetensi dan kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pegawai bappeda kota bandar lampung. Dari hasil uji hipotesis baik secara
simultan maupun parsial didapat hasil pengaruh yang positif dan signifikan antara
variabel kompetensi dan variabel kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai.
Kata Kunci: Kompetensi, Kepuasan Kerja, Kinerja Pegawai
iii
ABSTRACT
EFFECT OF COMPETENCE AND JOB SATISFACTION ON THE
PERFORMANCE OF EMPLOYEES ON PLANNING AND REGIONAL
DEVELOPMENT AGENCY IN BANDAR LAMPUNG
by:
Akhmad Abidin Habibi
The study aims to determine the effect of Competency and Job Satisfaction Against
Employee Performance On Planning and Regional Development of Bandar Lampung
either partially or simultaneously. Type of research used is descriptive quantitative.The
study population was a civil servant and Honorary Employee planning agency and
regional development Lampung port city with sample number of 68 respondents
composed of 62 civil servants and six permanent employees. Data collection techniques
using field studies and literature. Mechanical Analysis of the data used correlation
analysis and multiple linear regression analysis by F test and t test in SPSS version 21
From the analysis of the relationship between variables correlation obtained competence
and job satisfaction variables on the performance of employees in the category of strong
and very strong, it shows that there is a significant relationship variables studied in
improving employee performance. The results of multiple linear regression analysis, it is
known that simultaneously competence and job satisfaction simultaneously significant
effect on employee performance Bappeda city Lampung city. Partially competence and
job satisfaction have a significant effect on employee performance Bappeda city
Lampung city. Of the results of hypothesis testing either simultaneously or partially the
result of significant influence between variable competence and job satisfaction variables
on employee performance.
Keywords: Competence, Job Satisfaction, Employee Performance
PENGARUH KOMPETENSI DAN KEPUASAN KERJA
TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BADAN
PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
Nama : Akhmad Abidin Habibi
Npm: 1426021005
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN (M.IP)
Pada
Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 07 Juli 1990, sebagai anak
kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Rozali Yahya dan Ibu Maironi
Isa. Penulis menempuh pendidikan di TK Al-KAUTSAR di selesaikan pada tahun
1996, dilanjutkan dengan Sekolah Dasar di SD Al-Kautsar Bandar Lampung yang
diselesaikan pada tahun 2002. Pendidikan dilanjutkan ke Sekolah Menengah
Pertama di SLTP Al-Kautsar Bandar Lampung, yang diselesaikan pada tahun
2005. Penulis mengenyam pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA
AL-KAUTSAR Bandar Lampung, pendidikan ini diselesaikan pada tahun 2008.
Penulis berhasil menyelesaikan pendidikan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri
pada tahun 2013. Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program
Pascasarjana Universitas Lampung Jurusan Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
viii
Motto Man Jadda Wajada
Bila kita bersungguh-sungguh maka kita akan berhasil
Bismillah amin..
ix
Dengan Penuh Rasa Syukur Kepada Allah SWT
Kupersembahkan Karya Tulis Tesis Ini Untuk:
Ayahanda dan Ibunda Tercinta:
Rozali Yahya dan Ibuku Maironi Isa
Kakak Kandungku:
Anna Mutania Roza
Adik Kandungku:
Muhammad Isra Abi Putra
Serta:Seluruh Keluarga Besar Sidi Hi Muhammad Isa dan
Jagdi Yahya bin Ismail
x
SANWACANA
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan berkat dan
karunia-Nya Tesis ini dapat diselesaikan. Tesis dengan judul ”Pengaruh
Kompetensi dan Kepuasaan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Bappeda
Kota Bandar Lampung ” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Ilmu Pemerintahan di Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa
tesis ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Prof. Mustofa, M.A., Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Hertanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Magister Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
4. Ibu Dr. Feni Rosalia, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi demi penyempurnaan Tesis ini.
5. Ibu Rahayu Sulistiowati, S.sos., M.Si selaku Dosen Pembimbing Pembantu
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan
arahan, masukan serta saran kepada penulis.
6. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Bapak Dr. Syarief
Makhya, M.si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan yang
berharga demi perbaikan dan penyempurnaan tesis ini.
7. Staf Dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya
Jurusan Magister Ilmu Pemerintahan yang telah banyak membantu penulis
selama masa studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung.
8. Keluargaku tercinta, papa dan mama terbaik yang telah mendidik dan
memperjuangkan segalanya demi masa depanku. Semoga kelak aku bisa
membalas semua yang telah Papa Mama berikan untukku, dan semoga kelak
xi
aku bisa membahagiakan Papa dan Mama. Aku ingin menjadi anak yang
selalu bisa membanggakan dan berbakti kepada orang tua.
9. Almarhum Kakek dan almarhumah Nenek dari papa dan mama yang selalu
aku banggakan semoga kakek nenek tenang disisi-Nya, semoga aku cucu
kalian ini bisa membanggakan keluarganya, aminn ya robal alamin.
10. saudaraku tersayang keluarga besar mama papa baik yang di Bandar
Lampung, Jakarta terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.
11. Keluarga Himpunan Mahasiswa Magister Ilmu Pemerintahan, kakak tingkat,
teman-teman sekelasku, adik-adik tingkat terima kasih atas doa dan
dukungannya.
12. Sahabatku angkatan 2014: Mahendra, Andi darma putra, Agustoni, Herwin
Sagita, dan Ketua kelas Sigit Pitoyo. Saya sangat rindu kalian
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan dan semua dalam
lindung-Nya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua.
Bandar Lampung, Agustus 2019
Penulis
Akhmad Abidin Habibi
xii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. v
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................viii
SANWACANA ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .....................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................xv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………… 11
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………... 11
D. Kegunaan Penelitian……………………………………………….. 12
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu……………………………………………….... 13
B. Kompetensi………………………………………………………….. 14
C. Kepuasan Kerja……………………………………………………… 20
D. Kinerja Pegawai ……………………………………………………. 27
E. Relevansi Kompetensi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja…….. 35
F. Kerangka Pikir………………………………………………………. 38
G. Perumusan Hipotesis........................................................................... 40
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian………………………………………………………. 42
B. Definisi Konseptual………………………………………………… 42
C. Definisi Operasional ……………………………………………….. 44
D. Jenis Data…………………………………………………………… 45
E. Populasi Penelitian Dan Sample……………………………………. 45
F. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………. 46
G. Teknik Pengolahan Data................................................................. ....... 47
xiii
H. Pengukuran Instrumen Penelitian.................................................... ....... 48
I. Pengujian Instrumen Penelitian ……………………………………. 49
J. Teknik Analisis Data……………………………………………….. 50
K. Uji Hipotesis................................................................................... 52
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian…………………………………… 55
4.1.1 Visi dan Misi…………………………………………………… 63
4.1.2 Struktur Organisasi…………………………………………….. 65
4.1.3 Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan……………………… 67
4.2 Deskripsi Karakteristik Responden……………………………………. 68
4.2.1. Deskripsi responden berdasarkan kelompok umur………… 68
4.2.2. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin…………… 69
4.2.3. Deskripsi responden berdasarkan tingkat pendidikan…….. 70
4.2.4. Deskripsi responden berdasarkan masa kerja……………… 71
4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas…………………………………………... 71
4.3.1 Uji Validitas Kuesioner…………………………………………71
4.3.2 Uji reliabilitas kuesioner……………………………………….. 75
4.4 Analisis Deskriptif …………………………………………………… 76
4.5 Analisis Inferensial ……………………………………………………. 87
4.5.1 Koefisien Korelasi……………………………………………... 87
4.5.2 Koefisien determinasi (R2) Simultan…………………………. 89
4.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda…………………………….. 90
4.5.4 Penetapan Hipotesis…………………………………………… 91
4.6 Pembahasan...........……………………………………………………. 95
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………….103
5.2 Saran…………………………………………………………………...104
DAFTAR PUSTAKA...........……………………………………………….107
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya aparatur................... 6
Tebel 1.2. Tingkat Pendidikan Pegawai Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung ................................ 7
Tabel 1.3. Tingkat Capaian Kinerja Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Kota Bandar Lampung s/d Tahun 2014 .............................. 9
Tabel 1.4. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 14
Tabel 3.1. Operasional Variabel Penelitian......................................................44
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur..................... 68
Tabel 4.2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin........................ 69
Tabel 4.3. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ............... 70
Tabel 4.4. Karakteristik responden berdasarkan masa kerja ............................ 71
Tabel. 4.5 Hasil uji validitas variabel Kinerja.................................................. 72
Tabel. 4.6 Hasil uji validitas variabel kompetensi ........................................... 73
Tabel. 4.7 Hasil uji validitas variabel kepuasan kerja ...................................... 74
Tabel. 4.8 Hasil uji Reliabelitas variabel ......................................................... 75
Tabel. 4.9 Diskripsi variable ............................................................................ 76
Tabel. 4.10 Penilaian responden terhadap indikator variabel kompetensi ....... 78
Tabel. 4.11 Penilaian responden terhadap indikator variabel kepuasan kerja . 81
Tabel. 4.12 Penilaian terhadap indikator pada variabel kinerja pegawai ......... 85
Tabel. 4.13 Koefisien Korelasi Variabel..........................................................87
Tabel. 4.14 Regresi linier berganda ................................................................. 90
Tabel. 4.15. Uji hipotesis secara parsial (Uji t) ................................................ 94
Tabel. 4.16 Uji F variabel secara simultan ....................................................... 95
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.2. paradigma penelitian……………………………………….. 39
Gambar 4.1 Histogram distribusi frekuensi variabel kompetensi………… 78
Gambar 4.1 Histogram distribusi frekuensi variabel kepuasan kerja…….. 81
Gambar 4.1 Histogram distribusi frekuensi variabel kinerja pegawai…… 84
1
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuntutan terhadap pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN) guna mendapat kepercayaan yang besar dari
masyarakat serta agar terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi
peningkatan arus investasi guna mendorong laju pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi maupun mikro ekonomi dituntut adanya kebijakan
yang baik dan didukung oleh sumber daya manusai dalam hal ini pegawai
negeri sipil yang berkualitas dan memiliki kompetensi di bidang
pekerjaannya.
Upaya peningkatan kinerja pegawai salah satunya adalah
menegakkan dan menguatkan dasar mindset aparat birokrasi pada prinsip-
prinsip moral yang harus ditegakkan hal ini merupakan sebuah keharusan
bagi aparat pemerintah untuk lebih meningkatkan kesadaran akan
moralitasnya, mengingat mereka aktor utama dalam proses birokrasi di
pemerintahan. Sumber daya manusia dalam hal ini para pegawai dituntut
agar dapat terus bekerja dengan baik yang diukur melalui pencapaian target
pencapaian kinerja organisasi.
Kinerja (performance) sebagai gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
perencanaan strategi (Strategic Planning) suatu organisasi. Menurut Mahsun
(2006) Istilah kinerja sering juga digunakan untuk menyebut prestasi atau
2
tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa
diketahui hanya jika individu atau kelompok tersebut mempunyai kriteria
keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kriteria keberhasilan ini
berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa
ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin
dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya.
Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan diharapkan mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
dengan maksimal dan menjadi aparat yang bersih, berwibawa, terampil,
cakap dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas. Untuk dapat
melaksanakan tugas dengan baik, maka pembinaan pegawai diarahkan
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki sikap dan
perilaku yang berintikan pengabdian, kejujuran, tanggung jawab, disiplin
serta wibawa sehingga Pegawai Negeri Sipil sebagai Sumber Daya Aparatur
Pemerintahan yang professional memiliki kompetensi, tingkat kedisiplinan
dan kinerja yang baik guna mewujudkan Good Gavernance.
