pengaruh investasi, upah minimum regional, dan pertumbuhan …
TRANSCRIPT
PENGARUH INVESTASI, UPAH MINIMUM REGIONAL,
DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP
PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN DAN
KOTA DI PROVINSI BANTEN 2010-2014
SKRIPSI
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi (SE) Pada Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Oleh :
Adil Prabowo A.P.
NIM. 5553111823
JURUSAN ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG-BANTEN
2018
ii
iii
iv
MOTTO
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit
kembali setiap kali kita jatuh.
Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan, dan
saya percaya pada diri saya sendiri.
Jika orang lain bisa, maka aku juga termasuk bisa, belajar dari kegagalan adalah
hal yang bijak.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku, adikku, keluarga besar,
teman dan sahabatku. Terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.
v
ABSTRACT
Investment increases both from within and outside the country can be a
mainstay in an effort to increase economic growth in a region and income per
capita of the population which has an impact on the increase in the number of
active workforce. The problem of economic growth is a very important problem
because it becomes the benchmark of the income and welfare section depending
on whether an economy grows or not. The aim to be achieved in this study is to
analyze the relationship of FDI and domestic investment, minimum wages, and
economic growth to the absorption of labor in regencies / cities in Banten
Province. The study uses panel data analysis. The data used in the study is data
from 2010 to 2014. The results showed that the partial variable of minimum
wages has a significant effect on employment, but does not apply to investment
and economic growth that have no significant effect on employment in Banten
Province
Keywords: Investment, Domestic Investment, Foreign Direct Investment (FDI),
Manpower, Labor, Economic Growth, Minimum Wage
vi
ABSTRAK
Peningkatan Investasi baik dari dalam maupun luar negeri dapat menjadi
andalan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah serta
pendapatan perkapita penduduk yang berdampak pada peningkatan jumlah tenaga
kerja aktif. Masalah pertumbuhan ekonomi merupakan masalah yang sangat
penting karena menjadi patokan dari bagian pendapatan dan kesejahteraan
tergantung dari tumbuh atau tidaknya suatu perekonomian. Tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan investasi PMA
dan PMDN, upah minimum, serta pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan
tenaga kerja di Kabupaten/Kota di Provinsi Banten. Penelitian menggunakan
analisis data panel. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data dari tahun
2010 sampai 2014. Hasil penelitian menunjukan bahwa variable parsial upah
minimum memiliki pengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, namun
tidak berlaku pada investasi dan pertumbuhan ekonomi yang tidak berpengaruh
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Banten.
Kata kunci: Investasi, Investasi Dalam Negeri, Investasi Asing Langsung
(FDI), Tenaga Kerja, Tenaga Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, Upah
Minimum
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
kemudahan dan petunjuk-Nya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Investasi, Upah Minimum, dan Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten dan Kota
Provinsi Banten 2010-2014”. Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk
memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di
Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
dapat membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan usulan penelitian ini.
Disamping itu, dalam penyusunan usulan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak yang tulus memberikan do’a, saran, kritik dan bimbingan sehingga
usulan penelitian ini dapat diselesaikan. Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-
tingginya disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan usulan penelitian ini. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih
tersebut disampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M. Pd, selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Dr. H. Fauji Sanusi, Drs., MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
viii
3. Samsul Arifin, SE., M.SE, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dan
juga sebagai Dosen Pembimbing Akademik.
4. Dr. Indra Suhendra, SE., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Utama yang
ditengah kesibukannya dengan sabar dalam membimbing serta
memberikan motivasi, masukan dan koreksi sehingga penulisan usulan
penelitian skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Saharuddin Didu, S.TP., ME selaku Dosen Pembimbing Pendamping,
yang juga selalu meluangkan waktu ditengah kesibukannya dengan sabar
memberikan motivasi, arahan, masukan dan koreksi yang membangun.
6. Kepada Kedua Orang Tua, Alm. Drs. Tunggul Prabowo, M.Si dan Hj.
Kamiseti terimakasih atas doa dan dukungan baik moral maupun materi
yang selama ini selalu mengiringi dan memotivasi usaha dan perjuangan
saya hingga memperoleh suatu keberhasilan.
7. Terimakasih teruntuk sahabat pendamping terbaik ku Dewi Rahmah, SE.
Yang selama ini tanpa pernah lelah untuk selalu berusaha dan berjuang
dalam membimbing, memotivasi, dan mengajarkan banyak hal baik dalam
hidup. Semoga skripsi ini menjadi sebuah bukti akan segala usaha tak
pernah lelah yang saya dapatkan demi masa depan yang lebih baik.
8. Terimakasih kepada teman-teman yang selama ini selalu menemani dan
saling menyemangati, memberikan apresiasi, memberikan motivasi tanpa
pernah lelah untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini, Dimas Khalindra,
Dwiky Lesmana, Opa Danu Wijaya, Wiko Apryanto, Intan Pratiwi Razak,
ix
Gesti Resti Fitri, Lidia Carlinamarta, Nur Hidayat, Imam Fachri, Ika Nur
Pertiwi dan Yosua.
9. Dan juga rasa terimakasih kepada teman-teman semasa sekolah yang
sampai saat ini masih tetap memberikan dukungan moral serta materi
untuk mendorong proses penyelesaian skripsi ini teruntuk Cakra Saputra
Rivai, Mochamad Fahmi Ilhamullah, Muhammad Alif Fachrurrozi,
Muhammad Fahmi dan Adhi Setyo Anggoro.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan demi perbaikan-perbaikan kedepan. Amin YaaRabbal ‘Alamiin.
Pada akhirnya penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca sekalian
Serang, Juli 2018
Penulis
Adil Prabowo Aristyo P.
NIM 5553111823
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGHANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 13
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 13
1.4. Kegunaan Penelitian ................................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyerapan Tenaga Kerja ............................................................ 15
2.1.1 Pasar Tenaga Kerja ............................................................ 16
2.1.2 Permintaan Dan Penawaran Tenaga Kerja ......................... 17
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja .... 19
2.1.4 Teori Penyerapan Tenaga Kerja ......................................... 21
2.1.4.1 Teori Klasik Adam Smith, Specialization and
division of labor ................................................... 21
2.2 Investasi ....................................................................................... 21
2.2.1 Jenis-Jenis Investasi ........................................................... 23
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi ................... 24
2.2.3 Teori Investasi .................................................................... 26
xi
2.2.3.1 Teori Keynes dalam The General Theory of
employment, interest and money ....................... 26
2.2.3.2 Teori Non-Klasik oleh Solow .............................. 26
2.3 Upah Minimum ........................................................................... 27
2.3.1 Teori Upah ......................................................................... 30
2.3.1.1 Teori Upah Wajar (Alami) dari David Ricardo ... 30
2.3.1.2 Malthus ................................................................ 30
2.4 Pertumbuhan Ekonomi ................................................................ 31
2.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi ............................................................................. 32
2.4.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi ............................................. 34
2.4.2.1 Teori Pertumbuhan Klasik ................................... 34
2.4.2.2 Teori Neo - Klasik ............................................... 35
2.4.2.3 Teori Basis Ekonomi ........................................... 35
2.4.2.4 Teori Ekonomi Regional ...................................... 36
2.5 Studi Empiris ............................................................................... 37
2.6 Kerangka Pemikiran .................................................................... 46
2.6.1 Hubungan Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja . 46
2.6.2 Hubungan Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ....... 47
2.6.3 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja ...................................................................... 47
2.7 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 48
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 49
3.2 Objek Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ........................ 49
3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 50
3.4 Operasional Variabel Penelitian .................................................. 50
3.5 Metode Analisis Data .................................................................. 53
3.6 Metode Pemilihan Model ............................................................ 55
3.7 Pengujian Asumsi Klasik ............................................................ 57
3.7.1 Uji Normalitas .................................................................... 57
3.7.2 Uji Multikolinearitas .......................................................... 58
3.7.3 Uji Heteroskedastisitas ....................................................... 59
3.7.4 Uji Autokoreksi .................................................................. 60
3.8 Uji Hipotesis Statistik .................................................................. 61
3.8.1 Uji Statistik t (Uji Parsial) .................................................. 62
3.8.2 Uji Statistik F (Uji Simultan) ............................................. 63
3.8.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ......................................... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................ 66
4.1.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi
Banten ................................................................................ 66
4.1.2 Perkembangan Investasi di Provinsi Banten ...................... 68
4.1.3 Perkembangan Upah Minimuim Regional di Provinsi
Banten ................................................................................ 69
xiii
4.1.4 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Banten............................................................................... . 70
4.2 Analisis Model Penelitian ........................................................... 72
4.2.1 Hasil Analisis Model .......................................................... 72
4.3 Uji Normalitas ............................................................................. 76
4.4 Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 77
4.4.1 Uji Autokorelasi ................................................................. 78
4.4.2 Uji Heterodisitas ............................................................... 79
4.4.3 Uji Multikolinearitas .......................................................... 79
4.5 Hasil Analisis Hipotesis Statistik ................................................ 80
4.5.1 Uji Parsial (Uji t) ................................................................ 80
4.5.2 Uji Simultan (Uji f) ........................................................... 84
4.5.3 Uji Koefisien Determinasi ................................................. 85
4.6 Pembahasan ................................................................................. 86
4.6.1 Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ................... 87
4.6.2 Upah Minimum Regional Terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja ............................................................................. 89
4.6.3 Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja ............................................................................. 90
4.6.4 Hasil Uji Simultan dan Koefisien Regresi ......................... 91
xiv
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .................................................................................. 93
5.2. Saran ............................................................................................ 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Tabel
1.1 Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Banten 2010 – 2014 .............................. 2
1.2 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Banten 2010 – 2014 .............. 4
1.3 Jumlah Proyek Investasi Provinsi Banten 2010 – 2014 ........................... 6
1.4 Upah Minimum Regional Provinsi Banten 2010 –2014 ........................... 8
1.5 Nilai Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten 2010 – 2014 ...................... 10
2.1 Ringkasan Studi Empiris .......................................................................... 42
3.1 Operasional Variable Penelitian ............................................................... 52
4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Banten 2010 – 2014 .. 67
4.2 Perkembangan Investasi Provinsi Banten 2010 – 2014 ............................. 68
4.3 Perkembangan Upah Minimum Regional Provinsi Banten 2010 – 2014 .. 70
4.4 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten ........................... 71
4.5 Hasil Uji Chow .......................................................................................... 73
4.6 Hasil Hausman Test ................................................................................... 74
4.7 Hasil Regresi Random Effect .................................................................... 75
4.8 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................................... 78
4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ..................................................................... 79
4.10 Hasil Uji Multikolinearilitas ...................................................................... 80
4.11 Hasil Uji t- Statistik ................................................................................... 81
4.12 Hasil Uji F- Statistik .................................................................................. 85
4.13 Hasil Uji Individu ...................................................................................... 86
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Gambar
1.1 Kurva Permintaan dan Penawaran ...................................................... 18
2.2 Paradigma Penelitian .......................................................................... 46
4.1 Uji Normalitas .................................................................................... 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah ketenaga kerjaan merupakan hal penting dalam pembangunan
nasional maupun daerah. Pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total
suatu masyarakat atau penyesuaian sistem secara keseluruhan, tanpa mengabaikan
keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-
kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu
kondisi kehidupan yang lebih baik secara material dan spiritual (Todaro, 2000:19-
20). (Menurut Mulyadi 2003:55) bahwa jumlah penduduk yang makin besar telah
membawa akibat jumlah angkatan kerja yang makin besar pula.
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam kehidupan
manusia karena mencakup dimensi sosial dan ekonomi. Salah satu tujuan penting
dalam pembangunan ekonomi adalah penyediaan lapangan pekerjaan yang cukup
untuk mengejar pertumbuhan angkatan kerja, yang pertumbuhannya lebih cepat
dari pertumbuhan penyerapan kerja. Masalah ketenagakerjaan bukan hanya
sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas
namun jauh lebih serius dengan penyebab yang berbeda-beda. Seiring dengan
berubahnya lingkungan makro ekonomi mayoritas negara-negara berkembang,
angka pengangguran yang meningkat pesar terutama disebabkan oleh terbatasnya
permintaan tenaga kerja, meningkatnya masalah utang luar negeri dan kebijakan
lainnya yang pada gilirannya telah mengakibatkan kemerosotan pertumbuhan
2
industri, tingkat upah, dan akhirnya penyediaan lapangan kerja (Todaro,
2000:307).
Tabel 1.1
Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Banten (Jiwa) Kabupaten/
Kota
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
Kab Serang 687.885 657.679 669.029 589.320 622.428
Kab. Tangerang 1.441.078 1.416.780 1.328.081 1.455.935 1.467.353
Kota Serang 290.832 274.594 263.206 265.523 273.412
Kota Cilegon 188.526 185.874 180.030 170.476 185.307
Kota Tangerang 988.630 945.334 916.226 986.487 1.001.174
Kota Tangerang
Selatan
610.210 667.098 638.659 650.259 705.321
Provinsi Banten 5.309.462 5.210.224 5.125.057 5.146.305 5.338.045
Sumber : BPS Provinsi Banten 2011-2015, Banten Dalam Angka.
Perluasan penyerapan tenaga kerja diperlukan untuk mengimbangi laju
pertumbuhan penduduk usia muda yang masuk kepasar tenaga kerja.
Ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan lapangan
kerja akan menyebabkan tingginya angka pengangguran, angkatan kerja terbanyak
terdapat di Kabupaten Tangerang pada tahun 2014 yaitu dengan jumlah 1.467.353
jiwa, sedangkan Kota Cilegon dan Kota Serang menjadi kota dengan angkatan
kerja terendah dengan masing masing Kota Cilegon 185.307 jiwa pada tahun 2013
dan Kota Serang 263.206 jiwa pada tahun 2012. Kemudian, meningkatnya angkat
pengangguran akan mengakibatkan pemborosan sumber daya dan potensi
angkatan kerja yang ada, meningkatnya beban masyarakat, merupakan sumber
utama kemiskinan dan mendorong terjadinya peningkatan keresahan sosial, serta
menghambat pembangunan ekonomi dalam jangka panjang (Depnakertrans,
2004). Pengangguran merupakan masalah terbesar bagi suatu negara karena
pengangguran menyebabkan pendapatan dan produktivitas masyarakat rendah
yang pada akhirnya akan menimbulkan kemiskinan dan masalah sosial lainnya,
3
negara berkembang seringkali dihadapkan pada besarnya angka pengangguran
karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah usia kerja.
Agar dapat tercapai keadaan yang seimbang maka seharusnya semua
angkatan kerja dapat tertampung dalam suatu kondisi lapangan kerja yang sesuai
dan cocok dengan keterampilan dan keinginan mereka. Pernyataan ini akan
membawa konsekuensi bahwa perekonomian harus selalu menyediakan lapangan-
lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja baru. Dengan demikian pembangunan
ekonomi sangat diperlukan untuk memperkecil tingkat pengangguran, dengan
terciptanya pembangunan ekonomi dengan sendirinya akan dapat memperluas
lapangan pekerjaan, yang dapat dimanfaatkan oleh angkatan kerja yang tersedia di
Provinsi Banten untuk di serap sebagai tenaga kerja penuh. Pembangunan
ekonomi merupakan serangkaian kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat, memperluas penyerapan kerja dan pemerataan
pendapatan, pembangunan ekonomi maupun pembangunan pada bidang-bidang
lainnya selalu melibatkan sumber daya manusia sebagai salah satu pelaku
pembangunan, oleh karena itu jumlah penduduk di dalam suatu negara adalah
unsur utama dalam pembangunan. Pemanfaatan sumber daya manusia yang ada
pada sektor industri merupakan kunci keberhasilan pencapaian tujuan pada sektor
industri tersebut, berhasil atau tidaknya suatu organisasi kerja dalam mencapai
tujuan akan tergantung pada unsur manusianya (Kuncoro, 2007:24).
4
Tabel 1.2
Angka Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Banten 2010-2014 (Jiwa) Kabupaten/Kota Tahun Jumlah
2010 2011 2012 2013 2014
Kab. Serang 44.481 49.601 62.989 67.161 74.302 298.534
Kab Tangerang 31.183 35.835 41.341 47.406 46.271 202.306
Kota Serang 19.594 22.139 26.361 30.282 32.225 130.601
Kota cilegon 213.202 233.194 256.214 268.720 282.206 1.253.536
Kota Tangerang 283.829 366.723 403.553 450.503 563.970 2.068.578
Kota Tangerang
Selatan
120.273 126.892 142.127 158.141 198.916 746.349
Jumlah (Prov)
Dan
pertumbuhan %
1.164.551 1.582.672 1.736.420 1.901.148 2.127.456 8.512.247
- 26,42% 8,85% 8,66% 10,64% -
Jumlah
Angkatan Kerja
5.309.462 5.210.224 5.125.057 5.146.305 5.338.045
Yang Terserap 22% 30,2% 33,4% 36,9% 39,8%
Sumber : BPS Provinsi Banten 2011-2015, Banten Dalam Angka.
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat disimpulkan penyerapan tenaga kerja di
Provinsi Banten Tahun 2010-2014 mengalami pergerakan yang signifikan dari
tahun ke tahun disetiap kabupatennya, peningkatan terbesar terjadi pada tahun
2012 dimana peningkatan mencapai angka 26,42 % dari jumlah total tenaga kerja
terserap di tahun sebelum nya, sedangkan jumlah peningkatan yang paling rendah
terjadi pada tahun 2013, dimana tenaga kerja yang terserap hanya lebih banyak
8,66% dari tahun sebelumnya. Dapat dilihat pada Kabupaten Serang, Kabupaten
Tangerang, Kota Serang, Kota Cilegon, Kota Tangerang dan Kota Tangerang
Selatan selalu mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja yang signifikan
disetiap tahunnya. Tenaga kerja yang terserap dengan jumlah paling rendah
berada di Kota Serang sebesar 130.601 dan jumlah tenaga kerja terserap yang
paling tinggi berada di Kota Tangerang, yaitu sebesar 2.008.578 jiwa selama
periode 2010-2014. Sementara total penyerapan tenaga kerja dari angkatan kerja
yang ada, tiap tahunnya mengalami peningkatan, puncak nya pada 2014 jumlah
5
angkatan kerja yang terserap mencapai hampir 40 % yaitu dengan nilai 39,8 %
dari tahun sebelumnya, hal ini tidak lepas dari bertambahnya investasi melalui
pihak pemerintah maupun pihak asing.
Salah satu faktor yang dapat menyerap tenaga kerja yaitu melalui investasi
yang dilakukan oleh pelaku ekonomi selaku pemilik modal untuk menciptakan
lapangan usaha baru dengan membangun industri di Provinsi Banten, penyerapan
kerja timbul karena adanya investasi dan usaha untuk memperluas penyerapan
kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan ekonomi, laju pertumbuhan penduduk dan
angkatan kerja. Dalam pelaksanaanya industri pengolahan membutuhkan modal
yang banyak, salah satu sumber modal industri dengan investasi baik berupa
investasi asing (PMA) dan investasi domestik (PMDN). Investasi merupakan
suatu langkah awal dalam kegiatan produksi dimana investasi berperan dalam
menyerap tenaga kerja yang berada dipasar tenaga kerja dan diharapkan dapat
meningkatkan produksi. Investasi memiliki peran penting karena dapat
meningkatkan nilai produksi dengan cara peningkatan nilai produksi yang
dihasilkan oleh perusahaan industri pengolahan. Sektor industri diyakini sebagai
sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian
menuju kemajuan.
6
Tabel 1.3
Realisasi Investasi Provinsi Banten 2010-2014 (Jumlah Proyek) Kabupaten/
Kota
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
Kab. Serang 12 4 11 117 162
Kab Tangerang 40 34 36 286 449
Kota Serang 0 0 0 9 6
Kota Cilegon 5 4 4 95 165
Kota Tangerang 15 19 22 125 197
Kota Tangerang
Selatan
4 9 17 39 78
Jumlah 76 70 90 571 1057
Sumber : BPS Provinsi Banten 2011-2015, Banten Dalam Angka.
Pada tabel 1.3 dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 sampai 2012, investasi
yang masuk di 6 Kota/Kabupaten Provinsi Banten masih sangat kecil, setelah itu
pada tahun 2013 Provinsi Banten mengalami peningkatan total Investasi masuk
baik PMA maupun PMDN, hal ini tidak lepas dari tingginya keinginan
pemerintah dalam mendorong para investor baik dalam maupun luar dengan
meningkatkan produksi, agar dapat membuka lapangan kerja baru bagi angkatan
kerja yang tersedia. Provinsi Banten mengalami pasang surut dalam kurun waktu
5 tahun, yang tertinggi yaitu pada tahun 2014 dengan jumlah total sebanyak 1057
investasi, dan Kabupaten Tangerang menjadi tujuan paling utama para investor
dengan jumlah 449 investasi.
Selain investasi, penyerapan tenaga kerja juga sangat dipengaruhi oleh
tingkat upah, selama ini masalah upah sering timbul karena adanya perbedaan
pengertian dan kepentingan mengenai upah antara pengusaha dan pekerja.
Sehingga dalam hal ini diperlukan kebijakan pemerintah untuk mengatasi
perbedaan kepentingan tersebut. Adanya peningkatan pendapatan masyarakat
akan mendorong perusahaan untuk mengembangkan produksi barang dan jasa.
