pengaruh informasi keuangan dan non keuangan...
TRANSCRIPT
PENGARUH INFORMASI KEUANGAN DAN NON KEUANGAN
TERHADAP UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG
MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK
INDONESIA
(Studi Kasus pada Perusahaan Non Perbankan Periode 2010-2016)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Chaerun Nisa Noviani
NIM : 1113081000008
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H / 2017 M
ii
PENGARUH INFORMASI KEUANGAN DAN NON KEUANGAN
TERHADAP UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG
MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK
INDONESIA
(Studi Kasus pada Perusahaan Non Perbankan Periode 2010-2016)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Chaerun Nisa Noviani
NIM : 1113081000008
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Dr. Pudji Astuty, SE., MM
NIDN. 03110658 04
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H / 2017 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSHIF
Pada hari Kamis, 13 April 2017 telah dilakukan Ujian Komprehenshif atas nama
mahasiswa :
1. Nama : Chaerun Nisa Noviani
2. NIM : 1113081000008
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Pengaruh Informasi Keuangan dan Non Keuangan
terhadap Underpricing pada Perusahaan yang melakukan Initial Public
Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus pada Perusahaan
Non Perbankan Periode 2010-2016)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehenshif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 April 2017
1. Deni Pandu Nugraha, SE., MSc. (____________________)
NIP. Penguji I
2. Dwi Nur’aini Ihsan, SE.,M.M. (____________________)
NIP. 19771021 2014112001 Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 25 Juli 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa :
1. Nama : Chaerun Nisa Noviani
2. NIM : 1113081000008
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Pengaruh Informasi Keuangan dan Non Keuangan
terhadap Underpricing pada Perusahaan yang melakukan Initial Public
Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus pada Perusahaan
Non Perbankan Periode 2010-2016)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 25 Juli 2017
1. Titi Dewi Warninda,SE.,M.Si (____________________)
NIP. 19731221 200501 2002 Ketua
2. Dr. Pudji Astuty,SE.,MM (____________________)
NIDN. 03110658 04 Sekretaris
3. Dr. Pudji Astuty,SE.,MM (____________________)
NIDN. 03110658 04 Pembimbing
4. Taridi Kasbi Ridho, MBA (____________________)
NIP. Penguji Ahli
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Chaerun Nisa Noviani
NIM : 1113081000008
Jurusan : Manajemen
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sesungguhnya.
Jakarta, 20 Juni 2017
Yang Menyatakan
(Chaerun Nisa Noviani)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
1. Nama : Chaerun Nisa Noviani
2. Tempat, Tanggal Lahir : Cianjur, 27 November 1995
3. Alamat : Jl. WR. Supratman Kp. Utan Rt. 02/04
Ciputat Tangerang Selatan
4. Agama : Islam
5. Telpon : 085966165199
6. Email : [email protected]
7. Kewarganegaraan : Indonesia
B. Pendidikan Formal
1. 2013-2017 : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. 2010-2013 : SMAN 1 Sukaresmi - Cianjur
3. 2007-2010 : SMP PGRI Cipanas - Cianjur
4. 2001-2007 : SDN 1 Cimacan - Cianjur
C. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah : Khaerudin Al Ashari
2. Ibu : Yeni Meliawati
3. Alamat : Jl. WR. Supratman Kp. Utan Rt. 02/04
Ciputat Tangerang Selatan
D. Pengalaman Organisasi
1. Kepala Divisi Marketing and Communication Laboratorium Pasar
Modal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Periode 2014-2015
2. Kepala Divisi Administrasi Koperasi Mahasiswa (KOPMA) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2014-2015
3. Anggota Divisi Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)
Manajemen Periode 2014-2015
vii
4. Pengawas Divisi Marketing and Communication Galeri Investasi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Periode 2016-2017
viii
ABSTRACT
This research was aimed to find out the influence of financial and non-
financial information to underpricing in companies that conducted Initial Public
Offering. Variables use in this study is Return on Equity (ROE), Return on Assets
(ROA), Debt to Equity Ratio (DER),Current Ratio(CR), size firm and company
age. The population in this research were the companies that conduct IPO listed
in the Indonesia Stock Exchange within of 2010-2016 outside the companies from
banking. The data analysis use multiple regression method and the samples of this
study use purposive sampling method with the amount of samples are 50
companies.
The result showed that Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA),
size firm and company age have significantly influence the underpricing, while
other independent variables such as Debt to Equity Ratio (DER) and Current
Ratio (CR) have not significantly influence the underpricing. The result showed
that simultaneously Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA), Debt to
Equity Ratio (DER),Current Ratio (CR),size firm and company age have
significanly influence the undepricing.
Keyword : Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER), Current Ratio (CR), size firm, company age, underpricing, Initial Public
Offering (IPO).
ix
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh informasi keuangan
dan non keuangan terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial
Public Offering. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on
Equity (ROE), Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Current
Ratio (CR), ukuran perusahaan dan umur perusahaan. Populasi dalam penelitian
ini adalah perusahaan yang melakukan IPO yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2010-2016 di luar perusahaan perbankan. Analisis data menggunakan
metode regresi berganda dan pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 50 perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return on Equity (ROE), Return on
Assets (ROA), ukuran perusahaan dan umur perusahaan berpengaruh secara
signifikan terhadap underpricing, sedangkan variabel independen lainnya seperti
Debt to Equity Ratio (DER) dan Current Ratio (CR) tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap underpricing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
simultan Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER), Current Ratio (CR), ukuran perusahaan dan umur perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap undepricing.
Kata Kunci : Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA), Debt to Equity
Ratio (DER), Current Ratio (CR), ukuran perusahaan, umur perusahaan,
underpricing, Initial Public Offering (IPO).
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai harapan dan
diwaktu terbaik. Shalawat serta salam tetap tercurahkan pada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarganya dan para para sahabatnya yang telah
menunjukkan jalan yang benar kepada umat manusia dan selalu berada di jalan
Allah SWT.
Dalam penyelesaian skripsi ini tentunya penulis mendapatkan bimbingan,
arahan, koreksi dan saran yang sangat berarti dalam penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis.
2. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai, Ibu Yeni Meliawari dan Ayah
Khaerudin Al Ashari yang dengan tulus dan ikhlas memberikan rasa kasih
sayang, dukungan, perhatian, serta doa-doanya yang tiada henti kepada
penulis.
3. Adikku Chaerul Ilmi Al Ahyari yang telah mendoakan dan mendukung
penulis selama ini.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si Selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Ela Patriana, Ir., MM selaku Wakil Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Taridi Kasbi Ridho, MBA selaku dosen penasihat akademik yang telah
banyak memberikan banyak arahan selama perkuliahan.
8. Ibu Dr. Pudji Astuty, SE., M.M selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya di tengah kesibukan untuk membimbing dan
mengarahkan penulis. Selain itu juga, selalu memberikan motivasi dan ilmu
yang bermanfaat bagi penulis.
xi
9. Teman-teman Laboratorium Pasar Modal Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan HMJ Manajemen yang telah memberikan banyak ilmu dan
pengalaman dalam bidang organisasi.
10. Teman-teman manajemen angkatan 2013 yang selalu memberikan dukungan,
berbagi ilmu serta pengalaman selama kuliah bersama-sama.
11. Teman-teman seperjuangan Desy, Muti, Gita, Irma, Kumi, Luluk, Tika dan
Tia, terimakasih atas segala dukungan dan semangat yang selalu diberikan
kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
12. Dan semua pihak yang telah berperan dalam penulisan skripsi ini dari awal
hingga akhir penulisan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ......................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vi
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 16
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 17
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 20
A. Landasan Teori ..................................................................................... 20
1. Pasar Modal .................................................................................... 20
2. Initial Public Offering (IPO) .......................................................... 24
3. Underpricing .................................................................................. 30
4. Informasi Keuangan dan Non Keuangan ....................................... 34
5. Keterikatan Antara Variabel Penelitian ......................................... 48
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 53
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 59
D. Hipotesis ............................................................................................... 60
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 62
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 62
B. Metode Penentuan Sampel ................................................................... 62
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 64
D. Metode Analisis Data ........................................................................... 65
1. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 65
a. Uji Normalitas .......................................................................... 65
b. Uji Multikolinearitas ................................................................ 66
c. Uji Autokorelasi ....................................................................... 67
d. Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 68
2. Metode Analisis Regresi Berganda ................................................ 69
3. Pengujian Hipotesis ........................................................................ 70
a. Uji t (Parsial) ............................................................................ 70
b. Uji F (Simultan) ....................................................................... 70
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ....................................... 71
E. Operasional Variabel Penelitian ........................................................... 71
1. Variabel Dependen ......................................................................... 71
2. Variabel Independen ...................................................................... 72
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................... 77
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 77
1. Bursa Efek Indonesia ..................................................................... 77
2. Deskripsi Objek Penelitian ............................................................. 79
B. Analisis Deskriptif ............................................................................... 79
C. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 83
1. Uji Normalitas ................................................................................ 83
2. Uji Multikolinearitas ...................................................................... 85
3. Uji Autokorelasi ............................................................................. 86
4. Uji Heteroskedastisitas ................................................................... 86
D. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 88
1. Uji t (Parsial) .................................................................................. 88
2. Uji F (Simultan) ............................................................................. 95
xiv
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ............................................. 96
4. Analisis Regresi Linear Berganda .................................................. 97
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 100
A. Kesimpulan .......................................................................................... 100
B. Impllikasi ............................................................................................. 101
C. Saran ..................................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 104
LAMPIRAN ..................................................................................................... 107
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 53
Tabel 3.1 Kriteria Penentuan Sampel.............................................................. 64
Tabel 4.1 Statitistik Deskriptif Variabel Penelitian ........................................ 80
Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov ................................................................ 84
Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas ....................................................................... 85
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi .............................................................................. 86
Tabel 4.5 Uji Glejser ....................................................................................... 88
Tabel 4.6 Uji t (Parsial) ................................................................................... 89
Tabel 4.7 Uji F (Simultan) .............................................................................. 95
Tabel 4.8 Koefisien Determinasi..................................................................... 96
Tabel 4.9 Analisis Regresi Linear Berganda................................................... 97
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Presentase Perusahaan Yang Mengalami Underpricing ............. 9
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .................................................................... 59
Gambar 4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia .................................................. 78
Gambar 4.2 Grafik Normal Probability Plot .................................................. 83
Gambar 4.3 Scatterplot ................................................................................... 87
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Underpricing Perusahaan pada sampel Penelitian .........................107
Lampiran 2 Return on Equity (ROE) Perusahaan pada Sampel Penelitian .......109
Lampiran 3 Return on Assets (ROA) Perusahaan pada Sampel Penelitian .......111
Lampiran 4 Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan pada Sampel Penelitian ..113
Lampiran 5 Current Ratio (CR) Perusahaan pada Sampel Penelitia .................115
Lampiran 6 Ukuran Perusahaan pada Sampel Penelitian ..................................117
Lampiran 7 Umur Perusahaan pada Sampel Penelitian .....................................119
Lampiran 8 Hasil Output SPSS 20 .....................................................................121
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat, membuat perusahaan
dituntut untuk selalu melakukan perubahan agar dapat mempertahankan
eksistensinya, dapat berkembang dengan pesat dan bertahan hidup dalam
jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu, perusahaan memerlukan strategi
yang dapat membuat perusahaan bertahan dan tetap tumbuh. Strategi yang
dapat dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan ekspansi usaha guna
mengembangkan usaha perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis yang
semakin ketat. Namun usaha tersebut tentunya membutuhkan dana yang
cukup besar. Dalam memenuhi kebutuhan dana tersebut, perusahaan dapat
menggunakan dana yang berasal dari dalam atau luar perusahaan sebagai
sumber pendanaan. Perusahaan dapat memanfaatkan dana yang berasal dari
luar perusahaan melalui penerbitan efek di pasar modal sebagai sarana untuk
menghimpun dana-dana masyarakat untuk disalurkan ke dalam kegiatan-
kegiatan produktif (Yulfasni, 2005:2).
Pada dasarnya, pasar modal adalah pasar keuangan untuk saham dan
utang jangka menengah atau jangka panjang satu tahun atau lebih (Brigham
dan Houston, 2010:190). Pasar modal menjadi tempat bertemunya penjual
dan pembeli efek jangka panjang. Pengertian pasar modal sebagaimana pada
umumnya yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli. Di sini yang
diperjualbelikan adalah dana, sehingga pasar modal mempertemukan penjual
2
dana dengan pembeli dana yang disebut investor. Pembeli dana adalah
perorangan maupun lembaga yang menyisihkan kelebihan dananya untuk
usaha yang bersifat produktif, sedang penjual dana adalah perusahaan yang
memerlukan dana untuk keperluan usahanya (Yulfasni, 2005:1). Pasar modal
menjadi sarana untuk menjembatani antara pihak yang kelebihan dana dengan
pihak yang membutuhkan dana. Pihak yang kelebihan dana akan menyimpan
dana tersebut sebagai investasi dengan harapan dapat memberikan
keuntungan di masa depan sedangkan pihak yang membutuhkan dana akan
mendapatkan pendanaan dari investor yang selanjutnya dana tersebut akan
digunakan untuk kegiatan usaha perusahaan. Perusahaan dapat memanfaatkan
pasar modal dalam mencari tambahan dana untuk ekspansi usaha karena
pasar modal memiliki fungsi sebagai sumber pembiayaan, sarana untuk
menghimpun dana dari masyarakat yang kemudian digunakan untuk kegiatan
usaha perusahaan, sebagai alternatif investasi bagi para investor, mendorong
terciptanya kesempatan berusaha sekaligus menciptakan lapangan kerja dan
meningkatkan citra perusahaan.
Perusahaan yang menerbitkan saham atau efek lainnya untuk yang
pertama kalinya kepada masyarakat umum disebut sebagai penawaran umum
perdana atau lebih dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO).
Penawaran umum adalah suatu kegiatan menawarkan efek yang dilakukan
emiten untuk menjual efek kepada investor atau masyarakat berdasarkan tata
cara yang diatur dalam undang-undang dasar peraturan pelaksanaannya
(Hadi, 2013:30). Perusahaan yang telah melakukan IPO berubah menjadi
3
perusahaan go public atau perseroan terbuka artinya perseroan yang dapat
dimiliki oleh masyarakat luas, mengikutsertakan masyarakat dalam penetapan
kebijakan dan pengelolaan perusahaan serta harus memberikan semua
informasi secara terbuka kepada para investor.
Perusahaan yang akan melakukan IPO, harus terlebih dahulu
menyampaikan persyaratan pendaftaran kepada Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) untuk menjual dan menawarkan efek kepada masyarakat dan setelah
persyaratan terpenuhi maka perusahaan dapat melakukan penawaran umum
kepada masyarakat. Secara umum, masa penyampaian pernyaratan
pendaftaran sampai pernyataan pendaftaran tersebut dinyatakan oleh
BAPEPAM terdiri dari tiga proses yaitu pra pendaftaran (proses ektern
BAPEPAM), masa tunggu (proses intern BAPEPAM) dan pasca pendaftaran
(Yulfasni, 2005:30). Adapun secara terinci dijelaskan proses go public antara
lain pertama, penunjukkan underwriter dan persiapan dokumen. Pada tahap
awal ini, perusahaan perlu membentuk tim internal, menunjuk underwriter
dan lembaga serta profesi penunjang pasar modal yang akan membantu
perusahaan melakukan go public, meminta persetujuan RUPS dan merubah
Anggaran Dasar serta mempersiapkan dokumen yang diperlukan untuk
disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan OJK.
Kedua, penyampaian permohonan pencatatan saham ke BEI. Pada
tahap ini, untuk menjadi perusahaan publik yang sahamnya dicatatkan dan
diperdangkan di BEI, perusahaan perlu mengajukan permohonan untuk
mencatatkan saham, dilengkapi dengan dokumen yang dipersyaratkan antara
4
lain profil perusahaan, laporan keuangan, proyeksi keuangan dan lain-lain.
Setelah itu BEI akan memberikan persetujuan berupa perjanjian pendahuluan
pencatatan saham kepada masyarakat. Ketiga, penyampaian pernyataan
pendaftaran ke OJK. Setelah mendapatkan perjanjian pendahuluan pencatatan
saham dari BEI, perusahaan menyampaikan pernyataan pendaftaran dan
dokumen pendukungnya kepada OJK untuk melakukan penawaran umum
saham antarara lain dokumen prospektus. Dokumen prospektus ini
dipublikasikan melalui surat kabar maupun iklan sebagai bahan informasi dan
pertimbangan investor dalam berinvestasi. Keempat, penawaran umum saham
kepada publik. Masa penawaran umum saham kepada masyarakat dapat
dilakukan selama 1 sampai 5 hari kerja. Kelima, pencatatan dan perdagangan
saham perusahaan di BEI. Perusahaan menyampaikan permohonan
pencatatan saham kepada bursa efek disertai bukti pernyataan pendaftaran
dari BAPEPAM, dokumen prospektus dan laporan komposisi pemegang
saham perusahaan.
Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana terjadi di
pasar primer (Primary Market). Pasar primer merupakan pasar di mana
perusahaan untuk pertama kalinya menjual saham baru kepada investor oleh
perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Setelah proses IPO di pasar
primer, maka selanjutnya saham diperdagangkan di bursa efek yang disebut
dengan pasar sekunder (Secondary Market). Pasar sekunder adalah pasar di
mana efek dan aset keuangan lainnya diperdagangkan di antara investor
setelah diterbitkan oleh perusahaan. (Brigham dan Houston, 2010:191).
5
Setelah melakukan penawaran umum pada pasar perdana dan semua
efek tercatat atas nama masing-masing investor atau efek yang bersangkutan
berada di tangan para investor, baru saham dicatatkan di bursa efek. Ini
berarti bahwa efek tersebut hanya boleh diperdagangkan di bursa efek,
sehingga kegiatan jual beli saham perusahaan terjadi di luar perusahaan. Uang
hasil perdagangan di pasar sekunder tidak masuk kepada perusahaan
melainkan ke dalam kas si penjual saham yang bersangkutan, sang investor
(Yulfasni, 2005:50).
Dalam pasar primer, harga saham ditetapkan oleh emiten dan
penjamin emisi (underwriter) sedangkan di pasar sekunder harga saham
ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar (mekanisme pasar). Dalam
menentukan harga penawaran saham perdana tidaklah mudah karena tidak
ada harga sebelumnya yang dapat diobservasi dalam menetapkan harga
penawaran saham. Oleh karena itu, emiten dapat bekerjasama dengan
underwriter untuk membantu segala keperluan penerbitan saham termasuk
dalam menetapkan harga saham perdana. Underwriter sebagai pihak yang
paling banyak keterlibatannya dalam membantu emiten dalam rangka
penerbitan saham. Kegiatan yang dilakukan penjamin emisi antara lain
menyiapkan berbagai dokumen, membantu menyiapkan prospektus dan
memberikan penjaminan atas penerbitan (Martalena dan Malinda, 2011:22).
Underwriter lebih banyak memiliki pengalaman dan informasi mengenai
permintaan saham perusahaan emiten dibandingkan dengan perusahaan
emiten itu sendiri. Pengalaman dan informasi yang lebih banyak dimiliki
6
underwriter dalam menentukan harga saham-saham emiten, dijadikan
kesempatan bagi underwriter untuk menetapkan harga.
Sebelum saham ditawarkan ke publik, emiten dan underwriter terlebih
dahulu melakukan kesepakatan (due dilligence) dalam menentukan kisaran
harga saham. Harga saham inilah yang digunakan underwriter dalam
melakukan penjajakan dalam rangka menawarkan saham ke investor. Tujuan
penjajakan ini ada dua. Pertama, untuk mendapatkan ketertarikan di antara
investor potensial dan menyediakan informasi tentang sekuritas yang
ditawarkan. Kedua, untuk menyediakan informasi bagi emiten dan para
penjamin emisinya tentang harga yang dapat diterima pasar atas sekuritas
(Bodie et.al., 2014:63).
