pengaruh jenis dan dosis pupuk organik terhadap ...digilib.unila.ac.id/54707/3/3. skripsi full tanpa...

60
PENGARUH JENIS DAN DOSIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA SERTA PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS (Zea mays shaccarata Sturt) (Skripsi) Oleh ANISA MAWARNI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: vongoc

Post on 19-Jul-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH JENIS DAN DOSIS PUPUK ORGANIK TERHADAPPERTUMBUHAN GULMA SERTA PERTUMBUHAN DAN

HASIL JAGUNG MANIS (Zea mays shaccarata Sturt)

(Skripsi)

Oleh

ANISA MAWARNI

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

ABSTRAK

PENGARUH JENIS DAN DOSIS PUPUK ORGANIK TERHADAPPERTUMBUHAN GULMA SERTA PERTUMBUHAN DAN

HASIL JAGUNG MANIS (Zea mays shaccarata Sturt)

Oleh

ANISA MAWARNI

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui pengaruh penggunaan jenis pupuk

organik terhadap pertumbuhan gulma serta pertumbuhan dan hasil jagung manis,

(2) Mengetahui pengaruh penggunaan dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan

gulma serta pertumbuhan dan hasil jagung manis, (3) Mengetahui keterkaitan

penggunaan jenis dan dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan gulma serta

pertumbuhan dan hasil jagung manis. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan

Rajabasa Jaya, Kecamatan Rajabasa, Bandar Lampung dan Laboratorium Gulma,

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pelaksanaan penelitian dimulai dari

Januari 2018 sampai dengan April 2018. Penelitian ini menggunakan Rancangan

Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama

adalah jenis pupuk organik yang terdiri atas pupuk kandang sapi, pupuk kandang

ayam broiler dan pupuk bio-slurry padat. Faktor kedua adalah dosis yang terdiri

atas 0 ton/ha, 10 ton/ha dan 20 ton/ha. Setiap perlakuan diulang tiga kali. Seluruh

Anisa Mawarni

data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Ragam.

Homogenitas ragam diuji dengan Uji Bartlet, jika asumsi terpenuhi data dianalisis

dengan sidik ragam menggunakan Uji F, perbedaan antar nilai tengah perlakuan

diuji dengan BNJ pada taraf 5%.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa (1)

Perlakuan jenis pupuk kandang ayam broiler berpengaruh terhadap bobot kering

gulma total 3 MST dan dapat meningkatkan hasil dan pertumbuhan jagung manis

pada variabel tinggi tanaman 3 MST, diameter tongkol, bobot kering akar dan

bobot tongkol dibandingkan jenis pupuk lainnya, (2) Perlakuan dosis pupuk 10

ton/ha berpengaruh terhadap bobot kering gulma total 3 MST dan dapat

meningkatkan hasil dan pertumbuhan jagung manis pada variabel tinggi tanaman

3 MST, diameter tongkol, bobot kering brangkasan dan bobot tongkol, (3) Jenis

pupuk tidak tergantung pada dosis yang diberikan dalam mempengaruhi

pertumbuhan gulma, tanaman dan hasil jagung manis.

Kata kunci : Dosis, Gulma, Jagung manis, Jenis pupuk organik

PENGARUH JENIS DAN DOSIS PUPUK ORGANIK TERHADAPPERTUMBUHAN GULMA SERTA PERTUMBUHAN DAN

HASIL JAGUNG MANIS (Zea mays shaccarata Sturt)

Oleh

Anisa Mawarni

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERTANIAN

pada

Program Studi AgroteknologiFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotaagung, Kabupaten, Tanggamus pada 7 April 1996

sebagai anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Syaiful Bahar dan Ibu

Lilis Agustina. Penulis menyelesaikan sekolah di TK Dharmawanita Kotaagung

pada tahun 2002, Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 3 Kuripan, Kotaagung pada

tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Kotaagung pada tahun 2011,

dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Kotaagung pada tahun 2014. Penulis

terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan akademik dan

organisasi. Penulis terdaftar aktif di unit kegiatan mahasiswa Universitas

Lampung sebagai anggota bidang Pengembangan Minat dan Bakat di Persatuan

Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT) Fakultas Pertanian periode 2015/2016

dan anggota bidang Kaderisasi di Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA

AGT) Fakultas Pertanian periode 2016/2017. Selain itu penulis juga pernah

menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Kimia Dasar pada tahun 2017/2018,

Genetika Pertanian pada tahun 2017/2018 dan Teknik Budidaya Tanaman pada

tahun 2017/2018.

Pada bulan Januari–Maret 2017, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata

(KKN) di Desa Surabaya, Kecamatan Padang Ratu, Kabupaten Lampung Tengah

selama 40 hari kerja terhitung dari 19 Januari sampai dengan 20 Maret 2017.

Pada bulan Juli–Agustus 2017 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di CV.

Atsiri Garden Indonesia, Subang, Jawa Barat selama 30 hari kerja dengan judul

“Teknik Pembibitan pada Tanaman Nilam (Pogostemon cablin) di CV. Atsiri

Garden Indonesia Kabupaten Subang Jawa Barat”. Penulis melaksanakan

penelitian pada bulan Januari-April 2018 di Kelurahan Rajabasa Jaya, Kecamatan

Rajabasa, Bandar Lampung dan Laboratorium Gulma, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung.

10

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, ku persembahkan karya ini untuk

Kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Syaiful Bahar dan Ibunda Lilis Agustina

yang telah mengorbankan segalanya untukku, selalu memberikan semangat dan

selalu menjadi inspirasi terbaikku

Kakakku Daniel Sylas, adikku Ulvie Fadila dan Intan Singurana yang terus

menyemangatiku untuk berjuang menggapai cita

Dosen pembimbing dan penguji, Keluarga Agroteknologi 2014 serta untuk

Almamater tercinta, Universitas Lampung

MOTTO

“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan

memudahkan baginya jalan menuju surga.”

(HR Muslim)

“Tidak ada harga atas waktu, tapi waktu sangat berharga. Memiliki waktu tidak

menjadikan kita kaya, tetapi menggunakannya dengan baik adalah sumber dari

semua kekayaan.”

(Buya Hamka)

“Barang siapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu

adalah untuk dirinya sendiri.”

(Q.S Al Ankabut, 6)

“Yang lebih besar dari sabar haruslah kita miliki, yang lebih luas dari ketabahan

haruslah kita kantongi, dan yang lebih keras dari ikhtiar haruslah kita penuhi.

Karena itu adalah kunci dari setiap masalah yang sedang menghampiri”

(Panji Ramdana)

i

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT. karena atas

limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis memberi judul skripsi ini ” Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Organik

terhadap Pertumbuhan Gulma serta Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis

(Zea mays shaccarata Sturt)”. Shalawat beriring salam semoga tetap tercurah

kepada kekasih sejati yaitu Muhammad SAW, semoga keluarga, sahabat, dan

para pengikutnya mendapatkan syafaatnya kelak. Dalam penulisan skripsi ini

penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai

pihak. Pada kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih setulusnya

kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung yang telah membantu dalam administrasi

skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi,

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3. Dr. Hidayat Pujisiswanto, S.P., M.P., selaku pembimbing I yang telah membantu,

membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis dengan

penuh kesabaran dalam penulisan skripsi ini.

ii

4. Akari Edy, S.P., M.Si., selaku pembimbing II yang telah banyak membantu,

membimbing dengan cermat, penuh kesabaran, mengarahkan, dan memberi

nasihat kepada penulis.

5. Ir. Dad R. J. Sembodo, M. S., selaku pembahas yang telah memberikan arahan,

saran, serta masukan sebagai perbaikan selama penyelesaian skripsi ini.

6. Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M. Agr., Sc., selaku pembimbing akademik

penulis telah memberikan bimbingan, saran, dan nasihat selama penulis

melaksanakan studi di Universitas Lampung.

7. Ayah dan Ibu tercinta, Syaiful Bahar dan Lilis Agustina, yang selalu

memberikan kasih sayang, motivasi dalam bentuk moral maupun material

dan untaian doa yang tiada terputus untuk keberhasilan penulis.

8. Kakak dan Adik-adik tercinta, Daniel Sylas, Ulvie Fadila dan Intan Singurana,

yang selalu memberikan doa, dukungan, serta motivasi kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat tercinta Anisah Ika, Amirah Inas, Amara Ayunilanda, Annisa

Amalia dan Desta Natalia yang selalu penulis repotkan, yang memberi

support, memberikan motivasi dan pengalaman berharga selama perkuliahan.

10. Sahabat-sahabat tersayang Restu Paresta, Heppy Kuniati, Kenny Titian, Yais

Daniati, Cessa Pratiwi, Cyntia Anniesa, Ahyar Safitri, Nopa Anggriani, Risa

Apriani, Rafika Restiningtyas, Putri Ulva dan teman-teman Agroteknologi

angkatan 2014 kelas A yang telah memberikan saran, doa, dukungan, dan

motivasi kepada penulis.

11. Teman-teman seperbucinan pencinta oppa Clara Alverina, Sri Maryanti,

Winda Aprillia, yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada

penulis.

iii

12. Muhammad Ari Kurniawan Hakim yang telah mendoakan, memberi

semangat, motivasi, bantuan, perhatian, dan kasih sayangnya kepada penulis.

