analisis penentuan penetapan upah minimum regional di jawa tengah

40
ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH Tugas Ekonomi Sumber Daya Manusia Disusun oleh: 1. Bella Aldida C2B008018 2. Hera Pradipta P. C2B008037 3. Indah Fitri P. C2B008038 4. Lintantia Fajar A. C2B008043 5. Marita Praba P. C2B008046 1

Upload: iien

Post on 23-Jun-2015

18.464 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ESDM

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH

MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

Tugas Ekonomi Sumber Daya Manusia

Disusun oleh:

1. Bella Aldida C2B008018

2. Hera Pradipta P. C2B008037

3. Indah Fitri P. C2B008038

4. Lintantia Fajar A. C2B008043

5. Marita Praba P. C2B008046

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2010

1

Page 2: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas pembuatan makalah kami yang berjudul

“Analisis Penentuan Penetapan Upah Minimum Regional di JawaTengah.”

Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua

kami yang telah mendukung secara moril dan materil sehingga pembuatan makalah

ini dapat berjalan dengan lancar. Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen

pengampu mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Manusia kelas Ilmu Ekonomi dan

Studi Pembangunan yang telah membimbing kami dengan baik sehingga ilmu ini

dapat bermanfaat bagi kami. Juga kepada pihak-pihak yang telah membantu proses

pembuatan tugas makalah ini hingga dapat terselesaikan.

Mengingat masih dalam proses belajar, tim penulis memohon maaf bila

terdapat kesalahan dalam makalah yang telah kami buat. Dan harapan kami semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

TIM PENULIS

SEMARANG, Juni 2010

2

Page 3: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................1

Kata Pengantar...................................................................................................2

Daftar Isi ............................................................................................................3

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang.......................................................................................4

B. Rumusan Masalah..................................................................................5

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................5

D. Manfaat .................................................................................................6

E. Metodologi Penulisan ............................................................................6

F. Sistimatika Penulisan..............................................................................6

BAB II Kajian Pustaka

A. Upah Minimum dan Serikat Kerja.........................................................8

B. Definisi Upah Minimum........................................................................10

C. Komponen Upah Minimum...................................................................10

D. Kebijaksanaan Pengupahan Insentif......................................................12

E. Upah Minimum Regional dan Kesempatan Kerja.................................13

F. Hubungan Antara Upah Minimum dengan Hubungan Industrial.........14

BAB III Pembahasan

A. Definisi Upah Minimum........................................................................15

B. Peraturan Perundang Undangan yang Terkait

Penetapan Upah Minimum....................................................................19

C. Mekanisme Pennetapan Upah Minimum .............................................20

D. Faktor-Faktor Pertimbangan Dalam Penetapan Upah Minimum .........22

E. Pengawasan Pelaksanaan Upah Minimum ...........................................23

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................25

B. Saran .....................................................................................................26

Daftar Pustaka ...................................................................................................27

3

Page 4: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketenagakerjaan merupakan hal yang penting yang perlu di perhatikan di setiap

negara, khususnya di Indonesia. Karena masalah ketenagakerjaan di Indonesia merupakan

masalah yang umum dan mendasar terkait dengan salah satunya adalah masalah mengenai

Upah yang diberikan pada tenaga kerja. Untuk itu pemerintah memberikan campur tangan

dengan kebijakan – kebijakan yang ada mengenai penetapan upah agar para tenaga kerja di

Inonesia khususnya kaum buruh mempunyai penghidupan yang layak dan taraf hidup yang

meningkat. Dengan menentukan Upah minimum kepada para tenaga kerja. Upah Minimum

adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.

Upah mempunyai kedudukan yang strategis bagi tenaga kerja itu sendiri , perusahaan dan

bagi pemerintah. Di Indonesia menunjukkan bahwa upah tampaknya telah menjadi alat

yang efektif dari pemerintah untuk mengontrol buruh.Bagi tenaga kerja itu sendiri upah

digunakan untuk menghidupi kebtuhan hidupnya dan keluarganya, sedangkan bagi

perusahaan upah salah satu sumber biaya dalam menentukan dan mempengaruhi produksi

total perusahaan itu sendiri dan harga dari output suatu barang, sedangkan bagi perusahaan

upah di gunakan untuk pemerataan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah

di Indonesia, menaikkan upah dan biaya buruh, ketika memang ada kebutuhan untuk itu

demi pembangunan ekonomi.

Salah satu campur tangan pemerintah tentang penetapan upah adalah merumuskan

kebijakan tentang penetapan upah minimum regional yaitu Upah Minimum Provinsi dan

Upah minimum Kabupaten / Kota.Jadi, upah ditetapkan secara sektoral dan regional

provinsi maupun kabipaten / kota. Hal ini dikarenakan penentuan kebijakan mengenai upah

minimum diserahkan kepada daerah sesuai dengan adanya otonomi daerah (UU No. 25

tahun 1999 jo UU No. 32 tahun 2004) khususnya dalam pasal 3 ayat 5 utir 8 PP No. 25

tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah

otonom yang mengatur pembagian kewenangan sebagai berikut :

1. Penetapan pedoman jaminan kesejahteraan purnakerja dan

2. penetapan dan pengawasan atas pelaksanaan upah minimum

Besaran upah minimum didasarkan pada skala yang disebut ‘Kebutuhan Fisik Minimum’,

yang dpenyesuainnya dengan Indeks Kebutuhan Hidup Layak . Menghitung Upah yang

4

Page 5: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

Layak kebutuhan Standar dari Upah Layak haruslah mencakup hal-hal berikut Kebutuhan

Fisik, sebagai kebutuhan untuk menjaga kesehatan ragawi buruh, agar ia dapat bekerja

dengan segenap tenaga dan sanggup berkonsentrasi penuh selama bekerja. Kebutuhan

Mental, mencakup persoalan bagaimana buruh tersebut menjaga martabat dirinya di tengah

pergaulan sosial. Kebutuhan Berkeluarga, mencakup sekaligus Kebutuhan Fisik dan

Mental. Tiap orang butuh untuk mendapatkan pasangan hidup, dan meneruskan

keturunannya. Kebutuhan ini seringkali bersesuaian dengan tuntutan sosial dan spiritual

yang diberlakukan masyarakat.