Dalam perspektif Otonomi Daerah, khususnya di Indonesia,
penerapan Good governance merupakan suatu urgensitas dalam upaya
mewujudkan pemerintahan daerah atau lokal governance yang efektif,
efisien, mandiri serta bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Hal ini
didukung pula dengan diberlakunya UU Nomor 32 Tahun 2004 yang telah
direvisi dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah yang akan memberikan peluang
lebih besar bagi terlaksananya asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
3
pembantuan; serta prinsip-prinsip otonomi daerah sehingga pemerintah
daerah mampu menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan
dan pelayanan kepada masyarakat (publik services) secara optimal dan tidak
terlalu bergantung lagi kepada pemerintah pusat (sentralistik) sebagaimana
era pemerintahan sebelumnya.
Pemerintahan Daerah menghendaki terciptanya efesiensi, efektifitas
dan produktifitas sistem pemerintahan dalam penyelenggaraan
pembangunan melalui sistem koordinasi yang baik dan terencana menuntut
peran sumberdaya manusia agar dapat meningkatkan mutu atau kinerja yang
harus diarahkan untuk mempertinggi keterampilan dan kecakapan pegawai
dalam menjalankan tugasnya sehinggra tercipta pemeritahan yang baik Good
governance.
Dukungan kompetensi yang dimiliki pegawai menjadi keuntungan
organisasi. Kompetensi adalah kemampuan dan kemauan untuk melakukan
tugas dengan kinerja yang efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Michael
Armstrong (1998), bahwa kompetensi adalah knowledge, skill, dan kualitas
individu untuk mencapai kesuksesan pekerjaannya. Dengan meningkatnya
kompetensi para pegawai, dapat meningkatkan produktivitas kerja para
pegawai. Sedangkan kata causally related berarti kompetensi adalah sesuatu
yang menyebabkan atau memprediksi perilaku dan kinerja. Dan kata
criterion referenced mengandung makna bahwa kompetensi sebenarnya
memprediksi siapa yang berkinerja baik dan kurang baik, diukur dari kriteria
atau standar yang digunakan.
4
Kompetensi yang dimiliki seorang pegawai, penempatkan pegawai
sesuai dengan disiplin ilmu (kompetensi) dengan pekerjaannya sangat
menjadi perhatian dalam pengelolaan sumber daya manusi saat ini agar
tercapai efektifitas dan efisien kerja para pegawainya. Latar belakang
pendidikan dengan disiplin ilmu dan kompetensi yang dimiliki harus
mumpuni dan sesuai dengan bidang pekerjaan, mempunyai peranan penting
dalam proses memperoleh dan meningkatkan kualitas kemampuan
profesional individu pegawai.
Kompetensi menurut Spencer and Spencer (dalam Dharma 2003:
111) adalah karakteristik dasar yang dimiliki seseorang yang berkaitan
dengan Kinerja orang tersebut dalam pekerjaannya. Karakteristik dasar
tersebut berupa pengetahuan, kemampuan, keterampilan, perilaku dan
konsep diri yang dimiliki seseorang yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan suatu jenis tugas/ jabatan tertentu yang menjadi
pekerjaannya. Jadi kompetensi sumber daya manusia dalam suatu organisasi
hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan organisasi yang bersangkutan
supaya efektif dan efisien dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi.
Menurut Moch As’ad ( 1995 : 104 ) Peningkatan kinerja pegawai
tentunya tidak lepas kepuasan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan,
karena pada dasarnya setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh
kepuasan dari tempatnya bekerja. Dimana kepuasan kerja merupakan hal
yang bersifat individual karena setiap individu akan memiliki tingkat
kepuasan yang berbeda sesuai dengan nilai yang berlaku dalam diri setiap
5
individu. Semakin banyak aspek pekerjaan yang sesuai dengan keinginan
individu, maka semakin tinggi kepuasan yang dirasakan.
Kepuasan Kerja merupakan sikap (positif) tenaga kerja terhadap
pekerjaannya, yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi kerja.
Penilaian tersebut dapat dilakukan terhadap salah satu pekerjaannya,
penilaian dilakukan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah satu
nilai-nilai penting dalam pekerjaan. Pegawai/Karyawan yang puas lebih
menyukai situasi kerjanya dari pada tidak menyukainya. Sedangkan nilai-
nilai pekerjaan merupakan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam
melakukan tugas pekerjaa dimana nilai yang ingin dicapai ialah nilai-nilai
pekerjaan yang dianggap penting oleh individu. Dikatakan selanjutnya
bahwa nilai-nilai pekerjaan harus sesuai atau membantu pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan dasar. Dikutip dari bukunya Siagian (2002 ; 65)
Kinerja karyawan atau pegawai dipengaruhi oleh beberapa faktor salah
satunya yaitu kepuasan kerja. Upaya peningkatan kompetensi dan kepuasan
kerja pegawai terus dilakukan melalui program Peningkatan Kapasitas
Sumberdaya aparatur namun upaya itu belum secara maksimal terealisasi.
Adapun indikator optimalisasi Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya
aparatur dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
6
Tabel 1.1 Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya aparatur
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintahan Daerah
dan Program/Kegiatan
Indikator Kinerja
Program
(Outcome)/Kegiatan
(output)
Tingkat Capaian
Kinerja dan
Realisasi
Anggaran Tahun
2017 (%)
Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya
aparatur
Kinerja Anggaran
Pendidikan dan pelatihan
formal
Terwujudnya
peningkatan
kompetensi aparatur
61.53 87.53
Pembayaran tunjangan
kesejahteraan lainnya
Terwujudnya
peningkatan
kesejahteraan PNS
61.67 43.99
Rata-rata capaian kinerja (%) 61.60 65.76
Predikat kinerja Rendah Rendah
Sumber: Renja Bappeda Kota Bandar Lampung Tahun 2017
Hasil capaian kinerja Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Kota Bandar Lampung berdasarkan data tabel diatas terlihat masih masuk
dalam kategori rendah, dari berdasarkan teori adanya korelasi dan pengaruh
terhadap kompetensi dan kepuasan kerja pegawai terhadap peningkatan
kinerja pegawai dalam sebuah organisasi.
Permasalahan yang terjadi pada Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung, Program pendidikan dan
pelatihan formal guna terwujudnya peningkatan kompetensi aparatur negeri
sipil (Pegawai) pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
dengan capaian kinerja tahun 2017 sebesar 61,53 persen dengan rimcian
program:
1. Program pendidikan dan pelatihan formal guna Terwujudnya
peningkatan kompetensi aparatur dengan serapan kinerja sebesar 61.53
persen dan serapan anggaran 87.53 persen.
7
2. Program pembayaran tunjangan kesejahteraan lainnya guna
terwujudnya peningkatan kesejahteraan PNS dengan serapan kinerja
sebesar 61.67 persen dan serapan anggaran 43.99 persen.
Dari data tersebut di atas menjadi dasar dan cerminan bahwa
pelaksanaan peningkatan kompetensi dan kesejahteraan pegawai guna
memberikan kepuasan kerja pegawai pada Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung masih rendah dan perlu
ditingkatkan guna mendukung tercapainya kinerja yang optimal.
Begitu juga untuk pendidikan formal pegawai Badan Perencanaan
Daerah Kota Banda Lampung masih didominasi pegawai dengan tingkat
pendidikan starata satu (S1). Tingkat pendidikan pegawai Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung dapat dilihat
pada data dibawah ini:
Tabel 1.2. Tingkat Pendidikan Pegawai Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Kota Bandar Lampung
Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
Strata 2 19 27.94
Strata 1 37 54.41
Diploma 4 5.88
SMU/ Sederajat 8 11.76
Jumlah 68 100
Sumber : Bappeda Kota Bandar Lampung, 2017
Pelaksanaan program dan tingkat pendidikan yang dimiliki para
pegawai menjadi cermin dan tolak ukur kompetensi yang dimiliki para
8
pegawai pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bandar
Lampung yang belum berjalan secara baik hal ini terlihat masih
didominasinya pegawai yang berpendidikan strata satu serta masih
terdapatnya pegawai dengan tingkat pendidikan diploma dan SMA/SMK
sederajat, hal ini seharusnya menjadi perhatian lebih karena kita ketahui
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung
merupakan salah satu organisasi yang mempunya peran vital terhadap
pembangunan di kota Bandar Lampung.
Dampak dari kurangnya motivasi kerja yang ada pada para pegawai
menimbulkan ketidak puasan kerja begitu pula dengan kemampuan kerja
para pegawai yang belum optimal serta kompetensi yang dimiliki pegawai
karna masih kurangnya pelaksanaan pendidikan dan pelatihan untuk
menunjang tugas dan tanggung jawab yang bebankan kepada mereka dapat
berpengaruh terhadap kinerja pegawai yang dihasilkan baik dari segi
efektifitas maupun efisiensi dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi.
Capaian kinerja organisasi pada Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Kota Bandar Lampung dapat tercermin pada tabel dibawah ini:
9
Tabel 1.3. Tingkat Capaian Kinerja Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Kota Bandar Lampung s/d Tahun 2017
No PROGRAM
Rata-rata
Capaian
Kinerja
(%)
Predikat
Kinerja
Penataan Ruang
1
Program Pengendalian Pemanfaatan
Ruang 73,78 Sedang
Perencanaan Pembangunan
2 Program Penanggulangan Kemiskinan 87,47 Tinggi
3
Program Perencanaan Pembangunan
Daerah 97,90 Sangat Tinggi
4 Program Perencanan Sosial Budaya 27.31 Sangat Rendah
5
Program Perencanan Pembangunan
Ekonomi 100 Sangat Tinggi
6
Program Perencanan Prasarana
Wilayah dan Sumberdaya Alam 95,31 Sangat Tinggi
7 Program Kerjasama Pembangunan 20 Sangat Rendah
8
Program Peningkatan Kapasitas
Sumberdaya aparatur 61,60 Rendah
9
Program Pelayanan Administrasi
Perkantoran 73,69 Sedang
10
Program Sarana dan Prasarana
Aparatur 64,36 Rendah
11
Program Peningkatan Pengembangan
Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan
Keuangan 81,08 Tinggi
TOTAL RATA-RATA CAPAIAN
KINERJA 70,82 Sedang
Sumber : LAKIP Bappeda Kota Bandar Lampung Tahun 2017
Berdasarkan pada tabel diatas maka dapat tercermin kinerja
organisasi Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bandar
Lampung tahun 2017 dimana masih banyak pelaksanaan program yang
masih memiliki predikat rendah bahkan sangat rendah. Dari sebelas
program yang ada pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Kota Bandar Lampung masih terdapat beberapa program dengan predikat
sangat rendah yaitu terdapat pada pelaksanaan Program Perencanan Sosial
Budaya dan Program Kerjasama Pembangunan.
10
Sedangkan untuk capaian program dengan predikat rendah pada
Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya aparatur dan Program Sarana
dan Prasarana Aparatur serta untuk capaian kinerja organisasi dengan
predikat sedang pada program Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Secara umum pencapaian
program kinerja Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota
Bandar Lampung masuk dalam kategori sedang capaian 70,82 persen.
Membawa visi terwujudnya perencanaan pembangunan daerah
yang koordinatif, partisipatif dan akuntabel menuntut BAPPEDA Kota
Bandar Lampung sebagai lembaga perencanaan dan mengkoordinasikan
aspek-aspek perencanaan dari seluruh satuan kerja maupun masyarakat
agar dapat lebih optimal menjalankan perannya sebagai koordinator
pembangunan dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini
Apratur Sipil Negara yang memiliki kapabilitas, berkualitas, memiliki
integritas yang tinggi, dan responsibilitas guna dapat mengoptimalkan
kinerja organisasi.
Capaian kinerja organisasi pada Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung tentunya masih banyak hal
yang harus diperbaiki guna mendukung pencapaian kinerja organisasi
yang optimal, melihat permasalahan dan latar belakang dan diperkuat
dengan adanya penelitian terdahulu maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Pengaruh kompetensi dan kepuasan kerja terhadap
kinerja pegawai pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota
Bandar Lampung.