13. Bias kesayangan Kang Daniel dan Do Kyungsoo yang telah memberikan

inspirasi dan memotivasi penulis sehingga semangat dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Bandar Lampung, 1 Desember 2018

Penulis,

Anisa Mawarni

iv

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR ISI............................................................................................. iv

DAFTAR TABEL .................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR................................................................................ xii

I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah........................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 4

1.4 Landasan Teori ............................................................................ 5

1.5 Kerangka Pemikiran .................................................................... 9

1.6 Hipotesis ...................................................................................... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12

2.1 Botani Tanaman Jagung Manis.................................................... 12

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis ..................................... 15

2.3 Kebutuhan Unsur Hara Tanaman Jagung Manis ......................... 15

2.4 Pupuk Organik ............................................................................. 16

2.5 Pupuk Kandang............................................................................ 16

2.5.1 Pupuk Kandang Sapi ........................................................ 18

2.5.2 Pupuk Kandang Ayam ...................................................... 19

2.6 Bio- slurry............ ........................................................................ 19

v

III. BAHAN DAN METODE ................................................................. 22

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 22

3.2 Bahan dan Alat............................................................................. 22

3.3 Metode Penelitian ........................................................................ 22

3.4 Pelaksanaan Penelitian................................................................. 23

3.4.1 Penyiapan Lahan dan Pembuatan Petak Perlakuan .......... 23

3.4.2 Pemupukan.......................................................................... 25

3.4.3 Penanaman Jagung Manis.................................................. 25

3.4.4 Penyulaman......................................................................... 26

3.4.5 Pemeliharaan ...................................................................... 26

3.4.5.1 Penjarangan............................................................ 26

3.4.5.2 Penyiangan dan Pembumbunan.............................. 27

3.4.5.3 Pengendalian Hama dan Penyakit.......................... 27

3.4.6 Panen .................................................................................. 27

3.5 Variabel Pengamatan ................................................................... 27

3.5.1 Gulma.................................................................................. 28

3.5.1.1 Kondisi Gulma Awal ............................................... 28

3.5.1.2 Bobot Kering Gulma Total dan Dominan............... 28

3.5.2 Tanaman Jagung Manis...................................................... 30

3.5.2.1 Tinggi Tanaman ...................................................... 30

3.5.2.2 Bobot Kering Brangkasan....................................... 30

3.5.2.3 Bobot Kering Akar .................................................. 31

3.5.2.4 Panjang Tongkol ..................................................... 31

3.5.2.5 Diameter Tongkol ................................................... 31

3.5.2.6. Bobot Tongkol per Petak........................................ 31

3.5.2.7 Bobot Tongkol per Hektar....................................... 32

3.5.2.8 Tingkat Kemanisan (ºBrix) Jagung Manis .............. 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 33

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................ 33

4.1.1 Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam..................................... 33

4.1.2 Komposisi Gulma Awal Sebelum Percobaan ..................... 34

vi

4.1.3 Pengaruh Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik

terhadap Pertumbuhan Gulma............................................. 35

4.1.3.1 Bobot Kering Gulma Total..................................... 36

4.1.3.2 Jenis dan Tingkat Dominansi Gulma..................... 37

4.1.3.3 Bobot Kering Gulma Per Golongan ...................... 38

4.1.4 Pengaruh Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik

terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Jagung Manis ........................................................................ 41

4.1.4.1 Tinggi Tanaman Jagung Manis ............................. 41

4.1.4.2 Bobot Kering Brangkasan dan Bobot Kering

Akar Tanaman Jagung Manis ................................ 42

4.1.4.3 Kondisi Tongkol dan Tingkat Kemanisan (Brix)

Jagung Manis ......................................................... 43

4.1.4.4 Bobot Tongkol Jagung Manis ................................ 44

4.2 Pembahasan ................................................................................ 45

V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 53

4.1 Simpulan ...................................................................................... 53

4.2 Saran ............................................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 55

LAMPIRAN

Tabel........................................................................................................... 59-88

Gambar....................................................................................................... 89

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi Unsur Hara pupuk Kandang Sapi ...................................... 15

2. Komposisi Unsur Hara Pupuk kandang Ayam .................................... 15

3. Analisa Berbasis Kering Pupuk Organik Berbahan Baku Bio-slurry .. 21

4. Kombinasi Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik........................ 23

5. Rekapitulasi Hasil Analis Ragam Untuk Pengaruh Jenis dan DosisPupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Gulma, Tanaman dan HasilJagung Manis ....................................................................................... 34

6. Komposisi Gulma Sebelum Perlakuan ................................................ 35

7. Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Organik terhadap Bobot KeringGulma Total ......................................................................................... 36

8. Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Organik terhadap Jenis danTingkat Dominansi Gulma pada 3 MST................................................ 37

9. Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Organik terhadap Jenis danTingkat Dominansi Gulma pada 6 MST.............................................. 38

10. Pengaruh Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik terhadapBobot Kering Gulma Golongan Daun Lebar ....................................... 39

11. Pengaruh Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik terhadap BobotKering Gulma Golongan Rumput ........................................................ 40

12. Pengaruh Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik terhadap BobotKering Gulma Golongan Teki.............................................................. 41

viii

13. Pengaruh Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik terhadapTinggi Tanaman Jagung Manis............................................................ 42

14. Pengaruh Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik terhadapBobot Kering Brangkasan dan Bobot Kering AkarTanaman Jagung Manis ....................................................................... 43

15. Pengaruh Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik terhadapKondisi Tongkol dan Brix Jagung Manis ............................................ 44

16. Pengaruh Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik terhadapBobot Tongkol Jagung Manis .............................................................. 45

17. Deskripsi Varietas Bonanza F1............................................................ 59

18. Bobot Kering Gulma Total 3 MST Akibat Perlakuan Jenis danDosis Pupuk Organik ........................................................................... 60

19. Uji Bartlett Bobot Kering Gulma Total 3 MST Akibat PerlakuanJenis dan Dosis Pupuk Organik ........................................................... 60

20. Analisis Ragam Data Bobot Kering Gulma Total 3 MSTAkibat Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .............................. 61

21. Bobot Kering Gulma Total 6 MST Akibat Perlakuan Jenis danDosis Pupuk Organik ........................................................................... 61

22. Uji Bartlett Bobot Kering Gulma Total 6 MST Akibat PerlakuanJenis dan Dosis Pupuk Organik ........................................................... 62

23. Analisis Ragam Data Bobot Kering Gulma Total 6 MST AkibatPerlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .......................................... 62

24. Bobot Kering Gulma Golongan Daun Lebar 3 MST AkibatPerlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .......................................... 63

25. Uji Bartlett Bobot Kering Gulma Golongan Daun Lebar Total3 MST Akibat Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .................. 63

26. Analisis Ragam Data Bobot Kering Gulma Golongan Daun Lebar3 MST Akibat Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .................. 64

27. Bobot Kering Gulma Golongan Daun Lebar 6 MST AkibatPerlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .......................................... 64

28. Uji Bartlett Bobot Kering Gulma Golongan Daun Lebar 6 MSTAkibat Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .............................. 65

ix

29. Analisis Ragam Data Bobot Kering Gulma Golongan Daun Lebar6 MST Akibat Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .................. 65

30. Bobot Kering Gulma Golongan Rumput 3 MST Akibat PerlakuanJenis dan Dosis Pupuk Organik ........................................................... 66

31. Uji Bartlett Bobot Kering Gulma Golongan Rumput 3 MSTAkibat Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .............................. 66

32. Analisis Ragam Data Bobot Kering Gulma Golongan Rumput3 MST Akibat Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .................. 67

33. Bobot Kering Gulma Golongan Rumput 6 MST Akibat PerlakuanJenis dan Dosis Pupuk Organik ........................................................... 67

34. Uji Bartlett Bobot Kering Gulma Golongan Rumput 6 MSTAkibat Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .............................. 68

35. Analisis Ragam Data Bobot Kering Gulma Golongan Rumput6 MST Akibat Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .................. 68

36. Bobot Kering Gulma Golongan Teki 3 MST Akibat PerlakuanJenis dan Dosis Pupuk Organik ........................................................... 69

37. Uji Bartlett Bobot Kering Gulma Golongan Teki 3 MST AkibatPerlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .......................................... 69

38. Analisis Ragam Data Bobot Kering Gulma Golongan Teki 3 MSTAkibat Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .............................. 70

39. Bobot Kering Gulma Golongan Teki 6 MST Akibat PerlakuanJenis dan Dosis Pupuk Organik ........................................................... 70

40. Transformasi √√√( + 0,5) Bobot Kering Gulma Golongan Teki6 MST Akibat Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .................. 71

41. Uji Bartlett Bobot Kering Gulma Golongan Teki 6 MST AkibatPerlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .......................................... 71

42. Analisis Ragam Data Bobot Kering Gulma Golongan Teki 6 MSTAkibat Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .............................. 72

43. Tinggi Tanaman 3 MST Akibat Perlakuan Jenis dan DosisPupuk Organik ..................................................................................... 72

x

44. Uji Bartlett Tinggi Tanaman 3 MST Akibat Perlakuan Jenis danDosis Pupuk Organik ........................................................................... 73

45. Analisis Ragam Data Tinggi Tanaman 3 MST Akibat PerlakuanJenis dan Dosis Pupuk Organik ........................................................... 73

46. Tinggi Tanaman 6 MST Akibat Perlakuan Jenis dan DosisPupuk Organik ..................................................................................... 74