7
Upah merupakan suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha
kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan
dan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar
persetujuan atau peraturan perundang-undangan serta dibayarkan atas dasar suatu
perjanjian kerja antara pengusaha dengan karyawan termasuk tunjangan, baik
untuk karyawan itu sendiri maupun keluarganya, berdasarkan PP No.8/1981.
Upah minimum adalah upah yang ditetapkan secara minimum regional, sektoral
regional maupun sub sektoral yang meliputi upah pokok dan tunjangan.
Perusahaan atau penyedia lapangan kerja adalah pihak yang meminta jasa tenaga
kerja yang akan di kombinasukan dengan faktor produksi lainnya dalam upaya
menghasilkan output.
Sedangkan angkatan kerja adalah pihak yang menawarkan jasa keahlian
dan kemampuan pada sektor riil maupun sektor lainnya, seperti pertanian, indsutri
manufaktur, maupun jasa. Kebijakan upah minimum merupakan sistem
pengupahan yang telah banyak diterapkan di berbagai negara di dunia, yang pada
dasarnya bisa dilihat dari dua sisi, sisi pertama yaitu upah minimum merupakan
alat proteksi bagi pekerja untuk mempertahankan tingkat pendapatan agar nilai
upah yang diterima tidak menurun dan tidak akan mempengaruhi daya beli
masyarakat. Sisi kedua sebagai alat proteksi bagi perusahaan untuk
mempertahankan produktivitas pekerja (Gianie 2009:1). Upah berhubungan
dengan produktivitas serta penyerapan tenaga kerja, karena memiliki keterkaitan
yang sangat erat. Apabila kualitas sumber daya manusia ditingkatkan melalui
pendidikan dan pelatihan sehingga mempunyai keterampilan yang tinggi, maka
upah yang akan diterima juga meningkat. Demikian pula jika upah yang diterima
8
tenaga kerja sudah memadai maka produkivitas tenaga kerja juga meningkat,
sehingga penyerapan tenaga kerja juga akan meningkat. Sebaliknya apabila
produktivitas kerja rendah maka imbalan dalam bentuk upah juga rendah sehingga
dapat menurunkan penyerapan tenaga kerja.(Sukirno, 2006:200).
Tabel 1.4
UMR Provinsi Banten Provinsi Banten 2010-2014 (Rupiah) Kabupaten/
Kota
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
Kab. Serang 1.101.000 1.296.000 1.320.500 2.080.000 2.340.000
Kab
Tangerang
1.117.245 1.285.000 1.527.000 2.200.000 2.442.000
Kota Serang 1.050.000 1.156.000 1.231.000 1.798.446 2.116.000
Kota Cilegon 1.174.000 1.224.000 1.347.000 2.200.000 2.443.000
Kota
Tangerang
1.118.009 1.290.000 1.527.000 2.203.000 2.444.301
Kota
Tangerang
Selatan
1.125.000 1.245.800 1.381.000 2.200.000 2.442.000
Provinsi
Banten
955.300 1.000.000 1.040.000 1.170.000 1.325.000
Sumber : BPS Provinsi Banten 2011-2015, Banten Dalam Angka.
Pada tabel 1.4 dapat dilihat upah minimum tertinggi berada di Kota
Tangerang, diikuti Kota Cilegon, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten
Tangerang dengan jumlah UMR yang tidak jauh berbeda, hal ini juga dapat
dipahami dengan tingginya jumlah industri yang ada di Kota Tangerang dan
Kabupaten Tangerang sebagai penyedia lapangan kerja. Penyerapan tenaga kerja
juga tidak lepas dari peranan pemerintah sebagai penyusun kebijaksanaan untuk
mendukung investasi yang baik, standar pendapatan untuk kesejahteraan tenaga
kerja dan strategi-strategi yang dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dan stabil.
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam
9
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Jadi
pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu
perekonomian. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara
untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang
meningkat ini disebabkan oleh peningkatan faktor-faktor produksi baik dalam
jumlah dan kualitasnya.
Tabel 1.5
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten 2010-2014 (%) Kabupaten/ Tahun
Kota 2010 2011 2012 2013 2014
Kab. Serang 4,15 5,67 5,22 6,33 6,71
Kab. Tangerang 6,71 7,35 5,80 6,89 6,12
Kota Serang 7,63 7,94 7,19 7,42 7,73
Kota Cilegon 5,26 6,53 7,70 6,81 5,32
Kota Tangerang 6,68 7,35 6,42 6,73 6,17
Kota Tangerang
Selatan
8,70 8,52 8,24 8,86 8,99
Provinsi Banten 6,08 6,43 5,45 6,91 6,48
Sumber : BPS Provinsi Banten 2011-2015, Banten Dalam Angka.
Pada kenyataannya, tingginya investasi dan pertumbuhan industri, didasari oleh
meningkatnya pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah, apabila suatu wilayah
mengalami pertumbuhan ekonomi secara konstan, investor asing akan tertarik
untuk berinvestasi membangun perusahaan di wilayah tersebut, baik industri padat
modal maupun padat karya. Seperti pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi di kota Tangerang Selatan pada tahun
2014 sebesar 8.99%, Tangerang Selatan menjadi wilayah yang paling stabil
diantara kota/kabupaten lainnya, yaitu dengan rata rata pertumbuhan ekonomi
lebih dari 8%. Sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah terjadi di wilayah
Kabupaten Serang dan Kabupaten Lebak yang pertumbuhan ekonomi nya hanya
10
sebesar 4,15% pada tahun 2010, meskipun Kabupaten Serang mengalami
peningkatan yang cukup signifikan hingga 2014.
Produk-produk industrial selalu memiliki dasar tukar (terms of grade)
yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih
besar dibandingkan produk-produk sektor lain. Hal ini disebabkan karena sektor
industri memiliki variasi produk yang sangat beragam dan mampu memberikan
manfaat marjinal yang tinggi kepada pemakainya. Pelaku bisnis (Produsen,
Penyalur, Pedagang dan Investor) lebih suka berkecimpung dalam bidang industri
karena sektor ini memberikan marjin keuntungan yang lebih menarik. Berusaha
dalam bidang industri dan berniaga hasil-hasil industri juga lebih diminati karena
proses produksi serta penanganan produknya lebih bisa dikendalikan oleh
manusia, tidak terlalu bergantung pada alam semisal musim atau keadaan cuaca.
Karena strategi pembangunan dan sarana tujuan nasional harus benar-benar
memperhatikan aspek sumber daya manusia dalam memasuki lapangan kerja,
orientasi untuk meningkatkan GDP (Gross National Product) harus di ikuti oleh
peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan keterampilan yang memadai agar
dalam pembangunan tersebut peningkatan GDP juga di ikuti dengan peningkatan
produktivitas kerja. Tingginya peningkatan produktivitas kerja ini akan
berdampak pada bertambah nya jumlah penyerapan tenaga kerja, dikarenakan
perusahaan akan membutuhkan lebih banyak kegiatan produksi dalam pemenuhan
permintaan akan barang dan jasa, dari peningkatan tersebutlah akan muncul
dimana tenaga kerja yang belum terserap akan mendapatkan kesempatan untuk
menjadi tenaga kerja yang terserap, besarnya permintaan barang dan jasa juga
11
dapat di pengaruhi tingginya tingkat upah, apabila semakin tinggi pendapatan,
daya beli masyarakat pun semakin tinggi. (Dumairy 1996: 227-228)
Dari keseluruhan data, maka dapat di asumsikan bahwa adanya keterikatan
dan pengaruh terhadap tiap variabel untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
Pemerintah sebagai pengatur kebijakan diharapkan dapat memenuhi peningkatan
ketersediaan lapangan pekerjaan dan ikut mengawasi jalannya kegiatan investasi
dalam industrialisasi agar dapat berjalan sebagai mana mestinya dalam kegiatan
perekonomian, karena industrialisasi masih menjadi harapan besar bagi hampir
keseluruhan angkatan kerja yang sedang menganggur atau yang sedang mencari
pekerjaan, yang diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif atau jalan pintas
seiring masih rendahnya indeks pembangunan manusia di Provinsi Banten saat
ini, karena apabila pemerintah berusaha dalam memperbaiki perekonomian
Provinsi Banten, bukan tidak mungkin akan ada banyak investasi-investasi baru
lainnya yang muncul.
Masalah ketenagakerjaan memang menjadi hal yang paling sangat di
perhatikan oleh pemerintah sampai saat ini, karena menyangkut kesejahteraan
kehidupan masyarakat dalam peningkatan kualitas hidup layak, dan menjadi tolak
ukur pemerintah pusat maupun pemerintah daerah terhadap pencapaian
keberhasilan dalam menjalankan roda perekonomian suatu negara atau wilayah.
Maka dari itu penulis tertarik untuk lebih dalam lagi membahas permasalahan
ketenaga kerjaan dengan menganalisis “Pengaruh Investasi, Upah Minimum
Regional, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di
Kabupaten dan Kota Provinsi Banten 2010-2014”.
12
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang dan rumusan masalah maka yang akan
menjadi pertanyaan diantaranya adalah :
1. Bagaimana pengaruh Investasi, Upah Minimum, dan Pertumbuhan
Ekonomi secara parsial terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kab.
Dan Kota di Provinsi Banten dalam kurun waktu 2010-2014?
2. Bagaimana pengaruh Investasi, Upah Minimum, dan Pertumbuhan
Ekonomi, secara simultan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kab.
Dan Kota di Provinsi Banten dalam kurun waktu 2010-2014?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh Investasi terhadap penyerapan Tenaga
Kerja yang ada di Provinsi Banten dalam kurun waktu 5 tahun (2010-
2014)
2. Untuk Menganalisis pengaruh Upah Minimum terhadap penyerapan
Tenaga Kerja yang ada di Provinsi Banten dalam kurun waktu 5 tahun
(2010-2014)
3. Untuk Menganalisis pengaruh dan Pertumbuhan Ekonomi, terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Banten dalam kurun waktu 5
tahun (2010-2014).
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat untuk
beberapa pihak, yaitu bagi peneliti maupun yang akan meneliti selanjutnya
diantaranya kegunaan penelitian ini dapat dipahami secara teoritis dan praktis.
13
1.4.1 Teoritis
Berdasarkan segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah daftar
referensi terutama dalam menganalisis investasi, upah minimum, pertumbuhan
ekonomi, dan pertumbuhan industri terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi
Banten, agar dapat menjadi salah satu acuan dan perbandingan terhadap penelitian
sebelumnya dan penelitian yang akan datang.
1.4.2 Praktis
a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan menambah wawasan agar
penulis dapat berfikir secara ilmiah dan memperoleh informasi pada
bidang Ilmu Ekonomi Pembangunan khususnya yang berkaitan dengan
penyerapan tenaga kerja di Provinsi Banten.
b. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat mejadi bahan
referensi bagi para peneliti selanjutnya untuk menganalisis variabel
makro lain yang berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja di Provinsi
Banten.
c. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi bagi para mahasiswa jurusan Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan, maupun mahasiswa lainnya mengenai Pengaruh
Investasi, Upah Minimum, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pertumbuhan
Industri terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Banten.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyerapan Tenaga Kerja
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2003:60), penyerapan tenaga kerja
merupakan suatu jumlah kuantitas tertentu dari tenaga kerja yang digunakan oleh
suatu sektor atau unit usaha tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja
merupakan jumlah riil dari tenaga kerja yang dikerjakan dalam unit usaha.
Daya serap tenaga kerja merupakan suatu model permintaan suatu unit
usaha terhadap tenaga kerja dalam pasar kerja yang di pengaruhi oleh tingkat upah
yang berlaku. Tingkat upah yang berlaku ini juga mempengaruhi kekuatan
perusahaan dalam menyerap tenaga kerja dari pasar. Kekuatan terhadap
permintaan tenaga kerja tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor
internal dari usaha tersebut. Semakin sempitnya daya serap sektor modern
terhadap perluasan penyerapan kerja telah menyebabkan sektor tradisional
menjadi tempat penampungan angkatan kerja. Lapangan kerja terbesar yang
dimiliki Indonesia berada pada sektor informal. Hal ini disebabkan sektor
informal mudah dimasuki oleh para pekerja karena tidak banyak memerlukan
modal, kepandaian, dan keterampilan (Depnakertrans, 2004)
15
2.1.1 Pasar Tenaga Kerja
Pasar tenaga kerja adalah seluruh aktifitas yang mempertemukan antara
permintaan tenaga kerja dengan penawaran tenaga kerja. Pelaku permintaan dan
penawaran terdiri dari pengusaha, pencari kerja, serta perantara atau pihak ketiga
yang memberikan kemudahan bagi pengusaha dan pencari kerja untuk saling
berhubungan secara langsung.
Proses mempertemukan pencari kerja tidaklah membutuhkan waktu yang
singkat, karena dalam prosesnya baik pencari kerja maupun pengusaha
dihadapkan pada suatu kenyataan sebagai berikut (M. Rizal Azaini, 2014)
a. Pencari kerja mempunyai tingkat pendidikan, keterampilan,
kemampuan dan sikap yang berbeda
b. Setiap perusahaan menghadapi lingkungan yang berbeda: Iuran
(output), masukan (input), manajemen, teknologi, pasar, dll, sehingga
mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memberikan tingkat
upah, jaminan sosial dan lingkungan pekerjaan.
c. Baik pengusaha maupun pencari kerja sama-sama mempunyai
informasi yang terbatas mengenai hal-hal yang dikemukakan pada
butir 1 dan 2.
2.1.2 Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu. Biasanya permintaan akan
tenaga kerja ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor-
16
faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil output. Semakin tinggi tingkat
upah maka semakin kecil permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, akan tetapi
sebaliknya perusahaan pun dapat menambah permintaan terhadap tenaga kerja
dikarenakan upah yang semakin tinggi dan daya beli masyarakat yang meningkat,
justru membuat pengusaha harus meningkatkan produktivitasnya.
Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan
oleh pemilik tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah dalam jangka waktu
tertentu. Dalam teori klasik sumberdaya manusia (pekerja) merupakan individu
yang bebas mengambil keputusan untuk bekerja atau tidak. Bahkan pekerja juga
bebas untuk menetapkan jumlah jam kerja yang diinginkan. Teori ini didasarkan
pada teori tentang konsumen, dimana setiap individu bertujuan untuk
memaksimumkan kepuasan dengan kendala yang dihadapinya.
Permintaan dan penawaran tenaga kerja dalam sesuatu jenis pekerjaan
sangat besar peranannya dalam menentukan upah di tiap jenis perusahaan. Di
dalam suatu pekerjaan dimana terdapat penawaran tenaga kerja yang cukup besar
tapi tidak banyak permintaan, upah untuk mencapai tingkat yang rendah.
Sebaliknya di dalam suatu pekerjaan dimana terdapat penawaran tenaga kerja
yang terbatas tetapi permintaanya sangat besar, upah cenderung untuk mencapai
tingkat yang tinggi (Sukirno, 2003:69).
W
SL
17
We E
DL
0 Le L
Gambar 1.1
Kurva Permintaan dan Penawaran
Ket :
SL : Penawaran Tenaga Kerja (Supply of Labor)
DL : Permintaan Tenaga Kerja (Demand of Labor)
W : Upah
L : Jumlah tenaga kerja
We : Upah Keseimbangan
Le : Jumlah Tenaga Kerja Keseimbangan
E : Keseimbangan permintaan dan penawaran
Sumber: Ekonomi Mikro, Teori Permintaan dan Penawaran
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan
oleh perusahaan atau instansi. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penyerapan
tenaga kerja dalam (Sumarsono, 2003:105-106) adalah:
a. Investasi, investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau
pembelanjaan, penanaman modal atau perusahaan untuk membeli
barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan produksi barang dan jasa yang tersedia dalam
perekonomian.
b. Upah, upah di artikan sebagai sejumlah dana yang dikeluarkan
pengusaha untuk membayar tenaga kerja karena telah melakukan
pekerjaan untuk menghasilkan produk barang atau jasa. Upah yang
terus meningkat secara langsung akan membawa dampak signifikan
18
pada penawaran tenaga kerja, karena dengan adanya tingkat upah yang
naik, maka pengusaha akan berupaya untuk meningkatkan atau
menambah jumlah unit usahanya sehingga pengusaha akan menambah
jumlah tenaga kerjanya.
c. Nilai Produksi, adalah tingkat atau keseluruhan jumlah barang yang
dihasilkan oleh perusahaan. Naik turunnya permintaan pasar akan hasil
produksi dari perusahaan yang bersangkutan akan berpengaruh apabila
permintaan hasil produksi barang perusahaan meningkat, maka
produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya.
Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan dalam
masyarakat. Besarnya penempatan (jumlah orang yang bekerja atau tingkat
employment) dipengaruhi oleh faktor kekuatan penyediaan dan permintaan
tersebut. Selanjutnya, besarnya penyediaan dan permintaan tenaga kerja
dipengaruhi oleh tingkat upah, apabila tingkat upah naik maka jumlah penawaran
tenaga kerja akan meningkat (BPS, 2003:61).
2.1.4 Teori Penyerapan Tenaga Kerja
2.1.4.1 Teori Klasik Adam Smith, Specialization and division of labor
Menurut Adam Smith bahwa pertumbuhan penduduk yang tinggi akan
dapat menaikan output melalui penambahan tenaga kerja dan ekspansi pasar baik
pasar dalam neger maupun luar negeri. Para ekonom klasik mengemukakan
bahwa pertumbuhan penduduk yang diiringi dengan adanya perubahan teknologi
akan mendorong tabungan dan juga penggunaan skala ekonomi dalam produksi
(Sukirno, 2006:123-124).
19
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional
dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi.
Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambahkan tingkat produksi,
sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar
domestiknya lebih besar (Lewis, dalam Arifatul Chusna, 2013).
2.2 Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan
penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan
perlengkapan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi
barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian, atau dapat dijelaskan bahwa
investasi merupakan komitemen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di
masa yang akan datang, kegiatan investasi memungkinkan masyarakat terus
menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan penyerapan kerja, meningkatkan
pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat, (Sukirno,
2001:106-110).
Investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat,
sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan
nasional serrta penyerapan kerja, pertambahan barang modal sebagai akibat
investasi akan menambahkan kapasistas produksi. Investasi selalu diikuti oleh
perkembangan teknologi, di negara-negara berkembang, kekurangan modal dapat
dilihat dari beberapa sudut, yaitu:
1. Kecilnya jumlah mutlak kapita material
2. Terbatasnya kapasitas dan keahlian penduduk
20
3. Rendahnya investasi netto
Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian atau proporsi
pendapatan yang ada di tabung dan di investasikan untuk memperbesar produk
(output) dan pendapatan di kemudian hari. Investasi di bidang pengembangan
sumberdaya manusia akan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia,
sehingga menjadi tenaga ahli yang terampil yang dapat memperlancar kegiatan
produktif. Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus
meningkatkan kegiatan ekonomi dan penyerapan kerja, meningkatkan pendapatan
nasional dan meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat, dan fungsi penting
dari kegiatan investasi yaitu, Investasi merupakan salah satu komponen dari
pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan
agregat, pendapatan nasional serta penyerapan kerja (Todaro, 1995:98-99).
2.2.1 Jenis-jenis Investasi
1. Autonomous Investment (Investasi Otonom)
Investasi Otonom adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi
oleh pendapatan nasional, artinya tinggi rendahya pendapatan nasional tidak
menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
(Sadono Sukirno. 2001:109).
2. Induced Investment (investasi Dorongan)
Investasi dorongan adalah investasi yang besar kecilnya sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, baik itu pendapatan daerah ataupun
pendapatan nasional. Diadakannya investasi ini akibat adanya pertambahan,
permintaan, dimana pertambahan permintaan tersebut sebagai akibat dari
pertambahan pendapatan (Sukirno, 2001:115).
21
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2009) Investasi asing di Indonesia
dapat dilakukan dalam dua bentuk investasi, yaitu:
1. Investasi Portofolio
Investasi portofolio dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat
berharga saham dan obligasi. Dalam investasi portofolio, dana yang masuk ke
perusahaan yang menerbitkan surat berharga (emiten), belum tentu membuka
lapangan kerja baru. Sekalipun ada emiten yang setelah mendapat dana dari pasar
modal untuk memperluas usahanya atau membuka usaha baru, hal ini berarti pula
membuka lapangan kerja. Tidak sedikit pula dana yang masuk ke emiten hanya
untuk memperkuat struktur modal atau mungkin malah untuk membayar hutang
bank. Selain itu, dalam proses ini tidak terjadi alih teknologi atau alih
keterampilan manajemen.
2. Investasi Langsung
Investasi langsung atau disebut juga dengan penanaman modal asing
(PMA) merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau
mengakuisisi perusahaan.
Penanaman modal asing (PMA) atau Foreign Direct Invesment (FDI)
banyak mempunyai kelebihan. Selain sifatnya yang permanen/ jangka panjang.
Penanaman modal asing memberi andil dalam alih teknologi, alih keterampilan
manajemen dan membuka lapangan kerja baru.Lapangan kerja ini penting
diperhatikan, mengingat bahwa masalah menyediakan lapangan kerja merupakan
masalah yang cukup memusingkan pemerintah.