Sebelum melakukan pembelian, investor dapat memesan saham
terlebih dahulu kepada underwriter pada masa penawaran awal (book
building). Oleh karena itu, investor di pasar primer dituntut untuk
menggunakan berbagai sumber informasi agar dapat secara wajar menilai
harga saham yang ditawarkan pada saat IPO. Salah satu sumber informasi
bagi investor berasal dari manajemen perusahaan melalui penerbitan
prospektus. Adapun prospektus adalah setiap informasi tertulis yang
digunakan untuk melakukan penawaran umum dengan tujuan agar pihak lain
membeli efek (Yulfasni, 2005:27). Prospektus ini memuat informasi
keuangan dan non keuangan perusahaan yang kemudian didistribusikan oleh
underwriter kepada para investor. Dengan mengetahui bagaimana profil dan
manajemen perusahaan tersebut dikelola dapat dijadikan bahan pertimbangan
7
investor karena kualitas manajemen perusahaan dapat mempengaruhi prospek
perusahaan di masa depan yang pada akhirnya akan berdampak pada
keuntungan yang diperoleh investor.
Meskipun harga ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara emiten
dan underwriter, namun masing-masing pihak memiliki kepentingan yang
berbeda. Emiten cenderung menginginkan harga saham perdana yang tinggi
dengan harapan dapat memaksimalkan dana yang diperoleh dari investor,
namun tidak demikian halnya dengan underwriter. Underwriter cenderung
menginginkan harga saham perdana yang rendah karena untuk meminimalkan
risiko yang akan ditanggung oleh underwriter atas saham yang tidak terjual.
Banyak saham menunjukkan penjualan yang buruk setelah penerbitan
perdana dan yang lainnya ada yang tidak dapat dijual sepenuhnya ke pasar.
Bank investasi (penjamin emisi) dalam hal ini menanggung risiko atas saham
yang tidak terjual (Bodie et. al., 2008:91). Oleh karena itu, underwriter
berusaha untuk menetapkan harga yang dapat diterima oleh investor dengan
harapan dapat menjual semua saham yang dijaminnya. Kondisi asimetri inilah
yang menyebabkan underpricing.
Underpricing merupakan suatu fenomena dimana harga saham
perdana pada saat IPO di pasar primer lebih rendah daripada harga saham
pada pasar sekunder. Underpricing adalah adanya selisih positif antara harga
saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar perdana atau saat IPO.
Selisih harga inilah yang dikenal sebagai Initial Return (IR) atau positif
return bagi investor. Underpricing adalah fenomena yang umum dan sering
8
terjadi di pasar modal maupun saat emiten melakukan IPO (Yolana dan
Martani, 2005:538). Fenomena underpricing memberikan dampak yang tidak
menguntungkan bagi perusahaan karena tidak dapat memperoleh dana yang
maksimal. Namun fenomena underpricing tersebut memberikan dampak yang
menguntungkan bagi investor. Investor akan memperoleh keuntungan dari
terjadinya underpricing tersebut berupa initial return. Initial Return (IR)
merupakan keuntungan yang diperoleh investor karena adanya perbedaan
harga saham di pasar primer dan pasar sekunder.
Fenomena underpricing pernah terjadi di beberapa negara seperti
Australia, Malaysia, Jerman, UK, USA dan Taiwan (Ritter,1998). Contoh
kasus fenomena underpricing ini berdasarkan hasil riset Jay Ritter, seorang
Profesor Finance di Universitas Florida, menunjukkan dari 7.921 kasus IPO
di AS dalam kurun waktu 1975 hingga 2007 ditemukan rata-rata harga
sahamnya naik 17,2 persen di hari pertama masuk bursa. Selain itu, kasus
dalam penentuan harga IPO yang terlalu rendah terjadi pada Desember 1999
ketika saham VA Linux dijual pada harga IPO 30 USD per lembar dan
ditutup di pasar sekunder pada hari pertama perdagangan pada harga IPO
239,5 USD yang merefleksikan imbal hasil sebesar 698 persen dalam satu
hari (Bodie et. al., 2014:64). Dalam proses IPO, salah satu tahapan yang
paling sulit adalah penetapan harga saham perdana yang sesuai dengan harga
pasarnya, oleh karena itu penetapan harga saham perdana seringkali lebih
rendah dari harga pasarnya dengan kata lain terjadi underpricing.
9
0
20
40
60
80
100
120
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pe
rse
n (
%)
Tahun
Persentase Perusahaan yang mengalami Underpricing di Indonesia tahun 2010-2016
Gambar 1.1
Persentase Perusahaan Yang Mengalami Underpricing
Sumber: IDX dan TICMI, data diolah
Berdasarkan grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa hampir seluruh
perusahaan yang melakukan IPO dari tahun 2010 sampai 2016 mengalami
underpricing. Pada tahun 2010 sebesar 95,65% perusahaan mengalami
underpricing dimana pada tahun tersebut terdapat 23 perusahaan yang
melakukan IPO, pada tahun 2011 sebesar 68% perusahaan mengalami
underpricing dengan jumlah perusahaan yang melakukan IPO sebanyak 25
perusahaan, pada tahun 2012 sebesar 90,91% perusahaan mengalami
underpricing dimana pada tahun tersebut terdapat 22 perusahaan yang
melakukan IPO, pada tahun 2013 sebesar 70% perusahaan mengalami
underpricing dengan jumlah perusahaan yang melakukan IPO sebanyak 30
perusahaan, pada tahun 2014 sebesar 91,30% perusahaan mengalami
underpricing dari 23 perusahaan yang melakukan IPO, pada tahun 2015
sebesar 86,67% perusahaan mengalami underpricing dari jumlah perusahaan
10
yang melakukan IPO sebanyak 15 perusahaan dan pada tahun 2016 sebesar
78,57% perusahaan mengalami underpricing dari 14 perusahaan yang
melakukan IPO pada tahun tersebut.
Jika penentunan harga saat IPO lebih rendah dibandingkan dengan
harga yang terjadi di pasar sekunder di hari pertama maka akan terjadi
underpricing (Suyatmin dan Sudjadi, 2006). Underpricing terjadi karena
kondisi ex-ante certainly mengenai harga yang ditawarkan saat IPO serta
adanya asimetri informasi (Beauty dan Ritter 1986) dan Rock (1986) dalam
Amelia dan Saftiana (2007) juga beragumentasi bahwa underpricing di
perusahaan IPO diperlakukan untuk mengkompensasi investor yang tidak
mempunyai informasi (uninformed investor) dengan pihak yang lebih banyak
mempunyai informasi.
Profitabilitas perusahaan memberikan informasi kepada para
pemegang saham atau disebut sebagai investor mengenai bagaimana
perusahaan dalam memperoleh laba. Pengukuran tingkat profitabilitas
perusahaan yang sering digunakan adalah Return on Equity (ROE) dan Retun
on Assets (ROA). ROE adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas untuk
mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa.
Sedangkan ROA adalah rasio laba bersih terhadap total aset (Brigham dan
Houston,2010:149). Informasi ini penting bagi investor untuk digunakan
sebagai pertimbangan berinvestasi. ROE dan ROA yang tinggi memberikan
sinyal positif kepada investor yang menggambarkan bahwa investasi akan
menguntungkan dan dianggap berisiko rendah.
11
Penelitian yang dilakukan Yolana dan Martani (2005) pada
perusahaan IPO yang mengalami underpricing tahun 1994 sampai 2001.
Variabel dalam penelitiannya yaitu reputasi underwriter, skala perusahaan,
rata-rata kurs, ROE dan jenis industri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel rata-rata kurs, skala perusahaan, ROE, jenis industri mempengaruhi
underpricing sedangkan varibabel reputasi underwriter tidak terbukti
memiliki pengaruh terhadap underpricing.
Sejalan dengan Hapsari dan Mahfud (2012) yang melakukan
penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing.
Variabel yang diteliti meliputi reputasi underwriter, reputasi auditor, Current
Ratio (CR), Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), dan ukuran
perusahaan (Size). Hasil penelitian menujukkan bahwa reputasi underwriter,
reputasi auditor, Return on Equity (ROE), dan ukuran perusahaan (Size)
berpengaruh signifikan dimana ROE berpengaruh positif signifikan terhadap
underpricing. Sedangkan Current Ratio (CR) dan Earning per share (EPS)
tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
Irfani (2014) menguji pengaruh Return on Equity (ROE), Debt to
Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value
(PBV) terhadap underpricing dan kinerja saham jangka panjang. Hasil
menunjukkan hanya ROE dan PER yang berpengaruh terhadap underpricing.
Namun, hasil penelitian ini bertentangan dengan yang dilakukan oleh Martani
dkk. (2012) dalam penelitiannya menguji pengaruh reputasi underwriter,
reputasi auditor, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan ROE terhadap
12
underpricing dan hubungannya terhadap earning presistence. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh signifikan
terhadap underpricing, sedangkan variabel lainya tidak memiliki hubungan
signifikan terhadap underpricing.
Rust (2015) menguji pengaruh rasio keuangan terhadap underpricing.
Rasio keuangan yang digunakan yaitu Return on Equity (ROA), Return on
Assets (ROA), Price Earning Ratio (PER) dan Current Ratio (CR). Hasilnya
bahwa hanya ROE dan PER yang berpengaruh signifikan terhadap
underpricing rasio lainnya tidak berpengaruh. Sejalan dengan penelitian
Retnowati (2013) bahwa ROA tidak memiliki pengaruh terhadap
underpricing.
Ghozali dan Mansur (2002) mencoba menguji pengaruh variabel
reputasi penjamin emisi, persentase saham yang ditahan pemegang saham
lama, skala perusahaan (total aktiva), umur perusahaan, financial leverage
(debt to asset ratio), dan ROA terhadap tingkat underpricing. Mereka
berhasil membuktikan bahwa reputasi penjamin emisi, financial leverage
signifikan pada level 10% dengan arah negatif mempengaruhi underpricing.
ROA mempengaruhi underpricing dengan level signifikansi 5% dengan arah
negatif. Sedangkan umur perusahaan, skala perusahaan, dan persentase saham
yang ditahan, tidak terbukti signifikan mempengaruhi underpricing. Sejalan
dengan Yasa (2008) bahwa ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap
underpricing. Menurut Kim et, al. (1993) bahwa variabel ROA berkorelasi
13
negatif dengan initial return. Penelitian ini bertentangan Trisnawati (1998)
bahwa tidak ada hubungan antara besarnya ROA dengan initial return.
Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh hutangnya baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi mencerminkan risiko
perusahaan yang tinggi sehingga ketidakpastian investor meningkat dan
akhirnya dapat mengakibatkan underpricing (Gatot dkk, 2013:152).
Hasil penelitian Gatot, dkk (2013) bahwa untuk periode hot market
yang berpengaruh terhadap underpricing adalah Debt to Equity Ratio (DER)
dan rata-rata kurs. Sedangkan pada periode cold market yang berpengaruh
hanya Current Ratio (CR). Penelitian Aisyah (2009) yang menguji pengaruh
variabel keuangan terhadap initial return yang meliputi Rate of Return On
Total Assets, Total Assets Turn Over, Financial Leverage, Earning Per Share
dan Current Ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya Financial
Leverage yang berpengaruh signifikan terhadap initial return. Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan Retnowati (2013) bahwa DER tidak
memiliki pengaruh terhadap underpricing.
Salah satu alat untuk mengukur likuiditas perusahaan yaitu Current
Ratio (CR). Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
melunasi semua kewajiban jangka pendeknya. Current ratio yang tinggi
menunjukkan semakin banyak aset lancar perusahaan yang tersedia untuk
memenuhi kewajiban lancar perusahaan. Perusahaan dengan current ratio
yang tinggi akan lebih banyak diminati investor karena dianggap kinerja
14
perusahaan dalam mengatur komposisi aset dan kewajiban lancarnya berjalan
dengan baik. Sari (2011) melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi underpricing, hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan, Return On Investment (ROI), dan Current Ratio
(CR) memiliki pengaruh signifikan terhadap underpricing. Penelitian ini
serupa dengan Gatot dkk. (2013) bahwa Current Ratio (CR) memiliki
pengaruh terhadap underpricing. Hasil penelitian ini bertentangan dengan
yang dilakukan Kurniawan (2006) dan Aisyah (2009) yang menunjukkan
bahwa Current Ratio (CR) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
underpricing.
Menurut Nurhidayati dan Indriantoro (1998) dalam Hapsari dan
Mahfud (2012), tingkat ketidakpastian perusahaan berskala besar pada
umumnya rendah karena dengan skala yang tinggi perusahaan cenderung
tidak dipengaruhi pasar. Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa tingkat risiko
investasi pada perusahaan yang berskala besar lebih rendah daripada
perusahaan yang berskala kecil. Ukuran perusahaan ini dapat dilihat dari
besarya total aset yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
menjalankan bisnisnya.
Umur perusahaan dapat menjadi bukti bahwa perusahaan mampu
bersaing dan menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan hidup.
Semakin panjang umur perusahaan semakin banyak informasi yang diserap
masyarakat (Suyatmin dan Sujadi, 2006:15).
15
Hasil penelitian Liu dan Ritter (2011) bahwa variabel reputasi
underwriter, ukuran perusahaan dan jenis industri berpengaruh terhadap
underpricing. Sedangkan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap
underpricing. Penelitian ini bertentangan dengan Islam et., al. (2010) dan
Wahyusari (2013), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel umur
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
Tian (2012) Retnowati (2013) dalam penelitiannya menemukan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap underpricing. Dalam
penelitian Tian (2012), varibel yang diteliti meliputi Return on Asset (ROA),
umur perusahaan, ukuran perusahaan, rasio utang, Price Earning Ratio
(PER), reputasi underwriter dan risiko sistematis. Hasil menunjukkan ukuran
perusahaan, rasio utang dan risiko sistematis yang berpengaruh terhadap
underpricing. Bertentangan dengan penelitian Aini (2013) bahwa ukuran
perusahaan tidak memiliki pengaruh positif terhadap underpricing.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti kembali
mengenai underpricing. Hal yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah variabel-variabel yang mempengaruhi
underpricing, studi kasus pada perusahaan non perbankan dan periode yang
digunakan yaitu dari tahun 2010 sampai 2016. Penelitian ini menggunakan
underpricing sebagai variabel dependen dan variabel independen yang terdiri
dari Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER), Current Ratio (CR), ukuran perusahaan dan umur perusahaan.
Variabel-variabel independen tersebut diambil karena masih terdapat
16
ketidakkonsistenan hasil penelitian dari penelitian sebelumnya sehingga
masih perlu dilakukan penelitian kembali terhadap variabel-variabel tersebut.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis memilih judul
penulisan tentang:
“Pengaruh Informasi Keuangan Dan Non Keuangan terhadap
Underpricing pada Perusahaan yang melakukan Initial Public Offering
(IPO) di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus pada Perusahaan Non
Perbankan Periode 2010-2016)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan
permasalahan adalah sebagai berikut :
1. Apakah Return on Equity (ROE) berpengaruh secara parsial terhadap
Underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering
(IPO) di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah Return on Assets (ROA) berpengaruh secara parsial terhadap
Underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering
(IPO) di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh secara parsial terhadap
Underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering
(IPO) di Bursa Efek Indonesia?
17
4. Apakah Current Ratio (CR) berpengaruh secara parsial terhadap
Underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering
(IPO) di Bursa Efek Indonesia?
5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap
Underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering
(IPO) di Bursa Efek Indonesia?
6. Apakah umur perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap
Underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering
(IPO) di Bursa Efek Indonesia?
7. Apakah Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA), Debt to
Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR), ukuran perusahaan dan umur
perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap Underpricing pada
perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek
Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis Return on Equity (ROE) secara parsial terhadap
Underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering
(IPO) di Bursa Efek Indonesia
18
2. Untuk menganalisis Return on Assets (ROA) secara parsial terhadap
Underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering
(IPO) di Bursa Efek Indonesia
3. Untuk menganalisis Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial
terhadap Underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial Public
Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia
4. Untuk menganalisis Current Ratio (CR) secara parsial terhadap
Underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering
(IPO) di Bursa Efek Indonesia
5. Untuk menganalisis ukuran perusahaan secara parsial terhadap
Underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering
(IPO) di Bursa Efek Indonesia
6. Untuk menganalisis umur perusahaan secara parsial terhadap
Underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering
(IPO) di Bursa Efek Indonesia
7. Untuk menganalisis Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA),
Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR), ukuran perusahaan
dan umur perusahaan secara simultan terhadap Underpricing pada
perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa
Efek Indonesia
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
19
1. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi kepada
investor dan calon investor dalam melakukan strategi investasi serta
membantu investor dalam memprediksi yang akan terjadi di pasar
modal sehingga dapat mengambil keputusan dalam berinvestasi yang
dapat mendatangkan keuntungan.
2. Bagi Emiten
Penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dan referensi,
khususnya yang berkaitan dengan masalah keterbukaan informasi bila
akan melakukan Initial Public Offering (IPO) untuk memperoleh
harga yang optimal.
3. Bagi Kalangan Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan wacana dan
referensi serta literatur di bidang keuangan, sehingga dapat bermanfaat
bagi penelitian selanjutnya yang terkait dan sejenis.
4. Bagi Penulis
Seluruh rangkaian kegiatan dan hasil peneltian ini diharapkan akan
menambah pengetahuan dan wawasan tentang bagaimana pengaruh
informasi keuangan dan non keuangan terhadap underpricing serta
dapat mengaplikasikan teori yang pernah didapatkan selama
perkuliahan.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pasar Modal
Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan
jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang
maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public
authorities, maupun swasta (Hadi, 2013:10). Menurut Brigham dan
Houston (2010:190), pasar modal (capital market) adalah pasar keuangan
untuk saham dan utang jangka menengah atau jangka panjang satu tahun
atau lebih. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana
dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Pengertian pasar modal sebagaimana pasar pada umumnya yaitu
merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Di sini yang
diperjualbelikan adalah modal atau dana. Jadi pasar modal
mempertemukan penjual modal atau dana dengan pembeli modal atau
dana yang lazim disebut investor (Yulfasni, 2005:1).
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar
modal, bahwa Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan efek (Martalena dan Malinda, 2011:2).
21
Menurut Yulfasni (2005:2), pasar modal dapat memainkan
peranan penting dalam suatu perkembangan ekonomi suatu negara.
Karena suatu pasar modal berfungsi sebagai:
a. Sarana untuk menghimpun dana-dana dari masyarakat untuk
disalurkan ke dalam kegiatan-kegiatan produktif
b. Sumber pembiayaan yang mudah, murah dan cepat bagi dunia usaha
dan pembangunan nasional
c. Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus
menciptakan kesempatan kerja
d. Mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi
e. Memperkokoh beroperasinya mekanisme market dalam menata
sistem moneter, karena pasar modal dapat menjadi sarana “open
market operation” sewaktu-waktu oleh Bank Sentral
f. Menekan tingginya tingkat bunga menuju suatu “rate” yang
reasonable
g. Sebagai alternatif investasi bagi para pemodal
Senada dengan Hadi (2013:16), dilihat dari perspektif lain, pasar
modal juga memberikan fungsi besar bagi pihak-pihak yang ingin
memperoleh keuntungan dalam investasi. Fungsi pasar modal tersebut
antara lain:
a. Bagi perusahaan
Pasar modal memberikan ruang dan peluang bagi perusahaan
untuk memperoleh sumber dana yang relatif memiliki risiko
22
investasi (cost of capital) rendah dibandingkan sumber dana jangka
pendek dari pasar uang. Karena jika mengambil sumber dana untuk
pembiayaan perusahaan dari pasar uang (misalnya melalui kredit
perbankan) maka harus menanggung cost of capital berupa angsuran
pokok dan bunga secara periodik.
b. Bagi Investor
Alternatif investasi bagi pemodal, terutama pada instrumen
yang memberikan likuiditas tinggi. Pasar modal memberikan ruang
investor dan profesi lain memanfaatkan untuk memperoleh return
yang cukup tinggi.
c. Bagi Perekonomian nasional
Dalam daya dukung perekonomian secara nasional, pasar
modal memiliki peranan penting dalam rangka meningkatkan dan
mendorong pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Hal ini ditunjukkan
dengan fungsi pasar modal yang memberikan sarana bertemunya
lender dengan borrower.
Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dibagi menjadi dua
macam, yaitu pasar primer (primary market) dan pasar sekunder
(secondary market). Menurut Brigham dan Houston (2010:191), Pasar
primer adalah pasar dimana perusahaan memperoleh modal dengan
menerbitkan efek baru. Senada dengan Yulfasni (2005:48), pasar perdana
(primary market) adalah tempat penjamin emisi efek menjual efek baru
untuk pertama kalinya kepada pemodal melalui penawaran umum.
23
Pasar perdana merupakan pasar dimana untuk pertama kalinya efek
baru di jual kepada investor oleh perusahaan yang mengeluarkan efek
tersebut (Hadi, 2013:47). Terdapat dua jenis emisi atau penerbitan saham
biasa di pasar perdana. Penawaran saham perdana (Initial Public
Offering-IPO) adalah penerbitan saham oleh perusahaan yang
kepemilikan saham sebelumnya bersifat tertutup. Dengan kata lain,
merupakan penjualan saham pertama kali kepada publik. Adapun
penawaran lanjutan (seasoned offering) adalah penawaran saham oleh
perusahaan yang sebelumnya telah menerbitkan saham kepada publik
(Bodie et. al., 2014:61). Pada pasar ini, efek-efek diperdagangkan untuk
pertama kalinya, sebelum dicatatkan di bursa efek.
Setelah melakukan penawaran pada pasar perdana dan semua efek
yang tercatat atas nama masing-masing investor atau efek efek yang
bersangkutan berada di tangan para investor, baru saham dicatatkan di
bursa efek. Ini berarti bahwa efek tersebut hanya boleh diperdagangkan
di bursa efek, sehingga kegiatan jual beli saham perusahaan terjadi di
luar perusahaan. Uang hasil perdagangan di pasar sekunder tidak masuk
kepada perusahaan melainkan ke dalam kas si penjual saham yang
bersangkutan, sang investor (Yulfasni, 2005:50).
Pasar sekunder adalah pasar dimana efek dan aset keuangan
lainnya diperdagangkan di antara investor setelah diterbitkan oleh
perusahaan (Brigham dan Houston, 2010:191). Menurut Bodie et. al
(2014:61) adapun perdagangan antar investor atas sekuritas yang
24
sebelumnya telah diterbitkan terjadi di pasar sekunder (secondary
market).
Menurut Hadi (2013:47), pasar sekunder merupakan pasar dimana
perdagangan efek antar investor dilakukan melalui anggota bursa (setelah
pasar perdana) sehingga tercipta likuitas efek. Pada pasar sekunder ini,
harga efek ditentukan berdasarkan kurs efek, yang mana naik turunnya
kurs suatu efek ditentukan oleh daya tarik menarik antara permintaan dan
penawaran efek. Dengan kata lain, pasar sekunder merupakan pasar
dimana para investor dapat melakukan jual beli efek setelah efek tersebut
dicatatkan di lantai bursa.
2. Initial Public Offering (IPO)
Menurut Widjaja dan Risnamanitis (2009:5), penawaran umum
(go public) ini sering dikenal pula dengan istilah Initial public offering
(selanjutnya disebut “IPO”). Istilah ini tidak lain adalah istilah hukum
yang ditujukan bagi kegiatan suatu emiten untuk memasarkan dan
menawarkan dan akhirnya menjual efek-efek yang diterbitkannya, baik
dalam bentuk saham, obligasi atau efek lainnya kepada masyarakat luas.
Dengan demikian, penawaran umum adalah kegiatan emiten untuk
menjual efek yang dikeluarkan kepada masyarakat, yang diharapkan akan
membeli dan dengan demikian memberikan pemasukan dana kepada
emiten baik untuk mengembangkan usahanya, membayar utangnya atau
kegiatan lain yang diinginkan oleh emiten tersebut.
25
Penawaran umum sering pula disebut go public adalah kegiatan
penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten
(perusahaan yang akan go public untuk menjual saham atau efek kepada
masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur undang-udang pasa modal
dan peraturan pelaksanaannya (Martalena dan Malinda, 2011:21).
Penawaran umum (initial public offering) adalah suatu kegiatan
penawaran efek yang dilakukan emiten untuk menjual efek kepada
investor atau masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam
peraturan pelaksanaannya. Perusahaan yang telah melakukan penawaran
umum adalah emiten yang telah menyampaikan pernyataan kepada
BAPEPAM-LK dan telah efektif (Hadi, 2013:30).
Menurut Brigham dan Houston (2010:206) pasar penawaran
saham perdana (Initial Public Offering-IPO) adalah pasar untuk saham-
saham perusahaan yang dalam proses untuk masuk bursa (go public),
sedangkan going public adalah kegiatan menjual saham kepada
masyarakat luas yang dilakukan oleh perusahaan korporasi atau
pemegang saham utama.
Menurut Martalena dan Malinda (2011:21), penawaran umum
perdana mencangkup kegiatan-kegiatan berikut :
a. Periode pasar perdana, yaitu ketika efek ditawarkan kepada pemodal
oleh penjamin emisi melalui agen penjual yang ditunjuk.
b. Penjatahan saham, yaitu pengalokasian efek pesanan para investor
sesuai dengan jumlah efek yang tersedia.
26
c. Pencatatan efek di bursa, yaitu saat efek tersebut mulai
diperdagangkan di bursa.
Adapun tahapan dalam proses go public adalah sebagai berikut
(Hadi, 2013:40):
a. Tahap Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka
mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses go
public. Pada tahap persiapan ini yang paling utama yang harus
dilakukan perusahaan yang akan go public adalah melakukan rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS). Go public harus disetujui terlebih
dahulu oleh pemegang saham lama, karena go public akan
melibatkan modal baru di luar pemegang saham yang ada dan akan
mengubah masing-masing kepemilikan para pemegang saham lama.
Setelah mendapat persetujuan go public, perusahaan segera
menghubungi dan memiliki penjamin emisi (underwriter) yang akan
menjamin efek saat IPO.
b. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Dalam tahap ini, perusahaan bersama underwriter membawa
dokumen yang terangkum dalam prospektus ringkas perusahaan ke
BAPEPAM-LK. Selain pengajuan pernyataan pendaftaran tersebut
dilakukan dan masa pendaftaran belum efektif, langkah-langkah lain
yang dapat dilakukan perusahaan yaitu pertama, due diligence
meeting yang merupakan pertemuan dengan calon emiten dengan
27
underwriter. Kedua, public expose dan roadshow dimana dilakukan
tindakan pemasaran kepada pemodal untuk mempresentasikan
kinerja, prospek dan risiko perusahaan. Selain itu, emiten dapat
menyebar info memo dan prospektus awal.
c. Tahap Penjualan Saham
Setelah pendaftaran dinyatakan efektif oleh BAPEPAM-LK,
langkah selanjutnya adalah menerbitkan prospektus ringkas di 2
(dua) media cetak yang berbahasa Indonesia. Dalam proses
penawaran umum, aktivitas yang dilakukan adalah penyebaran
prospektus lengkap final, penyebaran Formulir Pemesanan
Pembelian Saham (FPPS), menerima pembayaran, melakukan
penjatahan, refund dan akhirnya penyerahan surat kolektif saham
bagi yang mendapatkan jatah. Semua itu diatur oleh underwriter,
yang juga menunjuk manajer penjatahan dan pihak independen
(akuntan publik) untuk mengaudit proses penjatahan. Dalam konteks
penjualan saham melalui mekanisme initial public offering ini
disebut dengan penjualan saham di pasar perdana atau bisa juga
disebut dengan pasar perdana. Penjualan saham dalam pasar perdana
mekanismenya diatur oleh penjamin emisi. Penjamin emisi yang
akan melakukan penjualan kepada investor dibantu oleh agen
penjual.
d. Tahap Pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI)
28
Setelah melakukan penawaran umum, perusahaan yang sudah
menjadi emiten itu akan langsung mencatatkan sahamnya maka yang
perlu diperhatikan adalah apakah perusahaan yang melakukan IPO
tersebut memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku di Bursa
Efek Indonesia. Jika memenuhi persyaratan, maka perlu ditentukan
papan perdagangan yang menjadi papan pencatatan emiten itu.
Papan pencatatan Bursa Efek di Indonesia terdiri dari dua papan
yaitu papan utama dan papan pengembangan.
Menurut Widjaja dan Risnamanitis (2009:9), keuntungan
perusahaan melakukan penawaran umum perdana antara lain:
a. Emiten yang melakukan penawaran umum saham (go public) akan
memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus. Hal ini
lebih baik dibandingkan emiten harus menggunakan fasilitas kredit
dari bank karena emiten akan dibebankan dengan tingkat bunga yang
cukup besar.
b. Meningkatkan likuiditas perusahaan terhadap kepentingan pemegang
saham utama dan pemegang saham minoritas.
c. Meningkatkan nilai pasar dari perusahaan karena umumnya
perusahaan yang sudah menjadi perusahaan publik likuiditasnya akan
lebih meningkat bila dibandingkan dengan perusahaan yang masih
tertutup.
d. Penawaran umum saham dapat meningkatkan prestise dan publisitas
perusahaan. Hal ini sangat jelas menguntungkan bagi emiten karena
29
tidak perlu membuang biaya untuk membayar jasa advertising yang
lumayan mahal.
e. Biaya penawaran umum saham relatif murah dengan proses yang
relatif cepat.
f. Pembagian dividen berdasarkan keuntungan, sehingga tidak ada
pihak, baik emiten, pemegang saham utama ataupun investor publik
yang akan dirugikan.
g. Penyertaan masyarakat biasanya tidak masuk dalam manajemen
emiten.
h. Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu
perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme.
i. Dengan adanya penawaran umum saham, perusahaan memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham
perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial.
j. Selain memberikan kesempatan kepada masyarakat umum, karyawan
dari perusahaan tersebut juga dapat memiliki saham perusahaan.
Disamping manfaat, go public juga terdapat berbagai konsekuensi.
Berbagai konsekuensi go public tersebut antara lain (Hadi, 2013:38):
a. Berbagi kepemilikan. Perusahaan go public yang menjual saham di
pasar bursa berarti telah merelakan sebagian dari sahamnya yang
semula hanya dimiliki oleh pendiri kini sebagian dimiliki oleh publik.
b. Mematuhi peraturan pasar modal yang berlaku. Para pemegang
saham, pendiri dan manajemen perusahaan tidak perlu khawatir
30
dengan pemenuhan peraturan tersebut, karena cukup banyak pihak
profesional yang dapat dimanfaatkan jasanya untuk membantu.
c. Biaya laporan yang meningkat. Konsekuensi logis yang harus
ditanggung perusahaan yang go public, yaitu tambahan biaya dalam
rangka keterbukaan laporan perusahaan.
d. Ketakutan untuk diambil alih. Sebagaimana peraturan perundang-
undangan yang berlaku bahwa yang dijual ke publik hanya sebagian
dari saham yang dikeluarkan perusahaan, untuk itu pemegang saham
pendiri tetap memiliki potensi untuk mengendalikan perusahaan.
e. Proses go public mengorbankan tenaga dan pengorbanan waktu.
Perusahaan yang berkehendak melakukan penjualan saham ke publik
lewat go public harus menanggung konsekuensi biaya profesi dan
lembaga penunjang pasar modal untuk membantu proses go public.
3. Underpricing
Underpricing adalah selisih positif antara harga saham di pasar
sekunder dengan harga saham di pasar perdana atau saat IPO. Selisih
harga inilah yang dikenal sebagai initial return (IR) atau positif return
bagi investor. Underpricing adalah fenomena yang umum dan sering
terjadi di pasar modal manapun saat emiten melakukan IPO (Yolana dan
Martani, 2005:538). Selisih positif artinya menunjukkan harga saham di
pasar sekunder lebih tinggi daripada harga saham saat pasar perdana. Hal
ini menunjukkan bahwa investor menilai saham tersebut memiliki
31
potensi untuk mengalami penguatan harga, yang menyebabkan
permintaan akan saham tersebut meningkat.
Pihak investor lebih mengharapkan tingginya underpricing
karena dengan demikian para investor dapat menerima initial return.
Initial return adalah keuntungan yang diperoleh pemegang saham karena
perbedaan harga saham yang dibeli di pasar primer dengan harga jual
saham bersangkutan di hari pertama di pasar sekunder (Daljono, 2000).
Beatty (1989) dalam Kurniawan (2006:2), kondisi underpricing
merugikan untuk perusahaan yang melakukan go public, karena dana
yang diperoleh dari publik tidak maksimum. Sebaliknya jika terjadi
overpricing, maka investor akan merugi, karena mereka tidak menerima
initial return (return awal). Para pemilik perusahaan menginginkan agar
meminimalisasikan situasi underpricing, karena terjadinya underpricing
akan menyebabkan transfer kemakmuran dari pemilik kepada para
investor karena para investor menikmati initial return.
Penetapan harga IPO yang terlalu rendah (IPO underpricing)
menyebabkan IPO menjadi menarik bagi seluruh investor, sehingga
investor institusi bersedia mengalokasikan porsi yang besar untuk saham
IPO. Harga yang terlalu rendah tersebut terefleksi dalam bentuk loncatan
harga di pasar pada hari ketika saham pertama kali di perdagangkan di
pasar sekunder (Bodie et,al., 2014:64).
32
Beberapa teori tentang fenomena underpricing pada penawaran
umum perdana diantaranya asymetric information, winer’s curse, dan
signaling theory.
a. Asymetric information
Informasi yang tidak asimetris atau asimetrik informasi
adalah informasi privat yang hanya dimiliki oleh investor yang
mendapat informasi saja (informed investors) asimetrik informasi
dapat terjadi di pasar modal atau di pasar yang lain (Jogiyanto,
2009:516).
Intinya adalah para calon investor sekuritas memiliki lebih
sedikit informasi daripada pihak manajemen dan pihak manajemen
cenderung untuk menerbitkan sekuritas ketika penilaian pasar
terhadap nilai perusahaan lebih tinggi daripada penilaian pasar
manajemen. Hal ini secara khusus berlaku untuk saham biasa,
dengan para investor hanya memiliki klaim residual atas laba dan
aktiva. Oleh karena arus kas akan terpengaruh ketika sekuritas baru
akan ditawarkan, pengaruh informasi asimetris sulit untuk dideteksi
dengan mengguankan data dari penerbitan baru tersebut (Van Horne
dan Wachowicz, 2007:345).
Menurut Rock (1986) dalam Martani (2003:2), kesenjangan
informasi (asymetri information) terjadi antar investor yaitu investor
yang memiliki informasi (informed investor) dan investor yang tidak
memiliki informasi (uninformed investor). Investor yang memiliki
33
informasi hanya akan membeli saham yang akan memberikan return
tinggi di masa mendatang, sedangkan investor yang tidak memiliki
informasi akan membeli saham yang returnnya tinggi maupun yang
tidak. Dalam kondisi ini investor yang tidak memiliki informasi akan
mengalami kerugian yang lebih besar akibatnya ia akan
meninggalkan pasar. Agar semua kelompok berpartisipasi dalam
pasar perdana dan memungkinkan memperoleh return yang wajar
dan dapat menutup kerugian akibat pembelian saham yang terlalu
tinggi (overpriced), maka harga penawaran dibuat underpriced.
Model yang dikembangkan oleh Rock ini dikenal dengan model
Winner's curse.
b. Winner’s Curse
Sayangnya, underpricing tidak berarti bahwa setiap orang
bisa kaya dengan membeli saham IPO. Jika emisinya di
underprice,semua orang mau membelinya dan penjamin tidak akan
mempunyai cukup saham untuk diputar. Karena itu investor
cenderung hanya mendapatkan sedikit saham dari emisi yang
menggairahkan ini. Jika dihargai lebih tinggi dari seharusnya
(overpricing) dan penjamin akan senang menjualnya pada investor.
Fenomena ini dikenal dengan kutukan pemenang (winner’s curse)
(Brealey et,al., 2008:417).
c. Signaling Theory
34
Kepercayaan pada tekanan harga ini menyiratkan bahwa
emisi baru menekan harga saham untuk sementara di bawah nilai
sebenarnya. Akan tetapi, pandangan ini sepertinya cocok dengan
paham efisiensi pasar. Jika harga saham turun hanya karena naiknya
penawaran, maka saham itu akan menawarkan pengembalian yang
lebih tinggi daripada saham yang setara dan investor akan tertarik
padanya seperti semut melihat gula (Brealey et,al., 2008:423).
4. Informasi Keuangan dan Non Keuangan
Informasi keuangan maupun non keuangan sangat diperlukan bagi
investor untuk menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan keputusan
investasi. Investor tertarik dengan perusahaan yang memiliki prospek
yang baik dan dapat membayar dividen yang tinggi. Prospek perusahaan
tersebut dapat dilihat pada pospektus yang diterbitkan perusahaan.
Menurut Yulfasni (2005:27), prospektus adalah setiap informasi tertulis
yang digunakan untuk melakukan penawaran umum dengan tujuan agar
pihak lain membeli efek. Informasi keuangan maupun non keuangan
tersebut dapat diperoleh dari laporan keuangan dan prospektus yang
diterbitkan perusahaan.
Pada umumnya, prospektus dibagikan oleh emiten melalui
underwriter dan agen penjual efek yang ditunjuk oleh underwriter
menjelang penawaran umum dilaksanakan. Calon investor harus berupaya
mendapatkan prospektus itu dan mempelajarinya sebelum melakukan
35
pemesanan saham. Prospektus harus secara ringkas dan padat memuat
berbagai informasi terkait dengan perusahaan, mulai dari company
profile, kinerja operasional perusahaan seperti neraca dan laba rugi,
proyeksi kinerja perusahaan serta untuk kepentingan apa dana masyarakat
itu dibutuhkan (Hadi, 2013:42).
Laporan keuangan perusahaan juga diperlukan bagi pemerintah,
kreditor maupun supplier. Secara sederhana, laporan keuangan adalah
laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan saat ini atau
dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2012:7). Laporan keuangan
menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam
suatu periode. Dalam prakteknya dikenal beberapa macam laporan
keuangan seperti neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal,
laporan catatan atas laporan keuangan dan laporan kas.