11
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan
diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebuah permasalahan pokok yang
akan dibahas yaitu:
1. Berapa besar dan signifikan pengaruh kompetensi terhadap kinerja
Pegawai pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota
Bandar Lampung?
2. Berapa besar dan signifikan pengaruh kepuasan kerja pegawai terhadap
kinerja Pegawai pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Kota Bandar Lampung?
3. Berapa besar dan signifikan pengaruh secara simultan kompetensi dan
kepuasan kerja pegawai terhadap kinerja Pegawai pada Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kompetensi terhadap kinerja
Pegawai pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota
Bandar Lampung.
2. Untuk mengetahui besarnya kepuasan kerja terhadap kinerja Pegawai
pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bandar
Lampung.
3. Untuk mengetahui besarnya kompetensi dan kepuasan kerja terhadap
kinerja Pegawai pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Kota Bandar Lampung
12
D. Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua kegunaan yaitu:
1. Teoritis
a. Diharapkan hasil penelitian ini sebagai sumbang ilmu guna
pengembangan keilmuan khususnya manajemen pemerintahan
serta dapat menjadi bahan pertimbangan dan pemikiran bagi para
peneliti lain yang berminat dalam masalah yang penulis teliti.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu dan
pengetahuan bagi penulis.
2. Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan kedalam dunia
kerja khususnya pegawai pada Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kota Bandar Lampung, tentang bagaimana cara
meningkatkan Kinerja, mencari solusi yang tepat dalam
meningkatkan Kinerja Pegawai.
b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi organisasi dalam
meningkatkan Kinerja Pegawai pada Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung.
13
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu tentang kompetensi dan kepuasan kerja, serta kinerja
pegawai sabagai berikut:
1. Penelitian Sarmadi (2002), Sidri dengan judul Analisis Pengaruh
Kompetensi dan Kepuasan Kerja terhadap kinerja dosen pada Jurusan
Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang kesimpulan baik
secara parsial maupun secara simultan Kompetensi dan Kepuasan Kerja
berpengaruh secara nyata terhadap Kinerja Dosen pada Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang.
2. Penelitian Muhadi (2007), dengan judul Analisis Pengaruh Kepuasan
Kerja Terhadap Komitmen Organisasional Dalam Mempengaruhi
Kinerja Karyawan kesimpulan dan penelitian kepuasan kerja dan
komitmen organisasional berpengaruh secara positif terhadap kinerja
karyawan
3. Penelitian Didik Hadiyatno (2010), Pengaruh Kompetensi, Kompensasi,
Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Ciomas
Adisatwa Balikpapan dengan hasil penelitian Secara simultan varibel
kompetensi, kompensasi, dam kepuasan kerja mempunyai pengaruh
terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu diatas, dapat dibuat matrik
tabulasi penelitian terdahulu yang relevan.
14
Tabel 1.4. Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Variabel
bebas
Variabel
terikat Keterangan
X1 X2 X3 Y
1 Sarmadi (2002) √ √ √
X1 Kompetensi
X2 Kepuasan Kerja
Y Kinerja
2 Muhadi (2007) √ - √ X1 Kepuasan Kerja
Y Kinerja
3 Didik Hadiyatno
(2010) √ - √ √
X1 Kompetensi
X3 Kepuasan Kerja
Y Kinerja
Dari hasil analisis terhadap penelitian terdahulu terhadap variabel
kompetensi dan kepuasan kerja dapat disimpulkan bahwa variabel
kompetensi dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai
pada sebuah organisasi, maka dari hasil penelitian tersebut menjadi dasar
peneliti dalam menentukan hipotesa terhadap penelitiannya.
B. Kompetensi
Kompetensi adalah suatu hal yang dikaitkan dengan kemampuan,
pengetahuan/wawasan, dan sikap yang dijadikan suatu pedoman dalam
melakukan tanggung jawab pekerjaan yang dikerjakan oleh pegawai.
Kesuksesan yang didapat pegawai adalah hasil dari peningkatan
kompetensi pegawai selama bekerja di tempat kerjanya.
Kompetensi oleh Spencer dalam moeheriono (2009:3) adalah
karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektifitas kinerja
individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar individu yang
15
memiliki hubungan kausal atau sebab-akibat dengan kriteria yang
dijadikan acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior di tempat kerja
atau pada situasi tertentu ( A competency is an underlying characteristic of
an individual that is causally related to criterian referenced effective and
or superior performance in a job or situation). Berdasarkan dari definisi
kompetensi ini, maka beberapa makna yang terkandung didalamnya adalah
sebagai berikut.
1. Karakteristik dasar (underlying characteristic) kompetensi adalah
bagian dari kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang serta
mempunyai perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan tugas
pekerjaan.
2. Hubungan kausal (causally related) berarti kompetensi dapat
menyebabkan atau digunakan untuk memprediksi kinerja seseorang,
artinya jika mempnyai kompetensi tinggi, maka akan mempunyai kinerja
tinggi pula (sebagai akibat).
3. Kriteria ( criterian referenced) yang dijadikan sebagai acuan, bahwa
kompetensi secara nyata akan memprediksikan seseorang dapat bekerja
dengan baik, harus terukurdan spesifik atau terstandar.
Kemudian, ia mengatakan bahwa kompetensi merupakan sebuah
karakteristik dasar seseoarang yang mengindikasikan cara berfikir,
bersikap, dan bertindak serta menarik kesimpulan yang dapat dilakukan
dan dipertahankan oleh seseorang pada waktu periode tertentu. Mereka
juga mengatakan dari karakteristik dasar tersebut dapat mengetahui tingkat
kompetensi atau standar kompetensi yang dapat mengetahui tingkat kinerja
16
yang diharapkan dan mengkategorikan tingkat tinggi atau dibawah rata-
rata. Oleh karena itu, penentuan ambang kompetensi tersebut sangat
dibutuhkan dan penting sekali tentunya karena akan dapat dijadikan
sebagai dasar pertimbangan bagi proses rekrutmen, seleksi, perencanaan,
evaluasi kinerja, dan pengembangan sumber daya manusia lainnya.
Pendapat ahli lainnya mengatakan bahwa kompetensi berhubungan dengan
sikap, watak kepribadian, dan pengetahuan yang diperolehnya.
Menurut Pfeffer, dkk (2003:110) terdapat 5 karateristik kompetensi
yaitu :
a. Motif (Motives)
Motif adalah sesuatu di mana seseorang secara konsisten berfikir sehingga
ia melakukan tindakan.
b. Perangai (Traits)
Perangai adalah watak yang membuat orang untuk berprilaku atau
bagaimana seseorang merespon sesuatu dengan cara tertentu.
c. Konsep Diri (Self Concept)
Konsep diri adalah sikap atau nilai yang diukur dengan tes responden
untuk mengetahui apa yang dinilai baik oleh seseorang, apa yang pernah
dilakukan atau apa yang ingin mereka lakukan.
d. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang
tertentu. Pengetahuan (Knowledge) merupakan kompetensi yang
kompleks.
e. Kemampuan (Skills)
17
Skills adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik
secara fisik maupun mental.
Sedangkan kategori kompetensi Spencer and Spencer (1993) dalam
Pfeffer, dkk (2003:113) menurut kriteria yang digunakan memprediksi kinerja
suatu pekerjaan bahwa kompetensi dibagi atas 2 (dua) kategori yaitu :
a. Threshold Competencies adalah karateristik utama (biasanya pengetahuan
atau keahlian dasar seperti kemampuan untuk membaca) yang harus di
miliki seseorang agar dapat melaksanakan pekerjaannya. Tetapi tidak
untuk membedakan seseorang yang berkinerja tinggi dan rata-rata
kompetensi threshold untuk seorang sales adalah pengetahuan tentang
produk atau kemampuannya untuk mengisi formulir.
b. Differentiating Competencies adalah faktor-faktor yang membedakan
individu yang berkinerja tinggi dan rendah. Misalnya, seseorang yang
memiliki orientasi motivasi (konsep diri), biasanya yang diperhatikan pada
penetapan tujuan yang melebihi apa yang ditetapkan organisasi.
Sudarmanto (2009:45) mengutarakan bahwa kompetensi
merupakan suatu atribut untuk melekatkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan unggul. Atribut tersebut adalah kualitas yang diberikan
pada orang atau benda, yang mengacu pada karakteristik tertentu yang
diperlukan untuk dapat melaksanakan pekerjaan secara efektif. Atribut
tersebut terdiri atas pengetahuan, keterampilan, dan keahlian atau
karakteristik tertentu. Dengan beberapa pengertian dari para ahli, maka
dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah karakteristik dasar yang
18
dimiliki oleh seseorang yang dapat menciptakan kinerja yang baik dalam
melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Kompetensi sumber daya manusia dalam suatu organisasi
hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan organisasi yang bersangkutan
supaya efektif dan efisien dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi.
Menurut Spencer and Spencer (dalam Dharma, 2003; 111) Kompetensi
adalah karakteristik dasar yang dimiliki seseorang yang berkaitan dengan
efektivitas kinerja orang tersebut dalam pekerjaannya. Karakteristik dasar
tersebut berupa pengetahuan, kemampuan, keterampilan, perilaku dan
konsep diri yang dimiliki seseorang yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan suatu jenis tugas tertentu yang menjadi pekerjaannya.
Kata kompetensi berasal dari kata competence atau competency,
yang berarti kecakapan, kemampuan, atau kewenangan. Dari pengertian
tersebut dapat ditarik pengertian bahwa kompetensi adalah kapasitas
kemampuan, kecakapan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan
yang sudah menjadi keahliannya. Dengan demikian ia dianggap kompeten
atau berwenang dalam bidang pekerjaan tersebut. Jadi pekerjaan tersebut
memang merupakan profesinya. Maka orang tersebut akan sukses dalam
melaksanakan pekerjaannya apabila ditugaskan pada bidang kerjanya.
Organisasi yang berbeda akan mendefinisikan kompetensi secara
berbeda. Seperti menggunakan kompetensi sebagai sinonim dari
pengetahuan, keahlian, ketrampilan, dan kemampuan tertentu yang
menjadi persyaratan melakukan pekerjaan (Dessler, 2004:70). Sedangkan
menurut Pfeffer, dkk (2003:109) kompetensi yaitu : Karakteristik yang
19
mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektifitas kinerja individu dalam
pekerjaanya (an underlying characteristi`s of an individual which is causally
related to criterion referenced effective and or superior performance in a job
or situation.
Berdasarkan definisi tersebut kata an underlying characteristi`s
mengandung makna kompetensi adalah bagian kepribadian yang mendalam
dan melekat kepada seseorang serta perilaku yang dapat diprediksi pada
berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Sedangkan kata causally related
berarti kompetensi adalah sesuatu yang menyebabkan atau memprediksi
perilaku dan kinerja. Dan kata criterion referenced mengandung makna
bahwa kompetensi sebenarnya memprediksi siapa yang berkinerja baik dan
kurang baik, diukur dari kriteria atau standar yang digunakan.
Spencer and Spencer juga berpendapat bahwa kompetensi dapat
dapat dibagi dua, yaitu: threshold dan differentiating. Treshold
competencies adalah karakteristik dasar, berupa pengetahuan atau keahlian
dasar yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat melaksanakan
pekerjaannya. Sedangkan yang dimaksud dengan differentiating
competencies adalah faktor-faktor yang membedakan individu yang
berkinerja tinggi dengan individu yang berkinerja rendah.
Sedangkan menurut Coward dkk (1990;124) dalam Ivancevich dkk
(2006;87) mengemukakan bahwa kompetensi merupakan kemampuan
individu berdasarkan pengetahuan dan keterampilannya yang ditunjukkan
dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Beberapa karyawan, walau memiliki motivasi yang tinggi, tidak memiliki
kemampuan atau keterampilan untuk berkinerja dengan baik. Kemampuan
20
dan keterampilan memainkan peran yang penting dalam perilaku dan
kinerja individu.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ide awal dari
penggunaan sistem kompetensi ini adalah sebagai alat penentu untuk
memprediksikan keberhasilan kerja (kinerja). Namun dalam
perkembangannya ternyata sistem ini bisa diaplikasikan untuk banyak hal,
antara lain digunakan sebagai dasar dalam proses perencanaan, seleksi,
suksesi, penilaian dan evaluasi kinerja, kompensasi, dan pengembangan
sumber daya manusia lainnya.