Upah Minimum yang ditentukan secara bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya

oleh ‘Dewan Penelitian Pengupahan Daerah’. Selain itu para Gubernur, bupati, wali kota

harus tanggap terhadap aspirasi pekerja ini agar tidak terjadi gejolak sosial di daerahnya

terkait penetapan upah minimum provinsi atau kabupaten /kota. Otonomi daerah telah

menciptakan kesempatan-kesempatan baru bagi serikat buruh untuk bisa mempengaruhi

hasil-hasil kebijakan perburuhan, dan untuk terlibat dalam proses pembuatan kebijakan dan

peraturan secara umum.

B. Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan Upah Minimum Regional?

2) Peraturan perundang – undangan apa yang terkait dengan penetapan upah minimum

di Jawa Tengah?

3) Bagaimana mekanisme penetapan Upah Minimum di Jawa Tengah?

4) Apa saja pertimbangan yang menentukan penetapan Upah minimum di Jawa Tengah?

5) Bagaimana dengan pengawasan pelaksanaan Upah Minimum diJawa Tengah?

C. Tujuan Penulisan

1) Untuk Lebih mengetahui apa yang dimaksud dengan Upah Minimum Regional.

2) Agar dapat lebih faham peraturan perundang undangan apa saja yang melandasi

penetapan upah minimum diJawa Tengah.

3) Agar dapat menganalisis mekanisme dalam penetapan upah minimum di Jawa

Tengah.

4) Agar dapat mengetahui pertimbangan – pertimbangan apa saja yang menentukan

penetapan upah Minimum di Jawa Tengah.

5

Page 6: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

5) Agar dapat menganalisis bagaimana pengawasan pelaksanaan Upah Minimum di

Jawa Tengah.

D. Manfaat

Manfaat Manfaat dari penyusunan PenulisanTugas ini adalah sebagai berikut.

a. Bagi Penyusun

Untuk memenuhi tugas Ekonomi Sumber Daya Manusia yang di berikan oleh dosen

Fakultas Ekonomi Undip, dan agar dapat lebih mengaplikasikan ilmu yang telah di

dapat selama perkuliahan.

b. Bagi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Undip

Agar dapat dijadikan sebagai bahan studi kasus dan acuan bagi mahasiswa serta

referensi bagi pihak perpustakaan sebagai bahan bacaan yang dapat menambah ilmu

pengetahuan bagi pembaca.

c.Bagi Pemerintah Daerah khususnya Provinsi dan Kabupaten / Kota

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang tepat dalam membuat

perencanaan, pengelolaan, pelayanan,dan mengambil keputusan tentang penetapan

UMR (Upah Minimum Regional) dalam Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Agar

semakin bijak dan nantinya akan mempunyai pengaruh yang baik terhadap pekerja

khususnya kaum buruh sehingga dapat memenuhi kehidupan yang layak dan hidup

sejahtera.

E. Metodologi Penulisan

1. Study Pustaka

2. Browsing

F. Sistematika Penulisan Tugas

Tugas ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu Bagian Pendahuluan, Bagian Isi, dan

Bagian Penutup.

1. Bagian Pendahuluan, terdiri dari Halaman Judul, Kata Pengantar, Daftar Isi.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah , Tujuan dan

Manfaat,Metodelogi dan Sistematika Penulisan Tugas Penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

6

Page 7: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

Bab ini nerisi tentang kajian teori tentang penetuan harga barang publik,sebagai

landasan penulisan.

2. Bagian ini merupakan isi tentang hasil penelitian .

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang Hasil Penelitian, dan Pembahasan.

BAB V PENUTUP

Bab ini terdiri dari Kesimpulan dan saran

3. Bagian Penutup, terdiri atas Daftar Pustaka.

7

Page 8: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. UPAH MINIMUM DAN SERIKAT KERJA

Masalah pertama yang timbul dalam bidang pengupahan adalah bahwa

pengusaha dan karyawan pada umumnya mempunyai pengertian dan kepentingan

yang berbeda mengenai upah. Bagi pengusaha, upah dipandang sebagai beban, karena

semakin besar upah yang dibayarkan kepada karyawan, semakin kecil proporsi

keuntungan bagi pengusaha. Kenyataan menunjukan bahwa hanya sdikit pengusaha

yang secara sadar dan sukarela terus menerus berusaha meningkatkan penghidupan

karyawannya terutama pekerja golongan yang paling rendah. Di pihak lain, karyawan

melalui serikat pekerja atau dengan mengundang campir tangan pemerintah selalu

menuntut kenaikan upah dan perbaikan freee benefits. Tuntutan seperti itu tidak

disertai peningkatan produktifitas kerja akan mendorong pengusaha untuk:

1. Mengurangi penggunaan tenaga kerja dengan menurunkan produksi

2. Menggunakan teknologi padat modal

3. Menaikan harga jual barang yang kemudian mendorong inflasi

Masalah kedua dibidang pengupahan berhubungan dengan keanekaragaman

sistem pengupahan. Proporsi bagian upah dalam bentuk natura dan freenge benefits

cukup besar, dan besarnya tidak seragam antara perusahaan – perusahaan. Sehingga

kesulitan sering ditemukan dalam perumusan kebijakan nasional. Misalnya dalam

menentukan PPN, UMR, Upah Lembur, dll.