47. Uji Bartlett Tinggi Tanaman 6 MST Akibat Perlakuan Jenis danDosis Pupuk Organik ........................................................................... 74

48. Analisis Ragam Data Tinggi Tanaman 6 MST Akibat PerlakuanJenis dan Dosis Pupuk Organik ........................................................... 75

49. Bobot Kering Brangkasan Tanaman Jagung Manis AkibatPerlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .......................................... 75

50. Uji Bartlett Bobot Kering Brangkasan Tanaman Jagung ManisAkibat Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .............................. 76

51. Analisis Ragam Bobot Kering Brangkasan Tanaman Jagung ManisAkibat Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .............................. 76

52. Bobot Kering Akar Tanaman Jagung Manis Akibat Perlakuan Jenisdan Dosis Pupuk Organik .................................................................... 77

53. Uji Bartlett Bobot Kering Akar Tanaman Jagung Manis AkibatPerlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .......................................... 77

54. Analisis Ragam Bobot Kering Akar Tanaman Jagung Manis AkibatPerlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .......................................... 78

55. Panjang Tongkol Tanaman Jagung Manis Akibat Perlakuan Jenisdan Dosis Pupuk Organik .................................................................... 78

56. Uji Bartlett Panjang Tongkol Tanaman Jagung Manis AkibatPerlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .......................................... 79

57. Analisis Ragam Panjang Tongkol Tanaman Jagung Manis AkibatPerlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .......................................... 79

58. Diameter Tongkol Tanaman Jagung Manis Akibat Perlakuan JenisDan Dosis Pupuk Organik ................................................................... 80

59. Transformasi √√√( + 0,5) Diameter Tongkol Tanaman JagungManis Akibat Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik.................... 80

xi

60. Uji Bartlett Panjang Tongkol Tanaman Jagung Manis AkibatPerlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .......................................... 81

61. Analisis Ragam Panjang Tongkol Tanaman Jagung Manis AkibatPerlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .......................................... 81

62. Tingkat Kemanisan Jagung Manis Akibat Perlakuan Jenis dan DosisPupuk Organik ..................................................................................... 82

63. Transformasi √√√( + 0,5) Tingkat Kemanisan Jagung ManisAkibat Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .............................. 82

64. Uji Bartlett Tingkat Kemanisan Jagung Manis Akibat PerlakuanJenis dan Dosis Pupuk Organik ........................................................... 83

65. Analisis Ragam Tingkat Kemanisan Jagung Manis AkibatPerlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik .......................................... 83

66. Bobot Tongkol per Petak Akibat Perlakuan Jenis dan DosisPupuk Organik ..................................................................................... 84

67. Uji Bartlett Bobot Tongkol per Petak Akibat Perlakuan Jenis danDosis Pupuk Organik ........................................................................... 84

68. Analisis Ragam Bobot Tongkol per Petak Akibat Perlakuan Jenisdan Dosis Pupuk Organik .................................................................... 85

69. Bobot Tongkol per Hektar Akibat Perlakuan Jenis dan DosisPupuk Organik ..................................................................................... 85

70. Uji Bartlett Bobot Tongkol per Hektar Akibat Perlakuan Jenis danDosis Pupuk Organik ........................................................................... 86

71. Analisis Ragam Bobot Tongkol per Hektar Akibat Perlakuan Jenisdan Dosis Pupuk Organik .................................................................... 86

72. Tabel Analisis Tanah Sebelum dan Setelah AplikasiPupuk Organik ..................................................................................... 87

73. Tabel Analisis Pupuk ........................................................................... 87

74. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah................................................... 88

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata Letak Petak Perlakuan.................................................................. 24

2. Tata Letak Penanaman Jagung Manis Jarak Tanam 70 cm x 20 cm ... 26

3. Tata Letak Pengambilan Contoh Gulma .............................................. 29

4. Persentase Penutupan Gulma 3 MST................................................... 90

5. Hasil Panen Tanaman Jagung Manis ................................................... 89

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Tanaman jagung manis merupakan komoditas palawija pangan di Indonesia dan

layak dijadikan komoditas unggulan agrobisnis. Tingkat konsumsi jagung manis

yang tinggi disebabkan oleh rasa yang lebih manis dibandingkan dengan jagung

biji/jagung biasa sehingga peluang pengembangan usaha tani jagung manis sangat

baik dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Jagung

manis memiliki kandungan gula berkisar 13-15 brix (Syukur dan Rifianto, 2014).

Dalam industri pangan, jagung manis diolah menjadi berbagai bentuk produk

pangan berupa tepung jagung, sirup, dan gula jagung. Di dalam jagung manis

terkandung karbohidrat, protein dan vitamin yang tinggi, kandungan lemak yang

rendah, serta nilai jual yang lebih tinggi daripada jagung biji/jagung biasa.

Permintaan jagung manis di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan baik untuk

konsumsi langsung ataupun sebagai bahan baku industri pangan. Oleh karena

itu untuk memenuhi permintaan jagung manis diperlukan adanya tindakan untuk

meningkatkan produksi (Dinariani et. al. 2014).

2

Tanaman jagung tidak akan memberikan hasil maksimal manakala unsur hara

yang diperlukan tidak cukup tersedia. Pemupukan dapat meningkatkan hasil

panen secara kuantitatif maupun kualitatif. Lingga dan Marsono (2001)

menyatakan bahwa, pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi

satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman.

Umumnya masyarakat melakukan budidaya jagung manis di lahan yang memiliki

kesuburan tanah rendah, khususnya di Lampung yang sebagian besar merupakan

tanah Ultisol. Menurut Prasetyo dan Suriadikata (2006), tanah Ultisol umumnya

memiliki kejenuhan basa < 35%, pH tanah umumnya agak masam hingga sangat

masam, serta memiliki kapasitas tukar kation yang tergolong rendah. Kandungan

unsur hara tanah Ultisol yang rendah ini dapat ditangani dengan pemupukan.

Sebagian besar petani menggunakan pupuk anorganik dalam budidaya jagung

manis. Selama ini petani umumnya menggunakan pupuk kimia dalam

meningkatkan produktivitas tanaman. Pupuk kimia banyak digunakan petani

karena mudah diperoleh dan praktis dalam penggunaannya. Namun disadari

bahwa penggunaan bahan kimia terus-menerus dapat menimbulkan dampak

negatif pada kesehatan manusia dan pencemaran lingkungan (Sondakh et. al.

2012).

Penggunaan pupuk organik seperti pupuk kandang merupakan alternatif yang

lebih menguntungkan dari segi teknis, ekonomis, sosial ataupun lingkungan

karena tidak menimbulkan pencemaran dan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia,

dan biologi tanah. Penggunaan pupuk kandang ini merupakan salah satu bentuk

pemanfaatan limbah kotoran ternak dari petani. Pupuk kandang mengandung

3

unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan

perkembangannya. Selain itu manfaat dari pupuk kandang juga dapat

meningkatkan agregasi tanah sehingga tanah menjadi lebih gembur. Sembodo

(2010) juga menyatakan bahwa penggunaan pupuk kandang yang telah

terdekomposisi sempurna merupakan salah satu cara pengendalian gulma secara

preventif atau pencegahan. Dalam pengendalian gulma secara preventif sangat

dihindari penggunaan pupuk kandang yang belum matang, karena pupuk

kandang segar banyak mengandung biji-biji gulma yang terangkut bersama

pakan.

Pemakaian pupuk kandang perlu dipertimbangkan, karena pupuk kandang dapat

menyebab k an berkembangnya gulma pada lahan yang diusahakan. Keberadaan

gulma yang dibiarkan tumbuh pada suatu pertanaman dapat menurunkan hasil

20 % sampai 80 % (Moenandir et. al. 1993 dalam Maruapey 2011). Salah

satu usaha yang dapat dilakukan untuk menekan hal tersebut adalah dengan

penggunaan jenis pupuk kandang yang tepat. Terdapatnya gulma pada pupuk

kandang sangat dipengaruhi oleh kebijaksanaan petani saat mengembalakan

ternaknya. Oleh karena lingkungan pengembalaan yang berbeda, maka gulma

yang dimakan ternak juga berbeda (Zarwan et. al. 1994 dalam Maruapey 2011).

Populasi gulma akan menentukan besarnya gangguan yang disebabkan oleh

gulma tersebut. Semakin rapat populasi gulma yang ada pada suatu areal

pertanian, maka produksi tanaman yang dihasilkan akan semakin menurun.

Semakin lama jangka waktu kehadiran gulma besama tanaman, maka akan

semakin besar penurunan hasil akibat kompetisi yang terjadi. Sedangkan

4

kompetisi yang terjadi selama umur tanaman akan berdampak pada penurunan

hasil yang sangat tinggi (Sembodo, 2010).

Pemberian pupuk kandang merupakan suatu alternatif yang perlu dipertimbangkan

dalam usaha meningkatkan hasil jagung manis. Oleh karena itu, dengan

penggunaan jenis pupuk kandang yang tepat akan mempengaruhi kerugian yang

disebabkan oleh gulma sehingga dapat ditekan sekecil mungkin yang pada

akhirnya akan diperoleh hasil jagung manis yang lebih tinggi.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah penggunaan jenis pupuk organik berpengaruh terhadap pertumbuhan

gulma serta pertumbuhan dan hasil jagung manis?