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi
22
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi
(Sukirno, 2001:109) di antaranya adalah :
1. Tingkat bunga
Jika tingkat bunga rendah, maka tingkat investasi yang terjadi akan tinggi,
karena kredit dari bank menguntungkan untuk mengadakan investasi. Sebaliknya
jika tingkat bunga tinggi, maka tingkat investasi akan rendah, karena tingkat
kredit dari bank tidak dapet memberikan keuntungan dalam proyek investasi.
2. Marginal Efficiency of capital (MEC)
Jika keuntungan yang diharapkan (MEC) lebih kecil daripada tingkat suku
bunga riil yang berlaku, maka investasi tidak akan terjadi. Jika MEC yang
diharapkan lebih tinggi daripada tingkat bunga riil, maka tingkat investasi akan
dilakukan. Jika MEC sama dengan tingkat suku bunga, maka pertimbangan untuk
mengadakan investasi dapat dipengaruhi oleh faktor lain.
3. Peningkatan aktivitas perekonomian
Jika ada perkiraan peningkatan aktivitas ekonomi dimasa yang akan
datang, walaupun tingkat bunga lebih besar daripada MEC, maka investasi
mungkin akan tetap dilakukan oleh para investor yang mempunyai instring tajam
(risk seeking). Karena investor menganggap bahwa investasi di masa yang akan
datang akan memperoleh banyak keuntungan. Sekalipun faktor ini bukan
merupakan faktor utama, tetapi penting untuk dipertimbangkan oleh para investor
dalam mengambil keputusan.
4. Kestabilan politik suatu negara
Semakin stabil kondisi politik suatu negara semakin baik iklim investasi di
suatu negara tersebut, sehingga investasi baik dalam bentuk PMA atau PMDN di
23
negara tersebut akan meningkat. Karena dengan suhu politik yang stabil, berarti
country risk juga rendah yang berarti keuntungan investasi semakin baik.
5. Tingkat keuntungan investasi yang akan diperoleh.
Semakin tinggi tingkat keuntungan dalam berinvestasi suatu barang
tertentu akan makin besar tingkat investasi tersebut. Namun secara umum semakin
tinggi tingkat keuntungan dari investasi juga semakin tinggi resikonya.
6. Faktor-faktor lain
Selain kelima faktor tersebut, investasi juga cukup di pengaruhi oleh
faktor-faktor seperti: tingkat kemajuan teknologi, ramalan menganai keadaaan
ekonomi di masa yang akan datang dan tingkat pendapatan nasional dan
perubahan-perubahannya.
2.2.3 Teori Investasi
2.2.3.1 Teori Keynes (The General Theory of Employment, Interest and
Money)
Menurut Keynes (Sukirno, 2001:64-110), investasi bergantung pada dua
faktor, yaitu perkiraan tingkat keuntungan yang diharapkan dari sebuah investasi
dan besarnya tingkat bunga. Keynes mendasari teori permintaan investasi atas
dasar konsep Marginal Efficiency of Capital (MEC) bahwa jumlah maupun
kesepakatan untuk melakukan investasi didasarkan atas konsep keuntungan yang
diharapkan dari investasi atau disebut Marginal Efficiency of Invesment (MEI),
24
maksudnya investasi akan dilakukan apabila MEI lebih besar dari tingkat bunga,
apabila tingkat bunga yang terjadi lebih besar dari tingkat MEI atau jumlah
investasi yang dilakukan dengan tingkat pengembalian modalnya sejumlah
tertentu, maka investasi tidak akan dilakukan, begitu pula sebaliknya.
2.2.3.2 Teori Neo-Klasik oleh Solow
Menurut Solow (dalam Boediono, 2010:143), investasi atas dasar
produktivitas marjinal dari faktor produksi modal, artinya yang akan di
investasikan dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitas marjinal
dibandingkan dengan tingkat harga. Suatu kegiatan investasi dalam suatu barang
modal adalah menguntungkan jika biaya sewa ditambah tingkat bunga lebih
rendah daripada hasil pendapatan yang diharapkan dari suatu kegiatan investasi
tersebut. Terdapat 3 hal yang menjadi acuan investasi, yaitu: a). tingkat biaya
barang modal, b). tingkat bunga, dan c). pendapatan yang akan diterima.
Ada 4 anggapan yang melandasi model Neo Klasik, yaitu :
a. Tenaga Kerja (Penduduk).
b. Adanya fungsi produksi.
c. Adanya kecendrungan untuk menabung propersity to save oleh
masyarakat sebagai proporsi tertentu dari pendanpatan.
d. Tabungan yang di investasikan.
Karena hanya ada dua macam faktor produksi (Kapital dan Tenaga Kerja),
maka output total akan habis terbagi antara pemilik capital atau modal dan
pemilik faktor produksi yaitu tenaga kerja. Dalam perekonomian yang lebh maju
penerima-penerima pendapatan akan menyisihkan sebagian pendapatan mereka,
25
untuk ditabung. Tabungan ini akan digunakan sebagai langkah investasi, yaitu
dengan modal yang tersedia dan meninggikan kemampuan perkeonomian
2.3 Upah Minimum
Berdasarkan PP No.8/1981, upah merupakan salah satu alat motivator satu
alat motivator untuk meningkatkan produktivitas kerja karena upah merupakan
imbalan yang akan diterima seseorang setelah bekerja, makin tinggi upah akan
membuat karyawan meningkat produktivitas kerjanya. Upah yang dimaksud disini
adalah balas jasa yang berupa uang atau jasa lain yang diberikan lembaga atau
organisasi perusahaan kepada pekerjanya. Pemberian upah atau balas jasa ini
dimaksudkan untuk menjaga keberadaan karyawan di perusahaan, menjaga
semangat kerja karyawan dan tetap menjaga kelangsungan hidup perusahaan yang
akhirnya akan memberi manfaat kepada masyarakat.
Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada
buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan,
dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu
persetujuan, atau peraturan perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar suatu
perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk
buruh sendiri maupun keluarganya (Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 1981
Tentang Perlindungan Upah).
Dalam Undang-undang No.3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial dan
tenaga kerja menjelaskan bahwa upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan
dari pengusaha kepada tenaga kerja untuk sesuatu pekerjaan yang telah atau akan
dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang ditetapkan menurut suatu
perjanjian, atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu
26
perjanjian kerja antara pengusaha dengan tenaga kerja, termasuk tunjangan, baik
untuk tenaga kerja sendiri maupun keluarganya. Upah tenaga kerja yang diberikan
tergantung pada:
a) Biaya keperluan hidup minimum pekerja dan keluarganya.
b) Peraturan undang-undang yang meningkat tentang upah minimum
pekerja (UMR)
c) Produktivitas marginal tenaga kerja
d) Tekanan yang dapat diberikan oleh serikat buruh dan serikat
pengusaha
e) Perbedaan jenis pekerjaan.
Menurut pandangan klasik dalam (Sukirno, 2001:79-82), apabila tingkat
upah turun maka tingkat pendapatan akan menjadi bertambah rendah dan daya
beli masyarakat berkurang, oleh sebab itu pengeluaran masyarakat menurun,
pendapatan dan pengeluaran yang menurun ini akan menurunkan harga-harga
barang dan jasa, maka dapat mengakibatkan penggunaan tenaga kerja penuh tidak
akan tercapai. Apabila didalam suatu perekonomian kecondongan mengkonsumsi
adalah rendah, maka keadaan itu akan menyebabkan jurang di antara produksi
pada penggunaan tenaga kerja penuh dengan pengeluaran konsumsi menjadi
bertambah lebar.
Jurang yang lebih lebar ini menyulitkan sesuatu perekonomian untuk
mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Agar penggunaan tenaga kerja
penuh dapat dicapai perlulah para pengusaha menaikan jumlah investasi yang
akan dilakukannya. Yaitu mereka harus dapat menginvestasi sebanyak perbedaaan
di antara produksi nasional pada penggunaan tenaga kerja penuh dengan
27
pengeluaran konsumsi rumahtangga pada penggunaan tenaga kerja penuh. Upah
diberikan oleh para pengusaha secara teoritis dianggap sebagai harga dari tenaga
yang dikorbankan pekerja untuk kepentingan produksi. Sehubungan dengan hal
itu maka upah yang diterima pekerja dapat dibedakan dua macam :
1. Upah Nominal
Upah nominal yaitu sejumlah upah yang dinyatakan dalam bentuk uang
yang diterima secara rutin oleh para pekerja.
2. Upah Rill
Upah Rill adalah kemampuan upah nominal yang diterima oleh pekerja
jika ditukarkan dengan barang dan jasa yang diukur berdasarkan banyaknya
barang dan jasa yang bisa didapatkan dari pertukaran tersebut.
2.3.1 Teori Upah.
2.3.1.1 Teori Upah Wajar (alami)
Menurut David Ricardo dalam (Sukirno, 2006:105) tingkat upah sebagai
balas jasa bagi tenaga kerja merupakan harga yang diperlukan untuk
mempertahankan dan melanjutkan kehidupan tenga kerja. Ricardo juga
menyatakan bahwa perbaikan upah hanya ditentukan oleh perbuatan dan perilaku
tenaga kerja sendiri dan pembentukan upah sebaiknya diserahkan kepada
persaingan bebas di pasar. Teori ini menerangkan upah menurut kodrat upah
adalah yang cukup untuk pemeliharaan hidup pekerja dengan keluarganya. Di
pasar akan terdapat upah menurut harga pasar adalah upah yang terjadi di pasar
dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran harga pasar disekitar upah
menurut kodrat
28
2.3.1.2 Malthus
Malthus merupakan salah satu seorang tokoh klasik yang meninjau upah
dalam kaitannya dengan perubahan penduduk. Menurut Malthus, jumlah
penduduk merupakan faktor strategis yang dipakai untuk menjelaskan berbagai
hal. Malthus menyatakan bila penduduk bertambah, penawaran tenaga kerja juga
bertambah sehingga dapat menekan tingkat upah. Demikian juga sebaliknya,
tingkat upah akan meningkat jika penawaran tenaga kerja berkurang akibat jumlah
penduduk yang menurun.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa hubungan upah dengan
penyerapan tenaga kerja memiliki dua sisi yaitu upah dapat menurunkan
penyerapan tenaga kerja dan kenaikan upah juga dapat menaikan penyerapan
tenaga kerja. Upah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah imbalan dari
pengusaha kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan
dilakukan yang di nyatakan dalam rupiah.
2.4 Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Todaro (2006:19), pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa
yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat
meningkat. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan
suatu perekonomian. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu
negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang
meningkat ini disebabkan oleh peningkatan faktor-faktor produksi baik dalam
jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah produksi barang dan jasa.
teknologi yang digunakan juga semakin berkembang, disamping itu tenaga kerja
29
bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring dengan meningkatnya
pendidikan dan keterampilan mereka. Menurut Arsyad (2004: 13), pertumbuhan
ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto atau Produk
Nasional bruto tanpa memangdang apakan kenaikan itu lebih besar atau lebih
kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apaha perubahan struktur ekonomi
terjadi atau tidak.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam
jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi disini meliputi tiga aspek :
1. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses (aspek ekonomis), suatu
perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.
2. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan output
perkapita
3. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan perspektif waktu, suatu
perekonomian dikatakan tumbuh bila dalam jangka waktu yang cukup
lama mengalami kenaikan output perkapita (Kuncoro, 2004: 129)
Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai kenaikan Produk Domestic
Bruto (PDB)/ Produk Nasional Bruto (PNB), ada empat faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat yaitu:
1. Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru yang berwujud
tanah, peralatan fisik, dan sumber daya manusia.
2. Pertumbuhan penduduk
3. Kemajuan teknologi
4. Sumber daya institusi (sistem kelembagaan)
2.4.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
30
Proses pertumbuhan ekonomi di pengaruhi oleh tiga macam faktor
ekonomi, (Subandi, 2011:87). Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi
sebagai kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan. Laju pertumbuhan
ekonomi jatuh merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi di dalam
faktor produksi tersebut, contoh:
a. Pertumbuhan Penduduk,
Pertumbuhan penduduk atau yang berhubungan dengan kenaikan jumlah
angkatan kerja (labor force) dianggap sebagai faktor yang positif dalam
merangsang pertumbuhan ekonomi.
b. Akumulasi Modal
Pembentukan modal merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi,
modal mencerminkan permintaan efektif dan menciptakan efisiensi produktif.
Akumulasi modal adalah termasuk semua investasi baru yang terwujud tanah,
peralatan fiskal, dan sumber daya manusia (human resources), akan terjadi jika
ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan emudian diinvestasikan
untuk memperbesar output pada masa yang akan datang (Subandi, 2011: 87).
c. Teknologi
Menurut para ekonom, kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling
penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana,
kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara lama yang diperbaiki dalam
melakukan pekerjaan tradisional (Subandi, 2011: 87).
2.4.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi
2.4.2.1 Teori Pertumbuhan Klasik
31
Menurut Adam Smith dalam Arsyad (2004: 55), pembangunan merupakan
proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi.
Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar, dan perluasan pasar akan
mendorong tingkat spesialisasi. Dengan adanya spesialisasi akan mempertinggi
tingkat kegiatan ekonomi atau mempercepat proses pembangunan ekonomi,
karena spesialisasi akan mendorong tingkat perkembangan teknologi.
Kesimpulannya, bahwa :
1. Tingkat perkembangan suatu masyarakat tergantung pada empat
faktor, yaitu jumlah penduduk, jumlah stok modal, luas tanah, dan
tingkat teknologi yang di capai.
2. Kenaikan upah
3. Tingkat keuntungan merupakan faktor yang menentukan pembentukan
modal.
4. The law deminishing return berlaku untuk segala kegiatan ekonomi
sehingga mengakibatkan pertambahan produk yang akan menurunkan
tingkat upah, menurunkan keuntungan, tetapi menaikan tingkat sewa
tanah.
Menurut Smith, sumberdaya alam yang tersedia merupakan wadah yang
paling mendasar dari kegiatan produksi masyarakat. Jumlah sumberdaya alam
yang tersedia merupakan batas maksimum bagi pertumbuhan suatu perekonomian.
Maksudnya jika sumberdaya belum digunakan sepenuhnya maka jumlah
penduduk dan stok modal yang ada yang menjadi pemegang peranan dalam
pertumbuhan output (Subandi 2011: 45)
2.4.2.2 Teori Neo-klasik
32
Teori pertumbuhan neo-klasik yaitu suatu analisis pertumbuhan ekonomi
yang didasarkan pada pandangan-pandangan ahli ekonomi klasik. Perintis teori
neo-klasik adalah Solow. Pendapat neo-klasik tentang perkembangan ekonomi
adalah sebagai berikut:
1. Adanya akumulasi kapital merupakan faktor penting dalam
pembangunan ekonomi.
2. Perkembangan merupakan proses yang gradual.
3. Perkembangan merupakan proses yang harmonis dan komulatif.
4. Adanya pikiran yang optimis terhadap perkembangan.
5. Aspek internasional merupakan faktor bagi perkembangan.
Menurut Neo-klasik, tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan
tingginya tingkat tabungan. Dimana tingkat bunga akan menentukan tingginya
tingkat investasi. Jika tingkat bunga rendah, maka tingkat investasi akan tinggi,
dan sebaliknya.
Apabila permintaan investasi berkurang maka tingkat bunga turun dan
barang-barang kapital turun, dan keinginan untuk menabung akan turun. Dalam
tingkat perkembangan ini, akomulasi modal berakhir dan perekonomian menjadi
tidak berkembang. Teori pertumbuhan ini juga menekankan bahwa perkembangan
faktor-faktor produksi dan kemajuan teknologi merupakan faktor penentu dalam
pertumbuhan ekonomi (Arsyad 2004: 61)
2.4.2.4 Teori Ekonomi Regional
Pengertian pertumbuhan disini, menhyangkut perkembangan berdimensi
tunggal dan di ukur dengan meningkatnya hasil produksi (output) dan pendapatan.
33
Berbeda dengan pembangunan ekonomi, yang mengandung arti lebih luas dan
mencakup perubahan pada tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh.
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau
perkembangan jika tingkat kegiatan ekonomi nya meningkat atau lebih tinggi jika
dibandingkan tahun tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan ekonomi pada suatu
tahun tertentu dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Laju pertumbuhan ekonomi ( 𝑃𝐷𝑅𝐵 𝑡−𝑃𝐷𝑅𝐵 𝑡−1
𝑃𝐷𝑅𝐵 𝑡−1 x 100 %)
Secara terori semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi suatu sektor,
semakin tinggi pula angkatan kerja yang terserap oleh tingginya tingkat investasi
dan pertumbuhan sektor industri, dengan kata lain hubungan sektor industri
dengan penyerapan tenaga kerja sangatlah erat, semakin baik tingkat pertumbuhan
sektor industri, maka semakin tinggi tingkat penyerapan tenaga kerja. Karena
pertumbuhan ekonomi biasanya di ikuti oleh tingkat pengangguran yang
berkurang, semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi semakin tinggi tingkat
penyerapan tenaga kerja. (Brata, 2002)
2.5 Studi Empiris
Kajian empiris mengenai penyerapan tenaga kerja telah dilakukan oleh
beberapa peneliti diantaranya adalah :
Penelitian mengenai “Pengaruh Modal, Nilai Produksi dan Tingkat Upah
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Kabupaten Sukaharjo” yang
dilakukan oleh Riyadh Rahmad Prabandana, 2015.Penelitian ini menggunakan
metode analisis regresi moderating. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
modal tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri
kecil di Kabupaten Sukoharjo. Nilai produksi berpengauh positif signifikan
34
terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri kecil di Kabupaten
Sukoharjo. Tingkat upah berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja
pada sektor industri kecil di Kabupaten Sukoharjo.
Riky Eka Putra, 2012. Dengan judul penelitiannya “Pengaruh Nilai
Investasi, Nilai Upah, dan Nilai Produksi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Pada Industri Mavel di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang”. Penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil analisis regresi
menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan terdapat pengaruh signifikan
antara nilai investasi , nilai upah dan nilai produksi dan terdapat penyerapan
tenaga kerja industri mebel di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
Penelitian selanjutnya dengan judul “Pengaruh Upah Minimun Provinsi
(UMP) dan Investasi Swasta Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Dampaknya
Pada PDRB (ADHK) di Kota Manado Tahun 2003-2012”. Yang dilakukan oleh
Dasri Lukiman, Debby Ch. Rotinsulu, dan Antonius Y. Luntangan, 2013.
Penelitian ini menggunakan metode path analisis. Hasil penelitian menunjukkan
upah minimum Provinsi dan investasi swasta memiliki pengaruh secara bersama-
sama terhadap tenaga kerja. Secara parsial upah minimum Provinsi memiliki
pengaruh terhadap tenaga kerja sedangkan investasi swasta tidak memiliki
pengaruh terhadap tenaga kerja. Besarnya upah minimum Provinsi ke PDRB
melalui tenaga kerja bersifat positif, sedangkan investasi swasta ke PDRB melalui
tenaga kerja bersifat negatif.
I Gusti Agung Indradewa dan Ketut Suardhika Natha, 2015. Dengan judul
penelitian “Pengaruh Inflasi, PDRB dan Upah Minimum Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja Di Provinsi Bali”. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier
35
berganda. Setelah pengujian dilakukan, hasil yang diperoleh adalah secara
simultan, ketiga variabel bebas yang diuji memiliki pengaruh yang signifikan,
sedangkan secara parsial, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan upah
minimum memiliki pengaruh yang positif dan signifikan sementara inflasi
memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja
di Provinsi Bali periode tahun 1994-2013.
Selanjutnya, Arifatul Chusna, 2013. Menganalisis “Pengaruh Laju
Pertumbuhan Sektor Industri, Investasi dan Upah Terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja Sektor Industri Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1980-2011”. Pengujian
pada penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil
yang diperoleh adalah pertumbuhan sektor industri menunjukkan tren yang
semakin menurun sedangkan investasi, upah dan penyerapan tenaga kerja sektor
industri menunjukkan tren yang semakin meningkat.Laju pertumbuhan sektor
industri tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri,
sedangkan investasi dan upah berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja
sektor industri di Provinsi Jawa Tengah.
Divianto, 2013. Dengan judul peneliltian “Pengaruh Upah, Modal,
Produktivitas dan Teknologi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Usaha
Kecil-Menengah Di Kota Palembang (Studi Kasus Usaaha Percetakan)”.
Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa upah dan teknologi tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja pada usaha kecil-menengah di Kota Palembang.
Sedangkan, Modal dan produktivitas memiliki pengaruh signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja pada usaha kecil-menengah di Kota Palembang.
36
Selanjutnya dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Upah Minimum dan Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di
Kota Malang (Studi Kasus Pada Tahun 1998-2012)”. Yang dilakukan oleh
Mukhamad Rizal Azaini, 2014. Metode yang digunakan adalah Ordinary Least
Square (OLS). Hasil penelitian pada model pertama menunjukan bahwa semakin
tinggu pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan semakin tinggi pula
penyerapan tenaga kerja. Pada model kedua menunjukkan bahwa kenaikan upah
minimum akan mengakibatkan penurunan penyerapan tenaga kerja. Kemudian,
pada model ketiga menunjukkan bahwa semakin tinggi investasi akan
mengakibatkan semakin tinggu pula penyerapan tenaga kerja.