Masalah ketiga yang dihadapi dalam bidang pengupahan adalah rendahnya

tingkat upah dan pendapatan masyarakat. Banyak karyawan yang berpenghasilan

rendah, bahkan lebih rendah dari kebutuhan fisik minimumnya. Rendahnya tingkat

upah disebabkan oleh rendahnya tingkat kemampuan manajemen pengusaha dan

rendahnya produktifitas kerja. Rendahnya kemampuan tingkat manajemen pengusaha

menimbulkan banyak keborosan dalam hal dana, sumber – sumber dan waktu,

akibatnya karawan tidak dapat bekerja dengan efisien dan biaya produksi per unit

menjadi besar. Dengan demikian pengusaha tidak mampu membayar upah yang

tinggi. Sedangkan produktifitas kerja karyawan yang rendah, membuat pengusaha

memberikan imbalan dalam bentuk upah yang rendah juga, akan tetapi rendahnya

8

Page 9: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

produktifitas kerja diakibatkan oleh tingkat penghasilan dan nilai gizi yang rendah.

Oleh karena itu pemerintah ikut campur dalam penanganan masalah tersebut dengan

cara menetapkan kebutuhan fisik minimum dan upah minimum.

Sehubungan dengan hal – hal di atas, pemerintah telah mengembangkan

penerapan upah minimum. Sasarannya adalah agar upah minimum paling sedikit

cukup menutupi kebutuhan hidup minimum karyawan dan keluarganya. Dengan

demikian kebijakansaan penentuan upah minimum adalah:

1. Menjamin penghasilan karyawan sehinga tidak lebih rendah dari suatu

tingkat tertentu.

2. Meningkatkan produktifitas karyawan.

3. Mengembangkan dan meningkatkan perusahaan dengancara – cara

produksi yang lebih efisien.

Departemen Tenaga Kerja dan Dewan Penilitian Pengupahan Daerah

menghitung kebutuhan fisik minimum seorang pekerja lajang (PL), keluarga dengan

anak dua orang (K2), dan keluarga dengan anak tiga orang (K3) per bulan. Komponen

kebutuhan fisik minimum dapat digolongkan dalam lima kelompok, yaitu:

1. Kelompok makanan dan minuman, terdiri dari: beras, daging, ikan, sayur,

buah, akacang – kacangan, ubi, minyak goreng, cabai, bawang, kelapa,

gula, garam, teh, dan kopi.

2. Kelompok bahan bakar dan penerangan, terdiri dari: minyak tanah, lampu

teplok, dan air minum.

3. Kelompok perumahan dan perawatan, terdiri dari: sewa rumah, tempat

tidur, bantal, piring, gelas minum, ceret, periul, wajan, panci, sendok, dan

garpu.

4. Kelompok pakaian, teridiri dari: celana, rok, kemeja, baju, kaos, kain

sarung, celana dala, peci, handuk, sepatu, sandal, dan sabun cuci. Untuk

yang berkeluarga ditambah kain kebaya, kain panjang, kutang, stagen,

selendang, dan pakaian anak.

5. Kelompok lain – lain mencakup; transportasi, rekreasi obat – obatn,

pendidikan dan bacaab, pangkas rambut, sikat gigi, dan odol.

Besar kecilnya gaji atau upah yang diterima pekerja selain ditentukan oleh

perusahaan tidak terlepas dari pengaruh serikat pekerja yang terdapat dalam suatu

9

Page 10: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

perusahaan. Oleh karena itu, pembahasan mengenai tingkat upah perlu juga dikaitkan

dengan fungsi dan peranan serikat kerja.

B. DEFINISI UPAH MINIMUM

Upah minimum sebagaimana yang telah diatur dalam PP No. 8/1981

merupakan upah yang ditetapkan secara minmium regional, sektoral regional maupun

subsektoral. Dalam hal ini, upah minimum adalah upah pokok dan tunjangan.

Upah Pokok Minimum adalah upah pokok yang diatur secara minimal baik

regional, sektoral, maupun subsektoral. Dalam peraturan pemerintah yang diatur

secara jelas hanya upah pokoknya saja dan tidak termasuk dalam tunjangan.

Disamping definisi diatas, DPP FPSI (Position Paper, Agustus 1983)

menetapkan definisi upah minimum sebagai upah permulan yang diterima oleh

seorang pekerja atau buruh yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya secara minimal.

C. KOMPONEN UPAH MINIMUM

Terdapat tiga kompinen yang dianggap mempengaruhi besarnya upah

minimum yaitu;

1. Kebutuhan Fisik Minimum

Kebutuhan Fisik Minimum adalah kebutuhan dari seseorang yang

diperlukan untuk mempertahankan kondisi fisik dan mentalnya agar

dapat menjalankan fungsinya sebagai salah satu faktor produksi. Nilai

dari kebutuhan fisik minimum mencerminkan nilai ekonomi dari

barang dan jasa yang diperlukan oleh pekerja dan keluarganya dlam

jangka waktu satu buian.

Rumus perhitungan nilai KFM (Kebutuhan Fisik Minimum)

Dimana:

n = barang dan jasa yang dibutuhkan dalam waktu satu bulan.

Pekerja lajang membutuhkan 47 macam barang dan jasa.