Dari laporan keuangan tersebut, dapat dilakukan analisis rasio
keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi atau mendiagnosis
tingkat kesehatan perusahaan melalui analisis kondisi arus kas atau
kinerja organisasi perusahaan baik yang bersifat parsial maupun
organisasi secara keseluruhan (Harmono, 2014:104). Adapun alat analisis
yang umum digunakan adalah analisis rasio keuangan, analisis common
size dan analisis indeks baik menggunakan pendekatan analisis data seri
(time series analysis) maupun silang (cross section approach). Analisis
rasio keuangan yang biasa digunakan yaitu rasio profitabilitas, likuiditas,
solvabilitas, aktivitas, dan rasio lainnya. Dengan menggunakan alat
36
analisis rasio keuangan, terutama bagi perusahaan maupun investor dapat
diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan keuangan dan kemajuan
perusahaan. Selain itu adanya informasi non keuangan yang diterbitkan
pada prospektus seperti banyaknya lembar saham yang ditawarkan,
penjaminan emisi efek, reputasi auditor, reputasi underwriter, jenis
perusahaan, profesi penunjang pasar modal, umur perusahaan dan lain
sebagainya dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi investor
dalam berinvestasi. Penjelasan mengenai beberapa informasi keuangan
dan non keuangan tersebut, antara lain :
a. Rasio Profitabilitas
1) Return on Equity (ROE)
Menurut Brigham dan Houston (2010:149), Return on
Equity (ROE) adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa
yang mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang
saham biasa. Sedangkan menurut Yolana dan Martani,2005:543),
Return on Equity merupakan sebuah rasio yang sering
dipergunakan oleh pemegang saham untuk menilai kinerja
perusahaan yang bersangkutan. ROE mengukur besarnya tingkat
pengembalian modal dari perusahaan.
Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal
sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi
pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya
(Kasmir,2012:204) :
37
2) Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) adalah rasio laba bersih terhadap
total aset (Brigham dan Houston,2010:149). ROA digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan
aset perusahaan untuk memperoleh laba. Informasi ini penting
bagi investor untuk digunakan sebagai pertimbangan
berinvestasi. Menurut Harmono (2014:110), ROA dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Return on Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas
untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan
pendapatan dari pengelolaan aset (Kasmir,2010:115).
Kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa yang akan
datang ditunjukkan dengan profitabilitas perusahaan yang tinggi
dan laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai
perimbangan dalam menanamkan modalnya. Semakin tinggi
ROA berarti perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan
aset untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ROA berarti
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 (ROE) =Laba bersih Setelah Pajak
Ekuitas
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 (ROA) =Laba bersih Setelah Pajak
Total Aset
38
kinerja perusahaan semakin efektif, karena tingkat
pengembalian akan semakin besar.
3) Return on Investment (ROI)
Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan
nama Return on Investment (ROI) atau return on total assets
merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah
aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan
suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola
investasinya (Kasmir, 2009:202).
Rumus untuk mencari Return on Investment (ROI) dapat
digunakan sebagai berikut :
4) Profit Margin on Sales
Menurut Kasmir (2012:198), Profit Margin on Sales atau
Rasio Profit Marfin atau margin laba atas penjualan merupakan
salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba
atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan
membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan
bersih. Rasio ini dikenal dengan nama profit margin. Terdapat
dua rumus untuk mencari profit margin yaitu sebagai berikut :
a) Untuk margin laba kotor
Profit Margin =Penjualan Bersih − Harga Pokok Penjualan
Sales
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 (ROI) =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
39
b) Untuk margin laba bersih
5) Laba per Saham Biasa (Earning per Share of Common Stock)
Rasio laba per saham biasa atau juga disebut rasio nilai
buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen
dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang
rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan
pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi,
kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dengan pengertian
lain, tingkat pengembalian yang tinggi (Kasmir, 2009:2007).
Rumus untuk mencari laba per lembar saham biasa adalah
sebagai berikut :
b. Rasio Solvabilitas
1) Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari
dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk
utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk
mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor)
dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini
Net Profit Margin =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥
Sales
Laba per Lembar saham Biasa =Laba saham biasa
Saham biasa yang beredar
40
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan untuk jaminan utang (Kasmir, 2012:158).
Rumus untuk mencari debt to equity ratio dapat
digunakan perbandingan antara total utang dengan total ekuitas
sebagai berikut:
Menurut Gatot dkk. (2013:152), debt to equity ratio
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh hutangnya baik jangka pendek maupun
jangka panjang.
2) Debt to Assets Ratio (DAR)
Menurut Kasmir (2012:156), Debt to Assets Ratio (DAR)
merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan aktiva. Dengan kata
lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau
seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pengelolaan aktiva.
Rumusan untuk mencari Debt to Assets Ratio (DAR) dapat
digunakan sebagai berikut :
3) Times Interest Earned
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (DER) =Total Utang
Total Ekuitas
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (DAR) =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
41
Menurut J. Fred Weston, Times Interest Earned
merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga.
Rasio ini diartikan oleh James C. Van Hone juga sebagai
kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga, sama
seperti coverage ratio (Kasmir, 2012:160).
Rumus untuk mencari Times Interest Earned dapat
digunakan dengan dua cara sebagai berikut :
4) Fixed Charge Coverage (FCC)
Fixed Charge Coverage atau lingkup biaya tetap
merupakan rasio yang menyerupai Times Interest Earned Ratio.
Hanya saja perbedaannya adalah rasio ini dilakukan apabila
perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa
aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Biaya tetap
merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau
jangka panjang (Kasmir, 2012:162).
Rumus untuk mencari Fixed Charge Coverage (FCC)
adalah sebagai berikut :
c. Rasio Likuiditas
1) Current Ratio (CR)
𝑇𝑖𝑚𝑒𝑠 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑒𝑑 =EBIT
Biaya bunga (𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡)
𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐶ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒 𝐶𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =
EBT + Biaya bunga + Kewajiban sewa
Biaya bunga + Kewajiban sewa
42
Current Ratio (CR) merupakan salah satu rasio
likuiditas. Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan
hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan lainnya dengan
kewajiban lancarnya. Rasio Lancar (Current Ratio) ini dihitung
dengan membagi aset lancar dengan kewajiban lancar (Brigham
dan Houston,2010:134). CR dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
secara keseluruhan. Dengan kata lain seberapa banyak aktiva
lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek
yang segera jatuh tempo (Kasmir, 2012:134). Apabila rasio
lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal
untuk membayar utang.
2) Quick Ratio
Menurut Kasmir (2012:136), rasio cepat (Quick Ratio)
atau rasio sangat lancar atau acid test ratio merupakan rasio
yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka
pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai
sediaan (investory).
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (CR) =Aset lancar
Kewajiban lancar
43
Rumus untuk mencari rasio cepat (quick ratio) dapat
digunakan sebagai berikut :
3) Cash Ratio
Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang
tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat
ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan
kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (Kasmir,
2012:138). Rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya
bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka
pendeknya.
Rumus untuk mencari rasio kas atau cash ratio adalah
sebagai berikut :
4) Rasio Perputaran Kas
Menurut James O. Gill, rasio perputaran kas (cash turn
over) berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja
perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan
membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 − 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑜𝑟𝑦
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑜𝑟 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑡
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
44
membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan
dengan penjualan (Kasmir, 2012:140).
Rumus untuk mencari rasio perputaran kas adalah
sebagai berikut :
5) Inventory to Net Working Capital
Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah
sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja
tersebtu terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dengan
utang lancar (Kasmir, 2012:141).
Rumus untuk mencari Inventory to Net Working Capital
dapat digunakan sebagai berikut :
d. Ukuran Perusahaan
Aktiva merupakan tolak ukur besaran atau skala suatu
perusahaan. Biasanya perusahaan besar mempunyai aktiva yang
besar pula nilainya. Secara teoritis perusahaan yang lebih besar
mempunyai kepastian (certainty) yang lebih besar daripada
perusahaan kecil sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian
mengenai prospek perusahaan ke depan. Hal tersebut dapat
Rasio Perputaran Kas =Penjualan bersih
Modal kerja bersih
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑡𝑜 𝑁𝑊𝐶 =𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 − 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
45
membantu investor memprediksi risiko yang mungkin terjadi jika ia
berinvestasi pada perusahaan itu (Yolana dan Martani, 2005:543).
Menurut Nurhidayati dan Indriantoro (1998) dalam Hapsari
dan Mahfud (2012:4), tingkat ketidakpastian perusahaan berskala
besar pada umumnya rendah karena dengan skala yang tinggi
perusahaan cenderung tidak dipengaruhi pasar, sebaliknya dapat
mewarnai dan mempengaruhi keadaan pasar secara keseluruhan.
Keadaan ini dapat dinyatakan sebagai kecilnya tingkat risiko
investasi perusahaan berskala besar dalam jangka panjang.
Sedangkan pada perusahaan berskala kecil tingkat ketidakpastian di
masa yang akan datang besar, sehingga tingkat resiko investasinya
lebih besar dalam jangka panjang.
Suatu perusahaan yang skala ekonominya lebih tinggi dan
lebih besar dianggap mampu bertahan lama dalam waktu yang lama.
Kebanyakan investor lebih memilih untuk menginvestasikan
modalnya di perusahaan yang memiliki skala ekonomi yang lebih
tinggi, karena investor menganggap perusahaan tersebut bisa
mengembalikan modalnya dan investor akan mendapatkan
keuntungan yang tinggi pula (Amelia dan Saftiana,2007:107).
Menurut Nurhidayati dan Indriantoro (1998) dalam Retnowati
(2013), untuk mengukur besarnya skala atau ukuran dari perusahaan
adalah dengan melihat total aktiva dari laporan keuangan perusahaan
46
tahun terakhir sebelum perusahaan tersebut melakukan IPO di bursa.
Ukuran perusahaan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
e. Reputasi Underwriter
Underwriter merupakan pihak yang menjembatani
kepentingan emiten dan investor yakni menjadi penanggung jawab
atas terjualnya efek emiten kepada investor. Masalah penetapan
harga saham yang ditawarkan kepada calon pembeli merupakan
pekerjaan yang tidak mudah karena rentannya kesalahan kecil yang
terjadi saat IPO dapat menyebabkan kegagalan IPO. Harga jual yang
terlalu mahal akan menyebabkan sekuritas tidak laku. Underwriter
memiliki informasi lebih banyak tentang keadaan pasar daripada
emiten. Sedangkan terhadap investor, underwriter juga memiliki
informasi mengenai emiten lebih banyak daripada investor, sehingga
penentuan harga pun menjadi sangat penting di posisi underwriter
(Hapsari dan Mahfud, 2012). Penggunaan total nilai penjaminan
dapat menunjukkan kualitas underwriter karena semakin besar total
nilai penjaminannya berarti underwriter mampu menanggung risiko
atas tidak terjualnya saham yang menjadi jaminannya.
Reputasi underwriter dapat dipakai sebagai sinyal untuk
mengurangi tingkat ketidakpastian yang tidak dapat diungkapkan
oleh informasi yang terdapat dalam prospektus dan memberi sinyal
Ukuran Perusahaan = Ln(Total Aset)
47
bahwa informasi privat dari emiten mengenai prospek perusahaan di
masa datang tidak menyesatkan (Yolana dan Martani, 2005).
f. Reputasi Auditor
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi
yang digunakan oleh investor atau calon investor dan underwriter
untuk menilai perusahaan yang akan go public. Salah satu
persyaratan dalam proses go public yaitu laporan keuangan yang
telah di audit. Laporan keuangan yang telah diaudit akan
memberikan tingkat kepercayaan yang lebih besar kepada
pemakainya. Auditor memegang peranan penting dalam proses go
public dimana sebagai pihak yang ditunjuk oleh perusahaan untuk
melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan. Auditor
yang berkualitas akan dihargai sehingga akan meningkatkan reputasi
auditor. Dengan memakai auditor yang profesional akan mengurangi
kesempatan emiten untuk berlaku curang dalam menyajikan
informasi yang tidak akurat ke pasar (Hapsari dan Mahfud, 2012).
g. Umur Perusahaan
Umur perusahaan dapat menjadi bukti bahwa perusahaan
mampu bersaing dan menunjukkan kemampuan perusahaan dapat
bertahan hidup. Semakin panjang umur perusahaan semakin banyak
informasi yang diserap masyarakat (Suyatmin dan Sujadi, 2006:15).
Dalam kondisi normal, perusahaan yang telah lama berdiri
akan mempunyai publikasi perusahaan lebih banyak dibandingkan
48
dengan perusahaan yang masih baru. Calon investor tidak perlu
mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk memperoleh informasi
dari perusahaan yang melakukan IPO tersebut. Jadi perusahaan yang
telah lama berdiri mempunyai tingkat underpriced yang lebih rendah
daripada perusahaan yang masih baru (Aini, 2009:42).
Perusahaan yang beroperasi lebih lama mempunyai
kemampuan yang lebih besar untuk menyediakan informasi
perusahaan yang lebih banyak dan luas daripada yang baru saja
berdiri. Menurut Wahyudi (2004) dalam Kurniawan (2006:8)
menjelaskan bahwa umur perusahaan dihitung dengan mengurangi
tahun penawaran saat IPO dengan tahun pada saat perusahaan
berdiri. Perusahaan yang telah lama berdiri bisa dipersepsikan
sebagai sudah tahan uji sehingga tingkat risikonya rendah dan hal ini
bisa menarik investor karena diyakini perusahaan yang sudah lama
berdiri bisa dikatakan lebih berpengalaman dalam menghasilkan
return bagi perusahaan yang pada akhirnya berdampak pada
meningkatnya return yang diterima oleh investor.
5. Keterikatan Antara Variabel Penelitian
a. Hubungan antara Return on Equity (ROE) dengan Underpricing
Return on Equity (ROE) merupakan ukuran profitabilitas
dimana sebagai informasi yang diberikan kepada investor mengenai
Umur Perusahaan = Tahun IPO − Tahun Pendirian Perusahaan
49
seberapa besar tingkat pengembalian modal investor dari perusahaan
yang berasal dari kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Return
on equity merupakan sebuah rasio yang sering dipergunakan oleh
pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan yang
bersangkutan. ROE mengukur besarnya tingkat pengembalian modal
dari perusahaan. Pertimbangan memasukkan variabel ROE karena
profitabilitas perusahaan memberikan informasi kepada pihak luar
mengenai efektifitas operasional perusahaan (Yolana dan Martani,
2005:543)
Nilai ROE yang semakin tinggi akan menunjukkan bahwa
perusahaan mampu menghasilkan laba di masa yang akan datang dan
laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan
dalam menanamkan modalnya. Profitabilitas yang tinggi dari suatu
perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi investor sehingga
akan menurunkan tingkat underpricing (Kim et,al., 1995).
b. Hubungan antara Return on Assets (ROA) dengan Underpricing
Return on Assets (ROA) adalah rasio laba bersih terhadap total
aset (Brigham dan Houston, 2010:149). Informasi ini penting bagi
investor untuk digunakan sebagai pertimbangan berinvestasi. ROA
yang tinggi memberikan sinyal positif kepada investor yang
menggambarkan bahwa investasi akan menguntungkan dan dianggap
berisiko rendah.
50
ROA perusahaan yang semakin tinggi akan mengurangi
tingkat underpricing karena investor akan menilai kinerja perusahaan
lebih baik dan bersedia membeli saham perdananya dengan harga
yang lebih tinggi. Profitabilitas yang tinggi dari suatu perusahaan akan
mengurangi ketidakpastian bagi investor sehingga akan menurunkan
tingkat underpricing (Kim et,al., 1995).
c. Hubungan antara Debt to Equity Ratio (DER) dengan
Underpricing
Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh
utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini
berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam
(kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan untuk jaminan utang (Kasmir, 2012:158).
Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh hutangnya baik
jangka pendek maupun jangka panjang. DER yang tinggi
mencerminkan risiko perusahaan yang tinggi sehingga ketidakpastian
investor meningkat dan akhirnya dapat mengakibatkan underpricing
(Gatot dkk, 2013:152).
Semakin tinggi nilai DER berarti semakin tinggi risiko saham
perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat return yang diharapkan
51
oleh investor, yang berarti juga semakin tinggi tingkat underpricing
tersebut Suyatmin (2006) dalam Aini (2013).
d. Hubungan antara Current Ratio (CR) dengan Underpricing
Current Ratio (CR) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek
atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan. Dengan kata lain seberapa banyak aktiva lancar yang
tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh
tempo (Kasmir, 2012:134). Apabila rasio lancar rendah, dapat
dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang.
Berdasarkan teori signaling Kim (1999) dalam Hapsari dan
Mahfud, 2012:3) yakni untuk mengatasi masalah penilaian yang
rendah terhadap harga saham, maka perusahaan yang berkualitas
dapat memberikan signal bagi investor untuk menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut memiliki kualitas yang baik. Semakin tinggi
current ratio suatu perusahaaan berarti semakin kecil risiko
kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Hal ini menjadikan risiko yang ditanggung pemegang
saham juga semakin kecil. Jadi, semakin besar current ratio semakin
kecil initial return atau semakin besar current ratio maka semakin
besar underpricing Suyatmin dan Sujadi (2006) dalam Hapsari dan
Mahfud (2012:3).
e. Hubungan antara Ukuran Perusahaan dengan Underpricing
52
Ukuran perusahaan berhubungan dengan banyak sedikitnya
informasi yang diterima oleh calon investor. Semakin besar ukuran
perusahaan, semakin dikenal perusahaan oleh calon investor dan
semakin mudah bagi calon investor untuk memperoleh informasi
mengenai perusahaan. Kejelasan informasi tentang perusahaan akan
meningkatkan penilaian perusahaan, mengurangi tingkat
ketidakpastian dan meminimalkan tingkat risiko dan underpricing
(Sulistio, 2005:92).
Ukuran perusahaan yang besar menggambarkan tingkat total
aset yang semakin tinggi dan mengindikasikan bahwa perusahaan
mampu berkembang dari tahun ke tahun. Perusahaan yang besar akan
dikenal oleh banyak masyarakat, sehingga mudahnya investor untuk
memperoleh informasi mengenai perusahaan tersebut. Semakin
besarnya ukuran perusahaan akan memperkecil tingkat risiko
underpricing. Penelitian yang dilakukan Ritter (1989) dalam Sulistio
(2005:90) bahwa perusahaan yang berukuran kecil cenderung
mengalami underpicing.
f. Hubungan antara Umur Perusahaan dengan Underpricing
Perusahaan yang telah lama berdiri akan mempunyai
publikasi perusahaan lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan
yang masih baru. Calon investor tidak perlu mengeluarkan biaya
yang lebih banyak untuk memperoleh informasi dari perusahaan
yang melakukan IPO tersebut. Jadi perusahaan yang telah lama
53
berdiri mempunyai tingkat underpriced yang lebih rendah daripada
perusahaan yang masih baru (Aini, 2009:42).
Umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan
mampu bertahan dan banyaknya informasi yang dapat diserap oleh
publik. Perusahaan yang beroperasi lebih lama mempunyai
kemungkinan yang lebih besar untuk menyediakan informasi
perusahaan yang lebih banyak dan luas daripada perusahaan yang
baru saja berdiri. Dengan demikian akan mengurangi adanya
asimetri informasi dan memperkecil ketidakpastian pasar dan pada
akhirnya akan mempengaruhi underpricing. Wahyudi (2004) dalam
Kurniawan (2006:8), perusahaan yang telah lama berdiri bisa
dipersepsikan sebagai sudah tahan uji sehingga tingkat risikonya
rendah dan hal ini bisa menarik investor karena diyakini perusahaan
yang sudah lama berdiri bisa dikatakan lebih berpengalaman dalam
menghasilkan return bagi perusahaan yang pada akhirnya berdampak
pada meningkatnya return yang diterima oleh investor.