Apip Supriadi, Iis Surgawati dan Dita Eka Lestari, 2010. Dengan judul
penelitian “Pengaruh Stok Modal dan Upah Minimum Kabupaten Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Pada UKM Di Kabupaten Tasikmalaya Periode Tahun
2003-2008 (Studi Kasus Pada Industri Komoditi Unggulan).”Metode yang
digunakan adalah regresi linier berganda.Dari hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Pengaruh stok modal pada industri bordir, bambu, pandan dan mendong
berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Upah minimum pada
industri bordir berpengaruh negatif dan tidak signifikan, upah minimum pada
industri bambu dan mendong berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan untuk
upah minimum pada industri pandan berpengaruh positif namun tidak signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja.
Selanjutnya, Asruni, 2014. Dengan judul penelitian "Pengaruh Faktor
Upah Minimum Kabupateen, Investasi dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Kecil Di Kabupaten Tanah Bumbu”.
37
Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda.Hasil analisis
menunjukkan bahwa upah minimum kabupaten dan pengeluaran pemerintah tidak
berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri
kecil.Sementara, investasi berpengaruh signifikan terhadap penyerpan tenaga
kerja disektor industri kecil, yang berarti investasi berpeluang dalam penyerapan
tenaga kerja.
Ratna Sari, Sonny Sumarsono dan Anifatul Hanim, 2014. Dengan judul
penelitian “Pengaruh Investasi Dan Upah Minimum Kabupaten Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Pengolahan Di Kabupaten Jember
Tahun 2001-2013.” Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda.
Dari hasil analisis data secara parsial menunnjukkan pengaruh investasi dan UMK
terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengelolahan di Kabupaten
Jember tahun 2001-2013 denga tingkat kepercayaan 74%.Secara simultan hasil
analisis data menunjukkan investasi dan UMK secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor jember.
Penelitian selanjutnya oleh Eka Suci Ratnaningsih, 2012. Dengan judul
penelitian “Pengaruh Pertumbuhan Sektor Industri Terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja Di Kota Surabaya”. Penelitian ini menggunakan metode OLS. Hasil
penelitian ini adalah memiliki pengaruh signifikan dari pertumbuhan sektor
industri terhadap penyerapan tenaga kerja.
Luthfi Setiya Priambodo, 2014. Dengan judul penelitian “Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Upah Rill dan Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja Di Kota Semarang.” Menggungakan metode OLS. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel upah rill berpengaruh positif dan signifikan terhadap
38
penyerapan tenaga kerja dengan α = 5%. Tetapi variabel pertumbuhan ekonomi
dan variabel investasi tidak berpengaruh signifikan secara statistik. Pada akhirnya
peran variabel upah rill diharapkan mampu meningkatkan penyerapan tenaga
kerja guna tercapainya kondisi ketenagakerjaan daerah yang optimal.
Tabel 2.1
Ringkasan Studi Empiris No Penelitian, Tahun Judul Metode Variabel Hasil
1. Apip Supriadi, Iis
Surgawati dan
Dita Eka Lestari,
2010
Pengaruh Stok
Modal dan
Upah
Minimum
Kabupaten
Terhadap
Penyerapan
Tenaga Kerja
Pada UKM Di
Kabupaten
Tasikmalaya
Periode Tahun
2003-2008
Regresi Linier
Berganda Penyerapan
Tenaga
Kerja (Y)
Stok Modal
(X1)
Upah
Minimum
(X2)
Tidak
Berpengaruh
Berpengaruh/+
2. Riky Eka Putra,
2012.
Pengaruh Nilai
Investasi, Nilai
Upah, dan
Nilai Produksi
Terhadap
Penyerapan
Tenaga Kerja
Pada Industri
Mavel di
Kecamatan
Pedurungan
Kota
Semarang.
Regresi Linier
Berganda Penyerapan
Tenaga
Kerja (Y)
Nilai
Investasi
(X1)
Nilai Upah
(X2)
Nilai
Produksi
(X3)
Tidak
Berpengaruh
Berpengaruh/+
Berpengaruh/+
3. Eka Suci
Ratnanigsih, 2012
Pengaruh
Pertumbuhan
Sektor Industri
Terhadap
Penyerapan
Tenaga Kerja
Di Kota
Surabaya.
Regresi Linier
Berganda Penyerapan
Tenaga
Kerja (Y)
Pertumbuhan
Sektor
Industri (X1)
Berpengaruh/-
Lanjutan Tabel 2.1
39
No Penelitian, Tahun Judul Metode Variabel Hasil
4. Dasri Lukiman,
Debby Ch.
Rotinsulu, dan
Antonius Y.
Luntangan, 2013.
Pengaruh Upah
Minimun
Provinsi
(UMP) dan
Investasi
Swasta
Terhadap
Penyerapan
Tenaga Kerja
dan
Dampaknya
Pada PDRB
(ADHK) di
Kota Manado
Tahun 2003-
2012
Analisis Path Penyerapan
Tenaga
Kerja (Y1)
Upah
Minimum
(X1)
Investasi
Swasta (X2)
Berpengaruh/-
Tidak
Berpengaruh
.
5. Arifatul Chusna,
2013.
Pengaruh Laju
Pertumbuhan
Sektor Industri,
Investasi dan
Upah Terhadap
Penyerapan
Tenaga Kerja
Sektor Industri
Di Provinsi
Jawa Tengah
Tahun 1980-
2011.
Analisis
Regresi Linier
Berganda
Penyerapan
Tenaga
Kerja (Y)
Laju
Pertumbuhan
Sektor
Industri (X1)
Investasi
(X2)
Upah (X3)
Tidak
Berpengaruh
Berpengaruh/-
Berpengaruh/+
6. Divianto, 2013. Pengaruh Upah,
Modal,
Produktivitas dan
Teknologi
Terhadap
Penyerapan
Tenaga Kerja
Pada Usaha
Kecil-Menengah
Di Kota
Palembang
(Studi Kasus
Usaaha
Percetakan).
Analisis
Regresi Linier
Berganda
Penyerapan
Tenaga
Kerja (Y)
Upah (X1)
Modal (X2)
Produktivitas
(X3)
Teknologi
(X4)
Tidak
Berpengaruh
Berpengaruh/-
Berpengaruh/+
Tidak
Berpengaruh
40
Lanjutan Tabel 2.1
No
Penelitian,
Tahun Judul Metode Variabel Hasil
7. Mukhamad Rizal
Azaini, 2014.
Analisis
Pengaruh
Pertumbuhan
Ekonomi,
Upah
Minimum dan
Investasi
Terhadap
Penyerapan
Tenaga Kerja
(Studi Kasus
Pada Tahun
1998-2012).
Ordinary Least
Square (OLS) Penyerapan
Tenaga
Kerja (Y)
Pertumbuhan
Ekonomi
(X1)
Upah
Minimum
(X2)
Investasi (X3)
Tidak
Berpengaruh
Berpengaruh/-
Berpengaruh/+
8. Luthfi Setiya
Priambodo, 2014
Pengaruh
Pertumbuhan
Ekonomi,
Upah Rill dan
Investasi
Terhadap
Penyerapan
Tenaga Kerja
Di Kota
Semarang.
Analisis Regresi
Linier Berganda Penyerapan
Tenaga
Kerja (Y)
Pertumbuhan
Ekonomi
(X1)
Upah Rill
(X2)
Investasi
(X3)
Tidak
Berpengaruh
Berpengaruh/-
Tidak
Berpengaruh
41
Lanjutan Tabel 2.1
No
Penelitian,
Tahun Judul Metode Variabel Hasil
9. Asruni, 2014. Pengaruh
Faktor Upah
Minimum
Kabupateen,
Investasi dan
Pengeluaran
Pemerintah
Terhadap
Penyerapan
Tenaga Kerja
Sektor Industri
Kecil Di
Kabupaten
Tanah Bumbu.
Regresi Linier
Berganda Penyerapan
Tenaga
Kerja (Y)
Upah
Minimum
(X1)
Investasi
(X2)
Pengeluaran
Pemerintah
(X3)
Tidak
Berpengaruh
Berpengaruh/-
Tidak
Berpengaruh
10. Ratna Sari, Sonny
Sumarsono dan
Anifatul Hanim,
2015.
Pengaruh
Investasi Dan
Upah
Minimum
Kabupaten
Terhadap
Penyerapan
Tenaga Kerja
Pada Sektor
Industri
Pengolahan Di
Kabupaten
Jember Tahun
2001-2013.
Regresi Linier
Berganda Penyerapan
Tenaga
Kerja (Y)
Investasi
(X1)
Upah
Minimum
Kabupaten
(X2)
Berpengaruh/-
Berpengaruh/+
11. I Gusti Agung
Indradewa dan
Ketut Suardhika
Natha, 2015.
Pengaruh
Investasi,
PDRB dan
Upah
Minimum
Terhadap
Penyerapan
Tenaga Kerja
Di Provinsi
Bali.
Regresi Linier
Berganda
Penyerapan
Tenaga
Kerja (Y)
Investasi
(X1)
PDRB (X2)
Upah
Minimum
(X3)
Tidak
Berpengaruh
Berpengaruh/+
Berpengaruh/-
12. Riyadh Rahmad
Prabandana, 2015.
Pengaruh
Modal, Nilai
Produksidan
Tingkat Upah
Terhadap
Penyerapan
Tenaga Kerja
Industri Kecil
di Kabupaten
Sukaharjo.
Regresi Linier
Berganda
Penyerapan
Tenaga
Kerja (Y)
Modal (X1)
Nilai
Prroduksi
(X2)
Tingkat
Upah (X3)
Tidak
Berpengaruh
Berpengaruh/+
Berpengaruh/-
42
2.6 Kerangka Pemikiran
2.6.1 Hubungan Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaaran atau pembelanjaan
menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam
perekonomian, untuk memproduksi barang dan jasa sangatlah dibutuhkan tenaga
kerja yang ada di dalamnya dalam mencapai produktivitas yang baik. Investasi
memiliki pengaruh positif, karena merupakan salah satu komponen dari
pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan
agregat, pendapatan nasional serta penyerapan kerja (Todaro, 1995:98-99).
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam kehidupan manusia karena
mencakup dimensi sosial dan ekonomi. Salah satu tujuan penting dalam pembangunan ekonomi
adalah penyediaan lapangan pekerjaan yang cukup untuk mengejar pertumbuhan angkatan kerja,
yang pertumbuhannya lebih cepat dari pertumbuhan penyerapan kerja.
Penyerapan Tenaga Kerja (Y)
Investasi (X1) Upah Minimum Regional
(X2)
Pertumbuhan Ekonomi
(X3)
Penelitian Terdahulu :
- Dita Eka Lestari (2010)
- Riky Eka Putra (2012)
- Eka Suci Ratnanigsih (2012)
- Divianto (2013)
- Mukhamad Rizal Azaini (2014)
- Luthfi Setiya Priambodo (2014)
Pengaruh Investasi, Upah Minimum Regional, dan
Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja di Kabupaten dan Kota Provinsi
Banten 2010-2014
43
2.6.2 Hubungan Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Apabila terdapat kenaikan tingkat upah rata-rata, maka akan diikuti oleh
turunnya jumlah tenaga kerja yang diminta, berarti akan terjadi pengangguran,
atau kalau dibalik dengan turunnya tingkat upah rata-rata akan diikuti oleh
meningkatnya penyerapan kerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa penyerapan
kerja mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat upah. Akan tetapi pada
kenyataanya, tingkat upah yang tinggi, akan meningkatkan biaya produksi
perusahaan, apabila industri yang dimaksud adalah industri padat karya, justru
akan meningkatkan penyerapan kerja di daerah tersebut, dikarenakan
produktivitas yang tinggi harus diimbangin dengan jumlah tenaga kerja yang
cukup.
Menurut Malthus, upah berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga
kerja karena, Malthus menyatakan bila penduduk bertambah, penawaran tenaga
kerja juga bertambah sehingga dapat menekan tingkat upah. Demikian juga
sebaliknya, tingkat upah akan meningkat jika penawaran tenaga kerja berkurang
akibat jumlah penduduk yang menurun.
44
2.6.3 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja
Simon Kuznets, dalam (Subandi, 2011) menunjukan ciri pertumbuhan
ekonomi modern yang muncul dalam analisa yang didasarkan pada produk
nasional dan komponennya, penduduk, tenaga kerja, dan sebagainya.
Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga
kerja, karena meningkatnya pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan timbulnya
lapangan kerja baru, karena tenaga kerja merupakan faktor ekonomi yang dapat
mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan penjelasan dan kajian terhadap penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya, maka disusun kerangka pemikiran mengenai penelitian
sebagai berikut
Gambar 2.1
Paradigma Penelitian
Pertumbuhan Ekonomi (X3)
Penyerapan Tenaga
Kerja (Y)
Investasi (X1)
Upah Minimum (X2)
45
2.7 Hipotesis Penelitian
1. Terdapat pengaruh signifikan variabel Investasi, Upah Minimum, dan
Pertumbuhan Ekonomi secara parsial terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di
Provinsi Banten.
2. Terdapat pengaruh signifikan variabel Investasi, Upah Minimum, dan
Pertumbuhan Ekonomi, secara simultan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di
Provinsi Banten.
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksplanatori, yaitu suatu
penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui
pengujian hipotesis. Populasi penelitian ini adalah seluruh Kota/Kabupaten yang
ada di Provinsi Banten yang berjumlah 4 Kota/Kabupaten. Penelitian ini
dilakukan secara sensus dengan data berbentuk Times Series dari tahun 2010
sampai dengan tahun 2014 dan data Cross Section yang terdiri atas 8
Kota/Kabupaten sehingga merupakan data panel atau pooled data yaitu gabungan
antara data Times Series dengan data Cross Section. Variabel di dalam penelitian
ini terdiri dari 4 variabel independent (X) dan 1 variabel dependent (Y) secara
kuantitatif.
3.2 Objek Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Objek penelitian ini adalah para angkatan kerja yang sudah terserap. Hal-
hal yang diteliti dibatasi menjadi 5 variabel, yaitu penyerapan tenaga kerja pada
Provinsi Banten, sebagai variabel dependent. Sedangkan Investasi (PMA dan
PMDN), Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum regional, sebagai variabel
independent (bebas).
Menurut Kuncoro (Luthfi Priyambodo 2014) teknik pengumpulan data
merupakan alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian.
Metode pengumpulan daya yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
47
dokumenter dan studi pustaka yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) di
Provinsi Banten sebanyak 4 Kota dan 4 Kabupaten.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data yang diambil dari pihak lain atau merupakan data yang sudah diolah. Adapun
data yang digunakan:
1. Data Angkatan Kerja di Provinsi Banten tahun 2010-2014
2. Data Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Banten tahun 2010-2014
3. Data Investasi PMDN dan PMA di Provinsi Banten tahun 2010-2014
4. Data Upah Minimum Regional Provinsi Banten tahun 2010-2014
5. Data Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten tahun 2010-2014
Data sekunder yang digunakan adalah deret waktu (time series data) untuk
kurun waktu tahun 2010-2014 (Cross-section data) yang di peroleh dari:
1. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten
2. Lembaga atau instansi lain yang terkait
3.4 Operasional Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu atribut dari sekelompok objek pengamatan
penelitian yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya terdiri dari variabel dependent dan variabel
independent.
1. Variabel Dependent
Variabel dependent yang digunakan adalah Penyerapan Tenaga Kerja
(PTK). Tenaga kerja sendiri merupakan indikator yang cukup luas
untuk mengukur dan menjelaskan bagaimana penduduk suatu wilayah
48
memiliki kesempatan kerja yang berbanding lurus dengan
pembangunan yang ada.
2. Variabel Independen
Variabel Independen yang digunakan meliputi:
I. Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan
penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang
modal dan perlengkapan perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam
perekonomian, atau dapat dijelaskan bahwa investasi merupakan
komitemen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan di masa yang akan datang, kegiatan investasi
memungkinkan masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan
ekonomi dan penyerapan kerja, meningkatkan pendapatan nasional
dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.
II. Upah Minimum Regional
Upah merupakan salah satu alat motivator satu alat motivator
untuk meningkatkan produktivitas kerja karena upah merupakan
imbalan yang akan diterima seseorang, dalam proses peningkatan
kualitas hidup layak.
49
III. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran
masyarakat meningkat. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur
prestasi dari perkembangan suatu perekonomian.
Adapun operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi Indikator Sym Satuan Skala
Penyerapan
Tenaga Kerja
(Y)
Penyerapan Tenaga
Kerja merupakan suatu
jumlah kuantitas
tertentu dari tenaga
kerja yang digunakan
oleh suatu sektor atau
unit usaha tertentu.
Jumlah tenaga
kerja yang
terserap di 6
Kota dan
Kabupaten di
Provinsi
Banten
PTK
Jiwa
Rasio
Investasi (X1)
Investasi adalah
komitemen atas
sejumlah dana atau
sumber daya lainnya
yang dilakukan pada
saat ini dengan tujuan
meningkatkan produksi
Total investasi
yang terjadi di
6 Kota dan
Kabupaten di
Provinsi
Banten
INV
Jumlah
Proyek
Rasio
Upah
Minimum
Regional (X2)
Upah Minimum
Adalah suatu standar
minimum yang
digunakan oleh
pengusaha atau pelaku
industri yang ditetapkan
pemerintah berdasarkan
kondisi wilayah
tersebut
Upah
minimum
Regional di 6
Kota dan
Kabupaten di
Provinsi
Banten
UMR
Juta Rupiah Rasio
Pertumbuhan
Ekonomi
(X3)
Pertumbuhan ekonomi
di artikan sebagai
perkembangan kegiatan
dalam perekonomian
yang disebabkan oleh
bertambahnya produksi
dan berkurangnya
tingkat pengangguran
dan kemiskinan
Peningkatan
Kegiatan
Ekonomi di 6
Kota dan
Kabupaten di
Provinsi
Banten
PE
Persentase Rasio
50
3.5 Metode Analisis Data
Untuk menemukan pemecahan masalah yang ditemukan dan
membuktikan hipotesis maka metode analisis yang digunakan adalah model
analisis kuantitatif maupun dengan model analisis kualitatif, sesuai dengan
kebutuhn permasalahan dan hipotesis yang ditampilkan. Penelitian ini mengolah
data dengan menggunakan program software E-views 8 sebagai aplikasi untuk
mengolah data pada penelitian ini.
Dalam model data panel persamaan model dengan menggunakan data
cross-section dapat ditulis sebagai berikut :
Yi= α + β1X1i+ α + β2X2i+ α + β3X3i= α + µi
i = 1,2,...., N, dimana N adalah banyaknya data cross-section.
Sedangkan persamaan model time-series adalah:
Yt= α + β1X1t+ α + β2X2t+ α + β3X3t = α + µt
t = 1,2, ...., T, dimana T adalah banyaknya data time-series.
Mengingat data panel merupakan gabungan dari time-series dan cross-section maka di
tulis dengan:
Yit= α + β1X1it+ α + β2X2it+ α + β3X3it = α + µit
i = 1,2,...., N ; t = 1, 2, ....., T
dimana :
N = banyaknya observasi
T = banyaknya waktu
N x T = banyaknya data panel (observasi)
Model yang digunakan adalah analisis berganda dengan metode data panel
(pooled data). Berdasarkan persamaan model fungsi PTK = f(INV, UMR, PE, PI)
dapat dibentuk persamaan model ekonometrika sebagai berikut :
51
PTK = α + β1INV + β2UMR + β3PE + ɛt
Keterangan :
INV = Investasi Swasta
UMR = Upah Minimum Regional
PTK = Penyerapan Tenaga Kerja
PE = Pertumbuhan Ekonomi
t = Observasi ke i
μ = Kesalahan yang disebabkan oleh faktor acak
α = Konstanta
β1, β2, β3, = Parameter elastisitas
Analisis regresi linear bergandang dengan metode analisis data panel
memiliki tiga macam estimasi model, yaitu :
1. Common Effect Model (CEM)
Common Effect Model merupakan model sederhana yaitu
menggabungkan seluruh data time series dengan data cross section. Model ini
menganggap bahwa intercept dan slope dari setiap variabel sama untuk setiap
objek observasi. Dengan kata lain, hasil regresi ini dianggap berlaku untuk semua
kabupaten atau kota pada semua waktu. Kelemahannya adalah ketidaksesuaian
model dengan keadaan sebenarnya.
2. Fixed Effect Model (FEM)
Fixed Effect Model merupakan metode estimasi model regresi data panel
dengan asumsi bahwa koefisien slope dan intercept berbeda antar unit cross
section tetapi intercept antar waktu adalah konstan. Generalisasi secara umum
yang sering dilakukan adalah dengan memasukan dummy variable untuk
menghasilkan nilai koefisien slope yang berbeda antar unit cross section.
3. Random Effect Model (REM)
Model ini digunakan untuk mengatasi kelemahan model efek tetap yang
menggunakan dummy variable, sehingga model mengalami ketidakpastian.
52
Penggunaan dummy variable akan mengurangi derajat bebas yang pada akhirnya
akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. REM menggunakan
residual yang diduga memiliki hubungan antarwaktu dan antarindividu, sehingga
REM mengasumsikan bahwa setiap individu memiliki perbedaan intercept yang
merupakan variabel acak.