10

Page 11: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

Pekerja yang bekeluarga membutuhkan 53 macam barang dan

jasa.

t = waktu penelitian (bulan, triwulan, tahun)

p = harga barang, pti adalah harag suatu jenis barang tertentu

pada saat tertentu pula.

q = jumlah satuan barang dan jasa yang diteliti, qoi adalah

jumlah barang dan jasa tertentu pada tahun dasar. Nilai q

untuk setiap barang dan jasa telah ditentukan terlebih dahulu

jumlah minimumnya.

2. Indeks Harga Konsumen

Indeks Harga Konsumen merupakan petunjuk mengenai naik turunnya

harga kebutuhan hidup. Naiknya harga kebutuhan hidup ini secara tidak

langsung mencerminkan tingkat inflasi. Data mengenai harga ini dikumpulkan

BPS dan mencakup 160 macam barang yang dibagi menjadi empat kelompok

pengeluaran, yaitu : makanan, sandang, perumahan dan aneka. Ineks Harga

Konsumen dihitung setiap bulan dan setiap tahun, dinyatakan dalam bentuk

prosentase.

Pengumpulan data dilakukan di 17 ibu kota propinsi dan hasil

gabungan dari IHK kota-kota ini dianggap sebagai pengukur tingkat inflasi

nasional. IHK suatu daerah juga mencerminkan tingkat inflasi daerah yang

bersangkutan.

Cara perhitungan

IHK dapat dihitung dengan mempergunakan tahun dasar , misalnya

April 1977-Maret 1978, jadi harga barang dan jasa periode ini dianggap sama

dengan 100. Untuk tahun selanjutnya harga barang dan jasa yang dijadikan

patokan dibandingkan dengan harganya pada tahun dasar. Komponen dan

timbangan IHK selalu ditinjau 10 tahun sekali dengan menggunakan data dari

BPS.

Rumus perhitungan IHK :

Dengan :

11

Page 12: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

= indeks bulan ke n

= nilai konsumsi suatu jenis barang pada tahun dasar

= harga relatif yang terjadi pada bulan ke n dibandingkan

dengan bulan sebelumnya (n-1) untuk satu jenis barang

= nilai konsumsi bulan ke (n-1)

= harga suatu jenis barang pada bulan berjalan

= harga satu jenis barang pada bulan sebelumnya atau bulan

ke (n-1)

3. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pertumbuhan ekonomi daerah mencerminkan keadaan perekonomian

di suatu daerah. Keadaan perekonomian ini akan mempengaruhi pertumbuhan

dan kondisi perusahaan yang beroperasi di daerah bersangkutan. Semakin

tinggi tingkat pertumbuhan perekonomian di suatu daerah semakin besar

kesempatan berkembang bagi perusahaan yang beroperasi di daerah yang

bersangkutan. Hal ini disebabkan karena tingkat pertumbuhan perekonomian

daerah secara tidak langsung merupakan gambaran kemakmuran suatu daerah.

Cara perhitungan

Rumus perhitungan Pertek :

Dengan :

r = tingkat pertumbuhan ekonomi daerah

i = propinsi yang diukur tingkat pertumbuhannya

t = tahun, menunjukkan kapan penghitungan itu dilakukan

D. KEBIJAKSANAAN PENGUPAHAN INSENTIF

12

Page 13: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

Pembayaran untuk pekerjaan dapat menciptakan insentif yang tidak

dikehendaki jika perusahaan gagal mengantisipasi semua konsekuensi dari rencana

insentif. Kebijakan – kebijakan dalam oengupahan insentif, yaitu sebagai berikut:

1. Menciptakan kebijakan upah yang memihak buruh

Kebijakan upah ini mempengaruhi pemikatan buruh untuk masuk ke

perusahaan dan mencegah mereka yang karena alasan tertentu tidak dapat

bekerja dalam waktu yang lama masuk perusahhaan. Hal tersebut

mencegah individu dengan keluarganya untuk bergabung pada perusahaan

semacam ini karena perusahaan menuntut komitmen waktu pada buruh.

2. Kompensasi insentif dan PHK

Memberikan kompensasi pada buruh pada akhir periode pekerjaan dapat

menjadi mekanisme efektif untuk mengurangi kelalaian buruh. Oleh

karena itu kelalaian buruh dapat direduksi dengan mengubah kebijakan

upahnya. Buruh menjadi lebih produktif dan kurang sembrononya jika

perusahaan mengupahnya lebih rendah dari hasil terkecil pada tahap awal

hubungan kerja dan lebih tinggi dari hasil terkecil pada hubungan kerja

selanjutnya.

PHK adalah kebijakan yang tidak asli yang berasal dari kebijakan upah

yang dibuat untuk mengurangi kelalaian buruh. Biasanya sebuah

perusahaan yang mempunyai kebijakan upah pengganti tidak akan dapat

menjatuhkan PHK.

E. UPAH MINIMUM REGIONAL DAN KESEMPATAN KERJA

Permasalah yang timbul dengan adanya penetapan upah minimum adalah:

1. Menyangkut sejauhmana upah riil mengikuti pertumbuhan produktivitas

2. Kebutuhan terhadap penentuan upah minimum

Munculnya ketentuan upah minimum akan mendorong terjadinya distorsi

dalam pasar tenaga kerja. Artinya, dengan ketentuan upah minimum, maka buruh

mempunyai kekuatan monopoli yang cenderung melindungi buruh yang telah bekerja

dalam industri tersebut. Sedangkan serikat buruh yang cenderng memaksimumkan

pendapatan buruh yang sudah ada akan cenderung mendiskriminasikan pendatang

baru dalam pasar tenaga kerja. Oleh karena itu, pemerintah dalan langkah jangka

menengah dan panjang adalah dengan meningkatkan produktivitas tenaga kerja

13

Page 14: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

dengan revisi secara besar – besaran dari kurikulum dan manajemen Balai Pelatihan

Kerja yang dikelola Departemen Tenaga Kerja.

