pengaruh kedisiplinan siswa dan motivasi belajar terhadap...

139
PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DI MI KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 oleh : TRI PUJIASTUTI NIM. M1. 11. 042 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan Untuk gelar Magister Pendidikan Islam PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015

Upload: dinhnhan

Post on 12-Jul-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DAN MOTIVASI

BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA DI MI KOTA SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

oleh :

TRI PUJIASTUTI

NIM. M1. 11. 042

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

Untuk gelar Magister Pendidikan Islam

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2015

PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DAN MOTIVASI

BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA DI MI KOTA SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

oleh :

TRI PUJIASTUTI

NIM. M1. 11. 042

Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana

Institut Agama Islam Negeri Salatiga

sebagai pelengkap persyaratan untuk

gelar Magister Pendidikan Islam

Salatiga, 03 Juli 2015

Dr. H. M. Zulfa, M.Ag. Dr. Winarno,S. Si, M.Pd.

Pembimbing I Pembimbing II

PERNYATAAN KEASLIAN

“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil

karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantum-

kan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau

ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau

ijasah pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.”

Salatiga, 03 Juli 2015

Yang membuat pernyataan

Tri Pujiastuti

ABSTRAK

Judul Tesis: Pengaruh Kedisiplinan Siswa dan Motivasi Belajar Terhadap

Prestasi Belajar Matematika di MI Kota Salatiga Tahun

Pelajaran 2014/2015.

Tesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedisiplinan siswa,

motivasi belajar terhadap prestasi belajar Matematika di MI Kota Salatiga Tahun

Pelajaran 2014/2015 yang diwakili oleh MIN Kecandran dan MI Ma‟arif

Mangunsari Salatiga dengan jumlah sampel sebanyak 65 siswa. Jenis penelitian

ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kuantitatif.

Sumber data yang diperoleh yaitu sumber data primer dan sekunder. Teknik

pengumpulan data melalui teknik observasi, dokumentasi, dan interview. Teknik

analisis datanya dengan cara uji Asumsi, analisis deskriptif dan analisis statistik

dengan regresi linier menggunakan bantuan SPSS (Statistic Program Social

Sciences) Release 18,0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedisiplinan siswa dan motivasi

belajar di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga dalam kategori baik terlihat dari

adanya hasil penilaian rating scale yang disebar masih banyak indikator yang

menyatakan baik, prestasi belajar Matematika yang dilihat dengan nilai raport

siswa dalam kategori baik, probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05 maka Ho

di tolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan kedisiplinan siswa dan motivasi

belajar terhadap prestasi belajar Matematika siswa di MI Kota Salatiga Tahun

Pelajaran 2014/2015.

Kata kunci: Kedisiplinan; Motivasi Belajar; Prestasi Belajar.

PRAKATA

Puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan

limpahan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua. Shalawat dan salam kita

sanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad saw, keluarga, sahabat serta para

pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Tanpa adanya bantuan serta

dorongan dari berbagai pihak yang secara moril maupun materiil, dimungkinkan

tesis ini tidak akan dapat selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan ucapan

terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr .H . Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag, selaku Direktur Pascasarjana.

Bapak Asfa Widiyanto, M.A., Ph.D, selaku Asisten Direktur 1 dan Bapak

Dr. Winarno,S. Si, M.Pd. selaku Asisten Direktur 2.

3. Bapak Dr. H. M. Zulfa, M.Ag., dan Bapak Dr. Winarno,S. Si, M.Pd, dan Bapak

Munajat, Ph.D., selaku dosen pembimbing tesis yang dengan sabar

serta tulus ikhlas memberikan waktu serta ilmunya dalam membimbing

penulis dan juga memberikan motivasi untuk dapat menyelesaikan tesis ini.

4. Staf pegawai program Pascasarjana IAIN Salatiga beserta para dosen yang

telah memberikan ilmunya kepada penulis dari awal kuliah hingga selesainya

tesis ini.

5. Pimpinan serta Staf Perpustakaan IAIN Salatiga yang telah membantu

penulis dalam mengumpulkan bahan-bahan referensi dalam penyelesaian tesis.

6. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran dan Kepala MI Ma‟arif

Mangunsari serta para guru dan karyawan yang telah memberikan kesempatan

bagi penulis untuk mengadakan penelitian.

7. Ayahanda, Ibunda, suamiku, dan anak-anakku tercinta yang telah memberikan

dukungan baik berupa materiil maupun do‟a sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini.

8. Sahabat terbaik penulis, teman Pascasarjana angkatan 2011/2012 IAIN

Salatiga yang selalu memberikan keceriaan dan dorongan kepada penulis.

9. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu

Dengan memohon ridha dan mengucapkan syukur alhamdulillah,

karena hanya Allah swt jualah penulis memohonkan semoga amal baik

yang telah diberikan menjadi amal sholeh dan dapat diterima disisiNya.

Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penulis dan umumnya bagi masyarakat. Semoga Allah swt

selalu memberikan rahmat kepada kita semua. Amiin.

Salatiga, 03 Juli 2015

Penulis,

Tri Pujiastuti

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... .ii

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii

ABSTRAK ........................................................................................................ iv

PRAKATA .........................................................................................................v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

A.Latar Balakang .....................................................................................1

B. Rumusan Masalah ................................................................................3

C. Signifikansi penelitian..........................................................................4

D. Kajian Pustaka ....................................................................................5

E. Metode Penelitian .................................................................................8

F. Sistematika Penulisan. .........................................................................22

BAB II KAJIAN TEORI...............................................................................24

A.Kedisiplinan .........................................................................................24

B.Motivasi Belajar ...................................................................................30

C.Prestasi Belajar .....................................................................................55

BAB III HASIL PENELITIAN ........................................................................72

A.Gambaran Umum MI Kota Salatiga ....................................................72

1. MIN Kecandran .................................................................................72

2. MI Ma‟arif Mangunsari .....................................................................78

B. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument ............................................84

C. Penyajian Data Hasil Penelitian .........................................................86

BAB IV ANALISIS DATA ..............................................................................90

A.Hasil Uji Asumsi ..................................................................................90

B. Analisis Deskriptif .............................................................................95

C. Uji Hipotesis ......................................................................................106

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 117

A.Simpulan .......................................................................................... 117 B. Saran ............................................................................................... 119

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 122

LAMPIRAN

BIOGRAFI PENULIS

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1. Grafik Histogram ......................................................................................91

4.2 Grafik Normal Plot ..................................................................................... 92

4.3. Grafik Scatterplot .......................................................................................94

4.4. Grafik Histogram Kedisiplinan Siswa .......................................................99

4.5. Grafik Histogram Motivasi Belajar ...........................................................103

4.6. Grafik Histogram Prestasi Belajar Matematika ....................................... 106

DAFTAR LAMPIRAN

1. Petunjuk Rating Scale

2. Data Responden

3. Penilaian Rating Scale Kedisiplinan Siswa dan Motivasi Belajar

4. Prestasi Belajar Matematika Siswa

5. Hasil Uji Asumsi dan Uji Hipotesis dengan SPSS Versi 18,0

6. Nota Pembimbing

7. Lembar Konsultasi Pembimbing

8. Surat Ijin Penelitian

9. Surat Bukti Telah Melakukan Penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan pendidikan tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar dan

pembelajaran yang merupakan kegiatan inti dari proses pencapaian hasil

belajar. Dalam kegiatan belajar dan pembelajaran melibatkan unsur-unsur

yaitu, guru, siswa, sarana dan proses belajar dan pembelajaran itu sendiri.

Guru perlu memahami perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta

didik tersebut meliputi: perkembangan fisik, perkembangan sosioemosional,

dan bermuara pada perkembangan intelektual. Perkembangan fisik dan

perkembangan sosioemosional mempunyai konstribusi yang kuat terhadap

perkembangan intelektual atau perkembangan mental serta perkembangan

kognitif siswa.

Rancangan pembelajaran yang kondusif akan mampu meningkatkan

motivasi belajar siswa sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil

pembelajaran yang diinginkan. Akan tetapi sebaliknya, apabila materi

pelajaran disampaikan secara monoton mengakibatkan siswa tidak tertarik

untuk belajar dan kurang memiliki motivasi dalam belajar. Hal ini merupakan

suatu kendala untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Proses belajar dan

pembelajaran, guru kurang optimal di dalam memanfaatkan maupun

memberdayakan media pembelajaran, kurang memperhatikan kondisi siswa

dengan berbagai latar belakang kompetensi dan intelegensi, karena dalam

proses pembelajaran cenderung masih berpusat pada guru.

Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi tetapi juga

dipengaruhi oleh disiplin. Motivasi adalah daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu atau daya penggerak dari subyek untuk

melakukan suatu perbuatan dalam suatu tujuan.1 Rendahnya kedisiplinan

siswa Indonesia makin hari makin menjadi perhatian masyarakat, terutama

kalangan pendidik. Para ahli pendidikan tersebut sepakat mengatakan bahwa

proses pembelajaran tradisional yang sampai sekarang masih dominan di

sekolah-sekolah belum mampu menumbuhkan kebiasaan disiplin; satu

dimensi yang paling esensial dari dimensi belajar.

Faktor lemahnya strategi pelaksanaan pembelajaran menjadi sumber

rendahnya tingkat keberhasilan belajar siswa telah diakui banyak pihak.

Termasuk guru sebagai pelaksana pembelajaran. Akan tetapi, faktor

karakteristik siswa sebagai subyek yang belajar tidak kalah pentingnya di

dalam proses belajar dan pembelajaran yaitu motivasi belajar dan kedisiplinan.

Permasalahan yang terjadi di Madrasah Ibtidaiyah di kota salatiga

khususnya di MIN Kecandran Salatiga dan MI Ma‟arif Mangunsari adalah

masih ada siswa yang menurun dalam motivasi belajar dan kedisiplinan siswa

untuk berprestasi akibat dari meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang

ditandai dengan berbagai sarana dan fasilitas hidup yang serba mudah dicapai

selain itu rendahnya prestasi siswa lebih disebabkan karena rendahnya

motivasi yang diakibatkan oleh meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang

menciptakan gaya hidup hedonisme. Belajar yang harus ditempuh dengan

1Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo,

2005, 71.

kerja keras tidak lagi menjadi kesukaan siswa. Ada beberapa siswa yang tidak

menaati tata tertib, tidak mengerjakan tugas, belajar jika akan menghadapi tes

dan berpengaruh pada prestasi yang kurang dari hasil yang diharapkan.

Motivasi dan disiplin yang terdapat pada diri siswa menjadi faktor utama

untuk pencapaian prestasi belajar yang baik. Tetapi pada kenyataannya faktor

dari dalam diri saja tidak sepenuhnya menunjang dalam proses prestasi belajar

tanpa adanya dukungan dari guru sebagai pembimbing dalam proses belajar

mengajar. Dari uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis

dalam penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Kedisiplinan Siswa dan

Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika di MI Kota Salatiga

Tahun Pelajaran 2014/2015.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka penulis dapat

mengemukakan rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana kedisiplinan siswa, motivasi belajar dan prestasi belajar

Matematika siswa di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015?

2. Bagaimana pengaruh kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar

Matematika di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015?

3. Bagaimana pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar Matematika

di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015?

4. Apakah ada pengaruh kedisiplinan siswa dan motivasi belajar terhadap

prestasi belajar Matematika di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran

2014/2015?

C. Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui kedisiplinan siswa, motivasi belajar dan prestasi belajar

Matematika di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.

b. Untuk mengetahui pengaruh kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar

Matematika di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.

c. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar

Matematika di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.

d. Untuk mengetahui pengaruh kedisiplinan siswa dan motivasi belajar

terhadap prestasi belajar Matematika di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran

2014/2015.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

a. Secara Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang

penyusunan teori atau konsep-konsep terutama untuk menerapkan disiplin

dan motivasi belajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Secara Praktis

1. Bagi sekolah, sebagai masukan yang konstruktif bagi pengembangan

prestasi siswa dan menambah khazanah ilmiah tentang kondisi siswa

sehingga dapat merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran

yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

2. Bagi guru sebagai informasi agar lebih dapat meningkatkan

pengawasan dan proses belajar mengajar.

3. Bagi Penulis, merupakan temuan awal untuk melakukan penelitian

lebih lanjut tentang kedisiplinan siswa dan motivasi dalam

pembelajaran Matematika.

4. Bagi masyarakat umum, sebagai salah satu wawasan akan pentingnya

upaya mengolah dan membangkitkan disiplin dan motivasi belajar

siswa sehingga diperoleh hasil belajar yang memuaskan.

D. Kajian Pustaka

Terkait dengan kedisiplinan siswa dan motivasi belajar siswa, terdapat

beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini bahwa

kedisiplinan di sekolah sudah ada dengan berbagai bentuk kegiatan dan

motivasi yang miliki siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar dalam

pelaksanaannya.

Penelitian M. Tohimin Apriyanto yang berjudul Kemampuan Berpikir

Kritik Ditinjau Dari Disiplin Belajar dan Kompetensi Matematika Siswa,

berdasarkan hasil penelitiannya diketahui bahwa koefesien jalur antara disiplin

belajar terhadap kemampuan berpikir kritik ditinjau dari kompetensi

matematika sebesar 0.063, sedangkan koefesien determinasi jalur antara

disiplin belajar terhadap kemampuan berpikir kritik ditinjau berdasarkan

kompetensi matematika sebesar 0.1738 atau 17.38%. Hal ini berarti bahwa

terdapat pengaruh antara disiplin belajar terhadap kemampuan berpikir kritik

ditinjau dari kompetensi matematika. Kemampuan matematika siswa

merupakan perwujudan dari proses keberhasilan pembelajaran matematika

yang dicerminkan dengan perubahan pola berpikir, sikap dan perubahan

tingkah laku yang di tunjukan oleh peserta didik. Perilaku belajar seseorang

yang sesuai dengan kebiasaan dan peraturan atau tata tertib yang dilakukan

dengan senang hati akan meningkatkan prestasi belajarnya, dalam hal ini

kemampuan matematikanya. dan seseorang yang mempunyai kompetensi

matematika yang tinggi maka akan memiliki kemampuan berpikir kritik yang

tinggi pula.2

Dalam penelitian Setyowati yang berjudul Pengaruh Motivasi Belajar

terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP 13 Semarang, hasil

penelitiannya adalah motivasi belajar pada siswa kelas VII SMPN 13

Semarang dalam kategori cukup. Hasil belajar yang dicapai siswa kurang

memuaskan terlihat dari adanya hasil analisis angket yang disebar masih

banyak indikator yang menyatakan hasil belajar cukup dan juga diperkuat dari

adanya daftar nilai-nilai yang masih ada nilai yang masih dibawah angka 7

untuk semua mata pelajaran. sebesar 29,766 dengan taraf signifikansi 0,000

yang berarti ada pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap hasil

belajar pada siswa kelas VII SMPN 13 Semarang. Besarnya Motivasi belajar

2M. Tohimin Apriyanto, Kemampuan Berpikir Kritik Ditinjau Dari Disiplin Belajar

dan Kompetensi Matematika Siswa, Jurnal Ilmiah, Jakarta: Universitas Indrprasta PGRI

(UNINDRA), 2013, 11.

yang mempengaruhi Hasil Belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang ini

sebesar 29, 766% sedangkan 71,344 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang

tidak diteliti oleh peneliti dikarenakan keterbatasan dana, waktu serta

kemampuan.3

Seperti halnya disebutkan oleh Tulus Tu‟u bahwa dengan disiplin yang

muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya, tanpa disiplin

yang baik suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang kondusif bagi

kegiatan pembelajaran secara positif displin memberi dukungan lingkungan

yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran, disiplin merupakan jalan

bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja karena

kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan merupakan

kesuksesan seseorang.4

Penelitian Keke T Aritonang yang berjudul Minat dan Motivasi dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, Berdasarkan hasil survey siswa hanya

berminat pada tiga mata pelajaran saja. Hal ini sangat disayangkan karena

semua mata pelajaran di sekolah sangat diperlukan dalam penentuan naik atau

tidaknya siswa ke jenjang selanjutnya dan mencapai hasil belajar yang baik

sehingga berguna untuk masa depan mereka. Faktor yang paling utama yang

menentukan apakah siswa akan berminat dan termotivasi untuk belajar adalah

faktor dari guru sendiri. Karena guru sebagai fasilitator harus mampu memilih

dan mengolah metode, strategi dan motif mengajar yang dapat meningkatkan

3Setyowati , Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP

13 Semarang, Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2007. 4Tulus Tu‟u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo, 2004,

37.

minat dan motivasi belajar para siswa dan guru terlibat langsung dalam proses

belajar-mengajar.5

Berdasarkan hasil penelitian yang dideskripsikan di atas, memang

cukup banyak tulisan ilmiah yang senada dengan tema kedisiplinan dan

motivasi belajar sehingga dapat saling melengkapi satu sama lain, akan tetapi

penulis belum menemukan kajian secara khusus yang meneliti tentang

pengaruh kedisiplinan siswa dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar

Matematika di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga khususnya MIN Kecandran

Salatiga, dan MI Ma‟arif Mangunsari. Dengan demikian, penelitian ini sangat

penting untuk diterapkan kepada siswa dengan proses dan cara penerapan

serta pembinaan yang berlanjut sehingga menjadikan siswa mempunyai

kedisiplinan dan motivasi yang baik untuk peningkatan hasil belajar.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam tesis ini adalah penelitian lapangan (field

research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke

obyek penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif karena yang didasarkan pada data yang ada pada

masa sekarang atau penyelidikan yang bertujuan pada pemecahan masalah

yang ada pada masa sekarang. Masalah yang akan penulis bahas adalah

5Keke T Aritonang, Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa,

Jurnal Pendidikan, Jakarta: Penabur, 2007.

masalah yang ada pada masa sekarang dengan menggunakan data yang ada

dan hasil data tersebut dinyatakan dalam bentuk angka (kuantitatif).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data numerial

(angka) yang diolah dengan metode statistik. Data berupa numerial (angka)

pada penelitian ini diperoleh dari hasil pengisian angket. Pendekatan

kuantitatif pada dasarnya dilakukan untuk penelitian inferensial (pengujian

hipotesis) dan menyadarkan pada suatu probabilitas penolakan atau

penerimaan hipotesis.6

Survey pada umumnya dilakukan untuk mencari informasi yang jelas

secara empirik dan akan digunakan untuk memecahkan suatu masalah dengan

deskripsi korelasional, karena semua variabel yang akan diamati

dideskripsikan selanjutnya dikorelasikan antara variabel bebas dengan

variabel terikat.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan mengambil lokasi di Madrasah Ibtidaiyah

kota Salatiga khususnya di MIN Kecandran Salatiga yang terletak di dusun

Gamol Kelurahan Kecandran Salatiga, dan MI Ma‟arif Mangunsari yang

terletak di Cabean Kelurahan Mangunsari. Alasan dipilihnya lokasi penelitian

tersebut karena MIN Kecandran merupakan madrasah Ibtidaiyah yang

berstatus Negeri satu-satunya di kota Salatiga dengan letak madrasah di

6Saefuddin Anwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998,

5.

tengah desa dan guru yang mengajar di madrasah tersebut hampir semuanya

PNS sedangkan MI Ma‟arif Mangunsari adalah salah satu madrasah swasta

yang jumlah siswanya banyak dengan guru yang banyak berstatus swasta,

dengan letak madrasah yang berada di tengah kota akan tetapi motivasi

belajar siswa tinggi sehingga banyak mendapat prestasi dan dapat dijadikan

contoh bagi lembaga lainnya yang representatif untuk dijadikan penelitian.

3. Populasi dan Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah “keseluruhan dari subyek

penelitian sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi.”7

Berdasarkan batasan tersebut maka yang menjadi populasi adalah adalah

semua siswa kelas VI MIN Kecandran Salatiga dan MI Ma‟arif Mangunsari.

Kelas VI dipilih karena kelas atas pada umumnya kecenderungannya sudah

lebih stabil kedisiplinan siswa dan motivasi belajarnya.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampling jenuh

yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus, dimana semua

anggota dijadikan sampel.8 Sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa

kelas VI MIN Kecandran Salatiga dan MI Ma‟arif Mangunsari. Siswa kelas

VI di MIN Kecandran Salatiga ada 28, dan kelas VI MI Ma‟arif Mangunsari

ada 37. Jadi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 65 siswa.

7Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka

Cipta, 2006, 115. 8Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2005, 61.

4. Sumber Data

Berdasarkan sumbernya, data penelitian dikelompokkan dalam dua

jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang

diperoleh atau yang dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber

datanya. Sumber data utama (primer) diperoleh langsung dari responden

melalui obeservasi berupa rating scale, diantaranya adalah kedisiplinan

siswa, motivasi belajar dan prestasi belajar Matematika. Adapun yang

melakukan observasi adalah guru kelas VI di MIN Kecandran Salatiga dan

MI Ma‟arif Mangunsari. Setiap orang akan mengobservasi seluruh siswa

kelas VI. Sedangkan sumber data tambahan (sekunder) yang digunakan

dalam penelitian ini terdiri dari dokumen data umum seperti gambaran umum

MI Kota Salatiga dan data khusus seperti struktur organisasi serta program

pembelajaran Matematika.

5. Variabel Penelitian

Variabel adalah semua objek yang menjadi sasaran penelitian. Dalam

penelitian ini dibedakan menjadi dua macam yaitu variabel pengaruh dan

variabel terpengaruh.

a. Variabel Pengaruh

Sebagai variabel pengaruh dalam penelitian ini adalah kedisiplinan

siswa dan motivasi belajar siswa MIN Kecandran Salatiga dan MI Ma‟arif

Mangunsari. Sedangkan data keduanya yang disebut variabel (X1 dan X2)

diambil dari nilai hasil isian observasi rating scale penelusuran

kedisiplinan siswa dan motivasi belajar dan terhadap mata pelajaran

Matematika.

Adapun variabel pengaruh pertama yaitu kedisiplinan siswa

indikatornya adalah sebagai berikut:9

1. Patuh dan taat terhadap taat tertib belajar di sekolah

2. Perilaku kedisiplinan di dalam kelas

3. Disiplin dalam menepati jadwal belajar

Motivasi belajar yang merupakan variabel kedua indikatornya

sebagai berikut:10

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

4. Adanya penghargaan dalam belajar

5. Adanya keinginan yang menarik dalam belajar

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif

b. Variabel Terpengaruh

Sebagai variabel terpengaruh yang disebut variabel (Y) dalam

penelitian ini adalah prestasi belajar Matematika di Madrasah ibtidaiyah

Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015 yang memiliki indikator yaitu

dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil

9Sofchah Sulistyowati, Cara Belajar Yang Efektif dan Efisien, Pekalongan: Cinta Ilmu

Pekalongan, 2001, 3. 10

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet.

Kedua, 2007, 23.

evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-

ulangan atau ujian yang ditempuhnya.11

Prestasi belajar Matematika Madrasah ibtidaiyah Kota Salatiga

diambil dari nilai yang dicapai dari rata-rata nilai raport siswa MIN

Kecandran Salatiga dan MI Ma‟arif Mangunsari pada semester I Tahun

Pelajaran 2014/2015.

Untuk mengetahui nilai prestasi belajar Matematika di Madrasah

ibtidaiyah Kota Salatiga dengan menggunakan kriteria dengan melihat

buku raport siswa sebagai berikut:

Simbol-simbol nilai angka dan huruf Predikat

Angka Huruf

8 - 10 = 80 - 100

7 - 7,9 = 70 - 79

6 - 6,9 = 60 - 69

5 - 5,9 = 50 - 59

0 - 4,9 = 0 - 49

A

B

C

D

E

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Gagal

Sumber: Dokumentasi Buku Panduan Penulisan Raport Siswa Madrasah

Ibtidaiyah

6. Metode Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian ilmiah banyak cara yang dipakai dalam

pengumpulan data. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan

beberapa metode, antara lain sebagai berikut:

a. Observasi

Metode observasi yang dilakukan adalah observasi tidak langsung,

dengan menggunakan alat observasi berupa rating scale. Observasi adalah

11

Tulus Tu‟u, Peran Disiplin..., 75.

pengamatan yang bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah,

sehingga akan diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checking atau

pembuktian terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan ialah rating scale yaitu

pencatatan gejala menurut tingkatannya.12

Rating scale umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri

tingkah laku yang harus dicatat secara bertingkat. Observasi diminta

mencatat pada tingkat yang bagaimana, suatu gejala atau tingkah laku bisa

timbul. Adapun yang melakukan observasi adalah guru kelas VI di MIN

Kecandran Salatiga dan MI Ma‟arif Mangunsari. Setiap orang akan

mengobservasi seluruh siswa kelas VI. Setelah itu guru mengisi lembar

rating scale yang ia pegang, sehingga berdasarkan kompromi antara kedua

guru dan peneliti yang melakukan observasi diperoleh skor yang sama

untuk subyek penelitian.

Peneliti akan menggunakan skala penilaian yang memiliki alternatif

jawaban baik (a), cukup (b) dan kurang (c). Pemberian skor bertingkat

antara 1-3, yaitu baik (3), cukup (2), dan kurang (1).

b. Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan

mengenai data pribadi responden.13

Metode ini digunakan untuk

memperoleh data prestasi belajar yang terdapat di MIN Kecandran

12

Rahayu, I. T. & Ardani, T. A, Observasi dan Wawancara, Malang: Bayumedia, 2004,

20. 13

Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta:

Rineka Cipta, 2006, 112.

Salatiga dan MI Ma‟arif Mangunsari berupa jumlah siswa, jumlah guru,

keadaan siswa, keadaan gedung atau fasilitas lainnya, dan nilai raport

Matematika siswa.

c. Interview

Wawancara (Interview) merupakan teknik pengumpulan data dengan

cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan

berlandaskan tujuan penyelidikan.14

Metode ini penulis gunakan untuk

memperoleh data secara umum dari madrasah tentang kedisiplinan siswa

dan motivasi belajar Matematika. Melalui kepala madrasah, dan guru MIN

Kecandran Salatiga dan MI Ma‟arif Mangunsari.

7. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang

diajukan, sehingga masih harus dibuktikan kebenarannya melalui suatu

penelitian.15

Hipotesis bukanlah suatu kesimpulan akhir, tetapi kebenarannya

masih harus dibuktikan melalui penelitian. Hipotesis yang penulis ajukan

adalah: “Ada pengaruh kedisiplinan siswa dan motivasi belajar terhadap

prestasi belajar Matematika di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga Tahun

Pelajaran 2014/2015”.

14

Sutrisno Hadi, Metode Research II, Yogyakarta: Andi Offset, 2000, 136. 15

Ronny Kountur, Metode Penelitian, Jakarta: CV. Teruna Grafika, 2003,

93.

8. Analisis Data

Analisis kuantitatif adalah analisis data dalam bentuk angka-angka yang

pembahasannya melalui penghitungan statistik. Hasil penghitungan dari skor

atau nilai tersebut kemudian dalam analisis statistik yang dilakukan dengan

bantuan program SPSS (Statistic Product Services Solutions) Release 18,0.

Hasil penghitungan dari skor atau nilai tersebut kemudian dalam analisis

statistik yang dilakukan dengan bantuan program SPSS untuk membuktikan

hubungan dan pengaruh antara variabel-variabel penelitian, dengan

melakukan uji data sebagai berikut:

a. Rating Scale

Untuk instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 2

instrumen, yaitu pertama instrument rating scale kedisiplinan siswa, dan

kedua instrument rating scale yaitu motivasi belajar.

Instrumen rating scale tersebut akan dilakukan beberapa uji instrumen

untuk mengetahui layak atau tidak angket tersebut digunakan, dan pada

akhirnya akan menentukan layak atau tidaknya data yang diperoleh dari

angket tersebut untuk diolah datanya dan digunakan dalam penelitian ini.

untuk membuktikan pengaruh antara variabel-variabel penelitian, dengan

melakukan uji data sebagai berikut:

1) Uji Validitas

Uji validitas ini dimaksudkan untuk menguji seberapa baik instrument

penelitian mengukur konsep yang seharusnya diukur. Uji validitas

digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu observasi tidak

langsung dengan rating scale. Item pertanyaan dianggap valid jika nilai dari

r hitung > r tabel.

2) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas ini merupakan bentuk uji kualitas data yang

menunjukkan stabilitas dan konsistensi dari instrument untuk mengukur

konstruk (variabel). Nilai batas yang diperkenalkan untuk menilai atau

menguji apakah setiap variabel dapat dipercaya, handal dan akurat

dipergunakan formula Koefisien Alpha dari Cronbach. Variabel dapat

dinyatakan reliabel apabila Koefisien Alpha Cronbach ≥0,6 artinya tingkat

reliabilitas sebesar 0,6 merupakan indikasi reliabelnya sebuah konstruk.

b. Uji Prasyarat

Sebelum dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis, maka

terlebih dahulu perlu dilakukan uji prasyarat analisis terhadap data-data

yang telah diperoleh, yaitu data kedisiplinan siswa, data motivasi belajar,

dan data prestasi belajar Matematika. Uji prasyarat ini berfungsi untuk

memeriksa keabsahan data, apakah data yang diperoleh layak atau dapat

digunakan untuk uji hipotesis dengan analisis regresi linier berganda dengan

menggunakan software SPSS. Setelah data dikumpulkan dengan lengkap,

selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dengan dua metode:

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana pengaruh kediplinan

belajar dan prestasi belajar Matematika terhadap prestasi belajar di

Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.

Uji persyaratan analisis regresi yang akan digunakan meliputi uji normalitas,

multikolinearitas, dan Heteroskedastisitas yang secara rinci dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti

diketahui bahwa Uji t dan Uji F mengasumsikan bahwa nilai residual

mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji

statistik menjadi tidak valid untuk ukuran sampel kecil. Ada dua cara

yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendeteksi apakah residual

berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan atau uji

statistik.16

Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan analisis

grafik, yaitu untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat

normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari

distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus

diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang

menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran

data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat

histogram dari residualnya.

16

Sutrisno Hadi, Metode Research..., 45.

b) Uji Multikolinearitas

Uji persyaratan selanjutnya adalah uji kolinearitas, untuk

mengetahui ada tidaknya korelasi diantara sesama variabel bebas.

Model regresi dalam penelitian ini dapat memenuhi syarat apabila

tidak terjadi multikolinieritas atau adanya korelasi di antara variabel

bebas.17

Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-

variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel

independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama

dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas

dalam model regresi pada penelitian ini adalah dengan melihat pada

nilai Variance Inflation Factor (VIF). Ukuran ini menunjukkan setiap

variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel

independen lainnya.

Dalam pengertian sederhana, setiap variabel independen menjadi

variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen

lainnya. Nilai cut-off yang dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolinearitas adalah nilai VIF>10. Apabila nilai VIF dari variabel

independen>10, maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi

tersebut terdapat gejala multikolinieritas antar variabel.

c) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

17

Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2012, 293.

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu untuk menguji

apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada

periode t-1 (sebelumnya).

2. Analisis Statistik

Analisis statistik digunakan untuk mengetahui sejauh mana

pengaruh kedisiplinan siswa dan motivasi belajar terhadap prestasi

belajar Matematika di MI Kota Salatiga. Pada tahap ini dilakukan

perhitungan melalui prosentase dan analisa tiap-tiap item. Untuk

menganalisis ini penulis menggunakan rumus:

F

P = X 100 %

N

Keterangan : P = Prosentase

F = Frekuensi

N = Jumlah sampel.18

Sebagai analisis lanjutan adalah mengunakan uji hipotesis untuk

mencari ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel x dan y.

Untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis data yang diperoleh

maka peneliti menggunakaan bantuan program statistik berbasis

komputer yaitu SPSS (Statistic Program Social Sciences).

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui

pengaruh kedisiplinan siswa dan motivasi belajar terhadap prestasi

18

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2000, 40.

belajar matematika di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga tahun

pelajaran 2014/2015. Adapun langkah-langkah analisis regresi linier

berganda adalah sebagai berikut:

a) Menentukan persamaan regresi linear berganda

Y = a + b1X1 + b2X2

Dimana: Y = Prestasi belajar Matematika

b1 b2 = Koefisien regresi sebagai penaksir parameter

X1 = Kedisiplinan siswa

X2 = Motivasi belajar

b) Uji signifikansi (pengaruh nyata) variabel independen (X) terhadap

variabel dependen (Y) baik secara parsial maupun secara bersama-

sama, dilakukan dengan uji statistik t (t-test) dan uji F (F-test).

c) Uji t statistik

Uji keberartian koefisien (bi) dilakukan dengan statistik t. Hal ini digunakan untuk

menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel independennya.

Adapun hipotesis dirumuskan sebagai berikut:

Ho : bi = 0 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel

independen X terhadap variabel dependen (Y).

Ho : bi 0 artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen X

terhadap variabel dependen (Y).

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

Ho ditolak apabila thitung > t tabel.

Ho diterima apabila thitung < t tabel.

d) Uji F statistik

Uji ini digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari

seluruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel

dependen. Adapun hipotesis dirumuskan sebagai berikut:

Ho : b1, b2 = 0 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan

secara bersama-sama dari variabel independen (X1 dan X2) terhadap

variabel dependen (Y). Ho : b1, b2 0 artinya terdapat pengaruh yang

signifikan secara bersama-sama dari variabel independen (X1 dan X2)

terhadap variabel dependen (Y).

F. Sistematika Penulisan

Tesis ini disusun dalam lima bab yang saling berkaitan antara bab satu

dengan bab lainnya, secara sistematika antara lain:

Bab pertama merupakan pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan signifikansi penelitian, kajian pustaka,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan landasan teori. Pada bab ini lebih banyak

memberikan tekanan pada kajian atau landasan teoretis dalam menunjang

permasalahan yang berisikan kedisiplinan siswa, motivasi belajar dan

prestasi belajar Matematika.

Bab ketiga berisi tentang hasil penelitian. Pada bab ini akan

dikemukakan tentang bentuk gambaran umum MI Kota Salatiga yang terdiri

dari MIN Kecandran Salatiga, dan MI Ma‟arif Mangunsari, Rating Scale

kedisiplinan siswa dan motivasi belajar serta nilai prestasi belajar Matematika.

Bab keempat merupakan analisis data. Pada bab ini berisi pemaparan

data beserta analisis data hasil penelitian tentang pengaruh kedisiplinan siswa

dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Matematika di MI Kota Salatiga.

Bab kelima merupakan penutup. Bab ini adalah bab terakhir yang akan

menegaskan kesimpulan yang menjadi jawaban permasalahan penelitian,

kemudian dilengkapi dengan saran.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kedisiplinan

1. Pengertian Kedisiplinan

Kedisiplinan berasal dari kata sifat yaitu disiplin yang diberi imbuan

Ke-an. Disiplin secara etimologi bahasa berasal dari kata disciple (disipline)

yang mempuyai makna mengajari atau mengikuti pemimipin yang

dihormati.19

Menurut Prijadaminto “Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan

terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-

nilai ketaatan pada Tuhan, keteraturan, dan ketertiban dalam memperoleh

ilmu”. 20

Sedangkan Kadir mendefinisikan disiplin adalah kepatuhan terhadap

peraturan atau tunduk pada pengawasan atau pengendalian. Kedua disiplin

yang bertujuan mengembangkan watak agar dapat mengendalikan diri, agar

berprilaku tertib dan efisien.21

Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan

terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-

nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.22

Disiplin berarti adanya kesediaan untuk memahami peraturan-peraturan

atau larangan yang telah ditetapkan. Kedisiplinan adalah kesadaran dan

19

Kenneth W. Requene, Strategi Jitu Membangun Disiplin Anak, Jakarta: Pustaka Raya,

2005, 122. 20

Soegeng Prijodarminto, Disiplin Kiat Menuju Sukses, Jakarta: PT. Pratnya Pramito,

2004, 5-6. 21

Kadir, Penuntun Belajar PPKN, Bandung: Pen Ganeca Exact, 1994,

80. 22

Soegeng Prijominto, Disiplin Kiat ..., 23.

kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma

sosial yang berlaku.23

Jadi disiplin adalah kesediaan untuk taat terhadap

peraturan atau tata tertib yang telah diberlakukan dengan kesadaran tanpa

adanya paksaan. Sedangkan disiplin menurut Djamarah adalah suatu tata

tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pridadi dan

kelompok.24

Kedisiplinan mempunyai peranan penting dalam mencapai

tujuan pendidikan. Berkualitas atau tidaknya belajar siswa sangat dipengaruhi

oleh paktor yang paling pokok yaitu kedispilan, disamping faktor lingkungan,

baik keluarga, sekolah, kedisiplinan serta bakat siswa itu sendiri.

Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab

merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya, yaitu terkait dengan

pengetahuan, sikap dan perilaku. Masalah disiplin yang dibahas dalam

penelitian ini adalah disiplin yang dilakukan oleh para siswa dalam kegiatan

belajarnya baik di rumah maupun di sekolah. Untuk lebih memahami tentang

disiplin belajar terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian disiplin

menurut beberapa ahli.

Menurut Arikunto di dalam pembicaraan disiplin dikenal dua istilah

yang pengertiannya hampir sama tetapi pembentukannya secara berurutan.

Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan

istilah siasat dan ketertiban. 25

23

Abdurrahman Fathoni, Manajemen Sumber Daya Manuisa, Jakarta: Rineka Cipta,

2006, 126. 24

Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha

Nasional, 2002, 12. 25

Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 1990, 114.

Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti

peraturan dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya

karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin atau

siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib karena

didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya. Itulah sebabnya biasanya

ketertiban itu terjadi dahulu, kemudian berkembang menjadi siasat.

2. Fungsi Disiplin

Fungsi disiplin antara lain adalah:26

a. Menata kehidupan bersama

Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai

orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku,

sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama

menjadi baik dan lancar.

b. Membangun kepribadian

Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi

dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena

itu,dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti , mematuhi aturan

yang berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinya

serta berperan dalam membangun kepribadian yang baik.

26

Tulus Tu‟u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo, 2004,

38.

c. Melatih kepribadian

Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui

latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur dan patuh

perlu dibiasakan dan dilatih.

d. Pemaksaan

Disiplin dapat terjadi karena adanya penaksaan dan tekanan dari luar, misalnya

ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang

berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah

tersebut.

e. Hukuman

Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi yang

melanggar tata tertib tersebut.

f. Menciptakan lingkungan yang kondusif

Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan

agar berjalan lancar dan memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah

sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan

pembelajaran.

3. Jenis-Jenis Disiplin Belajar

Disiplin belajar memiliki 2 jenis yaitu:27

a. Disiplin Sikap Belajar

Disiplin sikap belajar adalah suatu peraturan dengan kesadaran sendiri

untuk tercapai suatu tujuan peraturan itu dengan perubahan sikap atau

27

Cece Wijaya, Faktor-faktor Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 1994, 18.

tingkah lakunya. Sedangkan menjalankan peraturan atas pengaruh pihak

luar dengan kepatuhan dan ketaatan maka hal ini disebut berdisiplin. Jadi

sikap yang baik akan mempengaruhi proses disiplin belajar seseorang.

b. Disiplin tanggung jawab belajar

Seseorang atau siswa hendaknya mempunyai sikap disiplin tanggung

jawab dalam belajar. Seseorang yang bertanggung jawab sebagai pelajar

dia akan mengetahui posisinya sebagai seorang pelajar dengan penuh

tanggung jawab saat menerima tugas dari seorang gurunya.

Menurut Cece Wijaya bahwa disiplin tanggung jawab adalah sesuatu

yang terletak didalam hati dan jiwa manusia yang mendorong bagi orang

yang bersangkutan untuk melakukan sesuatu sebagai mana yang

ditetapkan peraturan oleh pihak yang bersangkutan. Sedangkan Sofchah

Sulistyowati menyebutkan agar seorang pelajar dapat belajar dengan baik

ia harus bersikap disiplin, terutama disiplin dalam hal-hal sebagai

berikut:28

1. Disiplin dalam menepati jadwal belajar.

2. Disiplin dalam mengatasi semua godaan yang akan menunda-nunda

waktu belajar.

3. Disiplin terhadap diri sendiri untuk dapat menumbuhkan kemauan dan

semangat belajar baik di sekolah seperti menaati tata tertib, maupun

disiplin di rumah seperti teratur dalam belajar.

28

Sofchah Sulistyowati, Cara Belajar Yang Efektif dan Efisien, Pekalongan: Cinta Ilmu,

2002, 3.