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitan Terdahulu
No. Peneliti Judul
Penelitian
Metode
Peneltian
Hasil Penelitian
1 Kurnia-
wan
(2006)
Analisis Pengaruh
Variabel
Keuangan dan
Non Keuangan
terhadap Return 7
Model analisis
regresi berganda
Pengujian dilakukan untuk
mengetahui pengaruh Return on
Equity (ROE), Current Ratio
(CR), Total Asset Turn Over
(TATO), Presentase penawaran
54
Hari setelah
Initial Public
Offering (IPO)
saham, Debt to Equity Ratio
(DER), Earning per Share (EPS),
umur perusahaan dan ukuran
perusahaan. Hasil menunjukkan
bahwa secara parsial hanya ROE,
TATO dan presentase penawaran
saham yang berpengaruh
signifikan terhadap initial return
di pasar perdana. Hasil regresi
terhadap return 7 hari setelah IPO
secara parsial bahwa TATO dan
presentase penawaran saham
berpengaruh terhadap initial
return. Sedangkan ROE, CR,
umur perusahaan, ukuran
perusahaan dan EPS tidak
memiliki pengaruh.
2 Yasa
(2008)
Penyebab
Underpricing
pada Penawaran
Saham Perdana di
Bursa Efek
Jakarta
Model analisis
regresi berganda
Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah reputasi
auditor, reputasi underwriter,
umur perusahaan, presentase
saham yang ditawarkan ke publik,
profitabilitas perusahaan (ROA),
financial leverage, solvability
ratio, ukuran perusahaan dan
kepemilikan pemerintah. Hasil
penelitian menunjukkan hanya
reputasi auditor dan ROA yang
memiliki pengaruh signifikan
terhadap underpricing.
3 Aisyah
(2009)
Pengaruh
Variabel-Variabel
Keuangan pada
Initial Return
Saham di Pasar
Perdana
Model analisis
regresi berganda
Penelitian untuk menguji
pengaruh variabel keuangan
terhadap initial return yang
meliputi Rate of Return On Total
Assets, Total Assets Turn Over,
Financial Leverage, Earning Per
Share dan Current Ratio.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hanya Financial Leverage
yang berpengaruh signifikan
terhadap initial return. Sedangkan
Rate of Return On Total Assets,
Total Assets Turn Over, Earning
Per Share dan Current Ratio tidak
55
berpengaruh terhadap initial
return.
4 Liu dan
Ritter
(2011)
Local
Underwriter
Oligopolies and
IPO Underpricing
Ordinary Least
Square
Tingkat underpricing di pasar
modal Amerika pada periode
1993-1998, 1990-2000 dan 2001-
2008 masing-masing sebesar
15,9%, 64,5% dan 12,1%
sehingga rata-rata underpricing
sebesar 24,4%. Hasil analisis
regresi terhadap initial return
menunjukkan bahwa reputasi
underwriter, ukuran perusahaan
dan jenis industri berpengaruh
terhadap underpricing. Sedangkan
umur perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
underpricing.
5 Tian
(2012)
An Examination
Factors
Influencing
Underpricing of
IPOs on The
London Stock
Exchange
Regression
Analysis
Variabel yang diteliti adalah
ukuran masalah, umur
perusahaan, risiko sistematis,
reputasi underwriter, rasio utang,
price earning ratio dan ROA.
Hanya tiga variabel yang
berpengaruh signifikan terhadap
underpricing yaitu ukuran
masalah, risiko sistematis dan
rasio utang. Sedangkan umur
perusahaan, reputasi underwriter,
price earning ratio dan ROA
tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap underpricing.
6 Martani
dkk.
(2012)
Analysis on
Factors
Affecting IPO
Underpricing
And Their
Effects On
Earnings
Presistence
Model analisis
regresi berganda
Pengujian dilakukan pada
underwriter reputation, auditors
reputation, firms size, firms age,
Return on Equity (ROE) terhadap
underpricing dan hubungannya
terhadap earning presistence.
Hasil menunjukkan bahwa hanya
ukuran perusahaan yang
berhubungan signifikan dengan
underpricing, sedangkan variabel
lainya tidak memiliki hubungan
signifikan terhadap underpricing.
56
Semakin tinggi tingkat
underpricing akan meningkatkan
earnings presistence di tahun
pertama setelah IPO, artinya
besarnya underpricing hanya
relevan dalam memprediksi
persistensi laba satu tahun setelah
IPO.
7 Hapsari
dan
Mahfud
(2012)
Analisis faktor-
faktor yang
mempengaruhi
underpricing
saham pada
penawaran umum
perdana di BEI
periode 2008 –
2010
Model analisis
regresi berganda
Penelitian terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi underpricing
yaitu reputasi underwriter,
reputasi auditor, Current Ratio
(CR), Earning per Share (EPS),
Return on Equity (ROE) dan
ukuran perusahaan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
reputasi underwriter, reputasi
auditor, Return on Equity (ROE)
dan ukuran perusahaan yang
berpengaruh signifikan terhadap
underpricing. Variabel Current
Ratio (CR) dan Earning per Share
(EPS) tidak memiliki pengaruh
yang sinifikan terhadap
underpricing.
8 Gatot
dkk.
(2013)
Pengaruh DER,
ROI, Current
Ratio dan Rata-
rata kurs terhadap
Underpricing
pada Initial
Public Offering
Studi Kasus pada
Perusahaan Non
Keuangan di
Indonesia
Ordinary Least
Square
Regression
(OLS)
Pada periode hot market yang
berpengaruh yaitu rata-rata kurs,
Debt to Equity Ratio (DER)
terhadap tingkat underpricing
pada perusahaan non keuangan
yang go public di BEI.
Sedangkan, pada periode cold
market yang berpengaruh hanya
current ratio terhadap tingkat
underpricing pada perusahaan non
keuangan yang go public di BEI.
Pada periode hot market, rata-rata
kurs, DER, ROI dan current ratio
secara bersama-sama berpengaruh
terhadap tingkat underpricing
pada perusahaan non keuangan
yang go public di BEI.
Sebaliknya, pada periode cold
market, rata-rata kurs, DER,ROI
dan current ratiosecara bersama-
57
sama tidak berpengaruh terhadap
tingkat underpricing yang go
public di BEI.
9 Retno-
wati
(2013)
Penyebab
Underpricing
pada Penawaran
Saham Perdana di
Indonesia
Model analisis
regresi berganda
Penelitian untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi
underpricing. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel
EPS, ukuran perusahaan,
presentase penawaran saham
berpengaruh secara signifikan
terhadap underpricing, sedangkan
DER, ROA, umur perusahaan
tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap underpricing.
10 Rust
(2015)
Factors and
characteristics
impacting
underpricing of
Initial Public
Offerings (IPOs)
on the
Johannesburg
Securities
Exchange (JSE)
Quantitative
approach
Hasil penelitian bahwa tingkat
underpricing pada hari pertama,
minggu pertama dan bulan
pertama masing-masing 23,0%,
22,1% dan 17,3%. Rasio
keuangan menunjukkan bahwa
IPO dengan rasio utang antara
40% dan 60% mengalami
underpriced. Rasio lancar dan
Return on Assets (ROA) tidak
menghasilkan signifikansi secara
statistik dalam memprediksi
underpricing, sedangkan Return
on Equity (ROE) yang signifikan
terhadap underpricing. Price to
Earnings Ratio yang sangat tinggi
juga mengalami underpriced.
Sektor elektronik dan teknologi
menghasilkan tingkat
pengembalian tertinggi. Dan
perusahaan yang lebih kecil
memiliki pengaruh signifikan
terhadap underpricing.
11 Khin.,et
al
(2017)
Initial Public
Offering (IPO)
Underpricing in
Malaysian
Settings
Model analisis
regresi berganda
Penelitian dilakukan pada empat
faktor yang mempengaruhi
underpricing yaitu ukuran
perusahaan saat IPO, volatilitas
pasar, reputasi underwriter dan
58
harga timbal balik saat IPO. Hasil
menunjukkan bahwa variabel
ukuran perusahaan saat IPO dan
volatilitas pasar memiliki
pengaruh signifikan terhadap
underpricing.
59
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Bursa Efek Indonesia
Perusahaan yang melakukan Go
Public
Variabel Independen:
Return on Equity (ROE)
Return on Assets (ROA)
Debt to Equity Ratio (DER)
Current Ratio (CR)
Ukuran Perusahaan
Umur Perusahaan
Variabel Dependen:
Underpricing
Uji Asumsi Klasik:
Uji Normalitas
Uji Multikolinearitas
Uji Autokerelasi
Uji Heterokedastisitas
Uji Regresi Linear Berganda
Uji t Uji F
Adjusted R2
Interpretasi
60
D. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran di atas,
maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Ho : βx1 = 0 tidak terdapat pengaruh Return on Equity (ROE)
terhadap Underpricing
Ha : βx1 ≠ 0 terdapat pengaruh Return on Equity (ROE)
terhadap Underpricing
2. Ho : βx2 = 0 tidak terdapat pengaruh Return on Assets (ROA)
terhadap Underpricing
Ha : βx2 ≠ 0 terdapat pengaruh Return on Assets (ROA)
terhadap Underpricing
3. Ho : βx3 = 0 tidak terdapat pengaruh Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap Underpricing
Ha : βx3 ≠ 0 terdapat pengaruh Debt to Equity Ratio (DER)
terhadap Underpricing
4. Ho : βx4 = 0 tidak terdapat pengaruh Current Ratio (CR)
terhadap Underpricing
Ha : βx4 ≠ 0 terdapat pengaruh Current Ratio (CR) terhadap
Underpricing
5. Ho : βx5 = 0 tidak terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan
terhadap Underpricing
Ha : βx5 ≠ 0 terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap
Underpricing
61
6. Ho : βx6 = 0 tidak terdapat pengaruh Umur Perusahaan terhadap
Underpricing
Ha : βx6 ≠ 0 terdapat pengaruh Umur Perusahaan terhadap
Underpricing
62
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan
Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat pengaruh informasi keuangan dan non keuangan
terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa
Efek Indonesia. Informasi keuangan dan non keuangan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Return on Equity (ROE), Return on Assets
(ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR), ukuran
perusahaan dan umur perusahaan.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan non perbankan yang mengalami underpricing saat melakukan
Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2016.
Data-data yang digunakan berupa laporan keuangan, prospektus dan harga
saham perusahaan.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang,
benda-benda dan ukuran lain yang menjadi objek penelitian atau kumpulan
seluruh objek yang menjadi penelitian. Sedangkan sampel adalah suatu
bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian (Suharyadi dan
Purwanto, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-
63
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dimana
perusahaan tersebut mengalami underpricing pada saat Initial Public
Offering (IPO) periode 2010-2016.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling. Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009), metode
purposive adalah penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tersebut didasarkan pada kepentingan dan tujuan penelitian.
Kriteria perusahaan yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Seluruh perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia
periode 2010-2016
2. Perusahaan mengalami underpricing pada saat IPO
3. Mempublikasikan laporan keuangan yang tercantum dalam Indonesia
Stock Exchange (IDX) dan The Indonesia Capital Market Institute
(TICMI) secara rutin dalam mata uang Negara Republik Indonesia
(rupiah) selama periode 2010-2016
4. Perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia memiliki
data prospektus dan harga penutupan (closing price)
5. Perusahaan yang diteliti adalah perusahan non perbankan
6. Perusahaan memiliki ROE dan ROA positif
7. Memiliki ketersediaan informasi atau ketersediaan data yang
digunakan oleh peneliti
64
Tabel 3.1
Kriteria Penentuan Sampel
No. Kriteria Jumlah
Perusahaan
1 Perusahaan yang melakukan IPO periode 2010-
2016
152
2 Perusahaan yang mengalami underpricing 125
3 Perusahaan yang datanya tidak sesuai dengan
kriteria penelitian
75
Jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria
penelitian
50
Sumber: data diolah
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Data Sekunder
Data diperoleh dari Indonesia Stock Exchange (IDX), The
Indonesia Capital Market Institute (TICMI) dan internet. Data yang
digunakan meliputi:
a. Daftar perusahaan yang mengalami underpricing pada saat Initial
Public Offering (IPO) selama periode 2010-2016
b. Laporan keuangan tahunan perusahaan pada perusahaan yang
melakukan Initial Public Offering (IPO) selama periode 2010-2016
c. Prospektus perusahaan yang melakukan Initial Public Offering
(IPO) selama periode 2010-2016
d. Data harga saham penutupan pada saat perusahaan melakukan
Initial Public Offering (IPO) selama periode 2010-2016
65
2. Kepustakaan
Penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan studi
kepustakaan yaitu dengan mempelajari berbagai teori-teori yang
berkaitan dengan variabel yang diteliti dan hal lainnya yang
berhubungan dengan penelitian ini. Kegiatan ini dilakukan dengan
mengumpulkan informasi dari jurnal, buku, website dan lain-lain yang
dapat menunjang penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Uji normalitas berguna untuk membuktikan
data dari sampel yang dimiliki berasal dari populasi berdistribusi
normal. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji
normalitas data adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov
Smirnov (K-S).
Menurut Ghozali (2013:157), prinsipnya normalitas dapat
dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik atau dengan melalui histogram dari
residualnya. Dasar pengambilan keputusan:
66
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan
pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Menurut Ghozali
(2013:103) untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas
di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan
setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel
independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres
terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance
yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena
67
VIF=1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤
0,10 atau sama dengan VIF ≥ 10.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pada perode t-1. Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang
berkaitan satu dengan yang lainnya (Ghozali, 2013:107). Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi
dalam model regresi yang digunakan maka dapat dideteksi
dengan uji Durbin-Waston (DW Test). Pengambilan keputusan
ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
1) Bila nilai Durbin-Watson (DW) terletak antara batas atas atau
Upper Bound (DU) dan 4-DU, maka koefisien autokorelasi
sama dengan nol berarti tidak ada autokorelasi.
2) Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau Lower
Bound (DL), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari
pada nol, berarti ada autokorelasi positif.
68
3) Bila nilai DW lebih besar dari pada (4-DL), maka koefisien
autokorelasi lebih kecil dari pada nol, berarti ada autokorelasi
negatif.
4) Bila nilai DW terletak diantara batas atas (DU) dan batas
bawah (DL) atau DW terletak antara (4-DU) dan (4-DL),
maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
d. Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah di
dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari
residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:134). Cara mendeteksi ada
atau tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat grafik
scaterplot. Cara mendeteksi grafik scaterplot adalah sebagai
berikut :
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
69
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Pengujian heteroskedastisitas menggunakan grafik
scatterplot lemah karena hanya mengandalkan analisis visual.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan kepastian hasil uji
heteroskedastisitas dapat menggunakan Uji Glejser. Jika nilai
signifikasi lebih besar dari 0,05 maka artinya homoskedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Metode Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi menyangkut studi tentang hubungan antara
satu variabel yang disebut variabel tak bebas dan satu atau lebih
variabel lain yang disebut variabel bebas (Gujarati, 2006:115). Pada
dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen
(variabel terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel
bebas). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linear berganda (Multiple Linear Regression).
Model analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap dependen. Model persamaan regresi
adalah sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6+e
Keterangan :
Y = Underpricing
70
α = Konstanta
β1- β6 = Koefisien regresi dari setiap variabel bebas
X1 = Return on Equity (ROE)
X2 = Return on Assets (ROA)
X3 = Debt to Equity Ratio (DER)
X4 = Current Ratio (CR)
X5 = Ukuran Perusahaan
X6 = Umur perusahaan
e = error term
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji t (Pasial)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh suatu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel penelitian.
1) Ho : βi = 0 artinya tidak terdapat pengaruh dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
2) Ha : βi ≠ 0 artinya terdapat pengaruh dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
b. Uji F (Simultan)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat.
71
1) Ho:β1=β2=β3
=β4=β5=β6=0
artinya tidak terdapat pengaruh dari variabel
independen secara simultan terhadap variabel
dependen.
2) Ha : β1≠β2≠β3
≠β4≠β5≠β6≠0
artinya terdapat pengaruh dari variabel
independen secara simultan terhadap variabel
dependen
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variansi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu menunjukkan kemampuan
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen
(Ghozali, 2013:95)
E. Operasional Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel dependen (terikat) dan
variabel independen (bebas) yaitu:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
underpricing. Variabel ini diukur dengan initial return yaitu selisih
harga penutupan pada hari pertama diperdagangkan di bursa dengan
72
harga di pasar perdana, bila hasilnya positif berarti terjadi
underpricing. Selisih positif artinya menunjukkan harga saham di
pasar sekunder lebih tinggi daripada harga saham saat pasar perdana
(Yolana dan Martani, 2005:538). Dalam mengukur underpricing
dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
IR = initial return
Pt0 = harga penawaran perdana (offering price)
Pt1 = harga penutupan saham (closing price) pada hari pertama di
pasar sekunder
2. Variabel Independen
a. Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) yaitu perbandingan antara laba
bersih dengan ekuitas biasa yang mengukur tingkat pengembalian
atas investasi pemegang saham biasa (Brigham dan Houston,
2010:149). Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal
sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi
pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya
(Kasmir, 2012:204). Adapun rumus yang digunakan untuk
perhitungan ROE yaitu sebagai berikut:
𝐼𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 (IR) =(Pt1 − Pt0 )
Pt0 𝑥 100%
73
b. Return on Assets (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas untuk
mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan
pendapatan dari pengelolaan aset (Kasmir,2010:115). Kemampuan
perusahaan menghasilkan laba di masa yang akan datang
ditunjukkan dengan profitabilitas perusahaan yang tinggi dan laba
merupakan informasi penting bagi investor sebagai perimbangan
dalam menanamkan modalnya. Dengan demikian semakin tinggi
ROA berarti kinerja perusahaan semakin efektif, karena tingkat
pengembalian akan semakin besar. Menurut Harmono (2014:110),
ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
c. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to equity ratio digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh hutangnya baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Debt to equity ratio yang
tinggi mencerminkan risiko perusahaan yang tinggi (Gatot dkk.,
2013:152). Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara
seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas.
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 (ROE) =Laba bersih Setelah Pajak
Ekuitas
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 (ROA) =Laba bersih Setelah Pajak
Total Aset
74
Rumus untuk mencari debt to equity ratio dapat digunakan
perbandingan antara total utang dengan total ekuitas sebagai
berikut:
d. Current Ratio (CR)
Current Ratio (CR) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan. Dengan kata lain seberapa banyak aktiva lancar yang
tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera
jatuh tempo (Kasmir, 2012:134).
Current Ratio (CR) sebagai salah satu rasio likuiditas.
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara
kas dan aset lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban
lancarnya. Rasio Lancar (Current Ratio) ini dihitung dengan
membagi aset lancar dengan kewajiban lancar (Brigham dan
Houston, 2010:134). CR dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
e. Ukuran Perusahaan
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (DER) =Total Utang
Total Ekuitas
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (CR) =Aset lancar
Kewajiban lancar
75
Aktiva merupakan tolak ukur besaran atau skala suatu
perusahaan. Biasanya perusahaan besar mempunyai aktiva yang
besar pula nilainya. Secara teoritis perusahaan yang lebih besar
mempunyai kepastian (certainty) yang lebih besar daripada
perusahaan kecil sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian
mengenai prospek perusahaan ke depan. Hal tersebut dapat
membantu investor memprediksi risiko yang mungkin terjadi jika
ia berinvestasi pada perusahaan itu (Yolana dan Martani,
2005:543).
Menurut Nurhidayati dan Indriantoro (1998) dalam
Retnowati (2013), untuk mengukur besarnya skala atau ukuran dari
perusahaan adalah dengan melihat total aktiva dari laporan
keuangan perusahaan tahun terakhir sebelum perusahaan tersebut
melakukan IPO di bursa. Ukuran perusahaan dapat dihitung
dengan cara sebagai berikut:
f. Umur Perusahaan
Umur perusahaan dapat menjadi bukti bahwa perusahaan
mampu bersaing dan menunjukkan kemampuan perusahaan dapat
bertahan hidup. Semakin panjang umur perusahaan semakin
banyak informasi yang diserap masyarakat (Suyatmin dan Sujadi,
2006:15).