.

F. HUBUNGAN ANTARA UPAH MINIMUM DENGAN HUBUNGAN

INDUSTRIAL

Dalam situasi penawaran tenaga kerja lebih besar daroada lowongan kerja

yang tersedia, maka hanya tenaga kerja yang memiliki ketarampilan yang punya

kesempayan untuk masuk pasar kerja. Dengan demikian keterampilan pekerja harus

ditingkatkan agar pekerja dapat masuk ke lapangan kerja. Tetapi agar pekerja dapat

memperoleh upah yang cukup untuk membiayai kebutuhan hidupnya pekerja tidak

hanya harus sekedar terampil tetapi juga harus dapat mencapai tingkat produktivitas

tinggi, agar tingkat upah dapat ditingkatkan.

Masalah upah dapat ditinjau dari dua segi, yaitu :

1. Segi mikro, menyangkut masalah keserasian antara besarnya upah dengan

kemampuan perusahaan.

2. Segi makro, menyangkut hubungan natara upah dengan produktivitas tenaga kerja dan

kesempatan kerja.

Dari gambaran permasalahan di atas, ada baiknya kita menengok landasan

Hubungan Industrial Pancasila (HIP). HIP didasarkan pada tridharma yang berarti

pekerja, pengusaha dan pemerintah saling berhubungan melalui rasa ikut memiliki,

rasa saling bertanggung jawab dan mawas diri secara jujur serta berani. Apabila HIP

ini dapat dijalankan dengan baik, maka tidak perlu ada pertentangan social di antara

anggota masyarakat dan juga tidak akan timbul adanya pemerasan yang kuat terhadap

yang lemah.

14

Page 15: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

BAB III

PEMBAHASAN

A. DEFINISI UPAH MINIMUM

Upah menurut pasal 1 angka 30 UU 13/2003 adalah hak pekerja/buruh yang

diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau

pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu

perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan

bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau

akan dilakukan. Besarnya upah dan cara pembayarannya yang telah disepakati buruh &

pengusaha dituangkan secara tertulis dalam Perjanjian Kerja.

Menurut Peraturan Pemerintah No.8 tahun 1981 tentang Perlindungan Upah,

pada pasal 1 huruf a upah merupakan suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha

kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan,

dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan,

atau peraturan perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja

antara pengusaha dengan buruh termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun

keluarganya.

Menurut Permenaker Nomor Per-01/MEN/1999 tentang Upah Minimum pada

pasal 1 ayat 1, Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah

pokok termasuk tunjangan tetap.

Konvensi ILO No. 95 tentang Perlindungan Upah menyatakan bahwa upah

merupakan imbalan ata u penghasilan, sebagaimana penyusunan atau perlindungannya,

yang dapat dinyatakan dalam uang, dan ditetapkan melalui kesepakatan bersama atau oleh

peraturan perundang-undangan, yang dibayarkan berdasarkan perjanjian kerja baik

tertulis atau lisan oleh pemberi kerja kepada penerima kerja untuk pekerjaan atau jasa

yang telah dilakukan atau akan dilakukan.

Jenis Upah Minimum

1. Upah Minimum Propinsi (UMP)

adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di satu propinsi.

2. Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)

15

Page 16: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

upah minimum yang berlaku di daerah kabupaten/kota.

3. Upah Minimum Sektoral Propinsi (UMSProp)

adalah upah minimum yang berlaku secara sektoral di seluruh kabupaten/kota di

satu propinsi.

4. Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMSKab)

adalah upah minimum yang berlaku secara sektoral di daerah kabupaten/kota.

Gubernur menetapkan UMP dan UMK. Apabila Gubernur menetapkan UMK

maka harus lebih besar dari UMP. Selain itu, Gubernur dapat menetapkan UMSProp atau

Upah Kesepakatan Organisasi perusahaan dengan Serikat Pekerja/ Serikat Buruh.

Sistem upah di Indonesia berfungsi tidak hanya sebagai bagian dari mekanisme

pasar untuk alokasi yang efisien dari sumber-sumber, tetapi juga memiliki fungsi

kebijakan sosial yang penting, yaitu untuk melindungi yang lemah dengan mengaitkan

upah sedemikian rupa dengan kebutuhan para pekerja.

Dewan Pimpinan Pusat Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (DPP

KSPSI) meminta seluruh jajarannya dari tingkat perusahaan, kabupaten/kota hingga

provinsi memperjuangkan upah minimum disesuaikan dengan kebutuhan hidup layak

(KHL) daerah setempat. Besaran KHL di setiap daerah tidak sama, tetapi besarannya

dapat dirumuskan berdasarkan indeks harga konsumen atau tingkat inflasi di daerah yang

bersangkutan. Berikut ini adalah tabel Upah Minimum Provinsi Jawa Tengah dan tabel Upah

minimum Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.