4. Disiplin dalam menjaga kondisi fisik agar selalu sehat dan fit dengan

cara makan yang teratur dan bergizi serta berolahraga secara teratur.

Menurut Arikunto macam-macam disiplin ditunjukkan dengan tiga

perilaku yaitu perilaku kedisiplinan di dalam kelas, perilaku kedisiplinan di

luar kelas di lingkungan sekolah, dan perilaku kedisiplinan di rumah. 29

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar

Dalam hal sikap kedisiplinan belajar ada beberapa faktor yang datang

dari dalam diri siswa mempunyai pengaruh sangat besar terhadap

keberhasilan belajar. Hal ini dapat dikatakan logis dan wajar sebab hakikat

disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan serta perubahan tingkah laku yang

diminati siswa. Hal itu juga masih bergantung pada faktor yang datang dari

luar diri siswa yang terdiri dari:

a. Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah,

masyarakat, dan kelompok.

b. Faktor budaya

c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan

iklim.

d. Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan.30

Sedangkan faktor dari dalam, menurut syamsu yusuf melihat dari segi

individu maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi meliputi aspek fisik

29

Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 1990, 137. 30

Tabrani Rusyan, Pendidikan Budi Pekerti, Bandung: Arcaya Media Utama, 2000,

Cet.Ke 2, 63.

dan psikis. Yang termasuk faktor fisik ini diantaranya adalah nutrisi (gizi

makanan), sedangkan yang termasuk aspek psikis mengatakan terdiri dari

intelegensia (kecerdasan), bakat, kemampuan khusus, sikap, minat, motif,

dan suasana emosinya.31

Oleh karena itu bahwa kelengkapan dan kesiapan fungsi fisik dan

psikis merupakan persyaratan bagi tercapainya keberhasilan belajar. Apabila

dalam fungsi-fungsi mengalami gangguan dan kekurangan, maka

kemungkinan besar individu akan mengalami kesulitan besar dalam belajar.

B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi merupakan komponen penting dalam proses belajar

mengajar. Untuk mencapai keberhasilan suatu proses belajar mengajar, siswa

perlu memiliki motivasi belajar yang kuat. Namun demikian menurut Robert

E Slavin, motivasi belajar itu sesuatu yang sulit diukur, karena terkait dengan

beragam faktor, seperti kepribadian siswa, kemampuan melaksanakan tugas

belajar, suasana belajar, rangsangan untuk belajar, dan perilaku guru.32

Mengingat pentingnya motivasi dalam keberhasilan pembelajaran,

maka kajian tentang teori motivasi menjadi suatu yang sangat penting, agar

motivasi dapat difahami dengan lebih komprehensif.

31

Syamsu Yusuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1993,Cet.Ke2, 41. 32

Robert E Slavin, Educational Psychology Theory And Practice, Fourth Edition,

Boston: Allyn And Bacon, 1994, 347.

Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau

menggerakkan. “Motivasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan aktivitas

manusia karena motivasi merupakan hal yang dapat menyebabkan,

menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan

antusias untuk mencapai hasil yang optimal.”33

Menurut G.R. Terry yang diterjemahkan oleh J Smith D.F.M,34

“Motivasi dapat diartikan sebagai suatu usaha agar seseorang dapat

menyelesaikan pekerjaannya dengan semangat karena ada tujuan yang ingin

dicapai.”

Manusia mempunyai motivasi yang berbeda tergantung dari banyaknya

faktor seperti kepribadian, ambisi, pendidikan dan usia. Menurut Mc. Donald

dalam Oemar Hamalik, Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam

pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif atau perasaan dan

reaksi untuk mencapai tujuan.35

Menurut para pakar psikologi (Baron dan Schunk) sebagaimana dikutip

Robert E Slavin, motivasi adalah sebuah proses internal yang menggerakkan,

mengarahkan, dan memelihara perilaku dalam setiap waktu. Sedangkan

menurut Slavin, kata motivasi digunakan untuk menunjukkan sebuah arah

atau tujuan, kebutuhan, atau keinginan melakukan sesuatu. Jadi motivasi

33

Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2001,

141. 34

G.R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen. Terjemahan J mith D. F. M, Jakarta: Bumi

Aksara, 2003, 130. 35

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, 106.

adalah pengaruh dari kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan terhadap

intensitas dan tujuan perilaku.36

Motivasi belajar merupakan salah satu factor yang turut menentukan

efektivitas pembelajaran, Callahan dan clark yang di kutip mengemukakan

bahwa: “Motivasi merupakan tenaga pendorong atau penarik yang

menyebabkan munculnya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Peserta

didik akan belajar dengan sungguhsungguh apabila memiliki motivasi yang

tinggi.”37

Dalam konteks belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan

daya enggerak di dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan

belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan

arah pada kegiatan belajar, sehingga tercapai tujuan yang dikehendaki.

Dikatakan “keseluruhan“, karena biasanya ada beberapa motif yang

bersamasama menggerakkan peserta didik untuk belajar.

Motivasi belajar adalah faktor psikis non intelektual. Peranannya yang

khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat

untuk belajar. Peserta didik yang memilki motivasi kuat , akan memiliki

banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.38

Dengan ungkapan berbeda

Wahjosumidjo mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses psikologis yang

36

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran..., 347. 37

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi,

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002, 112. 38

Sardiman A.M, .Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2001, 73.

mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan

yang terjadi pada diri seseorang.39

Dari pengertian para pakar tersebut, dapat difahami bahwa motivasi

adalah proses yang terjadi dalam diri seseorang, baik sebagai dorongan

kebutuhan dari dalam (internal), maupun sebagai respon terhadap realitas,

yang menggerakkan orang untuk bersikap dan berperilaku.

Motivasi adalah apa yang menggerakkan seseorang untuk

bertindak dengan cara tertentu atau sekurang-kurangnya mengembangkan

sesuatukecenderungan perilaku tertentu, yang dapat dipicu oleh rangsangan

luar,atau yang lahir dari dalam diri orang itu sendiri.40

Pada dasarnya motivasi

adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, menggarahkan dan

menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan

sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Frederick J. Mc Donald dalam H. Nashar, Motivasi belajar adalah suatu

perubahan tenaga di dalam diri seseorang (pribadi) yang ditandai dengan

timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.41

Menurut Clayton Alderfer dalam Nashar, Motivasi belajar adalah

kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh

hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Menurut

Abraham Maslow dalam Nashar, Motivasi belajar juga merupakan

kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan diri secara optimum, sehingga

39

Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001, Cet.

kelima, 177. 40

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996, 60. 41

Nashar, Peranan Motivasi Dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran,

Jakarta: Delia Press, 2004, 39.

mampu berbuat yang lebih baik, berprestasi dan kreatif. Kemudian menurut

Clayton Alderfer dalam Nashar motivasi belajar adalah suatu dorongan

internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang (individu) untuk

bertindak atau berbuat mencapai tujuan, sehingga perubahan tingkah laku

pada diri siswa diharapkan terjadi. 42

Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa

untuk belajar dengan senang dan belajar secara sungguh-sungguh, yang pada

gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang sistematis, penuh

konsentrasi dan dapat menyeleksi kegiatan-kegiatannya. Setiap manusia

memiliki kebutuhan-kebutuhan yang secara sadar maupun tidak, berusaha

untuk mewujudkannya. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan merupakan

awal timbulnya suatu perilaku, diperlukan adanya suatu dorongan (motivasi)

yang mampu menggerakkan atau mengarahkan perilaku tersebut. Setiap

manusia berbeda antara satu dengan lainnya, perbedaan itu selain pada

kemampuannya dalam bekerja juga tergantung pada keinginannya untuk

bekerja atau tergantung kepada keinginan, dorongan dan kebutuhannya untuk

bekerja. Keinginan untuk bekerja dalam hal ini disebut motivasi.

Menurut Sardiman Motivasi adalah “motivasi dapat juga dikatakan

sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,

sehingga seseorang itu mau daningin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak

suka, maka berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak

42

Nashar, Peranan Motivasi Dan Kemampuan..., 42.

suka tersebut. Jadi motivasi itu dapat dirangkai oleh factor dari luar tetapi

motivasi adalah tumbuh di dalam diri seseorang.”43

Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila di dalam dirinya

sendiri ada keinginan untuk belajar, sebab tanpa mengerti apa yang akan

dipelajari dan tidak memahami mengapa hal tersebut perlu dipelajari, maka

kegiatan belajar mengajar sulit untuk mencapai keberhasilan. Keinginan atau

dorongan inilah yang disebut sebagai motivasi. Dengan motivasi orang akan

terdorong untuk bekerja mencapai sasaran dan tujuannya karena yakin dan

sadar akan kebaikan, kepentingan dan manfaatnya. Bagi siswa motivasi ini

sangat penting karena dapat menggerakkan perilaku siswa kearah yang positif

sehingga mampu menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta menanggung

resiko dalam belajar.

Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi sangat erat hubungannya

dengan kebutuhan aktualisasi diri sehingga motivasi paling besar pengaruhnya

pada kegiatan belajar siswa yang bertujuan untuk mencapai prestasi tinggi.

Apabila tidak ada motivasi belajar dalam diri siswa, maka akan menimbulkan

rasa malas untuk belajar baik dalam mengikuti proses belajar mengajar maupun

mengerjakan tugas-tugas individu dari guru. Orang yang mempunyai motivasi

yang tinggi dalam belajar maka akan timbul minat yang besar dalam

mengerjakan tugas, membangun sikap dan kebiasaan belajar yang sehat

melalui penyusunan jadual belajar dan melaksanakannya dengan tekun.

43

Sardiman A.M, Interaksi & Motivasi...., 75.

Motivasi yang tumbuh dalam diri seseorang, kita kenal sebagaimotivasi

internal yang tumbuh karena adanya kebutuhan dan keinginan. Sedangkan

motivasi yang tumbuh di luar diri seseorang disebut motivasi eksternal yang

harus diciptakan dan diarahkan supaya dapat membantu tumbuhnya motivasi

internal.

Menurut Hadari Nawawi membedakan motif menjadi dua yaitu motif

intrinsik, yaitu dorongan yang terdapat didalam pekerjaan, yangdilakukan

motif ekstrinsik, yakni dorongan yang berasal dari luarpekerjaan yang sedang

dilakukan.44

Motivasi dapat diartikan kondisi psikologis yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis

yang mendorong seseorang untuk belajar. Dalam suatu penelitian ditemukan

bahwa hasil belajar pada umumya meningkat jika motivasi belajar bertambah

baik motifnya dari intrinsik maupun ekstrinsik.

Uraian di atas menjelaskan bahwa perhatian merupakan salah satu faktor

psikologis yang dapat membantu terjadinya interaksi antara pendidik dan

peserta didik dalam proses belajar-mengajar. Perhatian merupakan faktor

terpenting dalam usaha belajar mengajar pada peserta didik. Peserta didik

merupakan asset dan harapan umat dimasa depan. Oleh karena itu lembaga

pendidikan Islam yang tidak memberikan pendidikan yang terbaik kepada

peserta didiknya berarti telah menyia-nyiakan asset umat.45

44

Muhammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Jakarta; Mahaputra

Adidaya, 2003, 93. 45

Arief Furchan, Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia (Anatomi Keberadaan

Madrasah dan PTAI), Yogyakarta: Gama Media, 2004, 18.

Dalam hal ini yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik dalam

membimbing peserta didik adalah kebutuhan mereka. Al-Qusby membagi pula

kebutuhan manusia dalam dua kebutuhan pokok yaitu :

1. Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan jasmani seperti makan, minum dan

tidur.

2. Keutuhan sekunder yaitu kebutuhan rohaniah kemudian ia membagi

kebutuhan rohaniah kepada enam macam yaitu kebutuhan kasih sayang,

kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan harga diri, kebutuhan akan rasa

bebasebutuhan akan rasa sukses.46

Kebutuhan peserta didik perlu diperhatikan oleh setiap pendidik sehingga

anak didik tumbuh dan berkembang mencapai kematangan psikis dan fisik.

Pendidikan agama juga memperhatikan kebutuhan biologis dan psikologis

ataupun kebutuhan primer dan sekunder seperti yang dijelaskan di atas, maka

penekanannya adalah diyakini dan diamalkan oleh anak didik akan dapat

mewarnai seluruh aspek kehidupannya yang Islami.

2. Jenis-Jenis Motivasi dalam Belajar

Motivasi dalam belajar adalah merupakan suatu proses, yang mana

proses tersebut dapat:47

a. Membimbing anak didik kita ke arah pengalaman-pengalaman,dimana

kegiatan belajar itu dapat berlangsung.

46

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia,2004, 104. 47

Salnadi Sutadipura, Aneka Problem Keguruan, Bandung : Angkasa, 1996, 114.

b. Memberikan kepada anak didik kita itu kekuatan, aktivitas dan

kewaspadaan yang memadai.

c. Pada suatu saat mengarahkan perhatian mereka terhadap suatu tujuan.

Berdasarkan analisis teori-teori motivasi yang telah dipaparkan dimuka

dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu

kondisi internal yang mampu menimbulkan dorongan dalam diri manusia yang

menggerakkan dan mengarahkan untuk melakukan suatu perilaku atau aktivitas

tertentu guna mencapai tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan.

Pemenuhan kebutuhan tersebut merupakan wujud tingkah laku nyata motivasi

yang dimiliki setiap manusia.

Macam-macam motivasi dapat dilihat dari sudut pandang mana kita

melihat. Beberapa ahli membagi motivasi dalam berbagai bentuk. Ahli-ahli

tersebut antara lain :

a. Woodworth dan Marguis membagi motivasi menjadi :48

1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi: kebutuhan untuk minum, makan,

seksual, berbuat dan beristirahat.

2) Motif-motif darurat, yang termasu jenis motif ini antara lain: dorongan

untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha,

untuk memburu.

3) Motif-motif obyektif, dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk

melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat.

48

Sardiman, A. M, Interaksi & Motivasi ..., 86.

Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia

luar secara efektif.

b. Pembagian lain adalah membagi motivasi intrinsik dan motivasi

ekstrinsik.49

1) Motivasi intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang

menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena

dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Sebagai contoh seseorang yang senangnya membaca, tidak usah ada yang

menyutuh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk

dibacanya. Kemudian dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya

(misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi

intrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam

perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh kongkrit, seorang siswa ingin

melakukan belajar , karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai,

atau keterampilan agar berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak

karena tujuan yang lain-lain. Motivasi instrinsik dapat juga dikatakan

sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan

diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak

berkait dengan aktivitas belajarnya.

Perlu diketahui bahwa siswa memiliki motivasi instrinsik akan

memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan dan ahli

49

Sardiman, Interaksi & Motivasi..., 85.

dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ketujuan

yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin tujuannya

bisa tercapai. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu

kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang

terdidik dan berpengalaman. Jadi memang motivasi itu muncul dari

kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbul

dan seremonial.

2). Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya

karena adanya perangsang dati luar.50

Sebagai contoh seseorang itu

belajar, karena tahu besuk paginya akan ujian dengan harapan mendapat

nilai baik, sehingga akan dipuji oleh temannya. Jadi yang penting bukan

karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetap ingin mendapatkan nilai

baik, atau agar mendapat hadiah. Kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan

yang dilakukannya, tidak secara langsung dengan esensi apa yang

dilakuannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan

sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan

diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak

berkaitan dengan aktivitas belajar.

Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak

baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting.

Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan

50

Sardiman, Interaksi & Motivasi..., 90.

juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar

ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi

ekstrinsik.

Dari uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa motivasi

belajar adalah proses membangkitkan minat-minat yang ditandai dengan

timbulnya afektif dan reaksi. Untuk mencapai tujuan belajar yaitu

didapatkannya kecakapan baru.

3. Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Sardiman fungsi motivasi belajar ada tiga yakni sebagai

berikut:51

a. Mendorong manusia untuk berbuat.

Sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini

merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan

Yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat

memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan

rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan

Yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna

mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat

dengan tujuan tersebut.

51

Sardiman, A.M, Interaksi & Motivasi..., 83.

Menurut Hamalik juga mengemukakan tiga fungsi motivasi, yaitu;52

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan. Tanpa motivasi

maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah artinya menggerakkan perbuatan ke

arah pencapaian tujuan yang di inginkan.

c. Motivasi berfungsi penggerak. Motivasi ini berfungsi sebagai mesin,

besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu

pekerjaan atau perbuatan.

Jadi Fungsi motivasi secara umum adalah sebagai daya penggerak yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan tertentu untuk

mencapai tujuan yang diharapkan.

4. Peranan Motivasi Dalam Belajar

Ada beberapa strategi motivasi belajar antara lain sebagai berikut:53

a. Membangkitkan minat belajar

Pengaitan pembelajaran dengan minat siswa adalah sangat penting dan karena itu

tunjukkanlah bahwa pengatahuan yang dipelajari itu sangat bermanfaat

bagi mereka. Cara lain yang dapat dilakukan adalah memberikan pilihan

kepada siswa tentang materi pembelajaran yang akan dipelajari dan cara-

cara mempelajarinya.

b. Mendorong rasa ingin tahu

52

Oemar Hamalik, Prosedur Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, 161. 53

Chatarina Tri Anni, Psikologi Belajar, Semarang: UPT UNNES Press, 2006, 186-187.

Guru yang terampil akan mampu menggunakan cara untuk membangkitkan dan

memelilhara rasa ingin tahu siswa didalam kegiatan pembelajaran. Metode

pembelajaran studi kasus, diskoveri, inkuiri, diskusi, curah pendapat, dan

sejenisnya merupakan beberapa metode yang dapat digunakan untuk

membangkitkan hasrat ingin tahu siswa.

c. Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik.

Motivasi untuk belajar sesuatu dapat ditingkatkan melalui penggunaan materi

pembelajaran yang menarik dan juga penggunaan variasi metode

penyajian.

d. Membantu siswa dalam merumuskan tujuan belajar.

Prinsip yang mendasar dari motivasi adalah anak akan belajar keras untuk mencapai

tujuan apabila tujuan itu dirumuskan atau ditetapkan oleh dirinya sendiri

dan bukan dirumuskan atau ditetapkan oleh orang lain.

Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar-mengajar diklasifikasikan sebagai

berikut.54

1. Guru sebagai demonstrator.

Yang harus dimiliki guru sebagai demonstrator adalah: (a) menguasai bahan atau

materi pelajaran yang akan diajarkan, (b) harus belajar terus-menerus

sehingga kaya dengan berbagai ilmu pengetahuan, dan (c) mampu dan

terampil dalam merumuskan standar kompetensi, memahami kurikulum,

memberikan informasi kepada kelas, memotivasi siswa untuk belajar, dan

54

Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung:Penerbit PT Remaja Rosdakarya,

2003, 9.

menguasai serta mampu melaksanakan keterampilan-keterampilan

mengajar.

2. Guru sebagai pengelola kelas.

Yang harus dimiliki guru sebagai pengelola kelas, yaitu: (a) dapat memelihara

lingkungan fisik kelasnya, (b) membimbing pengalaman-pengalaman

siswa sehari-hari ke arah self directed behavior, dan (c) menyediakan

kesempatan bagi siswa untuk mengurangi ketergantungannya pada guru,

(d) mampu memimpin kegiatan belajar yang Minat dan Motivasi Belajar

Siswa efektif serta efisien dengan hasil optimal,dan (e) mampu

mempergunakan pengetahuan teori belajar-mengajar dan teori

perkembangan.

3. Guru sebagai mediator dan fasilitator.

Yang harus dimiliki guru sebagai mediator dan fasilitator adalah: (a) memiliki

pengetahuan dan pemahaman tentang media pendidikan, (b) memiliki

keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media

dengan baik, (c) terampil mempergunakan pengetahuan berinteraksi dan

berkomunikasi, dan (d) mampu mengusahakan sumber belajar yang

berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar

mengajar.

4. Guru sebagai evaluator.

Yang harus dimiliki guru sebagai evaluator, adalah: (a) mampu dan terampil

melaksanakan penilaian, (b) terus-menerus mengikuti hasil belajar yang

telah dicapai siswa dari waktu ke waktu, dan (c) dapat mengklasifikasikan

kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya.

Syamsudin Makmun menyatakan bahwa motivasi pada diri seseorang

dapat dilihat dari: 55

1. Durasi kegiatan, berapa lama mampu menggunakan waktunya umtuk

belajar.

2. Frekuensi kegiatan, berapa sering kegiatan belajar dilakukan dalam

periode tertentu.