Ukuran Perusahaan = Ln(Total Aset)
76
Perusahaan yang beroperasi lebih lama mempunyai
kemampuan yang lebih besar untuk menyediakan informasi
perusahaan yang lebih banyak dan luas daripada yang baru saja
berdiri. Menurut Wahyudi (2004) dalam Kurniawan (2006:8)
menjelaskan bahwa umur perusahaan dihitung dengan mengurangi
tahun penawaran saat IPO dengan tahun pada saat perusahaan
berdiri.
Umur Perusahaan = Tahun IPO − Tahun Pendirian Perusahaan
77
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah bursa saham yang dapat
memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya
mendukung pembangunan ekonomi nasional. Menurut Martalena dan
Malinda (2011:3), pasar modal memberikan peranan penting bagi
perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi,
yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana
bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal
(investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk
pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain.
Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi
pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksadana dan lain-lain.
Bursa Efek Indonesia (BEI) didirikan jauh sebelum Indonesia
merdeka. Bursa Efek Indonesia dibangun pada masa Pemerintahan Hindia
Belanda yang diselenggarakan oleh Vereniging Voor de Effectenhandel
pada tanggal 14 Desember 1912 yang pada saat itu masih bernama Bursa
Efek Jakarta (BEJ).
Keadaan perkembangan pasar modal yang cukup baik ternyata
berakhir di luar jangkauan ekonomi, maka saat itu terlihat kelesuan dan
kemunduran perdagangan di Bursa Efek Jakarta disebabkan oleh warga
78
Belanda meninggalkan Indonesia akibat politik konfrontasi yang
dilancarkan Pemerintah Indonesia terhadap Belanda dan disusul dengan
nasionalisasi perusahaan Belanda di Indonesia yang ditetapkan dengan
Undang-undang No. 86 Tahun 1959 (Yulfasni, 2005:19). Selain itu,
tingginya tingkat inflasi mulai tidak terkendali sehingga menggoncangkan
perekonomian Indonesia.
Gambar 4.1
Struktur Pasar Modal Indonesia
Perusahaan
Efek
Penjamin
Emisi
Perantara
Pedagang
Efek
Manajer
Investasi
Lembaga
Penunjang
Biro
Administrasi
Efek
Bank
Kustodian
Wali Amanat
Pemeringkat
Efek
Profesi
Penunjang
Akuntan
Notaris
Penilai
Konsultan
Hukum
Pemodal
Domestik
Asing
Emiten
Perusahaan
Publik
Reksadana
Sumber : www.idx.co.id
Pasar modal Indonesia di atur oleh Menteri Keuangan yang
membawahi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(BAPEPAM). Lembaga ini membantu pemerintah untuk mewujudkan
untuk mewujudkan industri pasar modal dan lembaga keuangan nonbank
Otoritas Jasa Keuangan
Bursa Efek
(Bursa Efek
Indonesia-BEI)
Lembaga Kliring dan
Penjaminan
(Kliring Penjaminan Efek
Indonesia-KPEI)
Lembaga Peyimpanan dan
Penyelesaian
(Kustodian Sentra Efek
Indonesia-KSEI)
79
yang sehat sehingga dapat menjadi penggerak perekonomian Indonesia
(Martalena dan Malinda, 2011:9).
2. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan non perbankan yang
mengalami underpricing pada saat melakukan Initial Public Offering
(IPO) di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2016. Sampel pada
penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling.
Penelitian yang dilakukan pada periode 2010-2016 terdapat 152
perusahaan yang melakukan IPO.
Namun berdasarkan kriteria-kriteria pemilihan sampel yang
disyaratkan, hanya 50 perusahaan yang memenuhi persyaratan sampel
dalam penelitian ini.
B. Analisis Deksriptif
Statistik deskriptif dilakukan terhadap Return on Equity (ROE),
Return on Equity (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR),
ukuran perusahaan (SIZE) dan umur perusahaan (AGE) sebagai variabel
independen, dan Underpricing sebagai variabel dependen.
Statistik deskriptif ini digunakan untuk mengetahui gambaran dari
masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian.
80
Tabel 4.1
Statistik Deskripstif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
UNDP 50 .01 .70 .2594 .22213
ROE 50 .00 .60 .1387 .11026
ROA 50 .00 .31 .0783 .06725
DER 50 .09 5.05 1.0488 1.09462
CR 50 .33 12.73 2.9259 2.76776
SIZE 50 11.16 16.89 14.4369 1.28309
AGE 50 .01 0.57 .1722 .13342
Valid N (listwise) 50
Sumber: data diolah SPSS 20
Hasil analisis statistik deskriptif dari tabel di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Underpricing
Pada tabel 4.1 menggambarkan bahwa rata-rata nilai underpricing
dari 50 perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia adalah
sebesar 25,94% dengan standar deviasi 22,21%. Tingkat underpricing
yang tertinggi terjadi pada saham IPO PT. Mitra Komunikasi Nusantara
Tbk. yaitu sebesar 70%, sedangkan tingkat underpricing terendah terjadi
pada saham PT. Dharma Satya Nusantara Tbk. yaitu sebesar 1,08%.
2. Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba pada laporan keuangan terakhir sebelum
melakukan IPO. Informasi ROE ini oleh emiten diharapkan menjadi
pertimbangan keputusan investasi oleh investor. Berdasarkan hasil
statistik deskriptif dari seluruh sampel perusahaan diperoleh rata-rata
81
ROE sebesar 13,87%. Nilai ROE terendah dengan nilai 0,00 berada pada
saham PT. Sitara Propertindo Tbk. dan nilai tertinggi dengan nilai 0,60
berada pada saham PT. Inti Bangun Sejahtera Tbk.
3. Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dari semua aktiva yang dimilikinya. Semakin
tinggi nilai ROA maka semakin baik. Jika nilai ROA semakin rendah
maka perusahaan tidak mampu menggunakan aktiva yang dimiliki untuk
menghasilkan laba. Informasi ini diharapkan oleh emiten dalam
pertimbangan keputusan investasi oleh para investor. Berdasarkan hasil
statistik deskriptif dari seluruh sampel perusahaan diperoleh rata-rata
ROA sebesar 7,83%. Nilai ROA terendah dengan nilai 0,00 berada pada
saham PT. Sitara Propertindo Tbk. dan nilai tertinggi dengan nilai 0,31
berada pada saham PT. Inti Bangun Sejahtera Tbk.
4. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh hutangnya baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Debt to equity ratio yang tinggi
mencerminkan risiko perusahaan yang tinggi. Berdasarkan hasil statistik
deskriptif dari seluruh sampel perusahaan diperoleh rata-rata DER
sebesar 104,88%. Nilai DER terendah dengan nilai 0,09 berada pada
saham PT. Bintang Oto Global Tbk. dan nilai tertinggi dengan nilai 5,05
berada pada saham PT. Sarana Menara Nusantara Tbk.
82
5. Current Ratio (CR)
Current Ratio (CR) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
Dengan kata lain seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk
menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif dari seluruh sampel perusahaan
diperoleh rata-rata CR sebesar 292,59%. Nilai CR terendah dengan nilai
0,33 berada pada saham PT. Bali Towerindo Sentra Tbk. dan nilai
tertinggi dengan nilai 12,73 berada pada saham PT. Mitra Keluarga
Karyasehat Tbk.
6. Ukuran Perusahaan
Aktiva merupakan tolak ukur besaran atau skala suatu
perusahaan. Biasanya perusahaan besar mempunyai aktiva yang besar
pula nilainya. Besarnya ukuran perusahaan dilihat dari total aktiva dari
laporan keuangan perusahaan tahun terakhir sebelum perusahaan tersebut
melakukan IPO di bursa. Ukuran perusahaan (SIZE) terendah dengan
nilai 11,16 berada pada PT. Golden Retailindo Tbk. dan nilai tertinggi
dengan nilai 16,89 berada pada saham PT. Inti Bangun Sejahtera Tbk.
7. Umur Perusahaan
Umur perusahaan dapat menjadi bukti bahwa perusahaan mampu
bersaing dan menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan
hidup. Berdasarkan hasil statistik deskriptif dari seluruh sampel
83
perusahaan bahwa rata-rata umur perusahaan adalah 17 tahun. Umur
perusahaan temuda terjadi pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
yang terdaftar pada tanggal 7 Oktober 2010 yang termasuk ke dalam
subsektor Food and Beverages. Dan umur perusahaan tertua terjadi pada
PT. PP (Persero) yang terdaftar pada tanggal 9 Februari 2010, perusahaan
ini bergerak di bidang perencanaan dan konstruksi pembangunan.
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekat
normal. Untuk mengetahui model regresi variabel berdistibusi normal
atau tidak, dapat melihat normal probability plot sebagai berikut :
Gambar 4.2
Grafik Normal Probability Plot
Sumber : data diolah dengan SPSS 20
84
Gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa titik-titik tersebar di
sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal.
Maka dapat dikatakan bahwa model regresi dalam penelitian ini
memenuhi asumsi normalitas, yang berarti bahwa data terdistribusi
normal.
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan apabila tidak
berhati-hati secara visual terlihat normal, namun secara statistik bisa
sebaliknya. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji
normalitas residual adalah uji statistik non-parametik Kolmogorov-
Smirnov (K-S) yang disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.2
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 50
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .15683099
Most Extreme Differences Absolute .069
Positive .069
Negative -.065
Kolmogorov-Smirnov Z .487
Asymp. Sig. (2-tailed) .972
Sumber : data diolah dengan SPSS 20
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut, hasil uji kolmogorov-smirnov
menunjukkan nilai probabilitas signifikansi 0,972 yang lebih besar dari
0,05. Maka dapat diambil keputusan H0 diterima dan Ha ditolak yang
berarti data terdistribusi normal. Dengan demikian dapat dikatakan
85
bahwa model regresi dalam penelitian ini benar-benar memenuhi asumsi
normalitas yang berarti data terdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Multikolinieritas dapat dilihat dengan Variance Inflation Factor (VIF),
bila nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10 maka tidak terdapat gejala
multikolinieritas. Nilai VIF dan tolerance masing-masing variabel
independen dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ROE .299 3.339
LN_ROA .297 3.367
LN_DER .364 2.745
CR .373 2.679
SIZE .682 1.465
AGE .834 1.198
Sumber: data diolah dengan SPSS 20
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa semua variabel
independen memiliki nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0,10. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah
multikolinieritas dalam penelitian ini, sehingga model regresi layak untuk
dipakai.
86
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi yang digunakan terdapat korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-
1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Salah satu cara
untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini maka
digunakan uji Durbin-Watson (DW Test).
Tabel 4.4
Uji Autokorelasi
Sumber : data diolah dengan SPSS 20
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai Durbin-Watson
sebesar 1,852. Sedangkan pada tabel Durbin-Watson dengan k = 6, n =
50, α = 5%, maka diperoleh nilai dl = 1,2906; du = 1,8220; maka nilai 4-
du = 2,178. Oleh karena nilai DW=1,852 lebih besar dari du=1,8220 dan
kurang dari nilai 4-du=2,178, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat autokorelasi (Ghozali,2013:109).
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi yang digunakan terdapat ketidaksamaan
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .708a .502 .432 .16742 1.852
87
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain terdapat
kesamaan, maka disebut homoskedastisitas dan apabila terdapat
ketidaksamaan disebut heteroskedastisitas. Data yang baik adalah data
yang homoskedastisitas. Cara mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dapat digunakan scatterplot.
Gambar 4.3
Scatterplot
Sumber : data diolah dengan SPSS 20
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa titik-titiknya
menyebar di daerah positif dan negatif serta tidak membentuk pola,
sehingga dapat dikatakan data homoskedastisitas dan tidak terdapat
masalah dalam uji heteroskedastisitas.
88
Pengujian heteroskedastisitas menggunakan grafik scatterplot
lemah karena hanya mengandalkan analisis visual. Oleh karena itu dapat
menggunakan statistik lain untuk menguji heteroskedastisitas yaitu
mengunakan Uji Glejser yang disajikan sebagai berikut :
Tabel 4.5
Uji Glejser
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .174 .209 .834 .409
ROE -.003 .219 -.003 -.012 .991
LN_ROA -.016 .022 -.196 -.737 .465
LN_DER -.011 .021 -.129 -.536 .595
CR -.004 .008 -.124 -.520 .606
SIZE -.003 .012 -.044 -.251 .803
AGE -.017 .016 -.175 -1.099 .278
Sumber : data diolah dengan SPSS 20
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikasi
semua variabel di atas lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa dapat
dikatakan data homoskedastisitas dan tidak terdapat masalah dalam uji
heteroskedastisitas. Pengujian ini sejalan dengan uji statistik dengan
menggunakan grafik scatterplot.
D. Pengujian Hipotesis
1. Uji t (Parsial)
Uji t ini merupakan pengujian untuk menunjukkan pengaruh satu
variabel independen yang ada didalam model secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Uji statistik t pada dasarnya
89
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil uji
statistik t dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.6
Uji t (Parsial)
Coefficients
a
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T
Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.056 .377 2.801 .008
ROE 1.283 .396 .637 3.236 .002
LN_ROA -.165 .039 -.833 -4.217 .000
LN_DER .031 .037 .148 .829 .412
CR .027 .014 .342 1.943 .059
SIZE -.094 .023 -.544 -4.177 .000
AGE -.070 .028 -.292 -2.479 .017
a. Dependent Variable: UNDP
Sumber: data diolah dengan SPSS 20
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER), Current Ratio (CR), ukuran perusahaan dan umur perusahaan
memiliki pengaruh secara parsial terhadap variabel dependen
Underpricing.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak semua
variabel independen yang diteliti berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Berikut analisis dan masing-masing uji variabel independen
terhadap variabel bebas :
a. Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Underpricing
90
Variabel Return on Equity (ROE) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,002 lebih kecil dari tingkat probabilitas yang ditentukan
sebesar 0,05; maka Ho ; β1 = 0 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0,
artinya ROE secara parsial berpengaruh signifikan dengan arah positif
terhadap underpricing.
Hasil ini menunjukkan adanya hubungan signifikan antara
ROE dengan underpricing. Arah koefisien positif ini menunjukkan
bahwa semakin besar ROE emiten maka underpricing yang ditandai
dengan initial return akan meningkat. ROE adalah rasio yang
memberikan informasi pada para investor tentang seberapa besar
tingkat pengembalian modal dari perusahaan yang berasal dari kinerja
perusahaan menghasilkan laba. Semakin besar nilai ROE maka tingkat
pengembalian yang diharapkan investor juga besar. Semakin besar
nilai ROE maka perusahaan dianggap semakin menguntungkan oleh
sebab itu investor kemungkinan akan mencari saham ini sehingga
menyebabkan permintaan bertambah dan harga penawaran di pasar
sekunder terdorong naik. Akibatnya initial return yang diperoleh
investor menjadi besar.
Penelitian ini sejalan dengan Rust (2015), Yolana dan Martani
(2005), dan Irfani (2014), dimana ROE memiliki pengaruh positif
terhadap undepricing. Akan tetapi bertentangan dengan Hapsari dan
Mahfud (2012) dimana ROE memiliki pengaruh negatif signifikan
terhadap underpricing.
91
b. Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Underpricing
Variabel ROA memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih
kecil dari tingkat probabilitas yang ditentukan sebesar 0,05; maka Ho ;
β2 = 0 ditolak dan menerima Ha : β2 ≠ 0, artinya ROA secara parsial
berpengaruh signifikan dengan arah negarif terhadap underpricing.
Hasil ini menunjukkan adanya hubungan antara ROA dengan
underpricing. Arah koefisien negatif ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi ROA perusahaan akan semakin rendah tingkat underpricing
karena investor akan menilai kinerja perusahaan lebih baik dan
bersedia membeli saham perdananya dengan harga yang lebih tinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kim et al.,
(1993), Ghozali dan Mansur (2002) dan Yasa (2008) yang telah
membuktikan bahwa profitabitabilitas ROA berpengaruh negatif
signifikan terhadap underpricing. Penelitian ini bertentangan dengan
Retnowati (2013) dan Rust (2015) bahwa profitabilitas ROA tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap underpricing.
c. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Underpricing
Variabel DER memiliki nilai signifikansi sebesar 0,412 lebih
besar dari tingkat probabilitas yang ditentukan sebesar 0,05; maka Ho ;
β3 = 0 diterima dan menolak Ha : β3 ≠ 0, artinya DER secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
signifikan antara DER dengan underpricing. Hal ini dapat disebabkan
92
karena ketidakpercayaan investor atas informasi keuangan emiten,
sehingga informasi ini kurang digunakan investor dalam melakukan
investasi di pasar modal.
Penelitian ini sejalan dengan Retnowati (2013) dimana DER
tidak berpengaruh terhadap underpricing. Namun bertentangan
dengan yang dilakukan Aisyah (2009) dan Gatot dkk. (2013) bahwa
DER memiliki pengaruh terhadap underpricing.
d. Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Underpricing
Variabel CR memiliki nilai signifikansi sebesar 0,059 lebih
besar dari tingkat probabilitas yang ditentu kan sebesar 0,05; maka Ho
; β4 = 0 diterima dan menolak Ha : β4 ≠ 0, artinya CR secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan
antara CR dengan underpricing. Kenaikan ataupun penurunan CR
tidak berpengaruh terhadap kenaikan ataupun penurunan
underpricing. Selain itu, tujuan perusahaan melakukan go public
adalah untuk tujuan jangka panjang, sehingga likuiditas perusahaan
yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajiban jangka pendeknya kurang diperhatikan investor dalam
berinvestasi di pasar modal.
Penelitian ini sejalan dengan Kurniawan (2006) dan Aisyah
(2009) bahwa CR tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
93
Namun bertentangan dengan Sari (2011) dan Gatot dkk. (2013) bahwa
CR memiliki pengaruh terhadap underpricing.
e. Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Underpricing
Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar
0,000 lebih kecil dari tingkat probabilitas yang ditentukan sebesar
0,05; maka Ho ; β5 = 0 ditolak dan menerima Ha : β5 ≠ 0, artinya
ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan ke arah
negatif terhadap underpricing.
Hasil ini menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan
antara ukuran perusahaan dengan underpricing. Koefisien regresi
negatif ini menunjukan bahwa semakin kecil ukuran perusahaan
semakin besar tingkat underpricing perusahaan, dimana ukuran
perusahaan menunjukan besarnya sebuah perusahaan dalam
melakukan aktivitas perusahaan sehingga mampu bersaing dengan
baik dengan perusahaan lain, dari hasil negatif ini berarti para investor
melihat perusahaan dengan ukuran perusahaan yang kecil tetapi dapat
bersaing dengan perusahaan besar lainya, yang berarti tingkat
produktivitas, jasa dan lainya pada perusahaan tersebut memiliki nilai
yang baik meski dengan ukuran perusahaan yang kecil sehingga
mempengaruhi nilai underpricing perusahaan tersebut.