PERKEMBANGAN PENETAPAN UPAH MINIMUM TAHUN 2004 – 2010 PROVINSI JAWA TENGAH

 TAHUN UM KHM KHL %2004 394.412 415.116 - 95.01

2005 422.575 429.157 - 98.47

2006 491.552 - 587.495 83.67

2007 548.729 - 634.934 86.42

2008 601.418 - 667.715 90.10

2009 679.082 - 752.383 90.30

2010*) 734.874 - 801.210 91.81

Sumber: www.nakertrans.jateng.go.id

16

Page 17: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

Dapat dilihat dari tahun 2004-2010 upah minimum di Jawa Tengah mengalami

kenaikan yang cukup signifikan yaitu dari Rp 394.412,00 pada tahun 2004, meningkat jadi

Rp 734.874,00 pada tahun 2010. Selama 6 tahun upah minimum di Jawa Tengah

mengalami kenaikan sebesar Rp 340.462,00. Meningkatnya upah minimum dikarenakan

kebutuhan hidup pekerja yang meningkat pada tiap tahunnya, yaitu dari Rp 415.116,00

pada tahun 2004 menjadi Rp 801.210,00. Dimana KHM/KHL dirumuskan berdasarkan

indeks harga konsumen atau tingkat inflasi yang terjadi di Jawa Tengah. Namum

meningkatnya upah minimum tiap tahunnya tidak lebih dari Kebutuhan Hidup Minimum

(KHM)/Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Upah minimum di Jawa Tengah tiap tahunnya

masih di bawah KHM/KHL. Upah minimum hanya mengalami kenaikan sekitar 83%-98%

dari perhitungan KHM/KHL. Hal ini mengindikasikan bahwa upah minimum di Jawa

Tengah dirasa masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak untuk para

pekerja.

Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) haruslah lebih besar dari pada UMP.

Besarnya Upah Minimum Kabupaten/Kota tiap daerah berbeda-beda hal ini dikarenakan

perekonomian tiap daerah berbeda-beda. Besaran Upah Minimum Kabupaten/Kota di

Jawa Tengah dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Dari tabel di bawah dapat dilihat bahwa Upah Minimum Kabupaten/Kota dari

tahun 2006-2010 sama hal nya dengan Upah Minimum Provinsi mengalami kenaikan yang

cukup signifikan tiap tahunnya. Upah Minimum Kabupaten/Kota tertinggi untuk tahun

2010 ada pada Kota Semarang yaitu sebesar Rp 939.756,00, dan Upah Minimum

Kabupaten/Kota terendah pada tahun 2010 yaitu sebesarRp 660.000,00 pada Kabupaten

Cilacap Wilayah Timur. Dapat dilihat bahwa Upah Minimum Kabupaten/Kota tidak selalu

berada di atas Upah Minimum Provinsi. Ada beberapa kabupaten di Jawa Tengah yang

upah minimumnya berada di bawah Upah Minimum Provinsi, yang mana menunjukkan

indeks harga konsumen atau tingkat inflasi tiap daerah berbeda-beda, dan tergantung juga

bagaimana kebijakan upah yang telah disepakati oleh pemerintah derah bersama dengan

perusahaan-perusahaan dan serikat buruh yang ada di tiap daerah.

17

Page 18: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

Sumber: www.nakertrans.jateng.go.id18

Page 19: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

Kenaikan upah minimun memiliki beberapa dampak, untuk para pekerja hal ini

dianggap menguntungkan karena meningkatkan pula upah mereka yang artinya secara

tak langsunng akan meningkatkan kesejahteran para pekerja. Dampak lainnya adalah

dengan adanya kenaikan tingkat upah minimum maka perusahaan akan mengurangi

sebagian tenaga kerja. Hal ini juga menunjukkan bahwa setelah adanya kenaikan upah

minimum perusahaan mengubah proses produksi yang padat tenaga kerja dengan proses

produksi yang lebih padat modal dan lebih menuntut keterampilan.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT PENETAPAN

UPAH MINIMUM

1. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

2. Permenakertrans No. Per-17 /Men/VIII/2005 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan

Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Per-01/MEN/1999 tentang Upah Minimum jo

Kepmenakertans No: KEP-226/MEN/2000 tentang Perubahan Pasal 1,3,4,8,11,20 dan 21

Permenaker No. Per-01/Men/1999 tentang Upah Minimum

4. Kepmenakertrans No. Kep-231/Men/2003 tentang tata cara penangguhan pelaksanaan upah

minimum

5. Keputusan Presiden No.107 tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan

6. Peraturan Menakertrans No: Per-03/MEN/I/2005 tentang Tata cara Pengusulan Keanggotaan

Dewan Pengupahan Nasional

7. Peraturan Pemerintah No.8 tahun 1981 tentang Perlindungan Upah

Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum

Pengusaha yang tidak mampu melaksanakan upah minimum dapat mengajukan

penangguhan. Permohonan penangguhan didasarkan atas kesepakatan tertulis antara

serikat pekerja yang terdaftar pada Depnaker dan didukung oleh mayoritas pekerja di

perusahaan yang bersangkutan dengan pengusaha, atau kesepakatan pengusaha dengan

pekerja yang mewakili lebih dari 50% pekerja penerima upah minimum bagi perusahaan

yang belum ada serikat pekerja disertai dengan :

a. salinan kesepakatan bersama

b. salinan akte pendirian perusahaan

c. laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca, perhitungan rugi/laba

beserta penjelasan-penjelasan untuk 2(dua) tahun terakhir.

19

Page 20: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

d. Perkembangan produksi dan pemasaran selam 2(dua)tahun terakhir

e. Data upah menurut jabatan pekerja

f. Jumlah pekerja seluruhnya dan jumlah pekerja yang dimohonkan penangguhan

pelaksanaan upah minimum

g. Surat pernyataan kesediaan perusahaan untuk melaksanakan upah minimum yang

baru setelah berakhirnya waktu penangguhan

Persetujuan penangguhan berlaku untuk waktu paling lama 1(satu) tahun.