C. Kepuasan Kerja
Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan
dari tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang
bersifat individual karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan
yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam diri setiap
individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan
keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan.
Kepuasan kerja sering dijadikan ukuran tingkat kematangan suatu
organisasi dalam kehidupan organisasi modern. Hal ini berarti bahwa
organisasi dikelola dengan baik yang merupakan hasil manajemen yang
efektif. Terpuaskannya berbagai keinginan dan kebutuhan karyawan
sangat menentukan sikap dan perilaku mereka dalam bekerja. Teori
kepuasan kerja ini merupakan bagian dari teori motivasi. Teori ini
mencoba menjawab pertanyaan, kebutuhan apa yang memuaskan dan
mendorong semangat bekerja seseorang, atau dengan kata lain hal-hal
21
yang memotivasi semangat bekerja seseorang untuk memenuhi kebutuhan
dan kepuasan materiil maupun non materiil yang diperoleh dari hasil
pekerjaannya. Jika kebutuhan dan kepuasannya semakin terpenuhi maka
semangat bekerjanya pun akan semakin baik dan sebaliknya bila
kebutuhan seseorang belum terpenuhi secara puas maka motivasi dalam
dirinya bisa semakin berkurang.
Menurut Kreitner dan Kinicki (2001;271) kepuasan kerja adalah
“suatu efektifitas atau respons emosional terhadap berbagai aspek
pekerjaan”. Davis dan Newstrom (1985;105) mendeskripsikan “kepuasan
kerja adalah seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau
tidaknya pekerjaan mereka”. Menurut Robbins (2003;78) kepuasan kerja
adalah “sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan
perbedaan antara jumlah penghargaan yag diterima pekerja dan jumlah
yang mereka yakini seharusnya mereka terima”.
Kepuasan kerja merupakan respon afektif atau emosional terhadap
berbagai segi atau aspek pekerjaan seseorang sehingga kepuasan kerja
bukan merupakan konsep tunggal. Seseorang dapat relatif puas dengan
salah satu aspek pekerjaan dan tidak puas dengan satu atau lebih aspek
lainnya. Kepuasan Kerja merupakan sikap (positif) tenaga kerja terhadap
pekerjaannya, yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi kerja.
Penilaian tersebut dapat dilakukan terhadap salah satu pekerjaannya,
penilaian dilakukan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah satu
nilai-nilai penting dalam pekerjaan. Karyawan yang puas lebih menyukai
situasi kerjanya daripada tidak menyukainya.
22
Perasaan-perasaan yang berhubungan dengan kepuasan dan
ketidakpuasan kerja cenderung mencerminkan penaksiran dari tenaga kerja
tentang pengalaman-pengalaman kerja pada waktu sekarang dan lampau
daripada harapan-harapan untuk masa depan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat dua unsur penting dalam kepuasan kerja, yaitu nilai-nilai
pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar. Nilai-nilai pekerjaan
merupakan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan tugas
pekerjaan. Yang ingin dicapai ialah nilai-nilai pekerjaan yang dianggap
penting oleh individu. Dikatakan selanjutnya bahwa nilai-nilai pekerjaan
harus sesuai atau membantu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan
hasil dari tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja.
Kepuasan kerja secara keseluruhan bagi seorang individu adalah
jumlah dari kepuasan kerja (dari setiap aspek pekerjaan) dikalikan dengan
derajat pentingnya aspek pekerjaan bagi individu. Seorang individu akan
merasa puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya merupakan sesuatu
yang bersifat pribadi, yaitu tergantung bagaimana ia mempersepsikan
adanya kesesuaian atau pertentangan antara keinginan-keinginannya
dengan hasil keluarannya (yang didapatnya). Sehingga dapat disimpulkan
pengertian kepuasan kerja adalah sikap yang positif dari tenaga kerja
meliputi perasaan dan tingkah laku terhadap pekerjaannya melalui
penilaian salah satu pekerjaan sebagai rasa menghargai dalam mencapai
salah satu nilai-nilai penting pekerjaan.
23
Siagian (2001:295) menjelaskan bahwa pembahasan mengenai
kepuasan kerja bukan hal yang sederhana, baik dalam arti konsepnya
maupun dalam arti analisisnya, karena kepuasan mempunyai konotasi
yang beraneka ragam. Meskipun demikian tetap relevan untuk mengatakan
bahwa kepuasan kerja merupakan suatu cara pandang seseorang baik yang
bersifat positif maupun bersifat negatif tentang pekerjaannya. Umar
(2001:36) menjelaskan bahwa : “Kepuasan kerja merupakan penilaian atau
cerminan dari perasaan pekerjaan terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak
dalam sikap positif pekerja terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang
dihadapi lingkungan kerjanya”.
Dampak kepuasan kerja dapat dipantau dengan mengaitkannya
pada output yang dihasilkan contohnya : kepuasan kerja dengan absensi,
kepuasan kerja dengan efek lainnya seperti kesehatan mental, kecelakaan
kerja dan lain-lain. Jadi kepuasan kerja seseorang pada dasarnya
tergantung kepada selisih antara harapan, kebutuhan, atau nilai dengan apa
yang menurut perasaannya atau persepsinya telah diperoleh atau dicapai
melalui pekerjaannya. Seseorang akan merasa puas bila tidak ada
perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan,
karena batas minimum yang diinginkan telah terpenuhi.
Menurut Handoko (2001:193) kepuasan kerja adalah : “Keadaan
emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana
para karyawan memandang pekerjaan mereka”. Sumber kepuasan kerja
apabila karyawan bergabung dalam suatu organisasi ia membawa serta
seperangkat keinginan, kebutuhan, hasrat, dan pengalaman masa lalu yang
24
menyatu, membentuk harapan kerja. Kepuasan kerja menunjukkan
kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dan imbalan yang
disediakan pekerjaan, jadi kepuasan kerja juga berkaitan erat dengan teori
keadilan, perjanjian psikologis, dan motivasi. Menurut Indra dan Adam,
(2000:115) kepuasan kerja adalah : ”sikap emosional yang menyenangkan
dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja,
disiplin, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan,
diluar pekerjaan dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan”.
Kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang
yang menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan yag diterima
pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka terima
(Robbin, 2003:78). Sedangkan menurut Greenberg dan Baron (2003:148)
mendeskripsikan kepuasan kerja sebagai sikap positif atau negatif yang
dilakukan individu terhadap pekerjaan mereka. Selain itu Gibson
(2000:106) menyatakan kepuasan kerja sebagai sikap yang dimiliki para
pekerja tentang pekerjaan mereka. Hal itu merupakan hasil dari persepsi
mereka tentang pekerjaan. Sehingga dapat disimpulkan pengertian
kepuasan kerja adalah sikap yang positif dari tenaga kerja meliputi
perasaan dan tingkah laku terhadap pekerjaannya melalui penilaian salah
satu pekerjaan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah satu nilai-
nilai penting pekerjaan.
25
Ada lima faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja
(Kreitner dan Kinicki 2001:225) yaitu sebagai berikut :
a. Pemenuhan kebutuhan (Need fulfillment)
Kepuasan ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan
memberikan kesempatan pada individu untuk memenuhi
kebutuhannya.
b. Perbedaan (Discrepancies)
Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan
harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan apa
yang diperoleh individu dari pekerjaannya. Bila harapan lebih besar
dari apa yang diterima, orang akan tidak puas. Sebaliknya individu
akan puas bila menerima manfaat diatas harapan.
c. Pencapaian nilai (Value attainment)
Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan
pemenuhan nilai kerja individual yang penting.
d. Keadilan (Equity)
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu diperlakukan
di tempat kerja.
e. Komponen genetik (Genetic components)
Kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor genetik. Hal
ini menyiratkan perbedaan sifat individu mempunyai arti penting
untuk menjelaskan kepuasan kerja disamping karakteristik lingkungan
pekerjaan.
26
Terdapat hubungan positif rendah antara kepuasan dan prestasi
kerja. Sementara itu menurut Gibson (2000:110) menggambarkan
hubungan timbal balik antara kepuasan dan kinerja. Di satu sisi dikatakan
kepuasan kerja menyebabkan peningkatan kinerja sehingga pekerja yang
puas akan lebih produktif. Di sisi lain terjadi kepuasan kerja disebabkan
oleh adanya kinerja atau prestasi kerja sehingga pekerja yang lebih
produktif akan mendapatkan kepuasan. Sementara itu menurut Wibowo,
2007;103 ada dua pendekatan yang digunakan untuk melakukan
pengukuran kepuasan kerja yaitu :
1. Single Global Rating yaitu meminta individu merespon atas suatu
pertanyaan seperti; dengan mempertimbangkan semua hal, seberapa
puas anda dengan pekerjaan anda? Individu bisa menjawab puas dan
tidak puas.
2. Summation Scoren yaitu dengan mengidentifikasi elemen kunci dalam
pekerjaan dan menanyakan perasaan pekerja tentang maing-masing
elemen. Faktor spesifik yang diperhitngkan adalah sifat pekerjaan,
supervisi, upah, kesempatan promosi dan hubungan dengan rekan kerja.
Ada empat cara tenaga kerja mengungkapkan ketidakpuasan
Robbins (2003):
a. Keluar (Exit) yaitu meninggalkan pekerjaan termasuk mencari
pekerjaan lain.
b. Menyuarakan (Voice) yaitu memberikan saran perbaikan dan
mendiskusikan masalah dengan atasan untuk memperbaiki kondisi.
27
c. Mengabaikan (Neglect) yaitu sikap dengan membiarkan keadaan
menjadi lebih buruk seperti sering absen dan membuat kesalahan.
d. Kesetiaan (loyality) yaitu menunggu secara pasif sampai kondisi
menjadi baik termasuk membela organisasi terhadap kritik dari luar.
D. Kinerja Pegawai
Setiap individu yang bekerja dan organisasi yang beroperasi pasti
berorientasi pada visi, tujuan dan sasaran tertentu. Organisasi pasti
mengetahui apa yang dihadapkan pada customer atau klien selama waktu
tertentu sebagaimana tergambar dalam visi organisasinya, dan individu
juga seharunya tahu apa yang menjadi sasaran atau target dari
pekerjaannya selama kurun waktu tertentu.
Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja (job
performance) karyawan, untuk itu setiap perusahaan akan berusaha untuk
meningkatkan kinerja karyawannya dalam mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan. Budaya organisasi yang tumbuh dan terpelihara
dengan baik akan mampu memacu organisasi ke arah perkembangan yang
lebih baik. Di sisi lain, kemampuan pemimpin dalam menggerakkan dan
memberdayakan karyawan akan mempengaruhi kinerja.Kinerja karyawan
mengacu pada prestasi seseorang yang diukur berdasarkan standar dan
kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan. Pengelolaan untuk mencapai
kinerja sumber daya manusia tinggi dimaksudkan guna meningkatkan
perusahaan secara keseluruhan (Fuad Mas’ud, 2004;45).
Menurut Mangkunegara (2001;89) kinerja dapat didefinfisikan
sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh
28
seseorang karyawan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya. Soeprihantono (1988;124) mengatakan
bahwa kinerja merupakan hasil pekerjaan seorang karyawan selama
periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya
standard, target/ sasaran/ kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan
telah disepakati bersama.