3.6 Metode pemilihan model
Keputusan untuk memilih model yang digunakan dalam analsis data panel
didasarkan pada dua uji yaitu uji Chow dan uji Hausman, Uji chow digunakan
untuk memutuskan apakah penggunaan CEM atau FEM. Jika hasil yang diperoleh
menunjukan model pendekatan CEM yang diterima, maka pendekatan CEM yang
akan dianalisis, jika model FEM yang diterima, maka dilakukan perbandingan lagi
dengan pendekatan REM, sedangkan untuk FEM atau REM ditentukan oleh uji
Hausman.
a. Uji Chow
Yaitu uji yang akan digunakan untuk mengetahui apakah model CEM atau
FEM yang akan dipilih untuk estimasi data. Uji ini dapat dilakukan dengan uji
restricted F-test atau Chow test. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis
sebagai berikut :
Ho : Model Common Effect
Ha : Model Fixed Effect
Kriteria pengambilan keputusan pada uji chow yaitu, jika nilai probabilitas
cross-section chi-square < 0,05 maka model yang digunakan adalah model fixed
effect, sebaliknya jika nilai probabilitas > 0,05 maka model yang di gunakan
adalah Common effect.
53
b. Uji Hausman
Hausman Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan
dalam memilih apakah menggunakan fixed effect atau random effect, hipotesis
yang akan di uji adalah sebagai berikut:
Ho : Random Effect Model
Ha : Fixed Effect Model
Kriteria pengambilan keputusan pada uji hausman yaitu,, jika nilai
probabilitas < 0,05 maka model yang digunakan adalah model fixed effect,
sedangkan jika nilai probabilitas >0,05 maka model yang digunakan adalah
random effect. Statistik hausman menyebar chi-square, jika nilai M hasil
pengujian lebih besar dari X2 Tabel, maka terjadi penolakan terhadap Ho,
begitupun sebaliknya. Dasar pemilihan antara fixed effect atau random effect
model adalah:
1. Jika data panel yang mempunyai jumlah data time series lebih besar
dibandingkan jumlah data cross section maka nilai taksiran parameter
berbeda kecil, sehingga pilihan didasarkan pada kemudahan
perhitungan disarankan untuk menggunakan model fixed effect.
2. Jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah data time series lebih
kecil dibandingkan jumlah data cross section dan jika asumsi yang
mendasari random effect terpenuhi maka disarankan untuk
menggunakan model random effect.
54
3.7 Pengujian Asumsi Klasik
Menurut Damodar Gujarati (2006) agar model regresi tidak bias atau agar
model regresi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) maka perlu dilakukan uji
asumsi klasik terlebih dahulu dengan uji analisis berganda yang berbasi OLS. Uji
persyaratan analisis untuk regresi berganda yang sering digunakan adalah sebagai
berikut :
3.7.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui data berdistribusi normal
atau tidak berdistribusi normal. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan
dengan mengamati penyebaran data pada sumbu diagonal suatu grafik.
Pendugaan persamaan harus memenuhi sifat kenormalan, karena jika tidak
normal dapat menyebabkan varians infinitif (ragam tidak hingga atau ragam yang
sangat besar). Untuk menguji suatu data berdistribusi normal atau tidak dapat
digunakan alat statistik Jarque-Bera (JB) yang dinyatakan sebagai berikut
(Gujarati dan Porter, 2010: 171):
JB = n [S2/6 + (K-3)2 /24]
Keterangan:
n : jumlah observasi,
S : koefisien Skewness
K : koefisien Kurtosis
Hipotesis statistik pengujian normalitas dengan uji Jarque-Bera (JB)
adalah sebagai berikut:
Ho : data tidak berdistribusi normal
Ha : data berdistribusi normal
Kriteria pengujian normalitas Jarque-Bera pada output eviews adalah
sebagai berikut (Widarjono, 2009: 54):
55
a. Jika nilai probabilitas JBtest > α 0,05, maka data berdistribusi normal
(tolak Ho, terima Ha). Artinya lolos uji normalitas.
b. Jika nilai probabilitas JBtest < α 0,05, maka data tidak berdistribusi
normal (terima Ho, tolak Ha). Artinya tidak lolos uji normalitas.
3.7.2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas adalah asumsi yang menunjukkan adanya hubungan
linear yang kuat diantara beberapa variabel prediktor dalam suatu model regresi
linear berganda. Model regresi yang baik memiliki variabel-variabel prediktor
yang independen atau tidak berkorelasi. Pada pengujian asumsi ini, diharapkan
asumsi Multikolinearitas tidak terpenuhi. Penyebab terjadinya kasus
Multikolinearitas adalah terdapat kolerasi atau hubungan linear yang kuat diantara
beberapa variabel prediktor yang dimasukkan kedalam model regresi. (Tony S.
Chendrawan, 2015:54).
Hipotesis statistik pengujian multtikolinieritas dengan correlation matrix
adalah sebagai berikut:
H0: tidak terjadi multikolinieritas
Ha: terjadi multikolinieritas
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
a. Pada Correlation Matrix, jika koefisien kolerasi yang dihasilkan < 0,89, maka
tidak terjadi multikolinieritas (terima Ho, tolak Ha).
b. Pada Correlation Matrix, jika koefisien kolerasi yang dihasilkan > 0,89, maka
terjadi multikolinieritas (terima Ha, tolak Ho).
Ada beberapa cara alternatif dalam mengatasi masalah multikolinieritas,
yaitu sebagai berikut:
56
a. Mencari data tambahan atau melakukan transformasi variabel.
b. Menghilangkan salahsatu variabel yang kolinier, terutama yang memiliki
hubungan yang kuat dengan variabel lain. Pengeluaran variabel bebas ini
harus berhati-hati karena tidak menutup kemungkinan variabel yang
dikeluarkan justru variabel yang penting.
3.7.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedatisitas adalah asumsi residual dari model regresi yang
memiliki varian tidak konstan. Pada pemeriksaan ini, diharapkan uji
Heterokedatisitas tidak terpenuhi karena model regrasi linier berganda memiliki
asumsi varian residual yang konstan (Homoskedatisitas). (Tony S. Chendrawan,
2015:57)
Hipotesis statistik pengujian heteroskedastisitas dengan uji white
heteroskedasticity adalah sebagai berikut:
H0: tidak terdapat heteroskedastisitas
Ha: terdapat heteroskedastisitas
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria (Widarjono, 2013:126):
a. Jika nilai probabilitas Obs*R-squared> α (0,05), maka tidak tolak H0 dan
konsekuensinya tolak Ha. Artinya tidak terdapat heteroskedastisitas.
b. Jika nilai probabilitas Obs*R-squared< α (0,05), maka tolak H0 dan
konsekuensinya tidak tolak Ha. Artinya terdapat heteroskedastisitas.
57
3.7.4 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi merupakan asumsi residual yang memiliki
kompenen/nilai yang berkorelasi berdasarkan waktu (urutan waktu) pada
himpunan data itu sendiri (Tony S. Chendrawan, 2015:56)
Masalah autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linier antara
kesalahan pengganggu periode t (sekarang) dengan kesalahan pengganggu periode
t-1 (sebelumnya). Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah
autokorelasi yaitu dengan uji Lagrange Multiplier yang dikembangkan oleh
Breusch-Godfrey. Keputusan ada atau tidaknya masalah autokorelasi sangat
tergantung dari lag residual yang digunakan dengan melakukan metode coba-coba
untuk menghindari masalah autokorelasi (Widarjono, 2013:144).
Hipotesis statistik pengujian autokorelasi dengan uji LM adalah sebagai
berikut:
H0: tidak terdapat autokorelasi
Ha: terdapat autokorelasi
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
a. Jika nilai probabilitas Obs*R-squared> α (0,05), maka tidak tolak H0 dan
konsekuensinya tolak Ha. Artinya tidak terdapat autokorelasi.
b. Jika nilai probabilitas Obs*R-squared< α (0,05), maka tolak H0 dan
konsekuensinya tidak tolak Ha. Artinya terdapat autokorelasi.
Ada beberapa cara alternatif dalam mengatasi masalah autokorelasi,
diantaranya sebagai berikut:
a) Mencari data tambahan.
58
b) Transformasikan salahsatu (beberapa) variabel.
c) Menambah AR(1) sebagai variabel bebas.
3.8 Uji Hipotesis Statistik
Secara statistik, ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual dapat
diukur dengan nilai statistik t, nilai statistik f, serta koefisien determinasi.Dalam
bahasa statistik, hipotesis yang dinyatakan dikenal sebagai hipotesis nol dan
dilambangkan dengan Ho. Hipotesis nol biasanya dilawankan pengujiannya
terhadap hipotesis alternatif atau hipotesis yang dipertahankan yang dilambangkan
dengan Ha. Jika menolak hipotesis nol, akan dikatakan bahwa penemuannya
secara statistik signifikan. Di sisi lain, jika tidak menolak hipotesis nol, akan
dikatakan bahwa penemuan secara statistik tidak signifikan (Gujarati, 2010:146).
3.8.1 Uji Statistik t (Uji Parsial)
Uji ini bertujuan menguji apakah variabel ekspor, impor, utang luar negeri
dan nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel
cadangan devisa secara individual untuk setiap variabel. Uji t digunakan untuk
menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara
parsial (Gujarati dan Porter, 2010:153).
Statistik uji t diformulasikan sebagai berikut:
( Nilai thitung = βi−β
Sβi )
Keterangan:
𝛽𝑖 = Koefisien variabel ke i
β = nilai hipotesis nol
Hipotesis:
59
a. Ho : β1 = 0 Tidak terdapat pengaruh signifikan dari Investasi terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja.
Ha : β1 ≠ 0 Terdapat pengaruh signifikan dari Investasi terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja.
b. Ho : β2 = 0 Tidak terdapat pengaruh signifikan dari variable Upah Minimum
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja.
Ha : β2 ≠ 0 Terdapat pengaruh signifikan dari variabel Upah Minimum
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja.
c. Ho : β3 = 0 Tidak terdapat pengaruh signifikan dari Pertumbuhan Ekonomi
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja.
Ha : β3 ≠ 0 Terdapat pengaruh signifikan dari Pertumbuhan Ekonomi terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja.
Pengambilan keputusan uji hipotesis secara parsial didasarkan pada nilai
probabilitas yang diperoleh dengan kriteria sebagai berikut (Gujarati dan Porter,
2010:153):
a. Jika nilai thitung > ttabel pada taraf signifikan 0,05 maka hipotesis statistik
atau Ho ditolak, kosekuensinya yaitu Ha diterima, berarti bahwa secara
individual (parsial) variabel independen berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai thitung < ttabel pada taraf signifikan 0,05 maka hipotesis statistik
atau Ho diterima, kosekuensinya yaitu Ha ditolak, berarti bahwa secara
individual (parsial) variabel independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
60
3.8.2 Uji Statistik F (Uji Simultan)
Uji F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil regresi tersebut.Uji F
digunakan untuk menganalisa pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara simultan. Statistik uji F siformulasikan sebagai berikut:
𝐹 =𝑅2/(𝑘−1)
(1−𝑅2)/(𝑛−𝑘)
Keterangan:
R2
= Koefisien determinasi
n = Jumlah observasi
k = Jumlah parameter (termasuk intersep)
Hipotesis:
Ho :β1=β2=β3=0 Tidak ada pengaruh dari Investasi, Upah Minimum, dan
Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja secara signifikan.
Ha :β1≠β2≠β3≠0 Terdapat pengaruh dari Investasi, Upah Minimum, dan
Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja secara signifikan.
Pengambilan keputusan uji hipotesis secara simultan didasarkan pada nilai
probabilitas yang diperoleh dengan kriteria sebagai berikut (Gujarati dan Porter,
2010:153):
1. Jika nilai Fhitung > ttabel pada taraf signifikan 0,05 maka hipotesis
statistik atau Ho ditolak, kosekuensinya yaitu Ha diterima, berarti
bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai Fhitung > ttabel pada taraf signifikan 0,05 maka hipotesis
statistik atau Ho ditolak, kosekuensinya yaitu Ha diterima, berarti
bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
61
3.8.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Gujarati dan Porter (2012:94), koefisien determinasi (R2)
merupakan ukuran ringkas yang menginformasikan seberapa baik sebuah garis
regresi sampel sesuai dengan datanya.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.Nilai R2
yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Sebaliknya, nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Nilai R2
diformulasikan
sebagai berikut (Gujarati dan Porter, 2012: 97):
( 𝑅2 =∑(�̂�−�̅�)2
∑(𝛾−�̅�)2 )
Keterangan:
R2
= Koefisien determinasi
𝛾 = Y estimate atau estimasi regresi
�̅� = Nilai Y rata-rata
Dalam penelitian ini, nilai R2
diperoleh melalui program eviews 8.
Kriteria-kriteria pengujian koefisien determinasi yaitu:
a. Bila R2
= 0, artinya variasi dari Y (Penyerapan Tenaga Kerja) tidak
dapat diterangkan oleh X (Investasi, Upah Minimum, Pertumbuhan
Ekonomi dan Pertumbuhan Industri) sama sekali.
b. Bila R2
= 1, artinya variasi dari Y (pertumbuhan ekonomi) 100% dapat
diterangkan oleh X (Investasi, Upah Minimum, Pertumbuhan Ekonomi
dan Pertumbuhan Industri).
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a. Kondisi Objek Penelitian
i. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota/Kabupaten
Provinsi Banten 2010-2014
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam kehidupan
manusia karena mencakup dimensi sosial dan ekonomi. Salah satu tujuan penting
dalam pembangunan ekonomi adalah penyediaan lapangan pekerjaan yang cukup
untuk mengejar pertumbuhan angkatan kerja, yang pertumbuhannya lebih cepat
dari pertumbuhan penyerapan kerja. Masalah ketenagakerjaan bukan hanya
sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas
namun jauh lebih serius dengan penyebab yang berbeda-beda. Seiring dengan
berubahnya lingkungan makro ekonomi mayoritas negara-negara berkembang,
angka pengangguran yang meningkat pesar terutama disebabkan oleh terbatasnya
permintaan tenaga kerja, meningkatnya masalah utang luar negeri dan kebijakan
lainnya yang pada gilirannya telah mengakibatkan kemerosotan pertumbuhan
industri, tingkat upah, dan akhirnya penyediaan lapangan kerja (Todaro,
2000:307).
Peningkatan dalam jumlah penyerapan tenaga kerja tiap tahunnya
memiliki peningkatan, namun masih sangat perlu diperhatikan pada jumlah
angkatan kerja yang tersedia, hal ini dikarenakan penawaran tenaga kerja yang
tidak berimbang dengan permintaan tenaga kerja.
63
Tabel 4.1
Angka Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Banten 2010-2014 (Jiwa) Kabupaten/Kota Tahun Jumlah
2010 2011 2012 2013 2014
Kab. Serang 44.481 49.601 62.989 67.161 74.302 298.534
Kab Tangerang 31.183 35.835 41.341 47.406 46.271 202.306
Kota Serang 19.594 22.139 26.361 30.282 32.225 130.601
Kota cilegon 213.202 233.194 256.214 268.720 282.206 1.253.536
Kota Tangerang 283.829 366.723 403.553 450.503 563.970 2.068.578
Kota Tangerang
Selatan
120.273 126.892 142.127 158.141 198.916 746.349
Jumlah (Prov)
Dan
pertumbuhan %
1.164.551 1.582.672 1.736.420 1.901.148 2.127.456 8.512.247
- 26,42% 8,85% 8,66% 10,64% -
Jumlah
Angkatan Kerja
5.309.462 5.210.224 5.125.057 5.146.305 5.338.045
Yang Terserap 22% 30,2% 33,4% 36,9% 39,8%
Sumber : BPS Provinsi Banten 2011-2015, Banten Dalam Angka.
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat disimpulkan Penyerapan Tenaga Kerja di
Provinsi Banten Tahun 2010-2014 mengalami pergerakan yang signifikan dari
tahun ke tahun disetiap kabupatennya, peningkatan terbesar terjadi pada tahun
2012 dimana peningkatan mencapai angka 26,42 % dari jumlah total tenaga kerja
terserap di tahun sebelumnya, sedangkan jumlah peningkatan yang paling rendah
terjadi pada tahun 2013, dimana tenaga kerja yang terserap hanya lebih banyak
8,66% dari tahun sebelumnya. Dapat dilihat pada Kabupaten Serang, Kabupaten
Tangerang, Kota Serang, Kota Cilegon, Kota Tangerang dan Kota Tangerang
Selatan selalu mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja yang signifikan
disetiap tahunnya. Tenaga kerja yang terserap dengan jumlah paling rendah
berada di Kota Serang sebesar 130.601 dan jumlah tenaga kerja terserap yang
paling tinggi berada di Kota Tangerang, yaitu sebesar 2.008.578 Jiwa selama
periode 2010-2014. Sementara total penyerapan tenaga kerja dari angkatan kerja
yang ada, tiap tahunnya mengalami peningkatan, puncaknya pada 2014 jumlah
angkatan kerja yang terserap mencapai hampir 40 % yaitu dengan nilai 39,8 %
64
dari tahun sebelumnya, hal ini tidak lepas dari bertambahnya investasi melalui
pihak pemerintah maupun pihak asing.
4.1.2 Perkembangan Investasi Asing dan Domestik di Kota/Kabupaten
Provinsi Banten 2010-2014
Investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat,
sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan
nasional serrta penyerapan kerja, pertambahan barang modal sebagai akibat
investasi akan menambahkan kapasitas produksi. Kegiatan investasi
memungkinkan masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan
penyerapan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf
kemakmuran masyarakat, (Sukirno, 2001:106-110).
Tabel 4.2
Realisasi Investasi Provinsi Banten 2010-2014 (Jumlah Proyek) Kabupaten/
Kota
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
Kab. Serang 12 4 11 117 162
Kab Tangerang 40 34 36 286 449
Kota Serang 0 0 0 9 6
Kota Cilegon 5 4 4 95 165
Kota
Tangerang
15 19 22 125 197
Kota
Tangerang
Selatan
4 9 17 39 78
Jumlah 76 70 90 571 1057
Sumber : BPS Provinsi Banten 2011-2015, Banten Dalam Angka.
Pada tahun 2010 sampai 2012 Investasi yang masuk di 6 Kota/Kabupaten
Provinsi Banten masih sangat kecil, setelah itu pada tahun 2013 Provinsi Banten
mengalami peningkatan total Investasi masuk baik PMA maupun PMDN, hal ini
tidak lepas dari tingginya keinginan pemerintah dalam mendorong para investor
baik dalam maupun luar dengan meningkatkan produksi, agar dapat membuka
65
lapangan kerja baru bagi angkatan kerja yang tersedia. Provinsi Banten
mengalami pasang surut dalam kurun waktu 5 tahun, yang tertinggi yaitu pada
tahun 2014 dengan jumlah total sebanyak 1057 investasi, dan Kabupaten
Tangerang menjadi tujuan paling utama para investor dengan jumlah 449
investasi.
4.1.3 Perkembangan Upah Minimum Regional di Kota/Kabupaten Provinsi
Banten 2010-2014
Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada
buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan,
dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu
persetujuan, atau peraturan perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar suatu
perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk
buruh sendiri maupun keluarganya (Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 1981
Tentang Perlindungan Upah).
Dalam Undang-undang No.3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial dan
tenaga kerja menjelaskan bahwa upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan
dari pengusaha kepada tenaga kerja untuk sesuatu pekerjaan yang telah atau akan
dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang ditetapkan menurut
kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu
perjanjian kerja antara pengusaha dengan tenaga kerja, termasuk tunjangan, baik
untuk tenaga kerja sendiri maupun keluarganya.
Berikut merupakan data perkembangan jumlah Upah Minimum Regional
Kota/Kabupaten Provinsi Banten periode 2010-2014.
66
Tabel 4.3
Upah Minimum Regional Provinsi Banten 2010-2014 (Juta Rupiah) Kabupaten/
Kota
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
Kab. Serang 1.101.000 1.296.000 1.320.500 2.080.000 2.340.000
Kab Tangerang 1.117.245 1.285.000 1.527.000 2.200.000 2.442.000
Kota Serang 1.050.000 1.156.000 1.231.000 1.798.446 2.116.000
Kota Cilegon 1.174.000 1.224.000 1.347.000 2.200.000 2.443.000
Kota Tangerang 1.118.009 1.290.000 1.527.000 2.203.000 2.444.301
Kota Tangerang
Selatan
1.125.000 1.245.800 1.381.000 2.200.000 2.442.000
Provinsi Banten 955.300 1.000.000 1.040.000 1.170.000 1.325.000
Sumber : BPS Provinsi Banten 2011-2015, Banten Dalam Angka.
Upah minimum tertinggi berada di Kota Tangerang, diikuti Kota Cilegon,
Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang dengan jumlah UMR yang
tidak jauh berbeda, hal ini juga dapat dipahami dengan tingginya jumlah industri
yang ada di Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang sebagai penyedia
lapangan kerja di berbagai macam sektor, dengan meningkatnya jumlah upah tiap
tahunnya yang membuat daya beli masyarakat menjadi tinggi dan berperan
meningkatkan produksi dan penyerapan tenaga kerja yang ada.