Penelitian ini sejalan dengan Tian (2012), Hapsari dan Mahfud
(2012) dan Retnowati (2013) bahwa ukuran perusahaan memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap underpricing. Namun, hal ini
94
bertentangan dengan Aini (2013) bahwa ukuran perusahaan tidak
memiliki pengaruh terhadap underpricing.
f. Pengaruh Umur Perusahaan (AGE) terhadap Underpricing
Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar
0,017 lebih kecil dari tingkat probabilitas yang ditentukan sebesar
0,05; maka Ho ; β6 = 0 ditolak dan menerima Ha : β6 ≠ 0, artinya umur
perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan ke arah negatif
terhadap underpricing.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan
antara umur perusahaan dengan underpricing. Arah koefisien negatif
ini menunjukan bahwa semakin kecil umur perusahaan semakin besar
tingkat underpricing perusahaan, dimana umur perusahaan merupakan
sebuah tolak ukur untuk melihat bagaimana perusahaan dapat bertahan
dan bersaing dengan perusahaan lain. Hasil negatif ini berarti para
investor tertarik pada perusahaan yang memiliki umur masih
tergolong muda karena dianggap memiliki daya saing dan inovasi
baru yang bernilai tinggi sehingga mempengaruhi tingkat
underpricing.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Islam et.,al.
(2010) Wahyusari (2013) bahwa umur perusahaan memiliki pengaruh
dengan arah negatif terhadap underpricing. Namun bertentangan
dengan penelitian Ghozali dan Mansur (2002) dan Liu dan Ritter
95
(2011) bahwa umur perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap
underpricing.
2. Uji F (Simultan)
Pengujian model secara simultan dengan Uji F digunakan untuk
menguji pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel
dependennya atau untuk menguji ketepatan model. Jika variabel
independen memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau
fit.
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen
secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen.
Penelitian ini untuk melihat pengaruh variabel independen Return on
Equity (ROE), Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER),
Current Ratio (CR), ukuran perusahaan dan umur perusahaan terhadap
Underpricing sebagai variabel dependen.
Tabel 4.7
Uji F (Simultan)
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.212 6 .202 7.210 .000a
Residual 1.205 43 .028
Total 2.418 49
Sumber: data diolah dengan SPSS 20
Dari hasil pengujian di atas maka diperoleh nilai F hitung sebesar
7,210 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi tersebut
96
lebih kecil dari tingkat probabilitas α = 0,05 sehingga penelitian ini
menolak H0 dan membuktikan bahwa variabel Return on Equity (ROE),
Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio
(CR), ukuran perusahaan dan umur perusahaan berpengaruh terhadap
variabel dependen underpricing secara bersama-sama (simultan).
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (Adjusted R2) untuk menjelaskan seberapa
besar pengaruh variabel dependen yaitu underpricing dapat dijelaskan
oleh variabel independen yaitu Return on Equity (ROE), Return on Assets
(ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR), ukuran
perusahaan dan umur perusahaan.
Tabel 4.8
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .708a .502 .432 .16742
Sumber: data diolah dengan SPSS 20
Berdasarkan pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai adjusted
R2 adalah 0,432 yang berarti variabel dependen yaitu underpricing dapat
dijelaskan oleh keenam variabel independen yaitu Return on Equity
(ROE), Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Current
Ratio (CR), ukuran perusahaan dan umur perusahaan sebesar 43,2%
sedangkan sisanya 56,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
menjadi objek penelitian ini.
97
4. Analisis Regresi Linear Berganda
Hipotesis penelitian ini diuji dengan melakukan analisis regresi
linier berganda antara variabel dependen dengan variabel-variabel
independen. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel 4.9
Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficients
a
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T
Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.056 .377 2.801 .008
ROE 1.283 .396 .637 3.236 .002
LN_ROA -.165 .039 -.833 -4.217 .000
LN_DER .031 .037 .148 .829 .412
CR .027 .014 .342 1.943 .059
SIZE -.094 .023 -.544 -4.177 .000
AGE -.070 .028 -.292 -2.479 .017
a. Dependent Variable: UNDP
Sumber: data diolah dengan SPSS 20
Dari hasil analisis regresi linier berganda yang tampak pada tabel
di atas, dapat dilihat bahwa dengan menggunakan α = 0,05 maka
menghasilkan empat variabel yang berpengaruh signifikan terhadap
underpricing, yaitu variabel Return on Equity (ROE) dengan nilai
signifikansi sebesar 0,002; < 0,05. Variabel Return on Assets (ROA)
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Variabel ukuran
perusahaan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dan umur
perusahaan dengan nilai signifikansi 0,017 < 0,05.
98
Berdasarkan tabel diatas, dapat diperoleh persamaan regresi
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
UNDP = 1,056 + 0,002 ROE - 0,000 LnROA – 0,000 SIZE – 0,017 AGE
+ e
Interpretasi dari persamaan regresi tersebut sebagai berikut :
1. Konstanta memiliki nilai sebesar 1,056% artinya bahwa
Underpricing akan bernilai 1,056% apabila variabel ROE, ROA,
ukuran perusahaan dan umur perusahaan bernilai 0.
2. Variabel ROE memiliki koefisien regresi sebesar 0,2%. Hal tersebut
dapat diartikan bahwa setiap kenaikan ROE sebesar 1% dengan
asumsi variabel lain tetap, maka nilai Underpricing akan naik
sebesar 0,2%.
3. Variabel LnROA memiliki koefisien regresi sebesar -0%. Hal
tersebut dapat diartikan bahwa setiap kenaikan LnROA sebesar 1%
dengan asumsi variabel lain tetap, maka nilai Underpricing akan
turun sebesar 0%.
4. Variabel ukuran perusahaan memiliki koefisien regresi sebesar -0%.
Hal tersebut dapat diartikan bahwa setiap kenaikan ukuran
perusahaan sebesar 1% dengan asumsi variabel lain tetap, maka nilai
underpricing akan turun sebesar 0%.
5. Variabel umur perusahaan memiliki koefisien regresi sebesar -1,7%.
Hal tersebut dapat diartikan bahwa setiap kenaikan umur perusahaan
99
sebesar 1% dengan asumsi variabel lain tetap, maka nilai
underpricing akan turun sebesar 1,7%.
100
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Return on Equity
(ROE), Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio
(CR), ukuran perusahaan dan umur perusahaan terhadap underpricing pada
perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek
Indonesia periode 2010-2016.
1. Berdasarkan hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa variabel Return on
Equity (ROE) berpengaruh signifikan ke arah positif terhadap
underpricing.
2. Berdasarkan hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa variabel Return on
Assets (ROA) berpengaruh signifikan ke arah negarif terhadap
underpricing.
3. Berdasarkan hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa variabel ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan ke arah negarif terhadap
underpricing.
4. Berdasarkan hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa variabel umur
perusahaan berpengaruh signifikan ke arah negarif terhadap
underpricing.
5. Berdasarkan hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa variabel Debt to
Equity Ratio (DER) dan Current Ratio (CR) tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap underpricing.
101
6. Berdasarkan hasil uji f (simultan) menunjukkan bahwa Return on Equity
(ROE), Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Current
Ratio (CR), ukuran perusahaan dan umur perusahaan memiliki pengaruh
secara bersama-sama terhadap underpricing.
7. Berdasarkan koefisien determinasi (adjusted R2) menunjukkan bahwa
nilai yang dihasilkan adalah 0,432 yang berarti variabel dependen yaitu
underpricing dapat dijelaskan oleh keenam variabel independen yaitu
Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER), Current Ratio (CR), ukuran perusahaan dan umur perusahaan
sebesar 43,2% sedangkan sisanya 56,8% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak menjadi objek penelitian ini.
B. Implikasi
1. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian
selanjutnya. Dengan menimbang beberapa faktor penting dalam penelitian
ini. Selain itu, diharapkan penelitian selanjutnya dapat menambahkan
variabel lain yang berbeda yang diperkirakan mempunyai pengaruh
terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO seperti
faktor makro ekonomi, mikro ekonomi, Earning per Share (EPS) dan
persentase penawaran saham.
2. Bagi Investor
102
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi investor
yang ingin menanamkan modalnya pada penawaran umum perdana.
Dengan beracuan pada hasil penelitian ini, diharapkan investor dapat
mengambil keputusan dalam berinvestasi agar mendapatkan return secara
optimal.
3. Emiten
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi emiten, manajemen
perusahaan hendaknya memperhatikan informasi keuangan dan non
keuangan karena akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan
investasi.
4. Bagi Pihak Bursa
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak bursa dalam
mempromosikan investasi yang cukup menarik di Bursa Efek Indonesia
terutama pada saat penawaran umum perdana (IPO) karena adanya
fenomena underpricing.
C. Saran
Berdasarkan hasil dan analisa yang telah dilakukan oleh peneliti,
penelitian ini masih banyak kekurangan, sehingga banyak yang perlu
diperbaiki dan diperhatikan lagi untuk penelitan berikutnya. Adapun saran
dari penulis untuk penelitan berikutnya adalah :
1. Memperluas penelitian dengan menambah variabel lain yang dapat
mempengaruhi underpricing agar hasil bisa lebih akurat.
103
2. Menambah referensi jurnal atau penelitian lain yang lebih terbaru dan
lengkap agar mampu menjelaskan penyebab dan pengaruh terjadinya
underpricing.
3. Berdasarkan hasil penelitian ini investor dapat melihat rasio ROE, ROA,
ukuran perusahaan dan umur perusahaan pada emiten yang akan
melakukan IPO karena hal itu dapat meramalkan apakah saham
perusahaan yang ingin dijadikan investasi layak untuk dibeli atau tidak.
104
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N Shoviyah. “Faktor-faktor yang mempengaruhi Underpricing saham pada
Perusahaan IPO di BEI Periode 2007-2011”. Jurnal Ilmiah Manajemen
Volume 1 Nomor 1, Universitas Negeri Surabaya, 2013.
Aini, Syarifah. “Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuangan terhadap
Underpricing Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering
(IPO) di Bursa Efek Indonesia”, Tesis Universitas Sebelas Maret,2009.
Aisyah, “Pengaruh Variabel-Variabel Keuangan pada Initial Return Saham di
Pasar Perdana”. Jurnal Keuangan, Volume 8, Hal. 22-31,2009.
Brealey, et., al. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Erlangga, Jakarta, 2008.
Brigham dan Houston.” Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (Essential of
Financial Management)”. Edisi 10, Salemba Empat, Jakarta, 2010.
Bodie Zvi, Alex Kane dan Alan J. Marcus.“Investasi”, Edisi 6, Salemba Empat,
Jakarta, 2006.
Bodie Zvi, Alex Kane dan Alan J. Marcus.“Manajemen Portofolio dan
Investasi”, Edisi 9, Salemba Empat, Jakarta, 2014.
Daljono. “Analisis Faktor-faktor yang mepengaruhi Initial Return Saham yang
Listing di BEJ tahun 1990-1997”. SNA III. 2000.
Gatot Nazir Ahmad, Isti Indriyanti, Agung Darmawan Buchdadi. “Pengaruh
DER, ROI, Current Ratio dan Rata-rata Kurs terhadap Underpricing pada
Initial Public Offering”. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia
(JRMSI), Vol 4 No. 2 2013.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 23”,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2013.
Gujarati, Damodar. N. “ Dasar-dasar Ekonometrika Jilid 1”, Edisi Ketiga,
Penerbit Erlangga, 2006.
Hadi, Nor. “Pasar Modal: Acuan Teoritis dan Praktis Investasi di Instrumen
Keuangan di Pasar Modal”, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta,
2013.
Hapsari, V Anitya dan Mahfud, M. Kholiq. “Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi underpricing isaham pada penawaran umum perdana di
BEI periode 2008 – 2010”. Jurnal Manajemen. Volume 1, Nomor 1,
Halaman 1-9. 2012.
105
Harmono. “Manajemen Keuangan. Berbasis Balanced Scorecard, Pendekatan
Teori, Kasus dan Riset Bisnis”, Bumi Aksara, Jakarta, 2014.
Helwege, J. And Liang, N. “Initial public offerings in hot and cold markets”,
Journal of Finance and Quantitive Analysis, 39, Page 541-569, 2004.
Jogiyanto, Hartono. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi 6, BPFE,
Yogyakarta, 2009.
Kasmir. “Analisis Laporan Keuangan”, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2010.
Kasmir. “Analisis Laporan Keuangan”, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012.
Keown, Martin. “Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan”, Edisi 10,
Macanan Jaya Cemerlang, Klaten, 2008.
Khin.,et al. “ Initial Public Offering (IPO) Underpricing in Malaysia Settings”.
Journal of Economics and Financial Studies, 05 (3), 14-25. 2017.
Kim, Joeng Bon ,Itzhak Krinsky dan Jason Lee. “The Role of Financial Variables
in the Pricing of Korean IPO”, Pacific Business Finance Journal Vol.3,
1995.
Kurniawan, Benny. “Analisis pengaruh variabel keuangan dan non keuangan
terhadap return 7 hari setelah Initial Public Offering (IPO)”.2006.
Liu, Xiaoding dan Ritter, Jay.R. “Local Underwriter Oligopolies and IPO
Underpricing”. Journal of financial economics Vol 102 Page 579-601,
2011.
Martalena dan Malinda. “Pengantar Pasar Modal”. Penerbit Andi, Yogyakarta,
2011.
Martani dkk. ” Analysis on Factors Affecting IPO Underpricing And Their Effects
On Earnings Presistence”. World Review of Business Research. Vol. 2.
No. 2Pp. 1 – 15, 2012.
Rust, Isak Cornelis. “Factors and characteristics impacting underpricing of
Initial Public Offerings (IPOs) on the Johannesburg Securities Exchange
(JSE)”. Master's Business Management. University of the Free State,
2015.
Retnowati, Eka. “Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di
Indonesia Periode 2008-2011” Universitas Negeri Semarang Accounting
Analysis Journal 2 (2), 2013.
106
Sari. “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing pada Penawaran
Umum Perdana di BEI periode 2006-2010”. Jurnal Akuntansi di Penogoro
Vo. 1, 2011.
Suharyadi dan Purwanto. “Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern.
Jakarta: Salemba Empat”, 2009.
Sulistio, Helen. “Pengaruh Informasi Akutansi dan Non-Akutansi terhadap Initial
Return: Studi pada Perusahaan yang melakukan Initial Public Offering di
Bursa Efek Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo. 15 – 16,
2005.
Suyatmin dan Sujadi. “Faktor-faktor yang mempengaruhi Underpricing pada
Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta”, Benefit Vol. 10 No.
1, 2006.
Tian, Yuan. “An Examination Factors Influencing Underpricing of IPOs on The
London Stock Exchange”. Master of Finance. Saint Mary's University.
Canada, 2012.
Wahyusari, Ayu. “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Underpricing
Saham saat IPO di BEI Periode 2007-2011”. Accounting Analysis Journal
2 (4), Universitas Negeri Semarang, 2013.
Widjaya dan Risnamanitis, Wulandari. “Go Public dan Go Private di Indonesia”
Edisi 1, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2009.
Yolana dan Martani. “Variabel-variabel yang mempengaruhi fenomena
underpricing pada penawaran saham perdana di BEJ tahun 1994 – 2001”.
SNA Solo VIII, 15 – 16, 2005.
Yasa, Gerianta Wirawan. “Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham
Perdana di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol 3,
No.2, 2008.
Yulfasni. “Hukum Pasar Modal”. Badan Penerbit Islam, Jakarta, 2005.