3. Persistensinya, ketepatan dan kelekatanya pada tujuan kegiatan.

4. Ketabahan, keuletan, dan kemampuanya dalam menghadapi berbagai

rintangan dan hambatan.

5. Pengabdian dan pengorbananya guna tercapainya tujuan.

6. Tingkatan aspirasinya, rencana , citacita, target yang hendak dicapai oleh

kegiatan belajar yang dilaksanakan.

7. Tingkatan kualifikasi prestasi/ produk dari kegiatan belajar yang

dilakukan

8. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan positif atau negative.

5. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono ada beberapa faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar, yaitu:56

a. Cita-cita atau aspirasi siswa

55

Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan, Bandung: PT Remaja, 2001, 40. 56

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, 89-92.

Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Cita-

cita siswa untuk ”menjadi seseorang” akan memperkuat semangat belajar

dan mengarahkan pelaku belajar. Cita-cita akan memperkuat motivasi

belajar instrinsik maupun ekstrinsik sebab tercapainya suatu cita-cita akan

mewujudkan aktualisasi diri.

b. Kemampuan Belajar

Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini meliputi beberapa

aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa. Misalnya pengamatan,

perhatian, ingatan, daya pikir dan fantasi. Di dalam kemampuan belajar

ini, sehingga perkembangan berfikir siswa menjadi ukuran. Siswa yang

taraf perkembangan berfikirnya konkrit (nyata) tidak sama dengan siswa

yang berfikir secara operasional (berdasarkan pengamatan yang dikaitkan

dengan kemampuan daya nalarnya). Jadi siswa yang mempunyai

kemampuan belajar tinggi, biasanya lebih termotivasi dalam belajar,

karena siswa seperti itu lebih sering memperoleh sukses oleh karena

kesuksesan memperkuat motivasinya.

c. Kondisi Jasmani dan Rohani Siswa

Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Jadi kondisi siswa yang

mempengaruhi motivasi belajar disini berkaitan dengan kondisi fisik dan

kondisi psikologis, tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik,

karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologis.

Misalnya siswa yang kelihatan lesu, mengantuk mungkin juga karena

malam harinya bergadang atau juga sakit.

d. Kondisi Lingkungan Kelas

Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datangnya dari luar diri siswa.

Lingkungan siswa sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya

ada tiga yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Jadi unsur-

unsur yang mendukung atau menghambat kondisi lingkungan berasal dari

ketiga lingkungan tersebut. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan cara

guru harus berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan, menampilkan diri secara menarik dalam rangka membantu

siswa termotivasi dalam belajar.

e. Unsur-unsur Dinamis Belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam

proses belajar yang tidak stabil, kadang lemah dan bahkan hilang sama

sekali.

f. Upaya Guru Membelajarkan Siswa

Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam

membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara

menyampaikannya, menarik perhatian siswa.

Dalam proses belajar, sangat diperlukan motivasi. Hasil belajar akan

menjadi optimal jika ada motivasi Adapun upaya-upaya yang dilakukan guru

dalam memotivasi belajar siswa diantaranya adalah:

1. Memberi angka.

Ini menjadi simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Bagi siswa angka-angka yang baik

dalam ulangan atau raport merupakan motivasi yang sangat kuat. Cara

pemberian angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di

dalam setiap pengetahuan yang diajarkan sehingga tidak hanya sekedar

kognitif tetapi ketrampilan dan afeksinya.

2. Hadiah. Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi siswa.

3. Saingan atau kompetisi.

Motivasi ini mendorong belajar siswa, baik persaingan individual maupun persaingan

kelompok untuk meningkatakn prestasi belajar siswa.

4. Ego-Iovolment, yaitu menumbuhkan kesadaran pada siswa agar merasakan

pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja

keras dengan mempertaruhkan harga diri. Dan ini merupakan salah satu

bentuk motivasi yang sangat penting.

5. Memberi ulangan.

Para siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada ulangan. Tetapi yang

harus diingat oleh guru adalah jangan terlalu sering karena bisa

membosankan dan bersifat rutinitas.

6. Mengetahui hasil.

Dengan mengetahui grafik hasil pekerjaan meningkat, akan mendorong siswa untuk

lebih giat belajar.

7. Pujian.

Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi

yang baik, tetapi penyampaiannya harus tetap dan bersifat pribadi.

8. Hukuman.

Hukuman adalah bentuk reinforcement yang bersifat negatif, tetapi jika diberikan

secara tepat, bijak dan mendidik adalah jawaban atas pelanggaran dan

bertujuan ke arah perbaikan. Dan ini juga merupakan motivasi bagi siswa.

9. Hasrat untuk belajar.

Ini adalah unsur kesengajaan siswa, berarti pada anak didik itu memang ada motivasi

untuk belajar, sehingga hasilnya tentu akan lebih baik.

10. Minat.

Ini merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan lancar jika disertai jika

disertai dengan minat. Minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai

berikut:

a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan

b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau

c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

11. Tujuan yang diakui.

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh siswa merupakan alat motivasi yang

penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai dirasa sangat

berguna dan menguntungkan. Maka akan timbul gairah untuk belajar.57

12. Menggunakan metode yang bervariasi.

13. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individu maupun kelompok.

14. Membentuk kebiasaan dengan baik.58

57

Sardiman, Interaksi & Motivasi..., 161. 58

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, 182.

6. Teori Motivasi Belajar

a). Teori Behavioural

Menurut BF Skinner, konsep motivasi berkaitan dengan pengulangan

perilaku seseorang yang sebelumnya diberi penguatan (reinforcement),

dibandingkan dengan perilaku yang tidak diberi penguatan, atau diberi

hukuman sebelumnya. Skinner menjelaskan bahwa siswa yang diberi

penguatan untuk belajar (mendapat peringkat baik, mendapat perlakuan

memuaskan dari guru atau orang tua) akan termotivasi untuk belajar.

Sebaliknya siswa yang tidak diberi penguatan atau diberi hukuman (tidak

mendapat peringkat baik, tidak dipuji oleh guru atau orang tuanya) tidak

akan termotivasi untuk belajar.59

Teori belajar behavioural dari BF Skinner ini menurut Slavin memiliki

kelemahan, yaitu bahwa motivasi manusia adalah sesuatu itu yang sangat

kompleks. Ia memberi contoh, hewan yang lapar jika diberi penguatan

akan efektif, tetapi manusia yang lapar karena kompleksitas pribadinya,

tidak mudah diprediksi apa yang akan dilakukannya.60

b). Teori Kebutuhan Abraham Maslow

Teori yang cukup terkenal membahas motivasi perilaku manusia

adalah teori kebutuhan dari Abraham Maslow yang dikenal dengan

hierarchy of needs (tingkatan kebutuhan). Teori ini menghubungkan

59

Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 348. 60

Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 348.

motivasi seseorang dengan kebutuhannya. Motivasi manusia melakukan

suatu perbuatan didorong oleh kebutuhan pribadinya.61

Menurut Abraham Maslow, kebutuhan manusia yang paling dasar

harus dipenuhi lebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan lain di atasnya.

Sebagai contoh, orang lapar atau dalam bahaya akan kehilangan perhatian

untuk mempertahankan harga diri (mempertahankan harga diri adalah

kebutuhan yang berada pada posisi lebih tinggi dalam bagan teori

hierarki).62

Selanjutnya Maslow membagi kebutuhan manusia pada, pertama:

kebutuhan pertahanan (deficiency needs), seperti kebutuhan fisik,

keamanan, cinta dan harga diri. Kedua, kebutuhan pertumbuhan (growth

needs), seperti kebutuhan untuk memahami sesuatu, kebutuhan terhadap

nilai kecantikan dan keindahan, dan kebutuhan untuk mengembangkan

diri. Kebutuhan kedua ini tidak akan terpenuhi secara mutlak, berbeda

dengan kebutuhan pertama yang jika telah terpenuhi orang akan merasa

cukup.

Pada diagram teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, aktualisasi

diri berada pada posisi puncak, yang menunjukkan bahwa manusia

memiliki kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan ini pada level akhir, tetapi

manusia tidak akan merasa puas dalam memenuhinya. Belajar adalah

kebutuhan manusia yang berada pada posisi ini.

c). Teori Dissonansi

61

Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 351. 62

Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 351.

Sejalan dengan pemikiran Abraham Maslow dalam menyatakan

sebab-sebab motivasi perilaku manusia, yaitu karena dorongan untuk

memenuhi kebutuhan. Teori dissonans menyatakan, bahwa yang melatar

belakanginya perlaku manusia adalah upaya untuk menjaga citra positif

diri. Menurut Covington, kebutuhan untuk mempertahankan citra positif

diri adalah motivasi yang kuat dalam mendorong perilaku seseorang.

Banyak sekali perilaku manusia yang dikendalikan oleh tuntutan

kebutuhan untuk menjaga citra positif diri tersebut.63

Robert E Slavin menjelaskan, bahwa orang akan menjaga citra positif

diri dengan seoptimal mungkin yang tercermin dalam perilakunya. Sebagai

contoh, seorang yang percaya bahwa ia adalah orang baik dan terhormat

akan mempertahankan perilaku yang sesuai dengan kedudukannya tersebut

baik pada saat dilihat atau tidak dilihat orang lain.64

d). Teori Personality

Teori kepribadian (personality theory) bertitik tolak dari pemikiran

bahwa motivasi merupakan kecenderungan umum dari perilaku seseorang.

Dalam kerangka ini, motivasi tampak sebagai sesuatu yang tetap pada diri

seseorang. Sebagai ilustrasi, beberapa orang termotivasi untuk mengejar

suatu hasil, sedangkan orang yang berbeda termotivasi untuk hidup

bermasyarakat dengan sesamanya. Mereka mengekspresikan motivasi

hidupnya dengan cara yang berbeda-beda.65

63

Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 352. 64

Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 352. 65

Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 353.

Penjelasan berikutnya tentang teori personality ini, bahwa pertama:

terdapat motivasi sebagai karakter personal (personality characteristic)

yang bersifat tetap, dan kedua motivasi personality sebagai motivasi

situasional. Sebagai ilustrasi untuk model pertama, bahwa manusia secara

umum tertarik untuk makan (personality characteristic, sebagai karakter

pribadi yang tetap), dan untuk model kedua, bahwa ada diantara manusia

yang ingin makan meskipun dengan cara merampas makanan (sebagai

motivasi situasional, situasional motivation).

e). Teori Attribusi (Attribution Theory)

Menurut Weiner, Graham, Ghunter dan Barker, teori attribusi

(attribution theory) adalah sebuah teori yang berusaha memahami

semacam penjelasan dan “pemaafan-pemaafan” yang kadang-kadang

diterapkan pada saat seseorang mengalami kesuksesan atau kegagalan.66

Sebuah konsep lain yang juga penting dalam hubungan dengan teori

ini adalah konsep Locus of Control. Seseorang dengan kondisi internal

locus of control adalah percaya bahwa kesuksesan atau kegagalan

seharusnya milik usaha dan kemampuannya. Seseorang dengan external

locus of control lebih suka mempercayai faktor luar, seperti nasib baik,

tugas yang sulit, perlakuan orang lain, sebagai penyebab kesuksesan atau

kegagalan dirinya.67

Locus of control sangat penting untuk menjelaskan performan belajar

siswa. Sebagai contoh, beberapa peneliti telah menemukan bahwa siswa

66

Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 354. 67

Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 355.

dengan kondisi internal locus of control yang tinggi, mendapatkan ranking

yang baik dan skor yang tinggi, dibanding dengan siswa yang memiliki

kemampuan inteligen yang sama dengan internal locus of control yang

rendah.

Dalam kenyataan kesuksesan pada sebahagian kelompok, merupakan

hasil baik dari usaha maupun kemampuan (faktor internal), dan nasib baik,

tugas yang sulit dan perilaku guru (faktor eksternal). Bahkan banyak

kesuksesan cenderung di luar tingkat perkiraan dimana perilaku mereka

menghasilkan kesuksesan atau kegagalan. Beberapa eksperimen telah

menunjukkan, meskipun dalam situasi dimana kesuksesan dan kegagalan

merupakan peran dari nasib baik, siswa dengan internal locus of control

yang tinggi akan percaya, bahwa usahalah yang menjadikan mereka sukses

atau gagal. Locus of control dapat berubah-ubah, bergantung pada kegiatan

atau situasi tertentu. Sebagai contoh, beberapa siswa mungkin memiliki

internal locus of control yang sama dalam prestasi akademik (sebab

memiliki prestasi akademik yang tinggi), tetapi memiliki eksternal locus of

control dalam olah raga (sebab kemampuan atletiknya rendah). Jika pada

siswa ini ditemukan beberapa keterampilan yang tidak diduga dalam olah

raga yang baru, ia mungkin akan mengembangkan internal locus of

control dalam olah raga tersebut meskipun tidak pada olah raga lainnya.68

f). Teori Ekspektansi

68

Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 356.

Teori ekspektansi dikembangkan oleh Edward dan Atkinson. Teori ini

menyatakan bahwa motivasi perilaku seseorang didasarkan pada

keyakinan bahwa usaha seseorang untuk mendapatkan suatu hasil

bergantung pada harapan dari keuntungan (reward) yang akan

diperolehnya. Formula tersebut dinamakan model ekspektansi, atau model

valens ekspektansi, sebab ia bergantung penuh pada harapan (ekspektansi)

seseorang terhadap sesuatu yang akan diperoleh (reward).

C. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Prestasi adalah hasil yang dicapai individu melalui usaha yang dialami

secara langsung dan merupakan aktivitas kecakapan dalam situasi tertentu.69

Belajar sering diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan pendalaman

pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan. Secara konseptual Fontana

dikutip Udin mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif

tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Seperti

Fontana, Gagne dikutip Udin (menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses

perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari

proses pertumbuhan.70

Menurut Thursan Hakim belajar adalah suatu proses perubahan di

dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam

69

Cart Witherington, Psikologi Pendidik Terjemahan Purwanto, Jakarta: Remaja

Rosdakarya, 2003, 155. 70

Udin S Winataputra, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: UT, 2008, 18.

bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan

kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya

pikir, dan lain-lain kemampuan.71

Menurut Slameto belajar merupakan suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.”72

M. Sobry Sutikno mengemukakan belajar merupakan suatu proses

usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. 73

Sedangkan menurut Skinner yang di kutip oleh Dimyati

dan Mudjiono dalam bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan

respons yang tercipta melalui proses tingkah laku.74

Menurut Hilgard dan Bower yang dikutip oleh Ngalim Purwanto belajar

berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu

situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang

dalam suatu situasi.75

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku

seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus

71

Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, Jakarta: Puspa Swara, 2005, 1. 72

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta,

2003, 2. 73

M.Sobry Sutikno dan Pupuh Fathurahman, Strategi Belajar Mengajar Melalui

Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, Jakarta: PT. Refika Aditama, 2007, 5. 74

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran..., 9. 75

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 1996, 84.

menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak

mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat

dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses

belajar.

Pengertian prestasi belajar atau hasil belajar menurut Purwanto yang

dikutip Ridwan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam

usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.76

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang

telah dicapai dari apa yang telah dilakukan. Sedangkan menurut Muhibin

yang dikutip Abu Muhamad dijelaskan bahwa: Prestasi belajar merupakan

taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di

sekolah atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh

dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.77

Menurut Tulus ”Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai

siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di

sekolah”.78

Prestasi belajar setiap individu berbeda tergantung dari seberapa besar

perubahan-perubahan dapat dicapai. Secara teoritis prestasi belajar

diwujudkan dengan angka, yang dapat dilihat dari nilai raport dan hasil

76

Ridwan, Belajar,Minat,Motivasi dan Prestasi belajar , Artikel 3 Mei 2008, 2. 77

Abu Muhamad, Prestasi Belajar , Artikel 29 Mei 2008. 78

Tulus Tu‟u, Peran Disiplin Pada Perilaku ..., 75.

ujian. Indikator prestasi belajar juga dapat dilihat dari selisih nilai pre tes

dan post tes baik secara individual maupun kelompok.79

Kemampuan matematika siswa merupakan perwujudan dari proses

keberhasilan pembelajaran matematika yang dicerminkan dengan perubahan

pola berpikir, sikap dan perubahan tingkah laku yang di tunjukan oleh

peserta didik.

Prestasi belajar matematika sebagai suatu perubahan yang terjadi pada

individu siswa, bukan saja perubahan mengenai kemampuan menghitung,

mengoprasikan bilangan-bilangan, menggunakan rumus-rumus, tetapi juga

kemampuan dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, penguasaan dan

penghargaan dalam diri individu siswa”.80

Diantara kemampuan selain menghitung, mengoprasikan bilangan-

bilangan, menggunakan rumus-rumus adalah kemampuan berpikir kritik

yaitu suatu tindakan berupa tanggapan kadang-kadang disertai uraian dan

pertimbangan baik-buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan

sebagainya sebagai perwujudan dari kemampuan berpikir kritis. Sehingga

dapat dikatakan pula seseorang yang mempunyai kompetensi matematika

yang tinggi akan memiliki kemampuan berpikir kritik yang tinggi pula.

Berdasarkan pendapat tentang prestasi dan belajar diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan

secara sadar atau sengaja berupa penambahan pengetahuan maupun

79

Abi Syamsudin Makmur, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran

Modul, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005, 225. 80

S.Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar, Bandung:Jemmars, 2002,

39.

keterampilan yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku manusia

secara langgeng atau kontinyu baik secara fisik maupun psikis yang

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai, yang mencakup ranah

kognitif, afektif dan psikomotorik.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Proses belajar dan hasil belajar dipengaruhi oleh dua kelompok faktor

yaitu faktor yang berasal dari diri individu dan dari luar individu. Faktor yang

berasal dari diri individu terdiri dari faktor psikis dan fisik. Faktor psikologis

terdiri dari kognitif, afektif, psikomotor, campuran dan kepribadian.81

Menurut Slameto ada 2 faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

yaitu:82

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu. Faktor internal

terdiri dari:

1). Faktor Fisiologis, merupakan keadaan jasmani atau tubuh yang dimiliki

siswa.

a). Keadaan kesehatan atau kondisi tubuh

Keadaan yang sehat akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kegiatan

belajar, sebaliknya apabila keadaan tubuh terganggu atau sakit maka

81

Tim Penulis Buku Psikologi Pendidikan, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta:FIP-IKIP

Yogyakarta, 1991, 63. 82

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor ..., 53.

akan memberikan pengaruh yanng negatif terhadap kegiatan belajar

siswa.

b). Cacat tubuh adalah suatu penyakit yang menyebabkan kurang

sempurnanya badan seseorang, sehingga harus belajar di sekolah

khusus yang sesuai dengan keadaan fisiknya.

2). Faktor Psikologis

a). Faktor Intelektif, meliputi intelegensi, bakat, kematangan.

b). Faktor Non Intelektif, meliputi kesiapan, perhatian, minat,

kedisiplinan belajar, motivasi.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu.

1). Faktor Sosial

a). Lingkungan Keluarga

Misalnya: cara orang tua mendidik, keadaan ekonomi, suasana rumah, hubungan

antar anggota keluarga, latar belakang keluarga dan agama.

b). Lingkungan Sekolah

Faktor yang ada di lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi belajar siswa

antara lain kurikulum, metode pengajaran, guru dan suasana ruang

belajar.

c). Lingkungan Masyarakat

Masyarakat juga mempunyai peran yang cukup besar terhadap pembentukan

sikap siswa terhadap belajar, karena siswa merupakan bagian dari

masyarakat yang berinteraksi dengan lingkungannya.

2). Faktor Budaya

Anak perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik agar mendorong semangat

anak dalam belajar.

3). Faktor Lingkungan

Faktor ini meliputi fasilitas rumah dan fasilitas belajar.

4). Faktor Lingkungan Spiritual dan Keagamaan

Faktor ini sangat penting bagi siswa karena bermanfaat untuk menumbuhkan

kepercayaan siswa.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi atau hasil belajar, yaitu: 83

a. Faktor Eksogin yaitu faktor yang datangnya dari luar diri siswa atau anak.

Faktor ini ada yang berasal dari lingkugan dan ada yang bersifat

instrumental.

1). Lingkungan

a. Lingkungan alami, seperti keadaan suhu, kelembaban udara

berpengaruh terhadap prose balajar dan hasil belajar.

b. Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan representatifnya

maupun yang berwujud lain, langsung berpengaruh terhadap proses

dan hasil belajar.

2). Instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai

dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor ini terbagi menjadi :

83

Sumadi Suryabrata, Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi, Surakarta: Andi

Offset, 1983, 6-10.

a. Faktor-faktor perangkat keras, Misalnya: Gedung, alat-alat bermain,

meja, kursi dan lainnya.

b. Faktor-faktor perangkat lunak, Misalnya: Kurikulum, program kerja,

pedoman belajar dan sebagainya.

Faktor-faktor instrumental mempunyai pengaruh terhadap

kegiatan belajar dan hasilnya. Evaluasi terhadap keberhasilan usaha

belajar harus memperhatikan faktor-faktor instrumental tersebut.

b. Faktor Indogen

Faktor ini dibedakan menjadi dua, yaitu :

1). Kondisi Fisiologis

Pada umumnya kondisi fisiologis sangat berpengaruh terhadap

belajar seseorang. Dandanan fisiologis siswa, seperti : kelemahan atau

kekuatan indera, kebutuhan akan makanan, kegelisahan, kebutuhan

akan gerak dan penggunaan waktu sehari-hari.84

2). Kondisi Psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh, terdiri atas :

a). Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan

bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.

b). Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti

sikap, kebiasaan, minat kebutuhan.85

84

A. Tresna Sastrawijaya, Pengembangan Program Pengajaran, Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 1991, 41. 85

Moh.Uzeer Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimal Kegiatan Belajar Mengajar,

Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 1993, 10.

1). Minat. Anak yang berminat belajar akan tekun dan berusaha keras

mencapai keberhasilan dalam belajar.

2). Intelegensi. Kecerdasan belajar peranannya dalam berhasil atau

tidak seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu

program pendidikan.

3). Bakat. Bakat yang dimiliki sejak lahir merupakan faktor yang

besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang.

4). Motivasi. Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa

pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut :

a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil

belajar.

b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang

dibandingkan dengan teman sebaya.

c. Mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilutrasi, setelah siswa

mengetahui bahwa dirinya belum belajar secara serius, terbukti

banyak bersendau gurau misalnya, maka ia akan mengubah

perilaku belajarnya.

d. Membersarkan semangat belajar.

e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian

bekerja (disela-selanya adalah istirahat atau bermain) yang

berkesinambungan, individu dilatih untuk menggunakan

kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil.86

86

Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:PT Rineka Cipta, 2002, 85.

5). Kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor, ketiga kemampuan ini

mempunyai pengaruh positif terhadap proses dalam mencapai prestasi

belajar.

Menurut Slameto keberhasilan siswa dalam belajar juga dipengaruhi

oleh faktor psikologis dari siswa tersebut yaitu:87

a. Intelegensi.

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk

menghadapi dan mrnyesuikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan

efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,

mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

b. Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata

tertuju kepada suatu obyek atau sekumpulan obyek.

c. Minat adalah kecenderungan untuk belajar yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

d. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan

terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.

e. Motiv adalah penggerak/ pendorong untuk mencapai tujuan yang ingin

dicapai.

f.Kematangan adalah suatu tingkat/ fase dalam pertumbuhan seseorang,

dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

g. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi.

87

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor..., Jakarta: Rineka Cipta, 2003, 34.

Berdasarkan uraian tersebut diaas maka dapat disimpulkan bahwa

keberhasilan dalam mencapai prestasi beljar dipengaruhi oleh banyak faktor

yang sangat komplek baik faktor yang berasal dari dalam individu ataupun

dari luar individu, juga faktor yang bersifat fisik maupun psikologis.

Kemampuan seseorang dalam mengelola berbagai faktor tersebut akan sangat

menentukan keberhasilan seseorang dalam mencapai prestasi belajarnya.

3. Prinsip-Prinsip Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang selalu aktif, dimana terjadi

hubungan yang dapat mempengaruhi secara dinamis antara siswa dengan

lingkungannya. Adapun prinsip-prinsip belajar secara mendasar adalah

sebagai berikut:

a. Berdasarkan setiap siswa yang diperlukan untuk belajar

Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan

membimbing untuk mencapai tujuan instrumental.

1. Belajar harus dapat menimbukan reinforcement dan motivasi yang kuat

pada siswa untuk mencapai tujuan instrumental.

2. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan

efektif.

3. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

b. Sesuai harkat belajar

1. Belajar itu proses kontiyu, maka harus tahap demi tahap menurut

perkembangannya.

2. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, esploitasi dan discorery.

3. Belajar adalah proses kontinguitas sehingga mendapatkan pengertian

yang diharapkan, stimulus yang diberikan menimbulkan response yang

diharapkan.

c. Sesuai materi / bahan yang harus dipelajari.

1. Belajar bersifat keseluruhan materi itu harus memiliki struktur/

penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap

pengertiannya.

2. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai

dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

d. Syarat keberhasilan belajar

1. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar

dengan tenang.

2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar

pengertian/ keterampilan/ sikap itu mendalam pada siswa.88

Dari berbagai prinsip balajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang

relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya

pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya

maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip

itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/

88

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor ..., 27-28.

berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta

perbedaan individual.89

4. Teori-teori Belajar

Menurut para ahli banyak sekali yang mengemukakan teori belajar,

namun secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu :

a. Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Daya

Menurut teori ini, manusia dalam dirinya menpunyai macam-macam

daya yang berfungsi sendiri-sendiri, seperti daya menanggapi, mengingat,

dan berpikir. Manurut Nasution, bahwa belajar menurut teori ini adalah

“Melatih daya-daya atau potensi yang ada pada diri manusia”.90

Dari pengertian diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa

belajar menurut ilmu jiwa daya adalah dititik beratkan pada latihan yang

berulang-ulang dari yang paling mudah sampai pada yang paling sukar,

sehingga daya kemampuan yang ada pada anak akan semakin baik. Jadi

untuk dapat memperoleh daya berpikir yang kuat pada seseorang haruslah

dilatih melalui kebiasaan sejak kecil.

b. Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Assosiasi

Ilmu Jiwa Assosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari

penjulmahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dari aliran ini ada dua

teori yang sangat terkenal, yaitu:

1). Teori Konektionisme

89

Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran..., 42. 90

S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Bandung: Jemmars,1986, 69.

Menurut Thomdike, dasar dari belajar itu adalah Assosiasi antara

kesan panca indera (sense impresion) dengan implus untuk bertindak

(implus taction). Assosiasi yang demikian ini dinamakan “connecting”.

Dengan kata lain, belajar adalah pembentukan hubungan antara

stimulus dan respon, antara aksi dan reaksi. Mengenai hubungan

stimulus dan respon tersebut, Thomdike mengemukakan beberapa

prinsip atau hukum diantaranya :

a. Law Of Effect

Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat, kalau disertai dengan

perasaan senang atau puas, dan sebaliknya. Karena itu adanya usaha

membesarkan hati, memuji dan kegiatan reinforcement sangat

diperlukan dalam kegiatan belajar.

b. Law Of Multiple Respone

Didalam stimulus problematis, kemungkinan besar respon yang tepat itu tidak

segera nampak, sehingga individu yang belajar itu harus berulang kali

mengdakan percobaan sampai respon itu muncul dengan tepat.

Presedur inilah yang dalam belajar lazim disebutnya dengan istilah

trial and error.

c. Law Of Exercise atau Law Of Use And Disuse.

Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat kalau sering dipakai dan akan

berkurang bahkan lenyap jika jarang atau tidak pernah digunakan.

Oleh karena itu banyak latihan, ulangan dan pembiasaan.

d. Law Of Assimilation atau Law Of Analogy

Seseorang itu dapat menyesuaikan diri atau memberikan respon

yang sesuai dengan situasi sebelumnya.91

2). Teori Conditioning

Teori belajar ini disebut juga respont conditioning

mengimplikasikan pentingnya mengkondikan stimulus agar terjadi

respon. Dengan demikian pengontrolan dan perlakuan stimulus jauh

lebih penting dari pada pengontrolan respon. Konsep ini

mengisyaratkan bahwa proses belajar lebih mengutamakan faktor

lingkungan (eksternal) dari pada motivas internal.92

Dari teori tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa belajar

menurut ilmu jiwa Assosiasi adalah belajar yang bersifat problematika,

yaitu seseorang dapat bereaksi secara tepat dan cepat terhadap stimulus

yang ada serta berdasarkan pada kondisi-kondisi tertentu.

c. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt

Menurut teori ini beranggapan bahwa keseluruhan itu lebih baik dari

pada bagian-bagian. Manusia adalah organisasi yang aktif berusaha untuk

mencapai tujuan, dan individu-individu bertindak atas berbagai pengaruh

dari dalam dan luar individu. Sehubungan dengan teori ini dikatakan

dalam aktivitas hanya perbuatan yakni learning by doing, akan tetapi juga

91

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1994, 23-36. 92

Nana Sudjana, Teori-Teori Belajar Untuk Pengajar, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI,

1991, 73.

“reflektion” atau pemikiran renungan tentang apa yang telah dilakukan

itu.93

Berdasarkan teori tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa belajar

menurut ilmu jiwa Assosiasi adalah belajar yang bersifat problematika,

yaitu seseorang dapat bereaksi secara tepat dan cepat terhadap stimulus

yang ada serta berdasarkan pada kondisi-kondisi tertentu.

5. Tujuan Pembelajaran

Tinjauan secara umum tentang tujuan belajar adalah sebagai berikut :

a. Untuk mendapatkan pengetahuan

b. Pemahaman konsep dan keterampilan

c. Pembentukan sikap94

Adapun menurut ketetapan M.P.R.S. No. XXVII / MPRS / 1996 tujuan

pendidikan adalah :

1. Mempertinggi mental moral budi pekerti dan memperkuat keyakinan

beragama

2. Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan

3. Membina perkembangan fisik yang kuat da sehat 95

Berdasarkan pengertian diatas tujuan belajar yaitu untuk memperoleh

ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu sehingga dapat

mengadakan pembaharuan tingkah laku yang kemudian dapat terbentuk

kepribadian yang mantap dan bertanggungjawab. Dalam hal ini seorang siswa

93

S. Nasution, Asas-Asas...,72. 94

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi..., 28-29. 95

Winarno Surakhmad, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, FIP. IKIP, 1994, 33.

tidak oleh meninggalkan sistem belajar karena merupakan suatu organsasi

yang mengabungkan berbagai komponen, yaitu tentang : orang-orang, bahan-

bahan, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang kesemuanya saling

berinteraksi untuk mencapai suat tujuan dalam belajar.

Melalui pembelajaran peserta didik melakukan proses belajar sesuai

dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan. Dengan demikian,

unsur kesengajaan melalui perencanaan oleh pihak guru merupakan ciri

utama pembelajaran. Upaya pembelajaran yang berakar pada pihak guru

dilaksanakan secara sistematis yaitu dilakukan dengan langkah-langkah

teratur dan terarah secara sistematik. yaitu secara utuh dengan memperhatikan

berbagai aspek. Maka konsep belajar dan pembelajaran merupakan dua

kegiatan yang berproses dalam suatu sistem.96

Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi pembelajaran adalah merangsang

dan menyukseskan proses belajar dan untuk mencapai tujuan, sedangkan

fungsi belajar adalah dapat memanfaatkan semaksimal mungkin sumber

belajar untuk mencapai tujuan belajar, yaitu terjadinya perubahan dalam diri

peserta didik.

96

Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas

Muhammadiyah, 2002, 3-4.

BAB III

HASIL PENELITIAN DI MI KOTA SALATIGA

A. Gambaran Umum MI Kota Salatiga

1. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Kecandran Salatiga

a. Sejarah Singkat MIN Kecandran Salatiga

Pada tahun 1965 berdirilah sebuah Madrasah Ibtidaiyah di Gamol, dengan

tenaga pengajar yaitu bapak Nurhadi (Kepala Madrasah) dari desa Pulutan, bapak

Irfani, BA (guru PAI) dari Kecandran, bapak Istat Ngarifin dari Banyu putih. Pada

tahun 1967 mendapat tambahan tenaga pengajar yaitu bapak Wagimin dari Gamol,

bapak Yasmin dari Gamol, ibu Robiatun dari Kecandran.

Tempat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar meminjam dua tempat, yaitu

rumah kediaman Bapak Soeharto di wilayah RT. 04, RW. 06 dukuh Gamol dan

diserambi masjid Darussalam Gamol. Atas gagasan dari Bapak Basyir (kepala desa

Kecandran saat itu) Madrasah Ibtidaiyah di Gamol diberi nama “Madrasah

Ibtidaiyah Ma‟arif “ (MIM).

Tahun 1970 dibangun sebuah gedung Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif dengan

menggunakan bahan kayu. Memiliki 6 lokasi kelas dengan jumlah siswa 180 anak,

yang berasal dari dusun Duren, Gamol, Sodong (wilayah Kecamayan Getasan).

Pada tahun 1995 Kasi Mapenda Kantor Depag Salatiga (Bapak Auze),

berkunjung ke MIM Gamol dan menemui Kepala MIM dan dewan guru, dan

berjanji seandainya desa kecandran masuk menjadi daerah pemekaran maka beliau

berjanji akan membantu proses penegerian MIM Gamol.

Tahun 1996 desa Kecandran resmi menjadi daerah pemekaran dan masuk

menjadi wilayah Kotamadya Salatiga, maka janji Kasi Mapenda terealisasi, pada

tanggal 14 Juni 1997 bertempat di MAN II Tegalrejo, resmilah penegerian MIM

Gamol menjadi MIN Kecandran.97

Tabel 3.1

Keadaan Kepala Madrasah dari awal sampai sekarang

No Nama Awal tugas Akhir tugas

1 Nurhadi 1965 1967

2 Drs. Kasimin A.N BA 1967 1977

3 Dasuki Al-Maryono 1977 1983

4 Muh. Ghufron 1983 1989

5 Muslih 1989 1991

6 Markum, A.Ma 1991 2002

7 Drs. Taqwim 2002 2006

8 Yasmin,A.Ma 2006 2007

9 Achmad Arifin, S.Ag 2007 2008

10 Agus Rahmad Y, S.Pd 2008 Juni 2014

11 H. Mashudi Juli 2015 Desember 2015

12 Agus Rahmad Y, S.Pd Januari 2015 Sekarang

b. Letak geografis MIN Kecandran

MIN Kecandran terletak di Desa Gamol Rt 04/ Rw 06, Dukuh

Gamol, Kelurahan Kelurahan Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga

tepatnya sebelah barat Jalan Lingkar Salatiga (JLS), menempati lahan seluas

873 meter persegi, dengan panjang 43 m dan lebar 21 m, luas bangunan 448

serta dikelilingi pagar tembok sepanjang 56 m.

c. Visi, Misi dan Tujuan MIN Kecandran Salatiga

97

Agus Rahmat Yuwanda, Kepala MIN Salatiga, Wawancara, Selasa, 5 Mei 2015, Pukul 10.00 WIB.

Visi Madrasah

“Unggul dalam Prestasi, IPTEK dan Berakhlak Mulia”

Misi Madrasah

1) Meningkatkan penghayatan dan pengalaman terhadap agama yang dianut,

juga terhadap budaya bangsa sehingga tumbuh Iman dan Taqwa

(IMTAQ) sebagai sumber kearifan bertindak dalam hidup bermasyarakat

yang disertai akhlak terpuji.

2) Meningkatkan kualitas dalam proses belajar mengajar yang inovatif,

efektif, dan efisien dalam rangka mengembangkan potensi siswa secara

optimal baik akademik maupun non akademik (terutama untuk

meningkatkan perolehan rata-rata nilai UN dari tahun sebelumnya.

3) Meningkatkan penguasaan Ilmu dan Teknologi (IPTEK) agar siswa dapat

tumbuh dan berkembang guna membekali diri dalam tuntutan kehidupan

yang semakin menglobal dan modern.

4) Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler

5) Meningkatkan kecintaan dalam melestarikan budaya bangsa sebagai

identitas karakter bangsa yang menjunjung tinggi adat ketimuran.

6) Membudayakan budaya tertib dan disiplin pada seluruh warga madrasah

7) Membudayakan perilaku yang berakhlak mulia yang dilandasi tuntunan

agama sebagai landasan bertindak dan berfikir dalam kehidupan

bermasyarakat.

8) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh

warga madrasah.

9) Meningkatkan strategi, fasilitas dan media pembelajaran yang inovatif.

Tujuan Madrasah

1) Meningkatkan iman dan takwa serta akhlak terpuji seluruh warga

madrasah.

2) Membiasakan siswa shalat wajib berjamaah.

3) Meningkatkan kemampuan inovasi, efektifitas, dan efisiensi proses

belajar mengajar yang mampu meningkatkan prestasi akademik; rata-rata

Nilai UN/UAMBN naik 0,02 setiap tahun.

4) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik sehingga

mampu membekali dirinya dalam bermasyarakat yang semakin modern.

5) Mengembangkan prestasi siswa melalui berbagai kejuaraan akademik dan

non akademik.

6) Mengembangkan minat, bakat, kepribadian, kemandirian, dan kreatifitas

peserta didik melalui kegiatan pengembangan.

7) Meningkatkan pelestarian kekayaan budaya bangsa sebagai identitas

pribadi dalam masyarakat.

8) Mempersiapkan peserta didik sebagai bagaian dari anggota masyarakat,

bangsa, dan negara yang memiliki budaya tertib dan berdisiplin.

9) Mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan yang lebih

tinggi.

10) Menjadikan siswa memiliki kesadaran terhadap kelestarian lingkungan

hidup disekitarnya.

11) Mampu memberdayakan fasilitas dan lokasi madrasah secara maksimal.

12) Mempu mengadakan dan merawat RKB, perpustakaan, laporatorium

IPA, laboratorium komputer, laboratorium multimedia, UKS, fasilitas

seni musik, lapangan olahraga dan sarana beribadah yang ada.

13) Mampu mencapai standar penggalangan dana dari berbagai sumber untuk

pengembangan manajemen madrasah.

d. Profil Madrasah

Nama Madrasah : MIN Kecandran Salatiga

NSM : 111134730001

Akreditasi : B

Alamat : Jl. Gamol Rt 04/Rw 06, Kecandran,

Sidomukti, Salatiga

Nama Kepala : Agus Rahmad Yuwanta, S.Pd

Kepemilikan Tanah : Hak Guna Luas 1200 m2

Status Bangunan : Pemerintah

Luas Bangunan : 800 m2

e. Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Jumlah guru di MIN Salatiga berjumlah 15 orang terdiri dari lulusan S2 ada 1

guru, dan lulusan S1 ada 13 guru, sedangkan lulusan DII ada 1 Guru. Dengan 1

Kepala Madrasah yang berstatus PNS. Dilihat dari statusnya, terdiri dari 12

orang PNS dan 3 orang guru wiyata bakti. Sedangkan karyawan terdiri dari 1 TU,

dan 1 penjaga.98

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 3.2

Tenaga Pendidik berdasarkan Status dan Kualitifkasi Akademik

No Jabatan Jumlah Status Pendidikan

98

Dokumentasi MIN Salatiga Tahun Pelajaran 2014-2015.

PNS GT/G

TY S2 S1 DII SMA

SMP

1 Kepala

Madrasah

1 1 1

2 Guru 15 12 3 1

13 1

3 TU 1 - 1

1

4 Penjaga 1 - 1

1

f. Peserta Didik

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga setiap tahunnya mengalami peningkatan

kuantitas dari jumlah siswa. Dengan kemajuan yang dimiliki madrasah banyak

orang tua yang antusias menyekolahkan anaknya untuk mendapatkan ilmu di

madrasah ibtidaiyah. Berikut data jumlah siswa yang ada di Madrasah Ibtidaiyah

Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015.

Tabel 3.3

Keadaan siswa Tahun Pelajaran 2014/2015

No Jml. Kelas Jumlah Siswa

Jenis Kelamin

Laki-Laki Wanita

1 I 62 24 38

2 II 60 28 32

3 III 27 11 16

4 IV 36 17 19

5 V 33 17 16

6 VI 28 10 18

JUMLAH 246 107 139

2. Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ma’arif Mangunsari Salatiga

a. Sejarah Berdirinya MI Ma’arif Mangunsari Salatiga

Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Mangunsari merupakan sebuah lembaga

pendidikan yang berada di bawah naungan Lembaga Ma‟arif Cabang Salatiga.