2. Apakah penggunaan dosis pupuk organik mempengaruhi pertumbuhan gulma

serta pertumbuhan dan hasil jagung manis?

3. Apakah penggunaan jenis pupuk organik tergantung pada dosis dalam

mempengaruhi pertumbuhan gulma serta pertumbuhan dan hasil jagung

manis?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan masalah, maka penelitian ini dilakukan dengan

tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh penggunaan jenis pupuk organik terhadap pertumbuhan

gulma serta pertumbuhan dan hasil jagung manis.

5

2. Mengetahui pengaruh penggunaan dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan

gulma serta pertumbuhan dan hasil jagung manis.

3. Mengetahui keterkaitan penggunaan jenis dan dosis pupuk organik terhadap

pertumbuhan gulma, serta pertumbuhan dan hasil jagung manis.

1.4 Landasan Teori

Pupuk merupakan zat yang berisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk

menggantikan unsur hara di dalam tanah yang telah habis digunakan oleh

tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Sedangkan pemupukan adalah

menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) atau tanaman (pupuk daun)

(Lingga dan Marsono, 2001).

Berdasarkan asal pembuatannya, pupuk digolongkan menjadi pupuk organik

dan pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari alam

baik tumbuhan maupun hewan. Pupuk ini mempunyai kelebihan yaitu

memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air,

menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah dan sebagai sumber zat bagi

tanaman. Sedangkan pupuk anorganik merupakan pupuk yang pembuatannya

dibantu oleh manusia dan mesin. Kelebihan dari pupuk ini adalah dapat

diberikan dengn takaran yang pas, tersedia dalam jumlah yang cukup serta

mudah tersedia bagi tanaman. Namun, penggunaan pupuk anorganik memiliki

kelemahan yaitu hampir tidak memilik unsur hara mikro. Sehingga penggunaan

pupuk anorganik ini perlu diimbangi dengan pupuk organik yang mengandung

hara mikro (Lingga dan Marsono, 2001).

6

Shahzad et. al. (2015) menyatakan bahwa penggunaan pupuk untuk produksi

tanaman berkelanjutan sangatlah penting karena dapat meningkatkan kandungan

bahan organik tanah. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Roidah (2013)

penggunaan pupuk organik dapat menyuplai hara makro dan mikro, meningkatkan

kandungan bahan organik tanah, memperbaiki berbagai sifat fisik tanah seperti

permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, dan daya ikat tanah. Pupuk

organik akan memperbaiki kemampuan tanah menahan air, menambah porositas

tanah, dan meningkatkan kegiatan organisme tanah.

Pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah, menyediakan

unsur makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan belerang) dan mikro (besi,

seng, boron, kobalt, dan molibdenium). Pengaruh pemberian pupuk kandang

secara tidak langsung memudahkan tanah untuk menyerap air. Selain itu, pupuk

kandang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan terhadap air, aktivitas

mikrobiologi tanah, nilai kapasitas tukar kation, dan memperbaiki struktur tanah

(Santoso et. al. 2004).

Menurut Soro (2015) kotoran ternak telah banyak digunakan sebagai pupuk

organik dan memiliki efek yang signifikan terhadap kesuburan tanah dengan

menambahkan nutrisi utama yang penting serta bahan organik tanah untuk

meningkatkan kelembaban dan retensi nutrisi. Kelembaban tanah yang tinggi ini

mendukung perkecambahan biji jagung dan benih yang ditanam di ladang

berkecambah hanya tiga hari setelah disemai dengan rata-rata akhir dari 86,6%

dan 92%.

7

Namun penggunaan pupuk kandang dalam budidaya tanaman juga menimbulkan

dampak yang negatif bagi tanaman yaitu terbawanya biji gulma pada pupuk

kandang dari sisa makanan ternak. Biji-biji gulma tersebut dapat tumbuh apabila

mendapatkan kondisi lingkungan khususnya cahaya yang sesuai untuk

pertumbuhannya. Menurut Sembodo (2010), gulma merupakan tumbuhan yang

mengganggu dan merugikan kepentingan manusia baik di bidang usaha tani

ataupun aspek kehidupan lainnya seperti kesehatan, lingkungan hidup, estetika,

rekreasi, dan lainnya. Kehadiran gulma di antara tanaman budidaya dapat

menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsur hara, air, cahaya, dan

ruang tumbuh.

Hasil penelitian Mohammadi et. al. (2012) mengungkapkan bahwa hasil jagung

dan pengendalian gulma dapat ditingkatkan dengan perubahan susunan

penanaman. Penurunan jarak baris atau peningkatan kerapatan tanaman

meningkatkan secara signifikan hasil jagung dan mengurangi biomassa gulma.

Menurut hasil penelitian Maruapey (2011) menunjukkan bahwa perlakuan jenis

pupuk kandang dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap berat kering gulma

umur 45 hari setelah tanam. Pengaruh nyata pada perlakuan jenis pupuk kandang

disebabkan karena masing-masing pupuk kandang sudah dapat memberikan

sumbangan unsur hara bagi pertumbuhan gulma dan tanaman. Demikian juga biji

biji gulma yang terbawa di dalam pupuk kandang sudah mampu berkecambah dan

tumbuh sehingga gulma yang tumbuh semakin banyak dan beragam.

8

Menurut hasil penelitian Mayadewi (2007) dengan penggunaan pupuk kandang

ayam dapat meningkatkan hasil jagung manis serta menurunkan berat kering

gulma bila dibandingkan dengan pupuk kandang kambing dan pupuk kandang

sapi. Selain itu jarak tanam 50 cm x 40 cm mampu menekan pertumbuhan gulma

sehingga menghasilkan berat kering gulma terendah. Sedangkan pemberian

pupuk kandang ayam yang dikombinasikan dengan jarak tanam 50 cm x 40 cm

menghasilkan tongkol layak jual tertinggi yaitu 11,576 t/ha.

Perlakuan dosis pupuk kandang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman

jagung. Menurut hasil penelitian Kartikawarti et. al. (2009) penggunaan dosis

pupuk kandang 10 ton/ha cenderung belum menunjukkan peningkatan yang

signifikan pada variable luas daun, indeks luas daun, bobot kering dan laju

pertumbuhan relatif. Kemudian dengan penambahan dosis pupuk kandang 20

ton/ha menghasilkan pertumbuhan tanaman yang meningkat secara signifikan

bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk kandang. Hal tersebut diduga

karena rendahnya kandungan bahan organik tanah awal sehingga penambahan

pupuk kandang sapi pada dosis 10 ton/ha belum mampu meningkatkan

kandungan bahan organik secara signifikan.

Menurut hasil penelitian Bara (2009) p upuk kandang berpengaruh terhadap bobot

brangkasan per petak dan bobot pipilan kering per tongkol, tetapi tidak

berpengaruh terhadap bobot brangkasan per tanaman dan bobot tongkol per

tanaman. Hal ini diduga pemberian pupuk kandang pada petak tidak merata

sehingga pertumbuhan tanaman tidak seragam. Bobot tongkol mempengaruhi

9

bobot pipilan kering. Semakin besar bobot tongkol, maka semakin besar bobot

pipilan kering dan sebaliknya.

Bara (2009) juga mengungkapkan bahwa kualitas tongkol yang dihasilkan dengan

pemberian pupuk kandang lebih baik dibandingkan tanpa pupuk kandang. Pada

dosis pupuk kandang 5 ton/ha dan 15 ton/ha tidak berbeda nyata terhadap bobot

tongkol per petak. Maka untuk efisisensi biaya, dosis pupuk kandang 5 ton/ha

cukup menghasilkan bobot tongkol yang tinggi. Dosis pupuk kandang 5, 10, dan

15 ton/ha dapat meningkatkan produksi tongkol per petak sebesar 35.36%,

15.90%, dan 52.28% lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol dan masih dapat

ditingkatkan lagi.

1.5 Kerangka Pemikiran

Jagung manis atau yang biasa disebut sweet corn merupakan salah satu jenis

sayuran yang digemari masyarakat karena memiliki rasa yang manis. Umumnya

masyarakat melakukan budidaya jagung manis di lahan yang berkesuburan tanah

yang rendah, hal ini sangat mempengaruhi produktivitas jagung manis. Ada empat

hal penting yang harus diperhatikan dalam meningkatkan produktivitas tanaman,

yaitu pengolahan tanah yang baik, pemupukan, pengendalian hama, dan

penggunaan varietas tanaman yang baik.

Pemupukan dalam budidaya jagung manis bisa dilakukan dengan pemupukan

organik dan anorganik. Namun, penggunaan pupuk anorganik secara terus-

menerus dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan menurunkan agregat

tanah. Oleh karena itu, sangat dianjurkan dalam teknik budidaya tanaman

10

menggunakan pupuk organik. Pupuk organik yang digunakan dapat berupa pupuk

kandang. Pupuk kandang merupakan pupuk sisa kotoran hewan baik unggas

ataupun mamalia seperti ayam, kambing, sapi, atau kerbau. Pupuk kandang

mengandung unsur hara makro maupun mikro yang dibutuhkan dalam

pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat juga digunakan untuk perbaikan

kesuburan tanah agar meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman

jagung manis.