Kinerja merupakan hasil atau tingkatan keberhasilan seseorang
secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksan akan tugas
dibandingkan dengan standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria
yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Rivai,
2004). Lebih lanjut Rivai menyatakan bahwa kinerja tidak berdiri sendiri
tapi berhubungan dengan kepuasan kerja dan kompensasi, dipengaruhi
oleh ketrampilan, kemampuan dan sifat –sifat individu. Dengan kata lain
kinerja ditentukan oleh kemampuan, keinginan dan lingkungan. Oleh
karena itu agar mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai
keinginan yang tinggi untuk mengerjakan dan mengetahui pekerjaannya
serta dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan
kemampuan.
Prawirisentono, 2009:193), mengemukakan bahwa kinerja dalam
menjalankan tugasnya tidak berdiri sendiri, ia berhubungan dengan
kepuasan dan tingkat imbalan atau harapan. Kinerja yang baik dipengaruhi
oleh kemampuan (knowledge dan skill) dan motivasi (attitude dan
situation) seseorang. Menurut Wirawan (2009: 67) “Standar kinerja adalah
target, sasaran, tujuan upaya kerja karyawan dalam kurun waktu tertentu.
29
Dalam melaksanakan pekerjaannya, karyawan harus mengarahkan semua
tenaga, pikiran, ketrampilan, pengetahuan, dan waktu kerjanya untuk
mencapai apa yang ditentukan oleh standar kinerja”.
Sedangkan menurut Suyadi Prawirosentono (2008: 27),kinerja
dapat dinilai dan diukur dengan indikator yaitu:
a) Efektifitas Efektifitas yaitu bila tujuan kelompok dapat dicapai dengan
kebutuhan yang direncanakan.
b) Tanggung jawab Merupakan bagian yang tak terpisahkan atau sebagai
akibat kepemilikan wewenang.
c) Disiplin Yaitu taat pada hukum dan aturan yang belaku. Disiplin
karyawan adalah ketaatan yang bersangkutan dalam menghormati
perjanjian kerja dengan perusahaan.
d) Inisiatif Berkaitan dengan daya pikir, kreatifitas dalam bentuk suatu
ide yang berkaitan tujuan perusahaan. Sifat inisiatif sebaiknya
mendapat perhatian atau tanggapan perusahaan dan atasan yang baik.
Dengan perkataan lain inisiatif karyawan merupakan daya dorong
kemajuan yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja karyawan.
Kinerja pegawai atau karyawan mempunyai hubungan erat dengan
kinerja organisasi karena tujuan organisasi hanya dimungkinkan oleh
upaya para pelaku yang terdapat dalam organisasi. Kinerja individual
adalah dasar kinerja organisasi dengan demikian, bila kinerja pegawai atau
karyawan baik, maka kinerja organisasi akan baik pula.
Setiap pegawai dalam organisasi dituntut untuk memberikan
kontribusi positif melalui kinerja yang baik, mengingat kinerja organisasi
30
tergantung pada kinerja pegawainya (Gibson, et all, 1995:364). Kinerja
adalah tingkat terhadapnya para pegawai mencapai persyaratan pekerjaan
secara efisien dan efektif (Simamora, 2006:34). kinerja pegawai
merupakan prestasi kerja, yakni perbandingan antara hasil kerja yang
dapat dilihat secara nyata dengan standar kerja yang telah ditetapkan
organisasi.
Kemudian Robbins (2008) mendefinisikan kinerja yaitu suatu hasil
yang dicapai oleh pegawai dalam pekerjaanya menurut kriteria tertentu
yang berlaku untuk suatu pekerjaan. Lalu Mangkunegara (2005:67) kinerja
ialah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melakukan tugas sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya. Sedangkan Rivai (2009:532) kinerja diartikan
kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan suatu
kegiatan, dan menyempurnakannya sesuai tanggung jawabnya dengan
hasil seperti yang diharapkan.
Berdasarkan pengertian-pengertian kinerja dari beberapa pendapat
diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja baik itu
secara kualitas maupun kuantitas yang telah dicapai pegawai, dalam
menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
organisasi, dan hasil kerjanya tersebut disesuaikan dengan hasil kerja yang
diharapkan organisasi, melalui kriteria-kriteria atau standar kinerja
pegawai yang berlaku dalam organisasi.
Adapun tujuan kinerja pegawai menurut Rivai (2009:549): 1.
Untuk perbaikan hasil kinerja pegawai, baik secara kualitas ataupun
31
kuantitas. 2. Memberikan pengetahuan baru dimana akan membantu
pegawai dalam memecahan masalah yang kompleks, dengan serangkaian
aktifitas yang terbatas dan teratur, melalui tugas sesuai tanggung jawab
yang diberikan organisasi. 3. Memperbaiki hubungan antar personal
pegawai dalam aktivitas kerja dalam organisasi.
Kinerja pegawai dipengaruhi oleh berbagai faktor (Gibson, et all,
1995:375), antara lain: 1. Faktor individu, yaitu kemampuan dan
keterampilan (mental dan fisik), latar belakang (pengalaman, keluarga,
dst), dan demografis (umur, asal usul, dll). 2. Faktor organisasi, adalah
sumber daya, kepemimpinan, imbalan (kompensasi), struktur organisasi,
dan diskripsi pekerjaan (job description). 3. Faktor psikologis, ialah
persepsi, sikap, kepribadian, pola belajar, dan motivasi. Dalam suatu
organisasi pegawai dituntut untuk mampu menunjukkan kinerja yang
produktif, untuk itu pegawai harus memiliki ciri individu yang produktif.
Ciri ini menurut Sedarmayanti (2001:51) harus ditumbuhkan dalam
diri pegawai untuk meningkatkan kinerjanya. Adapun ciri-ciri atau
karakteristik dari individu yang produktif antara lain: 1. Kepercayaan diri
2. Rasa tanggung jawab 3. Rasa cinta terhadap pekerjaan 4. Pandangan ke
depan 5. Mampu menyelesaikan persoalan 6. Penyesuaian diri terhadap
lingkungan yang berubah 7. Memberi kontribusi yang positif terhadap
lingkungan 8. Kekuatan untuk menunjukkan potensi diri.
Menurut Irawan dkk. (2007:11) yang dimaksud dengan kinerja
(performance) adalah hasil kerja yang bersifat konkrit, dapat diukur, dan
dapat diamati. Lebih lanjut dikatakan bahwa kinerja bersifat aktual (riil)
32
sedang tujuan bersifat ideal. Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral atau etika (Prawirosentono, 2009:2).
Dari pendapat di atas untuk mengukur kinerja seseorang dapat
tampak pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari dan dapat juga kinerja
tersebut hanya merupakan sebagian dari kemampuan kerja sesungguhnya
yang dimiliki oleh seorang karyawan. Dari sini dapat dikatakan bahwa
kinerja adalah kemampuan kerja yang tampak dalam situasi kerja sehari-
hari. Oleh sebab itu, kinerja dapat diukur dengan mengobservasi karyawan
pada saat bekerja sehari-hari. Pada umumnya kinerja diberi batasan
sebagai kesuksesan seseorang dari tingkah lakunya. Biasanya orang yang
tingkat kerjanya tinggi disebut orang yang produktif, dan sebaliknya orang
yang tidak mencapai standar dikatakan sebagai orang yang tidak produktif
atau berkinerja rendah. Orang yang berkinerja rendah dapat menyebabkan
pekerjaannya kurang atau tidak memuaskan.
Untuk mengukur kinerja masalah yang paling pokok adalah
menetapkan persyaratan-persyaratan pekerjaan atau kinerjannya.
Sedangkan yang dimaksud kreteria penilaian, menurut John Suprihanto
(2007:23) adalah hal-hal yang pada dasarnya merupakan sifat atau ciri-ciri
yang menunjukan bahwa pelaksanaan suatu pekerjaan tertentu dapat
berjalan dengan lancar dan baik. Sementara itu IG Wursanto, 2008:90
mengemukakan dalam penilaian pegawai unsur-unsur yang dinilai adalah :
33
1). Kesetiaan; 2). Prestasi Kerja; 3). Tanggung jawab; 4). Ketaatan; 5).
Kejujuran; 6). Kerjasama; 7). Prakarsa; dan 8). Kepemimpinan. Menurut
Sedarmayanti (2009:22). Kinerja “performance, diterjemahkan menjadi
kinerja, juga berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja,
hasil kerja/tindakan, unjuk kerja”
Efektivitas kinerja pelayanan publik untuk melihat tercapainya
pemenuhan tujuan atau target pelayanan yang telah ditentukan. Prinsip
keadilan dalam pemberian pelayanan publik juga dilihat sebagai ukuran
untuk menilai seberapa jauh suatu ventuk pelayanan telah memperhatikan
aspek-aspek keadilan dan membuat publik memiliki akses yang sama
terhadap system pelayanan yang ditawarkan. Zeithaini, Parasuraman, dan
Berry (2005:50) mengemukakan bahwa kinerja pelayanan publik yang
baik dapat dilihat melalui berbagai indikator yang sifatnya fisik.
Penyelenggaraan pelayanan publik yang baik dapat dilihat melalui aspek
fisik pelayanan yang diberikan, seperti tersedianya gedung pelayanan yang
representatif, fasilitas pelayanan berupa televisi, ruang tunggu yang
nyaman, peralatan pendukung yang memiliki teknologi canggih, misalnya
komputer, penampilan aparat yang menarik di mata pengguna jasa, seperti
seragam dan aksesoris, serta berbagai fasilitas kantor pelayanan yang
memudahkan akses pelayanan bagi masyarakat.
Dalam konteks kinerja birokrasi pelayanan publik di Indonesia,
pemerintah melalui Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
(Menpan) Nomor 81 lahun 1995 telah memberikan berbagai rambu-rambu
pemberian pelayanan kepada birokrasi publik secara baik. Berbagai prinsip
34
pelayanan, seperti kesederhanaan, kejelasan, kepastian, keamanan,
keterbukaan, efisien, ekonoinis, dan keadilan yang merata merupakan
prinsip-prinsip pelayanan yang harus diakomodasi dalam pemberian
pelayanan publik di Indonesia. Prinsip kesederhanaan, misalnya,
mempunyai maksud banwa prosedur atau tata cara pemberian pelayanan
publik harus didesain sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan
pelayanan kepada masyarakat menjadi mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-
belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan.
Menurut Gary Dessler (2005 : 515), unsur-unsur yang dinilai
dalam penilaian kinerja yaitu :
1. Kualitas kerja, akurasi dan ketelitian, penampilan hasil kerja.
2. Supervisi diperlukan saran, arahan dan perbaikan dari atasan.
3. Kehadiran, yaitu regulitas, ketepatan waktu kerja dan efektivitas
menggunakan waktu kerja.
4. Konservasi, yaitu usaha pegawai dalam mencegah kerusakan dan
usaha pemeliharaan sarana dan peralatan.
5. Insentif, yaitu kesanggupan dalam mencari tanggung jawab yang lebih
tinggi yang dimulai dari diri sendiri.
6. Penyesuaian, yaitu kemampuan dan kemauan pegawai menyesuaikan
diri terhadap isi pekerjaan dan beban kerja.
35
F. Revansi Kompetensi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
Kompetensi adalah karakteristik dasar dari seseorang yang
memungkinkan mereka mengeluarkan kinerja superior dalam
pekerjaannya. (Boulter, Dalziel dan Hill, 1996 ; 145). Berdasarkan uraian
tersebut makna kompetensi mengandung bagian kepribadian yang
mendalam dan melekat pada seseorang dengan perilaku yang
dapatdiprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Prediksi siapa
yang berkinerja baik dan kurang baik dapat diukur dari kriteria atau
standar yang digunakan. Analisis kompetensi disusun sebagian besar untuk
pengembangan karier, tetapi penentuan tingkat kompetensi dibutuhkan
untuk mengetahui efektivitas tingkat kinerja yang diharapkan.
Menurut Boulter et.al (1996 ; 39) level kompetensi adalah sebagai
berikut: Skill, Knowledge, Self-concept, Self Image, Trait dan Motive.
Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas dengan baik,
misalnya seorang programer komputer. Knowledge adalah informasi yang
dimiliki seseorang untuk bidang khusus (tertentu), misalnya bahasa
komputer. Social role adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang
dan ditonjolkan dalam masyarakat (ekspresi nilai-nilai diri), misalnya:
pemimpin. Self image adalah pandangan orang terhadap diri sendiri,
merekflesikan identitas, contoh: melihat diri sendiri sebagai seorang ahli.
Trait adalah karakteristik abadi dari seseorang yang membuat orang untuk
berperilaku, misalnya: percaya diri sendiri.
Kompetensi adalah kemampuan dan kemauan untuk melakukan
tugas dengan kinerja yang efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Michael
36
Armstrong (1998), bahwa kompetensi adalah knowledge, skill, dan
kualitas individu untuk mencapai kesuksesan pekerjaannya. Sedangkan
menurut Prawirisentono, (2009:193), mengemukakan bahwa kinerja dalam
menjalankan tugasnya tidak berdiri sendiri, ia berhubungan dengan
kepuasan dan tingkat imbalan atau harapan.
Menurut Kreitner dan Kinicki (2001;271) kepuasan kerja adalah
“suatu efektifitas atau respons emosional terhadap berbagai aspek
pekerjaan” sedangkan menurut Marihot Tua Effendi Hariandja (2009:290)
”Kepuasan kerja adalah merupakan salah satu elemen yang cukup penting
dalam organisasi. Hal ini di sebabkan kepuasan kerja dapat mempengaruhi
perilaku kerja seperti malas, rajin, produktif, dan lain – lain, atau
mempunyai hubungan jenis perilaku yang sangat penting dalam organisasi.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2005:117), berpendapat
bahwa ada lima teori kepuasan kerja, antara lain :
1. Teori keseimbangan
Teori ini dikemukakan oleh Wexley dan yukl, mengaatakan bahwa
semua nilai yang diterima pegawai yang dapat menunjang
pelaksanaan kerja. Misalnya, pendidikan, pengalaman, skill, usaha,
perlatan pribadi, dan jam kerja.
2. Teori perbedaan
Teori ini pertama kali dipelopori oleh Proter yang berpendapat bahwa
mengukur kepuasan dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih
anatara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan
pegawai. Sedangkan Locke megemukakan bahwa kepuasan kerja
37
pegawai bergantung pada perbedaan antara apa yang didapat dan apa
yang diharapkan oleh pegawai.
3. Teori pemenuhan kebutuhan
Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bergantung pada terpenuhi
atau tidaknya kebutuhan pegawai. Pegawai akan meras puas apabila ia
mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Makin besar kebutuhan
pegawai terpenuhi, makin puas pula pegawai tersebut.
4. Teori pandangan kelompok
Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bukanlah bergantung pada
pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sangat bergantung pada pandangan
dan pendapat kelompok yang oleh para pegawai dianggap sebagai
kelompok cuan. Kelompok acuan tersebut dijadikan tolak ukur untuk
menilai dirinya maupun lingkungannya. Jadi, pegawai akan lebih
merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan kebutuhan
yang diharapkan oleh kelompok acuan.
5. Teori dua faktor
Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg yang menggunakan
teori A. Maslow sebagai acuannya dimana Hezberg melakukan
wawancara terhadap subjek insinyur dan akuntan. Masing – masing
subjek diminta menceritakan kejadian yang dialami oleh mereka baik
yang menyenangkan ( memberikan kepuasan ) maupun yan tidak
menyenangkan atau tidak memberikan kepuasan. Kemudian dianalisis
dengan analisis isi ( content analisis ) untuk menentukan faktor –
faktor yang menyebabkan kepuasan atau ketidak puasan.
38
Menurut Kreitner dan Kinicki (2001;226) Hubungan yang kuat
menunjukkan bahwa atasan dapat mempengaruhi dengan signifikan
variabel lainnya dengan meningkatkan kepuasan kerja serta terdapat
korelasi positif rendah antara kepuasan kepuasan kerja terhadap
kinerja dan prestasi kerja. Dimana kepuasan kerja menyebabkan
peningkatan kinerja sehingga pekerja yang puas akan lebih produktif.
Dan disisi lain terjadi kepuasan kerja disebabkan oleh adanya kinerja
atau prestasi kerja sehingga pekerja yang lebih produktif akan
mendapatkan kepuasan.
Lebih lanjut dalam bukunya (Rivai, 2004 ; 56) menyatakan bahwa
kinerja tidak berdiri sendiri tapi berhubungan dengan kepuasan kerja dan
kompensasi, dipengaruhi oleh ketrampilan, kemampuan dan sifat individu.
G. Kerangka Pikir
Menurut Spencer and Spencer (dalam Dharma, 2003;111)
Kompetensi adalah karakteristik dasar yang dimiliki seseorang yang
berkaitan dengan efektivitas kinerja orang tersebut dalam pekerjaannya.
Menurut Mitrani, et.al (1995) dalam Pfeffer, dkk (2003:110) terdapat 5
karateristik kompetensi yaitu: Motif (Motives), Perangai (Traits), Konsep Diri
(Self Concept), Pengetahuan (Knowledge), Kemampuan (Skills)
Umar (2001:36) menjelaskan bahwa : “Kepuasan kerja merupakan
penilaian atau cerminan dari perasaan pekerjaan terhadap pekerjaannya.
Hal ini tampak dalam sikap positif pekerja terhadap pekerjaannya dan
segala sesuatu yang dihadapi lingkungan kerjanya”. Menurut (Kreitner dan
Kinicki 2001:225) Ada lima faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
39
kerja yaitu sebagai berikut: Pemenuhan kebutuhan (Need fulfillment),
Perbedaan (Discrepancies), Pencapaian nilai (Value attainment), Keadilan
(Equity), Komponen genetik (Genetic components)
Menurut Mangkunegara (2001 ; 67) kinerja dapat didefinfisikan
sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh
seseorang karyawan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan menurut Suyadi
Prawirosentono (2008: 27), kinerja dapat dinilai dan diukur dengan
indikator yaitu: Efektifitas, Tanggung jawab, Disiplin, Inisiatif.
Berdasarkan teori diatas, kinerja pegawai menjadi perhatian khusus
dalam pencapaian tujuan sebuah organisasi. maka berdasarkan uraian
diatas dapat digambarkan paradigma penelitian sebagai berikut :
Gambar 1.2 paradigma penelitian
(X1,Y)
(X1, X2, Y)
(X2, Y)
Kompetensi (X1)
- Motif
- Perangai
- Konsep Diri
- Pengetahuan
- Kemampuan
Mitrani, et.al (1995) dalam
Pfeffer, dkk (2003:110)
Kepuasan Kerja (X2)
- Pemenuhan kebutuhan
- Perbedaan
- Pencapaian nilai
- Keadilan
- Komponen genetik
(Kreitner dan Kinicki2001:225)
- Gaji
(Robbins, 1993)
Kinerja (Y)
- Efektifitas,
- Tanggung jawab
- Disiplin
- Inisiatif
Suyadi
Prawirosentono
(2008: 27)
40
H. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk pertanyaan. Sugiyono (2008:96). Berdasarkan latar belakang
permasalahan, hipotesa yang diajukan berkaitan dengan pengaruh
kompetensi dan kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung adalah:
a. Hipotesis parsial.
1. Ho : Tidak terdapat pengaruh kompetensi (X1) dan kepuasan kerja
(X2) terhadap kinerja pegawai Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Kota Bandar Lampung.
2. Ha : Terdapat pengaruh kompetensi (X1) dan kepuasan kerja (X2)
terhadap kinerja pegawai Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Kota Bandar Lampung.
Dalam menentukan hipotesis apakah diterima atau ditolak
maka dalam menentukan hipotesa dengan cara membandingkan nilai
antara t hitung dan t tabel dengan ketentuan:
- Bila t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima.
- Bila t hitung t tabel, maka Ho diterima, Ha ditolak.
b. Hipotesis Simultan
1. Ho: Secara simultan tidak terdapat pengaruh kompetensi (X1) dan
kepuasan kerja (X2) terhadap kinerja pegawai Badan Perencanaan
dan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung.
2. Ha: Secara simultan terdapat pengaruh kompetensi (X1) dan
kepuasan kerja (X2) terhadap kinerja pegawai Badan Perencanaan
dan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung.
41
Dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesa dengan
membandingkan nilai F hitung dan F tabel dengan ketentuan:
Bila F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima.
Bila F hitung F tabel, maka Ho diterima, Ha ditolak.
c. Hipotesis diajukan
1. Ha : Secara parsial terdapat pengaruh kompetensi (X1) dan
kepuasan kerja (X2) terhadap kinerja pegawai Badan Perencanaan
dan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung
2. Ha : Secara simultan terdapat pengaruh kompetensi (X1) dan
kepuasan kerja (X2) terhadap kinerja pegawai Badan Perencanaan
dan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung.
Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh signifikan variable kompetensi (X1) terhadap
kinerja pegawai Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota
Bandar Lampung.
2. Terdapat pengaruh signifikan variable kepuasan kerja (X2) terhadap
kinerja pegawai Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota
Bandar Lampung.
3. Terdapat pengaruh signifikan variable kompetensi (X1) dan kepuasan
kerja (X2) signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Perencanaan
dan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif kuantitatif dimana menurut
Suharsini Arikunto (2006;12) Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, serta
penampilan hasilnya. Melalui penelitian deskriftif kuantitatif ini untuk dapat
menjelaskan berbagai fenomena atau gambaran secara jelas dan deskriftif
digunakan untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan
bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia, selain itu diharapkan
melalui penelitian deskriptif ini agar peneliti bisa mendapatkan informasi
yang luas dari suatu populasi, tetapi tidak secara mendalam. Apabila populasi
terlalu luas, maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi.
Dalam penelitian ini peneliti ingin mendapatkan data yang akurat,
berdasarkan fenomena yang empiris dan dapat diukur. Berdasarkan
pengertian diatas maka penelitian ini digunakan untuk menggambarkan
pengaruh kompetensi dan kepuasaan kerja terhadap kinerja pegawai pada
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung.
B. Definisi Konseptual
Menurut Bahri (2008; 30) pengertian konsep yaitu suatu arti yang
mewakili sejumlah obyek yang mempunyai cirri yang sama, sehingga peneliti
dapat melakukan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi dan objek
43
tersebut dapat ditempatkan kedalam golongan tertentu. Dari pengertian
konsep tersebut maka definisi konsep yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Menurut Spencer and Spencer (dalam Dharma, 2003) Kompetensi adalah
karakteristik dasar yang dimiliki seseorang yang berkaitan dengan
efektivitas kinerja orang tersebut dalam pekerjaannya. Menurut Mitrani,
et.al (1995) dalam Pfeffer, dkk (2003:110) terdapat 5 karateristik kompetensi
yang dapat dijadikan indikator yaitu : Motif (Motives), Perangai (Traits),
Konsep Diri (Self Concept), Pengetahuan (Knowledge), Kemampuan (Skills)
2. Menurut Umar (2001:36) menjelaskan bahwa : “Kepuasan kerja
merupakan penilaian atau cerminan dari perasaan pekerjaan terhadap
pekerjaannya. Hal ini tampak dalam sikap positif pekerja terhadap
pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi lingkungan kerjanya”.
Menurut (Kreitner dan Kinicki 2001:225) ada lima faktor dan indikator
yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja yaitu sebagai berikut :
Pemenuhan kebutuhan (Need fulfillment), Perbedaan (Discrepancies),
Pencapaian nilai (Value attainment), Keadilan (Equity), Komponen
genetik (Genetic components)
3. Menurut Mangkunegara (2001) kinerja dapat didefinfisikan sebagai hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seseorang
karyawan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Sedangkan menurut Suyadi Prawirosentono (2008:
27), kinerja dapat dinilai dan diukur dengan indikator yaitu: Efektifitas,
Tanggung jawab, Disiplin, Inisiatif.