Nama sekolah ini berasal dari bahasa Arab yang secara bahasa berarti sekolah

dasar. Sebagaimana lembaga pendidikan Islam lainnya, MI Ma‟arif Mangunsari

memberikan perhatian yang lebih terhadap Pendidikan Agama Islam di samping

mata pelajaran umum lainnya.

Latar belakang dari berdirinya MI Ma‟arif Mangunsari adalah adanya

keinginan dan kebutuhan dari masyarakat Mangunsari dan sekitarnya akan adanya

sekolah di lingkungan mereka. Pada saat itu, sekolah di daerah tersebut masih

sangat sedikit jumlahnya. Melihat fenomena tersebut, beberapa tokoh agama yang

mempunyai tanggung jawab dan merasa berkewajiban untuk mempersiapkan

generasi muda yang berpengetahuan agama dan umum, berinisiatif untuk

memprakarsai berdirinya sebuah lembaga pendidikan Islam. Harapan itu

terealisasi dengan berdirinya MI Ma„arif Mangunsari pada tanggal 15 Januari

1969.

Pada awal berdirinya, kegiatan belajar mengajar di MI Ma‟arif

Mangunsari harus dilaksanakan di rumah-rumah warga karena belum mempunyai

bangunan sendiri. Kini, di usianya yang sudah sekitar 44 tahun, MI Ma‟arif

Mangunsari telah berkembang menjadi salah satu sekolah yang diminati oleh

masyarakat di kota Salatiga.

Lembaga ini memandang pendidikan sebagai modal asasi bagi setiap

orang dalam menjalani hidup sebagai khalifah fil ardli. Sebagian orang boleh

beranggapan bahwa pendidikan bukanlah segala-galanya. Namun, perlu disadari

bahwa segala sesuatu berasal dari pendidikan.

b. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah

1) Visi :Terwujudnya warga Madrasah yang Cerdas, Religius dan Berakhlakul

karimah baik secara individual maupun sosial.

a. Cerdas Secara Intelektual dalam prestasi Akademik.

b. Cerdas Secara Emosional dalam berperilaku

c. Cerdas Secara Spiritual dalam motivasi dan aktivitas.

d. Berkarakter Kemandirian

e. Berkarakter Percaya diri,disiplin dan jujur

f. Berkarakter Peka dan Tangungjawab

g. Berkarakter Teliti dan Sabar

h. Sholeh Ritual : Dasar Tauhid kokoh berpola Ikhsan

i. Sholeh Ritual : Disiplin dalam beribadah

j. Sholeh Sosial Berakhlaq mulia, toleran

k. Sholeh Sosial : Sahaja, sopan santun

l. Sholeh Personal : Ikhlas dan sabar

2) Misi Madrasah : Belajar Enjoy Sepanjang Hayat, Rincian Misi :

a. Menanamkan kesadaran prinsip hidup Belajar Sepanjang Hayat.

b. Mengembangkan model pembelajaran yang ENJOY ( Efektif,

Nyaman, Jelas, Obyektif dan Islamy )

c. Memantik potensi dasar siswa secara Multi kecerdasan.

d. Menumbuhkan wawasan patriotisme kebangsaan

e. Mengembangkan pola kehidupan yang menjunjung tinggi Nilai

Islamiyah, Budaya Lokal yang baik serta nasionalisme.

f. Mengembangkan potensi masyarakat Peduli Pendidikan

g. Mengembangkan tata lingkungan yang mendukung proses pendidikan

3) Tujuan Madrasah

a. Tujuan Umum : Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan

untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

b. Tujuan Khusus MI Ma‟arif Mangunsari :

1. Menanamkan kesadaran prinsip hidup Belajar Sepanjang Hayat.

2. Mengembangkan pembelajaran yang ENJOY ( Efektif, Nyaman,

Jelas, Obyektif dan Islami

3. Mengembangkan potensi dasar peserta didik secara terpadu baik

kecerdasannya, keagamaannya dan akhlakul karimahnya.

4. Menanamkan wawasan Nasionalisme religius patriotisme kebangsaan.

5. Mengembangkan pola kehidupan yang menjunjung tinggi Nilai

Islamiyah, Budaya Lokal yang baik serta nasionalisme.

6. Mengembangkan potensi masyarakat Peduli Pendidikan.

7. Mengembangkan tata lingkungan yang menunjang proses pendidikan.

c. Data Personalia

MI Ma‟arif Mangunsari, Sidomukti, Salatiga memiliki 15 orang guru

pengajar dan 1 orang karyawan dengan Kepala Madrasah berpendidikan S2.

Seluruh tenaga pengajar di MI Ma‟arif Mangunsari telah mendapatkan titel S1.

Hal ini sesuai dengan harapan pemerintah yang menyebutkan bahwa tenaga

pengajar di sekolah tingkat dasar minimal lulusan S1 bahkan masih ada guru

yang masih menempuh S2.99

d. Data Siswa

99

Susriyana Wahyu Iika, Kepala MI Mangunsari, Wawancara, Senin, 13 April 2015, Pukul 09.00 WIB.

MI Ma‟arif Mangunsari Salatiga merupakan salah satu sekolah yang

mempunyai daya tarik cukup besar kepada orang tua untuk menyekolahkan anak

mereka di tempat ini. Jumlah siswa yang bersekolah di tempat ini mengalami

peningkatan pada tiap tahunnya. Bahkan, kini kelas I-III telah berubah masing-

masing paralel menjadi dua kelas. Adapun rincian jumlah siswa sebagai berikut:

Tabel 3. 4

Jumlah Siswa di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga

No Kelas Tahun Pelajaran

2013/2014 2014/2015

Jumlah Rombel Jumlah Rombel

1 I 69 2 59 2

2 II 61 2 67 2

3 III 56 2 59 2

4 IV 37 2 55 2

5 V 36 2 49 2

6 VI 16 1 37 2

275 11 316 12

e. Sarana Prasarana dan Fasilitas

Luas lahan MI Ma‟arif Mangunsari memang tidak terlalu luas. Walaupun

begitu, keterbatasan lahan ini tidak terlalu berpengaruh terhadap aktivitas belajar

mengajar. Siswa di sekolah ini masih mempunyai tempat yang cukup untuk

belajar sekaligus bermain. Sekolah ini memiliki sarana prasarana dan fasilitas

yang sudah cukup lengkap. Sarana dan prasarana itu didapatkan dari pemerintah,

dalam hal ini adalah Kementrian Agama dan Dinas Pendidikan Nasional. Adapun

sarana prasarana dan fasilitas tersebut adalah ruang kepala madrasah, ruang guru,

ruang UKS, Perpustakaan. Kantin, Ruang Komputer. Di dalam ruangan guru

terdapat 14 meja guru dan sepasang meja kursi yang disiapkan untuk menerima

tamu. Terdapat sebuah ruang UKS yang terdiri dari 2 tempat tidur, yang

dilengkapi dengan berbagai macam obat-obatan dan perlengkapan lainnya.

Perpustakaan MI Ma‟arif Mangunsari Salatiga mempunyai koleksi buku yang

cukup banyak dan komplit sehingga sangat menunjang proses belajar mengajar.

Koleksi buku yang dimiliki meliputi buku pelajaran, pengetahuan umum, buku

tentang keterampilan, agama, dan juga majalah.

Kantin terletak di dalam area sekolah dan menyediakan berbagai aneka

makanan untuk para siswa. Terdapat ruang komputer yang memiliki 12 buah

komputer yang dipakai untuk pembelajaran teknologi informatika. Peralatan

olahraga yang dimiliki antara lain bola sepak, gawang futsal, net voly, matras dan

alat olahraga lainnya. Fasilitas internet masih terbatas hanya untuk kalangan guru.

Adanya fasilitas ini sangat membantu guru untuk mempersiapkan bahan untuk

mengajar. Dengan demikian, guru diharapkan mampu menciptakan suasana kelas

yang senantiasa bersemangat dan penuh antusias. Fasilitas antarjemput bertujuan

untuk mengantar dan menjemput siswa yang rumahnya jauh dari sekolah dan

siswa yang menginginkannya.

f. Kegiatan Ekstrakurikuler

Selain kegiatan belajar mengajar di kelas, MI Ma‟arif Mangunsari juga

mengadakan berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan

potensi yang dimiliki siswanya. Siswa bebas memilih kegiatan sesuai dengan

keinginannya. Antusias siswa begitu tinggi untuk mengikuti berbagai kegiatan

tambahan ini. Kegiatan ekstrakulikuler rutin dilaksanakan pada hari Sabtu.

Pengampu kegiatan ekstrakulikuler adalah guru yang berkompeten atau tenaga

dari luar yang mempunyai keahlian dalam bidang tersebut. Beberapa kegiatan

ekstrakurikuler yang diberikan kepada siswa: Pramuka, Seni tari, Rebana, Seni

Lukis dan MTQ.

B. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Item pertanyaan rating scale dianggap valid jika nilai dari rhitung lebih

besar dari rtabel dan sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari pada rtabel maka item

pertanyaan dinyatakan tidak valid. Dengan menggunakan alat bantu komputer

program SPSS Release 18.00.

1. Hasil Pengujian Validitas Kedisiplinan Siswa dan Motivasi Belajar

TABEL 3.5

Hasil Pengujian Validitas Variabel X1

(Kedisiplinan Siswa di MI Kota Salatiga)

Item Pertanyaan r hitung rtabel Keterangan

X01 0,737 0,244 Valid

X02 0,699 0,244 Valid

X03 0,678 0,244 Valid

X04 0,695 0,244 Valid

X05 0,623 0,244 Valid

X06 0,713 0,244 Valid

X07 0,498 0,244 Valid

X08 0,762 0,244 Valid

X09 0,772 0,244 Valid

X10 0,619 0,244 Valid

Berdasarkan tabel 3.5 dapat dilihat bahwa item-item pertanyaan pada

penelitian ini dapat dikatakan valid. Hal ini dapat dilihat dari besarnya rhitung yang

lebih besar daripada rtabel (0,244) yang merupakan syarat dari validitas. Dengan

demikian instrument rating scale dalam penelitian ini benar-benar dapat mengukur

apa yang hendak diukur.

2. Hasil Pengujian Validitas Motivasi Belajar

TABEL 3.6

Hasil Pengujian Validitas Variabel X2

(Motivasi Belajar di MI Kota Salatiga)

Item

Pertanyaan

r hitung rtabel Keterangan

X01 0,730 0,244 Valid

X02 0,652 0,244 Valid

X03 0,732 0,244 Valid

X04 0,592 0,244 Valid

X05 0,817 0,244 Valid

X06 0,578 0,244 Valid

X07 0,666 0,244 Valid

X08 0,639 0,244 Valid

X09 0,660 0,244 Valid

X10 0,780 0,244 Valid

Berdasarkan tabel 3.6 dapat dilihat bahwa item-item pertanyaan rating scale

pada penelitian ini dapat dikatakan valid. Hal ini dapat dilihat dari besarnya rhitung

yang lebih besar daripada rtabel (0,244) yang merupakan syarat dari validitas.

Dengan demikian instrument rating scale dalam penelitian ini benar-benar dapat

mengukur apa yang hendak diukur.

Setelah secara keseluruhan dinyatakan valid atau handal dalam mengukur

apa yang hendak diukur, maka selanjutnya instrumen-instrumen tersebut perlu

dilihat konsistensinya yaitu dengan mengukur reliabilitas dari masing-masing

variabel. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan

program SPSS Release 18,00 dengan syarat Cronbach Alpha lebih besar daripada

0,60 maka pertanyaan tersebut dikatakan reliabel. Tabel di bawah ini dapat dilihat

hasil pengujian reliabilitas dari item-item pertanyaan yang diajukan.

Tabel 3.7

Reliabilitas Variabel-Variabel Penelitian

Variabel Cronbach's Alpha Keterangan

Kedisiplinan Siswa 0,910 Reliabel

Motivasi Belajar 0,912 Reliabel

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2015

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas pada tabel 3.7 diketahui bahwa

instrumen-instrumen rating scale dalam penelitian ini memenuhi pengujian

reliabilitas. Hal ini diketahui besarnya Cronbach Alpha lebih besar daripada 0,60.

Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel dalam penelitian ini

secara keseluruhan konsisten dalam mengukur apa yang diukur.

C. Penyajian Data Hasil Penelitian

Setelah melalui penilaian rating scale, pengumpulan data melalui data observasi

di lapangan terlebih dahulu di sajikan dalam bentuk data guna memperlancar langkah

suatu penelitian. Berikut ini penulis lampirkan data responden dari hasil penelitian di

MI Kota Salatiga yaitu MIN Salatiga dan MI Ma‟arif Mangunsari.

1. Data Responden

Data responden terdiri dari siswa kelas VI dengan rincian ada 28 siswa di MIN

Salatiga dan ada 37 siswa di MI Ma‟arif Mangunsari sehingga jumlah total

responden ada 65 siswa. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 3.8 pada halaman

lampiran.

2. Data Nilai Rating Scale

Untuk memperoleh data tentang pengaruh Kedisiplinan Siswa dan Motivasi

Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran

2014/2015 menggunakan instrument rating scale yang diberikan kepada guru

untuk menilai responden atau siswanya dengan tiga alternatif jawaban. Adapun

hasil rating scale yang diberikan kepada responden dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

a. Data Rating Scale Kedisiplinan Siswa di MI Kota Salatiga

Berdasarkan hasil pengisian rating scale tentang kedisiplinan siswa, dengan

jumlah pertanyaan ada 10 soal, maka perolehan nilai jawaban instrument rating

scale dengan 65 responden di MI Kota Salatiga dapat dilihat pada lampiran tabel

3.9. Tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 10 soal rating scale dengan

pemberian skor 1-3, yaitu penilaian baik dengan skor 3, Cukup dengan skor 2, dan

kurang dengan skor 1 pada kolom tingkah laku yang tertera jika tingkah laku

tersebut ditunjukkan oleh anak pada saat observasi dilaksanakan. 3 alternatif

jawaban dari jumlah semua jawaban pertanyaan rating scale ada 1707.

b. Data Rating Scale Motivasi Belajar Siswa di MI Kota Salatiga.

Berdasarkan hasil pengisian rating scale tentang motivasi belajar siswa,

dengan jumlah pertanyaan ada 10 soal, maka perolehan nilai jawaban instrument

rating scale dengan 65 responden di MI Kota Salatiga khususnya di MIN

Kecandran Salatiga dan MI Ma‟arif Mangunsari dapat dilihat pada lampiran tabel

3.10. Tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 10 soal rating scale dengan

pemberian skor 1-3, yaitu masing-masing item menggunakan pilihan penilaian yaitu

baik, cara pemberian skor untuk item baik jumlah jawaban setiap siswa dikalikan 3.

Penilaian cukup, cara pemberian skor untuk itemcukup jumlah jawaban siswa dikalikan

2. Untuk pilihan penilaian kurang, cara pemberian skor untuk item kurang jumlah

jawaban siswa dikalikan 1 yang tertera jika tingkah laku tersebut ditunjukkan oleh

anak pada saat observasi dilaksanakan. jumlah semua jawaban pertanyaan rating

scale dari 3 alternatif pertanyaan rating scale motivasi belajar ada 1716.

c. Prestasi Belajar Matematika Siswa di MI Kota Salatiga

Penilaian prestasi belajar Matematika siswa dapat dirumuskan antara lain: 1)

Hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan

kegiatan pembelajaran di madrasah. 2) kemampuan siswa dalam pengetahuan dan

ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi. 3) Dibuktikan dan

ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh

guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan. Jadi prestasi belajar siswa terfokus

pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.

Nilai prestasi belajar Matematika di ambil dari nilai raport semester 1 MIN

Kecandran dan MI Ma‟arif Mangunsari yang terdapat dalam tabel 3.11 pada

lampiran.

Prestasi belajar Matematika sebagai suatu perubahan yang terjadi pada

individu siswa, bukan saja perubahan mengenai kemampuan menghitung,

mengoprasikan bilangan-bilangan, menggunakan rumus-rumus, tetapi juga

kemampuan dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, penguasaan dan

penghargaan dalam diri individu siswa”.100

Diantara kemampuan selain menghitung, mengoperasikan bilangan-

bilangan, menggunakan rumus-rumus adalah kemampuan berpikir kritik yaitu

suatu tindakan berupa tanggapan kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan

baik-buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya sebagai

perwujudan dari kemampuan berpikir kritis. Sehingga dapat dikatakan pula

seseorang yang mempunyai kompetensi matematika yang tinggi akan memiliki

kemampuan berpikir kritik yang tinggi pula.

100

S.Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar, Bandung:Jemmars, 2002, 39.

BAB IV

ANALISIS DATA

Pembahasan pada bab ini merupakan hasil penelitian terhadap permasalahan

yang diajukan sekaligus tujuan penelitian tesis. Tujuannya untuk membuktikan

kebenaran teori yang telah diajukan berdasarkan hasil penelitian. Analisis data

selain menjawab dari permasalahan, dan tujuan penelitian yang dilakukan juga

menjawab hipotesis alternatif yang diajukan dapat diterima atau ditolak.

Dalam hal ini penulis menggunakan analisis awal dengan hasil uji asumsi,

Analisis deskriptif dengan melakukan perhitungan melalui prosentase dan analisa

tiap-tiap item serta analisis lanjutan untuk mengetahui pengaruh kedisiplinan

siswa dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Matematika di MI Kota

Salatiga melalui bantuan SPSS 18.00 for Windows, dengan menggunakan analisis

uji statistik.

A. Hasil Uji Asumsi

Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik. Perhitungan dan analisis

data dilakukan dengan program SPSS 18 for windows. Uji persyaratan analisis regresi

yang akan digunakan meliputi uji normalitas, multikolinearitas, dan

Heteroskedastisitas yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui normal

tidaknya distribusi penelitian masing-masing variabel penelitian. Uji

normalitas data penelitian ini menggunakan uji normalitas Kolmogorov-

Smirnof. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data

normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data

normal atau tidak, salah satunya adalah dengan menggunakan analisis

grafik. Cara yang paling sederhana adalah dengan melihat histogram yang

membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati

distribusi normal sebagaimana pada gambar 4.1 sebagai berikut:

Gambar 4.1

Grafik Histogram

Melihat tampilan grafik histogram tersebut, dapat disimpulkan bahwa

grafik histogram memberikan pola distribusi yang mendekati normal.

Namun demikian dengan hanya melihat histogram dapat memberikan hasil

yang meragukan khususnya untuk ukuran sampel yang kecil. Metode yang

handal adalah dengan melihat normal probability plot, dimana pada grafik

normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta

penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, sebagaimana ditampilkan

pada gambar 4.2 berikut ini:

Gambar 4.2

Grafik Normal Plot

Teknik analisis uji normalitas data penelitian menggunakan Uji

Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan program SPSS versi 18,00.

Adapun hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4.1.

Hasil Uji Normalitas Data Penelitian

X1 (Kedisiplinan Siswa), X2 (Motivasi Belajar) dan Y(Prestasi Belajar)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Prestasi

Belajar Kedisiplinan Motivasi Belajar

N 65 65 65

Normal Parametersa,b Mean 70.3231 26.2615 26.4000

Std. Deviation 10.27300 3.90223 3.76995

Most Extreme

Differences

Absolute .096 .205 .199

Positive .085 .169 .170

Negative -.096 -.205 -.199

Kolmogorov-Smirnov Z .774 1.651 1.608

Asymp. Sig. (2-tailed) .587 .009 .011

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari Uji normalitas X1, X2

dan Y dengan kolmogorov-Smirnov Test di peroleh nilai signifikan (Asymp.

Sig.) variabel kedisiplinan siswa (X1) sebesar 0,009, motivasi belajar (X2)

sebesar 0,011 dan prestasi belajar Matematika (Y) sebesar 0,587 lebih besar

dari alpha (0,05) maka dapat disimpulkan data distribusi normal sehingga

model regresi sudah memenuhi asumsi normalitas dan layak di pakai dan

dilanjutkan ke tahap pengujian selanjutnya.

2. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan membuktikan apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas, jika variabel bebas saling

berkorelasi maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal. Regresi yang

baik seharusnya tidak memiliki gejala multikolinieritas. Untuk mendekati

ada tidaknya gejala multikolinearitas antar variabel independen digunakan

Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance < 0,1 dan VIF > 10,

maka terjadi multikolinearitas. Untuk mengetahui gejala multikolinearitas

pada penelitian dapat dilihat pada hasil perhitungan berikut ini.