Umumnya petani menggunakan pupuk kandang secara langsung tanpa

mengomposkan terlebih dahulu. Penggunaan pupuk kandang yang belum

terdekomposisi secara sempurna (belum matang) pada budidaya jagung manis

dapat menyebabkan tumbuhnya gulma pada lahan budidaya akibat banyaknya biji

gulma yang masih terkandung di dalam pupuk kandang. Gulma yang tumbuh

pada lahan budidaya tanaman jagung manis tersebut merupakan tumbuhan yang

merugikan dan mengganggu pertumbuhan tanaman karena gulma dapat

berkompetisi dengan tanaman dalam menyerap unsur hara, cahaya matahari, serta

ruang tumbuh. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan pengelolaan atau

pengendalian gulma pada lahan budidaya.

Oleh sebab itu, perlu diaplikasikan pupuk kandang yang telah matang sempurna

untuk mengurangi adanya biji gulma dalam pupuk kandang. Apabila

diaplikasikan pupuk kandang yang telah matang sempurna diharapkan biji-biji

gulma yang terkandung di dalam pupuk kandang telah mati dan akan mengurangi

pertumbuhan gulma pada lahan budidaya.

11

1.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikemukakan maka disusun hipotesis

sebagai berikut:

1. Jenis pupuk organik berpengaruh terhadap pertumbuhan gulma serta

pertumbuhan dan hasil jagung manis.

2. Dosis pupuk organik berpengaruh terhadap pertumbuhan gulma serta

pertumbuhan dan hasil jagung manis.

3. Penggunaan jenis pupuk organik tergantung pada dosis dalam mempengaruhi

pertumbuhan gulma serta pertumbuhan dan hasil jagung manis.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Jagung Manis

Jagung manis diyakini berasal dari jagung biji yang mengalami mutasi pada lokus

Su 1 kromosom 4, ( Su 1/Su 1 = jagung bijian, su 1/su 1 = jagung manis). Jagung

manis ditanam pada era pra-Kolumbia sebagai sumber alkohol untuk tujuan

ritual. Namun penggunaan jagung manis diabaikan karena jagung manis memiliki

biji yang keriput, memiliki kandungan pati lebih rendah dan daya simpan lebih

singkat dibandingkan jagung biji. Budidaya jagung manis secara komersial

dimulai di Amerika Serikat sekitar 200 tahun yang lalu (Subekti et. al. 2008).

Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah biji berkecambah.

Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

tumbuh menyamping. Akar yang tumbuh relatif dangkal tersebut merupakan

akar adventif dengan percabangan yang lebat berfungsi memberikan hara pada

tanaman. Akar laying penyokong memberikan tambahan topangan untuk

tumbuh tegak dan membantu dalam penyerapan hara. Akar laying tersebut

tumbuh di atas permukaan tanah, tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan

bercabang sebelum masuk ke dalam tanah (Subekti et. al. 2008).

13

Jagung manis tergolong tanaman monokotil yang berumah satu (monoecious)

dimana dalam satu tanaman benang sari dan putik terletak pada bunga yang

berbeda. Bunga jantan tumbuh pada ujung batang utama sedangkan bunga betina

tumbuh pada ketiak daun. Penyerbukannya bersifat menyerbuk silang dimana

penyebaran serbuk sari dibantu oleh angin dan gaya gravitasi (Syukur dan

Rifianto, 2014).

Fase tasseling (munculnya bunga jantan) biasanya berkisar antara 45–52 hari,

ditandai oleh adanya cabang terakhir dari bunga jantan sebelum kemunculan

bunga betina (silk atau rambut tongkol) (Subekti et. al. 2008). Rambut tongkol

biasanya muncul 1–3 hari setelah tepung sari mulai tersebar dan reseptif ketika

muncul dari klobot. Penyebaran tepung sari tersebut dibantu oleh media alami

yaitu angin dan gaya gravitasi dan akan berakhir pada 3–10 hari (Syukur dan

Rifianto, 2014).

Daun jagung manis berbentuk memanjang dan keluar dari buku-buku batang.

Jumlah daun terdiri dari 8–48 helai. Daun terdiri dari tiga bagian, yaitu kelopak

daun, lidah daun, dan helaian daun. Antara kelopak dan helaian daun terdapat

ligula atau lidah daun. Ligula ini berbulu dan berlemak yang berfungsi mencegah

air masuk ke dalam kelopak daun dan batang (Purwono dan Hartono, 2011).

Menurut Subekti et. al. (2008) batang tanaman jagung manis beruas- ruas

dengan jumlah bervariasi antara 10 - 40 ruas. Tanaman jagung manis umumnya

tidak bercabang kecuali pada jagung manis sering tumbuh beberapa cabang

14

(anakan) yang muncul pada pangkal batang. Panjang batang jagung manis

berkisar antara 60-300 cm atau lebih bergantung tipe dan jenis jagung manis.

Ruas batang bagian atas berbentuk silindris dan ruas-ruas batang bagian bawah

berbentuk bulat agak pipih. Tunas batang yang telah berkembang menghasilkan

tajuk bunga betina. Jagung manis memiliki buah matang berbiji tunggal yang

disebut monokotil. Kandungan gula pada stadia masak susu tinggi. Permukaan

kernel transparan dan saat mengering berkerut. Jagung manis memiliki daun-

daun panjang, berbentuk rata meruncing dengan tulang daunnya sejajar seperti

daun-daun tanaman monokotil pada umumnya (Syukur dan Rifianto, 2014).

Menurut Subekti et. al. (2008), klasifikasi tanaman jagung manis adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Famili : Graminaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays saccharata Sturt

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis

Menurut Syukur dan Rifianto (2014), tanaman jagung manis tumbuh baik pada

berbagai jenis tanah, namun tanah liat lebih cocok karena mampu menahan lengas

15

yang tinggi. Tanaman jagung manis peka terhadap tanah yang masam dengan pH

6,0-6,8 dan agak toleran terhadap kondisi basa. Tanaman jagung manis

memerlukan kelengasan tinggi berkisar antara 500-700 mm per musim. Cekaman

kelengasan paling kritis terjadi selama silking dan pengisian biji. Kekurangan air

dalam waktu singkat masih dapat ditoleransi dan hanya berpengaruh kecil

terhadap perkembangan biji. Namun apabila kekurangan air yang berkepanjangan

setelah penyerbukan dapat secara nyata menurunkan bobot kering biji. Tanaman

agak tahan terhadap kekeringan tetapi peka terhadap drainase tanah yang jelek

dan tidak tahan terhadap genangan.

Tanaman jagung manis dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi (0-

1.500 m dpl). Tanaman ini dapat beradaptasi pada kondisi iklim subtropis –

tropis. Tanaman jagung manis harus ditanam di lahan terbuka (bebas naungan)

yang mendapat sinar matahari penuh minimal 8 jam/hari (Syukur dan Rifianto,

2014).

2.3 Kebutuhan Unsur Hara Tanaman Jagung Manis

Menurut Syukur dan Rifianto (2014), pemupukan pada jagung manis

merupakan kegiatan yang sangat penting. Salah satu fungsi pupuk yang

diberikan adalah untuk menyuplai unsur hara dan nutrisi tambahan yang kurang

atau tidak tersedia dalam tanah. Unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh

tanaman jagung manis adalah nitrogen, fosfor, dan kalium. Kebutuhan unsur

hara N berkisar 31,41 – 39,39 kg N/ ha, unsur hara P berkisar 6,03 – 12,54 kg

P/ha, dan unsur hara K berkisar 37,50 – 41,70 kg K/ha (Rachman et. al. 2008).

16

2.4 Pupuk Organik

Pupuk organik yaitu pupuk yang terbuat dari bahan baku yang sebagian besar atau

keseluruhan berasal dari bahan-bahan organik, baik tumbuhan ataupun hewan

yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair yang digunakan

untuk menyuplai bahan organik serta berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik,

kimia, dan biologi tanah (Suwahyono, 2011).

Kelebihan pupuk organik dibandingkan dengan pupuk anorganik yaitu pupuk

organik dapat menggemburkan tanah, memacu pertumbuhan mikroorganisme

dalam tanah, serta membantu transportasi unsur hara ke dalam akar tanaman.

Namun demikian, kelemahan pupuk organik adalah takaran volume yang

dibutuhkan lebih banyak dari pupuk anorganik. Misalnya pupuk organik hasil

pengomposan bahan hijauan atau pupuk kandang dibutuhkan 5–10 ton untuk satu

hektar lahan, sedangkan pupuk anorganik hanya 250–450 kg/ha (Suwahyono,

2011).

2.5 Pupuk Kandang

Pupuk kandang ialah olahan kotoran hewan, biasanya ternak, yang diberikan

pada lahan pertanian untuk memperbaiki kesuburan dan struktur tanah. Zat hara

yang dikandung pupuk kandang tergantung dari sumber kotoran bahan bakunya.

Pupuk kandang ternak kaya akan nitrogen, dan mineral logam, seperti

magnesium, kalium, dan kalsium. Namun demikian, manfaat utama pupuk

kandang adalah mempertahankan struktur fisik tanah sehingga akar dapat tumbuh

17

secara baik. Oleh sebab itu pupuk kandang sangat baik digunakan dalam

budidaya tanaman karena pupuk kandang selain dapat memenuhi kebutuhan

unsur hara juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah yang akan mempermudah

perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Kompos kotoran ternak merupakan

kunci keberhasilan bagi petani lahan kering. Selain mudah didapat kotoran ternak

juga relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan harga pupuk anorganik

yang beredar di pasaran. Hal ini mendorong para petani yang biasa

menggunakan pupuk buatan beralih menggunakan pupuk organik (Wiskandar,

2002).