4.1.4 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Kota/Kabupaten Provinsi
Banten 2010-2014
Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk
menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini
disebabkan oleh peningkatan faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan
kualitasnya. Investasi akan menambah produksi barang dan jasa. teknologi yang
digunakan juga semakin berkembang, disamping itu jumlah angkatan kerja dan
penyerapan kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring
dengan meningkatnya pendidikan dan keterampilan mereka.
67
Berikut merupakan data perkembangan jumlah pertumbuhan ekonomi di
Kota/Kabupaten Provinsi Banten tahun 2010-2014.
Tabel 4.4
Angka Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten 2010-2014 (%) Kabupaten/
Kota
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
Kab. Serang 4,15 5,67 5,22 6,33 6,71
Kab. Tangerang 6,71 7,35 5,80 6,89 6,12
Kota Serang 7,63 7,94 7,19 7,42 7,73
Kota Cilegon 5,26 6,53 7,70 6,81 5,32
Kota Tangerang 6,68 7,35 6,42 6,73 6,17
Kota Tangerang
Selatan
8,70 8,52 8,24 8,86 8,99
Provinsi Banten 6,08 6,43 5,45 6,91 6,48
Sumber : BPS Provinsi Banten 2011-2015, Banten Dalam Angka.
Berdasarkan pada Tabel 4.4 di atas, dapat di lihat dapat disimpulkan
bahwa pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi di Kota Tangerang Selatan pada
tahun 2014 sebesar 8.99 %, Tangerang Selatan menjadi wilayah yang paling stabil
diantara Kota/Kabupaten lainnya, yaitu dengan rata rata pertumbuhan ekonomi
lebih dari 8%. Sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah terjadi di wilayah
Kabupaten Serang dan Kabupaten Lebak yang pertumbuhan ekonomi nya hanya
sebesar 4,15% pada tahun 2010, meskipun kabupaten Serang mengalami
peningkatan yang cukup signifikan hingga 2014.
Produk-produk industrial selalu memiliki dasar tukar (terms of grade)
yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih
besar dibandingkan produk-produk sektor lain. Hal ini disebabkan karena sektor
industri memiliki variasi produk yang sangat beragam dan mampu memberikan
manfaat marjinal yang tinggi kepada pemakainya. Pelaku bisnis (Produsen,
Penyalur, Pedagang dan Investor) lebih suka berkecimpung dalam bidang industri
karena sektor ini memberikan marjin keuntungan yang lebih menarik. Berusaha
68
dalam bidang industri dan berniaga hasil-hasil industri juga lebih diminati karena
proses produksi serta penanganan produknya lebih bisa dikendalikan oleh
manusia, tidak terlalu bergantung pada alam semisal musim atau keadaan cuaca.
Karena strategi pembangunan dan sarana tujuan nasional harus benar-benar
memperhatikan aspek sumber daya manusia dalam memasuki lapangan kerja,
orientasi untuk meningkatkan GDP (Gross National Product) harus di ikuti oleh
peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan keterampilan yang memadai agar
dalam pembangunan tersebut peningkatan GDP juga di ikuti dengan peningkatan
produktivitas kerja. (Dumairy 1996: 227-228)
4.2 Analisis Model Penelitian
4.2.1 Hasil Analisis Model
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
linier berganda dengan menggunakan metode data panel. Data panel merupakan
analisis regresi berganda yang menggunakan dua jenis data yaitu data time series
dan cross section. Metode data panel digunakan karena pada penelitian ini
ditemukan suatu persoalan mengenai ketersediaan data (data avaibility) untuk
mewakili variabel yang digunakan dalam penelitian. Sehingga, dengan
menggabungkan data time series dan cross section (pooling), maka jumlah
observasi akan bertambah secara signifikan dari data yang digunakan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen yaitu
investasi, UMR dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan variabel dependennya
adalah penyerapan tenaga kerja di 6 Kota/Kabuaten Provinsi Banten,
menggunakan program statistik Eviews 8. Sebelum mengestimasi data, pengujian
69
pada data panel diperlukan pengujian metode pemilihan atau penyesuaian model
yang akan digunakan yaitu dengan uji chow. Uji Chow digunakan untuk
mengetahui apakah model CEM atau FEM yang akan dipilih untuk estimasi data.
Uji ini dapat dilakukan dengan uji restriced F-Test atau Chow-Test. Dalam
pengujian ini dilakukakn dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Model Common Effect
H1 : Model Fixed Effect
Kriteria pengambilan keputusan pada uji Chow yaitu, jika nilai
probabilitas ≤ 0,05 maka model yang digunakan adalah model fixed effect.
Sebaliknya jika nilai probabilitas ≥ 0,10 maka model yang digunakan adalah
common effect. Berikut ini adalah hasil chow test yang disajikan pada tabel 4.5
sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hasil Uji Chow Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 70.545135 (5,18) 0.0000
Cross-section Chi-square 81.677447 5 0.0000
Sumber : Diolah melalui Eviews 8, Lampiran 1
Berdasarkan taraf signifikansi 5%, diketahui bahwa nilai probabilitas uji
chow yang diperoleh adalah lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,0000 (0,0000 ≤
0,05). Artinya H0 ditolak dan H1 diterima sehingga model yang digunakan adalah
model random effect.
Setelah dilakukan uji chow perlu adanya pengujian kembali dengan
menggunakan uji hausman, karena keputusan untuk memilih model yang
digunakan dalam analisis panel didasarkan pada dua uji, yakni uji Chow dan uji
70
Hausman. Uji Hausman adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan
dalam memilih apakah menggunakan model fixed effect atau model random effect
(Gujarati, 2004:120).
Hipotesis yang digunakan adalah :
H0 : Model random effect
H1 : Model fixed effect
Kriteria pengambilan keputusan pada uji Hausman yaitu, jika nilai
probabilitas < 0,05 maka model yang digunakan adalah model fixed effect.
Sebaliknya, jika nilai probabilitas > 0,05 maka model yang digunakan adalah
model random effect. Berikut ini adalah hasil hausman test yang disajikan pada
tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Hausman Test
Test Summary Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.987932 3 0.8042
Sumber : Diolah melalui Eviews 8, Lampiran 1
Berdasarkan taraf signifikansi 5 persen, diketahui bahwa nilai probabilitas
hausman test yang diperoleh adalah lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,0000
(0,0000 < 0,05). Artinya H1 diterima dan H0 ditolak sehingga model yang
digunakan adalah model Random effect
.
71
Tabel 4.7
Hasil Regresi Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 99345.37 115365.0 0.861140 0.3980
INV? -116.1135 139.3954 -0.832979 0.4134
PE? -9743.438 11811.95 -0.824880 0.4179
UMR? 0.076275 0.025378 3.005519 0.0063
Random Effects (Cross)
_KABSERANG—C -110285.7
_KABTANG—C -105235.3
_KOTCIL—C 90687.32
_KOTSER—C -140103.2
_KOTTANG—C 255319.9
_KOTTANGSEL—C 9616.998
Effect Spesification R-squared 0.438882 F-statistic 5.996533
Adjusted R-squared 0.365693 Prob(F-statistic) 0.003570
Sumber: Diolah melalui Eviews 8, Lampiran 2
Berdasarkan hasil regresi data panel pada variabel jumlah investasi, UMR
dan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 sampai dengan 2014 diperoleh
persamaan sebagai berikut :
PTK = 99345.37 - 9743.438 (PE) -116.1135 (INV) + 0.076275 (UMR)
Keterangan:
PTK : Penyerapan Tenaga Kerja
PE : Pertumbuhan Ekonomi
INV : Investasi
UMR : Upah Minimum Regional
*signifikan pada ɑ = 5% (0,05)
Berdasarkan persamaan tersebut , maka dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Nilai konstanta sebesar 99345,37 dapat diartikan apabila variabel
jumlah investasi, UMR dan jumlah pertumbuhan ekonomi bernilai nol
maka jumlah penyerapan tenaga kerja di 4 Kabupaten Provinsi Banten
sebesar 99345,37 jiwa.
b. Nilai koefisien regresi pada jumlah investasi sebesar -116,1135
artinya setiap penurunan jumlah investasi sebesar satu investasi maka
72
akan menurunkan jumlah investasi sebanyak -116,1135 dengan asumsi
bahwa variabel jumlah UMR dan pertumbuhan ekonomi tetap.
c. Nilai koefisien regresi pada UMR 0,076275 artinya setiap peningkatan
UMR sebesar satu rupiah maka akan meningkatkan nilai UMR sebesar
0,076275, dengan asumsi bahwa variabel investasi dan pertumbuhan
ekonomi adalah tetap.
d. Nilai koefisien regresi pada pertumbuhan ekonomi sebesar -9743.438
artinya setiap penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen
maka akan menurunkan jumlah penyerapan tenaga kerja sebesar -
9743.438, dengan asumsi bahwa variabel investasi dan UMR adalah
tetap.
4.3 Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah yang terdistribusi normal atau yang mendekati normal.
Untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak, dilakukan uji Jarque-
Bera. Berikut gambaran hasil pada uji normalitas.
73
Gambar 4.1
Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-200000 -100000 1 100001 200001 300001 400001
Series: ResidualsSample 1 30Observations 27
Mean -8.76e-13Median -15619.52Maximum 363201.3Minimum -177641.0Std. Dev. 145035.4Skewness 0.858838Kurtosis 2.813508
Jarque-Bera 3.358335Probability 0.186529
Sumber: Diolah melalui Eviews 8, Lampiran 3
Berdasarkan hasil Uji Jarque-Bera test dapat diketahui bahwa data dalam
penelitian ini telah berdistribusi normal. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas uji
Jarque-Bera sebesar 3,358335 < Chi-Square Tabel 38,885 yang berarti
menyatakan bahwa uji Jarque-Bera menolak H0, sehingga dapat dinyatakan
bahwa model ini telah terdistribusi normal.
4.4 Uji Asumsi Klasik
Uji penyimpangan asumsi klasik bertujuan agar model regresi ini
menghasilkan model yang bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) atau
mempunyai hasil yang tidak bias. Sebelum model penelitian secara teoritis akan
menghasilkan nilai parameter penduga yang tepat bila memenuhi uji asumsi klasik
dalam regresi, yaitu meliputi uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji
autokorelasi (Gujarati, 2004:100).
74
4.4.1 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Breusch-
Godfrey, yang biasa disebut dengan uji LM (Langrange Multiplier) (Winarno,
2011:5.30). Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi, maka dilakukan
pengujian menggunakan uji LM (Langrange Multiplier) atau biasa disebut dengan
LM-test, dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi Menggunakan LM Test Ket. Nilai Ket. Prob.
F-statistic 15.41956 Prob. F(2,21) 0.0001
Obs*R-squared 16.06231 Prob. Chi-Square(2) 0.0003 Sumber: Eviews8 (data diolah)
Uji Hipotesis:
H0 : tidak terdapat autokorelasi
Ha : terdapat autokorelasi
Kriteria pengujian ada tidaknya autokolerasi dengan LM-test adalah
sebagai berikut:
a. Jika nilai Obs*R-squared < Chi-square Tabel, maka tidak terdapat
autokolerasi (terima Ho, tolak Ha). Artinya lolos uji autokolerasi.
b. Jika nilai Obs*R-squared > Chi-square Tabel, maka terdapat
autokolerasi (tolak Ho, terima Ha). Artinya tidak lolos uji autokolerasi.
Menurut Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai probabilitas Obs*R-Squared
lebih kecil dari Chi-square Tabel, yaitu sebesar 16.06231 > 50,99846. Sehingga
keputusannya ialah tidak tolak Ho, yang artinya tidak terdapat autokorelasi dalam
model penelitian ini.
75
4.4.2 Uji Heterokedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah setiap variabel
pengganggu mempunyai variabel yang sama atau tidak. Uji Heterokedastisitas
menggunakan uji White dengan menghitung Obs*R-squared = Chi Square (X2)
hitung, kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan Chi Square (X2) tabel. Jika
nilai Chi Square hitung ≤ Chi Square tabel maka terjadi heteroskedastisitas, tetapi
jika nilai Chi Square hitung ≤ Chi Square tabel maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Berikut adalah tabel 4.9 menjelaskan uji Heteroskedastisitas.
Tabel 4.9
Hasil Uji Heteroskedastisitas: White Ket. Nilai Ket. Prob.
F-statistic 1.279870 Prob. F(3,27) 0.3048
Obs*R-squared 3.862555 Prob. Chi-Square(3) 0.2767
Scaled explained SS 2.541513 Prob. Chi-Square(3) 0.4678 Sumber: Diolah melalui Eviews 8
Berdasarkan Tabel 4.9 maka didapatkan nilai probabilitas Obs*R-Squared
atau Chi-Square hitung sebesar 3.862555 lebih kecil dari Chi-square tabel
50,99846 maka dapat disimpulkan bahwa di dalam model ini tidak terdapat
heterokedastisitas.
4.4.3 Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2011: 105) uji multikolinearitas bertujuan untuk
menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Pada model regresi yang baik sebenarnya antar variabel independen
tidak terjadi korelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam
model regresi adalah sebagai berikut:
1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
sangat tinggi, tetapi sesama individual variabel-variabel bebas banyak
yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.
76
2) Menganalisis matrik korelasi antar variabel bebas jika terdapat
korelasi antar variabel bebas yang cukup tinggi (>0,9) hal ini
merupakan indikasi adanya multikolinearitas.
Dalam penelitian ini, Correlation Matrix diperoleh melalui program
eviews8.
Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolinearitas Menggunakan Matriks Korelasi
Korelasi INV UMR PE
INV 1.000000 -0.167649 0.676469
UMR -0.167649 1.000000 0.058954
PE 0.676469 0.058954 1.000000 Sumber: Diolah melalui Eviews 8, Lampiran 4
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai korelasi antar variabel independen
yang dihasilkan. Dilihat pada Tabel 4.10 bahwa terjadi multikolinearitas antara
variabel Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi. Namun, menurut Batalgi (2003:
5) menjelaskan bahwa gabungan antara time series dan cross section atau panel
data dapat meloloskan uji multikolinearitas. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi multikolinearitas antar variabel independen dalam penelitian ini dan lolos
uji multikolinearitas.
4.5 Hasil Analisis Hipotesis Statistik
4.5.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependent secara parsial atau individu (Gujarati, 2009). Uji t digunakan
untuk mengetahui signifikansi dan bagaimana pengaruh variabel investasi, UMR
dan pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja di 6 Kota/Kabupaten
Provinsi Banten. Berikut hasil uji t statistik pada tabel 4.11
77
Tabel 4.11
Hasil Pengujian Hipotesis Uji t-Statistik
Variabel t-hitung t-tabel Keputusan Signifikansi
INV -0,832979
±1,70562
Terima Ho Tidak Signifikan
UMR 3,005519 Tolak Ho Signifikan
PE -0,824880 Terima Ho Tidak Signifikan Sumber: Diolah melalui Eviews 8
Tingkat signifikansi atau tabel distribusi t-tabel dicari pada ɑ = 5% : 2 =
2,5% (0.05), dimana nilai n adalah 30 dan nilai k adalah 4 maka nilai df = n–k (30
– 4) = 26, diperoleh t-tabel sebesar ± 1,70562.
Maka dapat diputuskan :
1. Hasil uji t terhadap variabel Investasi (INV)
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. H0 : β1 = 0, maka artinya adalah tidak terdapat pengaruh yang
signifikan dari variabel jumlah Investasi terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja 6 Kota/Kabupaten di Provinsi Banten periode 2010-2014 dengan
asumsi variabel UMR dan jumlah pertumbuhan ekonomi adalah
konstan.
b. Ha : β1 ≠ 0, maka artinya adalah terdapat pengaruh yang signifikan dari
variabel jumlah Investasi terhadap Penyerapan Tenaga Kera di 6
Kota/Kabupaten di Provinsi Banten periode 2010-2014 dengan asumsi
variabel UMR dan pertumbuhan ekonomi adalah konstan.
Penentuan keputusan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika thitung >ttabel atau -thitung< -ttabel tolak H0 dan tidak tolak Ha, berarti
bahwa secara individu variabel jumlah investasi terdapat pengaruh
yang signifikan terhadap variabel Penyerapan Tenaga Kerja.
78
b. Jika thitung< ttabel atau -thitung> -ttabel maka tolak H0 dan terima Ha,
berarti bahwa secara individu variabel jumlah Investasi terdapat
pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel Penyerapan Tenaga
Kerja.
Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa nilai -thitung lebih kecil dari nilai -
ttabel yaitu sebesar -0,832979 < - 1,70562, maka kesimpulannya yaitu terima H0
dan tolak Ha, Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah
Investasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja 6 Kota/Kabupaten di Provinsi
Banten tahun 2010-2014.
2. Hasil Uji t Terhadap Variable Upah Minimum Regional (UMR)
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. H0 : β2 = 0, maka artinya adalah tidak terdapat pengaruh yang
signifikan dari variabel UMR terhadap Penyerapan Tenaga Kerja 6
Kota/Kabupaten di Provinsi Banten tahun 2010-2014 dengan asumsi
variabel pertumbuhan ekonomi dan investasi adalah konstan.
b. Ha : β2 ≠ 0, maka artinya adalah terdapat pengaruh yang signifikan dari
variabel UMR terhadap Penyerapan Tenaga Kerja 6 Kota/Kabupaten
di Provinsi Banten tahun 2010-2014 dengan asumsi variabel
pertumbuhan ekonomi dan investasi adalah konstan.
Penentuan keputusan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
c. Jika thitung >ttabel atau -thitung< -ttabel tolak H0 dan tidak tolak Ha,
berarti bahwa secara individu variabel UMR terdapat pengaruh
yang signifikan terhadap variabel Penyerapan Tenaga Kerja.
79
d. Jika thitung< ttabel atau -thitung> -ttabel maka tidak tolak H0 dan tolak
Ha, berarti bahwa secara individu variabel UMR tidak terdapat
pengaruh yang signifikan terhadap variabel Penyerapan Tenaga
Kerja.
Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa nilai thitung lebih besar dari nilai
ttabel yaitu sebesar 3,005519 > 1,70562, maka kesimpulannya yaitu tolak H0 dan
terima Ha, Artinya terdapat pengaruh signifikan antara jumlah UMR terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja 6 Kota/Kabupaten di Provinsi Banten tahun 2010-
2014.
3. Hasil Uji t Terhadap Variabel Pertumbuhan Ekonomi (PE)
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. H0 : β3 = 0, maka artinya adalah tidak terdapat pengaruh yang
signifikan dari variabel Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja 6 Kota/Kabupaten di Provinsi Banten tahun 2010-2014
dengan asumsi variabel UMR dan Investasi adalah konstan.
b. Ha : β3 ≠ 0, maka artinya adalah terdapat pengaruh yang signifikan dari
variabel Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja 6
Kota/Kabupaten di Provinsi Banten tahun 2010-2014 dengan asumsi
variabel jumlah jumlah perahu dan jumlah nelayan adalah konstan.
Penentuan keputusan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika thitung >ttabel atau -thitung< -ttabel tolak H0 dan tidak tolak Ha, berarti bahwa
secara individu variabel Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifikan
terhadap variabel Penyerapan Tenaga Kerja.
80
b. Jika thitung< ttabel atau -thitung> -ttabel maka tidak tolak H0 dan tolak Ha, berarti
bahwa secara individu variabel Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh
yang signifikan terhadap variabel Penyerapan Tenaga Kerja.
Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa nilai thitung lebih besar dari nilai
ttabel yaitu sebesar -0.824880 < 1,70562, maka kesimpulannya yaitu terima H0 dan
terima Ha, Artinya tidak terdapat pengaruh signifikan antara Pertumbuhan
Ekonomi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja 6 Kota/Kabupaten di Provinsi
Banten tahun 2010-2014 .
4.5.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F pada dasarnya dimaksudan untuk membuktikan secara statistik
bahwa seluruh variabel independen berpengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen yaitu penyerapan tenaga kera di 6 Kota/Kabupaten di Provinsi
Banten, investasi, UMR dan pertumbuhan ekonomi dengan hipotesis untuk
menunjukan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas.
Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-statistik dengan F-
tabel (Gujarati dan Porter, 2010:153). Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak
artinya variabel independen secara keseluruhan mempengaruhi variabel dependen.
Dan jika F-hitung < F-tabel maka Ho diterima, artinya variabel dependen secara
bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen atau nilai probabilitas F-
statistik lebih kecil dari nilai (α) = 5%, maka dapat dikatakan bahwa secara
keseluruhan variabel-variabel independen dalam model berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependennya. Berikut adalah tabel pengujian hipotesis uji F :
81
Tabel 4.12
Hasil Pengujian Hipotesis Uji F-Statistik
F-hitung F-tabel*(α =
5%/2)
Keputusan Probabilitas Signifikansi
5,996533 2,98 Tolak Ho 0,0000 Signifikan
Sumber: Diolah melalui Eviews 8
Berdasarkan Tabel 4.12 pada α = 5% Ftabel sebesar 2,98 dan Fhitung sebesar
5,996533, maka dapat disimpulkan bahwa Fhitung > F tabel (5,996533 > 2,9), bahwa
pada derajat keyakinan 43,88% jumlah Investasi, UMR dan Pertumbuhan
Ekonomi secara bersama–sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
Penyerapan Tenaga Kerja di Kota/Kabupaten Provinsi Banten.