Tabel 4.2

Uji Multikolinearitas

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 6.467 4.186 1.545 .127

Kedisiplinan 1.066 .470 .405 2.270 .027 .104 9.613

Motivasi Belajar 1.358 .486 .498 2.792 .007 .104 9.613

Dependent Variabel : Prestasi Belajar

Tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa nilai tolerance untuk variabel

kedisiplinan dan motivasi belajar masing-masing sebesar 0,104 yang lebih besar

dari 0,1. Ini berarti tidak ada korelasi antar variabel independent. Hasil perhitungan

nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, tidak ada

satu pun variabel independent yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat

disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independent dalam

model regresi, sehingga model regresi layak dipakai dan dapat dilanjutkan ke tahap

pengujian selanjutnya karena memenuhi asumsi multikolinearitas. Dengan

demikian kedua variabel independen (kedisiplinan siswa dan motivasi belajar)

dapat digunakan untuk memprediksi perilaku sopan santun siswa selama rata-rata

periode pengamatan.

3. Uji Heteroskedastisitas

Untuk menguji gejala heteroskedastisitas dalam analisis pada

penelitian ini adalah dengan menggunakan grafik scatterplot. Titik-titik

tersebut harus menyebar secara acak, tersebar baik di atas maupun dibawah

angka 0 pada sumbu Y. Bila kondisi ini terpenuhi, maka dapat dinyatakan

bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan

menggunakan grafik scatterplot ditunjukkan pada gambar 4.3 di bawah ini:

Gambar 4.3

Grafik Scatterplot

Berdasarkan hasil pengujian sebagaimana ditunjukkan pada gambar

4.3 di atas, dapat diketahui bahwa dalam grafik scatterplot, titik-titik yang

terbentuk menyebar secara acak, tersebar baik di atas maupun di bawah

angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh

variabel bebas pada penelitian ini disiplin belajar dan prestasi belajar

Akidah Akhlak tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga dengan demikian

model regresi layak digunakan.

B. Analisis Deskriptif

1. Analisis Kedisiplinan Siswa di MI Kota Salatiga

Sebagaimana data yang diperoleh pada tabel 3.9 di halaman lampiran

dan telah peneliti kemukakan pada bab III, bahwa kedisiplinan siswa dapat

dianalisis melalui analisa prosentase dan perangkingan untuk mengetahui

apakah kedisiplinan siswa di MI Kota Salatiga termasuk dalam kategori

sangat baik, baik, cukup dan kurang.

Instrumen Rating Scale yang dinilai kepada para responden yang

berjumlah 65 siswa yang diambil sebagai sampel, untuk mengetahui

kedisiplinan siswa digunakan pertanyaan berjumlah 10 soal dengan tiga

alternatif penilaian. Penilaian baik mendapat nilai 3, penilaian cukup

mendapat nilai 2, penilaian kurang mendapat nilai 1.

Analisis prosentase penilaian dapat diketahui dari tabel 3.9 yang telah

dikemukakan pada halaman lampiran bahwa kedisiplinan siswa di MIN

Kecandran dan MI Ma‟arif Mangunsari adalah sebagai berikut:

Penilaian baik yaitu dari 10 soal dengan 3 alternatif penilaian terdapat

sebanyak 416 penilaian baik dari jumlah semua jawaban 650. Apabila

diprosentase jawaban baik mendapat 64 %. Penilaian cukup, dari 10 soal

dengan 3 alternatif jawaban terdapat sebanyak 225 jawaban dari jumlah

semua jawaban 650. Apabila diprosentase jawaban cukup mendapat 34,62%.

Penilaian kurang, dari 10 soal dengan 3 alternatif jawaban terdapat sebanyak

9 jawaban dari jumlah semua jawaban 650 Apabila diprosentase jawaban

kurang mendapat 1,38 %.

Setelah analisis prosentase di atas, maka untuk mengetahui apakah

kedisiplinan siswa termasuk baik, cukup dan kurang juga dapat dilakukan

penggolongan penilaian rating scale kedisiplinan siswa ke dalam tiga

rangking, yaitu rangking atas yang berarti baik, cukup, dan rangking bawah

yang berarti kurang. Analisis ini dapat diawali dengan menggunakan tabel

kerja terlebih dahulu untuk mencari Mean.

Mx =

N

Fx26,26

65

1707

Dari hasil skala yang disebarkan, didapat data nilai yang tertinggi yaitu 30 dan

terendah adalah 19 dan rata-ratanya adalah 26,26 kemudian nilai diklasifikasikan pada

kategori baik, cukup dan kurang. Adapun untuk menentukan kategori tersebut

digunakan rumus interval sebagai berikut:

i = Ki

XrXt 1)(

Keterangan : i : Interval

Xt :Nilai tertinggi

Xr :Nilai terindah

Ki : Kelas interval.

i = 3

1)1930(

= 3

)111(

= 3

12

= 4

Setelah diketahui lebar interval yaitu, maka ditetapkan klarifikasi dalam

kategori sebagai berikut:

1) Nilai 27-30 intensitas baik

2) Nilai 23-26 intensitas cukup

3) Nilai 19-22 intensitas kurang

Dari data tersebut di atas kedisiplinan siswa dapat dibagi menjadi 3 kategori

sesuai dengan intervalnya: 1) kedisiplinan siswa yang baik ada 36 responden. 2)

kedisiplinan siswa yang cukup ada 15 responden. 3) kedisiplinan siswa yang kurang

ada 14 responden.

Setelah diketahui berapa banyak kediplinan siswa yang baik, cukup dan kurang,

kemudian dipersenkan masing-masing variabel, dengan rumus sebagai berikut:

P = %100xN

F

Keterangan : P = Prosentase

F = Frekuensi

N = Jumlah sampel

Untuk kedisiplinan siswa yang baik sebanyak 36 responden.

%38,55%10065

36x

Untuk kedisiplinan siswa yang baik sebanyak 15 responden.

%08,23%10065

15x

Untuk kedisiplinan siswa yang cukup sebanyak 14 responden.

%54,21%10065

14x

TABEL 4.3

Tabel Distribusi Frekuensi Variabel X1 (Kedisiplinan Siswa)

No Disiplin Belajar Interval Frekuensi Prosentase

1 Baik 27-30 36 55,38 %

2 Cukup 23-26 15 23,08 %

3 Kurang 19-22 14 21,54 %

Jumlah 65

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kedisiplinan siswa masuk

kriteria baik adalah 55,38 %, kriteria cukup mencapai 23,08 %, kriteria kurang

mencapai 21,54 %. Secara umum dapat dikatakan kedisiplinan siswa di Madrasah

Ibtidaiyah Kota Salatiga khususnya di MIN Kecandran dan MI Maarif Mangunsari

masuk dalam kategori baik. Selengkapnya dapat dilihat dalam grafik histogram

berikut ini:

Gambar 4.4

0

10

20

30

40

Kurang Cukup Baik

Fre

kue

nsi

Kategori Kedisiplinan Siswa

19-22

23-26

27-30

Grafik Histogram Kedisiplinan Siswa

2. Analisis Motivasi Belajar di MI Kota Salatiga

Sebagaimana data yang diperoleh pada tabel 3.10 di lampiran dan telah

peneliti kemukakan pada bab III, bahwa motivasi belajar siswa dapat dianalisis

melalui analisa prosentase dan perangkingan untuk mengetahui apakah motivasi

belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga termasuk dalam kategori baik,

cukup dan kurang.

Instrument Rating Scale yang dinilai guru kepada para responden yang

berjumlah 65 siswa yang diambil sebagai sampel, guna mengetahui motivasi

belajar berjumlah 10 soal pertanyaan dengan tiga alternatif penilaian. Penilaian

baik mendapat nilai 3, penilaian cukup mendapat nilai 2, penilaian kurang

mendapat nilai 1.

Analisis prosentase jawaban dapat diketahui dari tabel yang telah

dikemukakan pada tabel 3.10 di lampiran pada bab III bahwa motivasi belajar

siswa di MI Kota Salatiga khususnya MIN Kecandran dan MI Ma‟arif Mangunsari

adalah sebagai berikut:

Penilaian baik yaitu dari 10 soal dengan 3 alternatif penilaian terdapat

sebanyak 423 penilaian baik dari jumlah semua jawaban 650. Apabila

diprosentase jawaban baik mendapat 65,08 %. Penilaian cukup, dari 10 soal

dengan 3 alternatif jawaban terdapat sebanyak 220 jawaban dari jumlah

semua jawaban 650. Apabila diprosentase jawaban cukup mendapat 33,85%.

Penilaian kurang, dari 10 soal dengan 3 alternatif jawaban terdapat sebanyak

7 jawaban dari jumlah semua jawaban 650 Apabila diprosentase jawaban

kurang mendapat 1,07 %.

Setelah analisis prosentase di atas, maka untuk mengetahui apakah

motivasi belajar siswa termasuk baik, cukup dan kurang juga dapat dilakukan

penggolongan penilaian rating scale motivasi belajar siswa ke dalam tiga

rangking, yaitu rangking atas yang berarti baik, cukup, dan rangking bawah

yang berarti kurang. Analisis ini dapat diawali dengan menggunakan tabel

kerja terlebih dahulu untuk mencari Mean.

Mx =

N

Fx4,26

65

1716

Dari hasil skala yang disebarkan, didapat data nilai yang tertinggi yaitu 30 dan

terendah adalah 20 dan rata-ratanya adalah 26,4 kemudian nilai diklasifikasikan pada

kategori baik, cukup dan kurang.

Adapun untuk menentukan kategori tersebut digunakan rumus interval sebagai

berikut:

i = Ki

XrXt 1)(

Keterangan : i : Interval

Xt :Nilai tertinggi

Xr :Nilai terindah

Ki : Kelas interval.

i = 3

1)2030(

= 3

)110(

=3

11

= 3,67 dibulatkan menjadi 4.

Setelah diketahui lebar interval yaitu, maka ditetapkan klarifikasi dalam

kategori sebagai berikut:

4) Nilai 28-31 intensitas baik

5) Nilai 24-27 intensitas cukup

6) Nilai 20-23 intensitas kurang

Dari data tersebut di atas motivasi belajar siswa dapat dibagi menjadi 3 kategori

sesuai dengan intervalnya: 1) motivasi belajar siswa yang baik ada 36 responden. 2)

motivasi belajar siswa yang cukup ada 14 responden. 3) motivasi belajar siswa yang

kurang ada 16 responden.

Setelah diketahui berapa banyak kediplinan siswa yang baik, cukup dan kurang,

kemudian dipersenkan masing-masing variabel, dengan rumus sebagai berikut:

P = %100xN

F

Keterangan : P = Prosentase

F = Frekuensi

N = Jumlah sampel

Untuk kedisiplinan siswa yang baik sebanyak 36 responden.

%85,53%10065

35x

Untuk kedisiplinan siswa yang baik sebanyak 15 responden.

%54,21%10065

14x

Untuk kedisiplinan siswa yang cukup sebanyak 14 responden.

%61,24%10065

16x

TABEL 4.4

Tabel Distribusi Frekuensi Variabel X2 (Motivasi Belajar)

No Disiplin Belajar Interval Frekuensi Prosentase

1 Baik 28-31 35 53,85 %

2 Cukup 24-27 14 21,54 %

3 Kurang 20-23 16 24,61 %

Jumlah 65

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa masuk

kriteria baik adalah 53,85 %, kriteria cukup mencapai 21,54 %, kriteria kurang

mencapai 24,61 %. Secara umum dapat dikatakan motivasi belajar siswa di

Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga khususnya di MIN Kecandran dan MI Maarif

Mangunsari masuk dalam kategori baik. Selengkapnya dapat dilihat dalam grafik

histogram berikut ini:

Gambar 4.5

Grafik Histogram Motivasi Belajar Siswa

3. Analisis Prestasi Belajar Matematika di MI Kota Salatiga

Berdasarkan data yang disajikan pada bab III dalam tabel 3.11 di lampiran,

kemudian dianalisis dengan prosentase dan pembagian kedalam empat kategori:

sangat baik, baik, cukup dan kurang. Untuk mengetahui nilai prestasi belajar siswa

yang sesuai dengan raport, dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

Simbol-simbol nilai angka dan huruf Predikat

Angka Huruf

8 - 10 = 80 - 100

7 - 7,9 = 70 - 79

6 - 6,9 = 60 - 69

5 - 5,9 = 50 - 59

0 - 4,9 = 0 - 49

A

B

C

D

E

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Gagal

0

10

20

30

40

Kurang Cukup Baik

Fre

kue

nsi

Kategori Motivasi Belajar Siswa

20-23

24-27

28-31

Analisis ini dapat diawali dengan mencari mean yaitu dengan hitungan

berikut. Mx = 34,7065

4572

N

Fx

Berdasarkan hasil penilaian prestasi belajar yang di ambil dari nilai raport, di

dapat data nilai yang tertinggi yaitu 93 dan terendah adalah 51. Selanjutkan

dimasukkan ke dalam tabel nilai prestasi belajar siswa di MI Kota Salatiga

Khususnya di MIN Kecandran dan MI Ma‟arif Mangunsari ke dalam kategori

berikut ini:

TABEL 4.5

Interval Prestasi Belajar Matematika

Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga

Nilai Jumlah Siswa Predikat

80-100 12 A

70-79 22 B

60-69 19 C

50-59 12 D

Dengan demikian dapat diketahui nilai siswa dengan predikat sesuai kriteria yang ada

dalam buku raport maka :

1. Untuk prestasi belajar Matematika yang sangat baik mendapat nilai antara 80-

100, sebanyak 12 siswa.

2. Untuk prestasi belajar Matematika yang baik mendapat nilai antara 70-79,

sebanyak 22 siswa.

3. Untuk prestasi belajar Matematika yang cukup mendapat nilai antara 60-69,

sebanyak 19 siswa.

4. Untuk prestasi belajar Matematika yang kurang mendapat nilai antara 50-59,

sebanyak 12 siswa.

Setelah diketahui berapa banyak prestasi belajar Matematika yang sangat baik,

baik, cukup dan kurang, kemudian dipersenkan masing-masing variabel, dengan

rumus sebagai berikut:

P = %100xN

F

Keterangan : P = Prosentase

F = Frekuensi

N = Jumlah sampel

Untuk prestasi belajar Matematika yang sangat baik sebanyak 12 siswa.

%46,18%10065

12x

Untuk prestasi belajar Matematika yang baik sebanyak 22 siswa.

%85,33%10065

22x

Untuk prestasi belajar Matematika yang cukup sebanyak 19 siswa.

%23,29%10065

19x

Untuk prestasi belajar Matematika yang kurang sebanyak 12 siswa.

%46,18%10065

12x

TABEL 4.6.

Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Y (Prestasi Belajar Matematika)

No Prestasi Belajar

Matematika

Interval Frekuensi Prosentase

1 Sangat Baik 80-100 12 18,46 %

2 Baik 70-79 22 33,85 %

3 Cukup 60-69 19 29,23%

4 Kurang 50-59 12 18,46%

Jumlah 65 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa prestasi belajar Matematika

yang masuk kriteria sangat baik adalah 18,46%, kriteria baik mencapai 33,85 %,

kriteria cukup mencapai 29,23 % dan 18,46 % termasuk kurang. Secara umum dapat

dikatakan bahwa prestasi belajar Matematika di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga

dalam kategori baik. Selengkapnya dapat dilihat grafik histogram berikut ini:

Gambar 4.6

Grafik Histogram Prestasi Belajar Matematika

0

5

10

15

20

25

Kurang Cukup Baik SangatBaik

Fre

kue

nsi

Kategori Prestasi Belajar Matematika

50-59

60-69

70-79

80-100

C. Uji Hipotesis

1. Analisis Pengaruh Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika

Siswa di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015

Sebagai analisis lanjutan adalah mengunakan teknik statistik untuk mencari

ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel x dan y. Untuk memudahkan

peneliti dalam menganalisis data yang diperoleh maka peneliti menggunakaan

bantuan program statistik berbasis komputer yaitu SPSS (Statistic Program Social

Sciences) Release 18.00.

Hipotesis penelitian yang diuji berbunyi “ada pengaruh yang signifikan

kedisiplinan siswa (X1) terhadap prestasi belajar Matematika (Y) di MI Kota Salatiga

Tahun Pelajaran 2014/2015”. Dengan menggunakan alat bantu komputer program

SPSS Release 18.00, diperoleh hasil berikut ini:

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 9.705 4.234 2.292 .025

Kedisiplinan Siswa 2.308 .159 .877 14.472 .000

a dependent variable :Prestasi Belajar Matematika

Model pengaruh Kedisiplinan Siswa (X1) terhadap Prestasi Belajar

Matematika (Y) dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi Y=9,705+2,308 X1. Uji

signifikansi persamaan regresi dapat disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7

Signifikansi Kedisiplinan Siswa (X1) Terhadap Prestasi Belajar (Y)

Siswa di MI Kota Salatiga

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5192.412 1 5192.412 209.451 .000a

Residual 1561.804 63 24.791

Total 6754.215 64

a. Predictors: (Constant), Kedisiplinan Siswa

b. Dependent Variable: Prestasi Belajar

Berdasarkan uji signifikansi variabel kedisiplinan siswa terhadap prestasi

belajar matematika diperoleh nilai Fhitung 209,451 dengan signifikansi 0,000 sehingga

variabel kedisiplinan siswa secara signifikan memberi pengaruh terhadap prestasi

belajar Matematika.

Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh

kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar Matematika adalah signifikan, dengan

persamaan regresi Y=9,705+2,308 X1, menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit

skor kedisiplinan siswa akan menyebabkan kenaikan skor prestasi belajar

Matematika sebesar 2,308 unit pada konstanta 9,705. Adapun besarnya varian

prestasi belajar Matematika yang ditentukan kedisiplinan siswa adalah 76,5 % (lihat

Adjusted R Square). Hal ini berarti 76,5 % prestasi belajar Matematika mendapat

pengaruh kedisiplinan siswa (SE1) 76,5 % sedangkan sisanya 23,5 % ditentukan oleh

faktor lain di luar variabel kedisiplinan siswa.

Kekuatan pengaruh kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar Matematika

dinyatakan dalam koefisien regresi linear (r) 0,877 dengan p= 0,000. Hal ini

menunjukkan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak, yang berarti hipotesis penelitian yang

menyatakan ada pengaruh positif kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar

Matematika dapat diterima kebenarannya.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa setiap kenaikan skor kedisiplinan

siswa akan diikuti naiknya skor prestasi belajar Matematika, begitu juga sebaliknya.

Korelasi Partial

Coefficientsa

Model Correlations

B Zero-order Partial Part

1 (Constant) 6.467

Kedisiplinan 1.066 .877 .277 .131

Motivasi Belajar 1.358 .882 .334 .161

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai korelasi parsial kedisiplinan siswa

(X1) dengan prestasi belajar Matematika (Y) sebesar r = 0,277, sedangkan nilai rtabel

untuk n = 65 dengan α (0,05) didapat sebesar 0,244. Oleh karena nilai r (0,277) >

rtabel 0,244, maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kedisiplinan

siswa terhadap prestasi belajar Matematika dengan asumsi motivasi belajar dianggap

konstan.

2. Analisis Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika di

MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015

Hipotesis penelitian yang diuji berbunyi “ada pengaruh yang signifikan

motivasi belajar (X2) terhadap prestasi belajar Matematika (Y) di MI Kota Salatiga

Tahun Pelajaran 2014/2015”. Dengan menggunakan alat bantu komputer program

SPSS Release 18.00, diperoleh hasil berikut ini:

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 6.889 4.318 1.595 .116

Motivasi Belajar 2.403 .162 .882 14.839 .000

a dependent Variable :Perilaku Sopan Santun

Model pengaruh motivasi belajar (X2) terhadap prestasi belajar Matematika

siswa (Y) dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi 403,2889,6 Y X2. Uji

signifikansi persamaan regresi dapat disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8

Signifikansi Motivasi Belajar (X2) Terhadap Prestasi Belajar Matematika(Y)

Siswa di MI Kota Salatiga

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5251.591 1 5251.591 220.182 .000a

Residual 1502.624 63 23.851

Total 6754.215 64

a. Predictors: (Constant), Motivasi Belajar

b. Dependent Variable: Prestasi Belajar

Berdasarkan uji signifikansi variabel motivasi belajar terhadap prestasi belajar

Matematika diperoleh nilai Fhitung sebesar 220,182 dengan signifikansi 0,000

sehingga variabel motivasi belajar secara signifikan memberi pengaruh terhadap

prestasi belajar Matematika. Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan

bahwa pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar Matematika adalah

signifikan, dengan persamaan regresi 403,2889,6 Y X2, menunjukkan bahwa

setiap kenaikan satu unit skor motivasi belajar akan menyebabkan kenaikan skor

prestasi belajar Matematika sebesar 2,403 unit pada konstanta 6,889. Adapun

besarnya varian prestasi belajar Matematika yang ditentukan motivasi belajar adalah

77,4 % (lihat Adjusted R Square). Hal ini berarti 77,4 % prestasi belajar Matematika

mendapat pengaruh motivasi belajar (SE1) 77,4 % sedangkan sisanya 22,6 %

ditentukan oleh faktor lain di luar variabel motivasi belajar.