Sumber: www.nakertrans.jateng.go.id

Tabel di atas merupakan daftar penangguhan upah minimum kabupaten/kota

tahun 2005-2010 di Jawa Tengah. Pada tahun 2005 total pengajuan penangguhan

sebanyak 31, 29 disetujui, 1 ditolak, dan 1 dicabut. Untuk tahun 2006 pengajuan

penangguhan ada 40, disetujui sebanyak 29, ditolak 4, dan dicabut 7. Pada tahun 2007,

ada 28 pangajuan penangguhan, tidak ada yang ditolak selama tahun 2007, 24 disetujui,

4 dicabut. Tahun 2008 pengajuan penangguhan sebanyak 30, 2 ditolak, 26 disetujui, dan

2 dicabut. Pada tahun 2009 penagjuan penangguhan sebanyak 77, 3 ditolak, 59 diterima,

15 dicabut. Sedangkan pada tahun 2010 ada 33 pengajuan penangguhan, 1 ditolak, 31

diterima, 1 dicabut. Dapat dilihat terjadi peningkatan pengajuan penangguhan yang

cukup signifikan dari tahun 2008 ke 2009. Hal ini menunjukkan indikasi sedang

memburuknya iklim usaha di Jawa Tengah pada tahun 2009. Penurunan kembali

pengajuan penangguhan pada tahun 2010, mengindikasikan iklim usaha di Jawa Tengah

berangsur-angsur kembali pulih.

C. MEKANISME PENETAPAN UPAH MINIMUM

Penetapahan Upah Minimum harus memperhatikan Permenakertrans No 17/2005

tentang Komponen dan pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak(KHL) 20

Page 21: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

yang adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang

untuk dapat hidup layak baik secara fisik, non fisik dan sosial untuk kebutuhan 1(satu)

bulan dan berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja kurang dari 1(satu) tahun.

Nilai KHL diperoleh melalui survey harga yang dilakukan oleh tim tripartit

(untuk pemerintah diwakili oleh Badan Pusat Statistik (BPS)).

Untuk memberikan saran, pertimbangan, dan merumuskan kebijakan pengupahan

yang akan ditetapkan oleh pemerintah, serta untuk pengembangan sistem pengupahan

nasional dibentuk Dewan Pengupahan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.

Sedangkan definisi dari Dewan pengupahan sendiri adalah suatu lembaga non struktural

yang bersifat tripartit.

Keanggotaan Dewan Pengupahan terdiri dari unsur pemerintah, organisasi

pengusaha, serikat pekerja/-serikat buruh dengan komposisi 2:1:1 serta unsur perguruan

tinggi dan pakar.

Masa jabatan dewan pengupahan untuk 1(satu) kali masa jabatan selama 3(tiga)

tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1(satu) kali masa jabatan berikutnya. Nilai KHL

ditetapkan oleh Dewan Pengupahan atau Bupati/Walikota setempat.

Mekanisme Penetapan UMP

Survey pasar & Pengumpulan

penyampaian data Kab/Kota data bahan perumusan upah minimum

Penyampaian data propinsi

usulan

laporan

21

Dinas Kab/Kota

Dinas Prov.

(pengolahan data)

MENAKERTRANS

Gubernur

(Penetapan UMP)

Dewan Pengupahan

Kab/Kota

Dewan Pengupahan

Prov. (Perumusan)

Survey Upah MinimumKHL

Page 22: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

Mekanisme Penetapan UMK

Survey pasar & Pengumpulan

penyampaian rumusan data bahan perumusan upah minimum

usulan

Saran&pertimbangan

 

laporan

Upah minimum tersebut ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan

rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota dan

berdasarkan usulan komisi penelitian pengupahan dan jaminan sosial dewan

ketenagakerjaan Daerah.

D. FAKTOR-FAKTOR PERTIMBANGAN DALAM PENENTUAN UPAH

MINIMUM

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat upah :

1. Pendidikan & ketrampilan kerja

2. Kondisi pasar kerja (permintaan dan penawaran)

3. Biaya hidup (indeks harga konsumen/IHK)

4. Kemampuan perusahaan membayar biaya produksi

5. Kemampuan serikat pekerja (keberadaan dan kekuatan SP)

6. Produktiitas kerja (prestasi tenaga kerja)

22

Dewan Pengupahan

Kab/Kota

(Perumusan)

Bupati/Walikota

(Rekomendasi)

MENAKERTRANS

Dewan Pengupahan

Prov. (Perumusan)

Dinas Kab/Kota

Gubernur

(Penetapan UMK)

Page 23: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

7. kebijakan dan investasi pemerintah (upah minimum)

Pertimbangan penetapan upah minimum:

a. Kebutuhan hidup minimum (KHM) / Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

b. indeks harga konsumen (IHK)

c. kemampuan, perkembangan dan kelangsungan perusahaan

d. upah pada umumnya yang berlaku di daerah tertentu dan antar daerah

e. kondisi pasar kerja

f. tingkat perkembangan perekonomian dan pendapatan per kapita

g. Produktivitas (jumlah Produk Domestik Regional Bruto/PDRB : jumlah tenaga kerja

pada periode yang sama)

h. Usaha yang paling tidak mampu (marginal)

khusus untuk UMSProp dan tk.UMSKab juga mempertimbangkan kemampuan

perusahaan secara sektoral.

E. PENGAWASAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM

Pengawasan atas pelaksanaan upah dapat dilakukan oleh pengawas

ketenagakerjaan. Peraturan akan pengawasan ketenagakerjaan ini diatur dalam BAB XIV

UU No. 13 tahun 2003. Pengawasan ketenagakerjaan ini dilaksanakan untuk mengawasi

dan menegakkan hukum ketenagakerjaan. Dalam hal pengawasan atas pelaksanaan upah

minimum, hal tersebut berada pada kewenangan Pemerintah Provinsi, yang dilaksanakan

oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Provinsi. Namun, dalam pelaksanaannya di

lapangan, masih banyak terdapat kendala-kendala :

a. kurangnya kurangnya pegawai pengawas ketenagakerjaan di tingkat provinsi

sementara wilayah kerja cukup luas

b. kurangnya SDM pegawai pengawas ketenagakerjaan dan kurangnya kesadaran

Bupati/Walikota dan Gubernur akan pentingnya pengawasan ketenagakerjaan.