4.5.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Gujarati dan Porter (2012:94) koefisien determinan merupakan
ringkasan yang menginformasikan seberapa baik sebuah garis regresi sample
sesuai dengan datanya. Nilai koefisien determinasi yang mendekati nilai 1 dapat
menunjukkan bahwa model penelitian yang digunakan dianggap tepat untuk
menjelaskan pengaruh dari faktor Investasi, UMR, dan Pertumbuhan Ekonomi.
Hasil perhitungan bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0,438882 ini
berarti variasi variabel Penyerapan Tenaga Kerja di Kota/Kabupaten di Provinsi
Banten sebesar 43,88% dipengaruhi oleh perubahan–perubahan dalam variabel
Investasi, UMR, Pertumbuhan Ekonomi sisanya 3,79% dipengaruhi oleh faktor
lain diluar model.
4.6 Pembahasan
Dalam regresi pengaruh Investasi, Upah Minimum Regional, dan
Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota/Kabupaten di
Provinsi Banten dengan menggunakan metode FEM. Diperoleh nilai koefisien
regresi untuk setiap variabel dalam penelitian dengan persamaan sebagai berikut :
82
PTK = 99345.37 - 9743.438 (PE) -116.1135 (INV) + 0.076275 (UMR)
Berdasarkan hasil regres diperoleh uji individu untuk setiap wilayah
Kabupaten Provinsi Banten sebagai berikut :
Tabel 4.13
Hasil Uji Individu
Random Effect (Cross)
_KABSERANG—C -110285.7
_KABTANG—C -105235.3
_KOTCIL—C 90673.2
_KOTSER—C -140103.2
_KOTTANG—C 255319.99
KOTTANGSEL—C 9616.998
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 8.
Dengan estimasi sebagai berikut :
1. Kab. Serang = -110285,7 – 9743.438 (PE) -116.1135 (INV) + 0.076275
(UMR)
2. Kab. Tangerang = -105235,3 – 9743.438 (PE) -116.1135 (INV) + 0.076275
(UMR)
3. Kota Cilegon = 90673.2 – 9743.438 (PE) -116.1135 (INV) + 0.076275
(UMR)
4. Kota Serang = -140103.2 – 9743.438 (PE) -116.1135 (INV) + 0.076275
(UMR)
5. Kota Tangerang = 255319.99 – 9743.438 (PE) -116.1135 (INV) + 0.076275
(UMR)
6. Kota TangSel = 9616.998 – 9743.438 (PE) -116.1135 (INV) + 0.076275
(UMR)
Berdasarkan hasil uji individu di atas besaran koefisien konstanta dari
setiap kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Banten berbeda-beda. Kota
Tangerang memiliki nilai koefisien tertinggi diantara kabupaten dan kota lainnya.
83
Dengan jumlah Investasi dan pertumbuhan ekonomi yang peningkatannya cukup
baik, mampu untuk menyerap tenaga kerja untuk lebih banyak memenuhi
penawaran tenaga kerja. Kota tangerang merupakan daerah terdekat dengan
Provinsi Jakarta, dimana pembangunan dan perluasan lapangan tenaga kerjanya
cukup baik dan cepat, yang memungkinkan lebih efektif dalam laju pertumbuhan
ekonomi.
4.6.1 Pengaruh Investasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Berdasarkan hasil perhitungan regresi, hasil uji probabilitas untuk variabel
investasi tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja dimana nilai probabilitas lebih besar dari tingkat kepercayaan 5% (0.5).
Hasil uji signifikansi secara parsial atau secara individu, pengaruh
investasi terhadap penyerapan tenaga kerja di 6 Kota/Kabupaten di Provinsi
Banten menghasilkan angka yang tidak signifikan dimana nilai
−𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka terima H0.
Nilai koefisien regresi pada UMR sebesar -116.1135 artinya setiap
penambahan jumlah Investasi sebesar 1 investasi maka akan menurunkan
Penyerapan Tenaga Kerja -116,1135 Jiwa, dengan asumsi bahwa variabel jumlah
UMR dan Pertumbuhan Ekonomi adalah tetap.
Namun untuk menerangkan hubungan positif variabel Investasi terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja secara fenomena dimana ada kondisi Law Of
Diminishing Return pada sektor ketenagakerjaan bahwa ketika produksi berlebih
tetapi hasil tidak maksimal akan sangat merugikan perusahaan, lain hal ketika
pertumbuhan ekonomi meningkat, akan turut serta meningkatkan
pendapatan/upah yang akhirnya meningkatkan kembali daya beli masyarakat,
84
maka investor akan meluaskan investasinya dan membuka lapangan kerja baru.
Kegiatan investasi memungkinkan masyarakat terus menerus meningkatkan
kegiatan ekonomi dan penyerapan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan
meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat, (Sukirno, 2001:106-110). Hal ini
mengacu pada teori Keynes (The General Theory of Employment, Interest and
Money) bahwa jumlah maupun kesepakatan untuk melakukan investasi didasarkan
atas konsep keuntungan yang diharapkan dari investasi atau disebut Marginal
Efficiency of Invesment (MEI).
Hasil ini juga sesuai dengan yang dilakukan Riky Eka Putra (2012) Dasri
Lukiman (2013), Antonius Luntangan (2013). Bahwa terdapat pengaruh
signifikan investasi terhadap penyerapan tenaga kerja, dimana bila tingkat
investasi bertambah, akan ada kemungkinan dimana tersedianya lapangan
pekerjaan baik formal maupun informal.
4.6.2 Pengaruh Upah Minimum Regional terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja
Berdasarkan hasil perhitungan regresi, hasil uji probabilitas untuk variabel
jumlah Upah Minimum Regional terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
Penyerapan Tenaga Kera dimana nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat
kepercayaan 5% (0.05).
Hasil uji signifikansi secara parsial atau secara individu, pengaruh jumlah
Upah Minimum Regional terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di 6
Kota/Kabupaten di Provinsi Banten menghasilkan angka yang signifikan dimana
nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka tolak H0
85
Nilai koefisien regresi pada jumlah upah minimum sebesar 0,076275
artinya setiap peningkatan jumlah upah minimum regional satu unit maka akan
meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 0,076275 dengan asumsi bahwa
variabel pertumbuhan ekonomi dan investasi adalah tetap
Hal ini sesuai dengan teori Cobb-douglas Secara deskriptif dapat diartikan
bahwa variabel yang berpengaruh nyata adalah upah minimum regional. Dalam
arti bahwa jumlah penyerapan tenaga kerja akan dapat berubah jika upah
minimum yang dimiliki setiap wilayah meningkat. Semakin besar upah yang di
dapat akan mendorong perusahaan meningkatkan jumlah produksi perusahaan
tersebut, dan permintaan masyarakat akan produk barang dan jasa pun semakin
meningkat yang akhirnya akan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja
yang ada. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan Rahmad Prabandana
(2015), Riky Eka Putra (2012), Arifatul Chusna (2013), Antonius Luntangan
(2013). Terdapat pengaruh positif signifikan dengan meningkatnya tingkat upah,
karena diharapkan akan mendorong perusahaan meningkatkan produksinya, dan
menambahkan lapangan kerja baru untuk di isi.
4.6.3 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja
Berdasarkan hasil perhitungan regresi, hasil uji probabilitas untuk variabel
Pertumbuhan Ekonomi terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan
Tenaga Kerja dimana nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat kepercayaan 5%
(0.05).
Hasil uji signifikansi secara parsial atau secara individu, pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja 6 Kota/Kabupaten di
86
Provinsi Banten menghasilkan angka yang tidak signifikan dimana nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 <
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka terima H0
Nilai koefisien regresi pada Pertumbuhan Ekonomi sebesar -9743.438 artinya
setiap peningkatan pertumbuhan ekonomi sebanyak satu persen maka akan
meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja sebesar -9743,438 dengan asumsi
bahwa variabel Investasi dan UMR adalah tetap.
Menurut Adam Smith dalam Arsyad (2004: 55), pembangunan merupakan
proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi.
Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar, dan perluasan pasar akan
mendorong tingkat spesialisasi. Dengan adanya spesialisasi akan mempertinggi
tingkat kegiatan ekonomi atau mempercepat proses pembangunan ekonomi,
karena spesialisasi akan mendorong tingkat perkembangan teknologi
Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Rahmad Prabandana (2015), Riky
Eka Putra (2012), Arifatul Chusna (2013), Antonius Luntangan (2013), secara
deskriptif bahwa jumlah penyerapan tenaga kerja akan dapat berubah jika
pertumbuhan ekonomi yang di miliki tiap wilayah berubah. Semakin besar atau
banyaknya pertumbuhan ekonomi maka daya beli masyarakat akan meningkat dan
jumlah produksi perusahaan tersebut akan semakin meningkat yang akhirnya akan
berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja.
4.6.4 Hasil Uji Simultan dan Koefisien Regresi 𝐑𝟐
Hasil pengujian F-statistik menunjukan bahwa Fhitung variabel independen
yaitu Investasi, Upah Minimum Regional dan Pertumbuhan Ekonomi, adalah
sebesar 1,70562 yang lebih besar dari Ftabel yaitu sebesar 2.17, kemudian
probabilitas F-statistik sebesar 0,000000 yang lebih kecil dari α=5% (0,05), maka
87
kesimpulannya adalah tolak H0. Artinya bahwa Investasi, Upah Minimum
Regional, dan Pertumbuhan Ekonomi 6 Kota Kabupaten di Provinsi Banten
periode 2010-2014.
Model penelitiannya adalah sebagai berikut:
PTK𝒊𝒕 =99345.37 - 9743.438 PE𝒊𝒕 -116.1135 INV𝒊𝒕 + 0.076275 UMR𝒊𝒕 + 𝜺𝒊𝒕
Dari persamaan model penelitian diatas diketahui nilai koefisien regresi
adalah sebesar 99345,37, yang mempunyai arti bahwa penyerapan tenaga kerja
pada saat ini tidak dipengaruh oleh variabel independen yaitu investasi dan
Pertumbuhan Ekonomi adalah sebesar 99345,37.
Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi R2, Nilai nya sebesar
43,88% dipengaruhi oleh perubahan–perubahan dalam variabel Investasi, Upah
Minimum Regional dan Pertumbuhan Ekonomi sisanya 56,12% dipengaruhi oleh
faktor lain diluar model..
Investasi memiliki pengaruh positif, karena merupakan salah satu
komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan
meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional. Sehingga dapat dikatakan
bahwa penyerapan kerja mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat upah.
Akan tetapi pada kenyataanya, tingkat upah yang tinggi, akan meningkatkan biaya
produksi perusahaan, apabila industri yang di maksud adalah industri padat karya,
justru akan meningkatkan penyerapan kerja di daerah tersebut, dikarenakan
produktivitas yang tinggi harus diimbangin dengan jumlah tenaga kerja yang
cukup. Simon Kuznets menunjukan ciri pertumbuhan ekonomi modern yang
muncul dalam analisa yang didasarkan pada produk nasional dan komponennya,
penduduk, tenaga kerja, dan sebagainya. Pertumbuhan ekonomi memiliki
88
pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, karena meningkatnya
pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan timbulnya lapangan kerja baru, karena
tenaga kerja merupakan faktor ekonomi yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan
ekonomi, yang menyebabkan secara keseluruhan sebenarnya berdampak dan
saling mempengaruhi satu sama lain.
89
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan. Maka disimpulkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Investasi, Upah Minimum Regional, dan Pertumbuhan Ekonomi secara
parsial/individu memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja di Kab. Dan Kota di Provinsi Banten.
Masing-masing pengaruh tersebut, yaitu:
a. Investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja di Kabupaten. dan Kota di Provinsi Banten.
b. Upah minimum regional berpengaruh signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten dan Kota di Provinsi
Banten.
c. Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten dan Kota di Provinsi
Banten.
2. Variabel Investasi, Upah Minimum Regional, dan Pertumbuhan
Ekonomi bepengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten
90
5.2. Saran
Pemerintah Provinsi Banten Khususnya Dinas Ketenagakerjaan Provinsi
Banten, serta para pelaku ekonomi, harus mampu melakukan sebuah inovasi baru
dalam perluasan lapangan pekerjaan, agar senantiasa dapat mengurangi angka
pengangguran dan kemiskinan yang ada, seperti bekerja sama dengan pihak
swasta lokal maupun non lokal agar dapat bersama-sama menciptakan lapangan
kerja dengan melakukan pembangunan besar-besaran yang mampu menyediakan
penawaran tenaga kerja.
Pemerintah Provinsi Banten Khususnya Dinas Ketenagakerjaan Provinsi
Banten, serta para pelaku ekonomi, dan pemerintah pusat lebih memperhatikan
aktivitas peningkatan jumlah angkatan kerja, agar senantiasa dapat mengatasi
kurangnya penyerapan tenaga kerja yang terjadi dengan semakin bertambahnya
angka pengangguran setiap tahunnya, pemerintah bersama-sama menciptakan
infrastruktur baik untuk tenaga kerja formal ataupun informal dan lebih
bersungguh-sungguh lagi dalam menjalankan dan mentaati Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 atau peraturan terhadap kesejahteraan sosial bagi para
tenaga kerja yang saat ini sudah terserap maupun yang akan terserap.
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Mardiana. 2005. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia.
Apip Supriadi, Iis Surgawati dan Dita Eka Lestari, 2010. Pengaruh Stok Modal
dan Upah Minimum Kabupaten Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada
UKM Di Kabupaten Tasikmalaya Periode Tahun 2003-2008.Tasikmalaya:
Universitas Siliwangi.
Arifatul Chusna, 2013. Pengaruh Laju Pertumbuhan Sektor Industri, Investasi
dan Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Di
Provinsi Jawa Tengah Tahun 1980-2011. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Edisi KeempatYogyakarta:STIE
YKPN
Asruni, 2014. Pengaruh Faktor Upah Minimum Kabupateen, Investasi dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor
Industri Kecil Di Kabupaten Tanah Bumbu. KINDAI Volume 10 Nomor
1, Januari – Maret 2014. Banjarmasin: STIE Pancasetia Banjarmasin.
Baltagi, B.H. 2008. Econometrics. Fourth Edition. Spinger. Heidelberg
Boediono. 2010. Seri Sinopsis Pengantar Ekonomi No.1 Ekonomi Mikro. Edisi
Kedua. Yogyakarta : BPFE
Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat , 2003. Statistik Indonesia Tahun 2003. Jakarta
Pusat : Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik Provinsi Banten.2015. Banten Dalam Angka 2015. Serang :
Badan Pusat Statistik
Dasri Lokiman, Debby Ch. Rotinsulu dan Antonius Y. Luntungan. 2013.
Pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) Dan Inventasi Swasta Terhadap
Penyerapan Tenaka Kerja dan Dampaknya Pada PDRB (ADHK) Di Kota
Manado Tahun 2003-2012. Jurnal Bekala Efisiensi. Manado: Universitas
Sam Ratulangi Manado.
Depnakertrans. 2004, Modul K3 Lingkungan Kerja. Jakarta: Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigrasi.
Divianto, 2013. Pengaruh Upah, Modal, Produktivitas dan Teknologi Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Pada Usaha Kecil-Menengah Di Kota
Palembang. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS) VOL. 4
NO.1 Januari 2014. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: 1996
Eka Suci Ratnaningsih, 2012. Pengaruh Pertumbuhan Sektor Industri Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Di Kota Surabaya. Jurnal Ilmiah. Surabaya:
Universitas Sebelas Maret
Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gianie. 2009. Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Berpendidikan Rendah. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Gujarati, Damodar N. 2010. Dasar-dasar Ekonometrika. Buku Satu. Edisi
Kelima. Jakarta: Salemba Empat.
I Gusti Agung Indradewa dan Ketut Suardhika Natha. 2015. Pengaruh Inflasi,
PDRB Dan Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di
Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana
Vol.4, No.8 Agustus 2015. Bali: Universitas Udayana.
Kuncoro, Mudjarat, 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: reformasi,
perencanaan, strategi dan peluang. Jakarta: Erlangga
Kuncoro, Mudrajat, 2007. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga
Jakarta
Luthfi Setia Priambodo, 2014. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Riil, dan
Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Semarang. Jurnal Ilmiah.
Semarang: Universitas Diponegoro
Mukhamad Rizal Azaini, 2014. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah
Minimum dan Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kota
Malang (Studi Kasus Pada Tahun 1998-2012). Jurnal Ilmiah. Malang:
Universitas Brawijaya.
Mulyadi, 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia (Dalam Perspektif
Pembangunan). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ratna Sari, Sonny Sumarsono dan Anifatul Hanim, 2015. Pengaruh Investasi Dan
Upah Minimum Kabupaten Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada
Sektor Industri Pengolahan Di Kabupaten Jember Tahun 2001-2013.
Jurnal. Jember: Universitas Jember (UNEJ).
Riky Eka Putra. 2012. Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah dan Nilai Produksi
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel Di Kecamatan
Pedurangan Kota Semarang. Economics Development Analysis Journal 1
(2) (2012). Semarang:Universitas Negeri Semarang.
Riyadh Rahmad Prabandana. 2015. Pengaruh Modal, Nilai Produksi Tingkat
Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Di Kabupaten
Sukarjo. Jurnal. Surakarta: Muhammadiyah Surakarta.
Subandi. 2011. Ekonomi Pembangunan. Cetakan kesatu. Bandung: ALfabeta
Sukirno, Sadono. 2003. Pengatar Teori Mikroekonomi. Edisi ketiga. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono. 2005. Makroekonomi modern: perkembangan pemikiran dari
klasik hingga keynesian baru . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar
Kebijakan. Edisi Kedua. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Ketenaga kerjaan. Jogyakarta : Graha Ilmu.
Todaro, P.Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Edisi
keenam. Jakarta: Erlangga.
Todaro, P.Michael. 2003. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Edisi ketujuh.
Jakarta: Erlangga.
Todaro, P.Michael. 2006. Pengembangan Ekonomi Dunia Ketiga. Edisi
Kedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Tony S. Chendrawan, ST., SE., M.Si, 2015. Buku Materi Ekonometrika 2. Edisi
kedua. Serang
Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika (Pengantar dan Aplikasinya). Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.