44
C. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini menjelaskan tentang
variabel-variabel yang diteliti antara lain variabel bebas yang terdiri dari
variabel kompetensi dan kepuasan kerja sedangkan untuk variabel terikat
kinerja. Devinisi opersional variabel penelitian pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Pertanyaan Skala
Pengukuran
Kompetensi
(X1)
1. Berfikir melakukan
tindakan.
2. Berprilaku dalam merespon
3. Sikap atau nilai yang
diukur
4. Informasi yang dimiliki
seseoran
5. Kemampuan untuk
melaksanakan tugas
6. Efektif dalam
menyelesaikan pekerjaan
1. Motif
2. Perangai
3. Konsep Diri
4. Pengetahuan
5. Kemampuan
6. Efektifitas
1-2
3-4
5-6
7-9
10-12
13 – 14
Skala Likert
Kepuasan
Kerja (X2)
1. Karakteristik pekerjaan
2. Hasil memenuhi harapan
3. Pemenuhan nilai kerja
individual yang penting.
4. Perlakuan yang adil
5. Sifat pribadi dan faktor
genetic
6. Terciptanya Kualitas
Layanan yang baik
1. Pemenuhan
kebutuhan
2. Perbedaan
3. Pencapaian
nilai
4. Keadilan
5. Komponen
genetic
6. Kualitas
Layanan
1-2
3-4
5-6
7-9
10-12
13-14
Skala Likert
Kinerja
(Y)
1. Tujuan kelompok dicapai
2. Akibat kepemilikan
wewenang.
3. Taat pada hukum dan
aturan yang belaku
4. Daya pikir, kreatifitas dan
ide
5. Respon terhadap
permasalahan
1. Efektifitas
2. Tanggung
jawab
3. Disiplin
4. Inisiatif
5. DayaTanggap
1-3
4-6
7-9
10-12
13 – 14
Skala Likert
45
D. Jenis Data
Dalam Penelitian ini data yang dikumpulkan berupa :
1. Data Primer yaitu data yang dikumpulkan secara langsung dari objek
Penelitian yang berasal dari tempat dilakukannya penelitian yaitu pada
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung.
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain yang telah
mengolah atau mempublikasikan data primer seperti data yang diperoleh
dari buku-buku, internet, statistik dan lain-lain.
E. Populasi Penelitian Dan Sample
1. Populasi
Menurut (Arikunto 1996 : 115) Populasi adalah keseluruhan
subyek yang akan diteliti atau wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek, yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono,2008: 81). Populasi penelitian pegawai Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung sebagai berikut:
No Jabatan Jumlah
1 Kepala Bappeda 1
2 Sekretaris 1
3
Kepala Bidang
- Kabid Ekonomi
- Kabid Statistik Dan Penelitian
- Kabid Fisik Dan Prasarana
- Kabid Pemerintahan Dan Kesra
4
4
Kepala Sub. Bagian
- Kasubbag Umum dan Kepegawaian
- Kasubbid PDU
- Kasubbid Kesra
- Kasubbid Statistik dan Pelaporan
- Kasubbid Penelitian dan Pengembangan
- Kasubbid Sarana dan Prasarana
- Kasubbag Program, Monitoring dan Evaluasi
- Kasubbid Pemerintahan dan Sumber Daya Manusia
11
46
- Kasubbid Produksi dan Keuangan
- Kasubbid Tata Ruang dan Lh
- Kasubbag Keuangan
5 Staf 45
6 Honorer 6
Jumlah Pegawai 68
2. Sample
Sample adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008 : 81). Penentuan sampel menurut
Suharsimi Arikunto (2000), untuk subyek penelitian kurang dari 100, lebih
baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi,
jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%
atau lebih sehingga teknik yang digunakan adalah teknik total sampling.
Untuk menghasilkan objektifitas dalam penelitian ini sehingga sampel
yang dijadikan obyek penelitian sebanyak 68 orang.
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis pergunakan adalah
sebagai berikut:
1. Studi lapangan (field research) yaitu pengumpulan data yang dilakukan
langsung oleh penulis pada objek penelitian. Adapun teknik yang
digunakan dalam memperoleh data antara lain :
1) Observasi, yaitu dengan mengamati langsung pekerjaan pegawai di
Kantor Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bandar
Lampung terkait pengambilan data tentang kompetensi, kepuasan kerja
47
serta kinerja pegawai pada Badan Perencanaan Dan Pembangunan
Daerah Kota Bandar Lampung.
2) Interview, yaitu cara memperoleh data melalui wawancara dengan
pegawai dengan mengacu pada daftar pertanyaan yang ada pada
kuesioner.
3) Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari
laporan-laporan administrasi, Tupoksi dan Peraturan Daerah.
4) Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data primer dengan cara
mengajukan pertanyaan secara tertulis kepada responden untuk
melakukan pengambilan data tentang kompetensi, kepuasan kerja serta
kinerja pegawai.
2. Studi kepustakaan (library research), yaitu pemgumpulan data melalui
literatur, tulisan-tulisan ilmiah yang ada hubungan dengan permasalahan
yang diteliti.
G. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dilakukan setelah data yang diperoleh dari
lapangan terkumpul, kemudian tahap selanjutnya mengolah data tersebut melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Editing, merupakan kegiatan dalam menentukan kembali data yang
berhasil diperoleh dalam rangka menjami validitasnya agar dapat diprose lebih
lanjut.
2. Tabulasi, merupakan proses memasukan data kedalam tabel-tabel agar dapat
lebih mudah diinterprestasikan dan diterjemahkan.
3. Koding, yaitu tahap pemberian kode-kode tertentu terhadap data/jawaban yang
48
kita peroleh dari responden.
4. Tahapan interprestasi data, pada tahap ini data yang telah dideskripsikan baik
secara narasi maupun tabel, yang kemudian diinterprestasikan sehingga dapat
ditarik kesimpulan sebagai hasil penelitian.
H. Pengukuran Instrumen Penelitian
Pengukuran instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan
skala likert, menurut Sugiyono (2008:107), menyatakan bahwa skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Data yang terkumpul mulai
daftar pertanyaan merupakan data kualitatif kemudian selanjutnya diubah
menjadi data kuantitatif dengan cara pemberian skor berdasarkan skala
likert pada masing-masing alternatif jawaban sebagai berikut :
Jawaban A (Sangat Setuju) diberi nilai 5
Jawaban B (Setuju) diberi nilai 4
Jawaban C (Ragu-ragu) diberi nilai 3
Jawaban D (Tidak Setuju) diberi nilai 2
Jawaban E (Sangat Tidak Setuju) diberi nilai 1
Sedangkan untuk tanggapan responden penentuan skoring pada
kriteria objektif menggunakan rumus:
Interval (I) = Range (R) / Kategori (K)
Range (R) = skor tertinggi - skor terendah = 100 - 0 = 100%
Kategori (K) = 5 banyaknya kriteria disusun pada kriteria objektif variabel
Kategori yaitu: Sangat Kurang, Kurang Baik, Netral, Baik, Sangat Baik
Interval (I) = 100 / 5 = 20%
49
Keterangan: Skor Total > 20% Kriteria Sangat Kurang
Skor Total 21% - 40% Kriteria Kurang Baik
Skor Total 41% - 60% Kriteria Cukup
Skor Total 61% - 80% Kriteria Baik
Skor Total 81% - 100% Kriteria Sangat Baik
I. Pengujian Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakn untuk mengetahui sah atau valid tidaknya
kuesioner. Untuk mengetahui validitas butir-butir pertanyaan kuesioner
dengan cara melihat dan membandingkan nilai pada kolom Corrected
Item-Total Correlation yang merupakan nilai r hitung untuk masing-masing
pertanyaan. Nilai r hitung lebih besar dari r tabel, maka butir-butir pertanyaan
dinyatakan valid (Ghazali, 2001:132).
2. Uji Reliabilitas
Uji Reabilitas merupakan alat untuk mengukur sejauh mana alat pengukur
(instrument) yang digunakan dapat dipercaya atau konsisten dan tepat
dalam pengukuran. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila memiliki nilai
Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60 (Ghozali, 2001:129).
50
J. Teknik Analisis Data
Menurut Abdurahman.M. dan Muhidin.S.A. (2007:52) menyatakan
bahwa analisis data adalah upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga
karaktristik, sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah difahami dan
bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan
kegiatan penelitian.
1. Analisis Korelasi Product Moment
Analisis Korelasi Product Moment digunakan untuk mengetahui dan
menguji hipotesis atau hubungan antar variabel. Rumus Koefisien Korelasi
Product Moment dengan formula dan rumus sebagai berikut:
n.( ∑XY)- (∑X) (∑Y)
rxy =
{n.(∑X2) – (∑X)
2 }{n.(∑Y
2) – (∑Y)
2}
(Sugiono, 2006; 216)
Keterangan
rxy = Koefisien korelasi variabel bebas dan variabel terikat
X = Variabel bebas
Y = Variabel terikat
n = Populasi
∑ = Jumlah
Untuk mendapatkan nilai korelasi, peneliti mempergunakan
perhitungan komputerisasi program (Statistical Package for Social
Scienceties) SPSS-21 dan setelah diketahui r (korelasi), maka akan
didapat besar kecilnya hubungan kompetensi dan kepuasan kerja
51
terhadap kinerja pegawai pada Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Kota Bandar Lampung, dengan menggunakan standar
pengukuran sebagai berikut :
Kategori koefisien korelasi yang digunakan adalah :
1. Korelasi sangat lemah : 0,00 – 0,199
2. Korelasi lemah : 0,20 – 0,399
3. Korelasi sedang : 0,40 – 0,599
4. Korelasi kuat : 0,60 – 0,799
5. Korelasi sangat kuat : 0,80 – 1,00
(Sugiyono, 2006:216)
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis Regresi dipergunakan untuk menggambarkan garis yang
menunjukkan arah hubungan antar variabel, serta dipergunakan untuk
melakukan prediksi. Analisis ini juga dipergunakan untuk menelaa
hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama untuk menelusuri
pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan sempurna.
Pada penelitian ini mempergunakan analisis regresi linier berganda
untuk mengetahui secara linier antara variabel independen (bebas) X
dengan variabel dependen (terikat) Y. Adapun rumus Regresi Linier
Sederhana sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 +b2 X2 + et
52
Keterangan Y = Kinerja Pegawai
X 1 = Kompetensi
X2 = Kepuasan Kerja
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
et = Error
K. Uji Hipotesis
1. Uji T-test
Uji statistic koefisien korelasi product moment (r) digunakan untuk
menguji ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji T-
test yaitu membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Adapun rumus uji
t sebagai berikut:
r n - 2
t =
1- r2
Keterangan
t = Uji t
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah data
Dengan kriteria dan kaidah pengujian :
a. Bila t hitung > t tabel maka signifikan
b. Bila t hitung < tabel maka tidak signifikan
53
2. Uji Simultan (Uji F)
Uji F untuk menguji variabel bebas secara bersama-sama
(X1,X2) terhadap variabel Y.
Kriteria pengujian :
a. Ho ditolak dan Ha diterima, jika F hitung ≥dari F tabel
b. Ho diterima dan Ha ditolak, jika F hitung ≤dari F tabel
3. Uji R2
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui
seberapa besar varians dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variabel independen. R2
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
R2
yang mempertimbangkan jumlah variabel independen dalam suatu
modal atau disebut R2
yang telah disesuaikan (Adjusted-R2
). Adapun
rumus R2 sebagai berikut:
R2 = (SSR) / (SST)
Keterangan
R2 = Koefisien determinasi
SSR = Sum of square Regression
SST = Sum of square Total
Nilai koefisien determinasi menyatakan persentase total variasi
dari variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas dalam
model. Nilai R2 berkisar antara 0 – 1 dan apabila R
2 mendekati nilai 1,
maka hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel terikat dapat
dijelaskan oleh variabel bebas. Sebaliknya apabila nilai R2 mendekati
nilai 0, maka variasi dari variabel terikat tidak dapat dijelaskan
vaiabel bebas (Ghozali, 2001). Dalam melakukan pengolahan data
54
penulis menggunakan komputerisasi Program " Statistical Package for
Social Scienceties (SPSS-21).