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari campuran kotoran-kotoran

ternak, urine, serta sisa-sisa makanan ternak tersebut. Pupuk kandang ada yang

berupa cair dan ada pula yang berupa padat, tiap jenis pupuk kandang memiliki

kelebihan masing-masingnya. Setiap hewan akan menghasilkan kotoran dalam

jumlah dan komposisi yang beragam. Kandungan hara pada pupuk kandang

dapat dipengaruhi oleh jenis ternak, umur ternak, bentuk fisik ternak, pakan dan

air (Pranata, 2010).

Pupuk kandang yang berasal dari usaha tani pertanian antara lain adalah kotoran

ayam, sapi, kerbau, dan kambing. Komposisi hara pada masing-masing pupuk

kandang berbeda tergantung pada jumlah dan jenis makanannya. Secara umum,

kandungan hara dalam pupuk kandang lebih rendah daripada pupuk kimia

sehingga dalam pengaplikasiannya memerlukan jumlah yang lebih banyak

daripada pupuk kimia. Selain itu hara dalam pupuk kandang ini juga tidak mudah

18

tersedia bagi tanaman. Ketersediaan hara sangat dipengaruhi oleh tingkat

dekomposisi/mineralisasi dari bahan-bahan tersebut. Rendahnya ketersediaan

hara dari pupuk kandang antara lain disebabkan karena bentuk N, P serta unsur

lain terdapat dalam bentuk senyawa kompleks organo protein atau senyawa asam

humat atau lignin yang sulit terdekomposisi. Selain mengandung hara

bermanfaat, pupuk kandang juga mengandung biji-bijian gulma, bakteri saprolitik,

pembawa penyakit, dan parasit mikroorganisme yang dapat membahayakan

hewan atau manusia (Hartatik dan Widowati, 2006).

2.5.1 Pupuk Kandang Sapi

Pupuk kandang sapi memiliki wujud bahan berupa padat dan cair yang keduanya

memiliki kandungan unsur hara yang berbeda (Tabel 1). Pupuk kandang sapi juga

memiliki kandungan serat yang tinggi seperti selulosa. Hal tersebut ditunjukkan

oleh tingginya C/N rasio yang mencapai > 40. Tingginya kadar C dalam pupuk

kandang sapi menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan

menekan pertumbuhan tanaman. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba

dekomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan

organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Untuk

memaksimalkan penggunaannya, pupuk kandang sapi harus dikomposkan sampai

dengan C/N rasio < 20. Selain itu, penggunaan pupuk kandang sapi secara

langsung juga berkaitan dengan kadar air yang tinggi. Bila pupuk kandang

dengan kadar air yang tinggi diaplikasikan secara langsung akan memerlukan

tenaga yang lebih banyak serta proses pelepasan amoniak masih berlangsung

(Hartatik dan Widowati, 2006).

19

Tabel 1. Komposisi Unsur Hara Pupuk Kandang Sapi

Jenis pupukWujudbahan H2O N P2O5 K2O

PupukKandang

Sapi

%

Padat 70 85 0,50 0,20 0,10

Cair 30 92 1,00 0,20 1,35

Total 86 0,60 0,15 0,45

Sumber : Sutejo (1987) dalam Mayadewi (2007)

2.5.2 Pupuk Kandang Ayam

Pupuk kandang ayam mempunyai kadar hara P sebesar 0,75% (Tabel 2) yang

lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya yang dipengaruhi oleh jenis konsentrat

yang diberikan. Selain itu dalam kotoran ayam juga tercampur sisa-sisa makanan

ayam serta sekam sebagai alas kandang yang dapat menyumbangkan tambahan

hara ke dalam pupuk kandang (Hartatik dan Widowati, 2006).

Tabel 2. Komposisi Unsur Hara Pupuk Kandang Ayam

Jenis pupuk H2O N P2O5 K2O

PupukKandang

Ayam

%

55 1,00 0,75 0,40

Sumber : Sutejo (1987) dalam Mayadewi (2007).

2.6 Bio-slurry

Limbah biogas yang berupa bio-slurry merupakan salah satu pupuk organik yang

berasal dari kotoran ternak dan telah terfermentasi. Menurut Tim Biogas Rumah

(2013), bio-slurry yang terfermentasi anaerobik sempurna dan berkualitas baik

memilki ciri-ciri tidak berbau seperti kotoran segarnya, tidak atau sedikit

20

mengeluarkan gelembung gas, berwarna lebih gelap bila dibandingkan kotoran

segar, dan tidak menarik lalat atau serangga di udara terbuka.

Pengomposan diartikan sebagai proses dekomposisi secara biologi untuk

mencapai bahan organik yang stabil. Proses pengomposan menghasilkan panas

sehingga dihasilkan produk kompos akhir yang stabil, bebas dari patogen dan biji-

biji gulma, berkurangnya bau, dan lebih mudah diaplikasikan ke lapangan. Selain

itu perlakuan pengomposan dapat meningkatkan ketersediaan hara (Tabel 3) bagi

tanaman karena perubahan bentuk dari tidak tersedia menjadi mudah tersedia

(Hartatik dan Widowati, 2006).

Menurut Tim Biogas Rumah (2013) bio-slurry memiliki beberapa keunggulan

dibandingkan dengan kotoran hewan segar atau pupuk kandang biasa yaitu:

1. Bio-slurry bermanfaat dalam menyuburkan tanah pertanian karena:

Dapat menetralkan tanah asam dengan baik.

Menambahkan humus sebanyak 10–12% sehingga tanah lebih bernutrisi

dan mampu menyimpan air.

Mendukung aktivitas cacing dan mikroba tanah yang bermanfaat bagi

tanaman.

2. Kandungan nutrisi bio-slurry terutama nitrogen (N) lebih baik dibanding

pupuk kandang atau kotoran segar. Nitrogen (N) dalam bio-slurry lebih

banyak dan mudah diserap tanaman.

3. Bio-slurry bebas bakteri pembawa penyakit pada tanaman. Proses fermentasi

di dalam reaktor biogas dapat membunuh organisme yang menyebabkan

penyakit pada tanaman.

21

4. Bio-slurry dapat mengusir rayap perusak tanaman.

Tabel 3. Analisa Berbasis Kering Pupuk Organik Berbahan Baku Bio-Slurry

No. Jenis Analisa Satuan Pupuk Padat

1. C-Organik % 15,45 – 25,58

2. C/N 8 – 18,40

3. Ph 7,5 – 8

4.

Nutrisi Makro

N % 1,39 – 2,05

P2O5 % 0,24 – 2,70

K2O % 0,02 – 0,58

Ca Ppm 13.934,89 – 28.300

Mg Ppm 750 – 6.421,06

S % 1,74

5.

Nutrisi Mikro

Fe Ppm 3,15 – 23

Mn Ppm 132,50 – 1.905

Cu Ppm 9 – 36,23

Zn Ppm 40 – 97,11

Co Ppm 3,11 – 51

Mo Ppm 29,69 – 3.223

B Ppm 243,75 – 665

Sumber : Tim Biru (2013).

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Rajabasa Jaya, Kecamatan Rajabasa, Bandar

Lampung dan Laboratorium Gulma, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Penelitian dimulai dari Januari 2018 sampai dengan April 2018.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu benih jagung manis varietas

Bonanza F1, pupuk kandang ayam broiler, pupuk kandang sapi, pupuk bio-slurry

padat, pupuk anorganik urea, SP-36, dan KCl, serta insektisida Furadan 3 GR.

Sedangkan alat yang digunakan yaitu cangkul, koret, tugal, meteran, oven,

kuadran 0,5 m x 0,5 m, timbangan, jangka sorong, hand refractometer, kamera,

dan alat tulis.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri

dari dua faktor. Faktor pertama adalah jenis pupuk organik yang terdiri

23

atas : (P1) pupuk kandang sapi, (P2) pupuk kandang ayam broiler, (P3) pupuk

bio-slurry padat. Faktor kedua adalah dosis yang terdiri atas : 0 ton/ha (D0), 10

ton/ha (D1) dan 20 ton/ha (D2). Sembilan kombinasi perlakuan masing-masing

diulang tiga kali sehingga terdapat 27 satuan petak perlakuan (Tabel 4).

Tabel 4. Kombinasi perlakuan jenis dan dosis pupuk organik

Jenis pupuk organik DosisKode

PerlakuanPupuk kandang sapi (P1)

Pupuk kandang sapi (P1)

Pupuk kandang sapi (P1)

0 ton/ha (D0)

10 ton/ha (D1)

20 ton/ha (D2)

P1D0

P1D1

P1D2

Pupuk kandang ayam broiler (P2)

Pupuk kandang ayam broiler (P2)

Pupuk kandang ayam broiler (P2)

0 ton/ha (D0)

10 ton/ha (D1)

20 ton/ha (D2)

P2D0

P2D1

P2D2

Pupuk bio-slurry padat (P3)

Pupuk bio-slurry padat (P3)

Pupuk bio-slurry padat (P3)

0 ton/ha (D0)

10 ton/ha (D1)

20 ton/ha (D2)

P3D0

P3D1

P3D2

Homogenitas ragam diuji dengan Uji Bartlett, jika asumsi terpenuhi data dianalisis

dengan sidik ragam menggunakan Uji F, perbedaan nilai tengah perlakuan diuji

dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penyiapan Lahan dan Pembuatan Petak Perlakuan

Lahan dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman kemudian dicangkul pada

kedalaman 15-20 cm. Tanah diolah hingga menjadi gembur, rata, bersih dari sisa-

sisa gulma dan perakaran. Setiap petak perlakuan dibuat dengan ukuran

24

2 m x 2 m. Petak perlakuan dibuat 27 petak dengan jarak antar petak perlakuan

yaitu 50 cm. Tata letak petak perlakuan disajikan pada Gambar 1.