Winarno, Wing Wahyu. (2009). Analisis ekonometrika dan statistika dengan
eviews. Edisi kedua. UPP STIM YKPN. Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Hasil Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-200000 -100000 1 100001 200001 300001 400001
Series: ResidualsSample 1 30Observations 27
Mean -8.76e-13Median -15619.52Maximum 363201.3Minimum -177641.0Std. Dev. 145035.4Skewness 0.858838Kurtosis 2.813508
Jarque-Bera 3.358335Probability 0.186529
Lampiran 2 : Hasil Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test
Ket. Nilai Ket. Nilai
F-statistic 15.41956 Prob. F(2,21) 0.0001
Obs*R-squared 16.06231 Prob. Chi-Square(2) 0.0003
Lampiran 3 : Hasil Heterokedatisitas
Heteroskedasticity Test: White
Ket. Nilai Ket. Nilai
F-statistic 1.279870 Prob. F(3,27) 0.3048
Obs*R-squared 3.862555 Prob. Chi-Square(3) 0.2767
Scaled explained SS 2.541513 Prob. Chi-Square(3) 0.4678
Lampiran 4 : Hasil Multikolinearitas
Korelasi INV UMR PE
INV 1.000000 -0.167649 0.676469
UMR -0.167649 1.000000 0.058954
PE 0.676469 0.058954 1.000000
Lampiran 5 : Hasil Regresi
Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 99345.37 115365.0 0.861140 0.3980
INV? -116.1135 139.3954 -0.832979 0.4134
PE? -9743.438 11811.95 -0.824880 0.4179
UMR? 0.076275 0.025378 3.005519 0.0063
Random Effects (Cross)
_KABSERANG—C -110285.7
_KABTANG—C -105235.3
_KOTCIL—C 90687.32
_KOTSER—C -140103.2
_KOTTANG—C 255319.9
_KOTTANGSEL—C 9616.998
Effect Spesification R-squared 0.438882 F-statistic 5.996533
Adjusted R-squared 0.365693 Prob(F-statistic) 0.003570
Lampiran 6 : Hausmann Test
Test Summary
Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.987932 3 0.8042
Lampiran 7 : Uji Chow
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 70.545135 (5,18) 0.0000
Cross-section Chi-square 81.677447 5 0.0000
Lampiran 8 : Data Regres
wilayah tahun Pten investasi umr PE
kabserang 2010 44481 12 1101000 4.15
kabserang 2011 49601 4 1896000 5.67
kabserang 2012 62989 11 1320500 5.22
kabserang 2013 67161 117 2080000 6.33
kabserang 2014 74302 162 2340000 6.71
kabtang 2010 31183 40 1117245 6.71
kabtang 2011 35835 34 1285000 7.35
kabtang 2012 41341 36 1527000 5.8
kabtang 2013 47406 286 2200000 6.89
kabtang 2014 46271 449 2442000 6.12
kotser 2010 19594
1050000 7.63
kotser 2011 22139
1156000 7.94
kotser 2012 26361
1231000 7.19
kotser 2013 30282 9 1798446 7.42
kotser 2014 32225 6 2116000 7.73
kotcil 2010 213202 5 1174000 5.26
kotcil 2011 233194 4 1224000 6.53
kotcil 2012 256214 4 1347000 7.7
kotcil 2013 268720 95 2200000 6.81
kotcil 2014 282206 165 2443000 5.32
kottang 2010 283829 15 1118000 6.68
kottang 2011 366723 19 1290000 7.35
kottang 2012 403553 22 1527000 6.42
kottang 2013 450503 125 2203000 6.73
kottang 2014 563970 197 2444301 6.17
kottangsel 2010 120273 4 1125000 8.7
kottangsel 2011 126892 9 1245800 8.52
kottangsel 2012 142127 17 1381000 8.24
kottangsel 2013 158141 39 2200000 8.86
kottangsel 2014 198916 78 2442000 8.99
Lampiran 9 : Tabel t
Pr 0,25 0,1 0,05 0,025 0,01 0,005 0,001
df 0,5 0,2 0,1 0,05 0,02 0,01 0,002
1 1 3,07768 6,31375 12,7062 31,82052 63,65674 318,30884
2 0,8165 1,88562 2,91999 4,30265 6,96456 9,92484 22,32712
3 0,76489 1,63774 2,35336 3,18245 4,5407 5,84091 10,21453
4 0,7407 1,53321 2,13185 2,77645 3,74695 4,60409 7,17318
5 0,72669 1,47588 2,01505 2,57058 3,36493 4,03214 5,89343
6 0,71756 1,43976 1,94318 2,44691 3,14267 3,70743 5,20763
7 0,71114 1,41492 1,89458 2,36462 2,99795 3,49948 4,78529
8 0,70639 1,39682 1,85955 2,306 2,89646 3,35539 4,50079
9 0,70272 1,38303 1,83311 2,26216 2,82144 3,24984 4,29681
10 0,69981 1,37218 1,81246 2,22814 2,76377 3,16927 4,1437
11 0,69745 1,36343 1,79588 2,20099 2,71808 3,10581 4,0247
12 0,69548 1,35622 1,78229 2,17881 2,681 3,05454 3,92963
13 0,69383 1,35017 1,77093 2,16037 2,65031 3,01228 3,85198
14 0,69242 1,34503 1,76131 2,14479 2,62449 2,97684 3,78739
15 0,6912 1,34061 1,75305 2,13145 2,60248 2,94671 3,73283
16 0,69013 1,33676 1,74588 2,11991 2,58349 2,92078 3,68615
17 0,6892 1,33338 1,73961 2,10982 2,56693 2,89823 3,64577
18 0,68836 1,33039 1,73406 2,10092 2,55238 2,87844 3,61048
19 0,68762 1,32773 1,72913 2,09302 2,53948 2,86093 3,5794
20 0,68695 1,32534 1,72472 2,08596 2,52798 2,84534 3,55181
21 0,68635 1,32319 1,72074 2,07961 2,51765 2,83136 3,52715
22 0,68581 1,32124 1,71714 2,07387 2,50832 2,81876 3,50499
23 0,68531 1,31946 1,71387 2,06866 2,49987 2,80734 3,48496
24 0,68485 1,31784 1,71088 2,0639 2,49216 2,79694 3,46678
25 0,68443 1,31635 1,70814 2,05954 2,48511 2,78744 3,45019
26 0,68404 1,31497 1,70562 2,05553 2,47863 2,77871 3,435
27 0,68368 1,3137 1,70329 2,05183 2,47266 2,77068 3,42103
28 0,68335 1,31253 1,70113 2,04841 2,46714 2,76326 3,40816
29 0,68304 1,31143 1,69913 2,04523 2,46202 2,75639 3,39624
30 0,68276 1,31042 1,69726 2,04227 2,45726 2,75 3,38518
31 0,68249 1,30946 1,69552 2,03951 2,45282 2,74404 3,3749
32 0,68223 1,30857 1,69389 2,03693 2,44868 2,73848 3,36531
33 0,682 1,30774 1,69236 2,03452 2,44479 2,73328 3,35634
34 0,68177 1,30695 1,69092 2,03224 2,44115 2,72839 3,34793
35 0,68156 1,30621 1,68957 2,03011 2,43772 2,72381 3,34005
36 0,68137 1,30551 1,6883 2,02809 2,43449 2,71948 3,33262
37 0,68118 1,30485 1,68709 2,02619 2,43145 2,71541 3,32563
38 0,681 1,30423 1,68595 2,02439 2,42857 2,71156 3,31903
39 0,68083 1,30364 1,68488 2,02269 2,42584 2,70791 3,31279
40 0,68067 1,30308 1,68385 2,02108 2,42326 2,70446 3,30688
41 0,68052 1,30254 1,68288 2,01954 2,4208 2,70118 3,30127
42 0,68038 1,30204 1,68195 2,01808 2,41847 2,69807 3,29595
43 0,68024 1,30155 1,68107 2,01669 2,41625 2,6951 3,29089
44 0,68011 1,30109 1,68023 2,01537 2,41413 2,69228 3,28607
45 0,67998 1,30065 1,67943 2,0141 2,41212 2,68959 3,28148
46 0,67986 1,30023 1,67866 2,0129 2,41019 2,68701 3,2771
47 0,67975 1,29982 1,67793 2,01174 2,40835 2,68456 3,27291
48 0,67964 1,29944 1,67722 2,01063 2,40658 2,6822 3,26891
49 0,67953 1,29907 1,67655 2,00958 2,40489 2,67995 3,26508
50 0,67943 1,29871 1,67591 2,00856 2,40327 2,67779 3,26141
Lampiran 10 : Tabel F
df untuk penyebut
(N2)
df untuk pembilang (N1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 161 199 216 225 230 234 237 239 241 242 243 244 245 245 246
2 18.51 19.00 19.16 19.25 19.30 19.33 19.35 19.37 19.38 19.40 19.40 19.41 19.42 19.42 19.43
3 10.13 9.55 9.28 9.12 9.01 8.94 8.89 8.85 8.81 8.79 8.76 8.74 8.73 8.71 8.70
4 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26 6.16 6.09 6.04 6.00 5.96 5.94 5.91 5.89 5.87 5.86
5 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05 4.95 4.88 4.82 4.77 4.74 4.70 4.68 4.66 4.64 4.62
6 5.99 5.14 4.76 4.53 4.39 4.28 4.21 4.15 4.10 4.06 4.03 4.00 3.98 3.96 3.94
7 5.59 4.74 4.35 4.12 3.97 3.87 3.79 3.73 3.68 3.64 3.60 3.57 3.55 3.53 3.51
8 5.32 4.46 4.07 3.84 3.69 3.58 3.50 3.44 3.39 3.35 3.31 3.28 3.26 3.24 3.22
9 5.12 4.26 3.86 3.63 3.48 3.37 3.29 3.23 3.18 3.14 3.10 3.07 3.05 3.03 3.01
10 4.96 4.10 3.71 3.48 3.33 3.22 3.14 3.07 3.02 2.98 2.94 2.91 2.89 2.86 2.85
11 4.84 3.98 3.59 3.36 3.20 3.09 3.01 2.95 2.90 2.85 2.82 2.79 2.76 2.74 2.72
12 4.75 3.89 3.49 3.26 3.11 3.00 2.91 2.85 2.80 2.75 2.72 2.69 2.66 2.64 2.62
13 4.67 3.81 3.41 3.18 3.03 2.92 2.83 2.77 2.71 2.67 2.63 2.60 2.58 2.55 2.53
14 4.60 3.74 3.34 3.11 2.96 2.85 2.76 2.70 2.65 2.60 2.57 2.53 2.51 2.48 2.46
15 4.54 3.68 3.29 3.06 2.90 2.79 2.71 2.64 2.59 2.54 2.51 2.48 2.45 2.42 2.40
16 4.49 3.63 3.24 3.01 2.85 2.74 2.66 2.59 2.54 2.49 2.46 2.42 2.40 2.37 2.35
17 4.45 3.59 3.20 2.96 2.81 2.70 2.61 2.55 2.49 2.45 2.41 2.38 2.35 2.33 2.31
18 4.41 3.55 3.16 2.93 2.77 2.66 2.58 2.51 2.46 2.41 2.37 2.34 2.31 2.29 2.27
19 4.38 3.52 3.13 2.90 2.74 2.63 2.54 2.48 2.42 2.38 2.34 2.31 2.28 2.26 2.23
20 4.35 3.49 3.10 2.87 2.71 2.60 2.51 2.45 2.39 2.35 2.31 2.28 2.25 2.22 2.20
21 4.32 3.47 3.07 2.84 2.68 2.57 2.49 2.42 2.37 2.32 2.28 2.25 2.22 2.20 2.18
22 4.30 3.44 3.05 2.82 2.66 2.55 2.46 2.40 2.34 2.30 2.26 2.23 2.20 2.17 2.15
23 4.28 3.42 3.03 2.80 2.64 2.53 2.44 2.37 2.32 2.27 2.24 2.20 2.18 2.15 2.13
24 4.26 3.40 3.01 2.78 2.62 2.51 2.42 2.36 2.30 2.25 2.22 2.18 2.15 2.13 2.11
25 4.24 3.39 2.99 2.76 2.60 2.49 2.40 2.34 2.28 2.24 2.20 2.16 2.14 2.11 2.09
26 4.23 3.37 2.98 2.74 2.59 2.47 2.39 2.32 2.27 2.22 2.18 2.15 2.12 2.09 2.07
27 4.21 3.35 2.96 2.73 2.57 2.46 2.37 2.31 2.25 2.20 2.17 2.13 2.10 2.08 2.06
28 4.20 3.34 2.95 2.71 2.56 2.45 2.36 2.29 2.24 2.19 2.15 2.12 2.09 2.06 2.04
29 4.18 3.33 2.93 2.70 2.55 2.43 2.35 2.28 2.22 2.18 2.14 2.10 2.08 2.05 2.03
30 4.17 3.32 2.92 2.69 2.53 2.42 2.33 2.27 2.21 2.16 2.13 2.09 2.06 2.04 2.01
31 4.16 3.30 2.91 2.68 2.52 2.41 2.32 2.25 2.20 2.15 2.11 2.08 2.05 2.03 2.00
32 4.15 3.29 2.90 2.67 2.51 2.40 2.31 2.24 2.19 2.14 2.10 2.07 2.04 2.01 1.99
33 4.14 3.28 2.89 2.66 2.50 2.39 2.30 2.23 2.18 2.13 2.09 2.06 2.03 2.00 1.98
34 4.13 3.28 2.88 2.65 2.49 2.38 2.29 2.23 2.17 2.12 2.08 2.05 2.02 1.99 1.97
35 4.12 3.27 2.87 2.64 2.49 2.37 2.29 2.22 2.16 2.11 2.07 2.04 2.01 1.99 1.96
36 4.11 3.26 2.87 2.63 2.48 2.36 2.28 2.21 2.15 2.11 2.07 2.03 2.00 1.98 1.95
37 4.11 3.25 2.86 2.63 2.47 2.36 2.27 2.20 2.14 2.10 2.06 2.02 2.00 1.97 1.95
38 4.10 3.24 2.85 2.62 2.46 2.35 2.26 2.19 2.14 2.09 2.05 2.02 1.99 1.96 1.94
39 4.09 3.24 2.85 2.61 2.46 2.34 2.26 2.19 2.13 2.08 2.04 2.01 1.98 1.95 1.93
40 4.08 3.23 2.84 2.61 2.45 2.34 2.25 2.18 2.12 2.08 2.04 2.00 1.97 1.95 1.92
41 4.08 3.23 2.83 2.60 2.44 2.33 2.24 2.17 2.12 2.07 2.03 2.00 1.97 1.94 1.92
42 4.07 3.22 2.83 2.59 2.44 2.32 2.24 2.17 2.11 2.06 2.03 1.99 1.96 1.94 1.91
43 4.07 3.21 2.82 2.59 2.43 2.32 2.23 2.16 2.11 2.06 2.02 1.99 1.96 1.93 1.91
44 4.06 3.21 2.82 2.58 2.43 2.31 2.23 2.16 2.10 2.05 2.01 1.98 1.95 1.92 1.90
45 4.06 3.20 2.81 2.58 2.42 2.31 2.22 2.15 2.10 2.05 2.01 1.97 1.94 1.92 1.89
46 4.05 3.20 2.81 2.57 2.42 2.30 2.22 2.15 2.09 2.04 2.00 1.97 1.94 1.91 1.89
47 4.05 3.20 2.80 2.57 2.41 2.30 2.21 2.14 2.09 2.04 2.00 1.96 1.93 1.91 1.88
48 4.04 3.19 2.80 2.57 2.41 2.29 2.21 2.14 2.08 2.03 1.99 1.96 1.93 1.90 1.88
49 4.04 3.19 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13 2.08 2.03 1.99 1.96 1.93 1.90 1.88
50 4.03 3.18 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13 2.07 2.03 1.99 1.95 1.92 1.89 1.87
51 4.03 3.18 2.79 2.55 2.40 2.28 2.20 2.13 2.07 2.02 1.98 1.95 1.92 1.89 1.87
52 4.03 3.18 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12 2.07 2.02 1.98 1.94 1.91 1.89 1.86
53 4.02 3.17 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12 2.06 2.01 1.97 1.94 1.91 1.88 1.86
54 4.02 3.17 2.78 2.54 2.39 2.27 2.18 2.12 2.06 2.01 1.97 1.94 1.91 1.88 1.86
55 4.02 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11 2.06 2.01 1.97 1.93 1.90 1.88 1.85
56 4.01 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11 2.05 2.00 1.96 1.93 1.90 1.87 1.85
57 4.01 3.16 2.77 2.53 2.38 2.26 2.18 2.11 2.05 2.00 1.96 1.93 1.90 1.87 1.85
58 4.01 3.16 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10 2.05 2.00 1.96 1.92 1.89 1.87 1.84
59 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10 2.04 2.00 1.96 1.92 1.89 1.86 1.84
60 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.25 2.17 2.10 2.04 1.99 1.95 1.92 1.89 1.86 1.84
61 4.00 3.15 2.76 2.52 2.37 2.25 2.16 2.09 2.04 1.99 1.95 1.91 1.88 1.86 1.83
62 4.00 3.15 2.75 2.52 2.36 2.25 2.16 2.09 2.03 1.99 1.95 1.91 1.88 1.85 1.83
63 3.99 3.14 2.75 2.52 2.36 2.25 2.16 2.09 2.03 1.98 1.94 1.91 1.88 1.85 1.83
64 3.99 3.14 2.75 2.52 2.36 2.24 2.16 2.09 2.03 1.98 1.94 1.91 1.88 1.85 1.83
65 3.99 3.14 2.75 2.51 2.36 2.24 2.15 2.08 2.03 1.98 1.94 1.90 1.87 1.85 1.82
66 3.99 3.14 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.03 1.98 1.94 1.90 1.87 1.84 1.82
67 3.98 3.13 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.02 1.98 1.93 1.90 1.87 1.84 1.82
68 3.98 3.13 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.02 1.97 1.93 1.90 1.87 1.84 1.82
69 3.98 3.13 2.74 2.50 2.35 2.23 2.15 2.08 2.02 1.97 1.93 1.90 1.86 1.84 1.81
70 3.98 3.13 2.74 2.50 2.35 2.23 2.14 2.07 2.02 1.97 1.93 1.89 1.86 1.84 1.81
71 3.98 3.13 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.97 1.93 1.89 1.86 1.83 1.81
72 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.96 1.92 1.89 1.86 1.83 1.81
73 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.96 1.92 1.89 1.86 1.83 1.81
74 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.22 2.14 2.07 2.01 1.96 1.92 1.89 1.85 1.83 1.80
75 3.97 3.12 2.73 2.49 2.34 2.22 2.13 2.06 2.01 1.96 1.92 1.88 1.85 1.83 1.80
76 3.97 3.12 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.01 1.96 1.92 1.88 1.85 1.82 1.80
77 3.97 3.12 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.96 1.92 1.88 1.85 1.82 1.80
78 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.95 1.91 1.88 1.85 1.82 1.80
79 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.95 1.91 1.88 1.85 1.82 1.79
80 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.21 2.13 2.06 2.00 1.95 1.91 1.88 1.84 1.82 1.79
Lampiran 11 : Tabel Chi-Square Pr
df
0.25 0.10 0.05 0.010 0.005 0.001
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
1.32330 2.77259
4.10834
5.38527 6.62568
7.84080
9.03715 10.21885
11.38875
12.54886 13.70069
14.84540
15.98391
17.11693
18.24509 19.36886
20.48868
21.60489 22.71781
23.82769
24.93478 26.03927
27.14134
28.24115 29.33885
30.43457
31.52841 32.62049
33.71091
34.79974 35.88708
36.97298
38.05753 39.14078
40.22279
41.30362 42.38331
43.46191
44.53946 45.61601
46.69160
47.76625 48.84001
49.91290
50.98495 52.05619
53.12666
54.19636 55.26534
56.33360
2.70554 4.60517
6.25139
7.77944 9.23636
10.64464
12.01704 13.36157
14.68366
15.98718 17.27501
18.54935
19.81193
21.06414
22.30713 23.54183
24.76904
25.98942 27.20357
28.41198
29.61509 30.81328
32.00690
33.19624 34.38159
35.56317
36.74122 37.91592
39.08747
40.25602 41.42174
42.58475
43.74518 44.90316
46.05879
47.21217 48.36341
49.51258
50.65977 51.80506
52.94851
54.09020 55.23019
56.36854
57.50530 58.64054
59.77429
60.90661 62.03754
63.16712
3.84146 5.99146
7.81473
9.48773 11.07050
12.59159
14.06714 15.50731
16.91898
18.30704 19.67514
21.02607
22.36203
23.68479
24.99579 26.29623
27.58711
28.86930 30.14353
31.41043
32.67057 33.92444
35.17246
36.41503 37.65248
38.88514
40.11327 41.33714
42.55697
43.77297 44.98534
46.19426
47.39988 48.60237
49.80185
50.99846 52.19232
53.38354
54.57223 55.75848
56.94239
58.12404 59.30351
60.48089
61.65623 62.82962
64.00111
65.17077 66.33865
67.50481
6.63490 9.21034
11.34487
13.27670 15.08627
16.81189
18.47531 20.09024
21.66599
23.20925 24.72497
26.21697
27.68825
29.14124
30.57791 31.99993
33.40866
34.80531 36.19087
37.56623
38.93217 40.28936
41.63840
42.97982 44.31410
45.64168
46.96294 48.27824
49.58788
50.89218 52.19139
53.48577
54.77554 56.06091
57.34207
58.61921 59.89250
61.16209
62.42812 63.69074
64.95007
66.20624 67.45935
68.70951
69.95683 71.20140
72.44331
73.68264 74.91947
76.15389
7.87944 10.59663
12.83816
14.86026 16.74960
18.54758
20.27774 21.95495
23.58935
25.18818 26.75685
28.29952
29.81947
31.31935
32.80132 34.26719
35.71847
37.15645 38.58226
39.99685
41.40106 42.79565
44.18128
45.55851 46.92789
48.28988
49.64492 50.99338
52.33562
53.67196 55.00270
56.32811
57.64845 58.96393
60.27477
61.58118 62.88334
64.18141
65.47557 66.76596
68.05273
69.33600 70.61590
71.89255
73.16606 74.43654
75.70407
76.96877 78.23071
79.48998
10.82757 13.81551
16.26624
18.46683 20.51501
22.45774
24.32189 26.12448
27.87716
29.58830 31.26413
32.90949
34.52818
36.12327
37.69730 39.25235
40.79022
42.31240 43.82020
45.31475
46.79704 48.26794
49.72823
51.17860 52.61966
54.05196
55.47602 56.89229
58.30117
59.70306 61.09831
62.48722
63.87010 65.24722
66.61883
67.98517 69.34645
70.70289
72.05466 73.40196
74.74494
76.08376 77.41858
78.74952
80.07673 81.40033
82.72042
84.03713 85.35056
86.66082
Rumus mencari Chi-Square Tabel di MS.Excell :
=CHIINV(α:n-k)
Keterangan :
α : Tingkat error dalam penelitian
n : Jumlah data Observasi dalam penelitian
k : Jumlah Variabel Independen dan dependen.
RIWAYAT HIDUP
Nama penulis, Adil Prabowo Aristyo Putro lahir di Bandung
pada tanggal 18 Juni 1993, merupakan putra pertama dari
pasangan Bapak Drs. Tunggul Prabowo, M.Si dan Ibu Hj.
Kamiseti, Agama Islam, Berkewarganegaraan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, Alamat Komplek SEKNEG Blok B 2 No 3 RT 04 RW 03
Pinang, Kota Tangerang-Banten. Alamat email [email protected].
Riwayat Pendidikan Penulis sebagai berikut :
1. SD Negeri Sukasari 4 Kota Tangerang, lulus pada tahun 2005.
2. SMP Negeri 4 Kota Tangerang, lulus pada tahun 2008.
3. SMA Negeri 2 Kota Tangerang, lulus pada tahun 2011.
4. Pada tahun 2011 melanjutkan Strata-1 (S1) pada Jurusan Ilmu Ekonomi
Pembangunan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang-Banten.