Larangan Upah di bawah Upah Minimum

23

Page 24: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

Dalam UU No. 13 tahun 2003 pasal 90 (1) dinyatakan bahwa pengusaha dilarang

membayar upah lebih rendah dari upah minimum. Selanjutnya, dalam Permenakertrans

No.PER-01/MEN/1999 pasal 13 ayat 1 & 2 dinyatakan bahwa :

1. Perusahaan dilarang membayar upah lebih rendah dari UMP atau UMK atau

UMSP atau UMSK.

2. dalam hal daerah sudah ada penetapan UMK perusahaan dilarang membayar upah

lebih rendah dari UMK.

Sanksi

Apabila pengusaha melanggar ketentuan upah minimum, Gubernur dapat

menjatuhkan sanksi dengan mengacu pasal 185 UU No. 13 tahun 2003 yaitu pidana

penjara minimal 1(satu) tahun dan maksimal 4 (empat) tahun, dan/atau denda paling

sedikit Rp 100juta dan maksimal Rp 400juta.

24

Page 25: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Upah minimum harus dikembalikan kepada prinsip sebagai upah yang

diberikan kepada buruh sebagai jaring pengaman. Upah minimum itu diharapkan

hanya berperan sebagai jaring pengaman agar upah tidak jatuh pada level di bawah

kewajaran. Artinya, jika buruh bekerja dengan baik, maka buruh akan menikmati

tingkat kehidupan yang cukup layak dan setidaknya berada pada garis kemiskinan. Oleh

karena itu upah minimum hanya diterapkan pada pekerja yang masa kerjanya 0 (nol)

tahun. Sedangkan upah di atas upah minimum ditetapkan sesuai dengan hasil

perundingan bipartit antara pengusaha dengan serikat pekerja. Dengan demikian

pengupahan masih memerlukan campur tangan pemerintah dalam hal ini penetapan upah

minimum sebagai jaring pengaman (safety net).

Harus ditegaskan lagi bahwa tingkat upah riil di setiap perusahaan haruslah

diarahkan sebagai hasil perundingan kolektif yang harus lebih tinggi dari upah

minimum. Penghitungan upah harus berdasarkan prinsip keadilan. Untuk mencapai hal

tersebut terdapat kendala karena adanya ketidakkonsistenan pengaturah upah

minimum. Standardisasi penetapan penghitungan upah minimum dengan

menggunakan data garis kemiskinan regional sebagai acuan.

Penetapan upah minimum yang diberlakukan sekarang ini cenderung

mengundang kontroversi karena dasar perhitungannya menimbulkan perbedaan

persepsi cara menghitung upah minimum antara serikat pekerja dan asosiasi pengusaha.

Sudah terjadi banyak kasus bahwa tidak mudah mencari kata sepakat besarnya upah

minimum dari kedua pihak ini. Upah minimum yang ditetapkan seringkali

dipersepsikan terlalu tinggi oleh pengusaha, sehingga UMR yang seharusnya

merupakan upah minimum dalam prakteknya menjadi upah maksimum. Perselisihan

perhitungan upah minimum perlu diminimalkan.

25

Page 26: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

B. SARAN

1. Pemerintah perlu mendorong terciptanya iklim yang kondusif bagi buruh/pekerja

dan pengusaha dalam melaksanakan perundingan kolektif pada tingkat Bipartit.

2. Pemerintah perlu menetapkan ketentuan-ketentuan hukum yang mendorong

terlaksananya perundingan kolektif yang harmonis antara buruh/pekerja dan

pengusaha, yang dilandasi prinsip-prinsip perilaku beritikad baik.

3. Turut melakukan survey KHL dan menetapkan KHL serta menilik apakah standar

tersebut layak untuk kebutuhan upah minimum.

4. Pemerintah Jawa Tengah diharapkan dapat memperbaiki rumusan item-item

perhitungan Kebutuhan Hidup Minimum (KHM/KHL), baik dari segi kualitas dan

kuantitasnya.

5. Harus ada lembaga kajian mengenai upah dan harga serta dampak ekonomis terhadap

pekerja maupun perusahaan-perusahaan.

6. Perlunya pengawasan ketenagakerjaan dalam implementasi upah dengan baik dan

benar.

26

Page 27: ANALISIS PENENTUAN PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI JAWA TENGAH

DAFTAR PUSTAKA

Ananta, Aris. 1990. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta : Lembaga Demografi

Universitas Indonesia

Dessler Gary. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Prenhallindo.

Simanjuntak, Payaman J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta :

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia dan

Ketenagakerjaan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

www.bps.jateng.go.id. Diakses tanggal 4 Juni 2010. Pukul 19.15.

www.nakertrans.jateng.go.id. Diakses tanggal 5 Juni 2010. Pukul 14.25.

Jurnal:

Tua Hasiholan Hutabarat, M.Si. 2006. Realitas Upah Buruh Industri. Medan.

Prof. Dr. Bambang Setiaji, dkk. 2001. Upah Minimum, Upah Sektoral, dan Produktitas

Sektor Industri di Indonesia.

Neneng Sandra. 2004. Dampak Kebijakan Upah Minimum Terhadap Tingkat Upah dan

Pengangguran di Pulau Jawa. Institiut Pertanian Bogor, Departemen Ilmu

Ekonomi Studi Pembangunan.

27