Kelompok I Kelompok II Kelompok III

P3D2 P1D2 P2D2

P2D1 P2D2 P1D0

P1D0 P3D1 P2D1

P2D0 P1D1 P3D1

P1D2 P1D0 P1D2

P3D0 P3D2 P2D0

P3D1 P3D0 P3D2

P1D1 P2D1 P1D1

P2D2 P2D0 P3D0

Gambar 1. Tata letak petak perlakuan

Keterangan:

P1 : Pupuk kandang sapiP2 : Pupuk kandang ayam broilerP3 : Pupuk bio-slurry padatD0 : Dosis 0 ton/haD2 : Dosis 10 ton/haD3 : Dosis 20 ton/ha

25

3.4.2 Pemupukan

Pupuk organik diaplikasikan berdasarkan perlakuan jenis dan dosis yang

ditentukan. Pupuk organik diaplikasikan sebelum tanaman ditanam dengan cara

ditaburkan ke lahan pertanaman kemudian diaduk secara merata pada petak

perlakuan. Aplikasi pertama pupuk anorganik yaitu saat tanaman berumur 7 HST

urea 150 kg/ha, TSP 150 kg/ha dan KCL 100 kg/ha. Aplikasi kedua pupuk

anorganik saat tanaman berumur 42 HST yaitu hanya dengan urea 150 kg/ha.

3.4.3 Penanaman Jagung Manis

Jagung manis ditanam dengan jarak tanam 70 cm x 20 cm sehingga jumlah

populasi setiap petak perlakuan 24 tanaman. Setiap lubang tanam ditanam dua

benih jagung manis dan dipelihara satu tanaman jagung manis hingga panen.

Penanaman dengan cara ditugal, kedalaman lubang tanam 3 cm. Penentuan

sampel dilakukan secara acak. Tata letak penanaman jagung manis disajikan pada

Gambar 2.

26

X X X

X X X

X O X

O X X

X O O

O X X

X O X

X X X

Gambar 2. Tata letak penanaman jagung manis dengan jarak tanam70 cm x 20 cm per petak perlakuan

Keterangan :X : tanaman jagung manis non sampelO : tanaman jagung manis sampel

3.4.4 Penyulaman

Penyulaman yaitu penanaman kembali pada lubang tanam yang tanamannya tidak

tumbuh dan mati. Penyulaman tanaman dilakukan pada 1 MST.

3.4.5 Pemeliharaan

3.4.5.1 Penjarangan

Pada 1 MST jumlah populasi tanaman ditetapkan sebanyak 24 tanaman per petak

perlakuan dengan demikian setiap lubang tanam dipelihara satu tanaman dengan

memilih tanaman yang sehat dan memotong yang jelek atau kurang sehat.

T

10 cm

20 cm

35 cm 70 cm

U

U

27

3.4.5.2 Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan gulma dilakukan setelah pengambilan sampel gulma atau saat

tanaman berumur 3 MST dan 6 MST dengan dikoret. Sampel gulma diambil

dengan menggunting pada bagian pangkal batang gulma. dengan memotong

gulma pada bagian pangkal batang menggunakan gunting. Selain itu,

pembumbunan dilakukan saat tanaman berumur 3 MST dan 6 MST dengan

menggemburkan tanah di sekitar batang dan menimbun pangkal batang.

3.4.5.3 Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dikendalikan secara mekanis dengan diambil secara manual. Hama seperti

serangga dan nematoda dikendalikan saat penanaman menggunakan furadan

dengan dosis 0,5 gram/lubang tanam. Pengendalian penyakit bulai dilakukan

dengan memotong tanaman yang terkena penyakit secara manual.

3.4.6 Panen

Pemanenan dilakukan saat tanaman jagung manis berumur ± 75 hari setelah

tanam dengan ciri-ciri yaitu rambut jagung telah berwarna coklat kehitaman,

kering, dan lengket (tidak dapat diurai); ujung tongkol sudah terisi penuh; dan

apabila biji ditekan terdapat cairan seperti susu.

3.5 Variabel Pengamatan

Kegiatan pengamatan dilakukan pada beberapa variabel pengamatan, yaitu

pengamatan terhadap pertumbuhan gulma yang meliputi: kondisi gulma awal

28

sebelum penanaman dan bobot kering gulma total dan dominan (3 MST dan 6

MST); serta pengamatan terhadap tanaman jagung manis yang meliputi: tinggi

tanaman, bobot kering brangkasan, bobot kering akar, panjang tongkol, diameter

tongkol, bobot tongkol per petak, dan bobot tongkol per hektar, serta tingkat

kemanisan (brix) jagung manis.

3.5.1 Gulma

3.5.1.1 Kondisi Gulma Awal

Pengamatan kondisi gulma awal dilakukan pada tiga kelompok perlakuan,

kemudian dalam setiap kelompok diambil empat kuadran ukuran 0,5 m x 0,5 m

contoh gulma. Kondisi gulma awal diamati untuk mengetahui jenis-jenis gulma

yang tumbuh menguasai lahan perlakuan.

3.5.1.2 Bobot Kering Gulma Total dan Dominan

Pengambilan contoh gulma dilakukan pada dua petak contoh dengan

menggunakan kuadran ukuran 0,5 m x 0,5 m sebanyak dua titik pada 3 MST dan

6 MST dari setiap petak perlakuan. Letak petak contoh ditetapkan secara

sistematis seperti pada Gambar 3.

29

Gambar 3. Tata letak pengambilan contoh gulma.

Keterangan :1. Letak pengambilan contoh gulma pada 3 MST2. Letak pengambilan contoh gulma pada 6 MST

Contoh gulma yang diambil selanjutnya dipisahkan berdasarkan jenisnya

kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 80ºC selama 48 jam sampai

mencapai bobot kering konstan. Contoh gulma tersebut kemudian ditimbang

untuk mengetahui bobot kering gulma total dan dominan.

Untuk mendapatkan jenis gulma dominan perlu dihitung nilai SDR masing-

masing gulma. Nilai SDR tersebut akan menggambarkan dominansi gulma

terhadap lahan pada petak perlakuan dengan menggunakan rumus :

a. Dominansi Mutlak (DM)

Bobot kering jenis gulma tertentu dalam petak contoh.

2

2

1

1

2 m

2 m

30

b. Dominansi Nisbi (DN)

Dominansi Nisbi =DM satu spesies

DM semua spesiesx 100%

c. Frekuensi Mutlak (FM)

Jumlah kemunculan gulma tertentu pada setiap ulangan.

d. Frekuensi Nisbi (FN)

Frekuensi Nisbi (FN) =FM jenis gulma tertentu

Total FM semua jenis gulmax 100%

e. Nilai Penting (NP)

Jumlah nilai semua peubah nisbi yang digunakan (DN + FN)

f. Summed Dominance Ratio (SDR)

SDR =Nilai Penting

Jumlah peubah nisbi

3.5.2 Tanaman Jagung Manis

3.5.2.1 Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada 3 dan 6 MST, dengan cara

mengukur tinggi tanaman dari pangkal batang (permukaan tanah) hingga ujung

daun terpanjang. Pengukuran dilakukan dalam satuan senti meter (cm) dengan 6

sampel tanaman per petak.

3.5.2.2 Bobot Kering Brangkasan

Bobot Kering Brangkasan diperoleh dengan menimbang brangkasan jagung manis

dalam satuan gram (g) yang telah dioven pada suhu 80ºC selama 48 jam. Sampel

31

tanaman jagung manis diambil setelah panen sebanyak 3 tanaman dari 6 sampel

per petak.

3.5.2.3 Bobot Kering Akar

Bobot Kering Akar diperoleh dengan menimbang akar jagung manis dalam satuan

gram (g) yang telah dioven pada suhu 80ºC selama 48 jam. Sampel tanaman

jagung manis diambil setelah panen sebanyak 3 tanaman dari 6 sampel per petak.

3.5.2.4 Panjang Tongkol

Pengukuran panjang tongkol dilakukan setelah tongkol dipanen dengan mengukur

tongkol jagung dari pangkal hingga ujung tongkol jagung dengan menggunakan

penggaris. Pengukuran dilakukan dalam satuan senti meter (cm) pada setiap

tongkol dari 6 sampel pada setiap petak perlakuan.

3.5.2.5 Diameter Tongkol

Pengukuran diameter tongkol dilakukan setelah tongkol dipanen dengan

menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan dalam satuan senti meter

(cm) dimulai pada bagian ujung, tengah, dan pangkal tongkol jagung pada 6

sampel dalam setiap petak perlakuan.