Kekuatan pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar Matematika

dinyatakan dalam koefisien regresi linear (r) 0,882 dengan p= 0,000. Hal ini

menunjukkan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak, yang berarti hipotesis penelitian yang

menyatakan ada pengaruh positif motivasi belajar terhadap prestasi belajar

Matematika dapat diterima kebenarannya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa

setiap kenaikan skor motivasi belajar akan diikuti naiknya skor prestasi belajar

Matematika, begitu juga sebaliknya.

Korelasi Partial

Coefficientsa

Model Correlations

B Zero-order Partial Part

1 (Constant) 6.467

Kedisiplinan 1.066 .877 .277 .131

Motivasi Belajar 1.358 .882 .334 .161

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai korelasi parsial motivasi belajar (X2)

dengan prestasi belajar Matematika (Y) sebesar r = 0,334, sedangkan nilai rtabel untuk

n = 65 dengan α (0,05) didapat sebesar 0,244. Oleh karena nilai r (0,334) > rtabel

0,244, maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan motivasi belajar

terhadap prestasi belajar Matematika siswa dengan asumsi kedisiplinan siswa

dianggap konstan.

3. Analisis Pengaruh Kedisiplinan Siswa dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi

Belajar Matematika di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga

Penggunaan alat analisis regresi linear berganda dimaksudkan untuk

menganalisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Dengan

menggunakan alat bantu komputer program SPSS Release 18.00, diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.9

Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 6.467 4.186 1.545 .127

Kedisiplinan 1.066 .470 .405 2.270 .027

Motivasi Belajar 1.358 .486 .498 2.792 .007

Dependent Variable: Prestasi Belajar Matematika

Dengan demikian hasil persamaan regresi linear berganda dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y= 6,467 + 1,066 X1 + 1,358 X2

Dari persamaan tersebut di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Persamaan di atas menunjukkan bahwa kedisiplinan siswa (X1) dan

motivasi belajar (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi

belajar Matematika (Y). Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien

masing-masing variabel penelitian yaitu kedisiplinan siswa dan motivasi

belajar yang positif.

2. Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa variabel bebas yang paling

berpengaruh terhadap prestasi belajar Matematika adalah motivasi belajar.

Kemudian diikuti dengan variabel kedisiplinan. Hal ini dapat dilihat dari

besarnya nilai koefisien masing-masing variabel penelitian yaitu

kedisiplinan sebesar 1,066, motivasi belajar sebesar 1,358 sehingga variabel

motivasi belajar yang paling besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar

Matematika siswa.

Uji F dilakukan untuk menguji signifikansi variabel bebas terhadap

variabel tidak bebas secara bersama-sama. Jika nilai Fhitung lebih besar dari

pada Ftabel dan besarnya nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka

menerima Ha atau dengan kata lain menerima hipotesis yang menyatakan

bahwa variabel bebas berpengaruh secara serentak dan signifikan terhadap

variabel tidak bebas. Hasil perhitungan nilai F dengan program SPSS

Release 18,00 dapat dilihat pada Tabel 4.10. Uji simultan antara variabel

kedisiplinan siswa dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar

Matematika siswa di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga khususnya MIN

Kecandran dan MI Ma‟arif Mangunsari adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10

Uji Simultan Variabel Kedisiplinan Siswa (X1) dan Motivasi Belajar (X2) Terhadap

Prestasi Belajar Matematika (Y).

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5366.896 2 2683.448 119.925 .000a

Residual 1387.319 62 22.376

Total 6754.215 64

a. Predictors: (Constant), Motivasi Belajar, Kedisiplinan

b. Dependent Variable: Prestasi Belajar

Dari uji F test di dapat Fhitung 119,925 dengan taraf signifikan (p)

0,000. Karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05 maka Ho di tolak

dan hipotesis yang menyatakan bahwa secara bersama-sama ada pengaruh

kedisiplinan siswa dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Matematika

Siswa di MI Kota Salatiga dapat diterima kebenarannya.

Dengan hasil persamaan regresi Y= 6,467 + 1,066 X1 + 1,358 X2,

menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit skor persepsi siswa pada

kedisiplinan siswa dan satu skor motivasi belajar akan menyebabkan

kenaikan skor prestasi belajar Matematika sebesar 2,424 unit pada konstanta

6,467. Adapun besarnya varian prestasi belajar Matematika yang ditentukan

kedisiplinan siswa dan motivasi belajar adalah 78,8 % (lihat Adjusted R

Square). Hal ini berarti 78,8 % prestasi belajar Matematika mendapat

pengaruh dari kedisiplinan siswa dan motivasi belajar sedangkan sisanya 21,2

% ditentukan oleh faktor lain di luar variabel kedisiplinan siswa dan motivasi

belajar. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan ada pengaruh

yang positif dan signifikan antara kedisiplinan siswa dan motivasi belajar

terhadap prestasi belajar Matematika di MI Kota Salatiga dapat diterima

kebenarannya.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis deskriptif mengenai kedisiplinan siswa masuk kriteria baik

adalah 55,38 %, kriteria cukup mencapai 23,08 %, kriteria kurang mencapai 21,54 %.

Secara umum dapat dikatakan kedisiplinan siswa di Madrasah Ibtidaiyah Kota

Salatiga khususnya di MIN Kecandran dan MI Maarif Mangunsari masuk dalam

kategori baik.

Motivasi belajar siswa masuk kriteria baik adalah 53,85 %, kriteria cukup

mencapai 21,54 %, kriteria kurang mencapai 24,61 %. Secara umum dapat dikatakan

motivasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga khususnya di MIN

Kecandran dan MI Maarif Mangunsari masuk dalam kategori baik. Sedangkan

prestasi belajar Matematika yang masuk kriteria sangat baik adalah 18,46%, kriteria

baik mencapai 33,85 %, kriteria cukup mencapai 29,23 % dan 18,46 % termasuk

kurang. Secara umum dapat dikatakan bahwa prestasi belajar Matematika di Madrasah

Ibtidaiyah Kota Salatiga dalam kategori baik.

Berdasarkan hasil analisis regresi linear diketemukan besarnya pengaruh

kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar Matematika adalah signifikan, dengan

persamaan regresi Y=9,705+2,308 X1, menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit

skor kedisiplinan siswa akan menyebabkan kenaikan skor prestasi belajar Matematika

sebesar 2,308 unit pada konstanta 9,705. Adapun besarnya varian prestasi belajar

Matematika yang ditentukan kedisiplinan siswa adalah 76,5 %. Hal ini berarti 76,5 %

kedisiplinan siswa mempunyai terhadap pengaruh prestasi belajar Matematika

sehingga terbukti memberikan pengaruh yang positif bagi prestasi belajar Matematika

atau sumbangan efektif (SE1) yang memberi pengaruh kedisiplinan siswa terhadap

prestasi belajar Matematika di MI Kota Salatiga sebesar 76,5%.

Hasil analisis regresi linear diketemukan besarnya pengaruh motivasi belajar

terhadap prestasi belajar Matematika adalah signifikan, dengan persamaan regresi

Y=6,889+2,403 X2, menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit skor motivasi

belajar akan menyebabkan kenaikan skor prestasi belajar Matematika sebesar 2,403

unit pada konstanta 6,889. Adapun besarnya varian prestasi belajar Matematika yang

ditentukan motivasi belajar adalah 77,4 % atau sumbangan efektif (SE2) yang

diberikan motivasi belajar dalam memberikan pengaruh prestasi belajar Matematika

sebarnya 77,4 %. Penelitian ini telah membuktikan bahwa siswa yang memiliki

motivasi belajar yang tinggi maka prestasi belajar Matematika akan baik pula,

demikian pula sebaliknya, siswa yang motivasi belajar yang kurang maka prestasi

belajar siswa akan menurun atau kurang baik.

Hasil analisis regresi linear berganda melalui uji F menunjukkan adanya

pengaruh secara bersama-sama antara kedisiplinan siswa dan motivasi belajar

terhadap prestasi belajar Matematika dengan Fhitung 119,925 dan persamaan regresi

Y= 6,467 + 1,066 X1 + 1,358 X2, berarti setiap kenaikan satu unit skor secara

bersama-sama akan akan menyebabkan kenaikan skor sebesar 2,424 unit pada

konstanta 6,467. besarnya varian prestasi belajar Matematika yang ditentukan

kedisiplinan siswa dan motivasi belajar adalah 78,8 % atau sumbangan efektif yang

diberikan kedisiplinan siswa dan motivasi belajar besarnya 78,8%.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan analisis regresi baik linear maupun

ganda terbukti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kedisiplinan siswa dan

motivasi belajar terhadap prestasi belajar Matematika siswa di Madrasah Ibtidaiyah

Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti telah dipaparkan

dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Analisis Kedisiplinan Siswa, Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Matematika di

MI Kota Salatiga. Berdasarkan hasil penelitian, Kedisiplinan Siswa yang masuk

kriteria baik adalah 55,38 %, kriteria cukup mencapai 23,08 %, kriteria kurang

mencapai 21,54 %. Secara umum dapat dikatakan kedisiplinan siswa di Madrasah

Ibtidaiyah Kota Salatiga khususnya di MIN Kecandran dan MI Maarif

Mangunsari masuk dalam kategori baik. Motivasi belajar siswa masuk kriteria

baik adalah 53,85 %, kriteria cukup mencapai 21,54 %, kriteria kurang mencapai

24,61 %. Secara umum dapat dikatakan motivasi belajar siswa di Madrasah

Ibtidaiyah Kota Salatiga khususnya di MIN Kecandran dan MI Maarif

Mangunsari masuk dalam kategori baik. Sedangkan prestasi belajar Matematika

yang masuk kriteria sangat baik adalah 18,46%, kriteria baik mencapai 33,85 %,

kriteria cukup mencapai 29,23 % dan 18,46 % termasuk kurang. Secara umum

dapat dikatakan bahwa prestasi belajar Matematika siswa di Madrasah Ibtidaiyah

Kota Salatiga dalam kategori baik.

2. Pengaruh Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika di Madrasah

Ibtidaiyah Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. Nilai korelasi parsial antara

kedisiplinan siswa (X1) dengan prestasi belajar Matematika (Y) sebesar r = 0,277,

sedangkan nilai rtabel untuk n = 65 dengan α (0,05) didapat sebesar 0,244. Oleh

karena nilai rhitung (0,277) > rtabel 0,244. Kekuatan pengaruh kedisiplinan siswa

terhadap prestasi belajar Matematika dinyatakan dalam koefisien regresi linear (r)

0,877 dengan p= 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak,

yang berarti hipotesis penelitian yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan

kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar Matematika dapat diterima

kebenarannya maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar Matematika di MI Kota Salatiga

Tahun Pelajaran 2014/2015.

3. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Terhadap Prestasi Belajar Matematika di

Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. motivasi belajar

(X2) dengan prestasi belajar Matematika (Y) sebesar r = 0,334, sedangkan nilai

rtabel untuk n = 65 dengan α (0,05) didapat sebesar 0,244. Oleh karena nilai r hitung

(0,334) > rtabel 0,244. Kekuatan pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi

belajar Matematika dinyatakan dalam koefisien regresi linear (r) 0,882 dengan p=

0,000. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak, yang berarti

hipotesis penelitian yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan motivasi

beajar terhadap prestasi belajar Matematika dapat diterima kebenarannya maka

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap

prestasi belajar Matematika siswa di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran

2014/2015.

4. Pengaruh Kedisiplinan Siswa dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar

Matematika siswa di MI Kota Salatiga. Fhitung 119,925 dengan taraf signifikan (p)

0,000. Karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05 maka Ho di tolak dan

hipotesis yang menyatakan bahwa secara bersama-sama ada pengaruh

kedisiplinan siswa dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Matematika

Siswa di MI Kota Salatiga dapat diterima kebenarannya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga,

maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Kepada para guru, hendaknya selalu konsisten dalam berupaya

meningkatkan kedisiplinan siswa dan motivasi belajar. Kedisiplinan siswa

dapat ditumbuhkan dengan membantu siswa meningkatkan standar

perilakunya. Hal ini dikarenakan siswa berasal dari berbagai latar

belakang yang berbeda. Adapun upaya menumbuhkan motivasi dengan

cara meningkatkan penghargaan verbal terhadap hasil karya yang baik,

terlebih diberikan diberikan orang banyak. Guru juga bisa menimbulkan

rasa ingin tahu anak, menyelesaikan masalah yang sulit dipecahkan,

membuat siswa penasaran sehingga siswa akan berusaha keras

memecahkannya. Penggunaan simulasi alat peraga saat mengajar juga

penting, agar siswa lebih mudah mengingat, memahami dan menghargai

pelajaran yang didapat. Kewibawaan guru juga diperlukan tanpa

menunjukkan sikap menakutkan, guru menciptakan suasana yang dengan

penuh senyum di hadapan siswa.

2. Kepada pihak madrasah, hendaknya lebih meningkatkan kedisiplinan siswa

dalam hal patuh dan taat terhadap tata tertib sekolah agar proses belajar mengajar

dapat berjalan dan terkendali dengan baik dan tujuan yang dicita-citakan dapat

tercapai secara maksimal. Madrasah menggunakan pelaksanaan aturan sebagai

alat, Peraturan atau tata tertib yang ada harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya. Dalam hal motivasi belajar bisa ditumbuhkan dengan

memberikan kemahirannya. Hal ini akan menimbulkan rasa bangga dan dihargai

oleh umum. Guru dapat pula menciptakan suasana persaingan yang sehat di

antara siswa, misalnya siapa yang cepat mendapat nilai plus atau penghargaan

lainnya.

3. Kepada para orang tua, hendaknya dalam lingkungan keluarga menanamkan

sikap disiplin dengan baik karena di dalam lingkungan keluarga itulah anak mulai

mengenal kebiasaan-kebiasaan yang baik yang berkenaan dengan kepatuhannya

terhadap peraturan yang berlaku. Orang tua harus dapat memberikan contoh

perilaku disiplin. Dengan cara ini anak akan menjaga disiplin mereka dengan

sadar dan tanpa ada paksaan.

4. Untuk para siswa hendaknya senantiasa melatih diri untuk meningkatkan

disiplin dalam mentaati peraturan sekolah dan menguasai kompetensi

pembelajaran karena kemampuan yang baik tentunya akan memberikan

apresiasi yang baik pula dalam masyarakat, dan merupakan bekal yang

berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan. Salah

satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan mematuhi jadual yang ada

dengan sebaik-baiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Saefuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.

Apriyanto, M. Tohimin. Kemampuan Berpikir Kritik Ditinjau Dari Disiplin Belajar dan

Kompetensi Matematika Siswa. Jurnal Ilmiah, Jakarta: Universitas Indrprasta

PGRI (UNINDRA), 2013.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 1990,.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta, 2006.

Aritonang, Keke T. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal

Pendidikan, Jakarta: Penabur, 2007.

Dimyati, Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:PT Rineka Cipta, 2002.

Djamarah, Syaiful Bahri. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha

Nasional, 2002.

Fathoni, Abdurrahman. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Fathoni, Abdurrahman. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta:

Rineka Cipta, 2006.

Furchan, Arief. Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia (Anatomi Keberadaan

Madrasah dan PTAI). Yogyakarta: Gama Media, 2004.

G.R. Terry. Prinsip-prinsip Manajemen. Terjemahan J mith D. F. M, Jakarta: Bumi

Aksara, 2003.

Hadi, Sutrisno. Metode Research II. Yogyakarta: Andi Offset, 2000.

Hakim, Thursan. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara, 2005.

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Hamalik, Oemar. Prosedur Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Hasibuan, Malayu. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

Kadir. Penuntun Belajar PPKN. Bandung: Pen Ganeca Exact, 1994.

Kountur, Ronny. Metode Penelitian. Jakarta: CV. Teruna Grafika, 2003.

Makmur, Abi Syamsudin. Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul.

Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.

Makmun, Abin Syamsudin. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja, 2001.

Mulyasa, E. , Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi.

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002.

Muhamad, Abu. Prestasi Belajar. Artikel 29 Mei 2008.

Nashar. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran.

Jakarta: Delia Press, 2004.

Prijodarminto, Soegeng. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: PT. Pratnya Pramito,

2004.

Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 1996.

Rahayu, I. T. & Ardani, T. A. Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia, 2004.

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia,2004.

Rasyad, Aminuddin. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas

Muhammadiyah, 2002.

Requene, Kenneth W,. Strategi Jitu Membangun Disiplin Anak. Jakarta: Pustaka Raya,

2005.

Ridwan. Belajar,Minat,Motivasi dan Prestasi Belajar . Artikel 3 Mei 2008.

Rusyan, Tabrani. Pendidikan Budi Pekerti. Bandung: Arcaya Media Utama, 2000, Cet.Ke

2.

Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo, 2005.

Sastrawijaya, A. Tresna. Pengembangan Program Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 1991.

Setyowati. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP 13

Semarang. Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2007.

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Slavin, Robert E. Educational Psychology Theory And Practice. Fourth Edition, Boston:

Allyn And Bacon, 1994.

S.Nasution. Didaktik Azas-Azas Mengajar. Bandung:Jemmars, 2002.

S. Nasution. Asas-Asas Kurikulum. Bandung: Jemmars,1986.

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2000.

Sudjana, Nana. Teori-Teori Belajar Untuk Pengajar. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI,

1991.

Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2012.

Sulistyowati, Sofchah. Cara Belajar Yang Efektif dan Efisien. Pekalongan: Cinta Ilmu,

2002.

Surakhmad, Winarno. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. FIP. IKIP, 1994

Suryabrata, Sumadi. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Surakarta: Andi

Offset, 1983.

Surya, Muhammad. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Jakarta; Mahaputra

Adidaya, 2003.

Sutadipura, Salnadi. Aneka Problem Keguruan. Bandung: Angkasa, 1996.

Sutikno, M.Sobry dan Pupuh Fathurahman. Strategi Belajar Mengajar Melalui

Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Jakarta: PT. Refika Aditama,

2007.

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.

Tim Penulis Buku Psikologi Pendidikan. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta:FIP-IKIP

Yogyakarta, 1991.

Tri Anni, Chatarina. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press, 2006.

Tu‟u, Tulus. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo, 2004.

Uno, Hamzah B. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet.

Kedua, 2007

Usman, Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung:Penerbit PT Remaja Rosdakarya,

2003.

Usman, Moh.Uzeer, Lilis Setiawati. Upaya Optimal Kegiatan Belajar Mengajar.

Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 1993.

Wahjosumidjo. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001, Cet.

kelima.

Winataputra, Udin S. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UT, 2008.

Wijaya, Cece. Faktor-faktor Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers, 1994.

Witherington, Cart. Psikologi Pendidik Terjemahan Purwanto. Jakarta: Remaja

Rosdakarya, 2003.

Yusuf, Syamsu. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara, 1993,Cet.Ke2.

BIOGRAFI PENULIS

Nama : Tri Pujiastuti, S.Ag.

NIM : M1. 11. 042

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan tanggal lahir : Salatiga, 16 Mei 1972

Alamat : Dusun Rowokasam RT 01/RW 03 Desa Rowoboni

Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang

Email : [email protected]

Program studi : Pendidikan Agama Islam

Konsentrasi : Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Angkasa 1 Yogyakarta Lulus tahun 1985

2. SMP Negeri Banguntapan 1 Yogyakarta Lulus tahun 1988

3. SMA Negeri 1 Salatiga Lulus tahun 1991

4. IAIN Walisongo Salatiga Lulus tahun 1996

5. Pascasarjana IAIN Salatiga Lulus tahun 2015