www.idx.co.id
www.ticmi.co.id
www.ssrn.com
www.sciencedirect.com
www.yahoofinance.com
107
LAMPIRAN
Lampiran 1
Underpricing Perusahaan pada Sampel Penelitian
No. Kode Nama Perusahaan Harga
IR (%) Offering Closing
1 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk 275 410 49,09
2 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 400 465 16,25
3 HRUM Harum Energy Tbk 5395 5950 10,29
4 GOLD Golden Retailindo Tbk 350 520 48,57
5 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 1275 1490 16,86
6 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk 1050 1570 49,52
7 PTPP PP (Persero) Tbk 560 580 3,57
8 EMTK Elang Mahkota Teknologi Tbk 720 730 1,39
9 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk 250 340 36,00
10 ABMM ABM Investama Tbk 3750 3825 2,00
11 VIVA PT Visi Media Asia Tbk 300 450 50,00
12 GEMS Golden Energy Mines Tbk 2500 2725 9,000
13 ARII Atlas Resources Tbk 1500 1540 2,67
14 STAR Star Petrcohem Tbk 102 138 35,29
15 SDMU Sidomulyo Selaras Tbk 225 240 6,67
16 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk 380 445 17,11
17 ASSA Adi Sarana Armada Tbk 390 490 25,64
18 NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk 168 205 22,02
19 IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk 1000 1500 50,00
20 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 210 315 50,00
21 MSKY MNC Sky Vision Tbk 1520 1540 1,32
22 RANC Supra Boga Lestari Tbk 500 670 34,00
23 TELE Tiphone Mobile Indonesia Tbk 310 325 4,84
24 SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk 670 720 7,46
25 IMJS Indomobil Multi Jasa Tbk 500 540 8,00
26 KRAH Grand Kartech Tbk 275 410 49,09
27 SILO Siloam International Hospitals Tbk 9000 9650 7,22
28 MLPT Multipolar Technology Tbk 480 720 50,00
29 SMBR Semen Baturaja (Persero) Tbk 560 570 1,79
30 ACST Acset Indonusa Tbk 2500 2825 13,00
31 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk 240 250 4,17
108
No. Kode Nama Perusahaan Harga
IR (%) Offering Closing
32 DSNG Dharma Satya Nusantara Tbk 1850 1870 1,08
33 BIRD Blue Bird Tbk 6500 7450 14,62
34 TARA Sitara Propertindo Tbk 106 180 69,81
35 CINT Chitose Internasional Tbk 330 363 10,00
36 MDIA Intermedia Capital Tbk 1380 1510 9,42
37 WTON Wijaya Karya Beton Tbk 590 760 28,81
38 BALI Bali Towerindo Sentra Tbk 400 600 50,00
39 KINO Kino Indonesia Tbk 3800 3850 1,32
40 IDPR Indonesia Pondasi Raya Tbk 1280 1475 15,23
41 DPUM Dua Putra Utama Makmur Tbk 550 825 50,00
42 MKNT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk 200 340 70,00
43 BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk 1000 1500 50,00
44 MMLP Mega Manunggal Property Tbk 585 875 49,57
45 DMAS Puradelta Lestari Tbk 210 219 4,29
46 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk 17000 21200 24,71
47 BOGA Bintang Oto Global Tbk 103 175 69,90
48 WSBP Waskita Beton Precast Tbk 490 540 10,20
49 CASA Capital Financial Indonesia Tbk 130 220 69,23
50 MTRA Mitra Pemuda Tbk 185 214 15,68
109
Lampiran 2
Return on Equity (ROE) Perusahaan pada Sampel Penelitian
No. Kode Nama Perusahaan ROE (%)
1 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk 2,71
2 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 33,40
3 HRUM Harum Energy Tbk 36,00
4 GOLD Golden Retailindo Tbk 10,48
5 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 21,91
6 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk 8,16
7 PTPP PP (Persero) Tbk 19,02
8 EMTK Elang Mahkota Teknologi Tbk 15,00
9 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk 7,17
10 ABMM ABM Investama Tbk 13,80
11 VIVA PT Visi Media Asia Tbk 1,65
12 GEMS Golden Energy Mines Tbk 10,62
13 ARII Atlas Resources Tbk 5,69
14 STAR Star Petrcohem Tbk 0,54
15 SDMU Sidomulyo Selaras Tbk 3,43
16 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk 14,49
17 ASSA Adi Sarana Armada Tbk 4,02
18 NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk 19,00
19 IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk 60,00
20 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 9,00
21 MSKY MNC Sky Vision Tbk 4,00
22 RANC Supra Boga Lestari Tbk 10,10
23 TELE Tiphone Mobile Indonesia Tbk 18,38
24 SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk 27,30
25 IMJS Indomobil Multi Jasa Tbk 7,57
26 KRAH Grand Kartech Tbk 20,50
27 SILO Siloam International Hospitals Tbk 3,10
28 MLPT Multipolar Technology Tbk 12,00
29 SMBR Semen Baturaja (Persero) Tbk 13,00
30 ACST Acset Indonusa Tbk 25,48
31 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk 13,35
32 DSNG Dharma Satya Nusantara Tbk 14,00
33 BIRD Blue Bird Tbk 21,00
34 TARA Sitara Propertindo Tbk 0,17
110
No. Kode Nama Perusahaan ROE (%)
35 CINT Chitose Internasional Tbk 9,00
36 MDIA Intermedia Capital Tbk 25,43
37 WTON Wijaya Karya Beton Tbk 16,94
38 BALI Bali Towerindo Sentra Tbk 30,00
39 KINO Kino Indonesia Tbk 7,30
40 IDPR Indonesia Pondasi Raya Tbk 22,90
41 DPUM Dua Putra Utama Makmur Tbk 6,00
42 MKNT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk 3,59
43 BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk 11,26
44 MMLP Mega Manunggal Property Tbk 5,00
45 DMAS Puradelta Lestari Tbk 19,10
46 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk 17,30
47 BOGA Bintang Oto Global Tbk 2,47
48 WSBP Waskita Beton Precast Tbk 14,53
49 CASA Capital Financial Indonesia Tbk 2,49
50 MTRA Mitra Pemuda Tbk 13,86
111
Lampiran 3
Return on Aseets (ROA) Perusahaan pada Sampel Penelitian
No. Kode Nama Perusahaan ROA (%)
1 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk 0,92
2 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 12,75
3 HRUM Harum Energy Tbk 24,00
4 GOLD Golden Retailindo Tbk 8,61
5 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 17,56
6 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk 1,35
7 PTPP PP (Persero) Tbk 3,70
8 EMTK Elang Mahkota Teknologi Tbk 10,00
9 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk 2,50
10 ABMM ABM Investama Tbk 4,20
11 VIVA PT Visi Media Asia Tbk 1,10
12 GEMS Golden Energy Mines Tbk 8,58
13 ARII Atlas Resources Tbk 3,44
14 STAR Star Petrcohem Tbk 0,36
15 SDMU Sidomulyo Selaras Tbk 3,02
16 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk 3,04
17 ASSA Adi Sarana Armada Tbk 1,40
18 NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk 14,00
19 IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk 31,00
20 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 5,00
21 MSKY MNC Sky Vision Tbk 2,00
22 RANC Supra Boga Lestari Tbk 6,40
23 TELE Tiphone Mobile Indonesia Tbk 14,98
24 SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk 17,60
25 IMJS Indomobil Multi Jasa Tbk 1,46
26 KRAH Grand Kartech Tbk 9,65
27 SILO Siloam International Hospitals Tbk 1,90
28 MLPT Multipolar Technology Tbk 4,00
29 SMBR Semen Baturaja (Persero) Tbk 12,00
30 ACST Acset Indonusa Tbk 9,66
31 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk 5,54
32 DSNG Dharma Satya Nusantara Tbk 3,90
33 BIRD Blue Bird Tbk 10,00
34 TARA Sitara Propertindo Tbk 0,13
112
No. Kode Nama Perusahaan ROA (%)
35 CINT Chitose Internasional Tbk 7,00
36 MDIA Intermedia Capital Tbk 19,05
37 WTON Wijaya Karya Beton Tbk 8,48
38 BALI Bali Towerindo Sentra Tbk 12,00
39 KINO Kino Indonesia Tbk 8,19
40 IDPR Indonesia Pondasi Raya Tbk 16,40
41 DPUM Dua Putra Utama Makmur Tbk 5,00
42 MKNT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk 3,09
43 BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk 3,51
44 MMLP Mega Manunggal Property Tbk 3,58
45 DMAS Puradelta Lestari Tbk 17,08
46 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk 15,20
47 BOGA Bintang Oto Global Tbk 2,27
48 WSBP Waskita Beton Precast Tbk 7,03
49 CASA Capital Financial Indonesia Tbk 0,9
50 MTRA Mitra Pemuda Tbk 6,62
113
Lampiran 4
Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan pada Sampel Penelitian
No. Kode Nama Perusahaan DER (%)
1 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk 196,47
2 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 44,84
3 HRUM Harum Energy Tbk 40,23
4 GOLD Golden Retailindo Tbk 21,72
5 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 24,77
6 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk 5,05
7 PTPP PP (Persero) Tbk 331,44
8 EMTK Elang Mahkota Teknologi Tbk 41,16
9 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk 186,60
10 ABMM ABM Investama Tbk 226,93
11 VIVA PT Visi Media Asia Tbk 51,50
12 GEMS Golden Energy Mines Tbk 16,90
13 ARII Atlas Resources Tbk 65,58
14 STAR Star Petrcohem Tbk 47,15
15 SDMU Sidomulyo Selaras Tbk 13,70
16 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk 316,84
17 ASSA Adi Sarana Armada Tbk 187,74
18 NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk 36,39
19 IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk 72,67
20 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 72,89
21 MSKY MNC Sky Vision Tbk 118,47
22 RANC Supra Boga Lestari Tbk 58,66
23 TELE Tiphone Mobile Indonesia Tbk 22,64
24 SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk 59,80
25 IMJS Indomobil Multi Jasa Tbk 414,53
26 KRAH Grand Kartech Tbk 112,49
27 SILO Siloam International Hospitals Tbk 58,68
28 MLPT Multipolar Technology Tbk 181,00
29 SMBR Semen Baturaja (Persero) Tbk 9,91
30 ACST Acset Indonusa Tbk 131,67
31 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk 141,03
32 DSNG Dharma Satya Nusantara Tbk 252,75
33 BIRD Blue Bird Tbk 99,04
34 TARA Sitara Propertindo Tbk 26,66
114
No. Kode Nama Perusahaan DER (%)
35 CINT Chitose Internasional Tbk 25,18
36 MDIA Intermedia Capital Tbk 33,54
37 WTON Wijaya Karya Beton Tbk 70,83
38 BALI Bali Towerindo Sentra Tbk 119,55
39 KINO Kino Indonesia Tbk 80,75
40 IDPR Indonesia Pondasi Raya Tbk 39,18
41 DPUM Dua Putra Utama Makmur Tbk 27,83
42 MKNT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk 8,80
43 BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk 220,56
44 MMLP Mega Manunggal Property Tbk 25,61
45 DMAS Puradelta Lestari Tbk 11,82
46 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk 13,44
47 BOGA Bintang Oto Global Tbk 8,72
48 WSBP Waskita Beton Precast Tbk 85,46
49 CASA Capital Financial Indonesia Tbk 175,64
50 MTRA Mitra Pemuda Tbk 109,42
115
Lampiran 5
Current Ratio (CR) Perusahaan pada Sampel Penelitian
No. Kode Nama Perusahaan CR (x)
1 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk 0,93
2 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 2,60
3 HRUM Harum Energy Tbk 2,10
4 GOLD Golden Retailindo Tbk 5,24
5 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 2,30
6 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk 0,85
7 PTPP PP (Persero) Tbk 1,40
8 EMTK Elang Mahkota Teknologi Tbk 4,42
9 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk 1,11
10 ABMM ABM Investama Tbk 1,36
11 VIVA PT Visi Media Asia Tbk 1,71
12 GEMS Golden Energy Mines Tbk 5,42
13 ARII Atlas Resources Tbk 1,53
14 STAR Star Petrcohem Tbk 1,70
15 SDMU Sidomulyo Selaras Tbk 4,26
16 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk 1,47
17 ASSA Adi Sarana Armada Tbk 1,10
18 NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk 3,07
19 IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk 0,52
20 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 2,10
21 MSKY MNC Sky Vision Tbk 1,20
22 RANC Supra Boga Lestari Tbk 2,23
23 TELE Tiphone Mobile Indonesia Tbk 5,56
24 SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk 2,81
25 IMJS Indomobil Multi Jasa Tbk 1,23
26 KRAH Grand Kartech Tbk 1,74
27 SILO Siloam International Hospitals Tbk 3,07
28 MLPT Multipolar Technology Tbk 1,29
29 SMBR Semen Baturaja (Persero) Tbk 10,9
30 ACST Acset Indonusa Tbk 1,48
31 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk 1,05
32 DSNG Dharma Satya Nusantara Tbk 0,80
33 BIRD Blue Bird Tbk 0,85
34 TARA Sitara Propertindo Tbk 0,97
116
No. Kode Nama Perusahaan CR (x)
35 CINT Chitose Internasional Tbk 3,08
36 MDIA Intermedia Capital Tbk 3,80
37 WTON Wijaya Karya Beton Tbk 1,41
38 BALI Bali Towerindo Sentra Tbk 0,33
39 KINO Kino Indonesia Tbk 1,62
40 IDPR Indonesia Pondasi Raya Tbk 3,10
41 DPUM Dua Putra Utama Makmur Tbk 4,99
42 MKNT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk 11,6
43 BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk 2,02
44 MMLP Mega Manunggal Property Tbk 2,96
45 DMAS Puradelta Lestari Tbk 5,42
46 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk 12,7
47 BOGA Bintang Oto Global Tbk 8,09
48 WSBP Waskita Beton Precast Tbk 1,71
49 CASA Capital Financial Indonesia Tbk 1,41
50 MTRA Mitra Pemuda Tbk 1,69
117
Lampiran 6
Ukuran Perusahaan pada Sampel Penelitian
No. Kode Nama Perusahaan Total Aktiva
(dalam juta rupiah)
1 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk 1.114.803
2 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 13.361.313
3 HRUM Harum Energy Tbk 3.470.174
4 GOLD Golden Retailindo Tbk 70.005
5 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 568.265
6 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk 7.411.393
7 PTPP PP (Persero) Tbk 5.444.074
8 EMTK Elang Mahkota Teknologi Tbk 4.314.284
9 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk 673.612
10 ABMM ABM Investama Tbk 9.883.180
11 VIVA PT Visi Media Asia Tbk 2.417.560
12 GEMS Golden Energy Mines Tbk 3.320.301
13 ARII Atlas Resources Tbk 2.301.384
14 STAR Star Petrcohem Tbk 718.569
15 SDMU Sidomulyo Selaras Tbk 195.761
16 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk 8.366.244
17 ASSA Adi Sarana Armada Tbk 2.108.998
18 NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk 431.872
19 IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk 21.552.031
20 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 326.619
21 MSKY MNC Sky Vision Tbk 4.939.425
22 RANC Supra Boga Lestari Tbk 570.082
23 TELE Tiphone Mobile Indonesia Tbk 1.358.617
24 SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk 3.701.917
25 IMJS Indomobil Multi Jasa Tbk 8.300.536
26 KRAH Grand Kartech Tbk 329.229
27 SILO Siloam International Hospitals Tbk 2.600.774
28 MLPT Multipolar Technology Tbk 1.246.487
29 SMBR Semen Baturaja (Persero) Tbk 2.711.416
30 ACST Acset Indonusa Tbk 1.298.358
31 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk 1.625.318
32 DSNG Dharma Satya Nusantara Tbk 5.921.055
33 BIRD Blue Bird Tbk 7.171.511
34 TARA Sitara Propertindo Tbk 1.317.074
118
No. Kode Nama Perusahaan Total Aktiva
(dalam juta rupiah)
35 CINT Chitose Internasional Tbk 365.091
36 MDIA Intermedia Capital Tbk 1.856.555
37 WTON Wijaya Karya Beton Tbk 3.802.332
38 BALI Bali Towerindo Sentra Tbk 808.768
39 KINO Kino Indonesia Tbk 3.211.234
40 IDPR Indonesia Pondasi Raya Tbk 1.381.126
41 DPUM Dua Putra Utama Makmur Tbk 1.575.467
42 MKNT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk 136.591
43 BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk 2.137.499
44 MMLP Mega Manunggal Property Tbk 3.204.320
45 DMAS Puradelta Lestari Tbk 8.007.121
46 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk 3.719.815
47 BOGA Bintang Oto Global Tbk 431.921
48 WSBP Waskita Beton Precast Tbk 13.734.267
49 CASA Capital Financial Indonesia Tbk 3.736.297
50 MTRA Mitra Pemuda Tbk 259.288
119
Lampiran 7
Umur Perusahaan pada Sampel Penelitian
No. Kode Tanggal IPO Tanggal Didirikan Umur
1 MIDI 30 November 2010 28 Juni 2007 3
2 ICBP 07 Oktober 2010 02 September 2009 1
3 HRUM 06 Oktober 2010 12 Oktober 1995 15
4 GOLD 07 Juli 2010 8 November 1995 15
5 ROTI 28 Juni 2010 08 Maret 1995 15
6 TOWR 08 Maret 2010 02 Juni 2008 2
7 PTPP 09 Februari 2010 26 Agustus 1953 57
8 EMTK 12 Januari 2010 03 Agustus 1983 27
9 BAJA 21 Desember 2011 04 Oktober 1980 31
10 ABMM 06 Desember 2011 01 Juni 2006 5
11 VIVA 21 November 2011 8 November 2004 7
12 GEMS 17 November 2011 13 Maret 1997 14
13 ARII 8 November 2011 26 Januari 2007 4
14 STAR 13 Juli 2011 19 Mei 2008 3
15 SDMU 12 Juli 2011 19 Januari 1993 18
16 WSKT 19 Desember 2012 01 Januari 1961 51
17 ASSA 12 November 2012 17 Desember 1999 13
18 NELY 11 Oktober 2012 05 Februari 1977 35
19 IBST 31 Agustus 2012 28 April 2006 6
20 ALTO 10 Juli 2012 03 Juni 1997 15
21 MSKY 09 Juli 2012 08 Agustus 1988 24
22 RANC 07 Juni 2012 28 Mei 1997 15
23 TELE 12 Januari 2012 25 Juni 2008 4
24 SSMS 12 Desember 2013 22 November 1995 18
25 IMJS 10 Desember 2013 02 Desember 2005 8
26 KRAH 8 November 2013 18 Agustus 1990 23
27 SILO 12 September 2013 03 Agustus 1996 17
28 MLPT 08 Juli 2013 28 Desember 2001 12
29 SMBR 23 Juni 2013 14 November 1974 39
30 ACST 24 Juni 2013 10 Januari 1995 18
31 SRIL 17 Juni 2013 22 Mei 1978 35
32 DSNG 14 Juni 2013 29 September 1980 33
33 BIRD 5 November 2014 29 Maret 2001 13
34 TARA 11 Juli 2014 01 Juni 2006 8
120
No. Kode Tanggal IPO Tanggal Didirikan Umur
35 CINT 27 Juni 2014 20 Maret 1979 35
36 MDIA 11 April 2014 25 Februari 2004 10
37 WTON 08 April 2014 11 Maret 1997 17
38 BALI 13 Maret 2014 06 Juli 2006 8
39 KINO 11 Desember 2015 08 Februari 1999 16
40 IDPR 10 Desember 2015 21 Oktober 1997 18
41 DPUM 08 Desember 2015 09 Mei 2012 3
42 MKNT 26 Oktober 2015 14 Juli 2008 7
43 BIKA 14 Juli 2015 28 November 2007 8
44 MMLP 12 Juni 2015 23 Agustus 2010 5
45 DMAS 29 Mei 2015 12 November 1993 22
46 MIKA 24 Maret 2015 03 Januari 1995 20
47 BOGA 19 Desember 2016 07 September 1973 43
48 WSBP 20 September 2016 07 Oktober 2014 2
49 CASA 19 Juli 2016 04 Juni 2009 7
50 MTRA 10 Februari 2016 21 Agustus 1980 36
121
Lampiran 8
Hasil Output SPSS 20
Regression
Variables Entered/Removedb
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 AGE, ROE,
LN_DER, SIZE,
CR, LN_ROAa
.
Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: UNDP
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .708a .502 .432 .16742 1.852
a. Predictors: (Constant), AGE, ROE, LN_DER, SIZE, CR, LN_ROA
b. Dependent Variable: UNDP
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.212 6 .202 7.210 .000a
Residual 1.205 43 .028
Total 2.418 49
a. Predictors: (Constant), AGE, ROE, LN_DER, SIZE, CR, LN_ROA
b. Dependent Variable: UNDP
122
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.056 .377 2.801 .008
ROE 1.283 .396 .637 3.236 .002 .299 3.339
LN_ROA -.165 .039 -.833 -4.217 .000 .297 3.367
LN_DER .031 .037 .148 .829 .412 .364 2.745
CR .027 .014 .342 1.943 .059 .373 2.679
SIZE -.094 .023 -.544 -4.177 .000 .682 1.465
AGE -.070 .028 -.292 -2.479 .017 .834 1.198
a. Dependent Variable: UNDP
Coefficient Correlationsa
Model AGE ROE LN_DER SIZE CR LN_ROA
1 Correlations AGE 1.000 .120 -.192 .256 -.118 -.249
ROE .120 1.000 .066 -.301 .326 -.800
LN_DER -.192 .066 1.000 -.356 .702 .090
SIZE .256 -.301 -.356 1.000 -.178 .090
CR -.118 .326 .702 -.178 1.000 -.261
LN_ROA -.249 -.800 .090 .090 -.261 1.000
Covariances AGE .001 .001 .000 .000 -4.736E-5 .000
ROE .001 .157 .001 -.003 .002 -.012
LN_DER .000 .001 .001 .000 .000 .000
SIZE .000 -.003 .000 .001 -5.686E-5 7.969E-5
CR -4.736E-5 .002 .000 -5.686E-5 .000 .000
LN_ROA .000 -.012 .000 7.969E-5 .000 .002
a. Dependent Variable: UNDP
123
Collinearity Diagnosticsa
Mo
del
Dim
ensi
on
Eigenvalue Condition
Index
Variance Proportions
(Consta
nt)
ROE LN_R
OA
LN_DE
R
CR SIZE AGE
1 1 5.219 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
2 1.061 2.218 .00 .00 .00 .18 .03 .00 .00
3 .452 3.399 .00 .18 .02 .00 .01 .00 .00
4 .145 5.995 .00 .00 .03 .58 .59 .00 .05
5 .106 7.013 .00 .03 .02 .10 .23 .00 .66
6 .015 18.842 .05 .78 .87 .00 .13 .12 .10
7 .002 46.404 .95 .00 .06 .13 .00 .88 .18
a. Dependent Variable: UNDP
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value -.0394 .7101 .2594 .15730 50
Std. Predicted Value -1.899 2.865 .000 1.000 50
Standard Error of Predicted
Value
.038 .124 .060 .020 50
Adjusted Predicted Value -.0580 .7250 .2571 .16215 50
Residual -.31566 .33354 .00000 .15683 50
Std. Residual -1.885 1.992 .000 .937 50
Stud. Residual -2.013 2.169 .005 1.012 50
Deleted Residual -.36745 .40152 .00231 .18505 50
Stud. Deleted Residual -2.091 2.272 .008 1.032 50
Mahal. Distance 1.493 26.075 5.880 5.235 50
Cook's Distance .000 .399 .028 .062 50
Centered Leverage Value .030 .532 .120 .107 50
a. Dependent Variable: UNDP
124
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 50
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .15683099
Most Extreme Differences Absolute .069
Positive .069
Negative -.065
Kolmogorov-Smirnov Z .487
Asymp. Sig. (2-tailed) .972
a. Test distribution is Normal.
Charts
125
126
Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .174 .209 .834 .409
ROE -.003 .219 -.003 -.012 .991
LN_ROA -.016 .022 -.196 -.737 .465
LN_DER -.011 .021 -.129 -.536 .595
CR -.004 .008 -.124 -.520 .606
SIZE -.003 .012 -.044 -.251 .803
AGE -.017 .016 -.175 -1.099 .278
a. Dependent Variable: RES2