3.5.2.6 Bobot Tongkol per Petak

Bobot tongkol per petak didapatkan dari penimbangan tongkol jagung manis baik

sampel maupun non sampel dalam satu petak perlakuan. Penimbangan ini

32

dilakukan setelah tongkol jagung manis dipanen dan dibersihkan dari klobotnya.

Pengukuran dilakukan dalam satuan kilogram (kg).

3.5.2.7 Bobot Tongkol per Hektar

Bobot tongkol per hektar didapatkan dari konversi penimbangan seluruh tongkol

jagung manis baik sampel maupun non sampel dari setiap petak perlakuan.

Penimbangan ini dilakukan setelah tongkol jagung manis dipanen dan dibersihkan

dari klobotnya. Pengukuran dilakukan dalam satuan ton.

3.5.2.8 Tingkat Kemanisan (Brix) Jagung Manis

Tingkat kemanisan pada jagung manis diukur dengan menggunakan hand

refractometer. Tingkat kemanisan diukur pada setiap tongkol dalam 3 tanaman

sampel yang telah dipanen dari petak perlakuan.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Perlakuan jenis pupuk kandang ayam broiler berpengaruh terhadap bobot kering

gulma total 3 MST dan dapat meningkatkan hasil dan pertumbuhan jagung manis

pada variabel tinggi tanaman 3 MST, diameter tongkol, bobot kering akar dan

bobot tongkol dibandingkan jenis pupuk lainnya.

2. Perlakuan dosis pupuk 10 ton/ha berpengaruh terhadap bobot kering gulma total 3

MST dan dapat meningkatkan hasil dan pertumbuhan jagung manis pada variabel

tinggi tanaman 3 MST, diameter tongkol, bobot kering brangkasan dan bobot

tongkol.

3. Jenis pupuk tidak tergantung pada dosis yang diberikan dalam mempengaruhi

pertumbuhan gulma, tanaman dan hasil jagung manis.

55

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan jenis pupuk kandang ayam yang

berbeda dengan dosis yang berbeda untuk mengetahui sampai pada dosis berapa

pupuk kandang ayam mampu meningkatkan hasil jagung manis varietas Bonanza F1.

DAFTAR PUSTAKA

Antralina, M. 2012. Karakteristik gulma dan komponen hasil tanaman padi sawah(Oryza sativa L.) system sri pada waktu keberadaan gulma yang berbeda.Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah. Vol 3(2). Hlm 9-17.

Bara, A., dan Chozin, M. A. 2009. Pengaruh dosis pupuk kandang dan frekuensipemberian pupuk urea terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (Zea MaysL.) di lahan kering. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Besari, D. K. 2015. Uji keefektifan pupuk Bio-slurry cair dan kombinasinyadengan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacangtanah (Arachis hypogea L.). Skripsi. Fakultas Pertanian, UniversitasLampung. Bandar Lampung. 11-17 hlm.

Buntoro, B.H., Rogomulyono, R., dan Trisnowati, S. 2014. Pengaruh takaranpupuk kandang dan intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan hasil temuputih (Curcuma zedoaria L.) . Jurnal Vegatalikan. Vol 3(4). Hlm 29-39.

Dinariani., Heddy, Y.B.S., dan Guritno, B. 2014. Kajian penambahan pupukkandang kambing dan kerapatan tanaman yang berbeda pada pertumbuhandan hasil tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt). JurnalProduksi Tanaman. Vol 2(2). Hlm 128-139.

Fanadzo, M., Chiduza C., dan Mnkeni P. N. S. 2010. Effect of inter-row spacingand plant population on weed dynamics and maize (Zea mays L.) yield atzanyokwe irrigation scheme, Eastern Cape, South Africa. African Journal ofAgricultural Research. Vol 5(7). Hlm 518-523.

Hartatik, W. dan Widowati L. R. 2006. Pupuk Kandang. Balai Besar Penelitiandan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. 24 hlm.

Kartikawati, Lestari, D., Titin, S., dan Husni, T. S. 2009. Pengaruh aplikasipupuk kandang dan tanaman sela (Crotalaria Juncea L.) pada gulmadan pertanaman jagung (Zea Mays L.). Fakultas Pertanian UB. Malang.

56

Kementrian Pertanian. 2011. Deskripsi Jagung Manis Varietas Bonanza.https://perundangan.pertanian.go.id/admin/file/SR-120-5-09.pdf. Diaksespada 23 Mei 2018.

Kusuma, M. A. 2016. Efektiifitas pemberian dosis pupuk kotoran ternak ayamterhadap produksi rumput Brachiaria humidicola pada pemotongan Pertamadan kedua. Jurnal Ilmu Hewani Tropika. Vol 5(1). Hlm 1-6.

Lee, C. 2007. Corn growth and development. www.uky.edu.ag/graincrops. Vol.5(1). Hlm 1-6. Diakses pada 7 Juli 2018.

Lingga, P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.Jakarta. 163 hlm.

Mahdiannoor, N. Istiqomah, dan Syarifuddin. 2016. Aplikasi pupuk organik cairterhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Jurnal Ziraa’ah Vol41(1). Hlm 1-10.

Maruapey, A. 2011. Pengaruh jarak tanam dan jenis pupuk kandang tehadappertumbuhan gulma dan hasil jagung manis. Seminar Nasional Serealia.Vol. 2(1). Hlm 123 – 129.

Mayadewi, .N.A. 2007. Pengaruh jenis pupuk kandang dan jarak tanam terhadappertumbuhan gulma dan hasil jagung manis. Jurnal Agritrop. Vol 26 (4).Hlm 153–159.

McWilliams, D.A., Berglund, D.R., dan Enders, G.J. 1999. Crown growth andmanagement quicq guide. North Dakota Journal of Agricultural Research.Vol 5(7). Hlm 235-241.

Mohammadi, G.R., Ghobadi, M. E., dan Sheikheh, P. S. 2012. Phosphatebiofertilizer, row spacing, and plant density effect on corn (Zea mays l.)Yield and weed growth. American Journal Of Plant Sciences. Vol 3(1).Hlm 425 – 429.

Ningsih, N.D., Marlina, N., dan Hawayanti, E. 2015. Pengaruh jenis pupukorganik terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas jagung manis(Zea mays saccharata Sturt. Jurnal Agritrop. Vol 2(1). Hlm 93-100.

Pranata, S. A. 2010. Meningkat Hasil Panen Dengan Pupuk Organik. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 46 hlm.

Prasetyo, B.H., dan Suriadikarta D.A. 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologipengolahan tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering diIndonesia. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 25 (2). Hlm 39 – 46.

Prasetyo, W., Mudji, S., dan Wardiyati T. 2013. Pengaruh beberapa macamkombinasi pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil

57

tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Strurt). Jurnal ProduksiTanaman. Vol 1(3). Hlm 79 – 86.

Purwono, dan Hartono, R. 2011. Bertanam Jagung Unggul. PenebarSwadaya. Jakarta. 68 hlm.

Santoso, B., Haryanti, F., dan Kadarsih, S. A. 2004. Pengaruh pemberian pupukkandang ayam terhadap pertumbuhan dan produksi serat tiga klon rami dilahan aluvial Malang. Jurnal Pupuk. Vol 5(2). Hlm 14-18.

Sembodo, D.R.J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta.166 hlm.

Shahzad, K., Khan, A., Smith, J.U., Saeed, M., Khan, S. A., dan Khan, S.M.2015. Residual effect of different tillage system, bioslurry, and poultrymanure on soil properties and subsequent wheat productivity under humidsubtropical conditions of Pakistan. International Journal of Biosciences.Vol 6(11). Hlm 99-108.

Simanungkalit, R. D. M., Suriadikarta, D.A., Saraswati, R., Setyorini, D., danHartatik, W. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai BesarPenelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. 45 hlm.

Sondakh, T.D., Joroh, D.N., Tulungen, A.G., Sumampow, D.M.F., Kapugu L.B.,dan Mamarimbing, R. 2012. Hasil kacang tanah (Arachys hypogea L.) padabeberapa jenis pupuk organik. Jurnal Eugenia. Vol 18(1). Hlm 64-72.

Soro, D., Ayolie K., Bizro, F.G., Yeboua, F.Y., Kouadio, H.K., Bakayoko, S.,Pascal, T.A., dan Yatty, J. 2015. Impact of organic fertilization on maize(zea mays L.) production in a ferralitic soil of centre. Journal ofExperimental Biology and Agricultural Sciences. Vol 3(6). Hlm 315-325.

Subekti, N.A., Syafruddin., Efendi, R., dan Sunarti S. 2008. Morfologi Tanamandan Fase Pertumbuhan. Balai Penelitian Tanaman Serelia. Maros. 76 hlm.

Suwahyono, U. 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik SecaraEfektif dan Efisien. Penebar Swadaya. Depok. 124 hlm.

Syukur dan A. Rifianto. 2014. Jagung Manis. Penerbar Swadaya. Jakarta. 123hlm.

Tim Biogas Rumah (BIRU). 2013. Pedoman dan Pengawas Pengelolaan danPemanfaatan Bio-slurry. Yayasan Rumah Energi (YRE). Jakarta. 38 hlm.

Wiskandar, 2002. Pemanfaatan pupuk kandang untuk memperbaiki sifatfisik tanah dilahan kritis yang telah diteras. Jurnal Agritrop. Vol 2(4). Hlm112-118.