103
BAB. V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan terhadap
hasil penelitian ini sebagai berikut :
1. Kompetensi berpengaruh terhadap kinerja pegawai Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung dengan hasil uji t sebesar
4,008 tingkat signifikan P(Sig) 0,000 maka t hitung 4,008 > t table 1,995 Ho
ditolak dan Ha diterima.
2. Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung dengan
hasil uji t sebesar 9,703 tingkat signifikan P(Sig) 0,000. Maka t hitung
9,703 > t table 1,995, Ho ditolak dan Ha diterima.
3. Kompetensi dan kepuasan kerja secara bersama-sama berpengaruh
terhadap kinerja pegawai pada Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Kota Bandar Lampung dengan nilai uji F 94.444 tingkat signifikan
P(Sig) 0.000. maka F hitung 94.444 > F table 19,41 maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Dari hasil koefisien regresi didapat kedua variable kompetensi
dan kepusan kerja tersebut berkontribusi 77,4% dalam mempengaruhi
kinerja pegawai pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota
Bandar Lampung, sedangkan 22,6 % kinerja pegawai dipengaruhi variabel
lain yang tidak masuk kedalam variabel yang diteliti pada penelitian ini.
104
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka diperoleh
beberapa implikasi dan saran dalam penelitian ini, yaitu:
1. Kompetensi yang dimiliki para pegawai menjadi perhatian khusus terlebih
pada bidang pekerjaan yang memang memerlukan keahlian khusus dalam
penyelesaian pekerjaannya. Penempatan pegawai hendaknya disesuaikan
dengan kompetensi yang dimilikinya sehingga diharapkan dapat bekerja
secara efektif. Pada variabel kompetensi terdapat beberapa indikator yang
menjadi faktor penentu dalam variabel kompetensi yaitu indikator Motif,
perangai, konsep diri, pengetahuan, kemampuan. dari indikator tersebut
terdapat capaian tanggapan responden tertinggi dan terendah, untuk capaian
indikator tertinggai pada indikator inisiatif. Dalam melaksanakan pekerjaan
para pegawai diharapkan dapat terus berinovasi dan inisiatif guna
memperlancar dan memudahkan penyelesaian pekerjaan guna mendukung
kemajuan organisasi. Dan untuk indikator yang memiliki capaian persentase
rendah yaitu pada indikator efektifitas, dalam melakanakan pekerjaan pegawai
agar dapat bekerja secara efektif sehingga dapat memberikan hasil pekerjaan
yang baik guna mendukung pencapaian kinerja organisasi yang optimal dalam
mencapai tujuan organisasi.
2. Kepuasan kerja para pegawai harus menjadi perhatian pengambil keijakan
dalam suatu organisasi terlebih saat melaksanakan pekerjaan, karena apabila
kepuasan dalam bekerja didapat maka para pegawai akan merasa aman dan
nyaman dalam bekerja. Kondisi kerja yang baik, harapan yang muncul ketika
105
kepuasan dalam bekerja didapat para pegawai tentunya akan dapat mendorong
pencapaian terhadap nilai-nilai pekerjaan yang menjadi tujuan yang ingin
dicapai secara optimal guna mendukung pencapaian tujuan kinerja. Dalam
mengoptimalkan kepuasan kerja yang didapat para pegawai tidak lepas dari
indikator penentu dalam variabel ini, pada variabel kepuasan kerja yang terdiri
dari indikator Pemenuhan kebutuhan, perbedaan, pencapaian nilai, keadilan,
komponen genetik. Pada indikator ini masih terdapat indikator yang memiliki
capaian persentase rendah yaitu pada indikator perbedaan pada indikator ini
para pegawai masih mengharapkan kepuasan yang lebih dari apa yang telah
mereka dapat saat ini hal ini perlu terus ditingkatkan dan menjadi perhatian
sehingga dapat memberikan motivasi bagi para pegawai dalam melaksanakan
TUPOKSI guna mendukung pencapaian kinerja organisasi yang optimal.
Sedangkan untuk capaian indikator dengan capaian persentase tertinggi yaitu
pada indikator pemenuhan kebutuhan, pemenuhan kebutuhan para pegawai
agar terus dipertahankan bahkan terus di tingkatkan guna memotivasi dan
mendukung pencapaian kinerja organisasi yang optimal dalam mencapai
tujuan organisasi.
3. Kinerja Pegawai yang dihasilkan baik secara kualitas maupun kuantitas yang
dapat dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan menjadi tolak ukur dalam pencapaian
kinerja organisasi. Untuk mewujudkan hal tersebut maka faktor pendukung
pencapaian kinerja organisasi harus diperhatikan secara baik guna
mewujudkan kinerja organisasi yang optimal. Untuk capaian indikator
106
terendah pada indikator efektifitas, efektifitas dalam pelaksanaan pegkerjaan
harus menjadi perhatian guna mendukung pencapaian kinerja organisasi
secara optimal, sedangkan untuk indikator tertinggi yaitu inisiatif, Inisiatif
para pegawai dalam bekerja harus dapat dipertahankan bahkan terus
ditingkatkan terlebih pada saat penyelesaian pekerjaan yang memang
membutuhkan kecepatan dan ketepatan dalam pelaksanaannya hal ini guna
mendukung tercapainya tujuan dalam mengoptimalkan kinerja organisasi.
107
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M dan Muhidin, S.A. (2007) Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur
dalam Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia
Arikunto,1996, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2004. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi. PT. Bina Aksara,
Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, 2000, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Rineka Cipta, Jakarta.
Armstrong, Michael & Baron, A. 1998. Performance Management : The New.
Realities, Institute of Personnel and Development, New York.
Anwar Prabu Mangkunegara. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Perusahaan. PT. Remaja Rosdakarya Bandung .
Anwar Prabu Mangkunegara, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Perusahaan. Bandung
Antony. 1992. Teknik Manajemen Pemeliharaan. Jakarta:Erlangga.
Bahri Djamarah. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Berry, L.L., Zeithaml, V.A. and Parasuraman, A. Lewis 2005,“Quality counts in
services too”, Business Horizons, Vol. 28 No. 3, pp. 44-52, USA
Boulter. N, Dalziel. M dan Hill. J. (1996), People and Competencies, Bidlles,
Ltd.London.
Dessler, Gary, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia, Alih Bahasa Paramita
Rahayu, Jilid 2, Edisi Kesepuluh, Penerbit, PT. Indeks, Jakarta.
Dessler, Gary, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 9, Jilid 1,.
Kelompok Gramedia, Jakarta. Gouzali
Agus dwiyanto,Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia,(Yogyakarta: Pusat Studi
dan Kependudukan dan Kebijakan UGM,2002)
Fuad Mas'ud, (2004) , Survai Diagnosis Organisasional (Konsep dan Aplikasi).
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gibson, James L., et.al., Organization (2000): Behavior, Structure, Process, BPI,
Plano.
108
Greenberg, dan Baron, Robert A. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta : Prentice
Hall. Griffin
Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
(Edisi Kedua), Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
Handoko, T. Hani, 2001, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,
Edisi 2, Cetakan Kedelapan Belas, BPFE, Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu SP. 2005. Manajemen : Dasar, Pengertian dan Masalah. Bumi
Aksara, Jakarta.
Irawan,Prasetya, dkk. Teori Belajar. Buku Materi Pokok Psikologi Pendidikan,
Jakarta 2007
Indra Wijaya dan Adam, 2000, Perilaku Organisasi, cetakan keenam, Penerbit
Sulita, Bandung.
Ivancevich, John M., dkk. (2006). Perilaku dan Manajemen Organisasi. Alih
Bahasa Gina Gania. Jakarta: Erlangga.
Kreitner dan Kinicki, Angelo. 2001. Perilaku Organisasi, Edisi Pertama, Alih
Bahasa Erly Suandy, Salemba Empat, Jakarta.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2001, Manajemen sumber daya manusia
perusahaan, Bandung : Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mahsun, Mohamad, 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik,. Penerbit
BPFE,Yogyakarta
Mitrani, Alain, et.all (1995) Manajemen Sumber Daya Manusia Berdasarkan
Kompetensi,Jakarta: Interenasa
Marihot Tua Efendi Harianja, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:
PT Gramedia Widiasarana
Moch. As’ad, 1995. Psikologi Industri. Jakarta: Liberty.
Nitisemito, Alex S. 1986. Manajemen Personalia. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2004.Pengembangan Sumber Daya Manusia. PT. Rineka
Cipta, Jakarta.
Nazir. Moh, 2005: Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia.
Penelitian Sarmadi (2002), Sidri dengan judul Analisis Pengaruh Kompetensi dan
Kepuasan Kerja terhadap kinerja dosen pada Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Palembang
109
Penelitian Muhadi (2007), dengan judul Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja
Terhadap Komitmen Organisasional Dalam Mempengaruhi Kinerja
Karyawan
Penelitian Didik Hadiyatno (2010), Pengaruh Kompetensi, Kompensasi, Dan
Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Ciomas Adisatwa
Balikpapan
Prawirosentono, Suryadi. 2008. Kebijakan kinerja karyawan. Yogyakarta: BPEE.
Prawirosentono, Suryadi. 2009. Kebijakan Kinerja Karyawan, BPFE, Yogyakarta
Pfeffer .J, Soetjipto Budi W, Handoko T. Hani, dkk, 2003, Paradigma Baru
Manajemen Sumber Daya Manusia, Editor A. Usmara, Cetakan Keempat,
Edisi Kedua, Penerbit Amara Books Yogyakarta.
Robbins, Stephen. P. 2003. Perilaku Organisasi (alih bahasa Drs. Benjamin
Molan), Edisi Bahasa Indonesia, Klaten: PT Intan Sejati
Siagian Sondang P, 2001, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta
Sedarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. CV
Pustaka. Setia, Mandar Maju Bandung.
Surya Dharma 2003, Administrasi Publik: Teori dan Aplikasi Dalam Perpsektif
Idealitas Pustaka Pelajar, Jakarta.
Surya Dharma (2005). Manajemen Kinerja. Pustaka Pelajar, Jakarta.
Sugiyono (2002). Statistik Untuk Penelitian dan Aplikasinya dengan SPSS 10.00
for Windows, Alfabeta, Bandung.
Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Kualitatif dan kuantitatif, CV. Alfabeta,
Bandung.
Suprihanto John, dkk., (2007). Perilaku Organisasional. Yogyakarta : Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN
Sedarmayanti. (2003). Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Manajemen Perkantoran.
Bandung: Mandar Maju
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk perusahaan. Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Supranto, J. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta : Rineka
Cipta.
110
Sugiyono.(2007).Metode Penelitian pedidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan R&D.Bandung: ALFABETA
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.
Alfabeta
Spencer and Spencer dalam Dharma 2003. Perpustakaan dan Masyarakat, Cet. ke-
1. Jakarta: Yayasan Obor. Indonesia
Soeprihantono 1988. Riset Operasi: untuk Pengambilan Keputusan, Jakarta;
Universitas Indonesia Press
Umar, Husein, 2001, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, Cetakan
Keempat, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Widjaja, tahun 1995, "Adniifristrasi Kepegcnvaiarr", Jakarta. RajaGrafindo
Persada
IG. Wursanto, 2008. Menajemen Kepegawaian. Yogyakarta : Kansius.
Wibowo, Manajemen Kinerja, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007
Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia : Teori Aplikasi dan
Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.
Zeithaml, V.A, Parasuraman, A , dan Berry, L.L.. (2005),“Quality counts in
services too”, Business Horizons.